PERSEPSI MAHASISWA FKIP UNIVERSITAS HALU OLEO

advertisement
PERSEPSI MAHASISWA FKIP UNIVERSITAS HALU OLEO TENTANG LATAR
BELAKANG DEMONSTRASI
Oleh :
Barlian1
Muhamad Abas2
Abstrak. Tulisan ini merupakan ringkasan salah satu masalah dari tiga fokus masalah
yang dikaji oleh penulis selama tiga bulan pada tahun 2012. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma konstruktivis. Pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan tekhnik wawancara mendalam, pengamatan
dan studi dokumentasi. Informan penelitian ini adalah mahasiswa FKIP Unhlau
sebanyak 50 orang yang dianggap mewakili unsur aktivis, pelaku demonstrasi dan
mahasiswa yang tidak terlibat dalam demonstrasi tetapi ikut melihat dan mengamati
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa adalah demonstrasi yang terjadi
dilingkungan kampus Universitas Haluoleo menurut persepsi mahasiswa yang menjadi
informan penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyak faktor yang sangat beragam dan
saling terkait. Pertama, kesadaran yang muncul dari dalam diri mahasiswa terutama
para aktivisnya untuk selalu menjalankan peran-peran sosial mahasiwa sebagai salah
satu kekuatan civil society dalam mendorong tata kelola kampus yang lebih baik dan
bersih sekaligus sebagai wujud dalam menjalankan peran mereka sebagi social control
yang berbasis pada moral force. Kedua, kesadaran untuk mengimplementasikan
pengetahuan dan pengalaman mereka selama berinteraksi di kampus baik itu kuliah
tatap muka degan dosen, interaksi di lembaga kemahasiswa maupun interkasi
eksternal yang telah menata gagasan, pengetahuan dan pengalaman mereka untuk
selalu kritis dalam menyikapi berbagai fenomena maupun fakta sosial yang terjadi
disekitar atau dilingkungan mahasiswa baik itu yang terkait langsung dengan
kepentingan diri mahasiswa maupun kepentingan masyarakat luas yang juga
berdampak terhadap aktivitas kuliah mahasiswa. Ketiga, kesadaran dalam kerangka
aktualisasi diri mahasiswa.
Kata Kunci: Persepsi, Demonstrasi, dan Mahasiswa
1
2
Dosen Jurusan Ilmu Pendiddikan FKIP Universitas Halu Oleo
Dosen Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Halu Oleo.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejarah
Indonesia
modern
telah
menunjukkan bahwa mahasiswa hampir selalu
tampil sebagai penentu perubahan-perubahan
besar yang terjadi dalam kehidupan berbangsa.
George McTurnan Kahin dalam Barlian (2012)
bahkan menggunakan penamaan ‘Revolusi Kaum
Muda’ untuk menyebutkan pergerakan tokohtokoh yang mempelopori terjadinya perubahan
yang melahirkan bangsa dan negara Indonesia
modern. Dalam perjalannya, demonstrasi
mahasiswa saat ini analog dengan perjuangan
intelektual yang terjadi pada awal abad 20, dari
tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia.
Perubahan yang terjadi senantiasa ditentukan
oleh kalangan muda kampus atau mahasiswa.
Sejarah mencatat bahwa perubahan-perubahan
besar yang terjadi pada masa Indonesia merdeka,
umumnya
berupaya
untuk
merobohkan
kekuasaan rezim-rezim totaliter dan kediktatoran
yang membawa kehidupan bangsa jatuh pada
kondisi kritis yang dapat membawa kehancuran,
misalnya perubahan besar berupa hancurnya
kekuatan-kekuatan totaliter Soekarno maupun
Soeharto dilakukan oleh kekuatan yang
dipelopori mahasiswa sebagai penentu, namun
sayangnya kemudian diambil alih dalam prosesproses berikutnya oleh kekuatan pemegang
kekuasaan baru yang berkecenderungan juga
berkembang jadi totaliter dan kediktatoran. Tak
dapat dipungkiri bahwa konsentrasi demonstrasi
di kampus-kampus besar yang menjadi basis
perjuangan mahasiswa di Indonesia umumnya
terdapat di kota-kota besar yang lebih dekat
dengan pusat kekuasaan sekaligus suasana
kehidupan modern sehingga cenderung juga
menjadi titik star munculnya pemikiran dan
gagasan bagi kemajuan kehidupan bangsa
Indonesia modern.
Kenyataan menunjukkan bahwa kampus
sebagai pusat kekuatan modernisasi dan
kemajuan kehidupan bangsa nampaknya harus
selalu bersilang pendapat dengan pemegang
kekuasaan yang senantiasa menempatkan diri
sebagai kekuatan konservatif yang selalu
menolak
gagasan
pembaharuan
untuk
meningkatkan kehidupan serta kesejahteraan
masyarakat bangsa Indonesia. Fenomena ini
menunjukkan
bahwa
posisi
demonstrasi
mahasiswa yang senantiasa menjadi kekuatan
koreksi yang membawakan hati nurani
masyarakat yang ditindas oleh orientasi
kekuasaan pemegang kekuasaan itu yang lebih
mengedepankan kepentingan pribadi dan
kelompoknya dari pada orientasi pada
kepentingan kemajuan bangsa. Bebebrapa hasil
penelitian juga menunjukan bahwa demonstrasi
mahasiswa juga terlahir dari kesadaran bersama
untuk mendorong terjadinya perubahan, tidak
hanya diluar kampus tetapi juga yang terjadi
didalam kampus terutama yang terkait langsung
dengan kepentingan mahasiswa itu sendiri.
Dalam kondisi seperti itulah demonstrasi
mahasiswa di Kampus, khususnya di Kampus
Universitas Haluoleo, menempati posisinya yang
strategis di tengah-tengah pergolakan korektif
terhadap penguasa yang menzalimi rakyatnya
sendiri. Kekuatan demontsrasi dalam bentuk
gerakan mahasiswa pada umumnya terletak pada
posisinya yang apolitis dan tidak bertujuan untuk
mencapai
kekuasaan.
Demonstrasi
yang
dipelopori mahasiswa selalu menjadi pembuka
gagasan
guna
pemecahan
kebekuan,
menimbulkan keberanian dalam melakukan
upaya-upaya koreksi terhadap pengambil
kebijakan. Di samping itu, seringkali gerakan
mahasiswa tidak memunculkan tokoh dan lebih
mengandalkan pada kekuatan gagasan, pemikiran
dan moral. Bahkan, mereka seringkali tidak
memperdulikan apakah gagasan itu diambil alih
oleh gerakan nasional mahasiswa yang kemudian
‘dipelintir’ oleh praktisi-praktisi politik sebagai
amunisi mereka dalam kompetisi kekuasaan
tetapi mehasiswa tetap bergerak dengan
semangat dan tujuan untuk perubahan sosial.
