penerapan model pembelajaran the 5e learning

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E LEARNING CYCLE
BERBASIS INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN
PRESTASI BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN KALOR SISWA KELAS
X SMA SELAMAT PAGI INDONESI (SPI) BATU PERIODE 2010/2011.
Aliffernanda Rinti Taddaga1
Sirwadji2
Asim3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Berdasarkan hasil observasi, proses pembelajaran fisika di SMA Selamat
Pagi Indonesia (SPI) Batu cukup baik, tetapi siswa masih memiliki keaktifan serta
prestasi belajar fisika yang rendah. Guru masih dominan menerapkan metode ceramah dalam pembelajaran. Keaktifan siswa hanya mendengarkan guru, mengerjakan soal latihan. Guru belum pernah melakukan demonstrasi, diskusi kelompok/
diskusi kelas, atau melibatkan siswa dalam kegiatan eksperimen. Prestasi belajar
siswa masih kurang dari KKM (67). Siswa kurang memahami konsep, dan hanya
menghafal rumus saja. Beberapa siswa kesulitan dalam menentukan besaran fisika
yang diketahui maupun besaran yang dicari pada saat mengerjakan soal. Siswa kesulitan dalam mengembangkan rumus untuk menyelesaikan soal yang berbeda.
Hanya beberapa siswa yang mampu mengerjakan latihan soal dengan benar. Nilai
rata-rata Ujian Tengah Semester siswa mencapai 43,88. Oleh karena itu perlu diupayakan perbaikan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model
pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X SMA SPI. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif dan berjenis penelitian tindakan kelas
(PTK) dengan memberikan tindakan berupa model pembelajaran The 5E Learning
Cycle Berbasis Inquiry . Penelitian ini mendeskripsikan proses pembela-jaran,
keaktifan siswa dan prestasi belajar fisika siswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua
siklus. Kegiatan proses pembelajaran yang digunakan adalah kegiatan engagemen,
eksplorasi, eksplanasi, elaborasi, dan evaluasi.
Pada akhir siklus I keaktifan siswa meningkat dari pertemuan pertama.
Peningkatan itu terjadi pada aspek menjawab/mengajukan pertanyaan, merancang
1
Aliffernanda Rinti Taddaga adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Malang. Artikel ini
diangkat dari skripsi sarjana pendidikan program sarjanaUniversitas Negeri Malang, 2011.
2
Sirwadji adalah dosen Fisika Universitas Negeri Malang (UM).
3
Asim adalah dosen Fisika Universitas Negeri Malang (UM).
eksperimen sederhana, mengeksplorasi gagasan melalui eksperiment, mengamati
gejala fisis dan membuat kesimpulan. Pada akhir siklus II keaktifan siswa meningkat
dari siklus I. Peningkatan itu terjadi pada aspek menyusun hipotesis, mengamati
gejala fisis dan membuat kesimpulan. Prestasi belajar siswa secara keseluruhan
mencapai tahap pengetahuan (C1) pada akhir siklus I, dan meningkat mencapai tahap
pemahaman (C2) pada siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar siswa. Untuk itu disarankan bagi guru fisika SMA disarankan agar
menggunakan model pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry dalam
melakukan pembelajaran kepada siswa untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar siswa.
Kata kunci: penerapan model pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis
Inquiry, keaktifan siswa, prestasi belajar siswa.
ABSTRACT
Based on the observation result, the process of physics learning in SMA
Selamat Pagi Indonesia (SPI) Batu is fairly good, nevertheless the students still have
low activeness and learning outcome in physics subject. It is caused by the dominant
methods in the learning which is lecturing. To the date, students are never given the
opportunity for doing ay experiment in the laboratory. Therefore, effort for
improvement is needed for the students’ activeness and learning outcome in physics.
The objective of this study is to describe the implementation of the 5E
Learning Cycle inquiry based learning model in improving the activeness and
learning outcome of tenth grade students in SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Batu
2010/2011period.
