BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era modern ini, bisnis warung kopi merupakan suatu bisnis yang menjanjikan. Tak sekadar sebagai kuliner, banyak masyarakat yang menjadikan warung kopi sebagai tempat untuk berkumpul, bersantai dan berbincang. Sudah menjadi suatu trend masyarakat untuk bersosialisasi. Oleh karena itu, dengan adanya warung kopi ini dimaksudkan untuk merealisasikan kebutuhan masyarakat yaitu sarana berkumpul dan bersantai dengan menikmati kopi. Gaya hidup sebagai pilihan bagi sebagian seseorang, termasuk ia mengalokasikan waktunya, dan sebagainya. Sedangkan gaya hidup secara luas dapat didefinisikan sebegai cara hidup yang dikenali dari bagaimana orang menggunakan waktu untuk melakukan aktivitas mereka yang berkaitan dengan mereka sendiri dan dunia disekitar mereka. Konsumen cenderung mencari dan mengevaluasi alternatif yang ada dengan atribut produk yang menjajikan pemenuhan kebutuhan gaya hidup yang dianutnya. Bagaimana individu mengalokasikan uang dan waktu yang dapat menggambarkan gaya hidup juga terjadi pada fenomena minum kopi di warung kopi yang belakangan ini merebak. Warung kopi adalah suatu usaha di bidang makanan dan miunman yang dikelola secara komersial yang menawarkan para tamu berbagai variasi menu kopi dan juga makanan kecil dengan pelayanan dalam suasana tidak formal tanpa diikuti suatu aturan pelayanan yang baku. Untuk 1 2 sekarang ini kebiasan minum kopi di warung kopi telah merebak di Indonesia, terutama di sejumlah kota-kota besar. Sebenarnya kebiasaan ini merupakan kebiasaan yang dinilai cukup baru begi masyarakat Indonesia. Pada awalnya kebiasaan meminum kopi di warung kopi adalah kebiasaan yang sudah ada sejak dahulu bangsa Eropa dan Amerika. Sedangkan di Indonesia, masyarakat Indonesia pertama kali mengeal kopi pada saat masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1696 bangsa Belanda meminta tanam paksa biji kopi sehingga Indonesia pada masa itu menjadi pengekspor kopi yang cukup di perhitungkan. Sejak di perkenalkan oleh Belanda, orang Indonesia mulai mengkonsumsi kopi tetapi hanya untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya supaya tidak mengantuk saat ronda atau menyetir. Sehubung dengan itu, kedai kopi pertama kali muncul di Indonesia dalam bentuk warungwarung kopi di pinggiran kota dengan konsumen kebanyakan dari kalangan buruh seperti tukang becak, kuli, supir, pekerja pabrik atau pekerja lainnya yang cenderung membutuhkan kopi untuk menambah stamina fisik yang kuat. Selain itu kebiasaan ini juga mulanya adalah kebiasaan yang identik dengan kaum lakilaki. Penyajian kopi budaya barat pun masuk ke Indonesia pada tahun 90-an dan berdampak pada berkembangnya coffeshop. Jika coffeshop memiliki pangsa kaum buruh, coffeshop ini lebih diperuntukan bagi kelas ekonomi menengah ke atas mengingat harga kopi yang ditawarkan hampir 10 kali lipat dengan harga kopi di warung biasa. 3 Fungsi minum kopi kini mengalami pergeseran. Minum kopi tidak lagi untuk kebutuhan, tetapi muncul keinginan meminum kopi di coffeshop sebagai sebuah bentuk proses pergaaulan sosial. Mereka menikmati kopi sambil beristirahat dan berbincang-bincang dengan rekannya. Kebiasaan ini dilakukan terus menerus sehingga banyak coffeshop. Selain itu konsumern coffeshop tidak lagi didominasi oleh konsumen laki-laki. Di Surakarta sendiri terdapat banyak sekali warung kopi. Salah satu yang yang ada di kota Surakarta yaitu Warkop Mas Boy yang terletak di Jl.Bayangkara No.63, Baron, Surakarta. Warkop Mas Boy ini lebih seperti kedai yang menyiapkan aneka kopi dari yang original hingga yang telah di mix(campur) dengan susu yang telah mengalami proses yang dinamakan frothering yang memunculkan banyak buih-buih susu atau yang sering disebut latte. Warkop Mas Boy ini baru saja di buka pada 20 Agustus 2015 dengan konsep yang santai dan kekeluargaan antara konsumen dengan produsen yang di ciptakan untuk strategi pemasaran. Kendala atau penghambat yang dialami oleh Warkop Mas Boy sendiri ada pada logo yang menggambarkan seperti BaberShop (salon laki-laki) dan bukan seperti warung kopi dan kurangnya untuk promosi. Warkop Mas Boy sendiri tak hanya menyediakan kopi saja namun juga menyediakana berbagai menu seperti milktea, es teh bahkan sate ayam dan berbagai menu lainnya yang di kemas secara sederhana dengan menggunakan gelas plastik atau cup untuk minuman dan piring plastik untuk makanan serta ada 4 beberapa menu tambahan yang tidak di masukan dalam daftar menu seperti gorengan dan cemilan. Untuk lebih lanjut program promosi dan rebranding dibutuhkan agar Warkop Mas Boy ini menjadi salah satu yang dikenal oleh masyarakat luas terutama dalam kota Surakarta, sehingga dapat mencapai target yang sudah di tentukan dan tempat berkomunikasi untuk masyarakat kota Surakarta berkumpul menikmati kopi dan menikmati sajian yang telah tertera dalam menu. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana rebranding untuk mempromosikan Warkop Mas Boy ini kepada target audiencenya? 2. Bagaimana marchendising untuk lebih mendukung program promosi Warkop Mas Boy ini kepada target audiencenya? C. Tujuan Perancangan 1. Perancangan rebranding untuk mempromosikan Warkop Mas Boy ini kepada terget audiancenya. 2. Perancangan marchendise untuk lebih mendukung program promosi Warkop Mas Boy ini kepada target audiencenya.