21 HUBUNGAN ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN

advertisement
Jurnal Ilmu Pangan dan Gizi Volume 7 Nomor 1 Maret 2015
Puspita, WL
HUBUNGAN ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN
PENYELENGGARAAN MAKANAN ASRAMA
Widyana Lakshmi Puspita
Poltekkes Pontianak, Jurusan Gizi Jl.28 Oktober-Siantan Hulu, Pontianak
e-mail :[email protected]
ABSTRAK
Penyelenggaraan makanan di Asrama pada dasarnya dapat dijadikan sarana untuk
meningkatkan keadaan gizi bila institusi tersebut dapat menyediakan makanan yang
memenuhi prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan makanan institusi. Prinsip-prinsip itu
antara lain menyediakan makanan yang sesuai dengan macam dan jumlah zat gizi yang
diperlukan konsumen, disiapkan dengan cita rasa yang tinggi serta memenuhi syarat hygiene
dan sanitasi.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis sejauh mana asupan gizi terutama energi, protein,
lemak, karbohidrat dan status gizi mahasiswa yang tinggal di asrama Universitas
Tanjungpura dan Poltekkes serta perbedaannya.
Desain penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Lokasi
penelitian ini di asrama Poltekkes dan Untan Pontianak. Jumlah sampel sebanyak 97 orang
dengan teknik pengambilan sampel secara proporsional random sampling. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara dan pengukuran TB dan BB untuk menetukan status gizi.
Analisis data menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Terdapat perbedaan asupan zat gizi makro, baik
karbohidrat, protein, lemak dan energi antara mahasiswa yang tinggal di asrama Poltekkes
Pontianak dengan mahasiswa yang tinggal di asrama Universitas Tanjungpura. (2) Tidak
terdapat perbedaan status gizi yang dikategorikan baik antara mahasiswa yang tinggal di
asrama poltekkes Pontianak dengan mahasiswa yang tinggal di asrama Universitas
Tanjungpura. Bagi Poltekkes dan Universitas Tanjungpura yang menyelenggarakan
program asrama dengan penyelenggaraan makanan, maka disarankan
dalam
pengelolaannya harus memenuhi standar kualitas makanan yang aman, sehat (memenuhi
kebutuhan zat gizi) dan terjangkau oleh seluruh penghuni (mahasiswa).
Kata kunci: Penyelenggaraan Makanan Asrama, Asupan dan Status gizi
PENDAHULUAN
Permasalahan gizi hingga saat ini
masih
menjadi
prioritas
dalam
pembangunan kesehatan. Tingginya angka
status gizi kurang hampir terjadi pada
semua golongan umur diantaranya usia
remaja. Data rikesdas tahun 2010
menujukkan tigginya angka tersebut,
secara Nasional mencapai 12,6 % dan
Kalimantan Barat termasuk salah satu
propinsi yang memiliki angka gizi kurang
melebihi
Nasional
yakni
14,7%
(Kemenkes, 2010).
Usia remaja merupakan masa
produktif diantaranya dalam upaya
mengejar pendidikan terutama ke jenjang
perguruan tinggi. Universitas Tanjungpura
merupakan perguruan tinggi negeri yang
menjadi acuan mahasiswa dan menjadi
pavorit untuk menimba ilmu. Begitupun
21
Jurnal Ilmu Pangan dan Gizi Volume 7 Nomor 1 Maret 2015
dengan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Pontianak yang merupakan satu-satunya
pendidikan kesehatan negeri dibawah
Kementerian
Kesehatan
yang
menyelenggerakan pendidikan vokasional
pada
mahasiswanya
sehingga
menghasilkan tenaga kesehatan yang
profesional. Dari segi institusi terdapat
kemiripan dalam proses pembelajaran dan
juga fasilitas yang dimiliki terutama
adanya asrama bagi mahasiswa sehingga
akan memberikan kontribusi dalam
pencapian
tujuan
pembelajaran.
Diharapkan dengan tinggal di asrama,
mahasiswa akan mudah melakukan
sosialisasi dan akhirnya dapat mendukung
proses pembelajarannya.
