Laporan Kegiatan Pembuatan Lubang Resapan

advertisement
LAPORAN KEGIATAN
SOSIALISASI PEMBUATAN BIOPORI
DI BANJAR BUKIAN DAN KIADAN, PLAGA
PELAGA 22-23 AGUSTUS 2013
Oleh:
I GDE SUARJA
Koordinator JANMA
@ 2013
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Desa Pelaga, salah satu desa di Kecamatan Petang yang terletak di hulu dari DAS Ayung
dengan topografi yang berbukit-bukit. Kondisi lahannya sebagian besar merupakan daerah
dataran tinggi dan lahan kering dengan kemiringan cukup curam, sehingga sangat rentan
mengalami erosi ketika musim hujan. Karena itu perlu dilakukan upaya-upaya sistematis dan
kontinyu untuk mencegah terjadinya erosi dan banjir di wilayah ini. Salah satunya adalah
dengan mengembangkan sumur resapan dan juga lubang –lubang biopori.
Biopori merupakan metode alternatif untuk meningkatkan daya resap air hujan ke
dalam tanah. Secara alami, biopori diciptakan oleh organisme yang ada di dalam tanah. Lubang
Resapan Biopori berupa sebuah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah.
Dengan membuat biopori kemudian mengisinya dengan sampah organic akan membantu dan
secara langsung memberi makanan pada organisme tanah. Masing-masing sampah yang
dimasukkan ke dalam tanah dapat menghidupi organisme dalam tanah dan dirombak menjadi
kompos atau humus yang tersimpan di dalam tanah, tanah akan menjadi subur.
Secara teknis, biopori merupakan metode yang sederhana untuk memperbaiki kualitas
tanah dan meningkatkan resapan air ke dalam tanah. Pembuatannya mudah dan tidak
membutuhkan tempat yang luas. Selain berfungsi untuk meningkatkan daya resap air hujan dan
meningkatkan cadangan air bersih, biopori juga diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi
masyarakat Desa Pelaga khususnya di Banjar Bukian dan Kiadan mengingat kedua wilayah ini
merupakan daerah penyangga air DAS Ayung.
1.2
Tujuan dan Keluaran
Tujuan dari pembuatan lubang resapan biopori ini adalah sebagai pembelajaran dan
pengetahuan bagi masyarakat Desa Pelaga khususnya di Banjar Bukian dan Kiadan untuk dapat
2
membuat lubang resapan biopori sehingga dapat meningkatkan daya resap air hujan dan
meningkatkan cadangan air bersih.
Sedangkan keluaran yang ingin dicapai adalah
1. Masyarakat paham tentang mafaat dan fungsi lubang resapan biopiri sebagai bagian dari
konservasi tanah dan air
2. Terbuat minimal 300 lubang resapan biopori masing-masing 150 biopori di Banjar Bukian
dan Kiadan, Desa Pelaga.
1.3
Waktu dan Tempat
Kegiatan pembuatan lubang resapan biopori dilaksanakan di Banjar Bukian dan Kiadan
di lahan rumah maupun kebun warga, dimulai dengan kegiatan sosialisasi tentang manfaat
Biopori di masing-masing banjar pada 22-23 Agustus 2013.
1.4
Peserta dan Narasumber
Jumlah peserta yang terlibat dalam pembuatan lubang resapan biopori sebanyak 34
orang (16 orang dari Banjar Kiadan dan 18 orang dari Banjar Bukian). Sebagai narasumber
pembuatan Biopori adalah staf bagian Pengawasan Amdal Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Kabupaten Badung (Bp. A.A. Raka Sukadana).
1.5
Metode dan Proses
Pelaksanaan sosialisasi untuk pembuatan lubang resapan biopori dilaksanakan di
masing-masing banjar. Sedangkan praktek pembuatan lubang resapan biopori dilakukan secara
mandiri oleh peserta selama satu minggu secara bergantian didampingi oleh staf lapangan
Konservasi JANMA.
