1 PENGANTAR Latar Belakang Perubahan pola makan

advertisement
PENGANTAR
Latar Belakang
Perubahan pola makan yang menjurus ke konsumsi makanan siap
santap yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi namun rendah serat,
memicu berkembangnya penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes mellitus,
aneka kanker, osteoporosis, dan hipertensi (tekanan darah tinggi). Penyakit
darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan di mana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka systolic dan angka diastolic. Nilai normal tekanan darah
seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktivitas normal
dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg.
Mekanisme
terjadinya
hipertensi
adalah
melalui
terbentuknya
angiotensin ll dari angiotensin I oleh angiotensin l-converting enzyme (ACE)
(Cheung et al., 1980). ACE memegang peranan fisiologis penting dalam
mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi
hati. Oleh hormon renin yang diproduksi ginjal angiotensinogen akan diubah
menjadi angiotensin I, suatu dekapeptida yang tidak aktif. Selanjutnya oleh ACE
yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin ll, suatu
oktapeptida yang sangat aktif. Angiotensin ll inilah yang memiliki peranan kunci
dalam menaikkan tekanan darah (Cushman et al., 1981).
Oleh karena itu penghambatan ACE dapat digunakan sebagai salah
satu cara di dunia kesehatan untuk menurunkan hipertensi yaitu melalui
penggunaan obat sintetis, seperti captropil dan enapril. Penggunaan obat
sintetik jika tidak dikontrol dengan baik akan membawa dampak atau efek
1
samping pada pemakainya.
Saat ini telah banyak dikembangkan penghambat ACE yang diperoleh
dari makanan alami baik dari protein hewani dan nabati yang mampu
menunjukkan efek antihipertensif dengan harapan dapat menurunkan efek
samping pada penanganan hipertensi. Beberapa peptida yang menunjukkan
efek anti hipertensif telah berhasil diisolasi dari berbagai bahan pangan sumber
protein, antara lain: daging, susu, kedelai, dan ikan. Aktivitas peptida-peptida
tersebut dibandingkan dengan obat penurun tekanan darah komersial masih
rendah, tetapi dari segi kesehatan akan memberi arti yang sangat penting,
karena bersumber dari bahan alami yang aman untuk dikonsumsi.
Peptida ACE inhibitor dapat dihasilkan dari hidrolisis protein bahan
pangan dengan enzim protease. Enzim pepsin, trypsin dan chymotrypsin
merupakan enzim protease utama pada sistem pencernaan manusia. Hidrolisis
protein daging dengan enzim-enzim tersebut secara in vitro juga akan
menghasilkan peptida-peptida seperti proses digesti protein pada sistem
pencernaan manusia.
Peptida ACE inhibitor yang terkandung dalam protein daging dapat
membantu menurunkan tekanan darah pada orang yang mengkonsumsinya,
sehingga mengkonsumsi daging yang mengandung peptida ACE inhibitor akan
mempunyai manfaat yang lebih besar, baik dari segi gizi maupun kesehatan.
Peptida ACE inhibitor yang terkandung dalam daging dapat diisolasi
dan dipurifikasi melalui proses purifikasi. Sekuen peptida ACE inhibitor yang
telah dipurifikasi dapat diproduksi secara sintetis, sehingga dapat diintroduksikan
pada berbagai produk pangan sehingga akan memperkaya nilai gizi dan
kesehatan produk pangan tersebut. Peptida ACE inhibitor yang bersumber dari
2
protein daging ternak lokal di Indonesia belum pernah dilakukan.
Penelitian ini akan mengeksplorasi tentang kemungkinan adanya
peptida ACE inhibitor pada daging ternak-ternak lokal Indonesia. Ternak lokal
Indonesia yang digunakan adalah sapi Bali, kambing Kacang, ayam Kampung
dan itik Lokal. Penggunaan daging sapi Bali merupakan representasi dari
spesies ternak ruminansia besar, kambing Kacang merupakan representasi dari
spesies ternak ruminansia kecil, ayam Kampung merupakan representasi dari
ternak unggas, dan itik Lokal merupakan representasi dari ternak unggas air.
Keaslian Penelitian
Daging merupakan bahan pangan yang mengandung gizi tinggi,
terutama kandungan asam-asam amino esensial pada proteinnya, asam-asam
lemak esensial pada lemaknya, serta beberapa vitamin dan mineral. Protein di
dalam tubuh akan didegradasi oleh enzim-enzim protease menghasilkan
asam-asam amino dan diserap oleh tubuh untuk keperluan pertumbuhan dan
sumber energi. Selain itu, degradasi protein oleh enzim-enzim protease juga
menghasilkan
peptida-peptida
sederhana.
Beberapa
peptida
sederhana
mempunyai fungsi fisiologis yang berhubungan dengan kesehatan, seperti
antihipertensi, antioksidan, kanker dan sebagainya. Penelitian tentang peptida
ACE inhibitor dari protein daging masih sangat sedikit. Penelitian tentang peptida
ACE inhibitor dari protein daging antara lain berasal dari daging babi (Arihara et
al., 2001; Katayama et al., 2003; 2004; 2007; 2008).
Penelitian tentang peptida ACE inhibitor yang bersumber dari bahan
pangan lain perlu dikembangkan. Salah satunya adalah peptida ACE inhibitor
yang bersumber dari protein daging ternak lokal Indonesia. Daging dari ternak
3
lokal secara umum lebih disukai oleh konsumen mulai dari ayam kampung, itik,
kambing dan sapi lokal. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga daging ternak
lokal yang lebih mahal daripada ternak komersial yang lain. Namun demikian
studi lebih lanjut tentang kemungkinan kandungan peptida ACE inhibitor dari
daging tersebut belum pernah dilakukan. Penelitian yang telah dilaksanan
terhadap daging ternak lokal tersebut adalah, komposisi kimia, tingkat
palatabilitas dan kualitas fisik daging. Oleh karena itu penelitian yang lebih dalam
yang mengangkat potensi komponen bioaktif pada macam-macam daging
tersebut sangat penting dilakukan.
Tujuan Penelitian
1. Mengevaluasi adanya potensi angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor
dari hidrolisat protein daging ternak lokal Indonesia.
2. Mengidentifikasi peptida angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor dari
hidrolisat protein daging ternak lokal Indonesia.
Manfaat Penelitian
1.
Mengkonsumsi daging yang mengandung peptida ACE inhibitor akan
membantu menurunkan tekanan darah.
2.
Sekuen peptida ACE inhibitor yang terdapat pada protein daging dapat
disintesis dan dapat difortifikasikan pada produk-produk pangan, sehingga
dapat meningkatkan nilai tambah produk pangan tersebut.
4
Download