Peningkatan keterampilan permainan sepakbola siswa melalui

advertisement
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
PENINGKATAN KETERAMPILAN PERMAINAN SEPAK BOLA SISWA
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING
DI KELAS V-B SD NEGERI 105268 TELAGA SARI
Oleh :
Manaria, S.Pd*)
*)
Guru SDN 105268 Telaga Sari
NIP. 19630309 198404 2 002
Mata Pelajaran: Penjaskes
[email protected]
Abstract
This research applies the learning model as an action Role Playing improve students' skills in the
subject matter of a football game the students in the class VB 105 268 Ponds Elementary School PE
Sari subjects. The application of the model in action research conducted during two cycles of the two
meetings (KBM) every cycle. So that the data in this study is the psychomotor learning outcomes of
students and student learning activities after and when applying the learning model Role Playing. With
the research subjects were all students of class VB 105 268 Telaga Sari Elementary School, the first
semester of academic year 2013/2014, amounting to 32 students.
The data obtained from the test results to learn each end of the cycle and activity data obtained from
observations of students each cycle, results showed; 1) Learning the Role Playing learning model has a
positive impact in improving students' skills to play football that is characterized by an increase in
mastery learning students in each cycle, the first cycle (46.87%) after analyzing the weakness
pembeleajaran on one cycle and then analyzed. So learning to rise to its conclusion klasiklal in Cycle
II (87.5%); 2) Data student activity observed observers in Cycle I, among others, demonstrated (32%),
ask peers (19%), ask the teacher (21%), and which are not relevant to the teaching and learning (28%)
and student activity data according to observations in Cycle II, among others demonstrated (55%), ask
peers (22%), ask the teacher (7%), and which are not relevant to the teaching and learning (16%). It
can be concluded that increasing the activity of students in each cycle.
Keywords: Enhanced Skills, Learning Model Role Playing, Learning Activities
I Pendahuluan
Pada umumnya semua anak memiliki
tingkat intelektual awal yang sama dan bahwa
kemampuan lebih merupakan hasil pencarian
ketimbang anugerah. Seorang anak bisa
menjadi lebih cerdas atau kurang cerdas,
bergantung pada lingkungan keluarga dimana
seorang anak pertama kali mengawali
hidupnya dan pada proses sosial dan
pendidikan yang dialaminya. Di sini sebuah
lembaga pendidikan memegang peranan
penting
dalam
proses
perkembangan
intelektual anak didik (Jamaluddin, 2003).
Permainan sepak bola memiliki aturan dan
banyak pemain yang memiliki fungsinya
masing-masing. Permainan sepak bola berasal
dari luar negeri yaitu negara Inggris.
Permainan ini banyak menggunakan istilahistilah
dengan
bahasa
asing
untuk
menyebutkan posisi setiap pemain dan juga
peraturannya. Hal ini belum banyak diketahui
51
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
oleh anak didik. Mereka lebih tertarik
memainkan bola tanpa aturan yang lengkap,
menendang bola tanpa menguasai teknik yang
benar dan belum menerapkan formasi dalam
permainan sepak bola. Maka dari itu anak-anak
bermain sepak bola tanpa aturan yang standart
dan terkesan semeraut.
Rendahnya aktivitas siswa dalam belajar
baik menyimak penjelasan guru dan cenderung
teburu-buru ingin memainkan sepak bola
daripada mengikuti penjelasan dari guru. Lain
halnya dengan siswi yang tidak tertarik
melakukan permainan sepak bola. Namun
permainan sepak bola ini bagian dari cabang
olah raga dan juga termasuk untuk dipelajari
dalam mata pelajaran Penjaskes di kelas V
Sekolah Dasar. Baik siswa maupun siswi
diwajibkan untuk mempelajari apa yang sudah
ditentukan dalam kurikulum.
Tidak efektifnya pengajaran
yang
dilakukan tersebut diduga akibat kurang
tepatnya guru dalam menggunakan strategi
pembelajaran. Berimplikasi pada hasil belajar
psikomotorik siswa yang rendah. Oleh karena
itu peneliti ingin melakukan penelitian
terhadap pembelajaran penjaskes dengan
mengupayakan model pembelajaran Role
Playing. Dengan langkah mengarahkan
pembelajaran siswa agar aktif secara kelompok
besar maupun dalam kelompok kecil. Selain
harapan yang telah disampaikan diatas
penelitian ini diharapkan dapat merubah
paradigma
guru
dalam
melakukan
pembelajaran dari guru sebagai pusat belajar
agar beralih ke siswa.
Guna
mewujudkan
harapan
yang
diinginkan oleh peneliti seperti di atas maka
peneliti menerapkan strategi pembelajaran
aktif
dengan
menggunakan
teknik
pembelajaran
kelompok
besar
dan
pembelajaran kelompok kecil.
