| 243 | 二零 BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 243 | JULI 2016 “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.” [Kolose 3:2-3] Saran-saran Praktis Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan) PERSPEKTIF www.gkagloria.or.id Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email: [email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 243: Alfred Jobeanto, Anggiat M. Pandiangan, Bambang Alim, Bambang Tedjo Elok Chrisinar, Ie David, Inge Adriana, Ivan Kwananda, Jonathan Dwiputra Hana Ovilordia, Hendry Heryanto, Liem Sien Liong, Otniol H. Seba Rohani, Sahala Marpaung, Yohanes Sudiarto Penerjemah: Tertiusanto EDITORIAL Puas Dalam Tuhan “Kepuasan batin” dan “kepuasan hawa nafsu” adalah dua kondisi yang berbeda. Kepuasan batin berhubungan dengan kerohanian seseorang, sedangkan kepuasan hawa nafsu berhubungan dengan terpenuhinya keinginan-keinginan hawa nafsunya. Meskipun keduanya sangat berbeda dan kontras, keduanya merupakan bagian dari kehidupan manusia yang telah jatuh dalam dosa. Sebagai orang yang takut akan Tuhan, misalnya Daud (Mazmur 17) menyadari bahwa sikap untuk memuaskan hawa nafsu bisa terjadi sewaktu-waktu, ketika dirinya tidak lagi menaati kehendak Tuhan. Ketika hidupnya tidak lagi berfokus kepada Tuhan dan mencari kepuasan di luar diri-Nya; maka sisi gelap hidupnya akan mendorongnya untuk mencari kepuasan bagi hawa nafsunya. Jika ini terjadi, maka relasi dirinya dengan Tuhan menjadi buruk; doanya tidak berkenan di hadapan Tuhan. Untuk menghindar dari jerat kepuasan hawa nafsu, Daud mencari kepuasan di dalam Tuhan. Daud sadar, ada banyak kebutuhan jasmani yang ia perlukan; tetapi kepuasan batinlah yang ia butuhkan, karena kepuasan ini melampaui kepuasan jasmani. Itulah sebabnya, Daud mengatakan: “Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang wajah-Mu, dan pada waktu bangun aku menjadi puas dengan rupa-Mu” (ay. 15). Bagaimanakah dengan kita? Kiranya kitapun dapat meneladani Daud, yaitu puas di dalam Dia. Amin. 01 JUMAT JULI 2016 “… Kornelius sedang menantikan mereka dan ia telah memanggil sanak saudaranya dan sahabat-sahabatnya berkumpul.” (Kisah Para Rasul 10:24) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 10:24-48 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 10:24-48 MEREKA MENANTI KITA Y esus pernah berkata kepada para murid-Nya: “Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai” (Yoh. 4:35). Hal inilah yang dijumpai oleh Petrus ketika ia datang mengunjungi Kornelius. Oleh penglihatan yang dari Allah, Petrus dituntun untuk datang kepada Kornelius, seorang kafir yang tinggal di Kaisarea. Ayat 24 menceritakan bahwa ketika Petrus tiba, ia menjumpai Kornelius telah memanggil sanak saudaranya dan sahabat-sahabatnya untuk berkumpul menantikan berita Injil yang Petrus bawa. Banyak orang berkumpul di rumah Kornelius dan mereka menantikan dengan penuh harap berita keselamatan dari Tuhan kepada mereka. Hati mereka siap dan mereka menyambut Petrus dan berita Injil dengan penuh sukacita. Jika kita sering melakukan pemberitaan Injil, kita akan menjumpai hal yang sama. Ada orang-orang yang begitu terbuka dan siap menerima berita Injil yang kita bawa. Tidak banyak argumentasi dan penolakan dari bibir mereka atas Injil yang kita sampaikan. Mereka hanya mendengarkan dan dengan mudah mereka menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Mereka adalah orang-orang yang seperti Kornelius. Tuhan telah mempersiapkan mereka dan mereka menanti-nantikan berita keselamatan dalam kehidupan mereka. Mereka bagaikan padi yang telah matang dan siap untuk dituai. Ketika kita memberitakan Injil, ada kalanya kita ditolak, ada orangorang yang keras hatinya dan menolak berita Injil. Tetapi mari kita tidak putus asa dan kehilangan semangat. Karena sesungguhnya, ada lebih banyak orang yang telah disiapkan Tuhan untuk menerima berita Injil. Mereka mungkin sekarang berada di rumah-rumah sakit, sebagian berada di toko-toko mereka, dan mereka setiap hari menantikan seorang datang dan memberitakan Injil pengharapan bagi hidup mereka. Ladang telah menguning, siap untuk dituai. Apakah kita mau melangkahkan kaki kita untuk menuai jiwa-jiwa yang telah disiapkan Tuhan? Pergi dan beritakanlah Injil, mereka menanti kita. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang dilakukan Kornelius ketika menantikan Petrus? (2) Siapakah orang-orang di sekitar kita yg belum percaya pada Yesus? Maukah Anda melayani mereka? Berdoa bagi keluarga atau orang-orang di sekitar kita yang belum percaya kepada Yesus. Doakanlah diri kita agar menjadi pemberita Injil yang setia, ke manapun Tuhan tempatkan diri kita. 02 SABTU JULI 2016 “Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.” (Kisah Para Rasul 11:18) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 11:1-18 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 11 ALLAH TIDAK MEMBEDAKAN ORANG K ita cenderung lebih nyaman berelasi dengan orang-orang yang satu suku dengan kita. Selain kesamaan fisik, suku merupakan sebuah identitas, dan setiap suku memiliki ideologi serta nilai-nilai hidup yang sama. Karena itu, di dalam pemberitaan Injil tidaklah mengherankan bila kita lebih mampu mengomunikasikan Injil kepada orang yang sama suku dengan kita. Ada banyak jembatan yang bisa dibangun dalam percakapan dan kesamaan pola pikir yang membuat pemberitaan Injil sesuku lebih mudah dibandingkan pemberitaan Injil lintas budaya. Tetapi, panggilan penginjilan lintas budaya adalah suatu panggilan yang tidak boleh diabaikan oleh setiap orang percaya. Penginjilan lintas budaya adalah hal yang baru di dalam kehidupan gereja mula-mula. Sekalipun Amanat Agung Yesus yang mereka terima jelas bernuansakan lintas budaya, mereka belum dapat memahami sepenuhnya bahwa Injil juga diperuntukkan bagi orang-orang yang selama ini, mereka sebut sebagai kafir. Setelah Petrus memberitakan Injil di Kaisarea, orang-orang Kristen Yahudi berselisih pendapat dengan Petrus dan meminta penjelasan darinya mengenai pelayanannya di Kaisarea (ay. 2). Orang-orang yang menolak tersebut merasa bahwa karya keselamatan Yesus hanya diperuntukkan bagi orang-orang Yahudi, bukan non-Yahudi. Namun Petrus menyampaikan isi hati Tuhan kepada mereka bahwa Tuhan mengaruniakan pertobatan yang juga memimpin orang-orang suku lain untuk diselamatkan melalui pelayanannya di Kaisarea (5-18). Penginjilan lintas budaya sebenarnya juga merupakan hal yang baru dipahami Petrus ketika berjumpa dengan Kornelius di pasal 10. Setelah melihat betapa Tuhan telah menyiapkan Kornelius sekeluarga untuk menerima Injil, ia berkata: “Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang.” Tuhan menyediakan keselamatan bagi mereka. Melalui firman hari ini, Tuhan mengingatkan kita bahwa Ia tidak membedakan orang. Karya keselamatan Ia sediakan bagi orang-orang yang berbeda suku dengan kita. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Apakah artinya pelayanan misi lintas budaya? (2) Apakah keselamatan yang dari Tuhan hanya untuk orang Yahudi saja? Jelaskan! Berdoalah bagi suku-suku yang belum mengenal Tuhan, secara khusus orang-orang suku Madura dan suku Jawa yang berada di sekitar kita, namun masih sedikit di antara mereka yang percaya. 03 MINGGU JULI 2016 “Pada keesokan harinya gemparlah prajurit-prajurit itu. Mereka bertanya-tanya apakah yang telah terjadi dengan Petrus?” (Kisah Para Rasul 12:18) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 12:1-24 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 12 KEKUASAAN ALLAH ATAS MANUSIA K etika kita diberi “kekuasaan” oleh Tuhan, apa yang seharusnya kita kerjakan dengan kekuasaan itu? Jika seseorang menyadari, bahwa kekuasaan itu berasal dari Tuhan, maka ia akan memakainya untuk melayani dan memuliakan nama Tuhan. Namun realitanya, manusia justru melakukan hal sebaliknya, memanfaatkan kekuasaan untuk memperkaya diri, memuaskan hawa nafsunya, dan melayani dosa. Demikian halnya dengan Herodes (Agripa 1), yang memiliki kekuasaan sama seperti kakeknya (Herodes Agung), yang memerintah Yudea, Samaria dan Galilea. Ia adalah seorang raja yang haus akan kekuasaan dan sanjungan. Pertama, kekuasaan manusia tunduk pada kekuasaan Tuhan. Dalam pemerintahannya, ia berusaha mencari sanjungan dengan memusuhi orang Kristen, murid-murid Tuhan, karena tindakan itu membuat dirinya disukai banyak orang Yahudi masa itu. Bahkan ia memerintahkan untuk membunuh Yakobus, saudara Yohanes (ay. 2). Tindakan itu membuahkan hasil. Banyak orang Yahudi menyukai dirinya; sehingga ia melanjutkan dengan penangkapan terhadap Petrus dan berencana akan mempertontonkannya di hadapan orang Yahudi yang membenci pengikut Kristus (ay. 3-4). Namun, jemaat yang mendengar penangkapan itu, berdoa dengan bertekun di hadapan Tuhan untuk keselamatan Petrus (ay. 5); dan Tuhan mendengar doa mereka dan melepaskan Petrus secara ajaib dari penjara, sehingga membuat gempar banyak orang (ay. 6-18). Di sini kita belajar, bahwa betapapun besarnya kekuasaan Herodes, kekuasaan itu di bawah kekuasaan Tuhan. Betapapun ia memberi pengawalan yang ketat kepada Petrus, Tuhan sanggup membebaskannya dengan cara yang ajaib. Kedua, Tuhan menghukum kesombongan manusia dan mencabut kekuasaannya. Peristiwa lepasnya Patrus tidak membuat Herodes menyadari kebesaran Tuhan, melainkan justru bersikap sombong dan menunjukkan dirinya seolah-olah adalah “Allah.” Karena kesombongannya itu, iapun dimatikan oleh Tuhan (ay. 20-23). Bagaimanakah dengan kita? Gunakanlah kekuasaan dengan bijak! STUDI PRIBADI: (1) Apa yang dilakukan Raja Herodes untuk memperkokoh kedudukannya pada waktu itu? (2) Bagaimana sikap Tuhan terhadap Herodes? Berdoalah bagi para petinggi negeri kita agar mereka tidak sombong dan mencari kesenangan bagi dirinya sendiri, melainkan melayani masyarakat dengan baik melalui kedudukan mereka. 