SORIK MARAPI, SUMATERA UTARA KETERANGAN UMUM Nama Lain : Sorieg Berapi, Seret Berapi. Nama Kawah : Kawah Sorik Marapi A dan B, Danau Merah (C) Nama Lapangan Solfatara : Sibangor Julu Lokasi a. Geografi : 0°41'11.72"LS99°32'13,09" BT b. Administrasi : Kecamatan Kotanopan dan Kecamatan Napal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara Ketinggian : 2145 m Tipe Gunungapi : Strato dengan danau kawah Pos Pengamatan : Desa Sibanggortonga, Pos Kayu Laut, Kab. Mandailing Natal, Sumatera Utara Koordinat 00°42’39,6“ LS, dan 99°34’36,6 BT Elevasi 902m PENDAHULUAN Cara Pencapaian Puncak Kampung Maga sebagai titik permulaan pendakian, kemudian melewati Kp. Sibangor yang terletak dilereng baratlaut gunung ini pada ketinggian ±900 m, mendaki ke ketinggian 1545 m. Dapat juga menempuh perjalanan dari Kotanopan lewat Maga menuju Sibangor dan menuju fumarola dilereng gunung ini pada ketinggian 1300 m, kemudian menuju puncak. SEJARAH LETUSAN Sejarah Letusan yang tercatat sejak 1800, sebagai berikut : 1830 Terjadi letusan yang menghasilkan abu, lumpur dan bom gunungapi. Endapan abu mencapai jarak sampai 52 km. Diperkirakan sebagai letusan preatik dari kawah pusat. 1879 Danau Kawah Merah mendidih, terjadi semburan berupa lumpur yang membumbung ke atas, diperkirakan sebagai letusan preatik di kawah pusat. 1892 21 Mei jam 18:30 terjadi letusan besar, mengakibatkan timbulnya 2 buah lubang kawah. Di lereng sebelah timur terjadi longsoran. Akibat hujan, terjadi lahar yang menimbulkan korban 180 orang meninggal di Kp. Sibangor, gempa 17 Mei, menimbulkan longsoran yang berubah menjadi lahar saat hujan, kemungkinan merupakan letusan preatik pada lereng. 1893 Januari jam 04:00, di daerah sekitar fumarola Sibangor Julu terjadi letusan. Batu dan lumpur dilemparkan di sekitar tempat tersebut, sebagai letusan preatik pada lereng. 1917 20 Mei, jam 04:00 terjadi letusan abu selama 3 jam. Dari Danau Merah membumbung asap tebal, sedangkan sebuah dentuman hebat terdengar sampai Kotanopan, sebagai letusan preatik pada kawah pusat. 1970 Menurut catatan Dinas Vulkanologi, pada tahun ini terjadi letusan abu. 1986 Terjadi letusan di kawah utama dengan menimbulkan tiga kawah baru di tepi kawah utamanya. Terjadi peningkatan temperatur solfatara di kawah Sibanggor Julu dari 95oC menjadi 119oC, 1987 diikuti semburan lumpur panas di sekitar kawah. Karakter letusan Karakter letusan G. Sorik Marapi berupa letusan freatik dan letusan abu serta semburan lumpur. GEOLOGI Morfologi 1. Satuan Morfologi Pegunungan Terlipat Menempati sebagian besar daerah penelitian di bagian tenggara, timurlaut dan baratlaut, pola aliran sungai dendritik, stadia muda-dewasa, 500-900m dpl. 2. Satuan Morfologi sisa tubuh gunungapi Menempati utara puncak Sorik Marapi, berlereng terjal, 600-1200m dpl. 3. Satuan Morfologi Sisa Lereng Gunungapi Tua Menempati daerah sebelah barat dan timurlaut puncak, pola aliran sungai dendritik, lereng terjal, ketinggian 1400-1800m dpl. 4. Satuan Satuan Morfologi aliran Lava dan Kerucut Lava Sorik Marapi Tua Memanjang arah barat-timur dan menempati sekitar 15% luas daerah penelitian. Lereng terjal bagian barat dan melandai di bagian timur pola aliran sungai dendritik, stadium muda, ketinggian 1200-1600m dpl. 5. Satuan Morfologi Lereng Sorik Marapi Memanjang arah timur-barat sepanjang jalan menuju Natal, lereng sedang, pola aliran sungai radial, stadia muda, ketinggian 1200-1600m dpl. 6. Satuan Morfologi Kerucut Marapi Menempati bagian dari kerucut Sorik Marapi Muda, bergelombang, lereng terjal, pola aliran sungai radial, stadia muda, ketinggian 1600-2150m dpl. 7. Satuan Morfologi Dataran Aluvial Menempati sebelah utara dan timurlaut, relatif datar, dibentuk oleh endapan aluvial yang dihasilkan dari sungai pada stadia dewasa-tua, ketinggian 400-500 m dpl. Stratigrafi Dari hasil penyelidikan geologi gunungapi yang dikompilasikan dengan hasil analisa