pengaruh penggunaan model perempuan dalam iklan kopi

advertisement
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL
PEREMPUAN DALAM IKLAN KOPI TERHADAP
KEBIASAAN MINUM KOPI BAGI PEREMPUAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada Konsentrasi Humas
Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh
Amanda Sylviana Fitrannisa
6662110842
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016
ABSTRAK
Amanda Sylviana Fitrannisa. NIM. 6662110842. Pengaruh Penggunaan
Model Perempuan dalam Iklan Kopi terhadap Kebiasaan Minum Kopi bagi
Perempuan. Pembimbing I: Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si dan
Pembimbing II: Uliviana Restu H, S.Sos., M.Ikom
Setiap iklan yang ditayangkan memerlukan adanya seorang pendukung iklan atau
biasa disebut dengan endorser. Dalam iklan kopi yang identik dengan laki-laki
digunakan model yaitu model perempuan sebagai pendukung utama iklan
tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh penggunaan model perempuan dalam iklan kopi terhadap kebiasaan
minum kopi bagi perempuan. Penelitian ini menggunakan teori Integrated
Marketing Comunication (IMC). Metode penelitian yang digunakan adalah
metode kuantitatif yang bersifat korelasional. Sampel peneliti ini merupakan
pengunjung caffe yang tersebar di kota Serang sebanyak 35 orang yang diambil
dengan menggunakan teknik penarikan sampel aksidental. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ada pengaruh penggunaan model perempuan dalam iklan
kopi terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan, yang dibuktikan dari
koefisien regresi untuk penggunaan model perempuan dalam iklan kopi terhadap
kebiasaan minum kopi bagi perempuan = 3,233 dengan nilai signifikansi 0,00 <
0,05 sehingga hipotesis yang dibuktikan terbukti. Selain itu, peranan penggunaan
model perempuan dalam iklan kopi dan kebiasaan minum kopi bagi perempuan
adalah sebesar 24,7%, dan sisanya sebesar 75,3% dipengaruhi oleh faktor lain.
kata kunci : model perempuan, kebiasaan minum kopi bagi perempuan, iklan
kopi, integrated marketing communication
ABSTRACT
Amanda Sylviana Fitrannisa. NIM. 6662110842. The Influence of the use of
Woman Model in Coffee Advertisement towards the Habit of Drinking Coffee
for Woman. The First Advisor: Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si and The
Second Advisor: Uliviana Restu H, S.Sos., M.Ikom
Every advertisement which is promoted needs advertisement supporter or is
usually called endorser. In coffee Advertisement, which is identical with a man, is
used a woman as the main endorser of the advertisement. The aim of this research
was to know how big the influence of the use of woman model in coffee
advertisement towards the habit of drinking coffee for woman. The research used
Integrated Marketing Comunication Theory. The research used correlational
quantitative method. The research populations are 35 persons of café visitors
spread out the Serang City using accidental sample drawing. The research result
showed that there was a positive influence of the use a woman model in coffee
advertisement towards the habit of drinking coffee for woman. The result showed
that there was influence of the use of woman model in coffee advertisement
towards the habit of drinking coffee for woman, it was proven by coefficient of
regression for the use of woman model in coffee advertisement towards the habit
of drinking coffee for woman = 3,233 with significance value 0,00 < 0,05 so the
hypothesis is proven. Whereas, the role of the use of woman model in coffee
advertisement and the habit of drinking coffee for woman is 24,7% and the rest is
75,3% was influenced by other factors.
Key words: Woman model, the habit of drinking coffee for woman, Coffee
Advertisement, Integrated Marketing Communication
Motto,
Mimpi adalah awal dari keberhasilan. Tapi tidak selamanya mimpi
terwujud karena keajaiban. Usaha dan kerja keraslah yang akan membuat
mimpi itu menjadi kenyataan.
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
Ayah, Ibu, dan keluarga tercinta serta
para sahabat tersayang.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan
dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi sebagai
tugas akhir kuliah dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Perempuan
dalam Iklan Kopi Terhadap Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan”
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai berkat
bimbingan, petunjuk dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd. selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Kepada Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos, M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNTIRTA.
3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi.
4. Kepada Bapak Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si selaku pembimbing I,
terimakasih
atas
segala
keihklasan
dan
kesabarannya
dalam
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
5. Ibu Uliviana Restu H, S.Sos., M.Ikom selaku pembimbing II,
terimakasih
atas
segala
keihklasan
dan
kesabarannya
dalam
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
6. Bapak Dr. Ing. Rangga Galura Gumelar, M.Si. sebagai Ketua penguji
sidang skripsi dan pembimbing akademik.
ii
7. Ibu Andin Nesia, S.IK., M.IKom. sebagai anggota penguji sidang
skripsi.
8. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Rahmat Sonjaya S.Pd., M.Pd.
dan ibunda tercinta Aida Heryanti yang telah mengiringi dengan do‟a,
memberikan kasih sayang dan didikan yang tegas serta saudarasaudaraku yang senantiasa memberikan semangat, dorongan dan do‟a
kepada penulis.
9. Semua pihak yang turut mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga apa yang telah diberikan baik dukungan, saran, bimbingan,
nasihat maupun petunjuk teknis dan akademik pada penyusunan skripsi ini
mendapat balasan dari Allah SWT.
Serang, Juni 2016
Penulis
Amanda Sylviana Fitrannisa
iii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
ABSTRACT
HALAMAN PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTO DAN PERSEMBAHAN
LEMBAR PERNYATAAN ORSINALITAS…………………………… i
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………… vii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………... ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… x
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................... 5
1.3. Identifikasi Masalah.................................................................. 5
1.4. Tujuan Penelitian...................................................................... 5
1.5. Manfaat Penelitian.................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………….………. 7
2.1.
Komunikasi Massa................................................................. 7
2.2.
Komunikasi Pemasaran……………………..……………… 14
2.3.
Jenis Komunikasi Pemasaran…………………...………… 15
2.4.
Promosi…….......................................................................... 16
2.5.
Pengertian iklan…………….……………………………… 17
iv
2.6.
Tujuan Periklanan.................................................................. 19
2.7.
Manfaat Iklan......................................................................... 21
2.8.
Iklan Yang Baik..................................................................... 22
2.9.
Iklan dan Model Perempua.................................................. 25
2.9.1. Pengertian Model/Endorser………………………... 25
2.9.2. Model Perempuan dalam Iklan……..………..…….. 29
2.10.
Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan.............................. 31
2.10.1. Penegrtian Kebiasaan………………………………. 31
2.10.2. Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan………..… 32
2.11.
Integrated Marketing Communication (IMC)........................ 34
2.11.1. Definisi IMC.............................................................. 34
2.11.2. Ciri-ciri Utama IMC……………..………………… 34
2.11.3. Perkembangan IMC................................................... 37
2.12.
Kerangka Berpikir.................................................................. 42
2.13.
Hipotesis Penelitian / Asumsi Dasar...................................... 45
2.14.
Operasional Variabel / Operasionalisasi Konsep................... 45
2.15.
Penelitian Terdahulu.............................................................. 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Metode Penelitian.................................................................. 49
3.2.
Ruang Lingkup / Fokus Penelitian......................................... 50
3.3.
Lokasi Penelitian.................................................................... 50
3.4.
Variabel Penelitian................................................................. 51
3.4.1. Definisi Konsep......................................................... 51
3.4.2. Definisi Operasional.................................................. 51
3.5.
Instrument Penelitian............................................................. 52
3.6.
Populasi dan Sampel Penelitian............................................. 53
3.6.1. Populasi...................................................................... 53
3.6.2. Sampel Penelitian.......................................................54
3.7.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data................................... 54
3.8.
Pengujian Persyaratan Statistik…………………..………… 58
v
3.8.1. Uji Validitas……………………………...………… 58
3.8.2. Uji Reabilitas……………………………………… 61
3.8.3. Uji Normalitas Data……………………………….. 62
3.9.
Jadual Penelitian.................................................................... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN………………………………………….. 64
4.1.
Deskripsi Objek Penelitian.................................................... 64
4.1.1. Iklan Kopi …………………………………………. 64
4.2.
Deskripsi Data……..……….................................................. 67
4.2.1. Deskripsi Data Responden…………………………. 67
4.2.2. Deskripsi Data Penelitian…………………………. 67
4.3.
Pengujian Hipotesis……………………………..………… 101
4.3.1. Uji Koefisien Korelasi……………………………... 102
4.3.2. Uji Signifikan Hasil Korelasi……………………… 103
4.3.3. Besar Sumbangan Variabel X Terhadap Y………… 104
4.3.4. Analisis Regresi……………………………………. 105
4.4.
Pembahasan…………………………………..…..….…..… 108
4.4.1. Penggunaan Model Perempuan dalam
Iklan Kopi ...…………………………….…………. 108
4.4.2. Kebiasaan Minum Kopi Perempuan……………….. 110
4.4.3. Pengaruh Penggunaan Model Perempuan dalam
Iklan Kopi bagi Kebiasaan Minum Kopi
Bagi Perempuan……………………………………. 112
BAB V PENUTUP………………………………………………………... 115
5.1.
Kesimpulan………………………………..……………….. 115
5.2.
Saran…………………………….…………………………. 116
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 118
LAMPIRAN..................................................................................................120
vi
DAFTAR TABEL
Tebel 2.1 Kerangka Operasional……………………………………………45
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu…………………………………………….. 46
Tabel 3.1 Uji Validitas Variabel X.………………………………………... 59
Tabel 3.1 Uji Validitas Variabel Y.………………………………………... 60
Tabel 3.3 Hasil Uji Reabilitas Variabel X dan Y………………………….. 61
Tabel 3.4 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test…………….………….. 62
Tabel 3.5 Jadual Penelitian……………………..………………………….. 63
Tabel 4.1 Model perempuan dalam iklan kopi
terlihat menikmati kopi ………….………………………………………… 69
Tabel 4.2 Penonton memahami pesan iklan yang disampaikan
oleh model perempuan dalam iklan kopi ………….…………………….… 70
Tabel 4.3 Model perempuan dalam iklan kopi memiliki
kharisma sehingga memikat hati penonton……………………………..….. 72
Tabel 4.4 Gerak tubuh model perempuan dalam iklan
api terlihat fleksibel………………………………………………….…….. 73
Tabel 4.5 Model perempuan dalam iklan kopi membuat penonton
yakin mengenai kualitas kopi dalam iklan tersebut………………………... 75
Tabel 4.6 Kata-kata yang disampaikan model perempuan
membuat penonton yakin dan percaya terhadap kopi
yang diiklankan…………………………………………………………..… 76
Tabel 4.7 Cara model perempuan dalam iklan kopi
memenikmati kopi membuat penonton percaya bahwa
kopi tersebut sangat nikmat untuk dinikmati………………………..……... 78
Tabel 4.8 Model perempuan dalam iklan kopi cantik………………………79
vii
Tabel 4.9 Cara model perempuan dalam iklan kopi
meminum kopi sangat menarik………………………………………….…. 81
Tabel 4.10 Melihat model perempuan dalam iklan kopi
menikmati kopi membuat penonton tertarik
untuk mencoba kopi tersebut ………...………………………………….… 83
Tabel 4.11 Pakaian model perempuan dalam iklan kopi
menarik dan rapi…………………………………………………...………. 84
Tabel 4.12 Gerak tubuh model perempuan dalam iklan kopi
terlihat elegan……………………………………………..……...............… 86
Tabel 4.13 Saya menyukai model perempuan dalam iklan
kopi …………………………………………………………..………….… 88
Tabel 4.14 Kopi cocok untuk diminum setiap hari……………….….……. 89
Tabel 4.15 Iklan kopi sangat bermanfaat…………….……………………. 91
Tabel 4.16 Minum kopi menjadi trend di masyarakat……………………... 92
Tabel 4.17 Minum kopi instan serasa menikmati kopi di cafe………….…. 94
Tabel 4.18 Iklan kopi dapat dipercaya………………….…………………. 95
Tabel 4.19 Kopi instan memiliki citra
yang baik dan layak untuk dikonsumsi……………………………………. 97
Tabel 4.20 Setelah melihat iklan kopi penonton tertarik
untuk konsumsi kopi tersebut……………………………………………… 98
Tabel 4.21 Setelah melihat iklan kopi penonton berpikir
untuk membeli kopi tersebut…………………………………….………… 100
Tabel 4.22 Hasil Uji Korelasi……………………………………………… 103
Tabel 4.23, Tabel 4.24, Tabel 4.25, Tabel 4.26 Analisis Regresi…………. 105
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori…………………………………………….…. 44
Gambar 4.1 Chelsea islan dalam iklan kopi Good Day………………….… 65
Gambar 4.2 Raline Shah dalam iklan Luwak White Coffee………………. 65
Gambar 4.3 Chelsea Olivia dalam iklan Top White Coffee……………….. 66
Gambar 4.4. Acha Septriasa dalam iklan kopi Kapal Api Special Mix….… 66
Gambar 4.5 Dian Sastro dalam iklan Torabika Creamy Latte…….……….. 67
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Hasil Penelitian
Lampiran 2 Kuisioner
Lampiran 3 Daftar Skor Jawaban Kuisioner
Lampiran 4 Story Board Iklan Kopi
Lampiran 5 Foto Dokumentasi di Lapangan
Lampiran 6 Daftar Bimbingan Skripsi
Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup
x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bagi masyarakat Indonesia, kebiasaan minum kopi dimulai sejak
prakemerdekaan. Pada saat itu, kopi merupakan minuman mewah yang sangat
mahal. Kopi hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu saja, yaitu kalangankalangan atas saja, seperti keluarga-keluarga kerajaan, pejabat-pejabat tinggi,
pengusaha kaya, dan orang-orang yang berpengaruh. Namun saat ini, kopi
merupakan minuman yang mudah dijumpai dimanapun, biasa dinikmati dan sudah
menjadi kebiasaan orang Indonesia untuk menikmati kopi di pagi hari maupun
malam hari baik kalangan atas, kalangan bawah, kaum muda, dewasa maupun
lanjut usia .
Tidak hanya di pagi hari maupun malam hari, kopi juga biasa dinikmati saat
siang hari maupun sore hari disaat sedang beraktifitas maupun sedang bersantai.
Kopi saat ini menjadi kebutuhan yang tidak terlepaskan dalam kehidupan banyak
orang terutama para pecinta kopi. Karena kopi dikenal dengan khasiatnya dalam
menambah energi dan menghilangkan rasa kantuk, sehingga kopi sangat digemari
oleh masyarakat.
Kebiasaan minum kopi masyarakat di Indonesia yang terus meningkat dari
tahun ke tahun, menyebabkan produksi kopi di Indonesia juga terus meningkat
1
2
sejak tahun 2010. Saat ini Indonesia menjadi negara penghasil kopi ketiga terbesar
di dunia. Saat ini, kebiasaan minum kopi di Indonesia mulai meningkat hingga 0,9
kg per kapita per tahun (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. Tempo, 30 Juni
2014). Tiap tahunnya kopi juga terus mengalami banyak inovasi dari segi
penambahan aroma serta memiliki banyak sekali varian rasa sehingga terus
menarik perhatian konsumen dan banyak diminati masyarakat. Karena
meningkatnya konsumsi kopi di Indonesia, menyebabkan banyaknya para
pengusaha yang memproduksi kopi instan maupun mendirikan warung-warung
kopi baik yang tradisional maupun warung kopi modern.
Jika dulu warung kopi sangat erat dengan gambaran kelaki-lakian, saat ini
warung kopi modern atau biasa disebut dengan café bisa menghapus gambaran
tersebut. Faktanya, perempuan-perempuan masa kini juga senang menikmati kopi.
Kebiasaan minum kopi tersebut pada kebanyakan perempuan juga didiorong oleh
tren gaya hidup bukan rutinitas seperti yang didapati pada laki-laki. Laki-laki
umumnya mengkonsumsi kopi untuk membantunya dalam menghilangkan rasa
kantuk dan penat, membuat mereka bisa terjaga dimalam hari atau membantu
dalam menambah stamina setelah melakukan pekerjaan yang berat. Saat ini kopi
menjadi gaya hidup yang menjamur disemua kalangan, khususnya di kota-kota
besar.
Banyak perempuan yang sering menghabiskan waktunya untuk sekedar
menikmati kopi di
café. Kopi juga menjadi magnet tersendiri untuk para
perempuan-perempuan aktif dan berkarir karena kopi yang dipercaya dapat
menghilangkan rasa kantuk dan bisa menambah stamina. Khususnya bagi para
3
perempuan aktif dan berkarir minum kopi adalah bagian dari pola hidup. Mereka
senang menghabiskan waktunya untuk berkumpul bersama teman-temannya
sambil menikmati segelas kopi di café atau untuk menyelesaikan berbagai
pekerjaan dikantor sambil
bersantai. Berjamurnya
warung-warung kopi
menjadikan persaingan yang besar diantara pengusaha-pengusaha kopi tersebut.
Banyak yang membuat inovasi-inovasi agar terus dapat menarik perhatian
masyarakat. Salah satunya dengan membuat dekorasi-dekorasi unik maupun
menyediakan akses internet gratis di warung kopinya. Sehingga para konsumen
akan lebih banyak menghabiskan waktunya di warung kopi. Sehingga penjualan
kopi akan terus meningkat.
Dari fenomena tersebut banyak pengusaha-pengusaha kopi yang
mengambil kesempatan untuk meningkatkan jumlah produksi dan penjualannya.
Banyak iklan kopi yang menggunakan model perempuan sebagai daya tarik
iklannya tersebut. Diantaranya iklan kopi yang menggunakan model perempuan
adalah iklan kopi Good Day, Luwak White Kopi, Kapal Api, Top White Coffee,
dan Torabika Creamy Latte.
Periklanan merupakan cara yang paling efektif dalam usaha meraih pasar.
Periklanan atau advertising adalah komunikasi non pribadi melalui bermacammacam media yang dibayar oleh sebuah perusahaan bisnis atau organisasi
nirlaba/individu yang dalam beberapa cara teridentifikasi dalam pesan iklan dan
berharap menginformasikannya/membujuk anggota-anggota dari pemirsa tertentu
(Simamora, 2000: 756). Periklanan bersifat dapat menjangkau masyarakat luas
tidak menggunakan pribadi secara langsung berhadapan dengan audien dan dapat
4
menyampaikan sasaran secara meyakinkan dan menimbulkan efek yang dramatif
(Fandy, 2000: 191).
Salah satu bagian penting dari iklan yaitu adanya seorang pendukung iklan
atau biasa disebut dengan endorser. Model iklan atau endorser dalam sebuah iklan
memang sering kali menjadi magnet yang begitu berpengaruh terhadap
penikmatnya, karena iklan dapat memiliki makna yang berbeda bagi setiap orang.
Iklan bisa menjadi faktor utama seseorang menjadi konsumtif, disisi lain dapat
memberikan hiburan atau bahkan memberikan informasi bagi khalayak yang
melihatnya.
Dalam sebuah iklan, hal yang pertama diperhatikan oleh penonton adalah
pendukung iklan (endorser). Semakin menarik pendukung iklan tersebut, maka
iklan tersebut akan selalu ada dibenak masyarakat sehingga produk/jasa yang
diiklankan akan menjadi terkenal dan diminati oleh masyarakat. Begitu pula
dengan model-model perempuan yang ada didalam iklan kopi. Jika dulu modelmodel perempuan dalam iklan kopi hanya sebagai pemanis iklan, karena
perempuan hanya menjadi pembuat kopi untuk laki-laki ataupun menemani lakilaki minum kopi. Tapi saat ini perempuan juga ikut menikmati kopi tersebut.
Dari hal tersebut, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang
penggunaan model perempuan dalam iklan kopi apakah adanya pengaruh terhadap
kebiasan minum kopi bagi perempuan dan mengambil judul “Pengaruh
Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi Terhadap Kebiasaan Minum
5
Kopi bagi Perempuan”. Penelitian ini akan dilakukan di café-café sekitar kota
Serang.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diawal, maka perlu
dilakukan penelitian untuk menjawab : “Bagaimana Pengaruh Penggunaan Model
Perempuan dalam Iklan Kopi Terhadap Kebiasaan Minum Kopi bagi
Perempuan?”
1.3. Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah pada penelitian ini masalah diidentifikasikan
sebagai berikut :
1. Apakah Terdapat Pengaruh Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan
Kopi Terhadap Kebiasaan Minum Kopi Bagi Perempuan?
2. Seberapa besar Pengaruh Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi
Terhadap Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan?
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan model perempuan
dalam iklan kopi terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan.
6
2. Mengukur seberapa besar pengaruh penggunaan model perempuan dalam
iklan kopi terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dalam
perkembangan Ilmu Komunikasi, untuk mengetahui bagaimana pengaruh
penggunaan model wanita dalam iklan kopi terhadap budaya minum kopi bagi
perempuan. Serta menjadi referensi atau perbandingan bagi rekan mahasiswa
yang melakukan penelitian sejenis di masa mendatang.
Manfaat Praktis
Penelitian tetang pengaruh penggunaan model wanita dalam iklan kopi
terhadap budaya minum kopi bagi perempuan, diharapkan dapat menambah dan
memberikan pengetahuan dari dampak penggunaan alat komunikasi dan media
sosial yang berlebihan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Komunikasi massa
Pengertian komunikasi massa merujuk kepada pendapat Tan dan Wright,
dalam Liliweri. 1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran
(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal,
berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan
menimbulkan efek tertentu.
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner (Rakhmat, seperti yang disitir Komala, dalam Karlinah, dkk. 1911), yakni:
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a
mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui
bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun
komunikasi itu disampaikan kepa da khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di
lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak
menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media
komunikasi yang termasuk media massa adalah siaran radio, dan televisi –
keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah keduanya
7
8
disebut sebagai media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi
massa adalah film bioskop.
Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli
komunikasi yang lain yaitu, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) *Mass
communication is the tehnologically and institutionally based production and
distribution of the most broadly shared cintinuous flow of messages in industrial
societies”. ( komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki
orang dalam masyarakat industri ( Rakhmat, seperti yang dikutip Komala, dalam
Karlinah, dkk. 1999 ) .
