Sri Joeda Andajani, Bentuk Modeling Dalam Keluarga Wanita Karier Di Kota Surabaya BENTUK MODELING DALAM KELUARGA WANITA KARIER DI KOTA SURABAYA Sri Joeda Andajani* Abstract Career women who work in Surabaya show an interesting phenomenon, in that they play a significant role as exemplary figures for their children. They place a strong emphasis on the importance of discipline and moral values needed to ensure the children's personality development. This phenomenon cannot be separated from the women's educational background. With better education and globalization as well, the women use their families as a place to establish such values as togetherness, attention, democracy, and communication. Key words: modelling, family, career woman A. Pendahuluan Pembinaan terhadap pendidikan anak merupakan kewajiban dan tanggung jawab di lingkungan keluarga, serta tempat pendidikan pertama atau bermula dari rumah. Wahana dalam bentuk keteladanan (modeling) keluarga sebagai awal pendidikan dasar yang perlu dikembangkan agar lebih mampu meletakkan landasan pembentukan watak dan kepribadian, penanaman dan pengenalan agama dan budi pekerti serta pergaulan. Anak-anak adalah peniru terbesar di dunia ini dari segala sesuatu yang dilihat dan menyimpan yang didengar (Sirait, 2000;15). Oleh karena itu, contoh teladan dengan suasana aman, tentram dan damai membantu peletakan dasar ke arah pengembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta bagi anak-anak. Contoh teladan dapat lebih efektif dari bahasa sendiri, karena teladan ini menyediakan isyarat-isyarat non verbal artinya menyediakan contoh yang jelas untuk ditiru (Samil,2000:8). Era reformasi bangsa Indonesia menjadi maju, modern dan mandiri melalui sumber daya manusia yang berkualitas dan kompetitif, tantangan dan tanggung * Dra. Sri Joeda Andajani, M.Kes. adalah staf pengajar Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya 166 LENTERA, Jurnal Studi Perempuan, Vol. 1/No. 2/ Desember 2005, ISSN 1858-4845 jawab setiap keluarga di Indonesia menjadi bertambah barat. Pengaruh modernisasi pada umumnya dan sistem informasi global pada khususnya memerlukan kesiapan mental pada setiap keluarga untuk menerima perubahanperubahan yang bersifat positif dan menolak yang negatif terhadap masa depan bangsa Indonesia. Apalagi dengan adanya tantangan baru yaitu akan dilaksanakan liberalisasi pada tahun 2020, anak-anak khususnya yang berumur 1-10 tahun harus disiapkan sedemikian rupa, agar 25 tahun mendatang menjadi aset nasional yang profesional dan kompetitif dalam saingan ekonomi yang relatif bebas. Menurut Soekanto (1992,22), keluarga merupakan unit pergaulan hidup yang terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami atau ayah , isteri atau ibu dan anak yang belum menikah atau lazim disebut keluarga batih. Keluarga dalam perkembangan sosial anak merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya (Gerungan, 1996:180). Dalam pengertian psikologis , keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam satu tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling menyerahkan diri (Shochib, 1998:17). Interaksi kelompok keluarga merupakan kelompok primer yang dapat membentuk norma-norma sosial, internalisasi norma-norma, terbentuknya frame of reference dan sense of belongingness. Contoh teladan dari tindakan dan perilaku dalam keluarga merupakan proses mendidik yang terkuat di rumah, keteladanan seperti itu jauh lebih kuat daripada khotbah atau petunjuk dan nasehat, karena anak-anak memerlukan teladan daripada kritik-kritik (Sirait, 2000:16). Peranan keluarga dalam pembangunan di arahkan kepada terwujudnya kehidupan dari