PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEREMPUAN DALAM IKLAN KOPI TERHADAP KEBIASAAN MINUM KOPI BAGI PEREMPUAN SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada Konsentrasi Humas Program Studi Ilmu Komunikasi Oleh Amanda Sylviana Fitrannisa 6662110842 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2016 ABSTRAK Amanda Sylviana Fitrannisa. NIM. 6662110842. Pengaruh Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi terhadap Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan. Pembimbing I: Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si dan Pembimbing II: Uliviana Restu H, S.Sos., M.Ikom Setiap iklan yang ditayangkan memerlukan adanya seorang pendukung iklan atau biasa disebut dengan endorser. Dalam iklan kopi yang identik dengan laki-laki digunakan model yaitu model perempuan sebagai pendukung utama iklan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan model perempuan dalam iklan kopi terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan. Penelitian ini menggunakan teori Integrated Marketing Comunication (IMC). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif yang bersifat korelasional. Sampel peneliti ini merupakan pengunjung caffe yang tersebar di kota Serang sebanyak 35 orang yang diambil dengan menggunakan teknik penarikan sampel aksidental. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh penggunaan model perempuan dalam iklan kopi terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan, yang dibuktikan dari koefisien regresi untuk penggunaan model perempuan dalam iklan kopi terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan = 3,233 dengan nilai signifikansi 0,00 < 0,05 sehingga hipotesis yang dibuktikan terbukti. Selain itu, peranan penggunaan model perempuan dalam iklan kopi dan kebiasaan minum kopi bagi perempuan adalah sebesar 24,7%, dan sisanya sebesar 75,3% dipengaruhi oleh faktor lain. kata kunci : model perempuan, kebiasaan minum kopi bagi perempuan, iklan kopi, integrated marketing communication ABSTRACT Amanda Sylviana Fitrannisa. NIM. 6662110842. The Influence of the use of Woman Model in Coffee Advertisement towards the Habit of Drinking Coffee for Woman. The First Advisor: Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si and The Second Advisor: Uliviana Restu H, S.Sos., M.Ikom Every advertisement which is promoted needs advertisement supporter or is usually called endorser. In coffee Advertisement, which is identical with a man, is used a woman as the main endorser of the advertisement. The aim of this research was to know how big the influence of the use of woman model in coffee advertisement towards the habit of drinking coffee for woman. The research used Integrated Marketing Comunication Theory. The research used correlational quantitative method. The research populations are 35 persons of café visitors spread out the Serang City using accidental sample drawing. The research result showed that there was a positive influence of the use a woman model in coffee advertisement towards the habit of drinking coffee for woman. The result showed that there was influence of the use of woman model in coffee advertisement towards the habit of drinking coffee for woman, it was proven by coefficient of regression for the use of woman model in coffee advertisement towards the habit of drinking coffee for woman = 3,233 with significance value 0,00 < 0,05 so the hypothesis is proven. Whereas, the role of the use of woman model in coffee advertisement and the habit of drinking coffee for woman is 24,7% and the rest is 75,3% was influenced by other factors. Key words: Woman model, the habit of drinking coffee for woman, Coffee Advertisement, Integrated Marketing Communication Motto, Mimpi adalah awal dari keberhasilan. Tapi tidak selamanya mimpi terwujud karena keajaiban. Usaha dan kerja keraslah yang akan membuat mimpi itu menjadi kenyataan. Skripsi ini kupersembahkan kepada : Ayah, Ibu, dan keluarga tercinta serta para sahabat tersayang. i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir kuliah dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi Terhadap Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan” Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai berkat bimbingan, petunjuk dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd. selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2. Kepada Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNTIRTA. 3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi. 4. Kepada Bapak Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si selaku pembimbing I, terimakasih atas segala keihklasan dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 5. Ibu Uliviana Restu H, S.Sos., M.Ikom selaku pembimbing II, terimakasih atas segala keihklasan dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 6. Bapak Dr. Ing. Rangga Galura Gumelar, M.Si. sebagai Ketua penguji sidang skripsi dan pembimbing akademik. ii 7. Ibu Andin Nesia, S.IK., M.IKom. sebagai anggota penguji sidang skripsi. 8. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Rahmat Sonjaya S.Pd., M.Pd. dan ibunda tercinta Aida Heryanti yang telah mengiringi dengan do‟a, memberikan kasih sayang dan didikan yang tegas serta saudarasaudaraku yang senantiasa memberikan semangat, dorongan dan do‟a kepada penulis. 9. Semua pihak yang turut mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga apa yang telah diberikan baik dukungan, saran, bimbingan, nasihat maupun petunjuk teknis dan akademik pada penyusunan skripsi ini mendapat balasan dari Allah SWT. Serang, Juni 2016 Penulis Amanda Sylviana Fitrannisa iii DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ABSTRACT HALAMAN PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTO DAN PERSEMBAHAN LEMBAR PERNYATAAN ORSINALITAS…………………………… i KATA PENGANTAR…………………………………………………….. ii DAFTAR ISI……………………………………………………………… iv DAFTAR TABEL………………………………………………………… vii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………... ix DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… x BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1 1.1. Latar Belakang......................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah..................................................................... 5 1.3. Identifikasi Masalah.................................................................. 5 1.4. Tujuan Penelitian...................................................................... 5 1.5. Manfaat Penelitian.................................................................... 6 BAB II LANDASAN TEORI…………………………………….………. 7 2.1. Komunikasi Massa................................................................. 7 2.2. Komunikasi Pemasaran……………………..……………… 14 2.3. Jenis Komunikasi Pemasaran…………………...………… 15 2.4. Promosi…….......................................................................... 16 2.5. Pengertian iklan…………….……………………………… 17 iv 2.6. Tujuan Periklanan.................................................................. 19 2.7. Manfaat Iklan......................................................................... 21 2.8. Iklan Yang Baik..................................................................... 22 2.9. Iklan dan Model Perempua.................................................. 25 2.9.1. Pengertian Model/Endorser………………………... 25 2.9.2. Model Perempuan dalam Iklan……..………..…….. 29 2.10. Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan.............................. 31 2.10.1. Penegrtian Kebiasaan………………………………. 31 2.10.2. Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan………..… 32 2.11. Integrated Marketing Communication (IMC)........................ 34 2.11.1. Definisi IMC.............................................................. 34 2.11.2. Ciri-ciri Utama IMC……………..………………… 34 2.11.3. Perkembangan IMC................................................... 37 2.12. Kerangka Berpikir.................................................................. 42 2.13. Hipotesis Penelitian / Asumsi Dasar...................................... 45 2.14. Operasional Variabel / Operasionalisasi Konsep................... 45 2.15. Penelitian Terdahulu.............................................................. 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian.................................................................. 49 3.2. Ruang Lingkup / Fokus Penelitian......................................... 50 3.3. Lokasi Penelitian.................................................................... 50 3.4. Variabel Penelitian................................................................. 51 3.4.1. Definisi Konsep......................................................... 51 3.4.2. Definisi Operasional.................................................. 51 3.5. Instrument Penelitian............................................................. 52 3.6. Populasi dan Sampel Penelitian............................................. 53 3.6.1. Populasi...................................................................... 53 3.6.2. Sampel Penelitian.......................................................54 3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data................................... 54 3.8. Pengujian Persyaratan Statistik…………………..………… 58 v 3.8.1. Uji Validitas……………………………...………… 58 3.8.2. Uji Reabilitas……………………………………… 61 3.8.3. Uji Normalitas Data……………………………….. 62 3.9. Jadual Penelitian.................................................................... 63 BAB IV HASIL PENELITIAN………………………………………….. 64 4.1. Deskripsi Objek Penelitian.................................................... 64 4.1.1. Iklan Kopi …………………………………………. 64 4.2. Deskripsi Data……..……….................................................. 67 4.2.1. Deskripsi Data Responden…………………………. 67 4.2.2. Deskripsi Data Penelitian…………………………. 67 4.3. Pengujian Hipotesis……………………………..………… 101 4.3.1. Uji Koefisien Korelasi……………………………... 102 4.3.2. Uji Signifikan Hasil Korelasi……………………… 103 4.3.3. Besar Sumbangan Variabel X Terhadap Y………… 104 4.3.4. Analisis Regresi……………………………………. 105 4.4. Pembahasan…………………………………..…..….…..… 108 4.4.1. Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi ...…………………………….…………. 108 4.4.2. Kebiasaan Minum Kopi Perempuan……………….. 110 4.4.3. Pengaruh Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi bagi Kebiasaan Minum Kopi Bagi Perempuan……………………………………. 112 BAB V PENUTUP………………………………………………………... 115 5.1. Kesimpulan………………………………..……………….. 115 5.2. Saran…………………………….…………………………. 116 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 118 LAMPIRAN..................................................................................................120 vi DAFTAR TABEL Tebel 2.1 Kerangka Operasional……………………………………………45 Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu…………………………………………….. 46 Tabel 3.1 Uji Validitas Variabel X.………………………………………... 59 Tabel 3.1 Uji Validitas Variabel Y.………………………………………... 60 Tabel 3.3 Hasil Uji Reabilitas Variabel X dan Y………………………….. 61 Tabel 3.4 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test…………….………….. 62 Tabel 3.5 Jadual Penelitian……………………..………………………….. 63 Tabel 4.1 Model perempuan dalam iklan kopi terlihat menikmati kopi ………….………………………………………… 69 Tabel 4.2 Penonton memahami pesan iklan yang disampaikan oleh model perempuan dalam iklan kopi ………….…………………….… 70 Tabel 4.3 Model perempuan dalam iklan kopi memiliki kharisma sehingga memikat hati penonton……………………………..….. 72 Tabel 4.4 Gerak tubuh model perempuan dalam iklan api terlihat fleksibel………………………………………………….…….. 73 Tabel 4.5 Model perempuan dalam iklan kopi membuat penonton yakin mengenai kualitas kopi dalam iklan tersebut………………………... 75 Tabel 4.6 Kata-kata yang disampaikan model perempuan membuat penonton yakin dan percaya terhadap kopi yang diiklankan…………………………………………………………..… 76 Tabel 4.7 Cara model perempuan dalam iklan kopi memenikmati kopi membuat penonton percaya bahwa kopi tersebut sangat nikmat untuk dinikmati………………………..……... 78 Tabel 4.8 Model perempuan dalam iklan kopi cantik………………………79 vii Tabel 4.9 Cara model perempuan dalam iklan kopi meminum kopi sangat menarik………………………………………….…. 81 Tabel 4.10 Melihat model perempuan dalam iklan kopi menikmati kopi membuat penonton tertarik untuk mencoba kopi tersebut ………...………………………………….… 83 Tabel 4.11 Pakaian model perempuan dalam iklan kopi menarik dan rapi…………………………………………………...………. 84 Tabel 4.12 Gerak tubuh model perempuan dalam iklan kopi terlihat elegan……………………………………………..……...............… 86 Tabel 4.13 Saya menyukai model perempuan dalam iklan kopi …………………………………………………………..………….… 88 Tabel 4.14 Kopi cocok untuk diminum setiap hari……………….….……. 89 Tabel 4.15 Iklan kopi sangat bermanfaat…………….……………………. 91 Tabel 4.16 Minum kopi menjadi trend di masyarakat……………………... 92 Tabel 4.17 Minum kopi instan serasa menikmati kopi di cafe………….…. 94 Tabel 4.18 Iklan kopi dapat dipercaya………………….…………………. 95 Tabel 4.19 Kopi instan memiliki citra yang baik dan layak untuk dikonsumsi……………………………………. 97 Tabel 4.20 Setelah melihat iklan kopi penonton tertarik untuk konsumsi kopi tersebut……………………………………………… 98 Tabel 4.21 Setelah melihat iklan kopi penonton berpikir untuk membeli kopi tersebut…………………………………….………… 100 Tabel 4.22 Hasil Uji Korelasi……………………………………………… 103 Tabel 4.23, Tabel 4.24, Tabel 4.25, Tabel 4.26 Analisis Regresi…………. 105 viii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori…………………………………………….…. 44 Gambar 4.1 Chelsea islan dalam iklan kopi Good Day………………….… 65 Gambar 4.2 Raline Shah dalam iklan Luwak White Coffee………………. 65 Gambar 4.3 Chelsea Olivia dalam iklan Top White Coffee……………….. 66 Gambar 4.4. Acha Septriasa dalam iklan kopi Kapal Api Special Mix….… 66 Gambar 4.5 Dian Sastro dalam iklan Torabika Creamy Latte…….……….. 67 ix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Data Hasil Penelitian Lampiran 2 Kuisioner Lampiran 3 Daftar Skor Jawaban Kuisioner Lampiran 4 Story Board Iklan Kopi Lampiran 5 Foto Dokumentasi di Lapangan Lampiran 6 Daftar Bimbingan Skripsi Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup x BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi masyarakat Indonesia, kebiasaan minum kopi dimulai sejak prakemerdekaan. Pada saat itu, kopi merupakan minuman mewah yang sangat mahal. Kopi hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu saja, yaitu kalangankalangan atas saja, seperti keluarga-keluarga kerajaan, pejabat-pejabat tinggi, pengusaha kaya, dan orang-orang yang berpengaruh. Namun saat ini, kopi merupakan minuman yang mudah dijumpai dimanapun, biasa dinikmati dan sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia untuk menikmati kopi di pagi hari maupun malam hari baik kalangan atas, kalangan bawah, kaum muda, dewasa maupun lanjut usia . Tidak hanya di pagi hari maupun malam hari, kopi juga biasa dinikmati saat siang hari maupun sore hari disaat sedang beraktifitas maupun sedang bersantai. Kopi saat ini menjadi kebutuhan yang tidak terlepaskan dalam kehidupan banyak orang terutama para pecinta kopi. Karena kopi dikenal dengan khasiatnya dalam menambah energi dan menghilangkan rasa kantuk, sehingga kopi sangat digemari oleh masyarakat. Kebiasaan minum kopi masyarakat di Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun, menyebabkan produksi kopi di Indonesia juga terus meningkat 1 2 sejak tahun 2010. Saat ini Indonesia menjadi negara penghasil kopi ketiga terbesar di dunia. Saat ini, kebiasaan minum kopi di Indonesia mulai meningkat hingga 0,9 kg per kapita per tahun (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. Tempo, 30 Juni 2014). Tiap tahunnya kopi juga terus mengalami banyak inovasi dari segi penambahan aroma serta memiliki banyak sekali varian rasa sehingga terus menarik perhatian konsumen dan banyak diminati masyarakat. Karena meningkatnya konsumsi kopi di Indonesia, menyebabkan banyaknya para pengusaha yang memproduksi kopi instan maupun mendirikan warung-warung kopi baik yang tradisional maupun warung kopi modern. Jika dulu warung kopi sangat erat dengan gambaran kelaki-lakian, saat ini warung kopi modern atau biasa disebut dengan café bisa menghapus gambaran tersebut. Faktanya, perempuan-perempuan masa kini juga senang menikmati kopi. Kebiasaan minum kopi tersebut pada kebanyakan perempuan juga didiorong oleh tren gaya hidup bukan rutinitas seperti yang didapati pada laki-laki. Laki-laki umumnya mengkonsumsi kopi untuk membantunya dalam menghilangkan rasa kantuk dan penat, membuat mereka bisa terjaga dimalam hari atau membantu dalam menambah stamina setelah melakukan pekerjaan yang berat. Saat ini kopi menjadi gaya hidup yang menjamur disemua kalangan, khususnya di kota-kota besar. Banyak perempuan yang sering menghabiskan waktunya untuk sekedar menikmati kopi di café. Kopi juga menjadi magnet tersendiri untuk para perempuan-perempuan aktif dan berkarir karena kopi yang dipercaya dapat menghilangkan rasa kantuk dan bisa menambah stamina. Khususnya bagi para 3 perempuan aktif dan berkarir minum kopi adalah bagian dari pola hidup. Mereka senang menghabiskan waktunya untuk berkumpul bersama teman-temannya sambil menikmati segelas kopi di café atau untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan dikantor sambil bersantai. Berjamurnya warung-warung kopi menjadikan persaingan yang besar diantara pengusaha-pengusaha kopi tersebut. Banyak yang membuat inovasi-inovasi agar terus dapat menarik perhatian masyarakat. Salah satunya dengan membuat dekorasi-dekorasi unik maupun menyediakan akses internet gratis di warung kopinya. Sehingga para konsumen akan lebih banyak menghabiskan waktunya di warung kopi. Sehingga penjualan kopi akan terus meningkat. Dari fenomena tersebut banyak pengusaha-pengusaha kopi yang mengambil kesempatan untuk meningkatkan jumlah produksi dan penjualannya. Banyak iklan kopi yang menggunakan model perempuan sebagai daya tarik iklannya tersebut. Diantaranya iklan kopi yang menggunakan model perempuan adalah iklan kopi Good Day, Luwak White Kopi, Kapal Api, Top White Coffee, dan Torabika Creamy Latte. Periklanan merupakan cara yang paling efektif dalam usaha meraih pasar. Periklanan atau advertising adalah komunikasi non pribadi melalui bermacammacam media yang dibayar oleh sebuah perusahaan bisnis atau organisasi nirlaba/individu yang dalam beberapa cara teridentifikasi dalam pesan iklan dan berharap menginformasikannya/membujuk anggota-anggota dari pemirsa tertentu (Simamora, 2000: 756). Periklanan bersifat dapat menjangkau masyarakat luas tidak menggunakan pribadi secara langsung berhadapan dengan audien dan dapat 4 menyampaikan sasaran secara meyakinkan dan menimbulkan efek yang dramatif (Fandy, 2000: 191). Salah satu bagian penting dari iklan yaitu adanya seorang pendukung iklan atau biasa disebut dengan endorser. Model iklan atau endorser dalam sebuah iklan memang sering kali menjadi magnet yang begitu berpengaruh terhadap penikmatnya, karena iklan dapat memiliki makna yang berbeda bagi setiap orang. Iklan bisa menjadi faktor utama seseorang menjadi konsumtif, disisi lain dapat memberikan hiburan atau bahkan memberikan informasi bagi khalayak yang melihatnya. Dalam sebuah iklan, hal yang pertama diperhatikan oleh penonton adalah pendukung iklan (endorser). Semakin menarik pendukung iklan tersebut, maka iklan tersebut akan selalu ada dibenak masyarakat sehingga produk/jasa yang diiklankan akan menjadi terkenal dan diminati oleh masyarakat. Begitu pula dengan model-model perempuan yang ada didalam iklan kopi. Jika dulu modelmodel perempuan dalam iklan kopi hanya sebagai pemanis iklan, karena perempuan hanya menjadi pembuat kopi untuk laki-laki ataupun menemani lakilaki minum kopi. Tapi saat ini perempuan juga ikut menikmati kopi tersebut. Dari hal tersebut, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang penggunaan model perempuan dalam iklan kopi apakah adanya pengaruh terhadap kebiasan minum kopi bagi perempuan dan mengambil judul “Pengaruh Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi Terhadap Kebiasaan Minum 5 Kopi bagi Perempuan”. Penelitian ini akan dilakukan di café-café sekitar kota Serang. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diawal, maka perlu dilakukan penelitian untuk menjawab : “Bagaimana Pengaruh Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi Terhadap Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan?” 1.3. Identifikasi Masalah Berdasarkan rumusan masalah pada penelitian ini masalah diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Apakah Terdapat Pengaruh Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi Terhadap Kebiasaan Minum Kopi Bagi Perempuan? 2. Seberapa besar Pengaruh Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi Terhadap Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan? 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan model perempuan dalam iklan kopi terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan. 6 2. Mengukur seberapa besar pengaruh penggunaan model perempuan dalam iklan kopi terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dalam perkembangan Ilmu Komunikasi, untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan model wanita dalam iklan kopi terhadap budaya minum kopi bagi perempuan. Serta menjadi referensi atau perbandingan bagi rekan mahasiswa yang melakukan penelitian sejenis di masa mendatang. Manfaat Praktis Penelitian tetang pengaruh penggunaan model wanita dalam iklan kopi terhadap budaya minum kopi bagi perempuan, diharapkan dapat menambah dan memberikan pengetahuan dari dampak penggunaan alat komunikasi dan media sosial yang berlebihan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi massa Pengertian komunikasi massa merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri. 1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, seperti yang disitir Komala, dalam Karlinah, dkk. 1911), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepa da khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah siaran radio, dan televisi – keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah keduanya 7 8 disebut sebagai media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain yaitu, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) *Mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared cintinuous flow of messages in industrial societies”. ( komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri ( Rakhmat, seperti yang dikutip Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999 ) . Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan–pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan, atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri . Definisi komunikasi massa dari Meletzke berikut ini memperlihatkan sifat dan ciri komunikasi massa yang satu arah dan tidak langsung sebagai akibat dari penggunaan media massa, dan juga sifat pesannya yang terbuka untuk semua orang. Dalam definisi Meletzke, komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media 9 penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar ( Rakhmat, seperti yang dikutip Komala, dalam Karlinah. 1999 ). Istilah tersebar menunujukan bahwa komunikasi sebagai pihak penerima pesan tidak berada di satu tempat, tetapi tersebar di berbagai tempat . Definisi komunikasi massa menurut Freidson dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi masssa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat (Rakhmat, seperti yang disitir Komala, dalam Karlina, dkk. 1999 ). Bagi Freidson, khalayak yang banyak dan tersebar itu dinyatakan dengan istilah sejumlah populasi, dan populasi tersebut merupakan representasi dari berbagai lapisan masyarakat. Artinya pesan tidak hanya ditujukan untuk sekelompok orang tertentu, melainkan untuk semua orang. Hal ini sesungguhnya sama dengan istilah terbuka dari Meletzke. Freidson dapat menunujukan ciri komunikasi massa yang lain yaitu adanya unsur keserempakan penerimaan pesan oleh komunikan, pesan dapat mencapai pada saat yang sama kepada semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat. Karena dalam proses komunikasi massa ada sifat keserempakan dalam penerimaan pesan. 10 Wright mengemukakan definisinya sebagai berikut: “This new form can be distinguished from older types by the following major characteristics: it is directed toward relatively large, heterogenous, and anonymous audiences; messages are transmitted publicly, often-times to reach most audience members simultaneously, and are transient in character; the communicator tends to be, or to operate within, a complex organization that may involve great expense”(Rakhmat, seperti yang diadopsi Komala, dalam Karlina, dkk. 1999). Definisi komunikasi massa yang dikemukakan Wright ini nampaknya merupakan definisi yang lengkap, yang dapat menggambarkan karakteristik komunikasi massa secara jelas. Menurut Wright, bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut: Diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen, dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar. Definisi Wright mengemukakan karakteristik komunikan secara khusus, yakni anonim dan heterogen. Ia juga menyebutkan pesan diterima komunikan secara serentak ( simultan ) pada waktu yang sama, serta sekilas (khusus untuk media elektronik, seperti radio siaran dan televisi ). Seperti halnya Gerbner yang mengemukakan bahwa komunikasi massa itu akan melibatkan lembaga, maka Wright secara khusus mengemukakan bahwa komunikator bergerak dalam organisasi yang kompleks. Organisasi yang kompleks itu menyangkut berbagai pihak yang terlibat dalam proses komunikasi 11 massa, mulai dari menyusun pesan sampai pesan diterima oleh komunikan. Misalnya, bila pesan disampaikan melalui media cetak (majalah dan surat kabar), maka pihak yang terlibat diantaranya adalah pemimpin redaksi, editor, korektor. Sedangkan bila pesan disampaikan melalui media elektronik radio siaran, maka pihak yang terlibat diantaranya adalah penyiar dan operator. Bila pesan disampaikan melalui media televisi, maka pihak yang terlibat akan lebih banyak lagi, seperti camera man, floor man, pengarah acara, sutradara, operator dan petugas audio. Penggunaan seperangkat alat teknologi dengan sendirinya menyebabkan komunikassi massa itu membutuhkan biaya relatif besar. Kompleksnya komunikasi massa dikemukakan oleh Severin & Tankard Jr., seperti yang disitir Komala, dalam Karlinah, dkk (1999), dalam bukunya Communication Theories: Origins, Methods, And Uses In The Mass Media yang definisinya telah diterjemahkan oleh Uchjana sebagai berikut: "Komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan sebagian ilmu. Ia adalah keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik". Definisi 12 komunikasi massa dari Severin & Tankard begitu jelas karena disertai dengan contoh penerapannya. Ahli komunikasi lainnya, Joseph A. DeVito merumuskan definisi komunikasi massa yang pada intiya merupakan penjelasan tentang pengertian massa, serta tentang media yang digunakannya. Ia mengemukakan definisinya dalam dua item, yakni "Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, tetapi ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan/atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio siaran, surat kabar, majalah dan film" (Uchjana, seperti yang disitir Komala, dalam Karlinah, dkk 1999) Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan Para ahli komunikasi, nampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini telah memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian komunikasi massa. Bahkan, secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa dapat diketahui pula ciri-ciri komunikasi massa yang membedakannya dari bentuk komunikasi lainnya. 13 Rakhmat merangkum definisi-definisi komunikasi massa tersebut menjadi: "komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat, seperti yang dikutip Komala, dalam Karlinah, dick. 1999). Menurut DeVito, media menghasilkan banyak perubahan yang kita anggap sepele. Sebagai contoh, perubahan pada perilaku membeli kertas tisu mungkin sangat dipengaruhi oleh media. Kecuali untuk pabrik dan penjual kertas tisu, pilihan kita akan kertas tisu tidaklah penting. Preferensi politik, sikap religius dan komitmen sosial, khususnya yang sangat kita yakini, tidak mudah diubah (Karlinah, dalam Karlinah, dkk. 1999). Menggerakkan. Dilihat dari sudut pengiklan (advertiser, fungsi terpenting media massa adalah menggerakkan (activating) konsumen untuk mengambil tindakan. Media berusaha mengajak pembaca atau pemirsa untuk membeli dan menggunakan produk merek tertentu. Setelah suatu sikap dibentuk atau suatu pola perilaku dimantapkan, media berfungsi menyalurkan dan mengendalikannya ke arah tertentu. Kita ambil contoh, setelah pola membayarkan 60 dolar untuk sebotol farfum merek tertentu dimantapkan, media dapat dengan mudah mengarahkan perilaku ini kepada merek lainnya atau merek apapun yang berharga mahal. Lebih baik lagi jika label harga tampak terlihat dengan jelas. 14 2.2. Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasarana dapat didefinisikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pembeli dan penjual, dan merupakan kegiatan yang membantu dalam pengambilan keputusan di bidang pemasaran serta mengarahkan pertukaran agar lebih memuaskan dengan cara menyadarkan semua pihak untuk berbuat lebih baik. Semua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi pemasaran melakukan cara yang sama, yaitu mendengarkan, bereaksi, dan berbicara sampai tercipta hubungan pertukaran yang memuaskan. Pertukaran informasi, penjelasan-penjelasan yang bersifat membujuk, dan negosiasi merupakan seluruh bagian dari proses tersebut. Komunikasi pemasaran dapat membantu mempertemukan pembeli dan penjual bersama-sama dalam suatu hubungan pertukaran; menciptakan arus informasi antara pembeli dan penjual yang membuat kegiatan pertukaran lebih efisien; dan memungkinkan semua pihak untuk mencapai persetujuan pertukaran yang memuaskan. Salah satu bagian proses komunikasi total adalah promosi. Promosi dapat membantu pihak-pihak yang terlibat dalam pemasaran untuk memperbaiki hubungan pertukaran dengan lainnya. Bagian lain dari proses komunikasi adalah umpan balik. Umpan balik ini menunjukan tentang apa pengaruh dari komunikasi yang dilakukan serta memberi kemungkinan untuk menyesuaikan usaha promosi terhadap keinginan pasar. 15 Secara ringkas dapat dikatakan bahwa komunikasi pemasaran memudahkan/membantu pembeli dan penjual dengan : 1. Menciptakan hubungan pertukaran, 2. Mempertahankan arus informasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran 3. Menciptakan kesadaran serta memberitahu pembeli dan penjual agar mereka dapat melakukan pertukaran secara lebih memuaskan, 4. Memperbaiki pengambilan keputusan di bidang pemasaran sehingga seluruh proses pertukaran menjadi lebih efektif dan efisien. 2.3. Jenis Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasaran dapat didefinisikan sebagai sebuah hubungan sistematik antara pelaku bisnis dan pasar yang menjadi target, di mana si pelaku pasar (marketer) akan mengumpulkan beranekaragam ide-ide, desain, pesanpesan, media, format, dan warna untuk mengomunikasikan maksud dan menstimulasikan persepsi khusus dari produk dan layanan, yang kemudian dihimpun ke dalam target pasar. Sarana-sarana komunikasi pemasaran 1. Pendualan personal (antarpribadi) 2. Periklanan 3. Promosi penjualan 16 4. Public relation 5. Penjualan langsung 6. Desain pemasaran 2.4. Promosi Menurut Basu Swastha DM dan Irawa (1999), promosi merupakan insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan dari suatu prodak atau jasa. Menurut Stanson (1999), promosi adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, penjualan personal dan alat promosi yang lain, yang semuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan. Sedangkan menurut Lamb, Hair, Mc-Daniel (2001), Promosi adalah kombinasi dari para penjual yang menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan para calon pembeli suatu produk dalam rangka mempengaruhi pendapat mereka atau memperoleh respon. Promosi dipandang sebgai arus informasi atau persuasi satu-arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Jadi promosi merupakan salah satu aspek yang penting dalam manajemen pemasaran, dan sering dikatakan sebagai “proses berlanjut”. Ini disebabkan karena promosi dapat menimbulkan rangkaian kegiatan selanjutnya dari perusahaan. 17 2.5. Pengertian Iklan Kehidupan dunia modern kita saat ini sangat tergantung pada iklan. Tanpa iklan para produsen dan distributor tidak akan dapat menjual barangnya, sedangkan di sisi lain para pembeli tidak akan memiliki informasi yang memadai mengenai produk-produk barang dan jasa yang tersedia di pasaran. Jika itu terjadi maka dunia industri dan perekonomian modern pasti akan lumpuh. Jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan tingkat keuntungannya, maka ia harus melangsungkan kegiatan-kegiatan periklanan secara memadai dan terus-menerus. Produksi massal menuntut adanya suatu tingkat konsumsi yang juga bersifat massal dan prosesnya mau tidak mau harus melibatkan berbagai kegiatan periklanan melalui media masa yang diarahkan ke pasar-pasar yang juga bersifat massal. Beberapa pandangan tentang pengertian iklan telah dituliska. Misalnya Dunn dan Barban menyebutkan bahwa iklan merupakan bentuk kegiatan komunikasi non personal yang disampaikan lewat media dengan membayar ruang yang dipakainya untuk menyampaikan pesan yang bersifat membujuk (persuasif) kepada konsumen oleh perusahaan, lembaga non komersial maupun pribadi yang berkepentingan. Institut Praktisi Periklanan Inggris mendefinisikan istilah iklan sebagai berikut: periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya. 18 Otto Kleppner, seorang ahli periklanan terkenal merupakan orang yang berjasa besar dalam menurut asal muasal istilah Advertising. Dalam bukunya yang berjudul Advertising Procedure, dituliskan bahwa istilah advertising berasal dari bahasa latin yaitu ad-vere yang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain. Menurut Kotler (2002: 658), periklanan didefinisikan sebagai bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara nonpersonal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Menurut Kasali (1992: 21), secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan oleh suatu masyarakat lewat suatu media. Namun demikian, untuk membedakannya dengan pengumuman biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli. Sedangkan yang tertulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka tahun 2000 menyebutkan, iklan adalah pesan komunikasi dari produsen/pemberi jasa kepada calon konsumen di media yang pemasangannya dilakukan atas dasar pembayaran. Sementara Periklanan adalah proses pembuatan dan penyampaian pesan yang dibayar dan disampaikan melalui sarana media massa yang bertujuan membujuk konsumen untuk melakukan tindakan membeli/mengubah perilakunya. Secara umum terdapat beberapa komponen yang ada dalam definisi iklan : 19 1. Penyebaran informasi. Periklanan adalah suatu bentuk komunikasi untuk penyebaran informasi. Misalnya: iklan tentang produk baru, iklan duka cita, iklan baris, iklan lowongan kerja, dan sebagainya. 2. Penawaran gagasan, barang atau jasa. Unsur yang terkandung dalam periklanan adalah adanya upaya penawaran suatu gagasan, barang atau jasa agar dipahami, diikuti atau dipergunakan oleh sasaran. 3. Persuasi agar sesuai dengan keinginan pengiklan. Periklanan juga berupa suatu bentuk paksaan, persuasi atau bujukan agar sasaran mau mengikuti atau bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. 4. Non Personal. Pada umumnya periklanan direncanakan berdasarkan pertimbangan pada hal-hal yang bersifat massa/publik, baik tentang pembahasan sasaran, isi pesan, media, maupun pola komunikasinya. 5. Sponsor yang jelas. Periklanan mau tidak mau memerlukan biaya. Untuk itu biasanya ada sponsor yang jelas, yang membiayai suatu program periklanan dalam upaya mendukung tercapainya tujuan tertentu, misalnya tujuan pemasaran. 2.6. Tujuan Periklanan Tujuan periklanan umumnya mengandung misi komunikasi. Periklanan adalah komunikasi massa dan harus dibayar untuk menciptakan kesadaran (awareness), menanamkan informasi, mengembangkan sikap, atau adanya suatu tindakan yang menguntungkan bagi pengiklan. 20 Otto Klepnner mengatakan bahwa peran utama (primary role) periklanan ditekankan pada penenaman kesadaran (awareness) dan pilihan (preference) terhadap merk. Sementara Aacker & Myers mengatakan bahwa secara umum iklan mempunyai dampak untuk: 1. Menarik calon konsumen menjadi konsumen yang loyal selama jangka waktu tertentu. 2. Mengembangkan sikap positif calon konsumen yang diharapkan dapat menjadi pembeli yang potensial pada masa mendatang. Kesemuanya membutuhkan waktu. Untuk produk yang sudah dikenal, hasil dapat dilihat setelah dilakukan kampanye terus menerus selama satu tahun. Dan untuk produk baru bisa perlu 5 tahun. Rhenald Kasali: “Tujuan periklanan memang seharusnya mampu menunjukkan hubungan langsung terhadap peningkatan penjualan. Namun kadang-kadang itu tidak adil, karena: 1. Iklan bukanlah satu-satunya alat yang bisa digunakan untuk melaksanakan kegiatan pemasaran. Perlu juga melihat kemasan, penampilan barang, harga, distribusi, mutu, merk, dan selera pasar. 2. Iklan dampaknya jangka panjang, bukan jangka pendek. Baru terasa setelah iklan dimuat dalam suatu rangkaian waktu yang panjang/ terus menerus. Untuk produk yang sudah dikenal, hasil dapat dilihat setelah dilakukan kampanye terus menerus selama satu tahun. Dan untuk produk baru bisa perlu 5 tahun. 21 Pakar periklanan Ahmad S Adnanputra (dalam Kasali, 1993 : 15 – 17) mengatakan bahwa penampilan, kesadaran, sikap dan tindakan merupakan tujuan periklanan. 1. Penampilan (exposure). Jika tiap kali terbit majalah Tempo dibaca oleh 100.000 orang, maka iklan yang dimuat di majalah tersebut mencapai penampilan 100.000. namun hal ini tidak berarti iklan tersebut dibaca oleh 100.000 orang. 2. Kesadaran (awareness). Jika dari penampilan 100.000 itu, 65% membaca iklan tersebut, maka berarti iklan mencapai kesadaran sebanyak 65% X 100.000 = 65.000. 3. Sikap (attitude). Jika dari kesadaran 65.000 itu kemudian 50% tertarik pada iklan tersebut dan mengambil sikap, berarti iklan tersebut mencapai sikap sebesar 50% X 65.000 = 32.500 4. Tindakan (action). Jika dari jumlah sikap itu kemudian 80% membeli, hal ini berarti bahwa produk yang diiklankan berhasil mencapai penjualan sebesar 80% X 32.500 = 26.000. 2.7. Manfaat Iklan 1. Iklan memperluas alternatif bagi konsumen. Dengan adanya iklan, konsumen dapat mengetahui adanya berbagai produk/jasa yang pada gilirannya melahirkan adanya pilihan. 22 2. Iklan membantu produsen menimbulkan kepercayaan bagi konsumen. Iklan-iklan yang secara keren tampil hadapan masyarakat dengan ukuran besar dan logo yang cantik menimbulkan kepercayaan yang tinggi bahwa perusahaan yang membuatnya bonafid dan produknya bermutu. 3. 2.8. Iklan membuat orang kenal, ingat dan percaya terhadap produk/jasa. Iklan yang Baik Terdapat beberapa pendapat mengenai iklan yang baik. Menurut Kasali (1995 : 83) iklan yang baik harus memenuhi kriteria rumus yang disebut AIDCA. Rumus itu merupakan singkatan dari elemen-elemen : 1. Attention (perhatian) : iklan harus mampu menarik perhatian khalayak sasaran. Untuk itu, iklan membutuhkan bantuan ukuran, penggunaan warna, tata letak, atau suara-suara khusus. 2. Interest (minat) : iklan berurusan dengan bagaimana konsumen berminat dan memiliki keinginan lebih jauh. Dalam hal ini konsumen harus dirangsang agar mau membaca, mendengar, atau menonton pesan-pesan yang disampaikan. 3. Desire (kebutuhan) : yaitu mampu menggerakkan keinginan orang untuk memiliki atau menikmati produk tersebut. 23 4. Conviction (keinginan) : iklan harus mampu menciptakan kebutuhan calon pembeli. Konsumen mulai goyah dam emosinya mulai tersentuh untuk membeli produk tersebut. 