BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Kelompok Motor Pattimura Brothers Salatiga Pattimura Brothers merupakan sebuah kelompok motor di Salatiga yang berdiri pada tahun 2003. Kelompok ini beranggotakan para pecinta motor klasik di kota Salatiga. Pada awalnya, Wawung, pendiri Pattimura Brothers, tidak merencanakanakan membentuk sebuah kelompok pecinta motor klasik. Ide ini muncul setelah ia dan rekanya Valent, yang juga memiliki hobi otomotif klasik sering berkumpul dan berdiskusi bersama membicarakan halhal seputar motor klasik seperti motor dari pabrikan Honda jenis C70, 90, CB, RC Bravo dan bahkan motor hasil custom. Secara perlahan, anggota kelompok motor ini pun bertambah banyak. Wawung, sang pendiri kelompok pecinta motor klasik ini menjelaskan perihal pemilihan nama Pattimura Brothers sebagai nama kelompok. Alasannya adalah karena sejak awal berdiri hingga sekarang (2003-2016), kelompok ini selalu berkumpul di kawasan Jalan Pattimura Salatiga. Maka Wawung dan anggota lainnya sepakat menamai kelompok mereka dengan nama Pattimura Brothers. Sejak awal pula, kelompok ini memilih hari Jumat malam untuk dijadikan waktu berkumpul bagi para anggotanya. Valent, anggota kelompok Pattimura Brothers terlama, menjelaskan jika tradisi ini awalnya tidak sengaja dilakukan. Tetapi lama kelamaan justru menjadi kebiasaan hingga ditetapkan menjadi hari untuk berkumpul bagi kelompok ini. Begitu pula dengan pemilihan lokasi berkumpul, sejak awal berdiri hingga skripsi ini ditulis juga tidak ada perubahan yaitu di kawasan Jalan Pattimura, Salatiga. Waktu yang mereka pilih juga tidak berubah, yaitu pada malam hari karena pada saat itulah anggotanya bebas dari aktivitas keseharian mereka seperti bekerja, sekolah dan kuliah. Tidak ada batasan bagi siapa saja yang ingin bergabung dengan kelompok ini. Baik Wawung dan Valent menegaskan jika siapapun boleh bergabung menjadi anggota kelompok ini selama memiliki kecintaan yang sama terhadap dunia otomotif terutama motor klasik. Keragaman latar belakang anggotanya baik dari segi usia dan profesi tidak menjadi masalah bagi kelompok pecinta motor Pattimura Brothers karena menurut Wawung, justru disitulah letak keunikan dan kekhasan kelompok ini. Selain itu, kelompok ini berpegang teguh pada tujuan utama berdirinya kelompok ini yaitu menjadikannya sebagai wadah bagi para pecinta motor klasik di Salatiga. Saat ini, kelompok motor Pattimura Brothers memiliki jumlah anggota sebanyak 85 orang, tetapi tidak semuanya aktif karena berbagai alasan seperti kesibukan pribadi masing-masing anggota. Maka Kempong sebagai salah satu anggota kelompok (wawancara pada Senin, 1 Agustus 2016 pukul 14.00 WIB) juga mengatakan bahwa: “…Siapa saja bisa bergabung dengan kami (Pattimura Brothers). Tidak peduli dari latar belakang profesi apa saja. Seperti saya yang berprofesi sebagai teknisi di bengkel di Salatiga juga bisa bergabung dengan kelompok ini. Ada juga yang pelajar bahkan tukang rosok pun ada…” Gambar 4.2 Kelompok Motor Pattimura Brothers sedang Berkumpul di kawasan Jalan Pattimura Salatiga Mereka menegaskan jika Pattimura Brothers bukan merupakan komunitas yang memiliki pakem tertentu dalam beraktivitas. Dalam menjalankan aktivitasnya, Pattimura Brothers berpegang pada tujuan utama dibentuknya komunitas ini yaitu untuk menjadi wadah bagi para pecinta motor klasik di Salatiga agar dapat menyalurkan kecintaannya