Dari
definisi
Gerbner
tergambar
bahwa
komunikasi
massa
itu
menghasilkan suatu produk berupa pesan–pesan komunikasi. Produk tersebut
disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam
jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan, atau bulanan.
Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan
harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga
komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri .
Definisi komunikasi massa dari Meletzke berikut ini memperlihatkan sifat
dan ciri komunikasi massa yang satu arah dan tidak langsung sebagai akibat dari
penggunaan media massa, dan juga sifat pesannya yang terbuka untuk semua
orang. Dalam definisi Meletzke, komunikasi massa diartikan sebagai setiap
bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media
9
penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar
( Rakhmat, seperti yang dikutip Komala, dalam Karlinah. 1999 ). Istilah tersebar
menunujukan bahwa komunikasi sebagai pihak penerima pesan tidak berada di
satu tempat, tetapi tersebar di berbagai tempat .
Definisi komunikasi massa menurut Freidson dibedakan dari jenis
komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi masssa
dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya
satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa
juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk
menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang
sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat (Rakhmat, seperti
yang disitir Komala, dalam Karlina, dkk. 1999 ).
Bagi Freidson, khalayak yang banyak dan tersebar itu dinyatakan dengan
istilah sejumlah populasi, dan populasi tersebut merupakan representasi dari
berbagai lapisan masyarakat. Artinya pesan tidak hanya ditujukan untuk
sekelompok orang tertentu, melainkan untuk semua orang. Hal ini sesungguhnya
sama dengan istilah terbuka dari Meletzke. Freidson dapat menunujukan ciri
komunikasi massa yang lain yaitu adanya unsur keserempakan penerimaan pesan
oleh komunikan, pesan dapat mencapai pada saat yang sama kepada semua orang
yang mewakili berbagai lapisan masyarakat. Karena dalam proses komunikasi
massa ada sifat keserempakan dalam penerimaan pesan.
10
Wright mengemukakan definisinya sebagai berikut: “This new form can
be distinguished from older types by the following major characteristics: it is
directed toward relatively large, heterogenous, and anonymous audiences;
messages are transmitted publicly, often-times to reach most audience members
simultaneously, and are transient in character; the communicator tends to be, or
to operate within, a complex organization that may involve great
expense”(Rakhmat, seperti yang diadopsi Komala, dalam Karlina, dkk. 1999).
Definisi komunikasi massa yang dikemukakan Wright ini nampaknya
merupakan definisi yang lengkap, yang dapat menggambarkan karakteristik
komunikasi massa secara jelas. Menurut Wright, bentuk baru komunikasi dapat
dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama
sebagai berikut: Diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen, dan
anonim; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai
kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung
berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya
besar. Definisi Wright mengemukakan karakteristik komunikan secara khusus,
yakni anonim dan heterogen. Ia juga menyebutkan pesan diterima komunikan
secara serentak ( simultan ) pada waktu yang sama, serta sekilas (khusus untuk
media elektronik, seperti radio siaran dan televisi ).
Seperti halnya Gerbner yang mengemukakan bahwa komunikasi massa itu
akan melibatkan lembaga, maka Wright secara khusus mengemukakan bahwa
komunikator bergerak dalam organisasi yang kompleks. Organisasi yang
kompleks itu menyangkut berbagai pihak yang terlibat dalam proses komunikasi
11
massa, mulai dari menyusun pesan sampai pesan diterima oleh komunikan.
Misalnya, bila pesan disampaikan melalui media cetak (majalah dan surat kabar),
maka pihak yang terlibat diantaranya adalah pemimpin redaksi, editor, korektor.
Sedangkan bila pesan disampaikan melalui media elektronik radio siaran, maka
pihak yang terlibat diantaranya adalah penyiar dan operator. Bila pesan
disampaikan melalui media televisi, maka pihak yang terlibat akan lebih banyak
lagi, seperti camera man, floor man, pengarah acara, sutradara, operator dan
petugas audio. Penggunaan seperangkat alat teknologi dengan sendirinya
menyebabkan komunikassi massa itu membutuhkan biaya relatif besar.
Kompleksnya komunikasi massa dikemukakan oleh Severin & Tankard
Jr., seperti yang disitir Komala, dalam Karlinah, dkk (1999), dalam bukunya
Communication Theories: Origins, Methods, And Uses In The Mass Media yang
definisinya telah diterjemahkan oleh Uchjana sebagai berikut: "Komunikasi massa
adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan sebagian ilmu. Ia adalah
keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental
tertentu
yang
dapat
dipelajari
seperti
memfokuskan
kamera
televisi,
mengoperasikan tape recorder atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni
dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis
skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan
majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia
adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang
bagaimana
berlangsungnya
komunikasi
yang
dapat
dikembangkan
dan
dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik". Definisi
12
komunikasi massa dari Severin & Tankard begitu jelas karena disertai dengan
contoh penerapannya.
Ahli komunikasi lainnya, Joseph A. DeVito merumuskan definisi
komunikasi massa yang pada intiya merupakan penjelasan tentang pengertian
massa, serta tentang media yang digunakannya. Ia mengemukakan definisinya
dalam dua item, yakni "Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang
ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak
berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang
menonton televisi, tetapi ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya
agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi
yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan/atau visual. Komunikasi
massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut
bentuknya: televisi, radio siaran, surat kabar, majalah dan film" (Uchjana, seperti
yang disitir Komala, dalam Karlinah, dkk 1999)
Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan Para
ahli komunikasi, nampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip,
bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini telah
memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian komunikasi massa.
Bahkan, secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa dapat diketahui
pula ciri-ciri komunikasi massa yang membedakannya dari bentuk komunikasi
lainnya.
13
Rakhmat merangkum definisi-definisi komunikasi massa tersebut menjadi:
"komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada
sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau
elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat
(Rakhmat, seperti yang dikutip Komala, dalam Karlinah, dick. 1999).
Menurut DeVito, media menghasilkan banyak perubahan yang kita anggap
sepele. Sebagai contoh, perubahan pada perilaku membeli kertas tisu mungkin
sangat dipengaruhi oleh media. Kecuali untuk pabrik dan penjual kertas tisu,
pilihan kita akan kertas tisu tidaklah penting. Preferensi politik, sikap religius dan
komitmen sosial, khususnya yang sangat kita yakini, tidak mudah diubah
(Karlinah, dalam Karlinah, dkk. 1999). Menggerakkan. Dilihat dari sudut
pengiklan (advertiser, fungsi terpenting media massa adalah menggerakkan
(activating) konsumen untuk mengambil tindakan. Media berusaha mengajak
pembaca atau pemirsa untuk membeli dan menggunakan produk merek tertentu.
Setelah suatu sikap dibentuk atau suatu pola perilaku dimantapkan, media
berfungsi menyalurkan dan mengendalikannya ke arah tertentu. Kita ambil
contoh, setelah pola membayarkan 60 dolar untuk sebotol farfum merek tertentu
dimantapkan, media dapat dengan mudah mengarahkan perilaku ini kepada merek
lainnya atau merek apapun yang berharga mahal. Lebih baik lagi jika label harga
tampak terlihat dengan jelas.
14
2.2.
Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasarana dapat didefinisikan sebagai kegiatan komunikasi
yang dilakukan oleh pembeli dan penjual, dan merupakan kegiatan yang
membantu dalam pengambilan keputusan di bidang pemasaran serta mengarahkan
pertukaran agar lebih memuaskan dengan cara menyadarkan semua pihak untuk
berbuat lebih baik. Semua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi
pemasaran melakukan cara yang sama, yaitu mendengarkan, bereaksi, dan
berbicara sampai tercipta hubungan pertukaran yang memuaskan. Pertukaran
informasi, penjelasan-penjelasan yang bersifat membujuk, dan negosiasi
merupakan seluruh bagian dari proses tersebut.
Komunikasi pemasaran dapat membantu mempertemukan pembeli dan
penjual bersama-sama dalam suatu hubungan pertukaran; menciptakan arus
informasi antara pembeli dan penjual yang membuat kegiatan pertukaran lebih
efisien; dan memungkinkan semua pihak untuk mencapai persetujuan pertukaran
yang memuaskan.
Salah satu bagian proses komunikasi total adalah promosi. Promosi dapat
membantu pihak-pihak yang terlibat dalam pemasaran untuk memperbaiki
hubungan pertukaran dengan lainnya. Bagian lain dari proses komunikasi adalah
umpan balik. Umpan balik ini menunjukan tentang apa pengaruh dari komunikasi
yang dilakukan serta memberi kemungkinan untuk menyesuaikan usaha promosi
terhadap keinginan pasar.
15
Secara
ringkas
dapat
dikatakan
bahwa
komunikasi
pemasaran
memudahkan/membantu pembeli dan penjual dengan :
1. Menciptakan hubungan pertukaran,
2. Mempertahankan arus informasi yang memungkinkan terjadinya
pertukaran
3. Menciptakan kesadaran serta memberitahu pembeli dan penjual agar
mereka dapat melakukan pertukaran secara lebih memuaskan,
4. Memperbaiki pengambilan keputusan di bidang pemasaran sehingga
seluruh proses pertukaran menjadi lebih efektif dan efisien.
2.3.
Jenis Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran dapat didefinisikan sebagai sebuah hubungan
sistematik antara pelaku bisnis dan pasar yang menjadi target, di mana si pelaku
pasar (marketer) akan mengumpulkan beranekaragam ide-ide, desain, pesanpesan, media, format, dan warna untuk mengomunikasikan maksud dan
menstimulasikan persepsi khusus dari produk dan layanan, yang kemudian
dihimpun ke dalam target pasar.
Sarana-sarana komunikasi pemasaran
1. Pendualan personal (antarpribadi)
2. Periklanan
3. Promosi penjualan
16
4. Public relation
5. Penjualan langsung
6. Desain pemasaran
2.4.
Promosi
Menurut Basu Swastha DM dan Irawa (1999), promosi merupakan insentif
jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan dari suatu prodak atau
jasa. Menurut Stanson (1999), promosi adalah kombinasi strategi yang paling baik
dari variabel-variabel periklanan, penjualan personal dan alat promosi yang lain,
yang semuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan.
Sedangkan menurut Lamb, Hair, Mc-Daniel (2001), Promosi adalah
kombinasi
dari
para
penjual
yang menginformasikan, membujuk, dan
mengingatkan para calon pembeli suatu produk dalam rangka mempengaruhi
pendapat mereka atau memperoleh respon.
Promosi dipandang sebgai arus informasi atau persuasi satu-arah yang
dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang
menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Jadi promosi merupakan salah satu
aspek yang penting dalam manajemen pemasaran, dan sering dikatakan sebagai
“proses berlanjut”. Ini disebabkan karena promosi dapat menimbulkan rangkaian
kegiatan selanjutnya dari perusahaan.
17
2.5.
Pengertian Iklan
Kehidupan dunia modern kita saat ini sangat tergantung pada iklan. Tanpa
iklan para produsen dan distributor tidak akan dapat menjual barangnya,
sedangkan di sisi lain para pembeli tidak akan memiliki informasi yang memadai
mengenai produk-produk barang dan jasa yang tersedia di pasaran. Jika itu terjadi
maka dunia industri dan perekonomian modern pasti akan lumpuh. Jika sebuah
perusahaan ingin mempertahankan tingkat keuntungannya, maka ia harus
melangsungkan kegiatan-kegiatan periklanan secara memadai dan terus-menerus.
Produksi massal menuntut adanya suatu tingkat konsumsi yang juga bersifat
massal dan prosesnya mau tidak mau harus melibatkan berbagai kegiatan
periklanan melalui media masa yang diarahkan ke pasar-pasar yang juga bersifat
massal.
Beberapa pandangan tentang pengertian iklan telah dituliska. Misalnya
Dunn dan Barban menyebutkan bahwa iklan merupakan bentuk kegiatan
komunikasi non personal yang disampaikan lewat media dengan membayar ruang
yang dipakainya untuk menyampaikan pesan yang bersifat membujuk (persuasif)
kepada konsumen oleh perusahaan, lembaga non komersial maupun pribadi yang
berkepentingan.
Institut Praktisi Periklanan Inggris mendefinisikan istilah iklan sebagai
berikut: periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang
diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang
atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya.
18
Otto Kleppner, seorang ahli periklanan terkenal merupakan orang yang
berjasa besar dalam menurut asal muasal istilah Advertising. Dalam bukunya yang
berjudul Advertising Procedure, dituliskan bahwa istilah advertising berasal dari
bahasa latin yaitu ad-vere yang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada
pihak lain.
Menurut Kotler (2002: 658), periklanan didefinisikan sebagai bentuk
penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara nonpersonal oleh suatu
sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Menurut Kasali (1992: 21),
secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu
produk yang ditujukan oleh suatu masyarakat lewat suatu media. Namun
demikian, untuk membedakannya dengan pengumuman biasa, iklan lebih
diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli.
Sedangkan yang tertulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan
Balai Pustaka tahun 2000 menyebutkan, iklan adalah pesan komunikasi dari
produsen/pemberi jasa kepada calon konsumen di media yang pemasangannya
dilakukan atas dasar pembayaran. Sementara Periklanan adalah proses pembuatan
dan penyampaian pesan yang dibayar dan disampaikan melalui sarana media
massa yang bertujuan membujuk konsumen untuk melakukan tindakan
membeli/mengubah perilakunya.
Secara umum terdapat beberapa komponen yang ada dalam definisi iklan :
19
1.
Penyebaran informasi. Periklanan adalah suatu bentuk komunikasi
untuk penyebaran informasi. Misalnya: iklan tentang produk baru, iklan
duka cita, iklan baris, iklan lowongan kerja, dan sebagainya.
2.
Penawaran gagasan, barang atau jasa. Unsur yang terkandung dalam
periklanan adalah adanya upaya penawaran suatu gagasan, barang atau
jasa agar dipahami, diikuti atau dipergunakan oleh sasaran.
3.
Persuasi agar sesuai dengan keinginan pengiklan. Periklanan juga
berupa suatu bentuk paksaan, persuasi atau bujukan agar sasaran mau
mengikuti atau bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan.
4.
Non Personal. Pada umumnya periklanan direncanakan berdasarkan
pertimbangan pada hal-hal yang bersifat massa/publik, baik tentang
pembahasan sasaran, isi pesan, media, maupun pola komunikasinya.
5.
Sponsor yang jelas. Periklanan mau tidak mau memerlukan biaya.
Untuk itu biasanya ada sponsor yang jelas, yang membiayai suatu
program periklanan dalam upaya mendukung tercapainya tujuan
tertentu, misalnya tujuan pemasaran.
2.6.
Tujuan Periklanan
Tujuan periklanan umumnya mengandung misi komunikasi. Periklanan
adalah komunikasi massa dan harus dibayar untuk menciptakan kesadaran
(awareness), menanamkan informasi, mengembangkan sikap, atau adanya suatu
tindakan yang menguntungkan bagi pengiklan.
20
Otto Klepnner mengatakan bahwa peran utama (primary role) periklanan
ditekankan pada penenaman kesadaran (awareness) dan pilihan (preference)
terhadap merk. Sementara Aacker & Myers mengatakan bahwa secara umum
iklan mempunyai dampak untuk:
1.
Menarik calon konsumen menjadi konsumen yang loyal selama jangka
waktu tertentu.
2.
Mengembangkan sikap positif calon konsumen yang diharapkan dapat
menjadi pembeli yang potensial pada masa mendatang.
Kesemuanya membutuhkan waktu. Untuk produk yang sudah dikenal,
hasil dapat dilihat setelah dilakukan kampanye terus menerus selama satu tahun.
Dan untuk produk baru bisa perlu 5 tahun. Rhenald Kasali: “Tujuan periklanan
memang seharusnya mampu menunjukkan hubungan langsung terhadap
peningkatan penjualan. Namun kadang-kadang itu tidak adil, karena:
1.
Iklan bukanlah satu-satunya alat yang bisa digunakan untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran. Perlu juga melihat kemasan,
penampilan barang, harga, distribusi, mutu, merk, dan selera pasar.
2.
Iklan dampaknya jangka panjang, bukan jangka pendek. Baru terasa
setelah iklan dimuat dalam suatu rangkaian waktu yang panjang/ terus
menerus. Untuk produk yang sudah dikenal, hasil dapat dilihat setelah
dilakukan kampanye terus menerus selama satu tahun. Dan untuk
produk baru bisa perlu 5 tahun.
21
Pakar periklanan Ahmad S Adnanputra (dalam Kasali, 1993 : 15 – 17)
mengatakan bahwa penampilan, kesadaran, sikap dan tindakan merupakan tujuan
periklanan.
1.
Penampilan (exposure). Jika tiap kali terbit majalah Tempo dibaca oleh
100.000 orang, maka iklan yang dimuat di majalah tersebut mencapai
penampilan 100.000. namun hal ini tidak berarti iklan tersebut dibaca
oleh 100.000 orang.
2.
Kesadaran (awareness). Jika dari penampilan 100.000 itu, 65%
membaca iklan tersebut, maka berarti iklan mencapai kesadaran
sebanyak 65% X 100.000 = 65.000.
3.
Sikap (attitude). Jika dari kesadaran 65.000 itu kemudian 50% tertarik
pada iklan tersebut dan mengambil sikap, berarti iklan tersebut
mencapai sikap sebesar 50% X 65.000 = 32.500
4.
Tindakan (action). Jika dari jumlah sikap itu kemudian 80% membeli,
hal ini berarti bahwa produk yang diiklankan berhasil mencapai
penjualan sebesar 80% X 32.500 = 26.000.
2.7.
Manfaat Iklan
1.
Iklan memperluas alternatif bagi konsumen. Dengan adanya iklan,
konsumen dapat mengetahui adanya berbagai produk/jasa yang pada
gilirannya melahirkan adanya pilihan.
22
2.
Iklan membantu produsen menimbulkan kepercayaan bagi konsumen.
Iklan-iklan yang secara keren tampil hadapan masyarakat dengan
ukuran besar dan logo yang cantik menimbulkan kepercayaan yang
tinggi bahwa perusahaan yang membuatnya bonafid dan produknya
bermutu.
3.
2.8.
Iklan membuat orang kenal, ingat dan percaya terhadap produk/jasa.
Iklan yang Baik
Terdapat beberapa pendapat mengenai iklan yang baik. Menurut Kasali
(1995 : 83) iklan yang baik harus memenuhi kriteria rumus yang disebut AIDCA.
Rumus itu merupakan singkatan dari elemen-elemen :
1. Attention (perhatian) : iklan harus mampu menarik perhatian khalayak
sasaran. Untuk itu, iklan membutuhkan bantuan ukuran, penggunaan
warna, tata letak, atau suara-suara khusus.
2. Interest (minat) : iklan berurusan dengan bagaimana konsumen berminat
dan memiliki keinginan lebih jauh. Dalam hal ini konsumen harus
dirangsang agar mau membaca, mendengar, atau menonton pesan-pesan
yang disampaikan.
3. Desire (kebutuhan) : yaitu mampu menggerakkan keinginan orang untuk
memiliki atau menikmati produk tersebut.
23
4. Conviction (keinginan) : iklan harus mampu menciptakan kebutuhan calon
pembeli. Konsumen mulai goyah dam emosinya mulai tersentuh untuk
membeli produk tersebut.
5. Action (tindakan) : berusaha membujuk calon pemebeli agar sesegera
mungkin melakukan suatu tindakan pembelian.
Selain itu, ada juga rumus SUPER “A” dari Hakim (2006: 49-63). Rumus
SUPER “A” merupakan singkatan dari elemen-elemen berikut :
1. Simple (S)
simple artinya sederhana. Untuk brand baru kesederhanaan ini
dipahami sebagai “dapat dimengerti sekali lihat”. Sebaliknya, untuk brand
yang sudah mapan, sederhana dipahami sebagai tidak banyak elemen, namun
tetap komunikatif. Dalam bentuk yang sederhana konsumen mampu
menangkap adanya makna di balik makna yang terdapat dalam permukaan.
Tampilan iklan bersifat simple, tetapi pemikirannya tidak simple, bertingkat,
mendalam, dan melebar.
2. Unexpected (U)
Unexpected artinya tidak terduga. Di tengah derasnya arus iklan yang
kita lihat setiap harinya, iklan yang baik adalah iklan yang idenya tidak
terduga, di luar bayangan kita sehingga kita berdecak kagum. Iklan seperti ini
akan selalu diingat dan menjadi the top of mind, paling tidak dalam
segmennya.
24
3. Persuasive (P)
Persuasive disebut juga daya bujuk, yang berarti mempunyai
kemampuan menyihir orang untuk melakukan sesuatu. Iklan yang
berpersuasif mampu menggerakkan konsumen untuk mendekatkan diri
dengan brand dan tertarik untuk mencobanya.
4. Entertaining (E)
Iklan yang mempunyai sifat menghibur mampu memainkan emosi
konsumen, untuk tertawa, menyanyi, menari, menangis, atau terharu. Iklan
seperti itu mampu mengangkat simpati konsumen terhadap brand yang
diiklankan.
5. Relevevant (R)
Penyampaian iklan tidak harus lugas menunjukan persuasif agar
konsumen segera menggunakan iklan yang kita tawarkan. Iklan yang baik
harus menggunakan berbagai gaya berbahasa: asosiasi, analogi, hiperbola,
metafora, dan lain-lain. Atau dengan kata lain, iklan bolehlah melantur
kemana-mana dengan syarat harus relevan.
Iklan yang baik harus bisa dipertanggungjawabkan, harus tetap dapat
dirasionalisasi, harus ada hubungan dengan brand dari produk yang
diiklankan. Iklan harus relevan dengan brand, baik brand positioning,
maupun brand personality. Eksekusi (produksi) dari iklan harus diperuntukan
untuk brand.
