I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati namun belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal kupu-kupu memiliki nilai penting di alam yaitu sebagai hewan penyerbuk dan secara ekologis merupakan komponen penting dalam ekosistem sebagai hewan herbivora. Selain itu kupukupu memiliki nilai ekonomis yang dapat mendukung kegiatan ekowisata (Soekardi, 2005). Taman Kupu-kupu Gita Persada merupakan taman terbuka yang dikelola untuk melakukan kegiatan konservasi kupu-kupu. Salah satu usaha konservasi kupukupu yaitu dengan cara melestarikan tumbuhan inang dan tumbuhan bunga yang menjadi faktor penentu kelangsungan hidup kupu-kupu. Di Gunung Betung diketahui terdapat 17 spesies kupu-kupu Papilionidae. Ini merupakan potensi alam yang patut untuk dilestarikan (Soekardi, 2009). 1 Menurut Soekardi dkk. (2001), keberadaan kupu-kupu terkait erat dengan adanya sumber daya yang mendukung kehidupannya yaitu tumbuhan inang sebagai pakan larva dan tumbuhan bunga penghasil nektar. Kupu-kupu membutuhkan tumbuhan inang sebagai tempat meletakkan telur yang nantinya daun tumbuhan inang akan menjadi pakan larva kupu-kupu. Selain itu tumbuhan bunga penghasil nektar juga dibutuhkan sebagai pakan kupu-kupu dewasa. Sehingga ketersediaan sumber daya pendukung kehidupan kupu-kupu menjadi faktor pembatas bagi kelangsungan hidup kupu-kupu. Kupu-kupu memilih tumbuhan inang tertentu untuk meletakkan telurnya. Tumbuhan inang ini akan menjadi sumber makanan bagi larva kupu-kupu. Apabila keberadaan tumbuhan inang mulai menghilang, maka dikhawatirkan kupu-kupu terancam punah (Pegiie, 2010). Larva kupu-kupu memilih tumbuhan inang yang spesifik sebagai pakannya. Beberapa spesies kupu-kupu Papilionidae hanya memilih satu tumbuhan inang saja (monofagus). Namun larva Graphium agamemnon memiliki suatu kekhasan yaitu larva dapat beradaptasi terhadap enam spesies tumbuhan inang (polifagus) (Soekardi, 2005). G. agamemnon merupakan salah satu spesies dari famili Papilionidae yang memiliki sayap hitam berbintik-bintik hijau yang menarik. G. agamemnon termasuk dalam kelompok kupu-kupu yang tidak terancam punah. (Wikipedia, 2010a). G. agamemnon dapat dijumpai sepanjang tahun. Hal ini dipengaruhi oleh 2 kemampuan beradaptasi G. agamemnon terhadap lingkungan serta faktor tumbuhan inang pakan larva yang bervariasi sehingga larva lebih terjamin kelangsungan hidupnya (Soekardi, 2005). Dari penelitian yang pernah dilakukan Soekardi (2005), diketahui bahwa G. agamemnon memiliki enam tumbuhan inang yaitu Sirsak (Annona muricata), Srikaya (Annona squamosa), Buah nona (Annona reticulata), Alpukat (Persea americana), Sirih hutan (Piper aduncum), dan Cempaka (Michelia champaca). Tumbuhan inang tersebut berasal dari empat famili yang berbeda yaitu Lauraceae, Annonaceae, Magnoliaceae dan Piperaceae. G. agamemnon memilih tumbuhan inang yang cocok sebagai tempat untuk meletakkan telur dan menjadi makanan larva pada perkembangan selanjutnya. Namun spesies tumbuhan inang yang paling disukai oleh G. agamemnon untuk meletakkan telurnya belum diketahui. Untuk itu penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui urutan spesies tumbuhan inang yang paling disukai G. agamemnon untuk meletakkan telur dan mengetahui perkembangan larva pada tiap spesies tumbuhan inang. Dengan mengetahui tingkat preferensi oviposisi G. agamemnon pada tumbuhan inang, diharapkan dapat menambah informasi ilmiah yang berguna dalam usaha konservasi G. agamemnon. B. Tujuan Penelitian 3 1. Mengetahui tingkat pemilihan peletakan telur oleh G. agamemnon pada tumbuhan inangnya. 