PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI POLICY BRIEF Sumber Foto : www.thevocket.com MEMPERKUAT PENDIDIKAN KEBINEKAAN PADA SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH 1 PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI SUMMARY B. Pentingnya Pendidikan Kebinekaan Pendidikan kebinekaan mengarahkan warga sekolah untuk menghindari berbagai bias stereotype dan prasangka etnosentris serta mengembangkan diri untuk mengeksplorasi dan belajar dari berbagai perspektif dan budaya lain; UU N0 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Bab III Pasal 4 menekankan bahwa prinsip pendidikan dilaksanakan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan. Implementasi pendidikan kebinekaan di sekolah masih dihadapkan pada berbagai persoalan yang terkait dengan kebijakan sekolah dan sikap warga sekolah; Senafas dengan itu, Pemerintahan Jokowi-JK menetapkan Nawa Cita, khususnya pada Cita ke sembilan yaitu pentingnya memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial melalui kebijakan dengan memperkuat pendidikan kebinekaan dan menciptakan ruang dialog antar warga sebagai wahana penguatan karakter dan jati diri bangsa. Praktik baik melalui peran kepala sekolah dan guru banyak yang sudah dilaksanakan dalam upaya memelihara kebinekaan dalam bingkai persatuan; Forum Kepala Sekolah dan Forum Guru perlu lebih dioptimalkan dalam penerapan pendidikan kebinekaan dengan dukungan/fasilitasi dari Pemerintah Daerah. Merujuk pada dokumen yang tertuang dalam RPJMN 20152019, pembangunan pada bidang peningkatan kerukunan umat beragama dilaksanakan dengan meningkatkan rasa saling percaya dan harmoni antara umat beragama serta mengembangkan budaya damai dan gerakan hidup rukun sehingga tercipta pemahaman persepsi masyarakat yang toleran, tenggang rasa, dan penghormatan terhadap perbedaan. A. Apa itu Pendidikan Kebinekaan? Pendidikan kebinekaan merupakan suatu layanan pendidikan untuk membentuk dan mengembangkan suasana sekolah pada sikap dan perilaku saling menghormati dan menghargai kemajemukan. Pendidikan ini mengarahkan warga sekolah untuk menghindari berbagai bias stereotype dan prasangka etnosentris serta memerdekaan diri untuk mengeksplorasi dan belajar dari berbagai perspektif dan budaya lain1. Khusus di bidang pembangunan pendidikan, Renstra Kemdikbud 2015-2019 mendorong pentingnya pendidikan kebinekaan melalui pendidikan kewargaan di sekolah untuk menumbuhkan jiwa kebangsaan, memperkuat nilai-nilai toleransi, menumbuhkan penghargaan pada keragaman sosial-budaya, memperkuat pemahaman mengenai hak-hak sipil dan kewargaan, serta tanggung jawab sebagai warga negara yang baik (good citizen). Pengertian kebinekaan diadaptasi dari konsep multikulturalisme, yaitu adanya kesediaan untuk menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa, ataupun agama. Bagian penting dari pendidikan kebinekaan atau multikultural adalah bagaimana menumbuhkan sensitivitas warga sekolah terhadap budaya masyarakat yang bersifat plural. Bentuk pendidikan ini diperlukan agar setiap warga sekolah memiliki kesadaran dan menumbuhkan sikap dan perilaku yang menghormati dan menghargai kondisi masyarakat yang beragam. 1 Pentingnya memperkuat pendidikan kebinekaan pada satuan pendidikan menengah disebabkan pada umumnya kepribadian siswa pada usia sekolah menengah secara psikologis berada pada fase yang masih labil sehingga mudah dimasuki paham-paham radikal dan intoleran. Penguatan pendidikan kebinekaan pada satuan pendidikan menengah sangat diperlukan untuk membentengi warga sekolah, terutama siswa dari paham-paham radikal dan perilaku intoleran. Bikhu Parekh, 2000. Rethinking Multiculturalism; cultural diversity and political theory, Cambridge; Harvard University Press. 2 PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI C. Potret Pendidikan Kebinekaan di Sekolah Menengah 2. Praktik Baik Pendidikan Kebinekaan Selain dihadapkan pada persoalan di atas, banyak praktik baik yang dilaksanakan sekolah dalam mengembangkan nilainilai kebinekaan. Praktik baik tersebut dapat dikategorikan ke dalam kebijakan sekolah dan peran guru. 1. Permasalahan yang dihadapi Permasalahan terkait penerapan nilai-nilai kebinekaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kebijakan sekolah dan sikap warga sekolah. Kebijakan Sekolah, diantaranya: Persoalan kebijakan sekolah antara lain: »» Sekolah melakukan pembauran antara siswa-siswa yang berasal dari latar berlakang agama dan etnis yang berbeda dalam kegiatan-kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, serta dalam organisasi dan kepanitiaan kegiatan. Dengan demikian, siswa menjadi terbiasa dan saling menerima serta menghargai perbedaan. »» Terlalu besarnya