orangtua yang mampu menuntun, mengarahkan, mengawasi, mempengaruhi dan menggerakkan anak pada kaidah-kaidah persamaan bentuk keteladanan, guna meningkatkan kesejahteraan keluarga dan ketahanan keluarga sehingga mampu mendukung kegiatan pembangunan. Motivasi keluarga sebagai arah yang tepat denga cara interaktif komunikasi menuntut perhatian penuh sesuai porsinya. Artinya orang tuadibebani tugas yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan anak, meliputi : 1) stabilitas keluarga, 2) pendidikan, 3) pemeliharaan fisik dan psikis, 4) religius (ahmadi, 1999:247). Kunci ketahanan keluarga akan dapat tercapai bila fungsi-fungsi keluarga dapat ditegakkan peranannya, antara lain: a) fungsi keagamaan, b) fungsi cinta kasi, c) fungsi 167 Sri Joeda Andajani, Bentuk Modeling Dalam Keluarga Wanita Karier Di Kota Surabaya melindunggi, d) fungsi reproduksi, e) fungsi sosial budaya, f) fungsi sosialisai dan pendidikan, g) fungsi ekonomi, h) fungsi pembinaan lingkungan (Wirutomo,1994:7). Terkait erat dengan kebutuhan dalam perkembangan anak dan fungsi keluarga, pendididkan merupakan suatu proses yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan proses yang paling mendalam dari bentuknya masyarakat itu sendiri. Melalui proses pendidikan itu nilai, norma dan keterampilan-keterampilan lain diajarkan kepada individu siterdidik, agar dapat hidup secara normal di lingkungan masyarakat. Pendapat Ki Hajar Dewantoro (1962) mengatakan tindakan pendidikan harus dilakukan dengan penuh keinsafan dengan didasarkan pada prinsip momong, among dan ngemong, serta ditujukan ke arah keselamatan dan kebahagian manusia.(dalamShochib, 1998:29). Salah satu dasar prinsip pengembangan pendidikan yang akan dijadikan pedoman dalam keluarga yaitu system omong yang berarti si pendidik hanya menyokong kodrat alam anak yang dididik agar dapat mengembangkan hidup lahir dan batin menurut kodratnya sendiri-sendiri. Menurut Ki Hjar Dewantoro (1962) menyusun alat-alat pendidikan berdasarkan prinsip sintem omong, berupa 1) pemberian contoh, 2) pembiasaan, 3) pengajaran, 4) perintah, paksaan dan hukuman, 5) laku (zelfbeheershing, self- disciline), dan 6) pengalaman lahir dan batin (nlakoni, ngasa, beleaving). Menurut Charles Schalfer, modeling adalah yang berhubungan dengan “Contoh Teladan” dari orang tua untuk anak-anak dengan perbuatan dan tindakantindakannya sehari-hari ( dalam Sirait,2000:13). Modeling dalam keluarga yaitu keteladan dari perilaku yang dapat dilihat dan diterima oleh seorang anak. Poduska mengatakan tanggung jawab orang tua dalam keluarga menyediakan kesatuan dan iklim keluarga yang baik, pendidikan yang baik, keadaan ekonomi yang cukup dan didikan keagamaan yang semua itu berhasil (2000.12). Talcot Parson menambahkan bahwa pendidikan pertama dalam keluarga menghasilkan “basic personality struture”, di mana peranan keluarga dalam bentuk orientasi pendidikan yang ditanamkan pada seorang anak akan sulit diubah lagi dalam hidupnya (dalam Wirutomo, 1994:11). Sisi lain dari keadaan keluarga di Indonesia menunjukkan bahwa gambaran (sosok) dari orangtua yang berpendidikan di kota, wibawa orangtua dalam mengarahkan anak masih dapat berlaku. Bentuk modeling dalam keluarga dapat berlangsung seperti yang diharapkan 168 LENTERA, Jurnal Studi Perempuan, Vol. 1/No. 2/ Desember 2005, ISSN 1858-4845 jika antara mereka yang diberi teladan dan yang memberi teladan memberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Menciptakan komunikasi interaktif dalam keluarga merupakan langkah awal yang tepat sebagai wadah membentuk keteladanan keluarga harmonis sebagai realisasi kehidupan yang utuh dan selaras. Salah