Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009 SEBARAN SPASIO-TEMPORAL IKAN YANG TERTANGKAP DENGAN JARING PANTAI DI PERAIRAN TELUK AMBON BAGIAN DALAM [Spatio-temporal distribution of fishes catched by beach seine in inner Ambon Bay] O.T.S Ongkers1, M. Boer2, I. Muchsin2, S. Sukimin2, dan K. Praptokardiyo2 1 2 Mahasiswa Program Studi Ilmu Perairan, SPs IPB Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor e-mail korespondensi: [email protected] Diterima: 27 Agustus 2009, Disetujui: 27 Oktober 2009 ABSTRACT Study on spatio-temporal distribution of fishes caught by beach seine was carried out in Inner Ambon Bay during a year. The aim of this study is to describe the distribution of fishes in three zones, which they are zone of Halong, Lateri, and Waiheru every month during a year. The result showed that Waiheru zone at the dark of moon has many species of fishes. Shorthead anchovy, gold spot herring, and Indian anchovy were always found every month although they were no plenty. Species similarity of Waiheru zone was closed to Lateri zone, and there were five clusters of month of species association during a year. It was concluded that existence of fishes was depended by zone (location) and month (period). Key words: inner Ambon Bay, spatio-temporal distribution, correspondence analysis. penurunan kualitas lingkungan seperti luas hutan PENDAHULUAN Perairan Teluk Ambon terdiri atas Teluk bakau. Pattisina (1985) mendapatkan luas area Ambon Bagian Dalam (TABD) dan Teluk hutan bakau di TABD sebesar 45 Ha dan kini Ambon Bagain Luar (TABL) yang dipisahkan hanya tinggal kurang lebih 10 Ha (Anonim, oleh suatu ambang (sill) yang sempit dengan 2003). kedalaman mencapai 12,8 m, dengan lebar Di perairan TABD terdapat berbagai jenis ambang pada mulut teluk sekitar 74,5 m. Garis ikan pelagis kecil, pelagis besar dan demersal. pantainya memiliki panjang ± 14 km mulai dari Jenis-jenis ikan pelagis kecil yang umumnya Tanjung Martafons sampai Galala dengan luas adalah ikan umpan dan sering dijumpai ikan-ikan perairan Teluk Ambon Bagian Dalam (TABD) seperti ikan teri, tembang, selar kembung dan 2 kurang lebih 12,1 km (Anonim, 2003). Dimensi layang. Jenis-jenis ikan pelagis besar seperti ini cukup kecil, sehingga diduga akan mengalami tongkol ditemukan di perairan ini, tetapi jenis penyem-pitan akibat tuna cakalang dan madidihang tidak dijumpai di dinamika perairan ini (Anonim, 2003). Spesies ikan penggunaan lahan daratan pesisir untuk berbagai demersal yang terdapat di perairan ini adalah tujuan pengembangan. ikan mata bulan, ikan kapas-kapas, kakap, sedimentasi Kawasan dan pendangkalan sejalan dengan pesisir di perairan TABD kerapu, mulut besar (slipmouth) dan jenis lainnya merupakan daerah pemukiman dan daerah hutan (Pattikawa & Ongkers, 2003). Di perairan mangrove. Dari kegiatan penduduk, perairan TABD, hasil penelitian Wouthuyzen et al. (1984) TABD menerima berbagai beban masukan dari menemukan ikan puri atau jenis teri terdiri atas sungai-sungai yang ada disitu berupa partikel Stolephorus heterolobus, S. indicus, dan S. padatan, bahan organik dan lainnya sehingga di buccannieri. Selain teri, ditemukan juga jenis berbagai lokasi mengalami pendangkalan dengan tetare laju sedimentasi yang cukup tinggi (Tarigan & (Sardinella spp.), komo (Auxis thazard), lolosi Sapulete, 1987). Di samping itu juga terjadi (Caesio spp.), lompa (Thrysina sp.), momar (Rastrelliger spp.), make/tembang Ongkers et al. - Sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan Teluk Ambon Bagian Dalam (Decapterus spp.), gosau (Spratelloides sp.), dan adalah jenis lainnya. keberadaan kelimpahan ikan-ikan dan (2) pada Usaha perikanan tangkap ikan umpan telah lama ketersediaan dilakukan cadangan untuk bagi memperoleh berbeda nyata sehingga terdapat bulan-bulan