G b IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DALAM MEMBINA MUTU PENDIDIKAN PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 MODEL MAKASSAR Disertasi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Doktor dalam Bidang Pendidikan dan Keguruan pada Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar Oleh Hamzah Djunaid NIM. 80100311048 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2014 PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa disertasi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain secara keseluruhan atau sebagian, maka disertasi ini beserta gelar yang diperoleh karenanya, batal demi hukum. Makassar, Februari 2014 Penulis, Hamzah Djunaid NIM. 80100311048 ii PERSETUJUAN DISERTASI Disertasi dengan judul “Implementasi Total Quality Management (TQM) dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Pada MAN 2 Model Makassar”, yang disusun oleh Hamzah Djunaid, Konsentrasi: Pendidikan dan Keguruan, NIM; 80100311048, telah diujikan dalam Sidang Ujian Disertasi Tertutup yang diselenggarakan pada hari Selasa, 07 Januari 2014 M, memandang bahwa disertasi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk menempuh Ujian Terbuka Disertasi. Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya. PROMOTOR: 1. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng. (……….……………..) KOPROMOTOR : 1. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Halim, M.A. (………………………) 2. Drs. Muh. Wayong, M.ED.M, Ph. D (………………………) PENGUJI: 1. Prof. Dr. Hj. Andi Rasdiyanah. (………………………) 2. Prof. Dr. H. Mappanganro, MA. (………………………) 3. Dr. H, Arifuddin Siraj, M.Pd. (………………………) 3. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng. (………………………) 4. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Halim, M.A. (………………………) 6. Drs. Muh. Wayong, M.ED.M., Ph.D. (.………………………) Makassar, Februari 2014 Diketahui oleh: Direktur Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Moh. Natsir Mahmud, M.A. NIP. 19540816 198303 1 00 iii KATA PENGANTAR ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ أﻟﺤﻤﺪ ﷲ رب اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ و اﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم ﻋﻠﻰ رﺳﻮل اﷲ ﺳﻴّﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ وﻋﻠﻰ آﻟﻪ وأﺻﺤﺎﺑﻪ أﺟﻤﻌﻴﻦ أﻣﺎ ﺑﻌﺪ، Puji syukur ke hadirat Allah swt. atas rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa diperuntukkan kepada hamba-hamba-Nya. Salawat dan salam kepada Rasulullah saw. dan sahabat-sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti risalahnya. Dalam penyusunan disertasi ini yang berjudul "Implememntasi Total Quality Management (TQM) dalam Membina Mutu Pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar ", penulis menghadapi berbagai kesulitan karena terbatasnya kemampuan penulis dan rumitnya objek pembahasan. Akan tetapi berkat bantuan dan motivasi yang tiada henti dari berbagai pihak, penulisan disertasi ini bisa sampai terselesaikan. Oleh karena itu, penulis patut menyampaikan ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu secara moril maupun materil kepada penulis, khususnya kepada: 1. Kedua orang tua penulis, dengan penuh kasih sayang serta tulus ikhlas telah berupaya membesarkan, mengasuh, mendidik dan membiayai penulis sejak kecil. Merekalah yang mula-mula memberikan dasar pengetahuan dan moral kepada penulis. Demikian pula berkat iringan doa keduanya sehingga penulis dapat menjalani kehidupan sebagaimana sekarang ini. 2. Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing, HT., MS., para pembantu Rektor, Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang M.A., (PR I), Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si., (PR. II), dan Dr. H. Nasir Siola, M.Ag., (PR. III). sebagai penentu kebijakan di Perguruan Tinggi ini, tempat penulis mengikuti studi Program Doktor. 3. Direktur Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Moh. Natsir Mahmud, M.A, bersama dengan para staf yang senantiasa memberikan iv pelayanan administratif kepada penulis selama menempuh perkuliahan Program Doktor. 4. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng., Prof. Dr. H. Abd. Rahman Halim, M.A ., dan Drs. H. Muh. Wayong, M.Ed.M., Ph.D selaku Promotor dan Kopromotor, yang telah tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan sejak awal penulisan disertasi ini sehingga bisa penulis selesaikan dengan baik. 5. Prof. Dr. Hj. Andi Rasdiyanah, Prof. Dr. H. Mappanganro, MA, Dr. H, Arifuddin Siraj, M.Pd, sebagai penguji yang telah memberikan koreksi dan arahan untuk perbaikan disertasi ini, baik isi maupun teknik penulisannya, sehingga dapat memenuhi ketentuan dan persyaratan standar karya ilmiyah. 6. Para guru besar dan dosen pemandu mata kuliah pada Program Doktor UIN Alauddin Makassar yang senantiasa ikhlas mentransfer ilmu pengetahuannya kepada penulis selama dalam proses perkuliahan. 7. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Islam Makassar (UIM) Dra. Hj. Andi Herawati, M.Ag, yang telah memberi izin kepada penulis untuk melanjutkan studi Program Doktor pada PPs UIN Alauddin Makassar. 8. Kepala, para guru dan staf serta pengurus komite Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar, yang telah memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini, mereka senantiasa bersedia setiap saat dan tidak mengenal waktu kapan penulis membutuhkan data atau informasi untuk melengkapi data penelitian ini. 9. Kepala Perpustakaan Pusat UIN Alauddin di Kampus I, dan Pengelola Perpustakaan Unit Pascasarjana UIN Alauddin di Kampus II yang selama ini telah membantu penulis mengatasi kekurangan literatur dalam penyusunan Disertasi ini. 10. Teman-teman seperjuangan di Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar serta seluruh sahabat, teristimewa teman sesama dosen Universitas Islam Makassar ( UIM) yang telah memberikan sumbangsih pemikiran dan motivasi sehingga penelitian ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah v direncanakan, dan seluruh rekan tampa terkecuali yang selama ini telah banyak membantu penulis dalam mengikuti Program Doktor. 11. Untuk isteri yang tercinta dan tersayang, ungkapan cinta dan sayang saya sampaikan atas pengertian dan dorongannya untuk cepat menyelesaikan disertasi ini. Hal yang sama saya sampaikan kepada putra-putri penulis semoga menjadi anak yang shaleh dan cerdas. Betapa banyak nama lain, yang tidak dapat disebut satu persatu, yang telah berjasa dan patut saya berterima kasih kepada mereka atas jasa-jasanya yang tidak sempat penulis membalasnya. Oleh karena itu, semoga Allah swt. memberikan balasan yang setimpal kepada mereka dan senantiasa mendapat naungan rahmat dan hidayah-Nya. Akhirnya, penulis berharap semoga keberadaan disertasi ini dapat bermanfaat kepada segenap pihak dan menjadi amal jariah dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan, Amin. Wassalam Makassar, Februari 2014 Penulis, Hamzah Djunaid vi ABSTRAK Nama NIM Judul : Hamzah Djunaid : 80100311048 : Implementasi Total Quality Management (TQM) dalam Membina Mutu Pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar. Disertasi ini membahas masalah implementasi TQM dalam membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, yang bertujuan; Pertama, untuk mengetahui proses implementasi TQM dalam membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar. Kedua, untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar. Ketiga, untuk mengetahui hasil penerapan TQM pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan instrumen kunci adalah peneliti sendiri. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi data. Sedang analisa data dilaksanakan secara induktif yang lebih mementingkan makna dari pada generalisasi data dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan studi dan pendekatan metodologi. Sumber data penelitian ini terdiri dari Kepala Madrasah, Kepala Tata Usaha, guru, pegawai dan pengawas serta Pengurus Komite MAN 2 Model Makassar. Pengujian keabsahan data dipergunakan beberapa teknik antara lain; perpanjangan pengamatan, trianggulasi, diskusi teman sejawat dan member check. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar ternyata belum terlaksana secara sempurna, seperti dalam bidang administrasi dan manajemen, pengembangan kurikulum, proses pembelajaran, evaluasi/supervisi pendidikan dan pembinaan tenaga kependidikan. Terhadap bidang-bidang tersebut masih membutuhkan langkah-langkah kongkrit secara optimal untuk mengimplementasikan dan mengadaptasikan prinsip-prinsip dan pedoman mutu (quality manual) yang direkomendasikan oleh TQM. Sementara faktor-faktor yang mendukung, baik pendukung internal maupun eksternal ternyata cukup potensial dan signifikan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, seperti kualifikasi akademik tenaga pendidik, sarana dan prasarana, jumlah peserta didik, dan dukungan dari masyarakat. Sedang faktor-faktor yang menghambat ternyata tidak terlalu berarti, karena pada umumnya faktor tersebut vii dapat teratasi seiring dengan pelaksanaan dan perbaikan kualitas secara berkesinambungan. Implikasi penelitian, bahwa TQM sebagai sistem manajemen moderen yang menuntut perbaikan kualitas secara berkesinambungan(continuous improvement) dan konprehensif, disertai dengan obsesi dan komitmen yang tinggi terhadap mutu akan menjadikan MAN 2 Model Makassar sebagai madrasah yang unggul, yaitu unggul dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan unggul dalam Iman dan Taqwa (IMTAQ). Penerapan TQM secara efektif akan berdampak pada peningkatan kinerja kepala Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar bersama dengan guru dan staf, dan pada gilirannya akan berdampak pula terhadap peningkatan prestasi peserta didik sesuai harapan dan keinginan pelanggan, terutama orang tua peserta didik. viii ABSTRACT Name NIM : Hamzah Djunaid : 80100311048. The title : The Implementation of Total Quality Management ( TQM ) in Promoting Quality Education in Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar This dissertation addressed the issue of the implementation of TQM in developing the quality of education at Madrasah Aliyah Negeri 2 Model of Makassar. The aims are: First, to determine the process of the implementation of TQM in developing the quality of education at Madrasah Aliyah 2 Model of Makassar. Second, to determine the supporting and inhibiting factors in the implementation of TQM at Madrasah Aliyah 2 Model of Makassar. Third, to determine the results of the application of TQM at Madrasah Aliyah 2 Model of Makassar. This study is a qualitative research with key instrument is the researcher himself. The data collected through observation, interviews and documentation of data. While, the data analysis employs inductive method, which is more concerned with the meaning than the generalization of data, using two approaches, namely the study approach and methodological approaches. The data source of this study taken from the principal, head of administration, teachers, employees and supervisors along with the executive committee of Madrasah Aliyah 2 Model of Makassar. Testing the validity of the data used several techniques, namely; extension of observation, triangulation, peer discussions and member check. The results of this study indicate that the implementation of Total Quality Management (TQM) in Madrasah Aliyah Negeri 2 Models Makassar is not yet completly implemented. Such as in the areas of administration and management, curriculum development and learning process, evaluation / supervision of education and workforce development. These areas still require concrete steps to implement and adapting the principles and guidelines of quality recommended by TQM. While, the supporting factors, both internal and external support have significant potential to improve the quality of education at MAN 2 Model of Makassar, such as academic qualification of teachers, facilities and infrastructure, the number of learners, and support from the community. While, the factors that hinder the development of ix quality was not very meaningful, since most of these factors can be resolved in line with the implementation of sustainable development. Implications of the study, that TQM as a modern management system which requires continuous quality improvement and comprehensive, accompanied by a high commitment and obsession to quality, will make MAN 2 model of Makassar as a superior Madrasah, which is competent in Science and Technology and competent in faith and Taqwa ( IMTAQ ). The effective implementation of TQM at Madrasah Aliyah Negeri 2 Model of Makassar will have an impact in improving the performance of principal along with the teachers and staff, henceforth, will have an impact on the improvement of student achievement agree with expectations and desires of customers, specially for the students’ parents. x ﺗﺠﺮﻳﺪ اﻟﺒﺤﺚ :اﳊﺎج ﲪﺰة ﺟﻨﻴﺪي اﻻﺳﻢ رﻗﻢ اﻟﺘﺴﺠﻴﻞ ٨٠١٠٠٣١١٠٤٨ : ﻣﻮﺿﻮع اﻟﺒﺤﺚ :ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ) ( TQMﰲ ﺑﻨﺎء ﺟﻮدة اﻟﱰﺑﻴﺔ ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ٢ﳕﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر. ﺗﻨﺎوﻟﺖ ﻫﺬﻩ اﻷﻃﺮوﺣﺔ ﻣﺴﺄﻟﺔ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ) (TQMﰲ ﺗﻄﻮﻳﺮ ﺟﻮدة اﻟﱰﺑﻴﺔ ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ٢ﳕﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ،اﻟﱵ ﺪف :أوﻻ ،ﻟﺘﻌﺮﻳﻒ ﻋﻤﻠﻴﺔ ﺗﻄﺒﻴﻖ إدارة اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ) (TQMﰲ ﺗﻄﻮﻳﺮ ﺟﻮدة اﻟﱰﺑﻴﺔ ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ٢ﳕﻮذج ﻣﻦ ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر. اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ،ﻟﺘﺤﺪﻳﺪ اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﱵ ﺗﺪﻋﻢ وﺗﻌﻴﻖ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ) (TQMﰲ اﳌﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔاﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ٢ﳕﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر .اﻟﺜﺎﻟﺚ ،ﻟﺘﺤﺪﻳﺪ ﻧﺘﺎﺋﺞ ﺗﻄﺒﻴﻖ إدارة اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ) (TQMﰲ اﳌﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ٢ﳕﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر. ﻫﺬﻩ اﻟﺪراﺳﺔ ﻫﻮ اﻟﺒﺤﺚ اﻟﻨﻮﻋﻲ ﻣﻊ أداة رﺋﻴﺴﻴﺔ ﻫﻮ اﻟﺒﺎﺣﺚ ﻧﻔﺴﻪ .ﲨﻊ اﻟﺒﻴﺎﻧﺎت اﳊﺼﻮل ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﺧﻼل اﳌﻼﺣﻈﺎت واﳌﻘﺎﺑﻼت وﺗﻮﺛﻴﻖ اﻟﺒﻴﺎﻧﺎت .اﻟﱵ ﲡﺮي ﺗﻨﻔﻴﺬﻫﺎ ﰲ ﲢﻠﻴﻞ اﻟﺒﻴﺎﻧﺎت اﻟﺴﻴﻄﺮة اﺳﺘﻘﺮاﺋﻲ اﻟﱵ ﻫﻲ أﻛﺜﺮ ﻗﻠﻘﺎ ﻣﻊ ﻣﻌﲎ ﺑﻴﺎﻧﺎت اﻟﺘﻌﻤﻴﻢ اﻟﱵ ﰎ ﺑﺎﺳﺘﺨﺪام اﻟﻨﻬﺠﲔ ،وﻫﻲ ﺞ اﻟﺪراﺳﺔ و اﻷﺳﺎﻟﻴﺐ اﳌﻨﻬﺠﻴﺔ .ﻳﺘﺄﻟﻒ ﻣﺼﺪر اﻟﺒﻴﺎﻧﺎت ﳍﺬﻩ اﻟﺪراﺳﺔ ﻣﻦ اﻟﻨﻈﺎر ،رﺋﻴﺲ اﳌﺪرﺳﺔ ورﺋﻴﺲ اﻹدارة واﳌﺪرﺳﲔ واﳌﻮﻇﻔﲔ و اﳌﺸﺮﻓﲔ وﻛﺬﻟﻚ اﻟﻠﺠﻨﺔ اﻟﺘﻨﻔﻴﺬﻳﺔ ﻟﻠﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ٢ﳕﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر .اﻟﺘﺠﺮﺑﺔ ﻟﺼﺤﺔ اﻟﺒﻴﺎﻧﺎت اﺳﺘﺨﺪام ﻋﺪة ﺗﻘﻨﻴﺎت ،ﻣﻦ ﺑﲔ أﻣﻮر أﺧﺮى ،ﲤﺪﻳﺪ اﳌﻼﺣﻈﺔ ،اﻟﺘﺜﻠﻴﺚ وﻣﻨﺎﻗﺸﺔ اﻷﻗﺮان ،وإﺗﻔﺎق اﻷﻋﻀﺎء اﳌﺨﱪ. اﻟ ﻨﺘﺎﺋﺞ ﻫﺬﻩ اﻟﺪراﺳﺔ ﺗﺸﲑ إﱃ أن ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ) (TQMﰲ اﳌﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ٢ﳕﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ,ﺗﺒﲔ أﻧﻪ ﻻ ﺗﺰال ﻫﻨﺎك ﺑﻌﺾ ﳎﺎﻻت اﻟﻨﺸﺎط اﻟﱵ ﱂ ﻳﺘﻢ اﻟﻘﻴﺎم ﺑﻪ ﲤﺎﻣﺎ، ﻛﻤﺎ ﻫﻮ اﳊﺎل ﰲ ﳎﺎﻻت اﻹدارة واﻟﺘﻨﻈﻴﻢ ،وﺗﻄﻮﻳﺮاﳌﻨﺎﻫﺞ وﻋﻤﻠﻴﺔ اﻟﺘﻌﻠﻢ ،واﻟﺘﻘﻴﻴﻢ/اﻹﺷﺮاف ﻟﻠﺘﻌﻠﻴﻢ واﻟﻘﻮى اﻟﻌﺎﻣﻠﺔ واﻟﺘﺪرﻳﺐ .ﺿﺪ ﻫﺬﻩ اﳌﻨﺎﻃﻖ اﻟﱵ ﻻ ﺗﺰال ﺗﺘﻄﻠﺐ ﺧﻄﻮات ﻣﻠﻤﻮﺳﺔ ﻟﺘﻨﻔﻴﺬ وﺗﻜﻴﻴﻒ اﳌﺒﺎدئ وﺗﻮﺟﻴﻪ اﳉﻮدة )دﻟﻴﻞ اﳉﻮدة (اﻟﱵ أوﺻﺖ ﺎ إدارة اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ) (TQMﻋﻠﻰ ﳓﻮ اﻷﻣﺜﺎل. ﰲ ﺣﲔ أن اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﱵ ﺗﺪﻋﻢ ،ﲢﻮل ﻣﻨﺎﺻﺮاﻟﺪاﺧﻠﻴﺔ واﳋﺎرﺟﻴﺔ ﻋﻠﻰ ﺣﺪ ﺳﻮاء إﱃ أن ﺗﻜﻮن إﻣﻜﺎﻧﺎت ﻛﺒﲑة ﺟﺪا ﻟﺘﺤﺴﲔ ﻧﻮﻋﻴﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ٢ﳕﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ،ﻣﺜﻞ اﳌﺆﻫﻞ اﻟﻌﻠﻤﻲ ﻟﻠﻤﻌﻠﻤﲔ واﳌﺮاﻓﻖ و اﻟﺒﻨﻴﺔ اﻟﺘﺤﺘﻴﺔ ،وﻋﺪد اﳌﺘﻌﻠﻤﲔ ،واﻟﺪﻋﻢ ﻣﻦ ا ﺘﻤﻊ .ﲡﺮي اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﱵ ﺗﻌﻮق xi ﱂ ﺗﻜﻦ ﻣﻔﻴﺪا ﺟﺪا ،ﻷن ﻣﻌﻈﻢ ﻫﺬﻩ اﻟﻌﻮاﻣﻞ ﳝﻜﻦ ﺣﻠﻬﺎ ﲟﺎ ﻳﺘﻤﺎﺷﻰ ﻣﻊ ﺗﻨﻔﻴﺬ و اﻟﺘﺤﺴﲔ اﳌﺴﺘﻤﺮ ﻟﻠﺠﻮدة. اﻵﺛﺎر اﳌﱰﺗﺒﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﺪراﺳﺔ ،أن إدارة اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ) (TQMﻋﻠﻰ أ ﺎ ﻧﻈﺎم اﻹدارة اﳊﺪﻳﺜﺔ اﻟﱵ ﺗﺘﻄﻠﺐ ﲢﺴﲔ اﳉﻮدة ﻣﺴﺘﻤﺮا )اﻟﺘﺤﺴﲔ اﳌﺴﺘﻤﺮ( ﻋﻤﻮﻣﺎ ،ﻣﻊ اﻹﻋﺘﺰام واﳌﻌﺎﻫﺪة اﻟﺮﻓﻴﻌﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﱄ اﳉﻮدة ﺳﺘﺠﻌﻞ اﳌﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﻪ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ٢ﳕﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ﻣﺘﻔﻮﻗﺔ ﻟﺪي اﳌﺪارس اﻷﺧﺮي ،اﻟﱵ ﺗﺘﻔﻮق ﰲ اﻟﻌﻠﻮم واﻟﺘﻜﻨﻮﻟﻮﺟﻴﺎ ) (IPTEKوﺗﺘﻔﻮق ﰲ اﻹﳝﺎن واﻟﺘﻘﻮى (IMTAQ) .وﺗﻨﻔﻴﺬ اﻟﻔﻌﺎل ﻹدارة اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ) (TQMﻳﺆدي إﱃ ﲢﺴﲔ إﳒﺎز رﺋﻴﺲ اﳌﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ٢ﳕﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ﻣﻊ اﳌﻌﻠﻤﲔ واﳌﻮﻇﻔﲔ ،اﻟﱵ ﺑﺪورﻫﺎ ﺳﻮف ﺗﻜﻮن ﳍﺎ ﺗﺄﺛﲑا ﻋﻠﻰ ﲢﺴﲔ اﻟﺘﺤﺼﻴﻞ اﻟﻌﻠﻤﻲ ﻟﻠﻄﻼب وﻓﻘﺎ ﻟﺘﻮﻗﻌﺎت ورﻏﺒﺎت اﻟﻌﻤﻼء ،وﺧﺎﺻﺔ ﻟﻮاﻟﺪي اﳌﺘﻌﻠﻤﲔ. xii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ........................................................................ i PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI ........................................... ii PERSETUJUAN UJIAN TERBUKA DISERTASI ................................ iii KATA PENGANTAR ......................................................................... iv ABSTRAK .......................................................................................... vii DAFTAR ISI ....................................................................................... xii DAFTAR GRAFIK ...................................................................... .….. xv TRANSLITERASI DAN SINGKATAN ............................................... xvi BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus .................................. 30 C. Rumusan Masalah .................................................................. 31 D. Kajian Pustaka ........................................................................ 32 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................... 41 BAB II TINJAUAN TEORETIS ...................................................... 43 A. Total Quality Management ( TQM) ...................................... 43 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) ................ 43 2. Metode Penerapan TQM .................................................. 46 3. Prinsi-Prinsip TQ dalam Pendidikan ......................... …… 51 4. Tujuan Penerapan TQM Dalam Pendidikan ...................... 56 B. Pengertian dan Fungasi Manajemen ........................................ 60 1..Pengertian Manajemen ........................................................ 60 2..Fungsi-Fungsi Manajemen . .............................................. 64 C. Konsep Mutu Dalam Pendidikan ........................................... 73 1. Pengertian Mutu ................................................................ 73 2. Ciri-Ciri dan Karakteristik Pendidikan Bermutu .............. 78 xiii 3. Mendesain Mutu Dalam Pendidikan ................................. D. Faktor-Faktor yang Mendukung Mutu Pendidikan ............... 80 85 1. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan ..................................... 86 2. Kepemimpinan Kepala Madrasah ...................................... 90 3. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran ................... 97 4. Supervisi / Evaluasi pendidikan ....................................... 108 5. Pengembangan Kompetensi Guru ...................................... 114 6. Pengembangan Prestasi Peserta Didik ............................... 124 7. Iklim dan Budaya Organisasi ............................................. 129 8. Peran Serta Masyarakat ..................................................... 132 9. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan ............. 135 10. Keuangan dan Pembiayaan pendidikan ............................. 137 E. Kebijakan Pengembangan Madrasah ...................................... 139 1. Pengertian dan Karakteristik Madrasah ............................... 139 2. Sejarah Perkembangan Madrasah ......................................... 142 3. Kebijakan Pemerintah Terhadap Madrasah ......................... 149 4. Peraturan Pemerintah No. 19/2005 dan Mutu Madrasah...... 153 F. Kerangka Teoritis ...................................................................... 157 BAB III METODOLOGI PENELTIAN ................................................... 164 A. Lokasi dan Jenis Penelitian ....................................................... 164 B. Pendekatan Penelitian ............................................................... 165 C. Sumber Data Penelitian ............................................................ 169 D. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 170 E. Instrumen Penelitian ................................................................. 172 F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................ 173 G. Pengujian Keabsahan Data ................................................. 175 xiv BAB IV IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) PADA MAN 2 MODEL MAKASSAR ........................................ 177 A. Gambaran Umum MAN 2 Model Makassar .................................. 177 1. Sejarah Berdirinya ................................................................ 177 2. Data Personil dan Sarana Pendidikan ……………………... 179 B. Proses Implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar .......... 181 1. Perencanaan Program Pendidikan ......................................... 182 2. Pengorganisasian dan Tata Kerja ………………… ............. 186 3. Pelaksanaan TQM pada MAN 2 Model Makassar ……....... 194 4. Pelaksanaan Pengawasan/Supervisi …………………… ..... 245 C. Faktor Pendukung dan Penghambat PenerapanTQM ………... .. 248 D. Hasil Penerapan TQM pada MAN 2 Model Makassar ………. .. 273 E. Analisa Hasil Penelitian ……………………………………… .. 284 BAB V PENUTUP ……………………………………………………...... .......... 296 A. Kesimpulan ………………………………………………..…... . 296 B. Implikasi Penelitian ..……………………………………….…... 298 C. Saran-Saran ………………………………………….…….….... 299 D. Postulat (Dalil-Dalil) .................................................................... 299 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….………. LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP xv 301 DAFTAR GRAFIK Daftar Grafik I Jumlah pendaftar dan penerimaan calon peserta didik baru empat tahun terakhir ................................ Daftar Grafik II Daftar Grafik III 263 Nilai rata-rata Ujian Nasional tertinggi empat tahun terakhir .................................................................... 280 Prosentase tingkat kelulusan empat tahun terakhir . 281 xvi TRANSLITERASI DAN SINGKATAN A. Transliterasi 1. Konsonan Huruf Arab ا Huruf Latin Tidak dilambangkan Huruf Arab Huruf Latin ط t} ت t ظ z} ث s ع ‘ ج j غ g ح h ف f خ kh ق q د d ك k ذ ż ل l ر r م m ز z ن n س s و w ش sy ه h ص s ء ’ ض d ي y Hamzah ( )ءyang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’). 2. Vokal Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal dan vokal rangkap. Vokal tunggal atau monoftong bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut: xvii Tanda Nama Huruf Latin َا ِا ُا Fath}ah a Kasrah i D{ammah u Vokal rangkap atau diftong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu: Tanda َ ْى َو Nama Huruf Latin Fath{ah dan ya ai Fathah dan wau au Misalnya ﻛﻴﻒ ﺣﻮل 3. Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat atau huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu: Harakat dan huruf ى... َا ﻧِﻲ ﻧُﻮ Nama Huruf dan Tanda Fath{ah dan alif atau ya a> Kasrah dan ya ni> D{ammah dan wau nu> 4. Transliterasi untuk ta>’ marbu>t{ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t{ah yang hidup dan mendapat harakat fath{ah, kasrah, atau d{ammah, transliterasinya adalah [i]. Sedangkan ta>’ marbu>t{ah yang mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah [h]. 5. Syaddah (Tasydi>d) dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah. Jika huruf يber-tasydi>d di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah, maka ditransliterasi seperti huruf maddah (i>) 6. Kata Sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf alif lam ma’rifah ( )الdan ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika diikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah dengan tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya dan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya serta dihubungkan dengan garis mendatar (-). xviii B. Singkatan Beberapa singkatan yang digunakan dalam disertasi ini adalah: swt. : Subh{a>nahu> wa ta‘a>la> saw : Salla Allahu ‘alayhi wa sallam Q.S. ….(…) :4 : Qur’an, Surah, ayat 4 H : Hijrah M : Maseh}i Keterangan : Copy file translit.ttf ke c:\sytem\font\ Pada ms.word pilih font times new Arabic satu titik atas = shift + garis miring ( \ ) contoh subh}anallah satu titik bawah = shift + kurawal kanan ( } ) contoh subh}anallah| garis atas = shift + titik ( . ) contoh subh}a>nallah garis atas kapital = shift + koma ( , ) contoh SUBH}A<NALLAH kurso diletakkan sesudah huruf yang akan diberi lambang. xix ABSTRAK Nama NIM Judul : Hamzah Djunaid : 80100311048 : Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dalam Membina Mutu Pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar. Disertasi ini membahas masalah implementasi TQM dalam membina mutu pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar, yang bertujuan; Pertama, untuk mengetahui proses implementasi TQM dalam membina mutu pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar. Kedua, untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat implementasi TQM pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar. Ketiga, untuk mengetahui hasil penerapan TQM pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan instrumen kunci adalah peneliti sendiri. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi data. Sedang analisas data dilaksanakan secara induktif yang lebih mementingkan makna dari pada generalisasi data dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan studi dan pendekatan metodologi. Sumber data penelitian ini terdiri dari Kepala Madrasah, Kepala Tata Usaha, guru, pegawai dan pengawas serta Pengurus Komite Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar sebagai responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Total Quality Managemen (TQM) pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar ternyata belum terjabarkan dan tersosialisasikan dengan sempurna sesuai dengan pedoman mutu (quality manual) yang direkomendasikan oleh TQM, terutama di bidang administrasi dan manajemen. Sementara secara implisit ternyata aktifitas madrasah sudah tersentuh dengan konsep dan prinsip-prinsipTQM, baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Ketidaksempurnaan penerapan TQM disebabkan beberapa faktor, antara lain; pengelolaan di bidang administrasi pendidikan belum efektif, rendahnya kinerja sebagian guru dan staf, terutama dalam proses pembelajaran dan ketatausahaan, model pembelajaran masih didominasi model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred approach) dari pada model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centred approach). Meskipun penerapan TQM belum sempurna dan diperhadapkan berbagai macam kendala, namun faktor-faktor pendukung, baik pendukung internal maupun pendukung eksternal ternyata memiliki potensi yang cukup signifikan dalam meningkatkan mutu pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar melalui pendekatan TQM, sehingga dapat bersaing dengan sekolah unggulan yang sederajat pada masa kini dan masa yang akan datang. Implikasi penelitian; Perbaikan kualitas secara berkesinambungan (continuous improvement) sebagai filosofi TQM, yang diikuti komitmen dan obsesi xx terhadap mutu yang tinggi akan memberi nuansa positif dan semangat kerja bagi pengelola pendidikan dengan metode kerja yang efektif sesuai dengan prinsip dan karakteristik TQM. Meningkatkan mutu pendidikan melalui pendekatan TQM menghendaki kerja keras dan tidak setengah hati dalam penerapannya, sehingga terwujud sebuah lembaga pendidikan Islam yang unggul dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan unggul dalam Iman dan Taqwa (IMTAQ). Penerapan TQM dengan efektif pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar akan berdampak pada peningkatan kinerja kepala madrasah bersama dengan guru dan staf, yang pada gilirannya akan berdampak pula terhadap peningkatan prestasi peserta didik sesuai harapan dan keinginan pelanggan. xxi :اﻟﺤﺎج ﺣﻤﺰة ﺟﻨﯿﺪي اﻻﺳﻢ ٨٠١٠٠٣١١٠٤٨ : رﻗﻢ اﻟﺘﺴﺠﯿﻞ ﻣﻮﺿﻮع اﻟﺒﺤﺚ :ﺗﻨﻔﯿﺬ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ) ( TQMﻓﻲ ﺑﻨﺎء ﺟﻮدة اﻟﺘﺮﺑﯿﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر. ﺗﻨﺎوﻟﺖ ھﺬه اﻷطﺮوﺣﺔ ﻣﺴﺄﻟﺔ ﺗﻨﻔﯿﺬ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻓﻲ ﺗﻄﻮﯾﺮ ﺟﻮدة اﻟﺘﺮﺑﯿﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ،اﻟﺘﻲ ﺗﮭﺪف :أوﻻ ، ﻟﺘﻌﺮﯾﻒ ﻋﻤﻠﯿﺔ ﺗﻄﺒﯿﻖ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻓﻲ ﺗﻄﻮﯾﺮ ﺟﻮدة اﻟﺘﺮﺑﯿﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ﻧﻤﻮذج ﻣﻦ ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر .اﻟﺜﺎﻧﯿﺔ ،ﻟﺘﺤﺪﯾﺪ اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺘﻲ ﺗﺪﻋﻢ وﺗﻌﯿﻖ ﺗﻨﻔﯿﺬ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔاﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ﻧﻤﻮذج ﻣﻦ ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر .اﻟﺜﺎﻟﺚ ،ﻟﺘﺤﺪﯾﺪ ﻧﺘﺎﺋﺞ ﺗﻄﺒﯿﻖ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر. ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ ھﻮ اﻟﺒﺤﺚ اﻟﻨﻮﻋﻲ ﻣﻊ أداة رﺋﯿﺴﯿﺔ ھﻮ اﻟﺒﺎﺣﺚ ﻧﻔﺴﮫ .ﺟﻤﻊ اﻟﺑﯾﻧﺎت اﻟﺘﻲ ﺗﻢ اﻟﺤﺼﻮل ﻋﻠﯿﮭﺎ ﻣﻦ ﺧﻼل اﻟﻤﻼﺣﻈﺎت واﻟﻤﻘﺎﺑﻼت وﺗﻮﺛﯿﻖ اﻟﺒﯿﻨﺎت .اﻟﺘﻲ ﺗﺠﺮي ﺗﻨﻔﯿﺬھﺎ ﻓﻲ ﺗﺤﻠﯿﻞ اﻟﺒﯿﻨﺎت اﻟﺴﯿﻄﺮة اﺳﺘﻘﺮاﺋﻲ اﻟﺘﻲ ھﻲ أﻛﺜﺮ ﻗﻠﻘﺎ ﻣﻊ ﻣﻌﻨﻰ اﻟﺒﯿ ﻨﺎت اﻟﺘﻌﻤﯿﻢ ﺑﺎﺳﺘﺨﺪام اﻟﻨﮭﺠﯿﻦ ،وھﻲ ﻧﮭﺞ اﻟﺪراﺳﺔ و اﻷﺳﺎﻟﯿﺐ اﻟﻤﻨﮭﺠﯿﺔ .ﯾﺘﺄﻟﻒ ﻣﺼﺪر اﻟﺒﯿﻨﺎت ﻟﮭﺬه اﻟﺪراﺳﺔ ﻣﻦ اﻟﻨﻈﺎر ،رﺋﯿﺲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ و رﺋﯿﺲ اﻹدارة واﻟﻤﺪرﺳﯿﻦ واﻟﻤﻮظﻔﯿﻦ و اﻟﻤﺸﺮﻓﯿﻦ وﻛﺬﻟﻚ اﻟﻠﺠﻨﺔ اﻟﺘﻨﻔﯿﺬﯾﺔ ﻟﻠﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ﻛﻤﺎ اﻟﻤﺴﺘﺠﯿﺒﯿﻦ. ﻧﺘﺎﺋﺞ ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ أن ﺗﻨﻔﯿﺬ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺪﻧﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ,ﺗﺒﯿﻦ أﻧﮫ ﻻ ﺗﺰال ھﻨﺎك ﺑﻌﺾ ﻣﺠﺎﻻت اﻟﻨﺸﺎط اﻟﺘﻲ ﻟﻢ ﯾﺘﻢ أﺛﺒﺘﺖ اﻟﺘﻔﻮق ،ﻛﻤﺎ ھﻮ اﻟﺤﺎل ﻓﻲ ﻣﺠﺎﻻت اﻹدارة واﻟﺘﻨﻈﯿﻢ ،وﺗﻄﻮﯾﺮ اﻟﻤﻨﺎھﺞ و ﻋﻤﻠﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﻢ ،واﻟﺘﻘﯿﯿﻢ /اﻹﺷﺮاف و اﻟﻘﻮى اﻟﻌﺎﻣﻠﺔ واﻟﺘﺪرﯾﺐ .ﺿﺪ ھﺬه اﻟﻤﻨﺎطﻖ اﻟﺘﻲ ﻻ ﺗﺰال ﺗﺘﻄﻠﺐ ﺧﻄﻮات ﻣﻠﻤﻮﺳﺔ ﻟﺘﻨﻔﯿﺬ أﻣﺜﺎل ﻟﻤﺒﺎدئ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ .ﻓﻲ ﺣﯿﻦ أن اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺘﻲ ﺗﺪﻋﻢ ،ﺗﺤﻮل أﻧﺼﺎر اﻟﺪاﺧﻠﯿﺔ واﻟﺨﺎرﺟﯿﺔ ﻋﻠﻰ ﺣﺪ ﺳﻮاء إﻟﻰ أن ﺗﻜﻮن إﻣﻜﺎﻧﺎت ﻛﺒﯿﺮة ﺟﺪا ﻟﺘﺤﺴﯿﻦ ﻧﻮﻋﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺪﻧﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ،ﻗﺪ ﯾﻜﻮن ﻣﻦ اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﻤﺎﻧﻌﺔ ﻣﺘﻮﺳﻄﺔ أﻗﻞ ﻣﻌﻨﻰ ،ﻷن ﻣﻌﻈﻢ ھﺬه اﻟﻌﻮاﻣﻞ ﯾﻤﻜﻦ ﺣﻠﮭﺎ ﺑﻤﺎ ﯾﺘﻤﺎﺷﻰ ﻣﻊ ﺗﻨﻔﯿﺬ وﺗﺤﺴﯿﻦ ﻧﻮﻋﯿﺔ ﻋﻠﻰ أﺳﺎس ﻣﺴﺘﻤﺮ. اﻵﺛﺎر ﻓﻲ ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ ،ﯾﺘﻄﻠﺐ أن إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ وﯾﺮاﻓﻖ اﻟﺘﺤﺴﯿﻦ اﻟﻤﺴﺘﻤﺮ ﻟﻠﺠﻮدة ﻣﻦ ﺧﻼل اﻟﺘﺰام ﻋﺎﻟﯿﺔ و ھﺎﺟﺲ اﻟﺠﻮدة ﯾﻤﻜﻦ أن ﺗﺠﻌﻞ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺪﻧﯿﺔ xxii اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ﺑﺎﻋﺘﺒﺎرھﺎ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻤﺘﻔﻮﻗﺔ ،واﻟﺘﻲ ﺗﺘﻔﻮق ﻓﻲ ﻣﺠﺎل اﻟﻌﻠﻮم و اﻟﺘﻜﻨﻮﻟﻮﺟﯿﺎ و ﺗﺘﻔﻮق ﻓﻲ اﻹﯾﻤﺎن واﻟﺘﻘﻮي .واﻟﺘﻨﻔﯿﺬ اﻟﻔﻌﺎل ﻹدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﺗﺆﺛﺮ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺴﯿﻦ اﻷداء رﺋﯿﺲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺪﻧﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ﻣﻊ اﻟﻤﻌﻠﻤﯿﻦ واﻟﻤﻮظﻔﯿﻦ ،وھﺬا ﺑﺪوره ﺳﻮف ﯾﻜﻮن ﻟﮭﺎ ﺗﺄﺛﯿﺮ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺴﯿﻦ اﻟﺘﺤﺼﯿﻞ اﻟﻌﻠﻤﻲ ﻟﻠﻄﻼب وﻓﻘﺎ ﻟﺘﻮﻗﻌﺎت ورﻏﺒﺎت اﻟﻌﻤﻼء ،وﺧﺎﺻﺔ ﻟﻮاﻟﺪي اﻟﻄﻼب.. ﻧﺘﺎﺋﺞ ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ ﺗﻈﮭﺮ إﻟﻰ أن إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ) ( TQMﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ﺗﻐﻄﻲ ,اﻟﺘﺴﻠﺴﻞ اﻟﮭﺮﻣﻲ ﻟﯿﺴﺖ ﻣﺜﻠﯿﺔ ﺑﻌﺪ و اﺟﺘﻤﺎﻋﯿﺎ وﻓﻘﺎ ﻟﻠﻤﺒﺎدئ اﻟﺘﻮﺟﯿﮭﯿﺔ ﻟﻠﺠﻮدة )دﻟﯿﻞ اﻟﺠﻮدة ( اﻟﺘﻲ وﺿﻌﺘﮭﺎ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ،وﺑﺨﺎﺻﺔ ﻓﻲ ﻣﺠﺎﻻت اﻹدارة واﻟﺘﻨﻈﯿﻢ .ﺑﯿﻨﻤﺎ ﺿﻤﻨﯿﺎ ﺟﻤﯿﻊ أﻧﺸﻄﺔ اﻟﻤﺪرﺳﺔ ﻟﻤﺴﺖ ﺑﺎﻟﻔﻌﻞ ﻣﻊ اﻟﻤﻔﺎھﯿﻢ واﻟﻤﺒﺎدئ ﻹدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ) ،(TQMﺳﻮاء اﻷﻛﺎدﯾﻤﯿﺔ و ﻏﯿﺮ اﻷﻛﺎدﯾﻤﯿﺔ .ﻋﯿﻮب ﺗﻄﺒﯿﻖ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ وذﻟﻚ ﺑﺴﺒﺐ ﻋﺪة ﻋﻮاﻣﻞ ،ﻣﻦ ﺑﯿﻦ أﻣﻮر أﺧﺮى ،وﻗﺪ اﻹدارﯾﺔ ﻓﻲ ﻣﺠﺎل اﻹدارة اﻟﺘﺮﺑﻮﯾﺔ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻓﻌﺎﻟﺔ ،و ﺿﻌﻒ أداء ﺑﻌﺾ اﻟﻤﻌﻠﻤﯿﻦ واﻟﻤﻮظﻔﯿﻦ ،وﺧﺼﻮﺻﺎ ﻓﻲ ﻋﻤﻠﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﻢ واﻹدارة ،وﻧﻤﺎذج اﻟﺘﻌﻠﻢ ﻻ ﯾﺰال ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺬي ﯾﺘﺮﻛﺰ ﺣﻮل اﻟﻤﻌﻠﻢ )اﻟﻨﮭﺞ اﻟﻤﺘﻤﺤﻮر ﺣﻮل اﻟﻤﻌﻠﻢ ( ﻣﻦ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ ﯾﺘﺮﻛﺰﺣﻮل اﻟﻄﺎﻟﺐ )اﻟﻨﮭﺞ اﻟﻤﺘﻤﺤﻮرة ﺣﻮل اﻟﻄﺎﻟﺐ ( .ﻋﻠﻰ اﻟﺮﻏﻢ ﻣﻦ أن ﺗﻄﺒﯿﻖ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻟﯿﺴﺖ ﻣﺜﺎﻟﯿﺔ و اﻟﺘﻌﺎﻣﻞ ﻣﻊ أﻧﻮاع ﻣﺨﺘﻠﻔﺔ ﻣﻦ اﻟﻘﯿﻮد ،وﻟﻜﻦ ﺗﺤﻮﻟﺖ اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺪاﻋﻤﺔ ،أﻧﺼﺎر اﻟﺘﺄﯾﯿﺪ اﻟﺪاﺧﻠﻲ واﻟﺨﺎرﺟﻲ ﻋﻠﻰ ﺣﺪ ﺳﻮاء ﻣﻦ xxiii أن ﯾﻜﻮن إﻣﻜﺎﻧﺎت ﻛﺒﯿﺮة ﻓﻲ ﺗﺤﺴﯿﻦ ﻧﻮﻋﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﻓﻲ اﻟﻤﺪارس اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﮫ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ﻧﻤﻮ ذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ﻣﻦ ﺧﻼل ﻧﮭﺞ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ،ﻟﺬﻟﻚ ﯾﻤﻜﻦ أن ﺗﻜﻮن ﻗﺎدرة ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻨﺎﻓﺴﺔ ﻣﻊ ﻣﺪرﺳﺔ ﻣﻤﺘﺎزة ﯾﺴﺎوي اﻟﺤﺎﺿﺮ و اﻟﻤﺴﺘﻘﺒﻞ. اﻵﺛﺎر اﻟﻤﺘﺮﺗﺒﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﺪراﺳﺔ؛ ھﻲ ﺗﺤﺴﯿﻦ اﻟﻤﺴﺘﻤﺮ ﻟﻠﺠﻮدة )اﻟﺘﺤﺴﯿﻦ اﻟﻤﺴﺘﻤﺮ( ﻛﻔﻠﺴﻔﺔ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ،ﺗﻠﯿﮭﺎ اﻻﻟﺘﺰام وھﺎﺟﺲ ذات ﺟﻮدة اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ ﺳﻮف ﺗﻌﻄﻲ اﻟﺸﻌﻮر اﻹﯾﺠﺎﺑﻲ وروح اﻟﻌﻤﻞ ﻟﻤﺪﯾﺮي اﻟﺘﺮﺑﯿﺔ ﺑﻤﻨﮭﺞ وأﺳﺎﻟﯿﺐ ﻋﻤﻞ اﻟﻔﻌﻠﯿﺔ وﻓﻘﺎ ﻟﻠﻤﺒﺎدئ وﺧﺼﺎﺋﺺ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ .ﺗﺤﺴﯿﻦ ﻧﻮﻋﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﻣﻦ ﺧﻼل ﻣﻨﮭﺞ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﯾﺘﻄﻠﺐ اﻟﻌﻤﻞ اﻟﺠﺎد وﻟﯿﺲ ﻓﺎﺗﺮة ﻓﻲ ﺗﻄﺒﯿﻘﮫ ،وذﻟﻚ ﻹﻧﺸﺎء اﻟﻤﺆﺳﺴﺎت اﻟﺘﻌﻠﯿﻤﯿﺔ اﻹﺳﻼﻣﯿﺔ اﻟﺘﻲ ﺗﺘﻔﻮق ﻓﻲ ﻣﺠﺎل اﻟﻌﻠﻮم و اﻟﺘﻜﻨﻮﻟﻮﺟﯿﺎ و اﻟﺘﻔﻮق ﻓﻲ اﻹﯾﻤﺎن واﻟﺘﻘﻮى .واﻟﺘﻨﻔﯿﺬ اﻟﻔﻌﺎل ﻻدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ﻧﻤﻮ ذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ﯾﻜﻮن ﻟﮭﺎ ﺗﺄﺛﯿﺮ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺴﯿﻦ أداء اﻟﺮﺋﯿﺴﯿﺔ ﺟﻨﺒﺎ إﻟﻰ ﺟﻨﺐ ﻣﻊ اﻟﻤﻌﻠﻤﯿﻦ واﻟﻤﻮظﻔﯿﻦ ،واﻟﺘﻲ ﺳﯿﻜﻮن ﻟﮭﺎ ﻓﻲ ﻧﮭﺎﯾﺔ اﻟﻤﻄﺎف ﺗﺄﺛﯿﺮ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺴﯿﻦ اﻟﺘﺤﺼﯿﻞ اﻟﻌﻠﻤﻲ ﻟﻠﻄﻼب وﻓﻘﺎ ﻟﺘﻮﻗﻌﺎت ورﻏﺒﺎت اﻟﻌﻤﻼء . xxiv While implicitly, all activities of institution (school) already touched with the concepts and principles of TQM, both academic and non-academic. Imperfections of implementation of TQM caused by several factors, they are; management in educational administration field have not been effective, the lack of performance of some teachers and staff, especially in the learning process and administration, learning models still dominated by teacher-centered approach rather than student-centered approach. Although the application of TQM is not perfect and handled various kinds of constraints, the supporting factors, both internal and external supporters have significant potential in improving the quality of education at Madrasah Aliyah Negeri 2 Models of Makassar through TQM approach, so it can be competed with other excellent schools to the present and the future. Implications of the study are; continuous quality improvement as a TQM philosophy, followed by commitment and obsession with high quality will give positive feel and spirit of work for educational managers with effective methods of work which appropriate with the principles and characteristics of TQM. Improving educational quality through TQM approach requires hard work in its application, so it can create an Islamic educational institutions that competent in Science and Technology and competent in Faith and Taqwa ( IMTAQ ). The effective implementation of TQM at Madrasah Aliyah Negeri 2 Model of Makassar will have an impact in improving the performance of principal along with the teachers and staff, henceforth, will have an impact on the improvement of student achievement agree with expectations and desires of customers. xxv ABSTRAK Nama NIM Judul : Hamzah Djunaid : 80100311048 : Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dalam Membina Mutu Pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar. Disertasi ini membahas masalah implementasi TQM dalam membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, yang bertujuan; Pertama, untuk mengetahui proses implementasi TQM dalam membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar. Kedua, untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar. Ketiga, untuk mengetahui hasil penerapan TQM pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan instrumen kunci adalah peneliti sendiri. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi data. Sedang analisas data dilaksanakan secara induktif yang lebih mementingkan makna dari pada generalisasi data dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan studi dan pendekatan metodologi. Sumber data penelitian ini terdiri dari Kepala Madrasah, Kepala Tata Usaha, guru, pegawai dan pengawas serta Pengurus Komite MAN 2 Model Makassar sebagai responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar ternyata masih ada beberapa bidang kegiatan yang belum terlaksana secara sempurna, seperti dalam bidang administrasi dan manajemen, pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran, evaluasi/supervisi pendidikan serta pembinaan ketenagaan. Terhadap bidang-bidang tersebut masih membutuhkan langkah-langkah kongkrit secara optimal untuk mengimplementasikan prinsipprinsip dan pedoman mutu (quality manual) yang direkomendasikan oleh TQM. Sementara faktor-faktor yang mendukung, baik pendukung internal maupun eksternal ternyata cukup potensial dan signifikan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, seperti kualifikasi akademik tenaga pendidik, sarana dan prasarana, jumlah peserta didik, dan dukungan dari masyarakat. Sedang faktor-faktor yang menghambat ternyata tidak terlalu berarti, karena pada umumnya faktor tersebut dapat teratasi seiring dengan pelaksanaan dan perbaikan kualitas secara berkesinambungan. Implikasi penelitian, bahwa TQM yang menghendaki perbaikan kualitas secara berkesinambungan disertai dengan komitmen dan obsesi yang tinggi terhadap mutu dapat menjadikan MAN 2 Model Makassar sebagai madrasah yang unggul, yaitu unggul dalam IPTEK dan unggul dalam IMTAQ. Penerapan TQM xxvi secara efektif akan berdampak pula pada peningkatan kinerja Kepala MAN 2 Model Makassar bersama dengan guru dan staf, dan pada gilirannya akan berdampak pula terhadap peningkatan prestasi peserta didik sesuai harapan dan keinginan pelanggan, terutama orang tua peserta didik dan masyarakat. ﻧﺘﺎﺋﺞ ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ ﺗﺸﯿﺮ إﻟﻰ أن ﺗﻨﻔﯿﺬ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ) (TQMﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ,ﺗﺒﯿﻦ أﻧﮫ ﻻ ﺗﺰال ھﻨﺎك ﺑﻌﺾ ﻣﺠﺎﻻت اﻟﻨﺸﺎط اﻟﺘﻲ ﻟﻢ ﯾﺘﻢ اﻟﻘﯿﺎم ﺑﮫ ﺗﻤﺎﻣﺎ ،ﻛﻤﺎ ھﻮ اﻟﺤﺎل ﻓﻲ ﻣﺠﺎﻻت اﻹدارة واﻟﺘﻨﻈﯿﻢ ،وﺗﻄﻮﯾﺮ اﻟﻤﻨﺎھﺞ وﻋﻤﻠﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﻢ ،واﻟﺘﻘﯿﯿﻢ/اﻹﺷﺮاف واﻟﻘﻮى اﻟﻌﺎﻣﻠﺔ واﻟﺘﺪرﯾﺐ .ﺿﺪ ھﺬه اﻟﻤﻨﺎطﻖ اﻟﺘﻲ ﻻ ﺗﺰال ﺗﺘﻄﻠﺐ ﺧﻄﻮات ﻣﻠﻤﻮﺳﺔ ﻟﺘﻨﻔﯿﺬ اﻟﻤﺒﺎدئ واﻟﺘﻮﺟﯿﮫ ﻟﻠﺠﻮدة )دﻟﯿﻞ اﻟﺠﻮدة ( إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ) (TQMاﻟﺘﻲ أوﺻﺖ ﺑﮭﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺤﻮ اﻷﻣﺜﺎل .ﻓﻲ ﺣﯿﻦ أن اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺘﻲ ﺗﺪﻋﻢ ،ﺗﺤﻮل ﻣﻨﺎﺻﺮاﻟﺪاﺧﻠﯿﺔ واﻟﺨﺎرﺟﯿﺔ ﻋﻠﻰ ﺣﺪ ﺳﻮاء إﻟﻰ أن ﺗﻜﻮن إﻣﻜﺎﻧﺎت ﻛﺒﯿﺮة ﺟﺪا ﻟﺘﺤﺴﯿﻦ ﻧﻮﻋﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ،ﻣﺜﻞ اﻟﻤﺆھﻞ اﻟﻌﻠﻤﻲ ﻟﻠﻤﻌﻠﻤﯿﻦ واﻟﻤﺮاﻓﻖ و اﻟﺒﻨﯿﺔ اﻟﺘﺤﺘﯿﺔ ،وﻋﺪد اﻟﻤﺘﻌﻠﻤﯿﻦ ،واﻟﺪﻋﻢ ﻣﻦ اﻟﻤﺠﺘﻤﻊ .ﯾﺠﺮي اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺘﻲ ﺗﻌﻮق ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻣﻔﯿﺪا ﺟﺪا ،ﻷن ﻣﻌﻈﻢ ھﺬه اﻟﻌﻮاﻣﻞ ﯾﻤﻜﻦ ﺣﻠﮭﺎ ﺑﻤﺎ ﯾﺘﻤﺎﺷﻰ ﻣﻊ ﺗﻨﻔﯿﺬ و اﻟﺘﺤﺴﯿﻦ اﻟﻤﺴﺘﻤﺮ ﻟﻠﺠﻮدة . اﻵﺛﺎر اﻟﻤﺘﺮﺗﺒﺔ ﻋﻠ ﻰ اﻟﺪراﺳﺔ ،ﯾﺘﻄﻠﺐ أن إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ وﯾﺮاﻓﻖ اﻟﺘﺤﺴﯿﻦ اﻟﻤﺴﺘﻤﺮ ﻟﻠﺠﻮدة ﻣﻦ ﺧﻼل اﻟﺘﺰام ﻋﺎﻟﯿﺔ و ھﺎﺟﺲ اﻟﺠﻮدة ﯾﻤﻜﻦ أن ﺗﺠﻌﻞ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ﺑﺎﻋﺘﺒﺎرھﺎ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻤﺘﻔﻮﻗﺔ ، اﻟﺘﻲ ﺗﺘﻔﻮق ﻓﻲ ﻣﺠﺎل اﻟﻌﻠﻢ و اﻟﺘﻜﻨﻮﻟﻮﺟﯿﺎ ) (IPTEKوﺗﺘﻔﻮق ﻓﻲ اﻹﯾﻤﺎن واﻟﺘﻘﻮي ) .(IMTAQو اﻟﺘﻨﻔﯿﺬ اﻟﻔﻌﺎل ل إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﺗﺆﺛﺮ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺴﯿﻦ اﻷداء MAN 2ﻧﻤﻮذج ﻣﻦ ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر رﺋﯿﺲ ﺟﻨﺒﺎ إﻟﻰ ﺟﻨﺐ ﻣﻊ اﻟﻤﻌﻠﻤﯿﻦ واﻟﻤﻮظﻔﯿﻦ ،وھﺬا ﺑﺪوره ﺳﻮف ﯾﻜﻮن ﻟﮭﺎ ﺗﺄﺛﯿﺮ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺴﯿﻦ اﻟﺘﺤﺼﯿﻞ اﻟﻌﻠﻤﻲ ﻟﻠﻄﻼب وﻓﻘﺎ ل ﺗﻮﻗﻌﺎت ورﻏﺒﺎت اﻟﻌﻤﻼء ،وﺧﺎﺻﺔ أوﻟﯿﺎء أﻣﻮر اﻟﻄﻠﺒﺔ واﻟﻤﺠﺘﻤﻊ اﻟﻤﺤﻠﻲ. xxvii ﻧﺘﺎﺋﺞ ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ أن ﺗﻨﻔﯿﺬ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺪﻧﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ,ﺗﺒﯿﻦ أﻧﮫ ﻻ ﺗﺰال ھﻨﺎك ﺑﻌﺾ ﻣﺠﺎﻻت اﻟﻨﺸﺎط اﻟﺘﻲ ﻟﻢ ﯾﺘﻢ أﺛﺒﺘﺖ اﻟﺘﻔﻮق ،ﻛﻤﺎ ھﻮ اﻟﺤﺎل ﻓﻲ ﻣﺠﺎﻻت اﻹدارة واﻟﺘﻨﻈﯿﻢ ،وﺗﻄﻮﯾﺮ اﻟﻤﻨﺎھﺞ و ﻋﻤﻠﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﻢ ،واﻟﺘﻘﯿﯿﻢ /اﻹﺷﺮاف و اﻟﻘﻮى اﻟﻌﺎﻣﻠﺔ واﻟﺘﺪرﯾﺐ .ﺿﺪ ھﺬه اﻟﻤﻨﺎطﻖ اﻟﺘﻲ ﻻ ﺗﺰال ﺗﺘﻄﻠﺐ ﺧﻄﻮات ﻣﻠﻤﻮﺳﺔ ﻟﺘﻨﻔﯿﺬ أﻣﺜﺎل ﻟﻤﺒﺎدئ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ .ﻓﻲ ﺣﯿﻦ أن اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺘﻲ ﺗﺪﻋﻢ ،ﺗﺤﻮل أﻧﺼﺎر اﻟﺪاﺧﻠﯿﺔ واﻟﺨﺎرﺟﯿﺔ ﻋﻠﻰ ﺣﺪ ﺳﻮاء إﻟﻰ أن ﺗﻜﻮن إﻣﻜﺎﻧﺎت ﻛﺒﯿﺮة ﺟﺪا ﻟﺘﺤﺴﯿﻦ ﻧﻮﻋﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺪﻧﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ،ﻗﺪ ﯾﻜﻮن ﻣﻦ اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﻤﺎﻧﻌﺔ ﻣﺘﻮﺳﻄﺔ أﻗﻞ ﻣﻌﻨﻰ ،ﻷن ﻣﻌﻈﻢ ھﺬه اﻟﻌﻮاﻣﻞ ﯾﻤﻜﻦ ﺣﻠﮭﺎ ﺑﻤﺎ ﯾﺘﻤﺎﺷﻰ ﻣﻊ ﺗﻨﻔﯿﺬ وﺗﺤﺴﯿﻦ ﻧﻮﻋﯿﺔ ﻋﻠﻰ أﺳﺎس ﻣﺴﺘﻤﺮ. اﻵﺛﺎر ﻓﻲ ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ ،ﯾﺘﻄﻠﺐ أن إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ وﯾﺮاﻓﻖ اﻟﺘﺤﺴﯿﻦ اﻟﻤﺴﺘﻤﺮ ﻟﻠﺠﻮدة ﻣﻦ ﺧﻼل اﻟﺘﺰام ﻋﺎﻟﯿﺔ و ھﺎﺟﺲ اﻟﺠﻮدة ﯾﻤﻜﻦ أن ﺗﺠﻌﻞ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺪﻧﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ﺑﺎﻋﺘﺒﺎرھﺎ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻤﺘﻔﻮﻗﺔ ،واﻟﺘﻲ ﺗﺘﻔﻮق ﻓﻲ ﻣﺠﺎل اﻟﻌﻠﻮم و اﻟﺘﻜﻨﻮﻟﻮﺟﯿﺎ و ﺗﺘﻔﻮق ﻓﻲ اﻹﯾﻤﺎن واﻟﺘﻘﻮي .واﻟﺘﻨﻔﯿﺬ اﻟﻔﻌﺎل ﻹدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﺗﺆﺛﺮ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺴﯿﻦ اﻷداء رﺋﯿﺲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺪﻧﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ﻣﻊ اﻟﻤﻌﻠﻤﯿﻦ واﻟﻤﻮظﻔﯿﻦ ،وھﺬا ﺑﺪوره ﺳﻮف ﯾﻜﻮن ﻟﮭﺎ ﺗﺄﺛﯿﺮ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺴﯿﻦ اﻟﺘﺤﺼﯿﻞ اﻟﻌﻠﻤﻲ ﻟﻠﻄﻼب وﻓﻘﺎ ﻟﺘﻮﻗﻌﺎت ورﻏﺒﺎت اﻟﻌﻤﻼء ،وﺧﺎﺻﺔ اﻟﻤﺘﻌﻠﻤﯿﻦ اﻟﻤﺴﻨﯿﻦ. xxviii ﻧﺘﺎﺋﺞ ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ ﺗﺸﯿﺮ إﻟﻰ أن ﺗﻨﻔﯿﺬ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺪﻧﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ﻧﻤﻮذج ٢ﻣﻦ ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ھﻮ ﻟﻢ ﺗﻨﻔﺬ ﺑﻌﺪ ﺑﺎﻟﻜﺎﻣﻞ ،وﺑﻌﺒﺎر أﺧﺮى ﻻ ﺗﺰال ﺑﺤﺎﺟﺔ إﻟﻰ اﻟﻌﻤﻞ ﺑﺠﺪ ﻟﺘﻨﻔﯿﺬ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺤﻮ اﻷﻣﺜﺎل ،ﻣﻊ mangacuﻣﻔﺎھﯿﻢ وﻣﺒﺎدئ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ .أﻧﮭﺎ ﻣﺴﺘﻤﺮة ﻓﻲ ﻋﺮض ﺑﻌﺾ أﺟﺰاء ﻣﻦ اﻟﺒﺮﻧﺎﻣﺞ اﻟﺘﻌﻠﯿﻤﻲ ﻟﻢ ﺗﻈﮭﺮ اﻟﻜﻤﺎل ،ﻛﻤﺎ ھﻮ اﻟﺤﺎل ﻓﻲ ﻣﺠﺎﻻت اﻹدارة واﻟﺘﻨﻈﯿﻢ ،وﺗﻄﻮﯾﺮ اﻟﻤﻨﺎھﺞ واﻟﺘﻌﻠﻢ ،و ﺗﻨﻤﯿﺔ اﻟﻘﻮى اﻟﻌﺎﻣﻠﺔ و اﻹﺷﺮاف اﻟﺘﺮﺑﻮي .ﻓﻲ ﺣﯿﻦ أن اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺘﻲ ﺗﺪﻋﻢ ،وﺛﺒﺖ ﻛﻞ ﻣﻦ اﻟﺪﻋﻢ اﻟﺪاﺧﻠﻲ واﻟﺨﺎرﺟﻲ ل دﯾﮭﺎ إﻣﻜﺎﻧﺎت ﻛﺒﯿﺮة ﻟﺘﺤﺴﯿﻦ ﻧﻮﻋﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﻓﻲ MAN 2ﻧﻤﻮذج ﻣﻦ ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ،ﻟﺬﻟﻚ ﯾﻤﻜﻦ أن ﺗﺘﻨﺎﻓﺲ ﻣﻊ أھﻢ اﻟﻤﺪارس ﻣﺘﺴﺎوون ﻓﻲ اﻟﺤﺎﺿﺮ واﻟﻤﺴﺘﻘﺒﻞ .ﻓﻲ ﺣﯿﻦ أن اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺘﻲ ﺗﻌﯿﻖ ﺗﻄﻮر ﻧﻮﻋﯿﺔ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻣﺠﺪﯾﺔ ﺟﺪا ،ﻷن ﻣﻌﻈﻢ ھﺬه اﻟﻌﻮاﻣﻞ ﯾﻤﻜﻦ ﺣﻠﮭﺎ ﺑﻤﺎ ﯾﺘﻤﺎﺷﻰ ﻣﻊ ﺗﻨﻔﯿﺬ اﻟﺘﻨﻤﯿﺔ اﻟﻤﺴﺘﺪاﻣﺔ. abstrak ﻧﺘﺎﺋﺞ ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ ﺗﺸﯿﺮإﻟﻰ أن إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ) (TQMﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ٢ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎرﻟﻢ ﺗﻨﻔﺬ ﺑﻌﺪ ﺑﺎﻟﻜﺎﻣﻞ ,وﺑﻌﺒﺎرة أﺧﺮى ،ﻻ xxix ﺗﺰال ﺑﺤﺎﺟﺔ اﻟﻰ اﻟﻌﻤﻞ ﺑﺠﺪ أوﻣﺘﺸﺪد ﻟﺘﻨﻔﯿﺬ ﻋﻠﻰ ﻧﺤﻮ اﻷﻣﺜﺎل ﺑﻤﺮاﺟﻌﺔ إﻟﻰ ﻣﻔﺎھﯿﻢ ( أﻧﮭﺎ ﻣﺸﺘﻤﺮة ﻓﻲ ﻋﺮض ﺑﻌﺾ أﺟﺰاء ﻣﻦ اﻟﺒﺮﻧﺎﻣﺞTQM) وﻣﺒﺎدئ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻛﻤﺎ ھﻮ اﻟﺤﺎل ﻓﻲ ﻣﺠﺎﻻت اﻹدارة واﻟﺘﻨﻈﯿﻢ وﺗﻄﻮﯾﺮ،اﻟﺘﻌﻠﯿﻤﻲ ﻟﻢ ﯾﺘﻢ ﺗﻨﻔﯿﺬھﺎ ﻛﺎﻣﻼ ﻓﻲ ﺣﯿﻦ أن اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺘﻲ.اﻟﻤﻨﺎھﺞ واﻟﺘﻌﻠﻢ و ﺗﻨﻤﯿﺔ اﻟﻌﺎﻣﻠﺔ اﻟﻘﻮﯾﺔ واﻹﺷﺮاف اﻟﺘﺮﺑﻮي وﺛﺒﺖ ﻛﻞ ﻣﻦ اﻟﺪﻋﻢ اﻟﺪاﺧﻠﻲ واﻟﺨﺎرﺟﻲ ﻟﺪﯾﮭﺎ إﻣﻜﺎﻧﺎت ﻛﺒﯿﺮة ﻓﻲ ﺗﺤﺴﯿﻦ ﻧﻮﻋﯿﺔ،ﺗﺪﻋﻢ ﻟﺬﻟﻚ ﯾﻤﻜﻦ أن ﺗﺘﻨﺎﻓﺲ، ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر٢ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ ﻋﺎﻟﯿﮫ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ﻓﻲ ﺣﯿﻦ أن اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺘﻲ ﺗﻌﯿﻖ.ﻣﻊ أھﻢ اﻟﻤﺪارس ﻣﺘﺴﺎوﯾﺔ ﻓﻲ اﻟﺤﺎﺿﺮ واﻟﻤﺴﺘﻘﺒﻞ ﻷن ﻣﻌﻈﻢ ھﺬه اﻟﻌﻮاﻣﻞ ﯾﻤﻜﻦ ﺣﻠﮭﺎ ﺑﻤﺎ ﯾﺘﻤﺎﺷﻰ ﻣﻊ،ﺗﻄﻮﯾﺮﻧﻮﻋﯿﺔ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻣﻔﯿﺪا ﺟﺪا .ﺗﻨﻔﯿﺬ اﻟﺘﺪرﯾﺐ ﻣﺴﺘﻤﺮا Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar ternyata belum terlaksana secara sempurna, dengan kata lain masih membutuhkan kerja keras untuk mengimplementasikannya secara optimal, dengan mangacu kepada konsep dan prinsip-prinsip TQM. Hal itu terlihat masih adanya beberapa bagian dari program pendidikan belum menunjukkan kesempurnaan, seperti dalam bidang administrasi dan manajemen, pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran, pembinaan ketenagaan dan pengawasan pendidikan. Sementara faktor-faktor yang mendukung, baik pendukung internal maupun eksternal ternyata memiliki potensi yang cukup signifikan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, sehingga dapat bersaing dengan sekolah unggulan yang sederajat pada masa kini dan masa yang akan datang. Sementara faktor-faktor yang menghambat pembinaan mutu ternyata tidak terlalu berarti, karena pada umumnya faktor tersebut dapat teratasi seiring dengan pelaksanaan pembinaan secara berkesinambungan xxx َْﺎج ﲪَْ َﺰْة ُﺟ ﻨَـﻴْﺪِي :اﳊ ِ اﻹ ْﺳﻢُ ِْ ْﺠﻴ ِْﻞ ٨٠١٠٠٣١١٠٤٨ : َر ﻗْﻢ اﻟﺘﱠﺸ ِ ﰲ اﻟْ َﻤ ْﺪ َر َﺳﺔِ اﻟْ ﱢﺪ ﻧِﻴﱠﺔِ اﻟْﻌَﺎﻟِﻴ ِﺔ َﻮ َدةِ اﻟْﺘـ َْﺮﺑِﻴْﺔِ ِ ْ َْﻮ َدةِ اﻟْﺸَﺎ ِﻣﻠَﺔِ ِﰲ ﺑِﻨَﺈِ ﺟ ْ ْﺚ :ﺗـَﻨْ ِﻔﻴْ ُﺬ إِدَا َرةِ اﳉ ْ ﻣ َْﻮﺿُﻮعُ اﻟْﺒَﺤ ِ ج ﻣَﺎﻛَﺎﺳﺮ. َُﻮَز ُ ُﻮِﻣﻴَﺔِ ٢ﳕ ْ اﳊُْﻜ ْ ُﻮ َدةِ اﻟْﺘـ ْﱠﺮﺑِﻴ ِﺔ ِﰲ ُْﻮ َدةِ اﻟﺸَﺎ ِﻣﻠﱠﺔِ ِﰲ ﺗَﻄْ ِﻮﻳْ ِﺮ ﺟ ْ َﺖ ٰﻫ ِﺬﻩِ اﻻﻃْﺮُْو َﺣﺔُ ﰲ َﻣ ْﺴﺄَﻟَﺔِ ﺗـَﻨْ ِﻔﻴْ ِﺬ إدَا َرةِ اﳉ ْ ﺗـَﻨَﺎ َوﻟ ْ ْﻒ ﻋَ َﻤﻠِﻴﱠﺔِ ﺗَﻄْﺒِﻴ ِْﻖ ِف :أَوﱠﻻ؛ ﻟِﺘَﻌ ِﺮﻳ ِ ج ﻣَﺎﻛَﺎﺳَﺮ ،اﻟﱵ ﺗـَ ْﻬﺪ ُ َُﻮذَ ُ ُﻮِﻣ ﻴﱠﺔِ ٢ﳕ ْ اﻟْ َﻤ ْﺪ َر َﺳﺔِ اﻟْ ﱢﺪﻧِﻴﱠﺔِ اﻟْﻌَﺎﻟِﻴﺔِ ا ْﳊﻜ ْ ج ﻣَﺎﻛَﺎﺳَﺮ. َُﻮذَ ُ ُﻮِﻣﻴﱠﺔِ ٢ﳕ ْ ﰲ اﻟْ َﻤ ْﺪ َر َﺳﺔِ اﻟْ ﱢﺪ ﻧِﻴﱠﺔِ اﻟْﻌَﺎﻟِﻴﺔِ ا ْﳊﻜ ْ ُﻮ َدةِ اﻟ َْﱰﺑِﻴﱠﺔِ ِ ْ ُْﻮ َدةِ اﻟْ َﺸ ﺎ ِﻣﻠَﺔِ ِﰲ ﺗَﻄْ ِﻮﻳْ ِﺮ ﺟ ْ إِدَا َرةِ اﳉ ْ ﰲ اﻟْ َﻤ ْﺪ َر َﺳﺔِ اﻟْ ﱢﺪﻧِﻴﱠﺔِ اﻟْﻌَﺎﻟِﻴ ِﺔ ُْﻮ َدةِ اﻟﺸَﺎ ِﻣﻠﱠﺔِ ِ ْ ِﻞ ﺗَ ْﺪﻋُﻢُ َوِ ﺗـُﻌَﻴﱢ ُﻖ ﺗـَﻨْ ِﻔﻴْ ِﺬ إدَا َرةِ اﳉ ْ اﻟﺜﱠﺎَﻧِﻴّﺔُ ؛ﻟِﺘَ ْﺤﺪِﻳ ِﺪ اﻟﻌَﻮَاﻣ ِ xxxi ﰲ اﻟْ َﻤ ْﺪ َر َﺳ ِﺔ ُْﻮ َدةِ اﻟﺸَﺎ ِﻣﻠﱠ ِﺔ ِ ْ ﺚ :ﻟِﺘَ ْﺤ ِﺪﻳْ ِﺪ ﻧـَﺘَﺎﺋِ ِﺞ ﺗَﻄْﺒﻴ ِْﻖ إدَا َرةِ اﳉ ْ ج ﻣَﺎﻛَﺎﺳَﺮ ،اﻟْﺜﱠﺎﻟِ ُ َُﻮذَ ُ ُﻮِﻣﻴﱠﺔِ ٢ﳕ ْ ا ْﳊﻜ ْ ج ﻣَﺎﻛَﺎﺳَﺮ. َُﻮذَ ُ ُﻮِﻣﻴﱠﺔِ ٢ﳕ ْ اﻟْ ﱢﺪﻧِﻴﱠﺔِ اﻟْﻌَﺎﻟِﻴﺔِ ا ْﳊ ﻜ ْ ْل َﺎت اﳊُْﺼُﻮ ُ ْﺴﻴﱠﺔِ ُﻫﻮَاﻟْﺒَﺎﺣﺚ ﻧـَ ْﻔ َﺴ ﻪُ ،ﲨَْ ُﻊ اﻟْﺒَﻴﺎﻧ ِ ﺚ اﻟﻨـﱠﻮْﻋ ﻲ َﻣ َﻊ أدَاةِ رﺋِﻴ ِ ٰﻫ ِﺬﻩِ اﻟ ﱢﺪرَا َﺳﺔُ ُﻫ َﻮ اﻟْﺒَ ْﺤ ُ ِﻫﺎﰲ ﲢَْﻠِﻴﻠِﻬَﺎ ي ﺗـَﻨْ ِﻔﻴْﺬ ِ ْ َﺎت اﻟ ِﱠﱵ ﲡَْ ِﺮ ْ َت َوﺗـ َْﻮﺛِﻴ ِْﻖ اﻟْﺒَﻴﺎﻧ ِ َت وَاﻟْ ُﻤﻘَﺎﺑَﻼ ِ ﻋَﻠَﻴْـﻬَﺎ ِﻣ ْﻦ اﻟْﻤﻼَﺣﻈﺎ ِ xxxii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah sebagai subsistem pendidikan nasional memegan\g peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM), sesuai dengan cirinya sebagai lembaga pendidikan agama, madrasah secara ideal berfungsi untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, baik dalam penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) maupun dalam hal karakter, sikap moral, iman dan taqwa (IMTAQ), serta penghayatan dan pengamalan ajaran agama.1 Pada sisi lain, madrasah sebagai lembaga pendidikan berfungsi membina dan menyiapkan peserta didik menjadi generasi yang mampu memadukan sekaligus menginternalisasikan nilai-nilai keislaman ke dalam pengetahuan umum, menuju terciptanya masyarakat madani, masyarakat yang berpradaban tinggi. Lembaga pendidikan Islam seperti madrasah ditinjau dari segi historisnya, telah ada sejak masa Nabi saw, yang disebut Dār al-Arqām. Kemudian berkembang menjadi kuttāb di berbagai pelosok sebagai basis pengajaran dan pendidikan pokok-pokok ajaran Islam.2 Sepeninggal Nabi saw, dan berakhirnya masa sahabat, madrasah mulai didirikan pada abad ke 5 H atau abad ke-10 M. Pada masa itu ajaran agama Islam telah berkembang secara luas dalam berbagai 1 Syed Muhamad Naquib al-Attās, The Concept of Education in Islam: A Framework for an Islamic Philosophy Education, terj. Haidar Bagir, Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangka Pikir Pembimbing Filsafat Pendidikan Islam (Cet. I; Bandung: Mizan, 2009), h. 35-74. 2 Aḥmad Syalabi, Mawsū'ah al-Tarīkh al-Islāmiy, juz I (Mekah: al-Nahdlah al-Miṣriyah, t.th), h. 21. 1 2 macam aliran dan bidang ilmu pengetahuan, dengan berbagai macam mazhab atau pemikirannya. Aliran-aliran yang timbul akibat dari perkembangan tersebut saling berebutan pengaruh di kalangan umat Islam, dan berusaha mengembangkan aliran dan mazhabnya masing-masing.3 Maka terbentuklah madrasah-madrasah dalam pengertian kelompok pikiran, mazhab atau aliran (school of thought). Itulah sebabnya sebagian besar madrasah didirikan pada masa itu dihubungkan dengan nama-nama mazhab yang masyhur pada masanya, misalnya madrasah Syafī’iyah, Ḥanāfiyah, Malikiyah atau Ḥambaliyah.4 Hal ini menunjukkan pada awal perkembangan pendidikan Islam (madrasah) sebagai tradisi sistem pendidikan yang bercorak fikhi, sejalan dengan perkembangan pemikiran dalam Islam dan perkembangan ilmu pengetahuan Islam pada masa itu. Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang munculnya madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang kita kenal seperti sekarang ini. Hasan Ibrahim Hasan berpendapat, madrasah pertama adalah Madrasah al-Baihāqiyah di Naisabur, yang didirikan di Naisapur oleh Abū Ḥasan Ali al-Baihaqi (w. 414 H). Pendapat lain mengatakan bahwa madrasah muncul pertama kali di dunia Islam, adalah madrasah al-Niẓāmiyah, yang didirikan oleh Nizham al-Mulk, seorang penguasa dari Bani Saljuk (w. 485 H).5 Didirikannya madrasah ini, sebagai wadah kegiatan pendidikan keagamaan dan usaha pengembangan ilmu-ilmu pengetahuan keislaman, yang dari masa-masa kedudukannya sangat signifikan. 3 Abū al-Fatḥ Muḥammad bin Abd. al-Karīm al-Syaḥrastāni, Al-Milal wa al-Niḥal, juz I (Bairūt: Dār al-Kutub al-Ilmiyah, t.th), h. 39. 4 Azyumardi Azra, dkk, Ensiklopedi Islam, Jilid.4 (Edisi Baru, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005) h. 205 5 Ḥasan Ibrāhim Ḥasan. Tarīkh al-Islām, juz I (Cet. IX; Kairo: Maktabah al-Naḥdlah alMiṣriyah, 2000), h. 24. 3 Dalam konteks sejarah perkembangan madrasah di Indonesia, madrasah yang pertama didirikan pada 1909, yakni Madrasah Adabiyah di Minangkabau, yang berkembang sampai tahun 1914. Akan tetapi kemudian diubah menjadi HIS. Di masa penjajahan Belanda, didirikan pula Madrasah Tawalib oleh Syaikh Abdul Karim Amrullah di Padang Panjang, Madrasah Nurul Iman oleh H. Abd Somad di Jambi, Madrasah Sa’adah al-Darain oleh H. Achmad Syakur. 6 Madrasah serupa didirikan pula di sejumlah daerah sampai memasuki masa kemerdekan, dan semakin berkembang sampai saat ini, yang kedudukannya dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sudah dipersamakan dengan sekolah, sehingga dinyatakan bahwa madrasah merupakan bagian integral dari sistem pendidikan Nasional. Madrasah Aliyah sebagai subsistem pendidikan nasional secara fungsional dituntut untuk menjabarkan butir-butir tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UUSPN ke dalam program operasional kegiatan pembelajaran. Penjabaran tersebut diperlukan agar dapat tercipta proses pembelajaran yang produktif, efektif dan efisien. Dengan demikian diharapkan Madrasah Aliyah dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas yang mampu berkiprah dalam kehidupan masyarakat yang setiap saat mengalami pererkembangan. Mengacu pada ketentuan-ketentuan formal yang ada, maka dalam pengelolaan dan pengembangan Madrasah Aliyah perlu merujuk kepada hal-hal sebagai berikut: 1. Madrasah Aliyah harus ditempatkan sebagai lembaga pendidikan yang dikelola secara profesional dan mampu memelihara norma-norma akademis yang memiliki standar kualitas sebagai lembaga pendidikan menengah yang bermutu; 6 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Hidakarya Agung, 2000), 83 . 4 2. Lulusan Madrasah Aliyah sebagai produk pendidikan harus memiliki standar kualitas yang setara dalam arti memiliki kemampuan komparatif dan kompetitif dengan lulusan lembaga pendidikan formal lain yang sejenis; 3. Madrasah Aliyah harus tetap berada pada posisi dan jati diri sebagai lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bercirikan lslam yang memiliki karakter yang khas tanpa keluar dari akar budaya setempat.7 Terkait dengan ketiga hal tersebut, Departemen Agama RI bersama dengan Development of Madrasah Aliyahs Project (DMAP) atau Proyek pengembangan Madrasah Aliyah, telah melakukan sejumlah program strategis dan terobosan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah, baik yang menyangkut pengembangan kurikulum, sarana dan prasarana, ketenagaan dan pengawasan, termasuk peningkatan dalam bidang kelembagaan. Dilihat secara makro, Proyek Pengembangan Madrasah Aliyah ini merupakan bagian dari kebijakan pemerintah yang diimplementasikan dalam pengaturan operasional bersama antara Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama tentang enam permasalahan di bidang pendidikan pada saat itu, yaitu: 1. Memecahkan permasalahan umum yang berkaitan dengan pengembangan sistem pendidikan nasional. 2. Merumuskan strategi dan berbagai program untuk memenuhi kebutuhan nasional dalam sistem pendidikan. 3. Meninjau ulang dengan mengevaluasi kurikulum pendidikan dasar dan menengah. 4. Menyiapkan buku-buku teks dan bahan-bahan ajar dan merumuskan strategi untuk mengatur pasokan dan distribusi. 5. Kerjasama di dalam merancang program ujian dan penilaian siswa baik secara nasional maupun regional. 6. Koordinasi berbagai kegiatan yang menyangkut pasokan dan penugasan guru, dan mempersiapkan kurikulum, program pelatihan yang dibutuhkan guru-guru madrasah.8 7 Departemen Agama RI dan "Development of Madrasah Aliyahs Project " (DMAP), Konsep Dasar Pengembangan MAN Model ( Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 1998) h. 2 8 Departemen Agama RI dan "Development of Madrasah Aliyahs Project " (DMAP), Konsep Dasar Pengembangan MAN Model, h. 3. 5 Kebutuhan masyarakat terhadap lembaga pendidikan Islam (madrasah) yang bermutu semakin mengemuka, mengingat madrasah pada saat itu tidak mendapat respon positif dari masyarakat bahkan madrasah menjadi lembaga yang termarginalkan atau paling tidak ia menjadi pilihan kedua, sehingga dengan kondisi seperti ini Departemen Agama RI bersama jajarannya memberikan dukungan dalam pengembangan madrasah dengan bekerjasama pihak luar negeri seperti DMAP, oleh sebab itu bukan hanya MAN Model yang dijadikan proyek tetapi juga MTsN Model Makassar bersama beberapa MTs Negeri lainnya di beberapa propinsi di Indonesia. 9 Sebagai bukti keseriusan pemerintah, maka dikeluarkanlah Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama lslam Departemen Agama, Nomor: E.lV/PP,00.6/KEP/17.1998 tertanggal, 20 Februari 1998, ditetapkan sebanyak 35 buah MAN yang tersebar di 26 Propinsi untuk dijadikan MAN Model. Madrasah tersebut disiapkan sebagai figur sentral yang menjadi contoh dan pusat pemberdayaan Madrasah sejenis, baik negeri maupun swasta. MAN Model dikembangkan untuk mencapai keunggulan bagi para lulusannya. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai perlakuan, baik dalam sistem seleksi calon siswa maupun dalam proses pembelajaran. Program pendidikan dan pelatihan bagi guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya di lingkungan MAN Model mendapat prioritas, fasilitas sarana dan prasarana pendidikan, khususnya peralatan laboratorium, perpustakaan dan media pembelajaran secara bertahap disempurnakan. Pengembangan Madrasah Aliyah Model selain memberikan 99 Penulis tidak memiliki data tentang jumlah MTs Negeri yang ditetapkan sebagai MTsN Model se Indonesia, yang jelas bahwa pada saat penetapan MAN 2 Model Makassar tahun 1998, dan pada tahun itu juga MTsN Makassar ditetapkan sebagai MTsN Model bersama dengan sejumlah MTs yang tersebar di 26 Provinsi di Indonesia. 6 perlakuan khusus terhadap para siswa yang berbakat dan cerdas, juga terhadap mereka yang termasuk berkemampuan biasa agar dapat mencapai prestasi akademik maksimal. MAN Model sebagai madrasah contoh pada saatnya harus mampu menampilkan kinerja yang optimal, produktif, efektif dan efisien sebagai institusi pendidikan yang dikelola secara profesional. MAN Model sebagai sekolah unggulan harus mampu menampilkan kinerja yang memiliki tiga karakteristik, yaitu populis, Islami, dan berkualitas. Populis diartikan bahwa penerimaan peserta didik MAN Model tidak diskriminatif, melainkan dari semua kalangan dan latar belakang kehidupan masyarakat yang berbeda-beda, semuanya diakomudir untuk diterima menjadi peserta didik sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Islami diartikan bahwa nilai-nilai keislaman diinternalisasikan ke dalam seluruh aktifitas proses pembelajaran dan kegiatan-kegiatan lainnya. Berkualitas diartikan bahwa seluruh warga MAN Model harus selalu berobsesi tinggi terhadap mutu, terutama dalam proses pembelajaran serta kegiatan lain, baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Para pemangku kebijakan atau stakeholders pendidikan merasakan perlunya lembaga pendidikan yang berkualitas yang dapat berkonstribusi terhadap kemajuan bangsa, terutama dalam membangun watak bangsa (nation character building). Sam M. Cham mengemukakan, bahwa kemajuan pembangunan di negara-negara maju seperti Jepang dan Jerman disebabkan adanya pengaruh investasi pendidikan dan pendidikan dijadikan modal utama dalam seluruh aspek kehidupan.10 Kedua Negara ini mengalami kemajuan ilmu pengetahuan dan 10 Sam M. Cham dan Tuti T. Sam, Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah (Cet. VI; Jakart: PT. Rajagrafindo Persada, 2011) h. 53. 7 teknologi karena yang menjadi prioritas utama adalah program peningkatan mutu pendidikan dalam upaya meningkatkan sumber daya manusianya. Upaya untuk mewujudkan fungsi ideal pendidikan di madrasah dalam membina kualitas sumber daya manusia, mutu dan sistem proses pendidikan harus ditingkatkan untuk menjawab tantangan yang muncul dalam masyarakat sebagai konsekuensi logis dari perubahan. Pembangunan yang semakin hari mangalami kemajuan, ikut berpengaruh dalam mengantarkan Indonesia ke dalam barisan negara-negara yang disebut NICS (New Industrialized Countries) atau negara-negara kemajuan, namun industri baru.11 Meskipun Indonesia telah secara mengalami khusus dalam pembangunan di bidang pendidikan masih sangat jauh yang diharapkan. Abuddin Nata menghubungkan hal ini dengan melihat kandungan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, jika substansi yang terdapat dalam tubuh undang-undang tersebut, tampak secara keseluruhan cukup ideal, namun yang ideal itu belum tampak dalam realitas. 12 Oleh sebab itu momentum pembangunan pendidikan harus semakin ditingkatkan, baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitasnya, sehingga idealisme tujuan pendidikan nasional dapat terwujud. Kompleksitas tantangan lembaga pendidikan di Indonesia, baik sekolah maupun madarasah, berhadapan dengan berbagai problematika yang tidak ringan. Oleh karena itu perbaikan mutu pendidikan harus dilaksanakan secara 11 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III (Cet. I, Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2012), h. 64. 12 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia (Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 228. 8 berkesinambungan dengan mensinergikan seluruh komponen pendidikan yang ada. Komponen pendidikan yang dimaksud meliputi visi dan misi lembaga, tujuan, kurikulum dan pembelajaran, kompetensi dan profesionalisme pendidik, sarana prasarana, manajemen pendidikan, evaluasi, pembiayaan, dan lain-lain. Komponen-komponen itu perlu mendapat perhatian khusus dari kalangan pemikir dan pengelola pendidikan untuk merumuskan langkah-langkah konkrit perbaikan mutu pendidikan dengan memberdayakan komponen pendidikan secara maksimal untuk menjawab tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan terknologi Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, selain karena banyaknya anak bangsa yang memiliki tingkat pendidikan rendah, dan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, lebih diperparah lagi dengan masih maraknya jual beli gelar dan ijazah palsu tanpa melalui proses pendidikan yang sebenarnya. Di sisi lain, secara umum disebabkan belum terjabarkannya secara optimal sistem pengelolaan pendidikan yang diamanahkan dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dipengaruhi dengan rendahnya sumber daya manusia. Berdasarkan United Nations Development Programe (UNDP), Indonesia hanya menempati peringkat 113 dari 177 negara di dunia pada tahun 2000,13 sedang pada tahun 2011 lebih memperihatinkan karena Indonesia berada pada 13 Lihat Abdul Hadi dan Nurhayati. B, Manajemen Mutu Pendidikan (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2010) h. 2. 9 peringkat 124 dari 187 negara di dunia, kondisi ini sangat menghawatirkan,14 sehingga Jusuf Kalla dalam Husain Abdullah mengemukakan bahwa tidak ada suatu negara yang maju tanpa pendidikan yang berkualitas, ia memandang mutu pendidikan di Indonesia masih berada di bawah negara-negara tetangga. icontohkan pelajaran bahasa Inggris SD di Malaysia dipelajari oleh siswa SMP di Indonesia, dari pengalaman ini, maka ketika Jusuf Kalla menjabat sebagai Menko Kesra tahun 2003, dicanangkan perlunya pelaksanaan Ujian Nasional (UN) untuk beberapa bidang studi pada tingakat SMP/MTs dan SMA/MA dengan menetapkan standar nilai minimal untuk mengukur kualitas pendidikan secara nasional. 15 Salah satu tujuan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) ialah untuk mengetahui dan mengukur kemampuan peserta didik tentang apa yang seharusnya diketahui oleh peserta didik. Sedang tujuan Ujian Sekolah (US) bertujuan untuk mengetahui sampai di mana pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran yang telah diajarkan. Hasil evaluasi pelaksanaan Ujian Nasional yang dijadikan sebagai acuan bagi semua stakeholders, baik dari kalangan pendidik maupun dari kalangan pemerintah untuk menentukan kebijakan ke arah peningkatan mutu pendidikan secara menyeluruh. Salah satunya melalui perluasan dan pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan serta efisiensi dan efektifitas manajemen pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan.16 14 Lihat Vien Dimyati, Jurnal Indonesia, HDI 2011 Indonesia merosot, Jakarta jum’at, 4 Nov 2011. Diakses pada tanggal 21 Juli 2013. 15 Lihat Husain Abdullah, dkk, JK Ensiklopedia (Cet. I, Jakarta; Ideal Group, Yayasan Kalla, 2012) h. 465-467. 16 Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan,( Direktorat Jenderal Pendidikan Islam tahun 2007), h. 4 10 Untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, strategi manajemen pengelolaan pendidikan harus ditata dengan baik dan menyeluruh agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan professional, sehingga mampu bersanding dan bersaing dengan negara-negara maju. Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan dimulai dari peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar (SD/MI) sampai pada tingkat menengah (SMA/SMK/MA), bahkan perguruan tinggi dengan mencanangkan berbagai program bantuan dan pembangunan sarana gedung dan fasilitas-fasilitas lainnya secara bertahap dan berkesinambungan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahaun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan bukan hanya di bidang manajemen tetapi profesionalisme guru dan tenaga kependidikan harus ditingkatkan. Tenaga pendidik (guru) merupakan salah satu elemen penentu dalam sistem pendidikan, bahkan komponen-komponen lain tidak akan berpengaruh apabila guru dalam proses pembelajaran tidak mampu berinteraksi dengan peserta didik dengan baik dan sempurna, apalagi tidak mampu menghasilkan peserta didik yang berkualitas. 17 Sebagaimana yang termaktub di dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis, mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai 17 Kementerian Pendidikan Nasional, Penilaian Kinerja Guru dan Kompetensi Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008), h. 1. 11 dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. 18 Dengan demikian, pencapaian tujuan pendidikan nasional tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang ada di sekolah/madrasah, yaitu kepala sekolah/madrasah, guru, siswa, dan staf serta dukungan manajemen mutu yang lebih efektif, selain itu harus pula didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap. Jika semua komponen pendidikan tersebut diberdayakan secara maksimal, dapat dipastikan akan melahirkan manusia yang berkualitas sesuai tujuan pendidikan nasional. Wardiman Djoyonegoro dalam E. Mulyasa mengemukakan bahwa sedikitnya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia, yakni sarana dan prasarana yang modern, buku yang berkualitas, dan guru/tenaga kependidikan yang professional. 19 Selain itu kepala sekolah/madrasah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. 20 Oleh sebab itu kepala madrasah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah/madrasah. Keterlibatan seluruh komponen dalam pengelolaan sekolah/madrasah membutuhkan respon strategis dari berbagai unsur dan elemen masyarakat di dunia pendidikan, karena sekolah/madrasah secara fungsional adalah milik masyarakat, sehingga peran serta masyarakat sangat dibutuhkan, terutama dalam 18 Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, h. 8. 19 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Cet.X; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 3. 20 Dedi Supriyadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru (Cet. I; Yogyakarta: Adicipta Karya Nusa, 1998) h. 346. 12 meningkatkan mutu pendidikan. Sebaliknya pengelola pendidikan sudah saatnya mengubah paradigma, dari paradigma lama ke paradigma baru dalam penyelenggaraan pendidikan yang lebih bermutu, demokratis, kompetitif dan profesional, agar peserta didik dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi maupun memasuki dunia kerja. 21Tantangan yang dihadapai sekolah/madrasah baik tantangan dari dalam (internal challenges), maupun tantangan dari luar (external challenges) yang semakin kompleks, menuntut perlunya upaya peningkatan perbaikan mutu pendidikan sebagai salah satu prasyarat dalam memasuki era globalisasi. Secara khusus keberadaan Madrasah Aliyah sebagai lembaga pendidikan Islam tidak lepas dari prasyarat tersebut. Untuk itu perbaikan kualitas menjadi prioritas utama agar madrasah tidak termarginalkan, dengan kata lain dapat survive dalam era persaingan global seperti sekarang ini, eksistensi dan kualitas madrasah harus dipelihara dan ditingkatkan, karena beban yang ditanggungnya semakin berat, di samping keberadaannya secara historis sebagai lembaga dakwah dan akademik,22 belakangan dituntut lebih dari itu menjadi lembaga professional untuk mengembangkan akademik dan keterampilan tertentu sebagai bekal bagi peserta didik dalam menghadapi era persaingan global tersebut. Salah satu pendekatan yang efektif untuk dikembangkan dalam institusi pendidikan Islam (madrasah) adalah pola manajemen berbasis industri, yaitu pendekatan Total Quality Management (TQM) atau Manajmen Mutu Terpadu 21 Majlis Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan (MP3A), Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Kementeria Agama RI, Revitalisasi Madrasah dalam Menghadapi Persaingan Global, Jurnal Voleme 1, 2 Maret 2006, h. 8. 22 Maksum, Madrasah dan Sejarah Perkembangannya (Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000) h. 114. 13 (MMT) sebagai sistem manajemen dalam upaya memaksimalkan daya saing melalui perbaikan secara berkesinambungan untuk memperoleh nilai atau mutu yang optimal dengan melibatkan keseluruhan unsur dan stakeholders organisasi di bawah satu visi bersama. 23 Peningkatan mutu pendidikan melalui pendekatan ini mengutamakan proses kerja yang lebih efektif dan efisien, yang diikuti sumber daya manusia yang profesional dengan loyalitas dan daya juang yang tinggi. Proses kerja seperti ini sudah tentu akan menghasilkan kinerja yang berujung pada kepuasan konsumen atau pelanggan. Deden Makbuloh menyatakan bahwa teori tentang manajemen mutu sebelum TQM, telah dikenal beberapa teori, seperti Quality Control (QC), Quality Assurance (QA), Total Quality Control (TQC), dan terakhir adalah Total Qulity Management (TQM) dan School Base Management (SBM), namun dua yang terakhir menjadi populer dalam pendidikan, karena TQM dan SBM memiliki bangunan teori yang lebih relevan dengan karakteristik sekolah/ madrasah sebagai layanan jasa. 24 dengan mengutamakan mutu proses dan mutu layanan pendidikan. Secara filosofis, konsep TQM menekankan pada pencarian secara konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Filosofi ini dipandang oleh sebagian pakar pendidikan dapat dijadikan referensi atau rujukan dalam dunia pendidikan untuk menciptakan lembaga pendidikan yang bermutu. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang melahirkan persaingan di berbagai sektor kehidupan, maka 23 24 M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1999), h. 123 Deden Makbuloh, Manajemen Mutu Pendidikan Islam, Model pengembangan Teori dan Aplikasi Sistem Penjaminan Mutu (Cet. I: Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011) h. 4 14 keberadaan Total Quality Mangement (TQM) dapat memberi jawaban terhadap kemajuan itu, sehingga sudah banyak mengundang perhatian publik, terutama dari kalangan tokoh pendidik semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini. Kesadaran terhadap pentingnya manajemen mutu di dunia pendidikan, disebabkan karena sebagian lembaga pendidikan masih rendah mutu keluarannya, misalnya di Indonesia, indikator yang menjadi acuan untuk menguatkan pernyataan tersebut adalah Nilai Ujian Nasional (UN) yang secara umum belum terlalu menggembirakan, artinya batas minimal kelulusan masih rendah. Untuk mengatasi hal ini, upaya peningkatan mutu pendidikan yang selama ini diprogramkan oleh pemerintah melalui misi pendidikan nasional sebagai strategi pembangunan di bidang pendidikan sebagai berikut; 1. Perluasan kesempatan dan pemerataan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia. 2. Meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat nasional, regional dan internasional. 3. Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan global. 4. Membantu dan menfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar. 5. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral. 6. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global. 7. Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.25 25 Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, h. 196. 15 Untuk mewujudkan misi pendidikan nasional tersebut, Pemerintah Indonesia, mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah, telah mengadakan serangkaian kegiatan seperti; penataran guru, pembentukan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sejenis (MGMP), didirikannya Pusat Kegiatan Guru (PKG), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) yang dahulu dikenal dengan nama Balai Penataran Guru (BPG), Pendidikan Profesi Guru (PPG) dan Balai Pendidikan dan Latihan (DIKLAT) Kementerian Agama, dan lain-lain. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pemerintah juga memberikan kompensasi berupa tunjangan khusus kepada guru PNS dan non PNS yang lulus sertifikasi sebagai pengakuan secara tertulis, bahwa mereka dinyatakan sebagai tenaga pendidik yang sudah profesional dibidangnya masing-masing. Meskipun upaya itu dianggap sudah cukup memadai, namun hal itu tidak serta merta persoalan yang dihadapi pendidikan bisa terselesaikan,26 karena sesungguhnya permasalahan yang terkait dengan masalah pendidikan tidak terlepas dari persoalan sumber daya manusia yang dirasakan masih sangat terbatas, baik dari segi pengetahuan maupun dari kemampuan teknis terhadap pengelolaan pendidikan yang bermutu. Tidak mengherankan jika selalu timbul pertanyaan mengapa input yang begitu banyak dan berharga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produk pendidikan, khususnya di Indonesia? Mungkin sudah dapat diduga, bahwa tersebut adalah bersumber sumber penyebab rendahnya kualitas pendidikan dari aspek pengelolaan atau manajemen sekolah/madrasah. 26 Lihat Umairso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan, Menjual mutu pendidikan dengan pendekatan Quality Control bagi Pelaku Lembaga Pendidikan (Cet. II; Yogjakarta; IRCiSoD, 2011), h. 8. 16 Pada sisi lain secara internal, hal tersebut disebabkan oleh penerapan pendekatan input-output yang keliru. Pihak pengelola terlalu mengedepankan aspek input oriented yang lebih bersandar pada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, misalnya kekurangan guru, ditambah guru, membangun laboratorium, dan seterusnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah/madrasah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. 27 Padahal ada satu faktor yang terlupakan, yaitu bagaimana berbagai input tersebut dipertemukan dan berinteraksi di dalam proses belajar-mengajar, yang diperkuat dengan dukungan manajemen yang efektif. Peningkatan mutu sekolah/madrasah dalam konteks pendidikan nasional, merupakan tanggung jawab bersama, terutama bagi mereka yang membidangi program pendidikan untuk terus melakukan pembinaan dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, baik secara mikro maupun secara makro, sebab kemajuan dan keberlangsungan masa depan bangsa ini ditentukan oleh kualitas SDM-nya. Khursid Khan dalam Muhaimin dkk mengemukakan, bahwa dari sekian banyak permasalahan yang merupakan tantangan terhadap dunia Islam dewasa ini, maka masalah pendidikan merupakan masalah yang paling menantang. 28Masa depan dunia Islam tergantung kepada cara bagaimana dunia Islam menjawab dan memecahkan tantangan itu. Peningkatan mutu pendidikan yang berpusat pada sekolah/madarsah merupakan suatu proses yang dinamis, harus dilalui dengan sabar, tahap demi 27 28 Umairso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan, h. 9. Lihat Muhaimin dkk. Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah,(Cet. II; Jakarta: Kecana, 2007). h. 19. 17 tahap, yang terukur dengan arah yang jelas dan pasti, berjangka panjang yang harus dilakukan secara sistimatis dan konsisten untuk menuju suatu tujuan tertentu. Dalam peningkatan mutu sekolah/madrasah tidak instan, tidak semudah membalik telapak tangan atau bukan sesuatu yang gampang segampang teori, namun tidak mungkin ada peningkatan mutu sekolah/madrasah tanpa didasari oleh suatu teori dan sistem manajemen yang efektif. Peningkatan mutu madrasah memerlukan teori, namun implementasinya tidak akan bisa mulus dan semudah teori yang ada. Sebab peningkatan mutu bersifat dinamis yang amat terkait dengan berbagai faktor atau variabel,29 bahkan peningkatan mutu sekolah/madrasah , dapat disebut sebagai suatu perpaduan antara knowledge-skill, art, dan entrepreneurship. Suatu perpaduan yang diperlukan untuk membangun keseimbangan antara berbagai tekanan, tuntutan, keinginan, gagasan-gagasan, pendekatan dan praktik. Perpaduan tersebut berujung pada bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan sehingga terwujud proses berkualitas, dan diyakini pula bahwa semua pembelajaran yang upaya peningkatan mutu sekolah/madrasah harus melewati variabel tersebut. Peningkatan mutu dalam proses pembelajaran sangat terkait dengan interaksi antara peserta didik dan pendidik yang berkaitan dengan materi bahan ajar tertentu. Tidak hanya kondisi peserta didik yang berpengaruh, tetapi juga kondisi pendidik ikut mempengaruhi kualitas pembelajaran. Pendidik adalah mediator yang bisa memberi pengalaman mendasar yang memungkinkan peserta 29 Ety Rochaety Pontjorini, dkk. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan,(Cet.I; Jakarta: Bumi Aksara, 2006) h. 97. 18 didik menunjukkan potensi yang luar biasa yang dimilikinya.30 Kualitas interaksi juga dipengaruhi oleh kualitas fasilitas, termasuk kurikulum dan manajemen sekolah/ madrasah yang dijalankan oleh kepala sekolah/madrasah. Perbaikan mutu melalui proses pembelajaran dalam pandangan TQM merupakan inti dari pendidikan yang bermutu. Itulah sebabnya mutu pendidikan pada sekolah/madrasah ditentukan oleh kualitas proses pembelajarannya. Namun perlu diketahui, peningkatan kualitas pembelajaran bersifat kontekstual, sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial dan kultural sekolah/madrasah dan lingkungannya. Kondisi lingkungan sekolah/madrasah mempengaruhi kualitas pembelajaran, baik guru maupun peserta didik, semuanya menghendaki adanya kondisi lingkungan yang kondusif dan menyenangkan. Dalam salah satu hasil penelitian tentang sekolah efektif, dinyatakan , bahwa kinerja guru dan kualitas pembelajaran, banyak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. 31 Demikian halnya perbaikan infrastruktur sekolah/madrasah dan kinerja organisasi, semuanya tergantung pada baik tidaknya kondisi budaya dan lingkungan pendidikan. Untuk memudahkan penerapaan TQM disekolah/madrasah, seharusnya merujuk kepada sepuluh prinsip atau karakteristik TQM, yang terdiri; 1) berfokus pada pelanggan (internal dan eksternal), 2) berobsesi tinggi pada kualitas, 3) menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan, 4) Komitmen Jangka Panjang, 5) Manajemen dan Kerjasama tim, 6) menyempurnakan kualitas secara berkesinambungan, 7) pendidikan dan pelatihan, 8) menerapkan kebebasan 30 Lihat Jerome S. Arcaro, Quality in Education : An Implementation Handbook, terj. Yosal Iriantara, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan (Cet. IV: Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2007) h. 65. 31 Lihat Muhaimin dkk. Manajemen Pendidikan, h. 31. 19 yang terkendali, 9) memiliki kesatuan tujuan, dan 10) melibatkan dan memberdayakan guru dan karyawan. 32 Jika ke sepuluh prinsip TQM dijadikan dasar atau patokan dalam membina mutu di sekolah/madrasah, maka akan terjadi perubahan budaya dari budaya tradisional ke budaya modern (budaya mutu), dengan ketentuan semua aktifitas yang berinteraksi mempelihatkan komitmen yang tinggi terhadap pencapaian standar mutu yang telah ditetapkan bersama.33 Meskipun gerakan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau TQM dalam dunia pendidikan masih tergolong baru di Indonesia, karena gerakan ini diperkenalkan baru pada tahun 1980-an oleh Peter dan Waterman, 34 namun saat ini sudah cukup populer terutama disektor swasta atau di sektor perusahaan, terlebih ketika ISO 9000,35 dijadikan sebagai standar mutu internasional, yang kini banyak digunakan dalam berbagai bidang usaha, termasuk pada institusi pendidikan. ISO 9000 telah digunakan sebagai standar mutu pada lebih dari 70 negara di dunia.36 Inisiatif untuk menerapkan metode pendekatan TQM 32 Philip Kotler, Marketing Management, terj. Agus Hasan, Manajemen Pemasaran, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol (Cet. I; Jakarta.: PT. Prenhallindo), h.36. 33 Lihat Suryadi Poerwanegara, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu. (Cet. I; Jakarta: PT.Bumi Aksara. 2002) h. 12. 34 Lihat Edwar Sallis, Total Quality Management In Education: yang diterjemahkan oleh Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, Manajemen Mutu Pendidikan (Cet. V: Yogyakarta: IRCiSoD.2006) h. 41. 35 ISO 9000 adalah suatu sistem terpadu untuk mengoptimalakan efektifitas mutu perusahaan dengan menciptakan sebuah kerangka kerja untuk peningkatan atau perbaikan secara berkesinanmbunagn. Sistem manajemen kualitas ISO 9000 ini berlaku secara internasional, dan dikeluarkan pertama kali pada tahun 1987 oleh Organisasi Internasional untuk Standardisasi (The International Organization for Standardization- ISO) yang bermarkas di Jenewa Swiss. Lihat, M.N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu: Total Qulity Management (Cet. II; Bogor: Galia Indonesia, 2010), h. 300. 36 Husain Syam dan Sonny Thioritz, Kendali Mutu, (Cet. I; Badan Penerbi UNM Makassar, 2011) h. 104. 20 berkembang lebih dahulu di Amerika, baru kemudian di Inggris dan Jepang, tetapi dalam beberapa dekade terakhir abad ke XX pada ke tiga negara tersebut betulbetul dilanda gelombang metode pendekatan ini.37 Hal itu sudah terbukti telah membawa kemajuan di negara-negara tersebut dalam berbagai sektor kehidupan masyarakatnya. Para pengelola pendidikan tidak boleh menutup mata atas kemajuan yang telah diraih oleh negara-negara yang maju, bahkan seharusnya kemajuan itu dijadikan pembelajaran bagi pengelola pendidikan di Indonesia, mulai dari tingkat pusat sampai ketingkat daerah (Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama bersama jajaranya ke bawah). Penerapan TQM dalam pendidikan tidak dimaksudkan untuk menjauhkan sistem manajemen pendidikan yang telah ada sebelumnya, seperti MBS/M dan MPMBS/M dan semacamnya, karena TQM adalah sebuah sistem manajemen yang fleksibel dan menerima gagasan-gagasan mutu yang bisa diterapkan pada semua jenis dan tingkatan institusi pendidikan dengan ketentuan tetap mengacu pada prinsip-prinsip TQM. Perlu diketahui, bahwa strategi yang dikembangkan TQM dalam dunia pendidikan adalah institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi industri, yakni institusi yang memberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan (customer). Jasa atau pelayanan yang diinginkan oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu yang bermutu dan memberikan kepuasan kepada mereka. Pada sisi lain, TQM merupakan pendekatan yang membina manusia menjadi pekerja yang kreatif dan visioner, karena TQM 37 Lihat Luk-Luk Nur Mufidah, Aktualisasi TQM dalam meningkatkan Profesionaalisme Guru di Lembaga Pendidikan Islam, Jurnal Tadris, Vol. 4 Nomor.1 Tahun 2009.h. 92. 21 bertujuan untuk membuat setiap pekerja menjadi pengambil keputusan sepanjang menyangkut pekerjaannya, bahkan ia menjadi pengendali mutu atas produk yang akan dihasilkan oleh lembaga atau oraganisasi yang dikelolanya. 38 Konsep TQM juga selalu memelihara dan mengembangkan kerjasama tim, keterlibatan seluruh anggota organisasi dalam pengendalian mutu secara kontinyu sudah tentu akan menghasilkan produk yang bermutu, yang pada akhirnya akan memuaskan pengguna atau pelanggan (customer). Implementasi TQM dalam pendidikan sesuai dengan tujuan TQM dalam pendidikan yaitu mengubah institusi menjadi sebuah tim yang ikhlas, yang selalu mengedepankan komitmen dan dedikasi yang tinggi untuk meraih sebuah tujuan tunggal, yaitu memuaskan pelanggan. 39 Sedang dalam konteks TQM, pelanggan dalam dunia pendidikan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu; 1) pelanggan internal (internal customer) yaitu para pengelola sekolah seperti guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi; 2) pelanggan eksternal (external customer), yang terbagi menjadi: (a) pelanggan primer yaitu siswa dan orang tua, b) pelanggan sekunder yaitu, pemerintah, dan sponsor serta perguruan tinggi dan dunia kerja yang menerima lulusan madrasah.40 Jadi suatu institusi pendidikan disebut bermutu apabila antara pelanggan internal dan eksternal telah terjalin kepuasan atas jasa yang diberikan. Keberhasilan penerapan manajemen mutu terpadu atau TQM diperlukan komitmen dan kerja sama yang baik antar instansi yang terkait, baik di tingkat 38 Lihat Veithzival Rivai dan Silviansa Murni, Educational Management, Analisa Teori dan Praktek (Cet. II; Jakarta: Rajawali Pers, 2010) h. 479. 39 Lihat Edward Sallis, Total Quality Management In Education, h.69. 40 Lihat Edward Sallis, Total Quality Management In Education, h.70. 22 pusat maupun ditingkat daerah serta institusi pendidikan setempat sebagai pihak yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Oleh karena itu, jika manajemen ini diterapkan sesuai dengan ketentuan yang ada dengan segala dinamika dan fleksibilitasnya, maka dapat dipastikan akan terjadi perubahan yang cukup efektif bagi pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan nasional.41 Mutu terpadu (total quality) membutuhkan manajer yang mampu mengesampingkan sejenak keuntungan jangka pendek dan menetapkan tujuan keberhasilan jangka panjang. Untuk tetap terdepan dalam kompetisi, sebuah organisasi harus mengetahui kebutuhan pelanggan, kemudian menyatukan pikiran untuk bertindak memenuhi kebutuhan mereka. Itulah sebabnya perbaikan kualitas secara berkesinambungan diperlukan adanya perubahan budaya dan sistem pelayanan prima dalam suatu organisasi. Total Quality Manajement (TQM) mengupayakan agar penekanan institusi bergeser secara permanen dari shorter expediency ke perbaikan mutu jangka panjang. Inovasi, perbaikan dan perubahan yang terus menerus perlu ditekankan. Di samping itu unit-unit kerja yang melaksanakannya dilibatkan dalam siklus perbaikan mutu yang kontinyu. Selain itu penerapan TQM pada sekolah/madrasah memerlukan perubahan budaya. Budaya mutu mencakup sikap dan metoda kerja staf serta gaya kepemimpinan kepala sekolah/madrasah. Penerapan TQM harus pula didukung oleh perencanaan strategis untuk menanggulangi hambatan dan kendala penanaman budaya mutu dalam lembaga pendidikan. Perencanaan strategis banyak membantu staf dalam memahami misi 41 R. Eko Indrajid & R. Djokopranoto, Manajemen Perguruan Tinggi Modern (Cet. I; Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2007), h. 36 . 