Menarik untuk dicermati, bahwa
demonstrasi mahasiswa yang sering dilakukan
oleh mahasiswa Universitas Haluoleo yang
berlangsung dari generasi ke generasi dalam
situasi dan kondisi berbeda. Dengan tema dan
tokoh yang berbeda-beda pula, namun seolaholah memiliki suatu rentang garis benang merah.
Garis benang sendiri selalu dekat dengan hati dan
perasaan umumnya masyarakat dalam era dan
zaman yang berbeda-beda itu, sehingga,
walaupun mungkin secara nyata tidak terjadi
komunikasi fisik langsung, terbuka maupun
tertutup, serta modus demonstrasi yang mungkin
berbeda-beda, tetapi ide dan tujuannya pada
dasarnya adalah kepentingan dan keinginan
masyarakat dan mahasiswa secara umum. Karena
itu, selama demonstrasi mahasiswa berada dalam
jalur benang merah yang sama, betapapun
buruknya kondisi yang dihadapi bangsa
Indonesia, akan selalu dimungkinkan terjadinya
perbaikan atau perubahan yang lebih baik.
Disamping itu mainstream aktivis mahasiswa,
banyak yang dikenal dan tumbuh murni dari
lingkungan intra kampus, tidak terkait dalam
kegiatan-kegiatan organisasi ekstra universitas
secara intensif dan karenanya bobot kegiatan
kemahasiswaannya cenderung lebih bercirikan
mahasiswa intra kampus yang tidak begitu suka
pada jabatan dan kegiatan politik.
Pada umumnya mereka lebih senang
terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian
daripada kegiatan-kegiatan berbau politik apalagi
berorientasi pada jabatan dan kekuasaan.
Berorganisasi dianggap sebagai bagian dari
usaha untuk mengembangkan kepribadian, lebih
mematangkan potensi-potensi kepemimpinan
yang diperlukan bagi penerapan kemampuan
akademik yang dimilikinya, agar dapat lebih
diamalkan setelah menyelesaikan studi dan terjun
kemasyarakat. Mahasiswa juga memiliki
kewajiban untuk memiliki jiwa sosial politik
didalam dirinya karena mahasiswa pada dasarnya
adalah bagian dari rakyat. Apapun yang terjadi
pada rakyat maka mahasiswa akan turut juga
merasakannya. Seperti kenaikan BBM, kenaikan
harga bahan pokok, listrik, dan air misalnya,
akan mempengaruhi aktifitas kuliah. Mahasiswa
memiliki kecerdasan berdasarkan fokus keahlian
yang diambilnya dan mahasiswa juga mampu
menerapkan keilmiahan pendidikan yang
diperolehnya di masyarakat. Maka dengan
membentuk organisasi baik itu dependent
maupun independent, mahasiswa memiliki
kewajiban moral untuk menerapkan apa yang
telah diperolehnya dari bangku perkuliahan itu
dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat.
Atau dengan kata lain mampu menciptakan dan
memberi
jawaban
atas
permasalahanpermasalahan rakyat. Berbagai metode dapat
dilakukan yaitu dari membuat petisi, dengar
pendapat (public hearing), panggung rakyat,
mimbar bebas, sampai pada aksi (demonstrasi).
Biasanya aksi (demonstrasi) akan menjadi
pilihan terakhir, ketika aspirasi mereka
menemukan jalan buntu dan tidak adanya
tanggapan
oleh
pihak
yang
dituju.
Demonstrasi umumnya dilatarbelakangi
oleh matinya jalur penyampaian aspirasi atau
buntunya metode dialog. Demonstrasi dilakukan
dalam rangka pembentukan opini atau mencari
dukungan publik. jika aksi demonstrasi yang
dilakukan di dalam kampus, maka pembentukan
opini dan pencarian dukungan public dari seluruh
civitas akademik, yang salah satunya adalah
teman kuliah. Pada posisi ini, akan menimbulkan
gangguan public dalam proses pembelajaran di
kampus. Berdasarkan hal tersebut, maka
penelitian ini di rancang untuk memperoleh data
obyektif mengenai persepsi mahasiswa pada saat
adanya aksi demontrasi yang dilaksanakan oleh
teman-temanya di dalam kampus, dengan
mengambil sampel pada mahasiswa FKIP
Unhalu.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran persepsi mahasiswa FKIP
Unhalu tentang latarbelakang demonstrasi yang
dilakukan mahasiswa dari dalam kampus.
Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini berguna
untuk memperkaya khasanah penelitian dan
dapat memperluas cakrawala pengetahuan
peneliti serta mahasiswa mengenai pendapat
mahasiswa FKIP terhadap aksi mahasiswa di
dalam atau diluar kampus Unhalu. Secara
akademis, penelitian ini dapat disumbangkan
kepada Unhalu dalam menambah dan
memperkaya bahan penelitian serta sumber
bacaan dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan. Secara praktis melalui penelitian
ini dapat memberikan masukkan bagi pimpinan
Universitas dan Fakultas dalam memberikan
respon terhadap demonstrasi yang dilaksanakan
di dalam kampus
TINJAUAN PUSTAKA
Individual Differences Theory, Komunikasi
Massa dan Opini Publik
Individual Differences Theory (Teori
Perbedaan Individual), teori dimotori oleh
Melvin D. Defleur. Menurut teori ini individuindividu sebagai anggota khalayak sasaran media
massa secara selektif, menaruh perhatian kepada
pesan-pesan, terutama jika berkaitan dengan
kepentingannya konsisten dengan sikapsikapnya, sesuai dengan kepercayaannya yang
didukung
oleh
nilai-nilainya,
sehingga
tanggapannya terhadap pesan-pesan tersebut
diubah oleh tatanan psikologisnya. Anggapan
dasar dari teori ini ialah bahwa manusia amat
bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara
pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari
dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini
dikarenakan pengetahuan secara individual yang
berbeda. Manusia yang dibesarkan dalam
lingkungan yang secara tajam berbeda,
menghadapi titik-titik pandangan yang berbeda
secara tajam pula. Dari lingkungan yang
dipelajarinya
itu,
mereka
menghendaki
seperangkat sikap, nilai, dan kepercayaan yang
merupakan tatanan psikologisnya masing-masing
pribadi yang membedakannya dari yang lain.
Teori perbedaan individual ini mengandung
rangsangan-rangsangan
khusus
yang
menimbulkan interaksi yang berbeda dengan
watak-watak perorangan anggota khalayak. Oleh
karena terdapat perbedaan individual pada setiap
pribadi anggota khalayak itu maka secara
alamiah dapat diduga akan muncul efek yang
bervariasi sesuai dengan perbedaan individual
itu. Individual Differences Theory menyebutkan
bahwa
khalayak
yang
secara
selektif
memperhatikan suatu pesan komunikasi,
khususnya
jika
berkaitan
dengan
kepentingannya, akan sesuai dengan sikapnya,
kepercayaannya
dan
nilai-nilainya.
