PERTUMBUHAN PADI SAWAH DAN PADI GOGO DENGAN PEMBERIAN PUPUK HAYATI BERBASIS BAKTERI PEMACU TUMBUH DI TANAH MASAM ARIE ARYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pertumbuhan Padi Sawah dan Padi Gogo dengan Pemberian Pupuk Hayati Berbasis Bakteri Pemacu Tumbuh di Tanah Masam adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2015 Arie Aryanto NIM G353120251 RINGKASAN ARIE ARYANTO. Pertumbuhan Padi Sawah dan Padi Gogo dengan Pemberian Pupuk Hayati Berbasis Bakteri Pemacu Tumbuh di Tanah Masam. Dibimbing oleh TRIADIATI dan SUGIYANTA. Kesuburan tanah asam secara umum rendah, sehingga mempengaruhi produktifitas tanaman yang ditanam di lahan asam. Pengelolaan lahan masam lebih difokuskan pada upaya pengelolaan fisik dan kimia seperti peningkatan pemupukan sintetik dan pemberian kapur. Keadaan ini menunjukkan bahwa sudah saatnya upaya meningkatkan kesuburan tanah masam dilakukan dengan penambahan mikrob. Salah satunya dapat memanfaatkan pupuk hayati yang mengandung mikrob sebagai agen pupuk hayati, salah satunya bakteri yang menghasilkan zat pemacu tumbuh untuk tanaman. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka sudah saatnya dilakukan perbaikan produktifitas padi sawah dan padi gogo dengan aplikasi pupuk hayati yang mengandung bakteri penghasil zat pengatur tumbuh untuk memperkaya pupuk organik di tanah asam dengan harapan sekaligus dapat meningkatkan kualitas tanahnya. Pupuk hayati adalah pupuk yang mengandung mikrob yang dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman sehingga dapat memacu pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan dan produksi tanaman padi gogo dan padi sawah terhadap pemberian pupuk hayati di tanah masam. Ada 7 isolat bakteri yang digunakan sebagai pupuk hayati, yaitu Bacillus sp., dua galur Pseudomonas sp., dua galur Azospirillum sp., dua galur Azotobacter sp.. Penelitian dilakukan berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) satu faktor, dengan tujuh taraf perlakuan. Perlakuan pada penelitian ini terdiri atas tanpa pemupukan, kompos, NPK 100%, kompos diperkaya 7 isolat, kompos diperkaya 7 isolat + NPK 50%, kompos diperkaya 4 isolat, kompos diperkaya 4 isolat + NPK 50%. Pada penelitian ini digunakan pupuk NPK 100% dosis anjuran dan 50% dosis anjuran. Parameter yang diamati dalam penelitian ini antara lain: (a) Peubah vegetatif yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan; (b) Peubah komponen hasil yang diamati adalah jumlah anakan produktif, jumlah gabah bernas per rumpun, persentase gabah bernas per rumpun, bobot 1,000 gabah, dan potensi hasil; (c) Kualitas tanah; (d) Kandungan klorofil; (e) Serapan hara pada jaringan daun; (f) Analisis populasi mikrob. Data hasil pengamatan berupa pertumbuhan vegetatif dan produksi tanaman dianalisis dengan ANOVA pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan kompos yang diperkaya pupuk hayati meningkatkan unsur nitrogen dan fosfat, meningkatkan pH tanah bahkan dapat menghilangkan unsur Al tanah yang bersifat racun bagi tanaman. Peningkatan kandungan hara di dalam tanah terutama unsur N dapat meningkatkan kandungan klorofil daun. Selain itu, penggunaan kompos yang diperkaya mikrob yang ditambahkan NPK dosis 50% berpengaruh nyata meningkatkan tinggi, jumlah daun, jumlah anakan, dan komponen hasil. Pemberian pupuk hayati dengan pupuk sintetik juga secara nyata meningkatkan serapan N dan P pada tanaman padi. Secara umum setelah pemberian perlakuan pupuk hayati kandungan mikrob di dalam tanah meningkat. Keunggulan pupuk hayati untuk memperkaya kompos yang digunakan dapat meningkatkan kualitas tanah, sedangkan pupuk NPK dosis 100% tidak meningkatkan kualitas tanah. Penggunaan pupuk hayati dikombinasikan dengan NPK secara nyata dapat meningkatkan produksi tanaman padi sawah maupun padi gogo. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa perlakuan kompos diperkaya 7 isolat ditambahkan NPK 50% memberikan hasil produksi yang paling tinggi. Penggunaan pupuk hayati ini dapat mengurangi dosis pemakaian pupuk sintetik hingga 50% pada musim pertama. Kata kunci: Azospirillum, Azotobacter, Bacillus, ketersediaan unsur hara, Pseudomonas SUMMARY ARIE ARYANTO. Growth of Lowland and Upland Rice with Application of Biofertilizer Based on Plant Growth Promoting Bacteria in Acid Soil. Supervised by TRIADIATI and SUGIYANTA. Acid soil fertility is generally low, thus affecting the productivity of crops in acid soil. Acid land management until now focused on improving the quality of soil physical and chemical, such as the application of inorganic fertilizers and of lime to improve the nutrient content. Management of acid soil need the addition of microbes as an effort to improve soil fertility. Application of bifertilizer in acid soil is an alternative to improve soil nutrient availability for plant growth. It is important to improve productivity of paddy and upland rice by application of biofertilizer containing plant growth promoting bacteria enriched organic fertilizer to acid soil. The aim of this study was to analyze the growth and production of lowland and upland rice by using the biofertilizer enriched compost by plant growth promoting bacteria in acid soil. Seven isolates of bacteria were used as biofertilizer, i.e. Bacillus sp., two strains of Pseudomonas sp., two strains of Azospirillum sp., two strains of Azotobacter sp.. The study was conducted based on a randomized block design method with seven treatments. The treatments of this study were without fertilization, compost, 100% NPK, compost enriched with 7 bacteria isolates, compost enriched with 7 bacteria isolates + 50% NPK, compost enriched with 4 bacteria isolates, and compost enriched with 4 bacteria isolates + 50% NPK. Parameters were observed in this study included: (a) vegetative variable such as: plant height, leaf number, and number of tillers; (b) Variables of yield consisted of the number of productive tillers, number of grains per panicle pithy, 1000 grain weight, the percentage of grains per panicle pithy, and potential yield; (c) soil quality; (d) chlorophyll content; (e) nutrient uptake; (f) microbes population. Observation data was analyzed by ANOVA at 95% confidence level. The results showed that the application of biofertilizer enriched compost could improve soil nitrogen and phosphate content, soil pH, and eliminate Al toxicity effect to plants. Increased soil nitrogen content could improve leaf chlorophyll content. Application of biofertilizer enriched compost also increased plant height, leaf number, number of tillers, and variables of yield. Treatment of combination of inorganic fertilizers with biofertilizer enriched compost contain significantly increased the uptake of N and P. Generally after application of by biofertilizer enriched compost increase microbes population in the soil. The advantage of biofertilizers enriched compost can improve soil quality, while NPK 100% does not improve soil quality. The use of biofertilizers combined with NPK can significantly increase the production of paddy fields and upland rice. It can be concluded that the treatment of 7 bacteria isolates increased in compost and the addition of 50% NPK has the highest yield. The use of biofertilizers can reduce 50% dose of inorganic fertilizer in the first growing season. Keywords: Azospirillum, Azotobacter, Bacillus, Pseudomonas, soil nutrient availability © Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB PERTUMBUHAN PADI SAWAH DAN PADI GOGO DENGAN PEMBERIAN PUPUK HAYATI BERBASIS BAKTERI PEMACU TUMBUH DI TANAH MASAM ARIE ARYANTO Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biologi Tumbuhan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Nisa Rachmania M, MSi Judul Tesis : Pertumbuhan Padi Sawah dan Padi Gogo dengan Pemberian Pupuk Hayati Berbasis Bakteri Pemacu Tumbuh di Tanah Masam Nama : Arie Aryanto NIM : G353120251 Disetujui oleh Komisi Pembimbing Dr Triadiati, MSi Ketua Dr Ir Sugiyanta, MSi Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Biologi Tumbuhan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr Ir Miftahudin, MSi Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr Tanggal Ujian: 25 Agustus 2015 Tanggal Lulus: PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 ini ialah pupuk hayati, dengan judul Pertumbuhan Padi Sawah dan Padi Gogo dengan Pemberian Pupuk Hayati Berbasis Bakteri Pemacu Tumbuh di Tanah Masam. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Triadiati, MSi dan Dr Ir Sugiyanta, MSi selaku pembimbing, serta Dr Nisa Rachmania M, MSi selaku penguji luar komisi. Terima kasih kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang telah mendanai penelitian ini melalui Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) tahun 2013 yang diberikan kepada Dr Triadiati, MSi. Di samping itu ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, November 2015 Arie Aryanto DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian 1 1 2 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 METODE Waktu dan Tempat Bahan Pembuatan Pupuk Hayati Pembuatan Pupuk Kompos Rancangan Penelitian Aplikasi Pupuk Hayati Pengamatan Analisis Tanah Analisis Klorofil Daun Analisis Serapan Hara Analisis Populasi Mikrob Prosedur Analisis Data 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 8 8 8 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Analisis Klorofil Daun Peubah Vegetatif Peubah Komponen Hasil Serapan Hara Produksi Analisis Populasi Mikrob 9 9 10 11 12 14 15 17 SIMPULAN 18 DAFTAR PUSTAKA 19 LAMPIRAN 22 RIWAYAT HIDUP 28 DAFTAR TABEL 1 Kualitas tanah asam Jasinga pada satu bulan setelah penanaman 2 Kandungan klorofil daun padi sawah dan padi gogo yang ditanam di tanah asam Jasinga 3 Tinggi tanaman, jumlah anakan/rumpun, jumlah daun/rumpun padi sawah pada (60 HST) 4 Tinggi tanaman, jumlah anakan/rumpun, jumlah daun/rumpun padi gogo pada (80 HST) 5 Peubah komponen hasil padi sawah 6 Peubah komponen hasil padi gogo 7 Serapan hara pada jaringan daun padi sawah berumur 70 HST 8 Serapan hara pada jaringan daun padi gogo berumur 90 HST 9 Jumlah populasi mikrob pada lahan padi sawah (104 cfu/ml) Jasinga dengan pemberian pupuk hayati 10 Jumlah populasi mikrob pada lahan padi gogo (104 cfu/ml) Jasinga dengan pemberian pupuk hayati 9 10 11 11 12 13 14 14 17 17 DAFTAR GAMBAR 1 Potensi gabah kering per petak pada padi sawah dan padi gogo terhadap semua perlakuan 2 Morfologi padi perlakuan Tanpa pemupukan (A), Kompos (B), NPK 100% (C), 7 isolat (D), 7 isolat+NPK 50% (E), 4 isolat (F), 4 isolat+NPK 50% (G) 15 16 PENDAHULUAN Latar Belakang Produktivitas tanaman yang rendah di tanah asam disebabkan oleh beberapa faktor antara lain pH rendah, adanya unsur-unsur Al, Fe, dan Mn yang bersifat toksis dan defisiensi unsur hara seperti N, P, Ca dan Mg. Kondisi tersebut disebabkan oleh rendahnya aktivitas mikrob dengan jumlah populasi mikrob di tanah masam berkisar antara 29.4.101 hingga 14.8.104 cfu gr-1 tanah (Prihastuti 2012). Populasi mikrob pada lahan yang subur lebih dari 106 cfu gr-1 tanah. Pengelolaan lahan masam lebih difokuskan pada upaya pengelolaan fisik dan kimia seperti peningkatan pemupukan sintetik dan pemberian kapur. Keadaan ini menunjukkan bahwa sudah saatnya upaya meningkatkan kesuburan tanah masam dilakukan dengan penambahan mikrob. Salah satunya dapat memanfaatkan pupuk hayati yang mengandung mikrob sebagai agen pupuk hayati, misalnya bakteri yang menghasilkan zat pemacu tumbuh untuk tanaman. Bakteri pemacu pertumbuhan tanaman merupakan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). Bakteri tersebut berada di rizosfer dan memiliki kemampuan menghasilkan fitohormon diantaranya IAA, sitokinin, dan giberelin (Adesemoye 2008). Aplikasi pupuk hayati berbasis bakteri pemacu tumbuh dari kelompok Bacillus sp., Pseudomonas sp., Azospirillum sp., dan Azotobacter sp. telah terbukti dapat memacu pertumbuhan dan produksi padi dan jagung di rumah kaca dan di lapang (Hamim et al. 2008). Aplikasi pupuk hayati yang sama oleh Fadiluddin (2009) pada tanaman padi gogo di lahan ultisol yang digunakan untuk memperkaya kompos dapat meningkatkan jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per rumpun, bobot gabah isi per rumpun, dan bobot 1000 biji. Perlakuan pupuk hayati yang terdiri atas empat isolat tersebut diaplikasikan pada padi sawah dan dikombinasikan dengan kompos dan NPK dosis 50% rekomendasi dapat meningkatkan produksi dibandingkan dengan penggunaan NPK dosis 100% rekomendasi (Iqbal 2008). Empat isolat bakteri tersebut juga digunakan dalam penelitian ini, tetapi agar kualitas pupuk hayati yang terdiri atas empat isolat tersebut lebih baik, maka perlu ditingkatkan kualitasnya dengan menambahkan isolat lainnya yang mempunyai potensi menghasilkan zat pengatur tumbuh yang lebih tinggi. Pada penelitian terdahulu diperoleh tiga kandidat isolat bakteri yang mampu mengasilkan zat pengatur tumbuh, sehingga pada penelitian ini akan ditambahkan pada formulasi pupuk hayati yang mengandung empat bakteri yang sudah sebelumnya. Pemanfaatan pupuk hayati pada tanah masam selama ini belum menunjukkan hasil yang berarti. Rendahnya produktivitas tanaman di tanah masam mendorong penelitian aplikasi pupuk hayati di lahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah dan padi gogo di tanah masam dengan pemberian pupuk hayati berbasis bakteri pemacu pertumbuhan. 2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ialah menganalisis pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah dan padi gogo di tanah masam dengan pemberian pupuk hayati berbasis bakteri pemacu pertumbuhan. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan dan pemanfaatan pupuk hayati pada berbagai wilayah di Indonesia. 3 TINJAUAN PUSTAKA Padi (Oryza sativa L.) Padi merupakan tanaman rumput semusim. Batangnya berbentuk bulat, berongga, beruas-ruas, dan berakar serabut. Daun terdiri dari helaian daun yang menyelubungi batang. Bunga membentuk malai yang keluar dari buku atas dengan jumlah bunga tergantung kultivar yang berkisar antara 50-500 bunga, sedangkan buah atau biji padi beragam, ukuran, dan warnanya. Padi tumbuh di daerah tropis tapi masih bisa tumbuh di daerah subtropis dengan beberapa faktor pembatas. Di daerah tropis dan subtropis padi tumbuh dengan subur bila syarat tumbuhnya terpenuhi. Walaupun demikian, untuk produksi dan produktivitas tertinggi diperoleh di daerah beriklim sedang seperti Po Valley, Italy, Bagian Honshu Utara, Jepang, Korea, Selandia Baru, dan Australia (De Datta 1981). Padi tergolong tanaman air (waterplant). Sebagai tanaman air bukan berarti padi itu hanya bisa hidup di tanah yang selalu digenangi air secara terusmenerus. Tanaman ini juga bisa tumbuh subur di daerah rawa-rawa maupun daratan atau tanah kering, asalkan curah hujan mencukupi kebutuhan air bagi tanaman padi. Tanaman padi dibedakan menurut cara bertanamnya yaitu padi sawah dan padi gogo. Padi gogo adalah tanaman padi yang ditanam pada lahan kering dan biasanya dalam pertumbuhannya tidak membutuhkan banyak air, sedangkan padi sawah adalah padi yang ditanam pada lahan sawah atau berlumpur. Pupuk Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun sintetik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor lingkungan yang baik. Secara umum pupuk digolongkan menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk sintetik. Permentan No.70/SR.140/10 tahun 2011 menyebutkan pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikrob, yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu, pupuk hayati adalah produk biologi yang terdiri atas mikrob yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan, dan kesehatan tanah. Pupuk hayati dapat berisi bakteri dan cendawan yang berguna bagi tanaman. Beberapa bakteri yang digunakan dalam