sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai

advertisement
Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009
SEBARAN SPASIO-TEMPORAL IKAN YANG TERTANGKAP DENGAN
JARING PANTAI DI PERAIRAN TELUK AMBON BAGIAN DALAM
[Spatio-temporal distribution of fishes catched by beach seine in inner Ambon Bay]
O.T.S Ongkers1, M. Boer2, I. Muchsin2, S. Sukimin2, dan K. Praptokardiyo2
1
2
Mahasiswa Program Studi Ilmu Perairan, SPs IPB
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor
 e-mail korespondensi: [email protected]
Diterima: 27 Agustus 2009, Disetujui: 27 Oktober 2009
ABSTRACT
Study on spatio-temporal distribution of fishes caught by beach seine was carried out in Inner Ambon Bay during a
year. The aim of this study is to describe the distribution of fishes in three zones, which they are zone of Halong, Lateri,
and Waiheru every month during a year. The result showed that Waiheru zone at the dark of moon has many species of
fishes. Shorthead anchovy, gold spot herring, and Indian anchovy were always found every month although they were
no plenty. Species similarity of Waiheru zone was closed to Lateri zone, and there were five clusters of month of
species association during a year. It was concluded that existence of fishes was depended by zone (location) and month
(period).
Key words: inner Ambon Bay, spatio-temporal distribution, correspondence analysis.
penurunan kualitas lingkungan seperti luas hutan
PENDAHULUAN
Perairan Teluk Ambon terdiri atas Teluk
bakau. Pattisina (1985) mendapatkan luas area
Ambon Bagian Dalam (TABD) dan Teluk
hutan bakau di TABD sebesar 45 Ha dan kini
Ambon Bagain Luar (TABL) yang dipisahkan
hanya tinggal kurang lebih 10 Ha (Anonim,
oleh suatu ambang (sill) yang sempit dengan
2003).
kedalaman mencapai 12,8 m, dengan lebar
Di perairan TABD terdapat berbagai jenis
ambang pada mulut teluk sekitar 74,5 m. Garis
ikan pelagis kecil, pelagis besar dan demersal.
pantainya memiliki panjang ± 14 km mulai dari
Jenis-jenis ikan pelagis kecil yang umumnya
Tanjung Martafons sampai Galala dengan luas
adalah ikan umpan dan sering dijumpai ikan-ikan
perairan Teluk Ambon Bagian Dalam (TABD)
seperti ikan teri, tembang, selar kembung dan
2
kurang lebih 12,1 km (Anonim, 2003). Dimensi
layang. Jenis-jenis ikan pelagis besar seperti
ini cukup kecil, sehingga diduga akan mengalami
tongkol ditemukan di perairan ini, tetapi jenis
penyem-pitan
akibat
tuna cakalang dan madidihang tidak dijumpai di
dinamika
perairan ini (Anonim, 2003). Spesies ikan
penggunaan lahan daratan pesisir untuk berbagai
demersal yang terdapat di perairan ini adalah
tujuan pengembangan.
ikan mata bulan, ikan kapas-kapas, kakap,
sedimentasi
Kawasan
dan
pendangkalan
sejalan
dengan
pesisir
di
perairan
TABD
kerapu, mulut besar (slipmouth) dan jenis lainnya
merupakan daerah pemukiman dan daerah hutan
(Pattikawa & Ongkers, 2003). Di perairan
mangrove. Dari kegiatan penduduk, perairan
TABD, hasil penelitian Wouthuyzen et al. (1984)
TABD menerima berbagai beban masukan dari
menemukan ikan puri atau jenis teri terdiri atas
sungai-sungai yang ada disitu berupa partikel
Stolephorus heterolobus, S. indicus, dan S.
padatan, bahan organik dan lainnya sehingga di
buccannieri. Selain teri, ditemukan juga jenis
berbagai lokasi mengalami pendangkalan dengan
tetare
laju sedimentasi yang cukup tinggi (Tarigan &
(Sardinella spp.), komo (Auxis thazard), lolosi
Sapulete, 1987). Di samping itu juga terjadi
(Caesio spp.), lompa (Thrysina sp.), momar
(Rastrelliger
spp.),
make/tembang
Ongkers et al. - Sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan Teluk Ambon
Bagian Dalam
(Decapterus spp.), gosau (Spratelloides sp.), dan
adalah
jenis lainnya.
keberadaan kelimpahan ikan-ikan dan (2) pada
Usaha perikanan tangkap ikan umpan
telah
lama
ketersediaan
dilakukan
cadangan
untuk
bagi
memperoleh
berbeda
nyata
sehingga
terdapat
bulan-bulan tertentu terdapat perbedaaan yang
nyata dari keberadaan jenis-jenis ikan.
pengembangan
perikanan cakalang. Usaha perikanan ikan umpan
BAHAN DAN METODE
mempergunakan jaring pantai dan dilengkapi
Metode dan desain penelitian
dengan lampu petromaks. Penggunaan jaring
Metode penelitian yang digunakan adalah
pantai tersebut cukup efektif serta tidak selektif
penelitian survei post facto terhadap kualitas
menangkap berbagai jenis ikan umpan yang
habitat, distribusi ikan serta hasil tangkapan.
berada di Teluk Ambon Bagian Dalam. Di akhir
Pada penelitian ini dibagi atas tiga zona (segmen)
dasawarsa ini, penggunaan jaring bermata halus
dengan masing-masing zona dibagi dalam bentuk
(fine mesh webbing) pada alat tangkap jaring
kuadran
pantai
sehingga
struktur atau karakter populasi berdasarkan
kesempatan bertumbuh ikan muda menjadi kecil.
karakter habitat, sebaran ikan dan operasional.
