kearifan lingkungan melalui upaya paperless

advertisement
KEARIFAN LINGKUNGAN MELALUI UPAYA PAPERLESS
BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
BAGI MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI (STAIN) SALATIGA
LAPORAN PENELITIAN UNGGULAN
STAIN SALATIGA TAHUN 2014
Oleh:
Hj. MASLIKHAH, S.Ag., M.Si
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
APRIL 2014
i
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (P3M)
JL. Tentara Pelajar 02. Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
PENGESAHAN
Judul Penelitian
KEARIFAN LINGKUNGAN MELALUI UPAYA PAPERLESS BERBASIS
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAGI MAHASISWA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI (STAIN) SALATIGA
Peneliti
Tema
Konsultan
Lokasi Penelitian
Waktu Penelitian
Besar/Sumber Dana
:
:
:
:
:
:
Hj. MASLIKHAH, S.Ag., M.Si
Pendidikan
Dr.H.Rahmat Hariyadi, M.Pd
STAIN Salatiga
5 (Lima) Bulan
………./DIPA STAIN Salatiga tahun 2014
Salatiga, 25 Nopember 2014
Kepala P3M
Mufiq, S.Ag., M.Phil
NIP: 196906171996031004
Konsultan
Dr.H.Rahmat Hariyadi, M.Pd
NIP: 196701121992031005
ii
ABSTRAK
MASLIKHAH. 2014. Kearifan Lingkungan melalui Upaya Paperless Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Konsultan. Dr. H.Rahmat Hariyadi, M.Pd.
Key words: Paperless, Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui makna kearifan lingkungan, upaya yang
dilakukan, faktor pendukung, penghambat, dan upaya mengatasi hambatan
penerapan paperless dalam rangka menerapkan kearifan lingkungan bagi
mahasiswa STAIN Salatiga. Metode penelitian yang digunakan dengan penelitian
kualitatif di STAIN Salatiga selama 5 (lima) bulan. Subyek penelitian mahasiswa
STAIN Salatiga dengan obyek kegiatan perkuliahan, ujian, praktek, dan
bimbingan skripsi. Sumber data mengacu pada 3 (tiga) sumber yaitu dari unsur
person, place, dan paper. Teknik pengumpulan data dengan wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan mengorganisasikan data,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola,
memilih data yang penting untuk dipelajari dari hasil wawancara dan catatan hasil
observasi. Pengecekan keabsahan data dengan empat kriteria yaitu derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability). Uji derajat kepercayaan
(credibility) dilakukan dengan melakukan pembuktian yang diamati oleh peneliti
benar-benar sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar di
lapangan. Hasil penelitian menunjukkan makna kearifan lingkungan bagi
mahasiswa STAIN Salatiga melalui paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi antara lain membangun hubungan harmonis Allah Swt, alam dan
lingkungan, serta sesama manusia; menyelamatkan sumber daya alam dan
mengurangi dampak pemborosan sumber daya; memanfaatkan sumber daya
sesuai peruntukannya; membangun perilaku hidup peduli untuk kelestarian
lingkungan dan berkelanjutan. Upaya mahasiswa STAIN Salatiga dalam
mewujudkan kearifan lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi
dan komunikasi antara lain pada kegiatan perkuliahan, pengayaan di luar
perkuliahan, praktek di lapangan, bimbingan skripsi, dan diseminasi hasil
penelitian (skripsi). Faktor pendukung kearifan lingkungan bagi mahasiswa
STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi antara lain pada faktor regulasi lembaga, dosen, mahasiswa, sarana
dan prasarana yang dimiliki STAIN maupun mahasiswa itu sendiri. Faktor
penghambat kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya
paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi antara lain faktor dosen,
mahasiswa, regulasi, sarana dan prasarana, lingkungan, teknis, dan etika. Upaya
mahasiswa STAIN Salatiga dalam mengatasi hambatan untuk melakukan
paperless dalam rangka menunjukkan kearifan lingkungan yang bersumber pada
dosen, mahasiswa, regulasi, sarana dan prasarana, lingkungan, teknis, dan etika.
Upaya yang dilakukan antara lain membangun paradigma paperbased ke
paperless secara bertahap, fleksibel melalui pendekatan formal maupun informal.
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Ruang Lingkup Kajian teori ......................................................
53
Tabel 2.2 Kajian Teori tentang Paperless ................................................
84
Tabel 2.3 Perbedaan Sebelum dan Sesudah Penggunaan Sistem Website .
102
Tabel 2.4 Perbandingan E-Journal dan Jurnal Tercetak.............................
105
Tabel 2.5. Daftar Hasil Penelitian Terdahulu ............................................
Tabel 3.1 Penggunaan Triangulasi Metode dan Sumber ............................
180
160
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Definisi dan Implikasi Kearifan Lingkungan .........................
24
Gambar. 2.2 Makna Kearifan dan Implikasi................................................
27
Gambar 2.3 Fungsi Kearifan Lingkungan ................................................
30
Gambar 2.4 Prinsip Etika dalam Membangun Kearifan Lingkungan .....
35
Gambar 2.5 Kearifan Tradisional dan Rasional.........................................
37
Gambar 2.6 Kearifan Lingkungan dalam Perspektif Islam ......................
40
Gambar 2.7 Kearifan Lingkungan sebagai Aset Bangsa dan Negara ......
42
Gambar 2.8 Rapuhnya Kearifan Lingkungan Sebagai Penghambat
Pembangunan Berkelanjutan ...................................................
46
Gambar 2.9 Strategi Membangun Perilaku Arif terhadap Lingkungan ...
53
Gambar 2.10 Dasar Penerapan Paperless ..................................................
63
Gambar 2.11 Fungsi Paperless ................................................................
68
Gambar 2.12 Faktor Penting dalam Penerapan Paperless .......................
71
Gambar 2.13 Domain Perilaku Paperless ..................................................
75
Gambaar 2.14 Implementasi Kebijakan Paperless ..................................
80
Gambar 2.15 Keuntungan Melakukan Paperless ..................................
82
Gambar 2.16 Faktor Pendukung Pelaksanaan Paperless .......................
83
Gambar 2.17 Faktor Penghambat Pelaksanaan Paperless .........................
84
Gambar 2.18 Tujuan Teknologi Informasi .............................................
87
Gambar 2.19 Upaya Mahasiswa terhadap Paperbased ..........................
104
Gambar 2.20 Kerangka Pemikiran ..........................................................
138
Gambar 3. 1 Teknik Analisis Data .......................................................... .
154
Gambar 4.1 Peta Kampus 1 dan II STAIN Salatiga ..................................
162
Gambar 4.2 Wawancara Peneliti dengan Hasan Maftukh ..........................
189
Gambar 4.3 Wawancara Peneliti dengan Maziid ........................................
190
Gambar 4.4 Wawancara Peneliti dengan Amel ..........................................
191
Gambar 4.5 Wawancara Peneliti dengan Rio ..............................................
192
Gambar 4.6 Wawancara Isma Menunjukkan Media Pembelajaran dengan Kertas
Bekas Bimbingan Skripsi ......................................................... 193
Gambar 4.7 Peneliti dengan Sikhatun Menunjukkan Upaya Paperless pada Hasil
Penyusunan Skripsi ................................................................... 194
Gambar 4.8 Wawancara Peneliti dengan Istikhana .....................................
195
Gambar 4.9 Anis Menunjukka Pemanfaatan Kertas Bekas untuk Kegiatan
Akademik .................................................................................. 196
Gambar 4.10 Wawancara Peneliti dengan Faiz di Gedung Perpustakaan Ruang
Skripsi Lantai 3 ........................................................................... 197
Gambar 4.11 Wawancara Peneliti dengan Agus di Gedung Perpustakaan Ruang
Skripsi Lantai 3 ........................................................................... 198
Gambar 4.12 Mahasiswa Berdiskusi dan Melakukan Searching Internet di
Perpustakaan STAIN Salatiga ..................................................... 200
Gambar 4.13Mahasiswa sedang Melakukan Transfer Data melalui Flash
v
Disk di Lap Top ........................................................................ 201
Gambar 4.14 Mahasiswa Memanfaatkan Kertas sebagai Alat Peraga
Microteaching ............................................................................. 202
Gambar 4.15 Mahasiswa Memanfaatkan Kertas Sebagai Alat Peraga
Microteaching .......................... ................................................. 203
Gambar 4.16 Email Mahasiswa ...................................................................... 204
Gambar 4.17 Mahasiswa sedang Melakukan Searching on line di Perpustakaan
Internet ....................................................................................... 205
Gambar 4.18 Mahasiswa Mencatat Data/Informasi dai Buku Referensi pada
Buku Catatan .............................................................................. 206
Gambar 4.19 Mahasiswa Menggunakan Buku Binder untuk Mencatat
Keterangan Kuliah ..................................................................... 207
Gambar 4.20 Mahasiswa sedang memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi di Perpustakaan STAIN Salatiga ..........................
208
Gambar 4.21 Naskah Skripsi yang Dicetak Bolak Balik dari Kertas Bekas
Konsultasi Skripsi Sebelumnya ................................................... 210
Gambar 4.22 Persiapan Mahasiswa untuk Presentasi .................................... 211
Gambar 4.23 Mahasiswa Presentasi dengan Menggunakan Catatan Kecil dan
Bantuan Alat Teknologi Informasi dan Komunikasi ................... 213
Gambar 4.24 Mahasiswa Memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi melalui Email .......................................................... 213
vi
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara .........................................................
1
LAMPIRAN II Verbatim Wawancara ...........................................................
2
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ............................................................................................
Halaman Pengesahan ..................................................................................
Abstrak .......................................................................................................
Daftar Tabel ................................................................................................
Daftar Gambar .............................................................................................
Daftar Lampiran .........................................................................................
Daftar Isi .....................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
1
A.
Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B.
Fokus Masalah .........................................................................
16
C.
Tujuan Penelitian .....................................................................
17
D.
Manfaat Penelitian ...................................................................
17
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................
21
A.
Tinjauan Pustaka ......................................................................
21
1. Kajian Teori .........................................................................
21
a. Kearifan Lingkungan .....................................................
21
1) Pengertian...................................................................
21
2) Makna Kearifan Lingkungan ...................................
24
3) Fungsi Kearifan Lingkungan ...................................
28
4) Prinsip Etika dalam Membangun Kearifan Lingkungan 30
5) Kearifan Tradisional dan Kearifan Rasional .............
35
6) Kearifan Lingkungan dalam Peerspektif Islam .........
38
7) Kearifan Lingkungan sebagai Aset Bangsa dan Negara
41
viii
8) Rapuhnya Kearifan Lingkungan sebagai Faktor
Penghambat Pembangunan Berkelanjutan ...............
43
9) Mempertahankan Kearifan Lingkungunan untuk
Pembangunan Berkelanjutan ....................................
44
10) Strategi Membangun Perilaku Arif terhadap Lingkungan 46
b. Paperless ........................................................................
55
1) Pengertian .................................................................
55
2) Dasar Penerapan Paperless ......................................
55
3) Tujuan dan Fungsi Paperless ..................................
63
4) Faktor Penting dalam Penerapan Paperless ............
69
5) Domain Perilaku Paperless ....................................
72
6) Implementasi Kebijakan Paperless di Perguruan Tinggi
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi ........
75
7) Keuntungan Menerapkan Paperless ...........................
80
8) Faktor Pendukung pada Penerapan Paperless ............
82
9) Faktor Penghambat Penerapan Paperless ..................
83
c. Teknologi Informasi dan Komunikasi .............................
85
1) Pengertian ..................................................................
85
2) Tujuan .......................................................................
85
3) Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
87
4) Kearifan Lingkungan dan Paperless Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi .........................................
88
ix
5) Keuntungan Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi
Manusia ......................................................................
92
6) Pengelolaan Adminstrasi Akademik Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi .......................................... 93
7) Upaya dari Paperbased ke Paperless ........................... 97
2. Temuan Hasil Penelitian Terdahulu .................................... .. 106
a. Mangen, Bente R, Walgermo, Kolbjorn Bronnick .......... 106
b. Chao, Chiang-nan, Niall Hegarty, Abraham Stefandis ...
107
c. Dwivedi, Sanjay dan Anand Kumar ................................ 109
d. Sri Haryati .......................................................................
111
e. Agus Efendi ..................................................................... 114
f. Tiwari, Mohit, Seema Syah
B.
............................................ 115
Kerangka Berpikir .....................................................................
140
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................
144
A.
Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
144
B.
Jenis Penelitian .........................................................................
144
C.
Subyek Penelitian .....................................................................
145
D.
Sumber Data ..............................................................................
147
E.
Teknik Pengumpulan Data ........................................................
148
F.
Teknik Analisis Data .................................................................
153
G.
Pengecekan Keabsahan Data .....................................................
157
H.
Teknik Analisis Data .................................................................
149
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ................................................
A. Hasil Penelitian
......................................................................
161
161
x
B. Pembahasan .............................................................................
230
BAB V PENUTUP .....................................................................................
233
A. Kesimpulan ..............................................................................
233
B. Saran .........................................................................................
234
C. Rekomendasi .............................................................................
235
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
236
LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah Swt menyatakan dalam Al-Quran yang suci Q.S al-Baqarah: 284
bahwa seluruh alam semesta adalah milikNya. Manusia diberi izin tinggal di
dalamnya untuk se mentara dalam rangka memenuhi tujuan yang
direncanakan dan ditetapkan Allah Swt. Hal ini berarti, alam bukanlah milik
hakiki manusia. Kepemilikan manusia hanyalah amanat, titipan, pinjaman
yang pada saatnya harus dikembalikan dalam keadaan seperti semula, bahkan
manusia yang baik akan mengembalikannya dalam keadaan yang lebih baik
dari ketika menerimanya (Muhammad dalam Mangunjaya, Heriyanto, dan
Gholami 2007: 4). Bumi tempat manusia tinggal telah diciptakan oleh Allah
Swt dengan sempurna dan seimbang untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Kesempurnaan dan keseimbangan tersebut harus dijaga oleh seluruh
manusia tanpa kecuali untuk keberlanjutan bagi generasi yang akan datang.
Bumi sebagai tempat hidup bagi berbagai macam makhluk hidup dan
matahari sebagai salah satu sumber energi bagi kehidupan yang dilengkapi
dengan kekayaan sumber daya. Mangunjaya (2006: 283) menerangjelaskan
bahwa bumi seperti halnya makhluk hidup, sangat sensitif atas perlakukan
yang tidak seimbang. Bumi bisa jatuh sakit apabila ada organ atau sistem yang
telah berjalan atas kodrat atau fitrahnya terganggu. Bumi memiliki
keterbatasan tertentu, yang berarti bumi adalah suatu sistem terbatas apabila
1
dilanggar dan diperlakukan melebihi kapasitasnya akan mengakibatkan
ketidakseimbangan yang merugikan umat manusia.
Secara ekologis, lingkungan hidup dipandang sebagai satu sistem yang
terdiri dari subsistem. Manusia sebagai bagian penting dalam sistem
ekologi merupakan kesatuan terpadu dengan lingkungannya dan yang
memiliki jalinan hubungan fungsional yang sangat kuat. Hubungan fungsional
antara manusia dan lingkungan terdapat saling ketergantungan dan saling
pengaruh yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekosistem secara
keseluruhan. Budiharjo (2002: 27) memberikan karakter kepada manusia
berdasarkan pada asal kata bahasa Arab, insan yang memiliki sifat bisa diatur
atau jinak, ingin senang, lupa dan selalu ingin bergerak maju atau dinamis
agar hidupnya harmonis, selaras, dan serasi. Untuk mencapai keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan antar subsistem dalam ekosistem diperlukan
sistem pengelolaan secara terpadu. Sebagai suatu ekosistem, lingkungan hidup
mempunyai aspek sosial, budaya, ekonomi dan geografi dengan corak ragam
dan daya dukung yang berbeda yang lebih menitikberatkan pada pertumbuhan
ekonomi
untuk
mengejar
kesejahteran
rakyat
sering
mendatangkan
permasalahan di bidang lingkungan. Permasalahan lingkungan ini biasanya
bersumber pada dorongan untuk memanfaatan secara terus menerus dan
belebihan sumber daya alam tanpa memperhatikan daya dukung sumber daya
alam tersebut dan dampak yang akan terjadi. Manusia sebagai poros paling
penting dari persoalan ekologi memiliki model hubungan yang saling
mempengaruhi saling dipengaruhi. Mufid (2010: 84) memberikan pendapat
2
bahwa manusia merupakan tema sentral dalam ekologi manusia. Manusia
memiliki posisi imanen dalam konteks ekologi, yaitu menyatu dengan alam.
Manusia berfikir secara antroposentris, alam semesta lebih dilihat sebagai
obyek untuk memenuhi kebutuhan manusia dan makhluk hidup lain daripada
ekosentrisme. Ekosentrisme menilai alam semesta merupakan pusat kehidupan
manusia dan bagian dari alam ini yang harus dijaga akan kelestariannya.
Manusia memiliki berbagai kepentingan terhadap alam baik yang menyangkut
aspek fisik, psikologis, ekonomis, politis, spiritual, maupun sosial.
Kepentingan tersebut tidak lepas dari pemanfaatan kekayaan alam.
Kepentingan terhadap kekayaan alam tersebut tidak sekadar memanfaatkan,
tetapi justru membuat desteriorasi lingkungan.
Lingkungan hidup mengalami degradasi kualitas lingkungan baik fisik,
sosial maupun buatan. Degradasi lingkungan hampir merata di pelbagai
belahan dunia, termasuk Indonesia. Degradasi lingkungan dapat mengancam
keberlanjutan fungsi lingkungan hidup. Kondisi lingkungan yang demikian
disebabkan pola pembangunan dan perilaku manusia yang mengabaikan
prinsip-prinsip dasar lingkungan. Pembangunan yang berlangsung cenderung
tidak memperhatikan keberlanjutan pembangunan secara
sustainable.
Semangat eksploitasi sumber daya alam untuk pembangunan dan memenuhi
kebutuhan manusia tanpa memperhatikan kemampuan alam untuk memenuhi
dan mengembalikan fungsi lingkungan seperti sedia kala. Bumi dan kekayaan
yang terkandung di dalamnya seakan menjadi milik manusia untuk dapat
memberikan fungsinya kepada manusia secara terus menerus. Keberlanjutan
3
fungsi alam dan lingkungan hidup tersebut bagi manusia konsekuensinya
harus dijaga dan dimanfaatkan dengan bijak. Manusia dan alam harus dibina
hubungannya secara harmonis, sehingga keduanya dapat memberikan
hubungan timbal balik yang serasi. Manusia dalam pengertian ini merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari alam dalam proses ekosistemnya. Manusia
dipersiapkan untuk menjadi pelestari lingkungan hidup dan bukan sebagai
perusak lingkungan. Sudarsono (2008: 25) mengemukakan pendapat bahwa
sebenarnya manusia itu bukanlah perusak mutlak jika manusia mengerti
prinsip-prinsip ekologi dalam memanfaatkan sumber daya alam. Interaksi
manusia dengan alam memiliki variasi antara lain mengelola, memanfaatkan,
dan melestarikan, serta merusak kelestarian lingkungan. Pada posisi ini, sesuai
dengan model interaksinya manusia dapat memerankan secara ganda, di
samping memberikan peluang juga ancaman terhadap kelestarian fungsi
lingkungan.
Ancaman bagi lingkungan adalah tipisnya sense of ecology yang
dimiliki oleh masyarakat pada semua kalangan, masyarakat tidak memiliki
kesadaran yang memadai tentang permasalahan lingkungan (Absori, 2000:
21). Masyarakat pada kelompok tertentu menilai kerusakan lingkungan dan
pelestarian lingkungan menjadi tanggung jawab pemerintah, berbeda dengan
konsep yang dituangkan oleh Petkova et.al (2002: 11) bahwa
Environmental issues are best handled with participation of all
concerned citizens, at the relevant level. At the national level, each individual
shall have appropriate access to information concerning the environment that
is held by public authorities, including information hazardous material and
activities in their communities, and the opportunity to participate in decisionmaking processes. State shall facilitate and encourage public awareness and
4
participation by making information widely available. Effective access to
judicial and administrative proceedings,including redress and remedy, shall
be provided.
Selebihnya, dijelaskan pada public participation in practice ada 3
(tiga) level yaitu nasional, lokal, dan project level oleh Petkova et.al (2002:
75) disebutkan bahwa This analysis of how public participation operates in
practice conciders decision making at three levels: nasional, state or local,
and project level. For each decision-making cases. The analysis begins with
decision-making at the national level, proceeded to regional or local decisionmaking, and conclude with an assesment of public participation in decicions
made at the project level.
Hubungan partisipatif antara pemerintah dengan masyarakat menjadi
pasangan
yang dipersyaratkan untuk kebangunan prinsip
ecological
awareness. Gobinath (2010: 18) bahwa educational institutions should also
be focused with industries to preserve our natural resources and
methods
are
to
be developed
to
improve
their
environmental
performance. Kasperson (2002: 91) co-operation between government and
civil society has become an established principle in the environment, at least
private. Prinsip interaksi manusia dengan lingkungan diupayakan untuk
meningkatkan kualitas manusia itu sendiri, melestarikan vitalitas dan
keanekaragaman bumi agar pembangunan dapat berlanjut, meminimalisir
penciutan sumberdaya alam, mengubah kelangkaan menjadi kemelimpahan,
dan berorientasi pada sustainable terhadap daya dukung alam dan lingkungan.
Harapannya, kelestarian lingkungan dapat dijamin demi kelangsungan hidup
5
secara baik bagi manusia di masa yang akan datang. Kenyataan yang tampak
dan dirasakan saat ini, manusia memanfaatkan sumberdaya alam secara tidak
arif, sehingga
lingkungan mengalami
kerusakan yang berkelanjutan
(Sukandarrumidi dalam Wardhana, 2010: xiv). Fadjar (2005: 297)
mendiskripsikan bahwa kerusakan alam dan lingkungan hidup yang lebih
dahsyat bukanlah disebabkan oleh proses penuaan alam itu sendiri, tetapi
justru diakibatkan oleh tangan-tangan yang selalu berdalih memanfaatkannya,
yang sesungguhnya adalah mengeksploitasi tanpa memperdulikan adanya
kerusakan lingkungan. Anshoriy (2008: 25) menyatakan bahwa sebenarnya
manusia bukan perusak mutlak jika manusia mengerti akan prinsip-prinsip
ekologi dalam memanfaatkan sumber daya alam. Dengan demikian, perilaku
manusia dinyatakan secara khusus sebagai unsur penting yang mempengaruhi
kualitas sumber daya alam yang mendukung kesejahteraan manusia itu sendiri
(Soerjani, 1996: 13). Mangunjaya (2008: 76) memaparkan tentang manusia
dan kerusakan lingkungan sebagai berikut manusia kaya atau miskin menjadi
tertuduh atas penyebab kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Apa yang
bisa dilakukan? Saat ini target yang bisa dilakukan para pembela lingkungan
adalah bagaimana sesegera mungkin orang dapat mengubah pola gaya hidup
dan perilakunya. Faktor yang dapat menentukan perubahan perilaku manusia
baik individual maupun kolektif antara lain nilai-nilai moral dan budaya yang
di dalamnya termasuk nilai-nilai keagamaan yang mengkristal, pendidikan
yang diharapkan mampu meningkatkan kepasitas seseorang baik individu
maupun kolektif dalam menyikapi dan mengubah diri untuk mendukung gaya
6
hidup yang lebih ramah lingkungan, perundang-undangan atau aturan dan tata
kerja yang jelas.
Manusia memposisikan hutan sebagai lahan untuk mencari nafkah
hidup sejak zaman nenek moyang. Sejak itu pula telah ada kearifan lokal
manusia untuk melindungi dan melestarikan hutan dan lingkungannya
sehingga hutan tetap menjadi primadona penopang kehidupan manusia pada
zamannya. Hutan diketahui memiliki manfaat yang langsung maupun tidak
langsung bagi kehidupan manusia. Manfaat langsung antara lain sebagai
sumber bahan pangan, sumber protein, sumber pendukung fasilitas
pendidikan, sumber bahan bakar, sumber oksigen, sumber pendapatan, sumber
obat-abatan, habitat satwa.
Kerusakan hutan atau istilahnya "disturbance" ganguan-gangguan
dalam intensitas yang terbatas memberikan dampat posistif terhadap
pertumbuhan semai-semai dan regenerasi di dalam hutan. Semua ini terjadi
agar keseimbangan ekosistem dalam hutan dapat terjadi melalui proses alami
yang berjalan dengan baik. Namun, apabila intensitas kerusakan hutan itu
tinggi melebihi "daya lenting" yang ada, maka akan terjadi deforestasi yang
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
Pendekatan rasionalitas dengan menggunakan sains dan teknologi lebih
ditonjolkan tanpa diimbangi dengan sentuhan moral atau etika manakala
manusia berhadapan dengan alam semesta. Cara pandang manusia terhadap
alam memicu terjadinya bencana ekologi berupa pemanasan global baik
tingkat lokal, regional, nasional, bahkan internasional.
Menurut Guinnes
7
World Record, Indonesia merupakan negara penghancur hutan tercepat
(Sudarsono, 2007: xi).
Hutan di Kalimantan dan Riau terbakar/dibakar
mencapai ribuan hektar. Menurut Mangunjaya (2008: 61) kerusakan hutan
Indonesia antara tahun 2000-2005 mencapai 1,8 Ha hingga 2 juta Ha per
tahun. Menurut Qaradhawi, 2002: 332) hutan yang dimusnahkan setiap
detiknya di dunia ini mencapai lebih dari 4 Km. Beberapa industri kertas
menjadi kehilangan bahan dasar pembuat kertas. Menurut Fariz (7 April 2010
dalam Kompas) disebutkan bahwa semakin banyak kertas yang dipakai, maka
semakin banyak pula kayu yang ditebang. Apabila semakin banyak hutan
yang digunduli, maka kerusakan lingkungan seperti ini akan berakibat pada
perubahan iklim. Misalnya efek rumah kaca, yang ada kaitannya dengan
kurangnya penyerapan karbondioksida akibat jumlah pohon yang makin
sedikit. Efek rumah kaca akan meningkatkan suhu bumi, lalu berimbas pada
banyaknya gejala cuaca yang aneh seperti El Nino, La Nina, mencairnya es di
kutub dan lain-lain. Produksi kertas pun menjadi menurun atau paling tidak
Indonesia kembali menjadi importir kayu sebagai bahan dasar industri kertas
untuk memenuhi kebutuhan manusia pada berbagai lapisan masyarakat
dengan berbagai keperluan.
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan
kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya alami
yang mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas dikenal sebagai media
utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang
dapat dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang
8
digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet. Adanya kertas
merupakan revolusi baru dalam dunia tulis-menulis yang menyumbangkan arti
besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa
dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini dapat
dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, prasasti dari batu, kayu, bambu,
kulit atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti
dijumpai pada naskah naskah nusantara beberapa abad lampau (wikipedia
bahasa Indonesia. Diakses 4 September 2014). Kertas yang sering digunakan
itu umumnya terbuat dari kayu atau lebih tepatnya dari serat kayu yang
dicampur dengan bahan-bahan kimia sebagai pengisi dan penguat kertas.
Kayu yang digunakan di Indonesia umumnya jenis Akasia. Kayu jenis ini
berserat pendek sehingga kertas menjadi rapuh. Hutan merupakan penghasil
kayu yang diandalkan selama ini. Kebakaran hutan yang terjadi di beberapa
tempat di Indonesia menyisakan ruang sejarah yang sangat fenomenal.
Mangunjaya (2006: 102) memberikan informasi bahwa ketika hutan menjadi
gundul, upaya mengembalikan hutan ternyata membutuhkan biaya yang
sangat mahal. Mengembalikan hutan dengan program dana reboisasi pun
terbukti gagal. Program-program untuk mengembalikan hutan dengan
reboisasi selalu dilaporkan tidak enak didengar. Proyek-proyek pengganti
untuk menstabilkan produksi kayu pun gagal dilakukan. Pemerintah perlu
strategi yang terintegrasi dan komprehensif untuk bisa mempertahankan hutan
sebagai penghasil kayu agar kebutuhan kertas dapat terpenuhi. Kegagalan
pemerintah untuk mempertahankan konservasi hutan menjadikan perlu upaya
9
lain agar tujuan utama pencatatan dan pencetakan dapat diperoleh. Teknologi
informasi dan komunikasi perlu digalakkan sebagai bagaian dari penyelesaian
paperbased yang menjadi primadona masyarakat selama ini.
Masyarakat menilai isu konsumsi kertas untuk berbagai kepentingan
sebagai salah satu perusak lingkungan dianggap berlebihan. Alasan yang dapat
dikemukakan saat ini, pilihan-pilihan sedang dihadapkan pada masyarakat
adalah bagaimana masyarakat dapat bersikap bijaksana untuk mengatasi
masalah kelangkaan kayu sebagai bahan dasar kertas. Penanaman pohon
kembali atau reboisasi menunjukkan kegagalan yang berulang. Seruan
penghematan penggunaan kertas tidak henti-hentinya dilakukan oleh berbagai
kalangan, baik dari unsur pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat.
Peralihan teknologi media informasi dari media cetak ke media digital dan
elektronik masih belum bisa diterima secara keseluruhan oleh berbagai pihak.
Seruan menggunakan kembali kertas (reuse) hingga mendaur ulang kertas
belum dapat menyentuh hati masyarakat pada berbagai lapisan. Program
paperless yang sudah dilakukan pada berbagai PT di luar negeri telah
disosialisasikan keuntungan yang dapat dipetik, namun beberapa PT masih
mempertahankan paperbased sebagai salah satu fasilitas utama.
Kertas merupakan sarana yang dibutuhkan berbagai lapisan masyarakat,
termasuk mahasiswa di Perguruan Tinggi. Mahasiswa di perguruan tinggi
memiliki ketergantungan pada kertas yang cukup signifikan. Budaya
ketergantungan terhadap kertas masih diakomodir dalam berbagai aktivitas
administrasi untuk mahasiswa maupun dalam proses pendidikan di kelas
10
maupun di luar kelas, termasuk juga dalam kegiatan organisasi mahasiswa.
Kendati sebagian sudah dirancang menggunakan sistem online, penggunaan
kertas terbukti tidak dapat dihindarkan. Mahasiswa sebenarnya sudah
memiliki pengetahuan dan keterampilan sistim informasi, komunikasi, dan
teknologi
(information,
communication,
and
technology).
Mahasiswa
dikondisikan oleh lingkungan untuk menggunakan sistem tersebut, tetapi data
yang tersimpan dalam sistem elektronik tidak mampu menggeser kebutuhan
cetakan data di atas kertas untuk berbagai kepentingan secara signifikan.
Demikian juga budaya akademik di STAIN Salatiga. Kertas masih menjadi
kebutuhan fundamental dalam proses perkuliahan di kelas, administrasi
akademik, penugasan, ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian
komprehensif, pembekalan praktek profesi keguruan, pembekalan Kuliah
Kerja Nyata (KKN), bimbingan akademik, dan bimbingan skripsi. Demikian
halnya pada kegiatan unit kemahasiswaan, kertas masih menjadi raja untuk
mengiring-iringi kegiatan mahasiswa di kampus. Tidak dapat disangkal,
kebutuhan mahasiswa terhadap kertas untuk tugas-tugas akademik memiliki
cukup bukti dalam menambah kebutuhan kertas yang harus dipenuhi.
Teknologi informasi dan komunikasi sebenarnya sudah cukup
memberikan solusi. Mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan tidak perlu lagi
menggunakan foto kopi materi perkuliahan tetapi cukup dengan soft copy
materi perkuliahan atau menggunakan buku referensi yang digunakan.
Mahasiswa tidak perlu melakukan foto kopi materi ujian komprehensif, tetapi
cukup mengunduh pada website unit penjamin mutu akademik. Mahasiswa
11
tidak perlu mendapatkan materi pembekalan praktek profesi keguruan, tetapi
cukup mengunduh pada website unit PPP (sekarang unit praktikum).
Mahasiswa tidak perlu memfotokopi materi pembekalan KKN, tetapi cukup
mengunduh pada website unit Pusat Penelitian dan Pengabdian pada
Masyarakat (P3M) untuk disimpan di laptop/flashdisk masing-masing kapan
saja membutuhkan. Mahasiswa tidak perlu menerima lembaran hasil studi
semesteran dari dosen pembimbing akademik. Sistem computerize dapat
membantu mahasiswa mendapatkan informasi hasil studi semesteran dengan
mencatat/mengunduh pada anjungan akademik secara on line. Mahasiswa
tidak perlu mencetak draft proposal dan/atau skripsi selama proses bimbingan,
tetapi cukup menggunakan lap top, email, soft copy, mencetak pada kertas
bekas bimbingan sebelumnya atau menggunakan kertas secara bolak-balik
dengan model cetakan buku. Skripsi yang dikumpulkan di perpustakaan tidak
perlu dalam bentuk skripsi layaknya diterapkan sekarang ini, cukup
mengumpulkan abstrak atau mengumpulkan skripsi dalam bentuk CD. Hal ini
dapat mengurangi jumlah skripsi yang harus menumpuk di gedung
perpustakaan yang akan menambah beban berat bangunan di perpustakaan
STAIN Salatiga, mengingat laporan penelitian dalam bentuk skripsi disimpan
di lantai 3 perpustakaan ini.
Perpustakaan
di
berbagai
perguruan
tinggi
juga
sudah
mengimplementasikan program paperless berupa program e-books dan ejournal. Perilaku pemanfaatan fasilitas yang berorientasi untuk mengurangi
penggunaan kertas merupakan bagian dari kearifan lingkungan yang
12
ditunjukkan oleh mahasiswa sebagai bagian dari budaya akademik mahasiswa.
Menurut Sjafri S. Sairin dalam Sudarsono (2007: 175) kearifan lokal tidak
dapat dipisahkan dari kebudyaan masyarakat pemilik kebudayaan tersebut.
Kearifan lokal seringkali tidak berlaku secara universal, hal ini karena kearifan
lokal itu merupakan bagian yang menyatu dalam budaya masyarakat lokal
yaitu nilai-nilai yang berakar dari sebuah sistem pengetahuan milik bersama
secara kolektif yang berfungsi sebagai blue print bagi sikap dan perilaku
anggota masyarakat lokal pendukung sistem itu.
Mahasiswa STAIN Salatiga belum memiliki arti dan makna kearifan
lingkungan dalam menggunakan kertas, upaya yang perlu dilakukan
mahasiswa dalam mewujudkan kearifan lingkungan melalui paperless
berbasis teknologi informasi dan komunikasi, mahasiswa masih terbelenggu
dengan hambatan pada sistem administrasi, unit kelembagaan akademik, dan
style dosen dalam melaksanakan perkuliahan, penugasan dari dosen,
bimbingan akademik, dan bimbingan skripsi. Mahasiswa pada satu sisi belum
menemukan faktor pendukung untuk melakukan paperless pada setiap proses
perkuliahan
dan
tugas-tugas
akademik
lainnya.
Mahasiswa
dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan unit kemahasiswaan juga belum menemukan
cara untuk berperilaku paperless dan menggunakan fasilitas teknologi
informasi dan komunikasi dalam perjalanan perkuliahan pada STAIN
Salatiga. Mahasiswa dalam mengikuti dan melaksanakan program perkuliahan
semua pada paperbased yang tidak dapat dihindari. Di samping itu,
mahasiswa seringkali dalam menggunakan kertas tidak optimal, bahkan
13
sering terjadi
pemborosan
penggunaan
kertas karena kesalahan yang
sebenarnya tidak perlu terjadi. Mahasiswa dapat melakukan penyempurnaan
naskah dan melakukan pengecekan naskah secara teliti sebelum dilakukan
pencetakan
kesalahan-kesalahan sepele yang dilakukan mahasiswa pada
akhirnya dilakukan pencetakan ulang dalam jumlah yang fantastis. Hal ini
menunjukkan telah terjadi inefisiensi sumber daya dalam proses belajar
mengajar dan sistem administrasi bagi mahasiswa, serta dalam kegiatan unit
kemahasiswaan di STAIN Salatiga. Runnels (2013: 275) berpendapat A
paperless classroom, when all materials required to complete a class are
available in an electronic form, has been shown to have positive impacts on
student and teacher motivation, engagement, productivity, and efficiency. Hal
ini dipertegas oleh Shah dan Tiwari (2010: 177) bahwa The paperless office is
an ideal situation for all managerial aspects in any organization. Several
studies have been conducted in this field and none concluded that there
is a possibility of any organization to become fully paperless.
Berdasarkan hal tersebut diperlukan kearifan lingkungan yang dimiliki
oleh mahasiswa agar dapat meminimalisir penggunaan kertas (reduce) atau
menggunakan kertas dengan sistem recycling atau reuse. Mahasiswa yang
memiliki kecerdasan dan pengalaman yang memadai sekiranya dapat
memahami makna kearifan lingkungan dan makna paperless bagi dirinya,
keluarga, lembaga, dan negaranya, karena meminimalisir penggunaan kertas
dapat meminimalisir anggaran bagi mahasiswa itu sendiri, lembaga, dan
negara yang tidak sedikit. Menurut (Daniel, 2009: 94) penghematan kertas
14
berarti pula menghemat penebangan pohon sebagai bahan dasar penghasil
kertas.
Paperless perlu dilakukan sebagai bukti kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi sudah sampai di tangan mahasiswa. Keuntungan secara normatif
juga sudah dapat dipahami oleh sivitas akademika, khususnya mahasiswa.
Namun, gejala dan gerakan yang mengarah pada paperless action dan menuju
pada penerapan teknologi informasi dan komunikasi bagai mahasiswa STAIN
Salatiga tidak kunjung memberikan bukti. Nilai-nilai kepedulian terhadap
lingkungan juga sudah dibentangkan pada materi perkuliahan, namun
paperbased tidak dapat ditinggalkan. Ada berbagai alasan yang dapat
dikemukakan oleh mahasiswa pada pemaknaan kearifan, hambatan yang tidak
dapaat diurai oleh mahasiswa STAIN Salatiga atau terdapat variabel lain yang
mengganggu pada implementasi paperless bagi mahasiswa pada proses
pembelajaran, penugasan, ujian, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti berkeinginan untuk
menemukan problematika, memotret lebih dekat permasalahan yang ada, dan
solusi yang dapat ditawarkan untuk mahasiswa STAIN Salatiga agar memiliki
kearifan lingkungan dalam meminimalisir penggunaan kertas (paperless)
berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Jika penelitian ini tidak segera
dilakukan dikhawatirkan dapat membentuk karakter mahasiswa yang tidak
mau peduli
terhadap lingkungan.
Ketidakpedulian mahasiswa
dapat
memberikan kerugian bagi mahasiswa itu sendiri dan bagi negara. Melalui
penelitian ini, mahasiswa dapat mengimplementasikan kearifan lingkungan
15
sebagai bagian dari kepedulian terhadap lingkungan dan dapat menikmati
keuntungan paperless yang dilakukan. Berdasarkan pada hal tersebut, peneliti
berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul KEARIFAN
LINGKUNGAN MELALUI
UPAYA PAPERLESS
BERBASIS
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAGI MAHASISWA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN SALATIGA).
B. Fokus Masalah
Peneliti menyusun fokus masalah berdasarkan latar belakang di atas
adalah bagaimana kearifan lingkungan mahasiswa STAIN Salatiga melalui
upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi? Fokus masalah
tersebut dapat diperinci ke dalam sejumlah pertanyaan berikut:
1. Apa makna kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga?
2. Apa upaya mahasiswa STAIN Salatiga dalam mewujudkan kearifan
lingkungan
melalui
paperless
berbasis
teknologi
informasi
dan
komunikasi?
3. Apa faktor pendukung kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN
Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi?
4. Apa faktor penghambat kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN
Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi?
16
5. Bagaimana mahasiswa STAIN Salatiga mengatasi hambatan untuk
melakukan paperless dalam rangka menunjukkan kearifan terhadap
lingkungan?.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki serangkaian tujuan yang hendak diperoleh
dalam penelitian, antara lain untuk mengetahui:
1. Makna kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui
paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi;
2. Upaya
mahasiswa
lingkungan
melalui
STAIN
Salatiga dalam
paperless
berbasis
mewujudkan kearifan
teknologi
informasi
dan
komunikasi;
3. Faktor pendukung kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga
melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi;
4. Faktor penghambat kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga
melalui upaya paperless berbasis teknologi inforamasi dan komunikasi;
5. Upaya mahasiswa STAIN Salatiga dalam mengatasi hambatan untuk
melakukan paperless dalam rangka menunjukkan kearifan terhadap
lingkungan.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoretis
Peneltian ini dapat menambah khasanah dunia pustaka di bidang
lingkungan hidup secara khusus tentang paperless berbasis teknologi
informasi dan komunikasi. Penelian ini juga dapat melengkapi khasanah
17
disiplin keilmuan yang ada di STAIN Salatiga yang sebagian besar di luar
kajian tentang lingkungan hidup. Penelitian ini dapat memenuhi keinginan
sivitas akademika STAIN Salatiga untuk memperoleh informasi tentang
penelitian di bidang ilmu lingkungan.
2. Praktis
a. Mahasiswa
1) Mahasiswa STAIN Salatiga dapat mengetahui pentingnya makna
kearifan lingkungan sebagai bagian upaya mengatasi permasalahan
lingkungan yang semakin kompleks.
2) Mahasiwa STAIN Salatiga dapat mengimplementasikan kearifan
lingkungan melalui kegiatan paperless dan berorientasi pada
penggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan
pembelajaran, penugasan, ujian mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan
bimbingan skripsi.