Setelah
mendemonstrasikan langsung langkah-langkah
bermain sepak bola Peneliti ingin membagi
siswa kedalam kelompok kecil dengan
membagi
siswa
yang
heterogenitas
kemampuannya dalam berolahraga menjadi
beberapa kelompok agar siswa dapat belajar
bersama dan melatih keterampilan mereka
dalam berolahraga khususnya dalam bermain
sepak bola.
Salah satu model pembelajaran yang dapat
diterapkan
dalam
upaya
penguasaan
keterampilan olahraga adalah model Role
52
Playing atau biasa disebut bermain peran.
Dengan menggunakan model Role Playing
agar siswa dapat memerankan langsung
langkah-langkah bermain sepak bola. Guru
yang juga selaku peneliti akan memberikan
bimbingan bagaimana menjalankan peran
setiap pemain dan posisinya. Dengan demikian
siswa akan terlibat penuh dalam pembelajaran
serta menggeser dominasi guru sebagai pusat
pembelajaran kepada siswa. Hal ini diharapkan
karena
sesungguhnya
siswalah
yang
membutuhkan pembelajaran.
Metode Role Playing atau bermain peran
adalah bentuk permainan pendidikan yang
dipakai untuk menjelaskan perasaan sikap dan
tingkah laku dan nilai-nilai dalam kehidupan
bermasyarakat
dengan
tujuan
untuk
menghayati perasaan sudut pandang dan cara
berpikir orang lain (membayangkan diri sendiri
seperti dalam keadaan orang lain (Depdiknas
1998). Oleh karena itu penulis melakukan
penelitian
berjudul
“Peningkatan
Keterampilan Permainan Sepak Bola Siswa
Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Role Playing Di Kelas V-B SD Negeri
105268 Telaga Sari”.
Untuk memperjelas masalah yang akan
dibahas, maka yang menjadi rumusan-rumusan
dalam penelitian ini adalah: Apakah
keterampilan permainan sepak bola siswa
meningkat
setelah
menerapkan
model
pembelajaran Role Playing di kelas V-B SD
Negeri 105268 Telaga Sari Tahun Pelajaran
2013/2014? Apakah aktivitas belajar siswa
pada materi pokok bermain sepak bola siswa
meningkat saat diterapkan model pembelajaran
Role Playing di kelas V-B SD Negeri 105268
Telaga Sari Tahun Pelajaran 2013/2014?
Berdasarkan rumusan masalah yang telah
ditentukan maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui
peningkatan
keterampilan
permainan sepak bola siswa setelah
menerapkan model pembelajaran Role Playing
di kelas V-B SD Negeri 105268 Telaga Sari
Tahun Pelajaran 2013/2014. Dan, Untuk
mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa
pada materi pokok bermain sepak bola saat
diterapkan model pembelajaran Role Playing
di kelas V-B SD Negeri 105268 Telaga Sari
Tahun Pelajaran 2013/2014.
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
II Metode Penelitian
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini di SD Negeri 105268
Telaga Sari, jalan Glugur Kecamatan Sunggal
Kabupaten Deli Serdang tepatnya di kelas VB. Materi Pokok selama pengambilan data ini
adalah permainan sepak bola. Penelitian
dilaksanakan selama 3 bulan, dimulai pada
bulan September dan berakhir pada bulan
Desember 2013.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas V-B sebanyak 32 orang, Dipilihnya
kelas ini menjadi kelas penelitian karena
menurut peneliti sebagai guru Penjaskes, kelas
tersebut lebih komunikatif dibanding dengan
kelas lainnya dan memiliki potensi yang belum
tergali dan dikembangkan secara optimal oleh
guru.
C. Defenisi Operasional
Model Pembelajaran Role Playing adalah
salah satu proses belajar mengajar yang
tergolong dalam metode simulasi.
1. Menurut Dawson yang dikutip oleh
Moedjiono & Dimyati mengemukakan
bahwa simulasi merupakan suatu istilah
umum berhubungan dengan menyusun dan
mengoperasikan
suatu
model
yang
mereplikasi proses-proses perilaku.
2. Menurut Arikunto (2003:122) yang
termasuk kategori kemampuan psikomotor
adalah kemampuan yang menyangkut
kegiatan otot sehingga menyebabkan
geraknya tubuh atau bagian-bagiannya.
3. Aktivitas belajar adalah suatu aktivitas
yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam
belajar adalah terjadinya perubahan dalam
individu seutuhnya.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang ditempuh
meliputi tahapan perencanaan penelitian dan
pelaksanaan tindakan kelas, di mana pada
tahapan yang kedua terdiri atas dua siklus
kegiatan. Tahapan-tahapan tersebut sebagai
berikut:
1. Perencanaan Penelitian
Perencanaan penelitian berkaitan dengan
identifikasi,
analisis,
dan
rencana
penelitian. Kegiatan ini dilakukan dengan
cara orientasi lapangan dan observasi:
a. Melaksanakan dialog dengan tutor dari
LPMP Sumut, dengan sesama guru
tentang permasalahan yang dihadapi
yang berkaitan dengan pelajaran
Penjaskes.
b. Observasi
kegiatan
pembelajaran
Penjaskes di kelas V-B.