terhadap dunia otomotif secara positif. Kegiatannya pun bermacam-macam seperti diskusi, touring, penggalangan dana untuk rekan yang sedang mengalami musibah dan bakti sosial. Melalui kelompok ini juga, anggotanya memiliki wadah untuk saling berbagi mengenai info dunia otomotif yang sedang tren pada saat itu. Tidak hanya itu, dalam kelompok ini juga tidak jarang menjadi ladang untuk mencari rejeki karena banyak anggotanya yang berlatar berlakang profesi sebagai mekanik. Tetapi diskusi yang dilakukan tidak hanya seputar dunia otomotif saja, tetapi juga mengenai hal-hal di sekitar mereka. Seperti membahas mengenai rencana bakti sosial maupun penggalangan dana bagi anggota yang sedang tertimpa musibah. Gambar 4.2 adalah salah satu contoh aktivitas yang dilakukan oleh kelompok pecinta motor Pattimura Brothers yaitu berdiskusi. Komunikasi yang terjalin dalam kelompok ini pun tidak mengacu pada pakem tertentu. Artinya, semua boleh berkomunikasi dengan siapapun di dalam kelompok tersebut tanpa terbatas oleh garis kepemimpinan. Tak terkecuali bagi anggota yang ingin berdiskusi dengan ketua atau pendiri karena bagi mereka, kelompok ini tidak hanya berfungsi sebagai wadah untuk menyalurkan hobi otomotif mereka. Tetapi juga telah menjadi keluarga kedua bagi sebagian anggotanya. Seperti yang dituturkan oleh Samsul, salah satu anggota Pattimura Brothers, dalam wawancara yang dilakukan pada Selasa, 2 Agustus pukul 19.45 WIB. “…Kalo pas sumpek (penat) dan kumpul bareng teman-teman tu rasanya plong. Kalau sudah lama tidak kumpul mereka rasanya ada yang kurang. Saya sering sharing dan minta nasehat dari Mas Valent tentang kehidupan. Beliau sudah seperti kakak saya sendiri…” Gambar 4.3 Kelompok Motor Pattimura Brothers Berpose dengan motor Mereka di kawasan Jalan Pattimura Salatiga Bahkan, jika ada salah satu anggotanya yang tertimpa musibah, maka yang lain akan mengumpulkan dana untuk membantu anggota tersebut. Hal ini terjadi tanpa melalui komando dari sang ketua karena biasanya ada salah satu anggota yang memiliki inisiatif untuk menggalang dana dan mengkoordinir anggota lainnya. 4.2. Pola Komunikasi Kelompok Motor Pattimura Brothers Salatiga Djamarah (2004:1) menjelaskan jika pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Tubbs dan Moss (dalam Rakhmat, 1994) menyebutkan jika ciri pola komunikasi adalah adanya komplementaris dan simetris. Dalam kelompok motor Pattimura Brothers komplementaris terlihat dari adanya dominasi dalam komunikasi yang terjadi pada kelompok ini. Perilaku dominan yang dimaksud adalah perilaku salah satu partisipan komunikasi mengakibatkan adanya perilaku tunduk diantara perilaku peserta komunikasi lainnya. Hal ini tidak hanya terjadi ketika Wawung, sang ketua kelompok, melakukan komunikasi kepada anggota kelompok yang lainnya, tetapi juga terjadi pada orang yang dituakan di kelompok tersebut yaitu Valent. Perilaku Wawung dan Valent dalam kelompok motor Pattimura Brothers akan mendatangkan perilaku tunduk dari anggota kelompok yang lain. Ketika Wawung atau Valent sedang berbicara dalam sebuah diskusi di kelompok, anggota lain cenderung mengiyakan apa yang dikatakan, tetapi diskusi seperti ini biasanya terjadi pada hal-hal yang membutuhkan keputusan akhir seperti penentuan titik berkumpul ketika touring, waktu berkumpul, penentuan jam berkumpul ketika akan melakukan kegiatan lain, dan penunjukan anggota yang mendapat tugas