242 UT Bl. Magelang LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGARUH INTERVENSI BERBAGAI SUMBER IODIUM DAN POLIMORFISME GEN TSHR DAN hTR TERHADAP FUNGSI TIROID .. Oleh: dr.Suryati Kumorowulan, M.Biotech. dkk BALAY PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GANGGUAN KEKURANGAN TODIUM SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2013 LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGARUH INTERVENSI BERBAGAI SUMBER IODIUM DAN POLIMORFISME GEN TSHR DAN hTR TERHADAP FUNGSI TIROID Oleh: dr.Suryati Kumorowulan, M.Biotech. dkk BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GANGGUAN KEKURANGAN IODIUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2013 SUSUNAN TIM PENELITI . No Kedudukan Nama Keahlian/ Uraian Tugas Kesarjanaan Bertanggungjawab mengatur penelitian 1. dr. Suryati Kumorowulan, Ketua S l dokter. Pelaksana S-2 M.Biotech 2. - dari tahap awal sampai tahap akhir dan pembuatan laporan Biote knologi Peneliti Sug ianto SKM, , MSc.PH 3. M . Faozan, SKM MPH 4. Asih Setyani, SP , Mengkoordinir pekerjaan di lapangan . S2 Eoi demiolog Bertanggung jawab atas data sosek, dan Peneliti Peneliti S2 Kesmas Sl-Sosek pengo lahan data Bertanggungjawab pengambilan data sosek s. Hastin, SKM I Hadi Peneliti SJ SKM 6 Agus Wibowo S.Si, Bertanggungjawab terhadap registrasi dan sampling sasaran Azhar, SK..M Peneliti Biologi pengumpulan Membantu data laboratorium terutama DNA M.Sc./ ArifMl!sodaq, S.Si 7. Aniek Prihatin, SKM Pen eliti S l SKM Mengkoordinir pengumpulan data kesmas 8. Emani/ Sudarinah Pe mbantu Analis lab Peneliti 9. Sri Lestari/ Catur P embantu peneliti Mengambil darah dan Menganalisa sampel laboratorium Analis lab Membantu menyiapkan bahan lab clan analisa lab Administrasi 10. Dwi Mulyani 11. Faozan Bahri D3 Pembantu SMA Melakukan pekerjaan administrasi Melakukan distribusi garam Peneliti 12. Candra Puspita Pembantu D3 Melakukan pengolaahan data gizi 03 gizi Melakukan pengambilan data gizi Peneliti 13. Cicik Harvana/ Pal upi Dyah Ayuni 14. Pujiati S/ Beta Pembantu peneliti Pembantu 03 15. 16. Khimayah Pembantu Bertanggungjawab terhadap edit,entri data peneliti D3 Bertanggungjawab atas data kesling peneliti Prof. Dr.Sri Konsultan UGM Konsultsn UGM Kadarsih,Ph.D 17. Dr. Ahmad Hamim Sadewa, Ph.D 11 KATA PENG ANT AR Puji Syukur kami panjatkan kepada Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan �yahNya sehingga laporan penelitian pengaruh Intervensi Berbagai Sumber !odium dan Polimorfisme Gen TSHR dan hTR Terhadap Fungsi Tiroid. Laporan akhir penelitian ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban atas penelitian yang telah dilaksanakan selama 8 bulan. Laporan ini disusun untuk menampilkan hasil penelitian yang telah selesai dilaksanakan sehingga dapat memberi gambaran fungsi tiroid setelah intervensi berbagai sumber iodium. Penelitian ini merupakan penelitian tahap kedua dari 2 tahapan penelitian dimana pada tahap pertam a ditekankan pada perubahan fungsi tiroid sedangkan tahap kedua ditekankan pada analisa DNA. Laporan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi program penanggulangan GAKI terutama untuk evaluasi program kapsul iodium. Kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala BP2GAKI, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, Kepala Puskesmas Pituruh I beserta Staf dan Tim Peneliti BP2GAKI serta semua pihak yang telah membantu penelitian dan laporan penelitian ini. Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dan kami mohon saran, masukan, kritik demi perbaikan laporan ini. Semoga laporan akhir penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi program penanggulangan GAKI, pengguna dan bagi peneliti MageJang, 1 6 Januari 2013 Penyusun Dr. Suryati Kumorowulan, M.Biotech 111 RINGKASAN EKSEKUTlf PENGARUH INTERVENST BERBAGAI SillvIBER IODIUM DAN POLIMORFISME GEN TSHR DAN hTR TERHADAP FUNGSI TIROID Oleh : Suryati Kumorowulan ,dkk Latar Belakang Gangguan akibat kekurangan Yodium di Indonesia masih merupakan salah satu masalah gizi utarna di samping 3 masalah gizi lain yaitu KEP, Kekurangan Zat Besi, Kekurangan Vitamin A. (FK UJ, 1985). Aki bat dari kekurangan yodium ini berdampak luas dan dapat menghambat fisik dan mental yang akan berimplikasi pada penurunan sumber daya manusia. Efek kekurangan yodium ini dapat menimpa pada berbagai fase kehidupan mulai dari pre natal, post natal sarnpai dewasa. Manifestasi klasik dari gangguan akibat kekurangan yodium ini adalah goiter endemik dan kretin namun selain itu juga berkaitan dengan kejadian abortus dan lahir rnati. (WHO, 1985) Berdasarkan hasil Survey Nasional Pemetaan GAKI tahun 1998, Prevalensi Gondok Endernik sebesar 9,8% dan sekitar 17 juta penduduk tinggal di daerah gondok endemik dengan cakupan kapsul yang rendah sehingga potensi lahir anak kretin baru masih tinggi. (DepKes Rl, 1998). Sementara itu berdasarkan hasil evaluasi proyek IP GAKI tahun 2003 di 28 provinsi Prevalensi Gondok endemik meningkat menjadi 1 1 % dengan nilai median eskresi yodium urin sebesar 229ug/ltr. Hal ini menunjukkan bahwa asupan yodium sudah cukup tetapi masalah gondok masih cukup besar. Selama ihi untuk rnencapai eliminasi masalah GAKI telah dilakukan upaya-upaya penanggulangannya yaitu antara lain dengan garam beryodium untuk semua dan pemberian kapsul minyak beryodiurn untuk WUS dan anak sekolah ( dihentikan sejak 2009 karena rnunculnya kasus-kasus hipertiroid).. Sumber yodium sebagai bahan dasar pernbentukan hormon tiroid bisa dari kapsul yodium, gararn beryodium atau makanan sumber yodium. Gararn beryodiurn dan kapsul beryodium telah digunakan oleh pemerintah untuk penanggulangan GAKI. Kapsul yodiurn yang selarna ini dipakai untuk program penanggulangan GAKI adalah Yodiol produksi Kirnia Farma yang merupakan minyak nabati beriodiurn efektif dalam kapsul lunak untuk mencegah Gangguan Akibat Kekerangan !odium. Setiap kapsul mengandung 200 mg !odium. penggunaan kapsul yang tidak selektif dapat menirnbulkan gejala hipertiroid, oleh karena itu sejak tahun 2009 program pemberian kapsul yodium telah dihentikan karena ada efek samping rnunculnya kasus-kasus hipertiroid pasca pernberian kapsul. Penghentian rnendadak program kapsul tersebut disinyalir berpengaruh pada 1 mekanisme regulasi serta mekanisme fisiologis hormon tiroid dan masih dijumpai adanya lahir kretin baru. Muncul pertanyaan masih efektifkah pemberian kapsul tersebut atau justru program penghentian kapsul yodium sudah merupakan langkah yang tepat. Untuk menja\vab pertanyaan cersebut perlu dilakukan analisa dan penelitian mendalam tentang dampak dan manfaat dari pemberian kapsul yodium. Tinjauan dari dampak pemberian kapsul dapat ditinjau dari berbagai sudut, dalam hal ini peneliti ingin meninjau dari aspek hormon TSH dan FT4 serta dari reseptor TSH dan reseptor hormon tiroid dimana reseptor ini penting dalam mekanisme regulasi hormon tiroid. Penelitian ini merupakan penelitian 2 tahap, dimana tahap pe11ama akan melihat ada perbandingan efek pemberian berbagai jenis sumber yodium terhadap fungsi tiroid dan tahap kedua ini untuk melihat ada tidaJrnya polimorfisme pada gen reseptor TSH dan gen reseptor hormon ciroid. Hal ini diasumsikan bahwa apabila timbul defek pada reseptor maka meskipun ada penambahan intake yodium dari luar maka kemungkinan tidak akan menimbulkan perubahan pada kadar hormone tiroid. Penelitian ini juga akan melihat dari sumber yodium yang mana yang paling efektif untuk memperbaiki fungsi tiroid. Tujuan penelitian Mempelajari adanya efek pemberian berbagai sumber yodium dan polimorfisme TSHR dan hTR terhadap fungsi tiroid Metode Penelitian ini merupakan penelitian qu�si eksperimental pada WUS usia 15 - 45 tahun di Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo. Kriteria inklusi adalah WUS yang memiliki nilai TSH > 2,5 µIU/L dan besar sampel per kelompok 35 orang. WUS dibagi dalam 3 kelompok perlakuan, kelompok I mendapat kapsul iodium 200 mg, kelompok ke 2 mendapat kapsul iodium 400 mg, serta kelompok ke 3 mendapat abon ikan tuna 10 mg dengan frekuensi 2 kali seminggu. Variabel yang diukur antara lain kadar TSH, FT4 dan UIE, lama intervensi 6 bulan. Has ii Setelah 6 bulan intervensi jumlah WUS dengan TSH < 0,3 µIU/L di kelompok iodium 200 mg ada l orang (3,3%), dan di kelompok kapsul iodium 400 mg ada 2 orang serta di kelompok abon ikan tuna tidak ada yang nilai TSH nya kurang dari normal. Jumlah WUS dengan TSH normal (0,3 - 6,2 µIU/L) pada ketiga kelompok mengalami penurunan, sedangkan jumlah WUS yang mempunyai kadar TSH > 6,2 µIU/L meningkat menjadi 2 orang ( 6,7%) di kelompok kapsul iodium 200 mg dan 2 orang (5,7 %) di kelompok kapsul iodium 400 mg serta 2 orang (6,9%) di kelompok abon ikan tuna. kadar FreeT4 < 0,8 ng/dl pada kelompok kapsul iodium 200 mg dan 2 pada kelompok abon ikan tuna. Namun pada kelompok kapsul iodium 400 mg ada 4 orang (11.4%). WUS dengan nilai FreeT4 normal (0,8 - 2 ng/dl) persentasenya rnenurun hanya di ·elompok kapsul iodium 400 mg (82,9%), sedangkan WUS dengan kadar FreeT4 > 2 ng/dl hanya ada dikelompok kapsul iodium 400 mg (5,7%) atau ada 2 orang. Kadar UJfi < l 00 µg!L hanya ada kelompok abon ikan tuna sebanyak 1 orang (3,4%). WUS dengan UIE normal (100-199 ug/L) persentasenya menurun pada kelompok kapsul iodium 400 mg dan abon ikan tuna. Pada kelompok kapsul iodium 200 mg dan kapsul iodium 400 mg jumlah WUS dengan kadar U!E 200- 299 µg/L meningkat jumlah atau persentasenya, 1 1 orang (36,7%) pada kelornpok kapsul iodium 200 mg dan 6 orang (17, l %) pada kelompok kapsul iodium 400 mg. WUS dengan excess iodium (UIE > 300 µg/L ) kelompok abon ikan tuna. persentasenya meningkat dari 40 % menjadi 48,3% terjadi pada Uji ANOVA menunjuk.kan rata-rata perubahan TSH dan freeT4 pada kelompok kapsul iodium 200 mg, kapsul iodium 400 mg maupun pada kelompok abon ikan tuna tidak berbeda bermakna secara statistik baik pada 3 bulan pertama, 3 bulan kedua maupun pada 6 bulan setelah intervensi (P>0,05) sedangkan rata-rata perubahan UIE pada ketiga kelompok berbeda bermakna secara statistik (P<0,05).Analisis polimorfisme pada gen hTR temyata ditemukan kejadian polimortisme sebesar 18% atau pada 17 orang dan uji ANCOVA atau General Lineqr Model Univariat menunjukkan bahwa kejadian polimorfisme tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai TSH maupun FreeT4 dan UIE dengan nilai P>0,05 dan nilai F = 2,365 Kesimpulan Enam bulan setelah intervensi rata-rata perubahan TSH dan freeT4 pada kelompok kapsul iodium 200 mg, kapsul iodium 400 mg maupun pada kelompok abon ikan tuna tidak berbeda bermakna secara statistik (P>0,05). Ditemukan polimorfisme gen hTR sebesar 18% dan kejadian polimorfisme tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai TSH maupun FreeT4 dan UIE. 3 PENGARUH INTERVENSI BERBAGAI SUMBER IODIUM DAN POLIMORFISME GEN TSHR DAN hTR TERHADAP FUNGSI TIROID Suryati K, dkk Latar Belakang iodium . ABSTRAK : Garam Sumber iodium tubuh berasal dari makanan, garam beriodium, dan kapsul beriodium dan kapsul iodium telah digunakan oleh pemerintah dalam penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan !odium. Namun penggunaan kapsul iodium secara tidak selektif telah menimbulkan gejala-gejala hipertiroid sehingga penggunaannya dihentikan sejak tahun 2009. Penghentian mendadak program kapsul iodium diduga berpengaruh pada mekanisme regulasi serta mekanisme fisiologis hormon tiroid dengan masih dijumpainya lahir kretin barn. Tujuan : Mengetahui efek pemberian beberapa sumber iodium dan pengaruh polimorfisme gen TSHR dan hTR terhadap fungsi tiroid Jfetode Penelitian : Disain penelitian ini adalah Quasi Eksperimen, dengan sampel wanita usia subur sebanyak 105 orang yang terbagi dalam tiga kelompok intervensi. Setiap kelompok di lakukan pemberian garam beriodium selama satu bulan dan dilanjutkan dengan pemberian garam beriodium dan kapsul iodium 200 mg pada kelompok I, pemberian garam beriodium dan kapsul iodium 400 mg pada kelompok II, dan diberikan garam beriodium dan abon ikan tuna 2 kali seminggu pada kelompok IlJ selama 6 bulan. Basil : mg ada Setelah 6 bulan intervensi jumlah WUS dengan TSH < 0,3 µIU/L di kelompok iodium 200 I orang (3,3%), dan di kelompok kapsul iodium 400 mg ada 2 orang serta di kelompok abon ikan tuna tidak ada yang nilai TSH nya kurang dari normal. Jumlah WUS dengan TSH normal (0,3 - 6,2 µIU/L) pada ketiga kelompok mengalami penurunan, sedangkan jumlah WUS yang mempunyai kadar TSH > 6,2 µTU/L meningkat menjadi 2 orang ( 6,7%) di kelompok kapsul iodium 200 mg dan 2 orang (5,7 %) di kelompok kapsul iodium 400 mg serta 2 orang (6,9%) di kelompok abon ikan tuna. kadar FreeT4 < 0,8 ng/dl pada kelompok kapsul iodium 200 mg dan pada kelompok abon ikan tuna. Namun pada kelornpok kapsul iodium 400 mg ada 4 orang (11,4%). WUS dengan nilai FreeT4 normal (0,8 - 2 ng/dl) persentasenya menurun di kelornpok kapsul iodium 400 mg (82,9%), sedangkan WUS dengan kadar FreeT4 > 2 ng/dl hanya ada dikelompok kapsul iodium 400 mg (5,7%) atau ada 2 orang. Kadar UIE < 100 µg/L hanya ada di kelompok abon ikan tuna sebanyak 1 orang (3,4%). WUS dengan UIE normal (100-199 µg/L) persentasenya menurun pada kelompok kapsul iodium 400 mg dan abon ikan tuna. Pada kelompok kapsul iodium 200 mg dan kapsul iodium 400 mg jumlah WUS dengan kadar UIE 200- 299 µg/L meningkat jumlah atau persentasenya, 11 orang (36,7%) pada kelompok kapsul iodium 200 mg dan 6 orang (17, l %) pada kelompok kapsul iodium 400 mg. WUS dengan excess iodium (UIE > 300 µg/L ) persentasenya meningkat dari 40 % menjadi 48,3% pada kelompok abon ikan tuna. Uji ANOVA menunjukkan rata-rata perubahan TSH dan freeT4 pada kelompok kapsul iodium 200 mg, kapsul iodium 400 mg maupun pada kelompok abon ikan tuna tidak berbeda bermakna secara statistik {P>0,05) sedangkan rata-rata perubahan UIE pada ketiga kelompok berbeda bermakna secara statistik (P<0,05). Kejadian polimorfisme pada gen hTR sebesar 18% dan uji ANCOVA atau General Linear Model Univariat menunjukkan bahwa kejadian polimorfisme tidak berpengaruh rerhadap perubahan nilai TSH maupun FreeT4 dan UIE dengan nilai P>0,05 dan nilai F Kesimpulan: = 2,365 Enam bulan setelah intervensi rata-rata perubahan TSH dan freeT4 pada kelompok kapsul iodium 200 mg, kapsul iodium 400 mg maupun pada kelompok abon ikan tuna tidak berbeda bermakna secara statistik (P>0,05). Ditemukan polimorfisme gen hTR sebesar 18% dan kejadian polimorfisme tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai TSH maupun FreeT4 dan UIE. Kata Kunci : TSH, FreeT4, UIE 4 Halaman Judul DAFTAR ISI Susunan Tim Peneliti Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif Abstrak ·· Daftar isi Daftar Tabel Daftar gambar Daftar Lampiran 1 PENDAHULUAN Il. TINJAUAN PUSTAKA m. Tujuan dan Manfaat IV. Hipotesis V.METODE 1. Kerangka Pikir 2. Tempat dan Waktu Penelitian 3. Desain 4. Jenis Penelitian 5. Populasi dan Sampel 6. Besar Sampel 7. Kriteria inklusi 8. Variabel 9. Cara Pengumpulan Data 10. Bahan dan Cara Kerja 11. Rencana Pengolahan dan Analisa Data 12. Definisi Operasional VI.HASIL VII .. PEMBAHASAN VIII. KESIMPULAN DAN SARAN IX. UCAPAN TERIMA KASIH X. DAFTAR PUST AKA XI. LEMBAR PENGESAHAN 11 Ill 1 4 5 6 7 8 9 13 21 22 23 23 23 23 23 23 24 25 25 25 27 29 30 32 42 44 45 46 49 5 DAFTAR TABEL T�I l. Tz.ael 2. Karakteristik sampel pada ketiga kelompok perlakuan Distribusi WUS berdasarkan status gizi pada ketiga kelompok perlakuan :a.bel 3. MeanDelta kadar TSH, FreeT4 dan UIE sebelum dan sesudah intervensi 32 33 34 (3 bulan pertama, 3 bulan kedua) pada ketiga kelompok Tabet 4. MeanDelta kadar TSH, FreeT4 dan UIE sebelum dan sesudah intervensi 35 (3 bulan pertama, dan 6 bulan) pada ketiga kelompok :-abet 5. MeanDelta kadar TSH, FreeT4 dan UIE sebelum dan sesudah intervensi 36 (3 bulan pertama, 3 bulan kedua) pada ketiga kelompok Tabet 6. Distrisbusi WUS berdasarkan kadar TSH serum pada ketiga kelompok 37 ( bulan ke-0, bulan ke-3 dan bulan ke-6) Tabel 7. Distribusi WUS berdasarkan nilai FreeT4 pada ketiga kelompok 38 ( bulan ke-0,bulan ke-3 dan bulan bulan ke-6) perlakuan Tabet 8. Distribusi WUS berdasarkan nilai FreeT4 pada ketiga kelompok 39 ( bulan ke-0,bulan ke-3 dan bulan bulan ke-6) Tabel 9. Gambaran rata-rata Delta TSH, FreeT4 dan UIE pada ketiga kelompok 40 perlakuan antar bulan ke-0, bulan ke-3 dan bulan ke-6. 