pupuk hayati antara lain Bacillus sp., Azotobacter sp., Azospirillum sp., Lactobacillus sp., Pseudomonas sp., dan Rhizobium sp. Komunitas mikrob tersebut dapat berperan dalam pertumbuhan tanaman melalui beberapa mekanisme, antara lain: meningkatkan ketersediaan unsur-unsur hara di dalam tanah, meningkatkan kemampuan bersaing dengan patogen akar (Weller et al. 2002), dan meningkatkan serapan unsur-unsur hara oleh tanaman. Penelitian Wu et al. (2005) menyebutkan bahwa selain dapat meningkatkan unsur-unsur hara di dalam tanah, pupuk hayati juga dapat memacu 4 pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman. Hal ini terkait dengan kemampuan mikrob dalam menghasilkan zat pengatur pertumbuhan (IAA, sitokinin, dan giberelin) yang dapat meningkatkan pertumbuhan rambut-rambut akar sehingga penyerapan air dan hara mineral menjadi lebih efisien (Lerner et al. 2005). Deskripsi Bakteri yang Digunakan sebagai Pupuk Hayati Pupuk hayati sebagai suatu substansi yang mengandung mikrob hidup, yang bila diterapkan pada bibit tanaman atau tanah, rhizosfer atau bagian tanaman akan memacu pertumbuhan dengan meningkatkan pasokan ketersediaan hara tanaman (Vessey 2003). Penelitian ini memanfaatkan bakteri dari spesies Azotobacter sp., Azospirillum sp., Pseudomonas sp., dan Bacillus sp. yang berperan sebagai pupuk hayati. Azotobacter sp. merupakan bakteri aerob, sel berbentuk batang, berkoloni tidak beraturan, tidak menghasilkan endospora, termasuk ke dalam bakteri gram negatif (Handayanto & Hairiah 2007) dari famili Azotobacteriaceae, hidup bebas pada tanah netral sampai basa, mampu memproduksi antifungi dan antibiotik, mampu mensintesis IAA dan giberelin, dan mampu memfiksasi nitrogen sebesar 10 mg N/g C (Mahdi et al. 2010). Azospirillum sp. merupakan bakteri bersifat aerob maupun anaerob, berbentuk koma atau spiral dengan flagel di seluruh permukaan tubuh, termasuk ke dalam bakteri gram negatif yang hidup bebas di sekitar perakaran. Azospirillum mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati karena mampu memfiksasi nitrogen sebesar 20-40 kg/ha. Bakteri ini banyak dijumpai berasosiasi dengan tanaman jenis rumput-rumputan, termasuk jagung, cantel, dan gandum (Kristanto et al. 2002). Mahdi et al. (2010) menyatakan bahwa Azospirillum sp mampu bersimbiosis khususnya dengan tanaman C4 dan sangat direkomendasikan untuk tanaman jagung. Pseudomonas merupakan bakteri bersifat aerob, sel berbentuk lurus atau batang bengkok, termasuk ke dalam bakteri gram negatif (Handayanto & Hairiah 2007). Apabila ditumbuhkan dalam media dengan penambahan asam amino triptofan mampu memproduksi IAA, mampu memproduksi asam organik berupa gluconic acid yang berperan dalam melarutkan fosfat. Bakteri pelarut fosfat melepaskan ikatan fosfat sintetik yang sukar larut dengan mensekresikan sejumlah asam organik. Mekanisme tersebut bukan satu-satunya cara untuk melarutkan fosfat. Pseudomonas sp. dilaporkan mempunyai aktivitas fitase, suatu enzim golongan fosfomonoesterase yang mampu menghidrolisis polifosfat organik tak larut (fitat) menjadi rangkaian ester fosfat berbobot molekul rendah dari myoinositol dan fosfat yang penting untuk prokariot dan eukariot (Idriss et al. 2002). Bacillus sp. bersifat aerob atau anaerob fakultatif, sel berbentuk batang, dan merupakan bakteri gram positif. Bacillus sp memiliki endospora berbentuk oval dan sangat resisten terhadap banyak kondisi yang tidak menguntungkan. Wahyudi et al. (2011) melaporkan bahwa 90 dari 118 isolat Bacillus sp. yang dikulturkan dengan penambahan triptofan mampu memproduksi IAA dengan konsentrasi 0.81-86.82 mg/L, dan dari 12 isolat 97.7% mampu melarutkan fosfat dan 100% mampu memproduksi siderofor. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa efektifitas bakteri pelarut P tidak hanya disebabkan oleh kemampuannya dalam 5 meningkatkan ketersediaan P, tetapi juga disebabkan kemampuannya dalam menghasilkan zat pengatur tumbuh, terutama oleh bakteri yang hidup di permukaan akar. Bakteri tersebut dapat menghasilkan IAA dan asam giberelin (GA3) (Pattern & Glick 2002). Aplikasi Pupuk Hayati Aplikasi pupuk hayati selain dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman juga berdampak terhadap peningkatan produksi tanaman. Penelitian Mezuan et al. (2002) menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan total tanaman padi sebesar 2.58 batang per pot untuk formula Azotobacter sp., Aspergillus sp., Streptomyces sp.. Pemberian pupuk hayati pada tanaman kedelai di tanah ultisol Bengkulu mampu menghasilkan peningkatan kadar hara N sebesar 10% dan peningkatan serapan hara P sebesar 854% (Bertham et al. 2005). Percobaan pupuk hayati mampu mengurangi penggunaan pupuk sintetik. Aplikasi bakteri dalam pupuk hayati mampu menurunkan dosis pupuk sintetik hingga 50 % pada tanaman pangan (Goenadi 1995). Laporan Kristanto et al. (2002) menyebutkan bahwa inokulasi bakteri Azospirillum pada tanaman jagung mampu mengurangi kebutuhan pupuk N sampai dengan dosis sedang. Penelitian Patola (2005) juga menyatakan bahwa aplikasi pupuk hayati dengan pupuk NPK sampai 50 % dosis anjuran mampu meningkatkan hasil gandum sebesar 13 %. 6 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Lahan Pertanian Jasinga, Bogor dan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor dan dimulai pada bulan Mei 2013 sampai dengan Agustus 2014. Bahan Bahan yang digunakan ialah benih padi varietas IR 64 untuk padi sawah dan INPAGO 8 untuk padi gogo dan pupuk kompos terdiri atas jerami dan pupuk kandang (1:1 b/b). Pupuk hayati 1 yang terdiri atas 7 isolat bakteri: Bacillus galur DM4, Pseudomonas galur PD13 dan P3A2, Azospirillum galur IDM3 dan BGR22, Azotobacter galur 23TC dan 23TB. Pupuk hayati 2 yang terdiri atas 4 isolat bakteri: Bacillus galur DM4, Pseudomonas galur PD13, Azospirillum galur IDM3, Azotobacter galur 23TC. Pupuk NPK dengan dosis yang telah direkomendasikan padi sawah (dosis 100%) ialah N (urea 250 Kg ha-1), P (SP-36 100 Kg ha-1) dan K (KCl 75 Kg ha-1), padi gogo (dosis 100%) ialah N (urea 250 Kg ha-1), P (SP-36 175 Kg ha-1) dan K (KCl 125 Kg ha-1). Pembuatan Pupuk Hayati Mikrob yang akan digunakan terlebih dahulu diremajakan pada media cair Nutrient Broth (NB) untuk Bacillus, Tryptic Soy Broth (TSB) untuk Pseudomonas, Nitrogen Free-Base (NFB) untuk Azospirillum dan Lacto-Glucose Infusion (LGI) untuk Azotobacter dan diinkubasi dengan mesin penggoyang selama 24 jam untuk Bacillus, Pseudomonas, Azospirillum dan 48 jam untuk Azotobacter sampai jumlah selnya mencapai 108 sel mL-1. Selanjutnya media yang berisi biakan bakteri disentrifugasi dengan kecepatan 2,851 x g selama 15 menit untuk memisahkan bakteri dengan cairan media sehingga dihasilkan pasta bakteri, kemudian sebanyak 50 mL pasta bakteri dimasukkan ke dalam 1 kg gambut steril. Pembuatan Pupuk Kompos Pembuatan kompos diawali dengan penyiapan jerami dan kotoran kambing dengan perbandingan 1:1 (b/b). Jerami dan kotoran kambing tersebut kemudian disusun berlapis, kemudian ditutup menggunakan terpal. Pembalikan lapisan jerami dan kotoran kambing dilakukan setiap 10 hari. Kompos setelah 2 minggu (setengah matang) diperkaya dengan pupuk hayati sebanyak 2.5% dari bobot awal bahan kompos. Pupuk kompos dipanen setelah 1.5 bulan (Suripti 2012). Rancangan Penelitian Padi sawah dan padi gogo masing-masing dirancang dengan penelitian Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor, yang terdiri dari tujuh perlakuan pemupukan yaitu perlakuan tanpa pemupukan (P0), kompos (P1), NPK 100% 7 anjuran (P2), kompos diperkaya 7 isolat (P3), kompos diperkaya 7 isolat ditambahkan NPK 50% dosis anjuran (P4), kompos diperkaya 4 isolat (P5), kompos diperkaya 4 isolat ditambahkan NPK 50% dosis anjuran (P6). Masingmasing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 21 unit percobaan. Satu unit percobaan ialah satu petak percobaan ukuran 3m x 3m dengan jarak