tertentu. Dalam kasus-kasus seperti itu, peran Wawung dan Valent sangat besar dan dominan. Anggota yang lain akan mengikuti apa yang diputuskan oleh keduanya. Berdasarkan hasil pengamatan penulis ketika kelompok motor Pattimura Brothers melakukan diskusi pada hari Jumat, 5 & 12 Agustus 2016 di kawasan Jalan Pattimura, Salatiga. Topik yang mereka diskusikan adalah mengenai rencana kelompok ini touring ke Yogyakarta, penggalangan dana untuk diberikan kepada salah satu anggotanya yang sedang dirawat di rumah sakit dan rencana menghadiri pernikahan salah satu anggotanya. Pada proses diskusi tanggal 5 Agustus 2016 dengan agenda rencana touring ke kota Yogyakarta, ketua kelompok motor Pattimura Brothers pada awalnya melemparkan isu ke forum untuk dibahas oleh seluruh anggota kelompok untuk didiskusikan. Setelah memaparkan rencana tersebut, ketua mengembalikan ke forum mengenai langkah apa saja yang akan disiapkan berkaitan dengan rencana tersebut misalnya mengenai titik keberangkatan, waktu dan data jumlah personel yang akan berpartisipasi dalam acara touring kali itu. Diskusi berjalan lancar, hampir semua anggota mengeluarkan suara dan antusias mengenai rencana touring tersebut. Tetapi sayangnya ketika diskusi mencapai titik dimana harus menentukan waktu dan titik keberangkatan, tidak mencapai keputusan. Kondisi tersebut berlangsung selama sekitar 40 menit dan akhirnya Valent bersuara mengusulkan waktu dan titik keberangkatan kepada forum yaitu berkumpul di Selasar Kartisi Salatiga pukul 10.00 WIB. Usulan Valent langsung disambut baik oleh seluruh peserta diskusi yang berjumlah 15 orang. Semua peserta diskusi mengiyakan apa yang diusulkan oleh Valent dan keputusan telah dibuat dan disepakati bersama. Berdasarkan keterangan Valent, ia mengusulkan hal tersebut karena melihat tidak ada keberanian diantara anggota untuk mengambil keputusan maka ia berinisiatif untuk mengambil keputus. Gambar 4.4 Kelompok Motor Pattimura Brothers Ketika Berdiskusi untuk Rencana touring Sedangkan hal kedua yang mencirikan terbentuknya sebuah pola komunikasi adalah simtri yaitu sejuh mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan. Ketika diamati dari sudut pandang simetri, akan terlihat sekali pola komunikasi yang terbentuk dalam komunikasi di kelompok motor Pattimura Brothers. Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok tersebut memiliki dasar yang sama tetapi tidak selalu mengenai otomotif. Interaksi yang terjadi baik antara Wawung, Valent dan anggota lainnya adalah karena kesamaan. Dan kesamaan inilah yang membuat satu dan yang lainnya saling merespon pesan yang disampaikan dalam kelompok tersebut. Seperti yang telah diungkapkan pada contoh diskusi yang terjadi pada Jumat, 5 Agustus 2016 saat menentukan waktu dan lokasi titik keberangkatan touring ke Yogyakarta. Respon yang diberikan oleh seluruh peserta diskusi dalam kelompok motor Pattimura Brothers ini didasari karena kesamaan tujuan diskusi yaitu menyusun rencana keberangkatan touring ke Yogyakarta. Pola komunikasi menjadi terlihat sebagai proses interaksi menciptakan struktur, bagaimana orang merespon satu sama lain menetukan jenis hubungan yang mereka miliki. Begitu juga dengan yang terjadi pada kasus ini, anggota yang merespon tanggapan atau usulan dalam diskusi kelompok tersebut menunjukkan adanya hubungan yang mereka miliki. Dalam hal ini hubungan yang terjadi antara mereka adalah sama-sama