04 SENIN JULI 2016 “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.” (Kisah Para Rasul 13:2) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 13:1-3 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 13:1-25 PANGGILAN KHUSUS P anggilan untuk melayani Tuhan dapat kita bagi menjadi 2 bagian, yaitu “panggilan secara umum” dan “panggilan secara khusus.” Yang dimaksud panggilan secara umum adalah panggilan Tuhan secara umum terhadap umat-Nya untuk terlibat dalam pekerjaan-Nya, yaitu menjadi saksi-Nya, di manapun kita berada. Panggilan umum ini bisa juga dapat berhubungan dengan pemakaian talenta yang Tuhan berikan bagi kita untuk melayani Dia dalam pelayanan gerejawi. Sedangkan panggilan khusus adalah panggilan Tuhan secara khusus pada orang tertentu, dengan tugas tertentu, dan bidang/tempat pelayanan tertentu pula, yang tidak diberikan kepada banyak orang. Panggilan inilah yang Tuhan telah berikan kepada Barnabas dan Saulus [Paulus]. Mereka ditentukan oleh Tuhan untuk melayani Dia sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya atas kehidupan mereka (ay. 2). Dalam panggilan ini, Tuhan yang mempersiapkan dan memperlengkapi mereka dengan kuasa dariNya, membentuk mereka dalam pelayanan dan memampukan mereka untuk menyelesaikan tugas yang harus mereka kerjakan. Itulah sebabnya, mereka yang menyadari panggilan Tuhan secara khusus dalam hidupnya, akan bertahan sampai pada akhirnya, sama sperti Paulus yang mengakhiri “pertandingan dengan baik” sampai pada akhirnya (2Tim. 4:6-8). Bagaimana dengan Anda? Apabila Anda merasakan panggilan khusus dari Tuhan untuk melayani Dia sepenuh waktu atau untuk melakukan sesuatu dalam pekerjaan Tuhan di tengah-tengah dunia ini, janganlah Anda menolak atau meragukannya, melainkan persiapkanlah diri untuk mengerjakan mandat khusus Tuhan tersebut. Berdoalah untuk mencari kepastian dari Tuhan dan persiapkanlah diri secara serius, sehingga siap mengerjakan panggilan khusus dari Tuhan. Jika Tuhan semesta alam memberikan kepercayaan khusus kepada Anda, bukankah ini sebuah kepercayaan besar dan mulia? Karena itu, janganlah pernah melewatkan kesempatan yang Tuhan telah berikan kepada kita, tetapi penuhilah panggilan-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Ada berapa klasifikasi panggilan dalam melayani Tuhan? (2) Mengapa Allah memberikan panggilan khusus kepada orang-orang tertentu? Berdoalah bagi setiap para pemuda yang terbeban hati untuk melayani Tuhan sepenuh waktu, agar mereka menyadari dan melakukan panggilan yang Tuhan berikan dengan sungguh-sungguh. 05 SELASA JULI 2016 “Pada hari Sabat berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Tuhan.” (Kisah Para Rasul 13:44) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 13:13-52 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 13:13-52 LAPAR DAN HAUS AKAN FIRMAN TUHAN P ada masa kini, di berbagai kota-kota besar, berbagai jenis makanan dan minuman terus bermunculan untuk memuaskan lidah manusia. Herannya, tidak henti-hentinya manusia terus menikmati makanminum yang ditawarkan kepada mereka. Tidak ada yang keliru dengan hal ini, namun sayangnya, seringkali manusia hanya memuaskan kelaparan dan kehausan mereka akan makanan jasmani. Namun manusia lupa, ada sisi rohani yang harus dipuaskan dengan firman Tuhan. Pada waktu jiwa dan rohani manusia ini dipuaskan, maka kebahagiaan yang sejati itu akan dialami oleh manusia. Dalam perikop yang kita baca hari ini, ada sebuah teladan yang baik dari orang-orang Antiokhia. Mereka tidak hanya mementingkan makanan jasmani, tetapi juga mementingkan makanan rohani. Kita bisa melihat bagaimana mereka begitu lapar dan haus akan firman Tuhan. Diceritakan awal mulanya mereka mendengarkan khotbah Paulus di rumah ibadat orang Yahudi di Antiokhia. Pada kali pertama berkhotbah, Paulus menceritakan tentang kematian dan kebangkitan Yesus. Selesai Paulus berkhotbah, ada banyak orang yang tertarik untuk mengerti lebih banyak mengenai diri Tuhan Yesus (Kis. 13:42). Karena begitu antusiasnya akan berita keselamatan itu, orang-orang yang di rumah ibadat itu tidak hanya mendengarkan Paulus di rumah ibadat saja, mereka dikatakan mengikuti Paulus dan Barnabas untuk lebih memahami kasih karunia Allah (Kis. 13:43). Luar biasanya, pada hari sabat berikutnya, dikatakan orang-orang dari seluruh kota Antiokhia berkumpul di rumah ibadat untuk kembali mendengarkan Paulus berkhotbah tentang Kristus yang mati dan bangkit itu (Kis. 13:44). Setelah mereka mendengarkan berita Injil itu, dikatakan bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan dan menjadi percaya (Kis. 13:48). Bagaimanakah dengan kita, apakah kita merasa lapar dan haus akan firman Tuhan? Apakah kita menganggap firman Tuhan yang diberitakan pada kita, berharga dan kita terus tertarik untuk semakin mendalaminya? STUDI PRIBADI: (1) Apa arti: lapar dan haus akan firman Tuhan? (2) Mengapa anak Tuhan harus hidup lapar dan haus akan firman-Nya? Berdoalah bagi kehidupan rohani jemaat, relasinya dengan Tuhan, dan juga kecintaan mereka akan firman Tuhan, sehingga hidupnya beroleh pembaharuan, hari lepas hari, untuk semakin mengenal dan mengalami Tuhan. 06 RABU JULI 2016 “Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu….” (Kisah Para Rasul 14:15) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 14:1-20 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 14 SEGALA KEMULIAAN BAGI ALLAH S alah satu godaan terbesar bagi para pelayan Tuhan adalah mencuri kemuliaan-Nya. Mereka melayani Tuhan, mengatas-namakan Tuhan, tetapi sayangnya seringkali tujuan dari pelayanan itu adalah untuk meninggikan diri sendiri. Hal ini bisa terjadi tanpa disadari, karena seringkali seorang pelayan Tuhan yang baik dan melakukan pelayanan dengan baik, mereka akan disanjung dan dihormati oleh manusia. Hal inilah yang akhirnya membawa sang pelayan tersebut lupa diri. Dalam perikop yang kita baca, Paulus dan Barnabas memberikan sebuah teladan yang indah, bahwa sebagai seorang pelayan Tuhan tidak boleh mencuri kemuliaan Tuhan. Diceritakan dalam pelayanan mereka di Listra, Paulus menyembuhkan seorang yang lumpuh sejak lahir (ay. 8-10). Karena begitu takjubnya orang-orang akan mujizat yang dilakukan Paulus, mereka menganggap Paulus dan Barnabas sebagai Zeus dan Hermes, dewa yang sangat dihormati di bangsa Yunani (ay. 12). Bahkan dikatakan, para imam dari kuil dewa Zeus datang kepada Paulus membawa lembulembu jantan dan karangan bunga sebagai persembahan korban kepada Paulus dan Barnabas (ay. 13). Semua orang di Listra sudah menganggap mereka sebagai dewa. Namun, sungguh luar biasa respons Paulus dan Barnabas, mereka langsung mengoyakkan pakaian mereka dan menolak pujian yang diberikan orang-orang di Listra. Paulus menempatkan Allah pada posisi-Nya, bahwa Allah lah yang harusnya mereka sembah, mereka tinggikan; bukan Paulus atau Barnabas, bukan pula Zeus atau Hermes. Pada waktu itu, Paulus dan Barnabas bisa saja membiarkan orang-orang Listra meninggikan mereka sebagai allah, dan mencuri kemuliaan Allah. Tetapi mereka tidak melakukannya. Sebagai pelayan-pelayan Tuhan, marilah kita mempunyai kerendahan hati, dan sikap yang “tau diri” bahwa kita adalah hamba, kita bukan Tuhan. Kemuliaan, pengagungan, dan kehormatan hanya kita tujukan kepada Allah, agar orang-orang pun mengerti bahwa yang harus mereka muliakan adalah Allah, dan bukan manusia. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Paulus dan Barnabas menyikapi sanjungan yang berlebihan dari orang banyak? (2) Pelajaran apa yang Anda dapatkan dari sikap mereka? Berdoalah bagi para majelis, hamba Tuhan, pengurus, aktivis yang terlibat dalam pelayanan gerejawi agar mereka melayani Tuhan dengan kutulusan hati dan tidak mencuri kemuliaan Tuhan. 07 KAMIS JULI 2016 “… Paulus dan Barnabas menceriterakan segala tanda dan mujizat yang dilakukan Allah dengan perantaraan mereka di tengah-tengah bangsa-bangsa lain.” (Kisah Para Rasul 15:12) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 15:1-21 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 15:1-21 YANG KUAT MENOPANG YANG LEMAH P erikop kita hari ini menceritakan tentang adanya sidang di Yerusalem yang membahas perbedaan pendapat dalam jemaat. Golongan Farisi yang bertobat (ay. 1-5), mengajarkan bahwa sunat mutlak harus dilakukan oleh orang-orang yang mau diselamatkan, baik itu Yahudi maupun non-Yahudi. Mereka masih berkeyakinan bahwa Yesus menganugerahkan keselamatan kepada orang percaya dengan cara menerapkan hukum sunat. Jadi, iman kepada Yesus tidaklah cukup bagi mereka. Hal ini kemudian membuat jemaat Antiokhia menjadi bingung dan timbul perselisihan, sebab Paulus dan Barnabas bersikeras bahwa orang yang bukan Yahudi tidaklah harus disunat, karena keselamatan adalah anugerah dalam iman kepada Yesus Kristus. Persoalan ini dihadapi dengan sikap tegas oleh Petrus, Paulus dan Barnabas, bukan dengan emosional dan mendiskreditkan orang lain, tapi dengan kembali pada perkataan Yesus dan tanda-tanda yang sudah Tuhan lakukan bagi mereka dan orang-orang yang percaya saat Pentakosta. Mereka menggunakan hal ini sebagai kesempatan untuk memberitakan dan memperteguh iman jemaat dan sekaligus mengoreksi mereka yang keyakinannya masih campur aduk. Baik sekali jika kita bisa belajar seperti para Rasul, perselisihan yang terjadi karena perbedaan keyakinan dalam tubuh jemaat seharusnya membuat kita makin mengerti perkataan firman Tuhan dalam Alkitab, mampu menjelaskan dengan tegas dan berani, bukan menghakimi, tapi mengoreksi dengan kasih, bukan dengan pengetahuan dan nalar kita sendiri tapi kembali pada firman, apalagi dengan emosional, yang justru akan mempertajam perselisihan dalam tubuh jemaat. Karena itu, dalam menghadapi perbedaan dengan saudara seiman, marilah kita berpegang pada kebenaran dan menyampaikannya dengan kasih. Dengan demikian kita tidak akan memicu perpecahan, tetapi dapat memberikan wawasan dan kesadaran kepada mereka yang lemah dan kurang dalam memahami kebenaran firman Tuhan, sehingga merekapun boleh mengerti kebenaran. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana keyakinan Paulus tentang keselamatan di dalam Yesus? (2) Mengapa dalam Yesus saja ada keselamatan? Berdoa agar jemaat terus bertumbuh dalam iman, memahami dengan benar karya keselamatan Yesus dan sedia berbagi sukacita kebenaran ini dengan mereka yang masih sering diombang-ambingkan karena lemah imannya. 