BERAT BADAN LAHIR RENDAH DAN PREMATUR BAB I

advertisement
BERAT BADAN LAHIR RENDAH DAN PREMATUR
BAB I
PENDAHULUAN
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Sampai saat ini BBLR masih merupakan
masalah di seluruh dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada
masa neonatal. Prevalensi BBLR masih cukup tinggi terutama di negara-negara dengan
sosioekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR di negara
berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding dengan bayi dengan
berat lahir > 2500 gram. Perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5
juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang/berpenghasilan rendah. Lebih
dari dua per tiga kematian tersebut terjadi pada periode neonatal dini dan penyebab
terbanyak kematian ini adalah BBLR yaitu berat badan lahir kurang dari 2500 gram. 3
Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dan daerah yang
lain, yaitu berkisar antara 9-30%. Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2000
masih tinggi yaitu sebesar 48 per seribu kelahiran hidup.
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematur baby dengan low birth
weight baby. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir merupakan bayi prematur. Keadaan ini disebabkan
oleh keadaan yaitu: masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai
dan bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya,
atau keduanya.4
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan, maka makin
tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Angka kejadian BBLR di rumah sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24% dan angka kematiannya pada tahun
yang sama adalah 73%. BBLR dapat disebabkan oleh kelahiran prematur maupun
akibat tingkat kesehatan dan gizi ibu kurang pada saat hamil. Bayi dengan BBLR
memiliki resiko yang tinggi untuk mengalami berbagai komplikasi misalnya hipotermi,
gangguan pernapasan hingga asfiksia maupun infeksi. Jika komplikasi yang terjadi
tidak ditangani dengan segera dan tepat, hal ini dapat mengakibatkan kematian. 5
Infeksi parah yang terjadi pada bayi dengan BBLR dapat berkembang menjadi
komplikasi yang mematikan seperti sepsis. Bayi dengan BBLR belum memiliki imunitas
yang berkembang sempurna, sehingga infeksi yang terjadi dalam tubuhnya dapat
dengan mudah berkembang menjadi sepsis dengan tingkat mortalitas maupun
morbiditas yang sangat tinggi.4,5
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi BBLR
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu)
jam setelah lahir15 atau paling lambat sampai bayi berusia satu hari. Jika
penimbangan tidak memungkinkan, BBLR dapat dideteksi dengan mengukur lingkar
lengan atas Selain itu pengukuran juga dapat dilakukan pada lingkar dada. Dahulu
BBLR dianggap sebagai bayi prematur, padahal sebenarnya dapat terjadi pada bayi
prematur (kurang bulan), aterm (cukup bulan) atau postmatur (lebih bulan) tergantung
masa kehamilan atau masa gestasinya. Keadaan ini dapat disebabkan oleh masa
kehamilan yang kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan
dihitung mulai dari hari pertama haid terakhir dari haid yang teratur); bayi small for
gestational age (SGA): bayi yang beratnya kurang dari semestinya menurut
kehamilannya Kecil untuk masa kehamilan=KMK); dan kombinasi dari keduaduanya.6,7,8
2.2 Epidemiologi BBLR
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara
berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian
BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor
utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan
anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa
depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan
daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multisenter
diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan
analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR
yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010
yakni maksimal 7%.14
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003, sekitar 57% kematian
bayi terjadi pada bayi umur dibawah 1 bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan
perinatal dan bayi berat lahir rendah. Menurut perkiraan, setiap tahunnya sekitar
400.000 bayi lahir dengan berat rendah
2.2
Klasifikasi BBLR
Berdasarkan berat badannya BBLR dapat dibagi menjadi tiga kelas yaitu Low Birth
Weight (LBW) yaitu BBLR dengan berat antara 1.500-2499 gram, Very Low Birth Weight
(VLBW) yaitu BBLR dengan berat antara 500-1499 gram, dan Extreme Low Birth Weight
(ELBW) yaitu BBLR dengan berat <500 gram. 7,9
BBLR dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:
1.
Prematuritas Murni
2
Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat baan untuk masa kehamilan atau disebut
Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NKBSMK).15 Karakteristik
bayi prematur adalah berat lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram,
panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30
cm, Lingkar kepala kurang dai 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Lebih dari 60% BBLR terjadi akibat bayi lahir prematur. Semakin awal bayi
lahir, semakin belum sempurna perkembangan organ-organnya, semakin
rendah berat badannya saat lahir dan semakin tinggi resikonya untuk
mengalami berbagai komplikasi berbahaya.
2.
Dismaturitas.
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
seharusnya untuk masa gestasi itu. Dismatur dapat terjadi dalam preterm,
term, atau post term. Dismatur ini dapat pula Neonatus Kurang Bulan Kecil
untuk Masa Kehamilan (NKB-KMK), Neonatus cukup bulan Kecil Masa
Kehamilan (NCB-KMK), dan Neonatus Lebih Bulan Kecil Masa kehamilan (NLBKMK).15 Setiap bayi yang berat lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari 10
th persentil untuk masa kehamilan pada denver intra uterin growth curves,
berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi
yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
Bayi prematur (SMK)
Berdasarkan atas timbulnya berbagai macam-macam problematika pada derajat
prematuritas maka Usher (1975) menggolongkan bayi tersebut dalam 3 kelompok:
1.
Bayi yang sangat prematur (prematur ekstrim): 24-30 minggu. Bayi dengan
masa gestasi ini masih sangat sukar hidup terutama di negara yang belum
atau sedang berkembang.
2.
Bayi dengan derajat prematur sedang (moderat prematur) : 31-36 minggu. Pada
golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik dari golongan pertama
dan gejala sisa yang dihadapinya dikemudian hari juga lebih ringan, asal saja
pengelolaan betul-betul intensif.
