Modul Pelatihan Tenaga Promosi Kesehatan - BBPK

advertisement
MODUL PELATIHAN BAGI TENAGA
PROMOSI KESEHATAN DI
PUSKESMAS
2008
Departemen Kesehatan RI
2008
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
perkenan-Nya Modul Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan
di Puskesmas dapat diselesaikan.
Modul pelatihan ini berisikan tentang uraian materi dari kegiatan
Promosi Kesehatan dalam memandu kegiatan belajar mengajar
pada saat pelatihan. Kami mengaharapkan bahwa modul ini
dapat dipergunakan sebagai bahan acuan PelatihanTenaga
Promosi Kesehatan di Puskesmas.
Penyusunan Modul ini terlaksana berkat bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu kami ucapkan terima kasih dan juga kepada
semua anggota tim penyusun yang telah banyak berperan serta.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
modul ini. Oleh karena itu segala masukan dari berbagai pihak
sangat diharapkan guna penyempurnaan.
Jakarta, Oktober 2008
Ketua Penyelenggara
Kepala Sub Bidang Diklat Teknis Kesehatan
Sjamsul Ariffin, SKM,M.Epid
NIP. 140 238 999
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
i
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................i
Ucapan Terima Kasih ....................................................................... ii
Daftar Isi........................................................................................ iii
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
ii
Materi Dasar 1
DASAR-DASAR PROMOSI
KESEHATAN
DASAR-DASAR PROMOSI KESEHATAN
Konsep Promosi Kesehatan
dan Pendidikan Kesehatan
1. Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
Pengertian/batasan atau definisi PKM dari beberapa ahli, antara
lain:
a. Nyswander :
Pendidikan Kesehatan adalah suatu proses perubahan pada
manusia yang bertalian dengan tercapainya tujuan-tujuan
kesehatan perorangan dan masyarakat. Pendidikan kesehatan
tidak dapat diberikan oleh seseorang pada orang lain, maupun
serangkaian prosedur-prosedur yang harus dijalankan untuk
mencapai statu hasil, akan tetapi suatu proses perkembangan
yang selalu berubah secara dinamis dimana didalamnya
seseorang menerima atau menolak informasi baru, sikap baru
dan perilaku baru yang berhubungan dengan tujuan hidup
sehat.
Penekanannya pada perubahan perilaku, bagaimana cara
mendorong serta mempengaruhi orang lain, sehingga terjadi
perubahan perilaku tercapai tujuan kesehatan seseorang dan
masyarakat.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
1
b. Steuart :
Pendidikan kesehatan adalah komponen dari program-program
kesehatan dan kedokteran yang memuat usaha-usaha
direncanakan untuk mengubah perilaku individu, kelompok
maupun masyarakat luas (apa yang dirasakan, dipikirkan, dan
dikerjakan) dengan tujuan menolong mereka untuk dapat
mencapai tujuan pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan.
Penekanannya bahwa pendidikan kesehatan merupakan
komponen program-program kesehatan, terencana, mudah
dilaksanakan, mudah mengukur hasilnya, dan perbaikan
peningkatan program pendidikan yang akan datang.
c.
L. Green :
Pendidikan kesehatan adalah setiap kombinasi pengalaman
belajar yang merangsang penyesuaian secara sukarela dari
perilaku yang sesuai dengan kesehatan.
Penekanannya berdasar sukarela dan kesadaran dalam
penysuaian perilaku untuk memajukan kesehatan melalui
berbagai kombinasi pengalaman belajar.
d. Wood :
Pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang
menguntungkan mempengaruhi pengetahuan, kebiasaan, dan
sikap yang berhubungan dengan kesehatan individu,
masyarakat, dan bangsa.
Penekanannya adalah bahwa pengalaman-pengalaman yang
menguntungkan didalam kesehatan dipergunakan untuk
mempengaruhi orang lain dalam rangka mencapai tujuan
kesehatan.
e. UU No. 9 tahun 1960 :
Pendidikan kesehatan sama dengan penyuluhan kesehatan
“Pendidikan kesehatan adalah statu proses perubahan,
pertumbuhan, dan perkembangan diri manusia menuju kepada
keselarasan dan keserasian serta keseimbangan jasmani,
rohani/mental dan sosial dari manusia terhadap lingkungannya,
sehingga mampu bertanggungjawab untuk mengatasi masalahmasalah kesehatannya sendiri serta masyarakat lingkungannya.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
2
f.
UU No. 23 tahun 1992.
Penyuluhan kesehatan diselanggarakan guna meningkatkan
pengetahuan,
kesdaran,
kemauan,
dan
kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam
upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan
yang melekat pada setiap kegiatan upaya kesehatan.
Penyuluhan kesehatan diselenggarakan untuk mengubah
perilaku seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehat
melalui komunikasi, informasi, dan edukasi.
Dari berbagai pengertian diatas, bahwa tujuan PKM adalah adanya
perubahan perilaku manusia untuk mencapai hidup sehat yang
diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar.
Tujuan PKM ( Komite Ahli WHO, TRS 156-1958 ):
1. Menjadikan kesehatan sebagai harta atau milik masyarakat
yang berharga.
2. Membantu orang (individu) menjadi mampu menjalankan
kegiatan-kegiatan demi kepentingannya, secara individu
,kelompok agar menyadari sepenuhnya makna kesehatan dan
berperilaku sehat.
3. Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan fasilitas
kesehatan sebagaimana mestinya.
2. Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Pengertian/batasan atau definisi promkes dari beberapa ahli, antara
lain :
a. Illona Kickbush menguraikan :
“Promosi kesehatan lahir (emerged-out) dari pendidikan
kesehatan. Ada alasan untuk itu:
1) para penyuluh/pendidik kesehatan masyarakat menjadi
lebih sadar tentang perlunya sebuah pendekatan positif
dalam pendidikan kesehatan, lebih dari sekedar
pencegahan penyakit.
2) menjadi semakin nyata bahwa pendidikan kesehatan akan
lebih berdaya jika didukung dengan seperangkat upaya
seperti legal environment dan regulatory.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
3
Mengapa upaya pendidikan kesehatan saja tidak cukup?
Pendidikan kesehatan mengubah perilaku individu, kelompok,
dan masyarakat, ternyata tidak cukup meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat? Karena diluar itu banyak faktor atau
determinan mempengaruhi kesehatan, dan berada diluar sektor
kesehatan. Determinan tadi diinterevensi lewat regulasi dan
legislasi, melalui upaya mediasi dan advokasi. Upaya advokasi,
mediasi dan pemberdayaan inilah yang merupakan fungsi
utama promosi kesehatan. Advokasi untuk membuat kondisi
politis, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, perilaku menjadi
menguntungkan
kesehatan.
Mediasi
dengan
lembaga
pemerintah dan non pemerintah, dunia usaha, industri dan
media sehingga terjadi aksi terkoordinasi untuk kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat yang dapat menggali seluruh
potensi yang ada untuk perbaikan kesehatan dengan
memebrikan pelatihan, pemberian informasi dan lingkungan
yang mendukung.
b. Green and Kreuter (1991) :
“ Any planned combination of education and environmental
supports for action and conditions of living conducive to health
of individuals, groups and communities”.
c.
WHO memberikan definisi :
“Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan individu dan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka
mengendalikan determinan kesehatan sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan mereka “.
d. Departemen Kesehatan merumuskan definisi :
“Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor
kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkankegiatan yang bersumberdaya masyarakat,
sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
public yang berwawasan kesehatan.”
Definisi yang dirumuskan Departemen Kesehatan, lebih
menggambarkan bahwa promosi kesehatan adalah gabungan
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
4
antara pendidikan kesehatan yang dudukung oleh kebijakan
public yang berwawasan kesehatan. Gabungan kedua upaya ini
akan memberdayakan masyarakat sehingga dapat mengontrol
determinan-determinan kesehatan.
Promosi
Kesehatan,
bertujuan
untuk
meningkatnya
kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
untuk hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang
bersumber masyarakat, serta terciptanya lingkungan yang
kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan
masyarakat.
Visi, Misi, dan Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
1. Visi.
Visi Promosi Kesehatan, merupakan bagian integral dari Visi
Indonesia Sehat 2010, maka Visi Promosi Kesehatan ditetapkan “
Perilaku Hidup Bersih & Sehat 2010” atau “ PHBS 2010”. Artinya
adalah bahwa keadaan dimana individu-individu dalam rumah
tangga (keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka :
a. mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan
lain,
b. menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain,
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan,
c. memanfaatkan pelayanan kesehatan
d. mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan
bersumber masyarakat.
2. Misi
Misi Promosi Kesehatan, adalah :
a. memberdayakan individu, keluarga, dan kelompok-kelompok
dalam masyarakat, baik melalui pendekatan individu dan
keluarga, maupun pengorganisasian dan penggerakan
masyarakat
b. membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi
terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
5
c.
mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu
kebijakan serta pihak-pihak lain yang berkepentingan
(stekeholders) dalam rangka :
1) mendorong diberlakukannya kebijakan dan peraturan
perudang-undangan yang berwawasan kesehatan.
2) mengintegrasikan
promosi
kesehatan,
khususnya
pemberdayaan masyarakat dalam program-program
kesehatan.
3) meningkatkan kemitraan sinergis antara pemerintah pusat
dan daerah serta antara pemerintah dengan masyarakat
(termasuk LSM).
4) meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan
pada khususnya dan bidang kesehatan pada umumnya.
3. Ruang Lingkup.
Promosi kesehatan telah berubah dan menjadi bagian “ Era baru
kesehatan masyarakat “. Era ini dengan puncak penyelenggaraan
konferensi Alma Alta, istilah promosi kesehatan dikukuhkan dan
juga untuk pertama kali secara nyata bahwa kondisi fundamental
dan sumberdaya untuk sehat adalah :” perdamaian, perumahan,
pangan, pendapatan, ekosistem yang stabil, kelestarian
sumberdaya, keadilan sosial, dan kesetaraan. Hal ini disebut juga
prasyarat dasar (basic prerequisites) untuk kesehatan.
Pada era ini, model kesehatan yang baru yaitu sosial model of
health, mulai diterima, meninggalkan medical model pada model
sosial, masalah kesehatan dilihat lebih pada penyebabnya, bukan
semata-mata denagn mengobati penyakit merupakan akibat dari
masalah kesehatan. Dengan diterimanya promosi kesehatan
sebagai upaya utama kesehatan
a. Ottawa ( 1986 ).
Pada tahun 1986 di Ottawa, Canada dilangsungkan Konferensi
International pertama, menghasilkan, Deklarasi Ottawa
(Ottawa Charter) yang merumuskan 5 (lima) pilar utama
atau 5 (lima) ruang lingkup promosi kesehatan, yaitu :
1) Build Healthy Public Policy (membangun kebijakan public
yang berwawasan kesehatan). Setiap pembuat kebijakan
publk harus memeprhatikan dampak kesehatan dari setiap
keputusan yang dibuatnya. Demikian juga harus dibangun
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
6
kebijakan publik yang menguntungkan kesehatan.
Kebijakan publik antara lain berbentuk peraturan
perundang-undangan, kebijakan fiskal, kebiajakan pajak,
dan pengembangan organisasi dan kelembagaan.
Contoh : kebijakan kawasan tanpa rokok, pembatasan
merokok, pembatasan iklan rokok, pemakaian helm dan
sabuk pengaman, ada dinas kesehatan di propinsi/kab/kota
dengan unit promosi kesehatan.
2) Create supportive environment (menciptakan lingkungan
yang mendukung).
Lingkungan sosial yang mendukung sangat besar perannya
dalame mempengaruhi kesehatan dan perilaku seseorang.
Contoh: lingkungan yang mendukung dengan penyediaan
tempat khusus untuk menyusui bayi di tempat-tempat
umum, penyediaan tempat sampah, pengembangan
tempat konseling remaja dll.
3) Strengthen, community action (memperkuat gerakan
masyarakat).
Promosi kesehatan mendorong dan memfasilitasi upaya
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan.
Contoh:
mendorong
terbentuknya
yayasan/lembaga konsumen kesehatan, mendorong
pembentukan
posyandu,
mendorong
pembiayaan
kesehatan bersumberdaya masyarakat dll.
4) Develop personal skill (mengembangkan keterampilan
individu).
Agar masyarakat mampu membuat keputusan yang efektif
mengenai kesehatannya, masyarkat perlu informasi,
pendidikan/pelatihan dan berbagai keterampilan. Tugas
promosi kesehatan adalah memberdayakan masyarakat
agar dapat mengambil keputusan dan alih tanggungjawab
kesehatan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki, mengembangkan keterampilan individu akan
lebih efektif bila dilakukan melalui tetatan-tatanan rumah
tangga, sekolah, tempat kerja, dan tatan lain yang sudah
ada di masyarakat.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
7
5) Reorient health service (menata kembali arah pelayanan
kesehatan).
Upaya-upaya preventif dan promotif lebih diutamakan
tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Deklarasi Ottawa telah menjadi rujukan dan panduan baik dalam
pengembangan kesehatan masyarakat maupun dalam kegiatan
promosi kesehatan diberbagai Negara. Promosi Kesehatan sebagai
proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan
b. Sundsvall Swedia (1991).
Ada 4 kunci strategis untuk mengembangkan lingkungan yang
mendukung kesehatan: advokasi, memberdayakan masyarakat,
membangun aliansi, dan menjadi penengah diantara berbagai
konflik.
c.
Jakarta ( 1997 )
Salah satu tonggak promosi kesehatan adalah Deklarasi
Jakarta (1997) yang lahir dari Konferensi International
Promosi Kesehatan ke-4. Deklarasi ini merumuskan :
1) Promosi kesehatan adalah investasi utama yang
memberikan dampak pada determinan kesehatan, dan
memberikan manfaat kesehatan terbesar pada masyarakat.
2) Promosi kesehatan mmeberikan hasil positif yang berbeda
dibandingkan upaya lain dalam meningkatkan kesetaraan
bagi masyarakat dalam kesehatan. Lima prinsip Deklarasi
Ottawa merupakan kunci strategi untuk sukses.
3) Promosi kesehatan perlu disosialisasikan dan harus menjadi
tangungjawab lintas sektor.
Deklarasi Jakarta merumuskan prioritas promosi kesehatan
abad 21 :
Meningkatkan tanggungjawab sosial dalam kesehatan,
meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan,
konsolidasi dan perluasan kemitraan untuk kesehatan,
meningkatkan kemampuan masyarakat dan pemberdayaan
individu serta menjamin tersedianya infrastruktur promosi
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
8
kesehatan. Pendidikan kesehatan
penting dalam promosi kesehatan.
merupakan
komponen
d. Bangkok 2005 (7 – 11 Agustus 2005).
Konferensi Bangkok dikenal dengan ”The Bangkok Charter for
Health Promotion in a globalized world”, dengan hasil
menegaskan:
1) Perlu strategi dan komitmen untuk menghadapi berbagai
faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan di dunia
global,
serta
kebijakan
dan
kemitraan
untuk
memberdayakan masyarakat untuk memperbaiki kualitas
kesehatan (termasuk ketidakmerataan bidang kesehatan)
menjadi fokus pembangunan nasional dan global.
2) Salah satau hak asasi setiap manusia adalah untuk
memperoleh kualitas kesehatan yang setinggi-tingginya.
Promosi kesehatan didasari hak asasi ini, menawarkan
konsep sehat yang positif dan inklusif yang merupakan
faktor mempengaruhi kualitas hidup kesehatan mental dan
spiritual. Promosi kesehatan merupakan fungsi inti
kesehatan masyarakat, yang memberikan sumbangan
dalam mengatasi penyakit menular dan tidak menular serta
ancaman terhadap kesehatan, dan merupakan investasi
efektif untuk meningkatkan kesehatan dan pembangunan
manusia serta mengurangi ketidakmerataan/ketidaksamaan
dibidang kesehatan dan jender.
3) Perkembangan menuju dunia yang lebih sehat memerlukan
keterlibatan politi yang kuat, peranserta lebih luas dan
advokasi yang berkesinambungan. Untuk memperoleh
kemajuan lebih lanjut, semua sektor dan tatanan perlu
melakukan :
a) Advokasi mengenai kesehatan (sebagai konsekwensi
hak asasi)
b) Investasi berupa kebijakan, diikuti dengan tindakan
dan penyediaan infrastruktur yang berkesinambungan
c) Membina kemampuan dalam pengembangan kebijakan
publik, kepemimpinan, pelaksanaan promosi kesehatan,
penelitian dan alih teknologi
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
9
d) Regulasi dan legislasi untuk menjamin perlindungan
dari hal-hal yang membahayakan kesehatan serta
memperoleh kesempatan yang sama bagi seluruh
manusiadibidang kesehatan dan kesejahteraan
e) Bermitra dan membina aliansi dengan berbagai sektor
publik, swasta, organisasi nirlaba, dan kelompokkelompok masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
yang berkesinambungan.
4) Piagam Bangkok merekomendasikan, sebagai komitmen
terhadap kesehatan bagi semua, antara lain:
a) Peningkatan kesehatan menjadi pusat agenda
pembangunan, pemerintahan semua negara dan
badan-badan intenasional harus berbuat seseuatu
untuk mendekatkan jarak antara si kaya dan si miskin,
serta perlindungan kesehatan khususnya dalam
menghadapi produk, layanan, dan pemasaran yang
membahayakan kesehatan;
b) Peningkatan kesehatan dijadikan tanggungjawab
utama semua pemerintahan, karena perkembangan
sosial, politik, ekonomi berpengaruh terhadap
kesehatan;
c) Peningkatan
kesehatan
dijadikan
fokus/kunci
kelompok-kelompok masyarakat, karena masyarakat
sering berada didepan untuk memprakarsai dan
melaksanakan promosi kesehatan, mereka memerlukan
hak, sumber daya dan kesempatan sehingga
sumbangan
mereka
berkembang
dan
berkesinambungan
d) Peningkatan kesehatan dijadikan prasyarat/kriteria
tentang perusahaan yang baik, karena sektor swasta
mempunyai tanggungjawab untuk menjamin kesehatan
dan keamanan tempat kerja serta meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan karyawan dan keluarga
dan masyarakat sekitarnya.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
10
e. Vancouver- Canada (2007).
Hasil konferensi ini adalah :
1) Mempengaruhi agenda kebijakan pemerintah melalui
peningkatan kemitraan dan advokasi.
2) Mengembangkan sains dan teknologi dalam mendukung
promosi kesehatan.
3) Mengembangkan innováis baru dalam pertukaran dan
penerapan sains dan teknologi promosi kesehatan melalui
berbagai pendekatan kebudayaan dan region (regional).
Strategi Promosi Kesehatan
Ada 3 (tiga) strategi dasar promosi kesehatan, yaitu Gerakan
Pemberdayaan sebagai ujung tombak, yang didukung oleh Bina
Suasana dan Advokasi. Ke dalam masing-masing strategi harus
diintegrasikan semangat dan dukungan Kemitraan dengan berbagai
stakeholders. Kesemuanya diarahkan agar masyarakat mampu
mempraktikkan perilaku mencegah dan mengatasi masalah
kesehatannya.
1. Pemberdayaan Masyarakat
Gerakan Pemberdayaan pada hakikatnya adalah proses pemberian
informasi secara bertahap untuk mengawal proses perubahan pada
diri sasaran, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau,
dan dari mau menjadi mampu mempraktikkan PHBS. Setiap fase
perubahan memerlukan informasi yang berbeda. Tetapi yang paling
menentukan adalah fase pertama, di mana kita harus dapat
menyadarkan si sasaran bahwa suatu masalah kesehatan adalah
masalah bagi yang bersangkutan. (Misalnya, menyadarkan ibu-ibu
di desa bahwa perut buncit anak-anaknya adalah masalah).
Sebelum ini berhasil dilakukan, maka informasi selanjutnya tidak
akan ada artinya (tidak akan digubris).
Kalau ini sudah berhasil dilakukan, maka batu sandungan kedua
akan dijumpai pada fase perubahan dari mau ke mampu. Banyak
orang yang sudah mau berperilaku tertentu (misalnya
memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas), tetapi tidak mampu
melakukan karena tidak adanya dukungan sarana (misalnya tidak
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
11
punya uang untuk transpor). Nah, di sinilah perlu hadirnya Advokasi
untuk mengupayakan subsidi dari pemerintah dan atau bantuan
dana dari penyandang dana. Selain itu, banyak juga dijumpai
orang-orang yang “bandel” – yang katanya mau, tetapi tidak
kunjung melakukan. Nah, bagi mereka perlu dibuat dan diterapkan
peraturan perundang-undangan. Untuk itu, Advokasi kepada
pengambil keputusan (bupati /walikota, DPRD, dll) diperlukan.
2. Bina Suasana
Strategi dasar ke-2 adalah Bina Suasana. Yaitu upaya untuk
menciptakan lingkungan sosial yang mendorong perubahan perilaku
si sasaran. Menurut teori, perubahan perilaku seseorang akan lebih
cepat terjadi, jika lingkungan sosialnya berperan sebagai
pendorong, atau penekan (pressure).
3. Advokasi
Strategi dasar ke-3 adalah Advokasi. Sebagaimana disebutkan di
muka, Advokasi diperlukan untuk mendapatkan dukungan baik
berupa peraturan perundang-undangan, dana maupun sumber
daya lain. Advokasi tidak boleh dilakukan ala-kadarnya, karena
Advokasi sebenarnya merupakan upaya/proses strategis dan
terencana, menggunakan informasi yang akurat dan teknik yang
tepat.
4. Kemitraan
Kemitraan adalah suatu kerjasama yang formal antara individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk
mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama ada
kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing,
tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan
yang telah dibuat, dan berbagi baik dalam risiko maupun
keuntungan. Kemitraan inilah yang mendukung dan menyemangati
penerapan 3 (tiga) strategi dasar.
Penerapan 3 (tiga) strategi dasar tersebut perlu metode dan teknik
masing, yaitu dengan pendekatan-pendekatan indivual, kelompok,
maupun masyarakat. Pendekatan individu biasa berupa pemberian
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
12
informasi dan edukasi, konseling, mencari faktor resiko (risk
assessment) terutama untuk pencegahan penyakit. Pendekatan individu
lebih cocok dilaksanakan di rumah sakit, praktik dokter, dan bidan,
serta posyandu dan puskesmas. Pendekatan kelompok, biasanya lebih
efisien dan efektif serta lebih luas jangkauannya. Metode bermacammacam seperti ceramah, seminar, lokakarya, konferensi. Pendekatan
massa atau populasi, untuk menjangkau masyarakat luas, metodenya :
pemakaian media massa, pengembangan masyarakat, kebijakan public
dan legislasi, pengembangan organisasi.
Referensi
1. School of Public Health and Tropical Medicine James Cook
University 2002 : Introduction to Health Education and Health
Promotion.
2. WHO, 1986, : The Ottawa Charter for Health Promotion.
3. Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, 1998: Dari Alma Ata ke
Deklarasi Jakarta.
4. Green and Kreuter, 1992:
5. Bangkok Charter, Agustus 2005.
6. Vancouver Charter 2007.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
13
Materi Dasar 2
JABFUNG PKM/ PROMOSI
KESEHATAN
JABATAN FUNGSIONAL
PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT
Beberapa Pengertian Jabfung PKM
1. Pejabat Fungsional adalah pejabat teknis fungsional yang
mengemban tugas, tanggung jawab serta hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
sesuai dengan bidang tugasnya pada unit kerja tertentu. Pejabat
Fungsional dalam melaksanakan pekerjaan/kegiatan secara mandiri
tanpa dibatasi oleh uraian tugas yang ditetapkan secara baku oleh
satu satuan dalam suatu organisasi
2. Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah Pegawai Negeri Sipil yang
diberi tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak secara penuh
oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan masyarakat. Yang menduduki Jabfung PKM
adalah PNS yang telah melaksanakan tugas penyuluhan kesehatan
masyarakat/promosi kesehatan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun
berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang.
3. Angka kredit adalah angka yang diberikan berdasarkan penilaian
atas prestasi kerja yang dicapai oleh seorang
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
14
Tugas Pokok Jabfung PKM
Tugas pokok Jabfung PKM adalah:
1. Melaksanakan kegiatan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan
masyarakat;
2. Melakukan penyebarluasan informasi kesehatan dalam berbagaia
bentuk dan saluaran komunikasi;
3. Membat rancanagan media, baik media cetak, elektronika maupun
media luar ruang;
4. Melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang
berhubungan dengan kesehatan;
5. Merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan perilaku
masyarakat yang mendukung kesehatan.
Jenis dan Jenjang Jabfung PKM
Jabfung PKM ada 2 jenis, yaitu:
1. Jabfung PKM Ahli
adalah Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang
pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan yang berkaitan dengan
pengembangan pengetahuan, penerapan konsep dan teori, ilmu
dan seni untuk pemecahan masalah dan proses pembelajaran
dengan cara yang sistematis di bidang Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat.
Jabfung PKM Ahli ada 3 jenjang.
a. PKM Pertama (Penata Muda golongan III a – Penata Muda Tkt I
golongan III b)
b. PKM Muda (Penata golongan III c – Penata Tkt I golongan III
d)
c. PKM Madya (Pembina golongan IV a – Pembina Utama Muda
golongan IV c)
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
15
2. Jabfung PKM Terampil.
adalah Jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang
pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan teknis operasional yang
bersifat keterampilan di bidang Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Jabfung PKM Terampil ada 3 jenjang :
a. PKM Pelaksana (Pengatur muda Tkt I golongan II b – Pengatur
golongan II d).
b. PKM Pelaksana Lanjutan (Penata Muda golongan III a – Penata
Muda Tkt I golongan III b).
c. PKM Penyelia (Penata golongan III c – Penata Tkt I golongan
III d)
Unsur dan Sub Unsur kegiatan
Unsur, Sub Unsur, dan butir-butir kegiatan yang dapat dihitung angka
kreditnya adalah :
1. Unsur pendidikan, meliputi :
a. Mengikuti Sekolah/pendidikan mendapat gelar
b. mengikuti pendidikan pelatihan mendapat STTPL/sertifikat.
2. Unsur Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, meluputi:
a. Mempersiapkan penyuluhan
b. Melaksanakan advokasi
c. Menggalang dukungan bina suasana
d. Melaksanakan penyuluhan untuk pemberdayaan masyarakat.
3. Unsur Pengembangan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, meliputi:
a. Melaksanakan pengembangan pedoman penyuluhan kesehatan
b. Merumuskan sistem pengembangan penyuluhan kesehatan
c. Mengembangan metode penyuluhan kesehatan.
4. Unsur Pengembangan Profesi, meliputi:
a. Membuat karya tulis
b. Menerjemahkan/menyadur buku
c. Membuat buku pedoman/petunjuk teknis
d. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang penyuluhan
kesehatan masyarakat.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
16
5. Unsur Penunjang Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, meliputi:
a. Mengajar/melatih
b. Mengikuti seminar/lokakarya
c. Menjadi anggota tim penilai jabfung PKM
d. Memperoleh tanda jasa/penghargaan
e. Menjadi anggota organisasi profesi
f. Memperoleh gelar kesarjanaan lain
g. Menjadi anggota tim penilai karya-karya yang berkaitan dengan
advokaso, dukungan sosial, dan pemberdayaan masyarakat.
6. Butir-butir kegiatan Jabfung PKM Terampil:
a. PKM Pelaksana = 31 butir
b. PKM Pelaksana Lanjutan = 23 butir
c. PKM Penyelia = 34 butir.
7. Butir-butir kegiatan Jabfung PKM Ahli:
a. PKM Pertama = 50 butir
b. PKM Muda = 51 butir
c. PKM Madya 38 butir.