08 JUMAT JULI 2016 “Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah …” (Kisah Para Rasul 15:39) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 15:22-41 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 15:22-41 PERSELISIHAN TAJAM S aya mencoba membayangkan, bagaimana perselisihan yang sangat tajam dapat terjadi di antara para rasul (Paulus dan Barnabas)? Perselisihan yang tajam (Yun. “paroxusmos”), artinya suatu ekspresi emosi yang mendadak dan tidak terkendali; sehingga mengakibatkan perpecahan dalam pelayanan. Bukankah ini suatu hal yang sangat memalukan? Namun apa yang ingin penulis [Lukas] maksudkan dalam hal ini? Bagian dari masalah ini adalah, Yohanes Markus telah meninggalkan mereka (Paulus dan Barnabas) dalam memberitakan injil. Tidak diketahui dengan pasti apa yang membuat Yohanes Markus meninggalkan mereka. Pada saat perjalanan pemberitaan Injilnya yang kedua, Paulus bersikeras untuk tidak membawa Yohanes Markus atau tidak memberi kesempatan kepadanya. Namun pada saat yang sama, Barnabas melihat Yohanes Markus membutuhkan satu kesempatan untuk menunjukkan bahwa kali ini ia mampu; bagaimanapun mereka adalah sepupu (Kol. 4:10). Ia mungkin mendapati bahwa Yohanes Markus telah lebih matang dan bertumbuh dalam kerohaniannya, sehingga ia harus memperoleh kesempatan kedua. Seperti pada saat Barnabas memperkenalkan Paulus kepada para rasul di Yerusalem, mereka semua curiga kepadanya. Barnabas menerima dan memberikan kesempatan kepada Paulus untuk menjadi pengkhotbah dan akhirnya ia menjadi pengajar yang terkenal di Antiokhia. Karena perbedaan pandangan tersebut, Barnabas dan Paulus memilih berpisah. Bagaimanakah kita menyikapi hal ini? Hal ini hendaklah ditafsirkan sebagai suatu tanda dari firman Tuhan bagi kita, agar tidak membiarkan hal seperti ini terjadi, sebab pada pelayanannya pun, Paulus kembali mengakui peran Yohanes Markus dalam pemberitaan Injilnya (2Tim. 4:11). Meskipun Allah bisa saja menciptakan kebaikan, kisah ini adalah suatu pelajaran sikap rendah hati yang perlu dipelajari oleh banyak pemimpin gereja, bahkan oleh setiap generasi, agar tidak menonjolkan keegoannya, melainkan mau menyelesaikan persoalan dengan baik dan memberikan kesempatan untuk sebuah pemulihan. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Paulus dan Barnabas terlibat perselisihan yang tajam? (2) Apa yang dapat kita pelajari dari peristiwa ini? Poin apakah yang penting bagi kita? Berdoalah bagi para pemimpin gereja agar mereka dapat menyikapi dan menyelesaikan setiap persoalan yang timbul dalam pelayanan dengan sikap bijaksana, sehingga tidak merusak pelayanan itu sendiri. 09 SABTU JULI 2016 “Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia.” (Kisah Para Rasul 16:6) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 16:1-21 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 16:1-21 MENGETAHUI KEHENDAK TUHAN F irman Tuhan yang kita baca ini, terdapat satu gambaran yang jelas, Allah memakai cara tertentu untuk memberitahu apa yang menjadi kehendak-Nya. Kita perlu menyadari bahwa mungkin semua yang kita lakukan itu baik, namun Allah tetap memiliki maksud tertentu untuk kita. Ia memiliki panggilan khusus untuk kita. Dalam hal ini, Rasul Paulus sudah melayani di Derbe, Listra, Ikonium, kota-kota di propinsi Frigia dan Galatia, bahkan ia memperluas pelayanannya di kota-kota yang lain. Namun anehnya, Tuhan Yesus dan Roh Kudus tidak mengizinkan ia melayani di sana. Tuhan memiliki panggilan khusus untuk Paulus, yaitu ke Eropa. Kehendak Allah bisa begitu jelas pada Paulus, bagaimana dengan kita? Ada satu perbedaan yang mendasar pada diri Rasul Paulus dengan kita. Rasul Paulus itu sangat setia dalam: (1) pelayanan (menaati panggilan Tuhan). Sejak pertama kali ia diutus oleh gereja Antiokia menjadi misionari (Kis. 13), maka ia menfokuskan diri untuk melakukannya. Baik di dalam pasal 14 mengelilingi kota-kota tersebut, dalam pasal 16 ini juga disebutkan ia kembali untuk mengunjungi dan meneguhkan iman jemaat di sana; (2) Paulus juga setia dalam mengajarkan kebenaran-kebenaran yang dulu sudah diterima, maupun yang baru diterima dari para Rasul, dengan kata lain, Paulus senantiasa memperhatikan jemaatnya (ay. 4-5); (3) Paulus juga setia dalam pengaderan, dia terus mencari orang baru untuk terlibat dalam pelayanannya, itulah pemuridan. Mengapa kita tidak tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan, seperti Paulus? Salah satu jawabannya adalah: karena kita tidak setia. Kita tidak setia mencari kehendak-Nya atau hidup seturut kehendak Tuhan. Kita hanya mau mencari kehendak Tuhan pada waktu kita dalam kondisi butuh, terdesak, atau bimbang mengambil keputusan. Namun dalam keseharian, kita cenderung tidak mau cari kehendak Tuhan; kita menyelesaikan segala sesuatu dengan kepandaian, relasi, keuangan, pengaruh kita atau orang lain. Kita hanya mau Tuhan jika keadaan “kepepet.” STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Tuhan menuntun pelayanan Paulus? Apa hasilnya? (2) Apa yang harus kita lakukan agar kita dapat mengerti kehendak Tuhan? Berdoalah bag para hamba Tuhan, majelis gereja, pengurus dan para aktivis gereja Anda agar mereka dapat melayani Tuhan berdasarkan pimpinan dan kehendak Tuhan. 10 MINGGU JULI 2016 “Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.” (Kisah Para Rasul 16:25) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 16:22-40 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 16:22-40 TETAP SETIA WALAU MENDERITA O rang mungkin bingung dengan cara kerja Allah. Bagaimana tidak! Sewaktu Rasul Paulus dan rekan-rekannya sedang sangat berhasil pelayanan di Asia Kecil, jumlah orang percaya menjadi bertambah (ay. 5), namun Tuhan meminta mereka pindah ke tempat baru. Di Filipi, baru saja mulai penginjilan, mereka sudah mulai diganggu oleh roh yang jahat, sehingga mengakibatkan mereka berhadapan dengan penguasa, dan akhirnya mereka disiksa aniaya dan dipenjarakan. Namun kita yakin, inilah cara Tuhan, yang melakukan kehendak-Nya seperti yang dinyatakan-Nya. Ingatlah, bahwa Tuhan Yesus semasa hidupNya di dunia, Ia pun mengalami penderitaan dan pelbagai pencobaan dan akhirnya disalibkan untuk menggenapi keselamatan bagi kita. Dalam hal ini, Paulus pun sangat jelas dan sadar bahwa penderitaan yang dialaminya adalah sebuah berkat (Kis. 5:41), dan merupakan jalan Tuhan untuk menggenapi rencana Tuhan, mendatangkan keselamatan untuk umat pilihan-Nya (Fil. 3:10-11). Karena itu, gangguan, penganiayaan dan dipenjarakan di Filipi bukanlah suatu hal yang menakutkan bagi Paulus, malahan dia dan Silas menjadikan penjara sebagai tempat penyembahan dan pujian bagi Allah. Tidak heran ketika penjara terguncang, dan belenggu terlepas dari tangan mereka, mereka tidak melarikan diri! Mereka justru menunggu di sana, dan yakin Tuhan punya maksud dan biarlah Tuhan yang mengerjakan keselamatan di tengah-tengah mereka. Alhasil, kepala penjara dan seluruh keluarganya menjadi percaya. Bagaimana dengan kita? Rindukah kita menjadi saluran Injil bagi orang lain? Kita bukan hanya meneladani sikap pelayanan Paulus, taat dalam panggilan dan rajin melayani pada waktu senang. Namun Paulus juga setia dalam penderitaan (rela menderita seperti Kristus), dan taat sampai akhirnya, sehingga buahnya begitu nikmat dan berkenan kepada Allah. Demikian juga kita, hidup kita harus mengalami proses pembentukan dari Allah, maka pada waktunya kita akan melihat buahnya; yang pada akhirnya kita sempurna dan serupa Kristus, Amin! STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Tuhan terlibat dan menolong Paulus dalam menghadapi situasi sulit dalam pelayanannya? (2) Apa yang dapat kita pelajari dari kisah tersebut? Berdoalah bagi jemaat agar mereka menyadari bahwa Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan mereka dalam kesesakan sendirian, melainkan turun tangan dan membela umat-Nya. 11 SENIN JULI 2016 “Banyak di antara mereka yang menjadi percaya…” (Kisah Para Rasul 17:12) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 17:1-15 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 17:1-15 TANTANGAN DALAM PENGINJILAN D ari bagian Kisah Para Rasul 17:1-9, kita mengetahui bahwa saat itu Paulus dan Silas sedang berada di kota Tesalonika. Tesalonika adalah kota termaju dan terkaya di wilayah Makedonia. Di kota ini, ajaran Paulus mulai diterima oleh masyarakat luas. Tesalonika adalah kota yang otonom, meskipun tetap di bawah kekuasaan Romawi. Pada ayat 2-3 dituliskan bahwa Paulus masuk ke dalam rumah ibadat/sinagoge dan mengajarkan Injil Kristus: Yesus adalah Mesias, Sang Juruselamat bagi orang berdosa. Tuhan memakai upaya penginjilan yang dilakukan Paulus dan Silas, dan karenanya banyak orang Yunani, termasuk para perempuan yang terkemuka, menjadi percaya (ay. 4). Di tengah perkembangan Injil, terkadang ada hal yang menghambat atau merintangi. Dalam pelayanan Paulus dan Silas pun, penghambat ini tetap ada (ay. 5). Orang-orang Yahudi menjadi iri hati dengan kepopuleran Paulus, dan karenanya mereka mengadakan kekacauan. Mereka berusaha menjebak Paulus dan Silas untuk mencelakakan mereka. Yason dan orang-orang percaya yang dilayani Paulus dan Silas menjelaskan bahwa Paulus tidak memiliki tendensi apapun untuk melawan Kaisar. Selain itu, mereka juga berusaha menenangkan para pembesar kota dan menyatakan bahwa mereka pun tidak melawan Kaisar. Puji syukur kepada Tuhan, akhirnya orang-orang percaya pun terluput dari kekacauan yang ada. Karena kekacauan yang terjadi di Tesalonika, Paulus dan Silas segera berangkat ke Berea. Di kota ini pun Paulus dan Silas memberitakan Injil Tuhan. Tuhan memakai Paulus dan Silas di Berea, sehingga pelayanan mereka membuahkan hasil yang memuaskan. Banyak orang Berea menjadi percaya, baik lelaki maupun perempuan Yunani, bahkan orangorang yang terkemuka sekalipun. Sekali lagi di tengah majunya penginjilan, ada oknum-oknum yang tidak suka akan berusaha untuk menghambat pemberitaan kabar baik ini. Namun, Tuhan selalu memberikan jalan keluar dan pertoloongan-Nya kepada mereka, sehingga Injilpun boleh diberitakan di mana-mana. STUDI PRIBADI: (1) Apa tantangan yang pernah kita hadapi ketika ingin memberitakan Injil kepada orang lain? (2) Bagaimana bisa menghadapi tantangan tersebut bersama Tuhan? Berdoa agar Tuhan memberikan kita keberanian untuk memberitakan Injil. Kiranya Roh Kudus menguatkan kita dalam menghadapi setiap tantangan dalam memberitakan Injil. 