6 DAFTAR GAMBAR Gambar I. Penderita Gondok 14 G:.?mbar 2. Penderita kretin dan keluarga 15 G:mtbar 3. Gambar Axis horrnon tiroid di sel 19 Gmlbar 4. Hasil Amplifikasi PCR pada Codon D727E gen TSHR 40 Gambar 5. Hasil Amplifikasi PCR pada gen hTR 41 Gambar 6. Hasil pemotongan dengan emzim restriksi HindIII pada gen hTR 41 7 DAFT-AR LAMPIRAN I_ Dummy Table _Tara cara pengambilan darah 50 51 �Case Report Form 52 - form kuesioner 59 : Form FFQ 63 askah Penjelasan 65 -- Inform consent 67 SK Penelitian _Persetujuan Etik 0. Ijin Riset I. Sertifikat cara uji klinis yang baik 8 I . PEND...\HULUAN LA TAR BELAK.ANG Gangguan akibat kekurangan Yodium di Indonesia masih merupakan salah satu masalah gizi a di samping 3 masalah gizi lain yait u KEP, Kekurangan Zat Besi, Kekurangan Vitamin A : • . UI, 1985). Aki bat dari kekurangan yodium ini berdampak luas dan dapat menghambat fisik mental yang akan berimplikasi pada penurunan sumber daya manusia. Efek kekurangan . ium ini dapat menimpa pada berbagai fase kehidupan mulai dari pre natal, post natal sampai dewasa. Manifestasi klasik dari gangguan akibat kekurangan yodium ini adalah goiter endemik d:m kretin namun selain itu juga berkaitan dengan kejadian abortus dan lahir mati. (WHO, 1985) Berdasarkan basil Survey Nasional Pemetaan GAKI tahun 1998, Prevalensi Gondok Endemik sebesar 9,8% dan sekitar 17 juta penduduk tinggal di daerah gondok endemik dengan C3.'{Upan kapsul yang rendah sehingga potensi lahir anak kretin baru mas i h tinggi. (DepKes RI.1998). Sementara itu berdasarkan hasi I evaluasi proyek IP GAKI tahun 2003 di 28 provinsi Prevalensi Gondok endemik meningkat menjadi 11% dengan nilai median eskresi yodium urin sebesar 229ug/ltr. Hal ini menunjukkan bahwa asupan yodium sudah cukup tetapi masalah go ndok masih cukup besar. Disamping itu banyak muncul daerah-daerah yang dulunya endemic ringan atau sedang menjadi endemic berat. Selama ini untuk mencapai eliminasi masalah GAKI telah dilakukan upaya-upaya penanggulangannya yaitu antara lain dengan garam beryodium untuk semua dan peniberian kapsul minyak beryodium untuk WUS dan anak sekolah. Namun karena berbagai hal saat ini program pemberian kapsul yodium telah dihentikan. Yodium dalam tubuh diperlukan untuk membentuk hormone tiroid. Horman 1111 diproduksi oleh kelenjar tiroid. Horman tiroid berfungsi untuk merangs,;:tng konsu�si 02 kebanyakan sel di dalam tubuh. Horman ini juga membantu meregulasi metabolisme lipid dan karbohidrat serta diperluk an bagi pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Kekurangan hormone ini dap at menimbulkan kelainan atau hambatan tumbuh kembang pada berbagai fase ··ehidupan. Manifestasi klasik dari kekurangan hormone ini adalah munculnya goiter atau gondok dan kretin (Greenspan, 2000). Sintesis dan sekresi hormon tiroid dikontrol oleh tiga tingkatan yang berbeda : (I) tingkat dari hipotalamus, dengan mengubah sekresi TRH, (2) tingkat hipofisis dengan menghambat dan merangsang sekresi TSH, dan (3) tingkat tiroid melalui autoregulasi dan lokade atau perangsangan dari reseptor TSH (Guyton, 1995).. TSH merupakan faktor primer yang mengendalikan pertumbuhan sel tiroid dan sintetis serta sekresi hormon tiroid. TSH akan berikatan dengan reseptor TSH (TSH-R) spesifik pada membran sel tiroid dan mengaktivasi G protein-adenilil siklase-cAMP dan sistem 9 ]::'l!t:::!>en-an sinyal fosfolipase. Reseptor TSH merupakan suatu glikoprotein rantai tunggal yang s:mdung 744 asam amino, dengan berat molekul 100. Gen TSH-R manusia terletak pada �m I4q31 . TSH mengatur mRN _-\ TSH-R, meningkatkan jumlah reseptor TSH pad a ran sel tiroid (Greenspan, 2000). Nilai normal TSH ber dasa rkan reagen Human adalah 0,3 - 6,2 µJU/L (Human, namun menurut American National Academy of Clinical Biocemistry, mereka �bah range nilai normal TSH dari 0,5 - 5,0 µ IU/L menjadi 0,2 - 2,5 µIU/L, revis i e sama juga dilakukan oleh American Association Of Clinical Endocrinologists (AACE) e didasarkan bahwa 13 juta orang yang sebelumnya dinyatakan normal tapi akhirnya · gnose hipotiroid (AACE, 2002). Honnon tiroid ada dua macam yaitu T3 dan T4, kedua hormon ini beredar dalam sna sebagian besar terikat pada protein dan berada dalam keseimbangan dengan hormon beoos. Hormon T4 di dalam sel diubah menjadi T3 melalui deiodinase-5'dan hal ini :cenunjukkan bahwa T4 merupakan suatu prohormon dan T3 adalah bentuk hormone yang aktif. Honnon yang bebas diangkut melalui difusi pasif maupun karier spesifik melalui membrane sel melewati sitoplasma untuk berikatan dengan suatu reseptor spesifik pada inti sel. Harmon T3 yang berikatan dengan reseptor menimbulkan stimulasi atau pada beberapa ·.asus menimbulkan inhibisi sehingga transkripsi gen-gen ini akan menimbulkan perubahan ·· gkat transkripsi mRNA. Perubahan dalam tingkatan mRNA ini akan mengubah tingkatan croduk protein dari gen. Protein ini kemudian memperantarai respons hormon tiroid ( Gayton,1 995). Reseptor hormone tiroid pada manusia termasuk golong13:n reseptor nonsteroid, seke lu arga dengan reseptor untuk estrogen, progestin, Vit D3 dan asam retinoat. Reseptor rmone tiroid manusia (hTR) terdapat paling tidak tiga bentuk yaitu hTR-a.l, hTR-a.2 dan hTR­ Pl. Reseptor hTR-a. mengandung 410 asam amino, mempunyai berat molekul sekitar 47.000 dan gennya terletak pada kromosom 17. Reseptor hTR-P mengandung 456 asam amino dengan berat colekul sekitar 52.000 dan gennya terletak pada kromosom 3. Setiap reseptor mengandung tiga daera h spesifik yaitu suatu daerah amino terminal yang meningkatkan aktifitas reseptor; suatu e3erah pengikat DNA sentral dengan dua jari-jari sistein-seng; dan suatu daerah pengikat bnrmone terminal karboksil. Ada kemungkinan bahwa hTR-Pl dan hTR-a.l merupakan bentuk re.septor ,yang aktif secara biologic, hTR-a2tidak mempunyai kemampuan mengikat hormone :!t!pi berikatan dengan unsure respon hormone tiroid (TRE) pada DNA dan dapat bertindak sebagai penghambat aktifitas dari T3. Mutasi titik pada gen hTR-P yang menimbulkan reseptor 10 abnormal merupakan penyebab sindrom generalisata terhadap hormone tiroid Ji:c:enspan,2000). Saat ini fokus studi genetik pada jaras hormon tiroid adalah tentang polimorfisme :sepror TSH dan iodothyronine deiodinase. Gen reseptor TSH kemungkinan berasosiasi dengan �an kadar serum honnon tiroid (Peeters, 2006). Mutasi pada reseptor TSH disinyalir ubungan dengan kejadian resistansi TSH dan kongenital hipotiroid. Hanya 3 gennline o.rfisme TSHR yang menghasilkan substitusi asam amino, dua dari tiga berlokasi pada d:s:raseluler domain dari reseptor TSH (Asp36His dan Pro52Thr) (Sunthomthepvarakui, 1995), satu intraseluler domain dari reseptor TSH (Asp727Glu) (Gabriel,1999). Suatu hipotesis muncul bahwa gen reseptor TSH merupakan kandidat gen untuk t.ajadinya disgenesis tiroid dengan ditemukannya mutasi homozigot di daerah kaya P pada � domain transmembran dari TSHR yang menyebabkan hipotiroid dan hipoplasi tiroid pada -::. byt tikus (Stein, 1994 ). _ Suatu teknik penapisan genetik yang dapat digunakan untuk mendeteksi secara cepat �bahan susunan nukleotida pada suatu fragmen DNA atau basil amplifikasi PCR dikenal s;ebagai analisis SSCP dan dikembangkan oleh Orita et.al. (1989). Analisis dengan menggunakan . .::ia:ode SSCP ini dapat mendeteksi perubahan satu basa yang terjadi pada suatu fragmen DNA dengan panjang sekitar I00 - 500 pasang basa. Hal tersebut didasarkan bahwa mobilitas elektroporetik fragmen untai tunggal pada DNA dipengaruhi oleh variasi urutan nukleotida yang Ciperkirakan karena adanya perubahan lipatan konformasinya. Analisis SSCP didasarkan pada adanya perubahan sekuen DNA di dalam suatu fragmen =kan menyebabkan mobilitas yang tidak sama pada polyacrylamid_e gel electrophoresis (PAGE), dan hal tersebut akan menghasilkan band yang berbeda. Keunggulan analisis SSCP ini dibanding dengan teknik yang lain misalnya RFLP adalah tdm.iknya yang sangat sederhana dan tidak membutuhkan peralatan yang canggih, mampu ::!endeteksi perubahan satu basa di sembarang tempat di dalam suatu fragmen DNA, sementara �ila kita melakukan analisis dengan Restriction Fragment Length Polymorphism maka hanya c:?2.lll pu mendeteksi perubahan basa apabila terdapat pada sekuen yang dikenali oleh enzim ;sriksi (Ori ta et al.,1 989). Pada anilsis dengan menggunakan teknik SSCP dipengaruhi oleh -eberapa faktor yaitu temperatur gel selama elektroforesis, konsentrasi buffer elektroforesis serta �ya agen penghancur di dalam gel. Sumber yodium sebagai bahan dasar pembentukan hormon tiroid bisa dari kapsul yodium, prnm beryodium atau makanan sumber yodium. G aram beryodium dan kapsul beryodium telah ��akan oleh pemerintah untuk penenggulangan. Kapsul yodium yang selama ini dipakai untuk 11 --1f'3ITI penanggulangan GAKI adalah Yodiol produksi Kimia Farma yang merupakan minyak :::.::.1eti beriodium efektif dalam kapsul lunak untuk mencegah Gangguan Akibat Kekerangan 5mn. Setiap kapsul mengandung 200 mg !odium. Selama ini program kapsul iodium untuk _enggulangan GAKI menggunakan dosis 200 mg sekali minum untuk pencegahan selama n.lan, seda ngkan dosis 400 mg sekali minum untuk pencegahan selama 1 tahun dan ::.eJ�uu naan kapsul yang tidak selektif dapat menimbulkan gejala hipertiroid, oleh karena itu sejak 2009 program pemberian kapsul yodium telah dihentikan karena ada efek samping ulnya kasus-kasus hipertiroid pasca pemberian kapsul. penghentian mendadak program sul tersebut disinyalir berpengaruh pada mekanisme regulasi serta mekanisme fisiologis on tiroid dan masih dijumpai adanya lahir kretin baru. Muncul pertanyaan masih efektifkah �erian kapsul tersebut atau justru program penghentian kapsul yodium sudah merupakan �ah yang tepat. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dilakukan analisa dan penelitian �lam tentang dampak dan manfaat dari pemberian kapsul yodium. Tinjauan dari dampak ;emberian kapsul dapat ditinjau dari berbagai sudut, dalam hal ini peneliti ingin meninjau dari �k reseptor TSH dan reseptor hormon tiroid dimana reseptor ini penting dalam mekanisme regulasi hormon tiroid. Penelitian ini merupakan penelitian 2 tahap, dimana tahap pertama akan :nelihat ada perbandingan efek pemberian berbagai jenis sumber yodium terhadap fungsi timid dan 13hap kedua untuk melihat ada tidaknya polimorfisme pada gen reseptor TSH dan gen reseptor bonn on tiroid. Hal int diasumsikan bahv·ia apabila timbul defek pada reseptor maka meskipun ada penambahan intake yodium dari luar maka kemungkinan tidak akan menimbulkan perubahan pada k.adar hormone tiroid. Penelitian ini juga akan melihat dari sumber yodium yang mana yang paling efektif untuk memperbaiki fungsi tiroid. Saat ini penelitian ini tahap pertama sudah dilaksanakan sampai tahap intervensi selama 3 �n . Tahap ini adalah meneruskan intervensi sampai 6 bulan dan analisa gen reseptor hormon :!mid dan reseptor TSH. 12 11.TINJAUAN PUSTAKA Gangguan Akibat Kekurangan !odium Masalah gizi di Indonesia saat ini yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka �engah (RPJMN) tahun 20l0-2014 adalah masalah gangguan akibat kekurangan iodium AKI), anemia gizi besi, dan zat gizi mikro lainnya. Berdasarkan hasil Surv �i Nasional Pemetaan � KI tahun 1998, prevalensi gondok endemik sebesar 9,8% dan sekitar 17 juta penduduk tinggal ciaerah gondok endemik dengan cakupan kapsul yang rendah, sehingga potensi lahir anak kretin masih tinggi (Muhilal, 2000). Sementara itu, berdasarkan basil evaluasi proyek IP GAKI 2003 di 28 provinsi, prevalensi gondok endemik meningkat menjadi 11% dengan nilai :::::iOOian ekskresi iodiurn urin sebesar 229 µg/ltr (Ditzi, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa asupan Dlium sudah cukup, tetapi masalah gondok masih cukup besar. Disamping itu, banyak muncul �h-daerah yang dulunya endernik ringan atau sedang rnenjadi endemik berat. Gangguan akibat kekurangan iodiurn merupakan fenornena gunung es dengan puncak wranifestasi klinisnya adalah kretin endernik. GAKI dapat terjadi pada berbagai fase keh idupan, pada janin dapat mengakibatkan abortus, lahir rnati, cacat kongenital. GAKI pada anak usia. sekolah dapat mengakibatkan hipotiroid, gangguan turnbuh kernbang, gangguan. mental, serta penurunan intelektual, pada usia dewasa manifestasi GAKI dapat berupa goiter, hipotiroid, �gguan mental, me:riurunnya produktivitas serta infertilitas (WHO, 1985). Di Indonesia, penyakit kelenjar tiroid yang berhubungan dengan kekurangan hormo:n tiroid berada di antara sejumlah kelainan sistem endokrin yang paling sering diternukan. Diagnosis dan terapinya berdasarkan pada prinsip fisiologi dan biQkimia hormon tiroid (Granner, 2003). Manifestasi klinis akibat kekurangan ini adalah munculnya gondok atau goiter dan timbulnya kretin atau cebol. Beberapa manifestasi GAKI adalah berikut ini: l. Gondek I Goiter Pada awalnya, gondok endemik disamakan dengan GAKI, narnun kini orang jelas memisahkannya, sebab gondok hanya merupakan sebagian kecil saja dari spektrum GAKI. Penyebab utama gondok rnemang defisiensi iodiurn, tetapi sebab lain juga dikenal: goitrogen, kelebihan iodiurn, serta status nutrisi pada umumnya (Stanbury, 1980). Gambar 1 menunjukkan penderita gondok. 13 Gambar 1. Penderita Gondok Mekanisme timbulnya goiter endemik adalah sebagai berikut: kekurangan iodium _ �amb at pembentukan honnon tiroid oleh kelenjar tiroid dan sebagai aki ba tnya tidak terdapat rmon yang meng hambat pembentukan TSH oleh hipofisis anterior. Hal ini memungkinkan - fisis mensekresi TSH d alam jumlah berleb ih a n . TSH kemudian menyebabkan sel-sel tiroid msellaesi tiroglobulin dalam jumlah besar (koloid) ke dalam folikel dan kelenjar tumbuh makin makin besar (Guy ton , 1995). Selain itu, penyebab munculnya goiter yang sederhana disebabkan adanya sejumlah cacat metabolik Jangka yang diturunkan, yang melukiskan Rzyentingan berbagai tahapan dalam bios intesis hormon tiroid. Cacat ini meliputi (1) cacat pada gan g kutan atau transport, (2) cacat pada iodinasi, (3) cacat perangkaian, (4) defisiensi enzim &.odinase, dan (5) prod uksi protein teriodinasi yang abnormal (Granner, 2003). Kretin Endemik Pada tahun 197 I pada Konferensi Goroka di Papua Nugini dipastikan bahwa pada kretin endemik ada dua komponen besar, yaitu hipotiroida dan kerusakan susunan saraf pusat (men ta l -aardasi, tuli perseptif, retardasi neuromotor dan kerusakan batang otak) (Guerido, 1971). Seseorang disebu t kretin endemik apabila ia lahir di daerah gondok endemik dan menunjukkan dua r:IaU lebih tiga gejala ini: retardasi mental, tuli p ersep tif (sensorineutral) nada tinggi, gangguan neuromuskuler. Ia dapat disertai atau tidak disertai dengan hipotiroidisme (Djokomoeljanto, 1987). Gambar 2 menunjukkan pen de rita kretin dan keluarga. 14 Gambar 2. Penderita Kretin dan Keluarga Di Zaire, tipe utama kretin adalah miksudematus (terjadi atrofi kelenjar tiroid pada harnpir s.!C::lla kasus) (Delange, 1972). Sedangkan di tempat Jain kebanyakan tipe neurologik atau mixed­ c:::npuran (lbhertson, 1972). Delong (1989) berkesimpulan bahwa pada kretin neurologik, gangguan klinis yang utama � defisiensi inte.Iektual, tuli dan :rrex "motor-rigidity" yang rnengisyaratkan keterlibatan neo cerebri, ganglion basal dan cochlea (Delong, 1989). Bagian otak tersebut mengalarni p;:ruhahan amat cepat pada trimester dua dan amat vurnerable terhadap kekurangan iodium yang xz:manifestasi sebagai hipotiroidisme maternal pada saat ini . .:).. Hipotiroidisme Hipotiroidisme memang terlihat jelas pada kretin tipe miksudematus. Tetapi ternyata juga =reinukan pada populasi normal, sehingga hipotiroidisme dapat mengenai siapa saja, asal ia liurangan iodium berat (Goslings, 1977). Studi prospektif maupun retrospektif menunjukkan bahwa ibu hipotiroid yang hamil, maka dsiko terjadinya aborsi akan meningkat, IMR meningkat, retardasi mental dan kelainan kongenital ;isa teijadi (Mc. Michael, 1980). Dengan demikian, faktor hipotiroidisme ibu sangat berpengaruh crhadap perkembangan fetus. Yang paling banyak ditemukan namun kurang disadari ialah :erebral hypothyroidism dirnana gejala lain kurang mencolok. Yang nampak hanya letargi dan apati yang terlihat di daerah endemi. Hal ini disebabkan oelh kekurangan tiroksin di otak dimana sel otak mendapatkan T3 dari hasil perubahan di selnya dengan perantaraan deiodinase 1I bukan dari produksi kelenjar tiroid (Djokomoeljanto, 2002). 