3.
Borderline premature : 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat-sifat prematur
dan matur. Biasanya beratnya seperti berat bayi matur dan dikelola seperti bayi
matur, akan tetapi sering timbul problematika seperti yang dialami bayi
prematur, misalnya sindrom gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia, daya
isap yang lemah, dan sebagainya, sehinga bayi perlu diawasi dengan seksama.
Kecil Masa kehamilan (KMK)
Ada 2 bentuk menurut Renfield, (1975) yaitu:
1.
Proportionate IUGR : Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi
lahir sehingga berat, panjang, lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang
akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi
tidak menunjukkan adanya wasted oleh karena retardasi pada janin ini terjadi
sebelum terbentuknya adiposa tissue.
3
2.
Dispropornionate IUGR : Terjadi akibat distress sub akut. Gangguan terjadi
beberapa minggu sampai bebeapa hari sebelum janin lahir. Pada keaadaan ini
lingkar kepala dan panjang janin normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan
masa gestasi. Bayi tampak wasted dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan
lemak dibawah kulit. Kulit tanpak keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan
kurus dan lebih panjang.6
2.3
Patofisiologi dan Etiologi BBLR
Patofisiologi terjadinya BBLR bergantung terhadap faktor-faktor yang berkaitan
dengan prematuritas dan IUGR. Sangat susah untuk memisahkan secara tegas antara
faktor-faktor yang berkaitan dengan prematur dan faktor-faktor yang berkaitan dengan
IUGR dan menyebabkan terjadinya BBLR6.
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang
lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya
BBLR.
Tabel 2.1. Etiologi terjadinya kelahiran prematur.
Fetal
Fetal distress, Kehamilan kembar
Erythroblastosis,Hydrops nonimun
Cacat bawaan
Plasenta
Disfungsi plasenta, Plasenta previa
Abruptio placenta
Uterus
Uterus bikornu
Penyalahgunaan obat (contoh: kokain)
Sosial ( contoh : umur ibu kurang dari
20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak
dua kehamilan yang terlalu dekat, sosial
ekonomi rendah dll)
Kebiasaan (contoh : pekerjaan
melelahkan, merokok, dll)
yang
Lainnya
Ruptur membran plasenta prematur
Polihidramnion, Iatrogenik,Trauma
Tidak diketahui
Inkompetensi serviks (dilatasi prematur)
Maternal
Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
Perdarahan antepartum
Malnutrisi, Preeklampsia
Penyakit medis kronis (contoh: penyakit
jantung sianosis, hipertensi, penyakit
ginjal)
Infeksi (contoh: Listeria monocytogenes,
Streptococcus grup B, infeksi traktus
urinarius,
vaginosis
bakterial,
chorioamnionitis)
4
Kelahiran prematur dari BBLR yang sesuai masa kehamilan dihubungkan dengan
kondisi medis yang berhubungan dengan ketidakmampuan uterus untuk
mempertahankan janin, tindakan-tindakan selama masa kehamilan, pecah ketuban
prematur atau solusio plasenta prematur, atau rangsangan-rangsangan yang tidak
dapat dijelaskan yang dapat menimbulkan konstraksi uterus sebelum waktunya.
Infeksi bakterial (Listeria monocytogenes, Streptococcus grup B, Ureaplasma
urealyticum, Mycoplasma hominis, Trichomanas vaginalis, Gardnerella vaginalis,
Bacteroides spp.) baik yang menimbulkan gejala klinis atau asimtomatik pada cairan
amnion dan membrannya (chorioamnionitis) dapat menyebabkan kelahiran prematur.
Produk bakteri dapat menstimulasi produksi dari mediator inflamasi lokal (interleukin
6, prostaglandin) yang dapat menginduksi konstraksi uterus prematur atau respon
inflamasi lokal yang dapat menyebabkan ruptur membran fokal.
Terjadinya IUGR berkaitan dengan kondisi medis yang mengganggu sirkulasi dan
efisiensi dari plasenta, dengan perkembangan dan pertumbuhan dari fetus, atau
dengan kondisi kesehatan umum dan nutrisi dari ibu.
Tabel 2.2. Etiologi BBLR yang berkaitan dengan IUGR
Fetal
Malnutrisi atau penyakit kronis
Kelainan kromosom (contoh: Autosomal
trisomies), Infeksi fetus kronis (contoh:
Cytomegallovirus, herpes, Rubella kongenital,
syphilis),
Obat-obatan
(narkotik,
kokain, antimetabolik)
Anomali kongenital, Radiasi
Penyebab Lain
Kehamilan kembar, Hipoplasia pankreas
Defisiensi insulin
Sickle cell anemia
alkohol,
rokok,
Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Tidak Diketahui
Defisiensi insulin like growth factors
Plasenta dan Uterus
Penurunan berat dan selularitas dari
plasenta, Penurunan dari area permukaan,
Villous placentitis (bakteri, virus, parasit), Infark
plasenta, Tumor (chorioangioma, molahidatidosa,
hemangioma), Insersi tali pusat yang tidak normal
Uterus bikornus, Sebagian plasenta lepas
Transfusi dari kembar yang satu dengan
kembar yang lain
Maternal
Toksemia
Hipertensi, penyakit ginjal, atau keduanya,
diabetes mellitus.
Hipoksemia (tempat tinggal di daerah
pegunungan, kardiak sianosis atau penyakit
pulmoner)
5
2.4
Gambaran Klinis BBLR
Gambaran klinik dari bayi BBLR tergantung dari tuanya umur kehamilan. Makin
muda umur kehamilan makin jelas tanda-tanda imaturitas. Karakteristik untuk bayi
BBLR adalah berat lahir sama atau kurang dari 2500 gam, panjang badan kurang atau
sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari
33 cm.
Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya
banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus. Tangisnya lemah dan
jarang, pernafasan tidak teratur dan sering terjadi apnea. Bila hal ini sering terjadi dan
tiap serangan lebih dari 20 detik maka kemungkinan timbulnya kerusakan otak yang
permanen lebih besar. Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan
kedua paha selalu abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki dalam fleksi atau lurus
dan kepala mengarah ke satu sisi.6
Reflek tonik-leher dan refleks Moro positif. Gerakan otot jarang akan tetapi lebih
baik dari bayi cukup bulan. Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama. Bayi
yang lapar akan menangis, gelisah dan menggerak-gerakkan tangannya. Bila tandatanda lapar itu tidak muncul dalam 96 jam, maka harus curiga akan terjadinya
perdarahan intraventrikuler atau infeksi. Edema biasanya sudah terlihat segera
sesudah lahir dan makin bertambah jelas dalam 24-28 jam berikutnya. Kulit
mengkilat, licin, pitting edema dan edema ini dapat berpindah dengan perubahan
posisi. Edema yang hebat merupakan tanda bahaya bagi bayi tersebut. Edema ini
sering berhubungan dengan perdarahan antepartum, toksemia gravidarum, dan
diabetes mellitus. Frekuensi nadi berkisar antara 100-140 kali permenit. Pada hari
pertama frekuensi pernafasan 40-50 kali permenit. Pada hari-hari berikutnya 35-45
permenit. 6,7,8
2.5 Diagnosis BBLR
Diagnosis BBLR dapat ditegakkan dengan melakukan penimbangan segera
setelah badannya dikeringkan dari air ketuban atau paling lambat satu hari setelah
lahir.
2.5.1 Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan
mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR antara
lain14:
Umur ibu, rwayat hari pertama haid terakir, iwayat persalinan sebelumnya, paritas,
jarak kelahiran sebelumnya, Kenaikan berat badan selama hamil, aktivitas,
Penyakit yang diderita selama hamil, at-obatan yang diminum selama hamil
2.5.2 Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain 14:
Berat badan < 2500 gram
Bayi dapat didiagnosis BBLR jika beratnya kurang dari 2500 g. Jika penimbangan
tidak memungkinkan, dilakukan pengukuran lingkar lengan atas atau lingkar dada. 8
6
Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan pada pertengahan lengan atas
menggunakan pita ukur. Jika lingkar lengan atas < 9,5 cm maka bayi dapat
didiagnosis BBLR. Pengukuran lingkar dada dilakukan dengan menggunakan pita
pengukur lingkar dada yang ditandai dengan angka dalam satuan sentimeter (cm),
dengan ketelitian 0,1 cm dan warna merah, kuning dan hijau. Disepanjang pita
ditengahnya terdapat garis mendatar disertai ukuran dikiri dan kanannya. Batas
ambang pita:
1.
warna merah: < 27,0 cm
2.
warna kuning: 27,0 – 29,4 cm
3.
warna hijau: ≥ 29,5 cm
Arti warna pada pita adalah: warna merah artinya berat bayi setara dengan <
2000 gram, warna kuning artinya berat bayi setara dengan 2000 – 2499 gram, warna
hijau artinya berat bayi setara dengan 2500 gram Hasil pengukuran lingkar dada
dengan warna merah dan kuning mengindikasikan bahwa bayi menderita BBLR.
-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
kehamilan).
Pada pemeriksaan fisik, bayi tampak lebih kecil dari bayi-bayi yang lahir normal,
pergerakan kurang dan masih lemah, kepala lebih besar daripada badan. Pada kulit
dan kelamin dijumpai kulit tipis dan transparan sehingga pembuluh-pembuluh
darahnya mudah dilihat dan lanugo banyak, rambut halus dan tipis, genitalia belum
sempurna. Pada sistim saraf dijumpai reflek moro dan reflek menghisap, menelan dan
batuk belum sempurna. Pada sistim muskuloskeletal, axifikasi tengkorakk sedikit,
ubun-ubun dan sutura lebar, tulang-tulang rawan elastis kurang, otot-otot hipotonik,
tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, kepala menghadap ke satu jurusan
Pernafasan pada bayi BBLR frekuensinya bervariasi karena belum teratur dan sering
apneu.
2.5.3 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain14:
elektrolit dan analisa gas darah.
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan
akan terjadi sindrom gawat nafas.
ggu, dimulai
pada umur 2 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat.
7
2.6
Penilaian Umur Bayi menurut Ballard
Skor Ballard merupakan suatu versi sistem Dubowitz. Pada prosedur ini
penggunaan kriteria neurologis tidak tergantung pada keadaan bayi yang tenang dan
beristirahat, sehingga lebih dapat diandalkan selama beberapa jam pertama
kehidupan. Penilaian menurut Ballard adalah dengan menggabungkan hasil penilaian
maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik. Kriteria pemeriksaan maturitas
neuromuskuler diberi skor, demikian pula kriteria pemeriksaan maturitas fisik.
Jumlah skor pemeriksaan maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik digabungkan,
kemudian dengan menggunakan tabel nilai kematangan dicari masa gestasinya. 7,8
Gambar 2.2.3.2 Maturitas Fisik (Skor Ballard)8
Setelah didapatkan jumlah skor dari pemeriksaan neuromuskuler dan maturasi
fisik, maka kedua skor itu dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut dicocokkan
dengan tabel nilai kematangan (disamping kanan), sehingga didapatkan usia
kehamilan dalam minggu. Kemudian dengan menggunakan grafik dari Battaglia f dan
Lubchenco (gambar 2.2.3.3) dicari titik perpotongan antara umur kehamilan yang kita
dapatkan dengan berat badan lahir bayi, sehingga didapat interpretasi apakah bayi
tersebut Besar Masa Kehamilan (BMK), Sesuai Masa Kehamilan (SMK), atau Kecil Masa
Kehamilan (KMK).7,8
8
Cara menilai aktivitas neuromuskular
Posture
Square window
: dinilai bila bayi dalam posisi telentang dan tenang
: tangan bayi difleksikan diantara ibu jari dan telunjuk
pemeriksa lalu diukur sudut antara hypothenar
emirence dengan forearm.
