Bl. Magelang - Repositori Badan Litbang Kesehatan RI

advertisement
242
UT
Bl. Magelang
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
PENGARUH INTERVENSI BERBAGAI SUMBER IODIUM DAN
POLIMORFISME GEN TSHR DAN hTR TERHADAP FUNGSI TIROID
..
Oleh:
dr.Suryati Kumorowulan, M.Biotech. dkk
BALAY PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GANGGUAN KEKURANGAN TODIUM
SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2013
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
PENGARUH INTERVENSI BERBAGAI SUMBER IODIUM DAN
POLIMORFISME GEN TSHR DAN hTR TERHADAP FUNGSI TIROID
Oleh:
dr.Suryati Kumorowulan, M.Biotech. dkk
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GANGGUAN KEKURANGAN IODIUM
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2013
SUSUNAN TIM PENELITI
.
No
Kedudukan
Nama
Keahlian/
Uraian Tugas
Kesarjanaan
Bertanggungjawab mengatur penelitian
1.
dr. Suryati
Kumorowulan,
Ketua
S l dokter.
Pelaksana
S-2
M.Biotech
2.
-
dari tahap awal sampai tahap akhir dan
pembuatan laporan
Biote knologi
Peneliti
Sug ianto SKM,
,
MSc.PH
3.
M . Faozan, SKM MPH
4.
Asih Setyani, SP
,
Mengkoordinir pekerjaan di lapangan
.
S2
Eoi demiolog
Bertanggung jawab atas data sosek, dan
Peneliti
Peneliti
S2 Kesmas
Sl-Sosek
pengo lahan data
Bertanggungjawab
pengambilan
data
sosek
s.
Hastin, SKM I Hadi
Peneliti
SJ SKM
6
Agus Wibowo S.Si,
Bertanggungjawab
terhadap
registrasi
dan sampling sasaran
Azhar, SK..M
Peneliti
Biologi
pengumpulan
Membantu
data
laboratorium terutama DNA
M.Sc./ ArifMl!sodaq,
S.Si
7.
Aniek Prihatin, SKM
Pen eliti
S l SKM
Mengkoordinir
pengumpulan
data
kesmas
8.
Emani/ Sudarinah
Pe mbantu
Analis lab
Peneliti
9.
Sri Lestari/ Catur
P embantu
peneliti
Mengambil
darah
dan
Menganalisa
sampel laboratorium
Analis lab
Membantu menyiapkan bahan lab clan
analisa lab
Administrasi
10.
Dwi Mulyani
11.
Faozan Bahri
D3
Pembantu
SMA
Melakukan pekerjaan administrasi
Melakukan distribusi garam
Peneliti
12.
Candra Puspita
Pembantu
D3
Melakukan pengolaahan data gizi
03 gizi
Melakukan pengambilan data gizi
Peneliti
13.
Cicik Harvana/ Pal upi
Dyah Ayuni
14.
Pujiati S/ Beta
Pembantu
peneliti
Pembantu
03
15.
16.
Khimayah
Pembantu
Bertanggungjawab
terhadap
edit,entri
data
peneliti
D3
Bertanggungjawab atas data kesling
peneliti
Prof. Dr.Sri
Konsultan
UGM
Konsultsn
UGM
Kadarsih,Ph.D
17.
Dr. Ahmad Hamim
Sadewa, Ph.D
11
KATA PENG ANT AR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan
�yahNya sehingga laporan penelitian pengaruh Intervensi Berbagai Sumber !odium dan
Polimorfisme Gen TSHR dan hTR Terhadap Fungsi Tiroid. Laporan akhir penelitian ini disusun
sebagai bentuk pertanggungjawaban atas penelitian yang telah dilaksanakan selama 8 bulan.
Laporan ini disusun untuk menampilkan hasil penelitian yang telah selesai dilaksanakan
sehingga dapat memberi gambaran fungsi tiroid setelah intervensi berbagai sumber iodium.
Penelitian ini merupakan penelitian tahap kedua dari 2 tahapan penelitian dimana pada tahap
pertam a ditekankan pada perubahan fungsi tiroid sedangkan tahap kedua ditekankan pada analisa
DNA.
Laporan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi program penanggulangan GAKI
terutama untuk evaluasi program kapsul iodium.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala BP2GAKI, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Purworejo, Kepala Puskesmas Pituruh I beserta Staf dan Tim Peneliti BP2GAKI serta
semua pihak yang telah membantu penelitian dan laporan penelitian ini.
Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan dan kami mohon saran, masukan, kritik demi perbaikan laporan ini.
Semoga laporan akhir penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi program penanggulangan
GAKI, pengguna dan bagi peneliti
MageJang, 1 6 Januari 2013
Penyusun
Dr. Suryati Kumorowulan, M.Biotech
111
RINGKASAN EKSEKUTlf
PENGARUH INTERVENST BERBAGAI SillvIBER IODIUM DAN
POLIMORFISME GEN TSHR DAN hTR TERHADAP FUNGSI TIROID
Oleh
:
Suryati Kumorowulan ,dkk
Latar Belakang
Gangguan akibat kekurangan Yodium di Indonesia masih merupakan salah satu
masalah gizi utarna di samping 3 masalah gizi lain yaitu KEP, Kekurangan Zat Besi, Kekurangan
Vitamin A. (FK
UJ, 1985). Aki bat dari kekurangan yodium ini berdampak luas dan dapat
menghambat fisik dan mental yang akan berimplikasi pada penurunan sumber daya manusia. Efek
kekurangan yodium ini dapat menimpa pada berbagai fase kehidupan mulai dari pre natal, post
natal sarnpai dewasa. Manifestasi klasik dari gangguan akibat kekurangan yodium ini adalah
goiter endemik dan kretin namun selain itu juga berkaitan dengan kejadian abortus dan lahir rnati.
(WHO, 1985) Berdasarkan hasil Survey Nasional Pemetaan GAKI tahun
1998, Prevalensi
Gondok Endernik sebesar 9,8% dan sekitar 17 juta penduduk tinggal di daerah gondok endemik
dengan cakupan kapsul yang rendah sehingga potensi lahir anak kretin baru masih tinggi.
(DepKes Rl, 1998). Sementara itu berdasarkan hasil evaluasi proyek IP GAKI tahun 2003 di 28
provinsi Prevalensi Gondok endemik meningkat menjadi 1 1 %
dengan nilai median eskresi
yodium urin sebesar 229ug/ltr. Hal ini menunjukkan bahwa asupan yodium sudah cukup tetapi
masalah gondok masih cukup besar. Selama ihi untuk rnencapai eliminasi masalah GAKI telah
dilakukan upaya-upaya penanggulangannya yaitu antara lain dengan garam beryodium untuk
semua dan pemberian kapsul minyak beryodiurn untuk WUS dan anak sekolah ( dihentikan sejak
2009 karena rnunculnya kasus-kasus hipertiroid)..
Sumber yodium sebagai bahan dasar pernbentukan hormon tiroid bisa dari kapsul
yodium, gararn beryodium atau makanan sumber yodium. Gararn beryodiurn dan kapsul beryodium
telah digunakan oleh pemerintah untuk penanggulangan GAKI. Kapsul yodiurn yang selarna ini
dipakai untuk program
penanggulangan GAKI adalah Yodiol produksi Kirnia Farma yang
merupakan minyak nabati beriodiurn efektif dalam kapsul lunak untuk mencegah Gangguan Akibat
Kekerangan !odium. Setiap kapsul mengandung 200 mg !odium. penggunaan kapsul yang tidak
selektif dapat menirnbulkan gejala hipertiroid, oleh karena itu sejak tahun 2009 program pemberian
kapsul yodium telah dihentikan karena ada efek samping rnunculnya kasus-kasus hipertiroid pasca
pernberian kapsul.
Penghentian rnendadak program kapsul tersebut disinyalir berpengaruh pada
1
mekanisme regulasi serta mekanisme fisiologis hormon tiroid dan masih dijumpai adanya lahir
kretin baru. Muncul pertanyaan masih efektifkah pemberian kapsul tersebut atau justru program
penghentian kapsul yodium sudah merupakan langkah yang tepat. Untuk menja\vab pertanyaan
cersebut perlu dilakukan analisa dan penelitian mendalam tentang dampak dan manfaat dari
pemberian kapsul yodium. Tinjauan dari dampak pemberian kapsul dapat ditinjau dari berbagai
sudut, dalam hal ini peneliti ingin meninjau dari aspek hormon TSH dan FT4 serta dari reseptor
TSH dan reseptor hormon tiroid dimana reseptor ini penting dalam mekanisme regulasi hormon
tiroid. Penelitian ini merupakan penelitian
2
tahap, dimana tahap pe11ama akan melihat ada
perbandingan efek pemberian berbagai jenis sumber yodium terhadap fungsi tiroid dan tahap kedua
ini untuk melihat ada tidaJrnya polimorfisme pada gen reseptor TSH dan gen reseptor hormon
ciroid. Hal ini diasumsikan bahwa apabila timbul defek pada reseptor maka meskipun ada
penambahan intake yodium dari luar maka kemungkinan tidak akan menimbulkan perubahan pada
kadar hormone tiroid. Penelitian ini juga akan melihat dari sumber yodium yang mana yang paling
efektif untuk memperbaiki fungsi tiroid.
Tujuan penelitian
Mempelajari adanya efek pemberian berbagai sumber yodium dan polimorfisme TSHR dan hTR
terhadap fungsi tiroid
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian qu�si eksperimental pada WUS usia 15 - 45 tahun di
Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo. Kriteria inklusi adalah WUS yang memiliki nilai TSH >
2,5 µIU/L dan besar sampel per kelompok 35 orang. WUS dibagi dalam 3 kelompok perlakuan,
kelompok
I
mendapat kapsul iodium
200
mg, kelompok ke 2 mendapat kapsul iodium 400 mg,
serta kelompok ke 3 mendapat abon ikan tuna 10 mg dengan frekuensi 2 kali seminggu. Variabel
yang diukur antara lain kadar TSH, FT4 dan UIE, lama intervensi 6 bulan.
Has ii
Setelah 6 bulan intervensi jumlah WUS dengan TSH < 0,3 µIU/L di kelompok iodium 200 mg
ada l orang (3,3%), dan di kelompok kapsul iodium 400 mg ada 2 orang serta di kelompok abon
ikan tuna tidak ada yang nilai TSH nya kurang dari normal. Jumlah WUS dengan TSH normal
(0,3 - 6,2 µIU/L) pada ketiga kelompok mengalami penurunan, sedangkan jumlah WUS yang
mempunyai kadar TSH > 6,2 µIU/L meningkat menjadi
2
orang ( 6,7%) di kelompok kapsul
iodium 200 mg dan 2 orang (5,7 %) di kelompok kapsul iodium 400 mg serta 2 orang (6,9%) di
kelompok abon ikan tuna. kadar FreeT4 < 0,8 ng/dl pada kelompok kapsul iodium 200 mg dan
2
pada kelompok abon ikan tuna. Namun pada kelompok kapsul iodium 400 mg ada 4 orang
(11.4%). WUS dengan nilai FreeT4 normal (0,8 - 2 ng/dl) persentasenya rnenurun hanya di
·elompok kapsul iodium 400 mg (82,9%), sedangkan WUS dengan kadar FreeT4 > 2 ng/dl hanya
ada dikelompok kapsul iodium 400 mg (5,7%) atau ada 2 orang. Kadar UJfi < l 00 µg!L hanya
ada kelompok abon ikan tuna sebanyak 1 orang (3,4%). WUS dengan UIE normal (100-199
ug/L) persentasenya menurun pada kelompok kapsul iodium 400 mg dan abon ikan tuna. Pada
kelompok kapsul iodium 200 mg dan kapsul iodium 400 mg jumlah WUS dengan kadar U!E
200- 299 µg/L meningkat jumlah atau persentasenya, 1 1 orang (36,7%) pada kelornpok kapsul
iodium 200 mg dan 6 orang (17, l %) pada kelompok kapsul iodium 400 mg. WUS dengan excess
iodium (UIE > 300 µg/L )
kelompok abon ikan tuna.
persentasenya meningkat dari 40 % menjadi 48,3% terjadi pada
Uji ANOVA menunjuk.kan rata-rata perubahan TSH dan freeT4 pada
kelompok kapsul iodium 200 mg, kapsul iodium 400 mg maupun pada kelompok abon ikan tuna
tidak berbeda bermakna secara statistik baik pada 3 bulan pertama, 3 bulan kedua maupun pada 6
bulan setelah intervensi (P>0,05) sedangkan rata-rata perubahan UIE pada ketiga kelompok
berbeda bermakna secara statistik (P<0,05).Analisis polimorfisme pada gen hTR temyata
ditemukan kejadian polimortisme sebesar 18% atau pada 17 orang dan uji ANCOVA atau
General Lineqr Model Univariat menunjukkan bahwa kejadian polimorfisme tidak berpengaruh
terhadap perubahan nilai TSH maupun FreeT4 dan UIE dengan nilai P>0,05 dan nilai F
=
2,365
Kesimpulan
Enam bulan setelah intervensi rata-rata perubahan TSH dan freeT4 pada kelompok kapsul iodium
200
mg, kapsul iodium 400 mg maupun pada kelompok abon ikan tuna tidak berbeda bermakna
secara statistik
(P>0,05). Ditemukan
polimorfisme gen hTR sebesar 18%
dan kejadian
polimorfisme tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai TSH maupun FreeT4 dan UIE.
3
PENGARUH INTERVENSI BERBAGAI SUMBER IODIUM DAN
POLIMORFISME GEN TSHR DAN hTR TERHADAP FUNGSI TIROID
Suryati K, dkk
Latar Belakang
iodium .
ABSTRAK
:
Garam
Sumber iodium tubuh berasal dari makanan, garam beriodium, dan kapsul
beriodium
dan
kapsul
iodium
telah
digunakan
oleh
pemerintah
dalam
penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan !odium. Namun penggunaan kapsul iodium secara
tidak selektif telah menimbulkan gejala-gejala hipertiroid sehingga penggunaannya dihentikan sejak
tahun 2009. Penghentian mendadak program kapsul iodium diduga berpengaruh pada mekanisme
regulasi serta mekanisme fisiologis hormon tiroid dengan masih dijumpainya lahir kretin barn.
Tujuan
:
Mengetahui efek pemberian beberapa sumber iodium dan pengaruh polimorfisme gen
TSHR dan hTR terhadap fungsi tiroid
Jfetode Penelitian
:
Disain penelitian ini adalah Quasi Eksperimen, dengan sampel wanita usia
subur sebanyak 105 orang yang terbagi dalam tiga kelompok intervensi. Setiap kelompok di lakukan
pemberian garam beriodium selama satu bulan dan dilanjutkan dengan pemberian garam beriodium
dan kapsul iodium 200 mg pada kelompok I, pemberian garam beriodium dan kapsul iodium 400
mg pada kelompok II, dan diberikan garam beriodium dan abon ikan tuna 2 kali seminggu pada
kelompok IlJ selama 6 bulan.
Basil
:
mg ada
Setelah 6 bulan intervensi jumlah WUS dengan TSH < 0,3 µIU/L di kelompok iodium 200
I
orang (3,3%), dan di kelompok kapsul iodium 400 mg ada 2 orang serta di kelompok abon
ikan tuna tidak ada yang nilai TSH nya kurang dari normal. Jumlah WUS dengan TSH normal (0,3
- 6,2
µIU/L) pada ketiga kelompok mengalami penurunan, sedangkan jumlah WUS yang
mempunyai kadar TSH > 6,2 µTU/L meningkat menjadi 2
orang ( 6,7%) di kelompok kapsul
iodium 200 mg dan 2 orang (5,7 %) di kelompok kapsul iodium 400 mg serta 2 orang (6,9%) di
kelompok abon ikan tuna. kadar FreeT4 < 0,8 ng/dl pada kelompok kapsul iodium 200 mg dan pada
kelompok abon ikan tuna. Namun pada kelornpok kapsul iodium 400 mg ada 4 orang (11,4%).
WUS dengan nilai FreeT4 normal (0,8 - 2 ng/dl) persentasenya menurun
di kelornpok kapsul
iodium 400 mg (82,9%), sedangkan WUS dengan kadar FreeT4 > 2 ng/dl hanya ada dikelompok
kapsul iodium 400 mg (5,7%) atau ada 2 orang. Kadar UIE < 100
µg/L
hanya ada di kelompok
abon ikan tuna sebanyak 1 orang (3,4%). WUS dengan UIE normal (100-199 µg/L) persentasenya
menurun pada kelompok kapsul iodium 400 mg dan abon ikan tuna. Pada kelompok kapsul iodium
200 mg dan kapsul iodium 400 mg jumlah WUS dengan kadar UIE
200- 299 µg/L meningkat
jumlah atau persentasenya, 11 orang (36,7%) pada kelompok kapsul iodium 200 mg dan 6 orang
(17, l %) pada kelompok kapsul iodium 400 mg.
WUS dengan excess iodium (UIE > 300 µg/L )
persentasenya meningkat dari 40 % menjadi 48,3% pada kelompok abon ikan tuna.
Uji ANOVA
menunjukkan rata-rata perubahan TSH dan freeT4 pada kelompok kapsul iodium 200 mg, kapsul
iodium 400 mg maupun pada kelompok abon ikan tuna tidak berbeda bermakna secara statistik
{P>0,05) sedangkan rata-rata perubahan UIE pada ketiga kelompok berbeda bermakna secara
statistik (P<0,05). Kejadian polimorfisme pada gen hTR sebesar 18% dan uji ANCOVA atau
General Linear Model Univariat
menunjukkan bahwa kejadian polimorfisme tidak berpengaruh
rerhadap perubahan nilai TSH maupun FreeT4 dan UIE dengan nilai P>0,05 dan nilai F
Kesimpulan:
=
2,365
Enam bulan setelah intervensi rata-rata perubahan TSH dan freeT4 pada kelompok
kapsul iodium 200 mg, kapsul iodium 400 mg maupun pada kelompok abon ikan tuna tidak berbeda
bermakna secara statistik (P>0,05). Ditemukan polimorfisme gen hTR sebesar 18% dan kejadian
polimorfisme tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai TSH maupun FreeT4 dan UIE.
Kata Kunci : TSH, FreeT4, UIE
4
Halaman Judul
DAFTAR ISI
Susunan Tim Peneliti
Kata Pengantar
Ringkasan Eksekutif
Abstrak
··
Daftar isi
Daftar Tabel
Daftar gambar
Daftar Lampiran
1 PENDAHULUAN
Il. TINJAUAN PUSTAKA
m. Tujuan
dan Manfaat
IV. Hipotesis
V.METODE
1. Kerangka Pikir
2.
Tempat dan Waktu Penelitian
3. Desain
4. Jenis Penelitian
5. Populasi dan Sampel
6.
Besar Sampel
7. Kriteria inklusi
8. Variabel
9. Cara Pengumpulan Data
10. Bahan dan Cara Kerja
11. Rencana Pengolahan dan Analisa Data
12. Definisi Operasional
VI.HASIL
VII .. PEMBAHASAN
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
IX. UCAPAN TERIMA KASIH
X. DAFTAR PUST AKA
XI. LEMBAR PENGESAHAN
11
Ill
1
4
5
6
7
8
9
13
21
22
23
23
23
23
23
23
24
25
25
25
27
29
30
32
42
44
45
46
49
5
DAFTAR TABEL
T�I l.
Tz.ael 2.
Karakteristik sampel pada ketiga kelompok perlakuan
Distribusi WUS berdasarkan status gizi pada ketiga kelompok perlakuan
:a.bel 3. MeanDelta kadar TSH, FreeT4 dan UIE sebelum dan sesudah intervensi
32
33
34
(3 bulan pertama, 3 bulan kedua) pada ketiga kelompok
Tabet 4.
MeanDelta kadar TSH, FreeT4 dan UIE sebelum dan sesudah intervensi
35
(3 bulan pertama, dan 6 bulan) pada ketiga kelompok
:-abet
5. MeanDelta kadar TSH, FreeT4 dan UIE sebelum dan sesudah intervensi
36
(3 bulan pertama, 3 bulan kedua) pada ketiga kelompok
Tabet 6.
Distrisbusi WUS berdasarkan kadar TSH serum pada ketiga kelompok
37
( bulan ke-0, bulan ke-3 dan bulan ke-6)
Tabel 7. Distribusi WUS berdasarkan nilai FreeT4 pada ketiga kelompok
38
( bulan ke-0,bulan ke-3 dan bulan bulan ke-6) perlakuan
Tabet 8. Distribusi WUS berdasarkan nilai FreeT4 pada ketiga kelompok
39
( bulan ke-0,bulan ke-3 dan bulan bulan ke-6)
Tabel 9. Gambaran rata-rata Delta TSH, FreeT4 dan UIE pada ketiga kelompok
40
perlakuan antar bulan ke-0, bulan ke-3 dan bulan ke-6.