tanam padi sebesar 25cm x 25cm. Aplikasi Pupuk Hayati Aplikasi kompos diperkaya pupuk hayati dilakukan saat tanam pada lubang tanam dengan dosis 5 ton ha-1 (4.5 kg petak-1). Aplikasi pupuk NPK 100% diberikan pada padi sawah (urea 225 g petak-1, SP-36 90 g petak-1, dan KCl 67.5 g petak-1) dan padi gogo (urea 225 g petak-1, SP-36 157.5 g petak-1, dan KCl 112.5 g petak-1) pada saat tanam. Pengamatan Peubah vegetatif yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan dilakukan setiap 7 HST (Hari Setelah Tanam). Peubah komponen hasil yang diamati ialah jumlah gabah per rumpun (a), persentase gabah bernas per rumpun (b), bobot 1,000 gabah (c), dan potensi hasil. Potensi hasil dihitung dengan rumus: a x b x c x Populasi tanaman 1 ha (160.000 tanaman) Efektivitas agronomi dihitung dari data produksi. Persentase efektivitas agronomi dihitung dengan rumus: Perlakuan – Kontrol Negatif X 100% Kontrol Positif – Kontrol Negatif Kontrol negatif (tanpa pemupukan) dan kontrol positif (NPK 100%) Analisis Tanah Analisis tanah dilakukan sebulan setelah penanaman. Analisis tanah dilakukan untuk perlakuan tanpa pemupukan, penambahan pupuk hayati 4 isolat, dan penambahan pupuk hayati 7 isolat. Analisis Klorofil Daun Sampel daun yang diuji adalah daun ketiga pada tanaman berumur 1 – 1.5 bulan. Analisis kandungan klorofil dilakukan mengikuti metode Arnon (1949). Sebanyak 1 g sampel daun segar tanpa tulang daun digerus dengan aseton p.a 80%. Supernatan disaring dengan mengggunakan kertas saring dan diencerkan sampai volume 50 ml. Selanjutnya diambil 2.5 ml larutan dan diencerkan lagi sampai volume 25 ml. Kemudian diukur nilai absorbansi ekstrak klorofil dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 663 nm (klorofil a) dan panjang 8 gelombang 645 (klorofil b). Kandungan klorofil a, b dan total dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut: Kla = 0.0127.D663 – 0.00269.D645 Klb = 0.0229.D645 – 0.00468.D663 Kltotal = 20.2.D645 + 8.02.D663 Analisis Serapan Hara Analisis kandungan nitrogen dan fosfor jaringan daun dilakukan padi sawah berumur 70 HSS dan padi gogo berumur 90 HSS. Contoh daun padi diambil dari seluruh bagian daun dan dikeringkan dengan oven suhu 60oC selama 2 hari. Daun kering dihaluskan dengan alat penggiling. Kandungan N daun ditentukan dengan metode Kjedahl dan kandungan P dengan metode pengabuan basah menggunakan HNO3 dan HClO4, dan diukur menggunakan spektrofotometer UV VIS. Analisis N dan P dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen, Cimanggu, Bogor. Analisis Populasi Mikrob Untuk menghitung populasi bakteri tanah, digunakan sampel tanah yang diambil dari sekitar perakaran dan dihitung menggunakan metode cawan hitung pada media selektif. Populasi mikrob bakteri dihitung dua kali pada saat berbunga dan setelah panen. Media tumbuh isolat bakteri Bacillus menggunakan media Nutrient Agar (NA), isolat bakteri Pseudomonas menggunakan media Triptic Soy Agar (TSA), isolat bakteri Azotobacter menggunakan media Lacto Glucose Infusion LGI, isolat bakteri Azospirillum menggunakan media Nitrogen Free-Base (NFB). Analisis Data Analisis data dilakukan menggunakan sidik ragam pada taraf uji α= 5% menggunakan program SPSS v.16. Jika terdapat pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan. 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Analisis tanah ini dilakukan untuk mengetahui peran isolat bakteri yang ada di dalam pupuk hayati terhadap kandungan unsur hara tanah. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa karakteristik tanah Jasinga yang dijadikan lahan percobaan mempunyai pH tanah sangat masam (Tabel 1). Karakteristik tanah yang demikian dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman padi khususnya pH yang termasuk sangat masam, rendahnya kandungan hara tanah dan terdapatnya unsur logam Al. Unsur Al di dalam tanah memfiksasi P, sehingga P menjadi bentuk tidak tersedia di tanah. Kriteria hasil penilaian hasil analisis tanah berdasarkan karakter dari Balai Penelitian Tanah (lampiran 1). Kandungan C organik yang rendah di dalam tanah merupakan salah satu faktor rendahnya mikrob di dalam tanah. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa isolat-isolat mikrob bakteri dalam pupuk hayati yang ditambahkan ke dalam kompos mampu meningkatkan unsur hara tanah, meningkatkan pH bahkan dapat menghilangkan unsur Al yang bersifat racun bagi tanaman. Kandungan unsur N dan P mengalami peningkatan setelah ditambahkan kompos yang diperkaya isolatisolat bakteri. Bakteri Azotobacter dan Azospirillum memiliki kemampuan dalam menghasilkan urea reduktase yang berperan penting dalam penambatan N bebas dari udara. Selain itu, genus Bacillus serta Pseudomonas menghasilkan enzim fosfatase yang berperan penting sebagai pelarut P dari senyawa P terikat (Mahdi et al. 2010). Mikrob bakteri pelarut P memiliki kemampuan mengubah fosfat tidak larut dalam tanah misalnya dalam bentuk mineral menjadi bentuk yang dapat larut dengan cara mensekresikan asam organik seperti asam format, asam asetat, asam laktat, asam sulfat, dan asam propionat (Niswati et al. 2008). Tabel 1 Kualitas tanah asam Jasinga pada satu bulan setelah penanaman Sifat Kimia Parameter pH (H2O) C Org (%) N Total (%) Rasio C/N P Tersedia (ppm) K (cmol kg-1) Al3+( me 100g-1) Tanpa Pemupukan 4.40 (sangat masam) 0.97 (sangat rendah) 0.14 (rendah) 6.90 (rendah) 0.60 (sangat rendah) 0.22 (rendah) 1.14 (sangat rendah) Sampel Tanah Kompos+4 isolat 4.90 (masam) 1.45 (rendah) 0.17 (rendah) 8.50 (rendah) 27.60 (sangat tinggi) 5.98 (sangat tinggi) 0.00 (sangat rendah) Kompos+7 isolat 5.50 (agak masam) 1.84 (rendah) 0.21 (sedang) 8.80 (rendah) 73.90 (sangat tinggi) 16.06 (sangat tinggi) 0.00 (sangat rendah) Sumber: Balai Penelitian Tanah 2009 Penggunaan kompos sebagai bahan organik dapat menjaga kondisi reduksi tanah sehingga dapat mengurangi Al di tanah. Kompos dan aktivitas mikrob bakteri mampu melepaskan asam organik dari proses dekomposisi bahan organik yang mengkhelat Al terlarut sehingga ketersediaan Al berlebihan dapat dikurangi. Asam-asam organik yang dihasilkan mikrob bakteri diantaranya ialah asam sitrat, 10 oksalat, malat, tartarat, dan malonat. Asam-asam organik ini dapat mengurangi daya racun Al pada tanah masam dengan cara mengikat Al sebagai senyawa kompleks sehingga Al tidak terhidrolisis lagi (Tripathi et al. 2008). Izar (2011) melaporkan bahwa asam-asam organik berperan penting dalam menekan kelarutan ion logam dengan membentuk khelat. Perlakuan kompos yang diperkaya 7 dan 4 isolat bakteri dapat meningkatkan pH tanah. Peningkatan pH tanah terjadi karena pembebasan ion OH- hasil reduksi mineral bahan organik sehingga pH pada tanah meningkat (Yuliana 2012). Analisis Klorofil Daun Peningkatan kandungan hara di dalam tanah dan yang mampu diserap oleh tanaman terlihat dari kandungan klorofil daun. Analisis klorofil daun dapat menduga kandungan hara tanah terutama unsur N yang merupakan salah satu unsur utama pembentukan klorofil (Tabel 2). Pemberian kompos yang diperkaya 4 isolat dengan penambahan NPK 50% dosis anjuran (P6) pada padi sawah signifikan meningkatkan kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total (Lampiran 2). Pemberian kompos yang diperkaya 7 isolat dengan penambahan NPK 50% dosis anjuran (P4) pada padi gogo signifikan meningkatkan kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total (Lampiran 3). Tabel 2 Kandungan klorofil daun padi sawah dan padi gogo yang ditanam di tanah asam Jasinga Varietas IR 64 (sawah) INPAGO 8 (gogo) Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 Klorofil a (mg/l) 2.45 d 2.30 d 4.05 c 3.52 cd 4.50 bc 5.65 ab 6.64 a 2.23 f 2.51 e 3.50 c 3.58 bc 3.75 a 3.61 b 2.98 d Klorofil b (mg/l) 0.73 e 1.16 de 1.71 bcd 1.51 cd 1.89 bc 2.24 b 2.82 a 0.25 f 0.37 e 0.74 bc 0.70 c 0.81 a 0.78 ab 0.56 d Klorofil Total (mg/l) 3.18 d 3.46 d 5.75 c 5.04 cd 6.39 bc 7.89 ab 9.46 a 