Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157-168 Ahmad Hamidi HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KUALITAS INTERAKSI SOSIAL TIM SEPAK BOLA Ahmad Hamidi FPOK Universitas Pendidikan Indonesia [email protected] Abstrak Penelitian dilatari belakangi oleh pengamatan lapangan terhadap tim-tim sepakbola yang menunjukkan bahwa terjadi interaksi sosial yang kurang baik pada beberapa tim. Diasumsikan bahwa kurang diperhatikannya interaksi didalam tim dapat mengganggu pada kolektifitas tim. Tujuan utama penelitian adalah mengemukakan hubungan antara konsep diri atlet dengan kualitas interaksi sosial tim Sepak bola UPI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah altet putra tim UKM sepak bola UPI yang aktif berlatih di tim UKM sepak bola UPI berjumlah 79 orang, sedangkan sampelnya sebanyak 30 atlet, dan pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proportional random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, yang berisikan tentang konsep diri dan kualitas interaksi sosial. Penelitian ini dapat penulis simpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kualitas interaksi sosial tim sepak bola. Atlet-atlet sebagian besar menunjukkan konsep diri yang positif dan kualitas interaksi sosial yang tinggi. Akan tetapi, taraf hubungan antar variabel sedang dengan determinasi antar variabel cukup kecil. Terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi interaksi sosial tim selain konsep diri yang dimiliki atlet. Kata kunci: Konsep diri dan Interaksi social PENDAHULUAN Dalam kehidupan social, komunikasi merupakan aspek penting dalam kehidupan sejak dahulu kala hingga sekarang. Pemenuhan kebutuhan, dan tentang kehidupan-kehidupan yang lainnya akan tergantung pada komunikasi. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Wilbur Schramm dalam Wijaya (2012:2) menjelaskan “…tanpa komunikasi tidak mungkin terbentuk suatu masyarakat.” Pendapat di atas menegaskan bahwa komunikasi penting agar terhindar dari sikap individual yang berlebihan sehingga tidak bermasyarakat. Dalam suatu pembangunan, masyarakat adalah yang paling utama. Itu artinya komunikasi memiliki peranan penting dalam pembangunan. Pembangunan dalam bidang olahraga sekarang ini terus digalakan oleh pemerintah Indonesia. Pembangunan dalam sektor lain terlihat sulit untuk dilakukan dan terlihat peluang yang sangat terbuka dalam pembangunan di sektor olahraga. Sektor olahraga dapat mendukung pembangunan sektor lainnya, seperti sektor ekonomi atau pengembangan sumber daya manusia agar lebih berkualitas. Olahraga prestasi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam pembangunan di sektor olahraga. Melalui prestasi yang ditorehkan ditingkat internasional, dapat menaikan pamor dan menjadi sasaran investasi yang empuk. 157 Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157168 Ahmad Hamidi Prestasi olahraga tidak mungkin dicapai pandangan individu akan dimensi fisik, secara instan melainkan harus melalui proses- karakteristik pribadi, motivasi, kelemahan, proses sistematis dan dalam jangka waktu yang kepandaian, dan kegagalan” (Cawagas dalam relative lama agar prestasi yang dicapai dapat Ikhsanudin, 2010:2). bertahan lebih lama. Prosesnya dimulai dari Konsep diri akan menentukan interaksi sosial penelusuran bakat anak; tentu saja anak yang dalam tim yang berujung pada pengelolaan mempunyai kemauan tinggi untuk berprestasi dan konflik-konflik yang terjadi dan sebagai strategi dilatih sesuai dengan tingkatan dan kemampuan yang disiapkan oleh pelatih. Hal ini merupakan anak masing-masing. Aspek-aspek yang harus dilatih untuk mencapai prestasi maksimal adalah cakupan dari psikologi olahraga terutama pada psikologi kepelatihan, dimana pelatih harus kondisi fisik, teknik, taktik, dan mental. Dalam olahraga