Penggunaan alat bantu untuk menarik ikan
Berdasarkan
berkumpul ke permukaan dengan bantuan cahaya
maka ke tiga zona ini dapat dikarakteristik
(light fishing) merupakan salah satu faktor yang
sebagai berikut:
mempunyai
kontribusi
mempercepat penurunan hasil tangkapan.
posisi,
dengan
pertimbangan
mempertimbangkan
contoh
populasi,
Zona I, yaitu zona TABD terluar yang
Keberadaan ikan-ikan di perairan TABD
bertemu dengan Teluk Ambon Bagian Luar
dengan kondisi yang telah diterangkan di atas
(TABL). Zona ini merupakan habitat ikan
menunjukkan suatu status pola kehadirannya
setempat serta kemungkinan masuk keluar ikan
baik secara waktu maupun tempat perlu untuk
dari luar teluk. Zona ini terletak antara antara
dikaji dan diteliti. Dengan demikian dapat
Desa Poka dan Galala (Gambar 1) menghadap ke
diketahui keberadaan dan kelimpahan suatu jenis
TAB, tepatnya pada lokasi Halong. Pada waktu
ikan pada waktu tertentu dan di tempat tertentu.
pasut,
Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian yang
(pertemuan massa air), karena adanya suatu
mendalam dengan melakukan suatu penelitian ex
ambang (sill) yang memisahkan TABD dan
post facto berjudul Sebaran spasio-temporal
TABL. Adapun luas areal ini sekitar 0,63 km2.
ikan-ikan yang tertangkap dengan jaring pantai
di perairan TABD.
spasio-temporal
ini
merupakan
daerah
front
Zona II merupakan kawasan utama dengan
kedalaman maksimum sekitar 41 meter, berada
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
sebaran
zona
ikan-ikan
yang
tertangkap dengan jaring pantai di perairan
antara desa Hunuth dan Latta, sekitar lokasi
Waiheru. Zona ini merupakan habitat berbagai
jenis ikan, dengan luas areal sekitar 9,76 km2.
TABD. Manfaat penelitian yang dilakukan
Zona III merupakan kawasan TABD yang
adalah menda-patkan pola keberadaan jenis-jenis
menerima air limpasan dari sungai Wai-Tonahitu
kemunculan ikan yang berlimpah baik bersifat
(area estuari), dengan daerah aliran berupa hutan
tempat maupun waktu.
mangrove.
Zona
ini
memiliki
kedalaman
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian
melandai dan terletak sekitar lokasi Lateri. Luas
ini ialah (1) sebaran ikan-ikan pada suatu zona
zona ini lebih kurang 1,74 km2. Zona ini
140
Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009
merupakan habitat asuhan berbagai larva jenis
contoh ikan yang diambil dengan tanggul (scoop
ikan yang hidup di perairan TABD.
net) yang berdiameter 25 cm dan tinggi tanggul
Sebaran spasio-temporal tercermin dari
50 cm. Hasil total tangkapan yang didapatkan
kelimpahan individu. Satuan penelitian ini terdiri
ditampung di keramba (floating cage). Contoh
atas satuan contoh untuk menentukan struktur
ikan untuk struktur jenis setiap hasil tangkapan
jenis. Di setiap zona dilakukan pengambilan
baik bulan terang maupun gelap secara acak
contoh ikan pada saat bulan gelap dan terang.
diambil sub pengambilan contoh tanggul dengan
Satuan contoh ikan untuk menentukan jenis yaitu
ulangan setiap ember.
-3.64 °LS
W
ai
G
Hunuth
ur
ug
ur
u
-3.65 °LS
ah
i tu
on
Daratan
Daerah Intertidal
Katekate
Kawasan Mulut Teluk (Zona I)
Kawasan Pembesaran (Zona II)
Batukoneng
W
Keterangan :
iT
Negeri Lama
Nania
Wa
Durianpatah
Wai Sa
la
Waiheru
Wa
iH
eru
-3.63 °LS
PETA LOKASI PENELITIAN
Nuntetu
Kawasan Hutan Mangrove (Zona III)
Desa
Lateri
W ai
To
Latta na
ai Lata
Klapadua
Skala 1 : 225.000
-3.55
uh
u
Galala
Hative Kecil
Tingkat Kedalaman (m)
on
Amb
Pulau
-3.65
Rumahtiga
Lokasi Penenlitian
Halong
Wa
iR
-3.66 °LS
Poka
0
5
10 15 20 25 30 35 40 45 50
-3.75
128.17 °BT 128.18 °BT 128.19 °BT 128.20 °BT 128.21 °BT 128.22 °BT 128.23 °BT
127.95
128.05
128.15
128.25
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Desain
waktu
penelitian
distribusi spasial temporal
mengenai
ikan ditetapkan
lampu petromaks, dilakukan oleh 10 orang.
