KAJIAN PENDIDIKAN KEBINEKAAN PADA

advertisement
KAJIAN PENDIDIKAN KEBINEKAAN
PADA SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH
Oleh:
Nur Berlian V. Ali
[email protected]; 0813 111 515 85
Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemendikbud
NAWACITA, CITA KE 9:
“Memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial melalui kebijakan
memperkuat pendidikan kebinekaan dan menciptakan ruang dialog antarwarga”.
APA ITU PENDIDIKAN KEBINEKAAN ?
 Suatu layanan pendidikan untuk membentuk dan
mengembangkan suasana sekolah pada sikap dan perilaku saling
menghormati dan menghargai kemajemukan. Warga sekolah
diarahkan untuk menghindari berbagai bias stereotype dan
prasangka etnosentris serta mengembangkan diri untuk
mengeksplorasi dan belajar dari berbagai perspektif dan budaya
lain1.
 Pendidikan kebinekaan berupaya menumbuhkan sensitivitas
warga sekolah terhadap budaya masyarakat yang bersifat plural,
sehingga tercipta sikap dan perilaku yang menghormati dan
menghargai keberagaman
1Bikhu Parekh, 2000. Rethinking Multiculturalism; cultural diversity and political theory, Cambridge; Harvard University Press.
MENGAPA PENDIDIKAN KEBINEKAAN
MENJADI PENTING?
Fakta dan data menunjukkan bahwa masih ada sikap sebagian siswa dan masyarakat yang tidak
menunjukkan nilai-nilai kebangsaan:
1) Hasil Survey Setara Institute for Democracy and Peace (SIDP), Maret 2015,
tentang Toleransi:
- Responden: siswa SMU Negeri di Jakarta dan Bandung;
- Populasi: 171 SMUN; Sampel: 114 SMUN, tdd 76 di Jakarta, 38 di Bandung;
- Total responden 684 siswa; Tingkat kepercayaan 95%; margin of error 4,7%
75%
2) Hasil survey Saiful Mujani
Research Consulting
(SMRC), Jan. 2016, thd
anak usia sekolah/ kuliah
Hasil Survey SIDP
31%
8.50%
7.20%
5%
Toleransi: menghormati
perbedaan & menjaga
tdk terjadi konflik
Materi agama tidak
Setuju, dasar negara
Setuju dengan gerakan
mendukung nilai-nilai Pancasila diganti dengan
ISIS
kebinekaan
agama
Mengetahui & mendukung gerakan ISIS
3) Hasil Survey LaKIP
66.4%
Guru
26.7%
4) Hasil Survey WAHID Institute
Siswa
23.8%
49%
13.4%
Mengenal tokoh-tokoh radikal
Menyetujui tindakan
organisasi dan tokoh tersebut
Sumber:
- Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) tahun 2010 tentang
Radikalisme dikalangan siswa SMA di Jabodetabek
(Koran Tempo, 29/4/2011)
Larangan/pembatasan ibadah oleh Pemda
Sumber:
- Hasil temuan Wahid Institute (2011)
KONFLIK & KERUSUHAN SOSIAL
YANG MENGANCAM INTEGRASI BANGSA
NO
JENIS KONFLIK
LOKASI & WAKTU
1
Konflik Agama
- Ambon; Poso; Thn 1999-2000
- Tolikara, Papua (Juli, 2015)
- Aceh Singkil (Okt, 2015
- Pandegelang, Temanggung (Ahmadiyah, 2011)
2
Konflik Etnik
- Sampit (Madura-Dayak)
- Balinuraga (Lampung Selatan, 2012)
- Pribumi-Tionghoa (Kerusuhan 1998)
3
Konflik Komunal
- Lampung Tengah (Asli-Pendatang, Nov, 2014);
- Tawuran antar-kampung; Tawuran pelajar
4
Aksi Teroris
- Bom Bali; Bom Kedubes Australia; Bom JW
Marriott & Ritz Carlton;
- Bom Sarinah (Jan, 2016);
- Teroris Santoso di Poso (s.d. Sekarang)
PERMASALAHAN
Beberapa permasalahan dari fakta yang berkembang di sekolah/
masyarakat, yaitu:
1) Perilaku intoleransi berupa tindakan kekerasan dan konflik
sosial kerap masih terjadi di masyarakat;
2) Masih berlaku dominasi atau diskriminasi mayoritas terhadap
minoritas, bahkan pemaksaan sehingga hak-hak minoritas
terpinggirkan;
3) Paham dan tindakan radikal masih menjadi acaman bagi
keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa;
4) Kurangnya pemahaman terhadap pentingnya nilai-nilai
multikultural dalam kehidupan masyarakat yang sangat plural.
