二零 - GKA GLORIA

advertisement
|
243
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 243 | JULI 2016
“Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama
dengan Kristus di dalam Allah.” [Kolose 3:2-3]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh
PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat
penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan
sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible!
PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu
tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab.
Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut:
Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit.
Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda.
Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan
Tuhan.
Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga
paham benar, kemudian renungkanlah.
Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan
refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan
pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu.
Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu
kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman
Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari
sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya
Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272
Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282
Email: [email protected]
Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777
a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria
Penulis edisi 243:
Alfred Jobeanto, Anggiat M. Pandiangan, Bambang Alim, Bambang Tedjo
Elok Chrisinar, Ie David, Inge Adriana, Ivan Kwananda, Jonathan Dwiputra
Hana Ovilordia, Hendry Heryanto, Liem Sien Liong, Otniol H. Seba
Rohani, Sahala Marpaung, Yohanes Sudiarto
Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Puas Dalam Tuhan
“Kepuasan batin” dan “kepuasan hawa nafsu” adalah dua kondisi
yang berbeda. Kepuasan batin berhubungan dengan kerohanian
seseorang, sedangkan kepuasan hawa nafsu berhubungan dengan
terpenuhinya keinginan-keinginan hawa nafsunya. Meskipun keduanya
sangat berbeda dan kontras, keduanya merupakan bagian dari kehidupan
manusia yang telah jatuh dalam dosa.
Sebagai orang yang takut akan Tuhan, misalnya Daud (Mazmur 17)
menyadari bahwa sikap untuk memuaskan hawa nafsu bisa terjadi
sewaktu-waktu, ketika dirinya tidak lagi menaati kehendak Tuhan. Ketika
hidupnya tidak lagi berfokus kepada Tuhan dan mencari kepuasan di luar
diri-Nya; maka sisi gelap hidupnya akan mendorongnya untuk mencari
kepuasan bagi hawa nafsunya. Jika ini terjadi, maka relasi dirinya dengan
Tuhan menjadi buruk; doanya tidak berkenan di hadapan Tuhan. Untuk
menghindar dari jerat kepuasan hawa nafsu, Daud mencari kepuasan di
dalam Tuhan. Daud sadar, ada banyak kebutuhan jasmani yang ia
perlukan; tetapi kepuasan batinlah yang ia butuhkan, karena kepuasan ini
melampaui kepuasan jasmani. Itulah sebabnya, Daud mengatakan: “Tetapi
aku, dalam kebenaran akan kupandang wajah-Mu, dan pada waktu bangun
aku menjadi puas dengan rupa-Mu” (ay. 15).
Bagaimanakah dengan kita? Kiranya kitapun dapat meneladani Daud,
yaitu puas di dalam Dia. Amin.
01
JUMAT
JULI 2016
“… Kornelius sedang menantikan mereka
dan ia telah memanggil sanak saudaranya
dan sahabat-sahabatnya berkumpul.”
(Kisah Para Rasul 10:24)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 10:24-48
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 10:24-48
MEREKA MENANTI KITA
Y
esus pernah berkata kepada para murid-Nya: “Lihatlah sekelilingmu
dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang
untuk dituai” (Yoh. 4:35). Hal inilah yang dijumpai oleh Petrus ketika
ia datang mengunjungi Kornelius. Oleh penglihatan yang dari Allah, Petrus
dituntun untuk datang kepada Kornelius, seorang kafir yang tinggal di
Kaisarea. Ayat 24 menceritakan bahwa ketika Petrus tiba, ia menjumpai
Kornelius telah memanggil sanak saudaranya dan sahabat-sahabatnya
untuk berkumpul menantikan berita Injil yang Petrus bawa. Banyak orang
berkumpul di rumah Kornelius dan mereka menantikan dengan penuh
harap berita keselamatan dari Tuhan kepada mereka. Hati mereka siap dan
mereka menyambut Petrus dan berita Injil dengan penuh sukacita.
Jika kita sering melakukan pemberitaan Injil, kita akan menjumpai hal
yang sama. Ada orang-orang yang begitu terbuka dan siap menerima berita
Injil yang kita bawa. Tidak banyak argumentasi dan penolakan dari bibir
mereka atas Injil yang kita sampaikan. Mereka hanya mendengarkan dan
dengan mudah mereka menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat
mereka. Mereka adalah orang-orang yang seperti Kornelius. Tuhan telah
mempersiapkan mereka dan mereka menanti-nantikan berita keselamatan
dalam kehidupan mereka. Mereka bagaikan padi yang telah matang dan
siap untuk dituai.
Ketika kita memberitakan Injil, ada kalanya kita ditolak, ada orangorang yang keras hatinya dan menolak berita Injil. Tetapi mari kita tidak
putus asa dan kehilangan semangat. Karena sesungguhnya, ada lebih
banyak orang yang telah disiapkan Tuhan untuk menerima berita Injil.
Mereka mungkin sekarang berada di rumah-rumah sakit, sebagian berada
di toko-toko mereka, dan mereka setiap hari menantikan seorang datang
dan memberitakan Injil pengharapan bagi hidup mereka. Ladang telah
menguning, siap untuk dituai. Apakah kita mau melangkahkan kaki kita
untuk menuai jiwa-jiwa yang telah disiapkan Tuhan? Pergi dan beritakanlah
Injil, mereka menanti kita.
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang dilakukan Kornelius ketika menantikan Petrus? (2) Siapakah
orang-orang di sekitar kita yg belum percaya pada Yesus? Maukah Anda melayani mereka?
Berdoa bagi keluarga atau orang-orang di sekitar kita yang belum percaya
kepada Yesus. Doakanlah diri kita agar menjadi pemberita Injil yang setia, ke
manapun Tuhan tempatkan diri kita.
02
SABTU
JULI 2016
“Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga
Allah mengaruniakan pertobatan
yang memimpin kepada hidup.”
(Kisah Para Rasul 11:18)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 11:1-18
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 11
ALLAH TIDAK MEMBEDAKAN ORANG
K
ita cenderung lebih nyaman berelasi dengan orang-orang yang satu
suku dengan kita. Selain kesamaan fisik, suku merupakan sebuah
identitas, dan setiap suku memiliki ideologi serta nilai-nilai hidup
yang sama. Karena itu, di dalam pemberitaan Injil tidaklah mengherankan
bila kita lebih mampu mengomunikasikan Injil kepada orang yang sama
suku dengan kita. Ada banyak jembatan yang bisa dibangun dalam
percakapan dan kesamaan pola pikir yang membuat pemberitaan Injil
sesuku lebih mudah dibandingkan pemberitaan Injil lintas budaya. Tetapi,
panggilan penginjilan lintas budaya adalah suatu panggilan yang tidak
boleh diabaikan oleh setiap orang percaya.
Penginjilan lintas budaya adalah hal yang baru di dalam kehidupan
gereja mula-mula. Sekalipun Amanat Agung Yesus yang mereka terima
jelas bernuansakan lintas budaya, mereka belum dapat memahami
sepenuhnya bahwa Injil juga diperuntukkan bagi orang-orang yang selama
ini, mereka sebut sebagai kafir. Setelah Petrus memberitakan Injil di
Kaisarea, orang-orang Kristen Yahudi berselisih pendapat dengan Petrus
dan meminta penjelasan darinya mengenai pelayanannya di Kaisarea (ay.
2). Orang-orang yang menolak tersebut merasa bahwa karya keselamatan
Yesus hanya diperuntukkan bagi orang-orang Yahudi, bukan non-Yahudi.
Namun Petrus menyampaikan isi hati Tuhan kepada mereka bahwa Tuhan
mengaruniakan pertobatan yang juga memimpin orang-orang suku lain
untuk diselamatkan melalui pelayanannya di Kaisarea (5-18). Penginjilan
lintas budaya sebenarnya juga merupakan hal yang baru dipahami Petrus
ketika berjumpa dengan Kornelius di pasal 10. Setelah melihat betapa
Tuhan telah menyiapkan Kornelius sekeluarga untuk menerima Injil, ia
berkata: “Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak
membedakan orang.” Tuhan menyediakan keselamatan bagi mereka.
Melalui firman hari ini, Tuhan mengingatkan kita bahwa Ia tidak
membedakan orang. Karya keselamatan Ia sediakan bagi orang-orang
yang berbeda suku dengan kita. Bagaimana dengan kita?
STUDI PRIBADI: (1) Apakah artinya pelayanan misi lintas budaya? (2) Apakah keselamatan
yang dari Tuhan hanya untuk orang Yahudi saja? Jelaskan!
Berdoalah bagi suku-suku yang belum mengenal Tuhan, secara khusus
orang-orang suku Madura dan suku Jawa yang berada di sekitar kita, namun
masih sedikit di antara mereka yang percaya.
03
MINGGU
JULI 2016
“Pada keesokan harinya gemparlah prajurit-prajurit itu.
Mereka bertanya-tanya apakah yang
telah terjadi dengan Petrus?”
(Kisah Para Rasul 12:18)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 12:1-24
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 12
KEKUASAAN ALLAH ATAS MANUSIA
K
etika kita diberi “kekuasaan” oleh Tuhan, apa yang seharusnya kita
kerjakan dengan kekuasaan itu? Jika seseorang menyadari, bahwa
kekuasaan itu berasal dari Tuhan, maka ia akan memakainya untuk
melayani dan memuliakan nama Tuhan. Namun realitanya, manusia justru
melakukan hal sebaliknya, memanfaatkan kekuasaan untuk memperkaya
diri, memuaskan hawa nafsunya, dan melayani dosa. Demikian halnya
dengan Herodes (Agripa 1), yang memiliki kekuasaan sama seperti
kakeknya (Herodes Agung), yang memerintah Yudea, Samaria dan Galilea.
Ia adalah seorang raja yang haus akan kekuasaan dan sanjungan.
Pertama, kekuasaan manusia tunduk pada kekuasaan Tuhan. Dalam
pemerintahannya, ia berusaha mencari sanjungan dengan memusuhi
orang Kristen, murid-murid Tuhan, karena tindakan itu membuat dirinya
disukai banyak orang Yahudi masa itu. Bahkan ia memerintahkan untuk
membunuh Yakobus, saudara Yohanes (ay. 2). Tindakan itu membuahkan
hasil. Banyak orang Yahudi menyukai dirinya; sehingga ia melanjutkan
dengan penangkapan terhadap Petrus dan berencana akan mempertontonkannya di hadapan orang Yahudi yang membenci pengikut Kristus (ay.
3-4). Namun, jemaat yang mendengar penangkapan itu, berdoa dengan
bertekun di hadapan Tuhan untuk keselamatan Petrus (ay. 5); dan Tuhan
mendengar doa mereka dan melepaskan Petrus secara ajaib dari penjara,
sehingga membuat gempar banyak orang (ay. 6-18). Di sini kita belajar,
bahwa betapapun besarnya kekuasaan Herodes, kekuasaan itu di bawah
kekuasaan Tuhan. Betapapun ia memberi pengawalan yang ketat kepada
Petrus, Tuhan sanggup membebaskannya dengan cara yang ajaib.
Kedua, Tuhan menghukum kesombongan manusia dan mencabut
kekuasaannya. Peristiwa lepasnya Patrus tidak membuat Herodes
menyadari kebesaran Tuhan, melainkan justru bersikap sombong dan
menunjukkan dirinya seolah-olah adalah “Allah.” Karena kesombongannya
itu, iapun dimatikan oleh Tuhan (ay. 20-23). Bagaimanakah dengan kita?
Gunakanlah kekuasaan dengan bijak!
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang dilakukan Raja Herodes untuk memperkokoh kedudukannya
pada waktu itu? (2) Bagaimana sikap Tuhan terhadap Herodes?
Berdoalah bagi para petinggi negeri kita agar mereka tidak sombong dan
mencari kesenangan bagi dirinya sendiri, melainkan melayani masyarakat
dengan baik melalui kedudukan mereka.
04
SENIN
JULI 2016
“Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku
untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.”
(Kisah Para Rasul 13:2)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 13:1-3
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 13:1-25
PANGGILAN KHUSUS
P
anggilan untuk melayani Tuhan dapat kita bagi menjadi 2 bagian,
yaitu “panggilan secara umum” dan “panggilan secara khusus.”
