Efek Perioperatif Statin pada Kematian, Infark Miokard, Fibrilasi

advertisement
Perangko Berlangganan No.11/PRKB/JKP/DIVRE IV/2013
ISSN : 0853-8344
Harga eceran Rp.9.000,-
203/Thn. XIX/Maret 2014
e-mail: [email protected] / [email protected];
kardiovk;
@kardio_vaskuler;
tpkindonesia.blogspot.com
Efek Perioperatif Statin pada Kematian,
Infark Miokard, Fibrilasi Atrial,
dan Lama Perawatan (Meta-Analisis)
KOMPLIKASI perioperatif tercatat sejumlah 22% pada kematian yang terprediksi,
meski dengan teknik operasi dan intervensi anestesi yang terus berkembang pesat.
Inflamasi vaskular dan sistemik dikatakan
menjadi pemicu penting dalam memediasi
terjadinya cardiac event pada perioperatif.
Statin yang memiliki efek pleiotropik mulai menjadi isu penting dalam hal meminimalisir keluaran cardiac event yang tidak
diinginkan. Namun hasil tersebut hanya
terbatas pada mereka dengan operasi bedah jantung dan masih belum ada penelitian lanjutan pada operasi non jantung.
Pada meta-analisis berikut, penulis ingin mengevaluasi efek akut statin pada
pasien statin-naïve yaitu mereka yang tidak
pernah mendapatkan terapi statin jangka
panjang sebelumnya, terhadap kematian
perioperatif, infark miokardiak, atrial fibrilasi, dan lama rawat inap di Rumah Sakit
(RS) serta di Intensive Care Unit (ICU) pada
studi randomisasi terkontrol.
Kriteria pasien inklusi antara lain:
(1) studi manusia dengan partisipan di atas
atau sama dengan 18 tahun yang menjalani
prosedur pembedahan; (2) pasien yang diikutsertakan tidak pernah mendapat terapi
statin jangka panjang; (3) studi prospektif
dengan menyertakan kelompok control;
(4) setidaknya terdapat satu keluaran klinis
yang dievaluasi yaitu kematian, infark miokardiak, atrial fibrilasi, dan lama rawat inap
di RS dan ICU.
Hasil meta-analisis dari 15 studi randomisasi terkontrol menunjukkan bahwa
terapi statin perioperatif mengurangi risiko atrial fibrilasi dan infark miokardiak
serta menurunkan lamanya rawat inap di
RS pada pasien statin-naïve yang menjalani
operasi jantung dan non-jantung. Meskipun,
penulis menemukan relevansi klinis yang
menunjukkan penurunan kematian, tetapi
tidak didapatkan batas yang cukup signifikan. Namun secara keseluruhan studi ini
menyatakan terapi statin perioperatif berperan penting dalam intervensi penurunan
risiko dalam memperoleh manfaat secara
klinis dan ekonomis.
Mekanisme kerja statin tersebut memang masih belum jelas, sehingga berkem-
bang hipotesis baru mengenai hal tersebut.
Salah satunya bahwa intervensi operasi memicu berbagai respon inflamasi dan menyebabkan peningkatan jumlah katekolamin
dari sistem neuroendokrin sehingga terjadi
peningkatan denyut jantung dan kontraktilitas miokardiak menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen, dan disinilah
celah penting dimana risiko cardiac event
akan meningkat. Sedangkan statin memodulasi fungsi vaskular untuk berespon terhadap respon natural tersebut dengan
meregulasi endothelial nitric oxide synthase
sehingga terjadi vasodilatasi arteri koroner
dan memperbaiki aliran darah serta ikut
meringanakan inflamasi vaskular dan
sistemik yang dapat menyebabkan instabilitas plak maupun cardiac event.
Kesimpulan: Terapi statin perioperatif
pada operasi jantung dan non-jantung secara signifikan menurunkan risiko infark
miokardiak dan atrial fibrilasi serta menurunkan rata-rata durasi hospitalisasi. Hasil
ini juga menunjukkan bahwa perlunya aplikasi dan panduan perioperatif yang dimodifikasi agar mendukung peningkatan
lebih luas pemberian statin pada pasien yang
menjalani operasi. (Archives of Surgery 2012;
147: 181-9)
BSP/Aprivita Gayatri
Anggur, Bir, Akohol dan Polipenol pada Penyakit Kardiovaskuler
SEJAK lama orang berpendapat tentang
manfaat kesehatan dari konsumsi moderat
makanan yang di fermentasi seperti anggur dan alkohol, sering tanpa basis saintifik. Yang sering terlihat justru konsumsi
alkohol berlebihan meningkatkan angka
kesakitan dan kematian, termasuk hubungannya dengan kesehatan dan kecelakaan
lalu lintas. Sebaliknya beberapa penelitian
epidemiologis menganjurkan mengkonsumsi alkohol sedang dapat mengurangi
seluruh angka kematian dari penyakit jantung koroner. Walaupun demikian ada perbedaan spesifik tipe minumannya (anggur,
bir dan wiski) pada sistim kardiovaskuler
dan kanker, dan kemungkinan protektifnya
kandungan minuman beralkohol (ethanol)
atau komponen nonalkoholnya terutama
poliphenol. Studi klinik dan epidemiologi
menyatakan konsumsi sedang dan reguler
anggur (satu-dua gelas sehari) dihubungkan
dengan menurunnya insiden penyakit kardiovaskuler (PKV), hipertensi, diabetes,
kanker tipe tertentupada kolon, sel basal,
ovarium, dan kanker prostat. Konsumsi sedang bir juga berhubungan dengan efek
tersebut, hanya tingkatnya lebih rendah
karena bir hanya sedikit mengandung phenol. Keuntungan dari segi kesehatan dihubungkan dengan kapasitas antioksidan, perubahan profil lipidnya, dan efek anti peradangan dari minuman beralkohol tersebut.
Sebaliknya konsumsi berlebihan dari
alkohol tidak diragukan lagi berhubungan
dengan banyaknya masalah kesehatan, sosial dan problem yang berhubungan dengan
pekerjaan, termasuk berkembangnya sindroma ketergantungan alkohol, penyakit
kronis lainnya: sirosis hati, kardiomiopati,
ensepalopati, polineuropati, dementia, kecelakaan apa saja yang kadang-kadang merenggut kematian.
Semenjak “Paradoks Perancis” dikemukaan duapuluh tahunan yang lalu, beberapa studi fokus pada perhatian komponen
anggur merah (terutama poliphenol, khususnya resveratrol) untuk menjelaskan hubungan terbalik yang terobservasi antara
minum anggur moderat dan angka kejadian PKV. Keuntungan kesehatan dari anggur merah terletak dari lebih tingginya
kadar poliphenol disebabkan perbedaan
proses pembuatan antara anggur merah dan
putih. Mekanisme yang mendasarinya ada-
lah meningkatnya kolesterol HDL, menurunnya agregasi trombosit, menurunnya
kadar fibrinogen dan meningkatnya sensitivitas insulin hal ini diduga berhubungan
dengan kandungan ethanol pada anggur.
Anggur merah mengandung lebih banyak
poliphenol dibanding dengan yang putih
(kira-kira 10-kali) sebab selama pembuatan
angur merah ada proses maserasi beberapa
minggu bersama kulitnya. Kulit ini merupakan bagian dengan konsentrasi tertinggi
komponen phenol dari buah anggur merah
(grape); poliphenolnya berupa campuran
yang kompleks (seperti anthosianin dan flavan-3-ols) serta serta non flavonoid (seperti
resveratrol, cinnamates dan asam gallik).