3) Mahasiswa STAIN Salatiga dapat mengatasi hambatan yang
ditimbulkan dari penerpan paperless dan penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi dalam dalam kegiatan pembelajaran,
penugasan, ujian mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan
skripsi.
b. STAIN Salatiga
Signifikansi penelitian ini bagi STAIN Salatiga memuat dua
esensi penting yaitu sebagai agenda perencanaan bagi pengembangan
18
STAIN Salatiga menjadi IAIN Salatiga dan pentingnya pada
permasalahan yang akan diteliti.
1) STAIN Salatiga dapat membangun bidang sosial sebagai bagian
yang dapat melengkapi bidang garapan utama melalui kebijakan
kelembagaan yang peduli terhadap persoalan-persoalan regional,
nasional
dan
internasional
di
bidang
lingkungan
hidup.
Ketanggapsegeraan terhadap permasalahan tersebut diperlukan
penelitian
yang mengacu
pada
peningkatan pembangunan
karakter mahasiswa sebagai bagian dari sivitas akademika STAIN
Salatiga melalui upaya paperless berbais teknologi informasi dan
komunikasi dalam kegiatan pembelajaran, penugasan, ujian mata
kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi bagi mahasiswa
STAIN Salatiga.
2) Memperkuat kebijakan pengembangan lembaga dalam rencana
alih status menjadi IAIN/UIN pada masa mendatang yang
bercirikan pada kampus berkearifan lingkungan. Harapan yang
diinginkan dapat menjadi kampus percontohan atau rujukan studi
Islam Indonesia melalui upaya paperless berbasis teknologi
informasi
dan
komunikasi
dalam
kegiatan
pembelajaran,
penugasan, ujian mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan
skripsi bagi mahasiswa STAIN Salatiga.
19
c. Peneliti
1) Peneliti sebagai bagian dari sivitas akademika STAIN Salatiga
dapat memperoleh informasi yang akurat terhadap pemaknaan
kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga untuk
mendorong upaya paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi dalam kegiatan pembelajaran, penugasan, ujian mata
kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi.
2) Peneliti dapat mengetahui hambatan yang dimiliki oleh mahasiswa
STAIN Salatiga dalam melakukan upaya paperless berbasis
teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran,
penugasan, ujian mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan
skripsi selanjutnya dapat memberikan sumbang pemikiran untuk
mengatasi hambatan yang dimiliki mahasiswa STAIN Salatiga.
3) Peneliti dapat menemukan keyword baru pada penelitian yang
dilakukan yang dapat digunakan sebagai topik penelitian yang
perlu dilakukan pada waktu yang akan datang.
20
BAB II
LANDASAN TEORI
Landasan teori memuat tinjauan pustaka dan kerangka berfikir. Tinjauan
pustaka meliputi kajian teori dan temuan hasil penelitian terdahulu. Sistematika
tersebut dipaparkan secara runtut dalam laporan penelitian ini.
A. Tinjauan Pustaka
1. Kajian Teori
a. Kearifan Lingkungan
1) Pengertian
Kearifan sebagai seperangkat pengetahuan dikembangkan
oleh suatu kelompok masyarakat setempat (komunitas) yang
terhimpun dari pengalaman panjang untuk menggeluti lingkungan
alam. Ikatan atau hubungan keduanya saling menguntungkan
kedua belah pihak (manusia dan lingkungan) secara berkelanjutan
dan dengan ritme yang harmonis. Kearifan (wisdom) dapat
disepadankan
maknanya
dengan
pengetahuan,
kecerdikan,
kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan
keputusan
yang
berkenaan
dengan
penyelesaian
atau
penanggulangan suatu masalah atau serangkaian masalah yang
relatif pelik dan rumit.
Sudharto
P.Hadi
dalam
Sudarsono,
(2007a:
164)
mengemukakan kearifan lingkungan atau environmental wisdom
merupakan suatu tata nilai yang memberikan pedoman kepada
21
warga masyarakat dalam bertindak dan bertingkah laku dalam
hubungannya
dengan
lingkungan.
Tata
nilai
dimaksud
mengajarkan untuk hidup harmonis dengan lingkumgan. Kearifan
lingkungan dimaksudkan sebagai aktivitas dan proses berpikir,
bertindak dan bersikap secara arif dan bijaksana dalam mengamati,
memanfaatkan, dan mengolah alam sebagai suatu lingkungan
hidup dan kehidupan umat manusia secara timbal balik.
Pengetahuan masyarakat yang memiliki kearifan ekologis itu
dikembangkan, dipahami dan secara turun-temurun diterapkan
sebagai pedoman dalam mengelola lingkungan terutama dalam
mengolah sumber daya alam. Pengelolaan lingkungan secara arif
dan berkesinambungan itu dikembangkan mengingat pentingnya
fungsi sosial lingkungan untuk menjamin kelangsungan hidup
masyarakat.
Kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan
(wisdom) dan lokal (local). Local berarti setempat, sedangkan
wisdom dapat berarti kebijaksanaan. Secara umum, local wisdom
(kearifan/kebijaksanaan
setempat)
dapat
dipahami
sebagai
gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya. Kearifan lokal sebagai gagasan konseptual hidup
dan berkembang dalam masyarakat secara terus-menerus dalam
kesadaran masyarakat serta berfungsi dalam mengatur kehidupan
22
masyarakat. Kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat memiliki
ciri yang spesifik, terkait dengan pengelolaan lingkungan sebagai
kearifan lingkungan. Sudarsono (2007b: 46) menuliskan ketika
kearifan nenek moyang berlaku, maka tanah bumi dipandang
sebagai ibu dan dijuluki tanah air sebagai Ibu Pertiwi, sehingga ada
rasa dan sikap kasih pada tanah, air, hutan, fauna-flora, dan alam
semesta. Alam diperlakukan bagaikan bidadari puteri yang cantik,
halus, lembut, berkembanglah perilaku menghormati alam.
Kearifan
lingkungan
(ecological
wisdom)
sebagai
pengetahuan yang diperoleh dari abstraksi pengalaman adaptasi
aktif terhadap lingkungannya yang khas. Pengetahuan tersebut
diwujudkan dalam bentuk ide, aktivitas, dan peralatan. Kearifan
lingkungan yang diwujudkan ke dalam tiga bentuk tersebut
dipahami, dikembangkan, dipedomani dan diwariskan secara
turun-temurun oleh komunitas pendukungnya. Kearifan lingkungan
diharapkan dapat dipahami, dikembangkan, dipedomani dan
diwariskan
secara
terus
menerus
oleh
mahasiswa
dalam
mengimplementasikan paperless dan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi.
23
Definisi
dan
implikasi
kearifan
lingkungan
dapat
ditampilkan dalam bagan 2.1 berikut:
Kearifan lingkungan (local wisdom)
Widom/
Kearifan
Local/tempat
dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti
oleh anggota masyarakatnya
aktivitas
ide
dipahami
dikembangkan
peralatan
dipedomani
Menjaga lingkungan
Paperless dan penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi bagi mahasiswa
Gb. 2.1 Definisi dan Implikasi Kearifan Lingkungan
2) Makna Kearifan Lingkungan
Sudarsono (2007a: 91) berpendapat ‘makna kearifan
lingkungan adalah penyesuaian dengan sifat alami lingkungan,
yaitu penyesuaian manusia untuk sederhana dan harmonis dengan
24
alam. Kearifan lingkungan berarti sifat penyesuaian manusia sesuai
dengan budayanya agar dapat diterima lingkungan dalam rangka
melestarikan lingkungan, dan bukan hanya sekadar untuk
mengambil keuntungan belaka. Sukandarrumidi (2010: 23)
berpendapat manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling cerdik,
kadang-kadang lupa melestarikan alam. Manusia ingin mengambil
keuntungan sebanyak-banyaknya dari alam. Susilo (2009: 44)
berpendapat lingkungan memiliki sifat yang relatif. Hal ini
memberi arti bahwa pada saat tertentu lingkungan berperan penting
dalam menjelaskan kecocokannya dengan budaya tertentu, tetapi
pada suatu sisi lain lingkungan tidak cocok dengan budaya tertentu
itu.
Makna kearifan lingkungan bagi Asdiqoh (2011: 9) terdapat
4 (empat) hal, yaitu membina, melestarikan, mencegah, dan
membimbing. Pertama, membina hubungan keselarasan antara
manusia
dengan
lingkungan.
Kedua,
melestarikan
berarti
melestarikan sumber-sumber alam agar dapat dimanfaatkan terus
menerus dari generasi ke generasi. Ketiga, mencegah berarti
mencegah kemerosotaan mutu lingkungan dan meningkatkannya
sehingga dapat menaikkan kualitas hidup manusia. Keempat,
membimbing berarti membimbing manusia dari posisi perusak
lingkungan menjadi pembina lingkungan. Makna kepedulian
menurut Nata dalam Susilowati (2002: 64) sebagai produk
25
moralitas yang dimiliki manusia memiliki 5 (lima) karakteristik
yaitu perbuatan yang mendarah daging sebagai identitas bagi orang
yang melakukan; mudah, gampang, serta tanpa memerlukan
pikiran lagi untuk melaksanakannya; dilakukan atas kemauan
sendiri dan pilihan sendiri, bukan karena paksaan dari luar;
dilakukan dengan sebenarnya bukan berpura-pura, sandiwara atau
tipuan; perbuatan tersebut atas dasar niat semata-mata karena Allah
Swt. Memberikan makna terhadap sebuah obyek perlu dibantu
dengan sebuah modifikasi untuk digunakan sebagai langkah
implementatif. Erawati (2002: 129) 7 (tujuh) hal yang perlu
dimodifikasi untuk membangun makna dalam perilaku seseorang.
7 (tujuh) hal itu antara lain perilaku yang dilakukan secara sengaja,
mengubah sasaran, menimbulkan perilaku baru yang diinginkan,
cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, sasaran
perilaku yang dapat diubah karena batas-batas tertentu, pendekatan
yang bersifat simptomatis yaitu hanya perilaku yang menampakkan
gejala secara nyata yang menjadi sasaran modifikasi perilaku,
analisis mengenai asal-usul perilaku sasaran serta konteks di mana
individu hidup, dipakai sebagai catatan penting yang digunakan
untuk memiliki sebuah prosedur yang paling efektif.
Kearifan lingkungan melalui paperless bagi mahasiswa
artinya, mahasiswa dapat menyesuaikan dengan sifat alami
lingkungan akan keterbatasan sumberdaya hutan sebagai bahan
26
dasar kertas untuk peduli terhadap lingkungan. Kepedulian
lingkungan bagi mahasiswa terhadap permasalahan tersebut
diharapkan mahasiswa mampu menggerakkan dirinya secara arif
untuk
melakukan
reduce,
recycling,
dan
reuse
terhadap
penggunaan kertas berbasis teknologi informasi dan komunikasi
pada kegiatan akademik mahasiswa di kampus dan/atau melakukan
kegiatan organisasi di mampus serta melakukan kegiatan nyata
berupa penanaman pohon atau usaha memelihara pohon bersama
masyarakat melalui kegiatan pengabdian masyarakat di bawah
inisiasi P3M STAIN Salatiga.
Makna kearifan Lingkungan dan Implikasinya dapat
ditampilkan dalam gambar 2.2
Makna Kearifan dan Implikasi
penyesuaian dengan sifat
alami lingkungan
Membina
Melestarikan
Mencegah
Membimbing
mahasiswa dapat menyesuaikan dengan sifat alami lingkungan
reduce
recycling
reuse
Gb. 2.2 Makna Kearifan dan Implikasi
27
3) Fungsi Kearifan Lingkungan
Fungsi kearifan lingkungan antara lain sebagai bagian
dari upaya untuk melakukan beberapa hal, antara lain:
1) Konservasi dan pelestarian sumberdaya alam;
2) Pengembangan sumberdaya manusia;
3) Pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
4) Petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.
5) Sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat.
6) Bermakna etika dan moral, misal yang terwujud dalam upacara
Ngabendan penyucian roh leluhur.
7) Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan
kekuasaan patron client.
Penjelasan fungsi-fungsi kearifan lokal mulai dari yang
sifatnya teologis sampai pragmatis dan teknis dapat diterima secara
normatif dan tidak bertentangan dengan makna kaidah ilmiah.
Salah satu contoh kearifan lingkungan yang digali dari kearifan
lokal pada upaya pelestarian sumber air adalah kepercayaan pada
sumber air yang terdapat pohon rindang dan besar. Konsep
“pamali” atau (bahasa. Jawa oraelok: tidak baik) kencing di bawah
pohon besar di bawahnya terdapat sumber air merupakan perilaku
masyarakat tradisional untuk memagari perbuatan anak-cucu agar
tidak merusak fungsi lingkungan alam. Kearifan lokal sebagai
kearifan lingkungan saat ini sangat penting demi keharmonisan
28
lingkungan untuk kelangsungan hidup berkelanjutan tanpa harus
mengorbankan rasionalitas ilmu pengetahuan melebur dalam
keyakinan tradisional secara mutlak, melainkan mengutamakan
azas manfaat dan kewajaran.
Kearifan lingkungan yang ditunjukkan pada pelaksanaan
paperless
diharapkan
sebagai
bagian
untuk
melaksanakan
serangkaian kegiatan yang berfungsi pada beberapa komponen.
Komponen tersebut antara lain konservasi dan pelestarian
sumberdaya
alam;
pengembangan
sumberdaya
manusia;
pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan; petuah,
kepercayaan, sastra, dan pantangan; sosial misalnya upacara
integrasi komunal/kerabat; bermakna etika dan moral, misal yang
terwujud dalam upacara Ngabendan penyucian roh leluhur;
bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan
kekuasaan patron client.
Kegiatan-keegiatan di masyarakat yang bermaksud untuk
melindungi
liingkungan
sebagai
bukti
kearifan
terhadap
lingkungan terkadang juga menimbulkan permasalahan terhadap
lingkungan juga. Sebagai contoh kegiatan masyarakat berupa
sedekah bumi dengan berbagai kegiatan baik di darat dan di lautan
menyisakan permasalahan terhadap lingkungan, antara lain dengan
menggunungnya sampah akibat akitivitas manusia pada kegiatan
tersebut.
29
Fungsi kearifan lingkungan dapat dapat ditampilkan dalam
gambar 2.3
Fungsi Kearifan Lingkungan
Bermakna politik
Bermakna etika dan moral
sastra,
Sosial misalnya upacara integrasi
komunal/kerabat
Petuah, kepercayaan,
pantangan.
dan
Pengembangan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan
pelestarian
Pengembangan sumberdaya manusia
dan
Konservasi
sumberdaya alam;
Gb. 2.3 Fungsi Kearifan Lingkungan
4) Prinsip Etika dalam Membangun Kearifan Lingkungan
Beatrice
Willard
dalam
Mangunjaya
(2006:
283)
merumuskan ethics of biospheral survival dalam Growth or
ecodisaster bahwa ekologis bumi itu mencakup tujuh macam
prinsip etika yang secara bersama-sama harus kita pahami guna
mereformasi pemahaman dan perlakukan terhadap alam agar tidak
menyalahinya. Prinsip tersebut antara lain lingkungan holistik,
keanekaragaman hayati, daur ulang, faktor pembatas, perilaku
ekologis,
semua
ekosistem
memiliki
kemampuan
tertentu,
30
pemulihan dan penstabilan ekosistem. Prinsip tersebut dapat
dijabarkan pada keterangan berikut ini:
a) Prinsip Lingkungan Holistik
Sesuatu akan mempengaruhi sesuatu yang lain baik
langsung maupun tidak langsung. Tidak ada satu pun benda di
jagad ini yang hidup terpisah, setiap sesuatu berkaitan dengan
yang lain. Sekecil apa pun andil manusia dalam memelihara
bumi dari perilaku arif terhadap lingkungan akan mempunyai
dampak kumulatif. Perilaku mahasiswa yang peduli dengan
lingkungan dengan menerapkan paperless sebagai perilaku arif
terhadap lingkungan akan mempengaruhi kondisi lainnya
secara holistik.
b) Keanekaragaman Hayati
Sumber-sumber kehidupan di bumi memamerkan
berbagai kekayaan morfologis, fisiologi, dan genetis yang
hampir tidak terbatas pada dunia hewan dan tumbuhan.
Keanekaragaman hayati merupakan warisan yang paling
berharga untuk menjamin kekekalan kehidupan di atas bumi.
Kearifan lingkungan pada perilaku paperless bagi mahasiswa
dinilai dapat menjaga kelestarian tanaman/pohon yang menjadi
bahan baku utama dalam pembuatan kertas.
31
c) Daur Ulang
Daur ulang sumber-sumber kehidupan yang ada di
bumi atau penyebaran kembali sumber-sumber tersebut. Semua
ekosistem mendaur ulang limbah, semua materi dimanfaatkan,
dibuang dan diambil kembali oleh ekosistem yang lain untuk
dimanfaatkan tanpa berhenti dalam siklus yang tidak terbatas.
Perilaku arif terhadap
lingkungan
antara
lain
dengan
melakukan daur ulang bahah-bahan kertas yang tidak dapat
digunakan lagi menjadi barang yang berharga.
d) Faktor Pembatas
Faktor-faktor
berfungsinya
ekosistem.
lingkungan
tertentu
organisme-organisme
Faktor-faktor
ini
hidup
membatasi
dalam
mendefinisikan
semua
parameter-
parameter yang berlaku dari ekosistem dan organismeorganisme hidup di dalamnya. Sering tidak hanya satu, tetapi
banyak sekali faktor fisika dan kimia dalam lingkungan
berinteraksi dengan kelompok spesies untuk melukiskan faktorfaktor pembatas dari sistem itu. Prinsip ini dapat dikaitkan
dengan sebagian besar sistem kehidupan untuk bereproduksi
lebih dari kemampuan pendukung ekosistem itu di mana
mereka hidup. Kelangkaan pohon yang menjadi bahan dasar
pembuatan
kertas
menjadikan
berfungsinya
batas-batas
organisme dengan orgnisme yang lain menjadi semakin besar.
32
e) Perilaku Ekologis
Kenyataan menunjukkan bahwa kelebihan populasi
memastikan
bahwa
beberapa
individu
berhasil
mempertahankan hidupnya untuk melestarikan spesiesnya,
tetapi prinsip ini tidak bertindak bersama untuk menjaga
keseimbangan populasi suatu spesies tertentu. Hal ini biasanya
tidak mudah dimengerti dan terkadang sulit dipahami akan
kenyataan bahwa kita mungkin mengubah keseimbangan
dengan suatu tindakan yang nampaknya tidak berbahaya.
Penebangan
pohon
untuk
kebutuhan
produksi
kertas
menjadikan keseimbangan alam menjadi terganggu. Tanaman
yang biasanya dapat digunakan sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya satu spesies menjadi terganggu.
f) Semua Ekosistem Memiliki Kemampuan Tertentu
Kemampuan ini seirng diistilahkan sebagai kapasitas
pembawa. Perilaku ini mempunyai persamaan dengan sistemsistem rekayasa dan perilaku dalam sebuah organisasi.
Organisasi yang memiliki keterbatasan untuk mengatur
anggotanya agar dapat terawasi dan berdisiplin, begitu pula
ekosistem
apabila
ekosistem
dipaksakan
dan
dibebani
menampung segala persoalan, pasti akan hancur. Kelangkaan
tanaman yang sudah digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
kertas, lama kelamaan beban tanaman menjadi bertambah atas
33
kelangkaan tanaman yang seharusnya dapat menampung
persoalan udara kotor.
g) Pemulihan dan Penstabilan Ekosistem
Ekosistem telah berkembang dalam jangka panjang dan
lama. Dimulai dari sistem yang sederhana selanjutnya menjadi
sistem yang lebih rumit, saling terkait dan menjadi seimbang,
bersaam dengan proses tersebut, terkait dan saling seimbang.
Bersamaan dengan proses tersebut muncul pula proses alam
untuk mengontrol kemantapan sistem itu dan melindunginya
dari
kerusakan
yang
mungkin
disebabkan
oleh
dan
melindunginya dari kerusakan yang mungkin disebabkan oleh
kecelakaan seperti kebakaran, tanah longsor. Kondisi ini
memerlukan dilakukannya pemulihan untuk memberikan
kondisi lingkungan yang dapat memberikan pemenuhan
kebutuhan manusia. Tanaman yang telah mengalami kebakaran
dan longsor perlu dilakukan reboisasi bagi kepentingan yang
lebih jauh untuk memenuhi kebutuhan manusia pada masa
yang akan datang.
Prinsip lingkungan holistik, keanekaragaman hayati, daur
ulang, faktor pembatas, perilaku ekologis, semua ekosistem
memiliki
kemampuan
tertentu,
pemulihan
dan
penstabilan
ekosistem dapat dijaga antara lain pada serangkaian upaya
34
paperless dan mengupayakan penggunaan teknologi informasi dan
teknologi.
Prinsip Etika dalam membangun kearifan lingkungan dapat
ditampilkan dalam gambar 2.4
Prinsip Etika dalam Membangun Kearifan Lingkungan
ekosistem
kemampuan
dan
Pemulihan
penstabilan ekosistem
Semua
memiliki
tertentu
Perilaku ekologis
Faktor pembatas,
Daur ulang
Keanekaragaman hayati
Lingkungan holistik
Gb 2.4 Prinsip Etika dalam Membangun Kearifan Lingkungan
5) Kearifan Tradisional dan Rasional
Istilah tradisional dan rasional bersinonim dengan desa kota
dan lama dan modern. Budaya tradisional merupakan kebiasaan
yang berlaku turun temurun dalam berinteraksi dengan lingkungan
hidupnya. Budaya rasional terbentuk dari himpunan gagasan dan
inovasi dalam berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Budaya
tradisional dan rasional yang pro terhadap lingkungan hidup
membentuk kearifan lingkungan hidup (Rohadi, 2011: 221).
Ketika masyarakat dalam sebuah masa telah didominasi oleh
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengarungi hidup, maka
35
dikatakan masyarakat tersebut telah memasuki peradaban modern.
Rasionalitas yang melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi ini
menjadi harapan baru di masa yang akan datang. Budaya rasional
sesungguhnya dapat menciptakan budaya yang ramah lingkungan.
Pemikiran yang memikirkan kelanjutan fungsi lingkungan atau
dikenal dengan pembangunan berkelanjutan kini tampak terus
dikembangkan untuk memperbaiki lingkungan hidup. Ilmu
pengetahuan dan teknologi juga semakin nyata banyak yang
dikembangkan untuk menciptakan teknologi
industri
yang
berwawasan lingkungan. Hal ini disebut sebagai budaya rasional
yang pro terhadap lingkungan hidup.
Konsep kearifan lingkungan hidup yang terbangun dari
budaya tradisional dan rasional yang ramah lingkungan lebih tegas
keberpihakan terhadap lingkungan hidup. Rohadi (2011: 221)
berpendapat dinamika budaya lingkungan hidup di perkotaan
mengkonstruksikan konsep kearifan lingkungan hidup yang
terbangun dari budaya tradisional dan rasional yang ramah
lingkungan.
Mahasiswa
yang berada
pada
lingkungan
akademik
memiliki budaya rasional dan tradisional secara bersamaan.
Artinya mahasiswa yang berasal dari berbagai budaya tradisional
diarahkan pada budaya rasional akademik. Mahasiswa dalam
melaksanakan kegiatan akademik sangat akrab dengan kebutuhan
36
kertas. Paperless sebagai konstruksi konsep kearifan tradisional
dan rasional menghendaki keberpihakan mahasiswa terhadap
keberlanjutan lingkungan hidup. Ruang-ruang dan kesempatan
proses perkuliahan, penugasan, pembekalan PPL, KKL, KKN, dan
bimbingan skripsi yang masih berorientasi pada kertas akan
bergeser menuju paperless dan mengoptimalkan pada penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi. Kearifan Tradisional dan
Rasional dapat ditampilkan dalam gambar 2.5
Kearifan Tradisional dan Rasional
Kearifan
tradisional
Kearifan
Rasional
Mahasiswa berada pada ruang lingkup tradisional dan seklaigus rasional
diharapkan dapat menciptakan budaya yang ramah lingkungan.
Keberpihakan terhadap lingkungan hidup pada proses
akademik
Paperless pada proses
perkuliahan, PPL, KKL,
KKN, dan bimbingan skripsi
Optimalisasi penggunaan
teknologi informasi dan
komunikasi
Gb. 2.5. Kearifan Tradisional dan Rasional
37
6) Kearifan Lingkungan dalam Perspektif Islam
Kearifan lingkungan dalam hal ini adalah pada konteks
penerapan Paperless dan Penggunaan Teknologi informasi dan
Komunikasi. Agama merupakan pedoman dan pandangan hidup
berperikehidupan bagi pemeluknya. Oleh karena itu, agama
menjadi referensi utama sekaligus sebagai tolok ukur perilaku
penganut agama. Agama dapat menjadi motivator dan motor
penggerak perilaku ekologis penganutnya menuju kearifan
lingkungan. Islam memandang kearifan lingkungan merupakan tata
ketentuan hubungan antara manusia dengan lingkungannya.
Substansi
pesan
ekoteologis
dari
ungkapan
peduli
lingkungan sebagai bagian dari iman adalah hakikat orang beriman
adalah selalu memelihara kelestarian optimasi daya dukung
lingkungan bagi kehidupan. Sudarsono (2007a: 10) menambahkan
spirit dan substansi ekoteologis berupa hati damai, bumi lestari.
Sesanhwa ramah lingkungan, peduli lingkungan, arif terhdap
lingkungan akan menjadi pilar penyangga kelestarian lingkungan.
Hal ini merupakan sikap teologis Islam memberikan ajaran secara
tegas janganlah mengaku dirinya sebagai orang beriman jika tidak
memiliki komitmen untuk peduli lingkungan. Indikator orang
beriman adalah kepedulian terhadap lingkungan (Sudarsono,
2007a: 58). Lebih lanjut Sudarsono, (2007a: 60) memberikan
konsep bahwa kepedulian dan ramah lingkungan menjadi pilar
38
penyangga kelestarian lingkungan. Sikap ramah dan positif
terhadap lingkungan antara lain sebagaimana diteorikan oleh
Asdiqoh (2002: 15) antara lain apresiatif, kreatif, proaktif, dan
produktif. Pertama, apresiatif merupakan sikap menghargai
keberadaan lingkungan hidup. Seorang muslim harus berusaha
mengetahui apa guna dari adanya lingkungan hidup tersebut.
Adanya menghargai lingkungan hidup memberikan indikasi
terhindarnya manusia dari sifat perusak, termasuk perusak alam
dan sekitarnya. Kedua, kreatif merupakan daya cipta manusia yang
tumbuh dari dalam dirinya karena melihat obyek, termasuk
lingkungan
hidup.
Seorang
manusia
seharusnya
mampu
membangkitkan dan menumbuhkan sikap kreatifnya, sehingga
tercipta kondisi positif bagi lingkungan hidup. Seorang muslim
diharapkan agar selalu berbuat baik kepada siap saja dan apa saja.
manusia mempunyai nilai tinggi di hadapan sang Pencipta apabila
mampu melakukan tindakan yang menyenangkan orang lain.
Harapan yang diinginkan adalah lingkungan yang tetap serasi,
tumbuh dan berkembang serta dapat dirasakan kemanfaatannya
bagi umat manusia. Ketiga, proaktif artinya lawan dari dari sikap
kontraktif. Sikap proaktif pada dasarnya sikap pembangunan
lingkungan hidup selaras, searah, sejalan dengan eksistensi
lingkungan
hidup.
membangun
yang
Membangun
berorientasi
lingkungan
pada
dalam
wawasan
rangka
lingkungan.
39
Keempat, produktif artinya sikap manusia untuk mengarah kepada
aktivitas memproduksi bahan mentah menjadi bahan jadi yang
diambil dari sumber daya alam.
Kearifan
lingkungan
dalam
perspektif
Islam
dalam
mengimplementasikan paperless dan mengupayakan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi dapat ditampilkan dalam
gambar 2.6
Kearifan Lingkungan dalam Perspektif Islam
Nilai-nilai Ajaran Islam
Menjadi referensi
umatnya berperilaku
Tolok ukur perilaku
penganut agama
Motivator dan motor
penggerak perilaku ekologis
utama
Kepedulian dan ramah lingkungan
Perilaku Peduli sebagai Pilar Penyangga
Kelestarian Lingkungan
Apresiatif
Kreatif
Proaktif
Produktif
Paperless dan penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi
Gb. 2.6 Kearifan Lingkungan dalam Perspektif Islam
40
7) Kearifan Lingkungan sebagai Aset Bangsa dan Negara
Keberagaman kearifan lingkungan yang dimiliki bangsa ini
merupakan aset atau modal pembangunan yang sangat berharga
yang tidak boleh dinaifkan atau dihilangkan semata-mata tidak
masuk akal. Nilai pamali (tabu) justru harus ditransformasikan ke
dalam khazanah budaya masa kini. Masyarakat dapat menemukan
hakekat mendasar dari kearifan lingkungan yang ada dalam
masyarakat itu dengan cara mencari rasionalisasinya atau
penjelasan ilmiah sebagai modal utama dalam mencari alternatif
baru dalam penanganan masalah lingkungan yang terjadi selama
ini (Sudarsono, 2007b: xii). Mangunjaya (2008: 92) berpendapat
keinginan manusia untuk menghargai sains, dan agama sebagai
wahana untuk menghubungkannya dengan alam sebagai ciptaan.
Kearifan lingkungan berupa perilaku paperless berbasis
teknologi informasi dan komunikasi bagi mahasiswa STAIN
Salatiga merupakan aset bangsa dan negara. Jumlah mahasiswa
STAIN Salatiga di atas 3000 mahasiswa yang dapat mengurangi
jumlah kertas pada setiap kegiatan akademik dan organisasi dapat
meminimalisir penggunaan kertas berarti turut serta mengurangi
jumlah pohon yang harus ditebang sebagai bahan dasar kertas.
Oleh karena itu, mahasiswa STAIN menjadi aset negara dalam
melestarikan fungsi hutan sebagai paru-paru dunia dengan
menerapkan paperless dan mengoptimalkan penggunaan teknologi
41
informasi dan komunikasi. Paperless bagi mahasiswa dalam proses
perkuliahan
dan
memenuhi
tugas-tugas
serta
ujian
yang
dilaksanakan, pembekalan dan praktek PPL, KKL, KKN, dan
bimbingan skripsi baik pada proses bimbingan maupun publikasi
hasil penelitian. Kearifan lingkungan sebagai aset bangsa dan
negara dapat ditampilkkan dalam gambar 2.7
Kearifan Lingkungan sebagai Aset Bangsa dan Negara
Nilai-nilai budaya
seperti pamali
Ditemukan nilai
rasionalisasinya/
penjelasan ilmiah
Ditemukan hakikat
mendasar Kearifan
Lingkungan
Alternatif baru
dalam penanganan masalah lingkungan yang terjadi
Keinginan manusia menghargai dan mengaplikasikan
sains, dan agama sebagai wahana untuk
menghubungkannya dengan alam sebagai ciptaan.
Penerapan paperless dan teknologi informasi serta
komunikasi
Paperless dan Penggunaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi bagi mahasiswa dalam proses
pembelajaran, PPL, KKL, KKN, dan bimbang skripsi
Kearifan Lingkungan sebagai Aset Bangsa dan Negara
Gb. 2.7 Kearifan Lingkungan sebagai Aset Bangsa dan Negara
42
8) Rapuhnya Kearifan Lingkungan sebagai Faktor Penghambat
Pembangunan Berkelanjutan
Sudharto
P.
Hadi
dalam
Sudarsono
(2007a:
165)
berpendapat ‘rapuhnya kearifan lingkungan itu seiring dengan
makin besarnya jumlah penduduk, meningkatnya kebutuhan dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Meningkatnya jumlah
penduduk dan beragamnya kebutuhan memicu eksploitasi sumber
daya alam yang semakin besar. Perkembangan teknologi manusia
merasa bahwa alam tidak lagi sakral karena manusia merasa dapat
menguasainya. Manusia tidak lagi merasa harus mengikuti irama
dan hukum alam tetapi menentukan irama dan hukumnya sendiri’.
Di samping itu, kebijakan tertulis ataupun tidak tertulis yang
dimiliki oleh masyarakat, atau bahkan lembaga menjadikan
masyarakat dibuat tidak berdaya utuk mengakkan kearifan
terhadap lingkungan.
Kearifan lingkungan direpresentasikan dalam nilai agama,
sosial, norma, adat, etika, sistem kepercayaan, pola penataan ruang
tradisional, serta peralatan dan teknologi sederhana ramah
lingkungan. Sumber daya sosial yang diwarisi secara turun
temurun tersebut pada kenyataannya terbukti efektif menjaga
kelestarian lingkungan serta menjamin kelestarian lingkungan.
Nilai-nilai agama Islam yang sarat dengan nilai-nilai moral
menjadi kekayaan tersendiri bagi mahasiswa STAIN Salatiga
43
dalam
mengimplementasikan
paperless
berbasis
teknologi
informasi dan komunikasi dalam melaksanakan kegiatan akademik
dan organisasi kemahasiswaan.
9) Mempertahankan Kearifan Lingkungan untuk Pembangunan
Berkelanjutan
Kemajemukan masyarakat Indonesia merupakan faktor
pendorong sekaligus kekuatan penggerak dalam pengelolaan
lingkungan hidup. Adaptasi terhadap lingkungan kelompokkelompok
masyarakat
tersebut
mengembangkan
kearifan
lingkungan sebagai hasil abstraksi pengalaman dalam mengelola
lingkungan.
Keanekaragaman
pola-pola
adaptasi
terhadap
lingkungan hidup yang dikembangkan masyarakat Indonesia yang
majemuk merupakan faktor yang harus diperhitungkan dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan.
Keyakinan tradisional mengandung sejumlah besar data
empiris yang berhubungan dengan fenomena, proses dan sejarah
perubahan lingkungan, sehingga membawa implikasi bahwa sistem
pengetahuan tradisional dapat memberikan gambaran informasi
yang berguna bagi perencanaan dan proses pembangunan.
Keyakinan tradisional dipandang sebagai kearifan budaya lokal
dan merupakan sumber informasi empiris dan pengetahuan penting
yang dapat ditingkatkan untuk melengkapi dan memperkaya
keseluruhan
pemahaman
ilmiah.
Kearifan tersebut
banyak
44
berisikan
gambaran
tentang
anggapan
masyarakat
yang
bersangkutan tentang hal-hal yang berkaitan dengan struktur
lingkungan, misalnya bagaimana lingkungan berfungsi, reaksi alam
terhadap tindakan manusia, serta hubungan-hubungan yang
sebaiknya tercipta antara masyarakat dan lingkungan alamnya.
Penggalian terhadap kearifan budaya lokal ditujukan untuk
mengenal dan memahami fenomena alam melalui penelusuran
informasi dari masyarakat.
Kearifan
lokal
di
masyarakat
yang
didasari
dari
pengalaman dalam periode waktu panjang sehingga tertanam
keselarasan hidup dengan alam, memahami secara dalam karakter
alam dan kehidupannya diterapkan dalam mengelola alam
merupakan cara untuk mempertahankan kearifan lingkungan.
Kearifan
lingkungan
bukanlah
tindakan
tradisional
yang
terbelakang, kita dapat menerapkan teknologi modern pengelolaan
lingkungan, tetapi dengan memperhatikan kearifan lokal, paduan
yang proporsional akan terwujud kearifan lingkungan. Kegiatan
gotong royong dalam pembuatan rumah adat merupakan salah satu
contoh kearifan lokal yang dipertahankan sebagai kearifan
lingkungan sosial.
Kearifan mahasiswa terhadap lingkungan yang berada di
luar lingkungan hutan secara langsung perlu mendapatkan apresiasi
yang memadai. Pentingnya paperless sebagai bagian dari sikap arif
45
terhadap lingkungan dapat memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap pembangunan berkelanjutan. Ciri dari pembangunan
berkelanjutan antara lain penggunaan sumber daya alam secara
efisien. Paperless dan penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi merupakan salah satu upaya efisiensi terhadap sumber
daya alam.
Mempertahankan
Kearifan
Lingkungan
untuk
Pembangunan Berkelanjutan dapat ditampilkan dalam gambar 2.8.
Mempertahankan Kearifan Lingkungan untuk
Pembangunan Berkelanjutan
Kemajemukan
Bangsa
Keanekaragaman
Sumber Daya Alam
Pendorong sekaligus kekuatan
penggerak dalam pengelolaan
lingkungan hidup
Kearifan
Tradisonal
Adaptasi
Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan
Perencanaan Paperless dan Penggunaan Teknologi
Informasi Dan Komunikasi
Gb. 2.8 Mempertahankan Kearifan Lingkungan untuk
Pembangunan Berkelanjutan
10) Strategi Membangun Perilaku Arif terhadap Lingkungan
Strategi yang dapat digunakan untuk membentuk perilaku
ekologis berupa perilaku arif terhadap lingkungan dengan
46
mengadopsi pada pendidikan Islam menurut Nasikh Ulwan dalam
Susilowati (2002: 73) antara lain melalui keteladanan, pembiasaan,
nasehat, pengawasan, dan hukuman. Kementerian Lingkungan
Hidup dan Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, 2011:
26-9 menegakkan konsep penyusunan strategi perilaku ekologis
dengan kegiatan mengajarkan, pembiasaan, keteladanan, dan
refleksi.
a) Mengajarkan
Menumbuhkan akhlak lingkungan dengan mengandalkan
pada pengetahuan teoretis tentang konsep-konsep nilai yang
terkait dengan perilaku ramah lingkungan dan pengelolaan
lingkungan.
Seseorang
dapat
memiliki
kesadaran
dan
melakukan perilaku ramah lingkungan terlebih dahulu harus
mengetahui nilai-nilai penting lingkungan bagi kehidupan dan
bagaimana melakukan pengelolaannya. Hal ini didasarkan pada
pemahaman bahwa perilaku manusia pada dasarnya dituntun
oleh pengertian dan pemahaman terhadap nilai dari perilaku
yang dilakukannya melalui proses pendidikan dan pengajaran.
Proses pendidikan dan pengajaran tentang lingkungan ini
dapat dilakukan secara langsung, baik melalui pemberian
informasi dengan pembelajaran maupun penugasan melalui
pembacaan terhadap berbagai referensi. Bahkan pengajaran ini
dapat dilakukan dengan melihat secara langsung ayat-ayat
47
kauniyah (fenomena alam) yang ada di sekitar kampus untuk
dapat ditindaklanjuti pada perilaku paperless sebagai bagian
upaya untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan.
b) Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan adalah metode ifluentif
yang paling meyakinkan keberhasilan dalam mempersiapkan
dan membentuk perilaku spiritual dan moral. Metode
pembinaan akhlak terhadap lingkungan ini sangat penting
karena akhlak merupakan kawasan afektif yang terwujud dalam
bentuk tingkah laku (behavioral). Metode ini berdasarkan pada
pemahaman bahwa tingkah laku peserta didik dimulai dengan
imitatio; meniru dan ini berlaku sejak masih kecil. Apa yang
dikatakan orang yang lebih tua akan terekam dan dimunculkan
kembali oleh anak sebagai proses transfer keteladanan. Peserta
didik belajar untuk melakukan sesuatu dari sekitarnya untuk
mendapatkan keteladanan. Pembinaan akhlak lingkungan
melalui metode keteladanan ini memiliki pengaruh yang sangat
kuat dalam membentuk perilaku peduli terhadap lingkungan.
Bagaimana mungkin orang lain dapat menumbuhkan akhlak
lingkungan dalam dirinya kalau orang yang mengajarkan tidak
pernah bersikap dan berperilaku arif terhadap lingkungan.
Pentingnya keteladanan ini sesuai dengan adagium bahwa satu
keteladanan lebih berharga dibanding dengan seribu nasehat.
48
Keteladanan untuk mengimplementasikan paperless akan lebih
berharga dari seribu kali mengikuti kuliah.
c) Pembiasaan
Unsur penting bagi pembinaan akhlak adalah bukti
dilaksanakannya nilai-nilai normatif akhlak itu sendiri.
Penumbuhan akhlak dapat terlaksana apabila dilakukan dengan
pembiasaan yang terus menerus sehingga menjadi kebiasaan
yang melekat dalam pribadi seseorang. Proses pembiasaan ini
dapat dilakukan secara bertahap dan dimulai dari hal yang
ringan atau mudah. Untuk ini diperlukan suasana dan tempat
yang
mendukung
bagi
terciptanya
proses
pembiasaan.
Penyediaan fasilitas, himbauan, dan larangan dapat dilakukan
sebagai upaya menumbuhkan kesadaran kolektif berperilaku
paperless untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan.
d) Refleksi
Akhlak lingkungan yang dibentuk melalui berbagai
macam
program
dan
kebijakan
perlu
dievaluasi
dan
direfleksikan secara berkesinambungan. Tanpa ada usaha untuk
melihat kembali proses penumbuhan akhlak lingkungan ini
direfleksi, dievaluasi, tidak akan pernah terdapat kemajuan.
Refleksi merupakan kemampuan sadar khas manusiawi untuk
melihat kelemahan diri dan memperbaikinya pada masa yang
akan datang. Berdasarkan pada kemampuan sadar ini, manusia
49
mampu mengatasi diri dan meningkatkan kualitas hidupnya
dengan lebih baik. Segala tindakan dan pembiasaan dalam
menumbuhkan akhlak lingkungan yang telah dilaksanakan
perlu dilakukan refleksi untuk melihat keberhasilan dan
peranan keluarga, kelompok masyarakat atau pihak yang
melakukannya telah berhasil atau gagal dalam menumbuhkan
akhlak lingkungan. Proses refleksi ini dapat dilakukan dengan
cara mengajak untuk memikirkan kembali apa yang dirasakan,
manfaat yang diterima, hikmah apa yang diterima mengenai
perilaku paperless yang telah dilakukan dan dibiasakan seharihari di kampus. Manfaat dan hikmah dapat dirasakan dan
diterima ketika seseorang itu konsisten dengan perilaku
paperless untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan.