Pengangkatan, Pembebasan dan
Pemberhentian Dalam Jabfung PKM
1. Pengangkatan dalam jabatan fungsional PKM ada 3 jenis, yaitu:
a. Pengangkatan melalui inpassing
b. Pengangkatan pertama kali dalam jabfung PKM
c. Perpindahan jabatan. Inpassing adalah: pengangkatan PNS
dalam jabfung PKM mulai Bulan Juli 2001 – 31 Desember 2001.
Pengangkatan pertama kali adalah: pengangkatan yang
dilakukan oleh pejebat yang berwenang setelah bulan
Desember 2001. Perpindahan jabatan adalah:perpindahan dari
jabatan struktural ke jabfung PKM atau dari jabfung lain ke
jabfung PKM.
2. Syarat-syarat pengangkatan pengangkatan pertama kali dalam
Jabfung PKM.
a. Jabfung PKM Terampil:
1) Berijazah serendah-rendahnya Diploma 3/D3
2) Pangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda Tkt I gol. II b
3) Telah mengikuti Pendidikan Pelatihan Fungsional di bidang
PKM dan mendapat sertifikat
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
17
4) Setiap unsur penilaian DP3 sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 1 tahun terakhir.
b. Jabfung PKM Ahli:
1) Berijazah serendah-rendahnya S1 / D IV
2) Pangkat serendah-rendahnya Penata Muda gol. III a
3) Telah mengikuti Pendidikan Pelatihan Fungsional di bidang
PKM dan mendapat sertifikat
4) Setiap unsur penilaian DP3 sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 1 tahun terakhir.
c. Pejabat Fungsional PKM bertugas di: Departemen Kesehatan,
Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Rumah
Sakit, Puskesmas.
3. Pembebasan, pengangkatan kembali dan pemberhentian dari
Jabfung PKM:
a. Pembebasan Sementara ; 5 (lima) tahun sejak diangkat tidak
dapat mengumpulkan AK, atau Tugas Belajar lebih dari 6
(enam) bulan, atau dijatuhi hukuman disiplin tingkat
sedang/berat, atau diberhentiakn sementara sgb PNS, atau cuti
diluar tanggungan negara.
b. Pengangkatan Kembali ; Seorang Jabfung dapat diangkat
kembali setelah menjalani Pembebasan Sementara, apabila AK
nya sudah mencukupi (utk naik pangkat satu tingkat) dan
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapakan angka
kredit.
c. Pemberhentian dari Jabatan ;
1 tahun tidak dapat
mengumpulkan AK yang ditentukan utk kenaikan pangkat
setingkat lebih tinggi, atau dijatuhi hukuman disiplin PNS
dengan hukuman tingkat berat.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
18
Materi Inti 1
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
Pengertian Promosi Kesehatan
Sesuai dengan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di Ottawa
pada tahun 1986, promkes adalah proses memberdayakan,
memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan
kemampuan, serta pengembangan lingkungan sehat.
Sasaran Promkes
Sasaran promosi kesehatan menurut tatanan adalah sebagai berikut:
Tabel 1: Sasaran promosi kesehatan menurut tatanan
Tatanan
PHBS
Sasaran
Primer
Rumah
tangga
-
Ibu
Anggota
keluarga
Sasaran sekunder
-
Kader
PKK
Tokoh
masyarakat
Tokoh agama
LSM
Sasaran Tersier
-
Kader
PKK
Tokoh
masyarakat
Tokoh
agama
LSM
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
Program
prioritas
- KIA
- Gizi
- Kesehat
an
lingkung
an
- Gaya
19
hidup
- JPKM
Institusi
pendidikan
-
Seluruh
siswa
dan
mahasis
wa
-
Guru, dosen
Karyawan
OSIS
BP3
Pengelola kantin
-
-
Kepala
sekolah,
dekan
Pengelola
sekplah
Pemilik
sekolah
- Gizi
- JPKM
Tempat
kerja
-
Seluruh
karyawa
n
-
Pengurus/serika
t pekerja
-
Pengelola
Pemilik
perusahaan
- Kesehat
an
lingkung
an
- Gaya
hidup
Tempat
umum
-
Pengunj
ung
Penggun
a jasa
-
Karyawan
pengelola
-
kepala
daerah
- Kesehat
an
lingkung
an
- Gaya
hidup
-
Strategi Promosi Kesehatan
1. Strategi Promosi Kesehatan diarahkan untuk:
a. Mengembangkan kebijaksanaan guna mewujudkan masyarakat
yang sehat.
b. Membina suasana, iklim dan lingkungan yang mendukung.
c. Memperkuat,
mendukung
dan
mendorong
kegiatan
masyarakat.
d. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan perorangan.
e. Mengupayakan
pembangunan
kesehatan
yang
lebih
memberdayakan masyarakat.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
20
2. Dalam upaya penerapan Promosi Kesehatan dilakukan 3
(tiga) strategi, yaitu:
a. Advokasi kesehatan adalah:
1) Upaya untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui
berbagai
komunikasi
persuasif
dalam
rangka
memasyarakatkan PHBS yang ditujukan pada penentu
kebijakan.
2) Upaya untuk mempengaruhi individu melalui berbagai
komunikasi persuasif dalam rangka memasyarakatkan
PHBS.
3) Berbagai bentuk komunikasi persuasif yang ditujukan pada
penentu kebijakan untuk memperoleh dukungan kebijakan
dalam peningkatan PHBS.
Advokasi PHBS dilakukan dengan:
1) Mempengaruhi pihak lain melalui koalisi dan jaringan kerja
dan kemitraan.
2) Mengembangkan peraturan, perundangan dan kebijakan
yang mendukung pembudayaan PHBS.
Advokasi kesehatan sangat perlu dilakukan karena sasaran
adalah pengambil keputusan di jajaran pemerintahan maupun
di setiap tatanan masyarakat, agar diperoleh dukungan baik
secara lisan maupun tertulis serta dukungan anggaran.
Advokasi kesehatan dilakukan di semua jenjang administrasi
pusat,
provinsi,
kabupaten/kota,
kecamatan
dan
desa/kelurahan. Advokasi kesehatan yang bersifat publik dapat
dilakukun melalui media massa secara intensif dengan
penyiaran televisi, radio surat kabar bahkan intemet yang dapat
menjangkau sasaran yang lebih luas.
Selama ini dalam melaksanakan Advokasi PHBS dijumpai
beberapa kendala, antara lain
1) Para pembuat kebijakan masih belum mempunyai persepsi
yang sama terhadap promosi kesehatan dan paradigma
sehat
2) Penyelenggara kesehatan masih mementingkan budaya
kuratif. Sementara Paradigma Sehat melawan arus budaya
konsumtif
3) Masih adanya budaya ketergantungan masyarakat terhadap
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
21
petugas dalam upaya kesehatan
Secara umum menurut John Hopkins University (JHU), Advokasi
kesehatan ditempuh melalui kerangka advokasi yang memuat
6(enam) langkah, yaitu
1) Melakukan Analisis
Yang termasuk dalam analisis adalah
a) Identifikasi masalah
b) Kebijakan yang ada
c) Program-program komunikasi yang telah dilaksanakan
untuk membuat kebijakan.
d) Perubahan kebijaksanaan yang diinginkan oleh tingkat
tertentu
e) Stake holder (mitra kerja) yang terkait dengan
perubahan kebijakan.
f) Jejaring untuk penentu kebijakan, pesan yang tepat
g) Sumber daya yang memungkinkan untuk pelaksanaan
kebijakan
2) Menyusun strategi
Yang termasuk dalam strategi adalah
a) Membentuk POKJA (Kelompok Kerja) PHBS
b) Identifikasi sasaran primer dan sekunder
c) Mengembangkan tujuan "SMART" (Specific/spesifik,
measurable/dapat
diukur,
appropriate/tepat,
realistic/nyata, time bound/sesuai jadwal)
d) Menentukan indikator
e) Menyiapkan
dukungan
dana
dan
kebijakan
pelaksanaan.
f) Menempatkan "issue" yang pantas mendapat dukungan
dan penentu kebijakan
g) Merencanakan perbaikan sarana komunikasi
3) Menggalang Kemitraan
a) Menyusun POA bersama-sama
b) Mendorong kemitraan
c) Mendelegasikan tanggung jawab
d) Merencanakan koordinasi peliputan berita dan data
oleh media.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
22
4) Tindakan/Pelaksanaan
Setelah 3 (tiga) langkah terdahulu dilakukan dengan
seksama sampailah tindakan pelaksanaan dengan tepat,
seksama dan cermat
Tindakan/pelaksanaan mengacu pada rencana yang telah
disusun berdasarkan hasil analisis, persiapan strategi yang
telah dituangkan dalam plan of action yang dipersiapkan
bersama mitra, sudah terlibat mulai saat analisis.
Beberapa tindakan dalam pelaksanaan Advokasi:
a) Melaksanakan rencana Advokasi
(plan of Action).
b) Mengumpulkan pesan mitra
c) Menyajikan pesan yang tepat
d) Menempati jadwal
e) Mengembangkan jaringan komunikasi dengan mitra
Kegiatan yang bemuansa advokasi dapat berupa:
seminar sehari, orientasi, lobby, kampanye, sarasehan
dan bentuk kegiatan lain yang sesuai. Waktu dapat
dipilih dengan tepat sesuai pesan yang akan
disampaikan misalnya Hari Kesehatan Sedunia, 7 April.
Hari Kesehatan Nasional 12 Nopember, Hari Sadar
pangan Gizi dan hari-hari lain yang tepat, atau
disesuaikan dengan kebutuhan mitra dan masyarakat
setempat. Kegiatan harus berkesinambungan karena
itu diperlukan jaringan komunikasi dengan mitra untuk
saling memJeri informasi tentang pelaksanaan di
lingkungan masing-masing
5) Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengukur pencapaian tujuan
(proses dan output) melalui pengecekan dokumentasi
tentang kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilaksanakan,
materi KIE yang telah diterbitkan dan disebarluaskan serta
produk-produk kebijakan yang diterbitkan
6) Kesinambungan Proses
Melaksanakan proses komunikasi secara terus-menerus
dengan memanfaatkan hasil evaluasi
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
23
Dalam melakukan advokasi kesehatan ada beberapa etika yang
perlu diperhatikan, yaitu
1) Mulai dengan sisi yang positif dari sasaran, misainya
perhatian yang ditujukan kepada sasaran di bidang
kesehatan, yang merupakan program unggulan.
2) Mau kompromi, sabar dan tegar tidak menyalahkan
sasaran.
3) Pusatkan pada pesan pokok dengan bahasa yang
menggugah.
4) Kemukakan hal-hal baru dan materi pesan yang relevan.
5) Gunakan visualisasi yang menarik dan mengesankan untuk
sasaran.
Dalam merancang suatu advokasi kesehatan, perlu juga
dipikirkan rumusan pesan yang tepat bagi sasaran yang
diadvokasi, sehingga program PHBS yang kita kembangkan
dapat diterima oleh sasaran. Perumusan pesan dibedakan
antara pesan untuk advokasi kesehatan dengan pesan untuk
kelompok ilmuwan.
Tabel 2 : Perbedaan perumusan pesan antara advokasi dengan
Penyajian ilmiah.
Advokasi Kesehatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pesan seserhana, tepat
pada sasaran
Penjelasan tambahan dapat
mengaburkan pesan pokok
Bahasa
teknis
membingungkan sasaran
Beberapa pesan pokok
sudah cukup
Fakta
keseharian
ditampilkan
Mendahulukan kesimpulan
untuk penyajian
Terlalu banyak fakta dan
gambaran
tidak
menyenangkan sasaran
Penyajian Ilmiah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Perlu penjelasan rinci
Penjelasan tambahan diperlukan
supaya mantap
Bahasa teknis dapat menambah
kejelasan dan ketepatan
Pesan pokok dapat menjadi
beberapa makalah
Harus objek dan tidak bisa
Uraian
didahulukan,
baru
kesimpulan
Bukti-bukti yang mendukung
sangat penting
Persiapan dan penelitian yang
buru-buru tidak akan berharga
Fakta bahwa selebriti terkenal
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
24
8.
Persiapan dan kegiatan
mendukung
penelitian
tidak
yang cepat dan tepat lebih
relevan
efisien
10. Banyak yang percaya bahwa
9. Fakta bahwa selebriti yang
kebenaran ilmiah itu objektif.
terkenal
mendukung
kegiatan
bisa
menguntungkan
10. Banyak yang percaya di
lapangan bahwa kebenaran
politis itu subjektif
b. Bina Suasana (Social Support)
Bina Suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan
opini publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di
masyarakat seperti Tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), dunia usaha/swasta, media massa,
organisasi profesi pemerintah dan lain-lain
Bina Suasana dilakukan untuk sasaran sekunder atau petugas
pelaksana di berbagai tingkat administrasi (dari pusat hingga
desa).
Strategi Bina Suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan
norma-norma dan kondisi/situasi yang konduktif di masyarakat
dalam mendukung PHBS. Bina Suasana sering dikaitkan dengan
pemasaran sosial dan kampanye. Karena pembentukan opini
memerlukan kegiatan pemasaran sosial dan kampanye. Namun
perlu diperhatikan bahwa Bina Suasana dimaksud untuk
menciptakan
suasana
yang
mendukung
penggerak
pemberdayaan masyarakat secara partisipatif dan kemitraan.
Metode Bina Suasana dapat berupa:
1) Pelatihan
2) Semiloka
3) Konferensi Pers
4) Dialog Terbuka
5) Sarasehan
6) Promosi
7) Pelatihan
8) Lokakarya Mini
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
25
9)
10)
11)
12)
13)
Pertunjukan Tradisional
Diskusi Meja Bundar (Round Table Discussion)
Pertemuan berkala di desa
Kunjungan Lapangan
Studi Banding
Untuk menjaga kelanggengan dan kesinambungan Bina
Suasana diperlukan:
1) Forum Komunikasi
2) Dokumen dan data yang up to date (selalu baru)
3) Mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat
4) Hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan mitra.
5) Menumbuhkan keciptaan terhadap kesehatan.
6) Memanfaatkan kegiatan dan sumber-sumber dana yang
mendukung upaya pembudayaan perilaku hidup bersih dan
sehat.
7) Adanya umpan balik dan penghargaan.
c.
Gerakan masyarakat
Strategi gerakan masyarakat adalah cara untuk menumbuhkan
dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat
mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Strategi ini tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar
berperan serta secara aktif dalam PHBS. Yang dimaksud
sasaran primer adalah masyarakat yang terkena masalah baik
di kota maupun di desa. Contohnya di tatanan rumahtangga
adalah para ibu, di tatanan instituti pendidikan adalah muridmurid, di sarana pelayanan adalah petugas kesehatan.
Pelaksanaan Strategi Gerakan Masyarakat yang diharapkan
adalah sebagai berikut :
1) Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam
peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat
harkat hidup, martabat dan derajat kesehatannya
2) Peningkatan
keberdayaan
berarti
meningkatkan
kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
26
mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang
dimiliki untuk mencapai kemajuan
Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat sangat ditentukan
oleh pemahaman, kemahiran dan semangat dalam menerapkan
pendekatan sosial kemasyarakatan
Dengan demikian dalam era desentralisasi Pemerintah Pusat
berperan dalam menentukan standarisasi, regulasi, monitoring
dan evaluasi, sedangkan daerah berperan dalam penyediaan
sumber daya yang meliputi "4M" (Man, Money, Material and
Method) serta pelaksanaan operasional dan pemantauan
setempat.
Secara keseluruhan pendekatan Gerakan Masyarakat dilakukan
melalui : KIE, Pengembangan institusi masyarakat, pendekatan
hukum dan regulasi, penghargaan (instensi dan desinsertif),
serta pendekatan ekonomi produktif (income generating).
Dalam
melaksanakan
Gerakan
Masyarakat
perlu
memperhatikan karakteristik masyarakat setempat yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1) Masyarakat Pembina (Caring Community Yaitu masyarakat
yang peduli kesehatan, misalnya LSM Kesehatan.
Organisasi profesi yang bergerak di bidang kesehatan.
2) Masyarakat Setara (Coping Community)Yaitu masyarakat
yang karena kondisinya kurang memadai sehingga tidak
dapat memelihara kesehatannya. Misalnya seorang ibu
sadar akan pentingnya memeriksa kehamilan, tetapi karena
keterbatasan ekonomi dan tidak adanya transportasi si ibu
tidak pergi ke sarana pelayanan kesehatan.
3) Masyarakat Pemula (Crisis Response Community)
Yaitu masyarakat yang tidak tahu akan pentingnya
kesehatan dan belum didukung oleh fasilitas yang tersedia.
Misalnjya masyarakat di lingkungan kumuh dan daerah
terpencil.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
27
Cara pendekatan gerakan masyarakat terbagi 2(dua), yaitu
1) Makro
a) Membangun komitmen di setiap jenjang
b) Membangun masyarakat (crical mass)
c) Menyediakan juklak dan biaya operasional .
Memonitoring dan evaluasi serta koordinasi
2) Mikro:
a) Menggali potensi yang belum disadari masyarakat.
Potensi dapat muncul dari adanya kebutuhan
masyarakat (demand creation), yang diperoleh melalui
pengarahan, pemberian masukan, dialog, kerjasama
dan pendelegasian.
b) Membuat model-model percontohan dan prototype
pengembangan masyarakat, seperti menerapkan
Pendekatan Edukatif dan Manajemen ARRIF (Analisis,
Rumusan, Rencana, Intervensi, Forum Komunikasi) .
c) Beberapa tolak ukur keberhasilan gerakan masyarakat
dapat disebutkan antara lain: Peningkatan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat, peningkatan peserta dana
sehat/JPKM.
Ketiga strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan (sinergis) namun ditandai dengan fokus yang berbeda,
yaitu·
- Advokasi kesehatan lebih diarahkan kepada sasaran tersier yang
menghasilkan kebijakan sehat.
- Bina Suasana lebih diarahkan kepada sasaran sekunder yang
menghasilkan kemitraan dan opini.
- Gerakan Masyarakat lebih diarahkan pada sasaran primer yang
menghasilkan kegiatan gerakan masyarakat mandiri
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
28
Lembar Kasus
Kabupaten A terdiri dari 8 kecamatan dan 80 desa, setiap musim
kemarau, 5 hari kecamatan 8 selalu kekurangan air. Sehingga terjadi
kasus diare yang melanda hampir seluruh desa (55%) sumber air
adalah sungai, sumur gali. Belum semua keluarga punya jamban,
sumur dan kebiasaan macasyarakat mandi, cuci masih di sungai.
Pekerjaan penduduk petani, pedagang dan buruh tani Tolong disusun
langkah-Iangkah strategi promosi kesehatan
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
29
PERAN KEMITRAAN DALAM
PELAKSANAAN KEGIATAN PROMKES
1.
Pengertian
Kemitraan (building lingkages) adalah kerjasama antara berbagai
institusi dan/atau perorangan, yang bekerja atas dasar prinsipprinsip :
a.
Kesetaraan (equity)
Tidak ada sedikitpun perasaan dari institusi pemerakarsa
pembentukan kemitraan, bahwa institusinya sedikit lebih
penting dan dengan demikian lebih tinggi levelnya daripada
institusi yang diajak bermitra.
b.
Keterbukaan (transparancy)
Tidak ada hal-hal yang disembunyikan atau dirahasiakan
mengenai segala sesuatu yang menyangkut sumber daya dan
kegiatan yang di-mitrakan dengan segala resiko yang
mungkin bakal diterima oleh pihak yang diajak bermitra.
c.
Saling menguntungkan (mutual benefit)
Kerjasama hanya akan terjadi apabila pihak-pihak yang
bekerja-sama yakin bahwa kerjasama ini akan menghasilkan
sesuatu yang menguntungkan baginya. Oleh kerena itu
kemitraan harus digagas dalam rangka menghasilkan
keuntungan bersama.
d.
Secara efektif, efisien dan produktif
Semua rencana dan pelaksanaannya harus terfokus kearah
penca-paian tujuan yang dimitrakan, dengan menggunakan
sumberdaya yang sehemat-hematnya dan dengan hasil yang
sebesar-besarnya
serta
berkembang
secara
berkesinambungan.
e.
Untuk mencapai tujuan bersama yang telah disepakati,
Pelaksanaan rencana yang dimitrakan harus taat azas,
konsisten dan kosekwen sampai tujuan yang telah disepakati
tercapai. Apabila karena sesuatu hal dituntut adanya
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
30
f.
g.
2.
perubahan, maka perubahan itu haruslah merupakan
kehendak bersama pihak-pihak yang bermitra.
Setiap komponen yang tergabung dalam kemitraan
memberikan kontribusi sesuai dengan perannya dan
kemampuannya masing-masing.
Pembagian tugas setiap mitra kerja hendaknya sesuai dengan
peran dan kompetensinya masing-masing.
Manfaat Kemitraan
Melalui kemitraan antar lintas program, lintas sektor, lintas profesi,
lintas lembaga atau institusi, baik pemerintah maupun swasta
serta masyarakat ini diharapkan :
3.
a.
Banyak ide atau gagasan yang masuk dari berbagai mitra
yang masing-masing memiliki sudut pandang, kemampuan
dan sumber daya yang berbeda-beda.
b.
“The whole is greater than the sum of its parts” (Hasil
pekerjaan keseluruhan secara bersama-sama akan lebih besar
daripada jumlah hasil dari pekerjaan yang dikerjakan secara
sendiri-sendiri.)
c.
Akan menghasilkan efektivitas, efisiensi dan produktivitas
yang mak-simal dari program yang dimitrakan.
3(Tiga) Institusi besar dalam kemitraan
a. Instansi pemerintah
Di dalam sebuah negara, terutama di negara-negara sedang
berkembang, pihak pemerintah memiliki otoritas yang kuat
untuk mempengaruhi keber-hasilan pencapaian tujuan
kemitraan. Oleh karena itu keterlibatan instansi pemerintah
yang terkait sebagai mitra kerja adalah penting dalam setiap
program yang menyangkut kepentingan masyarakat luas.
b. Institusi swasta,Organisasi profesi
Sangat besar perannya dalam memberikan informasi serta
sumber daya lainnya yang diperlukan untuk mencapai tujuan
kemitraan, baik dalam posisinya sebagai pihak yang
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
31
mempengaruhi maupun sebagai pihak yang di-pengaruhi oleh
program kemitraan.
c.
Institusi masyarakat, LSM dan Organisasi kemasyarakatan
Memiliki peran yang cukup besar, bisa sebagai pihak yang
dipengaruhi oleh program kemitraan, bisa sebagai pihak yang
mempengaruhi.
Bagan kerjasama dalam kemitraan
Institusi
pemerintah
yang terkait
Program
Kemitraan
Institusi
swasta,Orga
nisasi
profesi
Unsur penting dalam kemitraan
Institusi
kemasyarakat
an,pelanggan,
LSM
pelanggan
1. Wadah koordinasi
Wadah koordinasi berbentuk organisasi, yang di dalamnya
memungkinkan terjadinya interaksi yang intensif antar berbagai
pihak yang bermitra, sesuai dengan peran, tugas dan fungsi serta
kompetensinya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan
kemitraan. Bentuk organisasi ini biasanya bersifat sementara,
sesuai dengan kebutuhan program yang dimitrakan.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
32
2. Mekasnisme kerja
Suatu keharusan dalam proses koordinasi, yaitu adanya mekanisme
kerja yang mengatur pelaksanan tugas dan fungsi masing-masing
pihak yang ber-mitra, agar bisa tercapai tujuan yang dimitrakan
secara efektif dan efi-sien dan produktif.
3. Uraian kerja masing-masing komponen
Untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing pihak
yang bermitra, diperlukan uraian kerja yang jelas, sehingga setiap
mitra kerja dapat memberikan kontribusinya yang tepat pada waktu
dan kondisi yang diperlukan.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
33
Materi Inti 2
PERENCANAAN DAN EVALUASI
PERENCANAAN DAN EVALUASI
Pengumpulan dan Analisa
Data Puskesmas
1. Data-data essensial di Puskesmas.
a.
Data Umum.
1)
Peta wilayah kerja Puskesmas serta fasilitas pelayanan
(format 1). Data wilayah mencakup luas wilayah, jumlah
desa/dusun/ RT/ RW, jarak desa dengan Puskesmas,
waktu tempuh ke Puskesmas. Data ini dapat diperoleh di
kantor kelurahan/desa/kecamatan.
2)
Data sumber daya. Data ini mencakup sumberdaya
Puskesmas termasuk Puskesmas pembantu dan bidan di
desa, yang mencakup :
a)
Ketenagaan (format 2a)
b)
Obat dan Bahan habis pakai (format 2b)
c)
Peralatan (format 2c)
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
34
b.
d)
Pembiayaan yang berasal
masyarakat, dan lain lain.
dari
pemerintah,
e)
Sarana dan prasarana termasuk gedung, rumah
dinas, komputer, mesin tik, meubelair, kendaraan
(format 2e)
3)
Data Peran serta masyarakat (format 3), mencakup
jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan tokoh
masyarakat.
4)
Data penduduk dan sasaran program (format 4).
5)
Data ini mencakup jumlah penduduk seluruhnya
berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur (sesuai
sasaran program), sosio ekonomi, pekerjaan, pendidikan,
keluarga miskin (persentase di tiap desa/kelurahan).
Data ini dapat diperoleh dikantor kelurahan/desa, kantor
kecamatan dan data estimasi sasaran di Dinas kesehatan
kabupaten/kota.
6)
Data sekolah (format 5)
7)
Data ini mencakup jenis sekolah yang ada, jumlah siswa,
klassifikasi sekolah, UKS, jumlah dokter kecil, jumlah
guru UKS, dll.
8)
Data kesehatan lingkungan wilayah kerja Puskesmas
(format 6).
9)
Data ini mencakup lingkungan rumah sehat, tempat
pembuatan makanan/minuman, tempat tempat umum,
tempat pembuangan sampah, sarana air bersih, jamban
keluarga dan sistim pembuangan air limbah.
Data khusus (hasil penilaian kinerja Puskesmas).
1) Status kesehatan yang terdiri dari data kematian (format
7), Kunjungan kesakitan (format 8), Pola penyakit yaitu
10 penyakit terbesar yang ditemukan (format 9).
2) Kejadian luar biasa (format 10) dapat dilihat pada laporan
W1(Simpus).
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
35
3) Cakupan program pelayanan kesehatan 1(satu) tahun
terakhir di tiap desa/kelurahan (format 11).
4) Hasil survei yang dilakukan sendiri oleh Puskesmas atau
pihak lain (format 12).
2. Metoda Pengumpulan Data.
a. Penentuan sumber data.
Sumber utama data kinerja Puskesmas adalah catatan hasil
kegiatan Puskesmas yang terekam dalam sistem pencatatan
dan pelaporan yang berlaku (SP2TP), catatan hasil kegiatan
inovatif, maupun hasil pengumpulan data lainnya seperti hasil
survei kepuasan pelanggan untuk menilai mutu pelayanan
Puskesmas. Sedangkan laporan yang dikirimkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota tidak dijadikan sebagai sumber
data untuk penilaian.
Untuk
kepentingan
verifikasi
oleh
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota digunakan laporan hasil penghitungan
Puskesmas, laporan SP2TP, laporan lain yang berkaitan dan
hasil supervisi langsung ke Puskesmas.
b. Format Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan format
yang telah disepakati.
c. Pengumpulan data.
Pengumpulan data dilakukan secara rutin oleh petugas atau
pengelola program yang bersangkutan. Data yang diperoleh
diperbaharui setiap bulan, sehingga pada akhir tahun diperoleh
data yang baru.