Sebagai
upaya
mendukung
keberadaan mahasiswa di asrama terdapat
kebijakan berbeda antara dua institusi ini,
bagi mahasiswa Universitas Tanjungpura
yang tinggal di asrama tidak diberikan
layanan makanan oleh pengelola namun
mahasiswa membeli sendiri. Berbeda
dengan
Universitas
Tanjungpura,
mahasiswa Poltekes yang tinggal di asrama
disediakan makanan oleh intitusi yang
diharapkan dengan perlakukan ini
mahasiswa akan tercukupi gizi dan terjadi
perbaikan status gizi yang akhirnya
memberikan kemudahan dalam membantu
penyelesaian perkuliahan.
Penyelenggaraan
makanan
di
Asrama pada dasarnya dapat dijadikan
sarana untuk meningkatkan keadaan gizi
bila institusi tersebut dapat menyediakan
makanan yang memenuhi prinsip-prinsip
dasar penyelenggaraan makanan institusi.
Prinsip-prinsip itu antara lain menyediakan
makanan yang sesuai dengan macam dan
jumlah zat gizi yang diperlukan konsumen,
disiapkan dengan cita rasa yang tinggi serta
memenuhi syarat hygiene dan sanitasi
(Mukrie, 1990).
Untuk itu peneliti ingin menganalisis
sejauh mana asupan gizi terutama energi,
protein, lemak, karbohidrat dan status gizi
mahasiswa yang di tinggal di asrama
Puspita, WL
Universitas Tanjungpura dan Poltekkes
Kemenkes Pontianak serta perbedaannya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
observasional dengan desain cross
secsional yaitu penelitian menjelaskan
atau menggambarkan variabel independen
dan dependen dan pada waktu bersamaan.
Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa Universitas Tanjungpura dan
mahasiswa Poltekkes Kemenkes Pontianak
yang tinggal di Asrama baik laki-laki
maupun perempuan. jumlah sampel yang
diperlukan pada penelitian ini sebanyak 97
orang. Selanjutnya untuk menentukan
proporsi jumlah sampel masing-masing
lokasi sasaran penelitian
ditentukan
dengan teknik pengambilan sampel secara
proportional random sampling. Hasilnya
untuk asrama Universitas Tanjungpura
diambil sebanyak 31 mahasiswa dan
Asrama A Poltekkes Pontianak sebanyak
66 orang mahasiswa.
Pengumpulan data diperoleh dengan
wawancara menggunakan formulir food
recall, data status gizi diperoleh dari
pengukuran berat badan dan tinggi badan.
Data yang telah terkumpul selanjutnya
diolah dengan program komputer meliputi
editing. Coding, entry, tabulating dan
analizing. Selanjutnya data yang telah
diolah disajikan dalam bentuk tabuler dan
tekstular serta akan dianalisis dengan uji
Chi-square (X2 )
Hasil
Tabel 1. Penyelenggaraan Makanan
Asrama dan Asupan Karbohidrat
Penyelengaraan
makanan
Untan
Poltekkes
Pontianak
Jumlah
Karbohidrat
Kurang
n
%
30 96,8
n
1
Baik
%
3,2
Jumlah
%
31 100
49
74,2 17 25,8 66 100
79
81,4 18 18,6 97 100
p = 0,010
22
Jurnal Ilmu Pangan dan Gizi Volume 7 Nomor 1 Maret 2015
Puspita, WL
Pada tabel 1 diketahui bahwa asrama
Poltekkes
Pontianak
yang
menyelenggarakan
makanan
untuk
mahasiswa cenderung asupan karbohidrat
kategori baik lebih besar dibandingkan
dengan asrama Untan Pontianak yang tidak
menyelenggarakan makanan asrama, yaitu
25,8% dan 3,2%. Hasil analisis uji statistik
dengan Chi-square menunjukkan ada
perbedaan yang bermakna
asupan
karbohidrat antara asrama Poltekkes yang
menyelenggarakan
makanan
untuk
mahasiswa dengan dengan asrama Untan
yang tidak menyelenggarakan makanan
asrama (p= 0,01).