Kepeloporan juga dapat menghadirkan karakter ekologis.
Kepeloporan
lingkungan,
menjadi
termasuk
kunci
pelestarian
implementasi
daya
paperless.
dukung
Kegiatan
kepeloporan tersebut tidak hanya sekadar ritual tetapi menjadi
spirit
yang
mampu
menggugah
semua
pihak
untuk
memasukkan perilaku peduli terhadap lingkungan sebagai
agenda bersama (Hadi dalam Sudarsono, 2007a: 167).
Mangunjaya (2006) menyatakan bahwa manusia sebenarnya
mampu mengelola sumber daya alam karena 3 (tiga) alasan
penting. Pertama, manusia dilahirkan dalam keadaan bersih
50
(fitrah). Filosofi ini dapat diartikan kehadiran manusia di bumi
hendaknya
tidak
mencemari
lingkungan
sebagaimana
bersihnya tatkala lahir. Sikap bersih ini harus dikembangkan
dalam diri sendiri. Kedua, rangkaian kesadaran manusia dalam
memelihara kelestarian hidupnya dan sumber daya alam di
bumi. Ketiga, kesadaran kolektif masyarakat yang berangkat
dari tradisi dan budaya tidak selalu bisa didekati dengan
pendekatan
ilmiah.
Kepeloporan
terhadap
kepedulian
lingkungan menjadi spirit untuk membangun lingkungan
dengan
paradigma
biofilia
dan
altruistik
yang
dapat
memberikan bukti keberlanjutan lingkungan bagi generasi yang
akan
datang
melalui
implementasi
paperless
untuk
lingkungan
yang
menunjukkan kearifan terhadap lingkungan.
Strategi
membangun
kearifan
ditegakkan oleh Notoatmodjo (2010: 246) antara lain
revitalisasi ajaran agama, tadabbur alam, muhasabah terhadap
fenomena lingkungan, berpartisipasi dalam program hijau, dan
reward dan punishment. Pertama, revitalisasi ajaran agama,
artinya bentuk ajaran agama yang didominasi dogma-dogma
sempit
perlu
diperluas.
Kontekstualisasi
agama
perlu
diperbanyak agar cakrawala pemikiran dan tindakan lebih luas,
tidak hanya sekadar ritual keagamaan saja. Kedua, tadabbur
alam keindahan alam menjadi modal untuk berpikir, merenung,
51
dan bermuara pada aktivitas untuk memanfaatkan, megelola,
dan menjaga dengan penuh tanggung jawab. Birunya laut,
gemuruh ombak, hijaunya alam dengan aneka flora dan fauna
adalah anugerah Allah Swt yang tiada tara yang dapat
dinikmati secara bijaksana. Ketiga, muhasabah terhadap
fenomena lingkungan, fenomena alam panas bumi yang
semakin meningkat, bendana alam, musim yang tidak teratur,
dan rusaknya lapisan ozon merupakan fenomena alam yang
mesti menjadi sumber muhasabah bagi setiap individu terhadap
berbagai aktivitas yang telah dilakukan selama ini. Keempat,
berpartisipasi dalam program hijau, program hijau semakin
banyak variasinya. Banyaknya acara ini sudah seharusnya
bukan sekadar acara sensasional atau seremonial tanpa makna,
namum lebih dari itu. Acara-acara ini perlu penghayatan, sebab
aktivitas tanpa penghayatan tidak akan efektif. Setiap individu
mestinya dapat memilih dari berbagai program hijau yang
sesuai dengan kemampuan dan karakteristik dirinya. Kelima,
program reward dan punishment dengan memberi kepada siapa
saja yang berprestasi dalam menjaga kelestarian lingkungan,
demikian sebliknya, memberikan pusnihment kepada siapa saja
yang melakukan perusakan terhadap lingkungan. Konsep ini
dapat ditarik pada program paperless di PT berupa revitalisasi
ajaran agama, tadabbur alam, muhasabah terhadap fenomena
52
lingkungan, berpartisipasi dalam program hijau, dan reward
dan punishment.
Strategi membangun perilaku arif terhadap lingkungan
dapat ditampilkan dalam gambar 2.9.
Strategi Membangun Perilaku Arif terhadap
Lingkungan
Refleksi
Hukuman
pengawasan
Pembiasaan
Nasehat
keteladanan
Pengajaran
Gb. 2.9 Strategi Membangun Perilaku Arif terhadap Lingkungan
Ruang lingkup kajian teori yang berkaitan dengan kearifan
lingkungan dapat ditampilkan dalam tabel 2.1
Tabel 2.1
Ruang Lingkup Kajian Teori
No
1.
2.
Ruang Lingkup
Keterangan
Kajian Teori
Pengertian Kearifan Kearifan (wisdom) dapat disepadankan
Lingkungan
maknanya dengan pengetahuan, kecerdikan,
kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan
dalam pengambilan keputusan yang berkenaan
dengan penyelesaian atau penanggulangan suat
masalah atau serangkaian masalah yang relatif
pelik dan rumit
Makna
Kearifan makna
kearifan
lingkungan
adalah
Lingkungan
penyesuaian dengan sifat alami lingkungan,
yaitu penyesuaian manusia untuk sederhana
dan harmonis dengan alam. Implikasi
penyesuaian dengan sifat alami alam antara
lain
dengan
membina,
melestarikan,
53
3.
4.
5.
6.
7.
mencegah, dan membimbing dari perusak
lingkungan menjadi pembina lingkungan.
Fungsi
Kearifan 1) Konservasi dan pelestarian sumberdaya
Lingkungan
alam;
2) Pengembangan sumberdaya manusia;
3) Pengembangan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan
4) Petuah,
kepercayaan,
sastra,
dan
pantangan.
5) Sosial
misalnya
upacara
integrasi
komunal/kerabat.
6) Bermakna etika dan moral, misal yang
terwujud dalam upacara Ngabendan
penyucian roh leluhur.
7) Bermakna politik, misalnya upacara
ngangkuk merana dan kekuasaan patron
client.
Prinsip Etika dalam lingkungan holistik, keanekaragaman hayati,
Membangun
daur ulang, faktor pembatas, perilaku ekologis,
Kearifan
semua ekosistem memiliki kemampuan
Lingkungan
tertentu, pemulihan dan penstabilan ekosistem.
Kearifan
Kearifan tradisional merupakan kebiasaan
Tradisional
dan yang berlaku turun temurun dalam berinteraksi
Rasional
dengan lingkungan hidupnya. Budaya rasional
terbentuk dari himpunan gagasan dan inovasi
dalam berinteraksi dengan lingkungan
hidupnya. Budaya tradisional dan rasional
yang pro terhadap lingkungan hidup
membentuk kearifan lingkungan hidup
Kearifan
Substansi pesan ekoteologis dari ungkapan
Lingkungan dalam peduli lingkungan sebagai bagian dari iman
Perspektif Islam
adalah hakikat orang beriman adalah selalu
memelihara kelestarian optimasi daya dukung
lingkungan bagi kehidupan. Islam memberikan
ajaran secara tegas janganlah mengaku dirinya
sebagai orang beriman jika tidak memiliki
komitmen untuk peduli lingkungan. Indikator
orang beriman adalah kepedulian terhadap
lingkungan
Kearifan
Keberagaman kearifan lingkungan yang
Lingkungan sebagai dimiliki bangsa ini merupakan aset atau modal
Aset Bangsa dan pembangunan yang sangat berharga yang tidak
Negara
boleh dinaifkan atau dihilangkan semata-mata
tidak masuk akal. Nilai pamali (tabu) justru
harus ditransformasikan ke dalam khazanah
54
8.
9.
10.
Rapuhnya Kearifan
Lingkungan sebagai
Faktor Penghambat
Pembangungan
Berkelanjutan
Mempertahankan
Kearifan
Lingkungan untuk
Pembangunan
Berkelanjutan
budaya masa kini.
rapuhnya kearifan lingkungan itu seiring
dengan makin besarnya jumlah penduduk,
meningkatnya kebutuhan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Kearifan lingkungan bukanlah tindakan
tradisional yang terbelakang, kita dapat
menerapkan teknologi modern pengelolaan
lingkungan, tetapi dengan memperhatikan
kearifan lokal, paduan yang proposional akan
terwujud kearifan lingkungan.
Strategi
untuk Kegiatan
mengajarkan,
pembiasaan,
membangun
keteladanan, dan refleksi. Strategi tersebut
perilaku
arif dapat dilengkapi dengan nasehat, pengawasan,
terhadap
dan hukuman.
Lingkungan
b. Paparless
1) Pengertian Paperless
Paperless artinya tidak menggunakan kertas (Rianto’s blog,
paperless administration, diakses 2 April 2014).
2) Dasar Penerapan Paperless
Dwivedi dan Kumar (2013: 1) menjelaskan bahwa
kepedulian terhadap lingkungan pada upaya paperless merupakan
bagian penting yang cukup bervariasi
dalam
manajemen
perkantoran. Indonesia sendiri mengatur pelaksanaan paperless
dengan menerbitkan perundang-undangan dan peraturan lainnya.
Pelaksanaan paperless di Indonesia berlandaskan UU No 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Inpres RI
nomor 3 tahun 2003.
55
a) UU No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
(1) Asas
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi
Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum,
manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan
memilih teknologi atau netral teknologi.
(2) Tujuan
(a) Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari
masyarakat informasi dunia;
(b) Mengembangkan perdagangan dan perekonomian
nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat;
(c) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan
publik;
(d) Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap
Orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan
di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi
Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab;
dan
(e) Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian
hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi
Informasi.
56
b) Inpres RI nomor 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional
Pengembangan E-government
(1) Maksud
(a) e-government
merupakan
mengembangkan
upaya
penyelenggaraan
untuk
kepemerintahan
yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka
meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif
dan efisien.
(b) Pengembangan
e-government
dilakukan
penataan
sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan
pemerintah
dengan mengoptimasikan pemanfaatan
teknologi informasi.
(c) Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup 2
(dua) aktivitas yang berkaitan yaitu:
(c.1) Pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem
manajemen dan proses kerja secara elektronis;
(c.2) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar
pelayanan Publik dapat diakses secara mudah dan
murah oleh masyarakat di seluruh wilayah
negara.
57
(2) Tujuan
e-government diarahkan untuk mencapai 4 (empat)
tujuan, yaitu:
2.1
Pembentukan
jaringan
informasi
dan
transaksi
pelayanan publik yang memiliki kualitas dan lingkup
yang dapat memuaskan masyarakat luas serta dapat
terjangkau di seluruh wilayah Indonesia pada setiap
saat tidak dibatasi oleh sekat waktu dan dengan biaya
yang terjangkau oleh masyarakat.
2.2 Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha
untuk meningkatkan perkembangan perekonomian
nasional dan memperkuat kemampuan menghadapi
perubahan dan persaingan perdagangan internasional.
2.3 Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi
dengan lembaga-lembaga negara serta penyediaan
fasilitas dialog publik bagi masyarakat agar dapat
berpartisipasi dalam perumusan kebijakan negara.
2.4. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang
transparan dan efisien serta memperlancar transaksi dan
layanan antar lembaga pemerintah dan pemerintah
daerah otonom.
58
(3) Kelemahan
Pelaksanaan
E-government
memiliki
beberapa
kelemahan yang menonjol antara lain:
3.1 Pelayanan yang diberikan melalui situs pemerintah
tersebut, belum ditunjang oleh sistem manajeman dan
proses kerja yang efektif karena kesiapan peraturan,
prosedur dan keterbatasan sumber daya manusia sangat
membatasi penetrasi komputerisasi ke dalam sistem
manajemen dan proses kerja pemerintah;
3.2 Belum mapannya strategi serta tidak memadainya
anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan Egovernment pada masing-masing instansi;
3.3 Inisiatif-inisiatif tersebut merupakan upaya instansi
secara sendiri-sendiri; dengan demikian sejumlah
faktor seperti standardisasi, keamanan informasi,
otentikasi,
dan
berbagai
aplikasi
dasar
yang
memungkinkan interoperabilitas antar situs secara
andal, aman, dan terpercaya untuk mengintegrasikan
sistem manajemen dan proses kerja pada
instansi
pemerintah ke dalam pelayanan publik yang terpadu,
kurang mendapatkan perhatian.
3.4 Pendekatan yang dilakukan secara sendiri-sendiri
tersebut
tidak
cukup
kuat
untuk
mengatasi
59
kesenjangan
kemampuan
masyarakat
untuk
mengakses jaringan internet, sehingga jangkauan dari
layanan publik yang dikembangkan menjadi terbatas
pula.
(4) Strategi
E-government perlu melaksanakan melalui 6
(enam) strategi yang berkaitan erat, yaitu:
4.1 Mengembangkan sistem pelayanan yang andal dan
terpercaya, serta terjangkau oleh masyarakat luas.
4.2 Menata sistem manajemen dan proses kerja pemerintah
dan pemerintah daerah otonom secara holistik.
4.3 Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal.
4.4
Meningkatkan
peran
serta
dunia
usaha
dan
mengembangkan industri telekomunikasi dan teknologi
informasi.
4.5 Mengembangkan kapasitas SDM baik pada pemerintah
maupun pemerintah daerah otonom, disertai dengan
meningkatkan E-literacy masyarakat.
4.6 Melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui
tahapan-tahapan yang realistik dan terukur.
60
(5) Upaya pengembangan SDM yang perlu dilakukan untuk
mendukung E-government
5.1 Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang
pentingnya informasi serta pendayagunaan teknologi
informasi dan komunikasi (E-literacy), baik di
kalangan pemerintah dan pemerintah daerah otonom
maupun di kalangan masyarakat dalam rangka
mengembangkan
terwujudnya
budaya
masyarakat
informasi
informasi
ke
arah
(information
society).
5.2
Pemanfaatan sumberdaya pendidikan dan pelatihan
termasuk
perangkat
teknologi
informasi
dan
komunikasi secara sinergis, baik yang dimiliki oleh
lembaga
pemerintah
maupun
non
pemerintah/masyarakat.
5.3 Pengembangan pedoman penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan bagi lembaga pemerintah agar hasil
pendidikan dan pelatihan tersebut sesuai dengan
kebutuhan
pengembangan
dan
pelaksanaan
E-
government.
5.4
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknologi
informasi dan komunikasi bagi aparat pelaksana yang
menangani kegiatan bidang informasi dan komunikasi
61
dan
aparat
yang
bertugas
dalam
memberikan
pelayanan publik, maupun pimpinan unit/lembaga,
serta fasilitasi pendidikan dan pelatihan bagi calon
pendidik dan pelatih maupun tenaga potensial di
bidang teknologi informasi dan komunikasi yang
diharapkan
dapat
memindahkan
pengetahuan/
keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat di
lingkungannya.
5.5
Peningkatan kapasitas penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan jarak jauh (distance learning) dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
secara optimal untuk pemerataan atau mengurangi
kesenjangan sumber daya manusia (SDM) di bidang
teknologi informasi dan komunikasi antar daerah.
5.6
Perubahan pola pikir, sikap, dan budaya kerja aparat
pemerintah
yang mendukung pelaksanaan E-
government melalui sosialisasi/penjelasan mengenai
konsep dan program E-government, serta contoh
keberhasilan
(best
practice)
pelaksanaan
E-
government.
5.7
Peningkatan
motivasi
melalui
pemberian
penghargaan/apresiasi kepada seluruh SDM bidang
informasi dan komunikasi di pemerintah pusat dan
62
daerah
serta
mengembangkan
masyarakat
yang
secara
aktif
inovasi
menjadi
karya
yang
bermanfaat bagi pengembangan dan pelaksanaan Egovernment.
Dasar penerapan paperless sebagai regulasi dapat
ditampilkan dalam gambar 2.10.
Dasar Penerapan Paperless
Inpres RI Nomor 3 tahun 2003
Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan E-government
UU Nomor 11 tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
Upaya
Pengemban
gan
SDM
Strategi
Kelemahan
Tujuan
Maksud
Tujuan
Asas
Netral
kebebasan
iktikad baik
kehati-hatian
Manfaat,
kepastian hukum
Gb. 2.10 Dasar Penerapan Paperless
3) Tujuan dan Fungsi Paperless
Tujuan
paperless
policy
adalah
untuk
mengurangi
pemakaian kertas, dan bukan meniadakan pemakaian kertas sama
sekali. Paperless tidak sama dengan bebas kertas. Manusia dalam
63
setiap aktivitasnya di kantor hampir tidak mungkin tidak
menggunakan kertas.
Fungsi paperless sebagaimana hasil penelitian Tiwari dan
Syah (2010: 177) menyatakan bahwa meminimalisir penggunaan
kertas di kantor merupakan situasi yang sangat idel pada sistem
manjemen kelembagaan.
Keuntungan yang bisa diraih bagi
seseorang antara lain mudah menyimpan datanya, dapat hemat
waktu, menyenangkan, aman, efisien, mudah mengakses usaha
yang mau dicapai.
Paparless
sebagai
sebuah
perilaku
manusia
untuk
mengurangi pemanfaatan kertas berfungsi untuk mengurangi
produksi kertas. Paperless policy sebagai sebuah kebijakan
mengurangi penggunaan kertas diharapkan dapat mengurangi
konsumsi kertas tanpa mengurangi efektifitas kerja atau belajar
bagi mahasiswa di Perguruan Tinggi. Kepedulian perguruan tinggi
dalam menekan pemanfaatan kertas ini di satu sisi merupakan
salah satu upaya dalam pencegahan pemanasan global dan
mengembalikan fungsi hutan sebagai paru-paru dunia. Tim
Pengembang Konservasi Unnes (2010: 23) memaparkan fungsi
paperless
antara
lain
memberikan
efisiensi,
menajemen
dokumentasi lebih baik, mendukung pengambilan keputusan yang
lebih baik, manajemen yang lebih terkendali, membaiknya citra
organisasi, aspek biaya.
64
a) Efisiensi
Kecepatan distribusi dan kecepatan pencarian menjadi
karakteristik
penting
dari
keberadaan
paperless
office.
Keuntungan pada aspek waktu, sangat kelihatan jika individuindividu yang terlibat pada sistem ini terdistribusi dalam
wilayah yang luas atau jaraknya jauh, dan memiliki mobilitas
tinggi.
b) Menajemen dokumentasi lebih baik
Dengan penataan data yang rapi, maka semua dokumen
bisa terekam dan disimpan sangat baik. Jika suatu saat
dilakukan pelacakan maka akan sangat merasakan manfaat
adanya paperless office.
c) Mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik
Pada aspek ini dimungkinkan terjadinya penyajian
informasi dan komunikasi yang lengkap dan dapat dilakukan
pelacakan permasalahan berdasarkan dokumen yang tersimpan
secara rapi.
d) Manajemen yang lebih terkendali
Paparless office dapat dimungkinkan jika aplikasi
yang diterapkan menyertakan fasilitas evaluasi dan pemantauan
setiap surat keputusan yang diterbitkan yang memerlukan
laporan dan evbaluasi kinerja.
65
e) Membaiknya citra organisasi
Manajemen dan pelayanan yang diakibatkan dengan
berbagai penyajian informasi yang akurat dan cepat, maka akan
memberikan
nilai
positif
bagi
pihak
manapun
yang
berhubungan dengan organisasi tersebut.
f) Aspek biaya
Pada tahapan awal, penerapan paperless office
memerlukan investasi dan biaya perawatan yang tidak sedikit,
namun dalam waktu yang tidak terlalu lama efisiensi dari
berbagai segi dapat dinikmati bagi pengguna paperless yang
berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi. Efesiensi
pada sisi biaya dipersipakan untuk pengadaan barang dan jasa
berupa peralatan komputer dan jaringan internet bagi lembaga.
Bagi pengguna paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi seperti mahasiswa sendiri tidak seberat lembaga
yang harus menyediakan server internet dan pengadaan jasa
yang berkompeten di bidangnya.
Sandhu (2014: 34) melengkapi tujuan dan fungsi paperless
antara lain mudah menyimpan, tidak mengenal batas data yang harus
disimpan, hemat waktu, sederhana, mudah dicapai, pengembangan usaha,
aman, memberikan pelayanan yang lebih baik, efisien dalam pengiriman
email. Secara lebih jelas ditampilkan dalam keterangan lebih lanjut.
66
Pertama, mudah menyimpan dengan sistem digital manajemen,
semua data dapat disimpan pada sistem komputer, mudah mengirim data
dan dapat dimanfaatkan oleh siapapun yang membutuhkan. Kedua, tidak
mengenal batas data yang harus disimpan dan setiap dokumen dapat
menggunakan sistem penomoran yang dapat dibuat secara otomatis. Hal
ini juga dapat digunakan untuk merubah dokumen dan tetap terjaga
keaslian, membantu memberikan petunjuk bagi proses pemerikasaan.
Ketiga, hemat waktu, tidak membutuhkan waktu yang lama dan tidak
perlu membuang-buang waktu untuk mencari dokumen yang diperlukan.
Pencarian dokumen dapat dilakukan dengan cepat dan
dapat
memberikan hasil dalam waktu yang sangat singkat. Semua dokumen
dapat tersimpan dengan cara pengaturan yang sama dan mudah untuk
mendapatkannya kembali. Keempat, Sederhana, dengan sistem pada
manajemen komputer
dokumen yang digunakan
segala
urusan
administrasi bisnis dapat dilakukan secara sederhana. Pengguna dapat
melakukan atau memiliki otoritas untuk melakakuan segala macam tugas
dan pemindahan data dalam sekali tekan. Kelima, mudah dicapai. Sistem
manajemen digital dapat dengan cepat memberikan pengamanan
terhadap tampilan dokumen yang hampir sama. Hal ini akan membuat
lebih mudah dengan satu orang operator dengan data yang mudah
diperoleh. Keenam, pengembangan usaha. Dengan waktu yang sangat
singkat, para pemimpin dapat memanfaatkan waktu yang sedikir tetapi
produktifitasnya tinggi alam mengembangkan usahanya, Ketujuh, aman.
67
Penyimpanan data dengan sitem penyimpanan menggunakan digital
dapat memberikan keamanan daripada dengan menggunakan kertas yang
bisa mendapatkan kesalahan dari tangan-tangan pemakai, Kedelapan,
memberikan pelayanan yang lebih baik. Manajemen dokum dengan
sistem komputer diijinkan bagi pengguna untuk memperoleh data yang
dibutuhkan, Kesembilan, efesien dalam melakukan pengiriman email.
Pengiriman email dapat mudah dilakukan dari data yang ada dengan
sangat mudah begitu pula bagi seseorang yang membutuhkan dapat
mengaksesnya dengan cepat.
Fungsi paperless bagi seseorang dapat disederhanakan dalam
tampilan gambar 2.11
Kertas
Waktu
Efisiensi
TUJUAN dan FUNGSI
PAPERLESS
Manajemen
yang lebih
terkendali
Manajemen
Dokumentasi yang
lebih baik
Mendukung
Keputusan
yang lebih
baik
Citra
organisasi
Menyenangkan
Biaya
Aman
Mudah
mengakses
Gb. 2. 11 Fungsi Paperless
68
4) Faktor Penting dalam Penerapan Paperless
Tim
Pengembang
Konservasi
Unnes
(2010:
23-24)
memaparkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menerapkan paperless antara lain aspek sumber daya manusia
(pengguna), aspek dokumen, sistem aplikasi, sosialisasi, sarana
pendukung, komunikasi.
a) Sumber Daya Manusia (pengguna),
Tahap awal yang perlu dirintis yakni memepersiapkan
pengguna dalam menerapkan paperless
b) Dokumen,
Kesiapan dokumen dalam bentuk on line menjadi hal
penting dalam penerapan paperless. Dokumen yang akan
ditampilkan melalui penerapan teknologi informasi dan
komunikasi perlu disiapkan dengan baik agar dapat memenuhi
prinsip akurasi dan akuntabilitas.
c) Sistem Aplikasi,
Dokumen on line yang tersimpan keamanan data dan
kemudahan pemakaian. Aplikasi sistem on line memberikan
keamanan, kemudahan, dan kenyamanan, serta kecepatan
kepada pengguna dalam memberikan layanan pada sistem
teknologi informasi dan komunikasi. Aplikasi sistem on line
dapat menjangkau kepentingan dan kebutuhan manusia tanpa
mengenal waktu, ruang, dan jarak tempuh.
69
d) Sosialisasi,
Individu yang memiliki hak akses tertentu dilatih
untuk mengakses sistem agar dapat melakukan berbagai
aktivitas sesuai fasilitas dalam sistem. Perubahan kebiasaan
perilaku perlu diwujudkan untuk disesuaikan dengan paperless
policy dengan memperkenalkan sistem yang akan dipakai.
e) Sarana Pendukung,
Ketersediaan
sarana
yang
diperlukan
untuk
mewujudkan paperless office perlu disediakan secukupnya,
antara
lain
tidak
terbatas
pada
kebijakan,
hadware,
infrastruktur jaringan, sumber daya alam tenaga tertentu, dana,
dan forum komunikasi, tetapi sarana ini menjadi satu kesatuan
yang harus dipenuhi oleh program paperless. Kerjasama antar
berbagai komponen sangat menentukan keberhasilan program
ini.
f) Komunikasi.
Komunikasi memerlukan seorang visioner untuk dapat
menjelaskan
mengapa
perlu
menerapkan
paperless.
Komunikasi sebagai bagian dari sosialisasi membutuhkan
seseorang yang memiliki kompetensi di bidang komunikasi.
Harapan yang diinginkan, apa yang menjadi pesan penggunaan
paperless dapat diterima oleh masyarakat sehingga masyarakat
dapat mengikuti apa yang diinginkan oleh komunikan.
70
Selain keenam dalam penerapan paperless, faktor lain
yang turut memberikan peran penting antara lain budaya.
Perubahan cara pandang maupun kebiasan yang sudah melembaga
mejadi tantangan bagi pelaksanaan sistem yang baru. Padahal
melalui pemanfaatan paperless office sesungguhnya peran lembaga
sangat penting. Impelementasi paperless office juga merupakan
langkah terpuji dalam pencegahan pemansan global akibat
konsumsi kertas yang secara langsung membuat hutan gundul dan
menimbulkan banjir maupun bencana lain di mana-mana.
Paperless office sekaligus merupakan bagian dari gerakan go green
dengan mengurangi penggunaan kertas yang berasal dari
pepohonan sehingga tanaman tersebut dapat lebih bermanfaat
sebagai paru-paru dunia. Faktor penting dalam penerapan
paperless policy dapat ditampilkan dalam gambar 2.12.
FAKTOR PENTING DALAM
PENERAPAN PAPERLESS
BUDAYA
Sumber
Daya
Manusia
Dokumen
Sistem
Aplikasi
Sosialisasi
Sarana
Pendukung
Komunikasi
Gb. 2.12 Faktor Penting dalam Penerapan Paperless
71
5) Domain Perilaku Paperless
Domain perilaku paperless bagi mahasiswa antara lain
terdiri dari 3 (tiga) hal, yaitu pengetahuan, sikap atau tanggapan,
dan praktek atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Ki Hajar
Dewantara dalam Notoadmodjo (1997: 127) ketiga kawasan
perilaku ini disebut cipta (kognisi), rasa (emosi), dan karsa
(konasi).
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu tahu, paham, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Pertama, Tahu (know) diartikan
sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kedua, memahami
diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahuidan dapat menginterpretasi materi
tersebut
secara
benar.
Ketiga,
aplikasi
diartikan
sebagai
kemampuan untuk menggunakan mteri yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi riil. Keempat,
analisis adalah suatu
kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam
komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut.
Kelima, sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
72
bentuk secara keseluruhan yang baru. Keenam, evaluasi berkaitan
dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau obyek.
Sikap menurut Allport dalam Notoatmodjo (1998: 131)
antara lain meliputi kepercayaan/keyakinan, ide dan konsep
terhadap suatu obyek; kehidupan emosional atau evaluasi
emosional terhadap suatu obyek; dan kecenderungan untuk
bertindak (trend to behave). Ketiga komponen ini secara bersamasama membentuk sikap yang utuh. Penentuan sikap yang berupa
pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan
penting. Sebagaimana pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan
yaitu,
menerima,
merespon,
menghargai,
dan
bertanggung jawab. Pertama, menerima diartikan mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan. Kedua, merespon
memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
mengerjakan
dan
menyelesaikan tugas yang diberikan. Ketiga, menghargai dengan
mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah. Keempat, bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko.
Tingkat praktek antara lain persepsi, respon terpimpin,
mekanisme, adaptasi. Pertama, persepsi mengenal dan memilih
berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil
73
yang merupakan praktek. Kedua, respon terpimpin dapat dilakukan
sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.
Ketiga, mekanisme apabila seseorang telah dapat melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah
merupakan kebiasaan. Keempat, adaptasi merupakan suatu praktek
atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya
tindakan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
Penelitian Rogers dalam Notoadmodjo (1997: 128)
menyimpulkan perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum
orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut akan
terjadi 5 (lima) proses secara berurutan, yaitu awareness, interest,
evaluation, trial, dan adoption.
a) Awareness
(kesadaran),
seseorang
menyadari/mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus.
b) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut.
c) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut terhadap dirinya.
d) Trial, subyek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e) Adoption yaitu subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
74
Domain perilaku paperless dapat ditampilkan secara
jelas dalam gambar 2.13
Tahu
Aplikasi
Sintesis
Paham
Analisis
Evaluasi
Sikap/emosi
Domain Perilaku Paperless
Menerima
Pengetahuan/
Cipta
Merespon
Menghargai
Bertanggungjawab
Awareness
Interest
Praktek/konasi
/karsa
Persepsi
Mekanisme
Evaluation
Respon
Adaptasi
Trial
Adoption
Gb. 2.13 Domain Perilaku Paperless
6) Implementasi Kebijakan Paperless di Perguruan Tinggi Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi
a) Implementasi dalam Kegiatan Administrasi
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan komunikasi di
lingkungan Perguruan Tinggi diharapkan mampu mengurangi
75
penggunaan kertas dalam kegiatan akademik dan organisasi
kemahasiswaan secara signifikan. Implementasi kebijakan nir
kertas/paperless policy berlaku dalam pengelolaan administrasi
akademik
berbasis
teknologi
informasi
informasi
dan
komunikasi, pengelolaan administrasi dokumen perkantoran
berbasis teknologi informasi dan rancangan e-Administrasi.
Implementasi ini antara lain dengan melakukan pengembangan
sistem aplikasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi,
pengembangan
penerbitan
online,
peningkatan
sarana
pendukung, dan pengembangan organisasi.
Perkembangan teknologi informasi telah memberikan
peluang
kepada lembaga
Pendidikan
Tinggi untuk
melakukan aktivitas pembelajaran dan administrasi melalui
paperless berbasis teknologi informasi dan
sebagai bagian dari upaya optimalisasi
lingkungan
komunikasi
pemeliharaan
hidup. Tidak dapat disangkal, proses
belajar
mengajar yang tengah dilakukan memerlukan bahan baku
kertas
dengan
jumlah
yang
sangat banyak,
artinya
memerlukan lahan tanaman bahan baku kertas yang sangat
luas, sedangkan penggunaan kertas seringkali tidak optimal,
bahkan sering terjadi pemborosan dalam penggunaan kertas.
Setiap sivitas akademika hendaknya memiliki perilaku
nir kertas/paperless dalam melaksanakan kegiatan di kampus.
76
Sivitas akademika dapat melakukan berbagai macam kegiatan
untuk meminimalisir penggunaan kertas antara lain mencetak
pada dua sisi kertas, dan mencetak dengan menggunakan kertas
bekas. Dokumen, makalah atau surat-surat yang tidak
mengharuskan dicetak satu sisi sebaiknya dicetak pada dua sisi
kertas, draft atau konsep dokumen untuk kepentingan koreksi
atau editing atau reviewing dapat dicetak terlebih dahulu pada
kertas bekas (kertas yang satu sisinya sudah digunakan).
Mencetak dokumen tanpa memeriksa terlebih dahulu
merupakan kebiasaan banyak orang. Bahkan sering mencetak
halaman yang sama lebih dari satu kali karena perintah cetak di
printer belum disetting kembali untuk mencetak hanya satu
kali. Dokumen yang dibuat kadang belum diberi nomor
halaman, terdapat salah ketik, salah format, atau ada gambar
yang belum dimasukkan dan sebagainya. Jika halaman ini
langsung dicetak, maka terpaksa mencetak ulang halaman yang
tidak sesuai tersebut. Cara demikian sangat memboroskan
kertas dan energi listrik. Periksalah terlebih dahulu dokumen
sebelum dicetak. Undangan rapat, pertemuan, diskusi, seminar,
resepsi sampai undangan rapat saat ini masih banyak yang
dicetak di atas kertas. Cara ini sangat memboroskan kertas dan
juga energi untuk membuat kertas, mencetak teks dan gambar
yang diinginkan.
77
b) Implementasi pada Kegiatan Akademik
Keuntungan melakukan implementasi pada kegiatan
akademik
di
kelas
antara
lain
membangun
motivasi,
keterlibatan, produktifitas, effesiensi, dan integrasi antara
dosen dan mahasiswa.
(1) Membangun motivasi, keterlibatan, produktifitas, dan
efesiensi.
Runnels
(2013:
275)
berpendapat
bahwa
a
paperless classroom, when all materials required to
complete a class are available in an electronic form, has
been shown to have positive impacts on student and teacher
motivation, engagement, productivity, and efficiency.
Penerapan sistem paperless di kelas cukup membantu
terjadinya kerjasama antara dosen dan mahasiswa dalam
mewujudkan dampak positif berupa terbangunnya motivasi
dosen dan mahasiswa untuk mewujudkan kepedulian
terhadap
lingkungan.
Mahasiswa
dan
dosen
dapat
mewujudkan keterlibatan dalam mengurangi permasalahan
nasional yang berkembang di masyarakat. Efisiensi
penggunaan kertas dan beralih pada sistem teknologi
informasi dan komunikasi dapat berdampak positif pada
penghematan
kertas
dan
justru
produktif
dalam
menciptakan karya penting. Hal ini dikarenakan teknologi
78
informasi
dan
komunikasi
jauh
lebih
memberikan
kesempatan kepada pengguna untuk berkreasi lebih
berkualitas dan berkuantitas melampaui batas ruang dan
waktu yang disediakan.
(2) Integrasi
Berdasarkan hasil penelitian teknologi di dalam
kelas, In the last decade, research on the use of technology
in the classroom has increased exponentially. Technology,
for many, has become an integral part of the classroom
environment and a plethora of literature now exists to
describe the features of technologies that seem promising in
improving education (Arney, 2009: 3). Teknologi informasi
dan
komunikasi
dapat
mengintegrasikan
berbagai
kepentingan sesuai dengan proses pembelajaran yang
ditetapkan di kelas.
Proses pembelajaran di kelas di antaranya adalah
dengan
melakukan
pembelajaran
evaluasi
sebagaimana
pembelajaran.
sering
dilakukan
Evaluasi
dengan
menggunakan paperbased. Sebagian besar guru tidak
tampak terusik dengan pengadaan kertas-kertas soal yang
digunakan oleh lembaga pendidikan dalam melakukan
evaluasi proses pembelajaran. Satu hal yang ditawarkan
oleh Pingale, et al., (2012: 1) mengatakan bahwa
79
mengurangi penggunaan kertas pada saat ujian merupakan
satu kebijakan dari pendidikan modern, yang dapat secara
efektif mengurangi jumlah kertas yang harus disediakan
pada setiap ujian yang dilakukan.
Implementasi Kebijakan Paperless di Perguruan Tinggi
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat ditampilkan
pada gambar 2. 14
Implementasi Kebijakan
Paperless
Implementasi pada
Kegiatan Administrasi
Implementasi pada
Kegiatan Akademik
integrasi
Efesiensi
Produktifitas
Keterlibatan
Motivasi
pengembangan organisasi
Sarana Pendukung
penerbitan online
Aplikasi berbasis teknologi
informasi dan komunikasi,
Gb. 2.14 Implementasi Kebijakan Paperless
7) Keuntungan Menerapkan Paperless
Keuntungan menerapkan paperless dapat dilihat dari
berbagai sisi seperti efektif dan efisien. Pada sisi efisiensi
penggunaan kertas dengan kebutuhan informasi yang dibutuhkan
80
dapat mengurangi jumlah kertas. Kepraktisan dalam membawa
sumber informasi
dapat
dipenuhi. Secara
ekonomi
dapat
menghemat uang mahasiswa yang dikeluarkan untuk membeli
bahan cetakan atau foto kopi. Mendukung efektifitas kerja/belajar
sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menemukan
informasi yang dibutuhkan. Dapat mengurangi timbulan sampah di
rumah/kost/kantor mahasiswa. Arney (2009: 1) berpendapat bahwa
penggunaan paperless berbasis teknologi informasi dan komuniksi
dapat memberikan kepuasan kepada peserta didik, efisien sehingga
dapat menghemat biaya yang dapat memberikan sisa anggaran
yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan sebagai bagian
dari kegiatan menabung secara tidak langsung.
Reaz dan Hussain (2007: 290) menyatakan bahwa
keuntungan menggunakan paperless berbsis teknologi informasi
dan komunikasi antara lain pengguna dapat merasa senang,
fleksibel, dan menyeluruh, serta memperoleh akses yang cepat.
Keuntungan melakukan Paperless antara lain dapat memeberikan
efisiensi, efektifitas, kepuasan dirumuskan, rasa senang, fleksibel,
menyeluruh dan akses cepat. Keuntungan sebagaimana disebutkan
di atas dapat ditampilkan dalam gambar 2.15
81
Efektif
Efisien
Kepuasan
Rasa Senang
Keuntungan Melakukan Paperless
Fleksibel
Menyeluruh
Akses Cepat
Gb. 2.15 Keuntungan Menerapkan Paperless
8) Faktor Pendukung pada Penerapan Paperless
Faktor
pendukung
pada
penerapan
paperless
bagi
mahasiswa di Perguruan Tinggi antara lain pada kebijakan sistem
administrasi dan dosen pengampu pada setiap mata kuliah,
kemampuan
mahasiswa
dalam
mengoperasikan
teknologi
informasi, kerjasama antar mahasiswa untuk membangun sistem
budaya paperless, serta kesadaran dan kearifan mahasiswa sendiri
untuk memiliki tekad dengan paperless pada setiap aktivitas
akademik yang dapat menguntungkan secara finansial bagi
mahasiswa sendiri.
Faktor pedukung dari unsur pengetahuan dan pengalaman
pimpinan sangat menentukan pelaksanaan paperless policy,
demikian juga pada sistem administrasi. Sitem administrasi yang
berlaku tidak lepas dari pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
82
oleh operator komputer. Sarana dan prasana pengadaan kebutuhankebutuhan untuk menginplementasikan paperless juga tidak dapat
disangkal lagi. Faktor Pendukung pada Pelaksanaan Paperless bagi
mahasiswa di kampus antara lain dapat ditampilkan dalam gambar
2.16
Faktor Pendukung pada Pelaksanaan Paperless
Sistem
Administras
i
Dosen
Mahasiswa
BUDAYA
Pimpinan
Pengalaman
Pengetahuan
Sarana dan Prasarana
Operator
Pengalaman
Pengetahuan
Kemampuan
Kerjasama
Kesadaran
Gb. 2. 16 Faktor Pendukung Pelaksanaan Paperless
9)
Faktor Penghambat pada Penerapan Paperless
Faktor penghambat pada penerapan paperless berbasis
informasi dan komunikasi antara lain pada sistem administrasi,
dosen, mahasiswa, sarana dan prasarana, kompetensi mahasiswa
dan lingkungan yang ada di lingkungan mahasiswa. Faktor
83
penghambat
pelaksanaan
paperless
bagi
mahasiswa
dikomunikasikan melalui gambar 2.17
Faktor Penghambat Pelaksanaan Paperless
Dosen
Pimpinan
Sistem
Administrasi
Mahasiswa
Sarana dan
Prasarana
Gb. 2.17 Faktor Penghambat Pelaksanaan Paperless
Kajian teori tentang paperless dapat ditampilkan dalam tabel
berikut:
Tabel 2.2 Kajian Teori tentang Paperless
No
1.
2.
3.
4.
5.
6
Kajian teori
Paperless
Pengertian
Keterangan
Paperless artinya tidak menggunakan kertas,
tetapi dalam hal ini bukan berarti tanpa
menggunakan kertas sama sekali
Dasar
Pelaksanaan Paperless di
Indonesia
berlandaskan UU No 11 Tahun 2008
Tentang
Informasi
dan
Transaksi
Elektronik dan Inpres RI nomor 3 tahun
2003.
Fungsi
mengurangi produksi kertas, memberikan
efisiensi, menajemen dokumentasi lebih
baik, mendukung pengambilan keputusan
yang lebih baik, manajemen yang lebih
terkendali, membaiknya citra organisasi,
aspek biaya.
Tujuan
Mengurangi produksi kertas.
Faktor Penting dalam Aspek sumber daya manusia (pengguna),
Penerapan Paperless aspek dokumen, sistem aplikasi, sosialisasi,
sarana pendukung, komunikasi
Domain
Perilaku Pengetahuan, sikap atau tanggapan, praktek
Paperless
atau tindakan yang dilakukan seseorang.
Ketiga kawasan perilaku ini disebut cipta
84
(kognisi), rasa (emosi), dan karsa (konasi).