15 B. Program Penanggulangan GAKI Program penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan !odium di Indonesia telah _::akukan sejak tahun 1970-an. Hasilnya terjadi penurunan TGR secara drastis dari un 28,2% pada 1992 menjadi 9,8% pada tahun 1998. Namun sejak tahun 1998 sampai 2003 tidak terjadi .• urunan malah meningkat menjadi di atas 10% (Djokomoeljanto, 1998; Depkes, 2003). Strategi �m penanggulangan GAKI di Indonesia melalui dua hal yaitu strategi jangka pendek dengan . _.berian kapsul iodium dosis tinggi dan strategi jangka panjang dengan garam beriodium. Program kapsul beriodium mulai dilaksanakan tahun .demik sedang dan berat (Ditzi, _ 1992 terbatas untuk daerah gondok 1992). Kapsul rninyak beriodium merupakan iodium dosis tinggi :\)() mg) dalam larutan minyak kacang yang dikemas dalam kapsul dan diberikan satu tahun szka.li. Sasaran dan dosis pemberian kapsul iodium pada wanita tampak keterangan di bawah ini. Sasaran dan Dosis Kapsul !odium untuk Wanita Dosis Kelompok Sasaran tahun 1992-1996 Wanita < 12 bulan Y2 kapsul 1-5 Tahun 1 kapsul (200 mg) >6 tahun 2 kapsul (400 mg) !bu hamil 1 kapsul (200 mg) Ibu menyusui 1 kapsul (200 mg) (100 mg) Hasil penanggulangan jangka pendek tersebut membuahkan hasil yang sangat signifikan, i'211lun mulai bermunculan masalah baru yaitu masalah kelebihan iodium (hipertiroid). Departemen Kesehatan Republik lndones.ia melalui Direktorat Jendral cembuat kebijakan melalui surat edaran· No. Penanggulangan GAKI pada tanggal JM Bina Kesehatan masyarakat 03.03 B V/2195/95 tentang Percepatan 3 Juli 2009, antara lain menyebutkan bahwa suplementasi i:::psul minyak beriodium dihentikan. Program penanggulangan GAKI saat ini dititikberatkan pada renggunaan garam beriodium untuk semua (USI), seperti di beberapa negara antara lain Goatemala. Hasilnya menunjukkan bahwa GAKI (Budiman, garam beriodium sangat efektif dalam penanggulangan 2004). Garam beriodium dipilih untuk program penanggulangan jangka panjang karena harganya rurah, nyaman, dan banyak digunakan ( Kartono, J=lrla produk makanan, tidak mengubah enimbulkan reaksi kimia yang merugikan. secara masal dari air laut (ICCIDD, 2007). Selain itu, garam mudah ditambahkan wama makanan dan apabila dicampurkan tidak Secara universal garam beriodium dapat diproduksi 1995). 16 Sumber iodium selain garam bcriodium dan kapsul minyak beriodium adalah makanan �·ang berasal dari laut, seperti ikan laut, cumi-cumi, udang, dan rumput laut. Kandungan .....e"-�"" dalam ikan Jaut rata-rata 832 t � g/kg (Koutras, 1985). Hasil taut ini dapat diolah menjadi �ai macam produk yang menarik, enak d·ikonsumsi serta praktis, misalnya nuget, bakso ikan, - dan lainnya. C. tBiosintesis Hormon Tiroid lodium merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk hormon tiroid. � dosis iodium dalam sehari yang layak digunakan oleh manusia adalah 1 SO µg untuk 353., 200µg untuk wanita hamil, 50 µg untuk tahun pertama, 90 µg untuk usia 1 -6 tahun, 120 µg 7 - 1 2 tahun (Dunn, 1998). Kebutuhan ini di dasarkan pada keseimbangan asupan (intake) dan Sskresi iodium dalam urin dijadikan proksi konsumsi iodium (Budiman, 2004). Hormon tiroid yang berbahan dasar iodium diproduksi oleh kelenjar tiroid. Hormon ini lukan untuk pertumbuhan dan perkembangan pada semua fase kehidupan manusia. Harmon r::nm:na yang disekresi oleh tiroid adalah tiroksin (T4) dan triidotironin (T3). T3 lebih aktif dari T4. KeC.ia hormon ini merupakan asam amino yang mengandung iodium (Ganong, 1995). Untuk cernbentuk tiroksin dalam jumlah nonnal dibutuhkan kira-kira 5 0 mg iodium setiap tahun atau kira 1 mg per minggu. Kelenjar tiroid manusia mempunyai kemampuan untuk menyerap serta mengkonsentrasi iioc5da sirkulasi . Transpor aktif iodida ini menggunakan energi (energy requiring process) dan �i di bagian sel basal. Dengan melalui proses yang rumit, iodida yang telah ditangkap sel akan C5nbah menj adi hormon melalui beberapa tahapan, yaitu ( 1 ) tahap trapping, tt:=ap coupling, (2) tahap oksidasi, (3) (4) tahap penimbunan (storage), (5) tahap deionisasi, (6) tahap proteolisis, (7) t:!hap pengeluaran honnon dari kelenjar tiroid (Dj okomoeljanto, 1 987). :-::· resis dan sekresi hormon timid dikontrol oleh tiga tingkatan yang berbeda: ( 1 ) tingkat dari · talamus, dengan mengubah sekresi TRH, meran gsang µerangsangan sekresi TSH, dan dari reseptor (2) tingkat hipofisis dengan menghambat dan (3) tingkat tiroid melalui autoregulasi dan blokade atau TSH (Guyton, 1 995). TSH merupakan faktor primer yang cnengendalikan pertumbuhan sel tiroid dan sintetis serta sekresi hormon tiroid. TSH akan berikatan :imgan reseptor TSH (TSH-R) spesifik pada membran sel tiroid dan mengaktivasi G protein­ �nim siklase-cAMP dan sistem pemberian sinyal fosfolipase. Reseptor TSH merupakan suatu :..'"koprotein rantai tunggal yang mengandung 744 asam amino, dengan berat molekul 100. 17 Gen Reseptor TSH TSH merupakan faktor pmner yang mengendalikan pertumbuhan sel tiroid dan .... e'tl ... � ·s se1ta sekresi hormon tiroid. TSH akan berikatan dengan reseptor TSH (TSH-R) spesifik membran sel tiroid dan mengaktivasi G protein-adenilil siklase-cAMP dan sistem -:::ei:a::-..ber n sinyal fosfolipase. Reseptor TSH merupakan suatu glikoprotein rantai tunggal yang gcrndung 744 asam amino, dengan berat mo1eku1 1 00. Gen TSH-R m<1J1usia terletak pada ::-arnosom 1 4q31. TSH mengatur mRNA TSH-R, meningkatkan jumlah reseptor TSH pada bran sel tiroid (Greenspan, 2000). E. Reseptor Hormon Tiroid Reseptor hormone tiroid pada manusia termasuk golongan reseptor nonsteroid, sekeluarga gan reseptor untuk estrogen, progestin, Vit D3 dan asam retinoat. Reseptor hormone tiroid .... ....usia (hTR) terdapat paling tidak tiga bentuk yaitu hTR-al , hTR-a2 dan hTR-�l. Reseptor iIR-<I mengandung 410 asam amino, mempunyai berat molekul sekitar- 47.000 dan gennya � pada kromosom 17. Reseptor hTR-� mengandung 456 asam amino dengan berat molekul � 52.000 dan gennya terletak pada kromosom 3. Setiap reseptor mengandung tiga daerah �fik yaitu suatu daerah amino terminal yang meningkatkan aktifitas reseptor; suatu daerah gikat DNA sentral dengan dua jari-jari sistein-seng; dan suatu daerah pengikat hormone CEmrinal karboksil. Ada kemungkinan bahwa hTR-�1 dan hTR-al merupakan bentuk reseptor �g aktif secara biologic, hTR-a2tidak mempunyai kemampuan rnengikat hormone tetapi Oerikatan dengan unsure respon hormone tiroid (TRE) pada DNA dan dapat bertindak sebagai ceoghambat aktifitas dari T3: Mutasi titik pada gen hTR-� yang menimbulkan reseptor T3 �onnal merupakan penyebab sindrom generalisata terhadap hormone tiroid (Greenspan,2000). 18 _ T4 T3 ,, ' - ,' _ ", ...... ......... ·- -- - - : � .... ...... .. ... ':" -- ...... • • • [�f� -� _ ..... Gambar 3. Gambar axis hormon tiroid di sel target eseptor hormon tiroid memegang peranan penting pada fisiologi vertebrata terutama dan perkembangan otak, pendengaran, pertumbuhan tulang, morfogenesis, metabolisme, usus, _:m jantung.Penyimpangan dari fungsi reseptor hormon tiroid merangsang beberapa defek S!b!gai contoh adalah resistensi umum hormon tiroid. Resistensi hormon tiroid merupakan _rakit autosomal dominan yang _diturunkan yang disebabkan mutasi pada gen yang mengkode a:septor hormon tiroid p. Resistensi hormon tiroid merupakan kondisi yang diturunkan yang �kan jaringan target tidak respon terhadap hormon tiroid yang ditandai dengao tidak �resinya TSH dan tingginya konsentrasi hormon tiroid (Weiss, ein inti terdiri dari dua gen yang berbeda lokasi yaitu TRa dan _....! .:: ! berbeda (Samuel, 1992). TRP Gen. yang mengkode terletak pada kromosom 1988). Poin mutasi telah ditemukan dimana berhubungan dengan resistensi hormon tiroid salah S?:IIDya pada 2 regio T3 binding domain dari TR� (codon 3 1 0-347 dan 4 17-453) (Behr, 1992). IEmm mutasi yang berbeda telah ditemukan pada 15 keluarga dan digolongkan pada 2 area T3 -:.ding domain dari TRp, yaitu nukleotida 1214- 1 325 dan 1598-1661 dimana guanin atau cytosin ;..:,srirusi dengan adenin atau thimidin (Weiss, 1993). Takeda tahun C:rla:m 2 regio 1 992 T3 juga melaporkan adanya binding domain dari gen segmen yang kaya CG dimana sa;uen TRp. wa TRP dari dan 38 mutasi yang ditemukan termasuk ke 7 1 % mutasi yang terjadi pada 9 dari 16 atau lebih C s atau G s terletak pada segmen 448 b p dari coding Selain berasoasiasi dengan kejadian resistensi hormon tiroid polimorfisme gen �tor hormon tiroid • 4 37 distribusi p berhubungan allele EapH dengan kejadian penyakit Graves (Tassi, berbeda bermakna pada penyakit Graves 1995). Dilaporkan clan homozygot 19 i. EABH+ paling banyak frekuen sinya lebih banyak pada penyakit Graves dibanding k lain. RestricJkm Fragme11t Length Polymorplri.sm (RFLP) riction Fragment lenf.Th Pu�vmorphism (RFLP) adalah variasi ukuran fragmen DNA yang karcna perbedaan sisi resrriksi en£im endom.1klease. Prinsip dari _a polimorfik sisi restriksi endonuklcase untuk masing-masing gen . �.:sis termasuk daerah p�nyandi asam amino (exnn}, imron: ;.1tau metode ini adalah .Pragmen DNA yang <laernh im�rgen.ik. HiiSi l �=a:l'.Ollgan dapat berupa fragmen DNA dengan ukuran yang berbeda-beda (Glick and Pasternak, Variasi genetik dalam -:!l::D:ongan populasi dapat di!i hat dengan mcnggunakan dari genom yang sama menghasilkan variasi ukuran 1rlJP febih sederhana d i band ing dengan melakukan - DNA dan tidak memerlukan Jang lama untuk analisis sampel yang banyak. Namun m etode ini m em puny a i hanya dapat mengetahui ada tidaknya mutas i pada sekuen yang dikena l i .,,Jean sekuensing. (Orita et aL, i 989). Rnmusan karena hasil fragmen DNA. Ana!isis dengan seku.ensing =gk:an tmtuk meugetahui jen.is atau tipe mutasi apa yang RFLP terjadi oleh keJemahan enzim restri ksi pada sekuen tersebut pertu permasaiahan Selama ini program kapsul iodium untuk penenggulangan GAKI menggun.akan dosis · minum untuk pem::egahan selama 6 bulan, sedangkan <losis 200 mg 400 mg sekati mim.nu untuk p:x:egahan selama 1 tahun dan penggunaan kapsul yang tidak seleJ...1if dapat menimbulknn gejaJa t;:_.::.aritoid, oleh karena itu sejak tahun 2009 program pemberian kapsul yodi u m te1ah dihentikan i:!::ena ada efek . sa mp i ng rnunculnya kasus-kasus hipertiroid pasca pemberian �entian men<ladak" program kapsul tersebut disinyaHr berpengaruh pa<la kap su l.. mek:misme regulasi mekanisme fisi-0Iogis honnon timid dan masih dijumpai adanya !ahir kretin baru. Muncul -=:;:anyaan masih efektitkah um sudah merup akan pemberian kapsul tersebut atau justru program pen ghentian kapsul l angkah yang tepat. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu kan analisa dan penelitian mendalam tentang dampak dan man fiiat dari pe.mberian .kapsu) �- Tinjauan dari dampak pernberian kapsul dapai ditinjau dari berbagai sudut, dalam hal ini meliti ingin meninjau dari aspek reseptor TSH dan reseptor hormon ;xming dalam mekanisme tiroid dimana reseptor ini regu lasi hormon tiroi.d. 20 � � KERANGKA TEORI Hipotalamus Polimorf isme TRH . . . Polimorfisme Polimorf isme • . ------- . . . . • Polimorf isme Hipofise . . . . . . . . . . . . -Reseptor -TSH Iodium Kapsule .__...., .... .. '••., . .. . ,. : : , , . I �: I l t t 11I1 I ..., .... '•i,, . .. . . .: . I ... ' TPO _,...o.--.r · HzOz T T4 T3 DI T MI I Iodium garam T .,!:"·.. ' Iodium Makanan llal'•tta> II CI04- [ J__, __ _ _ _ ............................... ., Tg Sitoplasm T4 ir31 T41 T3 ¥n DIT Tyr r- .. ,,.........� r· SCrr N03 IC04 Goitrogenik PTU Metimazol Karbimazol Ill. Tujuan dan Manfaat Penelitian L Tujuan Umum : Mempelajari adanya efek pemberian berbagai sumber yodium terhadap fungsi tiroid serta pengaruhnya terhadap reseptor hormon tiroid dan reseptor TSH 21 :.. Tj uan Khusus : lengetahui perbedaan kadar hormon FT3, FT4, dan TSH, kadar yodium dalam darah serta C)Toglobin pada penderita gangguan fungsi tiroid sebelum dan sesudah pemberian kapsul ndium dosis _ 200 mg. lengetahui perbedaan kadar hormon FT3, FT4, dan TSH, kadar yodium dalam darah serta O�Toglobin pada penderita gangguan fungsi tiroid sebelum dan sesudah pemberian kapsul _ixlium dosis 400 mg . lengetahu i perbedaan kadar hormon FT3, FT4, dan TSH, kadar yodium dalam darah serta • :.:!}Toglobulin pada penderita gangguan fungsi tiroid sebelum dan sesudah pemberian garam �odium. lengetahui perbedaan kadar hormon FT3, FT4, dan TSH, kadar yodium dalam darah serta thyroglobulin pada penderita gangguan fungsi tiroid sebelum dan sesudah pemberian makanan berbahan ikan .�embandingkan kadar hormon FT3, FT4, dan TSH se.rta kadar yodium dalam darah pad a penderita gangguan fungsi tiroid yang mendapat kapsul yodium dosis 200 mg dengan yang mend apat kapsul yodium dosis 400 mg serta yang hanya mendapat garam beryodium dan yang . mendapat ikan . Jengetahui adanya polimorfisme pada gen reseptor TSH ., _ ., .. lengetahui adanya polimorfisme pada gen reseptor tiroid - �aat Sebag�i masukan bagi program penanggulangan GAKI. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberi sumbangan data dalam ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang penyakit tiroid dan dapat digunakan sebagai basic bagi �nelitian selanjutnya untuk menangani gangguan fungsi tiroid di Indonesia. _ Hipotesis L Penurunan TSH paling baik pada kelompok abon ikan tuna , Kenaikan FreeT4 paling baik pada kelompok abon ikan tuna 3. Terjadi polimorfisme pada gen hTR� 22 ODE PENELITIAN -erangka Konsep .. R E Pembentukan s E Ho rmon Reseptor Honnon Timid p T 0 R Sel Target Tiroid TSH • Tempa t dan Waktu Penelitian : Tempat : Kabupaten Purworejo Waktu : Mei 20 1 2 - Desember 2012 Desain Pe nel itian • : Quasi Eksperimen enis Penelitian Teknologi Terapan � Populasi dan Sample Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling. Sampel :::::aoleh setelah melakukan screening kepada semua WUS yang memenuhi criteria inklusi. ila jumlah sampel yang memenuhi criteria inklusi �u kan maka dilakukan simple random sampling. melebihi dari jumlah sampel yang Semua WUS yang memenuhi syarat udian diberi penomoran pada secarik kertas dan dilakukan pengundian sehingga diperoleh - orang WUS sebagai sampel penelitian. Randomisasi dilakukan saat menentukan WUS but masuk kelompok intervensi yang mana dari 3 kelompok perlakuan. Randomisasi ==-=.kukan dengan pengundian. Kertas-kertas yang telah bemomor urut 1 sampai 105 kemudian bil satu persatu dengan mata tertutup, nomor yang pertama muncul akan masuk kelompok ::e::am a, ==suk nomor kedua yang muncul maka masuk kelompok kedua,nomor ketiga yang muncul kelompok ketiga, demikian seterusnya (berulang). 23 .: ek Penelitian : WUS ( 1 5-45 tahun) yang memenuhi criteria inklusi dengan nilai TSH >2,5 µIU/L Besar Sampel Besar sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan uji hipotesis beda mean/ rata-rata. sampel uji hipotesis beda rata-rata 0 =i Suatu penelitian dilakukan untuk membandingkan efek asupan iodium terhadap rata rata nilai TSH. Untuk mengendalikan bias cara pemilihan lokasi dengan wilayah dengan asupan garam rendah. Kab Purwor�jo menurut survei gaki 2003 memiliki 34,7% garam yang tidak mengandung iodine dan 26,7% yg inadequate. Pada penelitian lalu di laporkan bahwa rata rata nilai TSH setelah intervensi garam 2,6 ± 1.5 dari sebelumnya 1,5 ± 1,4,sehingga ada perbedaan 1, 1 µlU/ml(Djoko 2010) Asumsi (dari ref): Nilai normal TSH : 0,3 - 6.2 µlU/ml 'a = 5% ]-� = 90% ·n: = l,4 standar deviasi (laporan Djoko 2010) ·rr?