BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.1. Gambaran Tempat Penelitian SMP BOPKRI 5 Kedung Penjalin merupakan salah satu sekolah swasta yang berada di Kedung Penjalin kabupaten Jepara. Keseluruhan gurunya berjumlah 12 orang, yang terdiri dari empat guru tetap, delapan guru tidak tetap. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah seluruh guru SMP BOPKRI 5 Kedung Penjalin yang berjumlah 12 orang terdiri dari lima lakilaki dan tujuh perempuan. 4.2 Temuan dan Hasil Penelitian 4.2.1. Keadaan guru SMP BOPKRI 5 Kedung Penjalin pada tahun 2012 memiliki guru sebanyak 12 orang, satu kepala sekolah dan satu tata usaha. Dari 12 guru yang ada, empat guru SMP BOPKRI 5 Kedung Penjalin berstatus guru tetap dan delapan guru lainnya berstatus guru tidak tetap. Dilihat dari segi pengalaman mengajar, ada beberapa guru yang memang memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama yaitu 20 tahun, ada juga yang baru beberapa bulan atau kurang dari lima tahun mengajar. 23 4.2.2. Hasil Penilaian Guru Atas Pelaksanaan Supervisi Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Supervisi merupakan penilaian yang dilakukan kepala sekolah untuk membantu meningkatkan kinerja guru dalam rangka memperbaiki proses pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas. Untuk mengetahui keberhasilan supervisi perlu dilakukan penilaian juga terhadap pelaksanaan supervisi tersebut. Berdasarkan data yang telah diperoleh (master sheet terlampir), nampak bahwa skor minimal dari sebuah aspek yang mewakili persepsi guru terhadap supervisi kepala sekolah adalah 6. Sementara itu, skor tertinggi adalah 20. Apabila batasan tersebut dikaji dari masing-masing aspek, maka dapat dibuat gradasi penilaian berdasarkan skor sebagai berikut : 18 – 20 = Sangat baik 14 – 17 = Baik 10 – 13 = Cukup 6–9 = Kurang baik <6 = Tidak baik Apabila dilakukan kajian tiap aspek terkait dengan 12 guru sebagai sampel, dari sembilan aspek total skor setiap aspek bergerak dari 36 – 240. Apabila dikategorikan dalam lima kategori maka secara keseluruhan penilaian guru terhadap pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah dalam kajian setiap aspek bergerak dari tidak baik sampai sangat baik dengan agihan sebagai berikut : < 44 44 – 83 = Kurang baik = Tidak baik 24 84 – 123 = Cukup 124 – 163 = Baik 164 – 240 = Sangat baik Dikatakan tidak baik apabila jumlah skor kurang dari 44 dan dikatakan sangat baik apabila jumlah skor antara 164 sampai 240. Berdasarkan gradasi penilaian terhadap supervisi kinerja guru, diperoleh hasil sebagai mana dijelaskan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Hasil penilaian kinerja kepala sekolah menurut aspek-aspek supervisi No Hasil Penilaian Aspek Sangat Baik Cukup baik Kurang Tidak baik baik Jumlah Kinerja Guru 1 Aspek 1 1 8 3 - - 12 2 Aspek 2 - 6 5 1 - 12 3 Aspek 3 - 4 8 - - 12 4 Aspek 4 1 6 5 - - 12 5 Aspek 5 - - 7 5 - 12 6 Aspek 6 - 8 4 - - 12 7 Aspek 7 3 9 - - - 12 8 Aspek 8 4 8 - - - 12 9 Aspek 9 - 3 9 - - 12 Jumlah 9 52 41 6 0 Presentase 8,33% 48,14% 37,96% 5,55% 0% Keterangan : Aspek 1 = pengembangan kurikulum Aspek 2 = pengorganisasian pengajaran 25 Aspek 3 = pemenuhan fasilitas Aspek 4 = perencanaan dan perolehan bahan ajar Aspek 5 = perencanaan dan implementasi dalam meningkatkan pengalaman belajar dan unjuk kerja guru dalam melaksanakan pengajaran. Aspek 6 = pelaksanaan orientasi