Lama
waktu
selama 12 bulan, mulai dari bulan Agustus 2005
ditetapkan
sampai Juli 2006, dengan perubahan temporal
operasional.
4
operasi
jam
pengambilan
sebagai
contoh
satuan
baku
dipantau setiap bulan gelap dan terang.
Alat pengambilan contoh ikan adalah
jaring pantai (beach seine) yang dirancang
Metode analisis data
Sebaran
spasio-temporal
ikan-ikan
sebagai standard, yaitu berukuran panjang tali
berdasarkan karakteristik habitat dan waktu
pelampung (total float line) 100 m, tinggi 7 m
dievaluasi
dengan
dengan ukuran mata jaring pada bagian tengah
Faktorial
Koresponden
jaring 0,5 mm dan bagian sayap 25,5 mm.
Analysis, CA) (Legendre & Legendre, 1983).
Operasional jaring pantai standar ditetapkan
Analisis ini didasarkan pada matriks data yang
menggunakan dua perahu dilengkapi empat
terdiri atas I baris (spesies ikan) dan J kolom
menggunakan
Analisis
(Correspondence
141
Ongkers et al. - Sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan Teluk Ambon
Bagian Dalam
(karakteristik habitat ataupun waktu), dimana
tersebut dengan berbagai tujuan, antara lain
pada perpotongan baris ke-i dan kolom ke-j
untuk mencari makan dan memijah. Diketahui
jumlah individu ikan dari setiap modalitas
bahwa Waiheru memiliki garis pantai yang
karakteristik habitat ataupun waktu ke -j untuk
panjang dan banyak ditumbuhi pohon mangrove
spesies ikan. Dengan demikian matriks ini
sepanjang 5 km, dengan enam jenis mangrove
merupakan tabel kontingensi jenis ikan dengan
yang mana Rhizopora apiculata mendominasi
modalitas karakteristik habitat dan waktu. Data
perairan
tersebut
berbagai kelompok ikan Tuhuteru (2008). Hasil
diolah
dengan
bantuan
program
XLSTAT.
tersebut,
serta
merupakan
habitat
survei akustik di TABD oleh Latumeten (2003)
Sebaran spasio temporal jenis/spesies
mendapatkan kelompok ikan yang banyak pada
ikan yang diperoleh selanjutnya dikonfirmasi
zona/lokasi Waiheru. Keragaman jenis ikan di
oleh klasifikasi hierarki yang dijabarkan dalam
perairan TABD, yang berkaitan dengan ikan
bentuk
dalam
umpan, dapat dikatakan bahwa sangat beragam,
berdasarkan
dimana terdapat jenis pelagis kecil dan demersal.
dendrogram.
klasifikasi
hierarki
koefisien
jarak
Ordonansi
dihitung
korelasi
dan
kriteria
Menurut Rawlinson (1989) dalam Blaber dan
pengelompokan menggunakan keterikatan rata-
Copland
(1990),
komposisi
ikan
umpan
rata (average linkage).
perikanan tuna mempunyai dampak dengan
adanya jenis non target, yang terdiri atas
berbagai jenis pelagis kecil dan besar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi jenis
Dari
Jika dilihat dari jumlah total individu
pengambilan
selama
selama setahun (gabungan bulan terang dan
setahun, diperoleh total jenis ikan yang
gelap), maka jenis ikan teri merah, EH
tertangkap
ketiga
(Encrasicholina heteroloba) dan tembang, HQ
stasiun/zona, dimana jumlah kehadirannya di
(Herklotsichtys quadrimaculatus) serta teri
ketiga lokasi/zona pada periode waktu terlihat
putih (Stolephorus indicus) menempati urutan
pada Tabel 1.
teratas dan mendominasi hasil tangkapan setiap
adalah:
54
contoh
jenis
pada
bulan. Ketiga jenis ini menurut Conand dan
Tabel 1. Jumlah jenis berdasarkan lokasi dan
periode waktu
Kulbicki (1988) juga Whitehead et al. (1988)
merupakan jenis ikan dominan pada areal Teluk
Lokasi
Waktu Terang
Waktu Gelap
Halong
31
35
berkelompok pada siang hari dan menyebar di
Lateri
34
37
seluruh tempat di dalam teluk. Tabel 2
Waiheru
33
44
memperlihatkan
dan
di
sekitar
permukaan,
10
jenis
dan
ikan
tersebar
yang
mendominasi ketiga zona di perairan TABD.