2. Pelaksanaan Tindakan Kelas
3. Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti
dengan berdiskusi dengan kolaborator
tentang hasil observasi, evaluasi hasil
belajar siswa dan meminta masukan kepada
siswa mengenai proses pembelajaran
Penjaskes. Dari hasil refleksi peneliti
kemudian berkolaborasi dengan tutor dan
teman sejawat (observer) sesama sesama
guru Penjaskes untuk mencari solusi
memperbaiki dan menguatkan rencana
tindakan siklus ke-2.
Pelaksanaan siklus II ini didasarkan pada
hasil refleksi yang sudah dilakukan pada siklus
I, mengulang tahapan-tahapan yang sudah
tertera pada siklus I, sikulus II juga merupakan
penyempurnaan dari kekurangan-kekurangan
yang terdapat pada siklus I dengan tujuan
untuk mendapatkan hasil yang jauh lebih
sempurna.
E. Instrumen Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini
adalah tes penampilan (performance) dan
observasi. Tes penampilan ini digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa pada tingkat
psikomotorik dan observasi untuk mengetahui
aktivitas belajar siswa.
F.
Teknik Analisa Data
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan
atau persentase keberhasilan siswa setelah
proses belajar mengajar setiap putarannya
dilakukan dengan cara memberikan evaluasi
berupa tes praktek pada setiap akhir putaran.
Analisa ini dihitung dengan menggunakan
statistic sederhana yaitu:
1. Untuk menilai tes praktek
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang
diperoleh siswa yang selanjutnya dibagi
dengan jumlah siswa yang ada di kelas
tersebut sehingga diperlukan rata-rata tes
praktek dapat dirumuskan
X =
∑X
∑N
53
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
Dengan
X = Nilai rata-rata
∑ X = Jumlah semua nilai siswa
∑ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu
secara perorangan dan secara klasikal.
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar
mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud,
1994) yaitu siswa telah tuntas belajar bila di
kelas tersebut mendapat 85% yang telah
mencapai daya serap lebih tinggi sama
dengan
KKM.
Untuk
menghitung
persentase ketuntasan belajar digunakan
rumus sebagai berikut:
P=
∑ Siswayangtuntasbelajar x100%
∑ siswa
3. Untuk lembar observasi
Untuk menghitung lembar observasi
aktivitas siswa digunakan rumus sebagai
berikut:
%=
X=
X
x100% dengan
∑X
jumlahhasilpengama tan P1 + P2
=
jumlahpengamat
2
Dimana:
% = persentaseangket
X = Rata-rata
∑X
P1
P2
= Jumlah Rata-rata
= Pengamat 1
= Pengamat 2
Ranah Psikomotor
Skala penilaian yang digunakan sesuai
dengan instrument yang telah direncanakan,
54
yaitu jika siswa dapat melakukan praktek
dengan benar diberi skor 1 dan 0 jika siswa
tidak dapat melakukannya. Mutu Pembelajaran
dikatakan baik apabila siswa yang mendapat
nilai diatas mencapai 85% atau lebih dari
keseluruhan siswa.
III Hasil Penelitian Dan Pembahasan
A. Analisis Data Penelitian Persiklus
Sebelum siklus I dilaksanakan peneliti
melakukan
pengujian
kemampuan
psikomotorik awal siswa untuk permainan
sepak bola. Hasilnya diperoleh rata-rata
kemampuan siswa dalam permainan sepak
bola sebesar 29,4 dengan nilai terendah 8 dan
tertinggi 50, tidak seorangpun dari 32 orang
siswa yang memperoleh nilai di atas KKM,
dengan demikian ketuntasan secara klasikal
hanya mencapai 0% atau kemampuan awal
siswa sangat rendah.
Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap
ini peneliti mempersiapkan
pembelajaran yang terdiri dari RPP 1, tes
psikomotor (kemampuan) dan instrument
penilaian aktivitas siswa.
Seluruh
instrumen dan perencanaan tindakan
disusun dalam diskusi antara peneliti
dengan pembimbing LPMP Sumut dan
guru sejawat.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 24
Oktober 2013 di kelas V-B dengan jumlah
siswa 32 siswa. Adapun proses belajar
mengajar
mengacu
pada
rencana
pembelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan
(observasi)
dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar. Berikut rekaman pembelajaran
siklus I KBM 1 dan 2.