Arm recoil
: Lakukan fleksi lengan bawah selama 5 detik, kemudian
lengan tersebut diekstensikan dan dilepas. Nilailah
derajat kembalinya keposisi fleksi.
Popliteal angle
: Bayi tidur terlentang, paha dipegang sedemikian rupa
sehingga terdapat posisi lutut-datar (knee-chest
position). Setelah itu dilakukan ekstensi tungkai
bawah, ukurlah sudut dibawah lutut tersebut.
Scarf sign
: Posisi terlentang, peganglah salah satu lengan bayi dan
usahakan tangan tersebut mencapai leher posterior
dari bahu sisi lainnya. Angkat dan geserlah siku bayi
diatas dadanya dan lihat sampai dimana siku tersebut
dapat digeser. Makin muda bayi makin mudah
menggeser sikunya melewati garis tengah kesisilain.
Heal to hear
: Posisi terlentang, gerakkan kaki bayi ke telinga dari
sisi yang sama. Perhatikan jarak yang tidak mencapai
telinga dan ekstensi lutut.
2. 6. Komplikasi
Imaturitas cenderung untuk meningkatkan derajat keparahan namun
menghilangkan gejala khas dari manifestasi klinis penyakit-penyakit neonatus dengan
BBLR pada umumnya. Diantara neonatus dengan BBLR, angka morbiditas adalah
kebalikan jumlahnya dengan berat badan ketika lahir. Makin tinggi berat badan lahir,
makin rendah angka morbiditasnya. Sindrom distress pernafasan tecatat pada 80 %
neonatus dengan berat 501-750 gram. Sebesar 65 % pada yang beratnya 751-1000
gram. 45 % pada berat antara 1.001-1.250 gram. Dan sebesar 25 % pada berat antara
1.251-1.500 gram. Pendarahan intraventrikuler yang parah terdapat pada sekitar 25 %
BBLR dengan berat 501-750 gram. 12 % pada berat 751-1.000 gam. 8 % pada berat
antara 1.001-1.250 gram. Dan 3 % pada berat antara 1.251-1.500 gram. Secara
keseluruhan risiko late sepsis (24%), pendarahan intraventrikuler berat (11%),
nekrotizing enterokolitis (7%). 6
Perdarahan intraventrikular atau perdarahan periventrikular adalah komplikasi
yang mengenai otak. Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral biasanya disebabkan
oleh anoksia otak. Sebagian besar perdarahan seperti ini dapat sembuh dengan
sendirinya dengan hanya sedikit masalah. Perdarahan yang lebih parah dapat
menyebabkan ventrikel otak mengembang dan menekan jaringan otak di sekitarnya.
Drainase harus dilakukan untuk kasus yang berat, sedangkan untuk kasus yang lebih
ringan dapat diatasi dengan pemberian obat untuk mengurangi penumpukan cairan. 6
Bayi yang lahir prematur biasanya mengalami kekurangan surfaktan pada
parunya, sehingga alveolus dalam paru menjadi kolaps. Hal ini mengakibatkan bayi
9
sulit bernapas dan mengalami asfiksia. Respiratory Dystress Syndrome (RDS) atau yang
disebut juga Penyakit Membran Hyalin (PMH) adalah komplikasi pada saluran napas
yang umum dialami BBLR. PMH saat ini dapat diatasi dengan terapi penggantian
surfaktan (surfactant replacement theraphy).7,10
Angka kejadian penyakit mempunyai kaitan erat dengan riwayat kehamilan dan
persalinan. Kejadian penyakit akan meningkat pada bayi lahir kurang bulan (masa
gestasi kurang dari 34 minggu). Partus presipitatus yang menyertai perdarahan ibu,
asfiksia, ibu penderita diabetes. Disamping itu terdapat beberapa faktor kehamilan
yang dianggap dapat menurunkan kejadian penyakit membran hialin dalam hal ini ibu
yang mendapat pengobatan steroid saat hamil. PMH terutama terjadi pada bayi
prematur. Insidensinya berbanding terbalik dengan umur kehamilan dan berat
badannya. PMH ini 60 – 80% terjadi pada bayi yang umur kehamilannya kurang dari
28 minggu, 15 – 30% pada bayi antara 32 dan 36 minggu, 5% pada bayi lebih dari 37
minggu dan jarang pada bayi cukup bulan. Kenaikan frekuensi dihubungkan dengan
bayi dari ibu diabetes, kehamilan kembar, persalinan dengan seksio sesaria, persalinan
cepat, asfiksia, stress dingin, ada riwayat bayi sebelumnya terkena insiden tertinggi
pada bayi preterm laki-laki atau kulit putih.
PMH disebut juga Respiratory Distress Syndrome (RDS), hal ini adalah salah
satu problem dari bayi prematur menyebabkan bayi membutuhkan ekstra oksigen
untuk membantu hidupnya. Pada penyakit membran hialin dapat menyebabkan
hipoksia yang menimbulkan kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolus.
Kerusakan ini menyebabkan terjadinya transudasi ke dalam alveolus dan terbentuk
fibrin. Fibrin bersama-sama dengan jaringan epitel yang nekrotik membentuk suatu
lapisan yang disebut membran hialin.