25
6. Acceptable (A)
Unsur acceptable atau penerimaan sangat berkaitan dengan budaya
yang berlaku di masyarakat. Iklan yang baik, adalah iklan yang dapat
diterima oleh masyarakat, sesuai dengan nilai budaya setempat. Kode Etik
Periklanan dan Undang-undang tentang perlindungan konsumen merupakan
kesepakatan yang mencerminkan kepentingan masyarakat.
2.9.
Iklan dan Model Perempuan
2.9.1. Pengertian Model / Endorser
Keberhasilan sebuah iklan tidak terlepas dari model iklan dalam
mempromosikan sebuah produk. Model dapat diartikan sebagai acuan yang
menjadi dasar atau rujukan dari hal tertentu. Model dalam lingkup pekerjaan atau
seni atau biasa disebut peragawan atau peragawati adalah seseorang yang bertugas
untuk memperagakan busana atau pun menampilkan produk atau biasa disebut
endorser. Model biasanya dipilih berdasarkan cantik dan tampannya seseorang.
Endorser biasanya adalah orang yang telah terkenal misalnya, selebriti,
tokoh politik, tokoh agama, atlet olahraga dan sebagainya juga bisa menjadi
seorang model atau biasa disebut sebagai endorser. Model atau endorser sangat
berperan penting dalam sebuah iklan. Endorser sering juga disebut direct source
(sumber langsung) yaitu seorang pembicara yang mengantarkan sebuah pesan
atau memperagakan sebuah produk atau jasa (Belch dan Belch 2004:168).
26
Endorser juga diartikan sebagai orang yang dipilih mewakili image sebuah
produk (product image).
Mengapa perusahaan menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk
menggunakan selebriti dalam mempromosikan produknya dalam iklan mereka
dan mendukung produk mereka? mereka berpikir selebriti memiliki stopping
power. Artinya, mereka menarik perhatian melalui pesan iklan dalam lingkungan
media yang sangat berantakan. Pemasar berpikir selebriti populer akan
menguntungkan dalam mempengaruhi perasaan konsumen, sikap dan perilaku
pembelian.
Pengiklan harus mencoba untuk mencocokan produk atau citra
perusahaan, karakteristik target pasar, dan kepribadian selebriti endorser.
Efektivitas selebriti sebagai endorser tergantung pada makna budaya yang
diperoleh. Setiap selebriti mengandung banyak makna, termasuk status, kelas,
gender dan usia serta kepribadian dan gaya hidup (Belch dan Belch, 2009 : 186)
Penelitian secara luas menunjukan bahwa terdapat atribut dasar yang
berpengaruh terhadap efektivitas pendukung/endorser (Shimp, 2010 : 251-154),
yaitu :
1.
Credibility (Kredibilitas).
Dalam pengertiannya yang paling dasar, credibility/kredibilitas mengacu
pada kecenderungan untuk percaya kepada seseorang. Dua sifat penting dari
kredibilitas pendukung adalah keahlian dan kepercayaan. Menurut George E.
27
Belch and Michael A. Belch dalam Advertising and promotion, (2004 : 168-172)
komponen kredibilitas ada dua macam karakteristik yaitu :
a.
Expertise (Keahlian)
Merupakan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang dimiliki
endorser. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan
komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarkan, komunikator
dinilai tinggi pada keahlian yang dianggap sebagai cerdas, mampu, ahli, tau
banyak, berpengalaman atau terlatih (Rakhmat, 2007:260).
b.
Trustworthiness (Kepercayaan)
Menurut Rakhmat (2007 : 260), kepercayaan adalah kesan komunikasi
tentang komunikator yang berekaitan dengan wataknya. Apakah komunikator
dinilah jujur, tulus, bermoral, adil, sopan, dan etis?
Memiliki Endorser yang berkredibilitas adalah salah satu keuntungan baik
perusahaan karena publisitas yang disampaikan dianggap tidak bias dan jujur.
Satu hal yang penting dari efek positif menggunakan endorser berkredibilitas
adalah penerimaan pesan yang cenderung mengurangi keraguan konsumen.
Ketika selebriti memiliki tingkat keahlian dan kepercayaan yang tinggi digunakan,
maka konsumen cenderung mengurangi pertahanan mereka dan tidak merespon
kognitif, serta mempunyai alasan untuk percaya iklan tersebut. Dengan alasan
tersebutlah para pemasar dapat menggunakan strategi kredibilitas untuk
mengintensifkan kepercayaan kepada pesan.
28
2.
Attraction (daya tarik).
Seorang model iklan harus memiliki daya tarik yang tinggi agar konsumen
tertarik untuk mencoba produk atau jasa yang diiklankan. Daya tarik bukan hanya
berarti daya tarik fisik meskipun daya tarik bisa menjadi atribut yang sangat
penting, tetapi meliputi sejumlah karakteristik yang dapat dilihat khayalak dalam
diri endorser: kecerdasan, sifat-sifat kepribadian, gaya hidup, keatletisan postur
tubuh, dan sebagainya. Konsep umum dari daya tarik terdiri dari tiga ide yang
berhubungan: persamaan (similarity), pengenalan (familiarity), dan penyukaan
(liking). Yaitu seorang endorser dianggap menarik oleh para khalayak bila mereka
bisa membagi rasa similiarity atau familiarity dengannya atau bila mereka hanya
menyukai endorser tanpa melihat apakah keduanya serupa didalam segala hal.
Suatu peneltian menunjukan bahwa kecocokan antara persamaan
(similarity) pembicara dengan khalayaknya sangatlah diperlukan bila produk atau
jasa yang iklankan ditunjukan pada khalayak yang heterogen dalam selera dan
atribut-atribut yang disukai. Misalnya karena orang memiliki perbedaan dalam
kesukaan (preference) dalam hal di restoran-restoran, permainan,
dan film,
seorang pembicara yang dianggap serupa dengan khalayak diharapkan akan
memberikan pengaruh yang paling besar dalam mempengaruhi sikap dan
pilihannya. Sebaliknya, bila hal-hal yang disukai dikalangan para khalayak adalah
relatif homogen kecocokan antara similarity pembicara dan khalayak tidaklah
penting. Pengalaman atau keahlian pembicara dengan produk/jasalah yang
ternyata peling berpengaruh dalam membentuk sikap khalayak dan perilakunya
nanti.
29
Bila khalayak menemukan sesuatu pada ciri pendukung yang mereka
anggap menarik, terjadi persuasi melalui proses identifikasi (identification
process). Yaitu, bila penerima menganggap menarik suatu sumber, mereka
mengidentifikasi (mencontoh) dengan endorser dan cenderung sekali menerima
sikap, perilaku, perhatian, atau preferensi sang sumber tersebut.
Penelitian mendukung harapan yang agak intuitif bahwa endorser yang
secara fisik menarik menghasilkan evaluasi iklan dan produk yang lebih
menyenangkan daripada iklan yang menggunakan komunikator yang kurang
menarik. Tetapi, bukti empiris menunjukan bahwa endorser yang menarik lebih
efektif hanya bila citra pendukung sesuai dengan sifat produk yang didukung.
Dengan kata lain, seorang endorser yang menarik tidak akan memberikan manfaat
bagi suatu produk bila kecocokannya (match up) kurang antara endorser dan
produk. Likability (kesukaan) merupakan hal yang paling relevan untuk mengubah
sikap terhadap merek. Kesukaan pada endorser pada konsumen membantu
memotivasi yang postif terhadap suatu merek.
2.9.2. Model Perempuan dalam Iklan
Saat ini banyak produk atau jasa yang diiklankan seperti mobil, motor, dan
celana jeans dalam majalah, surat kabar, terutama iklan televisi dihiasi dengan
sosok wanita cantik. Menurut perkiraan, 90% periklanan memanfaatkan wanita
sebagai model iklannya. Tidak hanya produk wanita, tetapi produk-produk untuk
30
pria pun menggunakan model wanita cantik yang terlihat sempurna untuk menarik
perhatian khalayak baik laki-laki maupun perempuan.
Karena umumnya perempuan lebih sering menonton televisi dibandingkan
dengan laki-laki, karena perempuan lebih lama tinggal di rumah dan
menghabiskan lebih banyak waktunya didepan televisi di bandingkan dengan lakilaki. Hal tersebut di manfaatkan oleh para pengusaha untuk meningkatkan jumlah
penjualan mereka melalui promosi dalam iklan. Perempuan menjadi sasaran iklan.
Para sponsor dan produser iklan menyadari akan kenyataan ini dan memutuskan
untuk membuat program-program yang cocok untuk mereka.
Seperti dalam iklan-iklan kopi yang dibawakan oleh aktris-aktris
perempuan yang ada di Indonesia. Diataranya yaitu iklan kopi Good Day yang
dibintangi oleh Chelsea Islan, Iklan Luwak White Coffee dibintangi oleh Raline
Shah, Iklan Top White Coffee oleh Chelsea Olivia, Iklan kopi Kapal Api oleh
Acha Septriasa dan iklan Torabika Creamy Latte oleh Dian Sastro.
Kelima iklan tersebut menggunakan model iklan selebriti-selebriti
perempuan yang terkenal dan memiliki banyak penggemar karena parasnya yang
cantik dan memiliki talenta yang bagus dibidang keaktrisannya tersebut. Karena
hal tersebut akan banyak masyarakat yang tertarik untuk melihat iklan tersebut
dan melakukan pembelian produk kopi tersebut. Karena perempuan senang untuk
mengikuti trend yang ada, maka khalayak perempuan akan mudah tertarik setelah
melihat iklan yang juga dibintangi oleh perempuan.
31
2.10.
Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan
2.10.1. Pengertian Kebiasaan
Kebiasaan merupakan perilaku konsumen yang sering nampak, kebiasaan
dapat didefinisikan sebagai perilaku yang berulang kali dilakukan. Dalam
hubungannya dengan perilaku konsumen, kebiasaan didefinisikan sebagai
perilaku pembelian yang berulang yang tanpa disertai dengan mencari informasi
yang lebih banyak dan tanpa mengevaluasi pilihan dari alternatif yang tersedia.
Jadi, habit merupakan perilaku yang sudah menjadi kegiatan rutin dilakukan.
Menurut Sayid (2006:347) Kebiasaan adalah pengulangan sesuatu secara
terus-menerus atau dalam sebagian besar waktu dengan cara yang sama dan tanpa
hubungan akal, atau dia adalah sesuatu di dalam jiwa dari hal-hal yang berulang
kali terjadi dan diterima tabiat. Manusia bisa menyimpulkan bahwa manusia
melakukan kebiasaan tanpa berpikir karena hal tersebut telah tertanam dalam jiwa
manusia dan menjadi tabiat manusia.
Manusia melakukan kebiasaannya tanpa berpikir panjang dikarenakan
perilaku tersebut adalah tanggapan dari sebuah perilaku yang diberikan oleh orang
lain. Jadi kebiasaan bisa berupa tanggapan manusia yang dilakukan secara
berulang-ulang untuk hal yang sama. Kebiasaan dilakukan secara berulang-ulang
yang menjadi respon dari suatu perilaku. Jika kebiasaan adalah respon dari
perilaku maka respon yang didapatkan dari perbuatan yang sama tidak akan sama
karena perbuatan manusia dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman
hidupnya.
32
2.10.2. Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan
Kopi merupakan minuman yang sudah tidak lazim lagi kedengaran bagi
masyarakat di dunia. Kopi merupakan minuman yang paling nikmat dinikmati
bersama-sama dengan rekan kantor ataupun sahabat ketika bersantai. Mulai dari
kalangan atas maupun kalangan bawah senang menghabiskan waktu di warung
kopi. Warung kopi saat ini sangat menjamur baik di kota-kota besar maupun di
pinggir kota. Hal tersebut membuat konsumsi kopi di Indonesia semakin
meningkat dan menjadi gaya hidup masyarakat.
Seperti yang dijelaskan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia dalam harian
Tempo, kebiasaan minum kopi di Indonesia terus meningkat hingga 0,9 kg per
kapita per tahun. Kebiasaan minum kopi di Indonesia sudah dimulai sejak masuk
zaman prakemerdekaan. Saat ini minum kopi sudah mulai menjadi trend dan gaya
hidup di Indonesia.
Secara konseptual kebiasaan seseorang dalam bertindak dipengaruhi oleh 2
Faktor. Begitu juga kebiasaan minum kopi bagi perempuan di Indonesia. 2 Faktor
tersebut yaitu :
1. Faktor pribadi. Faktor pribadi perempuan Indonesia mengkonsumsi kopi
yaitu adanya kebutuhan dan gaya hidup. Aktifitas yang berat dalam
pekerjaan membuat para perempuan butuh penembah stamina agar bisa
tetap fit dalam melakukan pekerjaannya terutama bagi perempuanperempuan kantoran yang memiliki aktifitas padat. Banyak perempuan
yang menjadikan kopi sebagai penambah staminanya. Gaya hidup juga
33
membuat para perempuan untuk mengkonsumsi kopi agar tidak tertinggal
trend saat ini.
2. Faktor psikologis. Yaitu adanya persepsi dan motivasi. Pandangan
terhadap model iklan dan produk menjadi daya tarik bagi perempuan
untuk
mengkonsumsi
kopi
dan
menjadikan
dorongan
untuk
mengkonsumsi kopi.
Saat ini minum kopi bagi perempuan adalah suatu kebiasaan dan gaya hidup.
Perempuan masa kini juga sangat menikmati kopi. Pada kebanyakan perempuan,
mereka senang menghabiskan waktunya di warung-warung kopi untuk menikmati
kopi
sambil
bersantai
bersama
rekan-rekannya
atau
sahabat
ataupun
menyelesaikan pekerjaan kantor sambil menikmati fasilitas internet gratis yang
disediakan oleh warung-warung kopi modern.
Kopi menjadi magnet tersendiri bagi perempuan-perempuan aktif yang
berkarir, kopi yang dikenal dengan khasiatnya yang dapat menghilangkan rasa
kantuk dan menambah stamina membuat perempuan menjadikan kopi sebagai
kebutuhannya sehari-hari dan menambah semangat dalam beraktifitas. Namun
saat ini kopi belum menjadi minuman yang wajib bagi perempuan. Hanya
sebagian perempuan saja yang menjadikan kopi sebagian minuman rutin setiap
harinya.
34
2.11.
Integrated Marketing Communication (IMC)
2.11.1. Definisi IMC
IMC adalah proses pengembangan dan implementasi berbagai bentuk
program komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan secara
berkelanjutan. Tujuan IMC adalah mempengaruhi atau memberikan efek langsung
kepada perilaku khalayak sasaran yang dimilikinya. IMC menganggap seluruh
sumber yang dapat seluruh sumber yang dapat menghubungkan pelanggan atau
calon pelanggan dengan produk atau jasa dari suatu merek atau perusahaan,
adalah jalur yang potensial untuk menyampaikan pesan di masa datang.
Lebih jauh lagi, IMC menggunakan semua bentuk komunikasi yang
relevan serta yang dapat diterima oleh pelanggan dan calon pelanggan. Dengan
kata lain, proses IMC berawal dari pelanggan atau calon pelanggan, kemudian
berbalik kepada perusahaan untuk menentukan dan mendefinisikan bentuk dan
metode yang perlu dikembangkan bagi program komunikasi yang persuasif (Don.
E Schults, 1993).
2.11.2. Ciri-ciri Utama IMC
Definisi tersebut menunjukkan lima ciri yang melekat pada filosofi dan
aplikasi dari komunikasi pemasaran terpadu.
1. Mempengaruhi Perilaku. Tujuan IMC adalah untuk mempengaruhi
perilaku khalayak sasarannya. Hal ini berarti komunikasi pemasaran harus
melakukan lebih dari sekedar mempengaruhi kesadaran merek atau
"memperbaiki"
perilaku
konsumen
terhadap
merek.
Sebaliknya,
35
kesuksesan IMC membutuhkan usaha-usaha komunikasi yang diarahkan
kepada peningkatan beberapa bentuk respon dari perilaku konsumen.
Dengari kata lain, tujuannya adalah untuk menggerakkan orang untuk
bertindak.
Kita
harus
berhati-hati
agar
sasaran
tidak
salah
menginterpretasikan maksud kita. Kesuksesan program komunikasi
pemasaran terpadu pada akhirnya harus dinilai dengan memperhatikan
apakah is berhasil mempengaruhi perilaku; namun akan menjadi tidak
realistis jika mengharapkan suatu tindakan akan muncul dari setiap usaha
komunikasi. Sebelum membeli sebuah merek baru, konsumen pertamatama harus disadarkan dulu akan keberadaan merek tersebut serta
manfaatnya, kemudian dipengaruhi agar timbul sikap yang mendukung
terhadap merek. Usaha komunikasi yang diarahkan untuk menghasilkan
tujuan-tujuan
intermediate
atau
pre-behavioral
seperti
itu
dapat
dibenarkan. Namun pada akhirnya dan diharapkan secepat mungkin
program komunikasi pemasaran yang sukses harus dapat mencapai lebih
dari sekedar membuat konsumen menyukai merek tersebut, atau yang
lebih buruk, hanya membuat mereka familiar dengan eksistensi merek. Hal
ini menjelaskan sebagian alasan mengapa promosi penjualan dan iklan
yang langsung ditujukan kepada konsumen sangat ekstensif digunakan
karena kedua aplikasi ini meraih hasil yang lebih cepat dibandingkan
bentuk-bentuk lain dari komunikasi pemasaran.
2. Berawal dari Pelanggan dan Calon Pelanggan. Ciri IMC kedua adalah
bahwa prosesnya diawali dari pelanggan atau calon pelanggan, kemudian
36
berbalik kepada komunikator merek untuk menentukan metode yang
paling tepat dan efektif dalam mengembangkan program komunikasi
persuasif. IMC menghindari pendekatan inside-out (dari perusahaan
kepada pelanggan) dalam mengidentifikasi bentuk penghubung mereka
dengan pelanggan, melainkan memulainya dari pelanggan (outside-in)
untuk menentukan metode komunikasi yang paling baik dalam melayani
kebutuhan informasi pelanggan, serta memotivasi mereka untuk membeli
suatu merek. Pembahasan berikutnya adalah mengenai pentingnya
menggunakan bentuk kontak yang paling sesuai dengan khalayak sasaran,
sebuah konsistensi pada upaya yang berfokus pada pelanggan.
3. Menggunakan Seluruh Bentuk "Kontak". IMC menggunakan seluruh
bentuk komunikasi dan seluruh "kontak" yang menghubungkan merek
atau perusahaan dengan pelanggan mereka, sebagai jalur penyampai pesan
yang potensial. Istilah "kontak" dipakai untuk menerangkan segala jenis
media penyampai pesan yang dapat meraih pelanggan dan menyampaikan
merek yang dikomunikasikan melalui cara yang mendukung. Chi utama
dari elemen IMC ketiga ini adalah bahwa is merefleksikan kesediaan
menggunakan bentuk kontak komunikasi apa pun, asalkan merupakan
yang terbaik dalam upaya menjangkau khalayak, dan tidak menetapkan
suatu media tertentu sebelumnya.
37
2.11.3. Perkembangan IMC
Salah satu perkembangan paling signifikan bagi dunia pemasaran terjadi
pada 1990-an dengan munculnya gerakan di banyak perusahaan untuk
menerapkan komunikasi pemasaran terpadu. Perusahaan melakukan perubahan
strategi pemasaran dari pemasaran tradisional beralih kepada IMC yang terus
berlanjut hingga saat ini. Berbagai perusahaan besar maupun kecil di negara maju
saat ini sudah menggunakan pendekatan komunikasi pemasaran terpadu dalam
menentukan perencanaan dan strategi komunikasi pemasaran mereka. Gerakan ini
pun sudah diikuti oleh sebagian perusahaan besar di negara berkembang termasuk
di Indonesia.
Terdapat
sejumlah
alasan
mengapa
perusahaan
memilih
untuk
menggunakan pendekatan IMC ini dalam mengelola pemasaran mereka. Alasan
fundamental adalah munculnya pemahaman mengenai pentingnya upaya untuk
memadukan berbagai fungsi komunikasi yang tersedia daripada membiarkan
berbagai fungsi komunikasi itu bekerja sendiri-sendiri. Dengan mengoordinasikan
segala upaya komunikasi pemasaran yang dilakukan masing-masing bagian, maka
perusahaan dapat menghindari terjadinya duplikasi pekerjaan. Perusahaan
memperoleh manfaat dari sinergi di antara berbagai instrumen promosi serta
mengembangkan program komunikasi pemasaran yang lebih efektif dan efisien.
Para pendukung IMC berargumentasi bahwa pendekatan komunikasi
pemasaran terpadu menjadi cara termudah bagi perusahaan untuk memaksimalkan
tingkat pengembalian investasi bidang pemasaran dan promosi. Gerakan untuk
38
menggunakan komunikasi pemasaran terpadu juga mencerminkan adanya
penyesuaian yang dilakukan pengelola pemasaran terhadap lingkungan yang terus
berubah khususnya perubahan yang terjadi pada pihak konsumen, juga perubahan
pada teknologi dan media.
Perubahan penting yang terjadi pada konsumen adalah semakin
tersegmentasinya konsumen berdasarkan demografis, gaya hidup, konsumsi
media serta pola belanja yang berbeda di antara berbagai kelompok konsumen.
Media massa memberikan pengaruh signifikan pada kebiasaan berbelanja
konsumen. Misalnya, TV berlangganan menawarkan saluran atau channel dalam
jumlah besar kepada rumah tangga. Beberapa saluran TV berlangganan bahkan
hanya digunakan untuk menyiarkan iklan selama 24 jam. Iklan televisi sering
dikemas dalam bentuk infomercial yang tampaknya lebih menyerupai program
televisi daripada iklan.
Upaya untuk menerapkan komunikasi pemasaran terpadu juga didorong
oleh berbagai perubahan yang terjadi terkait dengan cara perusahaan memasarkan
produknya. Dengan kata lain, telah terjadi revolusi bidang pemasaran yang
mencakup perubahan dalam aturan-aturan pemasaran serta perubahan peran biro
iklan. Ciri-ciri utama terjadinya revolusi pemasaran ini antara lain (George E.