tertentu terdapat perbedaaan yang nyata dari keberadaan jenis-jenis ikan. pengembangan perikanan cakalang. Usaha perikanan ikan umpan BAHAN DAN METODE mempergunakan jaring pantai dan dilengkapi Metode dan desain penelitian dengan lampu petromaks. Penggunaan jaring Metode penelitian yang digunakan adalah pantai tersebut cukup efektif serta tidak selektif penelitian survei post facto terhadap kualitas menangkap berbagai jenis ikan umpan yang habitat, distribusi ikan serta hasil tangkapan. berada di Teluk Ambon Bagian Dalam. Di akhir Pada penelitian ini dibagi atas tiga zona (segmen) dasawarsa ini, penggunaan jaring bermata halus dengan masing-masing zona dibagi dalam bentuk (fine mesh webbing) pada alat tangkap jaring kuadran pantai sehingga struktur atau karakter populasi berdasarkan kesempatan bertumbuh ikan muda menjadi kecil. karakter habitat, sebaran ikan dan operasional. Penggunaan alat bantu untuk menarik ikan Berdasarkan berkumpul ke permukaan dengan bantuan cahaya maka ke tiga zona ini dapat dikarakteristik (light fishing) merupakan salah satu faktor yang sebagai berikut: mempunyai kontribusi mempercepat penurunan hasil tangkapan. posisi, dengan pertimbangan mempertimbangkan contoh populasi, Zona I, yaitu zona TABD terluar yang Keberadaan ikan-ikan di perairan TABD bertemu dengan Teluk Ambon Bagian Luar dengan kondisi yang telah diterangkan di atas (TABL). Zona ini merupakan habitat ikan menunjukkan suatu status pola kehadirannya setempat serta kemungkinan masuk keluar ikan baik secara waktu maupun tempat perlu untuk dari luar teluk. Zona ini terletak antara antara dikaji dan diteliti. Dengan demikian dapat Desa Poka dan Galala (Gambar 1) menghadap ke diketahui keberadaan dan kelimpahan suatu jenis TAB, tepatnya pada lokasi Halong. Pada waktu ikan pada waktu tertentu dan di tempat tertentu. pasut, Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian yang (pertemuan massa air), karena adanya suatu mendalam dengan melakukan suatu penelitian ex ambang (sill) yang memisahkan TABD dan post facto berjudul Sebaran spasio-temporal TABL. Adapun luas areal ini sekitar 0,63 km2. ikan-ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan TABD. spasio-temporal ini merupakan daerah front Zona II merupakan kawasan utama dengan kedalaman maksimum sekitar 41 meter, berada Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sebaran zona ikan-ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan antara desa Hunuth dan Latta, sekitar lokasi Waiheru. Zona ini merupakan habitat berbagai jenis ikan, dengan luas areal sekitar 9,76 km2. TABD. Manfaat penelitian yang dilakukan Zona III merupakan kawasan TABD yang adalah menda-patkan pola keberadaan jenis-jenis menerima air limpasan dari sungai Wai-Tonahitu kemunculan ikan yang berlimpah baik bersifat (area estuari), dengan daerah aliran berupa hutan tempat maupun waktu. mangrove. Zona ini memiliki kedalaman Hipotesis yang diajukan dalam penelitian melandai dan terletak sekitar lokasi Lateri. Luas ini ialah (1) sebaran ikan-ikan pada suatu zona zona ini lebih kurang 1,74 km2. Zona ini 140 Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009 merupakan habitat asuhan berbagai larva jenis contoh ikan yang diambil dengan tanggul (scoop ikan yang hidup di perairan TABD. net) yang berdiameter 25 cm dan tinggi tanggul Sebaran spasio-temporal tercermin dari 50 cm. Hasil total tangkapan yang didapatkan kelimpahan individu. Satuan penelitian ini terdiri ditampung di keramba (floating cage). Contoh atas satuan contoh untuk menentukan struktur ikan untuk struktur jenis setiap hasil tangkapan jenis. Di setiap zona dilakukan pengambilan baik bulan terang maupun gelap secara acak contoh ikan pada saat bulan gelap dan terang. diambil sub pengambilan contoh tanggul dengan Satuan contoh ikan