perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KERENTANAN INDIVIDU, KESERIUSAN PENYAKIT, MANFAAT DAN HAMBATAN DENGAN PENGGUNAAN SKRINING INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT PADA WANITA USIA SUBUR TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Utama Kesehatan Ibu dan Anak Oleh: Maulida Nurfazriah Oktaviana S021308052 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2015 commit to user i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KERENTANAN INDIVIDU, KESERIUSAN PENYAKIT, MANFAAT DAN HAMBATAN DENGAN PENGGUNAAN SKRINING INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT PADA WANITA USIA SUBUR TESIS Oleh: Maulida Nurfazriah Oktaviana S021308052 Tim Penguji : Komisi Pembimbing Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si NIP: 196108251986012001 …………….. …………… Pembimbing II Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, MSc., PhD NIP: 1955102119941210 …………….. …………… Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal……………...2015 Kepala Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana UNS Prof. Bhisma Murti, dr., MPH., M.Sc., Ph.D NIP. 195510211994121001 commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KERENTANAN INDIVIDU, KESERIUSAN PENYAKIT, MANFAAT DAN HAMBATAN DENGAN PENGGUNAAN SKRINING INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT PADA WANITA USIA SUBUR TESIS Oleh: Maulida Nurfazriah Oktaviana S021308052 Telah dipertahankan di depan penguji Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Pada tanggal........................2015 Tim Penguji : Jabatan Nama Tanda Tangan Prof. Dr. Muhammad Akhyar, M. Pd NIP.196107291991031001 Ketua Sekretaris ……………... Dono Indarto, dr.,M.Biotech.,St.Ph.D NIP.196701041996011001 Anggota Penguji Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si NIP: 196108251986012001 Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, MSc., PhD NIP: 1955102119941210 ……………... ……………... ……………... Mengetahui: Direktur Program Pascasarjana Kepala Program Studi Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pdcommit toProf. userBhisMurti,dr.MPH.,M.Sc.,Ph.D NIP.196007271987021001 NIP. 195510211994121001 iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa: 1. Tesis yang berjudul: “Hubungan Antara Persepsi Kerentanan Individu, Keseriusan Penyakit, Manfaat dan Hambatan dengan Penggunaan Skrining Inspeksi Visual Asam Asetat Pada Wanita Usia Subur di Banyuwangi” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan acuan yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ternyata didalam naskah ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima sangsi, baik Tesis beserta gelar magister saya batalkan serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus menyertakan tim promotor sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatka sanksi akademik yang berlaku. Surakarta,…………………… Mahasiswa, Maulida Nurfazriah Oktaviana S021308052 commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Maulida Nurfazriah Oktaviana, 2015. Hubungan Persepsi Kerentanan Indivivu, Keseriusan Penyakit, Manfaat dan Hambatan dengan Penggunaan Skrining Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Pada Wanita Usia Subur. TESIS. Pembimbing I : Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, Pembimbing II : Bhisma Murti. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret. ABSTRAK Kanker serviks merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting pada wanita di seluruh dunia. Penyakit kanker serviks merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia sebesar 0,8% atau sekitar 98.692 penduduk Data Dinkes Banyuwangi (2013) menunjukkan penderita kanker serviks mencapai 80-100 penderita per tahunnya, sedangkan tahun 2014 hanya terdapat 74 wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan skrining. Jumlah wanita usia subur di Wilayah Puskesmas Tegaldlimo kurang lebih 9.042 orang. Kesadaran perempuan Indonesia untuk melakukan skrining masih sangat rendah. Cakupan deteksi dini di Indonesia kurang dari lima persen sehingga banyak kasus kanker serviks ditemukan sudah pada stadium lanjut. Tujuan dari penelitian ini untuk menunjukkan hubungan persepsi kerentanan individu, keseriusan penyakit, manfaat dan hambatan dengan penggunaan skrining IVA pada wanita usia subur. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Besar sampel sebanyak 140 wanita usia subur di wilayah Puskesmas Tegaldlimo. Alat pengumpulan data menggunakan angket. Analisis data menggunakan Chi Square dan regresi logistik ganda. Hasil menunjukkan bahwa (1) terdapat hubungan positif persepsi kerentanan terhadap penggunaan skrining IVA (OR= 5,17; CI=95%; 1,64 hingga 16,32; p = 0,005); (2) persepsi keseriusan penyakit dengan penggunaan skrining IVA (OR= 4,21; CI=95%; 1,44 hingga 12,30; p = 0,009); (3) persepsi manfaat dengan penggunaan skrining IVA (OR= 5,37; CI=95%; 1,59 hingga 18,11; p = 0,007); (4) terdapat hubungan negatif persepsi hambatan dengan penggunaan skrining IVA (OR= 0,21; CI=95%; 0,07 hingga 0,65 p = 0,007); (5) terdapat hubungan persepsi kerentanan individu, keseriusan penyakit, manfaat dan hambatan dengan penggunaan skrining IVA. Kesimpulan: persepsi kerentanan individu, keseriusan penyakit, manfaat berhubungan positif, sedangan hambatan berhubungan negatif dengan penggunaan skrining IVA pada wanita usia subur Kata Kunci: persepsi kerentanan, persepsi keseriusan, manfaat, hambatan, skrining IVA. commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Maulida Nurfazriah Oktaviana, 2015. The correlation among individual, susceptibility perception, seriousness of the disease, benefits and those barriers with willingness of using Visual Inspection with Acetic Acid (VIA) Screening in reproductive age women. THESIS. Supervisor I: Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, Supervisor II: Bhisma Murti,. Faculty of Public Health Science, Post Graduate Program, Sebelas Maret University ABSTRACT . Cervical cancer is an important public health problem among women over the world. The prevalence of cancer in Indonesia is 1.4 per 1000 population. Cervical cancer is the cancer with the highest prevalence in Indonesia of 0.8% or approximately 98 692 people The data of Banyuwangi Health Department in 2013 cervical cancer patients reaches 80-100 patients per year, in 2014 there were only 74 reproductive women who perform screening test, while the total of reproductive women at Tegaldlimo Public Health Center approximately 9.042 people. Indonesian women's awareness of screening is extremely low. The coverage of early detection in Indonesia is less than five percent; so many cases of cervical cancer are already found at advanced stage. The purpose of this research was to determine the correlation among individual perception, susceptibility, seriousness of the disease, benefits, and obstacle with the use of VIA screening in reproductive age women. This research study was descriptive analytic observational with cross sectional design. The sampling technic used purposive sampling. The total sample was 140 of reproductive women at Tegaldlimo Public Health Center. Questionnaires ware used for collecting the data. Data analysis used Chi Square and multiple logistic regression. The research results show that (1) positive correlation among susceptibility perception to the willingness for using VIA screening (OR = 5,17; CI = 95%; 1.64 to 16,32; p = 0.005); (2) the seriousness perception of the disease to the willingness for using VIA screening (OR = 4.21; CI = 95%; 1.4 up to 12,30; p = 0,009); (3) the benefits perception to the willingness for using VIA screening (OR = 5,37; CI = 95%; are 1.59 to 18,11; p = 0.007); (4) there was negative correlation to the obstacles perception of the willingnes (OR = 0.21; CI = 95%; 0.07 to 0.65 p = 0.007); (5) The correlation among individual, susceptibility perception, seriousness of the disease, benefits and those barriers with willingness of using VIA Screening. Individual susceptibility perception, seriousness of the disease, benefit, and obstacle are negatively associated with VIA screening in reproductive women. Keywords: susceptibility perception, seriousness, benefit, obstacle, VIA screening. commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul: “Hubungan persepsi kerentanan individu, keseriusan penyakit, manfaat dan hambatan, dengan penggunaan skrining Inspeksi Visual Asam Asetat pada Wanita Usia Subur” Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Peneliti menyadari bahwa Proposal ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran guna tercapainya maksud dan tujuan penulis. Dalam penyusunan Tesis ini, penulis mendapat bantuan baik material maupun moril dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi,M.S selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 3. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH., M.Sc., Ph.D selaku Kepala Program Studi Ilmu Kesehatan masyarakat, serta selaku dosen pembimbing II yang telah senantiasa meluangkan waktu serta memberikan bimbingan kepada penulis selama menyusun Tesis ini. 4. Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah senantiasa meluangkan waktu serta memberikan bimbingan kepada penulis selama menyusun Tesis ini. 5. Prof. Dr. Muhammad Akhyar, M. Pd selaku ketua penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada peneliti. 6. Dono Indarto, dr.,M.Biotech.,St.Ph.D selaku sekertaris penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada peneliti. 7. Kepala Puskesmas Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi yang telah mengizinkan saya penulis untuk melakukan penelitian di Puskesmas tersebut. 8. Teman seperjuangan mahasiswa pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan dorongan dan semangat atas kebersamaan baik dalam suka maupun duka selama menempuh pendidikan. commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penulisan Tesis ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan dari semua pihak diterima Allah SWT dan mendapat imbalan pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman serta waktu, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik ke arah perbaikan dari pembaca. Akhirnya penulis berharap Tesis penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Surakarta, Juli 2015 Peneliti commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul..................................................................................................... i Halaman Persetujuan........................................................................................... ii Halaman Persetujuan........................................................................................... iii Keaslian Dan Publikasi........................................................................................ iv Abstrak................................................................................................................. v Abstract................................................................................................................ vi Kata Pengantar .……….......…...………………………..................................... vii Daftar Isi ............................................................................................................. ix Daftar Gambar..................................................................................................... x Daftar Tabel......................................................................................................... xii Daftar Lampiran.................................................................................................. xiii Dafar Singkatan................................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN……….…...............................……….................... 1 A. Latar Belakang ..………………………..……….....………............ 1 B. Rumusan Masalah .....……………………………........................... 2 C. Tujuan Penelitian .…………………………………….................... 2 D. Manfaat Penelitian .....…………………………….......................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….. 4 A. Kajian Teori……………………………………………………….. 4 1. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)……………………………... 4 2. Wanita Usia Subur ………………………………………………. 6 3. Persepsi ...........………................................................................... 8 4. Model Promosi Kesehatan ………………………………………. 13 B. Penelitian Relevan ………………………………………………... 17 C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 18 D. Hipotesis ………………………………………………………….. 19 BAB III METODE PENELITIAN......…………………................................. 20 A. Desain Penelitian………………………………………………….. 20 B. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………... 20 C. Populasi dan Sampel Penelitian…………………………………… commit to user 21 ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id D. Variabel Penelitian………………………………………………… 21 E. Definisi Operasional………………………………………………. 22 F. Instrumen Penelitian………………………………………………. 24 G. Teknik Analisa Data………………………………………………. 28 H. Hasil Uji Reliabilitas………………………………………………. 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………… 31 A. Karakteristik Sampel Penelitian…………………………………… 31 B. Pengujian Hipotesis……………………………………………….. 32 C. Pembahasan……………………………………………………….. 36 D. Keterbatasan Penelitian…………………………………………… 39 BAB V PENUTUP……………………………………………………………. 40 A. Kesimpulan………………………………………………………... 