2. Mengetahui perkembangan dan kelulushidupan larva G. agamemnon pada tumbuhan inangnya. C. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah mengenai preferensi oviposisi dan perkembangan larva G. agamemnon pada tumbuhan inang yang dapat mendukung upaya-upaya konservasi G. agamemnon. D. Kerangka Pemikiran Kupu-kupu merupakan serangga herbivora yang memiliki peran penting dalam keseimbangan ekosistem. Kehadiran kupu-kupu pada suatu wilayah ditentukan oleh adanya tumbuhan inang di wilayah tersebut. Kupu-kupu Papilionidae memiliki kekhususan tumbuhan inang sebagai pakan larvanya. Setiap induk kupukupu melakukan preferensi oviposisi pada tumbuhan inang tertentu. Hal ini dilakukan karena tumbuhan inang sangat penting bagi perkembangan larva kupukupu tersebut. Beberapa larva Papilionidae hanya dapat memakan satu spesies tumbuhan inang (monofagus). Tetapi ada juga yang larvanya dapat memakan banyak spesies 4 tumbuhan inang (polifagus). Sehingga keberadaan tumbuhan inang secara langsung mempengaruhi kelangsungan hidup kupu-kupu. G. agamemnon merupakan salah satu spesies dari famili Papilionidae yang mudah dijumpai di Gunung Betung. Hal ini dipengaruhi oleh sifat G. agamemnon yang polifagus yaitu dapat memakan berbagai macam tumbuhan inang dari empat famili yang berbeda. Larva G. agamemnon dapat memakan enam spesies tumbuhan inang yaitu sirsak, srikaya, nona, cempaka, sirih hutan dan alpukat. G. agamemnon melakukan pemilihan tempat peletakkan telur pada tumbuhan inangnya. Namun spesies tumbuhan inang yang paling disukai oleh G. agamemnon untuk meletakkan telurnya belum diketahui. Selain itu perkembangan larva pada enam spesies tumbuhan inang juga perlu diketahui. Sehingga akan dapat diketahui tumbuhan inang yang paling baik untuk G. agamemnon. Untuk itu penelitian tentang preferensi oviposisi dan perkembangan larva G. agamemnon pada tumbuhan inangnya perlu dilakukan sehingga akan didapatkan informasi ilmiah yang mendukung upaya konservasi kupu-kupu G. agamemnon. Penelitian mengenai preferensi oviposisi akan dilakukan di dalam kandang penangkaran (dome). Sebelumnya di dalam dome telah disediakan tujuh spesies tumbuhan inang yang masing-masing spesies berjumlah tiga polybag. Tumbuhan inang ini disusun secara acak. sebanyak satu pasang Kemudian G. agamemnon hasil penangkaran dilepaskan ke dalam dome. Pengamatan meliputi penghitungan jumlah telur pada tiap spesies tumbuhan inang dan daun tempat 5 peletakkan telur. Selain itu sebagai data pendukung, dilakukan juga pengukuran faktor lingkungan yang meliputi kecerahan, kelembaban dan suhu lingkungan. Sehingga dapat diketahui faktor lingkungan yang baik untuk kelangsungan hidup kupu-kupu. Kemudian hasil dari penelitian preferensi oviposisi yaitu telur-telur beserta tumbuhan inangnya dipindahkan ke dalam laboratorium penangkaran. Untuk membuktikan larva mampu hidup dengan baik pada daun tumbuhan inang yang telah dipilih induk kupu-kupu maka dilakukan pengamatan perkembangan fase larva yang diamati dari saat telur menetas sampai dengan fase pupa. Pada masingmasing tumbuhan inang, akan diamati empat individu larva. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi ilmiah untuk konservasi kupu-kupu. E. Hipotesis 1. G. agamemnon memilih salah satu dari tujuh spesies tumbuhan inang yang paling disukai untuk meletakkan telur. 2. Perkembangan dan kelulushidupan larva yang paling baik terdapat pada tumbuhan inang yang paling disukai oleh G. agamemnon untuk meletakkan telurnya. 6