foto udara, maka dapat diuraikan urut-urutan satuan batuan dari yang tertua hingga termuda adalah sebagai berikut: 1. Batuan dasar Pra-Kuarter Satuan ini terdiri dari batuan Pra-Tersier dan Tersier; 1.1. Batuan Pra-Tersier Litologi satuan ini umumnya terdiri dari batuan sedimen termetamorfosa/metasedimen dan telah tersesarkan dan terlipat kuat, seperti batugamping, filit dan slate. Secara regional satuan ini dimasukkan sebagai Formasi Muarasoma, berumur Kapur yang merupakan batuan tertua di Sorik Marapi ini. 1.2. Batuan Tersier Litologi satuan ini terdiri dari serpih karbon yang telah tersesarkan dengan kuat, ditandai dengan adanya bidang hancuran (berupa bidang geser “shear structure” yang saling berpotongan), adanya struktur “sisik ikan” (struktur khas untuk batuan lempungan yang terkena sesar dengan kuat). Pada beberapa tempat lainnya dapat ditemukan batuan tufa yang telah mengalami alterasi hidrothermal yang ditandai dengan kehadiran mineral klorit, kaolin dan oksida besi yang disertai dengan silisifikasi dan pengayaan mineral pirit pada bidang kekarnya. Jenis batuan lainnya ialah diorit yang telah teralterasi yang ditandai dengan kehadiran klorit dan lempung putih menggantikan felspar. Lava diorit ini dapat ditemukan di daerah Lalu Rombang. 2. Satuan Batuan Vulkanik Pra-Sorik Marapi (Pso) Diperkirakan berumur kuarter tua dan dihasilkan dari gunung Sorik Marapi, terdiri dari: 2.1. Jatuhan Piroklastik Pra-Sorik Marapi (PSO.jp.) Berupa aglomerat (diameter >0.5 cm) yang telah terkompakan dengan fragmen berkomposisi andesit-andesit basaltik dan secara stratigrafi terletak diatas batuan tersier. 2.2. Aliran Piroklastik Pra-Sorik Marapi1 (Pso.ap.1) Merupakan satuan batuan laharan. 2.3. Lava Pra-Sorik Marapi (Pso.1.) Litologinya berupa lava andesitik, sebagian terbreksikan dan teralterasikan akibat pengaruh sesar besar Sumatera yang diikuti dengan kegiatan solfatara dan fumarola. Batuan ini umumnya berwarna abu-abu keputihan, tekstur porfiritik dengan fenokris terdiri dari felspar dan piroksen dalam masa dasar afanitik, sedangkan batuan yang tidak terkena alterasi dapat ditemukan dalam bentuk bongkah-bongkah besar yang berwarna abu-abu kehitaman. 2.4. Aliran Piroklastik Pra-Sorik Marapi2 (Pso.ap.2) Litologinya berwarna putih keabu-abuan, mengandung charcoal yang agak lapuk berwarna coklat kekuningan, agak kompak, getas, kemas terbuka dan pemilahan buruk, berkomponen batuapung/pumice berukuran maksimum 20cm, banyak mengandung hornblenda, terdapat dalam material halus (1-2mm) yang berwarna putih dan banyak mengandung gelas. Kadang ditemukan fragmen andesitik dengan tekstur afanitik. 2.5. Aliran Piroklastik Pra-Sorik Marapi3 (Pso.ap.3) Ciri litologinya berwarna putih keabu-abuan, yang terlapukan berwarna coklat kemerahan (dalam bentuk soil), kurang kompak, getas, kemas tertutup dengan pemilahan sedang-baik (tidak mengandung fragmen batu apung), berbutir halus (12mm), sedikit mengandung gelas dan umumnya tersingkap kurang baik. 2.6. Lahar Pra-Sorik Marapi (Pso.lh.) Litologi satuan ini dapat dilihat dari fragmennya yang terdiri dari andesit proksin, andesit basaltik dan tufa yang tersilisifikasikan, ukuran fragmen umumnya 15 cm. 3. Satuan Batuan Sorik Marapi Dihasilkan dari beberapa titik erupsi, urut-urutannya dari tua ke muda adalah sebagai berikut: 3.1. Lava Sorik Marapi Tua1 (SoT.1.1) Ciri litologinya antara lain berupa lava andesit piroksen, dalam keadaan lapuk berwarna abu-abu kecoklatan, mempunyai rongga-rongga (vesikuler), porfiritik dengan fenokris hornblenda dan piroksen serta sedikit felspar dalam masa dasar afanitik. Disebagian tempat sudah terlapukan, ditandai dengan adanya klorit dan sedikit kaolin serta oksida besi yang mengakibatkan masa dasarnya berwarna merah tua. 3.2. Lava Sorik Marapi Tua2 (SoT.1.2) Secara stratigrafi satuan ini menutupi SoT.1.1. Ciri litologinya antara lain berupa lava dasitik