12 SELASA JULI 2016 “… sangat sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung.” (Kisah Para Rasul 17:16) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 17:16-34 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 17:16-34 BERAPA HARGA INJIL BAGIMU? P aulus sampai di sebuah kota bernama Atena. Ia melayani seorang diri karena Silas dan Timotius masih tinggal di Berea. Atena adalah kota yang masyarakatnya sangat kental dengan penyembahan dewa-dewi, termasuk penyembahan patung-patung dewa Yunani (bdk. ay. 16). Ketika melihat ada patung-patung di mana-mana, pemujaan kepada dewa-dewi, Paulus sangat pedih hati. Sebuah kota yang berkembang dan maju secara luar biasa, namun secara kerohanian, mereka sungguh terbelakang, mereka tidak mengenal Tuhan yang benar sama sekali. Atena adalah kota yang merupakan tempat banyak orang terpelajar berdiskusi dan mengasah kepandaian mereka. Pada saat itu Atena adalah pusat dan penggerak pendidikan, filsafat, dan kebudayaan Yunani. Orangorang Atena adalah orang-orang yang terbuka mengenai ajaran atau pandangan baru, karenanya ketika Paulus mulai berbicara mengenai Injil, mereka cukup antusias pada awalnya (ay. 20-21). Paulus menjelaskan mengenai siapakah Allah, mengenai Allah yang hendak memperkenalkan Diri-Nya kepada manusia. Allah yang sesungguhnya bukanlah Allah yang diam di kuil-kuil buatan manusia (ay. 24), bukan juga Allah yang jauh (ay. 26-27). Allah, pencipta langit dan bumi adalah Allah yang tidak sebanding dengan semua yang fana. Ia telah menentukan bahwa melalui Yesus Kristus akan menghakimi dunia. Kebenaran yang disampaikan Paulus, oleh sebagian orang dianggap sebagai sebuah lelucon dan dongeng. Mengapa demikian? Karena bagi orang Yunani, kebangkitan orang mati adalah tidak mungkin. Sebaliknya, bagi orang yang percaya kepada Allah yang Mahakuasa, mereka percaya bahwa Allah sanggup membangkitkan manusia yang sudah mati; oleh karenanya ada beberapa orang menjadi percaya kepada pemberitaan Paulus. Pada masa sekarang pun, ketika Injil diberitakan, ada orang-orang yang menganggap remeh Injil, namun bagi orang-orang yang diselamatkan, berita Injil adalah sesuatu yang sangat membahagiakan dan memberikan pengharapan. STUDI PRIBADI: (1) Apakah ada orang-orang yang meremehkan berita Injil di sekitar Anda? Mengapa? (2) Masihkah Anda berkomitmen untuk mengabarkan Inijl kepada mereka? Marilah berdoa untuk orang-orang yang belum mengenal Kristus, terutama mereka yang masih menganggap remeh berita Injil Tuhan, Roh Kudus membukakan mata hati mereka untuk menerima kabar sukacita Injil. 13 RABU JULI 2016 “Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus.” (Kisah Para Rasul 18:1) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 18:1-28 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 18 TUHAN SUMBER KEKUATAN K isah Para Rasul 18 dimulai dengan kalimat: “Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus.” Dari Atena, Paulus pergi ke Korintus, dan Lukas tidak menceritakan bagaimana kondisi Paulus. Beberapa penafsir Alkitab mengatakan bahwa mungkin pelayanan Paulus di Atena, gagal. Paulus sangat lemah waktu itu, ketakutan dan bahkan gemetar. Namun, dengan sangat indah Lukas memberitahu kita bagaimana Tuhan memberikan Paulus apa yang dia butuhkan, kekuatan di tengah-tengah kelemahan. Pertama, Paulus bertemu dengan Akwila dan Priskila (Kis. 18:2-3). Akwila dan Priskila adalah sepasang suami istri yang datang dari Roma dan pekerjaan mereka sama seperti Paulus, tukang kemah. Lukas mengatakan bahwa Paulus tinggal bersama-sama mereka. Di tengah keadaan tertekan, pasti sangat menguatkan bagi Paulus bertemu dengan saudara seiman. Paulus menikmati persekutuan dengan mereka dan bekerja bersama mereka. Kedua, Silas dan Timotius datang (Kis 18:5). Mereka adalah rekan sekerja Paulus yang datang dari Makedonia. Paulus pastilah menikmati pertolongan dan kebersamaan dengan mereka. Tetapi Lukas juga mengatakan bahwa ketika mereka datang, Paulus dengan sepenuhnya dapat memberitakan firman. Dia tidak perlu lagi bekerja! Mungkin itu karena Silas dan Timotius membawakan bantuan bagi Paulus dari orang Kristen Makedonia. Dalam suratnya, Paulus pernah berterima kasih kepada mereka karena mengirim bantuan kepadanya berkali-kali ketika ia sedang membutuhkan (Flp. 4:15-16), dan kali itu mungkin adalah salah satunya. Ketiga, buah pekerjaannya (Kis. 18:7-8). Banyak orang Korintus yang mendengar khotbah Paulus dan menjadi percaya serta dibaptis. Sangat menguatkan Paulus ketika dia tahu bahwa pekerjaannya tidaklah sia-sia, karena dia melihat bahwa Tuhan memberkati pekerjaannya. Keempat, penglihatan surgawi. Yesus sendiri menguatkan dia melalui penglihatan dan berkata: “Jangan takut!... Sebab Aku menyertai engkau...” (Kis 18:910). Bagaimana dengan kita? Janganlah takut, Tuhan beserta kita! STUDI PRIBADI: (1) Siapakah sumber kekuatan dalam kehidupan kita? (2) Bagaimanakah respons Paulus ketika mengalami kelelahan dan kegagalan? Bagaimana dengan diri kita? Berdoalah bagi setiap pemberita Injil Tuhan agar mereka selalu dikuatkan dalam pelayanan mereka, ketika menghadapi tantangan dan kesulitan di medan pelayanan. 14 KAMIS JULI 2016 “Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah menjelajah daerah-daerah pedalaman dan tiba di Efesus.” (Kisah Para Rasul 19:1) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 19:1-20 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 19:1-20 KUASA GELAP VS KUASA ROH KUDUS P emberitaan firman Tuhan di Efesus menghasilkan dampak yang sangat besar. Memang tidak semua orang yang mendengar pemberitaan itu menjadi percaya; sebagian tetap tegar hatinya (ay. 9), sebagian mungkin hanya mengharapkan mukjizat (ay. 12), dan sebagian lagi ingin meniru kuasa Allah yang dinyatakan melalui Paulus (ay. 13). Akan tetapi, dampak pemberitaan firman Tuhan tetaplah sangat besar. Pertama, beberapa murid Yohanes yang belum mendengar tentang Roh Kudus, dibaptis dan menerima Roh Kudus (ay. 1-7). Hal ini merupakan pekerjaan ilahi yang melahirbarukan seseorang sehingga bisa percaya kepada Yesus. Kedua, firman Tuhan tersebar sangat luas (ay. 8-10). Hal ini juga didukung oleh pekerjaan ilahi sehingga dengan cepatnya kabar baik itu tersiar di beberapa daerah yang pada waktu itu belum ada transportasi cepat. Ketiga, orang-orang yang pernah melakukan sihir mengumpulkan kitab-kitabnya, lalu membakarnya di muka umum sehingga firman Tuhan makin tersebar dan berkuasa (ay. 13-20). Kuasa Roh Kudus mengubahkan dan mempertobatkan orang-orang berdosa, yang hidup dalam kegelapan sehingga dapat melihat terang kebenaran. Keempat, begitu banyak orang Efesus yang menjadi percaya sehingga menimbulkan dampak pada perekonomian kota itu (ay. 23-27). Percaya kepada Yesus memberikan dampak sukacita di dalam hati mereka, sehingga mereka yang lesu menjadi semangat, dan mereka yang malas bekerja menjadi rajin untuk kembali bekerja karena hidup mereka diubahkan. Namun, terjadi keributan yang dimulai oleh Demetrius dan pekerjapekerja di perusahaannya. Agama mereka terancam! Mata pencaharian mereka terancam! Sehingga Demetrius memprovokasi orang-orang untuk melawan para rasul. Namun, provokasi tersebut tidak bisa membendung penyebaran Injil, sehingga semakin hari banyak orang menjadi percaya. Kisah ini mengingatkan kita bahwa Injil Yesus Kristus itulah yang mampu mengubah dan memulihkan hidup seseorang sehingga menemukan kebenaran yang mutlak dalam dunia ini. STUDI PRIBADI: (1) Apa dampak yang akan ditimbulkan ketika seseorang menerima dan percaya kepada Yesus? (2) Apa yang mendorong para rasul tetap setia memberitakan Injil? Berdoalah bagi pemberitaan Injil Tuhan di berbagai pelosok Indonesia, agar Tuhan menyatakan anugerah dan terang keselamatan-Nya bagi mereka yang masih hidup dalam belenggu dosa. 15 JUMAT JULI 2016 “… apa yang dibuat oleh tangan manusia bukanlah dewa.” (Kisah Para Rasul 19:26) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 19:21-40 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 19:21-40 IMAN KRISTEN DAN ANCAMAN D alam perjalanan misinya yang ketiga (ps. 18:23-21:16), Paulus mengunjungi jemaat di banyak kota yang telah ia dirikan, seperti daerah Galatia dan Frigia (ps.18:23; psl.13-14; 16:6), kota Efesus, Troas, Filipi, Atena, Korintus, berbalik ke Miletus, ke Siprus dan akhirnya tiba Yerusalem, dengan penjara yang telah siap menantinya. Semangat Paulus untuk menyebarkan Injil ke seluruh pelosok bumi tidaklah kunjung padam, walaupun ia harus menghadapi banyak kesulitan; demikian juga perhatiannya yang besar terhadap jemaat yang telah ia dirikan, menjadi teladan yang luar biasa dari seorang gembala. Hidup yang sepenuhnya didedikasikan bagi perluasan Injil Tuhan dari Paulus ini, telah menjadikan Kekristenan berkembang ke seluruh dunia. Namun semuanya itu bukan tanpa tantangan. Pertama, perluasan pemberitaan Injil Tuhan yang dilakukan Paulus ke kota Efesus dipandang sebagai ancaman bagi penyembah-penyembah berhala. Paulus dan para pemberita Injil lain sudah menarik orang banyak untuk tidak lagi menyembah dewi Artemis; dengan demikian ini merugikan para tukang perak yang bekerja bagi kuil-kuilan dewi Artemis. Itu sebabnya mereka tidak menyukai Paulus (ps. 19:24-25). Kedua, mereka menganiaya pemberita Injil: Orang banyak main hakim sendiri di bawah kuasa kebencian. Tuduhan itu dirancang Demetrius, dan dibuat untuk memanas-manasi orang banyak, dan berhasil seperti yang diinginkan. Kisah 19:28 mengatakan, “Meluaplah amarah mereka”, mereka penuh amarah dan kegeraman, itulah arti kata itu. Para pengrajin menjadi amat marah ketika diberi tahu bahwa mata pencarian mereka dan berhala mereka, sama-sama dalam bahaya. Mereka menyerang beberapa teman seperjalanan Paulus, yaitu Gayus dan Aristarkhus dan menyeret mereka ke dalam gedung kesenian (ps. 19:29), dengan maksud, melecehkan mereka, dan menjadikan mereka tontonan orang banyak. Namun demikian Paulus dan rekan-rekannya tidak undur dari tugas pelayanan; mereka tetap bersemangat. Bgaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Apakah ancaman yang dialami penyembah dan pembuat berhala? (2) Apakah yang harus kita lakukan ketika terjadi ancaman dalam pemberitaan Injil Tuhan? Berdoa untuk diri sendiri dan juga semua orang percaya untuk tetap berdiri teguh dalam iman kepercayaan kepada Injil Kristus dan semangat dalam memberitakan Injil Tuhan, walaupun ada banyak ancaman dan masalah. 