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. Penderita Gondok
14
G:.?mbar 2. Penderita kretin dan keluarga
15
G:mtbar 3. Gambar Axis horrnon tiroid di sel
19
Gmlbar 4. Hasil Amplifikasi PCR pada Codon D727E gen TSHR
40
Gambar 5. Hasil Amplifikasi PCR pada gen hTR
41
Gambar 6. Hasil pemotongan dengan emzim restriksi HindIII pada gen hTR
41
7
DAFT-AR LAMPIRAN
I_ Dummy Table
_Tara cara pengambilan darah
50
51
�Case Report Form
52
- form kuesioner
59
: Form FFQ
63
askah Penjelasan
65
-- Inform consent
67
SK Penelitian
_Persetujuan Etik
0.
Ijin Riset
I. Sertifikat cara uji
klinis yang baik
8
I . PEND...\HULUAN
LA TAR BELAK.ANG
Gangguan akibat kekurangan Yodium di Indonesia masih merupakan salah satu masalah gizi
a di samping 3 masalah gizi lain yait u KEP, Kekurangan Zat Besi, Kekurangan Vitamin A
:
•
.
UI, 1985). Aki bat dari kekurangan yodium ini berdampak luas dan dapat menghambat fisik
mental yang akan berimplikasi pada penurunan sumber daya manusia. Efek kekurangan
.
ium ini dapat menimpa pada berbagai fase kehidupan mulai dari pre natal, post natal sampai
dewasa. Manifestasi klasik dari gangguan akibat kekurangan yodium ini adalah goiter endemik
d:m kretin
namun selain itu juga berkaitan dengan kejadian abortus dan lahir mati. (WHO, 1985)
Berdasarkan basil Survey Nasional Pemetaan GAKI tahun 1998, Prevalensi Gondok
Endemik sebesar 9,8% dan sekitar 17 juta penduduk tinggal di daerah gondok endemik dengan
C3.'{Upan kapsul yang rendah sehingga potensi lahir anak kretin baru mas i h tinggi. (DepKes
RI.1998). Sementara itu berdasarkan hasi I evaluasi proyek IP GAKI tahun 2003 di 28 provinsi
Prevalensi Gondok endemik meningkat menjadi 11% dengan nilai median eskresi yodium urin
sebesar 229ug/ltr. Hal ini menunjukkan bahwa asupan yodium sudah cukup tetapi masalah
go ndok masih cukup besar. Disamping itu banyak muncul daerah-daerah yang dulunya endemic
ringan atau sedang menjadi endemic berat. Selama ini untuk mencapai eliminasi masalah GAKI
telah dilakukan upaya-upaya penanggulangannya yaitu antara lain dengan garam beryodium
untuk semua dan peniberian kapsul minyak beryodium untuk WUS dan anak sekolah. Namun
karena berbagai hal saat ini program pemberian kapsul yodium telah dihentikan.
Yodium dalam tubuh diperlukan untuk membentuk hormone tiroid. Horman 1111
diproduksi oleh kelenjar tiroid. Horman tiroid berfungsi untuk merangs,;:tng konsu�si 02
kebanyakan sel di dalam tubuh. Horman ini juga membantu meregulasi metabolisme lipid dan
karbohidrat serta diperluk an bagi pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Kekurangan
hormone ini dap at menimbulkan kelainan atau hambatan tumbuh kembang pada berbagai fase
··ehidupan. Manifestasi klasik dari kekurangan hormone ini adalah munculnya goiter atau
gondok dan kretin (Greenspan, 2000).
Sintesis dan sekresi hormon tiroid dikontrol oleh tiga tingkatan yang berbeda : (I)
tingkat dari hipotalamus, dengan mengubah sekresi TRH, (2) tingkat hipofisis dengan
menghambat dan merangsang sekresi TSH, dan (3) tingkat tiroid melalui autoregulasi dan
lokade atau perangsangan dari reseptor TSH (Guyton, 1995)..
TSH merupakan faktor primer yang mengendalikan pertumbuhan sel tiroid dan
sintetis serta sekresi hormon tiroid. TSH akan berikatan dengan reseptor TSH (TSH-R) spesifik
pada membran sel tiroid dan mengaktivasi G protein-adenilil siklase-cAMP dan sistem
9
]::'l!t:::!>en-an sinyal fosfolipase. Reseptor TSH merupakan suatu glikoprotein rantai tunggal yang
s:mdung 744 asam amino, dengan berat molekul 100. Gen TSH-R manusia terletak pada
�m I4q31 . TSH mengatur mRN _-\ TSH-R, meningkatkan jumlah reseptor TSH pad a
ran
sel tiroid (Greenspan, 2000).
Nilai normal TSH ber dasa rkan reagen Human adalah 0,3 - 6,2 µJU/L (Human,
namun menurut
American National Academy of Clinical Biocemistry,
mereka
�bah range nilai normal TSH dari 0,5 - 5,0 µ IU/L menjadi 0,2 - 2,5 µIU/L,
revis i
e
sama juga dilakukan oleh American Association Of Clinical Endocrinologists (AACE)
e
didasarkan bahwa 13 juta orang yang sebelumnya dinyatakan normal tapi akhirnya
·
gnose hipotiroid (AACE, 2002).
Honnon tiroid ada dua macam yaitu T3 dan T4, kedua hormon ini beredar dalam
sna sebagian besar terikat pada protein dan berada dalam keseimbangan dengan hormon
beoos.
Hormon T4 di dalam sel diubah menjadi T3 melalui deiodinase-5'dan
hal ini
:cenunjukkan bahwa T4 merupakan suatu prohormon dan T3 adalah bentuk hormone yang aktif.
Honnon yang bebas diangkut melalui difusi pasif maupun karier spesifik melalui membrane sel
melewati sitoplasma untuk berikatan dengan suatu reseptor spesifik pada inti sel.
Harmon T3 yang berikatan dengan reseptor menimbulkan stimulasi atau pada beberapa
·.asus menimbulkan inhibisi sehingga transkripsi gen-gen ini akan menimbulkan perubahan
·· gkat transkripsi mRNA. Perubahan dalam tingkatan mRNA ini akan mengubah tingkatan
croduk
protein dari gen. Protein ini kemudian memperantarai respons hormon tiroid (
Gayton,1 995).
Reseptor hormone tiroid pada manusia termasuk golong13:n reseptor nonsteroid,
seke lu arga dengan reseptor untuk estrogen, progestin, Vit D3 dan asam retinoat. Reseptor
rmone tiroid manusia (hTR) terdapat paling tidak tiga bentuk yaitu hTR-a.l, hTR-a.2 dan hTR­
Pl. Reseptor hTR-a. mengandung 410 asam amino, mempunyai berat molekul sekitar 47.000 dan
gennya terletak pada kromosom
17. Reseptor hTR-P mengandung 456 asam amino
dengan berat
colekul sekitar 52.000 dan gennya terletak pada kromosom 3. Setiap reseptor mengandung tiga
daera
h
spesifik yaitu suatu daerah amino terminal yang meningkatkan aktifitas reseptor; suatu
e3erah
pengikat DNA sentral dengan dua jari-jari sistein-seng; dan suatu daerah pengikat
bnrmone terminal karboksil. Ada kemungkinan bahwa hTR-Pl dan hTR-a.l merupakan bentuk
re.septor ,yang aktif secara biologic, hTR-a2tidak mempunyai kemampuan mengikat hormone
:!t!pi berikatan dengan unsure respon hormone tiroid (TRE) pada DNA dan dapat bertindak
sebagai penghambat aktifitas dari T3. Mutasi titik pada gen hTR-P yang menimbulkan reseptor
10
abnormal
merupakan
penyebab
sindrom
generalisata
terhadap
hormone
tiroid
Ji:c:enspan,2000).
Saat ini fokus studi genetik pada jaras hormon tiroid adalah tentang polimorfisme
:sepror TSH dan iodothyronine deiodinase. Gen reseptor TSH kemungkinan berasosiasi dengan
�an kadar serum honnon tiroid (Peeters, 2006). Mutasi pada reseptor TSH disinyalir
ubungan dengan kejadian resistansi TSH dan kongenital hipotiroid. Hanya 3 gennline
o.rfisme TSHR yang menghasilkan substitusi asam amino, dua dari tiga berlokasi pada
d:s:raseluler domain dari reseptor TSH (Asp36His dan Pro52Thr) (Sunthomthepvarakui, 1995),
satu
intraseluler domain dari reseptor TSH (Asp727Glu) (Gabriel,1999).
Suatu hipotesis muncul bahwa gen reseptor TSH merupakan kandidat gen untuk
t.ajadinya disgenesis tiroid
dengan ditemukannya mutasi homozigot di daerah kaya P pada
� domain transmembran dari TSHR yang menyebabkan hipotiroid dan hipoplasi tiroid pada
-::.
byt tikus (Stein, 1994 ).
_
Suatu teknik penapisan genetik yang dapat digunakan untuk mendeteksi secara cepat
�bahan susunan nukleotida pada suatu fragmen DNA atau basil amplifikasi PCR dikenal
s;ebagai analisis SSCP dan dikembangkan oleh Orita et.al. (1989). Analisis dengan menggunakan .
.::ia:ode SSCP ini dapat mendeteksi perubahan satu basa yang terjadi pada suatu fragmen DNA
dengan panjang sekitar I00 - 500 pasang basa. Hal tersebut didasarkan bahwa mobilitas
elektroporetik fragmen untai tunggal pada DNA dipengaruhi oleh variasi urutan nukleotida yang
Ciperkirakan karena adanya perubahan lipatan konformasinya.
Analisis SSCP didasarkan pada adanya perubahan sekuen DNA di dalam suatu fragmen
=kan
menyebabkan mobilitas yang tidak sama pada polyacrylamid_e gel electrophoresis (PAGE),
dan hal
tersebut akan menghasilkan band yang berbeda.
Keunggulan analisis SSCP ini dibanding dengan teknik yang lain misalnya RFLP adalah
tdm.iknya yang sangat sederhana dan tidak membutuhkan peralatan yang canggih, mampu
::!endeteksi perubahan satu basa di sembarang tempat di dalam suatu fragmen DNA, sementara
�ila kita melakukan analisis dengan Restriction Fragment Length Polymorphism maka hanya
c:?2.lll pu
mendeteksi perubahan basa apabila terdapat pada sekuen yang dikenali oleh enzim
;sriksi (Ori ta et al.,1 989). Pada anilsis dengan menggunakan teknik SSCP dipengaruhi oleh
-eberapa faktor yaitu temperatur gel selama elektroforesis, konsentrasi buffer elektroforesis serta
�ya agen penghancur di dalam gel.
Sumber yodium sebagai bahan dasar pembentukan hormon tiroid bisa dari kapsul yodium,
prnm
beryodium atau makanan sumber yodium. G aram beryodium dan kapsul beryodium telah
��akan oleh pemerintah untuk penenggulangan. Kapsul yodium yang selama ini dipakai untuk
11
--1f'3ITI penanggulangan GAKI adalah Yodiol produksi Kimia Farma yang merupakan minyak
:::.::.1eti
beriodium efektif dalam kapsul lunak untuk mencegah Gangguan Akibat Kekerangan
5mn.
Setiap kapsul mengandung 200 mg !odium. Selama ini program kapsul iodium untuk
_enggulangan GAKI menggunakan dosis 200 mg sekali minum untuk pencegahan selama
n.lan, seda ngkan dosis 400 mg sekali minum untuk pencegahan selama 1 tahun dan
::.eJ�uu naan kapsul yang tidak selektif dapat menimbulkan gejala hipertiroid, oleh karena itu sejak
2009 program pemberian kapsul yodium telah dihentikan karena ada efek samping
ulnya kasus-kasus hipertiroid pasca pemberian kapsul.
penghentian mendadak program
sul tersebut disinyalir berpengaruh pada mekanisme regulasi serta mekanisme fisiologis
on
tiroid dan masih dijumpai adanya lahir kretin baru. Muncul pertanyaan masih efektifkah
�erian kapsul tersebut atau justru program penghentian kapsul yodium sudah merupakan
�ah yang tepat. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dilakukan analisa dan penelitian
�lam tentang dampak dan manfaat dari pemberian kapsul yodium. Tinjauan dari dampak
;emberian kapsul dapat ditinjau dari berbagai sudut, dalam hal ini peneliti ingin meninjau dari
�k reseptor TSH dan reseptor hormon tiroid dimana reseptor ini penting dalam mekanisme
regulasi hormon tiroid. Penelitian ini merupakan penelitian 2 tahap, dimana tahap pertama akan
:nelihat ada perbandingan efek pemberian berbagai jenis sumber yodium terhadap fungsi timid dan
13hap
kedua untuk melihat ada tidaknya polimorfisme pada gen reseptor TSH dan gen reseptor
bonn on tiroid. Hal int diasumsikan bahv·ia apabila timbul defek pada reseptor maka meskipun ada
penambahan intake yodium dari luar maka kemungkinan tidak akan menimbulkan perubahan pada
k.adar
hormone tiroid. Penelitian ini juga akan melihat dari sumber yodium yang mana yang paling
efektif untuk memperbaiki fungsi tiroid.
Saat ini penelitian ini tahap pertama sudah dilaksanakan sampai tahap intervensi selama 3
�n .
Tahap ini adalah meneruskan intervensi sampai 6 bulan dan analisa gen reseptor hormon
:!mid dan reseptor TSH.
12
11.TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan Akibat Kekurangan !odium
Masalah gizi di Indonesia saat ini yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
�engah (RPJMN) tahun 20l0-2014 adalah masalah gangguan akibat kekurangan iodium
AKI), anemia gizi besi, dan zat gizi mikro lainnya. Berdasarkan hasil Surv �i Nasional Pemetaan
�
KI
tahun 1998, prevalensi gondok endemik sebesar 9,8% dan sekitar 17 juta penduduk tinggal
ciaerah gondok endemik dengan cakupan kapsul yang rendah, sehingga potensi lahir anak kretin
masih tinggi (Muhilal, 2000). Sementara itu, berdasarkan basil evaluasi proyek IP GAKI
2003 di 28 provinsi, prevalensi gondok endemik meningkat menjadi 11% dengan nilai
:::::iOOian
ekskresi iodiurn urin sebesar 229 µg/ltr (Ditzi, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa asupan
Dlium
sudah cukup, tetapi masalah gondok masih cukup besar. Disamping itu, banyak muncul
�h-daerah yang dulunya endernik ringan atau sedang rnenjadi endemik berat.
Gangguan akibat kekurangan iodiurn merupakan fenornena gunung es dengan puncak
wranifestasi klinisnya adalah kretin endernik. GAKI dapat terjadi pada berbagai fase keh idupan,
pada janin dapat mengakibatkan abortus, lahir rnati, cacat kongenital. GAKI pada anak usia.
sekolah dapat mengakibatkan hipotiroid, gangguan turnbuh kernbang, gangguan. mental, serta
penurunan intelektual, pada usia dewasa manifestasi GAKI dapat berupa goiter, hipotiroid,
�gguan mental, me:riurunnya produktivitas serta infertilitas (WHO, 1985).
Di Indonesia, penyakit kelenjar tiroid yang berhubungan dengan kekurangan hormo:n tiroid
berada di antara sejumlah kelainan sistem endokrin yang paling sering diternukan. Diagnosis dan
terapinya berdasarkan pada prinsip fisiologi dan biQkimia hormon tiroid (Granner, 2003).
Manifestasi klinis akibat kekurangan ini adalah munculnya gondok atau goiter dan timbulnya
kretin atau cebol. Beberapa manifestasi GAKI adalah berikut ini:
l.
Gondek I Goiter
Pada awalnya, gondok endemik disamakan dengan GAKI, narnun kini orang jelas
memisahkannya, sebab gondok hanya merupakan sebagian kecil saja dari spektrum GAKI.
Penyebab utama gondok rnemang defisiensi iodiurn, tetapi sebab lain juga dikenal: goitrogen,
kelebihan iodiurn, serta status nutrisi pada umumnya (Stanbury, 1980). Gambar 1 menunjukkan
penderita gondok.
13
Gambar
1. Penderita Gondok
Mekanisme timbulnya goiter endemik adalah sebagai berikut: kekurangan iodium
_
�amb at pembentukan honnon tiroid oleh kelenjar tiroid dan sebagai aki ba tnya tidak terdapat
rmon yang meng hambat pembentukan TSH oleh hipofisis anterior. Hal ini memungkinkan
-
fisis mensekresi TSH d alam jumlah berleb ih a n . TSH kemudian menyebabkan sel-sel tiroid
msellaesi tiroglobulin dalam jumlah besar (koloid) ke dalam folikel dan kelenjar tumbuh makin
makin besar (Guy ton , 1995). Selain itu, penyebab munculnya goiter yang sederhana
disebabkan adanya sejumlah cacat metabolik
Jangka
yang diturunkan, yang melukiskan
Rzyentingan berbagai tahapan dalam bios intesis hormon tiroid. Cacat ini meliputi (1) cacat pada
gan g kutan atau transport, (2) cacat pada iodinasi, (3) cacat perangkaian, (4) defisiensi enzim
&.odinase, dan (5) prod uksi protein teriodinasi yang abnormal (Granner, 2003).
Kretin Endemik
Pada tahun 197 I pada Konferensi Goroka di Papua Nugini dipastikan bahwa pada kretin
endemik ada dua komponen besar, yaitu hipotiroida dan kerusakan susunan saraf pusat (men ta l
-aardasi, tuli
perseptif, retardasi neuromotor dan kerusakan batang otak) (Guerido, 1971).
Seseorang disebu t kretin endemik apabila ia lahir di daerah gondok endemik dan menunjukkan dua
r:IaU lebih tiga gejala ini: retardasi mental, tuli p ersep tif (sensorineutral) nada tinggi, gangguan
neuromuskuler. Ia dapat disertai atau tidak disertai dengan hipotiroidisme (Djokomoeljanto, 1987).
Gambar
2 menunjukkan pen de rita kretin dan keluarga.
14
Gambar 2. Penderita Kretin dan Keluarga
Di Zaire, tipe utama kretin adalah miksudematus (terjadi atrofi kelenjar tiroid pada harnpir
s.!C::lla
kasus) (Delange, 1972). Sedangkan di tempat Jain kebanyakan tipe neurologik atau mixed­
c:::npuran (lbhertson, 1972).
Delong (1989) berkesimpulan bahwa pada kretin neurologik, gangguan klinis yang utama
� defisiensi inte.Iektual, tuli dan
:rrex
"motor-rigidity" yang rnengisyaratkan keterlibatan neo
cerebri, ganglion basal dan cochlea (Delong, 1989). Bagian otak tersebut mengalarni
p;:ruhahan amat cepat pada trimester dua dan amat vurnerable terhadap kekurangan iodium yang
xz:manifestasi sebagai hipotiroidisme maternal pada saat ini .
.:).. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme memang terlihat jelas pada kretin tipe miksudematus. Tetapi ternyata juga
=reinukan pada populasi normal, sehingga hipotiroidisme dapat mengenai siapa saja, asal ia
liurangan iodium berat (Goslings, 1977).
Studi prospektif maupun retrospektif menunjukkan bahwa ibu hipotiroid yang hamil, maka
dsiko terjadinya aborsi akan meningkat, IMR meningkat, retardasi mental dan kelainan kongenital
;isa teijadi (Mc. Michael, 1980). Dengan demikian, faktor hipotiroidisme ibu sangat berpengaruh
crhadap perkembangan fetus. Yang paling banyak ditemukan namun kurang disadari ialah
:erebral hypothyroidism dirnana gejala lain kurang mencolok. Yang nampak hanya letargi dan
apati yang terlihat di daerah endemi. Hal ini disebabkan oelh kekurangan tiroksin di otak dimana
sel
otak mendapatkan T3 dari hasil perubahan di selnya dengan perantaraan deiodinase 1I bukan
dari produksi kelenjar tiroid (Djokomoeljanto, 2002).
15
B.
Program Penanggulangan GAKI
Program
penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan
!odium di
Indonesia telah
_::akukan sejak tahun 1970-an. Hasilnya terjadi penurunan TGR secara drastis dari
un
28,2% pada
1992 menjadi 9,8% pada tahun 1998. Namun sejak tahun 1998 sampai 2003 tidak terjadi
.•
urunan malah meningkat menjadi di atas
10% (Djokomoeljanto, 1998; Depkes, 2003). Strategi
�m penanggulangan GAKI di Indonesia melalui dua hal yaitu strategi jangka pendek dengan
.
_.berian kapsul iodium dosis tinggi dan strategi jangka panjang dengan garam beriodium.
Program kapsul beriodium mulai dilaksanakan tahun
.demik sedang dan berat (Ditzi,
_
1992 terbatas untuk daerah gondok
1992). Kapsul rninyak beriodium merupakan iodium dosis tinggi
:\)() mg) dalam larutan minyak kacang yang dikemas dalam kapsul dan diberikan satu tahun
szka.li. Sasaran dan dosis pemberian kapsul iodium pada wanita tampak keterangan di bawah ini.