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
Sekilas Rekaman Kegiatan Belajar Mengajar 1
KBM 1 dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2013. Pembelajaran tidak akan dilakukan di dalam kelas
melainkan di lapangan. Setelah menunggu 5 menit sejak pergantian les, akhirnya seluruh siswa kelas
V-B sudah berkumpul di lapangan. Guru menyuruh ketua kelas ( Wahyudi) untuk membariskan siswa,
berdoa kemudian melakukan pemanasan. Setelah pemanasan guru meminta siswa untuk berbaris
kembali. Lalu guru memberikan arahan mengenai materi dan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari.
Materi yang akan dipelajari yakni tentang Menendang Bola dan Ukuran Bola dan Lapangan. Lalu
guru mempraktekkan langsung teknik melakukan menendang bola dengan teknik. Siswa diminta untuk
memperhatikan dan mengikuti gerakan yang dilakukan oleh guru. Setelah mempraktekkan secara
langsung, guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yakni menjadi 7 kelompok. Guru
kemudian membagi bola dan LKS kepada setiap kelompok untuk dipergunakan dalam praktek
melakukan passing dan drible. Siswa kemudian belajar melakukan teknikpassing dan drible secara
berkelompok. Guru berperan sebagai motivator dan fasilitator. Ketika ada kelompok yang mengalami
kesulitan guru membantu kelompok tersebut dengan mengulang kembali praktek menendang bola
dengan teknik kaki luar, kaki dalam dan tumit kaki. Proses belajar secara kelompok tersebut
berlangsung hingga 10 menit terakhir les penjaskes. Lalu guru membariskan siswa kembali dan
membubarkan siswa untuk mengganti pakaian dan mengikuti pelajaran selanjutnya.
Sekilas Rekaman Kegiatan Belajar Mengajar 2
KBM kedua dilakukan pada tanggal 31 Oktober 2013. Sama seperti sebelumnya pembelajaran akan
dilakukan di lapangan. Setelah menunggu selama 5 menit akhirnya seluruh siswa telah berkumpul
dilapangan. Guru menyuruh Wahyudi selaku ketua kelas untuk membariskan seluruh siswa berdoa dan
melakukan pemanasan. Setelah melakukan pemanasan guru kemudian meminta siswa untuk berbaris
kembali. Guru menginformasikan materi ajar yakni teknik menahan bola dengan kepala, dada, paha
dan kaki. Guru memberikan gambaran umum mengenai teknik tersebut. kemudian guru
mempraktekkan secara langsung langkah-langkah mengiring bola dengan tehnik yang tepat. Guru juga
meminta siswa untuk memperhatikan dan mengikuti setiap gerakan guru. Setelah memberikan
gambaran dan mempraktekkan secara langsung, kemudian guru membagi siswa menjadi 7 kelompok
yang sama dengan kelompok sebelumnya. Guru kemudian memberikan bola dan LKS kepada setiap
kelompok untuk dipergunakan sebagai alat melakukan praktek teknik mengumpan bola. Siswa pun
mempraktekkan teknik mengumpan bola secara bergantian dalam kelompok. Ketika proses belajar
berkelompok maka dilakukan observasi oleh observer yang dilakukam oleh teman sejawat peneliti.
Observasi dilakukanterhadap siswa untuk melihat aktivitas siswa selama pembelajaran. Observasi
dilakukan selama 20 menit. Pada saat dilakukan belajar kelompok beberapa siswa juga memberikan
pertanyaan kepada guru, mengenai langkah melakukan mengumpan bola yang benar. Pembelajaran
secara berkelompok tersebut berlangsung hingga 10 menit terakhir sebelum pergantian les, lalu guru
membariskan siswa dan membubarkan siswa serta menyuruh siswa untuk mengganti pakaian dan
mengikuti pelajaran selanjutnya.
c. Analisis Data Observasi
Pada akhir proses belajar mengajar siklus I
siswa diberi tes psikomotorik sebagai formatif
I dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar yang
telah dilakukan. Tes formatif I tersebut
dilakukan pada tanggal 7 November 2013.
Adapun data hasil penelitian pada Siklus I
adalah disajikan dalam Tabel 1
Tabel 1 Deskripsi Tes Keterampilan Siklus I
Nilai
Frekuensi
25
38
3
3
50
8
63
3
75
9
88
6
Jumlah
32
Rata-rata
61,7
55
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
Merujuk pada Tabel 1. di atas dapat
dijelaskan bahwa dengan menerapkan model
pembelajaran Role Playing diperoleh nilai ratarata ketrampilan siswa adalah 61,7 dengan
KKM sebesar 70, ketuntasan belajar hanya
mencapai 46,87% atau ada 15 siswa dari 32
siswa sudah tuntas belajar. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus I secara
klasikal siswa belum tuntas belajar, karena
siswa yang memperoleh nilai ≥70 hanya
sebesar 46,87% lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar
85%. Data hasil test pada siklus I ini dapat
disajikan kembali dalam grafik histogram
sebagai berikut:
Data hasil formatif I ini dapat disajikan
kembali dalam grafik histogram sebagai
berikut:
Frekuensi
10
5
0
25 38 50 63 75 88
Nilai
Gambar .1 Grafik data hasil Formatif I
Kondisi ini didukung melalui rekaman
data aktivitas belajar siswa yang belum begitu
baik dan hasil dokumentasi beberapa bagian
dalam pembelajaran. Aktivitas siswa yang
paling dominan adalah memperagakan teknikteknik yang diajarkan guru dengan sesama
kelompok yaitu 32%. Aktivitas lain yang
persentasenya cukup besar adalah bertanya
yang tidak relevan dengan KBM dengan
persentasi 28%, yang ketiga aktivitas Bertanya
kepada guru timbul sebagai aktivitas dimana
pembelajaran sulit terkendali akibat siswa yang
masih bingung dengan arah pembelajaran
muncul dengan persentasi 21% dan nilai ini
cukup tinggi. Sehingga aktivitas belajar siklus
56
I belum teratur. Dan yang keempat adalah
diskusi antar siswa dengan presentasi 19%.