40 B. Implikasi…………………………………………………………... 40 C. Saran………………………………………………………………. 41 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 42 commit to user x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pembentukan Persepsi…………………………………………………... 10 Gambar 2.2 Faktor-faktor pembentukan persepsi…………………………………… 11 Gambar 2.3 Health Belief Model…………………………………………………….. 15 Gambar 2.4 Sosial CognitiF.……………………………………………………….... 16 Gambar 2.5 Kerangka Berfikir……………………………………………………...... 18 commit to user xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Instrumen Persepsi Kerentanan Individu ...................................................... 25 Tabel 3.2 Instrumen Persepsi Keseriusan Penyakit ...................................................... 25 Tabel 3.3 Instrumen Persepsi Manfaat ......................................................................... 25 Tabel 3.4 Instrumen Persepsi Hambatan ...................................................................... 25 Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................................... 30 Tabel 4.1 Karakteristik Data Kontinu........................................................................... 31 Tabel 4.3 Karakteristik Data Kategorik ........................................................................ 31 Tabel 4.4 Hubungan Persepsi Kerentanan Individu dengan Penggunaan Skrining IVA ............................................................................................................... 32 Tabel 4.5 Hubungan Persepsi Keseriusan Penyakit dengan Penggunaan Skrining IVA ............................................................................................................... 33 Tabel 4.6 Hubungan Persepsi Manfaat Dengan Penggunaan Skrining IVA ................ 33 Tabel 4.7 Hubungan Persepsi Hambatan Dengan Penggunaan Skrining IVA ............. 34 Tabel 4.8 Hasil Penghitungan Regresi Logistik ........................................................... 34 commit to user xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Biodata Mahasiswa……………………………………………………..45 Lampiran 2 : Lembar Kuesioner Data Demografi Dan Penggunaan Skrining IVA…..46 Lampiran 3 : Lembar Kuesioner Persepsi Kerentanan Individu………………….…..47 Lampiran 4 : Lembar Kuesioner Persepsi Keseriusan Penyakit dan Manfaat……….48 Lampiran 5 : Lembar Kuesioner Persepsi Hambatan…………………………………49 Lampiran 6 : Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Persepsi Kerentanan Individu……….50 Lampiran 7 : Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Persepsi Keseriusan Penyakit………..51 Lampiran 8 : Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Persepsi Manfaat…………………….52 Lampiran 9 : Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Persepsi Hambatan…………………..53 Lampiran 10 : Hasil Analisis Chi-Square Persepsi Kerentanan Individu……………...54 Lampiran 11 : Hasil Analisis Chi-Square Persepsi Keseriusan Penyakit……………...55 Lampiran 12 : Hasil Analisis Chi-Square Persepsi Manfaat…………………………..56 Lampiran 13 : Hasil Analisis Chi-Square Persepsi Persepsi Hambatan……………….57 Lampiran 14 : Hasil Analisis Regresi Logistik……………………………………….. 58 Lampiran 15 : Hasil Analisis Regresi Logistik……………………………………….. 59 Lampiran 16 : Karakteristik Data Kontinu dan Kategorikal………………………… 60 Lampiran 17 : Permohonan Studi Pendahuluan……………………………………… 61 Lampiran 18 : Rekomendasi Studi Pendahuluan Bakesbangpol Banyuwangi…… … 62 Lampiran 19 : Rekomendasi Studi Pendahuluan Dinkes Banyuwangi……………… 63 Lampiran 20 : Permohonan Ijin Penelitian…………………………………………… 64 Lampiran 21 : Rekomendasi Penelitian Badan Penanaman Modal Jawa Tengah…… 65 Lampiran 22 : Rekomendasi Penelitian Badan Penanaman Modal Jawa Tengah…….66 Lampiran 23 : Rekomendasi Penelitian Bangkesbangpol Jawa Timur………………..67 Lampiran 24 : Rekomendasi Penelitian Bangkesbangpol Banyuwangi……………….68 commit to user xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR SINGKATAN FGD HBM HPV IVA WUS VIA : Focus Group Discussion : Health Belief Model. : Human Papiloma Virus : Inspeksi Visual Asam Asetat : Wanita Usia Subur : Visual Inspection with Acetic Acid commit to user xiv 1 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan masalah kesehatan yang penting bagi wanita di seluruh dunia dan merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita khususnya di negara-negara yang sedang berkembang (Kumalasari dan Andhyanto, 2012). Kanker serviks merupakan penyakit dengan prevalensi urutan ketiga terbanyak pada wanita diseluruh dunia. Di Indonesia, kanker serviks merupakan penyakit kanker perempuan urutan pertama (Pusdatin, 2015). Prevalensi kanker tersebut tahun 2008, sebanyak 530.000 kasus kanker serviks di seluruh dunia dan 275,000 meninggal dunia. Sebanyak 500.000 kasus baru ditemukan setiap tahunya dan lebih dari 90% terdapat di negara-negara berkembang (Pierce et al., 2012; WHO, 2012). Pada tiga dekade terakhir ini, kasus kanker servik meningkat pada usia lebih muda atau dibawah 30 tahun (Samadi, 2011). Berdasarkan data Riskesdas (2013), prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk. Sedagkan, kanker serviks merupakan kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia sebesar (0,8%) atau sekitar 98.692 penduduk. Di Provinsi Jawa Timur, prevalensi jumlah kanker serviks sebesar 21.313 penduduk (Pusdatin, 2015). Menurut data dinas kesehatan kabupaten Banyuwangi (2013), penderita kanker serviks mencapai 80-100 per tahun. Skrining IVA efektif akan memberikan kontribusi untuk menurunkan mortalitas & morbiditas yang terkait dengan keganasan kanker serviks (Rahatgaonkar, 2012). Dalam beberapa studi klinis besar, skrining IVA telah menunjukkan kepekaan klinis mulai dari 41% – 92%, mendekati yang dari standar kolposkopi (Moon et al., 2012). Sejak 2008 sampai sekarang, 116.700 perempuan di Indonesia telah menerima penyuluhan deteksi dini kanker serviks dan lebih dari 45.000 orang telah melakukan skrining IVA. Pada tahun 2014, hanya terdapat 74 wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan skrining IVA, Kesadaran perempuan Indonesia untuk melakukan deteksi dini kanker serviks masih sangat rendah. Cakupan commitdeteksi to userdini di Indonesia kurang dari lima perpustakaan.uns.ac.id 2 digilib.uns.ac.id persen sehingga banyak kasus kanker serviks ditemukan sudah stadium lanjut yang seringkali menyebabkan kematian pada wanita. Begitu juga kesadaran perempuan di Kabupaten Banyuwangi khususnya di Puskesmas Tegaldlimo, jumlah cakupan wanita usia subur melakukan skrining IVA kurang dari satu persen sedangkan jumlah WUS di wilayah Puskesmas Tegaldlimo sejumlah. 9.042 orang. Beberapa faktor kemungkinan mempengaruhi usia subur melakukan skrining IVA antara lain: faktor pendidikan, faktor pengetahuan, dan dukungan keluarga (Rahma dan Prabandari, 2011). Menurut teori HBM individu akan mengambil suatu keputusan terhadap suatu penyakit untuk melindung dirinya dengan cara memandang diri mereka kerentanan, keseriusan, manfaat dan hambatan Sejauh ini belum ada penelitian yang membuktikan faktor-faktor yang disebutkan diatas tadi terhadap wanita subur menggunakan skrining IVA. B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada hubungan persepsi kerentanan individu dengan penggunaan skrining IVA pada wanita usia subur. 2. Apakah ada hubungan persepsi keseriusan penyakit dengan penggunaan skrining IVA pada wanita usia subur. 3. Apakah ada hubungan persepsi manfaat dengan penggunaan skrining IVA pada wanita usia subur. 4. Apakah ada hubungan persepsi hambatan dengan penggunaan skrining IVA pada wanita usia subur. 5. Apakah ada hubungan persepsi kerentanan individu, persepsi keseriusan penyakit, persepsi manfaat dan persepsi hambatan dengan penggunaan skrining IVA pada wanita usia subur. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan persepsi kerentanan individu, persepsi keseriusan penyakit, persepsi manfaat dan persepsi hambatan dengan penggunaan skrining IVA pada wanita usia subur.to user commit 3 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik sosial demografi persepsi kerentanan individu, keserusan penyakit, manfaat dan hambatan penggunaan skrining IVA pada wanita usia subur. b. Menemukan hubungan persepsi kerentanan penyakit dengan penggunaan skrining IVA pada wanita usia subur. c. Menemukan hubungan keseriusan penyakit dengan penggunaan skrining IVA pada wanita usia subur. d. Menemukan hubungan persepsi manfaat dengan penggunaan skrining IVA pada wanita usia subur. e. Menemukan hubungan persepsi hambatan dengan penggunaan skrining IVA pada wanita usia subur. f. Menemukan hubungan persepsi kerentanan individu, persepsi keseriusan penyakit, persepsi manfaat dan persepsi hambatan dengan penggunaan skrining IVA pada wanita usia subur. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti untuk mendukung Teori HBM dalam penggunaan skrining IVA. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data untuk mendesain program promosi kesehatan dalam meningkatkan penggunaan skrining IVA dan menurunkan angka kejadian kanker serviks. commit to user 4 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) a. Pengertian Skrining IVA adalah pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam cuka dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam cuka 3-5% (Depkes, 2010). Skrining IVA merupakan salah satu cara melakukan tes kanker serviks yang mempunyai kelebihan yaitu kesederhanaan teknik dan kemampuan memberikan hasil yang segera kepada ibu. Selain itu juga bisa dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan, yang telah mendapatkan pelatihan (Depkes, 2007). Menurut Widyastuti, dkk (2009) skrining IVA merupakan metode untuk mendeteksi dini kanker serviks yang murah meriah menggunakan asam asetat 3-5%, dan tergolong sederhana dan memiliki keakuratan 90% Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa skrining IVA merupakan suatu cara pemeriksaan sederhana pada serviks dengan menggunakan asam asetat dengan tujuan mendeteksi kanker serviks sedini mungkin, yang cocok dilakukan di Indonesia dengan alasan mudah, murah dan hasilnya efektif dapat mengidentifikasi kanker serviks. b. Keunggulan dan Tujuan Skrining IVA Menurut WHO (2006) dan Depkes (2009) ada beberapa keunggulan skrining IVA diantara adalah mudah, murah, dapat dilakukan oleh bidan atau tenaga medis puskesmas dan hasil didapat dengan segera Sarana yang dibutuhkan sederhana. Dapat dikombinasi dengan tatalaksana segera lainnya yang cukup dengan pendekatan sekali kunjungan (single visit approach). Metode skrining IVA juga memenuhi kriteria tes penapisan yang baik, penilaian ganda untuk sensitivitas dan spesifitas menunjukkan bahwa tes ini sebanding dengan Pap smear dan kolposkopi. commit to user 5 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Menurut Winkjosastro (2005) ada beberapa tujuan seseorang melakukan pemeriksaan skrining IVA diantara adalah mendapatkan kanker servik pada stadium lebih awal, untuk mendeteksi secara dini adanya perubahan sel mulut rahim yang dapat mengarah ke kanker serviks beberapa tahun kemudian, penanganan secara dini dapat dilakukan sehingga terhindar dari kanker mulut rahim, pengobatan diharapkan berhasil lebih baik. c. Sasaran dan Interval Skrining IVA Sasaran pemeriksaan skrining IVA adalah wanita usia subur khususnya yang sudah menikah dan memiliki faktor-faktor pencentus terjadinya kanker serviks, misalnya riwayat KB, berganti-ganti pasangan, jumlah anak, penggunaan antiseptik. Hal ini didukung menurut Depkes (2006) sasaran skrining IVA dianjurkan bagi semua perempuan berusia antara 30 sampai dengan 50 tahun yang memiliki faktor resiko seperti resiko tinggi IMS akan dapat meningkatkan nilai prediktif positif dari skrining IVA. WHO (2006) mengindikasikan skrining deteksi dini kanker leher rahim dilakukan pada kelompok berikut ini : 1) Setiap perempuan yang berusia antara 25-35 tahun, yang belum pernah menjalani tes sebelumnya, atau pernah menjalani tes 3 tahun sebelumnya atau lebih. 2) Perempuan yang ditemukan lesi abnormal pada pemeriksaan tes sebelumnya. 3) Perempuan yang mengalami perdarahan abnormal pervaginam, perdarahan pasca sanggama atau perdarahan pasca menopause atau mengalami tanda dan gejala abnormal lainnya. 4) Perempuan yang ditemukan ketidaknormalan pada leher rahimnya. Sedangkan untuk sasaran interval usia melakukan skrining menurut WHO (2006) merekomendasikan : 1) Bila skrining hanya mungkin dilakukan 1 kali seumur hidup maka sebaiknya dilakukan pada perempuan antara usia 35 – 45 tahun. commit to user 6 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2) Untuk perempuan usia 25- 45 tahun, bila sumber daya memungkinkan, skrining hendaknya dilakukan tiap 3 tahun sekali. 3) Untuk usia diatas 50 tahun, cukup dilakukan 5 tahun sekali. 4) Bila 2 kali berturut-turut hasil skrining sebelumnya negatif, perempuan usia diatas 65 tahun, tidak perlu menjalani skrining. 5) Tidak semua perempuan direkomendasikan melakukan skrining setahun sekali. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa di Indonesia interval pemeriksaan skrining IVA adalah 5 tahun sekali. Jika hasil pemeriksaan negatif maka dilakukan ulangan 5 tahun dan jika hasilnya positif maka dilakukan ulangan 1 tahun kemudian. Sedangkan menurut Depkes (2008) ada sedikit perbedaan antara di Indonesia dan di Amerika; yaitu waktu awal skrining kira-kira 3 tahun setelah aktivitas seksual yang pertama, intervalnya setiap tahun, atau setiap 2 – 3 tahun untuk wanita usia ≥ 30 tahun dengan 3 kali berturut-turut hasil skrining negatif; penghentian skrining pada wanita usia ≥70 tahun dengan ≥ 3 kali berturut-turut hasil tes negatif dan tanpa hasil tes abnormal dalam 10 tahun terakhir. 