beregu, khususnya dalam mampu mengatasi dan mengantisipasi situasi permainan sepak bola, sangat dibutuhkan tersebut. Oleh karena itu, topic permasalahan interaksi sosial yang baik untuk menciptakan yang diambil dalam penelitian ini yaitu, “apakah suatu regu yang solid. Interaksi sosial merupakan terdapat hubungan yang significant antara konsep suatu fondasi sebuah hubungan dalam tim, agar diri dengan kualitas interaksi social atlet pada tim ini dapat berjalan dengan baik. Menurut Soekanto (2002), “interaksi sosial merupakan timUKM sepak bola UPI Bandung? kunci semua kehidupan sosial.” Dengan tidak adanya suatu komunikasi atau interaksi satu sama METODE lain maka tidak akan terbentuk sebuah tim yang Metode yang digunakan adalah “Metode baik. Interaksi sosial menjadi faktor utama dalam Deskriptif” dengan tujuan untuk memperoleh menentukan kerjasama sebagai sebuah tim, baik di lapangan maupun di luar lapangan, atau jawaban mengenai konsep diri dan kualitas bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas interkasi sosial dalam tim sepak bola yang sedang interaksi sosial dalam tim yang baik, segala terjadi di masa sekarang secara aktual, kemudian halangan dan rintangan yang dihadapi tim dapat dilakuan analisis untuk mengetahui hubunugan dilalui dengan baik tanpa adanya suatu konflik di dalam tim yang menyebabkan perpecahan, antara konsep diri dengan kualitas interaksi sosial tim dalam permainan sepakbola. sehinggatujuan tim sulit untuk dicapai. Populasi penelitian ini yaitu seluruh anggota Perpecahan dalam tim ini menjadi momok bagi semua tim sepak bola dari tingkat pemula UKM sepakbola UPI Bandung yag berjumlah 79 hingga tingkat profesional. Hal ini perlu dihindari orang, sedangkan sampel nya berjumlah 30 oleh setiap tim, tetapi realita di lapangan orang; pengambilan sampel mengunnakan teknik seringkali terlihat bahwa kualitas interaksi kurang proporsional randon sampling. terbina dalam sebuah tim khususnya dalam tim Tabel 1 sepak bola. Diasumsikan bahwa interkasi sosial yang Distribusi sampling TIM UKM Sepakbola UPI kurang dikarenakan banyak hal, salah satunya Angkatan 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah adalah konsep diri yang ditunjukkan oleh Populasi 14 18 15 16 16 79 setiap individu. Konsep diri merupakan faktor Sampel 5 7 6 6 6 30 penting dalam berinteraksi karena dalam bertingkah laku individu sedapat mungkin disesuaikan dengan konsep dirinya. “Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain” (Stuart & SuddendalamNisha, 2010:3).Selainitu,“konsep diri mencakup seluruh 158 Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157168 Ahmad Hamidi Instrumen Penelitian Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Konsep Diri KONSEP DIRI VARIABE L SUBVARIABEL AFEKTIF (PERCEPTUA L COMPONENT) KOGNITIF (CONSEPTUA L COMPONENT) PSIKOMOTOR (ATTITUDINA L COMPONENT) INDIKATOR Kondisi fisik Daya tahan tubuh Persepsi tentang kesan orang lain terhadap penampilannya Karakteristik yang khas Kemampuan dan ketidak mampuan Latar belakang dan asal usul keluarga Kualitas penyesuaian hidup Perasaan diakui dan ditolak oleh orang lain JUMLAH PERNYATAAN + 5,6 2,8 7 1,3 ∑ 4,28 9,10 4 12,13 25,26 4 11,15 14 3 19,16 17,18 4 20,29 24,27 4 23 21,22 3 14 15 29 4 3 Tabel 3 Insrumen Interaksi social PERNYATAAN SUBVARIABEL INTE RAK SI SOSI AL V A RI A B E L INKLUSI INDIKATOR Menjalin hubungan hangat dengan orang lain + - 36,63 34,39 ∑ 4 159 Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157-168 Ahmad Hamidi CONTROL AFEKSI Bersikap terbuka dan menerima orang lain apa adanya Terlibat dalam aktivitas kelompok Mengajak teman sebaya Memberi pengarahan kepada teman Menjadi pemimpin kelompok Mendapat petunjuk/pengarahan dari orang lain Memberi perhatian kepada orang lain Disayang / diperhatikan oleh orang lain