Nama : Abdul khanan Nim : 2010810051 Prodi : Tadris Biologi Kelas : B2TBR Matkul : Pendidikan Kewarganegaraan Dosen : Nur Anggaraeni,M.A. Sang Pencerah Lahir dengan nama Muhammad Darwis, si kecil Ahmad Dahlan sudah menunjukkan sisi kepeduliannya dan kegelisahannya terhadap pelaksanaan agama Islam di Kauman yang dimatanya sedikit agak melenceng dari apa yang diajarkan. Anak dari Khatib Mesjid Besar Kesultanan Yogyakarta dan lahir pada 1 Agustus 1868 ini semakin menunjukkan sikapnya yang kritis terhadap agamanya sendiri ketika beranjak remaja, sampai-sampai Darwis “iseng” mencuri sesajen warga untuk dibagikan kepada fakir miskin. Darwis pun meninggalkan Kauman dan pergi haji ke Mekah sambil menuntut ilmu serta mendalami ajaran Islam. Sekembalinya dari Mekah, Darwis yang kini mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan, melihat Kauman yang ditinggalkan selama 5 tahun ternyata tidak banyak berubah termasuk ajaran Islam yang masih dicampur-adukan dengan kebudayaan mistis. Ditambah para pemuka agama yang masih “kolot” dalam menerima perubahan, menolak semua yang berkaitan dengan Belanda dan melabelinya dengan produk kafir. Muhammad Darwis adalah seorang anak dari Abu Bakar yang dulunya seorang khotib di masjid besar Kauman yang biasa dipanggil Darwis oleh keluarga dan teman-teman dekatnya. Pada saat umur 15 tahun, Darwis banyak melihat budaya sesajen berbaur agama Islam yang menurutnya menyesatkan. Kemudian Darwis memutuskan untuk pergi ke Mekkah untuk memperdalam ilmu agama Islam. Sebelum berangkat ke Mekkah, Pakde-nya berpesan agar ia belajar di Mekkah untuk membawa perubahan untuk Kauman. Tidak seperti kyai-kyai sebelumnya yang sudah belajar disana tetapi masih saja mengikuti tradisi yang dilakukan di Kauman. Sepulang dari Mekkah, Darwis mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Nama Ahmad Dahlan itu sendiri berasal dari gurunya sewaktu belajar di Mekkah dan Beliau menikah dengan Siti Walidah. Setelah belajar di Mekkah belajar selama 5 tahun, ia mencoba melihat apakah arah sholat yang berada pada masjid besar itu benar atau salah. Ia sudah mengukurnya dengan kompas dan menghitung jarak di peta, apakah arah yang selama ini diyakini sebagai arah kiblat menghadap Mekkah apa tidak. Ia juga bertanya pada Kyai-Kyai dari masjid lain. Malahan ada Masjid yang menghadap ke arah timur laut. Dengan keyakinan bahwa perkiraan arah kiblat yang sebelumnya mengarah pada Afrika menjadi arah Ka’bah di Mekkah dengan mengubah arah kiblat menghadap barat laut, yaitu 23 derajat dari arah sebelumnya.Melalui langgar/surau-nya, Ahmad Dahlan mengawali pergerakan mengubah arah kiblat yang salah di masjid besar kauman. Akan tetapi, perubahan itu ditentang oleh kyai penghulu Cholil Kamaludiningrat marah. Ditengah kemarahan emosi yang memuncak, kyai penghulu memerintahkan untuk membongkar surau yang telah didirikan Ahmad Dahlan karena sudah dianggap merusak tradisi yang berlaku ketat di Yogyakarta dan dianggap mengajarkan agama aliran sesat. Karena merasa sakit hati, Ahmad Dahlan dan Istrinya yaitu Siti Walidah memutuskan untuk pergi dari desa Kauman. Tetapi keputusannya itu tidak disetujui olek kakak Ahmad Dahlan. Ia mengatakan bahwa keluarganya masih butuh pemikiran-pemikiran pembaharuan yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan. Kakaknya