Implementasi
Implementasi
mampu
mengurangi
Kebijakan Paperless penggunaan kertas dalam kegiatan akademik
di PT Berbasis TIK
dan organisasi kemahasiswaan secara
signifikan. Implementasi kebijakan nir
kertas/paperless policy berlaku dalam
pengelolaan administrasi akademik berbasis
teknologi
informasi
informasi
dan
komunikasi,
pengelolaan
administrasi
dokumen perkantoran berbasis teknologi
informasi dan rancangan e-Administrasion
8. Keuntungan
Efektif dan efesien
Melaksanakan
Paperless
9. Faktor
Pendukung kebijakan sistem administrasi dan dosen
pada
Pelaksanaan pengampu pada setiap mata kuliah,
Paperless
kemampuan
mahasiswa
dalam
mengoperasikan
teknologi
informasi,
kerjasama
antar
mahasiswa
untuk
membangun sistem budaya paperless, serta
kesadaran dan kearifan mahasiswa untuk
melakukan paperless.
10. Faktor Penghambat sistem administrasi, dosen, mahasiswa,
pada
Pelaksanaan sarana dan prasarana, kompetensi mahasiswa
Paperless
dan lingkungan yang ada di lingkungan
mahasiswa.
7.
c.
Teknologi Informasi dan Komunikasi
1) Pengertian
Teknologi
mengumpulkan,
Informasi
adalah
menyiapkan,
suatu
teknik
menyimpan,
untuk
memproses,
mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi
(Sekretariat Negara, 2008: 2).
2) Tujuan
Teknologi informasi ini bertujuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia;
85
mengembangkan
perdagangan
dalam
meningkatkan
rangka
dan
perekonomian
kesejahteraan
nasional
masyarakat;
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik; membuka
kesempatan
seluas-luasnya
kepada
setiap
Orang
untuk
memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan
dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan
bertanggung jawab; dan memberikan rasa aman, keadilan, dan
kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara teknologi
Informas (Sekretariat Negara, 2008: 2).
Teknologi informasi dan komunikasi ini memberikan
dukungan yang kuat untuk menggeser paperbased sivitas
akademika di PT. Keuntungan yang dapat diraih dengan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sungguh
melampaui keuntungan yang dapat diperoleh dengan paperbased
yang selama ini digunakan oleh sivitas akademika di PT.
86
Tujuan teknologi informasi sebagaimana disebutkan pada
UU RI no 11 tahun 2008 (Sekretariat Negara, 2008: 2). di atas
dapat ditampilkkan dalam gambar 2.18
Kepastian
Hukum
Mengembangkan
perdagangan dan
perekonomian nasional
Mencerdaskan
Kehidupan bangsa
Tujuan
Teknologi
Informasi
Efektivitas dan
efisiensi pelayanan
publik
Membuka kesempatan
yang luas
Rasa Aman
Bertanggung jawab
Keadilan
Gb. 2.18 Tujuan Teknologi Informasi
3) Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
telah mengantarkan dunia maya menjadi lebih nyata di hadapan
setiap manusia. Dunia tidak lagi dibatasi ruang dan waktu
sekaligus dapat dijelajahi dengan hanya termenung di depan layar
komputer. Peristiwa di seluruh belahan dunia dapat diperoleh
dengan satu kali klik dalam hitungan milidetik. Perkembangan
TIK telah menghilangkan batas-batas geografis dan waktu.
perkembangan puncaknya dapat mendorong transformasi pola
87
hidup manusia dalam berbagai bidang menuju masyarakat berbasis
ilmu pengetahuan. Aktiviatas ekonomi, pendidikan, politik, agama,
dan hiburan berjalan lebih mudah dan cepat.
Paradigma
sistem
pendidikan
yang semula
berbasis
tradisional dengan mengandalkan tatap muka dengan sentuhan
dunia cyber akan beralih menjadi sistem pendidikan modern.
Pemanfaatan informasi berbasis teknologi diharapkan dapat
membuka peluang pengembangan komunikasi secara online dan
secara bertahap dapat mengurangi secara signifikan penggunaan
kertas dalam surat menyurat dan dokumentasi. Bentuk teknologi
Informasi dan Komunikasi. Reaz dan Hussain (2007: 292)
berpendapat information communication and technology (ICT)
kampus dapat tampil dengan mengagumkan dengan perlengkapan
sistem teknologi informasi dan komunikasi seperti istilah yang
digunakannya adalah a wireless technology system, satellite teleeducation, a digital library, state-of-the-art learning and research
facilities, as well as an integrated computer education
management system.
4) Kearifan Lingkungan dan Paperless Berbasis Teknologi Informasi
dan Komunikasi
Kearifan lingkungan sebagai suatu tata nilai yang
memberikan pedoman kepada masyarakat agar memiliki hubungan
baik secara langsung maupun tidak langsung seecara harmonis
88
dengan
lingkungan.
Kearifan
memiliki
tata
nilai
untuk
mengajarkan hidup harmonis dengan lingkungan. Perilaku arif
terhadap lingkungan sebagai upaya penyesuaian dengan sifat alami
lingkungan, yaitu penyesuaian manusia untuk memiliki perilaku
sederhana dan berusaha untuk menemukan solusi terhadap
keterbatasan yang dimiliki oleh lingkungan. Harapan yang
diinginkan terbangun hubungan manusia dan lingkungan secara
harmonis.
Paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi
merupakan upaya untuk memahami karakter dan keterbatasan
lingkungan dan sekaligus berusaha untuk mempertahankan fungsi
lingkungan sesuai dengan peruntukannya. Menurut Syeikh Tohir
bin Asyur dalam Qaradhawi, 2002: 340) kerusakan di darat terjadi
dengan hilangnya manfaat segala yang ada di atasnya. Hutan
memiliki fungsi sebagai tempat organisme hidup yang memiliki
hak dan aspirasi untuk hidup dengan sifat-sifat alamiahnya selain
menjadi habitat flora dan fauna, hutan juga merupakan habitat
masyarakat setempat dalam menjalankan peri kehidupan ekonomi,
budaya, dan spiritualnya. Hutan adalah aliran manfaat yang dapat
dinikmati secara optimum jika dikelola dan didayagunakan secara
bijaksana. Keberadaan fisik, sifat, sifat, dan aliran manfaat sumber
daya hutan itu bersifat unik dalam suatu bentang geografik tertentu
(Fauzi, 2001). Pemerintah menetapkan beberapa jenis hutan seperti
89
hutan adat, hutan alam, hutan buatan, hutan cadangan, hutan
cadangan pangan, hutan konversi, hutan kota, hutan lindung, hutan
nasional, hutan negara, hutan payau, hutan produksi, hutan suaka
alam, hutan tanaman, hutan tropis, hutan rakyat, dan hutan wisata.
Hutan produksi merupakan areal hutan yang dipertahankan sebagai
kawasan hutan dan berfungsi untuk memperoleh hasil hutan bagi
kepentingan pembangunan industri dan ekspor (Zein, 1998: 73).
Mahasiswa perlu memahami fungsi dan keterbatasan hutan dengan
segala karakteristiknya sebagai bahan baku pembuat kertas.
Kearifan lingkungan terhadap hutan bagi mahasiswa perlu
diimplementasikan dalam perilaku paperless pada proses akademik
bagi mahasiswa. Upaya yang perlu dilakukan dalam paperless
tersebut antara lain dengan berbasis teknologi informasi dan
komunikasi seperti sistem administrasi online, e book, e-journal,
dan, penyimpanan data melalui flash disk, CD, email, dan
penerbitan online. Harapan yang diinginkan, mahasiswa dapat
memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan mendapatkan
keuntungan
Perkembangan
finansial
ilmu
dari
perilaku
pengetahuan
dan
paperless
teknologi
tersebut.
tersebut
diharapkan dapat menahan laju kerusakan lingkungan secara
signifikan. Hal ini sebagaimana dikemukakan Salim (2007: 240)
ilmu pengetahuan kini banyak diabdikan untuk menahan laju
kerusakan lingkungan atau kalau bisa merehabilitasinya, setelah
90
dua abad lebih ilmu pengetahuan dan teknologi dimanfaatkan
untuk menguras bumi, bahkan sampai hari ini. Arsyad (2008: 257)
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks) dapat memberi
manfaat optimal dalam mencegah dan mengurangi risiko bencana
dengan menyediakan cara sistematis dalam antisipasi, peringatan
dini, kesiapsediaan, menghadapi dampak serta mengatasi dampak
bencana, dan pemulihan. Ilmu pengetahuan dan sains akan
memberikan
solusi
terbaik
untuk
banyak
permasalahan
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, tentunya harus
diimbangi dengan hati nurani sebagai panglima.
Membangun
kearifan
lingkungan
terhadap
budaya
paperless sebagaimana diteorikan oleh Reaz dan Hussain (2007:
290) bahwa untuk mempromosikan dan merubah perilaku
paperless sebagai produk budaya yang harus diawali dengan
pemahaman tentang paperless dengan mengenalkan budaya dan
metode yang baru untuk melihat, membaca, dan memindahkan
informasi ke dalam materi pembelajaran. Secara detilnya dapat
dituliskan bahwa That is why real paperless environments must
begin at the cultural level so that organizations can understand its
necessity and importance. To change the culture and promote
paperless environments, organizations need to introduce the
culture to new methods of viewing, reading and transiting
information and learning contents.
91
Berdasarkan hal tersebut, melalui teknologi informasi dan
komunikasi
yang
merealisasikan
dimiliki
paperless
mahasiswa
sebagai
bukti
diharapkan
kearifan
dapat
terhadap
lingkungan.
5) Keuntungan Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi Manusia
Shah dan Tiwari (2010: 177) berpendapat bahwa There are
a very few products which become beneficial for societal
purposes. With the development of information technology the
society expected that all tools, techniques and products of IT will
be beneficial for the societal upliftment. The society has got
numerous advantages and is enjoying fruits of IT revolution. The
life is becoming easier, distance has no meaning, communication,
living
conditions
and
other related facilities are getting
advantages of such revolution. Dikemukakan bahwa teknologi
informasi
dan
komunikasi
dapat
meningkatkan
derajat
kesejahteraan manusia. Hidup menjadi mudah, jarak tidak menjadi
masalah untuk mencapai tujuan yang diinginkan, komunikasi
menjadi lebih mudah, fasilitas hidup dan kehidupan dapat
memberikan keberuntungan. Fasilitas teknologi informasi yang
semakin berkembang pesat, dunia menjadi seakan lebih kecil.
Semua hal yang berkaitan dengan kebutuhan manusia dapat diatasi
dengan sangat mudah. Waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh
apa yang diinginkan menjadi lebih singkat.
92
Lebih lanjut diungkapkan oleh Baker (2008: 45) bahwa
students prefer a paperless approach to marking however there
are concerns with the nature, timing and quality of feedback. Staff
have not embraced all of the potential elements of electronic
management of assignments, identified occupational health safety
and welfare issues, and tended to drift back to traditional manual
marking processes through a lack of understanding or confidence
in their ability to properly use the technology. Keuntungan bagi
siswa untuk menerapkan paperless sudah ada, namun timbul
kekwahatiran dari berbagai unsur yang akan merugikan bagi siswa
itu sendiri. Karyawan juga belum dapat menikmati keuntungan
penerapan paperless dengan baik, sehingga terdapat cenderung
untuk menggunakan sistem tradisional dengan paperbased. Faktor
lain yang menjadi halangan untuk menerapkan paperless bagi
karyawan karena ketidakseiapan penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi yang sekarang berkemabang pesat. Sebenarnya
keuntungan dengan menerapkan hal ini dapat ditemukan pada
setiap lini kerja baik bagi siswa maupun karyawan.
6) Pengelolaan Administrasi Akademik Berbasis Teknologi Informasi
Pengelolaan administrasi akademik berbasis teknologi
informasi dengan menggunakan sistem akademik terpadu on line
secara signifikan telah mampu mengurangi konsumsi kertas. Jenis
dokumen yang paling umum dan memerlukan effort yang besar
93
adalah surat. Sebuah organisasi biasanya memiliki organisasi
khusus yang menjadi pusat pengelolaan dokumen atau surat yang
berfungsi menerima dokumen, mencatat dalam agenda, dan
mendistribusikan ke seluruh bagian. Bagian khusus ini dapat
disebut
tata
usaha,
sekretariat,
unit
administrasi
umum.
Pengeloaan administrasi dokumen perkantoran dengan sistem eadministrastion tertentu saja berdasarkan atas pengelolaan
dokumen secara elektronik.
a) Fungsi E-Adminstration
Fungsi sistem e-administration antara lain integrated,
paperless, user management, access log, query and report
(Tim Pengembang Konservasi Unnes, 2010: 22).
1) Integrated
Keseluruhan
fungsi
administrasi
dikelola
menggunakan konsep jaringan informasi terpadu dan
terhubung ke seluruh unit institusi. Peralatan yang
dibutuhkan adalah jaringan internet.
2) Paperless
Pendistribusian
surat
dengan
meminimalisir
penggunaan kertas, upaya yang dilakukan dengan sistem
elektrononik sehingga selain menjadi lebih cepat juga lebih
menghemat kertas.
94
3) User Management
Pengaturan
hak
akses
baik
bagi
pengguna
perorangan maupun group dapat dilakukan di tiap unit
masing-masing. Sistem ini mengatur penguna dapat
melakukan pencarian informasi yang disediakan.
4) Access Log
Pencatatan setiap akses yang dilakukan pengguna
sehingga memudahkan pemantauan sistem. Sistem akses
ini termasuk di dalamnya akses informasi hak dan
kewajiban yang harus ditunaikan oleh mahasiswa.
5) Query and Report
Permintaan data spesifik dan pembuatan laporan
atau statistik. Data ini disediakan untuk lembaga di dalam
maupun untuk lembaga di luar institusi. Melalui fasilitas
ini jalur informasi dan komunikasi dapat terjalin dengan
baik.
b) Keuntungan dengan Sistem e-Adminstration
Keuntungan yang dapat dipetik pada penerapan sistem
E-adminstration antara lain:
(1) . Memudahkan seluruh staf adminstrasi dalam pengeloaan
surat di seluruh bagian institusi sehingga menjamin tertib
administrasi;
95
(2) . Menyediakan akses secepatnya dari mana saja bagi semua
pejabat dan staff yang akan mengirim ataupun menrespons
surat yang ditujukan kepadanya;
(3) . Menyediakan sistem pengarsipan terpadu sehingga
memudahkan
penelusuran
surat
(tracking)
dan
monitoring;
(4) .Memberikan
fasilitas
dalam
pembuatan
laporan
pengelolaan surat;
(5) .Sistem website dapat mempermudah akses dengan
penggunaan pengolahan database terpusat, penerapan
keamanan hak akses, dan arsitektur three-tiered. Pengguna
tidak terbebani dengan keharusan memilki, memasang,
mempelajari, dan menggunakan software untuk berbagai
aplikasi tetapi cukup dengan program website browser;
(6) Memperoleh fleksibilitas bagi pengguna dengan berbagai
sistem operasi;
(7) Pengguna
mendapatkan
jaminan
untuk
memperoleh
informasi yang sama, akurat, dan paling aktual dari
informasi yang centralized, sehingga akan mengurangi
duplikasi data serta dapat langsung diproses lebih lanjut
dalam waktu yang singkat.
(8) Pengguna dapat memperoleh kemanan akan hak akses
terhadap data yang vital dan non publik, namun tetap
96
memberikan kemudahan bagi pengguna yang memiliki
kewenangan untuk mendapatkan atau mengolah data yang
diperlukan;
(9) Three
tiered
memfasilitasi
kemungkinan
terjadinya
perubahan aturan administrasi di organisasi tersebut.
Sistem juga menerapkan prinsip client server sehingga
memungkinkan untuk perluasan sistem yang secara
teoretis yang tidak terbatas baik dalam ruang lingkup
maupun jumlah data yang diolah.
(10) Three
Tired
memfasilitasi
kemungkinan
terjadinya
perubahan aturan administrasi di organisasi tersebut.
Sistem juga menerapkan prinsip client server sehingga
memungkinkan untuk perluasan sistem yang secara
teoretis tidak terbatas, baik dalam ruang lingkup maupun
data yang diolah.
7) Upaya dari Paperbased ke Paperless
Mahasiswa perlu melakukan upaya untuk mendukung
paperless policy berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Upaya untuk menggeser paperbased ini antara lain dengan
mengurangi penggunaan kertas (reduce), mengolah kembali
(recycle), dan menggunakan kembali (reuse). Pada program
pengelolaan sampah istilah 3 (tiga) atau 4 (empat) R ini juga sangat
familiar. Reduce berarti perilaku mengurangi konsumsi atau
97
menggunakan sesuatu. Sesuatu tersebut dapat berupa kertas,
plastik, dan bahan-bahan yang lainnya. Prinsip don’t buy more
than you really need menjadi konsep dasar pada reduce ini. Jangan
membeli kertas yang berlebihan kecuali kalau memang sangat
dibutuhkan. Replace berarti mengganti sebagai alternatif yang
lebih akrab lingkungan dan tidak membahayakan bagi kesehatan.
Reuse menggunakan sesuatu yang bisa digunakan lagi dan
menjauhkan perilaku habis buang. Sebagai contoh menggunakan
kertas pada lembar sebaliknya dari pada membuangnya. Recycle
berarti mendaur ulang lebih baik dibandingkan dengan membuang.
Artinya memanfaatkan sesuatu untuk keperluan lain yang lebih
berguna.
Teknologi informasi dan komunikasi memberikan terobosan
yang cukup berarti dalam mengurangi pemanfaatan jumlah kertas
secara signifikan. Teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan
untuk mengurangi penggunaan jumlah kertas antara lain dengan
menggunakan sistem elektronik, antara lain melalui pemanfaatan
internet dengan sistem website, soft data seperti sistem administrasi
online, e book, e-journal, dan, penyimpanan data melalui flash
disk, CD, email, dan penerbitan online.
Tegararian.blogspot. diakses tanggal 7 November 2014
menyebutkan bahwa Website merupakan kumpulan dari halamanhalaman situs, yang terangkum dalam sebuah domain atau
98
subdomain, yang tempatnya berada di dalam World Wide Web
(WWW) di dalam Internet. Sebuah halaman web biasanya berupa
dokumen yang ditulis dalam format HTML ( Hyper Text Markup
Language ), yang selalu bisa diakses melalui HTTP, yaitu sebuah
protokol yang menyampaikan informasi dari server website untuk
ditampilkan kepada para pemakai melalui web browserdan Website
atau situs dapat juga diartikan sebagai kumpulan halaman yang
menampilkan informasi data teks, data gambar diam atau gerak,
data animasi, suara, video dan atau gabungan dari semuanya, baik
yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu
rangkaian
bangunan
yang
saling
terkait,
masing-masing
dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink).
Secara garis besar, website bisa digolongkan menjadi 3
bagian yaitu Website Statis, dinamis, dan interaktif.
Pertama,
website statis adalah website yang mempunyai halaman tidak
berubah. Artinya adalah untuk melakukan perubahan pada suatu
halaman dilakukan secara manual dengan mengedit kode yang
menjadi struktur dari website tersebut. Kedua, website dinamis
merupakan website yang secara struktur diperuntukan untuk
update sesering mungkin. Biasanya selain utama yang bisa diakses
oleh user pada umumnya, juga disediakan halaman backend untuk
mengedit isi website. Contoh umum mengenai website dinamis
adalah website berita atau website portal yang di dalamnya
99
terdapat fasilitas berita, polling dan sebagainya. Ketiga, website
interaktif adalah website yang saat ini memang sedang booming.
Salah satu contoh website interaktif adalah blog dan forum. Pada
website ini pengguna dapat berinteraksi dan beradu argumen
tentang beberpa hal yang menjadi pemikiran pengguna. Biasanya
website seperti memiliki moderator untuk mengatur supaya topik
yang diperbincangkan tidak keluar jalur.
Beberapa alasan mendasar atau utama mengapa sebuah
lembaga bahkan individu membuat atau ingin memiliki sebuah
website atau situs internet, di antaranya karena memiliki beberapa
manfaat yang dapat diambil antara lain, Pertama, memperluas
jangkauan promosi, dengan memiliki website maka kompetensi
dan keunggulan lembaga akan lebih banyak dikenal masyarakat
bahkan sampai ke seluruh dunia. Keunggulan sebuah lembaga
dapat dikenali melalui website baik dalam bentuk barang maupun
jasa. Luasnya promosi seecara otomatis dapat meningkatkan
popularitas sebuah lembaga. Kedua, media tanpa batas, internet
adalah media informasi yang tanpa batas. Seseorang yang memiliki
website
berarti
sama
saja
memiliki
karyawan
yang
mempromosikan produk kita selama 24 jam sehari dan 7 hari
seminggu. Artinya melalui website akan memberikan informasi
kepada calon pembeli selama 24 jam tanpa henti. Ketiga, internet
dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat di antero jagat
100
(unlimited user access). Keempat, promosi terluas, internet adalah
media promosi terluas jika dilihat dari kacamata jangkauan atau
cakupan area (unlimited scopt of areas). Kelima, media pengenalan
perusahaan. Jika lembaga baru saja berdiri atau meluncurkan
program-program terbaikya, maka website-lah solusinya. Satu
jawaban yang bisa deikemukakan karena website kita lebih cepat
mengenalkan sebuah lembaga agar dikenal oleh masyarakat. Hal
ini disebabkan pelanggan internal maupuan eksternal dapat
menggali lebih dalam tentang sejarah lembaga, jasa atau produk
yang di tawarkan, bahkan informasi lowongan kerja dan detail
informasi sebuah lembaga. Keenam, sebagai media promosi,
internet merupakan salah satu media promosi yang menawarkan
biaya yang relatif efisien dikaitkan dengan jangkauan area dengan
optimalisasi manfaat terbesar.
Di bawah ini ditampilkan dalam tabel 2.2 yang berkaitan
dengan beberapa informasi sebelum dan sesudah penggunaan
fasilitas website yang dapat dijadikan sebagai panduan informasi
tentang perbedaan sistem manajemen, fungsi, dan keuntungan yang
dapat dipetik oleh pengguna.
101
Perbedaan
Penggunaan
fungsi
Teknologi
website
Informasi
Sebelum
dan
dan
Sesudah
Komunikasi
dapat
ditampilkan pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Peerbedaan Sebelum dan Sesudah Penggunaan
Sistem Website
Sebelum Website
Memberikan
Sesudah Website
multi-entry
Menyediakan
one-stop
service:
service atau pelayanan yang
multi-functional
terpisah untuk pengadaan,
serving multi-tasking customers
pengolahan,
librarians
transaksi
peminjaman, referensi, dan
lain sebagainya.
Manajemen informasi:
Manajemen pengetahuan:
Memberikan
memberikan pelayanan bervariasi
pelayanan
sebatas akses informasi dan
dan
dinamis
pengetahuan
siklus pengetahuan (mulai dari
penciptaan,
meliputi
perekaman
publikasi,
penggunaan,
seluruh
dan
penyebaran,
dan
penciptaan
kembali pengetahuan
Menjaga koleksi dan akses
Menambah nilai pada informasi
informasi dan pengetahuan
dan pengetahuan (adding value)
Melayani
individu
Melayani individu atau kelompok
kelompok
tanpa
potensi
dengan
atau
melihat
sebagai anggota jaringan
hubungannya
individu
atau
kelompok lain
Memberikan pelayanan di
Memberikan pelayanan on-line 24
tempat (on site) dan sebatas
jam
jam pelayanan
102
Mengumpulkan
informasi
Mengkoleksi dan menyediakan
dan pengetahuan (umumnya
akses
ke
informasi
tercetak) secara lokal
pengetahuan
sumbernya
seluruh
serta
yang
dunia,
dan
sumber-
tersebar
dalam
di
multi-
format.
Memberikan
pendidikan
Meningkatkan information skills
pemakai sebatas mengenai
&
pemanfaatan
sehingga
perpustakaan
(library skills & literacy)
literacy
sedemikian
pengguna
rupa
dapat
memanfaatkan
ICT
mengakses
dan
memanfaatkan
informasi
secara
merekam,
untuk
kritis;
serta
mempublikasi
atau
share pengetahuan dengan efisien.
Teknologi informasi dan komunikasi saat ini dapat
menggeser penggunaan kertas seperti undangan-undangan yang
tidak terlalu formal, atau pertemuan yang tidak formal atau
pertemuan formal (dinas) tetapi lokal dapat melalui e-mail atau
bahkan short message system (SMS). Penyampaian informasi
berupa penyampaian bahan diskusi atau notulen hasil rapat kepada
audiens dalam forum rapat, diskusi, workshop atau seminar dapat
dilakukan dengan memanfaatkan layar dan proyektor LCD dan
laptop daripada menggunakan desktop dan hasil cetak (print-out).
Cara demikian di samping dapat menghemat pemakaian kertas,
juga menghemat pemakaian energi, karena konsumsi energi laptop
jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan menggunakan desktop.
103
Keuntungan lain, jika terdapat koreksi atau tambahan terhadap
bahan yang disampaikan bisa langsung dilakukan saat itu.
Menggunakan kertas daur ulang untuk mencetak dokumen,
tembusan atau file yang akan disimpan lebih bijaksana dan hemat
daripada menggunakan kertas biasa untuk fine-print.
Upaya yang dapat dilakukan mahasiswa untuk mengurangi
paperbased pada saat perkuliahan di kampus dapat ditampilkan
pada gambar 2.19
Recycle
Reuse
Upaya
Mahasiswa
Jaringan
Internet/WEB
Replace
Reduce
Soft Data
Gb. 2.19 Upaya Mahasiswa terhadap Paperbased
Upaya mahasiswa tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh mahasiswa
tanpa ada dukungan dari dosen sebagai manajer dalam proses
pengajaran.
Variasi
penggunaan
komunikasi
untuk menggeser
teknologi
paperbased
informasi
bagi
dan
mahasiswa
sebagaimana dikonsepkan oleh (Teeter, 2007: 18) antara lain
104
tutorial, on line text book, economic homework, course
management response system, table PC, and electronic system.
6) E-Journal sebagai Jawaban Implementatif Paperless Academic
a) Pengertian E Journal
E-journal merupakan jurnal yang tersedia melalui
media elektronik atau web yang telah diformat sedemikian
mudah untuk pengguna yang membutuhkan informasi ilmiah.
b) Paperbased dan Paperless dalam E Journal.
Kemudahan akses internet dan ketersediaan perangkat
teknologi informasi, kini lebih mudah membaca jurnal dalam
format elektronik karena bisa diakses di manapun dengan
koneksi internet sehingga mudah mendapatkannya. Jurnal
berbentuk paperbase, membutuhkan waktu lama dalam
pencetakan,
publikasi,
maupun
distribusi.
Perbedaan
papaerbased dan paperless dalam E Journal dapat ditampilkan
oleh Wiratningsih (2013: 2) pada tabel 2. 21 berikut ini:
Tabel 2.4. Perbandingan E-Journal dan Jurnal Tercetak
No Kriteria
Elektronik
Tercetak
1 Kemutakhiran
Mutahir
Mutahir
2 Kecepatan diterima Cepat
Lambat
3 Penyimpanan
Sangat mengirit tempat
Memakan tempat
4 Pemanfaatan
24 jam
Terbatas jam buka
5 Kesempatan
akses Bisa bersamaan
Antri
6 Penelusuran
Otomatis tersedia
Harus dibuat
7 Waktu penelusuran
Cepat
Lama
8 Keamanan
Lebih aman
Kurang aman
9
Manipulasi Sangat mudah
Tidak bisa
(seperti.
dokumen
Kutipan,
dan
lain
sebagainya).
105
10 Bila langganan
dengan dana yang
sama (jurnal lokal)
11
Harga
total
langganan
Judul bisa lebih banyak
Judul lebih sedikit
Jauh lebih murah
Lebih mahal
Sumber: Wiratningsih (2013: 2)
2. Temuan Hasil Penelitian Terdahulu
Temuan hasil penelitian terdahulu
merupakan penelitian yang
sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang memiliki kesamaan pada
topik penelitian ini. Temuan penelitian terdahulu disampaikan secara
sistematis tentang nama peneliti, nama lembaga, tahun pelaporan
penelitian, judul penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian yang
digunakan, hasil penelitian, dan persamaan dan perbedaan yang terdapat
pada keduanya.
a. Mangen, Bente R. Walgermo, Kolbjorn Bronnick. 2013.
Judul penelitian adalah Reading linear texts on paper
versus
computer
screen:
Effects
on
reading comprehension.
Penelitian ini merupakan penelitian komparatif yang bertujuan untuk
mengetahui efek kegiatan membaca secara komprehensif, membaca
dengan perbendaharaan kata pada siswa Norwegia. Komparasi yang
digunakan adalah dua grup yang akan diteliti, satu grup membaca
dengan menggunakan teks dan yang kedua dengan dibantu teks dari
layar komputer. Reponden yang digunakan adalah 72 orang dari
sekolah dasar yang berbeda di Norway. Metode pengumpulan data
dengan random ke dalam dua grup.
106
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang membaca
teks dalam bentuk cetakan secara signifikan memperoleh nilai yang
lebih rendah pada kegiatan tes membaca dibandingkan dengan siswa
yang membaca teks secara digital. Implikasi dari temuan ini bagi
pemegang kebijakan untuk mendiskusikan lebih lanjut dalam rangka
mengembangkan tes yang diselenggarakan bagi siswa sekolah dasar.
Persamaan penelitian ini pada sisi topik paperless. Penelitian
ini sama-sama merupakan penelitian lapangan. Perbedaan penelitian
ini pada sisi topik, paperless pada penelitian Mangen (2013) pada
penggunaan kertas cetakan dan layar monitor sebagai media untuk
membaca pada pelajaran bahasa. Penelitian ini menggunakan
wawancara yang diberikan kepada mahasiswa STAIN Salatiga
penelitian untuk mengungkap secara khusus tentang makna kearifan
lingkungan, upaya mahasiswa, faktor pendukung, penghambat, dan
upaya mahasiswa dalam mengatasi hambatan untuk melakukan
paperless dalam mewujudkan kearifan terhadap lingkungan. Obyek
penelitian adalah mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Salatiga yang sudah mengikuti perkuliahan, ujian-ujian yang
diselenggarakan oleh dosen pada setiap mata kuliah, PPL, KKL, KKN,
dan bimbingan skripsi.
b. Chao, Chiang-nan, Niall Hegarty, dan Abraham Stefanidis, 2012.
Penelitian dengan judul Global Impacts and Challenges of
Paperless Books: A Preliminary Study. St. John’s University USA.
107
International Journal of Business and Social Science, vol. 3 No. 11;
June 2012. Penelitian ini menggunakan metode survey terhadap
penggunaan buku cetak dan E-book. Buku cetak yang dimaksudkan
dalam survey ini adalah semua buku, koran, majalah dan lainnya yang
berhubungan
dengan
cetakan.
Penelitian
ini
membandingkan
perbedaan persepsi menggunakan E-book. dan buku cetakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa E-book. di samping dapat
megurangi biaya produksi juga dapat dijadikan sebagai jalan untuk
melindungi lingkungan secara global. E-book dapat mengurangi
jumlah kertas yang harus digunakan pada jenis buku cetakan secara
signifikan. Penggunaan E-book ini berarti sejumlah kertas dapat
digantikan dengan sistem elektronik. Penggantian kertas dengan sistem
elektronik ini menjadikan dapat mengurangi jumlah pohon yang harus
dimanfaatkan untuk pengadaan kebutuhan kertas. Pengurangan bahan
bahan baku ini
dapat
menyelamatkan sejumlah pohon dari
penebangan. Dengan demikian, hutan tanaman penghasil kayu dapat
dipertahankan sebagai paru-paru bumi.
Penelitian Chao memiliki kesamaan pada sisi topik yang dikaji,
yaitu tentang paperless. Perbedaan mendasar pada topik penelitian ini
mengambil pembeda antara topik paperless berupa bahan-bahan
cetakan seperti semua jenis buku, koran, majalah dan lainnya yang
berhubungan dengan cetakan dengan E-book yang berbasis elektonik.
Perbedaan metode yang digunakan pada penelitian Chao dengan
108
survey, sedangkan penelitian ini menggunakan wawancara yang
diberikan kepada mahasiswa STAIN Salatiga penelitian untuk
mengungkap secara khusus tentang makna kearifan lingkungan, upaya
mahasiswa, faktor pendukung, penghambat, dan upaya mahasiswa
dalam mengatasi hambatan untuk melakukan paperless dalam
mewujudkan kearifan terhadap lingkungan. Obyek penelitian adalah
mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
yang sudah mengikuti perkuliahan, ujian-ujian yang diselenggarakan
oleh dosen pada setiap mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan
skripsi.
c. Dwivedi, Sanjay K dan Anand Kumar. 2013.
Penelitian dengan judul Development Of Universal Namespace
For Workflow Of University Domain For Aspocms. Penelitian survey
ini memfokuskan untuk membandingkan persepsi yang berbeda antara
E-book dan buku cetak, seperti E-book sekarang ini sangat cepat
memberikan tantangan pada penerbitan tradisional di pasar global.
Penelitian ini, melalui survei empiris untuk mengkaji dari sudut
pandang konsumen,
berfokus pada berbagai
masalah-masalah
manajerial tentang kemampuan konsumen untuk menerima E-book.
Masalah-masalah manajerial tidak hanya merupakan strategi untuk
industri penerbitan, tetapi juga membentuk masa depan lingkungan
yang berkelanjutan. Melalui penelitian ini dapat ditemukan bahwa Ebook memiliki keunggulan yang signifikan dalam berbagai aspek di
109
atas buku cetak. Meskipun E-book adopsi berkembang pesat, dalam
beberapa
hal,
masih
belum
memiliki
beberapa
keuntungan
sebagaimana yang dimiliki oleh buku cetak, misalnya ada banyak
aturan yang berbeda dan bertentangan untuk penggunaan E-book, dan
konsumen tidak perlu memiliki kepedulian hak cipta untuk buku cetak.
Temuan studi awal ini menunjukkan bahwa penerbit mungkin perlu
lebih agresif mempromosikan ebooks tidak hanya sebagai cara untuk
mengurangi biaya, tetapi juga sebagai cara untuk melestarikan
lingkungan global. Secara ringkasnya penelitian ini dapat dipaparkan
di bawah ini:
This study focuses on comparing the different perceptions
between ebooks and printed books, as the ebooks are now rapidly
challenging the traditional publishing market globally. This study,
through an empirical survey to examine from the consumers’
standpoints, focuses on a range of managerial issues about ebook
adoptions. These managerial issues will not only be strategic to
the publishing industry’s bottom line, but also shape our future
environment. The study finds ebooks have significant advantages
in many aspects over the printed books. Although ebook adoption
is growing rapidly, in some ways, it still lacks some of the advantages
existed in printed books, e.g. there are many different and
incompatible platforms for the usage of ebooks, and the
consumers do not need to have the concern of copyright for
printed books. The findings of this preliminary study suggest that
publishers may need to more aggressively promote ebooks not only as
a way to reduce the cost, but also as a way to preserve our global
environment.
Persamaan penelitian ini adalah semangat untuk melakukan
upaya perlindungan terhadap lingkungan. penelitian ini mengungkap
perbandingan penggunaan E-book dan buku cetakan. E-book tidak
hanya sekadar untuk mengurangi biaya percetakan tetapi juga sebagai
110
cara untuk melakukan perlindungan terhadap lingkungan global. Hal
ini menunjukkan adanya perilaku kearifan terhadap lingkungan
dengan melakukan gerakan paperless bagi konservasi lingkungan
untuk generasi yang akan datang. Perbedaan penelitian ini
Perbedaan pada sisi Implementasi Kearifan Lingkungan dalam
Budaya Masyarakat Adat Kampung Kuta, sedangkan penelitian ini
mencoba untuk memotret kearifan mahasiswa di kampus yang jauh
dari interaksi secara langsung dengan lingkungan. Penelitian ini untuk
mengungkap secara khusus tentang makna kearifan lingkungan, upaya
mahasiswa, faktor pendukung, penghambat, dan upaya mahasiswa
dalam mengatasi hambatan untuk melakukan paperless dalam
mewujudkan kearifan terhadap lingkungan. Obyek penelitian yang
digunakan peneliti adalah sebuah produk yang akan digunakan oleh
masyarakat luas, sedangkan penelitian ini dengan mengambil obyek
mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
yang sudah mengikuti perkuliahan, ujian-ujian yang diselenggarakan
oleh dosen pada setiap mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan
skripsi.
d. Sri Haryati, 2011.
Penelitian dalam bentuk Tesis. UPI Bandung. 2011. Model
Penanaman Nilai-Nilai
Masyarakat
Sunda
Kearifan
Dalam
Lokal
Membentuk
(Local
Genius)
Perilaku
Pada
Lingkungan
Bertanggung Jawab. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji model
111
penanaman nilai-nilai kearifan lokal dalam membentuk perilaku
lingkungan yang bertanggung jawab pada masyarakat sunda dengan
kasus masyarakat Kampung Naga dan Baduy.
Metode
penelitian
yang
digunakan
dengan
pendekatan
penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada dua tempat sebagai
kasus, yaitu Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya dan Desa
Kanekes di Kabupaten Lebak. Subjek dalam penelitian ini adalah para
pemuka adat di Kampung Naga dan Kanekes. Data diperoleh melalui
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Data diolah dan
dianalisis secara kualitatif kemudian diinterpretasi untuk memperoleh
model penanaman nilai-nilai kearifan lokal dalam membentuk perilaku
lingkungan yang bertanggung jawab pada Masyarakat Sunda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya papagon hirup dan
budaya pikukuh merupakan nilai-nilai kearifan lingkungan. Nilai-nilai
budaya papagon hirup terdapat pada masyarakat Kampung Naga terdiri
atas empat nilai, yaitu budaya wasiat, budaya amanat, budaya akibat,
dan budaya pamali/tabu. Penanaman nilai budaya papagon hirup
tersebut diwariskan dari generasi ke generasi melalui proses belajar
budaya (enkulturasi) dan sosialisasi. Pada masyarakat Kampung
Naga, setiap warga memiliki pola pikir, sikap, dan perilaku yang
berorientasi pada keselarasan lingkungan, baik lingkungan sosial
budaya maupun lingkungan alam. Melalui proses pewarisan tersebut
setiap warga memahami dan melaksanakan hak dan kewajibannya
112
sebagai warga masyarakat Kampung Naga yang berpedoman pada
budaya Papagon Hirup. Pikukuh dijalankan melalui pertabuan pada
masyarakat Baduy. Pertabuan dilakukan untuk perlindungan sukma,
perlindungan mandala, dan perlindungan tradisi. Penanaman nilai-nilai
pikukuh dilakukan sejak dini terhadap anak-anak, di mana orang tua
merupakan tokoh dan contoh utama dalam keluarga. Sejak anak-anak
mengenal
lingkungannya,
orang
tua
berkewajiban
untuk
memberitahukan tentang pikukuh dan pertabuan. Pengawasan terhadap
pikukuh melalui pertabuan pada masyarakat Tangtu dilakukan oleh
Jaro Tangtu, sedangkan pengawasan pada masyarakat Panamping
dilakukan oleh Jaro Dangka dibantu oleh Jaro Pamarentah dan
Tanggungan Jaro Duabelas. Berdasarkan hasil penelitian, rekomendasi
diajukan adalah bahwasannya perlu sosialisasi budaya papagon dan
budaya pikukuh melalui wahana pendidikan, agar inspirasi harmonisasi
hubungan manusia dengan lingkungan alam dapat dikembalikan pada
porsinya.
Diharapkan
penelitian
selanjutnya
mengkaji
model
penanaman nilai ini yang dapat dintegrasikan ke dalam pendidikan,
serta memperluas identifikasi model penanaman nilai kearifan
lingkungan pada pemangku budaya lainnya.
Persamaan
penelitian
ini
pada
topik
tentang
kearifan
lingkungan. Perbedaan pada obyek penelitian yang secara khusus
menemukan model penanaman nilai-nilai kearifan lokal (local genius)
pada masyarakat Sunda, sedangkan penelitian ini untuk mengungkap
113
secara khusus tentang makna kearifan lingkungan, upaya mahasiswa,
faktor pendukung, penghambat, dan upaya mahasiswa dalam
mengatasi hambatan untuk melakukan paperless dalam mewujudkan
kearifan terhadap lingkungan. Obyek penelitian adalah mahasiswa di
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang sudah
mengikuti perkuliahan, ujian-ujian yang diselenggarakan oleh dosen
pada setiap mata kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi.
e. Agus Efendi. 2006.
Penelitian dalam bentuk Tesis. UPI Bandung. Implementasi
Kearifan Lingkungan dalam Budaya Masyarakat Adat Kampung Kuta
Sebagai Sumber
Pembelajaran
IPS. Tujuan penelitian untuk
mengetahui pewarisan nilai-nilai budaya lokal melalui pendidikan
formal merupakan upaya untuk mencegah masuknya pangaruh
negatif globalisasi. Untuk itu diperlukan
kajian nilai lokal mana
saja yang layak dijadikan sumber belajar sekaligus mengkaji pengaruh
sumber belajar tersebut terhadap peningkatan kualitas hasil belajar.
Metode yang digunakan adalah etnografi.
Hasil penelitian menunjukkan, kearifan lingkungan sebagai
salah satu nilai budaya yang hidup berkembang dalam masyarakat
Kuta telah mampu menjadikan lingkungan alam Kuta tetap lestari.
Keberlanjutan lingkungan tentu bukan hanya kebutuhan masyarakat
adat Kampung Kuta melainkan kebutuhan seluruh umat manusia.
Untuk
itu, melembagakan
kembali
nilai-nilai
lokal
adalah
114
kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi. Dengan demikian, nilai
budaya lokal khususnya kearifan lingkungan sangat penting untuk
menjadikan pembelajaran IPS semakin bermakna.