Kelainan dianggap terjadi karena faktor pertumbuhan atau pematangan paru
yang belum sempurna antara lain: bayi prematur, terutama bila ibu menderita
gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan, misalnya ibu dengan diabetes,
toxemia, hipotensi, SC, perdarahan antepartum, sebelumnya melahirkan bayi dengan
PMH. Penyakit membran hialin diperberat dengan asfiksia pada perinatal, hipotensi,
infeksi, bayi kembar.
Pada bayi dengan BBLR yang lahir prematur, organ-organ dalam tubuhnya
belum berkembang sempurna, termasuk organ hepar yang penting dalam metabolisme
bilirubin. Akibatnya konjugasi dan eliminasi bilirubin menjadi terganggu, sehingga
banyak bilirubin yang beredar dalam darahnya. Akibatnya terjadilah ikterus pada bayi.
Jika bilirubin bebas yang tidak terkonjugasi tersebut menembus sawar darah-otak,
dan menyebar ke ganglia basalis, pons dan cerrebelum, dan terjadilah kernikterus. Bayi
dengan kernikterus yang dapat bertahan hidup akan mengalami kecacatan berupa tuli,
retardasi mental atau sereberal palsi.10
Seperti telah dijelaskan di atas, pada bayi dengan BBLR terutama yang lahir
prematur sistem imunnya belum berkembang dengan sempurna. Akibatnya bayi
seperti ini mudah terserang infeksi, dan infeksi tersebut mudah berkembang menjadi
sepsis.
Problem klinis yang berkaitan dengan BBLR tersaji pada tabel sebagai berikut:
10
Tabel 3. Problema neonatus yang berkaitan dengan BBLR
Hipotermi*
Pernafasan
Respiratory distress syndrome (Hyaline
membran disease)*
Bronchopulmonary displasia
Kadar tiroksin rendah
Sistem saraf pusat
Perdarahan intraventrikel
Pneumothorax,
pneumomediastinum,
interstitial emphysema
Kejang-kejang
Pneumonia kongenital
Retinopati
Hipoplasia pulmoner
Ketulian
Apnea*
Hipotoni*
Malformasi kongenital
Kardiovaskular
Kern ikterus
Patent ductus arteriosus*
Ginjal
Hipotensi, hipertensi
Bradikardi (dengan apnea)*
Hiponatremi
Malformasi kongenital
Hipernatremi
Hiperkalemi
Hematologi
Anemia
Renal tubular asidosis
Hiperbilirubinemia indirek*
* sering terjadi
Perdarahan
adrenal)*
subkutan, organ
Disseminated
coagulopathy
(hepar,
intravascular
Defisiensi vitamin K
Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal
motilitas jelek*
yang
jelek,
Necrotizing enterocolitis
Hiperbilirubinemia direk dan indirek
Metabolik-endokrin
Hipokalsemia*
Hipoglikemia*
Hiperglikemia*
Metabolik asidosis
11
1. Asfiksia
Asfiksia intrapartum sering terjadi pada bayi kecil masa kehamilan, karena bayi ini
tidak mendapatkan nutrisi dari plasenta secara adekuat hingga akhir masa intra
uteri. Sehingga tidak ada makanan glukosa dari ibu, persediaan karbohidrat
rendah, dan oksigenasi terbatas. Asfiksia ini berhubungan dengan gangguan
perkembangan lebih lanjut pada bayi kecil masa kehamilan.
2. Kesukaran pernapasan
Bayi dengan pertumbuhan yang asimetri baik yang aterm maupun yang mendekati
aterm cenderung mengalami aspirasi cairan amnion yang disebabkan oleh asfiksia
antenatal dan gawat janin sekunder. Mekonium sering teraspirasi selama kelahiran
dan persalinan sehingga terjadi distress pernapasan (meconium aspiration
Syndrome).
3. Sirkulasi janin yang persisten
Sirkulasi janin yang persisten paling sering terjadi pada bayi dengan retardasi
pertumbuhan yang asimetri, terutama yang mengalami asfiksia perinatal, dan
aspirasi mekonium yang berat.
4. Hipoglikemia
Hipoglikemia sering terjadi pada ibu yang menderita Diabetes melitus, bayi Kecil
masa kehamilan, dan bayi prematur kecil yang mengalami distress. Hipoglikemia
terjadi pada 12 jam kehidupan pertama, tetapi mungkin terjadi dalam 48 jam.
Hipoglikemia terjadi karena kecepatan metabolisme pada bayi Kecil masa kehamilan
tinggi serta persediaan glukosa yang memang sedikit dan cenderung cepat habis.
5. Termoregulasi
Bayi kecil masa kehamilan sering mengalami gangguan mempertahankan suhu
tubuh, oleh karena persediaan karbohidratnya sedikit, respon terhadap
glukoneogenesis dan asam amino masih kurang, kandungan lemaknya kurang, dan
metabolisme terganggu.
6. Polisitemia
Penyebab polisitemia belum jelas tetapi diperkirakan disebabkan oleh hipoksia
sebagai akibat fungsi plasenta yang jelek.
7. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital sering terjadi diantara bayi-bayi yang tumbuh lambat dari pada
bayi-bayi yang tumbuh sesuai dengan umur kehamilan. Bayi yang mengalami
retardasi pertumbuhan yang simetri mempunyai kejadian kelainan kongenital
paling besar. Bayi kecil masa kehamilan mempunyai frekuensi anomali kongenital
10-20 kali lebih besar dari pada bayi yang sesuai dengan umur kehamilan.
8. Status Imun
Konsentrasi Imunoglobulin serum sebagai mekanisme pertahanan tubuh sangat
rendah pada bayi kecil masa kehamilan aterm dibandingkan dengan neonatus yang
sesuai dengan masa kehamilan aterm. Hal ini disebabkan oleh karena fungsi
plasenta buruk pada bayi yang mengalami retardasi pertumbuhan intra uteri.