2. Pengertian dan Faktor- faktor pendukung WUS melakukan skrining IVA WUS adalah wanita yang sudah mengalami menstruasi dengan umur 15 - 49 tahun, yang terdiri dari muda paritas rendah (mupar) yaitu yang berumur dibawah 30 tahun dengan jumlah anak 0-2 orang dan bukan mupar yaitu yang berumur diatas 30 tahun dengan jumlah anak berapa saja atau umur istri dibawah 30 tahun dengan jumlah anak 3 atau lebih (Lestari, 2013). Faktor-faktor yang mendukung wanita usia subur melakukan skrining IVA menurut (Artiningsing, 2011) meliputi: 1) Faktor besarnya jasa pelayanan terhadap IVA dan tempat pelayanan IVA 2) Faktor kualitas pelayanan terhadap pemeriksaan IVA, 3) Faktor aksesibilitas yang mendorong pemeriksaan IVA dan tempat pelayanan IVA adalah faktor kemudahan sarana transportasi 4) Faktor dari keunggulan IVA yang murah sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat commit to user perpustakaan.uns.ac.id 7 digilib.uns.ac.id 5) Pelayanan IVA tidak didukung pemberian informasi yang memadai 6) Hubungan interpersonal yang baik antara petugas dengan WUS hanya dengan pelayanan swasta 7) Penanganan tindak lanjut dalam pelayanan IVA masih sangat kurang Menurut CDC (2014) kanker serviks adalah adanya perubahan selsel serviks dengan karakteristik histologi. Proses perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamous colummar junction yang di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a. Infeksi HPV ; b. kebiasaan merokok; c. pemakainan celana ketat; d. usia; e paritas; f. faktor pasangan yang terdiri dari usia pertama melakukan hubungan seks, berganti-ganti pasangan seks; dan faktor lainya berupa faktor makanan, KB, Ras, polusi udara, pemakaian antiseptic. Para ahli telah menemukan fakta bahwa kandungan asap tembakau juga mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi virus. Kandungan nikotin di dalam lendir serviks meningkatkan daya reproduksi jenis sel yang dikenal berpotensi menjadi sel kanker ganas. Pemakaian celana ketat dapat meningkatkan suhu vagina sehingga akan merusak daya hidup sebagian mikroorganisme, dan mendukung perkembangan sebagian mikroorganisme lainnya. Kanker serviks berpotensi paling besar pada usia antara 35-55 tahun. Paritas kemampuan wanita untuk melahirkan secara normal. Pada proses persalinan normal, bayi bergerak melalui mulut rahim dan ada kemungkinan sedikit merusak jaringan epitel di tempat tersebut (CDC, 2014 dan Were et al., 2011). Usia ketika wanita mulai melakukan hubungan seks secara aktif juga menjadi salah satu faktor pemicu kanker serviks. Meskipun secara fungsional rahim wanita dinyatakan sudah berfungsi sejak mengalami menstruasi (9-15 tahun), namun kesiapan total umumnya baru tercapai pada usia sekitar 20 tahun, dimana secara mental, wanita juga sudah siap untuk berhubungan seksual secara sadar. Faktor penyebab yang satu ini memiliki potensi penularan yang tinggi. Virus HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual baik normal maupun oral. Pemakaian pil KB secara teruscommit to user 8 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id menerus berpotensi menimbulkan kanker serviks. Pada pemakaian lebih dari lima tahun, risiko ini menetap menjadi 2 kali lebih besar dibanding wanita yang tidak memakai pil KB (CDC, 2014 dan Were et al., 2011 ). Pemakaian antiseptik di vagina, wanita modern ingin selalu tampil sempurna termasuk di wilayah pribadinya. Antiseptik tersebut dapat membunuh bakteri di sekitar vagina, termasuk bakteri yang menguntungkan. Dan apabila digunakan dalam dosis yang terlalu sering, maka zat antiseptik tersebut dapat mengakibatkan iritasi pada kulit bibir vagina yang sangat lembut. Iritasi ini biasa berkembang menjadi sel abnormal yang berpotensi dysplasia (Cancer Research, 2014). Menurut Medicinet (2014) awal terjadinya kanker serviks biasanya tidak menimbulkan gejala. Ketika kanker tumbuh lebih besar, kemungkinan menimbulkan beberapa gejala yaitu: gejala dini dan lanjutan. Gejala dini berupa sedikit sekresi dari vagina berupa air, perdarahan setelah koitus, metrorargia, perdarahan pasca menopause, polimenorea. Gejala lanjutan biasanya berupa sekresi dari vagina yang kehitaman serta bau, nyeri pada daerah pelvis, abdomen, lumbal, bokong, berat badan menurun, anoreksia, anemia, edema ekstremitas bawah, disuria, perdarahan dari rectum. 3. Persepsi a. Pengertian Persepsi Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterima stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai disitu saja, melainkan stimulus di teruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang a lihat, apa yang ia dengar, dan sebagainya individu mengalami persepsi (Fitriyah dan Jauhar, 2014). Persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensorik mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Namun, apa yang diterima seseorang pada dasarnya bisa berbeda dari realitas objektif. Walaupun seharusnya tidak perlu ada perbedaan tersebut sering timbul (Robbins dan Judge, 2008). commit to user 9 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Menurut pengertian dari penjelasan di atas penulis simpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimiliki oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari yang menerima stimulus atau rangsang berupa informasi yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. b. Proses Pembentukan Persepsi dan Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Persepsi. Persepsi seseorang tidaklah timbul begitu saja, ada tahapan-tahapan atau proses tertentu yang harus dilalui oleh seseorang untuk bisa berpersepsi. Menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, proses belajar, lingkungan, rangsangan dan hal-hal yang lain. Hal ini didukung menurut Sunaryo (2004) menyatakan bahwa proses pembentukan persepsi melewati tiga proses, yaitu : proses fisik, proses fisiologi dan proses psikologi. Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses di mana individu mengetahui dan menyadari suatu obyek berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya. Menurut (Robbins dan Judge, 2008) Proses pembentukan persepsi dimulai dengan penerimaan rangsangan dari berbagai sumber. Dapat juga di pengaruhi faktor-faktor personal, yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli. Sejalan dengan hal tersebut, maka persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama yaitu pengalaman masa lalu dan faktor pribadi yang di dapat melalui proses belajar dan pengalaman masa lalu Menurut Damayanti (2000) menggambarkan proses pembentukan persepsi terdapat pada gambar 2.1 di bawah ini. commit to user 10 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Rangsangan/ Sensasi Seleksi Input Lingkungan Persepsi Pengalaman Proses Pengorganisasian Interpretasi Proses belajar Gambar 2.1 Pembentukan Persepsi Sumber: Damayanti (2000) Proses pembentukan persepsi dimulai dengan penerimaan rangsangan dari berbagai sumber melalui panca indera yang dimiliki, setelah itu diberikan respon sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap rangsang lain. Setelah diterima rangsangan atau data yang ada diseleksi. Untuk menghemat perhatian yang digunakan rangsangan-rangsangan yang telah diterima diseleksi lagi untuk diproses pada tahapan yang lebih lanjut. Setelah diseleksi rangsangan diorganisasikan berdasar-kan bentuk sesuai dengan rangsangan yang telah diterima. Setelah data diterima dan diatur, proses selanjutnya individu menafsirkan data yang diterima dengan berbagai cara. Dikatakan telah terjadi persepsi setelah data atau rangsangan tersebut berhasil ditafsirkan. Persepsi seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Hal inilah yang menyebabkan setiap orang memiliki interpretasi berbeda, walaupun apa yang dilihatnya sama, belum tentu persepsi seseorang tersebut sama tergantung dengan pengalaman serta proses belajar yang didapat selama menerima proses rangsangan dari lingkungan. Sedangkan menurut Robins dan Judge (2008) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pembentukkan persepsi yaitu: commit to user 11 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Faktor-faktor dalam diri si pengarti: 1. Sikap-sikap 2. Motif-motif 3. Minat-minat 4. Pengalaman 5. Harapan-harapan Faktor-faktor situasi: 1. Waktu 2. Keadaan kerja 3. Keadaan sosial Persepsi Faktor-faktor dalam diri target: 1. Suatu yang baru 2. Gerakan 3. Suara 4. Ukuran 5. Latar belakang 6. Kedekatan 7. Kemiripan Gambar 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Sumber: Robins dan Judge (2008) Persepsi seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Hal inilah yang menyebabkan setiap orang memiliki interpretasi berbeda, walaupun apa yang dilihatnya sama. Menurut Robbins dan Judge (2008) terdapat 3 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu: 1) Individu yang bersangkutan (pemersepsi) Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia akan dipengaruhi oleh karakterisktik individual yang dimilikinnya seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman, pengetahuan, dan harapannya. 2) Sasaran dari persepsi Sasaran dari persepsi dapat berupa orang, benda, ataupun peristiwa. Sifatsifat itu biasanya berpengaruh terhadap commit to userpersepsi orang yang melihatnya. 12 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Persepsi terhadap sasaran bukan merupakan sesuatu yangdilihat secara teori melainkan dalam kaitannya dengan orang lain yang terlibat. Hal tersebut yang menyebabkan seseorang cenderung mengelompokkan orang, benda, ataupun peristiwa sejenis dan memisahkannya dari kelompok lain yang tidak serupa. 3) Situasi Persepsi harus dilihat secara kontekstual yangberarti situasi dimana persepsi tersebut timbul, harus mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam proses pembentukan persepsi seseorang. Konstruksi sosial budaya juga dapat berkontribusi terhadap persepsi seseorang khususnya wanita dalam pengambilan keputusan akan pelayanan kesehatan. Sosial budaya membentuk kepribadian tidak lain adalah pola perilaku konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain (Azwar, 2005). Selain itu, menurut penulis sosial budaya juga merupakan suatu kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya untuk melakukan atau tidak melakukan Gender merupakan perbedaan peran manusia yang membutuhkan proses yang lama antara laki-laki dan perempuan. Pembentukan gender yang dtentukan oleh faktor-faktor yang ikut membentuk, kemudian disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksikan melalui sosial dan atau budaya kemudian dilanggengkan oleh iterpretasi agama dan mitos-mitos, seolah-olah telah menjadi kodrat laki-laki dan perempuan (Fakih, 2003). Adanya anggapan perempuan mempunyai akses yang lemah, tergantung, serta tidak mandiri misalnya terhadap keuangan keluarga sehingga mengurangi kemampuannya untuk melindungi dirinya dari faktor risiko penyakit, serta dalam keadaan sakitpun perempuan harus mendapatkan ijin suami untuk berkunjungcommit ke sarana pelayanan kesehatan. Terbatasnya to user 13 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id akses terhadap biaya, jarak/transportasi, informasi dan teknologi memperburuk ketidakadilan gender. Apalagi perempuan dengan penyakit yang berhubungan dengan organ kewanitaan cenderung tidak ke sarana kesehatan karena takut dengan stigma sosial yang ‘miring’ atau negatif yang akan diterima dan kalaupun berobat penyakitnya sudah dalam stadium lanjut (Widihastuti., et al, 2013) 4. Model-model promosi kesehatan Promosi kesehatan merupakan proses yang memungkinkan individu untuk meningkatkan status kesehatan mereka. Ada beberapa model-model teori promosi kesehatan yang dikembangkan oleh beberapa ahli. Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori HBM yang dikembangkan oleh Rosenstock (1994), tetapi peneliti juga menyantumkan teori model pembelajaran social yang dikembangan oleh Bandura (2004). Teori HBM secara ekstensif menentukan hubungan antara keyakinan dan perilaku kesehatan, model ini memprediksikan bahwa individu akan mengambil tindakan untuk melindungi atau mempromosikan kesehatan jika mereka memandang diri mereka rentan terhadap kondisi atau masalah yang serius. HBM intrapersonal (sifatnya dalam diri individu, pengetahuan dan keyakinan) adalah teori yang digunakan dalam promosi kesehatan untuk merancang intervensi dan program pencegahan. Fokus dari HBM adalah untuk menilai perilaku kesehatan individu melalui pengujian persepsi dan sikap seseorang mungkin memiliki kemungkinan terjangkit penyakit dan efek negatif dari tindakan tertentu. HBM merupakan model psikologis yang mencoba untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan dengan berfokus pada sikap dan keyakinan individu. HBM sebagai bagian dari upaya pelayanan kesehatan masyarakat oleh para psikolog sosial di Amerika Serikat untuk menjelaskan kurangnya partisipasi masyarakat dalam program pemeriksaan kesehatan dan pencegahan (misalnya, sebuah proyek skrining TB gratis yang letaknya strategis). Sejak saat itu, HBM telah diadaptasi untuk menelusuri berbagai perilaku kesehatan jangka panjang dan jangka pendek, termasuk perilaku seksual berisiko. commit to user 14 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Variabel kunci menurut teori HBM yang dikembangkan oleh Rosenstock (1994) adalah: a. Persepsi Ancaman: Terdiri dari dua bagian: anggapan kerentanan terhadap suatu penyakit dan tingkat keparahan yg dirasakan . 