Belch & Michael A. Belch, 2001) :
1.
Adanya perubahan strategi pemasaran dari beriklan di media massa kepada
berbagai bentuk promosi lainnya, khususnya promosi harga penjualan.
Banyak pengelola pemasaran yang merasakan bahwa iklan konvensional di
39
media massa menjadi terlalu mahal sehingga tidak efisien dari segi biaya.
Selain itu, persaingan harga produk yang semakin tajam mendorong
pengelola pemasaran untuk menggunakan anggaran promosi agar dapat lebih
digunakan untuk promosi harga daripada membayar iklan di media massa.
2.
Adanya kecenderungan untuk tidak lagi terlalu bergantung pada iklan media
massa dan beralih pada pemecahan masalah komunikasi. Banyak perusahaan
beralih ke instrumen komunikasi yang lebih murah namun dapat mencapai
target audiensi secara lebih tepat seperti menggelar acara pemasaran (event
marketing), menjadi sponsor acara, direct mail, promosi penjualan serta
pemasaran melalui Internet.
3.
Terjadinya perubahan pengendali pasar dari produsen kepada pengecer.
Terdapat kecenderungan industri eceran mengalami perubahan. Perdagangan
tingkat eceran berubah dari sebelumnya dilakukan pedagang kecil dengan
modal lemah digantikan oleh perusahaan retail bermodal kuat yang memiliki
jaringan mulai dari tingkat regional, nasional, hingga internasional.
Perusahaan pengecer besar ini terkadang menggunakan posisi dan
pengaruhnya untuk meminta komisi atau ongkos promosi yang lebih besar
kepada produsen barang dan jasa. Praktik ini akan semakin mengurangi
anggaran produsen untuk beriklan di media massa.
4.
Penggunaan database marketing yang semakin meningkat. Banyak produsen
saat ini membangun database yang antara lain berisi informasi mengenai:
nama pelanggan, lokasi tempat tinggal, gaya hidup, penghasilan, pendidikan,
pola belanja, pilihan media, dan sebagainya. Pengelola pemasaran
40
menggunakan data tersebut untuk menarik minat konsumen melalui berbagai
metode pemasaran langsung, seperti: telemarketing, direct mail, serta
directresponse advertising daripada mengandalkan iklan media massa. Para
pendukung IMC berpendapat bahwa database pemasaran adalah sangat
penting bagi pengembangan dan pelaksanaan IMC yang efektif.
5.
Tuntutan yang semakin besar terhadap biro iklan serta perubahan kompensasi
biro iklan. Banyak perusahaan memberikan kompen¬sasi kepada biro iklan
dengan menggunakan sistem berdasarkan insentif yang berpedoman kepada
tingkat penjualan produk, pangsa pasar, dan tingkat keuntungan. Di
Indonesia, dewasa ini ada kecenderungan stasiun televisi membayar biro
iklan dengan sejumlah slot iklan dan tidak lagi dengan sistem komisi atas
jasanya mendapatkan pemasang iklan. Biro iklan semakin dituntut untuk
mempertanggung jawabkan anggaran iklan yang digunakan. Tuntutan ini
mendorong biro iklan untuk mempertimbangkan berbagai instrumen
komunikasi serta alternatif promosi yang lebih murah dibandingkan iklan
media massa.
6.
Pertumbuhan Internet yang sangat cepat telah mengubah cara perusahaan
melakukan bisnis dan cara perusahaan berkomunikasi dan berinteraksi
dengan konsumen. Revolusi Internet terus berlangsung, dan audiensi Internet
semakin meningkat. Internet merupakan medium komunikasi interaktif yang
menjadi bagian integral dari strategi komunikasi, dan bahkan strategi bisnis
bagi banyak perusahaan.
41
Revolusi pemasaran memengaruhi setiap orang yang terlibat dalam proses
pemasaran dan promosi. Banyak perusahaan menyadari bahwa mereka harus
mengubah cara-cara mereka memasarkan dan mempromosikan barang dan jasa
yang dihasilkan. Perusahaan kini tidak dapat hanya terpaku pada satu instrumen
komunikasi saja (seperti iklan media massa); mereka harus menggunakan segala
sarana yang ada untuk menyampaikan pesan mengenai produk kepada target
konsumen mereka.
Biro iklan akan terus memosisikan diri mereka pada posisi yang baru yaitu
sebagai mitra yang mampu menawarkan lebih dari hanya sekadar memasang iklan
di media massa. Biro iklan harus dapat meyakinkan klien mereka bahwa mereka
dapat mengelola seluruh atau sebagian besar kebutuhan komunikasi klien mereka
secara terintegrasi atau terpadu. Sebagian besar biro iklan menyadari bahwa
keberhasilan mereka di masa depan sangat bergantung kepada kemampuan
mereka untuk memahami seluruh wilayah promosi serta membantu klien
mengembangkan dan melaksanakan program komunikasi pemasaran terpadu.
Suatu program IMC yang berhasil hanya dapat diwujudkan jika
perusahaan dapat menemukan kombinasi yang tepat dari berbagai instrumen dan
teknik promosi yang ada, menentukan peran mereka dan seberapa jauh masingmasing instrumen dan teknik promosi itu digunakan serta melakukan koordinasi
dalam penggunaannya. Untuk mencapai hal tersebut, mereka yang bertanggung
jawab pada komunikasi perusahaan harus memahami peran promosi dalam
program pemasaran mereka.
42
2.12.
Kerangka Berpikir
Iklan adalah suatu unsur penting dalam budaya, karena ia merefleksikan
dan berusaha mengubah gaya hidup kita. Iklan bukan hanya menawarkan barang,
namun juga seksualitas, keindahan, kemudahan, kemodernan, kebahagiaan,
kesuksesan, status, dan kemewahan (Wilson, 1989:263), yang kesemuanya ini
pada dasarnya sekadar harapan, mimpi atau khayalan.
Melalui iklannya, televisi leluasa memperteguh pandangan, kepercayaan,
sikap, dan norma-norma kaum wanita yang sudah ada. Iklan merekayasa
kebutuhan dan menciptakan ketergantungan psikologis (Hamelink, 1983:16).
Iklan merupakan sebuah promosi. Merupakan insentif jangka pendek untuk
mendorong pembelian atau penjualan dari produk atau jasa. Yang hasil akhirnya
adalah pembangkitan kesadaran baru (atau peneguhan kesadaran lama) tentang
pentingnya menjadi cantik, dan tampak bugar dan muda, bagi kaum wanita.
Iklan TV terutama ditujukan kepada kaum wanita, sejalan dengan temuan
penelitian yang dilakukan Survey Research Indonesia (SRI), yang menunjukkan
bahwa kecenderungan produk komersial yang diiklankan adalah alat-alat
perlengkapan kecantikan, seperti kosmetik, sabun, sampo, pasta gigi, deodoran,
dll. (Kompas, 25 Juni 1995). Iklan-iklan ini jelas membujuk kaum wanita agar
mereka
menjadi
menarik dan mempesona. Pesan-pesan iklan tersebut
memperteguh mitos-mitos budaya paling kuat, yaitu pentingnya daya tarik fisik
dan usia muda bagi kaum wanita. Masuk akal bila tokoh dalam iklan-iklan adalah
mereka yang cantik, menarik dan berusia muda.
43
Para pengiklan sadar bahwa kaum wanita lebih mudah dirayu untuk
membelanjakan uang mereka, baik untuk keperluan mereka sendiri, anak-anak ata
juga keperluan rumah tangga. Iklan mengontrol kehidupan mereka, terlepas dari
apakah mereka sadar ataupun tidak. Begitu kuatnya iklan membujuk mereka.
Sering tanpa sadar mereka mengkonsumsi barang atau jasa tertentu karena barang
atau jasa tersebut diiklankan, meskipun sebenarnya mereka tidak sungguhsungguh membutuhkan barang atau jasa tersebut. Sering mereka tidak sadar akan
sifat iklan yang omnipresent (hadir di mana-mana). Seorang wanita mungkin
membeli sebuah produk tanpa menyadari bahwa “benih” pembelian itu telah
ditanamkan oleh iklan TV atau iklan tercetak (Barker; 1984:392).
Dalam
iklan
kopi,
digunakan
seorang
model
perempuan
yang
berpenampilan anggun dan cantik untuk menyampaikan pesannya kepada
perempuan dan mempersuasi perempuan untuk menikmati kopi tersebut yang
identik diminum dan dinikmati oleh laki-laki dapat dinikmati oleh perempuan
juga. Model dalam lingkup pekerjaan atau seni atau biasa disebut peragawan atau
peragawati adalah seseorang yang bertugas untuk memperagakan busana atau pun
menampilkan produk atau biasa disebut endorser. Model atau endorser sangat
berperan penting dalam sebuah iklan. Penelitian secara luas menunjukan bahwa
terdapat atribut dasar yang berpengaruh terhadap efektivitas pendukung (model),
yaitu :
1.
Credibility
(Kredibilitas).
Dalam
pengertiannya
yang paling dasar,
credibility/kredibilitas mengacu pada kecenderungan untuk percaya kepada
44
seseorang. Dua sifat penting dari kredibilitas pendukung adalah keahlian dan
kepercayaan.
2.
Attraction (daya tarik). Seorang model iklan harus memiliki daya tarik yang
tinggi agar konsumen tertarik untuk mencoba produk atau jasa yang
diiklankan. Daya tarik tersebut bisa dilihat dari tampilan fisik maupun non
fisik, misalnya dari gerakan-gerakan yang diperlihatkan.
Penggunaan model dalam iklan berperan penting dalam menyampaikan
pesan untuk mempersuasi khalayak agar membeli produk atau jasa yang
diiklankan. Dalam iklan kopi yang diiklankan oleh model-model perempuan
tersebut mengajak khalayak untuk bertindak (minum kopi Kapal Api). Dalam
bertindak, seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor. Yaitu faktor pribadi, adanya
keinginan dari kebutuhan pribadi. Dan Psikologis, yaitu dari persepsi maupun
motivasi.
Iklan kopi (Promosi)
+
Model Perempuan
Attraction
Credibility
Persuasi
Faktor Pribadi
Konsumen Perempuan
Faktor Psikologis
Konsumen Perempuan
Kebiasaan (Minum Kopi) Perempuan
45
2.13.
Hipotesis Penelitian/Asumsi Dasar
Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H0
= tidak ada pengaruh penggunaan model perempuan dalam iklan kopi
terhadap budaya minum kopi bagi perempuan.
Ha
= ada pengaruh penggunaan model perempuan dalam iklan kopi terhadap
budaya minum kopi bagi perempuan.
2.14. Operasionalisasi Variabel/Operasionalisasi Konsep
Tabel 2.1
Kerangka Operasional
Variabel
Penggunaan
Model
Perempuan
dalam Iklan
Kopi
Dimensi
1. Credibility
-
Indikator
Keahlian
-
Alat ukur
Pengetahuan
Pengalaman
Keterampilan
-
Kepercayaan
-
Integritas
Dapat dipercaya
2.
Attraction
-
Daya tarik
-
Tampilan Fisik
Tampilan Non
Fisik
1.
Faktor
-
Kebutuhan
Gaya Hidup
-
Pemenuhan
kebutuhan
Pengaruh dari
pola hidup
Pribadi
Kebiasaan
Minum
Kopi bagi
Perempuan
2.
Faktor
-
-
Persepsi
Motivasi
-
Psikologis
-
Pandangan
konsemen
terhadap model
dan produk
Dorongan untuk
konsumsi
Skala
Ordinal
Ordinal
46
2.15.
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No
1
ITEM
Judul
Peneliti A
Peneliti B
Peneliti C
Pengaruh Iklan
Pengaruh Karakteristik
Pengaruh Selebriti
Pepsodent Versi “Ayah
Model Iklan Terhadap
Iklan IM3 Versi
Adi dan Dika” Seri
Preferensi Konsumen
JKT48 Terhadap
„Gantian, Dong!‟
dalam melaksanakan
Minat Beli
Terhadap Sikap Siswa-
keputusan pembelian
Menurut Model
siswi SDN Serang 02
sabun mandi lux di
Viscap
Tentang Kesehatan
wilayah Surakarta
Gigi
2
Tahun
2011
3
Tujuan
-
Penelitian
-
2003
Mengetahui
Mengetahui apakah
Mengetahui dan
bagaimana
ada pengaruh yang
mengukur
tayangan iklan
signifikan antara
pengaruh selebriti
Pepsodent versi
karakteristik model
Iklan IM3 Versi
“Ayah Adi dan
iklan terhadap
JKT48 terhadap
Dika”
preferensi
minat beli
Bagaimana sikap
konsumen dalam
konsumen
siswa-siswi SDN
pembelian sabun
02 tentang
lux
kesehatan gigi
-
-
2014
-
Mengetahui
Seberapa besar
karakteristik utama
pengaruh iklan
manakah yg
mendukung
keberhasilan model
iklan dalam
mempengaruhi
preferensi
konsumen dalam
pembelian sabun
lux
4
Teori
Belajar Sosial
-
47
5
Metode /
Kuantitatif
Kuantitatif
Paradigma
6
Hipotesis
Kuantitatif
(Survey)
Ha : Ada pengaruh
-
Diduga
Ha : Ada pengaruh
Ho : Tidak ada
karakteristik model
Ho : Tidak ada
pengaruh
iklan berengaruh
pengaruh
signifikan terhadap
preferensi
konsumen dalam
pembelian sabun
lux
-
Diduga visibillity
model iklan
merupakan variabel
yg paling dominan
pengaruhnya
terhadap preferensi
konsumen dalam
pembelian sabun
lux
7
Hasil
Ha diterima dan Ho
Penelitian /
ditolak
Kesimpulan
-
karakteristik model
Ha diterima dan Ho
iklan berengaruh
ditolak
signifikan terhadap
preferensi
konsumen dalam
pembelian sabun
lux
8
Persamaan
Sama-sama meneliti
Sama-sama meneliti
Sama-sama
tentang pengaruh dari
tentang pengaruh model
meneliti tentang
iklan
dalam iklan
pengaruh model
dalam iklan
9
Perbedaan
Teori yang digunakan
Penelitian ini meneliti
Penelitian ini
tentang pengaruh
meneliti tentang
terhadap pembelian
pengaruh terhadap
sedangkan yang akan
pembelian
diteliti oleh penulis lebih
sedangkan yang
48
terhadap kebiasaan dari
akan diteliti oleh
konsumen.
penulis lebih
terhadap kebiasaan
dari konsumen.
10
Kritik
-
Tidak ada teori
-
komunikasi yang
digunakan
11
Sumber
UNTIRTA
Universitas Sebelas
UIN Sunan
Maret Surakarta
Kalijaga
Yogyakarta
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitian (Arikunto, 2006: 160). Untuk mengumpulkan data
dalam penelitian kuantitatif, ada berbagai macam jenis, antara lain penelitian
survei, penelitian eksperimen, dan analisis data sekunder. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Yaitu penelitian
kuantitatif
yang
bersifat
korelasional
dengan
menggunakan
pertanyaan
terstruktur/sistematis yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh
jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. Pertanyaan
terstruktur dan sistematis itu dikenal dengan istilah kuisioner. Kuisioner berisikan
daftar pertanyaan yang mengukur variabel-variabel, hubungan di antara variabel
yang ada, atau juga pengalaman atau opini dari responden.
Tujuannya yaitu untuk mengumpulkan data serta mempelajari gejala atau
fenomena sosial dengan jalan meneliti variabel-variabel penelitian yang
dilaksanakan. Kuantitatif Penelitian ini juga bersifat verifikatif, yaitu metode yang
bertujuan untuk menguji secara matematis dugaan mengenai adanya hubungan
antar variabel dari masalah yang sedang diselidiki di dalam hipotesis. Atau
dengan kata lain, penelitian untuk menguji kebenaran suatu hipotesis dimana
dalam penelitian ini yang akan diuji adalah “Pengaruh Penggunaan Model
49
50
Perempuan dalam Iklan Kopi Terhadap Kebisaan Minum Kopi bagi Perempuan”
yang akan di uji kepada responden perempuan di lokasi penelitian.
Untuk menjawab masalah-masalah dan mengungkap tujuan penelitian
untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi
Terhadap Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan digunakan penelitian yang
bersifat deskriptif dengan sumber data primer yang diperoleh dari penyebaran
kuesioner kepada responden.
3.2.
Ruang Lingkup/Fokus Penelitian
Ruang lingkup dan fokus penelitian ini adalah menganalisis pengaruh dari
penggunaan model iklan perempuan dalam iklan kopi
3.3.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang akan diambil dalam penelitian ini adalah cafe-cafe
yang menjual kopi di daerah kota Serang. Alasan dari pengambilan lokasi tersebut
karena merupakan tempat yang tepat berdasarkan dengan isi yang ada didalam
iklan kopi kapal api dan banyak perempuan-perempuan yang biasa menikmati
kopi disana sehingga dapat memudahkan peneliti untuk mendapatkan informasi
dan data yang tepat dengan penelitian.
51
3.4.
Variabel Penelitian
3.4.1. Definisi Konsep
Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan merupakan
definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak
suatu fenomena sosial (Singarimbun, 1983: 33).
1. Model
Model yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seseorang
yang mempresentasikan potret terbaik dari produk selama
jangka waktu tertentu sehingga terjadi interaksi antara merek
dan target konsumen. Indikator Model adalah Credibility dan
Attraction
a. Credibility yaitu seberapa dapat dipercayanya seorang
model iklan
b. Attraction yaitu seberapa menariknya seorang model iklan
2. Kebiasaan Minum Kopi
a. Faktor pribadi, yaitu kebutuhan dan gaya hidup
b. Faktor Psikologis, yaitu persepsi dan motivasi
3.4.2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada
suatu
variabel
menspesifikasikan
dengan
kegiatan,
cara
memberikan
ataupun
arti,
memberikan
atau
suatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau
variabel tersebut (Nazir, 2003:126).
52
1. Variabel X (model iklan)
Definisi operasional dari penelitian ini adalah model iklan
perempuan kapal api dan adapun indikatornya sebagai berikut:
a. Credibillity (X1)

Keahlian

Kepercayaan
b. Attraction (X2)

Tampilan fisik

Tampilan non fisik
2. Variabel Y (Kebiasaan minum kopi)
a. Faktor pribadi

Kebutuhan

Gaya hidup
b. Faktor psikologis
3.5.

Persepsi

Motivasi
Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah nafas dari penelitian oleh kaerna itu dikatakan
oleh Arikunto (1995:177) bahwa “Instrumen penelitian merupakan sesuatu yang
terpenting dan strategis keduduknnya dalam keseluruhan kegiatan penelitian”.
53
Proses penyusunan penelitian di mulai dengan mencari data di lapangan
kemudian data yang diperoleh akan digunakan untuk menguji hipotesis atau
menjawab pertanyaan yang sudah dirumuskan. Karena data yang diperoleh akan
dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan. Teknik penelitian yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan menggunakan
kuisioner, observasi dan studi kepustakaan dalam pengumpulan data.
3.6.
Populasi dan Sampel Penelitian
3.6.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan bendabenda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang
ada
pada
obyek/subyek
yang
dipelajari,
tetapi
meliputi
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang
diteliti itu. Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung cafecafe yang menjual kopi di daerah kota Serang, jadi populasi dari
penelitian ini sifatnya tidak terbatas.
54
3.6.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Oleh karena
itu sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi
dan bukan populasi itu sendiri. (Bailey, 1994:83). Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan
teknik penarikan sampel aksidental. Teknik penarikan sampel
aksidental ini didasarkan pada kemudahan (covenience). Sampel
dapat terpilih karena berada pada waktu, situasi, dan tempat yang
tepat.
Dari waktu penelitian dilapangan yang dimulai sejak tanggal 6
Januari 2016 sampai dengan 6 Februari 2016 yang dilakukan pada
waktu sore hari sampai sampai dengan/atau malam hari didapatkan
jumlah sampel sebanyak 35 orang.
3.7.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan oleh penulis yaitu
dengan bantuan statistik dengan penggunaan perhitungan SPSS sebagai alat bantu
dalam menghitung.
Prosedur yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Uji reabilitas
Uji Reabilitas adalah uji statistik yang digunakan guna menentukan
reabilitas
serangkaian
item
pertaanyaan
dalam
kehandalannya
55
mengukur suatu variabel. Uji reablititas dilakukan dengan uji Alpha
Cronbach. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :
(
)(
)
Keterangan :
α
= koefisien reabilitas Alpha Cronbach
K
= Jumlah item pertanyaan yang diuji
= jumlah varians skor item
SX2
= Varians skor-skor tes (seluruh item K)
Peneliti menggunakan bantuan IBM Statistical Package for Social
Science (SPSS) Statistic Versi 20.
2. Uji validitas
Menurut Arikunto (2006 : 168) adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu
instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi.
Untuk mengukur validitas data, peneliti akan menhitung kolerasi
antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan
rumus teknik kolerasi Product Moment dengan rumus :
√
Keterangan :
r= kolerasi Product Moment
x= skor pertanyaan
y= skor total
n= jumlah sampel
56
Peneliti menggunakan bantuan IBM Statistical Package for Social
Science (SPSS) Statistic Versi 20.
3. Analisis korelasi
1. Jika kedua variabel normal dan regresi linier, maka rumus yang
digunakan Korelasi Product Moment, (Sujana,1996:273) yaitu :
√
Peneliti menggunakan bantuan IBM Statistical Package for Social Science
(SPSS) Statistic Versi 20.
2. Jika salah satu atau kedua variabel tersebut berdistribusi tidak
normal dan regresinya tidak normal, maka digunakan rumus rank
yaitu:
(Sujana, 1996:365)
3. Menafsirkan harga koefisien korelasi dengan kriteria sebagai
berikut: (Sugiono, 2007:184)
0,00-0,199
pengaruh rendah sekali
0,20-0,399
pengaruh rendah
0,40-0,599
pengaruh sedang
0,60-0,799
pengaruh kuat
0,80-100
pengaruh sangat kuat
57
4.