Sasaran dan Dosis Kapsul !odium untuk Wanita
Dosis
Kelompok
Sasaran tahun 1992-1996
Wanita
< 12 bulan
Y2 kapsul
1-5 Tahun
1 kapsul (200 mg)
>6 tahun
2 kapsul (400 mg)
!bu hamil
1 kapsul (200 mg)
Ibu menyusui
1 kapsul (200 mg)
(100 mg)
Hasil penanggulangan jangka pendek tersebut membuahkan hasil yang
sangat signifikan,
i'211lun mulai bermunculan masalah baru yaitu masalah kelebihan iodium (hipertiroid).
Departemen Kesehatan Republik lndones.ia melalui Direktorat Jendral
cembuat
kebijakan melalui surat edaran· No.
Penanggulangan GAKI pada tanggal
JM
Bina Kesehatan masyarakat
03.03 B V/2195/95 tentang Percepatan
3 Juli 2009, antara lain menyebutkan bahwa suplementasi
i:::psul minyak beriodium dihentikan. Program penanggulangan GAKI saat ini dititikberatkan pada
renggunaan
garam beriodium untuk semua (USI), seperti di beberapa negara antara lain
Goatemala. Hasilnya menunjukkan bahwa
GAKI (Budiman,
garam beriodium sangat efektif dalam penanggulangan
2004).
Garam beriodium dipilih untuk program penanggulangan jangka panjang karena harganya
rurah,
nyaman, dan banyak digunakan ( Kartono,
J=lrla produk
makanan, tidak
mengubah
enimbulkan reaksi kimia yang merugikan.
secara masal dari air laut (ICCIDD,
2007). Selain itu, garam mudah ditambahkan
wama makanan dan apabila dicampurkan tidak
Secara universal garam beriodium dapat diproduksi
1995).
16
Sumber iodium selain garam bcriodium dan kapsul minyak beriodium adalah makanan
�·ang berasal dari laut, seperti ikan laut, cumi-cumi, udang, dan rumput laut. Kandungan
.....e"-�"" dalam ikan Jaut rata-rata 832 t
� g/kg (Koutras, 1985). Hasil taut ini dapat diolah menjadi
�ai macam produk yang menarik, enak d·ikonsumsi serta praktis, misalnya nuget, bakso ikan,
- dan lainnya.
C. tBiosintesis Hormon Tiroid
lodium merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk hormon tiroid.
� dosis iodium dalam sehari yang layak digunakan oleh manusia adalah 1 SO µg untuk
353., 200µg untuk wanita hamil, 50 µg untuk tahun pertama, 90 µg untuk usia 1 -6 tahun, 120 µg
7 - 1 2 tahun (Dunn, 1998). Kebutuhan ini di dasarkan pada keseimbangan asupan (intake) dan
Sskresi iodium dalam urin dijadikan proksi konsumsi iodium (Budiman, 2004).
Hormon tiroid yang berbahan dasar iodium diproduksi oleh kelenjar tiroid. Hormon ini
lukan untuk pertumbuhan dan perkembangan pada semua fase kehidupan manusia. Harmon
r::nm:na
yang disekresi oleh tiroid adalah tiroksin (T4) dan triidotironin (T3). T3 lebih aktif dari
T4.
KeC.ia hormon ini merupakan asam amino yang mengandung iodium (Ganong, 1995). Untuk
cernbentuk tiroksin dalam jumlah nonnal dibutuhkan kira-kira 5 0 mg iodium setiap tahun atau
kira 1 mg per minggu.
Kelenjar tiroid manusia mempunyai kemampuan untuk menyerap serta mengkonsentrasi
iioc5da sirkulasi . Transpor aktif iodida ini menggunakan energi (energy requiring process) dan
�i di bagian sel basal. Dengan melalui proses yang rumit, iodida yang telah ditangkap sel akan
C5nbah menj adi hormon melalui beberapa tahapan, yaitu ( 1 ) tahap trapping,
tt:=ap coupling,
(2) tahap oksidasi, (3)
(4) tahap penimbunan (storage), (5) tahap deionisasi, (6) tahap proteolisis, (7)
t:!hap pengeluaran honnon
dari kelenjar tiroid (Dj okomoeljanto, 1 987).
:-::· resis dan sekresi hormon timid dikontrol oleh tiga tingkatan yang berbeda: ( 1 ) tingkat dari
·
talamus, dengan mengubah sekresi TRH,
meran gsang
µerangsangan
sekresi TSH, dan
dari
reseptor
(2) tingkat hipofisis dengan menghambat dan
(3) tingkat tiroid melalui autoregulasi dan blokade atau
TSH
(Guyton,
1 995).
TSH
merupakan
faktor
primer
yang
cnengendalikan pertumbuhan sel tiroid dan sintetis serta sekresi hormon tiroid. TSH akan berikatan
:imgan reseptor TSH (TSH-R) spesifik pada membran sel tiroid dan mengaktivasi G protein­
�nim siklase-cAMP dan sistem pemberian sinyal fosfolipase. Reseptor TSH merupakan suatu
:..'"koprotein rantai tunggal yang mengandung 744 asam amino, dengan berat molekul 100.
17
Gen Reseptor TSH
TSH merupakan faktor pmner yang mengendalikan pertumbuhan sel tiroid dan
....
e'tl
... �
·s se1ta
sekresi hormon tiroid. TSH akan berikatan dengan reseptor TSH (TSH-R) spesifik
membran sel tiroid dan mengaktivasi G protein-adenilil siklase-cAMP dan sistem
-:::ei:a::-..ber n sinyal fosfolipase. Reseptor TSH merupakan suatu glikoprotein rantai tunggal yang
gcrndung 744 asam amino, dengan berat mo1eku1 1 00. Gen TSH-R m<1J1usia terletak pada
::-arnosom
1 4q31.
TSH mengatur mRNA TSH-R, meningkatkan jumlah reseptor TSH pada
bran sel tiroid (Greenspan, 2000).
E. Reseptor Hormon Tiroid
Reseptor hormone tiroid pada manusia termasuk golongan reseptor nonsteroid, sekeluarga
gan reseptor untuk estrogen, progestin, Vit D3 dan asam retinoat. Reseptor hormone tiroid
....
....usia (hTR) terdapat paling tidak tiga bentuk yaitu hTR-al , hTR-a2 dan hTR-�l. Reseptor
iIR-<I mengandung 410 asam amino, mempunyai berat molekul sekitar- 47.000 dan gennya
� pada kromosom 17. Reseptor hTR-� mengandung 456 asam amino dengan berat molekul
� 52.000 dan gennya terletak pada kromosom 3. Setiap reseptor mengandung tiga daerah
�fik yaitu suatu daerah amino terminal yang meningkatkan aktifitas reseptor; suatu daerah
gikat DNA sentral dengan dua jari-jari sistein-seng; dan suatu daerah pengikat hormone
CEmrinal karboksil. Ada kemungkinan bahwa hTR-�1 dan hTR-al merupakan bentuk reseptor
�g
aktif secara biologic, hTR-a2tidak mempunyai kemampuan rnengikat hormone tetapi
Oerikatan dengan unsure respon hormone tiroid (TRE) pada DNA dan dapat bertindak sebagai
ceoghambat aktifitas dari T3: Mutasi titik pada gen hTR-� yang menimbulkan reseptor T3
�onnal merupakan penyebab sindrom generalisata terhadap hormone tiroid (Greenspan,2000).
18
_
T4 T3
,, '
- ,'
_
", ...... ......... ·- -- - -
:
�
....
......
.. ...
':"
-- ......
• • • [�f� -�
_ .....
Gambar
3. Gambar axis hormon tiroid di sel target
eseptor hormon tiroid memegang peranan penting pada fisiologi vertebrata terutama
dan
perkembangan otak, pendengaran, pertumbuhan tulang, morfogenesis, metabolisme, usus,
_:m
jantung.Penyimpangan dari fungsi reseptor hormon tiroid merangsang beberapa defek
S!b!gai contoh adalah resistensi umum hormon tiroid. Resistensi hormon tiroid
merupakan
_rakit autosomal dominan yang _diturunkan yang disebabkan mutasi pada gen yang mengkode
a:septor hormon tiroid
p.
Resistensi hormon tiroid merupakan kondisi yang diturunkan yang
�kan jaringan target tidak respon terhadap hormon tiroid yang ditandai dengao tidak
�resinya TSH dan tingginya konsentrasi hormon tiroid (Weiss,
ein inti terdiri dari dua gen yang berbeda lokasi yaitu TRa dan
_....!
.::
!
berbeda (Samuel,
1992).
TRP
Gen. yang mengkode
terletak pada kromosom
1988).
Poin mutasi telah ditemukan dimana berhubungan dengan resistensi hormon tiroid salah
S?:IIDya
pada 2
regio
T3
binding domain dari
TR� (codon 3 1 0-347
dan
4 17-453) (Behr, 1992).
IEmm mutasi yang berbeda telah ditemukan pada 15 keluarga dan digolongkan pada 2 area T3
-:.ding domain dari
TRp,
yaitu nukleotida
1214- 1 325
dan
1598-1661
dimana guanin atau cytosin
;..:,srirusi dengan adenin atau thimidin (Weiss, 1993).
Takeda tahun
C:rla:m 2 regio
1 992
T3
juga melaporkan adanya
binding domain dari gen
segmen yang kaya CG dimana
sa;uen
TRp.
wa
TRP
dari
dan
38
mutasi yang ditemukan termasuk ke
7 1 % mutasi yang terjadi pada 9 dari 16
atau lebih C s atau G s terletak pada segmen
448
b p dari coding
Selain berasoasiasi dengan kejadian resistensi hormon tiroid polimorfisme gen
�tor hormon tiroid
•
4
37
distribusi
p berhubungan
allele
EapH
dengan kejadian penyakit Graves (Tassi,
berbeda bermakna
pada
penyakit
Graves
1995).
Dilaporkan
clan homozygot
19
i. EABH+ paling banyak frekuen sinya lebih banyak pada penyakit Graves dibanding
k lain.
RestricJkm Fragme11t Length
Polymorplri.sm (RFLP)
riction Fragment lenf.Th Pu�vmorphism (RFLP) adalah variasi ukuran fragmen DNA yang
karcna perbedaan sisi resrriksi en£im endom.1klease. Prinsip dari
_a
polimorfik sisi restriksi endonuklcase untuk masing-masing gen .
�.:sis termasuk daerah p�nyandi asam amino
(exnn},
imron:
;.1tau
metode ini adalah
.Pragmen
DNA yang
<laernh im�rgen.ik. HiiSi l
�=a:l'.Ollgan dapat berupa fragmen DNA dengan ukuran yang berbeda-beda (Glick and Pasternak,
Variasi genetik dalam
-:!l::D:ongan
populasi dapat di!i hat dengan mcnggunakan
dari genom yang sama menghasilkan variasi ukuran
1rlJP febih sederhana d i band ing dengan melakukan
-
DNA dan tidak memerlukan
Jang lama untuk analisis sampel yang banyak. Namun m etode ini
m em puny a i
hanya dapat mengetahui ada tidaknya mutas i pada sekuen yang dikena l i
.,,Jean sekuensing. (Orita et aL, i 989).
Rnmusan
karena hasil
fragmen DNA. Ana!isis dengan
seku.ensing
=gk:an tmtuk meugetahui jen.is atau tipe mutasi apa yang
RFLP
terjadi
oleh
keJemahan
enzim restri ksi
pada sekuen tersebut pertu
permasaiahan
Selama ini program kapsul iodium untuk penenggulangan GAKI menggun.akan dosis
·
minum untuk pem::egahan selama 6 bulan,
sedangkan <losis
200
mg
400 mg sekati mim.nu untuk
p:x:egahan selama 1 tahun dan penggunaan kapsul yang tidak seleJ...1if dapat menimbulknn gejaJa
t;:_.::.aritoid, oleh karena itu sejak tahun 2009 program pemberian kapsul yodi u m te1ah dihentikan
i:!::ena
ada
efek . sa mp i ng
rnunculnya
kasus-kasus
hipertiroid pasca pemberian
�entian men<ladak" program kapsul tersebut disinyaHr berpengaruh pa<la
kap su l..
mek:misme regulasi
mekanisme fisi-0Iogis honnon timid dan masih dijumpai adanya !ahir kretin baru. Muncul
-=:;:anyaan masih
efektitkah
um sudah merup akan
pemberian kapsul tersebut atau justru program pen ghentian kapsul
l angkah yang
tepat.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu
kan analisa dan penelitian mendalam tentang dampak dan man fiiat dari pe.mberian .kapsu)
�- Tinjauan dari dampak
pernberian kapsul dapai ditinjau dari berbagai sudut, dalam hal ini
meliti ingin meninjau dari aspek reseptor TSH dan reseptor hormon
;xming dalam
mekanisme
tiroid dimana reseptor
ini
regu lasi hormon tiroi.d.
20
�
�
KERANGKA TEORI
Hipotalamus
Polimorf isme
TRH
.
.
.
Polimorfisme
Polimorf isme
•
.
------- .
.
.
.
•
Polimorf isme
Hipofise
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
-Reseptor
-TSH
Iodium
Kapsule
.__....,
.... ..
'••.,
. .. . ,.
:
:
, , . I �: I l t t
11I1 I
...,
....
'•i,,
. ..
.
.
.:
.
I
...
'
TPO
_,...o.--.r
·
HzOz
T
T4
T3
DI
T
MI
I
Iodium
garam
T
.,!:"·..
'
Iodium
Makanan
llal'•tta>
II
CI04-
[ J__,
__
_
_
_
...............................
.,
Tg
Sitoplasm
T4
ir31
T41 T3
¥n
DIT
Tyr
r-
.. ,,.........�
r·
SCrr
N03
IC04
Goitrogenik
PTU
Metimazol
Karbimazol
Ill. Tujuan dan Manfaat Penelitian
L
Tujuan Umum :
Mempelajari adanya efek pemberian berbagai sumber yodium terhadap fungsi tiroid serta
pengaruhnya terhadap reseptor hormon tiroid dan reseptor TSH
21
:.. Tj uan Khusus :
lengetahui perbedaan kadar hormon FT3, FT4, dan TSH, kadar yodium dalam darah serta
C)Toglobin pada penderita gangguan fungsi tiroid sebelum dan sesudah pemberian kapsul
ndium dosis
_
200 mg.
lengetahui perbedaan kadar hormon FT3, FT4, dan TSH, kadar yodium dalam darah serta
O�Toglobin pada penderita gangguan fungsi tiroid sebelum dan sesudah pemberian kapsul
_ixlium dosis 400 mg .
lengetahu i perbedaan kadar hormon FT3, FT4, dan TSH, kadar yodium dalam darah serta
•
:.:!}Toglobulin pada penderita gangguan fungsi tiroid sebelum dan sesudah pemberian garam
�odium.
lengetahui perbedaan kadar hormon FT3, FT4, dan TSH, kadar yodium dalam darah serta
thyroglobulin pada penderita gangguan fungsi tiroid sebelum dan sesudah pemberian makanan
berbahan ikan
.�embandingkan kadar hormon FT3, FT4, dan TSH se.rta kadar yodium dalam darah pad a
penderita gangguan fungsi tiroid yang mendapat kapsul yodium dosis
200 mg dengan yang
mend apat kapsul yodium dosis 400 mg serta yang hanya mendapat garam beryodium dan yang .
mendapat ikan .
Jengetahui adanya polimorfisme pada gen reseptor TSH
.,
_
.,
..
lengetahui adanya polimorfisme pada gen reseptor tiroid
- �aat
Sebag�i masukan bagi program penanggulangan GAKI.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberi sumbangan data dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang penyakit tiroid dan dapat digunakan sebagai basic bagi
�nelitian selanjutnya untuk menangani gangguan fungsi tiroid di Indonesia.
_
Hipotesis
L
Penurunan TSH paling baik pada kelompok abon ikan tuna
,
Kenaikan FreeT4 paling baik pada kelompok abon ikan tuna
3.
Terjadi polimorfisme pada gen hTR�
22
ODE PENELITIAN
-erangka Konsep
..
R
E
Pembentukan
s
E
Ho rmon
Reseptor
Honnon
Timid
p
T
0
R
Sel
Target
Tiroid
TSH
•
Tempa t dan Waktu Penelitian :
Tempat : Kabupaten Purworejo
Waktu : Mei 20 1 2 - Desember 2012
Desain Pe nel itian
•
:
Quasi Eksperimen
enis Penelitian
Teknologi Terapan
�
Populasi dan Sample
Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling. Sampel
:::::aoleh setelah melakukan screening kepada semua WUS yang memenuhi criteria inklusi.
ila
jumlah sampel yang memenuhi criteria inklusi
�u kan maka dilakukan simple random sampling.
melebihi dari jumlah sampel yang
Semua WUS yang
memenuhi syarat
udian diberi penomoran pada secarik kertas dan dilakukan pengundian sehingga diperoleh
- orang WUS sebagai sampel penelitian. Randomisasi
dilakukan saat menentukan WUS
but masuk kelompok intervensi yang mana dari 3 kelompok perlakuan. Randomisasi
==-=.kukan dengan pengundian. Kertas-kertas yang telah bemomor urut 1 sampai 105 kemudian
bil satu persatu dengan mata tertutup, nomor yang pertama muncul akan masuk kelompok
::e::am a,
==suk
nomor kedua yang muncul maka masuk kelompok kedua,nomor ketiga yang muncul
kelompok ketiga, demikian seterusnya (berulang).
23
.: ek Penelitian :
WUS ( 1 5-45 tahun) yang memenuhi criteria inklusi dengan nilai TSH >2,5
µIU/L
Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan uji hipotesis beda mean/ rata-rata.
sampel uji hipotesis beda rata-rata
0
=i
Suatu penelitian dilakukan untuk membandingkan efek asupan iodium terhadap rata rata
nilai TSH. Untuk mengendalikan bias cara pemilihan lokasi dengan wilayah dengan
asupan garam rendah. Kab Purwor�jo menurut survei gaki 2003 memiliki 34,7% garam
yang tidak mengandung iodine dan 26,7% yg inadequate.
Pada penelitian lalu di laporkan bahwa rata rata nilai TSH setelah intervensi garam 2,6 ±
1.5 dari sebelumnya 1,5 ± 1,4,sehingga ada perbedaan 1, 1 µlU/ml(Djoko 2010)
Asumsi (dari ref):
Nilai normal TSH : 0,3 - 6.2 µlU/ml
'a = 5%
]-� = 90%
·n: = l,4 standar deviasi (laporan Djoko 2010)
·rr?- = 1 '96
·µo =3 test value of the population
·µ �= 2,2 (asumsi)
�iaka didapat jumlah n =33, jadi total sampeI per kelompok perlakuan 35 ( 2 sampel sebagai
cadangan j ika ada yang DO )
Besar sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang untuk masing-masing kelompok ( ada 3
Aelompok perlakuan ) jadi total l 05 orang Besar sampel dihitung dengan menggunakan uji
hipotesis beda 2 proporsi
Sampel tersebut diperoleh terlebih dahulu dengan melakukan skrening pada semua
WUS
:r.mg ada di daerah tersebut.
-
Kriteria Ink lusi :
•
Sampel menetap di desa tersebut minimal 5 tahun
•
WUS umur 1 5-45 tahun,
24
•
Memiliki nilai TSH > 2,5 µIU/rnl
•
Bersedia turut dalam penelitian ini
hrl1eria eksklusi
Menderita sakit kronis
*
*
Menderita alergi ikan laut
Yariabel
Data yang dikumpulkan
•
Data identitas
•
Data kesehatan dan keluhan yang terkait dengan GAKI
•
Data Biokimia yaitu TSH, T4 bebas dan FT3 serta kadar yodium darah, urin
•
Data Isolasi DNA
•
Data kebiasaan rnakan dan konsumsi zat gizi
lrariabel b ebas
Pemberian kapsul yodium dosis 400 mg dan 200 mg.
Pemberian garam beryodium
Pemberian ikan laut 2 kali seminggu
\�ariabel terikat
Kadar TSH, Free T4, free T3 , serta kagar yodium dalam darah dan urin
Carn pengumpulan data dan metode yang diguna kan
Data identitas : yaitu nama, umur, jenis kelamin, pemakaian kontrasepsi dilakukan dengan
metode wawancara menggunakan kuesioner.