3. Sumber Data
Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses kegiatan merubah data
menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan, termasuk untuk dasar penyusunan
perencananan Puskesmas.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
36
Kegiatan pengolahan data meliputi:
a. Kegiatan untuk meneliti kelengkapan dan kebenaran data yang
dikumpulkan (cleaning and editing).
b. Kegiatan penghitungan khususnya untuk mendapatkan nilai
keadaan dan pencapaian
hasil kegiatan
Puskesmas
(calculating).
c. Kegiatan memasukkan data kedalam tabel yang akan menjadi
suatu informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan
(tabulating).
Pelaksanaan pengolahan data di tingkat Puskesmas dilakukan
oleh Kepala Puskesmas bersama Tim Kecil Puskesmas.
Sedangkan pengolahan di tingkat Kabupaten/Kota dilakukan
oleh Tim Kecil yang ditugaskan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
4. Analisa data
Data yang sudah diperoleh kemudian dikoreksi untuk menjamin
keakuratan dan kualitas data. Data yang sudah terkumpul
kemudian dianalisa. Analisa yang digunakan dengan analisa
deskriptif. Semua data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel,
grafik ataupun bentuk pie. Dari hasil analisa data tersebut
kemudian dapat diketahui rencana kebutuhan masing-masing
Puskesmas.
Analisa data dilakukan oleh team di Puskesmas.
Hasil analisis data, baik data umum maupun data khusus, harus
menghasilkan suatu rumusan atau kesimpulan, yang nantinya akan
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun
Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana Pelaksanaan
Kegiatan (RPK).
Rumusan atau kesimpulan hasil analisis data adalah sbb:
a.
Berdasarkan Data Wilayah dan Fasilitas Kesehatan (Format 1)
1) Perlu/tidak peningkatan akses pelayanan
2) Perlu/tidak peningkatan jumlah fasilitas pelayanan
3) Ada/tidak potensi untuk upaya kesehatan pengembangan
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
37
b.
Berdasarkan Data Ketenagaan (Format 2a)
1) Ada/tidak tenaga yang harus ditingkatkan kuantitasnya?
Tenaga apa?
2) Ada/tidak tenaga yang harus ditingkatkan kualitasnya?
Tenaga apa? (misalnya Karena tidak mungkin menambah
tenaga)
c.
Berdasarkan Data Keadaan Obat Dan Bahan Habis Pakai
(Format 2b)
1) Apa saja obat yang banyak digunakan?
2) Apa saja obat yang banyak bersisa?
3) Ada/tidak potensi terjadinya pengobatan tidak rasional
(Masih prakiraan, tapi perlu perhatian)
d.
Berdasarkan Data Keadaan Peralatan Kesehatan (Format 2c)
1) Alat apa yang perlu perbaikan ?
2) Alat apa yang perlu penambahan ?
3) Apakah kendala peralatan kesehatan Puskesmas saat ini
potensial
mengganggu
kelancaran
pelayanan
di
Puskesmas ? apakah masih bisa diatasi ?
e.
Berdasarkan Data Pembiayaan Kesehatan Di Puskesmas
(Format 2d)
1) Biaya
sudah/belum
memadai
untuk
operasional
Puskesmas ?
2) Ada/tidak potensi sumber biaya lain yang dapat digali oleh
Puskesmas ?
f.
Berdasarkan Data Sarana Prasarana Kesehatan Di Puskesmas
(Format 2e)
1) Jenis sarana kesehatan apa yang kondisinya mengganggu
kelancaran pelayanan Puskesmas ?
2) Jenis sarana penunjang apa yang kondisinya mengganggu
kelancaran pelayanan penunjang di Puskesmas ?
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
38
g.
Berdasarkan Data Peran Serta Masyarakat (Format 3)
1) Adakah jumlah posyandu yang harus ditambah ? didesa/
kelurahan apa ? (lihat juga data penduduknya, terutama
balita)
2) Berapa jumlah kader/ dukun bayi/ toma yang harus dilatih
?
h.
Berdasarkan Data Penduduk Dan Sasaran Program (Format 4)
1) Bagaimana gambaran sasaran program menurut
kelompok umur/ usia ?
2) Adakah potensi upaya kesehatan pengembangan untuk
kelompok keluarga miskin dan sasaran program tersebut ?
i.
Berdasarkan Data Sekolah (Format 5)
1) Bagaimana persentase sekolah UKS ?
2) Bagaimana persentase kader UKS di setiap jenjang sekolah
?
3) Bagaimana persentase guru UKS di setiap jenjang sekolah
?
4) Program apa yang potensial untuk pengembangan UKS ?
j.
Berdasarkan Data Kesehatan Lingkungan (Format 6)
1) Bagaimana urutan persentase dari yang paling rendah ke
yang paling tinggi ?
2) Apa persentase yang paling rendah dan terjadi di banyak
lokasi ?
k.
Berdasarkan Data Kematian (Format 7)
1) Apa penyebab kematian terbanyak ?
2) Apa penyebab kematian perempuan terbanyak ?
3) Apa penyebab kematian bayi/ balita/ usia sekolah/ PUS/
lansia terbanyak?
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
39
l.
Berdasarkan Data Kunjungan (Format 8)
1) Persentase kunjungan baru dan lama
2) Jumlah kunjungan dari kelurahan/ desa terjauh/
transportasi sulit?
3) Apakah potensial untuk meningkatkan akses pelayanan ?
m. Berdasarkan Data Sepuluh Penyakit Terbanyak (Format 9)
1) Apa penyakit terbanyak pada laki-laki ?
2) Apa penyaklit terbanyak pada perempuan ?
3) Apakah potensial untuk upaya kesehatan pengembangan
?
n.
Berdasarkan Data Kejadian Luar Biasa (Format 10)
1) Jenis KLB apa dengan jumlah kasus terbanyak ?
2) Jenis KLB apa dengan lokasi paling luas ?
3) Jenis KLB apa yang paling banyak menimbulkan kematian
?
o.
Berdasarkan Cakupan Program Pelayanan Kesehatan (Format
11)
1) Upaya kesehatan wajib apa yang pencapaiannya masih
rendah ?
2) Upaya kesehatan pengembangan apa yang telah
dilaksanakan ?
3) Upaya kesehatan apa yang pencapainnya masih rendah ?
Kerjakan Latihan 1 .
Menganalisis Data
Petunjuk latihan pada Lembar kerja 1 di hal 74
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
40
Target Program Puskesmas
Beberapa metoda penentuan target yang dilakukan di Puskesmas
adalah sebagai berikut:
1. Target ditentukan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Misalnya untuk indikator beberapa program seperti TB
(CDR 70%, Convertion Rate 80 %, dll) KIA/KB Cakupan K4 80%,
Linakes 70 % ).
3. Target ditentukan sendiri oleh Puskesmas sesuai dengan
ketersediaan sumber daya yang tersedia di Puskesmas. Untuk
kegiatan ini Puskesmas dan staff bersama sama menentukan
target target tersebut berdasarkan Standar pelayanan minimal
yang ditentukan dari Pusat/Propinsi.
4. Target dapat diperoleh dengan cara membuat perkiraan
secara matematis terhadap kemungkinan pencapaian program.
5. Target dapat juga ditetapkan berdasarkan Prestasi terbaik yang
pernah dicapai Puskesmas yang bersangkutan.
Kerjakan Latihan 2.
Menentukan Target Puskesmas
Petunjuk latihan pada Lembar kerja 2 di hal 74
Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
Penyusunan
rencana
usulan
kegiatan
dilaksanakan
dengan
memperhatikan hal hal sebagai berikut yaitu menyusun rencana
kegiatan yang bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah
dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang
masih bermasalah dan menyusun rencana kegiatan baru yang
disesuaikan dengan kondisi kesehatan diwilayah tersebut.
kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan diwilayah
tersebut dan kemampuan Puskesmas.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
41
Penyusunan rencana usulan kegiatan terdiri dari langkah-langkah :
1. Identifikasi masalah.
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah
yang dikelompokkan menurut jenis program, cakupan, mutu dan
ketersediaan sumber daya.
No
1
2
3
.
n
Contoh : Tabel identifikasi masalah.
Program
Target
Pencapaian
Kesenjangan
Untuk mengisi tabel tersebut, dapat diambil dari Format 11, Cakupan
Program Pelayanan Kesehatan No. A Upaya Kesehatan Wajib.
Target diisi berdasarkan hasil penentuan target Puskesmas.
Pencapaian diisi dari kolom jumlah pencapaian, yang merupakan
rekapitulasi pencapaian diseluruh kelurahan/ desa. Kesenjangan antara
pencapaian dan target, merupakan masalah.
Kemungkinan
teridentifikasi beberapa masalah.
Kerjakan Latihan 3.
Menentukan Identifikasi Masalah
Petunjuk latihan pada Lembar kerja 3 di hal 75
2.
Menetapkan urutan prioritas masalah.
Mengingat keterbatasan kemampuan mengatasi masalah
sekaligus, maka perlu masalah diprioritaskan dengan pendekatan
tertentu. Berbagai metode untuk memprioritaskan masalah seperti
Kriteri matriks, MCUA, Hanlon, CARL dsb. Penggunaan alat atau
metode diserahkan pada masing masing Puskesmas.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
42
Contoh kriteria matriks:
Masalah
Kriteria
1
Tingkat urgensi/
Urgency (U)
Tingkat
keseriusan/
Seriousnes (S)
Tingkat
perkembangan/
Growth (G)
Masalah
2
Masalah
3
Masalah
4
Total
Cara menggunakan/ mengisi matriks :
a. Tentukan nilai untuk setiap kriteria, misalnya ditetapkan 1-5
b. Tingkatkan urgensi (U) : masalah yang sangat mendesak untuk
segera ditanggulangi, mendapatkan nilai yang lebih tinggi.
c. Tingkat keseriusan (S) : Masalah yang perlu penanganan serius
dan apabila tidak diatasi akan semakin memprihatinkan/ akibat
semakin buruk, mendapatkan nilai yang lebih tinggi.
d. Tingkat perkembangan (G) : Masalah yang apabila tidak
ditanggulangi akan semakin meluas, mendapatkan nilai yang
lebih tinggi.
e. Hasil penilaian (Total) : Nilai U x S x G.
f. Buat urutan prioritas berdasarkan urutan Nilai Total dari yang
terbesar sampai terkecil.
Kerjakan Latihan 4.
Menentukan Urutan Prioritas Masalah
Petunjuk latihan pada Lembar kerja 4 di hal 75-76
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
43
3.
Merumuskan masalah
Perumusan masalah mencakup , Apa masalahnya, Siapa yang
terkena masalah, Besarnya masalah, Dimana terjadinya dan
Bilamana masalah itu terjadi (4W, 1H), What, Who, When, Where,
dan How Much.
Contoh Rumusan Masalah
Masih tingginya angka kematian balita akibat diare yaitu sebesar
20% di desa A, wilayah Puskesmas X, pada tahun 2006.
Kerjakan Latihan 5.
Merumuskan Masalah
Petunjuk latihan pada Lembar kerja 5 di hal 76
4.
Mencari akar penyebab masalah.
Mencari akar penyebab masalah dapat digunakan antara lain
dengan menggunakan alat/tools :
a. Diagram sebab akibat ( Diagram Ishikawa ) atau sering juga
disebut diagram tulang ikan.
b. Pohon Masalah ( problem tree ).
Contoh penggunaan Diagram ishikawa.
Masalah : Cakupan persalinan tenaga kesehatan rendah
(mis 40 %)
Langkah-langkah:
1) Tuliskan masalah pada tulang ikan.
2) Buat garis mendatar dengan panah menyentuh kepala ikan.
3) Tetapkan kategori utama penyebab utama.
4) Buat garis miring dengan anak panah kearah garis datar.
5) Lakukan brainstorming dan fokuskan pada masing masing
kategori sampai mengakomodasi semua unsur dalam kategori
tersebut.
6) Ulangi hal yang sama pada kategori utama yang lain.
7) Setelah semua ide/ gagasan dicatat, lakukan klarifikasi untuk
menghilangkan duplikasi, ketidaksesuaian dengan masalah
tersebut.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
44
Lingkungan
Material
Alat
Metode
Manusia
Mencari penyebab masalah dengan menggunakan Pohon masalah
(Problem Trees)
Langkah langkah:
1) Tuliskan masalah pada kotak dipuncak pohon masalah.
2) Buat garis vertikal menuju kotak tersebut.
3) Tetapkan kategori utama dari penyebab dan tuliskan pada
kotak dibawahnya dengan arah panah menuju kekotak
masalah.
4) Lakukan brainstorming dan fokuskan pada masing masing
kategori.
5) Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama lakukan untuk
kategori utama yang lain.
6) Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat
daftar sub penyebab dan letakkan pada kotak yang ada
dibawahnya.
7) Setelah semua pendapat tercatat, lakukan klarifikasi data untuk
menghilangkan duplikasi, ketidaksesuaian dengan masalah, dll.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
45
POHON MASALAH
ANALISIS SEBAB AKIBAT
KEGIATAN : ……………………..
AKIBAT
Masalah
utama
Catatan :
Untuk mengidentifikasi penyebab masalah, baik menggunakan
diagram Ishikawa maupun pohon masalah, kemungkinan penyebab
masalah dapat ditelusuri dari :
a. Input (sumber daya) : manusia/ tenaga, jenis dan jumlah obat/
sarana/ fasilitas, prosedur kerja, dana dan lain-lain
b. Proses (pelaksanaan kegiatan) : frekuensi, penggunaan
metode/ prosedur, kepatuhan terhadap standar pelayanan,
supervisi/ pembinaan dll.
c. Lingkungan : kebijakan, political will dll
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
46
Buatlah kesimpulan dari hasil menentukan akar masalah tersebut.
Akar penyebab masalah adalah........
Kerjakan Latihan 6.
Menentukan Akar Penyebab Masalah
Petunjuk latihan pada Lembar kerja 6 di hal 76
5.
Menetapkan cara-cara pemecahan masalah:
Untuk menetapkan cara pemecahan masalah, dapat dilakukan
dengan kesepakatan diantara anggota tim. Bila tidak terjadi
kesepakatan diantara tim dapat digunakan kriteria matriks. Untuk
itu harus dicari alternatif pemecahannya.
Contoh:
Tabel Cara Pemecahan Masalah.
No
Prioritas
Masalah
Penyebab
masalah
Alternatif
pemecahan
masalah
Pemecahan
masalah
terpilih
Ket
1
2
3
4
dst
Cara pengisian tabel, sebagai berikut :
a. Prioritas masalah : ditulis sesuai dengan hasil urutan prioritas
masalah
b. Penyebab masalah : ditulis berdasarkan hasil mencari akar
penyebab masalah
c. Alternatif pemecahan masalah : diperoleh berdasarkan hasil
brainstorming anggota tim, tentang alternatif pemecahan
masalah yang diusulkan, ada beberapa alternatif.
d. Pemecahan masalah terpilih: dapat di peroleh melalui hasil
kesepakatan anggota tim atau menggunakan matriks USG,
metode MCUA dan lain-lain.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
47
RUK, sebagai program hasil analisis masalah. Untuk setiap prioritas
masalah harus dapat ditentukan pemecahan masalah terpilih .
Pemecahan masalah terpilih akan menjadi bahan penyusunan
Kerjakan Latihan 7.
Menetapkan Cara Pemecahan Masalah
Petunjuk latihan pada Lembar kerja 7 di hal 77
Pengusulan Rencana
Usulan Kegiatan (RUK)
Pengusulan rencana usulan kegiatan meliputi upaya kesehatan wajib,
upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan penunjang yang
meliputi:
1. Kegiatan tahunan yang akan datang yang meliputi kegiatan rutin,
sarana/prasarana, operasional, dan program hasil analisa masalah.
2. Kebutuhan sumberdaya berdasarkan ketersediaan yang ada pada
tahun sekarang.
3. Rekapitulasi rencana usulan kegiatan dan sumberdaya yang
dibutuhkan kedalam format RUK Puskesmas.
RUK disusun dalam bentuk matriks, dengan memperhatikan berbagai
kebijakan yang berlaku, baik kesepakatan global, nasional, maupun
daerah sesuai dengan masalah yang ada sebagai hasil dari kajian data
dan informasi yang tersedia di Puskesmas.
1. RUK Upaya Kesehatan Wajib.
a) Menyusun rencana usulan kegiatan upaya kesehatan wajib
kedalam matriks.
b) Mengajukan rencana usulan kegiatan upaya kesehatan wajib.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
48
Rencana ini diajukan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
untuk mendapat pembahasan pembiayaannya. Apabila sumber
pembiayaan berasal dari non pemerintah maka diusulkan
kepada institusi yang bersangkutan.
c) Waktu Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan.
Jadwal penyusunan rencana usulan kegiatan dilakukan
dengan
memperhatikan
siklus
perencanaan
kabupaten/kota, yaitu jadwal pembahasan yang
dilakukan oleh kabupaten/kota sehingga RUK tersebut
harus sudah selesai atau sudah diterima oleh Dinas
Kesehatan
kabupaten/kota
sebelum
dilakukan
pembahasan, demikian pula dengan rencana usulan
kegiatan untuk mitra kerja Puskesmas.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
49
Matriks Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib
N
o
Upaya
Kesehat
an
Keg
Tuju
an
Sasaran
Tar
get
Kebutuhan
Sumber Dana
Da
na
1
2
3
4
5
6
Alat
Indika
tor
Keber
ha
silan
Sumber
Pembia
yaan
T
e
n
a
g
a
Prom
Kes
Kes
Lingk
KIA &
KB
Gizi
Masy
P2M
Pengoba
tan
Catatan :
 Kegiatan diisi dengan kegiatan dari paket program yang diusulkan
dalam upaya mencapai tujuan program
 Tujuan diisi dengan tujuan dari setiap kegiatan program
 Sasaran adalah jumlah populasi atau area diwilayah kerja yang
akan dicakup kegiatan
 Target adalah jumlah bagian dari sasaran/ area yang akan
diberikan pelayanan oleh Puskesmas dihitung berdasarkan faktor
koreksi kondisi geografis, jumlah sumber daya dan target pasar
serta pencapaian tahun lalu
 Besar biaya mengacu pada peraturan daerah yang ada
 Sumber pembiayaan dapat berasal dari pemerintah, swasta,
masyarakat atau pendapatan fungsional Puskesmas.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
50
2. RUK Upaya Kesehatan Pengembangan
a) Identifikasi Upaya Kesehatan Pengembangan
Telah disebutkan bahwa upaya kesehatan pengembangan
dapat dipilh dari daftar upaya kesehatan Puskesmas yang telah
ada atau dapat berupa inovasi yang dikembangkan sesuai
dengan permasalahan kesehatan yang terjadi diwilayah kerja
Puskesmas, diantaranya bisa berasal dari hasil analisis data
Puskesmas, seperti hasil analisis berdasar data Format 1, 3, 5,
9 dan 11
Apabila Puskesmas mempunyai kemampuan, identifikasi
masalah dilakukan bersama sama masyarakat (Konsil
kesehatan kecamatan/Badan penyantun Puskesmas) melalui
pengumpulan data secara langsung di lapangan (Survei mawas
diri). Tetapi apabila kemampuan itu tidak dimiliki oleh
Puskesmas, maka identifikasi dilakukan melalui kesepakatan
kelompok oleh petugas Puskesmas dengan melibatkan konsil
kesehatan kecamatan/ badan penyantun Puskesmas.
Dari hasil identifikasi ini kemungkinan akan muncul usulan
Puskesmas yang sangat beragam. Dengan pertimbangan
kondisi sumberdaya yang ada, baik tenaga, sarana maupun
biaya, maka perlu dibuat penyusunan prioritas.
Apabila Puskesmas belum mampu ,menyelenggarakan upaya
kesehatan pengembangan tersebut tetapi telah menjadi
kebutuhan masyarakat setempat maka dinas kesehatan
kabupaten/kota yang wajib menyelenggarakannya.
b) Menyusun RUK Upaya Kesehatan Pengembangan kedalam
matriks.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
51
Matriks Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan
Pengembangan
No
Upaya
Kesehatan
Keg
Tu
ju
an
S
a
s
a
r
a
n
T
Kebutuhan Sumber
a
Dana
r Dana
Alat Tena
g
ga
e
t
Indikator
Keberha
silan
Sumber
Pembia
yaan
1
2
3
4
5
6
Pada dasarnya pengisian matriks sama dengan pengisian
matriks R.U.K. Upaya Kesehatan Wajib.
c) Mengajukan RUK kegiatan Upaya Kesehatan Pengembangan.
RUK upaya kesehatan pengembangan diajukan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota bersama sama dengan RUK upaya
kesehatan wajib. RUK ini dapat juga diusulkan kepada pihak
pihak non pemerintah.
Puskesmas dapat melibatkan potensi yang ada diwilayahnya
untuk ikut serta dalam pembiayaan tersebut. Penggalangan
dana dapat dilakukan kepada masyarakat, perusahaan, swasta,
atau LSM melalui advokasi dan sosialisasi rencana kegiatan
yang telah disusun dengan didukung oleh data yang telah
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
52
diolah, sehingga dapat dipahami oleh masyarakat dan mitra
kerja Puskesmas. Potensi lainnya dapat pula berasal dari
pendapatan fungsional Puskesmas atau sumber pembiayaan
lainnya.
Kerjakan Latihan 8. Menyusun RUK
Petunjuk latihan pada Lembar kerja 8 di hal 77
Penyusunan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
Tahap ini merupakan pelaksanaan upaya kesehatan wajib, upaya
kesehatan pengembangan, upaya kesehatan penunjang maupun upaya
inovasi dilaksanakan bersama, terpadu dan terintegrasi sesuai dengan
azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan.
Langkah-langkah.
1. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang telah disetujui.
2. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan rencana
usulan kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi saat penyusunan
RPK.
3. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan
dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan
lokasi pelaksanaan.
4. Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahas kesepakatan
RPK.
5. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
53
Contoh Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Puskesmas…………..Tahun…………….
No
Upaya
Kesehatan
1
Promkes
2
Keslingk
3
KIA/KB
4
Perb. Gizi
5
P3M
6
Pengobatan
7
…………….
Keg
Sasar
an
T
a
r
g
e
t
V
o
l
K
e
g
Rincian
Pelaks.
Lok
asi
Pela
ks.
Tena
ga
Pelak
sana
Jad
wal
Biaya
Catatan :
No 7 dan seterusnya diisi dengan jenis upaya kesehatan
pengembangan yang diusulkan
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
54
TAHAP TAHAP PERENCANAAN TINGKAT PUSKESMAS
DATA
PROSES
PERSIAPAN
DATA UMUM
PROSES
PERSIAPAN
Pengumpulan data
Penyusunan
RPK
Penyusunan RUK
DATA KHUSUS
Penilaian kinerja
Puskesmas
Dengan demikian Puskesmas sekarang memiliki rencana tahunan
Puskesmas, Meliputi :
a. Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya
Kesehatan Pengembangan untuk 1 tahun
b. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib dan
Upaya Kesehatan Pengembangan untuk 1 tahun
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
55
Latihan 1. Menganalisis Data
Petunjuk Latihan :
1. Peserta dibagi dalam kelompok Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok
 Siapkan bahan rujukan yang harus dibawa yang merupakan
data informasi tentang Puskesmas saudara, seperti Laporan
Tahunan Profil Puskesmas, Data Wilayah Kerja.dll
 Siapkan juga format-format yang diperlukan (format1, format
2a-e, format 3-12)
 Isikan data Puskesmas kedalam setiap format yang sesuai.
Koreksi kebenaran pengisiannya.
 Lakukan analisis dengan menggunakan analisis deskriptif
 Buatlah kesimpulan/ rumusan hasil analisis data tersebut
(dapat menggunakan cara rumusan hasil analisis data yang
tercantum pada hal 6-8 modul ini)
Latihan 2. Menentukan Target Puskesmas
Petunjuk Latihan:
1. Peserta bekerja dalam kelompok Puskesmas
2. Dalam kelompok, melakukan kegiatan sbb :
o Identifikasi target Puskesmas yang telah ditetapkan oleh dinas
kesehatan kab/ kota, untuk pogram apa dan berapa
o Identifikasi target yang harus ditentukan oleh Puskesmas :
- Untuk program apa
- Hitunglah target tersebut berdasarkan SPM yang
ditetapkan.
o Identifikasi target yang harus ditentukan berdasarkan
perkiraan secara matematis
- Untuk program apa
- Berapa perkiraan targetnya
o Identifikasi target yang bisa ditentukan berdasarkan hasil
terbaik yang pernah dicapai Puskesmas
- Untuk program apa
- Berapa hasil terbaik yang pernah dicapai
- Berapa target sekarang
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
56
Latihan 3 Identifikasi Masalah
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok
o Siapkan tabel identifikasi masalah seperti pada contoh
dihalaman 7 modul ini.
o Siapkan format 11 Cakupan Program Pelayanan Kesehatan btk
A. Upaya Kesehatan Wajib, yang telah diisi dengan data
Puskesmas.
o Isi kolom program dengan jenis program dari Upaya
Kesehatan Wajib
o Isi kolom target, dengan hasil pemantauan target Puskesmas
untuk setiap program.
o Isi kolom pencapaian dari kolom jumlah pencapaian yang
merupakan rekapitulasi pencapaian diseluruh kelurahan/ desa.
o Isi kolom kesenjangan dengan membandingkan antara target
dan pencapaian. Program yang memiliki kesenjangan (negatif
atau kurang dari target) merupakan masalah.
o Identifikasi masalah-maslah tesebut, kemungkinan ada
beberapa masalah.
Tuliskan semua masalah
Latihan 4. Menentukan Urutan Prioritas Masalah
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok tim Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok :
o Buatlah nomor untuk setiap masalah yang teridentifikasi.
(misal masalah 1 : Program.....dst)
o Tentukan metode penentuan prioritas masalah yang dipilih
oleh tim. (misalnya metode kriteria matriks USG.
o Buatlah matriksnya. (lihat contoh matriks pada halaman 7).
Buatlah kolom masalah, sejumlah masalah yang teridentifikasi.
o Isilah nilai setiap kriteria dari setiap masalah dengan cara :
- Setiap anggota kelompok diminta untuk memberi nilai
untuk kriteria (U) dari masalah 1, kemudian dibuat
reratanya. Nilai Rerata diisi pada kolom masalah 1.
Lakukan hal yang sama untuk nilai kriteria (K) untuk
masalah lainnya (masalah 2 dstnya)
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
57
-
Untuk mengisi nilai kriteria (S), lakukan juga hal yang
sama
Demikian juga untuk nilai kriteria (G)
Isi nilai total setiap masalah dengan perkalian nilai kriteria
(U) x(S) x(G).
Tuliskan urutan prioritas dari total nilai yang terbesar
sampai yang terkecil.
Urutan prioritas masalah adalah :
(1) .........................................
(2) .........................................
(3) .........................................
Latihan 5 Merumuskan Masalah
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok :
 Masalah yang menjadi prioritas, dilakukan pengkajian :
- Apa masalah tersebut ?
- Siapa yang terkena ?
- Berapa besar masalah tersebut (dalam jumlah nominal)
dalam persen/ dalam luas wilayah yang terkena dsb)
- Dimana lokasi terjadinya?
- Bilamana kurun waktu tertentu (musim tertentu dll)
 Buatlah dalam rumusan pernyataan masalah (problem
Statement) meliputi : 4W, 1 H tersebut.
Latihan 6. Menentukan Akar Penyebab Masalah
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok :
 Menentukan metode yang akan digunakan
 Tuliskan masalah prioritas yang akan ditelusuri akar
penyebabnya
 Ikuti langkah-langkah dari metode yang dipilih pada halaman
8 dan 9, modul ini.
 Dalam mengisi tulang ikan pada Diagram Ishikawa atau kotakkotak pada diagram pohon masalah, harus melibatkan semua
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
58

aggota tim. Penentuannya harus berdasarkan data/ fakta.
Ingat dan gunakan hasil analisis data pada latihan 1.
Buat kesimpulan akar penyebab masalah yaitu :....................