3
II.
2.1
PELAKSANAAN
Sosialisasi Teknik Pembuatan Lubang Resapan Biopori
Proses pembuatan lubang resapan biopori diawali dengan kegiatan sosialisasi di masing-
masing banjar (Banjar Bukian dan Kiadan), pada 22-23 Agustus 2013. Kegiatan sosialisasi
terkait manfaat dan teknis pembuatan biopori bekerjasama dengan narasumber dari Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Kab. Badung (Bp. A.A. Raka Sukadana). Pada prinsipnya BLH Badung
menyambut positif kegiatan ini karena sejalan dengan kebijakan program yang dilaksanakan
oleh Pemkab Badung, khususnya BLH Badung terkait dengan pengelolaan lingkungan.
Istilah biopori berasal dari kata “bio” berati hidup, dan “pori” berarti lubang. Jadi biopori
adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk sebagai akibat akitivitas organisme di
dalamnya, seperti cacing, rayap dan fauna tanah lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk akan
terisi udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah. Lubang biopri yang dibuat
dan diisi dengan sampah organik secara tidak langsung akan merespon cacing dan semut
sebagai hewan pengurai. Cacing dan semut akan membuat lubang baru di dalam lubang biopori
tersebut sehingga memperbanyak lubang dan resapan air atau lubang yang dibuat secara tidak
lanngsung akan menambah lubang baru (hidup).
Photo : Sosialisasi pembuatan biopori di Br Bukian dan Kiadan
4
Lubang resapan biopori diterapkan di daerah Pelaga (hulu) dapat mendukung upaya
pengelolaan konservasi tanah dan air, akrena wilayah ini merupakan daerah penyangga air DAS
Ayung. Hal ini dikarenakan
jenis tanah didominasi oleh tanah lempung yang lebih lama
meresapkan air dari pada tanah berpasir. Kebiasaan masyarakat membakar sampah, baik
sampah organik maupun anorganik, dengan adanya kegiatan bipori ini diharapkan akan
termotivasi untuk memilah sampah organiknya untuk dimasukkan dalam lubang biopori.
Sementara sampah anorganik bisa diolah lebih lanjut agar tidak mencemari lingkungan.
Pembangunan infrastruktur yang semakin berkembang secara terus menerus tanpa diimbangi
dengan pengetahuan yang luas terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam dan sumberdaya
air, akan membawa dampak yang kurang seimbang sehingga dengan kegitan ini, masyarakat
mempunyai modal pengetahuan untuk bisa menyeimbangkan pembangunan tersebut.
Photo : Praktek pembuatan lubang biopori di Kiadan
Teknik Biopori awalnya ditemukan oleh Kamir Raziudin Brata, seorang peneliti dan
dosen di Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Pembuatan lubang resapan biopori mempunyai banyak fungsi dan manfaat, antara lain:
 Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah air tanah.
 Membuat kompos alami dari sampah organik
 Mengurangi genangan air sehinga menjauhkan dari penyakit kulit
 Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut
5
 Mengurangi resiko banjir di musim hujan
 Maksimalisasi peran dan aktivitas fauna tanah
 mencegah terjadinya erosi tanah dan tanah longsor
Selain fungsi yang positif terhadap air tanah, teknologi biopori juga dapat diterapkan pada
beberapa tempat, contohnya:
 Perumahan yang 100% kedap air
 Saluran air
 Rumah-rumah yang memiliki lahan terbuka
 Kawasan persawahan di lahan miring
 Sekeliling pohon
 Pada tanah kosong antar tanaman / batas tanaman
2.2
Pembuatan Lubang Resapan Biopori
Setelah mendapatkan pemahaman teknik dan fungsi dari lubang resapan biopori,
selanjutnya peserta akan menerapkan pembuatan lubang resapan biopori di masing-masing
lokasinya. Cara pembuatan lubang resapan biopori relative sederhana yaitu :
1. Tancapkan mata bor pada tempat yang akan dibuat lubang biopori
2. Putar bor searah jarum jam
3. Keluarkan tanah pada lubang
4. Masukkan pipa dan bila perlu semen agar kuar dan tanah disekitar tidak jatuh
5. Tutup lubang untuk menghindari kaki atau hewan ternak yang masuk
6. Masukkan sampah organic ke dalam lubang secukupnya
6
Photo. Proses Pembuatan biopori di Bukian
7
Beberapa hasil pernyataan peserta terkait pembuatan biopori, antara lain:
1. Membuat lubang resapan biopori untuk mempercepat resapan air saat musim hujan
sehingga tidak menggenang. Jarak rumah yang berdekat menyebabkan air tidak
mengalir dengan baik.