untuk menentukan jenis yaitu ulangan setiap ember. -3.64 °LS W ai G Hunuth ur ug ur u -3.65 °LS ah i tu on Daratan Daerah Intertidal Katekate Kawasan Mulut Teluk (Zona I) Kawasan Pembesaran (Zona II) Batukoneng W Keterangan : iT Negeri Lama Nania Wa Durianpatah Wai Sa la Waiheru Wa iH eru -3.63 °LS PETA LOKASI PENELITIAN Nuntetu Kawasan Hutan Mangrove (Zona III) Desa Lateri W ai To Latta na ai Lata Klapadua Skala 1 : 225.000 -3.55 uh u Galala Hative Kecil Tingkat Kedalaman (m) on Amb Pulau -3.65 Rumahtiga Lokasi Penenlitian Halong Wa iR -3.66 °LS Poka 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 -3.75 128.17 °BT 128.18 °BT 128.19 °BT 128.20 °BT 128.21 °BT 128.22 °BT 128.23 °BT 127.95 128.05 128.15 128.25 Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Desain waktu penelitian distribusi spasial temporal mengenai ikan ditetapkan lampu petromaks, dilakukan oleh 10 orang. Lama waktu selama 12 bulan, mulai dari bulan Agustus 2005 ditetapkan sampai Juli 2006, dengan perubahan temporal operasional. 4 operasi jam pengambilan sebagai contoh satuan baku dipantau setiap bulan gelap dan terang. Alat pengambilan contoh ikan adalah jaring pantai (beach seine) yang dirancang Metode analisis data Sebaran spasio-temporal ikan-ikan sebagai standard, yaitu berukuran panjang tali berdasarkan karakteristik habitat dan waktu pelampung (total float line) 100 m, tinggi 7 m dievaluasi dengan dengan ukuran mata jaring pada bagian tengah Faktorial Koresponden jaring 0,5 mm dan bagian sayap 25,5 mm. Analysis, CA) (Legendre & Legendre, 1983). Operasional jaring pantai standar ditetapkan Analisis ini didasarkan pada matriks data yang menggunakan dua perahu dilengkapi empat terdiri atas I baris (spesies ikan) dan J kolom menggunakan Analisis (Correspondence 141 Ongkers et al. - Sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan Teluk Ambon Bagian Dalam (karakteristik habitat ataupun waktu), dimana tersebut dengan berbagai tujuan, antara lain pada perpotongan baris ke-i dan kolom ke-j untuk mencari makan dan memijah. Diketahui jumlah individu ikan dari setiap modalitas bahwa Waiheru memiliki garis pantai yang karakteristik habitat ataupun waktu ke -j untuk panjang dan banyak ditumbuhi pohon mangrove spesies ikan. Dengan demikian matriks ini sepanjang 5 km, dengan enam jenis mangrove merupakan tabel kontingensi jenis ikan dengan yang mana Rhizopora apiculata mendominasi modalitas karakteristik habitat dan waktu. Data perairan tersebut berbagai kelompok ikan Tuhuteru (2008). Hasil diolah dengan bantuan program XLSTAT. tersebut, serta merupakan habitat survei akustik di TABD oleh Latumeten (2003) Sebaran spasio temporal jenis/spesies mendapatkan kelompok ikan yang banyak pada ikan yang diperoleh selanjutnya dikonfirmasi zona/lokasi Waiheru. Keragaman jenis ikan di oleh klasifikasi hierarki yang dijabarkan dalam perairan TABD, yang berkaitan dengan ikan bentuk dalam umpan, dapat dikatakan bahwa sangat beragam, berdasarkan dimana terdapat jenis pelagis kecil dan demersal. dendrogram. klasifikasi hierarki koefisien jarak Ordonansi dihitung korelasi dan kriteria Menurut Rawlinson (1989) dalam Blaber dan pengelompokan menggunakan keterikatan rata- Copland (1990), komposisi ikan umpan rata (average linkage). perikanan tuna mempunyai dampak dengan adanya jenis non target, yang terdiri atas berbagai jenis pelagis kecil dan besar. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi jenis Dari Jika dilihat dari jumlah total individu pengambilan selama selama setahun (gabungan bulan terang dan setahun, diperoleh total jenis ikan yang gelap), maka jenis ikan teri merah, EH tertangkap ketiga (Encrasicholina heteroloba) dan tembang, HQ stasiun/zona, dimana jumlah kehadirannya di (Herklotsichtys quadrimaculatus) serta teri ketiga lokasi/zona pada periode waktu terlihat putih (Stolephorus indicus) menempati urutan pada Tabel 1. teratas dan mendominasi hasil tangkapan setiap adalah: 54 contoh jenis pada bulan. Ketiga jenis ini menurut Conand dan Tabel 1. Jumlah jenis berdasarkan lokasi dan periode waktu Kulbicki (1988) juga Whitehead et al. (1988) merupakan jenis ikan dominan pada areal Teluk Lokasi Waktu Terang Waktu Gelap Halong 31 35 berkelompok pada siang hari dan menyebar di Lateri 34 37 seluruh tempat di dalam teluk. Tabel 2 Waiheru 33 44 memperlihatkan dan di sekitar permukaan, 10 jenis dan ikan tersebar yang mendominasi ketiga zona di perairan TABD. Terlihat bahwa lokasi Waiheru pada bulan Teri merah merupakan ikan dengan kelimpahan gelap merupakan areal dengan kemunculan jenis tertinggi yang mendominasi ekosistem di ketiga ikan yang lebih banyak dibandingkan dengan zona/lokasi, meskipun jenis ikan tersebut telah lokasi pada waktu lainnya. Jumlah jenis yang mengalami lebih banyak ini disebabkan pada waktu bulan (Wouthuyzen et al., 1984; Kurnaen, 1992; gelap ikan-ikan nokturnal beruaya ke areal Pattikawa & Ongkers, 2003; Ongkers, 2008). 142 tangkap lebih (overfishing) Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009 Tabel 2. Jumlah total individu selama setahun dari 10 jenis ikan dominan No. Jenis ikan Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Encrasicholina heteroloba Herklotsichtys quadrimaculatus Stolephorus indicus Dussumieria accuta Stolephorus buccanieri Lisa sp. Leiognathus leuciscus Gaza achclamys Apogon sp. Caranx sexfasciatus EH HQ S IN DA ST BU LI sp LL GA Ap sp CA SX Hasil kalkulasi jumlah individu ikan-ikan Lokasi Lateri 3434 1222 613 330 500 922 189 83 305 198 Halong 1943 2290 1623 873 525 15 243 331 190 25 tertentu seperti Waiheru 2934 1999 710 561 659 505 731 287 116 261 ikan teri Jumlah (individu) 8311 5511 2946 1763 1683 1441 1163 700 611 484 merah EH per tahun yang berada di lokasi TABD (Encrasicholina heteroloba) dalam ukuran kecil diperlihatkan pada tampilan Gambar 2. Seperti pada tingkat juwana. Diduga bahwa bulan-bulan yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa ketiga tersebut berkaitan dengan bulan pemijahan lokasi/zona selalu didominasi oleh jenis-jenis terutama di lokasi (zona) Lateri dan Waiheru. anchovy dan herring. Jenis-jenis ikan ini Jumlah individu yang tinggi pada bulan menurut Sharma & Adams (1989) in Blaber dan September dan Oktober, jika dikaitkan dengan Copland (1989) merupakan jenis-jenis ikan hasil penelitian Conand dan Kulbicki (1988), perairan dangkal yang mendiami areal yang agak menemukan bahwa bulan-bulan tersebut adalah tenang (teluk). bulan pemijahan bagi ikan anchovy dan herring, Tampilan total kedua jenis ini berada sepanjang tahun di Teluk individu setiap jenis di ketiga lokasi terlihat pada Noumea (New Caledonia). Ditambahkan oleh Gambar 3. Terlihat bahwa individu tertinggi Dalzell (1989) dalam Blaber dan Copland (1989) terdapat pada jenis Encrasicholina heteroloba di New Guinea, bahwa antara bulan Mei sampai (EH) November dan secara terendah keseluruhan terdapat pada jenis adalah bulan pemijahan bagi Chirocentrus dorab (CD). Berdasarkan rataan Stolephorus heteroloba, yang sekarang dikenal jumlah individu per bulan di masing-masing dengan Encrasicholina lokasi (zona) pada Gambar 4, maka terlihat merupakan bulan kemarau ketika ikan pelagis bahwa pada bulan September dan Oktober kecil (teri) masuk ke dalam teluk untuk memijah terdapat rataan jumlah individu yang tinggi (975 (Kurnaen, 1992). Kelimpahan ikan terjadi pada ind/bulan dan 996 ind/bulan) terutama lokasi lokasi Lateri dan Waiheru. Jika ditilik kedua Lateri, sedangkan lokasi/zona Waiheru (366 lokasi/zonaini mempunyai luas hutan mangrove ind/bulan dan 810 ind/bulan). Kondisi tingginya yang kelimpahan rataan jumlah individu