d. Refleksi
Pada siklus I, secara garis besar kegiatan
belajar mengajar dengan model pembelajaran
Role Playing sudah dilaksanakan dengan
cukup baik, walaupun peran guru masih cukup
dominan untuk memberikan penjelasan dan
arahan namun aktivitas yang tidak relevan
dengan KBM tercatat tinggi, sehingga kondisi
pembelajaran belum dapat dikendalikan
dengan baik oleh guru.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar diperoleh informasi dari hasil
aktivitas siswa dan dokumentasi penelitian
sebagai berikut
1. Guru kurang baik dalam memotivasi siswa
dan
saat
menyampaikan
tujuan
pembelajaran.
2. Model pembelajaran Role Playing belum
berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Hal ini ini disebabkan siswa masih engggan
dalam melakukan praktik dan hanya
melihat-lihat teman dalam kelompoknya
saja yang sedang melakukan praktik. Ini
kebanyakan siswa perempuan yang seperti
itu. Tetapi siswa laki-laki cenderung
terburu – buru ingin memainkan langsung
permainan sepak bola tanpa memperhatikan
penjelasan gerakan-gerakan yang baik
dalam
melakukan
tendangan
dan
penggiringan bola dengan bola sesuai
dengan arahan dan bimbingan guru.
3. Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
sehingga hilangnya waktu untuk materi
yang lebih luas.
4. Model pembelajaran Role Playing yang
digunakan guru belum memusatkan
aktivitas belajar pada siswa.
5. Bimbingan Guru kurang merata cenderung
guru membimbing siswa laki-laki dalam
melakukan praktek yang di pelajari.
e. Tindakan Perbaikan Pelaksanaan
Adapun tindakan perbaikan pelaksanaan
yang akan dilakukan yakni:
1. Guru perlu lebih terampil dalam
memotivasi siswa dan lebih jelas dalam
menyampaikan
tujuan
pembelajaran.
Dimana siswa diajak untuk terlibat
langsung dalam setiap kegiatan yang akan
dilakukan.
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
2. Guru lebih mengarahkan siswa baik lakilaki maupun perempuan harus aktif dalam
melakukan praktik. Jika ada gerakan yang
sulit dilakukan langsung ditanyakan kepada
teman yang tahu tetapi jika teman dalam
satu kelompok tersebut juga tidak tahu,
langsung menanyakannya kepada guru.
3. Guru harus melakukan bimbingan secara
merata tanpa membedakan siswa laki-laki
dan perempuan karena ini merupakan
materi pembelajaran yang harus dipelajari
oleh seluruh siswa kelas V tanpa
membedakan laki-laki dan perempuan
dalam mempelajarinya.
4. Guru perlu mendistribusikan waktu secara
baik dengan menambahkan informasiinformasi yang dirasa perlu dan memberi
catatan.
Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP,
tes kemampuan siklus II dan alat-alat
pengajaran yang mendukung. Selain itu juga
dipersiapkan lembar observasi aktivitas siswa.
Diakhir siklus II akan diberikan tes
psikomotorik (formatif II) pada siswa. Seluruh
instrumen diperoleh setelah melakukan diskusi
dalam refleksi siklus I dan perencanaan siklus
II bersama pembimbing peneliti dari LPMP
Sumut dan UNIMED serta guru sejawat.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 14
November dan 21 November 2013 di kelas VB dengan jumlah siswa 32 siswa.
Sekilas Rekaman Kegiatan Belajar Mengajar 3
Pada KBM 3 yang dilakukan pada tanggal 14 November 2013 siklus II, pembelajaran juga dilakukan
di lapangan. Setelah 5 menit sejak pergantian les, siswa sudah berkumpul di lapangan. Kemudian guru
menyuruh Wahyudi selaku ketua kelas untuk membariskan siswa, berdoa dan melakukan pemanasan.