- = 1 '96 ·µo =3 test value of the population ·µ �= 2,2 (asumsi) �iaka didapat jumlah n =33, jadi total sampeI per kelompok perlakuan 35 ( 2 sampel sebagai cadangan j ika ada yang DO ) Besar sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang untuk masing-masing kelompok ( ada 3 Aelompok perlakuan ) jadi total l 05 orang Besar sampel dihitung dengan menggunakan uji hipotesis beda 2 proporsi Sampel tersebut diperoleh terlebih dahulu dengan melakukan skrening pada semua WUS :r.mg ada di daerah tersebut. - Kriteria Ink lusi : • Sampel menetap di desa tersebut minimal 5 tahun • WUS umur 1 5-45 tahun, 24 • Memiliki nilai TSH > 2,5 µIU/rnl • Bersedia turut dalam penelitian ini hrl1eria eksklusi Menderita sakit kronis * * Menderita alergi ikan laut Yariabel Data yang dikumpulkan • Data identitas • Data kesehatan dan keluhan yang terkait dengan GAKI • Data Biokimia yaitu TSH, T4 bebas dan FT3 serta kadar yodium darah, urin • Data Isolasi DNA • Data kebiasaan rnakan dan konsumsi zat gizi lrariabel b ebas Pemberian kapsul yodium dosis 400 mg dan 200 mg. Pemberian garam beryodium Pemberian ikan laut 2 kali seminggu \�ariabel terikat Kadar TSH, Free T4, free T3 , serta kagar yodium dalam darah dan urin Carn pengumpulan data dan metode yang diguna kan Data identitas : yaitu nama, umur, jenis kelamin, pemakaian kontrasepsi dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner. .:bta kesehatan : data klinis dikurnpulkan melalui pemeriksaan klinis dan anamnesa yang dilakukan oleh dokter !lata konsumsi makanan maupun data konsumsi zat goitrogenik dikumpulkan oleh ahli gizi dengan wawancara menggunakan metode FFQ 1J2:ta Sosek dan Kesling dikumpulkan dengan cara anamnesa :Jata biokimia : pengambilan darah untuk pemeriksaan biokimia dilakukan oleh analis kesehatan yang sudah dilatih. Darah diambil sebanyak 5 cc pada daerah vena rnediana cubiti dengan menggunakan jarum terumo 5 ml. Darah yang diambil kemudian dibagi menjadi 2 bagian, 3 cc darah untuk analisa kadar serum TSH dan Free T4, Free T3, 25 dengan menggunakan metode ELISA serta analisis kadar yodium dalam darah. 2 cc darah sisanya dimasukkan ke dalam bufer lisis untuk analisa DNA. . Data yodium dalam urin dikumpulkan dengan earn menampung urin sewaktu sebanyak ± 50 m l urin kemudian urin tersebut dianalisis menggunakan metode spektrofotometer.Analisa kadar yodium dalam urm dilakukan oleh analis kesehatan yang telah berpengalaman di BP2GAKI. :::hm DNA dikumpulkan dengan cara memasukkan 2 cc darah ke dalam tabung conical yang telah berisi 5 ml larutan bufer lisis. Kemudian DNA diisolasi dan disimpan pada suhu minus 20 ° C untuk dianalisa ada tidaknya polimorfisme gen TSHR dan hTR 26 Bab an, cara kerja dan tahapan pelaksanaan penelitian PERSIAPAN, PENDATAAN, SELEKSI ..e lompok I · 3.5 sampel :ndium : TSH, --::-:3,Tg, Kadar darah dan DNA Kelornpok II 35 sampel Status Iodiurn : TSH, FT4,FT3,Tg, Kadar yodium darah dan DNA lntervensi dengan garam beryoclium I Bulan ke- 3 Intervensi dengan kapsul yodium 400mg Bulan ke- 3 Status !odium : TSH,FT4, FT3, Tg kadaryodium darah cl::m t1rin . . Bulan ke-6 bulan ke-6 � !odium : TSH,FT4, FT3,Tg Ji:::iar yodium ::=ili dan urin, ,,. Status !odium : TSH,FT4, FT3, Tg kadar yodium darah clan urin, Kelompok III 35 sampel Status !odium : TSH, FT4,FT3, Tg,Kadar yodium darah dan , DNA i Intervensi dengan garam beryodium i Intervensi ikan 2 kali seminggu lo I Bulan ke-3 Status Iodium : TSH,FT4, FT3, Tg kadar yodium darah dan urin, '" I Bulan ke-6 Status !odium : TSH, FT4,FT3, Tg,kadar yodium darah dan urin, 27 TSH dan Free T4, dan T3, UIE Penderita gangguan fungsi tiroid so as1 protein Normal lsolasi DNA Pemotongan dengan enzim restriksi dan analisa SSCP Elektroforesis sequensing �gan : Persiapan meliputi penyusunan proposal, penyusunan protokol, ijin penelitian, :a:s:apan daerah lokasi, persiapan alat, Persiapan bahan seperti kuesioner, kapsul yodiurn dosis mg dan 400 mg, reagensia, kalibrasi alat, valida:si petugas lapangan untuk rnelakukan - '21lcara dan pemeriksaan. Validasi petugas dilakukan dengan mengadakan pelatihan. � lapangan berasal dari BPP GAKI dan puskesmas setempat. Persiapan lokasi penelitian ayah kabupaten Purworejo yaitu di desa Pituruh. Pendataan sarnpel dilakukan dengan mendata WUS di wilayah desa Pituruh yang =:.:::::::en u hi criteria inklusi dan kemudian dilakukan skreening TSH. Apabila TSH > 2,5 µIU/ ml - masuk kriteria inklusi maka responden masuk sebagai sampel penelitian. Dari data yang _ akan diperiksa kesehatan, dan diperiksa kadar serum TSH dan Free T4, FreeT3, �obulin dan kadar yodium dalam darah serta urin, selain itu juga dilakukan Isolasi DNA _, dianalisis gen TSHR, dan gen hTR dengan metode RLFP dan SSCP serta jika ada ::Oorfisme kemudian dilakukan sequensing. Sarnpel dengan kadar TSH > 2,5 µJU/ml kemudian dibagi dalam 3 kelompok yaitu pok I sebanyak 3 5 orang diberi kapsul yodiurn 400 mg, kelompok II sebanyak 35 orang 28 · kapsul 200 mg. Kelompok III tid-ak- di beri kapsul yodium tapi diberi konsumsi ikan tuna rnk abon 10 gr, 2 kali seminggu. Sebelum diberikan intervensi kapsul yodium, semua mpok perlakuan akan mendapat garam dengan rnerk dan kadar yodium yang sama umuk ngunakan sehari-hari selarna 6 bulan. Setelah 3 bulan dan 6 bulan diintervensi kemudian diambil lagi untuk pemeriksaan serum TSH dan Free T4, FreeT3, thyroglobulin serta yodium dalam darah, urin dan juga diambil darah untuk isolasi DNA s;rta dianalisis gen :-IR dan gen hTR. Pemberian kapsul iodium 200 mg untuk pemakaian selama 6 bulan �00 mg untuk pema kaian selama satu tahun i tu berdasarkan progra m pemeri ntah g pemberian kapsul iodium DNA yang sudah berhasil di isolasi maka dilakukan amplifikasi menggunakan PCR dengan er khusus untuk gen TSHR dan gen hTR. Kemudian Gen TSHR dan gen hTR dianalisis = atmakan metode RFLP dan SSCP. Apabila dari hasil RFLP dan SSCP ditemukan adanya ,-pita yang berbeda dengan individu normal maka analisa dilanjutkan dengan sequensing untu k mengetahui basa mana yang berbeda • . . Rencana pengolahan, analisa data dan pengenda lian mutu · a data Analisa data menggunakan uji Anova dan t-test untuk melihat adanya perbedaan antar ;:mpok sedangkan ilji multivariate untuk melihat adanya hubungan antara pemberian kapsul - rn dosis 400 mg dan 200 mg dengan perubahan serum TSH, Free T4, Free T3, "=oglobulin serta kadar yodium dalam darah dan urin. Data deskriptif dilakukan untuk _ beri gambaran ada tidaknya polimorfisme· pada gen TSHR rnaupun gen hTR dan ;aimana hubungannya dengan gambaran fungs i tiroid. �endalian mutu Tahap persiapan : validasi bagi pengukur antropometri dan pewawancara sampel, kalibrasi alat, uji coba kuesioner, uj i alergi. Tahap pengumpulan data : supervise lapangan dan verifikasi setiap data yang telah dikumpulkan. Tahap pengolahan data : cleaning dan editing data. 29 e. Definisi operas ional � ?ciabel . . � , '�T4 :tree T3 � yodium dalam ....'!rah . K:nsumsi zat gi zi Deskripsi Kadar Tiroid Stimulating Hormon (TSH) yang menggambarkan seseorang menderita gangguan akibat kekurangan iodium atau tidak Kadar bebas hormone Tiroksin (Tetraiodotironin) yang menggambarkan seseorang menderita kekurangan iodium atau tidak Kadar bebas hormone triiodotironin yang menggambarkan seseorang menderita kekurangan yodiurn atau tidak Kadar Yodium dalam darah yang dapat menggambarkan yodium yang digunakan oleh tubuh untuk membentuk ormone tiroid Konsumsi zat g1z1 yang dikumpulkan berdasar metode FFQ . . Skala dan Nilai atribut Rasia I . Rasia Rasia Rasio Rasia 30 • . Pertimbangan Etik Informed consent dari WUS yang menjadi sampel dimintakan persetujuannya. Dalam !nrmed consent terdapat penjelasan kepada rcsponden tentang manfaat mengikuti penelitian - dan penjelasan bahwa pelaksanaan penelitian ini tidak mengganggu kenyamanan responden :.:Heal Clearance dimintakan dari Komisi Etik yang ada di Badan Litbangkes, DepKes RI. . 31 VI. HASIL Telah dilakukan screening terhadap 297 orang WUS umur 15 - 45 tahun di kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo dan diperiksa kadar TSH serumnya. Dari hasil screening tersebut diperoleh 105 orang sampel yang memenuhi criteria inklusi kemudian dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing 35 orang WUS. Kelompok pertama diintervensi dengan kapsul iodium 200 mg dan kelompok kedua diintervensi dengan kapsul iodium 400 mg serta kelompok ketiga diberi abon ikan tuna 10 gram tiap dua hari sekali. Jntervensi pada ketiga kelompok dilakukan selama 6 bulan, data diambil pada bulan ke-0, bulan ke-3 dan bulan ke-6 bulan dan didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Kara ktcristik sampel Tabel I .Karakteristik sample pada ketiga kelompok perlakuan I Variabel Umur (tah u n) � 20 21 - 30 3 1 - 40 > 40 Tota l Kelompok Kapsul Kelompok Kapsul Kelompok lodium 200 mg Iodium 400 m2 Abon lkan Tuna n % n % n % 3 13 IO 4 30 IO 43,3 33,3 1 3,4 100 3 9 10 13 35 8,6 25,7 28,6 37,1 100 1 IO 16 2 29 3,4 34,5 55,2 6,9 100 1 18 11 30 3 ,3 60 36,7 100 4 27 4 35 1 1 ,4 77,1 1 1 ,4 100 0 26 3 29 0 89,7 10,3 100 2 0 12 0 16 30 6,7 0 40 0 53,3 100 4 2 20 1 8 35 1 1,4 5,7 57,1 2,9 22,9 100 10 2 10 1 6 29 34,5 6,9 34,5 3,4 20,7 100 . Pendidikan 0 <9 9- 1 2 Tota l Pekeriaan Buruh Pedagang Petani Pns Tidak kej ra Total Pada tabel 1 tampak bahwa pada kelompok yang diintervensi dengan kapsul iodium 200 mg ;ialing banyak berumur 21-30 tahun (43,3%), sedangkan pada kelompok yang diintervensi dengan 32 kapsul iodium 400 mg paling banyak berumur > 40 tahun (37, I%), pada kelompok yang diberi abon ikan tuna sebagian besar (55)%) berumur 3 1 - 40 tahun. Tingkat pendidikan pada ketiga kelompok tersebut mayoritas kurang d ari 9 tahun yaitu 60 % untuk kelompok kapsul iodium 200 mg, 77, I % untuk kelompok iodium 400 mg dan 82,9% pada kelompok abon ikan tuna, ha! ini tentunya akan berkaitan dengan tingkat pemahaman dan kepatuhan selama intervensi. Disamping itu tingkat pendidi kan juga akan berkaitan dengan pekerjaan yang dijalani oleh responden. Pada kelompok ketiga kelompok mayoritas pekerjaan responden adalah petani pemilik. 2. Status Gizi Salah satu variabel penting yang dapat berpengaruh pada status iodium seseorang adalah status gizi. Gambaran status gizi WUS pada ketiga kelompok penelitian disajikan pada tabel 2. Tabel 2 . Distribusi WUS berdasarkan status gizi pada ketiga kelompok penelitian Kelompok kelompok Kapsul Iodium Kelompok Kapsul 200 mg Iodium 400 mg IMT Kurns sekali Kurns Normal Gemuk Obesitas Total n 0 0 24 3 3 30 . % 0 0 80 10 JO 1 00 n 1 4 19 6 5 35 % 2,9 1 1 ,4 54,3 17,1 14,3 100 Kelompok Abon Ikan Tuna n 1 2 22 ,., ;) 1 29 % 3,4 6,9 75, 9 10,4 3,4 100 Pada tabel 2 tampak bahwa sebagian besar responden mempunyai status gizi normal yaitu sebesar 80% untuk kelompok kapsul iodium 200 mg dan 54,3% untuk kelompok kapsul iodium 400 mg dan 75,9 % pada kelompok abon ikan tuna. 4. Fungsi tiroid dan status iodium Fungsi tiroid dapat dilihat dari kadar hormone TSH dan FreeTiroksin (T4) dalam serum, sedangkan status iodium seseorang dapat dilihat dari kadar iodium dalam urin (UIE). Mean Delta atau rata-rata penurunan kadar TSH, FreeT4 serta kadar yodium dalam urine (UIE) pada ketiga kelompok baik pada bulan ke-3 dan ke-6 intervensi tampak pada tabel 3, tabel 4, dan tabel 5. 33 Tabel 3. Mean Delta kadar TSH. FreeT-t. dan UIE sebelum dan sesudah intervensi ( 3 bulan pertama dengan 3 bulan kedua) pada ketiga kelompok Variabcl Kelompok Kapsul Jodi um 200 me. Kelompok Abon lkan Tuna me. Mean Mean Mean Mean Mean J\llean d elta delta delta 0-3 delta delta 3-6 delta buIan bu Ian bulan bu Ian bulan bu Ian -0,976 0,300 0,032 -1,68 -0,04 0,001 -l,86 0,39 0,000 -0, 1 76 0,293 0,000 -0,038 0, 1 3 5 0,097 -0,08 0, 1 2 0 , 1 00 320,60 -34,7 0,001 587,63 -227,83 0,000 1 85,93 28,52 0,022 0-3 �adar TSH Kelompok Kapsul Iodium 400 p p 0-3 3-6 p 3-6 ( µlU/L ) .1Kadar fT4 ng/dl) �adar UlE µg/L ) Pada tabel 3 tampak bahwa pada kelompok kapsul iodium 200 mg pada 3 bulan pertama terjadi penurunan nilai rata-rata kadar TSH sebesar 0,976 µIU/L dan pada 3 bulan kedua terjadi kenaikan nilai TSH sebesar 0,300 �t lU/L dan perbedaan tersebut bermakna secara statistik (P<0,05). Pada kelompok ini juga terjadi rata-rata penurunan kadar FreeT4 pada 3 bulan pertama 0,176 ng/dl diikuti rata-rata kenaikan kadar FreeT4 pada 3 bulan kedua sebesar 0,293 ng/dl dan perbedaan tersebut bermakna secara statistik (P<0,05) , sedangkan pada kadar UIE terjadi rata-rata kenaikan pada 3 bulan pertama sebesar 320,60 µg/L diikuti rata-rata penurunan sebesar 34,7 µg/L dan perbedaan tersebut be�makna secara statistik (P<0,05). Pada kelompok yang diberi kapsul iodium 400 mg terjadi rata-rata penurunan kadar TSH sebesar 1,68 µIU/L pada 3 bulan pertama diikuti rata-rata penurunan pada 3 bulan kedua sebesar 0,04 µIU/L dan perbedaan tersebut bermakna secara statistik (P<0,05). Pada kelompok ini juga terjadi rata-rata penurunan kadar FreeT4di 3 bulan pertama namun diikuti rata-rata kenaikan d i 3 bulan kedua namun tidak berbeda bermakna secara statistik (P>0,05). Pada 3 bulan pertama rata-rata kenaikan kadar UIE sebesar 587,63 µg/L diikuti penurunan rata-rata UIE sebesar 227,83 µg/L pada 3 bulan kedua dan berbeda bermakna secara statistik. Pada kelompok yang diberi ikan tuna terjadi rata-rata penurunan kadar TSH sebesar 1,86 µIU/L pada 3 bulan pertama diikuti rata-rata kenaikan kadar TSH sebesar 0,39 µIU/L pada 3 bulan kedua dan berbeda bermakna secara statistik. Pada kelompok ini juga terjadi rata-rata penurunan kadar FreeT4di 3 bulan pe1tama namun diikuti rata-rata kenaikan di 3 bulan kedua namun tidak berbeda bermakna secara statistik (P>0,05), sedangkan pada kadar UIE terjadi rata­ rata kenaikan sebesar 1 85,93 µg/L pada 3 bulan pertama diikuti rata-rata kenaikan sebesar 28,52µg/L pada 3 bulan kedua dan berbeda bermakna secara statistik (P<0,05). 34 Tabet 4. Mean Delta kadar TSH, FreeT4, dan UIE sebelum dan sesudah intervensi ( 3 bulan dengan 6 bulan) pada ketiga kelompok Variabel ..:J(adar TSH µIU/L ) ..:J<.adar FT4 ng/dl) �adar U IE pg/L ) Kelompok Kapsul Iodium 200 Kelompok Kapsul lodium 400 mg mg Mean Mean delta delta p Mean Mean delta delta p Kelompok Abon [kan Tuna Mean Mean delta delta p 0-3 0-6 0-3 0-6 0-3 0-6 bulan bulan bulan bulan bulan buIan -0,976 -0,676 0,489 -1,68 -1,72 0,880 -1,86 -1 ,47 0,05 -0,176 0, 118 0,000 -0,038 0,097 0,088 -0,08 0,04 0,042 320,60 285,90 0,495 587,63 359,80 0,000 185,93 2 12,83 0,491 Pada tabel 4 tampak bahwa pada kelompok kapsul iodium 200 mg pada 3 bulan pertama terjadi penurunan nilai rata-rata kadar TSH sebesar 0,976 µ IU/L dan pada 3 bulan kedua juga terjadi penurunan nilai TSH sebesar 0,676 �dU/L dan perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (P>0,05). Pada kelompok ini juga terjadi rata-rata penurunan kadar FreeT4 pada 3 bulan pertama 0,176 ng/dl diikuti rata-rata kenaikan kadar FreeT4 pada 3 bulan kedua sebesar 0,118 ng/dl dan perbedaan tersebut bermakna secara statistik (P<0,05) , sedangkan pada kadar DIE terjadi rata-rata kenaikan pada 3 bulan pertama sebesar 320,60 µg/L diikuti rata-rata kenaikan sebesar 285,9 µg/L dan perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (P>0,05). Pada kelompok yang diberi kapsul iodium 400 mg terjadi rata-rata penurunan kadar TSH sebesar 1,68 µ IU/L pada 3 bulan pertama diikuti rata-rata penurunan pada 3 bulan kedua sebesar 1,72 µIU/L dan perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (P>0,05). Pada kelompok ini juga terjadi rata-rata penurunan kadar FreeT4 di 3 bulan pertama namun diikuti rata-rata kenaikan di 3 bulan kedua namun tidak berbeda bermakna secara statistik (P>0,05). Pada 3 bulan pertama rata-rata kenaikan kadar UIE sebesar 587,63 µg/L diikuti rata-rata kenaikan UIE sebesar 359,8 µg/L pada 3 bulan kedua dan berbeda bermakna secara statistik {P<0,05). Pada kelompok yang diberi ikan tuna terjadi rata-rata penurunan kadar TSH sebesar 1,86 µ IU/L pada 3 bulan pertama diikuti rata-rata penurunan kadar TSH sebesar 1,47 µIU/L pada 3 bulan kedua dan tidak berbeda bermakna secara statistik (P=0,05). Pada kelompok ini juga terjadi rata-rata penurunan kadar FreeT4di 3 bulan pertama namun diikuti rata-rata kenaikan di 3 bulan kedua dan berbeda bermakna secara statistik (P<0,05), sedangkan pada kadar UIE terjadi rata-rata kenaikan sebesar 185,93 µg/L pada 3 bulan pertama diikuti rata-rata kenaikan sebesar 212,83 µg/L pada 3 bulan kedua dan tidak berbeda bermakna secara statistik (P>0,05). 