(Nutrients 2012, 4, 759-781; doi:10.3390/
nu4070759)
Budhi S Purwo
2
203/Thn. XIX/Maret 2014
A
Tabloid Profesi
KARDIOVASKULER
STT no. 2143/SK/Ditjen PPG/STT/1995
tanggal 30 Oktober 1995
ISSN : 0853-8344
SUSUNAN REDAKSI
Ketua Pengarah:
Prof.DR.Dr. Budhi Setianto, SpJP(K), FIHA
Pemimpin Redaksi:
Dr. Sony Hilal Wicaksono, SpJP
Redaksi Konsulen:
Dr. Anna Ulfah Rahajoe, SpJP(K)
Prof.DR. Haris Hasan, SpPD, SpJP(K)
Dr. Budi Bhakti Yasa, SpJP(K)
Dr. Fauzi Yahya, SpJP(K)
Dr. Antonia A. Lukito, SpJP(K)
Tim Redaksi:
Bidang Cardiology Prevention & Rehabilitation
Dr. Basuni Radi, SpJP(K)
Dr. Dyana Sarvasti, SpJP
Bidang Pediatric Cardiology
Dr. Indriwanto, SpJP(K)
Dr. Radityo Prakoso, SpJP
Bidang Cardiovascular Emergency
Dr. Noel Oepangat, SpJP(K)
Dr. Isman Firdaus, SpJP
Bidang Clinical Cardiology
Dr. Sari Mumpuni, SpJP(K)
Dr. Rarsari Soerarso, SpJP
Bidang Interventional Cardiology
Dr. Doni Firman, SpJP(K)
Dr. Isfanudin, SpJP(K)
Bidang Echocardiography
Dr. Erwan Martanto, SpPD, SpJP(K)
Dr. BRM. Ario Soeryo K., SpJP
Bidang Cardiovascular Intensive Care
Dr. Sodiqur Rifqi, SpJP(K)
Dr. Siska Suridanda, SpJP
Bidang Cardiovascular Imaging
Dr. Manoefris Kasim, SpJP(K)
Dr. Saskia D. Handari, SpJP
Bidang Cardiac Surgery & Post-op Care
Dr. Bono Aji, SpBTKV
Dr. Pribadi Boesroh, SpBTKV
Dr. Rita Zahara, SpJP
Bidang Vascular Medicine
Dr. Iwan Dakota, SpJP(K)
Dr. Suko Ardiarto, PhD, SpJP
Tim Editor:
Dr. Sidhi Laksono Purwowiyoto
Fotografer:
Dr. M. Barri Fahmi Harmani
Sekretaris/Keuangan:
Endah Muharini
Bagian Iklan:
Bimo Sukandar
Bagian Perwajahan:
Asep Suhendar
AlamatRedaksi dan Tata Usaha:
Wisma Harapan Kita Bidakara, Lt.2,
RS Jantung Harapan Kita,
Jln. S Parman Kav. 87, Jakarta 11420,
Telp: 02170211013 atau Telp/Fax.: 5602475
atau 5684085-93 pes. 5011
e-mail : [email protected] atau
[email protected]
Penerbit:
H&B
Heart & Beyond PERKI
(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia)
Manajemen:
Yayasan PERKI
Pencetak:
PT. Oscar Karya Mandiri, Jakarta
Tabloid Profesi KARDIOVASKULER diterbitkan
oleh Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI). Tabloid unik
ini memang bereda dengan media kedokteran
lainnya. Tata letaknya sedikit konservatif
tapi enak dipandang. Bukan media
yang berkesan ilmiah, tetapi media ilmiah
yang sangat terjaga akurasinya, ditulis
dengan bahasa tutur yang enak dibaca.
Tabloid KARDIOVASKULER memang
merupakan sarana untuk menyampaikan
setiap informasi kedokteran mutakhir
--khususnya terkait bidang kardiovaskuler-bagi seluruh dokter Indonesia.
Di era globalisasi, dikenal pemeo "so many
journals, but so little time". Untuk itulah
Tabloid KARDIOVASKULER hadir, membawa
berita ilmiah kardiovaskuler terkini.
Diedarkan terbatas khusus untuk dokter Indonesia.
Infak ongkos cetak/kirim Rp150.000/tahun,
transfer melalui Bank Mandiri acc:
Tabloid Profesi Kardiovaskuler,
RK no. 116-0095028024, Sandi Kliring: 008-1304
KK. Harapan Kita, Cab. S. Parman, Jakarta.
Prof.DR.Dr. Budhi Setianto, SpJP(K),
FIHA
Ketua Pengarah
ssalaamu'alaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera
Om Swasti Astu,
Pertama-tama redaksi ingin mengucapkan
Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1936
bagi yang merayakannya, semoga sehat dan berbahagia selalu.
Headline kali ini membahas statin dan peranannya di dalam ilmu kardiologi yang sangat
unik. Ketika diberikan perioperatif dampaknya
pada kematian, infark miokard, atrial fibrilasi,
dan lama perawatannya diteliti dengan metode
meta-analisis. Dari 15 studi randomisasi yang
terkontrol hasilnya menunjukkan mengurangi
risiko atrial fibrilasi, infark miokard serta menurunkan lamanya rawat inap di rumah sakit.
Artikel berikut, mengulas tentang anggur,
bir, alkohol dan polipenol, orang tertarik pada
peranannya yang melindungi jantung sekiranya
dikonsumsi sedang dan reguler saja. Tidak diragukan lagi pada konsumsi berlebihan menjadi
penyebab masalah kesehatan, sosial, dan pe-
kerjaan termasuk sindroma ketergantungan
alkohol.
Pada Kardiologi Kuantum ke-26 ini W.R.
Supratman yang menulis lagu kebangsaan
kita Indonesia Raya "..bangunlah jiwanya,
bangunlah badannya untuk Indonesia Raya.."
Tulisan tersebut mengajak kita untuk mengolah jiwa kita agar sehat dan kuat untuk
mampu menghadapi hiruk-pikuknya dunia.
Melengkapi Galeri Foto kali ini, selain
dari Panitia kegiatan InaSH 2014, redaksi menerima kiriman foto dari FK UNPAD dan FK
UNDIP tentang Pelepasan Lulusan Spesialis
Jantung dan Pembuluh Darah Departemen
Kardiologi dan Kedokteran Vaskular-nya.
Redaksi berharap dimasa datang mudahmudahan semakin banyak lagi FK-FK se-Indonesia yang mau berdedikasi meramaikan
isi maupun Galeri Foto dari Tabloid yang
kita cintai ini.
Akhirnya, kami ucapkan selamat membaca, dan sukses selalu! Wassalam.***
The 1st Indonesian Intensive and Acute Cardiovascular Meeting (1st INACC) 2014, 31 Januari - 1 Februari 2014,
Ritz Carlton Hotel, Jakarta.  foto by Ryo Aulia.
FOTO 1: Pemukulan gong oleh Dr. Nani Nersunarti, Sp.JP(K), FIHA (Ketua
InaSH), didampingi oleh (dari kiri ke kanan) Dr. Pranawa Martosuwignyo,
Sp.PD-KGH (mewakili Ketua Umum PB IDI), Dr. Yan Aslian Noor, MPH
(mewakili Prof. Dr. Akmal Taher, Sp.U, Direktur Jenderal Bina Upaya
Kesehatan ), DR. Dr. Yuda Turana, Sp.S (Ketua Panitia the 8th Scientific
Meeting on Hypertension) dan Dr. Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD (Wakil
Ketua 2 InaSH). FOTO 2: Dr. Arieska Ann Soenarta, Sp.JP(K), FIHA ketika
berbicara topik" Do Overtreating Hypertension Kills? How Low Can We Go?"
FOTO 3: Saat berlangsungnya acara inaSH.
Pelepasan Lulusan Spesialis Jantung
dan Pembuluh Darah Departemen
Kardiologi dan Kedokteran Vaskular
FK UNDIP dan FK UNPAD 2014
3
203/Thn. XIX/Maret 2014
Kardiologi Kuantum (26)
Bangunlah Jiwanya
(Deskripsi, Komparasi, dan Refleksi)
“...Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya,
untuk Indonesia Raya...”