Latihan 7. Menentukan Cara Pemecahan Masalah
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok :
 Review hasil prioritas masalah dan akar penyebab dari setiap
masalah prioritas tersebut.
 Buat tabel cara pemecahan masalah (contoh tabel pada
halaman 10)
 Lakukan brainstorming, agar setiap anggota kelompok
berpartisipasi menyampaikan usulan alternatif pemecahan
masalah .
 Buat kesepakatan tentang pemecahan masalah yang terpilih,
atau penentuannya dilakukan dengan menggunakan metode
matriks USG/ MCUA, dll
 Tuliskan hasilnya pada kotak Pemecahan Masalah Terpilih.
Hasil ini akan menjadi bahan penyusunan RUK.
Latihan 8. Menyusun RUK
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok :
 Pelajari format RUK (matriks RUK) pada halaman 11
 Susunlah RUK Upaya Kesehatan Wajib, menggunakan matriks
tersebut. Gunakan hasil analisis data dan informasi
Puskesmas, serta hasil langkah-langkah pemecahan masalah
 Identifikasi Upaya Kesehatan Pengembangan yang akan
dilaksanakan di Puskesmas saudara. Hasil analisis data format
1,3,5,9 dan 11, dapat membantu dalam menentukan Upaya
Kesehatan Pengembangan, atau berdasar hasil SMD dll.
 Susunlah RUK Upaya Kesehatan Pengembangan menggunakan
matriks (contoh matriks pada halaman 12 )
 Gabunglah RUK Upaya kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan
Pengembangan sebagai Rencana Tahunan Puskesmas.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
59
Berikut ini perencanaan dari Promosi Kesehatan:
PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN
PENGERTIAN PERENCANAAN
Perencanaan adalah kegiatan yang bersifat konseptual dan
memerlukan banyak pemikiran. Fungsi ini melibatkan pemilihan
dan pengembangan tindakan untuk waktu yang akan datang.
Perencanaan yang baik merupakan pekerjaan berat karena
menyangkut masa depan yang tidak pasti.
Perencanaan sebetulnya merupakan salah satu siklus dari proses
pemecahan masalah yaitu bagaimana mengubah posisi yang ada
saat ini ke posisi yang diinginkan. Seorang perencana harus
menentukan terlebih dahulu bagaimana posisi presentasi keadaan
yang ada pada saat ini, bagaimana yang seharusnya idealnya dan
apa yang harus dilakukan untuk mencapai posisi yang diinginkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Menentukan
posisi/prestasi
yang
diinginkan
Menentukan
posisi/prestasi
pada saat ini
Menentukan apa
yang harus
dilakukan
Dapat dikatakan bahwa suatu rencana adalah pemyataan tentang apa
yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Dengan
demikian perencanaan adalah penentuan apa yang ingin dicapai,
kapan akan dicapai, dan bagaimana posisi yang ingin dicapai.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
60
Perencanaan adalah penentuan apa yang ingin dicapai, kapan
akan dicapai dan bagaimana posisi yang igin dicapai.
Langkah-Langkah Merencanakan Penyuluhan Kesehatan
Beberapa Pemikiran Dasar
a. Penyuluhan kesehatan merupakan bagian integral dari program
kesehatan itu sendiri. Ini berarti bahwa materi/model penyuluhan
program kesehatan harus sudah dibuat dan dikembangkan sejak
perencanaan program itu sendiri.
b. Perencanaan Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan bersama
(kegiatan tim) yang melibatkan :
1). pimpinan dan pelaksana program yang bersangkutan
2). petugas latihan dan penelitian
3). petugas dari penyuluhan kesehatan
4). masyarakat (jika perlu)
Sifat serta derajat keterlibatan masing-masing pihak berbedabeda, tergantung kebutuhan dan tingkat administrasi dimana
perencanaan itu berlangsung.
c.
Perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat didasarkan atas
pengetahuan yang cukup tentang :
1). para pemegang/pimpinan serta pelaksana program yang
memiliki persepsi yang besar serta sikap yang positif terhadap
penyuluhan kesehatan.
2). dukungan kebijakan yang positif dari pimpinan.
3). tersedianya biaya untuk penyuluhan kesehatan.
4). unit-unit penyuluhan berfungsi dengan baik.
d. Rencana yang dihasilkan hendaknya :
1). Sesuai dengan kebutuhan masyarakat
2). Diterima oleh masyarakat
3). Sesuai dengan kebutuhan program
4). Didukung oleh kebijakan yanng ada
5). Bersifat praktis dan dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi
setempat
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
61
Langkah-langkah dalam melakukan perencanaan
Berdasarkan beberapa hal yang telah dikemukakan diatas tadi,
maka untuk penyusunan perencanaan dapat dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
a. Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah
Tindakan pertama yang penting ialah mengumpulkan data
atau keterangan tentang berbagai hal yang diperlukan,
baik untuk kepentingan perencanaan maupun untuk data
awal (data based) sebagai pembanding dalam rangka
evaluasi.
 Mengenal masalah
Dalam rangka mengenal masalah, kegiatan yang perlu
dilakukan secara berturut-turut adalah:
a) Mengenal program yang akan ditunjang dengan
penyuluhan kesehatan.
b) Mengenal masalah yang akan ditanggulangi oleh
program tersebut. Misalnya dalam program
penanggulangan kekurangan Vitamin A, masalah
yang akan ditanggulangi adalah Xerophtalmia
yang bisa mengakibatkan kebutaan
c) Dasar-dasar pertimbangan apa yang dipergunakan
untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan
itu dalam arti:
- Bagaimana
pandangan
para
pimpinan
(administrator) dan juga para ahli kesehatan
terhadap masalah tersebut, apakah mereka
menganggap masalah tersebut memang perlu
mendapat
perhatian/prioritas
untuk
ditanggulangi?
- Bagaimana pandangan masyarakat terhadap
masalah ini, apakah mereka mengganggap
masalah ini merupakan prioritas bagi mereka?
- Apakah memang masalah tersebut bisa
dipecahkan dan apakah penyuluhan kesehatan
dapat berperan?

Mengenal masyarakat
Program yang akan direncanakan adalah untuk
masyarakat. Karena itu sudah jelas bahwa siapapun
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
62
yang merencanakan program, harus mengenal
masyarakat dalam segala segi kehidupannya.
Sehubungan dengan perencanaan penyuluhan, yang
perlu dikenal tentang masyarakat ini antara lain
adalah:
a) Jumlah penduduk
- Jumlah penduduk keseluruhan menurut
golongan umur
- Kelompok-kelompok khusus risiko tinggi,
seperti ibu hamil, ibu menyusui, PUS, dan lainlain
yang
kira-kira
dibutuhkan
dalam
menyusun perencanaan
- Jumlah balita.
b) Keadaan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat
- Tingkat
pendidikan
(buta
huruf
dan
sebagainya)
- Norma-norma
setempat,
pantanganpantangan, dan sebagainya sehubungan
dengan perilaku yang diharapkan
- Agama
- Pola
kepemimpinan
setempat,
artinya
kelompok-kelompok
mana
saja
yang
berpengaruh, hubungan pemuka masyarakat
satu sama lainnya dan sebagainya. Siapasiapa.
yang
berpengaruh
mengambil
keputusan di masyarakat, dan siapa-siapa
yang
berpengaruh
dalam
mengambil
keputusan dalam keluarga.
- Pola partisipasi masyarakat setempat dan
organisasi sosial, pemuda, kemasyarakatan
serta LSM yang ada.
- Tingkat ekonomi masyarakat serta jenis mata
pencaharian masyarakat serta pola konsumsi
masyarakat.
c) Pola komunikasi di masyarakat
- Bagaimana berita menyebar di masyarakat
- Siapa-siapa sebagai sumber berita informasi di
masyarakat
- Pusat-pusat
penyebaran
informasi
di
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
63
masyarakat seperti misalnya di cafe-cafe,
warung kopi, pos jaga, pertemuan sosial
seperti arisan dan sebagainya.
- Saluran komunikasi yang ada di masyarakat,
seperti radio, surat kabar, pengeras suara di
masjid, media transional dan sebagainya.
d) Sumber daya (resources)
- Sumberdaya
apa
saja
yang
dimiliki
masyarakat baik sebagai individu maupun
sebagai masyarakat secara keseluruhan yang
bisa dipergunakan oleh mereka untuk
perubahan perilaku seperti yang diharapkan.
- Sumberdaya apa saja yang ada baik pada
institusi pemerintah maupun swasta yang bisa
dipergunakan
oleh
masyarakat
untuk
perubahan perilaku Misalnya Posyandu untuk
mendapatkan pelayanan imunisasi, KB dan
lain-lain.
- Sumberdaya apa saja yang dimiliki oleh
pemerintah maupun swasta dan juga yang
sudah ada di masyarakat yang dapat
dimanfaatkan untuk pelaksanaan penyuluhan,
misalnya tempat pertemuan, pengeras suara
di masjid, dan sebagainya
e) Khusus mengenai sumberdaya tenaga, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Jumlah pejabat
fungsional penyuluh
kesehatan masyarakat yang ada
- Jumlah pejabat fungsional lainnya
- Macam-macam kategori tenaga kesehatan
yang ada yang dapat dimanfaatkan/dilibatkan
dalam penyuluhan kesehatan yang akan
dilaksanakan.
- Tugas pokok masing-masing kategori tenaga
kesehatan. Perkiraan tugas apa yang dapat
dilakukan untuk membantu pejabat fungsional
penyuluh
kesehatan
masyarakat
pelatihan/pendidikan yang pemah diperoleh di
bidang penyuluhan kesehatan yang pemah
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
64
diperoleh masing-masing tenaga kesehatan
Bimbingan
yang
diterima
di
bidang
penyuluhan kesehatan oleh masing-masing
jenis tenaga kesehatan dan dari siapa
- Kesulitan pokok yang harus diatasi dalam
melibatkan tenaga kesehatan lain dalam
pelaksanaan penyuluhan kesehatan bagi
program yang bersangkutan
- Adakah tenaga-tenaga di institusi lain baik
pemerintah
maupun
swasta/LSM
dan
masyarakat yang dapat membantu usaha
penyuluhan kesehatan.
f) Bagaimana pengalaman masyarakat terhadap
program-program sebelumnya, dan bagaimana
sikap mereka terhadap pelayanan yang diberikan,
terhadap para petugas dan sebagainya.
- Yang mana dari sikap ini mempunyai
pengaruh
positif
terhadap
penyuluhan
kesehatan yang direncanakan.
- Yang mana yang mempunyai pengaruh negatif
- Bagian yang mana dari program tersebut yang
memberikan pengalaman pahit di masa lalu.
g) Apakah daerah tersebut banyak kontak dengan
luar?
-

Mengenal wilayah
Program akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika
perencana program mengetahui dengan jelas situasi
medan atau situasi lapangan yang dihadapi. Yang
perlu diketahui sehubungan dengan mengenal wilayah
ini antara lain adalah:
a) Lokasinya, yaitu apakah:
- terpencil, tidak berbatasan dengan desa
kecamatan lain
- apakah daerah tersebut daerah pegunungan,
daerah pantai atau daerah datar yang bukan
pantai atau pegunungan
- apakah terjangkau oleh transportasi umum,
dan sebagainya
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
65
b) Sifatnya, yaitu :
- kapan musim hujan, kemarau panjang dan
sebagainya
- daerah kering atau cukup air
- daerah banjir, pasang surut atau daerah
rawan gempa dan sebagainya
- daerah perbatasan, dan lain-lain
b. Menentukan prioritas
Prioritas dalam penyuluhan kesehatan harus sejalan
dengan prioritas masalah yang ditentukan oleh program
yang ditunjang. Penyuluhan kesehatan hendaknya tidak
menentukan prioritas sendiri, karena hal ini akan
menyebabkan program berjalan sendiri-sendiri.
Penentuan
prioritas
dapat
berdasarkan
bebagai
pertimbangan, antara lain :
- berdasarkan magnitude masalah tersebut, hingga
diperlukan prioritas penanggulangannya
- berdasarkan pertimbangan politis, yaitu menyangkut
nama baik negara, dan sebagainya
- berdasarkan sumberdaya yang ada.
Langkah-Iangkah menentukan prioritas masalah yaitu
sebagai berikut :
a. Menetapkan parameter
Ada beberapa parameter yang perlu ditetapkan atas kesepakatan
kelompok :
1. Menentukan besamya masalah (prevalensi)
Besamya masalah adalah banyak anggota masyarakat yang
kena masalah tersebut. Jika semakin banyak anggota
masyarakat yang merasakan masalah tersebut, maka harus
diprioritaskan .
Kelompok harus menentukan faktor-faktor apa saja yang
dapat digunakan untuk menentukan masalah ditentukan
oleh:
Persentase penduduk yang terkena efek langsung
masalah tersebut
Jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan perorangan per
bulan oleh karena masalah tersebut.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
66
2.
3.
4.
Besamya kerugian-kerugian yang dialami penduduk ?
Menentukan berat ringannya akibat yang ditimbulkan
(severity) Berat ringannya akibat yang timbulkan dari
masalah tersebut, artinya semakin berat akibat yang
ditimbulkan oleh masalah bagi masyarakat berarti masalah
tersebut mendapat prioritas.
Pada langkah ini kelompok banyak menggunakan data
kuantitatif untuk menentukan nilai, oleh karena itu
penilaiannya bersifat subjektif.
Faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan berat
ringannya akibat yang ditimbulkan dari masalah tersebut
ialah :
Tingkat urgensinya, artinya apakah masalah tersebut
memang harus segera diatasi.
Kecenderungannya, artinya apakah masyarakat yang
terkena masalah tersebut makin lama makin
bertambah banyak atau meningkat.
Tingkat keganasannya, artinya apakah masalah
tersebut bersifat akut, maksudnya jika masyarakat
terserang atau terkena masalah tersebut pada pagi
hari maka malamnya kalau tidak segera ditolong akan
meninggal dunia. Contohnya bila masyarakat tersebut
Diare atau keracunan makanan, dalam keadaan
demikian harus diberi score yang tinggi.
Menentukan keinginan masyarakat untuk menyelesaikan
masalah
tersebut
(degree
of unmetneed),
untuk
menanggulangi suatu masalah, bukan hanya keinginan dari
petugas saja, akan lebih baik jika keinginan masyarakat yang
berkeinginan untuk membantu menyelesaikannya. Jika ada
dukungan dan motivasi yang tinggi dari masyarakat, maka
masalah tersebut akan mudah diatasi.
Menentukan rasa prihatin masyarakat terhadap masalah
tersebut (public concem)
Masyarakat merasa prihatin jika masalah tidak atau belum
ditanggulangi. Sebagai contoh, biaya berobat di puskesmas
cukup mahal dibandingkan dengan pendapatan masyarakat
sehingga masyarakat tidak mampu untuk berobat ke
puskesmas. Dalam hal ini
masyarakat tidak bisa protes
kepada petugas puskesmas hanya mereka menjadi prihatin
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
67
dengan keadaan yang demikian.
Menentukan sumber daya yang tersedia yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah tersebut (resources
availability).
Masyarakat bersama petugas merasa adanya kemudahankemudahan dalam memecahkan masalah tersebut. Oleh
karena adanya sumberdaya yang tersedia dalam bentuk
dana, sarana, tenaga, waktu, teknologi yang tepat guna
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sebagai contoh
kekurangan vitamin A pada balita, karena masyarakat mudah
mendapat vitamin A pada balita, karena masyarakat mudah
mendapat vitamin A dosis tinggi di puskesmas atau
Posyandu, hal ini berarti adanya teknologi yang tepat guna
untuk mengatasi kekurangan vitamin A atau penyakit buta
senja, dan mudah mendapatkan sumber-sumber vitamin A di
pedesaan seperti makan sayur daun hijau, buah pepaya,
tomat, hal ini berarti masyarakat tidak perlu mengeluarkan
banyak uang untuk mencegah kekurangan vitamin A.
Menetapkan nilai terhadap parameter
Setelah parameter seperti diatas ditetapkan, masing-masing
masalah diberi nilai sesuai dengan parametemya, hal ini
dilaksanakan agar dapat membandingkan satu parameter dengan
parameter lainnya.
Biasanya nilai yang diberikan
berkisar antara 1-6.
Berilah nilai pada setiap parameter diatas. Cara melakukan
penilaian ialah dengan memberikan angka 5 bila masalahnya
besar, angka 3 masalahnya sedang dan angka 1 bila masalahnya
kecil. Masalah yang jumlah nilainya paling tinggi adalah prioritas
masalah yang dicari.
5.
b.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
68
Secara sederhana cara scoring technique ini dapat digambarkan dalam
bagan sebagai berikut :
NO
PARAMETER
A
1
2
3
4
5
c.
B
MASALAH
C
D
Besamya masalah (prevalence)
Berat ringannya (severity)
Keinginan masyarakat (degree of
unmeet need)
Keprihatinan masyarakat (public
concem)
Sumber daya yang tersedia
(resources availability)
Merumuskan tujuan promosi/penyuluhan kesehatan
Merumuskan tujuan penyuluhan kesehatan merupakan salah satu
langkah yang paling penting dalam perencanaan penyuluhan
karena seringkali dijumpai bahwa kita dengan mudah dapat
menje!askan kegiatan-kegiatan yang sedang kita lakukan, tetapi
apabila kita diminta menyebutkan secara spesifik apa sebenamya
yang ingin kita capai atau wujudkan melalui kegiatan tersebut,
kadangkala menjadi bingung. Pengertian tujuan secara umum
dapat didefinisikan sebagai berikut :
Tujuan adalah suatu pemyataan atau gambaran tentang suatu
keadaan dimasa datang yang akan dicapai melalui pelaksanaan
kegiatan-kegiatan tertentu yang telah direncanakan.
Dalam perencanaan penyuluhan kesehatan, cara merumuskan
tujuan penyuluhanhendaknya berkaitan dengan perubahan
perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan.
Secara sangat sederhana, tahap-tahap penyuluhan / penyuluhan
kesehatan dapat digambarkan sebagai berikut:
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
69
Tujuan
Jangka
Pendek
Promosi
Kesehata
n
Kelompok
sasaran
Panjang
Menengah
- Penget
ahuan
- Sikap
- Ketera
mpilan
- Dsb
PHBS
Status
kesehatan
Melihat gambar diatas, jelas bahwa tujuan jangka panjang penyuluhan
kesehatan adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang
optimal, tujuan jangka menengah adalah perilaku hidup bersih dan
sehat sedang tujuan jangka pendeknya adalah terciptanya
pengetahuan, sikap, norma, dan keterampilan yang diharapkan. Perlu
diingat, bahwa terciptanya pengetahuan, sikap, norma, keterampilan
tersebut tidak selalu akan menuju kepada terciptanya perilaku hidup
bersih dan sehat. Sebab itu, yang lebih penting adalah tujuan
terciptanya perilaku hidup sehat.
Yang mana pun yang akan dipilih sebagai tujuan, yang penting bahwa
tujuan harus dibuat realistis (bisa dicapai), bisa diukur. Hal ini perlu
diperhatikan agar evaluasi penyuluhan dapat dilakukan dengan baik.
Bila
program
yang
akan
dikembangkan
dari
sisi
promosi/penyuluhankesehatan sekarang ini sudah berjalan beberapa
lama, perlu dilakukan review apa yang sedang dan sudah
dilaksanakan, misalnya :
- seberapa jauh promosi/penyuluhan kesehatan sudah dijalankan
pada waktu yang lalu
- kalau sudah ada, apa tujuan promosi/ penyuluhan kesehatan pada
waktu itu,
- apa kegiatan promosi/penyuluhanbkesehatan yang dilaksanakan
pada waktu itu, dan bagaimana hasilnya. Ini perlu agar kita dapat
menentukan tujuan baru.
Berdasarkan semua informasi tersebut, ditentukan penyuluhan yang
akan dikembangkan sekarang yaitu tujuan jangka pendek, menengah,
dan panjang.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
70
CARA MERUMUSKAN TUJUAN PENYULUHAN KESEHATAN
Sebelum kita membahas bagaimana cara merumuskan tujuan
penyuluhan, ada baiknya kita mengetahui pengertian, tujuan umum
penyuluhan, dan tujuan khususnya penyuluhan.
Tujuan umum penyuluhan ialah tercapainya perilaku sehat masyarakat
sebagai akibat dari adanya penyuluhan kesehatan.
Tujuan umum penyuluhan bersifat abstrak artinya ukurannya tidak
jelas dan bersifat jangka panjang artinya tidak jelas kapan tujuan
tersebut akan dicapai.
Tujuan khusus penyuluhanadalah suatu perumusan perilaku yang
meliputi peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku sebagai akibat
adanya penyuluhan kesehatan.
Penting : Tujuan khusus penyuluhan harus jelas, realitas (bisa
dicapai) jelas ukurannya, jelas waktunya yaitu kapan mau
dicapai, jelas lokasinya dan jelas sasarannya. Agar penilaian
penyuluhan dapat dilaksanakan dengan baik.
d. Menentukan sasaran promosi/penyuluhan kesehatan
Sasaran program dan sasaran promosi/penyuluhan tidak selalu
sama. Dalam promosi/penyuluhan kesehatan yang dimaksud
dengan sasaran ialah kelompok sasaran, yaitu individu atau
kelompok. Sasaran ini dibagi lagi ke dalam sasaran primer,
sekunder dan tertier serta dipilih lagi menurut tatanan yang ada,
apakah tatanan rumah tangga, institusi, tempat kerja, dan
tempat-tempat
umum.
Menentukan
kelompok
sasaran
menyangkut pula soal strategi.
e. Menentukan isi penyuluhan
Setelah tujuan dan sasaran ditentukan, dan setelah mengenal
situasi dan masalah serta latar belakang sasaran, maka isi
pesan/materi promosi/penyuluhan kesehatan dapat ditentukan.
Dalam materi penyuluhan ini harus dikemukakan juga apa
keuntungannya jika sasaran melaksanakan apa yang dianjurkan.
Isi pesan/materi promosi/penyuluhan harus dituangkan dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh khalayak sasaran, dan
pesannya tidak ruwet, melainkan applicable untuk dilaksanakan
dengan kondisi dan situasi yang mereka miliki, atau yang dapat
dijangkau oleh khalayak sasaran. Dalam membuat materi/isi
pesan harus difahami benar tentang dasar-dasar komunikasi.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
71
f.
g.
h.
Menentukan metode promosi/penyuluhan
Setelah materi ditentukan, maka perlu ditentukan bagaimana
caranya menyampaikan pesan-pesan tersebut kepada khalayak
sasaran, agar tujuan promosi/penyuluhan tersebut dapat tercapai.
Metoda atau cara penyuluhan, tergantung pada tujuan
penyuluhan yang ingin dicapai. Tujuan promosi/penyuluhan
kesehatan dapat dikelompokkan mencakup 3 bidang yang penting
yaitu bidang pengertian (cognitif), sikap (affektif) serta tindakan
(psikomotorik). Kalau tujuan yang ingin dicapai adalah bidang
pengetahuan, pesan cukup disampaikan secara tertulis. Kalau
tujuannya mengembangkan sikap positif, sasaran perlu
menyaksikan kejadian tersebut sedang untuk mengembangkan
keterampilan sasaran harus diberi kesempatan untuk mencoba.
Pedoman yang harus difahami oleh para pejabat fungsional
penyuluhan kesehatan secara masyarakat untuk memilih metode
promosi/penyuluhan kesehatan umum adalah: Kalau saya dengar,
saya akan lupa, Kalau saya lihat, saya akan ingat, Kalau saya
kerjakan, saya akan mampu.
Menentukan media promosi/penyuluhankesehatan
Bila misalnya telah ditentukan akan mempergunakan pendekatan
massa, maka selanjutnya masih perlu ditentukan apa media yang
akan dipergunakan untuk menunjang pendekatan tadi, misalnya
poster, pembuatan film, siaran di radio, TV, surat kabar dan
sebagainya.
Menentukan format monitoring dan evaluasi
Format monitoring dan evaluasi harus dirancang bersama dengan
perumusan tujuan promosi/penyuluhan, agar seluruh proses
penyuluhan dapat dipantau dan dievaluasi pokok tujuan
penyuluhan tercapai atau tidak.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
72
MANFAAT PERENCANAAN
Manfaat Perencanaan
Perencanaan yang baik akan memberikan manfaat sebagai
berikut :
a. Mengurangi risiko ketidakpastian
Dalam organisasi yang semakin kompleks dan berbeda dalam
lingkungan yang selalu berubah, seorang perencana memerlukan
cara-cara yang lebih baik, untuk melakukan tugasnya.
Perencanaan tidak dapat lagi bersikap sebagai "pemadam
kebakaran" karena semakin beragamnya persoalan yang dihadapi.
Yang diharapkan sekarang adalah "mencegah terjadinya
kebakaran".
Melalui cara-cara yang lebih rasional dan berdasar, seorang
perencana dapat mengurangi risiko ketidakpastian yang dihadapi
dalam pekerjaannya. Dengan perencanaan yang baik pula seorang
perencana dapat mencoha untuk mempengaruhi apa yang akan
terjadi dikemudian hari.
b. Memusatkan perhatian pada khalayak sasaran
Perencana yang baik memungkinkan perencana dapat
menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara lebih efisien.
Perencana dapat menangani beberapa kegiatan secara simultan
dan memberikan perhatian yang cukup pada masing-masing
kegiatan.
c.
Menjadi dasar bagi fungsi-fungsi manajemen yang lain
Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang utama. Melalui
perencanaan maka fungsi-fungsi lain seperti pengorganisasian,
pemantauan dan evaluasi diatur. Perencanaan memungkinkan kita
untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan tugas dengan cara
membandingkan hasil (realisasi) dengan rencana. Dari situ kita
dapat menilai apakah program telah terlaksana dengan baik.
Secara singkat dapat kita katakan bahwa pelaksanaan proses
manajemen yang efektif harus diawali dengan perencanaan yang
baik.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
73
CIRI PERENCANAAN YANG BAIK
Untuk dapat merencanakan dengan baik, beberapa hal pokok yang
perlu diperhatikan adalah :
a. Adanya pengetahuan yang mantap tentang tugas pokoknya
Seorang perencana yang tidak mengetahui tugas pokoknya akan
membuat rencana yang salah. Tanpa mempunyai dasar
pengetahuan yang mantap, rencana yang dibuat mungkin tidak
dapat dijalankan atau tidak efisien.
b. Adanya batas toleransi atas penyimpangan
Pelaksanaan suatu rencana mungkin saja menyimpang dari apa
yang telah ditentukan. Meskipun demikian rencana yang dibuat
harus mempunyai batas toleransi penyimpangan jika kita tidak
ingin rencana tersebut kehilangan arti.
c.
Memperhatikan sumberdaya yang dimiliki
Seorang perencana harus mengenal sumber daya yang dimilikinya.
Ia harus memastikan bahwa rencana yang dibuat cukup praktis
ditinjau
dari
sudut
pandang
kemampuan
dan
keahlian/keterampilan pelaksananya. Disamping itu perencana
harus yakin bahwa ia mampu untuk mengadakan/mengerahkan
sumber daya yang diperlukan.
d. Fleksibilitas
Rencana yang memiliki fleksibilitas memungkinkan diadakannya
perubahan-perubahan didalam rencana tanpa mengganggu
perencanaan itu sendiri atau mempengaruhi hasil akhimya. Dalam
pelaksanaan rencana mungkin saja diperlukan perubahanperubahan karena tuntutan situasi.
e. Melihat kemungkinan adaptasi
Sebelum menyusun suatu rencana sebaiknya seorang perencana
meninjau apakah rencana yang serupa pemah dilakukan. Jika
rencana yang serupa sudah pemah dilakukan sebelumnya maka
perencana mungkin hanya perlu mengadakan penyesuaianpenyesuaian terhadap rencana yang terdahulu
f.