Memberikan pujian atas kelebihan yang dimiliki orang lain JUMLAH 45,61 37,48 4 35,57 38,62 4 40,68 41,50 4 42,65 43,67 4 44,59 33,66 4 31,32 30,47 4 49,56 51,58 4 46 52,64 3 53,60 54,55 4 19 20 39 Analisis Data Untuk menjawab pertanyaan penelitian, analisis data yang dilakukan sebagai berikut: 1. Melakukan kategorisasi data; berdasarkan variable penelitian (konsep diri dan interaksi social) 2. Menentukan normalitas dan homogenitas data 3. Menghitung korelasi antar variable penelitian dengan pendekatan statistic “pearson” dengan rumus (Nurhasan, 2008,hal. 57) Keterangan : = Korelasi antara variabel X dan variabel Y X1 = Beda antara tiap skor dengan nilai rata-rata variabel X Y1 = Beda antara tiap skor dengan nilai rata-rata variabel Y Tabel 4 PedomanuntukMemberikanInterprestasi terhadapKoefisienKorelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 160 Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157-168 Ahmad Hamidi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 - 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,00 SangatRendah Rendah Sedang Tinggi SangatTinggi HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Profil Konsep Diri Atlet Sepak bola Putra Tabel 5 Deskriptif Statistika Variabel Konsep Diri Variable Sample Nilai Max Nilai Min Rata-rata Std. Deviasi Konsep Diri 30 128 83 111,5 9,24 (0,1031) < Lα (0.161), maka distribusi data pada variabel konsep diri terdistribusi normal.Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan pada data variabel, dimana nilai Lo sebesar 0,1031 dan nilai Lα, dengan sampel 30 dan α = 0,05, yaitu sebesar 0,161. Oleh karena Lo Tabel 6 Deskriptif Normalitas Data Variabel Konsep Diri Sample Lo Lα Varibel Konsep Diri 30 Data yang diperoleh selanjutnya dikategorisasikan yang dibagi menjadi 2 kategori, yaitu konsep diri positif dan Kategori Positif Negatif 0,1031 0,161 Keterangan Normal negatif.Pengkategorian data untuk melihat konsep diri atlet sepak bola dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Gambaran Konsep Diri Atlet Putra pada Tim Sepak bola Interval Frekuensi Persentase (%) 26 86,7 X 102,2 X 102,19 4 13,3 Jumlah 30 100 Berdasarkan gambaran tersebut, diperoleh 26 atlet atau 86,7 % dari 30 atlet memiliki konsep diri positif dan 4 atlet atau 13,3 % berkonsep diri negatif. Secara umum atlet putra sepak bola UPI memiliki konsep diri positif. Gamabran konsep diri atlet tiap indikator dapat dilihat pada Tabel 8. 161 Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157-168 Ahmad Hamidi Tabel 8 Gambaran Konsep Diri Atlet Per Indikator Indikator Kategori Interval Frekuensi Persentase (%) Perceptual Component Positif 29 96,67 X 33,3 Negatif X 33,29 1 3,33 Conseptual Compoment Positif 27 90 X 23,3 Negatif X 23,29 3 10 Attitudinal Component Positif 27 90 X 34,4 Negatif X 34,39 3 10 Gambaran konsep diri atlet per indikator conceptual component digambarkan 90 % atau menunjukkan bahwa sebanyak 29 atlet atau 27 atlet pada kategori positif dan 10 % atau 3 96,67 % atlet memiliki konsep diri positif pada atlet pada kategori negatif. Untuk indikator indikator perceptual component dan 1 atlet atau attitudinal component, sebanyak 90 % atau 27 3,33 % memiliki konsep diri negatif pada atlet pada kategori positif dan 10 % atau 3 atlet indikator perceptual component. Pada indikator pada kategori negatif. 