Tanggapannya terhadap pesan komunikasi itu
akan diubah oleh tatanan psikologisnya (Effendy,
2003).
Komunikasi pasti terjadi pada setiap
manusia, karena pada dasarnya manusia adalah
makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.
Hidup dengan makhluk lain otomatis membuat
makhluk
hidup
harus
berkomunikasi.
Komunikasi harus dipandang dari dua sudut
pandang, yaitu komunikasi dalam pengertian
secara umum dan secara paradigmatik.
Komunikasi secara umum dibagi dua, yakni
pengertian komunikasi secara etimologis dan
secara terminologis. Secara etimologis atau
menurut asal katanya, komunikasi berasal dari
bahasa latin communicatio yang diambil dari
kata communis yang artinya sama atau dimaksud
dengan sama makna. Maka komunikasi yang
dimaksudkan disini akan berlangsung bila ada
kesamaan arti diantara dua atau lebih orang yang
berkomunikasi. Sedangkan secara terminologis
maksudnya adalah komunikasi melibatkan
sejumlah orang, dan lebih dikenal dengan
sebutan komunikasi manusia atau komunikasi
sosial. Disini hanya akan dibahas tentang
komunikasi yang hanya terjadi pada manusiamanusia yang bermasyarakat.
Komunikasi
secara paradigmatis mengandung tujuan tertentu
baik lisan maupun tulisan, baik langsung maupun
melalui media. Tujuan disini maksudnya adalah
memberikan informasi, merubah sikap, pendapat,
maupun perilaku dari komunikan. Menurut
Harold Lasswell cara yang baik untuk
menggambarkan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut; Who
Says What In Which Channel To Whom With
What Effect? atau Siapa, Mengatakan Apa,
Dengan Saluran Apa, Kepada Siapa, Dengan
Pengaruh
Bagaimana?
Jadi
komunikasi
berlangsung apabila antara orang-orang terlibat
terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal
yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang
mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang
lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung.
Dengan kata lain, hubungan diantara mereka
bersifat komunikatif. Selain komunikasi itu
dilakukan secara langsung atau dikenal dengan
komunikasi tatap muka, komunikasi juga
berlangsung dengan menggunakan media,
dikenal dengan nama komunikasi massa. Yang
dimaksudkan dengan komunikasi massa ialah
komunikasi yang menggunakan media massa,
baik itu media cetak maupun elektronik. Yang
dimaksudkan dengan komunikasi massa ialah
komunikasi melalui media massa modern seperti
surat kabar, film, radio, dan televisi. Hal ini perlu
dijelaskan, sebab ada sementara ahli komunikasi,
di antaranya Everett M. Rogers, yang
berpendapat bahwa, selain media massa modern,
ada media massa tradisional yang meliputi teater
rakyat, juru dongeng keliling, juru pantun, dan
lain-lain. Jadi komunikasi massa ialah
penyebaran pesan dengan menggunakan media
yang ditujukan kepada massa yang abstrak,
yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si
penyampai pesan.
Opini adalah suatu ekspresi tentang sikap
mengenai suatu masalah yang bersifat
kontroversial. Opini tersebut timbul sebagai hasil
pembicaraan tentang masalah yang kontroversial
yang menimbulkan pendapat berbeda-beda.
Sedangkan perkataan publik melukiskan
sekelompok manusia yang berkumpul secara
spontan yang memiliki syarat-syarat : a).
Dihadapi oleh suatu persoalan; b). Berbeda
pendapatnya mengenai persoalan ini dan
berusaha untuk menanggulangi persoalannya; c).
Sebagai akibat keinginan mengadakan diskusi
dengan mencari jalan keluar. Disini publik masih
merupakan bentuk spontan yang tidak berbentuk,
yang tidak diorganisasikan. Pokok persoalan dari
pembentukan publik demikian ini adalah bahwa
mereka
menghadapi
persoalan,
diikat
(sementara) oleh persoalan yang minta
pemecahan (Susanto, 1985). Dengan demikian
dapat dijelaskan bahwa opini publik atau dikenal
dengan pendapat umum adalah kesatuan
pendapat yang muncul dari sekelompok orang
yang berkumpul secara spontan, membicarakan
issue yang kontroversial, mendiskusikannya dan
berusaha untuk mengatasinya. Proses munculnya
opini ini harus melalui beberapa tahap, yaitu ;
efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif. Efek
kognitf berhubungan dengan pikiran atau
penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak
tahu, yang tadinya tidak mengerti menjadi
mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa
jelas. Efek afektif berkaitan dengan perasaan.
Akibat dari pemberitaan di media itu yang
akhirnya menimbulkan perasaan tertentu pada
khalayak, dan perasaan ini hanya bergejolak
didalam hati saja. Dan yang terakhir adalah efek
konatif, dimana efek ini berkaitan dengan niat,
tekad,
upaya,
usaha
yang
memiliki
kecenderungan memunculkan sebuah tindakan
atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung
muncul sebagai akibat terpaan media massa,
melainkan harus melalui efek kognitf dan efek
afektif terlebih dulu. (Effendy, 2003). Gaya
penyampaian pesan merupakan cara atau model
seorang komunikator dalam usahanya untuk
menyampaikan pesan atau informasi kepada
komunikasikan. Kefin Hogan menyebutkan
dalam bukunya The Psichology Of Persuasion
bahwa ketika menetapkan gaya komunikasi dasar
seseorang kita harus pikirkan dua faktor.
Pertama adalah menetapkan apakah seseorang
sebagian besar merupakan orang yang logis atau
sebagian besar merupakan orang yang emosional.
Dan yang kedua adalah menetapkan apakah
seseorang sebagian besar merupakan orang yang
suka menampilkan diri atau tidak suka
menampilkan diri. Orang yang analitis
merupakan pekerja yang konsisten, mantap, dan
metodis. Mereka mempersiapkan diri dengan
baik dan sering pintar dengan angka, analisis,
proses, dan sistem. Orang analitis dapat ditandai
dengan sifat-sifatnya yang logis, sensoris,
nonasertif, dan introvert;
Dari berbagai
penjelasan di atas, peneliti menarik kesimpulan
bahwa gaya komunikasi para demonstran
merupakan hal yang penting dalam menunjang
keberhasilan penyampaian pesan, apalagi
kemudian manusia mempunyai keinginan untuk
menyampaikan pengalamannya kepada orang
lain dalam jumlah yang besar sehingga unsur
retorika sama dengan unsur manusia.