23 sekolah/madrasah. Staf dapat mengetahui mau ke mana sekolah/madrasah menuju dan akan menjadi bagaimana di masa depan. Dalam penerapan TQM, institusi harus menyusun sistem mutu dalam bentuk pedoman mutu (quality manual)42 yang tertulis sebagai acuan bagi semua orang yang terlibat dalam pencapaian standar-standar kinerja mutu yang telah ditetapkan. Selain pedoman mutu, audit internal dan eksternal secara berkala tidak kalah pentingnya dalam rangka memperoleh masukan kepada manajemen mutu untuk penyempurnaan sistem itu sendiri. Pedoman mutu (quality manual) tersebut merupakan konsep ISO 9001,43 sebagai tindak lanjut dari penerapan TQM pada institusi, baik institusi perusahaan maupun institusi pendidikan. Untuk menambah wawasan diketengahkan konsep TQM terhadap masalah mutu, dalam perspektif Islam, bahwa perlu juga konsep ini sesungguhnya bukanlah sesuatu yang baru dalam pandangan Islam, karena ajaran Islam sebagai raḥmatan li al-‘ālamīn selalu menghendaki agar setiap urusan/ pekerjaan harus sesuai dengan tuntunan Islam, sehingga pekerjaan itu dapat bermanfaat bagi diri yang mengerjakannya maupun bagi orang lain. Pekerjaan yang produktif dan berkualitas merupakan salah satu perbuatan yang dianjurkan dalam Islam. Pandangan Islam tentang mutu, sungguh banyak ayat dalam al Qur’an, namun harus dipahami secara kontekstual. Islam juga selalu menekankan kepada umatnya untuk selalu berusaha mengubah nasib agar menjadi lebih baik sesuai firmanNya QS. al-Ra’d/13:11 42 Untuk mengetahui lebih jauh, dapat dilihat pada lampiran VIII ( contoh quality manual). 43 Veithzival Rivai dan Silviansa Murni, Educational Management, Analisa Teori dan Praktek, h. 481. 24 ... (١١ . ) اﻟﺮﻋﺪ اﻳﺔ. Terjemahnya: ... Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan tidak pelindung bagi mereka selain Dia. 44 Dalam ayat tersebut jelas sekali bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya agar selalu berusaha memperbaiki hidupnya melalui usaha yang produktif. Produktifitas yang harus dicapai adalah kehidupan yang selalu mengedepankan keseimbangan antara kepentingan ukhrawi dengan kepentingan duniawiyah. Konsep ini sudah berada pada tataran total quality (TQ) yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu untuk berusaha mencapai hasil terbaik secara berkesinambungan dengan menyeimbangkan unsur manusia dan proses produksi yang lebih ditekankan pada pencapaian total quality (TQ) pada usaha atau proses tersebut, sesuai firman Allah QS. Al-Taubah/9: 105 (١٠٥) ) اﻟﺘﻮﺑﺔ اﻳﺔ Terjemahnya: Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orangorang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan. 45 44 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahnya (Jakarta; Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syaria’ah (Jakarta: PT. Tehazed, 2010) h. 337-338. 45 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahnya. H. 273 25 Allah swt menciptakan manusia sebagai mahluk yang sempurna, yang diberikan akal dan fikiran untuk menjalani hidup. Allah menciptakan manusia dengan melengkapi berbagai macam potensi (rohaniyah dan aqliyah) bukanlah hal yang sia-sia, karena manusia akan diangkat menjadi khalifah dimuka bumi yang sekaligus membuktikan bahwa kualitas manusia lebih tinggi dan lebih terhormat bila dibandingkan dengan mahluk lainnya, Akan tetapi ada sebuah persyaratan yang harus dipenuhi agar manusia dikatakan manusia yang unggul atau berkualitas. Seperti yang dikatakan Allah dalam QS. al-Żāriyat/51:56 (٥٦ )اﻟﺬارﻳﺎت Terjemahnya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Ayat ini memberi petunjuk bahwa manusia diwajibkan untuk beribadah kepada Allah swt dengan kata lain diwajibkan mentaati perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, agar kehidupan manusia lebih berkualitas (Islami). Selain itu, Allah swt juga berfirman QS. al-Mujādalah/58:11 … (١١ .)اﻟﻤﺠﺎدﻟﺔ. Terjemahnya: …Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.46 Dari ayat-ayat tersebut, mengimplikasikan bahwa iman, ilmu dan amal (produktifitas) adalah tiga hal yang harus dipadukan dan harus dimiliki apabila manusia menghendaki kehidupan yang bermartabat tinggi dan mulia. Pendidikan 46 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahnya, h. 756. 26 yang berkualitas menurut pandangan Islam adalah pendidikan yang mampu melahirkan manusia-manusia yang dapat mengintegarasikan antara IMTAQ dan IPTEK. Islam menghendaki agar seluruh aspek kehidupan manusia harus berkualitas (hālālan dan thayyibah) secara menyeluruh dan berkelanjutan (baca keturunan), hal ini sesuai dengan konsep TQM bahwa melaksanakan perbaikan mutu yang kontinyu (berkelanjutan), merupakan kegiatan pikiran (sikap, gagasan) dan kegiatan praktis (metode, prosedur, teknik) yang mendorong untuk mewujudkan perbaikan secara nyata. Pada prinsipnya penerapan TQM dapat dilakukan pada semua jenis dan jenjang pendidikan, baik sekolah maupun madrasah, seperti pada MAN 2 Model Makassar, yang memiliki keunggulan, baik jumlah peserta didik maupun kualitas sarana dan prasarananya, sehingga penerapan manajemen berbasis TQM sangat memungkinkan dapat berjalan lebih efektif. Sementara dalam proses penerapan TQM di intitusi pendidikan tidak terlepas dari empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling), dengan kata lain ke empat fungsi manajemen tersebut dapat mengadopsi prinsip-prinsip TQM jika benar-benar ingin manjalankan konsep TQM pada lembaga pendidikan Islam (madrasah) dengan baik dan sempurna. Uraian tentang fungsi-fungsi manajemen akan dibahas pada bab dua dalam tinjauan teoritis. Selanjutnya, gambaran tentang implementasi TQM pada madrasah dapat dilihat dalam bentuk pengelolaannya. TQM yang memiliki beberapa prinsip atau karakteristik yang diadopsi (diintegrasikan) dalam pengelolaan lembaga pendidikan secara umum termasuk madrasah. Perlunya meningkatkan mutu 27 madrasah, karena pada umumnya madrasah selama ini masih sering dianggap lembaga pendidikan yang bermutu rendah, sehingga sebagian masyarakat menjadikan pilihan kedua (second choise). Oleh karena itu dengan pendekatan TQM dalam mengelola madrasah, diharapkan dapat memberi manfaat untuk meraih keunggulan, yaitu unggul dalam IMTAK dan unggul dalam IPTEK. Kondisi yang dialami madrasah selama ini sebagaimana yang digambarkan di atas menjadi latar belakang lahirnya penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh manajemen pendidikan yang diterapkan di MAN 2 Model Makassar melalui pendekatan TQM, dengan pertimbangan tersebut merupakan bahwa madrasah salah satu lembaga pendidikan Islam (madrasah) yang memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan Madrasah Aliyah Negeri lainnya, baik dari segi jumlah peserta didik maupun dari segi sarana dan prasarananya. Sesuai hasil pengamatan terhadap manajemen pendidikan yang dijalankan pada MAN 2 Model Makassar tercermin dari beberapa bidang atau komponen menurut substansinya sebagian besar sudah sejalan dengan prinsip-prinsip TQM. Walaupun masih membutuhkan kerja keras dan penyesuaian atau adaptasi secara menyeluruh untuk mengoptimalkan penerapan TQM pada bidang-bidang tertentu. seperti perlunya perubahan paradigma baru dari pola lama ke pola moderen dalam manajemen pendidikan, terutama dalam manajemen pembelajaran yang berbasis ICT (information and communication technology), semua guru diharuskan mengakses bahan ajar dari berbagai sumber, temasuk melalui internet. Setiap guru diwajibkan membuat persiapan mengajar atau RPP dilengkapi dengan perangkat pembelajaran lainnya, dan setiap guru ditekankan untuk menggunakan metode pembelajaran yang efektif atau metode variatif, termasuk penggunaan media 28 pembelajaran yang selama ini belum optimal pemanfaatannya, dan pemanfaatan laboraturium serta pelaksanaan ekstrakurikuler, dan lain-lain. Selanjutnya, fakta lain yang ditemukan beberapa fenomena dan perilaku pada lokasi penelitian terlihat sebagian warga madrasah dalam kaitannya dengan masalah manajemen mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, yang masih perlu disempurnakan antara lain; 1. Sistem pengelolaan administrasi madrasah masih standar atau belum efektif. Hal itu terlihat masih adanya sebagian data yang belum di update melalui komputer secara online, sementara SDM staf tata usaha sebagian masih rendah. 2. Sebagian tenaga pendidik (guru) yang masih perlu ditingkatkan kinerjanya, seperti dalam penguasaan materi bahan ajar, metode pembelajaran dalam proses pembeljaran dan pemanfaatan media pembelajaran, dan lain-lain. 3. Semangat belajar sebagian peserta didik masih rendah, terutama di kelas non unggulan, sedang pada kelas-kelas unggulan, semangat belajarnya lebih maju atau meningkat. 4. Organisasi pengembangan professional guru seperti KKM dan MGMP belum terkelola secara maksimal sesuai fungsinya, terutama MGMP mata pelajaran Agama Islam. 5. Pengawas/supervisor pendidikan dari Kementerian agama belum efektif, kecuali supervisi yang dilakukan kepala madrasah tetap berjalan secara efektif. 29 6. Sebagian guru masih dominan mempergunakan sistem dan metode pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred approach), pada hal pola pembelajaran yang efektif adalah yang berpusat pada peserta didik (student centred approach). Hal ini terlihat pada sistem pengelolaan kelas, yang belum mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal lain yang diamati adalah nilai rata-rata hasil Ujian Nasional lima tahun terakhir dapat dikatakan belum maksimal (belum mengembirakan), karena terlihat masih stagnan (tidak naik dan tidak turun), sesuai data yang diperoleh bahwa nilai rata-rata UN lima tahun terakhir yaitu, dari tahun 2008 s/d 2013 berkisar pada angka 47,95 sampai 50,75, sementara nilai tertinggi berkisar antara 51,50 sampai 55,00. Meskipun prosentase kelulusan empat tahun terakhir berkisar pada angka antara 99.99 % sampai 100 %. Prosentase kelulusan ini sudah dianggap cukup baik, namun yang perlu diupayakan untuk dinaikkan adalah indeks prestasi nilai rata-rata hasil ujian nasional dari angka 50,- menjadi 60,- ke atas. Selain tingkat kelulusan, ikut pula diamati adalah jumlah alumni MAN 2 Model yang masuk di Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (PTN/S), baik melalui hasil Ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) maupun melalui jalur lain, karena salah satu indikator keberhasilan yang dapat terukur adalah banyaknya alumni MAN 2 Model Makassar, yang masuk di berbagai Perguruan Tinggi Negeri/Swasta. Fakta di atas, sekaligus menjadi masalah yang kemungkinan akan berkembang ke persoalan lain ketika diadakan penelitian di lapangan, karena gejala-gejala atau fenomena-fenomena dan situasi sosial dalam kehidupan akademik di MAN 2 Model Makassar, serta permasalahan lainnya sangat 30 kompleks dan bersifat holistik, sehingga perlu dirumuskan fokus penelitian dan diskripsi fokus. B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus. 1. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk memberi gambaran operasional penelitian sehingga terhindar dari kekeliruan penafsiran dalam memahami batasan judul penelitian dan masalah pokok penelitian, yakni Implementasi Total Quality Management (TQM) dalam Membina Mutu Pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Model Makassar. Dari judul tersebut terdapat 2(dua) fokus penelitian, yaitu; Proses implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar dan mutu pendidikan melalui pendekatan TQM. 2. Diskripsi Fokus Penelitian. Proses implementasi Total Quality Manajement yang dimaksud di sini adalah langkah strategis penerapan TQM pada MAN 2 Model Makassar dalam membina mutu pendidikan melalui pendekatan fungsi-fungsi manajemen dalam pendidikan, yang meliputi aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Sedang mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, meliputi kualitas pengelolaan administrasi pendidikan, kualitas proses pembelajaran, motivasi belajar dan prestasi peserta didik, kualitas dan kedisiplinan guru dan staf, pengawasan dan evaluasi serta kepemimpinan dan kerjasama dengan pihak terkait, semua aktifitas tersebut dijadikan fokus dalam penelitian ini. Deskripsi fokus penelitian ini dapat digambarkan sesuai matriks berikut ini; 31 Matriks Deskripsi Fokus Penelitian Fokus Penelitian Deskripsi Fokus Implemnetasi Total Quality 1. Perencanaan pendidikan Managemen (TQM) pada MAN 2. Pengorganisasian pendidikan 2 Model Makassar. 3. Pelaksnaan program pendidikan 4. Supervisi/evaluasi pendidikan 1. 2. Kualitas/mutu pendidikan pada 3. MAN 2 Model Makassar, dilihat 4. dalam beberapa komponen; 5. 6. Pengelolaan administrasi Kepemimpinan kepala madrasah Tenaga pendidik dan kependidikan. Proses pembelajaran Prestasi peserta didik. Evaluasi pendidikan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan fokus penelitian serta diskripsi fokus yang telah diuraikan di atas, maka masalah pokok penelitian ini adalah bagaimana implementasi Total Quality Management (TQM) dalam membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar? Agar penelitian menjadi terarah dan sistamatis, maka masalah pokok penelitian yang telah ditetapkan dikembangkan menjadi tiga sub masalah, yang rinciannya dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana proses implementasi Total Quality Management (TQM) dalam membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar?. 2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat implementasi Total Quality Management (TQM) pada MAN 2 Model Makassar? 3. Bagaimana hasil implementasi Total Quality Management (TQM) dalam membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar?. 32 D. Kajian Pustaka Kajian Pustaka merupakan hasil penelitian yang relevan dengan pembahasan dalam disertasi ini, yaitu tulisan yang berkenaan dengan kajian tentang berbagai masalah dengan menggunakan pendekatan Total Qoality Management (TQM) terutama dibidang pendidikan, karena disertasi berjudul Implementasi TQM Dalam Membina Mutu Pendidikan Pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar, maka diharapkan kiranya melalui kajian pustaka ini dapat lebih memperjelas posisi tulisan dan penelitian yang dilakukan, berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya dalam satu sisi, namun pada sisi lain terhadap beberapa karya tulis, baik dalam bentuk disertasi, tesis dan jurnal maupun dalam bentuk buku, dapat dijadikan bahan referensi untuk memperkaya kajian teoretis dalam disertasi ini. Tulisan Luk-luk Nur Mufidah dalam jurnal dengan tema “Aktualisasi TQM dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di lembaga Pendidikan Islam“ ia mengemukakan bahwa pendidikan yang berorientasi pada mutu (Quality Oriented), yang paling banyak berperan adalah pendidik (Guru) dalam upaya menyiapkan peserta didik yang berkualitas dan bermutu dalam berbagai aspek, baik dalam aspek keilmuan, keahlian dan keterampilan serta aspek perilaku, oleh karena itu menjadi guru professional, hendaknya memiliki dua kategori, yaitu capability dan loyality artinya guru harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik dan skill tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi dan memiliki loyalitas keguruan yakni loyal kepada tugas-tugas keguruan yang tidak semata- 33 mata hanya di dalam kelas, tapi sebelum dan sesudah di luar kelas.47 Selain ke dua hal di atas, dalam memenuhi tuntutan professional yang berlandaskan pada TQM, maka guru diharapkan memiliki kompetensi tertentu yang mengarah kepada perbaikan secara terus menerus (continous improvement) menjamin kualitas (quality assurance) pengajaran dan pembelajarannya, dan memberi kepuasan kepada konsumen pendidikan (costumer satisfaction). Untuk mengukur kompetensi tersebut, maka ada empat indikator yang harus dimiliki oleh guru, yaitu, pertama; kompetensi harus ditunjang oleh latar belakang pengetahuan. Kedua; kompetensi dapat dikenali dari adanya penampilan dalam melakukan pekerjaan itu sesuai dengan tuntutan. Ketiga; dalam melakukan kegiatan itu digunakan prosedur dan teknik/metode yang jelas dan nalar yang luas. Keempat; dapat dikenali hasil yang dicapai. Masjudi mengemukakan dalam jurnal dengan tema “Upaya Peningkatan Kualitas Manajerial Lembaga Pendidikan Islam Melalui TQM“ menyoroti lemahnya pengelolaan lembaga pendidikan yang mencakup semua komponen sistem pendidikan. Kelemahan yang paling dirasakan adalah kelemahan kualitas manajemen kelembagaannya, termasuk kelemahan dalam infrastruktur berupa sumber pendanaan dan sarana prasarana pendidikan, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap rendahnya kualitas kelulusan peserta didik. Oleh karena itu penerapan TQM di dunia pendidikan Islam adalah sebuah keniscayaan bagi seorang kepala sekolah/madrasah untuk membangun efektifitas dan efisiensi dalam pendayagunaan sumber-sumber pendidikan. Seorang pimpinan harus terus- 47 Lihat Luk-Luk Nur Mufidah, Aktualisasi TQM dalam meningkatkan Profesionaalisme Guru di Lembaga Pendidikan Islam, h. 95-96. 34 menerus melakukan perubahan dan perbaikan kualitas dan berpijak pada kebutuhan masyarakat yang menjadi customer dan consumer pendidikan. Lebih lanjut, Masjudi menyatakan bahwa mengelola pendidikan harus mengoptimalkan peranan kepemimpinan, perubahan budaya dengan memfokuskan kebutuhan masyarakat tentang mutu pendidikan, melakukan inovasi terus menerus terhadap mutu pendidikan, meningkatkan profesionalisme dan memfokuskan kepada pelanggan, menjadikan pelangggan sebagai kolega, meningkatkan kualitas belajar dan memasukkan ide secara internal. Hasil penelitian Ahmad Darmadji dengan judul “Implementasi TQM sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di MAN Model Yogyakarta“48 ia memberi gambaran secara ringkas tentang pelaksanaan TQM pada MAN Model Yogyakarta, bahwa implementasi TQM yang berbasis madrasah pada MAN model dilakukan melalui sejumlah tahapan. Tahapan tersebut tercermin pada visi dan misi MAN Model Yogyakarta, yaitu “membentuk siswa menjadi unggul, terampil dan berkepribadian matang“, sedangkan misinya adalah; 1) Menyelenggarakan pendidikan yang berbudaya keunggulan, kreatif dan inovatif. 2) Membekali siswa dengan life skill baik general life skill maupun specific life skill.\ 3) Memadukan penyelenggaraan program pendidikan umum dan kejuruan.. 4) Menghidupkan pendidikan ber-ruh Islam, menggiatkan ibadah, memperteguh keimanan dan akhlakul karimah sehingga memperoleh output yang ultra prima. Keberhasilan Implementasi MMT/TQM di madrasah salah satunya diukur dari tingkat kepuasan pelanggan (clien) baik internal maupun eksternal, dengan 48 Tulisan tersebut dimuat pada Jurnal “ El-Tarbawi” (Jurnal Pendidikan Islam) Vol. I, No. 2 tahun 2008, Lihat; http://fis.uii.ac.id/images/el-tarbawi-vol1-no2-2008-03-darmadji.pdf, diakses pada tanggal, 21 Januari 2013, jam; 21.00. wita. 35 kata lain sekolah/madrasah dikatakan berhasil jika mampu memberikan pelayanan sama atau melebihi harapan pelanggan. Selain tingkat kepuasan pelanggan, keberhasilan pelaksanan TQM, juga dapat dilihat pada indikator lain misalnya dari sejumlah fenomena berikut ini; Pertama, tingkat konsistensi pelayanan umum dan kualitas SDM (Guru, tenaga kependidikan dan staf) terus meningkat. Kedua, kekeliruan dalam bekerja semakin berkurang. Ketiga, disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat. Keempat, inventarisasi aset madrasah semakin sempurna dan terkendali. Kelima, kontrol dan pengawasan terlaksana secara efektif, menghemat biaya dan mencegah penyimpangan. Keenam, pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah. Ketujuh, peningkatan keterampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan dan mampu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyrisal Miliani dalam Tesisnya yang berjudul “Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Perspektif TQM“ dalam studi kajiannya memeperkenalkan “Metode Daming“ yang menggunakan teknik pemecahan masalah dan pengendalian proses dan siklus PDCA-nya. Selain metode Daming, ia juga memperkenalkan metode Josep M. Juran dan Philip B. Crosby. Juran mendefinisikan kualitas sebagai suatu barang atau jasa harus dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh pemakainya, dengan menerapkan 10 langkah untuk memperbaiki kualitas. Sedang Crosby terkenal dengan anjuran manajemen zero defect dan pencegahan yang memiliki 14 langkah untuk perbaikan kualitas. 49 Namun kedua yang terakhir dari tokoh mutu tersebut, tidak dijadikan sebagai 49 Lihat Ashok Rao, Total Quality Management, a cross fungtional perspective (United States: John Wiley & Sons, 2006) h. 40. 36 rujukan oleh Miliani, karena dianggapnya metode Daming lebih luas cakupannya dibanding dengan yang lainnya. Kajian manajemen mutu dengan pendekatan TQM, juga dikembangkan oleh N.Oneng Nurul Bariyah dalam disertasinya yang berjudul “ Kontekstualisasi TQM dalam Pengelolaan Lembaga Zakat Untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Prinsip dan Praktek). Ia menyatakan bahwa walaupun akar permulaan TQM berasal dari model manajemen mutu perusahaan dan industri, penggunaannya kini semakin merambah ke berbagai lembaga, misalnya pada lembaga pendidikan dengan dibentuknya gugus kendali mutu, rumah sakit melalui pelayanan prima, dan sebagainya.50 TQM juga diterapkan oleh lembaga pemerintah maupun swasta, bahkan organisasi atau lembaga nirlaba (Organisasi yang aktifitasnya tidak berorientasi menghasilkan keuntungan/laba) termasuk juga pengelolaan organisasi/manajemen lembaga keuangan syari’ah seperti lembaga pengelola zakat. Nur Hidayah dalam disertanya yang berjudul “ Model Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Pelayanan Kesehatan Untuk Pengembangan Rumah Sakit Umum Kota Makassar (Total Quality Management Model Of Health Care For Hospital Development In Makassar Cyti)“51, dilaksanakan mengemukakan bahwa mutu pelayanan kesehatan pada tahun 2012, sangat dipengaruhi mutu 50 Lihat N.Oneng Nurul Bariyah, Kontekstualisasi Total Quality management dalam Lembaga Pengelola Zakat untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Prinsip dan Praktek), Disertasi (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010) h. 17, dan lihat, http:// onengnurulbariyah. files. wordpress. com/2010/10/oneng-n-bariyah-tqm-disertasi-lengkap.pdf. di akses pada tanggal 15 Januari 2013, jam. 21.00 wita. 51 Lihat Nur Hidayah, Model Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Pelayanan Kesehatan Untuk Pengembangan Rumah Sakit Umum Kota Makassar (Total Quality Management Model Of Health Care For Hospital Development In Makassar Cyti) Disertasi, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Makassar, th. 2013. 37 sarana fisik, lainnya, tenaga yang tersedia, obat, alat kesehatan, proses pemberian pelayanan dan kompensasi sarana penunjang yang diterima serta harapan masyarakat sebagai pengguna pelayanan. Mutu pelayanan yang baik bagi pasien biasanya dikaitkan dengan sembuhnya dari penyakit dengan cepat, petugas yang ramah, pelayanan yang cepat dan tepat, dan tarif pelayanan yang murah. Sebaliknya apabila penyakit yang dideritanya lama tidak sembuh, petugas yang kurang ramah, menunggu antrian yang lama, penanganan penderita yang lambat dan tarif mahal akan dikatakan tidak bermutu walaupun profesional. Nur Hidayah juga mengemukakan bahwa ada tiga unsur penting yang dapat mendukung berhasilnya implementasi Mutu Pelayanan Kesehatan; Pertama adalah keterlibatan manajemen puncak. Unsur kedua adalah strategi implementasi yang tepat dan bijaksana. Unsur ketiga adalah mobilisasi organisasi yang terdiri atas 7 (tujuh) bagian yang dapat mendorong implementasi Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, yaitu tujuan, infrastruktur, SDM tatalaksana/penyelenggaraan organisasi, (pendidikan dan pelatihan), komunikasi keberhasilan kegiatan organisasi), finansial (penyebarluasan (insentif), dan memantau serta evaluasi kegiatan oleh manajemen puncak. Edward Sallis dalam hasil penelitiannya yang sudah dibukukan dengan judulTotal Qualitiy Management in Education di terjemahkan Ahmad Ali Riyadi tahun 2006 dengan judul Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, buku ini secara khusus memeperkenalkan Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management (TQM) dan relevansinya dengan pendidikan. Ia mengemukakan bahwa pemahaman tentang mutu yang diperoleh dari pengalaman dunia bisnis dapat diaplikasikan dalam dunia pendidikan, namun membutuhkan proses adaptasi yang 38 tinggi untuk menyesuaikan antara kondisi khusus dari masing-masing sekolah, perguruan tinggi dan universitas. Lebih lanjut Sallis mengemukakan prinsip dasar TQM bahwa pelanggan dan kepentingannya harus diutamakan, bahkan ia menempatkan pelanggan sebagai raja, suatu ide yang mudah dipahami, namun orang yang mengimplementasikannya membutuhkan tingkat komitmen yang tinggi. Tidak ada spesifikasi tunggal dalam TQM. Beberapa organisasi berbeda dalam menangkap TQM menurut pandangan dan metode mereka masing-masing. TQM sangat fleksibel dan dapat diadopsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan, baik khusus maupun institusi, baik secara luas maupun secara sempit. Selanjutnya Sallis mempertanyakan mengapa Manajemen Mutu terpadu (TQM) dalam dunia pendidikan baru memperoleh pengakuan setelah sekian lama mutu tersebut berhasil dalam dunia industri. Meskipun demikian, suatu hal yang dapat diyakini bersama bahwa layanan mutu merupakan isu kunci bagi seluruh sektor pendidikan pada dekade mendatang. Hal itu telah terbukti bahwa pada tahun 1991 konsep TQM telah memperoleh dukungan resmi kurang lebih dari 16 institusi pendidikan di Amerika. 52 Penerimaan konsep TQM dalam dunia pendidikan, bukan tanpa alasan, karena TQM dipahami sebagai sebuah filosofi perbaikan tanpa henti hingga tujuan organisasi dapat tercapai dan dengan melibatkan segenap komponen dalam organisasi tersebut. Deden Makbuloh, dalam penelitiannya yang mengupas tuntas tentang Manajemen Mutu Pendidikan Islam Model Pengembangan Teori dan Aplikasi Sistem Penjaminan Mutu. Ia mengemukakan bahwa mutu pendidikan Islam (madrasah) dapat dicapai dan dikembangkan melalui implementasi sistem 52 Edward Sallis, Total Quality Management In Education,h. 46-47. 39 penjaminan mutu internal dan eksternal secara sinergi yang terfokus pada tingkat capaian mutu pada sistem pendidikan secara bertahap dan berkelanjutan. Oleh karena itu masa depan pendidikan Islam harus mengarah pada mutu atau quality first (mutu di atas segala-galanya). Hasil riset yang dilakukan membuktikan bahwa mutu lembaga pendidikan Islam sangat variatif, maka perhatian pokok di masa depan yaitu memperkuat sistem manajemen yang berfungsi efektif. Sistem manajemen yang mendesak untuk ditindak lanjuti yaitu dengan cara mensinergikan kekuatan internal dengan peluang-peluang eksternal. Selanjutnya dijelaskan lembaga pendidikan Islam yang baik harus bergerak dalam siklus perbaikan mutu berkelanjutan. Mutu dapat dicapai secara bertahap mulai aspek yang rutinitas dalam pembelajaran hingga aspek yang kompleks yang penuh tantangan akibat perkembangan dan tuntutan zaman.53 Menurutnya, harus diakui bahwa dalam rangka pengembangan sistem pendidikan Islam yang berbasis TQM dalam peningkatan mutu seharusnya disesuaikan dengan perkembangan zaman, di mana pada era globalisasi sekarang ini, disamping harus melakukan pendekatan yang bernuansa Islam juga harus mengunakan teori-teori lain. Mulyadi dalam penelitian disertasinya tahun 2008 yang membahas tentang Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam mengembangkan Budaya Mutu ( Studi Multi Kasus di Madrasah Terpadu MAN 3 Malang, MAN I Malang dan MA Mubtadi’in Kota Malang) mengemukakan bahwa langkah-langkah kepemimpinan kepala madrasah dalam mengembangkan budaya mutu madrasah melakukan 53 Deden Makbuloh, Manajemen Mutu Pendidikan Islam, h. 296. 40 beberapa langkah antara lain; 54 1) Kepala madrasah mengartikulasikan visi dan misi yang berdampak terhadap budaya mutu madrasah dan memberikan makna bagi peningkatan keefektifan kepemimpinannya membawa madrasah menjadi madrasah yang berbudaya mutu secara berkesinambungan. 2) Kepala madrasah memiliki nilai-nilai kepemimpinan yang diyakini, lalu diterjemahkan dalam kehidupan organisasi madrasah dan berdampak pada upaya peningkatan mutu madrasah. 3) Simbol-simbol madrasah merupakan gambaran nilai-nilai organisasi yang dilestarikan dan dipertahankan dari generasi ke generasi. 4) Kepemimpinan kepala madrasah bersifat demokratis. Dalam pengembangan budaya mutu madrasah terdapat resistensi guru yang bersifat individual. Upaya mengatasi resistensi tersebut, digunakan dua pendekatan yaitu preventif dan kuratif. Terakhir Muh. Sain Hanafy dalam penelitian disertasinya tahun 2011 yang berjudul ”Pengelolaan Materi Program Pendidikan Agama Islam Terpadu pada Sistem Madrasah dan Implikasinya terhadap Peserta Didik MAN 2 Model Makassar”. Penelitian ini bertujuan memberi gambaran tentang pengelolaan materi pendidikan agama Islam terpadu pada MAN 2 Model Makassar, dengan menitikberatkan pada pengukuran prestasi peserta didik sebagai impilikasi penerapan program tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proram pendidikan agama Islam terpadu pada sistem madrasah pada umumnya berada pada kategori sedang. Salah satu bukti yang yang dikemukakan adalah nilai ratarata ujian semester ganjil pada buku rapor pada umumnya berada pada kategori 54 Lihat Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu ( Studi Kasus di MAN 3 dan MAN I Malang serta MA Hidayatul Mubtadi’in Kota Malang ( Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2010), h. 77. 41 sedang. Demikian halnya penilaian yang bersifat non akademik, pada umumnya berada pada kategori sedang. Hasil penelitian tersebut, tidak jauh berbeda yang ditemukan oleh peneliti, terutama hasil Ujian Nasional, yang berada pada ketegori sedang, bahkan peneliti menilai stagnan ( nilai tidak naik dan tidak turun) setelah melihat data hasil ujian nasional tahun 2012 dan 2013. Meskipun penelitian tersebut substansi yang diteliti berbeda dengan substansi yang ditulis dalam penelitian ini, namun dari obyek penelitian adalah sama, yang sudah tentu sedikit banyaknya dapat memberi masukan dalam penelitian disertasi ini. Dari kajian leteratur di atas, menunjukkan bahwa kajian tentang manajemen berbasis TQM sudah banyak dilakukan dalam berbagai penelitian yang berbde-beda, baik obyek maupun tujuan dan sasarannya. Demikian halnya penelitian ini, penulis mengetengahkan sebuah kajian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, terutama dari segi pendekatannya, karena penelitian ini mengfokuskan pengkajian Total Quality Management (TQM) melalui pendekatan fungsi-fungsi manajemen dengan mengaitkan prinsip-prinsip TQM. Namun pada sisi lain setelah mengkaji beberapa literatur, secara umum dapat disimpulkan bahwa hampir semua lembaga atau institusi menjadikan TQM sebagai salah satu pendekatan menajemen yang efektif untuk meraih mutu yang tinggi, baik institusi di bidang bisnis maupun dalam dunia pendidikan, termasuk pada lembaga pendidikan Islam (madrasah). E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian. 1. Tujuan penelitian. a. Untuk mengetahui proses implementasi Total Quality Management (TQM) 42 terhadap pembinaan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar. b. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan Total Quality Management (TQM) pada MAN 2 Model Makassar. c. Untuk menemukan hasil implementasi Total Quality Management (TQM) terhadap pembinaan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Ilmiah, yakni sebagai sumbangsih pengetahuan bahwa Total Quality Management (TQM) sangat penting artinya bagi setiap lembaga pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Karena itu, penelitian ini diharapkan memberi kontribusi pemikiran yang signifikan bagi kalangan civitas MAN 2 Model Makassar dan lembaga pendidikan lainnya untuk senantiasa mengimplementasikan Total Quality Management (TQM) tersebut. b. Kegunaan praktis, yakni sebagai input bagi MAN 2 Model Makassar untuk segera mengambil langkah-langkah strategis operasional dalam rangka lebih meningkatkan pengelolaan Total Quality Management (TQM), sehingga dapat menghasilkan ouput yang bermutu dan memuaskan bagi MAN 2 Model Makassar, sekaligus dapat menajdi contoh bagi Madrasah Aliyah lainnya sesuai dengan dinamika, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 43 44 Matriks Deskripsi Fokus Penelitian Focus penelitian Implemnetasi Total Quality Management (TQM) pada MAN 2 Model Makassar Kualitas pendidikan pada MAN 2 Model Makassar Deskripsi Penelitian 1. 2. 3. 4. Perencanaan pendidikan Pengorganisasian pendidikan Pelaksnaan program mutu pendidikan Pengawasan/evaluasi pendidikan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kualitas pengelolaan administrasi Kualitas manajemen pendidikan Kualitas tenaga guru dan staf. Kualitas proses pembelajaran Kualitas prestasi peserta didik. Kualitas Pengawasan dan evaluasi 45 Matriks Deskripsi Fokus Penelitian No. 1. Fokus Penelitian Proses implementasi Total Quality Management (TQM) dalam membina mutu pendidikan Deskripsi Fokus Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengawasan/Evaluasi - 2 Faktor pendukung dan penghambat implementasi Total Quality Management (TQM) - Faktor pendukung internal dan eksternal - Faktor Penghambat internal dan eksternal 3 Hasil implementasi Total Quality Management (TQM) dalam membina mutu pendidikan - Kepemimpinan( administrasi dan proses pengelolaan, pendidik & tenaga kependidikan) - Kurikulum dan pemebelajaran (materi , Proses, Kompetensi lulusan & evaluasi/ penilaian) - Standar Sarana dan Prasarana & Pembiayaan pendidikan. Fungsi perencanaan (planning), merupakan sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan memegang peranan penting dalam proses manajemen, karena melalui perencanaan seperangkat keputusan bisa diambil dalam meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Tanpa perencanaan yang baik, madrasah tidak akan maju dan berkualitas. Perencanaan pendidikan yang di susun oleh kepala madrasah, guru, dan staf dalam bentuk rencana strategis (renstra) yang berorientasi pada visi dan misi madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikannya. Perencanaan yang dibuat berkaitan dengan; penentuan rencana jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang, (b) perkiraan- 46 perkiraan kondisi lingkungan dan tujuan yang hendak dicapai, dan (c) penetapan pendekatan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang hendak dicapai. 55 Perencanaan juga berguna dalam proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternatif mengenai sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan oleh sekolah/madrasah di masa yang akan datang. Perencanaan mutu harus didukung kebijakan strategis yang dibuat oleh kepala madrasah, karena perencanaan tidak akan bisa berjalan dengan baik jika tidak dibarengi dengan strategi untuk menjalankannya, serta alat evaluasi yang digunakan dalam mengontrol pelaksanaan kebijakan yang telah dibuat. Oleh karena itu, strategi pelaksanaan kegiatan merupakan bagian dari perencanaan sesuai dengan visi dan misi madrasah dalam mewujudkan mutu pendidikan. Fungsi pengorganisasian (organizing), adalah fungsi manajemen yang bertujuan untuk pengelompokkan orang dengan tugas-tugas tertentu untuk bekerja secara bersama-sama guna mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama, baik untuk tujuan pribadi atau tujuan kelompok dan organisasi. Dengan pengorganisasian makin memperjelas berbagai hubungan kerja dari berbagai unit untuk menjadi sebuah tim yang solid. Tim yang solid akan memberi kekuatan untuk mencapai keberhasilan dalam meningkatkan mutu madrasah. Dengan demikian pengorganisasian dalam madrasah mempunyai posisi yang sangat penting dan menentukan meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. 56 Perencanaan yang baik juga harus didukung oleh struktur organisasi yang jelas 55 Saiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Cet. V; Bndung: Al Fabeta, 2011), h.56-58. 56 Prim Masrokan Mukhtar, Manajemen Mutu Sekolah, Strategi Peningkatan dan Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar Ruz Media, 2013) h. 47-48 47 tentang tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota organisasi madrasah. Fungsi pelaksanaan (actuating) atau pengarahan (directing) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak dalam proses manajemen, sedangkan actuating atau directing justeru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi lembaga pendidikan. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksnaan (actuating) ini adalah seorang staf dan guru akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan, dan (5) hubungan antar teman dalam lembaga pendidikan tersebut harmonis. 57 Dalam pelaksanaan fungsi actuating ini, kepala sekolah/madrasah berperan penting dalam menggerakkan dan mengarahkan seluruh warga sekolah/madrasah agar dapat melaksanakan tugastugasnya. Membangkitkan semangat harus menjadi perhatian khusus bagi kepala sekolah/madrasah. Sebab, semangat kerja bersifat naik dan turun setiap saat sesuai dengan iklim organisasi yang ada di madrasah. Hal ini menjadi salah satu tugas yang harus dijalankan dalam sistem kepemimpinan dalam pendidikan karena semangat kerja sangat berpengaruh terhadap hasil kinerja. Oleh karena itu, guru di madrasah harus mempunyai semangat kerja yang tinggi agar mampu meningkatkan mutu pendidikan sebagai hasil kinerjanya. 57 Prim Masrokan Mukhtar, Manajemen Mutu Sekolah, h.48-49 48 Fungsi pengawasan (controlling), merupakan bagian akhir dari fungsi manajemen. Fungsi ini bertujuan untuk mengendalikan perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan yang telah dilaksanakan sesuai perenacanaan sebelumnya. Dalam berbagai kasus, karena pengawasan peningkatan mutu pendidikan yang masih lemah, sehingga terjadi berbagai penyimpangan antara yang direncanakan dengan yang dilaksanakan. Pengawasan dalam sebuah organisasi ibarat mata dan telinga pimpinan. Hal ini dimaksudkan bahwa kegiatan pengawas untuk memberi masukan kepada pimpinan dalam bentuk laporan pemantauan, penilaian, dan rencana tindak lanjut atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindak korektif guna penyempurnaan lebih lanjut dalam meningkatkan mutu pendidikan. Namun perlu diketahui bahwa keberhasilan untuk meraih mutu membutuhkan waktu yang lama dan pemahaman yang mendalam serta ketekunan yang tinggi. Selain itu, dalam proses penerapan TQM juga diperlukan dukungan dan komitmen dari kepala dan guru serta staf MAN 2 Model Makassar, termasuk dari komponen-komponen pendidikan lainnya, sehingga MAN 2 Model Makassar dapat bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan yang sederajat di Kota Makassar. Umiarso dan Imam Gojali dalam bukunya Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan Menjual Mutu Pendidikan dengan mengunakan Quality Control bagi Pelaku Lembaga Pendidikan, penelitian ini hadir sebagai acuan dasar dalam memunculkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna Output pendidikan.58 58 Umiarso dan Imam Gojali, h. 11. 49 penelitian ini mengungkap konsep dasar dari luar desentralisasi pendidikan, dan Manajemen Berbasis Sekolah dan akhir dalam penelitian ini merumuskan tentang upaya meretas manajemen sekolah menuju pendidikan yang berkulalitas. hasil rata-rata Ujian Nasional lima tahun terakhir maksimal (belum mengembirakan) atau dapat dikatakan belum masih stagnan (tidak naik dan tidak turun), sesuai data yang diperoleh bahwa nilai rata-rata UN dari tahun 2008 s/d 2012 berkisar pada angka 46,87, bahkan pada tahun 2011 menurun ke angka 44, 44, dan pada tahun 2009 menurun drastis ke angka rata-rata; 40, 55.59Namun secara perorangan, ada beberapa di antara peserta didik memperoleh nilai amat baik dan memuaskan, sesuai hasil observasi awal di lapangan, diperoleh keterangan bahwa nilai akumulatif yang fluktuatif tersebut, dianggapnya bukan isyarat menurunnya prestasi peserta didik, karena nyatanya dua tahun terakhir kelulusan berada pada tingkat maksimal ( 100 %). 59 Lihat Dokumen Rekap Nilai pada MAN 2 Model Makassar, diperoleh pada tanggal, 10 Pebruari 2013. 50 ا ب ،ت /ة ،ز ث ،ج ،ح ه،خ ك،د ذ، س ش،ص ض ،ط ظ ،ع غ ،ف ،ق ،ل ،م ،ن ،و إ ء أ ى ي BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Total Quality Management (TQM). 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu (MMT)1 adalah suatu konsep manajemen yang telah dikembangkan oleh negara-negara maju seperti Amerika dan Jepang. Sejarah menunjukkan, bahwa kebangkitan Jepang dalam bidang industri setelah kekalahannya dalam PD II, dimulai dengan pembangunan sistem kualitas modern. Pembangunan sistem itu dipicu oleh W.Edwards Deming yang berbicara di depan para ilmuan dan insinyur Jepang pada tahun 1950. Dari sini jepang mulai bangkit atas gagasan yang disampaikan oleh Deming, sehingga menjadi pusat perhatian berbagai negara di dunia, bahkan tertarik untuk mempelajari strategi perusahaan-perusahaan Jepang dalam menerapkan manajemen mutu. Dari hasil studi tentang keberhasilan perusahaan-perusahaan industri kelas dunia yang berhasil mengembangkan konsep kualitas dalam perusahaan, maka lahirlah apa yang disebut dengan Manajemen Kualitas Terpadu atau Total Quality Management ( TQM ).2 Indosesia sebagai negara yang sedang berkembang yang menuju ke negara industri perlu membangun sistem kualitas modern dan praktek manajemen kualitas terpadu diberbagai bidang kehidupan, 1 Istilah Total Quality Management (TQM ) dan Manajemen Mutu Terpadu ( MMT) dalam tulisan ini diartikan sama, sehingga terkadang disebut secara bersamaan dengan garis miring dan terkadang disebut hanya TQM saja atau MMT saja. 2 Lihat Vincent Casparsz, Total Quality Manajemen (Cet. V. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008) h. 4. 43 44 termasuk dalam bidang pendidikan sebagai senjata untuk menghadapi era kompetisi dalam pasar global. Total Quality Management (TQM) memperkenalkan pengembangan proses produk dan pelayanan sebuah organisasi secara sistimatik dan bekesinambungan. Konsep manajemen ini membuka jalan menuju paradigma baru yang memberi penekanan pada kepuasan pelanggan, inovasi, dan mutu peningkatan pelayanan secara berkesinambungan. Definisi Total Quality Mangement (TQM) sebagaimana diungkapkan oleh beberapa ahli sebagai berikut; Ishikawa dalam Fandy Tjiptono, mendefinisikan TQM sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan. 3 Santoso juga menyatakan bahwa TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.4 Menurut Edward Sallis Total Quality Management (TQM) atau MMT adalah suatu filosofi perbaikan tanpa henti hingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan melibatkan segenap komponen dalam organisasi tersebut. 5 TQM didefinisikan sebagai suatu metodologi untuk membantu mengelola perubahan, dan esensi TQM adalah perubahan budaya dari pelakunya dalam upaya melakukan peningkatan mutu secara terus menerus. Lebih lanjut Slamet menegaskan bahwa TQM adalah suatu 3 Lihat, Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management.(Yogyakarta: Andi Ofset, cet. 10 2003),h. 39. 4 5 Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management, h. 40. Lihat Edward Sallis, Total Quality Management In Education: yang diterjemahkan oleh Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, Manajemen Mutu Pendidikan (Cet. V: Yogyakarta: IRCiSoD.2006) h.74-76. 45 prosedur di mana setiap orang berusaha keras secara terus menerus memperbaiki sistem menuju kesuksesan.6 TQM bukanlah seperangkat peraturan dan ketentuan yang kaku, tetapi merupakan proses dan prosedur untuk memperbaiki kinerja. TQM juga menuntut adanya perubahan sifat hubungan antara yang mengelola (pimpinan) dan yang melaksanakan pekerjaan (staf atau karyawan). Perintah dari atasan diubah menjadi inisiatif dari bawah, dan tugas pimpinan bukanlah memberi perintah tetapi mendorong dan memfasilitasi perbaikan mutu pekerjaan. Goestsch dan Davis mendefinisikan TQM sebagai suatu pendekatan dalam menjalankan suatu usaha yang berusaha memaksimumkan daya saing melalui penyempurnaan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan organisasi.7 Sementara Philip Kloter mendefinisikan TQM sebagai integrasi dari semua fungsi dan proses dalam organisasi untuk memperoleh dan mencapai perbaikan serta peningkatan kualitas barang sebagai produk dan layanan yang berkesinambungan. Tujuan utamanya adalah kepuasan konsumen atau pelanggan (costumer).8 Veithzal Rivai dan Silviana Murni mengemukakan bahwa Manajemen Mutu Terpadu (TQM) adalah himpunan prinsip-prinsip, alat-alat, dan prosedurprosedur yang memberikan tuntunan dalam praktek penyelenggaraan organisasi dengan melibatkan seluruh anggota organisasi dalam mengendalikan dan secara 6 Lihat Slamet dan Field Joseph, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi dan Aplikasi, Terjemahan oleh Syafaruddin (Cet. I; Jakarta: PT Grasindo, 2000), 176. 7 Lihat Goestsch dan Davis, Total Quality Management Three Steps To Continous Improvement (Cet. I; California.New York.Addison: Wesley Publishing Company, TTP), h. 21. 8 Lihat Philip Kotler, Marketing Management. Alih bahasa, Agus Hasan. Manajemen Pemasaran, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol (Cet. I; Jakarta.: PT. Prenhallindo), h.21. 46 kontinu meningkatkan kualitas/mutu usaha sesuai harapan pelanggan atau pengguna (customer).9 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diketahui bahwa dalam TQM terkandung upaya mengendalikan proses pendidikan yang berlangsung di sekolah/madrasah baik kurikuler maupun administrasi, melibatkan proses diagnosis, peningkatan mutu harus didasarkan atas data dan fakta baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, peningkatan mutu harus terus menerus dan berkesinambungan, peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di dalam pendidikan, dan peningkatan mutu memiliki obsesi yang menyatakan bahwa madrasah dapat memberikan kepuasan pada peserta didik, orang tua, dan masyarakat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa TQM peningkatan mutu pendidikan dengan merupakan upaya memaksimumkan daya saing melalui penyempurnaan terus menerus atas kualitas proses dan produk pendidikan sesuai harapan pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. Dapat dipastikan bahwa sekolah/madrasah yang menggunakan manajemen dengan pendekatan TQM akan lebih maju bila dibandingkan dengan yang lainnya. 2. Metode Penerapan TQM Metode penerapan Total Quality Management ( TQM), difokuskan kepada tiga pakar mutu yang merupakan pionir dalam pengembangan TQM, mereka adalah W.Edwards Deming, Joseph M.Juran dan Philip B.Crosby.10 Ke tiga tokoh TQM ini 9 Lihat Veithzal Rivai dan Syilviana Murni, Education Management, Analisa dan Teori (Jakarta: Rajadrafindo, 2010), h. 479 10 Lihat, M>N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu: Total Qulity Management (Cet. II; Bogor: Galia Indonesia, 2010), h. 31. 47 masing-masing merumuskan metode penerapan TQM pada setiap perusahaan atau institusi/lembaga untuk mencapai kualitas yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan. Pendapat para pakar yang dimaksud adalah sebagai berikut; a. Siklus Deming ( Deming Cycle). Metode ini dikembangkan oleh Deming untuk menghubungkan antara operasi dengan kebutuhan pelanggan dalam perusahaan secara terpadu dan berkesinambungan, yang terdiri atas empat komponen utama, yang dikenal siklus PDCA sebagai berikut; 1) Mengembangkan rencana perbaikan ( plan ), hal ini merupakan langkah awal setelah dilakukan pengujian ide perbaikan masalah. Rencana perbaikan disusun berdasarkan prinsip 5-w (what, why, who, when, dan where) dan 1 h (how), yang dibuat secara jelas dan terinci serta menetapkan sasaran dan target yang harus dicapai. 2) Melaksanakan rencana (do). Rencana yang telah disusun diimplementasikan secara bertahap, mulai dari skala kecil dan pembagian tugas secara merata sesuai dengan kapasitas dan kemampuan dari setiap personil, dan selama dalam melaksanakan rencana harus dilakukan pengendalian. 3) Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai (check atau study). Memeriksa atau meneliti merujuk pada penetapan apakah pelaksanaannya berada dalam jalur, sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan perbaikan yang direncanakan. 4) Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan (action). Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang didasarkan hasil analisis di atas. Penyesuaian berkaitan dengan standardisasi prosedur baru guna menghindari timbulnya kembali masalah yang sama atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan berikutnya.11 Siklus PDCA tersebut berputar secara berkesinambungan. Segera setelah suatu perbaikan dicapai, keadaan perbaikan tersebut dapat memberikan inspirasi untuk perbaikan selanjutnya. Oleh karenanya, manajemen harus secara menerus merumuskan sasaran dan target-target perbaikan baru. 11 MN. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu: Total Qulity Management, h. 32-33 terus- 48 b. Metode Joseph M. Juran. Menurut Juran, terdapat beberapa langkah untuk memperbaiki kualitas, meliputi sebagai berikut. 1) Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk melakukan perbaikan dan menetapkan tujuan perbaikan. 2) Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3) Menyediakan pelatihan. 4) Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah. 5) Memberikan penghargaan. 6) Mengkomunikasi hasil-hasil yang dicapai dan mempertahankannya serta melaporkan perkembangannya. 7) Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sistem regular perusahaan.12 Selain langkah-langkah tersebut, Juran memberikan penekanan terhadap perbaikan kualitas dengan tiga fungsi manajerial yang disebut “Juran Trilogy” sebagai berikut; 1) Perencanaan kualitas meliputi pengembangan produk, sistem, dan proses yang dibutuhkan untuk memenuhi atau melampaui harapan pelanggan. Langkah- langkah yang dibutuhkan untuk itu adalah sebagai berikut; a) Menentukan siapa yang menjadi pelanggan, b) Mengidentifikasi kebutuhan para pelanggan, c) Mengembangkan produk dengan keistimewaan yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, d) Mengembangkan sistem dan proses yang memungkinkan organisasi untuk menghasilkan keistimewaan tersebut, e) Menyebarkan rencana kepada level operasional. 2) Pengendalian kualitas; Pengendalian kualitas meliputi langkah-langkah sebagai berikut; a) Menilai kinerja kualitas aktual, b) Membandingkan kinerja dengan tujuan, c) Bertindak berdasarkan perbedaan antara kinerja dan tujuan, 3) Perbaikan kualitas. Perbaikan kualitas harus dilakukan secara terusmenerus.13 c. Metode Philip B. Crosby 12 MN. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu: Total Qulity Management, h. 35 13 MN. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu: Total Qulity Management, h. 36 49 Empat belas langkah untuk perbaikan kualitas menurut Crosby adalah sebagai berikut; 1) Komitmen manajemen, yaitu menjelaskan bahwa manajemen bertekad meningkatkan kualitas untuk jangka panjang. 2) Membentuk tim kualitas antar departemen. 3) Mengidentifikasi sumber terjadinya masalah yang potensial. 4) Menilai biaya kualitas dan menjelaskan bagaimana biaya itu digunakan sebagai alat manajemen. 5) Meningkatkan kesadaran akan kualitas dan komitmen pribadi pada semua karyawan. 6) Melakukan tindakan dengan segera untuk memperbaiki masalah-masalah yang telah diidentifikasi. 7) Mengadakan program zero defects 14( produksi tanpa cacat). 8) Melatih para penyelia untuk bertanggung jawab dalam program kualitas tersebut. 9) Mengadakan zero defects day untuk meyakinkan seluruh karyawan agar sadar akan adanya arah baru. 10) Mendorong individu dan tim untuk membentuk tujuan perbaikan pribadi dan tim. 11) Mendorong para karyawan untuk mengungkapkan kepada manajemen apa hambatan-hambatan yang mereka hadapi dalam upaya mencapai tujuan kualitas. 12) Mengakui/menerima para karyawan yang berpartisipasi. 13) Membentuk dewan kualitas untuk mengembangkan komunikasi secara terusmenerus. 14) Mengulangi setiap tahap tersebut untuk menjelaskan bahwa perbaikan kualitas adalah proses yang tidak pernah berakhir. 15 Dari keseluruhan pandangan dan pemikiran ke tiga pakar TQM tersebut, apabila metode-metode tersebut akan diadopsi ke dalam dunia pendidikan, sudah tentu tidak semuanya dapat dilaksanakan, namun ada sejumlah metode yang memungkinkan dapat diterapkan dalam membina 14 kualitas, antara lain sebagai Istilah tersebut juga dikembangkan oleh Clude I. Taylor, menyatakan bahwa total quality tidak mengenal batas, dan untuk mencapai kualitas yang tinggi setiap pengelola harus mendemontrasikan komitmen yang kuat pada pencapaian kualitas. Lihat Ken Shelton, In Search Of Quality ( Jakarta: Gramedia PustakaUtama, 1997 ) h.94-95. 15 MN. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu: Total Qulity Management, h. 40 50 berikut. 1) Pengendalian dan pengawasan kualitas untuk menilai kinerja kualitas dalam pendidikan. 2) Keterlibatan dan kepemimpinan manajemen puncak( kepala sekolah/madrasah) sangat penting untuk menciptakan kualitas. 3) Program komitmen dan budaya kualitas membutuhkan keterlibatan semua pihak dalam organisasi, dan dibutuhkan pula pendidikan dan pelatihan. 4) Kualitas merupakan faktor primer, dan perbaikan kualitas harus dilakukan secara ongoing (berkelanjutan) atau terus-menerus. Hal ini didukung oleh pandangan Sudarwan Danim, bahwa mengelola pendidikan yang berkualitas setidaknya ada dua cara yang dilakukan, yaitu; Pertama, melakukan studi atau penelitian untuk melahirkan temuan-temuan dan teori-teori baru bagi praktik kependidikan yang produktif. Kedua, melakukan transfer atau mengadopsi pengalaman dari dunia lain, seperti mentransfer filosofi dan konsep manajemen mutu terpadu (MMT) atau Total Quality Mannagement (TQM) ke dalam praktik kependidikan.16 Pandangan ini sangat beralasan, karena filosofi TQM sudah teruji di dunia usaha/industri yang mampu meningkatkan pruduksi dan daya saing yang tinggi. Metode perbaikan kualitas pada institusi pendidikan akan lebih efektif, jika metode tersebut dielaborasi dengan metode yang dikembangkan oleh Edward Deming yang dikenal dengan siklus Deming (Deming cycle), sebagaimana yang dikemukakan di atas, karena metode ini searah dengan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan/pengarahan dan pengawasan/evaluasi) yang pada umumnya dijadikan sebagai acuan dalam mengelola lembaga pendidikan. 16 Lihat Sudarwan Danim, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan ( Cet. II. Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2006), h. 215. 51 3. Prinsip-Prinsip TQM Dalam Pendidikan. Penerapan TQM dalam pendidikan dapat dilakukan berdasarkan beberapa elemen, seperti sebuah langkah awal bisa dimulai dengan kerja sama antara kepala sekolah/madrasah dan guru dalam menetapkan visi dan misi serta tujuan pendidikan untuk dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun rencana strategis pendidikan dalam jangka waktu tertentu, yaitu program jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Visi dan misi ini, semua warga sekolah/madrasah harus mengetahuinya agar dalam melaksanakan tugas-tugas mereka tidak bertentangan dengan vis dan misi tersebut. Goetsch dan Davis dalam Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana juga mengemukakan 10 (sepuluh) prinsip utama Total Quality Management, sebagai berikut: a. Fokus pada pelanggan internal dan pelanggan eksternal sebagai penentu terhadap kualitas poduk atau jasa, sehingga dikatakan keduanya adalah “driver”. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa, sedang pelanggan internal berperan dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa. b. Obsesi terhadap kualitas. Organisasi yang menerapkan TQM harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan pelanggan internal dan eksternal. c. Pendekatan ilmiah. Pendekatan ini sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. 52 Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan. d. Komitmen jangka panjang. TQM merupakan paradigma baru dalam melaksanakan bisnis dalam perusahaan, yang diadopsi dalam dunia pendidikan. Untuk itu dibutuhkan budaya organisasi pendidikan yang baru. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses. e. Manajemen dan Kerja sama tim (Team work). Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya. f. Perbaikan sistem secara berkesinambungan. Setiap poduk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang sudah ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat meningkat. g. Pendidikan dan pelatihan. Organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar, yang tidak ada akhirnya (sepanjang hayat) dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam lembaga pendidikan, terutama guru dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya. h. Kebebasan yang terkendali. Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat 53 meningkatkan "rasa memiliki" dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik. i. Kesatuan tujuan. Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka institusi /lembaga harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Namun hal ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja. j. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh berarti. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam institusi pendidikan dimaksudkan adalah semua warga sekolah/madrasah baik secara struktural maupun secara fungsional harus mengambil bagian dalam setiap pelaksanaan program sekolah/madrasah, sehingga menjadi sebuah tim yang memiliki dedikasi dan komitmen yang kuat untuk meraih sebuah tujuan tunggal yaitu memuaskan pelanggan. 17 Sehubungan dengan prinsip-prinsip TQM, Baharuddin dan Umiarso menyederhanakan pada lima prinsip utama TQM dalam menciptakan kualitas pendidikian sebagai berikut: Pertama, Kepuasan pelanggan. Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas itu 17 Lihat Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management. h.15-18. 54 ditentukan oleh pelanggan (internal maupun eksternal). Kepuasan pelanggan harus dipenuhi dalam segala aspek. Oleh karena itu, segala aktivitas institusi/ lembaga harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas yang dihasilkan suatu institusi sama dengan nilai (value) yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para pelanggan. Semakin tinggi nilai yang diberikan, semakin besar pula kepuasan pelanggan. Kedua, Respek terhadap setiap orang. Guru dan karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreaktivitas tersendiri yang unik, bahkan mereka dipandang sebagai sumber daya organisasi yang paling bernilai, oleh karena itu, mereka harus diperlakukan secara baik dan diberi kesempatan untuk mengembangkan diri, berpartisipasi dalam tim pengambilan keputusan. Ketiga, manajemen berdasarkan fakta. Artinya bahwa setiap keputusan organisasi harus didasarkan pada data, bukan pada perasaan (feeling). Dua konsep pokok berkaitan dengan fakta; 1) prioritisasi (prioritization), yaitu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada, maka manajemen dan tim dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang vital. 2) variasi (variation), atau variabilitas kinerja manusia. Data dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi, sehingga manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan. Keempat, perbaikan berkesinambungan, merupakan hal yang penting bagi setiap lembaga. Kelima, penggunaan konsep siklus PDCA (plan, do, check, act)18 yang dikembangkan oleh Deming, yaitu mulai dari langkah-langkah 18 Lihat Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, Antara Teori dan Praktik, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2012), h. 275-278. 55 perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh. Penerapan prinsip Total Quality Management (TQM ) dalam pendidikan membutuhkan kerja keras dan penggunaan waktu yang efektif. Ke dua hal ini sangat penting yang harus dipelihara dan dipertahankan. 19 TQM juga membutuhkan mental kuat yang mampu menghadapi tantangan dan perubahan dalam pendidikan. Banyak lembaga pendidikan yang tersendat-sendat disebabkan sikap dan perilaku manajer/kepala madrasah yang kurang serius atau setengah hati terhadap mutu lembaganya. Hal ini menjadi kendala yang sangat menghawatirkan, sehingga sangat kecil kemungkinan organisasi itu berkembang atau memperoleh hasil yang berkualitas. Manajemen harus mempercayai stafnya untuk bersama-sama mengusung visi dan misi mereka kedepan, bahkan pemimpin/kapala madrasah harus mengkomunikasikan visi dan misi itu kepada seluruh stakeholders, baik internal maupun eksternal sekolah/madrasah.20 Masalah utama yang sering dialami oleh banyak institusi adalah peran yang dimainkan oleh kepala sekolah belum maksimal. Padahal ia memiliki peran penting karena mereka adalah penentu kebijakan sementara staf adalah petugas operasional atau pengelola harian institusi sebagai pendukung pelaksanaan kebijakan pimpinan. Dari keseluruhan prinsip-prinsip TQM yang lazim digunakan pada dunia perusahaan atau industri sebagaimana dikemukakan di atas, dapat diadopsi atau diadaptasi dalam institusi pendidikan kepada sepuluh prinsip, yaitu; 1) fokus pada 19 Lihat Nanang Fatah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah (Cet. I; Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005), h. 31. 20 Lihat Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. (Edisi 3. Jakarta: Bumi Aksara, 2010). h.379. 56 pelanggan (kostumer), 2) obsesi terhadap kualitas, 3) komitmen jangka panjang, 4) kepemimpinan dan kerja sama tim 5) perbaikan berkesinambungan, 6) keterlibatan dan pemberdayaan, 7) kesatuan tujuan 8) pendidikan dan pelatihan, 9) pengukuran dan evaluasi/penilaian, 10) pengembilan keputusan perdasarkan fakta. 4. Tujuan Penerapan TQM dalam pendidikan. Penerapan Total Quality Management (TQM) bukanlah sebuah tugas yang hanya dikerjakan oleh pimpinan atau kepala sekolah/madrasah. Akan tetapi TQM menegaskan bahwa setiap orang yang berada di dalam lembaga atau organisasi harus terlibat dalam upaya melakukan peningkatan secara terus menerus, hal ini sesuai dengan makna “ kata total (terpadu)”, bahwa konsep manajemen ini berlaku bagi setiap orang, sebab setiap orang dalam sebuah institusi apapun status, posisi dan peranannya adalah leader bagi tanggung jawabnya masing-masing. TQM juga memerlukan perubahan kultur, TQM membutuhkan perubahan sikap dan metode. Guru dan pegawai dalam sekolah/madrasah harus memahami dan melakasanakan pesan moral TQM agar bisa membawa dampak terhadap kinerja mereka. Ada dua hal penting yang diinginkan oleh guru dan pegawai untuk dapat menghasilkan mutu. Pertama, mereka membutuhkan sebuah lingkungan yang cocok untuk bekerja dan mereka membutuhkan alat-alat keterampilan dan harus bekerja dengan sistem dan prosedur yang sederhana dan membantu pekerjaan mereka. Kedua, guru membutuhkan penghargaan ketika meraih kesuksesan dan prestasi. Guru membutuhkan pemimpin yang dapat menghargai prestasi mereka dan membimbing mereka untuk meraih sukses yang lebih besar.21 21 Lihat Umairso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan, Menjual mutu pendidikan dengan pendekatan Quality Control bagi Pelaku Lembaga Pendidikan (Cet. II; Yogjakarta; IRCiSoD, 2011 ), h. 137. 57 Tujuan utama penerapan TQM adalah untuk membina/memperbaiki mutu secara berkesinambungan agar kebutuhan dan keinginan pelanggan dapat terpenuhi. Institusi dalam hal ini madrasah juga harus mampu menjaga dan menjalin hubungan baik dengan pelanggannya. Mutu atau kualitas adalah sesuatu yang diinginkan pelanggan dan bukan apa yang terbaik bagi mereka menurut institusi. Aspek fokus pada pelanggan, TQM tidak hanya melibatkan perlunya pemenuhan kebutuhan pelanggan eksternal saja.22 Orang-orang yang terlibat dalam institusi juga termasuk pelanggan, yang memerlukan pelayanan internal agar mereka mampu mengerjakan tugas secara efektif. Hubungan antar pelanggan internal sangatlah penting agar sebuah institusi berfungsi secara efektif dan efisien. Pendidikan dalam pandangan TQM adalah berfokus pada pembelajaran, setiap institusi pendidikan di tuntut untuk mengerjakan sebaik- mungkin, dan yang paling penting adalah berfokus pada aktifitas pembelajaran. Semua peserta didik berbeda satu sama lain dan mereka belajar dengan memilih model yang cocok dengan kebutuhan dan kecenderungan mereka masing-masing. Institusi pendidikan yang menggunakan prosedur mutu terpadu harus menangkap secara serius tentang kebutuhan pembelajaran yang diinginkan oleh peserta didik. Pada hakekatnya peserta didik adalah pelanggan utama, dan jika model pembelajaran tidak memenuhi kebutuhan masing-masing individu, maka itu berarti institusi tersebut tidak dapat mengklaim dirinya telah mencapai mutu terpadu,23karena salah satu syarat untuk memberi kepuasan kepada pelanggan 22 Lihat Umairso dan Imam Gojali Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan , h. 138. 23 Lihat Piet A Sahertian, Profil Pendidikan Profisional (Cet. II; Yogyakarta: Andi Offset, 1999), h. 15. 58 adalah ketika kebutuhan dapat terpenuhi.\ Institusi pendidikan harus memahami bahwa siswa menyukai pada kombinasi atau variasi metode belajar dan institusi harus fleksibel dalam memberikan pilihan tersebut. Miller mengemukakan bahwa institusi pendidikan harus memberikan beberapa model pengajaran dan pembelajaran terhadap para siswa sehingga mereka memiliki kesempatan untuk meraih sukses secara maksimal.24 Penerapan dan penilaian mutu dalam bidang jasa sangatlah susah, karena yang di nilai adalah segi kuantitaf dan segi kualitatif. Segi kuantitatif misalnya gedung sekolah atau laboratorium yang berhasil di bangun. dan segi kualitatif misalnya adalah manfaat dan kemampuan memanfaatkannya. Menurut Hadari Nawari ukuran produktivitas organisasi bidang pendidikan dapat dibedakan sebagai berikut : a. Productivitas Internal, berupa hasil yang dapat diukur secara kuantitatif, seperti jumlah atau prosentase lulusan sekolah/madrasah, atau jumlah gedung dan lokal yang dibangun sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. b. Productivitas Eksternal, berupa hasil yang tidak dapat diukur secara kuantitatif, karena bersifat kualitatif yang hanya dapat diketahui setelah melewati tenggang waktu tertentu yang cukup lama. 25 Veithrizal Rivai dalam Syilviana Murni Mengidentifikasi tujuan utama menerapkan TQM di sekolah/madrasah agar mampu menjadi organisasi percontohan dan harus mengukur hal-hal yang dapat berfungsi dengan baik dan yang tidak berfungsi dengan baik dalam pendidikan, sehingga akan mendapatkan suatu sistem pendidikan yang berfungsi dengan baik, sebagai berikut; a. Para pendidik harus bertanggung jawab terhadap tugasnya, karena para pendidik merupakan faktor utama bagi peningkatan sekolah/ madrasah. Kepala Sekolah hendaknya memperhatikan dan mempelajari saran-saran 24 Lihat Miller, Improving Quality in Further Education (Cet. I; USA: Allyn and Bacon, 2001), h. 152. 25 Hadari Nawawi, Sistem Informasi Manajemen (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 17 59 dari pendidik. Pendidik yang baik adalah pendidik yang mempunyai komitmen terhadap pemecahan masalah. b. Pendidikan membutuhkan proses pemecahan masalah yang peka dan fokus pada identifikasi dan penyelesaian penyebab utama yang menimbulkan masalah tersebut. c. Organisasi sekolah harus menjadi model organisasi belajar pada semua organisasi sekolah tingkat dasar, menengah dan atas. Para guru dan petugas administrasi sama-sama harus profesional di bidangnya. d. Sangat mungkin bahwa melalui integrasi dan penerapan TQM di sekolah, orang-orang dapat menemukan sistem pendidikan yang lebih baik. TQM yang diterapkan dengan benar akan menjamin bahwa para pemimpin dapat mengontrol usaha mereka dan memilih pemecahan masalah yang masuk akal dan dapat dipertanggungjawabkan.26 Sejalan dengan pendapat tersebut, Dadang Suhardan mengemukakan bahwa tujuan penerapan TQM ke dalam dunia pendidikan merupakan sebuah inovasi, sebab konsep kualitas produk industri berbeda dengan konsep kualitas dalam pendidikan. Pada industri, barang diproses dengan mesin, hasilnya harus sama sesuai standar. Pendidikan inputnya manusia, yang berbeda-beda karakter dan kepribadiannya, yang harus diperhatikan secara individual, sehingga hasil belajar juga akan berbeda, sebab proses pendidikan tidak linier seperti dalam proses industri melainkan sirkuler. 27 Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa tujuan penerapan TQM dalam pendidikan untuk meningkatkan kenerja pendidikan secara terus menerus dengan memberdayakan semua komponen pendidikan dan mengedepankan kualitas proses pembelajaran, sehingga dapat memperoleh keluaran (output dan outcome) yang memberikan kepuasan total kepada semua pihak yang terkait dengan lembaga pendidikan. 26 27 Veithzival Rivai dan Silviansa Murni, Education Management, Analisa dan Teori, h. 483. Lihat Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. h. 114-115 60 B. Penegrtian dan Fungsi Manajemen 1. Pengertian Manajemen. Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris dan merupakan kata kerja to manage yang berarti to direct, to control, to carry on, to cope with, to direct affairs, to seccred. Jadi manajemen berarti the act of managing, administration, body of directors controlling, bussiness.28 Maksudnya bahwa manajemen sebagai kata mengandung arti kepemimpinan, pengontrolan atau sesuatu yang bertalian dengan masalah pengontrolan administrasi dalam dunia bisnis. Dengan demikian, kata manajemen apabila dilihat dari asal katanya dapat berarti; memimpin, memberi petunjuk, menyelamatkan atau tindakan memimpin, dan kata manajemen tersebut pada mulanya dikenal dalam dunia usaha bisnis. Banyak definisi yang dikemukakan para sarjana tentang manajemen, misalnya G.R.Terry dalam merumuskan proses pelaksanaan manajemen mengemukakan ada empat hal penting yakni perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. 29 Selanjutnya Robert Kreitener memberikan rumusan manajemen yang menyatakan bahwa: Management is the process of working and trough others to achieve organizational objektives in a changing environment central to this process is the effective and efficient use of limited resources.30 Artinya : Manajemen adalah proses bekerja dengan dan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah. Proses ini 28 Lihat John Gage Allee, Websters Dictionary (Chicago, Wilcox & Folt Book Company, 2000), h. 228. 29 George R. Terry, Principle of Management (Georgetown: Richard D. Irwing Inc. t.th), h. 4. 30 Robert Kreitner, Management (Boston: Houghton Mifflin Company, 2000), h. 9. 61 berpusat pada penggunaan secara efektif dan efesien terhadap sumber daya yang terbatas. G.R. Terry dan L.W. Rue merumuskan bahwa manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau mengarahkan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.31 Dengan demikian, dapat dipahami bahwa manajemen merupakan suatu proses yang berjalan terus pada suatu arah perbaikan dengan melibatkan orang lain untuk pencapaian tujuan. Oleh karena itu, sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia perlu diperhatikan pemanfaatannya secara optimal dalam mencapai suatu tujuan. Dilihat dari batasan manajemen di atas, maka ruang lingkup manajemen sangat kompleks, apalagi jika dikaitkan dengan konsep manajemen dalam perspektif Islam yang diartikan sebagai pengaturan, sesuai firman Allah swt. QS Al Sajdah/53: 5. ( ٥ . )اﻟﺴﺠﺪﻩ. Terjemahnya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, Kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.32 Ayat tersebut menerangkan bahwa Allah Swt adalah pengatur dan pengelola alam ini dan menjadi bukti kebesaranNya, sehingga alam ini berjalan sesuai sunnatullah. Manusia diberi tugas dan tanggung jawab oleh Allah sebagai khalifah di 31 George. R. Terry, Principle of Managemen, h. 2. Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syaria’ah Al-Qur’and dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Tehazed, 2010) h. 586 32 62 bumi ini untuk mengatur dan mengelola dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini beserta isinya. Dengan demikian manajemen merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari segala proses dan aktifitas kehidupan manusia, terutama dalam menata dan mengelola kehidupan ke arah yang lebih baik dan berkualitas. Manajemen diartikan sebagai aktivitas yang memadukan sumber daya manusia agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan kekhalifahan. Hal ini sejalan dengan rumusan manajemen yang terdapat dalam Encydopedia of the Sosial Sciences yang dikutip Panglaykim dan Hazil Tanzil bahwa managemen the process, by which the execution of a given purpose is put into operation and supervisid.33 Maksudnya, manajemen adalah sebuah proses pelaksanaan kegiatan dengan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Yati Siti Muliyati menambahkan dengan mengutip beberapa pendapat dibawah ini, sebagai berikut; a. Stoner; manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. b. Sudjana; manajemen merupakan rangkaian berbagai kegiatan wajar yang dilakukan seseorang berdasarkan norma-norma yang telah ditetapkan dan dalam pelaksanaannya memiliki hubungan dan saling keterkaitan dengan lainnya. Hal tersebut dilaksanakan oleh orang atau beberapa orang yang ada dalam organisasi dan diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan tersebut. c. American Society of mechanical Engineers: manajemen merupakan ilmu dan seni mengorganisasi dan memimpin usaha manusia, menerapkan pengawasan dan pengendalian tenaga serta memanfaatkan bahan alam bagi kebutuhan manusia. 34 33 Panglaykim dan Hazil Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar (Cet. XV ; Jakarta : Ghalia Indonesila, 2001), h. 26. 34 Yati Siti Mulyati ( Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia(UPI), Manajemen Pendidikan ( Cet. IV. Bandung: Alfabeta, 2011). h. 86. 63 Batasan pengertian diatas, menunjukkan adanya perbedaan pandangan para ahli dalam memberikan definisi manajemen, karena itu tidak mudah memberi arti secara universal yang dapat diterima semua orang. Namun demikian dari pandangan mereka kebanyakan menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses tertentu yang menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dengan mendayagunakan kemampuan atau keahlian orang lain.35 Dari pernyataan ini terdapat tiga fokus untuk mengartikan manajemen yaitu, manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang melahirkan kemampuan manajerial, manajemen sebagai proses dengan menentukan langkah yang sistematis dan terpadu, dan manajemen sebagai seni yang tercermin dari perbedaan gaya (style) seseorang dalam memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan. Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa definisi di atas, bahwa manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang untuk melakukan atau menjabarkan fungsi-fungsi manajemen dalam keseluruhan aktifitas, baik secara perorangan maupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif dan efisien, yang dilandasi norma-norma atau kaedah-kaedah yang telah ditetapkan. Jika pengertian tersebut dikaitkan dengan pendidikan, maka secara sederhana manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai proses manajemen dalam pelaksanaan tugas pendidikan dengan mendayagunakan segala sumberdaya secara optimal untuk mencapai tujuan secara produktif, efektif dan efisien. Manajemen pendidikan Islam dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, 35 Lihat Yati Siti Mulyati, Manajemen Pendidikan, h. 89. 64 pengarahan dan pengendalian sumber daya pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efesien.36 Pada hakekatnya manajemen pendidikan Islam tidak terlepas pada pengelolaan pendidikan untuk mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki secara terintegrasi dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan oleh sekolah/madrasah. Pengelolaan dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah dengan kewenangannya sebagai pimpinan melalui komando-komando atau keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dengan mengarahkan sumberdaya untuk mencapai tujuan. Kepala sekolah/madrasah mengaturnya melalui proses dari urutan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian). Pernyataan bahwa manajemen merupakan alat untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan harus benar-benar dipahami oleh para kepala sekolah. Sepak terjang kepala sekolah/madrasah dalam mengelola sumberdaya di dalam sekolah akan sangat tergantung pada kompetensi (skill ) kepala sekolah itu sendiri. 2. Fungsi-Fungsi Manajemen. Fungsi manajemen yang terkait dengan pendidikan merupakan karakteristik dari lembaga pendidikan yang muncul dari kebutuhan untuk memberikan arah pada perkembangan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam operasional sekolah. Pada hakekatnya hubungannya, fungsi-fungsi manajemen dalam konteks TQM sangat erat bahkan bisa saling menguatkan. Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam organisasi sekolah/madrasah akan lebih bermakna jika didukung 36 Lihat Muhaimin, dkk, Manajemen Pendidikan, Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah (Cei. I. Jakarta: Kencana, 2010), h. 5. 65 oleh prinsip-prinsip TQM, sebagaimana digambarkan di atas. Berangkat dari asumsi ini, maka kajian implementasi TQM dalam disertasi ini dilakukan melalui pendekatan fungsi-fungsi manajemen. Terdapat perbedaan para ahli mengenai rincian dan macam-macam fungsi management, hal itu disebabkan karena perbedaan faktor yang mempengaruhinya, namun perbedaan tersebut tidak mengurangi arti yang mendasar dari fungsi dan tingkatan manajemen. Tentu dapat dipahami bahwa fungsi management dalam menjalankan roda organisasi baik sosial, pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan maupun kelompok lainnya, pada dasarnya tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Taylor, bahwa fungsi manajemen terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, kegiatan pengarahan dan dilengkapi dengan unsur pengawasan yang memadai. Semua ini merupakan faktor utama dan mendasar demi kelangsungan suatu organisasi yang baik.37 Pendapat selain Taylor, beberapa diantaranya menambahkan fungsi lain, namun merupakan pelengkap, seperti halnya staffing, coordinating, budgeting, dan lain-lain. Di bawah ini akan diuraikan secara singkat fungsi-fungsi manajemen pada sekolah, sebagai berikut; a. Fungsi Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah langkah awal yang harus diperhatikan oleh para pengelola pendidikan. Perencanaan merupakan starting point dari aktivitas menejerial dan sebagai suatu arah tindakan yang sudah ditentukan terlebih dahulu. 38 Perencanaan memegang peranan penting dalam proses manajemen, sebab dari perencanaan ini akan diungkapkan tujuan-tujuan organisasi dan kegiatan-kegiatan 37 lihat Saiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan ( Cet. V, Bndung: Al Fabeta, 2011), h.56. 38 Lihat Saiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Ibid, h. 35, 66 yang diperlukan guna mencapai tujuan, dan dari perencanaan ini pula seperangkat keputusan bisa diambil dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/ madrasah. Tanpa perencanaan yang baik, lembaga pendidikan tidak akan maju dan berkualitas, dan kegiatan itu tidak akan memperoleh hasil maksimal. Berkaitan dengan pcrencanaan ini, Allah memberikan arahan bahwa setiap orang yang beriman dan bertakwa hendaknya memperhatikan atau membuat perencanaan untuk hari esok. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah swt dalam QS Al-Hasyr/59:18: (١٨ . ) اﳊﺸﺮ أﻳﺔ Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.39 Ayat tersebut menegaskan bahwa untuk mencapai hari esok yang lebih baik, hendaknya seseorang membuat perencanaan terlebih dahulu tentang apa saja yang akan dihasilkan dari setiap aktivitasnya, baik secara perorangan maupun secara berkelompok (organisasi) termasuk dalam lembaga pendidikan. Menyusun perencanaan program pendidikan sekolah/madrasah menjadi kewajiban bagi kepala sekolah/madrasah, guru, dan staf yang berorientasi pada visi dan misi sekolah/madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikannya. Perencanaan yang dibuat harus berkaitan dengan (a) penentuan tujuan dan maksud-maksud organisasi, 39 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan tafsirnya edisi yang disempurnakan (Cet. III, Jilid.10, Jakarta, Lembaga Percetakan Departemen Agama RI, 2009) h. 73. 67 (b) prakiraan-prakiraan lingkungan dimana tujuan hendak dicapai, dan (c) Penetapan pendekatan dalam kerangka tujuan dan maksud organisasi yang hendak dicapai. 40 Selain ketiga hal tersebut, dalam perencanaan ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan, yaitu (a) menilai situasi dan kondisi saat ini, (b) merumuskan dan menetapkan situasi dan kondisi yang diinginkan (yang akan datang), dan (c) menentukan apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai keadaan yang diinginkan. b. Fungsi Pengorganisasian (Orginizing). Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang dapat diartikan sebagai proses penentuan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan tugastugas dan membagi-bagikan pekerjaan kepada setiap personalia. Pengorganisasian dalam lembaga pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/madrasah. Proses pengorganisasian ini akan menentukan sebuah teamwork yang baik. Hal ini disebabkan pengorganisasian pada hakikatnya bertujuan untuk penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan, penentuan proses perancangan dan pengembangan suatu organisasi, penentuan penugasan tanggung jawab dan penentuan pendelegasian wewenang yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugasnya.41 Oleh karena itu perencanaan yang baik harus pula didukung dengan pengorganisasian agar terlihat dengan jelas tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh setiap warga sekolah. untuk mengatur pengorganisasian yang baik, maka seorang manajer harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut; 40 Lihat Prim Masrokan Mukhtar, Manajemen Mutu Sekolah, Strategi Peningkatan Mutu dan dan Saing Lembaga pendidikan Islam (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 44 41 Lihat Prim Masrokan Mukhtar, Manajemen Mutu Sekolah, h, 45 68 a. Manajer harus mengetahui tujuan organisasi yang ingin dicapai, apakah profit motive atau service motive ( motivasi keuntungan ataukah motivasi pelayanan). b. Manajer harus mengetahui, merumuskan, dan menspesifikasikan kegiatankegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dan menyusun daftar kegiatankegiatan yang akan dilakukan. c. Manajer harus mengelompokkan kegiatan-kegiatan ke dalam beberapa kelompok atas dasar tujuan yang sama. d. Manajer harus menetapkan besarnya wewenang yang akan didelegasikan kepada setiap departemen atau bagian. e. Manajer harus menetapkan dengan jelas tugas-tugas setiap individu supaya tidak terjadi adanya tumpang tindih tugas-tugas yang dilaksanakan.42 Dari uraian di atas lebih memperjelas kedudukan pimpinan dalam menjalankan roda organisasi/lembaga pendidikan yang dipimpinnya, dan tampak pula bahwa fungsi perorganisasian merupakan wadah integrative yang terstruktur dalam menghidupkan kebersamaan untuk melaksanakan seluruh aktivitas pendidikan di sekolah/madrasah untuk mencapai tujuan pendidikan yang direncanakan. c. Fungsi Pelaksanaan (actuating). Fungsi pelaksanaan merupakan fungsi manajemen yang paling utama dari seluruh proses kegiatan manajemen. Jika fungsi-fungsi lain lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak dalam proses manajemen, maka fungsi pelaksanaan atau pengarahan justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi/lembaga pendidikan. Dalam konteks ini, Saiful Sagala mengemukakan bahwa pengarahan (directing) dilakukan agar kegiatan yang dilakukan bersama tetap melalui jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian. 43 Secara 42 Prim Masrokan Mukhtar, Manajemen Mutu Sekolah, h. 48 43 Lihat Saiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Ibid, h. 64, 69 operasional pelaksanaan atau pengarahan dapat dipahami sebagai pemberian petunjuk bagaimana tugas-tugas harus dilaksanakan. Pelaksanaan sering juga disebut pengarahan (directing) merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi dan sasaran anggota-anggota organisasi tersebut, karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut. Dari pengertian ini, terlihat bahwa pelaksanaan (actuating) atau pengarahan (directing) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan. Pelaksanaan dan pengarahan serta motivasi diberikan agar setiap guru dan karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas, dan tanggung jawabnya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam peraksanaan dan pengarahan adalah seorang staf dan guru akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika merasa yakin akan mampu mengerjakan pekerjaan itu dan dapat memberikan manfaat bagi dirinya, atau tidak terbebani dengan tugas lain yang lebih penting atau mendesak, serta merasa bahwa pekerjaan itu merupakan kepercayaan/amanah bagi yang bersangkutan. Membangkitkan semangat kerja dalam sistem manajemen pada lembaga pendidikan harus menjadi perhatian dari kepala sekolah/ madrasah. Sebab, semangat kerja bersifat naik dan turun setiap saat sesuai dengan iklim organisasi yang ada di sekolah/madrasah. Hal ini menjadi salah satu tugas yang harus dijalankan dalam kepemimpinan pendidikan, karena semangat kerja sangat berpengaruh terhadap hasil kinerja guru di lembaga pendidikan. Guru yang mempunyai semangat kerja yang tinggi mampu meningkatkan mutu pendidikan sebagai hasil kinerja guru dan kepala sekolah/madrasah. 