35 Tabel 5. Mean Delta kadar TSH, FreeT4, dan UIE sebelum dan sesudah intervensi (6 bulan dengan 3 buIan kedua) pada ketiga kelompok Variabel Kelompok Kapsul !odium Kelompok Kapsul !odium 400 Mean Mean Mean delta delta delta delta buIan 3-6 0-6 bu Ian bu Ian bulan -0,676 0,300 0,000 -1,72 -0,04 0,000 0, 1 1 8 0,293 0,004 0,097 0,135 285,90 -34,7 0,000 359,8 -227,83 0-6 Kadar TSH ( µIU/L ) Kadar FT4 ( ng/dl) Kadar UIE ( µg/L ) 200 m2 Mean me: p Kelompok Abon lkan Tuna p 3-6 Mean Mean delta delta p 3-6 0-6 buIan buIan - 1 ,47 0,39 0,000 0,413 0,04 0,124 0;248 0,000 2 12,83 28,52 0,000 . Pada tabel 5 tampak bahwa pada kelompok kapsul iodium 200 mg pada 6 bulan intervensi ter:jadi penurunan nilai rata-rata kadar TSH sebesar 0,676 µIU/L dan pada 3 bulan kedua terjadi kenaikan nilai TSH sebesar 0,3 µIU/L dan perbedaan tersebut bermakna secara statistik (P<0,05). Pada kelompok ini juga terjadi rata-rata kenaikan kadar FreeT4 pada 6 bulan sebesar 0, 1 1 8 ng/dl _ diikuti rata-rata kenaikan kadar FreeT4 pada 3 bulan kedua . sebesar 0,293 ng/dl dan perbedaan tersebut bermakna secara statistik (P<0,05) , sedangkan pada kadar UIE terjadi rata-rata kenaikan pada 6 bulan sebesar 285,9 µg/L diikuti rata-rata penurunan sebesar 34,7 µg/L dan perbedaan tersebut bermakria secara statistik (P<0,05). Pada kelompok yang diberi kapsul iodium 400 mg te1jadi rata-rata penurunan kadar TSH sebesar 1 ,72 µIU/L pada 6 bulan pertama diikuti rata-rata penurunan pada 3 bulan kedua sebesar 0,04 µIU/L dan perbedaan tersebut bermakna secara statistik (P<0,05). Pada kelompok ini terjadi rata-rata kenaikan kadar FreeT4 di 6 bulan pertama diikuti rata-rata kenaikan di 3 bulan kedua namun tidak berbeda bermakna secara statistik (P>0,05). Pada 3 bulan pertama rata-rata kenaikan kadar UIE sebesar 359,8 µg/L diikuti rata-rata penurunan UIE sebesar 227 ,83 µg/L pada 3 bulan kedua dan berbeda bermakna secara statistik (P<0,05). Pada kelompok yang diberi ikan tuna terjadi rata-rata penurunan kadar TSH sebesar 1 ,47 µIU/L pada 6 bulan pertama diikuti rata-rata kenaikan kadar TSH sebesar 0,39 µIU/L pada 3 bulan kedua dan berbeda bermakna secara statistik (P<0,05). Pada kelompok ini juga terjadi rata­ rata kenaikan kadar FreeT4di 6 bu!an pertama dan diikuti rata-rata kenaikan d i 3 bulan kedua dan tidak berbeda bermakna secara statistik (P>0,05), sedangkan pada kadar UIE terjadi rata-rata kenaikan sebesar 2 1 2,83 µg/L pada bu!an pertama diikuti rata-rata kenaikan sebesar 28,52 µg/L pada 3 bu Ian kedua dan berbeda bermakna secara statistik (P<0,05). 36 Tabel 6. Distribusi WUS berdasarkan kadar TSH serum pada ketiga kelompok ( bulan ke-0, bulan ke-3 dan bulan ke-6) Status TSH Kelompok Kapsul Kelompok Kapsul lodium Iodium 200 mg 400 mg � Kelompok Abon Ikan Tuna (µIU/L) < 0,3 0,3 - 6,2 > 6,2 Total I Bulan 0 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 0 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 0 Bulan 3 Bulan 6 0 0 1 0 0 2 0 1 0 (0 %) (0%) (3,3%) (0%) (0 %) (5,7%) (0%) (2,9%) (0%) 31 33 27 33 35 31 32 33 27 (90%) (94,3 %) (100 %) (88,6%) (91 ,4%) (94,3%) (93,1%) (93,9%) (100 %) 2 0 2 2 0 2 3 I 2 (6, 1 %) (0 %) (6,7%) (5,7 %) (0 %) (5,7%) (8,6%) (2,9%) (6,9%) 33 33 30 35 35 35 35 35 29 (100 %) (100%) ( 1 00%) ( 1 00%) (100%) ( 100%) ( 100%) (100%)' ( 1 00%) Tampak pada tabel 6 bahwa setelah 6 bulan intervensi_ jumlah WUS dengan TSH < 0,3 µIU/L di kelompok iodium 200 mg ada 1 orang (3,3%), dan di kelompok kapsul iodium 400 mg ada 2 orang serta di kelompok abon ikan tuna tidak ada yang nilai TSH nya kurang dari normal. Jumlah WUS dengan TSH normal (0,3 - 6,2 µIU/L) pada ketiga kelompok mengalami penurunan, sedangkan jumiah WUS yang mempunyai kadar TSH > 6,2 µIU/L meningkat menjadi 2 orang ( 6,7%) di kelompok kapsul iodium 200 mg dan 2 orang (5,7 %) di kelompok kapsul iodium 400 mg serta 2 orang (6,9%) di kelompok abon ikan tuna. Fungsi tiroid berdasarkan nilai FreeT4 dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu kadar FreeT4 < o,8 ng/dl, kadar FreeT4 0,8-2,0 ng/dl serta kadar FreeT4 >2,0 ng/dl. Hal tersebut ditampilkan pada table 7 37 Tabel 7. Distribusi WUS berdasarkan Nilai FreeT4 pada ketiga kelompok ( bulan ke-0, bulan ke3, dan bulan ke-6) Status Kelompok Kapsul Kelompok Kapsul lodium FreeT4 Iodium 200 mg 400 mg Kelompok Abon lkan Tuna (ng/dl) <0,8 0,8 - 2,0 Bulan 0 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 0 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 0 Bulan 3 Bulan 6 1 0 0 0 0 4 0 0 0 (3%) (0%) (0%) (O %) (O %) ( 1 1 ,4%) (0%) (0%) (0%) 31 33 30 35 35 29 34 33 29 (100 %) ( 1 00%) (100 %) (100 %) (82,9%) (97,1%) (94,3%) (100%) I 0 0 0 0 2 1 2 0 (3%) (0 %) (0%) (0 %) (0%) (5,7%) (2,9%) (5,7%) (0%) 33 33 30 35 35 35 35 35 29 ( 1 00 %) (100%) (1 00%) (l00%) (100%) (l00%) (100%) (100%) (94%) > 2,0 Total (l 00%) Tabel 7 menunjukkan setelah 6 bulan intervensi tidak ada WUS dengan kadar FreeT4 < 0,8 ng/dl pada kelompok kapsul iodium 200 mg dan pada kelompok -abon ikan tuna. Namun pada kelompok kapsul iodium 400 mg ada 4 orang (1 1 ,4%). WUS dengan nilai FreeT4 normal (0,8 - 2 ng/dl) persentasenya menurun hanya di kelompok kapsul iodium 400 mg (82,9%), sedangkan WUS dengan kadar FreeT4 > 2 ng/dl hanya ada dikelompok kapsul iodium 400 mg (5,7%). Status iodium berdasarkan kadar iodium dalam urin (UIE) dikategorikan menjadi 4 kelompok yaitu kadar UIE < 100 µg/L, kadar UIE 100 - 199 µg/L, kadar UIE 200 - 299 µg/L serta kadar UIE > 300 µg/L. Distribusi WUS berdasarkan status iodium tampak pada tabel 8. 38 D istribusi WUS berdasarkan status UIE pada ketiga kelompok perlakuan (bulan ke-0, bulan ke-3, bulan ke -6) Tabel 8. Status UIE Kelompok Kapsul lodium 200 (mg/L) < 100 100 - 199 200 - 299 >300 Total I Kelompok Kapsul Iodium Kelompok Aboil lkan Tuna 400mg mg Bulan 0 Bulan 3 Bulan 6 Bulan O Bulan 3 Bulan 6 Bulan 0 Bulan 3 Bulan 6 22 3 0 24 0 0 20 2 l (66,7%) (9,1%) (0%) (68,6 %) (0%) (0%) (57,1%) (5,7%) (3,4%) 10 2 2 7 2 I 11 8 5 (30,3%) (6,1 %) (6, 7%) (20,3 %) (5,7 %) (2,9%) (31 ,4%) (22,9%) (1 7,2%) 0 9 11 3 l 6 2 11 9 (0%) (27,3 %) (36,7%) (8,6 %) (2,9 %) (1 7, 1%) (5,7%) (31,4%) (31%) I 19 17 l 32 28 2 14 14 (3%) (57,6%) (56,7%) (2,9%) (91,4%) (80%) (5,7%) (40%) (48,3%) 33 33 30 35 35 35 35 35 29 (100%) (100 %) (100%) (100%) (1 00%) (100%) (1 00%) (100%) (100%) Tabel 8 menunjukkan bahwa setelah 6 bulan intervensi jumlah WUS _dengan kadar UIE · 100 µg/L hanya ada kelompok abon ikan tuna sebanyak 1 orang (3,4%). < WUS dengan UIE normal ( 1 00-199 µg/L) persentasenya menu run pada kelompok kapsul iodium 400 mg dan abon ikan tuna. Pada kelompok laipsul iodium 200 mg dan kapsul iodium 400 mg jumlah WUS dengan kadar UIE 200- 299 µg/L meningkat jumlah atau persentasen ya, 1 1 orang (36,7%) pada kelompok kapsul iodium 200 mg dan 6 orang ( 1 7 , 1 %) pada kelompok kapsul iodium 400 mg. WUS dengan excess iodium (UIE > 300 µg/L ) persentasenya meningkat dari 40 % menjadi 48,3% terjadi pada kelompok abon ikan tuna. 5. Uji ANOVA untuk delta mean an tar kctiga kelompok perla kuan Uji ANOV A dilakukan untuk melihat perbedaan delta (D.) mean TSH, FreeT4 dan UIE antar ketiga kelompok . Gambaran delta mean TSH,FreeT4 dan UIE tampak pada tabel 9 Tabel 9. Gambaran Rata-rata delta TSH, FreeT4, dan UIE pada ketiga kelompok perlakuan antara bulan ke-0, bulan ke-3 dan bulan ke-6 F F 6 FreeT4 F p Waktu 6 UIE 0-3 6 UIEo.3 22,049 0,000 6 TSHo.3 2,86 0,062 6 FreeT40.3 1 ,608 0,206 3-6 !'!. UIE3-6 7,142 0,001 6 TSH3-6 0,564 0,571 6. FreeT43-6 2,327 0,103 0-6 !'!. UIEQ-6 5,249 0,007 6 TSHo.6 2,406 0,96 6 FreeT4o.6 0,357 0,701 p 6 TSH p 39 Uji ANOVA menunjukkan rata-rata perubahan TSH dan FreeT4 pada kelompok kapsul iodium 200 mg, kapsul i.odium 400 mg maupun pada kelompok abon ikan tuna tidak berbeda bermakna secara statistik baik pada 3 bulan pertama, 3 bulan kedua maupun pada 6 bulan setelah intervensi· (P>0,05) sedangkan rata-rata pembahan kadar UIE pada ketiga kelompok baik pada 3 bulan pertama, tiga bulan kedua maupun 6 bulan berbeda bermakna secara statistik ( P<0,05). 6. Polimorfisme gen TSHR dan hTR Pada awal penelitian ini darah juga diarnbil untuk dilakukan analisa DNA. DNA yang sudah diisolasi kemudian dilakukan amplifikasi PCR dengan primer tertentu dan kemudian d ilanjutkan pemotongan dengan enzim EcoRI pada gen TSHR dan enzim Hindlll pada gen hTR. Amplifikasi PCR pada gen TSHR dapat dilihat pada gambar 4. Garnbar 4 . Hasil amplifikasi PCR pada D72 7E gen TSHR Sedangkan basil optimasi atau amplifikasi PCR pada gen hTR tampak pada gambar 5 40 Gambar 5. Basil amplifikasi PCR pada gen hTR DNA hasil PCR kemudian dipotong dengan enzim restriksi HindIII dan hasil pemotongan tersebut tampak pada gambar 6. Garn bar 6. Hasil pemotongan dengan enzim restriksi HindIII pada gen hTR Pada analisis polimorfisme pada gen hTR ternyata ditemukan kejadian polimorfisme sebesar l 8% atau pada 1 7 orang dan untuk mengetahui apakah polimorfisme berpengaruh terhadap perubahan kadar TSH, kadar FreeT4 atau kadar UIE dilakukan uji ANCOVA atau General Linear Model Univariat dan diperoleh hasil bahwa kejadian polimorfism e tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai TSH maupun FreeT4 dan VIE dengan nilai P>0,05 dan nilai F = 2,365 41 IV.PEMBAHASAN Subyek pada penelitian ini diperoleh dengan cara menskreening seluruh WUS yang ada di daerah tersebut dan diperoleh sebanyak 300 WUS. Skreening dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan TSH. Kriteria inklusi sampel adalah WUS 1 5 - 45 tahun yang memiliki nilai TSH > 2,5 µIU/L. Akhimya diperoleh sampel sebanyak l 05 WUS dan diba-gi menjadi 3 kelompok perlakuan masing-masing kelompok 35 orang. Kelompok pertama diberi intervensi kapsul iodium 200 mg, kelompok kedua diberi kapsul iodium 400 mg dan kelompok ketiga diberi intervensi abon ikan tuna 2 kali seminggu sebanyak 1 0 g tiap kali pemberian ( 1 gram abon ikan tuna mengandung iodium sekitar 50 ppm ). Peinberian kapsul iodium 200 mg dan 400 mg disesuaikan dengan program kapsul iodium yang selama ini dilakukan oleh pemerintah (sebelum di lakukan penghentian program pemberian kapsul iodium ) sedangkan pemberian abon ikan disesuaikan dengan kebutuhan rata-rata per orang dewasa yaitu sebesar 1 50 µg per hari (Greenspan, 2000). WHO menganjurkan rentang konsumsi yang optimal pada kisaran 200-250 µg/hari. Jumlah subyek tiap kelompok adalah 35 Wanita Usia Subur namun dalam perjalanannya pada bulan ke 3 terdapat 2 orang yang Droup Out karena tidak mau lagi melanjutkan sebagai sampel karena ti ?ak mau diambil da�ah lagi sedangkan pada bulan ke 6 pada kelompok kapsul iodium ada 3 orang yang Drop Out dan pada kelompok abon ikan tuna ada 6 orang yang Drop Out. Alasan Drop Out ada beberapa alasan antara lain hamil, atau pada bulan ke 3 rnengalami hipertiroid sehingga tidak bisa melanjutkan penelitian, atau pada kelompok yang diberi intervensi ikan tuna Drop Out disebabkan mereka merasa mual, muntah setelah sekian lama mengkonsumsi abon ikan tuna. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo, alasan pemilihan lokasi adalah masih adanya lahir kretin baru di wilayah Kecamatan Pituruh. Penelitian ini meninjau aspek pemberian berbagai sumber iodium yaitu dari kapsul iodium dan dari abon ikan tuna dan dilihat pengaruhnya terhadap fungsi tiroidnya. Variabel utama yang diukur adalah kadar TSH serum, kadar FreeT4 serum dan kadar UJE. Kadar TSH dan FreeT4 serum dapat menggambarkan fungsi tiroid seseorang apakah no1mal atau tidak normal. Kandungan Iodium dalam urin atau UIE dapat meretleksikan status iodium seseorang dan menggambarkan kecukupan iodium harian. UIE dapat merupakan indikator konsumsi iodium penduduk suatu saat karena 90 persen iodium yang dikonsumsi diekskresikan melalui urm. 42 Peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh berbagai sumber iodium terhadap fungsi tiroid, karena saat ini program kapsul iodium sudah dihentikan karena mulai bermunculan kasus­ kasus hipertiroid ( Ditzi, 2009), namun temyata masih lahir kretin baru, sehingga apakah ada sumber iodium yang lain selain kapsul iodium yang efektif dalam mempengaruhi fungsi tiroid ditinjau dari kadar TSH dan FreeT4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi ketiga sum5er iodium memberikan perubahan mean TSH yang signifikan. Nilai TSH menggambarkan fungsi dari horrnon tiroid dan dapat digunakan sebagai pemeriksaan tunggal untuk menentukan seseorang tersebut hipotiroid atau hipertiroid. TSH merupakan faktor primer yang mengendalikan pertumbuhan sel tiroid dan sintesis serta sekresi hormon tiroid (Greenspan, 2000). Enam bulan setelah intervensi rata-rata perubahan TSH dan freeT4 pada kelompok kapsul iodium 200 mg, kapsul iodium 400 mg maupun pada kelompok abon ikan tuna tidak berbeda bermakna secara statistik (P>0,05), sedangkan rata-rata perubahan pada UIE antar kelompok berbeda bermakna secara staitistik dan penyumbang perbedaan itu adalah pada kelompok kapsul iodium dibanding abon ikan tuna. Kadar UIE pada penelitian ioi di kelompok kapsul iodium 200 mg mulai menurun karena waktu paruh kapsul iodium secara program hanya 6 bulan, sedangkan pada kelompok kapsul iodium 400 mg kadar UIE tetap tinggi dan yang terendah adalah pada kelompok abon ikari tuna. Hal ini sesuai dengan .gambaran asupan yang masuk karena hasil pemeriksaan UIE dapat menggambarkan konsumsi harian atau kecukupan iodium harian. Sebagian besar iod ium yang masuk ke dalam tubuh akan dikeluarkan kembali melalui urin.\ Amplifikasi PCR pada codon D727E gen TSHR menghasilkan pita DNA dengan panjang 1 5 0 bp, jika terjadi polimorfisme maka dengan metode RFLP menggunakan enzim restriksi Eco72! akan menghasilkan potongan 2 fragmen atau 2 pita DNA dengan ukuran 1 8 bp dan 132 bp ( Chistiakov, 2002), tapi pada penelitian ini tidak ditemukan adanya polimorfisme codon D727E gen TSHR. Polimorfisme codon D727E gen TSHR berhubungan dengan kejadian Grave's Dissease. Amplifikasi PCR pada gen hTR menghasilkan pita atau fragmen DNA dengan panjang 432 bp, dan jika ada pol imorfisme pada gen hTR dengan metode RFLP menggunakan enzim Hind/II maka akan terpotong menjadi 221 atau 2 1 1 bp (Tassi, 1995). Penelitian yang dilakukan oleh Tassi dan kawan-kawan menunjukkan bahwa kejadian polimorfisme berhubungan dengan Grave 's Dissease tetapi tidak berhubungan dengan non autoimmune dissease. Pada penelitian ini ditemukan kejadian polimorfisme gen hTR sebesar I &% nanmn secara uji ANCOVA atau GLM univariat kejadian polimorfisme tidak berpengaruh dengan perubaban nilai TSH. 43 V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Enam bulan setelah intervensi rata-rata perubahan TSH dan freeT4 pada kelompok kapsul iodium 200 mg, kapsul iodium 400 mg maupun pada kelompok abon ikan tuna tidak berbeda bermakna secara statistik (P>0,05). Ditemukan polimorfisme gen fi.TR sebesar 1 8% dan kejadian polimorfisme tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai TSH maupun FreeT4 dan UIE. SARAN 1. Perlu hati-hati dalam memberikan intervensi iodium dosis tinggi karena dalam waktu 6 bulan sudah memberikan hasil munculnya kasus hipertiroid primer 2. Perlu diversifikasi bahan pangan sumber iodium Kelemahan Penelitian Penelitian ini tidak di lakukan uj i penerimaan bahan intervensi abon ikan tuna sehingga pada saat pelaksanaan intervensi pada kelompok ikan tuna banyak yang Drop Out karen dengan pemakaian jangka lama terjapi kebosanan dan eneg atau mual, muntah. Seharusnya perlu dilakukan juga diversifikasi bahan pangan. 