anggota kelompok motor Pattimura Brothers. Sehingga masing-masing individu merasa memiliki kelompok tersebut dan merasa perlu berpartisipasi dalam diskusi. Ada lima pola komunikasi yang akan digambarkan yaitu pola roda, pola rantai, pola Y, pola lingkaran da pola rantai. Pola pertama yaitu pola roda. Pada komunikasi model roda, biasanya pemimpin menjadi fokus perhatian. Ia dapat berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi setiap anggota kelompok hanya bisa berhubungan dengan pemimpinnya. Pola roda ini tidak sesuai dengan yang terjadi dalam kelompok motor Pattimura Brothers karena dalam kelompok ini, setiap anggota kelompok tidak hanya bisa berhubungan dengan ketua saja, tetapi juga bisa berhubungan dengan anggota kelompok yang lainnya. Pola kedua yaitu pola rantai. Pada jaringan komunikasi rantai, anggota A dapat berkomunikasi dengan B, B dapat berkomunikasi dengan dengan C, C dapat berkomunikasi dengan dengan D, dan begitu seterusnya. Komunikasi terjadi secara estafet dan tidak bisa terjadi secara acak. Pola rantai tidak sesuai dengan yang terjadi dengan yang terjadi di dalam kelompok motor Pattimura Brothers karena komunikasi yang terjalin di dalam kelompok tidak terjadi secara estafet. Setiap anggota kelompok bisa menyampaikan pesan kepada yang lainnya tanpa harus melalui orang lain sebagai perantaranya. Pola ketiga yaitu pola Y. Pada pola komunikasi Y, tiga orang anggota dapat berhubungan dengan orang-orang di sampingnya seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang yang hanya dapat berkomunikasi dengan hanya seseorang di sampingnya. Pola ini tidak sesuai dengan komunikasi yang terjadi di dalam kelompok motor Pattimura Brothers karena ketika ketika ada tiga orang anggota yang berkomunikasi, mereka tidak hanya bisa berkomunikasi dengan dua orang yang ada disampingnya. Ketiganya bisa berkomunikasi dengan siapapun yang ada dalam kelompok tersebut. Pola keempat yaitu pola komunikasi lingkaran. Pada pola komunikasi lingkaran, setiap orang hanya dapat berkomunikasi dengan dua orang, di samping kiri dan kanannya. Dengan perkataan lain, dalam model ini tidak ada pemimpin. Pola komunikasi ini tidak sesuai dengan kelompok motor Pattimura Brothers karena pola ini tidak menghendaki adanya pemimpin. Sedangkan di dalam kelompok tersebut ada Wawung yang merupakan ketua kelompok motor Pattimura Brothers. Pola komunikasi yang terakhir adalah pola komunikasi Bintang. Pola ini juga disebut dengan komunikasi semua saluran/all channel. Artinya setiap anggota dapat berkomunikasi dengan semua anggota kelompok yang lain. 4.3. Solidaritas di Kelompok Motor Pattimura Brothers Salatiga Kelompok motor Pattimura Brothers bukan merupakan kelompok yang profit oriented atau kelompok yang berorientasi mencari keuntungan, sehingga sistem yang berlaku dalam kelompok tersebut adalah sistem kekeluargaan. Sistem kekeluargaan ini didasari oleh rasa kebersamaan antar anggotanya. Seperti dalam tulisan sebelumnya jika diperhatikan, Alfat, pelajar SMA yang menjadi anggota kelompok ini tidak sungkan untuk melakukan komunikasi dengan ketua kelompok. Ia banyak bertanya soal motor klasik dan begitu juga dengan Wawung, ketua kelompok Pattimura Brothers, yang juga tidak sungkan untuk berbagi info dengan anggota yang lainnya. Wawung mengaku jika yang ia lakukan itu adalah reflek dari hati. Karena dalam benaknya, Pattimura Brothers sudah seperti