70 d. Fungsi Pengawasan (controlling). Pengawasan (controlling) atau pengendalian dalam pendidikan merupakan bagian akhir dari proses manajemen pendidikan. Fungsi ini selain untuk mengevaluasi atau mengendalikan hasil-hasil yang telah dicapai mulai dari perencanaan, pengorganisasian pengawasan sampai kepada pelaksanaan, termasuk kegiatan itu sendiri. Sekolah/madrasah sebagai lembaga pendidikan formal menjadi dari rangkaian sistem pendidikan nasional, yang diatur dalam UUSPN No. 20/2003. Semua kigiatan sekolah/madrasah perlu diawasi untuk mengetahui apakah semua program pendidikan yang diamanahkan dalam UUSPN telah direalisasikan, apakah proses pembelajaran yang ditangani guru sudah sesuai dengan kurikulum yang berlaku, apakah semua tugas kepala sekolah/madrasah dan guru dilaksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab44, Sering kali terdengar rendahnya mutu pendidikan antara lain disebabkan karena lemahnya pelaksanaan pengawasan atau pengendalian sehingga sekolah/madrasah kurang diminati oleh masyarakat. 45 Dari hasil pengawasan dan pengendalian ini dapat dijadikan bahan untuk mengetahui apakah terjadi kesenjangan antara perencanaan dengan pelaksanaan program. Oleh karena itu pengawasan memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas kerja organisasi sekolah sehingga terdapat kesesuaian antara apa yang telah direncanakan dengan pelaksanaannya serta hasil yang diperoleh. Pengawasan dilakukan untuk mendeteksi apakah standar mutu pendidikan yang telah ditetapkan sudah tercapai atau belum. Jika dalam pengawasan ditemukan hal-hal masih kurang maka dilakukan tindakan perbaikan, demikian sebaliknya jika 44 Lihat Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, Layanan Dalam Menigkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah ( Bandung: Alfabeta, 2010), h. 83 45 Lihat Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, h. 503. 71 sudah tercapai mutu yang telah distandarkan, maka dilakukan standardisasi secara berkesinambungan dengan menentukan stadar baru dan pengembangan rencana mutu selanjutnya.46 Dengan demikian Pengawasan dalam pendidikan merupakan proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebagai tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan. Pengawasan juga merupakan usaha sistimatis untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya organisasi dipergunakan dengan cara paling efektif dalam pencapaian tujuantujuan organisasi.47 Pernayataan ini menunjukkan bahwa pengawasan dirancang dalam rangka untuk mengendalikan pelaksanaan kinerja organisasi agar sesuai dengan rencana yang dibuat sehingga bisa mencapai hasil yang maksimal, serta bisa dijadikan sebagai umpan balik dalam memperbaiki rencana dan kinerja berikutnya. Proses pengawasan paling sedikit terdiri dari lima tahap, yaitu: Tahap pertama adalah penetapan standar penilaian sebagai ukuran atau patokan dalam melaksanakan penilaian hasil kinerja. Tahap kedua, penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan di lembaga pendidikan. Tahap ketiga adalah pengukuran pelaksanaan kegiatan di lembaga pendidikan untuk mengetahui ada atau tidak adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan yang ada di 46 Lihat Deden Makbuloh, Manajemen Mutu Pendidikan Islam, Model pengembangan Teori dan Aplikasi Sistem Penjaminan Mutu (Cet. I: Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011) h. 79. 47 Lihat Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, h. 506. 72 lapangan. Tahap keempat adalah perbandingan dengan standar dan hasil analisis penyimpangan kinerja. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui kondisi antara pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan berdasarkan standar yang telah ditetapkan di sekolah/madrasah. Tahap kelima adalah pembuatan tindakan koreksi di lembaga pendidikan. tindakan koreksi ini dilakukan, jika hasil evaluasi atau analisis menunjukkan ketidaksesuaian dengan standar yang telah ditentukan.48 Disamping fungsi-fungsi yang telah disebutkan di atas, ada yang menambahkan fungsi manajemen sebagai berikut: Penetapkan sasaran, Pengorganisasian, pemotivasian, pengukuran (measurement), pembinaan dan mengarahkan anggota.49 Selain itu, kebanyakan para ahli juga melihat dari segi moral atau akhlak yang perlu ada pada diri seorang pimpinan, karena jika seorang pimpinan tidak memiliki moral dan perilaku keagamaan yang baik di dalam menjalankan tugas dan fungsinya , akan membuat malapetaka bagi kelangsungan suatu kelompok yang berakibat kegagalan dan kerugian. 50 Dalam management, pemimpin juga harus mempunyai beberapa kriteria secara teoritis, dan merupakan hal yang paling mendasar bagi kelangsungan suatu organisasi/lembaga untuk mengantarkan mencapai tujuan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa setiap institusi/organisasi tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur dan fungsi manajemen, walaupun dalam bentuk yang sekecil apapun organisasi itu, unsur di atas merupakan 48 Lihat Prim Masrokan Mukhtar, Manajemen Mutu Sekolah, h. 52-54. 49 Lihat Rohiat, Manajemen Sekolah, Teori Dasar dan Praktik (Cet. III, Bandung: Refika Aditama, 2010) h. 14-15. 50 Lihat Departemen Agama RI, Pengawasan dengan Pendekatan Agama untuk penyuluh Agama, Guru dan Widyaiswara (Jakarta: Inpektorat Jenderal, Proyek Penyebarluasan Pengertian dan Kesadaran Pengawasan Melalui Jalur Agama, Jakarta: 2004), h. 56. 73 hal penting yang harus dijalankan oleh manajer organisasi/lembaga yang bersangkutan. Dari uraian-uraian tersebut, lebih menguatkan hubungan antara fungsi-fungsi manajemen terhadap penerapan TQM pada lembaga pendidikan. Penerapan TQM dalam lembaga pendidikan melalui pendekatan fungsi manajemen menunjukkan sebuah paradigma baru dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu penerapan fungsi-fungsi manajemen merupakan faktor utama bagi setiap organisasi atau lembaga dalam memaksimalkan tujuan yang hendak dicapai. Terlebih dalam bidang pendidikan, penerapan fungsi manajemen merupakan komponen yang tidak bisa dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Tujuan pendidikan tidak akan terwujud secara optimal dan efektif, jika tidak ditopang oleh manajemen yang berkualitas, bahkan boleh jadi keberhasilan lembaga pendidikan akan semakin menurun, dan kualitas pendidikan akan semakin jauh dari harapan. C. Konsep Mutu dalam Pendidikan. 1. Pengertian mutu. Secara tradisional istilah mutu didefinisikan sebagai suatu ukuran penyesuaian produk atau jasa terhadap spesifikasi terbatas pada waktunya, atau totalitas keistimewaan dan karakteristik sebuah produk atau jasa yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang telah diberikan.51 Para ahli berbeda pendapat mengenai definisi mutu. Edward Sallis mengemukakan bahwa mutu adalah sesuatu yang memuaskan dan melampaui 51 490. Lihat Veithzal Rivai dan Syilviana Murni, Education Management, Analisa dan Teori, h. 74 keinginan dan kebutuhan pelanggan bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama, dan meningkatkan mutu merupakan tugas paling penting. 52 Salain pandangan Sallis, pakar mutu yang lain, seperti; Crosby, menyatakan bahwa kualitas adalah conformance to requirement, yaitu sesuai yang diisyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi dan produksi jadi. Berbeda dengan Deming yang menyatakan, bahwa kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan, dan kualitas bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan dimasa mendatang.53 Searah dengan pendapat Feigenbaum, menyatakan, bahwa mutu atau kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full costumer satisfaction). Artinya suatu produk dikatakan berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk.54 Pendapat tersebut didukung oleh Juran dan Scherkenbach Menurut Juran “kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya”. Scherkenbach berpendapat “kualitas ditentukan oleh pelanggan, pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya. 55 Secara khusus 52 53 Lihat Edward Sallis, Total Quality Management In Education: h. 56. Lihat M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu , h. 3 54 Lihat M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, 4. 55 Lihat Suyadi Prawirosentono. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu, Total Quality Management Abad 21, Studi Kasus dan Analisis. (Jakarta; Bumi Aksara. 2004) h. 6 75 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan pada Pasal 1, dijelaskan bahwa; 1) Mutu pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional, 2) Penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah, Pemerintah, dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. 56 Stephen Murgatroyd and Colin Morgan secara singkat mendefinisikan mutu adalah quality assurance, contract conformance and customer driven (jaminan kualitas, kesesuaian kontrak dan kehendak/harapan pelanggan sebagai pengendali/penentu ),57 berbeda dengan Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana melihat pada sisi lain dengan menyatakan, bahwa meskipun definisi-definisi tersebut terdapat perbedaan dari segi redaksionalnya, namun tetap tampak adanya kesamaan dalam beberapa elemen sebagai berikut; 1) Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. 2) Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan. 3) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa yang akan datang).58 Dalam konteks pendidikan nasional, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output serta outcome pendidikan. Input pendidikan dinyatakan bermutu apabila siap berproses yang sesuai dengan standar minimal nasional dalam pendidikan. Proses pendidikan dapat dinyatakan bermutu apabila mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan sehingga tujuan 56 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 63 tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan pada Pasal 1 ayat ( 1) dan ayat (2). 57 Stephen Murgatroyd and Colin Morgan, Total Quality Management and The School, (Open University Press, Buckingham – Philadelphia, 1994), h : 45. 58 Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. Total Quality Management, h. 3 76 pendidikan bisa tercapai dengan baik. Output dinyatakan bermutu apabila hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik, baik dalam bidang akademik maupun non akademik tinggi. Outcome dapat dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap dalam dunia kerja maupun lembaga-lembaga yang membutuhkan lulusan tersebut dan stakeholders merasa puas terhadap lulusan dari lembaga pendidikan tersebut.59Jadi kualitas output sangat ditentukan oleh proses pedidikan dalam berbagai segi, sehingga input, proses dan output serta outcame bagaikan dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan. Baharuddin dan Umiarso menjelaskan secara rinci tentang mutu berdasarkan input, proses dan output sebagai berikut; Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses pendidikan. Sesuatu yang dimaksud input berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapanharapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Input sumberdaya meliputi sumberdaya manusia (kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan, siswa) dan sumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dsb.). Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program, dsb. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. 60 Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut. 59 Lihat Prim Masrokan Mukhtar, Manajemen Mutu Sekolah, h. 135 dan bandingkan dengan Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, h. 513. 60 Lihat Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Praktik, h. 115 Pendidikan Islam, Antara Teori dan 77 Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (tingkat sekolah/madrasah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses pembelajaran, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses pembelajaran memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainnya. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dsb.) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Memberdayakan mengandung arti bahwa peserta didik tidak sekadar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan yang lebih penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar secara terus menerus (mampu mengembangkan dirinya). Output pendidikan merupakan kinerja sekolah, diukur dari kualitas, efektivitas, produktivitas, efisiensi dan inovasi kehidupan dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah/madrasah, dapat dikatakan berkualitas/bermutu tinggi, jika prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, US, UN, karya ilmiah, lomba akademik; dan (2) prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan kejuruan, dan 78 kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya.61Dengan demikian, mutu sekolah/ madrasah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa penyelenggaran pendidikan bukan hanya sekedar memenuhi input, proses, output dan outcome tanpa memperhatikan mutunya, karena tujuan utama manusia yang berkulitas, pendidikan manusia adalah menciptakan yang bermartabat, sumber daya yang mampu mengimplementasikan nilai-nilai ajaran moral dalam kehidupan sehari-hari, baik secara individu maupun secara berkelompok. Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan yang diperlukan adalah pendidikan yang bermutu, baik dari sisi input, proses, output dan outcome-nya. Input pendidikan yang bermutu adalah guru-guru yang bermutu, peserta didik yang bermutu, kurikulum yang bermutu, sarana dan prasarana yang bermutu dan berbagai aspek penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Proses pendidikan yang bermutu adalah proses pembelajaran yang bermutu. Output pendidikan yang bermutu adalah lulusan pendidikan yang memiliki kompetensi sesuai standar kelulusan yang disyaratkan. Outcome pendidikan yang bermutu adalah lulusan yang mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau yang terserap pada dunia usaha dan dunia industri. 2. Ciri-Ciri dan Karakteristik Pendidikan Bermutu. Untuk mengukur mutu sekolah/madrasah secara matematis agaknya sulit dilakukan, karena banyak variabel yang mempengaruhi setiap lembaga pendidikan, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas program pendidikan, termasuk 61 LAPIS (Learning Assistence Program Of Islamic School) Materi Workshop Manajemen Berbasis Madrasah (Pelaksana IAIN Sunan Ampel Surabaya kerja sama dengan UIN Alauddin Makassar bersama dengan LAPIS di Makassar, tanggal, 9-11 Juni 2008 ). 79 karakteristik peserta didik yang berbeda-beda, demikian halnya lingkungan sekolah/madrasah. Sebagai gambaran sekolah/madrasah yang bermutu dan efektif, memiliki ciri dan karakteristik sebagai berikut; Pertama, merujuk pada pemikiran Edward Sallis dalam Sudarwan Danim mengidentifikasi ciri-ciri sekolah/madrasah bermutu, yaitu: a. Sekolah/madrasah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal, dan mencegah masalah yang muncul, dengan komitmen untuk bekerja secara benar dari awal. b. Sekolah/ madrasah memiliki strategi untuk mencapai kualitas, baik di tingkat pimpinan, tenaga akademik, maupun tenaga administratif. c. Sekolah/ madrasah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai instrumen untuk berbuat benar pada masa berikutnya. d. Sekolah/ madrasah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas, baik untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. e. Sekolah/madrasah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang dengan memperjelas tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya secara vertikal dan horizontal. f. Sekolah/ madrasah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas. g. Sekolah/madrasah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya kerja dengan menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai suatu keharusan.62 Kedua, karakteristik sekolah/madrasah yang bermutu dan efektif dapat digambarkan sebagai berikut; a. b. c. d. e. f. g. h. i. Proses belajar mengajar mempunyai efektifitas yang tinggi, Kepemimpinan kepala sekolah/madrasah yang kuat; Lingkungan madrasah yang aman dan tertib; Pengelolaan tenaga pendidikan yang efektif; Memiliki budaya mutu; Memiliki team work yang kompak, cerdas, dan dinamis; Memiliki kewenangan atau kemandirian; Partisipasi yang tinggi dari warga madrasah dan masyarakat; Memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen; 62 Sudarwan Danim.Visi Baru Manajemen Sekolah. (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), h. 73. 80 j. Memiliki kemauan untuk berubah ( baik secara psikologis maupun secara fisik) k. Melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan; l. Responsive dan antisipatif terhadap kebutuhan; m. Memiliki komunikasi yang baik; n. Memiliki akuntabilitas; o. Memiliki kemampuan menjaga sustainabilitas.63 Kiranya sudah cukup jelas, bahwa untuk meraih mutu pendidikan membutuhkan waktu lama, sebagaimana yang tergambar pada indikator-indikator dalam ciri dan karakteristik sekolah/madrasah yang bermutu tersebut, sudah tentu memerlukan komitmen yang kuat dari semua stakeholders sekolah/madrasah yang bersangkutan. Harus diyakini jika ciri dan karakteristik tersebut dijabarkan dengan baik ke dalam pengelolaan pendidikan, dapat dipastikan sekolah/madrasah dapat meraih mutu sesuai harapan pelanggan (internal dan eksternal). Ciri dan karakteristik tersebut merupakan pedoman secara mendetail tentang langkahlangkah yang seyogyanya diimplementasikan bagi setiap sekolah/madrasah yang ingin melakukan gerakan mutu pada semua aktivitas atau program pendidikan yang telah direncanakan. 3. Mendesain Mutu dalam Pendidikan. Merancang atau mendesain mutu dalam institusi pendidikan, akan menjamin terlaksananya perbaikan mutu secara berkelanjutan. Dalam penerapan TQM, institusi harus menyusun sistem mutu dalam bentuk pedoman mutu (Quality Manual) 64 secara tertulis sebagai acuan bagi semua orang yang terlibat dalam pencapaian standar-standar kinerja mutu yang telah ditetapkan. Implementasi sistem 63 64 Prim Masrokan Mukhtar, Manajemen Mutu Sekolah, h. 129. Pedoman Mutu ( quality manual ) ini dirancang oleh masing-masing institusi atau satuan pendidikan sesuai visi, misi, tujuan dan program pendidikan serta iklim dan budaya organisasi pendidikan dengan melibatkan stakeholder pendidikan yang terkait. 81 manajemen mutu harus diaudit (disupervisi) secara berkala dalam rangka memperoleh masukan untuk merevisi manajemen dalam rangka penyempurnaan pengelolaan pendidikan secara menyeluruh.65 Tujuan merancang atau mendesain mutu merupakan serangkaian langkahlangkah penting untuk; (1) menetapkan apa yang akan dikerjakan, (2) mencari dan menetapkan metoda-metoda dan prosedur yang diperlukan untuk menjamin mutu, (3) mendokumentasikan apa yang akan dikerjakan (pedoman, metoda, prosedur tertulis (Prosedur Operasional Standar (SOP) , (4) melaksanakan kegiatan sesuai apa yang disepakati secara tertulis, (5) menyiapkan bukti-bukti tentang apa yang dikerjakan (memungkinkan informasi ini digunakan pihak lain). 66 Mendesain mutu dalam bidang pendidikan, memuat langkah-langkah sebagai berikut: a. Merumuskan Rencana Strategis Mutu Pendidikan. Rencana strategis merupakan penjabaran visi, misi dan tujuan pendidikan baik dalam jangka menengah maupun jangka panjang serta memberikan arahan terhadap pelaksanaan seluruh program operasional yang disusun setiap tahun. Rencana strategis (Renstra) mengidentifikasi kebutuhan atau harapan pelanggan (client), positioning dan budaya yang diinginkan dalam memproduksi produk (lulusan) untuk memenuhi harapan pelanggan tersebut. Rencana strategis sangat penting untuk pencapaian mutu pelayanan sebab hanya perencanaan yang dapat memberikan perspektif keadaan persaingan di masa mendatang. 67 Kepala sekolah/madrasah sebagai pimpinan puncak dalam lembaga pendidikan harus 65 66 Lihat Robert Kritiner, Management (Cet. IV; Boston: Hougton Mifflin, 1999) h. 9 Lihat Deden Makbuloh, Manajemen Mutu Pendidikan Islam, Model pengembangan Teori dan Aplikasi Sistem Penjaminan Mutu 67. 67 Lihat Deden Makbuloh, Manajemen Mutu Pendidikan Islam, h. 68. 82 membuat kebijakan dalam bentuk program yang berorientasi kepada mutu. Kebijakan inilah yang dijadikan sebagai acuan umum yang tertuang dalam rumusan Rencana Strategis (Renstra) sekolah/madrasah. Kebijakan mutu harus dikomunikasikan kepada seluruh warga sekolah/madrasah agar dipahami dan selanjutnya memberikan komitmen pada implementasinya. Kebijakan bagi sebuah lembaga pendidikan lahir dari perencanaan yang baik (good planning sistem) dengan materi dan sistem tata kelola yang baik (good governance sistem) dan disampaikan oleh guru yang baik(good teachers),68dengan beberapa komponen yang harus dimilikinya. Dalam rencana strategis ini, ada beberapa komponen yang harus direncanakan secara efektif dan didesain sedemikian rupa dengan tetap memperhatikan kemampuan dan kondisi sekolah/madrasah. Komponen yang dimaksud, meliputi; 1) pengembangan dan pelatihan guru dan staf, 2) penerimaan peserta didik baru, 3) pengembangan kurikulum, 4) peningkatan prestasi peserta didik, 5) pengelolaan administrasi, 6) peningkatan kedisiplinan, 7) pengembangan sarana dan prasarana pendidikan.69 Komponen-komponen ini akan mendukung upaya pembinaan mutu pada madrasah jika benar-benar dikelola dengan baik. b. Tanggung Jawab dan Komitmen terhadap Mutu. Pengelolaan institusi pendidikan secara efektif dan berorientasi pada mutu memerlukan suatu komitmen yang penuh kesungguhan dalam peningkatan mutu, yang berjangka panjang. Komitmen tersebut harus didukung oleh dedikasi yang tinggi terhadap mutu melalui penyempurnaan proses yang berkelanjutan. Menurut 68 Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu Berdaya Saing ( Cet. II, Bandung : PT. Rosdakarya, 2012) h. 120. 69 Rohiyat, Menajamen Sekolah, Teori Dasar dan Praktik ( Cet. III, Bandung: Refika Aditama, 2010) h. 65. 83 Sofan Amri, mutu merupakan keinginan pelanggan, mutu yang tinggi merupakan kunci suatu rasa kebanggaan, tingkat produktifitas dan cermin kemampuan dalam menghasilkan poduk menggembirakan dan jasa yang dapat memberikan kepuasan dan bagi pelanggan (internal dan eksternal).70 Oleh karena itu memberi kepuasan kepada pelanggan dalam perspektif TQM merupakan keharusan yang tidak bisa diabaikan jika betul-betul ingin tetap memperoleh simpatik dari pelanggan internal maupun eksternal, terutama dari orang tua dan peserta didik. Tanggaung jawab dan komitmen terhadap mutu tidak hanya dibebankan kepada manajemen puncak (kepala sekolah/madrasah), tetapi harus kepada semua warga sekolah/madrasah. Namun setiap kegiatan harus ditetapkan anggota tim yang mengelola pelaksanaan program perbaikan mutu. Tim pengelola mutu dibentuk dalam sebuah organisasi yang lengkap, diketuai oleh seorang ketua dan dibantu beberapa anggota dengan ruang lingkup tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas. Pimpinan puncak (kepala sekolah/madrasah) bersama dengan tim atau kelompok tersebut mengimplementasikan sistem mutu yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk: 1) Mengarahkan langkah awal perbaikan mutu, 2) Mengelola perubahan budaya mutu, 3) Mendukung dan mengendalikan kegiatan-kegiatan unit kerja dalam langkah awal tersebut. 4) Memonitor perkembangan program perbaikan mutu. 71 Sejalan dengan konsep di atas, agenda tentang mutu pendidikan terus disosialisasikan di kalangan para tokoh pendidikan sejalan dengan tumbuhnya 70 Sofan Amri, Peningkatan Mutu pendidikan Sekolah dasar dan menengah ( Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013 ) h. 17. 71 Muchtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan berdasarkan Ajaran Islam (Jakarta : Bharata, 1996), h. 75 84 kesadaran untuk meningkatkan kualitas SDM masyarakat/bangsa Indonesia, yang menjadi salah satu faktor determinatif pembangunan nasional. Sudarwan Danim menyatakan bahwa faktor SDM suatu negara akan menentukan status negara itu, apakah negara terbelakang, sedang berkembang, atau maju. Kemajuan suatu negara dalam berbagai bidang pembangunan, mensyaratkan transformasi SDM-nya, tidak hanya dalam arti kognitifnya dan psikomotoriknya, akan tetapi harus pula didukung oleh perilaku keseharian dan sikap mental SDM-nya, yang mendukung proses pembangunan itu.72Hal ini mensyaratkan pula bahwa kualitas SDM akan sulit diperoleh jika tidak didukung oleh lembaga pendidikan yang berkualitas. c. Mengevaluasi Manajemen Institusi Madrasah harus mempunyai suatu cara untuk mengevaluasi keseluruhan kinerja (total performance) pengelola pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh pemeriksa dari luar. Namun demikian, bisa saja diputuskan bahwa Madrasah melakukan audit sendiri (audit internal) tanpa melibatkan pihak luar. Sistem Manajemen Mutu (Quality Manual) yang disusun harus mencakup: 1) Kebijakan mutu dan sasaran mutu. 2) Manual mutu, yang terdiri dari struktur organisasi lembaga, struktur organisasi mutu, uraian wewenang dan tanggung jawab fungsi mutu, garis besar sistem manajemen mutu yang diterapkan oleh institusi, serta prosedur-prosedur yang disyaratkan. 3) Semua dokumen yang dibutuhkan organisasi untuk memastikan keefektifan pengoperasian dan pengendalian proses, bisa berbentuk strategi organisasi, prosedur kerja, peraturan/tata tertib. 4) Catatan mutu yang disyaratkan, berisi daftar dokumen yang perlu disimpan, berapa lama 72 Sudarwan Danim, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, h. 77. 85 penyimpanan serta disimpan oleh siapa. 73 Handoko menambahkan, bahwa untuk meriview kegiatan institusi, dapat dipergunakan 8 prinsip, sebagai berikut: a) Mengutamakan kepentingan pelanggan, b) Kepemimpinan, c) Peran serta setiap orang di dalam organisasi, d) Pendekatan proses, f) Pendekatan sistem, g) Peningkatan terus menerus, h) Pengambilan keputusan harus dengan pendekatan fakta, i) Hubungan baik dengan pemasok.74 Dengan demikian mereview manajemen mutu merupakan tindakan pengecekan seluruh komponen atau program kegiatan pendidikan, baik yang sedang berjalan maupun yang akan dilaksanakan. D. Faktor-Faktor yang Mendukung Mutu Pendidikan. Penerapan TQM pada sekolah/madrasah merupakan upaya peningkatan mutu dan pelayanan pendidikan sebagai suatu sistem manajemen modern yang bersifat konprehensif dengan memberdayakan dan memfungsikan faktor pendukung (determinative) mutu pendidikan. Sering kali terjadi pada sebuah lembaga pendidikan mendapat sorotan atau kritikan disebabkan karena faktor-faktor yang menentukan keberlangsungan pendidikan tidak berfungsi dengan baik, sehingga lembaga itu sulit meraih mutu yang diharapkan oleh pelanggannya (masyarakat), dan sebaliknya jika komponen pendidikan diberdayakan dan difungsikan secara optimal, maka otomatis lembaga pendidikan tersebut tidak sulit meraih mutu pendidikan yang memuaskan pelanggannya. Oleh sebab itu dalam pembahasan tentang perlunya pemberdayaan faktor-faktor yang mendukung mutu pendidikan yang akan dikemukakan di bawah ini secara fungsional dapat berpengaruh terhadap penerapan TQM pada madrasah. Adapun faktor-faaktor yang mendukung mutu 73 74 Lihat Sudarwan Danim, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, h. 23 Lihat Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (Edisi 2, Yogyakarta: BPEF, 1992) h.4 86 pendidikan yang dimaksud, yaitu; Perumusan Visi, misi dan tujuan pendidikan, kepemimpinan kepala sekolah/madrasah, kurikulum dan mutu pembelajaran, pelaksanaan evaluasi/ supervisi, iklim dan budaya organisasi sekolah/madrasah, pengembangan kinerja guru/staf, pengembangan prestasi peserta didik, sarana dan prasarana, dana/pembiayaan sekolah/madrasah, dan peran serta masyarakat. Pemberdayaan komponen-komponen tersebut, baik secara konseptual maupun secara operasional dapat dikaitkan dengan ke tujuh prinsip TQM sebagaimana yang dikemukakan di atas. Faktor-faktor yang mendukung mutu pendidikan yang dimaksud dapat digambarkan secara singkat dalam pembahasan sebagai berikut; 1. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan. Sebelum membahas faktor-faktor pendukung mutu pendidikan, maka perlu diketahui apa dan bagaimana visi, misi dan tujuan pendidikan, khususnya bagi sekolah/madrasah. Visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi sekolah/madrasah dan digunakan untuk memandu perumusan misi sekolah/madrasah. Dengan kata lain visi adalah pandangan jauh ke depan kemana sekolah/madrasah akan dibawah. Visi juga diartikan daya pandang yang jauh mendalam dan meluas yang merupakan daya pikir abstrak, memiliki kekuatan yang dapat menerobos segala batas-batas fisik, waktu dan tempat.75 Visi juga merupakan gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah/madrasah, agar sekolah yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya, dengan melihat kemampuan dan keadaan internal organisasi/lembaga pendidikan yang bersangkutan. 76 Visi bukanlah fakta, tetapi gambaran pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan 75 76 lihat Saiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan , h 134. Lihat Departemen Pendidikan Nasional, Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah ( Jakarta: LPMP, 2006), h. 10 87 dalam kurun waktu tertentu. 77Suatu visi agar menjadi realistik, perumusannya perlu melibatkan semua stakeholders atau dikomunikasikan kepada semua anggota organisasi sehingga visi tersebut dijadikan sebagai komitmen organisasi, oleh karena itu perumusannya harus simpel, jelas dan mudah di mengerti. Dalam konteks pendidikan nasional, gambaran yang dirumuskan dalam visi tentunya harus didasarkan pada landasan yuridis, yaitu undang-undang pendidikan dan sejumlah peraturan pemerintah, khususnya tujuan pendidikan nasional sesuai jenjang dan jenis sekolah/madrasah dan juga sesuai dengan profil sekolah/madrasah yang bersangkutan. Dengan kata lain, visi sekolah/madrasah harus tetap dalam koridor kebijakan pendidikan nasional tetapi sesuai dengan kebutuhan anak dan masyarakat yang dilayani. Tujuan pendidikan nasional adalah sama, namun profil sekolah khususnya potensi dan kebutuhan masyarakat yang dilayani sekolah/madrasah tidak selalu sama, maka dimungkinkan sekolah/madrasah memiliki visi yang tidak sama dengan sekolah/madrasah lain, dengan ketentuan tidak keluar dari tujuan pendidikan nasional. Pada umumnya visi dirumuskan dalam kalimat yang filosofis, seringkali memiliki penafsiran yang berbeda, sehingga dapat menimbulkan perbedaan dalam implementasinya, bahkan jika terjadi pergantian kepala sekolah/madrasah yang baru tidak menutup kemungkinan akan memberi pemahaman atau penafsiran yang berbeda dengan kepala sekolah/madrasah sebelumnya. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal seperti itu, maka visi perlu diberikan indikator sebagai penjelasan apa yang dimaksud oleh visi tersebut. Sebagai contoh, visi yang 77 Lihat Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu ( Studi Kasus di MAN 3 dan MAN I Malang serta MA Hidayatul Mubtadi’in Kota Malang ( Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2010), h. 77. 88 ditetapkan oleh “ Sekolah/Madrasah X berbunyi “Unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa,” diberi indikator sebagai berikut : 1) Unggul dalam perolehan nilai UN dan US, 2) Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan diatasnya, 3) Unggul dalam berbagai lomba, baik yang bersifat akademik maupun non akademik (seperti; lomba karya ilmiah, olah raga dan kesenian, seni dan baca tulis al Qur’an, lomba olimpiyade, dll); 4) Unggul dalam disiplin, 5) Unggul dalam aktivitas keagamaan, dan 6) Unggul dalam kepedulian sosial, dst.78 Sekolah/madrasah yang menerapkan sistem mutu pendidikannya, harus membuat rencana pengembangan sekolah/madrasah. Rencana pengembangan sekolah pada umumnya mencakup perumusan visi, misi, tujuan sekolah/madrasah dan strategi pelaksanaannya. Sedangkan rencana kerja tahunan pada umumnya meliputi pengindentifikasian sasaran sekolah/madrasah (tujuan institusional sekolah), penetapan tujuan institusioal sekolah/madrasah sangat diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah diidentifikasi, langkah-langkah pemecahan masalah dan penyusunan rencana dan program kerja jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang sekolah/ madrasah. Misi adalah tindakan untuk merealisasikan visi tersebut. Karena visi harus mengakomodasi semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah/madrasah, maka misi dapat juga diartikan sebagai tindakan untuk memenuhi kepentingan masing-masing kelompok yang terkait dengan sekolah/madrasah. Dalam merumuskan misi, harus mempertimbangkan tugas pokok sekolah dan kelompok-kelompok yang berkepentingan yang terkait dengaan sekolah/madrasah. 78 Departemen Pendidikan Nasional, Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, h. 13 89 Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya. Misalnya, sebuah sekolah/madrasah X yang memiliki visi “Unggul dalam Prestasi Berdasarkan IMTAQ “ merumuskan misinya sebagai berikut : 1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap siswa berkembang secara optimal,sesuai dengan potensi yang dimiliki. 2) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah. 3) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal. 4) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak 5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah (stakeholders). 79 Dalam perumusan visi dan misi pendidikan, kepala sekolah/madrasah harus memutuskan atau menetapkan bersama dengan guru dan staf serta stakeholders lainnya. Visi dan misi harus dikembangkan dalam Rencana Strategis (RENSTRA) kemudian dijabarkan melalui program pendidikan secara bertahap dan berkesinambungan (jangka pendek, menengah dan jangka panjang). Tujuan pendidikan merupakan rumusan tentang apa yang akan dicapai atau dihasilkan oleh sekolah/madrasah yang bersangkutan dan kapan tujuan akan dicapai. Jika visi dan misi terkait dengan jangka waktu yang panjang, maka tujuan dikaitkan dengan jangka waktu 3-5 tahun. Dengan demikian tujuan pada dasarnya merupakan tahapan wujud sekolah menuju visi yang telah dicanangkan. Tujuan pendidikan dalam pandangan TQM disebut sebagai komitmen jangka panjang, namun tidak mengesampingkan tujuan-tujuan jangka pendek dan menengah. Tujuan pendidikan 79 Departemen Pendidikan Nasional, Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, h. 16 90 merupakan program yang harus dikerjakan dan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, tahap demi tahap sebagai filosofi perbaikan secara berkesinambungan. Jika visi merupakan gambaran sekolah/madrasah di masa depan secara utuh (ideal), maka tujuan yang ingin dicapai dalam jangka waktu tiga tahun mungkin belum seideal visi atau belum selengkap visi. Dengan kata lain, tujuan merupakan tahapan untuk mencapai visi yang telah disepakati bersama melalui perbaikan secara berkesinambungan (continous improvement). 2. Kepemimpinan Kepala Madrasah. Kepemimpinan kepala madrasah merupakan kedudukan atau jabatan yang paling berpengaruh untuk mencapai tujuan institusi pendidikan, maju mundurnya pendidikan, tergantung organisasi/lembaga kepada tersebut. oleh kinerja karena pemimpinnya itu dalam pemimpin mengelola yang dapat mengkombinasikan kualitas kepemimpinannya dengan kekuatan yang ada dalam posisinya untuk menciptakan pengaruh yang kuat kepada bawahannya dan koleganya dipandang sebagai pemimpin yang baik atau efektif. Kepemimipinan sebagai salah satu pilar TQM memiliki peran sentral bagi sebuah institusi pendidikan. Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain ( guru, staf, dll) agar mencapai tujuan organisasi. Kepala madrasah sebagai pimpinan puncak pada lembaga pendidikan Islam sangat berpengaruh dalam meningkatkan semangat dan prestasi kerja guru ketika melaksanakan tugas. Hasil penelitian Hersey dan Kustimi menunjukkan bahwa ada sepuluh faktor yang mempengaruhi semangat kerja seseorang dalam melaksanakan tugas, yaitu kepemimpinan, kesempatan mengemukakan ide, kesiapan kerja, kondisi kerja, organisasi kerja, gaji, kesempatan mempelajari tugas, jam kerja, dan 91 kemudahan kerja.80 Pendapat ini mengedepankan kepemimpinan sebagai faktor utama pemberian motivasi kepada seseorang untuk meningkatkan prestasi dan kinerjanya, baik sebagai guru maupun sebagai karyawan atau staf. Selanjutnya Luis, R.Gomez Mejia, dkk, mengemukakan, bahwa salah satu cara untuk meningkatkan kinerja pekerja( improving emplioyees Performance ), pimpinan perlu penghargaan mengadakan penilaian kerja, dengan tujuan memberikan (reward) berupa konpensasi dan promosi jabatan.81 Hal ini dapat dilihat pada kepemimpinan kepala madrasah yang baik, akan memberikan kesempatan kepada anggotanya, terutama gurunya untuk selalu meningkatkan kinerja, dan juga akan berusaha untuk selalu mengembangkan kemampuan guru, baik terhadap kemampuan akademik, maupun non akademik dan kemampuan profesi lainnya. Dengan demikian semangat kerja guru banyak dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala madrasah. Semakin baik kepala madrasah menerapkan kepemimpinan, semakin tinggi pula semangat kerja guru dalam melaksanakan tugas. Sebaliknya, jika kepala madrasah semakin kurang menerapkan kepemimpinan yang baik, maka semakin rendah pula semangat kerja guru dalam melaksanakan tugastugas di madrasah. Untuk mendalami lebih jauh tentang kepemimpinan kepala madrasah, maka dibawah ini dikemukakan tugas, fungsi dan peranan kepemimpinan kepala madrasah, sebagai berikut; a. Tugas dan Fungsi Kepemimpinan Kepala Madrasah. Secara umum fungsi kepemimpinan selalu berhubungan langsung dengan 80 Kustimi, Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Membina Kemampuan Mengajar Guru (Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), h. 64. 81 R. Gomez Mejia, dkk, Managing Human Resource ( Cet. 3. London : Hall International, Inc, 2001) h. 225. 92 situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi sosial. Fungsi kepemimpinan merupakan bagian dari mekanisme organisasi dalam mencapai tujuan yang telah disepakati, yang memiliki dua dimensi sebagai berikut: 1). Dimensi berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas organisasi. 2). Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau kriteria orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas - tugas pokok kelolompok/organisasi.82 Berdasarkan kedua dimensi itu, secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan sebagai berikut; 1) Fungsi Instruktif, 2) Fungsi konsultatif, 3) fungsi Partisipatif, 4) Fungsi Delegasi ( delegation of outority), dan 5) Fungsi Pengendalian.83 Selain fungsi ini, kepemimpinan kepala sekolah/madrasah sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan kepada orang-orang pelaksanaan kegiatan yang dipimpinnya, dengan menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), kapan (waktu memulai, melaksanakan, dan melaporkan hasilnya) dan di mana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Fungsi lain yang sering disandang oleh kepala madrasah adalah berfungsi sebagai motivator, dinamisator, dan evaluator dalam pendidikan. Kesuksesan kepala sekolah/madrasah dalam konteks pendekatan TQM, tidak hanya ditentukan oleh kepala sekolah/madrasah, tetapi juga oleh tenaga pendidik dan kependidikan lainnya, terutama dalam proses pembelajaran pada madrasah itu 82 Lihat Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam , h. 438. 83 Lihat Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam , h. 439. 93 sendiri. Meskipun kepala madrasah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala, namun ia diberi amanah dan tanggung jawab sepenuhnya untuk mengelola pendidikan. Menurut Mulyono, kepala sekolah/madrasah harus memiliki beberapa persyaratan untuk menciptakan madrasah yang mereka pimpin menjadi madrasah efektif, antara lain; 1). Memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang baik; 2). Berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai; 3). Bersemangat; 4). Cakap di dalam memberi bimbingan; 5). Jujur; 6). Cerdas; g). Cakap di dalam hal mengajar, menaruh perhatian dan dapat dipercaya (amanah).84 Selain persyaratan tersebut, kepala madrasah sebagai seorang memiliki tiga kecerdasan manajer di lembaga pendidikan, juga harus pokok, yaitu kecerdasan profesional, personal, dan manajerial agar dapat bekerja sama dengan orang lain. Dede kemampuan Rosyada manajerial dalam Baharuddin sebagai langkah dan awal Umiarso mengklasifikasikan mengerjakan tugas-tugas kepemimpinan kepala madrasah, yaitu, 1) Kemampuan mencipta, 2) Kemampuan mengorganisasi, 3) Kemampuan berkomunikasi, 4) Kemampuan memberi motivasi, 5) Kemampuan melakukan evaluasi. 85 Disamping kemampuan seperti ini, kepala sekolah/madrasah bertugas untuk mengembangkan kinerja personil, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru secara mendalam, 86 yaitu bukan hanya berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup metode dan keterampilan dalam proses pembelajaran yang harus dimiliki guru. 84 Lihat Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, h. 149 85 Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam op, h.443 86 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional ( Bandung : Rosdakarya, 2005) h. 114. 94 Lebih lanjut Mulyasa mengemukakan bahwa ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh kepala sekolah/madrasah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, yatu; 1) manajemen keterbukaan, 2) membangun kebersamaan diantara sesama warga sekolah/madrasah, 3) berkelanjutan, 4) menyeluruh, 5) pertanggungjawaban, 6) manajemen demokratis, 7) kemandirian sekolah/madrasah, 8) berorientasi pada mutu, 9) Pencapaian standar minimal, 10) pendidikan untuk semua.87 Konsep ini mencerminkan betapa besar tugas dan fungsi kepala madrasah. Seorang kepala sekolah/madrasah perlu terus berupaya mengaktualisasikan diri agar fungsi dan tugasnya dapat mendorong organisasi pendidikan kearah yang lebih efektif dan berkualitas sesuai tuntutan masyarakat yang terus mengalami perkembangan. b. Peranan Kepemimpinan Kepala Sekolah/Madrasah. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, terdapat tujuh peran utama kepala madrasah yaitu, sebagai: 1) edukator atau pendidik, 2) manajer, 3) administrator, 4) supervisor, 5) leader atau pemimpin, 6) pencipta iklim kerja, dan 7) wirausahawan.88 Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah/madrasah di atas, dapat diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah/madrasah dengan peningkatan kemampuan guru sebagai berikut; Kepala sekolah/madrasah sebagai educator (pendidik), yaitu kepala sekolah menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran di sekolah/madrasah dengan berusaha memfasilitasi dan mendorong agar guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, 87 E.Mulyasa, Menajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah ( Jakarta: Bumi Aksara, 2012) h. 125. 88 Lihat Departemen Pendidikan Nasional, Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, h. 34. 95 sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien. Kepala sekolah/madrasah sebagai manager (pengatur), yaitu kepala sekolah/madrasah mengelola tenaga pendidik dan kependidikan dengan memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada guru untuk melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti: MGMP tingkat sekolah, diskusi profesional dan sebagainya. Kepala sekolah/madrasah sebagai administrator (pengelola), yaitu kepala sekolah/madrasah berperan mendorong terlaksananya penataan administrasi kependidikan, baik yang menyangkut pembelajaran, keuangan, kesiswaan, sarana dan prasaran serta ketetausahaan secara umum. Kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor (pengawas utama), yaitu kepala sekolah/madrasah melaksanakan kegiatan supervisi melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran. Kepala sekolah/madrasah sebagai leader (pemimpin). Dalam teori kepemimpinan setidaknya dikenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas, dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat 96 menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Mulyasa menuliskan bahwa kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin yang tercermin dalam sifat-sifat sebagai berikut; 1) jujur, 2) percaya diri, 3) tanggung jawab, 4) berani mengambil resiko dan keputusan, 5) berjiwa besar, 6) emosi yang stabil, dan 7) teladan.89 Kepala sekolah/madrasah sebagai pencipta iklim kerja, merupakan lingkungan efektif yang dapat memberi pengaruh pada sikap dan perilaku guru melaksanakan tugasnya di sekolah.90 Menurut Rohiat, dalam upaya dalam menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, 2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada guru sehingga mereka mengetahui tujuan, guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, 3) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan.91 Oleh karena itu, budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang kemudian disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Kepala sekolah/madrasah sebagai wirausahawan. Dalam menerapkan prinsipprinsip kewirausahaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan 89 Lihat Rohiat, Manajemen Sekolah (Teori Dasar dan Praktik), Bandung: PT. Refika Aditama, 2010, h. 86. Dan lihat E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, h. 121 90 Lihat Uhar Suharsaputra, Administrasi pendidikan (Bandung: Reflika Aditama, 2010) h. 75 91 Lihat Rohiat, Manajemen Sekolah (Teori Dasar dan Praktik), h. 129. 97 kompetitif, serta memanfaatkan berbagai peluang.92 Kepala sekolah dengan sikap kewirausahaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran peserta didik beserta kompetensi gurunya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah/madrasah berpengaruh terhadap kinerja tenaga kependidikan di sekolah, terutama dalam pendidikan, dan meningkatkan kualitas pembelajaran demi tercapainya tujuan terwujudnya visi dan misi sekolah/madrasah. Kepala sekolah/madrasah merupakan figur sentral yang harus menjadi teladan bagi para tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang dipimpinnya, dan penerapan TQM dalam lembaga pendidikan akan terwujud dan sukses jika sekolah/madrasah tersebut dipimpin oleh orang yang memiliki kapabilitas (mampu dan cakap) dan kredibilitas (amanah/dapat dipercaya) yang tinggi dan memahami fungsi dan perannya dalam mengembangkan lembaga pendidikan serta ia mampu memberdayakan seluruh komponen pendidikan yang ada. 3. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi bahan ajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas pembelajaran,93 dengan demikian kurikulum adalah bagian tak terpisahkan dari proses pendidikan dan pembelajaran, bahkan ia merupakan bagian terpenting dari sistem pendidikan pada sekolah/madrasah. Keberadaannya telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dan 92 Lihat Ondi Saondi, Etika Profesi Keguruan (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), h. 136. 93 Lihat Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek ( Yogjakarta; Ar Ruzz Media , 2007) h. 205. 98 dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah ini telah mengakomodir keterpaduan pola pendidikan dengan pemberian kesetaraan dan kesamaan dalam hal kurikulum pendidikan umum dengan kurikulum lembaga pendidikan Islam (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA)94, sehingga keluaran dari satuan-satuan pendidikan tersebut dapat diterima pada jenjang yang sama pada sekolah-sekolah umum maupun madrasah, demikian halnya pada perguruan tinggi negeri dan swasta. Kesamaan dan kesetaraan status dan kurikulum pendidikan umum dan pendidikan keagamaan, menjadi semakin jelas arah dan tujuan lembaga-lembaga pendidikan Islam (madrasah) untuk ikut mewujudkan tujuan pendidikan nasional yakni untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.95 Pengembangan kurikulum secara nasional yang mengacu pada Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menetapkan 8 (delapan) aspek pendidikan yang harus distandarkan, yang saat ini telah dirampungkan dan dilaksanakan dengan beberapa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, antara lain Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, dan Permendiknas nomor 23 tahun 2006 Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta Permendiknas nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan standar isi dan standar kompetensi lulusan. Demikian juga panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh Badan 94 Lihat Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta, 2004, h. 9 95 Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, h. 10 99 Standar Nasional Pendidikan (BSNP).96 Selanjutnya setiap satuan pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kurikulum yang diimplementasikan pada satuan pendidikan masing-masing. Pengembangan kurikulum merupakan bagian dari manajemen sekolah/ madrasah yang mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Kurikulum yang ada pada tingkat sekolah/madrasah yang disebut dengan KTSP merupakan penjabaran atau realisasi dari kurikulum yang telah dibuat oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat, yang terdiri dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD).97 Kedua standar ini kemudian dikembangkan oleh tingkat satuan pendidikan dengan merumuskan indikator – indikator katercapaian kompetensi dasar tersebut. Untuk menjamin pembelajaran, efektivitas pengembangan kurikulum kepala sekolah/madrasah bersama dan program dengan guru-guru harus menjabarkan isi kurikulum (SK-KD) secara lebih rinci dan operasional ke dalam indikator-indikator tersebut. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) wajib dikembangkan oleh guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Kepala sekolah/madrasah membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan program pembelajaran serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya.98 Dalam proses pengembangan program sekolah/madrasah, kepala sekolah/madrasah 96 Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, h. 70 97 E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah ( Cet.II, Jakarta : Bumi Aksara, 2012) h.82 98 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein. Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h. 82. 100 hendaknya menghubungkan dan memfokuskan program-program sekolah/madrasah dengan seluruh kehidupan dan kebutuhan peserta didik. Menurut Danim, beberapa hal yang menjadi pertimbangan guru dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu: Pertama, berkaitan dengan kemampuan guru atau penguasaannya terhadap teori, metode dan praktik pembelajaran. Kedua, berkaitan dengan motivasi dan kreativitas guru. Ketiga, terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.99 Dari ketiga faktor ini, maka faktor pertama dan kedua merupakan prasyarat yang utama. Tanpa kemampuan, motivasi, dan kreatifitas guru akan cenderung mengajar secara tradisional, yaitu hanya menyampaikan materi yang ada pada buku pelajaran. Guru dalam proses pembelajaran memiliki peran yang sangat penting, karena bagaimanapun hebatnya kemajuan teknologi, peran guru akan tetap diperlukan. Teknologi yang dapat memudahkan manusia mencari dan mendapatkan informasi dan pengetahuan, tidak mungkin bisa mengganti peran guru. Terkait dengan strategi pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik ( student centred approach) atau sering disebut model pembelajaran konstruktivistik.100 Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered approach) adalah proses pembelajaran berdasarkan kebutuhan dan keinginan peserta didik untuk belajar. Pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik merupakan sistem pembelajaran yang menunjukkan dominasi peserta didik selama kegiatan pembelajaran dan guru 99 100 Lihat Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, h. 67. Muhammad Tabrani dan Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran, Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional ( Cet. I, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 107-108. 101 hanya sebagai fasilitator, pembimbing dan pengarah. Pembelajaran berpusat pada peserta didik tidak menekankan pada banyaknya pengetahuan yang diharapkan atau yang harus dimiliki oleh peserta didik, tetapi yang ditekankan pada apa yang dapat dipelajari anak serta apa yang ingin diketahui anak sesuai dengan minatnya, sehingga dalam proses pembelajaran dipusatkan pada peserta didik. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan student centered approach, inisiatif anak merupakan penentu keberlangsungan proses pembelajaran. Anak-anak melakukan eksplorasi dengan lingkungan dan tidak dimonopoli guru. Student centered approach merupakan model pembelajaran selalu menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Model pembelajaran ini berbeda dengan model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered approach) yang menekankan pada transfer pengetahuan dari guru ke murid yang relatif bersikap pasif. Penjelasan di atas menerangkan tentang bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunakan sebagai pendekatan yang didasarkan pada pandangan bahwa mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kreaktifitas peserta didik secara optimal. Sehubungan dengan model pembelajaran student cantered approach tersebut, maka dalam pengelolaan kelas, guru harus memiliki keterampilan, yaitu; Pertama, keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap, memberikan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, menegur bila 102 peserta didik melakukan tindakan menyimpang, memberikan penguatan (reinforcement). Kedua; keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, yaitu berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan peserta didik dengan maksud agar guru dapat melakukan tindakan perbaikan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Di samping dua jenis keterampilan di atas, hal lain yang perlu diperhatikan oleh guru dalam pengelolaan kelas adalah menganalisis tingkah laku peserta didik yang mengalami masalah/kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistimatis, menghindari campur tangan yang berlebihan, menghentikan penjelasan tanpa alasan, ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan, penyimpangan, dan sikap yang membingungkan. Pengembangan kurikulum yang berfokus pada pencapaian tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Kompetensi ini dimaksudkan sebagai perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam kehidupan seharihari.101Kemudian pengembangan kurikulum dalam konteks pendekatan Total Quality Management (TQM) sebagai suatu model gagasan pengembangan kurikulum yang mengedepankan aspek mutu (kualitas), yang terbangun dari kompetensi peserta didik, perlu diimplementasikan dalam pengembangan kurikulum pada lembaga pendidikan Islam (madrasah) dengan mengacu kepada lima prinsip 101 Lihat Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan ( Cet. 9, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 70. 103 TQM yang meliputi; fokus pada pelanggan (peserta didik), keterlibatan total, pengukuran /evaluasi hasil, komitmen dan perbaikan terus menerus.102 a. Kurikulum berfokus pada peserta didik. Salah satu aspek utama dalam TQM adalah memberi kepuasan terhadap pelanggan ( peserta didik dan masyarakat), dengan selalu mengantisipasi kebutuhan peserta didik setiap saat. Sekolah harus selalu berupaya mengembangkan kualitas pendidikan, semua warga dalam sekolah/madrasah harus mengakui bahwa setiap output lembaga pendidikan adalah costumer.103 Kurikulum yang disusun harus dapat mengakomodir perkembangan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagaimana dikemukakan oleh Nik Haryati, bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP) dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut; 1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. 2) Beragam dan terpadu. 3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan. 5) Menyeluruh dan berkesinambungan. 6) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.104 Pengembangan kurikulum lembaga pendidikan Islam ( madrasah) dengan fokus pada kebutuhan peserta didik diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang dibekali pengetahuan dan keahlian dalam agama sekaligus keduniaannya.105 Oleh 102 103 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, h. 38-42, Lihat Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, h. 38 104 Lihat Nik Haryati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam ( Cet. I, Bandung: Al Fabeta, 2011 ) h. 57 105 Lies Hasibuan. Melejitkan Mutu Pendidikan: Refleksi, Relevansi dan Rekonstruksi Curriculum. (Jambi: SAPA Project, 2004 ) h. 136 104 Karena itu, lembaga pendidikan akan dikatakan baik dan efektif jika lembaga pendidikan itu mencapai tujuannya dengan melahirkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan harapan pelanggan atau masyarakat, 106 yaitu kurikulum yang dapat memberi kompetensi peserta didik pada bidang keilmuan secara umum dan juga penguasaan bidang keagamaan. b. Keterlibatan secara total dalam pengembangan kurikulum. Pada hakekatnya pengembangan kurikulum merupakan sebuah keharusan bagi setiap warga madrasah terutama guru dan kepala madrasah, mereka harus terlibat dalam transformasi kualitas. Menerapkan prinsip TQM dalam pengembangan kurikulum menekankan kepada setiap orang agar memiliki komitmen untuk menfokuskan pada kualitas, harus mendorong peserta didik untuk mengubah cara kerja lama kepada cara kerja baru, dengan mengedepankan budaya mutu dalam proses pembelajaran. Perubahan Kurikulum yang terjadi beberapa kali sebelumnya, terakhir Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan kini sementara dirancang untuk kurikulum tahun 2013, merupakan bentuk pengembangan kurikulum yang berorientasi pada mutu. Setiap pengembangan kurikulum sudah tentu membutuhkan keterlibatan secara aktif semua komponen dalam operasionalisasi lembaga pendidikan. Pemberdayaan warga sekolah/madrasah (pimpinan, tenaga administrasi, tenaga pendidik dan peserta didik), dapat mengetahui informasi tentang kebutuhan yang terkait dengan pengembangan kurikulum. Berdasarkan kondisi tersebut, semua komponen dapat berperan dalam mengusulkan rencana-rencana kegiatan yang seharusnya dilaksanakan dalam pengembangan kurikulum tersebut. 106 Lihat Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, h. 54 105 Pemberdayaan semua potensi yang dimiliki oleh warga sekolah, secara hirarki merupakan tugas dan tanggung jawab pimpinan puncak sampai ketingkat bawah, sehingga program-program kerja yang tumbuh dan berkembang dari madrasah dapat dilaksanakan. Keterlibatan secara total dalam konteks TQM terutama dalam pengembangan kurikulum berarti yang berinisiatif adalah guru, orang tua peserta didik atau masyarakat sekitar dan stakeholders lainnya. Keterlibatan semua pihak diharapkan memberikan secara penuh kemampuan yang dimiliki dalam upaya pengembangan secara optimal untuk mewujudkan kualitas yang diharapkan bahkan melebihi permintaan pelanggan (costumer) baik internal maupun eksternal.107 Pihak atasan (pimpinan) selalu memberikan bimbingan dan dorongan untuk memantapkan konsep pengembangan kurikulum tersebut, yang dilakukan melalui lokakarya atau rapat terpadu guna mencari input yang diperlukan. Dengan demikian konsep TQM menghendaki agar kurikulum dikembangkan dengan melibatkan semua unsur atau stakeholders yang terkait dengan suatu lembaga pendidikan baik secara internal kelembagaan maupun secara eksternal. c. Pengukuran prestasi peserta didik. Pengukuran merupakan salah satu pilar TQM sebagai langkah penting dalam proses manajemen. Secara tradisional ukuran kualitas atas luaran lembaga pendidikan (sekolah/madrasah) adalah prestasi peserta didik. Ukuran dasarnya adalah hasil ujian baik Ujian Sekolah (US) maupun Ujian Nasional (UN). Jika hasil ujian menunjukkah hasil bertambah baik, maka kualitas pendidikan dikatakan juga menunjukkan baik. Pengukuran prestasi belajar peserta didik akan semakin penting karena hal itu menjadi ukuran kinerja para pengelola lembaga pendidikan, dan 107 Lihat Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, h. 302 106 mereka harus belajar untuk mengukur kualitas, mulai dari proses pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan, sehingga dapat mengukur dan menunjukan nilai tambah dan perubahan kualitas yang dicapai.108 Jika kualitas dapat dikelola, maka kualitas juga harus dapat diukur (measurable). Kualitas juga merupakan keunggulan (excellence) atau hasil yang terbaik (the best). Untuk mengejar kualitas, kesalahan harus dieliminir untuk mencapai keunggulan kompetitif lulusan lembaga pendidikan dalam menghadapi dinamika persaingan di era global sekarang ini. d. Komitmen terhadap kualitas. Penerapan Total Quality Management (TQM) dalam lembaga pendidikan Islam diperlukan komitmen yang tinggi terhadap kualitas dan perbaikan kualitas secara berkesinambungan. Oleh karena itu sebuah komitmen yang tinggi dalam dunia pendidikan memerlukan adanya suatu perubahan budaya organisasi sebagai langkah utama dalam meraih mutu pendidikan secara maksimal dengan ketentuan bahwa dilakukan perubahan, pimpinan puncak (kepala sekolah/madrsah) suatu lembaga pendidikan harus memiliki integritas yang kuat untuk mencapai budaya mutu.109 Hal ini menuntut pula kepala sekolah/madrasah dan dewan guru serta tenaga kependidikan lainnya untuk menggunakan dan mengaplikasikan prinsip- prinsip TQM dalam pendidikan. Untuk memberikan komitmen pada kualitas, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menerapkan TQM yaitu: 1) mempelajari dan memahami TQM secara menyeluruh; 108 109 Lihat Jerome S. Ascoro, Pendidikan Berbasis Mutu, h. 13 Lihat Jerome S. Ascoro, Pendidikan Berbasis Mutu, h. 16 107 2) memahami dan mengadopsi jiwa dan filosofi untuk perbaikan terus menerus; 3) menilai jaminan kualitas saat ini dan program pengendalian kualitas; 4) membangun sistem total kualitas; 5) membangun dan menilai budaya kualitas sebagai tujuan untuk mempersiapkan perbaikan, melatih orang-orang untuk bekerja pada suatu kelompok kerja; 6) mempelajari sekaligus berusaha mengatasi akar persoalan (penyebab) dan mengaplikasikan tindakan korektif dengan menggunakan teknik-teknik alat TQM; 7) menetapkan prosedur tindakan perbaikan dan menyadari akan keberhasilannya; 8) menciptakan komitmen dan strategi yang benar tentang total kualitas oleh pemimpin yang akan menggunakannya; 9) memelihara jiwa total kualitas dalam penyelidikan dan aplikasi pengetahuan yang amat luas.110 Aplikasi konsep TQM dalam prosedur pengembangan kurikulum berarti memaknai bahwa setiap langkah-langkahnya selalu diorientasikan pada kebutuhan pelanggan dengan mengedepankan aspek kualitas pada semua input dan prosesnya. Komitmen kualitas dibangun mulai dari level pimpinan tertinggi sampai pada level terbawah. e. Perbaikan berkesinambungan. Pada dasarnya manajemen mutu terpadu (TQM) memperkenalkan pengembangan dan perbaikan proses, produk dan pelayanan sebuah organisasi secara sistimatik dan berkesinambungan. Perbaikan berkesinambungan berkaitan dengan komitmen, yaitu komitmen terhadap kualitas, yang didasari pada visi dan misi pendidikan yang telah disepakati bersama, serta pemberdayaan semua potensi yang dimiliki oleh sekolah/madrasah untuk mewujudkan visi-misi tersebut. Perbaikan berkelanjutan berarti sesuatu yang belum pernah dilakukan, suatu tindakan 110 Joseph C. Field, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi dan Aplikasi. Terjemahan oleh Syafaruddin. (Jakarta: PT Grasindo, 2000) h. 13 108 pengajaran atas kualitas, prosesnya harus secara terus menerus diperbaiki dengan diubah, ditambah, dikembangkan dan dimurnikan. 111 Lembaga-lembaga pendidikan Islam, seperti madrasah yang menginginkan mutu pendidikan bukan hanya menyiapkan kurikulum, tetapi harus menyediakan alat dan sumber belajar yang relevan dengan perkembangan zaman untuk mendukung kemajuan proses pembelajaran. Gedung madrasah dan sarana prasarana pembelajaran, pelayanan yang prima terhadap peserta didik, guru, orang tua dan masyarakat, serta lingkungan pendidikan yang kondusif, merupakan faktor pendukung yang dapat memberikan kontribusi positif bagi kualitas proses dan kualitas produk (lulusan) lembaga pendidikan tersebut. 4. Supervisi/Evaluasi Pendidikan. Supervisor atau pengawas dalam satuan pendidikan memiliki peran dan fungsi strategis dalam mendorong kemajuan madrasah yang menjadi binaannya. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, pengawas dapat memberikan inspirasi dan mendorong para kepala madrasah, guru serta tenaga kependidikan lainnya untuk terus mengembangkan profesionalisme dan meningkatkan kinerja mereka. Bagi kepala madrasah, supervisor atau pengawas layaknya mitra kerja dan konsultan tempat meminta saran dan pendapat dalam pengelolaan madrasah. Sementara bagi guru, pengawas selayaknya menjadi gurunya guru dalam memecahkan problema dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk dapat menjalankan peran dan fungsi tersebut. Pengawas dituntut memiliki kompetensi, 111 Lihat Saifuddin Sabda. Model Kurikulum Terpadu Iptek dan Imtaq.( Jakarta: Ciputat Press.2006), h. 37. 109 khususnya dalam menjalin kerja sama dengan para kepala madrasah, guru dan stakeholder lainnya. Kompetensi ini dibutuhkan karena pengawas selalu bertemu dan berhubungan dengan banyak orang dari berbagai latar belakang, kondisi serta persoalan yang dihadapi. Mereka juga harus mampu bekerja sama yang baik dengan individu maupun kelompok. Peran pengawas dirasakan sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas guru, baik secara individu maupun secara kelompok, sekaligus dalam upaya memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Maka dari itu pengawas madrasah dituntut untuk melaksanakan tugasnya secara profesional dan penuh tanggung jawab.112Begitu pentingnya peran pengawas madrasah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, maka untuk menjadi pengawas harus memenuhi beberapa kriteria. Peraturan Pemerintah (PP) RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 39, ayat (2), menyatakan bahwa untuk menjadi pengawas harus memenuhi kriteria minimal, meliputi: a. Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi; b. Memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan pendidikan; c. Lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan. 113 Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah dikatakan, untuk dapat diangkat sebagai pengawas sekolah/madrasah, kualifikasi pengawas Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah 112 Lihat Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta, 2011), h. 81 113 Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 230. 110 Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/ MAK) adalah sebagai berikut: a. Memiliki pendidikan minimum magister (S2) kependidikan dengan berbasis sarjana (S1) dalam rumpun mata pelajaran yang relevan pada perguruan tinggi terakreditasi.114 Adanya ketentuan formal dalam Peraturan Pemerintah RI tersebut, khususnya tentang kriteria menjadi pengawas, termasuk pengawas pendidikan agama, menjadikan pengangkatan pengawas lebih selektif, dan perlunya dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada peningkatan kualitas pengawas. Pengawas pendidikan agama dituntut dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, yaitu menguasai hal-hal teknis pendidikan dan teknis administrasi seperti pengetahuan tentang kurikulum, proses pembelajaran, dan evaluasi. Petunjuk tentang kompetensi profesional pengawas pendidikan yang harus dimiliki, meliputi: Kompetensi kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian pengembangan, serta kompetensi sosial. Tugas pokok pengawas dalam Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (5) menyatakan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.115 Selanjutnya pada pasal 39 ayat (1) dinyatakan: Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. 116 114 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. 115 Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 5 116 Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h.25 111 Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 pasal 39 ayat (1) dinyatakan: Pengawasan pada pendidikan formal dilaksanakan oleh pengawas satuan pendidikan.117 Surat Keputusan MENPAN Nomor 118 tahun 1996 yang diperbaharui dengan SK MENPAN Nomor 091/KEP/MEN.PAN/10/2001 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya dinyatakan: Pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan pada satuan pendidikan prasekolah, sekolah dasar, dan sekolah menengah. 118 Pada pasal 3 ayat (1) dinyatakan; Pengawas sekolah adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis dalam melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah tertentu yang ditunjuk/ditetapkan. Pasal 5 ayat (1) berbunyi; tanggung jawab pengawas sekolah yakni: (a) melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan penugasannya dan; (b) meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan hasil prestasi belajar/bimbingan peserta didik dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. 119 Tanggung jawab pertama mengindikasikan pentingnya supervisi manajerial sedangkan tanggung jawab yang kedua mengindikasikan pentingnya supervisi akademik. Hal ini dipertegas lagi dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 pasal 57 yang berbunyi; supervisi yang meliputi supervisi manajerial dan akademik dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas atau penilik satuan 117 Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 162. 118 SK MENPAN Nomor 091/KEP/MEN.PAN/10/2001 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, pasal 1, ayat (1). 119 SK MENPAN Nomor 091/KEP/MEN.PAN/10/2001, pasal 5 ayat (1). 112 pendidikan.120 Sedang tugas supervisi manajerial meliputi aspek pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan, sedangkan supervisi akademik meliputi aspek-aspek pelaksanaan proses pembelajaran (penjelasan pasal 57). Pengawasan manajerial sasarannya adalah kepala sekolah dan staf sekolah lainnya, sedangkan sasaran supervisi akademik sasarannya adalah guru. Ketentuan perundang-undangan di atas menunjukkan bahwa pengawas satuan pendidikan pada jalur sekolah adalah tenaga kependidikan profesional berstatus pegawai negeri sipil yang diangkat dan diberi tugas dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan baik pengawasan akademik maupun pengawasan manajerial pada satuan pendidikan yang ditunjuk. Pengawasan akademik adalah supervisi yang mengarah pada pengendalian dan pembinaan bidang akademik melalui kegiatan pembelajaran di sekolah/madrasah agar hasil belajar peserta didik menjadi baik dan bermutu. 121 Pembinaan terhadap guru dimaksudkan agar dapat mempertinggi kualitas proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik. Aspek yang dibina adalah aspek-aspek yang terkait dengan proses pembelajaran. Sedangkan Supervisi/ Pengawasan manajerial artinya membina kepala sekolah dalam pengelolaan administrasi satuan pendidikan berdasarkan menajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah menengah yang sejenis. 120 122 Selain itu supervisor juga bertugas Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 172 121 Lihat M. Amin Thaib, dkk, Standar Supervisi dan Evaluasi Pendidikan pada Madrasah Aliyah ( Jakarta: Direktur Mapaenda Kementerian Agama RI, 2005 ) h. 10. 122 Lihat Imam Tolkhah, dkk. Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar dan Menengah ( Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama RI, 2007 ) h. 93. 113 untuk membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah/ madrasah, dan mendorong mereka untuk merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya di sekolah/madrasah. Kegiatan utama setiap pengawas satuan pendidikan dalam melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial adalah; memantau, menilai, membina dan melaporkan. Memantau atau monitoring artinya melakukan pengamatan, pemotretan, pencatatan terhadap fenomena yang sedang berlangsung. Misalnya memantau proses pembelajaran, dan mengamati, memotret, mencermati, mencatat berbagai gejala yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Menilai artinya memberikan harga atau nilai terhadap obyek yang dinilai berdasarkan kriteria tertentu. Jadi setiap penilaian ditandai adanya kriteria, adanya obyek yang dinilai dan adanya pertimbangan atau judgemen. Hasil penilaian dijadikan bahan untuk pengambilan keputusan, misalnya menilai/mengevaluasi kemampuan guru mengajar. Sedang membina artinya memberikan bantuan atau bimbingan ke arah yang lebih baik dan lebih berhasil. Tentunya sebelum membina pengawas harus mengetahui terlebih dahulu kelemahan atau kekurangan dari orangorang yang dibinanya. Melaporkan artinya menyampaikan proses dan hasil pengawasannya kepada atasan baik secara lisan maupun secara tertulis dengan harapan laporan tersebut bisa ditindaklanjuti atasan baik berupa pembinaan selanjutnya maupun usaha lain untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan adalah kurangnya peran pengawas atau rendahnya kualitas pengawas pendidikan agama dalam melaksanakan 114 supervisi pendidikan di sekolah/madrasah.123 Oleh karena itu, untuk menunjang peningkatan kualitas pendidikan di madrasah, maka pegawas harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap visi dan misi pendidikan, terutama dalam penanaman imtak dan akhlakul kharimah peserta didik, memiliki wawasan yang memadai terhadap mata pelajaran yang diajarkan di madrasah, mampu membina kerjasama yang baik dengan semua pihak, serta mampu menjawab berbagai tantangan dalam era transformasi global. 5. Pengembangan kompetensi Guru. Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan dianggap sebagai orang yang berperan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan yang merupakan pencerminan mutu pendidikan. Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak lepas dari pengaruh faktor internal dan faktor eksternal yang membawa dampak pada perubahan kinerja guru. Para ahli pendidik menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya, yaitu: a. Faktor Kepribadian. Setiap guru memiliki pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang dimiliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dari guru lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah abstrak, hal ini dipertegas Zakiah Darajat bahwa kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak, sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan, misalnya dalam tindakan, ucapan, caranya 123 Lihat Kustimi, Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Membina Kemampuan Mengajar Guru, h. 60. 115 bergaul, berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang berat.124 Klages dalam Suryabrata mengemukakan bahwa ada tiga aspek kepribadian, yaitu; 1) materi atau bahan, yaitu semua kemampuan (daya) pembawaan beserta keistimewaan-keistimewaannya, 2) struktur, yaitu sifat-sifat bentuknya atau normalnya, dan 3) kualitas atau sifat, yaitu sistem dorongan-dorongan.125 Aspekaspek tersebut merupakan kompetensi kepribadian sebagai syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan profesinya. Karena tanpa aspek tersebut sulit bagi guru untuk dapat melaksanakan tugas sesuai dengan harapan. Kepribadian dan dedikasi yang tinggi dapat meningkatkan kesadaran akan pekerjaan dan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi. Guru yang memiliki kepribadian yang baik dapat membangkitkan kemauan untuk giat memajukan profesinya dan meningkatkan dedikasi dalam melakukan pekerjaan mendidik sehingga dapat dikatakan guru tersebut memiliki komitmen yang baik dalam menjalankan profesinya. b. Faktor Profesionalisme Guru Profesi guru kian hari menjadi perhatian seiring dengan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menuntut kesiapan agar tidak ketinggalan. Menurut Pidarta bahwa profesi ialah suatu jabatan atau pekerjaan biasa seperti halnya dengan pekerjaan-pekerjaan lain, tetapi pekerjaan itu harus diterapkan pada masyarakat untuk kepentingan masyarakat umum, bukan untuk kepentingan individual, 124 Lihat Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h. 106. 125 Lihat Suryabrata, Psikologi Kepribadian (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h. 129. 116 kelompok, atau golongan tertentu.126 Pembinaan dan pengembangan profesi guru merupakan hal penting untuk diperhatikan guna mengantisipasi perubahan dan beratnya tuntutan terhadap profesi guru. Pengembangan profesionalisme guru menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Tuntutan yang harus dipenuhi oleh guru dalam meraih predikat guru yang profesional sebagaimana yang dikemukakan oleh Supriadi bahwa untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal, yaitu: 1) Guru harus mempunyai komitmen, 2) Guru menguasai secara mendalam bahan/materi mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada peserta didik, 3) Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara evaluasi, 4) Guru mampu berpikir sistimatis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya, 5) Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.127 Sebaliknya menurut Supriadi penyebab rendahnya profesionalisme guru, yaitu: 1) Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total. 2) Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi. 3) Pengakuan terhadap ilmu pengetahuan dan keguruan masih setengah hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. 4) Masih belum smoothnya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar atau kurikulum yang diberikan kepada calon guru. 5) Masih belum berfungsinya PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara maksimal meningkatkan profesionalisme anggotanya. 128 Makin tinggi kesadaran seseorang makin kuat keinginannya meningkatkan 126 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia (Edisi Revisi, Jakarta: Bina Aksara, 2008), h. 112. 127 Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru (Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa, 1999), h. 42. 128 Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, h. 44. 117 profesi, artinya semakin sering profesi guru dikembangkan melalui berbagai kegiatan maka semakin mendekatkan guru pada pencapaian predikat guru yang profesional dalam menjalankan tugasnya sehingga harapan kinerja guru yang lebih baik akan tercapai. Hal ini dipertegas Pidarta bahwa kesadaran diri merupakan inti dari dinamika gerak laju perkembangan profesi, merupakan sumber dari kebutuhan mengaktualisasi diri.129 Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa antara profesionalisme dan kompetensi guru tidak dapat dipisahkan, karena guru yang profesional dapat dipastikan memiliki kompetensi yang baik atau berkualitas, sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang RI, No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa kompetensi diartikan sebagai perangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 130 Dapat juga dipahami bahwa kompetensi merupakan tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan tertentu, terutama dalam proses pembelajaran. Uhar Suharsaputra memberikan kesimpulan pengertian kompetensi secara umum, merupakan karakteristik individu yang mendasari perilaku seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan ( kinerja ), baik untuk pengetahuan, keterampilan, sikap ataupun motif yang akan mempengaruhi pada kinerja seseorang. 131Berbeda dengan pengertian yang dirumuskan oleh Houston yang dikutip oleh Samana bahwa 129 Lihat Made Pidarta, Pemikiran tentang Supervisi pendidikan, (Edisi Revisi, Jakarta: Bina Aksara, 2009), h. 120. 130 Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 74 131 Uhar Suharsaputra. Administrasi Pendidikan ( Bandung; Refika Aditama, 2010 ), h. 196. 118 kompetensi adalah kemampuan yang ditampilkan oleh guru dalam melaksanakan kewajibannya memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat.132 Dari kedua pendapat itu dapat dikatakan, bahwa pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan, keterampilan dan kecakapan kerja bagi seseorang pada bidang yang kecakapan dan keahliannya selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan, dengan kata lain kompetensi merujuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang dibuktikan dengan sikap dan perilakunya. Utami Munandar menyatakan bahwa kompetensi merupakan daya untuk melakukan sesuatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan, yang dipengaruhi oleh dua faktor terbentuknya kompetensi, yakni; 1) faktor bawaan, seperti bakat, dan 2) faktor latihan seperti hasil belajar.133 Dengan demikian kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah/madrasah, karena kompetensi guru pada hakikatnya tidak bisa dilepaskan dari konsep hakikat guru dan hakikat tugas guru. Ada beberapa karakteristik profesionalisme guru, sebagaimana dikemukakan oleh Rebore dalam Munandar bahwa karakteristik profesionalisme guru bisa ditinjau dari enam komponen, yaitu: 1) Pemahaman dan penerimaan dalam melaksanakan tugas, 2) Kemauan melakukan kerjasama secara efektif dengan peserta didik, guru, orang tua peserta didik, dan masyarakat, 3) Kemampuan mengembangkan visi dan pertumbuhan jabatan secara terus menerus, 4) Mengutamakan pelayanan dalam tugas, 5) Mengarahkan, menekan dan menumbuhkan pola perilaku peserta didik, 132 133 Lihat A. Samana, Profesionalisme Keguruan (Yogyakarta: Kanisius, 1994), h. 44. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah (Petunjuk bagi para guru dan orang tua) (Jakarta: Grasindo, 1992), h. 17. 119 6) Melaksanakan kode etik jabatan.134 Pada sisi lain, Guru yang profesional memiliki tingkat berpikir yang tinggi, yaitu mampu merumuskan konsep, menangkap, mengidentifikasi, dan memecahkan berbagai macam persoalan yang dihadapi dalam tugas, dan juga memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas.135 Dengan kata lain bahwa komitmen adalah kemauan kuat untuk melaksanakan tugas yang didasari dengan rasa penuh tanggung jawab. Sementara itu, kompetensi guru menurut pandangan Soedijarto dinyatakan, bahwa seorang guru harus mampu menganalisis, mendiagnosis, dan memprognosis situasi pendidikan.136 Lebih lanjut Soedijarto mengemukakan bahwa guru yang memiliki kompetensi profesional perlu menguasai antara lain: 1) disiplin ilmu pengetahuan dan bahan ajar yang diajarkan, 3) pengetahuan tentang karakteristik peserta didik, 4) pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan, 5) pengetahuan serta penguasaan metode dan model pembelajaran, 6) penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran, 7) pengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan kelancaran proses pendidikan.137 Tuntutan atas berbagai kompetensi tersebut mendorong guru untuk memperoleh informasi yang dapat memperkaya kemampuan agar tidak mengalami ketinggalan dalam kompetensi profesionalnya. Sudjana membagi kompetensi guru dalam tiga bagian, yaitu ; 1) Kompetensi bidang kognitif, yaitu kemampuan intelektual, seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai mengajar, pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku individu, 2) Kompetensi bidang sikap, 134 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, h. 114. 135 Lihat I Bafadal & A. Imron, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Materi Workshop (Malang: Ditejen Dikdasmen kerjasama dengan FIP UM, 2004), h. 69. 136 Soedijarto, Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 1993), h. 60. 137 Soedijarto, Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional, h. 61. 120 artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal berkenaan dengan tugas dan profesinya, 3) Kompetensi perilaku/performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai keterampilan/ berperilaku, seperti keterampilan dalam membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pembelajaran, 138 Ketiga bidang kompetensi tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain karena ketiga bidang tersebut (kognitif, sikap dan perilaku) mempunyai hubungan hirarki, artinya saling mendasari satu sama lain, kompetensi yang satu mendasari kompetensi lainnya. Kemudian Rusyan, mengemukakan beberapa macam kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu: Kompetensi profesional, artinya guru harus memiliki pengetahuan yang luas, kompetensi personal, artinya sikap pribadi yang mantap sehingga mampu menjadi sumber intensifikasi bagi subjek, Kompetensi sosial, artinya guru harus menunjukkan atau mampu berinteraksi sosial, baik dengan peserta didiknya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas, dan kompetensi untuk melakukan pembelajaran yang sebaikbaiknya dengan mengutamakan nilai-nilai sosial dari nilai material.139Pendapat ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 28 ayat (1) dikemukakan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.140 Selanjutnya dalam penjelasannya dikemukakan bahwa yang dimaksud 138 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar ( Bandung: Sinar Baru, 1991), h. 122. 139 Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: CV. Remaja Karya, 1998), h. 76. 