Persamaan Agus Efendi dengan penelitian ini pada topik
penelitian tentang kearifan lingkungan. Metode penelitian sama-sama
menggunakan penelitian lapangan (field research) pada jenis
penelitian kualitatif.
Perbedaan pada sisi Implementasi Kearifan Lingkungan dalam
Budaya Masyarakat Adat Kampung Kuta, sedangkan penelitian ini
mencoba untuk memotret kearifan mahasiswa di kampus yang jauh
dari interaksi secara langsung dengan lingkungan. Penelitian ini untuk
mengungkap secara khusus tentang makna kearifan lingkungan, upaya
mahasiswa, faktor pendukung, penghambat, dan upaya mahasiswa
dalam mengatasi hambatan untuk melakukan paperless dalam
mewujudkan kearifan terhadap lingkungan. Obyek penelitian yang
digunakan peneliti terdahulu masyarakat, sedangkan penelitian ini
dengan mengambil obyek mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Salatiga yang sudah mengikuti perkuliahan, ujianujian yang diselenggarakan oleh dosen pada setiap mata kuliah, PPL,
KKL, KKN, dan bimbingan skripsi.
f. Tiwari, Mohit dan Seema Syah. (2010).
Penelitian dengan judul Networking of Paperless Offices in
Technical Institutes of India. Penelitian ini menggunakan studi kasus
115
dengan melakukan seleksi dua Perguruan Tinggi di India. Teknik
pengumpulan data dengan angket yang diberikan kepada mahasiswa,
karyawan, dan pimpinan tentang persepsi sivitas akdemika tersebut
terhadap tradisi lama dengan menggunakan sistem pencetakan ke
dalam manajemen baru yang berbasis pada penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
secara dinamis terhadap penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi dengan variasi bidang manajemen. Teknologi informasi
dan komunikasi tetap digunakan pada sistem administrasi dan
berbagai macam laboratorium melalui media internet dan e-library.
Hal ini menjadi faktor penilain yang dapat dipercaya dalam mencapai
kebijakan paperless. Hampir semua sivitas akademika merasa nyaman
dengan menggunakan kebijakan paperless. Kebijakan dan aturan yang
diterapkan dengan menggunakan paperless bagi kedua Perguruan
Tinggi tersebut dapat memberikan kepuasan kepada sivitas akademika
pada masa yang akan datang.
Persamaan penelitian Tiwari dan Syah pada topik penelitian
tentang paperless dengan obyek yang sama bagi mahasiswa di
Perguruan Tinggi. Keberbedaan dengan penelitian yang dilakukan
pada pendekatan penelitian. Penelitian Tiwari dan Syah dengan
menggunakan angket untuk menemukan persepsi penggunaan kertas
sebagai metode tradisional dan paperless sebagai metode yang dapat
116
mengangkat kelebihan teknologi informasi dan komunikasi. Penelitian
ini menggunakan wawancara untuk menemukan tentang makna
kearifan
lingkungan,
upaya
mahasiswa,
faktor
pendukung,
penghambat, dan upaya mahasiswa dalam mengatasi hambatan untuk
melakukan
paperless
dalam
mewujudkan
kearifan
terhadap
lingkungan. Perbedaan lain pada obyek penelitian yang digunakan
oleh Tiwari dan Syah pada dua Perguruan Tinggi, sedangkan
penelitian ini hanya pada satu perguruan tinggi dengan informan
bertujuan pada mahasiswa yang sudah mengikuti perkuliahan, ujianujian yang diselenggarakan oleh dosen pada setiap mata kuliah, PPL,
KKL, KKN, dan bimbingan skripsi.
117
Tabel 2.5 Hasil Penelitian Terdahulu
NO
NAMA
TAHUN
JENIS
METODE
1.
Mangen,
2013
Penelitian
Penelitian
Bente R.
komparat
merupakan
menunjukkan bahwa siswa penelitian ini
penelitian
Walgerm,
if
penelitian
yang membaca teks dalam pada sisi topik
pada sisi topik,
Kolbjørn
komparatif yang
bentuk
paperless pada
Brønnick.
bertujuan
signifikan memperoleh nilai Penelitian ini
penelitian
mengetahui efek
yang lebih rendah pada sama-sama
Mangen (2013)
kegiatan
kegiatan
pada
membaca secara
dibandingkan dengan siswa penelitian
penggunaan
komprehensif,
yang membaca teks secara lapangan.
kertas cetakan
membaca dengan
digital.
dan
perbendaharaan
temuan ini bagi pemegang
monitor
kata pada siswa
kebijakan
sebagai media
Norwegia.
mendiskusikan lebih lanjut
untuk
Komparasi yang
dalam
membaca pada
digunakan adalah
mengembangkan tes yang
pelajaran
dua
diselenggarakan bagi siswa
bahasa.
sekolah dasar.
Penelitian
grup
HASIL
ini
untuk
yang
akan diteliti, satu
grup
dengan
membaca
Hasil
PERSAMAAN
penelitian Persamaan
cetakan
tes
secara paperless.
membaca merupakan
Implikasi
dari
untuk
rangka
PERBEDAAN
Perbedaan
ini
layar
ini
menggunakan
wawancara
118
menggunakan
yang diberikan
teks
kepada
dan
kedua
yang
dengan
mahasiswa
dibantu teks dari
STAIN
layar
Salatiga
komputer.
Reponden
yang
penelitian
digunakan adalah
untuk
72
mengungkap
orang
sekolah
dari
dasar
secara
khusus
yang berbeda di
tentang makna
Norway. Metode
kearifan
pengumpulan
lingkungan,
data
upaya
dengan
random ke dalam
mahasiswa,
dua grup.
faktor
pendukung,
penghambat,
dan
upaya
mahasiswa
dalam
mengatasi
119
hambatan
untuk
melakukan
paperless
dalam
mewujudkan
kearifan
terhadap
lingkungan.
Obyek
penelitian
adalah
mahasiswa
di
Sekolah Tinggi
Agama
Islam
Negeri
(STAIN)
Salatiga
yang
sudah
mengikuti
perkuliahan,
120
ujian-ujian
yang
diselenggaraka
n oleh dosen
pada
setiap
mata
kuliah,
PPL,
KKL,
KKN,
dan
bimbingan
skripsi.
2.
Chao,
2012
Penelitian
Penelitian
ini
Hasil
penelitian Penelitian Chao
Chiang-
menggunakan
menunjukkan
nan, Niall
metode
book. di samping dapat kesamaan pada
topik penelitian
Hegarty,
terhadap
megurangi biaya produksi sisi topik yang
ini mengambil
dan
penggunaan buku
juga
dijadikan dikaji, yaitu
pembeda antara
Abraham
cetak dan E-book.
sebagai
untuk tentang
topik paperless
Stefanidis
Buku cetak yang
melindungi
dimaksudkan
survey
bahwa
dapat
jalan
E- memiliki
Perbedaan
lingkungan paperless.
mendasar pada
berupa
bahan-
secara global. E-book. di
bahan
cetakan
dalam survey ini
samping dapat megurangi
seperti
semua
adalah
semua
biaya produksi juga dapat
jenis
buku,
koran,
dijadikan
koran, majalah
sebagai
jalan
buku,
121
majalah
dan
lainnya
yang
untuk
melindungi
dan
lainnya
lingkungan secara global.
yang
berhubungan
E-book dapat mengurangi
berhubungan
dengan
jumlah kertas yang harus
dengan cetakan
digunakan pada jenis buku
dengan E-book
membandingkan
cetakan secara signifikan.
yang
perbedaan
Penggunaan
ini
elektonik.
persepsi
berarti
kertas
Perbedaan
menggunakan E-
dapat digantikan dengan
metode
book. dan buku
sistem
elektronik.
digunakan pada
cetakan.
Penggantian kertas dengan
penelitian Chao
sistem
dengan survey,
cetakan.
Penelitian
ini
E-book
sejumlah
elektronik
menjadikan
ini
berbasis
yang
dapat
sedangkan
mengurangi jumlah pohon
penelitian
yang harus dimanfaatkan
menggunakan
untuk
wawancara
pengadaan
kebutuhan
kertas.
yang diberikan
Pengurangan bahan bahan
kepada
baku
mahasiswa
ini
dapat
menyelamatkan
pohon
dari
ini
sejumlah
STAIN Salatiga
penebangan.
penelitian untuk
122
Dengan demikian, hutan
mengungkap
tanaman
secara
dapat
penghasil
kayu
dipertahankan
sebagai paru-paru bumi.
khusus
tentang makna
kearifan
lingkungan,
upaya
mahasiswa,
faktor
pendukung,
penghambat,
dan
upaya
mahasiswa
dalam
mengatasi
hambatan untuk
melakukan
paperless
dalam
mewujudkan
kearifan
terhadap
123
lingkungan.
Obyek
penelitian
adalah
mahasiswa
di
Sekolah Tinggi
Agama
Islam
Negeri
(STAIN)
Salatiga
yang
sudah
mengikuti
perkuliahan,
ujian-ujian
yang
diselenggarakan
oleh dosen pada
setiap
mata
kuliah,
PPL,
KKL,
KKN,
dan bimbingan
124
skripsi.
3.
Dwivedi,
2013
Penelitian
Penelitian survey
Melalui penelitian ini dapat
Sanjay K
ini memfokuskan
ditemukan bahwa E-book penelitian
dan
untuk
memiliki keunggulan yang adalah semangat
Implementasi
Anand
membandingkan
signifikan dalam berbagai untuk
Kearifan
Kumar.
persepsi
aspek di atas buku cetak. melakukan
Lingkungan
berbeda antara E-
Meskipun E-book adopsi upaya
dalam
book dan buku
berkembang pesat, dalam perlindungan
Masyarakat
cetak, seperti E-
beberapa hal, masih belum terhadap
Adat Kampung
book sekarang ini
memiliki
Kuta,
sangat
keuntungan
yang
cepat
memberikan
tantangan
pada
penerbitan
tradisional
pasar
Penelitian
di
global.
ini,
Persamaan
Perbedaan pada
ini
beberapa lingkungan.
sebagaimana penelitian
ini
sisi
Budaya
sedangkan
yang dimiliki oleh buku mengungkap
penelitian
cetak, misalnya ada banyak perbandingan
mencoba untuk
aturan yang berbeda dan penggunaan E-
memotret
bertentangan
kearifan
untuk book dan buku
penggunaan E-book, dan cetakan. E-book
mahasiswa
konsumen
hanya
kampus
untuk
jauh
tidak
perlu tidak
ini
di
yang
melalui
survei
memiliki kepedulian hak sekadar
empiris
untuk
cipta untuk buku cetak. mengurangi
interaksi secara
Temuan
langsung
mengkaji
dari
studi
awal
ini biaya
dari
125
sudut
pandang
konsumen,
menunjukkan
penerbit
berfokus
pada
bahwa percetakan
mungkin
lebih
dengan
perlu tetapi
juga
lingkungan.
agresif sebagai
cara
Penelitian
E-books untuk
ini
berbagai
mempromosikan
untuk
masalah-masalah
tidak hanya sebagai cara melakukan
mengungkap
manajerial
untuk mengurangi biaya, perlindungan
secara
khusus
tentang
tetapi juga sebagai cara terhadap
tentang
makna
kemampuan
untuk
kearifan
konsumen untuk
lingkungan global.
melestarikan lingkungan
global. Hal ini
lingkungan,
menunjukkan
upaya
adanya perilaku
mahasiswa,
kearifan
faktor
terhadap
pendukung,
hanya merupakan
lingkungan
penghambat,
strategi
dengan
dan
industri
melakukan
mahasiswa
penerbitan, tetapi
gerakan
dalam
juga membentuk
paperless
masa
depan
konservasi
hambatan untuk
lingkungan yang
lingkungan
melakukan
berkelanjutan.
untuk
paperless dalam
menerima
book.
E-
Masalah-
masalah
manajerial
tidak
untuk
bagi
generasi
upaya
mengatasi
126
yang
akan
mewujudkan
datang.
kearifan
Perbedaan
terhadap
penelitian ini
lingkungan.
Obyek
penelitian yang
digunakan
peneliti
adalah
sebuah
produk
yang
akan
digunakan oleh
masyarakat
luas, sedangkan
penelitian
ini
dengan
mengambil
obyek
mahasiswa
di
Sekolah Tinggi
Agama
Islam
Negeri (STAIN)
127
Salatiga
yang
sudah mengikuti
perkuliahan,
ujian-ujian yang
diselenggarakan
oleh dosen pada
setiap
mata
kuliah,
PPL,
KKL,
KKN,
dan bimbingan
skripsi.
4.
Sri Haryati 2011
Tesis
Metode
penelitian
Hasil
yang
penelitian Persamaan
menunjukkan
bahwa penelitian ini
Perbedaan pada
obyek penelitian
digunakan
budaya papagon hirup dan pada topik
yang secara
dengan
budaya pikukuh merupakan tentang kearifan
khusus
pendekatan
nilai-nilai
menemukan
penelitian
lingkungan.
kualitatif.
budaya
kearifan lingkungan.
Nilai-nilai
papagon
hirup
model
penanaman
Penelitian
ini
terdapat pada masyarakat
nilai-nilai
dilakukan
pada
Kampung Naga terdiri atas
kearifan lokal
128
dua
tempat
empat nilai, yaitu budaya
(local genius)
sebagai
kasus,
wasiat,
pada masyarakat
yaitu
Kampung
Naga
di
budaya
amanat,
budaya akibat, dan budaya
Sunda,
pamali/tabu.
sedangkan
Penanaman
Kabupaten
nilai budaya papagon hirup
penelitian ini
Tasikmalaya dan
tersebut
diwariskan
untuk
Desa Kanekes di
generasi
ke
Kabupaten
melalui
proses
Lebak.
dari
generasi
belajar
mengungkap
secara khusus
Subjek
budaya (enkulturasi) dan
tentang makna
dalam penelitian
sosialisasi. Pada masyarakat
kearifan
ini adalah para
Kampung
lingkungan,
pemuka adat di
warga memiliki pola pikir,
upaya
Kampung
sikap, dan perilaku yang
mahasiswa,
faktor
Naga
Naga,
setiap
dan
Kanekes.
berorientasi
pada
Data
diperoleh
keselarasan
lingkungan,
melalui
baik
wawancara,
budaya maupun lingkungan
dan upaya
alam.
mahasiswa
observasi,
dan
lingkungan
Melalui
sosial
pendukung,
proses
penghambat,
studi
pewarisan tersebut setiap
dalam mengatasi
dokumentasi.
warga
dan
hambatan untuk
Data diolah dan
melaksanakan
dan
melakukan
memahami
hak
129
dianalisis secara
kewajibannya
kualitatif
warga
kemudian
Kampung
yang
kearifan
diinterpretasi
berpedoman pada budaya
terhadap
untuk
Papagon
lingkungan.
memperoleh
dijalankan
model
pertabuan pada masyarakat
penelitian
penanaman nilai-
Baduy. Pertabuan dilakukan
adalah
nilai
kearifan
untuk perlindungan sukma,
mahasiswa di
lokal
dalam
perlindungan mandala, dan
Sekolah Tinggi
membentuk
perlindungan
Agama Islam
perilaku
Penanaman
lingkungan yang
pikukuh
bertanggung
dini terhadap anak-anak, di
sudah mengikuti
mana orang tua merupakan
perkuliahan,
Masyarakat
tokoh dan contoh utama
ujian-ujian yang
Sunda.
dalam keluarga. Sejak anak-
diselenggarakan
anak
oleh dosen pada
jawab
pada
sebagai
masyarakat
Naga
Hirup. Pikukuh
melalui
tradisi.
nilai-nilai
dilakukan
sejak
mengenal
paperless dalam
mewujudkan
Obyek
Negeri (STAIN)
Salatiga yang
lingkungannya, orang tua
setiap mata
berkewajiban
kuliah, PPL,
memberitahukan
untuk
tentang
KKL, KKN, dan
130
pikukuh
dan
pertabuan.
Pengawasan
terhadap
bimbingan
skripsi.
pikukuh melalui pertabuan
pada
masyarakat
Tangtu
dilakukan oleh Jaro Tangtu,
sedangkan
pada
pengawasan
masyarakat
Panamping dilakukan oleh
Jaro Dangka dibantu oleh
Jaro
Pamarentah
dan
Tanggungan Jaro Duabelas.
Berdasarkan
penelitian,
hasil
rekomendasi
diajukan
adalah
bahwasannya
perlu
sosialisasi budaya papagon
dan budaya pikukuh melalui
wahana pendidikan, agar
inspirasi
harmonisasi
hubungan manusia dengan
lingkungan
alam
dapat
131
dikembalikan
pada
porsinya.
Diharapkan
penelitian
selanjutnya
mengkaji model penanaman
nilai
ini
dintegrasikan
yang
dapat
ke
dalam
pendidikan,
serta
memperluas
identifikasi
model
penanaman
nilai
kearifan lingkungan pada
pemangku budaya lainnya.
5.
Agus
Efendi
2006
Metode
yang
Hasil
penelitian
kearifan
Persamaan
Perbedaan pada
Agus
sisi
digunakan adalah
menunjukkan,
etnografi.
lingkungan sebagai salah
dengan
satu nilai
penelitian
budaya
yang
Efendi
Implementasi
ini
hidup berkembang dalam
pada
masyarakat
penelitian
dalam
tentang kearifan
Masyarakat
lingkungan.
Adat Kampung
Metode
Kuta,
mampu
lingkungan
Kuta
telah
menjadikan
alam
Kuta
tetap lestari. Keberlanjutan
topik
Kearifan
Lingkungan
Budaya
132
lingkungan
tentu
penelitian
sedangkan
sama-sama
penelitian
masyarakat adat Kampung
menggunakan
mencoba untuk
Kuta melainkan kebutuhan
penelitian
memotret
seluruh
manusia.
lapangan (field
kearifan
Untuk itu, melembagakan
research) pada
mahasiswa
kembali
nilai-nilai
lokal
jenis penelitian
kampus
adalah
kebutuhan
yang
kualitatif.
jauh
hanya
bukan
kebutuhan
umat
ini
di
yang
dari
tidak dapat ditawar lagi.
interaksi secara
Dengan
langsung
budaya
demikian,
lokal
nilai
khususnya
dengan
kearifan lingkungan sangat
lingkungan.
penting untuk menjadikan
Penelitian
pembelajaran IPS semakin
untuk
bermakna.
mengungkap
ini
secara
khusus
tentang
makna
kearifan
lingkungan,
upaya
mahasiswa,
133
faktor
pendukung,
penghambat,
dan
upaya
mahasiswa
dalam
mengatasi
hambatan untuk
melakukan
paperless dalam
mewujudkan
kearifan
terhadap
lingkungan.
Obyek
penelitian yang
digunakan
peneliti
terdahulu
masyarakat,
sedangkan
134
penelitian
ini
dengan
mengambil
obyek
mahasiswa
di
Sekolah Tinggi
Agama
Islam
Negeri (STAIN)
Salatiga
yang
sudah
mengikuti
perkuliahan,
ujian-ujian yang
diselenggarakan
oleh dosen pada
setiap
mata
kuliah,
PPL,
KKL,
KKN,
dan bimbingan
skripsi.
135
6.
Tiwari,
Penelitian
ini
Mohit dan
menggunakan
menunjukkan
Seema
studi
terdapat peningkatan secara Tiwari dan Syah penelitian yang
Syah
dengan
dinamis
melakukan
penggunaan
kasus
seleksi
dua
Hasil
penelitian
Persamaan
bahwa penelitian
Keberbedaan
dengan
terhadap pada
topik dilakukan pada
teknologi penelitian
pendekatan
informasi dan komunikasi tentang
penelitian.
Perguruan Tinggi
dengan
Penelitian
di India. Teknik
manajemen.
pengumpulan
informasi dan komunikasi yang sama bagi dengan
data
dengan
tetap digunakan pada sistem mahasiswa
yang
administrasi dan berbagai Perguruan
angket
diberikan kepada
macam
menemukan
mahasiswa,
melalui media internet dan
persepsi
dan
e-library. Hal ini menjadi
penggunaan
pimpinan tentang
faktor penilain yang dapat
kertas
persepsi
dipercaya dalam mencapai
metode
akdemika
kebijakan
tradisional
tersebut terhadap
Hampir
tradisi
akademika merasa nyaman
sebagai metode
dengan
dengan
yang
menggunakan
kebijakan
angket
karyawan,
sivitas
lama
variasi
bidang paperless
Teknologi dengan
laboratorium Tinggi
paperless.
semua
sivitas
menggunakan
paperless.
obyek Tiwari dan Syah
di menggunakan
untuk
sebagai
dan
paperless
dapat
mengangkat
136
sistem
pencetakan
ke
Kebijakan dan aturan yang
kelebihan
diterapkan
dengan
teknologi
dalam
menggunakan
paperless
informasi
manajemen baru
bagi
Perguruan
komunikasi.
yang
Tinggi
berbasis
kedua
tersebut
dapat
Penelitian
ini
pada penggunaan
memberikan
teknologi
kepada sivitas akademika
wawancara
pada
untuk
informasi
dan
komunikasi.
Hasil
datang.
penelitian
masa
kepuasan
dan
yang
akan
menggunakan
menemukan
tentang
makna
menunjukkan
kearifan
bahwa
lingkungan,
terdapat
peningkatan
upaya
secara
mahasiswa,
dinamis
terhadap
faktor
penggunaan
pendukung,
teknologi
penghambat,
informasi
dan
dan
upaya
komunikasi
mahasiswa
dengan
dalam mengatasi
bidang
variasi
hambatan untuk
137
manajemen.
melakukan
Teknologi
paperless dalam
informasi
dan
mewujudkan
komunikasi tetap
kearifan
digunakan
terhadap
pada
sistem
lingkungan.
administrasi dan
Perbedaan
berbagai macam
pada
laboratorium
penelitian yang
melalui
media
digunakan oleh
internet dan e-
Tiwari dan Syah
library. Hal ini
pada
menjadi
faktor
Perguruan
penilain
yang
dapat
lain
obyek
dua
Tinggi,
dipercaya
sedangkan
dalam mencapai
penelitian
kebijakan
hanya pada satu
paperless.
perguruan tinggi
Hampir
semua
dengan
sivitas akademika
informan
merasa
bertujuan
nyaman
ini
pada
138
dengan
mahasiswa yang
menggunakan
sudah mengikuti
kebijakan
perkuliahan,
paperless.
ujian-ujian yang
Kebijakan
aturan
dan
diselenggarakan
yang
oleh dosen pada
diterapkan
setiap
mata
dengan
kuliah,
PPL,
menggunakan
KKL, KKN, dan
paperless
bimbingan
bagi
kedua Perguruan
Tinggi
skripsi.
tersebut
dapat
memberikan
kepuasan kepada
sivitas akademika
pada masa yang
akan datang.
139
B. Kerangka Berfikir
Bumi adalah bagian teramat sangat kecil dalam susunan alam semesta
ini. Bumi sesungguhnya telah diciptakan dengan sangat sempurna oleh Allah
Swt. Kokoh, kuat, dan seimbang, untuk menghidupi seluruh makhluk
ciptaanNya. Bumi mampu memenuhi
seluruh kebutuhan makhluk yang
tinggal dan hidup di atasnya. Bumi merupakan tempat hidup bagi berbagai
macam makhluk hidup dan matahari sebagai salah satu sumber energi bagi
kehidupan yang dilengkapi dengan kekayaan sumber daya.
Mangunjaya
(2006: 283) menerangjelaskan bahwa bumi seperti halnya makhluk hidup,
sangat sensitif atas perlakukan yang tidak seimbang. Bumi dapat jatuh sakit
apabila ada organ atau sistem yang telah berjalan atas kodrat atau fitrahnya
terganggu. Bumi memiliki keterbatasan tertentu, yang berarti bumi adalah
suatu sistem terbatas apabila
dilanggar dan diperlakukan
melebihi
kapasitasnya akan mengakibatkan ketidakseimbangan yang merugikan umat
manusia.
Bumi tempat kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya, kini
sedang dihadapkan pada semakin menurunnya kualitas lingkungan hidup. Hal
ini berarti menyebabkan semakin menurunnya fungsi dan tatanan lingkungan
hidup, sehingga kondisinya harus dipulihkan kembali. Kerusakan yang begitu
besar terjadi di muka bumi ini dengan berbagai persoalan sosial yang
menyertainya, memerlukan perhatian yang lebih serius. Bumi, manusia dan
pembangunan, sama-sama harus diberi kesempatan yang seimbang, bumi
harus mendapat prioritas utama mengingat kondisinya sudah begitu
140
memprihatinkan. Kondisi yang membuat kronisnya bumi banyak dipengaruhi
oleh perilaku manusia dalam rangka menuju kemajuan negara melalui
program pengembangan pembangunan. Pengembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan cukup mewarnai kerusakan bumi dan isinya. Pemanfaatan dan
eksploitasi bumi dan lingkungan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi ditengarai sebagai biang kerusakan lingkungan hidup. Banyak kasus
atas dilakukannya penebangan liar pada hutan yang berimplikasi pada
degradasi hutan dan deforestasi atau penurunan terhadap kuantitas pohon di
hutan. Beranjak dari implikasi degradasi hutan rupanya masalah tidak berhenti
disitu, melainkan muncul masalah lain yakni menurunnya kuantitas oksigen
yang dibutuhkan makhluk hidup dan tidak bisa mengimbangi kuantitas karbon
yang semakin banyak. Karbon yang semakin banyak berimplikasi pada global
warming.
Masalah-masalah tersebut menjadi masalah global dan harus
dipecahkan bersama demi terjaganya kelestarian dan keselamatan bumi.
Banyak pihak yang sudah melakukan upaya untuk menyelamatkan bumi dari
ancaman global warming. Ide paperless kemudian muncul sebagai alternatif
dalam upaya penurunan degradasi dan pencegahan global warming yang
mengancam keselamatan bumi.
Paperless sendiri dilakukan dengan cara meminimalisasi penggunaan
kertas yang akan mengurangi penebangan pohon. Namun pada kenyataannya
semakin berkembangnya waktu tingkat kebutuhan akan kertas semakin tinggi.
Teknologi informasi dan komunikasi tidak dapat membendung kebutuhan
kertas bagi mahasiswa di PT, termasuk di STAIN Salatiga. Beberapa kegiatan
141
akademik di kampus masih memiliki ketergantungan yang sangat tinggi
terhadap kertas, meskipun sivitas akademik sudah sangat familiar dengan hal
ini. Kegiatan perkuliahan masih menggunakan materi cetakan yang harus
digandakan oleh setiap mahasiswa, tugas-tugas perkuliahan masih identik
dengan mengumpulkan makalah yang berjumlah antara 10 hingga 20 halaman
per/mahaiswa/per/mata kuliah. Jenis ujian tulis yang masih membutuhkan
banyak kertas, pembekalan praktek pengalaman lapangan (PPL), pembekalan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL), pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN), dan
proses bimbingan skripsi yang seharusnya dapat diminimalisir penggunaan
kertas tidak dilakukan. Rasa kepedulian mahasiswa dan sivitas akademik
lainnya yang masih perlu dimotivasi untuk menumbuhkan kearifan terhadap
lingkungan. Upaya tersebut membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Keinginan mahasiswa untuk mengurangi penggunaan kertas tidak didukung
oleh sivitas akademik yang lain, demikian juga keinginan dosen untuk
meminimalisir penggunaan kertas tidak ada kesiapan mahasiswa, keinginan
bagian akademik tidak mendapatkan restu dari pimpinan karena kepentingan
birokrasi. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini perlu dilakukan untuk
mengetahui makna kearifan lingkungan, upaya mahasiswa STAIN Salatiga
dalam mewujudkan kearifan lingkungan, faktor pendukung dan penghambat
kearifan lingkungan, dan upaya mahasiswa STAIN Salatiga dalam mengatasi
hambatan melakukan paperless untuk menunjukkan kearifan terhadap
lingkungan. Secara khusus penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa di
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang sudah mengikuti
142
perkuliahan, ujian-ujian yang diselenggarakan oleh dosen pada setiap mata
kuliah, PPL, KKL, KKN, dan bimbingan skripsi.
143
Kerangka berfikir tersebut dapat digambarkan dalam bagan 2.20.
Bumi ciptaan Allah Swt dalam
kesempurnaan dan Keseimbanngan
Kokoh
Bumi ciptaan
Allah Swt dalam
Kuat
Seimbang
kesempurnaan dan Keseimbanngan
Menghidupi seluruh
makhluk hidup
Menurun kualitas
dan fungsi
Perilaku manusia
Perkembangan Ilmu
dan Teknologi
Hutan sebagai bahan baku kertas
Kkertas
Paperless bagi Mahasiswa
Mahasiswa STAIN masih bergantung pada kertas
Proses
perkuliahan
Praktek
Pengalaman
Lapangan
(PPL)
Kuliah Kerja
Lapangan
(KKL)
Kuliah Kerja
Nyata
(KKN)
Penyusunan
skripsi
Upaya
mengatasi
hambatan
penghambat
pendukung
Upaya
paperless
Makna
kearifan
Gb. 2. 20 Kerangka Pemikiran
144
publikasi
bimbingan
pelaksanaan
pembekalan
pelaksanaan
pembekalan
pelaksanaan
pembekalan
ujian
penugasan
materi
Teknologi informasi dan komunikasi sudah familiar di kalangan Mahasiswa
STAIN Salatiga
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian di STAIN Salatiga. Penelitian dilakukan dalam
waktu 5 (lima) bulan mulai Juli sampai Nopember 2014.
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian tentang Kearifan Lingkungan melalui Upaya Paperless
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi Mahasiswa STAIN
Salatiga ini merupakan field research dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Jenis penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah tentang apa
makna kearifan lingkungan, upaya mahasiswa, faktor pendukung dan
penghambat kearifan lingkungan, dan upaya mahasiswa dalam mengatasi
hambatan untuk melakukan paperless dalam mewujudkan kearifan terhadap
lingkungan.
Sumanto (2002: 11) berpendapat ‘Penelitian kualitatif tertarik untuk
melakukan pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada
melihat permasalahan untuk kepentingan generalisasi’. Milles dan Michael
(1992: 2) memberikan karakteristik penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
akan mendapatkan data kualitatif yang sangat menarik, memiliki sumber dari
deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang
proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat’. Peneliti dapat memahami
alur peristiwa secara kronologis dan mendalam terhadap upaya yang
145
dilakukan oleh mahasiswa untuk mengimplementasikan paperless berbasis
teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan perkuliahan dan
berorganisasi secara kokoh. Penelitian ini juga diharapkan dapat mengetahui
sebab akibat dalam lingkup pikiran mahasiswa untuk mengimplementasikan
paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan
perkuliahan dan berorganisasi. Penelitian ini juga dapat memperoleh
penjelasan yang banyak dan bermanfaat terhadap daya dukung dan hambatan
dalam mengimplementasikan paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi serta upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi hambatan
dalam
melakukan
paperless
untuk
menunjukkan
kearifan
terhadap
lingkungan.
Jenis penelitian ini dipilih dalam rangka mendapatkan informasi data
yang menarik, deskripsi yang luas, kokoh, mendalam secara kronologis
tentang makna kearifan lingkungan, upaya yang dilakukan, faktor pendukung
dan penghambat, dan upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi hambatan
dalam
melakukan
paperless
untuk
menunjukkan
kearifan
terhadap
lingkungan.bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis
teknologi informasi dan komunikasi.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini mahasiswa STAIN Salatiga yang sedang
mengikuti program perkuliahan dan bergorganisasi. Kegiatan mahasiswa
dalam penelitian ini antara lain pada proses perkuliahan berupa kegiatan di
dalam kelas dan di luar kelas dalam memanfaatkan kertas dan menggunakan
146
teknologi informasi dan komunikasi. Peneliti menggali informasi dari obyek
penelitian melalui kegiatan wawancara dengan teknik pengambilan subyek
penelitian dengan nonprability sampling. Nonprability sampling merupakan
sampel yang bertujuan dengan mengambil subyek penelitian yang sedang
mengikuti perkuliahan aktif, Kuliah Kerja Nyata (KKN), Praktek Pengalaman
Lapangan (PPL), dan bimbingan skripsi. Silverman berpendapat (1993: 10)
qualitative researchers administer interviews or questionnaires to random
samples of the population. Mulyana (2004: 187)berpendapat subyek
penelitian yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan
nonprobability sampling yaitu teknik purposive sampling (sampel bertujuan).
Menurut Nasution, (2007: 98) sampling purposive yaitu dilakukan dengan
mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri
spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Tentang jumlah subyek penelitian
menurut Mulyana (2004: 182) bahwa peneliti yang menggunakan penentuan
sampel purposive sampling dengan mewawancarai sampel acak dari suatu
kelompok yang diteliti, tidak ada kriteria baku mengenai berapa jumlah
informan yang harus diwawancarai. Bungin (2012: 53) berpedapat prosedur
sampling dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana menentukan key
informan atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus
penelitian. Berdasarkan teori di atas, maka peneliti menentukan key infoman
secara purposive sampling secara sengaja yaitu mahasiswa STAIN Salatiga
tanpa membatasi jumlah informan ataupun key informan yang sudah
menempuh perkuliahan, PPL, KKL, KKN, dan penulisan skripsi.
147
Peneliti menghentikan proses penelitian apabila sudah memperoleh
data jenuh tentang kearifan lingkungan dengan paperless berbasis informasi
dan komunikasi yang ada di STAIN Salatiga. Bungin (2012: 53) berpendapat
sebagai aturan umum, peneliti berhenti melakukan wawancara sampai data
menjadi jenuh, artinya peneliti tidak menemukan aspek baru dalam fenomena
yang diteliti. Penelitian kualitatif tidak dipersoalkan jumlah sampel, dalam hal
ini jumlah sampel (informan) bisa sedikit, tetapi juga bisa banyak terutama
tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan kunci, kompleksitas dan
keragaman fenomena sosial yang diteliiti.
D. Sumber Data
Sumber data sebagai hal penting dalam penelitian perlu direncanakan
dengan baik. Sumber penelitian yang tidak direncanakan dan ditetapkan
dengan baik akan mengganggu proses penelitian yang dilakukan. Perencanaan
yang tidak matang ini akan mengakibatkan kerancuan dalam pengumpulan
data. Data yang rancu tersebut dapat menimbulkan hasil penelitian yang baik.
Sumber data dalam penelitian ini mengacu pada 3 (tiga) sumber yaitu dari
unsur person (orang), place (tempat) dan paper (administrasi). Sumber data
dari unsur orang dan tempat dalam penelitian ini adalah mahasiswa STAIN
Salatiga di kampus STAIN Salatiga. Sumber data pada unsur adminstrasi
antara lain dari berkas administrasi yang digunakan oleh mahasiswa STAIN
Salatiga dalam upaya meminimalisir penggunaan kertas (paperless) di STAIN
Salatiga. Ketiga sumber data tersebut dipandang mampu menemukan data
tentang
makna
kearifan
lingkungan,
upaya
paperless,
pendukung,
148
penghambat, upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam
melakukan paperless untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan
berbasis teknologi informasi dan komunikasi bagi mahasiswa STAIN
Salatiga.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan
data
dengan
menggunakan
wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Marshall (1994: 78) berpendapat the fundamental
methodes relied on by qualitative researchers for gathering information are
participation in the setting, direct observation, indepth interviewing, and
document review. Berdasarkan hal itu, dalam penelitian ini menggunakan
teknik pengumpulan data dengan wawancara dan observasi.
1. Wawancara
Wawancara merupakan proses untuk memperoleh keterangan
informasi sesuai dengan tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara peneliti dengan informan dengan menggunakan alat
yang dinamakan interview guide. Mulyana (2004: 180) berpendapat
wawancara merupakan bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan berdasarkan pada tujuan tertentu.
Marshall (1994: 80) berpendapat indepth interview is a data collection
methode
relied
on
quite
extensively
by
qualitative
researchers...categorizes interviews into three general type; the informal
conversational interview, the general interview guide approach, and the
149
standarized open ended interview. Wawancara mendalam diperlukan
untuk mengumpulkan data yang sangat luas dalam penelitian kualitatif.
Kategori wawancara mendalam terdiri dari berbagai macam, antara lain
wawancara secara tidak formal, wawancara terpimpin, dan wawancara
terbuka. Salim (2005: 17) berpendapat wawancara dapat dibedakan
menjadi 4 (empat) model yaitu wawancara tidak langsung, wawancara
dengan pedoman umum, wawancara dengan pedoman terstandar dan
terbuka, dan wawancara tidak langsung. Sugiyono (2009: 140)
berpendapat wawancara terstruktur merupakan wawancara yang bebas
dilakukan
oleh
peneliti,
artinya
peneliti
menggunakan
pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan data yang dibutuhkan. Pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan
deskripsi dan orientasi awal untuk menemukan permasalahan penelitian.
Menemukan informasi yang ada di lapangan kemudian diperdalam untuk
mendapatkan data yang lengkap hingga mencapai titik jenuh dengan
wawancara tidak formal, pedoman wawancara, terstandar, terbuka, dan
terpimpin melalui penelitian. Wawancara yang digunakan dengan model
wawancara terbuka, artinya informan dapat mengungkapkan beberapa hal
yang berkaitan dengan pemahaman tentang makna kearifan lingkungan,
upaya yang dilaksanakan, pendukung, dan hambatan yang diprediksikan
sampai menemukan titik jenuh.
150
Peneliti menggunakan kisi-kisi wawancara yang berisi tentang
upaya paperless bagi mahasiswa STAIN Salatiga. Untuk membantu
mendapatkan data penting dan menghindari data yang tidak dapat dicatat,
maka peneliti menggunakan alat bantu berupa buku catatan dan tape
recorder/handycam. Data yang terkumpul ditayangkan dalam bentuk
verbatim. Verbatim memuat identitas informan atau key person, waktu,
tanggal, tempat, daftar wawancara, koding dan interpretasi. Wawancara
yang dilakukan dengan mendideskripsikan situasi, kondisi, dan identitas
informan, termasuk pengantar wawancara hingga materi wawancara
tentang topik yang diteliti semua dicatat dalam verbatim. Koding dengan
cara membuat kode-kode yang dirumuskan oleh peneliti berdasarkan hasil
wawancara. Hasil membuat kode tersebut dibuat secara deskriptif berupa
persepsi yang dapat disimpulkan secara sementara.
Wawancara sebagai teknik pengumpulan data primer ini diberikan
kepada informan atau key person yang ditentukan sebelumnya dengan
sistem snowball. Wawancara sebagai data primer, maka data yang
diperoleh dari wawancara merupakan data utama guna menjawab
pemasalahan penelitian. Informan yang dipilih melalui wawancara ini
adalah mahasiwa berstatus aktif kuliah dan atau mahasiswa yang
mengikuti organisasi intra kampus. Wawancara dilakukan dengan
menggunakan teknik snowball.
Wawancara dalam Penelitian ini
menggunakan sistem snowball untuk memperluas subyek penelitian yang
diawali pada mahasiswa yang berstatus aktif mengikuti perkuliahan dan
151
mengikuti organisasi intra kampus dan dilanjutkan kepada mahasiswa
lainnya yang direferensikan oleh informan awal, demikian seterusnya
sampai mendapatkan data jenuh. Idrus (2007: 119) berpendapat snowball
digunakan untuk memperluas subyek penelitian.
Harapan yang
diinginkan dapat memperoleh data secara lengkap yangberkaitan dengan
makna kearifan lingkungan, upaya yang dilakukan dan menemukan data
berupa faktor pendukung, penghambat, dan upaya yang perlu dilakukan
untuk
mengatasi
hambatan
dalam
melakukan
paperless
untuk
menunjukkan kearifan terhadap lingkungan berbasis teknologi informasi
dan komunikasi bagi mahasiswa STAIN Salatiga tahun 2014.
2. Observasi
Observasi dalam penelitian ini digunakan sebagai pelengkap metode
wawancara sekaligus sebagai kriterium untuk mendapatkan informasi
yang menjadi tujuan penelitian. Observasi sebagai metode pelengkap
dalam penelitian ini berfungsi sebagai pendekatan untuk melengkapi data
wawancara. Sebagai kriterium, observasi digunakan untuk menguji
kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh dengan metode lain.
Silverman (1993: 30) berpendapat observation is fundamental about
understanding the routine rather than what appears to be exciting.
Nasution (2007: 106) menguatkan bahwa metode observasi dilakukan
untuk menemukan informasi tentang perilaku manusia seperti terjadi
dalam kenyataan. Observasi yang dilakukan agar dapat menemukan
informasi tentang perilaku manusia sebagaimana dalam kenyataan. Hasil
152
observasi memerlukan catatan sistematis tentang kejadian yang ada di
lapangan, perilaku, benda-benda yang ada di sekitar informan sehingga
data yang diperoleh dapat digunakan dengan baik. Informasi yang
diperoleh dalam observasi ini diperoleh dari mahasiswa berstatus aktif dan
mengikuti kegiatan organisasi intra kampus. Proses ini ini sebagaimana
dengan jelas dikonsepkan oleh Marshall (1994: 79) bahwa observation
entails the systematic noting and recording of events, behaviour, artifacts
(objects) in the social setting chosen for study.