The research design is qualitative approach and included as Class Action
Research (CAR) by implementing inquiry based learning model of the 5ELearning
Cycle. This study describes the learning process, students’ activeness, and learning
outcome in physics subject. This study was conducted in two cycles, and the material
for cycle I is expansion and phase transition, while for cycle II is heat and Black
principle. The activities of the learning process are engagement, exploration,
explanation, elaboration, and evaluation.
In cycle I the learning process ran well, the average score for students’
activeness reached 78.67 and the indicator has been achieved, nevertheless the
students’ average learning outcome reached 63.83 so that the study has been
proceeded to cycle II. In cycle II, the learning process became better and satisfying.
He score for students’ activeness has increased to 85.48. And the learning outcome
was the same, the students’ average learning outcome has increased into 72,7 and the
indicator has been achieved.
Based on the research findings, it is concluded that the implementation of
inquiry based learning model of the 5E Learning Cycle can improve the activeness
and learning outcome of students. Therefore, it is suggested that the teachers
especially high school physics teachers to use this learning model in the learning
process so that the activeness and earning outcome can be improved.
Keywords: The inquiry based learning model of 5E Learning Cycle, Physics
learning, activeness, and physics learning outcome.
Penelitian ini berawal dari observasi dan interview langsung terhadap siswa
kelas X SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI). Keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran masih kurang terlihat. Siswa hanya mendengarkan guru, mengerjakan
soal latihan, dan sesekali ada yang mengajukan pertanyaan. Guru belum pernah
melakukan demonstrasi, diskusi kelompok/diskusi kelas, atau melibatkan siswa
dalam kegiatan eksperimen sejak awal semester. Hal ini dikarenakan keterbatasan
media atau alat yang digunakan untuk praktikum.
Proses pembelajaran yang dilakukan guru tersebut bertentangan dengan isi
dan pendekatan kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang berlaku saat ini,
dimana pembelajaran di sekolah menitikberatkan pada keaktifan siswa dan
bertentangan dengan hakikat fisika itu sendiri.
Siswa yang belajar fisika di sekolah tidak hanya mempelajari kumpulan fakta
tetapi juga mempelajari bagaimana kumpulan fakta tersebut didapatkan. Siswa
mempelajari proses penemuan fakta tersebut dengan menggunakan pengetahuan
dasar fisika untuk memprediksi atau menjelaskan fenomena yang berbeda
Prestasi belajar siswa selama tengah semester pertama masih kurang dari
KKM yang diterapkan guru yaitu 67. Siswa kurang memahami konsep, dan hanya
menghafal rumus saja. Beberapa siswa kesulitan dalam menen-tukan besaran fisika
yang diketahui maupun besaran yang dicari pada saat mengerjakan soal. Siswa juga
kesulitan dalam mengembangkan rumus untuk menyelesaikan soal yang berbeda.
Penggunaan model pembelajaran yang mampu menanamkan konsep dan
menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran merupakan salah satu
cara untuk memecahkan permasalah rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran yang mampu menanamkan konsep dan menitik
beratkan pada keaktifan siswa adalah model pembelajaran The 5 E Learning Cycle
berbasis inquiry.
Penerapkan model pembelajaran The 5 E Learning Cycle berbasis inquiry
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sebagaian besar proses
pembelajaran dilakukan sendiri oleh siswa. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
Siswa dapat menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya dengan pembelajaran
berbasis inquiri. Siswa lebih memahami konsep dan dapat menerapkan konsep yang
dipelajarinya tersebut dalam situasi baru
METODE
Penelitian ini mendeskripsikan peningkatan keaktifan dan prestasi belajar
fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran The 5E learning Cycle
berbasis Inquiry. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian ini
menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Data yang
dikumpulkan berupa angka-angka dan juga deskripsi berupa kata-kata atau kalimat.
Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus
berikutnya adalah Perencanaan tindakan, Pelaksanaan tindakan, Pengumpulan data
(pengamatan/observasi), Refleksi (analisis, dan interpretasi).
