Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681 PENINGKATAN KETERAMPILAN PERMAINAN SEPAK BOLA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING DI KELAS V-B SD NEGERI 105268 TELAGA SARI Oleh : Manaria, S.Pd*) *) Guru SDN 105268 Telaga Sari NIP. 19630309 198404 2 002 Mata Pelajaran: Penjaskes [email protected] Abstract This research applies the learning model as an action Role Playing improve students' skills in the subject matter of a football game the students in the class VB 105 268 Ponds Elementary School PE Sari subjects. The application of the model in action research conducted during two cycles of the two meetings (KBM) every cycle. So that the data in this study is the psychomotor learning outcomes of students and student learning activities after and when applying the learning model Role Playing. With the research subjects were all students of class VB 105 268 Telaga Sari Elementary School, the first semester of academic year 2013/2014, amounting to 32 students. The data obtained from the test results to learn each end of the cycle and activity data obtained from observations of students each cycle, results showed; 1) Learning the Role Playing learning model has a positive impact in improving students' skills to play football that is characterized by an increase in mastery learning students in each cycle, the first cycle (46.87%) after analyzing the weakness pembeleajaran on one cycle and then analyzed. So learning to rise to its conclusion klasiklal in Cycle II (87.5%); 2) Data student activity observed observers in Cycle I, among others, demonstrated (32%), ask peers (19%), ask the teacher (21%), and which are not relevant to the teaching and learning (28%) and student activity data according to observations in Cycle II, among others demonstrated (55%), ask peers (22%), ask the teacher (7%), and which are not relevant to the teaching and learning (16%). It can be concluded that increasing the activity of students in each cycle. Keywords: Enhanced Skills, Learning Model Role Playing, Learning Activities I Pendahuluan Pada umumnya semua anak memiliki tingkat intelektual awal yang sama dan bahwa kemampuan lebih merupakan hasil pencarian ketimbang anugerah. Seorang anak bisa menjadi lebih cerdas atau kurang cerdas, bergantung pada lingkungan keluarga dimana seorang anak pertama kali mengawali hidupnya dan pada proses sosial dan pendidikan yang dialaminya. Di sini sebuah lembaga pendidikan memegang peranan penting dalam proses perkembangan intelektual anak didik (Jamaluddin, 2003). Permainan sepak bola memiliki aturan dan banyak pemain yang memiliki fungsinya masing-masing. Permainan sepak bola berasal dari luar negeri yaitu negara Inggris. Permainan ini banyak menggunakan istilahistilah dengan bahasa asing untuk menyebutkan posisi setiap pemain dan juga peraturannya. Hal ini belum banyak diketahui 51 Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681 oleh anak didik. Mereka lebih tertarik memainkan bola tanpa aturan yang lengkap, menendang bola tanpa menguasai teknik yang benar dan belum menerapkan formasi dalam permainan sepak bola. Maka dari itu anak-anak bermain sepak bola tanpa aturan yang standart dan terkesan semeraut. Rendahnya aktivitas siswa dalam belajar baik menyimak penjelasan guru dan cenderung teburu-buru ingin memainkan sepak bola daripada mengikuti penjelasan dari guru. Lain halnya dengan siswi yang tidak tertarik melakukan permainan sepak bola. Namun permainan sepak bola ini bagian dari cabang olah raga dan juga termasuk untuk dipelajari dalam mata pelajaran Penjaskes di kelas V Sekolah Dasar. Baik siswa maupun siswi diwajibkan untuk mempelajari apa yang sudah ditentukan dalam kurikulum. Tidak efektifnya pengajaran yang dilakukan tersebut diduga akibat kurang tepatnya guru dalam menggunakan strategi pembelajaran. Berimplikasi pada hasil belajar psikomotorik siswa yang rendah. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian terhadap pembelajaran penjaskes dengan mengupayakan model pembelajaran Role Playing. Dengan langkah mengarahkan pembelajaran siswa agar aktif secara kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Selain harapan yang telah disampaikan diatas penelitian ini diharapkan dapat merubah paradigma guru dalam melakukan pembelajaran dari guru sebagai pusat belajar agar beralih ke siswa. Guna mewujudkan harapan yang diinginkan oleh peneliti seperti di atas maka peneliti menerapkan strategi pembelajaran aktif dengan menggunakan teknik pembelajaran kelompok besar dan pembelajaran kelompok kecil. Setelah mendemonstrasikan langsung langkah-langkah bermain sepak bola Peneliti ingin membagi siswa kedalam kelompok kecil dengan membagi siswa yang heterogenitas kemampuannya dalam berolahraga menjadi beberapa kelompok agar siswa dapat belajar bersama dan melatih keterampilan mereka dalam berolahraga khususnya dalam bermain sepak bola. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam upaya penguasaan keterampilan olahraga adalah model Role 52 Playing atau biasa disebut bermain peran. Dengan menggunakan model Role Playing agar siswa dapat memerankan langsung langkah-langkah bermain sepak bola. Guru yang juga selaku peneliti akan memberikan bimbingan bagaimana menjalankan peran setiap pemain dan posisinya. Dengan demikian siswa akan terlibat penuh dalam pembelajaran serta menggeser dominasi guru sebagai pusat pembelajaran kepada siswa. Hal ini diharapkan karena sesungguhnya siswalah yang membutuhkan pembelajaran. Metode Role Playing atau bermain peran adalah bentuk permainan pendidikan yang dipakai untuk menjelaskan perasaan sikap dan tingkah laku dan nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat dengan tujuan untuk menghayati perasaan sudut pandang dan cara berpikir orang lain (membayangkan diri sendiri seperti dalam keadaan orang lain (Depdiknas 1998). Oleh karena itu penulis melakukan penelitian berjudul “Peningkatan Keterampilan Permainan Sepak Bola Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Di Kelas V-B SD Negeri 105268 Telaga Sari”. Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka yang menjadi rumusan-rumusan dalam penelitian ini adalah: Apakah keterampilan permainan sepak bola siswa meningkat setelah menerapkan model pembelajaran Role Playing di kelas V-B SD Negeri 105268 Telaga Sari Tahun Pelajaran 2013/2014? Apakah aktivitas belajar siswa pada materi pokok bermain sepak bola siswa meningkat saat diterapkan model pembelajaran Role Playing di kelas V-B SD Negeri 105268 Telaga Sari Tahun Pelajaran 2013/2014? Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan permainan sepak bola siswa setelah menerapkan model pembelajaran Role Playing di kelas V-B SD Negeri 105268 Telaga Sari Tahun Pelajaran 2013/2014. Dan, Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok bermain sepak bola saat diterapkan model pembelajaran Role Playing di kelas V-B SD Negeri 105268 Telaga Sari Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681 II Metode Penelitian A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini di SD Negeri 105268 Telaga Sari, jalan Glugur Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tepatnya di kelas VB. Materi Pokok selama pengambilan data ini adalah permainan sepak bola. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, dimulai pada bulan September dan berakhir pada bulan Desember 2013. B. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V-B sebanyak 32 orang, Dipilihnya kelas ini menjadi kelas penelitian karena menurut peneliti sebagai guru Penjaskes, kelas tersebut lebih komunikatif dibanding dengan kelas lainnya dan memiliki potensi yang belum tergali dan dikembangkan secara optimal oleh guru. C. Defenisi Operasional Model Pembelajaran Role Playing adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. 1. Menurut Dawson yang dikutip oleh Moedjiono & Dimyati mengemukakan bahwa simulasi merupakan suatu istilah umum berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan suatu model yang mereplikasi proses-proses perilaku. 2. Menurut Arikunto (2003:122) yang termasuk kategori kemampuan psikomotor adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. 