dengan xenolit berupa rhyolit, berwarna abu-abu kecoklatan, porfiritik, dengan fenokris kuarsa, felspar, hornblenda dan sedikit biotit dalam masa dasar afanitik. Singkapan terbaik dapat ditemukan pada aliran sungai di utara Adian Ubar (di samping bendungan) dengan ketebalan mencapai 4m. 3.3. Lava Sorik Marapi1 (So.1.1) Kenampakan litologinya berupa lava andesit, berasosiasi dengan fumarola/solfatara, berwarna abu-abu kehitaman, vesikuler, porfiritik dengan fenokris dominan piroksin pada masa dasar afanitik. Kenampakan fumarola/solfatara satuan ini terlihat berupa bongkah-bongkah yang berwarna kehitaman, hal ini disebabkan pengaruh sesar orde kedua dari sesar besar Sumatera yang melalui daerah ini. 3.4. Lava Sorik Marapi2 (So.1.2) Litologinya berupa lava andesit, berwarna abu-abu terang, mengandung sedikit rongga-rongga vesikuler, porfiritik dengan fenokris hornblenda, felspar dan sedikit biotit pada masa dasar afanitik, Singkapan berbentuk bongkah-bongkah dengan tebal singkapan mencapai 15m. 3.5. Lava Sorik Marapi3 (So.1.3) Ciri litologi berupa lava andesitik, berwarna abu-abu kehitaman, porfiritik dengan fenokris dominan piroksen pada masa dasar afanitik. Sebagian singkapan dalam keadaan segar dan dapat ditemukan pada dinding kawah Danau Merah dengan kekar-kekar kolom (Columnar Joint) yang terlihat cukup jelas. Ketebalan teramati mencapai 30m. 3.6. Lava Sorik Marapi4 (So.4) Litologinya berupa lava andesitik-basaltik, berwarna abu-abu kehitaman, porfiritik dengan fenokris piroksen, felspar serta sedikit olivin pada masa dasar afanitik. Singkapan umumnya dalam keadaan segar, antara lain di sekeliling kawah utama dengan ketebalan mencapai 20-25m. 3.7. Lahar Sorik Marapi (So.lh) Secara stratigrafi satuan ini menutupi produk Pra-Sorik Marapi dan Sorik Marapi muda yang terbentuk sebelumnya. Lahar ini diperkirakan produk lahar yang mengikuti letusan phreatik pada tahun 1892 yang menimbulkan korban jiwa 180 orang meninggal di kampung Sibangor, dan juga mnyebabkan 66 orang meningga di daerah Tano Bato pada 28 November 1915 malam, sehingga penting diperhatikan penyebarannya. Fragmen sataun ini terdiri dari andesit, pumice dan sedikit andesit yang teralterasikan, dengan ukuran berkisar dari 2cm – 1m. Di daerah Sibangor satuan ini teralterasi akibat pengaruh solfatara hingga terpropilitisasi (adanya epidot, klorit) dan terargilitisasi (adanya kaolin) dengan pengayaan mineral pirit pada bidang-bidang kekarnya. 3.8. Jatuhan Piroklastik Sorik marapi (So.jp.) Satuan ini dihasilkan dari hasil letusan 1986, terdiri dari, jatuhan abu, lapili dan bom vulkanik yang mencapai ukuran 50 cm. Jatuhan abu dan lapili memperlihatkan bentuk singkapan dengan perlapisan yang baik, disertai dengan struktur perlapisan bersusun (graded bedding), seperti yang terdapat diutara bibir kawah, dengan ketebalan keseluruhan mencapai 1.05m, secara stratigrafi satuan ini merupakan produk termuda dari Sorik Marapi yang menutupi satuan batuan lain dibawahnya. 3.9. Satuan Endapan Aluvial Satuan ini merupakan hasil erosi dan transportasi oleh aliran sungai yang diendapkan pada daerah-daerah yang merupakan limpahan banjir. Litologinya terdiri dari berbagai macam batuan (andesit, kwarsa, serpih, filit, tufa tersilisifikasi, diorit, leukogranit, jasper dan kalsedon) dengan berbagai ukuran dan umumnya mempunyai bentuk membulat tanggung seperti terlihat di sepanjang aliran sungai Batang Gadis. GEOFISIKA Seismik Pemantauan seismik dilakukan dengan seismograf sistem telemetri radio PS-2, satu komponen, pengamatan seismik selama bulan Januari 2009 hingga Oktober 2009, 29-Aug-09 14-Aug-09 30-Jul-09 15-Jul-09 30-Jun-09 15-Jun-09 31-May-09 16-May-09 1-May-09 16-Apr-09 1-Apr-09 17-Mar-09 2-Mar-09 15-Feb-09 31-Jan-09 16-Jan-09 1-Jan-09 28-Oct-09 0 28-Oct-09 2 13-Oct-09 4 13-Oct-09 6 28-Sep-09 8 28-Sep-09 10 13-Sep-09 Grafik Harian Gempa Tektonik Lokal (TL) G. Sorik