Penelitian dilakukan di SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Batu pada bulan
Februari dan April. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Selamat Pagi
Indonesia (SPI) semester dua periode 2010/2011 yang berjumlah 23 siswa dengan
karakteristik dan tingkat kemampuan yang beragam. Penelitian mengambil pokok
bahasan Kalor. Pertemuan pertama pada siklus I membahas tentang pemuaian dan
pertemuan kedua membahas tentang pengaruh kalor terhadap perubahan wujud suatu
zat. Pertemuan pertama pada siklus II membahas tentang pengaruh kalor terhadap
suhu suatu zat dan pertemuan kedua membahas tentang Asas Black.
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini tampak pada tabel berikut.
No
1
2
3
Tabel 3.1 Data dan Sumber Data
Data
Penerapan model pembelajaran
Keaktifan Siswa
Prestasi Belajar Siswa
Sumber Data
Guru dan Siswa
Siswa
Siswa
Teknik Pengambilan Data
Observasi
Observasi
Tes
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
observasi, interview, dokumen, tes dan catatan lapangan. Obeservasi dilakukan pada
siswa kelas X SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Batu selama proses pembelajaran.
Interview dilakukan oleh peneliti kepada beberapa siswa dan wakil kepala sekolah
bidang kurikulum sebelum pelaksanaan penelitian untuk mengetahui kondisi awal
dan menentukan fokus masalah yang akan diteliti. Dokumen digunakan sebagai
sumber informasi untuk melengkapi data yang diperoleh berupa skor keaktifan dan
nilai tes siswa untuk mendukung informasi yang didapat. Dokumentasi foto pada saat
proses pembelajaran diambil sebagai data pendukung. Tes digunakan untuk
mengetahui prestasi belajar siswa. Tes dilakukan dalam bentuk tes tulis yang
dilakukan pada setiap akhir siklus untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Soal tes
berupa soal uraian dan soal pilihan ganda. Catatan lapangan memuat hal-hal penting
saat proses pembelajaran berlangsung yang tidak tercantum dalam lembar observasi.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif. Teknik analisis
data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif yang terdiri dari
tiga tahap kegiatan yang dilakukan secara beruntun, yaitu: 1) mereduksi data, 2)
menyajikan data, 3) menarik kesimpulan.
Reduksi data dilakukan mulai awal pengumpulan data hingga penyusunan
laporan penelitian agar memperoleh kesimpulan yang akurat. Data tersebut meliputi:
1) penerapan model pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry, dilihat
dari keterlaksanaan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa, 2)
keaktifan siswa dan peningkatannya, dipilih dan dipilah sesuai dengan aspek
keaktifan yang diteliti, 3) prestasi belajar siswa dan peningkatannya, direduksi dan
disederhanakan sehingga sesuai dengan prestasi belajar siswa dalam aspek penilaian
(C1-C4).
Penyajian data dilakukan dengan cara menyusun hasil reduksi berupa
sekumpulan informasi yang telah diperoleh secara naratif. Uraian berupa paparan
dalam proses kegiatan pembelajaran dalam hal ini hasil tes, observasi keaktifan siswa
selama pembelajaran dan catatan. Selanjutnya data yang disajikan tersebut ditafsirkan
dan dievaluasi.
Cara penarikan kesimpulan pada penelitian ini adalah: 1) penerapan penerapan
model pembelajaran dikatakan baik apabila proses pembelajaran terlaksana
sebagaimana yang telah direncanakan, 2) keakfifan siswa dikatakan meningkat
apabila terdapat peningkatan skor aspek keaktifan, 3) prestasi belajar siswa dikatakan
meningkat apabila terjadi peningkatan aspek penilaian (C1–C4) yang dicapai siswa.
Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila rata-rata skor siswa mencapai
70% dari skor total.