.:bta kesehatan : data klinis dikurnpulkan melalui pemeriksaan klinis dan anamnesa yang
dilakukan oleh dokter
!lata konsumsi makanan maupun data konsumsi zat goitrogenik dikumpulkan oleh ahli gizi
dengan wawancara menggunakan metode FFQ
1J2:ta Sosek dan Kesling dikumpulkan dengan cara anamnesa
:Jata biokimia : pengambilan darah
untuk pemeriksaan biokimia dilakukan oleh analis
kesehatan yang sudah dilatih. Darah diambil sebanyak 5 cc pada daerah vena rnediana
cubiti dengan menggunakan jarum terumo 5 ml. Darah yang diambil kemudian dibagi
menjadi 2 bagian, 3 cc darah untuk analisa kadar serum TSH dan Free T4, Free T3,
25
dengan menggunakan metode ELISA serta analisis kadar yodium dalam darah. 2 cc
darah sisanya dimasukkan ke dalam bufer lisis untuk analisa DNA. . Data yodium dalam
urin dikumpulkan dengan earn menampung urin sewaktu sebanyak ±
50 m l urin
kemudian urin tersebut dianalisis menggunakan metode spektrofotometer.Analisa kadar
yodium dalam urm dilakukan oleh analis kesehatan yang telah berpengalaman di
BP2GAKI.
:::hm DNA dikumpulkan dengan cara memasukkan 2
cc
darah ke dalam tabung conical yang
telah berisi 5 ml larutan bufer lisis. Kemudian DNA diisolasi dan disimpan pada suhu
minus 20 ° C untuk dianalisa ada tidaknya polimorfisme gen TSHR dan hTR
26
Bab an, cara kerja dan tahapan pelaksanaan penelitian
PERSIAPAN, PENDATAAN, SELEKSI
..e
lompok I ·
3.5 sampel
:ndium : TSH,
--::-:3,Tg, Kadar
darah dan
DNA
Kelornpok II
35 sampel
Status Iodiurn : TSH,
FT4,FT3,Tg, Kadar
yodium darah dan
DNA
lntervensi dengan
garam beryoclium
I Bulan ke- 3
Intervensi dengan
kapsul yodium
400mg
Bulan ke- 3
Status !odium :
TSH,FT4, FT3, Tg
kadaryodium darah
cl::m t1rin . .
Bulan ke-6
bulan ke-6
� !odium :
TSH,FT4, FT3,Tg
Ji:::iar yodium
::=ili dan urin,
,,.
Status !odium :
TSH,FT4, FT3, Tg
kadar yodium
darah clan urin,
Kelompok III
35 sampel
Status !odium : TSH,
FT4,FT3, Tg,Kadar
yodium darah dan ,
DNA
i
Intervensi dengan
garam beryodium
i
Intervensi ikan 2
kali seminggu
lo
I
Bulan ke-3
Status Iodium :
TSH,FT4, FT3, Tg
kadar yodium darah
dan urin,
'"
I Bulan ke-6
Status !odium :
TSH, FT4,FT3,
Tg,kadar yodium
darah dan urin,
27
TSH dan Free T4,
dan T3, UIE
Penderita
gangguan
fungsi
tiroid
so as1
protein
Normal
lsolasi DNA
Pemotongan dengan
enzim restriksi dan
analisa SSCP
Elektroforesis
sequensing
�gan :
Persiapan meliputi penyusunan proposal, penyusunan protokol, ijin penelitian,
:a:s:apan daerah lokasi, persiapan alat, Persiapan bahan seperti kuesioner, kapsul yodiurn dosis
mg
dan 400 mg, reagensia, kalibrasi alat, valida:si petugas lapangan untuk rnelakukan
- '21lcara dan pemeriksaan. Validasi petugas dilakukan dengan mengadakan pelatihan.
� lapangan berasal dari BPP GAKI dan puskesmas setempat. Persiapan lokasi penelitian
ayah kabupaten Purworejo yaitu di desa Pituruh.
Pendataan sarnpel dilakukan dengan mendata WUS di wilayah desa Pituruh yang
=:.:::::::en
u hi criteria inklusi dan kemudian dilakukan skreening TSH. Apabila TSH > 2,5 µIU/ ml
- masuk kriteria inklusi maka responden masuk sebagai sampel penelitian. Dari data yang
_
akan diperiksa kesehatan, dan diperiksa kadar serum TSH dan Free T4, FreeT3,
�obulin dan kadar yodium dalam darah serta urin, selain itu juga dilakukan Isolasi DNA
_, dianalisis gen TSHR, dan gen hTR dengan metode RLFP dan SSCP serta jika ada
::Oorfisme kemudian dilakukan sequensing.
Sarnpel dengan kadar TSH >
2,5
µJU/ml
kemudian dibagi dalam 3 kelompok yaitu
pok I sebanyak 3 5 orang diberi kapsul yodiurn 400 mg, kelompok II sebanyak 35 orang
28
· kapsul 200 mg. Kelompok III tid-ak- di beri kapsul yodium tapi diberi konsumsi ikan tuna
rnk abon 10 gr, 2 kali seminggu.
Sebelum diberikan intervensi kapsul yodium, semua
mpok perlakuan akan mendapat garam dengan rnerk dan kadar yodium yang sama umuk
ngunakan sehari-hari selarna 6 bulan. Setelah 3 bulan dan 6 bulan diintervensi kemudian
diambil lagi untuk pemeriksaan serum TSH dan Free T4, FreeT3, thyroglobulin serta
yodium dalam darah, urin dan juga diambil darah untuk isolasi DNA s;rta dianalisis gen
:-IR dan gen hTR. Pemberian kapsul iodium 200 mg untuk pemakaian selama 6 bulan
�00 mg untuk pema kaian selama satu tahun i tu berdasarkan progra m pemeri ntah
g pemberian kapsul iodium
DNA yang sudah berhasil di isolasi maka dilakukan amplifikasi menggunakan PCR dengan
er khusus untuk gen TSHR dan gen hTR. Kemudian Gen TSHR dan gen hTR dianalisis
=
atmakan metode RFLP dan SSCP. Apabila dari hasil RFLP dan SSCP ditemukan adanya
,-pita yang berbeda dengan individu normal maka analisa dilanjutkan dengan sequensing
untu k mengetahui basa mana yang berbeda
•
.
. Rencana pengolahan, analisa data dan pengenda lian mutu
·
a data
Analisa data menggunakan uji Anova dan t-test untuk melihat adanya perbedaan antar
;:mpok sedangkan ilji multivariate untuk melihat adanya hubungan antara pemberian kapsul
-
rn
dosis 400 mg dan 200 mg dengan perubahan serum TSH, Free T4, Free T3,
"=oglobulin serta kadar yodium dalam darah dan urin. Data deskriptif dilakukan untuk
_
beri gambaran ada tidaknya polimorfisme· pada gen TSHR rnaupun gen hTR dan
;aimana hubungannya dengan gambaran fungs i tiroid.
�endalian mutu
Tahap persiapan : validasi bagi pengukur antropometri dan pewawancara sampel, kalibrasi
alat, uji coba kuesioner, uj i alergi.
Tahap pengumpulan data : supervise lapangan dan verifikasi setiap data yang telah
dikumpulkan.
Tahap pengolahan data : cleaning dan editing data.
29
e. Definisi operas ional
� ?ciabel
.
.
�
,
'�T4
:tree T3
�
yodium
dalam
....'!rah
.
K:nsumsi zat gi zi
Deskripsi
Kadar Tiroid Stimulating
Hormon
(TSH)
yang
menggambarkan
seseorang
menderita
gangguan
akibat
kekurangan iodium atau
tidak
Kadar bebas hormone
Tiroksin
(Tetraiodotironin)
yang
menggambarkan
seseorang
menderita
kekurangan iodium atau
tidak
Kadar bebas hormone
triiodotironin
yang
menggambarkan
seseorang
menderita
kekurangan yodiurn atau
tidak
Kadar
Yodium dalam
darah
yang
dapat
menggambarkan yodium
yang digunakan
oleh
tubuh untuk membentuk
ormone tiroid
Konsumsi zat g1z1 yang
dikumpulkan
berdasar
metode FFQ
.
.
Skala dan Nilai atribut
Rasia
I
.
Rasia
Rasia
Rasio
Rasia
30
•
.
Pertimbangan Etik
Informed consent dari WUS yang menjadi sampel dimintakan persetujuannya. Dalam
!nrmed consent terdapat penjelasan kepada rcsponden tentang manfaat mengikuti penelitian
- dan penjelasan bahwa pelaksanaan penelitian ini tidak mengganggu kenyamanan responden
:.:Heal Clearance dimintakan dari Komisi Etik yang ada di Badan Litbangkes, DepKes RI.
.
31
VI. HASIL
Telah dilakukan screening terhadap 297 orang WUS
umur 15
-
45 tahun di kecamatan
Pituruh, Kabupaten Purworejo dan diperiksa kadar TSH serumnya. Dari hasil screening tersebut
diperoleh 105 orang sampel yang memenuhi criteria inklusi kemudian dibagi menjadi 3 kelompok
masing-masing 35 orang WUS. Kelompok pertama diintervensi dengan kapsul iodium 200 mg
dan kelompok kedua diintervensi dengan kapsul iodium 400 mg serta kelompok ketiga diberi
abon ikan tuna 10 gram tiap dua hari sekali. Jntervensi pada ketiga kelompok dilakukan selama 6
bulan, data diambil pada bulan ke-0, bulan ke-3 dan bulan ke-6 bulan dan didapatkan hasil sebagai
berikut :
1.
Kara ktcristik sampel
Tabel I .Karakteristik sample pada ketiga kelompok perlakuan
I
Variabel
Umur (tah u n)
� 20
21 - 30
3 1 - 40
> 40
Tota l
Kelompok Kapsul
Kelompok Kapsul
Kelompok
lodium 200 mg
Iodium 400 m2
Abon lkan Tuna
n
%
n
%
n
%
3
13
IO
4
30
IO
43,3
33,3
1 3,4
100
3
9
10
13
35
8,6
25,7
28,6
37,1
100
1
IO
16
2
29
3,4
34,5
55,2
6,9
100
1
18
11
30
3 ,3
60
36,7
100
4
27
4
35
1 1 ,4
77,1
1 1 ,4
100
0
26
3
29
0
89,7
10,3
100
2
0
12
0
16
30
6,7
0
40
0
53,3
100
4
2
20
1
8
35
1 1,4
5,7
57,1
2,9
22,9
100
10
2
10
1
6
29
34,5
6,9
34,5
3,4
20,7
100
.
Pendidikan
0
<9
9- 1 2
Tota l
Pekeriaan
Buruh
Pedagang
Petani
Pns
Tidak kej
ra
Total
Pada tabel
1 tampak bahwa pada kelompok yang diintervensi dengan kapsul iodium 200 mg
;ialing banyak berumur 21-30 tahun (43,3%), sedangkan pada kelompok yang diintervensi dengan
32
kapsul iodium 400 mg paling banyak berumur > 40 tahun (37, I%), pada kelompok yang diberi
abon ikan tuna sebagian besar (55)%) berumur 3 1 - 40 tahun. Tingkat pendidikan pada ketiga
kelompok tersebut mayoritas kurang d ari 9 tahun yaitu 60 % untuk kelompok kapsul iodium 200
mg, 77, I % untuk kelompok iodium 400 mg dan 82,9% pada kelompok abon ikan tuna, ha! ini
tentunya akan berkaitan dengan tingkat pemahaman dan kepatuhan selama intervensi. Disamping
itu tingkat pendidi kan juga akan berkaitan dengan pekerjaan yang dijalani oleh responden. Pada
kelompok ketiga kelompok mayoritas pekerjaan responden adalah petani pemilik.
2. Status Gizi
Salah satu variabel penting yang dapat berpengaruh pada status iodium seseorang adalah
status gizi. Gambaran status gizi WUS pada ketiga kelompok penelitian disajikan pada tabel 2.
Tabel 2 . Distribusi WUS berdasarkan status gizi pada ketiga kelompok penelitian
Kelompok
kelompok Kapsul Iodium
Kelompok Kapsul
200 mg
Iodium 400 mg
IMT
Kurns sekali
Kurns
Normal
Gemuk
Obesitas
Total
n
0
0
24
3
3
30
.
%
0
0
80
10
JO
1 00
n
1
4
19
6
5
35
%
2,9
1 1 ,4
54,3
17,1
14,3
100
Kelompok Abon
Ikan Tuna
n
1
2
22
,.,
;)
1
29
%
3,4
6,9
75, 9
10,4
3,4
100
Pada tabel 2 tampak bahwa sebagian besar responden mempunyai status gizi normal yaitu sebesar
80% untuk kelompok kapsul iodium 200 mg dan 54,3% untuk kelompok kapsul iodium 400 mg
dan 75,9 % pada kelompok abon ikan tuna.
4. Fungsi tiroid dan status iodium
Fungsi tiroid dapat dilihat dari kadar hormone TSH dan FreeTiroksin (T4) dalam serum,
sedangkan status iodium seseorang dapat dilihat dari kadar iodium dalam urin (UIE). Mean Delta
atau rata-rata penurunan kadar TSH, FreeT4 serta kadar yodium dalam urine (UIE) pada ketiga
kelompok baik pada bulan ke-3 dan ke-6 intervensi tampak pada tabel 3, tabel 4, dan tabel 5.
33
Tabel 3.
Mean Delta kadar TSH. FreeT-t. dan UIE sebelum dan sesudah intervensi ( 3 bulan
pertama dengan 3 bulan kedua) pada ketiga kelompok
Variabcl
Kelompok Kapsul Jodi um 200
me.
Kelompok Abon lkan Tuna
me.
Mean
Mean
Mean
Mean
Mean
J\llean
d elta
delta
delta
0-3
delta
delta
3-6
delta
buIan
bu Ian
bulan
bu Ian
bulan
bu Ian
-0,976
0,300
0,032
-1,68
-0,04
0,001
-l,86
0,39
0,000
-0, 1 76
0,293
0,000
-0,038
0, 1 3 5
0,097
-0,08
0, 1 2
0 , 1 00
320,60
-34,7
0,001
587,63
-227,83
0,000
1 85,93
28,52
0,022
0-3
�adar TSH
Kelompok Kapsul Iodium 400
p
p
0-3
3-6
p
3-6
( µlU/L )
.1Kadar fT4
ng/dl)
�adar UlE
µg/L )
Pada tabel 3 tampak bahwa pada kelompok kapsul iodium 200 mg pada 3 bulan pertama terjadi
penurunan nilai rata-rata kadar TSH sebesar 0,976 µIU/L dan pada 3 bulan kedua terjadi kenaikan
nilai TSH sebesar 0,300 �t lU/L dan perbedaan tersebut bermakna secara statistik (P<0,05). Pada
kelompok ini juga terjadi rata-rata penurunan kadar FreeT4 pada 3 bulan pertama 0,176 ng/dl
diikuti rata-rata kenaikan kadar FreeT4 pada 3 bulan kedua sebesar 0,293 ng/dl dan perbedaan
tersebut bermakna secara statistik (P<0,05) , sedangkan pada kadar UIE terjadi rata-rata kenaikan
pada 3 bulan pertama sebesar 320,60 µg/L diikuti rata-rata penurunan sebesar 34,7 µg/L dan
perbedaan tersebut be�makna secara statistik (P<0,05). Pada kelompok yang diberi kapsul iodium
400 mg terjadi rata-rata penurunan kadar TSH sebesar 1,68 µIU/L pada 3 bulan pertama diikuti
rata-rata penurunan pada 3 bulan kedua sebesar 0,04 µIU/L dan perbedaan tersebut bermakna
secara statistik (P<0,05). Pada kelompok ini juga terjadi rata-rata penurunan kadar FreeT4di 3
bulan pertama namun diikuti rata-rata kenaikan d i 3 bulan kedua namun tidak berbeda bermakna
secara statistik (P>0,05). Pada 3 bulan pertama rata-rata kenaikan kadar UIE sebesar 587,63 µg/L
diikuti penurunan rata-rata UIE sebesar 227,83 µg/L pada 3 bulan kedua dan berbeda bermakna
secara statistik. Pada kelompok yang diberi ikan tuna terjadi rata-rata penurunan kadar TSH
sebesar 1,86 µIU/L pada 3 bulan pertama diikuti rata-rata kenaikan kadar TSH sebesar 0,39 µIU/L
pada 3 bulan kedua dan berbeda bermakna secara statistik. Pada kelompok ini juga terjadi rata-rata
penurunan kadar FreeT4di 3 bulan pe1tama namun diikuti rata-rata kenaikan di 3 bulan kedua
namun tidak berbeda bermakna secara statistik (P>0,05), sedangkan pada kadar UIE terjadi rata­
rata kenaikan sebesar 1 85,93 µg/L pada 3 bulan pertama diikuti rata-rata kenaikan sebesar
28,52µg/L pada 3 bulan kedua dan berbeda bermakna secara statistik (P<0,05).
34
Tabet 4. Mean Delta kadar TSH, FreeT4, dan UIE sebelum dan sesudah intervensi ( 3 bulan
dengan 6 bulan) pada ketiga kelompok
Variabel
..:J(adar TSH
µIU/L )
..:J<.adar FT4
ng/dl)
�adar U IE
pg/L )
Kelompok Kapsul Iodium 200
Kelompok Kapsul lodium 400
mg
mg
Mean
Mean
delta
delta
p
Mean
Mean
delta
delta
p
Kelompok Abon [kan Tuna
Mean
Mean
delta
delta
p
0-3
0-6
0-3
0-6
0-3
0-6
bulan
bulan
bulan
bulan
bulan
buIan
-0,976
-0,676
0,489
-1,68
-1,72
0,880
-1,86
-1 ,47
0,05
-0,176
0, 118
0,000
-0,038
0,097
0,088
-0,08
0,04
0,042
320,60
285,90
0,495
587,63
359,80
0,000
185,93
2 12,83
0,491
Pada tabel 4 tampak bahwa pada kelompok kapsul iodium 200 mg pada 3 bulan pertama terjadi
penurunan nilai rata-rata kadar TSH sebesar 0,976 µ IU/L dan pada 3 bulan kedua juga terjadi
penurunan nilai TSH sebesar 0,676 �dU/L dan perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik
(P>0,05). Pada kelompok ini juga terjadi rata-rata penurunan kadar FreeT4 pada 3 bulan pertama
0,176 ng/dl diikuti rata-rata kenaikan kadar FreeT4 pada 3 bulan kedua sebesar 0,118 ng/dl dan
perbedaan tersebut bermakna secara statistik (P<0,05) , sedangkan pada kadar DIE terjadi rata-rata
kenaikan pada 3 bulan pertama sebesar 320,60 µg/L diikuti rata-rata kenaikan sebesar 285,9 µg/L
dan perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (P>0,05). Pada kelompok yang diberi
kapsul iodium 400 mg terjadi rata-rata penurunan kadar TSH sebesar 1,68 µ IU/L pada 3 bulan
pertama diikuti rata-rata penurunan pada 3 bulan kedua sebesar 1,72 µIU/L dan perbedaan tersebut
tidak bermakna secara statistik (P>0,05). Pada kelompok ini juga terjadi rata-rata penurunan kadar
FreeT4 di 3 bulan pertama namun diikuti rata-rata kenaikan di 3 bulan kedua namun tidak berbeda
bermakna secara statistik (P>0,05). Pada
3 bulan pertama rata-rata
kenaikan kadar UIE sebesar
587,63 µg/L diikuti rata-rata kenaikan UIE sebesar 359,8 µg/L pada 3 bulan kedua dan berbeda
bermakna secara statistik {P<0,05). Pada kelompok yang diberi ikan tuna terjadi rata-rata
penurunan kadar TSH sebesar 1,86 µ IU/L pada 3 bulan pertama diikuti rata-rata penurunan kadar
TSH sebesar 1,47 µIU/L pada 3 bulan kedua dan tidak
berbeda bermakna secara statistik
(P=0,05). Pada kelompok ini juga terjadi rata-rata penurunan kadar FreeT4di 3 bulan pertama
namun diikuti rata-rata kenaikan di 3 bulan kedua dan berbeda bermakna secara statistik (P<0,05),
sedangkan pada kadar UIE terjadi rata-rata kenaikan sebesar 185,93 µg/L pada 3 bulan pertama
diikuti rata-rata kenaikan sebesar 212,83 µg/L pada 3 bulan kedua dan tidak berbeda bermakna
secara statistik (P>0,05).
35
Tabel 5. Mean Delta kadar TSH, FreeT4, dan UIE sebelum dan sesudah intervensi (6 bulan
dengan 3 buIan kedua) pada ketiga kelompok
Variabel
Kelompok Kapsul !odium
Kelompok Kapsul !odium
400
Mean
Mean
Mean
delta
delta
delta
delta
buIan
3-6
0-6
bu Ian
bu Ian
bulan
-0,676
0,300
0,000
-1,72
-0,04
0,000
0, 1 1 8
0,293
0,004
0,097
0,135
285,90
-34,7
0,000
359,8
-227,83
0-6
Kadar TSH
( µIU/L )
Kadar FT4
( ng/dl)
Kadar UIE
( µg/L )
200
m2
Mean
me:
p
Kelompok Abon lkan Tuna
p
3-6
Mean
Mean
delta
delta
p
3-6
0-6
buIan
buIan
- 1 ,47
0,39
0,000
0,413
0,04
0,124
0;248
0,000
2 12,83
28,52
0,000
.