Yang dimaksud panggilan secara umum adalah panggilan Tuhan
secara umum terhadap umat-Nya untuk terlibat dalam pekerjaan-Nya,
yaitu menjadi saksi-Nya, di manapun kita berada. Panggilan umum ini bisa
juga dapat berhubungan dengan pemakaian talenta yang Tuhan berikan
bagi kita untuk melayani Dia dalam pelayanan gerejawi.
Sedangkan panggilan khusus adalah panggilan Tuhan secara khusus
pada orang tertentu, dengan tugas tertentu, dan bidang/tempat pelayanan
tertentu pula, yang tidak diberikan kepada banyak orang. Panggilan inilah
yang Tuhan telah berikan kepada Barnabas dan Saulus [Paulus]. Mereka
ditentukan oleh Tuhan untuk melayani Dia sesuai dengan kehendak dan
rencana-Nya atas kehidupan mereka (ay. 2). Dalam panggilan ini, Tuhan
yang mempersiapkan dan memperlengkapi mereka dengan kuasa dariNya, membentuk mereka dalam pelayanan dan memampukan mereka
untuk menyelesaikan tugas yang harus mereka kerjakan. Itulah sebabnya,
mereka yang menyadari panggilan Tuhan secara khusus dalam hidupnya,
akan bertahan sampai pada akhirnya, sama sperti Paulus yang mengakhiri
“pertandingan dengan baik” sampai pada akhirnya (2Tim. 4:6-8).
Bagaimana dengan Anda? Apabila Anda merasakan panggilan khusus
dari Tuhan untuk melayani Dia sepenuh waktu atau untuk melakukan
sesuatu dalam pekerjaan Tuhan di tengah-tengah dunia ini, janganlah
Anda menolak atau meragukannya, melainkan persiapkanlah diri untuk
mengerjakan mandat khusus Tuhan tersebut. Berdoalah untuk mencari
kepastian dari Tuhan dan persiapkanlah diri secara serius, sehingga siap
mengerjakan panggilan khusus dari Tuhan. Jika Tuhan semesta alam
memberikan kepercayaan khusus kepada Anda, bukankah ini sebuah
kepercayaan besar dan mulia? Karena itu, janganlah pernah melewatkan
kesempatan yang Tuhan telah berikan kepada kita, tetapi penuhilah
panggilan-Nya.
STUDI PRIBADI: (1) Ada berapa klasifikasi panggilan dalam melayani Tuhan? (2) Mengapa
Allah memberikan panggilan khusus kepada orang-orang tertentu?
Berdoalah bagi setiap para pemuda yang terbeban hati untuk melayani
Tuhan sepenuh waktu, agar mereka menyadari dan melakukan panggilan
yang Tuhan berikan dengan sungguh-sungguh.
05
SELASA
JULI 2016
“Pada hari Sabat berikutnya
datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul
untuk mendengar firman Tuhan.”
(Kisah Para Rasul 13:44)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 13:13-52
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 13:13-52
LAPAR DAN HAUS AKAN FIRMAN TUHAN
P
ada masa kini, di berbagai kota-kota besar, berbagai jenis makanan
dan minuman terus bermunculan untuk memuaskan lidah manusia.
Herannya, tidak henti-hentinya manusia terus menikmati makanminum yang ditawarkan kepada mereka. Tidak ada yang keliru dengan hal
ini, namun sayangnya, seringkali manusia hanya memuaskan kelaparan
dan kehausan mereka akan makanan jasmani. Namun manusia lupa, ada
sisi rohani yang harus dipuaskan dengan firman Tuhan. Pada waktu jiwa
dan rohani manusia ini dipuaskan, maka kebahagiaan yang sejati itu akan
dialami oleh manusia.
Dalam perikop yang kita baca hari ini, ada sebuah teladan yang baik
dari orang-orang Antiokhia. Mereka tidak hanya mementingkan makanan
jasmani, tetapi juga mementingkan makanan rohani. Kita bisa melihat
bagaimana mereka begitu lapar dan haus akan firman Tuhan. Diceritakan
awal mulanya mereka mendengarkan khotbah Paulus di rumah ibadat
orang Yahudi di Antiokhia. Pada kali pertama berkhotbah, Paulus
menceritakan tentang kematian dan kebangkitan Yesus. Selesai Paulus
berkhotbah, ada banyak orang yang tertarik untuk mengerti lebih banyak
mengenai diri Tuhan Yesus (Kis. 13:42). Karena begitu antusiasnya akan
berita keselamatan itu, orang-orang yang di rumah ibadat itu tidak hanya
mendengarkan Paulus di rumah ibadat saja, mereka dikatakan mengikuti
Paulus dan Barnabas untuk lebih memahami kasih karunia Allah (Kis.
13:43). Luar biasanya, pada hari sabat berikutnya, dikatakan orang-orang
dari seluruh kota Antiokhia berkumpul di rumah ibadat untuk kembali
mendengarkan Paulus berkhotbah tentang Kristus yang mati dan bangkit
itu (Kis. 13:44). Setelah mereka mendengarkan berita Injil itu, dikatakan
bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka
memuliakan firman Tuhan dan menjadi percaya (Kis. 13:48).
Bagaimanakah dengan kita, apakah kita merasa lapar dan haus akan
firman Tuhan? Apakah kita menganggap firman Tuhan yang diberitakan
pada kita, berharga dan kita terus tertarik untuk semakin mendalaminya?
STUDI PRIBADI: (1) Apa arti: lapar dan haus akan firman Tuhan? (2) Mengapa anak Tuhan
harus hidup lapar dan haus akan firman-Nya?
Berdoalah bagi kehidupan rohani jemaat, relasinya dengan Tuhan, dan juga
kecintaan mereka akan firman Tuhan, sehingga hidupnya beroleh pembaharuan, hari lepas hari, untuk semakin mengenal dan mengalami Tuhan.
06
RABU
JULI 2016
“Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian?
Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu….”
(Kisah Para Rasul 14:15)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 14:1-20
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 14
SEGALA KEMULIAAN BAGI ALLAH
S
alah satu godaan terbesar bagi para pelayan Tuhan adalah mencuri
kemuliaan-Nya. Mereka melayani Tuhan, mengatas-namakan
Tuhan, tetapi sayangnya seringkali tujuan dari pelayanan itu adalah
untuk meninggikan diri sendiri. Hal ini bisa terjadi tanpa disadari, karena
seringkali seorang pelayan Tuhan yang baik dan melakukan pelayanan
dengan baik, mereka akan disanjung dan dihormati oleh manusia. Hal
inilah yang akhirnya membawa sang pelayan tersebut lupa diri.
Dalam perikop yang kita baca, Paulus dan Barnabas memberikan
sebuah teladan yang indah, bahwa sebagai seorang pelayan Tuhan tidak
boleh mencuri kemuliaan Tuhan. Diceritakan dalam pelayanan mereka di
Listra, Paulus menyembuhkan seorang yang lumpuh sejak lahir (ay. 8-10).
Karena begitu takjubnya orang-orang akan mujizat yang dilakukan Paulus,
mereka menganggap Paulus dan Barnabas sebagai Zeus dan Hermes,
dewa yang sangat dihormati di bangsa Yunani (ay. 12). Bahkan dikatakan,
para imam dari kuil dewa Zeus datang kepada Paulus membawa lembulembu jantan dan karangan bunga sebagai persembahan korban kepada
Paulus dan Barnabas (ay. 13). Semua orang di Listra sudah menganggap
mereka sebagai dewa. Namun, sungguh luar biasa respons Paulus dan
Barnabas, mereka langsung mengoyakkan pakaian mereka dan menolak
pujian yang diberikan orang-orang di Listra. Paulus menempatkan Allah
pada posisi-Nya, bahwa Allah lah yang harusnya mereka sembah, mereka
tinggikan; bukan Paulus atau Barnabas, bukan pula Zeus atau Hermes.
Pada waktu itu, Paulus dan Barnabas bisa saja membiarkan orang-orang
Listra meninggikan mereka sebagai allah, dan mencuri kemuliaan Allah.
Tetapi mereka tidak melakukannya.
Sebagai pelayan-pelayan Tuhan, marilah kita mempunyai kerendahan
hati, dan sikap yang “tau diri” bahwa kita adalah hamba, kita bukan Tuhan.
Kemuliaan, pengagungan, dan kehormatan hanya kita tujukan kepada
Allah, agar orang-orang pun mengerti bahwa yang harus mereka muliakan
adalah Allah, dan bukan manusia.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Paulus dan Barnabas menyikapi sanjungan yang
berlebihan dari orang banyak? (2) Pelajaran apa yang Anda dapatkan dari sikap mereka?
Berdoalah bagi para majelis, hamba Tuhan, pengurus, aktivis yang terlibat
dalam pelayanan gerejawi agar mereka melayani Tuhan dengan kutulusan
hati dan tidak mencuri kemuliaan Tuhan.
07
KAMIS
JULI 2016
“… Paulus dan Barnabas menceriterakan segala tanda
dan mujizat yang dilakukan Allah dengan perantaraan
mereka di tengah-tengah bangsa-bangsa lain.”
(Kisah Para Rasul 15:12)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 15:1-21
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 15:1-21
YANG KUAT MENOPANG YANG LEMAH
P
erikop kita hari ini menceritakan tentang adanya sidang di Yerusalem
yang membahas perbedaan pendapat dalam jemaat. Golongan
Farisi yang bertobat (ay. 1-5), mengajarkan bahwa sunat mutlak
harus dilakukan oleh orang-orang yang mau diselamatkan, baik itu Yahudi
maupun non-Yahudi. Mereka masih berkeyakinan bahwa Yesus
menganugerahkan keselamatan kepada orang percaya dengan cara
menerapkan hukum sunat. Jadi, iman kepada Yesus tidaklah cukup bagi
mereka. Hal ini kemudian membuat jemaat Antiokhia menjadi bingung dan
timbul perselisihan, sebab Paulus dan Barnabas bersikeras bahwa orang
yang bukan Yahudi tidaklah harus disunat, karena keselamatan adalah
anugerah dalam iman kepada Yesus Kristus.
Persoalan ini dihadapi dengan sikap tegas oleh Petrus, Paulus dan
Barnabas, bukan dengan emosional dan mendiskreditkan orang lain, tapi
dengan kembali pada perkataan Yesus dan tanda-tanda yang sudah Tuhan
lakukan bagi mereka dan orang-orang yang percaya saat Pentakosta.
Mereka menggunakan hal ini sebagai kesempatan untuk memberitakan
dan memperteguh iman jemaat dan sekaligus mengoreksi mereka yang
keyakinannya masih campur aduk. Baik sekali jika kita bisa belajar seperti
para Rasul, perselisihan yang terjadi karena perbedaan keyakinan dalam
tubuh jemaat seharusnya membuat kita makin mengerti perkataan firman
Tuhan dalam Alkitab, mampu menjelaskan dengan tegas dan berani, bukan
menghakimi, tapi mengoreksi dengan kasih, bukan dengan pengetahuan
dan nalar kita sendiri tapi kembali pada firman, apalagi dengan emosional,
yang justru akan mempertajam perselisihan dalam tubuh jemaat.
Karena itu, dalam menghadapi perbedaan dengan saudara seiman,
marilah kita berpegang pada kebenaran dan menyampaikannya dengan
kasih. Dengan demikian kita tidak akan memicu perpecahan, tetapi dapat
memberikan wawasan dan kesadaran kepada mereka yang lemah dan
kurang dalam memahami kebenaran firman Tuhan, sehingga merekapun
boleh mengerti kebenaran.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana keyakinan Paulus tentang keselamatan di dalam Yesus?
(2) Mengapa dalam Yesus saja ada keselamatan?
Berdoa agar jemaat terus bertumbuh dalam iman, memahami dengan benar
karya keselamatan Yesus dan sedia berbagi sukacita kebenaran ini dengan
mereka yang masih sering diombang-ambingkan karena lemah imannya.
08
JUMAT
JULI 2016
“Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam,
sehingga mereka berpisah …”
(Kisah Para Rasul 15:39)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 15:22-41
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 15:22-41
PERSELISIHAN TAJAM
S
aya mencoba membayangkan, bagaimana perselisihan yang sangat
tajam dapat terjadi di antara para rasul (Paulus dan Barnabas)?