1) Persepsi Kerentanan : persepsi secara subjektif seseorang tentang risiko tertular penyakit. 2) Persepsi Tingkat keparahan: persepsi tentang tingkat keseriusan tertular penyakit atau membiarkannya tidak diobati (termasuk evaluasi dari kedua konsekuensi medis dan klinis dan konsekuensi sosial yang mungkin muncul). b. Manfaat yang dirasakan : Efektivitas tingkat kepercayaan terhadap strategi yang dirancang untuk mengurangi ancaman suatu penyakit. c. Hambatan yang dirasakan : Konsekuensi negatif potensial yang mungkin timbul ketika mengambil tindakan tertentu, termasuk tuntutan fisik, psikologis, dan keuangan. d. Petunjuk melakukan tindakan : Kegiatan, baik fisik (misalnya, gejala fisik) atau lingkungan (misalnya, media publikasi) yang memotivasi orang untuk mengambil tindakan. Petunjuk melaksanakan tindakan adalah aspek dari HBM yang belum diteliti secara sistematis. e. Variabel lain : faktor keberagaman demografi, sosiopsikologis, dan variabel struktural dapat mempengaruhi persepsi individu dan dengan demikian secara tidak langsung mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. f. Keberhasilan diri : Kepercayaan untuk dapat berhasil menjalankan perilaku yang diperlukan untuk menghasilkan hasil yang diinginkan. Menurut teori HBM yang dikembangkan oleh Rosenstock (1994) menunjukkan hubungan variabel-variabel, termasuk semua elemen yang diperlukan untuk perubahan perilaku yang meliputi persepsi individu tentang ancaman dan harapan yang mempengaruhi individu untuk melakukan tindakan untuk mengurangi ancaman tersebut berdasarkan harapan. commit to user 15 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Latar belakang Variabel demografis (umur, gender, suku) Variabel sosio-psikologis (kepribadian, kelas sosial, kawan sebaya, penekan rujukan) Variabel struktural (pengetahuan penyakit, kontak sebelumnya dengan penyakit) Persepsi Harapan: 1. Persepsi manfaat tindakan 2. Persepsi hambatan tindakan 3. Efikasi diri (kemampuan mewujudkan hasil) Ancaman: 1. Persepsi kerentanan untuk mengalami penyakit 2. Persepsi keparahan penyakit Tindakan Stimulus Tindakan: 1. Media 2. Pengaruh individual 3. Pengingat Perilaku untuk mengurangi ancaman, berdasarkan harapan Gambar 2.3 Health Belief Model. Sedangkan model teori pembelajaran sosial dalam penelitian ini akan menjelaskan perilaku individu yang dipengaruhi oleh norma sosial, harapan, observasi dan merasa mempunyai kemampuan untuk mengkontrol perilaku kesehatan mereka. Model pembelajaran sosial di sebut juga juga teori kesadaran sosial. Model ini memfokuskan pada tiga pengaruh pada perilaku, yaitu : penentu timbal balik merupakan pengaruh keberlangsungan tidak tampak kompleks interaksi antara perilaku orang dengan lingkungannya, norma sosial merupakan efek sosial budaya yang lazim pada perilaku, dan faktor kesadaran meliputi pembelajaran observasional, harapan serta efikasi diri. Menurut teori social Bandura faktor person (kognitif) memainkan peranan penting. Faktor person (kognitif) yang dimaksud commit to usersaat ini adalah efikasi diri, sebagai 16 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif lihat pada gambar 2.4 dibawah ini. Hasil yang diharapkan: 1. Fisik 2. Sosial 3. Evaluasi diri Efikasi diri Tujuan Tindakan Faktor sosial struktural 1. Fasilitas 2. Hambatan Gambar 2.4 Teor Sosial Kognitif Pada teori pembelajaran sosial kognitif Bandura mempunyai kekuatan dan kelemahan. Kekuatannya yaitu secara realistis pemecahan masalah kompleksitas promosi kesehatan (tidak terlalu sederhana). Tidak sama dengan model tahapantahapan perubahan dan HBM secara eksplisit mengakui pengaruh faktor lain : lingkungan, sosial dan perilaku. Memperlebar peran promosi kesehatan melalui persuasi perorangan tentang perilaku yang berlainan daripada perlindungan keseluruhan lingkungan sosial dan lebih memperlebar kepercayaan perorangan. Sedangkan kelemahannya teori ini adalah sulit untuk diimplementasikan karena lingkup luas dan kompleks. Selain model teori HBM dan Bandura menurut Widihastuti A., et al (2013) perubahan perilaku individu ternyata juga dipengaruhi oleh norma sosial budaya yang berkaitan erat dengan gender. Gender merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara social, yang mengacu pada peran, perilaku, kegiatan serta karakteristik sosial yang dibentuk oleh suatu masyarakat atau budaya tertentu berdasarkan persepsi yang pantas untuk perempuan atau pantas untuk laki-laki. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 17 digilib.uns.ac.id Perbedaan peran tersebut akan mempengaruhi persepsi perasaan tidak nyaman serta mempengaruhi keinginan perempuan untuk menyatakan dirinya sakit. Peran perempuan dalam mengurus rumah tangga mengakibatkan apabila perempuan jatuh sakit tidak cepat mencari pengobatan karena merasa tidak nyaman melalaikan tugas dan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. B. Hasil Penelitian yang Relevan. 1. Were, E et al (2011) melakukan penelitian dengan judul “Perceptions of risk and barriers to cervical cancer screening at Moi Teaching and Referral Hospital (MTRH)” Hasil penelitian dari 219 perempuan yang diwawancarai, 12,3% dari responden telah diskrining sebelumnya. Wanita lebih dari 30 tahun kemungkinan besar telah diskrining sebelumnya (p = 0,012). Sementara 22,8% merasa bahwa mereka berisiko kanker serviks, demikian juga 65% dari semua peserta, juga ingin diskrining. Persepsi bahwa berada pada risiko kanker serviks secara bermakna dikaitkan dengan kebutuhan yang dirasakan untuk skrining (p= 0,002), dua hal tersebut saling terkait khusus untuk wanita yang mengaku memiliki banyak pasangan seks seumur hidup (p = 0,005). Takut hasil skining tidak akurat dan tidak memiliki biaya adalah hambatan yang paling umum untuk melakukan skrining diungkapkan oleh 22,4% dan 11,4% responden. 2. Bourne et al.,(2010) melakukan penelitian dengan judul “Perception, attitude and practices of women towards pelvic examination and Pap smear in Jamaica”. Hasil menunjukkan bahwa wanita yang lebih tua lebih mungkin untuk melakukan pemeriksaan skrining dibandingkan dengan wanita yang lebih muda (χ2 = 675,29, P <0,001). Usia, jumlah kehamilan yang mengakibatkan keguguran, jumlah kehamilan yang mengakibatkan aborsi diinduksi, usia hubungan seksual pertama, jumlah tahun bersekolah, daerah tempat tinggal dan kelas sosial-ekonomi secara statistik faktor signifikan pemeriksaan skrining di Jamaika. Oleh karena itu, model memiliki daya prediksi yang signifikan di mana (χ2 = 1022,79, P <0,001. Dalam penelitian ini akan diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan skrining IVA dengan menggunakan teori HBM misalnya persepsi commit to user 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id tentang kerentanan individu, persepsi keseriusan penyakit, pensepsi manfaat dan persepsi hambatan, yang dihubungan dengan penggunaan skrining IVA. Beberapa faktor penelitian juga mengadopsi dari hasil penelitian yang relevan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang relevan adalah pada variabel persepsi hambatan. Dalam penelitian tersebut menjelaskan yang menjadi hambatan yang paling umum untuk tidak melakukan skrining karena tidak adanya biaya serta takut tentang hasil dari skrining diungkapkan oleh responden. Dalam penelitian ini untuk mengetahui apa yang telah dihasilkan orang lain apakah hasil penelitian nanti akan sama. Sedangkan perbedaannya pada penelitian ini adalah peneliti menambahkan variabel lain yaitu persepsi kerentanan individu, persepsi keseriusan penyakit, dan persepsi manfaat, yang akan dihubungan dengan teori HBM untuk menilai perilaku kesehatan individu melalui pengujian variabel persepsi serta sikap seseorang mungkin memiliki kemungkinan terjangkit penyakit dan efek negatif dari tindakan tertentu, selain itu terdapat perbedaan pada besar sampel, tempat, waktu serta analisis data yang berbeda. C. Kerangka Berpikir Persepsi kerentanan individu, persepsi keseriusan penyakit, persepsi manfaat mempengaruhi penggunaan skrining IVA sehingga dapat menghindari akibat buruk dari penyakit. Persepsi hambatan juga dapat mempengaruhi kemampuan individu melakukan tindakan sehingga meggunakan skrining IVA. Kerangka berpikir dari kajian pustaka yang telah diuraikan sebagai berikut: Persepsi kerentanan Persepsi keseriusan Persepsi manfaat Persepi hambatan Menghindari akibat buruk dari penyakit Efikasi diri commit to user Penggunaan IVA 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Gambar: 2.5 Kerangka berpikir hubungan antara persepsi kerentanan individu, keseriusan penyakit, manfaat dan hambatan dengan penggunaan Skrining IVA pada wanita usia subur . D. Hipotesis Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ada hubungan positif persepsi kerentanan penyakit dengan penggunaan skrining IVA. Makin tinggi persepsi kerentanan makin tinggi penggunaan skrining IVA. 2. Ada hubungan positif persepsi keseriusan penyakit dengan penggunaan skrining IVA. Makin tinggi persepsi keseriusan penyakit makin tinggi penggunaan skrining IVA. 3. Ada hubungan positif persepsi manfaat dengan penggunaan skrining IVA. Makin tinggi persepsi manfaat yang dirasakan makin tinggi penggunaan skrining IVA. 4. Ada hubungan negatif persepsi hambatan dengan penggunaan skrining IVA. Makin tinggi persepsi hambatan makin rendah penggunaan skrining IVA. 5. Ada hubungan persepsi kerentanan individu, keseriusan penyakit, persepsi manfaat, dan persepsi hambatan dengan penggunaan skrining IVA commit to user 20 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptifanalitik-observasional dengan pendekatan cross-sectional (potong-lintang). Dengan pendekatan potong-lintang, semua variabel yang diteliti - baik variabel independen maupun dependen - diukur pada saat yang sama. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. 2. Waktu penelitian Penyususan proposal, seminar proposal dan revisi proposal dilaksanakan bulan November 2014 hingga Februari 2015. Uji validitas dan reliabilitas untuk instrument penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan laporan penelitian dilakukan bulan Maret hingga Juli 2015. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi sasaran (target population) dalam penelitian ini adalah wanita usia subur. Populasi terjangkau (accessible population ) dalam penelitian ini adalah wanita usia subur di Wilayah Puskesmas Tegaldilmo Kabupaten Banyuwangi, dengan jumlah wanita usia subur sekitar 9.042. commit to user 21 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Sampel Dalam penelitian ini subyek dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Besar sampel diperkirakan dengan menggunakan rumus menurut teori yang dikembangkan oleh Hair yang membutuhkan sampel 15-20 subyek untuk setiap variabel independen. Penelitian ini terdapat empat variabel independen yang akan diteliti sehingga dibutuhkan sampel minimal 60-80 subjek. Pada penelitian ini jumlah sampel yang dibutuhkan peneliti adalah 140 subjek, yang terdiri dari 60 wanita usia subur yang tidak melakukan skrining IVA dan 80 wanita usia subur melakukan skrining IVA. Adapun kriteria dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut: Kriteria dalam menentukan sampel penelitian ini meliputi: a. Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi: 1) WUS yang sudah menikah 2) WUS yang sehat jasmani 3) WUS yang bersedia jadi responden b. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini meliputi: 1) WUS yang pada saat penelitian sedang sakit 2) WUS yang tidak membaca dan menulis D. Variabel Penelitian Variabel independen adalah persepsi kerentanan individu, persepsi keseriusan penyakit, persepsi manfaat, dan persepsi hambatan. Variabel dependen adalah penggunaan skrining IVA commit to user 22 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id E. Definisi Operasional 1. Persepsi kerentanan penyakit a. Definisi: persepsi secara subjektif seseorang tentang risiko tertular penyakit, serta kemungkinan yang dirasakan mengacu pada risiko seseorang mengidap penyakit tertentu atau dampak buruk kesehatan. Dalam konteks HBM, kemungkinan mengidap suatu penyakit digunakan untuk mengkaji pendapat individu tentang bagaimana kemungkinan perilaku mereka dapat berdampak buruk terhadap kesehatannya. b. Alat ukur: Kuesioner c. Skala pengukuran: Kontinu Untuk analisis ganda diubah menjadi dikotomi jika nilai skor rendah (< mean); tinggi (≥ mean). 2. Persepsi keseriusan penyakit a. Definisi: persepsi tentang tingkat keseriusan penyakit atau membiarkannya tidak diobati (termasuk evaluasi dari kedua konsekuensi medis dan klinis dan konsekuensi sosial yang mungkin muncul), sesuai keadaan atau tindakan yang mungkin dapat terjadi. Dalam HBM kata tersebut dapat diartikan seberapa besar kemungkian seseorang mengidap suatu penyakit yang dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk merubah perilakunya b. Alat ukur: Kuesioner c. Skala Pengukuran: Kontinu Untuk analisis data kontinu diubah menjadi dikotomi jika nilai skor rendah (< mean); tinggi (≥ mean). commit to user 23 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3. Persepsi manfaat a. Definisi: Efektivitas tingkat kepercayaan terhadap strategi yang dirancang untuk mengurangi ancaman suatu penyakit. Bertujuan meningkatkan kualitas yang lebih besar dari hidup seorang individu baik secara mental dan fisik. b. Alat ukur: Kuesioner c. Skala pengukuran: Kontinu Untuk analisis data kontinu diubah menjadi dikotomi jika nilai skor rendah (< mean); tinggi (≥ mean). 