Pada tabel 5 tampak bahwa pada kelompok kapsul iodium 200 mg pada 6 bulan intervensi ter:jadi
penurunan nilai rata-rata kadar TSH sebesar 0,676 µIU/L dan pada 3 bulan kedua
terjadi
kenaikan nilai TSH sebesar 0,3 µIU/L dan perbedaan tersebut bermakna secara statistik (P<0,05).
Pada kelompok ini juga terjadi rata-rata kenaikan kadar FreeT4 pada 6 bulan sebesar 0, 1 1 8 ng/dl
_
diikuti rata-rata kenaikan kadar FreeT4 pada 3 bulan kedua . sebesar 0,293 ng/dl dan perbedaan
tersebut bermakna secara statistik (P<0,05) , sedangkan pada kadar UIE terjadi rata-rata kenaikan
pada 6 bulan
sebesar 285,9 µg/L diikuti rata-rata penurunan sebesar 34,7 µg/L dan perbedaan
tersebut bermakria secara statistik (P<0,05). Pada kelompok yang diberi kapsul iodium 400 mg
te1jadi rata-rata penurunan kadar TSH sebesar 1 ,72 µIU/L pada 6 bulan pertama diikuti rata-rata
penurunan pada 3 bulan kedua sebesar 0,04 µIU/L dan perbedaan tersebut
bermakna secara
statistik (P<0,05). Pada kelompok ini terjadi rata-rata kenaikan kadar FreeT4 di 6 bulan pertama
diikuti rata-rata kenaikan di 3 bulan kedua namun tidak berbeda bermakna secara statistik
(P>0,05). Pada 3 bulan pertama rata-rata kenaikan kadar UIE sebesar 359,8 µg/L diikuti rata-rata
penurunan UIE sebesar 227 ,83 µg/L pada 3 bulan kedua dan berbeda bermakna secara statistik
(P<0,05). Pada kelompok yang diberi ikan tuna terjadi rata-rata penurunan kadar TSH sebesar 1 ,47
µIU/L pada 6 bulan pertama diikuti rata-rata kenaikan kadar TSH sebesar 0,39 µIU/L pada 3
bulan kedua dan berbeda bermakna secara statistik (P<0,05). Pada kelompok ini juga terjadi rata­
rata kenaikan kadar FreeT4di 6 bu!an pertama dan diikuti rata-rata kenaikan d i 3 bulan kedua dan
tidak
berbeda bermakna secara statistik (P>0,05), sedangkan pada kadar UIE terjadi rata-rata
kenaikan sebesar 2 1 2,83 µg/L pada bu!an pertama diikuti rata-rata kenaikan sebesar 28,52 µg/L
pada 3 bu Ian kedua dan berbeda bermakna secara statistik (P<0,05).
36
Tabel 6.
Distribusi WUS berdasarkan kadar TSH serum pada ketiga kelompok ( bulan ke-0, bulan
ke-3 dan bulan ke-6)
Status
TSH
Kelompok Kapsul
Kelompok Kapsul lodium
Iodium 200 mg
400 mg
�
Kelompok Abon Ikan Tuna
(µIU/L)
< 0,3
0,3 - 6,2
> 6,2
Total
I
Bulan 0
Bulan 3
Bulan 6
Bulan 0
Bulan 3
Bulan 6
Bulan 0
Bulan 3
Bulan 6
0
0
1
0
0
2
0
1
0
(0 %)
(0%)
(3,3%)
(0%)
(0 %)
(5,7%)
(0%)
(2,9%)
(0%)
31
33
27
33
35
31
32
33
27
(90%)
(94,3 %)
(100 %)
(88,6%)
(91 ,4%)
(94,3%)
(93,1%)
(93,9%)
(100 %)
2
0
2
2
0
2
3
I
2
(6, 1 %)
(0 %)
(6,7%)
(5,7 %)
(0 %)
(5,7%)
(8,6%)
(2,9%)
(6,9%)
33
33
30
35
35
35
35
35
29
(100 %)
(100%)
( 1 00%)
( 1 00%)
(100%)
( 100%)
( 100%)
(100%)'
( 1 00%)
Tampak pada tabel 6 bahwa setelah 6 bulan intervensi_ jumlah WUS dengan TSH < 0,3
µIU/L di kelompok iodium 200 mg ada 1 orang (3,3%), dan di kelompok kapsul iodium 400 mg
ada 2 orang serta di kelompok abon ikan tuna tidak ada yang nilai TSH nya kurang dari normal.
Jumlah WUS dengan TSH normal (0,3 - 6,2 µIU/L) pada ketiga kelompok mengalami penurunan,
sedangkan jumiah WUS yang mempunyai kadar TSH > 6,2 µIU/L meningkat menjadi 2 orang (
6,7%) di kelompok kapsul iodium 200 mg dan 2 orang (5,7 %) di kelompok kapsul iodium 400 mg
serta 2 orang (6,9%) di kelompok abon ikan tuna.
Fungsi tiroid berdasarkan nilai FreeT4 dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu kadar
FreeT4 < o,8 ng/dl, kadar FreeT4 0,8-2,0 ng/dl serta kadar FreeT4 >2,0 ng/dl. Hal tersebut
ditampilkan pada table 7
37
Tabel 7. Distribusi WUS berdasarkan Nilai FreeT4 pada ketiga kelompok ( bulan ke-0, bulan ke3, dan bulan ke-6)
Status
Kelompok Kapsul
Kelompok Kapsul lodium
FreeT4
Iodium 200 mg
400 mg
Kelompok Abon lkan Tuna
(ng/dl)
<0,8
0,8 - 2,0
Bulan 0
Bulan 3
Bulan 6
Bulan 0
Bulan 3
Bulan 6
Bulan 0
Bulan 3
Bulan 6
1
0
0
0
0
4
0
0
0
(3%)
(0%)
(0%)
(O %)
(O %)
( 1 1 ,4%)
(0%)
(0%)
(0%)
31
33
30
35
35
29
34
33
29
(100 %)
( 1 00%)
(100 %)
(100 %)
(82,9%)
(97,1%)
(94,3%)
(100%)
I
0
0
0
0
2
1
2
0
(3%)
(0 %)
(0%)
(0 %)
(0%)
(5,7%)
(2,9%)
(5,7%)
(0%)
33
33
30
35
35
35
35
35
29
( 1 00 %)
(100%)
(1 00%)
(l00%)
(100%)
(l00%)
(100%)
(100%)
(94%)
>
2,0
Total
(l 00%)
Tabel 7 menunjukkan setelah 6 bulan intervensi tidak ada WUS dengan kadar FreeT4
<
0,8 ng/dl
pada kelompok kapsul iodium 200 mg dan pada kelompok -abon ikan tuna. Namun pada kelompok
kapsul iodium 400 mg ada 4 orang (1 1 ,4%). WUS dengan nilai FreeT4 normal (0,8 - 2 ng/dl)
persentasenya menurun hanya di kelompok kapsul iodium 400 mg (82,9%), sedangkan WUS
dengan kadar FreeT4 > 2 ng/dl hanya ada dikelompok kapsul iodium 400 mg (5,7%).
Status iodium berdasarkan kadar iodium dalam urin (UIE) dikategorikan menjadi 4
kelompok yaitu kadar UIE
<
100 µg/L, kadar UIE 100 - 199 µg/L, kadar UIE 200 - 299 µg/L
serta kadar UIE > 300 µg/L. Distribusi WUS berdasarkan status iodium tampak pada tabel 8.
38
D istribusi WUS berdasarkan status UIE pada ketiga kelompok perlakuan (bulan ke-0,
bulan ke-3, bulan ke -6)
Tabel 8.
Status UIE
Kelompok Kapsul
lodium 200
(mg/L)
< 100
100 - 199
200 - 299
>300
Total
I
Kelompok Kapsul Iodium
Kelompok
Aboil lkan Tuna
400mg
mg
Bulan 0
Bulan 3
Bulan 6
Bulan O
Bulan 3
Bulan 6
Bulan 0
Bulan 3
Bulan 6
22
3
0
24
0
0
20
2
l
(66,7%)
(9,1%)
(0%)
(68,6 %)
(0%)
(0%)
(57,1%)
(5,7%)
(3,4%)
10
2
2
7
2
I
11
8
5
(30,3%)
(6,1 %)
(6, 7%)
(20,3 %)
(5,7 %)
(2,9%)
(31 ,4%)
(22,9%)
(1 7,2%)
0
9
11
3
l
6
2
11
9
(0%)
(27,3 %)
(36,7%)
(8,6 %)
(2,9 %)
(1 7, 1%)
(5,7%)
(31,4%)
(31%)
I
19
17
l
32
28
2
14
14
(3%)
(57,6%)
(56,7%)
(2,9%)
(91,4%)
(80%)
(5,7%)
(40%)
(48,3%)
33
33
30
35
35
35
35
35
29
(100%)
(100 %)
(100%)
(100%)
(1 00%)
(100%)
(1 00%)
(100%)
(100%)
Tabel 8 menunjukkan bahwa setelah
6 bulan intervensi jumlah
WUS _dengan kadar UIE
· 100 µg/L hanya ada kelompok abon ikan tuna sebanyak 1 orang (3,4%).
<
WUS dengan UIE normal
( 1 00-199 µg/L) persentasenya menu run pada kelompok kapsul iodium 400 mg dan abon ikan tuna.
Pada kelompok laipsul iodium 200 mg dan kapsul iodium 400 mg jumlah WUS dengan kadar UIE
200- 299 µg/L meningkat jumlah atau persentasen ya, 1 1 orang (36,7%) pada kelompok kapsul
iodium 200 mg dan 6 orang ( 1 7 , 1 %) pada kelompok kapsul iodium 400 mg. WUS dengan excess
iodium (UIE > 300 µg/L )
persentasenya meningkat dari 40 % menjadi 48,3% terjadi pada
kelompok abon ikan tuna.
5.
Uji ANOVA untuk delta mean an tar kctiga kelompok perla kuan
Uji
ANOV A dilakukan untuk melihat perbedaan delta (D.) mean TSH, FreeT4 dan UIE
antar ketiga kelompok . Gambaran delta mean TSH,FreeT4 dan UIE tampak pada tabel 9
Tabel 9. Gambaran Rata-rata delta TSH, FreeT4, dan UIE pada ketiga kelompok perlakuan antara
bulan ke-0, bulan
ke-3 dan bulan ke-6
F
F
6 FreeT4
F
p
Waktu
6 UIE
0-3
6 UIEo.3
22,049
0,000
6 TSHo.3
2,86
0,062
6 FreeT40.3
1 ,608
0,206
3-6
!'!. UIE3-6
7,142
0,001
6 TSH3-6
0,564
0,571
6. FreeT43-6
2,327
0,103
0-6
!'!. UIEQ-6
5,249
0,007
6 TSHo.6
2,406
0,96
6 FreeT4o.6
0,357
0,701
p
6 TSH
p
39
Uji ANOVA menunjukkan rata-rata perubahan TSH dan FreeT4 pada kelompok kapsul iodium
200 mg, kapsul i.odium 400 mg maupun pada kelompok abon ikan tuna tidak berbeda bermakna
secara statistik
baik pada 3 bulan pertama, 3 bulan kedua maupun pada 6 bulan setelah
intervensi· (P>0,05) sedangkan rata-rata pembahan kadar UIE pada ketiga kelompok baik pada 3
bulan pertama, tiga bulan kedua maupun 6 bulan berbeda bermakna secara statistik ( P<0,05).
6. Polimorfisme gen TSHR dan hTR
Pada awal penelitian ini darah juga diarnbil untuk dilakukan analisa DNA. DNA yang sudah
diisolasi kemudian dilakukan amplifikasi PCR dengan primer tertentu dan kemudian d ilanjutkan
pemotongan dengan enzim EcoRI pada gen TSHR dan enzim Hindlll pada gen hTR.
Amplifikasi PCR pada gen TSHR dapat dilihat pada gambar 4.
Garnbar 4 . Hasil amplifikasi PCR pada D72 7E gen TSHR
Sedangkan basil optimasi atau amplifikasi PCR pada gen hTR tampak pada gambar 5
40
Gambar 5.
Basil amplifikasi PCR pada gen hTR
DNA hasil PCR kemudian dipotong dengan enzim restriksi HindIII dan hasil pemotongan
tersebut tampak pada gambar 6.
Garn bar 6.
Hasil pemotongan dengan enzim restriksi HindIII pada gen hTR
Pada analisis polimorfisme pada gen hTR ternyata ditemukan kejadian polimorfisme sebesar
l 8%
atau pada 1 7 orang dan untuk mengetahui apakah polimorfisme berpengaruh terhadap
perubahan kadar TSH, kadar FreeT4 atau kadar UIE dilakukan uji ANCOVA atau General
Linear Model Univariat dan diperoleh hasil bahwa kejadian polimorfism e tidak berpengaruh
terhadap perubahan nilai TSH maupun FreeT4 dan VIE dengan nilai P>0,05 dan nilai F
=
2,365
41
IV.PEMBAHASAN
Subyek pada penelitian ini diperoleh dengan cara menskreening seluruh WUS yang ada
di daerah tersebut dan diperoleh sebanyak 300 WUS. Skreening dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan TSH. Kriteria inklusi sampel adalah WUS 1 5 - 45 tahun yang memiliki nilai TSH >
2,5 µIU/L. Akhimya diperoleh sampel sebanyak l 05 WUS dan diba-gi menjadi 3 kelompok
perlakuan masing-masing kelompok 35 orang. Kelompok pertama diberi intervensi kapsul
iodium 200 mg, kelompok kedua diberi kapsul iodium 400 mg dan kelompok ketiga diberi
intervensi abon ikan tuna 2 kali seminggu sebanyak 1 0 g tiap kali pemberian ( 1 gram abon ikan
tuna mengandung iodium sekitar 50 ppm ). Peinberian kapsul iodium 200 mg dan 400 mg
disesuaikan dengan program kapsul iodium yang selama ini dilakukan oleh pemerintah (sebelum
di lakukan penghentian program pemberian kapsul iodium ) sedangkan pemberian abon ikan
disesuaikan dengan kebutuhan rata-rata per orang dewasa yaitu sebesar 1 50 µg per hari
(Greenspan, 2000). WHO menganjurkan rentang konsumsi yang optimal pada kisaran 200-250
µg/hari.
Jumlah subyek tiap kelompok adalah 35 Wanita Usia Subur namun dalam perjalanannya
pada bulan ke 3 terdapat 2 orang yang Droup Out karena tidak mau lagi melanjutkan sebagai
sampel karena ti ?ak mau diambil da�ah lagi sedangkan pada bulan ke 6 pada kelompok kapsul
iodium ada 3 orang yang Drop Out dan pada kelompok abon ikan tuna ada 6 orang yang Drop
Out. Alasan Drop Out ada beberapa alasan antara lain hamil, atau pada bulan ke 3 rnengalami
hipertiroid sehingga tidak bisa melanjutkan penelitian,
atau
pada kelompok yang diberi
intervensi ikan tuna Drop Out disebabkan mereka merasa mual, muntah setelah sekian lama
mengkonsumsi abon ikan tuna. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pituruh Kabupaten
Purworejo, alasan pemilihan lokasi adalah masih adanya lahir kretin baru di wilayah Kecamatan
Pituruh.
Penelitian ini meninjau aspek pemberian berbagai sumber iodium yaitu dari kapsul
iodium dan dari abon ikan tuna dan dilihat pengaruhnya terhadap fungsi tiroidnya. Variabel
utama yang diukur adalah kadar TSH serum, kadar FreeT4 serum dan kadar UJE. Kadar TSH
dan FreeT4 serum dapat menggambarkan fungsi tiroid seseorang apakah no1mal atau tidak
normal. Kandungan Iodium dalam urin atau UIE dapat meretleksikan status iodium seseorang
dan menggambarkan kecukupan iodium harian. UIE dapat merupakan indikator konsumsi
iodium penduduk suatu saat karena 90 persen iodium yang dikonsumsi diekskresikan melalui
urm.
42
Peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh berbagai sumber iodium terhadap fungsi
tiroid, karena saat ini program kapsul iodium sudah dihentikan karena mulai bermunculan kasus­
kasus hipertiroid ( Ditzi, 2009), namun temyata masih lahir kretin baru, sehingga apakah ada
sumber iodium yang lain selain kapsul iodium yang efektif dalam mempengaruhi fungsi tiroid
ditinjau dari kadar TSH dan FreeT4.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi ketiga sum5er iodium memberikan
perubahan mean TSH yang signifikan. Nilai TSH menggambarkan fungsi dari horrnon tiroid dan
dapat digunakan sebagai pemeriksaan tunggal untuk menentukan seseorang tersebut hipotiroid
atau hipertiroid. TSH merupakan faktor primer yang mengendalikan pertumbuhan sel tiroid dan
sintesis serta sekresi hormon tiroid (Greenspan, 2000). Enam bulan setelah intervensi rata-rata
perubahan TSH dan freeT4 pada kelompok kapsul iodium 200 mg, kapsul iodium 400 mg
maupun pada kelompok abon ikan tuna tidak berbeda bermakna secara statistik
(P>0,05),
sedangkan rata-rata perubahan pada UIE antar kelompok berbeda bermakna secara staitistik dan
penyumbang perbedaan itu adalah pada kelompok kapsul iodium dibanding abon ikan tuna.
Kadar UIE pada penelitian ioi di kelompok kapsul iodium 200 mg mulai menurun karena waktu
paruh kapsul iodium secara program hanya 6 bulan, sedangkan pada kelompok kapsul iodium
400 mg kadar UIE tetap tinggi dan yang terendah adalah pada kelompok abon ikari tuna. Hal ini
sesuai
dengan .gambaran
asupan
yang
masuk
karena
hasil pemeriksaan
UIE
dapat
menggambarkan konsumsi harian atau kecukupan iodium harian. Sebagian besar iod ium yang
masuk ke dalam tubuh akan dikeluarkan kembali melalui urin.\
Amplifikasi PCR pada codon D727E gen TSHR menghasilkan pita DNA dengan panjang
1 5 0 bp, jika terjadi polimorfisme maka dengan metode RFLP menggunakan enzim restriksi
Eco72! akan
menghasilkan potongan 2 fragmen atau 2 pita DNA dengan ukuran 1 8 bp dan 132
bp ( Chistiakov, 2002), tapi pada penelitian ini tidak ditemukan adanya polimorfisme codon
D727E gen TSHR. Polimorfisme codon D727E gen TSHR berhubungan dengan kejadian Grave's
Dissease.
Amplifikasi PCR pada gen hTR menghasilkan pita atau fragmen DNA
dengan panjang 432 bp, dan jika ada pol imorfisme pada gen hTR dengan metode RFLP
menggunakan enzim Hind/II maka akan terpotong menjadi 221 atau 2 1 1 bp (Tassi, 1995).
Penelitian yang dilakukan oleh Tassi dan kawan-kawan menunjukkan bahwa kejadian
polimorfisme berhubungan dengan Grave 's Dissease tetapi tidak berhubungan dengan non
autoimmune dissease. Pada penelitian ini ditemukan kejadian polimorfisme gen hTR sebesar
I &% nanmn secara uji ANCOVA atau GLM univariat kejadian polimorfisme tidak berpengaruh
dengan perubaban nilai TSH.
43
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Enam bulan setelah intervensi rata-rata perubahan TSH dan freeT4 pada kelompok kapsul
iodium 200 mg, kapsul iodium 400 mg maupun pada kelompok abon ikan tuna tidak berbeda
bermakna secara statistik
(P>0,05). Ditemukan
polimorfisme gen fi.TR sebesar 1 8%
dan
kejadian polimorfisme tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai TSH maupun FreeT4 dan
UIE.
SARAN
1.
Perlu hati-hati dalam memberikan intervensi iodium dosis tinggi karena dalam waktu 6
bulan sudah memberikan hasil munculnya kasus hipertiroid primer
2.
Perlu diversifikasi bahan pangan sumber iodium
Kelemahan Penelitian
Penelitian ini tidak di lakukan uj i penerimaan bahan intervensi abon ikan tuna sehingga pada saat
pelaksanaan intervensi pada kelompok ikan tuna banyak yang Drop Out karen dengan pemakaian
jangka lama terjapi kebosanan dan eneg atau mual, muntah. Seharusnya perlu dilakukan juga
diversifikasi bahan pangan.
44
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Alloh SWT atas rahmat dan hidayahNya kami dapat
menyelesaikan laporan akhir penelitian DIPA 2012
Kami mengucapak terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besamya kepada :
1.
Kepala Badan Penelitian dan Pengernbangan Kesehatan, Kepala Pusat
II, Ketua PPI pusat
II, Kepala BP2GAKI Magelang yang telah memberi ij in, kesempatan, arahan, bantuan
dana, saran untuk melaksanakan penelitian ini
2.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo beserta staf
3.