PERAN PENDIDIKAN
 Pendidikan memiliki peran strategis dalam mengatasi
permasalahan tersebut melalui upaya penguatan
pendidikan karakter termasuk di dalamnya pendidikan
kebinekaan;
 Untuk mengetahui sejauhmana peran satuan
pendidikan dalam menerapkan pendidikan
kebinekaan maka perlu dilakukan suatu kajian.
PERTANYAAN PENELITIAN
1. Kendala apa yang dihadapi sekolah dalam menerapkan
pendidikan kebinekaan?
2. Praktik-praktik baik apa yang sudah dilakukan sekolah dan
pemangku kepentingan dalam penerapan pendidikan
kebinekaan? (kebijakan sekolah, peran guru, peran
pemangku kepentingan)
3. Rekomendasi kebijakan apa yang diusulkan dalam
mengoptimalkan penerapan pendidikan kebinekaan di
sekolah?
Perumusan kendala dan praktik baik, merujuk pada prinsip-prinsip pendidikan multikultural yang dikemukan James A.
Banks (2001), Diversity within Unity: Essentian and Principle for Teaching and Learning in Multicultural Society
RUANG LINGKUP
 Kebinekaan dibatasi pada ruang lingkup keberagaman yang bersifat kodrati
terutama etnis, agama, dan budaya;
 Satuan pendidikan dalam lingkup pendidikan menengah, terutama siswa,
dengan alasan:
 kepribadian siswa pada usia sekolah menengah secara psikologis berada
pada fase yang masih labil sehingga mudah dimasuki paham-paham radikal
dan intoleran.
METODE PENELITIAN
PENDEKATAN :
- Metode kualitatif (qualitative method) melalui studi kasus, dengan mendeskripsikan suatu
fenomena kehidupan kebinekaan, yaitu: menemukan praktik terbaik (best practices)
penyelenggaraan pendidikan kebinekaan, mengidentifikasi permasalahan dan pemecahan
masalah yang dilakukan.
SUBJEK DAN LOKASI PENELITIAN:
- Subjek penelitian: siswa SMA /Sederajat, guru, dan kepala sekolah;
- Kriteria siswa: Kelas 2 SMA Negeri/Swasta dengan latar belakang majemuk (plural) dari sisi
agama, etnis, dan budaya;
- Pemilihan lokasi:
1) Mewakili karakteristik daerah plural/majemuk;
2) Wilayah di Jawa dan Luar Jawa;
3) Memiliki model praktik baik (best practice) dalam penerapan nilai Bhinneka Tunggal Ika.
Lokasi Penelitian
No
1
2
Provinsi
Kategori
(Kab/Kota)
Kota Salatiga, Jawa 1. Masyarakat plural
Tengah
2. Lokasi di Jawa
3. Tingkat toleransi tinggi
Kota Singkawang,
1. Masyarakat plural
Kalimantan Barat
2. Lokasi di luar Jawa
3. Tingkat toleransi tinggi
Sekolah
1 SMA Negeri
1 SMA Swasta
1 SMA Negeri
1 SMK Negeri
TEKNIK PENGUMPULAN DATA, INFORMAN, & ANALISIS DATA
- Wawancara, Pengisian kuesioner, observasi, dan FGD;
- Informan: siswa, guru, kepala sekolah, Dinas Pendidikan, Akademisi/Pengamat,
dan Dewan Pendidikan;
- Analisis data: deskriptif kualitatif
TEMUAN
DI KOTA SINGKAWANG DAN KOTA SALATIGA
KENDALA YANG DIHADAPI SEKOLAH DALAM
MENERAPKAN PENDIDIKAN KEBINEKAAN
Persoalan yang terkait dengan kebijakan sekolah:
1) Terlalu besarnya prioritas pada kemampuan kognitif membuat
ruang ekspresi budaya di sekolah meskipun ada namun sangat
terbatas dan bersifat seremonial;
2) Belum semua sekolah memberikan pelayanan pendidikan
agama yang sesuai dengan agama yang dianut oleh siswa;
3) Keterbatasan sumberdaya sekolah untuk mendukung
penerapan pendidikan kebinekaan
KENDALA YANG DIHADAPI SEKOLAH DALAM
MENERAPKAN PENDIDIKAN KEBINEKAAN
Persoalan sikap warga sekolah terhadap kebinekaan:
1) Sikap sebagian siswa yang kurang mendukung:
- memilih teman yang seagama atau seetnis;
- memilih pemimpin yang seagama atau seetnis.