W.R. Soepratman
SALAM KARDIO. Soewardi Soerjaningrat
(Ki Hadjar Dewantoro) pada tanggal 14
September 1913 dari India ia menulis surat
kepada isterinya sebagai kado hari ulang
tahunnya. Sebenarnya surat itu juga ditujukan kepada teman-temannya seperjoangan
yang tergabung dalam Partai ‘Indonesia’, IP
(Indische Partij). Surat itu ditulis di tengah
perjalanannya menuju tempat pembuangannya ke Negeri Belanda. Pada waktu itu ia
dibuang bersama-sama dengan Douwes
Dekker dan Tjipto Mangunkoesumo yang
dalam rutenya yang jauh itu memang harus
singgah di India.
“Apabila pemerintah kolonial memperingati kemerdekaannya, kita akan sadar
bahwa kita belum mempunyai identitas sebagai bangsa, kita belum mempunyai lagu
kebangsaan dan bersiaplah karena waktu
perayaan kemerdekan kita akan datang
juga.” Adalah potongan surat itu yang mengingatkan kepada teman-temannya bahwa
apa yang dicita-citakan bersama (Hari Kemerdekaan RI) ...bangsa ini belum memiliki apa-apa sebagai identitas bangsa, seperti
lagu kebangsaan. Pejoang-pejoang ini dengan sengaja mendirikan Komite Boemi
Putera sebagai lawan dari Komite Perayaan
Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda yang menerapkan kuajiban menyuruh bangsa Indonesia membiayai seluruh
perhelatan itu.
Akhirnya Wage Rudolf Soepratman
menciptakan lagu Indonesia Raya yang
konon diilhami oleh sepotong isi pesan
surat tersebut. Kelak, Ki Hadjar ditunjuk
Presiden Soekarno sebagai Tim Penyempurnaan Lagu Indonesia Raya. Demikian tulisan
pemikir ulung kebangsaan pasca kemerdekaan Yudi Latif. Mengapa penulis lagu
kebangsaan ini mengedepankan pembangunan jiwa bangsa mendahului pembangunan badannya rakyat Indonesia? Kita
belum tahu. Jargon yang lama sebagai perbandingannya adalah mens sana in corpore
sano, adalah sebuah kalimat dalam bahasa
Latin yang sering diartikan sebagai “Di
dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang
sehat.” Padahal banyak orang-orang yang
penampilan fisiknya sehat ternyata masyarakat dapat menyaksikan di televisi akhirakhir ini, bahwa orang-orang tersebut berurusan dengan hukum. Mereka itu bisa
selebritis, pimpinan partai politik, anggauta Dewan Perwakilan Rakyat, penegak
hukum bahkan seorang hakim yang sangat
berkuasa. Lagu Indonesia Raya memberikan semangat membangun jati diri pribadi
bangsa Indonesia.
Apakah dengan membangun jiwanya
lantas badannya juga menjadi sehat? Apakah Kardiologi Kuantum memiliki hipotesis untuk itu? Dan, apakah hipotesis itu
menjadi nyata? Tentu saja pendekatan
Kardiologi Kuantum harus mempelajari
teorinya dengan metodologi hermenutika
filsafat yang meliputi setidaknya upaya
diskripsi teori, komparasi dengan apa yang
telah ada dan refleksi penulisnya. Tentu saja
informasinya didapat dari masa lalu sampai hari ini dan refleksi yang dikemukakan
diusahakan serelevan mungkin dengan
masa kini. Hasilnya dapat bersifat spekulatif seperti Alfred North telah menulis tentang Speculative Philosophy. Hipotesisnya
menjadi nyata dalam arti teori. Untuk itu
perlu diuji coba didalam kehidupan seharihari agar terasa manfaatnya. Ada suatu
pepatah Jawa “Ilmu iku kelakone kanti laku”
suatu pandangan bahwa teori dalam ilmu
pengetahuan apapun baru terbukti manfaatnya kalau dilakuan dan dijalankan dengan
konsisten, dievaluasi, diperbaiki dan dicoba dalam berbagai situasi. Kalau pepatah
tersebut memang demikian dan terbukti
apa adanya dimana saja, mengapa kita
tidak menganggap saja itu adalah sebuah
postulat, lebih tinggi dari hipotesis yang dianggap benar.
Bangunlah jiwanya seolah-olah mengajak mengolah jiwa kita sendiri. Seperti telah diketahui di dalam candra jiwa Indonesia menerangkan adanya 2 nafsu utama yang
sering disebut nafsu baik (mutmainah) dan
nafsu jahat (luamah) yaitu nafsu yang mendorong ke perbuatan yang bersifat sosial
dan supra sosial (egosentrifugal) berlawanan
dengan nafsu jahat yang mendorong ke arah
egoistik dari yang netral dalam arti memelihara fisiologi manusia sampai mendorong
kearah kejahatan, kebejatan moral dan kesadisan (egosentripetal). Siapakah yang mengendalikan “pertempuran” sepanjang
masa di dalam diri manusia ini berlangsung?
Tidak lain dan tidak bukan adalah Sang
Kusir yaitu akal, angan-angan manusia yang
harus mengendalikan kebrutalan kuda hitam yang sudah terlanjur dicap jahat tersebut. Ketaatan kuda putih untuk selalu ber-
jalan di jalan keutamaan, kebaikan yang
mengarah pada tuntunan orang-orang yang
terpuji di dunia patut diapresiasikan oleh
sang kusir pengendali 4 ekor kuda di dalam
“kereta kuantum” jiwa manusia. Kuda hitam harus dipasang dibelakang kuda putih,
kuda putih harus menjadi posisi penjurunya di kanan depan si kusir. Anggap saja itu
konstruksi pendorong kereta yang pertama.
Konstruksi kedua adalah memasang dua
kuda berikutnya yang berwarna kuning dan
merah. Walaupun kedua kuda berikutnya
tersebut dapat dianggap sebagai kuda asesori yang dalam pandangan sang kusir tidak
menentukan arah perjalanan namun juga
penting sebagai penambah kekuatan. Kuda
Desire (sufiah) yang berwarna kuning bersifat merapatkan kekuatan kuda-kuda karena
pendekatan itu juga diartikan sebagai cinta
dan kuda Passion (amarah) yang berwarna
merah penuh semangat dan keberanian.
Tentu saja konstruksi berikutnya sesuai
refleksi kusir yang bijak akan memasang
kuda kuning di depan kuda merah dan kuda
kuning mendampingi kuda “penjuru” yang
berwarna putih itu. Nah, kereta “kuantum”
mikrokosmos dengan empat ekor kuda
sudah disiapkan oleh kusir yang bijak. Tali
kendali diantara empat ekor kuda juga
sudah dikukuhkan menjadi satu agar kusir
dapat mengusai perjalanan kereta kuantum
tersebut. Dengan situasi ini si pemilik kuda
akan tersenyum dan dapat sebagai penumpang sekaligus pemilik dari dalam kereta
dapat melantunkan lirik-lirik lagu yang
harmonis dengan irama pentatonik yang
eksotis.
Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia dengan dikoordinasi oleh Ketua Bidang
Studi. Pada pusat pendidikan di Bagian
Kardiologi FKUI diangkat dengan SK
Rektor Ketua Program Studi Ilmu Penyakit
Jantung dan Pembuluh Darah dr. Sukaman
(KPS Pertama), Ijazah lulusan dikeluarkan
oleh Universitas Indonesia yang ditandatangani oleh Dekan Fakultas Pascasarjana
dan Rektor UI.
Atas niat baik dari CHS, Dekan FKUI
maupun KBS saat itu dr. Surarso Hardjowasito meminta Katalog Program Studi
Ilmu Penyakit Jantung sebagai pedoman
pendidikan. Akhirnya Dekan FKUI saat
itu Prof.Dr.dr. Asri Rasad, MSc memberi
tugas kepada dr. ISF Ranti (Bagian IKA), dr.
Nurhay Abdurahman (Bagian IP. Dalam)
dan dr. Asikin Hanafiah (Bagian Kardiologi FKUI), untuk membuat Katalog. Ada dua
Konsep Katalog yang diajukan ke CHS, dan
Katalog Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah yang diajukan
dari Bagian Kardiologi FKUI disetujui dan
dicetak Dikbud sebagai Katalog Nasional.