5. Action (tindakan) : berusaha membujuk calon pemebeli agar sesegera mungkin melakukan suatu tindakan pembelian. Selain itu, ada juga rumus SUPER “A” dari Hakim (2006: 49-63). Rumus SUPER “A” merupakan singkatan dari elemen-elemen berikut : 1. Simple (S) simple artinya sederhana. Untuk brand baru kesederhanaan ini dipahami sebagai “dapat dimengerti sekali lihat”. Sebaliknya, untuk brand yang sudah mapan, sederhana dipahami sebagai tidak banyak elemen, namun tetap komunikatif. Dalam bentuk yang sederhana konsumen mampu menangkap adanya makna di balik makna yang terdapat dalam permukaan. Tampilan iklan bersifat simple, tetapi pemikirannya tidak simple, bertingkat, mendalam, dan melebar. 2. Unexpected (U) Unexpected artinya tidak terduga. Di tengah derasnya arus iklan yang kita lihat setiap harinya, iklan yang baik adalah iklan yang idenya tidak terduga, di luar bayangan kita sehingga kita berdecak kagum. Iklan seperti ini akan selalu diingat dan menjadi the top of mind, paling tidak dalam segmennya. 24 3. Persuasive (P) Persuasive disebut juga daya bujuk, yang berarti mempunyai kemampuan menyihir orang untuk melakukan sesuatu. Iklan yang berpersuasif mampu menggerakkan konsumen untuk mendekatkan diri dengan brand dan tertarik untuk mencobanya. 4. Entertaining (E) Iklan yang mempunyai sifat menghibur mampu memainkan emosi konsumen, untuk tertawa, menyanyi, menari, menangis, atau terharu. Iklan seperti itu mampu mengangkat simpati konsumen terhadap brand yang diiklankan. 5. Relevevant (R) Penyampaian iklan tidak harus lugas menunjukan persuasif agar konsumen segera menggunakan iklan yang kita tawarkan. Iklan yang baik harus menggunakan berbagai gaya berbahasa: asosiasi, analogi, hiperbola, metafora, dan lain-lain. Atau dengan kata lain, iklan bolehlah melantur kemana-mana dengan syarat harus relevan. Iklan yang baik harus bisa dipertanggungjawabkan, harus tetap dapat dirasionalisasi, harus ada hubungan dengan brand dari produk yang diiklankan. Iklan harus relevan dengan brand, baik brand positioning, maupun brand personality. Eksekusi (produksi) dari iklan harus diperuntukan untuk brand. 25 6. Acceptable (A) Unsur acceptable atau penerimaan sangat berkaitan dengan budaya yang berlaku di masyarakat. Iklan yang baik, adalah iklan yang dapat diterima oleh masyarakat, sesuai dengan nilai budaya setempat. Kode Etik Periklanan dan Undang-undang tentang perlindungan konsumen merupakan kesepakatan yang mencerminkan kepentingan masyarakat. 2.9. Iklan dan Model Perempuan 2.9.1. Pengertian Model / Endorser Keberhasilan sebuah iklan tidak terlepas dari model iklan dalam mempromosikan sebuah produk. Model dapat diartikan sebagai acuan yang menjadi dasar atau rujukan dari hal tertentu. Model dalam lingkup pekerjaan atau seni atau biasa disebut peragawan atau peragawati adalah seseorang yang bertugas untuk memperagakan busana atau pun menampilkan produk atau biasa disebut endorser. Model biasanya dipilih berdasarkan cantik dan tampannya seseorang. Endorser biasanya adalah orang yang telah terkenal misalnya, selebriti, tokoh politik, tokoh agama, atlet olahraga dan sebagainya juga bisa menjadi seorang model atau biasa disebut sebagai endorser. Model atau endorser sangat berperan penting dalam sebuah iklan. Endorser sering juga disebut direct source (sumber langsung) yaitu seorang pembicara yang mengantarkan sebuah pesan atau memperagakan sebuah produk atau jasa (Belch dan Belch 2004:168). 26 Endorser juga diartikan sebagai orang yang dipilih mewakili image sebuah produk (product image). Mengapa perusahaan menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk menggunakan selebriti dalam mempromosikan produknya dalam iklan mereka dan mendukung produk mereka? mereka berpikir selebriti memiliki stopping power. Artinya, mereka menarik perhatian melalui pesan iklan dalam lingkungan media yang sangat berantakan. Pemasar berpikir selebriti populer akan menguntungkan dalam mempengaruhi perasaan konsumen, sikap dan perilaku pembelian. Pengiklan harus mencoba untuk mencocokan produk atau citra perusahaan, karakteristik target pasar, dan kepribadian selebriti endorser. Efektivitas selebriti sebagai endorser tergantung pada makna budaya yang diperoleh. Setiap selebriti mengandung banyak makna, termasuk status, kelas, gender dan usia serta kepribadian dan gaya hidup (Belch dan Belch, 2009 : 186) Penelitian secara luas menunjukan bahwa terdapat atribut dasar yang berpengaruh terhadap efektivitas pendukung/endorser (Shimp, 2010 : 251-154), yaitu : 1. Credibility (Kredibilitas). Dalam pengertiannya yang paling dasar, credibility/kredibilitas mengacu pada kecenderungan untuk percaya kepada seseorang. Dua sifat penting dari kredibilitas pendukung adalah keahlian dan kepercayaan. Menurut George E. 27 Belch and Michael A. Belch dalam Advertising and promotion, (2004 : 168-172) komponen kredibilitas ada dua macam karakteristik yaitu : a. Expertise (Keahlian) Merupakan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang dimiliki endorser. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarkan, komunikator dinilai tinggi pada keahlian yang dianggap sebagai cerdas, mampu, ahli, tau banyak, berpengalaman atau terlatih (Rakhmat, 2007:260). b. Trustworthiness (Kepercayaan) Menurut Rakhmat (2007 : 260), kepercayaan adalah kesan komunikasi tentang komunikator yang berekaitan dengan wataknya. Apakah komunikator dinilah jujur, tulus, bermoral, adil, sopan, dan etis? Memiliki Endorser yang berkredibilitas adalah salah satu keuntungan baik perusahaan karena publisitas yang disampaikan dianggap tidak bias dan jujur. Satu hal yang penting dari efek positif menggunakan endorser berkredibilitas adalah penerimaan pesan yang cenderung mengurangi keraguan konsumen. Ketika selebriti memiliki tingkat keahlian dan kepercayaan yang tinggi digunakan, maka konsumen cenderung mengurangi pertahanan mereka dan tidak merespon kognitif, serta mempunyai alasan untuk percaya iklan tersebut. Dengan alasan tersebutlah para pemasar dapat menggunakan strategi kredibilitas untuk mengintensifkan kepercayaan kepada pesan. 28 2. Attraction (daya tarik). Seorang model iklan harus memiliki daya tarik yang tinggi agar konsumen tertarik untuk mencoba produk atau jasa yang diiklankan. Daya tarik bukan hanya berarti daya tarik fisik meskipun daya tarik bisa menjadi atribut yang sangat penting, tetapi meliputi sejumlah karakteristik yang dapat dilihat khayalak dalam diri endorser: kecerdasan, sifat-sifat kepribadian, gaya hidup, keatletisan postur tubuh, dan sebagainya. Konsep umum dari daya tarik terdiri dari tiga ide yang berhubungan: persamaan (similarity), pengenalan (familiarity), dan penyukaan (liking). Yaitu seorang endorser dianggap menarik oleh para khalayak bila mereka bisa membagi rasa similiarity atau familiarity dengannya atau bila mereka hanya menyukai endorser tanpa melihat apakah keduanya serupa didalam segala hal. Suatu peneltian menunjukan bahwa kecocokan antara persamaan (similarity) pembicara dengan khalayaknya sangatlah diperlukan bila produk atau jasa yang iklankan ditunjukan pada khalayak yang heterogen dalam selera dan atribut-atribut yang disukai. Misalnya karena orang memiliki perbedaan dalam kesukaan (preference) dalam hal di restoran-restoran, permainan, dan film, seorang pembicara yang dianggap serupa dengan khalayak diharapkan akan memberikan pengaruh yang paling besar dalam mempengaruhi sikap dan pilihannya. Sebaliknya, bila hal-hal yang disukai dikalangan para khalayak adalah relatif homogen kecocokan antara similarity pembicara dan khalayak tidaklah penting. Pengalaman atau keahlian pembicara dengan produk/jasalah yang ternyata peling berpengaruh dalam membentuk sikap khalayak dan perilakunya nanti. 29 Bila khalayak menemukan sesuatu pada ciri pendukung yang mereka anggap menarik, terjadi persuasi melalui proses identifikasi (identification process). Yaitu, bila penerima menganggap menarik suatu sumber, mereka mengidentifikasi (mencontoh) dengan endorser dan cenderung sekali menerima sikap, perilaku, perhatian, atau preferensi sang sumber tersebut. Penelitian mendukung harapan yang agak intuitif bahwa endorser yang secara fisik menarik menghasilkan evaluasi iklan dan produk yang lebih menyenangkan daripada iklan yang menggunakan komunikator yang kurang menarik. Tetapi, bukti empiris menunjukan bahwa endorser yang menarik lebih efektif hanya bila citra pendukung sesuai dengan sifat produk yang didukung. Dengan kata lain, seorang endorser yang menarik tidak akan memberikan manfaat bagi suatu produk bila kecocokannya (match up) kurang antara endorser dan produk. Likability (kesukaan) merupakan hal yang paling relevan untuk mengubah sikap terhadap merek. Kesukaan pada endorser pada konsumen membantu memotivasi yang postif terhadap suatu merek. 2.9.2. Model Perempuan dalam Iklan Saat ini banyak produk atau jasa yang diiklankan seperti mobil, motor, dan celana jeans dalam majalah, surat kabar, terutama iklan televisi dihiasi dengan sosok wanita cantik. Menurut perkiraan, 90% periklanan memanfaatkan wanita sebagai model iklannya. Tidak hanya produk wanita, tetapi produk-produk untuk 30 pria pun menggunakan model wanita cantik yang terlihat sempurna untuk menarik perhatian khalayak baik laki-laki maupun perempuan. Karena umumnya perempuan lebih sering menonton televisi dibandingkan dengan laki-laki, karena perempuan lebih lama tinggal di rumah dan menghabiskan lebih banyak waktunya didepan televisi di bandingkan dengan lakilaki. Hal tersebut di manfaatkan oleh para pengusaha untuk meningkatkan jumlah penjualan mereka melalui promosi dalam iklan. Perempuan menjadi sasaran iklan. Para sponsor dan produser iklan menyadari akan kenyataan ini dan memutuskan untuk membuat program-program yang cocok untuk mereka. Seperti dalam iklan-iklan kopi yang dibawakan oleh aktris-aktris perempuan yang ada di Indonesia. Diataranya yaitu iklan kopi Good Day yang dibintangi oleh Chelsea Islan, Iklan Luwak White Coffee dibintangi oleh Raline Shah, Iklan Top White Coffee oleh Chelsea Olivia, Iklan kopi Kapal Api oleh Acha Septriasa dan iklan Torabika Creamy Latte oleh Dian Sastro. Kelima iklan tersebut menggunakan model iklan selebriti-selebriti perempuan yang terkenal dan memiliki banyak penggemar karena parasnya yang cantik dan memiliki talenta yang bagus dibidang keaktrisannya tersebut. Karena hal tersebut akan banyak masyarakat yang tertarik untuk melihat iklan tersebut dan melakukan pembelian produk kopi tersebut. Karena perempuan senang untuk mengikuti trend yang ada, maka khalayak perempuan akan mudah tertarik setelah melihat iklan yang juga dibintangi oleh perempuan. 31 2.10. Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan 2.10.1. Pengertian Kebiasaan Kebiasaan merupakan perilaku konsumen yang sering nampak, kebiasaan dapat didefinisikan sebagai perilaku yang berulang kali dilakukan. Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, kebiasaan didefinisikan sebagai perilaku pembelian yang berulang yang tanpa disertai dengan mencari informasi yang lebih banyak dan tanpa mengevaluasi pilihan dari alternatif yang tersedia. Jadi, habit merupakan perilaku yang sudah menjadi kegiatan rutin dilakukan. Menurut Sayid (2006:347) Kebiasaan adalah pengulangan sesuatu secara terus-menerus atau dalam sebagian besar waktu dengan cara yang sama dan tanpa hubungan akal, atau dia adalah sesuatu di dalam jiwa dari hal-hal yang berulang kali terjadi dan diterima tabiat. Manusia bisa menyimpulkan bahwa manusia melakukan kebiasaan tanpa berpikir karena hal tersebut telah tertanam dalam jiwa manusia dan menjadi tabiat manusia. Manusia melakukan kebiasaannya tanpa berpikir panjang dikarenakan perilaku tersebut adalah tanggapan dari sebuah perilaku yang diberikan oleh orang lain. Jadi kebiasaan bisa berupa tanggapan manusia yang dilakukan secara berulang-ulang untuk hal yang sama. Kebiasaan dilakukan secara berulang-ulang yang menjadi respon dari suatu perilaku. Jika kebiasaan adalah respon dari perilaku maka respon yang didapatkan dari perbuatan yang sama tidak akan sama karena perbuatan manusia dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman hidupnya. 32 2.10.2. Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan Kopi merupakan minuman yang sudah tidak lazim lagi kedengaran bagi masyarakat di dunia. Kopi merupakan minuman yang paling nikmat dinikmati bersama-sama dengan rekan kantor ataupun sahabat ketika bersantai. Mulai dari kalangan atas maupun kalangan bawah senang menghabiskan waktu di warung kopi. Warung kopi saat ini sangat menjamur baik di kota-kota besar maupun di pinggir kota. Hal tersebut membuat konsumsi kopi di Indonesia semakin meningkat dan menjadi gaya hidup masyarakat. Seperti yang dijelaskan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia dalam harian Tempo, kebiasaan minum kopi di Indonesia terus meningkat hingga 0,9 kg per kapita per tahun. Kebiasaan minum kopi di Indonesia sudah dimulai sejak masuk zaman prakemerdekaan. Saat ini minum kopi sudah mulai menjadi trend dan gaya hidup di Indonesia. Secara konseptual kebiasaan seseorang dalam bertindak dipengaruhi oleh 2 Faktor. Begitu juga kebiasaan minum kopi bagi perempuan di Indonesia. 2 Faktor tersebut yaitu : 1. Faktor pribadi. Faktor pribadi perempuan Indonesia mengkonsumsi kopi yaitu adanya kebutuhan dan gaya hidup. Aktifitas yang berat dalam pekerjaan membuat para perempuan butuh penembah stamina agar bisa tetap fit dalam melakukan pekerjaannya terutama bagi perempuanperempuan kantoran yang memiliki aktifitas padat. Banyak perempuan yang menjadikan kopi sebagai penambah staminanya. Gaya hidup juga 33 membuat para perempuan untuk mengkonsumsi kopi agar tidak tertinggal trend saat ini. 2. Faktor psikologis. Yaitu adanya persepsi dan motivasi. Pandangan terhadap model iklan dan produk menjadi daya tarik bagi perempuan untuk mengkonsumsi kopi dan menjadikan dorongan untuk mengkonsumsi kopi. Saat ini minum kopi bagi perempuan adalah suatu kebiasaan dan gaya hidup. Perempuan masa kini juga sangat menikmati kopi. Pada kebanyakan perempuan, mereka senang menghabiskan waktunya di warung-warung kopi untuk menikmati kopi sambil bersantai bersama rekan-rekannya atau sahabat ataupun menyelesaikan pekerjaan kantor sambil menikmati fasilitas internet gratis yang disediakan oleh warung-warung kopi modern. Kopi menjadi magnet tersendiri bagi perempuan-perempuan aktif yang berkarir, kopi yang dikenal dengan khasiatnya yang dapat menghilangkan rasa kantuk dan menambah stamina membuat perempuan menjadikan kopi sebagai kebutuhannya sehari-hari dan menambah semangat dalam beraktifitas. Namun saat ini kopi belum menjadi minuman yang wajib bagi perempuan. Hanya sebagian perempuan saja yang menjadikan kopi sebagian minuman rutin setiap harinya. 34 2.11. Integrated Marketing Communication (IMC) 2.11.1. Definisi IMC IMC adalah proses pengembangan dan implementasi berbagai bentuk program komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan secara berkelanjutan. Tujuan IMC adalah mempengaruhi atau memberikan efek langsung kepada perilaku khalayak sasaran yang dimilikinya. IMC menganggap seluruh sumber yang dapat seluruh sumber yang dapat menghubungkan pelanggan atau calon pelanggan dengan produk atau jasa dari suatu merek atau perusahaan, adalah jalur yang potensial untuk menyampaikan pesan di masa datang. Lebih jauh lagi, IMC menggunakan semua bentuk komunikasi yang relevan serta yang dapat diterima oleh pelanggan dan calon pelanggan. Dengan kata lain, proses IMC berawal dari pelanggan atau calon pelanggan, kemudian berbalik kepada perusahaan untuk menentukan dan mendefinisikan bentuk dan metode yang perlu dikembangkan bagi program komunikasi yang persuasif (Don. E Schults, 1993). 2.11.2. Ciri-ciri Utama IMC Definisi tersebut menunjukkan lima ciri yang melekat pada filosofi dan aplikasi dari komunikasi pemasaran terpadu. 1. Mempengaruhi Perilaku. Tujuan IMC adalah untuk mempengaruhi perilaku khalayak sasarannya. Hal ini berarti komunikasi pemasaran harus melakukan lebih dari sekedar mempengaruhi kesadaran merek atau "memperbaiki" perilaku konsumen terhadap merek. Sebaliknya, 35 kesuksesan IMC membutuhkan usaha-usaha komunikasi yang diarahkan kepada peningkatan beberapa bentuk respon dari perilaku konsumen. Dengari kata lain, tujuannya adalah untuk menggerakkan orang untuk bertindak. Kita harus berhati-hati agar sasaran tidak salah menginterpretasikan maksud kita. Kesuksesan program komunikasi pemasaran terpadu pada akhirnya harus dinilai dengan memperhatikan apakah is berhasil mempengaruhi perilaku; namun akan menjadi tidak realistis jika mengharapkan suatu tindakan akan muncul dari setiap usaha komunikasi. Sebelum membeli sebuah merek baru, konsumen pertamatama harus disadarkan dulu akan keberadaan merek tersebut serta manfaatnya, kemudian dipengaruhi agar timbul sikap yang mendukung terhadap merek. Usaha komunikasi yang diarahkan untuk menghasilkan tujuan-tujuan intermediate atau pre-behavioral seperti itu dapat dibenarkan. Namun pada akhirnya dan diharapkan secepat mungkin program komunikasi pemasaran yang sukses harus dapat mencapai lebih dari sekedar membuat konsumen menyukai merek tersebut, atau yang lebih buruk, hanya membuat mereka familiar dengan eksistensi merek. Hal ini menjelaskan sebagian alasan mengapa promosi penjualan dan iklan yang langsung ditujukan kepada konsumen sangat ekstensif digunakan karena kedua aplikasi ini meraih hasil yang lebih cepat dibandingkan bentuk-bentuk lain dari komunikasi pemasaran. 2. Berawal dari Pelanggan dan Calon Pelanggan. Ciri IMC kedua adalah bahwa prosesnya diawali dari pelanggan atau calon pelanggan, kemudian 36 berbalik kepada komunikator merek untuk menentukan metode yang paling tepat dan efektif dalam mengembangkan program komunikasi persuasif. IMC menghindari pendekatan inside-out (dari perusahaan kepada pelanggan) dalam mengidentifikasi bentuk penghubung mereka dengan pelanggan, melainkan memulainya dari pelanggan (outside-in) untuk menentukan metode komunikasi yang paling baik dalam melayani kebutuhan informasi pelanggan, serta memotivasi mereka untuk membeli suatu merek. Pembahasan berikutnya adalah mengenai pentingnya menggunakan bentuk kontak yang paling sesuai dengan khalayak sasaran, sebuah konsistensi pada upaya yang berfokus pada pelanggan. 3. Menggunakan Seluruh Bentuk "Kontak". IMC menggunakan seluruh bentuk komunikasi dan seluruh "kontak" yang menghubungkan merek atau perusahaan dengan pelanggan mereka, sebagai jalur penyampai pesan yang potensial. Istilah "kontak" dipakai untuk menerangkan segala jenis media penyampai pesan yang dapat meraih pelanggan dan menyampaikan merek yang dikomunikasikan melalui cara yang mendukung. Chi utama dari elemen IMC ketiga ini adalah bahwa is merefleksikan kesediaan menggunakan bentuk kontak komunikasi apa pun, asalkan merupakan yang terbaik dalam upaya menjangkau khalayak, dan tidak menetapkan suatu media tertentu sebelumnya. 37 2.11.3. Perkembangan IMC Salah satu perkembangan paling signifikan bagi dunia pemasaran terjadi pada 1990-an dengan munculnya gerakan di banyak perusahaan untuk menerapkan komunikasi pemasaran terpadu. Perusahaan melakukan perubahan strategi pemasaran dari pemasaran tradisional beralih kepada IMC yang terus berlanjut hingga saat ini. Berbagai perusahaan besar maupun kecil di negara maju saat ini sudah menggunakan pendekatan komunikasi pemasaran terpadu dalam menentukan perencanaan dan strategi komunikasi pemasaran mereka. Gerakan ini pun sudah diikuti oleh sebagian perusahaan besar di negara berkembang termasuk di Indonesia. Terdapat sejumlah alasan mengapa perusahaan memilih untuk menggunakan pendekatan IMC ini dalam mengelola pemasaran mereka. Alasan fundamental adalah munculnya pemahaman mengenai pentingnya upaya untuk memadukan berbagai fungsi komunikasi yang tersedia daripada membiarkan berbagai fungsi komunikasi itu bekerja sendiri-sendiri. Dengan mengoordinasikan segala upaya komunikasi pemasaran yang dilakukan masing-masing bagian, maka perusahaan dapat menghindari terjadinya duplikasi pekerjaan. Perusahaan memperoleh manfaat dari sinergi di antara berbagai instrumen promosi serta mengembangkan program komunikasi pemasaran yang lebih efektif dan efisien. Para pendukung IMC berargumentasi bahwa pendekatan komunikasi pemasaran terpadu menjadi cara termudah bagi perusahaan untuk memaksimalkan tingkat pengembalian investasi bidang pemasaran dan promosi. Gerakan untuk 38 menggunakan komunikasi pemasaran terpadu juga mencerminkan adanya penyesuaian yang dilakukan pengelola pemasaran terhadap lingkungan yang terus berubah khususnya perubahan yang terjadi pada pihak konsumen, juga perubahan pada teknologi dan media. Perubahan penting yang terjadi pada konsumen adalah semakin tersegmentasinya konsumen berdasarkan demografis, gaya hidup, konsumsi media serta pola belanja yang berbeda di antara berbagai kelompok konsumen. Media massa memberikan pengaruh signifikan pada kebiasaan berbelanja konsumen. Misalnya, TV berlangganan menawarkan saluran atau channel dalam jumlah besar kepada rumah tangga. Beberapa saluran TV berlangganan bahkan hanya digunakan untuk menyiarkan iklan selama 24 jam. Iklan televisi sering dikemas dalam bentuk infomercial yang tampaknya lebih menyerupai program televisi daripada iklan. Upaya untuk menerapkan komunikasi pemasaran terpadu juga didorong oleh berbagai perubahan yang terjadi terkait dengan cara perusahaan memasarkan produknya. Dengan kata lain, telah terjadi revolusi bidang pemasaran yang mencakup perubahan dalam aturan-aturan pemasaran serta perubahan peran biro iklan. Ciri-ciri utama terjadinya revolusi pemasaran ini antara lain (George E. Belch & Michael A. Belch, 2001) : 1. Adanya perubahan strategi pemasaran dari beriklan di media massa kepada berbagai bentuk promosi lainnya, khususnya promosi harga penjualan. Banyak pengelola pemasaran yang merasakan bahwa iklan konvensional di 39 media massa menjadi terlalu mahal sehingga tidak efisien dari segi biaya. Selain itu, persaingan harga produk yang semakin tajam mendorong pengelola pemasaran untuk menggunakan anggaran promosi agar dapat lebih digunakan untuk promosi harga daripada membayar iklan di media massa. 2. Adanya kecenderungan untuk tidak lagi terlalu bergantung pada iklan media massa dan beralih pada pemecahan masalah komunikasi. Banyak perusahaan beralih ke instrumen komunikasi yang lebih murah namun dapat mencapai target audiensi secara lebih tepat seperti menggelar acara pemasaran (event marketing), menjadi sponsor acara, direct mail, promosi penjualan serta pemasaran melalui Internet. 3. Terjadinya perubahan pengendali pasar dari produsen kepada pengecer. Terdapat kecenderungan industri eceran mengalami perubahan. Perdagangan tingkat eceran berubah dari sebelumnya dilakukan pedagang kecil dengan modal lemah digantikan oleh perusahaan retail bermodal kuat yang memiliki jaringan mulai dari tingkat regional, nasional, hingga internasional. Perusahaan pengecer besar ini terkadang menggunakan posisi dan pengaruhnya untuk meminta komisi atau ongkos promosi yang lebih besar kepada produsen barang dan jasa. Praktik ini akan semakin mengurangi anggaran produsen untuk beriklan di media massa. 4. Penggunaan database marketing yang semakin meningkat. Banyak produsen saat ini membangun database yang antara lain berisi informasi mengenai: nama pelanggan, lokasi tempat tinggal, gaya hidup, penghasilan, pendidikan, pola belanja, pilihan media, dan sebagainya. Pengelola pemasaran 40 menggunakan data tersebut untuk menarik minat konsumen melalui berbagai metode pemasaran langsung, seperti: telemarketing, direct mail, serta directresponse advertising daripada mengandalkan iklan media massa. Para pendukung IMC berpendapat bahwa database pemasaran adalah sangat penting bagi pengembangan dan pelaksanaan IMC yang efektif. 5. Tuntutan yang semakin besar terhadap biro iklan serta perubahan kompensasi biro iklan. Banyak perusahaan memberikan kompen¬sasi kepada biro iklan dengan menggunakan sistem berdasarkan insentif yang berpedoman kepada tingkat penjualan produk, pangsa pasar, dan tingkat keuntungan. Di Indonesia, dewasa ini ada kecenderungan stasiun televisi membayar biro iklan dengan sejumlah slot iklan dan tidak lagi dengan sistem komisi atas jasanya mendapatkan pemasang iklan. Biro iklan semakin dituntut untuk mempertanggung jawabkan anggaran iklan yang digunakan. Tuntutan ini mendorong biro iklan untuk mempertimbangkan berbagai instrumen komunikasi serta alternatif promosi yang lebih murah dibandingkan iklan media massa. 6. Pertumbuhan Internet yang sangat cepat telah mengubah cara perusahaan melakukan bisnis dan cara perusahaan berkomunikasi dan berinteraksi dengan konsumen. Revolusi Internet terus berlangsung, dan audiensi Internet semakin meningkat. Internet merupakan medium komunikasi interaktif yang menjadi bagian integral dari strategi komunikasi, dan bahkan strategi bisnis bagi banyak perusahaan. 41 Revolusi pemasaran memengaruhi setiap orang yang terlibat dalam proses pemasaran dan promosi. Banyak perusahaan menyadari bahwa mereka harus mengubah cara-cara mereka memasarkan dan mempromosikan barang dan jasa yang dihasilkan. Perusahaan kini tidak dapat hanya terpaku pada satu instrumen komunikasi saja (seperti iklan media massa); mereka harus menggunakan segala sarana yang ada untuk menyampaikan pesan mengenai produk kepada target konsumen mereka. Biro iklan akan terus memosisikan diri mereka pada posisi yang baru yaitu sebagai mitra yang mampu menawarkan lebih dari hanya sekadar memasang iklan di media massa. Biro iklan harus dapat meyakinkan klien mereka bahwa mereka dapat mengelola seluruh atau sebagian besar kebutuhan komunikasi klien mereka secara terintegrasi atau terpadu. Sebagian besar biro iklan menyadari bahwa keberhasilan mereka di masa depan sangat bergantung kepada kemampuan mereka untuk memahami seluruh wilayah promosi serta membantu klien mengembangkan dan melaksanakan program komunikasi pemasaran terpadu. Suatu program IMC yang berhasil hanya dapat diwujudkan jika perusahaan dapat menemukan kombinasi yang tepat dari berbagai instrumen dan teknik promosi yang ada, menentukan peran mereka dan seberapa jauh masingmasing instrumen dan teknik promosi itu digunakan serta melakukan koordinasi dalam penggunaannya. Untuk mencapai hal tersebut, mereka yang bertanggung jawab pada komunikasi perusahaan harus memahami peran promosi dalam program pemasaran mereka. 42 2.12. Kerangka Berpikir Iklan adalah suatu unsur penting dalam budaya, karena ia merefleksikan dan berusaha mengubah gaya hidup kita. Iklan bukan hanya menawarkan barang, namun juga seksualitas, keindahan, kemudahan, kemodernan, kebahagiaan, kesuksesan, status, dan kemewahan (Wilson, 1989:263), yang kesemuanya ini pada dasarnya sekadar harapan, mimpi atau khayalan. Melalui iklannya, televisi leluasa memperteguh pandangan, kepercayaan, sikap, dan norma-norma kaum wanita yang sudah ada. Iklan merekayasa kebutuhan dan menciptakan ketergantungan psikologis (Hamelink, 1983:16). Iklan merupakan sebuah promosi. Merupakan insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan dari produk atau jasa. Yang hasil akhirnya adalah pembangkitan kesadaran baru (atau peneguhan kesadaran lama) tentang pentingnya menjadi cantik, dan tampak bugar dan muda, bagi kaum wanita. Iklan TV terutama ditujukan kepada kaum wanita, sejalan dengan temuan penelitian yang dilakukan Survey Research Indonesia (SRI), yang menunjukkan bahwa kecenderungan produk komersial yang diiklankan adalah alat-alat perlengkapan kecantikan, seperti kosmetik, sabun, sampo, pasta gigi, deodoran, dll. (Kompas, 25 Juni 1995). Iklan-iklan ini jelas membujuk kaum wanita agar mereka menjadi menarik dan mempesona. Pesan-pesan iklan tersebut memperteguh mitos-mitos budaya paling kuat, yaitu pentingnya daya tarik fisik dan usia muda bagi kaum wanita. Masuk akal bila tokoh dalam iklan-iklan adalah mereka yang cantik, menarik dan berusia muda. 43 Para pengiklan sadar bahwa kaum wanita lebih mudah dirayu untuk membelanjakan uang mereka, baik untuk keperluan mereka sendiri, anak-anak ata juga keperluan rumah tangga. Iklan mengontrol kehidupan mereka, terlepas dari apakah mereka sadar ataupun tidak. Begitu kuatnya iklan membujuk mereka. Sering tanpa sadar mereka mengkonsumsi barang atau jasa tertentu karena barang atau jasa tersebut diiklankan, meskipun sebenarnya mereka tidak sungguhsungguh membutuhkan barang atau jasa tersebut. Sering mereka tidak sadar akan sifat iklan yang omnipresent (hadir di mana-mana). Seorang wanita mungkin membeli sebuah produk tanpa menyadari bahwa “benih” pembelian itu telah ditanamkan oleh iklan TV atau iklan tercetak (Barker; 1984:392). Dalam iklan kopi, digunakan seorang model perempuan yang berpenampilan anggun dan cantik untuk menyampaikan pesannya kepada perempuan dan mempersuasi perempuan untuk menikmati kopi tersebut yang identik diminum dan dinikmati oleh laki-laki dapat dinikmati oleh perempuan juga. Model dalam lingkup pekerjaan atau seni atau biasa disebut peragawan atau peragawati adalah seseorang yang bertugas untuk memperagakan busana atau pun menampilkan produk atau biasa disebut endorser. Model atau endorser sangat berperan penting dalam sebuah iklan. Penelitian secara luas menunjukan bahwa terdapat atribut dasar yang berpengaruh terhadap efektivitas pendukung (model), yaitu : 1. Credibility (Kredibilitas). Dalam pengertiannya yang paling dasar, credibility/kredibilitas mengacu pada kecenderungan untuk percaya kepada 44 seseorang. Dua sifat penting dari kredibilitas pendukung adalah keahlian dan kepercayaan. 2. Attraction (daya tarik). Seorang model iklan harus memiliki daya tarik yang tinggi agar konsumen tertarik untuk mencoba produk atau jasa yang diiklankan. Daya tarik tersebut bisa dilihat dari tampilan fisik maupun non fisik, misalnya dari gerakan-gerakan yang diperlihatkan. Penggunaan model dalam iklan berperan penting dalam menyampaikan pesan untuk mempersuasi khalayak agar membeli produk atau jasa yang diiklankan. Dalam iklan kopi yang diiklankan oleh model-model perempuan tersebut mengajak khalayak untuk bertindak (minum kopi Kapal Api). Dalam bertindak, seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor. Yaitu faktor pribadi, adanya keinginan dari kebutuhan pribadi. Dan Psikologis, yaitu dari persepsi maupun motivasi. Iklan kopi (Promosi) + Model Perempuan Attraction Credibility Persuasi Faktor Pribadi Konsumen Perempuan Faktor Psikologis Konsumen Perempuan Kebiasaan (Minum Kopi) Perempuan 45 2.13. Hipotesis Penelitian/Asumsi Dasar Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H0 = tidak ada pengaruh penggunaan model perempuan dalam iklan kopi terhadap budaya minum kopi bagi perempuan. Ha = ada pengaruh penggunaan model perempuan dalam iklan kopi terhadap budaya minum kopi bagi perempuan. 2.14. Operasionalisasi Variabel/Operasionalisasi Konsep Tabel 2.1 Kerangka Operasional Variabel Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi Dimensi 1. Credibility - Indikator Keahlian - Alat ukur Pengetahuan Pengalaman Keterampilan - Kepercayaan - Integritas Dapat dipercaya 2. Attraction - Daya tarik - Tampilan Fisik Tampilan Non Fisik 1. Faktor - Kebutuhan Gaya Hidup - Pemenuhan kebutuhan Pengaruh dari pola hidup Pribadi Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan 2. Faktor - - Persepsi Motivasi - Psikologis - Pandangan konsemen terhadap model dan produk Dorongan untuk konsumsi Skala Ordinal Ordinal 46 2.15. Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No 1 ITEM Judul Peneliti A Peneliti B Peneliti C Pengaruh Iklan Pengaruh Karakteristik Pengaruh Selebriti Pepsodent Versi “Ayah Model Iklan Terhadap Iklan IM3 Versi Adi dan Dika” Seri Preferensi Konsumen JKT48 Terhadap „Gantian, Dong!‟ dalam melaksanakan Minat Beli Terhadap Sikap Siswa- keputusan pembelian Menurut Model siswi SDN Serang 02 sabun mandi lux di Viscap Tentang Kesehatan wilayah Surakarta Gigi 2 Tahun 2011 3 Tujuan - Penelitian - 2003 Mengetahui Mengetahui apakah Mengetahui dan bagaimana ada pengaruh yang mengukur tayangan iklan signifikan antara pengaruh selebriti Pepsodent versi karakteristik model Iklan IM3 Versi “Ayah Adi dan iklan terhadap JKT48 terhadap Dika” preferensi minat beli Bagaimana sikap konsumen dalam konsumen siswa-siswi SDN pembelian sabun 02 tentang lux kesehatan gigi - - 2014 - Mengetahui Seberapa besar karakteristik utama pengaruh iklan manakah yg mendukung keberhasilan model iklan dalam mempengaruhi preferensi konsumen dalam pembelian sabun lux 4 Teori Belajar Sosial - 47 5 Metode / Kuantitatif Kuantitatif Paradigma 6 Hipotesis Kuantitatif (Survey) Ha : Ada pengaruh - Diduga Ha : Ada pengaruh Ho : Tidak ada karakteristik model Ho : Tidak ada pengaruh iklan berengaruh pengaruh signifikan terhadap preferensi konsumen dalam pembelian sabun lux - Diduga visibillity model iklan merupakan variabel yg paling dominan pengaruhnya terhadap preferensi konsumen dalam pembelian sabun lux 7 Hasil Ha diterima dan Ho Penelitian / ditolak Kesimpulan - karakteristik model Ha diterima dan Ho iklan berengaruh ditolak signifikan terhadap preferensi konsumen dalam pembelian sabun lux 8 Persamaan Sama-sama meneliti Sama-sama meneliti Sama-sama tentang pengaruh dari tentang pengaruh model meneliti tentang iklan dalam iklan pengaruh model dalam iklan 9 Perbedaan Teori yang digunakan Penelitian ini meneliti Penelitian ini tentang pengaruh meneliti tentang terhadap pembelian pengaruh terhadap sedangkan yang akan pembelian diteliti oleh penulis lebih sedangkan yang 48 terhadap kebiasaan dari akan diteliti oleh konsumen. penulis lebih terhadap kebiasaan dari konsumen. 10 Kritik - Tidak ada teori - komunikasi yang digunakan 11 Sumber UNTIRTA Universitas Sebelas UIN Sunan Maret Surakarta Kalijaga Yogyakarta BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian (Arikunto, 2006: 160). Untuk mengumpulkan data dalam penelitian kuantitatif, ada berbagai macam jenis, antara lain penelitian survei, penelitian eksperimen, dan analisis data sekunder. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Yaitu penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional dengan menggunakan pertanyaan terstruktur/sistematis yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. Pertanyaan terstruktur dan sistematis itu dikenal dengan istilah kuisioner. Kuisioner berisikan daftar pertanyaan yang mengukur variabel-variabel, hubungan di antara variabel yang ada, atau juga pengalaman atau opini dari responden. Tujuannya yaitu untuk mengumpulkan data serta mempelajari gejala atau fenomena sosial dengan jalan meneliti variabel-variabel penelitian yang dilaksanakan. Kuantitatif Penelitian ini juga bersifat verifikatif, yaitu metode yang bertujuan untuk menguji secara matematis dugaan mengenai adanya hubungan antar variabel dari masalah yang sedang diselidiki di dalam hipotesis. Atau dengan kata lain, penelitian untuk menguji kebenaran suatu hipotesis dimana dalam penelitian ini yang akan diuji adalah “Pengaruh Penggunaan Model 49 50 Perempuan dalam Iklan Kopi Terhadap Kebisaan Minum Kopi bagi Perempuan” yang akan di uji kepada responden perempuan di lokasi penelitian. Untuk menjawab masalah-masalah dan mengungkap tujuan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi Terhadap Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan digunakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan sumber data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada responden. 3.2. Ruang Lingkup/Fokus Penelitian Ruang lingkup dan fokus penelitian ini adalah menganalisis pengaruh dari penggunaan model iklan perempuan dalam iklan kopi 3.3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan diambil dalam penelitian ini adalah cafe-cafe yang menjual kopi di daerah kota Serang. Alasan dari pengambilan lokasi tersebut karena merupakan tempat yang tepat berdasarkan dengan isi yang ada didalam iklan kopi kapal api dan banyak perempuan-perempuan yang biasa menikmati kopi disana sehingga dapat memudahkan peneliti untuk mendapatkan informasi dan data yang tepat dengan penelitian. 51 3.4. Variabel Penelitian 3.4.1. Definisi Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan merupakan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial (Singarimbun, 1983: 33). 1. Model Model yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seseorang yang mempresentasikan potret terbaik dari produk selama jangka waktu tertentu sehingga terjadi interaksi antara merek dan target konsumen. Indikator Model adalah Credibility dan Attraction a. Credibility yaitu seberapa dapat dipercayanya seorang model iklan b. Attraction yaitu seberapa menariknya seorang model iklan 2. Kebiasaan Minum Kopi a. Faktor pribadi, yaitu kebutuhan dan gaya hidup b. Faktor Psikologis, yaitu persepsi dan motivasi 3.4.2. Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel menspesifikasikan dengan kegiatan, cara memberikan ataupun arti, memberikan atau suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 2003:126). 52 1. Variabel X (model iklan) Definisi operasional dari penelitian ini adalah model iklan perempuan kapal api dan adapun indikatornya sebagai berikut: a. Credibillity (X1) Keahlian Kepercayaan b. Attraction (X2) Tampilan fisik Tampilan non fisik 2. Variabel Y (Kebiasaan minum kopi) a. Faktor pribadi Kebutuhan Gaya hidup b. Faktor psikologis 3.5. Persepsi Motivasi Instrument Penelitian Instrumen penelitian adalah nafas dari penelitian oleh kaerna itu dikatakan oleh Arikunto (1995:177) bahwa “Instrumen penelitian merupakan sesuatu yang terpenting dan strategis keduduknnya dalam keseluruhan kegiatan penelitian”. 53 Proses penyusunan penelitian di mulai dengan mencari data di lapangan kemudian data yang diperoleh akan digunakan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang sudah dirumuskan. Karena data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan. Teknik penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan menggunakan kuisioner, observasi dan studi kepustakaan dalam pengumpulan data. 3.6. Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan bendabenda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti itu. Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung cafecafe yang menjual kopi di daerah kota Serang, jadi populasi dari penelitian ini sifatnya tidak terbatas. 54 3.6.2. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Oleh karena itu sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri. (Bailey, 1994:83). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan teknik penarikan sampel aksidental. Teknik penarikan sampel aksidental ini didasarkan pada kemudahan (covenience). Sampel dapat terpilih karena berada pada waktu, situasi, dan tempat yang tepat. Dari waktu penelitian dilapangan yang dimulai sejak tanggal 6 Januari 2016 sampai dengan 6 Februari 2016 yang dilakukan pada waktu sore hari sampai sampai dengan/atau malam hari didapatkan jumlah sampel sebanyak 35 orang. 3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan oleh penulis yaitu dengan bantuan statistik dengan penggunaan perhitungan SPSS sebagai alat bantu dalam menghitung. Prosedur yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut : 1. Uji reabilitas Uji Reabilitas adalah uji statistik yang digunakan guna menentukan reabilitas serangkaian item pertaanyaan dalam kehandalannya 55 mengukur suatu variabel. Uji reablititas dilakukan dengan uji Alpha Cronbach. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut : ( )( ) Keterangan : α = koefisien reabilitas Alpha Cronbach K = Jumlah item pertanyaan yang diuji = jumlah varians skor item SX2 = Varians skor-skor tes (seluruh item K) Peneliti menggunakan bantuan IBM Statistical Package for Social Science (SPSS) Statistic Versi 20. 2. Uji validitas Menurut Arikunto (2006 : 168) adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi. Untuk mengukur validitas data, peneliti akan menhitung kolerasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik kolerasi Product Moment dengan rumus : √ Keterangan : r= kolerasi Product Moment x= skor pertanyaan y= skor total n= jumlah sampel 56 Peneliti menggunakan bantuan IBM Statistical Package for Social Science (SPSS) Statistic Versi 20. 3. Analisis korelasi 1. Jika kedua variabel normal dan regresi linier, maka rumus yang digunakan Korelasi Product Moment, (Sujana,1996:273) yaitu : √ Peneliti menggunakan bantuan IBM Statistical Package for Social Science (SPSS) Statistic Versi 20. 2. Jika salah satu atau kedua variabel tersebut berdistribusi tidak normal dan regresinya tidak normal, maka digunakan rumus rank yaitu: (Sujana, 1996:365) 3. Menafsirkan harga koefisien korelasi dengan kriteria sebagai berikut: (Sugiono, 2007:184) 0,00-0,199 pengaruh rendah sekali 0,20-0,399 pengaruh rendah 0,40-0,599 pengaruh sedang 0,60-0,799 pengaruh kuat 0,80-100 pengaruh sangat kuat 57 4. Uji Hipotesis Uji t-test ini digunakan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh dua variabel yang berpasangan, dengan pengambilan keputusan: a. Menentukan t hitung, dengan rumus: √ √ b. Menentukan tabel pada taraf signifikasi 5% c. Pengujian hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut : - Apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak - Apabila thitung < ttabel , maka H0 diterima (Sugiyono, 2007:185) Peneliti menggunakan bantuan IBM Statistical Package for Social Science (SPSS) Statistic Versi 20. 5. Analisis regresi Korelasi dan regresi keduanya mempunyai hubungan yang erat. Setiap regresi dipastikan terdapat korelasinya. Tetapi belum tentu korelasi dilanjutkan dengan regresi. Analisis regresi dilakukan jika kolerasi antara kedua variabel mempunyai kausal (sebab-akibat) atau hubungan fungsional. 58 Peneliti menggunakan bantuan IBM Statistical Package for Social Science (SPSS) Statistic Versi 20. 3.8. Pengujian Persyaratan Statistik Metode penelitian statistik membutuhkan pengujian persyaratan statistik yang digunakan untuk menguji instrumen penelitian. 3.8.1 Uji Validitas Peneliti melakukan uji validitas dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 21 pada setiap pertanyaan yang terdapat pada kuisioner atau angket penelitian. Peneliti membagi dua bagian dalam kuisioner, yaitu pertanyaan mengenai Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi (variabel X), dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan (variabel Y). Output data program SPSS versi 21 untuk uji validitas untuk penggunaan model perempuan dalam iklan kopi dapat dilihat pada tabel 4.22 sebagai berikut : 59 Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi (Variabel X) ITEM rhitung rtabel KEPUTUSAN Pertanyaan 1 0,366 0,334 Valid Pertanyaan 2 0,557 0,334 Valid Pertanyaan 3 0,675 0,334 Valid Pertanyaan 4 0,353 0,334 Valid Pertanyaan 5 0,577 0,334 Valid Pertanyaan 6 0,55 0,334 Valid Pertanyaan 7 0,432 0,334 Valid Pertanyaan 8 0,491 0,334 Valid Pertanyaan 9 0,667 0,334 Valid Pertanyaan 10 0,624 0,334 Valid Pertanyaan 11 0,604 0,334 Valid Pertanyaan 12 0,555 0,334 Valid Pertanyaan 13 0,662 0,334 Valid Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016 Output data program SPSS versi 21 di atas merupakan hasil nilai uji validitas dari setiap pertanyaan variabel X (Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi). Nilai data hasil uji validitas dari program SPPS versi 21 dapat dilihat pada kolom terakhir dari hasil. Setiap pertanyaan dianggap valid apabila rhitung pada kolom terakhir dari hasil lebih besar dari r tabel. Tabel pengujian validitas variabel Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi (Variabel X) yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 21, maka diketahui bahwa pengujian dari 13 pertanyaan dari variabel Penggunaan 60 Model Perempuan dalam Iklan kopi (Variabel X) terindikasi valid. Setelah melakukan pengujian variabel X yaitu Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi. Peneliti melakukan pengujian validitas variabel Y yaitu Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan dengan 8 pertanyaan sebagai tahap selanjutnya. Peneliti menggunakan program SPSS versi 21 untuk menguji validitas pertanyaan variabel Y. Hasil uji validitas untuk variabel Y dapat dilihat pada output data dari program SPSS versi 21 pada tabel 3.2 sebagai berikut : Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan (Variabel Y) ITEM rhitung rtabel KEPUTUSAN Pertanyaan 1 0,855 0,334 Valid Pertanyaan 2 0,706 0,334 Valid Pertanyaan 3 0,342 0,334 Valid Pertanyaan 4 0,781 0,334 Valid Pertanyaan 5 0,411 0,334 Valid Pertanyaan 6 0,676 0,334 Valid Pertanyaan 7 0,823 0,334 Valid Pertanyaan 8 0,750 0,334 Valid Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016 Peneliti membandingkan nilai rhitung dari pertanyaan 1 sampai dengan pertanyaan 8 dengan rtabel, dan didapatkan hasil bahwa nilai rhitung lebih besar daripada rtabel. Maka data dinyatakan valid. 61 3.8.2 Uji Reabilitas Alat ukur dinyatakan reliabel apabila alat ukur tersebut secara konsisten memberikan hasil atau jawaban yang sama terhadap gejala yang sama walaupun digunakan berulang kali. Reabilitas mengandung arti bahwa alat ukur tersebut stabil (tidak berubah-ubah), dapat diandalkan (dependable), dan tetap (consistent). Dalam melakukan uji reabilitas data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan program SPSS versi 21. Peneliti menguji kehandalan dengan menghitung masing-masing instrument dalam suatu variabel. Instrument penelitian Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi (variabel X), dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan (variabel Y) dikatakan reliable (handal) apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha sama dengan atau lebih besar dari 0,80. Nilai reabilitas dari kedua variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai berikut : Tabel 3.3 Hasil Uji Reabilitas Variabel X dan Y Variabel Penelitian Nilai Reabilitas Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi 0,810 Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan 0,834 Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016 62 Berdasarkan tabel 3.3 di atas, nilai reabilitas untuk variabel Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi (variabel X), adalah sebesar 0,810 dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan (variabel Y), adalah sebesar 0,834. Berdasarkan nilai reabilitas kedua variabel memiliki nilai yang lebih besar dari 0,80 sehingga dapat dinyatakan data tersebut reliable dan dapat dijadikan alat ukur untuk analisis selanjutnya. 3.8.3 Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan untuk menguji dan mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan berdistribusi (menyebar) dengan normal atau tidak. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah syarat sampel penelitian terpenuhi atau tidak. Uji normalitas data dapat dilakukan dengan uji Kolmogrov Smirnov serta dengan analisis grafik. Berikut adalah uji normalitas data dalam penelitian ini : Tabel 3.4 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters 35 a,b Most Extreme Differences Mean Std. Deviation 0E-7 3.05405867 Absolute .083 Positive .078 Negative -.083 Kolmogorov-Smirnov Z .490 Asymp. Sig. (2-tailed) .970 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 63 Berdasarkan output diatas, diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,970 > 0,05 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diuji berdistribusi dengan normal. 3.9. Jadual Penelitian Tabel 3.5 Jadual Penelitian No 1 2 Nama Kegiatan Konsultasi dan revisi proposal Penyusunan skripsi bab 1-3 3 Sidang Outline 4 Revisi pasca outline 5 Penyusunan angket Penyebaran angket dan 6 penelitian ke lapangan Analisa data dan 7 penyusunan bab 4-5 8 Revisi bab 4-5 9 Sidang Skripsi Maret April Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. Iklan Kopi Iklan kopi yang dibintangi oleh model perempuan di Indonesia ada beberapa iklan. Diantaranya iklan kopi Good Day yang dibawakan oleh Chelsea Islan, iklan Top White Coffee yang dibawakan oleh Raline Shah, Iklan Top White Coffee oleh Chelsea Olivia, iklan kopi Kapal Api oleh Acha Septriasa dan Iklan Torabika Creamy Latte oleh Dian Sastro. Dari kelima iklan tersebut, keseluruhannya menggunakan model iklan selebriti terkenal dan memiliki daya tariknya masing-masing. Berikut deskripsi masing-masing iklan kopi tersebut : 1. Iklan kopi Good Day dibintangi oleh Chelsea Islan. Chelsea Islan merupakan aktris berkebangsaan Indonesia yang lahir di Washington, D.C., Amerika Serikat pada tanggal 2 Juni 1995. Chelsea Islan memulai karir keaktrisannya pada tahun 2013 dalam sebuah film layar lebar berjudul Refrain. Setelah penempilannya dalam film tersebut Chelsea dinilai dapat memerankkannya dengan baik sehingga mendapatkan banyak peran-peran lain hingga dikenal banyak orang. Karena kepopulerannya tersebut banyak perusahaan-perusahaan yang menjadikannya sebagai 64 65 model dari iklan-iklannya tersebut, salah satunya yaitu iklan kopi Good Day. Gambar 4.1. Chelsea islan dalam iklan kopi Good Day 2. Iklan Top White Coffee dibintangi oleh Raline Shah seorang aktris berkebangsaan Indonesia. Raline lahir di Jakarta pada tanggal 4 Maret 1985. Ia dikenal sejak menjadi salah satu finalis Puteri Indonesia 2008 dan menjadi puteri terfavorit. Setelah itu Raline mulai aktif didunia hiburan yaitu menjadi pemain film dan model iklan. Salah satu iklan yang dibintanginya yaitu iklan Top White Coffee. Gambar 4.2. Raline Shah dalam iklan Luwak White Coffee 3. Iklan Top White Coffee dibintangi oleh Gabriellle Chelsea Olivia Wijaya atau dikenal dengan Chelsea Olivia. Chelsea Olivia lahir di Bandar Lampung pada tanggal 29 Juli 1992. Chelsea Olivia memulai karirnya sebagai seorang model hingga mendapatkan peran dalam sinetron Matahariku dan mulai dikenal sejak berperan dalam sinetron Cincin. Sejak itu ia mulai dikenal masyarakat. 66 Gambar 4.3. Chelsea Olivia dalam iklan Top White Coffee 4. Iklan kopi Kapal Api Special Mix dibintangi oleh Acha Septriasa. Acha Septriasa dengan nama asli Jelita Septriasa lahir di Jakarta pada tanggal 1 September 1989. Ia adalah seorang aktris dan pemyanyi Indonesia. Acha mulai dikenal saat berperan dalam film My Heart. Ia juga mendapatkan banyak sekali penghargaan dan menjadi aktris dengan bayaran termahal dalam karirnya tersebut. Gambar 4.4. Acha Septriasa dalam iklan kopi Kapal Api Special Mix 5. Iklan Torabika Creamy Latte dibintangi Dian Paramita Sastrowardoyo atau dikenal dengan Dian Sastro. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 16 maret 1982. dimemulai karirnya didunia hiburan pada tahun 1996 sebagi juara pertama di ajang GADIS Sampul majalah GADIS. Dian menjadi sangat terkenal sejak perannya dalam film Ada Apa dengan Cinta?. Dian mendapat banyak penghargaan dalam karirnya salah satunya adalah pemeran wanita terbaik pada Festival Film Internasional Singapura (2002). 67 Gambar 4.5. Dian Sastro dalam iklan Torabika Creamy Latte 4.2. Deskripsi Data 4.2.1. Deskripsi Data Responden Responden dalam penelitian ini adalah perempuan usia 17-40 tahun yang diambil dari berbagai cafe-cafe yang menjual kopi dan terletak di kota Serang. Sampel diambil dengan teknik penarikan sampel aksidental, yaitu sampel dapat terpilih karena berada pada waktu, situasi, dan tempat yang tepat serta memiliki kriteria yang dibuat oleh penulis, salah satunya yaitu : responden yang mengkonsumsi kopi dan pernah melihat tayangan iklan kopi dari kelima iklan tersebut. Dan diperoleh sampel sebanyak 35 orang dalam jangka waktu 1 bulan. 4.2.2. Deskripsi Data penelitian Variabel X : Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi Variabel Y : Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan Peneliti menganalisis indikator dari kedua variabel. Dari variabel Penggunaan Model perempuan dalam Iklan Kopi peneliti memaparkan efektivitas pendukung/endorser yaitu kredibilitas dan daya tarik. Sedangkan variabel Kebiasaan dengan cara memaparkan komponen pengaruh kebiasaan dalam bertindak, yaitu faktor pribadi dan faktor psikologis. 68 Peneliti menyebarkan 35 angket atau kuisioner ke 35 orang pengunjung perempuan di cafe-cafe yang terletak di kota Serang. Setiap kuisioner memiliki 13 pertanyaan untuk variabel penggunaan model perempuan dalam iklan kopi K (variabel X), dan 8 pertanyaan untuk variabel kebiasaan minum kopi bagi perempuan (variabel Y). Peneliti memberikan skor pada setiap jawaban dari responden berdasarkan Skala Likert sebagai berikut : Sangat Setuju (SS) : Skor 5 Setuju (S) : Skor 4 Kurang Setuju : Skor 3 Tidak Setuju : Skor 2 Sangat Tidak Setuju : Skor 1 Data tersebut kemudian dianalisis berdasarkan perhitungan frekuensi, serta proses presentase yang disajikan ke dalam bentuk tabel. Peneliti melakukan pembahasan berdasarkan indikator pada kerangka operasional. Jumlah Indikator kerangka operasional terdiri dari tiga indikator yaitu, keahlian, kepercayaan, dan daya tarik untuk variabel penggunaan model perempuan dalam iklan kopi (variabel X), dan 4 indikator yaitu, kebutuhan, gaya hidup, persepsi, dan motivasi untuk variabel kebiasaan minum kopi bagi perempuan (variabel Y). Berikut adalah hasil uji frekuensi variabel penggunaan model perempuan dalam iklan kopi (Variabel X) dari tiap pertanyaan yang sudah diberikan kepada responden yang akan disajikan dalam bentuk tabel dan akan dijelaskan setiap pertanyaannya : 69 4.2.2.1. Uji Frekuensi Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi (Variabel X) Berikut ini adalah hasil distribusi frekuensi dari variabel X, Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi : 1. Pertanyaan No.1 : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Pendapat Responden Mengenai Model Perempuan Saat Menikmati Kopi Model perempuan dalam iklan kopi terlihat menikmati kopi Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 4 13 37,1 37,1 37,1 5 22 62,9 62,9 100,0 Total 35 100,0 100,0 Sumber : diolah dari pertanyaan no.1 variabel X indikator Credibility Model perempuan dalam iklan kopi terlihat menikmati kopi Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Tabel 4.1 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 22 orang atau 62,9% menyatakan sangat setuju, sebanyak 13 orang atau 37,1% menyatakan 70 setuju dan tidak ada atau 0% yang menyatakan kurang setuju, tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan mengenai pengamatannya terhadap cara model perempuan menikmati kopi. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan, komunikator dinilai tinggi pada keahlian yang dianggap sebagai cerdas, mampu, ahli, tau banyak, berpengalaman atau terlatih (Rakhmat, 2007:260). Seluruh responden menyetujui bahwa model perempuan dalam iklan-iklan kopi tersebut menikmati kopi. Hal tersebut menyatakan bahwa keahlian model-model perempuan dalam iklan kopi memerankan iklannya sangat baik sehingga membuat responden menyetujui hal tersebut. 2. Pertanyaan No.2 : Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Pemahaman Responden Mengenai Pesan Iklan yang disampaikan Model Perempuan Penonton memahami pesan iklan yang disampaikan oleh model perempuan dalam iklan kopi Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 2 5,7 5,7 5,7 4 22 62,9 62,9 68,6 5 11 31,4 31,4 100,0 Total 35 100,0 100,0 Sumber : diolah dari pertanyaan no.2 variabel X indikator Credibility 71 Penonton memahami pesan iklan yang disampaikan oleh model perempuan dalam iklan kopi Kurang Setuju [CATEGORY NAME] Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju Tabel 4.2 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 11 orang atau 31,4% menyatakan sangat setuju, 22 orang atau 62,9% menyatakan setuju, 2 orang atau 5,7% menyatakan kurang setuju dan tidak ada atau 0% yang menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan bahwa responden memahami pesan yang disampaikan oleh model-model perempuan dalam iklan kopi. Seorang endorser yang memiliki keahlian akan dapat lebih mudah dalam melakukan persuasi dibandingkan dengan endorser yang tidak memiliki keahlian. Keahlian tersebut mencangkup keterampilan (Terence A. Shimp, 2000). Sebanyak 94,3% responden memahami pesan yang disampaikan oleh model-model perempuan dalam iklan kopi. Hal tersebut menyatakan bahwa model perempuan sudah dapat menerapkan indikator credibility yaitu memiliki keterampilan. Karenanya fungsi iklan untuk menyampaikan pesan sudah berfungsi dengan baik. 72 3. Pertanyaan No.3 : Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Pendapat Responden Mengenai Kharisma yang dimiliki Model Perempuan Model perempuan dalam iklan kopi memiliki kharisma sehingga memikat hati penonton Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 7 20,0 20,0 20,0 4 18 51,4 51,4 71,4 5 10 28,6 28,6 100,0 Total 35 100,0 100,0 Sumber : diolah dari pertanyaan no.3 variabel X indikator Credibility Model perempuan dalam iklan kopi memiliki kharisma sehingga memikat hati penonton Kurang Setuju [CATEGORY NAME] Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju Tabel 4.3 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 10 orang atau 28,6% menyatakan sangat setuju, 18 orang atau 51,7% menyatakan setuju, 7 orang atau 20% menyatakan kurang setuju dan tidak ada atau 0% yang menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut 73 merupakan tanggapan setuju mengenai model perempuan yang memiliki kharisma sehingga memikat hati penonton. Kepopuleran, citra, dan performa dari selebritis itu sendiri dapat lebih menarik untuk menyaksikan iklan yang dapat mempengaruhi persepsi target audien untuk membuat keputusan dalam melakukan pembelian (McCracken,2006). Model perempuan dalam iklan kopi memiliki kharisma yang dapat menarik penonton untuk menyaksikan iklan kopi yang dibawakannya. Kharisma seseorang tidak didapatkan dari keturunan, melainkan dapat terpancar dari kepribadian maupun pengetahuan orang tersebut. Model perempuan dalam iklan kopi memiliki kharisma yang dapat memikat hati penonton menunjukkan bahwa model-model perempuan tersebut memiliki pengetahuan yang cukup baik. 4. Pertanyaan No.4 : Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Mengenai Fleksibilitas Gerak Tubuh Model Perempuan Gerak tubuh model perempuan dalam iklan kopi terlihat fleksibel Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 4 13 37,1 37,1 37,1 5 22 62,9 62,9 100,0 Total 35 100,0 100,0 Sumber : diolah dari pertanyaan no.4 variabel X indikator Credibility 74 Gerak tubuh model perempuan dalam iklan kopi terlihat fleksibel Setuju [CATEGORY NAME] Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju Tabel 4.4 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 22 orang atau 62,9% menyatakan sangat setuju, 13 orang atau 37,1% menyatakan setuju dan tidak ada atau 0% yang menyatakan kurang setuju, tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan mengenai gerakan tubuh dari model perempuan yang terlihat fleksibel dan tidak kaku di dalam iklan kopi Kapal Api. Kemampuan yang dimiliki seorang endorser akan banyak membantunya dalam menyampaikan pesan yang akan disampaikan. Penggunaan narasumber sebagai fitur penarik perhatian dalam iklan merupakan salah satu cara kreatif untuk menyampaikan pesan (Keller, 2012). Kemampuan yang harus dimiliki oleh endorser salah satunya adalah keterampilan dan fleksibelitas dalam membawakan iklan. Gerak tubuh yang fleksibel dan tidak kaku menunjukan bahwa model tersebut memiliki keterampilan yang baik dalam memerankan iklan tersebut sebagai seorang perempuan yang digambarkan elegan sedang menikmati kopi. 75 Hal tersebut juga disetujui oleh seluruh responden bahwa model tersebut terampil dalam memerankan iklan tersebut. 