saudaranya. Kedekatan yang terjalin antara ketua dan anggota dalam kelompok motor ini menunjukkan seolah tidak ada jarak di antara mereka. Jarak yang dimaksud adalah pembedaan berdasarkan kedudukan dalam kelompok. Rasa kebersamaan dalam kelompok motor Pattimura Brothers ini sangat terlihat ketika penulis melakukan pengamatan pada tanggal 30 Juli 2016. Ketika sebagian anggota kelompok ini nongkrong, ada pesan dari Wawung. Pesan tersebut berisi berita duka yang datang dari salah satu keluarga anggota. Wawung menitipkan pesan tersebut kepada salah satu anggota dan disampaikan kepada seluruh anggota. Tanpa dikomando, seluruh anggota yang hadir pada malam itu langsung mengemasi barang mereka dan menuju lokasi rumah duka yang kebetulan tidak jauh dari tempat mereka nongkrong. Penulis pun ikut melawat ke rumah duka salah satu anggota yang dimaksud. Dan ssesampainya di sana, penulis menjumpai hampir seluruh anggota kelompok motor Pattimura Brothers. Rupanya informasi yang dititipkan kepada Dani telah sampai dengan baik ke masing-masing anggota. Kehadiran seluruh anggota kelompok Pattimura Brothers malam itu juga menunjukkan solidaritas dan rasa kebersamaan yang kuat antar anggotanya. Dalam kasus lain, penulis juga menemukan jika kelompok motor Pattimura Brothers memiliki solidaritas antar anggotanya. Yaitu ketika salah satu anggotanya sakit dan mereka secara khusus membahasnya dalam sebuah pertemuan darurat. Pertemuan itu terjadi pada tanggal 13 Agustus 2016. Padahal sehari sebelumnya yaitu tanggal 12 Agustus 2016, mereka juga berkumpul rutin di kawasan Jl. Pattimura Salatiga. Agenda peremuan rutin pada tanggal 12 Agustus 2016 membahas mengenai rencana penggalangan dana bagi salah satu anggota yang sakit dan sedang menjalani pengobatan. Karena keterbatasan biaya, anggota tersebut menjalani pengobatan rawat jalan dari rumah sakit. Berita tersebut sampai ke telinga anggota kelompok motor Pattimura Brothers meski anggota yang sakit tidak menyampaikan kendala pengobatan tersebut kepada rekan-rekannya di kelompok motor. Maka dalam perkumpulan rutin yang mereka lakukan setiap hari Jumat, kelompok ini secara khusus membahas masalah tersebut. Diskusi pada Jumat, 12 Agustus 2016 dipimpin langsung oleh Wawung, ketua kelompok motor Pattimura Brothers. Wawung menanyakan seputar kebenaran informasi mengenai salah satu anggotanya yang sedang sakit dan mengalami kesulitan biaya untuk pengobatan. Dalam diskusi, semua anggota berpartisipasi aktif. Masing-masing menyampaikan pendapatnya dan saling menyumbangkan ide. Fokus diskusi pada malam itu adalah rencana penggalangan dana yang akan diserahkan kepada anggota yang sakit. Seluruh anggota yang hadir pada malam itu setuju mengenai penggalangan dana, tetapi sayangnya ada beberapa anggota yang tidak hadir. Selain itu, kendala lain yang muncul adalah mengenai besaran nilai rupiah yang akan disumbangkan belum disepakati. Selama diskusi berlangsung, penulis mengamati keterlibatan masing-masing anggota dalam proses diskusi dan pengambilan keputusan. Semua anggota yang hadir malam itu terlibat secara aktif dalam diskusi. Bahkan terlihat lebih antusias dan beberapa di antaranya bahkan tidak sabar dan mendesak agar forum segera memutuskan besaran nilai rupiah agar segera bisa diberikan kepada anggotanya yang sakit. Diskusi pada hari Jumat, 12 Agustus 2016 diakhiri dengan keputusan sementara mengenai hari besuk anggota yang