Marapi 13-Sep-09 29-Aug-09 14-Aug-09 30-Jul-09 15-Jul-09 30-Jun-09 15-Jun-09 31-May-09 16-May-09 1-May-09 16-Apr-09 1-Apr-09 17-Mar-09 2-Mar-09 15-Feb-09 31-Jan-09 16-Jan-09 1-Jan-09 Jumlah Gempa Jumlah Gempa 22-Oct-09 8-Oct-09 24-Sep-09 10-Sep-09 27-Aug-09 13-Aug-09 30-Jul-09 16-Jul-09 2-Jul-09 18-Jun-09 4-Jun-09 21-May-09 7-May-09 23-Apr-09 9-Apr-09 26-Mar-09 12-Mar-09 26-Feb-09 12-Feb-09 29-Jan-09 15-Jan-09 1-Jan-09 Jumlah Gempa menunjukan bahwa kegiatan kegempaan didominasi oleh gempa tektonik Jauh (TJ). Kegempaan di G. Sorik Merapi yang dapat dilihat pada histogram di bawah ini. 16 Grafik Harian Gempa Vulkanik Type-A (VA) G. Sorik Marapi 14 12 10 8 6 4 2 0 Grafik Harian Gempa Tektonik Jauh (TJ) G. Sorik Marapi 35 30 25 20 15 10 5 0 Gaya Berat Pada peta anomali Bougeur terlihat beberapa daerah anomali positif dan negatif. Pola struktur primer yang ditafsirkan dari peta anomali bougeur umumnya hampir berarah utara-selatan dan timurlaut-baratdaya. Pertama yaitu kelurusan yang dimulai dari G. Sorik Marapi Namenek, melalui Sibangor Tonga hingga desa Maga, yang dicirikan dengan kelurusan anomali positif kontak dengan anomali negatif Binanga, yang merupakan sesar geser yang memotong sesar utama yang berarah tenggara-baratlaut. Kemudian struktur yang melalui Dolok Singa Jambu, Purba Julu yang merupakan kelurusan dengan dicirikan kelurusan kontur. Antara kelurusan pertama dan kedua terdapat kelurusan yang melalui Singa Jambu, Gumbot dan dicirikan batas anomali positif dan negatif, negatif dan positif dan kelurusan kontur. Kearah utara terdapat pola kelurusann struktur yang dimulai dari Dolok Namu, Dolok Monis-monis, Tano bato dan Bintuas, yang dicirikan dengan terlihatnya kelurusan pola kontur. Kemudian sejajar diutaranya terdapat kelurusan yang dimulai dari Dolok Sampuran, Roburan Dolok, Lumban Dolok. Kedua kelurusan tersebut merupakan patahan geser, yang menggeser struktur utama, yang berarah tenggara-baratlaut. Anomali negatif di sekitar Sibangor Tonga hingga Binanga merupakan daerah yang mempunyai densitas batuan yang rendah, pengaruh ubahan panas, maupun daerah konduksi panas. GEOKIMIA KIMIA BATUAN Karakteristik batuan G. Sorik Marapi secara petrografi menunjukkan tekstur porfiritik yang merupakan karakteristik yang khas dari magma busur kepulauan (Ringwood, 1977; Gill 1981). Lava-lava G. Sorik Marapi memiliki kisaran SiO2 antara 58%-63 %, MgO 2.4-5.5% dan jenis batuannya termasuk andesit dengan seri calc-alkalin. Secara umum variasi mayor elemen pada lava-lavanya dihasilkan oleh fraksinasi mineral-mineral olivin dan piroksen didalam magma. Relatif rendahnya kandungan K2O menunjukkan bahwa tidak terjadinya asimilasi atau anateksis dengan material kerak kontinen bagian atas. Tabel geokimia batuan G. Sorik Marapi UNSUR SM-1 SM-3 SM-4 SM-5 SM-6 SM-11 SM-12 SM-13 SM-18 SM-19 SM-22 SiO2 Al2O3 Fe total CaO MgO Na2O K2O MnO TiO2 P2O5 61.27 15.37 7.34 6.92 3.39 1.38 1.76 0.13 0.71 0.11 58.76 15.57 8.21 6.78 5.49 1.03 1.35 0.16 0.6 0.17 59.2 15.42 7.84 7.37 5.08 1.13 1.62 0.15 0.6 0.15 58.21 15.97 8.08 7.18 5.09 1.06 1.31 0.15 0.62 0.16 58.53 15.42 8.25 7.56 3.92 0.99 1.54 0.14 0.87 0.12 61.05 15.81 5.7 8.14 3.44 1.64 1.74 0.13 0.57 0.14 58.74 16.6 6.24 8.89 3.91 1.62 1.63 0.14 0.71 0.14 60.69 15.81 5.6 7.35 3.32 1.62 2.12 0.18 0.62 0.14 63.14 16.04 5.73 6.32 2.53 1.72 2.04 0.12 0.71 0.12 61.65 15.96 5.4 6.77 2.39 2.18 3.22 0.13 0.73 0.16 59.41 16.7 5.88 8.4 3.4 1.97 1.6 0.15 0.87 0.17 H2O 1.72 1.6 1.6 1.87 1.73 1.59 1.41 1.92 1.6 1.45 1.63 Kimia Air Mata Air Panas Binanga, Sopotinjak, Purba Julu, Roburan Dolok-1, Roburan Dolok3, Sibanggor Tonga-1 dan Sibanggor Tonga-2 bertipe klorida sulfat berasal dari bocoran “acid brines” bersuhu tinggi yang terbentuk dibagian atas dari suatu zona hidrotermal gunungapi, bercampur dengan adanya infiltrasi air meteorik yang bersirkulasi di kedalaman. Komposisi kimia air terutama