Prosedur penelitian terdiri dari dua siklus, siklus I meliputi : 1) identifikasi
masalah (penetapan fokus permasalahan), terdiri dari data-data yang diperoleh
berdasarkan hasil observasi dan interview awal yang dilakukan oleh peneliti, 2)
perencanaan tindakan I, meliputi: menyiapkan materi tentang kalor, menyusun
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyusun lembar kegiatan
siswa (LKS), menyiapkan media untuk demonstrasi guru dan eksperimen siswa,
membagi siswa menjadi kelompok kecil, satu kelompok terdiri 5-6 siswa, menyusun
lembar observasi, menyusun kisi-kisi butir soal, menentukan indikator ketercapaian
yaitu 70 %, 3) pelaksanaan tindakan I, dilakukan dalam 2 pertemuan. Alokasi waktu
setiap pertemuan 3 x 45 menit. Kegiatan yang dilakukan mengikuti sintak dalam
model pembelajaran The 5 E Learning Cycle yaitu: engagement, explorasi, explanasi,
elaborasi, evaluasi, 4) Ppengamatan/ observasi, dilakukan pada tiap pertemuan dari
tahap pelaksanaan tindakan, instrumen yang digunakan adalah LKS hasil eksperimen
dan diskusi siswa, lembar observasi dan catatan lapangan, 5) refleksi, dengan bantuan
hasil analisis data, peneliti melakukan refleksi untuk mendiskusikan temuan-temuan
dalam pembelajaran. Apabila dari temuan yang didapatkan menunjukkan bahwa
masalah yang dihadapi belum terselesaikan atau belum terpenuhinya indikator
ketercapai-an, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Tahap yang dilakukan pada
siklus II sama seperti siklus I.
HASIL
Observasi dan interview awal menunjukkan bahwa beberapa siswa tidak
memperhatikan penjelasan guru ketika di kelas, guru belum pernah mengadakan
diskusi kelas, guru belum pernah mengadakan demonstrasi, guru belum pernah
melibatkan siswa dalam kegiatan eksperimen, siswa kurang terlibat aktif dalam
pembelajaran, siswa kurang memahami konsep materi yang diberikan, banyak siswa
yang tidak bisa mengerjakan tugas dari guru, rendahnya prestasi belajar siswa.
Siklus I meliputi : 1) perencanaan tindakan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi
dan Refleksi. Perencanaan tindakan meliputi penyelenggaraan proses pembelajaran
dengan metode eksperimen melalui beberapa usaha, yaitu : menyiapkan LKS sebagai
petunjuk praktikum bagi siswa, menyiapkan alat-alat, baik itu untuk kegiatan
demonstrasi maupun untuk praktikum siswa, memberikan waktu yang cukup untuk
siswa dalam melakukan kegiatan pengamatan demonstrasi dan kegiatan pelaksanaan
praktikum.
Pemberian kesempatan bagi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran
dilakukan dengan beberapa usaha yaitu : membagi 23 siswa menjadi 4, memberikan
tugas siswa untuk mengamati kegiatan demonstrasi dan menyusun hipotesis,
memberikan tugas siswa untuk merencanakan dan melakukan kegiatan praktikum
untuk menguji hipotesis dengan peralatan yang telah disediakan, memberikan tugas
siswa untuk mengerjakan LKS yang dibagikan ke masing-masing siswa,
menyelenggarakan kegiatan diskusi kelas dengan menunjuk salah satu kelompok ke
depan kelas menyampaikan hasil praktikum dan diskusi dalam kelompoknya,
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, mengeluarkan pendapat maupun
sanggahan terhadap kelompok yang ditunjuk untuk maju ke depan kelas.
Pemberian penguatan konsep bagi siswa dilakukan dengan beberapa usaha
yaitu : memberikan pembenahan apabila terdapat kesalahan konsep saat diskusi kelas
berlangsung, memberikan latihan-latihan soal kepada siswa baik berupa konsep
maupun soal-soal penerapan.