SK Rektor Mengangkat KPS (yang kedua) dr. Asikin Hanafiah dan SPS dr. Hadi
Purnomo.
Sejak tahun 1997 Program Dokter Spesialis di FKUI yang semula dibawah Fakultas Pascasarjana UI diserahkan kepada
Fakultas Kedokteran UI dikoordinasi oleh
TIMKO PPDS FKUI yang kemudian ditingkatkan pengelolaannya dibawah Wakil
Dekan V bidang pendidikan Dokter Spesialis dengan dibantu oleh Panitia Pengembangan Dokter Spesialis. Ijazah lulusan dikeluarkan oleh UI yang ditandatangani
oleh Dekan FKUI dan Rektor UI. Sebelum
diterbitkannya ijazah tersebut dikeluarkan
tanda selesai pendidikan yang ditandatangani oleh Ketua Program Studi Ilmu
Penyakikt Jantung dan Pembuluh Darah
PPDS-I FKUI dan Dekan FKUI.
SK Rektor no. tgl. Mengangkat KPS
(yang ketiga) dr.Sjukri Karim dan SPS tetap
dr. Hadi Purnomo. Sedangkan SK Rektor
no. tgl. Mengangkat KPS (yang ke tiga) dr.
Hadi Purnomo dan SPS dr. Sunarya Soerianata.
(buku Kolegium PERKI)
(Bersambung ke hal.5)
Sejarah Kardiologi (Bagian Kedelapan, Tamat)
PADA tahun 1961-1962 dr.Asikin Hanafiah
dikirim ke London untuk mengikuti “Post
Graduate British Councill Fellow in Pediatric
Cardiology and Adult Cardiology”, sedangkan
dr. Tagor G.M.Siregar dan dr. Loethfi Oesman memperdalam ilmu kardiovaskularnya dikirim ke Mc Gill University, Kanada
pada tahun 1966-1967.
Pada tahun 1967 dikukuhkan sebagai
Dokter Ahli Penyakit Jantung (Kardiolog)
kepada dr. ISF Ranti, dr. Sukaman, dr.
Loethfi Oesman, dr. Tagor G.M.Siregar dan
dr. Asikin Hanafiah.
Pada tahun 1971 dihasilkan kardiologkardiolog Angkatan Pertama yaitu dr. Lily
Ismudiati Rilantono kemudian disusul dengan angkatan dr. Sjukri Karim, dr. Bambang Madiono, dr.Maemunah Affandi, dr.
Arieska Ann Soenarta, dr. Sugandhi dan dr.
Adjit Singh Gill.
Kebutuhan Kardiolog di masyarakat
semakin mendesak, maka pendidikan Ahli
Penyakit Jantung dan pembuluh darah dikembangkan sebagai spesialisasi langsung
dari pendidikan dokter umum. Kurikulum
Pendidikan Ilmu Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah dimantapkan dan diresmikan dalam Kongres Nasional Perkumpulan
Kardiologi Indonesia ke I (KOPERKI-I) di
Jakarta pada tanggal 3 Agustus 1974.
Pada tahun 1974, dilantik Kardiologi
baru yaitu dr. RM Dedi Affandi Widjajakusumah dan dr. Otte Juniarto Rachman.
Sedangkan pada tahun berikutnya 1975,
dilantik dr. Irawati Pulungan, dr. Dede
Kusmana, dr. Har Suharto Mangunkusumo,
dr, ZD Muchtar, dr. Boerman dan dr. Hadi
Purnomo.
Sampai dengan lulusan tahun 1980
Brevet dikeluarkan oleh PERKI dan didaftarkan ke MDA-IDI. Ketua Dewan Penilai
adalah dr.Sukaman yang juga menandatangani brevet lulusan.
Dengan dikeluarkannya SK Menteri Dikbud nomor 076/U/1980 tanggal 10 Maret
1980 tentang Program Pendidikan Dokter
Spesialis, Program Studi Ilmu Penyakit
Jantung adalah salah satu dari 14 program
Studi yang di bina di Universitas Indonesia.
Penyelenggaraan Pendidikanpun dibawah
4
203/Thn. XIX/Maret 2014
Qalbu dalam Perspektif Cardio Neuro Science :
Spiritualitas berbasis Tauhid Mengaktifkan Otak Kanan
(Bagian ke-2)
Adanya perubahan-perubahan personaliti
dan emosi resipien jantung tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa didalam jantung
tersebut pastilah ada sistim sel yang menyimpan memori karakter, sifat, kebiasaan,
preferensi, keimanan, rasa cinta, rasa benci,
emosi, dari donornya.
Al Quran mengatakan bahwa QALBu itu
dapat memahami, tentu saja memahami
adalah suatu ouput dari proses berfikir analisa yang panjang mendalam dengan menggunakan tolok ukur tertentu, rambu rambu
moral, dan keberpihakan kepada umat,
keadilan, kejujuran dst (cognition, higher
thinking), dari input data yang didapat melalui indera penglihatan dan pendengaran.
Bagi seorang muslim tentulah tuntunan Al
Quran dan Hadis, sebagaimana Allah mengingatkan bahwa: ‘’Kebenaran yang HAQ/
hakiki absolut itu hanya yang datang dari
Allah saja, kenapa kamu ragu.” (Al-Baqarah
(2): 147). Dia merupakan GOLD Standard,
huda petunjuk (Al-Baqarah (2): 2) bagi semua aspek hidup dan kehidupan di muka
bumi ini, jangan cari yang lain, sudah pasti
sesatnya. Lihat saja ketika Gold standard
mereka di Barat sana USA, Eropah, ketika
sistim ekonomi liberal dengan sistim ribanya dan wallstreet/bursa saham dengan
sistim judinya (untung-untungan, mengun-
di nasib),..lihatlah kesudahannya suatu kehancuran collaps nya ekonomi Barat saat ini,
tragedy.
Marilah kita cermati karakteristik dari
QALBu lebih mendalam, berikut ini. Jibril
menanamkan Al-Quran kedalam qalbu (AlBaqarah (2): 97), qalbu itu tempat ketaqwaan
(Al-Hajj (22): 32), tempat keimanan (AlMaidah (5): 52), tempat kejujuran (Ali Iman
(3): 167), tempat kebaikan (Al Anfaal (8): 70),
tempat ketentraman/mutmainah (Al Anfaal
(8): 10, An Nahl (16): 106), rasa takut kepada
Allah (Al-Anfaal (8): 2), Allah membersihkan qalbu (Ali Imran (3): 154), qalbu orang
beriman dipersatukan oleh Allah (Al-Anfaal (8): 63), qalbu juga alat berfikir (Al-Hajj
(22): 46), qalbu alat untuk cognition: berfikir/menganalisa/memahami (Al-Araaf
(7): 179). Sebaliknya melalui bisikan Syaitan
didalam shudur (rongga dada), qalbu bisa
diintervensi (An-Naas (114): 4-6), qalbu bisa
sesat (Ali Imran (3): 8), bisa keras seperti
batu (Al-Baqarah (2): 74), ada penyakit (AlMaidah (5): 52), qalbu kafir ditimbulkan rasa
ketakutan amat sangat (Ali-Imran (3): 151),
qalbu dalam keadaan lalai (Al-Anbiyya (21):
3). Pekerjaan syaitan tidak hanya sampai
disitu saja, lebih jauh dia ikut berperan
dalam menyembunyikan kebenaran (AliImran (3): 29), menyembunyikan kebencian
(Ali Imran (3): 118) yang disembunyikan di
dalam rongga dada (Shudur). Tapi Allah
mengetahui apa yang disembunyikan di
dalam rongga dada tersebut (Ali Imran (3):
119). Tapi Allah selalu membuka pintu
maafnya bagi siapa yang dikendakinya, atas
rasa penyesalan (Ali Imran (3): 156), kalau
tidak juga terpaksa Allah mengunci, digembok saja sekalian QALBu tersebut (AlBaqarah (2): 7).