satu kecenderungan dari kehidupan keluarga masa kini terutama diperkotaan adalah anggota keluarga lebih banyak menggunakan waktunya di luar rumah dan terlalu sibuk dengan pekerjaan kantor. Kecenderungan lain adalah semakin meluasnya bentuk keluarga inti dan semakin berkuranganya peranan keluarga sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi anak, serta semakin sedikitnya waktu untuk berkumpul dalam keluarga wanita karier. Hal ini ibu memusatkan perhatiannya dengan bekerja keras mencari uang demi menstabilkan situasi ekonomi rumah tangga (Ahmadi, 1999:247). Kompleksitas permasalahan dalam keluarga dengan semakin minimnya bentuk keteladanan di kota pada era modernisasi, maka ini sangat menarik dan penting untuk diteliti yang terjadi di lingkungan keluarga wanita karier. Indikator dari permasalan ini adalah bentuk modeling pada nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku yang dibutuhkan dalam perkembangan di lingkungan anak, meliputi pendidikan agama dan budi pekerti. Pertimbangan dari nilai-nilai moral didisiplinkan pada anak dalam keluarga adalah sebagai titik awal tanggung jawab orangtua terhadap pembelajaran dan pernyataan diri sebagai manusia sosial di dalam interaksi dengan kelompoknya. Sedang pengalaman dan komunikasi interaksi sosial dalam keluarga turut menentukan cara-cara perilaku anak terhadap orang lain. Bagi keluarga yang memiliki anak masih kanak-kanak dan remaja dalam kondisi membutuhkan pegangan atau sosok figure, maka orang tua perlu hati-hati dalam berperilaku. Ini tantangan bagi keluarga untuk menanamkan contoh teladan berupa sikap dan perilaku dalam menunjukkan sopan santun dan budi pekerti pada anak-anak sedini mungkin. Subyek terteliti berjumlah 68 responden yang bekerja di kota Surabaya. Dalam penelitian ini data yang dapat memberikan informasi yang terdiri dari kalangan antara lain: a)informan yang menguasai informasi khususnya tentang keteladanan dalam keluarga wanita karier yaitu teman sejawat, b) keluarga wanita karier yang dijadikan subyek penelitian yang meliputi suami, anakanaknya dan anggota keluarga lainnya. Menginformasikan jawaban responden terteliti yang menduduki jabatan struktural di instansi Unesa 43 orang (63,23%), 169 Sri Joeda Andajani, Bentuk Modeling Dalam Keluarga Wanita Karier Di Kota Surabaya Pemerintahan kota Surabaya 12 orang (17,64%) dan Akademi Pariwisata 3 orang (4,41%), serta SMU 9 orang (13,23%) maupun perusahaan swasta 1 orang (1,47%) ini diupayakan dapat mengkonseptualisasikan paparan data dalam melengkapi hasil penelitian . B. Pembahasan Berbagai masalah yang harus dihadapi dalam keluarga era modernisasi metropolis seperti yang diungkapkan oleh wanita karier yang mempunyai anakanak usia sekolah antara lain (1) peran orangtua tidak dapat diganti oleh siapapun dalam menanamkan keteladanan dan membentuk karakter anak-anak yang tangguh di lingkungan keluarga, (2) peran orangtua menyiapkan kehidupan anak untuk menghadapi dunia nyata yang semakin lama semakin ketat persaingannya, (3) orangtua merasa ikut terbebani oleh tanggung jawab terhadap kurangnya berkomunikasi dialogis pada anak-anaknya. Hasil penyebaran kuesioner sebagai data awal yang dapat memberi petunjuk dalam rangka pengungkapan data kepada ibu-ibu wanita karier yang menduduki jabatan struktural di Universitas Negeri Surabaya, Pemerintahan Kota Surabaya, Kepala Sekolah Menengah Umum, dan Akademi Pariwisata serta Perusahaan swasta. 