Perselisihan yang tajam (Yun. “paroxusmos”), artinya suatu ekspresi
emosi yang mendadak dan tidak terkendali; sehingga mengakibatkan
perpecahan dalam pelayanan. Bukankah ini suatu hal yang sangat memalukan? Namun apa yang ingin penulis [Lukas] maksudkan dalam hal ini?
Bagian dari masalah ini adalah, Yohanes Markus telah meninggalkan
mereka (Paulus dan Barnabas) dalam memberitakan injil. Tidak diketahui
dengan pasti apa yang membuat Yohanes Markus meninggalkan mereka.
Pada saat perjalanan pemberitaan Injilnya yang kedua, Paulus bersikeras
untuk tidak membawa Yohanes Markus atau tidak memberi kesempatan
kepadanya. Namun pada saat yang sama, Barnabas melihat Yohanes
Markus membutuhkan satu kesempatan untuk menunjukkan bahwa kali ini
ia mampu; bagaimanapun mereka adalah sepupu (Kol. 4:10). Ia mungkin
mendapati bahwa Yohanes Markus telah lebih matang dan bertumbuh
dalam kerohaniannya, sehingga ia harus memperoleh kesempatan kedua.
Seperti pada saat Barnabas memperkenalkan Paulus kepada para rasul di
Yerusalem, mereka semua curiga kepadanya. Barnabas menerima dan
memberikan kesempatan kepada Paulus untuk menjadi pengkhotbah dan
akhirnya ia menjadi pengajar yang terkenal di Antiokhia. Karena perbedaan
pandangan tersebut, Barnabas dan Paulus memilih berpisah.
Bagaimanakah kita menyikapi hal ini? Hal ini hendaklah ditafsirkan
sebagai suatu tanda dari firman Tuhan bagi kita, agar tidak membiarkan hal
seperti ini terjadi, sebab pada pelayanannya pun, Paulus kembali
mengakui peran Yohanes Markus dalam pemberitaan Injilnya (2Tim. 4:11).
Meskipun Allah bisa saja menciptakan kebaikan, kisah ini adalah suatu
pelajaran sikap rendah hati yang perlu dipelajari oleh banyak pemimpin
gereja, bahkan oleh setiap generasi, agar tidak menonjolkan keegoannya,
melainkan mau menyelesaikan persoalan dengan baik dan memberikan
kesempatan untuk sebuah pemulihan.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Paulus dan Barnabas terlibat perselisihan yang tajam? (2)
Apa yang dapat kita pelajari dari peristiwa ini? Poin apakah yang penting bagi kita?
Berdoalah bagi para pemimpin gereja agar mereka dapat menyikapi dan
menyelesaikan setiap persoalan yang timbul dalam pelayanan dengan sikap
bijaksana, sehingga tidak merusak pelayanan itu sendiri.
09
SABTU
JULI 2016
“Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia,
karena Roh Kudus mencegah mereka
untuk memberitakan Injil di Asia.”
(Kisah Para Rasul 16:6)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 16:1-21
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 16:1-21
MENGETAHUI KEHENDAK TUHAN
F
irman Tuhan yang kita baca ini, terdapat satu gambaran yang jelas,
Allah memakai cara tertentu untuk memberitahu apa yang menjadi
kehendak-Nya. Kita perlu menyadari bahwa mungkin semua yang
kita lakukan itu baik, namun Allah tetap memiliki maksud tertentu untuk kita.
Ia memiliki panggilan khusus untuk kita.
Dalam hal ini, Rasul Paulus sudah melayani di Derbe, Listra, Ikonium,
kota-kota di propinsi Frigia dan Galatia, bahkan ia memperluas
pelayanannya di kota-kota yang lain. Namun anehnya, Tuhan Yesus dan
Roh Kudus tidak mengizinkan ia melayani di sana. Tuhan memiliki
panggilan khusus untuk Paulus, yaitu ke Eropa. Kehendak Allah bisa begitu
jelas pada Paulus, bagaimana dengan kita?
Ada satu perbedaan yang mendasar pada diri Rasul Paulus dengan
kita. Rasul Paulus itu sangat setia dalam: (1) pelayanan (menaati panggilan
Tuhan). Sejak pertama kali ia diutus oleh gereja Antiokia menjadi misionari
(Kis. 13), maka ia menfokuskan diri untuk melakukannya. Baik di dalam
pasal 14 mengelilingi kota-kota tersebut, dalam pasal 16 ini juga disebutkan
ia kembali untuk mengunjungi dan meneguhkan iman jemaat di sana; (2)
Paulus juga setia dalam mengajarkan kebenaran-kebenaran yang dulu
sudah diterima, maupun yang baru diterima dari para Rasul, dengan kata
lain, Paulus senantiasa memperhatikan jemaatnya (ay. 4-5); (3) Paulus
juga setia dalam pengaderan, dia terus mencari orang baru untuk terlibat
dalam pelayanannya, itulah pemuridan.
Mengapa kita tidak tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan, seperti
Paulus? Salah satu jawabannya adalah: karena kita tidak setia. Kita tidak
setia mencari kehendak-Nya atau hidup seturut kehendak Tuhan. Kita
hanya mau mencari kehendak Tuhan pada waktu kita dalam kondisi butuh,
terdesak, atau bimbang mengambil keputusan. Namun dalam keseharian,
kita cenderung tidak mau cari kehendak Tuhan; kita menyelesaikan segala
sesuatu dengan kepandaian, relasi, keuangan, pengaruh kita atau orang
lain. Kita hanya mau Tuhan jika keadaan “kepepet.”
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Tuhan menuntun pelayanan Paulus? Apa hasilnya? (2) Apa
yang harus kita lakukan agar kita dapat mengerti kehendak Tuhan?
Berdoalah bag para hamba Tuhan, majelis gereja, pengurus dan para aktivis
gereja Anda agar mereka dapat melayani Tuhan berdasarkan pimpinan dan
kehendak Tuhan.
10
MINGGU
JULI 2016
“Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa
dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang
hukuman lain mendengarkan mereka.”
(Kisah Para Rasul 16:25)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 16:22-40
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 16:22-40
TETAP SETIA WALAU MENDERITA
O
rang mungkin bingung dengan cara kerja Allah. Bagaimana tidak!
Sewaktu Rasul Paulus dan rekan-rekannya sedang sangat berhasil
pelayanan di Asia Kecil, jumlah orang percaya menjadi bertambah
(ay. 5), namun Tuhan meminta mereka pindah ke tempat baru. Di Filipi, baru
saja mulai penginjilan, mereka sudah mulai diganggu oleh roh yang jahat,
sehingga mengakibatkan mereka berhadapan dengan penguasa, dan
akhirnya mereka disiksa aniaya dan dipenjarakan.
Namun kita yakin, inilah cara Tuhan, yang melakukan kehendak-Nya
seperti yang dinyatakan-Nya. Ingatlah, bahwa Tuhan Yesus semasa hidupNya di dunia, Ia pun mengalami penderitaan dan pelbagai pencobaan dan
akhirnya disalibkan untuk menggenapi keselamatan bagi kita. Dalam hal
ini, Paulus pun sangat jelas dan sadar bahwa penderitaan yang dialaminya
adalah sebuah berkat (Kis. 5:41), dan merupakan jalan Tuhan untuk
menggenapi rencana Tuhan, mendatangkan keselamatan untuk umat
pilihan-Nya (Fil. 3:10-11). Karena itu, gangguan, penganiayaan dan
dipenjarakan di Filipi bukanlah suatu hal yang menakutkan bagi Paulus,
malahan dia dan Silas menjadikan penjara sebagai tempat penyembahan
dan pujian bagi Allah. Tidak heran ketika penjara terguncang, dan belenggu
terlepas dari tangan mereka, mereka tidak melarikan diri! Mereka justru
menunggu di sana, dan yakin Tuhan punya maksud dan biarlah Tuhan yang
mengerjakan keselamatan di tengah-tengah mereka. Alhasil, kepala
penjara dan seluruh keluarganya menjadi percaya.
Bagaimana dengan kita? Rindukah kita menjadi saluran Injil bagi orang
lain? Kita bukan hanya meneladani sikap pelayanan Paulus, taat dalam
panggilan dan rajin melayani pada waktu senang. Namun Paulus juga setia
dalam penderitaan (rela menderita seperti Kristus), dan taat sampai
akhirnya, sehingga buahnya begitu nikmat dan berkenan kepada Allah.
Demikian juga kita, hidup kita harus mengalami proses pembentukan dari
Allah, maka pada waktunya kita akan melihat buahnya; yang pada akhirnya
kita sempurna dan serupa Kristus, Amin!
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Tuhan terlibat dan menolong Paulus dalam menghadapi
situasi sulit dalam pelayanannya? (2) Apa yang dapat kita pelajari dari kisah tersebut?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka menyadari bahwa Tuhan Yesus tidak
pernah meninggalkan mereka dalam kesesakan sendirian, melainkan turun
tangan dan membela umat-Nya.
11
SENIN
JULI 2016
“Banyak di antara mereka yang menjadi percaya…”
(Kisah Para Rasul 17:12)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 17:1-15
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 17:1-15
TANTANGAN DALAM PENGINJILAN
D
ari bagian Kisah Para Rasul 17:1-9, kita mengetahui bahwa saat itu
Paulus dan Silas sedang berada di kota Tesalonika. Tesalonika
adalah kota termaju dan terkaya di wilayah Makedonia. Di kota ini,
ajaran Paulus mulai diterima oleh masyarakat luas. Tesalonika adalah kota
yang otonom, meskipun tetap di bawah kekuasaan Romawi. Pada ayat 2-3
dituliskan bahwa Paulus masuk ke dalam rumah ibadat/sinagoge dan
mengajarkan Injil Kristus: Yesus adalah Mesias, Sang Juruselamat bagi
orang berdosa. Tuhan memakai upaya penginjilan yang dilakukan Paulus
dan Silas, dan karenanya banyak orang Yunani, termasuk para perempuan
yang terkemuka, menjadi percaya (ay. 4).
Di tengah perkembangan Injil, terkadang ada hal yang menghambat
atau merintangi. Dalam pelayanan Paulus dan Silas pun, penghambat ini
tetap ada (ay. 5). Orang-orang Yahudi menjadi iri hati dengan kepopuleran
Paulus, dan karenanya mereka mengadakan kekacauan. Mereka berusaha menjebak Paulus dan Silas untuk mencelakakan mereka. Yason dan
orang-orang percaya yang dilayani Paulus dan Silas menjelaskan bahwa
Paulus tidak memiliki tendensi apapun untuk melawan Kaisar. Selain itu,
mereka juga berusaha menenangkan para pembesar kota dan menyatakan bahwa mereka pun tidak melawan Kaisar. Puji syukur kepada Tuhan,
akhirnya orang-orang percaya pun terluput dari kekacauan yang ada.
Karena kekacauan yang terjadi di Tesalonika, Paulus dan Silas segera
berangkat ke Berea. Di kota ini pun Paulus dan Silas memberitakan Injil
Tuhan. Tuhan memakai Paulus dan Silas di Berea, sehingga pelayanan
mereka membuahkan hasil yang memuaskan. Banyak orang Berea
menjadi percaya, baik lelaki maupun perempuan Yunani, bahkan orangorang yang terkemuka sekalipun. Sekali lagi di tengah majunya penginjilan,
ada oknum-oknum yang tidak suka akan berusaha untuk menghambat
pemberitaan kabar baik ini. Namun, Tuhan selalu memberikan jalan keluar
dan pertoloongan-Nya kepada mereka, sehingga Injilpun boleh diberitakan
di mana-mana.
STUDI PRIBADI: (1) Apa tantangan yang pernah kita hadapi ketika ingin memberitakan Injil
kepada orang lain? (2) Bagaimana bisa menghadapi tantangan tersebut bersama Tuhan?
Berdoa agar Tuhan memberikan kita keberanian untuk memberitakan Injil.
Kiranya Roh Kudus menguatkan kita dalam menghadapi setiap tantangan
dalam memberitakan Injil.