Demonstrasi
Marbun menyebutkan dalam bukunya
komunikasi politik bahwa arti kata demonstrasi
adalah pernyataan protes yang dikemukakan
secara massal. Kata latin demonstrate berarti
mempertunjukkan. Demonstrasi adalah gerakan
bersama-sama untuk mempertunjukkan kehendak
atau pendapat, unjuk rasa. Biasanya dijalankan
untuk memprotes, menolak atau tidak setuju
terhadap keadaan atau tindakan suatu badan,
golongan atau seseorang. Demonstrasi menurut
kamus bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh
departemen
pendidikan
dan
kebudayaan
memiliki dua pengertian yang salah satunya
adalah pernyataan protes yang dikemukakan
secara masal. Dalam alam demokrasi, rakyat
berhak menilai dan mengkritik pemerintah dan
mengatakan kehendaknya melalui: a) Badanbadan perwakilan rakyat yang berfungsi antara
lain untuk mengontrol eksekutif atau pemerintah.
B) Pers cetak maupun elektronik yang ikut
menyampaikan
pendapat
umum
dengan
memberikan berita-berita obyektif dari mana
saja, lalu mengeluarkan suara rakyat dan bukan
hanya suara pejabat-pejabat pemerintah. c) Partai
dan golongan lain yang mewakili lapisan
masyarakat dalam badan-badan umum. Jika
dengan jalan biasa itu rakyat tidak berhasil
memperoleh perhatian yang wajar atau bila
pandangan serta masalah suatu masyarakat yang
menuntut didiamkan saja, maka timbul bentuk
kritik yang bercorak luar biasa dan yang
tergolong bentuk ini adalah demonstrasi, rapat
besar, aksi masal dan sebagainya.
Demonstrasi memiliki kedudukan yang
sah
dalam
demokrasi,
melarang
atau
menghapuskan hak untuk berdemonstrasi atas
hak untuk mengeluarkan pendapat adalah tidak
sehat dan oleh sebab itu sukar secara obyektif.
Demonstrasi yang dimaksud adalah unjukrasa
yang disertai dengan aksi turun ke jalan, dengan
kata lain, aksi massal yang di gelar dengan turun
ke jalanan dengan tujuan untuk menyampaikan
ketidaksepakatan atau penolakan terhadap
kebijakan-kebijakan para pemegang kekuasaan.
Aksi demonstrasi merupakan ajaran yang di
adopsi dari paham demokratisme yang di impor
dari barat. Demonstrasi dalam wujud aksi massa
yang turun ke jalan dengan membawa poster
serta meneriakkan yelyel tentu bukan bagian dari
sebuah ritual keagamaan. Masalah seperti itu
lebih dekat dimasukkan sebagai bagian dari
dinamika sosial politik yang kaitannya lebih erat
dengan kondisi sosial budaya yang ada di suatu
tempat. Karena bentuk-bentuk aksi massa seperti
itu hanyalah bentuk teknis dari sebuah tindakan
dalam masyarakat yang intinya memberikan
pengawasan kepada penguasa yang diberi amanat
untuk menjalankan roda pemerintahan.
Demokrasi dan Demokratisasi terkait
erat, bahkan mereka tidak dapat dipisahkan,
karena dalam berdemokrasi, haruslah ada
pelampiasan/penyaluran
segala
uneg-uneg
manusia yang dikuasai, sesuai dengan prinsip
keterbukaan dalam demokrasi. Ia tidak lebih dari
sekedar mekanisme yang sengaja dibiarkan
berkembang untuk membantu penguasa untuk
terus menguasai manusia dan menduduki
wilayah jajahan. Prinsip keterbukaan disodorkan
dalam rangka membangun prinsip lain dari
demokrasi,
yaitu
pluralisme
dan
atau
multiculturalisme. Dalam kajian Sosiologi
Komunikasi, Burhan Bunging telah menegaskan
tentang kelompok sosial yang membagi
kelompok sosial dalam dua jenis yaitu kelompok
teratur dan kelompok tidak teratur. Kelompok
teratur adalah kelompok sosial yang mudah
untuk diamati dan memiliki struktur yang jelas.
Persepsi
Teori-teori yang berhubungan dengan
persepsi banyak dikemukakan oleh para ahli
dengan berbagai istilah, namun pada dasarnya
pengertian persepsi adalah sama yakni suatu
proses yang kompleks yang berkaitan dengan
cara pandang individu secara subjektif terhadap
dunia sekitar. Oleh karena sifatnya yang subjektif
maka persepsi setiap individu tidaklah sama.
Persepsi menurut Irwanto, dkk (1997) adalah
proses diterimanya rangsang yang berupa objek,
kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa
sampai rangsang tersebut disadari dan
dimengerti. Melalui persepsi stimulus-stimulus
yang diterima menyebabkan individu mempunyai
suatu
pengertian
terhadap
lingkungan.
Indrawijaya (1983) berpendapat bahwa persepsi
merupakan suatu cara pandang individu terhadap
suatu objek. Selanjutnya Irwanto, menjelaskan
bahwa proses diterimanya rangsangan yang
berupa objek, kualitas, hubungan antargejala
maupun peristiwa sampai rangsang tersebut
disadari dan dimengerti. Melalui persepsi
stimulus-stimulus yang diterima menyebabkan
individu mempunyai suatu pengertian terhadap
lingkungan. Persepsi adalah proses individu
dalam
memilih,
mengorganisasikan
dan
menafsirkan masukan-masukan informasi untuk
menciptakan sebuah gambar yang bermakna
tentang dunia. Persepsi tergantung bukan hanya
pada sifat rangsangan fisik tetapi juga pada
hubungan rangsangan medan sekelilingnya dan
kondisi dalam diri individu. Hal tersebut
dapatdijelaskan bahwa persepsi sebagai proses
dimana individu mengorganisasikan dan
menafsirkan pola stimulasi dari lingkungan.
Proses persepsi berkaitan erat dengan proses
kognitif seperti ingatan dan proses berpikir.
Persepsi sebagai suatu proses yang didahului
oleh proses pengindraan terhdap suatu stimulus
yang
kemudian
diorganisasikan
dan
diinterpretasikan oleh individu, sehingga
individu menyadari, mengerti tentang apa yang
diinderakan. Dalamkaitan itu maka persepsi
merupakan respon terhadap suatu stimulus, suatu
tanggapan yang mengintegrasikan informasi
yang berada di luar stimulus itu sendiri.