Observasi dilaksanakan dalam rangka melihat kejadian, perilaku,
dan benda-benda yang ada di sekitar informan. Nasution (2007: 106)
menggambarkan pelaksanaan observasi dengan cara melukiskan kata-kata
secara cermat dan tepat apa yang diamati, mencatatnya dan kemudian
mengolahnya dalam rangka masalah yang diteliti secara ilmiah. Observasi
dilakukan tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur,
atau memanipulasikannya. Observasi dilakukan secara langsung dan
terbuka sebagaimana diterapkan oleh Sukardi (2005: 79) bahwa observasi
yang dilakukan secara terbuka artinya peneliti dalam menjalankan
tugasnya di tengah-tengah kegiatan informan diketahui secara terbuka,
sehingga antara responden dengan peneliti terjadi hubungan atau interaksi
secara wajar.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan secara langsung, terbuka,
tanpa disengaja untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan upaya
paperless bagi mahasiswa STAIN Salatiga sehingga dapat diketahui juga
153
pengetahuan mahasiswa dalam menemukan makna kearifan lingkungan,
faktor pendukung, penghambat upaya yang perlu dilakukan untuk
mengatasi hambatan dalam melakukan paperless untuk menunjukkan
kearifan terhadap lingkungan berbasis teknologi informasi dan komunikasi
bagi mahasiswa STAIN Salatiga.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian kualitatif yang sudah diperoleh
dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang
bermacam-macam dan terus menerus sampai mendapatkan data jenuh
mengakibatkan data bervariasi. Variasi data yang diperoleh perlu dilakukan
analisis data kualitatif dengan teknik yang tepat. Ketepatan teknik analisis
yang digunakan dapat memberikan sumbangan pada hasil penelitian yang
sesuai.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan
ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih
data yang penting untuk dipelajari dari hasil wawancara dan catatan hasil
observasi. Analisis data sebagai proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh peneliti selanjutnya disusun kesimpulan yang
dapat dipahami dengan mudah oleh orang lain. Temuan hasil penelitian dapat
diinformasikan kepada orang lain.
Tahapan analisis data dengan melalui 2 (dua) cara yaitu analisis
sebelum ke lapangan dan setelah ke lapangan. Pertama, Analisis sebelum di
lapangan analisis ini merupakan studi pendahuluan yang dijadikan sebagai
154
sumber data sekunder sebagai awal menentukan fokus penelitian. Fokus
penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti
melakukan observasi dan wawancara kepada informan selama di lapangan.
Kedua, Analisis selama dan setelah di lapangan. Analisis data dalam
penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan
setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari
informan tentang materi yang diberikan dosen pada saat perkuliahan,
penugasan, ujian tengah semester dan akhir semester, PPL, KKL, KKN, dan
penulisan skripsi. Apabila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis
terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi,
sampai tahap tertentu sehingga diperoleh data yang kredibel. Secara umum,
penelitian kualitatif dalam melakukan analisis data secara interaktif dan
berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga memperoleh data
jenuh atau tidak dapat ditemukan formula baru.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif sebgaimana disebutkan di atas
berupa reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi dapat
digambarkan berikut ini:.
Display Data
Koleksi data
dan Penyajian Data
Reduksi Data
Kesimpulan/
verifikasi Data
Gb. 3. 1 Teknik Analisis Data
155
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan sebuah cara untuk memperoleh data yang
sesuai dengan tujuan penelitian yang dirumuskan. Reduksi data merupakan
proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keleluasaan, dan
kedalaman wawasan yang tinggi yang dimiliki oleh peneliti. Wawasan
peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang
memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.
Mereduksi data berupa kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya, dan mencarinya apabila diperlukan. Reduksi data dapat
dibantu dengan peralatan, seperti komputer, notebook, dan lain sebagainya.
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak kompleks dan
rumit sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Peneliti dipandu oleh
tujuan melalui pedoman wawancara yang akan dicapai dalam penelitian.
Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan terpancing terhadap data
yang diperoleh. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui
reduksi data agar tujuan penelitian dapat ditemukan dan tidak menemukan
bias dalam penelitian yang dilakukan.
2. Display Data (Penyajian Data)
Penyajian data dilakukan oleh peneliti setelah mereduksi data.
Penyajian data jenis penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk uraian
156
singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan sejenisnya. Penyajian data
dalam penelitian ini dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data dapat
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja
selanjutnya. Penyajian data dalam penelitian ini di samping menggunakan
chart atau sejenisnya juga digunakan paparan secara naratif.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan mengalami perubahan
apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Perumusan kesimpulan
dalam penelitian ini dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, maupun
hipotesis atau teori yang bersifat sementara dan akan berkembang setelah
peneliti berada di lapangan.
Strauss dan Corbin dalam Salim (2006: 21) Data are broken down
into discrete parts, closely examined, compare for similarities and
differences, and questions are asked about the phenomena as reflected in
the data. Through this process, one’s own and others assumtions about
157
phenomena are questioned or explored, leading to new discoveries Data
diteliti, dibandingkan untuk diketahui persamaan dan perbedaan, dan
fenomena yang tercermin dalam data. Melalui proses ini, diharapkan dapat
mengarah ke penemuan-penemuan baru. Teknik analisis data yang
digunakan adalah Interpretasi. Menurut Bekker dan Ahmad Kharis Zubair,
(1990: 94), interpretasi berusaha untuk membaca dari data kebudayaan dan
fenomena, konsepsi filosofisnya, yaitu konsepsi terdalam tentang hakikat
manusia, alam, dan Tuhan, yang memberi inspirasi dan menjiwai kehidupan
masyarakat
Proses analisis data sebagaimana penelitian kualitatif, maka digunakan
teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.
Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan pada
penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh di
lapangan. Penyajian data (data display) yaitu deskripsi kumpulan informasi
tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion
drawing and verification) dari permulaan pengumpulan data, penelitian
kualitatif ini dalam rangka mencari makna dari setiap gejala yang diperoleh di
lapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang
mungkin ada, alur akusalitas, dan proposisi (Salim, 2006: 22-23).
G. Pengecekan Keabsahan Data
Mengikuti teori Moleong (2000: 173) Pengecekan keabsahan data yang
digunakan didasarkan pada empat kriteria yaitu derajat kepercayaan
158
(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability),
dan kepastian (confirmability). Uji derajat kepercayaan (credibility) dilakukan
dengan cara melakukan pembuktian apakah yang diamati oleh peneliti benarbenar sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar di lapangan.
Peneliti melakukan uji kepercayaan (credibility) melalui observasi
secara terus menerus sehingga menemukan data yang dipercaya. Hal ini
sebagaimana diteorikan oleh (Morse, 1994 : 105) bahwa credibility refers to
the truth, value or believibility of the findings that have been established by
the
researcher
through
prolonged
observations,
engagements,
or
participation with informants or the situation in which cumulative knowing is
the believable or lived through experiences of those studied. Bungin (2012:
59) untuk memperoleh uji kredibilitas harus dilakukan dengan cara
memperpanjang keikutsertaan peneliti dalam proses pengumpulan data di
lapangan, melakukan observasi secara terus menerus, melakukan triangulasi
metode dan sumber data dan pengumpul data, dan melacak kesesuaian dan
kelengkapan hasil analisis. Peneliti dalam penelitian ini
Keteralihan (transferability) menurut Morse (1994: 106) refers to
whether particular findings from a qualitative study can be transferred to
another similar context or situation and still preserve the particularized
meanings, intepretations, and inferences from the completed study.
Keteralihan dengan membuat uraian laporan atas data yang ditemukan secara
khusus dengan jelas ditulis sehingga dapat dipahami oleh pembaca yang lain.
159
Kebergantungan (dependability) refers to data that have become
understandable, within holistic contexts or with special referent meaningas to
the informants or people studied in different or similar environmental
contexts. Situations, instances, life events, or lived through experiences with
particular meanings that are known to the people in their environment are
important indicators Morse (1994: 106). Bungin (2012: 61) menguji
dependabilitas dengan melakukan pengecekan atau penilaian ketepatan
peneliti dalam mengkonseptualisasikan apakah yang diteliti merupakan
cerminan dari kemantapan dan ketepatan menurut standar reliabilitas dala
penelitian. Salah satu upaya untuk menilai dependabilitas adalah dengan
melakukan audit/pemeriksaan seluruh
hasil
penelitian.
Dependability
dilakukan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam mengumpulkan,
menginterpretasi temuan dan laporan hasil penelitian dengan cara menentukan
dependent auditor (konsultan peneliti).
Kepastian (confirmability) menurut Morse (1994: 105) refers to the
repeated direct participatory and documented evidence observed or obtained
from primary informant sources. Confirmability means obtaining direct and
often repeated affirmations of what the researcher has heard, seen, or
experienced with respect to the phenomena under study.
Kepastian
(confirmability) dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
memenuhi obyektifitas atau tidak. Untuk melakukan uji confirmability ini
dilakukan dengan cara melakukan konfirmasi apakah pandangan, pendapat,
dan penemuan Mahasiswa STAIN Salatiga juga telah disepakati oleh orang
160
lain secara obyektif. Oleh karena itu, data yang sudah dikumpulkan
dikonfirmasikan dengan para ahli yang membidanginya. Bungin (2012: 62)
berpendapat standar konfirmabilitas lebih terfokus pada audit kualitas dan
kepastian hasil penelitian, apa benar hasil pengumpulan data di lapangan?.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang kearifan
lingkungan melalui
upaya paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN
Salatiga) tahun 2014 dapat dipaparkan dalam tabel 3. 1
161
Tabel 3.1
Metode Penelitian
Tempat
dan Waktu
Penelitian
1. Tempat
STAIN
Salatiga.
2. Waktu
5 (lima)
bulan
Jenis Penelitian
Subyek Penelitian
Kualitatif
untuk
menemukan makna
kearifan lingkungan,
upaya
mahasiswa,
faktor pendukung dan
penghambat kearifan
lingkungan.
Subyek
dalam
penelitian
ini
mahasiswa
STAIN Salatiga
yang
sedang
mengikuti
program
perkuliahan dan
bergorganisasi
Sumber
Data
Teknik
Teknik
Pengumpulan Analisis Data
Data
1. Orang,
1. Wawanca 1. Reduksi
2. Tempat,
ra
data,
dan
2. Observasi 2. Display
3. Admini
data, dan
strasi.
3. kesimpulan
atau
verifikasi.
Pengecekan
Kebasahan Data
1. Derajat
kepercayaan
2. Keteralihan
3. Kebergantungan
4. Kepastian
5. Uji derajat
kepercayaan
162
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Daerah Penelitian
Karakteristik
daerah
penelitian
dalam
sebuah
penelitian
merupakan suatu identitas daerah penelitian. Karakteristik daerah
penelitian ini meliputi ruang lingkup letak geografis, sejarah singkat, visi,
misi, dan tujuan STAIN Salatiga, fakultas dan kemahasiswaan, sarana dan
prasarana yang dilaksanakan di daerah penelitian. Keberbedaan kondisi
daerah penelitian akan memberikan karakteristik tersendiri dalam
penelitian
tersebut.
Keberbedaan
karakteristik
daerah
penelitian
dimungkinkan dapat memberikan hasil penelitian sebelumnya dengan
hasil yang berbeda dari kajian yang serupa.
a. Letak Geografis
Kota Salatiga teletak pada ketinggian antara: 450 – 825m dpl
menjadikan kota ini sejuk dan udaranya segar, itulah kesan pertama
yang bisa digambarkan untuk Salatiga.
secaraastronomis
Kota
ini
Iklimnya tropis dan
terletak antara
1100.27′.56,81″
–
1100.32′.4,64″ BT dan 0070.17′. – 0070.17′.23″ LS. Kota ini Secara
morfologis berada di daerah cekungan, dikelilingi Gunung Merbabu
diantara gunung-gunung kecil antara lain: Gajah Mungkur, Telomoyo,
dan Payung Rong. Wilayah Salatiga dikelilingi wilayah Kabupaten
163
Semarang dari berbagai sisinya (sumber website STAIN Salatiga
diunduh 12 november 2014 pada jam 9.00 WIB).
STAIN Salatiga memiliki sejumlah gedung di kampus 1,
kampus II dan perencanaan gedung di kampus III. Letak STAIN
Salatiga pada kampus 1 dan II dapat ditampilkan dalam peta di bawah
ini:
Gb. 4.1 Peta Kampus I dan II STAIN Salatiga
Sumber: http:www.stainsalatiga.ac.id
b. Sejarah Singkat STAIN Salatiga
STAIN Salatiga merupakan singkatan dari Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri. STAIN Salatiga adalah Perguruan Tinggi Islam
Negeri yang terletak di Kota Salatiga, yang berhawa sejuk dan sangat
kondusif
untuk
belajar.
STAIN
Salatiga
mengintegrasikan
164
pengembangan
dimensi
spiritualitas,
intelektualitas,
dan
profesionalisme, dengan memberikan jaminan mutu proses dan output
pendidik. Lulusan STAIN Salatiga bisa memasuki dunia kerja dan
keilmuan dengan kompetensi yang tinggi dan karakter serta ahlak yang
baik.
Data tentang sejarah berdirinya STAIN Salatiga bersumber dari
website STAIN Salatiga yang diunduh 12 November 2014 jam 8.00
WIB sebagaimana dituliskan kembali dalam kolom ini. Pendirian
lembaga ini, bermula dari cita-cita masyarakat Islam Salatiga untuk
memiliki Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu didirikanlah
Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(IKIP) “Nahdlatul Ulama” di Salatiga. Lembaga ini menempati gedung
milik Yayasan “Pesantren Luhur”, yang berlokasi di Jalan Diponegoro
Nomor 64 Salatiga. Lembaga ini berdiri berkat dukungan dari berbagai
pihak, khususnya para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama Jawa
Tengah. dinegerikan bersamaan dengan persiapan berdirinya IAIN
Walisongo Jawa Tengah di Semarang. Guna memenuhi persyaratan
formal, maka dibentuklah panitia pendiri yang diketuai oleh K.H.
Zubair dan sekaligus diangkat sebagai Dekannya. Dalam waktu yang
bersamaan dengan proses pendirian IAIN Walisongo Jawa Tengah di
Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga diusulkan untuk dinegerikan
sebagai cabang IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Setelah dilakukan
peninjauan oleh Tim Peninjau yang dibentuk IAIN Sunan Kalijaga,
165
akhirnya pembinaan dan pengawasan Fakultas Tarbiyah Salatiga
diserahkan padanya. Keputusan ini didasarkan pada Surat Menteri
Agama c.q. Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam
Nomor Dd/PTA/3/1364/69 tanggal 13 November 1969. Ketika IAIN
Walisongo Jawa Tengah di Semarang berdiri, Fakultas Tarbiyah
Salatiga mendapatkan status negeri, dan menjadi cabang IAIN
Walisongo. Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo tersebut
berdasarkan SK Menteri Agama Nomor 30 Tahun 1970 tanggal 16
April 1970.
Sejarah penting berdasarkan Keputusan Presiden Republik
Indonesia nomor 11 tahun 1997, secara yuridis formal tanggal 21
Maret 1997 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih status
menjadi STAIN Salatiga. Sesuai dengan keputusan tersebut, STAIN
Salatiga didudukkan sebagai Perguruan Tinggi di bawah naungan
Departeman Agama RI yang menyelenggarakan pendidikan akademik
dan/atau profesional dalam disiplin ilmu pengetahuan agama Islam.
Beralihnya status lembaga STAIN Salatiga telah membawa berbagai
peningkatan secara signifikan baik fisik maupun non fisik. Secara non
fisik senantiasa mengupayakan agar STAIN Salatiga menjadi
Perguruan Tinggi yang berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan
spiritual, serta mampu membangun profesionalitas bagi mahasiswanya
baik program S1 maupun S2. Program Magister (S-2) Pendidikan
166
Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
didirikan sebagai upaya untuk merespons perkembangan masyarakat
yang semakin membutuhkan tenaga-tenaga terdidik yang berorientasi
pada keilmuan dan profesional dalam bidang keislaman dan
pengajarannya. Perkembangan masyarakat yang berada dalam proses
globalisasi-informasi
dan
hubungan
internasional
Barat-Timur,
menuntut peningkatan peran ilmu dan tenaga profesional dalam bidang
ke Islaman dan pengajarannya baik secara kuantitatif maupun
kualitatif.
Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(PPs-STAIN) Salatiga dibuka berdasarkan Surat Keputusan Direktur
Jenderal
Pendidikan
Dj.I/818/2010
tanggal
Islam
22
Kementerian
November
Agama
2010.
RI
Nomor:
Program
ini
diselenggarakan sebagai bentuk kesadaran dan tanggung jawab STAIN
Salatiga dalam rangka ikut serta meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan keagamaan Islam.
Dengan komitmen ini, Program Pascasarjana STAIN Salatiga berusaha
melahirkan Magister Pendidikan Agama Islam yang mampu menjadi
dosen, guru, penilik dan pengawas, serta peneliti profesional. Kini,
STAIN Salatiga tengah dalam proses alih status menjadi IAIN
Salatiga.
167
c. Visi dan Misi STAIN Salatiga
1) Visi dan Misi
a) Visi dan misi STAIN Salatiga antara lain:
Visi STAIN Salatiga Menjadi Perguruan Tinggi yang
berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual.
Visi tersebut dijabarkan dalam sejumlah kegiatan melalui
berbagai macam program kegiatan sebagai misi yang harus
dilakukan. Misi STAIN Salatiga antara lain:
(1) Mengantarkan mahasiswa memiliki kemantapan aqidah,
kedalaman spiritual, keluhuran akhlak, dan keluasan
pengetahuan;
(2) Memberikan layanan kepada civitas akademika dan
masyarakat dalam menggali ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni;
(3) Mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat melalui kinerja internal dan eksternal;
(4) Mengembangkan
college
base
management
dengan
pelibatan stakeholders dan masyarakat;
(5) Mewujudkan tempat rujukan dalam keteladanan nilai-nilai
Islam dan budaya bangsa. (Anonimus, 2006: 10-11).
Perubahan waktu dan kelembagaan STAIN Salatiga,
maka diperlukan refreshment STAIN Salatiga untuk mencapai
168
tujuan yang diinginkan. Perubahan tersebut diawali pada
perubahan visi, misi, fungsi, dan tujuan STAIN Salatiga.
Perubahan visi tersebut dapat dicermati pada kalimat berikuti
ini: “tahun 2025 menjadi rujukan studi Islam-Indonesia bagi
terwujudnya masyarakat damai bermartabat”. Dengan visi
tersebut, maka misi yang diemban lembaga diimplementasikan
pada serangkaian kegiatan antara lain:
(1) Menyelenggarakan pendidikan dalam berbagai disiplin
ilmu keislaman berbasis pada nilai-nilai keindonesiaan;
(2) Menyelenggarakan penelitian dalam berbagai disiplin ilmu
keislaman bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan;
(3) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berbasis
riset bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan;
(4) Mengembangkan
budaya
masyarakat
kampus
yang
mencerminkan nilai-nilai Islam-Indonesia;
(5) Menyelenggarakan pengelolaan pendidikan tinggi yang
profesional dan akuntabel.
Secara spesifik jurusan syariah memiliki visi dan
misi serta tujuan yang menjadi pedoman pelaksanaan
akademik. Visi tersebut yaitu Menjadi jurusan yang
terkemuka dalam pengembangan dan pengamalan ilmuilmu kesyari’ahan dan ekonomi Islam. Misi
yang
dikembangkan antara lain menyelenggarakan pendidikan
169
dan pengajaran yang bermutu pada jenjang strata satu dan
diploma di bidang ilmu-ilmu kesyari’ahan dan ekonomi
syari’ah berbasis riset yang mengacu kebutuhan pasar kerja
dan
masyarakat,
menyelenggarakan
penelitian
serta
pengembangan keilmuan syari’ah dan ekonomi syari’ah,
dan menyelenggarakan pengabdian masyarakat dan dakwah
Islam. Tujuan Jurusan Syari’ah STAIN Salatiga antara lain
untuk menghasilkan sarjana dan tenaga profesional muslim
di bidang hukum dan ekonomi syari’ah yang memiliki
kualifikasi:
(1) Memiliki integritas keilmuan dibidang hukum dan
ekonomi syari’ah;
(2) Memiliki integritas moral;
(3) Memiliki keahlian advokasi hukum Islam melalui
lembaga formal dan non formal baik secara individual
maupun kolektif;
(4) Memiliki kemampuan untuk berdakwah dan berperan
serta memajukan kehidupan masyarakat.
d. Fungsi dan Tujuan STAIN Salatiga
1) Fungsi STAIN Salatiga antara lain:
a) Merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan program;
170
b) Menyelenggarakan
pendidikan
dan
pengajaran
ilmu
pengetahuan agama Islam dan teknologi serta seni yang
bernapaskan Islam;
c) Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan agama Islam dan teknologi serta seni yang
bernapaskan Islam;
d) Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat;
e) Pelaksana pembinaan kemahasiswaan;
f) Pelaksana kegiatan sivitas akademika dan hubungan dengan
lingkungannya;
g) Pelaksana kerja dengan Perguruan Tinggi dan/atau lembagalembaga lain;
h) Menyelenggarakan administrasi dan manajemen;
i) Pelaksana pengendalian dan pengawasan kegiatan;
j) Melaksanakan penilaian prestasi dan proses penyelenggaraan
kegiatan serta penyusunan laporan. diunduh pada website
STAIN Salatiga http:www.stainsalatiga.ac.id. 17 November
2014.
2) Tujuan
Tujuan penyelenggaraan pendidikan STAIN Salatiga
adalah:
a) Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang
171
dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan
ilmu pengetahuan agama Islam dan teknologi serta seni yang
bernapaskan Islam;
b) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan
agama Islam dan/atau teknologi serta seni yang bernapaskan
Islam, dan mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan
taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan
nasional.
Tujuan STAIN Salatiga sebagaimana dirumuskan visi tahun
2025 menjadi rujukan studi Islam-Indonesia bagi terwujudnya
masyarakat damai bermartabat, maka tujuan STAIN Salatiga
disusun antara lain:
a) Mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa;
b) Menghasilkan
lulusan
yang
menguasai
cabang
ilmu
pengetahuan dan/atau teknologi yang berbasisi ilmu keislaman
untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya
saing bangsa;
c) Menghasilkan
ilmu
pengetauan
dan
teknologi
melalui
penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai-nilai
172
keislaman agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta
kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia;
d) Mewujudkan pengabdian kepada masyarakat berbasis ilmu
keislaman dan karya penelitian yang bermanfaat dalam
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa
dalam
rangka
mewujudkan
masyarakat
damai
bermartabat.
Tujuan pascasarjana disebutkan secara spesifik antara
lain
a) Menghasilkan Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I) yang
memiliki integritas, keteladanan dalam beragama, keluasan
ilmu, serta profesional dalam melaksanakan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah;
b) Menghasilkan Magister Pendidikan Islam yang memiliki
kemampuan metodologis dalam pengembangan keilmuan
dan metode pembelajaran pendidikan agama Islam di
sekolah/madrasah berbasis riset dan teknologi.
c) Menghasilkan Magister Pendidikan Islam yang memiliki
kesadaran
moral
dan
kepekaan
sosial
untuk
mengembangkan model pendidikan Islam yg bermutu dan
unggul serta responsif terhadap setiap peluang dan
tantangan di masyarakat baik pada skala nasional, regional
maupun internasional.
173
e. Jurusan dan Program Studi
Jurusan Tarbiyah memiliki program studi Pendidikan Agama
Islam, Pendidikan Bahasa Arab, Tadris Bahasa Inggris, Pendidikan
Guru Raudhotul Athfal, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
sedangkan jurusan Syariah al-Akhwal As-syakhsiyyah antara lain
memiliki program studi perbankan syariah (S1 dan DIII), Hukum
Ekonomi Syariah, Sejarah Kebudayaan Islam, ilmu Al-Quran tafsir,
Komunikasi dan Penyiaran Islam. Satu kelas Internasional yang
mengintegrasikan seluruh program studi.
f. Kompetensi Lulusan
1) Tarbiyah
Pada tahun 1987 diterbitkan Keputusan Presiden Nomor :
9 Tahun 1987 tentang status IAIN/Fakultas sebagai justifikasi
yuridis yang menguatkan eksistensi Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo di Salatiga dengan Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) dan pada tahun 1990 didirikan Jurusan Pendidikan Bahasa
Arab (PBA) untuk memenuhi tuntutan animo yang berkeinginan
untuk memperdalam bahasa Arab dan pengajarannya. Hingga pada
puncak pembenahan sarana prasarana, tenaga edukatif dan
administrasi serta semakin meningkatnya animo masyarakat maka
secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997 dengan Keputusan
Presiden RI Nomor : 11 Tahun 1997, Fakultas Tarbiyah beralih
status menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
174
Salatiga dengan Jurusan Tarbiyah dan Syariah, sedangkan
Pendidikan
Bahasa
Arab
beralih
menjadi
Program
Studi
Pendidikan Bahasa Arab di bawah Jurusan Tarbiyah. Di bawah ini
disampaikan
kompetensi
lulusan
yang
diproyeksikan
bagi
mahasiswa STAIN Salatiga.
a) Pendidikan Agama Islam (PAI)
Kompetensi lulusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
antara
lain
sebagaimana
disebutkan
pada
www.stainsalatiga.co.id diunduh 17 November 2014 adalah:
(1) Memahami wawasan pendidikan secara komprehensif;
(2) Menguasai
ilmu-ilmu
keislaman
dan
metodologi
pembelajaran;
(3) Memiliki sikap demokratis;
(4) Memiliki profesionalisme dalam melaksanakan tugas;
(5) Mencintai ilmu;
(6) Memiliki sikap responsif, inovatif dan kreatif;
(7) Memiliki sikap keteladanan dalam melaksanakan tugas;
(8) Terampil menerapkan teori-teori kependidikan dalam
melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
b) Pendidikan Bahasa Inggris (TBI)
(1) Memahami wawasan pendidikan secara komprehensif;
(2) Menguasai substansi ilmu-ilmu Bahasa Inggris dan
metodologi pembelajarannya;
175
(3) Memiliki sikap demokratis;
(4) Memiliki profesionalisme dalam melaksanakan tugas;
(5) Mencintai ilmu pengetahuan;
(6) Memiliki sikap responsif, inovatif dan kreatif;
(7) Memiliki sikap keteladanan dalam melaksanakan tugas;
(8) Terampil menerapkan teori-teori kependidikan dalam
melaksanakan pembelajaran Pendidikan Bahasa Inggris;
(9) Memiliki keterampilan berbahasa Inggris.
Beberapa
program
studi
baru
belum
dapat
mempublikasikan kompetensi yang diinginakan.
2) Syariah
Jurusan Syari’ah berfungsi untuk menyelenggarakan
pendidikan akademik dan profesional, yang bertujuan untuk
membentuk Sarjana Hukum Islam, yang memiliki keahlian dalam
bidang hukum Islam maupun hukum positif dengan keahlian
khusus dalam bidang al-Ahwal al-Syakhshiyah (peradilan agama).
Gelar kesarjanaan yang diperolehnya adalah S.HI. Program D-III
dengan
konsentrasi
Keuangan
dan
Perbankan
Islam
menyelenggarakan pendidikan profesional bertujuan membentuk
ahli madya yang memiliki keahlian dalam bidang manajemen dan
akuntansi keuangan baik di lembaga keuangan maupun perbankan.
Gelar sarjana yang diperolehnya adalah A.Md.
176
Kompetensi
lulusan
secara
spesifik
sebagaimana
dipublikasikan melalui syariah.satainsalatiga.ac.id diunduh 17
November 2014 antara lain:
a) Kemampuan dalam hukum Islam
(1) Memahami permasalahan hukum Islam dalam bidang
hukum perkawinan;
(2) Memahami permasalahan hukum Islam dalam bidang
hukum kewarisan;
(3) Memahami permasalahan hukum Islam dalam bidang
hukum perwakafan;
(4) Memahami permasalahan hukum Islam dalam bidang
hukum wasiat;
(5) Memahami permasalahan hukum Islam dalam bidang
hukum zakat;
(6) Memahami permasalahan hukum Islam dalam bidang
hukum hibah;
(7) Memahami permasalahan hukum Islam dalam bidang
hukum sadaqah.
b) Kemampuan menjadi praktisi hukum
(1) Menguasai ketentuan perundangan yang berlaku;
(2) Menguasai ketentuan hukum materi;
(3) Menguasai ketentuan hukum formil;
(4) Menguasai ketentuan hukum peradilan Islam;
177
(5) Mampu menjadi hakim di Pengadilan Agama (PA);
(6) Mampu menjadi Advokat.
c) Kemampuan dalam bidang hisab dan rukyat
(1) Mampu menentukan arah kiblat;
(2) Mampu menghitung awal Ramadhan dan awal Syawal;
(3) Mampu menetapkan kalender tahun Qomariyah;
(4) Mampu membuat jadwal waktu shalat;
d) Kemampuan dalam bidang kepaniteraan
(1) Terampil mencatat berita acara persidangan;
(2) Terampil mendokumentasikan berkas putusan pengadilan;
(3) Terampil membuat surat panggilan persidangan;
(4) Terampil mengendalikan administrasi perkara;
(5) Mampu memangku profesi panitera PA.
e) Kemampuan dalam bidang advokasi
(1) Memiliki komitmen untuk menegakkan hukum;
(2) Memiliki profesionalisme sebagai penasihat hukum;
(3) Memiliki keberpihakan kepada orang yang tidak mampu
yang meminta bantuan hukum;
(4) Menjunjung tinggi etik advokat.
f) Kemampuan beracara di pengadilan
(1) Menguasai tata cara beracara di pengadilan;
(2) Menguasai praktik persidangan;
(3) Mampu menyusun surat gugatan;
178
(4) Mampu menyusun surat permohonan;
(5) Kemampuan menjadi penghulu dan pengelola lembaga
pencatatan perkawinan;
(6) Terampil menyiapkan administrasi perkawinan mulai
pendaftaran sampai dengan penerbitan akte nikah;
(7) Terampil mendokumentasikan berkas perkawinan;
(8) Terampil mengendalikan administrasi perkawinan;
(9) Mampu memangku profesi penghulu.
g) Kemampuan melakukan penelitian di bidang hukum
(1) Mampu melakukan penelitian yurisprudensi;
(2) Mampu melakukan penelitian tokoh hukum Islam;
(3) Mampu melakukan penelitian kaidah fiqhiyyah;
(4) Mampu melakukan penelitian kitab fiqh;
(5) Mampu melakukan penelitian tematik historis;
(6) Mampu melakukan penelitian mazhab hukum;
(7) Mampu melakukan penelitian takhrij hadis;
(8) Mampu melakukan penelitian terhadap fenomena hukum
Islam yang terjadi di masyarakat.
a) Al akhwal As-Syakhsiyyah
a) Memahami hukum Islam dan hukum positif di Indonesia;
b) Menjadi tenaga peradilan dan ahli hisab yang objektif dan
menjunjung tinggi keadilan;
c) Memiliki profesionalisme dalam melaksanakan tugas;
179
d) Mencintai ilmu;
e) Memiliki sikap responsif, inovatif dan kreatif;
f) Memiliki ketrampilan dalam legitasi dan non legitasi;
g) Terampil melakukan hisab dan rukyat;
b) Perbankan Syariah (PS-S1)
a) Mampu memahami dan mengaplikasikan manajemen
kelembagaan umat;
b) Mampu merintis dan mengelola lembaga keuangan/bisnis.
Kompetensi tersebut berdasarkan pada tujuan yang
hendak dicapai berupa upaya untuk mengembangkan dan
menyebarluaskan ilmu-ilmu manajemen keuangan syariah,
membentuk sarjana yang memiliki keahlian dalam bidang
manajemen dan keuangan syariah, menyiapkan peserta
didik
menjadi
anggota
masyarakat
yang
memiliki
kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat
menerapkan dan mengembangkan ilmu-ilmu keislaman,
teknologi dan ilmu manajemen keuangan, menyiapkan
calon interpreneur yang memiliki semangat kewirausahaan
Islami, memelopori pengembangan studi manajemen
keuangan syariah yang unggul, menghasilkan riset di
bidang manajemen keuangan syariah.
180
c) Perbankan Syariah (DIII)
Kompetensi lulusan yang diinginkan sebagaiamana
dipublikasikan melalui website Stain Salatiga antara lain:
(1) Memahami kaedah-kaedah mu’amalah dalam wilayah
keuangan dan perbankan Islam;
(2) Memiliki sikap yang objektif dan adil;
(3) Memiliki sikap profesional;
(4) Mencintai ilmu pengetahuan;
(5) Memiliki sikap inovatif, kreatif dan advokatif. Memiliki
keterampilan dalam menyusun kebijakan dan strategi.
Beberapa
program
studi
baru
belum
dapat
mempublikasikan kompetensi yang diinginakan.
Analisis sederhana yang dapat dipaparkan di sini dapat
disampaikan bahwa visi dan misi, tujuan dan kompetensi lulusan
STAIN Salatiga secara tidak langsung memiliki semangat untuk
melakukan paperless
dalam kegiatan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian masyarakat. sikap-sikap yang dibangun antara lain sikap
kreatif, responsif, mencintai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Secara tekstual disebutkan tujuan STAIN Salatiga antara lian
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan agama Islam
dan teknologi serta seni yang bernapaskan Islam.
181
g. Fasilitas STAIN Salatiga Pendukung Paperless
Fasilitas yang disedikana oleh STAIN Salatiga untuk
mendukung tercapainya visi, misi, tujuan, dan kompetensi lulusan
yang memiliki karakateristik setiap program studi antara lain kelas
multimedia, hot spot di areal kampus STAIN Salatiga. Perpustakaan
dengan koleksi buku lengkap dan layanan berbasis komputer. Sumber
http:www.syariah.stainsalatiga.ac.id diunduh 17 November 2014.
2. Deskripsi Data
a. Identifikasi Informan
1) Yanuar Anshori
Yanuar Anshori biasanya dipanggil Yanuar. Yanuar
adalah mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) yang masih
mengerjakan skripsi di bawah bibingan Ibu Hj. Maslikhah,
S.A.,M.Si. Kegiatan Yanuar di samping mengerjakan skripsi juga
bekerja di salah satu perusahaan swasta. Yanuar aktifis pada
kegiatan internal kampus dalam organisasi Mahaswiswa Pecinta
Alam STAIN Salatiga (Mitapasa) dalam divisi Pendidikan dan
Latihan. Yanuar saat ditemui peneliti sedang santai sambil
merokok dan masih menggunakan jaket kulit yang selalu
digunakan sesaat sebelum konsultasi dengan pembimbing. Yanuar
disapa peneliti dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dan
memberikan salam. Peneliti pun menanyakan kabar Yanuar.
Yanuar memberikan informasi mohon maaf saya belum bisa
182
konsultasi karena kamar saya terbakar dan lap top saya juga ikut
terbakar. Saya masih berusaha untuk menyelamatkan data penting,
harapannya bisa diselamatkan. Yanuar pun menunjukkan gambar
kamar dan lap top yang terbakar dari handphone yang disimpan di
saku bajunya,
2) Taufiqurrahman
Wawancara dilakukan dengan Taufiqurrahan. Taufiq,
begitu nama panggilan di rumah, di kampung dan kampus
merupakan mahasiswa Pendidikan Agama Islam yang sekarang
sudah mulai merancang penyusunan skripsi. Taufiq adalah
mahasiswa angkatan tahun 2011 yang juga aktivis resimen
mahasiswa (Menwa) sebagai komandan. Taufiq mengambil kost di
lingkungan Yonif 411 kota Salatiga. taufiq memiliki badan tegap
laksana seorang tentara atau TNI, tegap berambut cepak. Taufiq
sudah mengikuti PPL di SMK Saraswati dan KKL di Bali selama 5
(lima) hari.
3) Hasan Maftukh
Hasan Maftukh adalah seorang mahasiswa program
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang masih mengerjakan skripsi di
bawah bimbingan ibu Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si. Hasan Maftukh
merupakan
mahasisa
yang
mengikuti
kegiatan
organisasi
mahasiswa sebagai anggota pada pusat informasi konseling (di
bawah Biro Tazkia) Islam, Racana Walisongo pada bidang
183
penelitian dan pengembangan, serta Student Music Club (SMC).
Hasan Maftukh biasa dipanggil dengan Hasan. Hasan juga sudah
dipercaya untuk mengajar di sekolah swasta di Salatiga, beberapa
waktu pada saat bimbingan skripsi Hasan mengenakan pakaian
seragam harian laksana seorang guru pegawai negeri. Hasan
sedang melaksanakan penelitian di Yonif Armed 411 Kota Salatiga
tentang kedisiplinan dan sapta marga dengan responden prajurit
pada Yonif 411 Kota Salatiga.
4) Maziidatun Ni’mah
Maziidatun Ni’mah adalah seorang mahasiswa angkatan
2010 program Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah
mengikuti program praktek pengalaman lapangan di SMK Negeri
Salatiga dan mengikuti program KKN di Magelang. Maziid begitu
dia biasanya dipanggil di kampus telah mengikuti ujian
munaqosyah pada 30 September 2014 dan diwisuda pada 18
Oktober 2014. Maziid dinyatakan lulus dalam sidang munaqosyah
dengan nilai A pada program Pendidikan Agama Islam. Sekarang
Maziid diminta membantu salah satu dosen perempuan untuk
melaksanakan pendataan dan pengisian tugas perkuliahan di kelas.
Maziid dipercaya oleh salah seorang dosen perempuan di STAIN
Salatiga memiliki cukup alasan, antara lain Maziid seorang yang
cerdas, santun, patuh, bertanggung jawab, dan emosi yang stabil.
Maziid berkenan untuk menambahkan keterangan kunci dari
184
wawancara yang sudah diberikan melalui SMS (short message
system).
5) Amalia Hidayatus Sibyani
Amalia Hidayatus Sibyani merupakan mahasiswa cantik
berkacamata minus dengan panggilan sehari-hari di kampus
dengan Amel. Amel selalu menampakkan wajah yang ceria setiap
mengikuti bimbingan skripsi dengan peneliti. Amel merupakan
mahasiswa program Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah
mengikuti program pengalaman lapangan di Mts Negeri Salatiga
dan mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Magelang.
Ujian munaqosyah telah dilalui 30 September 2014 yang lalu.
Amel telah dinyatakan lulus dalam sidang munaqosyah program
Pendidikan Agama Islam. Amel memiliki adik kandung yang
sedang kuliah di STAIN Salatiga pada jurusan yang sama. Amel
merupakan mahasiswa yang sangat peduli dengan hidup hemat
untuk semua hal.
6) Andirioza
Andirioza adalah seorang mahasiswa angkatan 2010
program Pendidikan Agama Islam (PAI) yang berasal dari
Palembang Sumatera Selatan. Andirioza sering dipanggil Rio di
kampus dan di rumah. Rio telah mengikuti ujian munaqosyah pada
30 September 2014 dengan topik skripsi tentang edutainment pada
SMP Sudirman Bancak.
185
7) Ismawati
Wawancara
dilakukan
dengan
Ismawati.
Ismawati
memiliki panggilan sehari-hari di kampus dengan panggilan Isma.
Isma adalah seorang mahasiswa program Pendidikan Agama Islam
(PAI) yang telah mengikuti ujian munaqosyah tanggal 30
September 2014. Seorang mahasiswa yang telah dinyatakan lulus
dalam sidang munaqosyah program Pendidikan Agama Islam. Isma
memiliki Saudara yang bekerja di STAIN Salatiga sebagai
karyawan. Isma di rumahnya digunakan sebagai tempat untuk
mengajar bagi anak-anak TK. Sebagian kertas bekas hasil
bimbingan skripsi digunakan untuk dijadikan sebagai media belajar
di sekolah yang dia jadikan sebagai tempat untuk mengabdi.
8) Sikhatun Nafisah
Sikhatun Nafisah. Sikhatun Nafisah dengan panggilan
sehari-hari di kampus dengan Nafis. Nafis adalah seorang
mahasiswa program Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah
mengikuti ujian munaqosyah 30 September 2014. Seorang
mahasiswa yang telah dinyatakan lulus dalam sidang munaqosyah
program Pendidikan Agama Islam. Nafis menemui peneliti untuk
meminta tanda tangan pengesahan skripsi.
9) Istikhana Fauziyah
Istikhana Fauziyah biasanya dipanggil Istikhana. Istikhana
adalah mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) yang masih
186
mengerjakan skripsi. Istikhana saat ini tinggal bersama orang
tuanya di Santren Wonokerto Bancak Kabupaten Semarang.
Istikhana sudah mengikuti program PPL di SMK Pelita di bawah
bimbingan Ibu Dra, Djamiatul Islamiyah. KKL di Pondok
Pesantren Darunnajah Suryalaya dan studio trans 7 untuk acara Pas
Mantap, melengkapi acara KKN berkunjung ke Monumen
Nasional (Monas) Jakarta dan Tangkuban Perahu dengan
pembimbing KKL Bpk Roviin. KKN di Dusun Suruh Banyuadem
Srumbung Magelang di bawah bimbingan Bpk Budiono Saputro.
Istikhana sedang santai duduk di ruang tunggu gedung sekretariat
lantai 3 menunggu peneliti untuk konsultasi.
10) Nur Anisah
Nur Anisah biasanya dipanggil Anis. Anis adalah
mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) angkatan 2011 yang
berencana untuk memulai melakukan penulisan skripsi. Anis
mengikuti program praktek pengalaman lapangan di SMP N 3
Salatiga. KKL di Bali, dan KKN berencana di Boyolali. Kegiatan
Anis di samping mengerjakan skripsi juga mengajar di TPA
(Taman Pendidikan Al-Quran) Al-Ikhlas di Tegalrejo Salatiga.
Anis pernah menjadi aktifis pada kegiatan internal kampus dalam
Racana STAIN Salatiga. Anis juga menjadi pembiina pramuka di
SDN Candirejo 1 Salatiga, dan guru private lembaga excellent
Salatiga. Anis menemui peneliti untuk diskusi tentang judul
187
skripsi. Anis sudah mendapatkan persetujuan dari ketua program
studi pendidikan agama Islam (Ka. Prodi) PAI tentang kurikulum
2013 (K13) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI),
menurut peneliti, mata pelajaran PAI berbeda dengan mata
pelajaran yang lainnya. PAI tidak ditematikkan seperti mata
pelajaran lain, sehingga PAI yang diterapkan pada K13 kurang
tepat. Peneliti pun mengarahkan pada topik penelitian lain.