Memperhatikan kendala-kendala
Dalam menyusun rencana seorang perencana harus melihat
kendala-kendala yang ada, baik yang datang dari luar maupun dari
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
74
dalam. Tidak seorang perencana pun yang tidak mempunyai
kendala ataupun dibatasi oleh aturan-aturan baik dari pemerintah,
masyarakat maupun lingkungan fisik. Hal penting juga yang harus
diperhatikan adalah batasan-batasan yang ditentukan oleh
organisasi dimana perencana itu berada misalnya peraturan,
prosedur, dan kebijakan yang telah disusun serta keterkaitan
rencana satu dengan lainnya.
MACAM-MACAM PERENCANAAN
Perencanaan dapat diklasifikasikan berdasarkan (1) lamanya (durasi),
(2) Fungsi atau penggunaannya dan (3) cakupannya (scope).
a. Perencanaan berdasarkan lamanya (durasi)
Setiap perencanaan dapat digolongkan berdasarkan waktu
pelaksanaannya. Rencana jangka pendek sudah tentu dibuat
untuk dilaksanakan dalam waktu yang singkat, sedangkan
rencana jangka panjang dalam waktu yang lebih lama.
Bagi seorang pimpinan di tingkat bawah, rencana 6 bulan
mungkin sudah merupakan rencana jangka panjang. Sebaliknya
untuk pimpinan tingkat atas, rencana 6 bulan tersebut dapat
dianggap rencana jangka pendek. Terlepas dari waktunya,
rencana operasional seringkali digolongkan ke dalam rencana
jangka pendek jika rencana tersebut merupakan bagian dari
rencana yang lebih besar.
Perencanaan jangka pendek umumnya dibuat di tingkat bawah.
Keterlibatan seseorang dalam perencanaan jangka panjang
semakin besar dengan semakin tingginya tingkatan seseorang.
b.
Perencanaan berdasarkan fungsi
Perencanaan dapat pula digolongkan berdasarkan fungsi
operasional manajemen seperti produksi, pemasaran, keuangan
dan personalia. Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini
memungkinkan untuk
menggambarkan
hubungan antar
bagian/unit dan mempelajari adanya kemungkinan pengaruh
perencanaan di satu unit terhadap unit lainnya.
c.
Perencanaan berdasarkan cakupan
adalah bentuk perencanaan yang mendasarkan dirinya pada
berapa cakupan baik populasi ataupun lainnya untuk dapat
dilaksanakan berdasarkan hasil analisis
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
75
Untuk mendapatkan perubahan perilaku pada masyarakat sasaran
diperlukan perencanaan yang baik, dalam menyusun perencanaan
perumusan tujuan program harus jelas dan memenuhi syarat-syarat
tertentu agar monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan baik.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam perumusan tujuan
antara lain:
- tujuan harus jelas dan mudah difahami (simpel)
- tujuan harus bisa diukur (measurable)
- tujuan harus bisa dicapai (achievable)
- tujuan harus wajar dan tidak berlebihan (reasonable)
- tujuan harus mempunyai tenggang waktu (time bound)
MONITORING
PENGERTIAN MONITORING
Monitoring program merupakan upaya supervisi dan review kegiatan
yang dilaksanakan secara sistematis oleh pengelola program, untuk
melihat apakah pelaksanaan program sudah. sesuai dengan yang
direncanakan. Monitoring atau pemantauan seringkali disebut sebagai
"evaluasi proses". Monitoring merupakan upaya untuk mengamati
pelayanan dan cakupan program. Mengamati cakupan berarti
seberapa banyak target sasaran yang direncanakan sudah terjangkau.
Sedangkan mengamati pelayanan program artinya menentukan
apakah program itu sudah dilaksanakan seperti yang diharapkan
Adanya pemantauan/monitoring dimaksudkan agar seawal mungkin
dapat menemukan dan memperbaiki penyimpangan dalam
pelaksanaan program. Monitoring bukan pengujian pihak luar terhadap
pelaksanaan program, tetapi merupakan alat yang dipergunakan oleh
pelaksana program untuk mengungkapkan hal-hal yang tadinya tidak
diperkirakan pada waktu membuat perencanaan dan memerlukan
perbaikan, misalnya :
- Bagian mana dari strategi yang tidak berfungsi
- Mekanisme sistem pelayanan yang tidak bekerja seperti yang
diharapkan
- Apakah bahan-bahan promosi/penyuluhan sudah dikirim kepada
khalayak sasaran pada waktu dan tempat yang telah direncanakan
- Apakah ada masalah-masalah baru yang timbul justru karena
implementasi strategi yang direncanakan.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
76
PERBEDAAN ANTARA MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi seringkali membingungkan. Batasannya tidak
jelas, banyak kegiatan yang mengalami kedua-duanya yaitu dimonitor
dan dievaluasi. Perbedaan pokok antara keduanya adalah bahwa
keduanya menjawab pertanyaan yang berbeda dan mempunyai tujuan
yang berbeda pula. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
MONITORING
Menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut :
- Apa yang sedang terjadi pada
sistem
- pelayanan atau pelatihan?
- Mengapa hal itu terjadi?
- Hasil antara apa yang terjadi
(pada target sasaran, pada
petugas pada pelayanan)
- Bagaimana hal tersebut bisa
dipertahankan,
diperbaiki,dimodifikasi
Tujuan :
Untuk
mengadakan
perbaikan
perubahan
orientasi, atau desain dari
sistem pelayanan, bila perlu
Untuk menyesuaikan strategi
komunikasi
dan
pesanpesannya
bila
dianggap
perlu, berdasarkan temuantemuan dalam monitoring
EV ALUASI
Menjawab
pertanyaanpertanyanan berikut :
- Apa yang terjadi sebagai hasil
intervensi?
- Perubahan perilaku apa yang
terjadi?
- Seberapa banyak dari target
sasaran berperilaku seperti
yang dianjurkan?
- Dampak kesehatan apa yang
terjadi pada target sasaran?
Waktu pelaksanaan dan tanggung
jawab pelaksanaan :
- Monitoring dimulai segera
setelah
suatu
strategi
komunikasi diimplementasikan
dan
berlanjut
selama
Waktu pelaksanaan dan tanggung
jawab
pelaksanaan:
- Umumnya data dikumpulkan
beberapa kali pada saat yang
berbeda,
yang
Tujuan :
- Untuk menunjukkan dampak
dari
pada
komunikasi
kesehatan
- Untuk menentukan tingkat
adopsi perilakunya.
- Untuk menentukan dampak
program
terhadap
status
kesehatan
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
77
-
-
intervensi
Data
dikumpulkan
secara
berkala, dan seringkali jarak
waktunya sudah ditetapkan
atau bila saja kesempatan
memungkinkan
Monitoring biasanya dilakukan
oleh
orang
yang
juga
melaksanakan
kegiatan
komunikasinya
-
-
-
memungkinkan
untuk
mengadakan perbandingan,
misalnya:
 Sebelum
strategi
komunikasi
mulai
diterapkan untuk dipakai
sebagai
data
dasar
(baseline)
 Sesudah waktu
yang
lebih lama (biasanya
lebih dari setahun atau
dua
tahun)
untuk
mengadakan
perbandingan
sesudah
intervensi
(post
intervention comparison)
Pengumpulan
data
direncanakan
sedemikian
rupa, hingga memungkinkan
cukup waktu untuk bisa
terjadinya
dampak
dari
intervensiyang diadkan
Evaluasi (seringkali berbentuk
riset)
paling
sering
dilaksanakan
oleh
orang
dalam
organisasi
yang
bersangkutan, yang tidak
secara
langsung
terlibat
dalam kegiatan komunikasi
yang akan dievaluasi
Data
dianalisis
dan
dimanfaatkan di tingkat pusat
sesudah program intervensi
selesai.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
78
TAHAP-TAHAP MONITORING
Ada 4 tahapan monitoring yang perlu diketahui, seperti. dalam tabel
berikut ini:
APA
TIPE
KAPAN
MENGAPA/TINDAKAN
KITA
Memperbaiki kekeliruan
dalam implementasi.
Memperbaiki rencana
1. Logistik
(produk
media dan
materi
komunikasi;
produk/sup
ply)
Input
Segera sesudah
implementasi
dimulai
2. Hasil antara
Output
Berkesinambung
an
Memberikan
reinforcement
(dukungan)
terhadap
perilaku yang ditetapkan
3. Perilaku
yang
diharapkan
Output
Berkala pada
saat informasi
dibutuhkan
Memberi arah baru pada
strategi (bila perlu).
Mengidentifikasi
hambatan-hambatan
baru
kalau
ada,
identifikasi sasaran baru
dan tahap-tahap yang
kemungkinan
disebabkan
oleh
intervensi
4. Perbaikan
kesehatan
(puskesmas
,status
kesehatan)
Output
Berkala pada
saat informasi
dibutuhkan
Buat laporan, adakan
reinforcement,
dan
tetapkan arah baru yang
akan
ditempuh
selaniutnya
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
79
Setiap tahap monitoring memberikan informasi yang bermanfaat dan
memerlukan lebih banyak waktu dan sumber daya.
Tahap-tahap monitoring mempunyai sifat
sebagai berikut :
a. Kronologis
Setiap tahap terjadi sebelum tahap berikutnya, yaitu
melaksanakan intervensi dengan harapan akan terjadi hasil
antara. Hasil antara ini diharapkan terjadi sebelum terjadi
perubahan perilaku dan perubahan perilaku inilah yang nantinya
akan menghasilkan peningkatan status kesehatan. Secara
skematis dapat digambarkan sebagai berikut :
Intervensi → Hasil antara → Perubahan perilaku → Peningkatan
Kesehatan
b. Sekuensial
Setiap tahap mengikuti tahap sebelumnya dan terjadi sebagai
bagian dari tahap sebelumnya.
c. makin kompleks
Setiap tahap memerlukan lebih banyak waktu dan elemen untuk
dimonitor dibandingkan dengan tahap sebelumnya dan juga
memberikan informasi yang lebih banyak
Setiap tahap memberikan dasar untuk tindakan perbaikan yang juga
sifatnya kronologis dan sekuensial. Artinya informasi yang
dikumpulkan setiap tahap memungkinkan untuk mengadakan
perbaikan yang diperlukan sebelum bergerak ke tahap berikutnya.
Setiap tahap harus berfungsi dengan baik sebelum memonitor tahap
berikutnya. Misalnya: bila radiospot tidak disiarkan sesuai frekuensi
dan waktu yang direncanakan, kita tidak bisa mengharapkan sasaran
mendengarkan spot tersebut, apalagi mengingat pesannya
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
80
MANFAAT MONITORING
Monitoring akan sangat berguna dalam tiga
hal berikut :
a. Manajemen
Monitoring perlu dilaksanakan pada awal tahap implementasi
program. Pimpinan program perlu mengetahui secara lengkap dan
cepat masalahmasalah yang terjadi sehingga perubahanperubahan dapat dilakukan secepat mungkin. Begitu program
dilancarkan, maka monitoring akan memberikan informasi tentang
proses dan cakupan program kepada pimpinan program, serta
memberikan pula umpan balik apakah program sudah memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan. Pimpinan program yang
mengabaikan monitoring, kemungkinan besar program yang
dilaksanakannya tidak akan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
b. Evaluasi .
Monitoring yang tepat dan baik memungkinkan kita mentafsirkan
hasil akhir evaluasi secara akurat. Seringkali efektifitas suatu
program sangat menurun karena intervensi yang tepat tidak
dilaksanakan, atau dapat juga karena intervensi yang tepat itu
dalam pelaksanaannya tidak diarahkan pada target sasaran yang
tepat, atau bisa juga karena kedua-duanya. Bila suatu program
dimonitoring secara baik, maka hal-hal diatas tadi bisa diketahui
pada tahap awal, dan ini akan sangat penting untuk memahami
hasil akhir suatu evaluasi program tersebut. Selain itu, monitor
memberikan juga informasi yang penting untuk diffusi dan
perluasan program. Ciri penting suatu program yang bisa diperluas
ke tempat lain adalah kalau program itu dapat dijabarkan secara
operasional dan jelas.
c. Citra
Monitoring memungkinkan para penyandang dana melihat nilai
suatu program. Monitoring yang dilakukan dengan sangat hati-hati
memberikan kesan kepada para penyandang dana bahwa
pimpinan prog am sangat peduli terhadap sumber dana yang
biasanya sangat terbatas
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
81
PELAKSANAAN MONITORING
Dalam program komunikasi kesehatan, monitoring biasanya mencakup
pengamatan tentang:
a. Input (masukan)
Input yang dimonitor mencakup :.
1) Apakah ada materi komunikasi yang diproduksi
2) Distribusi media cetak
3) Siaran lewat media massa
4) Jangkauan target sasaran
5) Distribusi peralatan komunikasi
6) Kegiatan komunikasi
7) Pelatihan
b. Output (Iuaran)
Kalau kita sudah yakin bahwa input sudah berjalan sesuai rencana,
maka kita bisa memulai memonitor output dari intervensi yang
dilakukan. Output sering juga disebut hasil antara. Pertanyaanpertanyaan pokok untuk monitoring hasil antara lain :
1) Apakah target sasaran menerima atau terpapar dengan pesan
dan bahan-bahan penyuluhan yang didistribusikan?
2) Apakah
target
sasaran
memanfaatkan
bahan-bahan
penyuluhan yang dibagikan?
3) Apakah target sasaran merasakan bahwa ia belajar sesuatu
dari bahan penyuluhantersebut?
4) Bagaimana reaksi sasaran?
c.
Outcome (dampak)
Outcome merupakan hasil intervensi. Dalam komunikasi, yang
diharapkan muncul sebagai hasil komunikasi ialah terjadinya
perubahan perilaku menjadi perilaku yang diharapkan.
Pertanyaan yang biasa diajukan dalam monitoring outcome ini
antara lain ialah "apakah target sasaran mempraktekkan dengan
benar perilaku yang disarankan dalam bahan penyuluhan yang
disediakan/diterima? Kalau ya, yang mana? Kenapa bukan yang
lainnya?
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
82
TEKNIK MELAKUKAN MONITORING
Monitoring kegiatan penyuluhan memerlukan pengukuran yang lebih
sering. Tujuannya ialah untuk memahami, mengapa kegiatan tertentu
tidak berjalan dan juga untuk menemukan pemecahannya bersama
sasaran. Karena itu, cara-cara pengumpulan data yang memungkinkan
adanya dialog dan pertukaran pendapat dengan sasaran merupakan
pilihan utama, misalnya :
- Kunjungan rumah dan diskusi dengan anggota rumah tangga
- Wawancara mendalam (indepth individual interviews) dengan staf
kesehatan dan pemuka masyarakat/sasaran.
- Focus group discussion dengan provider dan masyarakat sasaran
- Mengobservasi dan diskusi apa yang dilakukan oleh sasaran. Ini
dapat dilakukan oleh orang luar (misalnya supervisor atau oleh
petugas lapangan).
- Wawancara dengan orang yang baru keluar dari tempat pelayanan
(puskesmas atau rumah sakit)
- Analisa surat pendengar
- Membaca artikel yang ditulis oleh tokoh masyarakat
EVALUASI
KONSEP DAN PRINSIP EVALUASI
Secara khusus, istilah evaluasi tidak jelas definisinya, padahal istilah
tersebut sangat dikenal secara luas. Kebanyakan orang termasuk
orang-orang yang banyak berkecimpung di bidang evaluasi,
menganggap bahwa sebagian besar orang sudah tahu apa evaluasi itu
sehingga tidak ada upaya untuk membuat suatu batasan yang jelas.
Karena itu maka istilah-istilah yang serupa seperti "assesment",
"appraisal" dan "judgement" sering dicampur aduk penggunaannya
dengan evaluasi. Evaluasi bukan tujuan. Karena itu, evaluasi program,
dan juga evaluasi program penyuluhan kesehatan merupakan bagian
integral dari kegiatan sejak awal sampai akhir
Dimasa lampau evaluasi penyuluhan kesehatan seringkali diabaikan.
Tetapi dengan makin pentingnya peranan penyuluhan kesehatan,
maka evaluasi penyuluhan kesehatan makin penting pula. Hal ini
karena salah satu sumbangan penyuluhan kesehatan dalam program
pelayanan kesehatan ialah mengurangi cost pelayanan. Untuk ini
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
83
penyuluhan kesehatan dituntut untuk dapat membuktikannya, karena
efektifitas yang menlngkat dan sumberdaya yang lebih banyak saling
memacu dan saling melengkapi satu sama lain.
Untuk evaluasi secara umum, perkumpulan akhli kesehatan
masyarakat Amerika (American Public Helath Association) menawarkan
definisi konseptual dan operasional sebagai berikut :
" Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau besamya
sukses dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan ”
Proses ini paling sedikit mencakup langkah-Iangkah berikut
memformulasikan tujuan, mengidentifikasikan kriteria yang tepat
untuk mengukur sukses, menentukan dan menjelaskan besamya
sukses, dan rekomendasi untuk kegiatan program selanjutnya.
Jadi dua unsur konseptual penting dalam definisi ini ialah "nilai atau
besamya sukses" dan "tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya",
sedangkan secara operasional yang penting dalam definisi ini adalah
"tujuan", "kriteria", dan "menentukan serta menjelaskan besamya
sukses"
Klineberg mendefinisikan evaluasi sebagai "suatu proses yang
memungkinkan administrator mengetahui hasil programnya, dan
berdasarkan itu mengadakan penyesuaian-penyesuaian untuk
mencapai tujuan secara efektif
Jadi menurut definisi Klinerberg ini, maka evaluasi itu tidak sekedar
menentukan keberhasilan atau kegagalan, tetapi juga mengetahui
mengapa keberhasilan atau kegagalan itu terjadi dan apa yang dapat
dilakukan terhadap hasil-hasil tersebut. Hal ini tercermin dalam
pertanyaanpertanyaan berikut yang diusulkan oleh Herzog :
1. Perubahan macam apa yang diinginkan ?
2. Apa cara yang dipakai untuk menciptakan perubahan tersebut ?
3. Apa buktinya bahwa perubahan yang terjadi disebabkan oleh cara
yang dipakai ?
4. Apa arti dari perubahan yang terjadi ?
5. Adakah pengaruh-pengaruh yang tidak diharapkan yang terjadi
akibat adanya perubahan tersebut ?
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
84
TERMINOLOGI DALAM EVALUASI
Dalam evaluasi ada beberapa istilah (terminologi) yang sering
dipergunakan, antara lain ialah:
a. Evaluasi formatif.
Suatu evaluasi yang dilakukan pada tahap pengembangan
program, jadi sebelum program dimulai. Evaluasi formatif ini
menghasilkan informasi yang akan dipergunakan untuk
mengembangkan program, agar program itu dapat lebih sesuai
dengan situasi dan kondisi sasaran.
b. Evaluasi proses
Adalah evaluasi terhadap suatu proses yang memberikan
gambaran tentang apa yang sedang berlangsung dalam suatu
program dan memastikan ada dan terjangkaunya elemen-elemen
fisik dan struktural dari pada program, apakah elemen elemen
spesifik seperti fasilitas, staf, tempat, atau pelayanan sedang
dikembangkan atau diberikan sesuai rencana.
Dibidang kesehatan, evaluasi proses dapat dikaitkan dengan
quality assurance review atau quality assurance study.
Evaluasi proses mencakup pencatatan dan penggambaran
kegiatan-kegiatan program tertentu yaitu tentang apa, seberapa
banyak, untuk siapa, kapan, dan oleh siapa.
Evaluasi proses juga mencakup monitoring frekuensi partisipasi
target sasaran dan dipergunakan untuk memastikan frekuensi dan
luasnya implementasi program atau elemen program tertentu,
data untuk evaluasi proses ini dapat diperoleh dari staf, konsumen
atau evaluator luar mengenai kualitas dari rencana implementasi
dan tentang ketepatan isi, metode, materi, media, dan instrumen.
Ada yang menyebutkan ini sebagai evaluasi efisiensi atau
monitoring kualitas
c.
Evaluasi summatif
ialah suatu evaluasi yang memberikan pemyataan efektifitas suatu
program selama kurun waktu tertentu. Ini memungkinkan
pengambil keputusan merencanakan dan mengalokasikan sumber
daya
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
85
d. Evaluasi dampak program
Adalah suatu evaluasi yang menilai keseluruhan efektifitas
program dalam menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap dan
perilaku pada target sasaran. Evaluasi ini mengukur efektifitas
relatif dari berbagai tipe program dalam mencapai tujuan,
misalnya menurunnya kebiasaan merokok oleh remaja atau
meningkatnya penggunaan pelayanan Kesehatan untuk ibu oleh
wanita hamil. Maksud utama evaluasi ini menentukan perubahan
yang telah terjadi pada dependen variable selama kurun waktu
tertentu. Selanjutnya menentukan pula apakah perubahan
tersebut disebabkan oleh program yang dilancarkan.
e. Evaluasi hasil
Adalah suatu evaluasi yang menilai perubahan-perubahan atau
perbaikan dalam hal morbiditas, mortalitas atau indikator status
kesehatan lainnya untuk sekelompok penduduk tertentu.
Mengingat epidemiologi penyakit-penyakit kronis dewasa ini,
mungkin indikator status kesehatan bukan titik akhir dari suatu
program kesehatan, kecuali kalau program memiliki cukup sumber
daya dan berlangsung terus untuk beberapa tahun
f.
Efektifitas
Pengukuran seberapa besar program mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, apakah program
berhasiL?
g. Efisiensi
Pengukuran cost dari sumber daya yang terpakai untuk mencapai
tujuan program. Dengan kata lain, berapa cost untuk mencapai
tujuan? Ini bisa dinyatakan dengan banyak cara, misalnya bisa
dengan perbandingan antara input dan output atau cost per unit.
h. Analisa cost efektif
Penentuan hubungan antara hasil yang dilihat dengan cost
program, dinyatakan sebagai cost per unit dari dampak yang
dicapai.
i.
Intervensi
Kombinasi elemen-elemen program yang dirancang untuk
mencapai perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan,
perilaku atau status kesehatan pada individu-individu yang
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
86
terpapar dengan program tersebut secara terencana
sistematis pada tempat dan kurun waktu tertentu.
dan
j.
Validitas intemal
Seberapa besar pengaruh yang terlihat disebabkan oleh intervensi
yang dilakukan.
k.
Validitas external
Seberapa banyak penqaruh yang terlihat, yang disebabkan oleh
intervensi yang diadakan, dapat digeneralisir terhadap populasi
dan situasi serta kondisi yang serupa.
TIPE-TIPE EVALUASI
Ada dua pendekatan pokok dalam
evaluasi program:
a. Formative evaluation
Formative evaluation ini membantu pengembangan program
diwaktu program tersebut masih dalam tahap perencanaan, untuk
digunakan sebagai dasar mengembangkan program.
Maksud
mengadakan
evaluasi
formatif
adalah
untuk
memaksimalkan kemungkinan intervensi akan berhasil. Evaluasi
formatif ini dilaksanakan sebelum memulai kegiatan program dan
merupakan dasar untuk menentukan tujuan perilaku, menentukan
intervensi, dan juga evaluasi. Ia memberikan informasi yang
sangat
berharga
untuk
mengembangkan
strategi
dan
menyempumakan rencana pelaksanaan program. Sesudah pesan,
materi dan strateginya direncanakan, maka semua itu harus
diujicoba untuk menjamin efektifitasnya.
Evaluasi formatif mencakup :
- penjajagan kebutuhan target sasaran
- penjajagan mengenai pengetahuan, keterampilan, sikap,
kepercayaan, dan perilaku target sasaran.
Bentuk evaluasi formatif dapat bermacam-macam, misalnya :
- analisa data epidemiologis
- tinjauan kepustakaan
- analisa data demografis dan psikografis
- diskusi kelompok terarah, pertemuan, survey untuk
menentukan isi pokok, kesempatan dan hambatan yang ada
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
87
-
analisa data marketing
uji coba konsep, pesan dan saluran komunikasi dengan
konsumen
mencobakan strategi untuk sekelompok kecil sasaran sebelum
diterapkan kepada sasaran yang lebih luas.
Jadi evaluasi formatif ini penting sekali dan tidak selalu mahal.
Banyak informasi yang diperlukan mungkin dapat dari Dinas
Kesehatan, Dinas Pendidikan dan lain-lain instansi pemerintah.
Mungkin juga dari perpustakan setempat, provider (sektor) lain,
atau dapat juga dari pihak swasta. Sesudah rencana disusun
berdasarkan data dari evaluasi formatif, maka diadakan dulu uji
coba sebelum masuk ke tahap pelaksanaan.
Uji coba (prestesting) membantu menghaluskan intervensi antara
lain dengan cara :
- menguji tentang pemahaman target sasaran
- menentukan titik-titik kelemahan dan kekuatan intervensi
- mengamati kecocokan dengan sasaran
- mengamati apakah ada hal-hal yang peka atau bertentangan
dengan target sasaran
b. Summative evaluation
Summative evaluation menilai program sesudah program tersebut
dijalankan.
Selain pendekatan evaluasi formatif dan evaluasi summative diatas,
ada empat tipe pokok evaluasi program, seperti digambarkan dalam
tabel berikut :
TIPE
EVALUASI
Evaluasi input
PERTANYAAN
POKOK
Apakah sumber daya
sudah dipersiapkan?
PHASE/WAKTUNYA
Evaluasi proses
Apakah
manajemen
/system dilaksanakan
sesuai standar?
Seluruh fase/bila
diperlukan
Evaluasi
komparatif:
Apakah ada perubahan
perilaku?
Pada saat-saat transisi
(misalnya waktu
Sebelum program
berjalan
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
88
Evaluasi hasil
(outcome
evaluation)
Bila
ada,
banyak?
berapa
Evaluasi
komparatif:
Evaluasi
dampak
Apakah
status
kesehatan
target
sasaran meningkat?
Bagaimana
efisiensi
program
komunikasinya?
mengajukan permintaan
dana lagi)atau pada akhir
program; pada saat-saat
perubahan program
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
89
LATIHAN
Mengapa perlu dilakukan perencanaan program promosi/penyuluhan
kesehatan masyarakat?
Apa manfaat dilakukan perencanaan ?
Uraikan secara ringkas langkah-Iangkah dalam melakukan suatu
perencanaan penyuluhan yang baik
Buatlah perencanaan program promosi/jpenyuluhan kesehatan
berdasarkan data-data yang tersedia di Kabupaten/Kota/Propinsi
Saudara
Buatlah rencana pemantauan sekaligus evaluasi atas perencanaan
yang saudara buat diatas.
DAFTAR RUJUKAN
Mantra, Ida Bagus, Perencanaan PenyuluhanKesehatan Masyarakat,
Depkes RI, Jakarta 1989
Departemen Kesehatan RI, Monitoring dan Evaluasi, Depkes RI,
Jakarta 1977
Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, Pendidikan dan
Pelatihan Manajemen, Semiloka Manajemen Pusat PKM Depkes,
Cisarua 1-4 Oktober 1996.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
90
LEMBARAN KASUS
Menurut data di puskesmas kecamatan A sumur pompa tangan (SPT)
yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sebanyak 7 buah, sedangkan
4 buah rusak karena kurang pemeliharaan dan sisanya yakni 3 buah
belum bisa dimanfaatkan karena keadaan tanah yang tidak
memungkinkan. Sedangkan masih sekitar 15% penduduk yang sulit
memperoleh air bersih
Masih dalam wilayah kecamatan A, jumlah kesakitan Diare sekitar 200400 diantara 1000 penduduk tiap tahunnya. Jumlah penderita diare
sebagian besar (70-80%) penderita adalah anak-anak balita. Hal ini
karena kurangnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan makanan
dan mereka tidak menyadari bahwa diare dapat dicegah dengan
memberikan oralit atau LLG sebagai pengganti cairan yang hiiang.