Informasi ini diperoleh dari stimulus lainnya
yang tersedia atau disimpan dalam respon
emosional,
konseptual,
atau
perilaku
sebelumnya. Karena perasaan, kemampuan
berpikir, pengalaman-pengalaman individu tidak
sama, maka dalam mempersepsi stimulus, hasil
persepsi akan berbeda antara satu individu
dengan lainnya. Berdasarkan pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu
proses ketika seseorang mengorganisasikan
informasi dalam pikirannya, mengalami, dan
mengolah pertanda atau segala sesuatu yang
terjadi di lingkungannya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian yang
menggunakan pendekatan kualitatif diskriptif
yang berparadigma konstruktivis. Karena itu
permasalahan dan tujuan penelitian ini
mengharuskan pencarian, analisis, dan penyajian
data informasi secara kualitatif, yakni berupaya
menganalisis dan mengkonstruksikan persepsi
mahasiswa FKIP Universitas Haluoleo terhadap
latar belakang demonstrasi yang dilakukan oleh
mahasiswa dari dalam lingkungan kampus
Unhalu. Penggunaan pendekatan ini didasarkan
pada beberapa alasan, bahwa (a) menelaah
demonstrasi
mahasiswa
tidak
sekadar
menyangkut
pengetahuan
yang
dapat
dibahasakan
(propositional
knowledge),
melainkan juga menyangkut pengetahuan yang
tidak dapat dibahasakan (tacit knowledge), yang
hampir tidak mungkin diperoleh dengan
pendekatan kuantitatif.
(b) Studi tentang
demonstrasi mahasiswa sangat kompleks, yang
tidak mungkin direduksi hanya dalam satu sudut
pandang saja. Apa yang hendak dicapai dalam
penelitian ini diwarnai adanya keharusan untuk
mengungkap
secara
mendalam
berbagai
informasi sesuai dengan fakta dan realitas yang
akan diungkapkan oleh para informan yang
memahami substansi penelitian ini. (c)
Penggalian informasi akan dilakukan dengan
berinteraksi langsung dengan para informan
melalui sebuah proses wawancara mendalam
sehingga peneliti mampu merekonstruksi makna
dari setiap informasi yang diperoleh.
Penelitian ini dilaksanakan selama 3
bulan pada akhir tahun 2011 dengan informan
mahasiswa
FKIP
Universitas
Haluoleo.
Penetapan mahasiswa FKIP sebagai informan
dilakukan secara purposif dengan pertimbangan
bahwa FKIP Unhalu memiliki mahasiswa
terbanyak dan para aktivis mahasiswa sering
ikut serta melakukan demonstrasi baik itu di
lingkungan kampus maupun diluar kampus.
Fokus penelitian ini adalah menganalisis dan
mengkonstruksikan persepsi mahasiswa tentang
latar belakang demonstrasi dilingkungan kampus
Universitas Haluoleo, yang meliputi alasanalasan munculnya demonstrasi dalam pandangan
mahasiswa dan isu serta materi yang sering
diusung yang menjadi triger factor munculnya
demonstrasi. Dalam kaitan itu, maka jenis data
dalam penelitian ini meliputi data primer dan
sekunder yang diperoleh melalui wawancara
dengan para informan, studi dokumen baik dari
media masaa maupun hasil-hasil penelitian lain
yang relevan serta kajian pustaka. Sumber data
penelitian ini adalah para mahasiswa FKIP
unhalu baik itu yang terlibat dalam demonstrasi
maupun yang tidak terlibat tetapi pernah
menyaksikan demonstrasi mahasiswa dalam
lingkungan Unhlau. Instrumen penelitian ini
adalah panduan wawancara dan catatan harian
yang befungsi untuk mencatat hal-hal penting
terkait dengan isu atau focus penelitian. Dalam
kaitan itu, maka panduan wawancara dibuat
secara umum dan sangat fleksibel sehingga
peneliti dapat berimprovisasi dalam menggali
informasi sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Analisis data dalam penelitian ini berjalan secara
paralel dengan proses
pengumpulan data,
dimana peneliti secara hati-hati melakukan
pemilihan dan pemaknaan setiap informasi yang
diperoleh Setelah tahapan itu dilalui, peneliti
kemudian melakukan proses interpretasi dan
penulisan laporan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Demosntasi dalam Perspektif Mahasiswa.
Latar Belakang Demonstrasi
Demonstrasi yang dilakukan oleh
mahasiswa dilingkungan kampus seringkali
diklaim sebagai suatu cara dan upaya untuk
mendorong
proses
perubahan
termasuk
memperjuangkan aspirasi mahasiswa terkait
dengan penyelenggaran proses-proses akdemik
yang berlangsung di kampus. Dalam banyak
fakta, demonstrasi mahasiswa selalu berhasil
mewujudkan perubahan baik itu perubahan
kebijakan pada tingkat universitas maupun
tingkat fakultas. Dalam persepsi mahasiswa,
faktor yang melatari terjadinya demonstrasi
mahasiswa dilingkungan kampus, yaitu faktor
yang berasal dari dalam diri mahasiswa atau
faktor individual
(internal) dan situasi
lingkungan di mana mereka berada atau faktor
eksternal. Faktor yang berasal dari dalam diri
mahasiswa, lebih pada munculnya kesadaran
untuk melakukan perlawanan terhadap tindakan
yang dirasakan tidak adil atas berbagai kebijakan
yang diambil birokrat kampus terkait dengan
proses akademik dan non akademik yang terjadi
dilingkungan kampus. Kesadaran itu muncul
sebagai dampak dari sebuah proses pencerahan
dan proses belajar secara intensif yang dilakukan
mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan di
kampus maupun melalui diskusi atau dialoq
anatar mahasiswa maupun dengan para senior di
lembaga-lembaga internal maupun eksternal
kampus. Kesadaran itu kemudian merangsang
mereka
untuk menerapkan apa yang
diketahuinya dalam kehidupan akademiknya
sehingga kemudian melahirkan kesadaran
kolektif untuk melakukan demonstrasi. Dalam
persepsi mahasiswa, ada beberapa hal yang ikut
serta menfasilitasi munculnya kesadaran itu,
diantaranya (1) ingin mempraktekan ilmu dan
pengetahuan yang diperolehnya dari bangku
pendidikan ke dalam kehidupan sehari-hari untuk
semakin memantapkan pengetahuan yang
dimilikinya dengan pengalaman nyata; (2) ingin
menunjukkan kemampuannya kepada khalayak
atau mahasiswa lainnya dan dan para tenaga
pengajar dilingkungan kampus atas apa yang
dimilikinya sebagai bentuk aktualisiasi diri (3)
upaya mengembangkan karir intelektual untuk
menuju masa depan yang lebih baik. Termasuk
sebagai upaya untuk melatih diri dalam
mengembangkan kemampuan dan keterampilan
dalam memperjuangkan aspirasi mahasiswa dan
atau kelompoknya.