juga berjanji akan mendirikan surau untuk Ahmad Dahlan sebagai sarana belajar mengaji dan tempat ibadah. Dengan dana dari kakak dan istrinya, Ahmad Dahlan Akhirnya dapat mendirikan suraunya dan membuka sekolah yang menyadarkan bahwa Islam tidak hanya mengajarkan tentang tauhid, tetapi juga mampu memperbaiki kesejahteraan melalui pendidikan. KH. Ahmad Dahlan sukses menyampaikan pesan penting dari inti surat Al-Ma’un yang menjadi gerakannya dalam mengelola sebuah masyarakat yang mengalami kemiskinan, kesengsaraan untuk memperoleh kesejahteraan sekaligus kesehatan. Ahmad Dahlan ingin mengajarkan ilmunya, ia mencoba untuk mengajarkan agama Islam di sekolah pemerintah Belanda. Awalnya pengurus sekolah itu tidak yakin akan berhasil, tetapi Ahmad Dahlan membujuknya agar ia diberi kesempatan sekali untuk mengajarkan agama Islam. Dan akhirnya beliau diijinkan untuk mencoba. Pada saat percobaan itu, ketika Ahmad Dahlan memberi salam, tidak ada satupun murid yang menjawab salam itu. Ketiga kalinya memberi salam, salah satu murid ada yang mengeluarkan kentut. Ahmad Dahlan tidak marah, ia menerangkan tentang kebesaran Allah yang telah memberikan manusia lubang untuk membuang gas-gas yang berada dalam perut. Karena cara mengajar yang asyik, murid-murid tertaruk untuk diajar Ahmad Dahlan, dan Beliau pun resmi mengajar di sekolah itu. Namun hal itu tidak disetujui oleh keluarga dan murid-muridnya dulu seperti Sudja. Ahmad Dahlan dianggap kafir karena telah mengajar di sekolah pemerintah Belanda. Beliau juga dituduh sebagai kyai kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo. Tetapi tuduhan itu tidak membuat pemuda Kauman itu surut untuk menegakkan agam islam yang telah melenceng dari ajaran sebelumnya. Para murid yang berada di sekolah pemerintah Belanda tertarik belajar pada Ahmad Dahlan karena mereka tahu bahwa Ahmad Dahlan akan mendirikan sekolah disuraunya. Bagi Ahmad Dahlan, Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin, memberikan kedamaian bagi siapa saja termasuk non muslim. Selama masih dalam koridor membangun kesejahteraan masyarakat. Baginya, hal pertama yang seharusnya dikedepankan umat Islam adalah akhlaq yang baik, terbuka dan toleran seperti Rasulullah SAW. Secara perlahan, kiprah Dahlan muda yang dianggap kontroversi mampu mengubah tidak hanya pandangan umat Islam kebanyakan, tetapi kaum barat terhadap Agama Islam. Didampingi isteri tercinta, Siti Walidah, dan 5 murid-murid setianya yakni Sudja, Fahrudin, Hisyam, Syarkawi, dan Abdulgani, Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman. Lagi-lagi hal itu ditentang oleh para kyai penghulu. Organisasi Muhammadiyah dianggap sebagai ajaran agama yang sesat dan kyai penghulu berpikiran bahwa Ahmad Dahlan akan menjadi Resident. Munculnya organisasi ini juga menimbulkanpertentangan antara masyarakat yang menentang Ahmad Dahlan dan yang berpihak pada Ahmad Dahlan. Seiring berjalannya waktu, akhirnya kyai penghulu menyadari kesalahannya itu. Ia menyetujui pembaharuan yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan. Itulah cerita yang saya peroleh dari film Sang Pencerah yang dimulai dari lahirnya Ahmad Dahlan, pembaharuan yang dilakukan Ahmad Dahlan serta tantangan-tantangan yang telah dihadapi hingga menjadi seperti sekarang ini.