140 Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 154 121 dengan pendidikan sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik, sehingga mereka dapat termotivasi untuk melaksnakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Guru atau pendidik sebagai agen pembelajaran harus memiliki empat jenis kompetensi, yang dipersyaratkan dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam penjelasannya sebagai berikut: Pertama, Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 141 Kedua, Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.142 Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik, karena manusia merupakan mahluk yang suka mencontoh termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadi peserta didik. Ketiga, Kompetensi Sosial adalah Kompetensi yang berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, 141 Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 210. 142 Departemen Agama, Kumpulan Undang-Undang, h. 210. 122 orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. 143 Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya. Guru dalam menjalani kehidupan seringkali menjadi tokoh panutan, dan identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya. Ashraf mengungkapkan bahwa Imam Al-Gazali menempatkan profesi guru pada posisi tertinggi dan termulia dalam berbagai tingkat pekerjaan masyarakat.144 Keempat, Kompetensi Profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.145 Dalam kompetensi profesional, guru harus menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung materi pelajaran yang diajarkan dan mengembangkannya secara kreatif. Selain itu guru harus memiliki kemampuan untuk merencanakan program pembelajaran dan kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran. Kedua kemampuan ini diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan dalam jabatan secara berkesinambungan.146 Pendapat senada dikemukakan oleh Agung dalam dua aspek kemampuan guru dengan indikator-indikatornya, yaitu: Kemampuan membuat rencana pembelajaran, meliputi: pengorganisasian bahan pembelajaran, merencanakan kegiatan pengelolaan pembelajaran, merencanakan pengelolaan kelas, merencanakan penggunaan media dan sumber pembelajaran, dan 143 Departemen Agama, Kumpulan Undang-Undang, h. 210. 144 Ali Ashraf, Horison, Era Baru Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), h. 226. 145 Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 230. 146 Lihat Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung: Refika Aditama, 2012), h. 106. 123 merencanakan penilaian prestasi peserta didik dalam pembelajaran. Sedang kemampuan dalam praktik pembelajaran, terdiri atas: Penggunaan metode, media, dan bahan latihan sesuai dengan tujuan pembelajaran, berkomunikasi dengan peserta didik, mendemonstrasikan metode pembelajaran, mendorong dan menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan relevansinya, mengorganisasi waktu, ruang, bahan, dan perlengkapan pembelajaran, serta evaluasi pencapaian peserta didik dalam proses pembelajaran.147 Memperhatikan uraian di atas, tampak bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utama guru di sekolah/madrasah, beberapa hal penting yang harus dimiliki guru adalah kemampuan menjabarkan materi standar dalam kurikulum. Untuk kepentingan tersebut guru harus mampu menentukan secara tepat materi yang relevan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. c. Faktor Kedisiplinan Kedisiplinan guru sangat perlu dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing peserta didik. Disiplin yang tinggi akan mampu membangun kinerja yang profesional sebab dengan pemahaman disiplin yang baik, guru mampu mencermati aturan-aturan dan langkah strategis dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kemampuan guru dalam memahami aturan dan melaksanakannya dengan tepat, baik dalam hubungan dengan sesama warga madrasah maupun dalam proses pembelajaran di kelas sangat membantu upaya 147 Iskandar Agung, Peningkatan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru (Jakarta: Bestari Buana Murni, 2010), h. 74. 124 membelajarkan peserta didik ke arah yang lebih baik. Kedisiplinan bagi guru merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan tugas dan kewajibannya. Tujuan disiplin menurut Saud yaitu, agar kegiatan sekolah dapat berlangsung secara efektif dalam suasana tenang, tenteram, dan guru beserta seluruh warga sekolah merasa puas karena terpenuhi kebutuhannya. 148 Sedangkan Dirjen Dikdasmen Depdiknas membagi disiplin menjadi dua bagian, yaitu: Tujuan umum adalah agar terlaksananya kurikulum secara baik yang menunjang peningkatan mutu pendidikan, dan tujuan khusus yaitu (a) agar kepala sekolah dapat menciptakan suasana kerja yang menggairahkan bagi seluruh peserta warga sekolah, (b) agar guru dapat melaksanakan proses pembelajaran seoptimal mungkin dengan semua sumber yang ada di sekolah dan di luar sekolah, (c) agar tercipta kerja sama yang erat antara sekolah dengan orang tua dan sekolah dengan masyarakat untuk mengemban tugas pendidikan.149 Dengan demikian, kedisiplinan seorang guru menjadi tuntutan yang sangat penting untuk dimiliki dalam upaya menunjang dan meningkatkan kinerja dan di sisi lain akan memberikan teladan bagi peserta didik bahwa disiplin sangat penting bagi siapapun apabila ingin sukses. 6. Pengembangan prestasi peserta didik. Keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan pada madrasah, sangat tergantung kepada beberapa komponen pendukung kegiatan seperti kurikulum, peserta didik, pembiayaan, tenaga pelaksana, dan sarana prasarana. Komponenkomponen tersebut merupakan satu kesatuan dalam upaya pencapaian tujuan 148 Lihat Udin Syaefuddin Saud, Pengembangan Profesi Guru (Bandung: CV.Alfabeta, 2010), h. 101. 149 Ditjen Dikdasmen Depdiknas, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL) (Jakarta: Ditjen Dikdasmen, 2002), h. 24. 125 lembaga pendidikan (Sekolah/madrasah). Setiap komponen saling berhubungan satu sama lain, sehingga dapat memberi kontribusi yang tinggi terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan . Komponen peserta didik sebagai pelanggan eksternal dalam prinsip TQM, memerlukan manajemen yang efektif dan pengelolaan perbaikan secara berkesinambungan. Peserta didik merupakan subyek sekaligus obyek dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. oleh karena itu keberadaan peserta didik tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan saja, akan tetapi harus merupakan bagian dari sistem pendidikan pada lembaga pendidikan (sekolah/madrasah). Manajemen bermutu bagi peserta didik dimaksudkan untuk mengembangkan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Peserta didik adalah pelanggan eksternal yang kebutuhan belajarnya harus dapat dipenuhi oleh semua warga di sekolah/madrasah, baik pimpinan sekolah, guru maupun staf sekolah/madrasah. Semua kegiatan ditujukan untuk memberi pelayanan terbaik kepada mereka. Peserta didik harus mendapat layanan utama di sekolah/madrasah, karena peserta didik memiliki kekuatan dalam bentuk kebebasan memilih lembaga pendidikan yang ia sukai. Setiap sekolah yang mampu memberi layanan terbaik sesuai dengan kebutuhan dan harapan, maka sekolah tersebut akan diminati oleh peserta didik untuk mengikuti pembelajaran didalamnya. Peserta didik menuntut pelayanan individual dan kelompok, mereka membutuhkan dorongan semangat agar terjadi proses belajar aktif. Peserta didik menuntut perlakuan yang manusiawi. Peserta didik dalam pembelajaran tidak dapat 126 disamakan dengan memproses barang. Barang bersifat statis dan dikemas dalam kemasan yang sama. Barang tak perlu di beri "penghormatan" seperti perlakuan terhadap anak.150 Peserta didik berinteraksi dan berkomunikasi dalam situasi pendidikan dengan pendidiknya. Peserta didik adalah individu yang aktif. Sementara barang ketika diproses pasif, melalui mekanisme proses tetap, dapat dibentuk sesuai rekayasa yang dikehendaki, tetapi peserta didik tidak seperti itu. Peserta didik sebagai individu yang ingin mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Pembinaan dan pengembangan prestasi peserta didik secara intensif, dengan berbagai macam pengetahuan dan pengalaman belajar melalui kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat menjadi bekal kehidupannya di masa yang akan datang. Kegiatan pelaksanaannya pembelajaran kurikuler yang telah ditentukan di dalam kurikulum yang dilakukan pada jam-jam pelajaran dalam bentuk proses di kelas dengan mata pelajaran atau bidang studi tertentu, wajib diikuti oleh peserta didik. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan di luar ketentuan yang telah ada di dalam kurikulum. Kegiatan ekstrakurikuler ini biasanya berdasarkan bakat dan minat yang dimiliki oleh peserta didik. Setiap peserta didik tidak harus mengikuti semua kegiatan ekstrakurikuler, mereka dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dirinya. Contoh kegiatan ekstrakurikuler ; OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), 150 Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, Layanan Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, h. 108. 127 ROHIS (Rohani Islam), kelompok Karate, kelompok Silat, kelompok Basket, Pramuka, kelompok Teater, dan lain-lain. Dalam manajemen pendidikan, tidak boleh ada anggapan bahwa kegiatan kurikuler lebih penting dari kegiatan ekstrakurikuler atau sebaliknya. Kedua kegiatan ini harus dilaksanakan secara simultan, karena saling menunjang dalam proses pembinaan dan pengembangan kemampuan pembinaan dan pengembangan prestasi peserta peserta didik. Keberhasilan didik, diukur melalui proses penilaian yang dilakukan oleh guru dan kepala madrasah. Ukuran yang sering digunakan adalah nilai hasil ujian nasional dan nilai hasil ujian sekolah serta kegaiatan-kegiatan lainnya yang bersifat akademik dan non akademik. Penilaian yang dilakukan oleh guru tentu saja didasarkan pada prinsip-prinsip penilaian yang berlaku di lembaga pendidikan tersebut. Untuk memenuhi kepuasan belajar peserta didik, guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan mengajar dengan menggunakan metode bervariasi, artinya guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar tidak hanya menggunakan satu metode yang monoton, melainkan mereka dituntut menggunakan metode yang efektif dan menyenangkan bagi peserta didik, sehingga tercipta sebuah mutu pembelajaran yang bermuara pada peningkatan proses pembelajaran. Pada hakekatnya kepuasan peserta didik merupakan tujuan dari layanan belajar di sekolah/madrasah. Anak yang mendapat kepuasan akan terlihat dari sikapnya yang positif terhadap pelajaran yang diterima dari gurunya. Anak menunjukkan sikap positif dalam bentuk perilaku karena telah memperoleh apa yang diinginkan dari gurunya. Peserta didik memberi reaksi positif dengan penuh semangat mengikuti seluruh proses pembelajaran, sehingga mereka dapat memahami 128 mata pelajaran secara mendalam. Indikator kepuasan anak dapat terlihat dari indikator individual dan indikator kelompok, yang terdiri dari ; 1) Setiap anak menerima pelajaran dari guru dengan rasa suka cita tanpa tegang dan stress. 2) Mengerjakan tugas secara independen 3) Tidak ada keluhan yang berarti dalam mengerjakan tugas 4) Mengikuti pembelajaran dengan aktif dan arif 5) Efektivitas belajar tinggi sesuai waktu 6) Belajar menurut prosedur sistimatika yang telah ditetapkan 7) Tinggi kapasitas pemahaman cara mengerjakan tugas belajarnya.151 Kepuasan belajar pada tingkat kelas dapat diketahui dari : 1) Norma dan aturan belajar dalam kelas dipatuhi, tak ada pelanggaran. 2) Duduk dan konsentrasi serius terhadap tugas yang harus dikerjakan, rendah jumlah anak yang mondar-mandir tanpa tujuan. 3) Rendah frekuensi pengarahan guru, besar aktivitas kelas mengerjakan tugas 4) Mengerjakan tugas menurut keperluan bahan belajar dan petunjuk belajar yang semestinya. 5) Sedikit waktu yang digunakan untuk membentuk disiplin dalam mengelola kelas 6) Anak menyukai pelajaran yang diberikan gurunya 7) Bangga atas prestasi yang diperolehnya.152 Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa semua aktivitas di sekolah dicurahkan untuk dapat memberi pelayanan pembelajaran yang terbaik. Setiap saat diupayakan untuk disempurnakan secara berkesinambungan, sehingga peserta didik benar-benar merasakan kepuasan dari pelayanan tersebut. Pada sisi lain kemampuan dan keterampilan guru dalam memberi layanan pembelajaran harus semakin ditingkatkan melalui pelaksanaan supervisi secara berkesinambungan (berkala). Sebab supervisi bertujuan untuk meningkatkan mutu belajar, 151 Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, Layanan Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, h. 110 152 Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, Layanan Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, h. 110 129 memperbaiki situasi belajar, dan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan guru dalam menangani pembelajaran. Supervisi juga bertujuan untuk menilai kinerja guru dalam penguasaan materi bahan ajar ketika guru melakukan proses pemebelajaran. 7. Iklim dan Budaya Organisasi . Iklim organisasi adalah keadaan atau kondisi lingkungan yang memberi perasaan yang menyenangkan secara menyeluruh terhadap mekanisme kerja dalam organisasi, baik yang bersifat fisik maupun hubungan sosial secara internal ataupun eksternal.153 Iklim organisasi/lembaga pendidikan yang kondusif akan berpengaruh terhadap kinerja guru dan pegawai dalam melaksanakan tugasnya secara produktif di sekolah. jika iklim madrasah dapat terpelihara dalam kondisi yang menyenangkan dan harmonis, akan melahirkan budaya organisasi yang lebih efektif terhadap peningkatan mutu pendidikan. Pada hakekatnya iklim organisasi dan budaya organisasi tidak bisa dipisahkan, keduanya saling melengkapi dan berhubungan. Budaya organisasi sekolah pada umumnya diartikan sebagai nilai-nilai, asumsi-asumsi, pemahaman dan cara-cara berpikir secara bersama-sama oleh anggota organisasi yang menjadi bagian dari kegiatan dan kehidupan mereka. 154 selain itu budaya organisasi merupakan hubungan antara karyawan dengan organisasi yang diatur melalui sistem dan nilai budaya yang telah disepakati bersama dan berusaha keras untuk mempertahankannya demi tercapainya tujuan dan kelangsungan organisasi. 155 Dalam organisasi apapun bentuknya setiap anggotanya dituntut untuk memiliki komitmen 153 154 155 Lihat Umar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, h. 74. Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu, h. 47. Panggabean, M.S, Komitmen Organisasional sebagai Mediator Variabel Bagi Pengaruh Kepuasan Kerja. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 6. No.1, 2004, h.27. 130 yang tinggi. Menurut Gibson dalam Nurika mengartikan komitmen sebagai lingkup, identifikasi, keterlibatan dan loyalitas yang diekspresikan oleh seseorang terhadap organisasinya.156 Bhuian & Menguc dalam Armstrong berpendapat bahwa: “organizational commitment as the affective commitment that represents an employee’s strong desire to remain a memberi of a particular organization when the opportunity to change jobs exits”.157(Komitmen organisasi sebagai komitmen afektif yang mewakili keinginan/kebutuhan karyawan untuk tetap menjadi anggota organisasi tertentu ketika ada kesempatan untuk mengubah/mengembangkan pekerjaan). Nurika lebih lanjut menyatakan bahwa budaya organisasi dilaksanakan melalui tiga faktor yaitu: 1) keyakinan yang kuat dan penerimaan terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, 2) keinginan untuk bekerja keras bagi organisasi, dan 3) keinginan untuk bertahan menjadi anggota suatu organisasi. 158 Hal senada dikemukakan Steers dalam Panggabean mendefinisikan budaya organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi), dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya.159 Budaya organisasi merupakan penanaman nilai yang membentuk perilaku seseorang sesuai peraturan 156 Nurika Restuningdiah, Pengaruh Komitmen Profesional terhadap Kepuasan Kerja Guru melalui Komitmen Organisasional (Disertasi: Universitas Negeri Malang, 2009), h. 21. 157 Michael Armstrong, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT. Elex Media Koputindo. 1997), h. 126. 158 Nurika Restuningdiah, Pengaruh Komitmen Profesional terhadap Kepuasan Kerja Guru melalui Komitmen Organisasional, h. 24. 159 Panggabean, MS, Komitmen Organisasional sebagai Mediator Variabel Bagi Pengaruh Kepuasan Kerja, h. 32. 131 organisasi yang telah disepakati bersama untuk mencapai tujuan organisasi. Uraian-uraian di atas, semuanya mempunyai penekanan menciptakan tentang perlunya budaya organisasi yang kondusif yang mengisyaratkan adanya hubungan pegawai dengan organisasi secara efektif. Pegawai yang menunjukkan komitmen tinggi, memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggungjawab yang lebih besar dalam mendukung kesejahteraan dan keberhasilan organisasi tempatnya bekerja.160Terdapat beberapa indikator iklim dan budaya pendidikan yang baik sebagaimana yang dikemukakan oleh E. Mulyasa antara lain sebagai berikut; a. Tujuan sekolah/madrasah yang mencerminkan keunggulan yang ingin dicapai diperlihatkan dengan jelas kepada seluruh warga sekolah. b. Pembelajaran akademik di sekolah dirumuskan dengan cara yang dapat diukur. c. Fasilitas fisik sekolah dirawat dengan baik, termasuk segera diperbaiki fasilitas yang rusak. Lingkungan sekolah/madrasah dipelihara agar tetap bersih, rapi, dan nyaman. d. Poster-poster yang berisi pesan-pesan positif dipajang di berbagai tempat strategis yang mudah dilihat oleh peserta didik. e. Guru dan peserta didik menunjukkan rasa memiliki dan bangga terhadap sekolahnya. f. Kondisi kelas yang menyenangkan sehingga tercipta suasana yang mendorong peserta didik belajar. g. Guru selalu mengembangkan metode mengajar, sehingga peserta didik tidak jenuh terhadap metode yang monoton. h. Penciptaan relasi kekeluargaan dan kebersamaan, dan menciptakan suasana yang memberikan harapan agar peserta didik dapat mencapai tingkat prestasi yang tinggi. i. Prestasi peserta didik yang tinggi yang diperoleh, disampaikan kepada seluruh orang tua peserta didik, dan seluruh guru dan staf berkomitmen untuk mengembangkan dan mempertahankan budaya mutu dalam menjalankan tugas sehari-hari.161 Indikator-indikator tersebut lebih memperjelas bahwa penciptaan iklim dan budaya sekolah/madrasah yang kondusif menjadi komponen penting dalam upaya 160 Ali Imron. Pembinaan Guru di Indonesia (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h. 78. 161 E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, h. 92. 132 membina mutu pendidikan. Iklim dan budaya sekolah/madrasah yang kondusif secara umum dapat mempengaruhi suasana belajar peserta didik, yang pada akhirnya turut mempengaruhi prestasi belajar peserta didik yang lebih baik dan memuaskan orang tua peserta didik. Sementara itu iklim dan budaya sekolah/madrasah dapat tercipta jika didukung oleh lingkungan yang sehat dan menyenangkan. 8. Peran Serta Masyarakat. Peran serta masyarakat merupakan kontribusi atau sumbangan dan keikutsertaan masyarakat dalam menunjang kegiatan-kigiatan madrasah, termasuk dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan madarasah baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap kelangsungan madrasah. Oleh karena itu peran serta masyarakat sangat diharapkan, terutama dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring/evaluasi program pendidikan. Unsur-unsur dalam peran serta masyarakat antara lain orang tua peserta didik, komite madrasah dan masyarakat dari unsur ulama/tokoh agama, tokoh pendidik, dan lain-lain. Unsur-unsur itu sangat besar artinya dalam peningkatan mutu pendidikan madrasah. Hal ini perlu diupayakan pengembangannya sebagai pemberdayaan madrasah berbasis masyarakat, menuju madrasah yang berbasis TQM. Mereka dapat bekerjasama dengan madrasah dalam meningkatkan mutu madrasah melalui perencanaan program-program pembelajaran dan kemajuan peserta didik serta melalui berbagai kegiatan dan keterlibatan secara aktif. Berkaitan dengan hal tersebut, maka jenis peran serta masyarakat sangat bervariasi diantaranya peran serta yang berupa dana, barang, tenaga, dan pikiran 133 dan keahlian. Keterbatasan kemampuan pemerintah terhadap pembiayaan sekolah/madrasah, masyarakat berhak dan berkewajiban memberikan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan. Semakin tinggi partisipasi masyarakat semakin tinggi rasa memiliki dan semakin tinggi pula tanggung jawab terhadap madrasah, seperti sering diungkapkan, bahwa hubungan masyarakat dengan sekolah/madrasah merupakan komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama serta pemenuhan kepentingan bersama. 162 Konsep ini searah dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pada Bab XV Pasal 54 pada ayat (1) dan (2) dinyatakan sebagai berikut ; (1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. (2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. Kemudian pasal 56 ayat (1) dan (3) dinyatakan sebagai berikut; (1) Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah. (3) Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. 163 Dari ketentuan di atas, kedudukan madrasah sebagai lembaga pendidikan tidak dapat dipisahkan dari masyarakat lingkungannya, demikian juga sebaliknya, sebab keduanya memiliki kepentingan, madrasah merupakan lembaga formal yang 162 Lihat Dadang Suhardan , dkk,( Tim Dosen Administrasi pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia) Manajemen Pendidikan ( Bandung: Alfabeta, 2011 ) h. 278. 163 Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 33-34. 134 diserahi mandat untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda menjadi generasi pembangunan bangsa di masa depan, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu. Menurut Pidarta bahwa suatu lembaga pendidikan tidak dibenarkan mengisolasi diri dari masyarakat, ia tidak boleh melaksanakan idenya sendiri dengan tidak mau tahu akan aspirasi masyarakat, bila hal ini dilakukan berarti ia menuju ke ambang kematian. 164 Hubungan madrasah dengan masyarakat terutama dalam peningkatan mutu madrasah dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu kepentingan sekolah dan kebutuhan/kepentingan masyarakat.165 Tujuan hubungan masyarakat berdasarkan dimensi kepentingan sekolah yaitu: memelihara kelangsungan hidup sekolah, meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, memperlancar kegiatan pembelajaran, memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam rangka pengembangan dan pelaksanaan program-program sekolah. Dalam konteks penerapan TQM, hubungan kepala sekolah/madrasah dan guru dengan masyarakat perlu terjamin berkesinambungan. Kepala madrasah dan baik dan berlangsung secara Guru di samping mampu melakukan tugasnya di madrasah, mereka juga diharapkan dapat dan mampu melakukan tugastugas hubungan dengan masyarakat. Untuk mencapai hal itu diperlukan kompetensi dan perilaku dari semua warga madrasah yang cocok dengan struktur sosial masyarakat setempat, sebab ketika kompetensi dan perilaku mereka tidak cocok dengan struktur sosial dalam masyarakat, maka akan terjadi benturan pemahaman dan salah pengertian terhadap program yang dilaksanakan madrasah dan berakibat 164 165 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, h. 28. Wahjosumijo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinajuan Teoritik dan Permasalahannya ( Cet. ke 7, Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2011), h. 345. 135 tidak adanya dukungan masyarakat terhadap madrasah, padahal madrasah dan masyarakat memiliki kepentingan yang sama dan peran yang strategis dalam mendidik dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas.166Oleh karena itu keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan pendidikan sangat penting, keterlibatannya hendaknya diarahkan untuk membangun kesadaran mengenai pentingnya pendidikan sebagai aset kehidupan. 167Lewat keterlibatan mereka dalam mengelola pendidikan dapat diakomodir aspirasinya dan pandangan-pandangannya kearah peningkatan mutu pendidikan. Dengan demikian peran serta masyarakat dalam pengelolaan pendidikan baik langsung maupun tidak langsung mutlak harus dibangun atas prinsip kebersamaan. 9. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan. Salah satu faktor pendukung keberhasilan sebuah lembaga pendidikan adalah terpenuhinya sarana dan prasarana yang memadai. berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 42 ayat (1) dan (2) dikemukan sebagai berikut; (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pem-belajaran yang teratur dan berkelanjutan. (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan, satuan pendidikan, ruang pendidikan, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain 166 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi, dan Implementasi) (Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2003), h. 72 167 Saiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, h. 246. 136 yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.168 Berdasarkan ketentuan dan Peraturan Pemerintah tersebut sudah sangat jelas bahwa standarisasi pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan harus dijadikan prioritas utama, karena untuk meningkatkan mutu pendidikan tergantung kepada sejauh mana ketersediaan dan mutu sarana dan prasarana pendidikan. Hal ini sangat penting karena salah satu faktor pendukung mutu pendidikan di sekolah/madrasah adalah sarana dan prasarana yang lengkap. Program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan selain mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 19/2005 juga ditempuh langkah-langkah sebagai berikut, yaitu; a. Menetapkan kebijakan program secara tertulis tentang ketentuan–ketentuan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, dalam hal mutu dan biayanya, dan sekaligus merencanakan dan pendayagunaanya; b. Mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan agar tetap berfungsi mendukung proses pembelajaran, termasuk pemeliharaan fasilitas fisik dan peralatan dengan memperhatikan kesehatan lingkungan; c. Melengkapi fasilitas pembelajaran setiap kelas di sekolah/madrasah, dan menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai tujuan pendidikan dan kurikulum masing-masing tingkat/kelas.169 Dengan demikian pengelolaan sarana dan prasarana membutuhkan sebuah manajemen pengelolaan, sehingga dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan, 170 dan diharapkan juga dapat menciptakan kenyamanan bagi guru dan peserta didik dengan tersedianya alat-alat dan fasilitas belajar yang memadai, secara kuantitatif dan kualitatif. 168 Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 163-162 169 Lihat Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset pendidikan, h. 649-650. 170 Lihat E. Mulyasa, Manajemen & Kepemimpinan, h.87. 137 10. Keuangan dan Pembiayaan pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada setiap lembaga pendidikan termasuk salah satu komponen penentu terlaksananya penyelenggaraan pendidikan di sekolah/madrasah, sebagaimana dengan komponen-komponen lainnya, karena hampir semua kegiatan dan aktifitas dalam proses pembelajaran memerlukan biaya. Oleh karena itu keuangan dan pembiayaan perlu dikelola secara efektif, efisien dan akuntabel. Meskipun pembiayaan pendidikan sebagian sudah menjadi tanggungan Pemerintah, namun pada umumnya pengelola pendidikan masih merasakan belum cukup, mengingat banyaknya kebutuhan sekolah/madrasah yang harus dipenuhi, sehingga sekolah/madrasah harus berusaha mencari dana dan pembiayaan untuk keberlangsungan proses pendidikannya. Sumber pembiayaan pada sekolah/medrasah secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu; 1. Pemerintah, baik pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah, yang bersifat umum atau yang bersifat khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan. 2. Orang tua peserta didik, yang diatur melalui wadah Komite sekolah/madrasah. 3. Masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat.171 Pengelompokan sumber pembiayaan pendidikan tersebut dapat dikatakan hampir sama bagi satuan pendidikan, yang membedakan adalah dari segi kuantitas dan kualitas penerimaannya, karena yang menjadi dasar penerimaan setiap satuan pendidikan adalah tergantung jumlah siswa, dan tingkat partisipasi orang tua siswa dan masyarakat setempat. Semakin banyak jumlah murid atau siswa, maka semakin banyak dana operasional yang diterima, demikian halnya, jika partisipasi orang tua dan masyarakat bagus, maka lembaga itu 171 akan semakin mudah E. Mulyasa, Manajemen & Kepemimpinan, h. 85. melakukan 138 program peningkatan mutu peserta didik. Nanang Fattah dalam Uhar Suharsaputra mengemukakan, fungsi pembiayaan pendidikan disamping sebagai alat perencanaan dan pengendalian, juga merupakan alat bantu manajemen dalam mengarahkan suatu lembaga dalam menempatkan pada posisi yang kuat atau lemah. 172 Pelaksanaan program pendidikan akan ditentukan oleh kemampuan anggaran yang tersedia, bahkan anggaran menjadi salah satu ukuran apakah program kegiatan dapat terlaksana dengan baik, apakah penggunaan anggaran untuk membiayai program kegiatan pendidikan sudah sesuai, efektif dan efisien. Dengan demikian anggaran mempunyai peran dan fungsi yang strategis dalam lembaga pendidikan, dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam kenteks penerapan TQM bahwa untuk pemberdayaan faktor-faktor pendukung pendidikan yang dikemuakakan di atas sebaiknya mengacu kepada minimal 10 (sepuluh) prinsip TQM, yaitu; 1) fokus pada pelanggan (kostumer), 2) kepemimpinan, 3) perbaikan berkesinambungan, 4) keterlibatan total dan pemberdayaan, 5) Obsesi dan komitmen yang tinggi terhadap mutu, 6) pendidikan dan pelatihan, 7) pengukuran dan evaluasi/penilaian, 8) pengambilan keputusan berdasarkan fakta, 9) kebebasan terkendali, 10) kesatuan tujuan. Pemberdayaan komponene-komponen pendidikan yang berbasis TQM, baik secara konseptual maupun secara operasional dalam penerapan TQM pada lembaga pendidikan Islam (madrasah), sudah tentu akan berdampak positif terhadap terwujudnya lembaga pendidikan yang bermutu, pendidikan yang memiliki daya saing yang tinggi sesuai atau melebihi harapan pelanggan. 172 Uhar Suharsaputra,Administrasi Pendidikan, h. 265 139 Pemberdayaan faktor-faktor determinan pendidikan dengan berbasis TQM harus dikelola secara terpadu sesuai fungsi masing-masing. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya bahwa Manajemen Mutu Terpadu merupakan konsep manajemen yang bersifat konprehensif yang berlaku bagi setiap orang, sebab setiap orang dalam sebuah institusi apapun status, posisi dan peranannya adalah leader bagi tanggung jawabnya masing-masing. E. Kebijakan Pengembangan Madrasah 1. Pengertian dan Karakteristik Madrasah. Kata "madrasah" dalam bahasa Arab adalah bentuk kata "keterangan tempat" (zharaf makan) dari akar kata "darasa".173 Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kata madrasah memiliki arti sekolah. Walaupun secara teknis, yakni dalam proses pembelajaran secara formal, madrasah tidak berbeda dengan sekolah, tetapi di Indonesia madrasah tidak lantas dipahami sebagai sekolah, melainkan diberi konotasi yang lebih spesifik lagi, yakni sekolah agama, tempat peserta didik memperoleh pembelajaran hal-ihwal atau seluk-beluk agama Islam. Dalam praktiknya ada madrasah yang di samping mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan (al-‘ulum al-diniyyah), juga mengajarkan ilmu-ilmu yang diajarkan di sekolah umum. Selain itu, ada madrasah yang hanya mengkhususkan diri pada pelajaran ilmu-ilmu agama, yang biasa disebut madrasah diniyyah.174 Kenyataan bahwa kata madrasah berasal dari bahasa Arab, dan tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, menyebabkan masyarakat lebih memahami madrasah sebagai 173 Lebih lanjut baca, secara harfiah "madrasah" diartikan sebagai "tempat belajar", atau "tempat untuk memberikan pelajaran". Dari akar kata "darasa" juga bisa diturunkan kata "midras" yang mempunyai arti "buku yang dipelajari" atau "tempat belajar". Lihat Maksum, Madrasah dan Sejarah Perkembangannya( Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) h. 32. 174 Abdul Rahman Shaleh, Penyelenggaraan Madrasah (Jakarta: Dharma Bakti, 1981), h. 11. 140 lembaga pendidikan Islam, yakni tempat untuk belajar agama. Dalam perkembangan selanjutnya, kata madrasah secara teknis mempunyai arti atau konotasi tertentu, yaitu suatu gedung atau bangunan tertentu yang lengkap dengan segala sarana dan fasilitas yang menunjang proses pembelajaran. Pada hakekatnya madrasah mempunyai karakter yang sangat spesifik, bukan hanya melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran agama, tetapi juga mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan hidup di dalam masyarakat. Madrasah yang membawa fungsi teologis seperti itu, akan paralel dengan kesadaran teologis masyarakat yang dilandasi oleh kebutuhan untuk memperdalam dan mengamalkan ilmu-ilmu agamanya. Oleh karena itu madrasah adalah milik masyarakat dan menyatu dengan nilai-nilai yang telah hidup dan dikembangkan di dalam kebudayaan sebagai milik masyarakat. Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI melalui Majlis Pertimbangan dan Pemberdyaan Pendidikan Agama dan Keagamaan (MP3A) menegaskan bahwa, madrasah memiliki ciri dan karakteristik sebagai berikut; Pertama, Populis yakni madrasah selalu dicintai oleh masyarakat, karena tumbuh dari masyarakat dan dikembangkan oleh masyarakat. Kedua, Islami yaitu madrasah yang berciri khas agama Islam, mampu menciptakan anak-anak bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt. dan berakhlak mulia. Ketiga, Berkualitas, yaitu madrasah yang mampu mencetak anak-anak bangsa yang memiliki kemampuan dan keterampilan dan sanggup menghadapi tantangan zaman.175 Hal yang sama juga dikemukakan oleh Abd. Rahman Halim bahwa visi madrasah masa 175 Lihat Depatemen Agama, Menuju Madrasah Mandiri (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2006), h. 10. 141 depan adalah terciptanya karakteristik sistem pendidikan yang Islami, populis, berkualitas dan beragam.176 Karakter Islami merupakan identitas yang paling pokok dan utama yang harus diaplikasikan dan diinternalisasikan dalam kurikulum dan proses pembelajaran, sehingga nilai-nilai ajaran Islam dapat mewarnai dan membentuk kepribadian peserta didik yang konsisten melaksanakan syare’at Islam secara kaffah. Karakter, populis, karakter ini sangat terkait dengan sejarah kelahiran dan perkembangan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang lahir atas dukungan masyarakat, tanpa mengenal gradasi (tingkatan) lapisan sosial masyarakat, melainkan menumbuhkan nuansa persudaraan yang penuh kasih sayang, keberpihakan kepada kaum dhu’afa. Karakter berkualiatas, karakter ini menuntut agar pengelolaan madrasah harus berorientasi pada mutu, madrasah merupakan salah satu subsistem pendidikan nasional harus berbenah diri untuk meraih ketertinggalan yang selama ini dialamatkan sebagai lembaga pendidikan yang kurang bermutu, bahkan dianggapnya kumuh. itulah sebabnya dengan lahirnya UUSP No. 20/2003 yang mempersamakan madrasah dengan sekolah memberikan angin segar untuk meraih mutu yang kompetitif, sehingga madrasah sudah tidak lagi menjadi lembaga pendidikan yang termarginalkan. Karakter keragaman bahwa madrasah menunjukkan sikap feleksibilitas dalam mengakomodir dari berbagai latar belakang kehidupan masyarakat, dalam pengertian kehidupan madrasah berwawasan kebhinekaan yang tunggal, yang tetap berada pada koridor ke-Islaman dan ketentuan kebijakan pemerintah NKRI. Madrasah sebagai subsistem pendidikan nasional secara fungsional dituntut untuk menjabarkan 176 tujuan pendidikan Nasional ke dalam program operasional Lihat Abd. Rahman Halim, Paradigma Baru Sistem Pembinaan Madrasah ( Cet. I. Yogyakarta: Kota Kembang, 2009), h. 49-51. 142 kegiatan pembelajaran. Penjabaran tersebut diperlukan agar dapat tercipta proses pembelajaran yang produktif, efektif dan efisien.177Dengan demikian diharapkan madrasah dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas yang mampu berkiprah dalam kehidupan masyarakat yang senantiasa berkembang. Mengacu pada kerakteristik di atas, maka dalam pengelolaan dan pengembangan madrasah untuk semua jenjang perlu merujuk kepada hal-hal sebagai berikut: a. Madrasah harus ditempatkan sebagai lembaga pendidikan yang dikelola secara profesional dan mampu memelihara norma-norma akademis yang memiliki standar kualitas sebagai lembaga pendidikan formal yang bermutu; b. Lulusan Madrasah sebagai produk pendidikan harus memiliki standar kualitas yang setara dalam arti memiliki kemampuan komparatif dan kompetitif dengan lulusan lembaga pendidikan formal lain yang sejenis; c. Madrasah harus tetap berada pada posisi dan jati diri sebagai lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bercirikan lslam yang memiliki karakter yang khas tanpa keluar dari akar budaya setempat. 178 2. Sejarah Perkembangan Madrasah Pendidikan yang dilaksanakan pada masa awal perkembangan Islam lebih terkait dengan upaya-upaya dakwah Islamiyah, penyebaran, dan dasar-dasar pelaksanaan ibadah dalam Islam. Sedangkan pendidikan formal Islam baru muncul dengan kebangkitan madrasah.179Lembaga pendidikan Islam telah mengalami perkembangan atau kemajuan, yang pada mulanya dilaksankan di masjid dan surau pada masa awal penyebaran Islam di Nusantara. Masjid selain berfungsi sebagai tempat ibadah juga difungsikan sebagai tempat pendidikan. Pelembagaan pendidikan Islam di wilayah Nusantara ini pada umumnya bermula dari pesentren, 177 Lihat Ace Suryadi dan H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1994), h. 34. 178 Lihat Depatemen Agama, Profil Madrasah Masa Depan (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2006), h. 19. 179 Lihat Ahmadi Syukran Nafis, Pendidikan Madrasah, Dimensi Profesional dan Kekinian (Yogya-karta: LaksBang PRESSindo, 2010), h. 71. 143 madrasah dan sekolah. Madrasah dianggap sebagai perkembangan atau pembaharuan dari lembaga pendidikan pesantren dan surau. 180 Dengan demikian pendirian madrasah ini telah memperkaya khasanah lembaga pendidikan di lingkungan masyarakat Islam, karena pada masa sebelumnya, masyarakat Islam hanya mengenal pendidikan tradisional yang diselenggarakan di masjid-masjid.181 Pertumbuhan madrasah sepenuhnya merupakan perkembangan lanjut dan alamiah dari dinamika internal yang tumbuh dari dalam masyarakat Islam sendiri. Pendidikan dan pengajaran Islam dalam bentuk pengajian al Qur’an dan pengkajian kitab yang diselenggarakan di rumah-rumah, surau, masjid, pesantren, dan lain-lain. Pada perkembangan selanjutnya mengalami perubahan bentuk baik dari segi kelembagaan, materi pengajaran (kurikulum), metode maupun struktur organisasinya, sehingga melahirkan suatu bentuk yang baru yang disebut madrasah. Pelembagaan pendidikan Islam dalam bentuk madrasah dilatar belakangi oleh dua faktor, yaitu; Pertama madrasah merupakan penyesuaian atas tradisi persekolahan yang dikembangkan pemerintah Hindia Belanda, dan madrasah merupakan bentuk lain dari sekolah yang diberi muatan dan corak keislaman. Kedua, merupakan fenomena modern yang muncul disekitar pada awal abad ke-20, yang menjadi bagian dari gerakan pembaharuan Islam di Indonesia, yang memiliki kontak langsung dengan gerakan pembaharuan di Timur tengah. 182 Dengan demikian, kemunculan dan perkembangan madrasah tidak terlepas dari adanya gerakan pembaharuan Islam yang diprakarsai oleh sejumlah intelektual muslim 180 Lihat Maksum, Madrasah dan Sejarah Perkembangannya, h. 80. 181 Lihat Maksum Madrasah dan Sejarah Perkembangannya, h. 41. 182 Lihat Maksum Madrasah dan Sejarah Perkembangannya, h. 82 144 (ulama) dan organisasi-organisasi Islam, baik di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Selain hal tersebut, perkembangan madrasah juga dipicu oleh adanya respon terhadap politik pendidikan Hindia Belanda di Tanah Air, yang mengembangkan sistem pendidikan persekolahan. Kesadaran untuk memperbaharui sistem pendidikan Islam, khususnya dari kalangan intelektual Islam yang telah mengenyam pendidikan Belanda, mereka melakukan perubahan pada mata pelajaran dengan menambah pelajaran umum, seperti membaca, berhitung, bahasa, pengetahuan alam, kebudayaan dan keterampilan administrasi dan organisasi. Metode pelajarannyapun dikembangkan atau direkayasa lebih efektif sesuai dengan kondisi pada saat itu. Gagasan-gagasan tersebut dimulai KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta (Muhammadiyah, 1912) dengan mendirikan Mulo met de Qu’an. 183 Kemudian selain Muhammadiyah, muncul pula kelompok modernis Islam lainnya dari para tokoh organisasi massa, sosial keagamaan, sosial politik, dan sosial ekonomi pada umumnya menyerukan pemurnian ajaran agama Islam dengan kembali kepada alQur’an dan Sunnah. Di sisi lain, mereka melakukan pembaruan di bidang pendidikan Islam. Kemunculan Serikat Islam di Solo (1911 M), Nahdlatul Ulama di Jawa Timur (1923 M), Persatuan Islam di Bandung (1926 M), Perserikatan Ulama di Majalengka (1911 M), Al-Jamiah al-Khoiriyah (1905M), dan Al-Irsyad di Jakarta (1913 M).184 Organisasi tersebut di atas melahirkan lembaga pendidikan Islam model madrasah. Perintisan madrasah ini merupakan respon terhadap kebijakan pendidikan h. 121. 183 Lihat Maksum Madrasah dan Sejarah Perkembangannya , h. 96. 184 Abdul Rahman Assegaf. Pendidikan Islam di Indonesia (Yogyakarta: Suka Press, 2007), 145 pemerintah Hindia Belanda,185 sehingga pendidikan Islam tidak termarginalkan, dan pada sisi lain tetap mempertahankan ciri-ciri keislamannya secara ketat dan kuat. Pada masa itu pesantren dan madrasah/sekolah Islam bermunculan. Sebagai dampak politik etis yang diterapkan kolonial Belanda. Madrasah pada masa tersebut bercorak klasik dan ada pula yang sintesis-adaptif.186 Madrasah yang bercorak klasikal adalah madrasah yang lahir dan berkembang dari pesantren tradisional yang telah ada sebelumnya, sedangkan madrasah yang bersifat sintesis-adaptif adalah madrasah yang lahir dari luar pesantren, seperti dari organisasi-organisasi sosial keagamaan, sosial-politik, atau sosial-ekonomi. Selain faktor politik yang membawa angin segar terhadap pendidikan Islam, terdapat pula tantangan tentang kebangkitan Islam pada masa tersebut. Pertama, pada tahun 1925 M Belanda mengeluarkan peraturan yang lebih ketat terhadap pendidikan Agama Islam yaitu tidak semua orang boleh memberikan pelajaran mengaji kecuali telah mendapat rekomendasi atau persetujuan pemerintah Belanda. Kedua, pada tahun 1932 M keluar lagi peraturan (Ordonansi Sekolah Liar; Wilde School Ordonantie) yang berisi tentang kewenangan untuk memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak mempunyai izin atau memberikan pelajaran yang tidak disukai Belanda.187 Pada saat itu sistem pendidikan madrasah sudah dikenal hampir di seluruh wilayah Indonesia, baik yang didirikan dengan usaha pribadi atau oleh organisasi- 185 Syamsu Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia, ( Jakarta : Kencana, 2007 ), h. 290. 186 Sintesis adaptif yang dimaksudkan adalah satu sisi mengikuti pola dan model sekolah ala kolonial Belanda dan satu sisi mengikuti pola dan model pesantren tradisional. 187 Abdul Rahman Assegaf, Pendidikan Islam di Indonesia, h. 122. 146 organisasi Islam. walaupun demikian pihak kolonial Belanda tetap berusaha menghalang-halangi penididikan madrasah. Hal ini dikarenakan kekhawatiran mereka bahwa pendidikan madrasah, disamping dapat mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, juga berfungsi mengembangkan ajaran-ajaran Islam di kalangan generasi muda, yang tentu saja hal tersebut sangat mengancam posisi pemerintahan Hindia Belanda. Berbeda dengan pemerintahan Hindia Belanda, pemerintahan Jepang membiarkan dibukanya kembali madrasah-madrasah yang pernah ditutup pada masa sebelumnya. Tentang sikap penjajah Jepang terhadap pendidikan Islam ternyata lebih lunak, sehingga ruang gerak pendidikan madrasah lebih bebas ketimbang pada zaman pemerintahan kolonial Belanda. Pemerintahan Jepang tidak begitu menghiraukan kepentingan agama, yang penting bagi mereka adalah demi keperluan memenangkan perang, para pemuka agama lebih diberikan keleluasaan dalam mengembangkan pendidikannya. Namun demikian, pemerintah Jepang tetap mewaspadai bahwa madrasah-madrasah itu memiliki potensi perlawanan yang membahayakan bagi pendudukan Jepang di Indonesia. Sehubungan dengan sejarah perkembangan madrasah di atas, maka secara khusus perkembangan madrasah di Sulawesi Selatan secara singkat akan dikemukakan, bahwa kehadiran dan kondisinya tidak jauh berbeda dengan kondisi yang ada di daerah lain, yang pada awalnya pendidikan Islam hanya dilaksanakan ditumah-rumah oleh guru-guru mengaji, kemudian dikembangkan di masjid atau di surau, dan kemudian didirikan pondok pesantren dan lebih khusus lagi dengan pendirian madrasah. 147 Pada tahun 1921 M.188 Pimpinan pusat Muhammadiyah di Yogyakarta telah mendapat kesempatan untuk membuka cabang-cabangnya diluar Kesultanan Yogyakarta, sehingga pada tanggal 17 Ramadhan 1345 H atau bertepatan pada tanggal, 4 April 1926 M, secara resmi Muhammadiyah telah berdiri di Kota Makassar sebagai cabang pertama di Sulawesi.189 Meskipun sejak tahun 1920 cikal bakal kehadiran Muhammadiyah di Sulawesi Selatan sudah ada, namun pada saat itu belum secara resmi karena yang membawanya adalah seorang pedagang batik yang bernama Mansur Al Yamani, yang sekaligus bertindak sebagai seorang Muballig, berasal dari Surabaya/Jawa Timur. Kehadirannya pada saat itu disambut baik oleh pengurus organisasi Sosial yang bernama “ al Shirat al-Mustaqim “ di Kota Makassar. Lembaga ini diprakarsai oleh KH. Abdullah, bersama dengan H. Muhammad Thahir dan HM. Yahya, mereka juga berprofesi sebagai pedagang. Mereka inilah yang memprakarsai berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah cabang Makassar, dengan melalui musyawarah mufakat diangkatlah H. Muhammad Joesoef Daeng Mattiro sebagai Ketua dan Muhammad Said Daeng Massikki sebagai sekretaris, dan dibantu oleh beberapa anggota dari tokoh dan pemuka agama lainnya, termasuk KH Abdullah.190 Mattulada dalam Rahman Getteng mengemukakan bahwa keinginan masyarakat untuk memiliki sekolah semakin besar, maka pada saat itulah (disekitar tahun 1926) Muhammadiyah merintis sekolah pertama yang diberi nama “ Moenir School” kemudian disusul madrasah diniyah dengan nama “ Diniyah School”. 188 Lihat Abd. Rahman Getteng, Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan, Tinjauan Historis dari Tradisional ke Modern (Cet. I, Makassar: Alauddin Press, 2011), h. 88. 189 Lihat Abd. Rahman Getteng, Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan , h. 89. 190 Abd. Rahman Getteng, Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan, h..87 148 Keduanya setingkat dengan sekolah Dasar (SD) atau ibtidaiyah. Kemudian pada tahun 1929, Cabang Muhammadiyah Makassar membuka lembaga pendidikan yang ke tiga, yaitu Holland Inlandisch School (HIS) dengan mata pelajaran pendidikan Islam (al-Qur’an dan Hadis) ditambah dengan mata pelajaran umum, sekolah ini dikepalai oleh Tuan Yahya bin Abd. Rahman Bayusut. Guru-gurunya selain dari kalangan tokoh Muhammadiyah, juga didatangkan dari Sumatera (Sumatera Thawalib) dan Jawa (Yogyakarta), seperti Yastim Latief, Buya HAMKA (Haji Abdoel Malik Karim Amrullah) dan Ustaz Zaini Dahlan, ke tiganya dari Sumatera Thawalib. Sedang yang dari Yogyakarta, Sangaji Koesoema dan Ustaz Raden Himan.191 Selain HIS, Muhammadiyah merintis sebuah lembaga pendidikan yang diberi nama Tablig School setingkat dengan Tsanawiyah, sekolah ini diprakarsai oleh Buya HAMKA. Salah satu tujuan didirikannya lembaga ini ialah untuk mengkader muballigh/da’i Islam untuk diterjunkan ke tengah-tengah masyarakat yang memang saat itu sangat dibutuhkan keberadaannya. Sekolah inilah menjadi cikal bakal berdirinya Madrasah Muallimin Muhammadiyah di sekitar tahun 1934.192 Pada saat inilah sekolah Tabligh School berubah namanya menjadi Madrasah Muallimin Muhammadiyah Makassar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sekolah/madrasah “ Moenir School dan Diniyah School” yang didirikan oleh Muhammadiyah Cabang Makassar merupakan Madrasah (sekolah Islam) yang tertua di Makassar, bahkan kemungkinan yang tertua di Sulawesi Selatan. Kemudian disusul Madrasah Muallimin Muhammadiyah Makassar, meskipun sementara ada yang berpendapat bahwa Perguruan Islam 191 Abd. Rahman Getteng, Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan, h. 91. 192 Abd. Rahman Getteng, Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan, h. 86 149 (PERGIS) Datumuseng yang tertua di Makassar, yang berdiri pada tahun 1945, didirikan oleh H.Darwis Zakaria, H. Mansur Daeng Tompo dan H. Gazali Sachlan,193 namun jauh sebelum berdirinya Perguruan Islam Datumuseng, telah berdiri Madrasah Muallimin Muhammdiyah Makassar pada tahun 1934,194yang sampai sekarang masih hidup dan berkembang dengan baik sebagaimana layaknya madrasah swasta lainnya di Kota Makassar, hal yang sama juga terlihat pada Perguruan Islam Datumuseng (PERGIS) yang tetap berkembang hingga saat ini. 3. Kebijakan Pemerintah Terhadap Madrasah. Perkembangan Madrasah sejak awal kemerdekaan sangat terkait dengan peran Departemen Agama yang resmi berdiri pada tanggal 3 Januari 1946,195 dalam perkembangan selanjutnya Departemen Agama menyeragamkan nama, jenis dan tingkatan madrasah sebagaimana yang ada sekarang. Madrasah ini terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, madrasah yang menyelenggarakan pelajaran agama 30% sebagai pelajaran dasar dan pelajaran umum 70%. Kedua, madrasah yang menyelenggarakan pelajaran agama Islam murni yang disebut dengan Madrasah Diniyah. Pada periode ini pemerintah mulai memikirkan kemungkinan mempersamakan antara madrasah dengan sekolah, dengan dikeluarkannya Kepres No. 34 tahun 1972, kemudian diperkuat dengan Inpres No. 15 tahun 1974, dan secara operasional tertuang dalam SKB (Surat Keputusan Bersama) tiga Menteri, yaitu Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri 193 Lihat Muljono Domopolii, Pesantren Modern IMMIM Pencetak Muslim Modern ( Cet.I, Jakarta: Rajawali Pers Raja Grafindo Persad, 2011) h. 109. 194 Lihat Abd. Rahman Getteng, Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan, h, 86 195 Lihat Abd. Rahman Getteng, Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan, h.89. 150 Nomor 6 Tahun 1975, Nomor 037/4 1975 dan Nomor 36 tahun 1975, tanggal, 24 Maret 1975, diantara ketetapannya sebagai berikut; a. Ijazah Madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan sekolah umum yang sederajat b. Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih tinggi; c. Siswa setingkat madrasah dapat berpindah ke sekolah yang setingkat.196 Semua aturan ini menggariskan bahwa madrasah disemua jenis dan jenjang mempunyai posisi yang sama dengan sekolah umum. Untuk itu kurikulum madrasah diharuskan memuat a lokasi waktu 70 % untuk mata pelajaran umum dan 30 % untuk mata pelajaran Agama. Kemudian pada tahun 1984, dikeluarkan SKB yang mengatur tentang pembakuan kurikulum sekolah umum dan kurikulum madrasah. Kurikulum Madrasah Aliyah sama dengan kurikulum Sekolah Menengah Atas pada mata pelajaran umum, sedang mata pelajaran agama Islam terdapat porsi atau struktur yang berbeda, yaitu terdiri; Qur’an Hadist, Aqidah Akhlak, Fikhi/Ibadah, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab.197 Hal lain yang dipersamakan adalah standar pendidikan madrasah sama dengan sekolah umum, ijazahnya mempunyai nilai yang sama dengan sekolah umum dan lulusannya dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih atas dan peserta didik madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat. Lulusan Madrasah Aliyah dapat melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi umum dan agama.198 Pemerintah melakukan langkah konkrit berupa 196 Lihat Depatemen Agama, Profil Madrasah Masa Depan. op, cit. h. 2 197 Lihat Sirajuddin Ismail, dkk, Reinvensi Kurikulum & Pembelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar( Jakarta; Orbit Indobis 2011), h. 259. 198 Departemen Agama RI, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2010), h. 33. Tentang istilah ” madrasah aliyah yang berciri khas Agama Islam” setelah diterbitkannya UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem 151 penyusunan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, dan terakhir dikeluarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Melalui Undang-Undang tersebut lebih mempertegas pemberian definitif kepada madrasah yang diperkuat operasional dan dimasukkan dalam dengan keputusan-keputusan yang lebih kategori pendidikan sekolah tanpa menghilangkan karakter keagamaannya.199 Melalui upaya ini dapat dikatakan bahwa madrasah berkembang secara terpadu dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan pendidikan di lingkungan madrasah sebagai subsistem dalam keseluruhan sistem pendidikan nasional, ditetapkan tidak berbeda dengan kebijaksanaan pendidikan yang ditetapkan oleh Departeman Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, madrasah diberikan batasan sebagai sekolah umum yang berciri khas agama Islam dan dikelola oleh Kementerian Agama. 200 Madrasah menggunakan kurikulum seutuhnya, menggunakan buku paket yang sama, mengikuti ujian nasional bersama dan mengikuti petunjuk perangkat teknis selengkapnya dari Kementerian Pendidikan Nasional. Disamakannya madrasah dengan sekolah umum dengan menerapkan kurikulum seratus persen sama antara kurikulum madrasah dengan sekolah umum, artinya mengubah keseluruhan subsistem pendidikan madrasah tersebut. Karena itu Pendidikan Nasional, yang disempurnakan dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang SPN, diikuti beberapa Peraturan Pemerintah dan PERMEN DIKNAS di bidang Pendidikan, maka istilah tersebut sudah tidak digunakan lagi, diganti dengan penulisan ”sekolah/madrasah ” pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Dengan demikian semakin memperjelas kesejajaran antara sekolah dan madrasah dalam Undang-Undang tersebut. 199 Departemen Agama RI, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional, h. 36. 200 Lihat Maksum Madrasah dan Sejarah Perkembangannya, h. 67. 152 renovasi terhadap keseluruhan subsistem pendidikan madrasah harus dilakukan, tidak hanya terbatas pada perangkat kurikulumnya saja, melainkan juga sebagai konsekuensi adalah guru, fasilitas madrasah, dan manajemennya. Kebijakan pembangunan pendidikan yang diterapkan di lingkungan madrasah yang merupakan subsistem pendidikan nasional tentu saja tidak akan berbeda dengan kebijakan pendidikan yang diterapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, maka sesuai dengan kebijakan Kementerian Agama, bahwa pembangunan pendidikan di lingkungan madrasah akan mengacu kepada empat hal, yaitu: Pemerataan, relevansi, kualitas, dan efisiensi. a. Pemerataan; kebijakan dalam bidang pemerataan dimaksudkan agar semua warga negara Indonesia memperoleh kesempatan yang sama untuk mengenyam dan mengikuti pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas harus menjadi milik bersama seluruh warga masyarakat Indonesia tanpa kecuali. b. Relevansi; kebijakan pemerintah dalam relevansi pendidikan dititikberatkan pada konsep link and match, yakni keterkaitan dan kesepadanan antara apa yang diberikan madrasah dengan apa yang ada di lapangan. c. Kualitas; kebijakan peningkatan kualitas ini dapat diartikan sebagai upaya memberdayakan dan mendayagunakan potensi yang ada di madrasah untuk pencapaian hasil yang diharapkan oleh madrasah, baik itu dari segi proses pembelajaran, kesejahteraan tenaga kependidikan, sumber daya manusia, finansial, dan sarana prasarana. d. Efisiensi; sistem pendidikan yang berlangsung pada jalur formal, dalam hal ini madrasah di Indonesia, hendaknya memperhatikan unsur efisiensi, dimana pengelolaan sebuah satuan pendidikan harus dapat memperhitungkan unit cost riel yang dibutuhkan dalam waktu satu tahun. Dengan demikian madrasah diupayakan untuk membuat perencanaan yang matang dalam penyelenggaraan pendidikan.201 Sebagaimana diketahui, bahwa madrasah mempunyai ciri khas yang sangat spesifik bukan hanya melaksanakan tugas pendidikan dan pembelajaran agama, 201 Lihat Departemen Agama RI, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional, h. 107. 153 tetapi juga mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan hidup di dalam masyarakat. Menurut Abdul Rahman Shaleh bahwa Pembinaan madrasah diharapkan untuk mencapai peningkatan mutu madrasah sekaligus juga sebagai sekolah umum berciri khas agama Islam, memiliki bobot yang sama baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah, dan penyesuaian pendidikan pada madrasah dan sekolah umum dilengkapi dengan program melanjutkan pendidikan, memenuhi kebutuhan ketenagaan, dan lapangan kerja.202 Selanjutnya seiring dengan upaya pembaruan sistem pendidikan menjadi suatu sistem yang lebih relevan dengan kebutuhan kini dan di masa depan, maka madrasah harus siap dan mampu melakukan pengembangan model-model atau polapola baru dalam hal penyelenggaraan program pendidikan sekaligus menjembatani tuntutan dan tantangan yang dihadapai, terutama dalam persaingan global. 4. Peraturan Pemerintah. No. 19 Tahun 2005 dan Mutu Madrasah. Pengelolaan dan pengembangan mutu pendidikan di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), yang berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Peratuaran Pemerintah ini juga bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Di dalam Peraturtan ini terdapat 8 (delapan) standar nasional pendidikan yang harus disikapi oleh setiap satuan pendidikan di Wilayah NKRI, yaitu; Standar isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, 202 Lihat Abdul Rahman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Visi, Misi, dan Aksi) (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2004), h. 116. 154 Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan.203 Standar Nasional Pendidikan tersebut pada hakekatnya terdapat kesesuaian dengan konsep dan prinsip TQM yang ditawarkan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan bagi masing-masing satuan pendidikan. sebagaimana halnya Peraturan Pemerintah ini bertujuan untuk mengatur dan menetapkan standar mutu pendidikan bagi setiap satuan pendidikan untuk semua jenis dan jenjang pendidikan. Standar Nasional Pendidikan sebagai legalitas formal yang memberikan kerangka dasar dalam mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu dengan menitikberatkan pada indikator kinerja (performance indikators) dari proses pendidikan. IndikatorIndikator setiap komponen Standar Nasional Pendidikan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional. Akan tetapi indikator-indikator tersebut, hanya merupakan pedoman untuk mengukur mutu pembelajaran atau efektivitas institusi dalam memenuhi kebutuhan peserta didik. Jika ingin memperoleh lebih banyak apa yang ada di balik indikator kinerja tersebut, satuan-satuan pendidikan harus mengembangkan menggunakan dan mengimplementasikannya lebih luas dengan konsep Total Quality Management (TQM), dengan pengartian perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) terhadap kedelapan standar pendidikan nasional tersebut dalam memenuhi harapan dan keinginan masyarakat/orang tua dan peserta didik itu sendiri. Perbaikan mutu menjadi semakin penting dengan meningkatnya persaingan dalam era liberalisasi ini. Perbaikan itu dilakukan melalui perubahan sistem 203 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. (Cet. V: Jakarta: Lek.Diknas, 2005), h. 14, dan lihat Dedi Mulyasana, op. cit, h. 150-170. 155 pengelolaan pendidikan dari sentralisasi kepada desentralisasi pendidikan sebagai pemberian otonomisasi kepada setiap satuan pendidikan semakin besar, dan perbaikan itu harus pula diimbangi oleh peningkatan peran dan tanggung jawab setiap stakecholder pendidikan. Sekolah/Madrasah harus bisa mendemonstrasikan bahwa lembaga tersebut mampu menyelenggarakan pendidikan yang bermutu kepada para peserta didiknya. Hal ini sejalan dengan paradigma baru penataan sistem pendidikan yang bermutu, yang menjadi tujuan Nasional diterapkannya Standar Pendidikan (PP.No.19 tahun 2005) tersebut. Sekolah/Madrasah harus menyelenggarakan pendidikan yang mengacu kepada mutu yang berkelanjutan,204 yang berbasis dan berasaskan otonomi, yang diiringi akuntabilitas yang memadai. Untuk mencapai hal tersebut harus diikuti pelaksanaan evaluasi dan penilaian secara teratur, baik oleh pihak eksternal (akreditasi) maupun kedalam sendiri (Kepala sekolah/madrasah). Evaluasi secara teratur dalam bentuk ‘’audit internal’ yang dilanjutkan dengan‘’review sistem manajemen’’ akan menjamin sekolah/ madrasah secara kontinu melakukan perbaikan mutu, termasuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat bagi lulusannya dalam meniti karir di dunia kerja. Melaksanakan perbaikan mutu pendidikan secara kontinu (berkelanjutan), yang dikembangkan oleh Total Quality Management (TQM) merupakan pendekatan yang tepat untuk memberi penguatan terhadap pelaksanaan PP. No. 19 tahun 2005 tersebut, karena prinsip-prinsip TQM akan memberi penekanan perbaikan mutu secara menyeluruh terhadap delapan Standar Nasional Pendidikan. TQM tidak menganut sistem separuh atau setengah hati terhadap mutu, melainkan selalu melihat penerapan mutu secara totalitas terhadap semua komponen pendidikan yang 204 James A.F. Atoner R. Edwar Feeman, Management Sixty Edition (Cet. I; New Jersey: Prentice Hall, 1995) h. 7. 156 dijadikan sebagai Standar Nasional pendidikan. Namun demikian, TQM mengupayakan agar penekanan institusi bergeser secara permanen dari perbaikan jangka pendek (shorter expediency) ke perbaikan jangka panjang, inilah maksud perbaikan yang ” tiada henti” sampai mutu yang direncanakan tercapai, yang pada akhirnya menjadi sebuah lembaga yang mempunyai daya saing yang kuat. Penerapan Total Quality Management (TQM) dalam kaitannya dengan penerapan PP. 19 tahun 2005 diperlukan sebuah komitmen terhadap budaya mutu. Komitemen yang tinggi terhadap perubahan budaya menjadi sesuatu yang penting, karena terkadang hal ini menjadi salah satu faktor penghambat yang cukup sulit dan cukup memakan waktu. Budaya mutu yang dimaksud mencakup sikap dan metode kerja guru dan staf di samping sistem manajemen dan kepemimpinan yang efektif. Perencanaan strategis perlu ditata dengan baik dalam menanggulangi hambatan budaya tersebut, karena perencanaan yang baik dan strategis banyak membantu pemegang kebijakan dalam institusi pendidikan dalam mewujudkan misi sekolah/madrasah. Melalui perencanaan ini, Pimpinan sekolah/madrasah akan mengetahui bersama dengan warga mau kemana madrasah menuju dan akan menjadi bagaimana madrasah dimasa depan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa PP No. 19 tahun 2005, yang menjadi acuan Standar Nasional Pendidikan, akan lebih efektif manajemen jika konsep yang ada seperti MBS/M atau MPMBS dapat dielaborasi secara integratif kedalam prinsip-prinsip Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu (MMT) pada lembaga pendidikan sekolah/ madrasah. 157 F. Kerangka Pikir Menurut penjelasan PP RI Nomor. 55/2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan , dalam penjelasannya disebutkan,205 bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945(perubahan ke empat) Pasal 31 ayat (3) berbunyi: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan UndangUndang”. Sebagaimana dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab III pasal 4 ayat 6 mengamanatkan agar pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.206 Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa strategi untuk mengatur model sistem pendidikan nasional dalam hal peningkatan mutu, maka semua lembaga pendidikan baik sekolah negeri maupun swasta perlu menjadikan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional ini sebagai arah kebijakan dalam tata kelola dan manajemen pendidikan, sehingga visi, misi, target, dan tujuan pendidikan dapat tercapai. Tata kelola dan manajemen pendidikan akan lebih baik dan terarah jika dilaksanakan sesuai dengan konsep TQM dalam meningkatkan mutu pendidikan sehingga semakin jelas indikator ketercapaian hasilnya. Madrasah sebagai subsistem pendidikan nasional perlu berbenah diri terutama dalam upaya peningkatan mutu pendidikannya, Sistem pendidikan yang 205 Lihat Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 253, 206 Lihat Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 9 158 diselenggarakan di Madrasah masih sering dianggap ketinggalan oleh sebagian masyarakat, namun dengan diterbitkaannya UUSPN No. 20/2003, madrasah bukan lagi menjadi lembaga pendidikan yang dimarginalkan, bahkan sudah sejajar dan mampu bersaing dengan sekolah yang sederajat. Berdasarkan UUSPN, yang diperkuat dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, maka aspek mutu pendidikan bukan hanya menjadi wacana melainkan sudah menjadi kewajiban bagi semua satuan pendidikan dan bagi semua pemangku kebijakan (stakeholders) dalam bidang pendidikan untuk menjadikan aspek mutu sebagai prioritas utama dalam seluruh aktivitas pendidikan. Untuk mencapai mutu pendidikan, selain memperhatikan masalah input, proses dan output serta outcamenya, maka faktor mananjemen merupakan salah satu faktor kunci untuk meraih mutu secara optimal. Teori dan pendekatan yang telah dilaksanakan selama ini seperti pendekatan MBS/SBM (Manajemen Berbasis Sekolah/School Based Management) atau MPMBS (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah) kelihatannya belum memberi pengaruh signifikan terhadap mutu pendidikan di Indonesia, karena antara teori dengan kenyataan dilapangan sepertinya masih jauh dari harapan yang diinginkan. Oleh karena itu melalui tulisan ini peneliti menawarkan sebuah pendekatan yang berbasis mutu, yaitu Total Quality Management ( TQM ) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan lembaga pendidikan untuk memaksimumkan daya saing melalui perbaikan mutu terus menerus untuk memenuhi harapan pelanggan ( internal dan eksternal). Itulah sebabnya Tujuan utama TQM selalu mengadakan reorientasi sistem manajemen, 159 perubahan budaya dan perilaku staf, dan berfokus kepada mutu pelayanan yang lebih efektif untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan keperluan pelanggan. 207 Manfaat utama penerapan TQM pada madrasah adalah perbaikan mutu dan pelayanan, efesiensi anggaran dan kepuasan pelanggan (peserta didik). Perbaikan sistem manajemen dan kualitas pelayanan menghasilkan peningkatan kualitas peserta didik selaku pelanggan. Sebagai tambahan, manfaat lain yang bisa dilihat adalah peningkatan kompetensi dan keahlian, semangat dan rasa percaya diri di kalangan guru dan staf, perbaikan hubungan antara pengelola pendidikan dan masyarakatnya, peningkatan akuntabilitas dan transparansi serta peningkatan produktifitas dan efisiensi pelayanan. Secara filosofis TQM hanya dapat dicapai dengan memperhatikan karakteristik, yang meliputi; Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal, memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas, menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, memiliki komitmen jangka panjang, mengembangkan/menumbuhkan kerjasama tim (teamwork), memperbaiki proses secara berkesinambungan, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, memberikan kebebasan yang terkendali, memiliki kesatuan tujuan, dan adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Prinsip dan karakteristik TQM ini dapat dipedomani jika madrasah akan menerapkan TQM dalam mengelola manajemen pendidikan yang bermutu. Demikian pula untuk mengetahui hasil dari penerapan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan, secara periodik dan teratur diperlukan adanya evaluasi, 207 Lihat Umiarso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan Menjual Mutu Pendidikan dengan Pendekatan Quality Control bagi Pelaku Lembaga pendidikan, h. 135. 160 karena evaluasi tersebut merupakan bagian dari manajemen pendidikan. Manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerjasama yang sistimatik dan komprehensif untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Manajemen pendidikan juga mengandung arti segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai peningkatan mutu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Peningkatan mutu dalam arti teknis mengacu kepada derajat keefektifan, efisiensi dalam penggunaan sumber daya. 208 Sedangkan dalam pengertian perilaku, peningkatan mutu merupakan sikap mental yang senantiasa berusaha untuk terus berkembang. Sementara itu peningkatan mutu pendidikan dapat diukur dengan berdasarkan atas dasar nilai-nilai kemampuan, sikap, perilaku, disiplin, motivasi, dan komitmen terhadap pekerjaan/tugas. Oleh karena itu mengukur tingkat peningkatan mutu tidaklah mudah, di samping banyaknya variabel, juga ukuran yang digunakan sangat bervariasi. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau TQM di bidang pendidikan formal, terutama pada sekolah/madrasah tidak terlepas dari fungsi- fungsi manajemen yang selama ini menjadi dasar atau rujukan bagi pengelolaan pendidikan (manajemen pendidikan). Fungsi-fungsi manajemen, seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan atau controling, terdapat hubungan operasional dan fungsional yang dikembangkan oleh pakar mutu, seperti W. Edwards Deming, yang dikenal dengan siklus PDCA DEMING ( Deming cycle). Namun perlu diketahui bahwa pendekatan apapun yang digunakan untuk mengkaji TQM, tetap harus mengikuti prinsip-prinsip TQM, sebagaimana yang dikemukakan pada 208 Lihat Edwar Salis, Total Quality Management in Education ( Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan), h. 45. 161 pembahasan sebelumnya, atau paling tidak dapat merujuk kepada 5(lima) pilar TQM, sebagaimana pendapat Jerome S. Arcaro dalam Yosal Iriantara dan para ahli lainnya, menyebut lima pilar yang meliputi; Fokus pada pelanggan (costumer), Keterlibatan total, Pengukuran, Komitmen, dan Perbaikan berkesinambungan. 209 hal yang sama dengan redaksi yang berbeda dikemuakakan oleh Husaini Usman, menyebut lima pilar TQM, yaitu; Product, process, organization, leadership dan commitment.210 Azhar Arsyad menambahkan lima pilar TQM dengan konteks yang lain sebagai berikut; Pertama, membina tekad/komitmen yang kuat dari pimpinan sampai tingkat paling bawah dari seluruh jajaran yang ada untuk meningkatkan mutu. Kedua, perbaikan proses, dengan kata lain memperbaiki mutu secara bertahap dan terus menerus. Ketiga, pemberdayaan setiap orang dalam lembaga organisai. Keempat, membantu setiap orang untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Kelima, berfokus pada pelanggan.211 Pilar TQM yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, secara redaksional berbeda, tetapi secara fungsional adalah sama, bahwa tiap-tiap pilar tersebut merupakan sebuah mata rantai dalam organisasi, yang digambarkan seperti berikut; Kepuasan kostumer terhadap produk yang berkualitas tidak akan tercapai tanpa proses kerja yang bermutu dengan melibatkan semua komponen yang terkait dalam lembaga pendidikan, dan proses kerja yang berkualitas tidak dapat diketahui tanpa adanya pengukuran kinerja yang telah ditetapkan, dan perbaikan secara berkesinambungan tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya komitmen dan 209 Lihat Jeromi S.Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, h. 39, 210 lihat Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, 592. 211 Azhar Arsyad, Pokok-Pokok Manajemen, Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan dan Eksekutif ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, t.th), h. 50-51. 162 dukungan dari semua pihak yang terlibat untuk meningkatkan kualitas. Kelima pilar ini akan sulit terwujud tanpa dukungan kepemimpinan yang efektif dalam sebuah lembaga/institusi yang terkelola dengan baik. Jadi kelima pilar di atas berfungsi secara linier menentukan tinggi-rendahnya tingkat produktivitas madrasah, sementara itu, tinggi rendahnya tingkat produktivitas organisasi mengindikasikan keberhasilan atau kegagalan dalam mengitegrasikan pilar TQM untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas yang berdaya saing tinggi. Peningkatan mutu merupakan criteria pencapaian kerja yang diterapkan kepada individu, kelompok atau organisasi. Kerangka produktivitas dalam mengimplementasikan TQM dimaksudkan sebagai sasaran utama yang perlu dibidik oleh setiap penyelenggara sekolah/madrasah. Hal ini disebabkan karena fokus/sasaran utama dari penyelenggaraan pendidikan yang berbasis TQM adalah peningkatan mutu secara berkesinambungan sebagai upaya memberi kepuasan kepada pelanggan internal dan eksternal. Untuk mengetahui lebih jauh implementasi TQM pada MAN 2 Model dalam meningkatkan mutu pendidikan dapat digambarkan dalam kerangka pikir sebagai berikut; 163 KERANGKA PIKIR Landasan Teologis Al-Qur’an & Hadis Landasan Yuridis Formal UUD 1945, USPN. 20/2003 & PP Tentang Pendidikan. MAN 2 MODEL MAKASSAR Proses Implementasi TQM Faktor Pedukung dan Penghambat (Faktor Internal dan Eksternal) Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Evaluasi/supervisi MUTU PENDIDIKAN YANG BERDAYA SAING 164 KERANGKA PIKIR Landasan Yuridis Formal Landasan Teologis MAN 2 MODEL MAKASSAR TQM Faktor Pendukung dan penghambat penerapan TQM Proses Penerapan TQM - Mutu Pendidikan berbasis TQM Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan/pengarahan Evaluasi dan penilaian. The Five Fillars of TQM Kepuasan Pelanggan (Internal & external) Keterlibatan Total P e n g u k u r a n K 165 KERANGKA PIKIR LANDASAN TEOLOGIS LANDASAN YUSRIDIS FORMAL MAN 2 MODEL MAKASSAR TQM 5 FILAR TQM 1. Focus pada pelanggan 2. Keterlibatan total 3. Pengukuran 4. Komitmen 5. Perbaikan secara b Proses Implementasi TQM 1. Perencaan 2. Pengorganisasian 3. Pelaksanaan/pengarahan 4. Evaluasi/kontroling. Faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat TQM 1. Yang mendukung; Faktor Internal & eksternal 2. Yang menghambat Faktor internal & eksternal Hasil implementasi TQM 1.Kepemimpinan 1. Perencanaan program 2. Kedisiplinan 3. Kerjasama & kemitraan 4. Motavasi belajar prestasi didik 5. Pelayanan & mutu pembelajaran 6.Evaluasi & penilaian UMPAN BALIK Mutu Pendidikan Pada MAN 2 Model 166 GAMBARAN KEGIATAN ORGNISASI MUTU BAGI SEKOLAH/MADRASAH YANG TELAH MENERAPKAN SISTEM MANAJEMEN MUTU212 Kepuasan pelanggan Internal dan eksternal Penanganan keluhan Kelulusan Pengembangan kurikulum Seleksi penerimaan siswa baru Sumber dana Perencanaan & pengedalian program Pengadaan sumberdaya Pemasok sumberdaya 212 Pemeliharaan fasilitas Proses pembelajaran Pengadaan pengajar (GT/GTT Verifikasi kompetens ii 167 Program-program utama yang semestinya disusun untuk mengantisipasi kebutuhan dan persyaratan mutu pendidikan. Kebijakan ini seyogyanya merupakan persyaratan yang harus dipahami oleh warga sekolah/madrasah tentang komitmen pendidikan untuk memuaskan harapan pelanggan baik internal maupun eksternal. Terciptanya iklim dan budaya organisasi sekolah/madrasah yang kondusif adalah suatu gambaran, bahwa pada madrasah tersebut, terjalin hubungan timbal balik antara perilaku kepala madrasah dan perilaku guru, sehingga semua tugas dan tanggung jawab dapat dilaksanakan secara produktif. Dari uaraian di atas tampak jelas, bahwa peranan kepemimpinan kepala madrasah sangat besar dalam meningkatkan kemampuan, semangat kerja, dan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas, dan guru akan berkembang bila kepala madrasah menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan guru bisa berkembang dengan baik, demikian pula guru akan memiliki semangat kerja yang baik, bila kepala sekolah mampu menciptakan iklim kerja yang kondusif. Meningkatnya kemampuan dan semangat kerja guru yang berkelanjutan merupakan kunci tercapainya profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas, dengan komitmen profesi guru dalam melaksanakan tugas, akan menjadi sarana tercapainya keefektifan kerja organisasi di madrasah, yang secara langsung akan menjadi sarana utama tercapainya tujuan penyelenggaraan pendidikan di madrasah secara optimal. Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik, artinya seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, dengan kata lain baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh 168 kepribadiannya.213 Lebih lanjut Zakiah Darajat mengemukakan bahwa faktor terpentimg bagi seorang guru adalah kepribadiannya. 214 Kepribadian inilah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik atau pembina yang baik bagi peserta didiknya ataukah sebaliknya, terutama bagi peserta didik yang masih muda dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa. Oleh karena itu, kepribadian merupakan faktor yang menentukan tinggi rendahnya komitmen guru dalam menjalankan keprofesionalannya. Semakin baik kepribadian seorang guru diharapkan semakin baik pula dedikasinya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. Di sisi lain, Glickman dalam Bafadal memberikan ciri profesionalisme guru dari dua sisi, yaitu kemampuan berpikir abstrak (abstraction) dan komitmen (commitment) guru. Guru yang profesional memiliki tingkat berpikir abstrak yang tinggi, yaitu mampu merumuskan konsep, menangkap, mengidentifikasi, dan memecahkan berbagai macam persoalan yang dihadapi dalam tugas, dan juga memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas.215 Dengan kata lain bahwa komitmen adalah kemauan kuat untuk melaksanakan tugas yang didasari dengan rasa penuh tanggung jawab. Kompetensi guru merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti.216 Dengan demikian, 213 ibid. h. 106 214 Ibid., h. 107. 215 I Bafadal & A. Imron, op. cit., h. 69. 216 Ibid, h. 71. 169 kompetensi guru merupakan kapasitas yang dimiliki guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Tugas profesional guru bisa diukur dari seberapa jauh guru mendorong proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Grasser dalam Sudjana, bahwa ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni: menguasai bahan pelajaran, kemampuan mendiagnosis tingkah laku peserta didik, kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, dan kemampuan mengukur hasil belajar peserta didik.217 Dalam rangka menumbuhkan kompetensi kepribadian ini, Mulyasa merancang sebuah konsep budaya pendidikan yang diharapkan akan menjadi ajang pembangunan karakter bangsa (nation building), budaya pendidikan yang sedang dirancang tersebut adalah budaya malu, budaya mutu, budaya kerja, budaya disiplin, dan budaya ibadah.218 Kinerja guru yang ditunjukkan dapat diamati dari kemampuan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang tentunya sudah dapat mencerminkan suatu pola kerja yang dapat meningkatkan mutu pendidikan ke arah yang lebih baik. Seseorang akan bekerja secara profesional bilamana memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya. Jadi betapapun tingginya kemampuan seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional apabila tidak memiliki kepribadian dan dedikasi dalam bekerja yang tinggi. Sedikitnya terdapat tiga peranan guru dalam kompetensi profesional, terutama dalam proses pembelajaran yaitu: Pertama, jika guru mendesain dan mengembangkan materi pembelajaran 217 Lihat ibid. 218 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, h.131. 170 individual, peran guru penyampaian materi bersifat pasif, tugas guru adalah memonitor dan membimbing kemajuan peserta didik dalam penyelesaian materi, dan membentuk kompetensi. Kedua, guru memilih materi pembelajaran yang telah ada dan menyesuaikan dengan startegi pembelajaran yang digunakan, peranan guru menjadi lebih efektif dalam penyampaian materi, dan pembentukan kompetensi. Ketiga, pembelajaran sangat bergantung kepada guru. Guru menyampaikan semua materi pembelajaran menurut strategi yang telah dikembangkan. Dalam tipe ini, guru selalu dapat menyajikan secara up-to-date tetapi sebagian besar waktu habis untuk menyampaikan kepada seluruh kelompok dan sedikit waktu untuk membantu perorangan bagi peserta didik yang memerlukan.219 Selain dari pada itu agar pembelajaran dapat dilakukan secara efektif dan menyenangkan, materi pembelajaran harus diurutkan sedemikian rupa serta dijelaskan mengenai batasan dan ruang lingkupnya. Hal ini dapat dilakukan dengan, menyusun standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) sebagai konsensus nasional, yang dikembangkan dalam standar isi dan standar kompetensi untuk setiap kelompok mata pelajaran yang akan dikembangkan, menjabarkan SKKD ke dalam indikator, sebagai langkah awal untuk mengembangkan materi standar untuk membentuk kompetensi tersebut, mengembangkan ruang lingkup dan urutan setiap kompetensi. Proses pembelajaran melibatkan aktivitas yang kompleks, bukan sekedar transfer of knowledge dari pendidik kepada peserta didik secara tekstual. Dalam setiap pembelajaran, harus diupayakan untuk dapat mengantarkan peserta didik pada 219 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein. Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h. 82. 171 penguasaan kompetensi yang dicanangkan, termasuk nilai-nilai dan sikap yang melandasinya. Menurut Danim, beberapa hal yang menjadi pertimbangan guru dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu: Pertama, berkaitan dengan kemampuan guru atau penguasaannya terhadap teori, metode dan praktik pembelajaran. Kedua, berkaitan dengan motivasi dan kreativitas guru. Ketiga, terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Dari katiga hal tersebut, faktor pertama dan kedua merupakan pra syarat yang utama. Tanpa kemampuan, motivasi, dan kreativitas guru akan cenderung mengajar secara tradisional, yaitu hanya menyampaikan materi yang ada pada buku pelajaran. 220Guru dalam proses pembelajaran memiliki peran yang sangat penting. Bagaimanapun hebatnya kemajuan teknologi, peran guru akan tetap diperlukan. Teknologi yang dapat memudahkan manusia mencari dan mendapatkan informasi dan pengetahuan, tidak mungkin bisa mengganti peran guru. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap, memberikan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, menegur bila peserta didik melakukan tindakan menyimpang, memberikan penguatan (reinfor-cement). Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, yaitu berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan peserta didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat melakukan tindakan remidial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Di samping dua jenis keterampilan di atas, hal lain yang perlu diperhatikan 220 Lihat Sudarwan Danim, Profesionalisasi., h.67. 172 oleh guru dalam pengelolaan kelas adalah menganalisis tingkah laku peserta didik yang mengalami masalah/kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistimatis, menghindari campur tangan yang berlebihan, menghentikan penjelasan tanpa alasan, ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan, penyimpangan, dan sikap yang membingungkan. Lebih lanjut Saondi menguraikan langkah strategis dalam upaya meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan melalui beberapa terobosan, antara lain kepala Sekolah harus memahami dan melakukan fungsi sebagai penunjang peningkatan kinerja guru, yaitu: a) Membantu guru memahami, memilih dan merumuskan tujuan pendidikan yang akan dicapai, b) Mendorong guru agar mampu memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi, c) Memberikan pengakuan atau penghargaan terhadap prestasi kerja guru secara layak, d) Mendelegasikan tanggung jawab dan kewenangan kerja kepada guru untuk mengelola proses pembelajaran, e) Membantu memberikan kemudahan kepada guru dalam proses pengajuan kenaikan pangkatnya sesuai dengan peraturan yang berlaku, f) Membuat kebijakan sekolah dalam pembagian tugas/beban kerja guru. g) Melaksanakan supervisi secara berkesinambungan dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran, h) Menciptakan kondisi dan iklim kerja yang sehat dan menyenangkan di lingkungan sekolah. i) Memberikan peluang kepada guru untuk menegmbangkan kompetensinya serta memfasilitasi kebutuhan guru, terutama kebutuhan dalam proses pembelajaran. 221 221 Ondi Saondi, Etika Profesi Keguruan (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), h. 136. 173 Kemudian pada Pasal 43 ayat(1), (3), (4) dan (6) juga dijelaskan sebagai berikut; (1) Standar keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu pengetahuan alam(IPA), laboratorium bahasa, laboratorium komputer, dan peralatan pembelajaran lain pada satuan pendidikan dinyatakan dalam daftar yang berisi jenis minimal peralatan yang harus tersedia. (3) Standar jumlah buku teks pelajaran di perpustakaan dinyatakan dalam rasio minimal jumlah buku teks pelajaran untuk masing-masing mata pelajaran di perpustakaan satuan pendidikan untuk setiap peserta didik. (4) Kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan buku teks pelajaran dinilai oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. (6) Standar sumber belajar lainnya untuk setiap satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio jumlah sumber belajar terhadap peserta didik sesuai dengan jenis sumber belajar dan karakteristik satuan pendidikan.222 Sedikitnya terdapat tiga tipe materi pembelajaran yang menyangkut peranan guru dalam proses pembelajaran, yaitu: Pertama, jika guru harus mendesain dan mengembangkan materi pembelajaran individual, maka peran guru menyampaikan materi bersifat pasif, tugas guru adalah memonitor dan membimbing kemajuan peserta didik dalam penyelesaian materi, dan membentuk kompetensi. Kedua, guru memilih materi pembelajaran yang telah ada dan menyesuaikan dengan startegi pembelajaran yang digunakan, peranan guru menjadi lebih efektif dalam penyampaian materi, dan pembentukan kompetensi. Ketiga, pembelajaran sangat bergantung kepada guru. Guru menyampaikan semua materi pembelajaran menurut strategi yang telah dikembangkan. Dalam tipe ini, guru selalu dapat menyajikan secara up-to-date tetapi sebagian besar waktu habis untuk menyampaikan kepada seluruh kelompok dan 222 Ibid, h. 164, 174 sedikit waktu untuk membantu perorangan bagi peserta didik yang memerlukan.223 Selanjutnya menurut Imron, tingkatan komitmen profesi dapat digambarkan dalam satu garis kontinu, yang bergerak dari tingkatan rendah sampai dengan tingkatan tinggi. Guru yang rendah tingkat komitmennya, ditandai oleh ciri-ciri: 1) Perhatian yang disisihkan untuk memerhatikan peserta didiknya hanya sedikit. 2) Waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya hanya sedikit. dan 3) Perhatian utama guru hanyalah jabatannya.224 Hasil penelitian Glickman sebagaimana dikemukakan oleh Bafadal, menyimpulkan bahwa guru yang tingkatan nalarnya tinggi dapat melihat berbagai kemungkinan dan mampu mencari berbagai alternatif model mengajar sehingga mereka umumnya konsekuen dan efektif dalam menghadapi peserta didik.225 Dengan modal kompetensi menggunakan nalar ini, guru bisa melihat sesuatu dari berbagai perspektif. Sebaliknya, apabila tingkat nalarnya rendah, hanya mampu menemukan salah satu alternatif saja. Akibatnya, guru merasa bingung ketika menghadapi masalah-masalah dalam kelas, dan tidak bisa berbuat banyak. Oleh karena itu, mereka cenderung meminta petunjuk dalam melakukan tugas. 226 Salain daya nalar yang harus dimiliki oleh guru. maka ia juga harus memiliki pengetahuan tentang tingkah laku peserta didik sebagai bahan untuk memotivasi dalam proses pembelajaran. 2. Pengembangan prestasi peserta didik. 223 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein. Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h. 82. 224 Ibid., h. 79. 225 I. Bafadal & A. Imron, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Malang: Kerjasama FIP UM dan Ditjen-Dikdasmen, 2004), h. 53. 226 Tabrani Rusyan, dkk. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Karya, 1990), h. 49. 175 Keberhasilan dalam penyelenggaraan tergantung pendidikan pada madrasah, sangat kepada beberapa komponen pendukung kegiatan seperti kurikulum, peserta didik, pembiayaan, tenaga pelaksana, dan sarana prasarana. Komponenkomponen tersebut merupakan satu kesatuan dalam upaya pencapatan tujuan lembaga pendidikan( Sekolah/madrasah), karena setiap komponen berhubungan satu sama lain, sehingga dapat memberi kontribusi saling yang tinggi terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan . Komponen peserta didik sebagai pelanggan eksternal dalam prinsip TQM, memerlukan sebuah manajemen yang efektif dan pengelolaan perbaikan secara berkesinambungan. Peserta didik merupakan subyek sekaligus sekaligus obyek dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. oleh karena itu keberadaan peserta didik tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan saja, akan tetapi harus merupakan bagian dari sistem pendidikan pada lembaga pendidikan (sekolah/madrasah).227Manajemen bermutu bagi peserta didik dimaksudkan untuk mengembangkan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Manajemen mutu merupakan kegiatan terorganisasi yang ditujukan untuk memenuhi kepuasan peserta didik. Peserta didik adalah pelanggan eksternal yang kebutuhan belajarnya harus dapat dipenuhi oleh semua warga di sekolah/madrasah, baik oleh pimpinan sekolah, guru maupun staf sekolah/madrasah. Semua kegiatan ditujukan untuk memberi pelayanan belajar terbaik kepada mereka. Peserta didik harus mendapat layanan utama di sekolah/madrasah, karena pesert didik adalah orang yang memiliki kekuatan dalam 227 Dadang Suhardan , dkk, op. cit, 203 bentuk kebebasan memilih lembaga 176 pendidikan mana yang ia sukai, karena kecocokannya dengan keinginan, harapan dan kebutuhannya. setiap sekolah yang mampu memberi layanan terbaik sesuai dengan kebutuhan dan harapannya, sekolah tersebut akan memperoleh kunjungan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran didalamnya. Peserta didik menuntut pelayanan individual dan kelompok, mereka membutuhkan dorongan semangat agar terjadi proses belajar aktif. Peserta didik menuntut perlakuan yang manusiawi. Sedangkan pelayanan terhadap barang bersifat statis dan dikemas dalam kemasan yang sama. Barang tak perlu di beri "penghormatan" seperti perlakuan terhadap anak. Peserta didik dalam pembelajaran tidak dapat disamakan dengan memproses barang. Peserta didik berinteraksi dan berkomunikasi dalam situasi pendidikan dengan pendidiknya. Peserta didik adalah individu yang aktif. Barang ketika diproses pasif, melalui mekanisme proses tetap, dapat dibentuk sesuai rekayasa yang dikehendaki.228 Peserta didik adalah individu yang ingin mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Pembinaan dan pengembangan prestasi peserta didik secara intensif, dengan melalui berbagai macam pengetahuan dan pengalaman belaja kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat menjadi bekal kehidupannya di masa yang akan datang. Kegiatan kurikuler adalah semua kegiatan yang telah ditentukan di dalam kurikulum yang pelaksanaannya dilakukan pada jam-jam pelajaran. Kegiatan kurikuler dalam bentuk proses pembelajaran 228 di kelas dengan mata pelajaran atau Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, Layanan Dalam Meningkatkan Pembelajaran di Era Otonomi Daerah ( Cet. 4, Bandung: Alfabeta, 2010 ) h. 108. Mutu 177 bidang studi yang ada di sekolah. Setiap peserta didik wajib mengikuti kegiatan kurikuler ini. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan peserta didik yang dilaksanakan di luar ketentuan yang telah ada di dalam kurikulum. Kegiatan ekstrakurikuler ini biasanya berdasarkan bakat dan minat yang dimiliki oleh peserta didik. Setiap peserta didik tidak harus mengikuti semua kegiatan ekstrakurikuler. Ia dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dirinya. Contoh kegiatan ekstra kurikuler ; OSiS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), ROHIS (Rohani Islam), kelompok Karate, kelompot Silat, kelompok Basket, Pramuka, kelompok teater, dan lain-lain. Dalam manajemen pendidikan, tidak boleh ada anggapan bahwa kegiatan kurikuler lebih penting dari kegiatan ekstrakurikuler atau sebaliknya. Kedua kegiatan ini harus dilaksanakan secara simultan, karena saling menunjang dalam proses pembinaan dan pengembanga kemampuan peserta didik. Keberhasilan pembinaan dan pengembangan prestasi peserta didik, diukur melalui proses penilaian yang dilakukan oleh guru dan kepala madrasah. Ukuran yang sering digunakan adalah naik hasil ujian nasional dan nilai hasil ujian sekolah serta kegaiatan-kegiatan lainnya yang bersifat akademik dan non akademik. Penilaian yang dilakukan oleh guru tentu saja didasarkan pada prinsip-prinsip penilaian yang berlaku di lembaga pendidikan tersebut. Lembaga pendidikan sebagai institusi pelayanan jasa, sudah tentu memusatkan perhatiannya pada kebutuhan peserta didik. Mereka harus mendapat perhatian dan layanan, terutama dalam kegiatan belajar sebagai inti pendidikan di sekolah/madrasah. Kebutuhan mereka harus mendapat perhatian dari semua pihak di sekolah 229 terutama Ibid, h. 108 dari guru.229 Guru harus memiliki ketrampilan untuk dapat 178 menterjemahkan kebutuhan mereka dalam memberikan layanan belajar, dan kinerja pelayanan dari hari ke hari harus ditingkatkan agar semakin memberi kepuasan belajar peserta didik. Untuk memenuhi kepuasan belajar peserta didik, guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan mengajar dengan menggunakan metode bervariasi, artinya guru dalam melaksanakkan peroses belajar-mengajar tidak hanya menguunakan satu metode yang monoton, melainkan mereka dituntut menggunakan metode yang efektif dan menyenangkan bagi peserta didik, sehingga tercipta sebuah mutu pembelajaran yang bermuara pada peningkatan proses pembelajaran. Pada hakekatnya kepuasan peserta didik merupakan tujuan dari layanan belajar di sekolah/madrasah. Anak yang mendapat kepuasan akan terlihat dari sikapnya yang positif terhadap pelajaran yang diterima dari gurunya. Anak menunjukkan sikap positif dalam bentuk perilaku karena telah memperoleh apa yang diinginkannya, mereaksi postif, bebas keluhan terhadap proses mengajar dari gurunya. Indikator kepuasan anak dapat terlihat dari indikator individual dan indikator kelompok, yang terdiri dari ; 8) Setiap anak menerima pelajaran dari guru dengan rasa suka cita tanpa tegang dan stress. 9) Mengerjakan tugas secara independen 10) Tidak ada keluhan yang berarti dalam mengerjakan tugas 11) Mengikuti pembelajaran dengan aktif dan arif 12) Efektivitas belajar tinggi sesuai waktu 13) Belajar menurut prosedur sistimatika yang telah ditetapkan 14) Tinggi kapasitas pemahaman cara mengerjakan tugas beiajarnya. 230 Kepuasan belajar pada tingkat kelas dapat diketahui dari : 230 Ibid, h. 110 179 8) Norma dan aturan belajar dalam kelas dipatuhi, tak ada pelanggaran. 9) Duduk dan konsentrasi serius terhadap tugas yang harus dikerjakan, rendah jumlah anak yang mondar-mandir tanpa tujuan. 10) Rendah prekuensi pengarahan guru, besar aktivitas kelas mengerjakan tugas 11) Mengerjakan tugas menurut keperluan bahan belajar dan petunjuk belajar yang semestinya. 12) Sedikit waktu yang digunakan untuk membentuk disiplin dalam mengelola kelas 13) Anak menyukai pelajaran yang diberikan gurunya 14) Bangga atas prestasi yang diperolehnya.231 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa semua aktivitas di sekolah dicurahkan untuk dapat memberi pelayanan pembelajaran yang terbaik. Setiap saat diupayakan untuk disempurnakan secara berkesinambungan, sehingga peserta didik benar-benar merasakan kepuasan dari pelayanan tersebut. Pada sisi lain kemampuan dan keterampilan guru dalam memberi layanan pembelajaran harus semakin ditingkatkan melalui pelaksanaan supervisi secara berkesinambungan ( berkala). Sebab supervisi bertujuan untuk meningkatkan mutu belajar, memperbaiki situasi belajar, menciptakan kondisi belajar, melayani peningkatan kemampuan dan ketrampilan guru dalam menangani pembelajaran. Selain itu guru harus mengenal perilaku peserta didiknya, apa kebutuhannya, bagaimana memenuhinya. Kegiatan mengajar harus transparan, melakukan aktivitas mengajar harus dengan mudah diserap oleh peserta didik tanpa hambatan dan penghalang.232 Untuk memahami konsep dasar penerapan manajemen mutu dalam pendidikan, dibawah ini digambarkan alur kegiatan organisasi mutu pada lembaga pendidikan yang telah menerapkan berikut; 231 232 Ibid, h. 110 Ibid, h. 109. Sistem Manajemen Mutu (SMM), sebagai 180 GAMBARAN ORGNISASI MUTU BAGI SEKOLAH/MADRASAH YANG MENERAPKAN SISTEM MANAJEMEN MUTU Kepuasan pelanggan Internal dan eksternal Penanganan keluhan Kelulusan atau output Pengembangan kurikulum dan pembelajaran Seleksi penerimaan siswa baru Perencanaan & pengedalian program Pemeliharaan fasilitas/sarana Proses pembelajaran Verifikasi kompeten sii 181 Sumber dana Pengadaan sumberdaya Pengadaan pengajar (GT/GTT) Pemasok sumberdaya 4th Edition; 6th Edition Menurut Wina Sanjaya ada empat bidang utama dalam madrasah yang dapat mengadopsi prinsip-prinsip TQM yaitu: 1. Penerapan TQM untuk peningkatan fungsi administrasi dan operasi secara luas untuk mengelola madrasah secara keseluruhan. 233 Penerapan konsep Total Quality Management (TQM) atau sering disebut Manajemen Mutu Terpadu (MMT), khususnya pada madrasah Aliyah dalam meningkatkan fungsi administrasi, dimaksudkan untuk memberi penguatan terhadap manajemen peningkatan mutu yang selama ini telah dilakukan oleh madrasah, seperti manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah (MBS/M) atau Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah (MPMBS/M), 233 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Cet.I; Jakarta: Kencana, 2009), 243 182 yang oleh sebahagian pakar manajemen pendidikan menyatakan bahwa dasar dari manajemen ini dikembangkan dari konsep TQM, yang pada mulanya diterapkan pada dunia bisnis. Fungsi-fungsi manajemen pada Madrasah merupakan faktor penting dan strategis dalam rangka kemajuan madrasah sebagai suatu lembaga pendidikan formal yang diharapkan dapat mencapai tujuan institusionalnya yang memiliki sumber daya manusia yang memadai dan dikelolah dengan sistem administrasi dan manajemen pendidikan yang sehat yakni suatu sistem manajemen yang menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian. Madrasah sebagai wadah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan amanah Allah dan amanah Undang-Undang Dasar 1945 melalui pendidikan madrasah sebagai lembaga pendidikan formal yang mengaplikasikan fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan pengelolaannya. 2. Mengintegrasikan TQM dalam kurikulum, fungsi kurikulum dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan dapat dipandang sebagai alat untuk pencapaian tujuan pedidikan nasional. Penjabarkannya secara berturut menjadi tujuan nasional, tujuan kurikuler dan tujuan instruksional, pada setiap jenis dan jenjang lembaga pendidikan (madrasah).234 Kurikulum dalam peningkatan mutu merupakan program pendidikan yang harus diikuti oleh peserta didik atas bimbingan para pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan serta sebagai pedoman bagi guru dan peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajaran, agar tujuan pendidikan yang telah 234 Ibid, h. 244 183 ditetapkan benar-benar tercapai. Jenis pengetahuan/keahlian, sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh lulusan suatu madrasah dapat diketahui melalui kurikulum madrasah tersebut. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena ia merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Tujuan pendidikan di suatu bangsa ditentukan oleh falsafah dan pandangan hidup bangsa atau negara tersebut. Berbedanya falsafah dan pandangan hidup suatu bangsa atau negara menyebabkan berbeda pula tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan tersebut, dan sekaligus akan berpengaruh pula terhadap kurikulum di lembaga-lembaga pendidikan yang ada dalam negara tersebut.235 Begitu pula perubahan politik pemerintahan suatu negara mempengaruhi pula bidang pendidikan, yang sering membawa akibat terjadinya perubahan kurikulum yang berlaku. Oleh karena itu, kurikulum perlu diintegrasikan dengan TQM guna menyesuaikan dengan berbagai perkembangan yang terjadi. 3. Penggunaan TQM dalam proses pembelajaran, merupakan tugas guru sebagai pendidik yang sangat berpengaruh terhadap kepribadian peserta didik. 236 Misalnya, apabila tingkah laku pendidik atau guru itu baik, maka tingkah laku peserta didik juga mayoritas baik. Demikian pula sebaliknya, jika sikap atau akhlak pendidik kurang baik, maka jelas pula bahwa sikap atau akhlak peserta didiknya akan kurang baik juga. Sikap peserta didik mudah meniru segala tingkah laku dan perbuatan orang yang disenanginya termasuk guru yang merupakan sosok teladan 235 Lihat Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h. 65. 236 Wina Sanjaya, op.cit, h. 245 184 bagi mereka. Kehadiran guru di madrasah merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pendidikan dalam peningkatan mutu dan layanan. Keterampilan seorang guru di dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar yang mendidik di madrasah dan juga lingkungan masyarakat. Guru sebagai pendidik mengandung arti yang sangat luas, tidak sebatas memberikan bahan-bahan pengajaran tetapi menjangkau etika dan estetika dalam menghadapi tantangan kehidupan di masyarakat. 237 Guru sebagai pendidik harus selalu cermat dan tanggap terhadap situasi dan kondisi. Oleh karena itu, kompetensi merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari diri seseorang dalam melaksanakan sebuah tugas. Dapat dipahami bahwa kompetensi seorang guru merupakan suatu komponen yang harus dimiliki atau dikuasai, bahkan sebagai alat untuk memberikan bantuan dan pelayanan terbaik kepada peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. 4. Menggunakan TQM untuk mengelola aktifitas evaluasi madrasah. Evaluasi madrasah merupakan proses yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan formal. Evaluasi dapat menentukan efektifitas pengelolaan madrasah dan kualitas peserta didik, karena melalui kegiatan evaluasi dapat ditentukan orientasi dalam proses pengelolaan selanjutnya. Oeleh karena itu evaluasi dipandang sebagai bagian integral dari suatu proses kegiatan pembelajaran. 238 Kehadiran TQM berdampak pada perubahan manajemen konvensional ke arah manajemen modern dengan mengedepankan 237 238 mutu pendidikan. Penerapan Lihat, M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1999), h. 88. Wina Sanjaya, op. cit, 246. 185 konsep TQM dalam meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah/madrasah berkenaan dengan dimensi kualitas fokus pada pelanggan, kepemimpinan, perbaikan berkesinambungan, manajemen SDM, dan manajemen berdasarkan fakta. Gambar 1 Penerapan TQM pada Madrasah Fungsi Manajemen Bidang Kerja Kurikulum Kesiswaan Peren canaan X X Evaluasi Pengor ganisasian X Peng gerakan X Penga wasan X Internal X X X X X X Quality Quality Eksternal X Hasil Pendidik & Tenaga Kependidikan X X X X X X Quality Proses X X X X X X Quality Sarpras X X X X X X Quality Biaya X X X X X X Quality Evaluasi/Penilaian X X X X X X Quality Administrasi X X X X X X Quality Budaya Madrasah X X X X X X Quality Penyelenggaraan Sekolah Quality Quality Quality Quality Quality Quality TQA 186 Manajemen Mutu Terpadu dilingkungan pendidikan tidak mungkin terwujud jika tidak didukung dengan tersedianya sumber-sumber kualitas yang dapat mendukung pengimplementasian TQM secara maksimal. Menurut Hadari Nawawi, beberapa di antara sumber-sumber kualitas tersebut adalah sebagai berikut239 : 1. Komitmen Pucuk Pimpinan (Kepala Sekolah) terhadap kualitas. Komitmen ini sangat penting karena berpengaruh langsung pada setiap pembuatan keputusan dan kebijakan, pemilihan dan pelaksanaan program dan proyek, pemberdayaan SDM, dan pelaksanaan kontrol. Tanpa komitmen ini tidak mungkin diciptakan dan dikembangkan pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen yang berorentasi pada kualitas produk dan pelayanan umum. 2. Sistem Informasi Manajemen. Sumber ini sangat penting karena usaha mengimplementasikan semua fungsi manajemen yang berkualitas, sangat tergantung pada ketersediaan informasi dan data yang akurat, cukup/lengkap 239 138 – 141 Hadari Nawawi; Manajemen Strategik, Gadjah Mada Pers : Yogyakarta, 2005, halaman 187 dan terjamin kekiniannya sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas pokok organiasi. 3. Sumberdaya manusia yang potensial. SDM di lingkungan sekolah sebagai aset bersifat kuantitatif dalam arti dapat dihitung jumlahnya. Disamping itu SDM juga merupakan potensi yang berkewajiban melaksanakan tugas pokok organisasi (sekolah) untuk mewujudkan eksistensinya. Kualitas pelaksanaan tugas pokok sangat ditentukan oleh potensi yang dimiliki oleh SDM, baik yang telah diwujudkan dalam prestasi kerja maupun yang masih bersifat potensial dan dapat dikembangkan. 4. Keterlibatan semua Fungsi. Semua fungsi dalam organisasi sebagai sumber kualitas, sama pentingnya satu dengan yang lainnnya, yang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu semua fungsi harus dilibatkan secara maksimal, sehingga saling menunjang satu dengan yang lainnya. 5. Filosifi Perbaikan Kualitas secara Berkesinambungan. Sumber-sumber kualitas yang ada bersifat sangat mendasar, karena tergantung pada kondisi pucuk pimpinan (kepala sekolah), yang selalu menghadapi kemungkinan dipindahkan, atau dapat memohon untuk dipindahkan. Sehubungan dengan itu, realiasi TQM tidak boleh digantungkan pada individu kepala sekolah sebagai sumber kualitas, karena sikap dan perilaku individu terhadap kualitas dapat berbeda. Dengan kata lain sumber kualitas ini harus ditransformasikan pada filosofi kualitas yang berkesinambungan dalam merealisasikan TQM. 3. Total Quality Assurance (Penjaminan Mutu Terpadu) 188 Menandai suatu lembaga atau instansi yang bermutu diperlukan pembuktian melalui produk yang dihasilkannya. Pembuktian terhadap pendidikan bukanlah hal yang mudah karena sifatnya yang intangible maka perlu adanya jaminan terhadap kualitas pendidikan.240 Tolok ukur bagi penjaminan mutu terpadu (qualityassurance) pendidikan lebih diapresiasi sebagai efektifitas sekolah. Mutu sekolah adalah mutu semua komponen yang ada dalam sistem pendidikan, artinya efektifitas sekolah tidak hanya dinilai dari hasil semata, tetapi sinergitas berbagai komponen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan bermutu. Sebagaimana dikatakan Sallis sebagai berikut : 1. Rencana strategis memberikan visi jangka panjang yang diwujudkan dalam program yang bersifat operasional dalam menentukan pasar dan corak budaya yang diinginkan. 2. Kebijakan mutu yang memberikan pola standar program utama yang berisi pernyataan tentang hak-hak peserta didik. 3. Organisasi mutu sebagai wadah kegiatan dalam mengatur, mengarahkan dan memonitor pelaksanaan program. 4. Metode penyampaian kurikulum ditetapkan dengan rinci untuk setiap aspek program. 5. Bimbingan dan penyuluhan bagi peserta didik yang terintegrasi dengan pelaksanaan kurikulum. 6. Manajemen belajar di organisasi sesuai dengan spesifikasi materi kurikulum. 240 Edward Sallis, Total Quality Management in Education (Jogjakarta : IRCiSoD, 2007), halaman 258. 189 7. Desain kurikulum termasuk dokumentasi tujuan dan sasaran dari setiap spesifikasi program harus didasarkan pada kebutuhan peserta didik dan masyrakat pemakai. 8. Pengangkatan, pelatihan, dan pengembangan tenaga kependidikan yang sesuai dan terarah pada kompetensi profesional dan karier staff selanjutnya. 9. Monitoring dan evaluasi yang kontinu melalui mekanisme dan metode yang sesuai dengan proses terhadap kemajuan prestasi individu dan keberhasilan program. 10. Pengaturan administratif yang mendokumentasikan segala bentuk dokumen mengenai peserta didik termasuk sistem finansialnya yang valid. 11. Sistem review lembaga yang dapat membangun kepercayaan dan sekaligus mengevaluasi performa lembaga secara keseluruhan serta umpan balik bagi perencanaan strategi selanjutnya.241 Sallis dalam tolok ukur jaminan kualitas (Qualiyy Assurance) menempatkan visi sebagai jaminan pertama bagi kualitas pendidikan karena visi memegang peranan penting dalam pengembangan sekolah. Disamping itu Sallis menegaskan bahwa pemimpin pendidikan membutuhkan kualifikasi sebagai berikut : 1. Visi dan simbol. Kepala sekolah harus mengomunikasikan nilai-nilai lembaga pada staffnya, siswa dan masyarakat luas. 2. For the kids. Dalam konsep pendidikan diartikan sebagai “dekat dengan pelanggan.” 241 h. 160. Syafruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, ( Jakarta : Ciputat Press, 2005), 190 3. Otonomi, percobaan, dan dukungan pada kegagalan. Kepala sekolah harus menganjurkan adanya inovasi pada stafnya dan menyiapkan segala sesuatu untuk mengantisipasi kemungkinan yang timbul. 4. Ciptakan perasaan kekeluargaan. Kepala sekolah perlu menciptakan rasa kekeluargaan dan memasyarakatkannya pada siswa, orang tua, guru, dan staf lainnya. 5. Rasa kesatuan, irama, keinginan, intensitas, dan antusias. Hal tersebut merupakan kualitas personal yang diperlukan oleh pemimpin pendidikan. Ditinjau dari manajemen organisasi karakteristik sekolah efektif dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu aspek manajemen kelembagaan, layanan pembelajaran, yang diorientasikan kepada learning organization, dan aspek kompetensi siswa. 4. Kepemimpinan dalam TQM dan TQA Kepemimpinan pada dasarnya adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut mau melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan yang berlangsung pada lembaga pendidikan adalah kepemimpinan pendidikan yang menurut Syafruddin berarti menjalankan proses kepemimpinan yang sifatnya mempengaruhi sumber daya personil pendidikan (guru dan karyawan) agar melakukan tindakan bersama guna mencapai tujuan pendidikan.242[29]243 242 Nanang Fatah, Konsep manajemen MBS dan Dewan Sekolah (Bandung: CV. Pustaka Bani Quraisy, 2006), halaman 125. 243 Syafruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, ( Jakarta : Ciputat Press, 2005), halaman 160 191 Dirawat menjelaskan kepemimpinan pendidikan sebagai suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir dan menggerakkan orang-rang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif dan efisien di dalam pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran.244[30] Kepemimpinan sekolah bermutu terpadu menuntut adanya pemimpin transformasional, yang menurut Timpe diartikan sebagai pemimpin yang memiliki kemampuan penciptaan bayangan masa, yaitu memiliki gambaran masa depan sekolah yang ideal dan sekolah yang efektif, yang dapat memuaskan seluruh stakeholders.[31] Mampu memobilisasi komitmen seluruh warga sekolah untuk mewujudkan bayangan sekolah yang ideal dan efektif serta memuaskan pelanggan tersebut menjadi sebuah kenyataan dan mampu melembagakan perubahan, sehingga sekolah menjadi bermutu sesuai atau melebihi keinginan, kebutuhan dan harapan pelanggannya. Dalam mewujudkan sekolah yang bemutu terpadu membutuhkan kepemimpinan sekolah efektif, yaitu yang memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif. 2. Dapat menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat, sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan. 244 192 4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah. 5. Mampu bekerja dengan tim manajemen sekolah. 6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan. Dalam proses menuju sekolah bermutu terpadu (TQM), maka kepala sekolah, komite sekolah, para guru, staf, siswa dan komunitas sekolah harus memiliki obsesi dan komitmen terhadap mutu, yaitu pendidikan yang bermutu. Memiliki visi dan misi mutu yang difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dan harapan para pelanggannya, baik pelanggan internal, seperti guru dan staf, maupun pelanggan eksternal seperti siswa, orang tua siswa, masyarakat, pemerintah, pendidikan lanjut dan dunia usaha. Dalam implementasi Total Quality Manajemen (TQM), kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah/ madrasah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Sehubungan dengan TQM, kepala sekolah dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja, sehingga TQM sebagai paradigma baru manajemen pendidikan dapat memberikan hasil yang memuaskan. Pendidikan yang berfokus pada mutu menurut konsep Juran adalah bahwa dasar misi mutu sebuah sekolah mengembangkan program dan layanan yang memenuhi kebutuhan pengguna seperti siswa dan masyarakat. Masyarakat dimaksud adalah secara luas sebagai pengguna lulusan, yaitu dunia usaha, lembaga pendidikan, pemerintah dan masyarakat luas, termasuk menciptakan usaha sendiri oleh lulusan.[32] 193 Disamping itu dalam menerapkan manajemen mutu terpadu harus mengadakan perbaikan berkelanjutan, baik produk lulusannya, penyelenggaraan atau layanannya, sumber daya manusia (SDM) yang memberikan layanan, yaitu kepala sekolah, para guru dan staf, proses layanan pembelajarannya dan lingkungannya. Menurut Prof.Dr.H. Nanang Fattah bahwa efektivitas atau kunci keberhasilan maupun kegagalan implementasi TQM adalah management commitment. Apabila manajemen mempunyai dan memegang teguh komitmennya, kemungkinan besar mereka akan berhasil. Sebaliknya, apabila mereka kurang komitmen bisa dipastikan bahwa lembaga akan mengalami kegagalan mencapai TQM. Komitmen ini setidaknya, menurut Dobbind (1995) meliputi 3 hal, yaitu waktu, antusiastitas (enthusiasm) dan tersedianya sumber-sumber (resource) dalam organisasi. Disamping itu harus diikuti dengan employee involment (keterlibatan menyeluruh) sehingga setiap individu dalam suatu lembaga/organisasi adalah ikut menentukan tingkat kualitas yang di capai.[33] Jadi keberhasilan TQM dan TQA lebih pada bagaimana komitmen Kepala Sekolah, kalau dia kometmin yang kuat pada mutu, maka tentu dia akan menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan orientasi mutu, tentu dia akan membuat semua line komponen penyelenggaraan sekolah agar berproses dengan orientasi mutu. Terdapat sejumlah langkah penting untuk mengimplementasikan TQM dalam pendidikan, yaitu sebagai berikut: 194 a. Kepemimpinan dan komitmen terhadap kualitas harus datang dari atas. Semua model kualitas menekankan bahwa tanpa dorongan dari manajer senior inisiatif kualitas tidak akan berlangsung lama. Pendidikan tidak terkecuali belaku juga hukum besi. Pimpinan sekolah harus menunjukkan komitmen yang kuat dan terus-menerus dan memimpin sambil mendorong semua warga sekolah/madrasah(wakil-wakil kepela sekolah, guru-guru dan supervisor) lain melakukan usaha secara serius. b. Menyenangkan customer. Ini dicapai dengan kerja keras secara kontinu untuk memenuhi kebutuhan dan harapan kustomer. Kebutuhan kustomer diditentukan oleh pencarian secara reguler pandangan mereka. Terdapat bermacam-macam metode dari pekerjaan ini, seperti – memfokuskan kelompok, kuesioner, kelompok penasehat, hari yang terbuka dan percakapan informal dengan mereka. c. Menunjuk fasilitator berkualitas. Pengabaian terhadap posisi aktual dari seseorang di dalam hirarkhi adalah penting bahwa fasilitator yang ditunjuk harus melaporkan secara langsung kepada kepala sekolah. Ini adalah pertangung jawaban dari fasilitator untuk mempublikasikan program dan mengarahkan kelompok pengarah yang berkualitas di dalam pengembangan program yang berkualitas. d. Membentuk kelompok pengarah yang berkualitas. Kelompok ini harus mewakili kepentingan dan harus memiliki perwakilan dari tim nanajer senior. Peranannya adalah untuk mendorong dan membantu proses perbaikan kualitas. Baik sebagai pusat gagasan ataupun inisiator proyek. 195 e. Mengangkat koordinator yang berkualitas. Ini berguna di dalam banyak inisiatif untuk memiliki orang-orang yang punya waktu untuk melatih dan penasehat orang lain. f. Mengadakan seminar manajemen senior. Untuk mengevaluasi perkembangan. Tim manajemen senior tidak akan komit terhadap proses kalau mereka mengatakan dengan baik tentang filsafat dan metode. Ini penting untuk membangun tim manajemen senior yang sehat dan teritegrasi secara baik. g. Menganalisis dan mendiagnosis situasi terkini. Alat untuk melakukan analisis telah telah dijelaskan sebelumnya tentang perencanaan strategis untuk kualitas. Ini penting dan tidak harus disepelekan karena memberikan arah dari proses secara keseluruhan. Semua institusi perlu menjadi jelas kemana mereka akan berjalan. h. Menggunakan model di tempat lain yang telah berkembang. Ini dapat diadaptasi dari pekerjaan dari seorang “guru” berkualitas, model pendidikan secara khusus, atau satu perusahaan lokal yang bisa diadaptasi. i. Menempatkan konsultan eksternal. Ini mulai sangat popular pada perusahaan industri, namun hal ini tidak mungkin menjadi jalan popular di dunia pendidikan karena konsultansi itu mahal dan hadiah dari Departemen Perdagangan dan Industri tidak memungkinkan untuk pendidikan. Tetapi banyak institusi pendidikan dengan partner industri bisa memperoleh nasehat tanpa biaya. j. Memulai training staf tentang kualitas. Pengembangan staf dapat dilihat sebagai jalan penting untuk membangun kesadaran dan pengetahuan yang 196 berkualitas. Hal ini dapat menjadi kunci agen perubahan strategis untuk pengembangan budaya berkualitas. Ini juga penting di dalam tahap awal implementasi bahwa setiap orang di latih di dalam dasar-dasar TQM. Staf perlu pengetahuan banyak mengenai alat-alat kunci termasuk pembentukan teamwork, metode evaluasi, problem solving dan eknik pemecahan masalah. Menurut Tom Peter, di dalam Thriving on Chaos, menyatakan bahwa manajemen di masa depan akan mengalir melalui penguatan visi dan nilainilai yang saling bertemu. Karena itu, training adalah kesempatan besar untuk menanamkan dan menegaskan nilai-nilai organisasi. k. Mengkomunikasikan pesan-pesan kualitas. Strategi, relevansi dan kegunaan dari TQM perlu terkomunikasikan secara efektif. Terdapat banyak sekali kesalahpahaman seputar tujuan dari kualitas. Sifat alamiah jangka panjang dari program perlu dibuat jelas. Pengembangan staf, training dan pembangunan tim adalah beberapa dari jalan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. l. Menerapkan peralatan dan teknik berkualitas melalui pengembangan kelompok kerja secara efektif.245 Strategi ini memfokuskan pada upaya mendapatkan sesuatu yang dilakukan untuk mencapai kesuksesan sejak awal. Ini memfokuskan pada sesuatu bahwa institusi harus melakukan perbaikan, dan menyeleksi alat-alat yang benar untuk mengontrolnya. Memulai proses TQM dengan menangani pokok problem dengan menghindari kelumpuhan TQM. Tat kala menata tim aksi perbaikan atau kelompok 245 Jerome. S Arcaro, op. cit, h. 102 197 yang bertugas adalah penting untuk mengenal bahwa banyak isu hanya dikontrol dengan tim perbaikan lintas organisasi. Setiap lembaga pendidikan yang menerapkan Total Quality Management ( TQM) akan mengalami perbedaan yang signifikan dari beberapa indikator pelaksanaan proses dan pelayanan ketika sebelum atau sesudah menerapkan TQM. Di bawah ini merupakan perbedaan perubahan sebelum menerapkan dengan setelah menerapkan TQM, sebagai berikut;246 TABEL . I Perbedaan Perubahan Antara Sebelum Menerapkan TQM dengan Setelah Menerapkan TQM. Dari Menjadi Jika tidak rusak jangan diperbaiki Pengembangan berkesinambungan Mutu tidak penting pengawasan terhadap mutu Pembangunan Inovasi Struktur organisasi yang kaku Struktur organisasi fleksible Birokrasi organisasi berlapis-lapis lapisan organisasi hanya sedikit. Persaingan Kerja sama Kinerja Individu Kinerja Tim Semua terspeliasasi & dikendalikan Semua orang menambah nilai, fleksible dan terberdayakan. Pendidikan untuk manajemen pendidikan & pelatihan untuk semua orang. Dari tabel di atas tampak jelas adanya perubahan antara sebelum menerapkan TQM dan setelah menerapkan TQM pada sebuah institusi/organisasi yang 246 Baharuddin dan Umiarso, loc. cit. 198 menunjukkan adanya perubahan signifikan terhadap indikator-indikator tersebut, misalnya ; jika tidak rusak jangan diperbaiki, yang berarti kondisi statis, padahal dalam prinsip TQM hal itu sudah perlu ada pengembangan secara terus menerus ( dinamis), demikian halnya tentang mutu, yang tadinya tidak penting, justeru mutu senantiasa menjadi prioritas utama dengan pengawasan dan pengendalian mutu diperketat. Pembangunan selalu dibarengi dengan inovasi dan struktur oragniasisi yang pleksibel serta mengedepankan kerjasama dan kenerja tim ( bukan individual) melaui pendidikan dan pelatihan, sehingga dari kerja tiem ini dapat memberi nilai tambah yang sesuai harapan dan keinginan pelanggan. Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu Berdasarkan langkah-langkah pemecahan persoalan tersebut, sekolah bersamasama dengan semua unsur-unsurnya membuat rencana untuk jangka pendek, menengah, dan panjang, beserta program-programnya untuk merealisasikan rencana tersebut. Sekolah tidak selalu memiliki sumberdaya yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhan bagi pelaksanaan MPMBS, sehingga perlu dibuat skala prioritas untuk jangka pendek, menengah, dan panjang. Rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang: aspekaspek mutu yang ingin dicapai, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan, siapa yang harus melaksanakan, kapan dan dimana dilaksanakan, dan berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini diperlukan untuk memudahkan sekolah dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah maupun dari orangtua siswa, baik dukungan pemikiran, moral, material maupun finansial untuk melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan tersebut. Rencana yang dimaksud harus juga memuat rencana anggaran biaya (rencana biaya) yang diperlukan untuk merealisasikan rencana sekolah. 199 Hal pokok yang perlu diperhatikan oleh sekolah dalam penyusunan rencana adalah keterbukaan kepada semua pihak yang menjadi stakeholder pendidikan, khususnya orangtua siswa dan masyarakat (BP3/Komite Sekolah) pada umumnya. Dengan cara demikian akan diperoleh kejelasan, berapa kemampuan sekolah dan pemerintah untuk menanggung biaya rencana ini, dan berapa sisanya yang harus ditanggung oleh orangtua peserta didik dan masyarakat sekitar. Dengan keterbukaan rencana ini, maka kemungkinan kesulitan memperoleh sumberdana untuk melaksanakan rencana ini bisa dihindari. Catatan: BP3 saat ini yang anggotanya hanya terdiri dari orangtua siswa perlu dimekarkan menjadi Komite Sekolah yang anggotanya terdiri dari: orangtua siswa, wakil dari siswa, wakil dari sekolah, wakil dari organisasi profesi, wakil dari pemerintah, dan wakil dari publik. Jika rencana adalah merupakan deskripsi hasil yang diharapkan dan dapat digunakan untuk keperluan penyelenggaraan kegiatan sekolah, maka program adalah alokasi sumberdaya (sumberdaya manusia dan sumberdaya selebihnya, misalnya, uang, bahan, peralatan, perlengkapan, perbekalan, dsb.) kedalam kegiatan-kegiatan, menurut jadwal waktu dan menunjukkan tatalaksana yang sinkron. Dengan kata lain, program adalah bentuk dokumen untuk menggambarkan langkah mewujudkan sinkronisasi dalam ketatalaksanaan. Secara visual, alur berpikir pembuatan rencana dan program sekolah (dari butir B.2 s/d butir B.7) dapat dilihat pada Gambar 2 berikut. Catatan: Pada gilirannya, analisis SWOT dapat digunakan untuk merevisi/memperbaiki sasaran yang mungkin terlalu tinggi/rendah atau terlalu besar agar menjadi sasaran yang pas/realistik (wajar). 200 Gambar 2: Alur Berpikir Pembuatan Rencana dan Program Sekolah Landasan yuridis Pendidikan (Undang-undang dan Peraturan-peraturan) • Tantangan masa depan/ globalisasi • Nilai dan harapan masyarakat Visi dan Misi Sekolah Identifikasi fungsi-fungsi untuk mencapai setiap sasaran Tujuan sekolah Tantangan Nyata yang dihadapi Sekolah Output sekolah saat ini (Kenyataan) Sasaran 1 Sasaran 2 Sasaran 3 ………………. ………………. Analisis SWOT setiap fungsi dan faktorfaktornya Alternatif langkahlangkah pemecahan persoalan Rencana, program dan anggaran untuk masing-masing sasaran 7. Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan yang telah disetujui bersama antara sekolah, orangtua siswa, dan masyarakat, maka sekolah perlu mengambil langkah proaktif untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Kepala sekolah dan guru hendaknya mendayagunakan sumberdaya pendidikan yang tersedia semaksimal mungkin, menggunakan pengalaman-pengalaman masa lalu yang dianggap efektif, dan menggunakan teori-teori yang terbukti mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala sekolah dan guru bebas mengambil inisiatif dan kreatif dalam menjalankan program-program yang diproyeksikan dapat mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Karena itu, sekolah harus dapat membebaskan diri dari keterikatan-keterikatan birokratis yang biasanya banyak menghambat penyelenggaraan pendidikan. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, sekolah hendaknya menerapkan konsep belajar tuntas (mastery learning). Konsep ini menekankan pentingnya siswa menguasai materi pelajaran secara utuh dan bertahap sebelum melanjutkan ke pembelajaran topik-topik yang lain. Dengan demikian siswa dapat menguasai suatu materi pelajaran secara tuntas sebagai prasyarat dan dasar yang kuat untuk mempelajari tahapan pelajaran berikutnya yang lebih luas dan mendalam. 201 Untuk menghindari berbagai penyimpangan, kepala sekolah perlu melakukan supervisi dan monitoring terhadap kegiatan-kegiatan peningkatan mutu yang dilakukan di sekolah. Kepala sekolah sebagai manajer dan pemimpin pendidikan di sekolahnya berhak dan perlu memberikan arahan, bimbingan, dukungan, dan teguran kepada guru dan tenaga lainnya jika ada kegiatan yang tidak sesuai dengan jalur-jalur yang telah ditetapkan. Namun demikian, bimbingan dan arahan jangan sampai membuat guru dan tenaga lainnya menjadi amat terkekang dalam melaksanakan kegiatan, sehingga kegiatan tidak mencapai sasaran. 8. Melakukan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, sekolah perlu mengadakan evaluasi pelaksanaan program, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Evaluasi jangka pendek dilakukan setiap akhir catur wulan untuk mengetahui keberhasilan program secara bertahap. Bilamana pada satu catur wulan dinilai adanya faktor-faktor yang tidak mendukung, maka sekolah harus dapat memperbaiki pelaksanaan program peningkatan mutu pada catur wulan berikutnya. Evaluasi jangka menengah dilakukan pada setiap akhir tahun, untuk mengetahui seberapa jauh program peningkatan mutu telah mencapai sasaran-sasaran mutu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan evaluasi ini akan diketahui kekuatan dan kelemahan program untuk diperbaiki pada tahuntahun berikutnya. Dalam melaksanakan evaluasi, kepala sekolah harus mengikutsertakan setiap unsur yang terlibat dalam program, khususnya guru dan tenaga lainnya agar mereka dapat menjiwai setiap penilaian yang dilakukan dan memberikan alternatif pemecahan. Demikian pula, orangtua peserta didik dan masyarakat sebagai pihak eksternal harus dilibatkan untuk menilai keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Dengan demikian, sekolah mengetahui bagaimana sudut pandang pihak luar bila dibandingkan dengan hasil penilaian internal. Suatu hal yang bisa terjadi bahwa orangtua peserta didik dan masyarakat menilai suatu program gagal atau kurang berhasil, walaupun pihak sekolah menganggapnya cukup berhasil. Yang perlu disepakati adalah indikator apa saja yang perlu ditetapkan sebelum penilaian dilakukan. Untuk lebih detailnya tentang monitoring dan evaluasi MPMBS, lihat Bab 4. Hasil evaluasi pelaksanaan MPMBS perlu dibuat laporan yang terdiri dari laporan teknis dan keuangan. Laporan teknis menyangkut program pelaksanaan dan hasil MPMBS, sedang laporan keuangan meliputi penggunaan uang serta pertanggungjawabannya. Jika sekolah melakukan upaya-upaya penambahan pendapatan (income generating activities), maka 202 pendapatan tambahan tersebut harus juga dilaporkan. Sebagai bentuk pertanggungjawaban (akuntabilitas), maka laporan harus dikirim kepada Pengawas, Dinas Pendidikan Kabupaten, Komite Sekolah, Orang Tua Siswa dan Yayasan (bagi sekolah swasta). 9. Merumuskan Sasaran Mutu Baru Sebagaimana dikemukakan terdahulu, hasil evaluasi berguna untuk dijadikan alat bagi perbaikan kinerja program yang akan datang. Namun yang tidak kalah pentingnya, hasil evaluasi merupakan masukan bagi sekolah dan orangtua peserta didik untuk merumuskan sasaran mutu baru untuk tahun yang akan datang. Jika dianggap berhasil, sasaran mutu dapat ditingkatkan sesuai dengan kemampuan sumberdaya yang tersedia. Jika tidak, bisa saja sasaran mutu tetap seperti sediakala, namun dilakukan perbaikan strategi dan mekanisme pelaksanaan kegiatan. Namun tidak tertutup kemungkinan, bahwa sasaran mutu diturunkan, karena dianggap terlalu berat atau tidak sepadan dengan sumberdaya pendidikan yang ada (tenaga, sarana dan prasarana, dana) yang tersedia. Setelah sasaran baru ditetapkan, kemudian dilakukan analisis SWOT untuk mengetahui tingkat kesiapan masing-masing fungsi dalam sekolah, sehingga dapat diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Dengan informasi ini, maka langkah-langkah pemecahan persoalan segera dipilih untuk mengatasi faktor-faktor yang mengandung persoalan. Setelah ini, rencana peningkatan mutu baru dapat dibuat. Demikian seterusnya, caranya seperti urut-urutan nomor 2 s/d nomor 8 diatas. C. TUGAS DAN FUNGSI JAJARAN BIROKRASI Konsekwensi logis dari perubahan penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari pola manajemen lama (sentralistik) menuju ke pola manajemen baru (desentralistik), maka tugas dan fungsi jajaran birokrasi juga harus diubah. Dari uraian konsep Manajamen mutu terpadu disebutkan bahwa pola manajemen baru lebih menekankan pada pemandirian dan pemberdayaan sekolah. Ini memiliki arti bahwa sekolah merupakan unit utama kegiatan pendidikan, sedang birokrasi dan unsur-unsur lainnya merupakan unit pelayanan pendukung. Karena itu pola pikir manajemen lama yang lebih menekankan pada subordinasi, pengarahan, pengaturan, pengontrolan, dan one-man-show dalam pengambilan keputusan, sudah harus ditinggalkan dan diganti dengan pola pikir manajemen baru yang lebih menekankan pada pemberian otonomi, pemberian fasilitas, penumbuhan motivasi-diri sekolah, pemberian bantuan, dan pengambilan keputusan partisipatif. 203 Sambil menunggu tugas dan fungsi jajaran birokrasi Depdiknas yang definitif secara yurisdiksi dalam kerangka Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah 4. Sekolah Tugas dan fungsi utama sekolah adalah mengelola penyelenggaraan MPMBS di sekolah masing-masing. Mengingat sekolah merupakan unit utama dan terdepan dalam penyelenggaraan MPMBS, maka sekolah menjalankan tugas dan fungsinya sebagai berikut: a. Menyusun rencana dan program pelaksanaan MPMBS dengan melibatkan kelompok-kelompok kepentingan, antara lain: wakil sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, tata usaha), wakil siswa (OSIS), wakil orangtua siswa, wakil organisasi profesi, wakil pemerintah, dan tokoh masyarakat; b. Mengkoordinasikan dan menyerasikan segala sumberdaya yang ada di sekolah dan di luar sekolah untuk mencapai sasaran MPMBS yang telah ditetapkan; c. Melaksanakan MPMBS secara efektif dan efisien dengan menerapkan prinsip-prinsip total quality management (fokus pada pelanggan, perbaikan secara terus-menerus, dan keterlibatan total warga sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah) dan berpikir sistem (berpikir holistik/tidak parsial, saling terkait, dan terpadu); d. Melaksanakan pengawasan dan pembimbingan dalam pelaksanaan MPMBS sehingga kejituan implementasi dapat dijamin untuk mencapai sasaran MPMBS; e. Pada setiap akhir tahun ajaran melakukan evaluasi untuk menilai tingkat ketercapaian sasaran program MPMBS yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi ini kemudian digunakan untuk menentukan sasaran baru program MPMBS tahun- tahun berikutnya; f. Menyusun laporan penyelenggaraan MPMBS beserta hasilnya secara lengkap untuk disampaikan kepada pihak-pihak terkait yaitu Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Pengawas Sekolah, Komite Sekolah, dan Yayasan (bagi sekolah swasta); dan g. Mempertanggungjawabkan hasil penyelenggaraan MPMBS kepada pihakpihak yang berkepentingan dengan sekolah yaitu Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Komite Sekolah, dan Yayasan (bagi sekolah swasta).\ 204 MONITORING DAN EVALUASI Tujuan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi merupakan bagian integral dari pengelolaan pendidikan, di semua lini, jenis dan jenjang pendidikan. Tanpa pengukuran atau penilaian, tidak ada alasan untuk mengatakan apakah suatu sekolah mengalami kemajuan atau tidak. Monitoring dan evaluasi, pada umumnya, menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Karena itu, monitoring dan evaluasi yang bermanfaat adalah monitoring dan evaluasi yang menghasilkan informasi yang cepat, tepat, dan cukup untuk pengambilan keputusan. Penerapan TQM juga memerlukan monitoring dan evaluasi secara intensif dan dilakukan secara terus-menerus. Dengan monitoring dan evaluasi, kita dapat menilai apakah lembaga pendidikan benar-benar mampu meningkatkan mutu pendidikan. Jika tidak mampu atau kurang berhasil, apanya yang salah? Konsepnya atau pelaksanannya? Karena itu, dengan monitoring dan evaluasi, kita juga dapat memperbaiki konsep dan pelaksanaan program pendidikan. Istilah monitoring dan evaluasi memiliki makna sebagai berikut. Monitoring adalah suatu proses pemantauan untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan progrm pendidikan. Jadi, fokus monitoring adalah pemantauan pada pelaksanaan program pendidikan, bukan pada hasilnya. Tepatnya, fokus monitoring adalah pada komponen proses pelaksanaannya, baik menyangkut proses pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, maupun pengelolaan proses belajar mengajar. Sedang evaluasi merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang hasil dari program pendidikan. Jadi, fokus evaluasi adalah pada hasilnya. Informasi hasil ini kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, berarti manajemen pendidikan efektif. Sebaliknya jika hasil tidak sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, maka manajemen dianggap tidak efektif (gagal). Oleh karena itu, setiap sekolah/madrasah yang melaksanakan mnajemen mutu terpadu pendidikan (MMTP)harus memiliki data-data tentang prestasi siswa sebelum dan sesudah MMTP. Hal ini penting untuk dilakukan agar sekolah dengan mudah untuk membandingkan prestasi siswa sebelum dan sesudah penerapan MMTP. Jika setelah program MMTP ada peningkatan prestasi yang signifikan dibanding sebelumnya, maka hal ini dapat diduga bahwa MMTP cukup berhasil. Monitoring dan evaluasi dalam pendidikan bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Hasil monitoring dapat digunakan untuk memberi masukan (umpan balik) bagi perbaikan 205 pelaksanaan program manajememn mutu terpadu. Sedang hasil evaluasi dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memberi masukan terhadap kpengelola pendidikan, baik pada konteks, input, proses, output, maupun outcome nya. Masukan-masukan dari hasil monitoring dan evaluasi akan digunakan untuk pengambilan keputusan. Jenis Monitoring dan Evaluasi Ada dua jenis monitoring dan evaluasi sekolah, yaitu internal dan eksternal. Yang dimaksud monitoring dan evaluasi internal adalah monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh sekolah sendiri. Pada umumnya, pelaksana monitoring dan evaluasi internal adalah warga sekolah sendiri yaitu kepala sekolah, guru, siswa, orangtua siswa, guru bimbingan dan penyuluhan, dan warga sekolah lainnya. Tujuan utama monitoring dan evaluasi internal sekolah adalah untuk mengetahui tingkat kemajuan dirinya sendiri (sekolah) sehubungan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Sedang yang dimaksud monitoring dan evaluasi eksternal adalah monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh pihak eksternal sekolah (external institution), misalnya Dinas Pendidikan, Pengawas, dan Perguruan tinggi, atau gabungan dari ketiganya. Hasil monitoring dan evaluasi eksternal dapat digunakan untuk: rewards sistem terhadap individu sekolah, meningkatkan iklim kompetisi antar sekolah, kepentingan akuntabilitas publik, memperbaiki sistem yang ada secara keseluruhan, dan membantu sekolah dalam mengembangkan dirinya. I. PENUTUP Berbagai kenyataan tidak optimalnya mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah manajemen pendidikan. Dalam kenyataan, manajemen pendidikan yang selama ini bersifat sentralistik telah menempatkan sekolah pada posisi marginal, kurang berdaya, kurang mandiri, dan bahkan terpasung kreativitasnya. Untuk itu, Depdiknas terdorong untuk melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS). Dengan MPMBS ini, Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Direktorat Pendidikan Menengah Umum berkemauan kuat dan bertekad bulat mengupayakan pengembangan SLTP/Dikmenum dapat terjadi dan mengakar di sekolah. Pergeseran pendekatan manajemen ini jelas memerlukan penyesuaianpenyesuaian, baik secara teknis maupun kultural. Penyesuaian secara teknis dapat dilakukan melalui penataran, lokakarya, seminar, dan diskusi tentang MPMBS. Sedang penyesuaian secara kultural dapat dilakukan melalui penanaman 206 pemikiran, tindakan, kebiasaan, hingga sampai terbentuk karakter MPMBS kepada semua warga sekolah. Konsep MPMBS ini merupakan ide baru dalam wacana manajemen pendidikan di Indonesia. Sebagai ide baru, tentu saja konsep MPMBS ini tidak secara otomatis sempurna. Oleh karena itu, masukan-masukan yang berharga dan konstruktif dari para pembaca dan praktisi pendidikan sangat diperlukan bagi penyempurnaan konsep MPMBS ini. Semoga bermanfaat. Komponen-Komponen MPMBS yang Dimonitor dan Dievaluasi MPMBS sebagai sistem, memiliki komponen-komponen yang saling terkait secara sistimatis satu sama lain, yaitu konteks, input, proses, output, dan outcome. Konteks adalah eksternalitas sekolah berupa demand and support (permintaan dan dukungan) yang berpengaruh pada input sekolah. Dalam istilah lain, konteks sama artinya dengan istilah kebutuhan. Dengan demikian, evaluasi konteks berarti evaluasi tentang kebutuhan. Alat yang tepat untuk melakukan evaluasi konteks adalah penilaian kebutuhan (needs assessment). Input adalah segala “sesuatu” yang harus tersedia dan siap karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud tidak harus berupa barang, tetapi juga dapat berupa perangkat-perangkat lunak dan harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Secara garis besar, input dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu harapan, sumberdaya, dan input manajemen. Harapan-harapan terdiri dari visi, misi, tujuan, sasaran. Sumberdaya dibagi menjadi dua yaitu sumberdaya manusia dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan). Input manajemen terdiri dari tugas, rencana, program, regulasi (ketentuan-ketentuan, limitasi, prosedur kerja, dan sebagainya), dan pengendalian atau tindakan turun tangan. Untuk lebih rincinya, lihat uraian input pada BAB II. Esensi evaluasi pada input adalah untuk mendapatkan informasi tentang “ketersediaan dan kesiapan” input sebagai prasyarat untuk berlangsungnya proses. Proses adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dalam MPMBS sebagai sistem, proses terdiri dari: proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, proses evaluasi sekolah, dan proses akuntabilitas. Dengan demikian, fokus evaluasi pada proses adalah pemantauan (monitoring) implementasi MPMBS, 207 sehingga dapat ditemukan informasi tentang konsistensi atau inkonsistensi antara rancangan/disain MPMBS semula dengan proses implementasi yang sebenarnya. Konsistensi antara rancangan dan proses pelaksanaan akan mendukung tercapainya sasaran, sedang inkonsistensi akan menjurus kepada kegagalan MPMBS. Dengan didapatkan informasi inkonsistensi tersebut, segera dapat dilakukan koreksi/pelurusan terhadap pelaksanaan. Output adalah hasil nyata dari pelaksanaan MPMBS. Hasil nyata yang dimaksud dapat berupa prestasi akademik (academic achievement), misalnya, nilai EBTA, EBTANAS, dan peringkat lomba karya tulis, maupun prestasi non-akademik (nonacademic achievement), misalnya, IMTAQ, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi olahraga, kesenian, dan kerajinan. Fokus evaluasi pada output adalah mengevaluasi sejauhmana sasaran (immediate objectives) yang diharapkan (kualitas, kuantitas, waktu) telah dicapai oleh MPMBS. Dengan kata lain, sejauhmana “hasil nyata sesaat” sesuai dengan “hasil/sasaran yang diharapkan”. Tentunya makin besar kesesuaiannya, makin besar pula kesuksesan MPMBS. Outcome adalah hasil MPMBS jangka panjang, yang berbeda dengan output yang hanya mengukur hasil MPMBS sesaat/jangka pendek. Karena itu, fokus evaluasi outcome adalah pada dampak MPMBS jangka panjang, baik dampak individual (tamatan SLTP), institusional (SLTP), dan sosial (masyarakat). Untuk melakukan evaluasi ini, pada umumnya digunakan analisis biaya-manfaat (cost-benefit analysis). 208 Sejalan dengan perkembangan madrasah dari bentuk awal hingga kondisi sekarang ini, terdapat proses manajemen yang berkembang dinamis, keberadaan madrasah semakin mantap setelah adanya keputusan bersama tuga Menteri yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 1975, No. 037/U/1975 dan No. 36 Tahun 1975 tanggal 24 Maret 1975 tentang Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah yang memberikan jaminan pengakuan yang sama terhadap ijazah Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah dengan SD, SMP dan SMU telah memberikan penghargaan dan status yang sejajar sebagai lembaga pendidikan yang harus diperhitungkan. Berbagai langkah kebijaksanaan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu oleh pemerintah (Departemen Agama) melalui kegiatan pembenahan manajemen madrasah, antara lain pembinaan kelembagaan, kurikulum, ketenagaan, sarana prasarana dan perubahan sistem lainnya. Kepentingan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada Madrasah Aliyah juga didorong oleh kenyataan bahwa jumlah siswa yang belajar di Madrasah Aliyah cukup banyak, dan ini adalah asset bangsa dan Negara di bidang pendidikan yang perlu mendapatkan perhatian. Diantara upaya meningkatkan pendidikan pada Madrasah Aliyah (MA) tersebut adalah sistem program studi dan pembelajaran serta berbagai terobosan yaitu, dalam bidang pengelolaan dan penyelenggaraaan pendidikan yang sebaik-baiknya melalui MAN Model, di bidang skill untuk memberikan bekal agar siswa dapat terjun ke masyarakat dalam berbagai lapangan pekerjaan melalui program keterampilan, 209 yang kesemuanya itu diharapkan menjadi contoh dalam penyelenggaraan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) serta Madrasah Aliyah Swasta (MAS) di wilayahnya. 210 PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA Selama ini dikenal dua cara pendekatan belajar yaitu pendekatan belajar berpusat pada guru (teacher centred learning) dan pembelajaran berpusat pada siswa (Student centred learning). Pendekatan belajar berpusat pada siswa (student centred learning) merujuk pada teori constructivism yang menempatkan siswa sebagai individu yang memiliki bibit ilmu di dalam dirinya yang memerlukan berbagai aktifitas / kegiatan untuk mengembangkannya menjadi pemahaman yang bermakna terhadap sesuatu hal. Dalam pandangan ini siswa perlu terlibat melalui penalaran oleh diri sendiri maupun dalam kelompok diskusi atau suatu kelompok kecil yang membahas suatu materi belajar. Guru lebih bersifat sebagai fasilitator dalam proses membangun pengetahuan tersebut. Pada pendekatan belajar berpusat pada siswa (student centred learning) ini siswa mengambil tanggung jawab yang lebih untuk memantau kemajuan belajar mereka sendiri. Tugas belajar yang harus mereka selesaikan bersifat lebih terbuka dan menantang untuk dikuasai (boleh jadi mempunyai varian penyelesaian tergantung pada situasinya). Siswa lebih terlibat jauh dalam berpikir tingkat yang lebih tinggi. Dalam pendekatan ini siswa secara berdiskusi dengan kelompoknya mengeksplorasi secara mandiri terhadap suatu permasalahan. Di dalam implementasi pembelajaran berpusat pada siswa (student centred learning) ini pendekatan-pendekatan berikut harus dipenuhi agar lebih menjamin implementasi yang tepat. Pendekatan-pendekatan yang penting adalah: Siswa harus jelas apa yang mereka butuhkan untuk dicapai. Mereka harus melihat belajar sebagai sesuatu yg bermakna. Bimbingan (atau perancah) harus disediakan untuk membantu siswa mencapai hasil yang diinginkan harus ada kegiatan yang diperlukan siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri dari sumber belajar KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Student centereded Approach 1. Pengertian Student Centered Approach Akhmad Sudrajat (2008) mengemukakan pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran,yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Sedangkan berpusat pada siswa (student centered) adalah “proses belajar mengajar berdasarkan kebutuhan dan minat anak” (Oemar Hamalik, 2004: 201). Pendapat di atas menggambarkan bahwa dalam proses pembelajaran harus mempertimbangakan kebutuhan dan keinginan anak untuk belajar. O’Neill, Geraldine and Tim McMahon (2005: 2) sependapat dengan Oemar Hamalik (2004: 201) bahwa “…student–centred learning as focusing on the students’ learning and what students do to achieve this, rather than what the teacher 211 does”. Pendapat O’Neill menjelaskan tentang kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa belajar dari apa yang dilakukan bukan dari apa yang disampaikan guru. Pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik atau anak merupakan sistem pembelajaran yang menunjukkan dominasi peserta didik selama kegiatan pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing dan pemimpin. Pembelajaran berpusat pada anak dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanakan kegiatan pembelajaran berpusat kepada anak J.J Rousseau (Masitoh, dkk, 2005: 36) menyatakan bahwa “kita jangan menekankan pada banyaknya pengetahuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh seorang anak, tetapi harus menekankan pada apa yang dapat dipelajari anak serta apa yang ingin diketahui anak sesuai dengan minatnya”. Pendapat J.J Rousseau menjelaskan bahwa student centered merupakan proses pembelajaran yang seluruh kegiatan dipusatkan pada anak dan minat anak sehingga anak yang mendominasi proses pembelajaran. Yeni Rachmawati dan Euis Kurniawati (2010: 43) mengemukakan pembelajaran yang berpusat pada anak “…melibatkan anak dalam proses pembelajaran dari awal sampai akhir berupa belajar aktif (active learning), yang lebih menempatkan siswa sebagai pusat dari pembelajaran”. Yeni Rachmawati dan Euis Kurniawati menjabarkan bahwa dalam proses pembelajaran yang menggunakan SCA (student centered approach) inisiatif anak merupakan penentu keberlangsungan proses pembelajaran. Anak-anak melakukan eksplorasi dengan lingkungan dan tidak dimonopoli guru. Student centered learning merupakan suatu pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Model pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning) berbeda dari pembelajaran berpusat pada guru (instructor centered learning) yang menekankan pada transfer pengetahuan dari guru ke murid yang relatif bersikap pasif. Penjelasan di atas menerangkan tentang bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunaka Student centered approach (SCA) merupakan pendekatan yang didasarkan pada pandangan bahwa mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan dengan harapan agar siswa belajar. Konsep student centered approach yang penting adalah belajarnya siswa. Guru secara sadar menempatkan perhatian yang lebih banyak pada keterlibatan, inisiatif, dan interaksi sosial siswa. Kegiatan pembelajaran yang menggunakan student centered approach menghargai keunikan tiap individu dari diri setiap anak, baik dalam minat, bakat, pendapat serta cara dan gaya belajar masing-masing anak. Peserta didik atau anak disiapkan untuk dapat menghargai diri sendiri, orang lain, perbedaan, menjadi bagian dari masyarakat yang demokratis dan berwawasan global. “SCL puts students at the heart of the learning process, it is only proper recognition of this diversity that empowers students to realise their full potential;engaging with their teachers and embarking on the learning process in the 212 manner that will be most benefi cial to them” (Attrad, A, dkk. 2010). PendapatAttrad, A menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran yang menggunakanstudent centered approach, siswa merupakan titik pusat dari proses pembelajaran.Guru memulai pembelajaran dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnyabagi anak untuk mengkonstruksi pengetahuannya melalui pengalaman belajar,bereksplorasi, memberikan kebebasan pada anak untuk memilih kegiatan yangsesuai dengan kebutuhan dan minat anak. Pengertian di atas disimpulkan bahwa student centered approach adalah pendekatan atau titik tolak tentang suatu proses pembelajaran. Siswa atau anakberada pada pusat pembelajaran sehingga anak dapat belajar aktif sesuai dengan minat dan keinginan anak. Anak dapat mengembangkan proses skillberkomunikasi, pemahaman yang mendalam tentang topik, penelitian sertapemecahan masalah dalam proses pembelajaran. Jadi student centered approach dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di TK. 2. Penerapan Student centered approach Konsep Froebel tentang PAUD adalah konsep belajar melalui bermain, berdasarkan minat anak, dan anak sebagai pusat pembelajaran (child centered). Froebel (Doodington dan Hilton, 2010: 16) menegaskan “hanya dengan caramemperluas dan pengayaan naluri anak agar melibatkan diri kedalam permainanaktif, pendidik dewasa yang simpatik dapat membantu anak berkembang secarapenuh sebagai makhluk hidup yang bertindak, merasakan, dan berpikir”. Pendapat di atas menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran melalui Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu: Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha. Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah: 1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik. 2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang 213 dipandang paling efektif. 3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran. 4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan. Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam 214 penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat) Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut: Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun. Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan 215 sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada. Jika diilustrasikan keterkaitan antara ke tujuh prinsip TQM dengan faktorfaktor yang mendukung mutu pendidikan, maka dapat digambarkan pada tabel di bawah ini; TABEL. I Matrik Keterkaitan Faktor-Faktor Pendukung Mutu Pendidikan dengan Prinsip-Prinsip TQM No Faktor-Faktor Mutu Pendidikan Pendukung Prinsip TQM Fp KP PB KtP KI DIK PP 1 2 3 4 5 6 7 1 Visi, Misi, tujuan pendidikan x x x x x 2 Kepemimpinan kepala madrasah x x x x x 3 Kurikulum/ pembelajaran x x x x 4 Evaluasi/supervisi, x x x 5 Pengembangan professional guru, x x 6 Iklim dan budaya organisasi x 7 Pengembangan prestasi peserta didik 8 9 Terkait 11 x 6 item x x 7 item x x x 7 item x x x x 7 item x x x x x 7 item x x x x x 6 item x x x x x x 7 item Peran serta masyarakat x x x x x x 6 item Sarana dan prasarana pendidikan x x x x x x 6 item x 216 10 Dana/pembiayaan pendidikan 11 Hasil/mutu pendidikan x x x x x x x 7 item Memenuhi keinginan pelanggan internal dan eksternal Keterangan: FP= focus pada pelanggan, KP= Kepemimpinan, PB= perbaikan secara berkesinambungan, KtP= keterlibatan total dan pemberdayaan, KI= komitmen dan integritas, Dik= pendidikan dan pelatihan, PP= pengukuran dan penilaian. Tabel di atas menggambarkan adanya keterkaitan antara ke sepuluh faktor pendukung pendidikan dengan prinsip-prinsipTQM, misalnya pada prinsip pertama (focus pada pelanggan) yang memiliki keterkaitan dengan semua faktor, artinya bahwa semua gagasan dan aktifitas yang terkait dengan komponen-komponen tersebut harus terfokus kepada harapan dan keinginan pelanggan ( masyarakat, orang tua dan peserta didik). Demikian halnya dengan prinsip-prinsip TQM lainnya, semuanya terkait dengan komponen-komponen pendidikan, kecuali pendidikan dan pelatihan, ada empat komponen yang tidak terkait secara operasional, namun dari segi lain boleh jadi masih bisa terkait, seperti yang terlihat pada tabel di atas. Guru yang memiliki kinerja yang baik tentunya memiliki komitmen yang tinggi dalam pribadinya, artinya tercermin suatu kepribadian dan dedikasi yang paripurna. Guru yang memiliki komitmen yang rendah biasanya kurang memberikan perhatian kepada peserta didik, demikian pula waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran sangat sedikit. Sebaliknya, seorang guru yang memiliki komitmen yang tinggi biasanya memperlihatkan perhatian yang tinggi terhadap pekerjaannya dan menyediakan waktu yang banyak untuk peningkatan mutu pendidikan. Lihat Jeromi S.Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan ( Cet. IV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) h. 39, dan bandingkan Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, h. 592. 217 Jerome S. Arcaro menyatakan bahwa Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan/TQM di bidang pendidikan formal, termasuk madrasah, diperlukan adanya penguatan dari lima pilar TQM (the five fillars of TQM), yaitu: Fokus pada Kostumer, Keterlibatan Total, Pengukuran, Komitmen, dan Perbaikan Berkesinambungan. Kelima pilar ini merupakan sebuah mata rantai dalam organisasi. Dapat digambarkan bahwa kepuasan kostumer terhadap produk yang berkualitas tidak akan tercapai tanpa proses kerja yang bermutu dengan melibatkan semua komponen yang terkait dalam lembaga pendidikan, dan proses kerja yang berkualitas tidak dapat diketahui tanpa adanya pengukuran kinerja yang telah ditetapkan. Dan perbaikan secara berkesinambungan tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya komitmen pada mutu dari pihak yang terlibat untuk meningkatkan kualitas.247 Ke lima pilar ini akan sulit terwujud tanpa dukungan kepemimpinan yang efektif dalam sebuah lembaga/institusi yang terkelola dengan baik. Kelima pilar ini berfungsi secara linier menentukan tinggi-rendahnya tingkat produktivitas madrasah. Dengan demikian tinggi rendahnya tingkat produktivitas organisasi mengindikasikan keberhasilan atau kegagalan dalam mengitegrasikan pilar TQM untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas. 247 Lihat Jeromi S.Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan ( Cet. IV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) h. 39, dan bandingkan Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, h. 592. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Jenis Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar yang berlokasi di Jalan Sultan Alauddin No. 105 sebelah Barat UIN Alauddin Makassar Kelurahan Manuruki Kecamatan Tamalate Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan 2. Jenis Penelitian. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, merupakan suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena tingkah laku manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya 1. Jenis penelitian yang bersifat kualitatif berusaha menangkap gejala secara holistik melalui pengumpulan data dari subyek yang diteliti sebagai sumber langsung dengan instrumen kunci peneliti sendiri, yaitu peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, penganalisis, penafsir data/pemberi makna, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama yaitu melakukan wawancara langsung dengan informan atau menggunakan alat perekam 1 Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet. I; Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 72. 164 165 dan daftar wawancara tertulis kepada informan, data yang diperoleh adalah data kualitatif. Selanjutnya untuk memperkuat dan mengecek validitas data hasil wawancara tersebut, maka dapat dilengkapi dengan observasi atau wawancara secara mendalam kepada informan yang telah memberikan jawaban pertanyaan yang diajukan peneliti, atau orang lain yang memahami terhadap masalah yang diteliti2. Sehingga dengan adanya data kualitatif melalui wawancara mendalam kepada pihak pengelola yang berwenang memberikan informasi, maka peneliti dapat menyusun data penelitian secara proporsional. Dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif yang dimaksudkan di sini adalah suatu upaya untuk mengungkapkan secara mendalam mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan implementasi Total Quality Management (TQM) dalam membina mutu pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar. B. Pendekatan Penelitian Menelaah hasil permasalahan disertasi ini, ada beberapa pendekatan yang digunakan, yaitu meliputi; 1. Pendekatan pedagogik digunakan karena pembahasan disertasi ini nanti akan berkaitan dengan aktifitas pendidikan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh kepala madrasah, guru-guru pada MAN 2 Model Makassar. Kajian para pakar tentang implementasi TQM sebagai elemen yang paling menentukan dalam kaiatannya dengan peningkatan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, mendapat perhatian serius dalam dunia akademik. 2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 38. 166 2. Pendekatan sosiologis digunakan untuk melihat hubungan kerjasama antara pengelola lembaga madrasah (kepala sekolah, pegawai, dan guru) pada MAN 2 Model Makassar dengan peserta didik di madrasah tersebut, sehingga pembelajaran dapat diserap dengan baik dan tentunya dalam bagian ini akan memberi dampak positif hasil akhir baik hasil yang berupa angka-angka maupun pada segi sikap atau akhlak para peserta didik. 3. Pendekatan manajerial digunakan untuk mengetahui upaya berperilaku antar semua elemen sekolah yang ada pada MAN 2 Model Makassar sebagai sistem-sistem sosial yang mengaitkan dua orang atau lebih bersama-sama dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan bersama dalam proses pengembangan mutu pendidikan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan (peserta didik). 4. Pendekatan teologis digunakan karena berhubungan dengan guru yang mengajar pada madrasah sebagai konsepsi hidup manusia atau disiplin ilmu yang membicarakan hubungan antara manusia dengan penciptaNya.3 5. Pendekatan fenomenologis (phenomenological approach) digunakan karena pembahasan disertasi ini berkaitan dengan pola perilaku dan aktifitas manusia sehari-hari sebagai suatu gejala atau fenomena dari apa yang tersembunyi dibenak mereka. Gejala atau fenomena tersebut belum dapat dipahami sebelum terungkap apa yang tersembunyi dibenak atau di kepala manusia sebagai pelaku aktifitas. 4 3 Lihat Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Cet. XI; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 51. 4 Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi ( Cet. 8, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 9, dan bandingkan dengan Sudarwan Danim, Menjadi peneliti Kualitatif ( Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 65. 167 Secara filosofis peneliti berupaya mengungkap dan memahami interaksi dalam proses pendidikan antara guru dan siswa serta kegiatan-kegiatan lainnya yang terjadi, baik yang bersifat stuktural maupun yang bersifat fungsional. Peneliti melakukan analisis data secara fenomenologis yang spesifik kemudian kembali pada basis filosofis pada akhir penelitian. Penelitian ini meneliti topik-topik interpersonal dengan memperhatikan pada prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pendekatan Fenomenologis juga digunakan, sebab orientasi penelitian ini diarahkan untuk memahami secara mendalam paradigma peserta didik menjadi intelektual muslim yang berakhlakul karimah yang penuh tanggung jawab dan kreatif dalam mengembang amanah di masyarakat. 6. Pendekatan Grounded research digunakan untuk menghasilkan dan mengembangkan teori berdasarkan data empiris dengan cara induktif tentang suatu fenomena. Grounded research juga mengisyaratakan bahwa pengumpulan data, analisa dan formulasi teori dianggap sebagai sesuatu yang berkaitan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode ini sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan teori dengan cara induktif dan menjadikan data sebagai sumber utama dalam pengembangan teori yang diinginkan peneliti. 5 C. Sumber Data Penelitian Penelitian adalah penelitian pengamatan yang bertumpu pada sumber data berdasarkan situasi yang terjadi atau sosial situation.6 Sumber data penelitian yang 5 Lihat Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis ( Cet. I, Jogjakarta : AR-Ruz Media, 2011) h. 65-67. 6 Sosial situation, adalah situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat, pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis. Lihat ibid, h. 215. 168 penerapannya dilakukan pada jenis penelitian kualitatif. Tetapi dalam penelitian ini, sebatas pada sumber data atau informasi yang dijadikan sebagai sumber data penelitian ini. Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive atau biasa disebut purposive sampling,7 digunakan dalam pengumpulan data dengan memilih informan yang benar-benar memahami permasalahan secara mendalam yang akan diteliti. Perlu diketahui bahwa penentuan sampel seperti itu bukan sampel yang mewakili populasi sebagaimana dalam penelitian kuantitatif, tetapi semata-mata didasarkan kedalaman dan relevansi informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, tidak bermaksud menggeneralisasi hasil akhir penelitian dengan kesimpulan deduktif dalam penelitian kuantitatif. Jadi yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini yang dipilih secara purposive adalah, kepala madrasah, guru-guru, pegawai, pengawas, pengurus komite dan peserta didik pada MAN 2 Model Makassar yang dianggap mempunyai kapabilitas untuk memberikan informasi yang valid dan akurat untuk dijadikan sebagai sumber data dengan menggunakan 2 (dua) jenis seumber data, yaitu: 1. Data primer, dalam penelitian lapangan, data primer merupakan data utama yang diambil langsung dari para informan yang dalam hal ini adalah kepala madrasah, guru-guru, pegawai, dan peserta didik pada MAN 2 Model Makassar. Data ini berupa hasil interview (wawancara). 2. Data sekunder, pengambilan data dalam bentuk dokumen yang telah ada serta hasil penelitian yang ditemukan peneliti secara tidak langsung. Data ini berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini. 7 Lihat Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, h. 36. 169 D. Metode Pengumpulan Data Sudah dimaklumi bahwa penelitian merupakan aktivitas ilmiah yang sistematis, terarah, dan mempunyai tujuan tertentu, maka pengumpulan data penelitian sangat penting guna menjelaskan fenomena yang sedang diteliti atau menggambarkan variabel-variabel yang diteliti. Marzuki menjelaskan bahwa data atau informasi yang dikumpulkan harus relevan dengan persoalan yang dihadapi, artinya data itu bertalian, berkaitan, mengena, dan tepat8. Disinilah letak arti penting dari pada alat pengumpulan data atau yang disebut dengan instrumen penelitian. Untuk mengumpulkan data yang relevan dengan variabel penelitian ini digunakan alat penelitian dan instrumen pokok yaitu alat perekam, pedoman wawancara tertulis dan lembaran observasi. Beberapa dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini juga diteliti pada saat pengumpulan data dilakukan. Di samping itu, juga dilakukan wawancara langsung dengan pihak yang bersangkutan dengan metode sebagai berikut; 1. Observasi adalah peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. penelitian dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya. 2. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, semacam percakapan yang bertujuan memperoleh data yang mendalam dalam komunikasi tersebut 8 Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: t. pn, 2008), h. 55. 170 yang dilakukan secara berhadapan9. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk menunjang data yang dikumpulkan lewat naskah-naskah. Teknik wawancara yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah ” wawancara terstruktur dan wawancara semi terstruktur”.10 Wawancara terstruktur, yaitu peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan yang alternatif jawabannya sudah disiapkan oleh peneliti. Selain menyiapkan instrumen, peneliti juga menggunakan alat bantu, seperti tape recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat membantu kelancaran pengumpulan data. Wawancara semi terstruktur pelaksanaannya lebih bebas bila dibanding dengan wawancara terstruktur, wawancara ini bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, sehingga informan dapat menyampaikan pendapat dan ide-idenya. 3. Dokumentasi, dalam dokumentasi yang diteliti adalah dokumen, yang dalam konsep umum terbatas hanya pada bahan-bahan tertulis saja dalam berbagai kegiatan11. Dokumentasi adalah proses pengumpulan, pemilihan, dan pengolahan naskah-naskah asli atau informasi-informasi tertulis yang dipergunakan sebagai alat pembuktian atau bahan untuk mendukung suatu keterangan atau argumen12. Naskah-naskah atau informasi tertulis (dokumen) 9 S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 113. 10 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, h. 233. 11 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuntitatif, Kualitatif, h. 115. 12 Komaruddin, Kamus Istilah Skripsi dan Tesis, (Bandung: Angkasa, 1999), h. 33. 171 yang diteliti pada penelitian ini adalah naskah-naskah yang berkaitan dengan variabel yang ada. E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang amat penting dan strategis kedudukannya dalam keseluruhan kegiatan penelitian, karena data yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian diperoleh melalui instrumen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa: 1. Pedoman wawancara (interview) kepada informan yang terkait untuk mengetahui perannya terhadap implementasi Total Quality Management (TQM) dalam membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar yang dijadikan sebagai informan mendukung yaitu kepala madrasah, pegawai, guru-guru, staf, pengawas dan peserta didik. 2. Pedoman Observasi, disusun untuk melengkapi atau memperkuat hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara, oleh karena itu pedoman observasi dibuat dalam bentuk format yang berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang diamati.13 Instrumen yang dapat digunakan dalam observasi bisa dalam bentuk daftar cek (check list) sesuai item-item yang telah disiapkan, atau dalam bentuk format isian yang memuat butir-butir yang diamati. 3. Peneliti sebagai instrumen( human insturment). Dalam penelitian ini, yang menjadi alat utama adalah peneliti sendiri, yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan 13 Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.168 172 data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan dan membuat kesimpulan atas penelitiannya,14 oleh karena itu peneliti sendiri yang mengadakan ”validasi” terhadap dirinya sendiri, melalui evaluasi diri tentang seberapa jauh pemahamannya terhadap metode yang digunakan, dan terhadap penguasaan teori yang berhubungan dengan bidang yang diteliti. 4. Dokumentasi Arsip-arsip yang berhubungan dengan program kegiatan yang telah dan yang akan dilaksanakan, baik yang berkaitan dengan program akademik maupun non akademik serta hal-hal lain yang berhubungan dengan peningkatan kualitas peserta didik pada MAN 2 Model Makassar. F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Teknik analisis deskriptif kualitatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah analisis non statistik dengan pendekatan induktif yaitu suatu analisis data yang bertolak dari problem atau pernyataan maupun tema spesifik yang dijadikan fokus penelitian.15 Jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka implementasi Total Quality Management (TQM) dalam membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar akan diamati dan digambarkan sebagaimana adanya, baik berupa aktifitas pembelajaran (akademik) maupun kegiatan-kegiatan lainnya (non akademik). Penelitian ini menempuh tiga cara pengolahan dan analisa data, yaitu; 1. Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksi dan mengubah data kasar yang muncul dari catatan-catatan 14 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, h. 222. 15 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 11. 173 lapangan.16 Reduksi data dimaksudkan untuk menentukan data ulang sesuai dengan permasalahan penelitian. 2. Sajian data atau display data adalah suatu cara merangkai data dalam suatu organisasi yang memudahkan untuk membuat kesimpulan atau tindakan yang diusulkan.17 Sajian data pada peneltian ini adalah memilih data yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. 3. Verifikasi atau penyimpulan data yaitu penjelasan tentang makna data dalam suatu konfigurasi yang secara jelas menunjukkan alur kausalnya, sehingga dapat diajukan proposisi yang terkait dengannya.18 Dalam penelitian ini dipakai untuk penentuan hasil akhir dari keseluruhan proses tahapan analisis, sehingga keseluruhan permasalahan dapat dijawab sesuai dengan kategori data dan masalahnya. Pada bagian ini akan muncul kesimpulan-kesimpulan yang mendalam secara komprehensif dari data hasil penelitian. G. Pengujian Keabsahan Data. Untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini dipergunakan beberapa teknik, sebagai berikiut; 1. Perpanjangan pengamatan, artinya peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, melakukan wawancara dengan sumber data, baik yang pernah ditemui maupun yang baru ditemui, sehingga hubungan peneliti dengan 16 Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan (Cet. II; Bandung Angkasa, 1993), h. 167. 17 Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, h. 168. 18 Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, h. 168. 174 narasumber akan semakin akrab, terbuka dan saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. 2. Pengamatan secara cermat dan berkesinambungan, bahwa dengan cara ini, kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan teknik ini , peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Selain itu, peneliti juga dapat mendeskripsi data secara akurat dan sistematis. 3. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat memperoleh kepastian data yang akurat/valid. 4. Diskusi dengan teman Sejawat, yaitu dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil yang diperoleh kepada rekan-rekan sejawat dalam bentuk diskusi analitik. Teknik ini bertujuan agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, dan untuk memberikan kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji fokus penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti. 5. Analisis Kasus Negatif, adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Peneliti berusaha mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. 6. Kelengkapan Referensial, yang dimaksud dengan bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh 175 peneliti. Bahan referensi ini dapat berupa foto-foto, rekaman, dan dokumen autentik. 7. Mengadakan member check, bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai apa yang diberikan oleh informan, apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data, maka berarti datanya dapat dianggap valid, dan semakin dapat dipercaya/kredibel. 