16 SABTU JULI 2016 “… ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ…” (Kisah Para Rasul 20:7) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 20:1-12 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 20:1-12 MANFAAT IBADAH K isah Para Rasul 20:1-6 ini mencatat bagian akhir dari perjalanan misi Paulus yang ketiga (Kis. 18:23-21:16), di mana Paulus menetap selama beberapa hari di Troas, sebelum ia kemudian meninggalkan Asia menuju Yerusalem (16). Di Troas, pada suatu hari Minggu, Paulus berkumpul bersama jemaat dan melakukan ibadah; di sana ia memecahkan roti, perjamuan kasih yang memulai ibadah dan diakhiri dengan perjamuan kudus. Mengapa ibadah mempunyai manfaat bagi kehidupan kita sebagai orang percaya? Pertama, ibadah dapat mempersatukan orang-orang Kristen. Kami berkumpul (ay. 7). Meskipun masing-masing dari mereka membaca, merenungkan, mendoakan, dan menyanyikan mazmur secara sendirisendiri, dan dengan begitu memelihara persekutuan mereka dengan Allah, itu saja tidak cukup. Mereka harus bersama-sama memuji Allah dengan sehati dan memelihara persekutuan di antara mereka dengan saling bertemu muka, saling membantu, dan menyaksikan persekutuan rohani mereka dengan seluruh orang Kristen yang benar. Kedua, ibadah sebagai peringatan akan kebangkitan Kristus dan pencurahan Roh Kudus (ay. 7-8). Mereka berkumpul pada hari pertama dalam minggu itu, yang mereka sebut sebagai hari Tuhan, hari Sabat orang Kristen, yang dirayakan untuk menghormati Kristus dan Roh Kudus sebagai peringatan akan kebangkitan Kristus dan pencurahan Roh-Nya, dan keduanya terjadi pada hari pertama dalam seminggu. Mereka berkumpul untuk memecah-mecahkan roti (ay. 7 dan 11), yaitu untuk merayakan ketetapan perjamuan Tuhan, sebuah tanda berupa pemecahan roti yang telah ditetapkan bagi keseluruhan tanda lainnya. Roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus (1Kor. 10:16). Ketika kita memecah-mecahkan roti, hal itu tidak hanya untuk mengenang pemecahan tubuh Kristus bagi kita sebagai korban tebusan bagi dosa-dosa kita, melainkan juga untuk melambangkan pemecahan tubuh Kristus bagi kita sebagai makanan dan perayaan bagi jiwa kita. STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang dilakukan oleh Paulus ketika berkunjung ke Troas? (2) Apakah manfaat ibadah bagi kehidupan kita? Berdoalah untuk diri sendiri, untuk keluarga dan untuk semua orang percaya agar tetap setia berdoa dan beribadah kepada Tuhan serta melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan melalui Firman-Nya. 17 MINGGU JULI 2016 “… Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini.” (Kisah Para Rasul 20:18) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 20:17-38 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 20:13-38 HIDUP YANG BERKUALITAS P erpisahan dengan seorang yang telah kita kenal dengan baik dan mendalam, pasti membuat suasana hati menjadi sangat sedih dan merasa sangat kehilangan. Namun, di tengah kondisi dunia yang sangat mengutamakan indivisualisme seperti saat ini, rupanya perpisahan hanya merupakan sebuah realita hidup yang memang harus dihadapi tanpa ada rasa kesedihan dan kedukaan, yang menggambarkan betapa hubungan antar manusia sebagai makhluk sosial sudah tidak memberikan pengaruh bagi kehidupan kita. Bagian perikop Alkitab yang kita baca, menunjukkan betapa dalam relasi antara rasul Paulus dengan para penatua jemaat Efesus dalam membangun kebersamaan, kesehatian dan semangat memberitakan kabar Kristus yang dipercayai dalam kehidupan. Bagian ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) Penjelasan rasul Paulus bahwa dirinya akan berpisah dengan para penatua Jemaat Efesus. Perpisahan itu bukan menggambarkan emosi di antara mereka semata, tetapi dalam sebuah rangka menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan kepada rasul Paulus, dimana ia harus pergi ke Yerusalem. (2) Penjelasan rasul Paulus bahwa dirinya tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah dengan penuh kesungguhan hati dan tenaga supaya setiap orang Yahudi dan Yunani bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus, sampai kepada garis akhir. (3) Penjelasan rasul Paulus kepada para penatua jemaat Efesus, yaitu untuk senantiasa waspada dan menjaga kawanan domba yang telah ditebus dengan darah Kristus. Tugas ini, oleh Paulus, ditegaskan dengan, “Kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik,” sehingga perlu diperhatikan dengan baik; khususnya, rasul Paulus juga memberi peringatan akan adanya serigala-serigala yang ganas yang dapat membawa penyimpangan kepada kawanan itu. Ketika menjalani kehidupan ini, sudahkah kita menjalani kehidupan yang berkualitas seperti yang dimiliki rasul Paulus, sehingga memberikan dampak yang membangun kehidupan orang lain. STUDI PRIBADI: (1) Apa arti perpisahan Paulus dengan para penatua jemaat Efesus? (2) Bagaimana hubungan mereka sebagai “tubuh” Tuhan? Apa yang dapat kita pelajari? Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki hubungan yang baik dengan pemimpin rohani mereka, dan berdoa pula untuk para pemimpin rohani agar mereka dapat melayani dengan baik. 18 SENIN JULI 2016 “Karena ia tidak mau menerima nasihat kami, kami menyerah dan berkata: Jadilah kehendak Tuhan! (Kisah Para Rasul 21:14) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 21:1-14 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 21:1-14 TEKAD HATI RASUL PAULUS K etika kita merencanakan untuk pergi ke suatu tempat, tentunya kita akan mempersiapkan segala sesuatu untuk perjalanan tersebut. Bahkan ketika mendapati adanya alternatif lain, seringkali kita tetap teguh pada tujuan semula, untuk pergi dan mencapai tempat yang semula. Perjalanan rasul Paulus di Tirus dan Siprus merupakan sebuah perjalanan yang akan menghantar rasul Paulus ke Yerusalem, meskipun mereka sangat menyadari bahwa kehadiran Paulus di Yerusalem berarti kematian bagi Paulus. Karena itu, di tengah situasi yang sangat mencekam bagi para murid, mereka selalu mencari kesempatan untuk menasihati Paulus supaya tidak pergi ke Yerusalem. Di Tirus, para murid berdoa dan mencari kehendak Tuhan. Bahkan mereka mendapatkan “bisikan Roh,” supaya Paulus tidak pergi ke Yerusalem. Yang artinya Roh Kudus sudah memberikan peringatan akan segala penderitaan dan kesengsaraan yang akan dialami oleh Paulus di Yerusalem adalah sangat berat. Namun Paulus tetap pergi ke Yerusalem, bukan untuk mencari mati, tapi Paulus telah siap untuk menanggung dan tetap bersedia untuk mati bagi Injil. Demikian juga hal yang sama terjadi di Tirus dan di Kaisarea, para murid meminta dengan sangat sambil menangis supaya Paulus tidak pergi ke Yerusalem (Kis. 21:11,12). Namun Rasul Paulus telah bertekad untuk memberikan seluruh kehidupannya karena nama Tuhan Yesus. Bagaimanakah dengan kita pada hari ini? Hidup ini begitu singkat dan kesempatan tidak selalu datang kepada kita, maka sangat perlu bagi kita untuk belajar peka dan selalu fokus pada apa yang menyenangkan hati Tuhan, bukan yang menyenangkan manusia, atau memenuhi hawa nafsu kita. Tuhan merindukan setiap anak-Nya menghidupi iman mereka sesuai dengan kehendak-Nya. Karena itu, marilah kita melatih dan mendisiplin diri untuk tetap setia mengerjakan panggilan kita di hadapan Tuhan, sekalipun kita menyadari tantangan di depan yang akan menghadang jalan hidup kita. Milikilah tekad hati yang besar dan kuat untuk melayani dan hidup bagi Kristus, seperti yang Paulus lakukan. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Paulus terhadap panggilan Injil Tuhan? Apakah takut pada bahaya yang mengancam dirinya (2) Apa yang kita dapat dari sikap Paulus tersebut? Berdoalah bagi jemaat agar mereka hidup dalam kesetiaan dan panggilan hidup mereka sebagai terang dan garam dunia. Doakanlah agar mereka juga semakin mengenal dan melakukan kehendak Tuhan. 19 SELASA JULI 2016 “… orang-orang Yahudi yang datang dari Asia, melihat Paulus di dalam Bait Allah, lalu mereka menghasut rakyat dan menangkap dia.” (Kisah Para Rasul 21:27) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 21:18-40 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 21:18-40 HAMBATAN K ita semua tentu tahu Ahok, sang Gubernur DKI yang terkenal itu. Dia berusaha menjalankan pemerintahannya dengan benar, namun tetap saja ada orang-orang yang tidak menyukainya dan berusaha untuk menjatuhkannya. Ketidaksukaan terhadap Ahok dibangun atas isu SARA, sebagian lagi karena dia memerintah dengan benar. Itulah keadaan dunia pada saat ini; orang benar berusaha dijatuhkan karena kepentingan pribadi. Hal ini bukan baru terjadi di zaman sekarang, Alkitab juga mencatat banyak peristiwa serupa menimpa orang-orang yang hidup benar. Salah satu tokoh Alkitab yang mengalami hal tersebut adalah rasul Paulus. Sejak perjumpaanya dengan Kristus, Paulus berubah menjadi seorang pengikut Kristus yang militan. Dia giat memberitakan Injil di manamana, karena ia tahu itulah panggilan Tuhan baginya. Banyak orang yang kemudian menjadi percaya kepada Kristus karena pemberitaan Paulus. Paulus memberitakan Injil bukan hanya kepada orang Yahudi, tapi juga kepada bangsa-bangsa non-Yahudi. Hal ini sesuai dengan Amanat Agung Tuhan Yesus, yakni untuk memberitakan Injil ke bangsa-bangsa. Sekalipun pelayanan Paulus sangat baik, ternyata ada orang-orang yang tidak menyukainya. Ketika Paulus tiba di Yerusalem, ia diberitahu, ada kabar tidak benar yang beredar tentang dirinya. Kemudian Paulus diharuskan melakukan ritual di Bait Allah untuk membuktikan bahwa berita tentang dirinya itu tidak benar. Namun setelah Paulus melakukan apa yang disuruh penatua jemaat, sekali lagi ada orang-orang yang memfitnahnya dan menghasut rakyat, sehingga kemudian ia ditangkap dan dipukuli oleh orang banyak. Bagaimana dengan kita? Ketika berusaha hidup benar, ada saja orang yang tidak suka dengan kita. Itu semua adalah hambatan. Hambatan akan selalu ada selama kita berusaha untuk hidup benar. Tetapi bukan berarti kemudian kita menyerah dan memilih untuk meninggalkan kebenaran itu. Karena kita tahu Tuhan ingin kita hidup benar. Apa pun hambatan yang kita alami, Dia akan selalu beserta kita selama kita hidup benar. STUDI PRIBADI: (1) Apa isi fitnah yang disebarkan mengenai Paulus? (2) Apa yang harus ia lakukan untuk membuktikan bahwa berita yang beredar tentang dirinya tidak benar? Doakanlah supaya setiap anak Tuhan mampu bertahan untuk hidup benar sesuai dengan kehendak Tuhan apa pun hambatan yang dialami, sehingga memuliakan nama Tuhan. 