Di kecamatan A juga terdapat wilayah perkebunan karet. Hasil survei
dari penyakit cacing perut yag dilaksanakan oleh petugas kesehatan
tingkat propinsi tahun 1990-1991, bahw prevalensi Ascaris
Lumbriocoides (cacing perut) 48,3%, Trichruis Trichiura (cacing
cambuk) 266% dan cacing tambang 29,2%. Hal ini karena masyarakat
suka buang air besar di kebun karet tersebut, dan mereka tidak
menyadari bahwa sebagian besar sumber penyakit cacing berasal dari
tinja, yang mereka buang di perkebunan karet.
Dari data dan masalah-masalah yang ada di kecamatan A, anda
diminta untuk menyusun langkah-Iangkah perencanaan penyuluhan
diare.
PETUNJUK DISKUSI KELOMPOK ( 2 x 45 menit )
1. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok
terdiri 6-8 peserta. Setiap peserta memilih ketua dan sekretaris
2. Setiap kelompok menyusun langkah-Iangkah perencanaan
penyuluhan diare yang meliputi :
a. analisis situasi dan prioritas masalah kesehatan
b. merumuskan tujuan penyuluhan
c. menentukan sasaran dan pesan penyuluhan
d. menentukan metode dan media penyuluhan
e. menentukan rencana kegiatan dan rencana penilaian
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
91
3. Setiap kelompok menyajikan hasil diskusi pada sidang pleno,
sedangkan kelompok lain memberi tanggapan/masukan
4. Fasilitator mengumpulkan hasil sidang pleno
5. Setiap kelompok memperbaiki hasil penyajian, setelah mendapat
masukan-masukan dari kelompok lain dan fasilitator.
6. Hasil rumusan diserahkan kepada pelatih/panitia untuk
diperbanyak
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
92
Materi Inti 3
DASAR-DASAR PERILAKU
KESEHATAN DI MASYARAKAT
DASAR-DASAR PERILAKU KESEHATAN
DI MASYARAKAT
Pengertian Perilaku
1. Terbentuknya perilaku individu
Perilaku secara mendasar berorientasi kepada tujuan, dengan kata
lain bahwa perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu
keinginan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Namun kita
seringkali heran ”mengapa saya melakukan sesuatu”, alasan bagi
tindakan kita itu tidak selalu jelas dalam pikiran sadar kita (Hersey
& Blanchard, 1982).
Dari pandangan antropologis, perilaku individu digambarkan
sebagai resultan atau totalitas dari kebutuhan individu, usaha
individu untuk memenuhi kebutuhan itu dan pengetahuan budaya
pengetahuan masa lalu tentang cara memenuhi kebutuhan itu)
yang dimilikinya, yang kemudian dijadikan acuan untuk
menginterpretasikan sesuatu objek yang dihadapinya serta
menetapkan cara bertindak untuk mencapai tujuannya.
Ketiga komponen ini saling mempengaruhi satu sama lain,
disamping itu setiap komponen ini, secara keseluruhannya saling
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
93
dipengaruhi dan mempengaruhi dengan ekosistem dimana individu
itu berada dalam kurun waktu yang cukup lama (Suparlan, 1986).
Bagan Terbentuknya Perilaku
Nilai, norma,
tradisi, sikap,
kepercayaan,
iptek dan sistem
sosial dll.
Pengetahuan
kebudayaan
Dipengaruhi
Perilaku
Kebutuhan yg.
ingin dipenuhi
Upaya memenuhi kebutuhan
EKOSISTEM
(Lingkungan Fisik dan Sosial, termasuk
individu-2 lain)
Skema Perilaku Model Baderel Munir,
1996
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
94
2. Kebutuhan, sebagai sumber perilaku
Pada dasarnya, kebutuhan hidup manusia bersifat universal,
berlaku bagi setiap orang.
a. Kebutuhan Primer atau kebutuhan utama, meliputi aspekaspek biologis/ organisma tubuh manusia;
b. Kebutuhan Sekunder atau kebutuhan sosial; yang terwujud
sebagai akibat dari adanya usaha-usaha untuk dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang tergolong kebutuhan
primer, yang harus dipenuhinya dengan cara melibatkan orang
lain;
c. Kebutuhan Integratif, yang muncul dan terpancar dari hakekat
manusia sebagai makhluk pemikir dan bermoral (perbedaan
dengan
makhluk
lainnya)
yang
fungsinya
adalah
mengintegrasikan berbagai kebutuhan dan kebudayaan
menjadi satuan sistem yang bulat dan menyeluruh serta
masuk akal bagi para pendukung kebudayaan tersebut, yakni
mencakup kebutuhan akan adanya perasaan benar/salah,
adil/tak adil, mengungkapkan perasaan dan sentimen
kolektif/kebersamaan, keyakinan diri (self confidence) dan
keberadaan diri (existence), ungkapan-ungkapan estetika dan
keindahan, rekreasi dan hiburan (Peddington).
Beraneka ragamnya kebutuhan manusia yang harus dipenuhinya,
baik secara terpisah maupun bersama-sama sebagai satu satuan
kegiatan, menyebabkan terciptanya beraneka ragam model
pengetahuan yang menjadi pedoman hidupnya, yang berguna
atau relevan untuk memenuhi kebutuhannya.
Dengan demikian, pada hakekatnya setiap tindakan atau perilaku
manusia adalah perwujudan dari upaya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Untuk melakukan suatu tindadakan apapun
manusia selalu berpedoman kepada model-model pengetahuan
yang sesuai, yang diperolehnya dari pengalaman dan dari
kebudayaannya, antara lain berupa nilai-nilai, norma-norma,
tradisi, sikap, etika serta pengetahuan dan teknologi lain yang
dimilikinya.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
95
Jenis-jenis Perilaku kesehatan
1. Perilaku kesehatan yang Ideal (ideal berhavior)
a. Ialah tindakan terkait dengan kesehatan yang bisa diamati
(observable), yang menurut para ahli perlu dilakukan oleh
individu warga masyarakat untuk mengurangi atau membantu
memecahkan masalah kesehatan.
b. Contoh, perilaku ideal untuk menghindari penyakit malaria.
1) Membuang air limbah di saluran pembuangan agar tidak
menyebabkan genangan air yang menjadi tempat
berkembangbiaknya nyamuk.
2) Memasang kawat kasa di rumah guna mencegah
masuknya nyamuk.
3) Memakai/menyemprot obat anti nyamuk ± 15 menit
sebelum tidur.
4) Memakai kelambu kalau tidur, terutama di malam hari.
5) Menyimpan pakaian di lemari tertutup (tidak bergantung
di dinding).
6) Minum obat pencegahan malaria sesuai aturannya.
2. Perilaku kesehatan sekarang (current behaviour)
a. lalah perilaku kesehatan yang betul-betul sedang dilakukan
oleh sasaran saat ini.
b. Dapat diidentifikasi dengan observasi lapangan untuk
dibandingkan dengan perilaku ideal.
3. Perilaku yang diharapkan (expected/ feasible behaviour)
Adalah perilaku kesehatan yang diharapkan bisa dilaksanakan oleh
sasaran sebagai tujuan dari promosi kesehatan, disebut juga
target behaviour.
Disamping kriteria diatas, Dunn (1986) dalam Kalangie (1992)
mengkategorikan jenis-jenis perilaku kesehatan menjadi empat bagian,
yaitu:
1. Perilaku yang tak disadari merugikan kesehatan
2. Perilaku yang disadari merugikan kesehatan
3. Perilaku yang tak disadari menguntungkan kesehatan
4. Perilaku yang disadari menguntungkan kesehatan.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
96
sadar
Menguntungkan kesehatan
1
tak sadar 1.
3
sadar
Merugikan
kesehatan
2.
3.
2
4
4.
Jenis
perilaku
yang
disadari,
menguntungkan
kesehatan.
Jenis
perilaku
yang
disadari,
merugikan
kesehatan.
Jenis perilaku yang tak
disadari,
menguntungkan
kesehatan.
Jenis perilaku yang tak
disadari,
merugikan
kesehatan.
Penyebab Perubahan Perilaku
Dalam kehidupan sehari-hari kita melihat, ada orang yang mudah dan
cepat berubah perilakunya, ada pula yang sulit dan memerlukan
waktu lama untuk berubah, bahkan tak akan pernah berubah. Kita
sadari bahwa perilaku individu warga masyarakat merupakan sesuatu
yang kompleks, sekompleks tatanan budaya yang melatarbelakangi
perilaku itu.
Oleh karena itu, sebelum membantu proses perubahan perilaku
sasaran, provider kesehatan perlu memahami ”apa yang ada di
benak pikiran” sasaran, yang dijadikannya acuan ketika dia akan
melakukan suatu perilaku ter-tentu, meliputi nilai-nilai, norma, sikap
dan
adat-istiadat
serta
pengetahuan
budaya
apa
yang
melatarbelakangi perilaku tersebut. Selain itu, seorang provider
kesehatan perlu juga memahami dinamika perubahan perilaku
manusia secara umum, yaitu faktor-faktor apa yang mendorong atau
menghambat orang merubah cara berpikir dan cara mereka
berperilaku.
Beberapa kondisi yang dapat mendorong perubahan perilaku, antara
lain:
1. Adanya pengetahuan baru terkait dengan perilaku sebelumnya,
yang terbukti lebih menguntungkan kesehatan, dan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai, norma, adat-istiadat yang dianut.
2. Adanya rangsangan emosional (bersumber dari keluarga, temanteman dan/ atau atasan), berupa rasa takut, rasa malu, perasaan
tidak enak, rasa cinta, atau harapan tertentu yang mendorong
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
97
individu mengadopsi perilaku baru.
3. Adanya pengaruh kuat dari lingkungan (fisik dan sosial), seperti
faktor sosial, ekonomi, hukum dan teknologi terhadap kehidupan
sehari-hari individu.
a. Economic Cost, misalnya: biaya, waktu, dan lain-lain sumber
daya.
b. Social Cost, misalnya: rasa malu, bingung, dan sebagainya
4. Adanya Persaingan, yaitu perilaku yang harus dilaksanakan oleh
individu pada waktu bersamaan akan dilakukan juga oleh
lingkungan sosialnya.
Proses perubahan perilaku
Untuk perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama. jarang ada
orang yang langsung merubah perilakunya setelah satu kali
mendengar. Para ahli mengemukakan 5 (lima) tahap dalam proses
perubahan perilaku individu, yaitu:
1. Pengetahuan tentang perilaku baru yang diperkenalkan,
2. Setuju untuk mengadopsi perilaku baru,
3. Niat untuk mencoba perilaku baru,
4. Praktek, melaksanakan perilaku baru pada saatnya diperlukan,
5. Advocacy, penguatan untuk mengadopsinya secara permanent.
Proses perubahan bisa terjadi seperti urutan diatas, melalui proses
internalisasi dalam pikiran seseorang dalam waktu yang cukup lama,
namun bisa juga terjadi dalam hitungan detik saja, seseorang segera
mengadopsi perilaku baru, tergantung kepada kecepatan internalisasi
yang di dalamnya terjadi proses analisis, apakah perilaku baru
tersebut:
1. membawa manfaat atau keuntungan untuk diaplikasikan,
2. tidak bertentangan dengan nilai-nilai, norma serta adat-istiadat
yang dianut.
3. mudah untuk diaplikasikan.
4. membutuhkan biaya yang lebih besar atau lebih kecil.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
98
Contoh:

Kadang-kadang orang mau mengubah perilakunya karena adanya
tekanan dari lingkungan, dan adanya sifat konformitas untuk
menyesuaikan diri dengan keinginan lingkungan, takut melanggar
nilai-nilai, norma serta adat-istiadat yang dianut lingkungan, jadi
bukan karena kesadarannya bahwa perilaku tersebut baik baginya.

Setelah mempraktikkan perilaku tersebut selama beberapa waktu,
ia menyadari bahwa perilaku tersebut banyak menfaat bagi
dirinya.

Inilah yang mendorong ia untuk menerima perilaku tersebut dan
memutuskan untuk terus mempraktikkannya. Kelima karakteristik
perubahan perilaku yang dikemukakan di atas secara terinci
mencakup hal-hal berikut
Tahap2 Perubahan
Perilaku
1. Pengetahuan
(Knowledge)
2. Persetujuan
Perilaku Sasaran
 Apakah sasaran
mengetahui,
perilaku
baru apa yang
perlu diikuti?
 Apakah
sasaran
menyetujui
perilaku baru tsb?
Bila
tidak,
mengapa?
 Apakah orang lain
melaksanakannya
juga?

Apakah
lingkungan
mendukung ?
Perilaku Provider
(komunikator)
 Apakah komunikator
membuat informasi
itu :
 Terjangkau
 Jelas
 Konsisten
 Apakah komunkator
menciptakan rasa
percaya?
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
99
3. Niat (Intention)
4. Praktik
(Practice)
5. Advokasi
 Apakah sasaran
melihat bahwa
itu bermanfaat
baginya?
 Apakah sasaran
berniat untuk
menerima
perilaku yang
disarankan?
 Apakah sasaran
mempraktekkan
apa yang
disarankan
 Apakah sasaran
puas dan cukup
percaya
diri
untuk bicara?
 Apakah komunikator
menginformasikan
keuntungankeuntungan dari
perilaku baru yang
dirasakan
 Apakah komunikator
membantu
menciptakan rasa
percaya diri, shg
sasaran merasa
bebas untuk bicara ?
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI
100
Bahan diskusi terkait dengan kesehatan di masyarakat:
Perilaku yang
menguntungkan
kesehatan
1. ...........
2. ...........
3. ...........
4. dst
Disadari
Tidak disadari
Perilaku yang
merugikan
kesehatan
1. ...........
2. ...........
3. ...........
4. dst
Disadari
Tidak disadari
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
101
Materi Inti 4
KOMUNIKASI EFEKTIF
KOMUNIKASI EFEKTIF
Pengertian Komunikasi
Beberapa Pengertian Komunikasi
Seringkali kita mendengar kata "komunikasi" melalui percakapan
sehari-hari "komunikasi" sering pula dipakai dalam pengertian yang
berbeda. Dokter berbicara mengenai penyakit yang dapat
dikomunikasikan (Comunicable disease). Para insinyur berbicara
mengenai sistem komunikasi antar daerah, dan para industriawan
berbicara mengenai alat komunikasi. Untuk menyimak lebih lanjut
mengenai pengertian komunikasi di bawah ini akan dikemukakan
beberapa rumusan mengenai pengertian komunikasi:
a. Wilbur Schramm (1954) merumuskan bahwa arti komunikasi
adalah "getting the receiver and the sender "tuned" together for
particular massage (menyebabkan penerima dan pengirim
bersesuaian terhadap pesan tertentu.
b. Robins (1982) merumuskan komunikasi sebagai "perbuatan
penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada
orang lain.
c. Dr. Phil Astrid Susanto (1977) mengemukakan bahwa komunikasi
adalah "proses pengoperan lambang-Iambang yang mengandung
arti
d. Hovland (1948) merumuskan komunikasi sebagai "the process by
which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually
verbal simbols) to modify the behavior of other individuals
(communitees). Arti proses dimana seseorang (komunikator)
menyampaikan stimuli (biasanya dalam bentuk lambang) untuk
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
102
mengubah tingkah laku orang lain.
e. Keith Davis seperti dikemukakan oleh Citroboto (1978)
merumuskan komunikasi itu sebagai "the process of passing
information and understanding from one person to another
(proses penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang
kepada orang lainnya).
Perumusan-perumusan seperti dikemukakan oleh para ahli di atas,
sesungguhnya hanyalah merupakan salah satu pegangan bagi kita
dalam memahami pengertian komunikasi. Walaupun rumusanrumusan diatas hanyalah merupakan pegangan (sementara) dalam
memahami pengertian komunikasi, tetapi dari rumusan-rumusan
diatas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Dalam komunikasi terjadi proses penyampaian pesan, gagasan,
informasi dari seseorang terhadap orang lain.
b. Penyampaian pesan, gagasan dan informasi ini menggunakan
lambang-Iambang tertentu.
c. Penyampaian pesan gagasan dan informasi dari pengirim kepada
penerima dengan menggunakan lambang, merupakan suatu
proses.
d. Pesan, gagasan dan informasi dari yang disampaikan diharapkan
dapat menimbulkan pengaruh dalam bentuk perubahan tingkah
laku terhadap si penerima.
Maka dengan simpulan-simpulan seperti diuraikan diatas, dapatlah
disusun suatu rumusan mengenai pengertian komunikasi yang lebih
lengkap.
Rumusan itu adalah, komunikasi merupakan proses
penyampaian
pesan,
gagasan,
informasi
yang
menggunakan
lambang-Iambang
dari
seseorang
ditujukan kepada orang lain dengan harapan adanya
pengaruh terhadap penerima pesan.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
103
4 (empat) Unsur Komunikasi
Didalam studi komunikasi, model komunikasi yang sering dianut
adalah yang mempunyai 4 (empat) komponen. Keempat komponen ini
adalah :
1 Sumber (S)
a. Semua komunikasi berasal dari suatu sumber. Sumber ini
mungkin dalam bentuk kelompok, bahkan dalam bentuk
kelembagaan.
b. Dalam proses komunikasi, sumber dituntut untuk mempunyai
keterampilan-keterampilan seperti berbicara, berfikir, menulis
dan lain-lain. Sumber juga diharapkan mempunyai sikap yang
positif terhadap penerima pesan. Selain itu sumber
seyogyanya mempunyai pengetahuan yang mendalam
terhadap pesan yang disampaikan maupun terhadap penerima
pesan
2 Pesan (P)
a. Pesan-pesan dalam proses komunikasi disampaikan melalui
bahasa tertentu yang sama dengan bahasa penerima pesan.
Pesan inipun dapat disampaikan melalui musik, seni maupun
gerakan-gerakan tubuh atau isyarat-isyarat tertentu.
b. Tingkat kesulitan pesan harus dipertimbangkan sebelum pesan
disampaikan kepada si penerima pesan. Artinya tingkat
kesulitan
pesan
disesuaikan
dengan
tingkat
pengetahuan/pendidikan dari si penerima pesan.
c. si pesan perlu disesuaikan dan diorganisasikan dengan tujuan
untuk disesuaikan dengan karakteristik penerima pesan serta
untuk mempermudah penyampaian
3 Saluran/Media (S/M)
a. Apabila pesan telah diciptakan oleh sumber, maka sumber
harus menentukan saluran atau media apa yang akan
digunakan
untuk
menyampaikan
pesan
tersebut.
Saluran/media dalam proses komunikasi dapat berbentuk :
1) rapat pertemuan-pertemuan, percakapan
2) radio, rekaman
3) televisi, film
4) demontrasi, latihan
5) Surat kabar, majalah dan buku
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
104
b. Biasanya komunikasi akan lebih berhasil, apabila semua
saluran/media digunakan. Ini terutama disebabkan, karena
dengan banyak media digunakan berarti makin banyak pula
panca indra kita yang diaktifkan untuk menerima pesan. Jadi
dalam menerima pesan tidak hanya semata-mata melalui indra
pendengar, tetapi juga melalui indera-indera lainnya.
c. Penggunaan multi media dengan intensitas yang tinggi dalam
penyampaian pesan, akan memberikan pengaruh yang
mendalam terhadap penerima pesan. Sebaliknya penggunaan
satu media dengan intensitas yang rendah dalam
menyampaikan pesan dapat menimbulkan pengaruh yang
kurang mendalam terhadap penerima pesan.
4 Penerima (P)
a. Komponen terakhir dalam proses komunikasi adalah penerima
pesan. Penerima pesan ini dapat berupa individu atau
kelompok bahkan kelembagaan.
b. Lancar tidaknya suatu proses komunikasi banyak tergantung
kepada pengetahuan, sikap dan keterampilan penerima pesan
tersebut.
Untuk lebih memahami komunikasi sebagai suatu sistem, maka bagan
berikut ini kiranya dapat memberikan gambaran yang lebih jelas.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
105
Bagan I
Komunikasi sebagai sistem
SUMBER
PESAN
SALURAN/MEDIA
PENERIMA
Umpan Balik
Bagan 2
Dimensi yang mempengaruhi komponen dalam proses komunikasi
Sumber
Pengetahuan
Keterampilan
Sikap
Pesan
Tingkat
kesulitan
Seleksi
organisasi
Saluran/media
Intensitas
banyaknya
Penerima
Pengetahuan
Keterampilan
Sikap
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
106
Hambatan-hambatan Dalam Komunikasi
Ketidaklancaran komunikasi disebabkan karena beberapa faktor :
a. Kebisingan
b. Keadaan psikologis penerima pesan
c.
Kesalahan penilaian
d. Kurang keterampilan berkomunikasi
e. Kurang pengetahuan
f.
Kurang pemahaman terhadap sistem sosial g. Penyajian yang
verbalistik
g. Bahasa
h. Jarak
i.
Satu arah
j.
Kurang berfungsinya alat indera
k. Isi pesan yang berlebihan/terlalu banyak
Beberapa Prinsip Dalam Komunikasi
Prinsip-prinsip Komunikasi
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh setiap
komunikator atau pemimpin dalam melakukan komonikasi.
penggunaan prinsip-prinsip ini dimaksudkan agar komunikasi yang
dilakukan menjadi lebih efektif
Komunikasi dikatakan efektif, apabila terdapat perubahan sikap
pada subjek penerima pesan sesuai dengan kehendak
komunikator.
1. Komunikasi harus dapat membangkitkan minat subjek
penerima pesan
Dalam komunikasi sesungguhnya komunikator berfungsi
sebagai penjual. Ini berarti ia harus dapat memasarkan pesan
atau gagasan kepada subjek penerima pesan. Apabila
penerima pesan tidak tergugah minatnya untuk menerima
pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator berarti
komunikator gagal sebagai penjual. Oleh karenanya penjual
harus dapat menguasai taktik penjualan.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
107
Faktor lain yang ikut pula membangkitkan minat subjek
penerima pesan dalam komunikasi adalah pengakuan
terhadap harga di subjek tertentu. Pemikiran ini bertitik tolak
dari suatu pengakuan bahwa setiap manusia itu mempunyai
harga diri.
Orang selalu senang apabila dihargai dan diperhatikan. Dalam
komunikasi pengakuan terhadap harga diri subjek penerima
pesan sangat penting. Sebaliknya apabila harga diri penerima
pesan tidak diperhatikan oleh komunikator, maka dapat
dipastikan komunikasi itu tidak akan berjalan dengan lancar.
Selain pengaruh terhadap harga diri subjek penerima pesan
dalam komunikasi seorang komunikator harus dapat
mendorong rasa ingin tahu dari subjek tersebut. Ini bertitik
tolak dari pemikiran bahwa setiap orang mempunyai rasa ingin
tahu baik terhadap dirinya. Apabila komunikator mampu
membangkitkan rasa ingin tahu dari subjek penerima pesan,
maka minat mereka terhadap pesan-pesan yang disampaikan
oleh komunikator akan timbul.
2. Komunikasi harus dapat mengaktifkan alat-alat indera subjek
penerima pesan
Prinsip ini bertitik tolak dari suatu anggapan bahwa makin
mampu berkomunikator mengaktifkan alat-alat indera subjek
penerima pesan, maka makin mudah pesan-pesan yang
disampaikan diterima dan dipahami oleh subjek penerima
pesan. Untuk mengaktifkan alat-alat subjek penerima pesan,
maka penyampaian pesan-pesan tersebut perlu dibantu
dengan alat-alat peraga. Dengan penggunaan alat peraga
tersebut, subjek penerima pesan tidak hanya mendengar saja,
tetapi juga dapat melihat, menghayati dan bahwa mengalami
sendiri terhadap isi pesan yang disampaikan oleh komunikator
tersebut bahwa pesan-pesan tersehut perlu. Bagaimanakah
hasil komunikasi dengan menggunakan alatalat peraga ? .
Suatu studi yang dikemukakan oleh Citrobroto (1979)
menggunakan kata-kata saja tanpa menggunakan alat peraga
hasilnya kurang lebih 15%. Dan apabila komunikator
menggunakan alat peraga yang dapat dilihat, maka hasilnya
meningkat menjadi kurang lebih 55%. Sedangkan apabila
subjek penerima pesan mengalami sendiri, maka hasilnya
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
108
menjadi kurang lebih 90%. Atas dasar prinsip diatas, maka
komunikasi seyogyanya dibantu dengan alat-alat peraga. Alat
peraga tersebut dapat berupa alat pandang dengan seperti
overhead projector (OHP), film slide projector dan tape
recorder.
3. Pesan-pesan komunikasi harus sudah dipahami dan dimengerti
oleh subjek menerima pesan
Prinsip ini bertitik tolak dari suatu pemikiran bahwa pesanpesan yang mudah dimengerti akan mudah diingat oleh subjek
penerima pesan. Agar pesan pesan itu mudah dimengerti oleh
subjek penerima pesan, maka komunikator melakukan hal-hal
berikut :
a. Pesan-pesan disusun secara sistematik. Artinya jelas
urutan-urutannya dari pokok ke bagian-bagian atau
sebaliknya. Dan dari deduktif ke induklif atau sebaliknya
b. Pesan-pesan diuraikan dengan menggunakan ungkapanungkapan yang nyata, misalnya dengan memberikan
contoh-contoh ilustrasi, memberi perbandingan atau
menguraikan hal-hal yang berlawanan
4. Pesan-pesan dalam Komunikasi seyogyanya selalu diulang-ulang
Prinsip ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa pesan-pesan
yang
selalu
diulang-ulang
oleh
komunikator
akan
memudahkan subjek penerima pesan untuk mengingat pesan
tersebut. Di dalam komunikasi tidak seluruh pesan yang
diulang, tetapi hanya bagian-bagian yang penting saja yang
perlu diulang-ulang.
Dengan pengulangan semacam ini, maka isi pesan yang
dipandang penting oleh komunikator akan mudah diingat oleh
subjek penerima pesan.
5. Pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator seyogyanya
mempunyai nilai guna kepada subjek penerima pesan
Prinsip ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa pesan-pesan
yang dipandang memberikan manfaat kepada diri subjek
penerima pesan akan membangkitkan minat mereka terhadap
pesan tersebut. Disamping itu pula pesan-pesan yang
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
109
dianggap mempunyai manfaat oleh subjek penerima pesan,
akan mudah diingat-ingat dan mudah diresapkan.
Oleh karena itu bagi komunikator perlu memperhatikan
sampai berapa jauh kegunaan pesan tersebut terhadap subjek
penerima pesan
Implikasi dan Fungsi Komunikasi
1. Fungsi Komunikasi
Sejak zaman Yunani Purba komunikasi sudah dipandang sebagai
suatu seni. Sampai dengan abad ke-20 komunikasi tidak hanya
dipandang sebagai seni semata, tetapi telah merupakan bidang
studi tersendiri dalam ilmu komunikasi. Komunikasi sesungguhnya
merupakan proses yang rumit. Ini terutama disebabkan karena
kita dipaksa untuk menuangkan pesan-pesan, gagasan-gagasan
kita ke dalam bahasa. Untuk melakukan hal ini dengan efektif, kita
harus merumuskan tujuan apa yang ingin dicapai dengan
melakukan komunikasi tersebut. Dilain pihak, dalam komunikasi
kita harus memperhatikan kebutuhankebutuhan subjek penerima
pesan. Apabila komunikasi yang kita lakukan tidak memperhatikan
kebutuhan subjek penerima pesan, ini berarti kita hanya
berkomunikasi terhadap diri sendiri. Di tinjau dari fungsinya, maka
komunikasi mempunyai fungsi seperti yang dikemukakan oleh
Kertapati (1981) sebagai berikut :
a. untuk menarik perhatian atau penghibur
b. memberi penerangan dan mendidik
c. menggairahkan serta mendorong
d. meyakinkan
Dengan keempat fungsi diatas, kita dapat menilai betapa
pentingnya komunikasi itu bagi seorang pemimpin atau
komunikator yang sehari-harinya sering berhubungan dengan
orang lain.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
110
2. Aspek-aspek penting dalam Komunikasi
a. Cara Penyajian Pesan
Dalam komunikasi dengan kelompok, komunikator dituntut
untuk menyampaikan pesan-pesannya itu dengan sebaik
mungkin. Demikian pula dalam menyajikan pesan tersebut
kepala subjek penerima pesan.