Jadi, dalam membangun keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah, peran QALBu
(JANTUNG) sangatlah sentral sekali. Dua
hal yang bisa dipelajari disini, yang pertama adalah, jantung sebagai organ tubuh
yang berperan dalam memompa darah
keseluruh tubuh untuk mendistribusikan
oksigen dan nutrien agar semua organ
tubuh dapat melakukan fungsinya dengan
baik. Bila oleh karena sesuatu penyakit
jantung koroner, jantung hipertensi, jantung
katup, jantung bawaan, gagal jantung tentu
berakibat terganggunya seluruh sistim tubuh, mulai dari mudah capek, sesak nafas,
sakit dada, jantung iramanya tidak teratur,
bengkak air udema diseluruh tubuh,
kurangnya aliran darah ke organ vital seperti otak, ginjal, yang pada gilirannya
memberi dampak kelainan ginjal, kelainan
fungsi kognitif dari otak. Yang kedua Jan-
Manoefris Kasim
tung sebagai organ yang menyimpan nilai
nilai code Allah, bilamana dia sakit maka
kita melihat akibatnya distorsi perilaku
yang sangat dimurkai Allah, zalim, korupsi, vested, pembohong-tidak jujur, munafik,
tidak adil, dst. Semakin jelaslah kini hatta
ya tabayana lahum ana hul HAQ (Fushshilat (41): 53) dan hadis bila QALBu (jantung)
itu baik secara organis maupun secara
fungsinya maka seluruh tubuh akan baik
sehat, sebaliknya bila QALBu itu tidak baik
maka seluruh tubuh baik organis maupun
fungsi perilakunya akan distorsi, jauh dari
kebaikan.
Penelitian Armour dari Montreal Canada pada tahun 1991, sungguh mengejutkan
dengan ditemukannya sel sel saraf (NEURON) didalam jantung.(7,8) Keberadaan ini
juga didukung oleh peneliti dari Lithuania,
Neringa Pauziene dkk tahun 2000, dengan
jelas terlihat keberadaan sel-sel saraf.......
(BERSAMBUNG)
Profil Rhabdomioma, Tumor Jantung Janin yang Jarang
BEBERAPA waktu lalu, penulis menjumpai
kasus rhabdomioma jantung pada janin
pasien rawat jalan di RSAB Harapan Kita.
Kasus ini merupakan kasus yang jarang.
Pasien ibu hamil tersebut sebenarnya selama ini memeriksakan kehamilannya dengan status generalis yang relatif normal.
Adanya tumor tersebut diketahui setelah
dilakukannya pemeriksaan ultrasonografi
(USG) selama antenatal care (ANC) tersebut.
Pasien tersebut akhirnya direncanakan
untuk dilakukan sectio caesaria. Yang menarik, tumor pada janin wanita tersebut
cenderung progresif dimana ukurannya
membesar dan dikhawatirkan mengganggu hemodinamika neonatus pasca-persalinan.
Rhabdomioma jantung janin merupakan
kondisi yang jarang.1 Tumor-tumor primer
jantung merupakan tumor yang langka ditemui pada janin dan neonatus.1 Rhabdomioma adalah tumor jantung yang terlazim
ditemui pada janin1 sekaligus tumor primer
jantung yang terlazim ditemui pada pasien
pediatrik. Rhabdomioma dianggap sebagai
suatu hamartoma dari miosit-miosit yang
sedang tumbuh berkembang.2-5 Lebih dari
60% tumor jantung yang terdeteksi pada periode prenatal adalah rhabdomioma.1 Rhabdomioma sering dikaitkan dengan kondisi
patologis tuberous sclerosis (TS).1, 2, 6
Karena penggunaan USG sebagai bagian dari skrining prenatal rutin, rhabdomioma jantung sering sekali terdeteksi in ute-
ro.7, 8 Dari seluruh jenis tumor primer jantung, persentase rhabdomioma cukup besar yaitu 60%.9 Seringnya tumor ini ditemukan pada individu saat periode janin
ditunjukkan oleh persentase terdeteksinya
(sebesar 0,12%) yang secara nyata lebih besar dibanding persentase terdeteksinya saat
periode bayi, yaitu sebesar 0,02—0,08%.
Penemuan saat otopsi bervariasi dari 0,02—
0,25%.1
Secara epidemiologis, kaitan antara
rhabdomioma jantung dan penyakit TS
amat erat. Dari semua pasien penyandang
TS, 50% di antaranya menderita rhabdomioma jantung. Sebaliknya, sebanyak 51—86%
dari pasien-pasien anak yang terdiagnosis
memiliki rhabdomioma jantung ternyata
Transcendence to The Depth of The Heart and
Beyond, adalah benang merah yang menghubungkan
antara profesi penulis sebagai guru besar, dokter ahli
jantung dan pembuluh darah dengan buku yang
ditulisnya tentang Candra Jiwa Indonesia. Penulis
berusaha melakukan introspeksi ke dalam dirisendiri, menuju kalbu yang terdalam.
Dalam bahasa Indonesia pemahaman makna
kata ’jantung’ terasa unik. Ketika berubah orientasi
ke dalam dada, bersifat transendental, imanen dan
esoteris, maka kata jantung dipahami sebagai hati,
atau kalbu, misalnya hatiku berdebar, padahal
jantungnya yang berdetak. Atau sembah kalbu, yang
mengatur nafas seraya mengucap nama-Nya akan mengatur detak jantung secara teratur tenang.
Padahal sebagai bahasa Arab (qalb) dan bahasa Inggris (heart) walaupun esoteris dan maknanya
berubah, suku katanya tetap.
Kalau Serat Centini, warisan budaya Jawa bercerita tentang kisah perjalanan di darat,
termasuk kulinernya pada jaman dahulu. Maka Candra Jiwa Indonesia adalah warisan ilmiah
Jawa kepada dunia tentang jiwa manusia serta peta perjalanannya menuju candra ideal sebagai
batas akhir dari perkembangan kesadaran manusia.
Sekiranya bintang, nur, cahaya yang bersinar di dada Garuda- Pancasila-NKRI, dari sila KeTuhan-an YME, maka Candra Jiwa Indonesia pas untuk memberi sumbangan
makna ilmiah kepadanya. Karena konsep yang sudah teruji
secara ilmiah di Universitas terkemuka di Eropa tersebut,
memang kandungan asli dari bumi Indonesia, dari bangsa
Indonesia, dan dipertahankan oleh orang Indonesia pula.
Penulis berharap, buku ini membantu memperluas
pengetahuan kita tentang jati diri manusia dalam pandangan ilmiah di perguruan tinggi. Walaupun
sedikit-banyak menyentuh masalah keyakinan
dan kepercayaan justru memberikan dasar
pendidikan budi luhur, pembinaan mentalspiritual dan mempertajam empati secara luas
kepada siapa saja terutama para mahasiswa.
UNTUK TAHAP AWAL PENJUALAN
HANYA DI REDAKSI
TABLOID PROFESI KARDIOVASKULER
memiliki bukti klinis, radiologis, dan historis (yaitu riwayat keluarga yang menderita TS) yang mendukung adanya kelainan
neurokutan tersebut.6
Ada beberapa penyebab rhabdomioma
jantung. Mutasi sporadik adalah kausa yang
paling dominan yaitu mencapai lebih dari
50%.10 Penting untuk diperhatikan bahwa
malformasi-malformasi jantung kongenital
bisa menyertai tumor jinak ini. Tetralogy of
Fallot, anomali Ebstein, dan Hypoplastic Left
Heart Syndrome adalah contoh-contohnya.
Keberadaan malformasi-malformasi ini
tentu akan mempersulit manajemen dan
memperburuk prognosis. Selain malformasi kongenital, kelainan-kelainan genetik
tertentu juga demikian halnya. Kelainankelainan tersebut misalnya TS (merupakan
yang tersering), sindrom Down, dan sindrom nevus sel basal.1, 11, 12
Tumor otot lurik ini paling sering berlokasi di lidah serta jantung.13, 14 Namun,
tidak tertutup kemungkinan terjadi di organ-organ lain, contohnya vagina.15 Rhabdomioma jantung paling sering menempati
miokard ventrikel. Ia juga bisa bersarang
di atrium, permukaan epikardium, atau
pertemuan antara vena-vena kava dan atrium kanan (cavoatrial junction).