Uji Hipotesis
Uji t-test ini digunakan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh dua
variabel yang berpasangan, dengan pengambilan keputusan:
a. Menentukan t hitung, dengan rumus:
√
√
b. Menentukan tabel pada taraf signifikasi 5%
c. Pengujian hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut :
-
Apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak
-
Apabila thitung < ttabel , maka H0 diterima
(Sugiyono, 2007:185)
Peneliti menggunakan bantuan IBM Statistical Package for Social Science
(SPSS) Statistic Versi 20.
5.
Analisis regresi
Korelasi dan regresi keduanya mempunyai hubungan yang erat. Setiap
regresi dipastikan terdapat korelasinya. Tetapi belum tentu korelasi
dilanjutkan dengan regresi. Analisis regresi dilakukan jika kolerasi
antara kedua variabel mempunyai kausal (sebab-akibat) atau
hubungan fungsional.
58
Peneliti menggunakan bantuan IBM Statistical Package for Social Science
(SPSS) Statistic Versi 20.
3.8.
Pengujian Persyaratan Statistik
Metode penelitian statistik membutuhkan pengujian persyaratan statistik
yang digunakan untuk menguji instrumen penelitian.
3.8.1
Uji Validitas
Peneliti melakukan uji validitas dengan menggunakan bantuan program
SPSS versi 21 pada setiap pertanyaan yang terdapat pada kuisioner atau angket
penelitian. Peneliti membagi dua bagian dalam kuisioner, yaitu pertanyaan
mengenai Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi (variabel X), dan
Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan (variabel Y). Output data program SPSS
versi 21 untuk uji validitas untuk penggunaan model perempuan dalam iklan kopi
dapat dilihat pada tabel 4.22 sebagai berikut :
59
Tabel 3.1
Hasil Uji Validitas Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi
(Variabel X)
ITEM
rhitung
rtabel
KEPUTUSAN
Pertanyaan 1
0,366
0,334
Valid
Pertanyaan 2
0,557
0,334
Valid
Pertanyaan 3
0,675
0,334
Valid
Pertanyaan 4
0,353
0,334
Valid
Pertanyaan 5
0,577
0,334
Valid
Pertanyaan 6
0,55
0,334
Valid
Pertanyaan 7
0,432
0,334
Valid
Pertanyaan 8
0,491
0,334
Valid
Pertanyaan 9
0,667
0,334
Valid
Pertanyaan 10
0,624
0,334
Valid
Pertanyaan 11
0,604
0,334
Valid
Pertanyaan 12
0,555
0,334
Valid
Pertanyaan 13
0,662
0,334
Valid
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016
Output data program SPSS versi 21 di atas merupakan hasil nilai uji
validitas dari setiap pertanyaan variabel X (Penggunaan Model Perempuan dalam
Iklan kopi). Nilai data hasil uji validitas dari program SPPS versi 21 dapat dilihat
pada kolom terakhir dari hasil. Setiap pertanyaan dianggap valid apabila rhitung
pada kolom terakhir dari hasil lebih besar dari r tabel.
Tabel pengujian validitas variabel Penggunaan Model Perempuan dalam
Iklan kopi (Variabel X) yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi
21, maka diketahui bahwa pengujian dari 13 pertanyaan dari variabel Penggunaan
60
Model Perempuan dalam Iklan kopi (Variabel X) terindikasi valid. Setelah
melakukan pengujian variabel X yaitu Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan
Kopi. Peneliti melakukan pengujian validitas variabel Y yaitu Kebiasaan Minum
Kopi bagi Perempuan dengan 8 pertanyaan sebagai tahap selanjutnya. Peneliti
menggunakan program SPSS versi 21 untuk menguji validitas pertanyaan variabel
Y. Hasil uji validitas untuk variabel Y dapat dilihat pada output data dari program
SPSS versi 21 pada tabel 3.2 sebagai berikut :
Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan
(Variabel Y)
ITEM
rhitung
rtabel
KEPUTUSAN
Pertanyaan 1
0,855
0,334
Valid
Pertanyaan 2
0,706
0,334
Valid
Pertanyaan 3
0,342
0,334
Valid
Pertanyaan 4
0,781
0,334
Valid
Pertanyaan 5
0,411
0,334
Valid
Pertanyaan 6
0,676
0,334
Valid
Pertanyaan 7
0,823
0,334
Valid
Pertanyaan 8
0,750
0,334
Valid
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016
Peneliti membandingkan nilai rhitung dari pertanyaan 1 sampai dengan
pertanyaan 8 dengan rtabel, dan didapatkan hasil bahwa nilai rhitung lebih besar
daripada rtabel. Maka data dinyatakan valid.
61
3.8.2
Uji Reabilitas
Alat ukur dinyatakan reliabel apabila alat ukur tersebut secara konsisten
memberikan hasil atau jawaban yang sama terhadap gejala yang sama walaupun
digunakan berulang kali. Reabilitas mengandung arti bahwa alat ukur tersebut
stabil (tidak berubah-ubah), dapat diandalkan (dependable), dan tetap (consistent).
Dalam melakukan uji reabilitas data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
bantuan program SPSS versi 21.
Peneliti
menguji
kehandalan
dengan
menghitung
masing-masing
instrument dalam suatu variabel. Instrument penelitian Penggunaan Model
Perempuan dalam Iklan kopi (variabel X), dan Kebiasaan Minum Kopi bagi
Perempuan (variabel Y) dikatakan reliable (handal) apabila memiliki nilai
Cronbach’s Alpha sama dengan atau lebih besar dari 0,80. Nilai reabilitas dari
kedua variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai berikut :
Tabel 3.3
Hasil Uji Reabilitas Variabel X dan Y
Variabel Penelitian
Nilai Reabilitas
Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi
0,810
Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan
0,834
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016
62
Berdasarkan tabel 3.3 di atas, nilai reabilitas untuk variabel Penggunaan
Model Perempuan dalam Iklan kopi (variabel X), adalah sebesar 0,810 dan
Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan (variabel Y), adalah sebesar 0,834.
Berdasarkan nilai reabilitas kedua variabel memiliki nilai yang lebih besar dari
0,80 sehingga dapat dinyatakan data tersebut reliable dan dapat dijadikan alat ukur
untuk analisis selanjutnya.
3.8.3
Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk menguji dan mengetahui apakah data
yang telah dikumpulkan berdistribusi (menyebar) dengan normal atau tidak. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui apakah syarat sampel penelitian terpenuhi atau
tidak. Uji normalitas data dapat dilakukan dengan uji Kolmogrov Smirnov serta
dengan analisis grafik. Berikut adalah uji normalitas data dalam penelitian ini :
Tabel 3.4
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parameters
35
a,b
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
0E-7
3.05405867
Absolute
.083
Positive
.078
Negative
-.083
Kolmogorov-Smirnov Z
.490
Asymp. Sig. (2-tailed)
.970
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
63
Berdasarkan output diatas, diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar
0,970 > 0,05 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diuji berdistribusi
dengan normal.
3.9.
Jadual Penelitian
Tabel 3.5
Jadual Penelitian
No
1
2
Nama Kegiatan
Konsultasi dan revisi
proposal
Penyusunan skripsi bab 1-3
3 Sidang Outline
4 Revisi pasca outline
5 Penyusunan angket
Penyebaran angket dan
6
penelitian ke lapangan
Analisa data dan
7
penyusunan bab 4-5
8 Revisi bab 4-5
9 Sidang Skripsi
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Maret
April
Mei
Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1.
Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Iklan Kopi
Iklan kopi yang dibintangi oleh model perempuan di Indonesia ada
beberapa iklan. Diantaranya iklan kopi Good Day yang dibawakan oleh Chelsea
Islan, iklan Top White Coffee yang dibawakan oleh Raline Shah, Iklan Top White
Coffee oleh Chelsea Olivia, iklan kopi Kapal Api oleh Acha Septriasa dan Iklan
Torabika Creamy Latte oleh Dian Sastro.
Dari kelima iklan tersebut, keseluruhannya menggunakan model iklan
selebriti terkenal dan memiliki daya tariknya masing-masing. Berikut deskripsi
masing-masing iklan kopi tersebut :
1. Iklan kopi Good Day dibintangi oleh Chelsea Islan. Chelsea Islan
merupakan aktris berkebangsaan Indonesia yang lahir di Washington,
D.C., Amerika Serikat pada tanggal 2 Juni 1995. Chelsea Islan memulai
karir keaktrisannya pada tahun 2013 dalam sebuah film layar lebar
berjudul Refrain. Setelah penempilannya dalam film tersebut Chelsea
dinilai dapat memerankkannya dengan baik sehingga mendapatkan banyak
peran-peran lain hingga dikenal banyak orang. Karena kepopulerannya
tersebut banyak perusahaan-perusahaan yang menjadikannya sebagai
64
65
model dari iklan-iklannya tersebut, salah satunya yaitu iklan kopi Good
Day.
Gambar 4.1. Chelsea islan dalam iklan kopi Good Day
2. Iklan Top White Coffee dibintangi oleh Raline Shah seorang aktris
berkebangsaan Indonesia. Raline lahir di Jakarta pada tanggal 4 Maret
1985. Ia dikenal sejak menjadi salah satu finalis Puteri Indonesia 2008 dan
menjadi puteri terfavorit. Setelah itu Raline mulai aktif didunia hiburan
yaitu menjadi pemain film dan model iklan. Salah satu iklan yang
dibintanginya yaitu iklan Top White Coffee.
Gambar 4.2. Raline Shah dalam iklan Luwak White Coffee
3. Iklan Top White Coffee dibintangi oleh Gabriellle Chelsea Olivia Wijaya
atau dikenal dengan Chelsea Olivia. Chelsea Olivia lahir di Bandar
Lampung pada tanggal 29 Juli 1992. Chelsea Olivia memulai karirnya
sebagai seorang model hingga mendapatkan peran dalam sinetron
Matahariku dan mulai dikenal sejak berperan dalam sinetron Cincin. Sejak
itu ia mulai dikenal masyarakat.
66
Gambar 4.3. Chelsea Olivia dalam iklan Top White Coffee
4. Iklan kopi Kapal Api Special Mix dibintangi oleh Acha Septriasa. Acha
Septriasa dengan nama asli Jelita Septriasa lahir di Jakarta pada tanggal 1
September 1989. Ia adalah seorang aktris dan pemyanyi Indonesia. Acha
mulai dikenal saat berperan dalam film My Heart. Ia juga mendapatkan
banyak sekali penghargaan dan menjadi aktris dengan bayaran termahal
dalam karirnya tersebut.
Gambar 4.4. Acha Septriasa dalam iklan kopi Kapal Api Special Mix
5. Iklan Torabika Creamy Latte dibintangi Dian Paramita Sastrowardoyo
atau dikenal dengan Dian Sastro. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 16 maret
1982. dimemulai karirnya didunia hiburan pada tahun 1996 sebagi juara
pertama di ajang GADIS Sampul majalah GADIS. Dian menjadi sangat
terkenal sejak perannya dalam film Ada Apa dengan Cinta?. Dian
mendapat banyak penghargaan dalam karirnya salah satunya adalah
pemeran wanita terbaik pada Festival Film Internasional Singapura (2002).
67
Gambar 4.5. Dian Sastro dalam iklan Torabika Creamy Latte
4.2.
Deskripsi Data
4.2.1. Deskripsi Data Responden
Responden dalam penelitian ini adalah perempuan usia 17-40 tahun yang
diambil dari berbagai cafe-cafe yang menjual kopi dan terletak di kota Serang.
Sampel diambil dengan teknik penarikan sampel aksidental, yaitu sampel dapat
terpilih karena berada pada waktu, situasi, dan tempat yang tepat serta memiliki
kriteria yang dibuat oleh penulis, salah satunya yaitu : responden yang
mengkonsumsi kopi dan pernah melihat tayangan iklan kopi dari kelima iklan
tersebut. Dan diperoleh sampel sebanyak 35 orang dalam jangka waktu 1 bulan.
4.2.2.
Deskripsi Data penelitian
Variabel X : Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi
Variabel Y : Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan
Peneliti menganalisis indikator dari kedua variabel. Dari variabel
Penggunaan Model perempuan dalam Iklan Kopi peneliti memaparkan efektivitas
pendukung/endorser yaitu kredibilitas dan daya tarik. Sedangkan variabel
Kebiasaan dengan cara memaparkan komponen pengaruh kebiasaan dalam
bertindak, yaitu faktor pribadi dan faktor psikologis.
68
Peneliti menyebarkan 35 angket atau kuisioner ke 35 orang pengunjung
perempuan di cafe-cafe yang terletak di kota Serang. Setiap kuisioner memiliki 13
pertanyaan untuk variabel penggunaan model perempuan dalam iklan kopi K
(variabel X), dan 8 pertanyaan untuk variabel kebiasaan minum kopi bagi
perempuan (variabel Y). Peneliti memberikan skor pada setiap jawaban dari
responden berdasarkan Skala Likert sebagai berikut :
Sangat Setuju (SS)
: Skor 5
Setuju (S)
: Skor 4
Kurang Setuju
: Skor 3
Tidak Setuju
: Skor 2
Sangat Tidak Setuju
: Skor 1
Data tersebut kemudian dianalisis berdasarkan perhitungan frekuensi, serta
proses presentase yang disajikan ke dalam bentuk tabel. Peneliti melakukan
pembahasan berdasarkan indikator pada kerangka operasional. Jumlah Indikator
kerangka operasional terdiri dari tiga indikator yaitu, keahlian, kepercayaan, dan
daya tarik untuk variabel penggunaan model perempuan dalam iklan kopi
(variabel X), dan 4 indikator yaitu, kebutuhan, gaya hidup, persepsi, dan motivasi
untuk variabel kebiasaan minum kopi bagi perempuan (variabel Y).
Berikut adalah hasil uji frekuensi variabel penggunaan model perempuan
dalam iklan kopi (Variabel X) dari tiap pertanyaan yang sudah diberikan kepada
responden yang akan disajikan dalam bentuk tabel dan akan dijelaskan setiap
pertanyaannya :
69
4.2.2.1.
Uji Frekuensi Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi
(Variabel X)
Berikut ini adalah hasil distribusi frekuensi dari variabel X, Penggunaan
Model Perempuan dalam Iklan Kopi :
1.
Pertanyaan No.1 :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Pendapat Responden
Mengenai Model Perempuan Saat Menikmati Kopi
Model perempuan dalam iklan kopi terlihat menikmati kopi
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
13
37,1
37,1
37,1
5
22
62,9
62,9
100,0
Total
35
100,0
100,0
Sumber : diolah dari pertanyaan no.1 variabel X indikator Credibility
Model perempuan dalam iklan kopi terlihat
menikmati kopi
Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Tabel 4.1 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 22 orang atau
62,9% menyatakan sangat setuju, sebanyak 13 orang atau 37,1% menyatakan
70
setuju dan tidak ada atau 0% yang menyatakan kurang setuju, tidak setuju maupun
sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan mengenai
pengamatannya terhadap cara model perempuan menikmati kopi.
Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan
komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan, komunikator
dinilai tinggi pada keahlian yang dianggap sebagai cerdas, mampu, ahli, tau
banyak, berpengalaman atau terlatih (Rakhmat, 2007:260). Seluruh responden
menyetujui bahwa model perempuan dalam iklan-iklan kopi tersebut menikmati
kopi. Hal tersebut menyatakan bahwa keahlian model-model perempuan dalam
iklan kopi memerankan iklannya sangat baik sehingga membuat responden
menyetujui hal tersebut.
2.
Pertanyaan No.2 :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Pemahaman Responden
Mengenai Pesan Iklan yang disampaikan Model Perempuan
Penonton memahami pesan iklan yang disampaikan oleh model perempuan
dalam iklan kopi
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
2
5,7
5,7
5,7
4
22
62,9
62,9
68,6
5
11
31,4
31,4
100,0
Total
35
100,0
100,0
Sumber : diolah dari pertanyaan no.2 variabel X indikator Credibility
71
Penonton memahami pesan iklan yang
disampaikan oleh model perempuan dalam iklan
kopi
Kurang Setuju
[CATEGORY
NAME]
Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Tabel 4.2 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 11 orang atau
31,4% menyatakan sangat setuju, 22 orang atau 62,9% menyatakan setuju, 2
orang atau 5,7% menyatakan kurang setuju dan tidak ada atau 0% yang
menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut
merupakan tanggapan bahwa responden memahami pesan yang disampaikan oleh
model-model perempuan dalam iklan kopi.
Seorang endorser yang memiliki keahlian akan dapat lebih mudah dalam
melakukan persuasi dibandingkan dengan endorser yang tidak memiliki keahlian.
Keahlian tersebut mencangkup keterampilan (Terence A. Shimp, 2000). Sebanyak
94,3% responden memahami pesan yang disampaikan oleh model-model
perempuan dalam iklan kopi. Hal tersebut menyatakan bahwa model perempuan
sudah dapat menerapkan indikator credibility yaitu
memiliki keterampilan.
Karenanya fungsi iklan untuk menyampaikan pesan sudah berfungsi dengan baik.
72
3.
Pertanyaan No.3 :
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Pendapat Responden
Mengenai Kharisma yang dimiliki Model Perempuan
Model perempuan dalam iklan kopi memiliki kharisma sehingga memikat hati
penonton
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
7
20,0
20,0
20,0
4
18
51,4
51,4
71,4
5
10
28,6
28,6
100,0
Total
35
100,0
100,0
Sumber : diolah dari pertanyaan no.3 variabel X indikator Credibility
Model perempuan dalam iklan kopi memiliki
kharisma sehingga memikat hati penonton
Kurang Setuju
[CATEGORY
NAME]
Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Tabel 4.3 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 10 orang atau
28,6% menyatakan sangat setuju, 18 orang atau 51,7% menyatakan setuju, 7
orang atau 20% menyatakan kurang setuju dan tidak ada atau 0% yang
menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut
73
merupakan tanggapan setuju mengenai model perempuan yang memiliki kharisma
sehingga memikat hati penonton.
Kepopuleran, citra, dan performa dari selebritis itu sendiri dapat lebih
menarik untuk menyaksikan iklan yang dapat mempengaruhi persepsi target
audien
untuk
membuat
keputusan
dalam
melakukan
pembelian
(McCracken,2006). Model perempuan dalam iklan kopi memiliki kharisma yang
dapat menarik penonton untuk menyaksikan iklan kopi yang dibawakannya.
Kharisma seseorang tidak didapatkan dari keturunan, melainkan dapat terpancar
dari kepribadian maupun pengetahuan orang tersebut. Model perempuan dalam
iklan kopi memiliki kharisma yang dapat memikat hati penonton menunjukkan
bahwa model-model perempuan tersebut memiliki pengetahuan yang cukup baik.
4.
Pertanyaan No.4 :
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Mengenai
Fleksibilitas Gerak Tubuh Model Perempuan
Gerak tubuh model perempuan dalam iklan kopi terlihat fleksibel
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
13
37,1
37,1
37,1
5
22
62,9
62,9
100,0
Total
35
100,0
100,0
Sumber : diolah dari pertanyaan no.4 variabel X indikator Credibility
74
Gerak tubuh model perempuan dalam iklan kopi
terlihat fleksibel
Setuju
[CATEGORY
NAME]
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Tabel 4.4 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 22 orang atau
62,9% menyatakan sangat setuju, 13 orang atau 37,1% menyatakan setuju dan
tidak ada atau 0% yang menyatakan kurang setuju, tidak setuju maupun sangat
tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan mengenai gerakan tubuh
dari model perempuan yang terlihat fleksibel dan tidak kaku di dalam iklan kopi
Kapal Api.
Kemampuan yang dimiliki seorang endorser akan banyak membantunya
dalam menyampaikan pesan yang akan disampaikan. Penggunaan narasumber
sebagai fitur penarik perhatian dalam iklan merupakan salah satu cara kreatif
untuk menyampaikan pesan (Keller, 2012). Kemampuan yang harus dimiliki oleh
endorser salah satunya adalah keterampilan dan fleksibelitas dalam membawakan
iklan. Gerak tubuh yang fleksibel dan tidak kaku menunjukan bahwa model
tersebut memiliki keterampilan yang baik dalam memerankan iklan tersebut
sebagai seorang perempuan yang digambarkan elegan sedang menikmati kopi.
75
Hal tersebut juga disetujui oleh seluruh responden bahwa model tersebut terampil
dalam memerankan iklan tersebut.
5.
Pertanyaan No.5 :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Mengenai
Keyakinannya Mengenai Kualitas Kopi Karena Model Perempuan
Model perempuan dalam iklan kopi membuat penonton yakin mengenai kualitas
kopi dalam iklan tersebut
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
4
11,4
11,4
11,4
4
21
60,0
60,0
71,4
5
10
28,6
28,6
100,0
Total
35
100,0
100,0
Sumber : diolah dari pertanyaan no.5 variabel X indikator Credibility
Model perempuan dalam iklan kopi membuat
penonton yakin mengenai kualitas kopi dalam
iklan tersebut
Kurang Setuju
[CATEGORY
NAME]
Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Tabel 4.5 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 10 orang atau
28,6% menyatakan sangat setuju, 21 orang atau 60% menyatakan setuju, 4 orang
76
atau 11,4% menyatakan kurang setuju, dan tidak ada atau 0% yang menyatakan
tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan
tanggapan mengenai model perempuan yang dapat meyakinkan responden
terhadap kualitas dari kopi Kapal Api.
Keyakinan dan kepercayaan adalah salah satu dari atribut dasar pendukung
atau endorser sebagai efektivitas dalam beriklan. Menurut Rakhmat (2007 : 260),
kepercayaan adalah kesan komunikasi tentang komunikator yang berekaitan
dengan wataknya. Apakah komunikator dinilah jujur, tulus, bermoral, adil, sopan,
dan etis? Sebagian besar dari responden merasa yakin terhadap kualitas dari kopi
yang diperankan oleh model-model perempuan dalam iklan kopi. Hal tersebut
menyatakan bahwa model perempuan sudah baik dalam menjalankan atribut dasar
sebagai efektivitas dalam beriklan.
6.
Pertanyaan No.6 :
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Mengenai
Keyakinannya Terhadap Kata-Kata yang disampaikan Model Perempuan
Kata-kata yang disampaikan model perempuan membuat penonton yakin dan
percaya terhadap kopi yang diiklankan
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
3
8,6
8,6
8,6
4
21
60,0
60,0
68,6
5
11
31,4
31,4
100,0
Total
35
100,0
100,0
Sumber : diolah dari pertanyaan no.6 variabel X indikator Credibility
77
Kata-kata yang disampaikan model perempuan
membuat penonton yakin dan percaya terhadap
kopi yang diiklankan
Kurang Setuju
[CATEGORY
NAME]
Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Tabel 4.6 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 11 orang atau
31,4% menyatakan sangat setuju, 21 orang atau 60% menyatakan setuju, 3 orang
atau 8,6% menyatakan kurang setuju, dan tidak ada atau 0% yang menyatakan
tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan
tanggapan bahwa model perempuan berhasil membuat responden yakin dan
percaya terhadap kopi yang dibintanginya tersebut.
Dalam pertanyaan ini juga didapatkan hasil bahwa 91,4% responden setuju
bahwa mereka yakin dan percaya terhadap kopi-kopi tersebut setelah melihat
iklan kopi yang dibawakan oleh model-model perempuan tersebut. Ketika
selebriti memiliki tingkat keahlian dan kepercayaan yang tinggi digunakan, maka
konsumen cenderung mengurangi pertahanan mereka dan tidak merespon
kognitif, serta mempunyai alasan untuk percaya iklan tersebut (Terence A. Shimp,
2000). Hal tersebut menyatakan bahwa model perempuan membawakan iklan
kopi dengan baik.
78
7.
Pertanyaan No.7 :
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden yang
Percaya Bahwa Kopi Sangat Nikmat Untuk Dinikmati
Cara model perempuan dalam iklan kopi menikmati kopi membuat penonton
percaya bahwa kopi tersebut sangat nikmat untuk dinikmati
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
2
5,7
5,7
5,7
4
18
51,4
51,4
57,1
5
15
42,9
42,9
100,0
Total
35
100,0
100,0
Sumber : diolah dari pertanyaan no.7 variabel X indikator Credibility
Cara model perempuan dalam iklan kopi
menikmati kopi membuat penonton percaya
bahwa kopi tersebut sangat nikmat untuk
dinikmati
Kurang Setuju
[CATEGORY
NAME]
Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Tabel 4.7 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 15 orang atau
42,9% menyatakan sangat setuju, 18 orang atau 51,4% menyatakan setuju, 2
orang atau 5,7% menyatakan kurang setuju, dan tidak ada atau 0% yang
menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut
79
merupakan tanggapan mengenai model-model perempuan membuat penonton
percaya bahwa kopi yang dibintanginya tersebut sangat nikmat untuk dinikmati.
Satu hal yang penting dari efek positif menggunakan endorser
berkredibilitas adalah penerimaan pesan yang cenderung mengurangi keraguan
konsumen (Terence A. Shimp, 2000). Model iklan perempuan dalam iklan kopi
menikmati kopi membuat penonton yakin bahwa kopi tersebut sangat nikmat
untuk dinikmati. Dan Sebanyak 94,3% responden merasa yakin bahwa kopi
tersebut sangat nikmat untuk dinikmati.
8.
Pertanyaan No.8 :
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Apakah
Model Perempuan dalam Iklan Kopi Cantik
Model-model perempuan dalam iklan kopi cantik
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
4
11,4
11,4
11,4
4
13
37,1
37,1
48,6
5
18
51,4
51,4
100,0
Total
35
100,0
100,0
Sumber : diolah dari pertanyaan no.1 variabel X indikator Attraction
80
Model-model perempuan dalam iklan kopi
cantik
Kurang Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
[CATEGORY
NAME]
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Tabel 4.8 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 18 orang atau
51,4% menyatakan sangat setuju, 13 orang atau 37,1% menyatakan setuju, 4
orang atau 11,4% menyatakan kurang setuju, dan tidak ada atau 0% yang
menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut
merupakan tanggapan dari responden yang setuju bahwa model-model perempuan
dalam iklan kopi tersebut cantik sehingga dapat menarik perhatian responden.
Seorang model iklan harus memiliki daya tarik yang tinggi agar konsumen
tertarik untuk mencoba produk atau jasa yang diiklankan (Terence A. Shimp,
2000:468). Kecantikan dari model perempuan menjadi daya tarik tersendiri untuk
model perempuan menarik perhatian dari respondennya. Bukan hanya laki-laki
yang terpikat oleh kecantikannya, perempuan juga setuju bahwa model-model
perempuan dalam iklan kopi semuanya berwajah cantik. Hal tersebut dinyatakan
dari hasil jawaban responden yang semuanya adalah perempuan dan sebagian
81
besar menyetujui bahwa model-model perempuan dalam iklan kopi berwajah
cantik.
9.
Pertanyaan No.9 :
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Mengenai
Cara Minum Model Perempuan
Cara model perempuan dalam iklan kopi meminum kopi sangat menarik
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
3
8,6
8,6
8,6
4
19
54,3
54,3
62,9
5
13
37,1
37,1
100,0
Total
35
100,0
100,0
Sumber : diolah dari pertanyaan no.2 variabel X indikator Attraction
Cara model perempuan dalam iklan kopi
meminum kopi sangat menarik
Kurang Setuju
[CATEGORY
NAME]
Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
82
Tabel 4.9 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 13 orang atau
37,1% menyatakan sangat setuju, 19 orang atau 54,3% menyatakan setuju, 3
orang atau 8,6% menyatakan kurang setuju, dan tidak ada atau 0% yang
menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut
merupakan tanggapan dari responden mengenai cara model perempuan dalam
iklan kopi meminum kopi sangat menarik.
Iklan berurusan dengan bagaimana konsumen berminat dan memiliki
keinginan lebih jauh. Dalam hal ini konsumen harus dirangsang agar tertarik
untuk membaca, mendengar, atau menonton pesan-pesan yang disampaikan.
Pemilih menemukan sesuatu pada diri endorser yang dia sukai maka bujukan
bekerja lewat identifikasi. artinya, lewat identifikasi pemilih akan mengadopsi
perilaku, sikap atau preferensi. ketika mereka menemukan hal yang menarik
dalam diri endorser (Shhimp 2007:305). Sebanyak 91,4% responden menyatakan
bahwa cara model perempuan dalam iklan kopi meminum kopi sangat menarik.
Cara tersebut merupakan daya tarik yang dibuat oleh model perempuan agar
penonton juga ingin merasakan seperti apa nikmatnya kopi yang dibintanginya
tersebut setelah melihat tayangan iklan kopi tersebut.
10.
Pertanyaan No.10 :
83
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Atas Ketertarikan
Responden Untuk Mencoba Kopi Setelah Melihat Iklan Tersebut
Melihat model perempuan dalam iklan kopi menikmati kopi membuat penonton
tertarik untuk mencoba kopi tersebut
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
7
20,0
20,0
20,0
4
20
57,1
57,1
77,1
5
8
22,9
22,9
100,0
35
100,0
100,0
Total
Sumber : diolah dari pertanyaan no.3 variabel X indikator Attraction
Melihat model perempuan dalam iklan kopi
menikmati kopi membuat penonton tertarik
untuk mencoba kopi tersebut
[CATEGORY
NAME]
Kurang Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Tabel 4.10 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 8 orang atau
22,9% menyatakan sangat setuju, 20 orang atau 57,1% menyatakan setuju, 7
orang atau 20% menyatakan kurang setuju, dan tidak ada atau 0% yang
menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut
84
merupakan tanggapan responden mengenai cara model perempuan dalam iklan
kopi menikmati kopi membuat penonton tertarik untuk mencoba kopi tersebut.
Fungsi iklan adalah untuk membujuk penontonnya agar melakukan
sesuatu sesuai dengan pesan yang disampaikan dalam tayangan iklan. Tujuan ini
sangat penting pada tahap persaingan, dimana perusahaan ingin membangun
permintaan selektif untuk produk tertentu (Kotler, 2000: 578). Iklan yang
berpersuasif mampu menggerakkan konsumen untuk mendekatkan diri dengan
brand dan tertarik untuk mencobanya. Model perempuan sebagai pendukung atau
endorser membantu produsen untuk menarik perhatian penonton untuk mencoba
kopi yang dibintanginya tersebut.
11.
Pertanyaan No.11 :
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Mengenai
Pakaian Model Perempuan dalam Iklan Kopi
Pakaian model perempuan dalam iklan kopi menarik dan rapi
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
2
5,7
5,7
5,7
4
20
57,1
57,1
62,9
5
13
37,1
37,1
100,0
Total
35
100,0
100,0
Sumber : diolah dari pertanyaan no.4 variabel X indikator Attraction
85
Pakaian model perempuan dalam iklan kopi
menarik dan rapi
Kurang Setuju
[CATEGORY
NAME]
Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Tabel 4.11 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 13 orang
atau 37,1% menyatakan sangat setuju, 20 orang atau 57,1% menyatakan setuju, 2
orang atau 5,7% menyatakan kurang setuju, dan tidak ada atau 0% yang
menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut
merupakan tanggapan responden mengenai pakaian model perempuan dalam iklan
kopi menarik dan rapi sehingga mencerminkan bahwa ia adalah wanita yang
elegan.
Pakaian yang rapi dan menarik mencerminkan bahwa model perempuan
adalah wanita yang elegan. Penampilan seseorang merupakan salah satu hal
pertama yang diperhatikan selama komunikasi berlangsung. kesan pertama selama
20 detik sampai 4 menit pertama. 84% dari kesan terhadap seseorang berdasarkan
penampilannya (Lalli Ascosi, 1990). Hal tersebut disetujui sebagian besar oleh
responden. Dari cara berpakaian model perempuan dalam iklan kopi mencoba
membuat image bahwa kopi tersebut adalah kopi yang elegan dan pantas untuk
86
dinikmati oleh seluruh kalangan tidak hanya kalangan menengah kebawah sebagai
kopi instan dengan harganya yang sangat terjangkau.
12.
Pertanyaan No.12 :
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Mengenai
Gerak Tubuh Model Perempuan dalam Iklan Kopi
Gerak tubuh model perempuan dalam iklan kopi terlihat elegan
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
2
5,7
5,7
5,7
4
19
54,3
54,3
60,0
5
14
40,0
40,0
100,0
Total
35
100,0
100,0
Sumber : diolah dari pertanyaan no.5 variabel X indikator Attraction
Gerak tubuh model perempuan dalam iklan kopi
terlihat elegan
Kurang Setuju
[CATEGORY
NAME]
Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Tabel 4.12 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 14 orang
atau 40% menyatakan sangat setuju, 19 orang atau 54,3% menyatakan setuju, 2
87
orang atau 5,7% menyatakan kurang setuju, dan tidak ada atau 0% yang
menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut
merupakan tanggapan responden mengenai gerak tubuh model perempuan dalam
iklan kopi terlihat elegan sehingga menunjukkan bahwa kopi tersebut adalah kopi
yang elegan walaupun kopi tersebut merupakan kopi instan dengan harga
terjangkau.
Daya tarik bukan hanya berarti daya tarik fisik meskipun daya tarik bisa
menjadi atribut yang sangat penting, tetapi meliputi sejumlah karakteristik yang
dapat dilihat khayalak dalam diri endorser: kecerdasan, sifat-sifat kepribadian,
gaya hidup, keatletisan postur tubuh, dan sebagainya. Endorser dengan tampilan
fifik yang baik dan/atau karaketer non-fisik yang menarik dapat menunjang iklan
dan dapat menimbulkan minat audience unruk menyimak iklan (Belch dan Belch,
2004). Salah satu yang berperan penting lainnya yaitu gerak tubuh. Gerak tubuh
dari model perempuan sudah membantu menunjukkan bahwa kopi tersebut adalah
kopi yang elegan. Hal tersebut juga disetujui oleh sebagian besar responden.
Gerak tubuh dari model perempuan menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian
responden.
13.
Pertanyaan No.13 :
88
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Mengenai
Kesukaannya Terhadap Model Perempuan dalam Iklan Kopi
Saya menyukai model perempuan dalam iklan kopi
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
2
5,7
5,7
5,7
3
8
22,9
22,9
28,6
4
20
57,1
57,1
85,7
5
5
14,3
14,3
100,0
35
100,0
100,0
Total
Sumber : diolah dari pertanyaan no.6 variabel X indikator Attraction
Saya menyukai model perempuan dalam iklan
kopi
[CATEGORY
NAME]
Tidak Setuju
Kurang Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Tabel 4.13 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 5 orang atau
14,3% menyatakan sangat setuju, 20 orang atau 57,1% menyatakan setuju, 8
orang atau 22,9% menyatakan kurang setuju, 2 orang atau 5,7% menyatakan tidak
setuju dan tidak ada atau 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hasil tabel
89
tersebut merupakan tanggapan dari responden mengenai pendapatnya menyukai
model perempuan dalam iklan kopi tersebut.
Likability (kesukaan) merupakan hal yang paling relevan untuk mengubah
sikap terhadap merek. Kesukaan pada endorser pada konsumen membantu
memotivasi yang postif terhadap suatu merek (Terence A. Shimp, 2000).
Sebagian besar dari responden menyetujui bahwa mereka menyukai model
perempuan dalam iklan kopi tersebut. Daya tarik tersebut akan membuat penonton
memilih produk kopi karena menyukai model perempuan dalam iklan kopi
tersebut.
4.2.2.2.
Uji Frekuensi Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan
(Variabel Y)
Berikut ini adalah hasil distribusi frekuensi dari variabel Y, Kebiasaan
Minum Kopi bagi Perempuan :
1.
Pertanyaan No.1 :
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Apakah
Kopi Cocok Untuk diminum Setiap Hari
Kopi cocok untuk diminum setiap hari
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
2
3
8,6
8,6
8,6
3
15
42,9
42,9
51,4
4
14
40,0
40,0
91,4
5
3
8,6
8,6
100,0
35
100,0
100,0
Total
90
Sumber : diolah dari pertanyaan no.1 variabel Y indikator Faktor Pribadi
Kopi cocok untuk diminum setiap hari
[CATEGORY
NAME]
Tidak Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Tabel 4.14 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 3 orang atau
8,6% menyatakan sangat setuju, 14 orang atau 40% menyatakan setuju, 15 orang
atau 42,9% menyatakan kurang setuju, 3 orang atau 8,6% menyatakan tidak setuju
dan tidak ada atau 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut
merupakan tanggapan responden mengenai pertanyaan, apakah kopi tersebut
cocok untuk diminum setiap hari.
Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulangulanng dalam hal yang sama (Joko 2008:24). Minum kopi menjadi kebiasaan bagi
kebanyakan pencinta kopi. Mereka selalu meminum kopi setiap harinya. Dari
hasil jawaban responden diatas, masih ada sebagian dari responden yang merasa
khawatir untuk terlalu sering mengkonsumsi kopi instan setiap hari dikarenakan
akan ada efek samping yang dirasakan. Rata-rata perempuan akan merasa
91
khawatir terhadap kesehatannya, sehingga akan lebih berhati-hati dalam
melakukan sesuatu.
2.
Pertanyaan No.2 :
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban
Responden Apakah Kopi Bermanfaat
Iklan kopi sangat bermanfaat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
2
1
2,9
2,9
2,9
3
16
45,7
45,7
48,6
4
16
45,7
45,7
94,3
5
2
5,7
5,7
100,0
35
100,0
100,0
Total
Sumber : diolah dari pertanyaan no.2 variabel Y indikator Faktor Pribadi
Iklan kopi sangat bermanfaat
[CATEGORY
NAME]
Tidak Setuju
Kurang Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
92
Tabel 4.15 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 2 orang atau
5,7% menyatakan sangat setuju, 16 orang atau 45,7% menyatakan setuju, 16
orang atau 45,7% menyatakan kurang setuju, 1 orang atau 2,9% menyatakan tidak
setuju dan tidak ada atau 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hasil tabel
tersebut merupakan tanggapan responden mengenai pertanyaan, apakah kopi
tersebut bermanfaat.
Iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk
yangditujukan oleh suatu masyarakat lewat suatu media (Rhenald Kasali
1992:21). Iklan yang baik adalah iklan yang bersifat informatif. Iklan dianggap
bermanfaat oleh khalayak jika bisa memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
khalayak. Hasil tersebut masih hampir seimbang antara responden yang sangat
setuju dan setuju dengan responden yang kurang setuju dan tidak setuju. Setelah
dilakukan wawancara lebih lanjut kepada beberapa responden, responden yang
setuju bahwa kopi bermanfaat yaitu karena kopi tersebut sangat membantu dikala
sedang mengantuk maupun menemani waktu senggang.
3.
Pertanyaan No.3 :
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban
Responden Apakah Minum Kopi Menjadi Trend di
Masyarakat
Minum kopi menjadi trend di masyarakat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
3
3
8,6
8,6
8,6
4
17
48,6
48,6
57,1
Valid
93
5
15
42,9
42,9
Total
35
100,0
100,0
100,0
Sumber : diolah dari pertanyaan no.3 variabel Y indikator Faktor Pribadi
Minum kopi menjadi trend di masyarakat
Kurang Setuju
[CATEGORY
NAME]
Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Tabel 4.16 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 15 orang
atau 42,9% menyatakan sangat setuju, 17 orang atau 48,6% menyatakan setuju, 3
orang atau 8,6% menyatakan kurang setuju dan tidak ada atau 0% yang
menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut
merupakan tanggapan responden mengenai pertanyaan apakah minum kopi
menjadi trend di masyarakat.
Trend/tren adalah keadaan dimana suatu hal sedang digemari atau sedang
menjadi perhatian masyarakat pada saat tertentu. Sebagian besar responden
menyatakan setuju bahwa minum kopi saat ini sudah menjadi trend di masyarakat.
Saat ini sudah banyak cafe-cafe yang menjual kopi dan dipenuhi oleh banyak
94
pelanggan yang memesan kopi tidak hanya laki-laki, perempuan saat ini juga
senang untuk mengunjungi cafe hanya untuk sekedar menikmati kopi dan
berbincang-bincang bersama teman-temannya.
4.
Pertanyaan No.4 :
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban
Responden Bahwa Minum Kopi Instan Serasa Menikmati
Kopi di Caffe
Minum kopi instan serasa menikmati kopi di caffe
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
2
1
2,9
2,9
2,9
3
21
60,0
60,0
62,9
4
10
28,6
28,6
91,4
5
3
8,6
8,6
100,0
35
100,0
100,0
Total
Sumber : diolah dari pertanyaan no.4 variabel Y indikator Faktor Pribadi
95
Minum kopi instan serasa menikmati kopi di
caffe
Tidak Setuju
[CATEGORY
NAME]
Setuju
Kurang Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Tabel 4.17 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 3 orang atau
8,6% menyatakan sangat setuju, 10 orang atau 28,6% menyatakan setuju, 21
orang atau 60% menyatakan kurang setuju, 1 orang atau 2,9% menyatakan tidak
setuju, dan tidak ada atau 0% yang sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut
merupakan tanggapan responden mengenai pendapatnya, apakah minum kopi
Kapal Api serasa minum kopi di caffe.
Iklan dapat membuat seseorang berimajinasi. Imajinasi adalah daya piker
untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambaran (lukisan,
karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman
seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sebagian iklan mengajak
respondennya untuk membayangkan isi yang ada didalam iklan tersebut. Sebagian
besar responden menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan bahwa menikmati
kopi instan serasa minum kopi di caffe. Hal tersebut berarti kopi tersebut masih
96
kurang untuk membuat responden berimajinasi atau merasakan kopi tersebut
seperti menikmati kopi di caffe.
5.
Pertanyaan No.5 :
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban
Responden Bahwa Iklan Kopi dapat dipercaya
Iklan kopi dapat dipercaya
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
3
4
11,4
11,4
11,4
4
29
82,9
82,9
94,3
5
2
5,7
5,7
100,0
35
100,0
100,0
Total
Sumber : diolah dari pertanyaan no.1 variabel Y indikator Faktor Psikologis
Iklan kopi dapat dipercaya
[CATEGORY
NAME]
Kurang Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
97
Tabel 4.18 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 2 orang atau
5,7% menyatakan sangat setuju, 29 orang atau 82,9% menyatakan setuju, 4 orang
atau 11,4% menyatakan kurang setuju, dan tidak ada atau 0% yang menyatakan
tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan
tanggapan responden mengenai iklan kopi yang dapat dipercaya.
Kepercayaan merek (trust in a brand) didefinisikan sebagai keinginan
pelanggan untuk bersandar pada sebuah merek dengan resiko-resiko yamh
dihadapi karena ekspetasi terhadap merek itu akan menyebabkan hal yang positif
(Tjahyadi, 2206: 71). Memiliki Endorser yang berkredibilitas adalah salah satu
keuntungan baik perusahaan karena publisitas yang disampaikan dianggap tidak
bias dan jujur. Satu hal yang penting dari efek positif menggunakan endorser
berkredibilitas adalah penerimaan pesan yang cenderung mengurangi keraguan
konsumen. Kopi-kopi tersebut sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Sehingga masyarakat sudah sangat mempercayai kualitas dari kopi-kopi. Dengan
bantuan endorser juga akan membuat masyarakat lebih percaya terhadap merekmerek kopi tersebut.
6.
