Mengenal serangga hama kelapa sawit di Kolombia Apa yang

advertisement
Mengenal serangga hama kelapa sawit di Kolombia
Apa yang pertama kali terbesit dalam pikiran pembaca ketika mendengar Kolombia? Mungkin
sebagian besar akan menjawab negara tersebut identik dengan penghasil narkotika. Namun lebih
dari itu, Kolombia merupakan penghasil minyak sawit terbesar di Amerika atau yang terbesar ke-5 di
dunia. Pengembangan kelapa sawit di Kolombia dimulai sejak 1960-an dengan 18.000 ha areal
tertanam dan terus berkembang hingga 1 juta ha pada tahun 2006. Pada 2020, diproyeksikan luas
perkebunan kelapa sawit di Kolombia akan mencapai 7 juta ha.
Sebagai sentra perkebunan kelapa sawit di Amerika, para pekebun di Kolombia dihadapkan dengan
permasalahan hama dan penyakit yang tentunya berbeda dengan yang dihadapi oleh pekebun
kelapa sawit di Indonesia. Untuk menambah pengetahuan pembaca, maka pada edisi kali ini kita
akan membahas mengenai serangga hama yang menyerang perkebunan kelapa sawit di Kolombia.
Pemakan daun kelapa sawit
Yang pertama adalah kumbang Leucothyreus femoratus (Coleoptera: Scarabaeidae). Kumbang
Leucothyreus merupakan pemakan daun kelapa sawit yang menyerang sejak masa pembibitan
hingga tanaman menghasilkan. Sama seperti kumbang Oryctes di Indonesia, perkembangan
kumbang ini berlangsung dari telur – larva – pupa – imago dengan total siklus hidup mencapai
sekitar 170 hari. Stadia larva dapat dijumpai dengan mudah di perakaran gulma seperti alang-alang
dan Croton tinitatis. Sementara itu, stadia kumbang mampu mengkonsumsi sekitar 13 mm2 daun
kelapa sawit per hari dengan kerusakan kumulatif yang diakibatkan seekor kumbang ini sekitar
15.5% dalam 60 hari.
Gejala serangan dan kumbang L. femoratus (Photo: A.E. Pardey)
Serangga hama berikutnya adalah ulat kantung Oiketicus kirbyi (Lepidoptera: Psychidae). Ulat
kantung ini pada awalnya menyerang perkebunan pisang, kakao, kelapa, jeruk, jati dan eukaliptus.
Namun seiring dengan ekspansi perkebunan kelapa sawit, pada akhirnya ulat kantung ini dijumpai
menyerang kelapa sawit di tahun 1989. Ulat kantung ini telah dijumpai di beberapa sentra kelapa
sawit di Kolombia, Panama, dan Kosta Rica. Berbeda dengan kebanyakan ulat pemakan daun kelapa
sawit di Indonesia, perkembangan stadia larva (ulat) ini berkisar antara 207-382 hari. Dengan
demikian serangan ulat ini dapat terjadi terus-menerus tanpa jeda selama satu tahun. Stadia
ngengat jantan hanya berkisar 3-5 hari, sedangkan fase dewasa betina mencapai 14 hari. Betina akan
terus menetap didalam kantung dengan potensi telur yang dihasilkan sejumlah 6.756 per betina
dewasa.
Ulat kantung O. kirbyi (Photo: A.E. Pardey)
Ulat pemakan daun lainnya adalah Dirphia gragatus (Lepidoptera: Saturniidae). Serangan ulat ini
dapat menyebabkan kerusakan berat pada seluruh daun kelapa sawit hingga melidi. Ledakan
populasi ulat telah terjadi di Kolombia dan Venezuela, namun sangat sedikit informasi yang bisa
didapatkan mengenai biologi ulat ini.
Larva D. gragatus (Photo: A.E. Pardey)
Gejala serangan D. gragatus (Photo: A.E. Pardey)
Perusak akar
Serangga perusak sistem perakaran merupakan hama penting yang banyak dijumpai di perkebunan
kelapa sawit di Kolombia. Salah satu serangga yang tergolong penting adalah ngengat Sagalassa
valida (Lepidoptera: Glyphipterigidae). Ngengat meletakkan telur pada bagian pangkal batang kelapa
sawit dan segera setelah menetas, ulat akan membuat lubang menuju ke akar. Stadia ulat hidup
dengan memakan jaringan akar kelapa sawit hingga hanya menyisakan bagian luar akar (korteks).