Photo. Lubang biopori yang dibuat diantara bangunan rumah di Bukian
2. Membuat lubang biopri dengan tujuan untuk menyuburkan tanah di dekat taman.
Kompos yang dihasilkan bisa di pupukkan pada taman dekat lubang biopori.
Photo . Pembuatan biopori di dekat taman
8
3. Pembuatan lubang biopori di dekat dapur. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
dalam pembuangan sampah organik yang dihasilkan saat proses memasak.
Photo. Pembuatan biopori di dekat dapur
9
III. PENUTUP
Pengembangan tekologi Biopori yang diperkenalkan oleh JANMA dalam upaya
mendukung konservasi sumberdaya air di wilayah Pelaga, mendapat respons yang cukup positif
dan dapat diterima oleh masyarakat. Total Biopori yang telah dibuat dari hasil training kepada
warga Banjar Bukian, Kiadan, dan Tinggan sebanyak 355 lubang. Capaian ini melebihi dari
target yang direncanakan sebanyak 300 lubang Biopori. Peserta sangat antusias dengan kegitan
ini karena manfaat yang diperoleh untuk mendukung pengembangan konservasi tanah dan air
di wilayah Plaga. Beberapa warga yang tidak ikut terlibat dalam training juga ikut
mengaplikasikan pembuatan Biopori di rumahnya.
Semoga pengembangan teknologi biopori yang cukup bermanfaat bagi masyarakat,
sekolah dalam menjaga lingkungan yang lebih baik terus bisa dikembangkan oleh masyarakat
dan semua pihak yang terkait di wilayah Pelaga dan sekitarnya dalam upaya mendukung
pelestarian dan perlindungan sumberdaya air di wilayah hulu.
=== end===
10
LAMPIRAN
Tabel 1. Daftar nama warga yang membuat Biopori, Banjar Bukian
No
Nama
Jumlah Biopori
1
I Wayan Supariasa
12
2
I Made Jana
11
3
I Ketut Kanot
11
4
I Ketut Mupu
10
5
I Made Kantor
10
6
I Wayan Debot
10
7
I Wayan Suba
5
8
I Made Rebo
7
9
I Nyoman Mustika
10
10
I Nyoman Pujana
10
11
I Gusti Ketut Rai
10
12
I Wayan Suarja
10
13
I Made Sukayasa
20
14
I Nyoman Warga
11
15
I Made Olog
5
16
I Ketut Konol
18
17
I Made Asa
5
11
Tabel 2. Daftar warga yang membuat biopori, di Banjar Kiadan
No
Nama
Jumlah Biopori
1
I Nyoman Juta
10
2
I Made Keneng
10
3
I Ketut Bandung
10
4
I Wayan Gede Subawa
10
5
I Made Artana Yasa
10
6
I Ketut Nausa
10
7
I Ketut Saba
10
8
I Ketut Sidan
10
9
I Wayan Karta
10
10
I Nyoman Sridana
10
11
I Nyoman Terima
10
12
I Nyoman Taga
10
13
I Made Landes
10
14
I Ketut Gawa
10
15
I Wayan Sukada
10
16
I Wayan Warsa
10
17
I Wayan Darsi
10
18
I Wayan Tiasa
10
12
Download