1. Proses Keteladanan Wanita Karier yang Diimplikasikan pada Anggota Keluarga. Orangtua yang menjadi teladan bagi anak adalah pada saat bertemu atau tidak sekadar memberi contoh. Hasil keteladanan orangtua baik yang disadari maupun tidak disadari untuk dicontohkan oleh anak dijadikan imitasi dan identifikasi artinya anak sadar untuk menjadikan bahan meniru dan mengidentifikasi perilaku orangtua yang tidak disadari sebagai bantuan bagi anak-anak untuk mengikutinya. Proses tersebut ditegaskan oleh pendapat Goode (1983 :260-263) menyatakan bahwa bantuan yang diberikan orangtua kepada anak-anak bagi kepemilikan disiplin diri anak, seyogyanya mampu membantu mereka agar dapat: (a) mempersepsi kebersamaan nilai moral bagi dirinya, (b) memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya,(c) membaca kesuksesan yang telah diraih dan memberikan motivasi-motivasi untuk meningkatkannya, dan (d) membina rasa kebersamaan antara dirinya dan anak- anak. Di sisi lain Schalfer (2000, 13) menjelaskan bahwa keteladanan dari orangtua untuk anak-anak dengan perbuatan dan tindakan-tindakan dalam kehidupan sehari-hari 170 LENTERA, Jurnal Studi Perempuan, Vol. 1/No. 2/ Desember 2005, ISSN 1858-4845 Secara esensial “model ideal” perbuatan atau tindakan orangtua telah dimiliki oleh anak yang terlebih dahulu diprakondisikan di antaranya: a). penciptaan keterbukaan anak dalam identifikasi diri, b). kemampuan untuk menerima diri, c). pengalaman berhasil dan sukses. Berkaitan tersebut di atas fenomenalogisnya pada penelitian ini terdapat di keluarga batih atau inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya atau ibu dan anak-anak (single parent) ditambah dengan pembantu yang terlibat proses keteladanan dalam keluarga. Secara umum keluarga batih wanita karier dalam penelitian ini tinggal di wilayah perumahan (55%) dan di perkampungan (45%) yang mempunyai profil sebagai berikut:a) mempunyai anggota keluarga kecil jumlahnya 4-6 orang yang terdiri dari ayah, ibu dengan anak-anak atau ibu dan anak-anak ditambah adik atau kakak ibu maupun pembantu rumah tangga, b) masyarakatnya ada bercorak paguyuban dan ada yang kurang kenal antar tetangga (kurang saling kenal mengenal), c) interaksi sosial yang terjadi tidak berdasarkan faktor kepentingan semata, tetapi juga berdasarkan faktor pribadi, d) gotongroyong anggota masyarakat tinggi dan tidak didasarkan pada perbedaan kelas sosial, akan tetapi ada anggota masyarakat yang kurang didasarkan pada kerukunan hidup atau kebersamaan, e) kehidupan cenderung bersifat heterogen dalam status ekonomi (ada yang kaya, menengah atau miskin). Dalam proses keteladanan yang dihadapi keluarga ini berlangsung terus menerus sepanjang hidup dan prosesnya secara searah dalam passive theory yang menekankan pada keteladanan orangtua untuk membentuk nilai-nilai moral sebagai landasan maupun arah berperilaku dari tanggung jawab dan konsistensi diri orangtua terhadap anak-anaknya dengan menanamkan pembentukan watak dan kepribadian dalam dii anak, orangtua tampil sebagai figur tempat anak menganut dan menggantungkan diri dan telah mampu membangun kepercayaan serta kewibawaan atas diri anak- anaknya (Shochib, 1998: 75-86) 2. Pola dari Bentuk Modeling yang Diberikan pada Anak-anak Dalam Keluarga Wanita Karier. Orangtua dalam membentuk keteladanan dalam keluarga ini memfokuskan pada era perubahan-perubahan yang terjadi di kota yang sangat berpengaruh terhadap perilaku anak-anak, yaitu : a) media informasi global, b) pergaulan bebas dengan kemajuan jaman, dan c) gerakan emansipasi. Upaya antisipasi orangtua terhadap anak-anak untuk menerima informasi dari luar rumah memerlukan 171 Sri Joeda Andajani, Bentuk Modeling Dalam Keluarga Wanita Karier Di Kota Surabaya bimbingan yang berlandaskan keteladanan melalui komunikasi dialogis dalam keluarga. Kewajiban orangtua dalam hal ini adalah membentuk