4. Persepsi hambatan a. Definisi: Konsekuensi negatif potensial yang mungkin timbul ketika mengambil tindakan tertentu, termasuk tuntutan fisik, psikologis, dan keuangan atau bahkan masalah efikasi diri seperti tidak percaya diri. b. Alat ukur: Kuesioner c. Skala pengukuran: Kontinu Untuk analisis data kontinu diubah menjadi dikotomi jika nilai skor rendah (< mean); tinggi (≥ mean). 5. Penggunaan Skrining IVA a. Definisi: usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis belum jelas dengan menggunakan test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk mengklasifikasikan mereka ke dalam kategori yang diperkirakan mengalami atau diperkirakan tidak mengalami penyakit yang menjadi objek skrining. b. Alat ukur: Kuesioner c. Skala pengukuran: Kontinu commit to user 24 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Untuk analisis data kontinu diubah menjadi dikotomi jika nilai skor rendah (< mean); tinggi (≥ mean). F. Instrumen Penelitian 1. Uji validitas a. Validitas isi Validitas isi dari kuesioner dinilai dengan cara memeriksa apakah itemitem pertanyaan didalam kuesioner memang sudah sesuai dengan isi konten dari masing-masing variabel yang diteliti, khususnya variabel-variabel independen yaitu persepsi kerentanan individu, persepsi keseriusan penyakit, persepsi manfaat, persepsi hambatan. Isi masing-masing variabel tersebut dinilai kesesuaiannya dengan definisi variabel sebagai hasil agasintesis dari teori-teori yang relevan, yang umumnya digunakan oleh peneliti dalam penelitian serupa sebelumnya dan pakar dibidang penelitian tersebut. Berdasarkan dari sintesis teori yang diambil dari tinjauan pustaka teori persepsi dan terori HBM yang selanjutnya isi dari masing-masing variabel dijabarkan dalam sejumlah kisi-kisi (Tabel 3.1, 3.2, 3.3, 3.4,). Selanjutnya kisi-kisi tersebut dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Sebuah kuesioner memiliki validitas isi yang tinggi jika semua item pertanyaan kuesioner relevan dan meliputi semua aspek isi variabel yang akan diukur. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 25 digilib.uns.ac.id Tabel 3.1. Instrumen untuk mengukur variabel persepsi kerentanan individu Aspek elemen No. item Total item Favorable Unfovarable 1. Lingkungan 8 1 2. Stimulus 9,10,11 12 4 3. Ancaman 13,14,15,16 4 Total 8 1 9 Tabel 3.2. Instrumen untuk mengukur variabel persepsi keseriusan penyakit Aspek elemen No. item Total item Favorable Unfovarable 1. Sikap 1 2 2 2. Motif/minat 3,4 2 3. Pengalaman 5 6 2 4. Harapan 7 2 Total 5 2 7 Tabel 3.3. Instrumen untuk mengukur variabel persepsi manfaat Aspek elemen No. item Total item Favorable Unfovarable 1. Efektivitas 17,18 2 2. Melakukan 19,20 2 tindakan 3. Mengurangi 21,22,23 3 ancaman Total 7 7 Tabel 3.4. Instrumen untuk mengukur variabel persepsi hambatan Aspek elemen No. item Total item Favorable Unfovarable 1. Konsekuensi 24,25,26 3 negatif 2. Psikologis/fisik 27 28,29 3 3. Keuangan 30 31 2 Total 2 6 8 b. Validitas muka Penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner, dengan memperhatikan tata-bahasa dan susunan item-item pertanyaan, sehingga masing-masing item pertanyaan dapat dipahami oleh subjek penelitian dengan benar. Untuk memastikan validitas muka,commit peneliti mengkaji sejauh mana item-item to user perpustakaan.uns.ac.id 26 digilib.uns.ac.id pertanyaan dalam kuesioner telah disusun dengan kalimat yang baik, jelas dan tidak terlalu panjang. Setiap item pertanyaan hanya menanyakan sebuah pertanyaan. Dengan demikian masing-masing item pertanyaan tidak menimbulkan multi-tafsir dan jawaban yang diperoleh adalah jawaban yang sesungguhnya. c. Validitas konstruk Penelitian ini menggunakan validitas konstruk sebagai alat ukur kuesioner yang disusun berdasarkan dari tinjauan sejumlah teori yang sudah ada, penelitian ini memastikan bahwa variabel-variabel yang diteliti diukur dengan benar sesuai dengan teori yang relevan. d. Validitas kriteria Validitas kriteria alat ukur kuesioner dengan membandingkan secara kuantitatif dengan alat ukur standart emas. Karena dalam penelitian ini tidak ada standart emasnya, sehingga dibuatkan instrumen baru dengan cara menjadikan sintesis-sintesis dari kajian teori sebagai patokan dalam penuangan dalam pembuatan kuesioner. Karena instrumen ini belum bersifat baku, dilakukan uji reliabilitas di populasi sumber dan berada di dalam sampel. Uji reliabilitas ini dilakukan sebelum pengambilan data dan menggunakan ukuran sampel sebanyak 20 wanita usia subur. 2. Uji reliabilitas Pengukuran variabel yang konsisten harus menunjukkan dua aspek reliabilitas yaitu: konsistensi internal dan stabilitas. Konsistensi internal yang akan diukur secara kuantitatif dalam penelitian ini dari masing-masing variabel commit to user 27 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id komposit meliputi: (1) Item-Total Correlation; (2) Split-Half Reliability. Aspek konsistensi internal merujuk kepada korelasi antar item-item pertanyaan yang masing-masing bertujuan untuk mengukur suatu variabel komposit yang sama.. a. Konsistensi Internal 1) Korelasi Item-Total. Dalam penelitian ini menggunakan korelasi item-total yaitu suatu indikator yang menunjukkan kekuatan korelasi antara masing-masing item dan total pengukuran dikurangi dengan item yang bersangkutan. Karena dikurangi dengan item yang bersangkutan, maka korelasi itemtotal disebut juga korelasi item-sisa Suatu item dapat digunakan dalam alat ukur jika memiliki korelasi item-total ≥ 0.20. Item yang berkorelasi lebih rendah tidak akan digunakan, jika perlu diganti dengan membuat item baru. 2) Reliabilitas Belah-Paroh. Dalam penelitian ini akan dinilai reliabilitas belah-paroh yaitu penilaian konsistensi internal (homogenitas) alat ukur dengan cara membagi item-item secara random ke dalam dua bagian alat ukur, lalu mengorelasikan kedua bagian tersebut. Jika alat ukur memiliki konsistensi internal, maka kedua bagian akan berkorelasi tinggi. Reliabilitas Belah-Paroh yang akan dinilai dalam penelitian ini adalah Alpha () Cronbach. Alat ukur menunjukkan konsistensi internal jika memiliki alpha Cronbach ≥ 0.60. Makin tinggi alpha Cronbach, makin baik (konsisten) alat ukur. Tetapi ada beberapa keadaan dimana alpha Cronbach tinggi commit to user perpustakaan.uns.ac.id 28 digilib.uns.ac.id tidak menunjukkan alat ukur yang baik. Pertama, nilai alpha Cronbach tergantung dari besarnya korelasi antar item dan jumlah item di dalam alat ukur. Jika jumlah item pertanyaan alat ukur banyak, alpha Cronbach akan meningkat, meskipun tidak berarti alat ukur tersebut baik. b. Stabilitas Alat ukur yang reliabilitas menunjukkan konsistensi internal dan stabilitas ketika digunakan untuk mengukur variabel subjek penelitian pada kondisi yang identik. Stabilitas (disebut juga reprodusibilitas) alat ukur yang akan dinilai dalam penelitian ini adalah stabilitas pengukuran pada dua kesempatan yang dipisahkan oleh interval waktu yang berbeda (test-retest reliability). Stabilitas pengukuran dikatakan cukup jika hasil pengukuran dari dua waktu menghasilkan korelasi Pearson (r) ≥ 0.50. Dengan program statistik seperti SPSS dan Stata dapat dihitung korelasi item-total, alpha Cronbach, dan korelasi Pearson untuk test-retest reliability. G. Teknik Analisis Data Data kuantitatif diperoleh melalui pengambilan data dengan subjek penelitian menggunakan kuesioner. Jawaban sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, sangat setuju untuk masing-masing pernyataan tentang variabel yang diteliti, yaitu persepsi kerentanan individu, persepsi keseriusan penyakit, persepsi manfaat dan hambatan dengan kesediaan penggunaan skrining IVA. Selanjutnya jawaban masing-masing pernyataan diberi skor berturut-turut 1, 2, 3, dan 4. Skor jawaban untuk masing-masing pernyataan kemudian dijumlahkan, menghasilkan data kontinu. Data kontinu dideskripsikan dalam parameter mean, standar deviasi (SD), commit to user 29 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id minimum, dan maksimum. Sedangkan karakteristik sampel variabel data kategorikal dideskripsikan dalam n dan (%). Hubungan antara antara persepsi tentang kerentanan individu, keseriusan penyakit, tentang manfaat dan hambatan dengan penggunaan skrining IVA dianalisis dengan menggunakan suatu model analisis multivariat, yaitu analisis regresi logistik ganda. Model analisis regresi logistik ganda sebagai berikut: b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 Keterangan: P = Probabilitas untuk menggunkan skrining IVA 1-P = Probabilitas yang tidak menggunakan skrining IVA X1 = Persepsi Kerentanan penyakit (0: Rendah; 1: Tinggi) X2 = Persepsi keseriusan penyakit (0: Rendah; 1: Tinggi) X3 =Manfaat skrining (0: Rendah; 1: Tinggi) X4 = Hambatan skrining (0: Rendah; 1: Tinggi) Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen ditunjukkan oleh Odds Ratio (OR ) = exp (b). Kemaknaan statistik OR diuji dengan uji Wald hasilnya ditunjukkan dengan nilai p. Interpretasi Odds Ratio (OR ) sebagai berikut: OR=1 tidak terdapat hubungan antara persepsi kerentanan individu, persepsi keseriusan penyakit, manfaat dan hambatan dengan menggunakan skrining IVA ≤OR<1 terdapat hubungan antara persepsi kerentanan individu, persepsi keseriusan penyakit, manfaat dan hambatan dengan menggunakan skrining commitkerentanan to user individu, persepsi keseriusan IVA. Wanita dengan persepsi 30 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id penyakit, manfaat dan hambatan kecil kemungkinan menggunakan skrining IVA rendah 1<OR≤ ∞ terdapat hubungan antara persepsi kerentanan individu, persepsi keseriusan penyakit, manfaat dan hambatan dengan menggunakan skrining IVA.Wanita dengan persepsi kerentanan individu, persepsi keseriusan penyakit, manfaat dan hambatan besar kemungkinan menggunakan skrining IVA besar. H. Hasil Uji Reliabilitas Uji reliabilitas menggunakan sampel uji coba dimana pada sampel uji coba dilakukan pada 20 responden. Aspek reliabilitas yang diuji adalah konsistensi internal, yang ditunjukkan oleh korelasi item total (item-total correlation) dan reliabilitas belah alpha Cronbach. Hasil uji reliabilitas seperti pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Variabel Variabel Persepsi Kerentanan Persepsi Keseriusan Persepsi Manfaat Persepsi Hambatan Corrected Item-Total Corelation ≥ 0,52 ≥ 0,47 ≥ 0,54 ≥ 0,41 Alpha Cronbach 0,87 0,82 0,85 0,84 Hasil tes reliabilitas persepsi kerentanan individu, persepsi keseriusan penyakit, persepsi manfaat dan persepsi hambatan diperoleh korelasi item total > 0,20 untuk masing-masing item kuesioner dan alpha Cronbach > 0,60. Jadi kueisoner yang dihasilkan memenuhi syarat minimal konsistensi internal dan selanjutnya digunakan dalam pengambilan data dalam penelitian ini. commit to user 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. Karakteristik Sampel Penelitian 1. Karakteristik Data Kontinu Hasil statistik deskriptif responden data kontinu yang berupa usia, persepsi kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi manfaat, dan persepsi hambatan responden dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Karakteristik Penelitian Data Kontinu Variabel n Min Maks Umur 140 19,00 47,00 Persepsi Kerentanan 140 15,00 28,00 Persepsi Keseriusan 140 15,00 24,00 Persepsi Manfaat 140 15,00 26,00 Persepsi Hambatan 140 14,00 26,00 Tabel 4.1 menunjukkan nilai mean Mean Median Mode SD 29,89 30,00 32,00 6,42 21,32 21,00 20,00 2,57 19,41 20,00 20,00 1,69 20,09 20,00 20,00 1,51 21,34 22,00 22,00 2,97 umur (29,89), minimal (19,00), maksimal (47,00) dengan standar deviasi (6,42). Sedangkan nilai minimal dari masing masing variabel (15,00), kecuali variabel persepsi hambatan dengan nilai minimal (14,00), mean variabel persepsi hambatan (21,34), maksimal (26,00) dengan standar deviasi (2,97). 2. Karakteristik Data Kategori Hasil karakteristik terdiri dari pendidikan, pekerjaan, dan lama pernikahan responden dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Karakteristik Data Kategori No 1 Karakteristik Pendidikan 2 Pekerjaan 3 Lama Pekerjaan Kategori SD SMP SMA/SMK D3/PT IRT/Tidak bekerja Petani Wiraswasta Pedagang < 5 tahun commit to user ≥ 5 tahun n=100 13 40 78 9 46 34 58 2 65 75 % 9,3 28,6 55,7 6,4 32,9 24,3 41,4 1,4 46,4 53,6 32 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan SMA/SMK yaitu sebanyak 78 orang (55,7%), responden mempunyai pekerjaan wiraswasta yaitu sebanyak 58 orang (41,4%), dan mayoritas lama pernikahan ≥ 5 tahun yaitu sebanyak 75 orang (53,6%). II. Pengujian Hipotesis 1. Analisis Bivariat a. Hubungan Persepsi Kerentanan dengan Penggunaan Skrining IVA Hasil perhitungan Chi Square hubungan persepsi kerentanan dengan penggunaan metode skrining IVA dapat dilihat pada tabulasi silang Tabel 4.3. Tabel 4.3. Hubungan Persepsi Kerentanan dengan Penggunaan Skrining IVA Persepsi kerentanan Tinggi Rendah Total Skrining IVA Tidak Ya n % n % 6 4,3 55 39,3 54 38,6 25 17,8 60 42,9 80 57,1 Total n 61 79 140 % 100 100 100 OR P 19,80 < 0,001 Tabel 4.3. menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 19,80 berarti bahwa wanita usia subur dengan persepsi kerentanan tinggi mempunyai kemungkinan 19,8 kali lebih besar untuk melakukan skrining IVA dibandingkan wanita usia subur dengan persepsi kerentanan rendah. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi kerentanan dengan skrining IVA dan secara statistik signifikan (OR= 19,80). Karena pada Tabel 4.3 hasil kalkulasi tidak ada satupun sel yang berisi nilai harapan (expected value) ≤ 5. Jadi tidak diperlukan uji pasti Fisher Exact Test. b. Hubungan Persepsi Keseriusan Penyakit dengan Penggunaan Skrining IVA Hasil perhitungan Chi Square hubungan persepsi keseriusan penyakit dengan penggunaan metode skrining IVA dapat dilihat pada tabulasi silang Tabel 4.4. commit to user 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.4. Hubungan Persepsi Keseriusan dengan Skrining IVA Persepsi keseriusan Tinggi Rendah Total Skrining IVA Tidak Ya n % n % 14 10,0 66 47,1 46 32,9 14 10,0 60 42,9 80 57,1 Total n 80 60 140 % 100 100 100 OR P 15,49 < 0,001 Tabel 4.4 menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 15,49 berarti bahwa wanita usia subur dengan persepsi keseriusan penyakit tinggi mempunyai kemungkinan 15,49 kali lebih besar untuk melakukan skrining IVA dibandingkan wanita usia subur dengan persepsi keseriusan penyakit rendah. Hasil uji Chi-Square bahwa ada hubungan antara persepsi keseriusan penyakit dengan skrining IVA dan secara statistik signifikan (OR= 15,49). Karena pada Tabel 4.4 hasil kalkulasi tidak ada satupun sel yang berisi nilai harapan (expected value) ≤ 5. Jadi tidak diperlukan uji pasti Fisher Exact Test. c. Hubungan Persepsi Manfaat dengan Penggunan Skrining IVA Hasil perhitungan chi square hubungan persepsi manfaat dengan skrining IVA dapat dilihat pada tabulasi silang Tabel 4.5. Tabel 4.5. Hubungan Persepsi Manfaat dengan Skrining IVA Persepsi manfaat Tinggi Rendah Total Skrining IVA Tidak Ya N % n % 5 3,6 45 32,1 55 39,3 35 25,0 60 42,9 80 57,1 Total n 50 90 140 % 100 100 100 OR p 14,14 < 0,001 Tabel 4.5 menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 14,14 berarti bahwa wanita usia subur dengan persepsi manfaat tinggi mempunyai kemungkinan 14,14 kali lebih besar untuk melakukan skrining IVA dibandingkan wanita usia subur dengan persepsi manfaat rendah. Hasil uji Chi-Square bahwa ada hubungan antara persepsi manfaat dengan metode skrining IVA dan secara statistik signifikan (OR=14,14). Karena pada Tabel 4.5 hasil kalkulasi tidak commit to user 34 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ada satupun sel yang berisi nilai harapan (expected value) ≤ 5. Jadi tidak diperlukan uji pasti Fisher Exact Test. d. Hubungan Persepsi Hambatan dengan Penggunan Skrining IVA Hasil perhitungan Chi Square hubungan persepsi hambatan dengan penggunaan metode skrining IVA dapat dilihat pada tabulasi silang tabel 4.6. Tabel 4.6. Hubungan Persepsi Hambatan dengan skrining IVA Skrining IVA Total Tidak Ya OR p n % n % N % Tinggi 53 37,9 33 23,5 86 100 0,09 < 0,001 Rendah 7 5,0 47 33,6 54 100 Total 60 42,9 80 57,1 140 100 Tabel 4.6. menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 0,09 berarti bahwa Persepsi hambatan wanita usia subur dengan persepsi hambatan tinggi mempunyai kemungkinan 0,09 kali lebih rendah untuk melakukan skrining Inspeksi Visual Asam Asetat dibandingkan WUS dengan persepsi hambatan tinggi. Hasil uji Chi-Square bahwa ada hubungan antara persepsi hambatan dengan metode skrining IVA dan secara statistik signifikan (OR= 0,09). Karena pada Tabel 4.6 hasil kalkulasi tidak ada satupun sel yang berisi nilai harapan (expected value) ≤ 5. Jadi tidak diperlukan uji pasti Fisher Exact Test. 2. Regresi Logistik Ganda Hasil perhitungan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda untuk mengetahui hubungan persepsi kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi manfaat dan persepsi hambatan dengan penggunaan skrining IVA dapat dilihat dari Tabel 4.7. Tabel 4.7. Analisis regresi logistik ganda Variabel Persepsi kerentaan Persepsi keseriusan Persepsi manfaat Persepsi hambatan N observasi -2 log likelihood Nagelkerke R 2 OR CI 95% Batas bawah Batas atas 1,64 16,32 1,44 12,30 1,59 18,11 0,07 0,65 5,17 4,21 5,37 0,21 140 102,44 63% commit to user p Uji Wald 0,005 0,009 0,007 0,007 35 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Nilai Odd Ratio variabel persepsi kerentanan sebesar 5,17 berarti bahwa wanita usia subur dengan persepsi kerentanan tinggi mempunyai kemungkinan 5,17 kali lebih besar untuk melakukan skrining IVA daripada ibu dengan persepsi kerentanan yang rendah. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan antara persepsi kerentanan dengan skrining IVA dan secara statistik signifikan (OR= 5,17; CI=95%; 1,64 hingga 16,32; p = 0,005). Nilai Odd Ratio variabel persepsi keseriusan penyakit sebesar 4,21 berarti bahwa wanita usia subur dengan persepsi keseriusan penyakit tinggi mempunyai kemungkinan 4,21 kali lebih besar untuk melakukan skrining IVA daripada wanita usia subur dengan persepsi keseriusan penyakit yang rendah. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan antara persepsi keseriusan dengan skrining IVA dan secara statistik signifikan (OR= 4,21; CI=95%; 1,44 hingga 12,30; p = 0,009). Nilai Odd Ratio variabel persepsi manfaat sebesar 5,37 berarti bahwa wanita usia subur dengan persepsi manfaat yang tinggi mempunyai kemungkinan untuk melakukan skrining IVA 5,37 kali lebih besar daripada wanita usia subur dengan persepsi manfaat yang rendah. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan persepsi manfaat dengan skrining I IVA dan secara statistik signifikan (OR= 5,37; CI=95%; 1,59 hingga 18,11; p = 0,007). Nilai Odd Ratio variabel persepsi hambatan sebesar 0,21 berarti bahwa wanita usia subur dengan persepsi hambatan yang tinggi mempunyai kemungkinan 0,21 kali lebih besar untuk melakukan skrining IVA daripada wanita usia subur dengan persepsi hambatan yang rendah. Hasil uji Wald menunjukkan adanya hubungan persepsi manfaat dengan skrining IVA dan secara statistik signifikan (OR= 0,21; CI=95%; 0,07 hingga 0,65 p = 0,007). Nilai Negelkerke R2 sebesar 63,0% berarti bahwa keempat variabel bebas (persepsi kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi manfaat dan persepsi hambatan) mampu menjelaskan penggunaan metode skrining IVA sebesar 63,0% dan sisanya yaitu sebesar 37,0% dijelaskan oleh faktor lain diluar model penelitian. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 36 digilib.uns.ac.id 3. Pembahasan 1. Hubungan Persepsi Kerentanan Individu dengan Penggunaan Skrining IVA Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi kerentanan individu dengan melakukan skrining IVA dan secara statistik signifikan, dimana seseorang menyadari bahwa dirinya rentan atau mudah terkena suatu penyakit dalam hal ini adalah kanker serviks, maka dia akan melakukan suatu usaha untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut dengan melakukan skrining IVA, hal ini sesuai dengan teori HBM yang dikembangkan oleh Rosenstock (1994) bahwa anggapan seseorang untuk mudah tertular suatu penyakit akan membuatnya untuk melakukan suatu perlindungan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Huchko et al bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi kerentanan dengan keinginan untuk melakukan skrining. Hasil penelitian ini didukung oleh Winkjosastro (2005) bahwa tujuan sesorang melakukan pemeriksaan awal atau skrining IVA salah satunya adalah agar terhindar dari kanker mulut rahim. Kemudian dalam (Bakhtari et al., 2012 ) menyatakan bahwa seorang individu akan mengambil tindakan untuk melindungi diri mereka jika mereka menganggap bahwa kondisi mereka rentan terhadap kondisi atau masalah yang serius. Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa individu yang memiliki persepsi kerentanan yang tinggi terhadap penyakit kanker serviks maka individu terbesut akan melakukan usaha untuk mencegah terjadinya penyakit kanker serviks dengan mengikuti skrining IVA. 2. Hubungan Persepsi Keseriusan Penyakit dengan Penggunaan Skrining IVA Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi keseriusan penyakit dengan melakukan skrining IVA dan secara statistik signifikan, makin serius atau makin parah suatu penyakit maka seseorang akan melakukan upaya untuk melakukan pencegahan yaitu melakukan skrining IVA. Hasil penelitian ini didukung oleh Winkjosastro (2005) bahwa tujuan melakukan skrining IVA dikarekanan besarnya keparahan dari kanker leher rahim. Teori HBM yang dikembangkan oleh Rosenstock (1994) menyatakan commit to user suatu penyakit menyebabkan bahwa persepsi keseriusan atau keparahan perpustakaan.uns.ac.id 37 digilib.uns.ac.id seseorang mempunyai sikap untuk melakukan suatu upaya pengobatan, kemudian dalam (Bakhtari et al., 2012) memprediksikan bahwa seorang individu akan mengambil tindakan untuk melindungi diri mereka jika mereka menganggap bahwa kondisi seseorang tersebut dalam masalah yang serius. Penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan adanya persepsi atau anggapan tentang keseriusan suatu penyakit dalam hal ini adalah kanker serviks, membuat individu bersedia untuk melalukan pemeriksaan dengan metode skrining IVA. Hal ini dikarenakan mereka tidak ingin terkena penyakit serius sehingga akan melakukan usaha untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut 3. Hubungan Persepsi Manfaat dengan Penggunaan Skrining IVA Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi manfaat yang dirasakan dengan melakukan skrining IVA dan secara statistik signifikan, hal ini berarti semakin merasakan manfaat dari suatu tindkan untuk menghindari penyakit, maka akanlebih memilih melakukan tindakan tersebut. Hal ini didukung oleh teori HBM yang dikembangkan oleh Rosenstock (1994) bahwa efektivitas tingkat kepercayaan terhadap strategi yang dirancang untuk mengurangi ancaman suatu penyakit semakin tinggi maka dengan sendirinya akan melakukan tindakan pencegahan tersebut dalam hal ini melakukan skrining Inspeksi Visual Asam Asetat. Hasil penelitian ini didukung oleh Were, et al.,(2011) yang menyatakan bahwa semakin diketahui manfaat dari pemeriksaan leher rahim maka semakin banyak untuk melakukan pemeriksaan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat dari WHO (2006) bahwa manfaat dari melakukan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat adalah untuk mengetahui atau mendeteksi adanya kelainan pada leher rahim segera setelah dilakukan pemeriksaan sehingga dapat dilakukan suatu tindakan pengobatan dengan segera. Sedangkan menurut Winkjosastro (2005) ada beberapa manfaat seseorang melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat di antara adalah dapat segera mendapatkan kanker servik pada stadium lebih awal, untuk mendeteksi secara dini adanya perubahan sel mulut rahim yang dapat mengarah ke kanker mulut rahim beberapacommit tahun kemudian, penanganan secara dini dapat to user perpustakaan.uns.ac.id 38 digilib.uns.ac.id dilakukan sehingga terhindar dari kanker mulut rahim, sehingga pengobatan diharapkan berhasil lebih baik. Penulis dapat menyimpulkan dari uraian diatas bahwa dengan mengetahui manfaat dari suatu metode pemeriksaan atau skrining IVA maka individu akan lebih tertarik dan lebih sadar tentag pentingnya skrining IVA tersebut dan tidak akan berfikir dua kali untuk melakukan skrining IVA. 4. Hubungan Persepsi Hambatan dengan Penggunaan Skrining IVA Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi hambatan yang dirasakan dengan melakukan skrining IVA dan secara statistik signifikan, hal ini berarti semakin merasakan besarnya suatu hambatan dalam melakukan perilaku maka keberhasilan untuk berperilaku tersebut semakin kecil. Hambatan yang dirasakan merupakan suatu konsekuensi negatif potensial yang mungkin timbul ketika mengambil tindakan tertentu, termasuk tuntutan fisik, psikologis, dan keuangan teori HBM yang dikembangkan oleh Rosenstock (1994) Hasil penelitian ini didukung oleh Were, E et al.,(2011) dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa yang menjadi hambatan yang paling umum bahwa wanita tidak melakukan skrining dikarenkan tidak adanya biaya serta takut tentang hasil dari skrining diungkapkan oleh 22,4% responden. Kemudian Widihastuti, et al (2013) juga menyatakan bahwa masih adanya anggapan perempuan mempunyai akses yang lemah, tergantung, serta tidak mandiri misalnya terhadap keuangan keluarga sehingga mengurangi kemampuannya untuk melindungi dirinya dari faktor risiko penyakit, serta dalam keadaan sakitpun perempuan harus mendapatkan ijin suami untuk berkunjung ke sarana pelayanan kesehatan. Terbatasnya akses terhadap biaya, jarak/transportasi, informasi dan teknologi memperburuk kondisi perempuan untuk melakukan skrining IVA. Jika perempuan mempunyai akses terhadap pembiayaan, keputusan mandiri maka akan berdampak signifikan terhadap kesejahteraan perempuan. Apalagi perempuan dengan penyakit yang berhubungan dengan organ kewanitaan cenderung tidak ke sarana kesehatan commitkarena to usertakut dengan stigma sosial yang 39 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id miring atau negatif yang akan diterima dan kalaupun berobat penyakitnya sudah dalam stadium lanjut (Widihastuti., et al, 2013). Penulis menyimpulkan bahwa adanya persepsi hambatan dalam metode skrining IVA membuat individu atau WUS enggan dalam melakukan skrining tersebut. Hal ini dikarenakan banyak anggapan yang negatif dari diri individu sendiri mengenai skrining IVA karena kurangnya pemahaman tentang manfaat dari skrining IVA tersebut. Atau adanaya hambatan dari pihak pemeriksa meliputi ketersediaan alat, akses menuju pelayanan kesehatan maupun tenaga kesehatan yang kurang memadai. 4. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini sudah mampu menjelaskan ada hubungan yang signifikan, karena peneliti hanya menggunakan kuesioner sehingga hanya membahas tentang metode hasil secara statistik. Peneliti tidak melakukan observasi dan wawancara mendalam (indeep interview) terhadap wanita usia subur yang melakukan skrining IVA maupun yang tidak melakukan skrining. commit to user 40 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ada hubungan positif dan secara statistik signifikan antara persepsi kerentanan individu dengan penggunaan skrining IVA (OR= 5,17; CI=95%; 1,64 hingga 16,32; p = 0,005). 2. Ada hubungan positif dan secara statistik signifikan antara persepsi keseriusan penyakit dengan penggunaan skrining IVA (OR= 4,21; CI=95%; 1,44 hingga 12,30; p = 0,009). 3. Ada hubungan positif dan secara statistik signifikan antara persepsi manfaat dengan penggunaan skrining IVA (OR= 5,37; CI=95%; 1,59 hingga 18,11; p = 0,007). 4. Ada hubungan negatif dan secara statistik signifikan antara persepsi hambatan yang dirasakan dengan penggunaan skrining IVA (OR= 0,21; CI=95%; 0,07 hingga 0,65 p = 0,007). 5. Ada hubungan secara statistik signifikan persepsi kerentanan individu, persepsi keseriusan penyakit, persepsi manfaat dan persepsi hambatan dengan penggunaan skrining IVA. B. Implikasi Penelitian ini memiliki implikasi teoretis bahwa teori Health Belief Model dapat digunakan untuk menjelaskan persepsi kerentanan individu, keseriusan penyakit, persepsi manfaat, dan persepsi hambatan sebagai faktor-faktor wanita usia subur dalam penggunaan skrining IVA. Sebagai faktor efisiensi dalam menentukan suatu tindakan atau perilaku sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit kanker serviks. Untuk meningkatkan pencegahan terhadap penyakit kanker serviks tidak hanya dari kesadaran dan pengetahuan ibu sendiri tetapi juga adanya kesadaran dari suami, kesediaan dari tenaga kesehatan untuk memberikan informasi tentang commit to user 41 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kanker serviks dan metode skrining IVA Asetat kepada seluruh masyarakat khususnya wanita usia subur. C. Saran Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut : 1. Bagi Wanita Usia Subur Wanita usia subur diharapkan meluang waktu untuk melakukan pemeriksaan skrining IVA sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit kanker serviks. 2. Bagi Petugas Kesehatan Petugas kesehatan sebaiknya mengadakan program pendidikan kesehatan, penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya melakukan pencegahan terhadap kanker serviks yaitu dengan metode skrining IVA. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan dengan menggunakan media sehingga memberikan pemahaman dan ketertarikan wanita usia subur untuk melakukan pemeriksaan skrining IVA. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya disarankan melakukan penelitian tidak hanya menggunakan alat kuesioner saja tetapi juga dengan wawancara mendalam atau Focus Group Discussion (FGD) sehingga didapatkan hasil yang lebih luas. commit to user 42 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Daftar pustaka Azwar, Saifuddin. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Artiningsih, N (2011). Hubunga Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap WUS Dengan Pemeriksaan IVA Dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Serviks di Puskesmas Blooto Kecamatan Prajurit Kulon Mojokerto. Perpustakaan.UNS.ac.id. Diakses 7 Oktober 2014. Bakhtari Aqdam F, Nuri Zadeh R, Sahebi L (2012). Effect of education based on Health Belief Model on Believe promotion and screening behaviours of breast cancer among women reffered to Tabriz health centers. Medl J Tabriz Uni Medl Sci. 2012;33:25–31. In Persian,” n.d. Diakses 7 Oktober 2014. Bourne PA, Kerr-Campbell MD, McGrowder DA, Beckford OW (2010). Perception of women on cancer screening and sexual behavior in a rural area, Jamaica: Is there a public health problem?. N Am J Med Sci. 2(4):174-81. Diakses 22 November 2014. Candraningsih (2011). Hubungan tingkat pengetahuan WUS tentang kanker serviks dengan praktik deteksi dini kanker serviks di BPS IS Manyaran Semarang from: http://ejournal. .ac.id /index.php/ilmukeperawatan/search. Diakses 19 November 2014. Cancer Research UK (2014). Cervical cancer. Let's beat cancer sooner. Cervical cancer risks and causes. http://www.cancerresearchuk.org/aboutcancer/type/cervical-cancer/about/cervical-cancer-risks-and-causes. Diakses 15 Desember 2014 CDC (2014). Division of Cancer Prevention and Control, National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion. http://www.cdc.gov/cancer/cervical/. Diakses 15 Desember 2014 Damayanti. 2000. Dasar – dasar Psikologi. Jakarta: FKM UI. Depkes (2013). Laporan Nasionla Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Dasar (2010). Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kanker. Jakarta : Derektorat Jenderal Pengendalian Penyakit Kesehatan Lingkungan. (2009). Pencegahan Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara. Jakarta (2008). Skrining Kanker Leher Rahim dengan Metode Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat (Iva). Jakarta Depkes (2007). Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit Kanker Tertentu Dikomunitas. Jakarta. Dinkes Jatim (2011). Kontribusi Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur commit to user perpustakaan.uns.ac.id 43 digilib.uns.ac.id Dinkes Banyuwangi (2014). Profil Dinas Kesehatan Banyuwangi. Emilia. O; Putu. H; Dhanu. K; Harry. F (2010). Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta: Medio Pressindo. Diakses 7 Oktober 2014 Fakih, M (2003). Analisis Gender dan Tranformasional, Yogyakarta : Pustaka pelajar. Family Health International (2011). The AIDS Control and Prevention (AIDSCAP) Project, implemented by Family Health International, is funded by the United States Agency for International Development. AIDSCAP Behavioral Research Unit. Diakses 22 November 2014. Fitriyah Dan Jauhar (2014). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Prestasi Pustaka. Kumalasari Dan Andhyantoro (2012). Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan Dan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Lestari, W., Ulfiana E., Suparmi (2013). Buju ajar kesehatan reproduksi berbasis kompetensi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC Medicinenet (2014). We Bring Doctors Knowledge To You. Cervical Cancer (cont.) http://www.medicinenet.com/cervical_cancer/page3.htm#symptoms. Diakses 22 November 2014 Moon, T. D., Silva-Matos, C., Cordoso, A., Baptista, A. J., Sidat, M., & Vermund, S. H. (2012). Implementation of cervical cancer screening using visual inspection with acetic acid in rural Mozambique: successes and challenges using HIV care and treatment programme investments in Zambézia Province. Journal of the International AIDS Society, 15(2):17406. Diakses 7 Oktober 2014. Murti, B (2013). Desain Dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitaif Dan Kualitatif Di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Partrijunianti (2012). Solusi Jalan Tengah: Perempuan Dan Pekerjaan Dalam Perubahan Social Budaya Di Kampung Betawi Rawakalog. FISIP UI, 2012. Diakses 25 Januari 2015. Pierce, M. C., Guan, Y., Quinn, M. K., Zhang, X., Zhang, W.-H., Qiao, Y.-L.,RichardsKortum, R (2012). A Pilot Study Of Low-Cost, High-Resolution Microendoscopy As A Tool For Identifying Women With Cervical Precancer. Cancer Prevention Research (Philadelphia, Pa.), 5(11). Diakses 7 Oktober 2014. Pusdatin, (2015). Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Diakses 15 Agustus 2015. Rahatgaonkar, Veena (2012). VIA in cervical cancer screening . Associate Professor & In charge of cancer detection center. Bharati Vidyapeeth University Medical College, Sangli. OSR Journal of Dental and Medical Sciences (IOSRJDMS) ISSN: 2279-0861. Diakses 7 Oktober 2014. Rahma dan Prabandari (2011). Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Minat Wus commitPemeriksaan to user (Wanita Usia Subur) Dalam Melakukan Iva (Inspeksi Visual Dengan 44 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pulasan Asam Asetat) Di Desa Pangebatan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun 2011. FKM. UI. Diakses 7 Oktober 2014. Ratih Oemiati, R., Rahajeng, E ., Kristanto, Y (2011). Prevalensi Tumor Dan Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya Di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol.3 No.1 Edisi Juni 2012. Diakses 7 Oktober 2014. Riskesdas (2013). Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013. Diakses 7 Oktober 2014. Robbins, P dan Judge, A (2008). Organizational Behavior. Penerbit Salemba Empat. Samadi, H. P (2011). Yes, I Know Everything About Kanker Serviks. Metagraf, Creative Im Prevalensi Tumor Dan Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya Sugiharto, dkk (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY PRESS Sunaryo (2006). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Suwiyoga (2009). Beberapa masalah Pap smear sebagai alat diagnosis dini kanker serviks di Indonesia [Some problems Pap smear as a means ofearly diagnosis of cervical cancer in Indonesia ]. from: http://ejournal. unud.ac.id/abstrak/pap.pdf. Diakses 19 November 2014. Were, E et al (2011). Perceptions of risk and barriers to cervical cancer screening at Moi Teaching and Referral Hospital (MTRH), Eldoret, Kenya. NCBI Journal. Diakses 22 November 2014. WHO (2012). Prevention of cervical cancer through screening using visual inspection with acetic acid (VIA) and treatment with cryotherapy. A demonstration project in six African countries: Malawi, Madagascar, Nigeria, Uganda, the United Republic of Tanzania, and Zambia. WHO Library. Diakses 19 November 2014. (2006). Comprehensive Cervical Cancer Control A guide to essential Practice WHO Press, Geneva, Switzerland. Diakses 14 Agustus 2015. Widihastuti A., et al (2013). Modul Pelatihan Layanan Kesehatan Seksual & Reproduksi Ramah Remaja untuk Dokter Praktik Swasta di Dearah Istimewa Yogyakarta, Kemitraan UNFPA dan Angsamerah Institution. Diakses 25 Januari 2015 Widyastuti, dkk (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya Wiknjosastro (2005). Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka. Yuliati (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku WUS dalam deteksi dini kanker leher rahim metode IVA di Puskesmas Prembun. Kabupaten Kebumen. FKM. UI. Diakses 3 Oktober 2014. commit to user Lampiran 1 perpustakaan.uns.ac.id 45 digilib.uns.ac.id BIODATA a. Nama : Maulida Nurfazriah Oktaviana b. Tempat, tanggal lahir : Banyuwangi, 12 Oktober 1988 c. Email : [email protected] d. Riwayat pendidikan di Perguruan Tinggi: No Institusi 1 Universitas Muhammadiyah Jember Bidang Ilmu Tahun Gelar Keperawatan 2011 S. Kep.,Ns Surakarta, Juli 2015 Maulida Nurfazriah Oktaviana commit to user Lampiran 2 perpustakaan.uns.ac.id 46 digilib.uns.ac.id LEMBAR KUESIONER Judul : Hubungan Antara Persepsi Kerentanan Individu, Persepsi Keseriusan Penyakit, Persepsi Manfaat Dan Persepsi Hambatan, Dengan Penggunaan Skrining Inspeksi Visual Asam Asetat Pada Wanita Usia Subur Di Banyuwangi. Peneliti : Maulida Nurfazriah Oktaviana Skrining Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) adalah salah satu cara melakukan tes kanker serviks, dengan cara mengolesi mulut rahim dengan asam asetat. Bertujuan untuk mendeteksi dini penyakit kanker serviks. Petunjuk pengisisan: 1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti dan beri tanda chek list (√) pada kolom yang anda pilih. 2. Tiap pertanyaan hanya diisi dengan satu jawaban 3. Jawablah dengan baik, setiap pertanyaan mewakili persepsi kerentanan individu, keseriusan penyakit, manfaat, hambatan menggunakan skrining IVA A. Data demografi Isilah biodata dibawah ini dengan memberikan jawaban tertulis pada tempat yang telah disediakan 1. Usia : 2. Pendidikan terakhir : 3. Pekerjaan : 4. Usia perkawinan : B. Perilaku penggunakan skrining IVA Isilah pertanyaan dibawah ini dengan menggunakan chek list (√) pada jawaban yang anda anggap benar! 1. Apakah sebelumnya anda pernah melakukan pemeriksaan skrining IVA Tidak Ya 2. Apakah anda pernah memperoleh informasi mengenai skrining IVA Tidak Ya commit to user Lampiran 3 perpustakaan.uns.ac.id 47 digilib.uns.ac.id 3. Apakah anda pernah mempunyai riwayat kanker serviks sebelumnya ? Tidak Ya 4. Apakah ada keluarga yang menderita kanker serviks? Tidak Ya Sebutkan hubungan keluarga:…………………………………………………………….. Jawablah dengan baik, setiap pertanyaan mewakili persepsi keseriusan penyakit, kerentanan, manfaat, hambatan menggunakan skrining IVA Pilihlah Sangat Setuju (SS) apabila pertanyaan tersebut dirasakan terjadi pada ibu Pelihlah Setuju (S) apabila pertanyaan tersebut dirasakan terjadi sebagian besar pada diri ibu. Pilihlah Tidak Setuju (TS) apabila pertanyan tersebut dirasakan sebagian kecil pada diri ibu. Pilihlah Sangat Tidak Setuju (STS) apabila pertanyaab tersebut tidak dirasakab terjadi pada diri ibu. C. Persepsi kerentanan individu No Pertanyaan SS S TS STS 1 Saya melakukan pemeriksaan IVA karena didukung keluarga dan suami 2 Saya yakin dengan teratur melakukan pemeriksaan IVA saya akan terhindar dari ancaman penyakit kanker yang mematikan. 