Setelah pemanasan siswa dibariskan kembali untuk mendengar arahan dari guru. Pada saat memberikan
arahan, guru menginformasikan materi ajar dan tujuan pembelajaran. Materi ajar yakni masih pada
sepak bola. Guru memberikan gambaran bagaimana cara melakukan menyundul bola dengan baik.
Setelah itu peneliti mempraktekkan langsung bagaiman cara menyundul bola. Guru memberikan
teknik-teknik khusus mengiring bola dan meminta siswa untuk memperhatikan dan mengikuti gerakan
guru. Setelah memberikan materi guru membagi siswa menjadi 7 kelompok. Kelompok kali ini berbeda
dengan kelompok sebelumnya, karena pada kelompok sebelumnya kemampuan siswa kurang
heterogen, maka di bentuk kelompok baru yang heterogen agar siswa yang memiliki kemampuan lebih
dalam bermain sepak bola dapat mengajari temannya yang kurang kemampuannya dalam bermain
sepak bola. Setelah memberikan teori dan membagi siswa menjadi 7 kelompok kecil, maka guru
memberikan bola dan LKS kepada semua kelompok agar siswa dapat melakukan praktek mengiring
bola secara langsung. Kemudian saya menerapkan model pembelajaran Role Playing. Setiap kelompok
belajar dengan menggunakan model Role Playing. Setiap siswa berperan dengan posisinya masingmasing, seperti penyundul, pengumpan, penggiring sambil mengucapkan cara setiap teknik yang
meraka lakukan. Pada saat dilakukan belajar kelompok, guru membimbing kelompok yang terlihat
binggung dan berusaha untuk memotivasi setiap kelompok agar melakukan praktek dengan benar.
Kegiatan belajar dengan berkelompok berlangsung hingga bel tanda pergantian les berbunyi.
Pertemuan kegiatan belajar mengajar ke 4 pada
siklus dua dilaksanakan pada minggu
selanjutnya yaitu pada tanggal 21 November
2013, berikut sekilas rekaman kegiatan belajar
ke 4 siklus II dengan menggunakan model
pembelajaran Role Playing.
57
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
Sekilas Rekaman Kegiatan Belajar Mengajar 4
KBM 4 dilakukan pada tanggal 21 November 2013. Kali ini peneliti masuk kedalam ruang kelas. pada
saat sampai di kelas V-B, keadaan kelas kosong. Seluruh siswa sedang mengganti pakaian di kamar
mandi. Setelah 3 menit satu persatu siswa berdatangan ke dalam kelas, karena melihat guru telah
menunggu salah seorang siswa yaitu Riska keluar kelas dan memanggil seluruh temannya. Setelah
beberapa menit akhirnya seluruh siswa telah masuk kedalam kelas. Guru mengucapkan salam, dan
siswa menjawab salam guru. Setelah itu guru menginformasikan materi yang akan diajarkan beserta
tujuan pembelajaran. Setelah itu guru meminta siswa untuk kelapangan, dan berlari mengelilingi
lapangan sebanyak 3 putaran sebagai pemanasan. Setelah pemanasan guru mempraktekkan secara
langsung bagaimana cara tendangan yang baik dari sudut lapangan dengan dibantu oleh seorang siswa
yakni Juneti. Setelah mempraktekkan secara langsung guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok kembali dan kembali menerapkan model pembelajaran Role Playing memberikan bola pada
setiap kelompok agar siswa dapat mempraktekkan peran bagaiman cara menendang bola yang benar.
Kegiatan belajar kelompok dilakukan hingga 15 menit terakhir. Sedangkan 15 menit terakhir guru
membariskan siswa kembali dan memimpin siswa untuk memberikan kesimpulan terkait pembelajaran
yang telah dilalui. Sebelum jam pelajaran berakhir siswa saya suruh berdoa dan setelah itu
membubarkan siswa untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya.
Tabel 2 Deskripsi Data Hasil Tes Siklus II
Nilai
25
50
Frekuensi
3
1
Rata-rata
75
21
74,2
100
7
Jumlah
32
30
20
10
0
25 50 75 100
Nilai
Merujuk pada Tabel 2 di atas diperoleh
nilai rata-rata tes praktek sebesar 74,2 tepat
pada KKM dan dari 32 siswa yang telah tuntas
sebanyak 28 siswa dan 4 siswa belum
mencapai ketuntasan belajar. Maka secara
klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai
sebesar 87,5% (termasuk kategori tuntas).
Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan
lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan
hasil belajar psikomotorik pada siklus II ini
dipengaruhi oleh adanya perubahan aktivitas
belajar yang sudah berpusat pada siswa dalam
menerapkan pembelajaran model pembelajaran
Role Playing sehingga siswa menjadi lebih
58
merasa senang dan tidak bosan dengan
pembelajaran seperti ini.
Frekuensi
Pada akhir belajar mengajar siklus II
siswa diberi tes kemampuan sebagai formatif II
pada tanggal 28 November 2013 dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
dalam proses belajar mengajar yang dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes praktik.