19 Jadi intinya data harus sesuai dengan pendapat pemberi data. 19 Lihat Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, h. 270 176 1. Triangulasi, teknik ini dimaksudkan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada. melalui teknik ini sebenarnya peneliti selain pengumpulkan data juga sekaligus menguji dan mengecek kredibilitas data dari berbagai sumber data yang ada. 177 D. Pendekatan Penelitian Menelaah hasil permasalahan disertasi ini, ada beberapa pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan keilmuan dan pendekatan metodologi. 1. Pendekatan studi meliputi; 7. Pendekatan pedagogik digunakan karena pembahasan disertasi ini nanti akan berkaitan dengan aktifitas pendidikan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh kepala madrasah, guru-guru pada MAN 2 Model Makassar. Kajian para pakar tentang implementasi TQM sebagai elemen yang paling 178 menentukan dalam kaiatannya dengan peningkatan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, mendapat perhatian serius dalam dunia akademik. 8. Pendekatan sosiologis digunakan untuk melihat hubungan kerjasama antara pengelola lembaga madrasah (kepala sekolah, pegawai, dan guru) pada MAN 2 Model Makassar dengan peserta didik di madrasah tersebut, sehingga pembelajaran dapat diserap dengan baik dan tentunya dalam bagian ini akan memberi dampak positif hasil akhir baik hasil yang berupa angka-angka maupun pada segi sikap atau akhlak para peserta didik. 9. Pendekatan manajerial digunakan untuk mengetahui upaya berperilaku antar semua elemen sekolah yang ada pada MAN 2 Model Makassar sebagai sistemsistem sosial yang mengaitkan dua orang atau lebih bersama-sama dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan bersama dalam proses pengembangan mutu pendidikan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan (peserta didik). 10. Pendekatan teologis digunakan karena berhubungan dengan guru yang mengajar pada madrasah sebagai konsepsi hidup manusia atau disiplin ilmu yang membicarakan hubungan antara manusia dengan penciptaNya.20 2. Sedangkan pendekatan metodologi meliputi; 11. Pendekatan fenomenologis (phenomenological approach) digunakan karena pembahasan disertasi ini berkaitan dengan pola perilaku dan aktifitas manusia sehari-hari sebagai suatu gejala atau fenomena dari apa yang tersembunyi dibenak mereka. Gejala atau fenomena tersebut belum dapat dipahami sebelum terungkap 20 Lihat Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Cet. XI; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 51. 179 apa yang tersembunyi dibenak atau di kepala manusia sebagai pelaku aktifitas. 21 Secara filosofis peneliti berupaya mengungkap dan memahami interaksi dalam proses pendidikan antara guru dan siswa serta kegiatan-kegiatan lainnya yang terjadi, baik yang bersifat stuktural maupun yang bersifat fungsional. Peneliti melakukan analisis data secara fenomenologis yang spesifik kemudian kembali pada basis filosofis pada akhir penelitian. Penelitian ini meneliti topik-topik interpersonal dengan memperhatikan pada prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pendekatan Fenomenologis juga digunakan, sebab orientasi penelitian ini diarahkan untuk memahami secara mendalam paradigma peserta didik menjadi intelektual muslim yang berakhlakul karimah yang penuh tanggung jawab dan kreatif dalam mengembang amanah di masyarakat. 12. Pendekatan Etnometodologis ( ethnometodologic approach ). Pendekatan ini digunakan untuk mempelajari bagaimana individu menciptakan dan memahami kehidupan mereka sehari-hari, isi percakapan sehari-hari di tengah masyarakat yang dapat dijadikan sebagai indikasi dan kerangka berpikir beserta asumsiasumsi mereka di dalam memahami, menafsirkan dan menyikapi berbagai hal yang dihadapi. Dari sini memungkinkan lahirnya sebuah metodologi yang bersumber dari kerangka pemikiran, asumsi atau dalil-dalil sebagai realitas atau 21 Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi ( Cet. 8, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 9, dan bandingkan dengan Sudarwan Danim, Menjadi peneliti Kualitatif ( Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 65. 180 fenomena sosial yang tampak dipermukaan dalam kehidpan sehari-hari yang bersifat konstruksional ( Sociall constructed ).22 13. Pendekatan Grounded research digunakan untuk menghasilkan dan mengembangkan teori berdasarkan data empiris dengan cara induktif tentang suatu fenomena. Grounded research juga mengisyaratakan bahwa pengumpulan data, analisa dan formulasi teori dianggap sebagai sesuatu yang berkaitan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode ini sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan teori dengan cara induktif dan menjadikan data sebagai sumber utama dalam pengembangan teori yang diinginkan peneliti.23 14. Pendekatan interaksi simbolik ( symbolic interaction approach ). Pendekatan ini didasari atas pandangan dan asumsi bahwa pengalaman manusia diperoleh melalui hasil interpretasi. Orang, situasi dan peristiwa-peristiwa atau objek lainnya, tidak bermakna dengan sendirinya, melainkan diperoleh dari interpretasi mereka. Pendekatan ini memiliki tiga premis utama, yaitu; pertama, manusia bertindak terhadap sesuatu benda, orang atau ide atas dasar makna yang diberikan kepada sesuatu. Kedua, makna tentang sesuatu itu diperoleh, dibentuk, termasuk direvisi melalui proses interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, pemaknaan terhadap sesuatu dalam bertindak atau berinteraksi, tidak berlangsung 22 Lihat Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, h. 10. 23 Lihat Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis ( Cet. I, Jogjakarta : AR-Ruz Media, 2011) h. 65-67. 181 mekanisme, melainkan melibatkan proses interpretasi. 24 Dengan demikian, interpretasi sangat penting. hal ini menunjukkan bahwa tindakan dan pemaknaan manusia terhadap sesuatu sangat bersifat situasional, yaitu bergantung pada definisi situasi yang dihadapi pada tingkat interaksi itu sendiri. 24 Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, h. 11 BAB IV IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 MODEL MAKASSAR A. Gambaran Umum MAN 2 Model Makassar. 1. Sejarah Berdirinya. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Di kota ini terdapat lembaga pendidikan MAN 2 Model Makassar yang berlokasi di Jalan Sultan Alauddin No. 105 Kelurahan Manuruki Kecamatan Tamalate Kota Makassar sebelah barat kampus I UIN Alauddin Makassar. MAN 2 Model Makassar berawal dari Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 4 dan 6 tahun yang didirikan oleh pemerintah tahun 1958 yang menggunakan tiga tempat masing-masing perguruan Islam di jalan Datuk Museng, SPG Muhammadiyah di jalan Dr. Ratulangi, perguruan Muhammadiyah di jalan Muhammadiyah. Pada tahun 1961 sampai 1963 pembangunan gedung baru dilakukan dengan mempersatukan ketiga tempat tersebut, yang berlokasi di jalan Sultan Alauddin. Pada tahun 1964, PGN 4 tahun beralih menjadi MTsN dan PGA 6 tahun beralih menjadi PGAN. Kemudian pada tahun 1992 beralih menjadi MAN 2 Ujung Pandang, dan pada tahun 1998 MAN 2 Ujung Pandang beralih menjadi MAN 2 Model Makassar berdasarkan Surat Kepurtusan Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama lslam Departemen Agama Nomor E.lV/PP,00.6/KEP/17.1998 tertanggal, 20 Februari 1998, ditetapkan sebanyak 35 buah MAN yang tersebar di 26 Provinsi untuk dijadikan MAN Model, termasuk MAN 2 Model Makassar.1 1 Lihat Profil MAN 2 Model Makassar 2011/2012. 177 178 Madrasah tersebut disiapkan sebagai figur sentral yang menjadi contoh dan pusat pemberdayaan Madrasah sejenis, baik negeri maupun swasta. Dari sejumlah Madrasah Aliyah Model tersebut dikembangkan untuk mencapai keunggulan bagi para lulusannya, dengan melakukan berbagai perlakuan, baik dalam sistem seleksi calon siswa maupun dalam proses pembelajarannya. Program pendidikan dan pelatihan bagi guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya dilingkungan MAN model mendapat prioritas, fasilitas sarana dan prasarana pendidikan, khususnya peralatan laboratorium, perpustakaan dan media pembelajaran secara bertahap disempurnakan. Pengembangan Madrasah Aliyah Model selain memberikan perlakuan khusus terhadap para siswa yang berbakat dan cerdas, juga terhadap mereka yang termasuk berkemampuan biasa agar dapat mencapai prestasi akademis maksimal. MAN Model sebagai madrasah percontohan nantinya akan mampu menampilkan kinerja yang optimal, produktif, efektif dan efisien sebagai institusi pendidikan yang dikelola secara profesional. MAN Model sebagai sekolah unggulan harus mampu menampilkan kinerja. yang memiliki karakteristik: populis, Islami dan berkualitas.2 Sejak berdirinya MAN 2 Model hingga sekarang telah dipimpin oleh 10 (sepuluh) orang kepala, masing-masing sebagai berikut; Drs. H. Safar Bahar (1981 1985 masih status PGA), Abd. Malik Ibrahim, BA (1986-1989 status PGA) Drs. H. Abd. Hamid ( 1986 -1989 Status PGA), Drs. Khaeruddin Saleh ( 1991-1994 status MAN 2), H. Idrus, BA(1994-1997 status MAN 2), Drs. Zainal Abidin (1997-1999 status MAN 2 Model), Drs.H. Kuraisy Ahmad (1999 -2003 Status MAN 2 Model), 2 Lihat Profil MAN 2 Model Makassar 2011/2012. 179 Drs. H. Rappe(2003-2006 Status MAN 2 Model), M.Pd, Drs.H. Ahmad Hasan, MA, 2006 sampai sekarang).3untuk jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2 (dua). 2. Data Personil dan Sarana Pendidikan MAN 2 Model Makassar memiliki lokasi seluas 33. 490 M2 persegi, dipandang sebagai tempat yang sangat strategis disektor selatan kota. Madrasah tersebut sudah dipagar permanen. Adapun bangunan-bangunan yang terdapat di atas areal tanah tersebut terdiri atas: ruang belajar siswa, sebanyak 23 kelas, 4 unit laboratorium, masing-masing leb. IPA, lab. Kimia/Biologi, lab. Bahasa dan lab. Komputer. 1 unit ruang kepustakaan, 1 unit ruang serbaguna, 1 unit ruang ibadah 1 unit rumah dinas kepala sekolah 2 unit rumah dinas guru, ditambah beberapa ruangan lagi seperti: ruang kantor kepala sekolah, ruang kepala TU, ruang staf Pegawai administrasi, ruang guru, dan ruang BP. Selain sarana tersebut, MAN 2 Model Makassar juga memiliki gedung PSBB (Pusat Sumber Belajar Bersama) dilengkapi 1 unit gedung wisma dua lantai yang berkapasitas 21 kamar. Untuk jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2(dua). MAN 2 Model Makassar ini diasuh oleh 100 orang, masing-masing; 67 orang guru tetap (PNS), 13 orang guru tidak tetap (honorer) dan 11 orang pegawai administrasi PNS dan 9 orang pegawai honorer.4 Hal tersebut dapat dilihat pada lampiran 2(dua). Sedangkan, kualifikasi akademik (tingkat pendidikan) guru dan pegawai terdiri ; SLTA: 7 orang. Diploma: 2 orang, S1: 48 orang, dan S2: 32 orang. Guru yang sudah disertifikasi, 58 orang dan belum sertifikasi 22 orang. Untuk jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2(dua). 3 Lihat Profil MAN 2 Model Makassar 2011/2012 4 Lihat Profil MAN 2 Model Makassar 2011/2012 180 Berdasarkan hasil pengamatan, baik guru yang berstatus pegawai negeri dan bukan pegawai negeri sama-sama memiliki tanggung jawab yang sama dalam melaksanakan kewajibannya sebagai pendidik. Dari segi kualifikasi pendidikan bagi guru MAN 2 Model Makassar, yang berstatus S.1 sebanyhak 36 dan S.2 sebanyak 31 orang, dan 3 orang diantaranya sedang mengikuti kuliah program S3 UNM. Dengan demikian, jika dilihat dari kualifikasi akademik, dapat dikatakan kualitas guru MAN 2 Model Makassar sudah cukup memadai, bahkan hampir semua telah memiliki sertifikat profesi. Dengan kondisi seperti itu diharapkan madrasah ini bisa menerapkan metode TQM dan membina mutu pendidikan yang dibarengi dengan pembinaan mental spiritual serta penanaman nilai-nilai akhlak, sehingga MAN 2 Model Makassar dapat menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas unggul, baik dalam ilmu pengetahuan dan tekonologi maupun pengetahuan tentang keislaman. Kualifikasi dan sertifikasi profesi yang diperoleh tenaga pendidik berdampak positif terhadap kualitas proses pembelajaran. Menurut Erniwati, bahwa guru-guru MAN 2 Model Makassar sudah tidak ada lagi yang mismatch atau mata pelajaran yang diajarkan tidak sesuai dengan kualifikasinya,5 bahkan mereka memiliki keahlian yang merata sesuai dengan bidang studinya. Pengembangan kompetensi guru di MAN 2 Model Makassar tidak terhenti sampai di sini karena masih harus mengejar sampai pada target ideal ketenagaan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan dan prinsip TQM. Dalam tiga tahun terakhir ini, perkembangan mengalami peningkatan, baik peminatnya, ketenagaannya, media pembelajarannya maupun sarana dan prasarana pendukung lainya, dapat dikatakan sudah memadai. untuk jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2 (dua). 5 Erniwati, Wakamad Kurikulum MAN 2 Model Makassar, Wawancara di MAN 2 Model Makassar, tanggal, 08 April 2013. 181 Sarana dan prasarana MAN 2 Model Makassar sesuai fakta memang lebih di atas jika dibandingkan dengan madrasah lainnya, sehingga dengan sarana dan prasarana yang lengkap ini, telah membuat para peserta didik lebih kreatif dalam memanfaatkan sarana dan prasarana tersebut dalam rangka menunjang proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan interview penulis dengan beberapa peserta didik menyangkut kelengkapan sarana yang ada, mereka merasa senang atas Madrasah ini (MAN 2 Model Makassar) disebabkan karena Madrasah memiliki sarana yang benar-benar memadai, bahkan madrasah telah menyiapkan hostpot (jaringan internet tanpa kabel).6 Sedangkan perkembangan siswa untuk 3(tiga) tahun terakhir, masing-masing; tahun ajaran 2010/2011 : 815 orang, pada tahun ajaran 2011/2012 : 865 orang dan pada tahun ajaran 2012/2013 : 902 orang, untuk jelasnya dapat dilihat pada lampran 2 (dua).7 Data di atas menunjukkan bahwa MAN 2 Model Makassar dari tahun ketahun mengalami kemajuan secara kuantitatif dan kualitatif atau makin eksis dan prospektif, hal ini ditandai dengan animo orang tua/ masyarakat untuk memasukkan anaknya di lembaga ini terus meningkat, sarana dan prasarana makin lengkap serta tenaga guru/staf yang profesional dalam bidang tugas mereka masing-masing, terutama dalam proses pembelajaran cukup besar untuk ukuran madrasah Aliyah. B. Proses Implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar. Proses implementasi Total Quality Management (TQM) pada MAN 2 Model Makassar, pada hakekatnya tidak terlepas dari fungsi-fungsi manajemen, sebagaimana digambarkan dalam fokus penelitian 6 pada bab satu di atas, yang Muhammad Risyad, siswa Kelas XII-IPS/2 MAN 2 Model Makassar, Wawancara, tanggal 10 Mei 2013. 7 Liht Profil MAN 2 Model Makassar 2011/2012 182 meliputi; Perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing), Pelaksanaan (actuating) dan Pengawasan (controlling). Keempat fungsi manajemen tersebut dijadikan sebagai pendekatan untuk mengkaji implementasi Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau TQM dalam membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, sebagaimana berikut ini; 1. Perencanaan Program Pendidikan. Sebagaimana diketahui bahwa penerapan TQM memerlukan suatu proses manajemen yang sistematis dan terstruktur dengan baik dan jelas. Prinsip TQM yang selalu nengedepankan mutu pelayanan dan mutu hasil sudah tentu tidak bersifat instan, melainkan ia harus melalui proses perencanaan strategis. Perencanaan strategis merupakan salah satu bagian penting dari TQM. Perencanaan ini berfungsi memberikan arahan yang jelas kepada institusi, karena tanpa arahan, maka institusi akan menghadapi kendala untuk meningkatkan mutu pendidikan yang diinginkan. Perencanaan strategis sebagai langkah awal dalam pengembangan institusi pendidikan, merinci beberapa tolok-ukur yang akan digunakan untuk mencapai visimisi dan tujuan pendidikan, demikian halnya MAN 2 Model Makassar dalam konsep pengembangan madrasah dimulai dengan menetapkan visi, misi, dan tujuan pendidikan yang dijadikan dasar dalam merumuskan perencanaan strategi madrasah seperti berikut ini; a. Visi Madrasah MAN 2 Model Makassar sebagai madrasah yang besar dan berada di tengah Kota Metropolitan sarat dengan persaingan, maka visi harus dibangun sesuai 183 keberadaannya, yaitu; Terbentuknya Pribadi Muslim yang Berakhlakul Karimah, Unggul dan Kompetitif.8 b. Misi 1) Menyeleggarakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menarik (PAKEM) serta berkarakter untuk menumbuhkembangkan kemampuan peserta didik secara optimal. 2) Menumbuhkembangkan semangat keunggulan dan budaya belajar yang tinggi kepada peserta didik untuk bersaing di tingkat sekolah, lokal, nasional dan internasional 3) Mengoptimalkan kegiatan ekstra kurikuler dan pengembangan diri sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya. 4) Menumbuhkembangkan perilaku terpuji dan praktik nyata 5) Mewujudkan madrasah yang berwawasan lingkungan (green school) 6) Meningkatkan komitmen seluruh tenaga pendidik dan kepedidikan terhadap tugas pokok dan fungsinya 7) Menyelenggarakan tatakelola madrasah yang efesien, efektif. 9 c. Tujuan Pendidikan. 1) Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. 2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas lulusan yang melanjutkan ke perguruan tinggi baik dalam maupun luar negeri. 3) Menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan teknologi dan komunikasi yang mendalam dan luas. 4) Menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, motivasi dan komitmen yang kuat untuk mencapai prestasi dan keunggulan. 5) Menghasilkan lulusan yang memiliki kepekaan dan kepedulian sosial, lingkungan dan kepemimpinan. 6) Menghasilkan lulusan yang memiliki disiplin yang tinggi ditunjang oleh kondisi fisik yang prima.10 Visi, misi dan tujuan pendidikan MAN 2 Model Makassar, terlihat dalam rumusannya sangat ideal dengan kemajuan dan perkembangan pembangunan di era sekarang ini. Visi, misi dan tujuan pendidikan tersebut dituangkan dalam Rencana Kerja Tahunan Madrasah (RKTM). Rencana Kerja Tahunan inilah yang dijadikan 8 Profil MAN 2 Model Makassar 2011/2012. 9 Profil MAN 2 Model Makassar 2011/2012. 10 Profil MAN 2 Model Makassar 2011/2012. 184 pedoman kerja bagi kepala madrasah bersama dengan guru dan staf. Meskipun RKTM ini belum terjabarkan secara maksimal, hal itu diakui oleh Kaharuddin; Ada beberapa program dalam RKTM itu belum terlaksana, tetapi sebagian besarnya sudah dijabarkan sesuai skala prioritas, kalau ada yang tertinggal misalnya tahun ini, maka program itu dicantumkan lagi pada RKTM tahun berikutnya, atau diganti dengan program lain yang lebih penting. Jadi rencana kegiatan yang telah dirumuskan dalam RKTM sealau dievaluasi setiap tahun.11 Tidak terlaksananya sebagian program yang telah direncanakan disebabkan beberapa masalah, antara lain masalah waktu dan biaya yang terbatas, sehingga dipilih program yang paling mendesak yang diutamakan pelaksanaannya, sementara kualitas SDM di MAN 2 Model Makassar cukup baik, karena kebanyakan guru sudah berpendidikan magister (S2), oleh karena itu hambatannya bukan pada faktor SDM. Hal tersebut dibenarkan oleh Muh. Ilyas; Bahwa masalah kemampuan SDM di MAN 2 Model Makassar tidak disangsikan lagi karena selain mereka sudah memiliki kualifikasi akademik yang tinggi, mereka juga rata-rata mempunyai pengalaman di bidang pendidikan sudah cukup lama, jika terjadi masalah atau kendala dalam penjabaran program, maka saya melihatnya disebabkan oleh dua hal; pertama kurangnya kesadaran dari sebagian guru dan staf, terutama yang diberi amanah oleh kepala madrasah untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, sehingga pekerjaan tersebut terbengkalai atau penyelesaiannya tidak tepat waktu, kedua, disebabkan dukungan dana yang masih terbatas, sehingga program itu dipilih sesuai skala prioritas yang sesuai dengan kemampuan dana.12 Pernyataan di atas juga dibenarkan oleh beberapa orang guru, bahkan Ahmad Hasan sendiri menyadari hal tersebut, namun ia mengungkap kondisi MAN 2 Model ini tidak seperti apa yang dipikirkan oleh sebagian orang, karena faktanya sedikit berbeda, ada segi negatif dan ada segi positiifnya, oleh karena itu dalam menjalankan kepemimpinan disini harus dipadukan kedua sisi tersebut, dengan tidak 11 Kaharuddin, Wakamad HUMAS MAN 2 Model Makassar, Wawancara di MAN 2 Model Makassar, tanggal, 4 Juni 2013. 12 Muh. Ilyas Guru MAN 2 Model Makassar, Wawancara di MAN 2 Model Makassar, tanggal 4 Juni 2013. 185 mengorbankan salah satu pihak. Memimpin madrasah yang besar seperti MAN 2 Model harus memiliki strategi tersendiri, dan tidak selalu harus mengikuti teori-teori manajemen yang ada, namun teori-teori itu pada saatnya yang tepat dapat diberlakukan. d. Akreditasi. Akreditasi madrasah adalah kegiatan penilaian terhadap madrasah secara sistematis dan komprehensif melalui kegiatan evaluasi diri dan evaluasi eksternal (visitasi) untuk menentukan kelayakan dan kinerja madrasah. Akreditasi sekolah bertujuan untuk : 1) menentukan tingkat kelayakan suatu madrasah dalam menyelenggarakan layanan pendidikan, 2) memperoleh gambaran tentang kinerja madrasah, dilihat dari berbagai unsur dan komponen yang ada dengan mengacu kepada kualitas yang dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan, 3) memperoleh gambaran tentang akuntabilitas (pertanggungjawaban) madrasah, apakah layanan yang diberikan memenuhi harapan atau keinginan masyarakat, 4) memperoleh masukan dari tim akreditasi tentang langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membina mutu pendidikan secara terus menerus. MAN 2 Model Makassar sudah beberapa kali dinilai atau diakreditasi, baik yang dilaksnakan oleh BAN-S/M (Badan Akreditasi Nasional - Sekolah/Madrasah) maupun tim akreditasi dari Kementerian Agama Kota Makassar. Pada tahun 2007 diakreditasi oleh BAN-S/M, dengan memperoleh nila “A” (Amat Baik) dan pada tahun 2012 kembali lagi diakreditasi dengan nilai “ A” (Amat Baik).13 Perolehan nilai Akreditsi dengan nilai “A” secara berturut-turut bukanlah sesuatu yang mudah, karena beberapa kali sebelumnya hanya selalu mendapat akreditasi B. Keberhasilan 13 Ahmad Hasan, Kepala MAN 2 Model Makassar, Wawancara, di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 4 Juni 2013, dan lihat sertifikat akreditasi, 2007 dan 2012. 186 ini sudah tentu bukan dari hasil rekayasa, melainkan diperoleh melalui usaha keras dari semua warga madrasah, dan nilai akreditasi tersebut dapat dipertahankan pada akreditasi berikutnya. 2. Pengorganisasian dan Tata Kerja. Pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajemen untuk menentukan pekerjaan dan tugas-tugas yang harus dilakukan bagi setiap personil madrasah. Pengorganisasian dalam lembaga pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting terhadap perbaikan mutu pendidikan di madrasah. Hal ini disebabkan karena pengorganisasian bertujuan untuk penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan, penentuan proses perancangan dan pengembangan suatu organisasi, penentuan penugasan dan tanggung jawab serta penentuan pendelegasian wewenang yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Oleh karena itu perencanaan yang baik harus pula didukung dengan pengorganisasian agar terlihat dengan jelas tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh setiap warga madrasah. Pengorganisasian pada MAN 2 Model Makassar, telah disusun dalam bentuk struktur organisasi yang lengkap dan pembagian kerja yang jelas. Struktur organisasi dan pembagian kerja ini, memperjelas ruang lingkup kerja, tugas dan tanggung jawab serta wewenang masing-masing pribadi dalam tubuh organisasi MAN 2 Model Makassar, sehingga segala bentuk kesalahan seperti tumpang tindih kewenangan dan yang semacamnya dapat dihindarkan. Pembagian tugas sangat penting dalam rangka pemberdayaan seluruh SDM yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. a. Struktur Organisasi; 187 Struktur organisasi MAN 2 Model mempunyai dua jalur hubungan, yaitu hubungan struktural atau hubungan administratif dan hubungan fungsional atau koordinatif. Untuk jelasnya dapat dilihat pada lampiran 1 (satu). b. Tata Kerja Organisasi Madrasah.14 1) Kepala Madrasah mempunyai tugas dan fungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator. Tugas dan fungsi ini diperinci sebagai berikut; a) Kepala Madrasah sebagai edukator, yaitu bertugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif sebagaimana dengan guru-guru lainnya dengan lokasi waktu 6 jam/minggu. b) Kepala Madrasah sebagai manajer, mempunyai tugas ; menyusun perencanaan, mengorganisasikan, mengarahkan, pengawasan/evaluasi, mengkooordinasikan kegiatan, menentukan kebijaksanaan, mengadakan rapat, mengambil keputusan, dan lain-lain c) Kepala Madrasah sebagai administrator, yaitu melakukan hal-hal yang berhubungan dengan administrasi pendidikan dan ketatausahaan. d) Kepala Madrasah selaku supervesor, yaitu bertugas menyelenggarakan supervisi mengenai : proses belajar mengajar, kegiatan bimbingan dan konseling, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan evaluasi dan penilaian; e) Kepala Madrasah sebagai pimpinan/leader, yaitu; melaksanakan tugas dengan amanah, jujur dan bertanggung jawab, memahami kondisi guru, staf dan siswa, memiliki visi-misi madrasah, dan mencari gagasan baru. f) Kepala Madrasah sebagai inovator, yaitu melakukan pembaharuan di bidang : kegiatan pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, melaksanakan pembinaan kepada guru dan staf, dan menggali sumber daya melalui komite dan masyarakat. g) Kepala Madrasah sebagai motivator, yaitu membangkitkan semangat kerja kepada guru dan karyawan/staf serta pelaksana unit kerja untuk meningkatkan kinerjanya sesuai tugas fangsi mereka. Memberi penghargaan atau reward kepada guru, staf dan siswa yang berprestasi dan memberi sanksi/ hukuman yang melanggar aturan kedisiplinan dalam madrasah, dan dalam tugas tertentu kepala madrasah mendelegasikan kepada wakil kepala madrasah sesuai jobnya masing-masing.15 14 Tata kerja organisasi atau sering disebut uraian tugas( job discriptions) tersebut, diperoleh dari dukumen ( Arsip) Kepala Tata Usaha MAN 2 Model, pada tanggal, 20 Juni 2013. 15 Profil MAN 2 Model Makassar, 2011/2012. 188 Banyaknya tugas dan fungsi yang ditangani oleh kepala madrasah, menuntut seorang kepala madrasah harus memiliki sejumlah kemampuan dan keterampilan untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Selain itu, kepala madrasah harus memiliki strategi tersendiri untuk mengatur seluruh aktivitasnya. Kepala madrasah harus menjadi seorang generalis, yaitu harus memiliki pengetahuan dari semua tugas dan fungsi yang menjadi tanggung jawabnya, artinya memahami sedikit dari banyak masalah yang dihadapi. Seorang kepala madrasah tidak dituntut menjadi ahli, tetapi yang diinginkan adalah mengetahui dan memahami banyak masalah, yang berhubungan dengan tugas pokok dan fungsinya (TUPOKSI). Sehubungan dengan tugas dan fungsi Kepala MAN 2 Model Makassar yang begitu banyak, Jamaluddin mengatakan bahwa untuk menyelesaikan tugastugas tersebut kepala madrasah mendelegasikan sebagian kepada wakil-wakil kepala madrasah sesuai wewenang dan tanggung jawabnya, atau kepada guru lain yang memiliki pengalaman dalam bidang tertentu. 16 Pernyataan Jamaluddin tersebut adalah sesuatu yang lumrah dalam dunia pendidikan, karena salah satu tujuan pengangkatan wakil kepala madrasah adalah untuk membantu kepala madrasah melaksanakan sebagian tugas-tugasnya. Hal itu tidak bertentangan dengan peraturan yang ada. Kepala madrasah dibantu empat orang wakil kepala madrasah, masing-masing; Wakil kepala madrasah bidang kurikulum, bidang kesiswaan, bidang sarana dan prasarana, dan bidang hubungan masyarakat (Humas). Untuk mengetahui lebih jelas tugas-tugas, baik wakil maupun personel lainnya, di bawah ini dikemukakan sebagai berikut; 2) Wakil Kepala Madrasah bidang kurikulum bertugas membantu kepala sekolah dalam urusan-urusan sebagai berikut; a) Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan; 16 Jamaluddin , Wakamad Sarana dan Prasarana MAN 2 Model Makassar,Wawancara di MAN 2 Model Makassar, pada tanggal 11 April 2013. 189 b) Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran. c) Mengatur penyusunan program pengajaran (program,semester) program satuan pelajaran dan persiapan mengajar, penjabaran dan penyesuaian kurikulum). d) Mengatur pelaksanaan kegitan kurikuler dan ekstrakurikuler. e) Mengatur pelaksanaan program penilaian kriteria kelulusan, dan laporan kemajuan belajar siswa, serta pembagian rapor dan STTB. f) Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengajaran. g) Mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. h) Mengatur pengembangan MGMPP dan koordinator mata pelajaran. i) Mengatur mutasi siswa. j) Melakukan supervisi administrasi dan akademis. k) Menyusun laporan.17 3) Wakil Kepala Madrasah bidang kesiswaan, bertugas membantu kepala madrasah dalam urusan-urusan sebagai berikut; a) Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling. b) Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan 7K (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kesehatan, dan kerindangan). c) Mengatur dan membina program kegiatan OSIS meliputi kepramukaan, palang merah remaja (PMR), kelompok ilmiah remaja (KIR), usaha kesehatan sekolah (UKS), patroli keamanan sekolah (PKS) dan paskibraka. d) Mengatur program pesantren kilat. e) Menyusun dan mengatur pelaksanaan pemilihan siswa teladan sekolah.18 4) Wakil Kepala Madrasah bidang Sarana dan prasarana, bertugas membantu kepala madrasah dalam urusan-urusan sebagai berikut; a) Merencanakan kebutuhan sarana prasarana untuk menunjang proses belajar mengajar. b) Merencanakan program pengadaannya. c) Mengatur pemanfaatan sarana dan prasarana. d) Mengelola perawatan, perbaikan dan pengisian. e) Mengatur pembukuannya. f) Menyusun laporan.19 17 Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012. Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012. 19 Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012 18 190 5) Wakil Kepala Madrasah bidang Hubungan Dengan Masyarakat, bertugas membantu kepala madrasah dalam urusan-urusan sebagai berikut; a) Mengatur dan mengembangkan hubungan dengan Komite Sekolah dan peran Komite Skolah. b) Menyelenggarakan bakti sosial, karya wisata. c) Menyelenggarakan pameran hasil pendidikan di sekolah (gebyar pendidikan). d) Menyusun laporan.20 6) Guru; Guru bertanggung jawab kepada Kepala Madrasah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Adapun tugas dan tanggung jawab guru meliputi : a) Membuat perangkat-perangkat pembelajaran, yaitu, Program Tahunan/ Semester, Program Mingguan, Program Satuan Pelajaran, RPP, Daftar Penilaian, Modul pembelajaran, LKS, dll. b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran c) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian, ulangan umum, ujian akhir, dan melaksanakan analisis hasil ulangan harian; d) Menyusun dan melaksanakan perbaikan/remedial dan pengayaan; e) Melaksanakan kegiatan membimbing (pengimbasan pengetahuan) kepada guru lain dalam proses kegiatan belajar mengajar f) Membuat atau menggunakan alat/media pembelajaran. g) Mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) h) Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum dan program pengajaran. Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa i) Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pengajaran j) Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkatnya.21 7) Wali Kelas, bertugas membantu Kepala Madrasah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut : a) Pengelolaan kelas; b) Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi : denah tempat duduk siswa, papan absensi siswa, daftar pelajaran kelas, daftar piket kelas, buku absensi siswa, dan tata tertib siswa 20 21 Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012 Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012 191 c) d) e) f) g) h) Penyusun pembuatan statistik bulanan siswa Pengisian daftar kumpulan nilai siswa (leger) Pembuatan catatan khusus tentang siswa Pencatatan mutasi siswa Pengisian buku laporan penilaian hasil belajar Pembagian buku laporan penilaian hasil belajar22 8) Guru Bimbingan dan Konseling, adalah bertugas membantu Kepala Madrasah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut : a) Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling b) Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar; c) Memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar; d) Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling; e) Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan dan konseling; f) Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar; g) Menyusun program tindak lanjut bimbingan dan konseling; h) Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling;23 9) Pustakawan Sekolah, adalah bertugas membantu Kepala Madrasah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut : a) Perencanaan pengadaan buku-buku/bahan pustaka/media elektronika; b) Pengurusan pelayanan perpustakaan; c) Perencanaan pengembang perpustakaan; d) Pemeliharaan dan perbaikan buku-buku/ bahan pustaka/ media elektronika; e) Inventarisasi dan pengadmininistrasian buku-buku/bahan pustaka/media elektronika; f) Melakukan layanan bagi siswa, guru, dan tenaga kependidikan lainnya, serta masyarakat; g) Penyimpanan buku buku perpustakaan/media elektronika; h) Menyusun tata tertib perpustakaan; i) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara berkala.24 22 23 24 Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012 Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012 Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012 192 10) Laboran, adalah bertugas untuk membantu Kepala Madrasah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut; a) b) c) d) e) f) Perencanaan pengadaan alat dan bahan laboratorium; Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan laboratorium; Mengatur penyimpanan dan daftar alat-alat laboratorium; Memelihara dan perbaikan alat-alat laboratorium; Inventarisasi dan pengadministrasian pinjaman alat-alat laboratorium; Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan laboratorium.25 11) Kepala tata usaha, adalah bertugas untuk membantu melaksanakan ketatausahaan Madrasah, dan bertanggung jawab kepada Kepala Madrasah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut : a) b) c) d) e) f) g) h) Penyusunan program kerja tata usaha sekolah; Pengelolaan keuangan sekolah; Pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa; Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah; Penyusunan administrasi perlengkapan sekolah; Penyusunan dan penyajian data/statistik sekolah; Mengkordinasikan dan melaksanakan 7 K; Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan secara berkala.26 12) Keterampilan dan Tata Boga adalah bertugas untuk membantu Kepala Madrasah dalam kegiatan-kegiatan sebagau berikut : a) b) c) d) e) f) 25 26 27 Merencanakan pengadaan alat-alat keterampilan; Menyusun jadwal kegiatan praktik keterampilan, las dan tata boga Menyusun program kegiatan teknisi ; Mengatur penyimpanan, pemeliharaan dan perbaikan barang inventaris; Inventarisasi dan pengadministrasian; Menyusun laporan kegiatan, dan lain-lain.27 Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012. Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012. Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012. 193 13) Layanan Teknisi di Bidang Pertamanan, bertugas membantu Kepala Madrasah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut; a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) Mengusulkan keperluan alat pertamanan; Merencanakan distribusi, jenis dan pemilah tanaman; Memotong rumput; Menyiangi rumput liar; Memelihara dan memangkas tanaman; Memupuk tanaman; Memberantas hama dan penyakit tanaman; Menjaga kebersihan dan keindahan taman serta kerindangan; Merawat tanaman dan infrastrukturnya (pagar,saluran air); Merawat dan memperbaiki peralatan pertamanan; Membuang sampah tanaman dan lingkungan sekolah ke tempat sampah.28 14) Layanan Teknis di Bidang Keamanan (Penjaga/Satpam); a) Mengisi buku catatan kejadian; b) Mengantar/memberi petunjuk tamu sekolah c) Mengamankan pelaksanaan upacara, PBM, UN dan US, dan rapat-rapat penting. d) Menjaga kebersihan pos jaga e) Menjaga ketenangan dan keamanan siang dan malam f) Merawat peralatan jaga malam g) Melaporkan kejadian secepatnya (bila ada).29 Struktur organisasi dan tata kerja MAN 2 Model Makassar tersebut hanya merupakan bentuk penggarisan dan batasan-batasan yang harus dipertanggung jawabkan masing-masing pengelola secara rutin, karena dalam melaksanakan tugastugas dan seluruh aktivitas terjalin kerjasama dari semua warga madrasah, sehingga setiap kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan lancer. Upaya menanamkan komitmen untuk kerjasama yang baik dalam kehidupan sehari-hari pada MAN 2 28 29 Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012. Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012. 194 Model dijadikan sebagai tradisi atau budaya, karena hal ini dipahami sebagai ajaran Islam, yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Pelaksanaan TQM pada MAN 2 Model Makassar. Terkait dengan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau TQM, pada hakekatnya sudah lama dicanangkan pada MAN 2 Model Makassar, yaitu sejak terbentuknya sebagai MAN Model tahun 1998. Sejak itu konsep mutu sudah mulai diterapkan dengan pendekatan Menejemen Berbasis Sekolah (MBS), yang diperkuat dengan program DMAP (Development of Madrasah Aliyahs Project) untuk pengembangan infrakstrukturnya (sarana dan prasarana pembelajarannya) sehingga pada saat itu, mutu pendidikannya mulai mendapat pengakuan dan pujian dari kalangan masyarakat, namun konsep ini belum berjalan secara maksimal sesuai konsep program pengembangan Madrasah Aliyah Negeri yang digagas oleh DMAP, sementara program lain seperti perbaikan sarana dan prasarana pembelajaran tetap mendapat kucuran dana dari Kementerian Agama RI sampai sekarang. Pembinaan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar memiliki karakter dan pola sebagaimana lazimnya dengan lembaga pendidikan lainnya, yaitu pola yang berorientasi kepada mutu input, proces dan output serta outcame pendidikan. Pada hakekatnya pola ini tidak jauh berbeda dengan pola dan karakteristik yang dikembangkan dalam Manajemen Mutu Terpadu atau TQM sebagai suatu pola manajerial dalam upaya merespon stakeholders pendidikan ke arah perbaikan mutu yang tepat dan terus menerus. Kepala Madrasah bersama dengan guru dan staf memberi apresiasi terhadap gagasan dan ide-ide tentang mutu dalam upaya meningkatkan prestasi peserta didik. hal itu terbukti ketika peneliti mengadakan penelusuran melalui wawancara mendalam, bahwa aktivitas program 195 pendidikan yang dilakukan sejalan dengan prinsip-prinsip TQM. Amaluddin mengemukakan; Bahwa penerapan Total Quality Management (TQM) pada MAN 2 Model Makassar memang belum terdokumentasikan sesuai dengan pedoman mutu (quality manual)yang dikembangkan oleh Standar Mutu Internasional ( ISO: 9001:2008), namun jika dicermati terhadap beberapa keberhasilan yang telah diraih oleh MAN 2 Model Makassar selama lima tahun terakhir, baik keberhasilan di bidang akademik maupun non akademik, dapat dikatakan pembinaan mutu di madrasah ini sudah berjalan dan berhasil. Keberhasilan yang diraih selama ini merupakan hasil jerih-payah teman-teman guru dalam mendongkrak prestasi peserta didik untuk bersaing dengan sesama sekolah unggulan lainnya. Perbaikan mutu peserta didik secara berkesinambungan dijadikan prioritas utama, sehingga mereka dapat memperoleh hasil yang mengembirakan.30 Selanjutnya, secara operasional penerapan TQM pada MAN 2 Model Makassar tercermin ke dalam 10 (sepuluh) prinsip atau unsur TQM sebagai berikut; 1) fokus pada pelanggan (peserta didik), 2) obsesi dan komitmen yang tinggi terhadap mutu, 3) kepemimpinan dan kerja sama tim 4) keterlibatan total dan pemberdayaan, 5) pendidikan dan pelatihan, 6) pengukuran dan penilaian, 7) pengambilan keputusan berdasarkan fakta, 8) kebebasan terkendali 9) kesatuan tujuan, dan 10) perbaikan berkesinambungan. Kesepuluh prinsip TQM tersebut secara operasional dapat digambarkan sebagai berikut; a. Fokus pada pelanggan (peserta didik). Fokus pada pelanggan, maksudnya bahwa sasaran seluruh aktivitas pendidikan harus terfokus kepada upaya memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan (internal dan eksternal), terutama kepada peserta didik. Lembaga pendidikan yang memiliki komitmen besar terhadap kepuasan dan kebutuhan pelanggan merupakan hal penting dan utama untuk meraih mutu pendidikan yang mempunyai daya saing 30 Amaluddin, Wali Kelas XI IPS MAN 2 Model Makassar Wawancara di MAN 2 Model Makassar, pada tanggal 05 Juni 2013 196 yang tinggi. Hal ini sejalan dengan program pendidikan yang dikembangkan oleh MAN 2 Model Makassar sebagaimana dikemukakan oleh Kepala MAN 2 Model Makassar; Menyatakan bahwa pada hakekatnya seluruh aktivitas pendidikan, semuanya terfokus kepada peserta didik melalui beberapa program pendidikan, baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Langkah-langkah peningkatan mutu peserta didik dikelola secara optimal sesuai dengan perencanaan yang telah dirumuskan dalam Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kerja Tahunan Madrasah (RKTM) MAN 2 Model Makassar.31 Terkait dengan sistem manajemen kesiswaan sebagai salah satu kegiatan operasional madrasah, peserta didik sebagai pelanggan utama harus mendapatkan pelayanan secara berkesinambungan dengan mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di madrasah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur untuk mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai ke luar(tamat) dari madrasah, dan aspek-aspek lain yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan pribadi peserta didik secara optimal. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Kepala Madrasah bersama dengan Wakamad Kesiswaan dan beberapa guru yang terkait, telah menetapkan ketentuan yang berhubungan dengan empat kegiatan utama yang harus diperhatikan, yaitu, mengatur penerimaan siswa baru (PSB), mengatur kegiatan proses pembelajaran, mengintensifkan bimbingan dan pembinaan peserta didik melalui kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler, serta peningkatan kedisiplinan baik di dalam maupun di luar Madrasah. Keempat tugas tersebut dapat dijabarkan lebih rinci sebagai berikut; 31 Ahmad Hasan, wawancara, pada tanggal, 02 Mei 2013. 197 1) 2) 3) 4) 5) 6) Kehadiran dan pemantauan kedisiplinan peserta didik di Madrasah. Penerimaan, orientasi, klasifikasi, dan penempatan peserta didik di kelas. Evaluasi kemajuan belajar peserta didik (tugas utama guru dan wali kelas). Bimbingan dan penyuluhan peserta didik yang bermasalah( tugas guru BK) Program kesehatan dan keamanan ( tersedia UKM). Pembinaan kegiatan keagamaan (bersama seksi keagamaan OSIM) dalam berbagai bentuk dan jenisnya secara terkoordinir. 7) Pembinaan keterampilan peserta didik (olah raga dan seni) dalam berbagai bentuk dan jenisnya secara terkoodinir. 8) Kegiatan pembinaan akdemik dan non akademik, dalam berbagai bentuk dan jenisnya secara terkoordinir32 Sehubungan dengan pembinaan peserta didik MAN 2 Model Makassar diikat oleh aturan yang ketat, dikarenakan adanya sebagian peserta didik yang kurang memperdulikan kegiatan-kegiatan pembinaan di madrasah, sehingga peserta didik seperti itu kualitasnya bisa saja menurun, sebagaimana pernyataan Khoiri selaku Wakamad kesiswaan menyatakan; Bahwa setelah mengamati perkembangan peserta didik sebagian kurang memperhatikan mutu pembelajarannya, mereka berprinsip yang penting bisa lulus dan naik kelas, mereka belum menyadari pentingnya mutu, pemahaman tentang mutu di kalangan peserta didik adalah naik kelas dan bisa lulus dalam Ujian Nasional, sebagian juga ada peserta didik yang kurang bersemangat mengikuti pembelajaran. Kondisi peserta didik seperti itu jumlahnya sangat sedikit, itupun terjadi pada kelas-kelas tertentu, jadi tidak dapat digeneralisasi bahwa peserta didik MAN 2 Model Makassar budaya belajarnya menurun. 33 Peserta didik yang memiliki perilaku seperti di atas, diberikan bimbingan dan pembinaan secara intensif yang dikoordinir oleh wakil kepala madrasah bidang kesiswaan dan wali kelas agar mereka dapat mengubah perilakunya dari budaya malas kepada budaya mutu. Upaya seperti ini memperoleh hasil yang memuaskan karena secara berangsur-angsur mereka dapat mengikuti prestasi belajar peserta didik yang sudah baik. 32 Khoiri, Wakil Kepala Madrasah Makassar pada tanggal 14 Mei 2013. 33 Bidang Khoiri, wawancara pada tanggal 14 Mei 2013. Kesiswaan, Wawancara di MAN 2 Model 198 Keberhasilan dan kemajuan prestasi belajar peserta didik dalam berbagai kondisi dan perilakunya memerlukan data yang lengkap, dengan tujuan agar mudah dikontrol setiap saat. Kegiatan ini ditangani oleh bagian kesiswaan bersama dengan guru BK di bawah koordinasi kepala bagian Tata Usaha Madrasah, dan seluruh kegiatan pembinaan dilaporkan kepada kepala madrasah untuk selanjutnya dievaluasi dalam rapat-rapat koordinasi internal. Pendataan kemajuan peserta didik sedikit terkendala karena tidak semua data yang ada dapat diakses melalui komputer dan secara online, terutama data tentang kemajuan prestasinya masih ditangani oleh masing-mesing wali kelas, padahal pendataan berbasis kompeter dan online dapat memudahkan mendapatkan informasi mengenai data kemajuan peserta didik, baik kepada masyarakat maupun kepada orang tua peserta didik untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dan langkah-langkah yang ditempuh oleh kepala madrasah bersama dengan guru-guru dalam membina mutu pendidikan. Melalui sistem komputerisasi data secara online ini pula, orang tua peserta didik dapat memperoleh informasi yang jelas tentang kemajuan dan perkembangan prestasi peserta didik melalui internet, sehinga dapat menjadi bahan masukan dan evalauasi bagi mereka untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan dan membimbing anaknya belajar di rumah secara kontinu. Pemantauan terhadap kemajuan prestasi peserta didik dalam pendidikan sangat berguna bagi guru atau tenaga pendidik untuk merencanakan strategi pembelajaran, metode apa yang cocok, dan menambah/mengurangi beban kerja. Selain itu secara khusus, pemantauan terhadap kemajuan peserta didik yang dilakukan secara konsisten dan kontinu berperan sebagai dasar untuk memberikan balikan kepada peserta didik. Sehubungan dengan kegiatan ini, perlu diperhatikan 199 aktivitas pekerjaan rumah (PR) yang diberikan kepada peserta didik, terutama yang berkaitan dengan seberapa banyak pekerjaan rumah yang selayaknya diberikan kepada peserta didik dan penilaian yang diberikan. Lebih lanjut Erniwati mengemukakan; Bahwa pada saat peserta didik masih menjadi siswa baru di MAN 2 Model Makassar, sebagian dari mereka belum memperlihatkan semangat belajar yang tinggi, mengingat mereka berasal dari sekolah yang berbeda-beda, bahkan kualitas mereka pada umumnya masih sangat standar, akan tetapi setelah mereka belajar beberapa bulan di MAN 2 Model sudah mulai terlihat tanda-tanda kemajuan yang signifikan, sehingga ketika mereka mengikuti perlombaan, baik yang bersifat akademik maupun non akademik, ternyata mereka dapat bersaing dengan siswa-siswa dari sekolah unggulan lain.34 Hal tersebut menunjukkan kinerja guru di MAN 2 Model Makassar sudah bagus, karena salah satu indikator pengukuran kinerja guru baik atau tidak adalah melalui hasil prestasi yang diperoleh peserta didiknya selama dalam proses pembelajaran, meskipun indikator ini tidak selamanya benar, karena keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selanjutnya dalam mengukur prestasi peserta didik, guru melakukan beberapa kegiatan, antara lain; Guru melakukan penilaian prestasi peserta didik setiap selesai memberikan pokok bahasan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana daya serap mereka terhadap mata pelajaran tersebut, termasuk dalam menentukan strategi pembelajaran keefektifan metode dan media pembelajaran yang digunakan. Mengisi laporan prestasi peserta didik yang dikerjakan oleh wali kelas masing-masing untuk disampaikan kepada orang tua peserta didik agar mereka dapat mengetahu nilai yang diperoleh anaknya. Demikian pula hasil karya dan prestasi khusus peserta didik di madrasah disampaikan kepada orang tua dan komite madrasah melalui rapat pengurus komite dan kepala madrasah.35 Selain itu, dalam upaya meningkatkan prestasi peserta didik pada MAN 2 Model Makassar, juga dilakukan hal-hal lain, seperti; 34 Erniwati, wawancara, pada tanggal, 02 Mei 2013. 35 Ahmad Hasan, wawancara, pada tanggal, 02 Mei 2013. 200 Menetapkan jadwal ujian sekolah sesuai kalender pendidikan yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kota Makassar dan Kementerian Agama Kota Makassar, sehingga guru-guru dapat mengoptimalkan penyelesaian proses pembelajarannya di kelas. Selain itu guru memeriksa setiap pekerjaan peserta didik dan memberikan balikan secara cepat dan melakukan analisis terhadap kemajuan peserta didik, bukan hanya pada ranah kognitifnya, tetapi juga pada rana afektif dan psikomotoriknya. Penilaian ini dilaksanakan secara priodik yang bertujuan untuk melihat kecenderungan peningkatan dan penurunan dan kemajuan peserta didik. Pemberian remedial bagi peserta didik yang nilainya belum mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), dan pengayaan bagi peserta didik yang ingin memperdalam pengetahuannya pada salah satu materi pelajaran. 36 Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan peserta didik, tetapi juga sikap kepribadian dan keterampilan-keterampilan lain, yang lahir dari hasil pengalaman proses pembelajaran di madrasah. Madrasah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga memberi bimbingan dan bantuan terhadap peserta didik yang bermasalah, baik dalam belajar, maupun emosional dan tingkah lakunya, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Pengembangan peserta didik dalam hal bakat dan minat dapat melalui organisasi siswa madrasah (OSIM) dengan mengisi berbagai kegiatan berupa pengetahuan dan keterampilan khusus. Fokus utama dalam aktivitas pembelajaran di sekolah adalah peserta didik, sebagai subjek utama dalam proses pemberajaran. Berhasil atau tidaknya proses pembelajaran sangat tergantung pada kesiapan dan kemampuan peserta didik untuk belajar. Kesiapan dan kemampuan belajar menjadi kunci keberhasilan pembelajaran di madrasah. proses Oleh karena itu madrasah yang efektif harus menyediakan program dan aktivitas pelayanan pendukung peserta didik (Student 36 Khoiri, wawancara pada tanggal 25 April 2013. 201 Support Services). Program dan aktivitas ini diarahkan untuk membantu peserta didik mengaktualisasikan potensinya secara optimal. Layanan pendukung peserta didik di MAN 2 Model Makassar dapat dikordinasikan langsung dengan program layanan dan bimbingan. Pelayanan mencakup berbagai bentuk layanan responsive, seperti: konseling, bimbingan pembelajaran, layanan orientasi, layanan informasi, bimbingan kelompok, layanan mediasi, penempatan/penyaluran, dan bantuan ketuntasan belajar. Terdapat beberapa jenis pelayanan pada MAN 2 Model Makassar, seperti berikut; Peserta didik (melalui OSIM) dapat memberikan masukan terhadap pengembangan pembelajaran dan implementasi kebijakan disiplin sekolah. OSIM aktif melakukan kegiatan dan ikut bertanggung jawab atas program pembinaan yang dilaksanakan. Tersedia banyak pilihan aktivitas untuk program ekstra kurikuler sesuai bidang-bidang bakat dan minat peserta didik tanpa ada diskriminasi dan kondisi-kondisi lainnya yang menghambat. Pada sisi lain guru memberikan tugas-tugas kepada peserta didik pada jam pelajaran, bila guru yang bersangkutan tidak bisa hadir, atau guru yang bersangkutan diganti oleh guru lain untuk jam yang kosong tersebut. Guru bersifat demokratis atas pikiran dan pendapat peserta didik, baik terhadap pendapat yang benar maupun yang salah. Terdapat ruang khusus untuk melaksanakan program layanan bimbingan konseling dan pemantauan terus-menerus terhadap kesulitan belajar, dan masalah lain yang dialami oleh peserta didik. Kegiatan pengembangan diri dikaitkan dengan usaha pengembangan pribadi peserta didik secara integral, yang mencakup kecerdasan intelektual, emosional, sosial, dan spritual.37 Selanjutnya dikemukan oleh Amaluddin tentang perubahan paradigma yang harus dibenahi dalam meningkatkan kualitas peserta didik, yaitu; Pendidikan yang harus diterapkan saat ini bukan pendidikan yang hanya mengejar angka-angka seperti angka kelulusan dalam pelaksanaan UN berupa nilai yang tinggi, tetapi yang paling utama adalah mengejar makna dari arti pengajaran itu. Memburu standar nilai yang tinggi sebagai target berkompetisi 37 Jamaluddin , Wakamad Sarana dan Prasarana MAN 2 Model Makassar,Wawancara di MAN 2 Model Makassar, pada tanggal 11 April 2013. 202 dengan Madrasah lain memang juga perlu, tetapi harus dilandasi sebuah kejujuran dalam meraih hal itu, karena di mana-mana sekolah dan madrasah 100 % siswanya lulus dalam UN, tetapi hal itu meragukan. Banyak sekolah/madrasah merebut kelulusan sekian persen tetapi yang berkualitas bukan sekolah dan murid-muridnya tetapi kepala sekolah beserta gurunya. 38 Pernyataan tersebut menegaskan perlunya penanaman nilai-nilai kejujuran untuk membentuk perilaku dan karakter peserta didik yang bernuansa keislaman. Sebanyak apapun ilmu yang dikuasai, tetapi memiliki nilai etika dan karakter yang rendah, maka pemahaman terhadap makna pendidikan akan menjadi rendah pula. Pendidikan yang dibutuhkan saat ini, adalah pendidikan yang memberi petunjuk untuk kemaslahatan dan bekal keterampilan di masyarakat. Penerimaan siswa baru pada MAN 2 Model Makassar melalui seleksi yang ditetapkan oleh pihak Madrasah bertujuan untuk menjaring calon peserta didik yang memiliki potensi akademik atau kemampuan intelektual, berakhlaq mulia/ berkepribadian serta memiliki kematangan pribadi dan keterampilan untuk dapat menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Model Makassar dengan hasil yang maksimal atau memuaskan, terutama orang tua peserta didik. Syarat Pendaftaran dan kode etik siswa MAN 2 Model Makassar yaitu: 1) Syarat pendaftaran. Beragama Islam, berusia setinggi – tingginya 18 tahun, menyerahkan Ijazah & SKHUN / UN asli beserta foto copy yang dilegalisir (1 lembar), menyerahkan pas photo hitam putih ukuran 3 x 4 sebanyak 2 lembar, menyerahkan foto copy piagam kejuaraan dua tahun terakhir yang telah dilegalisir oleh pihak berwenang minimal tingkat kabupaten ( jika memiliki ), dan beberapa persyaratan lain yang tidak tertulis, yang bersifat anjuran. 39 38 Amaluddin, wawancara, pada tanggal 11 Juni 2013. 39 Nurlaela, wawancara pada tanggal 11 Juni 2013. 203 Selain persyaratan tersebut, peserta didik yang akan diterima pada MAN 2 Model Makassar harus lulus dalam seleksi, disesuaikan dengan daya tampung ruang kelas/rombel, yang selama ini dibatasi maksimal 38 orang siswa setiap kelas. 2) Kode Etik Siswa. Kode etik bagi peserta didik MAN Model Makassar, terdiri dari beberapa aspek yang harus ditaati/tidak boleh dilanggar adalah berikut ini; 1) Tidak terlibat kasus pergaulan bebas dan asusila, tidak terlibat dalam perkelahian dan tawuran, dan tidak terlibat pada penggunaan narkoba. 2) Tidak memalak dan mencuri, tidak mengancam dalam kelas. 3) Tidak membawa/menggunakan; senjata tajam, gambar /kaset porno, merokok, miras, obat-obat terlarang dan tidak berbahasa kotor dalam lingkungan madrasah; 4) Tidak main domino, kartu, dalam kelas atau kegiatan-kegiatan lain yang merusak kelas, tidak boleh membuang sampah di sembarangan tempat. 5) Tidak boleh memalsukan tanda tangan, tidak makan/minum bukan pada tempatnya; 6) Tidak boleh mencoret-coret dinding, tidak boleh rambut panjang bagi siwa laki-laki. 7) Tidak mengikuti organisasi terlarang, dan tidak berada dalam kelas pada waktu shalat berjamaah.40 Selain larangan-larangan tersebut, masih ada beberapa tata tertib/ kewajiban yang harus ditaati, seperti harus menghormati guru dan staf, dan saling menghormati sesama siswa, setiap saat harus membawa al Qur’an, harus mengikuti ekstra kurikuler, harus mengikuti upacara bendera, dan harus berpakaian rapi sesuai ketentuan, dan lain-lain.41 Semua kode etik dan tata tertib, apabila salah satunya dilanggar atau tidak ditaati akan dikenakan sanksi mulai dari ringan, sedang dan berat, yang langsung ditangani oleh guru Bimbingan dan Konseling (BK), jika 40 41 Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012 Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012 204 pelanggaran berat biasanya langsung ditangani oleh Kepala Madrasah. Berkat kedisiplinan dan ketekunan guru memberikan bimbingan kepada peserta didik, MAN 2 Model dapat memperoleh kemajuan dalam kurun waktu lima tahun terakhir yang cukup menggembirakan. Indikasinya peserta didik sudah dapat tampil sebagai pesaing yang tangguh dari sekolah/madrasah yang sederajat di tingkat Kota Makassar sebagaimana penjelasan Khoiri; Alhamdulillah selama beberapa tahun terakhir ini, kemampuan peserta didik madrasah kita ini sudah diperhitungkan oleh sekolah unggulan yang ada di Makassar, bahkan sudah banyak prestasi yang diraih madrasah ini, tidak diperoleh sekolah lain, contohnya lomba bahasa, lomba matematika, dll, bahkan siswa MAN 2 sering mengalahkan SMA Negeri 17 Makassar. Tetapi yang hebat di Makassar sebenarnya SMA Islam Athirah, kalau SMA yang lain seperti sekolah yang sudah ditunjuk sebagai sekolah bertaraf internasional (SBI), masih bersaing dengan MAN 2 Model Makassar. 42 Kemajuan lain yang terlihat adalah pendaftaran calon siswa baru setiap tahunnya semakin bertambah. Sedang prestasi yang diraih melalui perlombaan, baik yang bersifat akademik maupun non akademik telah mendapatkan sejumlah penghargaan yang tersimpan di MAN 2 Model Makassar. Untuk jelasnya dapat dilihat dalam 3(tiga) Berdasarkan hasil prestasi yang diraih peserta didik MAN 2 Model Makassar, dapat dikatakan bahwa MAN 2 Model Makassar telah membuktikan dirinya sebagai madrasah yang dapat bersaing dengan sekolah/madrasah lain yang ada di Kota Makassar, bahkan di tingkat provinsi dan tingkat nasional. Meskipun prestasi yang diperoleh dalam setiap perlombaan tidak selamanya meraih juara satu, namun hal itu tidak ada masalah, karena yang penting setiap event atau lomba yang 42 Khoiri,Wawancara, pada tanggal 4 Juni 2013. 205 diikuti dapat masuk sepuluh besar, dan peringkat yang diperoleh selama ini paling rendah sebagai juara harapan.43 Upaya peningkatan prestasi peserta didik, bukan hanya seperti yang digambarkan di atas, melainkan masih ada beberapa strategi yang diprogramkan oleh Kepala Madrasah, yaitu melalui program kelas unggulan, mendongkrak prestasi belajar, dan mengadakan studi banding ke Pulau Jawa dan ke negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura dan Thailan dengan mengikutsertakan beberapa orang peserta didik.44 1) Program kelas unggulan setiap jenjang/tingkat. Proses penetapan program ini dimulai dari kelas X, yaitu setelah kelas ini mengikuti semester pertama, dari hasil penilaian ujian semester ini, dipilih peserta didik yang mempunyai nilai tertinggi di kelasnya, kemudian disatukan dalam kelas khusus, yaitu kelas Xa. Jadi semua peserta didik yang ditempatkan di kelas unggulan untuk semua jurusan ( IPA/IPS kelas Xa, XIa, XIIa) adalah peserta didik yang memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dari kelas lain. 2) Mendongkrak Prestasi Belajar. Kegiatan ini sudah dijadikan program utama bagi guru-guru MAN 2 Model Makassar, terutama dalam menanamkan kesadaran belajar kepada peserta didik. Sebagaimana pendapat Kaharuddin,45 bahwa pembelajaran yang dilaksanakan adalah “pembelajaran yang tuntas” dalam pengertian adalah pembelajaran yang bersifat menyeluruh dan mendalam agar semua peserta didik tidak ada yang merasa tertinggal pada materi bahan ajar. Setiap peserta 43 44 45 Ahmad Hasan, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 5 Juni 2013. Ahmad Hasan, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 5 Juni 2013. Kaharuddin,Wawancara, di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 5 Juni 2013. 206 didik yang kurang daya serapnya diberi motivasi agar ia dapat berkompetisi dengan temannya yang lain yang memiliki kompetensi lebih di atas. Kegiatan lain yang dilakukan untuk membina prestasi peserta didik adalah kegiatan remedial dan kegiatan pengayaan. Kegiatan remedial yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki nilainya setelah mengikuti tes formatif (ulangan harian), yaitu tes yang dilakukan setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir atau selesai diajarkan. Sedang pengayaan biasanya dilakukan dalam bentuk les untuk menambah pemahaman dan penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran tertentu, terutama dalam mengahadapi ujian nasional dan ujian sekolah.46 3) Program studi banding ke Pulau Jawa dan ke mancanegara (Malaysia, Singapura dan Thailan). Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan peserta didik dengan melihat secara dekat sistem atau model pembelajaran pada sekolah/madrasah yang dikunjungi. Kelebihan atau keunggulan sekolah/madrasah tersebut dapat dijadikan pembelajaran, yang kemungkinannya dapat diterapkan sesuai kondisi MAN 2 Model Makassar. Kegiatan seperti ini, dalam konteks TQM disebut patok duga (banchmarking), yang sering digunakan di dunia perusahaan. Secara sederhana banchmarking diartikan sebagai upaya untuk mengetahui atau membandingkan keunggulan/kehebatan yang diraih oleh sebuah institusi/organisasi kemudian diadopsi atau diterapkan ke dalam organisasi yang melaksanakan patok duga tersebut, dengan mengadakan perubahan dan perbaikan kualitas secara terus menerus sampai memperoleh keunggulan yang sama atau mendekati kemajuan lembaga pendidikan yang dikunjungi. 46 Muh. Ilyas, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 27 Juli 2013. 207 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip TQM dalam pendidikan yang berfokus pada pelanggan atau peserta didik sudah diupayakan secara maksimal dalam membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, jika seandainya ditemukan peserta didik yang kurang berkualitas, bukan berarti tidak ada upaya pembudayaan pendidikan bermutu, melainkan hal itu menjadi indikasi bahwa produk jasa pada dunia pendidikan jauh berbeda dengan produk barang pada dunia industri, sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab dua di atas. Dari sini pula dipahami bahwa belajar pada hakikatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan individu untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu pemberian motivasi belajar secara kontinu kepada peserta didik akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam dirinya, baik dari segi kognitif, maupun afektif dan psikomotoriknya. b. Obsesi dan Komitmen yang Tinggi Terhadap Kualitas. Untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal, Kepala Madrasah bersama dengan guru-guru MAN 2 Model Makassar berusaha mencurahkan seluruh perhatian dan aktivitas pendidikan yang senantiasa berorientasi kepada “mutu pelayanan dan mutu hasil”. Komitemen ini menjadi kesepakatan internal dalam upaya membina mutu pendidikan. Sesungguhnya meraih mutu pendidikan yang berdaya saing tinggi, tidaklah semudah membalik telapak tangan karena sudah tentu berhadapan dengan berbagai kendala dan hambatan, baik dari segi sumber daya manusia maupun dari segi finansial dan infrastruktur lainnya (membutuhkan waktu, tenaga dan dana yang tidak sedikit jumlahnya). Kaharuddin menyatakan bahwa; Keinginan untuk membina mutu pendidikan di MAN 2 Model Makassar, sudah sejak lama dijadikan sebagai prioritas utama dalam seluruh aktivitas program pendidikan, dan ini sudah menjadi komitmen bersama, namun terkadang kami 208 menghadapi beberapa kendala/hambatan terutama masalah finansial dan sumber daya manusia, karena memang diakui bahwa di madrasah ini belum semua tenaga pendidik memiliki kapasitas yang memadai terhadap mutu, dengan kata lain kemampuan mereka masih sangat terbatas, meskipun jumlahnya tidak banyak, namun dapat berpengaruh terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan.47 Kepala madrasah bersama dengan tenaga edukasi lainnya harus memiliki komitmen yang kuat terhadap budaya mutu. Seringkali orang memiliki obsesi tinggi terhadap kualitas, tetapi karena tidak didukung oleh komitmen yang kuat, maka program mutu sulit terlaksana/tercapai. Dengan demikian adanya obsesi tinggi yang didukung oleh komitmen yang kuat untuk meraih mutu adalah ibarat sebuah bangunan yang memiliki dasar /pondasi yang kuat (komitemen) yang didukung oleh pilar yang kuat dan tinggi (obsesi tinggi), sehingga bangunan dapat berdiri dengan kokoh ( mempunyai daya saing yang tinggi) yang mampu berkompetisi dengan lembaga pendidikan lainnya. Kesadaran terhadap pentingnya obsesi dan komitmen yang tinggi terhadap mutu pendidikan di MAN 2 Model Makassar selalu ditanamkan dan diingatkan oleh Kepala Madrasah pada setiap pertemuan, baik pertemuan formal maupun non formal secara persuasif. c. Kepemimpinan dan Kerja Sama Tim. Sebagaimana telah diuraikan pada kepemimpinan Kepala Madrasah pembahasan sebelumnya, bahwa memegang peranan penting terhadap keberlangsungan suatu lembaga atau institusi pendidikan yang dipimpinnya. Kepemimpinan kepala MAN 2 Model Makassar dalam membina mutu pendidikan menjadi tanggung jawabnya. Meskipun tanggung jawab itu secara operasional tidaklah mungkin dilakukan sendiri secara pribadi oleh kepala madrasah, melainkan 47 Kaharuddin, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 5 Juni 2013 209 keterlibatan secara bersama (kerja sama) semua warga madrasah sangat menentukan keberhasilan dan keberlangsungan program pendidikan. Semua tenaga harus diberdayakan dengan melibatkannya secara langsung pada setiap kegiatan penyelenggaraan pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, di samping itu MAN 2 Model Makassar juga melaksanakan pembinaan melalui pengembangan wawasan dan interaksi sosial melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Hal ini sesuai dengan prinsip dan karakteristik TQM tentang kerjasama tim dan pelibatan dan pemberdayaan guru dan staf. Salah satu kompetensi kepemimpinan kepala madrasah adalah kemampuan membangun sebuah tiem work dengan melibatkan semua stakecholder dalam melaksanakan kegiatan atau dalam mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapai. Kerjasama dengan berbagai pihak, baik secara internal yakni guru dan staf maupun secar eksternal yakni prinsip masyarakat dan instansi terkait merupakan manajemen mutu pendidikan, yang harus diaplikasikan dalam rangka membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar. Dalam prinsip TQM, tanggaung jawab terhadap setiap program pendidikan tidak hanya dibebankan kepada kepala madrasah, tetapi harus kepada semua warga madrasah. Pembentukan anggota tim setiap kegiatan dilaksanakan melalui musyawarah untuk menetapkan penanggung jawab secara lengkap, diketuai oleh seorang ketua dan dibantu beberapa anggota dengan ruang lingkup tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas. Sejalan dengan hal tersebut, Ahmad Hasan mengemukakan; Di MAN 2 Model Makassar tidak ada pekerjaan yang terkait dengan program pendidikan tampa melalu pembentukan tim atau panitia, bahkan pekerjaan sekecil apapun pasti dibentuk tim, meskipun jumlah anggota tim bervariasi atau tergantung volume pekerjaan tersebut. Saya selaku kepala madrasah, tinggal mengontrol atau mengawasi apakah pekerjaan itu berjalan atau tidak. Pengawasan terhadap kegiatan sangat penting, sebab pekerjaan tambahan 210 diluar jam mengajar biasanya tersendat-sendat, karena adanya kesibukan atau halangan lain, sehingga pekerjaan tersebut tidak selesai sesuai waktu yang telah ditetapkan.48 Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa kepemimpinan dan kerja sama tim merupakan dua aspek yang tidak bisa diabaikan dalam membina mutu pendidikan, sekaligus menunjukkan bahwa tujuan tiem work untuk meringankan beban kepala madrasah dalam menyelesaikan aktivitas pendidikan, yang menjadi tanggung jawabnya. Selain membangun kerjasama melalui tim kerja, dalam kepemimpinan Kepala MAN 2 Model Makassar senantiasa mengedepankan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadinya, dan tidak henti-hentinya melaksanakan program pembinaan warga Madrasah dalam kehidupan Islami sebagai ciri khas Madrasah tersebut. Kepemimpinan Kepala MAN 2 Model Makassar selalu menawarkan solusi dan alternatif dalam pengembangan pendidikan ke depan, sistem pengelolaan pendidikan di madrasah harus diperbaharui dan dikembangkan, kurikulum harus ditingkatkan dengan merumuskan indikator yang relevan dengan kebutuhan peserta didik. Setiap guru ditekankan agar dalam proses pembelajaran menanamkan atau menginternalisasikan nilai keislaman ke dalam ilmu pengetahuan umum, baik ilmuilmu sosial maupun ilmu eksakta, seperti pelajaran ekonomi, sejarah sosiologi, geografi, pelajaran biologi, kimia dan fisika, dan lain-lain. Pada saat yang sama, metodologi pembelajaran harus semakin ditingkatkan sesuai dengan karakteristik materi bahan ajar yang diajarkan kepada peserta didik. Metodologi yang bervariasi sangat efektif untuk mendorong siswa menganalisis dan mengkritik apa yang mereka dapat dari pengajar. Jadi para guru di harapkan dapat membentuk karakter 48 Ahmad Hasan, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 5 Juni 2013 211 peserta didik yang lebih positif, yaitu karakter yang diwarnai dengan nilai-nilai keislaman. Di sisi lain Ahmad Hasan mengemukakan; Bahwa implementasi Manajemen Mutu Terpadu pada MAN 2 Model Makassar dilaksasnakan secara bertahap, sesuai dengan kondisi dan kemampuan warga MAN 2 Model Makassar. Penerapannya tidak terlalu dramatis atau memaksakan, karena apabila dilakukan secara terpaksa, bisa menimbulkan permasalahan baru, apalagi diantara guru dan staf serta peserta didik belum memahami secara sempurna manajemen atau kepemimpinan yang berbasis TQM, namun masalah mutu sudah diterapkan secara implisit( tidak sepenuhnya sesuai teori/praktik dari dunia asalnya (industri) di MAN 2 Model Makassar, karena setiap memberi pengarahan selalu diberikan penekanan tentang pentingnya mengedapankan mutu hasil dan mutu pelayanan terhadap peserta didik, memelihara kedisiplinan, kerjasama antar sesama warga madrasah, dan lain-lain.49 Dari sekian banyak tugas yang diemban oleh Kepala MAN 2 Model Makassar, salah satunya adalah pembinaan administrasi dan manajemen/pengelolaan madrasah. Pengelolaan administrasi ditangani langsung oleh Kepala Tata Usaha bersama dengan staf, yang dikoordinir langsung Kepala Madrasah, sebagaimana dikemukakan Nurlaela selaku Kepala Tata Usaha, sebagai berikut; Tugas saya selama ini berjalan lancar, pengelolaan administrasi dilaksanakan melalui kompeter, semua data base di input dalam komputer, sehingga memudahkan diakses setiap saat, data yang di input antara lain; data tentang siswa, data perlengkapan, data guru dan staf, data laboratorium, data buku perpustakaan, data saran dan prasarana, dan lain-lain. Selain input data dalam kompeter, sebagian data tersebut dimasukkan dalam papan potensi untuk dapat diketahui secara langsung, namun data tersebut belum diakses secara online melalui internet, termasuk data tentang kemajuan dan perkembangan prestasi peserta didik, seperti nilai laporan, kegiatan ekstrakurikuler, dll. Semua kegiatan ketatausahaan dikoordinir langsung oleh Kepala MAN 2 Model Makassar dan dilaporkan ke Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan.50 Selanjutnya Ahmad Hasan menambahkan, pengelolaan administrasi dan manajemen di MAN 2 Model Makassar, sebenarnya masih sangat standar/sederhana, jika dibandingkan dengan sistem administrasi modern atau sesuai petunjuk TQM 49 50 Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 8 April 2013 Nurlaela, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 8 April 2013. 212 yang diaplikasikan melalui ISO 9001/2008. Padahal semestinya harus diikuti sistem itu kalau benar-benar ingin menata administrasi pendidikan yang berkualitas. 51 Sehubungan dengan penjelasan Ahmad Hasan, Erniwati menambahkan, bahwa; MAN 2 Model sering diajak oleh sekolah yang sudah bertaraf internasional untuk ikut ISO, namun warga madrasah menyatakan belum siap, karena selain membutuhkan waktu dan biaya yang banyak, semua guru dan staf harus benarbenar siap secara moril dan secara operasional untuk menjabarkan seluruh ketentuan yang digariskan oleh pengelola ISO. Ada tiga bidang yang dikembangkan ISO, yaitu ISO dibidang administrasi dan ISO dibidang quality control (pengendalian kualitas) dan quality essurance (jaminan kualitas).52 Untuk mengukur keberhasilan kepemimpinan seorang kepala madrasah, dapat dilihat dalam beberapa indikator sebagai berikut; 1) Semakin meningkatnya pelayanan secara menyeluruh untuk kepentingan peserta didik, sehingga memberi kepuasan peserta didik dan masyarakat yang dilayani sebagai pelanggan eksternal, 2) Semakin meningkatnya kedisiplinan guru dan staf dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, 3) Pengelolaan administrasi dan inventarisasi aset madrasah terlaksana secara efektif, 4) Kontrol atau pengawasan berlangsung secara efektif, sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan penyimpangan dalam pemberian pelayanan, 5) Keterampilan dan keahlian bekerja ditingkatkan dan dikembangkan terus menerus, dan perbaikan metode atau cara bekerja yang produktif selalu disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga kualitas produk dan mutu pelayanan terus meningkat. Indikator-indikator tersebut, dapat dijadikan pembelajaran bagi semua stokeholders pendidikan, seperti sekarang terlihat banyaknya lembaga pendidikan yang menemui kegagalan dalam pengelolaan pendidikan, disebabkan oleh faktor manajemen yang tidak efektif. Ahmad Hasan secara pribadi mengakui bahwa 51 Ahmad Hasan, wawancara MAN 2 Model Makassar, tanggal 8 April 2013. 52 Ahmad Hasan dan Erniwati, di MAN 2 Model Makassar wawancara, tanggal, 8 April 2013 213 walaupun dalam kepemimpinannya sudah berusaha secara maksimal untuk memajukan MAN 2 Model Makassar, namun tetap masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan, baik dari segi administrasi maupun dari segi manajemen pengelolaan madrasah secara keseluruhan, oleh karena dengan keterbatasan yang ada pada dirinya, maka yang dapat diperlihatkan hanya sesuai fakta yang ada. Laode Riasi mengemukakan tentang sikap kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala MAN 2 Model Makassar selama ini yaitu; Senantiasa memperlihatkan kesederhanaan dan sikap bersahaja dalam penampilannya, dan dalam pengambilan keputusan selalu mempertimbangkan kepentingan bersama terutama kepentingan siswa (fokus kepada peserta didik). Kepala Madrasah selalu mengedepankan musyawarah mufakat dalam setiap pengambilan keputusan dengan melibatkan guru-guru, terutama wakil-wakil kepala madrasah dan guru-guru senior untuk mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi, dan hasil-hasil kesepakatan diputuskan berdasarkan fakta. Kepala Madrasah melakukan pertemuan rutin minimal dua kali sebulan, sedang pertemuan dengan orangtua siswa minimal duakali setahun, dan kepala madrasah selalu memberikan kesempatan kepada guru untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi.53 Pada hakekatnya kemajuan yang terlihat di MAN 2 Model Makassar, tidak terlepas dari peran kepemimpinan kepala madrasah, yang berprinsip bahwa kepemimpinan adalah tugas manajerial seorang kepala madrasah sebagai tugas suci, dan memegang peranan penting terhadap maju mundurnya madrasah, bahkan kepala madrasah berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan madrasah, oleh karena itu tidaklah mungkin sebuah madrasah akan berhasil membangun mutu pendidikan, jika kepala madrasah tidak memahami tugas, fungsi dan tanggung jawabnya sebagai pimpinan puncak dilembaga yang ia pimpin. 53 Laode Riasi, Guru MAN 2 Model Makassar wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 25 April 2013. 214 Model kepemimpinan Ahmad Hasan di MAN 2 Model Makassar terdapat dua pandangan, sebagian guru memandang bahwa kepemimpinan Ahmad Hasan ”masih lemah” dalam pengertian lemah mengaplikasikan atau mengawal keputusan yang telah ditetapkan, sehingga sering terjadi ada keputusan atau tugas-tugas penting tidak terlaksana dengan tepat waktu padahal sudah ada panitia atau penanggung jawab kegiatan yang ditunjuk. Sebagian yang lain menyatakan, kepemimpinan Kepala MAN 2 Model Makassar, bersifat ”kebapakan” dalam pengertian antara kepala madrasah dengan guru seperti antara orang tua dengan anak. Model kepemimpinannya dirasakan ketika ada guru atau staf yang membuat kesalahan/kekeliruan tidak langsung ditegur atau dimarahi sebagaimana lazimnya dalam kepemimpinan yang otoriter. Cara menegur guru-guru dan staf yang membuat kekeliruan biasanya disampaikan dalam rapat dengan cara memberi contoh-contoh atau perumpamaan terhadap sesorang yang tidak melaksanakan amanah dengan baik. Namun dari kisah atau perumpamaan itu terkesan secara tidak langsung menjadi kritikan terhadap guru atau staf tersebut.54 Sebaliknya, Nurlaela, mengemukakan bahwa kemajuan pada MAN 2 Model Makassar yang dirasakan selama ini adalah karena dedikasi dan tanggung jawab pimpinan, bimbingan kepala madrasah terhadap guru dan staf sangat terkesan dikalangan warga madrasah, sehingga pelaksanaan tugas-tugas kedinasan (tugas administratif) dan pelayanan kebutuhan peserta didik dapat terlaksana dengan baik dan selesai dengan tepat waktu, namun demikian Nurlaela mengakui bahwa sebagai 54 Hasil wawancara dengan beberapa guru secara terpisah di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 9 Mei 2013. 215 manusia biasa sudah tentu masih terdapat beberapa kekurangan dan kelemahan dalam kepemimpinannya.55 Sejalan dengan pandangan tersebut, H. Hamzah L( Pengawas Mapendais) melihat adanya beberapa kelebihan dalam kepemimpinan Ahmad Hasan, namun memang diakui tidak terlepas dari adanya beberapa kekurangan sebagai manusia biasa. Adapun kelebihan yang dimaksud antara lain; Terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama dengan baik diantara sesama warga madrasah. Kedisiplinan guru-guru terkontrol setiap saat, bahkan kalau guru terlambat, kepala madrasah yang mengisinya sampai guru yang bersangkutan ada. Guru-guru merasa terbantu dan terbimbing dalam meningkatkan kinerjanya. Kerjasama dengan komite madrasah/orang tua peserta didik dalam menyusun RAPBM terjalin dengan baik, dan segala kebutuhan madrasah dapat terpenuhi, dan pengelolaan keuangan terlaksana secara efesien, efektif dan akuntabel. Tanggung jawab dalam pengambilan keputusan bersama dengan guru-guru dan pengurus komite madrasah dalam menetapkan program mutu pada MAN 2 Model Makassar berjalan dengan baik. Keinginan masyarakat memasukkan anaknya ke MAN 2 Model Makassar semakin bertambah.56 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada MAN 2 Model Makassar, tergambar beberapa kegiatan yang terkait dengan kepemimpinan kepala madrasah dalam peningkatan mutu pendidikan, antara lain sebagai berikut; a) Pelaksanaan program pembinaan warga madrasah dalam penanaman nilai-nilai keislaman dalam rangka mewujudkan ciri khas sebagai identitas madrasah berjalan dengan baik, sesuai visi –misi dan tujuan pendidikan. Penanaman nilainilai keislaman dan akhlakul karimah, selain melalui proses pembelajaran di kelas, 55 56 Nurlaela, wawancara, MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 9 Mei 2013. Hamzah Lestari. Ketua Kelompok Kerja Pengawas ( POKJAWAS) Madrasah dan Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Kota Makassar, wawancara di Kantor Kementerian Agama Kota Makassar pada tanggal, 17 Juli 2013. 216 juga melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti diadakannya ceramah agama setiap selesai shalat dhuhur, dengan waktu antara tujuh sampai sepuluh menit. b) Rencana Induk Pengembangan Madrasah (RIPM), Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kegiatan Tahunan Madrasah (RKTM) dan RAPBM dibuat bersamasama dengan Komite dan dewan guru MAN 2 Model Makassar. c) Guru-guru pada umumnya sudah disertifikasi, baik melalui jalur porto folio maupun lewat jalur pendidikan. Ini berarti kualitas dan kesejahteraan guru MAN 2 Model Makassar, sudah mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai guru yang profesional. Tinggal bagaimana guru tersebut dapat ditingkatkan mutunya secara optimal. Menurut Erniwati, bahwa pada hakekatnya kualitas guru di MAN 2 Model rata-rata sudah bagus, tetapi kompetensi atau kemampuan pasti berbeda-beda apalagi mereka adalah tenaga fungsional yang mempunyai keahlian berbedabeda pula sesuai bidang studi yang dipertanggung jawabkan, termasuk mengenai budaya mutu atau obsesi mereka terhadap mutu, mempunyai pandangan yang berbeda-beda, karena sering kali ada guru yang dianggap pintar tetapi di kalangan peserta didik belum tentu mendapat apresiasi yang baik, demikian sebaliknya ada guru, ilmunya atau penampilannya biasa-biasa, tetapi justru peserta didik menyenanginya, baik materi ajar maupun metode mengajarnya. Jadi prinsipnya untuk mengetahui guru bermutu dan kurang atau tidak bermutu perlu diadakan survei khusus atau diadakan angket kepada peserta didik.57 d) Rata-rata guru berpendapat bahwa untuk pengembangan kompetensi guru pada hakekatnya ditentukan oleh sejauh mana upaya mereka mengembangkan dirinya masing-masing, atau keaktifan mereka pada pertemuan akademik. Walaupun kualitas guru dikatakan sebagian besar sudah baik, namun pengembangan pengetahuan dan keterampilan guru melalui pelatihan tetap dilaksanakan secara berkala sesuai kalender kegiatan yang telah disepakati. 57 Erniwati, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 17 Juli 2013 217 e) Obsesi terhadap mutu peserta didik terutama dalam proses pembelajaran, meskipun hal ini belum merata atau sebagian kecil masih terlihat dari kalangan peserta didik belum antusias terhadap mutu, namun secara umum apresiasi terhadap mutu sudah dapat dikatakan cukup tinggi, dan itu terbukti dari prestasiprestasi yang telah diraih, dan hasil ujian nasional yang telah dicapai. f) Keterlibatan total terhadap setiap program, seperti keterlibatan pengurus Komite Madrasah, tokoh agama dan tokoh masyarakat, telah banyak memberikan dampak positif terhadap mutu pendidikan. g) Setiap pengambilan keputusan yang akan dijadikan sebagai ketetapan, senantiasa berdasarkan fakta dengan tetap mempertimbangkan kepentingan peserta didik, dan tidak lupa meminta saran dan pendapat dari Dewan Guru dan pengurus Komite Madrasah. h) Kepala Madrasah selalu mengadakan supervisi kelas, dan selanjutnya diadakan tindak lanjut dari hasil supervisi tersebut. Hanya kegiatan tersebut tidak didokumentasikan secara resmi, karena hasil supervisi dianggapnya rahasia jabatan, maka tidak diekspos secara umum tentang guru yang berkualitas dan yang tidak berkualitas dalam kegiatan pembelajaran. i) Melaksanaan pelatihan ditempat kerja atau workshop K3M (Kelompok Kerja Kepala Madrasah) yang berada di bawah koordinasi MAN 2 Model Makassar. Dalam kegiatan tersebut panitia mengundang pelatih dari tingkat provinsi dan nasional guna mendapatkan petunjuk dan pemikiran yang bersifat konstruktif, yang diharapkan dapat membawa kemaslahatan bagi pengelolaan pembelajaran.58 58 Hasil survey tarsebut, diperoleh dalam wawancara bersama dengan kepala Madrasah dan guru -guru MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 14 Mei 2013. 218 Hal lain yang menjadi perhatian utama Kepala MAN 2 Model Makassar adalah perubahan perilaku warga madrasah. Perilaku dan sikap mental yang dibangun pada masing-masing individu (guru dan pegawai) adalah keikhlasan niat untuk melakukan semua pekerjaan untuk meraih ridha dari Allah. Sehubungan dengan masalah ini, Ahmad Hasan menyatakan; Bahwa untuk membangun sikap mental yang dilandasi dengan keikhlasan, tidak semudah dengan teori yang sering diucapkan, karena kehadirannya harus diproses dalam pimikiran yang jernih sebelum berbuat atau bertindak. Pemikiran-pemikiran seperti itu diharapkan menjadi kebiasaan bagi warga MAN 2 Model Makassar, karena betapapun hebatnya kualitas seorang pimpinan, jika orang-orang yang berada di bawahnya tidak memiliki perilaku dan sikap mental yang baik, maka dapat dipastikan semua perencaanaan program akan terhambat, atau paling tidak hasilnya kurang memuaskan bagi pelanggan( internal dan external) pendidikan.59 Menurut hasil pengamatan di lapangan, bahwa konsep kepemimpinan yang dikembangkan oleh Kepala MAN 2 Model untuk meraih mutu pendidikan yang berbasis IPTEK dan IMTAQ, sebenarnya tidak ada terlalu istimewa, dengan kata lain gaya kepemimpinannya biasa-bisa saja, namun ada suatu prinsip yang ia pegang dan menjadi filosofi kepemimpinannya ialah ”satunya kata dengan perbuatan dan beri contoh sebelum memerintahkan serta pelihara kejujuran dalam ucapan dan tindakan” dan dalam membina hubungan secara harmonis selalu menanamkan filosofi ” rebba sipatokkong, malilu sipakainge ”( saling membantu ketika mendapat kesulitan dan saling menasihati atau mengingatkan, ketika khilaf atau bersalah). Ahmad Hasan mengakui masih minim pengetahuannya tentang teori-teori manajemen, tetapi ia sangat memahami tugas dan fungsinya sebagai kepala Madrasah sesuai peraturan dan perundang-undangan yang ada. Salah orang Wakamad ( Jamaluddin) mengakui bahwa tipe/gaya kepemimpinan Ahmad Hasan 59 Kaharuddin, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 9 Mei 2013. 