kation-kation lebih merefleksikan pelarutan terhadap batuan disekitarnya oleh air yang bersifat asam. Air Sungai Singolot kemungkinan juga berasal dari gas-gas vulkanik terutama H2S, SO2, HCl dan HF dan mengalami pengenceran oleh air meteorik di permukaan. NH4 yang cukup tinggi di Roburan Dolok dan Sibanggor Tonga merupakan indikasi terbentuknya steam di daerah vadose zone (diatas lapisan air tanah dangkal). B yang cukup tinggi di Sopotinjak, Purba Julu dan Air Terjun Binanga merupakan indikasi pembentukan steam pada zona hidrotermal gunungapi sekaligus menunjukan adanya fluida yang berasal dari dalam (deep fluid). Mata Air Panas Roburan Dolok-2 terbentuk dari gas CO2 yang terkondensasi ke dalam air meteorik. Dalam perjalanannya ke permukaan, CO2 bereaksi membentuk HCO3 sehingga pH menjadi lebih netral atau agak alkalin. Mata air tipe bikarbonat umumnya terdapat di daerah dengan topografi yang lebih rendah. Tabel geokimia air G. Sorik Marapi Temp. oC pH Fum. Roburan Dolok 1 98.9 MAP. Roburan Dolok 2 65.4 Fum. Roburan Dolok 3 LOCATION Na K Ca 2.5 9 1 8 8.1 46 8 51 94.9 1.9 7 18 3 MAP. Sopotinjak 40.4 2.5 70 18 AS. Singolot 25.3 3.6 46 Mg HCO3 Cl SO4 B SiO2 2 0 355 354 0 33 31 196 122 27 0 41 1 0 318 1648 0 98 123 6 0 686 900 2 84 9 73 3 0 453 354 0 57 MAP. Sampuraga 94.8 7.9 486 39 37 11 160 637 63 25 79 Fum. Sibanggor Tonga 1 97.8 2.5 19 6 5 2 0 196 804 0 84 Fum. Sibanggor Tonga 2 99.0 2.2 46 18 41 15 0 412 1046 1 91 MAP. Purba Julu 41.0 2.2 182 47 108 2 0 429 1465 7 80 MAP. Binanga 51.5 2.0 145 32 93 33 0 735 1135 5 76 MAD. Parlangkitan 20.0 7.2 9 3 10 3 44 22 3 0 24 Danau Kawah Sorik Marapi 34.1 1.1 15 10 11 6 0 245 1221 18 73 Danau Merah 21.1 2.4 2 1 2 2 0 122 35 0 11 Mata Air Panas Sampuraga yang termasuk kedalam tipe klorida umumnya berasal dari zona reservoir dalam dengan suhu bawah permukaan yang tinggi (dibawah 300oC). Hal ini dapat diindikasikan oleh kondisi “boiling” dari airpanas tersebut di permukaan. Pengaruh pelarutan dari batuan dasar sedimen laut juga cukup terlihat dengan tingginya kandungan klorida dan natrium dibandingkan dengan air danau kawah Sorik Marapi. Kadar B yang tinggi juga merupakan indikasi pembentukan steam di bagian dalam dari zona hidrotermal yang dipengaruhi oleh keberadaan batuan sedimen laut. Kimia Gas Data kimia gas dari G. Sorik Marapi disajikan pada tabel di bawah. Dari tabel terlihat bahwa suhu solfatara di G. Sorik Marapi bervariasi antara 90oC- 249oC. Kandungan gas didominasi oleh berturut-turut H2O, CO2, SO2, H2S, HCl, HF, dan gas-gas H2, O2+Ar, dan CH2 dalam jumlah kecil. Hal ini merupakan indikasi umum dari gas gunungapi (Allard, 1983). Variasi dari komposisi CO2, SO2, H2S, HCl, dan HF sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu (Le Guern, 1983). Gas mud pool Roburan Dolok-3 menunjukkan CO2 yang sangat kecil dan SO2 tidak ada. Hal ini karena SO2 mudah larut dalam air dan teroksidasi menjadi SO4 sedangkan CO2 sebagian teroksidasi menjadi CO3 dan CH4. Oksidasi terjadi pada daerah dangkal di bawah permukaan. (Gerlach, 1994). Tabel geokimia gas G. Sorik Marapi GASES Roburan-Sibanggor SUMMIT CRATER RD-3 ST-3 Sol 1-D Sol 1-B Temp. 95.0 90.0 93.0 249.0 H2 0.02 0.00 0.00 0.00 O2 + Ar 0.00 0.00 0.00 0.00 N2 0.12 0.07 0.13 0.34 CH4 0.00 0.00 0.00 0.00 CO2 0.55 2.27 2.66 12.48 SO2 0.00 0.62 0.73 1.78 H2S 0.16 0.08 0.08 0.39 HCl 0.00 0.09 0.16 0.21 NH3 0.14 0.23 0.26 2.26 HF 0.00 0.00 0.00 0.00 H2O 99.0 97.0 96.0 83.0 C/S 1.0 1.6 1.7 2.7 HCl / SO2+H2S 0.0 0.1 0.2 0.1 4.4 2.8 6.2 S/Cl Komposisi gas Sibanggor Tonga-3 dan solfatara 1-D tidak begitu jauh berbeda disebabkan oleh suhu yang tidak jauh berbeda. Ratio C/S antara 2-5 merupakan indikasi umum dari gas magma andesitik. Ratio HCl/HF dan ratio CO2/total gas eksklusif juga semakin meningkat dengan meningkatnya suhu. Ratio HCl/SO2+H2S tidak memberikan korelasi yang baik terhadap temperatur, kemungkinan disebabkan oleh