3. Aktivitas belajar adalah suatu aktivitas yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah terjadinya perubahan dalam individu seutuhnya. D. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang ditempuh meliputi tahapan perencanaan penelitian dan pelaksanaan tindakan kelas, di mana pada tahapan yang kedua terdiri atas dua siklus kegiatan. Tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut: 1. Perencanaan Penelitian Perencanaan penelitian berkaitan dengan identifikasi, analisis, dan rencana penelitian. Kegiatan ini dilakukan dengan cara orientasi lapangan dan observasi: a. Melaksanakan dialog dengan tutor dari LPMP Sumut, dengan sesama guru tentang permasalahan yang dihadapi yang berkaitan dengan pelajaran Penjaskes. b. Observasi kegiatan pembelajaran Penjaskes di kelas V-B. 2. Pelaksanaan Tindakan Kelas 3. Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti dengan berdiskusi dengan kolaborator tentang hasil observasi, evaluasi hasil belajar siswa dan meminta masukan kepada siswa mengenai proses pembelajaran Penjaskes. Dari hasil refleksi peneliti kemudian berkolaborasi dengan tutor dan teman sejawat (observer) sesama sesama guru Penjaskes untuk mencari solusi memperbaiki dan menguatkan rencana tindakan siklus ke-2. Pelaksanaan siklus II ini didasarkan pada hasil refleksi yang sudah dilakukan pada siklus I, mengulang tahapan-tahapan yang sudah tertera pada siklus I, sikulus II juga merupakan penyempurnaan dari kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang jauh lebih sempurna. E. Instrumen Pengumpul Data Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes penampilan (performance) dan observasi. Tes penampilan ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa pada tingkat psikomotorik dan observasi untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. F. Teknik Analisa Data Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa tes praktek pada setiap akhir putaran. Analisa ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu: 1. Untuk menilai tes praktek Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperlukan rata-rata tes praktek dapat dirumuskan X = ∑X ∑N 53 Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681 Dengan X = Nilai rata-rata ∑ X = Jumlah semua nilai siswa ∑ N = Jumlah siswa 2. Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994) yaitu siswa telah tuntas belajar bila di kelas tersebut mendapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih tinggi sama dengan KKM. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: P= ∑ Siswayangtuntasbelajar x100% ∑ siswa 3. Untuk lembar observasi Untuk menghitung lembar observasi aktivitas siswa digunakan rumus sebagai berikut: %= X= X x100% dengan ∑X jumlahhasilpengama tan P1 + P2 = jumlahpengamat 2 Dimana: % = persentaseangket X = Rata-rata ∑X P1 P2 = Jumlah Rata-rata = Pengamat 1 = Pengamat 2 Ranah Psikomotor Skala penilaian yang digunakan sesuai dengan instrument yang telah direncanakan, 54 yaitu jika siswa dapat melakukan praktek dengan benar diberi skor 1 dan 0 jika siswa tidak dapat melakukannya. Mutu Pembelajaran dikatakan baik apabila siswa yang mendapat nilai diatas mencapai 85% atau lebih dari keseluruhan siswa. III Hasil Penelitian Dan Pembahasan A. Analisis Data Penelitian Persiklus Sebelum siklus I dilaksanakan peneliti melakukan pengujian kemampuan psikomotorik awal siswa untuk permainan sepak bola. Hasilnya diperoleh rata-rata kemampuan siswa dalam permainan sepak bola sebesar 29,4 dengan nilai terendah 8 dan tertinggi 50, tidak seorangpun dari 32 orang siswa yang memperoleh nilai di atas KKM, dengan demikian ketuntasan secara klasikal hanya mencapai 0% atau kemampuan awal siswa sangat rendah. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri dari RPP 1, tes psikomotor (kemampuan) dan instrument penilaian aktivitas siswa. Seluruh instrumen dan perencanaan tindakan disusun dalam diskusi antara peneliti dengan pembimbing LPMP Sumut dan guru sejawat. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2013 di kelas V-B dengan jumlah siswa 32 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Berikut rekaman pembelajaran siklus I KBM 1 dan 2. Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681 Sekilas Rekaman Kegiatan Belajar Mengajar 1 KBM 1 dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2013. Pembelajaran tidak akan dilakukan di dalam kelas melainkan di lapangan. Setelah menunggu 5 menit sejak pergantian les, akhirnya seluruh siswa kelas V-B sudah berkumpul di lapangan. Guru menyuruh ketua kelas ( Wahyudi) untuk membariskan siswa, berdoa kemudian melakukan pemanasan. Setelah pemanasan guru meminta siswa untuk berbaris kembali. Lalu guru memberikan arahan mengenai materi dan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari. Materi yang akan dipelajari yakni tentang Menendang Bola dan Ukuran Bola dan Lapangan. Lalu guru mempraktekkan langsung teknik melakukan menendang bola dengan teknik. Siswa diminta untuk memperhatikan dan mengikuti gerakan yang dilakukan oleh guru. Setelah mempraktekkan secara langsung, guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yakni menjadi 7 kelompok. Guru kemudian membagi bola dan LKS kepada setiap kelompok untuk dipergunakan dalam praktek melakukan passing dan drible. Siswa kemudian belajar melakukan teknikpassing dan drible secara berkelompok. Guru berperan sebagai motivator dan fasilitator. Ketika ada kelompok yang mengalami kesulitan guru membantu kelompok tersebut dengan mengulang kembali praktek menendang bola dengan teknik kaki luar, kaki dalam dan tumit kaki. Proses belajar secara kelompok tersebut berlangsung hingga 10 menit terakhir les penjaskes. Lalu guru membariskan siswa kembali dan membubarkan siswa untuk mengganti pakaian dan mengikuti pelajaran selanjutnya. Sekilas Rekaman Kegiatan Belajar Mengajar 2 KBM kedua dilakukan pada tanggal 31 Oktober 2013. Sama seperti sebelumnya pembelajaran akan dilakukan di lapangan. Setelah menunggu selama 5 menit akhirnya seluruh siswa telah berkumpul dilapangan. Guru menyuruh Wahyudi selaku ketua kelas untuk membariskan seluruh siswa berdoa dan melakukan pemanasan. Setelah melakukan pemanasan guru kemudian meminta siswa untuk berbaris kembali. Guru menginformasikan materi ajar yakni teknik menahan bola dengan kepala, dada, paha dan kaki. Guru memberikan gambaran umum mengenai teknik tersebut. kemudian guru mempraktekkan secara langsung langkah-langkah mengiring bola dengan tehnik yang tepat. Guru juga meminta siswa untuk memperhatikan dan mengikuti setiap gerakan guru. Setelah memberikan gambaran dan mempraktekkan secara langsung, kemudian guru membagi siswa menjadi 7 kelompok yang sama dengan kelompok sebelumnya. Guru kemudian memberikan bola dan LKS kepada setiap kelompok untuk dipergunakan sebagai alat melakukan praktek teknik mengumpan bola. Siswa pun mempraktekkan teknik mengumpan bola secara bergantian dalam kelompok. Ketika proses belajar berkelompok maka dilakukan observasi oleh observer yang dilakukam oleh teman sejawat peneliti. Observasi dilakukanterhadap siswa untuk melihat aktivitas siswa selama pembelajaran. Observasi dilakukan selama 20 menit. Pada saat dilakukan belajar kelompok beberapa siswa juga memberikan pertanyaan kepada guru, mengenai langkah melakukan mengumpan bola yang benar. Pembelajaran secara berkelompok tersebut berlangsung hingga 10 menit terakhir sebelum pergantian les, lalu guru membariskan siswa dan membubarkan siswa serta menyuruh siswa untuk mengganti pakaian dan mengikuti pelajaran selanjutnya. c. Analisis Data Observasi Pada akhir proses belajar mengajar siklus I siswa diberi tes psikomotorik sebagai formatif I dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Tes formatif I tersebut dilakukan pada tanggal 7 November 2013. Adapun data hasil penelitian pada Siklus I adalah disajikan dalam Tabel 1 Tabel 1 Deskripsi Tes Keterampilan Siklus I Nilai Frekuensi 25 38 3 3 50 8 63 3 75 9 88 6 Jumlah 32 Rata-rata 61,7 55 Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681 Merujuk pada Tabel 1. di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Role