44 UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur kami ucapkan kehadirat Alloh SWT atas rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan laporan akhir penelitian DIPA 2012 Kami mengucapak terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besamya kepada : 1. Kepala Badan Penelitian dan Pengernbangan Kesehatan, Kepala Pusat II, Ketua PPI pusat II, Kepala BP2GAKI Magelang yang telah memberi ij in, kesempatan, arahan, bantuan dana, saran untuk melaksanakan penelitian ini 2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo beserta staf 3. Kepala Puskesmas, Petugas Gizi, Bidan Desa Puskesmas Pituruh I 4. Tim Peneliti dari BP2GAKI Atas segala bantuan dan kerjasama yang telah diberikan, mudah-mudahan mendapat ridlo Allah SWT, amin ya robbal alamin. Penulis 45 X. DAFTAR PUSTAKA AACE, 2002. Medical Guidelines for Clinical Practise for The Evaluation and Treatment of Hyphertiroidism and Hyphotiroidism, Endocrine Practise, Vol 8. No. 6 Nov/Dec 2002. AACE, 2002. Medical Guidelines for Clinical Practise for The Evaluation and Treatment of Hyphertiroidism and Hyphotiroidism, Endocrine Practise, Vol 8. �o. 6 Nov/Dec 2002. Albert,B., Johnson,A. et.al. 2002. Molecular Biology of The Cell. 4 th Ed. Garland Publishing, New York Behr, M., and U. Loos. 1 992. A point mutation ( Ala 239 to Thr) in the hinge domain of the c­ erbA� Thyroid hormone receptor in a family with generalized thyroid hormone resistance. Mol. Endocrinol. 6 : 1 1 19-1 126. Budiman,B., Komari, Saidin,M. 2004 Efektifitas Intervensi Garam !odium Melalui Rumah Tangga Terhadap Penurunan TGR pada Anak Sekolah. Penelitian Gizi dan Makanan.Vol. 27, No.2 Delong,G.,R. 1989 Observation on The Neurology of Endemic Cretinism In : Iodine and The Brain. Ed. Delong, Robbins and Gondliffe. Plenum Press, New York. Departemen Kesehatan, RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi I V Departemen Kesehatan, RI. 1998. Survei Nasional Pemetaan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Kerjasama P3G dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan RI Departemen Kesehatan, RI. 1978. Formularium Nasional, Edisi 2 DepKes 2003. Program GAKI di Indonesia, Jakarta . Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 1992. Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Kapsul Minyak Beriodium, Jakarta. Ditzi, DepKes, RI. 2000. Pedoman Pelaksanaan Pemantauan Garam BerYodium di Tingkat Masyarakat, Jakaita Djoko Kartono, 2010. Hubungan Antara Zat Gizi !odium dengan Fungsi Tiroid. Laporan Penelitian. Balai Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan !odium, Magelang. Djokomoeljanto, R. 2002. Spektrum Klinik Gangguan Akibat Kekurangan Yodium dari Gondok hingga Kretin Endemik. Jurnal GAKY I ndonesia. Vol. 3, No. 1 Desember 2002. Djokomoeljanto,R. 1 98 7 Kelenjar Tiroid Embriologi Anatomi dan Faalnya dalam Ilmu Penyakit dalam. Jilid I, Edisi Kedua, FKUI, Jakarta. . Dunn,JT., Semogran, MC., Delange, F.1998. The Prevention and Management of Iodine Induced Hyperthyroidism and its cardiac features. TH YROID, 8 : l 03 46 Gabriel EM, Bergert ER, Grant CS, Van Heerden JA, Thompsons GB and Morris JC. Gemline polimorphism of codon 727 of human thyroid-stimulating hormone receptor is associated with toxic multinodular goiter. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism 1999. 84, 3328-3335 Ganong, W.F., 1995. Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta Gosling, B.M., Djokomoeljanto, R., Van Hardeveldt, et.al. 1 977. Hypothyroidism in an Area of Endemic Goiter and Cretinism in Central Java, Indonesia. J. Clin. Endocrinol. Metab. 44 : 48 1 . Granner, D.K. 2003. Hormon Tiroid dalam : Biokimia Harper. Edisi 25. EGC, Jakarta. Greenspan, F. S. 2000. Endokrinologi Dasar. EGC. Jakarta. Guyton, 1995. Fisiologi Manusia, EGC, Jakarta Human. ELISA test for the quantitative determination of Thyroid Stimulating Hormone (TSH) in Human Serum. Human Gesellschaft fur Biochemica und Diagnostica mbH, Max-Planck­ Rink 2 1 - D-65205 Wiesbaden - Germany; 2004. Ibbertson, H.K.,Tait, J.M., Pearl, et.al . 1 972. Himalayan Cretinism In Human Development and Thyroid Gland Relation to Endemic Cretinism. Ed. Stanbury, J.B., and Kroc, R.L. Advances in Experimental Medicine and Biology. Vol. 30. Plenum Press, NewYork. ICC/IDD. 1 990. World Summit for Children Pledges Elimination of lodine Deficiency by The Year 2000.IDD Newsletter: 1-8. llmu Kesehatan Anak. 1985. F K UI, Jakararta Koutras, DA., Matovinovic, J. Vought, R. 1 985. The Ecology of iodine In : Stanbury, JB., Hetzel, BS., ed. Endemic goiter and endemic cretinism. Iodine nutrition in health and dissease. New Delhi, Wiley Eastern Limited. 1 85-195. Orita, M. lwahana, H., Kanazawa, H., Hayashi, K. and Sekiya, T. 1989. Detection of Polymorphism of Human DNA by Gel Electrophoresis as Single-Strand Conformation Polymorphism. Proc. Natl. Acad. Sci. USA. 86: 2766-2770 Peeters, RP.et.al. Genetic variation in thyroid hormone pathway genes; polymorphisms in the TSH receptor and the iodothyron ine deiodinases. European Journal of Endocrinology 2006 155, 655-662 Querido, A. 1 97 1 . Definitions of Endemic Cretinism In: Endemic Cretinism, Eds : Hetzel, B.S., Pharoah, P.O. Institute of Human Biology, Papua New Guinea. Monograph Series. No. 2.Page 1 32. Samuel, H., B.,M., forman, Z.D., Horowitz, and Y. Zheng-Sheng. 1988. Regulation of gene expression by Thyroid hormone. J.Clin. Invest. 8 1 : 957-967. 47 Shuto, Y., I., Wakabayashi, N., Amuro, S . , Minami, and T. Okazaki. 1992. A point mutation in the 3,5,3 '-triiodothyronin-binding domain of thyroid hormon receptor p associated with generalized resistance to thyroid hormone. J. Clin. Endocrinol. & Metab. 75 : 213-217. Stanbury, J. B., Hetzel, B.S. 1980. Endemic Goiter and Endemic Cretinism. A. Wiley Medical Publication. John Wiley and Sons Inc. New York. , Sunthornthepvarakul T, Hayashi Y and Refetoff, S.Polymorphism of a variant human thyrotropin receptor (hTSHR) gene. Thyroid 1994. 4, 147-149 Usala, S. J.,A.,E., Bale, N., Gesundheit, C. Weinberger, R.W.Lash, F.E.Wondisford, O.,W., Mc.Bride, and B.D.Weintraub. 1988. Tight linkage between the syndrom qf. generalized thyroid hormone resistance and the human c-erbP gene. Mo!. Endocrinol.2 : 1217-1220. Weiss, R.E., and Refetoff. 1992. Thyroid hormone resistance. Annu.Rev.Med.43 : 363-375 WHO, 1985. Iodine Deficiency Disorders in Shouth-East Asia, WHO Regional Office for East Asia, New Delhi. 48 LAMP IRAN 49 DUMMY TABLE Tabet 1 : Variabel );>- Status Gizi );>- Kadar TSH );>- Kadar Free T4 > Kadar Free T3 )';:- Kadar yodium Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 dalam darah );>- Kadar Tyroglobulin )';:- Kadar UIE > Polimorfisme gen TSHR )';:- Polimorfisme gen hTR 50 TATA CARA PENGAMBILAN DARAH Cara : Responden dikondisikan dalam keadaan tenang. Pengambilan darah dilakukan oleh perawat dan analis kesehatan yang sudah berpengalaman di lapangan. Darah diambil dari vena sebanyak 5 cc dengan spuit injeksi 5 cc kemudian darah dibagi 2, 2 cc untuk isolasi DNA dan 3 cc untuk analisa TSH, FreeT3 dan Free T4 dan thyroglobulin Tujuan Pengambilan darah : 1. Untuk mengetahui status Iodium dengan menganalisis kadar hormone TSH ( Thyroi d Stimulating Hormon ), freeT3 dan Free T4 2. Untuk analisa kadar yodium dalam darah 3. Untuk analisa DNA (gen TSHR dan gen hTR) Keuntungan bagi responden : Responden mengetahui apakah menderita gangguan kekurangan !odium atau tidak 51 CASE REPORT FORM No Nomer ID Nama Responden Kelompok lntervensi I II III Kondisi Sebelum intervensi Keluhan / Kondisi Setelah lntervensi IV . 52 Analisis -Laboratorium a. Analisis Hormon TSH Analisis hormon TSH dilakukan dengan menggunakan ELISA Kit (Human, Geermany) Standar yang akan digunakan adalah 0 µU/ml; 0,5 µU/ml; 3 µU/ml; 6 µU/ml; 1 5 µU/ml; 30 µU/ml, dimasukkan ke dalam sumuran masing-masing sebanyak 50 µI kemudian sampel serum juga dimasukkan ke dalam sumuran berikutnya sebanyak 50 µl dan pada masing-masing sumuran ditambahkan 100 µl reagen CON. Setelah itu diinkubasi selama l jam pada suhu ruang. Kemudian isi sumuran dibuang ke dalam larutan 5 % Sod Hypoklorid dan dkuci dengan Jarutan Wash sebanyak 5x dengan volume masing-masing sumuran 300 µl. Lama rendaman 30 detik, setelah itu larutan Wash dibuang dan ditambah dengan 100 µl reagen SUB dan diinkubasi di atas shaker pada suhu ruang selama 1 5 menit. Kemudian pada masing-masing sumuran ditambahkan l 00 µl reagen Stop solution, dibaca pada panjang gelombang 400 nm . b. Analisis Hormon FreeT4 ( Thyroxine) Hormon thyroxin dianalisa menggunakan ELISA Kit ff4 (Human, Germany). Kadar hormon standar yang digunakan adalah 0 ng/dl; 0,42 ng/dl; 1,05 ng/dl; 2,05 ng/dl; 4,2 ng/dl; dan 7,4 ng/dl dipipetkan ke dalam sumuran masing-masing sebanyak 50 µI. Kemudian ke dalam sumuran berikutnya dipipetkan 50 µI sampel, dan ditambahkan 100 µl reagen CON ke dalam semua sumuran, diinkubasi selama 1 jam di atas shaker pada suhu ruang. Setelah itu isi sumuran dibuang dalam larutan 5% Sodium Hypoklorid dan dicuci dengan larutan Wash sebanyak 3x dengan volume tiap lubang 300 µI dan lama rendaman 30 detik. Reagen SUB ditambahkan sebanyak I 00 µI dan diinkubasi di atas shaker pada suhu ruang selama 15 menit selanjutnya ditambahkan 100 µI reagen Stop solution diinkubasi di atas shaker dan dibaca pada panjang gelombang 450 nm dalam waktu I 0 menit. 53 c. Isolasi DNA dari darah tepi manusia Lima ml darah perifer ditambah dengan 4 ml buffer lisis kemudian digojog kuat dengan shaker selama g 1 5 menit, campuran ditambah ss-phenol ( 1 : 1 ) di ojog kuat dengan shaker selama 1 0 menit kemudian disentrifuge 2800 rpm selama 20 menit pada suhu 20°C. Supernatan diambil dan dipindah ke dalam tabung baru kemudian ditambah 3M Na-asetat sebanyak 1/10 dari volume supematan dan ditambah etanol absolut dingin dengan perbandingan 1 : 1. Tabung dibolak balik dan DNA yang terbentuk diambil dan ditambah buffer C l x dan didiamkan semalam pada suhu 4°C hingga larut. Keesokan harinya ditambah 7,5 µI RNase µl( I Omg/ml) dan diinkubasi pada 37°C selama 1 jam kemudian ditambah 1 0 µI 10% SDS dan 50 µl pronase µ t .(34mg/ml), diinkubasi pada 37°C selama 2 jam, kemudian ditambah 1,6 m l· ss-phenol digojog kuat dengan shaker kecepatan 260 rpm selama l 0 menit. Setelah itu supernatan diambil ditambah I l l 0 3M Na-asetat dan etanol absolut dingin dengan perbandingan 1 : 1 . Tabung dibolak balik, presipitat DNA diambil dan dipindah ke dalam tabung ependorf 1,5 ml yang berisi l ml etanol 70%. Larutan kemudian disentrifuge selama 5 menit pada 5000 rpm dan pellet yang terbentuk dilarutkan dalam TE. d. Elektrnforesis DNA DNA hasil isolasi dari sampel darah dideteksi dengan elektroforesis menggunakan gel agarosa 1% yang tersusun atas 1 gr agarosa, 1 00 ml TAE lx ( Tris asetat 0,04M; EDTA 0,001 M ). Suspensi DNA sebanyak 5 µl dihomogenkan dengan 1 µl 6x larutan pemberat DNA ( 25% Ficoll; 0,25% bromophenol blue dan 0,25% xylene cyanol) dan dimasukkan ke dalam tiap sumuran pada gel agarosa. Elektroforesis dijalankan pada tegangan 1 OOV selama 20 menit dengan menggunakan larutan penyangga elektroforesis TAE l x dan hasil elektroforesis dilihat dibawah UV. 54 e. Amplifikasi gen TSH R dan gen hTR dengan PCR (Polymerase Chain Reaction) Amplifikasi DNA dilakukan dengan primer khusus yaitu primer TSHR dan hTR a Komposisi bahan untuk PCR adalah air destilat ganda sebanyak 8,5· µI dim sukkan ke dalam tabung PCR diikuti dengan 2 µI DNA hasil isolasi dengan konsentrasi 40 ng/ µl dan primer reverse dan 1 µI 1 µl primer forward untuk exon 2 dengan konsentrasi 40 pm/ µl dan 12,5 µI Mix PCR kit (Promega,USA) demikian juga untuk exon 3 . Siklus PCR untuk exon 2 berlangsung pada kondisi denaturasi awal 93°C selama 4 menit dan proses selanjutnya sebanyak 30 siklus yang terdiri atas denaturasi (92 °elama 30 detik), penempelan primer (55°C selama 30 detik) dan polimerisasi (72°C selama 50 detik), setelah siklus berakhir polirrierisasi di lanjutkan pada suhu 72°C selama 5 menit. Sementara untuk exon 3 siklus PCR berlangsung dalam kondisi denaturasi awal 93°C selama 4 menit dan proses selanjutnya sebanyak 33 siklus yang terdiri atas denaturasi (92°C selama 30 detik) penempelan primer (5 1 °C selama 30 detik) polimerisasi (72°C selama 50 detik) dan setelah siklus berakhir polimerisasi dilanjutkan pada suhu 72°C selama 5 menit. Elektroforesis hasil PCR dilakukan dengan menggunakan gel agarosa 1 , 5 %. f. Purifikasi Produk PCR Purifikasi produk PCR di lakukan dengan metode presipitasi etanol. Untuk setiap reaksi disiapkan 1 , 5 ml mi krosentrifuge dan ditambah dengan 2 µI 3M Na-asetat pH 4,6 dan 50 µI etanol 95%. Kemudian dipindahkan kedalam tabung tersebut 20 µI hasil PCR dan d i vortek dan ditempatkan di atas es selama I 0 men it, kemudian disentrifuge dengan kecepatan 14.000 rpm selama 1 5 menit dan selanjutnya supernatannya diambil dengan hati-hati . Pelet DNA yang tertinggal dibilas dengan 250 µI etanol 70%, kemudian semua larutan alkohol dibuang. Pelet dikeringkan dalam sentrifuge hampa udara. 55 g. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) Analisis untuk mengetahui ada tidaknya mutasi pada gen TSHR dang gen hTR dapat dilakukan dengan Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP). DNA hasil amplifikasi dipotong dengan menggunakan enzim Niall! (Fermentas) untuk TSHR dan enzim Dralll untuk gen hTR. Hasil PCR sebanyak 5 µl ditambah 1 µl larutan penyangga dan dipotong dengan l Unit enzim NlaIII selama 2 jam dalam incubator 37°C. Elektroforesis hasil RFLP dilakukan dengan menggunakan 2 % gel agarosa yang mengandung ethidium bromide. h. Analisis SSCP Untuk mengetahui adanya mutasi pada gen TSHR dan hTR dilakukan dengan analisis S-SCP Proses SSCP ini terdiri dari 3 tahap yaitu : a). Pembuatan Gel Komposisi larutan gel terdiri dari dH20 4,6 ml, Polyacrilamid 3,3 ml (campuran dari bis­ acrylamid dan acrylamid dengan perbandingan I : 29 ), larutan TAE 5X sebanyak 2 ml, Ammonium Persulfat 90 µI, TEMED I 0 µI. Sebelumnya alat-alat gelas dan perlengkapannya dibersihkan dengan alcohol 70%, dan cetakan gel disiapkan sehingga tidak bocor bagian bawahnya, larutan gel dipersiapkan dengan gelas elenmeyer 125 ml yang telah dibersihkan dengan aquabides, selanjutnya mula-mula ditambahkan 4,6 ml dH20 kemudian 3,3 ml larutan stok polyacrilamid ditambah 2ml larutan TAE 5x disusul dengan 90 µI ammonium persulfat dan terakhir 1 0 µl TEMED. Larutan gel dituang dengan menggunakan pipet plastic 6 ml ke dalam cetakan, kemudian sisir dipasang ke dalam cetakan dan dibiarkan gel terbentuk. Setelah gel poliakrilamid terbentuk sisir diambil dengan hati-hati, dan sumuran dicuci dengan buffer menggunakan jarum suntik 10 1111.Pencucian dilakukan 3x. b). Penyiapan Sampel 56 Pada tahap ini dilakukan prerun selama 30 menit pada tegangan 150 volt. Selama prerun sample dipersiapkan. Tiga mikroliter larutan DNA hasil amplifikasi ditambah dengan 9 µI loading dye ( komposisi 95% formamide, 20 mM EDTA, 0,05% bromoph enol blue, 0,05% xylene cyanol) dalam tabung ependorf 1 ,5 ml. Campuran diputar dengan sentrifus sesaat, kemudian tabung dipanaskan pada suhu 95°C selama 5 menit untuk memisahkan untai ganda DNA menjadi untai tunggal, kemudian secepatnya didinginkan -80°C pada iced-etanol agar DNA untai tunggal tidak bersatu lagi (reanneal). Sebelum sample dimasukkan ke dalam sumuran gel, sample dicairkan terlebih dahulu dengan jalan dasar tabung ependorf dipegang dengan jari. Setelah wama larutan berubah dari biru muda menj adi biru tua , yang menandakan sudah-mencair, S!:!mple dimasukkan kedalam sumuran gel. Elektroforesis d ilakukan dalam larutan buffer TAE 1 X pada voltase 300 volt selama 4 - 24 jam tergantung ukuran exonnya c). Pengecatan silver (silver staining) 1 ). Fiksasi gel Setelah pemisahan fragmen DNA dengan elektroforesis selesai, gel dilepas dan diletakkan pada wadah gelas, di fiksasi menggunakan 1 0 % asam asetat. G e l harus terendam oleh larutan sambil d i go yang pada shaker selama 20 menit. Apabila tahap ini telah dilakukan, 1 0 % asam asetat dituangkan ke dalam wadah lain dan larutan ini dipergunakan kembali menghentikan reaksi larutan developer. Gel dicuci dengan aquabides Pencucian di lakukan selama 2 selanjutnya gel didrainasi selama sebanyak untuk 3 kali. menit dan dari langkah pencucian pertama ke pencucian 1 0-20 detik. 