12
SELASA
JULI 2016
“… sangat sedih hatinya karena ia melihat,
bahwa kota itu penuh dengan patung-patung.”
(Kisah Para Rasul 17:16)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 17:16-34
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 17:16-34
BERAPA HARGA INJIL BAGIMU?
P
aulus sampai di sebuah kota bernama Atena. Ia melayani seorang
diri karena Silas dan Timotius masih tinggal di Berea. Atena adalah
kota yang masyarakatnya sangat kental dengan penyembahan
dewa-dewi, termasuk penyembahan patung-patung dewa Yunani (bdk. ay.
16). Ketika melihat ada patung-patung di mana-mana, pemujaan kepada
dewa-dewi, Paulus sangat pedih hati. Sebuah kota yang berkembang dan
maju secara luar biasa, namun secara kerohanian, mereka sungguh
terbelakang, mereka tidak mengenal Tuhan yang benar sama sekali.
Atena adalah kota yang merupakan tempat banyak orang terpelajar
berdiskusi dan mengasah kepandaian mereka. Pada saat itu Atena adalah
pusat dan penggerak pendidikan, filsafat, dan kebudayaan Yunani. Orangorang Atena adalah orang-orang yang terbuka mengenai ajaran atau
pandangan baru, karenanya ketika Paulus mulai berbicara mengenai Injil,
mereka cukup antusias pada awalnya (ay. 20-21). Paulus menjelaskan
mengenai siapakah Allah, mengenai Allah yang hendak memperkenalkan
Diri-Nya kepada manusia. Allah yang sesungguhnya bukanlah Allah yang
diam di kuil-kuil buatan manusia (ay. 24), bukan juga Allah yang jauh (ay.
26-27). Allah, pencipta langit dan bumi adalah Allah yang tidak sebanding
dengan semua yang fana. Ia telah menentukan bahwa melalui Yesus
Kristus akan menghakimi dunia.
Kebenaran yang disampaikan Paulus, oleh sebagian orang dianggap
sebagai sebuah lelucon dan dongeng. Mengapa demikian? Karena bagi
orang Yunani, kebangkitan orang mati adalah tidak mungkin. Sebaliknya,
bagi orang yang percaya kepada Allah yang Mahakuasa, mereka percaya
bahwa Allah sanggup membangkitkan manusia yang sudah mati; oleh
karenanya ada beberapa orang menjadi percaya kepada pemberitaan
Paulus. Pada masa sekarang pun, ketika Injil diberitakan, ada orang-orang
yang menganggap remeh Injil, namun bagi orang-orang yang
diselamatkan, berita Injil adalah sesuatu yang sangat membahagiakan dan
memberikan pengharapan.
STUDI PRIBADI: (1) Apakah ada orang-orang yang meremehkan berita Injil di sekitar Anda?
Mengapa? (2) Masihkah Anda berkomitmen untuk mengabarkan Inijl kepada mereka?
Marilah berdoa untuk orang-orang yang belum mengenal Kristus, terutama
mereka yang masih menganggap remeh berita Injil Tuhan, Roh Kudus
membukakan mata hati mereka untuk menerima kabar sukacita Injil.
13
RABU
JULI 2016
“Kemudian Paulus meninggalkan Atena,
lalu pergi ke Korintus.”
(Kisah Para Rasul 18:1)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 18:1-28
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 18
TUHAN SUMBER KEKUATAN
K
isah Para Rasul 18 dimulai dengan kalimat: “Kemudian Paulus
meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus.” Dari Atena, Paulus
pergi ke Korintus, dan Lukas tidak menceritakan bagaimana kondisi
Paulus. Beberapa penafsir Alkitab mengatakan bahwa mungkin pelayanan
Paulus di Atena, gagal. Paulus sangat lemah waktu itu, ketakutan dan
bahkan gemetar. Namun, dengan sangat indah Lukas memberitahu kita
bagaimana Tuhan memberikan Paulus apa yang dia butuhkan, kekuatan di
tengah-tengah kelemahan.
Pertama, Paulus bertemu dengan Akwila dan Priskila (Kis. 18:2-3).
Akwila dan Priskila adalah sepasang suami istri yang datang dari Roma dan
pekerjaan mereka sama seperti Paulus, tukang kemah. Lukas mengatakan
bahwa Paulus tinggal bersama-sama mereka. Di tengah keadaan tertekan,
pasti sangat menguatkan bagi Paulus bertemu dengan saudara seiman.
Paulus menikmati persekutuan dengan mereka dan bekerja bersama
mereka. Kedua, Silas dan Timotius datang (Kis 18:5). Mereka adalah rekan
sekerja Paulus yang datang dari Makedonia. Paulus pastilah menikmati
pertolongan dan kebersamaan dengan mereka. Tetapi Lukas juga
mengatakan bahwa ketika mereka datang, Paulus dengan sepenuhnya
dapat memberitakan firman. Dia tidak perlu lagi bekerja! Mungkin itu karena
Silas dan Timotius membawakan bantuan bagi Paulus dari orang Kristen
Makedonia. Dalam suratnya, Paulus pernah berterima kasih kepada
mereka karena mengirim bantuan kepadanya berkali-kali ketika ia sedang
membutuhkan (Flp. 4:15-16), dan kali itu mungkin adalah salah satunya.
Ketiga, buah pekerjaannya (Kis. 18:7-8). Banyak orang Korintus yang
mendengar khotbah Paulus dan menjadi percaya serta dibaptis. Sangat
menguatkan Paulus ketika dia tahu bahwa pekerjaannya tidaklah sia-sia,
karena dia melihat bahwa Tuhan memberkati pekerjaannya. Keempat,
penglihatan surgawi. Yesus sendiri menguatkan dia melalui penglihatan
dan berkata: “Jangan takut!... Sebab Aku menyertai engkau...” (Kis 18:910). Bagaimana dengan kita? Janganlah takut, Tuhan beserta kita!
STUDI PRIBADI: (1) Siapakah sumber kekuatan dalam kehidupan kita? (2) Bagaimanakah
respons Paulus ketika mengalami kelelahan dan kegagalan? Bagaimana dengan diri kita?
Berdoalah bagi setiap pemberita Injil Tuhan agar mereka selalu dikuatkan
dalam pelayanan mereka, ketika menghadapi tantangan dan kesulitan di
medan pelayanan.
14
KAMIS
JULI 2016
“Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah
menjelajah daerah-daerah pedalaman dan tiba di Efesus.”
(Kisah Para Rasul 19:1)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 19:1-20
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 19:1-20
KUASA GELAP VS KUASA ROH KUDUS
P
emberitaan firman Tuhan di Efesus menghasilkan dampak yang
sangat besar. Memang tidak semua orang yang mendengar
pemberitaan itu menjadi percaya; sebagian tetap tegar hatinya (ay.
9), sebagian mungkin hanya mengharapkan mukjizat (ay. 12), dan
sebagian lagi ingin meniru kuasa Allah yang dinyatakan melalui Paulus (ay.
13). Akan tetapi, dampak pemberitaan firman Tuhan tetaplah sangat besar.
Pertama, beberapa murid Yohanes yang belum mendengar tentang
Roh Kudus, dibaptis dan menerima Roh Kudus (ay. 1-7). Hal ini merupakan
pekerjaan ilahi yang melahirbarukan seseorang sehingga bisa percaya
kepada Yesus. Kedua, firman Tuhan tersebar sangat luas (ay. 8-10). Hal ini
juga didukung oleh pekerjaan ilahi sehingga dengan cepatnya kabar baik
itu tersiar di beberapa daerah yang pada waktu itu belum ada transportasi
cepat. Ketiga, orang-orang yang pernah melakukan sihir mengumpulkan
kitab-kitabnya, lalu membakarnya di muka umum sehingga firman Tuhan
makin tersebar dan berkuasa (ay. 13-20). Kuasa Roh Kudus mengubahkan
dan mempertobatkan orang-orang berdosa, yang hidup dalam kegelapan
sehingga dapat melihat terang kebenaran. Keempat, begitu banyak orang
Efesus yang menjadi percaya sehingga menimbulkan dampak pada
perekonomian kota itu (ay. 23-27). Percaya kepada Yesus memberikan
dampak sukacita di dalam hati mereka, sehingga mereka yang lesu
menjadi semangat, dan mereka yang malas bekerja menjadi rajin untuk
kembali bekerja karena hidup mereka diubahkan.
Namun, terjadi keributan yang dimulai oleh Demetrius dan pekerjapekerja di perusahaannya. Agama mereka terancam! Mata pencaharian
mereka terancam! Sehingga Demetrius memprovokasi orang-orang untuk
melawan para rasul. Namun, provokasi tersebut tidak bisa membendung
penyebaran Injil, sehingga semakin hari banyak orang menjadi percaya.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa Injil Yesus Kristus itulah yang mampu
mengubah dan memulihkan hidup seseorang sehingga menemukan
kebenaran yang mutlak dalam dunia ini.
STUDI PRIBADI: (1) Apa dampak yang akan ditimbulkan ketika seseorang menerima dan
percaya kepada Yesus? (2) Apa yang mendorong para rasul tetap setia memberitakan Injil?
Berdoalah bagi pemberitaan Injil Tuhan di berbagai pelosok Indonesia, agar
Tuhan menyatakan anugerah dan terang keselamatan-Nya bagi mereka
yang masih hidup dalam belenggu dosa.
15
JUMAT
JULI 2016
“… apa yang dibuat oleh tangan manusia bukanlah dewa.”
(Kisah Para Rasul 19:26)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 19:21-40
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 19:21-40
IMAN KRISTEN DAN ANCAMAN
D
alam perjalanan misinya yang ketiga (ps. 18:23-21:16), Paulus
mengunjungi jemaat di banyak kota yang telah ia dirikan, seperti
daerah Galatia dan Frigia (ps.18:23; psl.13-14; 16:6), kota Efesus,
Troas, Filipi, Atena, Korintus, berbalik ke Miletus, ke Siprus dan akhirnya
tiba Yerusalem, dengan penjara yang telah siap menantinya. Semangat
Paulus untuk menyebarkan Injil ke seluruh pelosok bumi tidaklah kunjung
padam, walaupun ia harus menghadapi banyak kesulitan; demikian juga
perhatiannya yang besar terhadap jemaat yang telah ia dirikan, menjadi
teladan yang luar biasa dari seorang gembala. Hidup yang sepenuhnya
didedikasikan bagi perluasan Injil Tuhan dari Paulus ini, telah menjadikan
Kekristenan berkembang ke seluruh dunia. Namun semuanya itu bukan
tanpa tantangan.
Pertama, perluasan pemberitaan Injil Tuhan yang dilakukan Paulus ke
kota Efesus dipandang sebagai ancaman bagi penyembah-penyembah
berhala. Paulus dan para pemberita Injil lain sudah menarik orang banyak
untuk tidak lagi menyembah dewi Artemis; dengan demikian ini merugikan
para tukang perak yang bekerja bagi kuil-kuilan dewi Artemis. Itu sebabnya
mereka tidak menyukai Paulus (ps. 19:24-25).
Kedua, mereka menganiaya pemberita Injil: Orang banyak main hakim
sendiri di bawah kuasa kebencian. Tuduhan itu dirancang Demetrius, dan
dibuat untuk memanas-manasi orang banyak, dan berhasil seperti yang
diinginkan. Kisah 19:28 mengatakan, “Meluaplah amarah mereka”, mereka
penuh amarah dan kegeraman, itulah arti kata itu. Para pengrajin menjadi
amat marah ketika diberi tahu bahwa mata pencarian mereka dan berhala
mereka, sama-sama dalam bahaya. Mereka menyerang beberapa teman
seperjalanan Paulus, yaitu Gayus dan Aristarkhus dan menyeret mereka ke
dalam gedung kesenian (ps. 19:29), dengan maksud, melecehkan mereka,
dan menjadikan mereka tontonan orang banyak.
Namun demikian Paulus dan rekan-rekannya tidak undur dari tugas
pelayanan; mereka tetap bersemangat. Bgaimana dengan kita?
STUDI PRIBADI: (1) Apakah ancaman yang dialami penyembah dan pembuat berhala? (2)
Apakah yang harus kita lakukan ketika terjadi ancaman dalam pemberitaan Injil Tuhan?