219 adalah kepemimpinan dimokratis, dan selalu mengedepankan musyawarah mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.60 Kepemimpinan demokratis yang dijalankan oleh Kepala MAN 2 Model Makassar, diapresiasi oleh kalangan guru-guru, dan menaruh harapan agar penggantinya nanti memiliki tipe kepemimpinan seperti yang dijalankan oleh Ahmad Hasan yang memasuki masa purna bakti akhir tahun 2013 yang akan datang. Dari uraian di atas, menunjukkan sebagian dari perilaku dan gaya kepemimpinan Kepala MAN 2 Model Makassar dapat dijadikan pembelajaran bagi penerusnya/ penggantinya, namun tidak terlepas dari berbagai kekurangan sebagai manusia biasa, sehingga yang terbaik yang pernah dilakukan hendaknya diteruskan, sementara yang kurang baik tentunya harus diperbaiki atau diluruskan sesuai kondisi MAN 2 Model Makassar. d. Pelibatan dan Pemberdayaan. Salah satu prinsip TQM adalah pelibatan dan pemberdayaan, meskipun konsep ini berbeda dari segi leksikal, namun dari segi operasionalnya tidak bisa dipisahkan. Pelibatan diartikan keikutsertaan semua stakecholder dalam organisasi pendidikan dalam setiap kegiatan dan pengambilan keputusan serta pemecahan masalah, dengan keikutsertaannya akan lebih mudah mengambil keputusan yang tepat dan akurat, demikian halnya dalam memecahkan sebuah masalah akan lebih efektif dan lebih cepat dan tepat. Pemberdayaan dapat diartikan sebagai pelibatan yang benar-benar bermakna, yang tidak sekedar ikut memberi masukan, melainkan semua rencana dan kegiatan yang menjadi keputusan bersama dapat dijalankan seoptimal mungkin. Dengan demikian pemberdayaan adalah keterlibatan seseorang 60 Jamaluddin, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tangga, 26 Juli 2013. 220 dalam pengambilan keputusan sekaligus dapat melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab. Konsep pelibatan dan pemberdayaan menurut pendangan Ahmad Hasan kelihatannya sesuatu yang sangat indah, namun kenyataannya terkadang tidak seindah dengan konsep tersebut, karena dalam berbagai kasus yang sering terjadi dalam kegiatan tertentu dalam surat penugasan tercantum namanya dengan tugas yang jelas, tetapi yang melaksanakan tugas-tugas tersebut hanya beberapa orang saja yang aktif.61 Hal ini berarti pelibatan sangat mudah dilaksanakan, sementara pemberdayaan adalah sesuatu yang sulit terwujud dalam sebuah organisasi. Kaharuddin menyatakan, bahwa hal yang demikian tidak terjadi di MAN 2 Model Makassar sebagaimana yang digambarkan di bawah ini; Keterlibatan dan pemberdayaan di MAN 2 Model Makassar terutama dalam pembinaan mutu pendidikan sudah terpelihara selama ini, teman-teman disini berprinsip bahwa masalah mutu pendidikan bukan hanya tanggung jawab pimpinan, melainkan tanggung jawab semua pihak, karena membina mutu menuntut setiap orang memberi kontribusi sesuai bidang tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Adapun bentuk-bentuk pelibatan dan pemberdayaan warga MAN 2 Model Makassar antara lain; dalam kegiatan Ujian sumatif, Ujian Nasional dan sekolah, Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan keagamaan, dan lain-lain, baik bersifat akademik maupun non akademik. 62 Setiap kegiatan tersebut di buatkan surat tugas/surat keputusan dari Kepala MAN 2 Model Makassar, dan semua dilibatkan secara bergilir sesuai tugas dan fungsi masing-masing, sehingga mereka merasa tidak dibeda-bedakan. Sementara kegiatan tersebut hampir seluruhnya dibiayai oleh dana Komite MAN 2 Model Makassar. 61 Ahmad Hasan, wawancara MAN 2 Model Makassar, tanggal 15 April 2013. 62 Kaharuddin, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 9 Mei 2013. 221 e. Pendidikan dan Pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang dimaksudkan disini merupakan salah satu upaya pembinaan terhadap warga madrasah, terutama guru dan sataf dalam rangka meningkatkan kompetensinya agar dapat menjadi tenaga pendidik yang profesional dan staf yang terampil dalam tugasnya. Perbaikan kualitas pendidikan tidak akan terwujud jika tidak didukung oleh tenaga pendidik yang profesional dan tenaga yang terampil. Oleh karena itu pembinaan melalui pendidikan dan pelatihan baik yang dilakukan secara rutin maupun melalui program khusus dilaksanakan MAN 2 Model Makassar, dijadikan sebagai salah satu program dalam rangka meningkatkan kecakapan kerja ( profesionalitas) bagi guru dan staf dalam memperbaiki mutu pendidikan di MAN 2 Model Makassar. Sebagaimana dikemukakan oleh Kepala MAN 2 Model Makassar; Upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan warga madrasah, baik guru, staf maupun peserta didik MAN 2 Model Makassar dilakukan melalui pelatihan dalam bentuk workshop mata pelajaran. Kegiatan ini dilakukan dalam kurung waktu dua tahun terakhir sebanyak tiga kali, sebahagian Guru diundang ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan pendalaman bidang-bidang studi mata pelajaran. Selain itu pelatihan juga dilaksanakan secara internal dengan mengikutsertakan anggota KKM di bawah naungan MAN 2 Model Makassar, sedang pematerinya selain guru senior MAN 2 Model, juga didatangkan dari luar yang memiliki kemampuan dan professional dibidang pendidikan seperti dari LPMP Propinsi Sulawesi Selatan, Balai DIKLAT Kementerian Agama, dan dari Perguruan Tinggi Negeri( UIN Alauddin dan UNM Makassar ). Sedang kegiatan bagi peserta didik dialaksanakan oleh OSIM dalam bentuk Latihan Dasar Kepemimpinan dan pelatiahan keterampilan lainnya seperti pramuka dan PMR (Palang Merah Remaja).63 Kegiatan-kegiatan tersebut menunjukkan bahwa MAN 2 Model Makassar telah mengaplikasikan prinsip TQM, meskipun kegiatan tersebut tidak sesempurna seperti yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah yang ditunjang oleh dana yang 63 Ahmad Hasan, wawancara MAN 2 Model Makassar, tanggal 15 April 2013 222 memadai, namun kegiatan ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan profesionalisme guru dan keterampilan bagi peserta didik MAN 2 Model Makassar. f. Pengukuran dan Penilaian. Pengukuran dan penilian merupakan salah satu langkah penting dalam manajemen pendidikan, terutama dalam proses pembelajaran. Pengukuran yang dimaksudkan disini adalah pengukuran untuk menilai dengan jalan menguji peserta didik untuk mengukur kemajuan peserta didik dalam rangka mengisi rapor yang dilakukan dengan menguji mereka dalam bentuk tes hasil belajar, sementara penilaian adalah menilai peserta didik berdasarkan ukuran baik atau buruk, pandai atau bodoh dan sebagainya. Jadi penilaian bersifat kualitatif dan pengukuran bersifat kuantitatif. Secara tradisional ukuran kualitas atas luaran lembaga pendidikan (sekolah/madrasah) adalah prestasi peserta didik. Ukuran dasarnya adalah nilai rapor, hasil ujian sekolah dan ujian nasional. Jika hasil ujian menunjukkah hasil bertambah baik, maka kualitas pendidikan dikatakan juga menunjukkan baik. Pengukuran prestasi belajar peserta didik akan semakin penting karena hal itu menjadi ukuran kinerja guru dan kinerja lembaga pendidikan secara keseluruhan, sebagaimana dikemukakan oleh Erniwati; Bahwa kegiatan penilaian merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dalam proses pembelajaran karena setiap guru dalam menyusun RPP harus mencantumkan model penilaian yang akan dilaksanakan setiap selesai pokok bahasan yang diajarkan, dan nilai harian ini untuk mengukur pencapaian tiga rana pendidikan yang diperoleh peserta didik, selanjutnya nailai harian ini diakumulasikan secara keseluruhan, baik nilai formatif (nilai harian) maupun dari sumatif (nilai semister) untuk dimuat dalam rapor peserta didik. sebagaimana dikatehui bahwa nilai rapor peserta didik dapat menjadi ukuran atau penilaian terhadap kinerja guru bidang studi yang bersangkutan. 64 64 Erniwati, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 20 Juli 2013 223 Hal tersebut menunjukkan bahwa pengukuran dan penilaian merupakan salah satu tugas guru yang penting dan harus dilaksnakan secara kontinu. Kegiatan ini pula menjadi bahan bagi kepala madrasah untuk mengukur kinerja seorang guru, apakah guru berhasil atau tidak, maka dapat dilihat perolehan nilai peserta didik dalam rapornya. Oleh karena itu semakin tinggi nilai prestasi peserta didik, menandakan kinerja guru dalam proses pembelajaran semakin baik. g. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta. Pendekatan ini sangat diperlukan terutama untuk mendesain pekerjaan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian, data lapangan sangat diperlukan dalam menetapkan, memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan. Pengambilan keputusan yang berorientasi pada fakta, maksudnya setiap keputusan selalu didasarkan pada fakta, bukan pada perasaan atau feeling atau ingatan semata. Oleh karena itu pengambilan keputusan harus dilaksanakan dengan memperhatikan skala prioritas, karena perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada, melainkan harus berpatokan kepada data dan fakta yang ada. Manajemen berdasarkan fakta dalam sebuah organisasi selalu memfokuskan usahanya pada situasi dan aspek-aspek tertentu dalam rangka pengambilan keputusan yang tepat. Ahmad Hasan mengemukakan; Bahwa masalah pengambilan keputusan setiap kegiatan yang akan dikerjakan selama ini selalu melalui musyawarah, baik melalui rapat koordinasi dengan guru-guru maupun rapat terpadu dengan Penguru Komite MAN 2 Model Makassar, seperti dalam membahas penaikan kelas, penerimaan siswa baru, pembayaran SPP, dan rapat pelaksanaan kegiatan keagamaan serta kegiatan 224 ekstrakurikuler, dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut diputuskan melalui kesepakatan bersama secara demokratis dan transparan.65 Keterangan tersebut menunjukkan bahwa kiat-kiat yang dilakukan untuk membina kebersamaan dikalangan warga MAN 2 Model Makassar berjalan sesuai prinsip-prinsip manajemen moderen, yang diterapkan dalam TQM. Lebih lanjut Ahmad Hasan Menambahkan, bahwa meskipun telah diputuskan dalam pertemuan untuk pelaksanaan suatu program, namun karena ada program lain yang lebih mendesak dan sangat penting, maka kegiatan itu segera dirapatkan secara bersama untuk mencari solusi dan alternatif pemecahannya berdasarkan fakta yang ada, sehingga kegiatan tersebut tidak menghalangi atau mengganggu kegiatan lain yang telah diputuskan sebelumnya.66 Jadi dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan harus didasarkan pada fakta yang nyata yang didapatkan dari berbagai sumber dan asumsi dikalangan stakecholder madrasah. h. Kebebasan Terkendali. Pada hakekatnya aspek ini terkait dengan keterlibatan dan pemberdayaan guru, staf dan stakecholder lainnya dalam setiap aktivitas madrasah. setiap warga madrasah diberi kebebasan memberi saran dan berpendapat, terutama dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Demikian halnya dalam meningkatkan kinerjanya melalui karya-karya inovatif. Aspek ini sangat penting bagi semua stakecholder madrasah, karena dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat serta dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan. Meskipun demikian, kebebasan terkendali tidak dapat diartikan semua keinginan harus diikuti apalagi dipaksakan, melainkan 65 Ahmad Hasan, wawancara MAN 2 Model Makassar, tanggal 20 April 2013 66 Ahmad Hasan, wawancara MAN 2 Model Makassar, tanggal 20 April 2013 225 tetap merujuk kepada fakta-fakta ilmiyah dan tidak bertentangan dengan kultur dan ketentuan madrasah yang telah ada. Kaharuddin mengemukakan; Bahwa semua warga madrasah diberi kebebasan untuk mengajukan saran dan pendapat bila ada hal-hal yang menurut pribadi masing-masing dapat diterapkan demi kemajuan MAN 2 Model Makassar. Saran dan pendapat mereka diakomudir oleh kepala MAN 2 Model Makassar dan tidak dibedakan dari mana dan dari siapa pendapat itu. Meskipun tidak semua saran dan pendapat harus diterima, namun dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk diagendakan dalam rapat koordinasi atau rapat terpadu. Biasanya yang banyak memberi saran adalah pengurus komite madrasah, terutama yang berhubungan dengan pembinaan moral peserta didik dan pemanfaatan dana madrasah.67 i. Kesatuan tujuan. Total Quality Management (TQM) sebagai salah satu bentuk manajemen yang bersifat konprehensif, mengisyaratkan bahwa setiap intitusi, baik dunia usaha dan industri, maupun dunia pendidikan, harus merumuskan tujuan yang jelas yang ingin dicapai, sehingga seluruh aktivitas organisasi tersebut dapat diarahkan pada tujuan yang telah disepakati bersama. Kesatuan tujuan dalam pendidikan, pada umumnya dirumuskan dalam bentuk visi, misi dan tujuan pendidikan, dan dijabarkan dalam bentuk rencana strategis dan Rencana Kerja Tahunan Madrasah (RKTM), sebagaimana dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, bahwa kesatuan dan kesamaan tujuan dalam pendidikan seperti yang dirumuskan dalam visi, misi dan tujuan MAN 2 Model Makassar dijadikan sebagai acuan umum dalam menyusun program dan aktivitas pendidikan.68 Oleh karena itu semua warga madrasah harus mengetahui dan memahami tentang visi, misi dan tujuan madrasah agar unit-unit kerja dalam lingkup madrasah dalam merumuskan programnya tidak bertentangan dengan visi, misi dan tujuan pendidikan MAN 2 Model Makassar. 67 Kaharuddin, wawancara MAN 2 Model Makassar, tanggal 20 April 2013. 68 Ahmad Hasan, wawancara MAN 2 Model Makassar, tanggal 20 April 2013. 226 j. Perbaikan Kualitas Secara Berkesinambungan. Dalam menghadapi persaingan eksternal, bahkan persaingan global yang semakin ketat, terutama disektor pendidikan, maka madrasah semakin dituntut untuk selalu mengadakan perbaikan secara berkesinambungan (continous inprovement), dengan melibatkan semua stakeholders pendidikan yang terkait, dengan kata lain madrasah harus melakukan upaya perubahan dan menjadikan sesuatu lebih baik dari sebelumnya atau minimal mempertahankan mutu dan prestasi yang telah dicapai. Ada beberapa komponen pendidikan yang perlu mendapat perbaikan kualitas secara berkesinambungan, yaitu, a) perbaikan proses pembelajaran, b) perbaikan metode pembelajaran, c) pengembangan/ peningkatan kinerja guru dan staf. Untuk mengetahui komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut; 1) Perbaikan proses pembelajaran. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan, karena boleh dikatakan keduanya saling terkait. Kurikulum sebagai pedoman acuan pelaksanaan pembelajaran membutuhkan perubahan dan pengembangan sesuai dengan kemajuan dan tuntutan zaman. Kurikulum yang berisikan seperangkat perencanaan yang mengatur pendidikan melalui proses pembelajaran peserta didik, sangat erat kaitannya dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat, agar hasil proses pembelajaran yang dituntut didalam kompetensi kelulusan dapat menjawab tantangan maupun kebutuhan zaman dalam proses kehidupan. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi saat ini, membutuhkan kelulusan yang kompetitif sebagai hasil proses pendidikan yang dapat menguasai dan memiliki kompetensi yang berbasis teknologi. 227 Selanjutnya, dicanangkannya proses pendidikan yang berbasis madrasah, yang turut melibatkan aktivitas dari orangtua, masyarakat, dan para pemegang kekuasaan jabatan di pemerintahan kabupaten/kota dalam memajukan dan mengembangkan kualitas pendidikan. Menyikapi terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, MAN 2 Model Makassar melalui Tim Pengembangan Kurikulum, telah menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan berpedoman pada Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan dan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk dapat diterapkan di MAN 2 Model Makassar. Selanjutnya, Erniwati menyatakan; Setiap guru dalam melaksanakan proses pembelajaran harus disesuaikan dengan KTSP, guru-guru harus menguasai materi pokok yang akan diajarkan kepada peserta didik dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar, semua guru pada MAN 2 Model Makassar sudah dibekali pengetahuan tentang pengelolaan kelas, dan semua mata pelajaran berdasarkan struktur kurikulum yang ditetapkan dalam KTSP.69 Adapun tujuan pengembangan KTSP pada MAN 2 Model Makassar sebagaimana dikemukakan oleh Asnawa Mahmuri adalah sebagai berikut; Menyatukan persepsi setiap komponen madrasah menyangkut visi, misi, tujuan dan konteks Madrasah. Menjadi acuan bagi setiap komponen madrasah dalam melaksanakan tugas pokok masing-masing. Menetapkan kriteria ketuntasan pembelajaran dan kelulusan siswa. Menetapkan struktur kurikulum dan beban belajar. Menetapkan proses pengembangan kecakapan hidup. Menetapkan muatan lokal di MAN 2 Model Makassar.70 Kurikulum dan Pembelajaran pada MAN 2 Model Makassar senantiasa mempertimbangkan 69 70 perkembangan peserta didik. Selain berorientasi pada Erniwati, wawancara di MAN Model Makassar, tanggal, 26 Juni 2013. Asnawa Mahmuri, Wali Kelas XII IPA MAN 2 Model Makassar, wawancara , tanggal, 08 Mei 2013. 228 pembinaan dan pengembangan nilai-nilai agama dalam diri peserta didik, seperti yang dilakukan selama ini, pendidik dalam hal ini guru juga memberikan penekanan khusus pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap materi yang diberikan kepada peserta didik harus memenuhi dua tantangan pokok yaitu; pertama, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) kedua, penanaman pemahaman dan pengamalan ajaran agama atau penanaman IMTAQ. Tetapi terkadang sistem pendidikan kebanyakan masih lebih cenderung mengorientasikan diri pada bidang-bidang ilmu-ilmu eksakta semacam fisika, kimia, biologi dan lain-lain, ketimbang ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu sosial. Padahal kedua bidang ilmu itu sejatinya harus diseimbangkan antara ilmu-ilmu sosial dan keagamaan dengan ilmu-ilmu eksakta. Upaya ini dijadikan sebagai perhatian utama, karena belum sepenuhnya mendapat apresiasi yang maksimal dalam proses pengembangan pendidikan pada MAN 2 Model Makassar. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan bagian dari manajemen madrasah, yang mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan kurikulum. Kurikulum yang ditetapkan oleh pusat (Kemendiknas) merupakan acuan dasar yang terdiri dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK/KD) yang harus disesuaikan dan dikembangkan oleh madrasah yang menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP). Di samping itu, satuan pendidikan bertugas dan berewenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal dan life skill sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan masyarakat. Menurut Sukriyati dan Siti Jasmirah bahwa guru MAN 2 Model Makassar dalam pengelolaan pembelajaran melakukan persiapan-persiapan sebagai berikut: Guru membuat silabus dan RPP sesuai dengan standar isi dan kompetensi dasar guna mengembangkan KTSP, dan dalam pengembangan kurikulum, 229 guru senantiasa menganalisis dan mengintegrasikan SK dan KD dalam bentuk pemetaan tingkat berpikir dan analisis penilaian berdasarkan SK dan KD serta indikator.71 MAN 2 Model Makassar selain penerapan kurikulum tersebut juga dikembangkan program ekstra kurikuler diintensifkan seperti: pramuka, PMR, Olah Raga (Futsal, Basket, Karate, dan lain-lain), Club Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi, dan Bahasa Inggris.72 Lebih jauh Muh. Ikbal menjelaskan bahwa; Selain pengembangan kurikulum wajib, juga dikembangkan kurikulum muatan lokal yang pada mulanya disisipkan pada berbagai bidang studi yang sesuai, kemudian dengan dikeluarkannya kurikulium 1994, pembelajaran muatan lokal tidak lagi disisipkan pada setiap bidang studi, tetapi menggunakan pendekatan monolitik berupa bidang studi, baik bidang studi wajib maupun pilihan. Pengembangan kurikulum muatan lokal dimaksudkan untuk menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan peserta didik pada bidang-bidang studi tertentu, selain itu juga bertujuan agar peserta didik mencintai dan mengenal lingkungannya.73 Pengembangan kurikulum yang berfokus pada pencapaian tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Kompetensi ini dimaksudkan sebagai perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam kehidupan seharihari. Kemudian pengembangan kurikulum dalam konteks pendekatan Total Quality Management (TQM) sebagai suatu model gagasan pengembangan kurikulum yang mengedepankan aspek mutu (kualitas), yang terbangun dari kompetensi peserta didik, perlu diimplementasikan dalam pengembangan kurikulum pada lembaga pendidikan Islam (madrasah) dengan mengacu kepada minimal lima prinsip TQM yang meliputi; fokus pada pelanggan (peserta didik), keterlibatan total, pengukuran /evaluasi hasil, komitmen dan perbaikan terus menerus, sebagaimana dikemukakan pada bab dua di atas. 71 Sukriyati, Guru MAN 2 Model Makassar wawancara di MAN 2 Model Makassar, tanggal 11 Mei 2013. 72 Siti Jasmirah,Wali Kelas XII IPA, wawancara di MAN 2 Model Makassar, 27 Juli 2013. 73 Muh. Ikbal,Wali Kelas X IPS,Wawancara, di MAN 2 Model Makassar, 27 Juli 2013. 230 Pada hakekatnya kurikulum dapat diibaratkan sebagai bahan makanan yang sebelum disajikan sudah tentu harus dikelola dengan baik sesuai petunjuk (resep) yang ada, sehingga makanan itu terpenuhi selera bagi yang akan mengonsumsi sajian tersebut, demikian halnya kurikulum harus dikelola dan dikembangkan melalui proses pembelajaran yang terencana, efektif dan efisien, sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan. Jika kurikulum dan pembelajaran dikelola dengan manajemen yang baik dan efektif, maka hasilnya akan memberi kepuasan kepada pelanggan ( peserta didik) atau dengan kata lain mutu pendidikan semakin baik. Untuk mencapai hal itu, Kepala Madrasah berupaya membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum pengawasan/supervisi dalam dan program pembelajaran disertai dengan pelaksanaannya. Kegiatan bimbingan tersebut dilaksanakan melalui rapat khusus untuk membahas pengembangan kurikulum, dan bukan hanya pengembangan kurikulum yang dibahas, melainkan pemanfaatan RPP harus disiapkan setiap tatap muka dalam proses pembelajaran. Salah satu tugas utama Kepala Madrasah ialah mengatur tugas-tugas yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum dan program pembelajaran, dan untuk menjamin efektivitas pengembangan kurikulum dan program pembelajaran, guruguru harus menjabarkan isi kurikulum (SK-KD) secara lebih rinci dan operasional ke dalam indikator-indikator. Dalam hal ini, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) wajib dikembangkan guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, dengan beberapa prinsip sebagai berikut; Tujuan operasional yang dikehendaki harus jelas, agar mudah terlihat atau terbaca dengan tepat program-program yang akan dikembangkan. Rumusan dan program pembelajaran harus sederhana dan fleksibel. Program-program yang disusun dan dikembangkan harus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, harus menyeluruh dan jelas pencapaiannya, dan rumusan program 231 harus dikoordinasikan dengan kepala madrasah bersama dengan guru mata pelajaran yang sama ( MGMP).74 Hal-hal yang terkait dengan pengelolaan kurikulum adalah perlunya pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan dan jadwal pelajaran, pembagian waktu yang digunakan, penetapan pelaksanaan evaluasi belajar, penetapan penilaian, penetapan ketentuan kenaikan kelas, pencatatan kemajuan belajar peserta didik, serta peningkatan perbaikan pembelajaran serta pengisian waktu jam kosong. Selanjutnya Amaluddin menjelaskan beberapa karakteristik pengembangan kurikulum, yang meliputi beberapa indikator berikut: Pengembangan kurikulum harus memperhatikan aspek kecerdasan intelektual, emosional dan spritual secara proporsional. Penjabaran kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dilaksanakan atas inisiatif sendiri, dan kreativitas setiap guru. Guru harus konsisten mengacu dalam mengembangkan dan merencanakan perangkat pembelajaran. Rencana pembelajaran secara berkala diperiksa oleh kepala madrasah secara keseluruhan isi dan metodenya serta sumber belajarnya. Pembelajaran IPTEK dikaitkan dengan pembelajaran IMTAQ. Program remedial dilaksanakan bagi peserta didik yang berkemampuan rendah, dan program pengayaan diberikan kepada peserta didik yang berkemampuan di atas rata-rata peserta didik lainnya.75 Dari uraian di atas sudah jelas, bahwa pengembangan kurikulum merupakan tanggung jawab utama guru-guru sebagai syarat mutlak dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Kurikulum adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses pendidikan dan pembelajaran. Setiap kegiatan proses pembalajaran diarahkan agar peserta didik dapat memperoleh tiga aspek/rana pengetahuan(cognitive), aspek sikap (affective) pendidikan yaitu aspek dan (psychotomoric), oleh karena itu, untuk mengembangkan aspek keterampilan ketiga aspek tersebut diperlukan bahan atau materi yang disampaikan melalui proses pembelajaran dengan 74 Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar, tanggal 9 Mei 2013. 75 Amaluddin, Wawancara, di MAN 2 Model Makassar, tanggal 9 April 2013. 232 menggunakan metode dan media yang cocok dengan karakteristik bahan pelajaran, dan juga diperlukan sistem evaluasi tertentu, semuanya itu menjadi komponen pokok kurikulum, yang menjadi pedoman dan pegangan bagi pendidik atau guru dalam menjalankan tugasnya di kelas. Guru-guru di MAN 2 Model Makassar menyadari bahwa meskipun kurikulum bukanlah satu-satunya penentu untuk meraih mutu pendidikan, namun mereka meyakini bahwa kurikulum adalah sebuah perangkat yang sangat strategis untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan peserta didik terhadap ilmu pengetahuan. Mereka memaknai bahwa kurikulum adalah program dan isi dari suatu sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi ilmu pengetahuan dari berbagai sumber bahan ajar melalui kreatifitas guru dan sistem manajemen pendidikan yang berbasis mutu. Mereka berasumsi, bahwa pada hakekatnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah momentum bagi tenaga pendidik yang membuka ruang partisipasi kreatif guru dan pengelola madrasah dalam merealisasikan rencana, metode, media/alat pengajaran ketika melakukan proses pembelajaran. Meskipun standar isi, Standar kompetensi, dan kompetensi dasar kurikulum ditentukan oleh pemerintah pusat, namun pengembangannya diserahkan kepada masing-masing satuan pendidikan sesuai kondisi daerah masing-masing. Hal lain yang menjadi kelebihan KTSP adalah selain memberi ruang partisipasi kreatif guru dan pengelola, juga menekankan pentingnya proses pembelajaran yang berpusat pada siswa ( student centered learning), dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, interaktif dan kreatif.76 76 Persepsi dari beberapa guru pada MAN 2 Model Makassar, wawancara dilaksanakan pada tanggal, 21 Mei 2013. 233 Sehubungan dengan pengembangan kurikulum, Erniwati selaku Wakil Kepala Madrasah bidang kurikulum mengemukakan beberapa komponen dan tujuan pengembangan kurikulum, yaitu; Berfokus pada peserta didik. Kurikulum dikembangkan berdasakan prinsip, bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk dikembangkan potensinya agar menjadi manusia yang unggul, memiliki karakteristik ke-Islaman dan keilmuan. Kurikulum memiliki keragaman dan keterpaduan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik. Kurikulum berdasarkan fakta ilmiyah dan dikembangkan atas dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, oleh karena itu semangat isi kurikulum sedapat mungkin memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memiliki relevansi dengan kebutuhan kehidupan, yaitu memberikan jaminan masa depan peserta didik, bahwa ilmu yang diperoleh dapat terakomodir didunia usaha dan didunia kerja, demi kelangsungan hidupnya. Kurikulum dikembanghkan secara menyeluruh dan berkesinambungan, bahwa substansi kajiannya mencakup keseluruhan dimensi kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. 77 Pandangan tersebut memberi makna, bahwa seorang guru harus memahami prinsip-prinsip dasar pengembangan yang harus dijabarkan secara rinci, melalui proses pembelajaran, yang sudah tentu sangat terkait dengan kompetensi guru sebagai penanggung jawab terhadap bidang studi yang diajarkan. Pelaksanaan proses pembelajaran pada MAN 2 Model Makassar, sesuai hasil wawancara dan pengamatan terhadap beberapa guru, ditempuh beberapa langkah sebagai berikut : Pertama Pengelolaan Kegiatan Pada Tatap Muka Pertama. Kegiatan yang perlu dilakukan pada tatap muka pertama yaitu; pendeteksian karakteristik siswa, penyampaian garis-garis besar program mata pelajaran atau kerangka isi, RPP, buku bahan ajar, dan lain-lain, penyampaian tujuan umum dan strategi pembelajaran, dan 77 Erniwati, wawancara di MAN Model Makassar, tanggal, 21 Mei 2013. 234 penyampaian tentang sistem atau teknik penilaian. Kegiatan-kegiatan ini tergambar dalam pengamatan bahwa para guru menyampaikan kepada peserta didik bagaimana cara memantapkan satu pokok bahasan. Pokok bahasan yang dimaksudkan adalah pokok bahasan kajian-kajian yang bersifat analisis. Beberapa hasil wawancara yang berkenaan dengan penilaian, dapat diperoleh keterangan bahwa guru MAN 2 Model Makassar melakukan evaluasi dengan bentuk lisan dan tertulis kepada siswa. Taksonomi yang diukur meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam konteks penilaian tersebut, siswa dinilai dari masing-masing aspek penilaian tersebut, baik dalam bentuk tertulis maupun dalam bentuk praktik dan pengamatan terhadap tingkah laku siswa. Namun kegiatan ini tidak disampaikan pada siswa. Penilaian secara tertulis seperti yang tertera dalam setiap pokok bahasan pendidikan semuanya mencantumkan bentuk penilaian, termasuk butir-butir soal yang akan diberikan kepada siswa. Pencantuman aspek penilaian, merupakan format baku yang digunakan disemua tingkatan di MAN 2 Model Makassar. Aspek penilaian yang dimaksudkan dalam proses perencanaan pembelajaran tersebut ada dua yaitu; a) proses penilaian, b) perolehan hasil belajar. Kedua bentuk penilaian tersebut dijelaskan oleh Erni El Gani, sebagai berikut: Penilaian proses mengandung makna bahwa dalam penilaian suatu unjuk kerja siswa tidak selamanya siswa yang dipersalahkan kalau misalnya unjuk kerja yang ditampilkan rendah, sebab bisa saja hasil tersebut disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru dalam membuat instrument tes. Dengan pemahaman seperti ini berarti guru bisa memperbaiki kembali instrument penilaiannya. Dalam ketentuan untuk penilaian harian dianjurkan kepada semua guru untuk melakukan analisis evaluasi soal. Kemudian untuk penilaian hasil belajar adalah hasil unjuk kerja siswa sesuai dengan soal-soal yang diberikan kepadanya78. 78 Erni El Gani, Guru MAN 2 Model Makassar wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 24 April 2013. 235 Adapun buku acuan atau sumber belajar merupakan bagian penting dari upaya memperluas wawasan pengetahuan, baik pada guru maupun pada peserta didik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ketika guru mengadakan pertemuan pertama, selain menyampaikan hal-hal penting terhadap materi pembelajaran, juga disampaikan soal buku acuan yang akan digunakan sebagai bahan tambahan atau perbandingan terhadap buku teks yang digunakan. Informasi tentang buku acuan secara tertulis dicantumkan dalam RPP, yang pengadaannya diusahakan oleh guru yang bersangkutan melalui Koperasi MAN 2 Model Makassar dengan harga bervariasi. Informasi tentang sumber lain, secara lisan disampaikan oleh guru yang bersangkutan. Dalam konteks ini informan mengungkapkan seperti hasil wawancara berikut: Selama ini saya menginformasikan tantang buku-buku yang bisa dijadikan rujukan oleh siswa, sebab kami melihat sebagian besar siswa kelihatan mampu mengadakan buku-buku lain selain buku teks pelajaran, sekalipun kecenderungan siswa MAN 2 Model Makassar, sudah merasa cukup memiliki buku-buku pandauan yang diedarkan oleh pihak Madrasah”. 79 Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa guru-guru MAN 2 Model Makassar, memilih penyampaian informasi yang berkenaan dengan buku acuan dan sumber belajar lainnya kepada siswa. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa siswa mampu mengatasinya. Kedua, kegiatan proses pembelajaran setiap tatap muka. Dalam konteks ini, pengorganisasian pokok bahasan secara rutin yang dilakukan oleh semua guru MAN 2 Model Makassar dalam tahapan-tahapan pembelajaran. Pada bagian ini secara berurut akan dikemukakan: 79 Roswati, Guru MAN 2 Model Makassar wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 8 April 2013. 236 a) Kegiatan pada tahap pendahuluan pembelajaran; Pada kegiatan awal ini, guru memasuki kelas dengan mengorganisir beberapa kegiatan, yaitu; Pertama, ucapan salam, Kedua, penyampaian tujuan pembelajaran, Ketiga, membangkitkan perhatian siswa, Keempat, apersepsi, yaitu mengaitkan pokok bahasan lama dan pokok bahasan baru. b) Kegiatan inti pelajaran dibatasi pada kegiatan yang berupa; uraian materi pembelajaran beserta dengan contoh-contoh, memfokuskan perhatian peserta didik, petunjuk praktis memperlajari materi, pemberian latihan yang sekaitan dengan materi, dan pemberian umpan balik terhadap unjuk kerja siswa. Hasil studi dokumen RPP menunjukkan bahwa penyajian inti secara tertulis meliputi kegiatan penyampaian RPP, penjelasan materi dan tehnik/metode penyajian materi pelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, bahwa dalam kegiatan ini guru melakukan hal-hal sebagai berikut; (1) memfokuskan perhatian siswa, dilaksanakan dalam berbagai cara/metode tergantung materi pembelajaran. (2) mengelola kelas dengan baik dan tertib. (3) memberikan petunjuk praktis mempelajari materi pembelajaran.80 (4) pemberian latihan. Setiap menugaskan kepada siswa mengerjakan LKS yang ada pada setiap pokok bahasan. Hasil pekerjaan siswa pada umumnya diperiksa diluar jam pengajaran dan bahkan ada informan yang membawa hasil LKS tersebut kerumahnya.81 (5) umpan balik, yang dilakukan oleh guru terbatas pada bentuk penguatan atas jawaban pertanyaan yang diberikan kepada setiap peserta didik. Guru menjelaskan dan memberi komentar, baik jawaban yang benar maupun yang belum benar. Bagi siswa yang menjawab 80 Roswati, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 8 April 2013. 81 Khoiri, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 8 April 2013. 237 dengan benar, informan menyatakan bagus! Kalau jawabannya kurang tepat dikatakan “tidak salah tetapi perlu tambahan penjelasan.82 Dalam kaitannya dengan hasil pekerjaan LKS, pada umumnya informan selalu memberikan umpan balik terhadap hasil pekerjaan siswa. Berdasarkan uraian diatas yang berkenaan dengan kegiatan penyampaian inti pembelajaran dapat diketahui bahwa guru melakukan secara berkesinambungan dalam upaya meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi-materi pembelajaran. Guru-guru di MAN 2 Model Makassar sudah berkomitemen agar peserta didiknya dapat menguasai materi ajar yang diberikan pada setiap tatap muka, kalaupun terdapat siswa yang belum memperoleh hasil penilaian yang baik, maka guru mengadakan remedial, sehingga peserta didik dapat memperoleh hasil yang memuaskan. Ketiga, kegiatan penutup pembelajaran, semua guru mencantumkan kegiatan penutup dalam RPP mereka. Kegiatan penutup meliputi pemberian tugas, pemberian tes akhir dan pembuatan resume. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kegiatan penutup yang tercantum pada RPP tidak selamanya sesuai dengan apa yang dilakukan guru ketika melakukan kegiatan penutup. Salah satu alasannya yang seperti dikemukakan oleh Massarsappi, bahwa tidak semua apa yang tertera dalam RPP dapat kita lakukakan khususnya yang berkaitan dengan kegiatan penutup seperti pemberian kesimpulan, pemberian tes akhir. Hal yang demikian di sebabkan oleh keterbatasan waktu, apalagi kalau kita menggunakan metode diskusi.83 82 Erniwati, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 21 Mei 2013. 83 Erni El Gani, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 18 April 2013. 238 Selain dari tiga kegiatan penutup tersebut, masih ada beberapa kegiatan yang terkait dengan kegiatan tahapan akhir pembelajaran, meskipun kegiatan yang dimaksud tidak selamanya dilakukan, anatara lain; (1) Pemberian tes formatif, tujuan pemberian tes formatif kepada siswa bukan untuk memberikan nilai baik atau tidak kepada siswa, tetapi lebih mengacu pada penilaian proses pembelajaran. Artinya apakah tujuan khusus pembelajaran tercapai atau tidak. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pemberian tes formatif yang berupa LKS selalu dilakukan oleh guru yang bersangkutan. (2) Pemberian umpan balik terhadap unjuk kerja. Tidak semua pokok bahasan yang disampaikan oleh informan memperlihatkan kegiatan pemberian umpan balik kepada siswa, hanya pokok bahasan yang memuat aspek psikomotorik, misalnya kalau fiqhi dalam pokok bahasan shalat, tata cara berwudhu’, tata cara bertayammun, tata cara menyebut huruf hijaiyah dalam pelajaran ilmu qiraat, dsb. (3) Pemberian tindak lanjut. Pemberian tindak lanjut adalah konsekuensi dari hasil penilaian terhadap latihan-latihan yang diberikan kepada siswa. Jika hasil pekerjaan siswa tidak mencapai target ketuntasan belajar maka harus diberikan remedial. Sedangkan hasil pekerjaan siswa yang mencapai target ketuntasan belajar, maka mereka diberikan materi pengayaan. (4) Pemberian motivasi ulang. Kegiatan ini dilakukan pada akhir pelajaran dengan menyampaikan pesan-pesan khusus yang terkait dengan bahan ajar.84 2) Metode dan media Pembelajaran. Metode dan media pembelajaran merupakan salah satu elemen penentu dalam proses pembelajaran pada semua institusi pendidikan, oleh karena itu penggunaan metode dan media yang tepat dan akurat akan turut menentukan 84 Erni El Gani, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 18 April 2013. 239 efesiensi dan efektifitas pembelajaran. Metode dan media pembelajaran memiliki kedudukan sebagai cara atau alat untuk memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga dengan metode dan media itu, peserta didik dapat memahami atau menyerap materi ajar yang diberikan oleh guru, dan media juga berfungsi untuk menyiasati perbedaan karakteritik peserta didik, baik secara individu maupun scara berkelompok guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran sangat diperlukan metode yang baik dan efektif, dapat dipastikan bahwa semakin tepat metode dan media yang digunakan oleh guru dalam mengajar, maka semakin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran, oleh karena itu metode mengajar tidak boleh diabaikan, karena metode mengajar menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran dan merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran yang efektif. Sesuai hasil pengamatan di MAN 2 Model Makassar, telihat dalam keadaan sehari-hari menegenai metode dan pendekatan yang digunakan masih didominasi model pembelajaran yang berpusat pada guru ( teacher centred approach), sementara model pembelajaran efektif adalah medel pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik ( student centred approach). Salah seorang guru menuturkan bahwa model-model pembelajaran telah banyak diberlakukan, tergantung indikator dan pencapaian meteri pembelajaran serta waktu yang tersedia. Diantara metode yang sering diterapkan adalah metode diskusi dan pemberian tugas kelompok dan individu, namun tetap diakui bahwa pada umumnya metode mejelaskan atau ceramah yang masih dominan dipergunakan oleh guru. 240 Terkait dengan pentingnya metode atau model pembelajaran, maka setiap penyusunan RPP diharuskan kepada setiap guru untuk menetapkan metode pembelajaran pada tiap-tiap pokok bahasan. Ahmad Hasan mengemukakan; Bahwa sesuai hasil supervisi akademik terhadap guru yang dilaksanakan pada saat guru mengajar, berkesimpulan bahwa metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak mempergunakan metode yang monoton, melainkan setiap guru mengunakan beberapa metode tergantung karakteristik mata pelajaran yang akan diajarkan, sehingga mereka terkadang menggunakan satu atau dua metode yang ada seperti; metode ceramah dan Tanya jawab, metode diskusi, pemberian tugas, demonstrasi, cerita atau kisah/perumpamaan dan karyawisata, dan lain-lain, tetapi metode yang dominan adalah metode ceramah atau menjelaskan, terutama bidang studi agama dan IPS. 85 Hal tersebut juga dibenarkan oleh Erniwati (wakamad bidang kurikulum) bahwa semua guru telah memhami atau menguasai berbagai metode, namun dalam penerapannya lebih banyak menyesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator pembelajaran yang akan diajarkan, sehingga guruguru terkadang menggunakan metode variasi (menggunakan dua atau lebih metode) atau hanya satu metode.86 Hasil observasi juga membuktikan bahwa penggunaan metode pembelajaran di MAN 2 Model sangat terkait dengan materi pelajaran dan karakteristik peserta didik, termasuk kompetensi guru, serta variabel-variabel yang ikut mempengaruhinya, seperti kemampuan menggunakan media, kondisi lingkungan, dan sumber-sumber pembelajaran, dan waktu yang tersedia. Menurut Kaharuddin; Masalah metode pembelajaran di MAN, hampir semua guru menggunakan metode yang berpariasi dengan kata lain guru-guru menggunakan satu-dua metode, disesuaikan dengan karakteristik materi pembelajaran, misalnya bidang sejarah, peserta didik di bawah ke tempat bersejarah, seperti ke makam Syekh Yusuf di Gowa, Sultan Hasanuddin dan Dato Ritiro di Bulukumba, dll. Demikian halnya bidang studi IPA dan Matematika, banyak dibawah 85 H. Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 4 Juni 2013. 86 Erniwati, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 21 Mei 2013. 241 laboratorium, dan tugas-tugas berkelompok. Tetapi Erniwati juga mengakui bahwa masih ada sebagian kecil yang kurang memanfaatkan metode yang efektif termasuk media pembelajaran. 87 Jelasnya bahwa setiap guru berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas dengan menerapkan berbagai metode dan strategi pembelajaran. 3) Pengembangan kinerja Guru dan Staf. Bentuk-bentuk pembinaan yang berbasis Total Quality Managemen (TQM) yang dikembangkan di MAN 2 Model Makassar lebih diorientasikan pada upaya pengembangan profesionalisme guru dan staf dengan dilandasi kesadaran, pengertian, kegairahan dan kegiatan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Kesadaran dan kesukarelaan melaksanakan kegiatankegiatan kelembagaan itu dapat muncul jika masing-masing individu mempunyai rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab (sense of responsibility) terhadap lembaga, sehingga mereka akan merasa kecewa jika gagal atau tidak tercapai tujuan konstitusinya, sebaliknya mereka akan gembira jika tujuan-tujuan kelembagaan yang telah ditetapkan bersama dapat tercapai atau berhasil. Pengembangan profesionalisme guru dan staf sudah menjadi sangat penting karena peranannya dalam pendidikan sangat menentukan keberlangsungan proses pembelajaran. Guru sebagai tugas profesi memerlukan keahlian khusus, sebagaimana halnya dengan keahlian lainnya. Walaupun dalam kenyataannya pekerjaan guru masih dilakukan oleh orang-orang yang tidak ditunjang dengan profesionalisme yang matang, sehingga dari kenyataan ini mengakibatkan profesi guru paling mudah terkena pencemaran yang berdampak kepada rendahnya mutu pendidikan. Hal 87 Kaharuddin, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 21 Mei 2013. 242 seperti ini biasanya terjadi pada sekolah/madrasah yang dibina oleh Yayasan yang masih bersifat tradisional atau sekolah/madrasah yang berada di daerah terpencil. Menyikapi seperti hal yang demikian, Kepala MAN 2 Model Makassar berupaya melakukan pembinaan dan pengembangan kinerja guru dan staf secara berkesinambungan sesuai konsep Total Quality Management. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, ada beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain; a) Seleksi dan penempatan Guru. Pembinaan dalam penyeleksian dan penempatan guru sesuai kualifikasi yang dimilikinya, karena apabila guru ditugaskan bukan berdasarkan kualifikasi akademik, selain melanggar ketentuan, akan berdampak negatif dalam proses pembelajaran, yang pada akhirnya berdampak buruk kepada peserta didik. Oleh karena itu Kepala MAN 2 Model mengemukakan; Bahwa penugasan guru dilaksanakan sangat berhati-hati dan selektif, bahkan walaupun seorang guru kualifikasi akademiknya sudah sesuai, namun yang bersangkutan tetap diberikan perhatian khusus, terutama ketika diadakan supervisi akademik terhadap guru di kelas, jika ditemukan kejanggalan dalam mengajar, maka yang bersangkutan diberikan supervisi klinis terutama dalam penentuan metode dan gaya mengajarnya di depan kelas. Hal yang demikian dilakukan karena seleksi dan penempatan guru dan staf merupakan salah satu tugas yang menentukan kelancaran proses pembelajaran. Pemilihan/penempatan guru dan staf memerlukan ketelitian dan kejelian agar sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.88 Selain langkah tesebut, dalam mengadakan penyeleksian/penempatan guru dan staf diputuskan berdasarkan hasil musyawarah bersama dengan wakil-wakil kepala madrasah serta guru senior lainnya, dimaksudkan agar supaya guru yang ditempatkan sesuai dengan profesinya, dan diharapkan terlaksana proses pembelajaran secara optimal dan memuaskan peserta didik. 88 Ahman Hasan, wawancara, di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 20 Juni 2013. 243 b) Komunikasi internal dan eksternal. Kegiatan pembinaan komunikasi agar searah dengan tujuan pendidikan yang diinginkan, maka pembinaannya diarahkan pada upaya untuk saling mengerti, karena saling mengerti adalah pangkal dari tindakan bersama yang baik, dan akan menjamin kelangsungan hubungan, baik internal maupun dengan warga masyarakat yang membutuhkan. Kerjasama yang baik diantara sesama warga madrasah terutama guru dan staf merupakan cerminan bagi sebuah madrasah yang berbasis Islam, karena itu sesuai dengan ajaran Islam, dan khusus bagi guru merupakan cerminan terhadap kompetensi keperibadian yang dimilikinya. Dalam hal berkomunikasi sudah tentu harus menggunakan bahasa yang santun, dan menghindari bahasa yang dapat menimbulkan ketersinggungan diantara sesama. Demikian halnya dengan peserta didik dianjurkan berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan santun, baik di dalam maupun di luar madrasah. c) Partisipasi dan kerjasama. Keterlibatan guru dan staf dalam melaksanakan semua aktivitas madrasah sangat diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu usaha-usaha pembinaan dalam rangka mengaktifkan guru dan staf agar berpartisipasi dan membina kerjasama yang baik yang dilandasi dengan keikhlasan terus dikembangkan di MAN 2 Model Makassar, sehingga semua bentuk kegiatan yang dicanangkan oleh pimpinan dapat diselesaikan dengan mudah. Kondisi seperti ini diperkuat oleh Jamaluddin; Partisipasi dan kerjasama yang baik selama ini telah terbina dan teraplikasi dikalangan warga MAN 2 Model Makassar, sejak saya mengajar di madrasah ini selalu diutamakan kerjasama dalam setiap kegiatan madrasah, terutama jika 244 ada perhelatan upacara-upacara keagamaan dan hari-hari besar Islam, demikian juga dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, dll.89 d) Bimbingan/Pembinaan Kegiatan bimbingan dan pembinaan dapat diartikan saling menasehati atau saling mengingatkan antara atasan dengan bawahan atau antara sesama teman mengenai cara kerja yang baik guna mencapai tujuan secara maksimal. Adapun bimbingan dan pembinaan ini dilakukan disaat rapat koordinasi, atau ketika pelaksanaan upacara penaikan bendera setiap hari senin. Agenda rapat koordinasi selama tahun ajaran 2012/ 2013 sudah berlangsung beberapa kali pertemuan, karena hampir semua program kegiatan pendidikan yang berhubungan dengan pembelajaran, kesiswaan, kegiatan keagamaan, pembiayaan, dan lain-lain, semuanya diputuskan melalui musyawarah mufakat. Rapat atau pertemuan yang dilaksanakan ada kalanya sifatnya terbatas dan adakalnya rapat diperluas dengan mengikut sertakan semua guru dan staf, bahkan dengan pengurus Komite Madrasah dan pengurus OSIS. Hal ini diakui oleh beberapa guru, bahwa Kepala Madrasah tidak henti-hentinya memberi petunjuk dan bimbingan, baik langsung maupun tidak langsung. Hanya sebagian guru menyayangkan karena pengawas dari Kementerian Agama Kota Makassar yang ditugaskan di MAN 2 Model jarang datang memberikan bimbingan, sehingga sudah tentu mempengaruhi kinerja guru-guru, karena bagaimanapun juga kalau pengawas/supervisor dari luar sudah tentu berbeda dan pasti ada kesan tersendiri. 4. Pelaksanaan Pengawasan /Supervisi. Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dengan fungsi-fungsi lain. Di dalam dunia pendidikan pengawasan 89 Kamaria Rahim, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 14 Mei 2013. 245 disamakan dengan istilah supervisi. Pengawasan atau supervisi yang dilakukan di MAN 2 Model Makassar meliputi; supervisi administrasi, supervisi akademik dan supervisi klinis. Sedang yang mengadakan supervisi ditangani oleh dua unsur, yaitu; unsur madrasah (Kepala Madrasah dan Wakil Kepala Madrasah) dan unsur pengawas fungsional dari Kementerian Agama Kota Makassar dan dari Dinas Pendidikan Kota Makassar. Menurut Nurlaela (Kepala Tata Usha MAN 2 Model) menyatakan bahwa pengawasan/ supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas, baik dari Kementerian Agama Kota Makassar maupun dari Dinas Pendidikan Kota Makassar, tidak terlaksana sesuai dengan harapan guru-guru, pangawasan tidak efektif dan tidak terjadwal, bahkan selama tahun ajaran 2012/2013 sangat jarang datang. Namun demikian, supervisi yang dilaksanakan oleh Kepala MAN 2 Model Makassar tetap terlaksana sebagaimana biasanya, bahkan supervisi kepala madrasah sengaja tidak dijadwalkan, tujuannya agar guru selalu siap disupervisi setiap saat.90 Fakta tersebut sudah bertentangan dengan ketentuan yang ada bahwa pelaksanaan pengawasan/supervisi untuk semua jenis dan jenjang pendidikan, selain dilaksanakan oleh kepala sekolah/madrasah, maka pengawas fungsional yang diangkat secara khusus oleh pemerintah harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sebagaimana halnya tugas Kepala Madrasah. Tugas pengawasannya diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pengawas Sekolah/Madrasah yang menegaskan bahwa seorang Pengawas sekolah/madrasah harus memiliki enam kompetensi yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial, supervisi akademik, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian dan pengembangan dan kompetensi sosial. Sedang tugas pengawasan kepala sekolah/madrasah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 tahun 2007, harus memiliki lima kompetensi 90 Nurlaela, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 17 Juli 2013. 246 yaitu; kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan kompetensi sosial. Ke dua peraturan tersebut sudah sangat jelas kompetensi yang harus dilaksanakan, baik kepala sekolah/madrasah maupun pengawas pendidikan, yaitu melaksanakan pengawasan/supervisi pendidikan di sekolah/madrasah. Sehubungan dengan masalah supervisi, Ahmad Hasan, menyatakan bahwa; Kepala Madrasah adalah jabatan yang banyak mengandung resiko, karena banyak sekali tugas yang harus dijalankan seperti tugas supervisi, jika pengawas pendidikan, baik dari Kementerian Agama maupun dari Diknas, tidak atau berhalangan berkunjung ke madrasah, maka tugas ini harus kepala madrasah yang melaksanakannya, meskipun tidak secara tuntas kepada semua guru, mengingat masih banyak pekerjaan lain yang harus diselesaikan.91 Tujuan supervisi akademik dan klinis yang dilakukan selama ini adalah membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan KTSP, membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi, metode dan teknik pembelajaran, membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran, dan memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran. Mencermati tujuan supervisi tersebut, juga dibenarkan oleh Hamzah Lestari dengan menyatakan bahwa; Supervisi akademik dan klinis intinya adalah membina guru dalam memperbaiki mutu proses pembelajaran, yang sasaran utamanya adalah ketika guru melaksanakan proses pembelajaran, yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas.92 91 Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 12 Juni 2013. 92 Hamzah Lestari, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 11 Juni 2013. 247 Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja guru tidak berarti pelaksanaan supervisi akademik telah selesai, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Hamzah Lestari menyatakan beberapa prinsip supervisi akademik, yaitu; Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi madrasah. Sistematis, artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran. Objektif, sesuai aspek-aspek instrumen. Realistis, artinya berdasarkan kenyataan yang sebenarnya. Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi. Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran. Kooperatif, artinya membangun kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran. Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran. Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik. Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi. Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, sabar, antusias, dan penuh humor. Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh kepala madrasah). Terpadu, artinya menyatu dengan program pendidikan. Komprehensif, artinya dilaksanakan secara menyeluruh, mulai dari proses sampai kepada penilaian pembelajaran, dan lai-lain.93 93 Hamzah Lestari, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 11 Juni 2013. 248 Prinsip-prinsip yang dikemukakan di atas sangat ideal, namun kenyataannya justru sering kali berbeda dengan teori yang ada. Guru MAN 2 Model Makassar pada umumnya merasakan hal seperti itu, karena kehadiran pengawas yang telah ditunjuk oleh Kementarian Agama Kota Makassar sangat kurang (tidak aktif), sehingga supervisi, baik supervisi akademik maupun klinis dapat dikatakan kurang efektif atau tidak sesuai harapan guru MAN 2 Model Makassar. Sementara dalam peraturan ditegaskan bahwa supervisi akademik yang meliputi; kompetensi kepribadian, pedagogis, professional, dan kompetensi sosial guru harus diperhatikan oleh pengawas/ supervisor, dan tidak boleh mengesampingkan salah satu dari ke empat kompetensi tersebut, harus secara menyeluruh menjadi perhatian ketika melaksanakan supervisi di madrasah. Dari fakta di atas dapat dikatakan pelaksanaan pengawasan pengawas pendidikan Islam dari Kementerian Agama Kota Makassar tidak berjalan sebagaimna mestinya. Pada hal supervisi akademik bertujuan untuk melihat dan menilai secara langsung serangkaian kegiatan guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, jika sebuah lembaga pendidikan tidak mendapatkan pengawasan secara efektif dari pihak yang berwenang, maka hal itu sama sekali tidak dapat dibenarkan dalam peraturan. Meskipun guru MAN 2 Model pada umumnya dianggap berkualitas dan berpengalaman, namun mereka tetap mengharapkan kehadiran pengawas untuk mengembangkan kompetensinya, termasuk menilai kinerjanya, karena esensi supervisi akademik, sama sekali bukan hanya menilai kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. 249 C. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan TQM. 1. Faktor-faktor Pendukung Faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi penerapan TQM pada MAN 2 Model Makassar, dapat dilihat pada dua faktor, yaitu, faktor internal dan eksternal. a. Faktor internal. Faktor internal adalah dukungan yang berkembang dari dalam lingkungan MAN 2 Model Makassar, baik yang bersifat gagasan dalam pengertian konsep maupun dalam bentuk tindakan dan kebijakan pimpinan, sebagai berikut; 1) Prinsip Ikhlas Beramal. Prinsip ikhlas beramal sudah menjadi komitmen bersama seluruh tenaga pendidik dan kependidikan, sebagai manifestasi tanggungjawab terhadap syi’ar Islam. Hal ini disimbolkan melalui visi dan misi untuk mewujudkan ciri khas pendidikan Islam melalui tiga sasaran utama yaitu; kualitas, professional dan Islami. Kemudian pelaksanaannya dijabarkan melalui prinsip; dedikasi terhadap tugas, usaha yang optimal, ikhlas dalam bekerja serta taqwa, tawakal, tabah, tekun, telaten, tenang, teratur, teliti, dan tuntas disemua sektor pekerjaan sesuai dengan logo MAN 2 Model Makassar yaitu Ikhlas beramal.94 Dengan demikian untuk mencapai keberhasilan dalam pengelolaan pendidikan yang unggul dan bermutu, pengelola harus menjadi panutan dalam sikap dan perilakunya, diantaranya berdisplin, bekerja dengan tenang, profesional, produktif dalam bekerja, baik secara personal maupun secara bersama-sama dan amanah dalam melaksanakan tugas. Konsep-konsep seperti itu yang semestinya 94 Prinsip tersebut diuraikan oleh Muh. Ilyas, dalam wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 9 April 2013. 250 ditularkan kepada peserta didik untuk menjadi budaya dan karakteristik yang harus dimiliki oleh semua warga MAN 2 Model Makassar. Sifat-sifat lain yang perlu dijadikan budaya dan karakteristik warga MAN 2 Model Makassar sebagaimana yang dikemukakan oleh Muh. Ilyas sebagai berikut; a) Berdisiplin tinggi. Disiplin tinggi akan muncul jika dibarengi dengan keikhlasan dan keimanan yang kuat. Disiplin tinggi yang dimaksud adalah sikap mental yang ditandai oleh adanya konsistensi yang tinggi, dan adanya rasa pengabdian yang tinggi terhadap pekerjaan dan tugas-sugasnya, b) Kreatif, karena hanya orang kreatif yang mampu melakukan inovasi dan pembaruan, c) Ulet, tidak muda putus asa, dan d) Mampu berdaya saing tinggi, terutama bagi pserta didik.95 Dalam pada itu dinyatakan pula bahwa, lulusan MAN 2 Model Makassar memiliki percaya diri yang tinggi, memiliki kompetensi dalam bidang tertentu, memiliki kemampuan dasar-dasar berbahasa (minimal bahasa inggris dan arab), mampu mengoperasikam komputer dengan baik, dengan kata lain penguasaan teknologi merupakan syarat penting untuk berdaya saing tinggi. Bukan hanya peserta didik yang dituntut memiliki kompetensi seperti di atas, melainkan kepala madrasah, guru-guru, dan pegawai pada MAN 2 Model Makassar harus menguasai ICT (information and communication technology), dan memiliki komitemen dalam menigkatkan mutu pendidikan yang dilandasi keikhlasan dan keimanan yang kuat, sehingga mereka dapat melahirkan output yang bisa bersaing dengan sekolah lain yang sederajat. 2) Sistem pelayanan prima. Pelayanan yang dilakukan warga MAN 2 Model Makassar yang disimbolkan ikhlas beramal sebagaimana yang diuraikan di atas. Hal itu sesuai dengan ajaran alQur’an maupun hadis Nabi saw. Adapun langkah-langkah dalam melakukan 95 Muh. Ilyas, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 9 April 2013. 251 pelayanan menurut Ahmad Hasan yaitu; Pertama, membuat aturan yang manusiawi sesuai dengan hakikat kebutuhan siswa dan guru yaitu dasar keadilan. Kedua, menciptakan siswa yang taat hukum. Ketaatan dalam melaksanakan aturan-aturan yang ada akan melahirkan perilaku individu yang disenangi, dan segala aktivitasnya dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Tentang pelayanan di MAN 2 Model Makassar, bukan hanya pelayanan dalam masalah pembelajaran dalam berbagai aspeknya, tetapi termasuk pelayanan dalam masalah lain yang bersifat individual , termasuk pengaduan orang tua peserta didik, jika terjadi hal-hal yang kurang berkenan pada diri pesertaa didik yang bersangkutan. Sebagaimana yang diungkap oleh Ihsan Maulana; Masalah pelayanan di MAN 2 Model Makassar, al hamdulillah berjalan dengan baik, dan kebetulan juga tidak terlalu banyak masalah yang kita hadapi disini, sehingga semuanya berjalan lancar, terutama proses pembelajaran. Memang biasa ada orang tua/wali peserta didik yang sering keberatan, kalau ada guru yang bertindak keras kepada peserta didik yang bersangkutan, namun setelah diberi pengertian oleh Kepala Madrasah, maka masalahnya dapat diselesaikan dengan baik dan kembali normal seperti biasa, menurut catatan saya selama tahun tahun 2012-2013 baru kurang lebih 20 orang siswa yang bermasalah, yang pada umumnya melanggar tata tertib.96 Dari pengalaman seperti di atas, tergambar bahwa di MAN 2 Model selalu mengedepankan pelayanan prima (cepat dan tepat) kepada peserta didik, kepala madrasah selalu menganjurkan agar mempermudah segala urusan sesuai prinsip yang dianjurkan dalam Islam “mudahkan urusan dan jangan dipersulit”97 Prinsip ini yang menjadi pegangan dalam setiap melaksanakan pelayanan pada MAN 2 Model Makassar, sehingga kesulitan dan hambatan untuk maju dapat dieliminir sesuai komitmen yang telah disepakati bersama. 96 Ikhsan Maulana, Guru BK MAN 2 Model Makassar, wawancara, di MAN 2 Model Makassar, pada tanggal 15 Agustus 2013. 97 Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 9 April 2013. 252 3) Dukungan Kepeminpinan Kepala Madrasah. Sesuai hasil riset yang telah dilakukan membuktikan bahwa MAN 2 Model Makassar dapat meraih mutu dan mampu bersaing dengan sekolah/madrasah lainnya, karena di dalamnya terbangun sistem pengembangan mutu yang efektif dan berkelanjutan, dengan dukungan kepemimpinan kepala madrasah. Kepemimpinan kepala madrasah memiliki peran penting dalam memaksimalkan mutu pendidikan. Meskipun jabatan kepala madrasah merupakan tugas tambahan bagi profesi guru, namun implementasinya tidak dapat dilepaskan dari tugas-tugas guru secara professional. Roda kepemimpinan kepala madrasah harus berjalan secara sistimatis, yaitu tugas-tugas yang dilaksanakan berdasarkan sistem dan mekanisme kerja yang sistimatis dan terstruktur, demikian halnya program kerja disusun secara sistimatis. Manajemen dan kepemimpinan kepala madrasah memiliki peran kunci dalam membangun sistem pembinaan mutu pada MAN 2 Model Makassar yang berbasis TQM. Kepala madrasah dalam kedudukannya bukan hanya sebagai pimpinan puncak (top leader), melainkan juga sebagai panutan dalam memegang komitmen untuk meraih mutu yang diharapakan peserta didik. Terciptanya budaya mutu pada MAN 2 Model Makassar didukung oleh adanya perilaku dan sifat-sifat terpuji yang menonjol pada diri kepala madrasah, seperti sifat sabar, tabah, jujur, selektif, hemat dan tidak membeda-bedakan, memberi kebebasan kepada guru untuk mengembangkan kreativitasnya, terutama kreativitas yang berhubungan dengan pembelajaran atau yang terkait dengan prestasi peserta didik. Sementara dalam pengelolaan manajemen pendidikan selalu mengacu kepada pemberian tugas yang telah ditetapkan, dengan kata lain setiap urusan atau pekerjaan diserahkan secara professional dan proporsional kepada yang 253 punya tugas, tidak ada pengambilalihan tugas kepada orang yang bukan tugasnya atau job-nya, tetapi tetap mengutamakan kerjasama yang baik. Kepala Madrasah hanya mengontrol atau mengawasi dan sewaktu-waktu memberikan arahan jika dibutuhkan. 4) Potensi dan pengalaman Guru Potensi guru MAN 2 Model Makassar, selain jumlahnya sudah cukup memadai, potensinya juga relative berbeda atau bervariasi, artinya dari segi kualitas dan masa kerjanya serta kamampuan skill berbeda-beda, sehingga potensi ini dimanfaatkan oleh kepala MAN 2 Model Makassar dalam menata pendidikan sesuai dengan potensi guru dan staf. Ahmad Hasan mengemukakan; Bahwa pembagian tugas dilakukan secara integrative, dengan prinsip take and give ( saling memberi dan menerima), tidak ada yang lebih dan kurang, tetapi yang tampak adalah kerjasama yang didasari keikhlasan ( ikhlas memberi dan menerima pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki), dan yang menjadi ukuran adalah prestasi dan hasil kerja. Selain ditunjang oleh pengalaman yang banyak, juga didukung oleh kualifikasi akademik yang rata-rata sudah berpendidikan S2 sebanyak; 31 orang, dan S1 sebanyak; 36 orang. Sedang masa kerja golongan yang tertinggi; 30 tahun dan yang terendah 3 tahun (3 orang). Baik potensi maupun pengalaman yang dimiliki oleh guru sangat mendukung pembinaan mutu pada MAN 2 Model>. Penjabaran program pendidikan mudah dan lancar dilaksanakan karena adanya dukungan SDM yang punya pengalaman yang memadai.98 Motivasi kerja guru yang tinggi, memberi dukungan yang signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan, mereka menyadari bahwa mutu kerja itu penting, sehingga jika ada diantara mereka yang diberi tugas dari kepala madrasah, maka tugas itu segera diselesaikan dengan waktu yang telah ditetapkan. Selain motivasi kerja guru, yang lebih mendukung adalah adanya iklim madrasah yang kundusif, baik suasana lingkungan yang menyenangkan maupun kultur pergaulan sesama guru dan staf terjalin harmonis. Berangkat dari hasil pengamatan tersebut, tidak berarti 98 Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 9 April 2013. 254 tidak terlepas dari segi-segi negatif yang menjadi kendala atau hambatan, karena masih ada sebagian guru yang masih perlu ditingkatkan kinerjanya, oleh karena itu di MAN 2 Model Makassar diadakan bimbingan antar sesama atau sering disebut “ tutor sebaya “ melalui MGMP madrasah. 5) Iklim dan Budaya Organisasi yang kondusif Pengembangan madrasah yang efektif, efisien, produktif dan akuntabel perlu ditunjang oleh perubahan berbagai aspek pendidikan lainnya, termasuk iklim dan budaya madrasah yang kondusif. Perubahan iklim dan budaya madrasah perlu dilakukan untuk merespons kondisi pendidikan pada MAN 2 Model Makassar. Jika sebuah lembaga pendidikan tidak diikat oleh budaya organisasi serta kondisi lingkungan yang menyenangkan, maka lembaga itu tidak akan mengalami keharmonisan dan kelanggengan dalam kehidupan madrasah yang bersangkutan. Penciptaan dan pemeliharaan iklim dan budaya yang kondusif untuk belajar ditandai dengan terciptanya lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Iklim dan budaya madrasah yang kondusif sangat penting agar peserta didik merasa senang dan bersikap positif terhadap madrasahnya. Kehidupan madrasah semakin menyenangkan kitika setiap warga saling menghargai satu sama lain, dan masing-masing bertanggung jawab dalam menciptakan keamanan dan kenyamanan semakin besar, bahkan orang tua ikut bersama-sama dalam menciptakan kondisi seperti itu, sehingga mereka merasa memiliki dan menganggap madrasahnya sendiri. Kondisi seperti itu dapat terjadi melalui penciptaan norma dan kebiasaan yang positif, hubungan dan kerja sama yang harmonis yang didasari oleh sikap saling menghormati. Selain itu, iklim dan 255 budaya madrasah yang kondusif mendorong setiap warga madrasah untuk bertindak dan melakukan sesuatu yang terbaik yang mengarah pada prestasi peserta didik yang tinggi. Meningkatkan prestasi peserta didik terutama prestasi akademik mereka, menjadi harapan utama bagi orang tua peserta didik. Hal ini dapat tercapai jika kepala madrasah, guru dan staf memahami standar mutu pelayanan yang semestinya dilaksanakan, oleh karena itu standar mutu untuk berprestasi bagi kepala madrasah, guru dan staf madrasah, ditandai dengan terciptanya iklim dan budaya madrasah yang baik. Jamaluddin mengemukakan; Persepsi sebagai madrasah yang memiliki keunggulan diperlihatkan dengan jelas kepada seluruh warga madrasah. Memiliki fasilitas fisik yang dirawat dengan baik, penampilan fisik madrasah selalu bersih, rapi, nyaman dan aman. Pekarangan dan lingkungan madrasah ditata sedemikian rupa sehingga memberi kesan asri, teduh, dan nyaman. Poster-poster informasi (poster berisi pesan-pesan positif) digunakan dan dipajang di berbagai tempat stategis yang mudah dan selalu dilihat oleh peserta didik. Kondisi kelas yang menyenangkan sehingga tercipta suasana yang mendorong peserta didik belajar.99 Pada sisi lain, guru selalu mengembangkan metode-metode mengajar yang sesuai dengan indikator-indikator pembelajaran. Prestasi peserta didik disampaikan kepada seluruh orang tua peserta didik. Seluruh staf dan guru berkomitmen untuk mengembangkan budaya mutu dalam menjalankan tugas sehari-hari. Iklim dan budaya madrasah yang kondusif merupakan harapan semua warga madrasah, terlebih jika hal itu terkait dengan proses pembelajaran, sehingga semua warga madrasah diharapakan menjaga dan memelihara iklim dan budaya madrasah semaksimal mungkin demi terciptanya kenyamanan dalam kampus madrasah. Dari hasil wawancara dengan Kepala MAN 2 Model Makassar, diperoleh keterangan bahwa; 99 Jamaluddin, Wawancara pada di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 14 Mei 2013. 256 P enyelenggaraan pendidikan di MAN 2 Model didasari oleh keyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, kreatif, inovatif, serta berupaya menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Sedang pada sisi lain MAN 2 Model Makassar berfungsi mengembangkan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik, baik kebutuhan individu, keluarga maupun kebutuhan masyarakat secara luas.100 MAN 2 Model Makassar senantiasa mengembangkan nilai-nilai pembelajaran yang berbasis IPTEK dan tidak mengabaikan nilai-nilai moralitas (IMTAQ) hal ini sejalan dengan visi dan misi MAN 2 Model. Salah satu misi pendidikan di MAN 2 Model Makassar adalah meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan menjunjung tinggi akhlak mulia. 6) Dukungan Sarana dan prasarana Sarana pendidikan adalah peralatan, perlengkapan dan gedung yang secara langsung dipergunakan untuk menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pembelajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pembelajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, dan lain-lain yang sejenis, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman madrasah untuk pembelajaran biologi, lapangan sebaguna sekaligus sebagai lapangan olah raga, maka komponen tersebut dapat menjadi sarana pendidikan. Selain sarana dan prasarana tersebut di MAN 2 Model Makassar telah tersedia jaringan internet tampa kabel (hostpot), sehingga guru dan peserta didik dapat mengakses bahan ajar dan tugas-tugas yang dibutuhkan bagi peserta didik. Dengan tersedianya 100 sarana dan prasarana tersebut, maka wajar jika dikatakan MAN 2 Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 14 Mei 2013. 257 Model Makassar adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, yang memiliki fasilitas yang lengkap. Sarana dan prasarana pendidikan MAN 2 Model Makassar yang jumlahnya cukup banyak, sehingga membutuhkan dana atau pembiayaan dari Komite madrasah untuk pemeliharaannya, menurut Jamaluddin bahwa; Sarana dan prasarana yang ada sudah cukup memadai, tinggal pemeliharaannya yang perlu diperhatikan agar tetap utuh dan dapat memberi kontribusi secara optimal dalam proses pendidikan. Demikian pula pengelolaannya yang saya maksud adalah meliputi kegiatan perencanaan pengadaan, pengawasan, inventarisasi, dan pemeliharaan. Pengelolaan yang baik diharapkan dapat menciptakan madrasah yang bersih, rapih, dan indah, sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun peserta didik.101 Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana MAN 2 Model Makassar, diperoleh dari dua sumber, yaitu; 1) dari Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama, dan 2) dari masyarakat atau Komite. Jika dilihat perkembangan dan kemajuan pembangunan sarana dan prasarana, baik dari kualitas maupun dari segi kuantitasnya, dapat dikatakan sudah cukup memadai. Daya tampung ruang kelas sudah sesuai SPM (Standar Pelayanan Minimal) yang telah diatur oleh pemerintah atau BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan), fasilitas olah raga dan seni sudah lengkap atau sudah dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dan guru MAN 2 Model Makassar. 7) Dukungan Dana Pendidikan. Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Pengelolaan keuangan dan segala pembiayaan madrasah merupakan tanggungjawab kepala 101 Jamaluddin, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 18 April 2013 258 madrasah. Hal ini menuntut kemampuan kepala madrasah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan dana secara transparan kepada warga madrasah, masyarakat, dan pemerintah. Dana yang diperoleh dari berbagai sumber merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan juga merupakan salah satu penentu terlaksananya kegiatan-kegiatan proses bersama komponen-komponen pembelajaran di madrasah lainnya. Dengan kata lain, setiap kegiatan yang dilakukan memerlukan biaya, baik kegiatan kecil maupun kegiatan yang besar. Keuangan atau dana madrasah telah terkelola dengan baik dan transparan, baik dana rutin maupun dana komite, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Dana Komite Madrasah yang dikelola selama ini telah banyak menunjang keberlangsungan pendidikan pada MAN 2 Model Makassar. Pengelolaan dan pertanggungjawaban dana Komite dilaksanakan secara transparan dan akuntabel. Pencairan atau penggunaannya dilaksanakan dengan berbasis kinerja, dengan kata lain tidak ada satu senpun dana dikeluarkan yang tidak sesuai dengan komponen pendanaan yang telah ditetapkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah ( RAPBM ) setiap tahun. Abd. Halim.D (Wakil Ketua Komite madrasah) mengemukakan; Komponen – komponen kegiatan yang dibiayai oleh dana Komite MAN 2 Model Makassar, meliputi ; 1) Pengembangan kurikulum dan pembelajaran. 2) Kesejahteraan guru dan pegawai, 3) Pengembangan keterampilan dan seni. 4) Pengembangan bahasa dan rumpun mata pelajaran. 5) Olimpiade/lomba kreatifitas siswa. 6) Pemeliharaan sarana dan prasaran. 7) Perpustakaan. 8) Pendidikan olah raga dan jasmani. 9) Seni budaya. 10) Laboratorium komputer dan IPA. 11) Administrasi dan perkantoran. 12) Pengembangan kesiswaan, yang meliputi; keagamaan, OSIM, pramuka dan PMR, 13) Hubungan masyarakat( HUMAS), 14) Bimbingan Konseling ( BK), 15) Kegiatan operasional komite. Dari keseluruhan biaya komponen kegiatan tersebut semuanya dibiayai oleh 259 Komite dengan jumlah anggaran secara total sebanyak 2,2 milyar pada tahun ajaran 2012/2013.102 Fakta tersebut menunjukkan bahwa bantuan masyarakat (komite madrasah) cukup besar peranannya terhadap keberlangsungan pendidikan di MAN 2 Model Makassar, sudah tentu akan berdampak kepada peningkatan mutu pendidikan secara berkesinambungan. b. Faktor Eksternal. Faktor eksternal adalah dukungan berasal dari luar madrasah, yang meliputi beberapa unsur; antara lain; 1) Dukungan Masyarakat/Komite Madrasah. Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar sebagai lembaga pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Kota Makassar, sebab keduanya memiliki kepentingan, MAN 2 Model Makassar merupakan lembaga formal yang diserahi mandat untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda menjadi generasi yang berkualits, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu. Menurut Kaharuddin dan Abd. Halim. D; Bahwa MAN 2 Model Makassar tidak dibenarkan mengisolasi diri dari masyarakat, ia tidak boleh melaksanakan idenya sendiri dengan tidak mau tahu aspirasi masyarakat pengguna, bila hal ini dilakukan berarti ia menuju ke ambang kehancuran. Tujuan hubungan madrasah dengan masyarakat pengguna dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu kepentingan madrasah dan kebutuhan masyarakat. hubungan madrasah dengan masyarakat berdasarkan dimensi kepentingan madrasah yaitu: memelihara kelangsungan hidup madrasah, memperbaiki mutu pendidikan di madrasah, memperlancar kegiatan pembelajaran, memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam rangka pengembangan dan pelaksanaan program-program madrasah103 Dukungan masyarakat terhadap kemajuan MAN 2 Model Makassar sudah 102 Abd. Halim.D (Wakil Ketua Komite Madrasah),Wawancara pada tanggal 17 Juli 213. Dan lihat RAPBM MAN 2 Model Makassar tahun ajaran 2012/2013. 103 Kaharuddin dan Abd. Halim wawancara di MAN 2 Model pada tanggal 24 April 2013. 260 banyak bukti ke arah tersebut, misalnya dana pembangunan Masjid, pembangunan Gapura dan lain-lain, semunya berasal dari bantuan orang tua peserta didik. Madrasah tidak dapat berbuat apa-apa jika tidak mendapat dukungan dana dari masyarakat, meskipun dalam satu sisi kehadiran MAN 2 Model merupakan kebutuhan masyarakat Kota Makassar, terutama dalam pembinaan kehidupan beragama bagi putra-putrinya. Dengan demikian madrasah dan masyarakat mempunyai keterikatan yang saling membutuhkan dan menaruh harapan agar madrasah ini menjadi lembaga pendidikan Islam yang unggul dan bermutu. Menurut fakta, bahwa hubungan antara madrasah dengan masyarakat, pada hakekatnya secara formil tidak ada aturan yang mengikat, karena masyarakat terutama orang tua peserta didik diberi kesempatan se luas-luasnya menyampaikan saran dan pendapat, bahkan keluhan yang dialami anaknya selama belajar di MAN 2 Model Makassar semuanya dilayani dengan baik. Jika ada peraturan yang dikeluarkan oleh madrasah, maka hal itu hanya tata tertib yang mengatur peserta didik agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar. Sedangkan menurut Kaharuddin dan Abd. Halim D; Bahwa keterlibatan masyarakat yang diwakili oleh Komite Madrasah pada MAN 2 Model Makassar dilakukan dalam beberapa hal yaitu: Orang tua siswa/komite dilibatkan dalam penyusunan program madrasah termasuk pelaksanaannya, memberikan saran untuk pengembangan madrasah, memonitor kemajuan belajar peserta didik secara priodik, melakukan komunikasi dengan madrasah secara teratur, dan orang tua siswa/komite aktif memberi saran perbaikan untuk kemajuan madrasah.104 Hubungan kepala dan guru MAN 2 Model Makassar dengan masyarakat perlu terjalin baik dan berlangsung secara kontinu, oleh karenanya diperlukan kemampuan kepala madrasah dan guru untuk berhubungan dengan masyarakat. Untuk mencapai 104 Kaharuddin dan Abd. Halim, wawancara di MAN 2 Model pada tanggal 24 Apri 2013. 261 hal itu diperlukan perilaku dari guru pada MAN 2 Model Makassar yang cocok dengan struktur sosial masyarakat setempat, sebab ketika kompetensi dan perilaku guru tidak cocok dengan struktur sosial dalam masyarakat, maka akan terjadi benturan pemahaman dan salah pengertian terhadap program yang dilaksanakan madrasah dan berakibat tidak adanya dukungan masyarakat terhadap MAN 2 Model Makassar, padahal MAN 2 Model Makassar dan masyarakat memiliki kepentingan yang sama dan peran yang strategis dalam mendidik dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Dukungan masyarakat yang diwakili oleh pengurus komite madrasah adalah sesuatu yang tidak asing di dunia pendidikan. Peran serta masyarakat merupakan salah satu komponen penentu terhadap keberlangsungan pendidikan, terutama dari segi pendanaan dan pengawasan pendidikan. Keterlibatan masyarakat terhadap pembangunan madrasah sangat menetukan keberlangsungan aktivitas dan program pendidikan di MAN 2 Model Makassar. sebagaimana dikemukakan di atas bahwa ada 15 point kegiatan yang dibiayai oleh Komite MAN 2 Mode Makassar. 2) Dukungan pemerintah. Pemerintah dalam kapasitasnya sebagai pemegang kebijakan ( political will), memberikan ruang gerak bagi MAN 2 Model Makassar untuk merujuk kepada peraturan-peraturan pemerintah agar dijabarkan secara oprasional dalam upaya peningkatan mutu peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan MAN 2 Model Makassar dan harapan masyarakat. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama memberikan bantuan gedung dan sarana dan prasarana pendidikan. Selain pemerintah pusat, Pemerintah Daerah juga memberikan apresiasi terhadap perkembangan dan kemajuan MAN 2 Model Makassar yang menjadi kebanggaan 262 masyarakat Kota Makassar pada khususnya dan masyarakat Sulawesi Selatan pada umumnya. Bantuan Pemerintah Daerah bukan hanya pembangunan pada sektor fisik berupa bantuan dana operasinal pendidikan saja, akan tetapi pembangunan non-fisik yakni pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi prioritas utama. Baik Kementerian Agama maupun Pemerintah Daerah telah memberikan prioritas utama untuk pemberian bantuan kepada para siswa yang kurang mampu dan peserta didik yang berprestasi.105 Dengan demikian, dukungan pemerintah dalam memberikan bantuan moril dan materil dapat dikatakan sangat berarti, namun bantuan tersebut masih sangat terbatas jika dibandingkan kebutuhan MAN 2 Model Makassar, sehingga kurang lebih 70 % biaya harus ditanggung oleh orang tua peserta didik. 3) Jumlah Pendaftar Calon Peserta didik. MAN 2 Model Makassar merupakan salah satu Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kota Makssar yang selalu menolak calon peserta didik setiap tahun ajaran baru, sihingga tidak pernah kesulitan menerima siswa baru, bahkan dalam empat tahun terakhir ini rata-rata calon siswa yang diterima antara 52 % hingga 64 %, seperti; pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah calon siswa yang mendaftar sebanyak; 602 orang, yang diterima hanya 331 orang, berarti yang diterima adalah 54 % dari jumlah siswa yang mendaftar. Data tersebut menunjukkan adanya kecenderungan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di MAN 2 Model Makassar masih sangat tinggi, terlihat dengan meningkatnya jumlah peserta didik dari tahun ketahun. Hal ini menjadi tantangan bagi warga madrasah, oleh karean itu, seluruh guru dan staf dituntut 105 Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 11 April 2013. 263 untuk semakin meningkatkan kinerjanya, terutama dalam pelayanan dan proses pembelajaran yang berbasis TQM, dengan kata lain pendidikan yang bermutu dan berdaya saing, sehingga tidak mengecewakan orang tua peserta didik. Perkembangan penerimaan siswa baru, dapat dilihat pada grafik di bawah ini; Grafik. 01. Jumlah Pendaftar dan Penerimaan Calon Peserta Didik Empat Tahun Terakhir MAN 2 Model Makassar.106 700 600 500 400 300 200 100 0 laki-laki perempuan JUMLAH laki-laki MENDAFTAR 2009/2010 perempuan JUMLAH DITERIMA 2010/2011 2011/2012 2012/2013 4) Pengaruh Otonomi Daerah. Dalam era otonomi daerah, usaha meningkatkan kualitas sekolah/madrasah menjadi program yang paling penting. Meskipun MAN 2 Model Makassar dikelola oleh Kementerian Agama sebagai Instansi Pusat, namun pengelolaan madrasah yang kini telah berubah dari sentralisasi menjadi disentralisasi merupakan pengaruh dari otonomisasi pendidikan secara umum, sehingga MAN 2 Model Makassar harus mengikutinya 106 sesuai dengan semangat Otonomi Daerah. Konsep otonomisasi di Profil MAN 2 Model Makassar, tahun 2011/2012. 264 bidang pendidikan bertujuan untuk memberikan wewenang penuh kepada sekolah/madrasah dalam pengelolaan pendidikan, mulai dari kurikulum dan pembelajarannya sampai kepada pengembangan infrastruktur, termasuk pembiayaan pendidikan, dan untuk peningkatan mutu pelayanan kepada peserta didik. Menurut Ahmad Hasan pengaruh otonomisasi madrasah dapat dirasakan pada hal-hal sebagai berikut; Pembinaan di madrasah tidak tergantung pada instruksi atasan, kepala madrasah mempunyai komitmen terhadap peningkatan mutu, disertai keleluasaan dalam menentukan sasaran pembinaan berdasarkan masalah yang dihadapi yang memerlukan pemecahan, kepala madrasah mempunyai kewenangan yang luas dalam menentukan kegiatan pembinaannya, dan kegiatan pembinaan kepada guru dan pembinaan madrasah secara umum, sepenuhnya berada ditangan kepala madrasah yang menuntut kerja keras dengan akuntabilitas yang tinggi berdasarkan norma-norma akademik.107 Tujuan otonomisasi madrasah sangat berpengaruh terhadap keberadaan dan kedudukan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang sejajar dengan sekolah, hal ini semakin meyakinkan masyarakat terhadap mutu dan pelayanannya, sehingga mereka tidak merasa khawatir memasukkan anaknya, termasuk memberikan dukungan dana yang memadai pada madrasah tersebut. Harapan dan tumpuan masyarakat kepada MAN 2 Model Makassar semakin meningkat setelah melihat bukti-bukti keunggulan peserta didik dalam berbagai even perlombaan, terutama dalam lomba olimpiyade, baik tingkat kota, provinsi maupun tingkat nasional. Keberhasilan yang diraih tersebut tidaklah mungkin jika tidak ada dukungan dana dari madrasah. Pada umumnya masyarakat telah memahami eksistensi MAN 2 Model Makassar sebagai lembaga pendidikan yang sejajar dengan sekolah, terutama kurikulum pembelajaran yang disesuaikan dengan pedoman yang dikeluarkan oleh 107 Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 11 April 2013. 265 Kementerian Agama RI dan Kementerian Pendidikan Nasional RI, meskipun perubahan paradigma MAN 2 Model Makassar, pada awalnya mengundang reaksi yang beragam di masyarakat sebagai pengguna, di antaranya menganggap sebagai suatu kelemahan karena menyebabkan terjadinya pendangkalan pendidikan agama pada MAN 2 Model Makassar dengan proporsi yang tinggi mata pelajaran umum (70 %) belum lagi adanya guru pada saat itu mengajarkan mata pelajaran yang tidak sesuai dengan konsentrasinya atau kualifikasinya, sehingga lulusan yang dihasilkan serba tanggung, masyarakat semakin ragu terhadap kemampuan lulusan dan makin termarginalkannya madrasah dalam sistem pendidikan nasional. Di sisi lain, ada pula yang menyikapi bahwa penyesuaian ini dilakukan justeru dalam rangka mengembalikan ketertinggalan Madrasah untuk memasuki mainstrem pendidikan nasional. Jadi memang pada awalnya banyak pandangan yang berbeda-beda setelah adanya penyesuaian dengan UUSPN, namun pada akhirnya perbedaan-perbedaan itu hilang dengan sendirinya setelah melihat dan merasakan hasil yang diperoleh peserta didik, bahkan kesadaran orang terhadap kebutuhan pendidikan agama lebih meningkat seiring adanya pengaruh budaya barat di era globalisasi sekarang, yang lebih banyak mendatangkan hal-hal yang negative dibanding hal-hal yang positif. Sikap yang diambil oleh Kepala MAN 2 Model Makassar pada saat itu terhadap perubahan status tersebut adalah mengubah sistem pembelajaran dan menggali potensi sumber daya, sumber dana dan infrastruktur lainnya dengan caracara yang strategis agar sanggup menempatkan posisinya menjadi madrasah yang berkualitas dan diunggulkan oleh masyarakat Kota Makassar pada khususnya dan umat Islam pada umumnya. 