1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Likuiditas bursa saham

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Likuiditas bursa saham di Indonesia sudah lama dinilai belum maksimal.
Masih banyak saham yang tidak aktif diperdagangkan atau tidak bergerak yang
sering disebut dengan saham tidur. Sejak tahun 2006 tercatat BEI sudah
melakukan delisting pada 26 perusahaan (Jatmiko, 2013). Masalah likuiditas
tersebut belum dapat diselesaikan sampai saat ini, padahal pada tahun 2015,
Indonesia akan menghadapi ASEAN Economic Community (AEC). Asosiasi
Emiten Indonesia (AEI) memprediksi bahwa rencana AEC tersebut akan semakin
menyulitkan emiten lokal. Emiten asing yang dinilai lebih bagus dapat membuat
emiten lokal menjadi tidak dapat bersaing sehingga lebih banyak lagi saham tidur
(Supriadin, 2012).
Seluruh pasar modal memiliki tick size atau fraksi harga yang menentukan
besar kelipatan perubahan harga dalam tawar menawar saham, misalnya saham
dengan harga Rp. 100 hanya dapat berubah sebesar kelipatan Rp. 1 menjadi Rp.
101 atau Rp. 99 dalam perdagangan saham di BEI. Untuk dapat diperdagangkan,
juga terdapat satuan minimal lembar saham dalam tawar menawar saham yang
disebut dengan round lot, investor dapat membeli atau menjual minimal satu lot
saham dengan perubahan harga sebesar tick size yang berlaku pada harga saham
tersebut (Husnan, 2005, h.33).
1
Tabel 1.1. Perubahan Satuan Perdagangan Dan Fraksi Harga
Perubahan Satuan Perdagangan (lot)
Lama
Baru
1 lot = 500 lembar
1 lot = 100 lembar
Maksimum volume
pesanan di pasar
reguler dan pasar tunai
10.000 lot
Maksimum volume
pesanan di pasar
reguler dan pasar tunai
50.000 lot
Perubahan Fraksi Harga
Lama
Kelompok
Harga
< Rp. 200
Rp. 200 s.d.
< Rp. 500
Rp. 500 s.d.
< Rp. 2.000
Rp. 2.000 s.d.
< Rp. 5.000
≥ Rp. 5.000
Baru
Rp. 1
Perubahan
Maksimal
Rp. 10
Rp. 5
Rp. 50
Rp. 10
Rp. 100
Fraksi
Rp. 25
Rp. 250
Rp. 50
Rp. 500
Kelompok
Harga
Fraksi
Perubahan
Maksimal
< Rp. 500
Rp. 1
Rp. 20
Rp. 500 s.d.
< Rp. 5.000
Rp. 5
Rp. 100
≥ Rp. 5.000
Rp. 25
Rp. 500
Sumber: Data sekunder diolah dari Bursa Efek Indonesia, 2013
Untuk dapat meningkatkan likuiditas pasar, Bursa Efek Indonesia (BEI)
harus mendorong tumbuhnya investor. BEI menilai bahwa besaran satuan
perdagangan dan fraksi harga merupakan komponen struktur mikro pasar yang
memiliki peranan yang penting dalam likuiditas saham, sehingga besaran lot dan
fraksi harga dipandang perlu untuk dilakukan penyesuaian untuk meningkatkan
kapitalisasi pasar dan daya saing bursa. Pada perdagangan saham, sudah lama
berlaku satu lot terdiri dari 500 lembar. Namun pada 8 November 2013, Direksi
PT. Bursa Efek Indonesia menerbitkan surat keputusan Kep-00071/BEI/11-2013
2
tentang perubahan satuan perdagangan dan fraksi harga yang mulai efektif
diberlakukan mulai tanggal 6 Januari 2014 (Bursa Efek Indonesia, 2013).