Berdoa untuk diri sendiri dan juga semua orang percaya untuk tetap berdiri
teguh dalam iman kepercayaan kepada Injil Kristus dan semangat dalam
memberitakan Injil Tuhan, walaupun ada banyak ancaman dan masalah.
16
SABTU
JULI 2016
“… ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti,
Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ…”
(Kisah Para Rasul 20:7)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 20:1-12
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 20:1-12
MANFAAT IBADAH
K
isah Para Rasul 20:1-6 ini mencatat bagian akhir dari perjalanan misi
Paulus yang ketiga (Kis. 18:23-21:16), di mana Paulus menetap
selama beberapa hari di Troas, sebelum ia kemudian meninggalkan
Asia menuju Yerusalem (16). Di Troas, pada suatu hari Minggu, Paulus
berkumpul bersama jemaat dan melakukan ibadah; di sana ia
memecahkan roti, perjamuan kasih yang memulai ibadah dan diakhiri
dengan perjamuan kudus. Mengapa ibadah mempunyai manfaat bagi
kehidupan kita sebagai orang percaya?
Pertama, ibadah dapat mempersatukan orang-orang Kristen. Kami
berkumpul (ay. 7). Meskipun masing-masing dari mereka membaca,
merenungkan, mendoakan, dan menyanyikan mazmur secara sendirisendiri, dan dengan begitu memelihara persekutuan mereka dengan Allah,
itu saja tidak cukup. Mereka harus bersama-sama memuji Allah dengan
sehati dan memelihara persekutuan di antara mereka dengan saling
bertemu muka, saling membantu, dan menyaksikan persekutuan rohani
mereka dengan seluruh orang Kristen yang benar.
Kedua, ibadah sebagai peringatan akan kebangkitan Kristus dan
pencurahan Roh Kudus (ay. 7-8). Mereka berkumpul pada hari pertama
dalam minggu itu, yang mereka sebut sebagai hari Tuhan, hari Sabat orang
Kristen, yang dirayakan untuk menghormati Kristus dan Roh Kudus
sebagai peringatan akan kebangkitan Kristus dan pencurahan Roh-Nya,
dan keduanya terjadi pada hari pertama dalam seminggu. Mereka
berkumpul untuk memecah-mecahkan roti (ay. 7 dan 11), yaitu untuk
merayakan ketetapan perjamuan Tuhan, sebuah tanda berupa pemecahan
roti yang telah ditetapkan bagi keseluruhan tanda lainnya. Roti yang kita
pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus (1Kor. 10:16).
Ketika kita memecah-mecahkan roti, hal itu tidak hanya untuk mengenang
pemecahan tubuh Kristus bagi kita sebagai korban tebusan bagi dosa-dosa
kita, melainkan juga untuk melambangkan pemecahan tubuh Kristus bagi
kita sebagai makanan dan perayaan bagi jiwa kita.
STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang dilakukan oleh Paulus ketika berkunjung ke Troas? (2)
Apakah manfaat ibadah bagi kehidupan kita?
Berdoalah untuk diri sendiri, untuk keluarga dan untuk semua orang percaya
agar tetap setia berdoa dan beribadah kepada Tuhan serta melakukan
segala sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan melalui Firman-Nya.
17
MINGGU
JULI 2016
“… Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu
sejak hari pertama aku tiba di Asia ini.”
(Kisah Para Rasul 20:18)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 20:17-38
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 20:13-38
HIDUP YANG BERKUALITAS
P
erpisahan dengan seorang yang telah kita kenal dengan baik dan
mendalam, pasti membuat suasana hati menjadi sangat sedih dan
merasa sangat kehilangan. Namun, di tengah kondisi dunia yang
sangat mengutamakan indivisualisme seperti saat ini, rupanya perpisahan
hanya merupakan sebuah realita hidup yang memang harus dihadapi
tanpa ada rasa kesedihan dan kedukaan, yang menggambarkan betapa
hubungan antar manusia sebagai makhluk sosial sudah tidak memberikan
pengaruh bagi kehidupan kita.
Bagian perikop Alkitab yang kita baca, menunjukkan betapa dalam
relasi antara rasul Paulus dengan para penatua jemaat Efesus dalam
membangun kebersamaan, kesehatian dan semangat memberitakan
kabar Kristus yang dipercayai dalam kehidupan. Bagian ini dapat dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu: (1) Penjelasan rasul Paulus bahwa dirinya akan
berpisah dengan para penatua Jemaat Efesus. Perpisahan itu bukan
menggambarkan emosi di antara mereka semata, tetapi dalam sebuah
rangka menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan kepada
rasul Paulus, dimana ia harus pergi ke Yerusalem. (2) Penjelasan rasul
Paulus bahwa dirinya tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah
dengan penuh kesungguhan hati dan tenaga supaya setiap orang Yahudi
dan Yunani bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus
Kristus, sampai kepada garis akhir. (3) Penjelasan rasul Paulus kepada
para penatua jemaat Efesus, yaitu untuk senantiasa waspada dan menjaga
kawanan domba yang telah ditebus dengan darah Kristus. Tugas ini, oleh
Paulus, ditegaskan dengan, “Kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi
penilik,” sehingga perlu diperhatikan dengan baik; khususnya, rasul Paulus
juga memberi peringatan akan adanya serigala-serigala yang ganas yang
dapat membawa penyimpangan kepada kawanan itu.
Ketika menjalani kehidupan ini, sudahkah kita menjalani kehidupan
yang berkualitas seperti yang dimiliki rasul Paulus, sehingga memberikan
dampak yang membangun kehidupan orang lain.
STUDI PRIBADI: (1) Apa arti perpisahan Paulus dengan para penatua jemaat Efesus? (2)
Bagaimana hubungan mereka sebagai “tubuh” Tuhan? Apa yang dapat kita pelajari?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki hubungan yang baik dengan
pemimpin rohani mereka, dan berdoa pula untuk para pemimpin rohani agar
mereka dapat melayani dengan baik.
18
SENIN
JULI 2016
“Karena ia tidak mau menerima nasihat kami,
kami menyerah dan berkata: Jadilah kehendak Tuhan!
(Kisah Para Rasul 21:14)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 21:1-14
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 21:1-14
TEKAD HATI RASUL PAULUS
K
etika kita merencanakan untuk pergi ke suatu tempat, tentunya kita
akan mempersiapkan segala sesuatu untuk perjalanan tersebut.
Bahkan ketika mendapati adanya alternatif lain, seringkali kita tetap
teguh pada tujuan semula, untuk pergi dan mencapai tempat yang semula.
Perjalanan rasul Paulus di Tirus dan Siprus merupakan sebuah
perjalanan yang akan menghantar rasul Paulus ke Yerusalem, meskipun
mereka sangat menyadari bahwa kehadiran Paulus di Yerusalem berarti
kematian bagi Paulus. Karena itu, di tengah situasi yang sangat mencekam
bagi para murid, mereka selalu mencari kesempatan untuk menasihati
Paulus supaya tidak pergi ke Yerusalem. Di Tirus, para murid berdoa dan
mencari kehendak Tuhan. Bahkan mereka mendapatkan “bisikan Roh,”
supaya Paulus tidak pergi ke Yerusalem. Yang artinya Roh Kudus sudah
memberikan peringatan akan segala penderitaan dan kesengsaraan yang
akan dialami oleh Paulus di Yerusalem adalah sangat berat. Namun Paulus
tetap pergi ke Yerusalem, bukan untuk mencari mati, tapi Paulus telah siap
untuk menanggung dan tetap bersedia untuk mati bagi Injil. Demikian juga
hal yang sama terjadi di Tirus dan di Kaisarea, para murid meminta dengan
sangat sambil menangis supaya Paulus tidak pergi ke Yerusalem (Kis.
21:11,12). Namun Rasul Paulus telah bertekad untuk memberikan seluruh
kehidupannya karena nama Tuhan Yesus.
Bagaimanakah dengan kita pada hari ini? Hidup ini begitu singkat dan
kesempatan tidak selalu datang kepada kita, maka sangat perlu bagi kita
untuk belajar peka dan selalu fokus pada apa yang menyenangkan hati
Tuhan, bukan yang menyenangkan manusia, atau memenuhi hawa nafsu
kita. Tuhan merindukan setiap anak-Nya menghidupi iman mereka sesuai
dengan kehendak-Nya. Karena itu, marilah kita melatih dan mendisiplin diri
untuk tetap setia mengerjakan panggilan kita di hadapan Tuhan, sekalipun
kita menyadari tantangan di depan yang akan menghadang jalan hidup
kita. Milikilah tekad hati yang besar dan kuat untuk melayani dan hidup bagi
Kristus, seperti yang Paulus lakukan.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Paulus terhadap panggilan Injil Tuhan? Apakah takut
pada bahaya yang mengancam dirinya (2) Apa yang kita dapat dari sikap Paulus tersebut?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka hidup dalam kesetiaan dan panggilan
hidup mereka sebagai terang dan garam dunia. Doakanlah agar mereka juga
semakin mengenal dan melakukan kehendak Tuhan.
19
SELASA
JULI 2016
“… orang-orang Yahudi yang datang dari Asia,
melihat Paulus di dalam Bait Allah,
lalu mereka menghasut rakyat dan menangkap dia.”
(Kisah Para Rasul 21:27)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 21:18-40
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 21:18-40
HAMBATAN
K
ita semua tentu tahu Ahok, sang Gubernur DKI yang terkenal itu. Dia
berusaha menjalankan pemerintahannya dengan benar, namun
tetap saja ada orang-orang yang tidak menyukainya dan berusaha
untuk menjatuhkannya. Ketidaksukaan terhadap Ahok dibangun atas isu
SARA, sebagian lagi karena dia memerintah dengan benar. Itulah keadaan
dunia pada saat ini; orang benar berusaha dijatuhkan karena kepentingan
pribadi. Hal ini bukan baru terjadi di zaman sekarang, Alkitab juga mencatat
banyak peristiwa serupa menimpa orang-orang yang hidup benar. Salah
satu tokoh Alkitab yang mengalami hal tersebut adalah rasul Paulus.
Sejak perjumpaanya dengan Kristus, Paulus berubah menjadi
seorang pengikut Kristus yang militan. Dia giat memberitakan Injil di manamana, karena ia tahu itulah panggilan Tuhan baginya. Banyak orang yang
kemudian menjadi percaya kepada Kristus karena pemberitaan Paulus.
Paulus memberitakan Injil bukan hanya kepada orang Yahudi, tapi juga
kepada bangsa-bangsa non-Yahudi. Hal ini sesuai dengan Amanat Agung
Tuhan Yesus, yakni untuk memberitakan Injil ke bangsa-bangsa.
Sekalipun pelayanan Paulus sangat baik, ternyata ada orang-orang
yang tidak menyukainya. Ketika Paulus tiba di Yerusalem, ia diberitahu, ada
kabar tidak benar yang beredar tentang dirinya. Kemudian Paulus
diharuskan melakukan ritual di Bait Allah untuk membuktikan bahwa berita
tentang dirinya itu tidak benar. Namun setelah Paulus melakukan apa yang
disuruh penatua jemaat, sekali lagi ada orang-orang yang memfitnahnya
dan menghasut rakyat, sehingga kemudian ia ditangkap dan dipukuli oleh
orang banyak.
Bagaimana dengan kita? Ketika berusaha hidup benar, ada saja orang
yang tidak suka dengan kita. Itu semua adalah hambatan. Hambatan akan
selalu ada selama kita berusaha untuk hidup benar. Tetapi bukan berarti
kemudian kita menyerah dan memilih untuk meninggalkan kebenaran itu.
Karena kita tahu Tuhan ingin kita hidup benar. Apa pun hambatan yang kita
alami, Dia akan selalu beserta kita selama kita hidup benar.
STUDI PRIBADI: (1) Apa isi fitnah yang disebarkan mengenai Paulus? (2) Apa yang harus ia
lakukan untuk membuktikan bahwa berita yang beredar tentang dirinya tidak benar?
Doakanlah supaya setiap anak Tuhan mampu bertahan untuk hidup benar
sesuai dengan kehendak Tuhan apa pun hambatan yang dialami, sehingga
memuliakan nama Tuhan.
20
RABU
JULI 2016
“Tetapi kata Tuhan kepadaku: Pergilah,
sebab Aku akan mengutus engkau jauh dari sini
kepada bangsa-bangsa lain.”
(Kisah Para Rasul 22:21)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 22:1-30
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 22:1-30
PANGGILAN UNTUK BERSAKSI
O
rang percaya diselamatkan bukan untuk menyimpan berita
keselamatan itu bagi diri sendiri. Orang percaya dipanggil untuk
memberitakan kabar keselamatan itu kepada orang-orang lainnya.
Itu adalah kehendak Tuhan. Paulus sangat memahami hal ini dan dia
melakukannya. Sebelumnya, Paulus telah dipukuli oleh orang-orang yang
menganggapnya telah menentang hukum Taurat. Dalam keadaan babak
belur, Paulus meminta kesempatan untuk berbicara kepada orang-orang
tersebut. Paulus tahu orang-orang Yahudi itu belum mengenal diri Kristus.
Karena itu, dia ingin memberitakan kabar baik itu pada mereka.
Paulus memulai dengan menceritakan kisah hidupnya: pendidikannya
di bawah Gamaliel, kegiatannya menganiaya pengikut Jalan Tuhan, dan
perjalanannya ke Damsyik untuk menangkap pengikut Kristus. Kemudian
dia mengisahkan mengenai perjumpaannya yang ajaib dengan Kristus,
bagaimana ia dibutakan dan “ditangkap” oleh Kristus. Paulus mengisahkan
kisah pertobatannya. Dan pada akhir ceritanya, Paulus menceritakan
mengenai panggilan Tuhan yang diberikan padanya, yaitu memberitakan
Injil kepada bangsa-bangsa. Paulus telah diubahkan, dari seorang
penganiaya jemaat menjadi seorang pemberita Injil.
Paulus memahami dengan benar kehendak Tuhan baginya, untuk
memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain. Itu adalah panggilan
hidupnya. Karena itu dia melakukannya tanpa ragu, sekalipun orang-orang
sebangsanya menentangnya. Seperti dirinya yang telah diselamatkan oleh
Kristus, Paulus ingin orang lain juga merasakan anugerah keselamatan
dari Tuhan. Paulus menyampaikan kesaksiannya di hadapan orang-orang
yang telah memukulinya, karena ia ingin mereka juga percaya pada Yesus.
Setiap kita juga dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi saksi-Nya. Ini
adalah panggilan dan tugas yang mulia. Kita dipanggil bukan karena kita
layak, tapi karena anugerah Tuhan. Panggilan menjadi saksi adalah bagian
dari anugerah keselamatan yang diberikan Tuhan kepada kita. Sudahkah
kita menjadi saksi bagi Kristus dalam kehidupan kita?
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Paulus lakukan ketika Stefanus dilempari batu? (2) Mengapa
orang banyak marah dan berteriak kembali setelah mendengar perkataan terakhir Paulus?
Doakanlah supaya kehidupan setiap orang percaya sungguh-sungguh bisa
menyaksikan keselamatan yang telah mereka terima dari Tuhan, dan hidup
memuliakan Dia.
21
KAMIS
JULI 2016
“Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau
dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem,
demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma.”
(Kisah Para Rasul 23:11)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 23:1-11
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 23:1-15
KUATKANLAH HATIMU
P
eristiwa-peristiwa yang terjadi dalam Kisah Para Rasul 21-23 telah
membuat Paulus merasa cemas dan gelisah mengenai apa yang
akan terjadi atas dirinya. Paulus merasa bahwa firasat-firasatnya
yang paling buruk mengenai penderitaannya di Yerusalem (Kis. 20:22-24),
kemungkinan akan terwujud. Dia pun merasa, bahwa dia akan dibunuh di
Yerusalem. Jika hal itu terjadi, maka kerinduan hatinya untuk membawa
berita Injil ke Roma bisa jadi tidak akan terwujud. Agaknya Paulus memiliki
keinginan khusus, yang tulus, untuk pergi ke Roma dan memberitakan Injil
di sana, meskipun wilayah itu sudah mendengarkan Injil, dan jemaat sudah
berdiri di sana. Namun sebagai warga negara Roma, dia rindu pergi ke
sana, dan telah merencanakannya, “Sesudah berkunjung ke situ aku harus
melihat Roma juga.” Dia juga sudah menuliskan kepada jemaat di Roma
beberapa waktu sebelumnya, bahwa dia ingin melihat mereka (Kis. 19:21;
Roma 1:11).
Dalam kondisi yang demikian genting, Tuhan Yesus datang melawat
Paulus; meskipun terjadi pada malam hari, kunjungan itu dilakukan pada
waktu yang tepat. Dia berdiri di sisinya, untuk menunjukkan kepada Paulus
bahwa sepanjang hari Dia benar-benar menyertainya, senyata
keberadaan-Nya yang bisa dilihat Paulus pada malam itu. Lawatan Tuhan
di malam itu, sungguh sangat menghibur dan menguatkan hatinya. Terlebih
lagi, saat Yesus berkata langsung kepadanya, “Kuatkanlah hatimu, sebab
sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di
Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma”
(Kis. 23:11). Pernyataan Tuhan Yesus ini begitu penting bagi Paulus.
Dari bagian ini kita belajar bahwa, Tuhan tidak pernah tinggal diam
dalam segala kesusahan yang dialami oleh para hamba-Nya. PenyertaanNya selalu ada dan datang tepat pada waktu-Nya. Jika saat ini Anda
sedang merasa cemas dan gelisah, ingatlah, bahwa Tuhan tidak pernah
meninggalkan Anda sendiri. Sebagaimana Ia datang menguatkan Paulus,
Ia juga akan datang menguatkan Anda. Kuatkanlah hatimu!
STUDI PRIBADI: (1) Apa Tuhan meninggalkan Paulus sendirian menghadapi situasi yang
sulit? Jelaskan! (2) Apa Anda juga mengalami penyertaan-Nya? Bagaimana hal itu terjadi?
Doakanlah agar anak-anak Tuhan dan hamba-hamba-Nya boleh mengalami
kekuatan yang berasal dari Tuhan dalam mengikuti dan melayani Tuhan,
karena itulah yang menopang pelayanan kita kepada-Nya.
22
JUMAT
JULI 2016
“Akan tetapi kemenakan Paulus, anak saudaranya
perempuan, mendengar tentang penghadangan itu…
ia memberitahukannya kepada Paulus.”
(Kisah Para Rasul 23:16)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 23:12-22
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 23:12-35
PENJAGAAN DAN PEMELIHARAAN TUHAN
K
isah Para Rasul 23:12-22 menceritakan tentang rencana komplotan
orang-orang Yahudi yang ingin membunuh Paulus. Rencana
tersebut muncul setelah mereka mendapati bahwa mereka tidak
memperoleh apa-apa dengan membuat keributan atau menempuh jalur
hukum terhadap Paulus (Kis. 21-23:11). Karena itu, dengan perasaan
kebencian yang memuncak, mereka beralih pada cara yang biadab yaitu
berencana untuk membunuhnya. Begitu tak henti-hentinya mereka berbuat
jahat terhadap Paulus; ketika satu rencana gagal, mereka akan beralih
pada rencana yang lain. Mereka berencana hendak menghadang Paulus
secara tiba-tiba, dan menikamnya begitu mereka bisa mendekati dia.
Upaya membunuh Paulus, yang semula bersifat rencana tersebut,
ternyata kemudian berubah menjadi suatu tekad bulat yang diikat dengan
sumpah. Mereka bersumpah dengan mengutuk diri, menimpakan kutuk
yang paling berat terhadap diri mereka sendiri, jiwa, tubuh, dan keluarga
mereka, jika mereka tidak membunuh Paulus. Mereka begitu sudah tidak
sabar lagi untuk melakukannya, sampai-sampai mereka tidak akan makan
atau minum sebelum mereka melakukannya. Sungguh tidak masuk akal
kejahatan yang sedang mereka rancangkan tersebut. Mereka berencana
membunuh seorang yang tidak bersalah, seorang yang baik, seorang yang
berguna, seorang yang tidak berbuat jahat terhadap mereka, yang ingin
melakukan segala kebaikan yang dapat dilakukannya terhadap mereka.
Puji Tuhan! Tuhan yang Paulus layani, sesungguhnya sudah mengatur
supaya rencana itu diketahui, sehingga pada akhirnya berhasil digagalkan.
Di dalam pengaturan Tuhan, rencana penghadangan mereka terdengar
oleh keponakan Paulus sendiri. Bagaimana sang keponakan memperoleh
informasi tersebut, tidak diketahui. Namun yang jelas dia sangat mengasihi
Paulus sehingga dia harus menyampaikan kabar tersebut kepada Paulus
di Menara Antonia. Bagaimanakah dengan kita? Kisah ini mendorong kita
untuk percaya bahwa Tuhan dapat memakai banyak hal untuk memelihara
dan menolong hidup kita.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Allah menyelamatkan Paulus dari perencanaan jahat orang
Yahudi? (2) Hal apa yang dapat kita pelajari dari kisah ini bagi hidup kita?
Berdoalah agar Tuhan terus menyertai dan memelihara setiap hamba-Nya di
dalam segala kondisi yang sedang mereka alami. Kiranya damai sejahtera
menaungi hati dan pikiran umat-Nya.
23
SABTU
JULI 2016
“Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati
nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.”
(Kisah Para Rasul 24:16)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 24:1-27
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 24
HATI NURANI YANG MURNI
D
alam nas hari ini, Paulus mengungkapkan salah satu rahasia
pelayanannya, yaitu tentang hati nurani yang murni. Beberapa kali
Paulus menyebutkan dalam surat-suratnya (Kis. 23:1; 1Tim. 1:18;
2Tim. 1:3). Karena itu, Paulus mengingatkan Timotius agar janganlah ia
mengikuti mereka yang menolak hati nurani yang murni (1Tim. 1:19).
Hati nurani berkaitan dengan motivasi melayani, apakah kita melayani
sungguh-sungguh murni untuk Tuhan, ataukah kita menyimpan motivasi
tersembunyi untuk diri kita sendiri. Hati nurani berkaitan dengan kesadaran
akan kebergantungan kita kepada Tuhan. Hati nurani berkaitan dengan
ketulusan kita di hadapan Tuhan. Manusia bisa salah menilai kita karena
kebanyakan manusia melihat apa yang ada di depan mata. Sedangkan di
hadapan Allah, diri kita terbuka sepenuhnya karena Tuhan melihat jauh ke
dalam hati (1Sam. 16:7). Celakanya, terkadang banyak orang lupa bahwa
hidupnya terbuka di hadapan Tuhan sehingga mereka menyimpan motivasi
yang salah dan membiarkan hati nurani mereka dikotori dosa. Terkadang
beberapa orang merasa semuanya baik ketika pelayanan mereka dipuji
orang, sehingga tanpa sadar mereka lebih mencari pengakuan manusia.
Bagaimana menjaga hati nurani yang murni dalam melayani Tuhan?
Pertama adalah kita melayani Tuhan dengan satu kesadaran bahwa Tuhan
melihat hidup kita seutuhnya, termasuk hati nurani kita. Paulus berusaha
menjaga hal ini dalam hidup serta pelayanannya, sampai pada akhir
hidupnya. Ia selalu bergantung dan hidup dengan tulus di hadapan Tuhan
(2Kor. 12:7). Kedua adalah dengan menaruh pengharapan kehidupan kita
kepada Tuhan yang adalah Hakim yang Adil. Paulus berkata, akan adanya
kebangkitan bagi semua orang, baik yang benar dan yang tidak benar. Di
hadapan Tuhan, semuanya tidak ada yang tersembunyi. Karena itu dengan
bergantung kepada Tuhan, marilah kita melayani Dia dan hidup hanya bagi
Dia, dengan meminta pertolongan-Nya agar hati nurani kita tetap kudus di
dalam Dia; dan dijauhkan dari motivasi yang dapat menjauhkan kita dari
Tuhan.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana menjaga hati nurani yang murni dalam pelayanan kita? (2)
Mengapa menjaga hati nurani tetap murni itu begitu penting dalam pelayanan?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar ditolong Tuhan untuk hidup dengan hati
nurani yang murni dalam kehidupan dan pelayanannya, sehingga apa yang
dikerjakannya dalam hidup boleh berhasil di mata Tuhan.