2.48 f 2.88 e 4.24 c 4.28 bc 4.56 a 4.39 b 3.54 d Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan (α:5%). Hal ini membuktikan bahwa isolat Azotobacter dan Azospirillum dalam menambat N2 udara yang digunakan dalam penelitian ini dapat menyediakan unsur N yang dibutuhkan tanaman. Ravikumar et al. (2013) melaporkan bahwa 11 penggunaan Enterobacter aerogenes pada budidaya tanaman padi meningkatkan kandungan klorofil a, b dan total berturut-turut sebesar 53.50%, 80.47% dan 68.70%. Fenomena ini diperkuat dengan adanya data serapan hara yang menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati dikombinasikan dengan NPK 50% dosis anjuran memiliki tingkat serapan N yang tinggi ternyata juga menghasilkan kandungan klorofil yang tinggi. Peningkatan kandungan klorofil akan meningkatkan laju fotosintesis dan akan berdampak pada pertumbuhan tanaman yang lebih baik. Peubah Vegetatif Penggunaan kompos yang diperkaya 7 isolat yang ditambahkan NPK 50% dosis anjuran (P4) dan 4 isolat yang ditambahkan NPK 50% dosis anjuran (P6) berpengaruh nyata meningkatkan tinggi, jumlah daun, dan jumlah anakan baik pada padi sawah maupun padi gogo (Lampiran 4 dan 5) dibandingkan perlakuan tanpa pemupukan dan nilainya tidak berbeda nyata dengan perlakuan NPK 100% dosis anjuran (Tabel 3 dan 4). Tabel 3 Tinggi tanaman, jumlah anakan/rumpun, jumlah daun/rumpun padi sawah pada (60 HST) Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 Tinggi tanaman (cm) 52.03 c 55.73 bc 62.43 ab 62.50 ab 67.30 a 58.73 abc 67.67 a Jumlah anakan/rumpun 7c 12 b 23 a 19 a 18 a 14 b 19 a Jumlah daun/rumpun 28 d 45 c 94 a 76 ab 68 b 59 b 78 ab Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan (α:5%). Tabel 4 Tinggi tanaman, jumlah anakan/rumpun, jumlah daun/rumpun padi gogo (80 HST) Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 Tinggi tanaman (cm) 44.70 c 49.97 c 77.93 ab 77.23 ab 81.27 a 69.63 b 71.83 b Jumlah Jumlah anakan/rumpun daun/rumpun 6b 25 c 6b 33 bc 10 a 44 ab 10 a 46 ab 11 a 55 a 9 ab 45 ab 10 a 52 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan (α:5%). 12 Perlakuan kompos yang diperkaya bakteri mampu meningkatkan parameter pertumbuhan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wu et al. (2005) yang menggunakan bakteri Azotobacter dan Bacillus, serta penelitian Cakmakci et al. (2005) yang menggunakan bakteri Bacillus dan Pseudomonas. Selain itu, penelitian Irene (2010) dan Kannan dan Ponmurugan (2010) yang menggunakan Azospirillum untuk memacu pertumbuhan tanaman. Bakteri tersebut memacu pertumbuhan tanaman melalui fiksasi N, pelarut P, dan produksi zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh yang dihasilkan oleh bakteri tersebut masuk ke dalam jaringan akar melalui mekanisme aliran massa dan difusi ion. Aliran massa ZPT masuk bersama air dan hara lainnya dipengaruhi oleh transpirasi daun, sedangkan mekanisme difusi ion berlangsung karena adanya perbedaan gradien konsentrasi. Setelah masuk di dalam jaringan akar, ZPT diangkut melalui transpor xilem dan diakumulasi pada jaringan spesifik tanaman untuk masing-masing ZPT (Dilfuza 2011). Dari penelitian-penelitian tersebut dinyatakan bahwa penambahan isolat bakteri tersebut secara nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman. Perlakuan kompos menghasilkan jumlah daun dan jumlah anakan yang paling rendah dibandingkan perlakuan pupuk yang lain. Menurut Haefele et al. (2008) bahwa nitrogen yang terdapat di dalam kompos tersedia secara perlahan bagi tanaman karena sifat kompos merupakan slow released fertilizer. Unsur N ini berperan penting pada fase pertumbuhan vegetatif tanaman. Ketersediaan unsur N yang cukup akan memberikan pertumbuhan vegetatif tanaman yang lebih baik. Peubah Komponen Hasil Pemberian kompos yang diperkaya mikrob mampu meningkatkan komponen peubah produksi tanaman padi (Tabel 5 dan 6). Perlakuan kompos yang diperkaya 7 isolat (P3) dan kompos yang diperkaya 4 isolat (P5) mampu meningkatkan jumlah anakan produktif secara signifikan (Lampiran 6), sedangkan jika dikombinasikan dengan NPK 50% yaitu perlakuan kompos yang diperkaya 7 isolat yang ditambahkan NPK dosis 50% dosis anjuran (P4) dan kompos yang diperkaya 4 isolat yang ditambahkan NPK dosis 50% dosis anjuran (P6) mampu meningkatkan potensi hasil per hektar (Lampiran 7). Tabel 5 Peubah komponen hasil padi sawah Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 Anakan produktif /rumpun 6c 9c 16 ab 16 ab 17 a 13 b 18 a Jumlah Gabah Bernas /rumpun 52 ab 48 ab 53 ab 70 a 75 a 42 b 63 ab Gabah bernas/ rumpun (%) 85 a 76 ab 74 b 83 ab 81 ab 75 b 82 ab Bobot 1,000 gabah (g) 23.17 a 22.55 a 22.87 a 22.72 a 23.58 a 22.90 a 23.11 a Potensi Efektivitas hasil Agronomi (t/ha) (%) 1.14 c 0 1.52 bc 31 3.19 ab 100 4.03 a 157 4.78 a 222 2.06 bc 45 4.22 a 158 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan (α:5%). 13 Tabel 6 Peubah komponen hasil padi gogo P0 P1 6b 6b Jumlah Gabah Bernas /rumpun 69 c 73 c P2 P3 P4 P5 P6 9a 9a 12 a 9a 9a Perlakuan Anakan produktif /rumpun Gabah bernas/ rumpun (%) Bobot 1,000 gabah (g) 82 a 80 a Potensi Efektivitas hasil Agronomi (t/ha) (%) 26.39 b 1.76 c 0 26.50 b 1.86 c 11 89 a 79 a 27.53 a 3.53 ab 100 81 b 90 a 80 b 81 b 79 a 80 a 78 a 79 a 27.37 a 27.57 a 27.23 a 27.77 a 82 150 76 105 3.19 b 4.37 a 3.16 b 3.60 ab Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan (α:5%). Pemberian kompos yang diperkaya mikrob mampu meningkatkan komponen hasil. Isolat bakteri yang digunakan dalam penelitian ini terbukti dapat meningkatkan penyediaan unsur hara bagi tanaman yang berdampak pada peningkatan komponen hasil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Samuel dan Muthukkaruppan (2011) bahwa meningkatnya peubah komponen hasil karena terjadinya peningkatan unsur nitrogen, fosfat, dan kalium di tanah yang merupakan unsur utama yang diperlukan tanaman. Limbongan et al. (2009) menyatakan bahwa penambahan nitrogen memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap persentase gabah bernas. Perlakuan kompos yang diperkaya mikroba memberikan hasil bobot 1000 biji pada padi sawah tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemupukan dan NPK 100% dosis anjuran (Tabel 3). Hal ini dapat terjadi karena tingkat kesuburan tanah masih sangat rendah terlebih kekurangan unsur N karena padi membutuhkan N yang tinggi, sehingga peran mikrob yang ditambahkan pada kompos untuk meningkatkan unsur hara belum optimal. Nilai potensi hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan kompos yang diperkaya isolat bakteri tidak berbeda nyata dengan perlakuan NPK 100 % dosis anjuran. Hindersah dan Simarmata (2004) menyatakan bahwa inokulasi dengan Azotobacter sp. dapat memperbaiki perkembangan tajuk dan akar karena bakteri ini mampu memproduksi ZPT untuk perkembangan tajuk dan akar tanaman. Menurut Vessey (2003) peningkatan perakaran disebabkan oleh pembelahan dan pemanjangan sel akar yang dipacu oleh ZPT yang dihasilkan oleh mikrob. Wibowo (2007) menambahkan bahwa aplikasi pupuk hayati yang mengandung Azospirillum sp. dapat menghasilkan Indole Acetic Acid (IAA), yang berperan dalam pembentukan dan pemanjangan akar. ZPT yang dihasilkan oleh bakteri tersebut merangsang pembelahan sel-sel ujung akar dan akar lateral, sehingga menciptakan lingkungan perakaran yang baik. Efektivitas agronomi perlakuan pupuk hayati yang dikombinasikan dengan pupuk sintetik memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan NPK 100 % dosis anjuran. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati dapat mengurangi dosis pupuk sintetik hingga 50% dari dosis yang disarankan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pangaribuan et al. (2012) 14 dan Indriyani dan Asniah (2013) bahwa mikrob dalam pupuk hayati mampu menurunkan dosis pupuk sintetik hingga 50% pada tanaman pangan. Selain itu, Kristanto et al. (2002) menyebutkan bahwa inokulasi bakteri Azospirillum pada tanaman jagung mampu mengurangi kebutuhan pupuk sintetik. Demikian juga halnya pada produksi gandum yang meningkat sebesar 13% pada pemberian pupuk hayati dan pupuk NPK 50% dosis anjuran (Patola 2005). Serapan Hara Hasil serapan hara pada daun menunjukkan bahwa hara N dan P yang terserap oleh daun pada perlakuan NPK 100 % dosis anjuran lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Pada perlakuan kompos yang diperkaya 7 isolat (P3) dan kompos yang diperkaya 4 isolat (P5) menunjukkan serapan hara lebih rendah bila dibanding dengan perlakuan NPK 100 % dosis anjuran (P2) (Tabel 7 dan 8). Tabel 7 Serapan hara pada jaringan daun padi sawah berumur 70 HST Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 Serapan N (mg) 18.99 30.82 64.08 45.93 60.11 46.98 56.76 Serapan P (mg) 67.71 87.81 179.07 156.93 165.80 134.95 156.62 Tabel 8 Serapan hara pada jaringan daun padi gogo berumur 90 HST Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 Serapan N (mg) 14.32 20.75 51.82 42.12 51.36 39.43 51.41 Serapan P (mg) 36.69 44.76 146.38 132.60 141.11 111.79 143.71 Hal ini karena pupuk NPK 100% dosis anjuran (P2) merupakan dosis pupuk yang direkomendasikan untuk padi. Selain itu pupuk NPK merupakan hara yang tersedia bagi tanaman, sedangkan kompos menyediakan unsur hara secara perlahan bagi tanaman. Perlakuan kompos yang diperkaya 7 isolat yang ditambahkan NPK 50% dosis anjuran (P4) dan 4 isolat yang ditambahkan NPK 50% dosis anjuran (P6) meningkatkan serapan hara N dan P dibanding perlakuan kompos yang diperkaya 7 isolat (P3) dan kompos yang diperkaya 4 isolat (P5). Hal ini sejalan dengan penelitian Sri Nuryani et al. (2010) dan Syam’un et al. 15 (2012) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk sintetik dengan pupuk hayati secara nyata meningkatkan serapan N dan P pada tanaman padi. Unsur N sangat diperlukan oleh tanaman padi untuk pertumbuhan vegetatif dan unsur P sangat diperlukan oleh tanaman padi untuk pembentukan anakan. Peran mikroba penambat N dan pelarut P yang digunakan dalam penelitian ini terbukti membantu menyediakan hara tersebut, terlihat dari hasil analisis serapan hara bahwa perlakuan kompos yang diperkaya memiliki nilai serapan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kompos saja. Hal yang menarik ialah kombinasi antara pupuk hayati dengan pupuk sintetik dapat meningkatkan nilai serapan hara, hal ini dapat terjadi karena mikroba membutuhkan makanan untuk berkembang biak selain dari kandungan bahan organik yang berasal dari kompos tetapi dapat juga memanfaatkan kandungan N dari pupuk sintetitk. Khususnya mikroba penambat N memerlukan energi yang sangat besar untuk menambat N dari udara. Pupuk sintetik juga berguna untuk membantu suplai hara yang dibutuhkan tanaman, karena sifat pupuk organik yang slow released sehingga masih diperlukan unsur hara dari sumber lainnya. Produksi Produksi yang tinggi pada tanaman padi sebagai respon dari aplikasi pupuk hayati seiring dengan peningkatan serapan hara, peningkatan pertumbuhan vegetatif, dan peningkatan peubah produksi. Bobot gabah per petak pada perlakuan kompos yang diperkaya 7 isolat bakteri yang ditambahkan pupuk NPK 50% dosis anjuran (P4) memiliki produksi yang paling tinggi (Gambar 1). Gambar 1 Potensi gabah kering per petak pada padi sawah dan padi gogo terhadap semua perlakuan Pemberian kompos yang diperkaya mikrob bakteri mampu meningkatkan hasil panen. Fadiluddin (2009) menyatakan bahwa hasil dan komponen hasil merupakan resultan dari pertumbuhan vegetatif tanaman padi. Hal ini membuktikan bahwa penambahan isolat tersebut pada kompos dapat mengurangi dosis pemakaian NPK sebesar 50% dosis anjuran bahkan hasilnya lebih tinggi dibanding dengan perlakuan NPK 100% dosis anjuran (P2). Keunggulan pupuk hayati untuk memperkaya kompos yang digunakan dapat meningkatkan kualitas 16 tanah, sedangkan pupuk NPK dosis 100% dosis anjuran tidak meningkatkan kualitas tanah. Penggunaan pupuk hayati dikombinasikan dengan NPK secara nyata dapat meningkatkan produksi tanaman padi sawah maupun padi gogo. Hasil penelitian Sebayang et al. (2004) bahwa produktivitas tanaman padi sawah tinggi diperoleh dari perlakuan pupuk sintetik yang dikombinasikan dengan pupuk organik. Hasil produksi tertinggi diperoleh dari dua perlakuan yaitu 7 isolat dikombinasikan dengan 50% NPK dosis anjuran (P4) dan 4 isolat dikombinasikan dengan 50% NPK dosis anjuran (P6). Perlakuan kompos yang diperkaya 7 isolat memiliki keunggulan dalam meningkatkan unsur hara dan pH yang lebih baik dari pada kompos yang diperkaya 4 isolat. Aplikasi menggunakan kompos yang diperkaya 7 isolat akan membuat kualitas tanah lebih baik dan lebih cepat dalam menciptakan kondisi tanah yang optimum untuk pertumbuhan tanaman padi khususnya pada tanah masam. Penampilan morfologi tanaman padi pada berbagai perlakuan, menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman (Gambar 2). Perlakuan kompos yang diperkaya 4 dan 7 isolat yang dikombinaskan dengan pupuk sintetik 50% dosis anjuran merupakan perlakuan dengan produksi tertinggi. Pada gambar di atas terlihat jelas pada perlakuan kompos yang diperkaya 7 isolat memiliki daun yang lebih hijau dibandingkan dengan kompos yang diperkaya 4 isolat. Hal ini diduga karena adanya proses retranslokasi, perlakuan kompos yang diperkaya 4 isolat belum cukup memenuhi kebutuhan hara tanaman padi, sehingga tanaman memobilisasi nutrisi yang terdapat pada organ vegetatif ke organ generatif. Sehingga tajuk tanaman dari perlakuan kompos yang diperkaya 7 isolat memiliki serapan hara yang lebih baik, jika dijadikan sebagai sumber bahan pembuatan kompos atau pupuk organik. A B C D E F G Gambar 2 Morfologi padi perlakuan Tanpa pemupukan (A), Kompos (B), NPK 100% (C), 7 isolat (D), 7 isolat+NPK 50% (E), 4 isolat (F), 4 isolat+NPK 50% (G). 17 Analisis Populasi Mikrob Bakteri Peran mikrob dalam tanah sangat penting, oleh sebab itu dilakukan konfirmasi ulang populasi bakteri setelah dilakukan pemberian pupuk hayati (Tabel 9 dan 10). Secara umum kandungan bakteri setelah pemberian perlakuan pupuk hayati masih rendah, karena hanya memiliki kepadatan populasi 104 cfu gr1 , untuk kondisi tanah yang subur kepadatan populasi bakteri mencapai 106-107 cfu gr-1 (Prihastuti 2012). Cakmakci et al. (2005) menyatakan keberadaan bakteri tanah akan meningkat dengan pemberian bahan organik ke dalam tanah. Pengaruh pH juga sangat besar dalam pertumbuhan bakteri tanah, pada umumnya kisaran pH yang optimum untuk bakteri adalah 6.5 – 7.5, sedangkan pH tanah pada penelitian ini adalah 4.4 – 5.5, sehingga tidak banyak bakteri dapat hidup pada kondisi pH asam. Peningkatan populasi bakteri setelah dilakukan pemupukan pupuk hayati disebabkan oleh pH tanah, seperti yang dikemukakan oleh Sabaruddin (2004), bahwa peningkatan populasi mikrob disebabkan oleh peningkatan pH dan dampak ikutannya berupa perbaikan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan untuk perkembangan bakteri. Tabel 9 Jumlah populasi mikrob pada lahan padi sawah (104 cfu/ml) Jasinga dengan pemberian pupuk hayati Periode Berbunga Panen Bakteri P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 Bacillus 0.00 c 0.00 c 0.00 c 13.22 b 19.71 a 21.35 a 17.97 a Pseudomonas 0.00 d 0.00 d 0.00 d 12.19 c 29.64 a 20.75 b 19.38 b Azospirillum 0.00 d 0.00 d 0.00 d 16.54 b 8.70 c 22.02 a 18.29 b Azotobacter 0.00 c 0.00 c 0.00 c 11.46 b 13.01 b 13.78 b 21.32 a Bacillus 0.00 c 0.00 c 0.00 c 11.15 b 15.42 b 19.15 a 13.48 b Pseudomonas 0.00 c 0.00 c 0.00 c 12.31 b 21.47 a 11.52 b 10.85 b Azospirillum 0.00 d 0.00 d 0.00 d 13.70 b 6.56 c 19.70 a 13.83 b Azotobacter 0.00 c 0.00 c 0.00 c 8.95 b 9.88 b 10.55 b 18.89 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan (α:5%). Tabel 10 Jumlah populasi mikrob pada lahan padi gogo (104 cfu/ml) Jasinga dengan pemberian pupuk hayati Periode Berbunga Panen Bakteri P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 Bacillus 0.00 c 0.00 c 0.00 c 18.00 b 17.27 b 21.71 a 17.83 b Pseudomonas 0.00 c 0.00 c 0.00 c 27.70 a 24.38 ab 27.36 a 21.56 b Azospirillum 0.00 d 0.00 d 0.00 d 19.01 b 15.03 c 21.73 a 15.87 c Azotobacter 0.00 c 0.00 c 0.00 c 18.41 b 15.84 b 24.36 a 16.83 b Bacillus 0.00 d 0.00 d 0.00 d 11.84 b 9.55 c 13.73 a 10.03 c Pseudomonas 0.00 d 0.00 d 0.00 d 16.89 a 10.18 c 14.09 b 10.67 c Azospirillum 0.00 d 0.00 d 0.00 d 13.37 b 8.89 c 17.24 a 10.25 c Azotobacter 0.00 c 0.00 c 0.00 c 12.30 a 8.88 b 12.25 a 8.37 b Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan (α:5%). 