12
Permasalahan Jangka Panjang Bayi Kecil Masa Kehamilan
1. Pertumbuhan post natal
Bayi kecil masa kehamilan mempunyai resiko tinggi mengalami gangguan
pertumbuhan post natal dan mengalami gangguan neurologis dan perkembangan.
Bagi bayi yang dilahirkan sangat kecil dan mengalami retardasi pertumbuhan
simetri memiliki kecepatan pertumbuhan paling rendah selama satu tahun
kehidupan pertamanya.
Bayi kecil masa kehamilan asimetri tidak mangalami penurunan berat
badan seperti yang diantisipasi pada saat lahir, setelah berat badan stabil, berat
badan mereka naik dengan cepat. Pada usia 3 bulan berat badan mereka sebagian
besar sudah tidak berbeda dengan bayi yang sesuai dengan masa kehamilan yang
seusia. Sedangkan bayi kecil masa kehamilan simetri yang tumbuh lambat dalam
hal tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala memiliki kecenderungan untuk
tidak dapat mencapai kejar tumbuh disetiap parameter tersebut.
Mayoritas bayi tersebut tetap berukuran kecil bahkan setelah 4 dan 6 tahun
dilahirkan. Jika kejar tumbuh tidak terjadi sampai usia 3 tahun, anak ini
cenderunt tetap berukuran kecil.
2. Kepandaian
Potensi kerusakan permanen fungsi otak mengiringi retardasi pertumbuhan
simetris karena kurangnya pertumbuhan kepala, secara tidak langsung berarti juga
pertumbuhan otaknya buruk. Biasanya bayi mikrocephali memiliki banyak masalah
dibidang kognitif, bahasa, pendengaran, fungsi motorik, konsenterasi dan tingkah
laku.
3. Mortalitas
Resiko kematian bayi baru lahir berhubungan dengan berat badan lahir dan
umur kehamilan. Mortalitas semua kelompok umur meningkat sejalan dengan
penurunan berat badan.
2.6.2. Permasalahan Bayi Prematur
1. Respirasi
Asfiksia perinatal adalah salah satu komplikasi utama kelahiran kurang bulan,
karena itu dianjurkan agar bayi dengan masa gestasi kurang dari 31 minggu segera
dilakukan intubasi trakea dan stabilitas saluran napas dengan tekanan positif
kontinyu.
Distress pernapasan pada penyakit membran hialin terjadi karena kekurangan
surfaktan dan apnea disebabkan oleh karena imaturitas mekanisme dalam
mengatur pernapasan. Selain itu juga mempunyai resiko terjadinya displasia
bronko pulmoner.
2. Perdarahan intra kranial
Kejadian perdarahan periventrikuler terjadi karena rupturnya pembuluh darah sub
ependimal atau lapisan germinal pada bagian bawah kepala yang berasal dari
nukleus kaudatus didepan foramen Monro.
3. Kardiovaskuler
13
Pada bayi prematur tekanan darah sistemik agak labil dan mudah terjadi hipotensi.
Pada keadaan hipotensi perlu dilakukan koreksi dengan hati-hati agar aliran darah
serebral tetap adekuat untuk mencegah hipoksia otak.
4. Hematologi
Kejadian anemia oleh karena kehilangan darah peri, post natal atau secara
fisiologis. Bayi dengan hiperbilirubinemia perlu mendapat perhatian khusus karena
kadar bilirubin yang rendah pun dapat bersifat toksik terhadap sistem saraf pusat
pada bayi yang sangat prematur.
5. Gastrointestinal
Bayi prematur memiliki resiko tinggi untuk terjadi Entero colitis Necrotikan.
Penyebab dari enterokolitis nekrotikan sendiri multifaktorial, yaitu faktor yang
menyebabkan trauma hipoksik iskemik pada saluran cerna yang masih imatur,
kolonisasi bakteri patogen, dan substrat protein yang berlebihan pada lumen.
6. Metabolism
Pada bayi prematur yang mengalami asfiksia dan sakit, biasanya terjadi gangguan
metabolisme kalsium dan glukosa.
7. Ginjal
Pada bayi prematur biasanya GFR (Glomerulo Filtrate Rate) rendah sehingga
mengalami gangguan pada ekskresi air, bahan terlarut, dan asam.
8. Pengaturan Suhu
Bayi prematur biasanya suhunya tidak stabil sehingga sangat mudah mengalami
hipotermi dan hipertermi. Stres dingin dapat meningkatkan kematian dan
menghambat pertumbuhan, sedangkan hipertermi dapat menimbulkan apneu.
9. Imunologi
Pada bayi prematur respon imun mengalami defisiensi baik humoral, maupun
seluler. Hal itu menyebabkan bayi prematur rentan terhadap infeksi.
Permasalahan Jangka Panjang Bayi Prematur
1. Gangguan Perkembangan
Gangguan perkembangan/kecacatan dapat berupa
1.
Palsi serebral tipe diplegia spastik, hemiplegia spastik, kuadriplegia spastik,
retardasi perkembangan, dan hidrosefalus.
2.
Disfungsi serebral minimal yang meliputi gangguan berbicara, gangguan
belajar, hiperaktif, gangguan perhatian, perilaku, dll.
3.
Gangguan sensoris seperti gangguan pendengaran dan penglihatan.
2. Retinopati prematuritas
Pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi menyebabkan spasme pembuluh
darah imatur di retina perifer. Penyempitan pembuluh darah ini awalnya dapat
pulih kembali, namun setelah pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi
selama 10-15 jam, pembuluh darah akan menutup secara menetap.
3. Gangguan pertumbuhan
14
4. Penyakit Paru Kronis
Pada bayi prematur kelainan sistem pernapasan disebabkan karena penyakit
membran hialin, hipertensi pulmonal, perdarahan dan odem paru, dan displasia
bronko pulmonal.