Pada penelitian pada bursa Jepang, Amihud et al. (1999) mempelajari
penurunan minimum trading unit (MTU), MTU sama dengan round lot yaitu
jumlah lembar minimal yang dapat diperdagangkan, penurunan MTU ini
dilakukan oleh 66 perusahaan pada Tokyo Stock Exchange. Amihud et al.,
menemukan bahwa secara rata-rata penurunan MTU tersebut meningkatkan nilai
saham sebesar lebih dari 5%. Peningkatan nilai tersebut berkorelasi positif dan
signifikan dengan penambahan jumlah shareholder (investor). Penemuan tersebut
mendukung penemuan Merton (1987) tentang hubungan antara nilai saham
dengan jumlah investor. Menurut Merton, ketika lebih banyak investor memiliki
saham, saham menjadi lebih dikenal dan mengurangi masalah ketersediaan
informasi, sehingga mengurangi biaya modal dan mempengaruhi nilai saham.
Peningkatan likuiditas karena peningkatan jumlah investor juga menambah nilai
saham.
Untuk fraksi harga masih menjadi perdebatan, beberapa peneliti seperti
Hart (1993) berpendapat bahwa penurunan fraksi harga membuat likuiditas
meningkat pada investor kecil, spread yang lebih kecil akan meningkatkan
volume perdagangan. Ricker (1998) berpendapat bahwa fraksi harga yang lebih
kecil lebih menguntungkan pedagang market order dan penggunaan limit order
berkurang. Sementara Grossman dan Miller (1988) berpendapat bahwa fraksi
harga sebaiknya cukup tinggi untuk mempertahanan suplai yang kompetitif.
Harris (1997), berpendapat bahwa perubahan fraksi tersebut walaupun
3
menguntungkan sebagian liquidity demander, tetapi dapat merugikan liquidity
provider karena dapat meningkatkan biaya sehingga menurunkan niat mereka
untuk menyediakan likuiditas.
Penyesuaian satuan perdagangan dan fraksi harga baru tersebut juga
bertujuan untuk mengakomodasi investor retail yang tidak memiliki cukup dana
untuk membeli saham berharga tinggi. Keadaan yang diharapkan segera terwujud
dari kebijaksanaan tersebut adalah terjadinya peningkatan likuiditas saham (yang
diukur dengan variabel bid-ask spread, depth, dan volume perdagangan) sehingga
meningkatkan kapitalisasi pasar. Bagi investor, informasi merupakan kebutuhan
yang penting dalam pengambilan keputusan, pengumuman perubahan sistem
fraksi dan satuan perdagangan baru dianggap sebagai informasi yang berarti bagi
investor.
Gambar 1.1. Grafik Aktivitas Volume Perdagangan Saham Di Sekitar
Pengumuman Satuan Perdagangan Dan Fraksi Harga Baru 6 Januari 2014
4
Gambar 1.1 menunjukkan pergerakan aktivitas perdagangan selama satu
tahun pada bulan Maret 2013 sampai dengan Maret 2014. Tampak bahwa
pergerakan volume perdagangan saham di pasar reguler mengalami tren menurun
(bearish) dan kembali naik (bullish) setelah diberlakukan sistem satuan
perdagangan dan fraksi harga baru. Belum dapat diketahui secara pasti pergerakan
volume tersebut disebabkan oleh informasi perubahan sistem baru atau tidak.
Peristiwa
perubahan
sistem
tersebut
memberikan
peluang
unik
untuk
mengevaluasi secara empiris mengenai efek atau pengaruh perubahan sistem
fraksi harga dan satuan perdagangan yang diterapkan bersamaan, pada likuiditas
bursa yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Penelitian ini mencoba untuk menganalisis perbedaan sistem fraksi harga
saham (Rp. 1, Rp. 5, dan Rp. 25) pada bid-ask spread, depth, dan volume
perdagangan sebelum dan sesudah penerapan fraksi harga saham baru pada
transaksi di BEI. Besarnya bid-ask spread menentukan biaya eksekusi
perdagangan yang dihadapi oleh investor dan sering digunakan untuk
membandingkan kualitas pasar antar saham yang berbeda. Perubahan depth
adalah penting untuk mengevaluasi perubahan likuiditas secara lebih menyeluruh.