Terlihat bahwa lokasi Waiheru pada bulan
Teri merah merupakan ikan dengan kelimpahan
gelap merupakan areal dengan kemunculan jenis
tertinggi yang mendominasi ekosistem di ketiga
ikan yang lebih banyak dibandingkan dengan
zona/lokasi, meskipun jenis ikan tersebut telah
lokasi pada waktu lainnya. Jumlah jenis yang
mengalami
lebih banyak ini disebabkan pada waktu bulan
(Wouthuyzen et al., 1984; Kurnaen, 1992;
gelap ikan-ikan nokturnal beruaya ke areal
Pattikawa & Ongkers, 2003; Ongkers, 2008).
142
tangkap
lebih
(overfishing)
Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009
Tabel 2. Jumlah total individu selama setahun dari 10 jenis ikan dominan
No.
Jenis ikan
Kode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Encrasicholina heteroloba
Herklotsichtys quadrimaculatus
Stolephorus indicus
Dussumieria accuta
Stolephorus buccanieri
Lisa sp.
Leiognathus leuciscus
Gaza achclamys
Apogon sp.
Caranx sexfasciatus
EH
HQ
S IN
DA
ST BU
LI sp
LL
GA
Ap sp
CA SX
Hasil kalkulasi jumlah individu ikan-ikan
Lokasi
Lateri
3434
1222
613
330
500
922
189
83
305
198
Halong
1943
2290
1623
873
525
15
243
331
190
25
tertentu
seperti
Waiheru
2934
1999
710
561
659
505
731
287
116
261
ikan
teri
Jumlah
(individu)
8311
5511
2946
1763
1683
1441
1163
700
611
484
merah
EH
per tahun yang berada di lokasi TABD
(Encrasicholina heteroloba) dalam ukuran kecil
diperlihatkan pada tampilan Gambar 2. Seperti
pada tingkat juwana. Diduga bahwa bulan-bulan
yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa ketiga
tersebut berkaitan dengan bulan pemijahan
lokasi/zona selalu didominasi oleh jenis-jenis
terutama di lokasi (zona) Lateri dan Waiheru.
anchovy dan herring. Jenis-jenis ikan ini
Jumlah individu yang tinggi pada bulan
menurut Sharma & Adams (1989) in Blaber dan
September dan Oktober, jika dikaitkan dengan
Copland (1989) merupakan jenis-jenis ikan
hasil penelitian Conand dan Kulbicki (1988),
perairan dangkal yang mendiami areal yang agak
menemukan bahwa bulan-bulan tersebut adalah
tenang (teluk).
bulan pemijahan bagi ikan anchovy dan herring,
Tampilan
total
kedua jenis ini berada sepanjang tahun di Teluk
individu setiap jenis di ketiga lokasi terlihat pada
Noumea (New Caledonia). Ditambahkan oleh
Gambar 3. Terlihat bahwa individu tertinggi
Dalzell (1989) dalam Blaber dan Copland (1989)
terdapat pada jenis Encrasicholina heteroloba
di New Guinea, bahwa antara bulan Mei sampai
(EH)
November
dan
secara
terendah
keseluruhan
terdapat
pada
jenis
adalah
bulan
pemijahan
bagi
Chirocentrus dorab (CD). Berdasarkan rataan
Stolephorus heteroloba, yang sekarang dikenal
jumlah individu per bulan di masing-masing
dengan Encrasicholina
lokasi (zona) pada Gambar 4, maka terlihat
merupakan bulan kemarau ketika ikan pelagis
bahwa pada bulan September dan Oktober
kecil (teri) masuk ke dalam teluk untuk memijah
terdapat rataan jumlah individu yang tinggi (975
(Kurnaen, 1992). Kelimpahan ikan terjadi pada
ind/bulan dan 996 ind/bulan) terutama lokasi
lokasi Lateri dan Waiheru. Jika ditilik kedua
Lateri, sedangkan lokasi/zona Waiheru (366
lokasi/zonaini mempunyai luas hutan mangrove
ind/bulan dan 810 ind/bulan). Kondisi tingginya
yang
kelimpahan rataan jumlah individu tersebut
lokasi/zona Halong.
agak
lebat
heteroloba.
dibandingkan
Oktober
dengan
disebabkan oleh berlimpahnya jenis-jenis ikan
143
Ongkers et al. - Sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan Teluk Ambon
Bagian Dalam
Gambar 3. Total individu setiap jenis selama setahun
Jumlah Individu
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
Bulan
Gambar 4. Rataan jumlah individu per bulan di setiap lokasi/zona
144
Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009
Sebaran spasial berdasarkan karakteristik
habitat
Herklotsichtys quadrimaculatus, HQ dan teri
hitam Stolephorus buccanieri. Kelompok ini
Untuk mengkaji sebaran spasial ikan
berdasarkan
karakteristik
digunakan
Analisis
(Correspondence
habitat
Faktorial
Analysis).
maka
Koresponden
Data
yang
digunakan untuk analisis ini adalah kelimpahan
total jenis ikan selama setahun dan stasiun
pengamatan. Dari hasil analisis diperoleh akar
ciri dan persentase varians pada sumbu utama
seperti tertera pada Tabel 3.