sakit. Diskusi dilanjutkan keesokan harinya tetapi dengan waktu yang lebih awal yaitu pukul 10.00 WIB di lokasi yang sama. Pengamatan penulis lanjutkan pada tanggal 13 Agustus 2016 pukul 10:00 WIB di kawasan Jl Pattimura, Salatiga. Setelah semua anggota berkumpul, mereka melanjutkan pembahasan mengenai usulan nominal uang yang akan didonasikan untuk anggota yang sakit. Tidak seperti diskusi pada malam sebelumnya yang berlangsung cukup lama, kali ini keputusan diambil dalam waktu yang cukup singkat. Setelah disepakati mengenai besar nominal uang, secara spontan donasi langsung dikumpulkan dan mereka segera menuju ke rumah anggota yang sakit tersebut. Apa yang direncanakan pada malam sebelumnya tidak berjalan sesuai rencana karena pada awalnya mereka berencana besuk Hari Minggu tetapi ide spontan mereka justru berubah menjadi hari Sabtu. Ide itu dicetuskan oleh Valent dan diamini oleh anggota yang lain. Bagi mereka, semakin cepat menjenguk dan memberikan uang tersebut semakin baik karena bisa meringankan beban anggota yang sakit tersebut. “…Semakin cepat semakin baik karena berapapun yang terkumpul dan kita berikan kepada anggota yang sakit itu tidak seberapa, tapi ini bukan soal besarnya uang, ini soal kepedulian kita. Kita ingin saling meringankan. Kita bantu semampu kita, kalau mampunya seribu ya tidak masalah. Kalau ndilalahe pas ndak ada uang sama sekali ya ndak apa-apa. Toh intinya adalah ketulusan, kebersamaan.” 4.4. Kohesi Kelompok di Kelompok Motor Pattimura Brothers Salatiga Secara definitif, kohesi kelompok berarti adanya semangat kelompok yang tinggi, hubungan interpersonal yang akrab, kesetiakawanan, dan perasaan “kita” yang dalam. Dalam kelompok motor Pattimura Brothers, kohesi kelompok sangat terasa dan bahkan penulis bisa mengamatinya dengan jelas. Hubungan interpersonal yang akrab yang terjalin antar anggota kelompok motor ini ditunjukkan ketika beberapa diantara mereka nongkrong di luar jadwal rutin. Kebiasaan nongkrong dan ngopi ini terjadi secara spontan tanpa dijadwalkan. Dan ini terjadi tidak hanya pada satu atau dua anggota saja tetapi terjadi pada hampir seluruh anggota kelompok motor Pattimura Brothers. Hubungan yang terjalin di antara anggota kelompok motor Pattimura Brothers tidak terbatas pada komunitas saja, tetapi di luar komunitas, mereka juga menjalin komunikasi yang baik. Hal ini diungkapkan oleh Kempong dan Samsul, dua anggota yang hampir setiap hari nongrong bareng dengan rekan lainnya meski di luar jadwal berkumpul rutin. “…Saya sama Kempong hampir tiap hari nongkrong. Agendanya ya ndak ada. Wong cuma ngopi, ngrokok bareng, ngobrol soal motor, berita di TV sama masalah sehari-hari saja. Ya memang kita sama temen-temen yang lain biasanya seperti ini. Nongkrong sama temen itu tidak perlu dijadwalkan. Namanya juga teman.” Hal yang sama diungkapkan juga oleh Kempong. “…Kalo ada masalah, pas sumpek dan butuh hiburan biasanya saya ajak anak-anak (anggota komunitas) ngumpul dan ngopi bareng. Biasanya sih kalo nongkrong dan ada yang galau, jadi ajang curhat. Kalo ada yang punya masalah, saling cerita. Saling bantu, ya minimal bantu saran.” Hubungan interpersonal yang baik antar anggota kelompok motor Pattimura Brothers ini menunjukkan indikasi adanya kohesi yang kuat dalam kelompok tersebut. Kohesi kelompok merupakan kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok, untuk untuk mengukur kohesi kelompok dalam