tentang suatu tugas atau cara baru dalam proses belajar. Aspek 7 = pengkoordinasian antara kegiatan belajar-mengajar dsengan kegiatan lain yang diberikan oleh sekolah. Aspek 8 = pengembangan hubungan dengan masyarakat. Aspek 9 = pelaksanaan evaluasi pengajaran. Pada tabel 1 dapat dijelaskan sebagai berikut, secara keseluruhan kinerja penilaian guru atas supervisi kepala sekolah tergolong baik dengan hasil presentase 48,14%. Dari sembilan aspek supervisi, masing-masing dibagi dalam empat item, yang masing-masing diberi skor yang bergerak dari 0 (tidak pernah) sampai 5 (sangat sering). Itu berarti total skor bergerak dari 0 kalau tidak pernah melakukan supervisi sampai 180 apabila semua item dari semua aspek supervisi dinilai sangat sering dan kemudian dikategorisasikan dalam lima kategori. Lima kategori tersebut merupakan penilaian secara kualitas terhadap kinerja supervisi kepala sekolah. Lima kategori tersebut yaitu 151-180 dinilai sangat baik, 121-150 dinilai baik, 91-120 dinilai cukup, 61-90 dinilai kurang baik, dan <61 dinilai tidak baik. Pada penelitian ini ditemukan bahwa penilaian guru terhadap kinerja kepala 26 sekolah dalam supervisi guru tergolong baik dengan hasil tujuh orang menilai baik dan lima orang menilai cukup. (dapat dilihat pada lampiran 3). Aspek-aspek penilaian kinerja guru atas supervisi oleh kepala sekolah yang agak menarik adalah pada aspek kedua yaitu pengorganisasian pengajaran, modusnya pada kualitas baik tetapi selebihnya cukup (5) dan kurang baik (1). Sedangkan aspek lima yaitu perencanaan dan implementasi dalam meningkatkan pengalaman belajar dan unjuk kerja guru dalam melaksanakan pengajaran, modus berada pada kualitas cukup (7) cukup banyak dan (5) menilai kurang baik. Pada aspek ketujuh yaitu pengkoordinasian antara kegiatan belajarmengajar dengan kegiatan lain yang diberikan oleh sekolah, modus penilaian guru terhadap kinerja supervisi oleh kepala sekolah, modus penilaian guru tergolong baik (9), selebihnya menilai sangat baik. Dan pada aspek delapan yaitu pengembangan hubungan dengan masyarakat, modus penilaian guru tergolong baik (8), selebihnya sangat baik. Berdasarkan hasil temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian guru atas supervisi kinerja kepala sekolah tergolong baik akan tetapi masih ada beberapa aspek yang belum tergolong baik. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa jumlah skor untuk pengembangan kurikulum adalah sebesar 177 dari kemungkinan 240. Itu berarti penilaian guru terhadap supervisi kepala sekolah terhadap pengembangan kurikulum tergolong baik. Akan tetapi titik lemah terdapat pada pengembangan muatan lokal. Dilihat dari jumlah responden terdapat dua 27 guru yang memberi penilaian cukup terhadap kegiatan pengembangan kurikulum kepala sekolah. Dalam perorganisasian pengajaran diperoleh skor sebesar 157 dari kemungkinan 240. Itu berarti penilaian guru terhadap supervisi kepala sekolah terhadap pengorganisasian pengajaran tergolong cukup. Akan tetapi titik lemahnya terdapat pada mengelompokkan siswa dan mengatur ruangan. Dilihat dari jumlah responden terdapat satu guru yang memberi penilaian cukup dan empat guru yang memberi penilaian kurang terhadap kegiatan pengorganisasian pengajaran. Dalam pemenuhan fasilitas diperoleh skor 156 dari kemungkinan 240. Itu berarti penilaian guru terhadap supervisi kepala sekolah terhadap pemenuhan