2. Profil Kualitas Interaksi Sosial Tim UKM seakbola UPI Putra Tabel 9 Deskriptif Statistika Variabel Interaksi Sosial Variable Sample Nilai Max Interaksi 30 177 Sosial Data di atas, merupakan hasil dari analisis yang dilakukan terhadap variabel interaksi sosial diperoleh nilai minimum sebesar 106; nilai maximum sebesar 177; rata-rata sebesar 150,4; dan standar deviasi sebesar 15,74. Dari hasil tersebut selanjutnya dapat dibuat kategorisasi data interaksi sosial yang terbagi menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Kategori Rendah Sedang Tinggi Nilai Min Rata-rata Std. Deviasi 106 150,4 15,74 Kategorisasi ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum mengenai kualitas interaksi sosial tim sepak bola Penghitungan dilakukan dengan sistem kategorisasi jenjang, yang bertujuan untuk menempatkan data ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang.Berikut adalah kategorisasi data untuk variabel interaksi, dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Gambaran Interaksi Sosial Atlet Putra pada Tim Sepak bola Interval Frekuensi Persentase (%) X < 91 0 0 91 X 143 7 23,33 X > 143 23 76,67 Jumlah 30 100 162 Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157-168 Ahmad Hamidi Berdasarkan perhitungan kategorisasi data tersebut, dapat dilihat bahwa tidak ada atlet dari tim Sepak bola UPI yang memiliki kualitas interaksi sosial tim yang rendah, 23,33 % yang berjumlah 7 atlet berada pada kualitas sedang, dan 76,67 % yang berjumlah 23 atlet pada kualitas tinggi. Berdasarkan data tersebut, gambaran secara umum kualitas interaksi sosial tim yang dimiliki atlet berada pada tingkat tinggi yang ditunjukkan dengan 76,67 % atlet memiliki kualitas interaksi sosial tim tinggi. Tabel 11 Gambaran Kualitas Interaksi Sosial Atlet Per Indikator Indikator Kategori Interval Frekuensi % Inklusi Tinggi X >69,99 3 10 Sedang 54,67 X 69,99 24 80 Rendah X < 54,67 3 10 Control Tinggi X >49,42 3 10 Sedang 40,64 X 49,42 23 76,67 Rendah X < 40,64 4 13,33 Afeksi Tinggi X > 47,95 3 10 Sedang 38,11 X 47,95 23 76,67 Rendah X < 38,11 4 13,33 Data di atas, menunjukkan gambaran 23 atlet atau 76,67 % berkualitas sedang, dang kualitas interaksi sosial per indikator, sebanyak 4 atlet atau 13,33 % berkualitas rendah. 10 % atau 3 atlet yang memiliki kualitas tinggi, Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan 80 % atau 24 atlet berkualitas sedang, dan 10 % pada data variabel, dimana nilai Lo sebesar atau 3 atlet berkualitas rendah untuk indikator 0,1438 dan nilai Lα, dengan sampel 30 dan α = inklusi. Pada indikator kontrol dan afeksi 0,05, yaitu sebesar 0,161. Oleh karena Lo sebanyak 3 atlet atau 10 % berkualitas tinggi, (0,1438) < Lα (0.161), maka distribusi data pada variabel konsep diri terdistribusi normal. Tabel 12 Deskriptif Normalitas Data Variabel Kualitas Interaksi Sosial Tim Variabel Sample Lo Lα Keterangan Interaksi social 30 0,1438 0,161 Normal 3. Hubungan Antara Konsep Diridengan Kualitas Interaksi Sosial Tim Sepak bola UPI Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kualitas interaksi sosial tim Sepak Bola UPI. Uji korelasi pada penelitiann ini menggunakan pendekatan statistika dari Pearson.Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,52. Koefisien korelasi ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sedang antara konsep diri atlet dengan kualitas interaksi sosial tim sepakbola UPI. Setelah dilakukan uji korelasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji signifikansi. Dari hasil perhitungan, didapat nilai thitungsebesar 3,2213 dan nilai ttabel sebesar 2,048. Kriteria pengujian signifikansi korelasi 163 Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157-168 Ahmad Hamidi adalah: jika , maka antara konsep diri atlet dengan kualitas interaksi sosial tim sepakbola UPI. Determinasi pada hubungan konsep diri dan kualitas interaksi sosial tim sebesar 27,07%. H0 diterima atau korelasinya tidak signifikan. Penghitungan didapatkan , maka H0 ditolak atau terdapat hubungan yang signifikan Tabel 13 Koefisien Korelasi dan Determinasi Data Koefisien Korelasi Determinasi thitung ttabel 0,52 27,07 3,221 Berdasarkan pengolahan dan analisis data dari penelitian yang telah peneliti lakukan mengenai hubungan antara konsep diri atlet dengan