prioritas pada kemampuan kognitif membuat ruang ekspresi budaya di sekolah meskipun ada namunsangat terbatas dan bersifat seremonial; »» belum semua sekolah memberikan pelayanan pendidikan agama yang sesuai dengan agama yang dianut siswa; »» Keikutsertaan dalam program afirmasi pendidikan menengah Kemendikbud dengan menerima siswa dari berbagai asal etnis/agama/ras/kelompok dari luar Jawa. »» kebijakan sekolah bahkan Pemda yang kurang memperhatikan kelompok minoritas; »» »» keterbatasan sumberdaya sekolah untuk mendukung penerapan pendidikan kebinekaan Memberi ruang/wadah untuk mengaktualisasikan agamanya (misalnya: peringatan hari besar keagamaan, shalat berjamaah, membaca Quran, persekutuan do’a, retreat, lomba MTQ, dll). »» Menyelenggarakan festival budaya daerah, antara lain saat merayakan hari Kartini. Sedangkan persoalan sikap warga sekolah, antara lain: »» sikap sebagian siswa yang beranggapan: »» lebih nyaman memilih teman yang seagama atau seetnis; »» lebih memilih pemimpin yang seagama atau seetnis. »» faktor keluarga yang masih kuat ikatan primordialnya; »» pemahaman agama yang sempit (eksklusif) sehingga berpotensi menimbulkan konflik di masyarakat. »» kepala sekolah dan guru kesulitan memantau kegiatan siswa di luar sekolah yang berpotensi membawa paham-paham radikal, seperti: pengaruh media sosial, & informasi yang menyesatkan. Sedangkan peran guru, antara lain: 3 »» Guru yang selalu berupaya meningkatkan mutu pembelajaran sehingga lebih menarik dengan memperkaya literatur, mencari narasumber/sumber belajar dalam bentuk audio visual; bermain peran, diskusi dan kerja kelompok multi agama, suku, dan budaya. »» Guru yang memberikan wawasan kebangsaan dan kebinekaan, serta mengaktualisasikan dalam bentuk kegiatan di lapangan yang bisa menciptakan situasi yang harmonis, nyaman dan menggembirakan. Contohnya, membiasakan siswa untuk bergaul dengan semua teman tanpa membedakan agama dan etnis, saling menghormati dan menghargai walaupun berbeda keyakinan, serta berpikir positif terhadap peristiwaperistiwa yang mengarah sikap intoleransi (tidak terburuburu mencurigai). PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI D. Strategi untuk Mengoptimalkan Impelementasi Pendidikan Kebinekaan di Sekolah »» 1. Pembauran siswa antar etnis/agama/ras/kelompok dalam proses pembelajaran »» »» Perlu penguatan kurikulum tentang pemahaman kebinekaan dan penerapannya dengan melakukan pembauran antar agama dan etnis yang berbeda melalui kerja kelompok dalam pembelajaran intrakurikuer, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. 3. Pemerintah Daerah memfasilitasi hubungan antara sekolah yang bercirikan agama dan etnis tertentu. Perlu kegiatan yang mendukung pembauran lintas budaya dan agama antara lain perkemahan kerukunan antarumat beragama, live-in (tinggal bersama di lingkungan yang berbeda agama dan budaya), serta memperluas program afirmasi dari daerah yang berbeda etnis dan agama. 2. Mengoptimalkan peran Forum Kepala Sekolah dan Forum Guru »» »» Forum guru (KKG/MGMP) diharapkan dapat menjalankan fungsinya sebagai pengembang kurikulum yang lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran berbasis kebinekaan/ multikultural dan keteladanan sikap serta perilaku saling menghargai dan menghormati keanekaragaman budaya, dan hidup berdampingan dengan rukun dan damai. Kepala sekolah melalui forum K3S/MKKS merumuskan kesepakatan (program kerja bersama) yang mendukung pengembangan pendidikan nilainilai kebinekaan seluas-luasnya, seperti penyediaan guru agama, perayaan keagamaan, memperbanyak forum dialog antar umat beragama/etnis/ ras/ kelompok; Memberikan ruang/kesempatan kepada siswa dan guru untuk mengekspresikan kegiatan yang bernuansa etnik, agama, dan budaya di sekolah secara periodik. »» Pemda memfasilitasi kerjasama antarsekolah dari berbagai latar etnis/agama/ ras/kelompok untuk memperkuat sikap toleran, saling menghargai dan menghormati perbedaan sehingga tercipta suasana yang harmonis. »» Pemda memfasilitasi kegiatan yang bersifat pembauran lintas budaya dan agama antara lain perkemahan kerukunan antar umat beragama, pertukaran pelajar (tinggal bersama di lingkungan yang berbeda agama dan budaya), serta memperluas program afirmasi dari daerah yang berbeda etnis dan agama; »» Pemda provinsi dan kabupaten/kota perlu membentuk Pokja Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), sebagai mitra bagi Pokja PPK Kemendikbud dalam menerapkan penguatan pendidikan karakter di satuan pendidikan. PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMETERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gedung E, lantai 19 Jl Jendral Sudirman Senayan, Jakarta 10270 www.litbang.kemdikbud.go.id 4