Nampaknya
Anis
lega
dan
bermaksud
untuk
menyudahi
pertemuan, wawancara pun sepakat dimulai.
11) Nur Fauziyah
Nur Faizah biasanya dipanggil Faiz. Faiz adalah
mahasiswa Tadris Bahasa Inggris angaktan 2010 yang masih
mengerjakan skripsi di bawah bimbingan Bpk Ruwandi, M.Pd.
Kegiatan Faiz di samping mengerjakan skripsi juga bekerja
memberikan les bahasa Inggris. Faiz mengikuti program PPL di
MAN Tengaran dan KKL di Jakarta dan Bandung. KKN di Desa
Nglumut Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Faiz saat
ditemui peneliti sedang serius mencari referensi skripsi dengan lap
top dan handphone smartfriendnya
12) Muhammad Agus Wahid
Muhammad Agus Wahid biasanya dipanggil Agus. Agus
adalah mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) yang masih
mengerjakan skripsi di bawah bibingan Ibu Muna Erawati, S.Psi.,
188
M.Psi. Agus merupakan mahasiswa STAIN angkatan tahun 2010
yang berasal dari Purwodadi. Agus memiliki rumah kos di
belakang kelurahan Kalicacing. Agus mengikuti program PPL di
SMP Negeri 2 Tengaran di bawah bimbingan dosen pembimbing
lapangan (DPL) H. Agus Ahmad Suaidi, Lc., MA. Agus mengikuti
program KKL di Jakarta dan Bandung. KKN di desa Nglumut
Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Agus saat ditemui
peneliti sedang duduk menghadap lap top dan beberapa buku cetak
di depannya di gedung perpustakaan lantai 3. Agus menggunakan
kaos yang terkesan santai dan rileks. Agus merupakan mahasiswa
peneliti pada salah satu mata kuliah. Agus merasa sudah pernah
kenal dengan peneliti di kelas, sehingga begitu peneliti menuju
gedung perpustakaan pada ruang skripsi di lantai 3, Agus menyapa
peneliti dengan melempar senyum yang ramah.
b. Hasil Wawancara
1) Makna kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga
melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi;
Hasil wawancara dengan dengan Yanuar berkaitan dengan
makna kearifan antara lain diungkapkan sebagai berikut:
Manusia dengan manusia, alam dan Allah memiliki hubungan
yang seharusnya harmonis. Manusia harus dapat menjaga
keseimbangan perilaku, menjaga alam yang serasi, kita juga
bertanggung jawab dengan Allah. Manusia menjadi makhluk
yang notabene sebagai khalifah yang mengayomi seluruh
alam, jadi ada hubungan yang harmonis antara manusia
dengan Allah, alam, dan dengan sesama manusia. Jadi
189
maknanya untuk membangun harmonisasi manusia dengan
Allah dan alam semesta.
Tampak dalam gambar 4.1 wawancara dengan Yanuar
Anshori.
Gb. 4.1 Wawancara Peneliti dengan Yanuar Anshori
Sumber: Dokumen Peneliti
Wawancara pada kesempatan dan ruang yang berbeda
dipaparkan oleh Taufiqurrahman sebagai berikut:
Makna kearifan lingkungan dalam mengusahakan paperless
bagi saya untuk mengurangi sampah kertas yang sudah tidak
digunakan lagi. Mengurangi permborosan kertas.
Wawancara pada situasi, kondisi, waktu, dan ruang yang
berbeda dipaparkan oleh Hasan Maftukh makna kearifan
sebagaimana disebutkan di bawah ini:
Makna kearifan lingkungan dalam mengusahakan paperless
daripada tidak bermanfaat, dimanfaatkan ke hal yang bernilai.
190
Wawancara Peneliti dengan Hasan Maftukh tampak pada
gambar 4.2
Gb 4.2 Wawancara Peneliti dengan Hasan Maftukh
Sumber: Dokumen Peneliti
Hasil wawancara dengan dengan Maziid beberapa waktu
sebelum diwisuda.
Makna kearifan lingkungan bagi saya, kertas kan
katanya dari pohon. Dengan mengiritkan kertas berarti
menyelamatkan pohon, dengan demikian kita sudah
menyelamatkan pohon biar tidak mubadzir. Mbak Mazid
menambahkan melalui SMS: peduli, menghemat kertas sama
halnya membiarkan satu pohon hidup lebih lama, yang berarti
ikut menjaga gerakan go green, ikut meminimalisir
pembuangan sampah sembarangan dan mulailah dari
sekarang dan dari diri sendiri lalu ke orang lain.
191
Wawancara dengan Maziid dapat ditampilkan pada
gambar 4.3.
Gb. 4.3 Wawancara Peneliti dengan dengan Maziid
Sumber: Dokumen Peneliti
Amel saat bertemu dengan peneliti mengggunakan kaca
mata
minus,
tanpa
ada
rasa
canggung
dengan
peneliti
mengemukakan pendapatnya tentang makna kearifan lingkungan
sebagaimana dideskripsikan di bawah ini:
Makna kearifan lingkungan dalam mengusahakan
paperless menjadikan kita hemat, murah, tidak boros
tempat yang menjadikan tempat berantakan kebanyakan
kertas berserakan.
192
Wawancara peneliti dengan Amel dapat ditampilkan
pada gambar 4.4.
Gb. 4.4. Wawancara Peneliti dengan Amel
Sumber: Dokumen Peneliti
Amel begitu biasanya dia dipanggil di kampus menunjukkan
naskah skripsi yang sudah diupayakan untuk menerapkan
paperless dalam proses bimbingan.
Rio memberikan penjelasan tentang makna kearifan
lingkungan antara lain sebagaimana dipaparkan ulang dalam
tulisan di bawah ini:
Makna kearifan lingkungan bagi saya, untuk melindungi
lingkungan, karena kertas bahan dasarnya dari pohon.
Rio menunjukkan upaya perlindungan lingkungan berupa
kelangkaan pohon dengan menerapkan teknologi informasi dan
komunikasi pada saat bimbingan skripsi. Tampak pada gambar 4.5
Rio menggunakan lap top untuk proses bimbingan.
193
Gb. 4.5. Wawancara Peneliti dengan Rio
Sumber: Dokumen Peneliti
Isma memberikan penjelasan berkaitan dengan makna
kearifan lingkungan. di bawah ini informasi yang diberikan oleh
Isma
berkaitan
dengan
makna
kearifan
lingkungan
bagi
mahasiswa.
Makna kearifan lingkungan dalam mengusahakan paperless
menjadikan kita hemat, murah, tidak boros tempat dan
dapat ikut serta menyelamatkan lingkungan dari kerusakan.
Isma
menyelamatkan
lingkungan
dari
kerusakan
di
antaranya dengan memanfaatkan kembali kertas bimbingan skripsi
menjadi media belajar untuk anak-anak TK. Pemanfaatan kertas
bekas proses bimbingan ditunjukkan untuk media pembelajaran
anak TK sebagaimana tampak pada gambar 4.6.
194
Gb. 4.6 Isma Menunjukkan Media Pembelajaran
dengan kertas Bekas Bimbingan Skripsi
Sumber: Dokumen Peneliti
Sikhatun berpendapat tentang makna kearifan terhadap
lingkungan, yaitu:
Makna kearifan lingkungan dalam mengusahakan
paperless menjadikan kita hemat, murah, tidak boros.
Penghematan kertas itu, dengan menghemat bahan yang
akan digunakan untuk kertas akan menjadi lestari.
Tumbuhan yang harusnya dijadikan untuk kertas dapat
terkurangi, dengan demikian mengurangi global warming
yang akan mejadikan kita sehat.
Sikhatun menunjukkan skripsi yang diupayakan untuk
menerapkan paperless . Penghematan kertas pada penyusunan
skripsi sangat penting dilakukan, karena proses bimbingan sangat
signifikan dalam pengurangan jumlah kertas yang harus digunakan.
195
Gb. 4.7. Peneliti dengan Sikhatun Menujukkan Upaya Paperless
pada Hasil Penyusunan Skripsi
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Istikhana memberikan kelengkapan data tentang makna
kearifan lingkungan. Makna kearifan lingkungan bagi Istikhana
sebagaimana diutarakan pada wawancara adalah untuk kelestarian
lingkungan dan berbuat atas realitas global warming dengan
mengarahkan kepada mahasiswa untuk memiliki bakat yang belum
dikenali melalui upaya pemanfaatan kertas bekas. Wawancara
dengan Istikhana sebagaimana ditampilkan dalam paparan berikut:
Untuk mengurangi risiko kita harus memberi ruang gerak
untuk anak cucu kita nanti, kertas kan dari kulit kayu ya, bu.
Kalau menggunakan kertas kan berarti membutuhkan kayu
yang banyak, hal ini akan mempercepat global warming.
Untuk melakukan kreativitas mahasiswa untuk dapat
mengetahui sebenarnya bakatnya itu di mana.
Istikhana berusaha untuk mengenali diri dengan melakukan
paperless
pada proses bimbingan, dengan paperless
maka
keterbatasan finansial bukan menjadi penghalang untuk sukses
196
dalam
menyusun
skripsi.
Kegigihan
Istikhana
untuk
mengupayakan paperless dapat dikenali oleh peneliti pada saat
wawancara dilakukan. Berikut gambar Istikhana saat diwawancarai
peneliti.
Gb. 4.8 Wawancara Peneliti dengan Istikhana
Sumber: Dokumen Peneliti
Wawancara
dengan
Anis
tentang
makna
paperless
disampaikan dengan lugas. Berikut hasil wawancara peneliti
dengan Anis tentang makna kearifan lingkungan melalui paperless
berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Mengurangi polusi udara, karena pabrik kertas. Mencegah
global warming. Meningkatkan go green, terus apa lagi ya.
Mengurangi bencana alam, banjir, dari pohon yang
ditebang. Membiasakan untuk memanfaatkan barang yang
tidak terpakai. Dan hemat.
Anis dengan tegas menerangkan tentang kebiasaan untuk
memanfaatkan kertas bekas dari fotokopian materi kuliah yang
tidak digunakan lagi. Anis membendelnya dan memanfaatkan
197
untuk membuat konsep penyusunan makalah, judul skripsi, dan
bahkan untuk memberikan les kepada anak-anak di TPQ. Anis
tampak menunjukkan bendelan kertas bekas untuk dimanfaatkan
dalam berbagai kepentingan akademik.
Gb. 4.9 Anis Menujukkan Pemanfaatan Kertas Bekas
untuk Kegiatan Akademik
Sumber: Dokumen Peneliti
Agus seorang mahasiswa yang baru saja mengikuti program
ujian
komprehensif
menjelaskan
tentang
makna
kearifan
lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi. Agus memiliki orientasi pada penghematan dalam
memanfaatkan kertas sebagai cara untuk peduli terhadap
lingkungan. makna kearifan lingkungan bagi Agus sebagaimana
dipaparkan di bawah ini:
Untuk mengurangi kertas dari sampah. Semakin banyak
kertas yang digunakan, maka semakin banyak sampah yang
dapat ditimbulkannya dengan sia-sia. Penghematan
terutama.
198
Faiz seorang perempuan yang supel memaparkan tentang
kearifan lingkungan sebagai suatu upaya untuk menghemat
berbagai segi berikut ungkapan Faiz:
Penghematan dari semua segi seperti biaya dan waktu dan
upaya untuk mendapatkan penyadaran tentang realitas
global warming.
Berikut gambar 4.10 Fais bersama Peneliti di ruang skripsi
gedung perpustakaan. Tampak Faiz menggunakan fasilitas
teknologi informasi dan komunikasi berupa penggunaan lap top
dan HP untuk akses internet.
Gb. 4.10. Wawancara Peneliti dan Faiz di Gedung Perpustakaan
Ruang Skripsi lantai 3.
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Agus melakukan penghematan terhadap kertas antara lain
pada saat serching referensi dari buku-buku di perpustakaan tidak
menuliskan kembali pada kertas, tetapi dengan menggunakan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
antara
lain
dengan
199
memanfaatkan lap top dan internet. Tampak pada gambar 4.11
Agus melakukan searching data di perpustakaan dengan lap top,
HP dan beberapa tumpukan skripsi di sekeliling Agus.
Gb. 4.11 Wawancara Peneliti dengan Agus
di Gedung Perpustakaan Ruang Skripsi Lantai 3
Sumber: Dokumen Peneliti
Makna kearifan lingkungan sebagaimana diungkapkan oleh
informan antara lain meliputi makna membangun hubungan yang
harmonis dengan Allah Swt, alam dan lingkungan, serta sesama
manusia;
mengurangi dampak dari perbuatan yang dapat
menimbulkan pemborosan sumber daya dalam hal ini adalah
kertas; pemanfaatan sesuai dengan peruntukannya secara lebih
tepat; menyelamatkan sumber daya alam berupa pohon dan hutan;
menuju perilaku hidup yang peduli terhadap lingkungan yaitu go
green; hidup secara tertib dan rapi; perlindungan terhadap
lingkungan
berupa
perilaku
hemat
dan
sederhana
untuk
mewujudkan kelestarian, keberlanjutan untuk generasi yang akan
200
datang
secara
baik/sustainable;
mengatasi
pemanasan
global/global warming melalui upaya perlindungan terhadap hutan
agar tetap berfungsi sebagai paru-paru Indonesia.
2) Upaya mahasiswa STAIN Salatiga dalam mewujudkan kearifan
lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi
Yanuar mengemukakan ada
beberapa
upaya
yang
dilakukan oleh mahasiswa untuk mewujudkan kearifan lingkungan
melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi
melalui diskusi dengan teman, dosen, dan orang tua, serta
memanfaatkan buku cetak. Hal ini sebagaimana dikemukakan
sesuai hasil wawancara peneliti dengan Yanuar berikut ini:
Dulu saya diskusi dengan teman-teman UKM untuk
membahas tentang materi kuliah, search internet,
pemanfaatan fasilitas di perpustakaan STAIN Salatiga, saya
request dengan kakak yang kebetulan sedang kuliah S2
Komunikasi di UNS Surakarta. Saya tuliskan judulnya nanti
dicarikan kakak. Saya juga bertanya dan berdiskusi dengan
Bapak. Kebetulan Bapak sebagai guru. Bersama dengan
dosen juga sering untuk diskusi tentang materi perkuliahan.
Diskusi tentang psikologi agama dengan Bapak Mukti Ali,
diskusi tentang metode penelitian dengan Bapak M. Zulfa
201
Upaya yang dilakukan Yanuar dapat disaksikan pula pada
kegiatan mahaiswa di perpustakaan STAIN Salatiga sebagaimana
pada gambar 4.12 di bawah ini:
Gb. 4.12 Mahasiswa Berdiskusi dan melakukan searching
Intenet di Perpustakaan STAIN Salatiga.
Sumber: Dokumen Peneliti
Taufiqurrahman dengan gaya resimennya menjelaskan
tentang upaya yang dilakukan untuk menunjukkan kearifan
terhadap lingkungan melalui paperless
berbasis teknologi
informasi dan komunikasi antara sebagai berikut:
Taufiqurrahman tidak melakukan fotokopi terhadap materi
yang diberikan oleh dosen tetapi dengan meminjam
fotokopian teman untuk ditulis hal-hal penting dan
mengambil soft file yang diberikan oleh dosen.
Memanfaatkan materi yang diberikan oleh dosen yang
harus
difotokopi,
mengumpulkan
tugas
dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Konsultasi esensi skripsi secara lisan, kontrak bimbingan,
dan penyusunan proposal. Kalau arah proposalnya sudah
jelas baru saya buat. Biar tidak terlalu banyak kertas yang
terbuang.
202
Upaya yang dilakukan Taufiq tampak aktivitas mahasiswa
untuk melakukan transfer materi melalui lap top dari flash disk,
perhatikan gambar 4.13 di bawah ini.
Gb. 4. 13 Mahasiswa sedang melakukan trasnfer data
melalui flash disk di lap top
Sumber: Dokumen Peneliti
Hasan Maftukh yang sama-sama resimen mahasiswa
memberikan gagasan tentang upaya yang dilakukan untuk
menunjukkan kearifan lingkungan melalui paperless
berbasis
teknologi informasi dan komunikasi sebagai berikut:
Saya menggunakan kertas bekas hasil bimbingan untuk
menulis pada saat rapat, ngonsep artikel, menggunakan
kertas bekas saat menulis istilah-istilah ilmiah saat
membaca buku. Kertas-kertas bekas tersebut dibiarkan
tanpa dijilid, baru digunakan sendiri. Konsep yang dibuat
pada kertas bekas tidak untuk dibagi-bagi tetapi untuk
digunakan sendiri hanya kepada orang-orang yang
dipercaya untuk membaca konsep yang saya tulis pada
kertas bekas tersebut. Kertas bekas yang tidak berguna,
saya simpan sampai menumpuk banyak, saya memilih,
kalau tidak penting saya singkirkan. Kertas bekas
digunakan untuk alat peraga. Jadi kertas bekas dapat
203
digunakan untuk hal-hal yang berguna. Untuk mengurangi
penggunaan kertas dengan cara menggunakan elektronik,
antara lain dengan menggunakan lap top dan flash disk
yang bisa menyimpan file. Secara individu peduli,
sebenarnya. Ada keinginan peduli, tetap belum ada
organisasi di kampus yang mengajak peduli terhadap kertas
dalam pemanfaatannya.
Upaya yang dilakukan oleh Hasan Maftukh tampak pula
dilakukan oleh mahasiswa pada saat microteaching. Perhatikan
gambar di bawah ini:
Gb. 4.14. Mahasiswa Memanfaatkn Kertas sebagai Alat Peraga
Microteaching
Sumber: Dokumen Peneliti
204
Gb. 4. 15 Mahasiswa Memanfaatkn Kertas sebagai Alat Peraga
Microteaching
Sumber: Dokumen Peneliti
Maziid yang polos dan sopan memberikan penjelasan
upaya yang dilakukan untuk menunjukkan kearifan terhadap
lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi sebagai berikut:
Kalau konsultasi lewat email ada konsep dulu, kita
lihatkan lewat lap top. Kalau sudah baik lewat kertas.
Kalau sudah lewat point-pointnya, dosen pembimbing
berkenan menggunakan kertas bekas bimbingan kemarin.
Kalau ini kan 5 exemplar, yang satu bisa disimpan
sebagai perbendaharaan pribadi, yang lainnya bisa
digunakan. Foto kopi yang double bisa digunakan yang
lain.
Upaya yang dilakukan oleh Maziid dapat didukung oleh
beberapa mahasiswa sebagaimana tampak dalam gambar draft
naskah skripsi yang dikirimkan melalui email. Perhatikan gambar
205
4. 16 yang menandai pada penerapan paperless berbasis teknologi
informasi dan komunikasi bagi mahasiswa STAIN Salatiga.
Gb. 4.16. Email Mahasiswa yang Dikirimkan melalui Email
Sumber: Dokumen Peneliti
Amel mahasiswa yang selalu tampil cantik dan sumringah
memberikan
versi
untuk
menunjukkan
kearifan
terhadap
lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi sebagai berikut:
Amel menggunakan soft file dan lap top untuk
memperlajari materi yang disampaikan dosen. Pengayaan
materi kuliah dengan cara membaca buku di
perpustakaan. Jika diperlukan, Amel tidak memfotokopi,
tetapi mencatatnya. Pencatatan Amel sisipkan pada
materi yang sudah diterima melalui soft file yang sudah
diterima. Kalau harus mencatat Amel menulis dalam buku
dengan memanfaatkan lembar demi lembar buku tersebut
dan menulisnya dengan besaran tulisan yang standar
yang dapat dibaca dengan enak dan nyaman. Menggali
dan memperkaya materi kuliah dengan melacak melalui
internet. Saat melacak nama pengarang dan judul buku di
perpustakaan dengan on line dengan mencatat dalam
hand phone dan catat di telapak tangan. Pengumumanpengumuman penting seperti pelaksanaan PPL, KKL,
KKN, Jadwal kuliah, dan informasi dari prodi (program
206
studi) juga Amel tidak mencatatnya dalam kertas atau
buku, tetapi cukup difoto melalui handphone.
Upaya yang dilakukan Amel tertangkap pada proses
observasi yang dilakukan oleh peneliti, perhatikan gambar 4. 17 di
bawah ini:
Gb. 4. 17 Mahasiswa sedang melakukan Searching on line
di Perpustakaan STAIN Salatiga
Sumber: Dokumen Peneliti
Rio memaparkan untuk menunjukkan kearifan terhadap
lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi sebagai berikut:
Membuat konsep pada bimbingan skripsi dengan
menggunakan kertas bekas akan menghemat. Tidak
menggunakan tissue untuk kebutuhan di kampus. Dibuat
buku untuk coret-coretan dari kertas bekas tersebut. Saya
mengikuti kegiatan seminar-seminar atau pelatihanpelatihan melakukan pencatatan pada kertas bekas.
Menggunakan flash disk dan bukan buku. Gunakan
internet on-line. Bagi yang belum familiar dengan internet
supaya mengikuti latihan. Akses internet biasanya hanya
dibaca dan tidak dicetak, meskipun demikian kadang juga
mencetaknya kalau belum paham. Yang penting kita bisa
mempertimbangkan sendiri bagaimana perlunya dicetak
atau tidak. Saya menggunakan flash disk, internet on line,
menggunakan kertas bekas untuk hal-hal yang tidak
207
formal,
konsultasi
bimbingan
menggunakan lap top langsung.
skripsi
dengan
Tampak dalam gambar 4. 18 kegiatan yang sebaliknya
dilakukan oleh Rio. Mahasiswa ini asyik menyalin data atau
informasi dari salah satu referensi dan tidak menggunakan fasilitas
teknologi informasi dan komunikasi saat berada di gedung
perpustakaan STAIN Salatiga. Pemandangan sebagaimana tampak
pada gambar di bawah ini masih banyak ditemukan di ruang
perkuliahan atau di perpustakaan. Mahasiswa entah dengan alasan
apa, harus menyalin tulisan yang sudah dicetak di buku tersebut
pada buku. Buku yang digunakan sebagaimana tampak pada
kegiatan
perkuliahan
menggunakan
kertas
juga
bekas,
sulit
ditemukan
kebanyakan
dari
mahasiswa
mahasiswa
menggunakan buku binder yang bagus. Perhatikan gambar 4. 19 di
bawah ini.
Gb 4.18 Mahasiswa Mencatat Data/Informasi dari Buku Referensi
Pada Buku Catatan.
Sumber: Dokumen Peneliti
208
Gb. 4.19 Mahasiswa menggunakan Buku Binder
untuk Mencatat Keterangan Kuliah
Sumber: Dokumen Peneliti
Isma seorang mahasiswa yang pemalu memberikan
penjelasan
tentang
tentang
upay
yang
dilakukan
untuk
menunjukkan kearifan terhadap lingkungan melalui paperless
berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagai berikut:
Isma menggunakan soft file dan lap top untuk
memperlajari materi yang disampaikan dosen. Pengayaan
materi kuliah dengan cara membaca buku di perpustakaan.
Kalau harus mencatat pada saat perkuliahan, Isma menulis
dalam satu buku untuk beberapa mata kuliah. Saya
membatasi
masing-masing
mata
kuliah
dengan
memanfaatkan lembar demi lembar buku tersebut secara
penuh dan menulisnya dengan rapi sehingga tidak perlu
repot-repot dalam membacanya. Isma menggali dan
memperkaya materi kuliah melalui internet. Saya merasa
cukup dengan membaca apa yang ada dalam artikel
internet tersebut. Saya mengoptimalkan fasilitas yang
disediakan oleh perpustakaan. Perpustakaan on line sangat
membantu Isma untuk mendapatkan informasi dan
pengayaan materi.
209
Gambar di bawah ini aktivitas mahasiswa lain yang aktif
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan
STAIN Salatiga.
Gb. 4. 20 Mahasiswa sedang memanfaatkan Teknologi Informasi
dan Komunikasi di Perpustakkaan STAIN Salatiga
Sumber: Dokumen Peneliti
Sikhatun Nafisah memberikan pengakuan terhadap upaya
untuk
menunjukkan
kearifan
terhadap
lingkungan
melalui
paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagai
berikut:
Nafis menggunakan lap top untuk menggali melalui intenet
materi yang disampaikan dosen. Buku cetakan hanya untuk
dibaca. Kadang ketika kuliah digunakan satu buku untuk
semua mata kuliah dalam satu semester atau dengan
menggunakan binder yang dapat dipindah-pindahkan
sesuai urutan materi setiap mata kuliah, jadi tidak satu
mata kuliah satu buku.
Istikhana mengungkapkan secara gamblang tentang upaya
yang dilakukan untuk menerapkan paperless berbasis teknologi
210
informasi dan komunikasi. Berikut ini disampaikan oleh Istikhana
Fauziyah pada wawancara dengan peneliti di bawah ini:
Pada saat KKN Istiana pakai kertas bekas dengan
memanfaatkan kertas koran, itu lho bu buat bunga, katak,
pesawat-pesawat terbang. Saya juga memanfaatkan kertas
bekas bimbingan untuk bimbingan berikutnya.
Istiana menunjukkan rasa malu-malu saat menunjukkan
kertas bimbingan dengan menggunakan kertas bekas bimbingan
konsultasi sebelumnya. Di hadapan pembimbing saat pembimbing
mulai membuka lembaran-lembaran naskah skripsinya Istikhana
mengungkapkan tentang penggunaan kertas bekas tersebut.
Istikhana tampak terasa lega saat pembimbing menyampaikan, iya.
Bagus, malah ibu sudah ambil gambarnya sebagai bagian dari upya
paperless yang dilakukan mahasiswa.
Istikhana senantiasa
melakaukan
skripsi
paperless
saat
bimbingan
dan
selalu
menerapkan budaya hati-hati dalam melakukan pencetakan melalui
printer. Kebiasaan yang diterapkan dengan meneliti halaman, spasi
dan huruf ejaan, serta halaman.
211
Realitas penggunaan kertas bekas bimbingan sebelumnya
untuk bimbingan berikutunya ditunjukkan oleh istiana pada naskah
skripsi di bawah ini:
Istikhana Fauziyah
Gb. 4.21 Naskah Skripsi Yang Dicetak Bolak-Balik Dari Kertas Bekas
Konsultasi Skripsi Sebelumnya
Sumber: Dokumen Peneliti
Anis seorang mahasiswa yang supel dan energik ini
memberikan keterangan tentang upaya yang dilakukan untuk
menunjukkan kearifan terhadap lingkungan melalui paperless
berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagai berikut:
Dari buku-buku yang sudah lama yang sudah ada saya
bendel jadi satu untuk perkuliahan atau ngelesi. Kalau
saya punya makalah, saya mencatatnya di balik makalah
tersebut. Saya menggunakan kertas bekas untuk mencoratcoret yang sebelumnya dibendel seperti punya ibu ini. saya
ngeprint power point yang mau saya presentasikan.
Presentasi cukup menggunakan kertas catatan kecil, itu
sebagai siasat untuk mengurangi kertas. Bikin catatan
pribadi di handphone (HP), pakai smartphone. Kuliah
pakai lap top, mengirim naskah ke dosen dengan email,
tidak harus ngeprint.
212
Upaya Anis juga dilakukan oleh mahasiswa lain tanpa
makalah, tanpa power point, cukup dengan catatan kecil. Ada juga
mahasiswa lain cukup menggunakan kertas karton dan handphone
untuk membantu keberhasilan presentasi. Mahasiswa dapat
meperoleh keterangan dari media yang disediakan dan keterangan
yang diberikan oleh presenter tanpa menggunakan makalah yang
membutuhkan 10 sampai 20 lembar kertas. Perhatikan gambar 4.
22 di bawah ini.
Gb. 4. 22. Persiapan Mahasiswa untuk Presentasi
Sumber: Dokumen Peneliti
Faiz seorang mahasiswa yang berusaha untuk melakukan
kegiatan nyata untuk menunjukkan kearifan terhadap lingkungan
melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi
sebagai berikut:
Terus terang saya masih menggunakan kertas terus, paling
untuk paperless dengan memanfaatkan kertas lama.
Misalnya dosen menjelaskan di kelas, saya membuat
catatan pakai kertas bekas tidak menggunakan buku.
213
Misalanya ada foto kopian dengan landscape, belakangnya
kan kosong, saya pakai catatan-catatan dengan penjelasan
dosen di kelas. Search file, langsung saya save. Saya lebih
senang menyimpan dalam bentuk soft file. Saya punya
beberapa teman kost, saya punya materi seperti ini untuk
semester bawahnya saya share ke mereka biar mereka
tidak memfoto kopi lagi, kan mubadzir. Dulu waktu SMA,
kita bikin-bikin kertas daur ulang dari kertas koran bekas.
Kertas diblender dan direbus, setelah itu dapt dijadikan
untuk caver buku diary.
Agus seorang mahasiswa yang berpenampilan sederhana
dan santai memberikan paparan tentang upaya yang dilakukan
untuk
menunjukkan
kearifan
terhadap
lingkungan
melalui
paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagai
berikut:
Saya memperbanyak membaca, memberi dan menjelaskan
kepada orang lain dan mengajarkan kepada orang lain
ilmu, sebab dengan saya menjelaskan berarti saya telah
paham. Menggunakan buku cetak dari perpustakaan untuk
penguasaan materi kuliah. Menggunakan media lap top,
menggunakan kertas kecil untuk pencatatan saat kuliah,
presentasi dengan mencatat dengan catatan singkat di
papan tulis. Penugasan dengan melakukan kirim email.
Upaya yang dilakukan oleh Agus berupa kegiatan
presentasi dengan menggunakan kertas dan HP dikuatkan
sebagaimana dilakukan oleh mahasiswa yang lain pada kegiatan
observasi di kelas. Mahasiswa di kelas tampak tidak terbiasa
dengan budaya paperless pada saat presentasi. Demikian juga
penggunaan teknologi informasi dan komunuikasi yang dikuasai
oleh mahasiswa tidak mau ditampakkan secara nyata di depan
214
dosen dan teman sekuliahnya di kelas. Perhatikan Gambar 4.23 di
bawah ini:
Gb. 4.23 Mahasiswa Presentasi dengan menggunakan Catatan Kecil
dan bantuan Alat teknologi Informasi dan Komunikasi/HP
Sumber: Dokumen Peneliti
Upaya yang dilakukan Agus untuk mengirimkan tugas
kuliah melalui fasilitas teknologi informasi dan komunikasi juga
dilakukan oleh mahasiswa lain. Perhatikan gambar 4.24 di bawah
ini:
Tugas
UTS
Gb. 4.24 Mahasiswa Memanfaatkn Teknologi
Informasi dan Komunikasi melalui Email
Sumber: Dokumen Peneliti
215
Rangkuman keterangan informan yang berkaitan dengan
upaya yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menerapkan
paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi dapat di
antara lain Upaya yang dilakukan mahasiswa untuk mewujudkan
kearifan lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi
dan komunikasi antara lain, kuliah dengan menggunakan lap top
untuk menyisipkan keterangan-keterangan dosen pada power point
yang sudah diberikan sebelumnya; pengayaan materi perkuliah
dangan diskusi dengan teman, dosen, dan orang tua baik di kampus
maupun di luar kampus, memanfaatkan fasilitas perpustakaan
dengan melacak secara on line, materi kuliah yang diberikan oleh
dosen tidak difotokopi, tetapi cukup meminjam kepada teman lain
untuk dicatat bagian-bagian pentingnya; menyimpan materi
perkuliahan dan pengayaannya dengan soft file; memberikan
fotokopian materi perkuliahan kepada teman lain pada dosen dan
mata kuliah yang sama, sehingga teman tidak perlu melakukan
fotokopi; memperbanyak membaca dari internet dan bukan
memperbanyak menulis pada kertas; penugasan kuliah dengan
kelompok, sehingga dapat menghemat kertas; penugasan yang
diberikan oleh dosen dengan memanfaatkan fasilitas teknologi
informasi dan komunikasi melalui email atau blog dosen.
konsultasi skripsi awal dengan dosen pembimbing diawali dengan
lisan, baru kalau esensi skripsinya sudah sesuai dengan arahan
216
pembimbing baru disusun dalam bentuk proposal sebagai bekal
konsultasi yang akan datang; pemanfaatkan kertas bekas untuk
mencatat pada saat rapat, kuliah, memberikan les, alat peraga,
menyisipkan keterangan perkuliahan dari dosen; memanfaatkan
buku untuk ditulis hal-hal pentingnya dan tidak difotokopi;
menggunakan buku catatan saat kuliah dengan urut lembar-demi
lembar, menggunakan buku binder yang dapat dipindah-pindahkan
materinya sesuai dengan mata kuliahnya. Satu buku binder untuk
mata kuliah lebih dari satu, sehingga dapat hemat; mencatat
pengumuman
penting
dengan
menggunakan
fasilitas
pada
handphone dan mengambil informasinya dengan cara difoto di HP;
tidak menggunakan tissue untuk kegiatan akademik; berlatih
menggunakan lap top dan internet; memanfaatkan kertas dan koran
bekas
untuk
praktek
KKN;
bimbingan
skripsi
dengan
menggunakan kertas bolak-balik atau menggunakan kertas bekas
bimbingan sebelumnya untuk konsultasi berikutnya; presentasi
dengan
menggunakan
power
point,
sehingga
tidak
perlu
memberikan materi kepada mahasiswa dalam bentuk makalah yang
membutuhkan
kertas
lebih
banyak;
presentasi
dengan
menggunakan catatan kertas kecil saja sebagai alat bantu untuk
memberikan penjelasan dan menggunakan HP sebagai alat bantu
lainnya; presentasi dengan memberikan keterangan dengan cara
mencatat di papan tulis pada materi yang memerlukan penjelasan
217
penting;
menulis catatan pribadi yang berhubungan dengan
perkuliahan pada HP;
3) Faktor pendukung kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN
Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi;
Yanuar mengungkapkan dengan lancar tentang faktor
pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN
Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi sebagaimana dapat dikutip hasil wawancara dengan
peneliti sebagai berikut:
mungkin tidak seperti dulu ya bu, sekarang banyak
diskusi, mahasiswa sekarang memilih untuk bertanya ke
internet, tidak buku. Jarang mahasiswa pakai buku,
kebanyakan artikel internet hanya beberapa. Penugasan
dengan diskusi baru dipresentasikan, sehingga tidak
menggunakan kertas. Mahasiswa tidak merasa kesulitan
dari segi signal internet sudah cukup untuk mendukung
proses perkuliahan. Tanpa disuruh mahasiswa sudah
butuh ke internet. Perpustakaan mendukung dengan
koleksi buku yang banyak sekali. Mahasiswa tinggal
search tidak perlu mencatat apapun.
Taufiqurrahman mengungkapkan dengan gaya khas yang
tegas tentang faktor pendukung penerapan kearifan lingkungan
bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis
teknologi informasi dan komunikasi
Media yang baru seperti lap top, CD dan internet. Ada
motivasi mahasiswa untuk paperless, dan ada motivasi
pembaharuan/wawasan terhadap kepedulian lingkungan
yang diberikan oleh dosen.
218
Hasan Maftukh tidak begitu banyak menjelaskan tentang
faktor pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa
STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi
informasi dan komunikasi.
Bagi saya faktor pendukungnya ya, mahasiswa itu sendiri,
dosen, dan fasilitas yang disediakan oleh kampus itu
sendiri.
Maziid mengungkapkan dengan singkat tentang faktor
pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN
Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi yaitu irit/ekonomis. Sebagaimana diungkapkan oleh
maziid berikut ini:
Irit, ekonomis,...he..
Amel mengungkapkan dengan santai dan terkadang
melempar senyum tentang faktor pendukung penerapan kearifan
lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya
paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Ungkapan
itu dapat dicermati pada paparan berikut:
Faktor pendukung terdapat pada mahasiswa itu sendiri,
dosen baik dosen pengampu mata kuliah maupun pembimbing
PPL, KKL, KKN, dan skripsi, serta dukungan fasilitas STAIN
Salatiga.
Rio
mengungkapkan
dengan
lancar
tentang
faktor
pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN
219
Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi
Faktor pendukung terdapat pada mahasiswa yang paling
utama, setelah itu baru dosennya, baik dosen pengampu mata
kuliah maupun pembimbing PPL, KKL, KKN, dan skripsi, serta
dukungan fasilitas STAIN Salatiga.
Isma
mengungkapkan dengan lancar tentang faktor
pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN
Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi
Faktor pendukung terdapat pada mahasiswa yang paling
utama, setelah itu baru dosennya, baik dosen pengampu mata
kuliah maupun pembimbing PPL, KKL, KKN, dan skripsi, serta
dukungan fasilitas STAIN Salatiga. termasuk di dalamnya juga
peraturan yang diberlakukan, baik tulis maupun non tulis.
Sikhatun mengungkapkan dengan lancar tentang faktor
pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN
Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi
Faktor pendukung terdapat pada mahasiswa yang paling
utama, setelah itu baru dosennya, baik dosen pengampu mata
kuliah maupun pembimbing PPL, KKL, KKN, dan skripsi, serta
dukungan fasilitas STAIN Salatiga. tidak terlepas juga karyawan
yang senantiasa mengurusi administrasi akademik.
Istikhana mengungkapkan dengan lancar tentang faktor
pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN
220
Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi
Mengajar membutuhkan krativitas, dan bukan pada
kertasnya. Pembuatan karya mahasiswa tidak dengan
kertas langsung, tetapi pada kertas koran yang sudah
dipakai. Faktor dosen kalau ada dosen yang aktif mungkin
mahasiswanya diskusi dengan menyarankan pakai power
point, meskipun ada juga dosen yang menyuruh
menggunakan cetakan. Kalau mengumpulkan tugas
diambil tengah-tengahnya dibagi-bagi dengan teman yang
lain. Paperless lebih murah dan hemat.
Anis
mengungkapkan
dengan
lancar
tentang faktor
pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN
Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi
Semua bisa mendukung dalam lingkungan di kampus ini
seperti dosen memberi tugas dengan melalui blog.
Mahasiswa tingkat kreativitasnya ada mahasiswa yang
tidak open. Kita sudah harus sadar diri sendiri, kita
menyia-nyiakan kertas sama artinya menyia-nyiakan
pohon. Dosen dan mahasiswa. Kertas bisa didaur ulang
tidak toh bu?, ada tempat pembuangan kertas organik dan
anorganik, di SMPN 3 Salatiga ada khusus pembuangan
kertas. Kerjasama antara mahasiswa dengan dosen. Harus
adal sarana dan prasarana yang memadai, ada LCD tetapi
listrik tidak ada. Akses internet yang kuat, sini masih
kurang kuat.
Faiz
mengungkapkan
dengan
lancar
tentang
faktor
pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN
Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi
221
Kalau kita pakai teknologi informasi dan komunikasi bisa
irit waktu dan tenaga. Menggunakan handphone/ HP bisa lebih irit
dibandingkan dengan lap top, kalau saya mau membetulkan file
skripsi bisa menggunakan HP.
Agus mengungkapkan dengan lancar tentang faktor
pendukung penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN
Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi. Di bawah ini hasil wawancara dengan peneliti.
Fasilitas non kertas perlu dipersiapkan dengan baik seperti
fasilitas di perpustakaan dengan komputer dan internet.
Lap top secara umum menjadi dukungan bagi saya, melalui
lap top ini materi dapat disimpan tanpa harus mencetaknya.
Menggunakan handphone juga dapat mendukung saya.
Layanan konsultasi kalau tidak bisa dapat diberikan oleh
tenaga perpustakaan, kita bisa tanya langsung tidak perlu
susah-susah mencari buku dan jurnal melalui rak.
Anjungan juga mendukung bisa lihat nilai dari rumah tidak
perlu harus datang ke kampus dan mencetaknya, karena
sudah disimpan oleh bagian akademik. Pengumuan juga
tidak perlu dicetak, kita bisa lihat melalui anjungan alamat
webnya akademik. Menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi dan meniadakan kertas dengan menggunakan
HP, maka bisa mendapatkan kesederhanaan/simple, bisa
dibawa kemana-mana sehingga dapat dibaca di angkot
sekalipun tanpa menggunakan kertas yang berat.
Faktor pendukung menurut informan yang dikemukaan
dengan bahasa masing-masing dapat dikumpulkan antara lain
faktor manusia, kebijakan, sarana, dan prasarana. Keempat faktor
tersebut dapat dipaparkan seperti internet dengan signal yang
bagus,
motivasi mahasiswa untuk memanfaatkan teknologi
informasi dan komuniksi, perpustakaan on line, LCD, Lap top yang
222
baik, motivasi mahasiswa untuk peduli lingkungan, Dosen saat
kuliah maupun saat menjadi pembimbing PPL, KKL, KKN, dan
skripsi, ekonomis, peraturan dari STAIN Salatiga untuk paperless,
karyawan yang mengurusi administrasi, motivasi dosen kepada
mahasiswa untuk paperless, penugasan membuat karya ilmiah
dikirimkan dengan menggunakan email, handphone yang dapat
dimanfaatkan
pustakawan
dengan
fasilitas
untuk membantu
internet,
paperless
kesiapan
berbasis
tenaga
teknologi
informasi dan komunikasi.