2). Pengecatan gel Setelah gel dicuci, larutan pewama (0, 1 % perak nitrat dan 0,056% formaldehid) ditambahkan ke dalam \vadah gelas. Proses pewamaan berlangsung selama 30 menit. Larutan pewarna kemudian ditampung dalam botol untuk dibuang. Gel dicuci dengan aquabides selama 57 5 detik. Air sisa pencucian dibuang dan segera ditambahkan setengah volume larutan developer (3% natrium karbonat, 0,056% formaldehid, 10% sodium tiosulfat) sampai muncul pita DNA . pertama. Setelah pita DNA pertama tampak, larutan dibuang dan ditambah setengah volume sisanya sampai semua pita DNA tarnpak. Reaksi dihentikan dengan menambah 10% asam asetat. Gel dibiarkan selama 2 - 3 menit kemudian gel dicuci dengan dH20 selama 2 rnenit. Seluruh tahapan dalam pengecatan dengan perak nitrat dilakukan diatas shaker. Primer untuk TSHR 5 ' - GTTCAAAAGGTTACCCACGT- 3' 5 ' - GTAGTGTAGTGTTAACTTAC -3' Primer untuk hTR 5 ' - TCATTCGAGTTAGTGCAAAG -3' 5'- ACGTTAGTGGCTCATATGAG -3' 58 DEPARTEMEN KESEHATAN R.I. BALAI PENELITIAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM PENGARUH INTERVENSI BERBAGAI SUMBER IODIUM DAN l?OLIMORFISME GEN �, TSHR DAN hTR TERHADAP FUNGSI TIROID J T TAS 1 DN 1 . 1 . NO. IDI Orang tua _ · _ 1.2. Nama Responden 1.3. Dusun I Desa 2. Antropometri : 2. 1 . Berat Badan 2.2. Tinggi Badan 2.3. Lingkar Lengan Atas 3. Biokimia : 3 . 1 . KadarTSH 3.2. Kadar Free T4 3.3. Kadar yodiun'l darah 3.4. Kadar FreeT3 j :................................ 4. Tanggal lahir I Umur responden : ............. . . ......... � ---+� 5. Status Pernikahan a. c. Tidak Menikah (langsung ke nomor 7) Janda b. Menikah 6. Pekerjaan rcsponden a. Pegawai Negeri d. Tani (pemilik) b. Pegawai swasta e. Tidak Bekerja 7. Pekerjaan Suami a. Pegawai Negeri d . Tani (pemilik) b. Pegawai swasta e. Tidak Beke1ja Buruh (tani, bangunan) f. Pedagang c. Buruh (tani, bangunan) f. Pedagang c. 8. Lamanya mengikuti Pendidikan formal responden - a. 0 (nol) tahun d. 1 3 16 tahun b. kurang dari 9 tahun e. lebih dari 16 tahun 9. lat kontrasepsi yang digunakan a. Tidak menggunakan b. IUD d. Susuk e. Pil c. 9 - 1 2 tahun D D D D D Suntik f. Lain - lain . . . . . . . . . . . . . . . . c. 59 D 10. Apakah pernah minum kapsul yodium? a. pernah b. tidak pernah D 11. Kpan terakhir minum kapsul minyak beriodium ? Kurang dari satu tahun, yaitu . . . . . . . . . . Yg l l b . Lebih dari satu tahun, yaitu . . . . . . . . . . . . ygll a. D 12.Apakah sekarang sedang menjalani pengobatan ? Ya b. Tidak a. 13.Sakit apa ? D 14.Berapa lama menderita penyakit tersebu t ? a. kurang dari satu tahun b . lebih dari satu tahun 15.0bat apa yang diminum ? . . . . . . . . . . . . . . . . Pemeriksaan Fisik 1 6.Kepala a. Mikrocephal b. Makrocephal c. Normal b. Exopthalmus c. Normal b. Ikterik c. Normal 17.Mata a. Strabismus 18.Sklera a. Anemis 19.Leher a. Hipertrofi tiroid (grade I, II, IJI ) c . . . Pembesaran limfonodi b. Pembesaran venajugularis d. Normal D D D D 20. Jantung a. Berdebar-debar D b. Normal 2 1.Paru - paru a. Sesak nafas b. Batuk lama c. Nonnal 22.Abdomen I perut a. Perut buncit I Acites c . . . Hamil I tidak b. Tidak ada kelainan d. Keluhan lain D . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 60 Normal D Hipotrofi D 23.Kulit a. Kering b. Bersisik c. 24.0tot a. Hipotonia d . . Hipertrofi . b. Hipertonia e. Normal c. 25.Lain - lain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . KEADAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONDISI HIPOTIROID DAN HIPERTIROID 1. Apakah sering merasa lemas atau tidak bergairah ? . . . . . ...ya I tidak 2. Apakah sering merasa berdebar-debar ? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ya I tidak 3. Apakah sering berkeringat banyak ? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .....ya I tidak I tidak 4. Apakah bola mata lebih menonjol ? . 5. Apakah berat badan menururr? . . . . . . . . . . . .-. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ya I tidak 6. Apakah berat badan bertambah ? 7. Apakah sering merasa sesak nafas ? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ya I tidak . . .. ;· ............ . ..... . . . ya . . ya I tidak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 61 26.Keadaan Tempat Tinggal 26. l .Dinding rumah 1. Semen 3. Kayu 2. Bata 4. Bambu 5 . Lain-lain . . . . . . . . . . . . . . 26.2.LantaiRumah 1 . Keramik 3 . Semen 5. Tanah 2. Tegel I teraso 4. Kayu 6. Lain-lain . . . . . . . . . . . . . . l. Listrik 3. Lampu temple 2. Petromak 4. Lain-lain . . . . . . . . . . . . . . . . 26,4. Sumber Air minum I . PAM 3. Pompa tangan I tim�a 2. Pompa listrik 4. Mata air 5 . Sungai I . KM Sendiri 3. Mata air 4. Sungai D 6. Lain - lain . . . . . . . . . . . . ; 26.5. Tempat Mandi 2. KM lJmum D D 26.3 Sumber penerangan _ D 5. Lain-lain . . . . . . . . . . . D 26.6. Jamban 1 . WC Keluarga 2. WC umum Tanggal wawancara, I Catatan : 1 20 1 2 3. Sungai 4. Selokan 5. Selokan 6. Lain-lain . . . . . . . . . . . . Pewawancara, ( ______ ) Supervisor, ( ______ ) 62 FORM FREKUENSI MAKANAN No. IDI Nam a Responden Alamat Bahan Makanan Makanan N as i Ukurao > 1 kali SekaIi 3-6 kali 1-2 kali perhari perhari per mgg permgg s; sekali Ket per bin Pokok Singkong Ubi ialar Lauk Hewani Telur Ayam Ikan taut - Ikan air tawar Daging sapi Daging kambing Rempelo I hati Udang . Lauk Nabati Tah u Tempe Kacang tanah Kacang merah Savuran Kol I kobis Selada air Ijembak Rebung Daun melinjo Melinjo Tangkil/klt mel injo Sawi putih Sawi hijau Kangkung Bayam Buncis Daun si ngkong Daun pepaya Kacangpanjang 63 Katuk Bahan Makanan Ukuran > 1 kali SekaIi 3-6 kali 1-2 kali perhari perhari per mgg permgg � sekali Ket per bin Nangka muda Pare Wortel Buah-buahan Pi sang Nangka Semangka Salak Pepaya Jeruk Snack Klepon Cothot Gebleg Getuk Susu Susu segar Susu Kental Manis Susu bubuk Suplemcn Vitamin Tambah darah Lain-lain . . . ... . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . Tangga l : . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. Pewawancara, 64 NASKAH PENJELASAN Ibu-ibu yang berbahagia Kami tim peneliti dari Balai Peneljtian dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (BP2 GAKI) akan melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Intervensi Berbagai Sumber !odium dan Polimorfisme Gen TSHR dan hTR terhadap Fungsi Tiroid. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek pemberian berbagai sumber yodium terhadap fungsi tiroid. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk program penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium Penelitian ini merupakan penelitian . lanjutan dimana tahap sebelumnya sudah berlangsung selama 3 bulan. Adapun tahapan kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengukuran antropometri berupa berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). 2. Pemeriksaan keschatan oleh doktcr dan palpasi leher untuk m�ngetahui ada tidaknya gondok 3. Pengambilan darah oleh Analis Kesehatan yang sudah berpengalaman dari BPGAKI. Darah diambil dari vena mediana cubiti sekitar satu sendok teh memakai jarum steril dan sekal i pakai. Efek yang ditimbulkan adalah terasa sakit pada waktu diambil darah dan mungkin akan timbul hematom dan akan hilang apabila dilakukan pcngompresan menggunakan air dingin. Dari sampel darah ini akan dilakukan pemeriksaan kadar hormon tiroidnya serta kadar yodium dalam darah dan akan dilakukan analisis gen Reseptor Horm on TSH dan reseptor hormon tiroid. 4. Responden juga diminta untuk mengumpulkan urin sebanyak 100 cc dan ditampung dalam botol yang sudah kami sediakan. 5. Wawancara terhadap responden tentang kebiasaan makan, keadaan sosial ekonomi, sanitasi lingkungan. Kami akan mengganggu waktu ibu untuk melakukan wawancara, pemeriksaan dan pengambilan darah serta urin kurang lebih 30 menit setiap orang. Kelompok pertama sudah 1nendapat I kapsul yodium atau 200 mg dan diminum satu kali, kelompok kedua akan mendapat 2 kapsul yodium atau 400 mg dan diminum satu kali kemudian kelompok ketiga akan mendapat abon ikan tuna l 0 gram, 2 kali seminggu selama 3 bulan. Tahapan penelitian di atas dilakukan 2 kali yaitu pada awal penelitian, dan 3 bulan kernudian. 65 Keuntungan mengikuti kegiatan ini, responden dapat mengetahui keadaan kesehatan, status gizi, keadaan fungsi tiroidnya, hasil pemeriksaan darah serta kondisi reseptor tiroidnya. Hasil pemeriksaan ini gratis tanpa dipungut biaya. Identitas dan hasil peme�iksaan responden bersifat rahasia dan akan tetap dijaga kerahasiaannya, kami berikan dalam amplop tertutup pada waktu semua hasil sudah ada. Efek samping : Berdasarkan studi terdahulu pengambilan darah vena tidak didapatkan efek samping. Untuk menjamin tidak adanya kontaminasi atau akibat yang tidak diinginkan maka pelaksanaan pengambilan darah dilakukan dengan seksama dan memakai tenaga terlatih dari BP2GAKI dan dilakukan dengan teknik yang higienis dan menggunakan spuit yang steril dan disposibel. Apabila ibu-ibu setelah meminum kapsul yodium atau setelah makan abon ikan tuna timbul rasa efek samping yang tidak diinginkan seperti mual-mual, muntah, pusing atau gatal-gatal karena alergi maka ibu-ibu cepat-cepat memeriksakan ke dokter, puskesmag setempat atau rumah sakit. Semua biaya baik pemeriksaan maupun pengobatan akan kami tanggung. Apabila ada hal-hal yang ditanyakan serta adanya keluhan maka ibu dapat menghubungi penanggungjawab penelitian sekaligus penanggungjawab medis yaitu : dr.Suryati Kumorowulan, alamat : BP2GAKJ, .!anan-Borobudur, Magelang, telp.(0293-789435) atau HP. 08121597626. Kesediaan dan hak undur diri : Bila ibu merasa tidak nyaman dan keberatan maka bapak dan ibu dapat menolak atau. tidak melat�jutkan pemeriksaan ini tanpa sanksi. Apabila ibu bersedia ikut serta dalam penelitian ini mohon untuk menendatangani lembar persetujuan (informed consent) yang terlampir. Kami mengucapkan banyak terimakasih atas kesediaan ibu untuk mengikuti penelitian ini. Dan Kami juga mernberikan uang Rp. 50.000 ribu sebagai ungkapan terimakasih atas partisipasinya dalam penelitian ini. Semoga ibu berkenan menerimanya. Ketua Pelaksana dr.Suryati Kumorowulan,M.Biotech 66 INFORMED CONSENT SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama lbu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. Umur Alamat Telah mendapatkan penjelasan dan memahami maksud dan tujuan penelitian Pengaruh Intervensi Berbagai Sumber lodium dan Polimorfisme Gen TSHR dan hTR Terhadap Fungsi Tiroid. Dengan ini saya menyatakan setuju dan bersedia ikut berpartisipasi sebagai sample dalam penelitian tersebut sesuai dengan tahap - tahap kegiatan dan lamanya wakt� penelitian. Apabila suatu waktu saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun, saya berhak untuk membatalkan persetuj uan ini dan tetap mendapat apa yang menjadi hak saya. Surat penyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta tanpa adanya tekanan atau paksaan pihak lain,untuk digunakan sebagaimana mestinya. Magelang, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 20 1 2 Mengetahui : SAK SI, Yang bersangkutan Tanda tangan dan nama terang Tanda tangan dan nama terang Penanggungjav-.rab penelitian dr.Suryati Kurnorowulan, M.Biotech 67 l(EwlENTE Rl.AN .l(ES EJ!A Ti\N BADAN PENELITJAN DAN PENG EM13ANGAN KESEH.ATAN Jedan .Percetakan Negara No. 20 Jak.arUl I 0560 Kotak Pos ·1226 Tclepon: (02 1 ) ..J.26 l 08 8 Faksimile: (02 1 ) 4243933 !>mail: sesban@litbang. depk.es.go.id, W<!hsite: http ://www. li tbang. depkes. go. id PERSETUJUAN ETIK (ETHICAL APPROVAL ) Yang bertanda tangan di bawah ini, Ketua l<omisi Etik Penelitian Kesehatan Sadan L.itbang Kesel'latan, se te la h d1laksanakan pembahasan dan penilaian. den gan ini memu tu skan protokol penelilian yang berjudul : "Pengaruh lntervensi Berbagal Sutnber lodiurn dan Politnorfisme Gen TSHR dan h TR .Terf1adap Fungsi Tiroid" yang mengikutsertakan manusia sebagai subyek penelitian, de nga n Ketua Pelal<sana ! Pene liti Utarna : • dr. Suryati Kumorowu!an, M. Biotech. dapat disetuiui pelaksanaannya. Persetujuan ini ber!aku sejal� tanggal ditetapkan sampai dengan bata s waktu pelaksanaan pe nel i tia n seperti tertera dalam protokol. Pada ak hi r penelitian. lapo ran pelaksanaan pe ne lt tian harus dise rah kan kepada KEPK­ BPPK. Jika ada pe ruba ha n proto k o! dan f atau perpa njangan p enelitia n . menga_iul<an kemba!i permohonan k aji an etik penelitian (arna nd em e n protokol). Jakarta. '-? harus .A pril 20 ·1 2 Ketua Komisi Etik Pf?,nelitian Kesehatan Badan Litbang Kt:;sehatan, Prof. Or.·M. ·Sudomo KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM Kapling Jayan, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah 56553 Telepon: (0293) 789435 Faksimile: (0293) 788460 SURAT KEPUTUSAN Nomor : LB.03.04/12/324/2012 MENIMBANG : l. Bahwa untuk melihat pengaruh dari intervensi berbagai sumber yodium terhadap fungsi tiroid perlu dilakukan penelitian ini. 2. Bahwa untuk evaluasi masih perlu tidaknya pemberian kapsul yodium pada daerah endemik GAKI perlu dilakukan penelitian ini. 3. Bahwa mereka yang namanya tercanl:um pada surat keputusan ini dipandang cakap untuk melaksanakan penelitian yang dimaksud. MENGINGAT : DIPA Balai Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium yang disetujui oleh Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Anggaran dengan surat persetujuan DIPA No. 0 8 1 4/24-1 1 .2.01 /1 3/20 1 1 tanggal 9 Desember 201 1 . 2. Surat Persetuj uan Pelaksanaan Penelitian Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI No. LB.02.04/12/323/2012 tanggal 6 Februari 2012 dengan judul penelitian "Pengaruh Intervensi Berbagai Sumber !odium dan Polimorfisme Gen TSHR dan hTR Terhadap Eungsi Tiroid" 1. MEMUTUSKA N : MENETAPKAN : 1 . Untuk segera melaksanakan penelitian "Pengaruh Intervensi Berbagai Sumber Iodium dan Polimorfisme Gen TSHR dan hTR Terhadap Fungsi Tiroid". 2. Susunan personalia pel aksanaan penelitian dan tugasnya sebagai berikut : a. Koordinator : dr. Suryati K, M.Biotech. Dengan tugas : Bertanggungjawab atas keseluruhan jalannya penelitian dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai pelaporan Honor : Rp 365.000 ,-/ bulan b. Konsultan I) Prof. dr. Sri Kadarsih, Ph.D Tugas : memberikan pengarahan jalannya penelitian 2) Dr. Hamim Sadewa, Ph.D Tugas : memberikan pengarahan jalannya penelitian c. Peneliti : 1 ) Sugianto, SKM, M.Sc.PH : Mengkoordinir kegiatan penelitian di lapangan Tugas Honor : Rp 35.000,-/ jam 2) M.Faozan, SKM, MPH Tugas : Mengkoordinir pengumpulan data kesling 3) 4) Asih Setyani, SP Tugas : Bertanggungjawab atas pengambilan data sosial dan ekonomi Honor : Rp 30.000,Hastin Dyah K, SKM : Bertanggung jawab terhadap registrasi dan sampling sasaran Tugas 1 Honor : Rp 30.000,-/ jam KEMENTERIAN KESEHATAN RI SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN !ODIUM K.apling Jayan, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah 56553 Telepon: (0293) 789435 Faksimile: (0293) 788460 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 1 5) 16) 17) 18) 19) Hadi Ashar, SKM : Bertanggung jawab terhadap registrasi dan sampling sasaran Tugas : Rp 30.000,-/ jam Honor R. Agus Wibowo, S.Si, M.Sc : Bertanggung jawab atas pengumpulan data laboratorium Tugas : Rp 30.000,Honor M. Arif Mussodaq, S.Si Tugas : Bertanggung jawab pada analisa data secara keseluruhan I manajemen data Honor : Rp 30.000,Aniek Prihatin, SKM : Bertanggungjawab pada pengumpulan data kesehatan Tugas Honor : Rp 30.000,Emani Budi P : Bertanggungjawab pada pengambilan darah menganalisa sampel Tugas laboratorium Honor : Rp 20.000,-/ jam Sudarinah : Bertanggungjawab pada pengambilan darah menganalisa sampel Tugas laboratorium Honor : Rp 20.000,-/ jam Pudjiati Setya R : Bertanggungjawab atas edit dan entry data Tugas : Rp 20.000,-/ jam Honor Beta Dwi Astuti : Bertanggungjawab atas edit dan entry data Tugas : Rp 20.000,-/ jam Honor Khimayah : Bertanggungjawab atas data kesling Tugas Honor : Rp 20.000,Sri Lestari Tugas : Membantu menyiapkan bahan laboratorium dan analisa Jaboratorium Catur Wijayanti Tugas : Membantu menyiapkan bahan laboratorium dan analisa laboratorium Candra Puspitasari : Bertanggungj awab atas data gizi Tugas : Rp 20.000,Honor Cicik Harvana Tugas : Bertanggungjawab atas data gizi Palupi Dyah Ayuni Tugas : Bertanggungjawab atas data gizi M. Fauzan Bachri Tugas : Bertanggungjmvab atas d. Sekretariat 1) Dwi Mnlyani : Bertanggungjawab mengenai administrasi dan keuangan penelitian Tugas : Rp 260.000,-/ bulan Honor . KEMENTERIAN KESEHATAN RI .. SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN BALA! PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN !ODIUM Kapling Jayan, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah 56553 Telepon: (0293) 789435 Faksimile: (0293) 788460 2. Ketua Pelaksana Penelitian bertanggungjawab kepada Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI sesuai dengan Surat Persetuj uan P el aksanaan Penelitian Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan !odium No. LB.02.04/1 2/323/2012 tanggal 06 Maret 2012. 