Suatu pesan akan mudah dipahami oleh subjek penerima
pesan apabila penyajian pesan itu menggunakan pola-pola
tertentu.
Ada beberapa pola penyajian yang kita gunakan dalam
komunikasi diantaranya
1) Penyajian yang menitikberatkan pada sebab akibat.
Dalam pola penyajian ini komunikator membahas pesannya
dari sudut sebab akibat. Misalnya, pesan yang ingin
disampaikan pesan di atas, komunikator akan membahas,
mengapa kita perlu meningkatkan produksi pangan.
Dan apa akibatnya apabila produksi pangan gagal.
2) Penyajian yang menitik beratkan pada tinjauan bidang
tertentu
Dalam penyajian semacam ini, komunikator membahas
pesan-pesannya dari sudut pandang bidang-bidang
tertentu, Misalnya masalah peningkatan produksi pangan
ditinjau dari bidang kependudukan, pertahanan, kesehatan
dan lain sebagainya.
3) Penyajian yang menitik beratkan kepada pemecahan
masalah
Dalam pola penyajian semacam ini, pertama-tama
komunikasi membahas pesannya dengan menggunakan
urutan bahasan sebagai berikut :
a) Mengemukakan permasalahan yang sedang dihadapi
b) Mengajukan beberapa data mengenai permasalahan
tersebut
c) Mengajukan
beberapa
altematif
pemecahan
permasalahan dengan memberikan gambaran kekuatan
dan kelemahan masing-masing altematif tersebut
d) Memilih salah satu alternatif yang terbaik
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
111
4) Penyajian yang menitik beratkan pada aspek tempat
Dalam pola penyajian ini, komunikasi membahas pesanpesan dengan bertolak pada aspek tempat. Misalnya pesan
mengenai "Peningkatan Produksi Pangan". Komunikator
dalam menyampaikan pesan itu, memulai dengan
membahas bagaimana peningkatan produksi pangan
dilakukan di Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Jawa
Tengah dan lain sebagainya
5) Penyajian yang menitik beratkan pola aspek waktu
Dalam pola penyajian ini, Komunikator membahas pesanpesan dengan menggunakan urutan waktu. Misalnya
membahas peningkatan produksi pangan pada masa
perang kemerdekaan, sebelum Orde Baru pada masa Orde
Baru.
6) Penyajian yang integral
Dalam pola ini Komunikator membahas pesan-pesan
dengan menggunakan beberapa pola secara integral.
Misalnya penyajian pesan menggunakan pola pemecahan
masalah dikembangkan dengan aspek waktu atau tempat.
b. Sistem Penyajian Pesan
Sistematika penyajian dimaksudkan adalah suatu urutan
kegiatan yang harus dilakukan oleh komunikator dalam
menyajikan pesannya kepada subjek penerima pesan.
Dionel Croker mengemukakan ada 5 (lima) urutan kegiatan
yang harus dilakukan oleh seorang komunikator sebelum ia
menyajikan suatu pesan kepada subjek penerima. Kelima
urutan kegiatan itu ialah :
1)
Persiapan
Dalam tahap ini komunikator menentukan bahan yang
akan dijadikan pesan. Untuk itu ia harus mempersiapkan
bahan tersebut dengan mencari bahan-bahan tersebut dari
tulisan-tulisan yang ada di surat kabar, buku-buku, bahkan
kalau perlu ke perpustakaan. Selanjutnya hasil
pengumpulan bahan tersebut kita catat pokok-pokoknya,
sehingga fikiran kita mempunyai kerangka yang jelas
terhadap isi pesan yang ingin kita sajikan
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
112
2)
Penyusunan
Hasil pengumpulan bahan yang telah kita catat pokokpokoknya selanjutnya kita susun dalam suatu susunan
yang logik sesuai dengan tujuan kita. Dalam penyusunan
bahan-bahan ini maka perlu diingat mengenai subjek
penerima pesan dan situasi dalam menyusun bahan-bahan
tersebut, perlu pula diperhatikan gaya penyampaian yang
akan kita lakukan. Gaya ini penting karena akan dapat
pula merangsang serta membangkitkan perhatian subjek
penerima pesan.
3)
Penyimpanan bahan dalam ingatan .
Setelah bahan-bahan tersebut telah tersusun, maka
bahan-bahan itu perlu kita simpan dalam ingatan kita.
Penyimpanan bahan tersebut dalam ingatan dimaksud
untuk melancarkan kita dalam menyampaikan pesan.
Tetapi walaupun demikian, ingatan kita itu perlu pula
dibantu dengan catatan bagian-bagian bahan yang
penting. Rasa gemetar dan rasa cemas akan dapat
dihilangkan,
apabila
komunikator,
mempunyai
kepercayaan terhadap diri sendiri akan muncul, apabila
komunikator menguasai isi pesan yang akan disampaikan.
4)
Tulisan
Seandainya komunikator terpaksa menuliskan pesan itu ke
papan tulis, maka tulisan tersebut harus jelas sehingga
dapat dibaca semua subjek penerima pesan.
5)
Suara
Seperti halnya dengan tulisan, maka suara yang diucapkan
harus jelas dapat didengar oleh semua subjek penerima
pesan. Demikian pula kata-kata yang diucapkan
disampaikan jelas, juga mudah ditangkap maknanya.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
113
Materi Inti 5
METODE DAN TEKNIK
PENYULUHAN/ PROMKES
METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN
Pengertian Metode dan Teknik Penyuluhan
Metode adalah: suatu alat untuk menghantar materi dan pesan
kesehatan, yang berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan sasaran”.
Teknik adalah cara menggunakan "alat" untuk penghantar materi atau
pesan kesehatan. Sangat tergantung kepada kemampuan petugas dan
kondisi yang ada, misalnya prasarana dan sarana yang tersedia seperti
ruangan, media penyuluhan kesehatan yang diperlukan
Metode penyuluhan kesehatan dapat dibagi berdasarkan :
1. metode penyuluhan kesehatan berdasarkan jumlah sasaran.
a. Perorangan : kunjungan rumah, konseling
b. Kelompok
: diskusi kelompok terarah
c. Massa : kampanye penyuluhan massa (Elektronik, cetak dan
tradisional) .
2. Metode penyuluhan kesehatan berdasarkan cara penyampaian.
a. Langsung
: tatap muka, dialog
b. Tidak langsung : melalui media (TV, Radio, Surat kabar)
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
114
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam
Pemilihan Metode Dan Teknik Penyuluhan
Kesehatan
1. Tujuan yang ingin dicapai.
a. Meningkatkan pengetahuan sasaran, maka metode yang
digunakan dapat :
1) Ceramah :
a) titip pesan melalui khotbah agama
b) media tradisional - Diskusi : Diskusi Kelompok, diskusi
pleno
2) Tanya jawab
a) Curah pendapat
b) Penel diskusi
b. Meningkatkan kesadaran sasaran, metode yang dapat
digunakan adalah bermain peran, simulasi
c. Meningkatkan keterampilan/kemampuan sasaran, metode
yang dapat digunakan adalah
1) peragaan / demontrasi
2) kerja kerompok
3) kerja perorangan
4) praktek lapangan
2. sarana dan prasarana
Bila akan menggunakan metode peragaan, demonstrasi, cek
ketersediaan media ada atau tidak, ruangan yang akan digunakan
untuk demonstrasi memenuhi syarat atau tidak lain-lain
3. Waktu
Waktu kadang-kadang merupakan kendala utama dalam pelatihan,
karena ada beberapa metode persiapannya memerlukan waktu
yang lama seperti kampanye perlu perencanaan yang matang agar
tujuan dapat tercapai
4. Fasilitator/petugas
Kemampuan fasilitator dalam penggunaan metode memegang
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
115
peranan penting, metodenya bagus tetapi fasilitator/petugas tidak
menguasai maka tujuannya tidak tercapai.
5. Jangan lupa untuk mengamati keadaan sasaran/masyarakat
seperti tingkat pendidikan, ekonomi, sosial budaya, kebiasaan
sehari-hari, karena hal ini sangat menentukan keberhasilan
penyuluhan kesehatan Contoh: kebiasaan berkumpul di lapo tuak
sebagai ajang komunikasi pada masyarakat Bata Toba.
Jenis-jenis Metode Penyuluhan
1. Penyuluhan perorangan
Penyuluhan perorangan adalah penyampaian pesan dari seseorang
ke satu orang atau lebih. Penyuluhan perorangan dilakukan
melalui kunjungan rumah dan pemantauan kartu rumah. Metode
yang digunakan dalam melakukan penyuluhan" perorangan adalah
wawancara/tatap muka dan atau demonstrasi atau peragaan.
2. Kunjungan Rumah :
adalah Serangkaian kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE) perorangan/tatap muka yang saling mendukung dengan
mengunjungi rumah setiap keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan dan gizi keluarga untuk membantu memecahkan
masalahnya.
a. Pelaksana Kunjungan rumah:
Dilakukan oleh Tim PKMD Desa/TPM Desa pada keluargakeluarga yang punya masalah serius dan peka yang tidak mau
dibahas di depan teman-temannya.
b. Tujuan kunjungan rumah :
1) Menjalin hubungan baik dengan keluarga
2) Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi keluarga
tersebut dan membantu memecahkan masalahnya
3) Mendorong
keluarga
untuk
melakukan
tindakan
pencegahan dan pemecahan masalah yang bisa dilakukan
sendiri dan yang memerlukan bantuan petugas.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
116
c.
Langkah-langkah merancang pelaksanaan kunjungan rumah:
1) Persiapan (Pl)
a) Rapat Tim PKMD Desa membahas hasil pelaksanaan
DKT.
b) Mempelajari kesimpulan yang dibuat dalam DKT yang
perlu ditindak lanjuti.
c) Menetapkan keluarga-keluarga yang akan dikunjungi
d) Menetapkan topik dan tujuan yang akan dibahas.
e) Menyiapkan bahan-bahan dan media yang diperlukan
f) Menentukan jadwal kunjungan rumah
g) Menentukan petugas kunjungan rumah.
h) Memikirkan kemungkinan tindak lanjut.
2) Pelaksanaan Kunjungan Rumah (P2)
Melaksanakan Kunjungan rumah sesuai jadwal yang telah
dibuat. Langkah-Iangkah kunjungan rumah
S
A
J
I
=
=
=
=
Salam
Ajak bicara.
Jelaskan
Ingatkan
a) Salam
- Ucapkan salam kepada yang punya rumah
- Bina suasana agar timbul keakraban seperti
tanyakan kesehatannya,
- putranya dan lain-lain, pembicaraan yang sifatnya
ringan-ringan dan dimengerti yang punya rumah.
- Jelaskan maksud kedatangan Anda, yaitu ingin
mengunjungi ibu/bapak/anak yang ada masalah
- Tunjukkan sikap bahwa Anda ingin membantu
meringankan/memecahkan masalah keluarga.
- Katakan bahwa masalah keluarga tersebut dapat
diatasi secara bersama.
b) Ajak Bicara
- Beri penjelasan hal-hal yang dapat dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalahnya
- Gunakan alat peraga, agar penjelasan Anda dapat
dimengerti oleh keluarga
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
117
-
Ajak keluarga tersebut ke tempat pelayanan
kesehatan terdekat untuk mengatasi masalahnya
c) Jelaskan dan Bantu
- Jelaskan kepada keluarga upaya-upaya yang
dapat dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi
masalahnya,
agar
dapat
melakukan
pencegahannya. Apabila masalah tersebut tidak
dapat diatasi sendiri oleh keluarga, dapat minta
bantuan kepada ibu bidan atau puskesmas
dengan menggunakan kartu sehat. Gunakan
media (alat bantu belajar) sehingga keluarga
tersebut dapat menerima pesan yang Anda
sampaikan dengan benar.
d) Ingatkan
- Ingatkan kepada keluarga tersebut kesepakatan
yang telah disanggupi seperti datang ke tempat
pelayanan kesehatan terdekat
- Penanganan tindak lanjut agar masalahnya tidak
terulang kembali
- Buat perjanjian untuk bertemu kembali
e) Evaluasi (P3)
Berhasil tidaknya kunjungan rumah dapat dilihat dari
tindakan keluarga yang dikunjungi mau mengikuti
anjuran yang telah diberikan
3) Kalau kunjungan anda ditolak ?
a) Jangan berkecil hati,
b) Jangan memaksakan untuk diterima,
c) Tetap bersikap ramah
d) Ajak orang yang dipercaya/disegani oleh keluarga
tersebut pada kunjungan berikutnya, misalnya
keluarganya, Kepala Desa, Tokoh Masyarakat dll.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
118
4) Kalau kunjungan anda diterima ?
a) Berkenalan dulu, bina suasana yang akrab,
b) Jangan membicarakan tentang maksud kedatangan
Anda terlebih dahulu
c) Bina kepercayaan mereka dahulu
d) Kalau ada masalah keluarga yang akan dibicarakan
dalam Diskusi Kelompok Terarah, bicarakan dulu,
apakah mereka setuju atau tidak ? Bila tidak setuju
cukup dibahas dalam kunjungan rumah.
e) Bila keluarga perlu datang ke Posyandu untuk
memperoleh pemberian Makanan Tambahan (PMT),
sarankan dengan halus, jangan sampai menyinggung
perasaannya.
3 (tiga) HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM KUNJUNGAN
RUMAH
1. Jelaskan maksud kedatangan Anda !
Sampaikan penjelasan yang sederhana menarik, sesuai kebutuhan
keluarga tersebut.
Gunakan media yang tepat
3.
Simpulkan, ulangi dan tekankan pesan-pesan yang perlu diingat
2.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
119
3. Penyuluhan kelompok
Yang
dimaksud
dengan
penyuluhan
kelompok
adalah
penyampaian pesan melalui pertemuan kelompok, misalnya
kelompok tani, kelompok arisan, kelompok agama, kelompok PKK
dan sebagainya. Dalam penyuluhan kelompok ada yang secara
sengaja mengundang peserta misalnya pada pertemuan di desa,
arisan, dan penyuluhan WTS dilokalisasi. Namun ada pula yang
dilaksanakan dengan tidak mengundang peserta, misalnya ngobrol
di warung kopi, ngobrol di pos kamling, ngobrol sambil berjalan
bersama ke pasar, ngobrol sambil mencuci baju di sumur bersama,
dan sebagainya. Jumlah peserta 10 sampai 40 orang
4. Pengertian Diskusi Kelompok Terarah
Diskusi kelompok terarah adalah suatu proses komunikasi dua
arah antara pemandu dengan peserta DKT yang terdiri dari Kader
Keluarga (KK) dan antara sesama peserta DKT.
a. Tujuan & manfaat diskusi kelompok terarah
1) Meningkatkan pengetahuan, sikap dari keterampilan Kader
Keluarga (K2) agar berdaya mengenali dan mengatasi
masalah kesehatan di keluarganya
2) Mencari jalan ke luar untuk mengatasi masalah kesehatan
keluarga yang ada dalam Kartu Kesehatan Keluarga (K3)
baik yang dapat dilakukan oleh keluarga, masyarakat
maupun bantuan petugas.
3) Mendorong keluarga agar berani berbicara
4) Wahana untuk mengenali masalah dan pemecahannya
5) Upaya untuk pemberdayaan keluarga.
b. Diskusi kelompok terarah dalam pengumpulan data kwalitatif
Bertujuan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dari
peserta DKT tentang topik yang dibahas informasi yang
diperoleh akan digunakan untuk menyusun suatu kegiatan
komunikasi. pesertanya adalah masyarakat yang telah
ditetapkan.
c.
Langkah-langkah merancang pelaksanaan diskusi kelompok
terarah
1) Persiapan (P1)
a) Rapat Tim (PKMD)
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
120
b) Pelajari terlebih dahulu masalah yang ada dalam K3
atau sumber data yang lain
c) Tentukan topik yang akan dibahas dalam DKT,
masalah prioritas (peringkat I-II) dari SMD tingkat
Dasa Wisma
d) Tentukan tujuan
e) entukan pemandu, pencatat dan pengamat
f) Buat kesepakatan jadwal pertemuan, tempat dan
waktunya
g) Siapkan media yang diperlukan sesuai dengan topik
yang dibahas (lembar balik, poster, gralit, gula,
garam, sendok teh, sendok makan, bahan makanan
dan lain-lain).
h) penguasaan materi yang akan dibahas dengan
mengembangkan pertanyaaan yang akan diajukan
(panduan diskusi)
i) Merancang tata duduk.
2) Pelaksanaan Diskusi Kelompok Terarah (P2)
a) Ucapkan salam dan terima kasih atas kehadiran
ibu/bapak dalam DKT
b) Lakukan pembicaraan ringan untuk mencairkan
suasana
c) Membahas masalah kesehatan yang ada di keluarga
d) Rumuskan topik yang akan dibahas dan minta
persetujuannya
e) Mulailah diskusi, bagi perhatian sama rata kepada
semua peserta untuk membantu pemecahan masalah
f) Gunakan media, agar yang disampaikan lebih jelas.
g) Rumuskan kesimpulan dan tindak lanjut dari Diskusi
Kelompok Terarah
h) Buatlah perjanjian untuk pertemuan yang akan datang
serta topik yang akan dibahas
i) Tutuplah pertemuan dengan mengucapkan terima
kasih.
3) Penilaian (P3)
a) Langsung pada saat DKT berlangsung dengan melihat
partisipasi peserta, dan kesepakatan-kesepakatan
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
121
yang dihasilkan
b) Tidak langsung (sesudah DKT)
laporan pengamat dan pencatat
dengan
melihat
4) Syarat-syarat pemandu DKT
a) Mampu berkomunikasi dengan baik
b) Punya kemampuan memecahkan masalah
c) Mampu menyampaikan masalah kesehatan yang
ditemui
d) Mampu menjadi pendengar yang baik
e) Berwawasan dalam arti luas.
f) Sabar
g) Bisa baca tulis
h) Penampilan luwes/menyesuaikan dalam segala kondisi
i) Mengerti tujuan yang ingin dicapai.
5) Peran pemandu dalam DKT
a) Sebagai pengarah agar tidak melenceng dengan
tujuannya
b) Harus bisa menggali permasalahan dan menghidupkan
diskusi.
c) Seseorang mampu/menguasai materi pokok dan
suasana itu sendiri.
d) Memberikan wama pada DKT/ke mana arah DKT
e) Orang yang bisa membuat suasana tidak tegang dan
tujuan yang diharapkan tercapai.
f) Penampilan yang baik.
g) Mampu merangkum kesepakatan kedua belah pihak.
h) Perlu kemampuan meyakinkan Keluarga bahwa diskusi
merupakan
i) kebutuhan untuk memberdayakan keluarganya
j) Mampu memahami karakter peserta DKT.
k) Bersikap netral
l) Mampu menyusun prioritas masalah.
6) Kemampuan yang harus dimilik pemandu
a) Dapat mengajukan pertanyaan secara hati-hati
b) Dapat mendengar secara efektif
c) Dapat mengenal komunikasi non verbal
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
122
d) Dapat menggunakan bahasa sederhana
e) Dapat bersikap obyektif
f) Dapat menggali lebih banyak pendapat, usul, saran
dll.
g) Dapat mendorong peserta berinteraksi
h) Dapat menemukan kesamaan dan perbedaan.
7) Syarat-syarat peserta DKT
a) Bisa baca tulis
b) Mampu berkomunikasi dengan keluarganya tentang
masalah kesehatan dan gizi
8) Syarat-syarat pencatat
a) Bisa baca tulis
b) Dapat mencatat secara ringkas dan tepat
c) Menguasai topik bahasan.
9) Syarat-syarat pengamat
a) Bisa baca tulis
b) Mampu mengamati bahasa verbal & non verbal
(bahasa tubuh) ·
c) Mampu membantu peserta DKT
d) Mampu membantu pemandu
e) Menguasai topik bahasan.
10) Pencatat
Mencatat pokok-pokok hasil DKT yang berisi: topik,
tujuan, masalah yang ditemui, kesepakatan, dan tindak
lanjut.
11) Pengamat
Mengamati suasana DKT yang meliputi :
a) Percakapan
b) Membantu peserta yang buta huruf
c) Peran serta
d) Bahasa tubuh
e) Membantu pemandu mengatasi
dominan.
peserta
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
yang
123
d. Evaluasi
Hasil dari pengamatan dimanfaatkan sebagai bahan rapat Tim
PKMD dalam rangka mengevaluasi atau untuk menindak
lanjuti kegiatan DKT sekaligus persiapan DKT yang akan
datang.
e. Cara mengatasi peserta dominan
1) Tanggapi apa yang dikemukakan, kemudian pandangan
pemandu segera dialihkan ke peserta lain untuk
menanggapi pemyataan peserta lain.
2) Minta
tolong
kepada
peserta
dominan
untuk
mengambilkan minuman, diskusi terus dilanjutkan.
f.
Cara mengatasi peserta yang diam saja selama diskusi
kelompok
1) Memotivasi untuk mengeluarkan pendapatnya, kalau tidak
mau, biarkan saja Diskusinya tetap berlanjut.
2) Kemudian lakukan kunjungan rumah untuk mencari tahu
apa penyebabnya
g. Tindak lanjut diskusi kelompok terarah
Bila dalam DKT ada hal-hal yang perlu ditindaklanjuti seperti
pengadaan air bersih, maka pemandu segera menghubungi
pihak terkait, seperti Puskesmas, Dinas Pekerjaan Umum,
Aparat Desa untuk membahas masalah yang dihadapi
masyarakat, untuk dicari jalan keluamya, sehingga keluarga
peserta DKT merasa ada keuntungan atau manfaat ikut DKT.
h. Daftar pertanyaan untuk diskusi simulasi DKT.
1) Apa yang kita lihat tadi ?
2) Apa yang dibicarakan ?
3) Ada berapa jumlah peserta yang hadir ?
4) Apakah semua peserta aktif ?
5) Adakah yang ingin menguasai percakapan ?
6) Adakah yang cuma diam saja ?
7) Bagaimana prosesnya ?
8) Bagaimana hasilnya ?
9) Apa kelanjutan dari DKT ini ?
10) Siapa pemandu tadi ?
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
124
11) Kalau anda menjadi pemandu pada DKT ini, apa saran saran anda ?
12) Adakah media yang digunakan ?
13) Kalau ada, apa medianya ?
14) Apa alasan memilih media tersebut ?
15) Kalau anda yang menjadi pemandu, media apa yang anda
gunakan ?
5. Penyuluhan Massa
Yang dimaksud dengan penyuluhan massa adalah penyampaian
pesan kepada banyak orang, yang jumlahnya tidak terhitung.
Batasan banyak dan sedikit amat sulit dltentukan, kapan dikatakan
banyak dan kapan dikatakan sedikit, karena pada zaman modern
ini jumlah yang banyakpun dapat diukur dengan peralatan yang
canggih. Untuk itu ada beberapa ciri yang dipakai untuk
menentukan penyuluhan massa. Pada penyuluhan massa biasanya
tidak terjadi tanya jawab (komunikasi satu arah), peserta yang
satu dengan yang lain tidak saling kenaI.
a. Ciri-ciri penyuluhan massa
1) Kegiatannya dilakukan secara cepat dan waktu-waktu
tertentu
2) Komunikasi dilakukan secara umum
3) Pesan disampaikan secara umum . ..
4) Media yang digunakan dapat media elektronik (Radio,
televisi, Video dan media cetak (surat kabar, majalah,
leaflet, booklet dan lain-lain), media tradisional (ketoprak,
ludruk, lenong, wayang dan lain-lain). Media luar ruang
(Baliho dan lain-lain)
5) Tujuannya meningkatkan kesadaran masyarakat.
6) Jumlah sasaran besar dan luas, terdiri dari berbagai
lapisan masyarakat
b. Langkah-Iangkah penyuluhan massa
1) Persiapan (Pl)
a) Analisa masalah kesehatan dan gizi keluarga ditingkat
desa.
b) Tentukan masalah yang akan ditanggulangi
c) Rumuskan tujuan
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
125
d)
e)
f)
g)
h)
Tentukan sasaran
Menyiapkan materi/isi pesan
Menentukan metode
Menyiapkan media
Membuat rencana pelaksanaan (Waktu, tempat dana
pembicara)
i) Tokoh Masyarakat/Nara sumber (misalnya yang
berkhotbah di mesjid)
j) Menentukan jangka waktu penyuluhan massa
2) Pelaksanaan (P2)
a) Peluncuran/peresmian
oleh
tokoh
masyarakat
setempat yang disegani dan dihormati
b) Memilih tempat terbuka seperti balai desa, lapangan
bola dan lain-lain
c) Dibuat semeriah mungkin misalnya dengan melepas
balon-balon, memasang ambul-ambul, spanduk dan
lain-lain.
d) Dihadiri oleh seluruh kelompok masyarakat yang ada
di desa tersebut seperti kader keluarga, kader
posyandu, kelompok organisasi wanita, pemuda dan
agama serta Tim PKMD Desa.
3)
Penyebarluasan pesan-pesan melalui media massa
setempat dapat dilakukan secara simultan, serempak atau
pada waktu yang bersamaan(multi media) misalnya
a) Pesan kesehatan dibawa keliling di desa.
b) Pesan kesehatan diselipkan pada kesenian tradisional.
c) Pesan kesehatan disampaikan melalui pengeras suara
di tempat ibadah
d) Pesan kesehatan disampaikan melalui koran dinding.
e) Pesan kesehatan ditempelkan di tempat-tempat yang
ramai dilewati orang
f) Pemutaran film kesehatan di tempat terbuka.
4)
Penilaian (P3)
Keberhasilan penyuluhan massa tidak berdiri sendiri,
karena ada kaitannya dengan pelaksanaan Diskusi
Kelompok Terarah (DKT) dan kunjungan rumah,
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
126
konseling. Untuk menilai keberhasilan penyuluhan massa
dapat menggunakan :
a) Lembar pertanyaan
b) Lembar pengamatan
c) Kuis.