Adapun data kemampuan siswa hasil
penelitian pada siklus II adalah pada Tabel 2.
Gambar 2 Grafik Formatif II
c. Analisis Data Observasi
Kondisi ini didukung melalui rekaman
data aktivitas belajar siswa siklus II yang telah
membaik dan hasil dokumentasi beberapa
bagian dalam pembelajaran.
Merujuk pada Tabel 4.4 untuk aktivitas siswa
yang paling dominan pada siklus II adalah
memperagakan/praktik menggunakan bola
yaitu (55%). Jika dibandingkan dengan siklus
I, aktivitas ini mengalami peningkatan .
Aktivitas siswa yang lain yang mengalami
peningkatan adalah bertanya antar siswa
(22%). Sementara aktivitas yang mengalami
penurunan adalah diskusi antara siswa dengan
guru (7%), Melakukan yang tidak
yang
relevan dengan KBM (16%). Hal ini
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
menggambarkan berkurangnya ketergantungan
siswa dalam pembelajaran terhadap guru,
siswa lebih memilih berdiskusi dengan teman
atau langsung mencoba sendiri daripada
bertanya kepada guru, dan siswa mudah dapat
beradaptasi dengan penerapan model Role
Playing dan alur pembelajaran sehingga
aktivitas tidak relevan cenderung berkurang.
Mengingat hasil observasi selama siklus II
nilai yang diperoleh siswa dalam penilaian
kinerja ranah psikomotorik 87,5% memperoleh
nilai diatas 70 keseluruhan ranah psikomotorik
telah tercapai ketuntasan belajar, dan karena
keterbatasan dana dan waktu penelitian maka
penelitian ini diakhiri pada siklus II.
d. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah
terlaksana dengan baik maupun yang masih
kurang baik dalam proses belajar mengajar
dengan pemberian tindakan kelas dengan
model pembelajaran Role Playing. Dari datadata yang telah diperoleh dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Selama proses belajar mengajar guru telah
melaksanakan semua pembelajaran dengan
baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum
sempurna,
tetapi
persentase
pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
2. Berdasarkan data hasil pengamatan
diketahui bahwa siswa aktif selama proses
belajar berlangsung walaupun masih
terlihat juga beberapa siswa perempuan
yang kurang serius dalam melakukan
praktik.
3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya
sudah
mengalami
perbaikan
dan
peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
Hasil belajar siswa mengalami peningkatan
tiap siklusnya hingga pada siklus II mencapai
ketuntasan. Peningkatan hasil belajar tiap
siklus disajikan dalam Gambar 3
120
100
80
60
40
20
0
Nilai
Tertinggi
Nilai
terendah
Rata-rata Ketuntasan
nilai tes klasikal (%)
Gambar
3
Grafik
Perubahan
Keterampilan Siswa Tiap Siklus
Hasil
e. Tindakan Perbaikan Pelaksanaan
Pada siklus II guru telah menerapkan
model pembelajaran Role Playing dengan baik
dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil
belajar siswa pelaksanaan proses belajar
mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka
tidak diperlukan tindakan perbaikan terlalu
banyak, tetapi yang perlu diperhatikan adalah
memaksimalkan dan mempertahankan apa
yang telah ada dengan tujuan agar pada
pelaksanaan
proses
belajar
mengajar
selanjutnya
penerapan
pembelajaran
keterampilan dapat meningkatkan proses
belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
B. Pembahasan
Merujuk pada data-data yang dipaparkan
sebelumnya dapat diulas 2 data diantaranya:
1. Keterampilan Permainan Sepak Bola siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa model pembelajaran Role Playing
memiliki dampak positif dalam meningkatkan
keterampilan menguasai teknik bermain sepak
bola pada siswa. Hal ini dapat dilihat dari
semakin baiknya penampilan siswa tiap
siklusnya (ketuntasan belajar meningkat dari
siklus I, dan II) untuk ranah psikomotor yaitu
46,87% dan 87,5%, sehingga pada siklus II
59
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah
tercapai.
Dari 12 indikator yang dinilai dalam
kemampuan siswa melakukan permainan sepak
bola maka indikator terendah nilainya adalah
kemampuan melakukan Menyundul Bola oleh
karena itu perlu dilakukan pengembangan
lebih lanjut untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam indikator ini.
Sehingga pada siklus II kegiatan belajar
mengajar yang dilaksanakan oleh guru dengan
menerapkan model pembelajaran Role Playing
menekankan pada beberapa aspek diantaranya
: memotivasi siswa, memberi penekanan pada
aspek yang paling lemah dikuasai siswa,
memodelkan
(mendemonstrasikan)
membimbing
siswa
merumuskan
kesimpulan/menemukan
konsep
dan
pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek di
atas dan penerapan model pembelajaran Role
Playing diharapkan siswa dapat menampilkan
dengan baik apa yang telah mereka pelajari
sehingga mereka akan lebih memaknai tentang
apa yang telah mereka lakukan.