sedikit pada zona lainnya. Kelompok ke 2 adalah
jenis ikan-ikan yang berasosiasi pada zona/lokasi
Lateri, yang diwakili oleh ikan kepala batu
Pranesus pinguis (PP), ikan lalosi Pterocaesio
sp. (PT sp) dan ikan julung Hemihampus sp. (He
sp). Ketiga jenis terakhir berada agak banyak di
zona Lateri. Kelompok yang terakhir adalah
kelompok Halong dimana terdapat jenis ikan teri
Tabel 3. Akar ciri dan persentase varians pada
sumbu utama dari analisis koresponden
putih, Stolephorus indicus (SIN), tembang/make
moncong
Dussumieria
accuta
(DA)
dan
layang/momar merah Decapterus ruselli (DS),
Sumbu utama
0,1335
0,0564
70
30
70
100
Akar ciri
Varians (%)
Kumulatif (%)
berlimpah pada zona Waiheru, tetapi hanya
karena mereka berada agak berlimpah pada areal
ini.
Hasil pengelompokan yang terbentuk pada
Hasil analisis terhadap 54 jenis ikan yang
analisis
koresponden
melalui
dendrogram
(lokasi)
memperlihatkan bahwa terdapat dua kelompok
menunjukkan bahwa informasi mengenai sebaran
kesamaan jenis ikan pada lokasi/zona penelitian
spasial terpusat pada sumbu (axis) 1 dan 2.
(Gambar 6). Kelompok pertama diwakili oleh
Kontribusi terbesar adalah pada sumbu 1 (70%)
zona Waiheru dan Lateri, diikuti oleh kelompok
dan sumbu 2 (30%) dari total ragam (varians).
kedua yaitu zona Halong. Jika dilihat dari
Untuk mengkaji lebih jauh peranan setiap
kesamaan
variabel pada sumbu utama dapat dilihat pada
berbasis lokasi, maka ikan–ikan yang hampir
kualitas representase (kosinus kuadrat) yang
sama muncul di lokasi berbeda disebabkan kedua
terlihat pada Tabel 4.
lokasi/zona berdekatan (lihat Gambar 1 pada peta
ditemukan
pada
Grafik
ketiga
analisis
zona
faktorial
koresponden
jenis
berdasarkan
sebaran
ikan
lokasi penelitian, antara Waiheru dan Lateri).
antara jenis ikan dan lokasi (zona) tertera pada
Gambar 5. Pada sumbu 1 dan 2, terlihat 3
kelompok asosiasi. Asosiasi yang terjadi dalam
suatu kelompok memperlihatkan hubungan yang
erat antara jenis ikan dan lokasi. Gambar 5
memperlihatkan tiga kelompok yang diterangkan
pada sumbu 1 dan 2. Informasi terbesar (70%)
terdapat pada sumbu 1, dan sisanya 30% pada
sumbu 2. Kelompok 1 diwakili oleh kelompok
Waiheru
yaitu
ikan-ikan
teri
merah
Encrasicholina heteroloba (EH), tembang/make
Sebaran temporal berdasarkan karakteristik
habitat
Sebaran temporal ikan ikan berdasarkan
karakteristik habitat digunakan Analisis Faktorial
Koresponden (Correspondence Analysis). Data
yang digunakan untuk analisis ini adalah
kelimpahan total jenis ikan selama setahun dan
bulan pengamatan. Dari hasil analisis diperoleh
akar ciri dan persentase varians pada sumbu
utama seperti tertera pada Tabel 5.
145
Ongkers et al. - Sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan Teluk Ambon
Bagian Dalam
Tabel 4. Kosinus kuadrat antara aksis 1 dan 2
Kosinus Kuadrat antara Baris/Kolom dan Aksis
Nama Jenis Ikan
Kode
1
Encrasicholina heteroloba
EH
0,9999
Stolephorus indicus
S IN
0,6463
Gerres oyena
GO
0,9705
Selar sp.
SE sp
0,0855
Rastreliger kanagurta
RK
0,0509
Decapterus macrosoma
DM
0,8762
Thryssa encrasichoilodes
TE
0,6237
Pranesus pinguis
PP
0,0117
Herklotsichtys quadrimaculatus
HQ
0,9783
Gaza achclamys
GA
0,9956
Sardinella sp.
SA sp
0,8663
Leiognathus leuciscus
LL
0,0635
Dussumieria accuta
DA
0,8756
Upeneus sulphureus
US
0,9313
Mugil cephalus
MC
0,0095
Lutjanus vitta
LV
0,8993
Upeneus vittatus
UV
0,4866
Pterocaesio sp.
PT sp
0,8122
Apogon sp.
Ap sp
0,3572
Stolephorus buccanieri
ST BU
0,5014
Sardinella atricauda
SAT
0,5017
Liza sp.
LI sp
0,9934
Strongylaura leiura
S LEI
0,9049
Decapterus ruselli
DS
0,5617
Scomberoides lysan
SL
0,1257
Selaroides leptolepis
S LEP
0,1924
Caranx sexfasciatus
CA SX
0,4638
Hemihampus sp.
