KEARIFAN LINGKUNGAN MELALUI UPAYA PAPERLESS BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAGI MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA LAPORAN PENELITIAN UNGGULAN STAIN SALATIGA TAHUN 2014 Oleh: Hj. MASLIKHAH, S.Ag., M.Si SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA APRIL 2014 i KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (P3M) JL. Tentara Pelajar 02. Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 PENGESAHAN Judul Penelitian KEARIFAN LINGKUNGAN MELALUI UPAYA PAPERLESS BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAGI MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Peneliti Tema Konsultan Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Besar/Sumber Dana : : : : : : Hj. MASLIKHAH, S.Ag., M.Si Pendidikan Dr.H.Rahmat Hariyadi, M.Pd STAIN Salatiga 5 (Lima) Bulan ………./DIPA STAIN Salatiga tahun 2014 Salatiga, 25 Nopember 2014 Kepala P3M Mufiq, S.Ag., M.Phil NIP: 196906171996031004 Konsultan Dr.H.Rahmat Hariyadi, M.Pd NIP: 196701121992031005 ii ABSTRAK MASLIKHAH. 2014. Kearifan Lingkungan melalui Upaya Paperless Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Konsultan. Dr. H.Rahmat Hariyadi, M.Pd. Key words: Paperless, Teknologi Informasi dan Komunikasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui makna kearifan lingkungan, upaya yang dilakukan, faktor pendukung, penghambat, dan upaya mengatasi hambatan penerapan paperless dalam rangka menerapkan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga. Metode penelitian yang digunakan dengan penelitian kualitatif di STAIN Salatiga selama 5 (lima) bulan. Subyek penelitian mahasiswa STAIN Salatiga dengan obyek kegiatan perkuliahan, ujian, praktek, dan bimbingan skripsi. Sumber data mengacu pada 3 (tiga) sumber yaitu dari unsur person, place, dan paper. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih data yang penting untuk dipelajari dari hasil wawancara dan catatan hasil observasi. Pengecekan keabsahan data dengan empat kriteria yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Uji derajat kepercayaan (credibility) dilakukan dengan melakukan pembuktian yang diamati oleh peneliti benar-benar sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan makna kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi antara lain membangun hubungan harmonis Allah Swt, alam dan lingkungan, serta sesama manusia; menyelamatkan sumber daya alam dan mengurangi dampak pemborosan sumber daya; memanfaatkan sumber daya sesuai peruntukannya; membangun perilaku hidup peduli untuk kelestarian lingkungan dan berkelanjutan. Upaya mahasiswa STAIN Salatiga dalam mewujudkan kearifan lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi antara lain pada kegiatan perkuliahan, pengayaan di luar perkuliahan, praktek di lapangan, bimbingan skripsi, dan diseminasi hasil penelitian (skripsi). Faktor pendukung kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi antara lain pada faktor regulasi lembaga, dosen, mahasiswa, sarana dan prasarana yang dimiliki STAIN maupun mahasiswa itu sendiri. Faktor penghambat kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi antara lain faktor dosen, mahasiswa, regulasi, sarana dan prasarana, lingkungan, teknis, dan etika. Upaya mahasiswa STAIN Salatiga dalam mengatasi hambatan untuk melakukan paperless dalam rangka menunjukkan kearifan lingkungan yang bersumber pada dosen, mahasiswa, regulasi, sarana dan prasarana, lingkungan, teknis, dan etika. Upaya yang dilakukan antara lain membangun paradigma paperbased ke paperless secara bertahap, fleksibel melalui pendekatan formal maupun informal. iii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Ruang Lingkup Kajian teori ...................................................... 53 Tabel 2.2 Kajian Teori tentang Paperless ................................................ 84 Tabel 2.3 Perbedaan Sebelum dan Sesudah Penggunaan Sistem Website . 102 Tabel 2.4 Perbandingan E-Journal dan Jurnal Tercetak............................. 105 Tabel 2.5. Daftar Hasil Penelitian Terdahulu ............................................ Tabel 3.1 Penggunaan Triangulasi Metode dan Sumber ............................ 180 160 iv DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Definisi dan Implikasi Kearifan Lingkungan ......................... 24 Gambar. 2.2 Makna Kearifan dan Implikasi................................................ 27 Gambar 2.3 Fungsi Kearifan Lingkungan ................................................ 30 Gambar 2.4 Prinsip Etika dalam Membangun Kearifan Lingkungan ..... 35 Gambar 2.5 Kearifan Tradisional dan Rasional......................................... 37 Gambar 2.6 Kearifan Lingkungan dalam Perspektif Islam ...................... 40 Gambar 2.7 Kearifan Lingkungan sebagai Aset Bangsa dan Negara ...... 42 Gambar 2.8 Rapuhnya Kearifan Lingkungan Sebagai Penghambat Pembangunan Berkelanjutan ................................................... 46 Gambar 2.9 Strategi Membangun Perilaku Arif terhadap Lingkungan ... 53 Gambar 2.10 Dasar Penerapan Paperless .................................................. 63 Gambar 2.11 Fungsi Paperless ................................................................ 68 Gambar 2.12 Faktor Penting dalam Penerapan Paperless ....................... 71 Gambar 2.13 Domain Perilaku Paperless .................................................. 75 Gambaar 2.14 Implementasi Kebijakan Paperless .................................. 80 Gambar 2.15 Keuntungan Melakukan Paperless .................................. 82 Gambar 2.16 Faktor Pendukung Pelaksanaan Paperless ....................... 83 Gambar 2.17 Faktor Penghambat Pelaksanaan Paperless ......................... 84 Gambar 2.18 Tujuan Teknologi Informasi ............................................. 87 Gambar 2.19 Upaya Mahasiswa terhadap Paperbased .......................... 104 Gambar 2.20 Kerangka Pemikiran .......................................................... 138 Gambar 3. 1 Teknik Analisis Data .......................................................... . 154 Gambar 4.1 Peta Kampus 1 dan II STAIN Salatiga .................................. 162 Gambar 4.2 Wawancara Peneliti dengan Hasan Maftukh .......................... 189 Gambar 4.3 Wawancara Peneliti dengan Maziid ........................................ 190 Gambar 4.4 Wawancara Peneliti dengan Amel .......................................... 191 Gambar 4.5 Wawancara Peneliti dengan Rio .............................................. 192 Gambar 4.6 Wawancara Isma Menunjukkan Media Pembelajaran dengan Kertas Bekas Bimbingan Skripsi ......................................................... 193 Gambar 4.7 Peneliti dengan Sikhatun Menunjukkan Upaya Paperless pada Hasil Penyusunan Skripsi ................................................................... 194 Gambar 4.8 Wawancara Peneliti dengan Istikhana ..................................... 195 Gambar 4.9 Anis Menunjukka Pemanfaatan Kertas Bekas untuk Kegiatan Akademik .................................................................................. 196 Gambar 4.10 Wawancara Peneliti dengan Faiz di Gedung Perpustakaan Ruang Skripsi Lantai 3 ........................................................................... 197 Gambar 4.11 Wawancara Peneliti dengan Agus di Gedung Perpustakaan Ruang Skripsi Lantai 3 ........................................................................... 198 Gambar 4.12 Mahasiswa Berdiskusi dan Melakukan Searching Internet di Perpustakaan STAIN Salatiga ..................................................... 200 Gambar 4.13Mahasiswa sedang Melakukan Transfer Data melalui Flash v Disk di Lap Top ........................................................................ 201 Gambar 4.14 Mahasiswa Memanfaatkan Kertas sebagai Alat Peraga Microteaching ............................................................................. 202 Gambar 4.15 Mahasiswa Memanfaatkan Kertas Sebagai Alat Peraga Microteaching .......................... ................................................. 203 Gambar 4.16 Email Mahasiswa ...................................................................... 204 Gambar 4.17 Mahasiswa sedang Melakukan Searching on line di Perpustakaan Internet ....................................................................................... 205 Gambar 4.18 Mahasiswa Mencatat Data/Informasi dai Buku Referensi pada Buku Catatan .............................................................................. 206 Gambar 4.19 Mahasiswa Menggunakan Buku Binder untuk Mencatat Keterangan Kuliah ..................................................................... 207 Gambar 4.20 Mahasiswa sedang memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Perpustakaan STAIN Salatiga .......................... 208 Gambar 4.21 Naskah Skripsi yang Dicetak Bolak Balik dari Kertas Bekas Konsultasi Skripsi Sebelumnya ................................................... 210 Gambar 4.22 Persiapan Mahasiswa untuk Presentasi .................................... 211 Gambar 4.23 Mahasiswa Presentasi dengan Menggunakan Catatan Kecil dan Bantuan Alat Teknologi Informasi dan Komunikasi ................... 213 Gambar 4.24 Mahasiswa Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi melalui Email .......................................................... 213 vi DAFTAR LAMPIRAN halaman LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara ......................................................... 1 LAMPIRAN II Verbatim Wawancara ........................................................... 2 vii DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul ............................................................................................ Halaman Pengesahan .................................................................................. Abstrak ....................................................................................................... Daftar Tabel ................................................................................................ Daftar Gambar ............................................................................................. Daftar Lampiran ......................................................................................... Daftar Isi ..................................................................................................... BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ i ii iii iv v vii viii 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Fokus Masalah ......................................................................... 16 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 17 D. Manfaat Penelitian ................................................................... 17 BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 21 A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 21 1. Kajian Teori ......................................................................... 21 a. Kearifan Lingkungan ..................................................... 21 1) Pengertian................................................................... 21 2) Makna Kearifan Lingkungan ................................... 24 3) Fungsi Kearifan Lingkungan ................................... 28 4) Prinsip Etika dalam Membangun Kearifan Lingkungan 30 5) Kearifan Tradisional dan Kearifan Rasional ............. 35 6) Kearifan Lingkungan dalam Peerspektif Islam ......... 38 7) Kearifan Lingkungan sebagai Aset Bangsa dan Negara 41 viii 8) Rapuhnya Kearifan Lingkungan sebagai Faktor Penghambat Pembangunan Berkelanjutan ............... 43 9) Mempertahankan Kearifan Lingkungunan untuk Pembangunan Berkelanjutan .................................... 44 10) Strategi Membangun Perilaku Arif terhadap Lingkungan 46 b. Paperless ........................................................................ 55 1) Pengertian ................................................................. 55 2) Dasar Penerapan Paperless ...................................... 55 3) Tujuan dan Fungsi Paperless .................................. 63 4) Faktor Penting dalam Penerapan Paperless ............ 69 5) Domain Perilaku Paperless .................................... 72 6) Implementasi Kebijakan Paperless di Perguruan Tinggi Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi ........ 75 7) Keuntungan Menerapkan Paperless ........................... 80 8) Faktor Pendukung pada Penerapan Paperless ............ 82 9) Faktor Penghambat Penerapan Paperless .................. 83 c. Teknologi Informasi dan Komunikasi ............................. 85 1) Pengertian .................................................................. 85 2) Tujuan ....................................................................... 85 3) Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi 87 4) Kearifan Lingkungan dan Paperless Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi ......................................... 88 ix 5) Keuntungan Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi Manusia ...................................................................... 92 6) Pengelolaan Adminstrasi Akademik Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi .......................................... 93 7) Upaya dari Paperbased ke Paperless ........................... 97 2. Temuan Hasil Penelitian Terdahulu .................................... .. 106 a. Mangen, Bente R, Walgermo, Kolbjorn Bronnick .......... 106 b. Chao, Chiang-nan, Niall Hegarty, Abraham Stefandis ... 107 c. Dwivedi, Sanjay dan Anand Kumar ................................ 109 d. Sri Haryati ....................................................................... 111 e. Agus Efendi ..................................................................... 114 f. Tiwari, Mohit, Seema Syah B. ............................................ 115 Kerangka Berpikir ..................................................................... 140 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 144 A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 144 B. Jenis Penelitian ......................................................................... 144 C. Subyek Penelitian ..................................................................... 145 D. Sumber Data .............................................................................. 147 E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 148 F. Teknik Analisis Data ................................................................. 153 G. Pengecekan Keabsahan Data ..................................................... 157 H. Teknik Analisis Data ................................................................. 149 BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ................................................ A. Hasil Penelitian ...................................................................... 161 161 x B. Pembahasan ............................................................................. 230 BAB V PENUTUP ..................................................................................... 233 A. Kesimpulan .............................................................................. 233 B. Saran ......................................................................................... 234 C. Rekomendasi ............................................................................. 235 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 236 LAMPIRAN xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt menyatakan dalam Al-Quran yang suci Q.S al-Baqarah: 284 bahwa seluruh alam semesta adalah milikNya. Manusia diberi izin tinggal di dalamnya untuk se mentara dalam rangka memenuhi tujuan yang direncanakan dan ditetapkan Allah Swt. Hal ini berarti, alam bukanlah milik hakiki manusia. Kepemilikan manusia hanyalah amanat, titipan, pinjaman yang pada saatnya harus dikembalikan dalam keadaan seperti semula, bahkan manusia yang baik akan mengembalikannya dalam keadaan yang lebih baik dari ketika menerimanya (Muhammad dalam Mangunjaya, Heriyanto, dan Gholami 2007: 4). Bumi tempat manusia tinggal telah diciptakan oleh Allah Swt dengan sempurna dan seimbang untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kesempurnaan dan keseimbangan tersebut harus dijaga oleh seluruh manusia tanpa kecuali untuk keberlanjutan bagi generasi yang akan datang. Bumi sebagai tempat hidup bagi berbagai macam makhluk hidup dan matahari sebagai salah satu sumber energi bagi kehidupan yang dilengkapi dengan kekayaan sumber daya. Mangunjaya (2006: 283) menerangjelaskan bahwa bumi seperti halnya makhluk hidup, sangat sensitif atas perlakukan yang tidak seimbang. Bumi bisa jatuh sakit apabila ada organ atau sistem yang telah berjalan atas kodrat atau fitrahnya terganggu. Bumi memiliki keterbatasan tertentu, yang berarti bumi adalah suatu sistem terbatas apabila 1 dilanggar dan diperlakukan melebihi kapasitasnya akan mengakibatkan ketidakseimbangan yang merugikan umat manusia. Secara ekologis, lingkungan hidup dipandang sebagai satu sistem yang terdiri dari subsistem. Manusia sebagai bagian penting dalam sistem ekologi merupakan kesatuan terpadu dengan lingkungannya dan yang memiliki jalinan hubungan fungsional yang sangat kuat. Hubungan fungsional antara manusia dan lingkungan terdapat saling ketergantungan dan saling pengaruh yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekosistem secara keseluruhan. Budiharjo (2002: 27) memberikan karakter kepada manusia berdasarkan pada asal kata bahasa Arab, insan yang memiliki sifat bisa diatur atau jinak, ingin senang, lupa dan selalu ingin bergerak maju atau dinamis agar hidupnya harmonis, selaras, dan serasi. Untuk mencapai keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antar subsistem dalam ekosistem diperlukan sistem pengelolaan secara terpadu. Sebagai suatu ekosistem, lingkungan hidup mempunyai aspek sosial, budaya, ekonomi dan geografi dengan corak ragam dan daya dukung yang berbeda yang lebih menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi untuk mengejar kesejahteran rakyat sering mendatangkan permasalahan di bidang lingkungan. Permasalahan lingkungan ini biasanya bersumber pada dorongan untuk memanfaatan secara terus menerus dan belebihan sumber daya alam tanpa memperhatikan daya dukung sumber daya alam tersebut dan dampak yang akan terjadi. Manusia sebagai poros paling penting dari persoalan ekologi memiliki model hubungan yang saling mempengaruhi saling dipengaruhi. Mufid (2010: 84) memberikan pendapat 2 bahwa manusia merupakan tema sentral dalam ekologi manusia. Manusia memiliki posisi imanen dalam konteks ekologi, yaitu menyatu dengan alam. Manusia berfikir secara antroposentris, alam semesta lebih dilihat sebagai obyek untuk memenuhi kebutuhan manusia dan makhluk hidup lain daripada ekosentrisme. Ekosentrisme menilai alam semesta merupakan pusat kehidupan manusia dan bagian dari alam ini yang harus dijaga akan kelestariannya. Manusia memiliki berbagai kepentingan terhadap alam baik yang menyangkut aspek fisik, psikologis, ekonomis, politis, spiritual, maupun sosial. Kepentingan tersebut tidak lepas dari pemanfaatan kekayaan alam. Kepentingan terhadap kekayaan alam tersebut tidak sekadar memanfaatkan, tetapi justru membuat desteriorasi lingkungan. Lingkungan hidup mengalami degradasi kualitas lingkungan baik fisik, sosial maupun buatan. Degradasi lingkungan hampir merata di pelbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Degradasi lingkungan dapat mengancam keberlanjutan fungsi lingkungan hidup. Kondisi lingkungan yang demikian disebabkan pola pembangunan dan perilaku manusia yang mengabaikan prinsip-prinsip dasar lingkungan. Pembangunan yang berlangsung cenderung tidak memperhatikan keberlanjutan pembangunan secara sustainable. Semangat eksploitasi sumber daya alam untuk pembangunan dan memenuhi kebutuhan manusia tanpa memperhatikan kemampuan alam untuk memenuhi dan mengembalikan fungsi lingkungan seperti sedia kala. Bumi dan kekayaan yang terkandung di dalamnya seakan menjadi milik manusia untuk dapat memberikan fungsinya kepada manusia secara terus menerus. Keberlanjutan 3 fungsi alam dan lingkungan hidup tersebut bagi manusia konsekuensinya harus dijaga dan dimanfaatkan dengan bijak. Manusia dan alam harus dibina hubungannya secara harmonis, sehingga keduanya dapat memberikan hubungan timbal balik yang serasi. Manusia dalam pengertian ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari alam dalam proses ekosistemnya. Manusia dipersiapkan untuk menjadi pelestari lingkungan hidup dan bukan sebagai perusak lingkungan. Sudarsono (2008: 25) mengemukakan pendapat bahwa sebenarnya manusia itu bukanlah perusak mutlak jika manusia mengerti prinsip-prinsip ekologi dalam memanfaatkan sumber daya alam. Interaksi manusia dengan alam memiliki variasi antara lain mengelola, memanfaatkan, dan melestarikan, serta merusak kelestarian lingkungan. Pada posisi ini, sesuai dengan model interaksinya manusia dapat memerankan secara ganda, di samping memberikan peluang juga ancaman terhadap kelestarian fungsi lingkungan. Ancaman bagi lingkungan adalah tipisnya sense of ecology yang dimiliki oleh masyarakat pada semua kalangan, masyarakat tidak memiliki kesadaran yang memadai tentang permasalahan lingkungan (Absori, 2000: 21). Masyarakat pada kelompok tertentu menilai kerusakan lingkungan dan pelestarian lingkungan menjadi tanggung jawab pemerintah, berbeda dengan konsep yang dituangkan oleh Petkova et.al (2002: 11) bahwa Environmental issues are best handled with participation of all concerned citizens, at the relevant level. At the national level, each individual shall have appropriate access to information concerning the environment that is held by public authorities, including information hazardous material and activities in their communities, and the opportunity to participate in decisionmaking processes. State shall facilitate and encourage public awareness and 4 participation by making information widely available. Effective access to judicial and administrative proceedings,including redress and remedy, shall be provided. Selebihnya, dijelaskan pada public participation in practice ada 3 (tiga) level yaitu nasional, lokal, dan project level oleh Petkova et.al (2002: 75) disebutkan bahwa This analysis of how public participation operates in practice conciders decision making at three levels: nasional, state or local, and project level. For each decision-making cases. The analysis begins with decision-making at the national level, proceeded to regional or local decisionmaking, and conclude with an assesment of public participation in decicions made at the project level. Hubungan partisipatif antara pemerintah dengan masyarakat menjadi pasangan yang dipersyaratkan untuk kebangunan prinsip ecological awareness. Gobinath (2010: 18) bahwa educational institutions should also be focused with industries to preserve our natural resources and methods are to be developed to improve their environmental performance. Kasperson (2002: 91) co-operation between government and civil society has become an established principle in the environment, at least private. Prinsip interaksi manusia dengan lingkungan diupayakan untuk meningkatkan kualitas manusia itu sendiri, melestarikan vitalitas dan keanekaragaman bumi agar pembangunan dapat berlanjut, meminimalisir penciutan sumberdaya alam, mengubah kelangkaan menjadi kemelimpahan, dan berorientasi pada sustainable terhadap daya dukung alam dan lingkungan. Harapannya, kelestarian lingkungan dapat dijamin demi kelangsungan hidup 5 secara baik bagi manusia di masa yang akan datang. Kenyataan yang tampak dan dirasakan saat ini, manusia memanfaatkan sumberdaya alam secara tidak arif, sehingga lingkungan mengalami kerusakan yang berkelanjutan (Sukandarrumidi dalam Wardhana, 2010: xiv). Fadjar (2005: 297) mendiskripsikan bahwa kerusakan alam dan lingkungan hidup yang lebih dahsyat bukanlah disebabkan oleh proses penuaan alam itu sendiri, tetapi justru diakibatkan oleh tangan-tangan yang selalu berdalih memanfaatkannya, yang sesungguhnya adalah mengeksploitasi tanpa memperdulikan adanya kerusakan lingkungan. Anshoriy (2008: 25) menyatakan bahwa sebenarnya manusia bukan perusak mutlak jika manusia mengerti akan prinsip-prinsip ekologi dalam memanfaatkan sumber daya alam. Dengan demikian, perilaku manusia dinyatakan secara khusus sebagai unsur penting yang mempengaruhi kualitas sumber daya alam yang mendukung kesejahteraan manusia itu sendiri (Soerjani, 1996: 13). Mangunjaya (2008: 76) memaparkan tentang manusia dan kerusakan lingkungan sebagai berikut manusia kaya atau miskin menjadi tertuduh atas penyebab kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Apa yang bisa dilakukan? Saat ini target yang bisa dilakukan para pembela lingkungan adalah bagaimana sesegera mungkin orang dapat mengubah pola gaya hidup dan perilakunya. Faktor yang dapat menentukan perubahan perilaku manusia baik individual maupun kolektif antara lain nilai-nilai moral dan budaya yang di dalamnya termasuk nilai-nilai keagamaan yang mengkristal, pendidikan yang diharapkan mampu meningkatkan kepasitas seseorang baik individu maupun kolektif dalam menyikapi dan mengubah diri untuk mendukung gaya 6 hidup yang lebih ramah lingkungan, perundang-undangan atau aturan dan tata kerja yang jelas. Manusia memposisikan hutan sebagai lahan untuk mencari nafkah hidup sejak zaman nenek moyang. Sejak itu pula telah ada kearifan lokal manusia untuk melindungi dan melestarikan hutan dan lingkungannya sehingga hutan tetap menjadi primadona penopang kehidupan manusia pada zamannya. Hutan diketahui memiliki manfaat yang langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan manusia. Manfaat langsung antara lain sebagai sumber bahan pangan, sumber protein, sumber pendukung fasilitas pendidikan, sumber bahan bakar, sumber oksigen, sumber pendapatan, sumber obat-abatan, habitat satwa. Kerusakan hutan atau istilahnya "disturbance" ganguan-gangguan dalam intensitas yang terbatas memberikan dampat posistif terhadap pertumbuhan semai-semai dan regenerasi di dalam hutan. Semua ini terjadi agar keseimbangan ekosistem dalam hutan dapat terjadi melalui proses alami yang berjalan dengan baik. Namun, apabila intensitas kerusakan hutan itu tinggi melebihi "daya lenting" yang ada, maka akan terjadi deforestasi yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Pendekatan rasionalitas dengan menggunakan sains dan teknologi lebih ditonjolkan tanpa diimbangi dengan sentuhan moral atau etika manakala manusia berhadapan dengan alam semesta. Cara pandang manusia terhadap alam memicu terjadinya bencana ekologi berupa pemanasan global baik tingkat lokal, regional, nasional, bahkan internasional. Menurut Guinnes 7 World Record, Indonesia merupakan negara penghancur hutan tercepat (Sudarsono, 2007: xi). Hutan di Kalimantan dan Riau terbakar/dibakar mencapai ribuan hektar. Menurut Mangunjaya (2008: 61) kerusakan hutan Indonesia antara tahun 2000-2005 mencapai 1,8 Ha hingga 2 juta Ha per tahun. Menurut Qaradhawi, 2002: 332) hutan yang dimusnahkan setiap detiknya di dunia ini mencapai lebih dari 4 Km. Beberapa industri kertas menjadi kehilangan bahan dasar pembuat kertas. Menurut Fariz (7 April 2010 dalam Kompas) disebutkan bahwa semakin banyak kertas yang dipakai, maka semakin banyak pula kayu yang ditebang. Apabila semakin banyak hutan yang digunduli, maka kerusakan lingkungan seperti ini akan berakibat pada perubahan iklim. Misalnya efek rumah kaca, yang ada kaitannya dengan kurangnya penyerapan karbondioksida akibat jumlah pohon yang makin sedikit. Efek rumah kaca akan meningkatkan suhu bumi, lalu berimbas pada banyaknya gejala cuaca yang aneh seperti El Nino, La Nina, mencairnya es di kutub dan lain-lain. Produksi kertas pun menjadi menurun atau paling tidak Indonesia kembali menjadi importir kayu sebagai bahan dasar industri kertas untuk memenuhi kebutuhan manusia pada berbagai lapisan masyarakat dengan berbagai keperluan. Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya alami yang mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang 8 digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet. Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis-menulis yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini dapat dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada naskah naskah nusantara beberapa abad lampau (wikipedia bahasa Indonesia. Diakses 4 September 2014). Kertas yang sering digunakan itu umumnya terbuat dari kayu atau lebih tepatnya dari serat kayu yang dicampur dengan bahan-bahan kimia sebagai pengisi dan penguat kertas. Kayu yang digunakan di Indonesia umumnya jenis Akasia. Kayu jenis ini berserat pendek sehingga kertas menjadi rapuh. Hutan merupakan penghasil kayu yang diandalkan selama ini. Kebakaran hutan yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia menyisakan ruang sejarah yang sangat fenomenal. Mangunjaya (2006: 102) memberikan informasi bahwa ketika hutan menjadi gundul, upaya mengembalikan hutan ternyata membutuhkan biaya yang sangat mahal. Mengembalikan hutan dengan program dana reboisasi pun terbukti gagal. Program-program untuk mengembalikan hutan dengan reboisasi selalu dilaporkan tidak enak didengar. Proyek-proyek pengganti untuk menstabilkan produksi kayu pun gagal dilakukan. Pemerintah perlu strategi yang terintegrasi dan komprehensif untuk bisa mempertahankan hutan sebagai penghasil kayu agar kebutuhan kertas dapat terpenuhi. Kegagalan pemerintah untuk mempertahankan konservasi hutan menjadikan perlu upaya 9 lain agar tujuan utama pencatatan dan pencetakan dapat diperoleh. Teknologi informasi dan komunikasi perlu digalakkan sebagai bagaian dari penyelesaian paperbased yang menjadi primadona masyarakat selama ini. Masyarakat menilai isu konsumsi kertas untuk berbagai kepentingan sebagai salah satu perusak lingkungan dianggap berlebihan. Alasan yang dapat dikemukakan saat ini, pilihan-pilihan sedang dihadapkan pada masyarakat adalah bagaimana masyarakat dapat bersikap bijaksana untuk mengatasi masalah kelangkaan kayu sebagai bahan dasar kertas. Penanaman pohon kembali atau reboisasi menunjukkan kegagalan yang berulang. Seruan penghematan penggunaan kertas tidak henti-hentinya dilakukan oleh berbagai kalangan, baik dari unsur pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat. Peralihan teknologi media informasi dari media cetak ke media digital dan elektronik masih belum bisa diterima secara keseluruhan oleh berbagai pihak. Seruan menggunakan kembali kertas (reuse) hingga mendaur ulang kertas belum dapat menyentuh hati masyarakat pada berbagai lapisan. Program paperless yang sudah dilakukan pada berbagai PT di luar negeri telah disosialisasikan keuntungan yang dapat dipetik, namun beberapa PT masih mempertahankan paperbased sebagai salah satu fasilitas utama. Kertas merupakan sarana yang dibutuhkan berbagai lapisan masyarakat, termasuk mahasiswa di Perguruan Tinggi. Mahasiswa di perguruan tinggi memiliki ketergantungan pada kertas yang cukup signifikan. Budaya ketergantungan terhadap kertas masih diakomodir dalam berbagai aktivitas administrasi untuk mahasiswa maupun dalam proses pendidikan di kelas 10 maupun di luar kelas, termasuk juga dalam kegiatan organisasi mahasiswa. Kendati sebagian sudah dirancang menggunakan sistem online, penggunaan kertas terbukti tidak dapat dihindarkan. Mahasiswa sebenarnya sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan sistim informasi, komunikasi, dan teknologi (information, communication, and technology). Mahasiswa dikondisikan oleh lingkungan untuk menggunakan sistem tersebut, tetapi data yang tersimpan dalam sistem elektronik tidak mampu menggeser kebutuhan cetakan data di atas kertas untuk berbagai kepentingan secara signifikan. Demikian juga budaya akademik di STAIN Salatiga. Kertas masih menjadi kebutuhan fundamental dalam proses perkuliahan di kelas, administrasi akademik, penugasan, ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian komprehensif, pembekalan praktek profesi keguruan, pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN), bimbingan akademik, dan bimbingan skripsi. Demikian halnya pada kegiatan unit kemahasiswaan, kertas masih menjadi raja untuk mengiring-iringi kegiatan mahasiswa di kampus. Tidak dapat disangkal, kebutuhan mahasiswa terhadap kertas untuk tugas-tugas akademik memiliki cukup bukti dalam menambah kebutuhan kertas yang harus dipenuhi. Teknologi informasi dan komunikasi sebenarnya sudah cukup memberikan solusi. Mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan tidak perlu lagi menggunakan foto kopi materi perkuliahan tetapi cukup dengan soft copy materi perkuliahan atau menggunakan buku referensi yang digunakan. Mahasiswa tidak perlu melakukan foto kopi materi ujian komprehensif, tetapi cukup mengunduh pada website unit penjamin mutu akademik. Mahasiswa 11 tidak perlu mendapatkan materi pembekalan praktek profesi keguruan, tetapi cukup mengunduh pada website unit PPP (sekarang unit praktikum). Mahasiswa tidak perlu memfotokopi materi pembekalan KKN, tetapi cukup mengunduh pada website unit Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) untuk disimpan di laptop/flashdisk masing-masing kapan saja membutuhkan. Mahasiswa tidak perlu menerima lembaran hasil studi semesteran dari dosen pembimbing akademik. Sistem computerize dapat membantu mahasiswa mendapatkan informasi hasil studi semesteran dengan mencatat/mengunduh pada anjungan akademik secara on line. Mahasiswa tidak perlu mencetak draft proposal dan/atau skripsi selama proses bimbingan, tetapi cukup menggunakan lap top, email, soft copy, mencetak pada kertas bekas bimbingan sebelumnya atau menggunakan kertas secara bolak-balik dengan model cetakan buku. Skripsi yang dikumpulkan di perpustakaan tidak perlu dalam bentuk skripsi layaknya diterapkan sekarang ini, cukup mengumpulkan abstrak atau mengumpulkan skripsi dalam bentuk CD. Hal ini dapat mengurangi jumlah skripsi yang harus menumpuk di gedung perpustakaan yang akan menambah beban berat bangunan di perpustakaan STAIN Salatiga, mengingat laporan penelitian dalam bentuk skripsi disimpan di lantai 3 perpustakaan ini. Perpustakaan di berbagai perguruan tinggi juga sudah mengimplementasikan program paperless berupa program e-books dan ejournal. Perilaku pemanfaatan fasilitas yang berorientasi untuk mengurangi penggunaan kertas merupakan bagian dari kearifan lingkungan yang 12 ditunjukkan oleh mahasiswa sebagai bagian dari budaya akademik mahasiswa. Menurut Sjafri S. Sairin dalam Sudarsono (2007: 175) kearifan lokal tidak dapat dipisahkan dari kebudyaan masyarakat pemilik kebudayaan tersebut. Kearifan lokal seringkali tidak berlaku secara universal, hal ini karena kearifan lokal itu merupakan bagian yang menyatu dalam budaya masyarakat lokal yaitu nilai-nilai yang berakar dari sebuah sistem pengetahuan milik bersama secara kolektif yang berfungsi sebagai blue print bagi sikap dan perilaku anggota masyarakat lokal pendukung sistem itu. Mahasiswa STAIN Salatiga belum memiliki arti dan makna kearifan lingkungan dalam menggunakan kertas, upaya yang perlu dilakukan mahasiswa dalam mewujudkan kearifan lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi, mahasiswa masih terbelenggu dengan hambatan pada sistem administrasi, unit kelembagaan akademik, dan style dosen dalam melaksanakan perkuliahan, penugasan dari dosen, bimbingan akademik, dan bimbingan skripsi. Mahasiswa pada satu sisi belum menemukan faktor pendukung untuk melakukan paperless pada setiap proses perkuliahan dan tugas-tugas akademik lainnya. Mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan unit kemahasiswaan juga belum menemukan cara untuk berperilaku paperless dan menggunakan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi dalam perjalanan perkuliahan pada STAIN Salatiga. Mahasiswa dalam mengikuti dan melaksanakan program perkuliahan semua pada paperbased yang tidak dapat dihindari. Di samping itu, mahasiswa seringkali dalam menggunakan kertas tidak optimal, bahkan 13 sering terjadi pemborosan penggunaan kertas karena kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Mahasiswa dapat melakukan penyempurnaan naskah dan melakukan pengecekan naskah secara teliti sebelum dilakukan pencetakan kesalahan-kesalahan sepele yang dilakukan mahasiswa pada akhirnya dilakukan pencetakan ulang dalam jumlah yang fantastis. Hal ini menunjukkan telah terjadi inefisiensi sumber daya dalam proses belajar mengajar dan sistem administrasi bagi mahasiswa, serta dalam kegiatan unit kemahasiswaan di STAIN Salatiga. Runnels (2013: 275) berpendapat A paperless classroom, when all materials required to complete a class are available in an electronic form, has been shown to have positive impacts on student and teacher motivation, engagement, productivity, and efficiency. Hal ini dipertegas oleh Shah dan Tiwari (2010: 177) bahwa The paperless office is an ideal situation for all managerial aspects in any organization. Several studies have been conducted in this field and none concluded that there is a possibility of any organization to become fully paperless. Berdasarkan hal tersebut diperlukan kearifan lingkungan yang dimiliki oleh mahasiswa agar dapat meminimalisir penggunaan kertas (reduce) atau menggunakan kertas dengan sistem recycling atau reuse. Mahasiswa yang memiliki kecerdasan dan pengalaman yang memadai sekiranya dapat memahami makna kearifan lingkungan dan makna paperless bagi dirinya, keluarga, lembaga, dan negaranya, karena meminimalisir penggunaan kertas dapat meminimalisir anggaran bagi mahasiswa itu sendiri, lembaga, dan negara yang tidak sedikit. Menurut (Daniel, 2009: 94) penghematan kertas 14 berarti pula menghemat penebangan pohon sebagai bahan dasar penghasil kertas. Paperless perlu dilakukan sebagai bukti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sampai di tangan mahasiswa. Keuntungan secara normatif juga sudah dapat dipahami oleh sivitas akademika, khususnya mahasiswa. Namun, gejala dan gerakan yang mengarah pada paperless action dan menuju pada penerapan teknologi informasi dan komunikasi bagai mahasiswa STAIN Salatiga tidak kunjung memberikan bukti. Nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan juga sudah dibentangkan pada materi perkuliahan, namun paperbased tidak dapat ditinggalkan. Ada berbagai alasan yang dapat dikemukakan oleh mahasiswa pada pemaknaan kearifan, hambatan yang tidak dapaat diurai oleh mahasiswa STAIN Salatiga atau terdapat variabel lain yang mengganggu pada implementasi paperless bagi mahasiswa pada proses pembelajaran, penugasan, ujian, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti berkeinginan untuk menemukan problematika, memotret lebih dekat permasalahan yang ada, dan solusi yang dapat ditawarkan untuk mahasiswa STAIN Salatiga agar memiliki kearifan lingkungan dalam meminimalisir penggunaan kertas (paperless) berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Jika penelitian ini tidak segera dilakukan dikhawatirkan dapat membentuk karakter mahasiswa yang tidak mau peduli terhadap lingkungan. Ketidakpedulian mahasiswa dapat memberikan kerugian bagi mahasiswa itu sendiri dan bagi negara. Melalui penelitian ini, mahasiswa dapat mengimplementasikan kearifan lingkungan 15 sebagai bagian dari kepedulian terhadap lingkungan dan dapat menikmati keuntungan paperless yang dilakukan. Berdasarkan pada hal tersebut, peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul KEARIFAN LINGKUNGAN MELALUI UPAYA PAPERLESS BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAGI MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN SALATIGA). B. Fokus Masalah Peneliti menyusun fokus masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah bagaimana kearifan lingkungan mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi? Fokus masalah tersebut dapat diperinci ke dalam sejumlah pertanyaan berikut: 1. Apa makna kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga? 2. Apa upaya mahasiswa STAIN Salatiga dalam mewujudkan kearifan lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi? 3. Apa faktor pendukung kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi? 4. Apa faktor penghambat kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi? 16 5. Bagaimana mahasiswa STAIN Salatiga mengatasi hambatan untuk melakukan paperless dalam rangka menunjukkan kearifan terhadap lingkungan?. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki serangkaian tujuan yang hendak diperoleh dalam penelitian, antara lain untuk mengetahui: 1. Makna kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi; 2. Upaya mahasiswa lingkungan melalui STAIN Salatiga dalam paperless berbasis mewujudkan kearifan teknologi informasi dan komunikasi; 3. Faktor pendukung kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi; 4. Faktor penghambat kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi inforamasi dan komunikasi; 5. Upaya mahasiswa STAIN Salatiga dalam mengatasi hambatan untuk melakukan paperless dalam rangka menunjukkan kearifan terhadap lingkungan. D. Manfaat Penelitian 1. Teoretis Peneltian ini dapat menambah khasanah dunia pustaka di bidang lingkungan hidup secara khusus tentang paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Penelian ini juga dapat melengkapi khasanah 17 disiplin keilmuan yang ada di STAIN Salatiga yang sebagian besar di luar kajian tentang lingkungan hidup. Penelitian ini dapat memenuhi keinginan sivitas akademika STAIN Salatiga untuk memperoleh informasi tentang penelitian di bidang ilmu lingkungan. 2. Praktis a. Mahasiswa 1) Mahasiswa STAIN Salatiga dapat mengetahui pentingnya makna kearifan lingkungan sebagai bagian upaya mengatasi permasalahan lingkungan yang semakin kompleks. 2) Mahasiwa STAIN Salatiga dapat mengimplementasikan kearifan lingkungan melalui kegiatan paperless dan berorientasi pada penggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran, penugasan, ujian mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi. 3) Mahasiswa STAIN Salatiga dapat mengatasi hambatan yang ditimbulkan dari penerpan paperless dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam dalam kegiatan pembelajaran, penugasan, ujian mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi. b. STAIN Salatiga Signifikansi penelitian ini bagi STAIN Salatiga memuat dua esensi penting yaitu sebagai agenda perencanaan bagi pengembangan 18 STAIN Salatiga menjadi IAIN Salatiga dan pentingnya pada permasalahan yang akan diteliti. 1) STAIN Salatiga dapat membangun bidang sosial sebagai bagian yang dapat melengkapi bidang garapan utama melalui kebijakan kelembagaan yang peduli terhadap persoalan-persoalan regional, nasional dan internasional di bidang lingkungan hidup. Ketanggapsegeraan terhadap permasalahan tersebut diperlukan penelitian yang mengacu pada peningkatan pembangunan karakter mahasiswa sebagai bagian dari sivitas akademika STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbais teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran, penugasan, ujian mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi bagi mahasiswa STAIN Salatiga. 2) Memperkuat kebijakan pengembangan lembaga dalam rencana alih status menjadi IAIN/UIN pada masa mendatang yang bercirikan pada kampus berkearifan lingkungan. Harapan yang diinginkan dapat menjadi kampus percontohan atau rujukan studi Islam Indonesia melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran, penugasan, ujian mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi bagi mahasiswa STAIN Salatiga. 19 c. Peneliti 1) Peneliti sebagai bagian dari sivitas akademika STAIN Salatiga dapat memperoleh informasi yang akurat terhadap pemaknaan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga untuk mendorong upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran, penugasan, ujian mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi. 2) Peneliti dapat mengetahui hambatan yang dimiliki oleh mahasiswa STAIN Salatiga dalam melakukan upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran, penugasan, ujian mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi selanjutnya dapat memberikan sumbang pemikiran untuk mengatasi hambatan yang dimiliki mahasiswa STAIN Salatiga. 3) Peneliti dapat menemukan keyword baru pada penelitian yang dilakukan yang dapat digunakan sebagai topik penelitian yang perlu dilakukan pada waktu yang akan datang. 20 BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori memuat tinjauan pustaka dan kerangka berfikir. Tinjauan pustaka meliputi kajian teori dan temuan hasil penelitian terdahulu. Sistematika tersebut dipaparkan secara runtut dalam laporan penelitian ini. A. Tinjauan Pustaka 1. Kajian Teori a. Kearifan Lingkungan 1) Pengertian Kearifan sebagai seperangkat pengetahuan dikembangkan oleh suatu kelompok masyarakat setempat (komunitas) yang terhimpun dari pengalaman panjang untuk menggeluti lingkungan alam. Ikatan atau hubungan keduanya saling menguntungkan kedua belah pihak (manusia dan lingkungan) secara berkelanjutan dan dengan ritme yang harmonis. Kearifan (wisdom) dapat disepadankan maknanya dengan pengetahuan, kecerdikan, kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan penyelesaian atau penanggulangan suatu masalah atau serangkaian masalah yang relatif pelik dan rumit. Sudharto P.Hadi dalam Sudarsono, (2007a: 164) mengemukakan kearifan lingkungan atau environmental wisdom merupakan suatu tata nilai yang memberikan pedoman kepada 21 warga masyarakat dalam bertindak dan bertingkah laku dalam hubungannya dengan lingkungan. Tata nilai dimaksud mengajarkan untuk hidup harmonis dengan lingkumgan. Kearifan lingkungan dimaksudkan sebagai aktivitas dan proses berpikir, bertindak dan bersikap secara arif dan bijaksana dalam mengamati, memanfaatkan, dan mengolah alam sebagai suatu lingkungan hidup dan kehidupan umat manusia secara timbal balik. Pengetahuan masyarakat yang memiliki kearifan ekologis itu dikembangkan, dipahami dan secara turun-temurun diterapkan sebagai pedoman dalam mengelola lingkungan terutama dalam mengolah sumber daya alam. Pengelolaan lingkungan secara arif dan berkesinambungan itu dikembangkan mengingat pentingnya fungsi sosial lingkungan untuk menjamin kelangsungan hidup masyarakat. Kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti setempat, sedangkan wisdom dapat berarti kebijaksanaan. Secara umum, local wisdom (kearifan/kebijaksanaan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal sebagai gagasan konseptual hidup dan berkembang dalam masyarakat secara terus-menerus dalam kesadaran masyarakat serta berfungsi dalam mengatur kehidupan 22 masyarakat. Kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat memiliki ciri yang spesifik, terkait dengan pengelolaan lingkungan sebagai kearifan lingkungan. Sudarsono (2007b: 46) menuliskan ketika kearifan nenek moyang berlaku, maka tanah bumi dipandang sebagai ibu dan dijuluki tanah air sebagai Ibu Pertiwi, sehingga ada rasa dan sikap kasih pada tanah, air, hutan, fauna-flora, dan alam semesta. Alam diperlakukan bagaikan bidadari puteri yang cantik, halus, lembut, berkembanglah perilaku menghormati alam. Kearifan lingkungan (ecological wisdom) sebagai pengetahuan yang diperoleh dari abstraksi pengalaman adaptasi aktif terhadap lingkungannya yang khas. Pengetahuan tersebut diwujudkan dalam bentuk ide, aktivitas, dan peralatan. Kearifan lingkungan yang diwujudkan ke dalam tiga bentuk tersebut dipahami, dikembangkan, dipedomani dan diwariskan secara turun-temurun oleh komunitas pendukungnya. Kearifan lingkungan diharapkan dapat dipahami, dikembangkan, dipedomani dan diwariskan secara terus menerus oleh mahasiswa dalam mengimplementasikan paperless dan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. 23 Definisi dan implikasi kearifan lingkungan dapat ditampilkan dalam bagan 2.1 berikut: Kearifan lingkungan (local wisdom) Widom/ Kearifan Local/tempat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya aktivitas ide dipahami dikembangkan peralatan dipedomani Menjaga lingkungan Paperless dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi bagi mahasiswa Gb. 2.1 Definisi dan Implikasi Kearifan Lingkungan 2) Makna Kearifan Lingkungan Sudarsono (2007a: 91) berpendapat ‘makna kearifan lingkungan adalah penyesuaian dengan sifat alami lingkungan, yaitu penyesuaian manusia untuk sederhana dan harmonis dengan 24 alam. Kearifan lingkungan berarti sifat penyesuaian manusia sesuai dengan budayanya agar dapat diterima lingkungan dalam rangka melestarikan lingkungan, dan bukan hanya sekadar untuk mengambil keuntungan belaka. Sukandarrumidi (2010: 23) berpendapat manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling cerdik, kadang-kadang lupa melestarikan alam. Manusia ingin mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dari alam. Susilo (2009: 44) berpendapat lingkungan memiliki sifat yang relatif. Hal ini memberi arti bahwa pada saat tertentu lingkungan berperan penting dalam menjelaskan kecocokannya dengan budaya tertentu, tetapi pada suatu sisi lain lingkungan tidak cocok dengan budaya tertentu itu. Makna kearifan lingkungan bagi Asdiqoh (2011: 9) terdapat 4 (empat) hal, yaitu membina, melestarikan, mencegah, dan membimbing. Pertama, membina hubungan keselarasan antara manusia dengan lingkungan. Kedua, melestarikan berarti melestarikan sumber-sumber alam agar dapat dimanfaatkan terus menerus dari generasi ke generasi. Ketiga, mencegah berarti mencegah kemerosotaan mutu lingkungan dan meningkatkannya sehingga dapat menaikkan kualitas hidup manusia. Keempat, membimbing berarti membimbing manusia dari posisi perusak lingkungan menjadi pembina lingkungan. Makna kepedulian menurut Nata dalam Susilowati (2002: 64) sebagai produk 25 moralitas yang dimiliki manusia memiliki 5 (lima) karakteristik yaitu perbuatan yang mendarah daging sebagai identitas bagi orang yang melakukan; mudah, gampang, serta tanpa memerlukan pikiran lagi untuk melaksanakannya; dilakukan atas kemauan sendiri dan pilihan sendiri, bukan karena paksaan dari luar; dilakukan dengan sebenarnya bukan berpura-pura, sandiwara atau tipuan; perbuatan tersebut atas dasar niat semata-mata karena Allah Swt. Memberikan makna terhadap sebuah obyek perlu dibantu dengan sebuah modifikasi untuk digunakan sebagai langkah implementatif. Erawati (2002: 129) 7 (tujuh) hal yang perlu dimodifikasi untuk membangun makna dalam perilaku seseorang. 7 (tujuh) hal itu antara lain perilaku yang dilakukan secara sengaja, mengubah sasaran, menimbulkan perilaku baru yang diinginkan, cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, sasaran perilaku yang dapat diubah karena batas-batas tertentu, pendekatan yang bersifat simptomatis yaitu hanya perilaku yang menampakkan gejala secara nyata yang menjadi sasaran modifikasi perilaku, analisis mengenai asal-usul perilaku sasaran serta konteks di mana individu hidup, dipakai sebagai catatan penting yang digunakan untuk memiliki sebuah prosedur yang paling efektif. Kearifan lingkungan melalui paperless bagi mahasiswa artinya, mahasiswa dapat menyesuaikan dengan sifat alami lingkungan akan keterbatasan sumberdaya hutan sebagai bahan 26 dasar kertas untuk peduli terhadap lingkungan. Kepedulian lingkungan bagi mahasiswa terhadap permasalahan tersebut diharapkan mahasiswa mampu menggerakkan dirinya secara arif untuk melakukan reduce, recycling, dan reuse terhadap penggunaan kertas berbasis teknologi informasi dan komunikasi pada kegiatan akademik mahasiswa di kampus dan/atau melakukan kegiatan organisasi di mampus serta melakukan kegiatan nyata berupa penanaman pohon atau usaha memelihara pohon bersama masyarakat melalui kegiatan pengabdian masyarakat di bawah inisiasi P3M STAIN Salatiga. Makna kearifan Lingkungan dan Implikasinya dapat ditampilkan dalam gambar 2.2 Makna Kearifan dan Implikasi penyesuaian dengan sifat alami lingkungan Membina Melestarikan Mencegah Membimbing mahasiswa dapat menyesuaikan dengan sifat alami lingkungan reduce recycling reuse Gb. 2.2 Makna Kearifan dan Implikasi 27 3) Fungsi Kearifan Lingkungan Fungsi kearifan lingkungan antara lain sebagai bagian dari upaya untuk melakukan beberapa hal, antara lain: 1) Konservasi dan pelestarian sumberdaya alam; 2) Pengembangan sumberdaya manusia; 3) Pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan 4) Petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan. 5) Sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat. 6) Bermakna etika dan moral, misal yang terwujud dalam upacara Ngabendan penyucian roh leluhur. 7) Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client. Penjelasan fungsi-fungsi kearifan lokal mulai dari yang sifatnya teologis sampai pragmatis dan teknis dapat diterima secara normatif dan tidak bertentangan dengan makna kaidah ilmiah. Salah satu contoh kearifan lingkungan yang digali dari kearifan lokal pada upaya pelestarian sumber air adalah kepercayaan pada sumber air yang terdapat pohon rindang dan besar. Konsep “pamali” atau (bahasa. Jawa oraelok: tidak baik) kencing di bawah pohon besar di bawahnya terdapat sumber air merupakan perilaku masyarakat tradisional untuk memagari perbuatan anak-cucu agar tidak merusak fungsi lingkungan alam. Kearifan lokal sebagai kearifan lingkungan saat ini sangat penting demi keharmonisan 28 lingkungan untuk kelangsungan hidup berkelanjutan tanpa harus mengorbankan rasionalitas ilmu pengetahuan melebur dalam keyakinan tradisional secara mutlak, melainkan mengutamakan azas manfaat dan kewajaran. Kearifan lingkungan yang ditunjukkan pada pelaksanaan paperless diharapkan sebagai bagian untuk melaksanakan serangkaian kegiatan yang berfungsi pada beberapa komponen. Komponen tersebut antara lain konservasi dan pelestarian sumberdaya alam; pengembangan sumberdaya manusia; pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan; petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan; sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat; bermakna etika dan moral, misal yang terwujud dalam upacara Ngabendan penyucian roh leluhur; bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client. Kegiatan-keegiatan di masyarakat yang bermaksud untuk melindungi liingkungan sebagai bukti kearifan terhadap lingkungan terkadang juga menimbulkan permasalahan terhadap lingkungan juga. Sebagai contoh kegiatan masyarakat berupa sedekah bumi dengan berbagai kegiatan baik di darat dan di lautan menyisakan permasalahan terhadap lingkungan, antara lain dengan menggunungnya sampah akibat akitivitas manusia pada kegiatan tersebut. 29 Fungsi kearifan lingkungan dapat dapat ditampilkan dalam gambar 2.3 Fungsi Kearifan Lingkungan Bermakna politik Bermakna etika dan moral sastra, Sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat Petuah, kepercayaan, pantangan. dan Pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan pelestarian Pengembangan sumberdaya manusia dan Konservasi sumberdaya alam; Gb. 2.3 Fungsi Kearifan Lingkungan 4) Prinsip Etika dalam Membangun Kearifan Lingkungan Beatrice Willard dalam Mangunjaya (2006: 283) merumuskan ethics of biospheral survival dalam Growth or ecodisaster bahwa ekologis bumi itu mencakup tujuh macam prinsip etika yang secara bersama-sama harus kita pahami guna mereformasi pemahaman dan perlakukan terhadap alam agar tidak menyalahinya. Prinsip tersebut antara lain lingkungan holistik, keanekaragaman hayati, daur ulang, faktor pembatas, perilaku ekologis, semua ekosistem memiliki kemampuan tertentu, 30 pemulihan dan penstabilan ekosistem. Prinsip tersebut dapat dijabarkan pada keterangan berikut ini: a) Prinsip Lingkungan Holistik Sesuatu akan mempengaruhi sesuatu yang lain baik langsung maupun tidak langsung. Tidak ada satu pun benda di jagad ini yang hidup terpisah, setiap sesuatu berkaitan dengan yang lain. Sekecil apa pun andil manusia dalam memelihara bumi dari perilaku arif terhadap lingkungan akan mempunyai dampak kumulatif. Perilaku mahasiswa yang peduli dengan lingkungan dengan menerapkan paperless sebagai perilaku arif terhadap lingkungan akan mempengaruhi kondisi lainnya secara holistik. b) Keanekaragaman Hayati Sumber-sumber kehidupan di bumi memamerkan berbagai kekayaan morfologis, fisiologi, dan genetis yang hampir tidak terbatas pada dunia hewan dan tumbuhan. Keanekaragaman hayati merupakan warisan yang paling berharga untuk menjamin kekekalan kehidupan di atas bumi. Kearifan lingkungan pada perilaku paperless bagi mahasiswa dinilai dapat menjaga kelestarian tanaman/pohon yang menjadi bahan baku utama dalam pembuatan kertas. 31 c) Daur Ulang Daur ulang sumber-sumber kehidupan yang ada di bumi atau penyebaran kembali sumber-sumber tersebut. Semua ekosistem mendaur ulang limbah, semua materi dimanfaatkan, dibuang dan diambil kembali oleh ekosistem yang lain untuk dimanfaatkan tanpa berhenti dalam siklus yang tidak terbatas. Perilaku arif terhadap lingkungan antara lain dengan melakukan daur ulang bahah-bahan kertas yang tidak dapat digunakan lagi menjadi barang yang berharga. d) Faktor Pembatas Faktor-faktor berfungsinya ekosistem. lingkungan tertentu organisme-organisme Faktor-faktor ini hidup membatasi dalam mendefinisikan semua parameter- parameter yang berlaku dari ekosistem dan organismeorganisme hidup di dalamnya. Sering tidak hanya satu, tetapi banyak sekali faktor fisika dan kimia dalam lingkungan berinteraksi dengan kelompok spesies untuk melukiskan faktorfaktor pembatas dari sistem itu. Prinsip ini dapat dikaitkan dengan sebagian besar sistem kehidupan untuk bereproduksi lebih dari kemampuan pendukung ekosistem itu di mana mereka hidup. Kelangkaan pohon yang menjadi bahan dasar pembuatan kertas menjadikan berfungsinya batas-batas organisme dengan orgnisme yang lain menjadi semakin besar. 32 e) Perilaku Ekologis Kenyataan menunjukkan bahwa kelebihan populasi memastikan bahwa beberapa individu berhasil mempertahankan hidupnya untuk melestarikan spesiesnya, tetapi prinsip ini tidak bertindak bersama untuk menjaga keseimbangan populasi suatu spesies tertentu. Hal ini biasanya tidak mudah dimengerti dan terkadang sulit dipahami akan kenyataan bahwa kita mungkin mengubah keseimbangan dengan suatu tindakan yang nampaknya tidak berbahaya. Penebangan pohon untuk kebutuhan produksi kertas menjadikan keseimbangan alam menjadi terganggu. Tanaman yang biasanya dapat digunakan sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya satu spesies menjadi terganggu. f) Semua Ekosistem Memiliki Kemampuan Tertentu Kemampuan ini seirng diistilahkan sebagai kapasitas pembawa. Perilaku ini mempunyai persamaan dengan sistemsistem rekayasa dan perilaku dalam sebuah organisasi. Organisasi yang memiliki keterbatasan untuk mengatur anggotanya agar dapat terawasi dan berdisiplin, begitu pula ekosistem apabila ekosistem dipaksakan dan dibebani menampung segala persoalan, pasti akan hancur. Kelangkaan tanaman yang sudah digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kertas, lama kelamaan beban tanaman menjadi bertambah atas 33 kelangkaan tanaman yang seharusnya dapat menampung persoalan udara kotor. g) Pemulihan dan Penstabilan Ekosistem Ekosistem telah berkembang dalam jangka panjang dan lama. Dimulai dari sistem yang sederhana selanjutnya menjadi sistem yang lebih rumit, saling terkait dan menjadi seimbang, bersaam dengan proses tersebut, terkait dan saling seimbang. Bersamaan dengan proses tersebut muncul pula proses alam untuk mengontrol kemantapan sistem itu dan melindunginya dari kerusakan yang mungkin disebabkan oleh dan melindunginya dari kerusakan yang mungkin disebabkan oleh kecelakaan seperti kebakaran, tanah longsor. Kondisi ini memerlukan dilakukannya pemulihan untuk memberikan kondisi lingkungan yang dapat memberikan pemenuhan kebutuhan manusia. Tanaman yang telah mengalami kebakaran dan longsor perlu dilakukan reboisasi bagi kepentingan yang lebih jauh untuk memenuhi kebutuhan manusia pada masa yang akan datang. Prinsip lingkungan holistik, keanekaragaman hayati, daur ulang, faktor pembatas, perilaku ekologis, semua ekosistem memiliki kemampuan tertentu, pemulihan dan penstabilan ekosistem dapat dijaga antara lain pada serangkaian upaya 34 paperless dan mengupayakan penggunaan teknologi informasi dan teknologi. Prinsip Etika dalam membangun kearifan lingkungan dapat ditampilkan dalam gambar 2.4 Prinsip Etika dalam Membangun Kearifan Lingkungan ekosistem kemampuan dan Pemulihan penstabilan ekosistem Semua memiliki tertentu Perilaku ekologis Faktor pembatas, Daur ulang Keanekaragaman hayati Lingkungan holistik Gb 2.4 Prinsip Etika dalam Membangun Kearifan Lingkungan 5) Kearifan Tradisional dan Rasional Istilah tradisional dan rasional bersinonim dengan desa kota dan lama dan modern. Budaya tradisional merupakan kebiasaan yang berlaku turun temurun dalam berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Budaya rasional terbentuk dari himpunan gagasan dan inovasi dalam berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Budaya tradisional dan rasional yang pro terhadap lingkungan hidup membentuk kearifan lingkungan hidup (Rohadi, 2011: 221). Ketika masyarakat dalam sebuah masa telah didominasi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengarungi hidup, maka 35 dikatakan masyarakat tersebut telah memasuki peradaban modern. Rasionalitas yang melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi ini menjadi harapan baru di masa yang akan datang. Budaya rasional sesungguhnya dapat menciptakan budaya yang ramah lingkungan. Pemikiran yang memikirkan kelanjutan fungsi lingkungan atau dikenal dengan pembangunan berkelanjutan kini tampak terus dikembangkan untuk memperbaiki lingkungan hidup. Ilmu pengetahuan dan teknologi juga semakin nyata banyak yang dikembangkan untuk menciptakan teknologi industri yang berwawasan lingkungan. Hal ini disebut sebagai budaya rasional yang pro terhadap lingkungan hidup. Konsep kearifan lingkungan hidup yang terbangun dari budaya tradisional dan rasional yang ramah lingkungan lebih tegas keberpihakan terhadap lingkungan hidup. Rohadi (2011: 221) berpendapat dinamika budaya lingkungan hidup di perkotaan mengkonstruksikan konsep kearifan lingkungan hidup yang terbangun dari budaya tradisional dan rasional yang ramah lingkungan. Mahasiswa yang berada pada lingkungan akademik memiliki budaya rasional dan tradisional secara bersamaan. Artinya mahasiswa yang berasal dari berbagai budaya tradisional diarahkan pada budaya rasional akademik. Mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan akademik sangat akrab dengan kebutuhan 36 kertas. Paperless sebagai konstruksi konsep kearifan tradisional dan rasional menghendaki keberpihakan mahasiswa terhadap keberlanjutan lingkungan hidup. Ruang-ruang dan kesempatan proses perkuliahan, penugasan, pembekalan PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi yang masih berorientasi pada kertas akan bergeser menuju paperless dan mengoptimalkan pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Kearifan Tradisional dan Rasional dapat ditampilkan dalam gambar 2.5 Kearifan Tradisional dan Rasional Kearifan tradisional Kearifan Rasional Mahasiswa berada pada ruang lingkup tradisional dan seklaigus rasional diharapkan dapat menciptakan budaya yang ramah lingkungan. Keberpihakan terhadap lingkungan hidup pada proses akademik Paperless pada proses perkuliahan, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi Optimalisasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi Gb. 2.5. Kearifan Tradisional dan Rasional 37 6) Kearifan Lingkungan dalam Perspektif Islam Kearifan lingkungan dalam hal ini adalah pada konteks penerapan Paperless dan Penggunaan Teknologi informasi dan Komunikasi. Agama merupakan pedoman dan pandangan hidup berperikehidupan bagi pemeluknya. Oleh karena itu, agama menjadi referensi utama sekaligus sebagai tolok ukur perilaku penganut agama. Agama dapat menjadi motivator dan motor penggerak perilaku ekologis penganutnya menuju kearifan lingkungan. Islam memandang kearifan lingkungan merupakan tata ketentuan hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Substansi pesan ekoteologis dari ungkapan peduli lingkungan sebagai bagian dari iman adalah hakikat orang beriman adalah selalu memelihara kelestarian optimasi daya dukung lingkungan bagi kehidupan. Sudarsono (2007a: 10) menambahkan spirit dan substansi ekoteologis berupa hati damai, bumi lestari. Sesanhwa ramah lingkungan, peduli lingkungan, arif terhdap lingkungan akan menjadi pilar penyangga kelestarian lingkungan. Hal ini merupakan sikap teologis Islam memberikan ajaran secara tegas janganlah mengaku dirinya sebagai orang beriman jika tidak memiliki komitmen untuk peduli lingkungan. Indikator orang beriman adalah kepedulian terhadap lingkungan (Sudarsono, 2007a: 58). Lebih lanjut Sudarsono, (2007a: 60) memberikan konsep bahwa kepedulian dan ramah lingkungan menjadi pilar 38 penyangga kelestarian lingkungan. Sikap ramah dan positif terhadap lingkungan antara lain sebagaimana diteorikan oleh Asdiqoh (2002: 15) antara lain apresiatif, kreatif, proaktif, dan produktif. Pertama, apresiatif merupakan sikap menghargai keberadaan lingkungan hidup. Seorang muslim harus berusaha mengetahui apa guna dari adanya lingkungan hidup tersebut. Adanya menghargai lingkungan hidup memberikan indikasi terhindarnya manusia dari sifat perusak, termasuk perusak alam dan sekitarnya. Kedua, kreatif merupakan daya cipta manusia yang tumbuh dari dalam dirinya karena melihat obyek, termasuk lingkungan hidup. Seorang manusia seharusnya mampu membangkitkan dan menumbuhkan sikap kreatifnya, sehingga tercipta kondisi positif bagi lingkungan hidup. Seorang muslim diharapkan agar selalu berbuat baik kepada siap saja dan apa saja. manusia mempunyai nilai tinggi di hadapan sang Pencipta apabila mampu melakukan tindakan yang menyenangkan orang lain. Harapan yang diinginkan adalah lingkungan yang tetap serasi, tumbuh dan berkembang serta dapat dirasakan kemanfaatannya bagi umat manusia. Ketiga, proaktif artinya lawan dari dari sikap kontraktif. Sikap proaktif pada dasarnya sikap pembangunan lingkungan hidup selaras, searah, sejalan dengan eksistensi lingkungan hidup. membangun yang Membangun berorientasi lingkungan pada dalam wawasan rangka lingkungan. 39 Keempat, produktif artinya sikap manusia untuk mengarah kepada aktivitas memproduksi bahan mentah menjadi bahan jadi yang diambil dari sumber daya alam. Kearifan lingkungan dalam perspektif Islam dalam mengimplementasikan paperless dan mengupayakan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dapat ditampilkan dalam gambar 2.6 Kearifan Lingkungan dalam Perspektif Islam Nilai-nilai Ajaran Islam Menjadi referensi umatnya berperilaku Tolok ukur perilaku penganut agama Motivator dan motor penggerak perilaku ekologis utama Kepedulian dan ramah lingkungan Perilaku Peduli sebagai Pilar Penyangga Kelestarian Lingkungan Apresiatif Kreatif Proaktif Produktif Paperless dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi Gb. 2.6 Kearifan Lingkungan dalam Perspektif Islam 40 7) Kearifan Lingkungan sebagai Aset Bangsa dan Negara Keberagaman kearifan lingkungan yang dimiliki bangsa ini merupakan aset atau modal pembangunan yang sangat berharga yang tidak boleh dinaifkan atau dihilangkan semata-mata tidak masuk akal. Nilai pamali (tabu) justru harus ditransformasikan ke dalam khazanah budaya masa kini. Masyarakat dapat menemukan hakekat mendasar dari kearifan lingkungan yang ada dalam masyarakat itu dengan cara mencari rasionalisasinya atau penjelasan ilmiah sebagai modal utama dalam mencari alternatif baru dalam penanganan masalah lingkungan yang terjadi selama ini (Sudarsono, 2007b: xii). Mangunjaya (2008: 92) berpendapat keinginan manusia untuk menghargai sains, dan agama sebagai wahana untuk menghubungkannya dengan alam sebagai ciptaan. Kearifan lingkungan berupa perilaku paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi bagi mahasiswa STAIN Salatiga merupakan aset bangsa dan negara. Jumlah mahasiswa STAIN Salatiga di atas 3000 mahasiswa yang dapat mengurangi jumlah kertas pada setiap kegiatan akademik dan organisasi dapat meminimalisir penggunaan kertas berarti turut serta mengurangi jumlah pohon yang harus ditebang sebagai bahan dasar kertas. Oleh karena itu, mahasiswa STAIN menjadi aset negara dalam melestarikan fungsi hutan sebagai paru-paru dunia dengan menerapkan paperless dan mengoptimalkan penggunaan teknologi 41 informasi dan komunikasi. Paperless bagi mahasiswa dalam proses perkuliahan dan memenuhi tugas-tugas serta ujian yang dilaksanakan, pembekalan dan praktek PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi baik pada proses bimbingan maupun publikasi hasil penelitian. Kearifan lingkungan sebagai aset bangsa dan negara dapat ditampilkkan dalam gambar 2.7 Kearifan Lingkungan sebagai Aset Bangsa dan Negara Nilai-nilai budaya seperti pamali Ditemukan nilai rasionalisasinya/ penjelasan ilmiah Ditemukan hakikat mendasar Kearifan Lingkungan Alternatif baru dalam penanganan masalah lingkungan yang terjadi Keinginan manusia menghargai dan mengaplikasikan sains, dan agama sebagai wahana untuk menghubungkannya dengan alam sebagai ciptaan. Penerapan paperless dan teknologi informasi serta komunikasi Paperless dan Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi mahasiswa dalam proses pembelajaran, PPL, KKL, KKN, dan bimbang skripsi Kearifan Lingkungan sebagai Aset Bangsa dan Negara Gb. 2.7 Kearifan Lingkungan sebagai Aset Bangsa dan Negara 42 8) Rapuhnya Kearifan Lingkungan sebagai Faktor Penghambat Pembangunan Berkelanjutan Sudharto P. Hadi dalam Sudarsono (2007a: 165) berpendapat ‘rapuhnya kearifan lingkungan itu seiring dengan makin besarnya jumlah penduduk, meningkatnya kebutuhan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Meningkatnya jumlah penduduk dan beragamnya kebutuhan memicu eksploitasi sumber daya alam yang semakin besar. Perkembangan teknologi manusia merasa bahwa alam tidak lagi sakral karena manusia merasa dapat menguasainya. Manusia tidak lagi merasa harus mengikuti irama dan hukum alam tetapi menentukan irama dan hukumnya sendiri’. Di samping itu, kebijakan tertulis ataupun tidak tertulis yang dimiliki oleh masyarakat, atau bahkan lembaga menjadikan masyarakat dibuat tidak berdaya utuk mengakkan kearifan terhadap lingkungan. Kearifan lingkungan direpresentasikan dalam nilai agama, sosial, norma, adat, etika, sistem kepercayaan, pola penataan ruang tradisional, serta peralatan dan teknologi sederhana ramah lingkungan. Sumber daya sosial yang diwarisi secara turun temurun tersebut pada kenyataannya terbukti efektif menjaga kelestarian lingkungan serta menjamin kelestarian lingkungan. Nilai-nilai agama Islam yang sarat dengan nilai-nilai moral menjadi kekayaan tersendiri bagi mahasiswa STAIN Salatiga 43 dalam mengimplementasikan paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi dalam melaksanakan kegiatan akademik dan organisasi kemahasiswaan. 9) Mempertahankan Kearifan Lingkungan untuk Pembangunan Berkelanjutan Kemajemukan masyarakat Indonesia merupakan faktor pendorong sekaligus kekuatan penggerak dalam pengelolaan lingkungan hidup. Adaptasi terhadap lingkungan kelompokkelompok masyarakat tersebut mengembangkan kearifan lingkungan sebagai hasil abstraksi pengalaman dalam mengelola lingkungan. Keanekaragaman pola-pola adaptasi terhadap lingkungan hidup yang dikembangkan masyarakat Indonesia yang majemuk merupakan faktor yang harus diperhitungkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Keyakinan tradisional mengandung sejumlah besar data empiris yang berhubungan dengan fenomena, proses dan sejarah perubahan lingkungan, sehingga membawa implikasi bahwa sistem pengetahuan tradisional dapat memberikan gambaran informasi yang berguna bagi perencanaan dan proses pembangunan. Keyakinan tradisional dipandang sebagai kearifan budaya lokal dan merupakan sumber informasi empiris dan pengetahuan penting yang dapat ditingkatkan untuk melengkapi dan memperkaya keseluruhan pemahaman ilmiah. Kearifan tersebut banyak 44 berisikan gambaran tentang anggapan masyarakat yang bersangkutan tentang hal-hal yang berkaitan dengan struktur lingkungan, misalnya bagaimana lingkungan berfungsi, reaksi alam terhadap tindakan manusia, serta hubungan-hubungan yang sebaiknya tercipta antara masyarakat dan lingkungan alamnya. Penggalian terhadap kearifan budaya lokal ditujukan untuk mengenal dan memahami fenomena alam melalui penelusuran informasi dari masyarakat. Kearifan lokal di masyarakat yang didasari dari pengalaman dalam periode waktu panjang sehingga tertanam keselarasan hidup dengan alam, memahami secara dalam karakter alam dan kehidupannya diterapkan dalam mengelola alam merupakan cara untuk mempertahankan kearifan lingkungan. Kearifan lingkungan bukanlah tindakan tradisional yang terbelakang, kita dapat menerapkan teknologi modern pengelolaan lingkungan, tetapi dengan memperhatikan kearifan lokal, paduan yang proporsional akan terwujud kearifan lingkungan. Kegiatan gotong royong dalam pembuatan rumah adat merupakan salah satu contoh kearifan lokal yang dipertahankan sebagai kearifan lingkungan sosial. Kearifan mahasiswa terhadap lingkungan yang berada di luar lingkungan hutan secara langsung perlu mendapatkan apresiasi yang memadai. Pentingnya paperless sebagai bagian dari sikap arif 45 terhadap lingkungan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan berkelanjutan. Ciri dari pembangunan berkelanjutan antara lain penggunaan sumber daya alam secara efisien. Paperless dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu upaya efisiensi terhadap sumber daya alam. Mempertahankan Kearifan Lingkungan untuk Pembangunan Berkelanjutan dapat ditampilkan dalam gambar 2.8. Mempertahankan Kearifan Lingkungan untuk Pembangunan Berkelanjutan Kemajemukan Bangsa Keanekaragaman Sumber Daya Alam Pendorong sekaligus kekuatan penggerak dalam pengelolaan lingkungan hidup Kearifan Tradisonal Adaptasi Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan Perencanaan Paperless dan Penggunaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Gb. 2.8 Mempertahankan Kearifan Lingkungan untuk Pembangunan Berkelanjutan 10) Strategi Membangun Perilaku Arif terhadap Lingkungan Strategi yang dapat digunakan untuk membentuk perilaku ekologis berupa perilaku arif terhadap lingkungan dengan 46 mengadopsi pada pendidikan Islam menurut Nasikh Ulwan dalam Susilowati (2002: 73) antara lain melalui keteladanan, pembiasaan, nasehat, pengawasan, dan hukuman. Kementerian Lingkungan Hidup dan Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, 2011: 26-9 menegakkan konsep penyusunan strategi perilaku ekologis dengan kegiatan mengajarkan, pembiasaan, keteladanan, dan refleksi. a) Mengajarkan Menumbuhkan akhlak lingkungan dengan mengandalkan pada pengetahuan teoretis tentang konsep-konsep nilai yang terkait dengan perilaku ramah lingkungan dan pengelolaan lingkungan. Seseorang dapat memiliki kesadaran dan melakukan perilaku ramah lingkungan terlebih dahulu harus mengetahui nilai-nilai penting lingkungan bagi kehidupan dan bagaimana melakukan pengelolaannya. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa perilaku manusia pada dasarnya dituntun oleh pengertian dan pemahaman terhadap nilai dari perilaku yang dilakukannya melalui proses pendidikan dan pengajaran. Proses pendidikan dan pengajaran tentang lingkungan ini dapat dilakukan secara langsung, baik melalui pemberian informasi dengan pembelajaran maupun penugasan melalui pembacaan terhadap berbagai referensi. Bahkan pengajaran ini dapat dilakukan dengan melihat secara langsung ayat-ayat 47 kauniyah (fenomena alam) yang ada di sekitar kampus untuk dapat ditindaklanjuti pada perilaku paperless sebagai bagian upaya untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan. b) Keteladanan Keteladanan dalam pendidikan adalah metode ifluentif yang paling meyakinkan keberhasilan dalam mempersiapkan dan membentuk perilaku spiritual dan moral. Metode pembinaan akhlak terhadap lingkungan ini sangat penting karena akhlak merupakan kawasan afektif yang terwujud dalam bentuk tingkah laku (behavioral). Metode ini berdasarkan pada pemahaman bahwa tingkah laku peserta didik dimulai dengan imitatio; meniru dan ini berlaku sejak masih kecil. Apa yang dikatakan orang yang lebih tua akan terekam dan dimunculkan kembali oleh anak sebagai proses transfer keteladanan. Peserta didik belajar untuk melakukan sesuatu dari sekitarnya untuk mendapatkan keteladanan. Pembinaan akhlak lingkungan melalui metode keteladanan ini memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk perilaku peduli terhadap lingkungan. Bagaimana mungkin orang lain dapat menumbuhkan akhlak lingkungan dalam dirinya kalau orang yang mengajarkan tidak pernah bersikap dan berperilaku arif terhadap lingkungan. Pentingnya keteladanan ini sesuai dengan adagium bahwa satu keteladanan lebih berharga dibanding dengan seribu nasehat. 48 Keteladanan untuk mengimplementasikan paperless akan lebih berharga dari seribu kali mengikuti kuliah. c) Pembiasaan Unsur penting bagi pembinaan akhlak adalah bukti dilaksanakannya nilai-nilai normatif akhlak itu sendiri. Penumbuhan akhlak dapat terlaksana apabila dilakukan dengan pembiasaan yang terus menerus sehingga menjadi kebiasaan yang melekat dalam pribadi seseorang. Proses pembiasaan ini dapat dilakukan secara bertahap dan dimulai dari hal yang ringan atau mudah. Untuk ini diperlukan suasana dan tempat yang mendukung bagi terciptanya proses pembiasaan. Penyediaan fasilitas, himbauan, dan larangan dapat dilakukan sebagai upaya menumbuhkan kesadaran kolektif berperilaku paperless untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan. d) Refleksi Akhlak lingkungan yang dibentuk melalui berbagai macam program dan kebijakan perlu dievaluasi dan direfleksikan secara berkesinambungan. Tanpa ada usaha untuk melihat kembali proses penumbuhan akhlak lingkungan ini direfleksi, dievaluasi, tidak akan pernah terdapat kemajuan. Refleksi merupakan kemampuan sadar khas manusiawi untuk melihat kelemahan diri dan memperbaikinya pada masa yang akan datang. Berdasarkan pada kemampuan sadar ini, manusia 49 mampu mengatasi diri dan meningkatkan kualitas hidupnya dengan lebih baik. Segala tindakan dan pembiasaan dalam menumbuhkan akhlak lingkungan yang telah dilaksanakan perlu dilakukan refleksi untuk melihat keberhasilan dan peranan keluarga, kelompok masyarakat atau pihak yang melakukannya telah berhasil atau gagal dalam menumbuhkan akhlak lingkungan. Proses refleksi ini dapat dilakukan dengan cara mengajak untuk memikirkan kembali apa yang dirasakan, manfaat yang diterima, hikmah apa yang diterima mengenai perilaku paperless yang telah dilakukan dan dibiasakan seharihari di kampus. Manfaat dan hikmah dapat dirasakan dan diterima ketika seseorang itu konsisten dengan perilaku paperless untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan. Kepeloporan juga dapat menghadirkan karakter ekologis. Kepeloporan lingkungan, menjadi termasuk kunci pelestarian implementasi daya paperless. dukung Kegiatan kepeloporan tersebut tidak hanya sekadar ritual tetapi menjadi spirit yang mampu menggugah semua pihak untuk memasukkan perilaku peduli terhadap lingkungan sebagai agenda bersama (Hadi dalam Sudarsono, 2007a: 167). Mangunjaya (2006) menyatakan bahwa manusia sebenarnya mampu mengelola sumber daya alam karena 3 (tiga) alasan penting. Pertama, manusia dilahirkan dalam keadaan bersih 50 (fitrah). Filosofi ini dapat diartikan kehadiran manusia di bumi hendaknya tidak mencemari lingkungan sebagaimana bersihnya tatkala lahir. Sikap bersih ini harus dikembangkan dalam diri sendiri. Kedua, rangkaian kesadaran manusia dalam memelihara kelestarian hidupnya dan sumber daya alam di bumi. Ketiga, kesadaran kolektif masyarakat yang berangkat dari tradisi dan budaya tidak selalu bisa didekati dengan pendekatan ilmiah. Kepeloporan terhadap kepedulian lingkungan menjadi spirit untuk membangun lingkungan dengan paradigma biofilia dan altruistik yang dapat memberikan bukti keberlanjutan lingkungan bagi generasi yang akan datang melalui implementasi paperless untuk lingkungan yang menunjukkan kearifan terhadap lingkungan. Strategi membangun kearifan ditegakkan oleh Notoatmodjo (2010: 246) antara lain revitalisasi ajaran agama, tadabbur alam, muhasabah terhadap fenomena lingkungan, berpartisipasi dalam program hijau, dan reward dan punishment. Pertama, revitalisasi ajaran agama, artinya bentuk ajaran agama yang didominasi dogma-dogma sempit perlu diperluas. Kontekstualisasi agama perlu diperbanyak agar cakrawala pemikiran dan tindakan lebih luas, tidak hanya sekadar ritual keagamaan saja. Kedua, tadabbur alam keindahan alam menjadi modal untuk berpikir, merenung, 51 dan bermuara pada aktivitas untuk memanfaatkan, megelola, dan menjaga dengan penuh tanggung jawab. Birunya laut, gemuruh ombak, hijaunya alam dengan aneka flora dan fauna adalah anugerah Allah Swt yang tiada tara yang dapat dinikmati secara bijaksana. Ketiga, muhasabah terhadap fenomena lingkungan, fenomena alam panas bumi yang semakin meningkat, bendana alam, musim yang tidak teratur, dan rusaknya lapisan ozon merupakan fenomena alam yang mesti menjadi sumber muhasabah bagi setiap individu terhadap berbagai aktivitas yang telah dilakukan selama ini. Keempat, berpartisipasi dalam program hijau, program hijau semakin banyak variasinya. Banyaknya acara ini sudah seharusnya bukan sekadar acara sensasional atau seremonial tanpa makna, namum lebih dari itu. Acara-acara ini perlu penghayatan, sebab aktivitas tanpa penghayatan tidak akan efektif. Setiap individu mestinya dapat memilih dari berbagai program hijau yang sesuai dengan kemampuan dan karakteristik dirinya. Kelima, program reward dan punishment dengan memberi kepada siapa saja yang berprestasi dalam menjaga kelestarian lingkungan, demikian sebliknya, memberikan pusnihment kepada siapa saja yang melakukan perusakan terhadap lingkungan. Konsep ini dapat ditarik pada program paperless di PT berupa revitalisasi ajaran agama, tadabbur alam, muhasabah terhadap fenomena 52 lingkungan, berpartisipasi dalam program hijau, dan reward dan punishment. Strategi membangun perilaku arif terhadap lingkungan dapat ditampilkan dalam gambar 2.9. Strategi Membangun Perilaku Arif terhadap Lingkungan Refleksi Hukuman pengawasan Pembiasaan Nasehat keteladanan Pengajaran Gb. 2.9 Strategi Membangun Perilaku Arif terhadap Lingkungan Ruang lingkup kajian teori yang berkaitan dengan kearifan lingkungan dapat ditampilkan dalam tabel 2.1 Tabel 2.1 Ruang Lingkup Kajian Teori No 1. 2. Ruang Lingkup Keterangan Kajian Teori Pengertian Kearifan Kearifan (wisdom) dapat disepadankan Lingkungan maknanya dengan pengetahuan, kecerdikan, kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan penyelesaian atau penanggulangan suat masalah atau serangkaian masalah yang relatif pelik dan rumit Makna Kearifan makna kearifan lingkungan adalah Lingkungan penyesuaian dengan sifat alami lingkungan, yaitu penyesuaian manusia untuk sederhana dan harmonis dengan alam. Implikasi penyesuaian dengan sifat alami alam antara lain dengan membina, melestarikan, 53 3. 4. 5. 6. 7. mencegah, dan membimbing dari perusak lingkungan menjadi pembina lingkungan. Fungsi Kearifan 1) Konservasi dan pelestarian sumberdaya Lingkungan alam; 2) Pengembangan sumberdaya manusia; 3) Pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan 4) Petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan. 5) Sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat. 6) Bermakna etika dan moral, misal yang terwujud dalam upacara Ngabendan penyucian roh leluhur. 7) Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client. Prinsip Etika dalam lingkungan holistik, keanekaragaman hayati, Membangun daur ulang, faktor pembatas, perilaku ekologis, Kearifan semua ekosistem memiliki kemampuan Lingkungan tertentu, pemulihan dan penstabilan ekosistem. Kearifan Kearifan tradisional merupakan kebiasaan Tradisional dan yang berlaku turun temurun dalam berinteraksi Rasional dengan lingkungan hidupnya. Budaya rasional terbentuk dari himpunan gagasan dan inovasi dalam berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Budaya tradisional dan rasional yang pro terhadap lingkungan hidup membentuk kearifan lingkungan hidup Kearifan Substansi pesan ekoteologis dari ungkapan Lingkungan dalam peduli lingkungan sebagai bagian dari iman Perspektif Islam adalah hakikat orang beriman adalah selalu memelihara kelestarian optimasi daya dukung lingkungan bagi kehidupan. Islam memberikan ajaran secara tegas janganlah mengaku dirinya sebagai orang beriman jika tidak memiliki komitmen untuk peduli lingkungan. Indikator orang beriman adalah kepedulian terhadap lingkungan Kearifan Keberagaman kearifan lingkungan yang Lingkungan sebagai dimiliki bangsa ini merupakan aset atau modal Aset Bangsa dan pembangunan yang sangat berharga yang tidak Negara boleh dinaifkan atau dihilangkan semata-mata tidak masuk akal. Nilai pamali (tabu) justru harus ditransformasikan ke dalam khazanah 54 8. 9. 10. Rapuhnya Kearifan Lingkungan sebagai Faktor Penghambat Pembangungan Berkelanjutan Mempertahankan Kearifan Lingkungan untuk Pembangunan Berkelanjutan budaya masa kini. rapuhnya kearifan lingkungan itu seiring dengan makin besarnya jumlah penduduk, meningkatnya kebutuhan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kearifan lingkungan bukanlah tindakan tradisional yang terbelakang, kita dapat menerapkan teknologi modern pengelolaan lingkungan, tetapi dengan memperhatikan kearifan lokal, paduan yang proposional akan terwujud kearifan lingkungan. Strategi untuk Kegiatan mengajarkan, pembiasaan, membangun keteladanan, dan refleksi. Strategi tersebut perilaku arif dapat dilengkapi dengan nasehat, pengawasan, terhadap dan hukuman. Lingkungan b. Paparless 1) Pengertian Paperless Paperless artinya tidak menggunakan kertas (Rianto’s blog, paperless administration, diakses 2 April 2014). 2) Dasar Penerapan Paperless Dwivedi dan Kumar (2013: 1) menjelaskan bahwa kepedulian terhadap lingkungan pada upaya paperless merupakan bagian penting yang cukup bervariasi dalam manajemen perkantoran. Indonesia sendiri mengatur pelaksanaan paperless dengan menerbitkan perundang-undangan dan peraturan lainnya. Pelaksanaan paperless di Indonesia berlandaskan UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Inpres RI nomor 3 tahun 2003. 55 a) UU No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (1) Asas Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi. (2) Tujuan (a) Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia; (b) Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat; (c) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik; (d) Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap Orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan (e) Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi. 56 b) Inpres RI nomor 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-government (1) Maksud (a) e-government merupakan mengembangkan upaya penyelenggaraan untuk kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. (b) Pengembangan e-government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi. (c) Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup 2 (dua) aktivitas yang berkaitan yaitu: (c.1) Pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronis; (c.2) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan Publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah negara. 57 (2) Tujuan e-government diarahkan untuk mencapai 4 (empat) tujuan, yaitu: 2.1 Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang memiliki kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat luas serta dapat terjangkau di seluruh wilayah Indonesia pada setiap saat tidak dibatasi oleh sekat waktu dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat. 2.2 Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk meningkatkan perkembangan perekonomian nasional dan memperkuat kemampuan menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan internasional. 2.3 Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan lembaga-lembaga negara serta penyediaan fasilitas dialog publik bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam perumusan kebijakan negara. 2.4. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah dan pemerintah daerah otonom. 58 (3) Kelemahan Pelaksanaan E-government memiliki beberapa kelemahan yang menonjol antara lain: 3.1 Pelayanan yang diberikan melalui situs pemerintah tersebut, belum ditunjang oleh sistem manajeman dan proses kerja yang efektif karena kesiapan peraturan, prosedur dan keterbatasan sumber daya manusia sangat membatasi penetrasi komputerisasi ke dalam sistem manajemen dan proses kerja pemerintah; 3.2 Belum mapannya strategi serta tidak memadainya anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan Egovernment pada masing-masing instansi; 3.3 Inisiatif-inisiatif tersebut merupakan upaya instansi secara sendiri-sendiri; dengan demikian sejumlah faktor seperti standardisasi, keamanan informasi, otentikasi, dan berbagai aplikasi dasar yang memungkinkan interoperabilitas antar situs secara andal, aman, dan terpercaya untuk mengintegrasikan sistem manajemen dan proses kerja pada instansi pemerintah ke dalam pelayanan publik yang terpadu, kurang mendapatkan perhatian. 3.4 Pendekatan yang dilakukan secara sendiri-sendiri tersebut tidak cukup kuat untuk mengatasi 59 kesenjangan kemampuan masyarakat untuk mengakses jaringan internet, sehingga jangkauan dari layanan publik yang dikembangkan menjadi terbatas pula. (4) Strategi E-government perlu melaksanakan melalui 6 (enam) strategi yang berkaitan erat, yaitu: 4.1 Mengembangkan sistem pelayanan yang andal dan terpercaya, serta terjangkau oleh masyarakat luas. 4.2 Menata sistem manajemen dan proses kerja pemerintah dan pemerintah daerah otonom secara holistik. 4.3 Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal. 4.4 Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri telekomunikasi dan teknologi informasi. 4.5 Mengembangkan kapasitas SDM baik pada pemerintah maupun pemerintah daerah otonom, disertai dengan meningkatkan E-literacy masyarakat. 4.6 Melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui tahapan-tahapan yang realistik dan terukur. 60 (5) Upaya pengembangan SDM yang perlu dilakukan untuk mendukung E-government 5.1 Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya informasi serta pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi (E-literacy), baik di kalangan pemerintah dan pemerintah daerah otonom maupun di kalangan masyarakat dalam rangka mengembangkan terwujudnya budaya masyarakat informasi informasi ke arah (information society). 5.2 Pemanfaatan sumberdaya pendidikan dan pelatihan termasuk perangkat teknologi informasi dan komunikasi secara sinergis, baik yang dimiliki oleh lembaga pemerintah maupun non pemerintah/masyarakat. 5.3 Pengembangan pedoman penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi lembaga pemerintah agar hasil pendidikan dan pelatihan tersebut sesuai dengan kebutuhan pengembangan dan pelaksanaan E- government. 5.4 Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi bagi aparat pelaksana yang menangani kegiatan bidang informasi dan komunikasi 61 dan aparat yang bertugas dalam memberikan pelayanan publik, maupun pimpinan unit/lembaga, serta fasilitasi pendidikan dan pelatihan bagi calon pendidik dan pelatih maupun tenaga potensial di bidang teknologi informasi dan komunikasi yang diharapkan dapat memindahkan pengetahuan/ keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat di lingkungannya. 5.5 Peningkatan kapasitas penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jarak jauh (distance learning) dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara optimal untuk pemerataan atau mengurangi kesenjangan sumber daya manusia (SDM) di bidang teknologi informasi dan komunikasi antar daerah. 5.6 Perubahan pola pikir, sikap, dan budaya kerja aparat pemerintah yang mendukung pelaksanaan E- government melalui sosialisasi/penjelasan mengenai konsep dan program E-government, serta contoh keberhasilan (best practice) pelaksanaan E- government. 5.7 Peningkatan motivasi melalui pemberian penghargaan/apresiasi kepada seluruh SDM bidang informasi dan komunikasi di pemerintah pusat dan 62 daerah serta mengembangkan masyarakat yang secara aktif inovasi menjadi karya yang bermanfaat bagi pengembangan dan pelaksanaan Egovernment. Dasar penerapan paperless sebagai regulasi dapat ditampilkan dalam gambar 2.10. Dasar Penerapan Paperless Inpres RI Nomor 3 tahun 2003 Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-government UU Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Upaya Pengemban gan SDM Strategi Kelemahan Tujuan Maksud Tujuan Asas Netral kebebasan iktikad baik kehati-hatian Manfaat, kepastian hukum Gb. 2.10 Dasar Penerapan Paperless 3) Tujuan dan Fungsi Paperless Tujuan paperless policy adalah untuk mengurangi pemakaian kertas, dan bukan meniadakan pemakaian kertas sama sekali. Paperless tidak sama dengan bebas kertas. Manusia dalam 63 setiap aktivitasnya di kantor hampir tidak mungkin tidak menggunakan kertas. Fungsi paperless sebagaimana hasil penelitian Tiwari dan Syah (2010: 177) menyatakan bahwa meminimalisir penggunaan kertas di kantor merupakan situasi yang sangat idel pada sistem manjemen kelembagaan. Keuntungan yang bisa diraih bagi seseorang antara lain mudah menyimpan datanya, dapat hemat waktu, menyenangkan, aman, efisien, mudah mengakses usaha yang mau dicapai. Paparless sebagai sebuah perilaku manusia untuk mengurangi pemanfaatan kertas berfungsi untuk mengurangi produksi kertas. Paperless policy sebagai sebuah kebijakan mengurangi penggunaan kertas diharapkan dapat mengurangi konsumsi kertas tanpa mengurangi efektifitas kerja atau belajar bagi mahasiswa di Perguruan Tinggi. Kepedulian perguruan tinggi dalam menekan pemanfaatan kertas ini di satu sisi merupakan salah satu upaya dalam pencegahan pemanasan global dan mengembalikan fungsi hutan sebagai paru-paru dunia. Tim Pengembang Konservasi Unnes (2010: 23) memaparkan fungsi paperless antara lain memberikan efisiensi, menajemen dokumentasi lebih baik, mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik, manajemen yang lebih terkendali, membaiknya citra organisasi, aspek biaya. 64 a) Efisiensi Kecepatan distribusi dan kecepatan pencarian menjadi karakteristik penting dari keberadaan paperless office. Keuntungan pada aspek waktu, sangat kelihatan jika individuindividu yang terlibat pada sistem ini terdistribusi dalam wilayah yang luas atau jaraknya jauh, dan memiliki mobilitas tinggi. b) Menajemen dokumentasi lebih baik Dengan penataan data yang rapi, maka semua dokumen bisa terekam dan disimpan sangat baik. Jika suatu saat dilakukan pelacakan maka akan sangat merasakan manfaat adanya paperless office. c) Mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik Pada aspek ini dimungkinkan terjadinya penyajian informasi dan komunikasi yang lengkap dan dapat dilakukan pelacakan permasalahan berdasarkan dokumen yang tersimpan secara rapi. d) Manajemen yang lebih terkendali Paparless office dapat dimungkinkan jika aplikasi yang diterapkan menyertakan fasilitas evaluasi dan pemantauan setiap surat keputusan yang diterbitkan yang memerlukan laporan dan evbaluasi kinerja. 65 e) Membaiknya citra organisasi Manajemen dan pelayanan yang diakibatkan dengan berbagai penyajian informasi yang akurat dan cepat, maka akan memberikan nilai positif bagi pihak manapun yang berhubungan dengan organisasi tersebut. f) Aspek biaya Pada tahapan awal, penerapan paperless office memerlukan investasi dan biaya perawatan yang tidak sedikit, namun dalam waktu yang tidak terlalu lama efisiensi dari berbagai segi dapat dinikmati bagi pengguna paperless yang berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi. Efesiensi pada sisi biaya dipersipakan untuk pengadaan barang dan jasa berupa peralatan komputer dan jaringan internet bagi lembaga. Bagi pengguna paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi seperti mahasiswa sendiri tidak seberat lembaga yang harus menyediakan server internet dan pengadaan jasa yang berkompeten di bidangnya. Sandhu (2014: 34) melengkapi tujuan dan fungsi paperless antara lain mudah menyimpan, tidak mengenal batas data yang harus disimpan, hemat waktu, sederhana, mudah dicapai, pengembangan usaha, aman, memberikan pelayanan yang lebih baik, efisien dalam pengiriman email. Secara lebih jelas ditampilkan dalam keterangan lebih lanjut. 66 Pertama, mudah menyimpan dengan sistem digital manajemen, semua data dapat disimpan pada sistem komputer, mudah mengirim data dan dapat dimanfaatkan oleh siapapun yang membutuhkan. Kedua, tidak mengenal batas data yang harus disimpan dan setiap dokumen dapat menggunakan sistem penomoran yang dapat dibuat secara otomatis. Hal ini juga dapat digunakan untuk merubah dokumen dan tetap terjaga keaslian, membantu memberikan petunjuk bagi proses pemerikasaan. Ketiga, hemat waktu, tidak membutuhkan waktu yang lama dan tidak perlu membuang-buang waktu untuk mencari dokumen yang diperlukan. Pencarian dokumen dapat dilakukan dengan cepat dan dapat memberikan hasil dalam waktu yang sangat singkat. Semua dokumen dapat tersimpan dengan cara pengaturan yang sama dan mudah untuk mendapatkannya kembali. Keempat, Sederhana, dengan sistem pada manajemen komputer dokumen yang digunakan segala urusan administrasi bisnis dapat dilakukan secara sederhana. Pengguna dapat melakukan atau memiliki otoritas untuk melakakuan segala macam tugas dan pemindahan data dalam sekali tekan. Kelima, mudah dicapai. Sistem manajemen digital dapat dengan cepat memberikan pengamanan terhadap tampilan dokumen yang hampir sama. Hal ini akan membuat lebih mudah dengan satu orang operator dengan data yang mudah diperoleh. Keenam, pengembangan usaha. Dengan waktu yang sangat singkat, para pemimpin dapat memanfaatkan waktu yang sedikir tetapi produktifitasnya tinggi alam mengembangkan usahanya, Ketujuh, aman. 67 Penyimpanan data dengan sitem penyimpanan menggunakan digital dapat memberikan keamanan daripada dengan menggunakan kertas yang bisa mendapatkan kesalahan dari tangan-tangan pemakai, Kedelapan, memberikan pelayanan yang lebih baik. Manajemen dokum dengan sistem komputer diijinkan bagi pengguna untuk memperoleh data yang dibutuhkan, Kesembilan, efesien dalam melakukan pengiriman email. Pengiriman email dapat mudah dilakukan dari data yang ada dengan sangat mudah begitu pula bagi seseorang yang membutuhkan dapat mengaksesnya dengan cepat. Fungsi paperless bagi seseorang dapat disederhanakan dalam tampilan gambar 2.11 Kertas Waktu Efisiensi TUJUAN dan FUNGSI PAPERLESS Manajemen yang lebih terkendali Manajemen Dokumentasi yang lebih baik Mendukung Keputusan yang lebih baik Citra organisasi Menyenangkan Biaya Aman Mudah mengakses Gb. 2. 11 Fungsi Paperless 68 4) Faktor Penting dalam Penerapan Paperless Tim Pengembang Konservasi Unnes (2010: 23-24) memaparkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan paperless antara lain aspek sumber daya manusia (pengguna), aspek dokumen, sistem aplikasi, sosialisasi, sarana pendukung, komunikasi. a) Sumber Daya Manusia (pengguna), Tahap awal yang perlu dirintis yakni memepersiapkan pengguna dalam menerapkan paperless b) Dokumen, Kesiapan dokumen dalam bentuk on line menjadi hal penting dalam penerapan paperless. Dokumen yang akan ditampilkan melalui penerapan teknologi informasi dan komunikasi perlu disiapkan dengan baik agar dapat memenuhi prinsip akurasi dan akuntabilitas. c) Sistem Aplikasi, Dokumen on line yang tersimpan keamanan data dan kemudahan pemakaian. Aplikasi sistem on line memberikan keamanan, kemudahan, dan kenyamanan, serta kecepatan kepada pengguna dalam memberikan layanan pada sistem teknologi informasi dan komunikasi. Aplikasi sistem on line dapat menjangkau kepentingan dan kebutuhan manusia tanpa mengenal waktu, ruang, dan jarak tempuh. 69 d) Sosialisasi, Individu yang memiliki hak akses tertentu dilatih untuk mengakses sistem agar dapat melakukan berbagai aktivitas sesuai fasilitas dalam sistem. Perubahan kebiasaan perilaku perlu diwujudkan untuk disesuaikan dengan paperless policy dengan memperkenalkan sistem yang akan dipakai. e) Sarana Pendukung, Ketersediaan sarana yang diperlukan untuk mewujudkan paperless office perlu disediakan secukupnya, antara lain tidak terbatas pada kebijakan, hadware, infrastruktur jaringan, sumber daya alam tenaga tertentu, dana, dan forum komunikasi, tetapi sarana ini menjadi satu kesatuan yang harus dipenuhi oleh program paperless. Kerjasama antar berbagai komponen sangat menentukan keberhasilan program ini. f) Komunikasi. Komunikasi memerlukan seorang visioner untuk dapat menjelaskan mengapa perlu menerapkan paperless. Komunikasi sebagai bagian dari sosialisasi membutuhkan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang komunikasi. Harapan yang diinginkan, apa yang menjadi pesan penggunaan paperless dapat diterima oleh masyarakat sehingga masyarakat dapat mengikuti apa yang diinginkan oleh komunikan. 70 Selain keenam dalam penerapan paperless, faktor lain yang turut memberikan peran penting antara lain budaya. Perubahan cara pandang maupun kebiasan yang sudah melembaga mejadi tantangan bagi pelaksanaan sistem yang baru. Padahal melalui pemanfaatan paperless office sesungguhnya peran lembaga sangat penting. Impelementasi paperless office juga merupakan langkah terpuji dalam pencegahan pemansan global akibat konsumsi kertas yang secara langsung membuat hutan gundul dan menimbulkan banjir maupun bencana lain di mana-mana. Paperless office sekaligus merupakan bagian dari gerakan go green dengan mengurangi penggunaan kertas yang berasal dari pepohonan sehingga tanaman tersebut dapat lebih bermanfaat sebagai paru-paru dunia. Faktor penting dalam penerapan paperless policy dapat ditampilkan dalam gambar 2.12. FAKTOR PENTING DALAM PENERAPAN PAPERLESS BUDAYA Sumber Daya Manusia Dokumen Sistem Aplikasi Sosialisasi Sarana Pendukung Komunikasi Gb. 2.12 Faktor Penting dalam Penerapan Paperless 71 5) Domain Perilaku Paperless Domain perilaku paperless bagi mahasiswa antara lain terdiri dari 3 (tiga) hal, yaitu pengetahuan, sikap atau tanggapan, dan praktek atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Ki Hajar Dewantara dalam Notoadmodjo (1997: 127) ketiga kawasan perilaku ini disebut cipta (kognisi), rasa (emosi), dan karsa (konasi). Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu tahu, paham, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pertama, Tahu (know) diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kedua, memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahuidan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Ketiga, aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan mteri yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil. Keempat, analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut. Kelima, sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu 72 bentuk secara keseluruhan yang baru. Keenam, evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Sikap menurut Allport dalam Notoatmodjo (1998: 131) antara lain meliputi kepercayaan/keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu obyek; kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek; dan kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen ini secara bersamasama membentuk sikap yang utuh. Penentuan sikap yang berupa pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sebagaimana pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu, menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab. Pertama, menerima diartikan mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. Kedua, merespon memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Ketiga, menghargai dengan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Keempat, bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko. Tingkat praktek antara lain persepsi, respon terpimpin, mekanisme, adaptasi. Pertama, persepsi mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil 73 yang merupakan praktek. Kedua, respon terpimpin dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh. Ketiga, mekanisme apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. Keempat, adaptasi merupakan suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Penelitian Rogers dalam Notoadmodjo (1997: 128) menyimpulkan perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut akan terjadi 5 (lima) proses secara berurutan, yaitu awareness, interest, evaluation, trial, dan adoption. a) Awareness (kesadaran), seseorang menyadari/mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus. b) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut. c) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut terhadap dirinya. d) Trial, subyek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e) Adoption yaitu subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. 74 Domain perilaku paperless dapat ditampilkan secara jelas dalam gambar 2.13 Tahu Aplikasi Sintesis Paham Analisis Evaluasi Sikap/emosi Domain Perilaku Paperless Menerima Pengetahuan/ Cipta Merespon Menghargai Bertanggungjawab Awareness Interest Praktek/konasi /karsa Persepsi Mekanisme Evaluation Respon Adaptasi Trial Adoption Gb. 2.13 Domain Perilaku Paperless 6) Implementasi Kebijakan Paperless di Perguruan Tinggi Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi a) Implementasi dalam Kegiatan Administrasi Pemanfaatan Teknologi Informasi dan komunikasi di lingkungan Perguruan Tinggi diharapkan mampu mengurangi 75 penggunaan kertas dalam kegiatan akademik dan organisasi kemahasiswaan secara signifikan. Implementasi kebijakan nir kertas/paperless policy berlaku dalam pengelolaan administrasi akademik berbasis teknologi informasi informasi dan komunikasi, pengelolaan administrasi dokumen perkantoran berbasis teknologi informasi dan rancangan e-Administrasi. Implementasi ini antara lain dengan melakukan pengembangan sistem aplikasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi, pengembangan penerbitan online, peningkatan sarana pendukung, dan pengembangan organisasi. Perkembangan teknologi informasi telah memberikan peluang kepada lembaga Pendidikan Tinggi untuk melakukan aktivitas pembelajaran dan administrasi melalui paperless berbasis teknologi informasi dan sebagai bagian dari upaya optimalisasi lingkungan komunikasi pemeliharaan hidup. Tidak dapat disangkal, proses belajar mengajar yang tengah dilakukan memerlukan bahan baku kertas dengan jumlah yang sangat banyak, artinya memerlukan lahan tanaman bahan baku kertas yang sangat luas, sedangkan penggunaan kertas seringkali tidak optimal, bahkan sering terjadi pemborosan dalam penggunaan kertas. Setiap sivitas akademika hendaknya memiliki perilaku nir kertas/paperless dalam melaksanakan kegiatan di kampus. 76 Sivitas akademika dapat melakukan berbagai macam kegiatan untuk meminimalisir penggunaan kertas antara lain mencetak pada dua sisi kertas, dan mencetak dengan menggunakan kertas bekas. Dokumen, makalah atau surat-surat yang tidak mengharuskan dicetak satu sisi sebaiknya dicetak pada dua sisi kertas, draft atau konsep dokumen untuk kepentingan koreksi atau editing atau reviewing dapat dicetak terlebih dahulu pada kertas bekas (kertas yang satu sisinya sudah digunakan). Mencetak dokumen tanpa memeriksa terlebih dahulu merupakan kebiasaan banyak orang. Bahkan sering mencetak halaman yang sama lebih dari satu kali karena perintah cetak di printer belum disetting kembali untuk mencetak hanya satu kali. Dokumen yang dibuat kadang belum diberi nomor halaman, terdapat salah ketik, salah format, atau ada gambar yang belum dimasukkan dan sebagainya. Jika halaman ini langsung dicetak, maka terpaksa mencetak ulang halaman yang tidak sesuai tersebut. Cara demikian sangat memboroskan kertas dan energi listrik. Periksalah terlebih dahulu dokumen sebelum dicetak. Undangan rapat, pertemuan, diskusi, seminar, resepsi sampai undangan rapat saat ini masih banyak yang dicetak di atas kertas. Cara ini sangat memboroskan kertas dan juga energi untuk membuat kertas, mencetak teks dan gambar yang diinginkan. 77 b) Implementasi pada Kegiatan Akademik Keuntungan melakukan implementasi pada kegiatan akademik di kelas antara lain membangun motivasi, keterlibatan, produktifitas, effesiensi, dan integrasi antara dosen dan mahasiswa. (1) Membangun motivasi, keterlibatan, produktifitas, dan efesiensi. Runnels (2013: 275) berpendapat bahwa a paperless classroom, when all materials required to complete a class are available in an electronic form, has been shown to have positive impacts on student and teacher motivation, engagement, productivity, and efficiency. Penerapan sistem paperless di kelas cukup membantu terjadinya kerjasama antara dosen dan mahasiswa dalam mewujudkan dampak positif berupa terbangunnya motivasi dosen dan mahasiswa untuk mewujudkan kepedulian terhadap lingkungan. Mahasiswa dan dosen dapat mewujudkan keterlibatan dalam mengurangi permasalahan nasional yang berkembang di masyarakat. Efisiensi penggunaan kertas dan beralih pada sistem teknologi informasi dan komunikasi dapat berdampak positif pada penghematan kertas dan justru produktif dalam menciptakan karya penting. Hal ini dikarenakan teknologi 78 informasi dan komunikasi jauh lebih memberikan kesempatan kepada pengguna untuk berkreasi lebih berkualitas dan berkuantitas melampaui batas ruang dan waktu yang disediakan. (2) Integrasi Berdasarkan hasil penelitian teknologi di dalam kelas, In the last decade, research on the use of technology in the classroom has increased exponentially. Technology, for many, has become an integral part of the classroom environment and a plethora of literature now exists to describe the features of technologies that seem promising in improving education (Arney, 2009: 3). Teknologi informasi dan komunikasi dapat mengintegrasikan berbagai kepentingan sesuai dengan proses pembelajaran yang ditetapkan di kelas. Proses pembelajaran di kelas di antaranya adalah dengan melakukan pembelajaran evaluasi sebagaimana pembelajaran. sering dilakukan Evaluasi dengan menggunakan paperbased. Sebagian besar guru tidak tampak terusik dengan pengadaan kertas-kertas soal yang digunakan oleh lembaga pendidikan dalam melakukan evaluasi proses pembelajaran. Satu hal yang ditawarkan oleh Pingale, et al., (2012: 1) mengatakan bahwa 79 mengurangi penggunaan kertas pada saat ujian merupakan satu kebijakan dari pendidikan modern, yang dapat secara efektif mengurangi jumlah kertas yang harus disediakan pada setiap ujian yang dilakukan. Implementasi Kebijakan Paperless di Perguruan Tinggi Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat ditampilkan pada gambar 2. 14 Implementasi Kebijakan Paperless Implementasi pada Kegiatan Administrasi Implementasi pada Kegiatan Akademik integrasi Efesiensi Produktifitas Keterlibatan Motivasi pengembangan organisasi Sarana Pendukung penerbitan online Aplikasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi, Gb. 2.14 Implementasi Kebijakan Paperless 7) Keuntungan Menerapkan Paperless Keuntungan menerapkan paperless dapat dilihat dari berbagai sisi seperti efektif dan efisien. Pada sisi efisiensi penggunaan kertas dengan kebutuhan informasi yang dibutuhkan 80 dapat mengurangi jumlah kertas. Kepraktisan dalam membawa sumber informasi dapat dipenuhi. Secara ekonomi dapat menghemat uang mahasiswa yang dikeluarkan untuk membeli bahan cetakan atau foto kopi. Mendukung efektifitas kerja/belajar sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. Dapat mengurangi timbulan sampah di rumah/kost/kantor mahasiswa. Arney (2009: 1) berpendapat bahwa penggunaan paperless berbasis teknologi informasi dan komuniksi dapat memberikan kepuasan kepada peserta didik, efisien sehingga dapat menghemat biaya yang dapat memberikan sisa anggaran yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan sebagai bagian dari kegiatan menabung secara tidak langsung. Reaz dan Hussain (2007: 290) menyatakan bahwa keuntungan menggunakan paperless berbsis teknologi informasi dan komunikasi antara lain pengguna dapat merasa senang, fleksibel, dan menyeluruh, serta memperoleh akses yang cepat. Keuntungan melakukan Paperless antara lain dapat memeberikan efisiensi, efektifitas, kepuasan dirumuskan, rasa senang, fleksibel, menyeluruh dan akses cepat. Keuntungan sebagaimana disebutkan di atas dapat ditampilkan dalam gambar 2.15 81 Efektif Efisien Kepuasan Rasa Senang Keuntungan Melakukan Paperless Fleksibel Menyeluruh Akses Cepat Gb. 2.15 Keuntungan Menerapkan Paperless 8) Faktor Pendukung pada Penerapan Paperless Faktor pendukung pada penerapan paperless bagi mahasiswa di Perguruan Tinggi antara lain pada kebijakan sistem administrasi dan dosen pengampu pada setiap mata kuliah, kemampuan mahasiswa dalam mengoperasikan teknologi informasi, kerjasama antar mahasiswa untuk membangun sistem budaya paperless, serta kesadaran dan kearifan mahasiswa sendiri untuk memiliki tekad dengan paperless pada setiap aktivitas akademik yang dapat menguntungkan secara finansial bagi mahasiswa sendiri. Faktor pedukung dari unsur pengetahuan dan pengalaman pimpinan sangat menentukan pelaksanaan paperless policy, demikian juga pada sistem administrasi. Sitem administrasi yang berlaku tidak lepas dari pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki 82 oleh operator komputer. Sarana dan prasana pengadaan kebutuhankebutuhan untuk menginplementasikan paperless juga tidak dapat disangkal lagi. Faktor Pendukung pada Pelaksanaan Paperless bagi mahasiswa di kampus antara lain dapat ditampilkan dalam gambar 2.16 Faktor Pendukung pada Pelaksanaan Paperless Sistem Administras i Dosen Mahasiswa BUDAYA Pimpinan Pengalaman Pengetahuan Sarana dan Prasarana Operator Pengalaman Pengetahuan Kemampuan Kerjasama Kesadaran Gb. 2. 