anak-anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar perilaku positif dalam menghadapi perubahan-perubahan yang signifikan berpengaruh terhadap kehidupan kepribadiannya. Hal yang perlu dikondisikan oleh orangtua pada anak-anak, yaitu a) proses pengenalan dan pemahaman, b) proses pengendapan, c) proses pempribadian moral (Shochib,1998,32). Ketiga proses ini harus terpancar secara utuh dalam upaya orangtua menata lingkungan fisik, sosial, suasana psikologis, sosiobudaya maupun perilaku orangtua saat terjadinya pertemuan dengan anak dan kontrol orangtua terhadap perilaku anak Para wanita karier dalam penelitian ini sebanyak (75,91%) mempunyai anak usia Sekolah Dasar dan SMP yang masih memerlukan bantuan dan kontrol lebih dari orangtua daripada anak yang sudah matang kepribadiannya. Anak seusia itu tidak mengetahui cara bekerja dan bermain dengan kelompok yang besar, sehingga pertolongan orangtua sangat diperlukan dalam menciptakan bermacam-macam struktur untuk mengorganisasikan aktivitas-aktivitasnya. Sedangkan sebanyak (24,09%) mempunyai anak usia SMA dan mahasiswa pada keluarga wanita karier dalam mempola keteladanan bagi anak-anaknya usia matang lebih mengupayakan sifat mengembangkan standart disiplin diri. Sebagai dasar untuk memiliki disiplin diri bagi anak usia matang menurut Alisjahbana (1974), orangtua perlu mengupayakan kepemilikan dan pengembangan nilai-nilai dalam diri anak-anak, yaitu nilai ekonomis, sosial, politis, ilmiah, estetis dan agama (dalam Shochib, 1998:34). Pemaknaan dari nilai ekonomis, bila anak mempunyai kosistensi terhadap intensitas kerja, rasa hemat, menabung dan mampu mengatur pengeluaran uang yang diberikan oleh orangtuanya. Perilaku anak terhadap oranglain dengan saling menghargai kepentingan oranglain, tolong-menolong dan membantu sesama saudara merupakan contoh konkrit yang terdapat dari nilai sosial. Pada nilai politis ini, anak mampu merealisasikan dalam kehidupannya bahwa setiap individu mempunyai hak yang sama tanpa adanya perkecualian untuk melaksanakan hasil keputusan dari pendapat oranglain dan menerima kebebasan mengeluarkan pendapat oranglain. Keteladanan yang dicontohkan orangtua dalam diri anaknya 172 LENTERA, Jurnal Studi Perempuan, Vol. 1/No. 2/ Desember 2005, ISSN 1858-4845 pada nilai kebersihan dan keteraturan serta menjalankan perintah agama adalah perilaku kebersamaan anggota keluarga dalam menjaga keteraturan dan kebersihan memelihara kesucian tempat ibadah, melaksanakan perintah agama dan memelihara ruangan rumah dengan dikerjakan secara gotongroyong saling membantu, sehingga terjalin hubungan keakraban, kedekatan dan keterbukaan dalam keluarga. Oleh karena itu pemaknaan bentuk keteladanan orangtua sebagai upaya tanggungjawab dan menyikapi fenomena kehidupan modern kota, melalui tiga pola diantaranya pola menerima- menolak, pola memiliki- melepaskan, dan pola demokrasi- otokrasi artinya keluarga mempunyai sistem kerjasama antara suamiistri dan keturunannya sebagaiwadah pendidikan yang penting dalam berkomunikasi untuk memecahkan masalah menghadapi gejolak lapisan masyarakat modern. Di samping orangtua membentuk pola asih, asuh, dan kebijakan yang pada awalnya dirasakan oleh anak sebagai keterpaksaan yang lambat laun berkembang menjadi kesadaran diri. Di sisi lain tanggung jawab dan kepercayaan keluarga- keluarga yang dirasakan leh anak menjadi dasar yang perlu diteladani dan ditiru untuk berperilaku dilingkungannya. 