kualitas interaksi sosial tim, maka diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri atlet dengan kualitas interaksi sosial tim dalam permainan sepakbola. Untuk menguatkan hasil temuan tersebut, penulis mengambil pendapat Stuart dan Sudden, bahwa,“faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri adalah teori perkembangan, significant other (orang yang terpenting atau yang terdekat), dan self perception (persepsi diri sendiri)”. Dari teori di atas terdapat tiga faktor yang mempengaruhi konsep diri atlet, salah satumya adalah significant other yang bersinergi dengan interaksi sosial. Interaksi sosial tidak boleh begitu saja dilupakan dalam perkembangan konsep diri. Interaksi sosial akan memberikan other perception pada atlet, dan interaksi sosial di dalam tim merupakan suatu keharusan atau kebutuhan atlet untuk mencapai tujuan, baik tujuan individu maupun tujuan dari tim itu sendiri. Menurut Raimy (1948) dalam Burns mengatakan bahwa “Apa-apa yang diyakini seseorang mengenai dirinya merupakan sebuah faktor di dalam memahami secara sosial terhadap orang-orang lain.” Atlet yang memiliki konsep diri positif dapat menerima orang lain disekitarnya, terutama yang berhubungan langsung dengannya. Fey (1954) dalam Burns, 2,048 Keterangan Korelasi sedang dan signifikan berpendapat bahwa “laki-laki yang penerimaan dirinya tinggi (konsep diri positif) lebih menerima tehadap orang lain, memperkirakan popularitas mereka sendiri lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang penerimaan dirinya kurang.” Menurut Shaw dalam Dian (2011:2), menegaskan bahwa interaksi sosial adalah “suatu pertukaran antarpribadi yang masing-masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka,dan masing-masing perilaku mempengaruhi satu sama lain.” Konsep diri yang merupakan bagian dari kepribadian yang berpengaruh pada kualitas interaksi sosial dalam tim. Atlet akan berperilaku susuai kepribadian yang dimilikinya, maka atlet harus dapat menyesuaikan kepribadian yang di dalamnya terdapat konsep diri, keadaan tim dan atlet yang lainya dengan begitu terdapat sinkronisasi setiap individu. Menurut Ahmadi (2009:49), “Hubungan itu berkisar kepada usaha dalam menyesuaikan diri dan penyesuaian diri ini dapat dengan cara yang disebut autoplastis, yaitu seseorang harus menyesuaikan diri dnegan lingkungannya.” Penerimaan diri sendiri yang baik akan menjadikan individu lebih menikmati akan penerimaan lingkungan. Burns (1993) mengatakan bahwa “Orang yang menerima dirinya sendiri memandang dunia ini sebagai sebuah tempat yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan orang yang menolak 164 Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157168 Ahmad Hamidi dirinya sendiri dan kurang defensif terhadap orang-orang lain dan mengenai dirinya sendiri dikarenakan sikapnya itu.”Singgih (dalam Husdarta, 2010:96) mengemukakan bahwa, “Kepaduan tim merupakan kekuatan yang sangat diperlukan agar dapat menampilkan permainan sebaik-baiknya.”Menjadi sebuah kesatuan dalam tim, melalui proses interaksi yang baik, menjadi kekuatan tersendiri dalam mencapai prestasi maksimal. Anshel (1990:298) mengemukakan, bahwa “Coaches should be aware of the need of most athletes to belong-to affiliate with other team members.”Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pelatih harus dapat mengendalikan interaksi yang terjadi antar individu dalam tim agar menjadi suatu kesatuan. Hal tersebut dapat dikendalikan dengan keikut sertaan individu dalam membangun interaksi sosial yang baik, sehingga menjadi sebuah tim yang dinamis. “The procces of making friends and developing into a cohesive, supportive group is the best understood as a procces of group dynamics” (Anshel, 1990:298). Tim yang dinamis akan meningkat kan kohesi di dalam tim sendiri dan menciptakan suasana yang pelatih dan atlet inginkan, keadaan dimana seluruh anggota tim merasa nyaman. Hal di atas di namakan pembentukan iklim tim atau constructive climate. Menurut Anshel (1990:294), constructive climate adalah “when the atmosphere is relaxed and nontreatenig, athletes feel more comfortable in engaging in direct, honest communications with their coach and teammates.” Dalam suatu tim yang dinamis, masingmasing anggota tim menyadari peran yang harus di jalankan. Peran menurut Goerge (2010:123) adalah “harapan bersama yang menyangkut fungsi-fungsi di tengah masyarakat.” Fungsifungsi dalam sebuah tim disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki, dan harus disadari sendiri oleh pelaku. Dengan disadari kempauan yang dimiliki, peran yang diemban akan berfungsi dengan baik. Dalam hal ini pelatih harus dapat berdiskusi dengan baik tentang peran dan kemampuan yang dimiliki setiap atlet.Pelatih dapat mengontrol bagaimana peran dari setiap atlet, sehingga dapat meminimalisir permasalahan-permasalahan yang muncul. Permasalahan yang umum terjadi dalam sebuah tim adalah terjadi kesalahpahaman di antara masing-masing atlet, suatu hal yang dapat merusak interaksi dan iklim dalam tim. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antar varibel dengan tingkat korelasi sedang dan determinasi data kecil, kemungkinan disebabkan oleh kurangnya perhatian pelatih dan atlet pada aspek sosial, terutama pada konsep diri dan interaksi sosial tim. Pelatih ataupun atlet lebih terfokus pada aspek fisik, teknik, dan taktik.Oleh karena itu, atlet dan pelatih sendiri harus menyadari pentingnya aspek psikologi di dalam tim, khususnya pada konsep diri atlet dan interaksi sosial di dalam tim. Hal ini dimaksudkan untuk dapat mencegah dan menangani efek-efek yang ditimbulkan dari permasalahan pada aspek psikologi. Penangan dan pencegahan dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan psikologi, dapat berupa pembentukan kepribadian atau permainan kerjasama dalam kegiatan outbondyang dapat meningkatkan kohesi kelompok (perasaan bersama dalam kelompok). Dalam pembinaan konsep diri atlet, pelatih, dan pembina harus dapat mempertahankan dan menjadikan konsep diri menuju kearah positif. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan menemukan dan mengenali hal-hal negatif dan positif pada atlet, memberikan arahan untuk dapat terbuka menerima pandangan orang lain mengenai diri sendiri, dan berusaha untuk menghargai setiap usaha atau hasil karya sendiri. Lingkungan yang nyaman dan menyenangkan dapat mengarahkan konsep diri atlet kearah positif. 165 Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157168 Ahmad Hamidi KESIMPULAN Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang dalampenelitianini, dapatdisimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri atlet dengan kualitasi nteraksi sosialtim. Hubungan tersebut berada pada taraf koefisien korelasi sedang. DAFTAR PUSTAKA Ahira, Anne. (2014). Syarat dan Faktor Terjadinya Interaksi Sosial dalam Sosiologi. Tersedia di: http://www.anneahira.com. [Januari 2014] Ahmadi, A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Al-Maqassary, Ardi.(2014). Aspek-AspekKonsepDiri.Tersedia di: www.psikologymania.com. [Desember 2014] Al-Maqassary, Ardi.(2014). Aspek-AspekKonsepDiri.Tersedia di: www.psikologymania.com. [Desember 2014] Anshel, M. (1990).Sport Psychology: From Theory to Practice. Arizona: GoursuchScarisbrick. Boeree, Goerge.(2010). PsikologiSosial. Jogjakarta: Prisma Sophie. Burns, R . (1993). Konsep Diri: Teori, Pengakuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta: Arcan. Husdarta, J. (2010). Psikologi Olahraga. Bandung: Alfabeta Bandung. Ikhsanudin.