16 Faktor Pendukung Pelaksanaan Paperless 9) Faktor Penghambat pada Penerapan Paperless Faktor penghambat pada penerapan paperless berbasis informasi dan komunikasi antara lain pada sistem administrasi, dosen, mahasiswa, sarana dan prasarana, kompetensi mahasiswa dan lingkungan yang ada di lingkungan mahasiswa. Faktor 83 penghambat pelaksanaan paperless bagi mahasiswa dikomunikasikan melalui gambar 2.17 Faktor Penghambat Pelaksanaan Paperless Dosen Pimpinan Sistem Administrasi Mahasiswa Sarana dan Prasarana Gb. 2.17 Faktor Penghambat Pelaksanaan Paperless Kajian teori tentang paperless dapat ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 2.2 Kajian Teori tentang Paperless No 1. 2. 3. 4. 5. 6 Kajian teori Paperless Pengertian Keterangan Paperless artinya tidak menggunakan kertas, tetapi dalam hal ini bukan berarti tanpa menggunakan kertas sama sekali Dasar Pelaksanaan Paperless di Indonesia berlandaskan UU No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Inpres RI nomor 3 tahun 2003. Fungsi mengurangi produksi kertas, memberikan efisiensi, menajemen dokumentasi lebih baik, mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik, manajemen yang lebih terkendali, membaiknya citra organisasi, aspek biaya. Tujuan Mengurangi produksi kertas. Faktor Penting dalam Aspek sumber daya manusia (pengguna), Penerapan Paperless aspek dokumen, sistem aplikasi, sosialisasi, sarana pendukung, komunikasi Domain Perilaku Pengetahuan, sikap atau tanggapan, praktek Paperless atau tindakan yang dilakukan seseorang. Ketiga kawasan perilaku ini disebut cipta 84 (kognisi), rasa (emosi), dan karsa (konasi). Implementasi Implementasi mampu mengurangi Kebijakan Paperless penggunaan kertas dalam kegiatan akademik di PT Berbasis TIK dan organisasi kemahasiswaan secara signifikan. Implementasi kebijakan nir kertas/paperless policy berlaku dalam pengelolaan administrasi akademik berbasis teknologi informasi informasi dan komunikasi, pengelolaan administrasi dokumen perkantoran berbasis teknologi informasi dan rancangan e-Administrasion 8. Keuntungan Efektif dan efesien Melaksanakan Paperless 9. Faktor Pendukung kebijakan sistem administrasi dan dosen pada Pelaksanaan pengampu pada setiap mata kuliah, Paperless kemampuan mahasiswa dalam mengoperasikan teknologi informasi, kerjasama antar mahasiswa untuk membangun sistem budaya paperless, serta kesadaran dan kearifan mahasiswa untuk melakukan paperless. 10. Faktor Penghambat sistem administrasi, dosen, mahasiswa, pada Pelaksanaan sarana dan prasarana, kompetensi mahasiswa Paperless dan lingkungan yang ada di lingkungan mahasiswa. 7. c. Teknologi Informasi dan Komunikasi 1) Pengertian Teknologi mengumpulkan, Informasi adalah menyiapkan, suatu teknik menyimpan, untuk memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi (Sekretariat Negara, 2008: 2). 2) Tujuan Teknologi informasi ini bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia; 85 mengembangkan perdagangan dalam meningkatkan rangka dan perekonomian kesejahteraan nasional masyarakat; meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik; membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap Orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara teknologi Informas (Sekretariat Negara, 2008: 2). Teknologi informasi dan komunikasi ini memberikan dukungan yang kuat untuk menggeser paperbased sivitas akademika di PT. Keuntungan yang dapat diraih dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sungguh melampaui keuntungan yang dapat diperoleh dengan paperbased yang selama ini digunakan oleh sivitas akademika di PT. 86 Tujuan teknologi informasi sebagaimana disebutkan pada UU RI no 11 tahun 2008 (Sekretariat Negara, 2008: 2). di atas dapat ditampilkkan dalam gambar 2.18 Kepastian Hukum Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional Mencerdaskan Kehidupan bangsa Tujuan Teknologi Informasi Efektivitas dan efisiensi pelayanan publik Membuka kesempatan yang luas Rasa Aman Bertanggung jawab Keadilan Gb. 2.18 Tujuan Teknologi Informasi 3) Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah mengantarkan dunia maya menjadi lebih nyata di hadapan setiap manusia. Dunia tidak lagi dibatasi ruang dan waktu sekaligus dapat dijelajahi dengan hanya termenung di depan layar komputer. Peristiwa di seluruh belahan dunia dapat diperoleh dengan satu kali klik dalam hitungan milidetik. Perkembangan TIK telah menghilangkan batas-batas geografis dan waktu. perkembangan puncaknya dapat mendorong transformasi pola 87 hidup manusia dalam berbagai bidang menuju masyarakat berbasis ilmu pengetahuan. Aktiviatas ekonomi, pendidikan, politik, agama, dan hiburan berjalan lebih mudah dan cepat. Paradigma sistem pendidikan yang semula berbasis tradisional dengan mengandalkan tatap muka dengan sentuhan dunia cyber akan beralih menjadi sistem pendidikan modern. Pemanfaatan informasi berbasis teknologi diharapkan dapat membuka peluang pengembangan komunikasi secara online dan secara bertahap dapat mengurangi secara signifikan penggunaan kertas dalam surat menyurat dan dokumentasi. Bentuk teknologi Informasi dan Komunikasi. Reaz dan Hussain (2007: 292) berpendapat information communication and technology (ICT) kampus dapat tampil dengan mengagumkan dengan perlengkapan sistem teknologi informasi dan komunikasi seperti istilah yang digunakannya adalah a wireless technology system, satellite teleeducation, a digital library, state-of-the-art learning and research facilities, as well as an integrated computer education management system. 4) Kearifan Lingkungan dan Paperless Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Kearifan lingkungan sebagai suatu tata nilai yang memberikan pedoman kepada masyarakat agar memiliki hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung seecara harmonis 88 dengan lingkungan. Kearifan memiliki tata nilai untuk mengajarkan hidup harmonis dengan lingkungan. Perilaku arif terhadap lingkungan sebagai upaya penyesuaian dengan sifat alami lingkungan, yaitu penyesuaian manusia untuk memiliki perilaku sederhana dan berusaha untuk menemukan solusi terhadap keterbatasan yang dimiliki oleh lingkungan. Harapan yang diinginkan terbangun hubungan manusia dan lingkungan secara harmonis. Paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi merupakan upaya untuk memahami karakter dan keterbatasan lingkungan dan sekaligus berusaha untuk mempertahankan fungsi lingkungan sesuai dengan peruntukannya. Menurut Syeikh Tohir bin Asyur dalam Qaradhawi, 2002: 340) kerusakan di darat terjadi dengan hilangnya manfaat segala yang ada di atasnya. Hutan memiliki fungsi sebagai tempat organisme hidup yang memiliki hak dan aspirasi untuk hidup dengan sifat-sifat alamiahnya selain menjadi habitat flora dan fauna, hutan juga merupakan habitat masyarakat setempat dalam menjalankan peri kehidupan ekonomi, budaya, dan spiritualnya. Hutan adalah aliran manfaat yang dapat dinikmati secara optimum jika dikelola dan didayagunakan secara bijaksana. Keberadaan fisik, sifat, sifat, dan aliran manfaat sumber daya hutan itu bersifat unik dalam suatu bentang geografik tertentu (Fauzi, 2001). Pemerintah menetapkan beberapa jenis hutan seperti 89 hutan adat, hutan alam, hutan buatan, hutan cadangan, hutan cadangan pangan, hutan konversi, hutan kota, hutan lindung, hutan nasional, hutan negara, hutan payau, hutan produksi, hutan suaka alam, hutan tanaman, hutan tropis, hutan rakyat, dan hutan wisata. Hutan produksi merupakan areal hutan yang dipertahankan sebagai kawasan hutan dan berfungsi untuk memperoleh hasil hutan bagi kepentingan pembangunan industri dan ekspor (Zein, 1998: 73). Mahasiswa perlu memahami fungsi dan keterbatasan hutan dengan segala karakteristiknya sebagai bahan baku pembuat kertas. Kearifan lingkungan terhadap hutan bagi mahasiswa perlu diimplementasikan dalam perilaku paperless pada proses akademik bagi mahasiswa. Upaya yang perlu dilakukan dalam paperless tersebut antara lain dengan berbasis teknologi informasi dan komunikasi seperti sistem administrasi online, e book, e-journal, dan, penyimpanan data melalui flash disk, CD, email, dan penerbitan online. Harapan yang diinginkan, mahasiswa dapat memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan mendapatkan keuntungan Perkembangan finansial ilmu dari perilaku pengetahuan dan paperless teknologi tersebut. tersebut diharapkan dapat menahan laju kerusakan lingkungan secara signifikan. Hal ini sebagaimana dikemukakan Salim (2007: 240) ilmu pengetahuan kini banyak diabdikan untuk menahan laju kerusakan lingkungan atau kalau bisa merehabilitasinya, setelah 90 dua abad lebih ilmu pengetahuan dan teknologi dimanfaatkan untuk menguras bumi, bahkan sampai hari ini. Arsyad (2008: 257) Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks) dapat memberi manfaat optimal dalam mencegah dan mengurangi risiko bencana dengan menyediakan cara sistematis dalam antisipasi, peringatan dini, kesiapsediaan, menghadapi dampak serta mengatasi dampak bencana, dan pemulihan. Ilmu pengetahuan dan sains akan memberikan solusi terbaik untuk banyak permasalahan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, tentunya harus diimbangi dengan hati nurani sebagai panglima. Membangun kearifan lingkungan terhadap budaya paperless sebagaimana diteorikan oleh Reaz dan Hussain (2007: 290) bahwa untuk mempromosikan dan merubah perilaku paperless sebagai produk budaya yang harus diawali dengan pemahaman tentang paperless dengan mengenalkan budaya dan metode yang baru untuk melihat, membaca, dan memindahkan informasi ke dalam materi pembelajaran. Secara detilnya dapat dituliskan bahwa That is why real paperless environments must begin at the cultural level so that organizations can understand its necessity and importance. To change the culture and promote paperless environments, organizations need to introduce the culture to new methods of viewing, reading and transiting information and learning contents. 91 Berdasarkan hal tersebut, melalui teknologi informasi dan komunikasi yang merealisasikan dimiliki paperless mahasiswa sebagai bukti diharapkan kearifan dapat terhadap lingkungan. 5) Keuntungan Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi Manusia Shah dan Tiwari (2010: 177) berpendapat bahwa There are a very few products which become beneficial for societal purposes. With the development of information technology the society expected that all tools, techniques and products of IT will be beneficial for the societal upliftment. The society has got numerous advantages and is enjoying fruits of IT revolution. The life is becoming easier, distance has no meaning, communication, living conditions and other related facilities are getting advantages of such revolution. Dikemukakan bahwa teknologi informasi dan komunikasi dapat meningkatkan derajat kesejahteraan manusia. Hidup menjadi mudah, jarak tidak menjadi masalah untuk mencapai tujuan yang diinginkan, komunikasi menjadi lebih mudah, fasilitas hidup dan kehidupan dapat memberikan keberuntungan. Fasilitas teknologi informasi yang semakin berkembang pesat, dunia menjadi seakan lebih kecil. Semua hal yang berkaitan dengan kebutuhan manusia dapat diatasi dengan sangat mudah. Waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh apa yang diinginkan menjadi lebih singkat. 92 Lebih lanjut diungkapkan oleh Baker (2008: 45) bahwa students prefer a paperless approach to marking however there are concerns with the nature, timing and quality of feedback. Staff have not embraced all of the potential elements of electronic management of assignments, identified occupational health safety and welfare issues, and tended to drift back to traditional manual marking processes through a lack of understanding or confidence in their ability to properly use the technology. Keuntungan bagi siswa untuk menerapkan paperless sudah ada, namun timbul kekwahatiran dari berbagai unsur yang akan merugikan bagi siswa itu sendiri. Karyawan juga belum dapat menikmati keuntungan penerapan paperless dengan baik, sehingga terdapat cenderung untuk menggunakan sistem tradisional dengan paperbased. Faktor lain yang menjadi halangan untuk menerapkan paperless bagi karyawan karena ketidakseiapan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang sekarang berkemabang pesat. Sebenarnya keuntungan dengan menerapkan hal ini dapat ditemukan pada setiap lini kerja baik bagi siswa maupun karyawan. 6) Pengelolaan Administrasi Akademik Berbasis Teknologi Informasi Pengelolaan administrasi akademik berbasis teknologi informasi dengan menggunakan sistem akademik terpadu on line secara signifikan telah mampu mengurangi konsumsi kertas. Jenis dokumen yang paling umum dan memerlukan effort yang besar 93 adalah surat. Sebuah organisasi biasanya memiliki organisasi khusus yang menjadi pusat pengelolaan dokumen atau surat yang berfungsi menerima dokumen, mencatat dalam agenda, dan mendistribusikan ke seluruh bagian. Bagian khusus ini dapat disebut tata usaha, sekretariat, unit administrasi umum. Pengeloaan administrasi dokumen perkantoran dengan sistem eadministrastion tertentu saja berdasarkan atas pengelolaan dokumen secara elektronik. a) Fungsi E-Adminstration Fungsi sistem e-administration antara lain integrated, paperless, user management, access log, query and report (Tim Pengembang Konservasi Unnes, 2010: 22). 1) Integrated Keseluruhan fungsi administrasi dikelola menggunakan konsep jaringan informasi terpadu dan terhubung ke seluruh unit institusi. Peralatan yang dibutuhkan adalah jaringan internet. 2) Paperless Pendistribusian surat dengan meminimalisir penggunaan kertas, upaya yang dilakukan dengan sistem elektrononik sehingga selain menjadi lebih cepat juga lebih menghemat kertas. 94 3) User Management Pengaturan hak akses baik bagi pengguna perorangan maupun group dapat dilakukan di tiap unit masing-masing. Sistem ini mengatur penguna dapat melakukan pencarian informasi yang disediakan. 4) Access Log Pencatatan setiap akses yang dilakukan pengguna sehingga memudahkan pemantauan sistem. Sistem akses ini termasuk di dalamnya akses informasi hak dan kewajiban yang harus ditunaikan oleh mahasiswa. 5) Query and Report Permintaan data spesifik dan pembuatan laporan atau statistik. Data ini disediakan untuk lembaga di dalam maupun untuk lembaga di luar institusi. Melalui fasilitas ini jalur informasi dan komunikasi dapat terjalin dengan baik. b) Keuntungan dengan Sistem e-Adminstration Keuntungan yang dapat dipetik pada penerapan sistem E-adminstration antara lain: (1) . Memudahkan seluruh staf adminstrasi dalam pengeloaan surat di seluruh bagian institusi sehingga menjamin tertib administrasi; 95 (2) . Menyediakan akses secepatnya dari mana saja bagi semua pejabat dan staff yang akan mengirim ataupun menrespons surat yang ditujukan kepadanya; (3) . Menyediakan sistem pengarsipan terpadu sehingga memudahkan penelusuran surat (tracking) dan monitoring; (4) .Memberikan fasilitas dalam pembuatan laporan pengelolaan surat; (5) .Sistem website dapat mempermudah akses dengan penggunaan pengolahan database terpusat, penerapan keamanan hak akses, dan arsitektur three-tiered. Pengguna tidak terbebani dengan keharusan memilki, memasang, mempelajari, dan menggunakan software untuk berbagai aplikasi tetapi cukup dengan program website browser; (6) Memperoleh fleksibilitas bagi pengguna dengan berbagai sistem operasi; (7) Pengguna mendapatkan jaminan untuk memperoleh informasi yang sama, akurat, dan paling aktual dari informasi yang centralized, sehingga akan mengurangi duplikasi data serta dapat langsung diproses lebih lanjut dalam waktu yang singkat. (8) Pengguna dapat memperoleh kemanan akan hak akses terhadap data yang vital dan non publik, namun tetap 96 memberikan kemudahan bagi pengguna yang memiliki kewenangan untuk mendapatkan atau mengolah data yang diperlukan; (9) Three tiered memfasilitasi kemungkinan terjadinya perubahan aturan administrasi di organisasi tersebut. Sistem juga menerapkan prinsip client server sehingga memungkinkan untuk perluasan sistem yang secara teoretis yang tidak terbatas baik dalam ruang lingkup maupun jumlah data yang diolah. (10) Three Tired memfasilitasi kemungkinan terjadinya perubahan aturan administrasi di organisasi tersebut. Sistem juga menerapkan prinsip client server sehingga memungkinkan untuk perluasan sistem yang secara teoretis tidak terbatas, baik dalam ruang lingkup maupun data yang diolah. 7) Upaya dari Paperbased ke Paperless Mahasiswa perlu melakukan upaya untuk mendukung paperless policy berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Upaya untuk menggeser paperbased ini antara lain dengan mengurangi penggunaan kertas (reduce), mengolah kembali (recycle), dan menggunakan kembali (reuse). Pada program pengelolaan sampah istilah 3 (tiga) atau 4 (empat) R ini juga sangat familiar. Reduce berarti perilaku mengurangi konsumsi atau 97 menggunakan sesuatu. Sesuatu tersebut dapat berupa kertas, plastik, dan bahan-bahan yang lainnya. Prinsip don’t buy more than you really need menjadi konsep dasar pada reduce ini. Jangan membeli kertas yang berlebihan kecuali kalau memang sangat dibutuhkan. Replace berarti mengganti sebagai alternatif yang lebih akrab lingkungan dan tidak membahayakan bagi kesehatan. Reuse menggunakan sesuatu yang bisa digunakan lagi dan menjauhkan perilaku habis buang. Sebagai contoh menggunakan kertas pada lembar sebaliknya dari pada membuangnya. Recycle berarti mendaur ulang lebih baik dibandingkan dengan membuang. Artinya memanfaatkan sesuatu untuk keperluan lain yang lebih berguna. Teknologi informasi dan komunikasi memberikan terobosan yang cukup berarti dalam mengurangi pemanfaatan jumlah kertas secara signifikan. Teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi penggunaan jumlah kertas antara lain dengan menggunakan sistem elektronik, antara lain melalui pemanfaatan internet dengan sistem website, soft data seperti sistem administrasi online, e book, e-journal, dan, penyimpanan data melalui flash disk, CD, email, dan penerbitan online. Tegararian.blogspot. diakses tanggal 7 November 2014 menyebutkan bahwa Website merupakan kumpulan dari halamanhalaman situs, yang terangkum dalam sebuah domain atau 98 subdomain, yang tempatnya berada di dalam World Wide Web (WWW) di dalam Internet. Sebuah halaman web biasanya berupa dokumen yang ditulis dalam format HTML ( Hyper Text Markup Language ), yang selalu bisa diakses melalui HTTP, yaitu sebuah protokol yang menyampaikan informasi dari server website untuk ditampilkan kepada para pemakai melalui web browserdan Website atau situs dapat juga diartikan sebagai kumpulan halaman yang menampilkan informasi data teks, data gambar diam atau gerak, data animasi, suara, video dan atau gabungan dari semuanya, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait, masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink). Secara garis besar, website bisa digolongkan menjadi 3 bagian yaitu Website Statis, dinamis, dan interaktif. Pertama, website statis adalah website yang mempunyai halaman tidak berubah. Artinya adalah untuk melakukan perubahan pada suatu halaman dilakukan secara manual dengan mengedit kode yang menjadi struktur dari website tersebut. Kedua, website dinamis merupakan website yang secara struktur diperuntukan untuk update sesering mungkin. Biasanya selain utama yang bisa diakses oleh user pada umumnya, juga disediakan halaman backend untuk mengedit isi website. Contoh umum mengenai website dinamis adalah website berita atau website portal yang di dalamnya 99 terdapat fasilitas berita, polling dan sebagainya. Ketiga, website interaktif adalah website yang saat ini memang sedang booming. Salah satu contoh website interaktif adalah blog dan forum. Pada website ini pengguna dapat berinteraksi dan beradu argumen tentang beberpa hal yang menjadi pemikiran pengguna. Biasanya website seperti memiliki moderator untuk mengatur supaya topik yang diperbincangkan tidak keluar jalur. Beberapa alasan mendasar atau utama mengapa sebuah lembaga bahkan individu membuat atau ingin memiliki sebuah website atau situs internet, di antaranya karena memiliki beberapa manfaat yang dapat diambil antara lain, Pertama, memperluas jangkauan promosi, dengan memiliki website maka kompetensi dan keunggulan lembaga akan lebih banyak dikenal masyarakat bahkan sampai ke seluruh dunia. Keunggulan sebuah lembaga dapat dikenali melalui website baik dalam bentuk barang maupun jasa. Luasnya promosi seecara otomatis dapat meningkatkan popularitas sebuah lembaga. Kedua, media tanpa batas, internet adalah media informasi yang tanpa batas. Seseorang yang memiliki website berarti sama saja memiliki karyawan yang mempromosikan produk kita selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Artinya melalui website akan memberikan informasi kepada calon pembeli selama 24 jam tanpa henti. Ketiga, internet dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat di antero jagat 100 (unlimited user access). Keempat, promosi terluas, internet adalah media promosi terluas jika dilihat dari kacamata jangkauan atau cakupan area (unlimited scopt of areas). Kelima, media pengenalan perusahaan. Jika lembaga baru saja berdiri atau meluncurkan program-program terbaikya, maka website-lah solusinya. Satu jawaban yang bisa deikemukakan karena website kita lebih cepat mengenalkan sebuah lembaga agar dikenal oleh masyarakat. Hal ini disebabkan pelanggan internal maupuan eksternal dapat menggali lebih dalam tentang sejarah lembaga, jasa atau produk yang di tawarkan, bahkan informasi lowongan kerja dan detail informasi sebuah lembaga. Keenam, sebagai media promosi, internet merupakan salah satu media promosi yang menawarkan biaya yang relatif efisien dikaitkan dengan jangkauan area dengan optimalisasi manfaat terbesar. Di bawah ini ditampilkan dalam tabel 2.2 yang berkaitan dengan beberapa informasi sebelum dan sesudah penggunaan fasilitas website yang dapat dijadikan sebagai panduan informasi tentang perbedaan sistem manajemen, fungsi, dan keuntungan yang dapat dipetik oleh pengguna. 101 Perbedaan Penggunaan fungsi Teknologi website Informasi Sebelum dan dan Sesudah Komunikasi dapat ditampilkan pada tabel 2.3 Tabel 2.3 Peerbedaan Sebelum dan Sesudah Penggunaan Sistem Website Sebelum Website Memberikan Sesudah Website multi-entry Menyediakan one-stop service: service atau pelayanan yang multi-functional terpisah untuk pengadaan, serving multi-tasking customers pengolahan, librarians transaksi peminjaman, referensi, dan lain sebagainya. Manajemen informasi: Manajemen pengetahuan: Memberikan memberikan pelayanan bervariasi pelayanan sebatas akses informasi dan dan dinamis pengetahuan siklus pengetahuan (mulai dari penciptaan, meliputi perekaman publikasi, penggunaan, seluruh dan penyebaran, dan penciptaan kembali pengetahuan Menjaga koleksi dan akses Menambah nilai pada informasi informasi dan pengetahuan dan pengetahuan (adding value) Melayani individu Melayani individu atau kelompok kelompok tanpa potensi dengan atau melihat sebagai anggota jaringan hubungannya individu atau kelompok lain Memberikan pelayanan di Memberikan pelayanan on-line 24 tempat (on site) dan sebatas jam jam pelayanan 102 Mengumpulkan informasi Mengkoleksi dan menyediakan dan pengetahuan (umumnya akses ke informasi tercetak) secara lokal pengetahuan sumbernya seluruh serta yang dunia, dan sumber- tersebar dalam di multi- format. Memberikan pendidikan Meningkatkan information skills pemakai sebatas mengenai & pemanfaatan sehingga perpustakaan (library skills & literacy) literacy sedemikian pengguna rupa dapat memanfaatkan ICT mengakses dan memanfaatkan informasi secara merekam, untuk kritis; serta mempublikasi atau share pengetahuan dengan efisien. Teknologi informasi dan komunikasi saat ini dapat menggeser penggunaan kertas seperti undangan-undangan yang tidak terlalu formal, atau pertemuan yang tidak formal atau pertemuan formal (dinas) tetapi lokal dapat melalui e-mail atau bahkan short message system (SMS). Penyampaian informasi berupa penyampaian bahan diskusi atau notulen hasil rapat kepada audiens dalam forum rapat, diskusi, workshop atau seminar dapat dilakukan dengan memanfaatkan layar dan proyektor LCD dan laptop daripada menggunakan desktop dan hasil cetak (print-out). Cara demikian di samping dapat menghemat pemakaian kertas, juga menghemat pemakaian energi, karena konsumsi energi laptop jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan menggunakan desktop. 103 Keuntungan lain, jika terdapat koreksi atau tambahan terhadap bahan yang disampaikan bisa langsung dilakukan saat itu. Menggunakan kertas daur ulang untuk mencetak dokumen, tembusan atau file yang akan disimpan lebih bijaksana dan hemat daripada menggunakan kertas biasa untuk fine-print. Upaya yang dapat dilakukan mahasiswa untuk mengurangi paperbased pada saat perkuliahan di kampus dapat ditampilkan pada gambar 2.19 Recycle Reuse Upaya Mahasiswa Jaringan Internet/WEB Replace Reduce Soft Data Gb. 2.19 Upaya Mahasiswa terhadap Paperbased Upaya mahasiswa tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh mahasiswa tanpa ada dukungan dari dosen sebagai manajer dalam proses pengajaran. Variasi penggunaan komunikasi untuk menggeser teknologi paperbased informasi bagi dan mahasiswa sebagaimana dikonsepkan oleh (Teeter, 2007: 18) antara lain 104 tutorial, on line text book, economic homework, course management response system, table PC, and electronic system. 6) E-Journal sebagai Jawaban Implementatif Paperless Academic a) Pengertian E Journal E-journal merupakan jurnal yang tersedia melalui media elektronik atau web yang telah diformat sedemikian mudah untuk pengguna yang membutuhkan informasi ilmiah. b) Paperbased dan Paperless dalam E Journal. Kemudahan akses internet dan ketersediaan perangkat teknologi informasi, kini lebih mudah membaca jurnal dalam format elektronik karena bisa diakses di manapun dengan koneksi internet sehingga mudah mendapatkannya. Jurnal berbentuk paperbase, membutuhkan waktu lama dalam pencetakan, publikasi, maupun distribusi. Perbedaan papaerbased dan paperless dalam E Journal dapat ditampilkan oleh Wiratningsih (2013: 2) pada tabel 2. 21 berikut ini: Tabel 2.4. Perbandingan E-Journal dan Jurnal Tercetak No Kriteria Elektronik Tercetak 1 Kemutakhiran Mutahir Mutahir 2 Kecepatan diterima Cepat Lambat 3 Penyimpanan Sangat mengirit tempat Memakan tempat 4 Pemanfaatan 24 jam Terbatas jam buka 5 Kesempatan akses Bisa bersamaan Antri 6 Penelusuran Otomatis tersedia Harus dibuat 7 Waktu penelusuran Cepat Lama 8 Keamanan Lebih aman Kurang aman 9 Manipulasi Sangat mudah Tidak bisa (seperti. dokumen Kutipan, dan lain sebagainya). 105 10 Bila langganan dengan dana yang sama (jurnal lokal) 11 Harga total langganan Judul bisa lebih banyak Judul lebih sedikit Jauh lebih murah Lebih mahal Sumber: Wiratningsih (2013: 2) 2. Temuan Hasil Penelitian Terdahulu Temuan hasil penelitian terdahulu merupakan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang memiliki kesamaan pada topik penelitian ini. Temuan penelitian terdahulu disampaikan secara sistematis tentang nama peneliti, nama lembaga, tahun pelaporan penelitian, judul penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian yang digunakan, hasil penelitian, dan persamaan dan perbedaan yang terdapat pada keduanya. a. Mangen, Bente R. Walgermo, Kolbjorn Bronnick. 2013. Judul penelitian adalah Reading linear texts on paper versus computer screen: Effects on reading comprehension. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif yang bertujuan untuk mengetahui efek kegiatan membaca secara komprehensif, membaca dengan perbendaharaan kata pada siswa Norwegia. Komparasi yang digunakan adalah dua grup yang akan diteliti, satu grup membaca dengan menggunakan teks dan yang kedua dengan dibantu teks dari layar komputer. Reponden yang digunakan adalah 72 orang dari sekolah dasar yang berbeda di Norway. Metode pengumpulan data dengan random ke dalam dua grup. 106 Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang membaca teks dalam bentuk cetakan secara signifikan memperoleh nilai yang lebih rendah pada kegiatan tes membaca dibandingkan dengan siswa yang membaca teks secara digital. Implikasi dari temuan ini bagi pemegang kebijakan untuk mendiskusikan lebih lanjut dalam rangka mengembangkan tes yang diselenggarakan bagi siswa sekolah dasar. Persamaan penelitian ini pada sisi topik paperless. Penelitian ini sama-sama merupakan penelitian lapangan. Perbedaan penelitian ini pada sisi topik, paperless pada penelitian Mangen (2013) pada penggunaan kertas cetakan dan layar monitor sebagai media untuk membaca pada pelajaran bahasa. Penelitian ini menggunakan wawancara yang diberikan kepada mahasiswa STAIN Salatiga penelitian untuk mengungkap secara khusus tentang makna kearifan lingkungan, upaya mahasiswa, faktor pendukung, penghambat, dan upaya mahasiswa dalam mengatasi hambatan untuk melakukan paperless dalam mewujudkan kearifan terhadap lingkungan. Obyek penelitian adalah mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang sudah mengikuti perkuliahan, ujian-ujian yang diselenggarakan oleh dosen pada setiap mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi. b. Chao, Chiang-nan, Niall Hegarty, dan Abraham Stefanidis, 2012. Penelitian dengan judul Global Impacts and Challenges of Paperless Books: A Preliminary Study. St. John’s University USA. 107 International Journal of Business and Social Science, vol. 3 No. 11; June 2012. Penelitian ini menggunakan metode survey terhadap penggunaan buku cetak dan E-book. Buku cetak yang dimaksudkan dalam survey ini adalah semua buku, koran, majalah dan lainnya yang berhubungan dengan cetakan. Penelitian ini membandingkan perbedaan persepsi menggunakan E-book. dan buku cetakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa E-book. di samping dapat megurangi biaya produksi juga dapat dijadikan sebagai jalan untuk melindungi lingkungan secara global. E-book dapat mengurangi jumlah kertas yang harus digunakan pada jenis buku cetakan secara signifikan. Penggunaan E-book ini berarti sejumlah kertas dapat digantikan dengan sistem elektronik. Penggantian kertas dengan sistem elektronik ini menjadikan dapat mengurangi jumlah pohon yang harus dimanfaatkan untuk pengadaan kebutuhan kertas. Pengurangan bahan bahan baku ini dapat menyelamatkan sejumlah pohon dari penebangan. Dengan demikian, hutan tanaman penghasil kayu dapat dipertahankan sebagai paru-paru bumi. Penelitian Chao memiliki kesamaan pada sisi topik yang dikaji, yaitu tentang paperless. Perbedaan mendasar pada topik penelitian ini mengambil pembeda antara topik paperless berupa bahan-bahan cetakan seperti semua jenis buku, koran, majalah dan lainnya yang berhubungan dengan cetakan dengan E-book yang berbasis elektonik. Perbedaan metode yang digunakan pada penelitian Chao dengan 108 survey, sedangkan penelitian ini menggunakan wawancara yang diberikan kepada mahasiswa STAIN Salatiga penelitian untuk mengungkap secara khusus tentang makna kearifan lingkungan, upaya mahasiswa, faktor pendukung, penghambat, dan upaya mahasiswa dalam mengatasi hambatan untuk melakukan paperless dalam mewujudkan kearifan terhadap lingkungan. Obyek penelitian adalah mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang sudah mengikuti perkuliahan, ujian-ujian yang diselenggarakan oleh dosen pada setiap mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi. c. Dwivedi, Sanjay K dan Anand Kumar. 2013. Penelitian dengan judul Development Of Universal Namespace For Workflow Of University Domain For Aspocms. Penelitian survey ini memfokuskan untuk membandingkan persepsi yang berbeda antara E-book dan buku cetak, seperti E-book sekarang ini sangat cepat memberikan tantangan pada penerbitan tradisional di pasar global. Penelitian ini, melalui survei empiris untuk mengkaji dari sudut pandang konsumen, berfokus pada berbagai masalah-masalah manajerial tentang kemampuan konsumen untuk menerima E-book. Masalah-masalah manajerial tidak hanya merupakan strategi untuk industri penerbitan, tetapi juga membentuk masa depan lingkungan yang berkelanjutan. Melalui penelitian ini dapat ditemukan bahwa Ebook memiliki keunggulan yang signifikan dalam berbagai aspek di 109 atas buku cetak. Meskipun E-book adopsi berkembang pesat, dalam beberapa hal, masih belum memiliki beberapa keuntungan sebagaimana yang dimiliki oleh buku cetak, misalnya ada banyak aturan yang berbeda dan bertentangan untuk penggunaan E-book, dan konsumen tidak perlu memiliki kepedulian hak cipta untuk buku cetak. Temuan studi awal ini menunjukkan bahwa penerbit mungkin perlu lebih agresif mempromosikan ebooks tidak hanya sebagai cara untuk mengurangi biaya, tetapi juga sebagai cara untuk melestarikan lingkungan global. Secara ringkasnya penelitian ini dapat dipaparkan di bawah ini: This study focuses on comparing the different perceptions between ebooks and printed books, as the ebooks are now rapidly challenging the traditional publishing market globally. This study, through an empirical survey to examine from the consumers’ standpoints, focuses on a range of managerial issues about ebook adoptions. These managerial issues will not only be strategic to the publishing industry’s bottom line, but also shape our future environment. The study finds ebooks have significant advantages in many aspects over the printed books. Although ebook adoption is growing rapidly, in some ways, it still lacks some of the advantages existed in printed books, e.g. there are many different and incompatible platforms for the usage of ebooks, and the consumers do not need to have the concern of copyright for printed books. The findings of this preliminary study suggest that publishers may need to more aggressively promote ebooks not only as a way to reduce the cost, but also as a way to preserve our global environment. Persamaan penelitian ini adalah semangat untuk melakukan upaya perlindungan terhadap lingkungan. penelitian ini mengungkap perbandingan penggunaan E-book dan buku cetakan. E-book tidak hanya sekadar untuk mengurangi biaya percetakan tetapi juga sebagai 110 cara untuk melakukan perlindungan terhadap lingkungan global. Hal ini menunjukkan adanya perilaku kearifan terhadap lingkungan dengan melakukan gerakan paperless bagi konservasi lingkungan untuk generasi yang akan datang. Perbedaan penelitian ini Perbedaan pada sisi Implementasi Kearifan Lingkungan dalam Budaya Masyarakat Adat Kampung Kuta, sedangkan penelitian ini mencoba untuk memotret kearifan mahasiswa di kampus yang jauh dari interaksi secara langsung dengan lingkungan. Penelitian ini untuk mengungkap secara khusus tentang makna kearifan lingkungan, upaya mahasiswa, faktor pendukung, penghambat, dan upaya mahasiswa dalam mengatasi hambatan untuk melakukan paperless dalam mewujudkan kearifan terhadap lingkungan. Obyek penelitian yang digunakan peneliti adalah sebuah produk yang akan digunakan oleh masyarakat luas, sedangkan penelitian ini dengan mengambil obyek mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang sudah mengikuti perkuliahan, ujian-ujian yang diselenggarakan oleh dosen pada setiap mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi. d. Sri Haryati, 2011. Penelitian dalam bentuk Tesis. UPI Bandung. 2011. Model Penanaman Nilai-Nilai Masyarakat Sunda Kearifan Dalam Lokal Membentuk (Local Genius) Perilaku Pada Lingkungan Bertanggung Jawab. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji model 111 penanaman nilai-nilai kearifan lokal dalam membentuk perilaku lingkungan yang bertanggung jawab pada masyarakat sunda dengan kasus masyarakat Kampung Naga dan Baduy. Metode penelitian yang digunakan dengan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada dua tempat sebagai kasus, yaitu Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya dan Desa Kanekes di Kabupaten Lebak. Subjek dalam penelitian ini adalah para pemuka adat di Kampung Naga dan Kanekes. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Data diolah dan dianalisis secara kualitatif kemudian diinterpretasi untuk memperoleh model penanaman nilai-nilai kearifan lokal dalam membentuk perilaku lingkungan yang bertanggung jawab pada Masyarakat Sunda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya papagon hirup dan budaya pikukuh merupakan nilai-nilai kearifan lingkungan. Nilai-nilai budaya papagon hirup terdapat pada masyarakat Kampung Naga terdiri atas empat nilai, yaitu budaya wasiat, budaya amanat, budaya akibat, dan budaya pamali/tabu. Penanaman nilai budaya papagon hirup tersebut diwariskan dari generasi ke generasi melalui proses belajar budaya (enkulturasi) dan sosialisasi. Pada masyarakat Kampung Naga, setiap warga memiliki pola pikir, sikap, dan perilaku yang berorientasi pada keselarasan lingkungan, baik lingkungan sosial budaya maupun lingkungan alam. Melalui proses pewarisan tersebut setiap warga memahami dan melaksanakan hak dan kewajibannya 112 sebagai warga masyarakat Kampung Naga yang berpedoman pada budaya Papagon Hirup. Pikukuh dijalankan melalui pertabuan pada masyarakat Baduy. Pertabuan dilakukan untuk perlindungan sukma, perlindungan mandala, dan perlindungan tradisi. Penanaman nilai-nilai pikukuh dilakukan sejak dini terhadap anak-anak, di mana orang tua merupakan tokoh dan contoh utama dalam keluarga. Sejak anak-anak mengenal lingkungannya, orang tua berkewajiban untuk memberitahukan tentang pikukuh dan pertabuan. Pengawasan terhadap pikukuh melalui pertabuan pada masyarakat Tangtu dilakukan oleh Jaro Tangtu, sedangkan pengawasan pada masyarakat Panamping dilakukan oleh Jaro Dangka dibantu oleh Jaro Pamarentah dan Tanggungan Jaro Duabelas. Berdasarkan hasil penelitian, rekomendasi diajukan adalah bahwasannya perlu sosialisasi budaya papagon dan budaya pikukuh melalui wahana pendidikan, agar inspirasi harmonisasi hubungan manusia dengan lingkungan alam dapat dikembalikan pada porsinya. Diharapkan penelitian selanjutnya mengkaji model penanaman nilai ini yang dapat dintegrasikan ke dalam pendidikan, serta memperluas identifikasi model penanaman nilai kearifan lingkungan pada pemangku budaya lainnya. Persamaan penelitian ini pada topik tentang kearifan lingkungan. Perbedaan pada obyek penelitian yang secara khusus menemukan model penanaman nilai-nilai kearifan lokal (local genius) pada masyarakat Sunda, sedangkan penelitian ini untuk mengungkap 113 secara khusus tentang makna kearifan lingkungan, upaya mahasiswa, faktor pendukung, penghambat, dan upaya mahasiswa dalam mengatasi hambatan untuk melakukan paperless dalam mewujudkan kearifan terhadap lingkungan. Obyek penelitian adalah mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang sudah mengikuti perkuliahan, ujian-ujian yang diselenggarakan oleh dosen pada setiap mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi. e. Agus Efendi. 2006. Penelitian dalam bentuk Tesis. UPI Bandung. Implementasi Kearifan Lingkungan dalam Budaya Masyarakat Adat Kampung Kuta Sebagai Sumber Pembelajaran IPS. Tujuan penelitian untuk mengetahui pewarisan nilai-nilai budaya lokal melalui pendidikan formal merupakan upaya untuk mencegah masuknya pangaruh negatif globalisasi. Untuk itu diperlukan kajian nilai lokal mana saja yang layak dijadikan sumber belajar sekaligus mengkaji pengaruh sumber belajar tersebut terhadap peningkatan kualitas hasil belajar. Metode yang digunakan adalah etnografi. Hasil penelitian menunjukkan, kearifan lingkungan sebagai salah satu nilai budaya yang hidup berkembang dalam masyarakat Kuta telah mampu menjadikan lingkungan alam Kuta tetap lestari. Keberlanjutan lingkungan tentu bukan hanya kebutuhan masyarakat adat Kampung Kuta melainkan kebutuhan seluruh umat manusia. Untuk itu, melembagakan kembali nilai-nilai lokal adalah 114 kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi. Dengan demikian, nilai budaya lokal khususnya kearifan lingkungan sangat penting untuk menjadikan pembelajaran IPS semakin bermakna. Persamaan Agus Efendi dengan penelitian ini pada topik penelitian tentang kearifan lingkungan. Metode penelitian sama-sama menggunakan penelitian lapangan (field research) pada jenis penelitian kualitatif. Perbedaan pada sisi Implementasi Kearifan Lingkungan dalam Budaya Masyarakat Adat Kampung Kuta, sedangkan penelitian ini mencoba untuk memotret kearifan mahasiswa di kampus yang jauh dari interaksi secara langsung dengan lingkungan. Penelitian ini untuk mengungkap secara khusus tentang makna kearifan lingkungan, upaya mahasiswa, faktor pendukung, penghambat, dan upaya mahasiswa dalam mengatasi hambatan untuk melakukan paperless dalam mewujudkan kearifan terhadap lingkungan. Obyek penelitian yang digunakan peneliti terdahulu masyarakat, sedangkan penelitian ini dengan mengambil obyek mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang sudah mengikuti perkuliahan, ujianujian yang diselenggarakan oleh dosen pada setiap mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi. f. Tiwari, Mohit dan Seema Syah. (2010). Penelitian dengan judul Networking of Paperless Offices in Technical Institutes of India. Penelitian ini menggunakan studi kasus 115 dengan melakukan seleksi dua Perguruan Tinggi di India. Teknik pengumpulan data dengan angket yang diberikan kepada mahasiswa, karyawan, dan pimpinan tentang persepsi sivitas akdemika tersebut terhadap tradisi lama dengan menggunakan sistem pencetakan ke dalam manajemen baru yang berbasis pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan secara dinamis terhadap penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dengan variasi bidang manajemen. Teknologi informasi dan komunikasi tetap digunakan pada sistem administrasi dan berbagai macam laboratorium melalui media internet dan e-library. Hal ini menjadi faktor penilain yang dapat dipercaya dalam mencapai kebijakan paperless. Hampir semua sivitas akademika merasa nyaman dengan menggunakan kebijakan paperless. Kebijakan dan aturan yang diterapkan dengan menggunakan paperless bagi kedua Perguruan Tinggi tersebut dapat memberikan kepuasan kepada sivitas akademika pada masa yang akan datang. Persamaan penelitian Tiwari dan Syah pada topik penelitian tentang paperless dengan obyek yang sama bagi mahasiswa di Perguruan Tinggi. Keberbedaan dengan penelitian yang dilakukan pada pendekatan penelitian. Penelitian Tiwari dan Syah dengan menggunakan angket untuk menemukan persepsi penggunaan kertas sebagai metode tradisional dan paperless sebagai metode yang dapat 116 mengangkat kelebihan teknologi informasi dan komunikasi. Penelitian ini menggunakan wawancara untuk menemukan tentang makna kearifan lingkungan, upaya mahasiswa, faktor pendukung, penghambat, dan upaya mahasiswa dalam mengatasi hambatan untuk melakukan paperless dalam mewujudkan kearifan terhadap lingkungan. Perbedaan lain pada obyek penelitian yang digunakan oleh Tiwari dan Syah pada dua Perguruan Tinggi, sedangkan penelitian ini hanya pada satu perguruan tinggi dengan informan bertujuan pada mahasiswa yang sudah mengikuti perkuliahan, ujianujian yang diselenggarakan oleh dosen pada setiap mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi. 117 Tabel 2.5 Hasil Penelitian Terdahulu NO NAMA TAHUN JENIS METODE 1. Mangen, 2013 Penelitian Penelitian Bente R. komparat merupakan menunjukkan bahwa siswa penelitian ini penelitian Walgerm, if penelitian yang membaca teks dalam pada sisi topik pada sisi topik, Kolbjørn komparatif yang bentuk paperless pada Brønnick. bertujuan signifikan memperoleh nilai Penelitian ini penelitian mengetahui efek yang lebih rendah pada sama-sama Mangen (2013) kegiatan kegiatan pada membaca secara dibandingkan dengan siswa penelitian penggunaan komprehensif, yang membaca teks secara lapangan. kertas cetakan membaca dengan digital. dan perbendaharaan temuan ini bagi pemegang monitor kata pada siswa kebijakan sebagai media Norwegia. mendiskusikan lebih lanjut untuk Komparasi yang dalam membaca pada digunakan adalah mengembangkan tes yang pelajaran dua diselenggarakan bagi siswa bahasa. sekolah dasar. Penelitian grup HASIL ini untuk yang akan diteliti, satu grup dengan membaca Hasil PERSAMAAN penelitian Persamaan cetakan tes secara paperless. membaca merupakan Implikasi dari untuk rangka PERBEDAAN Perbedaan ini layar ini menggunakan wawancara 118 menggunakan yang diberikan teks kepada dan kedua yang dengan mahasiswa dibantu teks dari STAIN layar Salatiga komputer. Reponden yang penelitian digunakan adalah untuk 72 mengungkap orang sekolah dari dasar secara khusus yang berbeda di tentang makna Norway. Metode kearifan pengumpulan lingkungan, data upaya dengan random ke dalam mahasiswa, dua grup. faktor pendukung, penghambat, dan upaya mahasiswa dalam mengatasi 119 hambatan untuk melakukan paperless dalam mewujudkan kearifan terhadap lingkungan. Obyek penelitian adalah mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang sudah mengikuti perkuliahan, 120 ujian-ujian yang diselenggaraka n oleh dosen pada setiap mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi. 2. Chao, 2012 Penelitian Penelitian ini Hasil penelitian Penelitian Chao Chiang- menggunakan menunjukkan nan, Niall metode book. di samping dapat kesamaan pada topik penelitian Hegarty, terhadap megurangi biaya produksi sisi topik yang ini mengambil dan penggunaan buku juga dijadikan dikaji, yaitu pembeda antara Abraham cetak dan E-book. sebagai untuk tentang topik paperless Stefanidis Buku cetak yang melindungi dimaksudkan survey bahwa dapat jalan E- memiliki Perbedaan lingkungan paperless. mendasar pada berupa bahan- secara global. E-book. di bahan cetakan dalam survey ini samping dapat megurangi seperti semua adalah semua biaya produksi juga dapat jenis buku, koran, dijadikan koran, majalah sebagai jalan buku, 121 majalah dan lainnya yang untuk melindungi dan lainnya lingkungan secara global. yang berhubungan E-book dapat mengurangi berhubungan dengan jumlah kertas yang harus dengan cetakan digunakan pada jenis buku dengan E-book membandingkan cetakan secara signifikan. yang perbedaan Penggunaan ini elektonik. persepsi berarti kertas Perbedaan menggunakan E- dapat digantikan dengan metode book. dan buku sistem elektronik. digunakan pada cetakan. Penggantian kertas dengan penelitian Chao sistem dengan survey, cetakan. Penelitian ini E-book sejumlah elektronik menjadikan ini berbasis yang dapat sedangkan mengurangi jumlah pohon penelitian yang harus dimanfaatkan menggunakan untuk wawancara pengadaan kebutuhan kertas. yang diberikan Pengurangan bahan bahan kepada baku mahasiswa ini dapat menyelamatkan pohon dari ini sejumlah STAIN Salatiga penebangan. penelitian untuk 122 Dengan demikian, hutan mengungkap tanaman secara dapat penghasil kayu dipertahankan sebagai paru-paru bumi. khusus tentang makna kearifan lingkungan, upaya mahasiswa, faktor pendukung, penghambat, dan upaya mahasiswa dalam mengatasi hambatan untuk melakukan paperless dalam mewujudkan kearifan terhadap 123 lingkungan. Obyek penelitian adalah mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang sudah mengikuti perkuliahan, ujian-ujian yang diselenggarakan oleh dosen pada setiap mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan 124 skripsi. 3. Dwivedi, 2013 Penelitian Penelitian survey Melalui penelitian ini dapat Sanjay K ini memfokuskan ditemukan bahwa E-book penelitian dan untuk memiliki keunggulan yang adalah semangat Implementasi Anand membandingkan signifikan dalam berbagai untuk Kearifan Kumar. persepsi aspek di atas buku cetak. melakukan Lingkungan berbeda antara E- Meskipun E-book adopsi upaya dalam book dan buku berkembang pesat, dalam perlindungan Masyarakat cetak, seperti E- beberapa hal, masih belum terhadap Adat Kampung book sekarang ini memiliki Kuta, sangat keuntungan yang cepat memberikan tantangan pada penerbitan tradisional pasar Penelitian di global. ini, Persamaan Perbedaan pada ini beberapa lingkungan. sebagaimana penelitian ini sisi Budaya sedangkan yang dimiliki oleh buku mengungkap penelitian cetak, misalnya ada banyak perbandingan mencoba untuk aturan yang berbeda dan penggunaan E- memotret bertentangan kearifan untuk book dan buku penggunaan E-book, dan cetakan. E-book mahasiswa konsumen hanya kampus untuk jauh tidak perlu tidak ini di yang melalui survei memiliki kepedulian hak sekadar empiris untuk cipta untuk buku cetak. mengurangi interaksi secara Temuan langsung mengkaji dari studi awal ini biaya dari 125 sudut pandang konsumen, menunjukkan penerbit berfokus pada bahwa percetakan mungkin lebih dengan perlu tetapi juga lingkungan. agresif sebagai cara Penelitian E-books untuk ini berbagai mempromosikan untuk masalah-masalah tidak hanya sebagai cara melakukan mengungkap manajerial untuk mengurangi biaya, perlindungan secara khusus tentang tetapi juga sebagai cara terhadap tentang makna kemampuan untuk kearifan konsumen untuk lingkungan global. melestarikan lingkungan global. Hal ini lingkungan, menunjukkan upaya adanya perilaku mahasiswa, kearifan faktor terhadap pendukung, hanya merupakan lingkungan penghambat, strategi dengan dan industri melakukan mahasiswa penerbitan, tetapi gerakan dalam juga membentuk paperless masa depan konservasi hambatan untuk lingkungan yang lingkungan melakukan berkelanjutan. untuk paperless dalam menerima book. E- Masalah- masalah manajerial tidak untuk bagi generasi upaya mengatasi 126 yang akan mewujudkan datang. kearifan Perbedaan terhadap penelitian ini lingkungan. Obyek penelitian yang digunakan peneliti adalah sebuah produk yang akan digunakan oleh masyarakat luas, sedangkan penelitian ini dengan mengambil obyek mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) 127 Salatiga yang sudah mengikuti perkuliahan, ujian-ujian yang diselenggarakan oleh dosen pada setiap mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi. 4. Sri Haryati 2011 Tesis Metode penelitian Hasil yang penelitian Persamaan menunjukkan bahwa penelitian ini Perbedaan pada obyek penelitian digunakan budaya papagon hirup dan pada topik yang secara dengan budaya pikukuh merupakan tentang kearifan khusus pendekatan nilai-nilai menemukan penelitian lingkungan. kualitatif. budaya kearifan lingkungan. Nilai-nilai papagon hirup model penanaman Penelitian ini terdapat pada masyarakat nilai-nilai dilakukan pada Kampung Naga terdiri atas kearifan lokal 128 dua tempat empat nilai, yaitu budaya (local genius) sebagai kasus, wasiat, pada masyarakat yaitu Kampung Naga di budaya amanat, budaya akibat, dan budaya Sunda, pamali/tabu. sedangkan Penanaman Kabupaten nilai budaya papagon hirup penelitian ini Tasikmalaya dan tersebut diwariskan untuk Desa Kanekes di generasi ke Kabupaten melalui proses Lebak. dari generasi belajar mengungkap secara khusus Subjek budaya (enkulturasi) dan tentang makna dalam penelitian sosialisasi. Pada masyarakat kearifan ini adalah para Kampung lingkungan, pemuka adat di warga memiliki pola pikir, upaya Kampung sikap, dan perilaku yang mahasiswa, faktor Naga Naga, setiap dan Kanekes. berorientasi pada Data diperoleh keselarasan lingkungan, melalui baik wawancara, budaya maupun lingkungan dan upaya alam. mahasiswa observasi, dan lingkungan Melalui sosial pendukung, proses penghambat, studi pewarisan tersebut setiap dalam mengatasi dokumentasi. warga dan hambatan untuk Data diolah dan melaksanakan dan melakukan memahami hak 129 dianalisis secara kewajibannya kualitatif warga kemudian Kampung yang kearifan diinterpretasi berpedoman pada budaya terhadap untuk Papagon lingkungan. memperoleh dijalankan model pertabuan pada masyarakat penelitian penanaman nilai- Baduy. Pertabuan dilakukan adalah nilai kearifan untuk perlindungan sukma, mahasiswa di lokal dalam perlindungan mandala, dan Sekolah Tinggi membentuk perlindungan Agama Islam perilaku Penanaman lingkungan yang pikukuh bertanggung dini terhadap anak-anak, di sudah mengikuti mana orang tua merupakan perkuliahan, Masyarakat tokoh dan contoh utama ujian-ujian yang Sunda. dalam keluarga. Sejak anak- diselenggarakan anak oleh dosen pada jawab pada sebagai masyarakat Naga Hirup. Pikukuh melalui tradisi. nilai-nilai dilakukan sejak mengenal paperless dalam mewujudkan Obyek Negeri (STAIN) Salatiga yang lingkungannya, orang tua setiap mata berkewajiban kuliah, PPL, memberitahukan untuk tentang KKL, KKN, dan 130 pikukuh dan pertabuan. Pengawasan terhadap bimbingan skripsi. pikukuh melalui pertabuan pada masyarakat Tangtu dilakukan oleh Jaro Tangtu, sedangkan pada pengawasan masyarakat Panamping dilakukan oleh Jaro Dangka dibantu oleh Jaro Pamarentah dan Tanggungan Jaro Duabelas. Berdasarkan penelitian, hasil rekomendasi diajukan adalah bahwasannya perlu sosialisasi budaya papagon dan budaya pikukuh melalui wahana pendidikan, agar inspirasi harmonisasi hubungan manusia dengan lingkungan alam dapat 131 dikembalikan pada porsinya. Diharapkan penelitian selanjutnya mengkaji model penanaman nilai ini dintegrasikan yang dapat ke dalam pendidikan, serta memperluas identifikasi model penanaman nilai kearifan lingkungan pada pemangku budaya lainnya. 5. Agus Efendi 2006 Metode yang Hasil penelitian kearifan Persamaan Perbedaan pada Agus sisi digunakan adalah menunjukkan, etnografi. lingkungan sebagai salah dengan satu nilai penelitian budaya yang Efendi Implementasi ini hidup berkembang dalam pada masyarakat penelitian dalam tentang kearifan Masyarakat lingkungan. Adat Kampung Metode Kuta, mampu lingkungan Kuta telah menjadikan alam Kuta tetap lestari. Keberlanjutan topik Kearifan Lingkungan Budaya 132 lingkungan tentu penelitian sedangkan sama-sama penelitian masyarakat adat Kampung menggunakan mencoba untuk Kuta melainkan kebutuhan penelitian memotret seluruh manusia. lapangan (field kearifan Untuk itu, melembagakan research) pada mahasiswa kembali nilai-nilai lokal jenis penelitian kampus adalah kebutuhan yang kualitatif. jauh hanya bukan kebutuhan umat ini di yang dari tidak dapat ditawar lagi. interaksi secara Dengan langsung budaya demikian, lokal nilai khususnya dengan kearifan lingkungan sangat lingkungan. penting untuk menjadikan Penelitian pembelajaran IPS semakin untuk bermakna. mengungkap ini secara khusus tentang makna kearifan lingkungan, upaya mahasiswa, 133 faktor pendukung, penghambat, dan upaya mahasiswa dalam mengatasi hambatan untuk melakukan paperless dalam mewujudkan kearifan terhadap lingkungan. Obyek penelitian yang digunakan peneliti terdahulu masyarakat, sedangkan 134 penelitian ini dengan mengambil obyek mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang sudah mengikuti perkuliahan, ujian-ujian yang diselenggarakan oleh dosen pada setiap mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi. 135 6. Tiwari, Penelitian ini Mohit dan menggunakan menunjukkan Seema studi terdapat peningkatan secara Tiwari dan Syah penelitian yang Syah dengan dinamis melakukan penggunaan kasus seleksi dua Hasil penelitian Persamaan bahwa penelitian Keberbedaan dengan terhadap pada topik dilakukan pada teknologi penelitian pendekatan informasi dan komunikasi tentang penelitian. Perguruan Tinggi dengan Penelitian di India. Teknik manajemen. pengumpulan informasi dan komunikasi yang sama bagi dengan data dengan tetap digunakan pada sistem mahasiswa yang administrasi dan berbagai Perguruan angket diberikan kepada macam menemukan mahasiswa, melalui media internet dan persepsi dan e-library. Hal ini menjadi penggunaan pimpinan tentang faktor penilain yang dapat kertas persepsi dipercaya dalam mencapai metode akdemika kebijakan tradisional tersebut terhadap Hampir tradisi akademika merasa nyaman sebagai metode dengan dengan yang menggunakan kebijakan angket karyawan, sivitas lama variasi bidang paperless Teknologi dengan laboratorium Tinggi paperless. semua sivitas menggunakan paperless. obyek Tiwari dan Syah di menggunakan untuk sebagai dan paperless dapat mengangkat 136 sistem pencetakan ke Kebijakan dan aturan yang kelebihan diterapkan dengan teknologi dalam menggunakan paperless informasi manajemen baru bagi Perguruan komunikasi. yang Tinggi berbasis kedua tersebut dapat Penelitian ini pada penggunaan memberikan teknologi kepada sivitas akademika wawancara pada untuk informasi dan komunikasi. Hasil datang. penelitian masa kepuasan dan yang akan menggunakan menemukan tentang makna menunjukkan kearifan bahwa lingkungan, terdapat peningkatan upaya secara mahasiswa, dinamis terhadap faktor penggunaan pendukung, teknologi penghambat, informasi dan dan upaya komunikasi mahasiswa dengan dalam mengatasi bidang variasi hambatan untuk 137 manajemen. melakukan Teknologi paperless dalam informasi dan mewujudkan komunikasi tetap kearifan digunakan terhadap pada sistem lingkungan. administrasi dan Perbedaan berbagai macam pada laboratorium penelitian yang melalui media digunakan oleh internet dan e- Tiwari dan Syah library. Hal ini pada menjadi faktor Perguruan penilain yang dapat lain obyek dua Tinggi, dipercaya sedangkan dalam mencapai penelitian kebijakan hanya pada satu paperless. perguruan tinggi Hampir semua dengan sivitas akademika informan merasa bertujuan nyaman ini pada 138 dengan mahasiswa yang menggunakan sudah mengikuti kebijakan perkuliahan, paperless. ujian-ujian yang Kebijakan aturan dan diselenggarakan yang oleh dosen pada diterapkan setiap mata dengan kuliah, PPL, menggunakan KKL, KKN, dan paperless bimbingan bagi kedua Perguruan Tinggi skripsi. tersebut dapat memberikan kepuasan kepada sivitas akademika pada masa yang akan datang. 139 B. Kerangka Berfikir Bumi adalah bagian teramat sangat kecil dalam susunan alam semesta ini. Bumi sesungguhnya telah diciptakan dengan sangat sempurna oleh Allah Swt. Kokoh, kuat, dan seimbang, untuk menghidupi seluruh makhluk ciptaanNya. Bumi mampu memenuhi seluruh kebutuhan makhluk yang tinggal dan hidup di atasnya. Bumi merupakan tempat hidup bagi berbagai macam makhluk hidup dan matahari sebagai salah satu sumber energi bagi kehidupan yang dilengkapi dengan kekayaan sumber daya. Mangunjaya (2006: 283) menerangjelaskan bahwa bumi seperti halnya makhluk hidup, sangat sensitif atas perlakukan yang tidak seimbang. Bumi dapat jatuh sakit apabila ada organ atau sistem yang telah berjalan atas kodrat atau fitrahnya terganggu. Bumi memiliki keterbatasan tertentu, yang berarti bumi adalah suatu sistem terbatas apabila dilanggar dan diperlakukan melebihi kapasitasnya akan mengakibatkan ketidakseimbangan yang merugikan umat manusia. Bumi tempat kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya, kini sedang dihadapkan pada semakin menurunnya kualitas lingkungan hidup. Hal ini berarti menyebabkan semakin menurunnya fungsi dan tatanan lingkungan hidup, sehingga kondisinya harus dipulihkan kembali. Kerusakan yang begitu besar terjadi di muka bumi ini dengan berbagai persoalan sosial yang menyertainya, memerlukan perhatian yang lebih serius. Bumi, manusia dan pembangunan, sama-sama harus diberi kesempatan yang seimbang, bumi harus mendapat prioritas utama mengingat kondisinya sudah begitu 140 memprihatinkan. Kondisi yang membuat kronisnya bumi banyak dipengaruhi oleh perilaku manusia dalam rangka menuju kemajuan negara melalui program pengembangan pembangunan. Pengembangan teknologi dan ilmu pengetahuan cukup mewarnai kerusakan bumi dan isinya. Pemanfaatan dan eksploitasi bumi dan lingkungan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ditengarai sebagai biang kerusakan lingkungan hidup. Banyak kasus atas dilakukannya penebangan liar pada hutan yang berimplikasi pada degradasi hutan dan deforestasi atau penurunan terhadap kuantitas pohon di hutan. Beranjak dari implikasi degradasi hutan rupanya masalah tidak berhenti disitu, melainkan muncul masalah lain yakni menurunnya kuantitas oksigen yang dibutuhkan makhluk hidup dan tidak bisa mengimbangi kuantitas karbon yang semakin banyak. Karbon yang semakin banyak berimplikasi pada global warming. Masalah-masalah tersebut menjadi masalah global dan harus dipecahkan bersama demi terjaganya kelestarian dan keselamatan bumi. Banyak pihak yang sudah melakukan upaya untuk menyelamatkan bumi dari ancaman global warming. Ide paperless kemudian muncul sebagai alternatif dalam upaya penurunan degradasi dan pencegahan global warming yang mengancam keselamatan bumi. Paperless sendiri dilakukan dengan cara meminimalisasi penggunaan kertas yang akan mengurangi penebangan pohon. Namun pada kenyataannya semakin berkembangnya waktu tingkat kebutuhan akan kertas semakin tinggi. Teknologi informasi dan komunikasi tidak dapat membendung kebutuhan kertas bagi mahasiswa di PT, termasuk di STAIN Salatiga. Beberapa kegiatan 141 akademik di kampus masih memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kertas, meskipun sivitas akademik sudah sangat familiar dengan hal ini. Kegiatan perkuliahan masih menggunakan materi cetakan yang harus digandakan oleh setiap mahasiswa, tugas-tugas perkuliahan masih identik dengan mengumpulkan makalah yang berjumlah antara 10 hingga 20 halaman per/mahaiswa/per/mata kuliah. Jenis ujian tulis yang masih membutuhkan banyak kertas, pembekalan praktek pengalaman lapangan (PPL), pembekalan Kuliah Kerja Lapangan (KKL), pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN), dan proses bimbingan skripsi yang seharusnya dapat diminimalisir penggunaan kertas tidak dilakukan. Rasa kepedulian mahasiswa dan sivitas akademik lainnya yang masih perlu dimotivasi untuk menumbuhkan kearifan terhadap lingkungan. Upaya tersebut membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Keinginan mahasiswa untuk mengurangi penggunaan kertas tidak didukung oleh sivitas akademik yang lain, demikian juga keinginan dosen untuk meminimalisir penggunaan kertas tidak ada kesiapan mahasiswa, keinginan bagian akademik tidak mendapatkan restu dari pimpinan karena kepentingan birokrasi. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui makna kearifan lingkungan, upaya mahasiswa STAIN Salatiga dalam mewujudkan kearifan lingkungan, faktor pendukung dan penghambat kearifan lingkungan, dan upaya mahasiswa STAIN Salatiga dalam mengatasi hambatan melakukan paperless untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan. Secara khusus penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang sudah mengikuti 142 perkuliahan, ujian-ujian yang diselenggarakan oleh dosen pada setiap mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi. 143 Kerangka berfikir tersebut dapat digambarkan dalam bagan 2.20. Bumi ciptaan Allah Swt dalam kesempurnaan dan Keseimbanngan Kokoh Bumi ciptaan Allah Swt dalam Kuat Seimbang kesempurnaan dan Keseimbanngan Menghidupi seluruh makhluk hidup Menurun kualitas dan fungsi Perilaku manusia Perkembangan Ilmu dan Teknologi Hutan sebagai bahan baku kertas Kkertas Paperless bagi Mahasiswa Mahasiswa STAIN masih bergantung pada kertas Proses perkuliahan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Kuliah Kerja Nyata (KKN) Penyusunan skripsi Upaya mengatasi hambatan penghambat pendukung Upaya paperless Makna kearifan Gb. 2. 20 Kerangka Pemikiran 144 publikasi bimbingan pelaksanaan pembekalan pelaksanaan pembekalan pelaksanaan pembekalan ujian penugasan materi Teknologi informasi dan komunikasi sudah familiar di kalangan Mahasiswa STAIN Salatiga BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian di STAIN Salatiga. Penelitian dilakukan dalam waktu 5 (lima) bulan mulai Juli sampai Nopember 2014. B. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian tentang Kearifan Lingkungan melalui Upaya Paperless Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi Mahasiswa STAIN Salatiga ini merupakan field research dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah tentang apa makna kearifan lingkungan, upaya mahasiswa, faktor pendukung dan penghambat kearifan lingkungan, dan upaya mahasiswa dalam mengatasi hambatan untuk melakukan paperless dalam mewujudkan kearifan terhadap lingkungan. Sumanto (2002: 11) berpendapat ‘Penelitian kualitatif tertarik untuk melakukan pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk kepentingan generalisasi’. Milles dan Michael (1992: 2) memberikan karakteristik penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif akan mendapatkan data kualitatif yang sangat menarik, memiliki sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat’. Peneliti dapat memahami alur peristiwa secara kronologis dan mendalam terhadap upaya yang 145 dilakukan oleh mahasiswa untuk mengimplementasikan paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan perkuliahan dan berorganisasi secara kokoh. Penelitian ini juga diharapkan dapat mengetahui sebab akibat dalam lingkup pikiran mahasiswa untuk mengimplementasikan paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan perkuliahan dan berorganisasi. Penelitian ini juga dapat memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat terhadap daya dukung dan hambatan dalam mengimplementasikan paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi serta upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam melakukan paperless untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan. Jenis penelitian ini dipilih dalam rangka mendapatkan informasi data yang menarik, deskripsi yang luas, kokoh, mendalam secara kronologis tentang makna kearifan lingkungan, upaya yang dilakukan, faktor pendukung dan penghambat, dan upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam melakukan paperless untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan.bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. C. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini mahasiswa STAIN Salatiga yang sedang mengikuti program perkuliahan dan bergorganisasi. Kegiatan mahasiswa dalam penelitian ini antara lain pada proses perkuliahan berupa kegiatan di dalam kelas dan di luar kelas dalam memanfaatkan kertas dan menggunakan 146 teknologi informasi dan komunikasi. Peneliti menggali informasi dari obyek penelitian melalui kegiatan wawancara dengan teknik pengambilan subyek penelitian dengan nonprability sampling. Nonprability sampling merupakan sampel yang bertujuan dengan mengambil subyek penelitian yang sedang mengikuti perkuliahan aktif, Kuliah Kerja Nyata (KKN), Praktek Pengalaman Lapangan (PPL), dan bimbingan skripsi. Silverman berpendapat (1993: 10) qualitative researchers administer interviews or questionnaires to random samples of the population. Mulyana (2004: 187)berpendapat subyek penelitian yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan nonprobability sampling yaitu teknik purposive sampling (sampel bertujuan). Menurut Nasution, (2007: 98) sampling purposive yaitu dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Tentang jumlah subyek penelitian menurut Mulyana (2004: 182) bahwa peneliti yang menggunakan penentuan sampel purposive sampling dengan mewawancarai sampel acak dari suatu kelompok yang diteliti, tidak ada kriteria baku mengenai berapa jumlah informan yang harus diwawancarai. Bungin (2012: 53) berpedapat prosedur sampling dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana menentukan key informan atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Berdasarkan teori di atas, maka peneliti menentukan key infoman secara purposive sampling secara sengaja yaitu mahasiswa STAIN Salatiga tanpa membatasi jumlah informan ataupun key informan yang sudah menempuh perkuliahan, PPL, KKL, KKN, dan penulisan skripsi. 147 Peneliti menghentikan proses penelitian apabila sudah memperoleh data jenuh tentang kearifan lingkungan dengan paperless berbasis informasi dan komunikasi yang ada di STAIN Salatiga. Bungin (2012: 53) berpendapat sebagai aturan umum, peneliti berhenti melakukan wawancara sampai data menjadi jenuh, artinya peneliti tidak menemukan aspek baru dalam fenomena yang diteliti. Penelitian kualitatif tidak dipersoalkan jumlah sampel, dalam hal ini jumlah sampel (informan) bisa sedikit, tetapi juga bisa banyak terutama tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan kunci, kompleksitas dan keragaman fenomena sosial yang diteliiti. D. Sumber Data Sumber data sebagai hal penting dalam penelitian perlu direncanakan dengan baik. Sumber penelitian yang tidak direncanakan dan ditetapkan dengan baik akan mengganggu proses penelitian yang dilakukan. Perencanaan yang tidak matang ini akan mengakibatkan kerancuan dalam pengumpulan data. Data yang rancu tersebut dapat menimbulkan hasil penelitian yang baik. Sumber data dalam penelitian ini mengacu pada 3 (tiga) sumber yaitu dari unsur person (orang), place (tempat) dan paper (administrasi). Sumber data dari unsur orang dan tempat dalam penelitian ini adalah mahasiswa STAIN Salatiga di kampus STAIN Salatiga. Sumber data pada unsur adminstrasi antara lain dari berkas administrasi yang digunakan oleh mahasiswa STAIN Salatiga dalam upaya meminimalisir penggunaan kertas (paperless) di STAIN Salatiga. Ketiga sumber data tersebut dipandang mampu menemukan data tentang makna kearifan lingkungan, upaya paperless, pendukung, 148 penghambat, upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam melakukan paperless untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan berbasis teknologi informasi dan komunikasi bagi mahasiswa STAIN Salatiga. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Marshall (1994: 78) berpendapat the fundamental methodes relied on by qualitative researchers for gathering information are participation in the setting, direct observation, indepth interviewing, and document review. Berdasarkan hal itu, dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara dan observasi. 1. Wawancara Wawancara merupakan proses untuk memperoleh keterangan informasi sesuai dengan tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan informan dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide. Mulyana (2004: 180) berpendapat wawancara merupakan bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan berdasarkan pada tujuan tertentu. Marshall (1994: 80) berpendapat indepth interview is a data collection methode relied on quite extensively by qualitative researchers...categorizes interviews into three general type; the informal conversational interview, the general interview guide approach, and the 149 standarized open ended interview. Wawancara mendalam diperlukan untuk mengumpulkan data yang sangat luas dalam penelitian kualitatif. Kategori wawancara mendalam terdiri dari berbagai macam, antara lain wawancara secara tidak formal, wawancara terpimpin, dan wawancara terbuka. Salim (2005: 17) berpendapat wawancara dapat dibedakan menjadi 4 (empat) model yaitu wawancara tidak langsung, wawancara dengan pedoman umum, wawancara dengan pedoman terstandar dan terbuka, dan wawancara tidak langsung. Sugiyono (2009: 140) berpendapat wawancara terstruktur merupakan wawancara yang bebas dilakukan oleh peneliti, artinya peneliti menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data yang dibutuhkan. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan deskripsi dan orientasi awal untuk menemukan permasalahan penelitian. Menemukan informasi yang ada di lapangan kemudian diperdalam untuk mendapatkan data yang lengkap hingga mencapai titik jenuh dengan wawancara tidak formal, pedoman wawancara, terstandar, terbuka, dan terpimpin melalui penelitian. Wawancara yang digunakan dengan model wawancara terbuka, artinya informan dapat mengungkapkan beberapa hal yang berkaitan dengan pemahaman tentang makna kearifan lingkungan, upaya yang dilaksanakan, pendukung, dan hambatan yang diprediksikan sampai menemukan titik jenuh. 150 Peneliti menggunakan kisi-kisi wawancara yang berisi tentang upaya paperless bagi mahasiswa STAIN Salatiga. Untuk membantu mendapatkan data penting dan menghindari data yang tidak dapat dicatat, maka peneliti menggunakan alat bantu berupa buku catatan dan tape recorder/handycam. Data yang terkumpul ditayangkan dalam bentuk verbatim. Verbatim memuat identitas informan atau key person, waktu, tanggal, tempat, daftar wawancara, koding dan interpretasi. Wawancara yang dilakukan dengan mendideskripsikan situasi, kondisi, dan identitas informan, termasuk pengantar wawancara hingga materi wawancara tentang topik yang diteliti semua dicatat dalam verbatim. Koding dengan cara membuat kode-kode yang dirumuskan oleh peneliti berdasarkan hasil wawancara. Hasil membuat kode tersebut dibuat secara deskriptif berupa persepsi yang dapat disimpulkan secara sementara. Wawancara sebagai teknik pengumpulan data primer ini diberikan kepada informan atau key person yang ditentukan sebelumnya dengan sistem snowball. Wawancara sebagai data primer, maka data yang diperoleh dari wawancara merupakan data utama guna menjawab pemasalahan penelitian. Informan yang dipilih melalui wawancara ini adalah mahasiwa berstatus aktif kuliah dan atau mahasiswa yang mengikuti organisasi intra kampus. Wawancara dilakukan dengan menggunakan teknik snowball. Wawancara dalam Penelitian ini menggunakan sistem snowball untuk memperluas subyek penelitian yang diawali pada mahasiswa yang berstatus aktif mengikuti perkuliahan dan 151 mengikuti organisasi intra kampus dan dilanjutkan kepada mahasiswa lainnya yang direferensikan oleh informan awal, demikian seterusnya sampai mendapatkan data jenuh. Idrus (2007: 119) berpendapat snowball digunakan untuk memperluas subyek penelitian. Harapan yang diinginkan dapat memperoleh data secara lengkap yangberkaitan dengan makna kearifan lingkungan, upaya yang dilakukan dan menemukan data berupa faktor pendukung, penghambat, dan upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam melakukan paperless untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan berbasis teknologi informasi dan komunikasi bagi mahasiswa STAIN Salatiga tahun 2014. 