Gambaran klinis penyakit ini cukup bervariasi dan tergantung pada lokasi, ukuran,
serta jumlah tumor di jantung. Gejala-gejala sistem kardiovaskular muncul karena:
obstruksi ruang atau katup jantung, letaknya pada atrioventricular (AV) junction, serta
perluasan tumor ke miokard atau otot-otot
papiler. Obstruksi ruang atau katup jantung
dapat menimbulkan obstruksi aliran darah
ventrikel sehingga terjadi penurunan isi
semenit (cardiac output) jantung. Kondisi ini
bila parah, dapat menyebabkan peningkatan tekanan di atrium serta vena kava, kemudian hidrops fetalis, lalu kematian intrauterin. Bila terletak di AV junction, tumor
ini dapat memunculkan suatu jalur konduksi aksesoris sehingga muncullah aritmia
semacam takikardia supraventrikular atau
sindrom Wolff-Parkinson-White (WPW).
Sedangkan perluasan ke miokard atau otototot papiler menimbulkan gejala-gejala low
cardiac output pada anak-anak seperti sianosis dan kondisi ini lama kelamaan dapat
memburuk menjadi gagal jantung kongestif. (BERSAMBUNG)
Andy Kristyagita
5
203/Thn. XIX/Maret 2014
SEJARAH DEPARTEMEN KARDIOLOGI DAN KEDOKTERAN VASKULAR FK UNIVERSITAS INDONESIA, JAKARTA (4)
Untuk penyelesaian dan implementasi
lampiran SK Dirjen tersebut, pada tanggal 11 September 1972 dibuat suatu
consensus mengenai Bagian Kardiologi
RSCM di Ruang Senat FKUI. Hadir
pada pertemuan tersebut Dekan FKUI
Prof. Dr. Mahar Mardjono, Direktur
RSCM Prof.Dr.Odang, dr. A Halim Irjen
RSCM, unsur bagian Ilmu Penyakit
Dalam, bagian ilmu Kesehatan Anak,
bagian Bedah dan para kardiolog.
Konsensus ini diumumkan pada
tanggal 14 September 1972 ditandatangani Dekan FKUI dan Direktur RSCM.
Selanjutnya dari consensus tersebut.
Pada tanggal 26 September 1972, Dekan
FKUI saat itu Prof.Dr. Rukmono dan
Direktur RSCM Prof. Dr. O. Odang mengeluarkan Surat Keputusan bersama
untuk masing-masing yang isinya memberhentikan kedudukannya di Lakarnas
menjadi tim inti di Bagian Kardiologi
RSCM.
Sebelum Bagian Kardiologi RSCM
dibentuk, di saat Lakarnas, ada ketidaksepahaman dr. Iwan Santoso sebagai
Ketua Lakarnas dengan dr. Lie Kioeng Foei,
sehingga atas persetujuan Direktur dr. Lie
Kioeng Foei dan dr. Djaka melepaskan diri
dari Lakarnas dan kembali ke Bagian Ilmu
Penyakit Dalam. Sejak saat itulah di RSCM
ada 2 (dua) tempat yang secara terpisah
melaksanakan pekerjaan yang sama. Karena hal ini menimbulkan kekacauan dibidang
medis tekhnis, timbul pula kesukaran
dalam bidang pendidikan baik pendidikan
mahasiswa maupun para dokter yang sedang dididik menjadi ahli penyakit jantung
dan pembuluh darah. Timbul juga daerahdaerah yang tabu untuk kelompok yang
satu maupun yang lain. Mereka tidak diberikan kesempatan untuk memanfaatkan seluruh fasilitas dan potensi yang ada dalam
lapangan kardiologi.
Pembentukan Bagian Kardiologi dengan Surat Keputusan Dirjen Pembinaan
kesehatan ini secara defacto organisasi berjalan terus walaupun hari demi hari menuai
protes dari pihak lain yang tidak menyetujuinya. Belum tuntasnya masalah ini persoalan kardiologi masih “status quo”, namun demikian para pionir kardiolog tidak
bosan dan henti-hentinya untuk memperjuangkan pengembangan ilmu bidang kardiovaskular. Sementara itu perkembangan
upaya pelayanan penyakit jantung dan
pembuluh darah di masyarakat menuntut
dihasilkannya lebih banyak lagi kardiologkardiolog yang dihasilkan.
Pada tanggal 23 Oktober 1972, Menteri
Kesehatan Republik Indonesia dengan
Surat Keputusannya no.587/X-AU/72 membentuk PUSAT KARDIOLOGI yang merupakan Unit Fungsional yang harus mengkoordinir kegiatan kardiologi di Rumah
Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, mencakup
pelayanan, pendidikan dan penelitian. Namun dalam usaha mengkoordinir, unit
fungsional tersebut mengalami berbagai
hambatan dari pihak lain yang tidak mendukung adanya Pusat kardiologi tersebut.
bahkan minta dicabutnya Surat Keputusan
Menteri Kesehatan tersebut.
Sesuai dengan perkembangnnya para
kardiolog di Indonesia, pada tanggal 10-12
Agustus 1974 bertempat di Taman Ismail
Marzuki, menyelenggarakan Kongres Perhimpunan Kardiologi Indonesia Pertama
(KOPERKI-I). Kurikulum Pendidikan
Ahli Penyakit Jantung dan Pembuluh
darah yang “community oriented” dimantapkan dan disyahkan dalam Konggres tersebut. Dengan kurikulum ini kemudian lulusan mendapat pengakuan
dari Majelis Dokter Ahli Ikatan Dokter
Indonesia (MDA-IDI). Dan Brevet Kardiolognya dikukuhkan oleh Majelis Dokter Ahli-IDI atas usulan Perhimpunan
Kardiologi Indonesia (PERKI).Tidak selesainya masalah-masalah Kardiologi di
RSCM, dr. Sukaman diwawancara oleh
Wartawan Majalah Tempo (lihat Tempo
tanggal 7 September 1974 halaman 22), yang
ini mendapat protes dari Direktur RSCM
Prof.Dr. Rukmono untuk tidak lagi mengadakan pemuatan mengenai keadaan
Kardiologi RSCM dalam mass-media.
Pada tahun 1974 munculah sejarah kemanusiaan Dewi Sartika, gadis cilik
berusia 9 tahun anak seorang karyawan
PJKA Moch.Djukri yang memerlukan
pacu jantung. Para dokter jantung jantungpun berkiprah untuk menolong......
(Kardiologi.................... hal.3)
tujuan akhir yang hakiki. Apabila sikap
egoistik yang secara natural memang negatif itu dapat diubah polarisasinya menjadi
netral saja, sesuai pandangan disertasi
Dokter Soemantri Hardjoprakoso tanggal
20 Juni 1956 di Eropa dalam Indonesisch Mensbeeld als Basis Ener Psycho-Therapie, candra
jiwa Indonesia sebagai dasar psikoterapi,
dijamin perjalanan kereta kuantum mikrokosmos akan stabil dan harmonis di sepanjang perjalanannya dan posisinya di dunia
sekelilingnya. Di dalam psikologi peristiwa
berubahnya polarisasi negatif menjadi netral ini dikenal sebagai peristiwa sublimasi. Ini adalah khas kelebihan yang dimiliki
oleh kuda yang egoistik secara natural tersebut, sifat yang istimewa ini harus dikenal
baik oleh siapa saja yang menganggap dirinya (ego-mental) kusir yang handal dan
bijak. Sifat-sifat kekuatan mental manusia
seperti sosial yang penuh kasih sayang kepada sesamanya, desire yang pendekatannya
penuh kemesraan, passion yang penuh semangat, dan suprasosial yang khusuk kepada Tuhan penampilannya menjadi prima
ketika tidak mendapat gangguan dari kuda
hitam. Dengan lain kata kekuatan kuda
hitam dari negatif berubah polaritasnya
menjadi positif akan menghasilkan kekuatan jasmani yang menjadi dasar ketahanan
terhadap penderitaan selama perjalanan
hidup. Mengapa perangkat jiwa menjadi
perangkat jasmani? Memang jiwa, mental
adalah bagian dari jasmani dalam arti jasmani halus. Dalam hal ini jasmani atau fisik
manusia dibagi menjadi fisik kasar (jasmani) dan fisik halus (mental, jiwa). Jadi kita
menjadi sadar bahwa nafsu hewani manu-
sia sesungguhnya merupakan bagian dari
perangkat kereta yang lebih menjurus pada
sifat jasmani kasar manusia dan akal manusia yang memiliki kesadaran itu menjadi
jiwanya manusia. Oleh karena itu asas
kekuatan di dalam jiwa manusia oleh Freud,
Jung dan candra jiwa Indonesia/Soenarto
dimasukkan dalam kelompok yang sifat kesadarannya adalah asadar dan angan-angan
serta perasaan manusia berada di dalam
dataran sadar.