Pelaksanaan Tindakan meliputi, Engagemen: guru menyiapkan siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran dan menggali kemampuan awal siswa dengan
mengajukan pertanyaan tentang fenomena alam yang berkaitan dengan materi yang
akan dipelajari, menunjukkan fenomena alam, mengikut sertakan siswa dalam
pertanyaan-pertanyaan ilmiah dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Explorastion:
Guru menyiapkan siswa untuk melakukan eksperimen, membagi siswa dalam
kelompok, perwakilan setiap kelompok mengambil alat, bahan praktikum dan KLS.
Siswa menyusun hipotesis dan merancang praktikum sederhana, melakukan
praktikum yang telah mereka rencanakan untuk menguji hipotesis yang mereka buat.
Siswa mendapat bimbingan seminim mungkin dari guru. Guru hanya menjawab
pertanyaan yang diajukan siswa apabila siswa tersebut mengajukan pertanyaan yang
bisa dijawab dengan jawaban “ya” dan “tidak”. Explanation: siswa mendiskusikan
hasil praktikum bersama kelompoknya, mengamati gejala fisis dari eksperimen yang
mereka kerjakan, menganalisis data percobaan, mencari tau kenapa hal itu terjadi dan
menarik kesimpulan. Setelah melakukan diskusi kelompok, guru meminta perwakilan
salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil praktikum dan diskusi kelompok
di depan kelas sedangkan siswa dari kelompok lain memberikan pertanyaan,
tanggapan dan sanggahan dari apa yang dipresentasikan. Guru memberikan
penegasan konsep dan memberikan kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan.
Elaboration: Guru memberikan pertanyaan pengembangan konsep kepada siswa,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan menjawab pertanyaan.
Evaluation : guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menyimpulkan hasil
pembelajaran, mengevaluasi proses pembelajaran, apa saja yang yang mereka
kerjakan, dan mencari tau letak kesulitan siswa dan kekurangan selama proses
pembelajaran. Guru memberikan latihan soal kepada siswa. Pada pertemuan ketiga,
siswa mengikuti tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa selama sikklus I.
Observasi, pada pertemuan pertama dirasakan banyak kekurangan selama
proses pembelajaran. Pada pertemuan pertama hanya beberap siswa yang menjawab
dan mengajukan pertanyaan, siswa masih terlihat bingung dan mengalami kesulitan
dalam mengerjakan LKS dan mengajukan pertanyaan. Siswa masih ragu untuk
menyampaikan pendapatnya di depan kelas. Namun dengan bimbingan dan dorongan
dari guru siswa mulai berani mengungkapkan pendapat. Pada pertemuan ketiga, guru
mengadakan tes yang berjalan dengan tertib dan lancar.
Refleksi, dari hasil observasi pada siklus I, dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran sudah berjalan cukup baik meskipun terdapat beberapa kekurangan,
yaitu : alokasi waktu setiap tahap kegiatan masih belum sesuai dengan rancangan
yang disusun, bahasa dalam LKS yang kurang komunikatif dan sulit dicerna oleh
siswa, siswa terlihat belum terlalu cakap dalam melakukan kegiatan praktikum.Solusi
alternatif pemecahan permasalahan yaitu: merancang rencana pembelajaran secara
lebih matang, menyusun LKS dengan bahasa yang lebih lugas, sederhana dan mudah
dicerna oleh siswa, mempertahankan model pembelajaran dengan kegiatan praktikum
agar siswa tetap terlibat aktif dalam pembelajaran dan mempertahankan kegiatan
diskusi. solusi prestasi belajar adalah sebagai berikut: menyusun soal dengan bahasa
yang lugas dan mudah dicerna serta tidak menimbulkan ambigu dalam kata-kata yang
digunakan, soal-soal disusun dengan pertanyaan konsep dan eksak untuk mendukung
kemampuan konsep dan eksak siswa
Siklus II meliputi 1) Perencanaan Tindakan, Perencanaan tindakan pada siklus
II tidak jauh beda dari perencanaan tindakan Pada sikul I. Hanya saja pada tahap ini
dilakukan perbaikan untuk mengatasi kekurangan yang terjadi pada siklus I, 2)
Pelaksanaan Tindakan pada siklus II tidak jauh beda dengan siklus I, 3) Observasi,
tampak bahwa siswa sudah terbiasa dengan model pem-belajaran yang diterapkan
oleh guru. Siswa banyak yang mengajukan pertanyaan, lebih terampil dalam
merancang dan melakukan ekperimen, tidak lagi ragu-ragu dalam mengungkapkan
pendapat, mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan. Hasil tes siswa
menunjukan peningkatan. Prestasi belajar siswa mencapai 72.7 dengan jumlah siswa
yang mencapai nilai diatas KKM yaitu sekitar 78.3%. 4) Refleksi, kegiatan
pembelajaran sudah terlaksana dengan baik. Keaktifan dan prestasi belajar siswa
telah mengalami kenaikan dan dapat dikatakan telah memenuhi indicator
ketercapaian.