2. Observasi Observasi dalam penelitian ini digunakan sebagai pelengkap metode wawancara sekaligus sebagai kriterium untuk mendapatkan informasi yang menjadi tujuan penelitian. Observasi sebagai metode pelengkap dalam penelitian ini berfungsi sebagai pendekatan untuk melengkapi data wawancara. Sebagai kriterium, observasi digunakan untuk menguji kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh dengan metode lain. Silverman (1993: 30) berpendapat observation is fundamental about understanding the routine rather than what appears to be exciting. Nasution (2007: 106) menguatkan bahwa metode observasi dilakukan untuk menemukan informasi tentang perilaku manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Observasi yang dilakukan agar dapat menemukan informasi tentang perilaku manusia sebagaimana dalam kenyataan. Hasil 152 observasi memerlukan catatan sistematis tentang kejadian yang ada di lapangan, perilaku, benda-benda yang ada di sekitar informan sehingga data yang diperoleh dapat digunakan dengan baik. Informasi yang diperoleh dalam observasi ini diperoleh dari mahasiswa berstatus aktif dan mengikuti kegiatan organisasi intra kampus. Proses ini ini sebagaimana dengan jelas dikonsepkan oleh Marshall (1994: 79) bahwa observation entails the systematic noting and recording of events, behaviour, artifacts (objects) in the social setting chosen for study. Observasi dilaksanakan dalam rangka melihat kejadian, perilaku, dan benda-benda yang ada di sekitar informan. Nasution (2007: 106) menggambarkan pelaksanaan observasi dengan cara melukiskan kata-kata secara cermat dan tepat apa yang diamati, mencatatnya dan kemudian mengolahnya dalam rangka masalah yang diteliti secara ilmiah. Observasi dilakukan tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasikannya. Observasi dilakukan secara langsung dan terbuka sebagaimana diterapkan oleh Sukardi (2005: 79) bahwa observasi yang dilakukan secara terbuka artinya peneliti dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan informan diketahui secara terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti terjadi hubungan atau interaksi secara wajar. Observasi dalam penelitian ini dilakukan secara langsung, terbuka, tanpa disengaja untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan upaya paperless bagi mahasiswa STAIN Salatiga sehingga dapat diketahui juga 153 pengetahuan mahasiswa dalam menemukan makna kearifan lingkungan, faktor pendukung, penghambat upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam melakukan paperless untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan berbasis teknologi informasi dan komunikasi bagi mahasiswa STAIN Salatiga. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data pada penelitian kualitatif yang sudah diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam dan terus menerus sampai mendapatkan data jenuh mengakibatkan data bervariasi. Variasi data yang diperoleh perlu dilakukan analisis data kualitatif dengan teknik yang tepat. Ketepatan teknik analisis yang digunakan dapat memberikan sumbangan pada hasil penelitian yang sesuai. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih data yang penting untuk dipelajari dari hasil wawancara dan catatan hasil observasi. Analisis data sebagai proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh peneliti selanjutnya disusun kesimpulan yang dapat dipahami dengan mudah oleh orang lain. Temuan hasil penelitian dapat diinformasikan kepada orang lain. Tahapan analisis data dengan melalui 2 (dua) cara yaitu analisis sebelum ke lapangan dan setelah ke lapangan. Pertama, Analisis sebelum di lapangan analisis ini merupakan studi pendahuluan yang dijadikan sebagai 154 sumber data sekunder sebagai awal menentukan fokus penelitian. Fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada informan selama di lapangan. Kedua, Analisis selama dan setelah di lapangan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari informan tentang materi yang diberikan dosen pada saat perkuliahan, penugasan, ujian tengah semester dan akhir semester, PPL, KKL, KKN, dan penulisan skripsi. Apabila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu sehingga diperoleh data yang kredibel. Secara umum, penelitian kualitatif dalam melakukan analisis data secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga memperoleh data jenuh atau tidak dapat ditemukan formula baru. Aktivitas dalam analisis data kualitatif sebgaimana disebutkan di atas berupa reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi dapat digambarkan berikut ini:. Display Data Koleksi data dan Penyajian Data Reduksi Data Kesimpulan/ verifikasi Data Gb. 3. 1 Teknik Analisis Data 155 1. Reduksi Data Reduksi data merupakan sebuah cara untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian yang dirumuskan. Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keleluasaan, dan kedalaman wawasan yang tinggi yang dimiliki oleh peneliti. Wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan. Mereduksi data berupa kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya apabila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan, seperti komputer, notebook, dan lain sebagainya. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak kompleks dan rumit sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Peneliti dipandu oleh tujuan melalui pedoman wawancara yang akan dicapai dalam penelitian. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan terpancing terhadap data yang diperoleh. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data agar tujuan penelitian dapat ditemukan dan tidak menemukan bias dalam penelitian yang dilakukan. 2. Display Data (Penyajian Data) Penyajian data dilakukan oleh peneliti setelah mereduksi data. Penyajian data jenis penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk uraian 156 singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan sejenisnya. Penyajian data dalam penelitian ini dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data dapat memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya. Penyajian data dalam penelitian ini di samping menggunakan chart atau sejenisnya juga digunakan paparan secara naratif. 3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Perumusan kesimpulan dalam penelitian ini dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, maupun hipotesis atau teori yang bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Strauss dan Corbin dalam Salim (2006: 21) Data are broken down into discrete parts, closely examined, compare for similarities and differences, and questions are asked about the phenomena as reflected in the data. Through this process, one’s own and others assumtions about 157 phenomena are questioned or explored, leading to new discoveries Data diteliti, dibandingkan untuk diketahui persamaan dan perbedaan, dan fenomena yang tercermin dalam data. Melalui proses ini, diharapkan dapat mengarah ke penemuan-penemuan baru. Teknik analisis data yang digunakan adalah Interpretasi. Menurut Bekker dan Ahmad Kharis Zubair, (1990: 94), interpretasi berusaha untuk membaca dari data kebudayaan dan fenomena, konsepsi filosofisnya, yaitu konsepsi terdalam tentang hakikat manusia, alam, dan Tuhan, yang memberi inspirasi dan menjiwai kehidupan masyarakat Proses analisis data sebagaimana penelitian kualitatif, maka digunakan teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan. Penyajian data (data display) yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification) dari permulaan pengumpulan data, penelitian kualitatif ini dalam rangka mencari makna dari setiap gejala yang diperoleh di lapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur akusalitas, dan proposisi (Salim, 2006: 22-23). G. Pengecekan Keabsahan Data Mengikuti teori Moleong (2000: 173) Pengecekan keabsahan data yang digunakan didasarkan pada empat kriteria yaitu derajat kepercayaan 158 (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Uji derajat kepercayaan (credibility) dilakukan dengan cara melakukan pembuktian apakah yang diamati oleh peneliti benarbenar sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar di lapangan. Peneliti melakukan uji kepercayaan (credibility) melalui observasi secara terus menerus sehingga menemukan data yang dipercaya. Hal ini sebagaimana diteorikan oleh (Morse, 1994 : 105) bahwa credibility refers to the truth, value or believibility of the findings that have been established by the researcher through prolonged observations, engagements, or participation with informants or the situation in which cumulative knowing is the believable or lived through experiences of those studied. Bungin (2012: 59) untuk memperoleh uji kredibilitas harus dilakukan dengan cara memperpanjang keikutsertaan peneliti dalam proses pengumpulan data di lapangan, melakukan observasi secara terus menerus, melakukan triangulasi metode dan sumber data dan pengumpul data, dan melacak kesesuaian dan kelengkapan hasil analisis. Peneliti dalam penelitian ini Keteralihan (transferability) menurut Morse (1994: 106) refers to whether particular findings from a qualitative study can be transferred to another similar context or situation and still preserve the particularized meanings, intepretations, and inferences from the completed study. Keteralihan dengan membuat uraian laporan atas data yang ditemukan secara khusus dengan jelas ditulis sehingga dapat dipahami oleh pembaca yang lain. 159 Kebergantungan (dependability) refers to data that have become understandable, within holistic contexts or with special referent meaningas to the informants or people studied in different or similar environmental contexts. Situations, instances, life events, or lived through experiences with particular meanings that are known to the people in their environment are important indicators Morse (1994: 106). Bungin (2012: 61) menguji dependabilitas dengan melakukan pengecekan atau penilaian ketepatan peneliti dalam mengkonseptualisasikan apakah yang diteliti merupakan cerminan dari kemantapan dan ketepatan menurut standar reliabilitas dala penelitian. Salah satu upaya untuk menilai dependabilitas adalah dengan melakukan audit/pemeriksaan seluruh hasil penelitian. Dependability dilakukan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam mengumpulkan, menginterpretasi temuan dan laporan hasil penelitian dengan cara menentukan dependent auditor (konsultan peneliti). Kepastian (confirmability) menurut Morse (1994: 105) refers to the repeated direct participatory and documented evidence observed or obtained from primary informant sources. Confirmability means obtaining direct and often repeated affirmations of what the researcher has heard, seen, or experienced with respect to the phenomena under study. Kepastian (confirmability) dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memenuhi obyektifitas atau tidak. Untuk melakukan uji confirmability ini dilakukan dengan cara melakukan konfirmasi apakah pandangan, pendapat, dan penemuan Mahasiswa STAIN Salatiga juga telah disepakati oleh orang 160 lain secara obyektif. Oleh karena itu, data yang sudah dikumpulkan dikonfirmasikan dengan para ahli yang membidanginya. Bungin (2012: 62) berpendapat standar konfirmabilitas lebih terfokus pada audit kualitas dan kepastian hasil penelitian, apa benar hasil pengumpulan data di lapangan?. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang kearifan lingkungan melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN Salatiga) tahun 2014 dapat dipaparkan dalam tabel 3. 1 161 Tabel 3.1 Metode Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat STAIN Salatiga. 2. Waktu 5 (lima) bulan Jenis Penelitian Subyek Penelitian Kualitatif untuk menemukan makna kearifan lingkungan, upaya mahasiswa, faktor pendukung dan penghambat kearifan lingkungan. Subyek dalam penelitian ini mahasiswa STAIN Salatiga yang sedang mengikuti program perkuliahan dan bergorganisasi Sumber Data Teknik Teknik Pengumpulan Analisis Data Data 1. Orang, 1. Wawanca 1. Reduksi 2. Tempat, ra data, dan 2. Observasi 2. Display 3. Admini data, dan strasi. 3. kesimpulan atau verifikasi. Pengecekan Kebasahan Data 1. Derajat kepercayaan 2. Keteralihan 3. Kebergantungan 4. Kepastian 5. Uji derajat kepercayaan 162 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Daerah Penelitian Karakteristik daerah penelitian dalam sebuah penelitian merupakan suatu identitas daerah penelitian. Karakteristik daerah penelitian ini meliputi ruang lingkup letak geografis, sejarah singkat, visi, misi, dan tujuan STAIN Salatiga, fakultas dan kemahasiswaan, sarana dan prasarana yang dilaksanakan di daerah penelitian. Keberbedaan kondisi daerah penelitian akan memberikan karakteristik tersendiri dalam penelitian tersebut. Keberbedaan karakteristik daerah penelitian dimungkinkan dapat memberikan hasil penelitian sebelumnya dengan hasil yang berbeda dari kajian yang serupa. a. Letak Geografis Kota Salatiga teletak pada ketinggian antara: 450 – 825m dpl menjadikan kota ini sejuk dan udaranya segar, itulah kesan pertama yang bisa digambarkan untuk Salatiga. secaraastronomis Kota ini Iklimnya tropis dan terletak antara 1100.27′.56,81″ – 1100.32′.4,64″ BT dan 0070.17′. – 0070.17′.23″ LS. Kota ini Secara morfologis berada di daerah cekungan, dikelilingi Gunung Merbabu diantara gunung-gunung kecil antara lain: Gajah Mungkur, Telomoyo, dan Payung Rong. Wilayah Salatiga dikelilingi wilayah Kabupaten 163 Semarang dari berbagai sisinya (sumber website STAIN Salatiga diunduh 12 november 2014 pada jam 9.00 WIB). STAIN Salatiga memiliki sejumlah gedung di kampus 1, kampus II dan perencanaan gedung di kampus III. Letak STAIN Salatiga pada kampus 1 dan II dapat ditampilkan dalam peta di bawah ini: Gb. 4.1 Peta Kampus I dan II STAIN Salatiga Sumber: http:www.stainsalatiga.ac.id b. Sejarah Singkat STAIN Salatiga STAIN Salatiga merupakan singkatan dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. STAIN Salatiga adalah Perguruan Tinggi Islam Negeri yang terletak di Kota Salatiga, yang berhawa sejuk dan sangat kondusif untuk belajar. STAIN Salatiga mengintegrasikan 164 pengembangan dimensi spiritualitas, intelektualitas, dan profesionalisme, dengan memberikan jaminan mutu proses dan output pendidik. Lulusan STAIN Salatiga bisa memasuki dunia kerja dan keilmuan dengan kompetensi yang tinggi dan karakter serta ahlak yang baik. Data tentang sejarah berdirinya STAIN Salatiga bersumber dari website STAIN Salatiga yang diunduh 12 November 2014 jam 8.00 WIB sebagaimana dituliskan kembali dalam kolom ini. Pendirian lembaga ini, bermula dari cita-cita masyarakat Islam Salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu didirikanlah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) “Nahdlatul Ulama” di Salatiga. Lembaga ini menempati gedung milik Yayasan “Pesantren Luhur”, yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 64 Salatiga. Lembaga ini berdiri berkat dukungan dari berbagai pihak, khususnya para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama Jawa Tengah. dinegerikan bersamaan dengan persiapan berdirinya IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang. Guna memenuhi persyaratan formal, maka dibentuklah panitia pendiri yang diketuai oleh K.H. Zubair dan sekaligus diangkat sebagai Dekannya. Dalam waktu yang bersamaan dengan proses pendirian IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga diusulkan untuk dinegerikan sebagai cabang IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Setelah dilakukan peninjauan oleh Tim Peninjau yang dibentuk IAIN Sunan Kalijaga, 165 akhirnya pembinaan dan pengawasan Fakultas Tarbiyah Salatiga diserahkan padanya. Keputusan ini didasarkan pada Surat Menteri Agama c.q. Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69 tanggal 13 November 1969. Ketika IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang berdiri, Fakultas Tarbiyah Salatiga mendapatkan status negeri, dan menjadi cabang IAIN Walisongo. Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo tersebut berdasarkan SK Menteri Agama Nomor 30 Tahun 1970 tanggal 16 April 1970. Sejarah penting berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 11 tahun 1997, secara yuridis formal tanggal 21 Maret 1997 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih status menjadi STAIN Salatiga. Sesuai dengan keputusan tersebut, STAIN Salatiga didudukkan sebagai Perguruan Tinggi di bawah naungan Departeman Agama RI yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam disiplin ilmu pengetahuan agama Islam. Beralihnya status lembaga STAIN Salatiga telah membawa berbagai peningkatan secara signifikan baik fisik maupun non fisik. Secara non fisik senantiasa mengupayakan agar STAIN Salatiga menjadi Perguruan Tinggi yang berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual, serta mampu membangun profesionalitas bagi mahasiswanya baik program S1 maupun S2. Program Magister (S-2) Pendidikan 166 Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga didirikan sebagai upaya untuk merespons perkembangan masyarakat yang semakin membutuhkan tenaga-tenaga terdidik yang berorientasi pada keilmuan dan profesional dalam bidang keislaman dan pengajarannya. Perkembangan masyarakat yang berada dalam proses globalisasi-informasi dan hubungan internasional Barat-Timur, menuntut peningkatan peran ilmu dan tenaga profesional dalam bidang ke Islaman dan pengajarannya baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (PPs-STAIN) Salatiga dibuka berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dj.I/818/2010 tanggal Islam 22 Kementerian November Agama 2010. RI Nomor: Program ini diselenggarakan sebagai bentuk kesadaran dan tanggung jawab STAIN Salatiga dalam rangka ikut serta meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan keagamaan Islam. Dengan komitmen ini, Program Pascasarjana STAIN Salatiga berusaha melahirkan Magister Pendidikan Agama Islam yang mampu menjadi dosen, guru, penilik dan pengawas, serta peneliti profesional. Kini, STAIN Salatiga tengah dalam proses alih status menjadi IAIN Salatiga. 167 c. Visi dan Misi STAIN Salatiga 1) Visi dan Misi a) Visi dan misi STAIN Salatiga antara lain: Visi STAIN Salatiga Menjadi Perguruan Tinggi yang berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Visi tersebut dijabarkan dalam sejumlah kegiatan melalui berbagai macam program kegiatan sebagai misi yang harus dilakukan. Misi STAIN Salatiga antara lain: (1) Mengantarkan mahasiswa memiliki kemantapan aqidah, kedalaman spiritual, keluhuran akhlak, dan keluasan pengetahuan; (2) Memberikan layanan kepada civitas akademika dan masyarakat dalam menggali ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (3) Mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat melalui kinerja internal dan eksternal; (4) Mengembangkan college base management dengan pelibatan stakeholders dan masyarakat; (5) Mewujudkan tempat rujukan dalam keteladanan nilai-nilai Islam dan budaya bangsa. (Anonimus, 2006: 10-11). Perubahan waktu dan kelembagaan STAIN Salatiga, maka diperlukan refreshment STAIN Salatiga untuk mencapai 168 tujuan yang diinginkan. Perubahan tersebut diawali pada perubahan visi, misi, fungsi, dan tujuan STAIN Salatiga. Perubahan visi tersebut dapat dicermati pada kalimat berikuti ini: “tahun 2025 menjadi rujukan studi Islam-Indonesia bagi terwujudnya masyarakat damai bermartabat”. Dengan visi tersebut, maka misi yang diemban lembaga diimplementasikan pada serangkaian kegiatan antara lain: (1) Menyelenggarakan pendidikan dalam berbagai disiplin ilmu keislaman berbasis pada nilai-nilai keindonesiaan; (2) Menyelenggarakan penelitian dalam berbagai disiplin ilmu keislaman bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan; (3) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berbasis riset bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan; (4) Mengembangkan budaya masyarakat kampus yang mencerminkan nilai-nilai Islam-Indonesia; (5) Menyelenggarakan pengelolaan pendidikan tinggi yang profesional dan akuntabel. Secara spesifik jurusan syariah memiliki visi dan misi serta tujuan yang menjadi pedoman pelaksanaan akademik. Visi tersebut yaitu Menjadi jurusan yang terkemuka dalam pengembangan dan pengamalan ilmuilmu kesyari’ahan dan ekonomi Islam. Misi yang dikembangkan antara lain menyelenggarakan pendidikan 169 dan pengajaran yang bermutu pada jenjang strata satu dan diploma di bidang ilmu-ilmu kesyari’ahan dan ekonomi syari’ah berbasis riset yang mengacu kebutuhan pasar kerja dan masyarakat, menyelenggarakan penelitian serta pengembangan keilmuan syari’ah dan ekonomi syari’ah, dan menyelenggarakan pengabdian masyarakat dan dakwah Islam. Tujuan Jurusan Syari’ah STAIN Salatiga antara lain untuk menghasilkan sarjana dan tenaga profesional muslim di bidang hukum dan ekonomi syari’ah yang memiliki kualifikasi: (1) Memiliki integritas keilmuan dibidang hukum dan ekonomi syari’ah; (2) Memiliki integritas moral; (3) Memiliki keahlian advokasi hukum Islam melalui lembaga formal dan non formal baik secara individual maupun kolektif; (4) Memiliki kemampuan untuk berdakwah dan berperan serta memajukan kehidupan masyarakat. d. Fungsi dan Tujuan STAIN Salatiga 1) Fungsi STAIN Salatiga antara lain: a) Merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan program; 170 b) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan agama Islam dan teknologi serta seni yang bernapaskan Islam; c) Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan agama Islam dan teknologi serta seni yang bernapaskan Islam; d) Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat; e) Pelaksana pembinaan kemahasiswaan; f) Pelaksana kegiatan sivitas akademika dan hubungan dengan lingkungannya; g) Pelaksana kerja dengan Perguruan Tinggi dan/atau lembagalembaga lain; h) Menyelenggarakan administrasi dan manajemen; i) Pelaksana pengendalian dan pengawasan kegiatan; j) Melaksanakan penilaian prestasi dan proses penyelenggaraan kegiatan serta penyusunan laporan. diunduh pada website STAIN Salatiga http:www.stainsalatiga.ac.id. 17 November 2014. 2) Tujuan Tujuan penyelenggaraan pendidikan STAIN Salatiga adalah: a) Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang 171 dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan agama Islam dan teknologi serta seni yang bernapaskan Islam; b) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan agama Islam dan/atau teknologi serta seni yang bernapaskan Islam, dan mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Tujuan STAIN Salatiga sebagaimana dirumuskan visi tahun 2025 menjadi rujukan studi Islam-Indonesia bagi terwujudnya masyarakat damai bermartabat, maka tujuan STAIN Salatiga disusun antara lain: a) Mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa; b) Menghasilkan lulusan yang menguasai cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi yang berbasisi ilmu keislaman untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa; c) Menghasilkan ilmu pengetauan dan teknologi melalui penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai-nilai 172 keislaman agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia; d) Mewujudkan pengabdian kepada masyarakat berbasis ilmu keislaman dan karya penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka mewujudkan masyarakat damai bermartabat. Tujuan pascasarjana disebutkan secara spesifik antara lain a) Menghasilkan Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I) yang memiliki integritas, keteladanan dalam beragama, keluasan ilmu, serta profesional dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah; b) Menghasilkan Magister Pendidikan Islam yang memiliki kemampuan metodologis dalam pengembangan keilmuan dan metode pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah berbasis riset dan teknologi. c) Menghasilkan Magister Pendidikan Islam yang memiliki kesadaran moral dan kepekaan sosial untuk mengembangkan model pendidikan Islam yg bermutu dan unggul serta responsif terhadap setiap peluang dan tantangan di masyarakat baik pada skala nasional, regional maupun internasional. 173 e. Jurusan dan Program Studi Jurusan Tarbiyah memiliki program studi Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Bahasa Arab, Tadris Bahasa Inggris, Pendidikan Guru Raudhotul Athfal, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, sedangkan jurusan Syariah al-Akhwal As-syakhsiyyah antara lain memiliki program studi perbankan syariah (S1 dan DIII), Hukum Ekonomi Syariah, Sejarah Kebudayaan Islam, ilmu Al-Quran tafsir, Komunikasi dan Penyiaran Islam. Satu kelas Internasional yang mengintegrasikan seluruh program studi. f. Kompetensi Lulusan 1) Tarbiyah Pada tahun 1987 diterbitkan Keputusan Presiden Nomor : 9 Tahun 1987 tentang status IAIN/Fakultas sebagai justifikasi yuridis yang menguatkan eksistensi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Salatiga dengan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan pada tahun 1990 didirikan Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) untuk memenuhi tuntutan animo yang berkeinginan untuk memperdalam bahasa Arab dan pengajarannya. Hingga pada puncak pembenahan sarana prasarana, tenaga edukatif dan administrasi serta semakin meningkatnya animo masyarakat maka secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997 dengan Keputusan Presiden RI Nomor : 11 Tahun 1997, Fakultas Tarbiyah beralih status menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) 174 Salatiga dengan Jurusan Tarbiyah dan Syariah, sedangkan Pendidikan Bahasa Arab beralih menjadi Program Studi Pendidikan Bahasa Arab di bawah Jurusan Tarbiyah. Di bawah ini disampaikan kompetensi lulusan yang diproyeksikan bagi mahasiswa STAIN Salatiga. a) Pendidikan Agama Islam (PAI) Kompetensi lulusan Pendidikan Agama Islam (PAI) antara lain sebagaimana disebutkan pada www.stainsalatiga.co.id diunduh 17 November 2014 adalah: (1) Memahami wawasan pendidikan secara komprehensif; (2) Menguasai ilmu-ilmu keislaman dan metodologi pembelajaran; (3) Memiliki sikap demokratis; (4) Memiliki profesionalisme dalam melaksanakan tugas; (5) Mencintai ilmu; (6) Memiliki sikap responsif, inovatif dan kreatif; (7) Memiliki sikap keteladanan dalam melaksanakan tugas; (8) Terampil menerapkan teori-teori kependidikan dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. b) Pendidikan Bahasa Inggris (TBI) (1) Memahami wawasan pendidikan secara komprehensif; (2) Menguasai substansi ilmu-ilmu Bahasa Inggris dan metodologi pembelajarannya; 175 (3) Memiliki sikap demokratis; (4) Memiliki profesionalisme dalam melaksanakan tugas; (5) Mencintai ilmu pengetahuan; (6) Memiliki sikap responsif, inovatif dan kreatif; (7) Memiliki sikap keteladanan dalam melaksanakan tugas; (8) Terampil menerapkan teori-teori kependidikan dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Bahasa Inggris; (9) Memiliki keterampilan berbahasa Inggris. Beberapa program studi baru belum dapat mempublikasikan kompetensi yang diinginakan. 2) Syariah Jurusan Syari’ah berfungsi untuk menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesional, yang bertujuan untuk membentuk Sarjana Hukum Islam, yang memiliki keahlian dalam bidang hukum Islam maupun hukum positif dengan keahlian khusus dalam bidang al-Ahwal al-Syakhshiyah (peradilan agama). Gelar kesarjanaan yang diperolehnya adalah S.HI. Program D-III dengan konsentrasi Keuangan dan Perbankan Islam menyelenggarakan pendidikan profesional bertujuan membentuk ahli madya yang memiliki keahlian dalam bidang manajemen dan akuntansi keuangan baik di lembaga keuangan maupun perbankan. Gelar sarjana yang diperolehnya adalah A.Md. 176 Kompetensi lulusan secara spesifik sebagaimana dipublikasikan melalui syariah.satainsalatiga.ac.id diunduh 17 November 2014 antara lain: a) Kemampuan dalam hukum Islam (1) Memahami permasalahan hukum Islam dalam bidang hukum perkawinan; (2) Memahami permasalahan hukum Islam dalam bidang hukum kewarisan; (3) Memahami permasalahan hukum Islam dalam bidang hukum perwakafan; (4) Memahami permasalahan hukum Islam dalam bidang hukum wasiat; (5) Memahami permasalahan hukum Islam dalam bidang hukum zakat; (6) Memahami permasalahan hukum Islam dalam bidang hukum hibah; (7) Memahami permasalahan hukum Islam dalam bidang hukum sadaqah. b) Kemampuan menjadi praktisi hukum (1) Menguasai ketentuan perundangan yang berlaku; (2) Menguasai ketentuan hukum materi; (3) Menguasai ketentuan hukum formil; (4) Menguasai ketentuan hukum peradilan Islam; 177 (5) Mampu menjadi hakim di Pengadilan Agama (PA); (6) Mampu menjadi Advokat. c) Kemampuan dalam bidang hisab dan rukyat (1) Mampu menentukan arah kiblat; (2) Mampu menghitung awal Ramadhan dan awal Syawal; (3) Mampu menetapkan kalender tahun Qomariyah; (4) Mampu membuat jadwal waktu shalat; d) Kemampuan dalam bidang kepaniteraan (1) Terampil mencatat berita acara persidangan; (2) Terampil mendokumentasikan berkas putusan pengadilan; (3) Terampil membuat surat panggilan persidangan; (4) Terampil mengendalikan administrasi perkara; (5) Mampu memangku profesi panitera PA. e) Kemampuan dalam bidang advokasi (1) Memiliki komitmen untuk menegakkan hukum; (2) Memiliki profesionalisme sebagai penasihat hukum; (3) Memiliki keberpihakan kepada orang yang tidak mampu yang meminta bantuan hukum; (4) Menjunjung tinggi etik advokat. f) Kemampuan beracara di pengadilan (1) Menguasai tata cara beracara di pengadilan; (2) Menguasai praktik persidangan; (3) Mampu menyusun surat gugatan; 178 (4) Mampu menyusun surat permohonan; (5) Kemampuan menjadi penghulu dan pengelola lembaga pencatatan perkawinan; (6) Terampil menyiapkan administrasi perkawinan mulai pendaftaran sampai dengan penerbitan akte nikah; (7) Terampil mendokumentasikan berkas perkawinan; (8) Terampil mengendalikan administrasi perkawinan; (9) Mampu memangku profesi penghulu. g) Kemampuan melakukan penelitian di bidang hukum (1) Mampu melakukan penelitian yurisprudensi; (2) Mampu melakukan penelitian tokoh hukum Islam; (3) Mampu melakukan penelitian kaidah fiqhiyyah; (4) Mampu melakukan penelitian kitab fiqh; (5) Mampu melakukan penelitian tematik historis; (6) Mampu melakukan penelitian mazhab hukum; (7) Mampu melakukan penelitian takhrij hadis; (8) Mampu melakukan penelitian terhadap fenomena hukum Islam yang terjadi di masyarakat. a) Al akhwal As-Syakhsiyyah a) Memahami hukum Islam dan hukum positif di Indonesia; b) Menjadi tenaga peradilan dan ahli hisab yang objektif dan menjunjung tinggi keadilan; c) Memiliki profesionalisme dalam melaksanakan tugas; 179 d) Mencintai ilmu; e) Memiliki sikap responsif, inovatif dan kreatif; f) Memiliki ketrampilan dalam legitasi dan non legitasi; g) Terampil melakukan hisab dan rukyat; b) Perbankan Syariah (PS-S1) a) Mampu memahami dan mengaplikasikan manajemen kelembagaan umat; b) Mampu merintis dan mengelola lembaga keuangan/bisnis. Kompetensi tersebut berdasarkan pada tujuan yang hendak dicapai berupa upaya untuk mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu-ilmu manajemen keuangan syariah, membentuk sarjana yang memiliki keahlian dalam bidang manajemen dan keuangan syariah, menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu-ilmu keislaman, teknologi dan ilmu manajemen keuangan, menyiapkan calon interpreneur yang memiliki semangat kewirausahaan Islami, memelopori pengembangan studi manajemen keuangan syariah yang unggul, menghasilkan riset di bidang manajemen keuangan syariah. 180 c) Perbankan Syariah (DIII) Kompetensi lulusan yang diinginkan sebagaiamana dipublikasikan melalui website Stain Salatiga antara lain: (1) Memahami kaedah-kaedah mu’amalah dalam wilayah keuangan dan perbankan Islam; (2) Memiliki sikap yang objektif dan adil; (3) Memiliki sikap profesional; (4) Mencintai ilmu pengetahuan; (5) Memiliki sikap inovatif, kreatif dan advokatif. Memiliki keterampilan dalam menyusun kebijakan dan strategi. Beberapa program studi baru belum dapat mempublikasikan kompetensi yang diinginakan. Analisis sederhana yang dapat dipaparkan di sini dapat disampaikan bahwa visi dan misi, tujuan dan kompetensi lulusan STAIN Salatiga secara tidak langsung memiliki semangat untuk melakukan paperless dalam kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. sikap-sikap yang dibangun antara lain sikap kreatif, responsif, mencintai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Secara tekstual disebutkan tujuan STAIN Salatiga antara lian menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan agama Islam dan teknologi serta seni yang bernapaskan Islam. 181 g. Fasilitas STAIN Salatiga Pendukung Paperless Fasilitas yang disedikana oleh STAIN Salatiga untuk mendukung tercapainya visi, misi, tujuan, dan kompetensi lulusan yang memiliki karakateristik setiap program studi antara lain kelas multimedia, hot spot di areal kampus STAIN Salatiga. Perpustakaan dengan koleksi buku lengkap dan layanan berbasis komputer. Sumber http:www.syariah.stainsalatiga.ac.id diunduh 17 November 2014. 2. Deskripsi Data a. Identifikasi Informan 1) Yanuar Anshori Yanuar Anshori biasanya dipanggil Yanuar. Yanuar adalah mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) yang masih mengerjakan skripsi di bawah bibingan Ibu Hj. Maslikhah, S.A.,M.Si. Kegiatan Yanuar di samping mengerjakan skripsi juga bekerja di salah satu perusahaan swasta. Yanuar aktifis pada kegiatan internal kampus dalam organisasi Mahaswiswa Pecinta Alam STAIN Salatiga (Mitapasa) dalam divisi Pendidikan dan Latihan. Yanuar saat ditemui peneliti sedang santai sambil merokok dan masih menggunakan jaket kulit yang selalu digunakan sesaat sebelum konsultasi dengan pembimbing. Yanuar disapa peneliti dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dan memberikan salam. Peneliti pun menanyakan kabar Yanuar. Yanuar memberikan informasi mohon maaf saya belum bisa 182 konsultasi karena kamar saya terbakar dan lap top saya juga ikut terbakar. Saya masih berusaha untuk menyelamatkan data penting, harapannya bisa diselamatkan. Yanuar pun menunjukkan gambar kamar dan lap top yang terbakar dari handphone yang disimpan di saku bajunya, 2) Taufiqurrahman Wawancara dilakukan dengan Taufiqurrahan. Taufiq, begitu nama panggilan di rumah, di kampung dan kampus merupakan mahasiswa Pendidikan Agama Islam yang sekarang sudah mulai merancang penyusunan skripsi. Taufiq adalah mahasiswa angkatan tahun 2011 yang juga aktivis resimen mahasiswa (Menwa) sebagai komandan. Taufiq mengambil kost di lingkungan Yonif 411 kota Salatiga. taufiq memiliki badan tegap laksana seorang tentara atau TNI, tegap berambut cepak. Taufiq sudah mengikuti PPL di SMK Saraswati dan KKL di Bali selama 5 (lima) hari. 3) Hasan Maftukh Hasan Maftukh adalah seorang mahasiswa program Pendidikan Agama Islam (PAI) yang masih mengerjakan skripsi di bawah bimbingan ibu Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si. Hasan Maftukh merupakan mahasisa yang mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa sebagai anggota pada pusat informasi konseling (di bawah Biro Tazkia) Islam, Racana Walisongo pada bidang 183 penelitian dan pengembangan, serta Student Music Club (SMC). Hasan Maftukh biasa dipanggil dengan Hasan. Hasan juga sudah dipercaya untuk mengajar di sekolah swasta di Salatiga, beberapa waktu pada saat bimbingan skripsi Hasan mengenakan pakaian seragam harian laksana seorang guru pegawai negeri. Hasan sedang melaksanakan penelitian di Yonif Armed 411 Kota Salatiga tentang kedisiplinan dan sapta marga dengan responden prajurit pada Yonif 411 Kota Salatiga. 4) Maziidatun Ni’mah Maziidatun Ni’mah adalah seorang mahasiswa angkatan 2010 program Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah mengikuti program praktek pengalaman lapangan di SMK Negeri Salatiga dan mengikuti program KKN di Magelang. Maziid begitu dia biasanya dipanggil di kampus telah mengikuti ujian munaqosyah pada 30 September 2014 dan diwisuda pada 18 Oktober 2014. Maziid dinyatakan lulus dalam sidang munaqosyah dengan nilai A pada program Pendidikan Agama Islam. Sekarang Maziid diminta membantu salah satu dosen perempuan untuk melaksanakan pendataan dan pengisian tugas perkuliahan di kelas. Maziid dipercaya oleh salah seorang dosen perempuan di STAIN Salatiga memiliki cukup alasan, antara lain Maziid seorang yang cerdas, santun, patuh, bertanggung jawab, dan emosi yang stabil. Maziid berkenan untuk menambahkan keterangan kunci dari 184 wawancara yang sudah diberikan melalui SMS (short message system). 5) Amalia Hidayatus Sibyani Amalia Hidayatus Sibyani merupakan mahasiswa cantik berkacamata minus dengan panggilan sehari-hari di kampus dengan Amel. Amel selalu menampakkan wajah yang ceria setiap mengikuti bimbingan skripsi dengan peneliti. Amel merupakan mahasiswa program Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah mengikuti program pengalaman lapangan di Mts Negeri Salatiga dan mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Magelang. Ujian munaqosyah telah dilalui 30 September 2014 yang lalu. Amel telah dinyatakan lulus dalam sidang munaqosyah program Pendidikan Agama Islam. Amel memiliki adik kandung yang sedang kuliah di STAIN Salatiga pada jurusan yang sama. Amel merupakan mahasiswa yang sangat peduli dengan hidup hemat untuk semua hal. 6) Andirioza Andirioza adalah seorang mahasiswa angkatan 2010 program Pendidikan Agama Islam (PAI) yang berasal dari Palembang Sumatera Selatan. Andirioza sering dipanggil Rio di kampus dan di rumah. Rio telah mengikuti ujian munaqosyah pada 30 September 2014 dengan topik skripsi tentang edutainment pada SMP Sudirman Bancak. 