Nah, bangunlah jiwanya bangunlah
badannya untuk Indonesia Raya hendaknya
diartikan memiliki sikap jiwa yang positif
seperti membangun rasa percaya kepada
Tuhan YME dan meningkatkan kejujuran
yang dimulai dari diri kita sendiri, bergizi
seimbang, mengenyahkan asupan tubuh
yang tidak sehat, berolah raga teratur dan
terukur serta istirahat yang cukup. Salam
Kuantum.
Budhi S. Purwowiyoto
Kembali pada pertanyaan apakah membangun jiwanya akan menghasilkan badan
yang sehat seperti refleksi sang kusir terhadap lagu kebangsaan kita? Kardiologi
Kuantum memandang kereta kuantum mikrokosmos ini adalah bagian dari alam semesta makrokosmos. Setiap oposisi kekuatan yang berlawanan terhadap kuda putih
harus dianggap berbahaya, dapat melemahkan daya tahan kereta kuantum yang
perkasa ini, pada akhirnya tidak mencapai
(BERSAMBUNG)
__________
Yudi Latif. Visi Indonesia Raya II. Analisis Politik.
KOMPAS, Selasa, 11 Februari 2014 hal. 15.
Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
Diagram Transenden: Kereta “Perkasa” Mikrokosmos
Kereta kuantum (perkasa) mikrokosmos ini adalah imajinasi dari kereta dengan empat ekor kuda
berdasarkan Candra Jiwa Soenarto (Indonesia). Disain kereta ini adalah untuk 1) tugas ke luar
(ekstraversi) ke dunia luar, berkiprah membahagiakan masyarakat, dan memelihara alam semesta (D1,
Dimensi-1, makrokosmos). Angan-angan (mind dengan aku, ego sebagai perwakilannya) manusia yang
fungsi vitalitasnya nyaris tak terbatas itu bertugas sebagai sang Kusir (TheDriver) yang mengendalikan
kekuatan 4-nafsu. Arah perjalanan ditentukan oleh potensi egosentrifugal (mutmain kuda putih). Keinginan (kuning) mampu menarik kemauan (merah) dan egosentripetal (hitam) yang pro kenikmatan agar
menjadi egonetral yang memiliki ketahanan mental dan kesanggupan untuk menderita dalam perjalanan
hidup. Suasana () positif dan negatif sang Kusir (angan-angan) dalam mengendalikan kuda sesuai
dengan adaptasinya terhadap panduan ideal ekstraversi (ikhlas, sabar, syukur, jujur, dan) dan introversi
(sadar, percaya, taat) kepada Pusat Imateri (Tripurusa). 2) Tugas ke dalam (introversi) ke Pusat Imateri
adalah proses kembalinya hidup-pribadi manusia ke asal mulanya (sadar kolektif) yang meng-hidup-i,
dan sumber hidup-nya. (Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia W arisan Ilmiah Putra Indonesia.
Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012)
6
203/Thn. XIX/Maret 2014
Statin untuk Pasien dengan Risiko Tinggi
SECARA global, penyakit tidak menular
kronis merupakan penyebab utama kematian
karena penyakit kardiovaskular (CVD). WHO
memperkirakan kematian penyakit kardiovaskular sekitar 17,3 juta (30% dari seluruh
kematian global) pada tahun 2008. Dari
jumlah tersebut, 7,3 juta disebabkan penyakit
jantung koroner (PJK) dan 6,2 juta karena
stroke. Lebih dari 80% dari kematian tersebut dilaporkan dari negara-negara berkembang. Menurut laporan WHO, kematian yang
terkait penyakit kardiovaskular selanjutnya
akan meningkat menjadi 23,3 juta tahun 2030.
Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi
yang mempunyai pengaruh terhadap pasien
hingga menderita penyakit kardiovaskular.
Hipertensi, hiperkolesterolemia dan diabetes dianggap sebagai faktor utama, faktor risiko tunggal yang independen untuk penyakit
kardiovaskular.
Beberapa pedoman internasional untuk
skrining dan intervensi yang ada didasarkan
pada bukti-bukti yang disajikan bersama dengan data epidemiologi. SCORE (Systemic
Coronary Risk Estimation) adalah fasilitas
untuk melakukan estimasi risiko penyakit
jantung tanpa gejala klinis dan subklinis.
Pasien yang pernah terserang sindroma koroner akut (ACS) atau stroke dikelompokkan
dalam risiko tinggi untuk mendapatkan kejadian berulang, kelompok ini otomatis dimasukkan dalam evaluasi dan manajemen
faktor risiko secara intensif. Selain itu juga
pada penderita penyakit kardiovaskular, Diabetes Mellitus tipe 2 atau tipe 1 dengan
mikroalbuminuria, memiliki faktor risiko
individual sangat tinggi, dan penderita penyakit ginjal kronis (CKD). Oleh karena itu
pasien dengan SCORE risiko kematian kardiovaskular dalam 10 tahun > 5% memiliki
risiko tinggi dan termasuk yang memenuhi
semua koding klasifikasi penyakit internasional (ICD) sebagai aterosklerotik.
Dengan pemahaman yang lebih baik dari
patologi gangguan, faktor risiko tersebut diatas sekarang dianggap terintegrasi, dengan
salah satu faktor risiko yang sering menjadi
predisposisi lain. Sejumlah studi landmark
telah menunjukkan bahwa penurunan kolesterol LDL dengan terapi statin dapat memperbaiki morbiditas dan mortalitas kardiovaskular pada pasien dengan and tanpa penyakit kardiovaskular. Studi pencegahan
primer dan sekunder menunjukkan bahwa
mengurangi kadar kolesterol LDL akan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
penyakit kardiovaskular. Penurunan kolesterol LDL yang lebih besar dapat menurun-
kan lebih besar kejadian penyakit kardiovaskular. ESC 2011 menganjurkan penurunan
kolesterol LDL 1,8 mmol/L (kurang dari
70mg/dL) atau setidaknya diturunkan kadarnya secara relatif > 50% yang merupakan
manfaat terbaik untuk menurunkan CVD
pada pasien dengan risiko sangat tinggi. Sedangkan pada pasien dengan risiko tinggi,
kadar kolesterol LDL sebagai sasaran kelompok risiko tersebut adalah 2,5 mmol/L
(kurang dari 100mg/dL).
Berdasarkan bukti ilmiah skala besar dan
konsisten, panduan ACC/AHA 2013 untuk
terapi kolesterol darah guna mengurangi risiko penyakit aterosklerosis kardiovaskular
(ASCVD), selalu berdasarkan gaya hidup
sehat. Selain itu, dikemukakan 4-kelompok
besar yang mendapat manfaat terapi statin
yaitu individu dengan 1) ASCVD dengan
gejala klinik, 2) Pasien dengan peningkatan
primer kolesterol LDL > 190 mg/dL, 3) Pasien diabetes berumur 40-75 tahun dengan
kolesterol LDL 70-189 mg/dL dan 4) Pasien
dengan risiko ASCVD > 7,5%. Pada kelompok terakhir, dianjurkan menilai risiko 10
tahun ASCVD dalam 4-6 tahunan pada setiap
individu yang berumur 40-75 tahun tanpa
ASCVD klinis atau diabetes dan dengan
kolesterol LDL 70-189 mg/dL. Panduan ini
merekomendasikan terapi statin dengan intensitas tinggi yang dapat menurunkan
kolesterol LDL kira-kira > 50% yaitu atorvastatin 40/80 mg atau rosuvastatin 20/40 mg.