fasilitas tergolong cukup. Akan tetapi titik lemahnya terdapat pada pengembangan ruangan. Dilihat dari jumlah responden terdapat delapan guru yang memberi penilaian cukup terhadap kegiatan pemenuhan fasilitas. Dalam perencanaan dan perolehan bahan pengajaran diperoleh skor 172 dari kemungkinan 240. Itu berarti penilaian guru terhadap supervisi kepala sekolah terhadap perencanaan dan perolehan bahan pengajaran tergolong cukup. Akan tetapi titik lemahnya terdapat pada memilih dan menyediakan bahan-bahan yang digunakan dalam pengajaran. Dilihat dari jumlah responden terdapat lima guru yang memberi penilaian cukup terhadap kegiatan perencanaan dan perolehan bahan pengajaran. Dalam perencanaan dan implementasi dalam meningkatkan pengalaman belajar dan unjuk kerja guru dalam melaksanakan pengajaran diperoleh skor 28 114 dari kemungkinan 240. Itu berarti penilaian guru terhadap supervisi kepala sekolah terhadap perencanaan dan implementasi dalam meningkatkan pengalaman belajar tergolong kurang. Akan tetapi titik lemahnya terdapat pada mengadakan wisatakarya. Dilihat dari jumlah responden lima guru memberi penilaian kurang dan tujuh guru memberi penilaian cukup terhadap kegiatan perencanaan dan implementasi dalam meningkatkan pengalaman belajar dan unjuk kerja guru dalam melaksanakan pengajaran. Dalam pelaksanaan orientasi tentang suatu tugas atau cara baru dalam proses belajar-mengajar diperoleh skor 173 dari kemungkinan 240. Itu berarti penilaian guru terhadap supervisi kepala sekolah terhadap pelaksanaan orientasi tentang suatu tugas atau cara baru dalam proses belajar-mengajar tergolong cukup. Akan tetapi titik lemahnya terdapat pada memberikan informasi tentang tugas dan tanggung jawab guru. Dilihat dari jumlah responden empat guru memberi penilaian cukup terhadap kegiatan pelaksanaan orientasi tentang suatu tugas atau cara baru dalam proses belajarmengajar. Dalam pengkoordinasian antara kegiatan belajar-mengajar dengan kegiatan lain yang diberikan oleh sekolah diperoleh skor 194 dari kemungkinan 240. Itu berarti penilaian guru terhadap supervisi kepala sekolah terhadap pengkoordinasian antara kegiatan belajar-mengajar dengan kegiatan lain yang diberikan oleh sekolah tergolong baik. Akan tetapi titik lemahnya terdapat pada pengembangan kebijaksanaan. Dilihat dari jumlah responden sembilan guru memberi penilaian baik dan tiga guru memberi 29 penilaian sangat baik terhadap kegiatan pengkoordinasian antara kegiatan belajar-mengajar dengan kegiatan lain yang diberikan oleh sekolah. Dalam pengembangan hubungan dengan masyarakat diperoleh skor 200 dari kemungkinan 240. Itu berarti penilaian guru terhadap supervisi kepala sekolah terhadap pengembangan hunbungan dengan masyarakat tergolong baik. Akan tetapi titik lemahnya terdapat pada menjalin hubungan baik dengan masyarakat. Dilihat dari jumlah responden delapan guru memberi penilaian baik dan empat guru memberi penilaian sangat baik terhadap kegiatan pengembangan hubungan dengan masyarakat. Dalam pelaksanaan evaluasi pengajaran diperoleh skor 150 dari kemungkinan 240. Itu berarti penilaian guru terhadap supervisi kepala sekolah terhadap pelaksanaan evaluasi pengajaran tergolong cukup. Akan tetapi titik lemahnya terdapat pada pembuatan instrumen. Dilihat dari jumlah responden sembilan guru memberi penilaian cukup terhadap pelaksanaan evaluasi pengajaran. 