Jur. Embrio (7) (2) (58-64) 2014 ISSN No.2085-403X Efisiensi Biaya Ransum Dengan Pemberian Pakan Feses Puyuh Fermentasi Pada Usaha Ternak Sapi (Cost diet efficiency that used Quail manure fermented in Bovine bussines ) Oleh Indria Ukrita1) 1) Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh ABSTARCT Lima Puluh Kota District of West Sumatra is one of the provinces that producen animal protein is one of the cow other than of poultry such as chickens and quail. Natural cool and suitable for livestock and community development are a source of livelihood from farming. Farm products from the region has been supplying the needs of the province of West Sumatra and the neighboring provinces of Riau and Jambi. Subdistrict Harau development is one area farms with 6553 cows tail population. (BPS, 2012). Problems that occur increasingly high price of concentrates such as soybean meal, rice bran, corn, coconut cake, and others. Therefore it is developing other sources of concentrate which is cheaper and easier to come by the quail feces fermentation. Quail feces has not utilized optimally. The goal is to change the way in the provision of public switched cattle rasum the ration of 50% concentrate and 50% grass, increasing the income of farmers feeding cows with quail feces fermentation. Method implementation with farmer groups breeders determine which will be the implementation of the pilot project of feeding quail fecal fermentation purposively which Farmers Group Fadhila in Kenagarian Taram Lima puluh Kota District. Then made feeding plots comparing faecal fermentation with cows given 100% grass and 50% concentrate and 50% grass. And calculate the income of farmers by increasing the rate of weight gain. The results obtained then, cattle given concentrate 50% of quail feces fermentation will increase cattle weight for 0,640,8kg / day. Ration cost efficiency reached 16%. Keywords : cows, quail feces fermentation, feed cost efficiency PENDAHULUAN Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang menghasilkan sumber hewani yaitu dari peternakan sapi. Kabupaten Lima puluh Kota merupakan salah satu kabupaten yang menjadi sentra peternakan sapi dari zaman dahulunya. Kondisi alam yang sejuk dan cocok Efsiensi Biaya.... untuk perkembangan peternakan maka menjadikan usaha peternakan sebagai salah satu sumber mata pencaharian masyarakat pada Kabupaten Lima puluh Kota. Pemerintah Daerah Sumatera Barat telah menetapkan kabupaten ini sebagai salah satu wila- 58 Jur. Embrio (7) (2) (58-64) 2014 yah “Klaster Triarga” untuk mendukung suplai sapi untuk Rumah Potong Hewan modern di kota Payakumbuh (Disnak, 2011) Produk peternakan dari daerah ini telah mensuplai kebutuhan provinsi Sumatera Barat dan provinsi tetangga yaitu Riau dan Jambi. Hampir semua komoditi peternakan dikembangkan di wilayah ini, namun yang paling dominan adalah ternak ayam, ternak sapi dan ternak puyuh. Kecamatan Harau merupakan salah satu wilayah pengembangan peternakan dengan populasi sapi 6.553 ekor, ayam petelur 182.290 ekor, ayam pedaging 134.500 ekor, dan puyuh 21.188 ekor (BPS, 2012) Pemeliharaan sapi secara tradisional dengan dilepaskan dari sisi bisnis tidak banyak menguntungkan karena laju pertumbuhan sapi rendah dan tingginya resiko dan ancaman terhadap ternak. Laju pertumbuhan sapi relatif rendah, dimana sapi yang telah berumur 1-1,5 tahun hanya mempunyai berat badan 150-200 kg, berarti laju pertambahan berat badannya hanya 0,31 kg/hari. Untuk pemeliharaan sapi potong, pakan konsentrat hendaklah memenuhi lebih dari 50% dari total ransum. Hal ini disebabkan karena untuk produksi daging dibutuhkan sebanyak mungkin subtrat fermentasi rumen berupa propionat (C3), agar tersedianya prekursor metabolisme untuk pembentukan sel otot/ daging. Produksi C3 dapat dipacu dengan pemberian banyak konsentrat (McDonald, et al. 2010). Artinya jika ransum banyak konsentrat, maka akan lebih