Perangko Berlangganan No.11/PRKB/JKP/DIVRE IV/2013 ISSN : 0853-8344 Harga eceran Rp.9.000,- 203/Thn. XIX/Maret 2014 e-mail: [email protected] / [email protected]; kardiovk; @kardio_vaskuler; tpkindonesia.blogspot.com Efek Perioperatif Statin pada Kematian, Infark Miokard, Fibrilasi Atrial, dan Lama Perawatan (Meta-Analisis) KOMPLIKASI perioperatif tercatat sejumlah 22% pada kematian yang terprediksi, meski dengan teknik operasi dan intervensi anestesi yang terus berkembang pesat. Inflamasi vaskular dan sistemik dikatakan menjadi pemicu penting dalam memediasi terjadinya cardiac event pada perioperatif. Statin yang memiliki efek pleiotropik mulai menjadi isu penting dalam hal meminimalisir keluaran cardiac event yang tidak diinginkan. Namun hasil tersebut hanya terbatas pada mereka dengan operasi bedah jantung dan masih belum ada penelitian lanjutan pada operasi non jantung. Pada meta-analisis berikut, penulis ingin mengevaluasi efek akut statin pada pasien statin-naïve yaitu mereka yang tidak pernah mendapatkan terapi statin jangka panjang sebelumnya, terhadap kematian perioperatif, infark miokardiak, atrial fibrilasi, dan lama rawat inap di Rumah Sakit (RS) serta di Intensive Care Unit (ICU) pada studi randomisasi terkontrol. Kriteria pasien inklusi antara lain: (1) studi manusia dengan partisipan di atas atau sama dengan 18 tahun yang menjalani prosedur pembedahan; (2) pasien yang diikutsertakan tidak pernah mendapat terapi statin jangka panjang; (3) studi prospektif dengan menyertakan kelompok control; (4) setidaknya terdapat satu keluaran klinis yang dievaluasi yaitu kematian, infark miokardiak, atrial fibrilasi, dan lama rawat inap di RS dan ICU. Hasil meta-analisis dari 15 studi randomisasi terkontrol menunjukkan bahwa terapi statin perioperatif mengurangi risiko atrial fibrilasi dan infark miokardiak serta menurunkan lamanya rawat inap di RS pada pasien statin-naïve yang menjalani operasi jantung dan non-jantung. Meskipun, penulis menemukan relevansi klinis yang menunjukkan penurunan kematian, tetapi tidak didapatkan batas yang cukup signifikan. Namun secara keseluruhan studi ini menyatakan terapi statin perioperatif berperan penting dalam intervensi penurunan risiko dalam memperoleh manfaat secara klinis dan ekonomis. Mekanisme kerja statin tersebut memang masih belum jelas, sehingga berkem- bang hipotesis baru mengenai hal tersebut. Salah satunya bahwa intervensi operasi memicu berbagai respon inflamasi dan menyebabkan peningkatan jumlah katekolamin dari sistem neuroendokrin sehingga terjadi peningkatan denyut jantung dan kontraktilitas miokardiak menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen, dan disinilah celah penting dimana risiko cardiac event akan meningkat. Sedangkan statin memodulasi fungsi vaskular untuk berespon terhadap respon natural tersebut dengan meregulasi endothelial nitric oxide synthase sehingga terjadi vasodilatasi arteri koroner dan memperbaiki aliran darah serta ikut meringanakan inflamasi vaskular dan sistemik yang dapat menyebabkan instabilitas plak maupun cardiac event. Kesimpulan: Terapi statin perioperatif pada operasi jantung dan non-jantung secara signifikan menurunkan risiko infark miokardiak dan atrial fibrilasi serta menurunkan rata-rata durasi hospitalisasi. Hasil ini juga menunjukkan bahwa perlunya aplikasi dan panduan perioperatif yang dimodifikasi agar mendukung peningkatan lebih luas pemberian statin pada pasien yang menjalani operasi. (Archives of Surgery 2012; 147: 181-9) BSP/Aprivita Gayatri Anggur, Bir, Akohol dan Polipenol pada Penyakit Kardiovaskuler SEJAK lama orang berpendapat tentang manfaat kesehatan dari konsumsi moderat makanan yang di fermentasi seperti anggur dan alkohol, sering tanpa basis saintifik. Yang sering terlihat justru konsumsi alkohol berlebihan meningkatkan angka kesakitan dan kematian, termasuk hubungannya dengan kesehatan dan kecelakaan lalu lintas. Sebaliknya beberapa penelitian epidemiologis menganjurkan mengkonsumsi alkohol sedang dapat mengurangi seluruh angka kematian dari penyakit jantung koroner. Walaupun demikian ada perbedaan spesifik tipe minumannya (anggur, bir dan wiski) pada sistim kardiovaskuler dan kanker, dan kemungkinan protektifnya kandungan minuman beralkohol (ethanol) atau komponen nonalkoholnya terutama poliphenol. Studi klinik dan epidemiologi menyatakan konsumsi sedang dan reguler anggur (satu-dua gelas sehari) dihubungkan dengan menurunnya insiden penyakit kardiovaskuler (PKV), hipertensi, diabetes, kanker tipe tertentupada kolon, sel basal, ovarium, dan kanker prostat. Konsumsi sedang bir juga berhubungan dengan efek tersebut, hanya tingkatnya lebih rendah karena bir hanya sedikit mengandung phenol. Keuntungan dari segi kesehatan dihubungkan dengan kapasitas antioksidan, perubahan profil lipidnya, dan efek anti peradangan dari minuman beralkohol tersebut. Sebaliknya konsumsi berlebihan dari alkohol tidak diragukan lagi berhubungan dengan banyaknya masalah kesehatan, sosial dan problem yang berhubungan dengan pekerjaan, termasuk berkembangnya sindroma ketergantungan alkohol, penyakit kronis lainnya: sirosis hati, kardiomiopati, ensepalopati, polineuropati, dementia, kecelakaan apa saja yang kadang-kadang merenggut kematian. Semenjak “Paradoks Perancis” dikemukaan duapuluh tahunan yang lalu, beberapa studi fokus pada perhatian komponen anggur merah (terutama poliphenol, khususnya resveratrol) untuk menjelaskan hubungan terbalik yang terobservasi antara minum anggur moderat dan angka kejadian PKV. Keuntungan kesehatan dari anggur merah terletak dari lebih tingginya kadar poliphenol disebabkan perbedaan proses pembuatan antara anggur merah dan putih. Mekanisme yang mendasarinya ada- lah meningkatnya kolesterol HDL, menurunnya agregasi trombosit, menurunnya kadar fibrinogen dan meningkatnya sensitivitas insulin hal ini diduga berhubungan dengan kandungan ethanol pada anggur. Anggur merah mengandung lebih banyak poliphenol dibanding dengan yang putih (kira-kira 10-kali) sebab selama pembuatan angur merah ada proses maserasi beberapa minggu bersama kulitnya. Kulit ini merupakan bagian dengan konsentrasi tertinggi komponen phenol dari buah anggur merah (grape); poliphenolnya berupa campuran yang kompleks (seperti anthosianin dan flavan-3-ols) serta serta non flavonoid (seperti resveratrol, cinnamates dan asam gallik). (Nutrients 2012, 4, 759-781; doi:10.3390/ nu4070759) Budhi S Purwo 2 203/Thn. XIX/Maret 2014 A Tabloid Profesi KARDIOVASKULER STT no. 2143/SK/Ditjen PPG/STT/1995 tanggal 30 Oktober 1995 ISSN : 0853-8344 SUSUNAN REDAKSI Ketua Pengarah: Prof.DR.Dr. Budhi Setianto, SpJP(K), FIHA Pemimpin Redaksi: Dr. Sony Hilal Wicaksono, SpJP Redaksi Konsulen: Dr. Anna Ulfah Rahajoe, SpJP(K) Prof.DR. Haris Hasan, SpPD, SpJP(K) Dr. Budi Bhakti Yasa, SpJP(K) Dr. Fauzi Yahya, SpJP(K) Dr. Antonia A. Lukito, SpJP(K) Tim Redaksi: Bidang Cardiology Prevention & Rehabilitation Dr. Basuni Radi, SpJP(K) Dr. Dyana Sarvasti, SpJP Bidang Pediatric Cardiology Dr. Indriwanto, SpJP(K) Dr. Radityo Prakoso, SpJP Bidang Cardiovascular Emergency Dr. Noel Oepangat, SpJP(K) Dr. Isman Firdaus, SpJP Bidang Clinical Cardiology Dr. Sari Mumpuni, SpJP(K) Dr. Rarsari Soerarso, SpJP Bidang Interventional Cardiology Dr. Doni Firman, SpJP(K) Dr. Isfanudin, SpJP(K) Bidang Echocardiography Dr. Erwan Martanto, SpPD, SpJP(K) Dr. BRM. Ario Soeryo K., SpJP Bidang Cardiovascular Intensive Care Dr. Sodiqur Rifqi, SpJP(K) Dr. Siska Suridanda, SpJP Bidang Cardiovascular Imaging Dr. Manoefris Kasim, SpJP(K) Dr. Saskia D. Handari, SpJP Bidang Cardiac Surgery & Post-op Care Dr. Bono Aji, SpBTKV Dr. Pribadi Boesroh, SpBTKV Dr. Rita Zahara, SpJP Bidang Vascular Medicine Dr. Iwan Dakota, SpJP(K) Dr. Suko Ardiarto, PhD, SpJP Tim Editor: Dr. Sidhi Laksono Purwowiyoto Fotografer: Dr. M. Barri Fahmi Harmani Sekretaris/Keuangan: Endah Muharini Bagian Iklan: Bimo Sukandar Bagian Perwajahan: Asep Suhendar AlamatRedaksi dan Tata Usaha: Wisma Harapan Kita Bidakara, Lt.2, RS Jantung Harapan Kita, Jln. S Parman Kav. 87, Jakarta 11420, Telp: 02170211013 atau Telp/Fax.: 5602475 atau 5684085-93 pes. 5011 e-mail : [email protected] atau [email protected] Penerbit: H&B Heart & Beyond PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia) Manajemen: Yayasan PERKI Pencetak: PT. Oscar Karya Mandiri, Jakarta Tabloid Profesi KARDIOVASKULER diterbitkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). Tabloid unik ini memang bereda dengan media kedokteran lainnya. Tata letaknya sedikit konservatif tapi enak dipandang. Bukan media yang berkesan ilmiah, tetapi media ilmiah yang sangat terjaga akurasinya, ditulis dengan bahasa tutur yang enak dibaca. Tabloid KARDIOVASKULER memang merupakan sarana untuk menyampaikan setiap informasi kedokteran mutakhir --khususnya terkait bidang kardiovaskuler-bagi seluruh dokter Indonesia. Di era globalisasi, dikenal pemeo "so many journals, but so little time". Untuk itulah Tabloid KARDIOVASKULER hadir, membawa berita ilmiah kardiovaskuler terkini. Diedarkan terbatas khusus untuk dokter Indonesia. Infak ongkos cetak/kirim Rp150.000/tahun, transfer melalui Bank Mandiri acc: Tabloid Profesi Kardiovaskuler, RK no. 116-0095028024, Sandi Kliring: 008-1304 KK. Harapan Kita, Cab. S. Parman, Jakarta. Prof.DR.Dr. Budhi Setianto, SpJP(K), FIHA Ketua Pengarah ssalaamu'alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera Om Swasti Astu, Pertama-tama redaksi ingin mengucapkan Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1936 bagi yang merayakannya, semoga sehat dan berbahagia selalu. Headline kali ini membahas statin dan peranannya di dalam ilmu kardiologi yang sangat unik. Ketika diberikan perioperatif dampaknya pada kematian, infark miokard, atrial fibrilasi, dan lama perawatannya diteliti dengan metode meta-analisis. Dari 15 studi randomisasi yang terkontrol hasilnya menunjukkan mengurangi risiko atrial fibrilasi, infark miokard serta menurunkan lamanya rawat inap di rumah sakit. Artikel berikut, mengulas tentang anggur, bir, alkohol dan polipenol, orang tertarik pada peranannya yang melindungi jantung sekiranya dikonsumsi sedang dan reguler saja. Tidak diragukan lagi pada konsumsi berlebihan menjadi penyebab masalah kesehatan, sosial, dan pe- kerjaan termasuk sindroma ketergantungan alkohol. Pada Kardiologi Kuantum ke-26 ini W.R. Supratman yang menulis lagu kebangsaan kita Indonesia Raya "..bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya.." Tulisan tersebut mengajak kita untuk mengolah jiwa kita agar sehat dan kuat untuk mampu menghadapi hiruk-pikuknya dunia. Melengkapi Galeri Foto kali ini, selain dari Panitia kegiatan InaSH 2014, redaksi menerima kiriman foto dari FK UNPAD dan FK UNDIP tentang Pelepasan Lulusan Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular-nya. Redaksi berharap dimasa datang mudahmudahan semakin banyak lagi FK-FK se-Indonesia yang mau berdedikasi meramaikan isi maupun Galeri Foto dari Tabloid yang kita cintai ini. Akhirnya, kami ucapkan selamat membaca, dan sukses selalu! Wassalam.*** The 1st Indonesian Intensive and Acute Cardiovascular Meeting (1st INACC) 2014, 31 Januari - 1 Februari 2014, Ritz Carlton Hotel, Jakarta. foto by Ryo Aulia. FOTO 1: Pemukulan gong oleh Dr. Nani Nersunarti, Sp.JP(K), FIHA (Ketua InaSH), didampingi oleh (dari kiri ke kanan) Dr. Pranawa Martosuwignyo, Sp.PD-KGH (mewakili Ketua Umum PB IDI), Dr. Yan Aslian Noor, MPH (mewakili Prof. Dr. Akmal Taher, Sp.U, Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan ), DR. Dr. Yuda Turana, Sp.S (Ketua Panitia the 8th Scientific Meeting on Hypertension) dan Dr. Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD (Wakil Ketua 2 InaSH). FOTO 2: Dr. Arieska Ann Soenarta, Sp.JP(K), FIHA ketika berbicara topik" Do Overtreating Hypertension Kills? How Low Can We Go?" FOTO 3: Saat berlangsungnya acara inaSH. Pelepasan Lulusan Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK UNDIP dan FK UNPAD 2014 3 203/Thn. XIX/Maret 2014 Kardiologi Kuantum (26) Bangunlah Jiwanya (Deskripsi, Komparasi, dan Refleksi) “...Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya...” W.R. Soepratman SALAM KARDIO. Soewardi Soerjaningrat (Ki Hadjar Dewantoro) pada tanggal 14 September 1913 dari India ia menulis surat kepada isterinya sebagai kado hari ulang tahunnya. Sebenarnya surat itu juga ditujukan kepada teman-temannya seperjoangan yang tergabung dalam Partai ‘Indonesia’, IP (Indische Partij). Surat itu ditulis di tengah perjalanannya menuju tempat pembuangannya ke Negeri Belanda. Pada waktu itu ia dibuang bersama-sama dengan Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkoesumo yang dalam rutenya yang jauh itu memang harus singgah di India. “Apabila pemerintah kolonial memperingati kemerdekaannya, kita akan sadar bahwa kita belum mempunyai identitas sebagai bangsa, kita belum mempunyai lagu kebangsaan dan bersiaplah karena waktu perayaan kemerdekan kita akan datang juga.” Adalah potongan surat itu yang mengingatkan kepada teman-temannya bahwa apa yang dicita-citakan bersama (Hari Kemerdekaan RI) ...bangsa ini belum memiliki apa-apa sebagai identitas bangsa, seperti lagu kebangsaan. Pejoang-pejoang ini dengan sengaja mendirikan Komite Boemi Putera sebagai lawan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda yang menerapkan kuajiban menyuruh bangsa Indonesia membiayai seluruh perhelatan itu. Akhirnya Wage Rudolf Soepratman menciptakan lagu Indonesia Raya yang konon diilhami oleh sepotong isi pesan surat tersebut. Kelak, Ki Hadjar ditunjuk Presiden Soekarno sebagai Tim Penyempurnaan Lagu Indonesia Raya. Demikian tulisan pemikir ulung kebangsaan pasca kemerdekaan Yudi Latif. Mengapa penulis lagu kebangsaan ini mengedepankan pembangunan jiwa bangsa mendahului pembangunan badannya rakyat Indonesia? Kita belum tahu. Jargon yang lama sebagai perbandingannya adalah mens sana in corpore sano, adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin yang sering diartikan sebagai “Di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat.” Padahal banyak orang-orang yang penampilan fisiknya sehat ternyata masyarakat dapat menyaksikan di televisi akhirakhir ini, bahwa orang-orang tersebut berurusan dengan hukum. Mereka itu bisa selebritis, pimpinan partai politik, anggauta Dewan Perwakilan Rakyat, penegak hukum bahkan seorang hakim yang sangat berkuasa. Lagu Indonesia Raya memberikan semangat membangun jati diri pribadi bangsa Indonesia. Apakah dengan membangun jiwanya lantas badannya juga menjadi sehat? Apakah Kardiologi Kuantum memiliki hipotesis untuk itu? Dan, apakah hipotesis itu menjadi nyata? Tentu saja pendekatan Kardiologi Kuantum harus mempelajari teorinya dengan metodologi hermenutika filsafat yang meliputi setidaknya upaya diskripsi teori, komparasi dengan apa yang telah ada dan refleksi penulisnya. Tentu saja informasinya didapat dari masa lalu sampai hari ini dan refleksi yang dikemukakan diusahakan serelevan mungkin dengan masa kini. Hasilnya dapat bersifat spekulatif seperti Alfred North telah menulis tentang Speculative Philosophy. Hipotesisnya menjadi nyata dalam arti teori. Untuk itu perlu diuji coba didalam kehidupan seharihari agar terasa manfaatnya. Ada suatu pepatah Jawa “Ilmu iku kelakone kanti laku” suatu pandangan bahwa teori dalam ilmu pengetahuan apapun baru terbukti manfaatnya kalau dilakuan dan dijalankan dengan konsisten, dievaluasi, diperbaiki dan dicoba dalam berbagai situasi. Kalau pepatah tersebut memang demikian dan terbukti apa adanya dimana saja, mengapa kita tidak menganggap saja itu adalah sebuah postulat, lebih tinggi dari hipotesis yang dianggap benar. Bangunlah jiwanya seolah-olah mengajak mengolah jiwa kita sendiri. Seperti telah diketahui di dalam candra jiwa Indonesia menerangkan adanya 2 nafsu utama yang sering disebut nafsu baik (mutmainah) dan nafsu jahat (luamah) yaitu nafsu yang mendorong ke perbuatan yang bersifat sosial dan supra sosial (egosentrifugal) berlawanan dengan nafsu jahat yang mendorong ke arah egoistik dari yang netral dalam arti memelihara fisiologi manusia sampai mendorong kearah kejahatan, kebejatan moral dan kesadisan (egosentripetal). Siapakah yang mengendalikan “pertempuran” sepanjang masa di dalam diri manusia ini berlangsung? Tidak lain dan tidak bukan adalah Sang Kusir yaitu akal, angan-angan manusia yang harus mengendalikan kebrutalan kuda hitam yang sudah terlanjur dicap jahat tersebut. Ketaatan kuda putih untuk selalu ber- jalan di jalan keutamaan, kebaikan yang mengarah pada tuntunan orang-orang yang terpuji di dunia patut diapresiasikan oleh sang kusir pengendali 4 ekor kuda di dalam “kereta kuantum” jiwa manusia. Kuda hitam harus dipasang dibelakang kuda putih, kuda putih harus menjadi posisi penjurunya di kanan depan si kusir. Anggap saja itu konstruksi pendorong kereta yang pertama. Konstruksi kedua adalah memasang dua kuda berikutnya yang berwarna kuning dan merah. Walaupun kedua kuda berikutnya tersebut dapat dianggap sebagai kuda asesori yang dalam pandangan sang kusir tidak menentukan arah perjalanan namun juga penting sebagai penambah kekuatan. Kuda Desire (sufiah) yang berwarna kuning bersifat merapatkan kekuatan kuda-kuda karena pendekatan itu juga diartikan sebagai cinta dan kuda Passion (amarah) yang berwarna merah penuh semangat dan keberanian. Tentu saja konstruksi berikutnya sesuai refleksi kusir yang bijak akan memasang kuda kuning di depan kuda merah dan kuda kuning mendampingi kuda “penjuru” yang berwarna putih itu. Nah, kereta “kuantum” mikrokosmos dengan empat ekor kuda sudah disiapkan oleh kusir yang bijak. Tali kendali diantara empat ekor kuda juga sudah dikukuhkan menjadi satu agar kusir dapat mengusai perjalanan kereta kuantum tersebut. Dengan situasi ini si pemilik kuda akan tersenyum dan dapat sebagai penumpang sekaligus pemilik dari dalam kereta dapat melantunkan lirik-lirik lagu yang harmonis dengan irama pentatonik yang eksotis. Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia dengan dikoordinasi oleh Ketua Bidang Studi. Pada pusat pendidikan di Bagian Kardiologi FKUI diangkat dengan SK Rektor Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah dr. Sukaman (KPS Pertama), Ijazah lulusan dikeluarkan oleh Universitas Indonesia yang ditandatangani oleh Dekan Fakultas Pascasarjana dan Rektor UI. Atas niat baik dari CHS, Dekan FKUI maupun KBS saat itu dr. Surarso Hardjowasito meminta Katalog Program Studi Ilmu Penyakit Jantung sebagai pedoman pendidikan. Akhirnya Dekan FKUI saat itu Prof.Dr.dr. Asri Rasad, MSc memberi tugas kepada dr. ISF Ranti (Bagian IKA), dr. Nurhay Abdurahman (Bagian IP. Dalam) dan dr. Asikin Hanafiah (Bagian Kardiologi FKUI), untuk membuat Katalog. Ada dua Konsep Katalog yang diajukan ke CHS, dan Katalog Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah yang diajukan dari Bagian Kardiologi FKUI disetujui dan dicetak Dikbud sebagai Katalog Nasional. SK Rektor Mengangkat KPS (yang kedua) dr. Asikin