tersebut lokasi/zona Halong. agak lebat heteroloba. dibandingkan Oktober dengan disebabkan oleh berlimpahnya jenis-jenis ikan 143 Ongkers et al. - Sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan Teluk Ambon Bagian Dalam Gambar 3. Total individu setiap jenis selama setahun Jumlah Individu 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 Bulan Gambar 4. Rataan jumlah individu per bulan di setiap lokasi/zona 144 Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009 Sebaran spasial berdasarkan karakteristik habitat Herklotsichtys quadrimaculatus, HQ dan teri hitam Stolephorus buccanieri. Kelompok ini Untuk mengkaji sebaran spasial ikan berdasarkan karakteristik digunakan Analisis (Correspondence habitat Faktorial Analysis). maka Koresponden Data yang digunakan untuk analisis ini adalah kelimpahan total jenis ikan selama setahun dan stasiun pengamatan. Dari hasil analisis diperoleh akar ciri dan persentase varians pada sumbu utama seperti tertera pada Tabel 3. sedikit pada zona lainnya. Kelompok ke 2 adalah jenis ikan-ikan yang berasosiasi pada zona/lokasi Lateri, yang diwakili oleh ikan kepala batu Pranesus pinguis (PP), ikan lalosi Pterocaesio sp. (PT sp) dan ikan julung Hemihampus sp. (He sp). Ketiga jenis terakhir berada agak banyak di zona Lateri. Kelompok yang terakhir adalah kelompok Halong dimana terdapat jenis ikan teri Tabel 3. Akar ciri dan persentase varians pada sumbu utama dari analisis koresponden putih, Stolephorus indicus (SIN), tembang/make moncong Dussumieria accuta (DA) dan layang/momar merah Decapterus ruselli (DS), Sumbu utama 0,1335 0,0564 70 30 70 100 Akar ciri Varians (%) Kumulatif (%) berlimpah pada zona Waiheru, tetapi hanya karena mereka berada agak berlimpah pada areal ini. Hasil pengelompokan yang terbentuk pada Hasil analisis terhadap 54 jenis ikan yang analisis koresponden melalui dendrogram (lokasi) memperlihatkan bahwa terdapat dua kelompok menunjukkan bahwa informasi mengenai sebaran kesamaan jenis ikan pada lokasi/zona penelitian spasial terpusat pada sumbu (axis) 1 dan 2. (Gambar 6). Kelompok pertama diwakili oleh Kontribusi terbesar adalah pada sumbu 1 (70%) zona Waiheru dan Lateri, diikuti oleh kelompok dan sumbu 2 (30%) dari total ragam (varians). kedua yaitu zona Halong. Jika dilihat dari Untuk mengkaji lebih jauh peranan setiap kesamaan variabel pada sumbu utama dapat dilihat pada berbasis lokasi, maka ikan–ikan yang hampir kualitas representase (kosinus kuadrat) yang sama muncul di lokasi berbeda disebabkan kedua terlihat pada Tabel 4. lokasi/zona berdekatan (lihat Gambar 1 pada peta ditemukan pada Grafik ketiga analisis zona faktorial koresponden jenis berdasarkan sebaran ikan lokasi penelitian, antara Waiheru dan Lateri). antara jenis ikan dan lokasi (zona) tertera pada Gambar 5. Pada sumbu 1 dan 2, terlihat 3 kelompok asosiasi. Asosiasi yang terjadi dalam suatu kelompok memperlihatkan hubungan yang erat antara jenis ikan dan lokasi. Gambar 5 memperlihatkan tiga kelompok yang diterangkan pada sumbu 1 dan 2. Informasi terbesar (70%) terdapat pada sumbu 1, dan sisanya 30% pada sumbu 2. Kelompok 1 diwakili oleh kelompok Waiheru yaitu ikan-ikan teri merah Encrasicholina heteroloba (EH), tembang/make Sebaran temporal berdasarkan karakteristik habitat Sebaran temporal ikan ikan berdasarkan karakteristik habitat digunakan Analisis Faktorial Koresponden (Correspondence Analysis). Data yang digunakan untuk analisis ini adalah kelimpahan total jenis ikan selama setahun dan bulan pengamatan. Dari hasil analisis diperoleh akar ciri dan persentase varians pada sumbu utama seperti tertera pada Tabel 5. 