sebuah kelompok dapat dilihat dari tiga aspek yaitu keterikatan anggota secara interpersonal satu sama lain, ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok, dan sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya. Pada aspek pertama, keterikatan anggota secara interpersonal satu sama lain. Pada aspek ini, anggota kelompok motor Pattimura Brothers sudah terbukti dalam penjelasan sebelumnya yang menyatakan jika ada keterikatan secara interpersonal antar anggota. Hal ini terjadi karena hubungan yang terjadi antara masing-masing anggota tidak hanya sebatas kelompok saja. Tetapi di luar itu, mereka memiliki hubungan interpersonal yang baik. Aspek kedua dalam melihat adanya kohesi kelompok yaitu ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok. Ketertarikan anggota terlihat ketika pertemuan rutin diadakan seminggu sekali di kawasan Jl. Pattimura, Salatiga. Kehadiran anggota yang hampir mencapai 100% dalam setiap pertemuan rutin adalah bukti dari ketertarikan yang tinggi dari anggota kelompok tersebut pada kegiatan rutin yang diadakan. Hal ini juga berlaku pada contoh kasus yang telah disebutkan sebelumnya ketika kelompok motor Pattimura Brothers akan melakukan touring ke Yogyakarta. Hampir seluruh anggotanya antusias mengikuti kegiatan tersebut. Selanjutnya adalah aspek terakhir yang dilihat yaitu sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya. Dalam aspek ini, orang yang masuk menjadi anggota kelompok motor Pattimura Brothers memiliki misi yang sama yaitu untuk menyalurkan hobi motor klasik. Tidak hanya itu, kebutuhan personal anggota kelompok motor ini tidak hanya mengenai kesamaan hobi di antara mereka. Tetapi juga ada yang lebih dari itu yaitu kebutuhan mereka akan teman. Hal ini terbukti ketika anggota kelompok ini sering mengadakan pertemuan diluar jadwal pertemuan rutin. Bahkan pertemuan tersebut hampir terjadi setiap hari. 4.5.Pola Bintang sebagai Pola Komunikasi Kelompok Motor Patimura Brothers Dalam sebuah kelompok, peranan individu dapat ditentukan oleh hubungan struktur antara satu individu dengan individu lainnya. Pada kelompok motor Pattimura Brothers, ketua dan pendiri merupakan posisi tertinggi dan berperan banyak dalam berbagai pengambilan keputusan kelompok. Dari enam pola komunikasi yang ada, hanya satu pola komunikasi yang bisa menjelaskan bagaimana pola komunikasi kelompok motor Pattimura Brothers yaitu pola bintang. Jika digambarkan kedalam sebuah gambar, pola komunikasi bintang adalah sebagai berikut. Gambar 4.5 Pola Komunikasi Bintang Struktur dalam pola komunikasi Bintang sebenarnya hampir sama dengan struktur pola komunikasi lingkaran karena semua anggota adalah sama dan memiliki kekuatan yang sama untuk menyampaikan pesan dan saling mempengaruhi, tetapi dalam pola komuniksi Bintang, setiap anggota bisa berkomunikasi dengan anggota lainnya sehingga memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum (Devitto, 2004: 334). Selain itu, pola komunikasi bintang juga tidak mempermasalahkan adanya pemimpin kelompok seperti pada pola komunikasi lingkaran karena kelompok motor Pattimura Brothers memiliki ketua yaitu Wawung. Pola komunikasi bintang juga memiliki banyak keuntungan yang bisa diperoleh baik kelompok maupun anggotanya. Karena pada pola komunikasi ini sangat memungkinkan adanya partisipasi anggota kelompok secara optimum, maka dampaknya adalah komunikasi menjadi lancar dan informasi