pembentukan sulfur dipermukaan akibat menurunnya temperatur. Melihat kenyataan ini maka ratio-ratio tersebut dapat dijadikan indikator untuk pemantauan perubahan tingkat aktivitas G. Sorik Marapi. Hasil Pengukuran Gas Ambien di sekitar Solfatara dan Fumarola Dengan Detektor Drager X-am 7000 (22 Juni 2008) GAS SO2 H2S CO2 CO CH4 1 2 3 max. : 14.1 ppm max. : 4.0 ppm 0 0 0 over A2 (> 40.0 ppm) max. : 44.0 ppm 0 0 0 over A1 (> 20.0 ppm) max. : 8.0 ppm 0 0 0 Keterangan : 4 Ambang Normal Di Udara Bebas max. : 11.8 ppm 2 ppm max. : 4.0 ppm 10 ppm 0 0 0 0.5 % vol 30 ppm 10 % LEL 1. Lingkungan Fumarol Roburan Dolok -4, 2. Lingkungan MAP. Binanga, 3. Lingkungan Sibanggor Tonga -2, 4. Lingkungan ditepi danau kawah Sorik Marapi MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Pemantauan aktivitas G. Sorik Marapi dilakukan secara menerus dari Pos Pengamatan Gunungapi di Desa Sibanggortonga, Pos Kayu Laut, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Visual Pengamatan visual dilakukan melalui pengamatan warna, tinggi dan tekanan asap yang keluar dari kawah serta pengamatan cuacanya. Seismik Peralatan yang digunakan adalah seismograf jenis Kinemetrik tipe PS-2 yang dioperasikan dengan sistim radio pancar. Secara garis besar unit seismograf ini dibagi menjadi dua bagian yaitu; unit lapangan dan unit penerima (pencatat) di pos pengamatan gunungapi. Peralatan di lapangan yang digunakan adalah 2 unit seismometer vertikal tipe L4C. Pemantauan lainnya dilakukan secara temporer, misalnya pengukuran suhu kawah, deformasi dan pengukuran geokimia gas dan air. KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI Data kegiatan mengenai G. Sorik Marapi belum begitu banyak tercatat, sehingga dalam menganalisa dan penentuan luas daerah bencana masih sangat terbatas untuk diutarakan. Pada umumnya bahaya yang sering timbul oleh kegiatan erupsi banyak dibantu oleh adanya data catatan mengenai jenis-jenis erupsi dan tipenya pada kurun waktu letusan itu terjadi. Mengingat G. Sorik Marapi mempunyai danau kawah di puncak, tidak menutup kemungkinan bahwa letusan besar dapat menimbulkan lahar letusan yang membahayakan terhadap lingkungan. Disamping itu daerah lain juga tidak luput dari ancaman bahaya lahar seperti desa Sibangor Tonga, Tano Bato, Pagar Galagala, Jambu Jalak dan Pagaran Kersik Julu, yang sebagian besar terletak pada pinggiran sungai yang berhulu dipuncak. Batas-batas daerah bahaya ini telah dibuat dalam suatu Peta Kawasan Rawan Bencana yang terbagi menjadi 3 kawasan yaitu : Kawasan Rawan Bencana III G. Sorik Marapi tidak termasuk ke dalam klasifikasi gunungapi sangat giat atau sering meletus, oleh karena itu yang dimaksud Kawasan Rawan Bencana III di G. Sorik Marapi berlaku dalam keadaan aktif normal hingga peningkatan kegiatan dimana kawasan puncak termasuk kawahnya merupakan kawasan yang berbahaya bagi pengunjung karena dapat terkena gas racun. Dalam keadaan meletus kawasan yang berpotensi terlanda potensi bahaya mengacu kepada Kawasan Rawan Bencana II baik terhadap a) aliran massa seperti: awan panas dan surge, aliran lava, dan kawasan yang berpotensi terlanda b) lontaran seperti: jatuhan piroklastik lebat dan lontaran batu (pijar). Berdasarkan morfologi kawasan puncak dan lokasi titik kegiatan saat ini, kawasan rawan bencana III meliputi daerah kawah pusat G. Sorik Marapi, beserta lereng sampai dengan ketinggian 1700m diatas permukaan laut, dan dalam Peta Kawasan Rawan Bencana digambarkan dalam warna merah tua. Kawasan Rawan Bencana II Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava kemungkinan guguran puing vulkanik (‘volcanic debris avalanches”), gas racun, lontaran batu (pijar), hujan abu lebat dan aliran lahar. Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa awan panas, aliran lava, kemungkinan guguran puing vulkanik (volcanic debris avalanches), gas beracun dan aliran lahar b. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran dan jatuhan seperti lontaran batu (pijar), hujan abu lebat. Penarikan batas Kawasan Rawan Bencana II didasarkan pada morfologi gunungapi tersebut terutama di daerah sekitar puncak dan lereng serta sejarah kegiatan gunungapi tersebut pada masa lalu baik untuk awan panas, aliran lava maupun lontaran. Kawasan Rawan Bencana II terhadap aliran Lava Data geologi dan sejarah kegiatan G. Sorik Marapi menunjukkan bahwa produk letusan G. Sorik Marapi pada pra sejarah banyak menghasilkan lava, sementara aliran piroklastik (awan panas) umumnya hanya terdapat di daerah lereng atas. Kedalaman kawah saat ini merupakan kendala sebaran aliran lava yang biasanya mengikuti morfologi lebih rendah dari daerah sekitarnya. Kalaupun pada letusan akan datang terjadi aliran lava diperkirakan hanya akan mengisi daerah kawah kecuali terjadi erupsi samping seperti pernah terjadi pada pra sejarah. Volume lava yang besar dan dibarengi aliran lava membara akan dapat membakar apa saja yang dilanggarnya bahkan menimbun rumah-rumah dan tanaman yang dilaluinya. Karena aliran lava cenderung mengikuti morfologi landai atau rendah atau lembah-lembah sungai yang berasal dari daerah puncak, maka lereng timurlaut yang kelerengannya paling landai berpotensi dilalui aliran lava. Telah disebutkan di atas bahwa lamanya istirahat, perubahan komposisi ataupun percampuran magma dapat menghasilkan letusan besar. Berdasarkan faktorfaktor tersebut, pada letusan mendatang kemungkinan aliran lava dapat mencapai lebih jauh ke arah lereng. Kawasan Rawan Bencana II terhadap awan panas. Berhubung karena di kaki bagian timur laut G. Sorik Marapi ini dikontrol oleh sesar dan terbentuknya pematang memanjang berarah baratlaut – tenggara yang sesuai dengan arah sesar, maka kemungkinan aliran awan panas dimasa mendatang agak sulit menembus pematang tersebut. Daerah yang akan terlanda oleh awan panas hanya daerah yang terkonsentrasi di bagian dalam pematang seperti Desa Sibangor Julu, Sibangor Tonga, Jambu Dolog, Pagaran Kersik dan sebagian Hutana Male. Kawasan Rawan Bencana II terhadap lahar Lahar panas atau lahar hujan hanya melalui lembah-lembah yang ada yang berhulu dari puncak, yaitu lembah S. Nalomlom, S. Sioenik, S. Sibangor, S. Anamilas, S. Singolot, S. Singadaras, S. Sipalis, S. Antunu dan S. Sampean. Sebagian besar dari sungai-sungai yang disebutkan diatas dan berada dalam Kawasan Rawan Bencana II tidak ada penduduknya kecuali di sepanjang S. Sioenik dan S. Sibangor. Kawasan Rawan Bencana II terhadap bahaya lontaran dan hujan abu lebat Bahaya lontaran adalah semua jenis bahan letusan yang dilontarkan ke semua arah dengan percepatan saat terjadi letusan berupa bom vulkanik (kerak roti) berasal dari magma dan juga pecahan batuan tua (fragmen lithik). Material lontaran ini tidak terpengaruh oleh arah tiupan angin saat letusan terjadi, karena berukuran cukup besar. Arah bukaan kawah kadang mempengaruhi arah dominan material lontaran berukuran besar sesuai arah bukaan kawah tersebut, terutama bila lubang letusan (diatrema) tidak tegak lurus tapi miring (agak ke lereng). Keadaan bibir kawah Sorik Marapi saat ini yang relatif simetris memungkinkan fragmen lontaran batu (pijar) mengarah ke segala jurusan, begitu pula kolom letusan yang tegak lurus akna menyebabkan robohan kolom letusan mengarah ke semua jurusan. Pemukiman di Kawasan Rawan Bencana II yang terletak pada radius 6 km dan berpotensi dilanda material lontaran batu (pijar) adalah Desa Sibangor Julu, Sibangor Tonga dan sebagian Sibangor Jae, Hutana Male dan Pagaran Kersik. Kawasan Rawan Bencana I Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar dan tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava. Selama letusan membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan abu lebat dan lontaran batu (pijar). Kawasan ini dibedakan menjadi dua yaitu: a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lahar, dan kemungkinan perluasan awan panas atau aliran lava. Kawasan ini terletak di sepanjang sungai/di dekat lembah sungai atau di bagian hilir sungai yang berhulu di daerah puncak. b. Kawasan rawan bencana terhadap jatuhan berupa hujan abu tanpa memperhatikan arah tiupan angin dan kemungkinan dapat terkena lontaran batu (pijar). Dalam Kawasan Rawan Bencana I masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan jika terjadi erupsi/kegiatan gunungapi dan atau hujan lebat, dengan memperhatikan perkembangan kegiatan gunungapi yang dinyatakan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Kawasan Rawan Bencana I terhadap lahar Beberapa sungai yang berhulu di daerah puncak dan berpotensi dilalui lahar diantaranya adalah S. Sioenik, S. Sibangor, S. Silai Lai, S. Anamilas yang hulunya bersatu dengan S. Singolot, S. Singadaras dan S. Antunun di bagian barat. Kawasan Rawan Bencana I terhadap hujan abu Berdasarkan pengamatandi lapangan sebaran abu dan lontaran batu ukuran kerikil dari letusan terdahulu mencapai jarak 8 km dari pusat erupsi. Dari beberapa letusan yang pernah terjadi, korban akibat langsung dari hujan abu relatif jarang, kecuali akibat tidak langsung seperti atap roboh akibat timbunan abu yang tebal akibat lereng atap tidak memenuhi kode bangunan yang cocok untuk daerah sekitar gunungapi. Beberapa kampung atau desa yang berpotensi dilanda hujan abu diantaranya adalah : Maga, Magadolog, Magalombang, Aek Mariam, Jembatan Merah Purba Lamo, Kayu Laut, Roburan Lombang, Huta Rimbaru, Pagaran Tonga, Pagara Dolog, Sibangor Jae, Angin Barat, Huta Imbaru dan Hutana Male serta daerah di lereng dan kaki bagian barat, selatan dan timur yang tidak ada penduduknya. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Sorik Marapi DAFTAR PUSTAKA Adkins, J; et.al, 1978., A Regional Gravity Base Station Network for Indonesia, Direktorat Vulkanologi. Akbar N, dkk, 1985., Pemetaan Geologi panasbumi daerah G.Sorik Marapi, dsk, Panyambungan, Tapanuli Selatan. Skala 1:50.000. Adnawidjaja, M.I., Referat Gunung Sorik Marapi. Bemmelen, R.W, 1949, Geologi of Indonesia, Vol. IA. Djoko Hadisudewo, dkk, 1990, Geokimia Panasbumi Sorik Marapi, Sumatera Utara. Hocktein, MP, 1982, Introduction to Geothermal Prospecting, Geothermal Institute, University of Auckland, New Zealand. Hamilton, W, 1979, Tectonics of The Indonesian Regions, USGS, prof. Pap. 1078. JICA, 1982, Lempur Geothermal Development Second Phase Survey, Indoensia. Kusumadinata, K, 1979, Vulkanologi, Bandung. Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Katili, J.A. & Marks, P., 1963, Geologi, Institut Teknologi Bandung Dep. Umum Research Nasional, Jakarta. L. Manalu, dkk, 1995, Laporan Pengumpulan Data G.Sorik Marapi, Sumatera Utara. NMS, Rock, dkk, Peta Geologi Lembar Lubuk Sikaping, Sumatera, 1983, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Nurhayati, H, 1986, Dasar-dasar Ilmu Tanah, UN. Lampung. Noda, T., Volatile Mercury Capture with a Gold Needle and its application to Geothermal Prospecting. Nettleton, 1976, Geophysical Prospecting for Oil, MC Graw Hill Book Company, Inc, New York. Parasnis, DS, 1979, Principle of Applied Geophysics, Hal. 98 s/d 129. Simanjuntak, J, 1990, Geofisika cara tahanan jenis daerah G.Sorik Marapi, tapanuli Selatan, Sumut. Situmorang, T, 1990, Laporan Geologi Foto Daerah Gunung Sorik Marapi, Direktorat Vulkanologi, Bandung. Sumardi, A. & Saechani, 1984, Laporan Pemeriksaan kawah dan pengukuran suhu G.Sorik Marapi. Sutawidjaja I, dkk, 2007, Pemantauan Seismik Dan Visual G. Sorik Marapi, Sumatera Utara. Tulus, dkk, 1986., Laporan Kegiatan G.Sorik Marapi. Tjetjep Setiawan, dkk, 1990, Pemetaan Padangsidempuan, Sumatera Utara. Geologi G.Sorik Marapi Tim Prospeksi Panasbumi, 1990, Laporan Pengukuran Gayaberat Daerah G.Sorik marapi, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.