banyak C3 Efsiensi Biaya.... ISSN No.2085-403X dihasilkan dari pencernaan dan terserap untuk dapat digunakan sebagai bahan baku produksi sel otot. Permasalahan di lapangan yang dihadapi masyarakat dalam usaha pertaniannya adalah ternak sapi potong yang dipelihara menghasilkan keuntungan yang relatif rendah disebabkan karena rendahnya produktivitas ternak dan sulitnya mendapatkan pakan konsentrat sapi yang murah. Sebenarnya banyak sumber pakan ternak alternatif yang bisa dimanfaatkan petani di lingkungannya seperti feses puyuh yang belum termanfaatkan yang dibuang dan sebaliknya kotoran sapi belum dimanfaatkan sehingga menjadi limbah yang mencemari lingkungan. Semakin mahalnya harga konsentrat seperti bungkil kedele, dedak, jagung, bungkil kelapa dan lainnya karena bersaing dengan kebutuhan ternak ayam/ unggas. Demikian juga dengan penggunaan ampas tahu yang banyak digunakan dalam usaha penggemukan di masyarakat, akhir-akhir ini ampas tahu semakin sulit di dapat karena semakin banyak peternak yang menggunakannya. Oleh karena itu dikembangkanlah sumber konsentrat lainnya yang lebih murah dan mudah di dapat, salah satu nya yaitu feses puyuh fermentasi. Pemeliharaan sapi potong ini dilakukan dengan menerapkan peternakan terpadu yaitu pemeliharan sapi dengan dikandangkan dan pemberian feses puyuh fermentasi untuk dijadikan pakan konsentrat ternak sapi. 59 Jur. Embrio (7) (2) (58-64) 2014 METODE PENELITIAN Pengujian teknologi dilakukan dengan membuat dua plot demontrasi (demplot) yaitu (1) plot tanpa teknologi yaitu plot usaha peternakan sapi potong tradisional yaitu pemberian pakan dengan 100% rumput, dan (2) plot dengan teknologi yaitu plot usaha peternakan sapi potong dengan penerapan teknologi. Masingmasing plot terdiri dari peternak yang memelihara 5 ekor sapi potong. Teknologi yang diterapkan adalah teknologi peternakan terintegrasi sapi dan puyuh. Feses puyuh diolah menjadi pakan konsentrat sapi. Pengolahan feses puyuh dilakukan dengan metode Ramaiyulis, dkk (2010) yaitu feses puyuh segar yang baru dikeluarkan dari kandang ditakar dan disesuaikan kadar airnya menjadi 30-40%. Feses puyuh kemudian dicampur dengan jagung perbandingan 4:1 diaduk dengan merata dan seterusnya campuran tersebut dimasukan kedalam kantong plastik ukuran 5 kg yang kedap udara dan diinokulasi dengan bakteri lactobacillus sp.. Setelah diinkubasi selama 15 hari pada suhu ruang, kemudian feses puyuh siap digunakan sebagai pakan konsentrat sapi sebanyak 75% dari kebutuhan bahan kering sapi. Metode Analisis Data Pengukuran pertambahan berat badan dilakukan sekali seminggu terhadap seluruh sapi demplot. Pengukuran berat badan dilakukan dengan mengukur lingkar dada sapi menggunakan meteran dan berat badan Efsiensi Biaya.... ISSN No.2085-403X ditentukan dengan rumus Schoorl yaitu: menggunakan Berat Badan Sapi = (Lingkar dada (cm) + 22)2 x 1 kg 100 HASIL DAN PEMBAHASAN Feses Puyuh Fermentasi untuk Pakan Konsentrat Sapi Feses puyuh fermentasi merupakan hasil pengolahan dari kotoran puyuh dengan metode fermentasi menggunakan bakteri Lactobacillus yang dapat dijadikan sebagai bahan pakan konsentrat sapi. Pada Tabel 1 ditampilkan komposisi gizi feses puyuh fermentasi. Pada Tabel 1 terlihat bahwa kandungan protein feses puyuh fermentasi adalah 22,92%, lebih tinggi bila dibandingkan feses puyuh fermentasi. Kandungan ini cukup tinggi dan layak dijadikan sebagai pakan konsntrat karena persyaratan kandungan protein untuk pakan konsentrat adalah lebih dari 20% (Ramaiyulis dan Nilawati, 2009). Kandungan protein feses puyuh fermentasi berasal dari ransum puyuh yang terbuang dan tercampur dengan feses, protein yang tidak tercerna, dan amina serta amida dalam bentuk non protein nitrogen. Disamping itu selama proses fermentasi akan bekerja bakteri fermentor yang nantinya menambah nilai protein sebagai massa mikroba (Nigam, 1998). 60 Jur. Embrio (7) (2) (58-64) 2014 ISSN No.2085-403X Tabel 1. Kandungan gizi feses puyuh fermentasi untuk pakan konsentrat sapi Kandungan Gizi (%) Protein kasar Serat kasar Lemak Abu BETN Feses puyuh segar 17,40 23,30 2,80 25,90 30,58 Kandungan serat kasar, lemak dan BETN dalam feses puyuh fermentasi layak digunakan sebagai pakan konsentrat ternak sapi, namun kandungan abu yang tinggi perlu dianalisis kandungan mineralnya. Kandungan abu 24,70% kemungkinan didominasi oleh kandungan mineral kalsium karena kandungan ransum puyuh petelur yang tinggi kandungan mineral kalsium sesuai dengan kebutuhannya untuk pembentukan kerabang telur (Widhya dan Ramayulis, 2009) Keadaan umum yang diamati dari hasil fermentasi meliputi warna dan bau, yang hasilnya cukup baik. Warna konsentrat yang dihasilkan adalah coklat muda dan cukup disukai oleh sapi, demikian juga bau yang dihasilkan bau keasaman khas fermentasi yang menunjukkan bahwa hasil fermentasi dalam keadaan baik. Fermentasi secara anaerob merupakan aktivitas dari bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus sp (Anonymus, 1997). Bakteri berfungsi menguraikan bahan organik secara cepat untuk menghasilkan alkohol, ester dan zat-zat antimikroba, zat-zat tersebut dapat menghilangkan bau dan mencegah serbuan serangga. Lactobacillus yang merupakan salah satu bakteri asam laktat mampu Efsiensi Biaya.... Feses puyuh fermentasi 22,92 18,90 3,39 24,70 30,09 memfermentasi bahan-bahan organik seperti lignin dan selulosa, serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan pengaruh-pengaruh merugikan yang diakibatkan oleh bahan-bahan organik yang terurai. Lignin dan selulosa merupakan jenis karbohidrat yang tidak dapat dicerna (Tilman et al., 1986). Pada plot tanpa teknologi, pemeliharaan sapi dilakukan sebagaimana biasanya yaitu dengan pemberian ransum 100% rumput. Sedangkan pada plot dengan teknologi dilakukan pemberian ransum berimbang 50% rumput + 50% konsentrat. Dilihat dari konsentrat dan kandungan gizi yang ada pada feses puyuh fermentasi mengandung protein sebesar 12,66% dengan perbandingan antara dedak dan mineral. Artinya tingkat kebutuhan akan protein telah terpenuhi oleh feses puyuh fermentasi sedangkan untuk penggunaan dedak bisa dikurangi. Begitu juga dilihat dari biaya yang dikeluarkan maka feses puyuh fermentasi ini lebih rendah yaitu sebesar Rp 480,-/kg dibandingkan dengan penggunaan dedak. Efisiensi biaya yang terjadi sebesar 19%. 61 Jur. Embrio (7) (2) (58-64) 2014 ISSN No.2085-403X Tabel 2. Susunan Konsentrat dan Kandungan Gizi dan Harga Ransum Bahan Pakan Formula (%) Feses puyuh fermentasi Dedak Mineral Jumlah 60 38 2 100 Laju Pertumbuhan Sapi Berdasarkan hasil evaluasi demplot pemberian feses puyuh fermentasi untuk konsentrat sapi didapatkan data seperti pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa penerapan teknologi dapat meningkatkan laju pertambahan berat badan sapi (PBB) dari 0,52 kg/hari menjadi 0,64 kg/hari dengan menggunakan teknologi atau meningkat 24%. Peningkatan terbesar terjadi pada sapi jenis PO dan diikuti jenis Lokal seterusnya Simental dan Brahman. Peningkatan laju pertambahan bobot badan ini terjadi karena teknologi memberikan dampak peningkatan efisiensi pemanfaatan pakan (Ramaiyulis, 2007), dimana efisiensi pemanfaatan pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh imbangan protein dan energi (imbangan P/E), yaitu imbangan protein mikroba dan protein by-pass dengan energi yang diserap. Pada plot dengan teknologi pemberian feses puyuh fermentasi pada sapi mampu memsuplai nutrisi dengan imbangan protein dan energi yang tinggi dibanding pemberian hijauan rumput lapangan pada plot tanpa teknologi. Efsiensi Biaya.... Kandungan Protein 12,66 4,94 17,6 Harga (Rp/kg) 480 570 100 1.150 Feses puyuh fermentasi cukup baik digunakan sebagai pakan konsentrat ternak sapi karena melalui pengolahan secara fermentasi feses puyuh dapat ditingkatkan kualitasnya terutama kandungan protein kasar