18 Nilai pH yang lebih tinggi memberikan kondisi lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan mikrob tanah dan dapat menyebabkan populasi mikrob yang lebih tinggi. Pada pH yang lebih tinggi juga menyebabkan konsentrasi P pada daerah tersebut juga semakin tinggi. Isolat-isolat yang digunakan dalam penelitian ini bersifat aerob, pada kondisi lahan padi sawah yang selalu tergenang air memiliki kandungan oksigen yang lebih rendah dibandingkan dengan lahan padi gogo. Hasil analisis populasi mikroba menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa kebutuhan oksigen tidak mutlak, yang artinya pupuk hayati ini dapat diaplikasikan baik pada lahan tergenang atau kandungan oksigen yang rendah maupun pada lahan yang kering atau tidak tergenang. SIMPULAN Perlakuan kompos yang diperkaya pupuk hayati dapat memacu pertumbuhan dan produksi padi sawah dan padi gogo di tanah masam. Perlakuan kompos diperkaya 7 isolat mikrob dan penambahan NPK 50% dosis anjuran memberikan hasil tertinggi. Penggunaan pupuk hayati dapat mengurangi pengunaan 50 % dosis pupuk sintetik. Penggunaan kompos diperkaya pupuk hayati dapat meningkatkan kualitas tanah masam. 19 DAFTAR PUSTAKA Adesemoye AO, Obini M, Ugoji EO. 2008. Comparison of Plant Growth Promotion with Pseudomonas aeruginosa and Bacillus subtilis in Three Vegetables. Brazi Microbiol. 39:423-426. Arnon DI. 1949. Copper enzymes in isolated chloroplast, polyphenol oxidase in Beta vulgaris. Plant Physiol 24:1-15. Bertham YM, Kusuma C, Setiadi Y, Mansur I, Sopandie D. 2005. Introduksi pasangan CMA dan rhizobia indigenous untuk peningkatan pertumbuhan dan hasil kedelai di ultisol Bengkulu. JIPI. 7: 94-103. Cakmakci R, Figen D, Adil A, Fikrettin S. 2005. Growth promotion of plants by plant growth-promoting rhizobacteria under greenhouse and two different field soil conditions. Soil Biol Biochem. 1:1– 6. Dilfuza E. 2011. Indole acetic acid production by root associated bacteria and its role in plant growth and development. Di dalam Kellr AH, Fallon MD, editor. Auxin: Structure, Biosynthesis, and Functions. New York (US):Nova Science Publisher Inc. De Datta SK. 1981. Principles and Practices of Rice Production. New York (US):Jhon Wiley and Sons. Fadiluddin M. 2009. formula pupuk hayati dalam memacu serapan hara, produksi dan kualitas hasil jagung dan padi gogo di lapang. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Goenadi DH. 1995. Mikrob pelarut hara dan pemantap agregat dari beberapa tanah tropika basah. Menara Perkeb. 62: 60-66. Haefele SM, Jabbar SMA, Siopongco JDLC, Tirol-Padre A, Amarante ST, Sta Cruz PC, Cosico WC. 2008. Nitrogen use efficiency in selected rice (Oryza sativa L.) genotypes under different water regimes and nitrogen levels. Field Crops Res. 1:137–146. Hamim, Mubarik NR, Hanarida I, Sumarni N. 2008. Pengaruh pupuk hayati terhadap pola serapan hara, ketahanan penyakit, produksi, dan kualitas hasil beberapa komoditas tanaman pangan dan sayuran unggulan. Laporan penelitian KKP3T. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Handayanto E, Hairiah K. 2007. Biologi Tanah. Yogyakarta (ID): Pustaka Adipura. Hindersah R, Simarmata T. 2004. Potensi rizobakteri Azotobacter dalam meningkatkan kesehatan tanah. J Nat Indones. 5(2): 127-133. Idriss EE et al. 2002. Extracellular phytase activity of Bacillus amyloliquefaciens FZB45 contributes to its plant-growth promoting effect. Microbiol. 148: 2097-2109. 20 Iqbal TEA. 2008. Kombinasi pupuk hayati dan sumber nutrisi dalam memacu serapan hara, pertumbuhan serta produktivitas jagung (Zea mays L.) dan padi (Oryza sativa L.) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Indriyani L, Asniah. 2013. Aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan bibit kakao. Agriplus. 23(3):208-213. Irene W. 2010. Effect of biofertilizer on seed germination, and biochemical changes in the wetland crop Oryza sativa. J Basic Appl Biol. 4(3).199-203. Izar K, Didik I, Prapto Y, Azwar M. 2011. Pertumbuhan dan hasil tiga varietas padi pada perlakuan kompos jerami dan purun tikus (Eleocharis dulcis) di tanah sulfat masam yang berpotensi keracunan besi. Agrosci. 18(2): 108115. Kannan T, Ponmurugan P. 2010. Response of paddy (Oryza sativa L.) varieties to Azospirillum brasilense inoculation. J Phytol. 2(6):8-13. Kristanto HB, Mimbar SM, Sumarni T. 2002. Pengaruh inokulasi Azospirillum terhadap efisiensi pemupukan N pada pertumbuhan dan hasil tanaman jagung (Zea mays L). Agrivita. 24:74-79. Lerner A et al. 2005. Effects of Azospirilium inoculation on rhizobacterial communities analized by denaturing gel electrophoresis and automated ribosomal intergenic spacer analysis. Soil Bio Biochem 20: 1-7. Limbongan YL, Purwoko BP, Trikoesoemaningtyas, Aswidinnoor. 2009. Respon genotipe padi sawah terhadap pemupukan nitrogen di dataran tinggi. J Agron Indones. 37(3):175-182. Mahdi SS, Hassan GI, Samoon SA, Rather HA, Showkat AD, Zehra B. 2010. Biofertilizers in organik agriculture. J Phytol. 2(10):42-54. Mezuan, Handayani IP, Inoriah E. 2002. Penerapan formulasi pupuk hayati untuk budidaya padi gogo: studi rumah kaca. JIPI. 4:27-34. Niswati A, Yusnaini S, Arif MAS. 2008. Populasi mikrob pelarut fosfat dan Ptersedia pada rizosfir beberapa umur dan jarak dari pusat perakaran jagung (Zea mays L.). J Tan Trop. 13(2):123-130. Pangaribuan DH, Yasir M, Utami NK. 2012. Dampak bokashi kotoran ternak dalam pengurangan pemakaian pupuk sintetik pada budidaya tanaman tomat. J Agron Indones. 40(3):204-210. Patola E. 2005. Pengaruh dosis pupuk urea, SP-36, KCL, dan kompos terhadap hasil gandum (Triticum aesticum L.) dan tanaman yang ditumpangsari. J Inov Pertan. 4: 2-9. Patten CL, Glick BR. 2002. Bacterial biosynthesis of indol-3-acetic acid. Can J Microbiol. 42: 207-220. Prihastuti. 2012. Upaya pengelolaan biologis lahan kering masam ultisol. ElHayah. 2(2):104-111. Ravikumar S, Shanthy S, Kalaiarasi A, Sumaya S. 2013. Halophilic phosphobacteria for raising vigorous growth improvement in rice (Oryza sativa). Afr J Agric Res. 8(18):1873-1876. 21 Sabaruddin. 2004. Respon bakteri pelarut fosfat akibat pengapuran pada lahan HTI Acacia mangium pasca terbakar. J Tanah Trop. 10 (1): 55-62. Samuel S, Muthukkaruppan SM. 2011. Characterization of plant growth promoting rhizobacteria and fungi associated with rice, mangrove and effluent contaminated soil. Curr Bot. 2(3):22-25. Sebayang HT, Sudiarso, Lupirinita. 2004. Pengaruh sistem tanam dan kombinasi pemupukan organik dan sintetik pada pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah (Oryza sativa L). Habitat. 15:111-124. Nuryani S, Haji M, Widya N. 2010. Serapan hara N, P, K pada tanaman padi dengan berbagai lama penggunaan pupuk organik pada vertisol Sragen. J Ilm Tan Lingk. 10(1):1-13. Suripti S. 2012. Respon fisiologi tanaman jagung dan cabai terhadap aplikasi pupuk organik yang diperkaya pupuk hayati pada dua lokasi pengujian yang berbeda [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Syam’un E, Kaimuddin, Dachlan A. 2012. Pertumbuhan vegetatif dan serapan N tanaman yang diaplikasikan pupuk N sintetik dan mikrob penambat N nonsimbiotik. J Agrivigor. 11(2):251-261. Tripathi RD, Dwivedi S, Shukla MK, Mishra S, Srivastava S, Singh R, Rai UN, Gupta DK. 2008. Role of blue green algae biofertilizer in ameliorating the nitrogen demand and fly-ash stress to the growth and yield of rice (Oryza sativa L.) plants. Chemosphere. 