Praksis Pendidikan Berkemajuan Kyai Ahmad Dahlan dalam

advertisement
PRAKSIS PENDIDIKAN BERKEMAJUAN
KYAI AHMAD DAHLAN
Dalam PERSPEKTIF K 13
Mohamad Ali
Pengasuh Perguruan Muhammadiyah Kottabarat Solo
(KB-TK, SD, SMP, SMA Muhammadiyah Program Khusus)
Kuliah Umum Prodi Paud FKIP Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta, 26 September 2016
Apa itu K 13?
• Pembelajaran tematik terintegrasi
• Mengedepankan proses (bkn. hasil) belajar dan
pengalaman menjadi ilmuwan.
• Pendekatan ilmiah/saintifik, 5 M: Mengamati,
Menanya, Mencari informasi, Mencoba,
Mengkomunikasikan.
Siapakah Kyai Ahmad Dahlan?
• Kyai Ahmad Dahlan (1868-1923): seorang kyai
progresif berwawasan kosmopolitan yang berupaya
memahami dan memecahkan masalah-masalah
kehidupan sosial dengan pendekatan agama.
• Agama dipahami dengan akal suci (al-Hads-Ibnu
Sina)/kecerdasan (intelligence), diamalkan untuk
memecahkan kehidupan sehingga secara pribadi
memperkaya pengalaman (experience) dan secara
sosial menggerakkan kemajuan (progress).
• Pendidikan wahana dakwah untuk perbaikan
kehidupan sosial.
Pendidikan Berkamajuan
• Pendidikan Berkemajuan secara ringkas bisa
disebut pendidikan progresif religius yang
memahami pendidikan secara pragmatis untuk
memecahkan masalah empirik duniawi sebagai
lahan/arena memperoleh keselamatan
kehidupun ukhrowi.
• Pendidikan bukan untuk merawat masa lalu
(tradisi), bukan pula untuk mempersiapkan
masa depan. Pendidikan: pengalaman
kehidupan itu sendiri
Makna Kecerdasan (Akal
Suci/intelligence/al-Hads)
• Kecerdasan/Akal suci: kemampuan potensial yg
sangat besar dalam jiwa manusia untuk belajar
melalui diri sendiri maupun orang lain.
• Kecerdasan dipahami sebagai kapasitas
seseorang untuk memahami akar-akar suatu
masalah dan memecahkan permasalahan yang
dihadapinya melalui dialog reflektif maupun
interaktif.
Model Pembelajaran al-Maun
• Wahyu dipahami secara pragmatis, untuk
memecahkan masalah kehidupan sosial
• Memancing peserta didik untuk menyampaikan ideidenya tentang permasalahan kehidupan (individual
maupun sosial) sesuai perkembangan anak dan
lingkungannya.
• Peserta didik menjadi aktor/subjek dalam
memecahkan masalah, guru sebagai fasilitator.
• Refleksi bersama atas pengalaman “menemukan”
atau memecahkan masalah.
• Kontinuitas pengalaman melalui pemecahan
masalah kehidupan secara dinamis berkelanjutan.
Download