5. Pertanyaan No.5 : Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Mengenai Keyakinannya Mengenai Kualitas Kopi Karena Model Perempuan Model perempuan dalam iklan kopi membuat penonton yakin mengenai kualitas kopi dalam iklan tersebut Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 4 11,4 11,4 11,4 4 21 60,0 60,0 71,4 5 10 28,6 28,6 100,0 Total 35 100,0 100,0 Sumber : diolah dari pertanyaan no.5 variabel X indikator Credibility Model perempuan dalam iklan kopi membuat penonton yakin mengenai kualitas kopi dalam iklan tersebut Kurang Setuju [CATEGORY NAME] Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju Tabel 4.5 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 10 orang atau 28,6% menyatakan sangat setuju, 21 orang atau 60% menyatakan setuju, 4 orang 76 atau 11,4% menyatakan kurang setuju, dan tidak ada atau 0% yang menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan mengenai model perempuan yang dapat meyakinkan responden terhadap kualitas dari kopi Kapal Api. Keyakinan dan kepercayaan adalah salah satu dari atribut dasar pendukung atau endorser sebagai efektivitas dalam beriklan. Menurut Rakhmat (2007 : 260), kepercayaan adalah kesan komunikasi tentang komunikator yang berekaitan dengan wataknya. Apakah komunikator dinilah jujur, tulus, bermoral, adil, sopan, dan etis? Sebagian besar dari responden merasa yakin terhadap kualitas dari kopi yang diperankan oleh model-model perempuan dalam iklan kopi. Hal tersebut menyatakan bahwa model perempuan sudah baik dalam menjalankan atribut dasar sebagai efektivitas dalam beriklan. 6. Pertanyaan No.6 : Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Mengenai Keyakinannya Terhadap Kata-Kata yang disampaikan Model Perempuan Kata-kata yang disampaikan model perempuan membuat penonton yakin dan percaya terhadap kopi yang diiklankan Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 3 8,6 8,6 8,6 4 21 60,0 60,0 68,6 5 11 31,4 31,4 100,0 Total 35 100,0 100,0 Sumber : diolah dari pertanyaan no.6 variabel X indikator Credibility 77 Kata-kata yang disampaikan model perempuan membuat penonton yakin dan percaya terhadap kopi yang diiklankan Kurang Setuju [CATEGORY NAME] Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju Tabel 4.6 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 11 orang atau 31,4% menyatakan sangat setuju, 21 orang atau 60% menyatakan setuju, 3 orang atau 8,6% menyatakan kurang setuju, dan tidak ada atau 0% yang menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan bahwa model perempuan berhasil membuat responden yakin dan percaya terhadap kopi yang dibintanginya tersebut. Dalam pertanyaan ini juga didapatkan hasil bahwa 91,4% responden setuju bahwa mereka yakin dan percaya terhadap kopi-kopi tersebut setelah melihat iklan kopi yang dibawakan oleh model-model perempuan tersebut. Ketika selebriti memiliki tingkat keahlian dan kepercayaan yang tinggi digunakan, maka konsumen cenderung mengurangi pertahanan mereka dan tidak merespon kognitif, serta mempunyai alasan untuk percaya iklan tersebut (Terence A. Shimp, 2000). Hal tersebut menyatakan bahwa model perempuan membawakan iklan kopi dengan baik. 78 7. Pertanyaan No.7 : Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden yang Percaya Bahwa Kopi Sangat Nikmat Untuk Dinikmati Cara model perempuan dalam iklan kopi menikmati kopi membuat penonton percaya bahwa kopi tersebut sangat nikmat untuk dinikmati Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 2 5,7 5,7 5,7 4 18 51,4 51,4 57,1 5 15 42,9 42,9 100,0 Total 35 100,0 100,0 Sumber : diolah dari pertanyaan no.7 variabel X indikator Credibility Cara model perempuan dalam iklan kopi menikmati kopi membuat penonton percaya bahwa kopi tersebut sangat nikmat untuk dinikmati Kurang Setuju [CATEGORY NAME] Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju Tabel 4.7 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 15 orang atau 42,9% menyatakan sangat setuju, 18 orang atau 51,4% menyatakan setuju, 2 orang atau 5,7% menyatakan kurang setuju, dan tidak ada atau 0% yang menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut 79 merupakan tanggapan mengenai model-model perempuan membuat penonton percaya bahwa kopi yang dibintanginya tersebut sangat nikmat untuk dinikmati. Satu hal yang penting dari efek positif menggunakan endorser berkredibilitas adalah penerimaan pesan yang cenderung mengurangi keraguan konsumen (Terence A. Shimp, 2000). Model iklan perempuan dalam iklan kopi menikmati kopi membuat penonton yakin bahwa kopi tersebut sangat nikmat untuk dinikmati. Dan Sebanyak 94,3% responden merasa yakin bahwa kopi tersebut sangat nikmat untuk dinikmati. 8. Pertanyaan No.8 : Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Apakah Model Perempuan dalam Iklan Kopi Cantik Model-model perempuan dalam iklan kopi cantik Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 4 11,4 11,4 11,4 4 13 37,1 37,1 48,6 5 18 51,4 51,4 100,0 Total 35 100,0 100,0 Sumber : diolah dari pertanyaan no.1 variabel X indikator Attraction 80 Model-model perempuan dalam iklan kopi cantik Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju [CATEGORY NAME] Tidak Setuju Sangat tidak Setuju Tabel 4.8 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 18 orang atau 51,4% menyatakan sangat setuju, 13 orang atau 37,1% menyatakan setuju, 4 orang atau 11,4% menyatakan kurang setuju, dan tidak ada atau 0% yang menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan dari responden yang setuju bahwa model-model perempuan dalam iklan kopi tersebut cantik sehingga dapat menarik perhatian responden. Seorang model iklan harus memiliki daya tarik yang tinggi agar konsumen tertarik untuk mencoba produk atau jasa yang diiklankan (Terence A. Shimp, 2000:468). Kecantikan dari model perempuan menjadi daya tarik tersendiri untuk model perempuan menarik perhatian dari respondennya. Bukan hanya laki-laki yang terpikat oleh kecantikannya, perempuan juga setuju bahwa model-model perempuan dalam iklan kopi semuanya berwajah cantik. Hal tersebut dinyatakan dari hasil jawaban responden yang semuanya adalah perempuan dan sebagian 81 besar menyetujui bahwa model-model perempuan dalam iklan kopi berwajah cantik. 9. Pertanyaan No.9 : Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Mengenai Cara Minum Model Perempuan Cara model perempuan dalam iklan kopi meminum kopi sangat menarik Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 3 8,6 8,6 8,6 4 19 54,3 54,3 62,9 5 13 37,1 37,1 100,0 Total 35 100,0 100,0 Sumber : diolah dari pertanyaan no.2 variabel X indikator Attraction Cara model perempuan dalam iklan kopi meminum kopi sangat menarik Kurang Setuju [CATEGORY NAME] Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju 82 Tabel 4.9 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 13 orang atau 37,1% menyatakan sangat setuju, 19 orang atau 54,3% menyatakan setuju, 3 orang atau 8,6% menyatakan kurang setuju, dan tidak ada atau 0% yang menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan dari responden mengenai cara model perempuan dalam iklan kopi meminum kopi sangat menarik. Iklan berurusan dengan bagaimana konsumen berminat dan memiliki keinginan lebih jauh. Dalam hal ini konsumen harus dirangsang agar tertarik untuk membaca, mendengar, atau menonton pesan-pesan yang disampaikan. Pemilih menemukan sesuatu pada diri endorser yang dia sukai maka bujukan bekerja lewat identifikasi. artinya, lewat identifikasi pemilih akan mengadopsi perilaku, sikap atau preferensi. ketika mereka menemukan hal yang menarik dalam diri endorser (Shhimp 2007:305). Sebanyak 91,4% responden menyatakan bahwa cara model perempuan dalam iklan kopi meminum kopi sangat menarik. Cara tersebut merupakan daya tarik yang dibuat oleh model perempuan agar penonton juga ingin merasakan seperti apa nikmatnya kopi yang dibintanginya tersebut setelah melihat tayangan iklan kopi tersebut. 10. Pertanyaan No.10 : 83 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Atas Ketertarikan Responden Untuk Mencoba Kopi Setelah Melihat Iklan Tersebut Melihat model perempuan dalam iklan kopi menikmati kopi membuat penonton tertarik untuk mencoba kopi tersebut Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 7 20,0 20,0 20,0 4 20 57,1 57,1 77,1 5 8 22,9 22,9 100,0 35 100,0 100,0 Total Sumber : diolah dari pertanyaan no.3 variabel X indikator Attraction Melihat model perempuan dalam iklan kopi menikmati kopi membuat penonton tertarik untuk mencoba kopi tersebut [CATEGORY NAME] Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju Tabel 4.10 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 8 orang atau 22,9% menyatakan sangat setuju, 20 orang atau 57,1% menyatakan setuju, 7 orang atau 20% menyatakan kurang setuju, dan tidak ada atau 0% yang menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut 84 merupakan tanggapan responden mengenai cara model perempuan dalam iklan kopi menikmati kopi membuat penonton tertarik untuk mencoba kopi tersebut. Fungsi iklan adalah untuk membujuk penontonnya agar melakukan sesuatu sesuai dengan pesan yang disampaikan dalam tayangan iklan. Tujuan ini sangat penting pada tahap persaingan, dimana perusahaan ingin membangun permintaan selektif untuk produk tertentu (Kotler, 2000: 578). Iklan yang berpersuasif mampu menggerakkan konsumen untuk mendekatkan diri dengan brand dan tertarik untuk mencobanya. Model perempuan sebagai pendukung atau endorser membantu produsen untuk menarik perhatian penonton untuk mencoba kopi yang dibintanginya tersebut. 11. Pertanyaan No.11 : Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Mengenai Pakaian Model Perempuan dalam Iklan Kopi Pakaian model perempuan dalam iklan kopi menarik dan rapi Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 2 5,7 5,7 5,7 4 20 57,1 57,1 62,9 5 13 37,1 37,1 100,0 Total 35 100,0 100,0 Sumber : diolah dari pertanyaan no.4 variabel X indikator Attraction 85 Pakaian model perempuan dalam iklan kopi menarik dan rapi Kurang Setuju [CATEGORY NAME] Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju Tabel 4.11 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 13 orang atau 37,1% menyatakan sangat setuju, 20 orang atau 57,1% menyatakan setuju, 2 orang atau 5,7% menyatakan kurang setuju, dan tidak ada atau 0% yang menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan responden mengenai pakaian model perempuan dalam iklan kopi menarik dan rapi sehingga mencerminkan bahwa ia adalah wanita yang elegan. Pakaian yang rapi dan menarik mencerminkan bahwa model perempuan adalah wanita yang elegan. Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi berlangsung. kesan pertama selama 20 detik sampai 4 menit pertama. 84% dari kesan terhadap seseorang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990). Hal tersebut disetujui sebagian besar oleh responden. Dari cara berpakaian model perempuan dalam iklan kopi mencoba membuat image bahwa kopi tersebut adalah kopi yang elegan dan pantas untuk 86 dinikmati oleh seluruh kalangan tidak hanya kalangan menengah kebawah sebagai kopi instan dengan harganya yang sangat terjangkau. 12. Pertanyaan No.12 : Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Mengenai Gerak Tubuh Model Perempuan dalam Iklan Kopi Gerak tubuh model perempuan dalam iklan kopi terlihat elegan Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 2 5,7 5,7 5,7 4 19 54,3 54,3 60,0 5 14 40,0 40,0 100,0 Total 35 100,0 100,0 Sumber : diolah dari pertanyaan no.5 variabel X indikator Attraction Gerak tubuh model perempuan dalam iklan kopi terlihat elegan Kurang Setuju [CATEGORY NAME] Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju Tabel 4.12 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 14 orang atau 40% menyatakan sangat setuju, 19 orang atau 54,3% menyatakan setuju, 2 87 orang atau 5,7% menyatakan kurang setuju, dan tidak ada atau 0% yang menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan responden mengenai gerak tubuh model perempuan dalam iklan kopi terlihat elegan sehingga menunjukkan bahwa kopi tersebut adalah kopi yang elegan walaupun kopi tersebut merupakan kopi instan dengan harga terjangkau. Daya tarik bukan hanya berarti daya tarik fisik meskipun daya tarik bisa menjadi atribut yang sangat penting, tetapi meliputi sejumlah karakteristik yang dapat dilihat khayalak dalam diri endorser: kecerdasan, sifat-sifat kepribadian, gaya hidup, keatletisan postur tubuh, dan sebagainya. Endorser dengan tampilan fifik yang baik dan/atau karaketer non-fisik yang menarik dapat menunjang iklan dan dapat menimbulkan minat audience unruk menyimak iklan (Belch dan Belch, 2004). Salah satu yang berperan penting lainnya yaitu gerak tubuh. Gerak tubuh dari model perempuan sudah membantu menunjukkan bahwa kopi tersebut adalah kopi yang elegan. Hal tersebut juga disetujui oleh sebagian besar responden. Gerak tubuh dari model perempuan menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian responden. 13. Pertanyaan No.13 : 88 Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Mengenai Kesukaannya Terhadap Model Perempuan dalam Iklan Kopi Saya menyukai model perempuan dalam iklan kopi Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 2 2 5,7 5,7 5,7 3 8 22,9 22,9 28,6 4 20 57,1 57,1 85,7 5 5 14,3 14,3 100,0 35 100,0 100,0 Total Sumber : diolah dari pertanyaan no.6 variabel X indikator Attraction Saya menyukai model perempuan dalam iklan kopi [CATEGORY NAME] Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju Tabel 4.13 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 5 orang atau 14,3% menyatakan sangat setuju, 20 orang atau 57,1% menyatakan setuju, 8 orang atau 22,9% menyatakan kurang setuju, 2 orang atau 5,7% menyatakan tidak setuju dan tidak ada atau 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hasil tabel 89 tersebut merupakan tanggapan dari responden mengenai pendapatnya menyukai model perempuan dalam iklan kopi tersebut. Likability (kesukaan) merupakan hal yang paling relevan untuk mengubah sikap terhadap merek. Kesukaan pada endorser pada konsumen membantu memotivasi yang postif terhadap suatu merek (Terence A. Shimp, 2000). Sebagian besar dari responden menyetujui bahwa mereka menyukai model perempuan dalam iklan kopi tersebut. Daya tarik tersebut akan membuat penonton memilih produk kopi karena menyukai model perempuan dalam iklan kopi tersebut. 4.2.2.2. Uji Frekuensi Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan (Variabel Y) Berikut ini adalah hasil distribusi frekuensi dari variabel Y, Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan : 1. Pertanyaan No.1 : Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Apakah Kopi Cocok Untuk diminum Setiap Hari Kopi cocok untuk diminum setiap hari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 2 3 8,6 8,6 8,6 3 15 42,9 42,9 51,4 4 14 40,0 40,0 91,4 5 3 8,6 8,6 100,0 35 100,0 100,0 Total 90 Sumber : diolah dari pertanyaan no.1 variabel Y indikator Faktor Pribadi Kopi cocok untuk diminum setiap hari [CATEGORY NAME] Tidak Setuju Setuju Kurang Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju Tabel 4.14 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 3 orang atau 8,6% menyatakan sangat setuju, 14 orang atau 40% menyatakan setuju, 15 orang atau 42,9% menyatakan kurang setuju, 3 orang atau 8,6% menyatakan tidak setuju dan tidak ada atau 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan responden mengenai pertanyaan, apakah kopi tersebut cocok untuk diminum setiap hari. Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulangulanng dalam hal yang sama (Joko 2008:24). Minum kopi menjadi kebiasaan bagi kebanyakan pencinta kopi. Mereka selalu meminum kopi setiap harinya. Dari hasil jawaban responden diatas, masih ada sebagian dari responden yang merasa khawatir untuk terlalu sering mengkonsumsi kopi instan setiap hari dikarenakan akan ada efek samping yang dirasakan. Rata-rata perempuan akan merasa 91 khawatir terhadap kesehatannya, sehingga akan lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu. 2. Pertanyaan No.2 : Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Apakah Kopi Bermanfaat Iklan kopi sangat bermanfaat Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 2 1 2,9 2,9 2,9 3 16 45,7 45,7 48,6 4 16 45,7 45,7 94,3 5 2 5,7 5,7 100,0 35 100,0 100,0 Total Sumber : diolah dari pertanyaan no.2 variabel Y indikator Faktor Pribadi Iklan kopi sangat bermanfaat [CATEGORY NAME] Tidak Setuju Kurang Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju 92 Tabel 4.15 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 2 orang atau 5,7% menyatakan sangat setuju, 16 orang atau 45,7% menyatakan setuju, 16 orang atau 45,7% menyatakan kurang setuju, 1 orang atau 2,9% menyatakan tidak setuju dan tidak ada atau 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan responden mengenai pertanyaan, apakah kopi tersebut bermanfaat. Iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yangditujukan oleh suatu masyarakat lewat suatu media (Rhenald Kasali 1992:21). Iklan yang baik adalah iklan yang bersifat informatif. Iklan dianggap bermanfaat oleh khalayak jika bisa memberikan informasi yang dibutuhkan oleh khalayak. Hasil tersebut masih hampir seimbang antara responden yang sangat setuju dan setuju dengan responden yang kurang setuju dan tidak setuju. Setelah dilakukan wawancara lebih lanjut kepada beberapa responden, responden yang setuju bahwa kopi bermanfaat yaitu karena kopi tersebut sangat membantu dikala sedang mengantuk maupun menemani waktu senggang. 3. Pertanyaan No.3 : Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Apakah Minum Kopi Menjadi Trend di Masyarakat Minum kopi menjadi trend di masyarakat Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 3 8,6 8,6 8,6 4 17 48,6 48,6 57,1 Valid 93 5 15 42,9 42,9 Total 35 100,0 100,0 100,0 Sumber : diolah dari pertanyaan no.3 variabel Y indikator Faktor Pribadi Minum kopi menjadi trend di masyarakat Kurang Setuju [CATEGORY NAME] Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju Tabel 4.16 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 15 orang atau 42,9% menyatakan sangat setuju, 17 orang atau 48,6% menyatakan setuju, 3 orang atau 8,6% menyatakan kurang setuju dan tidak ada atau 0% yang menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan responden mengenai pertanyaan apakah minum kopi menjadi trend di masyarakat. Trend/tren adalah keadaan dimana suatu hal sedang digemari atau sedang menjadi perhatian masyarakat pada saat tertentu. Sebagian besar responden menyatakan setuju bahwa minum kopi saat ini sudah menjadi trend di masyarakat. Saat ini sudah banyak cafe-cafe yang menjual kopi dan dipenuhi oleh banyak 94 pelanggan yang memesan kopi tidak hanya laki-laki, perempuan saat ini juga senang untuk mengunjungi cafe hanya untuk sekedar menikmati kopi dan berbincang-bincang bersama teman-temannya. 4. Pertanyaan No.4 : Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Bahwa Minum Kopi Instan Serasa Menikmati Kopi di Caffe Minum kopi instan serasa menikmati kopi di caffe Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 2 1 2,9 2,9 2,9 3 21 60,0 60,0 62,9 4 10 28,6 28,6 91,4 5 3 8,6 8,6 100,0 35 100,0 100,0 Total Sumber : diolah dari pertanyaan no.4 variabel Y indikator Faktor Pribadi 95 Minum kopi instan serasa menikmati kopi di caffe Tidak Setuju [CATEGORY NAME] Setuju Kurang Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju Tabel 4.17 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 3 orang atau 8,6% menyatakan sangat setuju, 10 orang atau 28,6% menyatakan setuju, 21 orang atau 60% menyatakan kurang setuju, 1 orang atau 2,9% menyatakan tidak setuju, dan tidak ada atau 0% yang sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan responden mengenai pendapatnya, apakah minum kopi Kapal Api serasa minum kopi di caffe. Iklan dapat membuat seseorang berimajinasi. Imajinasi adalah daya piker untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambaran (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sebagian iklan mengajak respondennya untuk membayangkan isi yang ada didalam iklan tersebut. Sebagian besar responden menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan bahwa menikmati kopi instan serasa minum kopi di caffe. Hal tersebut berarti kopi tersebut masih 96 kurang untuk membuat responden berimajinasi atau merasakan kopi tersebut seperti menikmati kopi di caffe. 