3. Semua pengeluaran untuk pelaksanaan Surat Keputusan ini dibebankan kepad a DIPA B alai Penelitian dan Pengembangan GAKI No. 0814/24- 1 1 .2.01/1 3/20 1 1 tanggal 9 Desember 201 1 , dengan mata anggaran 2071.003.012 yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Surat l\.eputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 6 Februari 2012 dengan catatan segala sesuatµ akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini. . Dikeluarkan di : Magelang da tanggal Surat Keputusan ini disampaikan kepada : I. 2. 3. Kepala Badan Litbang. Kesehatan d i Jakarta . Bendahara Pengeluaran Balai Penelitian dan Pengembangan GAKL Yang bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya. : 6 Februari 2012 PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (KPPT) JI. Urip Surnoharjo No. 6 Telp/Fax. (0275) 325202 Purvvorejo 541 1 1 IZIN RISET I SURVEY I PKL NOMOR : I. Dasar II. Menunjuk 072/129/Z012 . : Peraturan Daerah Kf}bupaten Purworejo Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Purworejo (Lembaran Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2008 Nomor 1 1 ). : Surat Permohonail Ijin Penelitian dari Kepala Balai Penelitian Dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium No. LB.02.04/12/726/201 2 Tanggal 9 April 2012 III. Bupati Purworejo memberi Izin untuk melaksanakan Riset/ Survey/ PKL dalam Wilayah l<abupaten Purworejo kepada : •!• ·:· ·:· · :· Nama Pekerjaan NJM(NIP/KTP/ dll. Instansi I Univ/ Perg. Tinggi ·:· Jurusan •!• Program Studi ·: · Alamat dr. Suryati Kumorowulan, M. Biotech PNS 19700818200 1 122002 Balai Penelitian Dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan !odium Sonokeling 18 Gejoyan Rt.10/32 Desa Condongcatur Kee. Depok Sleman ·:· No. Telp. 08121 597626 Sugianto, SKM, M.Sc.PH :· Penanggung Jawab · Penelitian �:· Maksud I Tujuan Pengaruh Intervensi Berbagai sumber lodium Dan Polimorfisme Gen •!• Judul TSHR dan hTR Terhadap fungsi Tiroid Kecamatan Pituruh · :· Lokasi •!• Lama Penelitian 3 Bulan •!• Jumlah Peserta 19 orang terlampir Dengan ketentuan - ketentuan sebagai berikut : a. Pelaksanaan tidak disalahgunakan untuk tujuan tertentu yang dapat mengganggu stabilitas daerah. b. Sebelum langsung kepada responden maka terlebih dahulu melapor kepada : I . Kepala Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Purworejo 2. Kepala Pemerintahan setempat ( Camat, Kades I Lurah ) c. Sesudah selesai mengadakan Penelitian supaya melaporkan hasilnya Kepada Yth. Bupati Purworejo Cq. Kepala KPPT, dengan tembusan BAPPEDA Kab. Purworejo JI. . Surat Ijin ini berlaku tanggal 11 April 2012 Tembu:rnn . dikirim kepada Y'th : 1 . Ka. Bappeda Kab. Purworejo; 2. Ka. Kantor Kesbangpol Purworejo; Linmas Kab. 3. Ka. Dinas Kesehatan Kab. Purworejo; 4 . Kcpala BP2 GARI Magelang; 5. Camat Pituruh sampai dengan tanggal 11 Juli 2012. LAMPIRAN IZIN RISET/SURVEY/PKL No. : 072/129/2012 Penanggung Jawab Sugianto, SKM, M.Sc.PH Ket./Lokasi Kecamatan Pituruh No. NIM/NIP/di!. Nama Ketcrangan I. M. Arif Musodaq, S.Si Sl Biologi Peneliti 2. Asih Setyani, SP S l Sosek Peneliti 3. Candra puspita . 4. Hadi Azhar, S'KM 03 Pembantu Peneliti S l SKM Peneliti s. Sugianto SKM,MSc.PH S2 Peneliti Epidemiolog S2 Biologi 6. Agus Wibowo S.Si, M.Sc 7. Ernani 8. Anik Prihatin, SKM 9. Catur ' Peneliti Analis Lab Pembantu Peneliti SI Gizi Peneliti Analis Lab Pembantli Peneliti D3 Administrasi 1 1 . Beta 03 Pembantu Peneliti 12. Cicik 03 Pembantu Peneliti SI SKM Peneliti 14. Khimayah 03 Pembantu Peneliti 15. Sudarinah A nal is Lab Pembantu Penel iti 16. M. Faozan, SKM, MPH S2 SKM Peneliti 10. Dwi Mulyani 13. Hastin, SKM . 17. Pttiiati. S l8. Sri Lestari 19. Palupi . ... D:'l .. . .. Pe!l')banJ1! P�neliti Analis Lab Pembantu Peneliti D3 Pembantu Peneliti Dikeluarkan di Pada tanggal · : Purworejo : 1 1 April 2012 KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM Kapling Jayan, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah 56553 Telepon: (0293) 789435 Faksimile: (0293) 788460 SURAT PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN Nomor : LB.02.04/12/323/2012 Persetujuan Pelaksanaan Penelitian ini diberikan atas dasar ketentuan-ketentuan yang diatur dalam..pasal-pasal d i bawah ini : BAB I IKHTISAR 1. Judul Penelitian : ''Pengaruh Intervensi Berbagai Sumber !odium dan Polimorfisme Gen TSHR dan hTR Terhadap Fungsi Tiroid" 2. Maksud dan Tujuan : a. Umum : Mempelajari adanya efek pemberian berbagai sumber yodium terhadap fungsi tiroid serta pengaruhnya terhadap reseptor horrnon tiroid dan reseptor TSH. b. Khusus : I. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Mengetahui perbedaan kadar honnon FT3, FT4, dan TSH, serta kadar yodium dalam darah pada penderita gangguan fungsi tiroid sebelum dan sesudah pemberian kapsul yodium dosis 200 mg. Mengetahui perbedaan kadar hormon FT3, FT4, dan TSH, serta kadar y-odium dalam darah pada penderita gangguan fungsi tiroid sebelum dan sesudah pemberian kapsul yodium dosis 400 mg Mengetahui perbedaan kadar horrnon FT3, FT4, dan TSH, serta kadar yodiurn dalam darah pada penderita gangguan fungsi tiroid sebelurn dan sesudah pemberian garam beryodium Mengetahui perbedaan kadar hormon FT3, FT4, dan TSH serta kadar yodiurn dalam darah pada penderita gangguan fungsi tiroid sebelum dan sesudah pemberian makanan berbahan ikan Membandingkan kadar hormon FT3, FT4, dan TSI-1 serta kadar yodium dalam darah pada penderita gangguan fungsi tiroid sebelurn dan sesudah yang mendapat kapsul yodium dosis 200 mg dengan yang mendapat kapsul yodium dosis 400 mg serta yang hanya mendapat garam beryodium dan yang mendapat ikan Mengetahui adanya polimorfisme pada gen reseptor TSH Mengetahui adanya polimorfisme pada gen reseptor tiroid 3. Ketua pelaksana 4. Waktu Pelaksanaan : dr. Suryati K, M.Biotech bulan, dari bulan Februari s/d November 2 0 1 2 : 10 KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN BALA! PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN !ODIUM Kapling Jayan, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah 56553 Telepon: (0293) 789435 Faksimile: (0293) 788460 BAB II BIAYA 1 . Biaya yang disediakan untuk penelitian ini dibebankan pada DIPA Balai Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan !odium No. 081 4/24-1 1 .2.0 1/13/20 1 1 tanggal 9 Desember 20 1 1 . 2. Biaya tersebut merupakan biaya maksimum yang tidak boleh terlampaui. Dirinci dalam pos pengeluaran sebagai berikut : a. b. c. d. Belanja Honor Tidak Tetap Belaqja Bahan Operasional Belanja Barang non Operasional Belanja Perjalanan Lainnya Jumlah seluruhnya : : : : Rp. Rp. Rp. Rp. 1 3.470.000,1 53.046.000,32.990.000,42.600.000,- : Rp:- 242.1 06.000,- 3. Penyediaan biaya untuk keperluan penelitian yang dimaksud akan diberikan secara bertahap dan merupakan uang-uang yang harus dipertanggung-jawabkan oleh Ketua Pelaksana. 4 . Cara pertanggung jawaban hams sesuai dengan peraturan yang berlaku dan untuk ini diberikan petunjuk seperlunya oleh Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI atau pejabat yang ditunjuk olehnya. BAB III PELAKSANAAN 1 . Ketua Pelaksana berkewajiban mengajukan dengan segera nama-nama peneliti dan petugas lainnya yang akan membantu pelaksanaan penelitian, disertai penjelasan tentang tugas setiap pelaksana penelitian untuk ditetapkan dengan Surat Keputusan sebagai dasar pengeluaran biaya. 2. Ketua Pelaksana Penelitian wajib menyusun dengan segera Protokol Penelitian yang mencantumkan lokasi penelitian, populasi atau bahan penelitian, metodologi yang akan digunakan secara terperinci, cara menganalisa data yang dikumpulkan serta pentahapan pelaksanaan penelitian dan dikirimkan kepada Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI. 3 . Mengenai pelaksanaan pembiayaan diatur sebagai berikut : a. Ketua Pelaksana mengaj ukan Surat Permintaan Pembayaran kepada Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI untuk kebutuhannya setiap bulan. b. Kepala Balai Pene!itian dan Pengembangan GAKI memberikan persetujuan pembayaran setelah persyaratan yang dikaitkan dengan pengajuan surat pennintaan pembayaran dipenuhi secara lengkap. BAB IV PENGA\VASAN 1 . Pengawasan terhadap pelaksanaan penelitian ini dilakukan oleh Kepala Balai Penelicia:;:, Pengembangan GAKI atau oleh tim yang ditunjuk. KEMENTERIAN KESEHATAN RI • SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM Kapling Jayan, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah 56553 Telepon: (0293) 789435 Faksimile: (0293) 788460 2. Pengawasan dapat dilakukan sewaktu-waktu dan Ketua Pelaksana waj ib memberikan kesempatan serta memberikan keterangan-keterangan yang diminta. 3. Apabila dipandang perlu Kepala Badan Litbang Kesehatan dapat melakukan atau menunjuk pejabat lain untuk melakukan pengawasan. BAB V PELAPORAN 1. Ketua P�laksana wajib memberikan laporan pertanggung jawaban keuangan untuk setiap bulan dan harus diterima oleh Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI paling lambat tanggal 25 bulan berjalan. 2. Ketua pelaksana wajib memberikan laporan kemajuan pekerjaan untuk setiap triwulan yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Ketua Pelaksana waj ib membuat laporan akhir yang lengkap untuk dokumentasi dan disamping itu naskah untuk penerbitan dalam majalah ilmiah. BAB VI PERSYARATAN LAIN 1. Segala penerimaan dan hasil penelitian ini menjadi milik Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2. Penerbitan mengenai hasil penelitian ini seyogyanya di dalam "Buletin Penelitian Kesehatan" Bila diajukan ke majalah lain perlu persetujuan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 3. Hasil penelitian ini selanjutnya wajib dipubl ikasikan pada tahun berikutnya minimal melalui Jurnal majalah Gizi Mikro Indonesia (MGMI) BP2 GAKI Magelang. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Apabila penyelesaian penelitian tidak dapat dilaksanakan pada waktunya karena sesuatu yang berada diluar kekuasaan Ketua Pelaksana Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI mengusulkan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan untuk meninjau kembali mempertimbangkan kemungkinan perpanj angannya. Magelang, Mcnerima dan Menyetujui, Ketua Pelaksana dr . ��� tech NIP. 19700818200 1 1 22002 6 Februari 2012 2 GAKI Magelang PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (KPPT) JI. Urip Sumoharjo No. 6 Telp/Fax. (0275) 325202 Purworejo 541 1 1 IZIN RISET I SURVEY) PKL NOMOR : I. Dasar 072/129/2012 : Peraturan Daerah Kabupaten Punvorejo Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Purworejo (Lembaran Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2008 Nomor II. Menunjuk 1 1 ). : Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Kepala Balai Penelitian Dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan !odium No. LB.02.04/12/726/2012 Tanggal 9 April 2012 III. Bupati Purworejo memberi Izin untuk melaksanakan Riset/ Survey/ PKL dalam Wilayah Kabupaten Purworejo kepada : Nama dr. Suryati Kumorowulan, M. Biotech ·:· Pekerjaan PNS ·:· •!• NIM/NIP/KTP/ dll. 1 97008 18200 1 1 22002 ·:· Instansi I Univ/ Perg. Tinggi Balai Penelitian Dan Pengembangan Gangguan Aki bat Kekurangan Iodium ·:· Jurusan ·:· •!• Program Studi ·:· No. Telp. •:· •!• Pehanggung Jawah Sugianto, SKM, M.Sc.PH Maksud I Tujuan Penelitian Alamat JI. Sonokeling I 8 Gejoyan Rt. I0/32 Desa Condongcatur Kee. Depok Sleman ! •• 0 8 1 2 1 597626 Pengaruh Intervensi Berbagai sumber !odium Dan Polimorfisme Gen Judul TSHR dan hTR Terhadap fungsi Tiroid ·:· Lokasi Kecamatan Pituruh ·: · Lama Penelitian 3 Bulan Jumlah Peserta 19 orang terlampir ! •• Dengan ketentuan - ketentuan sebagai berikut : a. Pelaksanaan tidak disalahgunakan untuk tuj uan tertentu yang dapat mengganggu stabilitas daerah. b. Sebelum langsung kepada responden maka terlebih dahulu melapor kepada l . Kepala Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Purworejo 2. Kepala Pemerintahan setempat ( Camat, Kades I Lurah ) c. Sesudah selesai mengadakan Penelitian supaya melaporkan hasilnya Kepada Yth. Bupati Purworejo Cq. Kepala KPPT, dengan tembusan BAPPEDA Kab. Purworejo Surat Ijin ini bcrlaku tanggal 1 1 April 2012 sampai dengan tanggal 1 1 Juli 2012. '.lembusan , dilcirirn kepada Yth : 1. Ka. Bappeda Kab. Purwore_1 0; 2. Ka. Kantor Kesbangpol Linmas Kah. Purworejo; 3. Ka. Dinas Kesehatan Kab. Purworejo; 4. Kcp:;J aBP2 GA.KI Magelang; 5. Ca.mat Pituruh Dikeluarki::-i LAMPIRAN IZIN RISET/SURVEY/PKL No. : 072/129/2012 Penanggung Jawab Ket./Lokasi No. Sugianto, SKM, M.Sc.PH Kecamatan Pituruh Nama ,..._._ I . M . Arif Musodaq, S.Si NIM/NIP/di!. Ket�rangan S l Biologi Peneliti 2. Asih Setyani, SP SI Sosek Peneliti 3. Candra puspita 03 Pembantu Peneliti 4. Hadi Azhar, SKM S I SKM Peneliti 5. Sugianto SKM,MSc.PH S2 Peneliti Epidemiolog S2 Biologi Peneliti Analis Lab Pembantu Peneliti 8. Anik Prihatin, SKM S I Gizi Peneliti 9. Catur 6. Agus Wibowo S.Si, M.Sc 7. Emani Anal is Lab Pembantu Peneliti 10. Dwi Mulyani 03 Administrasi 1 1 . Beta 03 Pembantu Peneliti 12. Cicik 03 Pembantu Peneliti . SI SKM Peneliti 14. Khirnayah DJ Pernbantu Peneliti 15. Sudarinah Analis Lab Pembantu Peneliti 13. Hastin, SKM 16. M. Faozan, SKM, MPH S2 SKM Peneliti 17. Pujiati. S D:l Pembaritt! P�neliti 1 8 . Sri Lestari Analis Lab Pembantu Peneliti 19. Palupi D3 Pembantu Peneliti : Purworejo : 1 1 April 2012 Dikeluarkan di Pada tanggal a.n. BUPATI PURWOREJO �--=,.._KEPALA . KANTOR PERIZINAN TERPADU -\. �Eil¥Ji.�M h'�� � PURWOREJO 1 � � � 'f: ; ::(--��-�-�j\ ( - :--v. (\ptvo-�. "�·� 'I i'• . .. �. .. ' • t: ' 0� f>.·�.·�. ,. ..,, 11-:-l . ' · Y.i 1 � D. :'!i:J ATUlf O UTOMO, S.Sos P embina ,,< . \ \\ \, \\,._:J :;.:· ·NW: J5·4o724 1986 1 1 t oo l '.. x \ __ . - . :.. :;J> - ....., t-t� = ·,.,._·:!i · �� .o.l•1:;-,. G M:� �&:;-· PCE:t '>'"' !'" � � �' '� � �j ,• .!/,�,,,� .( � -rl' - fr ''/ :.� ff....J.� .� 01/""1·� �. ��:tj -·I �!l.:X.� L�l1 ! �.tt -,.• jt � '� - V"...':':�'.:�r� � �t· 1 •� ;-j ·· - l ��·�h= �� .,� '/: - �!:X:M tt �.f . � if·'>' �t"'"L:GI' � I � ,,,,,.- iU j�: �� ' � · . •ti S�<RT!PI'KA<t Diberikan kepada dr. S.u ryatm Kumorowu lan .... yang. telah mengikuti : PELATIHAN CARA UJI KLINIK YAN.G BAIK (CUKB) Jakarta, 5 - 6 Desembe:r 2008 Sebagai P E S E RTA • :� Jakarta, 6 Desem ber 2008 Ketua Komisi Etik Penelitian Kesehatan !'.1� � � �ti • .. . ..._�- - Sadan I '}tb/c�g L'); Kesehatan z �fY�� /#j 7J.! Prof. Dr. M . Sudomo - .�:t,; �· r. } .. ·•··· . ·•···· ·�.o--�··"'�roJc , � � � � �( Komisi Nasional Etik PeneHtian Kesehatan � � K.omisi Etik Penelitian Ke.sehafan, Badan Lltbang Ke.s.ehatan ·� � �· Pelatihan Cara Uji Klinik yang Baik (CUl<B) � � · � �...� � Dr. S.urvati Kumorowulan � � �I L VL VS ·��� � � � >� � Sadan � �71 � � (} /�J -. ;J/Jtp -, � � � � · � ������������������ ,..•.. , ,/ .� ' ' bekerjasama dengan . . yan. g menyelenggarakan pada tanggal 5 - 6 Desember 2008 di Ja karta menvatakan bahwa peserta mtuk melakukan Uji Klinik sesuai dengan persy.aratan CUKB. Ja karta, 6 Desember 2008 Ketua l<orn isi Nasional Etik Penelitian Kesehatan b _ ,., ---... i' ----_ Prof. Dr. R. Sjamsuhidajat, Sp. B, KBD Kesehatan _ Prof. br. M. Sudomo ''l!' �.:'1!t": :v, :'8': � � V: ,,.-:� ' :'<ll � �A.·A�A�A�llh. + A •Jiti & � jm._ � A�&, � A · A � A � &. Afii� ..� ·A Y _A v i�v�r � ��A ; 1J ��� ,_ ·· ' �ill\ "'<v.���v. 1'' · :'IW.:�CV':�"1 W 41i;gr "!V dh 'V' 4- Ketua Komisi Etik Penelitian Kesehatan l' �;����A�fh��'$4�.tm.���A\.����A·.M�a$:'��� · A� A � � .&. • .i6A. PERSETUJUAN ATASAN LANGSUNG Magelang, 2 1 January 201 3 Peneliti. , M.Sc.PH dr.Suryati Kurnorowulan, M.Biotech NIP. 1970081 82001 122002 Mengetahui Ketua PPI Pusat Teknologi Terapan kesehatan dan Epidemiologi Klinik Soetiarto, MS NIP. 19500408 1 98 1 1 12001 DR. Drg. Fari