Hanafiah dan SPS dr. Hadi Purnomo. Sejak tahun 1997 Program Dokter Spesialis di FKUI yang semula dibawah Fakultas Pascasarjana UI diserahkan kepada Fakultas Kedokteran UI dikoordinasi oleh TIMKO PPDS FKUI yang kemudian ditingkatkan pengelolaannya dibawah Wakil Dekan V bidang pendidikan Dokter Spesialis dengan dibantu oleh Panitia Pengembangan Dokter Spesialis. Ijazah lulusan dikeluarkan oleh UI yang ditandatangani oleh Dekan FKUI dan Rektor UI. Sebelum diterbitkannya ijazah tersebut dikeluarkan tanda selesai pendidikan yang ditandatangani oleh Ketua Program Studi Ilmu Penyakikt Jantung dan Pembuluh Darah PPDS-I FKUI dan Dekan FKUI. SK Rektor no. tgl. Mengangkat KPS (yang ketiga) dr.Sjukri Karim dan SPS tetap dr. Hadi Purnomo. Sedangkan SK Rektor no. tgl. Mengangkat KPS (yang ke tiga) dr. Hadi Purnomo dan SPS dr. Sunarya Soerianata. (buku Kolegium PERKI) (Bersambung ke hal.5) Sejarah Kardiologi (Bagian Kedelapan, Tamat) PADA tahun 1961-1962 dr.Asikin Hanafiah dikirim ke London untuk mengikuti “Post Graduate British Councill Fellow in Pediatric Cardiology and Adult Cardiology”, sedangkan dr. Tagor G.M.Siregar dan dr. Loethfi Oesman memperdalam ilmu kardiovaskularnya dikirim ke Mc Gill University, Kanada pada tahun 1966-1967. Pada tahun 1967 dikukuhkan sebagai Dokter Ahli Penyakit Jantung (Kardiolog) kepada dr. ISF Ranti, dr. Sukaman, dr. Loethfi Oesman, dr. Tagor G.M.Siregar dan dr. Asikin Hanafiah. Pada tahun 1971 dihasilkan kardiologkardiolog Angkatan Pertama yaitu dr. Lily Ismudiati Rilantono kemudian disusul dengan angkatan dr. Sjukri Karim, dr. Bambang Madiono, dr.Maemunah Affandi, dr. Arieska Ann Soenarta, dr. Sugandhi dan dr. Adjit Singh Gill. Kebutuhan Kardiolog di masyarakat semakin mendesak, maka pendidikan Ahli Penyakit Jantung dan pembuluh darah dikembangkan sebagai spesialisasi langsung dari pendidikan dokter umum. Kurikulum Pendidikan Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah dimantapkan dan diresmikan dalam Kongres Nasional Perkumpulan Kardiologi Indonesia ke I (KOPERKI-I) di Jakarta pada tanggal 3 Agustus 1974. Pada tahun 1974, dilantik Kardiologi baru yaitu dr. RM Dedi Affandi Widjajakusumah dan dr. Otte Juniarto Rachman. Sedangkan pada tahun berikutnya 1975, dilantik dr. Irawati Pulungan, dr. Dede Kusmana, dr. Har Suharto Mangunkusumo, dr, ZD Muchtar, dr. Boerman dan dr. Hadi Purnomo. Sampai dengan lulusan tahun 1980 Brevet dikeluarkan oleh PERKI dan didaftarkan ke MDA-IDI. Ketua Dewan Penilai adalah dr.Sukaman yang juga menandatangani brevet lulusan. Dengan dikeluarkannya SK Menteri Dikbud nomor 076/U/1980 tanggal 10 Maret 1980 tentang Program Pendidikan Dokter Spesialis, Program Studi Ilmu Penyakit Jantung adalah salah satu dari 14 program Studi yang di bina di Universitas Indonesia. Penyelenggaraan Pendidikanpun dibawah 4 203/Thn. XIX/Maret 2014 Qalbu dalam Perspektif Cardio Neuro Science : Spiritualitas berbasis Tauhid Mengaktifkan Otak Kanan (Bagian ke-2) Adanya perubahan-perubahan personaliti dan emosi resipien jantung tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa didalam jantung tersebut pastilah ada sistim sel yang menyimpan memori karakter, sifat, kebiasaan, preferensi, keimanan, rasa cinta, rasa benci, emosi, dari donornya. Al Quran mengatakan bahwa QALBu itu dapat memahami, tentu saja memahami adalah suatu ouput dari proses berfikir analisa yang panjang mendalam dengan menggunakan tolok ukur tertentu, rambu rambu moral, dan keberpihakan kepada umat, keadilan, kejujuran dst (cognition, higher thinking), dari input data yang didapat melalui indera penglihatan dan pendengaran. Bagi seorang muslim tentulah tuntunan Al Quran dan Hadis, sebagaimana Allah mengingatkan bahwa: ‘’Kebenaran yang HAQ/ hakiki absolut itu hanya yang datang dari Allah saja, kenapa kamu ragu.” (Al-Baqarah (2): 147). Dia merupakan GOLD Standard, huda petunjuk (Al-Baqarah (2): 2) bagi semua aspek hidup dan kehidupan di muka bumi ini, jangan cari yang lain, sudah pasti sesatnya. Lihat saja ketika Gold standard mereka di Barat sana USA, Eropah, ketika sistim ekonomi liberal dengan sistim ribanya dan wallstreet/bursa saham dengan sistim judinya (untung-untungan, mengun- di nasib),..lihatlah kesudahannya suatu kehancuran collaps nya ekonomi Barat saat ini, tragedy. Marilah kita cermati karakteristik dari QALBu lebih mendalam, berikut ini. Jibril menanamkan Al-Quran kedalam qalbu (AlBaqarah (2): 97), qalbu itu tempat ketaqwaan (Al-Hajj (22): 32), tempat keimanan (AlMaidah (5): 52), tempat kejujuran (Ali Iman (3): 167), tempat kebaikan (Al Anfaal (8): 70), tempat ketentraman/mutmainah (Al Anfaal (8): 10, An Nahl (16): 106), rasa takut kepada Allah (Al-Anfaal (8): 2), Allah membersihkan qalbu (Ali Imran (3): 154), qalbu orang beriman dipersatukan oleh Allah (Al-Anfaal (8): 63), qalbu juga alat berfikir (Al-Hajj (22): 46), qalbu alat untuk cognition: berfikir/menganalisa/memahami (Al-Araaf (7): 179). Sebaliknya melalui bisikan Syaitan didalam shudur (rongga dada), qalbu bisa diintervensi (An-Naas (114): 4-6), qalbu bisa sesat (Ali Imran (3): 8), bisa keras seperti batu (Al-Baqarah (2): 74), ada penyakit (AlMaidah (5): 52), qalbu kafir ditimbulkan rasa ketakutan amat sangat (Ali-Imran (3): 151), qalbu dalam keadaan lalai (Al-Anbiyya (21): 3). Pekerjaan syaitan tidak hanya sampai disitu saja, lebih jauh dia ikut berperan dalam menyembunyikan kebenaran (AliImran (3): 29), menyembunyikan kebencian (Ali Imran (3): 118) yang disembunyikan di dalam rongga dada (Shudur). Tapi Allah mengetahui apa yang disembunyikan di dalam rongga dada tersebut (Ali Imran (3): 119). Tapi Allah selalu membuka pintu maafnya bagi siapa yang dikendakinya, atas rasa penyesalan (Ali Imran (3): 156), kalau tidak juga terpaksa Allah mengunci, digembok saja sekalian QALBu tersebut (AlBaqarah (2): 7). Jadi, dalam membangun keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, peran QALBu (JANTUNG) sangatlah sentral sekali. Dua hal yang bisa dipelajari disini, yang pertama adalah, jantung sebagai organ tubuh yang berperan dalam memompa darah keseluruh tubuh untuk mendistribusikan oksigen dan nutrien agar semua organ tubuh dapat melakukan fungsinya dengan baik. Bila oleh karena sesuatu penyakit jantung koroner, jantung hipertensi, jantung katup, jantung bawaan, gagal jantung tentu berakibat