5. Pertanyaan No.5 : Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Bahwa Iklan Kopi dapat dipercaya Iklan kopi dapat dipercaya Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 3 4 11,4 11,4 11,4 4 29 82,9 82,9 94,3 5 2 5,7 5,7 100,0 35 100,0 100,0 Total Sumber : diolah dari pertanyaan no.1 variabel Y indikator Faktor Psikologis Iklan kopi dapat dipercaya [CATEGORY NAME] Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju 97 Tabel 4.18 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 2 orang atau 5,7% menyatakan sangat setuju, 29 orang atau 82,9% menyatakan setuju, 4 orang atau 11,4% menyatakan kurang setuju, dan tidak ada atau 0% yang menyatakan tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan responden mengenai iklan kopi yang dapat dipercaya. Kepercayaan merek (trust in a brand) didefinisikan sebagai keinginan pelanggan untuk bersandar pada sebuah merek dengan resiko-resiko yamh dihadapi karena ekspetasi terhadap merek itu akan menyebabkan hal yang positif (Tjahyadi, 2206: 71). Memiliki Endorser yang berkredibilitas adalah salah satu keuntungan baik perusahaan karena publisitas yang disampaikan dianggap tidak bias dan jujur. Satu hal yang penting dari efek positif menggunakan endorser berkredibilitas adalah penerimaan pesan yang cenderung mengurangi keraguan konsumen. Kopi-kopi tersebut sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Sehingga masyarakat sudah sangat mempercayai kualitas dari kopi-kopi. Dengan bantuan endorser juga akan membuat masyarakat lebih percaya terhadap merekmerek kopi tersebut. 6. Pertanyaan No.6 : Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Bahwa Kopi Instan Memiliki Citra yang Baik dan Layak Untuk dikonsumsi Kopi instan adalah kopi yang memiliki citra yang baik dan layak untuk dikonsumsi Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 5 14,3 14,3 14,3 4 23 65,7 65,7 80,0 5 7 20,0 20,0 100,0 98 35 Total 100,0 100,0 Sumber : diolah dari pertanyaan no.2 variabel Y indikator Faktor Psikologis Kopi instan adalah kopi yang memiliki citra yang baik dan layak untuk dikonsumsi [CATEGORY NAME] Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju Tabel 4.19 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 7 orang atau 20% menyatakan sangat setuju, 23 orang atau 65,7% menyatakan setuju, 21 orang atau 60% menyatakan kurang setuju, 4 orang atau 11,4% menyatakan tidak setuju, dan tidak ada atau 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan responden mengenai persetujuannya terhadap kopi instan yang memiliki citra yang baik dan layak untuk dikonsumsi. Iklan merupakan elemen yang penting dan saling berpengaruh dalam menanamkan brand awareness kepada konsumen, seiring dengan ciri fisik dan kualitas produk yang mengikuti suatu brand tertentu (Temporal & Lee, 2010). Sebagian besar responden setuju bahwa kopi –kopi tersebut memiliki citra yang baik dan layak untuk dikonsumsi. Kopi-kopi tersebut sudah dikenal oleh 99 masyarakat luas di Indonesia. Sehingga masyarakat sudah mempercayai akan kualitas dari kopi-kopi tersebut. Pertanyaan No.7 : Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Responden Setelah Melihat Iklan Kopi Setelah melihat iklan kopi penonton tertarik untuk konsumsi kopi tersebut Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 2 1 2,9 2,9 2,9 3 10 28,6 28,6 31,4 4 22 62,9 62,9 94,3 5 2 5,7 5,7 100,0 35 100,0 100,0 Total Sumber : diolah dari pertanyaan no.3 variabel Y indikator Faktor Psikologis Setelah melihat iklan kopi penonton tertarik untuk konsumsi kopi teresebut Tidak Setuju [CATEGORY NAME] Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju 100 Tabel 4.20 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 2 orang atau 5,7% menyatakan sangat setuju, 22 orang atau 62,9% menyatakan setuju, 10 orang atau 28,6% menyatakan kurang setuju, 1 orang atau 2,9% menyatakan tidak setuju, dan tidak ada atau 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan responden mengenai ketertarikannya untuk konsumsi kopi setelah melihat iklan kopi tersebut. Hasil tersebut menunjukan bahwa responden lebih banyak yang tertarik untuk konsumsi kopi setelah melihat tayangan iklan kopi tersebut. Menurut Tilman dan Kirkpatrick, iklan merupakan massa yang menawarkan janji kepada konsumen tentang adanya barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan, tempat memperolehnya dan kualitas barang dan jasa tersebut melalui pesan yang bersifat informative dan persuasive. Hal tersebut menunjukan bahwa iklan kopi sudah dapat berfungsi dengan baik. Yaitu fungsi persuasif, yang bertujuan untuk membujuk penonton untuk mengikuti pesan yang disampaikan. 7. Pertanyaan No.8 : Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Data Hasil Jawaban Pemikiran Responden Setelah Melihat Iklan Kopi Setelah melihat iklan kopi penonton berpikir untuk membeli kopi tersebut Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 2 2 5,7 5,7 5,7 3 10 28,6 28,6 34,3 4 20 57,1 57,1 91,4 5 3 8,6 8,6 100,0 35 100,0 100,0 Total 101 Sumber : diolah dari pertanyaan no.4 variabel Y indikator Faktor Psikologis Setelah melihatiklan kopi penonton berpikir untuk membeli kopi tersebut [CATEGORY NAME] Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju Tabel 4.21 menunjukan bahwa hasil data penelitian sebanyak 3 orang atau 8,6% menyatakan sangat setuju, 20 orang atau 57,1% menyatakan setuju, 10 orang atau 28,6% menyatakan kurang setuju, 2 orang atau 5,7% menyatakan tidak setuju, dan tidak ada atau 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut merupakan tanggapan responden mengenai sikapnya setelah melihat iklan kopi apakah penonton berpikir untuk membeli kopi tersebut. Sebagai data tambahan peneliti juga melakukan sedikit tanya jawab secara langsung kepada beberapa orang responden dan juga teman-teman perempuan yang juga penggemar kopi. Sebagian besar responden setuju dan memiliki pemikiran untuk membeli kopi setelah melihat tayangan iklan kopi tersebut. Hal tersebut menujukkan bahwa iklan kopi sudah memiliki fungsi persuasif yang baik 102 sehingga bisa membuat penonton berpikir untuk membeli produknya dan mencoba produk-produk kopi tersebut. 4.3. H0 : Pengujian Hipotesis Tidak ada hubungan Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan Ha : Ada hubungan Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis korelasi dan regresi linier sederhana, untuk menguji pengaruh penggunaan model perempuan dalam iklan kopi terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan. Proses ini menggunakan bantuan program SPSS versi 21 guna menghindari kesalahan dalam mengolah data. i. Uji Koefisien Korelasi Perhitungan koefisien korelasi dilakukan untuk meneliti sejauh mana variabel pada suatu faktor berkaitan dengan variabel pada faktor lain. Perhitungan koefisien korelasi dalam penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi (variabel X), dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan (variabel Y). Penelitian ini menggunakan rumus statistik Korelasi Product Moment (Pearson‟s Correlation) untuk menganalisis 103 hubungan antara variabel Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi (variabel X), dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan (variabel Y). Peneliti menggunakan program SPSS versi 21 untuk mempermudah perhitungan koefisien korelasi dalam penelitian ini. Hasil perhitungan koefisien korelasi antara Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan dapat dilihat dari output SPSS pada tabel 4.22 sebagai berikut : Tabel 4.22 Hasil Uji Korelasi Correlations Penggunaan Model Kebiasaan Minum Perempuan dalam Iklan Kopi bagi Perempuan kopi Pearson Penggunaan Model 1 ** ,491 Correlation Perempuan dalam Iklan kopi ,003 Sig. (2-tailed) Kapal Api N Pearson Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan 35 35 ** 1 ,491 Correlation Sig. (2-tailed) N ,003 35 35 104 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Hasil uji korelasi pada tabel 4.22 tersebut menunjukan bahwa nilai koefisien antara Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan adalah 0,491. Nilai 0,491 menunjukan hubungan yang positif karena nilai rhitung lebih besar dari rtabel (taraf kesalahan 5% untuk N=35). Interpretasi nilai koefisien korelasi 0,491 menunjukkan hubungan yang sedang karena berada dalam rentang 0,40-0,599. ii. Uji Signifikan Hasil Korelasi Untuk mengetahui apakah angka korelasi signifikasi atau tidak, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dengan cara menentukan hipotesis atau dengan ketentuan pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil cara dengan menentukan keputusan signifikasi hasil korelasi. Jika probabilitas < 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan Jika probabilitas > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan Keputusan signifikasi hasil korelasi dapat dilihat dari angka probabilitas kolom Sig. (2-tailed) dalam tabel 4.22 hasil uji korelasi antara Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan. Nilai probabilitas 0,003 < 0,005 sehingga hubungan antara Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan dinyatakan signifikan. 105 iii. Besar Sumbangan atau Peranan Variabel X Terhadap Variabel Y Peneliti menggunakan rumus KD (Koefisien Determinasi) untuk mencari besarnya sumbangan atau peranan antara penggunaan model perempuan dalam iklan kopi (Variabel X) dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan (Variabel Y), adapun rumus KD (Koefisien Determinasi) yaitu : KD = r2 x 100% Keterangan : r = nilai koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y KD = (0,491)2 x 100% KD = 0,247 x 100% KD = 24,7% Keterangan : r2 = 0,247 mempunyai arti 24,7% Hasil perhitungan KD (Koefisien Determinasi) diatas menunjukan bahwa besar sumbangan atau peranan Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi (Variabel X) dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan (Variabel Y) adalah sebesar 24,7%, dan sisanya sebesar 75,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut. iv. Analisis Regresi Tabel 4.23 a Variables Entered/Removed 106 Model 1 Variables Variables Entered Removed VAR00002 Method b . Enter a. Dependent Variable: VAR00001 b. All requested variables entered. Tabel 4.24 Model Summary Model 1 R R Square a ,491 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate ,241 ,218 3,92275 a. Predictors: (Constant), VAR00002 Tabel 4.25 a ANOVA Model 1 Sum of Squares Df Mean Square Regression 160,883 1 160,883 Residual 507,803 33 15,388 Total 668,686 34 a. Dependent Variable: VAR00001 b. Predictors: (Constant), VAR00002 Tabel 4.26 Coefficients a F 10,455 Sig. b ,003 107 Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Coefficients B Std. Error (Constant) 36,798 5,835 VAR00002 ,621 ,192 Beta 6,306 ,000 3,233 ,003 1 ,491 a. Dependent Variable: VAR00001 Hipotesis : H0 : Tidak ada hubungan Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan Ha : Ada hubungan Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan kopi dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan Dari output diatas dapat diketahui nilai thitung = 3,233 p dengan nilai signifikan 0,03 (0,00 < 0,05) . Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam perhitungan regresi linier sederhana adalah 95% dengan signifikasi 0,05 : 1. Jika nilai thitung > ttabel , maka terdapat hubungan yang signifikan, 2. Jika thitung < ttabel maka tidak terdapat hubungan yang signifikan. Nilai ttabel (n-2) = 33 yaitu 2,733. Dari hasil diatas didapatkan bahwa nilai thitung > ttabel yang berarti ada pengaruh dari penggunaan model perempuan dalam iklan terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan. 108 4.3. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, didapatkan hasil untuk menjawab rumusan masalah dan identifikasi yang sudah disebutkan dalam bab 1 yang akan diuraikan sebagai berikut : 4.3.1. Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi Model sangat berperan penting dalam sebuah iklan. Keberhasilan sebuah iklan tidak terlepas dari model iklan dalam mempromosikan sebuah produk. Model dalam lingkup pekerjaan atau seni atau biasa disebut peragawan atau peragawati adalah seseorang yang bertugas untuk memperagakan busana atau pun menampilkan produk atau biasa disebut endorser. Endorser sering juga disebut direct source (sumber langsung) yaitu seorang pembicara yang mengantarkan sebuah pesan atau memperagakan sebuah produk atau jasa (Belch dan Belch 2004:168). Endorser juga diartikan sebagai orang yang dipilih mewakili image sebuah produk (product image). Penelitian secara luas menunjukan bahwa terdapat atribut dasar yang berpengaruh terhadap efektivitas pendukung/endorser (Shimp, 2010 : 251-154), yaitu credibility (kredibilitas) dan attraction (daya tarik). Dua sifat penting dari kredibilitas endorser adalah keahlian dan kepercayaan. Seorang endorser dituntut untuk memiliki keahlian dalam membawakan iklannya serta harus dapat 109 mempengaruhi khalayak untuk mempercayainya. Selain itu, seorang model iklan harus memiliki daya tarik yang tinggi agar konsumen tertarik untuk mencoba produk atau jasa yang diiklankan. Daya tarik bukan hanya berarti daya tarik fisik meskipun daya tarik bisa menjadi atribut yang sangat penting, tetapi meliputi sejumlah karakteristik yang dapat dilihat khayalak dalam diri endorser: kecerdasan, sifat-sifat kepribadian, gaya hidup, keatletisan postur tubuh, dan sebagainya. Dalam iklan kopi, model-model perempuan memiliki kredibilitas yang cukup baik sehingga khalayak dapat mempercayainya sebagai pembawa iklan kopi tersebut. Selain itu juga khalayak menilai bahwa model perempuan memiliki keahlian dalam membawakan iklan tersebut. Dari segi daya tarik, belum didapatkan hasil yang tinngi bahwa model perempuan dapat menarik perhatian khalayak, hanya sebagian saja dari responden yang merasa tertarik kepada model perempuan. Penggunaan berpengaruh model terhadap perempuan produk kopi dalam iklan tersebut. kopi Walaupun pengaruhnya tidak terlalu besar, akan tetapi model perempuan dalam iklan kopi cukup memberikan pengaruh. Hal ini menjelaskan bahwa model-model perempuan dalam iklan kopi menjalankan dua atribut dasar endorser yang berpengaruh terhadap efektivitas pendukung/ endorser yaitu daya tarik dan kredibilitas. 110 Tujuan IMC adalah untuk mempengaruhi perilaku khalayak sasarannya. Setelah melakukan penelitian dengan menyebarkan angket, didapatkan hasil bahwa model iklan kopi sudah cukup mempengaruhi khalayak untuk melakukan pembelian produk kopi tersebut. 4.3.2. Kebiasaan Minum Kopi Perempuan Kebiasaan merupakan perilaku konsumen yang sering nampak, kebiasaan dapat didefinisikan sebagai perilaku yang berulang kali dilakukan. Secara konseptual kebiasaan seseorang dalam bertindak dipengaruhi oleh 2 Faktor. Begitu juga kebiasaan minum kopi bagi perempuan di Indonesia. 2 Faktor tersebut yaitu : 3. Faktor pribadi. Faktor pribadi perempuan Indonesia mengkonsumsi kopi yaitu adanya kebutuhan dan gaya hidup. Aktifitas yang berat dalam pekerjaan membuat para perempuan butuh penembah stamina agar bisa tetap fit dalam melakukan pekerjaannya terutama bagi perempuanperempuan kantoran yang memiliki aktifitas padat. Banyak perempuan yang menjadikan kopi sebagai penambah staminanya. Gaya hidup juga membuat para perempuan untuk mengkonsumsi kopi agar tidak tertinggal trend saat ini. 111 4. Faktor psikologis. Yaitu adanya persepsi dan motivasi. Pandangan terhadap model iklan dan produk menjadi daya tarik bagi perempuan untuk mengkonsumsi kopi dan menjadikan dorongan untuk mengkonsumsi kopi. Tingkat konsumsi kopi di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Karena Indonesia merupakan salah satu penghasil kopi terbesar di dunia, membuat kopi mudah didapatkan dan dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Tidak hanya bagi lakilaki, saat ini konsumsi kopi juga dilakukan oleh perempuan. Saat ini, tingkat konsumsi kopi bagi perempuan di kota Serang sudah dapat dikatakan cukup tinggi. Karena saat melakukan penelitian di beberapa café yang berada di kota Serang, peneliti tidak terlalu sulit untuk menemukan responden perempuan yang mengkonsumsi kopi. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara secara langsung kepada perempuan-perempuan yang ada disekitar penulis, saat ini mereka juga sering menikmati kopi saat dirumah ataupun sengaja mengunjungi café atau warung kopi untuk menikmati kopi. Walaupun hasil yang didapatkan dari wawancara secara langsung terhadap responden, pada beberapa responden konsumsi kopi tidak dilakukan secara berkala. Dari wawancara yang sudah dilakukan secara langsung, didapatkan bahwa konsumsi kopi yang dilakukan oleh perempuanperempuan dikota Serang sebagian besar didasari oleh gaya hidup 112 dan tren. Karena saat ini sudah banyak sekali warung-warung kopi yang modern dan sering dijadikan sebagai tempat berkumpul oleh masyarakat sebagai fenomena yang sedang tren. Sehingga mereka yang ingin dikatakan “gaul” sering dating ketempat-tempat tersebut hanya untuk sekedar menikmati kopi. 4.3.3. Pengaruh Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi Terhadap kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan Penggunaan seorang endorser sangat berpengaruh dalam keberhasilan sebuah iklan. Endorser dapat menarik perhatian khalayak untuk menyaksikan tayangan iklan dan pesan dapat tersampaikan dengan jelas, sehingga akan ada efek yang ditimbulkan dari pesan tersebut yaitu pembelian. Dalam sebuah iklan, endorser dituntut untuk dapat mempengaruhi khalayaknya untuk melakukan sesuatu sesuai dengan pesan yang disampaikannya, yang intinya adalah adanya suatu pembelian. Jika hal tersebut sudah terjadi, maka model perempuan dapat dikatakan berhasil sebagai seorang endorser yang ahli. Dalam iklan-iklan kopi tersebut, pesan yang disampaikan berkaitan dengan minum kopi yang dilakukan oleh perempuan. Saat ini minum kopi bagi perempuan adalah suatu kebiasaan dan gaya hidup. Perempuan masa kini juga sangat menikmati kopi. 113 Pada kebanyakan perempuan, mereka senang menghabiskan waktunya di warung-warung kopi untuk menikmati kopi sambil bersantai bersama rekan-rekannya atau sahabat ataupun menyelesaikan pekerjaan kantor sambil menikmati fasilitas internet gratis yang disediakan oleh warung-warung kopi modern. Kopi menjadi magnet tersendiri bagi perempuan- perempuan aktif yang berkarir, kopi yang dikenal dengan khasiatnya yang dapat menghilangkan rasa kantuk dan menambah stamina membuat kebutuhannya perempuan sehari-hari dan menjadikan menambah kopi sebagai semangat dalam beraktifitas. Namun saat ini kopi belum menjadi minuman yang wajib bagi perempuan. Hanya sebagian perempuan saja yang menjadikan kopi sebagian minuman rutin setiap harinya. Setelah melihat iklan-iklan kopi yang dibawakan oleh model perempuan, sebagian khalayak terpengaruh untuk mengkonsumsi kopi-kopi tersebut dan melakukan pembelian (dari hasil analisis kuisioner) walaupun pengaruhnya belum dapat mempengaruhi seluruh khalayak. Dari hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh penggunaan model perempuan dalam iklan kopi terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan yang positif. Dan hasilnya pengaruh tersebut bersifat sedang dengan besar sumbangan atau peranan Penggunaan Model 114 Perempuan dalam Iklan Kopi (Variabel X) dan Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan (Variabel Y) adalah sebesar 24,7%, dan sisanya sebesar 75,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut (hasil didapatkan dari hasil perhitungan DK (Determinasi Koefisien). BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil dari penelitian yang sudah dilakukan, penggunaan model perempuan dalam iklan kopi berperan penting dalam keberhasilan iklan kopi. Penggunaan model perempuan dalam iklan kopi berpengaruh terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan. Walaupun pengaruhnya tidak terlalu besar, akan tetapi model perempuan dalam iklan kopi tersebut cukup memberikan pengaruh terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan. Kebiasaan minum kopi bagi perempuan sudah mulai berkembang. perempuan-perempuan masa kini senang menghabiskan waktunya untuk bersantai sambil menikmati segelas kopi, tidak hanya di rumah tetapi mereka juga sengaja mengunjungi kedai-kedai kopi atau caffe hanya untuk menikmati kopi dan berkumpul bersama dengan temantemannya. Begitu juga dengan di kota Serang. Kebiasaan minum kopi bagi perempuan di kota Serang juga sudah mulai berkembang, banyak perempuan-perempuan menghabiskan waktu untuk menikmati kopi di caffe. 