Tugas KEMUH Kelas 6: K.H. Ahmad Dahlan By: Alyssa Kurnia Putri Permatasari 6D/01 K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1289 H atau bertepatan dengan tanggal 1 agustus 1868 M di kampung Kauman Yogyakarta. Nama kecil K.H.Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ayahnya bernama K.H. Abu Bakar bin K.H. Muhammad Sukiman seorang khatib terkemuka di Masjid Besar Kauman Yogyakarta (pejabat Kapengulon Kasultanan Yogyakarta), ayah K.H Dahlan ini pernah diutus oleh Sri Sultan Hamengkubuwono ke VII ke Mekkah untuk menghajikan Sri Sultan Hamengkubuwono ke VI. Ibunya bernama Siti Aminah binti K.H. Ibrahim bin K.H. Hasan adalah seorang penghulu besar di Yogyakarta. Muhammad Darwis merupakan keturunan kedua belas Maulana Malik Ibrahim penyebar agama islam di nusantara, salah satu dari walisongo. Pada masa kanak-kanak K.H. ahmad Dahlan telah memiliki sejumlah kelebihan disbanding teman-temannya. Beliau memiliki banyak akal, ulet dan cerdas. Dalam mengaji beliau cepat maju. Pada usia delapan tahun beliau telah lancer membaca alquran dan sudah khatam. Selain itu beliau juga dikenal sebagai anak yang rajin, jujur dan suka menolong. Dari remaja beliau memeiliki semangat untuk membela agama islam. Bercitacita mengembalikan kemurnian ajaran agama islam yang berkembang di masyarakat seperti yang diajarkan oleh rasullullah Muhammad SAW. Dalam kehidupan sehari-hari K.H. Ahmad Dahlan selalu besikap dan bertingkah laku islami sesuai yang dituntunkan pleh nabi Muhammad SAW. Saat usianya menginjak 15 tahun Muhammad darwis pergi menunaikan ibadah Haji ke makkah dan juga menimba ilmu selama 5 tahun untuk memeperdalam wawasan tentang islam kepada beberapa pemikir islam yang disegani diantaranya : Muhammad Abduh, Jamaludin Al Afgani, Rasyid Ridha dan Ibnu Tamiyah. Setelah pulang dari Mekkah K.H. Ahmad Dahlan melakukan pembaharuan agama islam yang saat itu banyak menyimpang dari alquran dan al hadits diantaranya : - Membetulkan arah kiblat masjid kraton Yogyakarta - Melakukan dakwah amar makruf nahi mungkar dengan menentang segala macam bentuk takhayul, bid’ah dan khurofat. Pada tahun 1912 Ahmad Dahlan berangkat ke Makkah untuk yang ke dua kalinya dan menetap selama dua tahun dan belajar islam kepada ulama terkenal yaitu Syeh Ahmad Khotib. Setelah kembali dari Makkah Ahmad Dahlan diangkat menjadi pejabat agama di lingkungan Kapengulon Kasultanan dengan gelar KHOTIB AMIN menggantikan ayahnya yang meninggal dunia, selain itu Ahmad Dahlan juga mengajar di sekolah guru / Kweekschool di jetis Yogyakarta dan mengajar di sekolah pamongpraja / Osvia di Magelang. Dan juga beliau masih aktif di Budi Utomo, Jami’atul Khoir dan Syarikat Islam. Selain menjadi khotib di masjid Kraton Yogyakarta beliau juga seorang pengusaha pembuat dan penjual batik yang tempat berdagangnya meliputi jawa timur, jawa barat hingga medan. K.H. Ahmad Dahlan hidup pada masa penjajahan Belanda. Sebagai pribadi yang baik beliau memiliki cita-cita dan harapan yang mulia untuk membebeaskan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.Tekad Ahmad Dahlan melawan penjajah Belanda diwujudkan melalui organisasi yaitu mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah yang didasari pemahaman terhadap QS. Ali Imron (3) ayat 104 pada tanggal 8 dzulhijjah 1330 H atau tanggal 18 november 1912 M di Kauman Yogyakarta. Melalui muhammadiyah beliau melakukan kegiatan untuk mengadakan perbaikan kehidupan beragama dengan mengembalikan kemurnian ajaran islam kepada sumber aslinya yaitu alquran dan al hadits serta mendirikan madrasah dan sekolah untuk memeperbaiki pendidikan masayarakat. Dengan demikian umat islam Indonesia menjadi umat yang cerdas dan berakhlak mulia, merdeka berdaulat adil dan makmur. Pada wal berdirinya Muhammadiyah K.H. Ahmad Dahlan menjadi ketua dan dibantu H. Abdullah Sirait menjadi seketaris dan anggotanya pada waktu itu : Mas Ngabehi Djoyosugito, Muhammad Husni, Haji Ahmad, Haji Abdurrahman, R. Haji Sarkawi, Haji Muahammad, R. Haji Djaelani, Hj Anies dan H. Muhammad Fakir. Awalnya oraganisasi ini hanya di Yogyakarta dan berkembang sampai ke seluruh pelosok tanah jawa. Pada tanggal 26 Februari 1923 atau tanggal 7 rajab 1340 H diusia yang ke 55 tahun K.H. Ahmad Dahlan wafat dirumahnya di Kauman Yogyakarta dan dimakamkan di kampong karangkajen kecamatan mergangsan Yogyakarta. Atas jasa-jasanya dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini maka pembaharu islam dan pendidikan melalui dakwah amar makruf nahi mungkar maka pemerintah RI menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional. Sebelum wafat beliau berpesan kepada kader-kader muhammadiyah yang pesan tersebut berisi atara lain : 1. Aku titipkan muhammadiyah kepadamu dengan harapan muhammadiyah dapat dipelihara dan dijaga sebaik-baiknya. 2. Islam tidak akan lenyap dari muka bumi tapi tidak mustahil akan lenyap dari muka bumi. 3. Beramal dan berjuanglah dalam muhammadiyah, sebab muhammadiyah adalah tempat beramal dan berjuang. 4. Berjuanglah demi muhammadiyah dengan keikhlsan dan kesadaran yang akan menumbuhkan rasa nikmatnya dalam beribadah dan beramal. 5. Hidup hidupilah muhammadiyah, jangan mencari hidup dalam muhammadiyah. Dari kisah tersebut diatas dapat kita ambil tauladan yang baik antara lain : - Suka menolong sesama - Teguh dalam memegang keyakinan yang benar - Berani membela kebenaran - Tidak mudah menyerah.