Playing diperoleh nilai ratarata ketrampilan siswa adalah 61,7 dengan KKM sebesar 70, ketuntasan belajar hanya mencapai 46,87% atau ada 15 siswa dari 32 siswa sudah tuntas belajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥70 hanya sebesar 46,87% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Data hasil test pada siklus I ini dapat disajikan kembali dalam grafik histogram sebagai berikut: Data hasil formatif I ini dapat disajikan kembali dalam grafik histogram sebagai berikut: Frekuensi 10 5 0 25 38 50 63 75 88 Nilai Gambar .1 Grafik data hasil Formatif I Kondisi ini didukung melalui rekaman data aktivitas belajar siswa yang belum begitu baik dan hasil dokumentasi beberapa bagian dalam pembelajaran. Aktivitas siswa yang paling dominan adalah memperagakan teknikteknik yang diajarkan guru dengan sesama kelompok yaitu 32%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah bertanya yang tidak relevan dengan KBM dengan persentasi 28%, yang ketiga aktivitas Bertanya kepada guru timbul sebagai aktivitas dimana pembelajaran sulit terkendali akibat siswa yang masih bingung dengan arah pembelajaran muncul dengan persentasi 21% dan nilai ini cukup tinggi. Sehingga aktivitas belajar siklus 56 I belum teratur. Dan yang keempat adalah diskusi antar siswa dengan presentasi 19%. d. Refleksi Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran Role Playing sudah dilaksanakan dengan cukup baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan namun aktivitas yang tidak relevan dengan KBM tercatat tinggi, sehingga kondisi pembelajaran belum dapat dikendalikan dengan baik oleh guru. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil aktivitas siswa dan dokumentasi penelitian sebagai berikut 1. Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan saat menyampaikan tujuan pembelajaran. 2. Model pembelajaran Role Playing belum berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini ini disebabkan siswa masih engggan dalam melakukan praktik dan hanya melihat-lihat teman dalam kelompoknya saja yang sedang melakukan praktik. Ini kebanyakan siswa perempuan yang seperti itu. Tetapi siswa laki-laki cenderung terburu – buru ingin memainkan langsung permainan sepak bola tanpa memperhatikan penjelasan gerakan-gerakan yang baik dalam melakukan tendangan dan penggiringan bola dengan bola sesuai dengan arahan dan bimbingan guru. 3. Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu sehingga hilangnya waktu untuk materi yang lebih luas. 4. Model pembelajaran Role Playing yang digunakan guru belum memusatkan aktivitas belajar pada siswa. 5. Bimbingan Guru kurang merata cenderung guru membimbing siswa laki-laki dalam melakukan praktek yang di pelajari. e. Tindakan Perbaikan Pelaksanaan Adapun tindakan perbaikan pelaksanaan yang akan dilakukan yakni: 1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681 2. Guru lebih mengarahkan siswa baik lakilaki maupun perempuan harus aktif dalam melakukan praktik. Jika ada gerakan yang sulit dilakukan langsung ditanyakan kepada teman yang tahu tetapi jika teman dalam satu kelompok tersebut juga tidak tahu, langsung menanyakannya kepada guru. 3. Guru harus melakukan bimbingan secara merata tanpa membedakan siswa laki-laki dan perempuan karena ini merupakan materi pembelajaran yang harus dipelajari oleh seluruh siswa kelas V tanpa membedakan laki-laki dan perempuan dalam mempelajarinya. 4. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasiinformasi yang dirasa perlu dan memberi catatan. Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP, tes kemampuan siklus II dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi aktivitas siswa. Diakhir siklus II akan diberikan tes psikomotorik (formatif II) pada siswa. Seluruh instrumen diperoleh setelah melakukan diskusi dalam refleksi siklus I dan perencanaan siklus II bersama pembimbing peneliti dari LPMP Sumut dan UNIMED serta guru sejawat. b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 November dan 21 November 2013 di kelas VB dengan jumlah siswa 32 siswa. Sekilas Rekaman Kegiatan Belajar Mengajar 3 Pada KBM 3 yang dilakukan pada tanggal 14 November 2013 siklus II, pembelajaran juga dilakukan di lapangan. Setelah 5 menit sejak pergantian les, siswa sudah berkumpul di lapangan. Kemudian guru menyuruh Wahyudi selaku ketua kelas untuk membariskan siswa, berdoa dan melakukan pemanasan. Setelah pemanasan siswa dibariskan kembali untuk mendengar arahan dari guru. Pada saat memberikan arahan, guru menginformasikan materi ajar dan tujuan pembelajaran. Materi ajar yakni masih pada sepak bola. Guru memberikan gambaran bagaimana cara melakukan menyundul bola dengan baik. Setelah itu peneliti mempraktekkan langsung bagaiman cara menyundul bola. Guru memberikan teknik-teknik khusus mengiring bola dan meminta siswa untuk memperhatikan dan mengikuti gerakan guru. Setelah memberikan materi guru membagi siswa menjadi 7 kelompok. Kelompok kali ini berbeda dengan kelompok sebelumnya, karena pada kelompok sebelumnya kemampuan siswa kurang heterogen, maka di bentuk kelompok baru yang heterogen agar siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam bermain sepak bola dapat mengajari temannya yang kurang kemampuannya dalam bermain sepak bola. Setelah memberikan teori dan membagi siswa menjadi 7 kelompok kecil, maka guru memberikan bola dan LKS kepada semua kelompok agar siswa dapat melakukan praktek mengiring bola secara langsung. Kemudian saya menerapkan model pembelajaran Role Playing. Setiap kelompok belajar dengan menggunakan model Role Playing. Setiap siswa berperan dengan posisinya masingmasing, seperti penyundul, pengumpan, penggiring sambil mengucapkan cara setiap teknik yang meraka lakukan. Pada saat dilakukan belajar kelompok, guru membimbing kelompok yang terlihat binggung dan berusaha untuk memotivasi setiap kelompok agar melakukan praktek dengan benar. Kegiatan belajar dengan berkelompok berlangsung hingga bel tanda pergantian les berbunyi. Pertemuan kegiatan belajar mengajar ke 4 pada siklus dua dilaksanakan pada minggu selanjutnya yaitu pada tanggal 21 November 2013, berikut sekilas rekaman kegiatan belajar ke 4 siklus II dengan menggunakan model pembelajaran Role Playing. 57 Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681 Sekilas Rekaman Kegiatan Belajar Mengajar 4 KBM 4 dilakukan pada tanggal 21 November 2013. Kali ini peneliti masuk kedalam ruang kelas. pada saat sampai di kelas V-B, keadaan kelas kosong. Seluruh siswa sedang mengganti pakaian di kamar mandi. Setelah 3 menit satu persatu siswa berdatangan ke dalam kelas, karena melihat guru telah menunggu salah seorang siswa yaitu Riska keluar kelas dan memanggil seluruh temannya. Setelah beberapa menit akhirnya seluruh siswa telah masuk kedalam kelas. Guru mengucapkan salam, dan siswa menjawab salam guru. Setelah itu guru menginformasikan materi yang akan diajarkan beserta tujuan pembelajaran. Setelah itu guru meminta siswa untuk kelapangan, dan berlari mengelilingi lapangan sebanyak 3 putaran sebagai pemanasan. Setelah pemanasan guru mempraktekkan secara langsung bagaimana cara tendangan yang baik dari sudut lapangan dengan dibantu oleh seorang siswa yakni Juneti. Setelah mempraktekkan secara langsung guru meminta siswa untuk membentuk kelompok kembali dan kembali menerapkan model pembelajaran Role Playing memberikan bola pada setiap kelompok agar siswa dapat mempraktekkan peran bagaiman cara menendang bola yang benar. Kegiatan belajar kelompok dilakukan hingga 15 menit terakhir. Sedangkan 15 menit terakhir guru membariskan siswa kembali dan memimpin siswa untuk memberikan kesimpulan terkait pembelajaran yang telah dilalui. Sebelum jam pelajaran berakhir siswa saya suruh berdoa dan setelah itu membubarkan siswa untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya. Tabel 2 Deskripsi Data Hasil Tes Siklus II Nilai 25 50 Frekuensi 3 1 Rata-rata 75 21 74,2 100 7 Jumlah 32 30 20 10 0 25 50 75 100 Nilai Merujuk pada Tabel 2 di atas diperoleh nilai rata-rata tes praktek sebesar 74,2 tepat pada KKM dan dari 32 siswa yang telah tuntas sebanyak 28 siswa dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 87,5% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar psikomotorik pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya perubahan aktivitas belajar yang sudah berpusat pada siswa dalam menerapkan pembelajaran model pembelajaran Role Playing sehingga siswa menjadi lebih 58 merasa senang dan tidak bosan dengan pembelajaran seperti ini. Frekuensi Pada akhir belajar mengajar siklus II siswa diberi tes kemampuan sebagai formatif II pada tanggal 28 November 2013 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes praktik. Adapun data kemampuan siswa hasil penelitian pada siklus II adalah pada Tabel 2. Gambar 2 Grafik Formatif II c. Analisis Data Observasi Kondisi ini didukung melalui rekaman data aktivitas belajar siswa siklus II yang telah membaik dan hasil dokumentasi beberapa bagian dalam pembelajaran. Merujuk pada Tabel 4.4 untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah memperagakan/praktik menggunakan bola yaitu (55%). Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan . Aktivitas siswa yang lain yang mengalami peningkatan adalah bertanya antar siswa (22%). Sementara aktivitas yang mengalami penurunan adalah diskusi antara siswa dengan guru (7%), Melakukan yang tidak yang relevan dengan KBM (16%). Hal ini Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681 menggambarkan berkurangnya ketergantungan siswa dalam pembelajaran terhadap guru, siswa lebih memilih berdiskusi dengan teman atau langsung mencoba sendiri daripada bertanya kepada guru, dan siswa mudah dapat beradaptasi dengan penerapan model Role Playing dan alur pembelajaran sehingga aktivitas tidak relevan cenderung berkurang. Mengingat hasil observasi selama siklus II nilai yang diperoleh siswa dalam penilaian kinerja ranah psikomotorik 87,5% memperoleh nilai diatas 70 keseluruhan ranah psikomotorik telah tercapai ketuntasan belajar, dan karena keterbatasan dana dan waktu penelitian maka penelitian ini diakhiri pada siklus II. d. Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan pemberian tindakan kelas dengan model pembelajaran Role Playing. Dari datadata yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung walaupun masih terlihat juga beberapa siswa perempuan yang kurang serius dalam melakukan praktik. 3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan tiap siklusnya hingga pada siklus II mencapai ketuntasan. Peningkatan hasil belajar tiap siklus disajikan dalam Gambar 3 120 100 80 60 40 20 0 Nilai Tertinggi Nilai terendah Rata-rata Ketuntasan nilai tes klasikal (%) Gambar 3 Grafik Perubahan Keterampilan Siswa Tiap Siklus Hasil e. Tindakan Perbaikan Pelaksanaan Pada siklus II guru telah menerapkan model pembelajaran Role Playing dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan tindakan perbaikan terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran keterampilan dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. B. Pembahasan Merujuk pada data-data yang dipaparkan sebelumnya dapat diulas 2 data diantaranya: 1. Keterampilan Permainan Sepak Bola siswa Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Role Playing memiliki dampak positif dalam meningkatkan keterampilan menguasai teknik bermain sepak bola pada siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin baiknya penampilan siswa tiap siklusnya (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, dan II) untuk ranah psikomotor yaitu 46,87% dan 87,5%, sehingga pada siklus II 59 Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681 ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Dari 12 indikator yang dinilai dalam kemampuan siswa melakukan permainan sepak bola maka indikator terendah nilainya adalah kemampuan melakukan Menyundul Bola oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam indikator ini. Sehingga pada siklus II kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran Role Playing menekankan pada beberapa aspek diantaranya : memotivasi siswa, memberi penekanan pada aspek yang paling lemah dikuasai siswa, memodelkan (mendemonstrasikan) membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep dan pengelolaan waktu. Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dan penerapan model pembelajaran Role Playing diharapkan siswa dapat menampilkan dengan baik apa yang telah mereka pelajari sehingga mereka akan lebih memaknai tentang apa yang telah mereka lakukan. 2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran Role Playing paling dominan adalah aktivitas memperagakan yaitu 32% pada siklus I naik menjadi 55% pada siklus II. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah bertanya pada teman yaitu 19% pada siklus I naik menjadi 22% pada siklus II dan bertanya pada guru yaitu 21% pada siklus I turun menjadi 7% pada siklus II yang berarti ketergantungan siswa terhadap guru mulai berkurang. Sedangkan aktivitas siswa yang lain adalah aktivitas tidak relevan terhadap KBM yang turun dari siklus I sebesar 28% menjadi sebesar 16% pada siklus II. Sehingga secara umum penerapan model pembelajaran Role Playing telah berhasil memberikan kemampuan siswa secara tuntas dalam menguasai teknik bermain sepak bola. Model pembelajaran Role Playing, memberikan pengaruh yang baik terhadap keterampilan bermain sepak bola siswa kelas V-B SDN 105268 Telaga Sari. Dari penyajian data dapat dilihat grafik ketuntasan belajar siswa meningkat setiap siklusnya. 60 Membaiknya ketuntasan belajar siswa juga diikuti oleh membaiknya proses belajar dengan model pembelajaran Role Playing. Pembelajaran didominasi oleh siswa dan memberikan kepercayaan diri pada diri siswa dalam proses belajar mengajar. IV Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus dan berdasarkan seluruh pembahaan serta analisis yang telah dilakukan dapa disimpulkan sebagai berikut 1. Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain memperagakan (32%), bertanya sesama teman (19%), bertanya kepada guru (21%), dan yang tidak relevan dengan KBM (28%). 2. Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain memperagakan (55%), bertanya sesama teman (22%), bertanya kepada guru (7%), dan yang tidak relevan dengan KBM (16%). Dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas siswa semakin meningkat pada setiap siklus. 3. Pembelajaran dengan model pembelajaran Role Playing memiliki dampak positif dalam meningkatkan kemampuan psikomotorik belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu Siklus I (46,87%) mengalami kenaikan hingga tuntas klasikal pada Siklus II (87,5%). B. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan model pembelajaran Role Playing memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model ini dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan kemampuan psikomotorik belajar siswa, guru Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681 hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai model pembelajaran, walaupun dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di kelas V-B SD Negeri 105268 Telaga Sari Tahun Pelajaran 2013/2014. 4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. Sugiyono., (2010), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung. Suharno. 1986. Ilmu Kepelatihan Olah Raga .Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi , 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta PT. Rineksa Cipta. Engkos S.R. 1994. Erlangga. Penjaskes. Jakarta; Ibrahim, R. dan Syaodikin, N. S., (1988), Perencanaan Pengajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun., (2009), Models Of Teaching Edisi Kedelapan, Penerbit Pustaka Belajar, Yogyakarta. Manaria, (2013), Peningkatan Keterampilan Permainan Sepak Bola Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Di Kelas V-B Sd Negeri 105268 Telaga Sari, Medan Purwanto, dkk, (2009), Theory and Application of Physics, Penerbit Tiga Serangkai, Solo. Sajono, 1986. Pembinaan dan Kondisi fisik, Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Slamet, S.R. 1994.Penjaskes 1. Jakarta; Tiga Serangkai Syarifuddin, Aib. 1997, Penjaskes 1,2,3, Jakarta; PT. Gramedia Widiasmara Indonesia. 61