dapat diteruskan secara mudah. Samsul, salah satu anggota kelompok motor Pattimura Brothers menjelaskan jika ia sebagai anggota merasa sangat memiliki peran meski peran itu tidak besar. “…Di dalam kelompok Pattimura Brothers itu saya tidak pernah merasa menjadi kecil. Orang-orangnya disana itu lho. Tidak ada yang menganggap orang lain atau pendapat yang lain tidak penting. Semua penting, semua berharga, dan semua adalah keluarga. Saya pernah usul apa gitu untuk acara buka bersama waktu Puasa kemarin. Tapi ya idenya ndak mutu gitu. Tapi saya tetap didukung. Ndak ditertawakan tapi malah dibantu ngomongnya. Jadi ya saling menghargai, saling mendukung…” Apa yang diungkapkan Samsul sebagai anggota di atas menjelaskan bagaimana partisipasi anggota pada proses komunikasi dalam kelompok tersebut. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Alfat, anggota baru yang berstatus sebagai pelajar SMA. Ia adalah anggota baru di kelompok motor Pattimura Brothers. Ia menjelaskan jika setiap anggota kelompok, siapapun itu memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi dalam seluruh proses komunikasi. Tak terkecuali Alfat yang masih berstatus pelajar SMA dan anggota baru. Kehadirannya disambut baik oleh semua anggota lain. “…Saya sering tanya-tanya soal motor karena saya anak baru. Dan mereka ndak sombong. Yang paling tau banyak soal motor klasik Honda C70 itu mas Wawung. Saya paling sering tanya sama dia. Tapi Mas Wawung juga sering diskusi sama anak-anak (anggota yang lain-red) soal motor. Jadi ya saling berbagi info …” Dalam pola komunikasi Bintang kelancaran distribusi informasi juga dibuktikan dalam kelompok motor Pattimura Brothers yaitu ketika mereka berkumpul bersama pada tanggal 30 Juli 2016. Agenda berkumpul ketika itu memang di luar kebiasaan karena biasanya kelompok ini berkumpul pada hari jumat. Meskipun tidak sesuai jadwal biasanya, tetapi kegiatan yang hanya sekadar nongkrong dan ngopi ini sudah menjadi kebiasaan dalam kelompok motor ini. Ketika itu, Wawung, ketua kelompok motor Pattimura Brothers memiliki pesan dan dititipkan kepada salah satu anggotanya agar disampaikan kepada yang lain. Wawung menitipkan pesan tersebut karena ia berhalangan hadir. Dani, anggota yang dititipi pesan oleh Wawung pun menyampaikan kepada anggota yang hadir malam itu. Pesan Wawung pun disampaikan oleh Dani kepada anggota kelompok dan diteruskan kepada seluruh anggota lain yang tidak hadir ketika itu. Kondisi demikian, seperti yang dijelaskan sebelumnya merupakan salah satu keuntungan dari pola komunikasi bintang yaitu kelancaran distribusi informasi karena partisipasi anggota yang optimal meski pemimpin kelompok tidak berada di tempat. Penulis menanyakan kepada anggota kelompok yang hadir pada malam itu (30 Juli 2016) mengenai distribusi pesan yang lancar dalam kelompok tersebut. Valent, salah satu pendiri kelompok motor Pattimura Brothers ini menyatakan jika hal tersebut sudah menjadi budaya mereka. Artinya, distribusi informasi dari satu orang kepada orang lain maupun ke semua anggota hampir selalu berjalan lancar seperti malam itu. “…Biasanya ya seperti ini, Mas, karena masing-masing menyadari jika pesan itu penting untuk kita semua. Jadi ya informasi apapun yang ada di kelompok ini ya nantinya akan sampai dengan sendirinya ke seluruh anggota tanpa dikomando. Nggak tahu ya kok bisa seperti ini. Sudah jadi kebiasaan dari dulu. Hahaha..”