2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
dengan model pembelajaran Role Playing
paling
dominan
adalah
aktivitas
memperagakan yaitu 32% pada siklus I naik
menjadi 55% pada siklus II. Aktivitas lain
yang persentasenya cukup besar adalah
bertanya pada teman yaitu 19% pada siklus I
naik menjadi 22% pada siklus II dan bertanya
pada guru yaitu 21% pada siklus I turun
menjadi 7% pada siklus II yang berarti
ketergantungan siswa terhadap guru mulai
berkurang. Sedangkan aktivitas siswa yang
lain adalah aktivitas tidak relevan terhadap
KBM yang turun dari siklus I sebesar 28%
menjadi sebesar 16% pada siklus II. Sehingga
secara umum penerapan model pembelajaran
Role Playing telah berhasil memberikan
kemampuan siswa secara tuntas dalam
menguasai teknik bermain sepak bola.
Model pembelajaran Role Playing,
memberikan pengaruh yang baik terhadap
keterampilan bermain sepak bola siswa kelas
V-B SDN 105268 Telaga Sari. Dari penyajian
data dapat dilihat grafik ketuntasan belajar
siswa
meningkat
setiap
siklusnya.
60
Membaiknya ketuntasan belajar siswa juga
diikuti oleh membaiknya proses belajar dengan
model
pembelajaran
Role
Playing.
Pembelajaran didominasi oleh siswa dan
memberikan kepercayaan diri pada diri siswa
dalam proses belajar mengajar.
IV Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan selama dua siklus dan
berdasarkan seluruh pembahaan serta analisis
yang telah dilakukan dapa disimpulkan sebagai
berikut
1. Data aktivitas siswa menurut pengamatan
pengamat pada Siklus I antara lain
memperagakan (32%), bertanya sesama
teman (19%),
bertanya kepada guru
(21%), dan yang tidak relevan dengan
KBM (28%).
2. Data aktivitas siswa menurut pengamatan
pada Siklus II antara lain memperagakan
(55%), bertanya sesama teman (22%),
bertanya kepada guru (7%), dan yang tidak
relevan dengan KBM
(16%). Dapat
diambil kesimpulan bahwa aktivitas siswa
semakin meningkat pada setiap siklus.
3. Pembelajaran dengan model pembelajaran
Role Playing memiliki dampak positif
dalam
meningkatkan
kemampuan
psikomotorik belajar siswa yang ditandai
dengan peningkatan ketuntasan belajar
siswa dalam setiap siklus, yaitu Siklus I
(46,87%) mengalami kenaikan hingga
tuntas klasikal pada Siklus II (87,5%).
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari
uraian sebelumnya agar proses belajar
mengajar lebih efektif dan lebih memberikan
hasil yang optimal bagi siswa, maka
disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan model pembelajaran
Role Playing memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga guru harus mampu
menentukan atau memilih topik yang
benar-benar bisa diterapkan dengan model
ini dalam proses belajar mengajar sehingga
diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan kemampuan
psikomotorik
belajar
siswa,
guru
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
hendaknya lebih sering melatih siswa
dengan berbagai model pembelajaran,
walaupun dalam taraf yang sederhana,
dimana siswa nantinya dapat menemukan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan
keterampilan, sehingga siswa berhasil atau
mampu memecahkan masalah-masalah
yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut,
karena hasil penelitian ini hanya dilakukan
di kelas V-B SD Negeri 105268 Telaga Sari
Tahun Pelajaran 2013/2014.
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya
dilakukan
perbaikan-perbaikan
agar
diperoleh hasil yang lebih baik.
Sugiyono.,
(2010),
Metode
Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Penerbit Alfabeta, Bandung.
Suharno. 1986. Ilmu Kepelatihan Olah Raga
.Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi , 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta PT. Rineksa Cipta.
Engkos S.R. 1994.
Erlangga.
Penjaskes.
Jakarta;
Ibrahim, R. dan Syaodikin, N. S., (1988),
Perencanaan
Pengajaran,
Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta
Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun., (2009),
Models Of Teaching Edisi Kedelapan,
Penerbit Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Manaria, (2013), Peningkatan Keterampilan
Permainan Sepak Bola Siswa Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Role
Playing Di Kelas V-B Sd Negeri
105268 Telaga Sari, Medan
Purwanto, dkk, (2009), Theory and
Application of Physics, Penerbit Tiga
Serangkai, Solo.
Sajono, 1986. Pembinaan dan Kondisi fisik,
Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti
Slamet, S.R. 1994.Penjaskes 1. Jakarta; Tiga
Serangkai
Syarifuddin, Aib. 1997, Penjaskes 1,2,3,
Jakarta; PT. Gramedia Widiasmara
Indonesia.
61
Download