145 Ongkers et al. - Sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan Teluk Ambon Bagian Dalam Tabel 4. Kosinus kuadrat antara aksis 1 dan 2 Kosinus Kuadrat antara Baris/Kolom dan Aksis Nama Jenis Ikan Kode 1 Encrasicholina heteroloba EH 0,9999 Stolephorus indicus S IN 0,6463 Gerres oyena GO 0,9705 Selar sp. SE sp 0,0855 Rastreliger kanagurta RK 0,0509 Decapterus macrosoma DM 0,8762 Thryssa encrasichoilodes TE 0,6237 Pranesus pinguis PP 0,0117 Herklotsichtys quadrimaculatus HQ 0,9783 Gaza achclamys GA 0,9956 Sardinella sp. SA sp 0,8663 Leiognathus leuciscus LL 0,0635 Dussumieria accuta DA 0,8756 Upeneus sulphureus US 0,9313 Mugil cephalus MC 0,0095 Lutjanus vitta LV 0,8993 Upeneus vittatus UV 0,4866 Pterocaesio sp. PT sp 0,8122 Apogon sp. Ap sp 0,3572 Stolephorus buccanieri ST BU 0,5014 Sardinella atricauda SAT 0,5017 Liza sp. LI sp 0,9934 Strongylaura leiura S LEI 0,9049 Decapterus ruselli DS 0,5617 Scomberoides lysan SL 0,1257 Selaroides leptolepis S LEP 0,1924 Caranx sexfasciatus CA SX 0,4638 Hemihampus sp. HE sp 0,7806 Amblygaster sirm AS 0,6124 Sepia sp. S sp 0,9989 Siganus canaliculatus SI CA 0,7063 Syngnatoides biaculeatus SY BI 0,2850 Carangoides sp. CA sp 0,8387 Etelis carbunculus EC 0,2729 Mugil cephalus M CEP 0,7201 Zenarclopterus sp. Z sp 0,0540 Ambasis buruensis AB 0,0013 Apogon cyanosoma CY sp 0,9497 Arothron manilensis AM 0,9042 Auxis thazard AT 0,6294 Yongeichthys nebulosus YN 0,0012 Diagramma pictum DP 0,8682 Lutjanus sebae LS 0,8235 Penaeus sp. PE sp 0,5935 Lutjanus sp. LU sp 0,8235 Lutjanus sebae LS 0,8235 Epinephelus rivulatus ER 0,0153 Lutjanus malabricus LM 0,0153 Upeneus tragula UT 0,0153 146 2 0,0001 0,3537 0,0295 0,9145 0,9491 0,1238 0,3763 0,9883 0,0217 0,0044 0,1337 0,9365 0,1244 0,0687 0,9905 0,1007 0,5134 0,1878 0,6428 0,4986 0,4983 0,0066 0,0951 0,4383 0,8743 0,8076 0,5362 0,2194 0,3876 0,0011 0,2937 0,7150 0,1613 0,7271 0,2799 0,9460 0,9987 0,0503 0,0958 0,3706 0,9988 0,1318 0,1765 0,4065 0,1765 0,1765 0,9847 0,9847 0,9847 Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009 Tabel 4. (lanjutan) Kosinus Kuadrat antara Baris/Kolom dan Aksis Nama Jenis Ikan Innegocia japonica IJ 0,9780 Chirocentrus dorab CD 0,7244 Leiognathus sp. LE sp 0,0153 Spyraena barracuda SP BA 0,7849 Halong 0,7294 Lateri 0,8810 Waiheru 0,0240 0,0220 0,2756 0,9847 0,2151 0,2706 0,1190 0,9760 Profil baris dan kolom pada axis 1 dan 2 (100% ) 1.5 LM UT E IJ R YN Z sp MC SE sp SS L LEP SY BI EC TE CA SX PE sp D Waiheru SI CA DM US GA IJ ST BU LI sp EH H SQ LEI D A M CEP P P PT HEsp sp Lateri Halong G CNOsp S IN D SU V R K LV A B Ap sp CA sp SA sp AM DP SAT PESsp LU L LL 0.5 S sp 0 -0.5 AT -1 -1.5 AS -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 -- axis 1 (70% ) --> Gambar 5. Grafik analisis faktorial koresponden sebaran spasial ikan sumbu 1 dan 2 Dendrogram with Average Linkage and Correlation Coefficient Distance 91.70 Similaritas Similarity -- axis 2 (30% ) --> 1 94.46 97.23 100.00 Halong Lateri Variables Waiheru Variabel/Zona Gambar 6. Dendrogram klasifikasi hirarki berbasis zona/lokasi 147 Ongkers et al. - Sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan Teluk Ambon Bagian Dalam Tabel 5. Akar ciri dan persentase varians pada sumbu utama analisis koresponden Akar ciri Varians (%) Kumulatif (%) Sumbu Utama 0.3881 0.3580 0.3328 22% 20% 19% 22% 40% 61% asosiasi ikan-ikan samandar Siganus canaliculatus (SI CA), layang/momar putih Decapterus macrosoma (DM), lemuru Sardinella sp. (SA sp), gete-gete Apogon sp. (Ap sp), gobi Yongeichthys nebulosus (YN), udang Penaeus sp. (PE sp), dan ikan bae Etelis carbunculus Hasil analisis terhadap 54 jenis ikan yang ditemukan selama Kemunculan ikan ikan tersebut dikarenakan banyak dan berlimpah terutama ikan menunjukkan bahwa informasi mengenai sebaran bae. Ada juga asosiasi kelompok bulan Februari spasial terpusat pada sumbu 1, 2, dan 3. dengan ciri jenis adalah ikan sardin jenis make Kontribusi terbesar adalah pada sumbu 1 (22%), moncong (Dussumiera accuta, DA). Kelompok sumbu 2 (20%) dan sumbu 3 (19%) dari total asosiasi lainnya pada sumbu kedua adalah ragam faktorial kelompok April dengan ciri jenisnya adalah teri koresponden antara jenis ikan dan lokasi (zona) merah Encrasicholina heteroloba (EH) dan tertera pada Gambar 7. Pada sumbu 1 dan 2, tembang Herklotsichtys quadrimaculatus (HQ). Grafik bulan (ER). pengamatan (varians). 