185 7) Ismawati Wawancara dilakukan dengan Ismawati. Ismawati memiliki panggilan sehari-hari di kampus dengan panggilan Isma. Isma adalah seorang mahasiswa program Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah mengikuti ujian munaqosyah tanggal 30 September 2014. Seorang mahasiswa yang telah dinyatakan lulus dalam sidang munaqosyah program Pendidikan Agama Islam. Isma memiliki Saudara yang bekerja di STAIN Salatiga sebagai karyawan. Isma di rumahnya digunakan sebagai tempat untuk mengajar bagi anak-anak TK. Sebagian kertas bekas hasil bimbingan skripsi digunakan untuk dijadikan sebagai media belajar di sekolah yang dia jadikan sebagai tempat untuk mengabdi. 8) Sikhatun Nafisah Sikhatun Nafisah. Sikhatun Nafisah dengan panggilan sehari-hari di kampus dengan Nafis. Nafis adalah seorang mahasiswa program Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah mengikuti ujian munaqosyah 30 September 2014. Seorang mahasiswa yang telah dinyatakan lulus dalam sidang munaqosyah program Pendidikan Agama Islam. Nafis menemui peneliti untuk meminta tanda tangan pengesahan skripsi. 9) Istikhana Fauziyah Istikhana Fauziyah biasanya dipanggil Istikhana. Istikhana adalah mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) yang masih 186 mengerjakan skripsi. Istikhana saat ini tinggal bersama orang tuanya di Santren Wonokerto Bancak Kabupaten Semarang. Istikhana sudah mengikuti program PPL di SMK Pelita di bawah bimbingan Ibu Dra, Djamiatul Islamiyah. KKL di Pondok Pesantren Darunnajah Suryalaya dan studio trans 7 untuk acara Pas Mantap, melengkapi acara KKN berkunjung ke Monumen Nasional (Monas) Jakarta dan Tangkuban Perahu dengan pembimbing KKL Bpk Roviin. KKN di Dusun Suruh Banyuadem Srumbung Magelang di bawah bimbingan Bpk Budiono Saputro. Istikhana sedang santai duduk di ruang tunggu gedung sekretariat lantai 3 menunggu peneliti untuk konsultasi. 10) Nur Anisah Nur Anisah biasanya dipanggil Anis. Anis adalah mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) angkatan 2011 yang berencana untuk memulai melakukan penulisan skripsi. Anis mengikuti program praktek pengalaman lapangan di SMP N 3 Salatiga. KKL di Bali, dan KKN berencana di Boyolali. Kegiatan Anis di samping mengerjakan skripsi juga mengajar di TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) Al-Ikhlas di Tegalrejo Salatiga. Anis pernah menjadi aktifis pada kegiatan internal kampus dalam Racana STAIN Salatiga. Anis juga menjadi pembiina pramuka di SDN Candirejo 1 Salatiga, dan guru private lembaga excellent Salatiga. Anis menemui peneliti untuk diskusi tentang judul 187 skripsi. Anis sudah mendapatkan persetujuan dari ketua program studi pendidikan agama Islam (Ka. Prodi) PAI tentang kurikulum 2013 (K13) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), menurut peneliti, mata pelajaran PAI berbeda dengan mata pelajaran yang lainnya. PAI tidak ditematikkan seperti mata pelajaran lain, sehingga PAI yang diterapkan pada K13 kurang tepat. Peneliti pun mengarahkan pada topik penelitian lain. Nampaknya Anis lega dan bermaksud untuk menyudahi pertemuan, wawancara pun sepakat dimulai. 11) Nur Fauziyah Nur Faizah biasanya dipanggil Faiz. Faiz adalah mahasiswa Tadris Bahasa Inggris angaktan 2010 yang masih mengerjakan skripsi di bawah bimbingan Bpk Ruwandi, M.Pd. Kegiatan Faiz di samping mengerjakan skripsi juga bekerja memberikan les bahasa Inggris. Faiz mengikuti program PPL di MAN Tengaran dan KKL di Jakarta dan Bandung. KKN di Desa Nglumut Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Faiz saat ditemui peneliti sedang serius mencari referensi skripsi dengan lap top dan handphone smartfriendnya 12) Muhammad Agus Wahid Muhammad Agus Wahid biasanya dipanggil Agus. Agus adalah mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) yang masih mengerjakan skripsi di bawah bibingan Ibu Muna Erawati, S.Psi., 188 M.Psi. Agus merupakan mahasiswa STAIN angkatan tahun 2010 yang berasal dari Purwodadi. Agus memiliki rumah kos di belakang kelurahan Kalicacing. Agus mengikuti program PPL di SMP Negeri 2 Tengaran di bawah bimbingan dosen pembimbing lapangan (DPL) H. Agus Ahmad Suaidi, Lc., MA. Agus mengikuti program KKL di Jakarta dan Bandung. KKN di desa Nglumut Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Agus saat ditemui peneliti sedang duduk menghadap lap top dan beberapa buku cetak di depannya di gedung perpustakaan lantai 3. Agus menggunakan kaos yang terkesan santai dan rileks. Agus merupakan mahasiswa peneliti pada salah satu mata kuliah. Agus merasa sudah pernah kenal dengan peneliti di kelas, sehingga begitu peneliti menuju gedung perpustakaan pada ruang skripsi di lantai 3, Agus menyapa peneliti dengan melempar senyum yang ramah. b. Hasil Wawancara 1) Makna kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi; Hasil wawancara dengan dengan Yanuar berkaitan dengan makna kearifan antara lain diungkapkan sebagai berikut: Manusia dengan manusia, alam dan Allah memiliki hubungan yang seharusnya harmonis. Manusia harus dapat menjaga keseimbangan perilaku, menjaga alam yang serasi, kita juga bertanggung jawab dengan Allah. Manusia menjadi makhluk yang notabene sebagai khalifah yang mengayomi seluruh alam, jadi ada hubungan yang harmonis antara manusia dengan Allah, alam, dan dengan sesama manusia. Jadi 189 maknanya untuk membangun harmonisasi manusia dengan Allah dan alam semesta. Tampak dalam gambar 4.1 wawancara dengan Yanuar Anshori. Gb. 4.1 Wawancara Peneliti dengan Yanuar Anshori Sumber: Dokumen Peneliti Wawancara pada kesempatan dan ruang yang berbeda dipaparkan oleh Taufiqurrahman sebagai berikut: Makna kearifan lingkungan dalam mengusahakan paperless bagi saya untuk mengurangi sampah kertas yang sudah tidak digunakan lagi. Mengurangi permborosan kertas. Wawancara pada situasi, kondisi, waktu, dan ruang yang berbeda dipaparkan oleh Hasan Maftukh makna kearifan sebagaimana disebutkan di bawah ini: Makna kearifan lingkungan dalam mengusahakan paperless daripada tidak bermanfaat, dimanfaatkan ke hal yang bernilai. 190 Wawancara Peneliti dengan Hasan Maftukh tampak pada gambar 4.2 Gb 4.2 Wawancara Peneliti dengan Hasan Maftukh Sumber: Dokumen Peneliti Hasil wawancara dengan dengan Maziid beberapa waktu sebelum diwisuda. Makna kearifan lingkungan bagi saya, kertas kan katanya dari pohon. Dengan mengiritkan kertas berarti menyelamatkan pohon, dengan demikian kita sudah menyelamatkan pohon biar tidak mubadzir. Mbak Mazid menambahkan melalui SMS: peduli, menghemat kertas sama halnya membiarkan satu pohon hidup lebih lama, yang berarti ikut menjaga gerakan go green, ikut meminimalisir pembuangan sampah sembarangan dan mulailah dari sekarang dan dari diri sendiri lalu ke orang lain. 191 Wawancara dengan Maziid dapat ditampilkan pada gambar 4.3. Gb. 4.3 Wawancara Peneliti dengan dengan Maziid Sumber: Dokumen Peneliti Amel saat bertemu dengan peneliti mengggunakan kaca mata minus, tanpa ada rasa canggung dengan peneliti mengemukakan pendapatnya tentang makna kearifan lingkungan sebagaimana dideskripsikan di bawah ini: Makna kearifan lingkungan dalam mengusahakan paperless menjadikan kita hemat, murah, tidak boros tempat yang menjadikan tempat berantakan kebanyakan kertas berserakan. 192 Wawancara peneliti dengan Amel dapat ditampilkan pada gambar 4.4. Gb. 4.4. Wawancara Peneliti dengan Amel Sumber: Dokumen Peneliti Amel begitu biasanya dia dipanggil di kampus menunjukkan naskah skripsi yang sudah diupayakan untuk menerapkan paperless dalam proses bimbingan. Rio memberikan penjelasan tentang makna kearifan lingkungan antara lain sebagaimana dipaparkan ulang dalam tulisan di bawah ini: Makna kearifan lingkungan bagi saya, untuk melindungi lingkungan, karena kertas bahan dasarnya dari pohon. Rio menunjukkan upaya perlindungan lingkungan berupa kelangkaan pohon dengan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi pada saat bimbingan skripsi. Tampak pada gambar 4.5 Rio menggunakan lap top untuk proses bimbingan. 193 Gb. 4.5. Wawancara Peneliti dengan Rio Sumber: Dokumen Peneliti Isma memberikan penjelasan berkaitan dengan makna kearifan lingkungan. di bawah ini informasi yang diberikan oleh Isma berkaitan dengan makna kearifan lingkungan bagi mahasiswa. Makna kearifan lingkungan dalam mengusahakan paperless menjadikan kita hemat, murah, tidak boros tempat dan dapat ikut serta menyelamatkan lingkungan dari kerusakan. Isma menyelamatkan lingkungan dari kerusakan di antaranya dengan memanfaatkan kembali kertas bimbingan skripsi menjadi media belajar untuk anak-anak TK. Pemanfaatan kertas bekas proses bimbingan ditunjukkan untuk media pembelajaran anak TK sebagaimana tampak pada gambar 4.6. 194 Gb. 4.6 Isma Menunjukkan Media Pembelajaran dengan kertas Bekas Bimbingan Skripsi Sumber: Dokumen Peneliti Sikhatun berpendapat tentang makna kearifan terhadap lingkungan, yaitu: Makna kearifan lingkungan dalam mengusahakan paperless menjadikan kita hemat, murah, tidak boros. Penghematan kertas itu, dengan menghemat bahan yang akan digunakan untuk kertas akan menjadi lestari. Tumbuhan yang harusnya dijadikan untuk kertas dapat terkurangi, dengan demikian mengurangi global warming yang akan mejadikan kita sehat. Sikhatun menunjukkan skripsi yang diupayakan untuk menerapkan paperless . Penghematan kertas pada penyusunan skripsi sangat penting dilakukan, karena proses bimbingan sangat signifikan dalam pengurangan jumlah kertas yang harus digunakan. 195 Gb. 4.7. Peneliti dengan Sikhatun Menujukkan Upaya Paperless pada Hasil Penyusunan Skripsi Sumber: Dokumentasi Peneliti Istikhana memberikan kelengkapan data tentang makna kearifan lingkungan. Makna kearifan lingkungan bagi Istikhana sebagaimana diutarakan pada wawancara adalah untuk kelestarian lingkungan dan berbuat atas realitas global warming dengan mengarahkan kepada mahasiswa untuk memiliki bakat yang belum dikenali melalui upaya pemanfaatan kertas bekas. Wawancara dengan Istikhana sebagaimana ditampilkan dalam paparan berikut: Untuk mengurangi risiko kita harus memberi ruang gerak untuk anak cucu kita nanti, kertas kan dari kulit kayu ya, bu. Kalau menggunakan kertas kan berarti membutuhkan kayu yang banyak, hal ini akan mempercepat global warming. Untuk melakukan kreativitas mahasiswa untuk dapat mengetahui sebenarnya bakatnya itu di mana. Istikhana berusaha untuk mengenali diri dengan melakukan paperless pada proses bimbingan, dengan paperless maka keterbatasan finansial bukan menjadi penghalang untuk sukses 196 dalam menyusun skripsi. Kegigihan Istikhana untuk mengupayakan paperless dapat dikenali oleh peneliti pada saat wawancara dilakukan. Berikut gambar Istikhana saat diwawancarai peneliti. Gb. 4.8 Wawancara Peneliti dengan Istikhana Sumber: Dokumen Peneliti Wawancara dengan Anis tentang makna paperless disampaikan dengan lugas. Berikut hasil wawancara peneliti dengan Anis tentang makna kearifan lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Mengurangi polusi udara, karena pabrik kertas. Mencegah global warming. Meningkatkan go green, terus apa lagi ya. Mengurangi bencana alam, banjir, dari pohon yang ditebang. Membiasakan untuk memanfaatkan barang yang tidak terpakai. Dan hemat. Anis dengan tegas menerangkan tentang kebiasaan untuk memanfaatkan kertas bekas dari fotokopian materi kuliah yang tidak digunakan lagi. Anis membendelnya dan memanfaatkan 197 untuk membuat konsep penyusunan makalah, judul skripsi, dan bahkan untuk memberikan les kepada anak-anak di TPQ. Anis tampak menunjukkan bendelan kertas bekas untuk dimanfaatkan dalam berbagai kepentingan akademik. Gb. 4.9 Anis Menujukkan Pemanfaatan Kertas Bekas untuk Kegiatan Akademik Sumber: Dokumen Peneliti Agus seorang mahasiswa yang baru saja mengikuti program ujian komprehensif menjelaskan tentang makna kearifan lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Agus memiliki orientasi pada penghematan dalam memanfaatkan kertas sebagai cara untuk peduli terhadap lingkungan. makna kearifan lingkungan bagi Agus sebagaimana dipaparkan di bawah ini: Untuk mengurangi kertas dari sampah. Semakin banyak kertas yang digunakan, maka semakin banyak sampah yang dapat ditimbulkannya dengan sia-sia. Penghematan terutama. 198 Faiz seorang perempuan yang supel memaparkan tentang kearifan lingkungan sebagai suatu upaya untuk menghemat berbagai segi berikut ungkapan Faiz: Penghematan dari semua segi seperti biaya dan waktu dan upaya untuk mendapatkan penyadaran tentang realitas global warming. Berikut gambar 4.10 Fais bersama Peneliti di ruang skripsi gedung perpustakaan. Tampak Faiz menggunakan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi berupa penggunaan lap top dan HP untuk akses internet. Gb. 4.10. Wawancara Peneliti dan Faiz di Gedung Perpustakaan Ruang Skripsi lantai 3. Sumber: Dokumentasi Peneliti Agus melakukan penghematan terhadap kertas antara lain pada saat serching referensi dari buku-buku di perpustakaan tidak menuliskan kembali pada kertas, tetapi dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi antara lain dengan 199 memanfaatkan lap top dan internet. Tampak pada gambar 4.11 Agus melakukan searching data di perpustakaan dengan lap top, HP dan beberapa tumpukan skripsi di sekeliling Agus. Gb. 4.11 Wawancara Peneliti dengan Agus di Gedung Perpustakaan Ruang Skripsi Lantai 3 Sumber: Dokumen Peneliti Makna kearifan lingkungan sebagaimana diungkapkan oleh informan antara lain meliputi makna membangun hubungan yang harmonis dengan Allah Swt, alam dan lingkungan, serta sesama manusia; mengurangi dampak dari perbuatan yang dapat menimbulkan pemborosan sumber daya dalam hal ini adalah kertas; pemanfaatan sesuai dengan peruntukannya secara lebih tepat; menyelamatkan sumber daya alam berupa pohon dan hutan; menuju perilaku hidup yang peduli terhadap lingkungan yaitu go green; hidup secara tertib dan rapi; perlindungan terhadap lingkungan berupa perilaku hemat dan sederhana untuk mewujudkan kelestarian, keberlanjutan untuk generasi yang akan 200 datang secara baik/sustainable; mengatasi pemanasan global/global warming melalui upaya perlindungan terhadap hutan agar tetap berfungsi sebagai paru-paru Indonesia. 2) Upaya mahasiswa STAIN Salatiga dalam mewujudkan kearifan lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi Yanuar mengemukakan ada beberapa upaya yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mewujudkan kearifan lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi melalui diskusi dengan teman, dosen, dan orang tua, serta memanfaatkan buku cetak. Hal ini sebagaimana dikemukakan sesuai hasil wawancara peneliti dengan Yanuar berikut ini: Dulu saya diskusi dengan teman-teman UKM untuk membahas tentang materi kuliah, search internet, pemanfaatan fasilitas di perpustakaan STAIN Salatiga, saya request dengan kakak yang kebetulan sedang kuliah S2 Komunikasi di UNS Surakarta. Saya tuliskan judulnya nanti dicarikan kakak. Saya juga bertanya dan berdiskusi dengan Bapak. Kebetulan Bapak sebagai guru. Bersama dengan dosen juga sering untuk diskusi tentang materi perkuliahan. Diskusi tentang psikologi agama dengan Bapak Mukti Ali, diskusi tentang metode penelitian dengan Bapak M. Zulfa 201 Upaya yang dilakukan Yanuar dapat disaksikan pula pada kegiatan mahaiswa di perpustakaan STAIN Salatiga sebagaimana pada gambar 4.12 di bawah ini: Gb. 4.12 Mahasiswa Berdiskusi dan melakukan searching Intenet di Perpustakaan STAIN Salatiga. Sumber: Dokumen Peneliti Taufiqurrahman dengan gaya resimennya menjelaskan tentang upaya yang dilakukan untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi antara sebagai berikut: Taufiqurrahman tidak melakukan fotokopi terhadap materi yang diberikan oleh dosen tetapi dengan meminjam fotokopian teman untuk ditulis hal-hal penting dan mengambil soft file yang diberikan oleh dosen. Memanfaatkan materi yang diberikan oleh dosen yang harus difotokopi, mengumpulkan tugas dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Konsultasi esensi skripsi secara lisan, kontrak bimbingan, dan penyusunan proposal. Kalau arah proposalnya sudah jelas baru saya buat. Biar tidak terlalu banyak kertas yang terbuang. 202 Upaya yang dilakukan Taufiq tampak aktivitas mahasiswa untuk melakukan transfer materi melalui lap top dari flash disk, perhatikan gambar 4.13 di bawah ini. Gb. 4. 13 Mahasiswa sedang melakukan trasnfer data melalui flash disk di lap top Sumber: Dokumen Peneliti Hasan Maftukh yang sama-sama resimen mahasiswa memberikan gagasan tentang upaya yang dilakukan untuk menunjukkan kearifan lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagai berikut: Saya menggunakan kertas bekas hasil bimbingan untuk menulis pada saat rapat, ngonsep artikel, menggunakan kertas bekas saat menulis istilah-istilah ilmiah saat membaca buku. Kertas-kertas bekas tersebut dibiarkan tanpa dijilid, baru digunakan sendiri. Konsep yang dibuat pada kertas bekas tidak untuk dibagi-bagi tetapi untuk digunakan sendiri hanya kepada orang-orang yang dipercaya untuk membaca konsep yang saya tulis pada kertas bekas tersebut. Kertas bekas yang tidak berguna, saya simpan sampai menumpuk banyak, saya memilih, kalau tidak penting saya singkirkan. Kertas bekas digunakan untuk alat peraga. Jadi kertas bekas dapat 203 digunakan untuk hal-hal yang berguna. Untuk mengurangi penggunaan kertas dengan cara menggunakan elektronik, antara lain dengan menggunakan lap top dan flash disk yang bisa menyimpan file. Secara individu peduli, sebenarnya. Ada keinginan peduli, tetap belum ada organisasi di kampus yang mengajak peduli terhadap kertas dalam pemanfaatannya. Upaya yang dilakukan oleh Hasan Maftukh tampak pula dilakukan oleh mahasiswa pada saat microteaching. Perhatikan gambar di bawah ini: Gb. 4.14. Mahasiswa Memanfaatkn Kertas sebagai Alat Peraga Microteaching Sumber: Dokumen Peneliti 204 Gb. 4. 15 Mahasiswa Memanfaatkn Kertas sebagai Alat Peraga Microteaching Sumber: Dokumen Peneliti Maziid yang polos dan sopan memberikan penjelasan upaya yang dilakukan untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagai berikut: Kalau konsultasi lewat email ada konsep dulu, kita lihatkan lewat lap top. Kalau sudah baik lewat kertas. Kalau sudah lewat point-pointnya, dosen pembimbing berkenan menggunakan kertas bekas bimbingan kemarin. Kalau ini kan 5 exemplar, yang satu bisa disimpan sebagai perbendaharaan pribadi, yang lainnya bisa digunakan. Foto kopi yang double bisa digunakan yang lain. Upaya yang dilakukan oleh Maziid dapat didukung oleh beberapa mahasiswa sebagaimana tampak dalam gambar draft naskah skripsi yang dikirimkan melalui email. Perhatikan gambar 205 4. 16 yang menandai pada penerapan paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi bagi mahasiswa STAIN Salatiga. Gb. 4.16. Email Mahasiswa yang Dikirimkan melalui Email Sumber: Dokumen Peneliti Amel mahasiswa yang selalu tampil cantik dan sumringah memberikan versi untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagai berikut: Amel menggunakan soft file dan lap top untuk memperlajari materi yang disampaikan dosen. Pengayaan materi kuliah dengan cara membaca buku di perpustakaan. Jika diperlukan, Amel tidak memfotokopi, tetapi mencatatnya. Pencatatan Amel sisipkan pada materi yang sudah diterima melalui soft file yang sudah diterima. Kalau harus mencatat Amel menulis dalam buku dengan memanfaatkan lembar demi lembar buku tersebut dan menulisnya dengan besaran tulisan yang standar yang dapat dibaca dengan enak dan nyaman. Menggali dan memperkaya materi kuliah dengan melacak melalui internet. Saat melacak nama pengarang dan judul buku di perpustakaan dengan on line dengan mencatat dalam hand phone dan catat di telapak tangan. Pengumumanpengumuman penting seperti pelaksanaan PPL, KKL, KKN, Jadwal kuliah, dan informasi dari prodi (program 206 studi) juga Amel tidak mencatatnya dalam kertas atau buku, tetapi cukup difoto melalui handphone. Upaya yang dilakukan Amel tertangkap pada proses observasi yang dilakukan oleh peneliti, perhatikan gambar 4. 17 di bawah ini: Gb. 4. 17 Mahasiswa sedang melakukan Searching on line di Perpustakaan STAIN Salatiga Sumber: Dokumen Peneliti Rio memaparkan untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagai berikut: Membuat konsep pada bimbingan skripsi dengan menggunakan kertas bekas akan menghemat. Tidak menggunakan tissue untuk kebutuhan di kampus. Dibuat buku untuk coret-coretan dari kertas bekas tersebut. Saya mengikuti kegiatan seminar-seminar atau pelatihanpelatihan melakukan pencatatan pada kertas bekas. Menggunakan flash disk dan bukan buku. Gunakan internet on-line. Bagi yang belum familiar dengan internet supaya mengikuti latihan. Akses internet biasanya hanya dibaca dan tidak dicetak, meskipun demikian kadang juga mencetaknya kalau belum paham. Yang penting kita bisa mempertimbangkan sendiri bagaimana perlunya dicetak atau tidak. Saya menggunakan flash disk, internet on line, menggunakan kertas bekas untuk hal-hal yang tidak 207 formal, konsultasi bimbingan menggunakan lap top langsung. skripsi dengan Tampak dalam gambar 4. 18 kegiatan yang sebaliknya dilakukan oleh Rio. Mahasiswa ini asyik menyalin data atau informasi dari salah satu referensi dan tidak menggunakan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi saat berada di gedung perpustakaan STAIN Salatiga. Pemandangan sebagaimana tampak pada gambar di bawah ini masih banyak ditemukan di ruang perkuliahan atau di perpustakaan. Mahasiswa entah dengan alasan apa, harus menyalin tulisan yang sudah dicetak di buku tersebut pada buku. Buku yang digunakan sebagaimana tampak pada kegiatan perkuliahan menggunakan kertas juga bekas, sulit ditemukan kebanyakan dari mahasiswa mahasiswa menggunakan buku binder yang bagus. Perhatikan gambar 4. 19 di bawah ini. Gb 4.18 Mahasiswa Mencatat Data/Informasi dari Buku Referensi Pada Buku Catatan. Sumber: Dokumen Peneliti 208 Gb. 4.19 Mahasiswa menggunakan Buku Binder untuk Mencatat Keterangan Kuliah Sumber: Dokumen Peneliti Isma seorang mahasiswa yang pemalu memberikan penjelasan tentang tentang upay yang dilakukan untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagai berikut: Isma menggunakan soft file dan lap top untuk memperlajari materi yang disampaikan dosen. Pengayaan materi kuliah dengan cara membaca buku di perpustakaan. Kalau harus mencatat pada saat perkuliahan, Isma menulis dalam satu buku untuk beberapa mata kuliah. Saya membatasi masing-masing mata kuliah dengan memanfaatkan lembar demi lembar buku tersebut secara penuh dan menulisnya dengan rapi sehingga tidak perlu repot-repot dalam membacanya. Isma menggali dan memperkaya materi kuliah melalui internet. Saya merasa cukup dengan membaca apa yang ada dalam artikel internet tersebut. Saya mengoptimalkan fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan. Perpustakaan on line sangat membantu Isma untuk mendapatkan informasi dan pengayaan materi. 209 Gambar di bawah ini aktivitas mahasiswa lain yang aktif memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan STAIN Salatiga. Gb. 4. 20 Mahasiswa sedang memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Perpustakkaan STAIN Salatiga Sumber: Dokumen Peneliti Sikhatun Nafisah memberikan pengakuan terhadap upaya untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagai berikut: Nafis menggunakan lap top untuk menggali melalui intenet materi yang disampaikan dosen. Buku cetakan hanya untuk dibaca. Kadang ketika kuliah digunakan satu buku untuk semua mata kuliah dalam satu semester atau dengan menggunakan binder yang dapat dipindah-pindahkan sesuai urutan materi setiap mata kuliah, jadi tidak satu mata kuliah satu buku. Istikhana mengungkapkan secara gamblang tentang upaya yang dilakukan untuk menerapkan paperless berbasis teknologi 210 informasi dan komunikasi. Berikut ini disampaikan oleh Istikhana Fauziyah pada wawancara dengan peneliti di bawah ini: Pada saat KKN Istiana pakai kertas bekas dengan memanfaatkan kertas koran, itu lho bu buat bunga, katak, pesawat-pesawat terbang. Saya juga memanfaatkan kertas bekas bimbingan untuk bimbingan berikutnya. Istiana menunjukkan rasa malu-malu saat menunjukkan kertas bimbingan dengan menggunakan kertas bekas bimbingan konsultasi sebelumnya. Di hadapan pembimbing saat pembimbing mulai membuka lembaran-lembaran naskah skripsinya Istikhana mengungkapkan tentang penggunaan kertas bekas tersebut. Istikhana tampak terasa lega saat pembimbing menyampaikan, iya. Bagus, malah ibu sudah ambil gambarnya sebagai bagian dari upya paperless yang dilakukan mahasiswa. Istikhana senantiasa melakaukan skripsi paperless saat bimbingan dan selalu menerapkan budaya hati-hati dalam melakukan pencetakan melalui printer. Kebiasaan yang diterapkan dengan meneliti halaman, spasi dan huruf ejaan, serta halaman. 211 Realitas penggunaan kertas bekas bimbingan sebelumnya untuk bimbingan berikutunya ditunjukkan oleh istiana pada naskah skripsi di bawah ini: Istikhana Fauziyah Gb. 4.21 Naskah Skripsi Yang Dicetak Bolak-Balik Dari Kertas Bekas Konsultasi Skripsi Sebelumnya Sumber: Dokumen Peneliti Anis seorang mahasiswa yang supel dan energik ini memberikan keterangan tentang upaya yang dilakukan untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagai berikut: Dari buku-buku yang sudah lama yang sudah ada saya bendel jadi satu untuk perkuliahan atau ngelesi. Kalau saya punya makalah, saya mencatatnya di balik makalah tersebut. Saya menggunakan kertas bekas untuk mencoratcoret yang sebelumnya dibendel seperti punya ibu ini. saya ngeprint power point yang mau saya presentasikan. Presentasi cukup menggunakan kertas catatan kecil, itu sebagai siasat untuk mengurangi kertas. Bikin catatan pribadi di handphone (HP), pakai smartphone. Kuliah pakai lap top, mengirim naskah ke dosen dengan email, tidak harus ngeprint. 212 Upaya Anis juga dilakukan oleh mahasiswa lain tanpa makalah, tanpa power point, cukup dengan catatan kecil. Ada juga mahasiswa lain cukup menggunakan kertas karton dan handphone untuk membantu keberhasilan presentasi. Mahasiswa dapat meperoleh keterangan dari media yang disediakan dan keterangan yang diberikan oleh presenter tanpa menggunakan makalah yang membutuhkan 10 sampai 20 lembar kertas. Perhatikan gambar 4. 22 di bawah ini. Gb. 4. 22. Persiapan Mahasiswa untuk Presentasi Sumber: Dokumen Peneliti Faiz seorang mahasiswa yang berusaha untuk melakukan kegiatan nyata untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagai berikut: Terus terang saya masih menggunakan kertas terus, paling untuk paperless dengan memanfaatkan kertas lama. Misalnya dosen menjelaskan di kelas, saya membuat catatan pakai kertas bekas tidak menggunakan buku. 213 Misalanya ada foto kopian dengan landscape, belakangnya kan kosong, saya pakai catatan-catatan dengan penjelasan dosen di kelas. Search file, langsung saya save. Saya lebih senang menyimpan dalam bentuk soft file. Saya punya beberapa teman kost, saya punya materi seperti ini untuk semester bawahnya saya share ke mereka biar mereka tidak memfoto kopi lagi, kan mubadzir. Dulu waktu SMA, kita bikin-bikin kertas daur ulang dari kertas koran bekas. Kertas diblender dan direbus, setelah itu dapt dijadikan untuk caver buku diary. Agus seorang mahasiswa yang berpenampilan sederhana dan santai memberikan paparan tentang upaya yang dilakukan untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagai berikut: Saya memperbanyak membaca, memberi dan menjelaskan kepada orang lain dan mengajarkan kepada orang lain ilmu, sebab dengan saya menjelaskan berarti saya telah paham. Menggunakan buku cetak dari perpustakaan untuk penguasaan materi kuliah. Menggunakan media lap top, menggunakan kertas kecil untuk pencatatan saat kuliah, presentasi dengan mencatat dengan catatan singkat di papan tulis. Penugasan dengan melakukan kirim email. Upaya yang dilakukan oleh Agus berupa kegiatan presentasi dengan menggunakan kertas dan HP dikuatkan sebagaimana dilakukan oleh mahasiswa yang lain pada kegiatan observasi di kelas. Mahasiswa di kelas tampak tidak terbiasa dengan budaya paperless pada saat presentasi. Demikian juga penggunaan teknologi informasi dan komunuikasi yang dikuasai oleh mahasiswa tidak mau ditampakkan secara nyata di depan 214 dosen dan teman sekuliahnya di kelas. Perhatikan Gambar 4.23 di bawah ini: Gb. 4.23 Mahasiswa Presentasi dengan menggunakan Catatan Kecil dan bantuan Alat teknologi Informasi dan Komunikasi/HP Sumber: Dokumen Peneliti Upaya yang dilakukan Agus untuk mengirimkan tugas kuliah melalui fasilitas teknologi informasi dan komunikasi juga dilakukan oleh mahasiswa lain. Perhatikan gambar 4.24 di bawah ini: Tugas UTS Gb. 4.24 Mahasiswa Memanfaatkn Teknologi Informasi dan Komunikasi melalui Email Sumber: Dokumen Peneliti 215 Rangkuman keterangan informan yang berkaitan dengan upaya yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menerapkan paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi dapat di antara lain Upaya yang dilakukan mahasiswa untuk mewujudkan kearifan lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi antara lain, kuliah dengan menggunakan lap top untuk menyisipkan keterangan-keterangan dosen pada power point yang sudah diberikan sebelumnya; pengayaan materi perkuliah dangan diskusi dengan teman, dosen, dan orang tua baik di kampus maupun di luar kampus, memanfaatkan fasilitas perpustakaan dengan melacak secara on line, materi kuliah yang diberikan oleh dosen tidak difotokopi, tetapi cukup meminjam kepada teman lain untuk dicatat bagian-bagian pentingnya; menyimpan materi perkuliahan dan pengayaannya dengan soft file; memberikan fotokopian materi perkuliahan kepada teman lain pada dosen dan mata kuliah yang sama, sehingga teman tidak perlu melakukan fotokopi; memperbanyak membaca dari internet dan bukan memperbanyak menulis pada kertas; penugasan kuliah dengan kelompok, sehingga dapat menghemat kertas; penugasan yang diberikan oleh dosen dengan memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi melalui email atau blog dosen. konsultasi skripsi awal dengan dosen pembimbing diawali dengan lisan, baru kalau esensi skripsinya sudah sesuai dengan arahan 216 pembimbing baru disusun dalam bentuk proposal sebagai bekal konsultasi yang akan datang; pemanfaatkan kertas bekas untuk mencatat pada saat rapat, kuliah, memberikan les, alat peraga, menyisipkan keterangan perkuliahan dari dosen; memanfaatkan buku untuk ditulis hal-hal pentingnya dan tidak difotokopi; menggunakan buku catatan saat kuliah dengan urut lembar-demi lembar, menggunakan buku binder yang dapat dipindah-pindahkan materinya sesuai dengan mata kuliahnya. Satu buku binder untuk mata kuliah lebih dari satu, sehingga dapat hemat; mencatat pengumuman penting dengan menggunakan fasilitas pada handphone dan mengambil informasinya dengan cara difoto di HP; tidak menggunakan tissue untuk kegiatan akademik; berlatih menggunakan lap top dan internet; memanfaatkan kertas dan koran bekas untuk praktek KKN; bimbingan skripsi dengan menggunakan kertas bolak-balik atau menggunakan kertas bekas bimbingan sebelumnya untuk konsultasi berikutnya; presentasi dengan menggunakan power point, sehingga tidak perlu memberikan materi kepada mahasiswa dalam bentuk makalah yang membutuhkan kertas lebih banyak; presentasi dengan menggunakan catatan kertas kecil saja sebagai alat bantu untuk memberikan penjelasan dan menggunakan HP sebagai alat bantu lainnya; presentasi dengan memberikan keterangan dengan cara mencatat di papan tulis pada materi yang memerlukan penjelasan 217 penting; menulis catatan pribadi yang berhubungan dengan perkuliahan pada HP; 3) Faktor pendukung kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi; Yanuar mengungkapkan dengan lancar tentang faktor pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagaimana dapat dikutip hasil wawancara dengan peneliti sebagai berikut: mungkin tidak seperti dulu ya bu, sekarang banyak diskusi, mahasiswa sekarang memilih untuk bertanya ke internet, tidak buku. Jarang mahasiswa pakai buku, kebanyakan artikel internet hanya beberapa. Penugasan dengan diskusi baru dipresentasikan, sehingga tidak menggunakan kertas. Mahasiswa tidak merasa kesulitan dari segi signal internet sudah cukup untuk mendukung proses perkuliahan. Tanpa disuruh mahasiswa sudah butuh ke internet. Perpustakaan mendukung dengan koleksi buku yang banyak sekali. Mahasiswa tinggal search tidak perlu mencatat apapun. Taufiqurrahman mengungkapkan dengan gaya khas yang tegas tentang faktor pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi Media yang baru seperti lap top, CD dan internet. Ada motivasi mahasiswa untuk paperless, dan ada motivasi pembaharuan/wawasan terhadap kepedulian lingkungan yang diberikan oleh dosen. 218 Hasan Maftukh tidak begitu banyak menjelaskan tentang faktor pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Bagi saya faktor pendukungnya ya, mahasiswa itu sendiri, dosen, dan fasilitas yang disediakan oleh kampus itu sendiri. Maziid mengungkapkan dengan singkat tentang faktor pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi yaitu irit/ekonomis. Sebagaimana diungkapkan oleh maziid berikut ini: Irit, ekonomis,...he.. Amel mengungkapkan dengan santai dan terkadang melempar senyum tentang faktor pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Ungkapan itu dapat dicermati pada paparan berikut: Faktor pendukung terdapat pada mahasiswa itu sendiri, dosen baik dosen pengampu mata kuliah maupun pembimbing PPL, KKL, KKN, dan skripsi, serta dukungan fasilitas STAIN Salatiga. Rio mengungkapkan dengan lancar tentang faktor pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN 219 Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi Faktor pendukung terdapat pada mahasiswa yang paling utama, setelah itu baru dosennya, baik dosen pengampu mata kuliah maupun pembimbing PPL, KKL, KKN, dan skripsi, serta dukungan fasilitas STAIN Salatiga. Isma mengungkapkan dengan lancar tentang faktor pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi Faktor pendukung terdapat pada mahasiswa yang paling utama, setelah itu baru dosennya, baik dosen pengampu mata kuliah maupun pembimbing PPL, KKL, KKN, dan skripsi, serta dukungan fasilitas STAIN Salatiga. termasuk di dalamnya juga peraturan yang diberlakukan, baik tulis maupun non tulis. Sikhatun mengungkapkan dengan lancar tentang faktor pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi Faktor pendukung terdapat pada mahasiswa yang paling utama, setelah itu baru dosennya, baik dosen pengampu mata kuliah maupun pembimbing PPL, KKL, KKN, dan skripsi, serta dukungan fasilitas STAIN Salatiga. tidak terlepas juga karyawan yang senantiasa mengurusi administrasi akademik. Istikhana mengungkapkan dengan lancar tentang faktor pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN 220 Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi Mengajar membutuhkan krativitas, dan bukan pada kertasnya. Pembuatan karya mahasiswa tidak dengan kertas langsung, tetapi pada kertas koran yang sudah dipakai. Faktor dosen kalau ada dosen yang aktif mungkin mahasiswanya diskusi dengan menyarankan pakai power point, meskipun ada juga dosen yang menyuruh menggunakan cetakan. Kalau mengumpulkan tugas diambil tengah-tengahnya dibagi-bagi dengan teman yang lain. Paperless lebih murah dan hemat. Anis mengungkapkan dengan lancar tentang faktor pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi Semua bisa mendukung dalam lingkungan di kampus ini seperti dosen memberi tugas dengan melalui blog. Mahasiswa tingkat kreativitasnya ada mahasiswa yang tidak open. Kita sudah harus sadar diri sendiri, kita menyia-nyiakan kertas sama artinya menyia-nyiakan pohon. Dosen dan mahasiswa. Kertas bisa didaur ulang tidak toh bu?, ada tempat pembuangan kertas organik dan anorganik, di SMPN 3 Salatiga ada khusus pembuangan kertas. Kerjasama antara mahasiswa dengan dosen. Harus adal sarana dan prasarana yang memadai, ada LCD tetapi listrik tidak ada. Akses internet yang kuat, sini masih kurang kuat. Faiz mengungkapkan dengan lancar tentang faktor pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi 221 Kalau kita pakai teknologi informasi dan komunikasi bisa irit waktu dan tenaga. Menggunakan handphone/ HP bisa lebih irit dibandingkan dengan lap top, kalau saya mau membetulkan file skripsi bisa menggunakan HP. Agus mengungkapkan dengan lancar tentang faktor pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Di bawah ini hasil wawancara dengan peneliti. Fasilitas non kertas perlu dipersiapkan dengan baik seperti fasilitas di perpustakaan dengan komputer dan internet. Lap top secara umum menjadi dukungan bagi saya, melalui lap top ini materi dapat disimpan tanpa harus mencetaknya. Menggunakan handphone juga dapat mendukung saya. Layanan konsultasi kalau tidak bisa dapat diberikan oleh tenaga perpustakaan, kita bisa tanya langsung tidak perlu susah-susah mencari buku dan jurnal melalui rak. Anjungan juga mendukung bisa lihat nilai dari rumah tidak perlu harus datang ke kampus dan mencetaknya, karena sudah disimpan oleh bagian akademik. Pengumuan juga tidak perlu dicetak, kita bisa lihat melalui anjungan alamat webnya akademik. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dan meniadakan kertas dengan menggunakan HP, maka bisa mendapatkan kesederhanaan/simple, bisa dibawa kemana-mana sehingga dapat dibaca di angkot sekalipun tanpa menggunakan kertas yang berat. Faktor pendukung menurut informan yang dikemukaan dengan bahasa masing-masing dapat dikumpulkan antara lain faktor manusia, kebijakan, sarana, dan prasarana. Keempat faktor tersebut dapat dipaparkan seperti internet dengan signal yang bagus, motivasi mahasiswa untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komuniksi, perpustakaan on line, LCD, Lap top yang 222 baik, motivasi mahasiswa untuk peduli lingkungan, Dosen saat kuliah maupun saat menjadi pembimbing PPL, KKL, KKN, dan skripsi, ekonomis, peraturan dari STAIN Salatiga untuk paperless, karyawan yang mengurusi administrasi, motivasi dosen kepada mahasiswa untuk paperless, penugasan membuat karya ilmiah dikirimkan dengan menggunakan email, handphone yang dapat dimanfaatkan pustakawan dengan fasilitas untuk membantu internet, paperless kesiapan berbasis tenaga teknologi informasi dan komunikasi. 4) Faktor penghambat kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi inforamasi dan komunikasi; Yanuar mengungkapkan dengan lancar tentang faktor penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi antara lain pada faktor diri mahasiswa sendiri, pergaulan, dan kebijakan. Ungkapan Yanuar dapat disampaikan sebagaimana hasil wawancara yang sudah dilakukan berikut ini: Diri sendiri, tiap masing-masing person berbeda, memiliki kesibukan organisasinya cenderung pada lingkup individu masing-masing. Paperless muncul sangat kuat pada masing-masing individu. Paperless bagi mahasiswa masih dalam lingkup perkuliahan dengan ruang waktu yang sempit. Biasanya mahasiswa menggantungkan perkuliahan dan cederung tidak aktif di luar perkuliahan. Pergaulan 223 saat kita belajar dengan orang yang memiliki semangat paperless, maka kita akan menerapkan paperless, demikian sebaliknya. Dari unsur dosen mendukung persentase dari 100 % 70% mendukung paperless. Pergantian kurikulum mata kuliah akan menjadikan silabi berubah dengan demikian akan membutuhkan beberapa hal yang berhubungan dengan kertas yang semakin banyak. Taufiqurrahman mengungkapkan dengan lancar tentang faktor penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi antara lain faktor sistem, fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki mahaisswa, dan faktor mahasiswa sendiri. Ungkapan Taufiq dapat dicermati di bawah ini: Sistem yang ada harus pakai kertas putih yang baru. Kalau perkuliahan di Perguruan Tinggi lain kuliah sudah menggunakan lap top yang dihubungkan dengan internet, sekarang sudah bukan zamannya lagi menulis materi kuliah di atas kertas. Tetapi di STAIN masih menggunakan serba kertas bagi mahasiswanya. Sebenarnya sih fasilitas sudah disediakan oleh STAIN Salatiga, hanya mahasiswa sendiri yang masih jadul. Hasan Maftukh mengungkapkan dengan lancar tentang faktor penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi kurangnya kesadaran mahasiswa dan dosen untuk menggerakkan paperless. Ungkapan Hasan Maftukh dapat disampaikan sebagai berikut: Kalau dosen dan mahasiswa tidak mau mendukung paperless dan produkti kertas sudah mulai berkurang, maka segala yang mau ditulis di tulis di mana? 224 Maziid mengungkapkan dengan lancar tentang faktor penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi antara lain faktor materi kuliah dan teknis pengajaran. Ungkapan maziid dapat disampaikan berikut ini: Materi yang baru, muatan yang banyak yang tidak habis dijelaskan atau waktu yang terbatas, ada kesalahan teknis, sehingga harus difotokopi/print lagi. Materi yang ada hanya ada pada buku, tetapi tidak bisa dipinjam, sehingga harus fotokopi, tugas dari dosen yang memang harus dalam ketikan, misal dalam presentasi makalah, lebih memudahkan penjelasan ketika masing-masing diberi fotokopian. Amel mengungkapkan dengan lancar tentang faktor penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi antara lain karena faktor dosen dan regulasi. Hal ini dapat ditampilkan yang disampaikan Amel kepada peneliti berikut ini: Konsultasi dengan dosen pembimbing tidak diarahkan untuk menggunakan email atau menggunakan kertas bekas atau cetak bolak-balik. Tidak disarankan untuk pengumpulan skripsi dengan CD (compact disk) atau publikasi dengan pdf pada web atau blog. Rio mengungkapkan dengan lancar tentang faktor penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi karena faktor regulasi. Regulasi yang 225 tidak diatur oleh lembaga atau dosen dikemukakan oleh Rio sebagai berikut: Bimbingan dan tugas-tugas akademik tidak boleh pakai kertas bekas. Isma mengungkapkan dengan lancar tentang faktor penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi faktor komunikasi. Dosen sebagaimana diungkapkan oleh Isma tidak mengkomunikasikan kepada mahasiswa, bagaimana agar dapat menerapkan paperless. Paparan ini sesuai dengan ungkapan yang disampaikan oleh Isma di bawah ini: Pembimbing tidak menyampaikan tentang teknik menyampaikan materi bimbingan. Pembimbing tidak pernah menyapaikan bimbingan melalui email atau menggunakan lap top, tanpa dicetak materi bimbingannya. Sikhatun mengungkapkan dengan pelan dan santai tentang faktor penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi pada faktor kebijakan dosen dan lembaga dalam pengumpulan tugas perkuliahan dan praktikum. Ungkapan ini sebagaimana hasil wawancara dengan peneliti bahwa: Pembimbing tidak menyampaikan tentang teknik penyampaian teknis bimbingan dan laporan melalui email atau dengan CD (compact disk). 226 Istikhana mengungkapkan dengan lancar tentang faktor penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi karena faktor sarana dan prasarana. Ngeprint di rentalan tidak dapat menggunakan kertas bekas atau dengan bolak-balik, tetapi kalau menggunakan print sendiri di rumah bisa menggunakan kertas bekas. Anis mengungkapkan dengan mantap tentang faktor penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi karena faktor dosen dan sarana dan prasarana, serta kesadaran mahasiswa. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Anis pada saat wawancara sebagai berikut: Kadang itu, bu. Ada dosen yang kurang up to date terhadap teknologi, penginnya pakai makalah, dijilid, dibagikan. Sarana dan prasarana tidak memadai mungkin dari alatalat penunjang LCD, kadang LCD rusak, listrik mati, tidak jelas. Kurangnya kesadaran mahasiswa buat mencitai lingkungan, cuma 1 lembar tapi lama kelamaan kan jadi banyak, apa yaaah. Tidak punya yang android, tidak punya lap top. Faiz mengungkapkan dengan mantap tentang faktor penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi karena faktor dosen, kesadaran mahasiswa, dan teknis. Faiz memberikan keterangan wawancara sambil melipat kabel HP dan sesekali mencoba untuk memberikan jawaban agak lama untuk dapat menemukan jawaban yang tepat 227 menurut ukurannya. Berikut ini ungkapan Faiz saat wawancara sebagai berikut: iya, itu bu. Kan ada beberapa dosen yang mungkin kurang memahami tentang paperless, meteri harus dikopi sehingga kita memerlukan banyak kertas. Mungkin kesadaran mahasiswa sendiri, saya pernah merasakan cari gampangnya. Kalau ada materi dari dosen langsung kita kopi dari buku. Misalnya gini (sambil melipat kabel HP), materi saya pinjamkan ke teman/orang lain, mau tidak mau saya harus memfotokopi lagi. Ya, itu ketika saya ingin paperless dengan email fasilitas wifi lemot pada jam-jam tertentu, jadi kita tidak dapat menggunakan secara maksimal. Pada saat bimbingan skripsi terkadang dilakukan on-line kirim email, tetapi kadang saya tidak bisa memahami apa yang dimaksudkan oleh dosen. Agus mengungkapkan dengan lancar tentang faktor penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless informasi dan komunikasi karena berbasis teknologi faktor etika. Agus mengungkapkan sebagaimana diutarakan pada wawancara sebagai berikut: Saya mau bilang belum berani, takutnya malah ribet kaitannya dengan penyampaian saya. Menggunakan kertas bekas untuk bibingan dianggap tidak sopan. Rangkuman sebagaimana diungkapkan oleh informan tentang hambatan penerapan paperless bagi mahasiswa berbasis teknologi informasi dan komunikasi antara lain faktor dosen, mahasiswa, regulasi, sarana dan prasarana, lingkungan, dan teknis, serta etika. 228 5) Upaya mahasiswa STAIN Salatiga dalam mengatasi hambatan untuk melakukan paperless dalam rangka menunjukkan kearifan terhadap lingkungan. Yanuar mengungkapkan dengan lancar tentang upaya mengatasi hambatan untuk menerapkan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Ungkapan Yanuar antara lain dengan mengatasi diri sendiri, manajemen waktu, menggunakan teknologi informasi dan komuniakasi, dan selektif memilih teman. Ungapan ini jelas diutarakan oleh Yanuar pada wawancara dengan peneliti sebagai berikut: Atasi diri sendiri dengan manajemen waktu, kapan waktu senggang dan waktu malas datang sehingga dapat menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Selektif dalam memilih teman, bagaimana memilih teman yang baik. Pemilihan teman yang peduli terhadap lingkungan, maka akan mendukung pada penerapan paperless. Taufiqurrahman mengungkapkan dengan tegas tentang upaya mengatasi hambatan untuk menerapkan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Taufiqurrahman mengatasi hambatan dengan mengubah paradigma paperbased kepada paperless secara perlahan-lahan dan memotivasi diri meskipun orang lain tidak memberikannya untuk menerapkan paperless. Hal 229 ini diungkapkan oleh Taufiqurrahan sebagaimana dituliskan di bawah ini: Sistem yang lama dengan kertas dirubah dengan pelanpelan, sistem computerized, dosen harus memotivasi penggunaan komputer. Hasan Maftukh mengungkapkan dengan lancar tentang upaya mengatasi hambatan untuk menerapkan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi dengan bersikap fleksibel dalam menggunakan kertas dan media elektronik. Ungkapan Hasan Maftukh sebagaiaman dituliskan kembali di bawah ini: Penting menggunakan kertas ya gunakan kertas, kalau bisa sih dengan menggunakan media elektronik. Maziid mengungkapkan dengan lancar tentang upaya mengatasi hambatan untuk menerapkan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Maziid mengatasi masalah dengan tetap menggunakan kertas manakala fasilitas teknologi informasi dan komunikasi masih terbatas. Fasilitas teknologi yang adanya secara terbatas, jadi kertas masih menjadi media yang mudah dan lumrah untuk dipakai. Amel mengungkapkan dengan lancar tentang upaya mengatasi hambatan untuk menerapkan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis 230 teknologi informasi dan komunikasi dengan menerapkan paperless pada hal-hal yang tidak berhubungan dengan kebijakan yang seharusnya dipenuhi, artinya dengan menggunakan paperless di luar hal-hal yang formal akademis. Hal ini juga diungkapkan secara implisit oleh Rio, Isma, Sikhaun Nafisah Istikhana mengungkapkan dengan lancar tentang upaya mengatasi hambatan untuk menerapkan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi dengan melakukan sosialasisi penetingnya paperless. Ungkapan Istikhana dapat dicermati pada salinan berikut ini: Disosialisaskan tentang awal mula kertas itu kan dari pohon ya, bu? Lebih menggunakan barang-barang yang sudah dipakai menjadi barang yang lebih berguna. Anis mengungkapkan dengan lancar tentang upaya mengatasi hambatan untuk menerapkan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi dengan membangun kesadaran terhadap lingkungan. Faiz mengungkapkan dengan lancar tentang upaya mengatasi hambatan untuk menerapkan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi menggunakan wifi pada jamjam tertentu di luar jam kerja, hal ini juga dikemukakan oleh Agus. 231 Ikhtisar berkaitan dengan upaya yang dilakukan mahasiswa STAIN Salatiga dalam menerapkan paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi dengan mengusahakan secara pelan-pelan dari paradigma paperbased ke paperless, fleksibel dalam menggunakan kertas dan elektronik, mengusahakan penggunaan internet pada jam-jam di luar jam kerja, paperless di luar hal-hal yang formal yang telah diatur regulasinya, bangun kesadaran terhadap lingkungan. B. Pembahasan Upaya yang dilakukan mahasiswa untuk mewujudkan kearifan lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi antara lain, kuliah dengan menggunakan lap top untuk menyisipkan keterangan-keterangan dosen pada power point yang sudah diberikan sebelumnya; pengayaan materi perkuliah dangan diskusi dengan teman, dosen, dan orang tua baik di kampus maupun di luar kampus, memanfaatkan fasilitas perpustakaan dengan melacak secara on line, materi kuliah yang diberikan oleh dosen tidak difotokopi, tetapi cukup meminjam kepada teman lain untuk dicatat bagian-bagian pentingnya; menyimpan materi perkuliahan dan pengayaannya dengan soft file; memberikan fotokopian materi perkuliahan kepada teman lain pada dosen dan mata kuliah yang sama, sehingga teman tidak perlu melakukan fotokopi; memperbanyak membaca dari internet dan bukan memperbanyak menulis pada kertas; penugasan kuliah dengan kelompok, sehingga dapat menghemat kertas; penugasan yang diberikan oleh dosen dengan memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi 232 melalui email atau blog dosen. konsultasi skripsi awal dengan dosen pembimbing diawali dengan lisan, baru kalau esensi skripsinya sudah sesuai dengan arahan pembimbing baru disusun dalam bentuk proposal sebagai bekal konsultasi yang akan datang; pemanfaatkan kertas bekas untuk mencatat pada saat rapat, kuliah, memberikan les, alat peraga, menyisipkan keterangan perkuliahan dari dosen; memanfaatkan buku untuk ditulis hal-hal pentingnya dan tidak difotokopi; menggunakan buku catatan saat kuliah dengan urut lembar-demi lembar, menggunakan buku binder yang dapat dipindahpindahkan materinya sesuai dengan mata kuliahnya. Satu buku binder untuk mata kuliah lebih dari satu, sehingga dapat hemat; mencatat pengumuman penting dengan menggunakan fasilitas pada handphone dan mengambil informasinya dengan cara difoto di HP; tidak menggunakan tissue untuk kegiatan akademik; berlatih menggunakan lap top dan internet; memanfaatkan kertas dan koran bekas untuk praktek KKN; bimbingan skripsi dengan menggunakan kertas bolak-balik atau menggunakan kertas bekas bimbingan sebelumnya untuk konsultasi berikutnya; presentasi dengan menggunakan power point, sehingga tidak perlu memberikan materi kepada mahasiswa dalam bentuk makalah yang membutuhkan kertas lebih banyak; presentasi dengan menggunakan catatan kertas kecil saja sebagai alat bantu untuk memberikan penjelasan dan menggunakan HP sebagai alat bantu lainnya; presentasi dengan memberikan keterangan dengan cara mencatat di papan tulis pada materi yang memerlukan penjelasan penting; menulis catatan pribadi yang berhubungan dengan perkuliahan pada HP. Hal ini menandai bahwa 233 mahasiswa STAIN Salatiga sudah dapat memaknai kearifan lingkungan sesuai dengan proporsinya. Mahasiswa sudah dapat mengetahui beberapa faktor pendukung dan penghambat yang dimiliki oleh dosen, tenaga akademik, mahasiswa itu sendiri, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh mahasiswa sendiri dan STAIN Salatiga dengan baik. Kemampuan mengenal beberapa faktor tersebut dapat digunakan untuk mengatasi hambatan untuk menerapkan paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Mahasiswa dapat memanaj sendiri bagaimana regulasi tidak memberikan restu, tetapi mahasiswa dapat menerapkan paperless berbasis teknolgi informasi dan komunikasi. Jangkauan untuk mewujudkan hal ini dapat dilihat pada upaya untuk mengumpulkan naskah skripsi bukan dalam bentuk naskah tetapi cukup dnegan menggunakan CD atau diseminasi melalui media sosial dengan perlindungan hak atas kekakayaan intelektual mahasiswa secara tegas. Kondisi ini apabila diterapkan dengan nyata, maka akan menunjukkan bahwa STAIN Salatiga meskipun sebagai sebuah lembaga yang tidak secara langsung berkecimpung secara akademik dalam hal perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup, tetapi ddalam realitas akademik mahasiswa STAIN Salatiga mampu menunjukkannya dengan nyata. Hal ini menunjukkan sebuah prestasi yang cukup membanggakan pada dimensi pemaknaan sebagai kholifah di bumi. Pemaknaan yang riil dengan memadukan nilai-nilai Islam dengan bukti empiris yang memiliki dasar konseptual. Islam sebaga rahmatal lil alamiin. 234 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 6. Makna kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi antara lain membangun hubungan harmonis Allah Swt, alam dan lingkungan, serta sesama manusia; menyelamatkan sumber daya alam dan mengurangi dampak pemborosan sumber daya; memanfaatkan sumber daya sesuai peruntukannya; membangun perilaku hidup peduli untuk kelestarian lingkungan dan berkelanjutan. 7. Upaya mahasiswa lingkungan melalui STAIN Salatiga dalam paperless berbasis mewujudkan kearifan teknologi informasi dan komunikasi antara lain pada ruang lingkup kegiatan perkuliahan, pengayaan di luar perkuliahan, praktek di lapangan, bimbingan skripsi, dan diseminasi hasil penelitian (skripsi). 8. Faktor pendukung kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi antara lain pada faktor regulasi lembaga, dosen, mahasiswa, sarana dan prasarana yang dimiliki STAIN maupun mahasiswa itu sendiri. 9. Faktor penghambat kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi antara lain faktor dosen, mahasiswa, regulasi, sarana dan prasarana, lingkungan, teknis, dan etika. 235 10. Upaya mahasiswa STAIN Salatiga dalam mengatasi hambatan untuk melakukan paperless dalam rangka menunjukkan kearifan terhadap lingkungan yang bersumber pada dosen, mahasiswa, regulasi, sarana dan prasarana, lingkungan, teknis, dan etika. Upaya yang dilakukan antara lain membangun paradigma paperbased ke paperless secara bertahap, fleksibel melalui pendekatan formal maupun informal. B. Saran 1. Ketua STAIN Salatiga a. Membangun paperless policy yang diawali dengan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kegiatan akademik bagi dosen STAIN Salatiga; b. Membangun paperless policy yang ditujukan kepada karyawan tentang kebijakan yang diberlakukan; c. Membangun paperless policy yang ditujukan kepada mahasiswa pada kegiatan akademik di STAIN Salatiga 2. Dosen Pengampu Mata Kuliah dan Bimbingan Skripsi Dosen membuat peraturan internal yang berkaitan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh ketua STAIN Salatiga pada mahasiswa yang mengikuti perkuliahan, bimbingan PPL, KKL, KKN, dan skripsi berbasiskan pada penerapan paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 3. Mahasiswa a. Melaksanakan peraturan yang diberikan oleh dosen masing-masing dalam rangka melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh Ketua 236 STAIN Salatiga pada penerapan paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi; b. Melakukan paperless secara mandiri meskipun regulasi tidak mengatur secara resmi pelaksanaan paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi; c. Melakukan paperless pada hal-hal non formal akademis, meskipun kebijakan, dosen, dan tenaga administrasi tidak memberikan peratauran secara formal. C. Rekomendasi 1. Penerapan paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi diawali pada terbitnya peraturan Ketua STAIN Salatiga; 2. Kegiatan akademik baik perkuliah, praktek, maupun bimbingan skripsi diarahkan pada paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi; 3. Diseminasi penelitian mahasiswa (skripsi) dengan menerapkan paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 237 DAFTAR PUSTAKA Sandhu, Ujjal, Rohit Seth. 2014. Paperless Office: A New Name to Technology. ManageMent & BusIness studies. Vol 4. hlm 34-36. Arney, Janna, Irma Jones, dan Angela Wolf. 2009. Going Green: Paperless Technology and Feedback From the Classroom. Sustainability and Green Business. Anshoriy, Nasruddin, HM dan Sudarsono. 2008. Kearifan Lingkunngan dalam Perspeektif Budaya Jawa. Cetakan Pertama. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Arsyad, Sitanala dan Ernan Rustiadi. 2008. Penyelamatan Tanah, Air, dan Lingkungan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Asdiqoh, Siti. 2002. Pendidikan Islam dan Pelestarian Lingkungan: Telaah Konseptual dan Strategi Implementasi di Madrasah. Bunga Rampai. Madrasah & Pelestarian Lingkungan Sumbangan Konseptual dan Strategi Aksi. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Barker, Sandra. 2008. Paperless assignments: Moving Forward or Marking Time?. School of Management University of South Australia. Bekker, Anton dan Ahmad Kharis Zubair. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat, Jogjakarta: Kanisius. Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatiif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Budiharjo. 2002. Islam dan Lingkungan Hidup. Bunga Rampai. Madrasah & Pelestarian Lingkungan Sumbangan Konseptual dan Strategi Aksi. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Daniel, Valerina. 2009. Easy Green Living. Jakarta: Hikmah. 238 Dwivedi, Sanjay K dan Anand Kumar. 2013. Global Impacts and Challenges of Paperless Books: A Preliminary Study. Business and Social Science.vol. 3 No. 11, June 2013. Efendi, Agus. Tesis. 2006. UPI Bandung. Implementasi Kearifan Lingkungan dalam Budaya Masyarakat Adat Kampung Kuta Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Erawati, Muna. 2002. Strategi Penanaman Nilai-nilai Pro Lingkungan dalam Perspektif Psikologi. Bunga Rampai. Madrasah & Pelestarian Lingkungan Sumbangan Konseptual dan Strategi Aksi. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Fariz. Menuju Paperless/and or Less Paper World. Kompas. 7 April 2010. Fauzi, Noer, 2001, Otonomi Daerah, Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Jogjakarta: Lapera Pustaka Utama. Haryati, Sri. Tesis. UPI Bandung. 2011. Model Penanaman Nilai-Nilai Kearifan Lokal (local genius) Pada Masyarakat Sunda Dalam Membentuk Perilaku Lingkungan Bertanggung Jawab. Idrus, Muhammad. 2007. Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif). Jogjakarta: UII Press. Kementerian Lingkungan Hidup Deputi Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat dan Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah. 2011. Akhlak Lingkungan: Panduan Berperilaku Ramah Lingkungan. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup. Mangen, Anne; Bente R. Walgermo, Kolbjørn Brønnick. 2013. Reading linear texts on paper versus computer screen: Effects on reading comprehension. Educational Research. hlm 61-68. Mangunjaya, M. Fachrudin. 2006. Hidup Harmonis dengan Alam: Esei-Esei Pembangunan Lingkungan, Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Mangunjaya, Fachrudin M, Husain Hariyanto, dan Reza Gholami. 2007. Menanam Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan Hidup. 239 Mangunjaya, Fachrudin M. 2008. Bertahan di Bumi: Gaya Hidup Menghadapi Perubahan Iklim. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Marshall, Catherine dan Gratchen B Rossman. 1994. Designing Qualitative. New Delhi: Sage Publication India. Milles, Mattew B dan Michael Hubberman.1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Penterjemah. Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press. Cetakan Pertama. Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Cet. 16 Morse, Jenice M. 1994. Critical Issues in Qualitative Research Methode. New Delhi: Sage Publication India. Mufid, Sofyan Anwar. 2010. Ekologi Manusia dalam Perspektif Sektor Kehidupan dan Ajaran Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, Dedi. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: Rosdakarya. Cetakan Keempat. Nasution, 2007. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Notoatmojdjo, Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta. Pingale, Supriya, Harshada Satav, Trupti Nanekar, Nupur. 2012. SQL Based Paperless Examination System. Scientific and Research Publications. Vol. 2. hlm 1-4. Qaradhawi, Yusuf. 2002. Islam Agama Ramah Lingkungan. Jakarta: Pustaka AlKautsar. Reaz, Mamun bin ibne dan Sazzad Hussain. 2007. Multimedia University: A Paperless Environment to Take the Challenges for the 21st Century. Association for the Advancement of Computing In Education. 15(3), hlm. 289-314. 240 Rianto. 2014. blog, Paperless administration, diakses 2 April 2014. Runnels, Judith. 2013. Tablet PCs in a Paperless Classroom: Student and Teacher Perceptions on Screen Size. The jalt calljournal. vol. 9, no.3 Pages 275– 285. Salim, Agus. 2005.Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Jogjakarta: Tiara Wacana. ....................2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Edisi Kedua. Jogjakarta: Tiara Wacana. Sekretariat Negara. Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2008. Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Sekretariat Negara. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2003 Tentang Kebijakan dan strategi Nasional Pengembangan e-government. Shah, Seema dan Mohit Tiwari. 2010. Networking of Paperless Offices in Technical Institutes of India. Computer Science and Network Security. vol.10, no.3. Silverman, David. 1993. Interpreting Qualitative Data. New Delhi: Sage Publication India. Sudarsono. 2007a. Mengendalikan Dampak Pemanasan Global dengan Kearifan Lingkungan. Jogjakarta: Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Jawa Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI. ................ 2007b. Negeriku Menuai Bencana Ekologi: Mengabaikan Norma, Agama, Adat, dan Hukum. Bunga Rampai. Cetakan Kedua. Jogjakarta: Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Jawa Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI. Sudarsono dan Nasruddin Anshoriy. 2008. Kearifan Lingkungan dalam Perspektif Budaya Jawa. Cetakan Pertama. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 241 Sumanto. 2002. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan: Aplikasi Metode Kualitatif dan Statistika dalam Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cetakan Ketiga. Susilo, Rachmad K. Dwi. 2009. Sosiologi Lingkungan. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sukandarrumidi, 2010. Bencana Alam dan Bencana Anthropogene: Petunjuk Praktis untuk Menyelamatkan diri dan Lingkungan. Cetakan ke-5. Jogjakarta: Kanisius. Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumni Aksara. Cetakan ketiga. Susilowati. 2002. Menanamkan Etika Lingkungan Hidup dalam Bingkai Pendidikan Islam. Bunga Rampai. Madrasah & Pelestarian Lingkungan Sumbangan Konseptual dan Strategi Aksi. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Teeter, Steve; Susan R. Madsen; Jason Hughes, and Brent Eagar. 2007. The Perceptions and Experiences of Students in a Paperless Accounting Class. Effective Teaching. hlm 15-30. Tiwari, Mohit dan Seema Syah. 2010. Networking of Paperless Offices in Technical Institutes of India. Computer Science and Network Security. vol.10 no.3, hlm. 171-181. Zein, Alam Setia, 1998, Kamus Kehutanan, Jakarta: Rineka Cipta. Wiratningsih, Riah. 2013. Pemanfaatan E-Journal dalam Menumbuhkan Suasana Akademik di Perguruan Tinggi. Riah.staff.uns.ac.id. Diakses tanggal 7 November 2014 pada jam 12.15 WIB 242 Lampiran 1 tentang Pedoman Wawancara Kearifan Lingkungan melalui Paperless Berbasisteknologi Informasi dan Komunikasi. PEDOMAN WAWANCARA KEARIFAN LINGKUNGAN MELALUI PAPERLESS BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI. 1. Makna kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga menerapkan paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 2. Upaya yang dilakukan mahasiswa STAIN Salatiga menerapkan paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 3. Faktor Pendukuung bagi mahasiswa STAIN Salatiga untuk menerapkan paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 4. Faktor Penghambat bagi mahasiswa STAIN Salatiga untuk menerapkan paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 5. Upaya yang dilakukan mahasiswa STAIN Salatiga dalam mengatasi hambatan untuk menerapkan paperless berbsais teknologi informasi dan komunikasi 243 Lampiran 2 tentang Contoh Verbatim Wawancara dengan Amalia Hidayatus Sibyani Nama Mahasiswa Jurusan Program Studi Hari/Tanggal Pukul : Amalia Hidayatus Sibyani : Tarbiyah : Pendidikan Agama Islam (PAI) : Rabu, 1 Oktober 2014 : 12.30 s.d 13.05 WIB Wawancara Interpretasi Wawancara dilakukan dengan Amalia Hidayatus Sibyani. Amalia Hidayatus Sibyani dengan panggilan sehari-hari di kampus dengan Amel. Amel adalah seorang mahasiswa program Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah mengikuti ujian munaqosyah tanggal 30 September 2014. Seorang mahasiswa yang telah dinyatakan lulus dalam sidang munaqosyah program Pendidikan Agama Islam. Amel memiliki adik kandung yang sedang kuliah di STAIN Salatiga pada jurusan yang sama. Amel menemui peneliti untuk meminta tanda tangan pengesahan skripsi. Selesainya penandatanganan, peneliti meminta waktu untuk wawancara. Berikut wawancara dengan mbak Amel: I: Mbak Amel, selamat telah mengikuti sidang munaqosyah dengan baik. A: Iya, terima kasih bu. I: Mbak Amel sudah selesai penandatangan skripsinya? A: Belum, bu. Tinggal pak Ilya (Ilya Muhsin, maskudnya). Sudah janjian hari ini di kampus 2. Sekarang beliau sedang rapat. I: Boleh ibu wawancara tentang paperless? A: Iya, bu silakan. I: Saat perkuliahan dulu, materi yang disampaikan dosen, mbak Amel terima dalam bentuk apa? A: Ada yang dalam bentuk soft file, berupa Materi yang diterima dalam makalah atau power point. Ada juga yang bentuk soft file baik dalam dalam bentuk cetakan makalah. bentuk makalah maupun power point, ada juga makalah I: Dosen memberi materi dalam bentuk dalam bentuk cetakan. makalah, apakah yang mbak Amel lakukan? Materi difotokopi untuk 244 A: Amel memfotokopi, bu. Sebab kalau tidak belajar saya tidak dapat menguasai materi yang diberikan oleh dosen. I: Apa yang mbak Amel lakukan terhadap materi yang sudah difotokopi? A: Amel membaca materi tersebut dan Materi setelah menyimpannya di lemari, bu. simpan di lemari I: Setelah selesai mata kuliah itu diujikan, buat apa fotokopian makalah dari dosen tersebut? A: Saya masih menyimpannya, setelah itu saya suruh adik untuk menyimpan materi tersebut. Kebetulan adik saya satu jurusan dengan saya, sehingga bisa digunakan lagi kalau dosennya sama dan menggunakan materi yang sama. Kalau tidak sama, dapat digunakan untuk pengayaan adik saya. I: Penugasan yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah tertentu, dalam bentuk apa mbak Amel menyerahkan tugas kepada dosen? A: Amel menyerahkan tugas dalam bentuk cetakan kira-kira antara 20 sampai dengan 30 halaman, bu. Seingat amel, dosen tidak pernah meminta pengumpulan tugas melalui email. dibaca di Materi diberikan kepada adik kandung yang kebetulun satu jurusan di STAIN Salatiga pada mata kuliah dan dosen yang sama, sedangkan pada matakuliah dengan dosen yang berbeda digunakan untuk pengayaan materi kuliah. Tugas kuliah diberikan dalam bentuk cetakan antara 20 sampai 30 halaman kertas HVS, hal ini dilakukan karena dosen tidak memberikan perintah pengumpulan tugas melalui email. I: Ujian tengah semester dan akhir semester, jenis ujian apa yang sering digunakan oleh dosen? Ujian dalam bentuk lisan A: Tergantung dari dosen dan mata kuliahnya, ataupun tertulis, tergantung bu. Ada yang lisan dan yang tulis. dosen dan matakuliahnya. I: Kalau ujian tertulis, berapa halaman kertas yang mbak Amel butuhkan? A: Rata-rata paling banyak 2 (dua) halaman kertas folio. I: Pada saat coaching PPL apa saja yang diberikan oleh panitia kepada mahasiswa? A: Panitia membagi snack, satu set makalah, buku pedoman PPL yang memuat tentang tata tertib, tugas dan kewajiban dosen dan mahasiswa, daftar nama Dosen 2 lembar kertas folio Menerima snack, makalah, buku pedoman untuk dipelajari di kost dan setelah selesai disimpan. 245 I: A: I: A: Pembimbing Lapangan (DPL), dan tempat praktek mahasiswa dalam kelompok masing-masing. Materi tersebut dibagikan kepada seluruh mahasiswa. Amel baca materi tersebut. Amel bawa pulang ke kost-kostan dan disimpan. Dalam bentuk apa laporan PPL diberikan kepada penyelenggara? Laporan dibuat dalam bentuk cetakan, print-printan itu, bu. kebetulan Amel sekretarisnya. Laporan Amel buat kurang lebih 50 halaman. Konsep laporan sudah dikonsultasikan kepada pembimbing, kebetulan pembimbing (Bpk Abdul Sykur menyarankan koreksi dilakukan dalam bentuk soft file melalui lap top. Alhamdulillah Amel dalam melakukan pencetakan tidak mengalami kesalahan, sehingga tidak perlu membuang kertas. Pembekalan kegiatan KKL, apa yang mbak Amel terima materi? Amel terima snacknya. Sebenarnya sih mahasiswa yang lain menerima makalah. I: Pada saat pembekalan KKN, apa yang mbak Amel terima dari penyelenggara? A: Amel terima makalah. Semua mahasiswa menerima materi pembekalan KKN, kok bu. Materi diberikan oleh tutor. Di samping itu, panitia juga membagikan buku panduan KKN. I: Berapa mahasiswa yang ikut pembekalan KKN? A: Kira-kira 400 mahasiswa. I: Apakah materi pembekalan KKN dimanfaatkan oleh mahasiswa calon peserta KKN? A: Saya lihat iya, Amel sendiri juga membacanya dan Amel bawa pulang, kadang-kadang Amel baca ulang kalau membutuhkan. I: Pada saat bimbingan skripsi, apakah mbak Amel menerima instruksi dari dosen pembimbing tentang cara-cara bimbingan yang harus diikuti hubungannya dengan teknik bimbingan? Laporan PPL dalam bentuk cetakan sejumlah 50 halaman. Untuk menghindari pencetakan ulang karena konsep yang kurang tepat menurut DPL, maka dilakukan konsultasi melalui lap top. Menerima snack dan materi dalam bentuk cetakan dari panitia. Mahasiswa menerima materi dan buku panduan pembekalan KKN 400 mahasiswa KKN Materi pembekalan KKN dibaca untuk dipelajari setelah itu dibawa pulang. Proses bimbingan dengan 246 A: Pembimbing tidak ada menyampaikan tentang teknik menyampaikan materi bimbingan. Pembimbing tidak pernah menyapaikan bimbingan melalui email atau menggunakan lap top, tanpa dicetak materi bimbingannya. Hanya saja, pembimbing pernah menyampaikan kalau bimbingan, gunakan kertas bekas yang sudah digunakan pada materi konsultasi sebelumnya, tetapi Amel tidak pernah menggunakan kertas bekas. Menurut Amel, rasanya tidak sopan. I: Apa upaya yang dilakukan mbak Amel untuk menerapkan paperless? A: Amel menggunakan soft file dan lap top untuk memperlajari materi yang disampaikan dosen. Pengayaan materi kuliah dengan cara membaca buku di perpustakaan. Jika diperlukan, Amel tidak memfotokopi, tetapi mencatatnya. Pencatatan Amel sisipkan pada materi yang sudah diterima melalui soft file yang sudah diterima. Kalau harus mencatat Amel menulis dalam buku dengan memanfaatkan lembar demi lembar buku tersebut dan menulisnya dengan besaran tulisan yang standar yang dapat dibaca dengan enak dan nyaman. Menggali dan memperkaya materi kuliah dengan melacak melalui internet. Saat melacak nama pengarang dan judul buku di perpustakaan dengan on line dengan mencatat dalam hand phone dan catat di telapak tangan. Pengumumanpengumuman penting seperti pelaksanaan PPL, KKL, KKN, Jadwal kuliah, dan informasi dari prodi (program studi) juga Amel tidak mencatatnya dalam kertas atau buku, tetapi cukup difoto melalui handphone. I: Apa makna kearifan lingkungan bagi mbak Amel dalam mengusahakan paperless saat proses mengikuti program akademik? A: Makna kearifan lingkungan dalam mengusahakan paperless menjadikan kita hemat, murah, tidak boros tempat yang menggunakan cetakan, disarankan menggunakan kertas bekas konsultasi sebelumnya. Kertas bekas tidak pernah digunakan dalam proses bimbingan, karena dianggap tidak sopan. Pembimbing tidak pernah menyarankan menggunakan email atau lap top. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti soft file dan lap top. Mengoptimalkan koleksi buku perpustakaan dan mencatat bagian-bagian yang penting. Pengayaan saat kuliah dengan menyisipkan pada power point yang ada dalam lap top. Pengayaan materi kuliah dengan melacak pada internet. Di perpustakaan melacak judul buku dan pengarang melalui fasilitas on line dengan mencatat pada HP ataupun pada telapak tangan, pencatata saat perkuliahan dilakukan pada buku dengan memanfaatkan secara hemat. Pengumuman penting difoto melalui fasilitas yang disediakan HP. 1. Hemat, 2. Murah, 3. Tidak boros tempat, dan mengurangi tempat yang tidak rapi/berantakan karena tumpukan kertas. 247 menjadikan tempat berantakan kebanyakan kertas berserakan. I: Apa harapan yang diinginkan dari mbak Amel untuk menerapkan paperless di kampus dalam mengikuti program akademik? A: Revisi pada saat bimbingan skripsi baiknya dengan menggunakan kertas bekas hasil bimbingan sebelumnya saja, karena kalau melalui email seakan-akan tidak efektif berkomunikasi dengan pembimbing. Kalau menggunakan kertas kan bisa dicorat-coret langsung oleh pembimbing, sehingga Amel bisa memperbaiki dengan jelas, di samping itu juga pembimbing dapat melihat sendiri apa yang sudah disarankan pada mahasiswa. Menggunakan lap top saat bimbingan juga perlu dicoba untuk mengurangi biaya pencetakan. Gunakan web untuk mempublikasikan hasil skripsi, tetapi harus dengan pdf dan harus ada jaminan tidak ada plagiasi oleh pihakpihak yang sengaja untuk mengambil keuntungan sepihak. I: Mbak Amel, terima kasih berkenan berbagi waktu untuk wawancara ini, sekalilagi selamt atas kelulusan ujian munaqosyahnya. A: Iya, terima kasih juga, Ibu. Revisi bimbingan skripsi dengan menggunakan kertas bekas hasil bimbingan sebelumnya. Melalui email kurang efektif dalam berkomunikasi dengan pembimbing, menimbulkan salah paham, tetapi kalau menggunakan kertas bisa lebih mudah dipahami. Menggunakan web untuk mempublikasikan hasil penelitian/skripsi mahasiswa dengan pdf untuk menghindari plagiasi yang akan menguntungkan pihak-pihak tertentu. 248