Pada tabel 3 diketahui bahwa asrama
Poltekkes
Pontianak
yang
menyelenggarakan
makanan
untuk
mahasiswa cenderung asupan protein
baik lebih besar dibandingkan dengan
asrama Untan Pontianak yang tidak
menyelenggarakan makanan asrama, yaitu
54,5% dan 16,1%. Hasil analisis uji
statistik dengan Chi-squre menunjukkan
ada perbedaan yang bermakna asupan
protein antara asrama Poltekkes yang
menyelenggarakan
makanan
untuk
mahasiswa dengan dengan asrama Untan
yang tidak menyelenggarakan makanan
asrama (p= 0,000).
Tabel 2. Penyelenggaraan Makanan
Asrama dan Asupan Lemak
Tabel 4. Penyelenggaraan Makanan
Asrama dan Asupan Energi
Penyelengaraan
makanan
Untan
Poltekkes
Pontianak
Jumlah
Lemak
Kurang
Baik
n
%
n
%
30 67,7
1
32,3
18 27,3 48 72,7
n
31
66
%
100
100
39
97
100
40,2
58
59,8
Jumlah
Penyelengaraan
makanan
Untan
Poltekkes
Pontianak
Jumlah
Asupan Anergi
Kurang
Baik
n
%
n
%
28 90,3
3
9,7
26 39,4 40 60,6
n
31
66
%
100
100
54
97
100
55,7
43
44,3
Jumlah
p = 0,000
Pada tabel 2 diketahui bahwa asrama
Poltekkes Pontianak yang menyelenggarakan makanan untuk mahasiswa
cenderung asupan lemak kategori baik
lebih besar dibandingkan dengan asrama
Untan Pontianak yang tidak menyelenggarakan makanan asrama, yaitu 72,7% dan
32,3%. Hasil analisis uji statistic dengan
Chi-square menunjukkan ada perbedaan
yang bermakna asupan lemak antara
asrama Poltekkes yang menyelenggarakan
makanan untuk mahasiswa dengan dengan
asrama Untan yang tidak menyelenggarakan makanan (p= 0,000).
P = 0,01
Pada tabel 4 diketahui bahwa asrama
Poltekkes Pontianak yang menyelenggarakan makanan untuk mahasiswa
cenderung asupan energi, kategori baik
lebih besar dibandingkan dengan asrama
Untan
Pontianak
yang
tidak
menyelenggarakan makanan asrama, yaitu
60,6% dan 9,7%. Hasil analisis uji statistic
dengan Chi-squre menunjukkan ada
perbedaan yang bermakna asupan energi
antara asrama Poltekkes yang menyelenggarakan makanan untuk mahasiswa dengan
asrama Untan yang tidak menyelenggarakan makanan asrama (p= 0,01).
Tabel 3. Penyelenggaraan Makanan
Asrama dan Asupan Protein
Tabel 5. Penyelenggaraan Makanan
Asrama dan Status Gizi (IMT)
Penyelengaraan
makanan
Untan
Poltekkes
Pontianak
Jumlah
Protein
Jumlah
Kurang
Baik
n
%
n
%
n %
26 83,9 5 16,1 31 100
30 45,5 36 54,5 66 100
56
p = 0.000
57,7 41 42,3 97 100
Penyelengaraan
makanan
Untan
Poltekkes
Pontianak
Jumlah
Status Gizi
Kurang
Baik
n
%
n
%
5
16,1 26 83,9
13 19,7 53 80.3
n
31
66
%
100
100
18
97
100
18,6
79
81,4
Jumlah
P = 0,784
23
Jurnal Ilmu Pangan dan Gizi Volume 7 Nomor 1 Maret 2015
Pada tabel 5 diketahui bahwa asrama
Poltekkes
Pontianak
yang
menyelenggarakan
makanan
untuk
mahasiswa status gizinya relatif sama jika
dibandingkan dengan asrama Untan
Pontianak yang tidak menyelenggarakan
makanan asrama, yaitu 80,3% dan 83,9%.
Hasil analisis uji statistik dengan Chi-squre
menunjukkan tidak ada perbedaan yang
bermakna
antara status gizi asrama
Poltekkes
yang
menyelenggarakan
makanan untuk mahasiswa dengan asrama
Untan yang tidak menyelenggarakan
makanan (p= 0,784).