Kepala Puskesmas, Petugas Gizi, Bidan Desa Puskesmas Pituruh I
4. Tim Peneliti dari BP2GAKI
Atas segala bantuan dan kerjasama yang telah diberikan, mudah-mudahan mendapat ridlo
Allah SWT, amin ya robbal alamin.
Penulis
45
X. DAFTAR PUSTAKA
AACE, 2002. Medical Guidelines for Clinical Practise for The Evaluation and Treatment of
Hyphertiroidism and Hyphotiroidism, Endocrine Practise, Vol 8. No. 6 Nov/Dec 2002.
AACE, 2002. Medical Guidelines for Clinical Practise for The Evaluation and Treatment of
Hyphertiroidism and Hyphotiroidism, Endocrine Practise, Vol 8. �o. 6 Nov/Dec 2002.
Albert,B., Johnson,A. et.al. 2002. Molecular Biology of The Cell. 4 th Ed. Garland Publishing,
New York
Behr, M., and U. Loos. 1 992. A point mutation ( Ala 239 to Thr) in the hinge domain of the c­
erbA� Thyroid hormone receptor in a family with generalized thyroid hormone resistance.
Mol. Endocrinol. 6 : 1 1 19-1 126.
Budiman,B., Komari, Saidin,M. 2004 Efektifitas Intervensi Garam !odium Melalui Rumah Tangga
Terhadap Penurunan TGR pada Anak Sekolah. Penelitian Gizi dan Makanan.Vol. 27, No.2
Delong,G.,R. 1989 Observation on The Neurology of Endemic Cretinism In : Iodine and The
Brain. Ed. Delong, Robbins and Gondliffe. Plenum Press, New York.
Departemen Kesehatan, RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi I V
Departemen Kesehatan, RI. 1998. Survei Nasional Pemetaan Gangguan Akibat
Kekurangan
Yodium (GAKY). Kerjasama P3G dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Departemen
Kesehatan RI
Departemen Kesehatan, RI. 1978. Formularium Nasional, Edisi 2
DepKes 2003. Program GAKI di Indonesia, Jakarta
.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 1992. Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Kapsul Minyak
Beriodium, Jakarta.
Ditzi, DepKes, RI. 2000. Pedoman Pelaksanaan Pemantauan Garam BerYodium di Tingkat
Masyarakat, Jakaita
Djoko Kartono, 2010. Hubungan Antara Zat Gizi !odium dengan Fungsi Tiroid. Laporan
Penelitian. Balai Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan !odium,
Magelang.
Djokomoeljanto, R. 2002. Spektrum Klinik Gangguan Akibat Kekurangan Yodium dari Gondok
hingga Kretin Endemik. Jurnal GAKY I ndonesia. Vol. 3, No. 1 Desember 2002.
Djokomoeljanto,R. 1 98 7 Kelenjar Tiroid Embriologi Anatomi dan Faalnya dalam Ilmu Penyakit
dalam. Jilid I, Edisi Kedua, FKUI, Jakarta.
.
Dunn,JT., Semogran, MC., Delange, F.1998. The Prevention and Management of Iodine Induced
Hyperthyroidism and its cardiac features. TH YROID, 8 : l 03
46
Gabriel EM, Bergert ER, Grant CS, Van Heerden JA, Thompsons GB and Morris JC. Gemline
polimorphism of codon 727 of human thyroid-stimulating hormone receptor is associated
with toxic multinodular goiter. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism 1999.
84, 3328-3335
Ganong, W.F., 1995. Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Gosling, B.M., Djokomoeljanto, R., Van Hardeveldt, et.al. 1 977. Hypothyroidism in an Area of
Endemic Goiter and Cretinism in Central Java, Indonesia. J. Clin. Endocrinol. Metab. 44 :
48 1 .
Granner, D.K. 2003. Hormon Tiroid dalam : Biokimia Harper. Edisi 25. EGC, Jakarta.
Greenspan, F. S. 2000. Endokrinologi Dasar. EGC. Jakarta.
Guyton, 1995. Fisiologi Manusia, EGC, Jakarta
Human. ELISA test for the quantitative determination of Thyroid Stimulating Hormone (TSH) in
Human Serum. Human Gesellschaft fur Biochemica und Diagnostica mbH, Max-Planck­
Rink 2 1 - D-65205 Wiesbaden - Germany; 2004.
Ibbertson, H.K.,Tait, J.M., Pearl, et.al . 1 972. Himalayan Cretinism In Human Development and
Thyroid Gland Relation to Endemic Cretinism. Ed. Stanbury, J.B., and Kroc, R.L.
Advances in Experimental Medicine and Biology. Vol. 30. Plenum Press, NewYork.
ICC/IDD. 1 990. World Summit for Children Pledges Elimination of lodine Deficiency by The Year
2000.IDD Newsletter: 1-8.
llmu Kesehatan Anak. 1985. F K UI, Jakararta
Koutras, DA., Matovinovic, J. Vought, R. 1 985. The Ecology of iodine In : Stanbury, JB., Hetzel,
BS., ed. Endemic goiter and endemic cretinism. Iodine nutrition in health and dissease.
New Delhi, Wiley Eastern Limited. 1 85-195.
Orita, M. lwahana, H., Kanazawa, H., Hayashi, K. and Sekiya, T. 1989. Detection of
Polymorphism of Human DNA by Gel Electrophoresis as Single-Strand Conformation
Polymorphism. Proc. Natl. Acad. Sci. USA. 86: 2766-2770
Peeters, RP.et.al. Genetic variation in thyroid hormone pathway genes; polymorphisms in the TSH
receptor and the iodothyron ine deiodinases. European Journal of Endocrinology 2006 155,
655-662
Querido, A. 1 97 1 . Definitions of Endemic Cretinism In: Endemic Cretinism, Eds : Hetzel, B.S.,
Pharoah, P.O. Institute of Human Biology, Papua New Guinea. Monograph Series. No.
2.Page 1 32.
Samuel, H., B.,M., forman, Z.D., Horowitz, and Y. Zheng-Sheng. 1988. Regulation of gene
expression by Thyroid hormone. J.Clin. Invest. 8 1 : 957-967.
47
Shuto, Y., I., Wakabayashi, N., Amuro, S . , Minami, and T. Okazaki. 1992. A point mutation in the
3,5,3 '-triiodothyronin-binding domain of thyroid hormon receptor p associated with
generalized resistance to thyroid hormone. J. Clin. Endocrinol. & Metab. 75 : 213-217.
Stanbury, J. B., Hetzel, B.S. 1980. Endemic Goiter and Endemic Cretinism. A. Wiley Medical
Publication. John Wiley and Sons Inc. New York.
,
Sunthornthepvarakul T, Hayashi Y and Refetoff, S.Polymorphism of a variant human thyrotropin
receptor (hTSHR) gene. Thyroid 1994. 4, 147-149
Usala, S. J.,A.,E., Bale, N., Gesundheit, C. Weinberger, R.W.Lash, F.E.Wondisford, O.,W.,
Mc.Bride, and B.D.Weintraub. 1988. Tight linkage between the syndrom qf. generalized
thyroid hormone resistance and the human c-erbP gene. Mo!. Endocrinol.2 : 1217-1220.
Weiss, R.E., and Refetoff. 1992. Thyroid hormone resistance. Annu.Rev.Med.43 : 363-375
WHO, 1985. Iodine Deficiency Disorders in Shouth-East Asia, WHO Regional Office for East
Asia, New Delhi.
48
LAMP IRAN
49
DUMMY TABLE
Tabet 1 :
Variabel
);>-
Status Gizi
);>-
Kadar TSH
);>-
Kadar Free T4
>
Kadar Free T3
)';:-
Kadar yodium
Kelompok
1
Kelompok 2
Kelompok 3
dalam darah
);>-
Kadar
Tyroglobulin
)';:-
Kadar UIE
>
Polimorfisme
gen TSHR
)';:-
Polimorfisme
gen hTR
50
TATA CARA PENGAMBILAN DARAH
Cara :
Responden dikondisikan dalam keadaan tenang.
Pengambilan darah dilakukan oleh perawat dan analis kesehatan yang sudah
berpengalaman di lapangan.
Darah diambil dari vena sebanyak 5 cc dengan spuit injeksi 5 cc kemudian darah
dibagi 2, 2 cc untuk isolasi DNA dan 3 cc untuk analisa TSH, FreeT3 dan Free
T4 dan thyroglobulin
Tujuan Pengambilan darah :
1. Untuk mengetahui status Iodium dengan menganalisis kadar hormone TSH (
Thyroi d Stimulating Hormon ), freeT3 dan Free T4
2. Untuk analisa kadar yodium dalam darah
3. Untuk analisa DNA (gen TSHR dan gen hTR)
Keuntungan bagi responden :
Responden mengetahui apakah menderita gangguan kekurangan !odium atau
tidak
51
CASE REPORT FORM
No
Nomer ID
Nama Responden
Kelompok
lntervensi
I
II
III
Kondisi
Sebelum
intervensi
Keluhan /
Kondisi
Setelah
lntervensi
IV
.
52
Analisis -Laboratorium
a.
Analisis Hormon TSH
Analisis hormon TSH dilakukan dengan menggunakan ELISA Kit (Human, Geermany)
Standar yang akan digunakan adalah 0 µU/ml; 0,5 µU/ml; 3 µU/ml; 6 µU/ml; 1 5 µU/ml; 30
µU/ml, dimasukkan ke dalam sumuran masing-masing sebanyak 50 µI kemudian sampel serum
juga dimasukkan ke dalam sumuran berikutnya sebanyak 50 µl dan pada masing-masing
sumuran ditambahkan 100 µl reagen CON. Setelah itu diinkubasi selama l jam pada suhu
ruang. Kemudian isi sumuran dibuang ke dalam larutan 5 % Sod Hypoklorid dan dkuci dengan
Jarutan Wash sebanyak 5x dengan volume masing-masing sumuran 300 µl. Lama rendaman 30
detik, setelah itu
larutan Wash dibuang dan ditambah dengan 100 µl reagen SUB dan
diinkubasi di atas shaker pada suhu ruang selama 1 5 menit. Kemudian pada masing-masing
sumuran ditambahkan l 00 µl reagen Stop solution, dibaca pada panjang gelombang 400 nm .
b.
Analisis Hormon FreeT4 ( Thyroxine)
Hormon thyroxin dianalisa menggunakan ELISA Kit ff4 (Human, Germany). Kadar hormon
standar yang digunakan adalah 0 ng/dl; 0,42 ng/dl; 1,05 ng/dl; 2,05 ng/dl; 4,2 ng/dl; dan 7,4
ng/dl dipipetkan ke dalam sumuran masing-masing sebanyak 50 µI. Kemudian ke dalam
sumuran berikutnya dipipetkan 50 µI sampel, dan ditambahkan 100 µl reagen CON ke dalam
semua sumuran, diinkubasi selama 1 jam di atas shaker pada suhu ruang. Setelah itu isi
sumuran dibuang dalam larutan 5% Sodium Hypoklorid dan dicuci dengan larutan Wash
sebanyak 3x dengan volume tiap lubang 300 µI dan lama rendaman 30 detik. Reagen SUB
ditambahkan sebanyak I 00 µI dan diinkubasi di atas shaker pada suhu ruang selama 15 menit
selanjutnya ditambahkan 100 µI reagen Stop solution diinkubasi di atas shaker dan dibaca
pada panjang gelombang 450 nm dalam waktu I 0 menit.
53
c.
Isolasi DNA dari darah tepi manusia
Lima ml darah perifer ditambah dengan 4 ml buffer lisis kemudian digojog kuat dengan
shaker selama
g
1 5 menit, campuran ditambah ss-phenol ( 1 : 1 ) di ojog kuat dengan shaker
selama 1 0 menit kemudian disentrifuge 2800 rpm selama 20 menit pada suhu 20°C. Supernatan
diambil dan dipindah ke dalam tabung baru kemudian ditambah 3M Na-asetat sebanyak 1/10
dari volume supematan dan ditambah etanol absolut dingin dengan perbandingan 1 : 1. Tabung
dibolak balik dan DNA yang terbentuk diambil dan ditambah buffer C l x dan didiamkan
semalam pada suhu 4°C hingga larut. Keesokan harinya ditambah 7,5 µI RNase µl( I Omg/ml)
dan diinkubasi pada 37°C selama 1 jam kemudian ditambah 1 0 µI 10% SDS dan 50 µl pronase
µ t .(34mg/ml), diinkubasi pada 37°C selama 2 jam, kemudian ditambah 1,6 m l· ss-phenol
digojog kuat dengan shaker kecepatan 260 rpm selama l 0 menit. Setelah itu supernatan
diambil ditambah I l l 0 3M Na-asetat dan etanol absolut dingin
dengan perbandingan 1 : 1 .
Tabung dibolak balik, presipitat DNA diambil dan dipindah ke dalam tabung ependorf 1,5 ml
yang berisi l ml etanol 70%. Larutan kemudian disentrifuge selama 5 menit pada 5000 rpm
dan pellet yang terbentuk dilarutkan dalam TE.
d.
Elektrnforesis DNA
DNA hasil isolasi dari sampel darah dideteksi dengan elektroforesis menggunakan gel
agarosa 1% yang tersusun atas 1 gr agarosa, 1 00 ml TAE lx ( Tris asetat 0,04M; EDTA 0,001
M ). Suspensi DNA sebanyak 5 µl dihomogenkan dengan 1 µl 6x larutan pemberat DNA
(
25% Ficoll; 0,25% bromophenol blue dan 0,25% xylene cyanol) dan dimasukkan ke dalam
tiap sumuran pada gel agarosa. Elektroforesis dijalankan pada tegangan 1 OOV selama 20 menit
dengan menggunakan larutan penyangga elektroforesis TAE l x dan hasil elektroforesis dilihat
dibawah UV.
54
e.
Amplifikasi gen TSH R dan gen hTR dengan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Amplifikasi DNA dilakukan dengan
primer khusus yaitu primer TSHR dan hTR
a
Komposisi bahan untuk PCR adalah air destilat ganda sebanyak 8,5· µI dim sukkan ke dalam
tabung PCR
diikuti dengan 2 µI DNA hasil isolasi dengan konsentrasi 40 ng/ µl dan
primer reverse dan
1
µI
1 µl primer forward untuk exon 2 dengan konsentrasi 40 pm/ µl dan 12,5 µI
Mix PCR kit (Promega,USA) demikian juga untuk exon 3 . Siklus PCR untuk exon 2
berlangsung pada kondisi denaturasi awal 93°C selama 4 menit dan proses selanjutnya
sebanyak 30 siklus yang terdiri atas denaturasi (92 °elama 30 detik), penempelan primer (55°C
selama 30 detik) dan polimerisasi (72°C selama 50 detik), setelah siklus berakhir polirrierisasi
di lanjutkan pada suhu 72°C selama 5 menit. Sementara untuk exon 3 siklus PCR berlangsung
dalam kondisi denaturasi awal 93°C selama 4 menit dan proses selanjutnya sebanyak 33 siklus
yang terdiri atas denaturasi (92°C selama 30 detik) penempelan primer (5 1 °C selama 30 detik)
polimerisasi (72°C selama 50 detik) dan setelah siklus berakhir polimerisasi dilanjutkan pada
suhu 72°C selama 5 menit. Elektroforesis hasil PCR dilakukan dengan menggunakan gel
agarosa 1 , 5 %.
f.
Purifikasi Produk PCR
Purifikasi produk PCR di lakukan dengan metode presipitasi etanol. Untuk setiap reaksi
disiapkan 1 , 5 ml mi krosentrifuge dan ditambah dengan 2 µI 3M Na-asetat pH 4,6 dan 50 µI
etanol 95%. Kemudian dipindahkan kedalam tabung tersebut 20 µI hasil PCR dan d i vortek dan
ditempatkan di atas es selama I 0 men it, kemudian disentrifuge dengan kecepatan 14.000 rpm
selama 1 5 menit dan selanjutnya supernatannya diambil dengan hati-hati . Pelet
DNA yang
tertinggal dibilas dengan 250 µI etanol 70%, kemudian semua larutan alkohol dibuang. Pelet
dikeringkan dalam sentrifuge hampa udara.
55
g.
Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
Analisis untuk mengetahui ada tidaknya mutasi pada gen TSHR dang gen hTR dapat
dilakukan dengan Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP). DNA hasil amplifikasi
dipotong
dengan menggunakan enzim Niall! (Fermentas) untuk TSHR dan enzim Dralll
untuk gen hTR. Hasil PCR sebanyak 5 µl ditambah 1 µl larutan penyangga dan dipotong
dengan l Unit enzim NlaIII selama 2 jam dalam incubator 37°C. Elektroforesis hasil RFLP
dilakukan dengan menggunakan 2 % gel agarosa yang mengandung ethidium bromide.
h. Analisis SSCP
Untuk mengetahui adanya mutasi pada gen TSHR dan hTR dilakukan dengan analisis
S-SCP
Proses SSCP ini terdiri dari 3 tahap yaitu :
a). Pembuatan Gel
Komposisi larutan gel terdiri dari dH20 4,6 ml, Polyacrilamid 3,3 ml (campuran dari bis­
acrylamid dan acrylamid dengan perbandingan I : 29 ), larutan TAE 5X
sebanyak 2 ml,
Ammonium Persulfat 90 µI, TEMED I 0 µI. Sebelumnya alat-alat gelas dan perlengkapannya
dibersihkan dengan alcohol 70%, dan cetakan gel disiapkan sehingga tidak bocor bagian
bawahnya, larutan gel dipersiapkan dengan gelas elenmeyer 125 ml yang telah dibersihkan
dengan aquabides, selanjutnya mula-mula ditambahkan 4,6 ml dH20 kemudian 3,3 ml larutan
stok polyacrilamid ditambah 2ml larutan TAE 5x disusul dengan 90 µI ammonium persulfat
dan terakhir 1 0 µl TEMED. Larutan gel dituang dengan menggunakan pipet plastic 6 ml ke
dalam cetakan, kemudian sisir dipasang ke dalam cetakan dan dibiarkan gel terbentuk. Setelah
gel poliakrilamid terbentuk sisir diambil dengan hati-hati, dan sumuran dicuci dengan buffer
menggunakan jarum suntik 10 1111.Pencucian dilakukan 3x.
b). Penyiapan Sampel
56
Pada tahap ini dilakukan prerun selama 30 menit pada tegangan 150 volt. Selama prerun
sample dipersiapkan. Tiga mikroliter larutan DNA hasil amplifikasi ditambah dengan 9 µI
loading dye
(
komposisi 95% formamide, 20 mM EDTA, 0,05%
bromoph enol blue,
0,05%
xylene cyanol) dalam tabung ependorf 1 ,5 ml. Campuran diputar dengan sentrifus sesaat,
kemudian tabung dipanaskan pada suhu 95°C selama 5 menit untuk memisahkan untai ganda
DNA menjadi untai tunggal, kemudian secepatnya didinginkan -80°C pada iced-etanol agar
DNA untai tunggal tidak bersatu lagi (reanneal). Sebelum sample dimasukkan ke dalam
sumuran gel, sample dicairkan terlebih dahulu dengan jalan dasar tabung ependorf dipegang
dengan jari. Setelah wama larutan berubah dari biru muda menj adi biru tua , yang menandakan
sudah-mencair, S!:!mple dimasukkan kedalam sumuran gel. Elektroforesis d ilakukan dalam
larutan buffer TAE 1 X pada voltase
300
volt selama 4 - 24 jam tergantung ukuran exonnya
c). Pengecatan silver (silver staining)
1 ). Fiksasi gel
Setelah pemisahan fragmen DNA dengan elektroforesis selesai, gel dilepas dan diletakkan
pada wadah gelas, di fiksasi menggunakan 1 0 % asam asetat. G e l harus terendam oleh larutan
sambil d i go yang pada shaker selama 20 menit. Apabila tahap ini telah dilakukan, 1 0 % asam
asetat dituangkan
ke dalam
wadah
lain dan
larutan
ini dipergunakan kembali
menghentikan reaksi larutan developer. Gel dicuci dengan aquabides
Pencucian di lakukan selama
2
selanjutnya gel didrainasi selama
sebanyak
untuk
3
kali.
menit dan dari langkah pencucian pertama ke pencucian
1 0-20 detik.
2). Pengecatan gel
Setelah
gel
dicuci,
larutan
pewama (0, 1 % perak nitrat dan
0,056% formaldehid)
ditambahkan ke dalam \vadah gelas. Proses pewamaan berlangsung selama 30 menit. Larutan
pewarna kemudian ditampung dalam botol untuk dibuang. Gel dicuci dengan aquabides selama
57
5 detik. Air sisa pencucian dibuang dan segera ditambahkan setengah volume larutan developer
(3% natrium karbonat, 0,056% formaldehid, 10% sodium tiosulfat) sampai muncul pita DNA
.
pertama. Setelah pita DNA pertama tampak, larutan dibuang dan ditambah setengah volume
sisanya sampai semua pita DNA tarnpak. Reaksi dihentikan dengan menambah 10% asam
asetat. Gel dibiarkan selama 2
-
3 menit kemudian gel dicuci dengan dH20 selama 2 rnenit.
Seluruh tahapan dalam pengecatan dengan perak nitrat dilakukan diatas shaker.
Primer untuk TSHR
5 ' - GTTCAAAAGGTTACCCACGT- 3'
5 ' - GTAGTGTAGTGTTAACTTAC -3'
Primer untuk hTR
5 ' - TCATTCGAGTTAGTGCAAAG -3'
5'- ACGTTAGTGGCTCATATGAG -3'
58
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.
BALAI PENELITIAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM
PENGARUH INTERVENSI BERBAGAI SUMBER IODIUM DAN l?OLIMORFISME GEN
�,
TSHR DAN hTR TERHADAP FUNGSI TIROID
J
T TAS
1 DN
1 . 1 . NO. IDI Orang tua
_ ·
_
1.2. Nama Responden
1.3. Dusun I Desa
2. Antropometri
:
2. 1 . Berat Badan
2.2. Tinggi Badan
2.3.
Lingkar Lengan Atas
3. Biokimia :
3 . 1 . KadarTSH
3.2. Kadar Free T4
3.3. Kadar yodiun'l darah
3.4. Kadar FreeT3
j
:................................
4. Tanggal lahir I Umur responden
: ............. . . ......... �
---+�
5. Status Pernikahan
a.
c.
Tidak Menikah (langsung ke nomor 7)
Janda
b. Menikah
6. Pekerjaan rcsponden
a. Pegawai Negeri
d. Tani (pemilik)
b. Pegawai swasta
e. Tidak Bekerja
7. Pekerjaan Suami
a. Pegawai Negeri
d . Tani (pemilik)
b. Pegawai swasta
e. Tidak Beke1ja
Buruh (tani, bangunan)
f. Pedagang
c.
Buruh (tani, bangunan)
f. Pedagang
c.
8. Lamanya mengikuti Pendidikan formal responden
-
a. 0 (nol) tahun
d. 1 3 16 tahun
b. kurang dari 9 tahun
e. lebih dari 16 tahun
9. lat kontrasepsi yang digunakan
a. Tidak menggunakan
b. IUD
d. Susuk
e. Pil
c.
9
- 1 2 tahun
D
D
D
D
D
Suntik
f. Lain - lain . . . . . . . . . . . . . . . .
c.
59
D
10. Apakah pernah minum kapsul yodium?
a. pernah
b. tidak pernah
D
11. Kpan terakhir minum kapsul minyak beriodium ?
Kurang dari satu tahun, yaitu . . . . . . . . . . Yg l l
b . Lebih dari satu tahun, yaitu . . . . . . . . . . . . ygll
a.
D
12.Apakah sekarang sedang menjalani pengobatan ?
Ya
b. Tidak
a.
13.Sakit apa ?
D
14.Berapa lama menderita penyakit tersebu t ?
a. kurang dari satu tahun
b . lebih dari satu tahun
15.0bat apa yang diminum ? . . . . . . . . . . . . . . . .
Pemeriksaan Fisik
1 6.Kepala
a.
Mikrocephal
b. Makrocephal
c. Normal
b. Exopthalmus
c. Normal
b. Ikterik
c. Normal
17.Mata
a.
Strabismus
18.Sklera
a. Anemis
19.Leher
a. Hipertrofi tiroid (grade I, II, IJI )
c . . . Pembesaran limfonodi
b. Pembesaran venajugularis
d. Normal
D
D
D
D
20. Jantung
a. Berdebar-debar
D
b. Normal
2 1.Paru - paru
a.
Sesak nafas
b. Batuk lama
c. Nonnal
22.Abdomen I perut
a. Perut buncit I Acites
c . . . Hamil I tidak
b. Tidak ada kelainan
d. Keluhan lain
D
. . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
60
Normal
D
Hipotrofi
D
23.Kulit
a. Kering
b. Bersisik
c.
24.0tot
a.
Hipotonia
d . . Hipertrofi
.
b. Hipertonia
e. Normal
c.
25.Lain - lain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KEADAAN
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
KONDISI
HIPOTIROID
DAN
HIPERTIROID
1.
Apakah sering merasa lemas atau tidak bergairah ? . . . . . ...ya I tidak
2. Apakah sering merasa berdebar-debar ? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ya I tidak
3. Apakah sering berkeringat banyak ? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .....ya
I tidak
I tidak
4.
Apakah bola mata lebih menonjol ? .
5.
Apakah berat badan menururr? . . . . . . . . . . . .-. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ya I tidak
6.
Apakah berat badan bertambah ?
7.
Apakah sering merasa sesak nafas ? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ya I tidak
.
.
..
;·
............
.
.....
. . . ya
.
.
ya I tidak
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
61
26.Keadaan Tempat Tinggal
26. l .Dinding rumah
1.
Semen
3. Kayu
2.
Bata
4. Bambu
5 . Lain-lain . . . . . . . . . . . . . .
26.2.LantaiRumah
1 . Keramik
3 . Semen
5. Tanah
2. Tegel I teraso
4. Kayu
6. Lain-lain . . . . . . . . . . . . . .
l.
Listrik
3. Lampu temple
2.
Petromak
4. Lain-lain . . . . . . . . . . . . . . . .
26,4. Sumber Air minum
I . PAM
3. Pompa tangan I tim�a
2. Pompa listrik
4. Mata air
5 . Sungai
I . KM Sendiri
3. Mata air
4. Sungai
D
6. Lain - lain . . . . . . . . . . . . ;
26.5. Tempat Mandi
2. KM lJmum
D
D
26.3 Sumber penerangan
_
D
5. Lain-lain . . . . . . . . . . .
D
26.6. Jamban
1 . WC Keluarga
2. WC umum
Tanggal wawancara,
I
Catatan :
1 20 1 2
3. Sungai
4. Selokan
5. Selokan
6. Lain-lain . . . . . . . . . . . .
Pewawancara,
( ______ )
Supervisor,
( ______ )
62
FORM FREKUENSI MAKANAN
No.
IDI
Nam a
Responden
Alamat
Bahan Makanan
Makanan
N as i
Ukurao
> 1 kali
SekaIi
3-6 kali
1-2 kali
perhari
perhari
per mgg
permgg
s; sekali
Ket
per bin
Pokok
Singkong
Ubi ialar
Lauk Hewani
Telur
Ayam
Ikan taut
-
Ikan air tawar
Daging sapi
Daging kambing
Rempelo I hati
Udang
.
Lauk Nabati
Tah u
Tempe
Kacang tanah
Kacang merah
Savuran
Kol I kobis
Selada air Ijembak
Rebung
Daun melinjo
Melinjo
Tangkil/klt mel injo
Sawi putih
Sawi hijau
Kangkung
Bayam
Buncis
Daun si ngkong
Daun pepaya
Kacangpanjang
63
Katuk
Bahan Makanan
Ukuran
> 1 kali
SekaIi
3-6 kali
1-2 kali
perhari
perhari
per mgg
permgg
� sekali
Ket
per bin
Nangka muda
Pare
Wortel
Buah-buahan
Pi sang
Nangka
Semangka
Salak
Pepaya
Jeruk
Snack
Klepon
Cothot
Gebleg
Getuk
Susu
Susu segar
Susu Kental Manis
Susu bubuk
Suplemcn
Vitamin
Tambah darah
Lain-lain
. . . ... . . . . . . . . . . .
. . . .. . . . . . . . . . . . .
Tangga l :
. . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
Pewawancara,
64
NASKAH PENJELASAN
Ibu-ibu yang berbahagia Kami tim peneliti dari Balai Peneljtian dan Pengembangan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (BP2 GAKI) akan melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Intervensi Berbagai Sumber !odium dan Polimorfisme Gen TSHR dan hTR
terhadap Fungsi Tiroid.
Penelitian ini bertujuan mengetahui efek pemberian berbagai sumber
yodium terhadap fungsi tiroid. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk program
penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium Penelitian ini merupakan penelitian
.
lanjutan dimana tahap sebelumnya sudah berlangsung selama 3 bulan.
Adapun tahapan kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Pengukuran antropometri berupa berat badan (BB) dan tinggi badan (TB).
2. Pemeriksaan keschatan oleh doktcr dan palpasi leher untuk m�ngetahui ada tidaknya
gondok
3. Pengambilan darah oleh Analis Kesehatan yang sudah berpengalaman dari BPGAKI.
Darah diambil dari vena mediana cubiti sekitar satu sendok teh memakai jarum steril
dan sekal i pakai. Efek yang ditimbulkan adalah terasa sakit pada waktu diambil
darah dan mungkin akan timbul hematom dan akan hilang apabila dilakukan
pcngompresan menggunakan air dingin. Dari sampel darah ini akan dilakukan
pemeriksaan kadar hormon tiroidnya serta kadar yodium dalam darah dan akan
dilakukan analisis gen Reseptor Horm on TSH dan reseptor hormon tiroid.
4. Responden juga diminta untuk mengumpulkan urin sebanyak
100
cc dan ditampung
dalam botol yang sudah kami sediakan.
5. Wawancara terhadap responden tentang kebiasaan makan, keadaan sosial ekonomi,
sanitasi lingkungan.
Kami akan mengganggu waktu
ibu untuk melakukan wawancara, pemeriksaan dan
pengambilan darah serta urin kurang lebih 30 menit setiap orang.
Kelompok pertama sudah 1nendapat I kapsul yodium atau 200 mg dan diminum satu kali,
kelompok kedua akan mendapat 2 kapsul yodium atau 400 mg dan diminum satu kali kemudian
kelompok ketiga akan mendapat abon ikan tuna l 0 gram, 2 kali seminggu selama 3 bulan.
Tahapan penelitian di atas dilakukan 2 kali yaitu pada awal penelitian, dan 3 bulan
kernudian.
65
Keuntungan mengikuti kegiatan ini, responden dapat mengetahui keadaan kesehatan, status
gizi, keadaan fungsi tiroidnya, hasil pemeriksaan darah serta kondisi reseptor tiroidnya. Hasil
pemeriksaan ini gratis tanpa dipungut biaya. Identitas dan hasil peme�iksaan responden bersifat
rahasia dan akan tetap dijaga kerahasiaannya, kami berikan dalam amplop tertutup pada waktu
semua hasil sudah ada.
Efek samping :
Berdasarkan studi terdahulu pengambilan darah vena tidak didapatkan efek samping. Untuk
menjamin tidak adanya kontaminasi atau akibat yang tidak diinginkan maka pelaksanaan
pengambilan darah dilakukan dengan seksama dan memakai tenaga terlatih dari BP2GAKI dan
dilakukan dengan teknik yang higienis dan menggunakan spuit yang steril dan disposibel.
Apabila ibu-ibu setelah meminum kapsul yodium atau setelah makan abon ikan tuna timbul rasa
efek samping yang tidak diinginkan seperti mual-mual, muntah, pusing atau gatal-gatal karena
alergi maka ibu-ibu cepat-cepat memeriksakan ke dokter, puskesmag setempat atau rumah sakit.
Semua biaya baik pemeriksaan maupun pengobatan akan kami tanggung.
Apabila ada hal-hal yang ditanyakan serta adanya keluhan maka ibu dapat menghubungi
penanggungjawab penelitian sekaligus penanggungjawab medis yaitu
:
dr.Suryati Kumorowulan,
alamat : BP2GAKJ, .!anan-Borobudur, Magelang, telp.(0293-789435) atau HP. 08121597626.
Kesediaan dan hak undur diri :
Bila ibu merasa tidak nyaman dan keberatan maka bapak dan ibu dapat menolak atau. tidak
melat�jutkan pemeriksaan ini tanpa sanksi. Apabila ibu bersedia ikut
serta dalam penelitian ini
mohon untuk menendatangani lembar persetujuan (informed consent) yang terlampir.
Kami mengucapkan banyak terimakasih atas kesediaan ibu untuk mengikuti penelitian ini. Dan
Kami juga mernberikan uang Rp. 50.000 ribu sebagai ungkapan terimakasih atas partisipasinya
dalam penelitian ini. Semoga ibu berkenan menerimanya.
Ketua Pelaksana
dr.Suryati Kumorowulan,M.Biotech
66
INFORMED CONSENT
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama lbu
. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
Umur
Alamat
Telah mendapatkan penjelasan dan memahami maksud dan tujuan penelitian Pengaruh
Intervensi Berbagai Sumber lodium dan Polimorfisme Gen TSHR dan hTR Terhadap
Fungsi Tiroid.
Dengan ini saya menyatakan setuju dan bersedia ikut berpartisipasi sebagai sample dalam
penelitian tersebut sesuai dengan tahap - tahap kegiatan dan lamanya wakt� penelitian.
Apabila suatu waktu saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun, saya berhak untuk
membatalkan persetuj uan ini dan tetap mendapat apa yang menjadi hak saya.
Surat penyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dalam keadaan sehat jasmani dan
rohani serta tanpa adanya tekanan atau paksaan pihak lain,untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Magelang,
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
20 1 2
Mengetahui :
SAK SI,
Yang bersangkutan
Tanda tangan dan nama terang
Tanda tangan dan nama terang
Penanggungjav-.rab penelitian
dr.Suryati Kurnorowulan, M.Biotech
67
l(EwlENTE Rl.AN .l(ES EJ!A Ti\N
BADAN PENELITJAN DAN PENG EM13ANGAN KESEH.ATAN
Jedan .Percetakan Negara No. 20 Jak.arUl I 0560 Kotak Pos ·1226
Tclepon:
(02 1 ) ..J.26 l 08 8
Faksimile: (02 1 ) 4243933
!>mail: sesban@litbang. depk.es.go.id, W<!hsite: http ://www. li tbang. depkes. go. id
PERSETUJUAN ETIK (ETHICAL APPROVAL )
Yang bertanda tangan di bawah ini, Ketua l<omisi Etik Penelitian Kesehatan Sadan L.itbang
Kesel'latan, se te la h d1laksanakan pembahasan dan penilaian. den gan ini memu tu skan
protokol penelilian yang berjudul :
"Pengaruh lntervensi Berbagal Sutnber lodiurn dan Politnorfisme
Gen TSHR dan h TR .Terf1adap Fungsi Tiroid"
yang mengikutsertakan manusia sebagai subyek penelitian, de nga n Ketua Pelal<sana !
Pene liti Utarna :
•
dr. Suryati Kumorowu!an, M. Biotech.
dapat disetuiui pelaksanaannya. Persetujuan ini ber!aku sejal� tanggal ditetapkan sampai
dengan bata s waktu pelaksanaan pe nel i tia n seperti tertera dalam protokol.
Pada ak hi r penelitian. lapo ran pelaksanaan pe ne lt tian harus dise rah kan kepada KEPK­
BPPK.
Jika
ada
pe ruba ha n
proto k o!
dan
f
atau
perpa njangan
p enelitia n .
menga_iul<an kemba!i permohonan k aji an etik penelitian (arna nd em e n protokol).
Jakarta.
'-?
harus
.A pril 20 ·1 2
Ketua
Komisi Etik Pf?,nelitian Kesehatan
Badan Litbang Kt:;sehatan,
Prof. Or.·M. ·Sudomo
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM
Kapling Jayan, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah 56553
Telepon: (0293) 789435 Faksimile: (0293) 788460
SURAT
KEPUTUSAN
Nomor : LB.03.04/12/324/2012
MENIMBANG :
l.
Bahwa untuk melihat pengaruh dari intervensi berbagai sumber yodium terhadap fungsi
tiroid perlu dilakukan penelitian ini.
2. Bahwa untuk evaluasi masih perlu tidaknya pemberian kapsul yodium pada daerah
endemik GAKI perlu dilakukan penelitian ini.
3. Bahwa mereka yang namanya tercanl:um pada surat keputusan ini dipandang cakap
untuk melaksanakan penelitian yang dimaksud.
MENGINGAT :
DIPA Balai Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium yang
disetujui oleh Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Anggaran dengan surat
persetujuan DIPA No. 0 8 1 4/24-1 1 .2.01 /1 3/20 1 1 tanggal 9 Desember 201 1 .
2. Surat Persetuj uan Pelaksanaan Penelitian Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan
GAKI No. LB.02.04/12/323/2012 tanggal 6 Februari 2012 dengan judul penelitian
"Pengaruh Intervensi Berbagai Sumber !odium dan Polimorfisme Gen TSHR dan hTR
Terhadap Eungsi Tiroid"
1.
MEMUTUSKA N :
MENETAPKAN :
1 . Untuk segera melaksanakan penelitian "Pengaruh Intervensi Berbagai Sumber Iodium
dan Polimorfisme Gen TSHR dan hTR Terhadap Fungsi Tiroid".
2.
Susunan personalia pel aksanaan penelitian dan tugasnya sebagai berikut :
a. Koordinator
: dr. Suryati K, M.Biotech.
Dengan tugas
: Bertanggungjawab atas keseluruhan jalannya penelitian
dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai pelaporan
Honor
: Rp 365.000 ,-/ bulan
b.
Konsultan
I) Prof. dr. Sri Kadarsih, Ph.D
Tugas : memberikan pengarahan jalannya penelitian
2) Dr. Hamim Sadewa, Ph.D
Tugas : memberikan pengarahan jalannya penelitian
c.
Peneliti :
1 ) Sugianto, SKM, M.Sc.PH
: Mengkoordinir kegiatan penelitian di lapangan
Tugas
Honor
: Rp 35.000,-/ jam
2) M.Faozan, SKM, MPH
Tugas
: Mengkoordinir pengumpulan data kesling
3)
4)
Asih Setyani, SP
Tugas
: Bertanggungjawab atas pengambilan data sosial dan ekonomi
Honor
: Rp 30.000,Hastin Dyah K, SKM
: Bertanggung jawab terhadap registrasi dan sampling sasaran
Tugas
1
Honor
: Rp 30.000,-/ jam
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN !ODIUM
K.apling Jayan, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah 56553
Telepon: (0293) 789435 Faksimile: (0293) 788460
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
1 5)
16)
17)
18)
19)
Hadi Ashar, SKM
: Bertanggung jawab terhadap registrasi dan sampling sasaran
Tugas
: Rp 30.000,-/ jam
Honor
R. Agus Wibowo, S.Si, M.Sc
: Bertanggung jawab atas pengumpulan data laboratorium
Tugas
: Rp 30.000,Honor
M. Arif Mussodaq, S.Si
Tugas
: Bertanggung jawab pada analisa data secara keseluruhan I
manajemen data
Honor
: Rp 30.000,Aniek Prihatin, SKM
: Bertanggungjawab pada pengumpulan data kesehatan
Tugas
Honor
: Rp 30.000,Emani Budi P
: Bertanggungjawab pada pengambilan darah menganalisa sampel
Tugas
laboratorium
Honor
: Rp 20.000,-/ jam
Sudarinah
: Bertanggungjawab pada pengambilan darah menganalisa sampel
Tugas
laboratorium
Honor
: Rp 20.000,-/ jam
Pudjiati Setya R
: Bertanggungjawab atas edit dan entry data
Tugas
: Rp 20.000,-/ jam
Honor
Beta Dwi Astuti
: Bertanggungjawab atas edit dan entry data
Tugas
: Rp 20.000,-/ jam
Honor
Khimayah
: Bertanggungjawab atas data kesling
Tugas
Honor
: Rp 20.000,Sri Lestari
Tugas
: Membantu menyiapkan bahan laboratorium dan analisa
Jaboratorium
Catur Wijayanti
Tugas
: Membantu menyiapkan bahan laboratorium dan analisa
laboratorium
Candra Puspitasari
: Bertanggungj awab atas data gizi
Tugas
: Rp 20.000,Honor
Cicik Harvana
Tugas
: Bertanggungjawab atas data gizi
Palupi Dyah Ayuni
Tugas
: Bertanggungjawab atas data gizi
M. Fauzan Bachri
Tugas
: Bertanggungjmvab atas
d. Sekretariat
1) Dwi Mnlyani
: Bertanggungjawab mengenai administrasi dan keuangan penelitian
Tugas
: Rp 260.000,-/ bulan
Honor
.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
..
SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
BALA! PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN !ODIUM
Kapling Jayan, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah 56553
Telepon: (0293) 789435 Faksimile: (0293) 788460
2. Ketua Pelaksana Penelitian bertanggungjawab kepada Kepala Balai Penelitian dan
Pengembangan GAKI sesuai dengan Surat Persetuj uan P el aksanaan Penelitian Kepala
Balai Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan !odium No.
LB.02.04/1 2/323/2012 tanggal 06 Maret 2012.
3. Semua pengeluaran untuk pelaksanaan Surat Keputusan ini dibebankan kepad a DIPA
B alai Penelitian dan Pengembangan GAKI No. 0814/24- 1 1 .2.01/1 3/20 1 1 tanggal 9
Desember 201 1 , dengan mata anggaran 2071.003.012 yang pelaksanaannya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
4. Surat l\.eputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 6 Februari 2012 dengan catatan segala
sesuatµ akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini.