terganggunya seluruh sistim tubuh, mulai dari mudah capek, sesak nafas, sakit dada, jantung iramanya tidak teratur, bengkak air udema diseluruh tubuh, kurangnya aliran darah ke organ vital seperti otak, ginjal, yang pada gilirannya memberi dampak kelainan ginjal, kelainan fungsi kognitif dari otak. Yang kedua Jan- Manoefris Kasim tung sebagai organ yang menyimpan nilai nilai code Allah, bilamana dia sakit maka kita melihat akibatnya distorsi perilaku yang sangat dimurkai Allah, zalim, korupsi, vested, pembohong-tidak jujur, munafik, tidak adil, dst. Semakin jelaslah kini hatta ya tabayana lahum ana hul HAQ (Fushshilat (41): 53) dan hadis bila QALBu (jantung) itu baik secara organis maupun secara fungsinya maka seluruh tubuh akan baik sehat, sebaliknya bila QALBu itu tidak baik maka seluruh tubuh baik organis maupun fungsi perilakunya akan distorsi, jauh dari kebaikan. Penelitian Armour dari Montreal Canada pada tahun 1991, sungguh mengejutkan dengan ditemukannya sel sel saraf (NEURON) didalam jantung.(7,8) Keberadaan ini juga didukung oleh peneliti dari Lithuania, Neringa Pauziene dkk tahun 2000, dengan jelas terlihat keberadaan sel-sel saraf....... (BERSAMBUNG) Profil Rhabdomioma, Tumor Jantung Janin yang Jarang BEBERAPA waktu lalu, penulis menjumpai kasus rhabdomioma jantung pada janin pasien rawat jalan di RSAB Harapan Kita. Kasus ini merupakan kasus yang jarang. Pasien ibu hamil tersebut sebenarnya selama ini memeriksakan kehamilannya dengan status generalis yang relatif normal. Adanya tumor tersebut diketahui setelah dilakukannya pemeriksaan ultrasonografi (USG) selama antenatal care (ANC) tersebut. Pasien tersebut akhirnya direncanakan untuk dilakukan sectio caesaria. Yang menarik, tumor pada janin wanita tersebut cenderung progresif dimana ukurannya membesar dan dikhawatirkan mengganggu hemodinamika neonatus pasca-persalinan. Rhabdomioma jantung janin merupakan kondisi yang jarang.1 Tumor-tumor primer jantung merupakan tumor yang langka ditemui pada janin dan neonatus.1 Rhabdomioma adalah tumor jantung yang terlazim ditemui pada janin1 sekaligus tumor primer jantung yang terlazim ditemui pada pasien pediatrik. Rhabdomioma dianggap sebagai suatu hamartoma dari miosit-miosit yang sedang tumbuh berkembang.2-5 Lebih dari 60% tumor jantung yang terdeteksi pada periode prenatal adalah rhabdomioma.1 Rhabdomioma sering dikaitkan dengan kondisi patologis tuberous sclerosis (TS).1, 2, 6 Karena penggunaan USG sebagai bagian dari skrining prenatal rutin, rhabdomioma jantung sering sekali terdeteksi in ute- ro.7, 8 Dari seluruh jenis tumor primer jantung, persentase rhabdomioma cukup besar yaitu 60%.9 Seringnya tumor ini ditemukan pada individu saat periode janin ditunjukkan oleh persentase terdeteksinya (sebesar 0,12%) yang secara nyata lebih besar dibanding persentase terdeteksinya saat periode bayi, yaitu sebesar 0,02—0,08%. Penemuan saat otopsi bervariasi dari 0,02— 0,25%.1 Secara epidemiologis, kaitan antara rhabdomioma jantung dan penyakit TS amat erat. Dari semua pasien penyandang TS, 50% di antaranya menderita rhabdomioma jantung. Sebaliknya, sebanyak 51—86% dari pasien-pasien anak yang terdiagnosis memiliki rhabdomioma jantung ternyata Transcendence to The Depth of The Heart and Beyond, adalah benang merah yang menghubungkan antara profesi penulis sebagai guru besar, dokter ahli jantung dan pembuluh darah dengan buku yang ditulisnya tentang Candra Jiwa Indonesia. Penulis berusaha melakukan introspeksi ke dalam dirisendiri, menuju kalbu yang terdalam. Dalam bahasa Indonesia pemahaman makna kata ’jantung’ terasa unik. Ketika berubah orientasi ke dalam dada, bersifat transendental, imanen dan esoteris, maka kata jantung dipahami sebagai hati, atau kalbu, misalnya hatiku berdebar, padahal jantungnya yang berdetak. Atau sembah kalbu, yang mengatur nafas seraya mengucap nama-Nya akan mengatur detak jantung secara teratur tenang. Padahal sebagai bahasa Arab (qalb) dan bahasa Inggris (heart) walaupun esoteris dan maknanya berubah, suku katanya tetap. Kalau Serat Centini, warisan budaya Jawa bercerita tentang kisah perjalanan di darat, termasuk kulinernya pada jaman dahulu. Maka Candra Jiwa Indonesia adalah warisan ilmiah Jawa kepada dunia tentang jiwa manusia serta peta perjalanannya menuju candra ideal sebagai batas akhir dari perkembangan kesadaran manusia. Sekiranya bintang, nur, cahaya yang bersinar di dada Garuda- Pancasila-NKRI, dari sila KeTuhan-an YME, maka Candra Jiwa Indonesia pas untuk memberi sumbangan makna ilmiah kepadanya. Karena konsep yang sudah teruji secara ilmiah di Universitas terkemuka di Eropa tersebut, memang kandungan asli dari bumi Indonesia, dari bangsa Indonesia, dan dipertahankan oleh orang Indonesia pula. Penulis berharap, buku ini membantu memperluas pengetahuan kita tentang jati diri manusia dalam pandangan ilmiah di perguruan tinggi. Walaupun sedikit-banyak menyentuh masalah keyakinan dan kepercayaan justru memberikan dasar pendidikan budi luhur, pembinaan mentalspiritual dan mempertajam empati secara luas kepada siapa saja terutama para mahasiswa. UNTUK TAHAP AWAL PENJUALAN HANYA DI REDAKSI TABLOID PROFESI KARDIOVASKULER memiliki bukti klinis, radiologis, dan historis (yaitu riwayat keluarga yang menderita TS) yang mendukung adanya kelainan neurokutan tersebut.6 Ada beberapa penyebab rhabdomioma jantung. Mutasi sporadik adalah kausa yang paling dominan yaitu mencapai lebih dari 50%.10 Penting untuk diperhatikan bahwa malformasi-malformasi jantung kongenital bisa menyertai tumor jinak ini. Tetralogy of Fallot, anomali Ebstein, dan Hypoplastic Left Heart Syndrome adalah contoh-contohnya. Keberadaan malformasi-malformasi ini tentu akan mempersulit manajemen dan memperburuk prognosis. Selain malformasi kongenital, kelainan-kelainan genetik tertentu juga demikian halnya. Kelainankelainan tersebut misalnya TS (merupakan yang tersering), sindrom Down, dan sindrom nevus sel basal.1, 11, 12 Tumor otot lurik ini paling sering berlokasi di lidah serta jantung.13, 14 Namun, tidak tertutup kemungkinan terjadi di organ-organ lain, contohnya vagina.15 Rhabdomioma jantung paling sering menempati miokard ventrikel. Ia juga bisa bersarang di atrium, permukaan epikardium, atau pertemuan antara vena-vena kava dan atrium kanan (cavoatrial junction). Gambaran