20 RABU JULI 2016 “Tetapi kata Tuhan kepadaku: Pergilah, sebab Aku akan mengutus engkau jauh dari sini kepada bangsa-bangsa lain.” (Kisah Para Rasul 22:21) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 22:1-30 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 22:1-30 PANGGILAN UNTUK BERSAKSI O rang percaya diselamatkan bukan untuk menyimpan berita keselamatan itu bagi diri sendiri. Orang percaya dipanggil untuk memberitakan kabar keselamatan itu kepada orang-orang lainnya. Itu adalah kehendak Tuhan. Paulus sangat memahami hal ini dan dia melakukannya. Sebelumnya, Paulus telah dipukuli oleh orang-orang yang menganggapnya telah menentang hukum Taurat. Dalam keadaan babak belur, Paulus meminta kesempatan untuk berbicara kepada orang-orang tersebut. Paulus tahu orang-orang Yahudi itu belum mengenal diri Kristus. Karena itu, dia ingin memberitakan kabar baik itu pada mereka. Paulus memulai dengan menceritakan kisah hidupnya: pendidikannya di bawah Gamaliel, kegiatannya menganiaya pengikut Jalan Tuhan, dan perjalanannya ke Damsyik untuk menangkap pengikut Kristus. Kemudian dia mengisahkan mengenai perjumpaannya yang ajaib dengan Kristus, bagaimana ia dibutakan dan “ditangkap” oleh Kristus. Paulus mengisahkan kisah pertobatannya. Dan pada akhir ceritanya, Paulus menceritakan mengenai panggilan Tuhan yang diberikan padanya, yaitu memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa. Paulus telah diubahkan, dari seorang penganiaya jemaat menjadi seorang pemberita Injil. Paulus memahami dengan benar kehendak Tuhan baginya, untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain. Itu adalah panggilan hidupnya. Karena itu dia melakukannya tanpa ragu, sekalipun orang-orang sebangsanya menentangnya. Seperti dirinya yang telah diselamatkan oleh Kristus, Paulus ingin orang lain juga merasakan anugerah keselamatan dari Tuhan. Paulus menyampaikan kesaksiannya di hadapan orang-orang yang telah memukulinya, karena ia ingin mereka juga percaya pada Yesus. Setiap kita juga dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi saksi-Nya. Ini adalah panggilan dan tugas yang mulia. Kita dipanggil bukan karena kita layak, tapi karena anugerah Tuhan. Panggilan menjadi saksi adalah bagian dari anugerah keselamatan yang diberikan Tuhan kepada kita. Sudahkah kita menjadi saksi bagi Kristus dalam kehidupan kita? STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Paulus lakukan ketika Stefanus dilempari batu? (2) Mengapa orang banyak marah dan berteriak kembali setelah mendengar perkataan terakhir Paulus? Doakanlah supaya kehidupan setiap orang percaya sungguh-sungguh bisa menyaksikan keselamatan yang telah mereka terima dari Tuhan, dan hidup memuliakan Dia. 21 KAMIS JULI 2016 “Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma.” (Kisah Para Rasul 23:11) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 23:1-11 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 23:1-15 KUATKANLAH HATIMU P eristiwa-peristiwa yang terjadi dalam Kisah Para Rasul 21-23 telah membuat Paulus merasa cemas dan gelisah mengenai apa yang akan terjadi atas dirinya. Paulus merasa bahwa firasat-firasatnya yang paling buruk mengenai penderitaannya di Yerusalem (Kis. 20:22-24), kemungkinan akan terwujud. Dia pun merasa, bahwa dia akan dibunuh di Yerusalem. Jika hal itu terjadi, maka kerinduan hatinya untuk membawa berita Injil ke Roma bisa jadi tidak akan terwujud. Agaknya Paulus memiliki keinginan khusus, yang tulus, untuk pergi ke Roma dan memberitakan Injil di sana, meskipun wilayah itu sudah mendengarkan Injil, dan jemaat sudah berdiri di sana. Namun sebagai warga negara Roma, dia rindu pergi ke sana, dan telah merencanakannya, “Sesudah berkunjung ke situ aku harus melihat Roma juga.” Dia juga sudah menuliskan kepada jemaat di Roma beberapa waktu sebelumnya, bahwa dia ingin melihat mereka (Kis. 19:21; Roma 1:11). Dalam kondisi yang demikian genting, Tuhan Yesus datang melawat Paulus; meskipun terjadi pada malam hari, kunjungan itu dilakukan pada waktu yang tepat. Dia berdiri di sisinya, untuk menunjukkan kepada Paulus bahwa sepanjang hari Dia benar-benar menyertainya, senyata keberadaan-Nya yang bisa dilihat Paulus pada malam itu. Lawatan Tuhan di malam itu, sungguh sangat menghibur dan menguatkan hatinya. Terlebih lagi, saat Yesus berkata langsung kepadanya, “Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma” (Kis. 23:11). Pernyataan Tuhan Yesus ini begitu penting bagi Paulus. Dari bagian ini kita belajar bahwa, Tuhan tidak pernah tinggal diam dalam segala kesusahan yang dialami oleh para hamba-Nya. PenyertaanNya selalu ada dan datang tepat pada waktu-Nya. Jika saat ini Anda sedang merasa cemas dan gelisah, ingatlah, bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan Anda sendiri. Sebagaimana Ia datang menguatkan Paulus, Ia juga akan datang menguatkan Anda. Kuatkanlah hatimu! STUDI PRIBADI: (1) Apa Tuhan meninggalkan Paulus sendirian menghadapi situasi yang sulit? Jelaskan! (2) Apa Anda juga mengalami penyertaan-Nya? Bagaimana hal itu terjadi? Doakanlah agar anak-anak Tuhan dan hamba-hamba-Nya boleh mengalami kekuatan yang berasal dari Tuhan dalam mengikuti dan melayani Tuhan, karena itulah yang menopang pelayanan kita kepada-Nya. 22 JUMAT JULI 2016 “Akan tetapi kemenakan Paulus, anak saudaranya perempuan, mendengar tentang penghadangan itu… ia memberitahukannya kepada Paulus.” (Kisah Para Rasul 23:16) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 23:12-22 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 23:12-35 PENJAGAAN DAN PEMELIHARAAN TUHAN K isah Para Rasul 23:12-22 menceritakan tentang rencana komplotan orang-orang Yahudi yang ingin membunuh Paulus. Rencana tersebut muncul setelah mereka mendapati bahwa mereka tidak memperoleh apa-apa dengan membuat keributan atau menempuh jalur hukum terhadap Paulus (Kis. 21-23:11). Karena itu, dengan perasaan kebencian yang memuncak, mereka beralih pada cara yang biadab yaitu berencana untuk membunuhnya. Begitu tak henti-hentinya mereka berbuat jahat terhadap Paulus; ketika satu rencana gagal, mereka akan beralih pada rencana yang lain. Mereka berencana hendak menghadang Paulus secara tiba-tiba, dan menikamnya begitu mereka bisa mendekati dia. Upaya membunuh Paulus, yang semula bersifat rencana tersebut, ternyata kemudian berubah menjadi suatu tekad bulat yang diikat dengan sumpah. Mereka bersumpah dengan mengutuk diri, menimpakan kutuk yang paling berat terhadap diri mereka sendiri, jiwa, tubuh, dan keluarga mereka, jika mereka tidak membunuh Paulus. Mereka begitu sudah tidak sabar lagi untuk melakukannya, sampai-sampai mereka tidak akan makan atau minum sebelum mereka melakukannya. Sungguh tidak masuk akal kejahatan yang sedang mereka rancangkan tersebut. Mereka berencana membunuh seorang yang tidak bersalah, seorang yang baik, seorang yang berguna, seorang yang tidak berbuat jahat terhadap mereka, yang ingin melakukan segala kebaikan yang dapat dilakukannya terhadap mereka. Puji Tuhan! Tuhan yang Paulus layani, sesungguhnya sudah mengatur supaya rencana itu diketahui, sehingga pada akhirnya berhasil digagalkan. Di dalam pengaturan Tuhan, rencana penghadangan mereka terdengar oleh keponakan Paulus sendiri. Bagaimana sang keponakan memperoleh informasi tersebut, tidak diketahui. Namun yang jelas dia sangat mengasihi Paulus sehingga dia harus menyampaikan kabar tersebut kepada Paulus di Menara Antonia. Bagaimanakah dengan kita? Kisah ini mendorong kita untuk percaya bahwa Tuhan dapat memakai banyak hal untuk memelihara dan menolong hidup kita. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Allah menyelamatkan Paulus dari perencanaan jahat orang Yahudi? (2) Hal apa yang dapat kita pelajari dari kisah ini bagi hidup kita? Berdoalah agar Tuhan terus menyertai dan memelihara setiap hamba-Nya di dalam segala kondisi yang sedang mereka alami. Kiranya damai sejahtera menaungi hati dan pikiran umat-Nya. 23 SABTU JULI 2016 “Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.” (Kisah Para Rasul 24:16) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 24:1-27 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 24 HATI NURANI YANG MURNI D alam nas hari ini, Paulus mengungkapkan salah satu rahasia pelayanannya, yaitu tentang hati nurani yang murni. Beberapa kali Paulus menyebutkan dalam surat-suratnya (Kis. 23:1; 1Tim. 1:18; 2Tim. 1:3). Karena itu, Paulus mengingatkan Timotius agar janganlah ia mengikuti mereka yang menolak hati nurani yang murni (1Tim. 1:19). Hati nurani berkaitan dengan motivasi melayani, apakah kita melayani sungguh-sungguh murni untuk Tuhan, ataukah kita menyimpan motivasi tersembunyi untuk diri kita sendiri. Hati nurani berkaitan dengan kesadaran akan kebergantungan kita kepada Tuhan. Hati nurani berkaitan dengan ketulusan kita di hadapan Tuhan. Manusia bisa salah menilai kita karena kebanyakan manusia melihat apa yang ada di depan mata. Sedangkan di hadapan Allah, diri kita terbuka sepenuhnya karena Tuhan melihat jauh ke dalam hati (1Sam. 16:7). Celakanya, terkadang banyak orang lupa bahwa hidupnya terbuka di hadapan Tuhan sehingga mereka menyimpan motivasi yang salah dan membiarkan hati nurani mereka dikotori dosa. Terkadang beberapa orang merasa semuanya baik ketika pelayanan mereka dipuji orang, sehingga tanpa sadar mereka lebih mencari pengakuan manusia. Bagaimana menjaga hati nurani yang murni dalam melayani Tuhan? Pertama adalah kita melayani Tuhan dengan satu kesadaran bahwa Tuhan melihat hidup kita seutuhnya, termasuk hati nurani kita. Paulus berusaha menjaga hal ini dalam hidup serta pelayanannya, sampai pada akhir hidupnya. Ia selalu bergantung dan hidup dengan tulus di hadapan Tuhan (2Kor. 12:7). Kedua adalah dengan menaruh pengharapan kehidupan kita kepada Tuhan yang adalah Hakim yang Adil. Paulus berkata, akan adanya kebangkitan bagi semua orang, baik yang benar dan yang tidak benar. Di hadapan Tuhan, semuanya tidak ada yang tersembunyi. Karena itu dengan bergantung kepada Tuhan, marilah kita melayani Dia dan hidup hanya bagi Dia, dengan meminta pertolongan-Nya agar hati nurani kita tetap kudus di dalam Dia; dan dijauhkan dari motivasi yang dapat menjauhkan kita dari Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana menjaga hati nurani yang murni dalam pelayanan kita? (2) Mengapa menjaga hati nurani tetap murni itu begitu penting dalam pelayanan? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar ditolong Tuhan untuk hidup dengan hati nurani yang murni dalam kehidupan dan pelayanannya, sehingga apa yang dikerjakannya dalam hidup boleh berhasil di mata Tuhan. 24 MINGGU JULI 2016 “... tidak ada seorangpun yang berhak menyerahkan aku sebagai suatu anugerah kepada mereka …!” (Kisah Para Rasul 25:11b) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 25:1-27 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 25 TEGUH DAN BERSAKSI BAGI TUHAN S alah satu ucapan bahagia Tuhan Yesus berbunyi, “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat” (Mat. 5:10-11). Melalui ucapan Tuhan ini, kita diingatkan sebagai pengikut Kristus agar kita siap sedia untuk dicela, dianiaya dan difitnah akan yang jahat, ketika hidup dalam dunia. Ini pula yang dialami Paulus pada waktu itu, dia dipenjara dan dikenakan tuduhan yang jahat yang tidak pernah dia lakukan. Sebenarnya orang-orang Yahudi yang tidak suka hanya berusaha agar Paulus sesegera mungkin disingkirkan. Melihat kesaksian hidup Paulus dalam menghadapi penganiayaan dan fitnah yang diterimanya, kita bisa mendapatkan pelajaran. Tuhan tidak pernah meninggalkan Paulus sendirian. Penganiayaan dan kesulitan ini tidaklah menunjukkan bahwa Tuhan sedang meninggalkan Paulus. Apa buktinya? Paulus tetap kuat dan sabar dalam menjalani penderitaannya ini, Paulus tidak larut dalam ketakutan tapi tetap teguh berdiri dalam imannya. Paulus bahkan dapat memberikan jawaban, memberikan kesaksian, dan memberikan pembelaan diri dengan tepat. Ini seperti yang dikatakan Tuhan Yesus, “Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga” (Mat. 10:19). Hal ini merupakan karya Roh Kudus yang menolong kita ketika kita menghadapi tantangan iman seperti ini. Seperti Paulus, mungkin kita mengalami penolakan dari anggota keluarga kita yang belum percaya kepada Kristus; atau kita mengalami penolakan dari lingkungan tempat kita hidup atau bekerja. Tentunya bukan berarti kita ditolak karena sikap atau sifat kita yang tidak baik, tetapi karena iman kita. Di sini kita belajar bahwa Tuhan tidak meninggalkan kita, Tuhan akan menolong dan meneguhkan kita untuk berdiri teguh dan bersaksi bagi Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Apa buktinya bahwa Tuhan tidak meninggalkan Paulus dalam kesulitan hidupnya? (2) Apakah setiap kesulitan yang kita alami, berarti Tuhan meninggalkan kita? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar selalu bersandar kepada Tuhan dalam berbagai kesulitan hidupnya termasuk yang menantang imannya kepada Tuhan, sehingga hidup kita menjadi kesaksian yang memuliakan-Nya. 25 SENIN JULI 2016 “Jawab Agripa: Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!” (Kisah Para Rasul 26:28) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 26:1-32 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 26 KESAKSIAN PAULUS K isah 26 ini memuat kesaksian Paulus di hadapan raja Agripa. Ketika Paulus dibawa untuk diadili di hadapan raja Agripa, Paulus tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bersaksi, karena Paulus tahu bahwa setiap orang, tanpa kecuali, membutuhkan Injil Tuhan Yesus. Sekalipun hidupnya sedang di ujung tanduk, tetapi Paulus tidak terfokus pada keamanan diri sendiri, karena ia tahu betapa pentingnya Injil yang telah mengubahkan hidupnya dan ia pun ingin agar oranglain mengalami hal yang sama. Sayang sekali, pada hari ini banyak orang enggan bersaksi. Mengapa orang enggan bersaksi? Ada banyak alasan. Ada yang mengatakan karena ia takut, tidak pandai bicara, tidak tahu menjelaskan dan lain sebagainya. Ketika diminta untuk bersaksi, biasanya orang cenderung mundur dan gentar. Padahal apa sih bersaksi itu? Bersaksi berarti menceritakan kembali apa yang ia lihat, dia alami dan dia tahu tentang sesuatu yang disaksikan. Dalam hal Injil, berarti menceritakan kembali pengalaman dan pengenalan seseorang akan Tuhan yang telah menyelamatkan hidupnya. Lalu mengapa kita sulit menyaksikan apa yang telah Kristus lakukan bagi dan dalam hidup kita? Apakah kita merasa bahwa apa yang Kristus lakukan itu tidak penting dan tidak berharga? Atau jangan-jangan karena kita sendiri memang tidak punya pengalaman diselamatkan oleh Tuhan dan tidak mengenal Tuhan Yesus sama sekali alias hanya menjadi Kristen KTP/ikut-ikutan? Menceritakan apa yang telah Kristus lakukan dalam hidup kita adalah kewajiban kita, anak-anak Tuhan yang telah mengalami keselamatan-Nya. Masalah orang itu mau percaya atau tidak, itu adalah pekerjaan Roh Tuhan. Sama seperti ketika Paulus bersaksi, gubernur Festus malah menyebut Paulus orang gila, tetapi Paulus tidak berhenti bersaksi. Ia berdoa agar mereka dapat diselamatkan Tuhan Yesus. Kiranya kita bisa meneladani Paulus, jangan menyia-nyiakan kesempatan untuk bersaksi, karena kita memiliki sebuah kabar yang luar biasa, yang bisa menyelamatkan. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa gubernur Festus mengatakan Paulus gila ketika mendengar kesaksiannya? (2) Pendekatan dan cara bagaimana yang dipakai Paulus untuk bersaksi? Berdoalah agar jemaat Tuhan bertumbuh dan mengembangkan kesukaan untuk bersaksi sehingga semakin banyak orang yang diselamatkan. Berdoa juga bagi para misionaris, untuk pergumulannya, Tuhan pimpin. 26 SELASA JULI 2016 “... Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini.” (Kisah Para Rasul 27:22) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 27:1-26 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 27:1-26 TETAP TENANG DI TENGAH BADAI A pa yang saudara pikirkan ketika melihat orang botak menjual obat penumbuh rambut? Atau jika seorang yang gemuk menjual produk untuk melangsingkan badan? Atau seorang yang penampilannya lusuh, dekil, kemudian menjual jasa yang bisa membuat kita mendapatkan penghasilan yang menjadikan kita kaya? Untuk hal-hal di atas, kita pasti tidak akan mempercayainya. Apalagi tertarik untuk membeli produk atau memakai jasa yang ditawarkannya. Demikian juga dengan kehidupan kita sebagai orang percaya. Sering kita berbicara panjang-lebar tentang kebaikan Tuhan, kehebatan Tuhan, keajaiban Tuhan. Kita berbicara tentang hidup kudus, hidup yang diberkati, hidup yang diubahkan; tetapi, kehidupan kita sendiri tidak menunjukkan bahwa kita telah mengalami perubahan di dalam Tuhan. Sehingga tidak heran, jika pada akhirnya tidak ada yang percaya bahwa ada kebaikan menjadi orang Kristen, bahwa Kristus sanggup mengubahkan hidup seseorang; apalagi yang tertarik untuk menjadi orang Kristen. Berbeda sekali dengan Paulus, ia bersaksi bukan hanya dengan perkataan tetapi dengan tindakan dan perbuatan. Ketika Paulus menjadi tahanan dan dalam perjalanan menuju ke Italia, kapal yang membawanya kandas. Dalam kondisi letih, kelaparan, kesusahan, Paulus menunjukkan sikap sebagai seorang anak Tuhan yang baik. Paulus tidak mengeluh, marah-marah atau bahkan mencari kesempatan untuk melarikan diri; tetapi dengan keteguhan hati, ia memberikan nasihat dan menguatkan mereka, termasuk orang yang menangkapnya! Sungguh suatu teladan yang luar biasa. D.L. Moody pernah berkata, ketika seseorang mengalami kesulitan, goncangan maka apa yang ada di dalam dirinya, itulah yang akan keluar. Paulus menunjukkan bahwa Kristuslah yang ada dalam dirinya, sehingga ketika kesulitan itu menekan, ia tetap menghasilkan kesaksian yang indah, sehingga dapat menguatkan dan menghibur mereka yang dalam kesulitan. Bagaimana dengan kita? Adakah kita telah bersaksi melalui kehidupan kita, dalam kondisi apapun? STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Paulus katakan kepada mereka yang terdampar bersamanya? (2) Bagaimana Paulus bisa tetap tenang sekalipun dalam kesusahan & penderitaan? Berdoalah agar jemaat Tuhan agar diberikan keteguhan hati untuk tetap memiliki kesaksian hidup yang baik sebagai anak Tuhan, di tengah tekanan dan kesulitan yang sedang mereka hadapi. 27 RABU JULI 2016 “… Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelai pun dari rambut kepalanya.” (Kisah Para Rasul 27:34) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 27:27-44 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 27:27-44 DI SAAT BADAI BERGELORA P ernahkah Anda mengalami situasi yang begitu mencekam, dimana kapal yang Anda tumpangi terombang-ambing di tengah lautan? Jika belum pernah, bisakah Anda membayangkan kapal yang Anda tumpangi diterpa badai yang dahsyat, tidak hanya 1 jam atau 1 hari, tapi selama 2 minggu! Kira-kira, apa yang Anda lakukan di saat situasi seperti itu? Panik? Putus asa merasa tidak ada harapan? 275 orang yang ada di kapal bersama Paulus juga sudah kehilangan harapan. Mereka terombang-ambing di Laut Adria selama 14 hari tanpa kepastian! Segala usaha sudah mereka lakukan sampai harus membuang muatan dan alat-alat kapal, tetapi masih belum bisa membawa kapal ke tepian. Demikian juga, tidak terlihat ada tanda ada bala bantuan datang. Namun sikap yang berbeda ditunjukkan Paulus. Paulus tetap memiliki pengharapan. Paulus mengajak mereka untuk makan, karena sudah 14 hari mereka tidak makan dan hal itu pasti mempengaruhi kekuatan dan kesehatan mereka. Mereka sudah lelah dan lemah secara emosional, dan akan semakin berat jika mereka juga lelah dan lemah secara fisik. Karena itu, Paulus mengajak mereka untuk makan. Paulus juga mengingatkan janji Tuhan bahwa semua yang ada di dalam kapal itu akan selamat (ay. 24, 34). Paulus mengajak mereka untuk memercayai janji Allah. Setelah itu, Paulus berdoa, mengucap syukur kepada Allah di hadapan mereka. Dan ternyata apa yang dilakukan Paulus tersebut berdampak bagi mereka. Hati mereka semua menjadi kuat (ay. 36), artinya mereka memiliki harapan lagi dan harapan itu ada karena mereka memercayai perkataan Paulus tentang janji Allah. Akhirnya merekapun makan sampai kenyang. Dengan demikian, keadaan mereka kembali dipulihkan, baik secara jasmani maupun rohani. Dan janji Allah tergenapi dengan sampainya mereka semua di darat dengan selamat. Bagaimana saat kita menghadapi badai hidup kita? Apakah kita putus asa? Marilah datang kepada Tuhan Yesus, percayalah kepada janji-Nya, percayalah juga kepada kasih dan rencana-Nya yang terbaik bagi kita. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa ke-275 orang yang ada di kapal itu tidak memiliki harapan untuk selamat? (2) Mengapa Paulus memiliki sikap yang berbeda dari mereka? Berdoalah agar jemaat Tuhan mampu menghadapi persoalan hidup dengan berpegang teguh pada janji dan kasih Allah, sehingga damai sejahtera dan kekuatan sorgawi menuntun kita tetap berjalan di jalan Tuhan. 28 KAMIS JULI 2016 “Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus.” (Kisah Para Rasul 28:31) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 28:17-31 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 28 DI MANA SAJA DAN KAPAN SAJA P erjalanan Paulus dari Yerusalem ke Roma bukanlah perjalanan wisata atau liburan, namun saat itu ia menjadi tawanan karena ia memberitakan Injil. Suatu perjalanan panjang yang penuh bahaya maut, dan ketika tiba di Roma, ia harus hidup sebagai tawanan, tinggal di sebuah rumah dan dijaga oleh seorang prajurit. Dalam situasi yang tidak menyenangkan itu, ia tidak mengeluh, marah kepada Tuhan atau berhenti memberitakan Injil, untuk aman. Dari bacaan hari ini, kita melihat: Paulus tetap konsisten dengan panggilannya untuk melayani dan memberitakan TuhanYesus, di mana saja dan kapan saja ada kesempatan. (1) Ketika Paulus dan semua penumpang kapal terdampar di Pulau Malta, Paulus mendoakan ayah dari Publius, gubernur Pulau Malta yang sedang sakit demam dan diare, hingga pada akhirnya ayah dari Publius itu menjadi sembuh (Kisah Para Rasul 28:7-8). Setelah peristiwa itu, banyak orang sakit yang datang kepada Paulus, dan Pauluspun melayani mereka, mendoakan dan mereka menjadi sembuh (ay. 9). Di pulau Malta ini, Paulus melayani orang-orang non Yahudi. (2) Selama 2 tahun di rumah tahanan di Roma, Paulus mengabarkan tentang Kerajaan Allah dan tentang Yesus kepada orang-orang terkemuka bangsa Yahudi (ay. 23), juga kepada orang banyak yang datang ke rumah tahanan Paulus (ay. 30-31). Apa yang Paulus lakukan ini sesuai dengan motto hidupnya: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah…” (Filipi 2:21-24). Sejak Paulus berjumpa dengan Yesus dan mendapat anugerah kasih Yesus, seluruh hidup Paulus dipakai untuk melayani dan mengabarkan Injil. Paulus tidak membeda-bedakan siapa yang ia layani (orang Yahudi maupun non Yahudi). Paulus juga tidak menunggu situasi menyenangkan atau aman saja, baru mau melayani. Bagaimana dengan Anda? Melayani Tuhan tidak terbatas hanya di gereja, namun di manapun dan kapanpun ketika Tuhan memberi kesempatan kepada kita. STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang membuat Paulus mampu menggunakan seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan? (2) Bagaimanakah hidup yang melayani Tuhan itu? Berdoa agar setiap jemaat Tuhan mau mempersembahkan hidupnya untuk melayani Tuhan, di mana pun dan kapan pun; supaya di manapun mereka berada, mereka memuliakan Tuhan. 29 JUMAT JULI 2016 “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya ...” (Roma 1:16) Bacaan hari ini: Roma 1:16 Bacaan setahun: Roma 1:1-32 TIDAK MALU MEMBERITAKAN INJIL R oma 1:16-17 merupakan alasan yang dikemukakan Paulus ketika ia memberitakan Injil di Roma. Terjemahan yang tepat seharusnya, “Aku tidak malu terhadap Injil...” (“For I am not ashamed of the gospel”). Paulus berkata, “Sebab aku tidak malu terhadap Injil.” Paulus sadar bahwa orang percaya selalu tetap tergoda untuk merasa malu terhadap Injil Kristus. Mengapa demikian? Karena dari segi pandangan manusia, Injil Kristus bukanlah suatu kebanggaan. Menurut mereka yang akan binasa, pemberitaan tentang Injil Kristus itu adalah suatu kebodohan. Namun bagi mereka yang akan diselamatkan, Injil itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan (1Kor. 1:18). Karena itu, Paulus tidak pernah merasa malu untuk memberitakan Injil, secara khusus bagi orang-orang di Roma. Lebih lanjut Paulus menuliskan, “Karena Injil itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga kepada orang Yunani.” Keyakinan Paulus ini bukan didasarkan kepada pengetahuan, tetapi kepada pengalaman hidupnya, di mana dia bertemu dengan Kristus secara pribadi yang menjamin akan kehidupan dan keselamatannya. Keselamatan yang dimaksudkan di dalam bagian ini, adalah keselamatan dari murka Allah (Rm. 1:18 dan 5:9). Karena itu, Paulus tidak malu memberitakan Injil Kristus yang menyelamatkan itu di kota Roma, baik mereka adalah orang-orang Yahudi, maupun juga kepada orang-orang Yunani. Belajar dari apa yang dilakukan Rasul Paulus ini, kita seharusnya tidak malu untuk memberitakan Injil Kristus. Mengapa? Karena: (1) Kita sudah mewarisi keselamatan di dalam Yesus Kristus dan Yesus Kristus sudah menjamin kehidupan kita; (2) Karena keselamatan itu diberikan Allah kepada umat pilihan-Nya, maka sudah seharusnya kita mengutamakan keselamatan ini, sebagai fokus di dalam kehidupan dan pelayanan kita. Sebab itu, kita harus mengambil bagian di dalam tugas memberitakan Injil Kristus, agar orang yang belum percaya, boleh mendengar dan percaya kepada Injil Kristus itu. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Paulus tidak malu memberitakan Injil? (2) Mengapa orang berdosa perlu mendengarkan Injil? Berdoalah bagi setiap anak-anak Tuhan di manapun mereka berada di bangsa ini, agar mereka tidak malu mengakui diri sebagai orang Kristen dan berani memberitakan Injil Yesus Kristus. 30 SABTU JULI 2016 “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya?...” (Roma 2:4) Bacaan hari ini: Roma 2:1-29 Bacaan setahun: Roma 2:1-29 KEMURAHAN ALLAH ATAS KITA K ata “menganggap sepi” berarti “menghina, mengejek, atau menganggap enteng, sehingga ayat ini dapat diterjemahkan, “Apakah engkau menghina kekayaan kemurahan-Nya?” Demikianlah sikap pengabaian orang Yahudi terhadap kasih karunia Allah bagi mereka. Sikap mereka yang membanggakan kebangsaan dan agamanya menyebabkan mereka memandang rendah orang-orang bukan Yahudi dan menjauhinya. Teguran Paulus yang dinyatakan dalam suratnya kepada jemaat di Roma, diangggap bukan ditujukan kepada mereka sebagai orang Yahudi yang bersunat, tapi kepada orang-orang yang tidak bersunat, yaitu mereka orang-orang kafir, orang-orang bukan Yahudi (ay. 1-3). Mereka menyangka bahwa mereka akan luput dari hukuman Allah karena mereka adalah bangsa pilihan Allah. Akibatnya, mereka menganggap enteng dan menyianyiakan kesempatan yang Allah berikan kepada mereka untuk bertobat (ay. 4), sehingga menimbun murka Allah atas diri mereka sendiri (ay. 5). Demikianlah akibat menganggap sepi kekayaan, kemurahan, kesabaran dan kelapangan hati Allah bagi mereka. Tahukah Anda, bahwa dari dulu sampai sekarang ini, Allah masih menunjukkan kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya kepada kita manusia berdosa? Dan tahukah Anda, bahwa maksud kemurahan Allah adalah menuntun kita kepada pertobatan? Sesungguhnya, Allah sangat mengasihi kita. Ia tidak menginginkan kebinasaan kita yang berdosa ini. Yang Ia inginkan adalah pertobatan dan keselamatan atas kita semua. Janganlah kita jatuh ke dalam kesalahan yang sama seperti orang Yahudi. Oleh karena itu, janganlah mengabaikan kemurahan kasih Allah dengan menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya yang menuntun kita kepada pertobatan dan keselamatan di dalam Juruselamat kita, Yesus Kristus. Marilah kita gunakan kesempatan yang Allah berikan dengan menyesali dan meninggalkan segala dosa yang kita perbuat selama ini, dan datang kepada Kristus untuk menerima keselamatan dari pada-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Allah menunjukkan kekayaan kemurahan-Nya kepada manusia berdosa? (2) Bagaimana respons kita terhadap kemurahan Allah tersebut? Berdoalah agar semakin banyak orang dapat meresponi dengan tepat dan benar akan kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya kepada mereka. 31 MINGGU JULI 2016 “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” (Roma 3:23) Bacaan hari ini: Roma 3:9-20 Bacaan setahun: Roma 3 SEMUA MANUSIA TELAH BERDOSA S iapakah di antara kita yang tidak pernah berbuat dosa? Tidak ada, bukan? Semua orang pasti pernah berbuat dosa. Termasuk diri kita, orang yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus, terkadang masih berbuat dosa. Roma 3:23 menegaskan bahwa: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”. Paulus menegaskan bahwa semua manusia telah jatuh ke dalam dosa. Semua manusia ada di dalam kondisi yang penuh dosa. Tidak ada pengecualian. Karena semua manusia berasal dari benih Adam yang sudah berdosa. Pertanyaannya: Apa itu dosa? Dosa dapat diartikan sebagai: (1) Penyelewengan terhadap perintah dan ketetapan Allah; (2) Pemberontakan terhadap kehendak Allah; (3) Penyangkalan terhadap keberadaan Allah. Kejatuhan Adam ke dalam dosa secara “peradilan/hukum” menjadikan manusia berdosa di hadapan Allah. Hal ini sesuai dengan Roma 3:9-12. Kejatuhan manusia pertama telah menyatakan status manusia, bahwa manusia telah menjadi berdosa di hadapan Allah. Hal ini terbukti di dalam kehidupan manusia melalui berbagai sikap dan perilaku hidupnya. Kadang melalui pikiran kita merancang dosa, melalui mulut kita mengucapkan dosa, melalui perilaku kita kita melakukan dosa. Kris Lundgaard, menulis dalam bukunya “The Enemy Within” bahwa dosa di dalam diri manusia seperti sebuah hukum yang berusaha menarik kehendak manusia mengikuti kepentingannya. Lundgaar menganalogikan hal ini sebagai suatu hukum gravitasi. Hukum Gravitasi menunjukkan adanya suatu kekuatan yang dapat menarik/membuat objek-objek (bendabenda) mengikuti kehendaknya. Contoh: benda yang dilemparkan ke atas akan tertarik/mengikuti gaya gravitasi. Demikian juga dengan dosa, akan berusaha menarik kita manusia untuk mengikuti kehendaknya. Manusia tidak akan bisa dilepaskan dari belenggu dosa, kecuali ia diselamatkan oleh Kristus. Melalui kematian-Nya di atas kayu salib, Yesus Kristus telah mematahkan kuk perhambaan dan kuasa maut dikalahkan-Nya, supaya kita dilepaskan dari dosa dan menerima hidup kekal. STUDI PRIBADI: (1) Apa arti dosa menurut firman Allah? Bagaimana orang hari ini memandang dosa? (2) Bagaimana seseorang dapat diselamatkan dari kuasa dosa? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka tidak lagi mau diperhamba oleh dosa dan mengikuti segala keinginan hawa nafsu yang bekerja dalam diri mereka, melainkan mereka mengikuti kehendak Tuhan. “Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.” (Kisah Para Rasul 24:16)