Pada akhir siklus I keaktifan siswa meningkat dari pertemuan pertama.
Peningkatan itu terjadi pada poin A (menjawab/mengajukan pertanyaan), poin C
(merancang eksperimen sederhana), poin D (mengeksplorasi gagasan melalui
eksperimen), poin F (mengamati gejala fisis) dan poin H (membuat kesimpulan).
Pada akhir siklus I rata-rata skor keaktifan siswa poin A mencapai skor 3 dengan
kriteria menjawab/mengajukan 3 pertanyaan, poin B mencapai skor 3 dengan kriteria
menusun hiposesis dengan tidak tepat namun logis, poin C mencapai skor 3 dengan
kriteria merancang eksperimen dengan tepat tetapi tidak dapat membuktikan teori,
poin D mencapai skor 4 dengan kriteria mengekplorasi gagasan dengan banyak
bekerja dan saling membantu, poin E mencapai skor 4 dengan kriteria menggunakan
semua alat dan bahan dengan sesuai, poin F mencapai skor 3 dengan kriteria
mengamati gejala fisis dan mencatat data dengan kurang tepat, poin G mencapai skor
3 dengan kriteria menganalisis data dengan tepat, poin H mencapai skor 3 dengan
kriteria kesimpulan tepat tetapi tidak sesuai dengan hipotesis, dan poin I mencapai
skor 3 dengan kriteria dapat bekerjasama dan menghargai pendapat teman.
Pada akhir siklus I, Jumlah seluruh rata-rata keaktifan siswa mencapai skor 29,
sekitar 80,3 % dari jumlah skor total yaitu 36. Dengan demikian pada akhir siklus I
keaktifan siswa telah memenuhi indicator ketercapaian.
Pada akhir siklus II keaktifan siswa meningkat dari siklus I. Peningkatan itu
terjadi pada poin B, poin F dan poin H. Pada akhir siklus II rata-rata skor keaktifan
siswa poin A mencapai skor 3 dengan kriteria menjawab/mengajukan 3 pertanyaan,
poin B mencapai skor 4 dengan kriteria menusun hiposesis dengan tepat dan logis,
poin C mencapai skor 3 dengan kriteria merancang eksperimen dengan tepat tetapi
tidak dapat membuktikan teori, poin D mencapai skor 4 dengan kriteria
mengekplorasi gagasan dengan banyak bekerja dan saling membantu, poin E
mencapai skor 4 dengan kriteria menggunakan semua alat dan bahan dengan sesuai,
poin F mencapai skor 4 dengan kriteria mengamati gejala fisis dan mencatat data
dengan tepat, poin G mencapai skor 3 dengan kriteria menganalisis data dengan tepat,
poin H mencapai skor 4 dengan kriteria kesimpulan tepat dan sesuai dengan
hipotesis, dan poin I mencapai skor 3 dengan kriteria dapat bekerjasama dan
menghargai pendapat teman.
