“Quotes” “Coffee is the favorite drink of the civilized world” / “Kopi adalah minuman favoritnya orang-orang yang maju” Thomas Jefferson, Presiden Amerika Serikat Ke-III Sejarah Perkopian di Aceh 1. 2. 3. 4. 5. 6. Perkebunan Kopi Arabika di Aceh pertama sekali dikembangkan di Dataran Tinggi Gayo tahun 1924 (di daerah Paya Tumpi dan Merzicht), setelah jalan Bireuen-Takengon selesai dibangun tahun 1913. Daerah konsentrasi penanaman Kopi Arabika pada masa itu awalnya di antara Timang Gajah dan Lampahan, di sekitar Takengon dan Burnibius dan di sekitar Redelong (Bandar). Setelah tahun 1930 Kopi Arabika menjadi penting bagi perekonomian rakyat di Gayo. Mulai tahun 1976, Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perkebunan dan Dinas Perkebunan mulai aktif dalam pembinaan pengembangan Kopi Arabika di Dataran Tinggi Gayo. Terdapat pula beberapa proyek-proyek khusus yang terkait dengan pengembangan Kopi Arabika di Aceh, antara lain : Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Tanaman Ekspor (PRPTE) pada tahun 1978-1983, yang didukung oleh Unit Pelaksana Proyek Perkebunan Kopi (UPP-PK); Proyek Pengembangan Wilayah Khusus (P2WK); Pembangunan Unit Pengolahan Kopi oleh PUSKUD Aceh di Desa Jamur Ujung (Bener Meriah) pada tahun 1983; Proyek LTA 77A/PPW pada tahun 1984-1994; Proyek Kerjasama Bappeda Aceh NAD dengan UNDP pada tahun 2005, dengan pembentukan Aceh Coffee Forum (ACF) dan Aceh Partnerships for Economics Development (APED); Proyek Bantuan USAID (2008). Dengan banyaknya pengembangan Kopi Arabika terutama di Dataran Tinggi Gayo, maka mulai bergairahnya pengembangan Kopi Arabika dengan swadaya petani sampai hari ini. Profile Perkebunan Kopi di Aceh Tahun 2013 Total Luas Areal Perkebunan Aceh 2013 (1.055.780 Ha) Total Luas Areal Kopi Perkebunan Rakyat Aceh 2013 (123.764 Ha) 227.401 Ha 21,98 % 12% Perkebunan Rakyat 806.968 Ha 78,02 % Perkebunan Besar Sumber : ATAP Statistik Perkebunan Disbun Aceh Tahun 2013 Kopi 88% Komoditi Lainnya Sumber : ATAP Statistik Perkebunan Disbun Aceh Tahun 2013 Total Produksi Perkebunan Aceh 2013 (892.684 Ton) Total Produksi Kopi Perkebunan Rakyat Aceh 2013 (892.684 Ha) 5% 262.939 Ha 29,45 % Perkebunan Rakyat 629.744 Ha 70,55 % Sumber : ATAP Statistik Perkebunan Disbun Aceh Tahun 2013 Perkebunan Besar Kopi 95% Sumber : ATAP Statistik Perkebunan Disbun Aceh Tahun 2013 Komoditi Lainnya LUAS AREAL DAN PRODUKSI KOPI PERKEBUNAN RAKYAT DI ACEH TAHUN 2013 Sumber : Dinas Perkebunan Aceh Tahun 2013 “Potensi Cadangan Areal Tanaman Kopi di Aceh Tahun 2013” Sumber : ATAP Statistik Perkebunan Disbun Aceh Tahun 2013 Peluang dan Tantangan Pengembangan Kopi di Aceh TANTANGAN PELUANG 1. 2. Agroklimat sangat mendukung. Memiliki cita rasa yang sangat khas dan spesifik. 3. Animo petani cukup tinggi. 4. Nilai jual di pasaran internasional yang sangat baik. 5. Ketersediaan SDM yang memadai. 6. Dukungan Pemerintah Pusat dan Daerah yang sangat tinggi. 7. Telah ditetapkan sebagai Beniih Bina (Gayo 1 dan Gayo 2). 8. Berkembang ke arah kopi organik. 9. Kebijakan Resi Gudang yang akan segera diberlakukan oleh Pemkab. 10. Memiliki dimensi berkelanjutan produksi kopi 1. 2. 3. 4. 5. Rantai Tata Niaga Pemasaran yang sangat panjang, dimana pemasaran masih melalui Provinsi Sumatera Utara. Diversifikasi produk masih rendah. Masih banyak kebun yang terlantar baik akibat tanaman tua, ditinggal oleh pemilik saat masa konflik, maupun rusak saat bencana gempa bumi. Banyak petani yang termotivasi untuk alih komoditi. Tingkat serangan PBKo yang semakin meningkat akhir-akhir ini, dimana menembus ketinggian 1.400 DPL dengan tingkat serangan sampai 50%. Fokus Utama Pola Pengembangan Kopi di Aceh 1. Rehabilitasi tanaman kopi rakyat yang sudah tidak produktif, dengan memberikan bantuan bibit sesuai kebutuhan. 2. Pemeliharaan tanaman kopi rakyat, dengan memberikan bantuan pupuk dan sarana input produksi lainnya. 3. Pengendalian OPT dengan pengendalian hayati melalui pemberian bantuan seperti Beavuria Bassiana, Thrichoderma SP, Fero PBK, Antraktan, dll. 4. Pemberian bantuan Alat Pasca Panen, seperti pulper, huller dan lantai jemur. 5. Memperbaiki tata niaga kopi, agar added value dapat dinikmati oleh petani di Aceh. TERIMA KASIH