I. PENDAHULUAN T ingkat virulensi patogen, derajat imunitas inang dan stressor eksternal merupakan faktor-faktor yang terkait dengan timbulnya penyakit. Sakit pada ikan yaitu suatu keadaan abnormal yang ditandai dengan penurunan kemampuan ikan secara gradual dalam mempertahankan fungsi-fungsi fisiologik normal. Diagnosa penyakit ikan bertujuan untuk mengenali adanya ketidaknormalan pada ikan-ikan yang dibudidayakan serta mengidentifikasi penyebabnya. Diagnosa yang akurat merupakan data dasar dalam menentukan upaya pengendalian. II. PENYAKIT PADA IKAN LAUT DAN PENGENDALIANNYA A. Penyakit infeksi 1 . Penyakit Parasit 1) PARASIT METAZOA Monogenea Insang : Pseudorhabdosynochus sp., Diplectanum sp. dan Haliotrema sp. Pengendalian : perendaman formalin 25 s/d 75 ppm atau H2O2 150 ppm (150 ml/ton air laut) selama ½ - 1 jam, tergantung pada jenis, ukuran dan kondisi tubuh ikan. Kemudian dipindahkan ke bak pemeliharaan lain atau penggantian jaring untuk mengurangi reinfestasi. Pengulangan perendaman dilakukan pada lima hari kemudian. Monogenea Kulit : Neobenedenia sp. dan Benedenia sp. Pengendalian : perendaman air tawar atau dengan salinitas 5 ppt selama 10-15 menit atau H2O2 150 ppm selama 1/2 jam. Infestasi Trematoda insang (preparat mount insang) Infestasi Benedenia sp. (preparat mount kulit) Infestasi Hirudinea (lintah) Pengendalian : Perendaman dengan formalin 200 s/d 250 ppm (tergantung jenis, ukuran dan kondisi ikan) selama 1 jam dan disertai aerasi kuat. Isopoda : Rhexanella verrucosa Pengendalian : Pengambilan parasit secara manual dengan forcep/pinset kemudian dipindahkan ke bak atau jaring yang lain. Bekas luka diolesi dengan Iodin (betadin). 2) PROTOZOA Cryptocaryon irritans Pengendalian : Perendaman air tawar selama 5 menit atau dengan formalin 25 s/d 50 ppm selama 15 - 30 menit, diulang selama 3 hari berturut-turut. Trichodina sp. Pengendalian : Perendaman dengan formalin 25 s/d 30 ppm selama 1 - 2 jam, dilakukan 1- 2 hari. Amyloodinium ocellatum Pengendalian : Perendaman dengan formalin 100-250 ppm (tergantung jenis, ukuran dan kondisi ikan) selama 1 jam, atau dengan CuSO 4 .5H 2 O dengan konsentrasi 1,25 ppm (1,25 g/ton air) selama 1-2 jam. 2. Penyakit Bakterial Bakteri dapat menyebabkan penyakit secara mandiri atau bersama-sama satu atau lebih spesies. Seringkali tanda tanda visual penyakit yang ditimbulkan sangat mirip. Ikan yang terinfeksi biasanya terlihat lemah, kurang nafsu makan dan berubah warna. Perubahan patologi anatomi makroskopis ditandai dengan luka pada kulit, sirip, otot dan organ dalam. Pada banyak kasus, ditandai dengan nekrosis multifokal pada jaringan yang disertai peradangan. Bakteri penyebab penyakit pada ikan budidaya laut antara lain : Tenacibaculum maritinum , Vibrio spp., Pasteurella sp., Pseudomonas sp. dan Streptococcus sp. Pengendalian : karantina ikan sakit dan yang menunjukkan gejala sakit, penambahan vitamin C atau imunostimulan pada pakan, manajemen pakan yang baik dan pengelolaan kesehatan ikan yang baik dan benar. Gambaran mikroskopis preparat Nekrosis pada insang akibat tempel jaringan ginjal yang infeksi Tenacibaculum maritinum terinfeksi bakteri (pewarnaan Giemsa) Infestasi Amyloodinium ocellatum (preparat insang) Infestasi Trichodina sp. (preparat insang) 3) ENDOPARASIT a) Infeksi Nematoda b) Infeksi Cestoda c) Protozoa : Microsporidia Pengendalian : Belum diketahui Lesi fokal dari sirip adipose Nekrosis multifokal pada hati sampai peduncle berbentuk akibat infeksi bakteri irregular menyisip kulit dan sisik dan tampak bagian bawah dermis 3. Penyakit Jamur Infeksi jamur pada spesies ikan laut sering disebabkan oleh Saprolegnia sp., Lagenidium sp. dan Ichthyophonus sp. 4. Penyakit viral VNN Ditandai dengan gejala umum antara lain anorexia, lemah dan tubuh pucat. Gejala spesifik ditandai dengan pergerakan yang tidak terkoordinasi antara lain berenang tidak terarah, berputar-putar, berenang terbalik dan menghentakkan kepala ke permukaan air secara periodik. Pencegahan : Seleksi induk dan larva bebas VNN, penerapan biosecurity pada tempat budidaya dan penambahan vitamin C pada pakan. Sleepy Grouper Diseases (SGD) Ditandai dengan gejala klinis antara lain warna tubuh gelap,anoreksia,lemah, mengendap di dasar atau berenang terbalik di permukaan. Perubahan patologi anatomi organ dalam ditandai dengan pembengkakan limpa dan ginjal. Gambaran sitologi terhadap preparat tempel jaringan limpa, ginjal dan tymus dengan pewarnaan Giemsa yaitu ditemukannya enlarged cell/ giant cell serta badan inklusi yang bersifat asidofilik. Lipoid Liver Disease (Degenerasi melemak) Perubahan patologi anatomi organ dalam ikan ditandai dengan hati berwarna kekuningan yang disebabkan oleh akumulasi lemak, terkadang rapuh dan lebih berminyak bila disayat. Pengendalian : Perbaikan kualitas pakan, penambahan kombinasi vitamin E dan selenium pada pakan. PENANGANAN PENYAKIT PADA USAHA BUDIDAYA IKAN LAUT Perubahan patologi makroskopis organ hati (warna kekuningan) dan mikroskopis (vakuola-vakuola pada hepatosit) pada kasus degenerasi melemak Defisiensi vitamin Pengendalian : Penambahan vitamin pada pakan. Penyakit gelembung gas (Gas Bubble Disease) Pengendalian : Aerasi kuat untuk melepas gas nitrogen yang berlebihan. Penyakit gelembung gas Perubahan patologi infeksi SGD berupa Enlarged cell dan badan inklusi asidofilik 2. Penyakit Non Infeksi Penyakit non infeksi disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung, faktor nutrisi atau karena faktor genetik. Beberapa kasus penyakit non infeksi diantaranya : BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA LAUT LAMPUNG Jl. Yos Sudarso, Desa Hanura, Kec.Teluk Pandan Pesawaran 35351 Telp. 0721 - 4001379 / 4001380 Fax. 0721 - 4001110 Email : [email protected] Website : www.bbpbl.djpb.kkp.go.id KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA LAUT LAMPUNG 2017