24
MINGGU
JULI 2016
“... tidak ada seorangpun yang berhak menyerahkan
aku sebagai suatu anugerah kepada mereka …!”
(Kisah Para Rasul 25:11b)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 25:1-27
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 25
TEGUH DAN BERSAKSI BAGI TUHAN
S
alah satu ucapan bahagia Tuhan Yesus berbunyi, “Berbahagialah
orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku
kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat”
(Mat. 5:10-11). Melalui ucapan Tuhan ini, kita diingatkan sebagai pengikut
Kristus agar kita siap sedia untuk dicela, dianiaya dan difitnah akan yang
jahat, ketika hidup dalam dunia. Ini pula yang dialami Paulus pada waktu
itu, dia dipenjara dan dikenakan tuduhan yang jahat yang tidak pernah dia
lakukan. Sebenarnya orang-orang Yahudi yang tidak suka hanya berusaha
agar Paulus sesegera mungkin disingkirkan.
Melihat kesaksian hidup Paulus dalam menghadapi penganiayaan
dan fitnah yang diterimanya, kita bisa mendapatkan pelajaran. Tuhan tidak
pernah meninggalkan Paulus sendirian. Penganiayaan dan kesulitan ini
tidaklah menunjukkan bahwa Tuhan sedang meninggalkan Paulus. Apa
buktinya? Paulus tetap kuat dan sabar dalam menjalani penderitaannya ini,
Paulus tidak larut dalam ketakutan tapi tetap teguh berdiri dalam imannya.
Paulus bahkan dapat memberikan jawaban, memberikan kesaksian, dan
memberikan pembelaan diri dengan tepat. Ini seperti yang dikatakan Tuhan
Yesus, “Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan
bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu
akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga” (Mat. 10:19). Hal ini
merupakan karya Roh Kudus yang menolong kita ketika kita menghadapi
tantangan iman seperti ini.
Seperti Paulus, mungkin kita mengalami penolakan dari anggota
keluarga kita yang belum percaya kepada Kristus; atau kita mengalami
penolakan dari lingkungan tempat kita hidup atau bekerja. Tentunya bukan
berarti kita ditolak karena sikap atau sifat kita yang tidak baik, tetapi karena
iman kita. Di sini kita belajar bahwa Tuhan tidak meninggalkan kita, Tuhan
akan menolong dan meneguhkan kita untuk berdiri teguh dan bersaksi bagi
Tuhan.
STUDI PRIBADI: (1) Apa buktinya bahwa Tuhan tidak meninggalkan Paulus dalam kesulitan
hidupnya? (2) Apakah setiap kesulitan yang kita alami, berarti Tuhan meninggalkan kita?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar selalu bersandar kepada Tuhan dalam
berbagai kesulitan hidupnya termasuk yang menantang imannya kepada
Tuhan, sehingga hidup kita menjadi kesaksian yang memuliakan-Nya.
25
SENIN
JULI 2016
“Jawab Agripa: Hampir-hampir saja
kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!”
(Kisah Para Rasul 26:28)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 26:1-32
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 26
KESAKSIAN PAULUS
K
isah 26 ini memuat kesaksian Paulus di hadapan raja Agripa. Ketika
Paulus dibawa untuk diadili di hadapan raja Agripa, Paulus tidak
menyia-nyiakan kesempatan untuk bersaksi, karena Paulus tahu
bahwa setiap orang, tanpa kecuali, membutuhkan Injil Tuhan Yesus.
Sekalipun hidupnya sedang di ujung tanduk, tetapi Paulus tidak terfokus
pada keamanan diri sendiri, karena ia tahu betapa pentingnya Injil yang
telah mengubahkan hidupnya dan ia pun ingin agar oranglain mengalami
hal yang sama.
Sayang sekali, pada hari ini banyak orang enggan bersaksi. Mengapa
orang enggan bersaksi? Ada banyak alasan. Ada yang mengatakan karena
ia takut, tidak pandai bicara, tidak tahu menjelaskan dan lain sebagainya.
Ketika diminta untuk bersaksi, biasanya orang cenderung mundur dan
gentar. Padahal apa sih bersaksi itu? Bersaksi berarti menceritakan
kembali apa yang ia lihat, dia alami dan dia tahu tentang sesuatu yang
disaksikan. Dalam hal Injil, berarti menceritakan kembali pengalaman dan
pengenalan seseorang akan Tuhan yang telah menyelamatkan hidupnya.
Lalu mengapa kita sulit menyaksikan apa yang telah Kristus lakukan
bagi dan dalam hidup kita? Apakah kita merasa bahwa apa yang Kristus
lakukan itu tidak penting dan tidak berharga? Atau jangan-jangan karena
kita sendiri memang tidak punya pengalaman diselamatkan oleh Tuhan
dan tidak mengenal Tuhan Yesus sama sekali alias hanya menjadi Kristen
KTP/ikut-ikutan?
Menceritakan apa yang telah Kristus lakukan dalam hidup kita adalah
kewajiban kita, anak-anak Tuhan yang telah mengalami keselamatan-Nya.
Masalah orang itu mau percaya atau tidak, itu adalah pekerjaan Roh Tuhan.
Sama seperti ketika Paulus bersaksi, gubernur Festus malah menyebut
Paulus orang gila, tetapi Paulus tidak berhenti bersaksi. Ia berdoa agar
mereka dapat diselamatkan Tuhan Yesus. Kiranya kita bisa meneladani
Paulus, jangan menyia-nyiakan kesempatan untuk bersaksi, karena kita
memiliki sebuah kabar yang luar biasa, yang bisa menyelamatkan.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa gubernur Festus mengatakan Paulus gila ketika mendengar
kesaksiannya? (2) Pendekatan dan cara bagaimana yang dipakai Paulus untuk bersaksi?
Berdoalah agar jemaat Tuhan bertumbuh dan mengembangkan kesukaan
untuk bersaksi sehingga semakin banyak orang yang diselamatkan. Berdoa
juga bagi para misionaris, untuk pergumulannya, Tuhan pimpin.
26
SELASA
JULI 2016
“... Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini,
aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati,
sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa,
kecuali kapal ini.” (Kisah Para Rasul 27:22)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 27:1-26
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 27:1-26
TETAP TENANG DI TENGAH BADAI
A
pa yang saudara pikirkan ketika melihat orang botak menjual obat
penumbuh rambut? Atau jika seorang yang gemuk menjual produk
untuk melangsingkan badan? Atau seorang yang penampilannya
lusuh, dekil, kemudian menjual jasa yang bisa membuat kita mendapatkan
penghasilan yang menjadikan kita kaya? Untuk hal-hal di atas, kita pasti
tidak akan mempercayainya. Apalagi tertarik untuk membeli produk atau
memakai jasa yang ditawarkannya.
Demikian juga dengan kehidupan kita sebagai orang percaya. Sering
kita berbicara panjang-lebar tentang kebaikan Tuhan, kehebatan Tuhan,
keajaiban Tuhan. Kita berbicara tentang hidup kudus, hidup yang diberkati,
hidup yang diubahkan; tetapi, kehidupan kita sendiri tidak menunjukkan
bahwa kita telah mengalami perubahan di dalam Tuhan. Sehingga tidak
heran, jika pada akhirnya tidak ada yang percaya bahwa ada kebaikan
menjadi orang Kristen, bahwa Kristus sanggup mengubahkan hidup
seseorang; apalagi yang tertarik untuk menjadi orang Kristen.
Berbeda sekali dengan Paulus, ia bersaksi bukan hanya dengan
perkataan tetapi dengan tindakan dan perbuatan. Ketika Paulus menjadi
tahanan dan dalam perjalanan menuju ke Italia, kapal yang membawanya
kandas. Dalam kondisi letih, kelaparan, kesusahan, Paulus menunjukkan
sikap sebagai seorang anak Tuhan yang baik. Paulus tidak mengeluh,
marah-marah atau bahkan mencari kesempatan untuk melarikan diri; tetapi
dengan keteguhan hati, ia memberikan nasihat dan menguatkan mereka,
termasuk orang yang menangkapnya! Sungguh suatu teladan yang luar
biasa. D.L. Moody pernah berkata, ketika seseorang mengalami kesulitan,
goncangan maka apa yang ada di dalam dirinya, itulah yang akan keluar.
Paulus menunjukkan bahwa Kristuslah yang ada dalam dirinya, sehingga
ketika kesulitan itu menekan, ia tetap menghasilkan kesaksian yang indah,
sehingga dapat menguatkan dan menghibur mereka yang dalam kesulitan.
Bagaimana dengan kita? Adakah kita telah bersaksi melalui kehidupan
kita, dalam kondisi apapun?
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Paulus katakan kepada mereka yang terdampar bersamanya? (2) Bagaimana Paulus bisa tetap tenang sekalipun dalam kesusahan & penderitaan?
Berdoalah agar jemaat Tuhan agar diberikan keteguhan hati untuk tetap
memiliki kesaksian hidup yang baik sebagai anak Tuhan, di tengah tekanan
dan kesulitan yang sedang mereka hadapi.
27
RABU
JULI 2016
“… Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan
sehelai pun dari rambut kepalanya.”
(Kisah Para Rasul 27:34)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 27:27-44
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 27:27-44
DI SAAT BADAI BERGELORA
P
ernahkah Anda mengalami situasi yang begitu mencekam, dimana
kapal yang Anda tumpangi terombang-ambing di tengah lautan?
Jika belum pernah, bisakah Anda membayangkan kapal yang Anda
tumpangi diterpa badai yang dahsyat, tidak hanya 1 jam atau 1 hari, tapi
selama 2 minggu! Kira-kira, apa yang Anda lakukan di saat situasi seperti
itu? Panik? Putus asa merasa tidak ada harapan?
275 orang yang ada di kapal bersama Paulus juga sudah kehilangan
harapan. Mereka terombang-ambing di Laut Adria selama 14 hari tanpa
kepastian! Segala usaha sudah mereka lakukan sampai harus membuang
muatan dan alat-alat kapal, tetapi masih belum bisa membawa kapal ke
tepian. Demikian juga, tidak terlihat ada tanda ada bala bantuan datang.
Namun sikap yang berbeda ditunjukkan Paulus. Paulus tetap memiliki
pengharapan. Paulus mengajak mereka untuk makan, karena sudah 14
hari mereka tidak makan dan hal itu pasti mempengaruhi kekuatan dan
kesehatan mereka. Mereka sudah lelah dan lemah secara emosional, dan
akan semakin berat jika mereka juga lelah dan lemah secara fisik. Karena
itu, Paulus mengajak mereka untuk makan. Paulus juga mengingatkan janji
Tuhan bahwa semua yang ada di dalam kapal itu akan selamat (ay. 24, 34).
Paulus mengajak mereka untuk memercayai janji Allah. Setelah itu, Paulus
berdoa, mengucap syukur kepada Allah di hadapan mereka. Dan ternyata
apa yang dilakukan Paulus tersebut berdampak bagi mereka. Hati mereka
semua menjadi kuat (ay. 36), artinya mereka memiliki harapan lagi dan
harapan itu ada karena mereka memercayai perkataan Paulus tentang janji
Allah. Akhirnya merekapun makan sampai kenyang. Dengan demikian,
keadaan mereka kembali dipulihkan, baik secara jasmani maupun rohani.
Dan janji Allah tergenapi dengan sampainya mereka semua di darat
dengan selamat.
Bagaimana saat kita menghadapi badai hidup kita? Apakah kita putus
asa? Marilah datang kepada Tuhan Yesus, percayalah kepada janji-Nya,
percayalah juga kepada kasih dan rencana-Nya yang terbaik bagi kita.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa ke-275 orang yang ada di kapal itu tidak memiliki harapan
untuk selamat? (2) Mengapa Paulus memiliki sikap yang berbeda dari mereka?
Berdoalah agar jemaat Tuhan mampu menghadapi persoalan hidup dengan
berpegang teguh pada janji dan kasih Allah, sehingga damai sejahtera dan
kekuatan sorgawi menuntun kita tetap berjalan di jalan Tuhan.