Sedangkan perubahan volume perdagangan merupakan indikator kinerja yang
penting bagi pasar saham karena berhubungan langsung dengan pendapatannya.
Pasar saham yang likuid ditunjukkan oleh kecilnya bid-ask spread, besarnya
depth, dan tingginya volume perdagangan (Harris, 1997).
Penelitian ini juga mencoba untuk menganalisis perbedaan satuan
perdagangan lot 100 pada volume perdagangan sebelum dan sesudah
5
diterapkannya kebijakan baru. Amihud et al. (1999) menemukan peningkatan
individual investor yang memberikan abnormal return yang positif sejak
pengumuman kebijakan penurunan MTU sampai pada saat kebijakan dilakukan.
Hauser dan Lauterbach (2003) juga menemukan hal bahwa terdapat return saham
yang positif. Hal tersebut dapat dijelaskan oleh penelitian pada jumlah investor
yang dilakukan oleh Merton (1987). Sehingga penelitian pada penurunan MTU ini
akan difokuskan kepada variabel volume perdagangan yang merupakan dimensi
dari likuiditas.
1.2
Rumusan Masalah
Tercatat BEI sudah melakukan beberapa kali perubahan fraksi harga sejak
tahun 2000 sampai sekarang. Sistem fraksi harga tunggal diberlakukan sampai
tahun 2000, kemudian pada sistem dengan tiga fraksi diberlakukan sampai awal
2005, BEI kemudian menambah lagi menjadi empat fraksi diberlakukan sampai
awal 2007. Sistem lima fraksi diberlakukan dari 2007 sampai awal 2014.
Perubahan tersebut bertujuan untuk meningkatkan likuiditas saham yang diwakili
oleh variabel depth, spread, dan volume perdagangan.
Goldstein dan Kavajecz (2000) dalam penelitian bursa New York
mendapatkan spread menurun dan depth menurun. Purwoto dan Tandelilin (2004)
dalam penelitian Bursa Efek Jakarta mendapatkan spread menurun, depth
menurun, aktivitas perdagangan naik untuk saham berharga rendah, sedangkan
menurun untuk saham berharga tinggi. Satriani (2009) menemukan spread
menurun, namun depth dan volume perdagangan mengalami peningkatan.
6
Sementara mengenai MTU, Amihud et al. (1999), Ahn et al. (2005), dan Hauser
dan Lauterbach (2003) konsisten menemukan return saham yang positif yang
mendukung penelitian tentang jumlah investor yang dilakukan oleh Merton
(1987).
Adanya perbedaan dari hasil penelitian mengenai fraksi harga membuat
adanya research gap pada perbedaan hasil penelitian sebelumnya, juga efek dari
pemberlakuan kebijakan fraksi harga dan satuan perdagangan baru secara bersama
merupakan subyek penilitian yang menarik untuk diteliti. Penelitian ini
diharapkan dapat memperoleh hasil yang mampu untuk menjelaskan fenomena
perubahan sistem fraksi harga saham (yaitu fraksi Rp. 1, Rp. 5, dan Rp. 25) dan
satuan perdagangan 1 lot menjadi 100 lembar pada bid-ask spread, depth, dan
volume perdagangan pada transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia.
1.3
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka pertanyaan
penelitian ini, antara lain:
1.
Apakah terdapat perbedaan rata-rata bid-ask spread pada fraksi harga Rp.
1, Rp. 5, dan Rp. 25 sejak kebijakan baru fraksi harga dan satuan
perdagangan berlaku dalam perdagangan di Bursa Efek Indonesia?
2.