1919-1929. Vessey JK. 2003. Plant growth promoting rhizobacteria as biofertilizers. Plant Soil. 255: 571–586. Wahyudi AT, Astuti RP, Widyawati A, Meryandini A, Nawangsih AA. 2011. Characterization of Bacillus sp. strain isolated from rhizosphere of soybean plants for their use as potential plant growth for promoting rhizobacteria. J Microbiol Antimicrob 3: 34-40. Weller DM, Raasjmakers JM, Gardener BBM, Thomashow LS. 2002. Mycrobial populations responsible for specific soil suppressiveness to plant pathogens. Annu Rev Phytopathogens. 40: 309-348. Wibowo NI, Alawiyah NS. 2014. pupuk hayati dalam mensubstitusi pupuk kimia sintetik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman stroberi (Fragaria sp.). J Agrosci. 4(2):140-144. Wu SC, Cao ZH, Li ZG, Cheung KC, Wong MH. 2005. Effects of biofertilizer containing N-fixer, P and K solubilizers and AM fungi on maize growth: a greenhouse trial. Geoderma. 125. 155-166. Yuliana ED. 2012. Jenis mineral liat dan perubahan sifat kimia tanah akibat proses reduksi dan oksidasi pada lingkungan tanah sulfat asam. J Bumi Lestari. 12(2):327-337. 22 LAMPIRAN Lampiran 1 Kriteria penilaian hasil analisis tanah Sifat Kimia Parameter C Org (%) N Total (%) Rasio C/N P Tersedia (ppm) K (cmol kg-1) Al3+( me 100g-1) pH (H2O) Nilai Sangat rendah <1 <0.1 <5 <5 <0.1 1 Sangat masam <4.5 Rendah Sedang Tinggi 1-2 0.1-0.2 5-10 5-10 0.1-0.3 3 2-3 0.21-0.5 11-15 11-15 0.4-0.5 8 Agak masam 5.5-6.5 3-5 0.51-0.75 16-25 16-20 0.6-1.0 21 Masam 4.5-5.5 Sumber: Balai Penelitian Tanah 2009 Netral 6.6-7.5 Sangat tinggi >5 >0.75 >25 >20 >1 40 Agak alkalis 7.6-8.5 Alkalis >8.5 23 Lampiran 2 ANOVA pada pengujian terhadap kandungan klorofil a,b, dan total padi sawah Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Klorofil_A Type III Sum of Source Squares Partial Eta df Mean Square Corrected Model 45.827a 6 Intercept 363.438 1 Perlakuan 45.827 6 7.638 Error 10.524 14 .752 Total 419.790 21 56.351 20 Corrected Total 7.638 F Sig. Squared 10.161 .000 .813 363.438 483.484 .000 .972 10.161 .000 .813 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Klorofil_B Type III Sum of Source Squares Partial Eta df Mean Square Corrected Model 8.520a 6 Intercept 62.346 1 Perlakuan 8.520 6 1.420 Error 1.440 14 .103 Total 72.306 21 9.960 20 Corrected Total 1.420 F Sig. Squared 13.802 .000 .855 62.346 605.987 .000 .977 .000 .855 13.802 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Klorofil_total Type III Sum of Source Squares Partial Eta df Mean Square Corrected Model 92.814a 6 Intercept 726.474 1 Perlakuan 92.814 6 15.469 Error 17.717 14 1.266 Total 837.005 21 Corrected Total 110.531 20 15.469 F Sig. Squared 12.223 .000 .840 726.474 574.053 .000 .976 .000 .840 12.223 24 Lampiran 3 ANOVA pada pengujian terhadap kandungan klorofil a,b, dan total padi gogo Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Klorofil_A Type III Sum of Source Squares Partial Eta df Mean Square F Sig. Squared 6.531a 6 1.089 289.587 .000 .992 210.484 1 210.484 5.600E4 .000 1.000 6.531 6 1.089 289.587 .000 .992 Error .053 14 Total 217.067 21 6.584 20 Corrected Model Intercept Perlakuan Corrected Total .004 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Klorofil_B Type III Sum of Source Squares Partial Eta df Mean Square F Sig. Squared Corrected Model .845a 6 .141 137.072 .000 .983 Intercept 7.603 1 7.603 7.404E3 .000 .998 Perlakuan .845 6 .141 137.072 .000 .983 Error .014 14 Total 8.462 21 .859 20 Corrected Total .001 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Klorofil_total Type III Sum of Source Squares Partial Eta df Mean Square F Sig. Squared Corrected Model 12.036a 6 2.006 498.551 .000 .995 Intercept 297.965 1 297.965 7.405E4 .000 1.000 Perlakuan 12.036 6 2.006 498.551 .000 .995 Error .056 14 Total 310.057 21 12.092 20 Corrected Total .004 25 Lampiran 4 ANOVA pada pengujian terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah daun padi sawah Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Tinggi_tanaman Type III Sum of Source Squares Partial Eta df Mean Square 604.992a 6 77921.554 1 Perlakuan 604.992 6 100.832 Error 330.293 14 23.592 Total 78856.840 21 935.286 20 Corrected Model Intercept Corrected Total 100.832 F Sig. Squared 4.274 .012 .647 77921.554 3.303E3 .000 .996 .012 .647 4.274 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Jumlah_anakan Type III Sum of Source Squares Partial Eta df Mean Square Corrected Model 502.313a 6 Intercept 4950.625 1 Perlakuan 502.313 6 83.719 Error 225.945 13 17.380 Total 5548.770 20 728.258 19 Corrected Total 83.719 F Sig. Squared 4.817 .008 .690 4950.625 284.840 .000 .956 .008 .690 4.817 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Jumlah_daun Type III Sum of Source Squares Partial Eta df Mean Square Corrected Model 7940.267a 6 Intercept 75398.460 1 Perlakuan 7940.267 6 1323.378 Error 1924.140 12 160.345 Total 84671.820 19 9864.407 18 Corrected Total 1323.378 F Sig. Squared 8.253 .001 .805 75398.460 470.226 .000 .975 .001 .805 8.253 26 Lampiran 5 ANOVA pada pengujian terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah daun padi gogo Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Tinggi_tanaman Type III Sum of Source Squares Partial Eta df Mean Square Corrected Model 3731.098a 6 Intercept 95708.252 1 Perlakuan 3731.098 6 621.850 Error 319.100 14 22.793 Total 99758.450 21 4050.198 20 Corrected Total 621.850 F Sig. Squared 27.283 .000 .921 95708.252 4.199E3 .000 .997 .000 .921 27.283 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Jumlah_anakan Type III Sum of Source Squares Partial Eta df Mean Square 8.326a 6 182.458 1 Perlakuan 8.326 6 1.388 Error 4.447 14 .318 Total 195.230 21 12.772 20 Corrected Model Intercept Corrected Total 1.388 F Sig. Squared 4.369 .011 .652 182.458 574.454 .000 .976 .011 .652 4.369 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Jumlah_daun Type III Sum of Source Squares Partial Eta df Mean Square Corrected Model 219.938a 6 Intercept 4260.039 1 Perlakuan 219.938 6 36.656 Error 128.293 14 9.164 Total 4608.270 21 348.231 20 Corrected Total 36.656 F Sig. Squared 4.000 .015 .632 4260.039 464.876 .000 .971 .015 .632 4.000 27 Lampiran 6 ANOVA pada pengujian terhadap jumlah anakan produktif padi sawah Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Anakan_produktif Type III Sum of Source Squares Partial Eta df Mean Square Corrected Model 365.143a 6 Intercept 3867.857 1 Perlakuan 365.143 6 60.857 Error 42.000 14 3.000 Total 4275.000 21 407.143 20 Corrected Total 60.857 F Sig. Squared 20.286 .000 .897 3867.857 1.289E3 .000 .989 .000 .897 20.286 a. R Squared = .897 (Adjusted R Squared = .853) Lampiran 7 ANOVA pada pengujian terhadap potensi hasil padi sawah Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:potensi_hasil Type III Sum of Source Squares Partial Eta df Mean Square Corrected Model 36.806a 6 Intercept 187.933 1 Perlakuan 36.806 6 6.134 Error 13.167 14 .941 Total 237.906 21 49.973 20 Corrected Total a. R Squared = .737 (Adjusted R Squared = .624) 6.134 F Sig. Squared 6.522 .002 .737 187.933 199.822 .000 .935 .002 .737 6.522 28 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 9 April 1989 dari ayahanda Sa’an dan ibunda Niti Saniti. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2012 penulis menyelesaikan program S1 Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor dan pada tahun yang sama melnjutkan studi S2 di program studi Biologi Tumbuhan. Pada tahun 2014-2015 penulis menjadi staf peneliti di tim “ECOHEALTH” FBLI (Field Building Leadership Initiative). Hasil penelitian ini dengan judul “Pertumbuhan Padi Sawah dan Padi Gogo dengan Pemberian Pupuk Hayati Berbasis Bakteri Pemacu Tumbuh di Tanah Masam” dipublikasikan pada Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI).