pembinaan karakte negeri satu a mbinaan karakter

advertisement
JURNAL
PEMBINAAN KARAKTER DISIPLIN SISWA SMP
NEGERI SATU ATAP 1 SOROPIA
OLEH:
INDAWATI
NIM. G2G1 15 027
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL
Pembinaan Karakter Disiplin Siswa SMP Negeri Satu Atap 1 Soropia
Oleh
Indawati
(Mahasiswi S2 Program Studi Pendidikan IPS. PPs UHO)
Dr. H. Mursidin T, M.Pd
(Dosen Program Studi Pendidikan IPS. PPs UHO)
Dr. Hj. Darnawati, M.Pd
(Dosen Program Studi Pendidikan IPS. PPs UHO)
Penulis pertama mengatakan artikel ini merupakan bagian yang telah diseminarkan dan telah
diperiksa kebenarannya oleh komisi pembimbing. Artikel ini dibuat sebagai salah satu syarat
yang harus dipenuhi untuk distribusi tesis dan sebagai bahan bagi publikasi ilmiah pada
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPS yang diterbitkan oleh program studi pendidikan
IPS kosentrasi Administrasi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Halu Oleo.
Kendari,
April 2017
Menyetujui:
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. H. Mursidin T, M.Pd
Dr. Hj. Darnawati, M.Pd
Mengetahui,
Koordinator Program Studi
Pendidikan IPS
Dr. Hj. Darnawati, M.Pd
NIP. 19701107 200501 2 001
ABSTRACT
Indawati, (G2G1 15 027). TheDevelopment of Students’ Discipline Character at SMP Negeri
SatuAtap 1 of Soropia. Supervised by Mursidin T. as supervisor I, and Darnawati as supervisor II.
The purposes of this study were: (1) to analyze the role of teachers and parents in nurturing
discipline character to students of SMP Negeri Satu Atap 1 of Soropia; (2) to analyze obstacles
encountered by teachers in their efforts to developdiscipline character of students of SMP Negeri Satu
Atap 1 of Soropia; (3) to analyze ways that have been taken by teachers to overcome the obstacles
faced in the development of students’ discipline character at SMP Negeri Satu Atap 1 of Soropia.
The study was a qualitative research and used a descriptive method. The study emphasized on the
development of students’ discipline character at SMP Negeri Satu Atap 1 of Soropia. Collected data
were analyzed and reported in a narrative form. Informants of the study included: (1) a headmaster; (2)
a vice headmaster; (3) teachers and admin staff; (4) students’ parents; (5) students of SMP Negeri Satu
Atap 1 of Soropia. Techniques of data collection were (1) non-participatory observation; (2) in-depth
interview; and (3) document study.
Results of the study showed that: (1) teachers’ and parents’ roles in nurturing discipline character
to students of SMP Negeri Satu Atap 1 of Soropia are very important, as can be seen in the teachers’
effort to serve well as educator, teacher, guide, trainer, and evaluator. Parents also have important
roles in educating discipline to their children by implementing a democratic parenting style. Through
good parenting, parents directed their children into the habit of doing well-organized and wellscheduled activities, as well as taking a responsibility of the tasks they are assigned to do; (2)
obstacles encountered by the teachers in developing discipline character of students of SMP Negeri
Satu Atap 1 of Soropia are related to environmental factors, both internally and externally. The
internal factor is lack of control by parents to their children, whereas the internal one is negative
influence exerted by friends and the society, for example playing video games (Play Station) or other
types of entertainmentwith friends at night; and (3) steps that have been taken by the teachers to
overcome the obstacles faced in the development of students’ discipline character at SMP Negeri Satu
Atap 1 of Soropia are (a) the enforcement of school rules which must be obeyed by students; (b)
presenting teachers as exemplary model to be followed by students; (c) development of students’
character through extracurricular activities.
The study concluded that the development of students’ discipline character at SMP Negeri Satu
Atap 1 of Soropia has been conducted by teachers through exemplary actions and habituation of good
manners, as well as by urging and motivating students to become more discipline.
Keywords: development of discipline character
PENDAHULUAN
Proses pendidikan dapat berhasil, apabila adanya upaya penciptaan suasana pembelajaran
yang kondusif artinya harus terdapat prilaku disiplin yang baik. Sehingga, diperlukan peran
dan figur seorang guru yang dapat bertanggung jawab dalam mengajar di sekolah dengan
membina dan menjadi teladan bagi siswanya khususnya dalam hal kedisiplinan. Sebagaiman
tercantum dalam Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1) bahwa tenaga pendidik
(guru) mempunyai empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Hal ini berorientasi bahwa penyelenggaraan
pendidikan berbasis kompetensi, tenaga pendidik (guru) mempunyai peranan yang sangat
penting. Guru harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk mewariskan nilai dan norma
kepada siswanya melalui proses pendidikan, sebab proses pendidikan dapat menciptakan
nilai-nilai yang baru sehingga mampu merubah sikap siswa kearah yang lebih baik.
Menurut Hamalik (2004: 127) salah satu tugas guru meliputi mendidik, mengajar, dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar
berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Atau tugas guru
sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada siswa.
Sedangkan tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kepada siswa. Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa. Atau dengan kata lain tugas guru sebagai pelatih
berarti mengembangkan keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan
siswa. Jadi, mutu tenaga pendidik (guru) mempunyai peranan dan kunci dalam keseluruhan
proses pendidikan. Sehingga secara makro peran dan tugas guru ialah menyiapkan manusia
susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan
negara seperti membentuk karakter disiplin yang baik pada siswa.
Berbagai usaha untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas telah banyak dilakukan,
di antaranya inovasi dalam bidang kurikulum dengan diberlakukannya KTSP juga
menekankan pentingnya pembinaan karakter siswa. Penekanan tersebut dilakukan sebagai
upaya untuk menyempurnakan pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran yang telah berjalan
selama ini, sehingga siswa tidak hanya memiliki pengetahuan yang dalam, tetapi juga
memiliki karakter yang luhur, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu, pembinaan
karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai sera direalisasikan
oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. (Kemendiknas, 2011: 5)
Pembinaan karakter menjadi hal penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan karakter
menjadi kebutuhan mendesak dalam perkembangan peradaban sebuah bangsa terutama pada
era globalisasi saat ini. Menurut Megawangi (2004: 95) pendidikan karakter adalah sebuah
usaha untuk mendidik siswa agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-sehari, sehingga dapat memberikan kontribusi
yang positif kepada lingkungannya. Sehingga dapat dipahami pendidikan karakter ialah
sebuah usaha untuk mendidik dan membentuk karakter siswa khususnya karakter disiplin
yang baik sehingga mampu mengambil keputusan dengan bijak dan dapat mempraktikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, setiap individu yang berkarakter baik adalah individu
yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari
keputusan yang dia buat sendiri sebagai pengalaman belajarnya.
Sebagaimana diungkapkan oleh Mas’udi (2000: 88) karakter disiplin adalah kebiasaan
seseorang yang menjadi satu dalam prilaku kehidupan dalam melakukan sesuatu pekerjaan
dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturaan yang berlaku dengan penuh
tanggung jawab tanpa ada paksaan dari siapapun. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa
karakter disiplin itu sangat penting karena adanya kebiasaan untuk mematuhi peraturan yang
berlaku. Kepatuhan disini bukan hanya karena adanya tekanan dari luar, melainkan
kepatuhan yang didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan.
Dewasa ini, pendidikan karakter disiplin bukan suatu hal yang baru dalam bidang
pendidikan karena pada saat ini pendidikan karakter bukan hanya ada di mata pelajaran
agama dan Pkn saja melainkan disemua mata pelajaran dengan maksud untuk membina
akhlak dan budi pekerti siswa. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di
SMP Negeri Satu Atap 1 Soropia diperoleh bahwa siswanya masih banyak yang cenderung
bersikap tidak disiplin walaupun di sekolah tersebut sudah menekankan tentang kedisiplinan.
Hal ini dapat dilihat dari prilaku siswa antara lain datang ke sekolah tidak tepat waktu, tidak
memakai seragam yang lengkap sesuai dengan yang tercantum dalam tata tertib sekolah,
membuang sampah sembarangan, mencoret-coret dinding sekolah, tidak mengerjakan PR
yang diberikan oleh guru, dan motivasi belajar yang kurang menyebabkan siswa bolos
Untuk mengatasi problema tersebut, maka perlu diupayakan pembinaan karakter yang
dibutuhkan sebagai perwujudan dari karakter disiplin siswa di sekolah agar siswa dapat
mematuhi tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah berfungsi untuk dapat mengatur ketertiban
siswa berdasarkan nilai-nilai yang dianut sekolah yang meliputi: nilai ketaqwaan,
kedisiplinan, kebersihan, kesehatan, kerapihan, keamanan, dan nilai-nilai yang mendukung
proses kegiatan pembelajaran secara efektif guna mencapai mutu pembelajaran yang optimal.
Sebab, menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam setiap proses pendidikan akan membantu
proses pembentukan karakter dari siswa yang bermoral dan bermartabat. Dengan
terbentuknya karakter tersebut, maka karakter tersebut akan sulit hilang sehingga akan
menjadi watak prilaku seseorang dalam menjalani masa yang akan datang. Selain itu,
diperlukan kedekatan antara guru dan siswa sehingga terbentuk ketidakcanggungan siswa
ketika berkomunikasi kepada gurunya. Begitu pula guru dapat lebih memahami pribadi
siswanya baik karakter ataupun problema hidup sehingga guru akan mudah memotivasi
siswa. Berdasarkan uraian tersebut menjadi dasar lahirnya kajian ini sehingga penulis
mencoba melakukan penelitian dengan judul “Pembinaan Karakter Disiplin Siswa SMP
Negeri Satu Atap 1 Soropia”.
KAJIAN PUSTAKA
1) Pengertian Pembinaan
Menurut Depdiknas (2008: 193) pembinaan berasal dari kata dasar “bina”, berarti
membangun, mendirikan sesuatu supaya lebih baik. Pembinaan yaitu proses, cara, perbuatan
membina, pembaruan, penyempurnaan, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara
efesien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Selanjutnya, menurut Mathis
(2002: 112), pembinaan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan
tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terkait
dengan berbagai tujuan organisasi, pembinaan dapat dipandang secara sempit maupun luas.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka pembinaan adalah suatu model upaya
untuk memberikan didikan dan bimbingan pada siswa untuk dapat lebih meningkatkan
unsurunsur kebaikan dalam dirinya baik aspek rohani dan jasmani yang telah ada padanya
untuk lebih dikembangkan menuju tujuan yang baik. Pembinaan dapat dilakukan oleh dan
dimanapun berada. Pembinaan tidak hanya dilakukan dalam keluarga dan disekolah saja,
tetapi diluar keduanya juga dapat dilakukan suatu pembinaan.
2) Pendidikan Karakter
Pada dasarnya karakter berkaitan dengan moral, jadi orang berkarakter adalah orang
yang mempunyai kualitas moral positif. Bisa dikatakan bahwa pendidikan adalah membangun
karakter, yasecara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari
atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau yang baik, bukan yang negatif atau
buruk. Sedangkan Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum,
tata krama, budaya dan adat istiadat (Muslih, 2011: 70). Selanjutnya, Zubaedi (2011: 17)
mengemukakan bahwa pendidikan karakter juga diartikan sebagai upaya penanaman
kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam
interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, masyarakat dan lingkungannya.
Berdasarkan beberapa pendapat, maka pendidikan karakter adalah pendidikan yang
tidak hanya berorientasi pada aspek kognitif saja, akan tetapi lebih berorientasi pada proses
pembinaan potensi yang ada dalam diri siswa, dikembangkan melalui pembiasaan sifat-sifat
baik yaitu berupa pengajaran nilai-nilai karakter yang baik.
3) Disiplin Siswa
Disiplin yang dimaksud dalam hal ini adalah disiplin yang dilakukan oleh para siswa
di sekolah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Tu’u (2004: 8) bahwa disiplin merupakan
kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturanperaturan, nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu lingkungan tertentu. Kesadaran itu
antara lain, kalau dirinya berdisiplin baik maka akan memberi dampak yang baik bagi
keberhasilan dirinya pada masa depannya.
Menurut Mulyasa (2003: 108) disiplin dapat diartikan sebagai suatu keadaan tertib di
mana orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang
ada dengan senang hati. Disiplin di sekolah bertujuan untuk membantu siswa menemukan
dirinya, dan mengatasi serta mencegah timbulnya problem-problem disiplin dan berusaha
menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka
mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, disiplin dapat merupakan
bantuan kepada siswa agar mampu berdiri sendiri (help for self help).
4) Peran Guru dan Orang Tua
Peran adalah perilaku atau lembaga yang punya arti penting bagi struktur sosial.
Dalam hal ini maka, kata peranan lebih banyak mengacu pada penyesuaian diri pada suatu
proses. Menurut Raho (2007: 67) peran adalah pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat
dari orang yang menduduki status tertentu. Artinya, kelengkapan dari hubungan-hubungan
berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus.
Berdasarkan pendapat tersebut maka peran adalah tugas yang menjadi tanggung jawab
seseorang melaksanakan sesuatu.
a) Peran Guru
Peran guru adalah perangkat tingkah laku atau tindakan yang dimiliki seseorang dalam
memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Seseorang dikatakan menjalankan peran
manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang disandangnya. Menurut Usman (2006: 4)
peran guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan
dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan
perkembangan siswa menjadi tujuannya. Selanjutnya, menurut Fakhruddin (2012: 35) bahwa
salah satu peran guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang
dilakukan dalam suatu tertentu, serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku
dan perkembangan anak menjadi tujuannya.
Terdapat beberapa peran guru, sebagaimana diungkakan oleh Sardiman (2001: 144)
meliputi: (1) guru sebagai demonstrator hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi
pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti
meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa; (2) guru sebagai pengelola kelas
hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari
lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi; (3) Guru sebagai mediator dapat diartikan
sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa; (4) guru sebagai fasilitator artinya guru
dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar,
misalnya saja dengan menciptakan kegiatan belajar secara efektif dan efisisen; dan (5) Guru
sebagai evaluatot hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian karena penilaian
guru dapat mengetahui prestasi yang akan dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran.
b) Peran Orang Tua
Pada dasarnya orang tua tentu memiliki kewajiban yang penuh terhadap
keberlangsungan hidup bagi anak-anaknya, karena anak memiliki hak untuk dibimbing dan
didampingi oleh orang tuanya hingga beranjak dewasa. Sebagaimana diungkapkan Setyono
(2008: 50) orang tua adalah orang yang bertanggungjawab dalam keluarga atau rumah tangga.
Karena itu sebagai orang tua seharusnya mempunyai gambaran atau strategi yang jelas
tentang mendidik dan mengasuh anak. Terdapat beberapa peran orang tua dalam mendidik
anaknya, sebagaimana diungkapkan oleh Dalyono (2005: 57) meliputi: (1) peran sebagai
pendidik artinya orang tua perlu menanamkan kepada anak-anak arti penting dari pendidikan
dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari sekolah terutama nilai kejujuran perlu
ditanamkan kepada anaknya sejak dini sebagi bekal dan benteng untuk menghadapi
perubahan yang terjadi; (2) peran sebagai pendorong artinya anak membutuhkan dorongan
orang tua untuk menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri dalam menghadapi masalah;
(3) peran sebagai panutan Orang tua perlu memberikan contoh dan teladan bagi anak; dan (4)
peran sebagai pengawas artinya melihat dan mengawasi sikap dan perilaku anak agar tidak
keluar jauh dari jati dirinya, terutama dari pengaruh lingkungan baik dari lungkungan
keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat;
5) Implikasi Pembinaan Karakter Disiplin Pada Kegiatan Pembelajaran
Pentingnya penguatan nilai karakter disiplin didasarkan pada alasan bahwa sekarang
banyak terjadi perilaku menyimpang yang bertentangan dengan norma kedisiplinan. Adapun
perilaku tidak disiplin juga sering ditemui di lingkungan sekolah antara lain datang ke sekolah
tidak tepat waktu, tidak memakai seragam yang lengkap sesuai dengan yang tercantum dalam
tata tertib sekolah, membuang sampah sembarangan, mencorat coret dinding sekolah,
membolos sekolah, mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, tidak menggunakan seragam
sesuai aturan, dan lain-lain.
Apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan
kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan
pendidikan di sekolah khususnya Sekolah Menengah Pertama
(SMP) sebenarnya dapat
dicapai dengan baik. Melalui, pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus
diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh siswa SMP dalam kehidupan sehari-hari.
Sebab, materi pembelajaran berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata
pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan seharihari. Adapun nilai-nilai yang dimaksud: keagamaan, gotong royong, kebersihan, kedisiplinan,
kebersamaan, peduli lingkungan, kerja keras, dan sebagainya. (Kemendiknas, 2011: 7)
METODE PENELITIAN
1) Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Satu Atap 1 Soropia dan penelitian
ini dilaksanakan sejak bulan Februari sampai April 2017.
2) Jenis Penelitian
Jenis penelitian ialah penelitian kualitatif menggunakan metode deskriptif. Artinya
data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dituangkan dalam bentuk tulisan naratif. pada
Penelitian ini menekankan pada pembinaan karakter disiplin siswa.
3) Informan Penelitian
Adapun informan penelitian ini: (1) kepala sekolah; (2) wakil kepala sekolah; (3) guru
dan staf tata usaha; (4) orangtua siswa-siswi; dan (5) siswa SMP Negeri Satu Atap 1 Soropia
Data hasil penelitian diolah secara kualitatif dengan menggunakan model Miles dan
Huberman (1992).
4) Teknik Pengumpulan Data
1.
Observasi Non Partisipan Artinya peneliti hanya mendatangi lokasi, tetapi sama
sekali tidak berperan sebagai apapun selain sebagai pengamat pasif, namun peneliti
benar-benar hadir dalam mengamati berbagai kegiatan pembinaan karakter disiplin.
2.
Wawancara mendalam (in-depth interview) dilakukan dengan harapan agar
pertanyaan disampaikan oleh peneliti semakin terfokus sehingga informasi yang
dikumpulkan semakin rinci dan mendalam sesuai dengan yang dibutuhkan.
3.
Dokumentasi: struktur organisasi, keadaan siswa, keadaan guru, dan semua hal yang
terkait dengan eksistensi SMP Negeri Satu Atap 1 Soropia.
5) Teknik Analisis Data adalah teknik analisis interaktif model Miles dan Huberman (1992)
yang bersifat deskriptif yaitu suatu analisis data kualitatif yang diawali pada (1) tahap
pengumpulan data, (2) tahap penyajian data, (3) tahap reduksi data (4) tahap temuan dan
(5) tahap kesimpulan yang tentunya terjadi secara bersamaan antara satu dengan yang lain.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Peran Guru dan Orang Tua Dalam Membina Karakter Disilin Siswa SMP Negeri
Satu Atap 1 Soropia
a) Guru sebagai pendidik
Berdasarkan hasil observasi, guru sebagai pendidik yaitu guru merupakan teladan dan
panutan bagi siswa. Seperti yang diungkapkan oleh bapak La Milu, S.Pd selaku guru mata
pelajaran Pkn sekaligus Wakasek bidang Humas, “guru mendidik siswa untuk menjadi
siswa yang sopan dan santun serta mendidik untuk disiplin waktu seperti memberikan
contoh ketika berangkat sekolah lebih awal”. (Wawancara, 25 Februari 2017)
b) Guru sebagai pengajar
Seperti yang diungkapkan oleh bapak Irpan S.Pd selaku guru BK sekaligus pelatih
kegiatan pramuka, “dalam pembelajaran berlangsung guru selalu mengajar dengan
membuat RPP sebagai panduan, mendesain pembelajaran serta guru juga mengajarkan
bagaimana menjadi siswa yang disiplin dengan salah satu contohnya guru memberi tahu
jika berangkat sekolah jangan terlambat”. (Wawancara, 23 Februari 2017)
c) Guru sebagai pembimbing
Guru sebagai pembimbing yaitu guru mendampingi dan memberikan arahan kepada siswa
berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan pada diri siswa tersebut. Seperti yang
diungkapkan oleh ibu Nasriani, S.Pd selaku guru mata pelajaran IPA Terpadu, “saat
pembelajaran berlangsung guru membimbing siswa untuk mematuhi tata tertib sekolah
terutama saat di dalam kelas seperti memperhatikan guru saat menjelaskan pelajaran
berlangsung. Selain itu, guru membimbing siswa untuk senantiasa membiasakan diri
bersikap disiplin baik di sekolah maupun di rumah”. (Wawancara, 24 Februari 2017)
d) Guru sebagai pelatih
Guru dapat melatih siswa untuk berbuat, berpikir, berwatak baik, serta mampu
mengantarkan mereka menjadi generasi masa depan yang sukses. Dan guru mampu
menunjukkan perhatian pada semua siswa dan memahami kesulitan-kesulitan yang sering
mereka hadapi. Sebagimana yang diungkapkan oleh ibu Hariyani, S.Pd selaku guru mata
pelajaran seni budaya, “guru melatih siswa untuk selalu mengerjakan PR dan tugasnya
serta melatih siswa untuk senantiasa membiasakan diri bersikap disiplin baik di sekolah
maupun di rumah”. (Wawancara, 20 Februari 2017)
e) Guru sebagai evaluator
Seperti yang diungkapkan oleh bapak Hatta, S.Pd selaku guru mata pelajaran IPS
Terpadu, “pada saat pembelajaran berlangsung guru kelas di SMP Negeri Satu Atap 1
Soropia guru mengevaluasi dengan memberikan penilaian dengan jujur dan baik serta
mengevaluasi pembelajaran dengan melakukan penilaian pada saat proses pembelajaran
berlangsung dan menilai hasil pembelajaran yakni mana siswa yang sudah bisa dan yang
belum bisa. Sebab, siswa yang berhasil berarti memiliki jiwa disiplin yang dapat
membantu siswa menuju pada kesuksesan”. (Wawancara, 21 Februari 2017)
Bertolak dari beberapa peran guru dalam membina karakter disiplin siswa dibutuhkan
juga peran dari orang tua. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu Sakinah selaku orang tua
siswa pesantren, “menjadikan lingkungan sebagai alat untuk membentuk karakter anak saya.
Dalam hal ini pergaulan. Saya tidak memasakan anak saya untuk berteman dengan orang
tertentu tapi lebih jauh saya mengarahkan agar dapat melihat mana teman yang baik dan mana
yang buruk”. (Wawancara, 20 Februari 2017)
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara maka peran guru dan orang tua dalam
membina karakter disiplin siswa sangatlah penting, hal ini dilihat dari upaya guru dan orang
tua yang mendorong dan motivasi kepada siswa tentang arti penting displin sehari-hari agar
siswa selalu bertindak sesuai dengan aturan. Sehingga akan tercipta karakter disiplin yang
baik pada siswa.
2.
Kendala-Kendala yang Dihadapi Guru Dalam Membina Karakter Disilin Siswa
SMP Negeri Satu Atap 1 Soropia
Berdasarkan hasil observasi peneliti, pelaksanaan pembinaan karakter disiplin siswa
terdapat kendala-kendala yang dihadapi. Kendala tersebut bukan hanya dari faktor eksternal
saja melainkan dari faktor internal. Faktor internal dari kendala-kendala dalam melaksanakan
pembinaan karakter disiplin siswa yaitu kurangnya kontrol dari pihak orang tua pada anaknya.
Hal ini disebabkan karena sebagain besar orang tua mereka adalah bekerja sebagai nelayan.
Seperti yang diungkapkan oleh bapak Jarwia Bahia, S.Pd.,M.Pd selaku kepala sekolah,
“kendala yang dihadapi dalam pembinaan karakter disiplin siswa yakni kurangnya kontrol
dari orang tua, karena sebagian besar siswa di SMP Negeri Satu Atap 1 Soropia ini orang
tuanya bekerja sebagai nelayan dengan waktu kerja yang tidak terbatas, jadi kurangnya
pantauan terhadap anaknya”. (Wawancara, 27 Februari 2017)
Sedangkan faktor eksternal dari kendala pelaksanaan pembinaan karakter disiplin
siswa yaitu faktor dari teman, maupun masyarakat yang mengarahkan pada perbuatan yang
bersifat negatif contohnya keluar malam bersama teman untuk pergi bermain Play Station
(PS) atau hiburan lainnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu Murniati, S.Pd selaku
guru mata pelajaran IPA Terpadu sekaligus Wakasek bidang kesiswaan, “peran lingkungan
sangatlah penting bagi pembentukan jiwa serta karakter disiplin siswa karena secara langsung
bersentuhan dengan diri siswa itu sendiri. Hal semacam ini menjadi buruk jika pengaruh yang
dibawa lingkungan itu adalah negatif ditambah personal siswa yang sangat mudah untuk
terpengaruh, seperti keluar rumah dimalam hari untuk hal yang tidak bermanfaat misalkan,
nongkrong tidak jelas ataupun bermain PS hingga larut malam. Akibatnya, hal ini terbawabawa sampai dilingkungan sekolah yang mana siswa menjadi tidak disiplin dan teratur dalam
menjalani setiap kegiatannya (Wawancara, 21 Februari 2017)
3. Upaya-Upaya yang Dilakukan Guru Dalam Mengatasi Pembinaan Karakter Disilin
Siswa SMP Negeri Satu Atap 1 Soropia
Berdasarkan hasil observasi bahwa salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam
mengatasi kendala pembinaan karakter disiplin siswa SMP Negeri Satu Atap 1 Soropia ialah
penerapan peraturan atau tata tertib sekolah agar siswa mentaati peraturan tersebut. Tetapi
bukan hanya, membuat peraturan saja melainkan guru sebagai figur teladan bagi siswanya
juga harus menjadi contoh yang baik bagi siswa agar siswa tidak hanya diberi sebuah teori
saja tetapi juga praktek dalam melaksanakan pembinaan karakter disiplin. Sebagaimana
diungkapkan oleh bapak Saiful Rijal, S.Ag selaku guru mata pelajaran agama sekaligus wali
kelas, “upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi kendala pembinaan karakter disiplin
yang dilakukan oleh SMP Negeri Satu Atap 1 Soropia dengan cara di beri tata tertib tertulis
dan lisan, Setiap kelas dipasang tata tertib, jika siswa yang melanggar di beri nasehat,
peringatan dan sanksi serta menulis peringatan dan juga mendatangkan orang tua siswa”.
(Wawancara, 20 Februari 2017)
Melihat permasalahan tersebut, maka harus memiliki salah satu wadah yang menarik
bagi siswa untuk memanfaatkan waktu luang dengan sebaik-baiknya. Dalam upaya mengatasi
pembinaan karakter disiplin siswa, selain melalui peraturan atau tata tertib dapat juga melalui
kegiatan ekstrakurikuler. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Jarwia Bahia, S.Pd., M.Pd
selaku kepala sekolah, “peran kegiatan ekstrakurikuler dalam membina karakter disiplin siswa
adalah melatih siswa melalui pembiasaan diri agar memiliki skill yang baik sehingga
menjadikan ia terampil dalam segala hal seperti kegiatan ekstrakurikuler pramuka, olahraga
futsal, volly ball, badminton dan lain-lain. Dengan latihan dan membiasakan diri, disiplin
akan terbentuk dalam diri siswa dan pada akhirnya disiplin itu menjadi disiplin diri bagi
siswa. Selanjutnya, melalui penyadaran agar siswa benar-benar memahami hakikatnya
sebagai siswa yang terikat dengan aturan atau tata tertib sehingga harus benar-benar
memahami aturan yang harus dipatuhi. Seperti siswa yang mengikuti pramuka membentuk
karaktek disiplin siswa, sebab materi pramuka memuat tentang kegiatan baris-berbaris yang
sangat menuntut adanya disiplin yang kuat. Karena baris-berbaris termasuk latihan gerak
dasar yang mewujudkan penanaman sikap kepemimpinan, disiplin, rasa persatuan dan
kerjasama”. (Wawancara, 27 Februari 2017)
Pembahasan
1.
Peran Guru dan Orang tua Dalam Membina Karakter Disiplin Siswa SMP Negeri
Satu Atap 1 Soropia
Dalam dunia pendidikan semua telah mengetahui bahwa peran dan tugas guru bukan
hanya mengajar di dalam kelas dan memberi ilmu pengetahuan saja, tetapi peran dan tugas
seorang guru yaitu harus menanamkan nilai-nilai karakter kepada para siswanya agar siswa
tersebut menjadi manusia yang berkarakter. Manusia dikatakan berkarakter itu sudah sangat
jelas bahwa manusia tersebut memiliki karakter yang baik. Namun, seorang guru dalam
pelaksanaan pembentukan karakter siswa itu tidaklah mudah. Karena pembentukan karakter
itu harus didasari dengan penuh kesabaran, ketelatenan dan harus bertahap. Dan tidak lupa
juga yaitu guru tersebut harus menjadi suri tauladan yang baik bagi para siswanya.
Sebagaimana diungkapkan oleh Wiyani (2013: 163) bahwa peran guru dalam
membina karakter disiplin siswa adalah seperangkat sikap yang dimiliki oleh guru yang
meliputi mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan mengevaluasi. Melihatnya
pentingnya peran guru dalam menginspirasi dan memotivasi siswanya, sehingga mampu
berbuat sesuatu yang baik dengan kemampuannya sendiri. Di sinilah pentingnya Guru sebagai
sumber keteladanan dan kemampuan dalam membina karakter disiplin siswa. Dengan
demikian peran seorang guru begitu penting dalam mendukung kemajuan suatu bangsa.
Bertolak dari peran guru dalam membina karakter disiplin siswa, juga dibutuhkan
peran dari orang tua. Pentingnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan karakter disiplin
erat kaitannya dengan peran keluarga. Hal ini berarti keluarga memiliki peran yang besar
dalam mengembangkan karakter disiplin anak dan memiliki porsi waktu yang banyak untuk
mendisiplinkan anak. Sebagaimana dikemukakan oleh Wibowo (2012: 52) bahwa rata-rata
siswa mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%.
Selebihnya atau sekitar 70%, siswa berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Apabila dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah hanya berkontribusi sebesar
30% saja terhadap hasil pendidikan siswa. Dengan kata lain, keterlibatan orang tua dalam
mendukung keberhasilan pendidikan karakter disiplin yang dilakukan sekolah adalah hal
penting yang tidak boleh diabaikan.
2.
Kendala-Kendala yang Dihadapi Guru Dalam Membina Karakter Disiplin Siswa
SMP Negeri Satu Atap 1 Soropia
a) Faktor Internal
Adapun faktor internal dari kendala-kendala dalam melaksanakan pembinaan karakter
disiplin siswa yaitu kurangnya perhatian dan kontrol dari pihak orang tua pada anaknya.
Faktor internal diartikan sebagai suatu hambatan yang diakibatkan oleh faktor dari dalam
keluarga dalam hal ini orang tua. Setiap orang tua tentunya mengharapkan anaknya menjadi
anak yang taat pada agama, cerdas, menjadi putra-putri yang berguna bagi keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mewujudkan semua harapan orang tua tersebut,
dibutuhkan adanya pola asuh yang tepat dari orang tua dalam membina karakter disiplin
anak, baik disiplin dalam belajar, disiplin dalam beribadah kepada Tuhan YME maupun
disiplin dalam mentaati norma dan aturan yang berlaku.
b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal diartikan sebagai suatu hambatan yang diakibatkan oleh faktor dari
luar dalam hal ini lingkungan masyarakat. Dimana masyarakat memiliki peranan yang sangat
penting dalam pembentukan disiplin seseorang. Seseorang yang sudah terbiasa untuk
mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh keluarga maupun sekolah maka siswa tersebut
cenderung mematuhi peraturan dilingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat tentunya
memiliki aturan yang harus ditaati oleh setiap warganya, oleh karena itu masyarakat
memberikan pengaruh terhadap kedisiplinan siswa.
3.
Upaya-Upaya yang Dilakukan oleh Guru Dalam Mengatasi Kendala Pembinaan
Karakter Disiplin siswa SMP Negeri Satu Atap 1 Soropia
Dalam rangka mengatasi kendala pembinaan karakter disiplin siswa SMP Negeri Satu
Atap 1 Soropia yaitu dapat di lakukan dengan cara penerapan peraturan atau tata tertib.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suryosubroto (2009: 81) bahwa pemberian peraturan
atau tata tertib sekolah adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah seharihari dan mengandung sanksi terhadap pelanggarannya. Tata tertib siswa adalah bagian dari
tata tertib sekolah, di samping itu masih ada tata tertib guru dan tata tertib tenaga administrasi.
Kewajiban menaati tata tertib sekolah adalah hal yang penting sebab merupakan bagian dari
sistem sekolah dan bukan sekadar sebagai kelengkapan sekolah.
Menerapkan disiplin perlu adanya peraturan dan konsistensi dalam pelaksanaannya.
Tata tertib sekolah mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam membantu,
membiasakan, mengendalikan dan mengekang perilaku siswa yang tidak diingankan, seperti
yang dikemukakan oleh Hurlock (1990: 85) yaitu: (1) peraturan mempunyai nilai pendidikan,
sebab peraturan memperkenalkan pada siswa perilaku yang disetujui oleh anggota kelompok
tersebut. Misalnya siswa belajar dari peraturan tentang memberi dan mendapat bantuan dalam
tugas sekolahnya, menyerahkan tugasnya sendiri merupakan satu-satunya cara yang dapat
diterima di sekolah untuk menilai prestasinya; dan (2) peraturan membantu mengekang
perilaku yang tidak diinginkan. Agar tata tertib dapat memenuhi kedua fungsi di atas, maka
peraturan atau tata tertib itu harus dimengerti, diingat, dan diterima oleh siswa. Bila tata tertib
diberikan dalam kata-kata yang tidak dapat dimengerti, maka tata tertib tidak berharga
sebagai suatu pedoman perilaku. Dengan demikian, keberadaan tata tertib sekolah berfungsi
sebagai pedoman berperilaku bagi siswa selama mereka bersekolah. Dalam lingkungan
sekolah tata tertib di perlukan untuk menciptakan kehidupan sekolah yang tertib, tenteram,
kondusif dan penuh dengan kedisiplinan .
Selain menerapkan peraturan atau aturan tata tertib sekolah dalam upaya mengatasi
kendala pembinaan karakter disiplin siswa SMP Negeri Satu Atap 1 Soropia, pihak sekolah
juga
memberikan
solusi
yaitu
dengan pengembangan dan pembinaan siswa melalui
kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk menghadapi permasalahan siswa yang tidak
dapat memanfaatkan waktu luangnya dengan baik. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler
memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkan disiplin siswa karena kegiatan
ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang menarik bagi siswa sehingga dengan mudah dapat
melatih siswa untuk disiplin melalui pembiasaan dan teladan. Seperti yang diungkapkan
Minarti (2011: 203) program pengelolaan aktivitas siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler,
disamping untuk mempertajam pemahaman terhadap keterkaitan dengan mata pelajaran, para
siswa juga dibina ke arah mantapnya pemahaman, kesetiaan, dan pengamalan nilai-nilai
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, watak dan kepribadian, berbudi
pekerti luhur, kesadaran berbangsa dan bernegara, keterampilan dan kemandirian, olahraga
dan kesehatan, persepsi, apresiasi, dan kreasi seni.
KESIMPULAN
(1) Peran guru dan orangtua dalam membina karakter disiplin siswa SMP Negeri Satu Atap 1
Soropia sangatlah penting, hal ini dilihat dari upaya guru dan orang tua yang mendorong dan
motivasi kepada siswa tentang arti penting displin agar siswa selalu bertindak sesuai dengan
aturan. Melalui aturan dapat menciptakan munculnya kesadaran diri siswa untuk mematuhi
aturan tersebut, sehingga akan tercipta karakter disiplin yang baik; (2) Kendala-kendala yang
dihadapi guru dalam membina karakter disiplin siswa SMP Negeri Satu Atap 1 Soropia dapat
dilihat dari faktor lingkungan, baik dari faktor internal meliputi kurangnya kontrol dari pihak
orang tua pada anaknya. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari teman maupun
masyarakat yang dapat mengarahkan pada hal yang bersifat negatif, contohnya keluar malam
bersama teman untuk bermain Play Station (PS) atau hiburan lainnya; dan (3) Upaya yang
dilakukan oleh guru dalam mengatasi kendala pembinaan karakter disiplin siswa SMP Negeri
Satu Atap 1 Soropia adalah (1) penerapan tata tertib sekolah agar siswa mentaati peraturan
tersebut; (2) guru sebagai figur teladan yang baik bagi siswa; dan (3) pembinaan siswa
melalui kegiatan ekstrakurikuler untuk menyalurkan bakat dan minat, serta pembinaan
manusia seutuhnya: berkepribadian mantap, disiplin dan mandiri.
DAFTAR RUJUKAN
Amba, M. 1998. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat. Bogor:
Pascasarjana IPB
Abdurrahmansyah. 2004. Khazanah Filosofis dan Implementasi Kurikulum, Metodologi, dan
Tantangan Pendidikan Moralitas. Yogyakarta: Global Pustaka Utama
Ahmadi, Abu & Supriyono, Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarata: PT. Rhineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Asmani, Jamal Ma‟mur. 2010. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, Inovatif. Yogyakarta:
DIVA Press
Asmani, Jamal Ma‟mur. 2013. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah.
Yogyakarta: DIVA Press
Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Danim, Sudarwan. 2007. Agenda Pembaharuan Sistem Pendididan. Yogjakarta: Pustaka
Pelajar
Darajat, Zakiah. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Daryanto. 2013. Inovasi Pembelajaran Efektif. Bandung: Penerbit Yrama Widya
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Depag RI, 2005. Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Fakhrudin, Asef Umar. 2012. Menjadi Guru Favorit. Yogyakarta: Diva Pres
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hidayatullah, Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta:
Yuma Pustaka
Imron, Ali 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta: PT Bumi Aksara
Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Iskandar. 2009. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan Kuantitatif). Jakarta:
Gaung Persada Press (GP Press)
Johnson, Elaine B. 2011. Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan BelajarMengajar Mengasikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa Learning
Kemendiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Khan, Yahya. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta : Pelangi
Publishing
Khairan. 2000. Sekolah dan Pendidikan Nilai. Jakarta: PT. Gramedia
Koesoema, Doni. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta: Grafindo
Komarudin & Ibrahim, Rusli. 2008. Modul Psikologi Olahraga. Bandung: Jurusan
Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Kurniawan, Deni. 2011. Pembelajaran Terpadu. Bandung: CV. Pustaka Cendikia Utama
Lhaksana, J. 2011. Taktik dan Strategi futsal Modern. Jakarta: Swadaya Group
Lickona, Thomas. 2008. Pendidikan Karakter Panduan Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan
Baik. Bandung: Nusa Media
Lickona, Thomas. 2011. Pendidikan Karakter Persfektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya,
Lickona, Thomas. 2012. Character Matters, Terjemahan Juma Abdu Wamaungo. Jakarta:
Bumi Aksara
Mangunhardjana, A. 2004. Pembinaan, Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius
Maida, Kirania. 2012. Kitab Suci Guru Motivasi Pembakar Semangat untuk Guru.
Yogyakarta: Araska
Mas’udi. Asy. 2000. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta: PT.Tiga
Serangkai
Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter Solusi Yang Tepat Untuk Membangun
Bangsa. Jakarta: BPMIGAS
Miles, M.B., & Huberman, A.M. (Tanpa Tahun). Analisis Data Kualitatif: Terjemahan oleh
Tjejep Rohendi Rohidi. 1992. Jakarta: Universitas Indonesia
Minarti, Sri. 2011. Manajemen Sekolah Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri.
Jogjakarta: Ar Ruzz Media
Mochtar Buchori. 2007. Transformasi Pendidikan. Jakarta: IKIP Muhammadiyah
Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan Implementasi.
Bandung: Rosdakarya
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Muslih, Mansur. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Multidimensional.
Jakarta: Bumi Aksara
Mustaqim. 2001. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pustaka Pelajar
Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan karakter. Yogyakarta: Familia
Prihatin, Eka. 2011. Manajemen Peserta Didik. Bandung: Alfabeta
Rachman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. Semarang: IKIP
Semarang Press.
Ramli, T. 2003. Pendidikan Karakter. Yoyakarta : Pustaka Pelaja
Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Rimm, Sylvia. 2003. Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Prasekolah. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
GrafindoPersada
Satori. 2013, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Semiawan. 2009. Kreativitas Keberbakatan. Jakarta: PT Indeks
Sirait, Justin T. 2006. Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dalam
Organisasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Syafrudin, Nurudin.2002. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat
Press
Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disipiln pada perilaku dan prestasi Siswa Jakarta: Gramedia
widiasarana
Usman, Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Wahyudin U & Agustin, M. 2012. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung:
Refika Aditama.
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wiyani, Novan Ardy. 2013. Membumikan Pendidikan Karakter: Konsep, Praktik dan
Strategi. Jakarta: Ar-Ruzz Media
Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada
Press.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2011
Sumber Internet:
Fatmawati, Nur Astri. 2014. Peran Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa Dalam Film
The
Miracle
Worker,(online).http://eprints.ums.
ac.id/30783/1/
HALAMAN_DEPAN.pdf, diakses pada tanggal 6 Januari 2017
Handayani, Dian. 2015. Peran Guru IPS dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik.
(online).http://download.portalgaruda.org/article.php?article=372941&val=7226&title
=PERANAN%20GURU%20IPS%20DALAM%20PEMBENTUKAN%20KARAKTE
R%20PESERTA%20DIDIK. diakses pada tanggal 6 Januari 2017
Sudrajat, Adjat & Wibowo, Ari. 2013. Pembentukan Karakter Terpuji di Sekolah Dasar
Muhammadiyah Condongcatur. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III No. 2, edisi
Juni 2013, diakses pada tanggal 6 Januari 2017
Download