OLEH :zidane dan nessa

advertisement
PAHLAWANKU
OLEH :ZIDANE DAN NESSA
TEUKU UMAR

Teuku Umar yang dilahirkan di Meulaboh Aceh
Barat pada tahun 1854, adalah anak seorang
Uleebalang bernama Teuku Achmad Mahmud
dari perkawinan dengan adik perempuan Raja
Meulaboh. Umar mempunyai dua orang saudara
perempuan dan tiga saudara laki-laki.

Nenek moyang Umar adalah Datuk Makhudum
Sati berasal dari Minangkabau. Salah seorang
keturunan Datuk Makhudum Sati pernah berjasa
terhadap Sultan Aceh, yang pada waktu itu
terancam oleh seorang Panglima Sagi yang ingin
merebut kekuasaannya. Berkat jasanya tersebut,
orang itu diangkat menjadi Uleebalang VI Mukim
dengan gelar Teuku Nan Ranceh. Teuku Nan
Ranceh mempunyai dua orang putra yaitu Teuku
Nanta Setia dan Teuku Ahmad Mahmud.
Sepeninggal Teuku Nan Ranceh, Teuku Nanta
Setia menggantikan kedudukan ayahnya sebagai
Uleebalang VI Mukim. la mempunyai anak
perempuan bernama Cut Nyak Dhien[2] .
K. H AHMAD DAHLAN

Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia
merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan
saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ia termasuk keturunan
yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang
terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di
Jawa.[1] Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq,
Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen),
Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru
Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH.
Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad
Dahlan).[2]

Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun.
Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiranpemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, AlAfghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke
kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.

Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua
tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang
juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia
mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.

Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya
sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai
Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari
perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam
orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti
Aisyah, Siti Zaharah.[1] Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula
menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai
Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai
putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu)
Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai
Yasin Pakualaman Yogyakarta.[3]

KH. Ahmad Dahlan dimakamkan di KarangKajen, Yogyakarta.
PATIMURA

Pattimura(atau Thomas Matulessy) (lahir di Haria,
pulau Saparua, Maluku, 8 Juni 1783 – meninggal di
Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34
tahun), juga dikenal dengan nama Kapitan Pattimura
adalah pahlawan Maluku dan merupakan Pahlawan
nasional Indonesia.

Menurut buku biografi Pattimura versi pemerintah yang
pertama kali terbit, M Sapija menulis, "Bahwa pahlawan
Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal
dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama
Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali
Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja
Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri
yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan".

Namun berbeda dengan sejarawan Mansyur
Suryanegara. Dia mengatakan dalam bukunya Api
Sejarah bahwa Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku
disebut Mat Lussy, lahir di Hualoy, Seram Selatan
(bukan Saparua seperti yang dikenal dalam sejarah versi
pemerintah). Dia adalah bangsawan dari kerajaan Islam
Sahulau, yang saat itu diperintah Sultan Abdurrahman.
Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan Kasimillah
(Kazim Allah/Asisten Allah). Dalam bahasa Maluku
disebut Kasimiliali
SISINGAMANGRAJA XII

Sisingamangaraja XII (lahir di Bakara, 18 Februari 1845 –
meninggal di Dairi, 17 Juni 1907 pada umur 62 tahun) adalah
seorang raja di negeri Toba, Sumatera Utara, pejuang yang
berperang melawan Belanda, kemudian diangkat oleh
pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional Indonesia
sejak tanggal 9 November 1961 berdasarkan SK Presiden RI
No 590/1961. Sebelumnya ia makamkan di Tarutung, lalu
dipindahkan ke Soposurung, Balige pada tahun 1953.[1]

Sisingamangaraja XII nama kecilnya adalah Patuan Bosar,
yang kemudian digelari dengan Ompu Pulo Batu. Ia juga
dikenal dengan Patuan Bosar Ompu Pulo Batu, naik tahta pada
tahun 1876 menggantikan ayahnya Sisingamangaraja XI yang
bernama Ompu Sohahuaon, selain itu ia juga disebut juga
sebagai raja imam. Penobatan Sisingamangaraja XII sebagai
maharaja di negeri Toba bersamaan dengan dimulainya open
door policy (politik pintu terbuka) Belanda dalam
mengamankan modal asing yang beroperasi di HindiaBelanda, dan yang tidak mau menandatangani Korte
Verklaring (perjanjian pendek) di Sumatera terutama
Kesultanan Aceh dan Toba, di mana kerajaan ini membuka
hubungan dagang dengan negara-negara Eropa lainya. Di sisi
lain Belanda sendiri berusaha untuk menanamkan
monopolinya atas kerajaan tersebut. Politik yang berbeda ini
mendorong situasi selanjutnya untuk melahirkan Perang
Tapanuli yang berkepanjangan hingga puluhan tahun.
Download