3. Peranan Keluarga (anggota keluarga lain) dalam Keteladanan bagi Anak-anaknya. Upaya orangtua menciptakan situasi dan kondisi dalam keluarga yang bermuatan nilai moral terhadap anak-anak merupakan kewajiban dan tanggung jawab berdasarkan apresiasi hati nurani dalam menjalankan peranan dan fungsinya untuk mendidik yang tidak dapat digantikan oleh siapapun, walaupun di rumah ada anggota keluarga lain. Pada dasarnya keteladanan orangtua sebagai awal perkembangan sosial anak yang dapat membantu peletakan dasar ke arah perubahan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta. Oleh karena itu kehidupan keluarga ( ayah dan ibu) yang harmonis lebih mendominasi pada diri anak untuk dijadikan panutan, peniruan, dan mengidentifikasi perilaku dirinya daripada kebijakan dari anggota keluarga lain. Secara esensial prakondisi moral dan penyempurnaan pengakuan “figure ideal” pada perilaku orangtua dapat diinternalisasi melalui peningkatan disiplin diri anak. Perwujudan peran orangtua sebagai pemegang kendali dan kontrol terhadap tanggung jawab mengembangkan nilai-nilai disiplin anak, yaitu a) situasi dan 173 Sri Joeda Andajani, Bentuk Modeling Dalam Keluarga Wanita Karier Di Kota Surabaya kondisi keluarga yang mencerminkan nilai-nilai moral, b) pembiasaan dan pembudayaan nilai-nilai moral dalam keluarga, dan c) peraturan-peraturan yang diciptakan untuk dipatuhi oleh semua anggota keluarga (Ritzer, 1992:271-273). Sehubungan dengan peranan orangtua (ayah dan ibu) merupakan “model Ideal” yang dominan untuk mengantarkan dan mendorong untuk memiliki nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku disiplin diri dalam menghadapi berbagai kompleksitas masyarakat metropolis. 4. Dampak Wanita Karier Terhadap Keteladanan dalam Keluarga Ungkapan Soekanto (1992:117) tentang perubahan peranan keluarga wanita karier akan mengakibatkan terjadinya kesulitan-kesulitan di dalam melaksanakan proses interaksi komunikasi pada anak-anak. Hal itu tidak terdampak pada keseluruhan keluarga wanita karier yang bekerja di luar rumah dalam keluarga modern. Keikutsertaan ibu bekerja sebagai wanita karier dengan meninggalkan rumah bukan berarti meninggalkan tanggungjawab terhadap keluarga. Keutuhan keluarga perlu dibina terus sepanjang hidup tanpa alasan apapun dalam membangun hubungan yang harmonis melalui aturan-aturan dan harapanharapan. Tidak ada suatu masalah yang tidak dapat dihadapi dan dipecahkan bersama keluarga. Seperti dampak yang ditimbulkan dalam keluarga wanita karier yang bekerja untuk menstabilkan kebutuhan rumah tangga dan waktu banyak digunakan di luar rumah, sehingga berkurangnya interaksi dialogis dalam keluarga. Pengentasan masalah dari dampak yang ditimbulkan oleh keluarga dengan ke dua orangtua bekerja harus terjadi konfirmitas dalam melaksanakan pembagian kerja yang selaras, serasi untuk mengenalkan dan memberikan pengertian mengenai nilai-nilai moral kepada anak-anak sebagai landasan serta arah berperilaku dari tanggungjawab dan kosistensi diri antara ayah dan ibu. Komitmen yang telah disepakati bersama kedua belah fihak antara istri dan suami maupun dengan anak-anak, maka yang timbul tidak ada saling dirugikan (dampak negatif) dan diuntungkan (dampak positif), tetapi yang timbul ada rasa kesadaran dalam hati nurani sebagai penunaian kewajiban diri dari masing-masing anggota keluarga. Pengaruh kedua orangtua bekerja terhadap proses pembentukan disiplin diri dalam diri anak merupakan produk disiplin (Gnagey,1981:117) artinya secara signifikan dari dampak yang timbul dalam keluarga yang keduaduanya bekerja bergantung dari situasi dan kondisi pembentukan awal keharmonisan, keintiman dan keakraban hubungan dengan mempertautkan 174 LENTERA, Jurnal Studi Perempuan, Vol. 1/No. 2/ Desember 2005, ISSN 1858-4845 perasaan bersama antara ayah (suami), ibu (istri) dan anak-anak. Di samping itu terjadinya