Unsur-unsur yang dinilai adalah :
a) Input/masukan
b) Proses.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
127
6. CURAH PENDAPAT
a
b
Penggunaannya
Apabila ingin memperoleh sejumlah pandangan/pendapat
terhadap suatu permasalahan
Langkahnya:
1) Rumuskan pertanyaan / permasalahan di lembaran
pertanyaan di papan tulis
2) Mengundang peserta untuk menyampaikan pendapatnya
3) Menggolong-golongkan pendapat-pendapat peserta
Kekuatan dan kelemahannya
1) Kekuatan
a) Memperoleh sejumlah pemikiran/pendapat
b) Pandangan lebih obyektif
2) Kelemahan
a) Kurang memperoleh pandangan/pemikiran yang bulat
b) Sulit menganalisis/menyimpulkan.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
128
7. DISKUSI PLENO DISKUSI KELOMPOK
a. Penggunaannya
1) Apabila
materi
mengandung
permasalahan
yang
memerlukan beberapa altematif jawaban
2) Apabila ingin mengetahui persepsi, pandangan atau
pendapat peserta terhadap suatu permasalahan, teori,
kasus atau gejala tertentu.
b. Langkahnya
1) Rumuskan masalah, teori, kasus yang akan didiskusikan
2) Tentukan ketua, sekertaris, kelompok diskusi
3) Siapkan alat-alat yang diperlukan (papan tulis, kertas
dinding dan sejenisnya)
4) Melaksanakan diskusi dengan mendorong setiap peserta
untuk menyumbangkan pikirannya
c. Kekuatan dan kelemahannya
1) Kekuatan
a) Lebih luas pemikiran dan altematif pemecahan
masalah
b) Keputusan yang dicapai lebih efektif
c) Hubungan kerjasama akan lebih terbina
2) Kelemahan
a) Sering didominasi oleh seseorang dalam kelompok
b) pembicaraan sering tidak terarah
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
129
8. PERAGAAN I DEMONSTRASI
a. Penggunaannya
1) Apabila ingin menunjukkan proses dalam membuat
sesuatu
2) Apabila ingin menunjukkan hasil sesuatu pekerjaan
b. Langkahnya
1) Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam
demonstrasi
2) Mempertunjukkan proses pembuatan sesuatu langkah
demi langkah
3) Apabila telah selesai, peserta diminta mengulangi proses
pembuatan sesuatu tersebut
c. Kekuatan dan kelemahannya
1) Kekuatan
a) Memungkinkan peserta dapat mempraktekkan apa
yang didemonstrasikan oleh fasilitator
b) Tidak membosankan
2) Kelemahan
Terlalu mempolakan pikiran atau pandangan pesertanya
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
130
9. KERJA PERORANGAN I KELOMPOK ( PENUGASAN )
a. Penggunaannya
1) Apabila ingin memberikan sesuatu kemampuan tertentu
2) Apabila ingin mengetahui tingkat pengetahuan peserta
terhadap sesuatu pengetahuan dan ketrampilan tertentu
b. Langkahnya
1) Siapkan diskripsi tugas dan alat (kalau ada)
2) Melakukan petunjuk dengan jelas mengenai tugas yang
akan dilakukan oleh kelompok
3) Melakukan tugas tersebut baik secara perorangan maupun
peserta
4) Hasil pekerjaan/tugas secara perorangan/kelompok dapat
didiskusikan oleh peserta seluruhnya
c. Kekuatan dan kelemahannya
1) Kekuatan
a) Peserta dapat mengekspresikan semua kemampuan
b) Adanya persaingan sehat antara peserta, ada
gambaran yang obyektif
2) Kelemahan
a) Apabila petunjuk pelaksanaan tugas kurang jelas, hasil
kerja peserta akan menyimpang dari tujuan
instruksional yang diharapkan
b) Membutuhkan waktu yang lama
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
131
10. TANYA JAWAB
a.
b.
c.
Penggunaannya
Apabila ingin mengetahui tingkat pemahaman peserta
terhadap suatu pengertian konsep dan sejenisnya
Langkahnya
1) Mempersiapkan pertanyaan
2) Mengajukan pertanyaan kepada peserta untuk
mengetahui tingkat pemahaman mereka
3) Mengulas dan memperjelas terhadap jawaban-jawaban
peserta
Kekuatan dan kelemahannya
1) Kekuatan
a. Mudah dilaksanakan
b. Menghemat waktu
2) Kelemahan
Memberi rasa khawatir/tidak aman bagi peserta orang
dewasa.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
132
11. BERMAIN PERAN
a. Penggunaannya
Apabila ingin mengaktualisasikan peran-peran tertentu dalam
kehidupan sehari-hari untuk memecahkan suatu permasalahan
b. Langkahnya
1) Merumuskan masalah dan peran-peran tertentu yang akan
dimainkan peran
2) Menunjukkan beberapa peserta untuk memainkan peran
tersebut
3) Meminta komentar terhadap para pengamat mengenai
pelaksanaan permainan peran
4) Merumuskan beberapa kesimpulan dari hasil permainan
peran itu
c. Kekuatan dan kelemahannya
2) Kekuatan
a) pelibatan secara aktif dalam penghayatan terhadap
permasalahan
b) Memberi pengalaman baru terhadap peserta dalam
memerankan suatu peran tertentu
3) Kelemahan
Peserta yang kurang memahami perannya, akan
mengakibatkan permainan peran itu membosankan.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
133
12. DISKUSI PANELI (TERBUKA I TERTUTUP )
a. Penggunaannya
Apabila ingin mengetahui pandangan/pendapat terhadap suatu
permasalahan beberapa disiplin ilmu atau ahli
b. Langkahnya
1) Merumuskan suatu permasalahan atau pokok bahasan
2) Mengundang para ahli yang mempunyai disiplin ilmu yang
berbeda untuk memberikan pandangan terhadap masalah
atau pokok bahasan tersebut
3) Melaksanakan diskusi panel tersebut
4) Menyimpulkan hasil panel diskusi
5) Untuk diskusi panel terbuka, peserta ada kesempatan
bertanya
c. Kekuatan dan kelemahannya
1) Kekuatan
Memperoleh pandangan yang lebih kava terhadap
permasalahan atau pokok bahasan tertentu
2) Kelemahan
a) Materi lebih banyak tergantung kepada para panelis
b) Peserta kurang aktif
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
134
13. CERAMAH
a. penggunaannya
Apabila ingin memberikan suatu informasi, misalnya kebijakan
peserta terlalu banyak pandangan
b. Langkahnya
1) Mempersiapan alat-alat yang digunakan dalam ceramah
(OHP, transparan, slide, dan sejenisnya)
2) Mempersiapkan materi secara sistematis
3) Melaksanakan ceramah dengan suara yang jelas, memberi
contoh dan humor
c. Kekuatan dan kelemahannya
1) Kekuatan
a) Mudah mengorganisasinya
b) Peserta tidak repot
c) Waktu dapat dibatasi
2) Kelemahan
a) Interaksi tidak ada
b) Penceramah sering tidak ahli
c) Ada kalanya membosankan
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
135
MEDIA
SKENARIO KUNJUNGAN RUMAH
Skenario I
Peran Bidan
Anda sebagai seorang bidan di desa mengunjungi keluarga Pak Arief.
Pak Arief menderita batuk berdahak lebih dari 3 minggu. Anaknya 3
orang. Rumah Pak Arief berlantai papan, jendela satu tidak pemah
dibuka, memasak memakai kayu bakar. Atap rumah dari daun rumbia
Peran Pak Arief
Anda menderita batuk berdahak lebih dari 3 minggu. Anak Anda 3
orang berumur 6 tahun, 4 tahun dan 1 tahun. Anda bekerja sebagai
buruh tani. Rumah berlantai papan, jendela tidak pemah dibuka, takut
masuk angin. Kalau memasak pakai kayu bakar sebab tidak usah beli.
Makan sehari 2x, dengan lauk seadanya. Anda orangnya tertutup
pendiam.
Skenario II
Peran petugas PKMD
Anda sebagai petugas PKMD mengunjungi rumah Pak Nasrul. Keluarga
Pak Nasrul punya masalah penyakit kulit yang diduga kusta. Pak
Nasrul sangat miskin, tidak mau ikut DKT karena alasannya tidak
punya baju. Anaknya banyak 5 (lima orang)
Peran Pak Nasrul
Anda sedang sakit kulit yang Saudara anggap sebagai penyakit yang
memalukan. Anda tidak mau bertemu dengan siapapun juga. Anda
menyuruh isteri Anda untuk menolak setiap tamu yang datang.
Peran Bu Nasrul
Anda seorang isteri yang patuh kepada suami. Anda menolak
kedatangan petugas yang datang kerumah Anda dengan alasan suami
Anda tidak ada. Anda tetap menolak kedatangan petugas tersebut
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
136
Skenario III
Peran TPM
Anda sebagai Tenaga penggerak Masyarakat (TPM), mengunjungi
rumah Pak Somad. Anak Pak Somad menderita diareImencret mencret dan muntah.
Peran Bu Somad
Bu Somad orangnya acuh tak acuh, mencret dianggap bukan penyakit
yang berbahaya. Karena Joni sering mencret. Joni buang air besar di
sembarang tempat, sehingga lalat banyak, sampah bertebaran
dimana-mana. Mandi dan minum mengambil air di sungai
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
137
Skenario IV
Peran Ibu PKK
Anda salah seorang PKMD Tingkat Desa mengunjungi keluarga Pak
Hersan. Bu Hersan sedang hamil 4 bulan, mukanya pucat. Sering
pusing, mata berkunang-kunang. Pada waktu DKT bulan lalu bu
Hersan tidak datang.
Peran Bu Hersan
Keluarga Pak Hersan orangnya ramah, Anda sedang hamil 4 bulan,
mukanya pucat. Anda kurang suka makan sayuran hijau daun ,
katanya takut anaknya seperti kambing yang suka makan daun. Anda
sering pusing, mata berkunang-kunang cepat lelah, lesuh. Nafsu
makan kurang
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
138
MEDIA DISKUSI KELOMPOK TERARAH (DKT)
DISKUSI KELOMPOK TERARAH
Peran Dominan
Anda adalah peserta DKT. Dalam diskusi harap Anda berperan sebagai
orang yang dominan, yang memegang kendali pembicaraan. Anda
dapat berbicara kepada pemandu, teman-teman Anda. Masalah yang
ada di keluarga Anda adalah anak mencret, isteri kurang darah.
Peran Diam (3 orang)
Anda selama DKT harap diam saja, kalau ditanya hanya mengangguk,
atau menggerakkan tangan. Masalah Anda adalah tidak ikut KB dan
anak batuk pilek.
Peran cuek
Anda selama DKT bersikap acuh tak acuh terhadap pembicaraan
teman-teman atau pemandu, sekali-kali ngomong yang tidak
nyambung, dan ingin pulang karena ada urusan lain. Masalah di
keluarga Anda adalah anak mencret dan sakit gigi.
Pemandu
Anda berperan sebagai TPM Desa, yang bertugas 3 bulan. Umur 25
tahun. Anda diminta memandu DKT yang terdiri dari 5 orang Bapak
dan 5 orang Ibu. Masalah yang ada adalah mencret, batuk pilek
kurang darah, dan sakit gigi.
Tempat DKT
DKT yang ke-4 diselenggarakan di rumah salah satu kader keluarga.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
139
KASUS II
PEMANDU
- Anda adalah PLKB
- Penduduk asli
- Umur 30 tahun
- sudah bertugas sebagai PLKB di desa selama 7 tahun. Ini DKT
yang ke 3 dengan K2 yang sama sejak DKT pertama.
- Saat ini memandu DKT ke 3 yang terdiri dari 7 bapak dan 3 ibu
yang masing-masing punya anak antara 4-7.
- Dari hasil pemetaan diketahui bahwa masalah di desa itu
umumnya adalah belum ikut KB, balita BGM, ibu kurang
darah/anemia. Pendidikan K 2 antara SD kelas 4 dan Tamat SD
- Pekerjaan petani
- Tempat DKT di rumah ketua kelompok dasawisma.
SILAHKAN MELAKUKAN
- pengaturan duduk
- Pengarahan kepada :
 Pendamping
 Pencatat
 pengamat
- Penyiapan dukungan alat-alat bantu yang sesuai dengan keadaan.
PESERTA DKT
- Terdiri dari 7 bapak dan 3 ibu yang belum ikut KB dengan alasan:
 Takut
 Banyak anak banyak rezeki
 Tidak punya biaya.
- Bapak 1 anaknya 4 kurus-kurus
- Bapak 2 anaknya 5, belum KB, tidak punya biaya, anak kuruskurus, pendiam
- Bapak 4 anaknya 6, belum KB, isterinya sering pusing-pusing,
takut KB.
- Bapak 5 anaknya 7, Beranggapan banyak anak banyak rezeki,
ngotot bersikeras mempertahankan pendapatnya,
- Bapak 6 anaknya 7, anak dapat membantu orang tua, wajahnya
suntuk, pendiam
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
140
-
Bapak 7 anaknya 5, isterinya tidak mau KB, anak cacingan,
orangnya ngotot.
Ibu 1 pendidikan SD kelas 5. Anemia. Anaknya 7 kurus-kurus .
Ibu 2 pendidikan SD kelas 5. Anemia. Anaknya 6, kurus-kurus dan
cacingan mengeluh terus
Ibu 3 pendidikan Tamat SD Anaknya 4, kepingin anak laki-Iaki.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
141
MEDIA PENYULUHAN MASSA
Kasus I :
Masyarakat desa Sidodadi sedang panik, karena banyak penduduk
yang menderita sakit diare, tua, muda anak-anak. Penyebabnya
karena air sungai, sebagai sumber air bersih bagi penduduk desa
tersebut tercemar limbah pabrik. Kebiasaan penduduk, mandi cuci,
kakus ya disungai itu. Jamban keluarga ada tetapi belum
dimanfaatkan. Penyakit kulit dan gigi juga melanda penduduk desa itu.
Kasus II
Desa batealit, jumlah penduduk 212 KK, sebagian besar pasangan usia
subur. Jarak desa ke puskesmas sekitar 10 Km, ditempuh dengan
kendaraan roda 2 selama 30 menit, karena jalannya berbatu-batu dan
rusak, ibu-ibu hamil lebih banyak minta pertolongan dukun beranak.
Angka kematian ibu dan bayi cukup tinggi, rata-rata karena kurang gizi
Kasus III
Desa Bankinang sedang ada masalah. Banyak balita yang menderita
batuk pilek dengan nafas cepat. Disamping itu banyak yang sakit
malaria, belum KB.
Kasus IV
Desa Batucepar merupakan daerah berawa. Rumah penduduk
berlantaj tanah dan beratap rumbia. Banyak penduduk menderita sakit
malaria, diare dan sakit kulit
Yang termasuk dalam penyuluhan massa antara lain
1. Penyuluhan melalui televisi, radio, pemutaran film
2. pemasangan spanduk, poster dan billboard
3. Penyebaran selebaran
4. Menitipkan pesan melalui sandiwara., Wayang, ketoprak , lenong,
dan sebagainya
5. Menitipkan pesan melalui lagu-Iagu
6. Menulis pesan melalui majalah, koran dan sebagainya
7. Pesan tertulis yang dibawa dengan
kendaraan keliling
8. Memakai pengeras suara keliling
9. Pidato akbar, misalnya kampanye pemilu, kotbah di mesjid,
gereja dan sebagainya.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
142
Materi Inti 6
MEDIA PROMOSI KESEHATAN
MEDIA PROMOSI KESEHATAN
Langkah-langkah Pengembangan Media
Penyuluhan Kesehatan Dengan Proses
Pengembangan Media
1. Tahapan Analisis Masalah dan Sasaran
Pada tahap ini kita melakukan penelaahan analisis yang meliputi:
a. Masalah kesehatan, termasuk penyebab masalahnya, sifat
masalah, epidemiologi masalah termasuk masalah perilaku
yang ada di masyarakat sehubungan dengan masalah
kesehatan yang ditimbulkan
b. Kelompok sasaran, dalam hal demografi, sosial ekonomi,
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat seperti
umur, pendidikan/buta aksara, budaya, dan adat istiadat,
pendapatan, serta pengembangan sikap dan perilaku yang
berhubungan dengan masalah kesehatan.
c. Kebijaksanaan-kebijaksanaan,
peraturan,
dan
program
penanggulangan yang telah ada dan berbagai instansi sektoral
untuk mengetahui pengalaman yang lalu harapan dimasa yang
akan datang. Disini dapat dipelajari arahan-arahan dalam
membuat suatu program atau kegiatan KIE masing-masing
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
143
sektor. Apakah masalah kesehatan yang ada lebih dilihat
sebagai masalah sosial, kesehatan, ekonomi, demografi atau
bahkan politik. Dan melihat program serta pendukungpendukung apa saja yang telah tersedia.
d. Memilih institusi, organisasi atau LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) yang mampu mendukung program. Dilihat
kemampuan intemal dan ekstemal dari organisasi tersebut.
e. Sasaran komunikasi yang tersedia, untuk menetapkan media
oan sarana yang telah tersedia dan yang telah dilaksanakan.
2. Tahapan Rancangan Pengembangan Media
Pada tahap ini dirancang atau direncanakan berbagai strategi dan
model intervensi yang menjelaskan 8 (delapan) komponen utama,
yaitu
a
b
c
d
e
Menentukan tujuan
perlu diingat tujuan harus spesifik, realistik, dapat diterapkan,
dapat diukur dan dibatasi waktu.
Identifikasi kelompok sasaran
dilakukan segmentasi berdasarkan demografi, geografi,
budaya, psikologis, atau karakteristik karakteristik lainnya yang
spesifik
Mengembangkan pesan-pesan
ditujukan sesuai dengan kebutuhan kepedulian, tingkat
pengetahuan serta tingkat kewaspadaan dari sasaran yang
dituju. Harus mengandung informasi yang akurat dan terfokus
pada pesan kunci. Jangan terlalu banyak pesan
Menetapkan media yang akan digunakan
apakah interpersonal atau media massa. Penggunaan media
sebaiknya bermacam-macam namun terkoordinasi dengan
baik. Juga harus diperhatikan jangka waktu dan dampak dari
penggunaan media tersebut.
penguatan interpersonal
mencari orang-orang atau kelompok yang secara langsung
atau tidak langsung dapat mempengaruhi orang tersebut,
seperti pemimpin masyarakat, para ahli, tokoh agama dan
lain-lain dalam mengambil keputusan atau perubahan perilaku
yang positif.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
144
f
g
h
Menulis rencana kegiatan
baik bulanan, tri wulanan atau tahunan. Juga tulis indikatorindikator untuk memonitor keluaran/out put.
Perencanaan anggaran: termasuk anggarari personalia,
pencetakan
1) media, pre tes, revisi, pelatihan tugas lapangan, logistik,
biaya
2) perjalanan evaluasi dan lain-lain.
Bagan organisasi atau perencanaan manajemen dengan
pembagian tugas dan tanggungjawab yang terisi.
3. Tahap Pengembangan pesan, Uji coba dan Produksi Media
Dalam tahap 1 dan 2 diatas. Pesan harus sederhana, jelas, spesifik,
konsisten, positif, menarik perhatian, berorientasi pada tindakan
dan cocok dengan budaya dan kebijakan nasional. Peranan pihak
lain seperti artis, ahli design diperlukan untuk mendapatkan
kreatifitas pesan-pesan. Perlu dilakukan pengujian dari setiap pesan
kepada sasaran sebelum bahan KIE itu produksi. Pandangan dari
ahli asing, pejabat-pejabat tinggi pemerintah atau teman-teman
tidaklah cukup sebagai pegangan, lebih penting adalah melakukan
pre tes kepada sasaran potensial, dan bila diperlukan melakukan
revisi material.
Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
a. Membuat konsep pesan-pesan yang berisikan ilustrasi-ilustrasi
pendahuluan, kata-kata ungkapan, tema atau slogan yang
merefleksikan strategi secara keseluruhan.
b. Pretest konsep pesan pada sekelompok sasaran atau wakilwakil perorangan yang diharapkan akan menghasilkan pesan
yang bermutu. Memberikan perhatian khusus untuk gambar
atau ilustrasi (bentuk yang tidak tertulis) untuk menghindari
salah paham
c. Ciptakan dan kembangkan pesan-pean yang lengkap beserta
sarana pendukungnya (contohnya pengumuman melalui radio,
booklet, poster) .
d. Pretest pesan yang lengkap dan bahan-bahan untuk
pemahaman keseluruhan, kemampuan mengingat, titik yang
kuat dan yang lemah, relevansi yang pribadi, dan hal-hal peka
atau masih diperdebatkan, sebelum diproduksi.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
145
e. Adanya tes ulang bahan-bahan sebelum di produksi ulang
untuk meyakinkan daya muat apakah masih efisien dan
efektif. 5emua pelaksana pengembangan media di semua
tingkatan harus siap mengikuti keadaan dan memuat
perubahan perubahan sebagai hasil dari testing
4. Tahapan pelaksanaan dan pemantauan
Pelaksanaan adalah tahap dimana perencanaan mulai dilaksanakan.
Pelaksanaan
biasanya
merupakan
bagian
yang
paling
membutuhkan biaya jangan dimuilai sampai tahapan pretes dan
revisi selesai dilakukan
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
Menghasilkan pesan dan bahan berdasarkan hasil pretest.
Penyebaran pesan-pesan dan bahan-bahan secara terintegrasi dan
sesuai jadual melalui saluran media yang tepat sehingga mendapat
pengaruh yang nyata. Latih mereka yang akan menggunakan
bahan-bahan tersebut. Sebarkan secara luas jadual pelaksanaan
dan laporan sehingga seorangpun “key person" atau kelompok
yang tidak mengetahuinya.tidak ada Monitoring atau pemantauan
melihat keluaran dari program dibandingkan dengan rencana kerja
dan rencana anggaran. Hal ini membantu manajer mengidentifikasi
dan memperbaiki masalah-masalah sebelum menjadi hambatan.
Langkah-Iangkah sebagai berikut
a Memonitor jumlah / volume bahan j materi yang diproduksi
b Monitor distribusi media massa atau media interpesonal
c Monitor struktur intemal
d Monitor dan kuatkan hubungan kerja sama dengan organisasi
lain termasuk juga dengan organisasi yang tidak bersahabat
dengan kita
e Membuat perubahan dari rancangan proyek bila diperlukan.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
146
5. Tahapan Evaluasi dan rancang ulang
Evaluasi menyediakan informai bagi manajer program terhadap
hasiljout put dan dampak dari kegiatan untuk membuat perubahanperubahan yang diperlukan. Belajar dari pengalaman yang kita
perlukan bukan kritik tapi harus cara/pendekatannya Evalausi
mengukur dampak kegiatan dari segi sasaran dan tujuan yang
hendak dicapai. Dapat dilihat dari perubahan pengetahuan, sikap,
dan perilaku yang menetap dari sasaran potensial, provider, staf
KIE dan kelompok-kelompok berpengaruh lainnya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
a Ukur dan telusuri kepedulian umum, daya ingat atau praktik
perilaku khalayak sasaran dengan menggunakan teknik
peneiitian yang dapat diterima, untuk menghasilkan umpan
balik yang tepat.
b Analisis hasil sesuai dengan tujuan spesifik
c Buat perubahan pada rancangan proyek, bila diperlukan
Evaluasi dapat dilihat sebagai tolok ukur keberhasilan bukan
menguji penampilan pekerja. Organisasi pelaksana harus diberi
penghargaan karena telah mengidentifikasi masalah-masalah dan
membuat koreksi yang diperlukan. Perhatian seharusnya tertuju
pada peninakatan hasil yang lebih spesifik misalnya, penempatan
poster di berbagai kelompok penting atau menyerahkan sebagian
tugas dan tanggung jawab kepada organisasi lain. Pejabat
pemerintah yang menaruh minat harus diberi tahu setiap
perubahan perbaikan sebagai hasil evaluasi.
Review dan perancangan ulang ditujukan pada kesinambungan
kebutuhan KIE dan pada kemampuan serta sumber daya yang telah
tersedia atau di dapat dari proyek agar menjadi suatu kegiatan KIE
yang efektif dan kontinyu
Langkah-langkah review dan perencanaan ulang adalah :
a Telaah ulang dan analisis informasi yang di dapat dari setiap
tahap proses pengembangan media
b Analisis dampak dari proyek atas nama sasaran, organiasi
pemberi dana dan lain-Iain yang berkepentingan.
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
147
c
d
e
f
g
h
Identifikasi perubahan yang berarti secara nasional.
Identifikasi kekuatan dan kelemahan
Evaluasi keahlian yang dihasilkan oleh orang-orang setempat.
Perkirakan sumber yang dapat mendukung di masa yang akan
datang
Rancangan ulang kegiatan komunikasi secara kontinu
Daur ulang data hasil penilaian kedalam yang baru
Proses KIE haruslah merupakan proses yang kontinu. Perubahan sikap
dan perilaku yang bermakna dari seseorang membutuhkan waktu dan
usaha yang berulang-ulang. Proses ini seperti siklus, menyesuaikan
dengan perubahan kebutuhan dari masyarakat sasaran potensial dan
berdasarkan pengalaman yang baru.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
148
Materi Penunjang
RENCANA TINDAK LANJUT
Rencana tindak lanjut adalah suatu proses mempersiapkan secara
sistematik kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai suatu tujuan
tertentu, dimana, bilamana oleh siapa dan bagaimana caranya:
Perlunya rencana tindak lanjut :
• Terbatasnya sumber daya untuk menentukan langkah-langkah
yang akan dikerjakan
• Sebagai pedoman akan kebutuhan yang diperlukan
• Membimbing menyelesaikan masalah
• Standar untuk pengawasan dan Evaluasi
Ciri-ciri RTL yang baik :
• Memudahkan pencapaian tujuan
• Rinci dan cermat
• Realistis dan logis
• Sederhana
• Fleksibel
• Pertimbangkan risiko
• Berorientasi ke depan
• Mempunyai jangka waktu
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
149
Puskesmas
Nama
:
:
Rencana Tindak Lanjut :
Perencanaan Promkes Program Kesehatan….(apa , dimana)
prioritas puskesmas ……….kurun waktu……(th)
No
-
Masalah
:…
-
Tujuan
:…
-
Sasaran
:…
-
Media
:…
-
Metode
:…
-
RPK
:…
Jenis
Sasaran Tujuan Frekuensi Waktu Pelaksana
kegiatan
1.
2.
3.
4.
5.
Dst
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
150
PANDUAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN/
PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN
PETUGAS PROMOSI KESEHATAN
I.
PENDAHULUAN
Tugas
pokok
penyuluh
kesehatan
masyarakat
adalah
melaksanakan kegiatan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan
pemberdayaan masyarakat, melakukan penyebarluasan informasi,
membuat rancangan media, melakukan pengkajian/ penelitian
perilkau masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan, serta
merencanakan intervensi dalam rangka pengembangan perilaku
masyarakat yang mendukung kesehatan. Pelatihan pengangkatan
pertamakali
dalam
jabatan
fungsional
Penyuluh
Kesehatan
Masyarakat (PKM) bagi calon pejabat fungsional PKM, merupakan
salah satu syarat untuk pengangkatan dalam jabatan tersebut.
Agar pelatihan lebih berdayaguna dan berhasilguna dalam
pelatihan tersebut perlu adanya praktek kerja lapangan atau
praktek belajar lapangan. Praktek ini perlu disesuaikan dengan
rancangan pembelajaran. Untuk peserta pelatihan calon jabfung
terampil setelah mengikuti pelajaran di kelas, diarahkan praktek
kerja lapangan/praktek belajar lapangan di Puskesmas .
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
151
II. TUJUAN PKL/PBL
1. Diperoleh hasil pengalaman pelaksanaan kegiatan Promkes di
Puskesmas.
2. Jenis-jenis kegiatan promkes yang dilakukan oleh Puskesmas
3. Cakupan PHBS di Rumah tangga, sekolah, TTU, tempat kerja,
dan sarana kesehatan
4. Menyusun perencanaan Promkes program kesehatan sesuai
prioritas Puskesmas masing-masing
III. WAKTU DAN TEMPAT
PKL/ PBL di selenggarakan di Puskesmas asal peserta pelatihan.
Waktu PBL dilaksanakan selama 3 bulan setelah selesai pelatihan.
IV. PROSES PELAKSANAAN
Melaksanakan RTL yang sudah disusun saat pelatihan dalam
waktu 3 bulan di puskesmas masing-masing.
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas
152
V.
FORMAT :
LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
No
Puskesmas
: ….
Nama
: ….
I.
Pendahuluan
II.
Tujuan
III.
Proses kegiatan
IV.
Hasil Kegiatan
Jenis kegiatan yang
Sasaran
Hasil
Frekuensi
Waktu
dilaksanakan
1.
Advokasi
2.
Bina suasana
3.
Pemberdayaan
masyarakat
4.
Menggalang
kemitraan
Mengetahui,
Kepala Puskesmas
Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan
153
Download