PEMBAHASAN
Asrama merupakan wadah atau
tempat yang diorganisir oleh masyarakat
atau pemerintah dengan tujuan tertentu.
Dalam penyelengaraan tersebut secara
umum
ada
yang
melakukan
penyelenggaraan makanan atau tanpa
penyelenggaraan makanan. Asrama pada
umumnya menampung masyarakat dari
berbagai golongan usia, yang memerlukan
perlindungan dan tempat praktis untuk
kegiatannya. Kegiatan atau program
pengelolaan asrama dilakukan dengan cara
atas kemauan sendiri atau diwajibkan
untuk menghuni asrama yang telah
disediakan.
Kebijakan
mewajibkan
masuk
asrama,
khususnya
bagi
institusi
pendidikan bertujuan untuk menyiapkan
peserta
didik
memamsuki
dunia
pendidikan dengan suasana kehidupan
budaya akademik (education academic
cultural). Diharapkan suasana budaya
akademik melalui upaya pengajaran dan
pendidikan karakter bagi penghuninya
akan
menghasilkan
lulusan
yang
professional dan berkarakter. Dengan
suasana tersebut maka pengelolaan asrama
selain pengembangan fisik, mental dan
sosial
kemasyarakatan,
juga
pengembangan
karakter
seperti
pendalaman teori dan praktek keagamaan,
kegiatan sosial kemasyarakatan dan
Puspita, WL
pengelolaan makanan yang sehat dan
hygienis.
Penyelenggaraan makanan asrama
terutama di Potekkes Kemenkes Pontianak
bertujuan
untuk
mendudkung
terselengaraan pendidikan yang teratur,
aplikasi budaya hidup bersih dan sehat
melalui penerapan pola makanan teratur
dan cukup zat gizi. Hal ini penting untuk
menjamin
keamanan
makanan.
mempertahankan
atau
mendukung
pertubuhan mahasiswa dan tercapainya
status gizi yang baik, walaupun dengan
biaya yang relatif murah jika dibandingkan
dengan pemenuhan makanan di luar
asrama.
Penyelenggaraan Asrama Dan Asupan Zat
Gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
asrama Poltekkes yang menyelenggarakan
makanan untuk mahasiswa cenderung
asupan zat gizinya yang digolongkan baik
lebih tinggi dibandingkan dengan asrama
Universitas Tanjungpura yang tidak
menyelenggarakan makanan. Asupan zat
gizi tersebut baik karbohidrat, protein,
lemak maupun energi. Hasil analisis uji
statistik menunjukkan adanya perbedaan
yang bermakna
asupan karbohidrat,
protein, lemak dan energi antara asrama
Poltekkes
yang
menyelenggarakan
makanan untuk mahasiswa dengan dengan
asrama
Untan
yang
tidak
menyelenggarakan makanan (p < α).
Adanya perbedaan ini memberikan
penjelasan
atau
informasi
bahwa
penyelenggaraan
makanan
asrama
memberikan alasan yang kuat dan penting
untuk meningkatkan asupan zat gizi
penghuninya.
Selain
hal
tersebut
pengelolaan asrama dengan program
penyelenggaraan makanan, juga akan
memberikan ketenangan dan prestasi
belajar mahasiswa, hal ini dikarenakan
mahasiswa tidak perlu memikirkan dan
membuang waktu untuk mencari tempat
makan, sehingga waktu yang ada dapat
dioptimalkan untuk belajar di asrama.
24
Jurnal Ilmu Pangan dan Gizi Volume 7 Nomor 1 Maret 2015
Tingginya asupan gizi kategori baik
pada asrama yang menyelenggarakan
makanan bagi penghuni atau mahasiswa,
hal ini terjadi menurut Mukrie (1990)
karena adanya beberapa alasan, yaitu
kontinuitas pola makan 3 kali sehari,
produk berkualitas baik, menu seimbang
dan bervariasi tiap hari, adanya keamanan
makanan, hygienis dan saniter, serta harga
ekonomis yang dapat terjangkau sesuai
pelayanan yang diberikan
Untuk itu sudah merupakan
keharusan bagi Poltekkes dan Universitas
Tanjungpura
memberikan
penyelenggaraan makanan asrama yang
memenuhi standar kualitas makanan yang
aman, sehat (memenuhi zat gizi) dan
terjangkau oleh seluruh penghuni atau
mahasiswa, baik yang berkemampuan
maupun tidak mampu (Gakin) melalui
subsidi silang. Untuk penyedia makanan
asrama diharapkan dapat meningkatkan
kualitas makanan, pelayanan sesuai dengan
waktu makan, menu seimbang dan
bervariasi, serta hygienis dan saniter.