3 Saya melakukan pemeriksaan karena saya seorang wanita usia subur yang berisiko terkena kanker serviks. 4 Menurut saya IVA wajib dilakukan ketika wanita sudah pernah melakukan hubungan seksual. 5 Saya melakukan pemeriksaan IVA karena saya wanita usia subur yang menikah lebih dari sekali. 5 Menurut saya pemeriksaan IVA penting karena saya wanita yang menikah kurang di usia 20 tahun. 6 Menurut saya pemeriksaan IVA perlu saya lakukan karena saya wanita yang menggunakan KB hormonal yang membuat saya rentan. 7 Menurut saya pemeriksaan IVA perlu saya lakukan karena saya memiliki anak lebih dari 3. 8 Saya melakukan pemeriksaan commit IVA karena to user saya mempunyai riwayat sakit pada kemaluan saya. Lampiran 4 perpustakaan.uns.ac.id 48 digilib.uns.ac.id D. Persepsi keseriusan penyakit No 9 10 11 12 13 14 15 Pertanyaan Saya melakukan pemeriksaan IVA bila saya merasakan adanya keluhan seperti perdarahan pervagina yang tidak normal. Saya melakukan pemeriksaan IVA karena saya mengeluh keputihan yang cukup banyak. Saya tetap melakukan pemeriksaan IVA walaupun diikuti dengan rasa nyeri. Saya melakukan pemeriksaan IVA karena keinginan sendiri. Saya melakukan pemeriksaan karena saudara saya ada mengderita kanker servik. Menurut saya kanker serviks merupakan penyakit yang mematikan jadi saya menggunakan skrining supaya saya mengetahui sedeni mungkin. Saya melakukan pemeriksaan karena ingin mengetahui kondisi saya dan segera berobat. SS S TS STS SS S TS STS E. Persepsi manfaat skrining No 17 18 19 20 21 22 23 Pertanyaan Saya melakukan pemeriksaan IVA karena dilakukan bersama teman-teman. Menurut saya pemeriksaan IVA penting sehingga saya tetap melakukan IVA walaupun saya merasa malu dengan teknik pemeriksaannya. Saya melakukan pemeriksaan IVA karena saya ingin mengetahui apakah saya berisiko terkena kanker seviks. Saya melakukan pemeriksaan karena saya ingin mengetahui dan cepat berobat jika hasilnya positif. Saya melakukan pemeriksaan IVA karena biaya yang terjakau dan murah. Saya melakukan pemeriksaan IVA karena biayanya gratis. Saya melakukan pemeriksaan IVA karena pemeriksaan dilakukan di puskesmas atau klinik yang dekat dengan rumah saya. commit to user Lampiran 5 perpustakaan.uns.ac.id 49 digilib.uns.ac.id F. Persepsi hambatan skrining No 24 25 26 27 28 29 30 31 Pertanyaan Saya merasa takut bila akan melakukan pemeriksaan IVA karena nyeri/takut. Saya merasa takut dengan hasil pemeriksaan, jika saya melakukan pemeriksaan IVA. Teknik pemeriksaan IVA membuat saya ragu bila hasilnya kurang akurat. Karena teknik pemeriksaannya saya hanya mau melakukan pemeriksaan IVA jika petugas pemeriksannya seorang wanita. Teknik pemeriksaan IVA membuat saya malu dan enggan untuk memeriksakan diri. Saya merasa takut dengan hasil pemeriksaan akan berpengaruh dengan rumah tangga saya. Saya ingin melakukan pemeriksaan tapi saya terlalu sibuk, sehingga tidak ada waktu untuk melakukan pemeriksaan. Saya merasa takut dengan hasil pemeriksaan karena akan membutuhkan biaya yang mahal untuk berobat. commit to user SS S TS STS Lampiran 6 perpustakaan.uns.ac.id 50 digilib.uns.ac.id Hasil Tes Reliabilitas Instrument Case Processing Summary N Cases Valid Excluded a Total % 20 100.0 0 .0 20 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .876 8 Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance Item Deleted if Item Deleted Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Correlation Item Deleted rentan1 19.9000 12.726 .672 .857 rentan2 20.1500 13.187 .528 .871 rentan3 19.8000 13.326 .557 .868 rentan4 20.3500 13.187 .628 .862 rentan5 20.1500 11.503 .734 .849 rentan6 20.0500 12.787 .602 .864 rentan7 20.3000 11.695 .707 .853 rentan8 20.3000 12.642 .671 .857 Scale Statistics Mean 23.0000 Variance 16.211 Std. Deviation N of Items 4.02623 commit to user 8 Lampiran 7 perpustakaan.uns.ac.id 51 digilib.uns.ac.id Case Processing Summary N Cases Valid Excluded a Total % 20 100.0 0 .0 20 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .816 7 Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance if Item Corrected Item- Cronbach's Alpha if Item Deleted Deleted Total Correlation Item Deleted serius1 17.3000 6.011 .478 .804 serius2 17.3000 6.011 .478 .804 serius3 17.4500 5.208 .494 .811 serius4 17.1500 5.818 .618 .785 serius5 17.4500 5.208 .586 .787 serius6 17.2000 5.432 .717 .766 serius7 17.0500 5.524 .604 .783 Scale Statistics Mean 20.1500 Variance 7.397 Std. Deviation N of Items 2.71981 commit to user 7 Lampiran 8 perpustakaan.uns.ac.id 52 digilib.uns.ac.id Case Processing Summary N Cases Valid Excluded a Total % 20 100.0 0 .0 20 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .852 7 Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if Item Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted manfaat1 18.5500 5.418 .728 .816 manfaat2 17.9500 5.839 .751 .809 manfaat3 17.9500 6.892 .632 .832 manfaat4 17.8500 7.187 .555 .842 manfaat5 17.8500 7.187 .555 .842 manfaat6 18.0500 6.682 .543 .841 manfaat7 18.1000 5.989 .630 .831 Scale Statistics Mean 21.0500 Variance 8.576 Std. Deviation N of Items 2.92853 commit to user 7 Lampiran 9 perpustakaan.uns.ac.id 53 digilib.uns.ac.id Case Processing Summary N Cases Valid Excluded a Total % 20 100.0 0 .0 20 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .845 8 Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if Item Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted hambatan1 18.9500 9.524 .751 .807 hambatan2 18.9500 11.313 .463 .842 hambatan3 19.2500 9.461 .630 .820 hambatan4 18.5500 10.787 .415 .845 hambatan5 19.1000 8.095 .845 .787 hambatan6 19.2500 10.408 .465 .840 hambatan7 19.4000 9.726 .565 .829 hambatan8 19.1500 9.503 .551 .832 Scale Statistics Mean 21.8000 Variance 12.589 Std. Deviation N of Items 3.54816 commit to user 8 Lampiran 10 perpustakaan.uns.ac.id 54 digilib.uns.ac.id Crosstabs Persepsi Kerentanan dengan Skrining IVA Case Processing Summary Cases Valid N Missing Percent Persepsi kerentanan * Skrining IVA 140 N Total Percent 100.0% 0 N .0% Percent 140 100.0% Persepsi Kerentanan * Skrining IVA Crosstabulation Count Skrining IVA rendah Persepsi Kerentanan tinggi Total rendah 54 25 79 tinggi 6 60 55 80 61 140 Total Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction a 1 .000 45.772 1 .000 53.377 1 .000 48.131 b Likelihood Ratio Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided) df Fisher's Exact Test Exact Sig. (1sided) .000 Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases 47.788 1 .000 140 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26.14. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Persepsi Kerentanan (rendah / tinggi) For cohort Skrining IVA = rendah For cohort Skrining IVA = tinggi N of Valid Cases Lower Upper 19.800 7.529 52.069 6.949 3.203 15.076 .351 .251 .490 140 commit to user .000 Lampiran 11 perpustakaan.uns.ac.id 55 digilib.uns.ac.id Crosstabs Persepsi Keseriusan dengan Skrining IVA Case Processing Summary Cases Valid N Missing Percent Persepsi keseriusan * Skrining IVA 140 N Total Percent 100.0% 0 N .0% Percent 140 100.0% Persepsi Keseriusan * Skrining IVA Crosstabulation Count Skrining IVA rendah Persepsi Keseriusan tinggi Total rendah 46 14 60 tinggi 14 60 66 80 80 140 Total Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction a 1 .000 46.624 1 .000 51.825 1 .000 49.010 b Likelihood Ratio Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided) df Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases Exact Sig. (1sided) .000 48.660 1 .000 140 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25.71. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Persepsi Keseriusan (rendah / tinggi) For cohort Skrining IVA = rendah For cohort Skrining IVA = tinggi N of Valid Cases Lower Upper 15.490 6.748 35.557 4.381 2.668 7.193 .283 .177 .452 140 commit to user .000 Lampiran 12 perpustakaan.uns.ac.id 56 digilib.uns.ac.id Crosstabs Persepsi Manfaat dengan Skrining IVA Case Processing Summary Cases Valid N Persepsi manfaat * Skrining IVA Missing Percent 140 N Total Percent 100.0% 0 N .0% Percent 140 100.0% Persepsi Manfaat * Skrining IVA Crosstabulation Count Skrining IVA rendah Persepsi Manfaat tinggi Total rendah 55 35 90 tinggi 5 60 45 80 50 140 Total Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction a 1 .000 32.232 1 .000 38.421 1 .000 34.287 b Likelihood Ratio Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided) df Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases Exact Sig. (1sided) .000 34.042 1 .000 140 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.43. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Persepsi Manfaat (rendah / tinggi) For cohort Skrining IVA = rendah For cohort Skrining IVA = tinggi N of Valid Cases Lower Upper 14.143 5.118 39.084 6.111 2.618 14.265 .432 .328 .569 140 commit to user .000 Lampiran 13 perpustakaan.uns.ac.id 57 digilib.uns.ac.id Crosstabs Persepsi Hambatan dengan Skrining IVA Case Processing Summary Cases Valid N Persepsi hambatan * Skrining IVA Missing Percent 140 N 100.0% Total Percent 0 N .0% Percent 140 100.0% Persepsi Hambatan * Skrining IVA Crosstabulation Count Skrining IVA rendah Persepsi Hambatan rendah tinggi Total tinggi Total 7 47 54 53 60 33 80 86 140 Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction a 1 .000 30.122 1 .000 35.033 1 .000 32.078 b Likelihood Ratio Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided) df Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases Exact Sig. (1sided) .000 31.849 1 .000 140 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.14. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Persepsi Hambatan (rendah / tinggi) For cohort Skrining IVA = rendah For cohort Skrining IVA = tinggi N of Valid Cases Lower Upper .093 .038 .229 .210 .103 .428 2.268 1.702 3.022 140 commit to user .000 Lampiran 14 perpustakaan.uns.ac.id 58 digilib.uns.ac.id Logistic Regression Case Processing Summary a Unweighted Cases Selected Cases N Included in Analysis Percent 140 100.0 0 .0 140 0 140 100.0 .0 100.0 Missing Cases Total Unselected Cases Total a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value rendah tinggi 0 1 Block 0: Beginning Block Classification Table a,b Predicted Skrining IVA Observed Step 0 Skrining IVA rendah Percentage Correct tinggi rendah 0 60 .0 tinggi 0 80 100.0 Overall Percentage 57.1 a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation B Step 0 Constant S.E. .288 .171 Wald df Sig. 2.838 1 Exp(B) .092 1.333 Variables not in the Equation Score Step 0 Variables df Sig. kerentanan 48.131 1 .000 keseriusan 49.010 1 .000 manfaat 34.287 1 .000 hambatan 32.078 1 .000 72.761 4 .000 Overall Statistics commit to user Lampiran 15 perpustakaan.uns.ac.id 59 digilib.uns.ac.id Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1 df Sig. Step 88.773 4 .000 Block 88.773 4 .000 Model 88.773 4 .000 Model Summary Step Cox & Snell R Square -2 Log likelihood 1 102.442 a Nagelkerke R Square .470 .630 a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001. Classification Table a Predicted Skrining IVA Observed Step 1 rendah Skrining IVA Percentage Correct tinggi rendah 51 9 85.0 tinggi 11 69 86.2 Overall Percentage 85.7 a. The cut value is .500 Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper a Step 1 kerentana n 1.643 .586 7.858 1 .005 5.173 1.639 16.320 keseriusa n 1.438 .547 6.923 1 .009 4.213 1.443 12.298 manfaat 1.681 .620 7.346 1 .007 5.370 1.593 18.106 hambatan -1.555 .575 7.313 1 .007 .211 .068 .652 Constant -.513 .584 .773 1 .379 .598 a. Variable(s) entered on step 1: kerentanan, keseriusan, manfaat, hambatan. commit to user Lampiran 16 perpustakaan.uns.ac.id 60 digilib.uns.ac.id Frequency Table Pendidikan WUS Frequency Valid Percent Cumulative Percent Valid Percent SD 13 9.3 9.3 9.3 SMP 40 28.6 28.6 37.9 SMA/SMK 78 55.7 55.7 93.6 9 6.4 6.4 100.0 140 100.0 100.0 D 3/PT Total Pekerjaan WUS Frequency Valid Percent Cumulative Percent Valid Percent IRT 46 32.9 32.9 32.9 Tani 34 24.3 24.3 57.1 Wirasawasta 58 41.4 41.4 98.6 2 1.4 1.4 100.0 140 100.0 100.0 Pedagang Total Lama Pernikahan Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent kurang dari 5 tahun 65 46.4 46.4 46.4 > = 5 tahun 75 53.6 53.6 100.0 140 100.0 100.0 Total Descriptives Statistics Persepsi Kerentanan N Valid Missing Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Sum Persepsi Keseriusan Persepsi Manfaat Persepsi Hambatan Usia 140 140 140 140 140 0 21.3214 21.0000 20.00 2.66949 15.00 28.00 2985.00 0 19.4071 20.0000 20.00 1.69169 15.00 24.00 2717.00 0 20.0786 20.0000 20.00 1.51286 15.00 26.00 2811.00 0 21.3357 22.0000 22.00 2.97377 14.00 26.00 2987.00 0 29.8857 30.0000 32.00 6.42397 19.00 47.00 4184.00 commit to user Lampiran 17 perpustakaan.uns.ac.id 61 digilib.uns.ac.id commit to user Lampiran perpustakaan.uns.ac.id 62 digilib.uns.ac.id commit to user Lampiran 19 perpustakaan.uns.ac.id 63 digilib.uns.ac.id commit to user Lampiran 20 perpustakaan.uns.ac.id 64 digilib.uns.ac.id commit to user Lampiran 21 perpustakaan.uns.ac.id 65 digilib.uns.ac.id commit to user Lampiran 22 perpustakaan.uns.ac.id 66 digilib.uns.ac.id commit to user Lampiran 23 perpustakaan.uns.ac.id 67 digilib.uns.ac.id commit to user Lampiran 23 perpustakaan.uns.ac.id 68 digilib.uns.ac.id commit to user