HE sp
0,7806
Amblygaster sirm
AS
0,6124
Sepia sp.
S sp
0,9989
Siganus canaliculatus
SI CA
0,7063
Syngnatoides biaculeatus
SY BI
0,2850
Carangoides sp.
CA sp
0,8387
Etelis carbunculus
EC
0,2729
Mugil cephalus
M CEP
0,7201
Zenarclopterus sp.
Z sp
0,0540
Ambasis buruensis
AB
0,0013
Apogon cyanosoma
CY sp
0,9497
Arothron manilensis
AM
0,9042
Auxis thazard
AT
0,6294
Yongeichthys nebulosus
YN
0,0012
Diagramma pictum
DP
0,8682
Lutjanus sebae
LS
0,8235
Penaeus sp.
PE sp
0,5935
Lutjanus sp.
LU sp
0,8235
Lutjanus sebae
LS
0,8235
Epinephelus rivulatus
ER
0,0153
Lutjanus malabricus
LM
0,0153
Upeneus tragula
UT
0,0153
146
2
0,0001
0,3537
0,0295
0,9145
0,9491
0,1238
0,3763
0,9883
0,0217
0,0044
0,1337
0,9365
0,1244
0,0687
0,9905
0,1007
0,5134
0,1878
0,6428
0,4986
0,4983
0,0066
0,0951
0,4383
0,8743
0,8076
0,5362
0,2194
0,3876
0,0011
0,2937
0,7150
0,1613
0,7271
0,2799
0,9460
0,9987
0,0503
0,0958
0,3706
0,9988
0,1318
0,1765
0,4065
0,1765
0,1765
0,9847
0,9847
0,9847
Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009
Tabel 4. (lanjutan)
Kosinus Kuadrat antara Baris/Kolom dan Aksis
Nama Jenis Ikan
Innegocia japonica
IJ
0,9780
Chirocentrus dorab
CD
0,7244
Leiognathus sp.
LE sp
0,0153
Spyraena barracuda
SP BA
0,7849
Halong
0,7294
Lateri
0,8810
Waiheru
0,0240
0,0220
0,2756
0,9847
0,2151
0,2706
0,1190
0,9760
Profil baris dan kolom pada axis 1 dan 2 (100% )
1.5
LM
UT
E
IJ
R
YN
Z sp
MC
SE sp
SS
L LEP
SY BI
EC
TE
CA SX
PE sp
D
Waiheru
SI CA
DM
US
GA
IJ
ST BU
LI sp
EH
H
SQ
LEI
D A M CEP P P PT
HEsp
sp Lateri
Halong
G
CNOsp
S IN
D SU V R K
LV
A B Ap sp
CA sp
SA sp
AM
DP
SAT
PESsp
LU
L
LL
0.5
S sp
0
-0.5
AT
-1
-1.5
AS
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
-- axis 1 (70% ) -->
Gambar 5. Grafik analisis faktorial koresponden sebaran spasial ikan sumbu 1 dan 2
Dendrogram with Average Linkage and Correlation Coefficient Distance
91.70
Similaritas
Similarity
-- axis 2 (30% ) -->
1
94.46
97.23
100.00
Halong
Lateri
Variables
Waiheru
Variabel/Zona
Gambar 6. Dendrogram klasifikasi hirarki berbasis zona/lokasi
147
Ongkers et al. - Sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan Teluk Ambon
Bagian Dalam
Tabel 5. Akar ciri dan persentase varians pada
sumbu utama analisis koresponden
Akar ciri
Varians (%)
Kumulatif (%)
Sumbu Utama
0.3881 0.3580 0.3328
22%
20%
19%
22%
40%
61%
asosiasi
ikan-ikan
samandar
Siganus
canaliculatus (SI CA), layang/momar putih
Decapterus macrosoma (DM), lemuru Sardinella
sp. (SA sp), gete-gete Apogon sp. (Ap sp), gobi
Yongeichthys nebulosus (YN), udang Penaeus
sp. (PE sp), dan ikan bae Etelis carbunculus
Hasil analisis terhadap 54 jenis ikan yang
ditemukan
selama
Kemunculan
ikan
ikan
tersebut
dikarenakan banyak dan berlimpah terutama ikan
menunjukkan bahwa informasi mengenai sebaran
bae. Ada juga asosiasi kelompok bulan Februari
spasial terpusat pada sumbu 1, 2, dan 3.
dengan ciri jenis adalah ikan sardin jenis make
Kontribusi terbesar adalah pada sumbu 1 (22%),
moncong (Dussumiera accuta, DA). Kelompok
sumbu 2 (20%) dan sumbu 3 (19%) dari total
asosiasi lainnya pada sumbu kedua adalah
ragam
faktorial
kelompok April dengan ciri jenisnya adalah teri
koresponden antara jenis ikan dan lokasi (zona)
merah Encrasicholina heteroloba (EH) dan
tertera pada Gambar 7. Pada sumbu 1 dan 2,
tembang Herklotsichtys quadrimaculatus (HQ).