4) Faktor penghambat kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN
Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi inforamasi
dan komunikasi;
Yanuar mengungkapkan dengan lancar tentang faktor
penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa
STAIN Salatiga melalui upaya paperless
berbasis teknologi
informasi dan komunikasi antara lain pada faktor diri mahasiswa
sendiri, pergaulan, dan kebijakan. Ungkapan Yanuar dapat
disampaikan sebagaimana hasil wawancara yang sudah dilakukan
berikut ini:
Diri sendiri, tiap masing-masing person berbeda, memiliki
kesibukan organisasinya cenderung pada lingkup individu
masing-masing. Paperless muncul sangat kuat pada
masing-masing individu. Paperless bagi mahasiswa masih
dalam lingkup perkuliahan dengan ruang waktu yang
sempit. Biasanya mahasiswa menggantungkan perkuliahan
dan cederung tidak aktif di luar perkuliahan. Pergaulan
223
saat kita belajar dengan orang yang memiliki semangat
paperless, maka kita akan menerapkan paperless, demikian
sebaliknya. Dari unsur dosen mendukung persentase dari
100 % 70% mendukung paperless. Pergantian kurikulum
mata kuliah akan menjadikan silabi berubah dengan
demikian akan membutuhkan beberapa hal yang
berhubungan dengan kertas yang semakin banyak.
Taufiqurrahman mengungkapkan dengan lancar tentang
faktor penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa
STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi
informasi dan komunikasi antara lain faktor sistem, fasilitas sarana
dan prasarana yang dimiliki mahaisswa, dan faktor mahasiswa
sendiri. Ungkapan Taufiq dapat dicermati di bawah ini:
Sistem yang ada harus pakai kertas putih yang baru. Kalau
perkuliahan di Perguruan Tinggi lain kuliah sudah
menggunakan lap top yang dihubungkan dengan internet,
sekarang sudah bukan zamannya lagi menulis materi kuliah
di atas kertas. Tetapi di STAIN masih menggunakan serba
kertas bagi mahasiswanya. Sebenarnya sih fasilitas sudah
disediakan oleh STAIN Salatiga, hanya mahasiswa sendiri
yang masih jadul.
Hasan Maftukh mengungkapkan dengan lancar tentang
faktor penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa
STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi
informasi dan komunikasi kurangnya kesadaran mahasiswa dan
dosen untuk menggerakkan paperless. Ungkapan Hasan Maftukh
dapat disampaikan sebagai berikut:
Kalau dosen dan mahasiswa tidak mau mendukung
paperless dan produkti kertas sudah mulai berkurang, maka segala
yang mau ditulis di tulis di mana?
224
Maziid mengungkapkan dengan lancar tentang faktor
penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa
STAIN Salatiga melalui upaya paperless
berbasis teknologi
informasi dan komunikasi antara lain faktor materi kuliah dan
teknis pengajaran. Ungkapan maziid dapat disampaikan berikut ini:
Materi yang baru, muatan yang banyak yang tidak habis
dijelaskan atau waktu yang terbatas, ada kesalahan teknis,
sehingga harus difotokopi/print lagi. Materi yang ada
hanya ada pada buku, tetapi tidak bisa dipinjam, sehingga
harus fotokopi, tugas dari dosen yang memang harus dalam
ketikan, misal dalam presentasi makalah, lebih
memudahkan penjelasan ketika masing-masing diberi
fotokopian.
Amel mengungkapkan dengan lancar tentang faktor
penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa
STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi
informasi dan komunikasi antara lain karena faktor dosen dan
regulasi. Hal ini dapat ditampilkan yang disampaikan Amel kepada
peneliti berikut ini:
Konsultasi dengan dosen pembimbing tidak diarahkan
untuk menggunakan email atau menggunakan kertas bekas
atau cetak bolak-balik. Tidak disarankan untuk
pengumpulan skripsi dengan CD (compact disk) atau
publikasi dengan pdf pada web atau blog.
Rio
mengungkapkan
dengan
lancar
tentang
faktor
penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa
STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi
informasi dan komunikasi karena faktor regulasi. Regulasi yang
225
tidak diatur oleh lembaga atau dosen dikemukakan oleh Rio
sebagai berikut:
Bimbingan dan tugas-tugas akademik tidak boleh pakai
kertas bekas.
Isma
mengungkapkan dengan lancar tentang faktor
penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa
STAIN Salatiga melalui upaya paperless
berbasis teknologi
informasi dan komunikasi faktor komunikasi. Dosen sebagaimana
diungkapkan
oleh
Isma
tidak
mengkomunikasikan
kepada
mahasiswa, bagaimana agar dapat menerapkan paperless. Paparan
ini sesuai dengan ungkapan yang disampaikan oleh Isma di bawah
ini:
Pembimbing tidak menyampaikan tentang teknik
menyampaikan materi bimbingan. Pembimbing tidak
pernah menyapaikan bimbingan melalui email atau
menggunakan lap top, tanpa dicetak materi bimbingannya.
Sikhatun mengungkapkan dengan pelan dan santai tentang
faktor penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa
STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis teknologi
informasi dan komunikasi pada faktor kebijakan dosen dan
lembaga dalam pengumpulan tugas perkuliahan dan praktikum.
Ungkapan ini sebagaimana hasil wawancara dengan peneliti
bahwa:
Pembimbing tidak menyampaikan tentang teknik
penyampaian teknis bimbingan dan laporan melalui email
atau dengan CD (compact disk).
226
Istikhana mengungkapkan dengan lancar tentang faktor
penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa
STAIN Salatiga melalui upaya paperless
berbasis teknologi
informasi dan komunikasi karena faktor sarana dan prasarana.
Ngeprint di rentalan tidak dapat menggunakan kertas bekas
atau dengan bolak-balik, tetapi kalau menggunakan print
sendiri di rumah bisa menggunakan kertas bekas.
Anis mengungkapkan dengan mantap tentang faktor
penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa
STAIN Salatiga melalui upaya paperless
berbasis teknologi
informasi dan komunikasi karena faktor dosen dan sarana dan
prasarana, serta kesadaran mahasiswa. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Anis pada saat wawancara sebagai berikut:
Kadang itu, bu. Ada dosen yang kurang up to date terhadap
teknologi, penginnya pakai makalah, dijilid, dibagikan.
Sarana dan prasarana tidak memadai mungkin dari alatalat penunjang LCD, kadang LCD rusak, listrik mati, tidak
jelas. Kurangnya kesadaran mahasiswa buat mencitai
lingkungan, cuma 1 lembar tapi lama kelamaan kan jadi
banyak, apa yaaah. Tidak punya yang android, tidak punya
lap top.
Faiz mengungkapkan dengan mantap tentang faktor
penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa
STAIN Salatiga melalui upaya paperless
berbasis teknologi
informasi dan komunikasi karena faktor dosen, kesadaran
mahasiswa, dan teknis. Faiz memberikan keterangan wawancara
sambil melipat kabel HP dan sesekali mencoba untuk memberikan
jawaban agak lama untuk dapat menemukan jawaban yang tepat
227
menurut ukurannya. Berikut ini ungkapan Faiz saat wawancara
sebagai berikut:
iya, itu bu. Kan ada beberapa dosen yang mungkin kurang
memahami tentang paperless, meteri harus dikopi sehingga
kita memerlukan banyak kertas. Mungkin kesadaran
mahasiswa sendiri, saya pernah merasakan cari
gampangnya. Kalau ada materi dari dosen langsung kita
kopi dari buku. Misalnya gini (sambil melipat kabel HP),
materi saya pinjamkan ke teman/orang lain, mau tidak mau
saya harus memfotokopi lagi. Ya, itu ketika saya ingin
paperless dengan email fasilitas wifi lemot pada jam-jam
tertentu, jadi kita tidak dapat menggunakan secara
maksimal. Pada saat bimbingan skripsi terkadang
dilakukan on-line kirim email, tetapi kadang saya tidak bisa
memahami apa yang dimaksudkan oleh dosen.
Agus mengungkapkan dengan lancar tentang faktor
penghambat penerapan kearifan lingkungan bagi mahasiswa
STAIN Salatiga melalui upaya paperless
informasi
dan
komunikasi
karena
berbasis teknologi
faktor
etika.
Agus
mengungkapkan sebagaimana diutarakan pada wawancara sebagai
berikut:
Saya mau bilang belum berani, takutnya malah ribet
kaitannya dengan penyampaian saya. Menggunakan kertas
bekas untuk bibingan dianggap tidak sopan.
Rangkuman sebagaimana diungkapkan oleh informan
tentang hambatan penerapan paperless bagi mahasiswa berbasis
teknologi informasi dan komunikasi antara lain faktor dosen,
mahasiswa, regulasi, sarana dan prasarana, lingkungan, dan teknis,
serta etika.
228
5) Upaya mahasiswa STAIN Salatiga dalam mengatasi hambatan
untuk melakukan paperless dalam rangka menunjukkan kearifan
terhadap lingkungan.
Yanuar mengungkapkan dengan lancar tentang upaya
mengatasi hambatan untuk menerapkan kearifan lingkungan bagi
mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis
teknologi informasi dan komunikasi. Ungkapan Yanuar antara lain
dengan mengatasi diri sendiri, manajemen waktu, menggunakan
teknologi informasi dan komuniakasi, dan selektif memilih teman.
Ungapan ini jelas diutarakan oleh Yanuar pada wawancara dengan
peneliti sebagai berikut:
Atasi diri sendiri dengan manajemen waktu, kapan waktu
senggang dan waktu malas datang sehingga dapat
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan
baik. Selektif dalam memilih teman, bagaimana memilih
teman yang baik. Pemilihan teman yang peduli terhadap
lingkungan, maka akan mendukung pada penerapan
paperless.
Taufiqurrahman mengungkapkan dengan tegas tentang
upaya mengatasi hambatan untuk menerapkan kearifan lingkungan
bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis
teknologi informasi dan komunikasi. Taufiqurrahman mengatasi
hambatan dengan mengubah paradigma paperbased kepada
paperless secara perlahan-lahan dan memotivasi diri meskipun
orang lain tidak memberikannya untuk menerapkan paperless. Hal
229
ini diungkapkan oleh Taufiqurrahan sebagaimana dituliskan di
bawah ini:
Sistem yang lama dengan kertas dirubah dengan pelanpelan, sistem computerized, dosen harus memotivasi
penggunaan komputer.
Hasan Maftukh mengungkapkan dengan lancar tentang
upaya mengatasi hambatan untuk menerapkan kearifan lingkungan
bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis
teknologi informasi dan komunikasi dengan bersikap fleksibel
dalam menggunakan kertas dan media elektronik. Ungkapan Hasan
Maftukh sebagaiaman dituliskan kembali di bawah ini:
Penting menggunakan kertas ya gunakan kertas, kalau bisa
sih dengan menggunakan media elektronik.
Maziid mengungkapkan dengan lancar tentang upaya
mengatasi hambatan untuk menerapkan kearifan lingkungan bagi
mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis
teknologi informasi dan komunikasi. Maziid mengatasi masalah
dengan tetap menggunakan kertas manakala fasilitas teknologi
informasi dan komunikasi masih terbatas.
Fasilitas teknologi yang adanya secara terbatas, jadi kertas
masih menjadi media yang mudah dan lumrah untuk
dipakai.
Amel mengungkapkan dengan lancar tentang upaya
mengatasi hambatan untuk menerapkan kearifan lingkungan bagi
mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless
berbasis
230
teknologi informasi dan komunikasi dengan menerapkan paperless
pada hal-hal yang tidak berhubungan dengan kebijakan yang
seharusnya dipenuhi, artinya dengan menggunakan paperless di
luar hal-hal yang formal akademis. Hal ini juga diungkapkan secara
implisit oleh Rio, Isma, Sikhaun Nafisah
Istikhana mengungkapkan dengan lancar tentang upaya
mengatasi hambatan untuk menerapkan kearifan lingkungan bagi
mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis
teknologi informasi dan komunikasi dengan melakukan sosialasisi
penetingnya paperless. Ungkapan Istikhana dapat dicermati pada
salinan berikut ini:
Disosialisaskan tentang awal mula kertas itu kan dari
pohon ya, bu? Lebih menggunakan barang-barang yang
sudah dipakai menjadi barang yang lebih berguna.
Anis
mengungkapkan
dengan
lancar
tentang upaya
mengatasi hambatan untuk menerapkan kearifan lingkungan bagi
mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless berbasis
teknologi informasi dan komunikasi dengan membangun kesadaran
terhadap lingkungan.
Faiz
mengungkapkan
dengan
lancar
tentang
upaya
mengatasi hambatan untuk menerapkan kearifan lingkungan bagi
mahasiswa STAIN Salatiga melalui upaya paperless
berbasis
teknologi informasi dan komunikasi menggunakan wifi pada jamjam tertentu di luar jam kerja, hal ini juga dikemukakan oleh Agus.
231
Ikhtisar berkaitan dengan upaya yang dilakukan mahasiswa STAIN
Salatiga dalam menerapkan paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi dengan mengusahakan secara pelan-pelan dari paradigma
paperbased ke paperless, fleksibel dalam menggunakan kertas dan elektronik,
mengusahakan penggunaan internet pada jam-jam di luar jam kerja, paperless
di luar hal-hal yang formal yang telah diatur regulasinya, bangun kesadaran
terhadap lingkungan.
B. Pembahasan
Upaya yang dilakukan mahasiswa untuk mewujudkan kearifan
lingkungan melalui paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi
antara lain, kuliah dengan menggunakan lap top untuk menyisipkan
keterangan-keterangan dosen pada power point yang sudah diberikan
sebelumnya; pengayaan materi perkuliah dangan diskusi dengan teman, dosen,
dan orang tua baik di kampus maupun di luar kampus, memanfaatkan fasilitas
perpustakaan dengan melacak secara on line, materi kuliah yang diberikan
oleh dosen tidak difotokopi, tetapi cukup meminjam kepada teman lain untuk
dicatat bagian-bagian pentingnya; menyimpan materi perkuliahan dan
pengayaannya dengan soft file; memberikan fotokopian materi perkuliahan
kepada teman lain pada dosen dan mata kuliah yang sama, sehingga teman
tidak perlu melakukan fotokopi; memperbanyak membaca dari internet dan
bukan memperbanyak menulis pada kertas; penugasan kuliah dengan
kelompok, sehingga dapat menghemat kertas; penugasan yang diberikan oleh
dosen dengan memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi
232
melalui email atau blog dosen. konsultasi skripsi awal dengan dosen
pembimbing diawali dengan lisan, baru kalau esensi skripsinya sudah sesuai
dengan arahan pembimbing baru disusun dalam bentuk proposal sebagai bekal
konsultasi yang akan datang; pemanfaatkan kertas bekas untuk mencatat pada
saat rapat, kuliah, memberikan les, alat peraga, menyisipkan keterangan
perkuliahan dari dosen; memanfaatkan buku untuk ditulis hal-hal pentingnya
dan tidak difotokopi; menggunakan buku catatan saat kuliah dengan urut
lembar-demi lembar, menggunakan buku binder yang dapat dipindahpindahkan materinya sesuai dengan mata kuliahnya. Satu buku binder untuk
mata kuliah lebih dari satu, sehingga dapat hemat; mencatat pengumuman
penting dengan menggunakan fasilitas pada handphone dan mengambil
informasinya dengan cara difoto di HP; tidak menggunakan tissue untuk
kegiatan akademik; berlatih menggunakan lap top dan internet; memanfaatkan
kertas dan koran bekas untuk praktek KKN; bimbingan skripsi dengan
menggunakan kertas bolak-balik atau menggunakan kertas bekas bimbingan
sebelumnya untuk konsultasi berikutnya; presentasi dengan menggunakan
power point, sehingga tidak perlu memberikan materi kepada mahasiswa
dalam bentuk makalah yang membutuhkan kertas lebih banyak; presentasi
dengan menggunakan catatan kertas kecil saja sebagai alat bantu untuk
memberikan penjelasan dan menggunakan HP sebagai alat bantu lainnya;
presentasi dengan memberikan keterangan dengan cara mencatat di papan tulis
pada materi yang memerlukan penjelasan penting; menulis catatan pribadi
yang berhubungan dengan perkuliahan pada HP. Hal ini menandai bahwa
233
mahasiswa STAIN Salatiga sudah dapat memaknai kearifan lingkungan sesuai
dengan proporsinya. Mahasiswa sudah dapat mengetahui beberapa faktor
pendukung dan penghambat yang dimiliki oleh dosen, tenaga akademik,
mahasiswa itu sendiri, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh mahasiswa
sendiri dan STAIN Salatiga dengan baik. Kemampuan mengenal beberapa
faktor tersebut dapat digunakan untuk mengatasi hambatan untuk menerapkan
paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Mahasiswa dapat
memanaj sendiri bagaimana regulasi tidak memberikan restu, tetapi
mahasiswa dapat menerapkan paperless berbasis teknolgi informasi dan
komunikasi. Jangkauan untuk mewujudkan hal ini dapat dilihat pada upaya
untuk mengumpulkan naskah skripsi bukan dalam bentuk naskah tetapi cukup
dnegan menggunakan CD atau diseminasi melalui media sosial dengan
perlindungan hak atas kekakayaan intelektual mahasiswa secara tegas.
Kondisi ini apabila diterapkan dengan nyata, maka akan menunjukkan bahwa
STAIN Salatiga meskipun sebagai sebuah lembaga yang tidak secara langsung
berkecimpung secara akademik dalam hal perlindungan dan pelestarian
lingkungan hidup, tetapi ddalam realitas akademik mahasiswa STAIN Salatiga
mampu menunjukkannya dengan nyata. Hal ini menunjukkan sebuah prestasi
yang cukup membanggakan pada dimensi pemaknaan sebagai kholifah di
bumi. Pemaknaan yang riil dengan memadukan nilai-nilai Islam dengan bukti
empiris yang memiliki dasar konseptual. Islam sebaga rahmatal lil alamiin.
234
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
6. Makna kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga melalui
paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi antara lain
membangun hubungan harmonis Allah Swt, alam dan lingkungan, serta
sesama manusia; menyelamatkan sumber daya alam dan mengurangi
dampak pemborosan sumber daya; memanfaatkan sumber daya sesuai
peruntukannya; membangun perilaku hidup peduli untuk kelestarian
lingkungan dan berkelanjutan.
7. Upaya
mahasiswa
lingkungan
melalui
STAIN
Salatiga dalam
paperless
berbasis
mewujudkan kearifan
teknologi
informasi
dan
komunikasi antara lain pada ruang lingkup kegiatan perkuliahan,
pengayaan di luar perkuliahan, praktek di lapangan, bimbingan skripsi,
dan diseminasi hasil penelitian (skripsi).
8. Faktor pendukung kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga
melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi
antara lain pada faktor regulasi lembaga, dosen, mahasiswa, sarana dan
prasarana yang dimiliki STAIN maupun mahasiswa itu sendiri.
9. Faktor penghambat kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga
melalui upaya paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi
antara lain faktor dosen, mahasiswa, regulasi, sarana dan prasarana,
lingkungan, teknis, dan etika.
235
10. Upaya mahasiswa STAIN Salatiga dalam mengatasi hambatan untuk
melakukan paperless dalam rangka menunjukkan kearifan terhadap
lingkungan yang bersumber pada dosen, mahasiswa, regulasi, sarana dan
prasarana, lingkungan, teknis, dan etika. Upaya yang dilakukan antara lain
membangun paradigma paperbased ke paperless secara bertahap, fleksibel
melalui pendekatan formal maupun informal.
B. Saran
1. Ketua STAIN Salatiga
a. Membangun paperless policy yang diawali dengan peraturan-peraturan
yang berkaitan dengan kegiatan akademik bagi dosen STAIN Salatiga;
b. Membangun paperless policy yang ditujukan kepada karyawan tentang
kebijakan yang diberlakukan;
c. Membangun paperless policy yang ditujukan kepada mahasiswa pada
kegiatan akademik di STAIN Salatiga
2. Dosen Pengampu Mata Kuliah dan Bimbingan Skripsi
Dosen membuat peraturan internal yang berkaitan dengan kebijakan
yang ditetapkan oleh ketua STAIN Salatiga pada mahasiswa yang
mengikuti perkuliahan, bimbingan PPL, KKL, KKN, dan skripsi
berbasiskan pada penerapan paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi.
3. Mahasiswa
a. Melaksanakan peraturan yang diberikan oleh dosen masing-masing
dalam rangka melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh Ketua
236
STAIN Salatiga pada penerapan paperless berbasis teknologi
informasi dan komunikasi;
b. Melakukan paperless secara mandiri meskipun regulasi tidak mengatur
secara resmi pelaksanaan paperless berbasis teknologi informasi dan
komunikasi;
c. Melakukan paperless pada hal-hal non formal akademis, meskipun
kebijakan, dosen, dan tenaga administrasi tidak memberikan
peratauran secara formal.
C. Rekomendasi
1. Penerapan paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi diawali
pada terbitnya peraturan Ketua STAIN Salatiga;
2. Kegiatan akademik baik perkuliah, praktek, maupun bimbingan skripsi
diarahkan pada paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi;
3. Diseminasi penelitian mahasiswa (skripsi) dengan menerapkan paperless
berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
237
DAFTAR PUSTAKA
Sandhu, Ujjal, Rohit Seth. 2014. Paperless Office: A New Name to Technology.
ManageMent & BusIness studies. Vol 4. hlm 34-36.
Arney, Janna, Irma Jones, dan Angela Wolf. 2009. Going Green: Paperless
Technology and Feedback From the Classroom. Sustainability and Green
Business.
Anshoriy, Nasruddin, HM dan Sudarsono. 2008. Kearifan Lingkunngan dalam
Perspeektif Budaya Jawa. Cetakan Pertama. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Arsyad, Sitanala dan Ernan Rustiadi. 2008. Penyelamatan Tanah, Air, dan
Lingkungan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Asdiqoh, Siti. 2002. Pendidikan Islam dan Pelestarian Lingkungan: Telaah
Konseptual dan Strategi Implementasi di Madrasah. Bunga Rampai.
Madrasah & Pelestarian Lingkungan Sumbangan Konseptual dan
Strategi Aksi. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Barker, Sandra. 2008. Paperless assignments: Moving Forward or Marking
Time?. School of Management University of South Australia.
Bekker, Anton dan Ahmad Kharis Zubair. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat,
Jogjakarta: Kanisius.
Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatiif: Pemahaman Filosofis
dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Rajawali
Pers.
Budiharjo. 2002. Islam dan Lingkungan Hidup. Bunga Rampai. Madrasah &
Pelestarian Lingkungan Sumbangan Konseptual dan Strategi Aksi.
Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Daniel, Valerina. 2009. Easy Green Living. Jakarta: Hikmah.
238
Dwivedi, Sanjay K dan Anand Kumar. 2013. Global Impacts and Challenges of
Paperless Books: A Preliminary Study. Business and Social Science.vol.
3 No. 11, June 2013.
Efendi, Agus. Tesis. 2006. UPI Bandung. Implementasi Kearifan Lingkungan
dalam Budaya Masyarakat Adat Kampung Kuta Sebagai Sumber
Pembelajaran IPS
Erawati, Muna. 2002. Strategi Penanaman Nilai-nilai Pro Lingkungan dalam
Perspektif Psikologi. Bunga Rampai. Madrasah &
Pelestarian
Lingkungan Sumbangan Konseptual dan Strategi Aksi. Salatiga: STAIN
Salatiga Press.
Fariz. Menuju Paperless/and or Less Paper World. Kompas. 7 April 2010.
Fauzi, Noer, 2001, Otonomi Daerah, Sumber Daya Alam dan Lingkungan,
Jogjakarta: Lapera Pustaka Utama.
Haryati, Sri. Tesis. UPI Bandung. 2011. Model Penanaman Nilai-Nilai Kearifan
Lokal (local genius) Pada Masyarakat Sunda Dalam Membentuk
Perilaku Lingkungan Bertanggung Jawab.
Idrus, Muhammad. 2007. Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif). Jogjakarta: UII Press.
Kementerian Lingkungan Hidup Deputi Komunikasi Lingkungan dan
Pemberdayaan Masyarakat dan Majelis Lingkungan Hidup PP
Muhammadiyah. 2011. Akhlak Lingkungan: Panduan Berperilaku Ramah
Lingkungan. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.
Mangen, Anne; Bente R. Walgermo, Kolbjørn Brønnick. 2013. Reading linear
texts on paper versus computer screen: Effects on reading
comprehension. Educational Research. hlm 61-68.
Mangunjaya, M. Fachrudin. 2006. Hidup Harmonis dengan Alam: Esei-Esei
Pembangunan Lingkungan, Konservasi dan Keanekaragaman Hayati
Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Mangunjaya, Fachrudin M, Husain Hariyanto, dan Reza Gholami. 2007.
Menanam Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan
Hidup.
239
Mangunjaya, Fachrudin M. 2008. Bertahan di Bumi: Gaya Hidup Menghadapi
Perubahan Iklim. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Marshall, Catherine dan Gratchen B Rossman. 1994. Designing Qualitative. New
Delhi: Sage Publication India.
Milles, Mattew B dan Michael Hubberman.1992. Analisis Data Kualitatif: Buku
Sumber tentang Metode-metode Baru. Penterjemah. Tjetjep Rohendi
Rohidi. Jakarta: UI Press. Cetakan Pertama.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Cet. 16
Morse, Jenice M. 1994. Critical Issues in Qualitative Research Methode. New
Delhi: Sage Publication India.
Mufid, Sofyan Anwar. 2010. Ekologi Manusia dalam Perspektif Sektor
Kehidupan dan Ajaran Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Dedi. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: Rosdakarya. Cetakan
Keempat.
Nasution, 2007. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Notoatmojdjo, Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Pertama.
Jakarta: Rineka Cipta.
Pingale, Supriya, Harshada Satav, Trupti Nanekar, Nupur. 2012. SQL Based
Paperless Examination System. Scientific and Research Publications.
Vol. 2. hlm 1-4.
Qaradhawi, Yusuf. 2002. Islam Agama Ramah Lingkungan. Jakarta: Pustaka AlKautsar.
Reaz, Mamun bin ibne dan Sazzad Hussain. 2007. Multimedia University: A
Paperless Environment to Take the Challenges for the 21st Century.
Association for the Advancement of Computing In Education. 15(3), hlm.
289-314.
240
Rianto. 2014. blog, Paperless administration, diakses 2 April 2014.
Runnels, Judith. 2013. Tablet PCs in a Paperless Classroom: Student and Teacher
Perceptions on Screen Size. The jalt calljournal. vol. 9, no.3 Pages 275–
285.
Salim, Agus. 2005.Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Jogjakarta: Tiara
Wacana.
....................2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Edisi Kedua.
Jogjakarta: Tiara Wacana.
Sekretariat Negara. Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2008.
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Sekretariat Negara. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2003
Tentang Kebijakan dan strategi Nasional Pengembangan e-government.
Shah, Seema dan Mohit Tiwari. 2010. Networking of Paperless Offices in
Technical Institutes of India. Computer Science and Network Security.
vol.10, no.3.
Silverman, David. 1993. Interpreting Qualitative Data. New Delhi: Sage
Publication India.
Sudarsono. 2007a. Mengendalikan Dampak Pemanasan Global dengan Kearifan
Lingkungan. Jogjakarta: Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional
Jawa Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI.
................ 2007b. Negeriku Menuai Bencana Ekologi: Mengabaikan Norma,
Agama, Adat, dan Hukum. Bunga Rampai. Cetakan Kedua. Jogjakarta:
Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Jawa Kementerian
Negara Lingkungan Hidup RI.
Sudarsono dan Nasruddin Anshoriy. 2008. Kearifan Lingkungan dalam Perspektif
Budaya Jawa. Cetakan Pertama. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
241
Sumanto. 2002. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan: Aplikasi Metode
Kualitatif dan Statistika dalam Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia,
Cetakan Ketiga.
Susilo, Rachmad K. Dwi. 2009. Sosiologi Lingkungan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sukandarrumidi, 2010. Bencana Alam dan Bencana Anthropogene: Petunjuk
Praktis untuk Menyelamatkan diri dan Lingkungan. Cetakan ke-5.
Jogjakarta: Kanisius.
Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Bumni Aksara. Cetakan ketiga.
Susilowati. 2002. Menanamkan Etika Lingkungan Hidup dalam Bingkai
Pendidikan Islam. Bunga Rampai. Madrasah & Pelestarian Lingkungan
Sumbangan Konseptual dan Strategi Aksi. Salatiga: STAIN Salatiga
Press.
Teeter, Steve; Susan R. Madsen; Jason Hughes, and Brent Eagar. 2007. The
Perceptions and Experiences of Students in a Paperless Accounting
Class. Effective Teaching. hlm 15-30.
Tiwari, Mohit dan Seema Syah. 2010. Networking of Paperless Offices in
Technical Institutes of India. Computer Science and Network Security.
vol.10 no.3, hlm. 171-181.
Zein, Alam Setia, 1998, Kamus Kehutanan, Jakarta: Rineka Cipta.
Wiratningsih, Riah. 2013. Pemanfaatan E-Journal dalam Menumbuhkan Suasana
Akademik di Perguruan Tinggi. Riah.staff.uns.ac.id. Diakses tanggal 7
November 2014 pada jam 12.15 WIB
242
Lampiran
1 tentang Pedoman Wawancara Kearifan Lingkungan melalui
Paperless
Berbasisteknologi
Informasi
dan
Komunikasi.
PEDOMAN WAWANCARA KEARIFAN LINGKUNGAN MELALUI
PAPERLESS BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.
1. Makna kearifan lingkungan bagi mahasiswa STAIN Salatiga menerapkan
paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
2. Upaya yang dilakukan mahasiswa STAIN Salatiga menerapkan paperless
berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
3. Faktor Pendukuung bagi mahasiswa STAIN Salatiga untuk menerapkan
paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
4. Faktor Penghambat bagi mahasiswa STAIN Salatiga untuk menerapkan
paperless berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
5. Upaya yang dilakukan mahasiswa STAIN Salatiga dalam mengatasi
hambatan untuk menerapkan paperless berbsais teknologi informasi dan
komunikasi
243
Lampiran 2 tentang Contoh Verbatim Wawancara dengan
Amalia Hidayatus Sibyani
Nama Mahasiswa
Jurusan
Program Studi
Hari/Tanggal
Pukul
: Amalia Hidayatus Sibyani
: Tarbiyah
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
: Rabu, 1 Oktober 2014
: 12.30 s.d 13.05 WIB
Wawancara
Interpretasi
Wawancara
dilakukan
dengan
Amalia
Hidayatus Sibyani. Amalia Hidayatus Sibyani
dengan panggilan sehari-hari di kampus dengan
Amel. Amel adalah seorang mahasiswa
program Pendidikan Agama Islam (PAI) yang
telah mengikuti ujian munaqosyah tanggal 30
September 2014. Seorang mahasiswa yang
telah dinyatakan lulus dalam sidang
munaqosyah program Pendidikan Agama
Islam. Amel memiliki adik kandung yang
sedang kuliah di STAIN Salatiga pada jurusan
yang sama. Amel menemui peneliti untuk
meminta tanda tangan pengesahan skripsi.
Selesainya penandatanganan, peneliti meminta
waktu untuk wawancara. Berikut wawancara
dengan mbak Amel:
I: Mbak Amel, selamat telah mengikuti sidang
munaqosyah dengan baik.
A: Iya, terima kasih bu.
I: Mbak Amel sudah selesai penandatangan
skripsinya?
A: Belum, bu. Tinggal pak Ilya (Ilya Muhsin,
maskudnya). Sudah janjian hari ini di
kampus 2. Sekarang beliau sedang rapat.
I: Boleh ibu wawancara tentang paperless?
A: Iya, bu silakan.
I: Saat perkuliahan dulu, materi yang
disampaikan dosen, mbak Amel terima
dalam bentuk apa?
A: Ada yang dalam bentuk soft file, berupa Materi yang diterima dalam
makalah atau power point. Ada juga yang bentuk soft file baik dalam
dalam bentuk cetakan makalah.
bentuk
makalah
maupun
power point, ada juga makalah
I:
Dosen memberi materi dalam bentuk dalam bentuk cetakan.
makalah, apakah yang mbak Amel
lakukan?
Materi
difotokopi
untuk
244
A: Amel memfotokopi, bu. Sebab kalau tidak belajar
saya tidak dapat menguasai materi yang
diberikan oleh dosen.
I: Apa yang mbak Amel lakukan terhadap
materi yang sudah difotokopi?
A:
Amel membaca materi tersebut dan Materi setelah
menyimpannya di lemari, bu.
simpan di lemari
I: Setelah selesai mata kuliah itu diujikan, buat
apa fotokopian makalah dari dosen
tersebut?
A: Saya masih menyimpannya, setelah itu saya
suruh adik untuk menyimpan materi
tersebut. Kebetulan adik saya satu jurusan
dengan saya, sehingga bisa digunakan lagi
kalau dosennya sama dan menggunakan
materi yang sama. Kalau tidak sama, dapat
digunakan untuk pengayaan adik saya.
I: Penugasan yang diberikan oleh dosen pada
mata kuliah tertentu, dalam bentuk apa
mbak Amel menyerahkan tugas kepada
dosen?
A: Amel menyerahkan tugas dalam bentuk
cetakan kira-kira antara 20 sampai dengan
30 halaman, bu. Seingat amel, dosen tidak
pernah meminta pengumpulan tugas
melalui email.
dibaca
di
Materi diberikan kepada adik
kandung yang kebetulun satu
jurusan di STAIN Salatiga
pada mata kuliah dan dosen
yang sama, sedangkan pada
matakuliah dengan dosen yang
berbeda digunakan untuk
pengayaan materi kuliah.
Tugas kuliah diberikan dalam
bentuk cetakan antara 20
sampai 30 halaman kertas
HVS, hal ini dilakukan karena
dosen
tidak
memberikan
perintah pengumpulan tugas
melalui email.
I: Ujian tengah semester dan akhir semester,
jenis ujian apa yang sering digunakan oleh
dosen?
Ujian dalam bentuk lisan
A: Tergantung dari dosen dan mata kuliahnya, ataupun tertulis, tergantung
bu. Ada yang lisan dan yang tulis.
dosen dan matakuliahnya.
I: Kalau ujian tertulis, berapa halaman kertas
yang mbak Amel butuhkan?
A: Rata-rata paling banyak 2 (dua) halaman
kertas folio.
I:
Pada saat coaching PPL apa saja yang
diberikan oleh panitia kepada mahasiswa?
A: Panitia membagi snack, satu set makalah,
buku pedoman PPL yang memuat tentang
tata tertib, tugas dan kewajiban dosen dan
mahasiswa,
daftar
nama
Dosen
2 lembar kertas folio
Menerima snack, makalah,
buku
pedoman
untuk
dipelajari di kost dan setelah
selesai disimpan.
245
I:
A:
I:
A:
Pembimbing Lapangan (DPL), dan tempat
praktek mahasiswa dalam kelompok
masing-masing.
Materi tersebut
dibagikan kepada seluruh mahasiswa.
Amel baca materi tersebut. Amel bawa
pulang ke kost-kostan dan disimpan.
Dalam bentuk apa laporan PPL diberikan
kepada penyelenggara?
Laporan dibuat dalam bentuk cetakan,
print-printan itu, bu. kebetulan Amel
sekretarisnya. Laporan Amel buat kurang
lebih 50 halaman. Konsep laporan sudah
dikonsultasikan kepada pembimbing,
kebetulan pembimbing (Bpk Abdul Sykur
menyarankan koreksi dilakukan dalam
bentuk soft file melalui lap top.
Alhamdulillah Amel dalam melakukan
pencetakan tidak mengalami kesalahan,
sehingga tidak perlu membuang kertas.
Pembekalan kegiatan KKL, apa yang mbak
Amel terima materi?
Amel terima snacknya. Sebenarnya sih
mahasiswa yang lain menerima makalah.
I: Pada saat pembekalan KKN, apa yang mbak
Amel terima dari penyelenggara?
A: Amel terima makalah. Semua mahasiswa
menerima materi pembekalan KKN, kok
bu. Materi diberikan oleh tutor. Di
samping itu, panitia juga membagikan
buku panduan KKN.
I: Berapa mahasiswa yang ikut pembekalan
KKN?
A: Kira-kira 400 mahasiswa.
I:
Apakah materi pembekalan KKN
dimanfaatkan oleh mahasiswa calon
peserta KKN?
A:
Saya lihat iya, Amel sendiri juga
membacanya dan Amel bawa pulang,
kadang-kadang Amel baca ulang kalau
membutuhkan.
I: Pada saat bimbingan skripsi, apakah mbak
Amel menerima instruksi dari dosen
pembimbing tentang cara-cara bimbingan
yang harus diikuti hubungannya dengan
teknik bimbingan?
Laporan PPL dalam bentuk
cetakan sejumlah 50 halaman.
Untuk
menghindari
pencetakan
ulang
karena
konsep yang kurang tepat
menurut DPL, maka dilakukan
konsultasi melalui lap top.
Menerima snack dan materi
dalam bentuk cetakan dari
panitia.
Mahasiswa menerima materi
dan buku panduan pembekalan
KKN
400 mahasiswa KKN
Materi pembekalan KKN
dibaca untuk dipelajari setelah
itu dibawa pulang.
Proses
bimbingan
dengan
246
A: Pembimbing tidak ada menyampaikan
tentang teknik menyampaikan materi
bimbingan. Pembimbing tidak pernah
menyapaikan bimbingan melalui email
atau menggunakan lap top, tanpa dicetak
materi bimbingannya. Hanya saja,
pembimbing pernah menyampaikan kalau
bimbingan, gunakan kertas bekas yang
sudah digunakan pada materi konsultasi
sebelumnya, tetapi Amel tidak pernah
menggunakan kertas bekas. Menurut
Amel, rasanya tidak sopan.
I:
Apa upaya yang dilakukan mbak Amel
untuk menerapkan paperless?
A: Amel menggunakan soft file dan lap top
untuk
memperlajari
materi
yang
disampaikan dosen. Pengayaan materi
kuliah dengan cara membaca buku di
perpustakaan. Jika diperlukan, Amel tidak
memfotokopi,
tetapi
mencatatnya.
Pencatatan Amel sisipkan pada materi
yang sudah diterima melalui soft file yang
sudah diterima. Kalau harus mencatat
Amel menulis dalam buku dengan
memanfaatkan lembar demi lembar buku
tersebut dan menulisnya dengan besaran
tulisan yang standar yang dapat dibaca
dengan enak dan nyaman. Menggali dan
memperkaya materi kuliah dengan
melacak melalui internet. Saat melacak
nama pengarang dan judul buku di
perpustakaan dengan on line dengan
mencatat dalam hand phone dan catat di
telapak
tangan.
Pengumumanpengumuman penting seperti pelaksanaan
PPL, KKL, KKN, Jadwal kuliah, dan
informasi dari prodi (program studi) juga
Amel tidak mencatatnya dalam kertas atau
buku, tetapi cukup difoto melalui
handphone.
I: Apa makna kearifan lingkungan bagi mbak
Amel dalam mengusahakan paperless saat
proses mengikuti program akademik?
A:
Makna kearifan lingkungan dalam
mengusahakan paperless menjadikan kita
hemat, murah, tidak boros tempat yang
menggunakan
cetakan,
disarankan
menggunakan
kertas
bekas
konsultasi
sebelumnya. Kertas bekas
tidak pernah digunakan dalam
proses bimbingan, karena
dianggap
tidak
sopan.
Pembimbing tidak pernah
menyarankan menggunakan
email atau lap top.
Menggunakan
teknologi
informasi dan komunikasi
seperti soft file dan lap top.
Mengoptimalkan koleksi buku
perpustakaan dan mencatat
bagian-bagian yang penting.
Pengayaan saat kuliah dengan
menyisipkan pada power point
yang ada dalam lap top.
Pengayaan
materi
kuliah
dengan melacak pada internet.
Di perpustakaan melacak judul
buku dan pengarang melalui
fasilitas on line dengan
mencatat pada HP ataupun
pada telapak tangan, pencatata
saat perkuliahan dilakukan
pada
buku
dengan
memanfaatkan secara hemat.
Pengumuman penting difoto
melalui
fasilitas
yang
disediakan HP.
1. Hemat,
2. Murah,
3. Tidak boros tempat, dan
mengurangi tempat yang
tidak
rapi/berantakan
karena tumpukan kertas.
247
menjadikan tempat berantakan kebanyakan
kertas berserakan.
I:
Apa harapan yang diinginkan dari mbak
Amel untuk menerapkan paperless di
kampus dalam mengikuti program
akademik?
A: Revisi pada saat bimbingan skripsi baiknya
dengan menggunakan kertas bekas hasil
bimbingan sebelumnya saja, karena kalau
melalui email seakan-akan tidak efektif
berkomunikasi dengan pembimbing. Kalau
menggunakan kertas kan bisa dicorat-coret
langsung oleh pembimbing, sehingga
Amel bisa memperbaiki dengan jelas, di
samping itu juga pembimbing dapat
melihat sendiri apa yang sudah disarankan
pada mahasiswa. Menggunakan lap top
saat bimbingan juga perlu dicoba untuk
mengurangi biaya pencetakan. Gunakan
web untuk mempublikasikan hasil skripsi,
tetapi harus dengan pdf dan harus ada
jaminan tidak ada plagiasi oleh pihakpihak yang sengaja untuk mengambil
keuntungan sepihak.
I: Mbak Amel, terima kasih berkenan berbagi
waktu untuk wawancara ini, sekalilagi
selamt
atas
kelulusan
ujian
munaqosyahnya.
A: Iya, terima kasih juga, Ibu.
Revisi bimbingan skripsi
dengan menggunakan kertas
bekas
hasil
bimbingan
sebelumnya. Melalui email
kurang
efektif
dalam
berkomunikasi
dengan
pembimbing,
menimbulkan
salah paham, tetapi kalau
menggunakan kertas bisa lebih
mudah
dipahami.
Menggunakan web untuk
mempublikasikan
hasil
penelitian/skripsi mahasiswa
dengan pdf untuk menghindari
plagiasi
yang
akan
menguntungkan pihak-pihak
tertentu.
248
Download