dari 13,12% pada jerami segar menjadi 22,92%). Pemberian konsentrat feses puyuh fermentasi memenuhi 72% total kebutuhan pakan ternak dan 28% lagi dipenuhi dari hijauan. Introduksi teknologi ternyata dapat mereduksi biaya ransum dari rata-rata Rp10.780,-/kg PBB menjadi Rp 8.357/ kg PBB, artinya kebutuhan biaya ransum untuk menghasilkan 1 kg pertambahan bobot badan bisa ditekan 22,50% dengan menggunakan teknologi. Pada plot tanpa teknologi biaya ransum berasal dari biaya rumput rata-rata 27 kg/ekor/hari atau seharga Rp 5.600,- dan menghasilkan pertambahan bobot badan (PBB) 0,52 kg sehingga biaya ransum Rp 10.780,/kg PBB. Pada plot dengan teknologi biaya ransum berasal dari feses puyuh fermentasi 3,7 kg/ekor/hari seharga Rp 5.300,- dan dapat menghasilkan pertambahan bobot badan 0,64 kg sehingga biaya ransum menjadi Rp 8.357,-/kg PBB. 62 Jur. Embrio (7) (2) (58-64) 2014 ISSN No.2085-403X Tabel 3. Laju Pertumbuhan dan Perbandingan Pendapatan Peternak Plot tanpa teknologi Biaya Income ransum over PBB (Rp/kg feed cost (kg/hr) PBB) (Rp/kg PBB) 0,39 10.459 15.541 Plot dengan teknologi Biaya Income ransum over feed PBB (Rp/kg cost (kg/hr) PBB) (Rp/kg PBB) 0,58 6.710 19.290 Demplot Jenis sapi 1 Sapi Bali 2 Lokal 0,30 12.323 13.677 0,43 8.074 17.926 3 Simental 0,81 9.519 16.481 0,90 7.867 18.133 4 PO 0,68 10.366 15.634 0,82 8.533 17.467 5 Brahman 0,41 11.232 14.768 0,48 10.598 15.402 0,52 10.780 15.220 0,64 8.357 17.643 Rata-rata Biaya ransum merupakan komponen biaya terbesar meliputi 6070% dalam usaha peternakan sapi potong (Ramaiyulis, dkk, 2010). Penurunan biaya ransum menghasilkan peningkatan income over feed cost dari Rp 15.220,-/ kg PBB menjadi Rp 17.643,-/kg PBB atau meningkat 16% dengan menggunakan teknologi. Artinya setiap tambahan 1 kg bobot badan dari sapi yang dipelihara, peternak mendapatkan laba sebesar Rp 15.220,- pada plot tanpa teknologi dan Rp 17.643,- pada plot dengan teknologi. KESIMPULAN Feses puyuh fermentasi layak dijadikan pakan konsentrat sapi dengan kandungan protein 22,92%, Serat kasar 18,90%, Lemak 3,39%, abu 24,70% dan Efsiensi Biaya.... BETN 30,09%. Pemberian feses puyuh fermentasi sebagai konsentrat sapi menghasilkan peningkatan pertambahan bobot badan (PBB) sapi dari 0,52 kg/hari menjadi 0,64 kg/hari atau meningkat 24% dan meningkatkan income over feed cost meningkat 16% dari Rp 15.220,-/ kg PBB menjadi Rp 17.643,-/kg PBB. DAFTAR PUSTAKA Anonymus. 1997. Konsep Peraturan Makanan Ternak tentang Standar Makanan Ternak. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. BPS. 2012. Sumatera Barat dalam Angka. Badan Pusat Statistik Sumatera Barat. Padang. 63 Jur. Embrio (7) (2) (58-64) 2014 ISSN No.2085-403X Disnak 2011. Penetapan sentra Pengembangan ternak Kabupaten Tanah Datar. Dinas Peternakan Sumatera Barat. Padang. Ramaiyulis dan Nilawati. 2009. Buku Ajar Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. McDonald, P., R.A.Edward, J.F.D. Greenhalgh, C.A.Morgan, L.A.Sinclair, R.G. Wilkinson. 2010. Animal Nutrition. 7ed. Prentice Hall. Ramaiyulis, T. Novianti, R. Zulvia. 2010. Simulasi Bisnis Usaha Peternakan Sapi Potong. Reviw Lap. PKMT Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Nigam, J.N., 1998. Single cell protein from pineapple cannery influent. World Journal of Microbiology & Biotechnology. 14: 693-696. Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, s. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekodjo. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ramaiyulis, P.S. Noor, Salvia. 2007. Penerapan Teknologi Defaunasi dan Suplementasi Permen Sapi® Untuk Meningkatkan Produktivitas Reproduksi Sapi Potong di Kawasan Pembibitan Sapi Simental Baso. J Lumbung VI (1). Efsiensi Biaya.... Widhya dan Ramaiyulis, 2009. Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao Menjadi Pakan Kaya Protein Sel Tunggal Dengan, Penel. Strategis. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 64