Pertanyaan No.6 :
Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Bahwa Kopi Instan
Memiliki Citra yang Baik dan Layak Untuk dikonsumsi
Kopi instan adalah kopi yang memiliki citra yang baik dan layak untuk
dikonsumsi
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
5
14,3
14,3
14,3
4
23
65,7
65,7
80,0
5
7
20,0
20,0
100,0
98
35
Total
100,0
100,0
Sumber : diolah dari pertanyaan no.2 variabel Y indikator Faktor Psikologis
Kopi instan adalah kopi yang memiliki citra yang
baik dan layak untuk dikonsumsi
[CATEGORY
NAME]
Kurang Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Tabel 4.19 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 7 orang atau
20% menyatakan sangat setuju, 23 orang atau 65,7% menyatakan setuju, 21 orang
atau 60% menyatakan kurang setuju, 4 orang atau 11,4% menyatakan tidak setuju,
dan tidak ada atau 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut
merupakan tanggapan responden mengenai persetujuannya terhadap kopi instan
yang memiliki citra yang baik dan layak untuk dikonsumsi.
Iklan merupakan elemen yang penting dan saling berpengaruh dalam
menanamkan brand awareness kepada konsumen, seiring dengan ciri fisik dan
kualitas produk yang mengikuti suatu brand tertentu (Temporal & Lee, 2010).
Sebagian besar responden setuju bahwa kopi –kopi tersebut memiliki citra yang
baik dan layak untuk dikonsumsi. Kopi-kopi tersebut sudah dikenal oleh
99
masyarakat luas di Indonesia. Sehingga masyarakat sudah mempercayai akan
kualitas dari kopi-kopi tersebut.
Pertanyaan No.7 :
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Setelah
Melihat Iklan Kopi
Setelah melihat iklan kopi penonton tertarik untuk konsumsi kopi tersebut
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
1
2,9
2,9
2,9
3
10
28,6
28,6
31,4
4
22
62,9
62,9
94,3
5
2
5,7
5,7
100,0
35
100,0
100,0
Total
Sumber : diolah dari pertanyaan no.3 variabel Y indikator Faktor Psikologis
Setelah melihat iklan kopi penonton tertarik
untuk konsumsi kopi teresebut
Tidak Setuju
[CATEGORY
NAME]
Kurang Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
100
Tabel 4.20 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 2 orang atau
5,7% menyatakan sangat setuju, 22 orang atau 62,9% menyatakan setuju, 10
orang atau 28,6% menyatakan kurang setuju, 1 orang atau 2,9% menyatakan tidak
setuju, dan tidak ada atau 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hasil tabel
tersebut merupakan tanggapan responden mengenai ketertarikannya untuk
konsumsi kopi setelah melihat iklan kopi tersebut.
Hasil tersebut menunjukan bahwa responden lebih banyak yang tertarik
untuk konsumsi kopi setelah melihat tayangan iklan kopi tersebut. Menurut
Tilman dan Kirkpatrick, iklan merupakan massa yang menawarkan janji kepada
konsumen tentang adanya barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan,
tempat memperolehnya dan kualitas barang dan jasa tersebut melalui pesan yang
bersifat informative dan persuasive. Hal tersebut menunjukan bahwa iklan kopi
sudah dapat berfungsi dengan baik. Yaitu fungsi persuasif, yang bertujuan untuk
membujuk penonton untuk mengikuti pesan yang disampaikan.
7.
Pertanyaan No.8 :
Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Pemikiran Responden
Setelah Melihat Iklan Kopi
Setelah melihat iklan kopi penonton berpikir untuk membeli kopi tersebut
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
2
5,7
5,7
5,7
3
10
28,6
28,6
34,3
4
20
57,1
57,1
91,4
5
3
8,6
8,6
100,0
35
100,0
100,0
Total
101
Sumber : diolah dari pertanyaan no.4 variabel Y indikator Faktor Psikologis
Setelah melihatiklan kopi penonton berpikir
untuk membeli kopi tersebut
[CATEGORY
NAME]
Tidak Setuju
Kurang Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Tabel 4.21 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 3 orang atau
8,6% menyatakan sangat setuju, 20 orang atau 57,1% menyatakan setuju, 10
orang atau 28,6% menyatakan kurang setuju, 2 orang atau 5,7% menyatakan tidak
setuju, dan tidak ada atau 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hasil tabel
tersebut merupakan tanggapan responden mengenai sikapnya setelah melihat iklan
kopi apakah penonton berpikir untuk membeli kopi tersebut.
Sebagai data tambahan peneliti juga melakukan sedikit tanya jawab secara
langsung kepada beberapa orang responden dan juga teman-teman perempuan
yang juga penggemar kopi. Sebagian besar responden setuju dan memiliki
pemikiran untuk membeli kopi setelah melihat tayangan iklan kopi tersebut. Hal
tersebut menujukkan bahwa iklan kopi sudah memiliki fungsi persuasif yang baik
102
sehingga bisa membuat penonton berpikir untuk membeli produknya dan
mencoba produk-produk kopi tersebut.
4.3.
H0 :
Pengujian Hipotesis
Tidak ada hubungan Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi
dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan
Ha :
Ada hubungan Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi dan
Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis
korelasi dan regresi linier sederhana, untuk menguji pengaruh penggunaan model
perempuan dalam iklan kopi terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan.
Proses ini menggunakan bantuan program SPSS versi 21 guna menghindari
kesalahan dalam mengolah data.
i.
Uji Koefisien Korelasi
Perhitungan koefisien korelasi dilakukan untuk meneliti sejauh mana
variabel pada suatu faktor berkaitan dengan variabel pada faktor lain. Perhitungan
koefisien korelasi dalam penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara
Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi (variabel X), dan Kebiasaan
Minum Kopi bagi Perempuan (variabel Y). Penelitian ini menggunakan rumus
statistik Korelasi Product Moment (Pearson‟s Correlation) untuk menganalisis
103
hubungan antara variabel Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi
(variabel X), dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan (variabel Y).
Peneliti menggunakan program SPSS versi 21 untuk mempermudah
perhitungan koefisien korelasi dalam penelitian ini. Hasil perhitungan koefisien
korelasi antara Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi dan Kebiasaan
Minum Kopi bagi Perempuan dapat dilihat dari output SPSS pada tabel 4.22
sebagai berikut :
Tabel 4.22
Hasil Uji Korelasi
Correlations
Penggunaan Model
Kebiasaan Minum
Perempuan dalam Iklan
Kopi bagi Perempuan
kopi
Pearson
Penggunaan Model
1
**
,491
Correlation
Perempuan dalam Iklan kopi
,003
Sig. (2-tailed)
Kapal Api
N
Pearson
Kebiasaan Minum Kopi bagi
Perempuan
35
35
**
1
,491
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
,003
35
35
104
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil uji korelasi pada tabel 4.22 tersebut menunjukan bahwa nilai
koefisien antara Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi dan Kebiasaan
Minum Kopi bagi Perempuan adalah 0,491. Nilai 0,491 menunjukan hubungan
yang positif karena nilai rhitung lebih besar dari rtabel (taraf kesalahan 5% untuk
N=35). Interpretasi nilai koefisien korelasi 0,491 menunjukkan hubungan yang
sedang karena berada dalam rentang 0,40-0,599.
ii.
Uji Signifikan Hasil Korelasi
Untuk mengetahui apakah angka korelasi signifikasi atau tidak, ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan dengan cara menentukan hipotesis atau
dengan ketentuan pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini, peneliti
mengambil cara dengan menentukan keputusan signifikasi hasil korelasi.
Jika probabilitas < 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan
Jika probabilitas > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan
Keputusan signifikasi hasil korelasi dapat dilihat dari angka probabilitas
kolom Sig. (2-tailed) dalam tabel 4.22 hasil uji korelasi antara Penggunaan Model
Perempuan dalam Iklan kopi dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan. Nilai
probabilitas 0,003 < 0,005 sehingga hubungan antara Penggunaan Model
Perempuan dalam Iklan kopi dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan
dinyatakan signifikan.
105
iii.
Besar Sumbangan atau Peranan Variabel X Terhadap Variabel Y
Peneliti menggunakan rumus KD (Koefisien Determinasi) untuk mencari
besarnya sumbangan atau peranan antara penggunaan model perempuan dalam
iklan kopi (Variabel X) dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan (Variabel
Y), adapun rumus KD (Koefisien Determinasi) yaitu :
KD = r2 x 100%
Keterangan :
r = nilai koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
KD = (0,491)2 x 100%
KD = 0,247 x 100%
KD = 24,7%
Keterangan :
r2 = 0,247 mempunyai arti 24,7%
Hasil perhitungan KD (Koefisien Determinasi) diatas menunjukan bahwa
besar sumbangan atau peranan Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi
(Variabel X) dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan (Variabel Y) adalah
sebesar 24,7%, dan sisanya sebesar 75,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang
masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
iv.
Analisis Regresi
Tabel 4.23
a
Variables Entered/Removed
106
Model
1
Variables
Variables
Entered
Removed
VAR00002
Method
b
. Enter
a. Dependent Variable: VAR00001
b. All requested variables entered.
Tabel 4.24
Model Summary
Model
1
R
R Square
a
,491
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,241
,218
3,92275
a. Predictors: (Constant), VAR00002
Tabel 4.25
a
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
160,883
1
160,883
Residual
507,803
33
15,388
Total
668,686
34
a. Dependent Variable: VAR00001
b. Predictors: (Constant), VAR00002
Tabel 4.26
Coefficients
a
F
10,455
Sig.
b
,003
107
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
36,798
5,835
VAR00002
,621
,192
Beta
6,306
,000
3,233
,003
1
,491
a. Dependent Variable: VAR00001
Hipotesis :
H0 :
Tidak ada hubungan Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi
dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan
Ha :
Ada hubungan Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi dan
Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan
Dari output diatas dapat diketahui nilai thitung = 3,233 p
dengan nilai signifikan 0,03 (0,00 < 0,05) . Tingkat kepercayaan yang
digunakan dalam perhitungan regresi linier sederhana adalah 95%
dengan
signifikasi 0,05 :
1. Jika nilai thitung > ttabel , maka terdapat hubungan yang signifikan,
2. Jika thitung < ttabel maka tidak terdapat hubungan yang signifikan.
Nilai ttabel (n-2) = 33 yaitu 2,733. Dari hasil diatas didapatkan bahwa nilai thitung >
ttabel yang berarti ada pengaruh dari penggunaan model perempuan dalam iklan
terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan.
108
4.3.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah diuraikan
pada bab-bab sebelumnya, didapatkan hasil untuk menjawab rumusan
masalah dan identifikasi yang sudah disebutkan dalam bab 1 yang akan
diuraikan sebagai berikut :
4.3.1. Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi
Model sangat berperan penting dalam
sebuah iklan.
Keberhasilan sebuah iklan tidak terlepas dari model iklan dalam
mempromosikan sebuah produk. Model dalam lingkup pekerjaan
atau seni atau biasa disebut peragawan atau peragawati adalah
seseorang yang bertugas untuk memperagakan busana atau pun
menampilkan produk atau biasa disebut endorser. Endorser sering
juga disebut direct source (sumber langsung) yaitu seorang
pembicara yang mengantarkan sebuah pesan atau memperagakan
sebuah produk atau jasa (Belch dan Belch 2004:168). Endorser
juga diartikan sebagai orang yang dipilih mewakili image sebuah
produk (product image).
Penelitian secara luas menunjukan bahwa terdapat atribut
dasar yang berpengaruh terhadap efektivitas pendukung/endorser
(Shimp, 2010 : 251-154), yaitu credibility (kredibilitas) dan
attraction (daya tarik). Dua sifat penting dari kredibilitas endorser
adalah keahlian dan kepercayaan. Seorang endorser dituntut untuk
memiliki keahlian dalam membawakan iklannya serta harus dapat
109
mempengaruhi khalayak untuk mempercayainya. Selain itu,
seorang model iklan harus memiliki daya tarik yang tinggi agar
konsumen tertarik untuk mencoba produk atau jasa yang
diiklankan. Daya tarik bukan hanya berarti daya tarik fisik
meskipun daya tarik bisa menjadi atribut yang sangat penting,
tetapi meliputi sejumlah karakteristik yang dapat dilihat khayalak
dalam diri endorser: kecerdasan, sifat-sifat kepribadian, gaya
hidup, keatletisan postur tubuh, dan sebagainya.
Dalam iklan kopi, model-model perempuan memiliki
kredibilitas
yang
cukup
baik
sehingga
khalayak
dapat
mempercayainya sebagai pembawa iklan kopi tersebut. Selain itu
juga khalayak menilai bahwa model perempuan memiliki keahlian
dalam membawakan iklan tersebut. Dari segi daya tarik, belum
didapatkan hasil yang tinngi bahwa model perempuan dapat
menarik perhatian khalayak, hanya sebagian saja dari responden
yang merasa tertarik kepada model perempuan.
Penggunaan
berpengaruh
model
terhadap
perempuan
produk
kopi
dalam
iklan
tersebut.
kopi
Walaupun
pengaruhnya tidak terlalu besar, akan tetapi model perempuan
dalam iklan kopi cukup memberikan pengaruh.
Hal ini
menjelaskan bahwa model-model perempuan dalam iklan kopi
menjalankan dua atribut dasar endorser yang berpengaruh terhadap
efektivitas pendukung/ endorser yaitu daya tarik dan kredibilitas.
110
Tujuan IMC adalah untuk mempengaruhi perilaku khalayak
sasarannya. Setelah melakukan penelitian dengan menyebarkan
angket, didapatkan hasil bahwa model iklan kopi sudah cukup
mempengaruhi khalayak untuk melakukan pembelian produk kopi
tersebut.
4.3.2. Kebiasaan Minum Kopi Perempuan
Kebiasaan merupakan perilaku konsumen yang sering
nampak, kebiasaan dapat didefinisikan sebagai perilaku yang
berulang kali dilakukan. Secara konseptual kebiasaan seseorang
dalam bertindak dipengaruhi oleh 2 Faktor. Begitu juga kebiasaan
minum kopi bagi perempuan di Indonesia. 2 Faktor tersebut yaitu :
3.
Faktor pribadi. Faktor pribadi perempuan Indonesia
mengkonsumsi kopi yaitu adanya kebutuhan dan gaya
hidup. Aktifitas yang berat dalam pekerjaan membuat para
perempuan butuh penembah stamina agar bisa tetap fit
dalam melakukan pekerjaannya terutama bagi perempuanperempuan kantoran yang memiliki aktifitas padat. Banyak
perempuan yang menjadikan kopi sebagai penambah
staminanya. Gaya hidup juga membuat para perempuan
untuk mengkonsumsi kopi agar tidak tertinggal trend saat
ini.
111
4.
Faktor psikologis. Yaitu adanya persepsi dan motivasi.
Pandangan terhadap model iklan dan produk menjadi daya
tarik bagi perempuan untuk mengkonsumsi kopi dan
menjadikan dorongan untuk mengkonsumsi kopi.
Tingkat konsumsi kopi di Indonesia selalu meningkat setiap
tahunnya. Karena Indonesia merupakan salah satu penghasil kopi
terbesar di dunia, membuat kopi mudah didapatkan dan
dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Tidak hanya bagi lakilaki, saat ini konsumsi kopi juga dilakukan oleh perempuan.
Saat ini, tingkat konsumsi kopi bagi perempuan di kota
Serang sudah dapat dikatakan cukup tinggi. Karena saat melakukan
penelitian di beberapa café yang berada di kota Serang, peneliti
tidak terlalu sulit untuk menemukan responden perempuan yang
mengkonsumsi
kopi.
Selain
itu,
penulis
juga
melakukan
wawancara secara langsung kepada perempuan-perempuan yang
ada disekitar penulis, saat ini mereka juga sering menikmati kopi
saat dirumah ataupun sengaja mengunjungi café atau warung kopi
untuk menikmati kopi. Walaupun hasil yang didapatkan dari
wawancara secara langsung terhadap responden, pada beberapa
responden konsumsi kopi tidak dilakukan secara berkala.
Dari wawancara yang sudah dilakukan secara langsung,
didapatkan bahwa konsumsi kopi yang dilakukan oleh perempuanperempuan dikota Serang sebagian besar didasari oleh gaya hidup
112
dan tren. Karena saat ini sudah banyak sekali warung-warung kopi
yang modern dan sering dijadikan sebagai tempat berkumpul oleh
masyarakat sebagai fenomena yang sedang tren. Sehingga mereka
yang ingin dikatakan “gaul” sering dating ketempat-tempat
tersebut hanya untuk sekedar menikmati kopi.
4.3.3. Pengaruh Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi
Terhadap kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan
Penggunaan seorang endorser sangat berpengaruh dalam
keberhasilan sebuah iklan. Endorser dapat menarik perhatian
khalayak untuk menyaksikan tayangan iklan dan pesan dapat
tersampaikan dengan jelas, sehingga akan ada efek yang
ditimbulkan dari pesan tersebut yaitu pembelian.
Dalam sebuah iklan, endorser dituntut untuk dapat
mempengaruhi khalayaknya untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan pesan yang disampaikannya, yang intinya adalah adanya
suatu pembelian. Jika hal tersebut sudah terjadi, maka model
perempuan dapat dikatakan berhasil sebagai seorang endorser yang
ahli.
Dalam iklan-iklan kopi tersebut, pesan yang disampaikan
berkaitan dengan minum kopi yang dilakukan oleh perempuan.
Saat ini minum kopi bagi perempuan adalah suatu kebiasaan dan
gaya hidup. Perempuan masa kini juga sangat menikmati kopi.
113
Pada kebanyakan perempuan, mereka senang menghabiskan
waktunya di warung-warung kopi untuk menikmati kopi sambil
bersantai
bersama
rekan-rekannya
atau
sahabat
ataupun
menyelesaikan pekerjaan kantor sambil menikmati fasilitas internet
gratis yang disediakan oleh warung-warung kopi modern.
Kopi
menjadi
magnet
tersendiri
bagi
perempuan-
perempuan aktif yang berkarir, kopi yang dikenal dengan
khasiatnya yang dapat menghilangkan rasa kantuk dan menambah
stamina
membuat
kebutuhannya
perempuan
sehari-hari
dan
menjadikan
menambah
kopi
sebagai
semangat
dalam
beraktifitas. Namun saat ini kopi belum menjadi minuman yang
wajib bagi perempuan. Hanya sebagian perempuan saja yang
menjadikan kopi sebagian minuman rutin setiap harinya.
Setelah melihat iklan-iklan kopi yang dibawakan oleh
model
perempuan,
sebagian
khalayak
terpengaruh
untuk
mengkonsumsi kopi-kopi tersebut dan melakukan pembelian (dari
hasil analisis kuisioner) walaupun pengaruhnya belum dapat
mempengaruhi seluruh khalayak.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat
disimpulkan
bahwa
adanya
pengaruh
penggunaan
model
perempuan dalam iklan kopi terhadap kebiasaan minum kopi bagi
perempuan yang positif. Dan hasilnya pengaruh tersebut bersifat
sedang dengan besar sumbangan atau peranan Penggunaan Model
114
Perempuan dalam Iklan Kopi (Variabel X) dan Kebiasaan Minum
Kopi bagi Perempuan (Variabel Y) adalah sebesar 24,7%, dan
sisanya sebesar 75,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang masih
memerlukan penelitian lebih lanjut (hasil didapatkan dari hasil
perhitungan DK (Determinasi Koefisien).
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dipaparkan pada
bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil dari penelitian yang sudah dilakukan, penggunaan
model perempuan dalam iklan kopi berperan penting dalam
keberhasilan iklan kopi. Penggunaan model perempuan dalam iklan
kopi berpengaruh terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan.
Walaupun pengaruhnya tidak terlalu besar, akan tetapi model
perempuan dalam iklan kopi tersebut cukup memberikan pengaruh
terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan.
Kebiasaan minum kopi bagi perempuan sudah mulai berkembang.
perempuan-perempuan masa kini senang menghabiskan waktunya
untuk bersantai sambil menikmati segelas kopi, tidak hanya di rumah
tetapi mereka juga sengaja mengunjungi kedai-kedai kopi atau caffe
hanya untuk menikmati kopi dan berkumpul bersama dengan temantemannya. Begitu juga dengan di kota Serang. Kebiasaan minum kopi
bagi perempuan di kota Serang juga sudah mulai berkembang, banyak
perempuan-perempuan menghabiskan waktu untuk menikmati kopi di
caffe.
115
116
Hal tersebut didapatkan dari data yang telah diuji, bahwa nilai t hitung
(3,233) > ttabel (2,733) yang berarti Ha diterima, dan Ho ditolak.
hasilnya yaitu bahwa ada pengaruh dari penggunaan model perempuan
dalam iklan terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan.
2. Dari penelitian yang sudah dilakukan, didapatkan hasil yaitu ada
pengaruh penggunaan model perempuan dalam iklan kopi kapal api
terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan sebesar 24,7%.
Walaupun pengaruh tersebut hanya sebesar 24,7% tetapi sudah dapat
menyampaikan pesannya dengan baik dan membuat khalayak
khususnya perempuan tertarik untuk mencoba kopi instan dan membeli
kopi tersebut.
Dari hasil data penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
perempuan dalam iklan kopi berpengaruh terhadap kebiasaan minum kopi bagi
perempuan. Pesan iklan yang disampaikan oleh model perempuan dalam iklaniklan kopi tersebut disampaikan secara baik dan efektif sehingga sesuai dengan
tujuan dari iklan tersebut.
5.2.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka ada beberapa saran yang akan
diberikan oleh penulis yaitu :
1. Adanya pengaruh dari penggunaan model perempuan dalam iklan
terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan, maka penulis
menyarankan untuk menambah lagi sesuatu yang menarik dan
117
memunculkan kelebihan-kelebihan dari model perempuan tersebut
sehingga dapat lebih menarik perhatian perempuan-perempuan agar
tertarik untuk mengkonsumsi kopi.
2. Model perempuan dalam iklan hanya memberikan pengaruh terhadap
kebiasaan minum kopi bagi perempuan hanya sebesar 24,7%, dan
sisanya sebesar 75,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan demikian
sebaiknya perusahaan tidak hanya terfokus pada pengunaan model
dalam strategi penjualan untuk menambah pembelian produk.