5. Kejadian Kelainan Kongenital Meningkat
Kelainan kongenital yang dimaksud biasanya dihubungkan dengan kelainan
pada masa perkembangan susunan saraf pusat. Seperti anensefali, agenesis
korpuskalosum, mikrosefali, megaensefali, dll. 5,6,7
2.7. Penatalaksanaan BBLR
Bayi dengan BBLR memiliki imunitas yang belum berkembang sempurna
sehingga sangat mudah terserang penyakit. Selain itu lapisan lemak subkutannya
sangat tipis sehingga mudah terserang hipotermi bahkan saat suhu udara tidak
terlalu rendah. Karena sifatnya yang sangat rentan tersebut maka penatalaksanaan
bayi dengan BBLR harus dilakukan dengan hati-hati.
Bayi dibersihkan dengan menggunakan kain lembut yang bersih dan kering
segera setelah BBLR dilahirkan. Agar tidak terjadi hipotermi, bayi tidak boleh
dimandikan tiga sampai tujuh hari atau paling tidak hingga bayi menunjukkan
kondisi yang lebih kuat. Bayi cukup dibersihkan dengan kain bersih dan diolesi
minyak telon agar tubuhnya hangat. Bayi hendaknya diletakkan di ruangan yang
memiliki penghangat atau bila tidak memungkinkan, suhu badan bayi dapat dijaga
dengan meletakkan botol-botol berisi air hangat yang ditutup rapat dan dibungkus
dengan kain di sekitar tubuh bayi.
Karena BBLR lebih mudah terserang infeksi dibandingkan bayi normal,
maka pemotongan dan perawatan tali pusat harus dilakukan dengan sangat hatihati dan steril. Bayi harus diberikan ASI sesering mungkin untuk meningkatkan
berat badan bayi dengan cepat, tapi tetap tidak boleh berlebihan. Pemberian ASI
bisa dilakukan setiap 2-3 kali pada pagi, siang, sore dan malam hari. Bayi dengan
BBLR yang lahir prematur harus dirawat dalam inkubator.Jika bayi dengan BBLR
mengalami komplikasi maka harus diberikan perawatan tambahan untuk
mengatasi komplikasi yang terjadi.9
a. Medikamentosa17
Pemberian vitamin K1:
umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
b. Diatetik17
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan
dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau
pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih
untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan
pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama:
15
Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi
menghisap paling kurang sehari sekali.
2. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
3. Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut:
a. Berat lahir 1750 – 2500 gram
- Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih
mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering
(contoh; setiap 2 jam) bila perlu.
Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
- Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan
minum seperti pada bayi sehat.
Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.
Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tandatanda siap untuk menyusu.
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan
nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
o Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan
bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan
dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
- Bayi Sehat
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak
dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi
aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa
lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok
apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat
berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari
1 minggu)
16
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
- Bayi Sakit
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan IV secara perlahan.
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi
bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
c. Berat lahir 1250-1499 gram
- Bayi Sehat
Beri ASI peras melalui pipa lambung
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
- Bayi Sakit
Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan intravena secara perlahan.
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
d. Berat lahir <>tidak tergantung kondisi)
Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi
pemberian cairan intravena secara perlahan.
17
Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
c. Suportif17
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal
(3):
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh
bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas,
inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan
setempat sesuai petunjuk.
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
Ukur suhu tubuh dengan berkala
Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
Jaga dan pantau patensi jalan nafas
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia,
kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan
ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
2.7.1. Penatalaksanaan Bayi Kecil Masa Kehamilan
1. Selama hamil
Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin serta menemukan
gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultrasonografi. Bila bayi
lahir melakukan pemeriksaan lebih lengkap dan kemudian sesuaikan dengan
kelainan yang didapat. Pada persalinan dini, apabila resiko bayi untuk
dipertahankan intra uteri lebih besar dibandingkan bila dilahirkan lebih awal, maka
kemungkinan resiko yang terjadi adalah pertumbuhan fetus yang terhenti, fetal
distres, atau paru janin yang hampir matang. Untuk memacu kematangan paru
dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid pada bayi prenatal (2 hari
sebelum dilahirkan).
2. Selama Persalinan
Sebaiknya perawatan bayi kecil masa kehamilan di RS yang memiliki pusat
perawatan berisiko tinggi. Pada proses pertolongannya lebig difokuskan pada
masalah yang timbul seperti fetal distres, aspirasi mukonium, hiopksia, dan
kehilangan panas.
18
3. Di Tempat Perawatan
Pada pemeriksaan bayi baru lahir yang perlu diperhatikan adalah periksa
kemungkinan faktor penyebab seperti apakah ada kemungkinan kelainan
kromosom, malformasi, infeksi kongenital. Selain itu dalam pemeriksaan fisik perlu
diperiksa panjang badan, berat badan, dan lingkar kepala.
Perlu juga pemeriksaan kelainan pada plasenta seperti infeksi kongenital
atau infark. Pengamatan komplikasi yang timbul perlu dilakukan pada bayi dengan
pertumbuhan, yang meliputi kelainan kongenital, distres pernapasan, aspirasi
mekonium, perdarahan paru, hipertensi pulmonal persisten, hipotermi,
hipokalsemia, hiponatermia, polisitemia.
Pemeriksaan kadar gula darah dengan dekstrostix atau di laboratorium. Bila
terbukti adanya hipoglikemia harus segera diatasi. Pemeriksaan hematokrit dan
mengobati hiperviskositasnya.
Dapat dipertimbangkan pemberian Aminophillin pada bayi BBLR 1 hari
setelah lahir untuk lebih mematangkan paru, selain melalui pemberian
kortikosterioid 2x24 jam sebelum ibu melahirkan.