Serangan ulat menyebabkan kerusakan pada sistem perakaran primer kelapa sawit. Pada banyak
kasus, tingkat kerusakan perakaran tanaman dewasa dapat mencapai 50-80%, dan pada umumnya
ulat dapat dijumpai pada radius 50 cm dari pangkal batang. Serangan ulat ini menyebabkan tanaman
menjadi lebih rentan terhadap infeksi patogen tular tanah seperti phytomonas.
Larva S. valida (Photo: A.E. Pardey)
Kerusakan yang disebabkan S. valida (Photo: A.E. Pardey)
Hama lainnya yang merusak sistem perakaran adalah Sufetula diminutalis (Lepidoptera: Pyralidae).
Ulat memakan jaringan akar hingga kedalaman beberapa centimeter dari permukaan tanah.
Berbeda sengan S. valida, ulat ini lebih banyak dijumpai pada sistem perakaran yang dekat dengan
permukaan tanah. Sufetula memerlukan waktu sekitar satu bulan untuk melengkapi siklus hidupnya.
Pada satu pohon terserang dapat dijumpai hingga ratusan ulat sehingga dapat menyebabkan
kerusakan total pada sistem perakaran yang berada dekat dengan permukaan tanah. Kerusakan
sistem perakaran dapat mencapai hingga 80% dan berdampak terhadap terhambatnya
pertumbuhan kelapa sawit terutama jika serangan terjadi pada tanaman berumur 5 tahun.
Penggerek batang kelapa sawit
Hama penggerek batang kelapa sawit yang utama di Kolombia terdiri dari kumbang moncong
Rhynchophorus palmarum (Coleoptera: Dryophthoridae) dan kumbang tanduk Strategus aloeus
(Coleoptera: Scarabaeidae). Larva kumbang moncong makan dan berkembang di dalam batang
kelapa sawit dekat dengan titik tumbuh. Pada kerusakan ringan, serangan larva kumbang moncong
menyebabkan pertumbuhan kelapa sawit menjadi abnormal sedangkan kerusakan berat dapat
menyebabkan kematian tanaman kelapa sawit terserang. Seekor kumbang betina mampu
meletakkan hingga 693 telur dalam sekali peneluran. Namun, hal yang paling berbahaya adalah
kumbang moncong R. palmarum ini merupakan vektor nematoda Bursaphelencus cocophilus
penyebab penyakit cincin merah kelapa sawit di Kolombia. Disamping itu, serangan kumbang
moncong juga menyebabkan tanaman kelapa sawit menjadi lebih rentan terhadap serangan patogen
sekunder seperti bakteri dan jamur akibat luka yang disebabkan oleh aktivitas makan larva.
Kumbang moncong R. palmarum (Photo: A.E. Pardey)
Sementara itu kumbang tanduk S. aloeus lebih banyak menyerang tanaman kelapa sawit belum
menghasilkan, terutama pada bibit yang baru dipindahkan ke lapangan. Stadia larva dari kumbang
ini hidup pada sisa-sisa tanaman atau bahan organik lainnya, sedangkan stadia kumbang makan dan
menyerang kelapa sawit. Gejala serangan kumbang ini mirip dengan serangan kumbang Oryctes di
Indonesia. Kumbang menyerang umbut tanaman muda sehingga menyebabkan kerusakan pada titik
tumbuh. Akibatnya, pertumbuhan tunas baru menjadi abnormal (terpuntir) dan pada serangan berat
serangannya dapat mengakibatkan kematian tanaman sehingga perlu dilakukan penyisipan tanaman
baru.
Kumbang S. aoleus (photo: A.E. Pardey)
Serangan kumbang S. aoleus (Photo: A.E. Pardey)
Serangga hama di atas hanya sebagian dari banyak hama lainnya yang menyerang kelapa sawit di
Kolombia. Bisa saja, hama-hama di atas pada suatu saat tersebar hingga ke berbagai sentra
perkebunan kelapa sawit di Asia dan Afrika. Waspadalah!
Download