Penyelengaraan Makanan Asrama Dan
Status Gizi
Hasil
penelitian
menunjukkan,
bahwa mahasiswa yang tinggal di asrama
Poltekkes
Pontianak
yang
menyelenggarakan makanan status gizinya
yang tergolong baik relatif sama jika
dibandingkan dengan asrama Universitas
Tanjungpura Pontianak yang tidak
menyelenggarakan makanan. Hasil analisis
uji statistik diketahui tidak ada perbedaan
yang bermakna
antara status gizi
mahasiswa yang tinggal di asrama
Poltekkes
yang
menyelenggarakan
makanan dengan asrama Universitas
Tanjungpura
yang
tidak
menyelenggarakan makanan (p > α)
Tidak ada perbedaan status gizi
antara
asrama
Poltekkes
yang
menyelenggarakan makanan dan asrama
Universitas Tanjungpura yang tidak
menyelenggarakan makanan, hal ini
kemungkinan berkaitan dengan lama
tinggal mahasiswa di asrama yang rata-rata
Puspita, WL
baru dua bulan saat dilakukan penelitian.
Meskipun asupan cukup baik lebih besar
terutama pada mahasiswa Poltekkes, tetapi
karena baru dua bulan tinggal di asrama
sehingga belum berpengaruh terhadap
status gizinya, selain itu kemungkinan
belum akurasi tehnik pengambilan sampel
melalui wawancara dengan food recall
dengan waktu 24 jam, kebiasaan cemilan
yang kurang sehat, pemahaman tentang
body image yang belum benar dan
penerapan diet yang salah karena adanya
pengaruh teman selama di asrama.
Hal ini seperti disampaikan oleh
Arisman (2004) bahwa ketidakcukupan
asupan zat gizi akan berdampak pada status
gizi remaja (termasuk mahasiswa yang
menuju perubahan menjadi dewasa
terutama
semester
awal),
mereka
melewatkan waktu makan dengan alasan
sibuk, dan adanya kekawatiran menjadi
gemuk serta melakukan diet yang salah.
Diet super ketat sering dijalani seorang
remaja putri yang menginginkan tubuh
langsing, bahkan ketika proporsi tubuhnya
tampak kurus dan makin kurus porsi
makannya terus dibatasi sehingga
menyebabkan anorexic, mempengaruhi
pola berfikir dan personalitasnya.
Selain itu juga adaya pemahaman
body image yang kurang tepat. Dalam
beberapa hal sebenarnya remaja tidak puas
terhadap keadaan dirinya sendiri. Urusan
body image dianggap sebagai perkara besar
yang tak henti hentinya dipikirkan. Remaja
putra menginginkan dada bidang, bahu
lebar, otot besar dan lengan kuat.
Sebaliknya remaja putri menginginkan
pinggang, paha, dan betis yang lebih kecil.
Untuk
itu
Arisman
(2004)
menganjurkan pola kebiasaan makan yang
baik pada remaja, sehingga akan
berdampak pada status gizi, yaitu
diantaranya: (1) mendorong para remaja
(termasuk mahasiswa tingkat awal)
mengkonsumssi beberapa makanan yang
disediakan oleh pihak pengelolan sesuai
jadualnya dan menyeleksi makanan
jajanan yang bergizi, (2) menyiapkan data
25
Jurnal Ilmu Pangan dan Gizi Volume 7 Nomor 1 Maret 2015
dasar tentang pangan dan zat gizi sehingga
penghuni
atau
mahasiswa
dapat
memahami
dan
mengkonsumsi
berdasarkan informasi tersebut, dan (3)
memberikan penekanan tentang manfaat
makanan yang baik untuk perbaikan
vitalitas dan peningkatan ketahanan fisik,
serta (4) jika memungkinkan perlunya
menyediakan kantin asrama atau kampus
tentang keanekaragaman contoh khas
menu-menu makanan atau jenis bahan
makanan yang dapat digunakan sebagai
acuan untuk pemenuhan asupan gizi yang
sehat, hygienis dan saniter.