Perawatan khusus meliputi pemberian minum. Amati pemberian minum 1
jam setelah lahir dengan glukosa 5% dan air. Kemudian lanjutkan dengan
pemberian ASI/ susu formula tiap 2-3 jam. Apabila pemberian minum peroral
belum bisa, maka dapat diberikan personde atau intravena. Apabila terjadi depresi
pernapasan maka bayi hanya diberikan cairan intravena selama 1-2 hari. Dimana
bayi kecil masa kehamilan memerlukan lebih banyak kalori per Kg BB
dibandingkan dengan bayi yang sesuai masa kehamilan. Selain itu kadar glukosa
sebaiknya diperiksa tiap 2-4 jam sambil stabil. Jika perlu melakukan tracheal
washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mukonium 6,7
2.7.2. Penatalaksanaan Bayi Prematur
1. Segera setelah lahir
Penatalaksanaan bayi prematur segera setelah lahir hendaknya dilakukan di RS
yang mempunyai fasilitas perawatan bayi prematur dan staf yang berpengalaman.
Perlunya suatu antisipasi dan pencegahan terjadinya gangguan napas, pemberian
oksigan, dan menjaga agar tubuh bayi tetap stabil, merupakan tujuan perawatan
post natal.
2. Perawatan neonatus
Suhu lingkungan hendaknya dipertahankan pada batas dimana konsumsi oksigan
menjadi minimal. Untuk mempertahankan suhu tubuh dapat dilakukan dengan
inkubator. Suhu untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 derajat
celsius. Dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 Kg 34 derajat celsius, agar ia
dapat mempertahankan panas badan yang berkisar 37 derajat celsius. Sumber
panas yang lain dapat dilakukan dengan metode kangguru.
Terapi oksigen dan ventilator diperlukan pada bayi prematur untuk
mempertahankan kecukupan kadar oksigen.
Terapi cairan dan elektrolit diperlukan bayi prematur karena ketidak
mampuan bayi prematur untuk menghisap dan menelan secara efektif. Oleh sebab
itu diperlukan enteral feeding dengan cara sonde atau nutrisi parenteral.
Kebutuhan protein 3-5 g/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan
19
dapat bertambah sebaik-baiknya. Pemberian minum dilakukan waktu bayi berumur
3 jam pertama agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum yang pertama harus dilakukan pengisapan
cairan lambung. Hal itu perlu untuk mengetahui ada atu tidaknya atresia esofagus
dan mencegah muntah. Pengisapan cairan lambung juga dilakukan pada setiap
sebelum pemberian minum berikutnya. Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada
ibunya. Bila daya isap cukup baik, maka pemberian ASI dilanjutkan.
Oleh karena mudahnya terjadi regurgitasi dan pneumoni aspirasi pada bayi
BBLR, maka harus diperhatikan pada pemberian minum tersebut:
1.
Bayi diletakkan pada sisi kanan untuk membantu mengosongkan lambung,
atu dalam posisi setengah duduk dipangkuan atau dengan meninggikan
kepala dan bahu 30 derajat ditempat tidur bayi, atau tidur tengkurap.
2.
Sebelum susu diberikan, teteskan dahulu di punggung tangan untuk
merasakan apakah susu cukup hangat dan apakah keluarnya satu tetes
dalam tiap detik.
3.
Pada bayi minum perlu diperhatikan apakah bayi menjadi biru, ada
gangguan pernapasan atau perut kembung.
4.
Untuk mencegah perut kembung bayi diberikan minum sedikit demi sedikit
dengan perlahan-lahan dan hati-hati. Penambahan susu setiap kali minum
tak boleh lebih dari 30 ml perhari atau tidak boleh lebih dari 5 ml perkali.
5.
Sesudah minum bayi perlu didudukan atau diletakkan diatas pundak
selama 10-15 menit untuk mengeluarkan udara dilambung dan kemudian
ditidurkan dalam posisi tengkurap. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
regurgitasi
6.
Bila bayi biru atau mengalami kesukaran dalam bernapas pada waktu
minum, maka kepala bayi harus segera direndahkan 30 derajat, cairan
mulut dan faring diisap. Bila masih kesulitan bernapas beri oksigen dan
pernapasan buatan. Kalo perlu dilakukan resusitasi / intubasi endotrakeal.
Kadang-kadang diperlukan pemberian makanan melalui kateter. Sebaiknya dipakai
kateter dari polietilen yang dapat ditinggal dilambung selama 4-5 hari tanpa iritasi.
Kateter dari karet mudah terjadi infeksi dan iritasi.
Fototerapi dapat dilakukan pada keadaan bayi prematur dengan
hiperbilirubinemia dan pemberian antibiotika profilaktik diindikasikan pada bayi
prematur yang mempunyai resiko tinggi mengalami infeksi.5,6,7
2.8 Pemantauan (Monitoring)
2.8.1 Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
b. Tumbuh kembang
Pantau berat badan bayi secara periodik
20
Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lair ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat
lahir <1500>
Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat
lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
- Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian
ASI hingga 200 ml/kg/hari
- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap
minggu.
2.8.2 Pemantauan setelah pulang17
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang
sebagai berikut:
Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
Hitung umur koreksi
Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
Awasi adanya kelainan bawaan
2.9 Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah
langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan (3):
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Pada ibu hamil
dianjurkan mengkonsumsi diet seimbang serat dan rendah lemak, kalori yang
cukup, vitamin, dan mineral termasuk 400 mikrogram vitamin B asam folat
setiap hari. Penambahan berat badan yang sehat selama kehamilan sekitar 12,5
sampai 15 kilogram. Selain itu ibu hamil perlu menghindari merokok atau asap
rokok dan konsumsi alkohol.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung
dengan baik
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat (20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat
meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi
ibu selama hamil
21
Download