(2010). PerkembanganKonsepDiri. Tersedia di: http://www.ikhsanu.blogspot.com. [Januari 2013] Lestari, A. (2011). Hubungan Interaksi Sosial Berdasarkan Teori Schutz Dengan Prestasi Belajar Siswa.SkripsiSarjanapada FIP UPIBandung: tidakditerbitkan. Lestari, F.(2009). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Motivasi Kerja Pegawai Ngeri Sipil.SkripsiSarjanapada FIP UPIBandung: tidakditerbitkan. Londong, Dedy. (2011). DasarPenentuanJumlah http://www.dedylondong.blogspot.com. [Januari 2013] Sample. Tersedia di: Masyhuri-Zainuddin. (2008). Metodologi Penelitian – pendekatan praktis dan aplikatif. Malang: PT. Refika Aditama. Mujayanah.(2009). InteraksiSosialdanKelompokSosial. Tersedia http://www.mujayanahalulum-mujayanah.blogspot.com. [Desember 2012] di: 166 Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157-168 Ahmad Hamidi Nasir, M. (1988). Metode Penelitian. Bandung: Galia Indonesia. Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Pamuji. (2009). Syarat Terjadinya Interaksi di:http://mrpams212.wordpress.com. [November 2012] Sosial. Tersedia Pramawaty, Nisha. (2010). Konsep Diri. Tersedia di: http://nishapramawaty.wordpress.com. [Desember 2012] Putra, Dian. (2011). InteraksiSosial. http://www.dianptraflojaborneo.wordpress.com. [Januari 2013] Rahadi, Aristo. (2008). Konsep Diri Dalam http://aristorahadi.wordpress.com. [Januari 2013] Tersedia Pendidikan. Tersedia di: di: Saifuddin, A. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Santoso, S. (2010). Teori-teori Psikologi Sosial. Surbaya: PT. Refika Aditama. Sarwono, S W. dkk. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Satria.(2011). Aspek-Aspek Konsep Diri.Tersedia di: http://id.shvoong.com. [Januari 2013] Seokanto, S. (2002). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Simanjuntak, Hakim. (2012).Pengertiandan Hal PendukungKonsep Diri. Tersedia di: http://www.hakimsimanjuntak.blogspot.com. [Januari 2013] Subliyanto. (2010). Populasi dan Teknik http://subliyanto.blogspot.com. [Januari 2013] Sampling. Tersedia di: Suharsimi, A. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Sujana, N. (2004). Tuntunan Penyusuna Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Surakhmad, W. (1992). Pengantar Penelitian, Dasar, Metode, dan Teknik. Bandung: Tarsito. Suryabrata, S. (1983). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sutiyono.(2012). Memahami Tim Kerja. http://www.sutiyonokudus.wordpress.com. [Januari 2013] Tersedia di: Velyn, L. (2011). Konsep Diri. Tersedia di: http://chachacillas.blogspot.com. [Januari 2013] Wijaya, Budi. (2012). KomunikasiMenurut Para Ahli. Tersedia di: 167 Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157-168 Ahmad Hamidi http://www.budiwijayaberjaya.blogspot.com. [Januari 2013] .(2010). Mengenali Konsep Diri Sejak Dini. Tersdia di: http://www.gudangmateri.com/. [Januari 2013] . (2011). Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial. Tersedia di: http://belajarpsikologi.com. [Januari 2013] . (2012). Interaksi Sosial. Tersedia di: http://id.wikipedia.org. [Januari 2013] ______. (2010).Fundamental Interpersonal Relationship di:http://communicationdomain.wordpress.com. [Januari 2013] Orientation. Tersedia ______. (2011). Pengertian Konsep Diri Menurut Para Ahli. Tersedia di: http://www.gexcess.com. [Januari 2013] ______. (2012). Empati. Tersedia di: http://id.wikipedia.org. [Januari 2013] ______. (2012). Interaksi Sosial. Tersedia di: http://id.wikipedia.org. [Januari 2013] ______. (2012). KonsepDiriPositifdanKonsepDiriNegatif. http://www.duniapsikologi.com. [Januari 2013] Tersedia di: ______. (2012). Konsep Diri. Tersedia di: http://www.bimbingankonselingkita.blogspot.com. [Januari 2013] ______. (2012). Pengertian Konsep Diri http://www.diwarta.com. [Januari 2013] Menurut Beberapa Ahli. Tersedia di: ______. (2013). Interaksi Sosial. Tersedia di: http://id.wikipedia.org. [Januari 2013] 168