KESIMPULAN
Adanya perbedaan asupan zat gizi
makro, baik karbohidrat, protein, lemak
dan energi antara mahasiswa yang tinggal
di asrama Poltekkes Pontianak yang
menyelenggarakan
makanan
dengan
asrama Universitas Tanjungpura Pontianak
yang tidak menyelenggarakan makanan
bagi mahasiswa. Pemenuhan asupan zat
gizi yang baik pada mahasiswa yang
tinggal di asrama Poltekkes dengan
penyelengaraan makanan lebih tinggi
dibandingkan dengan asupan gizi pada
mahasiswa yang tinggal di asrama
Universitas Tanjungpura Pontianak.
Tidak terdapat perbedaan status gizi
yang dikategorikan baik antara mahasiswa
yang tinggal di asrama Poltekkes
Pontianak
yang
menyeleng-garakan
makanan dengan
asrama Universitas
Tanjungpura Pontianak yang tidak
menyelenggarakan
makanan
bagi
mahasiswa. Status gizi pada mahasiswa
yang tinggal di asrama Poltekkes dengan
penyelengaraan makanan relatif sama
dibandingkan dengan status gizi pada
mahasiswa yang tinggal di asrama
Universitas Tanjungpura Pontianak.
Meskipun tidak terdapat perbedaan
status gizi pada mahasiswa yang tinggal di
arama yang menyelenggarakan makanan
dan yang tidak menyelenggarakan
makanan, maka disarankan pada pihak
pengelola asrama institusi pendidik agar
Puspita, WL
tetap menganjurkan kebiasaan pola makan
yang baik, sehingga akan berdampak pada
status gizi.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2003). Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Arisman, (2004). Gizi Dalam Daur
Kehidupan. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Depkes, RI. (2007). Pelayanan Gizi
institusi.
Jakarta:
Departemen
Kesehatan RI.
Hardiansyah.,
Tambunan,V.
(2004).
Jakarta:
Angka
Kecukupan
Energi,Protein, Lemak dan Serat
Makanan Dalam: Soekirman, Seta
AK,Pribadi N, Martianto D,dan Ariani
M., Prosiding Angka Kecukupan Gizi,
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
VIII.
Hastono, P., Sabri, L. (2008). Statistika
Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Kemenkes RI. (2010). Riset Kesehatan
Dasar
Badan
penelitian
dan
Pengembangan Kesehatan: Jakarta.
Kusrini,
A.
(1999).
Jenis-jenis
Penyelenggaraan Makanan Institusi
Massal. Malang: Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.
Lapau, B. (2013). Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor.
Moehji, S. (1992). Penyelenggaraan
Makanan Institusi dan Jasa Boga.
Jakarta: Bharata.
Mukrie, A.N. (1990). Manajemen Sistem
Penyelenggaraan Makanan Dasar.
Jakarta:
Proyek Pengembangan
Pendidikan Tenaga Gizi Pusat.
Mukrie, A.N. (1996). Manajemen Sistem
Penyelenggaraan Makanan Institusi.
Jakarta: Depkes RI.
26
Jurnal Ilmu Pangan dan Gizi Volume 7 Nomor 1 Maret 2015
Puspita, WL
Murti, B. (1997). Prinsip dan Metode Riset
Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Soekirman, (2000). Ilmu Gizi dan
Aplikasinya Untuk Keluarga Dan
Masyarakat.
Jakarta:
Direktorat
Jendral
Pendidikan
Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Soekirman., Anwar, M.H. (2006). Hidup
Sehat Gizi Seimbang Dalam Siklus
Kehidupan
Manusia.
Jakarta:
Primamedia Pustaka.
Supariasa, (2002). Penilaian Status Gizi.
Jakarta: EGC
27
Download