Apakah terdapat perbedaan rata-rata depth pada fraksi harga Rp. 1, Rp. 5,
dan Rp. 25 sejak kebijakan baru fraksi harga dan satuan perdagangan
berlaku dalam perdagangan di Bursa Efek Indonesia?
7
3.
Apakah terdapat perbedaan rata-rata volume perdagangan pada fraksi
harga Rp. 1, Rp. 5, dan Rp. 25 sejak kebijakan baru fraksi harga dan
satuan perdagangan berlaku dalam perdagangan di Bursa Efek Indonesia?
1.4
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pertanyaan penelitian di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Menganalisis perbedaan rata-rata bid-ask spread pada fraksi harga Rp. 1,
Rp. 5, dan Rp. 25 sejak kebijakan baru fraksi harga dan satuan
perdagangan berlaku dalam perdagangan di Bursa Efek Indonesia.
2.
Menganalisis perbedaan rata-rata depth pada fraksi harga Rp. 1, Rp. 5, dan
Rp. 25 sejak kebijakan baru fraksi harga dan satuan perdagangan berlaku
dalam perdagangan di Bursa Efek Indonesia.
3.
Menganalisis perbedaan rata-rata volume perdagangan pada fraksi harga
Rp. 1, Rp. 5, dan Rp. 25 sejak kebijakan baru fraksi harga dan satuan
perdagangan berlaku dalam perdagangan di Bursa Efek Indonesia.
1.5
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan kelak dapat memberikan berbagai manfaat bagi
sejumlah pihak, antara lain:
1.
Bagi PT Bursa Efek Indonesia dan Bapepam sebagai tambahan informasi
yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi akibat pelaksanaan
kebijaksanaan baru dalam perdagangan saham.
8
2.
Bagi investor dan calon investor dapat menggunakan informasi dari
penelitian ini untuk mengambil keputusan berinvestasi apabila terjadi
perubahan fraksi dan satuan perdagangan dalam perdagangan saham di
masa mendatang.
3.
Bagi peneliti di bidang pasar modal akan menambah pengetahuan mereka
mengenai dampak dari perubahan fraksi dan satuan perdagangan dalam
tawar-menawar saham.
1.6
Ruang Lingkup Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tiga buah variabel yang merupakan
dimensi dari likuiditas, yaitu bid-ask spread, depth, dan volume untuk
memfokuskan penelitian dan menghindari melebarnya pembahasan yang
dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode uji beda untuk mengetahui
dampak sebelum dan sesudah dilaksanakan kebijakan fraksi harga dan satuan
perdagangan baru, analisis data juga dibatasi pada informasi laporan penutupan
pasar reguler yang diunduh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia.
1.7.
Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan tesis ini, maka dalam penyusunannya
sistematika penulisan yang dibagi ke dalam lima bab yang terdiri dari
pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan,
serta simpulan dan saran penelitian selanjutnya.
9
Bab I memberikan gambaran mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang
lingkup penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II mengemukakan beberapa kajian literatur mengenai konsep-konsep
yang berkaitan dengan likuiditas, harga saham, fraksi harga, bid-ask spread,
depth, volume perdagangan, satuan perdagangan minimum, analisis teknikal,
penelitian terdahulu, kerangka pemikiran teoritis, dan perumusan hipotesis.
Bab III menjelaskan tentang metode penelitian, bab ini berisi penjelasan
mengenai rancangan penelitian, definisi operasional variabel, sampel, teknik
pengumpulan data, serta metode analisis data.
Bab IV menguraikan tentang analisis dan pembahasan hasil penelitian
untuk menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini mencakup proses perhitungan
secara statistik yang dilakukan mulai dari deskripsi data, pengujian hipotesis, dan
pembahasan terhadap hasil statistik yang diperoleh.
Terakhir, Bab V berisi simpulan dari hasil penelitian, keterbatasan yang
dihadapi, dan implikasi temuan penelitian.
10
Download