Sejalan dengan itu, ada beberapa hal yang
dominan melatari terjadinya demonstrasi
mahasiswa seperti kebijakan kampus yang
kurang menguntungkan mahasiswa seperti
kenaikan SPP. Sehingga kemudian demonstrasi
lahir sebagai bentuk perlawanan terhadap
kebijakan kampus yang dianggap merugikan atau
tidak adil. Selain itu juga, adanya tindakan
sebagian tenaga akademik yang dianggap
melanggar panduan akademik seperti malas
mengajar, memperlakukan mahasiswa dalam
proses pembelajaran secara diskriminatif dan
pengelolaan administrasi dan keuangan yang
tidak transparan sehingga menghambat proses
perkuliahan mahasiswa seperti keterlambatan
dana praktikum. Selain itu juga, demonstrasi
dilakukan karena sarana dan prasarana
perkuliahan yang sudah tidak memadai seperti
tuntutan perbaikan gedung perkuliahan dan
fasilitas perkuliahan lainnya yang dianggap tidak
memadai lagi. Sikap kritis mahasiswa terhadap
para pengambil kebijakan ditingkat kampus,
biasanya mulai bangkit ketika mereka
menemukan hal-hal menyimpang atau terdapat
kebijakan yang tidak berpihak kepada
kepentingan mahasiswa. Kebijakan itu dianggap
berlangsung secara sistematis sehingga kemudian
merugikan kepentingan mahasiswa. Berbagai
ketimpangan yang selalu menjadi momentum
munculnya demonstrasi mahasiswa sebagaimana
disebutkan diatas ternyata juga menurut persepsi
sebagaian
mahasiswa
diduga
seringkali
ditumpangi oleh kepentingan sekelompok orang
untuk melakukan bargaining baik secara politik
maupun ekonomis dengan pihak-pihak tertentu
pada tingkat pengambil kebijakan. Dalam
konteks ini, demonstrasi mahasiswa dapat
dipahami sebagai bentuk dari perlawanan
mahasiswa terhadap struktur negara yang
dianggap tidak mampu menciptakan keadilan
dilingkungan kampus disatu sisi tetapi disisi lain
juga demonstrasi dianggap sebagai upaya menata
dan melatih kecakapan dalam menyampaikan
aspirasi.
Motivasi
mahasiswa
melakukan
demonstrasi dalam konteks ini adalah untuk
mendorong terciptanya keadilan dan kenyamanan
dalam mengikuti kegiatan akdemik di kampus.
Demonstrasi mahasiswa seringkali dilakukan
oleh kelompok-kelompok aktivis mahasiswa
kampus baik itu yang berasal dari BEM, DPM
maupun HMPS atau lembaga-lembaga intra
kampus lainnya. Tujuan mereka antara lain (1)
membela mahasiswa atas tindakan yang
dianggap merugikan kepentingan mahasiswa
baik itu secara individual maupun kelompok. (2)
mengoreksi kebijakan pimpinan universitas atau
fakultas dalam rangka untuk kepentingan
mahasiswa; (3) melakukan protes sebagai wujud
dari kemarahan mereka, ketika para pimpinan
atau pengambil kebijakan dirasakan telah
mengalami distorsi dan jauh dari komitmen awal
sebagaimana dijanjikan melalui kampanye
mereka pada saat mengajukan diri sebagai calon
pimpinan universitas maupun fakultas.
Bagi para aktivis mahasiswa di lingkungan
kampus Unhalu, lahirnya kesadaran kritis untuk
terlibat, membangun dan mengembangkan
gerakan dalam bentuk demonstrasi, selalu
diawali dengan peningkatan kapasitas diri dalam
menimba ilmu dan pengetahuan, serta memahami
dan mendalami pemikiran-pemikiran kritis dari
para tokoh kritis yang diidolakan. Pengetahuan
yang diperoleh melalui bacaan dan diskusi yang
berkembang dalam kelompok studi mahasiswa
telah menginspirasi lahirnya gerakan demonstrasi
dan perjuangan mahasiswa untuk membela
kepentingannya. Bahan bacaan atau pengalaman
para tokoh itulah kemudian yang menginspirasi
para mahasiswa di kampus dalam membangun
sebuah kekuatan untuk melakukan perlawanan
terhadap ketidakadilan terutama yang dilakukan
oleh pihak pengambil kebijakan di kampus.
Dengan membaca dan mahami isi buku dan
karya-karya hasil pemikiran tokoh-tokoh dunia
itu diakui dapat meningkatkan kapasitas
intelektualnya. Mereka menjadikan organisasi
yang diikutinya sebagai tempat berdiskusi,
mematangkan diri, mencari pengalaman, serta
belajar mengembangkan pemikiran kritis dalam
mamahami fenomena lingkungannya. Para
mahasiswa menjadikan organisasi baik intra
kampus maupun ekstra kampus sebagai tempat
berkiprah
melakukan
aktivitas
secara
berkelompok. Melalui organisasi itu para aktivis
gerakan mahasiswa menyamakan visi dan
persepsi dalam menelaah isu-isu publik yang
menurut mereka menyimpang dari prinsipprinsip keadilan, kejujuran, dan kebenaran.
Kemudian mereka melakukan berbagai upaya
strategis untuk melakukan perubahan tatanan
sosial yang dianggap tidak merugikan
masyarakat yang pada gilirannya berdampak
pada aktivitas perkuliahan mahasiswa.
Dalam hubungan itu, para aktivis
mahasiswa senantiasa mencari atau membentuk
wadah pergerakan sebagai tempat mereka
berkiprah dalam rangka mewadahi aspirasi
mereka apabila wadah internal yang secara
formal tidak mampu memperjuangkan aspirasi
mahasiswa. Pembentukan wadah tersebut
didasari oleh kesamaan visi termasuk isu yang
dibangun. Namun secara formal wadah bagi
mahasiswa untuk mengembangkan gerakan
demonstrasi adalah lembaga kemahasiswaan
yang ada pada tingkat universitas/fakultas atau
organisasi intra kampus seperti MPM, Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM), atau organisasi
kemahasiswaan
lainnya.
Lembaga
kemahasiswaan itu di nilai telah teruji sangat
efektif bagi para aktivis untuk tempat menempa
diri, tempat berdiskusi, mencurahkan gagasan
dalam menelaah berbagai persoalan yang terkait
dengan kepentingan mahasiswa. Umumnya para
aktivis mahasiswa kampus, senantiasa berupaya
menguasai lembaga kemahasiswaan sebagai
tempat bagi mereka melakukan pengembangan
gerakannya.