Jumlah seluruh keaktifan rata-rata siswa pada akhir siklus II meningkat dari
jumlah seluruh keaktifan rata-rata pada siklus I. Jumlah keaktifan rata-rata siswa
mencapai 30, sekitar 83 % dari skor total 36. Dengan demikian pada akhir siklus II
keaktifan siswa dikatakan telah memenuhi indicator ketercapaian.
Prestasi belajar siswa pada akhir siklus I, secara keseluruhan mencapai tahap
pengetahuan (C1). Dari 23 siswa, 17 siswa mencapai tahap pengetahuan (C1), 10
siswa pada tahap pemahaman (C2), 7 siswa pada tahap penerapan (C3) dan 6 siswa
pada tahap analisis (C4).
Pada akhir siklus II secara keseluruhan, prestasi belajar siswa mencapai tahap
pemahaman (C2). Dari 23 siswa, 15 siswa mencapai tahap pengetahuan (C1), 13 siswa
pada tahap pemahaman (C2), 10 siswa pada tahap penerapan (C3) dan 8 siswa pada
tahap analisis (C4).
Prestasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I.
Peningkatan tersebut tampak pada tahap pemahaman (C2) yang meningkat dari 10
siswa menjadi 13 siswa, pada tahap penerapan (C3) yang meningkat dari 7 siswa
menjadi 10 siswa dan pada tahap analisis (C4) yang meningkat dari 6 siswa menjadi
8. Secara keseluruan, peningkatan juga telihat dari sebagian besar siswa yang
mencapai tahap pengetahuan pada siklus I menjadi tahap pemashaman pada siklus II.
Pada akhir siklus II, prestasi belajar siswa mencapai nilai 72,7 dengan jumlah
siswa yang mecapai KKM berjumlah 18 siswa, sekitar 78 % dari jumlah siswa di
kelas. Dengan demikian pada akhir siklus II prestasi belajar siswa telah memenuhi
indicator ketercapaian.
PEMBAHASAN
Kegiatan pembelajaran siklus I tidak jauh berbeda dengan proses pembelajaran siklus II. Kegiatan pembelajaran mengikuti tahap pembelajaran model
pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry yaitu: pendahuluan,
eksplorasi, eksplanasi, elaborasi, dan evaluasi.
Pada siklus I, pelaskanaan kegiatan pembelajaran sudah terbilang baik,
meskipun pada pertemuan pertama terdapat beberapa kekurangan, antara lain: 1) pada
awal pembelajaran siswa cenderung diam, 2) terjadinya kemoloran pada tahap
eksplorasi, eksplanasi dan evaluasi, 3) siswa kurang percaya diri dalam
mempresentasikan hasil praktikum di depan kelas. Pada pertemuan kedua kekurangan itu telah dapat diatasi dengan dorongan dan bimbingan dari guru, siswa
menjadi lebih aktif dan antusias untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, rasa percaya
diri siswa meningkat dan mengakibatkan siswa saling berebut untuk
mempresentasikan hasil pembelajaran. Akan tetapi alokasi waktu pada tahap evaluasi
melebihi alokasi waktu yang ditentukan, hal ini dikarenakan sebagian besar siswa
kurang percaya diri dalam mengerjakan soal latihan, sebagian siswa sering bertanya
pada guru karena kurang yakin pada jawaban yang mereka buat. Sedangkan pada
pertemuan ketiga diadakan tes, pelaksanaan tes ini berjalan dengan tertib dan lancar.
Pada siklus I, keaktifan siswa mengalami peningkatan dan dapat dikatakan
telah memenuhi indicator ketercapaian. Akan tetapi prestasi belajar siswa belum
memenuhi indicator ketercapaian.
Pada siklus II dilakukan perbaikan untuk mengatasi kekurangan yang ter-jadi
pada siklus II. Perbaikan itu antara lain: 1) guru lebih memberikan penegasan
terhadap materi yang dipelajari pada tahap ekplanasi agar siswa benar-benar
mengerti, 2) melakukan bimbingan yang lebih intensif kepada siswa dalam
mengerjakan soal latihan.