12 analisis terlihat tiga kelompok asosiasi. Asosiasi yang Gambar 7b memperlihatkan ciri terjadi dalam suatu kelompok memperlihatkan keberadaan kelompok ikan pada bulan November hubungan yang erat antara jenis ikan dan lokasi. dengan jenis ikan teri/puri hitam Stolephorus Gambar 7a memperlihatkan ciri keberadaan buccanieri (ST BU). Jenis tersebut mempunyai kelompok ikan berdasarkan bulan, dimana ada kelimpahan tertinggi pada bulan November, kelompok asosiasi ikan yang muncul pada bulan tetapi sedikit pada bulan lainnya. September. Mereka antara lain: ikan pedang Dari hasil olahan analisis klaster berbasis Chirocentrus dorab (CD), ikan dalise Lutjanus variabel antar bulan, didapatkan lima klaster sebae (LS), gete-gete merah Apogon Cyanosoma bulan yang membentuk suatu ekosistem jenis (CY sp), dan ikan barakuda Spyraena barracuda ikan di Teluk Ambon Bagian Dalam (Gambar 8). (SP BA). Kelompok ikan ini terdapat pada bulan Mereka adalah kelompok Agustus ikan bae Etelis September, terutama barakuda yang muncul carbunculus (ER), kelompok September dengan sekali dalam jumlah yang banyak. Asosiasi yang ikan barakuda Spyraena barracuda (SP BA), lainnya muncul pada kelompok sumbu utama kelompok November, kelompok Februari, dan kedua, yaitu kelompok bulan Agustus dengan ciri kelompok April, Mei, Juni, dan Juli. 148 Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009 Gambar 7a. Profil Baris dan Kolom Pada Aksis 1 dan 2 (42% ) 2.5 YR N E 2 DM PE sp AGS SI CA -- aksis 2 (20% ) --> 1.5 1 CY sp GA Ap sp L V DAPM 0.5 IJ 0 LS -0.5 LI sp -1 -1.5 SA sp AB S LEP S sp SEP UT Le SP sp BA CD -1 OKT LU sp L M CEP PP FEB SE sp GO JULI CA SX AS APR LEI D S JUNI MEI SSIN HE sp R K LL PT sp U SE H U V MAR E CZ sp ST BU TE CA sp H Q D A DES NOV JAN M CHL sp S L SAT SYTsp CN A BI -0.5 0 0.5 1 1.5 2 -- aksis 1 (22% ) --> (a) Gambar 7b. Profil Baris dan Kolom Pada Aksis 2 dan 3 (39% ) 3.5 LU sp 3 2.5 -- aksis 3 (19% ) --> 2 A FEB S 1.5 M CEP 1 LM SE SX sp D SAPR CA S MEI LEI JUNIJULI HE sp SP LI sp LeBA sp PT L Lsp S IN G POP OKT SEP C D E C UT ELHRSK IJ S sp AB H QT EU S S LEP LV SA sp MAR DA CY sp JAN UZVsp AGS S L NOV ST BU DM CA sp Ap G spA SI CA PE sp DES SAT MC DP HL AM SY CN A Tsp BIsp 0.5 0 -0.5 -1 -1.5 EYRN -2 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 -- aksis 2 (20% ) --> (b) Gambar 7. Grafik analisis faktorial koresponden sebaran temporal sumbu 1, 2, dan 3 (a) ciri keberadaan kelompok ikan berdasarkan bulan; (b) ciri keberadaan kelompok ikan pada bulan November dengan jenis ikan teri/puri hitam 149 Ongkers et al. - Sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan Teluk Ambon Bagian Dalam Dendrogram with Average Linkage and Correlation Coefficient Distance Similaritas Similarity 64.38 76.25 88.13 100.00 AGS SEP OKT NOV DES MAR JAN Variables FEB APR MEI JUNI JULI Variabel/Zona Gambar 8. Dendrogram klasifikasi hirarki bulan-bulan penelitian KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim, 2003. Data dan informasi sumberdaya perikanan Kota Ambon dan Kep. Lucipara. Kerjasama Pemerintah Daerah Kodya Ambon dan Fakultas Perikanan Unpatti, Ambon. Lokasi Waiheru mempunyai jumlah jenis ikan lebih banyak daripada lokasi lainnya. 2. Encrasicholina heteroloba, Herklotsichtys quadrimaculatus, dan Stolephorus indicus selalu ada setiap bulan di perairan Teluk Ambon Bagian Dalam meskipun tidak berlimpah. 