Diakui
bahwa
lembaga
kemahasiswaan internal kampus
dianggap
sebagai wadah yang cukup independen dan tidak
berada dalam kendali kekuasaan, sehingga
memungkinkan organisasi kemahasiswaan itu
berjuang sebagai oposan atau kelompok yang
kritis yang berada di luar struktur kekuasaan
negara atau kampus. Menurut para informan,
sebagai proses awal untuk mewujudkan
pragmatisasi ide dalam bentuk gerakan, salah
satu ruang yang paling utama untuk direbut
adalah lembaga kemahasiswaan. Perebutan
lembaga kemahasiswaan bukan karena ada
peluang ekonomi tetapi melalui lembaga itulah
mahasiswa berkiprah mengembangkan idealisme,
termasuk sebagai sarana untuk menempa diri
mereka untuk memperjuangkan kepentingan
mahasiswa. Merebut atau menjadi pengurus
lembaga kemahasiswaan dilakukan untuk
menjamin bahwa gerakan demonstrasi dilakukan
terlembagakan secara independen sehingga
dalam mengemban gerakan, mahasiswa memilki
posisi tawar yang kuat.
Gerakan demonstrasi mahasiswa di kampus
selalu dilakukan atas inisiatif mahasiswa sebagai
jawaban atas keresahan yang dirasakan oleh
mahasiswa selama menimbah ilmu dikampus.
Para mahasiswa dalam melakukan gerakan
demonstrasi disamping didorong oleh faktorfaktor sebagaimana yang telah saya sebutkan
diatas, juga disebabkan oleh adanya fakta bahwa
telah terjadi ketimpangan yang dianggap
merugikan mahasiswa. Proses pembahasan isu
gerakan ridak hanya dilakukan di kampus,
melalui lembaga-lembaga yang telah disebut
diatas tadi tetapi juga pembahasan isu
demonstrasi dilakukan secara fleksibel baik itu di
tempat kost mahasiswa, maupun di warung kopi.
Fenomena seperti itu, dilkaukan untuk
menunjukan bahwa demonstrasi mahasiswa tetap
berbasis pada moral forces, tidak berbasis pada
econimic determenisme sebagaimana yang
diduga oleh sebagaian pihak belakangan ini.
Kemurnian
demonstrasi mahasiswa dalam
kampus tersebut nampak dalam setiap gerakan
demonstrasi yang dilakukan, dimana mahasiswa
selalu tegas mendesak pengambil kebijakan
untuk memperhatikan aspirasi yang disampaikan
dan mahasiswa tidak berhenti mengusung satu
isu demonstrasi jika isu belum mendapatkan
tanggapan positif para pengambil kebijakan
dilingkungan kampus seperti halnya demonstrasi
penolakan kenaikan SPP beberapa tahun lalu.
Namun para mahasiswa mengakui bahwa
demonstrasi yang mereka bangun, sebagian
belum dilakukan secara terencana dan sitematis
tetapi mereka berharap dengan demonstrasi itu
ada kesadaran dari mahasiswa untuk melakukan
kontrol terhadap pengambil kebijakan termasuk
kesadaran dari pengambil kebijakan untuk selalu
memperhatikan aspek keadilan dalam setiap
keputusan yang diambil terkait dengan
kepentingan mahasiswa.
Dalam persepsi mahasiswa, keterlibatan para
mahasiswa dalam berbagai aksi demonstrasi
merupakan
bagian
dari
cara
mereka
mengembangkan potensi diri sekaligus menimba
pengalaman dalam memperjuangkan aspirasi
mahasiswa. Umumnya para mahasiswa yang
terlibat dalam demonstrasi adalah mereka yang
sudah berpengalaman dalam berorganisasi sejak
mereka masih berada di bangku Sekeloah
Menengah Umum (SMU). Hal itu menunjukan
bahwa tindakan mahasiswa dalam melakukan
demonstrasi, tidak hanya dimotivasi oleh
keinginan untuk mengembangkan potensi diri
tetapi juga merupakan bentuk kepedulian
terhadap permasalahan mahasiswa, terutama
terkait dengan kondisi kebijakan yang dianggap
tidak memihak kepada kepentingan mahasiswa.
Apalagi kemudian mereka sudah memiliki
pengalaman dan bakat untuk berorganisasi
sehingga dengan organisasi para aktivis itu bisa
membangun dan mengembangkan relasi dengan
berbagai
pihak
dengan
tujuan
untuk
memperjuangkan
kepentingan
mahasiswa.
Gerakan
demonstrasi yang dilakukan oleh
mahasiswa merupakan bagian dari upaya yang
diharapkan dapat mewujudkan perubahan
dilingkungan kampus menjadi lebih baik
terutama dalam upaya menciptakan kampus
yang bersih dan akuntabel.
Demonstrasi mahasiswa, secara historis memang
seringkali berhasil dalam mendorong terjadinya
perubahan. Gerakan-gerakan yang dilakukan
mahasiswa sampai saat ini masih dipercaya
sebagai agent of change, dan juga merupakan
kontrol masyarakat sipil dalam penyelenggaraan
pemerintahan terutama lingkungan kampus.
Fenomena itu juga dapat ditemukan dalam
gerakan mahasiswa di Kampus Unhalu. Setiap
ada gerakan demonstrasi yang di kampus, pasti
dimotori oleh para aktivis mahasiswa. Mereka
selalu berada dilini terdepan untuk menyuarakan
kepentingan
mahasiswa
sekaligus
untuk
mendorong
perubahan.
Sebagian
besar
mahasiswa yang menjadi informan penelitian ini
mengakui bahwa demonstrasi mahasiswa yang
dibangun di kampus tidak bisa dilepaskan dengan
isu nasional, meskipun ada juga gerakan-gerakan
mahasiswa di Kampus yang membawa atau
menggandeng isu-isu lokal yang terjadi di
kampus. Dengan mengetahui fenomena yang
terjadi serta memiliki kesadaran dan mempunyai
kapasitas untuk bertindak, mereka dapat
melibatkan diri dalam gerakan mahasiswa.
Umumnya, mahasiswa terlibat dalam suatu
gerakan karena mereka tahu dan sadar bahwa ada
sesuatu yang tidak beres di luar sana (di
lingkunganya) yang terkait dengan sistem dan
praktek tata kepemerintahan di kampus. Aspekaspek itulah umumnya yang mendasari atau
melatar belakangi lahirnya gerakan demonstrasi
mahasiswa di kampus. Demonstrasi mahasiswa
yang tergabung dalam kelembagaan mahasiswa
atau
gerakan
yang
dilakukan
secara
terkonsolidasi diakui menjadi alat kontrol yang
efektif. Lingkungan kampus yang bebas untuk
mengembangkan demokrasi menjadikan aktivis
dalam lembaga kemahasiswaan juga merasa
bebas dalam mengeluarkan gagasan, pendapat
atau aspirasi untuk kemudian diperjuangkan.
Mereka mau mewujudkan idealismenya, asalkan
sistem dan tatanan yang ada juga tidak
mengkoptasi gerakan mahasiswa. Kalau sistem
yang ada mengekang atau membatasi ruang
gerak mahasiswa, maka untuk memudahkan
pengembangan
gerakan,
terlebih
dahulu
mendorong perubahan sistem yang ada. Untuk
membangun gerakan yang efektif, kondisi
kelembagaan mahasiswa yang tidak netral atau
dikendalikan penguasa kampus harus disterilkan
terlebih dahulu.