klinis penyakit ini cukup bervariasi dan tergantung pada lokasi, ukuran, serta jumlah tumor di jantung. Gejala-gejala sistem kardiovaskular muncul karena: obstruksi ruang atau katup jantung, letaknya pada atrioventricular (AV) junction, serta perluasan tumor ke miokard atau otot-otot papiler. Obstruksi ruang atau katup jantung dapat menimbulkan obstruksi aliran darah ventrikel sehingga terjadi penurunan isi semenit (cardiac output) jantung. Kondisi ini bila parah, dapat menyebabkan peningkatan tekanan di atrium serta vena kava, kemudian hidrops fetalis, lalu kematian intrauterin. Bila terletak di AV junction, tumor ini dapat memunculkan suatu jalur konduksi aksesoris sehingga muncullah aritmia semacam takikardia supraventrikular atau sindrom Wolff-Parkinson-White (WPW). Sedangkan perluasan ke miokard atau otototot papiler menimbulkan gejala-gejala low cardiac output pada anak-anak seperti sianosis dan kondisi ini lama kelamaan dapat memburuk menjadi gagal jantung kongestif. (BERSAMBUNG) Andy Kristyagita 5 203/Thn. XIX/Maret 2014 SEJARAH DEPARTEMEN KARDIOLOGI DAN KEDOKTERAN VASKULAR FK UNIVERSITAS INDONESIA, JAKARTA (4) Untuk penyelesaian dan implementasi lampiran SK Dirjen tersebut, pada tanggal 11 September 1972 dibuat suatu consensus mengenai Bagian Kardiologi RSCM di Ruang Senat FKUI. Hadir pada pertemuan tersebut Dekan FKUI Prof. Dr. Mahar Mardjono, Direktur RSCM Prof.Dr.Odang, dr. A Halim Irjen RSCM, unsur bagian Ilmu Penyakit Dalam, bagian ilmu Kesehatan Anak, bagian Bedah dan para kardiolog. Konsensus ini diumumkan pada tanggal 14 September 1972 ditandatangani Dekan FKUI dan Direktur RSCM. Selanjutnya dari consensus tersebut. Pada tanggal 26 September 1972, Dekan FKUI saat itu Prof.Dr. Rukmono dan Direktur RSCM Prof. Dr. O. Odang mengeluarkan Surat Keputusan bersama untuk masing-masing yang isinya memberhentikan kedudukannya di Lakarnas menjadi tim inti di Bagian Kardiologi RSCM. Sebelum Bagian Kardiologi RSCM dibentuk, di saat Lakarnas, ada ketidaksepahaman dr. Iwan Santoso sebagai Ketua Lakarnas dengan dr. Lie Kioeng Foei, sehingga atas persetujuan Direktur dr. Lie Kioeng Foei dan dr. Djaka melepaskan diri dari Lakarnas dan kembali ke Bagian Ilmu Penyakit Dalam. Sejak saat itulah di RSCM ada 2 (dua) tempat yang secara terpisah melaksanakan pekerjaan yang sama. Karena hal ini menimbulkan kekacauan dibidang medis tekhnis, timbul pula kesukaran dalam bidang pendidikan baik pendidikan mahasiswa maupun para dokter yang sedang dididik menjadi ahli penyakit jantung dan pembuluh darah. Timbul juga daerahdaerah yang tabu untuk kelompok yang satu maupun yang lain. Mereka tidak diberikan kesempatan untuk memanfaatkan seluruh fasilitas dan potensi yang ada dalam lapangan kardiologi. Pembentukan Bagian Kardiologi dengan Surat Keputusan Dirjen Pembinaan kesehatan ini secara defacto organisasi berjalan terus walaupun hari demi hari menuai protes dari pihak lain yang tidak menyetujuinya. Belum tuntasnya masalah ini persoalan kardiologi masih “status quo”, namun demikian para pionir kardiolog tidak bosan dan henti-hentinya untuk memperjuangkan pengembangan ilmu bidang kardiovaskular. Sementara itu perkembangan upaya pelayanan penyakit jantung dan pembuluh darah di masyarakat menuntut dihasilkannya lebih banyak lagi kardiologkardiolog yang dihasilkan. Pada tanggal 23 Oktober 1972, Menteri Kesehatan Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya no.587/X-AU/72 membentuk PUSAT KARDIOLOGI yang merupakan Unit Fungsional yang harus mengkoordinir kegiatan kardiologi di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, mencakup pelayanan, pendidikan dan penelitian. Namun dalam usaha mengkoordinir, unit fungsional tersebut mengalami berbagai hambatan dari pihak lain yang tidak mendukung adanya Pusat kardiologi tersebut. bahkan minta dicabutnya Surat Keputusan Menteri Kesehatan tersebut. Sesuai dengan perkembangnnya para kardiolog di Indonesia, pada tanggal 10-12 Agustus 1974 bertempat di Taman Ismail Marzuki, menyelenggarakan Kongres Perhimpunan Kardiologi Indonesia Pertama (KOPERKI-I). Kurikulum Pendidikan Ahli Penyakit Jantung dan Pembuluh darah yang “community oriented” dimantapkan dan disyahkan dalam Konggres tersebut. Dengan kurikulum ini kemudian lulusan mendapat pengakuan dari Majelis Dokter Ahli Ikatan Dokter Indonesia (MDA-IDI). Dan Brevet Kardiolognya dikukuhkan oleh Majelis Dokter Ahli-IDI atas usulan Perhimpunan Kardiologi Indonesia (PERKI).Tidak selesainya masalah-masalah Kardiologi di RSCM, dr. Sukaman diwawancara oleh Wartawan Majalah Tempo (lihat Tempo tanggal 7 September 1974 halaman 22), yang ini mendapat protes dari Direktur RSCM Prof.Dr. Rukmono untuk tidak lagi mengadakan pemuatan mengenai keadaan Kardiologi RSCM dalam mass-media. Pada tahun 1974 munculah sejarah kemanusiaan Dewi Sartika, gadis cilik berusia 9 tahun anak seorang karyawan PJKA Moch.Djukri yang memerlukan pacu jantung. Para dokter jantung jantungpun berkiprah untuk menolong...... (Kardiologi.................... hal.3) tujuan akhir yang hakiki. Apabila sikap egoistik yang secara natural memang negatif itu dapat diubah polarisasinya menjadi netral saja, sesuai pandangan disertasi Dokter Soemantri Hardjoprakoso tanggal 20 Juni 1956 di Eropa dalam Indonesisch Mensbeeld als Basis Ener Psycho-Therapie, candra jiwa Indonesia sebagai dasar psikoterapi, dijamin perjalanan kereta kuantum mikrokosmos akan stabil dan harmonis di sepanjang perjalanannya dan posisinya di dunia sekelilingnya. Di dalam psikologi peristiwa berubahnya polarisasi negatif menjadi netral ini dikenal sebagai peristiwa sublimasi. Ini adalah khas kelebihan yang dimiliki oleh kuda yang egoistik secara natural tersebut, sifat yang istimewa ini harus dikenal baik oleh siapa saja yang menganggap dirinya (ego-mental) kusir yang handal dan bijak. Sifat-sifat kekuatan mental manusia seperti sosial yang penuh kasih sayang kepada sesamanya, desire yang pendekatannya penuh kemesraan, passion yang penuh semangat, dan suprasosial yang khusuk kepada Tuhan penampilannya menjadi prima ketika tidak mendapat gangguan dari kuda hitam. Dengan lain kata kekuatan kuda hitam dari negatif berubah polaritasnya menjadi positif akan menghasilkan kekuatan jasmani yang menjadi dasar ketahanan terhadap penderitaan selama perjalanan hidup. Mengapa perangkat