2) Kurangnya pemahaman siswa tentang wawasan kebangsaan
3) Faktor keluarga yang masih kuat ikatan primordialnya;
4) Adanya pemahaman agama yang sempit (eksklusif) sehingga
berpotensi menimbulkan konflik di masyarakat.
5) Kepala sekolah dan guru sulit memantau kegiatan siswa di luar
sekolah yang berpotensi membawa paham-paham radikal,
seperti: pengaruh media sosial, & informasi yang menyesatkan.
PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH DI KOTA SINGKAWANG DAN KOTA SALATIGA
TERKAIT PENDIDIKAN KEBINEKAAN (n=160)
Saya tidak mendapat pelajaran agama sesuai dengan
yang saya anut
80.0%
64.6%
60.0%
46.9%
46.0%
40.0%
20.8%
20.0%
6.3%
2.7%
6.3%
3.5%
2.1%
0.0%
sangat tidak
setuju
tidak setuju
ragu
Salatiga
setuju
.9%
sangat setuju
Singkawang
Sekolah memfasilitasi aktualisasi budaya etnis dan agama
60.0%
50.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%
50.3%
46.6%
31.1%
28.6%
17.4%
4.3%
6.8%
sangat tidak
setuju
tidak setuju
9.9%
5.0%
ragu
etnis
agama
setuju
sangat setuju
SIKAP KEBINEKAAN DALAM HUBUNGAN PERTEMANAN
2.1%
2.7%
2.1%
7.1%
0.0%
100%
90%
16.7%
14.3%
12.5%
18.8%
Persentase Jawaban
10.4%
14.6%
17.7%
80%
9.7%
18.6%
18.8%
14.6%
12.4%
70%
13.3%
60%
50%
42.9%
35.4%
43.8%
50.0%
37.2%
38.9%
40%
30%
20%
27.1%
27.7%
18.8%
10%
27.1%
25.7%
19.5%
0%
Salatiga
Singkawang
Memilih Teman Berdasar SES
Sangat Tidak Setuju
Salatiga
Singkawang
Salatiga
Memilih Teman Berdasar Agama
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Singkawang
Memilih Teman Berdasar
Kesamaan Etnis
Sangat Setuju
Saya mengucapkan selamat hari raya kepada tetangga dan
teman sekolah yang berbeda agama
70.0%
57.5%
60.0%
50.0%
45.3%
42.9%
40.0%
30.6%
30.0%
20.0%
8.7%
10.0%
1.2%
.6%
1.9%
10.0%
1.3%
0.0%
sangat tidak setuju
tidak setuju
ragu
tetangga
setuju
sangat setuju
teman sekolah
Siswa ikut terlibat dalam kegiatan keagamaan tetangga dan
teman sekolah yang berbeda agama
32.3%
35.0%
30.0%
28.6% 29.8%
26.1%
27.3%
25.0%
20.5%
20.0%
13.7%
15.0%
10.0%
5.0%
10.6%
7.5%
3.7%
0.0%
sangat tidak setuju
tidak setuju
tetangga
ragu
teman sekolah
setuju
sangat setuju
OSIS sebaiknya diketuai siswa dari agama atau etnis mayoritas
50.0%
40.0%
36.3%
38.5%
42.5%
42.9%
30.0%
20.0%
13.1%
11.8%
10.0%
6.3%
3.7%
1.9%
3.1%
0.0%
sangat tidak
setuju
tidak setuju
ragu
agama
setuju
sangat setuju
etnis
Saya lebih nyaman memilih pimpinan masyarakat yang seagama
atau seetnis
50.0%
40.0%
34.8%
39.4%
25.5%
30.0%
20.0%
16.8%
25.6%
19.3%
15.6%
15.6%
10.0%
3.7%
3.8%
0.0%
sangat tidak
setuju
tidak setuju
ragu
seagama
seetnis
setuju
sangat setuju
PRAKTIK BAIK SEKOLAH DALAM PENERAPAN
PENDIDIKAN KEBINEKAAN
Kebijakan Sekolah dalam mengembangkan nilai-nilai kebinekaan:
1) Melakukan pembauran antara siswa dari beragam latar berlakang agama
dan etnis dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler,
serta dalam organisasi dan kepanitiaan kegiatan. Dengan demikian, siswa
menjadi terbiasa dan saling menerima serta menghargai perbedaan;
2) Pembiasaan penumbuhan budi pekerti, yaitu: senyum salam sapa, berdoa,
menyanyikan lagu Indonesia Raya & lagu-lagu nusantara, membaca, dll;
3) Memberi ruang/wadah untuk mengaktualisasikan agamanya (misalnya:
penyediaan tempat ibadah, peringatan hari besar keagamaan, salat
berjamaah, membaca Alquran, persekutuan do’a, retreat, lomba MTQ, dll)
4) Menyelenggarakan festival budaya daerah, antara lain saat merayakan hari
Kartini.