4.3. Pembahasan 4.3.1. Penilaian Guru Terhadap Kinerja Supervisi Kepala Sekolah. Berdasarkan hasil temuan peneltian diperoleh bahwa penilaian guru terhadap supervisi kepala sekolah sudah tergolong cukup baik akan tetapi ada beberapa item yang belum dilaksanakan dengan baik, yaitu perencanaan dan implementasi dalam meningkatkan pengalaman belajar dan unjuk kerja guru dalam melaksanakan pengajaran, serta pelaksanaan evaluasi pengajaran. Perbaikan pengajaran dan evaluasi pengajaran perlu dilakukan guna 30 menunjang kualitas pembelajaran yang disampaikan guru. Untuk aspek-aspek yang lain yang sudah dilaksanakan dengan baik perlu dipertahankan dan secara terus-menerus ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sergiovanni dan Starrat (1979) bahwa tugas utama supervisi adalah perbaikan pengajaran. Sebagai kepala sekolah yang salah satu tugasnya melakukan supervisi kinerja guru, kepala sekolah SMP BOPKRI 5 Kedung Penjalin sudah melakukan tugasnya yang barang kali menurut kepala sekolah sudah dilakukannya dengan baik. Akan tetapai berdasarkan penilaian guru ada aspek-aspek supervisi yang sudah dilakukan sangat baik tetapi ada pula aspek kinerja guru yang supervisinya dinilai kurang baik oleh para guru. Secara umum modus penilaian dari semua aspek berada pada kategori baik tidak ada satupun aspek yang dinilai tidak baik. Ada kemungkinan bahwa para guru enggan memberikan penilaian yang ekstrim baik atau ekstrim jelek. Boleh jadi hal ini dipengaruhi oleh faktor budaya yang cenderung menghindari konflik (cari aman) antara penilai (guru) dan yang dinilai (kepala sekolah). Sementara itu kepala sekolah tidak berani menekan para guru mengingat sebagian besar guru berstatus guru tidak tetap, apalagi kalau dia sendiri tidak mampu melakukan tugas sesuai kriteria ideal. Apabila dilihat dari penilaian peraspek supervisi terdapat dua aspek yaitu aspek dua (pengorganisasian pengajaran) dan lima (perencanaan dan implementasi dalam meningkatkan pengalaman belajar dan unjuk kerja guru dalam melaksanakan pengajaran) yang agak menonjol kurang dan dua aspek 31 lagi yaitu, aspek tujuh (pengkoordinasian antara kegiatan belajar mengajar dengan kegiatan lain yang diberikan oleh sekolah) dan aspek delapan (pengembangan hubungan dengan masyarakat) yang menonjol baik, aspekaspek lainnya bergerak pada baik dan cukup. Ada kemungkinan hal ini disebabkan aspek-aspek itu oleh guru tidak dirasa sebagai beban yang memerlukan pembinaan intensif oleh kepala sekolah. Aspek kelima yang termasuk dalam pemberian motivasi bagi guru mendapatkan penilaian yang kurang, padahal pemberian motivasi bagi guru memberikan pengaruh positif bagi kinerja guru. Dengan kata lain kinerja guru tidak lepas dari adanya motivasi kepala sekolah. Motivasi merupakan keseluruhan proses pemberian dorongan atau rangsangan kepada seseorang sehingga mereka bersedia bekerja dan rela tanpa dipaksa. Seperti yang diungkapkan oleh Purwanto (1998) motivasi merupakan suatu pendorongan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk betindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu. Seperti yang diungkapkan pula oleh Winardi (1982), motivasi merupakan keinginan yang terdapat dalam seseorang yang merangsang untuk melakukan tindakan-tindakan. Dengan adanya kesungguhan dalam bekerja, tidak mudah puas atas hasil kerjanya, terus memiliki keinginan untuk meningkatkan pengetahuan, selalu