Sebagian mahasiswa mengatakan bahwa
para aktivis mahasiswa yang sering terlibat
dalam aksi demonstrasi dilingkungan kampus
pada umumnya adalah mereka yang sering
terlibat dalam gerakan-gerakan demonstrasi
diluar kampus. Proses penguatan kapasitas diri
para mahasiswa dilakukan melalui berbagai cara
seperti sistim kaderisasi, diskusi, kajian,
membaca buku, koran, menulis artikel dimedia
dan lain-lain. Dengan demikian, para mahasiswa
memiliki pemahaman yang cukup mengenai isuisu yang berkembang yang terjadi di lingkungan
kampus. Ruang demokrasi telah memberi
kebebasan kepada semua elemen masyarakat
terutama mahasiswa untuk selalu mewujudkan
keresahan mereka terhadap berbagai kebijakan
kampus yang dianggap merugikan mahasiswa
untuk selalu melakukan aksi perlawanan dalam
bentuk
demonstrasi.
Apalagi
mereka
menganggap bahwa demonstrasi merupakan
salah satu cara terampuh untuk memperjuangkan
aspirasi mereka sehingga kemudian mendapatkan
perhatian dari para pengambil kebijkan
dilingkungan universitas maupun fakultas.
Namun sebagian mahasiswa juga menyandari
bahwa dalam setiap demonstrasi, fenomena pro
dan kontra dalam aksi demonstrasi selalu saja
muncul. Dan itu mereka anggap sebagai
dinamika dalam gerakan demonstrasi. Mereka
juga mengakui bahwa konflik kepentingan dalam
demonstrasi selalu mewarnai proses-proses aksi
atau gerakan yang dilakukan. Di satu sisi, ada
demonstrasi yang secara tegas mengoreksi
kebijakan yang dianggap merugikan mahasiswa
tetapi di sisi lain ada sekelompok orang yang
selalu berupaya untuk mempertahankan status
quo dengan melakukan berbagai upaya hingga
mengarah pada tindakan intimidatif. Kelompok
ini selalu beranggapan bahwa gerakan koreksi
yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa
dianggap
sebagai
upaya
merongrong
kewibawaan para pengambil kebijakan di tingkat
kampus. Mereka biasanya berupaya melakukan
upaya-upaya loby untuk meredam demonstrasi
yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa. Bagi
sebagian
informan
mengatakan
bahwa
pengalaman seperti ini sangat penting bagi
mahasiswa dalam rangka melatih diri dalam
memperjuangkan kepentingan yang lebih besar
untuk kepentingan bersama. Isu-isu yang sering
kali menjadi perhatian mahasiswa untuk
melakukan demonstrasi adalah seperti isu
beasiswa, kenaikan spp, perbaikan gedung
perkuliahan, biaya praktikum dan lain-lain yang
dianggap
bersentuhan
langsung
dengan
lkepentingan mahasiswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat
dijelaskan bahwa menurut persepsi mahasiswa,
faktor yang melatari munculnya demonstrasi
mahasisswa adalah factor dari dalam (internal)
dan dari luar (eksternal). Faktro dari dalam
meliputi ; semangat untuk mempraktekan ilmu
dan pengetahuan yang diperoleh dari bangku
kuliah ke dalam kehidupan sosial sebagai bagian
dari cara memantapkan
pengetahuan yang
dimiliki ke dalam pengalaman nyata; keinginan
untuk menunjukkan potensi dan kekuatan yang
dimiliki kepada mahasiswa lain sebagai bentuk
aktualisiasi diri; sebagai upaya mengembangkan
karir dan reputasi intelektual menuju masa depan
yang lebih baik. Faktor ini oleh sebagian
mahasiswa diakui sebagai perwujudan dari
kesadaran mahasiswa atas kapasitas dirinya
sehingga tidak mempersoalkan penilaian
mahasiswa atas tindakan
yang dilakukan.
Sedangkan factor eksternal meliputi : semangat
untuk membela kepentingan mahasiswa atas
perlakuan yang dianggap merugikan kepentingan
mahasiswa, melakukan korekasi atas kebijakan
kampus yang dianggap bertentangan dengan
idealisme mahasiswa, dan perilaku dari para
pengambil kebijakan ditingkat kampus yang
dianggap telah menyimpang dari aturan
perundang-undangan seperti tidak transparan,
serta mendorong akuntabilitas dalam tata kelola
kampus.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. Andriadi, 2007. Mahasiswa Hanya
Bisa
Demo;
Potret
Gerakan
Mahasiswa
Pasca
Reformasi.
Mimpiku Bukusiana, Jakarta.
Barlian, 2011. Gerakan Mahasiswa di Kendari:
Disertasi program doktor sosiologi.
Universitas Negeri Makasar (tdk
dipublikasikan).
Blumer, Herbert, 1995. Attitude and Social Act:
Simbolic Interaction. Free Press, New
York.
Bogdan, Robert, and Steven J. Taylor.1975.
Introduction to Qualitative Research
Methods:
A
Phenomenological
Approach to Social Sciences. John
Wiley & Sons, New York.
Chaidar, Al, dan Sahrasad, Herdi, dan, Rahman,
M.
Fajroel,
2000.
Gerakan
Mahasiswa, Rezim Tirani dan
Ideologi Reformasi. Madani Press,
Jakarta.
Cresswell, John W. 1994. Research Design
Qualitative
and
Quantitative
Approaches. SAGE Publications,
London, New Delhi.
Culla, Adi Suryadi, 1999. Patah Tumbuh Hilang
Berganti
Sketsa
Pergolakan
Mahasiswa Dalam Politik Dan
Sejarah Indonesia (1908-1998). PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Denzin, Norman K and Lincoln Yvonna S. 1994.
Handbook of Qualitative Research.
Sage Publications. Internacional
Educational
and
Professional
Publisher. Thousand Oaks London
New Delhi.
Dody Rudianto, 2010. Gerakan Mahasiswa
Dalam
Perspektif
Perubahan
Nasional. Golden Terayon Press,
Jakarta.
JA,
Deny, 1998. Menjelaskan Gerakan
Mahasiswa dalam Dedy Jamaluddin
Malik, Gejolak Reformasi Menolak
Anarki. Wacana Mulia, Bandung.
Magenda, Burhan D, 1995. Gerakan Mahasiswa
Dan Hubungannya Dengan Sistem
Politik: Suatu Tinjauan”, dalam
Analisis
Kekuatan Politik di
Indonesia. Pustaka LP3ES IndonesiaJakarta.
Download