dampak yang muncul (baik positif dan negatif) dari masing-masing keluarga wanita karier mempunyai keanekaragaman dan karakteristik sendirisendiri. Secara umum keluarga super modern dalam negara-negara demokrasi soal perumahan dan pemeliharaan anak-anak menjadi beban bersama antara suami dan istri (Shadily,1984: 278-280). C. Simpulan Bentuk modeling dalam keluarga adalah yang berhubungan dengan contoh keteladanan dari keluarga terutama orangtua untuk anak-anaknya pada masa tumbuh kembang dengan perbuatan atau tindakan-tindakannya sehari-hari. Proses keteladanan pada keluarga wanita karier yang mempunyai anak usia balita, anak SD, SMP, SMU dan Mahasiswa untuk membentuk nilai-nilai moral sebagai landasan maupun arah berperilaku dari tanggungjawab dan konsistensi diri orangtua terhadap anak-anaknya dengan menanamkan kedisiplinan diri sebagai produk awal pembentukkan watak dan kepribadian dalam diri anak. Pola keteladanan yang diberikan pada anak-anak dari keluarga wanita karier dalam menanggapi perubahan-perubahan yang mempengaruhi bentuk keluarga modern yaitu media informasi global, pergaulan bebas dengan kemajuan jaman dan gerakan emansipasi yang meliputi tiga pola, di antaranya pola menerimamenolak, pola memiliki-melepaskan dan pola demokrasi-otokrasi yang artinya keluarga mempunyai sistem kerjasama antara suami-istri dan keturunannya sebagai wadah pendidikan yang penting dalam berinteraksi dialogis untuk memecahkan masalah menghadapi lapisan masyarakat..Bentuk tanggungjawab dan kepercayaan keluarga yang dirasakan oleh anak menjadi dasar yang perlu diteladani dan ditiru untuk berperilaku di lingkungannya. Peran keluarga merupakan tempat membentuk karakter kepribadian dan menjalin kebersamaan antara orangtua dan anak-anak sebagai institusi yang paling berpengaruh dalam kehidupannya, serta bagi anak-anak keberadaan dan perhatian orangtua sangat dibutuhkan walaupun tidak harus sesering mungkin. Dampak yang muncul dalam keluarga wanita karier ada dua hal yaitu positif bila terjadinya dirasakan menguntungkan dan negatif bila terjadinya dirasakan merugikan atau ditambahi beban. Interpretasi dampak yang timbul tergantung dari situasi dan kondisi yang terjadi dari masing-masing keluarga wanita karier yang beranekaragam dan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. 173 Sri Joeda Andajani, Bentuk Modeling Dalam Keluarga Wanita Karier Di Kota Surabaya Daftar Pustaka Ahmadi, Abu 1999 Psikologi Sosial, Rineka Cipta, Jakarta. Gerungan,WA. 1996 Psikologi Sosial, Unesco, Bandung. Gland, Karen 1990 Theory, Research And Practice, Jossey Bass Publisers,San Fransisco Oxford. Goode,William J. 1983 Sosiologi Keluarga. Bina Aksara, Jakarta. Monks,FJ ;AMP Knors ; Siti Rahayu Hadinoto 1998 Psikologi Perkembangan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Moleong,Lexy 1994 Metodologi Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta, Jakarta. Ritzer, George 1992 Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Rajawali Press, Jakarta. Samil,H Ali 2000 Remaja Meraih Sukses, Pustaka Populer Obor, Jakarta. Shochib, Moh. 1998 Pola Asuh Orangtua, Rineka Cipta, Jakarta. Schalfer, Charles 2000 Bagaimana Membimbing, Mendidik Dan Mendisiplinkan Anak Secara Efektif, Terj. R.Tarman Sirait, Radar Jaya Ofset, Jakarta. 174 LENTERA, Jurnal Studi Perempuan, Vol. 1/No. 2/ Desember 2005, ISSN 1858-4845 Shadily, Hasan 1984 Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta. Soekanto, Soejono 1992 Sosiologi Keluarga, Rineka Cipta, Jakarta. Poduska, Bernard 2000 Teori Kepribadian, Restu Agung, Jakarta. Wirutomo, Paulus 1994 Sosiologi Keluarga Dalam Perubahan. Rineka Cipta, Jakarta. 175