jiwa menjadi perangkat jasmani? Memang jiwa, mental adalah bagian dari jasmani dalam arti jasmani halus. Dalam hal ini jasmani atau fisik manusia dibagi menjadi fisik kasar (jasmani) dan fisik halus (mental, jiwa). Jadi kita menjadi sadar bahwa nafsu hewani manu- sia sesungguhnya merupakan bagian dari perangkat kereta yang lebih menjurus pada sifat jasmani kasar manusia dan akal manusia yang memiliki kesadaran itu menjadi jiwanya manusia. Oleh karena itu asas kekuatan di dalam jiwa manusia oleh Freud, Jung dan candra jiwa Indonesia/Soenarto dimasukkan dalam kelompok yang sifat kesadarannya adalah asadar dan angan-angan serta perasaan manusia berada di dalam dataran sadar. Nah, bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia Raya hendaknya diartikan memiliki sikap jiwa yang positif seperti membangun rasa percaya kepada Tuhan YME dan meningkatkan kejujuran yang dimulai dari diri kita sendiri, bergizi seimbang, mengenyahkan asupan tubuh yang tidak sehat, berolah raga teratur dan terukur serta istirahat yang cukup. Salam Kuantum. Budhi S. Purwowiyoto Kembali pada pertanyaan apakah membangun jiwanya akan menghasilkan badan yang sehat seperti refleksi sang kusir terhadap lagu kebangsaan kita? Kardiologi Kuantum memandang kereta kuantum mikrokosmos ini adalah bagian dari alam semesta makrokosmos. Setiap oposisi kekuatan yang berlawanan terhadap kuda putih harus dianggap berbahaya, dapat melemahkan daya tahan kereta kuantum yang perkasa ini, pada akhirnya tidak mencapai (BERSAMBUNG) __________ Yudi Latif. Visi Indonesia Raya II. Analisis Politik. KOMPAS, Selasa, 11 Februari 2014 hal. 15. Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012. Diagram Transenden: Kereta “Perkasa” Mikrokosmos Kereta kuantum (perkasa) mikrokosmos ini adalah imajinasi dari kereta dengan empat ekor kuda berdasarkan Candra Jiwa Soenarto (Indonesia). Disain kereta ini adalah untuk 1) tugas ke luar (ekstraversi) ke dunia luar, berkiprah membahagiakan masyarakat, dan memelihara alam semesta (D1, Dimensi-1, makrokosmos). Angan-angan (mind dengan aku, ego sebagai perwakilannya) manusia yang fungsi vitalitasnya nyaris tak terbatas itu bertugas sebagai sang Kusir (TheDriver) yang mengendalikan kekuatan 4-nafsu. Arah perjalanan ditentukan oleh potensi egosentrifugal (mutmain kuda putih). Keinginan (kuning) mampu menarik kemauan (merah) dan egosentripetal (hitam) yang pro kenikmatan agar menjadi egonetral yang memiliki ketahanan mental dan kesanggupan untuk menderita dalam perjalanan hidup. Suasana () positif dan negatif sang Kusir (angan-angan) dalam mengendalikan kuda sesuai dengan adaptasinya terhadap panduan ideal ekstraversi (ikhlas, sabar, syukur, jujur, dan) dan introversi (sadar, percaya, taat) kepada Pusat Imateri (Tripurusa). 2) Tugas ke dalam (introversi) ke Pusat Imateri adalah proses kembalinya hidup-pribadi manusia ke asal mulanya (sadar kolektif) yang meng-hidup-i, dan sumber hidup-nya. (Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia W arisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012) 6 203/Thn. XIX/Maret 2014 Statin untuk Pasien dengan Risiko Tinggi SECARA global, penyakit tidak menular kronis merupakan penyebab utama kematian karena penyakit kardiovaskular (CVD). WHO memperkirakan kematian penyakit kardiovaskular sekitar 17,3 juta (30% dari seluruh kematian global) pada tahun 2008. Dari jumlah tersebut, 7,3 juta disebabkan penyakit jantung koroner (PJK) dan 6,2 juta karena stroke. Lebih dari 80% dari kematian tersebut dilaporkan dari negara-negara berkembang. Menurut laporan WHO, kematian yang terkait penyakit kardiovaskular selanjutnya akan meningkat menjadi 23,3 juta tahun 2030. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi yang mempunyai pengaruh terhadap pasien hingga menderita penyakit kardiovaskular. Hipertensi, hiperkolesterolemia dan diabetes dianggap sebagai faktor utama, faktor risiko tunggal yang independen untuk penyakit kardiovaskular. Beberapa pedoman internasional untuk skrining dan intervensi yang ada didasarkan pada bukti-bukti yang disajikan bersama dengan data epidemiologi. SCORE (Systemic Coronary Risk Estimation) adalah fasilitas untuk melakukan estimasi risiko penyakit jantung tanpa gejala klinis dan subklinis. Pasien yang pernah terserang sindroma koroner akut (ACS) atau stroke dikelompokkan dalam risiko tinggi untuk mendapatkan kejadian berulang, kelompok ini otomatis dimasukkan dalam evaluasi dan manajemen faktor risiko secara intensif. Selain itu juga pada penderita penyakit kardiovaskular, Diabetes Mellitus tipe 2 atau tipe 1 dengan mikroalbuminuria, memiliki faktor risiko individual sangat tinggi, dan penderita penyakit ginjal kronis (CKD). Oleh karena itu pasien dengan SCORE risiko kematian kardiovaskular dalam 10 tahun > 5% memiliki risiko tinggi dan termasuk yang memenuhi semua koding klasifikasi penyakit internasional (ICD) sebagai aterosklerotik. Dengan pemahaman yang lebih baik dari patologi gangguan, faktor risiko tersebut diatas sekarang dianggap terintegrasi, dengan salah satu faktor risiko yang sering menjadi predisposisi lain. Sejumlah studi landmark telah menunjukkan bahwa penurunan kolesterol LDL dengan terapi statin dapat memperbaiki morbiditas dan mortalitas kardiovaskular pada pasien dengan and tanpa penyakit kardiovaskular. Studi pencegahan primer dan sekunder menunjukkan bahwa mengurangi kadar kolesterol LDL akan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular. Penurunan kolesterol LDL yang lebih besar dapat menurun- kan lebih besar kejadian penyakit kardiovaskular. ESC 2011 menganjurkan penurunan kolesterol LDL 1,8 mmol/L (kurang dari 70mg/dL) atau setidaknya diturunkan kadarnya secara relatif > 50% yang merupakan manfaat terbaik untuk menurunkan CVD pada pasien dengan risiko sangat tinggi. Sedangkan pada pasien dengan risiko tinggi, kadar kolesterol LDL sebagai sasaran kelompok risiko tersebut adalah 2,5 mmol/L (kurang dari 100mg/dL). Berdasarkan bukti ilmiah skala besar dan konsisten, panduan ACC/AHA 2013 untuk terapi kolesterol darah guna mengurangi risiko penyakit aterosklerosis kardiovaskular (ASCVD), selalu berdasarkan gaya hidup sehat. Selain itu, dikemukakan 4-kelompok besar yang mendapat manfaat terapi statin yaitu individu dengan 1) ASCVD dengan gejala klinik, 2) Pasien dengan peningkatan