Terapi dengan intensitas tinggi dianjurkan
untuk pasien secara klinis memiliki ASCVD
berumur < 75 tahun, mereka yang dengan
LDL-C > 190 mg/dL, dan pasien DM T2 atau
T1 yang berumur 40-75 dengan risiko 10 tahun
ASCVD > 7,5%.
Pada survei The CEntralized Pan-Asian
survEy on tHE Undertreatment of hypercholeSterolaemia (CEPHEUS PAN-Asian) untuk terapi hiperkolesterolemia pada populasi
Asia yang diikuti oleh 8 negara termasuk
Indonesia meneliti pencapaian terapi kolesterol LDL dengan obat-obat penurun kolesterol. Studi ini mengikutsertakan pasien
hiperkolesterol yang berumur >18 tahun dengan terapi penurun kolesterol > 3 bulan (terapi stabil untuk 6 minggu), dan kadar kolesterolnya diukur. Selain itu, data demografik
dan informasi klinik lainnya dikumpulkan
serta risiko kardiovaskular tiap pasien juga
diukur. Survei yang diikuti oleh 7,281 pasien
itu disimpulkan bahwa kadar kolesterol LDL
tidak tercapai seperti apa yang dianjurkan
oleh panduan Update 2004 National Cholesterol
Education Program. Di Indonesia sendiri hanya
31,3% pasien yang mencapai target, oleh karena itu masih ada ruang untuk memperbaiki
terapi guna meningkatan manfaat dan hasil
yang sebaik-baiknya.
Perubahan gaya hidup dan terapi farmakologi adalah yang utama dalam menurunkan kolesterol LDL. Statin sebagai salah satu
obat penurun kolesterol terbukti mampu
menurunkan kolesterol LDL. Berikut adalah
beberapa studi yang mengkaji efektifitas statin:
 Studi STELLAR membandingkan rosuvastatin dengan atorvastatin, pravastatin, and
simvastatin yang meliputi 2.431 responden
dewasa dengan hiperkolesterolemia (LDL-C
>160 dan <250 mg/dL; TG <400 mg/dL) setelah di random untuk mendapatkan rosuvastatin 10, 20, 40, atau 80 mg; atorvastatin
10, 20, 40, atau 80 mg; simvastatin 10, 20, 40,
atau 80 mg; atau pravastatin 10, 20, atau
40 mg. Setelah 6 minggu dianalisis dapat disimpulkan bahwa rosuvastatin 10 sampai
80 mg dapat menurunkan kolesterol LDL ratarata 8,2% melebihi atorvastatin 10 to 80 mg,
26% melebihi pravastatin 10 - 40 mg, dan 12%
-18% melebihi simvastatin 10-80 mg (p <0.001).
Ternyata rosuvastatin menurunkan kolesterol total secara bermakna (p<0,001) dibandingkan dengan seluruh komparatornya dan trigliserid dibandingkan dengan simvastatin dan
pravastatin (p<0,001).
 Studi RADAR (Rosuvastatin and Atorvastatin in different Dosages And Reverse cholesterol transport) menyoroti prediktor risiko kardiovaskuler yang terkenal yaitu rasio dari
kolesterol HDL dan kolesterol LDL (LDL-C/
LDL-C). Studi ini membandingkan rosuvastatin dan atorvastatin berdasarkan rasio
tersebut pada pasien PKV yang berumur 4080 tahun dengan kolesterol HDL yang rendah:
<1.0 mmol/L (<40 mg/dL); yang diberikan
diet selama 6 minggu periode prapenelitian,
sebelum di randomisasi dengan terapi label
terbuka selama 6 minggu untuk rosuvastatin
10 mg (n=230) atau atorvastatin 20 mg (n=231).
Dosis ditingkatkan setelah 6 minggu untuk
rosuvastatin 20 mg dan 40 mg untuk atorvastatin, dan setelah 12 minggu rosuvastatin
40 mg dan 80 mg untuk atorvastatin. Kesimpulan studi ini yaitu rosuvastatin 10, 20 dan
40 mg secara bermakna lebih efektif dari atorvastatin 20, 40 dan 80 mg, dalam memperbaiki rasio LDL-C/HDL-C pada pasien PKV
dengan HDL-C rendah. Diperlukan studi lanjut untuk menjelaskan manfaat rosuvastatin
untuk menurunkan risiko kardiovaskular.
 Studi ECLIPSE didisain untuk membandingkan manfaat dan keamanan dari titrasi-
ketat terapi rosuvastatin (10-40 mg) atau atorvastatin (10-80 mg) pada pasien risiko tinggi
dengan hiperkolesterolemia. Pada studi 24minggu 1.036 pasien, label terbuka, dirandomisasi untuk rosuvastatin (n=522) atau atorvastatin (n=514), multinasional dan paralel.
Kesimpulan rosuvastatin yang dititrasi sesuai
rekomendasi memiliki efek yang lebih baik
pada variabel lipoprotein dibandingkan dengan atorvastatin, memungkinkan pasienpasien dengan risiko tinggi mencapai target
LDL-C yang direkomendasikan.
 Studi VOYAGER didisain untuk menjawab pertanyaan apakah dengan meningkatkan dosis statin dengan dengan obat yang
potensinya lebih besar akan mencapai target
terapi pada pasien dengan risiko tinggi
(kadar-awal tinggi pada LDL-C-nya). Efek peningkatan dosis pada kadar lemak telah diteliti pada 5,741 pasien dengan diabetes
untuk pemberian rosuvastatin (R) atau Atorvastatin (A), penyakit atherosklerotik atau
dislipidemia aterogenik dengan kadar dasar
LDL-C >190 mg/dL (~4,9 mmol/L) dari data
individual pasien metaanalisis studi VOYAGER. Persentase pasien dengan data dasar
LDL-C >160 mg/dL (~4,1 mmol/L) mencapai
tujuan LDL-C <100 (2,6 mmol/L) dan <70 mg/
dL (1,8 mmol/L) juga ditentukan. Hasilnya
perbaikan kadar lipid dan persentase mencapai target LDL-C terlihat dengan meningkatkan dosis statin.
 Dalam studi CENTAURUS, kolesterol
LDL berkurang sekitar 50% pada kedua kelompok rosuvastatin 20 mg dan atorvastatin
80 mg pada bulan pertama sedangkan pada
bulan ketiga kolesterol LDL berkurang sebesar -47,2% pada kelompok rosuvastatin 20 mg
dan -47,8% pada kelompok atorvastatin 80 mg.
Non-inferioritas telah didemonstrasikan pada
bulan pertama namun tidak pada bulan ketiga pada populasi intention to treat. Sementara
pada studi LUNAR, terapi dengan rosuvastatin 40 mg menghasilkan penurunan kolesterol LDL lebih besar yang secara statistik signifikan dibanding dengan atorvastatin 80 mg
(rata-rata minggu ke-6 dan minggu ke-12).
Sangat penting untuk menggunakan statin yang efektif pada dosis yang efektif untuk
mencapai target terapi kolesterol LDL yang
direkomendasikan pada pasien yang berisiko tinggi. Terapi rosuvastatin 20 mg sebanding dengan atorvastatin 80 mg dan rosuvastatin 40 mg lebih baik dari atorvastatin 80
mg dalam menurunkan kolesterol LDL. Statin-statin tersebut juga ditoleransi dengan
baik oleh kebanyakan pasien.
(Budhi S. Purwowiyoto)
Download