3. Lokasi Waiheru diindikasikan dengan jenis teri merah, tembang/make biasa, dan teri hitam. Lokasi Lateri dengan ikan kepala batu dan julung serta lalosi. Lokasi Halong diindikasikan dengan teri putih, make moncong serta layang/momar merah. 4. Terdapat lima klaster asosiasi jenis berbasis bulan, yaitu kelompok Agustus (Etelis carbunculus), September (Apogon sp. dan Spyraena barracuda), (Stolephorus buccanieri), November Februari (Dussumiera accuta) serta kelompok April (Encrasicholina heteroloba Herklotsichtys quadrimaculatus). 150 dan Conand, F & Kulbicki. 1988. Tuna bait fishes: biology, ecology and resources in New Caledonia. South Pasific Commision. Inshore Fish.Res/BP3. Noumea, New Caledonia. 9 p. Dalzell, P. 1989. Biology and population dynamics of tuna baitfish in Papua New Guinea. In Blaber, S.J.M, and J.W. Copland (Ed.). 1990. Tuna baitfish in the Indo Pacific Region: proceedings of a workshop, Honaiara, Salomon Islands, 11-13 December 1989. ACIAR Proceedings No. 30, 211 p. Legendre, L & Legendre, P.1983. Numerical ecology. Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam, Oxford, New York, 419 p. Latumeten, J. 2003. Kelimpahan dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis di Teluk Ambon. Ichthyos Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Kelautan, 2(1): 13-20. Ongkers, O.T.S. 2008. Parameter populasi ikan teri putih (Stolephorus indicus) di Teluk Ambon Bagian Dalam. Jurnal Iktiologi Indonesia, 8 (2): 85-92. Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009 Rawlinson, N.J.F. 1989. Catch composition of the tuna baitfishery of Salomon Islands and possible impact on non target species. In Blaber SJM & Copland JW (Ed.). 1990. Tuna baitfish in the Indo pacific Region: proceedings of a workshop, Honaiara, Salomon Islands, 11-13 December 1989. ACIAR Proceedings No. 30, 211 p. Pattikawa, J.A. & Ongkers, O.T.S. 2003. Dinamika populasi ikan puri putih Stolephorus indicus di Teluk Ambon Bagian Dalam. Ichthyos Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Kelautan, 1 (1): 13-30. Pattisina, L.A. 1985. Kecepatan guguran daun mangrove di hutan mangrove Passo, Teluk Ambon Bagian Dalam. Skripsi. Fak. Perikanan Universitas Pattimura Ambon (tidak dipublikasikan). Sharma, S.P. & Adams, T.J.H. 1989. The Fiji tuna fishery. In Blaber S.J.M. & Copland, J.W. (eds.). 1990. Tuna baitfish in the Indo Pacific Region: proceedings of a workshop, Honaiara, Salomon Islands, 11-13 December 1989. ACIAR Proceedings No. 30, 211 p. Sumadhiharga, O.K. 1978. Beberapa aspek biologi ikan puri (teri) Stolephorus heterolobus (Ruppel), di Teluk Ambon. Oseanologi di Indonesia, 9: 29-41. Sumadhiharga, O.K. 1992. Anchovy fisheries and ecology with special reference to the reproductive biology of Stolephorus spp. in Ambon Bay. A Thesis submitted in fulfilllment of the requirement for the degree to Doctor of Philosophy. University of Tokyo. 154 p. Tarigan, Z. & Sapulete, D. 1987. Perubahan musiman suhu air laut di Teluk Ambon Bagian Dalam. Teluk Ambon: biologi, perikanan, oseanografi, dan geologi. Balitbang Sumberdaya Laut. Puslitbang Osenologi LIPI Ambon, Ambon, I: 81-90 Tuhuteru. 2008. Analisis pengelolaan kawasan hutan mangrove Desa Waiheru. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura Ambon. 63 hal. Whitehead, P.J.P.; Nelson, G.J. & Wongratana, T. 1988. FAO species catalogue Vol. 7. Clupeoid fishes of the world (Suborder Clupeoidei). An annotated and illustrated catalogue of the herrings, sardines, pilchards, sprats, shads, anchovies, and wolf-herrings. Part 2 - Engraulididae. FAO Fish. Synop., 7 (125) Pt. 2: 579 p. Wouthuyzen, S.; Suwartana, A. & Sumadhiharga, O.K. 1984. Studi dinamika populasi ikan puri merah Stolephorus heterolobus (Ruppel) dan kaitannya dengan perikanan umpan di Teluk Ambon Bagian Dalam. Oseanologi di Indonesia, 18: 1-2. 151