5) Keikutsertaan dalam program afirmasi pendidikan menengah Kemendikbud
dengan menerima siswa dari berbagai asal etnis/agama/ras/kelompok dari
luar Jawa;
PRAKTIK BAIK SEKOLAH DALAM PENERAPAN
PENDIDIKAN KEBINEKAAN
Peran guru dalam memperkuat nilai-nilai kebinekaan:
1) Selalu berupaya meningkatkan mutu pembelajaran sehingga lebih menarik,
yaitu: memperkaya literatur, mencari narasumber/sumber belajar dalam
bentuk audio visual; bermain peran, diskusi dan kerja kelompok multi agama,
suku, dan budaya;
2) Memberikan wawasan kebangsaan dan kebinekaan, serta mengaktualisasikan
dalam bentuk kegiatan di lapangan yang bisa menciptakan situasi yang
harmonis, nyaman dan menggembirakan.
Contoh:
- membiasakan siswa untuk bergaul dengan semua teman tanpa
membedakan agama dan etnis, saling menghormati dan menghargai
walaupun berbeda keyakinan, misalnya: pentas seni lintas etnis & agama;
- Selalu berpikir positif terhadap peristiwa-peristiwa yang mengarah sikap
intoleransi (tidak terburu-buru mencurigai)
TEMUAN HASIL KAJIAN SEKUNDER
DI BEBERAPA DAERAH DAN NEGARA LAIN
PRAKTIK BAIK
PENERAPAN PENDIDIKAN KEBINEKAAN/MULTIKULTURAL DI DAERAH LAIN
NO
LOKASI
JENIS PRAKTIK BAIK
1
Sekolah Pembauran di
Medan (Yayasan Sultan
Iskandar Muda)
Menekankan upaya pembauran siswa dari beragam
agama, etnis, & sosial ekonomi;
2
Sekolah Taman Siswa,
Yogyakarta
Siswa diberi pendidikan budi pekerti yang lebih
menanamkan nilai-nilai universal (kebaikan, kejujuran,
keadilan, tanggung jawab), sehingga para murid tidak
mengalami hambatan komunikasi karena perbedaan
agama
3
SMPN 280 Jakarta
Menyelaraskan budaya sekolah dengan nilai-nilai
multikultural melalui berbagai kegiatan yang
melibatkan berbagai kelompok lintas Agama
4
SMAN Malingping Banten
Metode multikulturalisme yang diintegrasikan ke
dalam pelajaran PKn
5
Yayasan Tifa bekerjasama
mitra dari Lintas Agama
Workshop pendidikan multikultural bagi para guru
sekolah menengah dari Jakarta, Banten, Yogyakarta
NO LOKASI
JENIS PRAKTIK BAIK
6
Hasil Penelitian Center of
Study Religion and
Cultural (CSRC), UIN
Syarif Hidayatullah, 2010,
tentang cerita sukses
pendidikan multikultural
di tiga kota (Yogyakarta,
Jakarta dan Banten),
Keberhasilan pendidikan multikultural banyak
dipengaruhi oleh visi dan komitmen sekolah, kapasitas
guru dan kurikulum
7
Hasil penelitian Ubeidilah - Menawarkan model pendekatan pendidikan
Badrun, UNJ tentang
kebangsaan, Score-a: Spatial awareness, cultural
pengembangan model
awareness, organisasitonal awareness, religion
pendidikan kebangsaan
awareness, dan economic awareness.
untuk pemuda lintas
- Model pendekatan berangkat dari 3 kerangka filsafat
kultural
ilmu yaitu ontologis, epsitemologis dan aksiologis, yang
menjelaskan arti kebangsaan melalui formulasi
kurikulum, bahan ajar dan model evaluasi
8
Bunga Rampai yang
diterbitkan CRCS, UGM
tentang Mengelola
Keragaman di Sekolah
- Gagasan dan pengalaman guru dalam mengelola
keragaman di sekolah
PRAKTIK BAIK
PENDIDIKAN KEBINEKAAN/MULTIKULTURAL DI BEBERAPA NEGARA
NO
NEGARA
JENIS PRAKTIK BAIK
1
Amerika Serikat
 Konsep melting pot, yakni: masing-masing kelompok etnis dengan budayanya
sendiri menyadari adanya perbedaan antara sesamanya. Mereka membina
hidup bersama dengan mempertahankan bahasa serta unsur-unsur budayanya,
tetapi apabila perlu, unsur-unsur budaya yang berbeda-beda tersebut
ditinggalkan demi untuk menciptakan persatuan kehidupan sosial yang
berorientasi sebagai warga negara AS. Kepentingan negara di atas kepentingan
kelompok, ras, dan budaya;
 Pendidikan yang memberikan kesempatan serta penghargaan yang sama
terhadap semua anak tanpa membedakan asal usul serta agamanya;
 Menekankan sistem demokrasi dalam pendidikan yang intinya adalah toleransi
tidak hanya diperuntukkan untuk kepentingan bersama akan tetapi juga
menghargai kepercayaan dan berinteraksi dengan anggota masyarakat.