. Dikeluarkan di : Magelang
da tanggal
Surat Keputusan ini disampaikan kepada :
I.
2.
3.
Kepala Badan Litbang. Kesehatan d i Jakarta .
Bendahara Pengeluaran Balai Penelitian dan Pengembangan GAKL
Yang bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
:
6 Februari 2012
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (KPPT)
JI.
Urip Surnoharjo No. 6 Telp/Fax. (0275) 325202 Purvvorejo 541 1 1
IZIN RISET I SURVEY I PKL
NOMOR :
I.
Dasar
II. Menunjuk
072/129/Z012
.
: Peraturan Daerah Kf}bupaten Purworejo Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Purworejo (Lembaran Daerah Kabupaten Purworejo Tahun
2008 Nomor 1 1 ).
: Surat Permohonail Ijin Penelitian dari Kepala Balai Penelitian Dan Pengembangan Gangguan
Akibat Kekurangan Iodium No. LB.02.04/12/726/201 2 Tanggal 9 April 2012
III. Bupati Purworejo memberi Izin untuk melaksanakan Riset/ Survey/ PKL dalam Wilayah l<abupaten Purworejo
kepada :
•!•
·:·
·:·
·
:·
Nama
Pekerjaan
NJM(NIP/KTP/ dll.
Instansi I Univ/ Perg. Tinggi
·:· Jurusan
•!• Program Studi
·:
· Alamat
dr. Suryati Kumorowulan, M. Biotech
PNS
19700818200 1 122002
Balai Penelitian Dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan
!odium
Sonokeling 18 Gejoyan Rt.10/32 Desa Condongcatur Kee. Depok
Sleman
·:· No. Telp.
08121 597626
Sugianto, SKM, M.Sc.PH
:· Penanggung Jawab
·
Penelitian
�:· Maksud I Tujuan
Pengaruh Intervensi Berbagai sumber lodium Dan Polimorfisme Gen
•!• Judul
TSHR dan hTR Terhadap fungsi Tiroid
Kecamatan Pituruh
·
:·
Lokasi
•!• Lama Penelitian
3 Bulan
•!• Jumlah Peserta
19 orang terlampir
Dengan ketentuan - ketentuan sebagai berikut :
a. Pelaksanaan tidak disalahgunakan untuk tujuan tertentu yang dapat mengganggu stabilitas daerah.
b. Sebelum langsung kepada responden maka terlebih dahulu melapor kepada :
I . Kepala Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Purworejo
2. Kepala Pemerintahan setempat ( Camat, Kades I Lurah )
c. Sesudah selesai mengadakan Penelitian supaya melaporkan hasilnya Kepada Yth. Bupati Purworejo Cq.
Kepala KPPT, dengan tembusan BAPPEDA Kab. Purworejo
JI.
.
Surat
Ijin
ini berlaku tanggal
11 April 2012
Tembu:rnn . dikirim kepada Y'th :
1 . Ka. Bappeda Kab. Purworejo;
2. Ka. Kantor Kesbangpol
Purworejo;
Linmas Kab.
3. Ka. Dinas Kesehatan Kab. Purworejo;
4 . Kcpala BP2 GARI Magelang;
5. Camat Pituruh
sampai dengan tanggal
11 Juli 2012.
LAMPIRAN IZIN RISET/SURVEY/PKL
No. : 072/129/2012
Penanggung Jawab
Sugianto, SKM, M.Sc.PH
Ket./Lokasi
Kecamatan Pituruh
No.
NIM/NIP/di!.
Nama
Ketcrangan
I. M. Arif Musodaq, S.Si
Sl Biologi
Peneliti
2. Asih Setyani, SP
S l Sosek
Peneliti
3. Candra puspita
.
4. Hadi Azhar, S'KM
03
Pembantu Peneliti
S l SKM
Peneliti
s. Sugianto SKM,MSc.PH
S2
Peneliti
Epidemiolog
S2 Biologi
6. Agus Wibowo S.Si, M.Sc
7. Ernani
8.
Anik Prihatin, SKM
9. Catur
'
Peneliti
Analis Lab
Pembantu Peneliti
SI Gizi
Peneliti
Analis Lab
Pembantli Peneliti
D3
Administrasi
1 1 . Beta
03
Pembantu Peneliti
12. Cicik
03
Pembantu Peneliti
SI SKM
Peneliti
14. Khimayah
03
Pembantu Peneliti
15. Sudarinah
A nal is Lab
Pembantu Penel iti
16. M. Faozan, SKM, MPH
S2 SKM
Peneliti
10. Dwi Mulyani
13. Hastin, SKM .
17. Pttiiati. S
l8.
Sri Lestari
19. Palupi
.
...
D:'l
..
.
..
Pe!l')banJ1! P�neliti
Analis Lab
Pembantu Peneliti
D3
Pembantu Peneliti
Dikeluarkan di
Pada tanggal ·
: Purworejo
: 1 1 April 2012
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM
Kapling Jayan, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah 56553
Telepon: (0293) 789435 Faksimile: (0293) 788460
SURAT PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN
Nomor : LB.02.04/12/323/2012
Persetujuan Pelaksanaan Penelitian ini diberikan atas dasar ketentuan-ketentuan yang
diatur dalam..pasal-pasal d i bawah ini :
BAB I IKHTISAR
1.
Judul Penelitian : ''Pengaruh Intervensi Berbagai Sumber !odium dan Polimorfisme Gen
TSHR dan hTR Terhadap Fungsi Tiroid"
2.
Maksud dan Tujuan :
a. Umum : Mempelajari adanya efek pemberian berbagai sumber yodium terhadap fungsi
tiroid serta pengaruhnya terhadap reseptor horrnon tiroid dan reseptor TSH.
b. Khusus :
I.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Mengetahui perbedaan kadar honnon FT3, FT4, dan TSH, serta kadar yodium dalam
darah pada penderita gangguan fungsi tiroid sebelum dan sesudah pemberian kapsul
yodium dosis 200 mg.
Mengetahui perbedaan kadar hormon FT3, FT4, dan TSH, serta kadar y-odium dalam
darah pada penderita gangguan fungsi tiroid sebelum dan sesudah pemberian kapsul
yodium dosis 400 mg
Mengetahui perbedaan kadar horrnon FT3, FT4, dan TSH, serta kadar yodiurn dalam
darah pada penderita gangguan fungsi tiroid sebelurn dan sesudah pemberian garam
beryodium
Mengetahui perbedaan kadar hormon FT3, FT4, dan TSH serta kadar yodiurn dalam
darah pada penderita gangguan fungsi tiroid sebelum dan sesudah pemberian makanan
berbahan ikan
Membandingkan kadar hormon FT3, FT4, dan TSI-1 serta kadar yodium dalam darah
pada penderita gangguan fungsi tiroid sebelurn dan sesudah yang mendapat kapsul
yodium dosis 200 mg dengan yang mendapat kapsul yodium dosis 400 mg serta yang
hanya mendapat garam beryodium dan yang mendapat ikan
Mengetahui adanya polimorfisme pada gen reseptor TSH
Mengetahui adanya polimorfisme pada gen reseptor tiroid
3. Ketua pelaksana
4. Waktu Pelaksanaan
: dr. Suryati K, M.Biotech
bulan, dari bulan Februari s/d November 2 0 1 2
: 10
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
BALA! PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN !ODIUM
Kapling Jayan, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah 56553
Telepon: (0293) 789435 Faksimile: (0293) 788460
BAB II BIAYA
1 . Biaya yang disediakan untuk penelitian ini dibebankan pada DIPA Balai Penelitian dan
Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan !odium No. 081 4/24-1 1 .2.0 1/13/20 1 1 tanggal
9 Desember 20 1 1 .
2. Biaya tersebut merupakan biaya maksimum yang tidak boleh terlampaui. Dirinci dalam pos
pengeluaran sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
Belanja Honor Tidak Tetap
Belaqja Bahan Operasional
Belanja Barang non Operasional
Belanja Perjalanan Lainnya
Jumlah seluruhnya
:
:
:
:
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
1 3.470.000,1 53.046.000,32.990.000,42.600.000,-
: Rp:-
242.1 06.000,-
3. Penyediaan biaya untuk keperluan penelitian yang dimaksud akan diberikan secara bertahap
dan merupakan uang-uang yang harus dipertanggung-jawabkan oleh Ketua Pelaksana.
4 . Cara pertanggung jawaban hams sesuai dengan peraturan yang berlaku dan untuk ini
diberikan petunjuk seperlunya oleh Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI atau
pejabat yang ditunjuk olehnya.
BAB III PELAKSANAAN
1 . Ketua Pelaksana berkewajiban mengajukan dengan segera nama-nama peneliti dan petugas
lainnya yang akan membantu pelaksanaan penelitian, disertai penjelasan tentang tugas setiap
pelaksana penelitian untuk ditetapkan dengan Surat Keputusan sebagai dasar pengeluaran
biaya.
2. Ketua Pelaksana Penelitian wajib menyusun dengan segera Protokol Penelitian yang
mencantumkan lokasi penelitian, populasi atau bahan penelitian, metodologi yang akan
digunakan secara terperinci, cara menganalisa data yang dikumpulkan serta pentahapan
pelaksanaan penelitian dan dikirimkan kepada Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan
GAKI.
3 . Mengenai pelaksanaan pembiayaan diatur sebagai berikut :
a. Ketua Pelaksana mengaj ukan Surat Permintaan Pembayaran kepada Kepala Balai
Penelitian dan Pengembangan GAKI untuk kebutuhannya setiap bulan.
b. Kepala Balai Pene!itian dan Pengembangan GAKI memberikan persetujuan pembayaran
setelah persyaratan yang dikaitkan dengan pengajuan surat pennintaan pembayaran
dipenuhi secara lengkap.
BAB IV PENGA\VASAN
1 . Pengawasan terhadap pelaksanaan penelitian ini dilakukan oleh Kepala Balai Penelicia:;:,
Pengembangan GAKI atau oleh tim yang ditunjuk.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
•
SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM
Kapling Jayan, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah 56553
Telepon: (0293) 789435 Faksimile: (0293) 788460
2.
Pengawasan dapat dilakukan sewaktu-waktu dan Ketua Pelaksana waj ib
memberikan
kesempatan serta memberikan keterangan-keterangan yang diminta.
3.
Apabila dipandang perlu Kepala Badan Litbang Kesehatan dapat melakukan atau menunjuk
pejabat lain untuk melakukan pengawasan.
BAB V PELAPORAN
1.
Ketua P�laksana wajib memberikan laporan pertanggung jawaban keuangan untuk setiap
bulan dan harus diterima oleh Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI paling
lambat tanggal 25 bulan berjalan.
2.
Ketua pelaksana wajib memberikan laporan kemajuan pekerjaan untuk setiap triwulan yang
bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3.
Ketua Pelaksana waj ib membuat laporan akhir yang lengkap untuk dokumentasi dan
disamping itu naskah untuk penerbitan dalam majalah ilmiah.
BAB VI PERSYARATAN LAIN
1.
Segala
penerimaan
dan
hasil
penelitian
ini
menjadi
milik
Badan
penelitian
dan
Pengembangan Kesehatan.
2.
Penerbitan mengenai hasil penelitian ini seyogyanya di dalam "Buletin Penelitian Kesehatan"
Bila diajukan ke majalah lain perlu persetujuan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.
3.
Hasil penelitian ini selanjutnya wajib dipubl ikasikan pada tahun berikutnya minimal melalui
Jurnal majalah Gizi Mikro Indonesia (MGMI) BP2 GAKI Magelang.
BAB VII KETENTUAN PENUTUP
Apabila penyelesaian penelitian tidak dapat dilaksanakan pada waktunya karena sesuatu
yang berada diluar kekuasaan Ketua Pelaksana Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan
GAKI mengusulkan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan untuk
meninjau kembali mempertimbangkan kemungkinan perpanj angannya.
Magelang,
Mcnerima dan Menyetujui,
Ketua Pelaksana
dr
.
���
tech
NIP. 19700818200 1 1 22002
6 Februari 2012
2 GAKI Magelang
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (KPPT)
JI. Urip Sumoharjo No. 6 Telp/Fax. (0275) 325202 Purworejo 541 1 1
IZIN RISET I SURVEY) PKL
NOMOR :
I.
Dasar
072/129/2012
: Peraturan Daerah Kabupaten Punvorejo Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Purworejo (Lembaran Daerah Kabupaten Purworejo Tahun
2008 Nomor
II.
Menunjuk
1 1 ).
: Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Kepala Balai Penelitian Dan Pengembangan Gangguan
Akibat Kekurangan !odium No. LB.02.04/12/726/2012 Tanggal 9 April 2012
III. Bupati Purworejo memberi Izin untuk melaksanakan Riset/ Survey/ PKL dalam Wilayah Kabupaten Purworejo
kepada :
Nama
dr. Suryati Kumorowulan, M. Biotech
·:·
Pekerjaan
PNS
·:·
•!•
NIM/NIP/KTP/ dll.
1 97008 18200 1 1 22002
·:·
Instansi I Univ/ Perg. Tinggi
Balai Penelitian Dan Pengembangan Gangguan Aki bat Kekurangan
Iodium
·:·
Jurusan
·:·
•!•
Program Studi
·:·
No. Telp.
•:·
•!•
Pehanggung Jawah
Sugianto, SKM, M.Sc.PH
Maksud I Tujuan
Penelitian
Alamat
JI. Sonokeling I 8 Gejoyan Rt. I0/32 Desa Condongcatur Kee. Depok
Sleman
!
••
0 8 1 2 1 597626
Pengaruh Intervensi Berbagai sumber !odium Dan Polimorfisme Gen
Judul
TSHR dan hTR Terhadap fungsi Tiroid
·:·
Lokasi
Kecamatan Pituruh
·:
·
Lama Penelitian
3 Bulan
Jumlah Peserta
19 orang terlampir
!
••
Dengan ketentuan - ketentuan sebagai berikut :
a.
Pelaksanaan tidak disalahgunakan untuk tuj uan tertentu yang dapat mengganggu stabilitas daerah.
b.
Sebelum langsung kepada responden maka terlebih dahulu melapor kepada
l . Kepala Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Purworejo
2. Kepala Pemerintahan setempat ( Camat, Kades I Lurah )
c.
Sesudah selesai mengadakan Penelitian supaya melaporkan hasilnya Kepada Yth. Bupati Purworejo Cq.
Kepala KPPT, dengan tembusan BAPPEDA Kab. Purworejo
Surat Ijin ini bcrlaku tanggal 1 1 April 2012 sampai dengan tanggal 1 1 Juli 2012.
'.lembusan
,
dilcirirn kepada Yth :
1. Ka. Bappeda Kab. Purwore_1 0;
2. Ka. Kantor Kesbangpol Linmas Kah.
Purworejo;
3. Ka. Dinas Kesehatan Kab. Purworejo;
4. Kcp:;J aBP2 GA.KI Magelang;
5. Ca.mat Pituruh
Dikeluarki::-i
LAMPIRAN IZIN RISET/SURVEY/PKL
No. : 072/129/2012
Penanggung Jawab
Ket./Lokasi
No.
Sugianto, SKM, M.Sc.PH
Kecamatan Pituruh
Nama
,..._._
I . M . Arif Musodaq, S.Si
NIM/NIP/di!.
Ket�rangan
S l Biologi
Peneliti
2. Asih Setyani, SP
SI Sosek
Peneliti
3. Candra puspita
03
Pembantu Peneliti
4. Hadi Azhar, SKM
S I SKM
Peneliti
5. Sugianto SKM,MSc.PH
S2
Peneliti
Epidemiolog
S2 Biologi
Peneliti
Analis Lab
Pembantu Peneliti
8. Anik Prihatin, SKM
S I Gizi
Peneliti
9. Catur
6. Agus Wibowo S.Si, M.Sc
7.
Emani
Anal is Lab
Pembantu Peneliti
10. Dwi Mulyani
03
Administrasi
1 1 . Beta
03
Pembantu Peneliti
12. Cicik
03
Pembantu Peneliti
.
SI SKM
Peneliti
14. Khirnayah
DJ
Pernbantu Peneliti
15. Sudarinah
Analis Lab
Pembantu Peneliti
13. Hastin, SKM
16. M. Faozan, SKM, MPH
S2 SKM
Peneliti
17. Pujiati. S
D:l
Pembaritt! P�neliti
1 8 . Sri Lestari
Analis Lab
Pembantu Peneliti
19. Palupi
D3
Pembantu Peneliti
: Purworejo
: 1 1 April 2012
Dikeluarkan di
Pada tanggal
a.n. BUPATI PURWOREJO
�--=,.._KEPALA
.
KANTOR
PERIZINAN TERPADU
-\. �Eil¥Ji.�M
h'��
� PURWOREJO
1
�
�
�
'f:
;
::(--��-�-�j\
( - :--v.
(\ptvo-�.
"�·� 'I i'• .
..
�.
..
' •
t: ' 0�
f>.·�.·�. ,. ..,, 11-:-l
.
'
·
Y.i
1
� D.
:'!i:J
ATUlf
O UTOMO, S.Sos
P embina
,,<
.
\
\\ \,
\\,._:J :;.:· ·NW: J5·4o724 1986 1 1 t oo l
'.. x
\
__
.
-
.
:..
:;J>
- .....,
t-t�
= ·,.,._·:!i
·
��
.o.l•1:;-,.
G
M:�
�&:;-·
PCE:t
'>'"'
!'"
�
�
�'
'�
�
�j
,•
.!/,�,,,�
.(
�
-rl'
- fr
''/
:.�
ff....J.�
.�
01/""1·�
�.
��:tj
-·I
�!l.:X.�
L�l1
!
�.tt
-,.• jt
�
'�
- V"...':':�'.:�r�
�
�t· 1
•�
;-j
·· -
l
��·�h=
��
.,�
'/: -
�!:X:M
tt
�.f . �
if·'>'
�t"'"L:GI'
�
I
�
,,,,,.-
iU
j�: �� '
�
·
.
•ti
S�<RT!PI'KA<t
Diberikan kepada
dr. S.u ryatm Kumorowu lan
.... yang. telah mengikuti :
PELATIHAN CARA UJI KLINIK YAN.G BAIK (CUKB)
Jakarta,
5
-
6 Desembe:r 2008
Sebagai
P E S E RTA
•
:�
Jakarta, 6 Desem ber 2008
Ketua
Komisi Etik Penelitian Kesehatan
!'.1�
�
�
�ti
•
.. . ..._�-
-
Sadan
I
'}tb/c�g
L');
Kesehatan
z �fY��
/#j 7J.!
Prof. Dr. M . Sudomo
-
.�:t,; �· r. }
..
·•··· . ·•···· ·�.o--�··"'�roJc ,
�
�
�
�
�(
Komisi Nasional Etik PeneHtian Kesehatan
�
�
K.omisi Etik Penelitian Ke.sehafan, Badan Lltbang Ke.s.ehatan
·�
�
�·
Pelatihan Cara Uji Klinik yang Baik (CUl<B)
�
�
·
�
�...�
�
Dr. S.urvati Kumorowulan
�
�
�I
L VL VS
·���
�
�
�
>�
�
Sadan � �71
�
�
(} /�J -.
;J/Jtp -, �
�
�
�
· � ������������������
,..•.. ,
,/
.�
'
'
bekerjasama dengan
.
.
yan. g menyelenggarakan
pada tanggal 5 - 6 Desember 2008 di Ja karta
menvatakan bahwa peserta
mtuk melakukan Uji Klinik sesuai dengan persy.aratan CUKB.
Ja karta, 6 Desember 2008
Ketua
l<orn isi Nasional Etik Penelitian Kesehatan
b
_
,., ---...
i' ----_
Prof. Dr. R. Sjamsuhidajat, Sp. B, KBD
Kesehatan
_
Prof. br. M. Sudomo
''l!' �.:'1!t": :v, :'8': � � V:
,,.-:�
' :'<ll �
�A.·A�A�A�llh.
+
A
•Jiti
&
�
jm._
�
A�&,
�
A
·
A
�
A
�
&.
Afii�
..�
·A
Y
_A
v
i�v�r
�
��A
; 1J
��� ,_ ·· '
�ill\
"'<v.���v.
1''
· :'IW.:�CV':�"1
W
41i;gr
"!V
dh
'V'
4-
Ketua
Komisi Etik Penelitian Kesehatan
l'
�;����A�fh��'$4�.tm.���A\.����A·.M�a$:'���
·
A�
A
�
�
.&.
•
.i6A.
PERSETUJUAN ATASAN LANGSUNG
Magelang, 2 1 January 201 3
Peneliti.
, M.Sc.PH
dr.Suryati Kurnorowulan, M.Biotech
NIP. 1970081 82001 122002
Mengetahui
Ketua PPI Pusat Teknologi Terapan kesehatan
dan Epidemiologi Klinik
Soetiarto, MS
NIP. 19500408 1 98 1 1 12001
DR. Drg. Fari
Download