Pada pertemuan pertama siklus II, kegiatan berlangsung sesuai rencana dan
cukup memuaskan. Namun demikian, siswa mengalami sedikit kesulitan dalam
mengerjakan LKS, hal ini karena di awal pembelajaran guru kurang mem-berikan
penjelasan. Akan tetapi setelah guru memberikan penjelasan, siswa lebih mudah
memahami LKS dan melakukan praktikum.
Pertemuan kedua siklus II juga berjalan dengan sangat memuaskan, siswa
terlihat sangat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran meskipun siswa kurang
maksimal dalam mengikuti praktikum. Hal ini dikarenakan banyaknya siswa yang
ada dalam 1 kelompok.
Pada pertemuan ketiga dilaksanakan tes, pelaksanaan tes ini terbilang tertib
dan lancar. Dengan percaya diri siswa mengerjakan soal yang diberikan guru.
Pada siklus II keaktifan siswa sangat memuaskan, meskipun pada siklus I
keaktifan siswa sudah memenuhi indicator ketercapaian, akan tetapi pada siklus II
keaktifan siswa terus meningkat. Prestasi belajar siswa juga mengalami pening-katan
pada siklus II dan telah memenuhi indicator ketercapaian.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut : Proses pembelajaran yang diterapkan pada siswa kelas
X SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Batu telah berjalan sesuai dengan model
pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry, penerapan model
pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry dalam pembelajaran fisika
dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas X SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI)
Batu, penerapan model pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry dalam
pembelajaran fisika dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Selamat
Pagi Indonesia (SPI) Batu.
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan penelitian ini, maka perlu disampaikan
saran-saran sebagai berikut : Keberhasilan dalam melaksanakan proses pembelajaran
tidak lepas dari kemampuan dan kreatifitas guru dalam merencanakan dan
melaksanakan model pembelajaran, untuk itu disarankan bagi mahasiswa khususnya
program studi pendidikan disarankan agar belajar untuk menumbuhkembangkan
kemampuan dalam menggunakan model pembelajaran The 5E Learning Cycle
Berbasis Inquiry khususnya dalam mengalokasikan waktu dan menyusun LKS
dengan bahasa yang mudah domengerti oleh siswa, penerapan model pembelajaran
The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar siswa, untuk itu disarankan bagi guru khususnya guru fisika SMA
disarankan agar mengguna-kan model pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis
Inquiry dalam melakukan pembelajaran kepada siswa untuk meningkatkan keaktifan
dan prestasi belajar siswa, bagi siswa sekolah menengah disarankan agar selalu
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar fisika untuk menyongsong masa depan
yang cerah.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono.1990. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Elfatru, Nawawi. 2010. Keaktifan Belajar, (online), (http://nawawielfatru.blogspot.com/2010/07/keaktifan-belajar.html), diakses 27 Oktober 2011.
Hasibuan, J. J. 1986. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya.
Imron, A. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Marsiti. 2002. Profil Pembelajaran Fisika Cawu I Tahun Pelajaran 2001/2002 di
SMUN 4 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Moleong, Lexi J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nurkancana, Wayan dan P.P.N Sunartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya:
Usaha Nasional.
Sugyanto. 2005. Metodologi Penelitian. Makalah disajikan dalam matakuliah
Penelitian Pendidikan Fisika, UM, Malang, 17 Oktober.
Tim Revisi. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas negeri
Malang
Wartono. 2003. Keterampilan Dasar Mengajar. Malang: Universitas Kanjuruhan
Malang.
Wasih. 1989. Peningkatan Kemampuan Guru Membelajarkan Siswa dalam Mata
Pelajaran IPA melalui Pendekatan Daur Belajar di SDN Kepanjen Lor V
Kota Madya Blitar. Tesis tidak diterbitkan. Malang: IKIP Malang
Yuliati, Lia.2008.Model-Model Pembelajaran Fisika Teori dan Praktek.
Malang: UM Press.
Download