Melainkan harus memperhatikan lagi faktor-faktor lainnya. Peneliti
menyarankan agar perusahaan terus membuat iklan-iklan yang lebih
menarik lagi dan lebih kreatif untuk meningkat jumlah penjualan dan
pembelian. Karena dengan hal tersebut akan membuat penonton akan
terus mengingat produk kopi tersebut dan lebih tertarik lagi untuk
mencoba mengkonsumsi kopi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro, Komala, Lukiati dan Karlina, Siti. 2007. Komunikasi Massa:
Suatu Pengatar Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Belch,George E & Belch, Michael A. 2008. Advertising and Promotion : An
Integrated Marketing Communications Perpective, English Edition.
McGraw Hill Higher Education
Jaiz, Muhammad. 2014. Dasar-Dasar Periklanan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Jefkins, Frank. 1997. Periklanan edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip & Amstrong, Gary. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran Jilid 2
Principles of Marketing, Ninth Edition. PT Indeks
Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh
Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi,
Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana
Kuswandi, Wawan. 2008. Komunikasi Massa (Analisis Interaktif Budaya Massa).
Jakarta : PT Rineka Cipta
Mulyana, Deddy. 2005. Nuansa-Nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan
Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Mulyana, Deddy dan Solatun. 2008. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Prasetyo, Bambang dan Miftahul, Lina. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif:
Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT RajawaliGrafindo Persada.
Prisgunanto, Ilham. 2006. Komunikasi Pemasaran : Strategi dan Taktik. Bogor :
Ghalia Indonesia
Rivers, William L. , Jensen, Jay W, dan Peterson, Theodore. 2003. Media Massa
& Masyarakat Modern. Jakarta: Prenada Media
Serevin, Werner J. Dan Tankard, James W. 2007. Teori Komunikasi: Sejarah,
Metode, dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Kencana
Shimp, Terence A. 2000. Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi
Pemasaran Terpadu, Edisi Ke-5 jilid 1. Jakarta : Erlangga
118
119
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk penelitian. Bandung: Alfabeta
Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen & Komuninkasi Pemasaran : Pengantar Prof.
Dr. Teddy Pawitra. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Swastha, Basu. 2005. Azas-Azas Marketing: Edisi 3. Yogyakarta : Liberty
Website :
Anngika Bolsterli (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anggika_Bolsterli). Diakses
pada tanggal 09 Januari 2015
Syafna, Rianty Tayu. 2011. Kopi dan Wanita: Tren Masa
www.kompasiana.com/risyafnaas/kopi-dan-wanita-tren-masa-kini
Kini?.
Yuliandri, Mustika Treisna. 2016. Perempuan dalam sejarah
https://majalah.ottencoffee.co.id/perempuan-dalam-sejarah-kopi/
kopi.
120
Uji Validitas Variabel Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi
Correlations
VAR000
VAR000
VAR000
VAR000
VAR000
VAR000
VAR000
VAR000
VAR000
VAR000
VAR000
VAR000
VAR000
VAR000
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
Pearson
Correlati
VAR000
on
01
Sig. (2-
.358
*
.181
.035
35
35
*
1
1
tailed)
N
**
.216
.097
.284
.017
-.028
.034
.215
.148
-.047
.366
.299
.002
.212
.578
.099
.922
.875
.848
.215
.397
.787
.031
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
**
.251
.346
*
.145
.181
.289
.138
.196
.081
.193
.005
.146
.005
.042
.405
.297
.092
.430
.260
.643
.265
.001
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
**
1
.095
**
.232
.272
.048
**
.310
**
.140
.420
.586
.000
.180
.114
.783
.001
.070
.009
.423
.012
.000
.510
*
Pearson
Correlati
VAR000
on
02
Sig. (2tailed)
N
.358
.035
35
.466
.464
**
**
.557
Pearson
Correlati
VAR000
on
03
Sig. (2tailed)
N
.181
.466
.576
.549
.436
*
**
.675
.299
.005
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
**
.251
.095
1
.216
-.103
.183
.017
.165
.124
.215
.148
.032
.353
.002
.146
.586
.212
.555
.292
.922
.342
.478
.215
.397
.857
.038
Pearson
VAR000
04
Correlati
.510
*
on
Sig. (2tailed)
121
N
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
**
.216
1
35
**
.221
-.027
.252
.131
.173
.156
.326
.007
.203
.876
.145
.452
.321
.369
.056
.000
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
**
1
.413
*
.198
.373
.353
*
.125
.271
.168
.014
.254
.027
.037
.473
.116
.334
.001
35
35
35
35
35
.343
*
-.007
.045
.039
Pearson
Correlati
VAR000
on
05
Sig. (2tailed)
N
.216
**
.464
.576
.448
**
.577
.212
.005
.000
.212
35
35
35
35
.097
.346
*
.232
-.103
.578
.042
.180
.555
.007
35
35
35
35
35
35
35
35
35
.284
.145
.272
.183
.221
.413
*
1
-.085
.339
.099
.405
.114
.292
.203
.014
.628
.046
.044
.967
.797
.825
.010
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
.017
.181
.048
.017
-.027
.198
-.085
1
.272
.421
.334
.922
.297
.783
.922
.876
.254
.628
.113
.012
.050
.008
.003
.003
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
-.028
.289
**
.165
.252
.373
*
.272
1
.407
*
.313
.366
Pearson
Correlati
VAR000
on
06
Sig. (2tailed)
N
.448
*
**
.550
Pearson
Correlati
VAR000
on
07
Sig. (2tailed)
N
*
**
.432
Pearson
Correlati
VAR000
on
08
Sig. (2tailed)
N
VAR000
09
*
*
**
.444
**
.491
**
.491
Pearson
Correlati
on
.549
*
.339
*
*
.374
**
.667
122
Sig. (2tailed)
N
.875
.092
.001
.342
.145
.027
.046
.113
.015
.067
.031
.027
.000
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
.034
.138
.310
.124
.131
.353
.343
.421
.407
*
1
.280
.124
.848
.430
.070
.478
.452
.037
.044
.012
.015
.103
.477
.000
.000
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
.215
.196
**
.215
.173
.125
-.007
.334
*
.313
.280
1
.215
.260
.009
.215
.321
.473
.967
.050
.067
.103
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
.148
.081
.140
.148
.156
.271
.045
*
.124
.397
.643
.423
.397
.369
.116
.797
.008
.031
.477
.000
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
-.047
.193
.420
*
.032
.326
.168
.039
.787
.265
.012
.857
.056
.334
.825
.003
.027
35
35
35
35
35
35
35
35
35
Pearson
Correlati
VAR000
on
10
Sig. (2tailed)
N
*
*
*
**
.595
**
.624
Pearson
Correlati
VAR000
on
11
Sig. (2tailed)
N
.436
**
.617
*
.412
**
.604
.000
.014
.000
35
35
35
35
**
1
.419
Pearson
Correlati
VAR000
on
12
Sig. (2tailed)
N
**
.444
.366
.617
*
**
.555
.012
.001
35
35
35
*
1
Pearson
Correlati
VAR000
on
13
Sig. (2tailed)
N
**
.491
.374
*
.595
**
*
.412
.419
.000
.014
.012
35
35
35
**
.662
.000
35
35
123
Pearson
Correlati
VAR000
on
14
Sig. (2tailed)
N
*
.366
**
.557
.675
**
.353
*
.577
**
**
.550
**
.432
**
.491
**
.667
.624
**
.604
**
**
.555
**
.662
.031
.001
.000
.038
.000
.001
.010
.003
.000
.000
.000
.001
.000
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1
35
124
Uji Validitas Variabel Kebiasaan Minum Kopi Bagi Perempuan
Correlations
VAR00001
Pearson Correlation
VAR00001
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
VAR00003
.178
.686
.000
35
35
35
35
35
35
35
35
1
**
**
.003
.224
**
*
.004
.005
.986
.195
.008
.013
.000
.000
.471
.466
35
35
35
35
35
35
35
**
1
.030
-.030
-.062
.056
-.063
.342
.863
.862
.724
.747
.721
.044
35
35
35
35
35
35
.289
**
**
**
35
35
35
.686
.471
.466
35
1
35
.580
.561
.000
.002
.000
35
35
35
35
35
1
**
.276
.233
.411
.000
.108
.177
.014
35
35
35
35
1
**
**
.003
-.030
.289
Sig. (2-tailed)
.305
.986
.862
.092
35
35
35
35
35
**
**
.611
**
.224
-.062
.007
.195
.724
.000
.000
35
35
35
35
35
35
**
**
.056
**
.276
**
.000
.008
.747
.000
.108
.001
35
35
35
35
35
35
**
*
-.063
**
.233
**
.003
.013
.721
.002
.177
.006
.000
35
35
35
35
35
35
35
.597
.490
.441
.414
.580
.561
.511
**
.781
.000
.178
.448
.511
*
.092
Pearson Correlation
N
**
.706
35
.863
Sig. (2-tailed)
.414
*
.005
Pearson Correlation
.441
35
.000
N
**
.855
.003
.030
Sig. (2-tailed)
.490
.000
**
Pearson Correlation
.597
VAR00009
**
.007
35
N
.448
VAR00008
**
.305
**
Sig. (2-tailed)
VAR00007
**
.000
35
Pearson Correlation
VAR00008
VAR00006
.012
.004
Sig. (2-tailed)
VAR00005
**
.000
.012
N
VAR00007
.644
.421
Sig. (2-tailed)
N
VAR00006
**
.644
VAR00004
*
.421
Pearson Correlation
VAR00005
35
VAR00003
**
Pearson Correlation
N
VAR00004
1
Sig. (2-tailed)
N
VAR00002
VAR00002
.611
.526
.459
.526
.459
*
**
.676
.001
.006
.000
35
35
35
1
**
.913
**
.823
.000
.000
35
35
35
**
1
.913
**
.750
.000
35
35
125
Pearson Correlation
VAR00009
**
.855
Sig. (2-tailed)
.342
*
**
.781
*
.411
.676
**
**
.823
**
.750
.000
.000
.044
.000
.014
.000
.000
.000
35
35
35
35
35
35
35
35
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**
.706
1
35
126
Uji Normalitas Data
a
Variables Entered/Removed
Model
Variables Entered
Variables
Method
Removed
b
1
VAR_X
. Enter
a. Dependent Variable: VAR_Y
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model
1
R
R Square
.491
a
b
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.241
.218
3.100
a. Predictors: (Constant), VAR_X
b. Dependent Variable: VAR_Y
a
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
100.473
1
100.473
Residual
317.127
33
9.610
Total
417.600
34
F
Sig.
10.455
b
.003
a. Dependent Variable: VAR_Y
b. Predictors: (Constant), VAR_X
Coefficients
Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
8.670
6.679
.388
.120
Beta
1.298
.203
3.233
.003
1
VAR_X
a. Dependent Variable: VAR_Y
.491
127
a
Residuals Statistics
Minimum
Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
26.50
33.87
30.20
1.719
35
Residual
-7.866
7.010
.000
3.054
35
Std. Predicted Value
-2.152
2.132
.000
1.000
35
Std. Residual
-2.537
2.261
.000
.985
35
a. Dependent Variable: VAR_Y
NPar Tests
[DataSet2]
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parameters
35
a,b
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
0E-7
3.05405867
Absolute
.083
Positive
.078
Negative
-.083
Kolmogorov-Smirnov Z
.490
Asymp. Sig. (2-tailed)
.970
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
128
Uji Frekuensi Variabel Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi
VAR00001
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
4
13
37.1
37.1
37.1
5
22
62.9
62.9
100.0
Total
35
100.0
100.0
VAR00002
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
3
2
5.7
5.7
5.7
4
22
62.9
62.9
68.6
5
11
31.4
31.4
100.0
Total
35
100.0
100.0
Valid
VAR00003
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
3
7
20.0
20.0
20.0
4
18
51.4
51.4
71.4
5
10
28.6
28.6
100.0
Total
35
100.0
100.0
Valid
VAR00004
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
4
13
37.1
37.1
37.1
5
22
62.9
62.9
100.0
Total
35
100.0
100.0
129
VAR00005
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
3
4
11.4
11.4
11.4
4
21
60.0
60.0
71.4
5
10
28.6
28.6
100.0
Total
35
100.0
100.0
Valid
VAR00006
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
3
3
8.6
8.6
8.6
4
21
60.0
60.0
68.6
5
11
31.4
31.4
100.0
Total
35
100.0
100.0
Valid
VAR00007
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
3
2
5.7
5.7
5.7
4
18
51.4
51.4
57.1
5
15
42.9
42.9
100.0
Total
35
100.0
100.0
Valid
VAR00008
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
3
4
11.4
11.4
11.4
4
13
37.1
37.1
48.6
5
18
51.4
51.4
100.0
Total
35
100.0
100.0
Valid
130
VAR00009
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
3
3
8.6
8.6
8.6
4
19
54.3
54.3
62.9
5
13
37.1
37.1
100.0
Total
35
100.0
100.0
Valid
VAR00010
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
3
7
20.0
20.0
20.0
4
20
57.1
57.1
77.1
5
8
22.9
22.9
100.0
35
100.0
100.0
Valid
Total
VAR00011
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
3
2
5.7
5.7
5.7
4
20
57.1
57.1
62.9
5
13
37.1
37.1
100.0
Total
35
100.0
100.0
Valid
VAR00012
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
3
2
5.7
5.7
5.7
4
19
54.3
54.3
60.0
5
14
40.0
40.0
100.0
Total
35
100.0
100.0
Valid
131
VAR00013
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
2
2
5.7
5.7
5.7
3
8
22.9
22.9
28.6
4
20
57.1
57.1
85.7
5
5
14.3
14.3
100.0
35
100.0
100.0
Total
132
Uji Frekuensi Variabel Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan
VAR00001
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
2
3
8.6
8.6
8.6
3
15
42.9
42.9
51.4
4
14
40.0
40.0
91.4
5
3
8.6
8.6
100.0
35
100.0
100.0
Total
VAR00002
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
2
1
2.9
2.9
2.9
3
17
48.6
48.6
51.4
4
15
42.9
42.9
94.3
5
2
5.7
5.7
100.0
35
100.0
100.0
Total
VAR00003
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
3
2
5.7
5.7
5.7
4
18
51.4
51.4
57.1
5
15
42.9
42.9
100.0
Total
35
100.0
100.0
Valid
133
VAR00004
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
2
1
2.9
2.9
2.9
3
21
60.0
60.0
62.9
4
10
28.6
28.6
91.4
5
3
8.6
8.6
100.0
35
100.0
100.0
Total
VAR00005
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
3
4
11.4
11.4
11.4
4
29
82.9
82.9
94.3
5
2
5.7
5.7
100.0
35
100.0
100.0
Valid
Total
VAR00006
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
3
5
14.3
14.3
14.3
4
23
65.7
65.7
80.0
5
7
20.0
20.0
100.0
35
100.0
100.0
Valid
Total
VAR00007
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
2
1
2.9
2.9
2.9
3
10
28.6
28.6
31.4
4
22
62.9
62.9
94.3
5
2
5.7
5.7
100.0
35
100.0
100.0
Total
134
VAR00008
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
2
2
5.7
5.7
5.7
3
10
28.6
28.6
34.3
4
20
57.1
57.1
91.4
5
3
8.6
8.6
100.0
35
100.0
100.0
Total
135
Kuisioner Pengaruh Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi Terhadap
Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan
Nama
:_______________________________________
Usia
:_______________________________________
No
1
2
3
4
5
No
Pertanyaan
Sangat Setuju (SS)
Setuju (SS)
Kurang setuju (KS)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
Skor
5
4
3
2
1
Pertanyaan
Credibility
1
Model perempuan dalam iklan kopi
terlihat menikmati kopi
2
Penonton memahami pesan iklan
yang disampaikan oleh model
perempuan dalam iklan kopi
3
Model perempuan dalam iklan kopi
memiliki kharisma sehingga memikat
hati penonton
4
Gerak tubuh model perempuan dalam
iklan kopi terlihat fleksibel
5
Model perempuan dalam iklan kopi
membuat penonton yakin mengenai
kualitas kopi dalam iklan tersebut
SS
S
KS
TS
STS
136
6
Kata-kata yang disampaikan model
perempuan membuat penonton yakin
dan percaya terhadap kopi yang
diiklankan
7
Cara model perempuan dalam iklan
kopi menikmati kopi membuat
penonton percaya bahwa kopi
tersebut sangat nikmat untuk
dinikmati
Attaction
1
Model-model perempuan dalam iklan
kopi cantik
2
Cara model-model perempuan dalam
iklan kopi meminum kopi sangat
menarik
3
Melihat model perempuan dalam
iklan kopi menikmati kopi membuat
penonton tertarik untuk mencoba
kopi
4
Pakaian model perempuan dalam
iklan kopi menarik dan rapi
5
Gerak tubuh model perempuan dalam
iklan kopi terlihat elegan
6
Saya menyukai model perempuan
dalam iklan kopi
Faktor Pribadi
1
Kopi cocok untuk diminum setiap
hari
2
Iklan kopi sangat bermanfaat
3
Minum kopi menjadi trend di
masyarakat
4
Minum kopi instan serasa menikmati
kopi di caffe
Faktor Psikologis
137
1
Iklan-iklan kopi dapat dipercaya
2
Kopi instan memiliki citra yang baik
dan layak untuk dikonsumsi
3
Setelah melihat iklan kopi penonton
tertarik untuk konsumsi kopi tersebut
4
Setelah melihat iklan kopi penonton
berpikir untuk membeli kopi tersebut
138
Nomor
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Jawaban Responden Untuk Variabel X Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi
Q1
5
4
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
5
4
5
4
5
4
4
5
4
Q2
5
4
5
5
5
4
4
4
4
3
5
4
5
4
4
4
5
3
4
4
5
Q3
5
4
4
5
4
3
4
3
4
3
4
3
4
5
4
4
5
4
3
5
4
Q4
5
4
4
5
5
5
5
4
5
4
5
4
5
4
5
5
5
4
5
5
5
Q5
5
5
5
5
4
3
4
3
4
3
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
Q6
5
5
5
5
4
4
4
5
4
3
4
5
4
5
4
4
4
3
4
4
4
Q7
5
5
4
5
5
4
4
5
5
4
5
4
3
4
4
4
4
3
4
5
4
Q8
5
4
5
5
4
5
3
5
5
3
3
4
5
5
5
5
4
4
5
4
5
Q9
5
5
3
5
4
4
4
4
4
3
5
4
4
5
4
5
4
4
4
5
5
Q10 Q11 Q12 Q13
5
5
5
5
5
4
5
5
4
4
4
5
5
5
5
5
4
3
3
3
4
5
5
4
3
4
4
3
4
4
5
3
4
4
5
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
3
4
3
4
4
4
4
4
5
5
4
4
5
5
4
4
4
5
4
4
5
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
5
4
Total
65
59
57
65
53
55
51
54
57
46
54
50
55
58
58
56
59
48
53
58
58
139
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
5
4
5
5
4
5
5
4
4
5
4
5
5
5
4
5
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
5
5
4
5
4
3
5
4
3
4
4
4
4
5
5
4
5
5
5
4
4
4
5
5
5
4
5
4
5
4
4
5
4
4
4
3
4
4
5
4
4
4
5
4
4
5
4
5
4
4
3
4
5
5
4
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
5
4
4
5
4
5
5
3
4
4
5
5
4
4
5
4
4
5
5
5
4
4
4
4
5
4
3
4
5
3
3
4
4
4
4
4
5
3
5
5
3
4
5
4
4
5
5
4
5
5
4
4
5
5
4
4
4
4
4
5
5
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
5
4
4
4
3
4
2
4
4
2
3
4
52
54
59
62
56
58
57
54
49
59
54
48
53
60
140
Nomor
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Jawaban Responden Untuk Variabel Y Kebiasaan Minum Kopi
bagi Perempuan
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Total
32
3
4
4
4
4
5
4
4
27
2
3
3
3
4
3
4
5
31
3
3
4
3
5
5
4
4
26
3
4
5
2
3
3
3
3
26
3
3
5
3
4
3
3
2
32
4
4
5
3
4
4
4
4
26
3
3
5
3
3
3
3
3
27
3
4
5
3
3
3
3
3
34
4
4
5
4
4
5
4
4
27
3
3
3
3
3
4
4
4
27
3
3
4
3
4
4
3
3
28
3
3
4
3
4
4
4
3
37
5
4
5
4
4
5
5
5
32
4
4
4
4
4
4
4
4
31
4
4
4
3
4
4
4
4
34
5
4
4
5
4
4
4
4
35
4
4
5
4
5
5
4
4
27
3
3
4
3
4
4
3
3
27
3
3
4
3
4
4
3
3
31
4
3
5
3
4
4
4
4
32
4
4
5
3
4
4
4
4
141
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
3
3
3
4
4
4
5
4
2
4
4
2
3
4
3
3
3
4
3
4
4
3
3
4
5
2
3
5
4
4
4
5
5
4
4
4
4
5
5
4
4
5
3
3
3
4
4
5
5
4
3
3
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
5
4
4
3
4
4
3
2
4
3
4
4
4
4
5
4
4
3
4
4
3
2
4
27
29
29
33
32
36
35
31
26
32
34
25
25
34
142
STORY BOARD IKLAN KOPI GOOD DAY
Durasi : 00:00:30
143
STORY BOARD IKLAN TOP WHITE COFFEE
Durasi : 00:00:30
144
DOKUMENTASI
145
146
147
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Diri
Nama
: Amanda Sylviana Fitrannisa
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat dan Tanggal
: Bandung, 24 Maret 1994
Lahir
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Latar Belakang Pendidikan
1998 – 1999
: TK Kemala Bhayangkari 45
1999 - 2005
: SD Negeri 12 Serang
2005 - 2008
: SMP Negeri 7 Serang/SMPN 15 Kota Serang
2008 - 2011
: SMA Negeri 3 Kota Serang
Pengalaman Organisasi
2005-2006
1. Palang Merah Remaja SMPN 7 Serang
2. Pramuka SMPN 7 Serang
2008-2009
1. OSIS SMAN 3 Kota Serang
2. AKSI (Mading)
Download