115 116 Hal tersebut didapatkan dari data yang telah diuji, bahwa nilai t hitung (3,233) > ttabel (2,733) yang berarti Ha diterima, dan Ho ditolak. hasilnya yaitu bahwa ada pengaruh dari penggunaan model perempuan dalam iklan terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan. 2. Dari penelitian yang sudah dilakukan, didapatkan hasil yaitu ada pengaruh penggunaan model perempuan dalam iklan kopi kapal api terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan sebesar 24,7%. Walaupun pengaruh tersebut hanya sebesar 24,7% tetapi sudah dapat menyampaikan pesannya dengan baik dan membuat khalayak khususnya perempuan tertarik untuk mencoba kopi instan dan membeli kopi tersebut. Dari hasil data penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model perempuan dalam iklan kopi berpengaruh terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan. Pesan iklan yang disampaikan oleh model perempuan dalam iklaniklan kopi tersebut disampaikan secara baik dan efektif sehingga sesuai dengan tujuan dari iklan tersebut. 5.2. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka ada beberapa saran yang akan diberikan oleh penulis yaitu : 1. Adanya pengaruh dari penggunaan model perempuan dalam iklan terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan, maka penulis menyarankan untuk menambah lagi sesuatu yang menarik dan 117 memunculkan kelebihan-kelebihan dari model perempuan tersebut sehingga dapat lebih menarik perhatian perempuan-perempuan agar tertarik untuk mengkonsumsi kopi. 2. Model perempuan dalam iklan hanya memberikan pengaruh terhadap kebiasaan minum kopi bagi perempuan hanya sebesar 24,7%, dan sisanya sebesar 75,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan demikian sebaiknya perusahaan tidak hanya terfokus pada pengunaan model dalam strategi penjualan untuk menambah pembelian produk. Melainkan harus memperhatikan lagi faktor-faktor lainnya. Peneliti menyarankan agar perusahaan terus membuat iklan-iklan yang lebih menarik lagi dan lebih kreatif untuk meningkat jumlah penjualan dan pembelian. Karena dengan hal tersebut akan membuat penonton akan terus mengingat produk kopi tersebut dan lebih tertarik lagi untuk mencoba mengkonsumsi kopi tersebut. DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro, Komala, Lukiati dan Karlina, Siti. 2007. Komunikasi Massa: Suatu Pengatar Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media Belch,George E & Belch, Michael A. 2008. Advertising and Promotion : An Integrated Marketing Communications Perpective, English Edition. McGraw Hill Higher Education Jaiz, Muhammad. 2014. Dasar-Dasar Periklanan. Yogyakarta: Graha Ilmu Jefkins, Frank. 1997. Periklanan edisi ketiga. Jakarta: Erlangga. Kotler, Philip & Amstrong, Gary. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran Jilid 2 Principles of Marketing, Ninth Edition. PT Indeks Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Kuswandi, Wawan. 2008. Komunikasi Massa (Analisis Interaktif Budaya Massa). Jakarta : PT Rineka Cipta Mulyana, Deddy. 2005. Nuansa-Nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Mulyana, Deddy dan Solatun. 2008. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Prasetyo, Bambang dan Miftahul, Lina. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT RajawaliGrafindo Persada. Prisgunanto, Ilham. 2006. Komunikasi Pemasaran : Strategi dan Taktik. Bogor : Ghalia Indonesia Rivers, William L. , Jensen, Jay W, dan Peterson, Theodore. 2003. Media Massa & Masyarakat Modern. Jakarta: Prenada Media Serevin, Werner J. Dan Tankard, James W. 2007. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Kencana Shimp, Terence A. 2000. Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Edisi Ke-5 jilid 1. Jakarta : Erlangga 118 119 Sugiyono. 2012. Statistika Untuk penelitian. Bandung: Alfabeta Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen & Komuninkasi Pemasaran : Pengantar Prof. Dr. Teddy Pawitra. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Swastha, Basu. 2005. Azas-Azas Marketing: Edisi 3. Yogyakarta : Liberty Website : Anngika Bolsterli (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anggika_Bolsterli). Diakses pada tanggal 09 Januari 2015 Syafna, Rianty Tayu. 2011. Kopi dan Wanita: Tren Masa www.kompasiana.com/risyafnaas/kopi-dan-wanita-tren-masa-kini Kini?. Yuliandri, Mustika Treisna. 2016. Perempuan dalam sejarah https://majalah.ottencoffee.co.id/perempuan-dalam-sejarah-kopi/ kopi. 120 Uji Validitas Variabel Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi Correlations VAR000 VAR000 VAR000 VAR000 VAR000 VAR000 VAR000 VAR000 VAR000 VAR000 VAR000 VAR000 VAR000 VAR000 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 Pearson Correlati VAR000 on 01 Sig. (2- .358 * .181 .035 35 35 * 1 1 tailed) N ** .216 .097 .284 .017 -.028 .034 .215 .148 -.047 .366 .299 .002 .212 .578 .099 .922 .875 .848 .215 .397 .787 .031 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 ** .251 .346 * .145 .181 .289 .138 .196 .081 .193 .005 .146 .005 .042 .405 .297 .092 .430 .260 .643 .265 .001 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 ** 1 .095 ** .232 .272 .048 ** .310 ** .140 .420 .586 .000 .180 .114 .783 .001 .070 .009 .423 .012 .000 .510 * Pearson Correlati VAR000 on 02 Sig. (2tailed) N .358 .035 35 .466 .464 ** ** .557 Pearson Correlati VAR000 on 03 Sig. (2tailed) N .181 .466 .576 .549 .436 * ** .675 .299 .005 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 ** .251 .095 1 .216 -.103 .183 .017 .165 .124 .215 .148 .032 .353 .002 .146 .586 .212 .555 .292 .922 .342 .478 .215 .397 .857 .038 Pearson VAR000 04 Correlati .510 * on Sig. (2tailed) 121 N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 ** .216 1 35 ** .221 -.027 .252 .131 .173 .156 .326 .007 .203 .876 .145 .452 .321 .369 .056 .000 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 ** 1 .413 * .198 .373 .353 * .125 .271 .168 .014 .254 .027 .037 .473 .116 .334 .001 35 35 35 35 35 .343 * -.007 .045 .039 Pearson Correlati VAR000 on 05 Sig. (2tailed) N .216 ** .464 .576 .448 ** .577 .212 .005 .000 .212 35 35 35 35 .097 .346 * .232 -.103 .578 .042 .180 .555 .007 35 35 35 35 35 35 35 35 35 .284 .145 .272 .183 .221 .413 * 1 -.085 .339 .099 .405 .114 .292 .203 .014 .628 .046 .044 .967 .797 .825 .010 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 .017 .181 .048 .017 -.027 .198 -.085 1 .272 .421 .334 .922 .297 .783 .922 .876 .254 .628 .113 .012 .050 .008 .003 .003 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 -.028 .289 ** .165 .252 .373 * .272 1 .407 * .313 .366 Pearson Correlati VAR000 on 06 Sig. (2tailed) N .448 * ** .550 Pearson Correlati VAR000 on 07 Sig. (2tailed) N * ** .432 Pearson Correlati VAR000 on 08 Sig. (2tailed) N VAR000 09 * * ** .444 ** .491 ** .491 Pearson Correlati on .549 * .339 * * .374 ** .667 122 Sig. (2tailed) N .875 .092 .001 .342 .145 .027 .046 .113 .015 .067 .031 .027 .000 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 .034 .138 .310 .124 .131 .353 .343 .421 .407 * 1 .280 .124 .848 .430 .070 .478 .452 .037 .044 .012 .015 .103 .477 .000 .000 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 .215 .196 ** .215 .173 .125 -.007 .334 * .313 .280 1 .215 .260 .009 .215 .321 .473 .967 .050 .067 .103 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 .148 .081 .140 .148 .156 .271 .045 * .124 .397 .643 .423 .397 .369 .116 .797 .008 .031 .477 .000 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 -.047 .193 .420 * .032 .326 .168 .039 .787 .265 .012 .857 .056 .334 .825 .003 .027 35 35 35 35 35 35 35 35 35 Pearson Correlati VAR000 on 10 Sig. (2tailed) N * * * ** .595 ** .624 Pearson Correlati VAR000 on 11 Sig. (2tailed) N .436 ** .617 * .412 ** .604 .000 .014 .000 35 35 35 35 ** 1 .419 Pearson Correlati VAR000 on 12 Sig. (2tailed) N ** .444 .366 .617 * ** .555 .012 .001 35 35 35 * 1 Pearson Correlati VAR000 on 13 Sig. (2tailed) N ** .491 .374 * .595 ** * .412 .419 .000 .014 .012 35 35 35 ** .662 .000 35 35 123 Pearson Correlati VAR000 on 14 Sig. (2tailed) N * .366 ** .557 .675 ** .353 * .577 ** ** .550 ** .432 ** .491 ** .667 .624 ** .604 ** ** .555 ** .662 .031 .001 .000 .038 .000 .001 .010 .003 .000 .000 .000 .001 .000 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 1 35 124 Uji Validitas Variabel Kebiasaan Minum Kopi Bagi Perempuan Correlations VAR00001 Pearson Correlation VAR00001 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N VAR00003 .178 .686 .000 35 35 35 35 35 35 35 35 1 ** ** .003 .224 ** * .004 .005 .986 .195 .008 .013 .000 .000 .471 .466 35 35 35 35 35 35 35 ** 1 .030 -.030 -.062 .056 -.063 .342 .863 .862 .724 .747 .721 .044 35 35 35 35 35 35 .289 ** ** ** 35 35 35 .686 .471 .466 35 1 35 .580 .561 .000 .002 .000 35 35 35 35 35 1 ** .276 .233 .411 .000 .108 .177 .014 35 35 35 35 1 ** ** .003 -.030 .289 Sig. (2-tailed) .305 .986 .862 .092 35 35 35 35 35 ** ** .611 ** .224 -.062 .007 .195 .724 .000 .000 35 35 35 35 35 35 ** ** .056 ** .276 ** .000 .008 .747 .000 .108 .001 35 35 35 35 35 35 ** * -.063 ** .233 ** .003 .013 .721 .002 .177 .006 .000 35 35 35 35 35 35 35 .597 .490 .441 .414 .580 .561 .511 ** .781 .000 .178 .448 .511 * .092 Pearson Correlation N ** .706 35 .863 Sig. (2-tailed) .414 * .005 Pearson Correlation .441 35 .000 N ** .855 .003 .030 Sig. (2-tailed) .490 .000 ** Pearson Correlation .597 VAR00009 ** .007 35 N .448 VAR00008 ** .305 ** Sig. (2-tailed) VAR00007 ** .000 35 Pearson Correlation VAR00008 VAR00006 .012 .004 Sig. (2-tailed) VAR00005 ** .000 .012 N VAR00007 .644 .421 Sig. (2-tailed) N VAR00006 ** .644 VAR00004 * .421 Pearson Correlation VAR00005 35 VAR00003 ** Pearson Correlation N VAR00004 1 Sig. (2-tailed) N VAR00002 VAR00002 .611 .526 .459 .526 .459 * ** .676 .001 .006 .000 35 35 35 1 ** .913 ** .823 .000 .000 35 35 35 ** 1 .913 ** .750 .000 35 35 125 Pearson Correlation VAR00009 ** .855 Sig. (2-tailed) .342 * ** .781 * .411 .676 ** ** .823 ** .750 .000 .000 .044 .000 .014 .000 .000 .000 35 35 35 35 35 35 35 35 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** .706 1 35 126 Uji Normalitas Data a Variables Entered/Removed Model Variables Entered Variables Method Removed b 1 VAR_X . Enter a. Dependent Variable: VAR_Y b. All requested variables entered. Model Summary Model 1 R R Square .491 a b Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .241 .218 3.100 a. Predictors: (Constant), VAR_X b. Dependent Variable: VAR_Y a ANOVA Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 100.473 1 100.473 Residual 317.127 33 9.610 Total 417.600 34 F Sig. 10.455 b .003 a. Dependent Variable: VAR_Y b. Predictors: (Constant), VAR_X Coefficients Model a Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Coefficients B (Constant) Std. Error 8.670 6.679 .388 .120 Beta 1.298 .203 3.233 .003 1 VAR_X a. Dependent Variable: VAR_Y .491 127 a Residuals Statistics Minimum Predicted Value Maximum Mean Std. Deviation N 26.50 33.87 30.20 1.719 35 Residual -7.866 7.010 .000 3.054 35 Std. Predicted Value -2.152 2.132 .000 1.000 35 Std. Residual -2.537 2.261 .000 .985 35 a. Dependent Variable: VAR_Y NPar Tests [DataSet2] One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters 35 a,b Most Extreme Differences Mean Std. Deviation 0E-7 3.05405867 Absolute .083 Positive .078 Negative -.083 Kolmogorov-Smirnov Z .490 Asymp. Sig. (2-tailed) .970 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 128 Uji Frekuensi Variabel Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi VAR00001 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 4 13 37.1 37.1 37.1 5 22 62.9 62.9 100.0 Total 35 100.0 100.0 VAR00002 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 2 5.7 5.7 5.7 4 22 62.9 62.9 68.6 5 11 31.4 31.4 100.0 Total 35 100.0 100.0 Valid VAR00003 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 7 20.0 20.0 20.0 4 18 51.4 51.4 71.4 5 10 28.6 28.6 100.0 Total 35 100.0 100.0 Valid VAR00004 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 4 13 37.1 37.1 37.1 5 22 62.9 62.9 100.0 Total 35 100.0 100.0 129 VAR00005 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 4 11.4 11.4 11.4 4 21 60.0 60.0 71.4 5 10 28.6 28.6 100.0 Total 35 100.0 100.0 Valid VAR00006 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 3 8.6 8.6 8.6 4 21 60.0 60.0 68.6 5 11 31.4 31.4 100.0 Total 35 100.0 100.0 Valid VAR00007 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 2 5.7 5.7 5.7 4 18 51.4 51.4 57.1 5 15 42.9 42.9 100.0 Total 35 100.0 100.0 Valid VAR00008 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 4 11.4 11.4 11.4 4 13 37.1 37.1 48.6 5 18 51.4 51.4 100.0 Total 35 100.0 100.0 Valid 130 VAR00009 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 3 8.6 8.6 8.6 4 19 54.3 54.3 62.9 5 13 37.1 37.1 100.0 Total 35 100.0 100.0 Valid VAR00010 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 7 20.0 20.0 20.0 4 20 57.1 57.1 77.1 5 8 22.9 22.9 100.0 35 100.0 100.0 Valid Total VAR00011 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 2 5.7 5.7 5.7 4 20 57.1 57.1 62.9 5 13 37.1 37.1 100.0 Total 35 100.0 100.0 Valid VAR00012 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 2 5.7 5.7 5.7 4 19 54.3 54.3 60.0 5 14 40.0 40.0 100.0 Total 35 100.0 100.0 Valid 131 VAR00013 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 2 2 5.7 5.7 5.7 3 8 22.9 22.9 28.6 4 20 57.1 57.1 85.7 5 5 14.3 14.3 100.0 35 100.0 100.0 Total 132 Uji Frekuensi Variabel Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan VAR00001 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 2 3 8.6 8.6 8.6 3 15 42.9 42.9 51.4 4 14 40.0 40.0 91.4 5 3 8.6 8.6 100.0 35 100.0 100.0 Total VAR00002 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 2 1 2.9 2.9 2.9 3 17 48.6 48.6 51.4 4 15 42.9 42.9 94.3 5 2 5.7 5.7 100.0 35 100.0 100.0 Total VAR00003 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 2 5.7 5.7 5.7 4 18 51.4 51.4 57.1 5 15 42.9 42.9 100.0 Total 35 100.0 100.0 Valid 133 VAR00004 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 2 1 2.9 2.9 2.9 3 21 60.0 60.0 62.9 4 10 28.6 28.6 91.4 5 3 8.6 8.6 100.0 35 100.0 100.0 Total VAR00005 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 4 11.4 11.4 11.4 4 29 82.9 82.9 94.3 5 2 5.7 5.7 100.0 35 100.0 100.0 Valid Total VAR00006 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 5 14.3 14.3 14.3 4 23 65.7 65.7 80.0 5 7 20.0 20.0 100.0 35 100.0 100.0 Valid Total VAR00007 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 2 1 2.9 2.9 2.9 3 10 28.6 28.6 31.4 4 22 62.9 62.9 94.3 5 2 5.7 5.7 100.0 35 100.0 100.0 Total 134 VAR00008 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 2 2 5.7 5.7 5.7 3 10 28.6 28.6 34.3 4 20 57.1 57.1 91.4 5 3 8.6 8.6 100.0 35 100.0 100.0 Total 135 Kuisioner Pengaruh Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi Terhadap Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan Nama :_______________________________________ Usia :_______________________________________ No 1 2 3 4 5 No Pertanyaan Sangat Setuju (SS) Setuju (SS) Kurang setuju (KS) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 5 4 3 2 1 Pertanyaan Credibility 1 Model perempuan dalam iklan kopi terlihat menikmati kopi 2 Penonton memahami pesan iklan yang disampaikan oleh model perempuan dalam iklan kopi 3 Model perempuan dalam iklan kopi memiliki kharisma sehingga memikat hati penonton 4 Gerak tubuh model perempuan dalam iklan kopi terlihat fleksibel 5 Model perempuan dalam iklan kopi membuat penonton yakin mengenai kualitas kopi dalam iklan tersebut SS S KS TS STS 136 6 Kata-kata yang disampaikan model perempuan membuat penonton yakin dan percaya terhadap kopi yang diiklankan 7 Cara model perempuan dalam iklan kopi menikmati kopi membuat penonton percaya bahwa kopi tersebut sangat nikmat untuk dinikmati Attaction 1 Model-model perempuan dalam iklan kopi cantik 2 Cara model-model perempuan dalam iklan kopi meminum kopi sangat menarik 3 Melihat model perempuan dalam iklan kopi menikmati kopi membuat penonton tertarik untuk mencoba kopi 4 Pakaian model perempuan dalam iklan kopi menarik dan rapi 5 Gerak tubuh model perempuan dalam iklan kopi terlihat elegan 6 Saya menyukai model perempuan dalam iklan kopi Faktor Pribadi 1 Kopi cocok untuk diminum setiap hari 2 Iklan kopi sangat bermanfaat 3 Minum kopi menjadi trend di masyarakat 4 Minum kopi instan serasa menikmati kopi di caffe Faktor Psikologis 137 1 Iklan-iklan kopi dapat dipercaya 2 Kopi instan memiliki citra yang baik dan layak untuk dikonsumsi 3 Setelah melihat iklan kopi penonton tertarik untuk konsumsi kopi tersebut 4 Setelah melihat iklan kopi penonton berpikir untuk membeli kopi tersebut 138 Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Jawaban Responden Untuk Variabel X Penggunaan Model Perempuan dalam Iklan Kopi Q1 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 Q2 5 4 5 5 5 4 4 4 4 3 5 4 5 4 4 4 5 3 4 4 5 Q3 5 4 4 5 4 3 4 3 4 3 4 3 4 5 4 4 5 4 3 5 4 Q4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 Q5 5 5 5 5 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 Q6 5 5 5 5 4 4 4 5 4 3 4 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 Q7 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 5 4 3 4 4 4 4 3 4 5 4 Q8 5 4 5 5 4 5 3 5 5 3 3 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 Q9 5 5 3 5 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 Q10 Q11 Q12 Q13 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 3 3 3 4 5 5 4 3 4 4 3 4 4 5 3 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 Total 65 59 57 65 53 55 51 54 57 46 54 50 55 58 58 56 59 48 53 58 58 139 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 3 5 4 3 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 3 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 3 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 3 4 5 3 3 4 4 4 4 4 5 3 5 5 3 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 3 4 2 4 4 2 3 4 52 54 59 62 56 58 57 54 49 59 54 48 53 60 140 Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Jawaban Responden Untuk Variabel Y Kebiasaan Minum Kopi bagi Perempuan Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Total 32 3 4 4 4 4 5 4 4 27 2 3 3 3 4 3 4 5 31 3 3 4 3 5 5 4 4 26 3 4 5 2 3 3 3 3 26 3 3 5 3 4 3 3 2 32 4 4 5 3 4 4 4 4 26 3 3 5 3 3 3 3 3 27 3 4 5 3 3 3 3 3 34 4 4 5 4 4 5 4 4 27 3 3 3 3 3 4 4 4 27 3 3 4 3 4 4 3 3 28 3 3 4 3 4 4 4 3 37 5 4 5 4 4 5 5 5 32 4 4 4 4 4 4 4 4 31 4 4 4 3 4 4 4 4 34 5 4 4 5 4 4 4 4 35 4 4 5 4 5 5 4 4 27 3 3 4 3 4 4 3 3 27 3 3 4 3 4 4 3 3 31 4 3 5 3 4 4 4 4 32 4 4 5 3 4 4 4 4 141 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 3 3 3 4 4 4 5 4 2 4 4 2 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 5 2 3 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 3 3 3 4 4 5 5 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 3 2 4 3 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 3 2 4 27 29 29 33 32 36 35 31 26 32 34 25 25 34 142 STORY BOARD IKLAN KOPI GOOD DAY Durasi : 00:00:30 143 STORY BOARD IKLAN TOP WHITE COFFEE Durasi : 00:00:30 144 DOKUMENTASI 145 146 147 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Diri Nama : Amanda Sylviana Fitrannisa Jenis Kelamin : Perempuan Tempat dan Tanggal : Bandung, 24 Maret 1994 Lahir Kewarganegaraan : Indonesia Agama : Islam Latar Belakang Pendidikan 1998 – 1999 : TK Kemala Bhayangkari 45 1999 - 2005 : SD Negeri 12 Serang 2005 - 2008 : SMP Negeri 7 Serang/SMPN 15 Kota Serang 2008 - 2011 : SMA Negeri 3 Kota Serang Pengalaman Organisasi 2005-2006 1. Palang Merah Remaja SMPN 7 Serang 2. Pramuka SMPN 7 Serang 2008-2009 1. OSIS SMAN 3 Kota Serang 2. AKSI (Mading)