28
KAMIS
JULI 2016
“Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa
ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar
tentang Tuhan Yesus Kristus.”
(Kisah Para Rasul 28:31)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 28:17-31
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 28
DI MANA SAJA DAN KAPAN SAJA
P
erjalanan Paulus dari Yerusalem ke Roma bukanlah perjalanan
wisata atau liburan, namun saat itu ia menjadi tawanan karena ia
memberitakan Injil. Suatu perjalanan panjang yang penuh bahaya
maut, dan ketika tiba di Roma, ia harus hidup sebagai tawanan, tinggal di
sebuah rumah dan dijaga oleh seorang prajurit. Dalam situasi yang tidak
menyenangkan itu, ia tidak mengeluh, marah kepada Tuhan atau berhenti
memberitakan Injil, untuk aman. Dari bacaan hari ini, kita melihat: Paulus
tetap konsisten dengan panggilannya untuk melayani dan memberitakan
TuhanYesus, di mana saja dan kapan saja ada kesempatan.
(1) Ketika Paulus dan semua penumpang kapal terdampar di Pulau
Malta, Paulus mendoakan ayah dari Publius, gubernur Pulau Malta yang
sedang sakit demam dan diare, hingga pada akhirnya ayah dari Publius itu
menjadi sembuh (Kisah Para Rasul 28:7-8). Setelah peristiwa itu, banyak
orang sakit yang datang kepada Paulus, dan Pauluspun melayani mereka,
mendoakan dan mereka menjadi sembuh (ay. 9). Di pulau Malta ini, Paulus
melayani orang-orang non Yahudi.
(2) Selama 2 tahun di rumah tahanan di Roma, Paulus mengabarkan
tentang Kerajaan Allah dan tentang Yesus kepada orang-orang terkemuka
bangsa Yahudi (ay. 23), juga kepada orang banyak yang datang ke rumah
tahanan Paulus (ay. 30-31). Apa yang Paulus lakukan ini sesuai dengan
motto hidupnya: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah
keuntungan. Tetapi jika aku hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja
memberi buah…” (Filipi 2:21-24).
Sejak Paulus berjumpa dengan Yesus dan mendapat anugerah kasih
Yesus, seluruh hidup Paulus dipakai untuk melayani dan mengabarkan Injil.
Paulus tidak membeda-bedakan siapa yang ia layani (orang Yahudi
maupun non Yahudi). Paulus juga tidak menunggu situasi menyenangkan
atau aman saja, baru mau melayani. Bagaimana dengan Anda? Melayani
Tuhan tidak terbatas hanya di gereja, namun di manapun dan kapanpun
ketika Tuhan memberi kesempatan kepada kita.
STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang membuat Paulus mampu menggunakan seluruh hidupnya
untuk melayani Tuhan? (2) Bagaimanakah hidup yang melayani Tuhan itu?
Berdoa agar setiap jemaat Tuhan mau mempersembahkan hidupnya untuk
melayani Tuhan, di mana pun dan kapan pun; supaya di manapun mereka
berada, mereka memuliakan Tuhan.
29
JUMAT
JULI 2016
“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil,
karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan
setiap orang yang percaya ...”
(Roma 1:16)
Bacaan hari ini: Roma 1:16
Bacaan setahun: Roma 1:1-32
TIDAK MALU MEMBERITAKAN INJIL
R
oma 1:16-17 merupakan alasan yang dikemukakan Paulus ketika
ia memberitakan Injil di Roma. Terjemahan yang tepat seharusnya,
“Aku tidak malu terhadap Injil...” (“For I am not ashamed of the
gospel”). Paulus berkata, “Sebab aku tidak malu terhadap Injil.” Paulus
sadar bahwa orang percaya selalu tetap tergoda untuk merasa malu
terhadap Injil Kristus. Mengapa demikian? Karena dari segi pandangan
manusia, Injil Kristus bukanlah suatu kebanggaan. Menurut mereka yang
akan binasa, pemberitaan tentang Injil Kristus itu adalah suatu kebodohan.
Namun bagi mereka yang akan diselamatkan, Injil itu adalah kekuatan Allah
yang menyelamatkan (1Kor. 1:18). Karena itu, Paulus tidak pernah merasa
malu untuk memberitakan Injil, secara khusus bagi orang-orang di Roma.
Lebih lanjut Paulus menuliskan, “Karena Injil itu adalah kekuatan Allah
yang menyelamatkan setiap orang percaya, pertama-tama orang Yahudi,
tetapi juga kepada orang Yunani.” Keyakinan Paulus ini bukan didasarkan
kepada pengetahuan, tetapi kepada pengalaman hidupnya, di mana dia
bertemu dengan Kristus secara pribadi yang menjamin akan kehidupan
dan keselamatannya. Keselamatan yang dimaksudkan di dalam bagian ini,
adalah keselamatan dari murka Allah (Rm. 1:18 dan 5:9). Karena itu,
Paulus tidak malu memberitakan Injil Kristus yang menyelamatkan itu di
kota Roma, baik mereka adalah orang-orang Yahudi, maupun juga kepada
orang-orang Yunani.
Belajar dari apa yang dilakukan Rasul Paulus ini, kita seharusnya tidak
malu untuk memberitakan Injil Kristus. Mengapa? Karena: (1) Kita sudah
mewarisi keselamatan di dalam Yesus Kristus dan Yesus Kristus sudah
menjamin kehidupan kita; (2) Karena keselamatan itu diberikan Allah
kepada umat pilihan-Nya, maka sudah seharusnya kita mengutamakan
keselamatan ini, sebagai fokus di dalam kehidupan dan pelayanan kita.
Sebab itu, kita harus mengambil bagian di dalam tugas memberitakan Injil
Kristus, agar orang yang belum percaya, boleh mendengar dan percaya
kepada Injil Kristus itu.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Paulus tidak malu memberitakan Injil? (2) Mengapa orang
berdosa perlu mendengarkan Injil?
Berdoalah bagi setiap anak-anak Tuhan di manapun mereka berada di
bangsa ini, agar mereka tidak malu mengakui diri sebagai orang Kristen dan
berani memberitakan Injil Yesus Kristus.
30
SABTU
JULI 2016
“Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya,
kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya?...”
(Roma 2:4)
Bacaan hari ini: Roma 2:1-29
Bacaan setahun: Roma 2:1-29
KEMURAHAN ALLAH ATAS KITA
K
ata “menganggap sepi” berarti “menghina, mengejek, atau menganggap enteng, sehingga ayat ini dapat diterjemahkan, “Apakah
engkau menghina kekayaan kemurahan-Nya?” Demikianlah sikap
pengabaian orang Yahudi terhadap kasih karunia Allah bagi mereka. Sikap
mereka yang membanggakan kebangsaan dan agamanya menyebabkan
mereka memandang rendah orang-orang bukan Yahudi dan menjauhinya.
Teguran Paulus yang dinyatakan dalam suratnya kepada jemaat di
Roma, diangggap bukan ditujukan kepada mereka sebagai orang Yahudi
yang bersunat, tapi kepada orang-orang yang tidak bersunat, yaitu mereka
orang-orang kafir, orang-orang bukan Yahudi (ay. 1-3). Mereka menyangka
bahwa mereka akan luput dari hukuman Allah karena mereka adalah
bangsa pilihan Allah. Akibatnya, mereka menganggap enteng dan menyianyiakan kesempatan yang Allah berikan kepada mereka untuk bertobat (ay.
4), sehingga menimbun murka Allah atas diri mereka sendiri (ay. 5).
Demikianlah akibat menganggap sepi kekayaan, kemurahan, kesabaran
dan kelapangan hati Allah bagi mereka.
Tahukah Anda, bahwa dari dulu sampai sekarang ini, Allah masih
menunjukkan kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan
hati-Nya kepada kita manusia berdosa? Dan tahukah Anda, bahwa maksud
kemurahan Allah adalah menuntun kita kepada pertobatan?
Sesungguhnya, Allah sangat mengasihi kita. Ia tidak menginginkan
kebinasaan kita yang berdosa ini. Yang Ia inginkan adalah pertobatan dan
keselamatan atas kita semua. Janganlah kita jatuh ke dalam kesalahan
yang sama seperti orang Yahudi. Oleh karena itu, janganlah mengabaikan
kemurahan kasih Allah dengan menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya yang menuntun kita kepada
pertobatan dan keselamatan di dalam Juruselamat kita, Yesus Kristus.
Marilah kita gunakan kesempatan yang Allah berikan dengan menyesali
dan meninggalkan segala dosa yang kita perbuat selama ini, dan datang
kepada Kristus untuk menerima keselamatan dari pada-Nya.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Allah menunjukkan kekayaan kemurahan-Nya kepada
manusia berdosa? (2) Bagaimana respons kita terhadap kemurahan Allah tersebut?
Berdoalah agar semakin banyak orang dapat meresponi dengan tepat dan
benar akan kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan
hati-Nya kepada mereka.
31
MINGGU
JULI 2016
“Karena semua orang telah berbuat dosa
dan telah kehilangan kemuliaan Allah.”
(Roma 3:23)
Bacaan hari ini: Roma 3:9-20
Bacaan setahun: Roma 3
SEMUA MANUSIA TELAH BERDOSA
S
iapakah di antara kita yang tidak pernah berbuat dosa? Tidak ada,
bukan? Semua orang pasti pernah berbuat dosa. Termasuk diri kita,
orang yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus, terkadang masih
berbuat dosa. Roma 3:23 menegaskan bahwa: “Karena semua orang telah
berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”. Paulus menegaskan
bahwa semua manusia telah jatuh ke dalam dosa. Semua manusia ada di
dalam kondisi yang penuh dosa. Tidak ada pengecualian. Karena semua
manusia berasal dari benih Adam yang sudah berdosa.
Pertanyaannya: Apa itu dosa? Dosa dapat diartikan sebagai: (1) Penyelewengan terhadap perintah dan ketetapan Allah; (2) Pemberontakan
terhadap kehendak Allah; (3) Penyangkalan terhadap keberadaan Allah.
Kejatuhan Adam ke dalam dosa secara “peradilan/hukum” menjadikan
manusia berdosa di hadapan Allah. Hal ini sesuai dengan Roma 3:9-12.
Kejatuhan manusia pertama telah menyatakan status manusia, bahwa
manusia telah menjadi berdosa di hadapan Allah. Hal ini terbukti di dalam
kehidupan manusia melalui berbagai sikap dan perilaku hidupnya. Kadang
melalui pikiran kita merancang dosa, melalui mulut kita mengucapkan
dosa, melalui perilaku kita kita melakukan dosa.
Kris Lundgaard, menulis dalam bukunya “The Enemy Within” bahwa
dosa di dalam diri manusia seperti sebuah hukum yang berusaha menarik
kehendak manusia mengikuti kepentingannya. Lundgaar menganalogikan
hal ini sebagai suatu hukum gravitasi. Hukum Gravitasi menunjukkan
adanya suatu kekuatan yang dapat menarik/membuat objek-objek (bendabenda) mengikuti kehendaknya. Contoh: benda yang dilemparkan ke atas
akan tertarik/mengikuti gaya gravitasi. Demikian juga dengan dosa, akan
berusaha menarik kita manusia untuk mengikuti kehendaknya. Manusia
tidak akan bisa dilepaskan dari belenggu dosa, kecuali ia diselamatkan
oleh Kristus. Melalui kematian-Nya di atas kayu salib, Yesus Kristus telah
mematahkan kuk perhambaan dan kuasa maut dikalahkan-Nya, supaya
kita dilepaskan dari dosa dan menerima hidup kekal.
STUDI PRIBADI: (1) Apa arti dosa menurut firman Allah? Bagaimana orang hari ini
memandang dosa? (2) Bagaimana seseorang dapat diselamatkan dari kuasa dosa?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka tidak lagi mau diperhamba
oleh dosa dan mengikuti segala keinginan hawa nafsu yang bekerja dalam
diri mereka, melainkan mereka mengikuti kehendak Tuhan.
“Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati
nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.”
(Kisah Para Rasul 24:16)
Download