berinovasi dan kreatif dalam pembelajaran dan menerima dorongan dari kepala sekolah maupun dari rekan kerja demi peningkatan kerja dan kemajuan pembelajaran, sehingga berdampak positif terhadap kinerja guru. 32 Lain dari pada itu, mereka sadar bahwa sulit bagi kepala sekolah melakukan supervisi pelaksanaan pengajaran yang bukan bidang keahlian kepala sekolah. Untuk aspek dua dan lima, rata-rata memberi penilaian yang relatif kurang hal ini dirasa utamanya oleh guru IPA terpadu dan IPS terpadu. Hal ini disebabkan pada dasarnya tidak ada guru yang benar-benar disiapkan menjadi sarjana IPS atau IPA. Sementara itu aspek tujuh yaitu pengorganisasian antara kegiatan belajar mengajar dengan kegiatan lain yang diberikan oleh sekolah dan aspek delapan yaitu pengembangan hubungan dengan masyarakat, merupakan aspek yang adalah dianggap lumrah dikuasai oleh guru sehingga tidak menuntut pembinaan intesif dari kepala sekolah melalui supervisi. Kulaitas proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh kualitas kinerja guru. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, mendapatkan perhatian dari penanggung perlu jawab secara sistem terus-menerus pendidikan. Peningkatan ini akan lebih berhasil apabila dilakukan oleh guru dengan kemauan dan usaha mereka sendiri. Namun, seringkali guru masih memerlukan bantuan dari orang lain, karena ia belum mengetahui atau belum memahami jenis, prosedur, dan mekanisme memperoleh berbagai sumber yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan kemampuan mereka. Pengetahuan tentang supervisi memberikan bantuan kepada guru dalam 33 merencanakan dan melaksanakan peningkatan profesional mereka dengan memanfaatkan sumber yang tersedia. Walaupun tidak ada perbedaan yang tajam dalam perencanaan dan pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah tetapi berdasarkan hasil analisis dan wawancara terbatas serta pengamatan sepintas diperoleh kesan bahwa jenis supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah masih terkonsentrasi pada supervisi traktif dan sangat kurang yang dinamik. Ini diperkuat oleh kenyataan bahwa jumlah guru yang sudah lolos uji sertifikasi hanya dua dari 13 orang guru termasuk didalamnya kepala sekolah. Lain daripada itu, perubahan kurikulum dari KBK ke KTSP juga kurang mendapat porsi perhatian yang serius oleh kepala sekolah. Ada kemungkinan kepala sekolah beranggapan bahwa seharusnya guru menyesuaikan dengan tuntutan kurikulum yang baru. Nyatanya gaya mengajar guru relatif tetap. Begitu juga karya ilmiah guru dan Karya Ilmiah Remaja (KIR) hampir tidak ada. Ini mencerminkan lemahnya supervisi oleh kepala sekolah, untuk supervisi dinamik. Ini diperkuat pula oleh temuan bahwa dari 12 orang guru tidak seorang pun memberi penilaian sangat baik untuk keseluruhan aspek supervisi. Bahkan guru yang kurang berpengalaman pun tidak merasakan adanya arahan yang luar biasa terutama dalam menemukan dan menerapkan cara-cara yang inovatif untuk peningkatan kualitas pengajaran. Agaknya supervisi dinamik lebih mengandalkan dari pihak pengawas serta atasan terkait lainnya. Lain daripada itu kenyataan lain memperlihatkan 34 bahwa jumlah guru yang sudah lolos uji sertifikasi hanya berjumlah dua orng guru dari 12 guru. Pada pihak lain, guru-guru pun tidak menuntut kepada kepala sekolah untuk memprogramkan kegiatan tambahan yang berkaitan dengan supervisi dinamik. 35