Grafik
bulan
(ER).
pengamatan
(varians).
12
analisis
terlihat tiga kelompok asosiasi. Asosiasi yang
Gambar
7b
memperlihatkan
ciri
terjadi dalam suatu kelompok memperlihatkan
keberadaan kelompok ikan pada bulan November
hubungan yang erat antara jenis ikan dan lokasi.
dengan jenis ikan teri/puri hitam Stolephorus
Gambar 7a memperlihatkan ciri keberadaan
buccanieri (ST BU). Jenis tersebut mempunyai
kelompok ikan berdasarkan bulan, dimana ada
kelimpahan tertinggi pada bulan November,
kelompok asosiasi ikan yang muncul pada bulan
tetapi sedikit pada bulan lainnya.
September. Mereka antara lain: ikan pedang
Dari hasil olahan analisis klaster berbasis
Chirocentrus dorab (CD), ikan dalise Lutjanus
variabel antar bulan, didapatkan lima klaster
sebae (LS), gete-gete merah Apogon Cyanosoma
bulan yang membentuk suatu ekosistem jenis
(CY sp), dan ikan barakuda Spyraena barracuda
ikan di Teluk Ambon Bagian Dalam (Gambar 8).
(SP BA). Kelompok ikan ini terdapat pada bulan
Mereka adalah kelompok Agustus ikan bae Etelis
September, terutama barakuda yang muncul
carbunculus (ER), kelompok September dengan
sekali dalam jumlah yang banyak. Asosiasi yang
ikan barakuda Spyraena barracuda (SP BA),
lainnya muncul pada kelompok sumbu utama
kelompok November, kelompok Februari, dan
kedua, yaitu kelompok bulan Agustus dengan ciri
kelompok April, Mei, Juni, dan Juli.
148
Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009
Gambar 7a. Profil Baris dan Kolom Pada Aksis 1 dan 2 (42% )
2.5
YR
N
E
2
DM
PE sp
AGS
SI
CA
-- aksis 2 (20% ) -->
1.5
1
CY sp
GA
Ap sp
L V DAPM
0.5
IJ
0
LS
-0.5
LI sp
-1
-1.5
SA sp
AB
S LEP
S sp
SEP
UT
Le
SP sp
BA
CD
-1
OKT
LU sp
L M CEP
PP
FEB SE sp
GO
JULI
CA
SX
AS
APR
LEI D S JUNI MEI
SSIN
HE sp R K
LL
PT sp
U SE H
U V MAR
E CZ sp
ST BU
TE
CA
sp
H Q D A DES
NOV
JAN
M CHL sp
S L SAT
SYTsp
CN
A
BI
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
-- aksis 1 (22% ) -->
(a)
Gambar 7b. Profil Baris dan Kolom
Pada Aksis 2 dan 3 (39% )
3.5
LU sp
3
2.5
-- aksis 3 (19% ) -->
2
A FEB
S
1.5
M CEP
1
LM
SE SX
sp
D SAPR
CA
S
MEI
LEI
JUNIJULI
HE sp
SP
LI sp
LeBA
sp
PT
L Lsp S IN G POP
OKT
SEP
C
D
E
C
UT
ELHRSK
IJ
S sp
AB
H QT EU S S LEP
LV
SA sp
MAR
DA
CY sp
JAN
UZVsp
AGS
S L NOV ST BU
DM
CA sp
Ap G
spA SI CA PE sp
DES
SAT
MC
DP
HL
AM
SY
CN
A
Tsp
BIsp
0.5
0
-0.5
-1
-1.5
EYRN
-2
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
-- aksis 2 (20% ) -->
(b)
Gambar 7. Grafik analisis faktorial koresponden sebaran temporal sumbu 1, 2, dan 3 (a) ciri keberadaan
kelompok ikan berdasarkan bulan; (b) ciri keberadaan kelompok ikan pada bulan November
dengan jenis ikan teri/puri hitam
149
Ongkers et al. - Sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan Teluk Ambon
Bagian Dalam
Dendrogram with Average Linkage and Correlation Coefficient Distance
Similaritas
Similarity
64.38
76.25
88.13
100.00
AGS
SEP
OKT
NOV
DES
MAR JAN
Variables
FEB
APR
MEI
JUNI
JULI
Variabel/Zona
Gambar 8. Dendrogram klasifikasi hirarki bulan-bulan penelitian
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1.
Anonim, 2003. Data dan informasi sumberdaya
perikanan Kota Ambon dan Kep. Lucipara.
Kerjasama Pemerintah Daerah Kodya
Ambon
dan
Fakultas
Perikanan
Unpatti, Ambon.
Lokasi Waiheru mempunyai jumlah jenis
ikan lebih banyak daripada lokasi lainnya.
2.
Encrasicholina heteroloba, Herklotsichtys
quadrimaculatus, dan Stolephorus indicus
selalu ada setiap bulan di perairan Teluk
Ambon Bagian Dalam meskipun tidak
berlimpah.
3.