primer kolesterol LDL > 190 mg/dL, 3) Pasien diabetes berumur 40-75 tahun dengan kolesterol LDL 70-189 mg/dL dan 4) Pasien dengan risiko ASCVD > 7,5%. Pada kelompok terakhir, dianjurkan menilai risiko 10 tahun ASCVD dalam 4-6 tahunan pada setiap individu yang berumur 40-75 tahun tanpa ASCVD klinis atau diabetes dan dengan kolesterol LDL 70-189 mg/dL. Panduan ini merekomendasikan terapi statin dengan intensitas tinggi yang dapat menurunkan kolesterol LDL kira-kira > 50% yaitu atorvastatin 40/80 mg atau rosuvastatin 20/40 mg. Terapi dengan intensitas tinggi dianjurkan untuk pasien secara klinis memiliki ASCVD berumur < 75 tahun, mereka yang dengan LDL-C > 190 mg/dL, dan pasien DM T2 atau T1 yang berumur 40-75 dengan risiko 10 tahun ASCVD > 7,5%. Pada survei The CEntralized Pan-Asian survEy on tHE Undertreatment of hypercholeSterolaemia (CEPHEUS PAN-Asian) untuk terapi hiperkolesterolemia pada populasi Asia yang diikuti oleh 8 negara termasuk Indonesia meneliti pencapaian terapi kolesterol LDL dengan obat-obat penurun kolesterol. Studi ini mengikutsertakan pasien hiperkolesterol yang berumur >18 tahun dengan terapi penurun kolesterol > 3 bulan (terapi stabil untuk 6 minggu), dan kadar kolesterolnya diukur. Selain itu, data demografik dan informasi klinik lainnya dikumpulkan serta risiko kardiovaskular tiap pasien juga diukur. Survei yang diikuti oleh 7,281 pasien itu disimpulkan bahwa kadar kolesterol LDL tidak tercapai seperti apa yang dianjurkan oleh panduan Update 2004 National Cholesterol Education Program. Di Indonesia sendiri hanya 31,3% pasien yang mencapai target, oleh karena itu masih ada ruang untuk memperbaiki terapi guna meningkatan manfaat dan hasil yang sebaik-baiknya. Perubahan gaya hidup dan terapi farmakologi adalah yang utama dalam menurunkan kolesterol LDL. Statin sebagai salah satu obat penurun kolesterol terbukti mampu menurunkan kolesterol LDL. Berikut adalah beberapa studi yang mengkaji efektifitas statin: Studi STELLAR membandingkan rosuvastatin dengan atorvastatin, pravastatin, and simvastatin yang meliputi 2.431 responden dewasa dengan hiperkolesterolemia (LDL-C >160 dan <250 mg/dL; TG <400 mg/dL) setelah di random untuk mendapatkan rosuvastatin 10, 20, 40, atau 80 mg; atorvastatin 10, 20, 40, atau 80 mg; simvastatin 10, 20, 40, atau 80 mg; atau pravastatin 10, 20, atau 40 mg. Setelah 6 minggu dianalisis dapat disimpulkan bahwa rosuvastatin 10 sampai 80 mg dapat menurunkan kolesterol LDL ratarata 8,2% melebihi atorvastatin 10 to 80 mg, 26% melebihi pravastatin 10 - 40 mg, dan 12% -18% melebihi simvastatin 10-80 mg (p <0.001). Ternyata rosuvastatin menurunkan kolesterol total secara bermakna (p<0,001) dibandingkan dengan seluruh komparatornya dan trigliserid dibandingkan dengan simvastatin dan pravastatin (p<0,001). Studi RADAR (Rosuvastatin and Atorvastatin in different Dosages And Reverse cholesterol transport) menyoroti prediktor risiko kardiovaskuler yang terkenal yaitu rasio dari kolesterol HDL dan kolesterol LDL (LDL-C/ LDL-C). Studi ini membandingkan rosuvastatin dan atorvastatin berdasarkan rasio tersebut pada pasien PKV yang berumur 4080 tahun dengan kolesterol HDL yang rendah: <1.0 mmol/L (<40 mg/dL); yang diberikan diet selama 6 minggu periode prapenelitian, sebelum di randomisasi dengan terapi label terbuka selama 6 minggu untuk rosuvastatin 10 mg (n=230) atau atorvastatin 20 mg (n=231). Dosis ditingkatkan setelah 6 minggu untuk rosuvastatin 20 mg dan 40 mg untuk atorvastatin, dan setelah 12 minggu rosuvastatin 40 mg dan 80 mg untuk atorvastatin. Kesimpulan studi ini yaitu rosuvastatin 10, 20 dan 40 mg secara bermakna lebih efektif dari atorvastatin 20, 40 dan 80 mg, dalam memperbaiki rasio LDL-C/HDL-C pada pasien PKV dengan HDL-C rendah. Diperlukan studi lanjut untuk menjelaskan manfaat rosuvastatin untuk menurunkan risiko kardiovaskular. Studi ECLIPSE didisain untuk membandingkan manfaat dan keamanan dari titrasi- ketat terapi rosuvastatin (10-40 mg) atau atorvastatin (10-80 mg) pada pasien risiko tinggi dengan hiperkolesterolemia. Pada studi 24minggu 1.036 pasien, label terbuka, dirandomisasi untuk rosuvastatin (n=522) atau atorvastatin (n=514), multinasional dan paralel. Kesimpulan rosuvastatin yang dititrasi sesuai rekomendasi memiliki efek yang lebih baik pada variabel lipoprotein dibandingkan dengan atorvastatin, memungkinkan pasienpasien dengan risiko tinggi mencapai target LDL-C yang direkomendasikan. Studi VOYAGER didisain untuk menjawab pertanyaan apakah dengan meningkatkan dosis statin dengan dengan obat yang potensinya lebih besar akan mencapai target terapi pada pasien dengan risiko tinggi (kadar-awal tinggi pada LDL-C-nya). Efek peningkatan dosis pada kadar lemak telah diteliti pada 5,741 pasien dengan diabetes untuk pemberian rosuvastatin (R) atau Atorvastatin (A), penyakit atherosklerotik atau dislipidemia aterogenik dengan kadar dasar LDL-C >190 mg/dL (~4,9 mmol/L) dari data individual pasien metaanalisis studi VOYAGER. Persentase pasien dengan data dasar LDL-C >160 mg/dL (~4,1 mmol/L) mencapai tujuan LDL-C <100 (2,6 mmol/L) dan <70 mg/ dL (1,8 mmol/L) juga ditentukan. Hasilnya perbaikan kadar lipid dan persentase mencapai target LDL-C terlihat dengan meningkatkan dosis statin. Dalam studi CENTAURUS, kolesterol LDL berkurang sekitar 50% pada kedua kelompok rosuvastatin 20 mg dan atorvastatin 80 mg pada bulan pertama sedangkan pada bulan ketiga kolesterol LDL berkurang sebesar -47,2% pada kelompok rosuvastatin 20 mg dan -47,8% pada kelompok atorvastatin 80 mg. Non-inferioritas telah didemonstrasikan pada bulan pertama namun tidak pada bulan ketiga pada populasi intention to treat. Sementara pada studi LUNAR, terapi dengan rosuvastatin 40 mg menghasilkan penurunan kolesterol LDL lebih besar yang secara statistik signifikan dibanding dengan atorvastatin 80 mg (rata-rata minggu ke-6 dan minggu ke-12). Sangat penting untuk menggunakan statin yang efektif pada dosis yang efektif untuk mencapai target terapi kolesterol LDL yang direkomendasikan pada pasien yang berisiko tinggi. Terapi rosuvastatin 20 mg sebanding dengan atorvastatin 80 mg dan rosuvastatin 40 mg lebih baik dari atorvastatin 80 mg dalam menurunkan kolesterol LDL. Statin-statin tersebut juga ditoleransi dengan baik oleh kebanyakan pasien. (Budhi S. Purwowiyoto)