2
Kanada
- Memberikan pengakuan legal terhadap multikulturalisme, masing-masing
negara bagian melaksanakan kebijakan sesuai dengan kebutuhannya, dan
dimasukkan dalam bentuk yang berbeda-beda di dalam program sekolah,
penataran guru, dan kurikulum dikaji ulang untuk dilihat hal-hal yang
mengandung stereotipe dan prasangka;
- Beberapa dewan pendidikan seperti Vancouver School Board melaksanakan
penataran guru-guru untuk Pendidikan Multikultural, mendirikan komite
penasehat untuk hubungan rasial, serta melembagakan hubungan rasial di distrik
sekolah
PRAKTIK BAIK
PENDIDIKAN KEBINEKAAN/MULTIKULTURAL DI BEBERAPA NEGARA
NO NEGARA
JENIS PRAKTIK BAIK
3
 Memperluas kesadaran akan penerimaannya sebagai seseorang yang
mempunyai identitas nasional Australia tetapi juga akan identitas yang
spesifik di dalam masyarakat multi budaya Australia;
 Pendidikan “community language” yaitu bahasa yang digunakan di dalam
suatu masyarakat tertentu. Ada dukungan Asian Studies Program yang berisi
bahasa Asia dan kebudayaannya, bahkan pelajaran Bhs Indonesia sudah
dimasukkan di dalam kurikulum sekolah dasar;
 Kebijakan imigrasi dan masalah etnis dipecahkan secara konsensus dari
seluruh masyarakat. Australia merupakan masyarakat yang polietnik bukan
multi kultur dalam arti Australia lebi bercorak Anglo Saxon yang menerima
kebhinekaan selama tidak mengganggu atau mengubah gaya hidup
masyarakat Anglo Saxon tersebut
Australia
SIMPULAN
1) Pendidikan kebinekaan mengarahkan warga sekolah untuk membentuk dan
mengembangkan suasana sekolah pada sikap dan perilaku saling
menghormati dan menghargai kemajemukan;
2) Implementasi pendidikan kebinekaan di sekolah masih dihadapkan pada
berbagai persoalan yang terkait dengan kebijakan sekolah, sikap warga
sekolah, dan sumber daya;
3) Praktik baik melalui peran kepala sekolah dan guru banyak yang sudah
dilaksanakan dalam upaya memelihara kebinekaan dalam bingkai persatuan;
REKOMENDASI
1.
Perlu penguatan kurikulum tentang pemahaman kebinekaan dan
penerapannya dengan melakukan pembauran antar agama dan etnis dalam
pembelajaran intrakurikuer, kokurikuler, dan ekstrakurikuler;
2.
Perlu memperbanyak kegiatan yang mendukung pembauran lintas budaya
dan agama, seperti: perkemahan kerukunan antarumat beragama, live-in
(tinggal bersama di lingkungan yang berbeda agama dan budaya), serta
memperluas program afirmasi dari daerah yang berbeda etnis dan agama.
3.
Mengoptimalkan peran Forum Kepala Sekolah dan Forum Guru
 Forum K3S/MKKS merumuskan kesepakatan (program kerja bersama) yang
mendukung pengembangan pendidikan nilai-nilai kebinekaan seluasluasnya, seperti penyediaan guru agama, perayaan keagamaan,
memperbanyak forum dialog antar umat beragama/etnis/ ras/kelompok;
 Forum KKG/MGMP menyusun program pembelajaran yang lebih kreatif dan
inovatif berbasis kebinekaan/ multikultural dan keteladanan sikap serta
perilaku
4. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota:
a) memfasilitasi program kerjasama antarsekolah dari berbagai latar
etnis/agama/ ras/kelompok;
b) membentuk Pokja Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), sebagai
mitra bagi Pokja PPK Kemendikbud dalam penguatan pendidikan
karakter di satuan pendidikan.
1
2
3
4
TERIMA KASIH
5
6
7
30
Download