Lokasi Waiheru diindikasikan dengan jenis
teri merah, tembang/make biasa, dan teri
hitam. Lokasi Lateri dengan ikan kepala batu
dan julung serta lalosi. Lokasi Halong
diindikasikan
dengan
teri
putih,
make
moncong serta layang/momar merah.
4.
Terdapat lima klaster asosiasi jenis berbasis
bulan, yaitu kelompok Agustus (Etelis
carbunculus), September (Apogon sp. dan
Spyraena
barracuda),
(Stolephorus
buccanieri),
November
Februari
(Dussumiera accuta) serta kelompok April
(Encrasicholina
heteroloba
Herklotsichtys quadrimaculatus).
150
dan
Conand, F & Kulbicki. 1988. Tuna bait fishes:
biology, ecology and resources in New
Caledonia. South Pasific Commision.
Inshore Fish.Res/BP3. Noumea, New
Caledonia. 9 p.
Dalzell, P. 1989. Biology and population
dynamics of tuna baitfish in Papua New
Guinea. In Blaber, S.J.M, and J.W. Copland
(Ed.). 1990. Tuna baitfish in the Indo
Pacific Region: proceedings of a workshop,
Honaiara,
Salomon
Islands,
11-13
December 1989. ACIAR Proceedings No.
30, 211 p.
Legendre, L & Legendre, P.1983. Numerical
ecology. Elsevier Scientific Publishing
Company. Amsterdam, Oxford, New York,
419 p.
Latumeten, J. 2003. Kelimpahan dan tingkat
pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis di
Teluk Ambon. Ichthyos Jurnal Ilmu-ilmu
Perikanan dan Kelautan, 2(1): 13-20.
Ongkers, O.T.S. 2008. Parameter populasi ikan
teri putih (Stolephorus indicus) di Teluk
Ambon Bagian Dalam. Jurnal Iktiologi
Indonesia, 8 (2): 85-92.
Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009
Rawlinson, N.J.F. 1989. Catch composition of
the tuna baitfishery of Salomon Islands and
possible impact on non target species. In
Blaber SJM & Copland JW (Ed.). 1990.
Tuna baitfish in the Indo pacific Region:
proceedings of a workshop, Honaiara,
Salomon Islands, 11-13 December 1989.
ACIAR Proceedings No. 30, 211 p.
Pattikawa, J.A. & Ongkers, O.T.S. 2003.
Dinamika populasi ikan puri putih
Stolephorus indicus di Teluk Ambon
Bagian Dalam. Ichthyos Jurnal Ilmu-ilmu
Perikanan dan Kelautan, 1 (1): 13-30.
Pattisina, L.A. 1985. Kecepatan guguran daun
mangrove di hutan mangrove Passo, Teluk
Ambon Bagian Dalam. Skripsi. Fak.
Perikanan Universitas Pattimura Ambon
(tidak dipublikasikan).
Sharma, S.P. & Adams, T.J.H. 1989. The Fiji
tuna fishery. In Blaber S.J.M. & Copland,
J.W. (eds.). 1990. Tuna baitfish in the Indo
Pacific Region: proceedings of a workshop,
Honaiara,
Salomon
Islands,
11-13
December 1989. ACIAR Proceedings No.
30, 211 p.
Sumadhiharga, O.K. 1978. Beberapa aspek
biologi ikan puri (teri) Stolephorus
heterolobus (Ruppel), di Teluk Ambon.
Oseanologi di Indonesia, 9: 29-41.
Sumadhiharga, O.K. 1992. Anchovy fisheries
and ecology with special reference to the
reproductive biology of Stolephorus spp. in
Ambon Bay. A Thesis submitted in
fulfilllment of the requirement for the
degree to Doctor of Philosophy. University
of Tokyo. 154 p.
Tarigan, Z. & Sapulete, D. 1987. Perubahan
musiman suhu air laut di Teluk Ambon
Bagian Dalam. Teluk Ambon: biologi,
perikanan, oseanografi, dan geologi.
Balitbang Sumberdaya Laut. Puslitbang
Osenologi LIPI Ambon, Ambon, I: 81-90
Tuhuteru. 2008. Analisis pengelolaan kawasan
hutan mangrove Desa Waiheru. Skripsi.
Program Studi Ilmu Kelautan. Jurusan
Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Pattimura Ambon. 63 hal.
Whitehead, P.J.P.; Nelson, G.J. & Wongratana,
T. 1988. FAO species catalogue Vol. 7.
Clupeoid fishes of the world (Suborder
Clupeoidei). An annotated and illustrated
catalogue of the herrings, sardines,
pilchards, sprats, shads, anchovies, and
wolf-herrings. Part 2 - Engraulididae. FAO
Fish. Synop., 7 (125) Pt. 2: 579 p.
Wouthuyzen,
S.;
Suwartana,
A.
&
Sumadhiharga, O.K. 1984. Studi dinamika
populasi ikan puri merah Stolephorus
heterolobus (Ruppel) dan kaitannya dengan
perikanan umpan di Teluk Ambon Bagian
Dalam. Oseanologi di Indonesia, 18: 1-2.
151
Download