266 2. Faktor –faktor yang menghambat. MAN 2 Model Makassar sejak terbentuknya sebagai madrasah model senantiasa berkiprah terhadap pengembangan sumberdaya manusia, terutama penyelenggaraan pendidikan berbasis keagamaan dan peningkatan mutu peserta didik melalui proses pendidikan yang inovatif dan menumbuhkan pengembangan bakat dan minat peserta didik agar mereka mampu eksis dalam persaingan tingkat regional, nasional dan global. Kemajuan dan pekembangan yang diraih oleh MAN 2 Model Makassar dalam kurun waktu lima tahun terakhir, tidak terlepas dari berbagai kendala dan hambatan yang dihadapi setiap saat, namun pada sisi lain peluang dan dukungan yang memberi kekuatan untuk menghadapi tantangan tersebut lebih kuat dan responsive, sehingga kendala dan hambatan berubah fungsi menjadi pemberi motivsi untuk meraih kemajuan dan keberhasilan yang lebih besar sesuai harapan warga madrasah dan masyarakat. Disadari sepenuhnya oleh kepala madrasah dan guru MAN 2 Model Makassar bahwa untuk meraih mutu tidak semudah seperti membalik telapak tangan. Ia membutuhkan perjuangan, keseriusan dan kerja keras, karena meraih mutu sering kali melewati jalan kerikil yang penuh tantangan dan hambatan. Dalam diri mereka tertanam sebuah keyakinan bahwa jika para guru dan stakeholders lainnya yang ada di MAN 2 Model Makassar betul-betul memperhatikan mutu secara serius, maka yang pertama harus dipahami dan didalami adalah akar permasalahan terhadap hambatan tersebut, karena untuk menyelesaikan masalah dengan baik diperlukan pemahaman terhadap permasalahan yang dihadapi untuk mencari solusi pemecahannya berdasarkan fakta, dan ini merupakan salah satu prinsip TQM, yaitu “ 267 Menggunakan pendekatan ilmiyah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah”. Hambatan dan tantangan yang sering ditemukan dalam membina mutu madrasah, para pakar pendidikan melihatnya disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor umum dan faktor khusus, seperti berikut ini; Pertama, faktor-faktor umum antara lain; a) desain kurikulum yang dilakukan oleh guru mata pelajaran belum optimal atau masih lemah, b) bangunan yang tidak memenuhi syarat, c) lingkungan kerja yang buruk, d) sistem dan prosedur kerja yang tidak sesuai, e) jadwal pembelajaran yang tumpang-tindih, f) sumber daya yang kurang dan pengembangan staf yang tidak memadai. Kedua; Faktor-faktor khusus antara lain; a) prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati, baik secara individu maupun secara kelompok, b) guru dan staf yang tidak memiliki skill dan pengetahuan serta perilaku yang baik untuk menjadi seorang guru yang professional, c) manajemen dan pengelolaan administrasi yang masih lemah, ditambah dengan kurangnya motivasi dan semangat kerja personil madrasah, bahkan sering terjadi kesalah fahaman diantara sesama warga madrasah sebagai akibat kegagalan komunikasi(Mis communacation). Faktor-faktor tersebut merupakan hambatan atau kendala yang lazim dialami oleh setiap lembaga pendidikan, termasuk MAN 2 Model Makassar tidak terlepas dari faktor-faktor tersebut, meskipun dalam bentuk dan konteks yang berbeda. Sesuai fakta yang ada, Kaharuddin dan beberapa guru lainnya telah memprediksi adanya faktor-faktor yang menghambat pengembangan manajemen mutu pada MAN 268 2 Model Makassar dengan membagi dalam dua faktor yaitu; faktor internal dan faktor eksternal, yaitu;108 a. Faktor internal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam, dapat dilihat pada beberapa bentuk antara lain; 1) Pengelolaan administrasi dan manajemen pendidikan belum terlaksana secara efektif. Hal ini terlihat adanya sebagian data belum di update (data belum diperbaharui), dan belum terakses secara online. Sementara kondisi ini ditambah dengan lemahnya SDM sebagian tenaga administrasi (staf tata usaha). 2) Sebagian tenaga pendidik (guru) yang belum memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya mutu, bahkan sebagian dari mereka masih perlu ditingkatkan keinerjanya, seperti lemah dalam penguasaan materi dan metode, pemanfaatan RPP belum maksimal, pemahaman dan pemanfaatan media pembelajaran yang belum maksimal. Erniwati menyatakan bahwa pemberlakuan KTSP secara efektif, sejak kinerja guru sudah mulai meningkat, meskipun belum merata, dan jika terjadi penurunan atau perubahan kinerja bukan berarti guru tidak berkompeten, melainkan disebabkan adanya berubahan sistem dalam pengembangan kurikulum yang harus disesuaikan, oleh karena itu upaya memperbaiki kinerja guru semakin ditingkatkan melalui workshop dan pertemuan-pertemuan dalam MGMP masing-masing.109 108 Kaharuddin, dkk, wawancara pada tanggal, 24 April 2013. 109 Ahmad Hasan dan Ernawati, wawancara, pada tanggal, 24 April 2013. 269 3) Semangat belajar sebagian dari peserta didik masih perlu ditingkatkan. Hal ini terjadi pada peserta didik baru, yang masih memerlukan penyesuaian. Kaharuddin mengakui adanya beberapa peserta didik di kelas tertentu yang mengalami hal yang demikian, biasanya mereka diberikan bimbingan khusus atau remedial dari guru yang bersangkutan sampai memperoleh nilai KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal) yang diharapkan.110 4) Sebagian guru masih dominan mempergunakan sistem dan pola pembelajaran yang masih berorientasi pada pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred approach) yang seharusnya pola pembelajaran yang efektif adalah pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centred approach). Erniwati menyatakan tentang masalah ini, tidak dapat dipungkiri adanya, karena hal itu tergantung guru yang bersangkutan, sebab pola pembelajaran erat kaitannya dengan metode pembelajaran, tetapi selama pemberlakuan KTSP yang menekankan pembelajaran harus berpusat pada peserta didik, guru MAN 2 Model Makassar pada umumnya sudah mengubah paradigama proses pembelajarannya dengan mengunakan metode variatif. 111 5) Organisasi pengembangan professional guru seperti KKM dan MGMP belum terkelola secara maksimal, terutama MGMP bidang studi Pendidikan Islam, tetapi MGMP bidang studi umum berjalan dengan baik, bahkan MGMP pelajaran umum bergabung bersama dengan MGMP SMA/MA se Kota Makassar. Hal tersebut dibenarkan oleh kepala MAN dan beberapa guru lainnya. 6) Pengawasan/supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas pendidikan, baik dari Kementerian Agama maupun dari Dinas Pendidikan Kota Makassar, tidak terlaksana sesuai harapan para guru. Supervisi kelas atau supervisi akademik 110 Kaharuddin,Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 24 April 2013. 111 Erniwati, wawancara, di MAN 2 Model Makassar, pada tanggal, 24 April 2013. 270 yang dilaksanakan selama ini, hanya dilaksanakan oleh Kepala MAN 2 Makassar. Semua permasalahan di atas, jika dibiarkan begitu saja tampa upaya untuk memecahkannya, maka tidak menutup kemungkinan akan semakin melebar kepada masalah yang lain, sehingga pelaksanaan manajemen mutu terpadu akan semakin jauh dari harapan. Oleh karena itu, kepala madrasah sebagai penanggung jawab utama sedini mungkin mengantisipasi setiap saat melalui kegiatankegiatan sebagai berikut; 1) Meningkatkan kedisiplinan terhadap semua warga madrasah, baik kedisiplinan dalam kehadiran, maupun kedisiplinan dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. 2) Memperketat pengawasan, baik pengawasan di bidang administrasi dan akademik (terutama dalam proses pembelajaran) maupun di bidang keuangan dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pembinaan mutu madrasah. 3) Meningkatkan pelayanan prima secara menyeluruh, cepat dan tepat, terutama kepada peserta didik dan masyarakat. 4) Memperbanyak bimbingan dan pembinaan kepada guru-guru melalui rapat koordinasi maupun melalui pelatihan, dan lain-lain. Sedang kepada peserta didik semua guru ditekankan agar memperbanyak bimbingan di luar jam mengajar, atau melakukan remedial dan pengayaan setiap saat yang memungkinkan. 5) Meningkatkan koordinasi lintas sektoral kepada instansi terkait dan kepada lembaga-lembaga pendidikan yang sederajat. Salah satu indikator yang perlu mendapat penanganan khusus (prioritas utama) dalam membina mutu pendidikan adalah meningkatkan hasil ujian 271 nasional, karena hasil rata-rata Ujian Nasional lima tahun terakhir di MAN 2 Model Makassar ternyata belum menggembirakan atau masih stagnan (tidak naik dan tidak turun), sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa nilai rata-rata UN dari tahun 2008 s/d 2013 berkisar antara angka 47,95 sampai 50,75, sementara nilai tertinggi berkisar antara 51,50 sampai 55,00. Menurut Erniwati bahwa angka ini memang belum maksimal, tetapi hasil ujian seperti ini juga dialami oleh sebagian sekolah unggulan di Kota Makassar, dan dalam kaitannya masalah ini, kepala madrasah sudah banyak menerima saran dari orang tua siswa agar supaya angka rata-rata indeks prestasi kelulusan peserta didik dapat dinaikkan ke angka di atas rata-rata 60, -.112 Sesuai hasil observasi, diperoleh keterangan bahwa nilai akumulatif yang fluktuatif tersebut, dianggapnya bukan isyarat menurunnya prestasi peserta didik atau kualitas pendidikan menjadi menurun, karena nyatanya empat tahun terakhir ini, prosentase kelulusan peserta didik berkisar pada angka antara 99.99 % sampai 100 %, hanya sanya angka ratarata indeks prestasi kelulusannya masih perlu ditingkatkan ke angka yang lebih tinggi dari sekarang. 3) Faktor eksternal. Faktor eksternal yang menghambat pelaksanaan manajemen mutu pada MAN 2 Model Makassar tidak terlalu berat, bahkan sebaliknya dapat memberi motivasi untuk lebih giat atau bekerja keras mengahadapi tantangan tersebut seperti berikut;113 112 Wawancara dengan Erniwati pada tanggal 24 April 2013, dan Lihat lihat grafik, 02. 113 Jamaluddin dan Laode Riasi, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 24 April 2013. 272 1) Persaingan mutu sekolah/madrasah semakin ketat. Pada hakekatnya persaingan seperti ini tidak menjadi hambatan, melainkan menjadi tantangan bagi sebuah lembaga pendidikan, namun jika tantangan ini tidak memiliki kemampuan menghadapinya, maka berarti madrasah tidak mampu bersaing, berarti menunjukkan madrasah tersebut tidak berkualitas. Oleh karena itu tantangan itu harus dihadapi dengan mempertinggi intensitas pembinaan dan kualitas pembelajaran secara berkesinambungan. 2) Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (ICT) yang semakin canggih, ikut mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku peserta didik kearah yang negative, seperti pergaulan bebas, menurunnya penghayatan dan penagamalan terhadap ajaran Islam, dan lain-lain, sehingga guru harus lebih memperketat pengawasan terhadap peserta didik dengan mengefektifkan bimbingan dan konseling. 3) Sebagian orang tua peserta didik hanya menyerahkan sepenuhnya kepada madrasah untuk pembinaan anak-anaknya, sementara meraka kurang atau sama sekali tidak memberikan bimbingan dan perhatian dalam kehidupan rumah tangganya, sehingga tidak ada sinergitas antara harapan madrasah dengan kondisi lingkungan sehari-hari yang dialami oleh peserta didik.114 Faktor-faktor yang menghambat, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar, sebagian besar guru membenarkan adanya, meskipun pengaruhnya tidak terlalu signifikan terhadap pembinaan mutu pada MAN 2 Model Makassar, dengan kata lain faktor pendukung lebih kuat dibanding dengan faktor-faktor yang penghambat. Secara alamiyah dan kondisional antara kedua faktor tersebut, selalu 114 Erniwati, Wawancara di MAN 2 Model Makassar, pada tanggal 24 April 2013. 273 berada pada posisi berbarengan, tinggal faktor mana yang menduduki posisi yang kuat, maka itulah yang lebih dominan mewarnai keadaan dimana ia berada. Gambaran seperti itu yang terjadi pada MAN 2 Model Makassar, bahwa posisi yang kuat ditempati oleh faktor-faktor pendukung, sehingga faktor penghambatnya tidak berpengaruh signifikan terhadap kemajuan prestasi peserta didik. D. Hasil Penerapan TQM pada MAN 2 Model Makassar. Berdasarkan hasil-hasil penelitian, dapat dikatakan sebagian besar program pendidikan pada MAN 2 Model sudah sejalan dengan TQM. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Madrasah bahwa pemberdayaan beberapa komponen pendidikan telah terjabarkan sebagaimana yang diharapkan. Obsesi tinggi terhadap mutu dikalangan guru dan staf, terlihat dalam setiap aktivitas pendidikan, baik dalam kegiatan akademik maupun non akademik. Hasil dari obsesi terhadap mutu tersebut, MAN 2 Model Makassar dapat bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya, peserta didik mampu tampil pada setiap perlombaan dalam segala bentuk dan jenisnya. Menurut Kepala MAN 2 Model Makassar, indikator keberhasilan penerapan Menajemen Mutu Terpadu Pendidikan(MMT) atau TQM adalah; 1) terlaksananya proses pembelajaran secara efektif. 2) tercapainya kelulusan peserta didik dalam UN 100 %, 3) dan mampunya peserta didik berkompetisi dalam setiap event perlombaan, di tingkat Kota/Kabupaten, Propinsi dan Nasional, 4) pembinaan kehidupan beragama (Islami) terlakasana secara efektif.115 Penekanan terhadap pentingnya memperhatikan mutu pelayanan dan mutu hasil pendidikan secara terus menerus selalu dijadikan agenda pembicaraan dalam setiap rapat koordinasi dengan dewan guru, hal ini disambut baik oleh setiap guru 115 Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar, pada tanggal, 24 April 2013. 274 dengan komitmen tinggi bagi Kepala, guru dan staf, dan hasilnya dapat dirasakan oleh semua warga madrasah, termasuk masyarakat dan orang tua peserta didik. Sesuai hasil penelitian terhadap penerapan TQM pada MAN 2 Model Makassar dapat berkontribusi positif terhadap beberapa segi, baik dari segi menejemen, dari segi proses pembelajaran maupun pelayanan secara umum. Adapun hasil-hasil penerapan manajemen mutu terpadu pada MAN 2 Model Makassar dapat dilihat dalam beberapa segi sebagai berikut; 1. Kinerja Kepemimpinan Kepala Madrasah. Tujuan dari kepemimpinan dalam suatu lembaga pendidikan adalah untuk memperbaiki kinerja sumber daya manusia (guru dan kryawan), memperbaiki kualitas proses pembelajaran dan meningkatkan kualitas output pendidikan secara berkesinambungan, sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Pada hakekatnya kinerja kepemimpinan yang baik, seluruh terlihat hasil kerjanya apakah memuaskan atau tidak, indikasi lain adalah berani dan dapat dipercaya, berani mengambil resiko dalam mengatasi segala macam tantangan dan hambatan yang timbul. Kinerja Kepala di MAN 2 Model Makassar ditandai pula dalam hal pengambilan kebijakan yang tepat, prosedur yang sederhana, pengambilan keputusan secara cepat dan benar. Pengambilan keputusan ditetapkan melalui rapat yang telah terjadwal untuk membahas masalah yang urgen, terutama yang berhubungan dengan kepentingan peserta didik. Kepemimpinannya senantiasa mengedepankan kepentingan bersama dan kemaslahatan umum yang diambil berdasarkan azas musyawarah/demokratis, dan bukan otoriter.116 116 Nurlaela, wawancara, di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 14 Agustus 2013. 275 Kepemimpinan Kepala MAN 2 Model Makassar cukup memadai dilihat dari latar belakang pendidikan dan pengalamannya. Kebijakan-kebijakan dalam pengambilan keputusan tidak serampangan apalagi gegabah, melainkan ia penuh kehati-hatian. Sebab jika tidak cermat dalam pengambilan keputusan kemungkinan bisa salah sasaran dan akan berdampak kepada kerugian pada madrasah. Salah satu prinsip TQM dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah adalah pendekatan ilmiyah, artinya seorang pimpinan harus punya data yang benar dan rujukan yang akurat/dipercaya kemudian bertindak. TQM sebagai sistem manajemen modern menghendaki perlunya merumuskan rencana strategi sebelum memulai menetapkan program pendidikan, selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah melaksanakan pengendalian administrasi dalam kegiatan organisasi agar terarah sesuai tujuan, menciptakan sistem administrasi yang terpadu dalam menjamin terciptanya pengambilan keputusan yang efektif dan efisien, serta menerapkan sistem administrasi sesuai dengan perkembangan agar dapat memberikan informasi secara cepat, tepat dan benar. 2. Perencanaan Program Semakin Terarah Berpijak pada hasil evaluasi program, baik secara internal maupun eksternal, MAN 2 Model Makassar melakukan perencanaan dan pengembangan program yang lebih terarah, menyangkut proses implementasi visi dan misi MAN 2 Model Makassar, dengan tetap mepertimbangkan keterbatasan sumberdaya, baik biaya, waktu, maupun kendala-kendala lainnya. MAN 2 Model Makassar melakukan perencanaan dan pengembangan program difokuskan pada visi, misi, tujuan, dan kebutuhan masyarakat pengguna. 276 Metode perencanaan yang digunakan adalah metode perencanaan yang berbasis TQM, dimana MAN 2 Model Makassar dianggap sebagai organisasi yang melayani kebutuhan masyarakat atau pelanggannya, selalu mengedepankan mutu dan kepauasan pelanggan, sehingga hasi-hasil yang diperoleh dari pelaksanaan rencana dapat memuaskan mereka.117 Sedangkan pengembangan program tahunan dilakukan melalui strategi konsolidasi dan peningkatan mutu yang dituangkan dalam Rencana Kerja Tahunan Madrasah (RKTM). Konsolidasi dan koordinasi internal dan eksternal secara intensif dilakukan sebagai upaya untuk memantapkan dan mengokohkan eksistensi MAN 2 Model Makassar menuju madrasah yang bermutu dan unggul. MAN 2 Model Makassar sebagai institusi pendidikan yang mampu menjawab berbagai tantangan dan kebutuhan masyarakat atas ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu bersaing (kompetitif) dalam menarik peserta didik dan menghasilkan lulusan dan profesional, unggul dan dapat bersaing masuk di perguruan tinggi ternama di Indonesia.118 Dalam tiga tahun terakhir ini, prioritas perencanaan dan pengembangan program tidak dilakukan penentuan prioritas pengembangan berdasarkan bidang (akademis dan administratif dengan berbagai komponennya), tetapi dilakukan berdasarkan tingkat prioritas atas tinjauan rencana/program. Untuk melakukan peorgram seperti ini terlebih dahulu melihat program pendidikan secara komprehensif komponen pendidikan, komponen mana yang mendesak dikerjakan dan mana yang belum.119 117 Aniyah Dimyati, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 14 Agustus 2013 118 Aniyah Dimyati, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 14 Agustus 2013 119 Ahamad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 14 April 2013 277 3. Kedisiplinan Semakin Meningkat. Kedisiplinan guru dan Staf MAN 2 Model Makassar sudah menjadi sebuah kewajiban dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing peserta didik, serta sebagai pengelola administrasi bagi staf. Disiplin yang tinggi akan mampu membangun kinerja yang profesional sebab dengan pemahaman disiplin yang baik, guru dan staf MAN 2 Model Makassar mampu mencermati aturan-aturan dan langkah strategis dalam melaksanakan proses pembelajaran dan kigiatan-kegiatan pendidikan lainnya. Oleh karena itu kemampuan guru dalam memahami aturan dan melaksanakan aturan yang tepat, baik yang berhubungan dengan proses pembelajaran di kelas maupun kegiatan-kegiatan lainnya sangat membantu upaya membelajarkan peserta didik ke arah yang lebih baik, demikian halnya staf akan semakin meningkat pelayanannya terhadap peserta didik. Tujuan peningkatan kedisiplinan pada MAN 2 Model Makassar dimaksudkan agar kegiatan madrasah dapat berlangsung secara efektif, terutama proses pemebelajaran dan kegiatan rutin lainnya, sehingga peserta didik dan masyarakat merasa puas karena cepat terpenuhi kebutuhannya. Meningkatnya kesadaran terhadap kedisiplinan akan berdampak pada meningkatnya kualitas pendidikan secara keseluruhan. Hal ini sudah dirasakan pada MAN 2 Model Makassar, dan menurut Ahmad Hasan bahwa tujuan peningkatan kedisiplin dimaksudkan; Agar di MAN 2 Model Makassar dapat tercipta suasana kerja yang menggairahkan bagi seluruh warga madrasah, agar guru MAN 2 Model Makassar dapat melaksanakan proses pembelajaran seoptimal mungkin, agar tercipta kerja sama yang baik antara madrasah dengan orang tua peserta didik dan madrasah dengan masyarakat untuk mengemban tugas pendidikan. 120 Sehubungan dengan peningkatan kedisiplinan, maka sejak tahun ajaran 120 Kamariah Rahman, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 27 Juli 2013. 278 2012/2013 telah dipergunakan sebuah alat kontrol( check clock) setiap kedatangan dan kepulanagan guru dan staf perhari. Menurut Ahmad Hasan, bahwa dengan adanya sistem ini lebih mudah mengontrol kehadiran guru setiap hari, dan tidak bisa mereka diganti atau dikerjakan oleh orang lain, karena sistem ini menggunakan jempol, maka tidak bisa diwakilkan kepada orang lain untuk melakukan check clock ( bukan yang bersangkutan sendiri).121 Melalui sistem ini, kedisiplinan di MAN 2 Model Makassar semakin meningkat dan sudah menjadi peraturan permanen, bahkan menjadi ketentuan yang tidak boleh ditawar-tawar, dan mereka menyadari bahwa kedisiplinan adalah sesuatu yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja guru dan staf, dan di sisi lain memberi keteladanan kepada peserta didik untuk berlaku disiplin sekaligus menjadi upaya mengangkat citra dan nama baik MAN 2 Model Makassar. Menurut Ahmad Hasan bahwa kedisiplinan yang ditanamkan disini, bukan hanya kedisiplinan dalam kehadiran, melainkan kedisiplinan kedalam seluruh aspek kegiatan, baik secara individu maupun secara berkelompok.122 4. Kerja Sama dan Kemitraan Semakin Baik Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 19/2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan dalam lampiran peraturan ini dijelaskan bahwa sekolah/madrasah harus menjalin kemitraan dengan lembaga lain yang relevan berkaitan dengan input, proses, output, dan pemnafaatan lulusan. Kerjasama dengan lembaga–lembaga pendidikan lainnya dipandang sebagai strategi yang perlu dikembangkan untuk pembinaan dan pengembangan MAN 2 Model Makassar. 121 Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 27 Juli 2013. 122 Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 27 Juli 2013. 279 MAN 2 Model Makassar telah meningkatkan kerja sama dan kemitraan dengan sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta. Kerja sama yang telah dilakukan selama ini dalam hal pelibatan peserta didik kedalam berbagai kegiatan lomba antar pelajar, baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Selain kerja sama antar pelajar, kerjasama dibidang ketenagaan dan program pengembangan pendidikan seperti mengimbaskan program mutu pendidikan madrasah swasta yang ada dibwah naungan KKM MAN 2 Model Makassar dijadikan sebagai kegiatan sektoral dalam membina mutu pendidikan. 5. Motivasi Belajar dan Prestasi Peserta Didik. Motivasi pada hakekatnya adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dalam diri peserta didik yang menimbulkan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Abrar Alwi, mengemukakan bahwa; Pemberian motivasi atau semangat belajar peserta didik sangat penting karena semangat belajar tidak selamanya bagus. Banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain kondisi kesehatan peserta didik, atau pelajaran dirasa sulit, ruang kelas yang kurang kundusif. Jadi guru harus memiliki berbagai keterampilan, seperti kemampuan mengelola kelas, penguasaan materi, penggunaan metode dan media pembelajaran yang tepat, dan lain-lain.123 Ahmad Hasan, menilai bahwa prestasi peserta didik sudah mengalami peningkatan dari tahun ketahun, sekalipun peningktan itu belum maksimal dengan kata lain nilai rata-rata indeks prestasi hasil ujian nasional masih perlu dinaikkan, dengan melakukan berbagai cara dan upaya dari setiap guru bidang studi yang diuji nasionalkan, seperti bimbingan khusus diluar jam mengajar, dan upaya lain yang dilakukan oleh peserta didik atas inisiatif sendiri dalam menghadapi ujian nasional. 123 Abrar Alwi, dkk, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 27 Juli 2013. 280 Sebagai gambaran terhadap prestasi akademik peserta didik MAN 2 Model Makassar empat tahun terakhir, dapat dilihat pada grafik di bawah ini; Grafik. 02. Nilai Rata-Rata Ujian Nasional Tertinggi Empat Tahun Terakhir124 56.00% 55.00% 54.45% 54.00% 52.00% 50.00% 53.05% 51.50% 50.75% 50.05% 49.95% 47.95% 48.00% 46.00% 44.00% 2009/2010 2010/2011 perolehan nilai tertinggi IPA 2011/2012 2012/2013 perolehan nilai tertinggi IPS Kamaria Rahman mengemukakan, bahwa prosentase prestasi peserta didik sesuai nilai hasil rata-rata Ujian Nasional dan Ujian Sekolah bersifat fluktuatif, hal ini disebabkan beberapa faktor, antara lain tingkat kesulitan soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik dan kondisi psikologis peserta didik, dan lain-lain.125 Oleh karena itu, dari beberapa pengalaman dari tahun ketahun, semua tenaga pendidik berusaha semaksimal mungkin mendongkrak volume belajar peserta didik 124 Profil MAN 2 Model Makassar, tahun 2011/2012. 125 Kamariah Rahman, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 27 Juli 2013. 281 dengan berbagai upaya yang dilakukan, dengan menggunakan strategi sebagai berikut;. 1) Memberikan hadiah kepada peserta didik yang berprestasi; 2) Mengadakan kompetisi diantara peserta didik untuk meningkatkan prestasinya pada mata pelajaran tertentu; 3) Memberikan pujian bagi yang berprestasi, dan memberikan hukuman bagi yang membuat kesalahan; 4) Membentuk kebiasaan budaya mutu belajar, sekaligus membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar. 5) Mengadakan remedial dan pengayaan.126 Tingkat kelulusan peserta didik MAN 2 Model Makassar, setiap tahunnya juga mengalami kemajuan, bahkan dua tahun terakhir mencapai 100%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini; Grafik. 03. Prosentase Tingkat Kelulusan Empat Tahun Terakhir;127 100.50% 100.00% 100.00% 2011/2012 2012/2013 100.00% 99.50% 99.00% 98.38% 98.50% 98.00% 98.00% 97.50% 97.00% 2009/2010 2010/2011 126 Amaluddin,wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 27 Juli 2013. 127 Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012 282 6. Segi Pelayanan dan Mutu Pembelajaran Secra umum kualitas pelayanan disetiap organisasi atau lembaga merupakan sesuatu yang menjadi dambaan setiap pelanggan atau costumer, terlebih pada dunia pendidiakn, pada hakekatnya mutu pelayanan salah satu ukuran terhadap keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. Pelayanan yang bermutu sudah dipastikan akan memperoleh hasil yang bermutu pula. Kegagalan mencapai hasil yang memuaskan dari program yang telah direncanakan, pada umumnya disebabkan rendahnya pelayanan. Hasil evaluasi program pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, baik pelayanan administrasi maupun kegiatan akademik, akademik dan non dari segi opersionalnya secara umum dapat dikatakan sudah baik, walaupun masih ada beberapa ítem yang masih perlu disempurnakan atau sudah memenuhi standar minimal, sehingga masih perlu ditingkatkatkan kualitasnya. Ahmad Hasan menambahkan; Bahwa MAN 2 Model Makassar sebagai lembaga pendidikan yang difavoritkan oleh masyarakat dewasa ini, maka saya selalu menekankan kepada semua warga madrasah untuk peningkatan mutu pelayanannya kepada peserta didik, dan apa yang menjadi keluhan orang tua/wali peserta didik harus diakomodir dan dicarikan jalan pemecahannya dan kemudian disampaikan kepada mereka tentang apa yang sesungguhnya terjadi agar permasalahannya tidak mempengaruhi yang lain.128 Salah satu tolok ukur dari hasil pelayanan yang baik terlihat adanya pendaftar calon peserta didik dan prestasi peserta didik dalam UN mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, demikian pula hasil-hasil perlombaan yang diraih oleh peserta didik cukup menggembirakan. Hasil perlombaan yang telah diraih oleh peserta didik dapat dilihat pada lampiran pada lampiran 3 dan 7. 7. Evaluasi program berjalan dengan baik. 128 Ahmad Hasan, wawancara, di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 27 Juli 2013. 283 Evaluasi bertujuan untuk mengetahui berjalan tidaknya program yang telah dicanangkan, MAN 2 Model Makassar selalu melakukan Evaluasi secara terjadwal dan berkesinambungan. Evaluasi ini dimulai dari perencanaan program, pelaksanaan, pencapaian sasaran, dan faktor yang mempengaruhi program. Evaluasi ini dilakukan oleh kepala madrasah, dan wakil kepala madrasah baik melalui rapat pimpinan, rapat koordinasi, rapat umum dengan semua warga MAN 2 Model Makassar, rapat kerja tahunan. Secara umum materi yang dirapatkan meliputi; a. Rapat penyusunan RKTM setiap akhir tahun dengan agenda mengevaluasi kinerja tahun yang sedang berjalan, dan merencanakan program tahun berikutnya; b. Rapat evaluasi penerimaan siswa baru, dilaksanakan menjelang penerimaan sesuai jadwal yang telah ditetapkan; c. Rapat evaluasi pelaksanaan ujian sumatif atau ujian semester; d. Rapat-rapat koordinasi sesuai kebutuhan.129 Evaluasi program yang dilakukan pada MAN 2 Model Makassar, sudah dijadikan kegiatan rutin bagi kepala madrasah bersama dengan wakil-wakilnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang telah direncanakan dan kendala-kendala yang dihadapi serta solusi pemecahannya. 8. Penelusuran Lulusan MAN 2 Model Makassar. Salah satu keberhasilan lembaga pendidikan, jika alumninya banyak terserap di Perguruan Tinggi Negeri/Swasta. Para Alumni atau lulusan merupakan salah satu potensi dan indikasi keberhasilan bagi MAN 2 Model dalam membina peserta didik, sehingga mereka dapat melanjutkan pendidikannya sampai ke perguruan tinngi. Penelusuran lulusan MAN 2 Model Makassar, dapat diketahui banyak terserap ke berbagai Perguruan Tinggi, baik perguruan tinggi yang ada di Makassar maupun di luar Makassar. Tujuan penelusuran alumni tersebut bukan hanya untuk 129 Nurlaelah, wawancara, di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 2 April 2013. 284 mengetahui diperguruan mana mereka masuk, tetapi yang lebih penting ialah perlunya mejalin komunikasi timbal balik antara MAN dengan alumninya, mereka diharapkan dapat memberi kontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan. Melalui kerjasama dan hubungan dengan para alumni tersebut, Pengurus OSIS MAN 2 Model Makassar akan mendapatkan masukan bagi peningkatan kualitas dan dukungan untuk pengembangan MAN 2 Model secara berkesinambungan. Data alumni yang terserap diperguruan tinggi yang sempat terdeteksi melalui laporan dari setiap alumni pada saat melegalisir ijazah, tercatat sebagai berikut; tahun 2008/2009 sebanyak 79 orang, tahun 2009/2010 sebanyak 84, tahun 2010/2011: 62 orang, tahun 2011/2012 : 102 orang dan tahun 2012/2013: 156 orang. Menurut Nurlaela, sebenarnya hampir semua alumni MAN 2 Model Makassar melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi Negeri/Swasta, hanya sanya mereka tidak melaporkan diri setelah masuk pada perguruan tinggai tersebut.130 Itulah sebabnya pihak madrasah sulit memperoleh data yang akurat tentang jumlah dan di perguruan tinggi mana para alumni tersebut melanjutkan pendidikannya. Sementara alumni yang sudah terserap di dunia kerja sangat sulit diprediksi, karena sampai hari ini belum mendapat laporan resmi tentang data mereka, kacuali informasi secara lisan dari sesama alumni mengenai pekerjaan mereka setelah tammat, seperti ada yang diterima menjadi PNS, POLRI, TNI dan Pegawai perusahaan/BUMN, dan lain-lain. E. Analisa Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 25 orang yang diwawancarai ternyata ada 3 (tiga) orang diantaranya menunjukkan dukungan terhadap adanya fakta empiris yang disebutkan pada pembahasan terdahlu. 130 Selanjutnya, setelah Nurlaela, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 27 Juli 2013 285 peneliti melakukan usaha pengujian keabsahan data, melalui wawancara, member check, teman sejawat, maupun telaah referensi dan perpanjangan pengamatan, maka dapat digambarkan sebagai berikut; 1. Sistem pengelolaan administrasi madrasah (ketatausahaan) masih standar atau belum efektif. Hal itu terlihat masih adanya sebagian data yang belum di update melalui komputer secara online, sementara SDM staf tata usaha sebagian masih rendah. Fakta ini dibenarkan oleh beberapa informan, dan dijelaskan bahwa kondisi tersebut menjadi salah satu kendala di MAN 2 Model Makassar, bahkan kadang-kadang menjadi penghambat kelancaran pelaksanaan program kegiatan. Informasi tentang kurang efektifnya pengelolaan administrasi dan rendahnya kualitas SDM dari sebagian staf tata usaha sering kali dikeluhkan oleh guru dan orang tua peserta didik. Kepala madrasah mengakui bahwa upaya untuk meningkatkan kualitas pengelolaan administrasi terkendala dalam beberapa hal antara lain; 1) terbatasnya dana pengadaan sarana administrasi yang lebih modern, 2) kualitas SDM dan jumlah staf tata usaha masih sangat terbatas, 3) ruangan atau tempat belum memadai. Pengelolaan administrasi yang terkait dengan pendidikan bertujuan agar semua pekerjaan dapat terakomodir dan terdokumentasi secara keseluruhan dengan memanfaatkan segala fasilitas yang ada seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan. Peranan administrasi ketatausahaan di madrasah bukan sekedar mengatur input atau output data saja, melainkan dapat menentukan dan memberikan pelayanan prima dan bermutu, sehingga lembaga pendidikan yang bersangkutan lebih disenangi oleh pelanggannya (peserta didik dan masyarakat). 286 2. Sebagian tenaga pendidik (guru) yang masih perlu ditingkatkan kinerjanya, terutama dalam penguasaan materi bahan ajar, metode pembelajaran dan penyusunan RPP serta pemanfaatan media pembelajaran, dan lain-lain kualitasnya belum memuaskan atau masih perlu ditingkatkan. Fakta ini juga diakui oleh kepala madrasah dan beberapa teman sejawat yang mengetahui keadaan di MAN 2 Model, bahwa kelemahan-kelemahan seperti tersebut, tidak bisa dipungkiri adanya, meskipun hal itu prosentasinya sangat kecil, sehingga tidak berpengaruh secara signifikan dalam upaya pembinaan mutu pendidikan, dan tidak dapat dijadikan ukuran untuk memberi generalisasi terhadap kinerja guru di MAN 2 Model Makassar dengan fakta di atas. Untuk mengatasi hal tersebut, maka kepala madrasah mengefektifkan bimbingan pelatihan dalam bentuk workshop setiap mata pelajaran. Secara teoritis diketahui, bahwa tenaga pendidik (guru) merupakan salah satu elemen penentu dalam sistem pendidikan, bahkan komponen-komponen lain tidak akan berarti banyak apabila guru dalam proses pembelajaran tidak mampu mentransfer ilmunya kepada peserta didik dengan baik dan secara sempurna. Sebagaimana yang termaktub di dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis, mempunyai komitmen secara profesional untuk memperbaiki mutu pendidikan secara berkelanjutan, memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Dengan demikian, pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang ada di 287 sekolah/madrasah, yaitu kepala sekolah/madrasah, guru, siswa, dan staf. Komponen-komponen ini harus bersinergi secara seimbang, terutama dalam pelayanan dan dalam proses pembelajaran dan pembimbingan, baik dalam kelas maupun di luar kelas. 3. Budaya mutu dan semangat belajar sebagian peserta didik masih rendah, kecuali kelas-kelas unggulan. Setelah mengadakan pengujian keabsahan data dan fakta melalui member check dan perpanjangan pengamatan, menunjukkan bahwa data dan fakta tersebut tidak benar. Hal ini diketahui setelah mendapatkan informasi dari beberapa guru, bahwa kualitas peserta didik yang masuk di MAN 2 Model Makassar pada mulanya rata-rata masih standar, karena calon peserta didik yang berkualitas pada umumnya mendaftar di sekolahsekolah unggulan, tetapi setelah mereka mengikuti proses pembelajaran, ternyata terjadi perubahan signifikan, mereka dapat bersaing dengan temantemannya yang masuk di sekolah unggulan. Hal itu membuktikan bahwa budaya mutu menjadi prioritas, sehingga semangat belajar peserta didik semakin meningkat setelah masuk di MAN 2 Model Makassar, dan hal ini juga membuktikan bahwa perbaikan secara berkesinambungan sebagai salah satu prinsip TQM telah terimplementasikan. Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, bahwa komponen peserta didik sebagai pelanggan eksternal dalam prinsip TQM, memerlukan manajemen yang efektif dan pengelolaan perbaikan secara berkesinambungan. Peserta didik merupakan subyek sekaligus obyek dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Oleh karena itu keberadaan peserta didik merupakan bagian dari sistem pendidikan pada lembaga pendidikan. 288 Manajemen mutu bagi peserta didik dimaksudkan untuk mengembangkan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Peserta didik adalah pelanggan eksternal yang kebutuhan belajarnya harus dapat dipenuhi oleh semua warga madrasah, terutama pimpinan sekolah dan guru. Semua kegiatan ditujukan untuk memberi pelayanan terbaik kepada mereka. Peserta didik harus mendapat layanan utama di madrasah, karena peserta didik memiliki kekuatan dalam bentuk kebebasan memilih lembaga pendidikan yang ia sukai. Jika madrasah memberi layanan terbaik sesuai dengan kebutuhan dan harapan, maka sekolah tersebut akan diminati oleh peserta didik untuk mengikuti pembelajaran di dalamnya. Hal tersebut dapat dibuktikan di MAN 2 Model Makassar, karena setiap memasuki tahun ajaran baru, sebagian besar calon peserta didik tertolak, sehingga mereka harus mencari sekolah lain yang sederajat. 4. Organisasi pengembangan profesional guru seperti KKM dan MGMP belum terkelola secara maksimal sesuai fungsinya, terutama MGMP mata pelajaran Agama Islam. Hasil dari pengujian keabsahan data menunjukkan bahwa fakta tersebut benar adanya, kecuali MGMP bidang studi umum tetap terkelola dengan baik, karena mereka bergabung dengan MGMP SMA se Kota Makassar, pertemuan rutinitas berjalan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Sebagaimana diketahui, bahwa tujuan dibentuknya Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan standar pelayanan pendidikan dalam kerangka penjaminan mutu pendidikan nasional. Tujuan lain adalah untuk memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam berbagai hal, khususnya penguasaan substansi materi pembelajaran, penyusunan silabus, penyusunan bahan-bahan pembelajaran, strategi pembelajaran, 289 metode pembelajaran, memaksimalkan pemakaian sarana/prasarana belajar, dan memanfaatkan sumber belajar, dsb. Melalui MGMP para guru diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman serta saling memberikan bantuan dan umpan balik. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta mengadopsi pendekatan pembaharuan dalam pembelajaran yang lebih profesional bagi peserta musyawarah kerja. Memberdayakan dan membantu anggota dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di sekolah. Mengubah budaya kerja anggota musyawarah kerja dalam meningkatkan pengetahuan, kompetensi dan kinerja mereka. Mengembangkan profesi guru melalui kegiatankegiatan pengembangan profesionalisme di MGMP, terutama dalam proses pendidikan dan pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan-kegiatan di MGMP diharapkan dapat meningkatkan kompetensi guru sesuai bidangnya. Asumsi-asumsi tersebut belum tersosialisasi ke dalam pengelolaan MGMP, khususnya pada MGMP mata pelajaran Agama Islam. 5. Pengawas/supervisor pendidikan dari Kementerian agama dan dari Dinas Pendidikan Kota Makassar belum berjalan secara efektif, kecuali supervisi yang dilakukan kepala madrasah tetap berjalan secara efektif. Hampir semua guru menyatakan bahwa kunjungan dan bimbingan pengawas fungsional dari instansi tersebut belum terlaksana sesuai harapan para guru di MAN 2 Model Makassar. Padahal dalam Surat Keputusan Menteri Pendayagunaa Aparatur Negara (yang diperbaharui)Nomor 091/KEP/MEN.PAN/10/2001 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya dinyatakan, bahwa pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara 290 penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan pada satuan pendidikan prasekolah, sekolah dasar, dan sekolah menengah. Pasal 5 ayat (1) dinyatakan bahwa tanggung jawab pengawas sekolah yakni: (a) melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan penugasannya dan; (b) meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan hasil prestasi belajar/bimbingan peserta didik dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Tanggung jawab pertama mengindikasikan pentingnya supervisi manajerial sedangkan tanggung jawab yang kedua mengindikasikan pentingnya supervisi akademik. Hal ini dipertegas lagi dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 pasal 57 yang berbunyi; supervisi yang meliputi supervisi manajerial dan akademik dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas atau penilik satuan pendidikan. Sedang tugas supervisi manajerial meliputi aspek pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan, sedangkan supervisi akademik meliputi aspek-aspek pelaksanaan proses pembelajaran. Pengawasan manajerial sasarannya adalah kepala sekolah dan staf sekolah lainnya, sedangkan sasaran supervisi akademik sasarannya adalah guru. Ketentuan perundang-undangan di atas menunjukkan bahwa pengawas satuan pendidikan pada jalur sekolah/madrasah merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan lembaga pendidikan untuk meraih mutu yang tinggi yang diharapkan oleh orang tua peserta didik. 6. Sebagian guru masih dominan mempergunakan sistem dan metode pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred approach), pada hal pola pembelajaran yang efektif adalah yang berpusat pada peserta didik (student centred approach). Hal ini terlihat pada sistem pengelolaan kelas, yang belum mencerminkan 291 pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada umumnya guru MAN 2 Model Makassar menyatakan, bahwa model pembelajaran ini merupakan salah satu metode atau strategi yang efektif dalam proses pembelajran, namun kenyataannya belum dominan diberlakukan, karena guru-guru lebih cenderung menggunakan metode variatif atau metode yang disesuaikan dengan karakter materi bahan pelajaran. Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan sebelumnya bahwa model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centred approach) atau sering disebut model pembelajaran konstruktivistik, merupakan model pembelajaran yang didominasi peserta didik selama kegiatan pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing dan pengarah. Model Pembelajaran ini tidak menekankan pada banyaknya pengetahuan yang harus dimiliki oleh peserta didik, tetapi yang ditekankan pada apa yang dapat dipelajari anak serta apa yang ingin diketahui anak sesuai dengan minatnya, sehingga dalam proses pembelajaran yang menggunakan student centered approach inisiatif anak merupakan penentu keberlangsungan proses pembelajaran. Peserta didik melakukan eksplorasi dengan lingkungan dan tidak dimonopoli guru. Student centered approach menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Model pembelajaran ini berbeda dengan model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered approach) yang menekankan pada transfer pengetahuan dari guru ke murid yang relatif bersikap pasif. Setelah menelaah referensi dimulai dari tujuan penerapan TQM dalam pendidikan sampai kepada metode dan prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam TQM dan sesuai pengujian keabsahan data terhadap hasil-hasil penelitian yang telah diperoleh, baik yang terkait dengan proses implementasi TQM maupun faktor-faktor 292 yang mendukung dan yang menghambat penerapannya, demikian pula hasil penerapan TQM pada MAN 2 Model Makassar, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi TQM, baik secara teoretis maupun secara operasional masih perlu disempurnakan dan perbaikan secara berkesinambungan, terlebih jika hal itu dikaitkan dengan teori yang dikembangkan oleh ISO 2001:2008 dalam bentuk pedoman mutu (quality manual). Meskipun demikian, kepala dan guru MAN 2 Model Makassar tetap memiliki sikap optimis, disertai obsesi dan komitmen yang tinggi terhadap mutu, kemudian diperkuat oleh faktor-faktor pendukung sangat potensial untuk meraih mutu yang lebih tinggi, sehingga MAN 2 Model Makassar diharapkan tetap survive di era persaingan dewasa ini. Selanjutnya, dari hasil penelitian ini, penulis menemukan beberapa petunjuk yang kemungkinannya dapat dijadikan acuan dalam membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar untuk meraih daya saing yang tinggi sebagai berikut; 1. Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau TQM, dapat diterapkan sedikitnya pada lima bidang dalam pendidikan yaitu; Pertama, penerapan TQM untuk peningkatan fungsi administrasi dan operasionalisasi secara luas dan menyeluruh. Kedua, mengintegrasikan TQM dalam kurikulum, Ketiga, penggunaan TQM dalam dalam proses pembelajaran. Keempat, penggunaan TQM di bidang pengembangan SDM dan kelima, penggunaan TQM di bidang pengawasan/ supervisi dan penlaian. 2. Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau TQM sebagai pendekatan yang sistimatis, praktis, dan strategis dalam menyelenggarakan suatu organisasi, mengutamakan kepentingan pelanggan. Pendekatan ini bertujuan untuk membina mutu pendidikan secara terpadu dan berkesinambungan, sehingga proses 293 pembudayaan mutu sesuai atau melebihi kebutuhan dan harapan pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal. 3. Penerapan TQM dalam pendidikan dapat dikatakan berhasil jika telah menunjukkan indikasi yang positif, yaitu mulai dari efektifitas kepemimpinan kepala madrasah sampai kepada evaluasi dan penilaian program, semuanya telah menunjukkan peningkatan, baik secara kaulitatif maupun secara kuantitatif. 4. Penerapan TQM yang diadopsi dari dunia bisnis kedunia pendidikan akan menuai hasil yang signifikan, karena TQM memiliki daya tarik tersendiri dengan prinsip-prinsip yang tidak dimiliki oleh sistem yang lain, sehingga pengaplikasian TQM ke dalam lembaga pendidikan akan semakin efektif. 5. Pendidikan berbasis mutu yang mangacu pada prinsip-prinsip atau karakteristik TQM akan memberi kesadaran kepada seluruh warga madrasah bahwa keberhasilan dapat dicapai apabila selalu berorientasi pada kualitas dalam setiap pelaksanaan program pendidikan. Penerapan TQM memerlukan kesungguhan dan kerja keras, namun tetap memperhatikan prinsip kemanusiaan ( human principle), artinya, bahwa pemberlakuan TQM tidak boleh memaksakan, karena TQM bukanlah sebuah pelatihan/training yang akan selesai dalam waktu tertentu (singkat), melainkan sebuah sistem perbaikan mutu manajemen pendidikan secara terpadu dan berkesinambungan, sehingga membutuhkan waktu tanpa batas. 6. Pengembagangan Total Quality Managemant (TQM) dalam pendidikan memiliki keterkaitan dengan perubahan budaya organisasi. Perubahan budaya dari budaya lama ke pola budaya modern, akan dapat dicapai, disempurnakan, dan dikembangkan melalui implementasi sistem manajemen mutu terpadu. Komponenkomponen pendidikan, seperti pengembangan kurikulum, kompetensi guru, 294 penataan fasilitas dan sarana pembelajaran, akan lebih baik dan berkualitas. Menganut pola manajemen yang berbasis TQM dalam meningkatkan aspek-aspek tersebut, maka perubahan signifikan akan terjadi jika disertai dengan perubahan dan perbaikan pola dan kultur manajemen yang lama. 7. Kreativitas guru dalam pengembangan program pembelajaran tidak akan bermakna bagi perbaikan proses dan hasil belajar peserta didik, jika manajemen Madrasah tidak memberi peluang untuk mengembangkan kreativitas guru tersebut. Demikian pula penambahan dan penguatan sumber belajar berupa perpustakaan dan laboratorium tidak akan terlalu bermakna jika manajemen Madrasah tidak memberi perhatian serius dalam optimalisasi pemanfaatan sumber belajar tersebut dalam proses belajar siswa. 8. Praktik manajemen mutu tidak selamanya berjalan mulus dan lancar, kadangkadang muncul berbagai kendala dalam mewujudkan mutu pendidikan sebagaimana yang diharapkan. Kendala-kendala yang sering muncul dalam mengelola mutu adalah berkenaan dengan rendahnya kemampuan mendesain kurikulum, pengaturan waktu tidak mencukupi, terbatasnya sumber daya yang qulified, pengembangan staf yang belum memadai, keterbatasan dana, masih kurangnya kesadaran terhadap budaya mutu, dan lain-lain. Secara khusus penyebab terhambatnya manajemen mutu yaitu karena prosedur dan peraturan yang sering kurang dipatuhi, sebagian staf yang belum profesional atau terampil, dan kurangnya motivasi orang tua siswa terhadap mutu. Untuk mengatasi kendala seperti itu, kepala madrasah harus memotivasi bawahannya agar bekerja lebih baik dan menciptakan iklim kerja yang menyenangkan, menyediakan sarana yang memadai, menetapkan sistem dan prosedur kerja yang jelas, dsb. 295 9. Keberhasilan penerapan TQM pada lembaga pendidikan harus dibarengi dedikasi guru yang tinggi, kepemimpinan Kepala Madrasah yang demokratis, Kepala Madrasah bersama dengan guru senantiasa berupaya mengangkat prestasi akademik peserta didik, sehingga dapat bersaing dengan sekolah/madrasah yang sederajat. Sementara itu pemantauan yang terus menerus dilaksanakan terhadap kemajuan pembelajaran peserta didik dan kegiatan-kegiatan lain, baik kegiatan intra maupun ekstra kurikuler, dan pembinaan iklim dan budaya, senantiasa dipertahankan dalam menciptakan kehidupan harmonis. 10. Perbaikan mutu pendidikan melalui pendekatan TQM, yang berorientasi kepada 10 (sepuluh) prinsip TQM, kemuadian dijabarkan secara konkrit dalam setiap aktivitas pendidikan dengan mengacu kepada pedoman mutu (Quality Manual) yang direkomendasikan oleh TQM. Langkah-langkah tersebut dapat berhasil jika diikuti pelatihan secara intensif dan bekerja sama dengan pihak lembaga/instansi terkait, seperti; Lembaga ISO 9001: 2008, LPMP dan Balai Diklat, dan lain-lain. 296 BATAS BAB IV Implikasi Secara teoritis, implementasi TQM di MAN 2 Model Makassar diperlukan beberapa langkah strategis yaitu: a. Faktor kepemimpinan. Pada hakekatnya implementasi manajemen mutu banyak tergantung kepada faktor kepemimpinan, sebagaimana uaraian sebelumnya, bahwa kepemimpinan kepala madrasah merupakan salah satu faktor penentu dalam TQM atau dalam manajemen mutu terpadu. Dalam konteks TQM, kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang memiliki tanggung jawab yang seimbang, tanggung jawab terhadap tugasnya dan tanggung jawab terhadap pekerjaan bawahannya secara bersama-sama, memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik, terutama menyampaikan ide-ide dan gagasannya, mempunyai kemampuan untuk menyakinkan orang lain. b. Membangun kerjasama yang baik, keberhasilan kepemimpinan kepala madrasah dapat dilihat dari adanya kemampuan membangun kerjasama yang baik dengan warga madrasah dan masyarakat, dan adanya upaya kreatifitas yang tampak untuk mewujudkan mutu madrasah, sehingga mampu merespon berbagai tuntutan dan perubahan dalam persaingan global. Manajemen keterbukaan (open management) dan demokratis yang diterapkan oleh kepala MAN 2 Model Makassar, telah mampu menciptakan nuansa persaudaraan dan iklim kerja yang harmonis serta komitmen yang tinggi untuk meraih dan membangun budaya mutu pendidikan di MAN 2 Model Makassar. c. Kepala MAN 2 Model Makassar menyadari fungsinya sebagai motivator, dinamisator, dan evaluator, maka ia harus memahami berbagai persoalan yang 297 ada sekaligus dapat mencari solusi pemecahannya dengan melibatkan semua sumber daya, baik internal maupun eksternal, sehingga menjadi kekuatan kontributif untuk kemajuan madrasah. d. Pengembangan kurikulum. Kurikulum dikembangkan dengan mangacu kepada prinsip-prinsip TQM dan tidak meninggalkan norma-norma nasional, misalnya menuntut sistem pendidikan untuk memperluas dan memperkuat wawasan nasional peserta didik, sehingga pendidikan dipandang sebagai instrument terpenting. e. Model pengembangan kurikulum dan pembelajaran adalah pembelajaran yang mengedepankan ketuntasan, bukan pembelajaran pencapaian target kurikulum. Pembelajaran dengan ketuntasan sangat bermanfaat bagi peserta didik, karena penilaian dengan sistem ketuntasan bukan harga mati, melainkan setiap peserta didik yang nilainya masih rendah atau belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) diberi kesempatan untuk memperbaiki melalui remedial atau pengayaan. f. Mengevaluasi program, evaluasi merupakan bagian integral dari pengelolaan pendidikan di semua lini, jenis dan jenjang pendidikan. Tanpa pengukuran atau penilaian, tidak ada alasan untuk mengatakan apakah suatu sekolah mengalami kemajuan atau tidak. Evaluasi pada umumnya menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Karena itu, evaluasi yang bermanfaat adalah evaluasi yang menghasilkan informasi yang cepat, tepat, dan cukup untuk pengambilan keputusan. Penerapan TQM juga memerlukan evaluasi dan pengukuran secara intensif dan dilakukan secara terus-menerus. Dengan evaluasi dan pengukuran, kita dapat menilai apakah lembaga pendidikan benar-benar 298 mampu mengadakan perbaikan mutu pendidikan. Jika tidak mampu atau kurang berhasil, apanya yang salah? konsepnya ataukah pelaksanannya? Karena itu, dengan evaluasi, konsep dan pelaksanaan program pendidikan dapat diperbaiki. 11. Kemampuan MAN 2 Model Makassar untuk memposisikan dirinya sebagai salah satu lembaga pendidikan yang unggul dalam peningkatan mutu dan pembentukan nilai-nilai akhlak karimah, tidak terlepas dari kemampuannya memberdayakan seluruh potensi dan faktor-faktor determinatif pendidikan yang dimiliki secara efektif, terpadu dan berkesinambungan. Oleh karena itu peningkatan kualitas pendidikan MAN 2 Model Makassar merupakan salah satu prasyarat agar dapat memasuki era globlalisasi yang penuh dengan persaingan. Untuk itu peningkatan kualitas layanan menjadi sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan agar dapat survive dalam era global. Itulah sebabnya upaya peningkatan kinerja suatu lembaga pendidikan akan berpengaruh terhadap peningkatan kepuasan konsumen/pelanggan eksternal ataupun internal. 12. Selain asumsi-asumsi di atas, maka konsep pendidikan yang berbasis mutu selalu berkaitan dengan penciptaan budaya mutu dengan menempatkan pelanggan sebagai fokus utama melalui pelibatan seluruh warga madrasah dan menjadikan guru sebagai pemeran utama dalam melakukan perbaikan secara terus menerus, demi tercapainya tujuan pendidikan yang bermutu dan daya saing yang tinggi. MAN 2 Model Makassar, harus mampu bersaing dengan tetap mempertahankan cirri khasnya sebagai pendidikan Islam. MAN 2 Model Makassar sebagai lembaga pendidikan Islam, memadukan kurikulum pelajaran agama dengan pelajaran umum secara seimbang, sehingga dapat menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan dibidang agama dan juga memiliki kemampuan pada ilmu- 299 ilmu umum. Oleh karena itu, konsep pengembangan kurikulum pada MAN 2 Model Makassar selalu diorientasikan kepada materi-materi yang menjadi kebutuhan masyarakat (pelanggan), baik materi bidang akademik mapun non akademik, termasuk memberikan pengayaan dari berbagai ilmu pengetahuan yang terkait dengan silabus/kurikulum pembelajaran. Konsep pengembangan kurikulum yang berorientasi kepada kebutuhan masyarakat (pelanggan) merupakan konsep dasar dari Total Quality Management (TQM), yakni suatu model gagasan pengembangan kurikulum yang berorietasi pada pasar dengan mengedepankan aspek mutu (kualitas). 13. Penerapan TQM dalam pendidikan dapat dikatakan berhasil jika telah menunjukkan indikasi yang positif, yaitu mulai dari efektifitas kepemimpinan kepala madrasah sampai kepada evaluasi dan penilaian program, semuanya telah menunjukkan peningkatan, baik secara kaulitatif maupun secara kuantitatif. Penerapan TQM secara konseptual pada MAN 2 Model Makassar akan lebih mantap jika dipadukan dengan teori-teori manajemen lannya seperti MBS ( Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah) atau sistem MPMBS/M ( Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah) , terlebih jika dikaitkan dengan konsep yang dikembangkan dalam Peraturan Pemerintah No, 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dengan ketentuan tidak menyalahi prinsip atau karakteristik TQM, sebagaimana disebutkan pada BAB II di atas. 14. Untuk menjamin peningkatan mutu pendidikan di MAN 2 Model Makassar, sangat diperlukan adanya dukungan pemerintah bersama dengan masyarakat dalam rangka pengejawantahan salah satu cita-cita yang sangat mulia dan luhur, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana termaktub dalam 300 UUD Negara RI Tahun 1945. Oleh karena itu dalam upaya tersebut, masyarakat dan pemerintah bahu-membahu dalam upaya mencerdaskan seluruh komponen bangsa dengan pendidikan baik formal maupun non formal, baik melalui sekolah/madrasah maupun luar sekolah, sehingga diharapkan seluruh komponen bangsa bisa mengenyam dan menikmati pendidikan sebagai kebutuhan primer masyarakat. Harapan ini sudah tentu sangat terkait dengan peningkatan kualitas pendidikan, sekaligus sebagai upaya peningkatan mutu sumber daya manusia yang menjadi tujuan utama pendidikan nasional. 15. MAN 2 Model Makassar yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan lembaga pendidikan yang ada untuk melaksanakan dan mengembangkan tujuan pendidikan nasional, maka MAN 2 Model Makassar memaksimalkan usahanya dengan beberpa langkah inovatif dan profesional dengan dukungan manajemen yang efektif, sehingga lembaga pendidikan tersebut bisa mencetak kader-kader yang andal, inovatif dan memiliki sifat amanah di tengah-tengah masyarakat, memiliki intelektualitas yang tinggi dan skill yang baik, serta moralspiritual yang terjamin. Pada zaman globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang semakin canggih terus menggelobal dan berdampak pada hampir semua sistem kehidupan umat manusia di muka bumi ini. MAN 2 Model Makassar sebagai lembaga pendidikan Islam, tidak dapat terhindar dari dampak kemajuan tersebut, MAN 2 Model Makassar dituntut untuk dapat mengantisipasi berbagai perubahan yang perkembang ditengah-tengah masyarakat. 16. Keberadaan TQM dari dunia bisnis kedunia pendidikan pasti akan menuai hasil yang sangat signifikan, karena TQM memiliki daya tarik tersendiri, dengan prinsip-prinsip yang tidak dimiliki oleh sistem yang lain, sehingga pengaplikasian 301 TQM pada objek-objek kelembagaan khususnya pada MAN 2 Model Makassar akan semakin efektif untuk memperoleh hasil yang baik sebagai target mutu yang diinginkan. 17. Pendidikan berbasis mutu yang mangacu pada prinsip-prinsip atau karakteristik TQM sebagaimana uraian sebelumnya, memberi kesadaran kepada seluruh warga MAN 2 Model bahwa keberhasilan dapat dicapai apabila selalu berorientasi pada kualitas dalam setiap pelaksanaan program pendidikan. Penerapan TQM memerlukan kesungguhan dan kerja keras, namun tetap memperhatikan prinsip kemanusiaan ( human principle), artinya, bahwa pemberlakuan TQM tidak boleh memaksakan, karena TQM bukanlah sebuah pelatihan/training yang akan selesai dalam waktu tertentu (singkat), melainkan sebuah sistem perbaikan mutu manajemen pendidikan secara terpadu dan berkesinambungan, sehingga membutuhkan waktu tampa batas. Oleh karena itu, di masa yang akan datang, manajemen yang berbasis TQM dapat dijadikan sebagai sistem yang diterapkan secara permanen di setiap lembaga pendidikan, mulai dari sekolah/madrasah tingkat dasar sampai kepada tingkat perguruan tinggi, sehingga keluaran lembaga pendidikan betul-betul dapat bersaing dengan Negara-negara yang maju (Negara industri). 18. Pengembagangan Total Quality Managemant (TQM) dalam pendidikan memiliki keterkaitan dengan perubahan budaya organisasi. Perubahan budaya dari budaya lama ke pola budaya moderen, akan dapat dicapai, disempurnakan, dan dikembangkan melalui implementasi sistem manajemen mutu terpadu. Komponenkomponen pendidikan, seperti pengembangan kurikulum, kompetensi guru, penataan fasilitas dan sarana pembelajaran, akan lebih baik dan berkualitas 302 ketimbang masih mengikuti pola lama bukan TQM dalam menatakelola pendidikan. Menganut pola manajemen yang berbasis TQM dalam meningkatkan aspek-aspek tersebut, maka perubahan signifikan akan terjadi jika disertai dengan perubahan dan perbaikan pola dan kultur manajemen yang lama. 19. Kreativitas guru pada MAN 2 Model Makassar dalam pengembangan program pembelajaran tidak akan bermakna bagi perbaikan proses dan hasil belajar siswa, jika manajemen Madrasah tidak memberi peluang untuk mengembangkan kreativitas guru tersebut. Demikian pula penambahan dan penguatan sumber belajar berupa perpustakaan dan laboratorium tidak akan terlalu bermakna jika manajemen Madrasah di MAN 2 Model Makassar tidak memberi perhatian serius dalam optimalisasi pemanfaatan sumber belajar tersebut dalam proses belajar siswa. 20. Praktik manajemen mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar tidak selamanya berjalan mulus dan lancar, kadang-kadang muncul berbagai kendala dalam mewujudkan mutu pendidikan sebagaimana yang diharapkan. Kendala – kendala yang sering muncul dalam mengelola mutu adalah berkenaan dengan rendahnya kemampuan mendesain kurikulum, pengaturan waktu tidak mencukupi, terbatasnya sumber daya yang qulified, pengembangan staf yang belum memadai, keterbatasan dana, masih kurangnya kesadaran terhadap budaya mutu, dan lain-lain. Secara khusus penyebab terhambatnya manajemen mutu pada MAN 2 Model Makassar yaitu karena prosedur dan peraturan yang sering kurang dipatuhi, sebahagian staf yang belum profesional atau terampil, dan kurangnya motivasi orang tua siswa terhadap mutu. Kondisi seperti itu merupakan kondisi umum yang sering dialami oleh sebagian lembaga pendidikan, bahkan MAN 2 Model Makassar tidak terlepas dari kendala-kendala tersebut, namun tidak berpengaruh signifikan 303 terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, dengan kata lain dukungan lebih besar dari pada kendala yang ada. Untuk mengatasi kendala seperti itu, kepala madrasah harus memotivasi bawahannya agar bekerja lebih baik, misalnya dengan jalan menciptakan iklim kerja yang menyenangkan, menyediakan sarana yang memadai, menetapkan sistem dan prosedur kerja yang jelas, dsb. Perlu dipahami bahwa manajemen mutu pendidikan berbeda dengan layanan jasa dalam perdagangan sebagaimana yang digambarkan dalam uraian di bawah ini; Pertama, lembaga pendidikan berbeda dengan layanan dalam perdagangan atau industri, karena tugas pendidikan, peserta didik memiliki berbagai nilai dan kepercayaan yang semuanya sukar untuk diukur. Dalam layanan jasa perdagangan mudah untuk dihitung berapa modal, berapa barang terjual, dan berapa keuntungan diperoleh. Akan tetapi dalam pendidikan bukan berarti tidak dapat diukur, karena memang ada aspek yang dapat diukur seperti prestasi dan kecerdasan kognitif. Akan tetapi, tidak selalu paralel dengan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh lembaga pendidikan tersebut dengan apa yang diinginkan, meskipun sebagian peserta didik dapat saja diperoleh melalui otodidak yang bersangkutan. Kedua, tujuan pendidikan termasuk yang sukar diukur tingkat ketercapaiannya pada saat peserta didik selesai proses pembelajarannya di madrasah. Tujuan pendidikan bersifat jangka panjang yaitu menyiapkan manusia yang baik. Manusia yang baik kadang kala tidak langsung dirasakan sebagai bukti tercapainya tujuan pendidikan tersebut, melainkan setelah mengalami proses panjang dalam rentang kehidupan. 304 Ketiga, peserta didik di lembaga pendidikan disatu pihak sebagai pelanggan yang harus diberikan pelayanan pendidikan dan pembelajaran terbaik, namun di sisi lain sebagai manusia dapat menentukan sendiri pilihan terbaiknya. Pembentukan manusia tidak sama dengan pembentukan barang yang mudah direkayasa menjadi bentuk yang baru. Keempat, kepala madrasah dan guru memiliki profesi yang sama yaitu latar belakang guru. Akan tetapi kualitas berbeda-beda, sehingga dalam proses pembelajaran juga berbeda-beda, sesuai kompetensi sekalipun materi pelajaran yang diajarkan sama, namun pasti tetap berbeda. Perbedaan itu terjadi disebabkan beberapa hal, seperti penggunaan metode dan media pembelajaran, kondisi pada saat mengajar demikian pula kondisi peserta didik, dan lain-lain. Keenam, Menjadi guru harus profesional, demikian juga menjadi kepala madrasah harus profesional. Profesional dalam dua bidang secara bersamaan sering kali menjadi kendala. Permasalahan seperti itu sering kali terjadi dalam lembaga pendidikan , bahkan itu menjadi fenomena yang melekat dan sulit dipungkiri pada setiap lembaga pendidikan. Kesulitan mewujudkan manajemen mutu pendidikan sangat terasa, namun bukan tidak mungkin hal itu diatasi, hanya membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Peserta didik sebagai pelanggan pendidikan ikut memerankan peran penting dalam meraih mutu belajarnya. Pelanggan pendidikan memiliki fungsi yang unik dalam menentukan mutu dan apa yang mereka terima dari guru. Manajemen mutu dalam pendidikan menyangkut mutu pengalaman peserta didik. Oleh karena itu, manajemen mutu pada MAN 2 Model Makassar juga perlu diterapkan dalam kelas-kelas pembelajaran. Penyusunan feedback dengan 305 mengadakan evaluasi bagi setiap peserta didik sangat penting untuk manajemen mutu secara aktual maupun ideal. 21. Perbaikan mutu pendidikan bukanlah semata-mata soal physical-product, seperti yang terjadi dalam bidang industri atau pabrik, karena raw input pendidikan adalah manusia dan hasil pendidikan adalah manusia yang akan teruji kemampuannya pada saat individu itu berinteraksi dengan manusia lain dalam hidup dan kehidupan. Mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh mutu input dan mutu proses pembelajarannya. Oleh karena itu, seluruh komponen dalam Madrasah diarahkan secara terpadu untuk mendukung terciptanya proses transformasi yang sebaik-baiknya. Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam membina perlu dirumuskan beberapa prinsip pokok yaitu; Pertama, tanggung jawab dan dukungan (commitment). Komitmen yang dimaksud adalah komitmen bagi semua warga atau unsur pendidikan yang dikomunikasikan pada semua pihak dalam lembaga pendidikan tersebut. Kedua, pendidikan dan pelatihan (education and training). Pendidikan dan pelatihan tentang mutu bagi tenaga pendidik dan kependidikan. Pendidikan dan pelatihan ini ditujukan untuk kesiapan menghadapi perubahan dan perbaikan. Ketiga, penerapan dan praktik (application and practice). Manajemen mutu bermanfaat apabila dipraktikkan. Tanpa adanya praktik, manajemen mutu hanya slogan yang mengumbar omong kosong. Ada keinginan tetapi malas berbuat. Keempat, standardisasi dan pengenalan (standardization and recognition). Manajemen mutu memerlukan adanya keseragaman dalam penerapan, sehingga mutu layanan pendidikan memiliki standar mutu yang telah disepakati bersama. 22. Pada sisi lain, faktor kesuksesan manajemen mutu dapat dilihat pada halhal sebagai berikut; Pertama, kepemimpinan yang kuat. Semua unsur pimpinan 306 mendukung penerapan filosofi manajemen mutu. Mutu pendidikan akan terwujud apabila dilaksanakan secara menyeluruh atau konprehensif, bukan departemental. Kedua, perbaikan sistem secara berkesinambungan. Sistem merupakan serangkaian proses yang merupakan satu kesatuan dan saling terkait satu sama lain. Ketiga, pendekatan kualitatif dan kuantitatif, yang dimaksud di sini, bahwa setiap personil yang melaksanakan manajemen mutu harus berani berbicara berdasarkan data atau fakta. Jadi, mutu bukan hanya diukur secara kualitatif, melainkan kuantitatif. Keempat, memiiki visi dan nilai bersama. Visi dan nilai bersama mengandung arti sepakat. Sepakat untuk menjadikan mutu sebagai the way of life. Kelima, pesan dan perilaku konsisten disampaikan kepada pelanggan. Konsep manajemen mutu pendidikan mencakup upaya untuk mengadakan perbaikan yang berkelanjutan, mempertemukan kebutuhan pelanggan, berpikir jangka panjang, meningkatkan keterlibatan pegawai dalam teamwork, dan pemecahan masalah dengan pendekatan ilmiyah. Ukuran madrasah yang baik bukan semata-mata dilihat dari kesempurnaan komponennya dan kekuatan/kelebihan yang dimilikinya, melainkan diukur pula dari kemampuan madrasah tersebut mengantisipasi perubahan dan kekurangan atau kelemahan yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu, sebagai pedoman untuk mengukur mutu pendidikan di madrasah dapat mempergunakan tiga model perbandingan, yaitu: dibandingkan dengan standar/kriteria ideal tertentu, dibandingkan dengan standar/ kriteria dirinya sendiri dari waktu ke waktu, dibandingkan dengan standar/kriteria keberhasilan yang diperoleh lembaga pendidikan lainnya ( semacam Benchmarking atau Patok Duga). Sedangkan dalam konteks TQM, terdapat lima dimensi pokok dalam menentukan kualitas pelayanan pada Madrasah, yaitu; 307 Pertama, kemampuan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, yaitu pelaynanan dalam pendidikan tidak persis sama dengan pelayanan di dunia industri, karena pada sisi lain terdapat perbedaan, apalagi input berbeda. Maka pelayanan disini adalah ketepatan wakutu, menyenangkan dan memuaskan bagi peserta didik. dijanjikan dengan segera atau tepat waktu, akurat, dan memuaskan. Beberapa contoh di antaranya penawaran mata pelajaran yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan (misalnya tuntutan keterampilan, profesi, dan dunia kerja), jadwal pembelajaran dan ujian yang akurat, proses pembelajaran yang berlangsung lancar, penilaian yang fair dalam pembelajaran dan lain-lain. Kedua, daya tangkap yaitu kemampuan atau kesediaan para guru dan staf untuk membantu peserta didik dan memberikan layanan dengan tanggap. Pelayanan yang kurang baik bisa menimbulkan persepsi yang negative terhadap kualitas pendidikan. Dengan demikian kepala madrasah dan wakil kepala madrasah harus mudah ditemui, begitu pula dengan guru harus mudah ditemui peserta didik untuk kepentingan konsultasi, proses pembelajaran hendaknya diupayakan intensif dan memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan seluruh kapasitasnya, fasilitas pelayanan yang ada (perpustakaan, laboratorium, ruang olah raga, dan lain-lain) harus mudah diakses oleh setiap peserta didik, dalam hal ini terjadi service failure, kemampuan untuk melakukan perbaikan secara tepat dan profesional bisa menciptakan persepsi kualitas pendidikan yang sangat positif. 131 Ketiga, jaminan mutu yaitu mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, respek terhadap pelanggan, dan sifat dapat dipercaya dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. Sebagai contoh seluruh jajaran (guru dan 131 Ahmad Hasan,wawancara pada tanggal 2 April 2013. 308 pegawai dilingkungan MAN 2 Model Makassar) harus benar-benar orang yang kompeten dan profesional dibidangnya, reputasi madrasah yang positif dimata masyarakat, sikap, dan perilaku seluruh jajaran mencerminkan profesionalisme, kesopanan, dan lain-lain. Keempat, empati, yang meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, memahami dan melayani kebutuhan para pelanggan. Misalnya guru yang mengenal nama peserta didiknya yang mengikuti pembelajaran di kelas, guru benar-benar berperan sesuai dengan fungsinya, setiap guru bisa dihubungi dengan mudah baik dihubungi di ruang kerja, via telepon, serta bukti langsung yang meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan atau guru dan sarana kommunikasi. Kelima dimensi pada madrasah didasarkan pada derajat kepentingan yang relatif dimata pelanggan atau peserta didik. Dimensi-dimensi digunakan pelanggan untuk menilai kualitas jasa, yang didasarkan atas perbandingan antara jasa yang diharapkan dan jasa yang dipersepsikan. Gap diantara jasa yang diharapkan dan yang dipersepsikan merupakan ukuran kualitas jasa.132 Oleh sebab itu, madrasah harus meningkatkan kenerjanya dalam setiap dimensi dan tidak melakukan kesalahan dalam penyampaian informasi kepada para peserta didik, orang tua peserta didik, guru, dan karyawan. 23. Konsep manajemen mutu pendidikan dapat pula ditunjukkan dengan partisipasi guru dan para peserta didik dalam pembelajaran, dan perbaikan terusmenerus atau berkesinambungan. Hasil penelitian yang diperoleh pada MAN 2 Model Makassar bahwa faktor kepemimpinan dan komitmen yang tinggi merupakan 132 Ahmad Hasan, wawancara pada tanggal 2 April 2013. 309 faktor kunci keberhasilan meraih mutu pendidikan. Oleh karena itu semakin tinggi komitmen kepemimpinan, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan meraih mutu yang berdaya saing tinggi. 24. Peningkatan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar melalui pendekatan TQM, dapat digambarkan pada penerapan lima pilar TQM, yang dirumuskan oleh Jerome S. Arcaro secara integral dengan sembilan faktor-faktor determinan (pendukung) pendidikan sebagaimana pada tabel di bawah ini; Tabel : VIII Penerapan Lima Filar TQM pada Faktor-Faktor Deteminan Pendidikan The Five Fillars TQM Faktor-faktor Determinan Fokus pada Kostumer Adm. & Manajemen X X X X X X X X X Quality Kurikulum Budaya Organisasi Tenaga Pendidik Peserta Didik Pengawasan Peran Serta Masy. Sarana & prasarana Pembiayaan Kepuasan Pelanggan Evaluasi Keterlibatan total Pengukuran /penilaian Komitmen Perbaikan Berkesinam bungan X X X X X X X X X Quality X X X X X X X X X Quality X X X X X X X X X Quality X X X X X X X X X Quality Internal Eksternal X X X X X X X X X Quality X X X X X X X X X Quality Berdasarkan tabel di atas, telah jelas bahwa untuk mewujudkan mutu pendidikan yang berbasis TQM, maka ke lima pilar TQM, dapat dijadikan acuan sebagaimana yang tercermin pada uraian di bawah ini; Pertama; Fokus pada Kostumer (Pelanggan internal dan eksternal) Pada hakekatnya seluruh kegiatan dan aktivitas madrasah harus selalu mengedepankan kepentingan kostumer atau pelanggan ( internal dan exsternal). Upaya memberi kepuasan kepada pelanggan adalah merupakan salah satu aspek utama dalam TQM, 310 dengan selalu mengantisipasi kebutuhan dan harapan pelanggan setiap saat. Madrasah harus selalu berupaya mengembangkan kualitas pendidikan, semua warga dalam madrasah harus mengakui bahwa setiap output lembaga pendidikan adalah kostumer. Peningkatan mutu lembaga pendidikan Islam ( madrasah) dengan fokus pada kebutuhan pelanggan (peserta didik) diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang dibekali pengetahuan agama sekaligus pengetahuan umum. Oleh karena itu, lembaga pendidikan Islam akan dikatakan baik dan efektif jika lembaga pendidikan itu mencapai tujuannya dengan melahirkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan harapan pelanggan atau masyarakat. Kedua; Keterlibatan secara total. Sesungguhnya pengembangan mutu pada MAN 2 Model Makassar merupakan sebuah keharusan bagi setiap warga madrasah terutama kepala dan guru madrasah serta tenaga kependidikan. Keterlibatan secara total menekankan kepada setiap orang menfokuskan pada kualitas, harus mendorong agar memiliki komitmen untuk peserta didik untuk mengubah cara kerja lama kepada cara kerja baru, dengan mengedepankan budaya mutu dalam proses pengembangan madrasah. Pemberdayaan semua warga madrasah diharapakan mereka dapat mengetahui informasi kesenjangan atau kebutuhan yang menyangkut program yang akan dilaksanakan dalam upaya peningkatan mutu secara keseluruhan terhadap komponen pendidikan. Dengan demikian keterlibatan secara total dalam konteks peningkatan mutu pendidikan berarti inisiatif datangnya dari bawah seperti guru, orang tua peserta didik atau masyarakat sekitar (stakeholders), dan semua pihak memberikan secara penuh kemampuan yang dimiliki dan pelayanan yang optimal untuk mewujudkan kualitas yang diharapkan bahkan melebihi permintaan pelanggan (costumer) baik internal maupun eksternal 311 Ketiga; Pengukuran. Dalam pengembangan TQM, pengukuran merupakan salah satu langkah yang penting dalam proses manajemen. Secara tradisional ukuran kualitas atas luaran madrasah adalah prestasi peserta didik. Ukuran dasarnya adalah hasil ujian baik Ujian Sekolah (US) maupun Ujian Nasional (UN). Jika hasil ujian bertambah baik, maka kualitas pendidikan dikatakan juga membaik. Para pengelola lembaga pendidikan Islam atau madrasah belajar untuk mengukur kualitas, mulai dari proses pengumpulan data dan analisa data diperlukan sehingga dapat mengukur dan menunjukan nilai tambah dan perubahan kualitas yang dicapai. Bukan hanya luaran pendidikan( peserta didik) yang harus diukur atau dinilai, melainkan semua komponen pendidikan tersebut harus diukur kualitasnya, apakah komponenkomponen itu sudah memberi kepuasan kepada pelanggan atau tidak, dst. Jika kualitas dapat dikelola, maka kualitas juga harus dapat diukur (measurable). Untuk mengejar kualitas, kesalahan harus dieliminir untuk mencapai keunggulan kompetitif lulusan suatu lembaga pendidikan, dan keunggulan komparatifnya dengan yang lain sesuai dinamika pasar tenaga kerja. Ke Empat; Komitmen terhadap kualitas. Implementasi manajemen kualitas dalam lembaga pendidikan Islam diperlukan komitmen terhadap kualitas dan perbaikan kualitas. Total kualitas pendidikan adalah suatu perubahan budaya organisasi sebagai cara baru bagi kehidupan setiap orang. Sebelum seseorang akan melakukan perubahan, mereka harus percaya bahwa pimpinan madrasah berkomitmen untuk mencapai budaya kualitas. Setiap langkah-langkah selalu diorientasikan pada kebutuhan pelanggan dengan mengedepankan aspek kualitas pada semua input dan prosesnya. Komitmen kualitas dibangun mulai dari level pimpinan tertinggi sampai pada level terbawah. 312 Ke Lima; Perbaikan Berkesinambungan. Pada dasarnya manajemen mutu terpadu ( TQM ) memperkenalkan pengembangan dan perbaikan proses, produk dan pelayanan sebuah organisasi secara sistimatik dan berkesinambungan. Perbaikan berkesinambungan berkaitan dengan komitmen, yaitu komitmen terhadap kualitas, yang didasari pada visi dan misi pendidikan yang telah disepakati bersama, serta pemberdayaan semua potensi yang dimiliki oleh madrasah untuk mewujudkan visimisi tersebut. Perbaikan berkelanjutan berarti prosesnya harus secara terus menerus diperbaiki dengan diubah, ditambah, dikembangkan dan dimurnikan. MAN 2 Model Makassar dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan telah menetapkan beberapa komponen pendidikan, yang menjadi sasaran pengembangan secara simultan dan konprehensif, yaitu mulai dari pengelolaan administrasi, manajemen dan kepemimpinan kepala madrasah, kinerja guru dan staf sampai kepada peran serta masyarakat, semuanya harus ditingkatkan mutunya melalui pendekatan TQM, sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi kualitas proses dan kualitas produk (lulusan) MAN 2 Model Makassar kini dan dimasa yang akan datang secara berkesinambungan. 313 314 25. Faktor –faktor yang menghambat. MAN 2 Model Makassar merupakan salah satu Madrasah yang konsen terhadap pengembangan sumberdaya manusia yang berbasis keagamaan. Dalam menyelenggarakan pendidikan yang berbasis keagamaan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, kreatif, inovatif, experimentative, menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik,133 terutama dalam menghadapi tuntutan globalisasi, MAN 2 Model Makassar harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara nasional dan global. MAN 2 Model sebagai salah satu lembaga pendidikan unggul yang berusaha mengembangkan mutu pendidikannya, sudah tentu tidak terlepas dari berbagai hambatan atau kelemahan yang dihadapi setiap saat, namun pada sisi lain peluang dan dukungan yang memberi kekuatan untuk lebih maju dan berkembang tetap lebih besar dan menjanjikan, oleh karena itu kelemahan yang ada hanyalah merupakan sebuah tantangan yang menjadi pemicu untuk meraih kemajuan dan keberhasilan yang lebih besar sesuai harapan warga madrasah dan masyarakat. Disadari sepenuhnya oleh Ahmad Hasan 134 bahwa meraih mutu tidak semudah seperti membalik telapak tangan. Ia membutuhkan perjuangan, keseriusan dan kerja keras, karena meraih mutu sering kali melewati jalan kerikil yang penuh tantangan dan hambatan. Jika para guru dan stakeholders lainnya yang ada di MAN 133 Ahmad Hasan,wawancara pada tanggal 2 April 2012. 134 Ahmad Hasan Wawancara pada tanggal 12 April 2013 315 2 Model Makassar betul-betul memperhatikan mutu secara serius, maka mereka harus memahami dan mendalami akar permasalahan terhadap hambatan tersebut, karena untuk menyelesaikan masalah dengan baik diperlukan pemahaman terhadap penyebab-penyebabnya, dan analisa terhadap kegagalan mutu merupakan salah satu konsep terpenting dari pendekatan TQM. 135 Setelah mengkaji dari hasil riset, terutama yang berhubungan dengan penerapan TQM pada lembaga pendidikan. Hambatan dan tantangan yang ditemukan paling sedikitnya disebabkan dua faktor , yaitu faktor-faktor umum dan faktor-faktor khusus, sebagaimana yang digambarkan Sukriyati 136seperti berikut; Pertama, faktor-faktor umum adalah permasalahan yang diakibatkan oleh kegagalan sistem. Masalah sistem ini merupakan masalah internal proses institusi pada setiap lembaga pendidikan. Masalah-masalah tersebut hanya bisa diatasi jika sistem, proses dan prosedur pengembangan lembaga pendidikan tersebut dirubah sesuai keinginan pelanggan. Adapun faktor-faktor umum yang sering menghambat penerapan TQM pada lemabaga pendidikan, menurut Sukriyati biasanya137 disebabkan oleh beberapa sumber seperti desain kurikulum yang dilakukan oleh guru mata pelajaran belum optimal atau masih lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampangan, sumber daya yang kurang, dan pengembangan staf yang tidak memadai. Jika kesalahan dan kegagalan tersebut diidentifikasi sebagai akibat dari masalah sistem, 135 Zuhriani, Guru MAN 2 Model Makassar wawancara, di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 10 April 2013. 136 137 Sukriyati, Wawancara pada tanggal 12 April 2013 Sukriyati, Wawancara pada tanggal 15 April 2013. 316 kebijakan, atau sumber daya, maka hal tersebut adalah sebuah kelemahan, namun masalah seperti tersebut sebahagian besar sudah teratasi dan dibenahi secara bertahap pada MAN 2 Model Makassar.138 Kelemahan-kelemahan tersebut tidak dibiarkan begitu saja terjadi, melainkan telah diadakan perubahan kebijakan baik sistem maupun prosedur pelaksnaannya. Hal terpenting yang harus dicatat di sini, bahwa kebijakan pimpinan menjadi sebuah solusi yang tepat, karena selama ini dipahami hanya manajemen atau kepemimpinan kepala madrasah yang memiliki wewenang untuk menetapkan kebijakan atau mendesain ulang sebuah sistem. Staf yang lain mungkin melihat perlunya perubahan, tetapi implementasi perubahan sistem tersebut hanya akan terjadi ketika manajemen mengambil tindakan. Untuk menentukan solusi dan pemecaham masalah, diperlukan data dan fakta atas terjadinya kendala yang mengakibatkan terganggunya manajemen mutu pendidikan( TQM ) pada lembaga tersebut, disamping itu kegiatan pemeriksaan dan pengawasan harus dilaksanakan secara teratur dan berkesinambungan. Kedua; Faktor-faktor khusus sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati, baik secara individu maupun secara kelompok. Ahmad Hasan mengemukakan, bahwa faktor khusus yang dimaksud adalah hambatan yang diakibatkan secara individu dari sebahagian guru dan staf yang tidak memiliki skill, pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru yang profesional atau manajer pendidikan/ kompetensi leadersip juga masih lemah, ditambah dengan kurangnya motivasi dan semangat kerja personil madrasah, 138 Kamaria Rahman, wawancara pada tanggal 14 April 2013. 317 bahkan sering terjadi kesalah fahaman diantara sesama warga sebagai akibat kegagalan komunikasi ( Mis communacation).139 Jika sebuah masalah pada MAN 2 Model Makassar disebabkan oleh sebabsebab khusus, maka masalah itu bisa diatasi dengan tanpa mengganti kebijakan atau mendesain kembali sistem, karena mengubah sistem merupakan hal yang tidak tepat dan bisa mengakibatkan terjadinya kegagalan yang lebih fatal. Sumber kegagalan membutuhkan identifikasi dan penyelesaian yang cermat dan melibatkan banyak orang. Menangani faktor-faktor khusus yang menjadi penghambat juga merupakan tanggung jawab manajemen dan pihak madrasah. Banyak masalah khusus dalam pendidikan yang muncul dari sejumlah kecil individu yang kurang memiliki motivasi atau ketrampilan untuk menjadi seorang guru yang efektif. Hanya pimpinan yang memiliki otoritas untuk menemukan solusi yang tepat dalam masalah ini. Kelemahan atau hambatan yang dirasakan dalam mengembangkan manajemen mutu pada MAN 2 Model Makassar, Kaharuddin dan beberapa guru lainnya justeru melihatnya lain, dengan membagi menjadi dua faktor yaitu; faktor internal dan faktor eksternal, sebagai berikut; 140 Pertama; Faktor internal adalah faktor-faktor yang menghambat upaya peningkatan mutu pendidikan pada MAN 2 Model yang berasal dari dalam yang dapat dilihat pada beberapa bentuk antara lain; 7) Sikap dan perilaku terhadap mutu. Sikap dan perilaku adalah tindakan seseorang, yang dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalaman serta iklim dan budaya organisasi yang dialaminya. Menurut 139 140 Ahmad Hasan, Wawancara pada tanggal 12 April 2013 Kaharuddin, dkk, wawancara pada tanggal 13 April 2013. 318 Kaharuddin, bahwa sikap dan perilaku sebagian warga MAN 2 Model terhadap budaya mutu masih rendah, meskipun mereka berulangkali diberi penekanan tentang mutu, terutama dalam pelaksanaan proses pembelajaran, namun harapan ini belum terimplementasi secara optimal. 8) Kualitas Pendidik dan tenaga kependidikan belum merata.Tenaga pendidik dan kependidikan merupakan sumber daya yang paling utama dalam mengejar mutu pendidikan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad Hasan,141 bahwa masih ada 20 % SDM tenaga pendidik dan kependidikan yang masih lemah, bahkan kinerjanya belum memuaskan, seperti lemahnya dalam penguasaan materi dan metode, pemanfaatan RPP belum maksimal, pemahaman dan pemanfaatan media pembelajaran yang masih rendah, dll. 9) Budaya mutu belajar siswa masih rendah. Budaya belajar siswa yang dimaksudkan disini adalah semangat belajar yang dimiliki oleh sebahagian siswa masih rendah, sehingga berimbas terhadap kemmpuan daya serap ikut pula menurun. Hal ini diakui oleh Erniwati bahwa memang masih ada beberapa kelas tertentu yang mengalami hal yang demikian(semangat dan daya serapnya masih rendah) dan kelas seperti ini biasanya diberikan bimbingan khusus oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.142 10) Sistem pembelajaran lebih menitikberatkan pada kuantitas hasil dari ada kualitas proses, yang diutamakan berapa yang harus diluluskan, bukan bagaimana kualitas/mutu kelulusan peserta didik. 141 142 Ahmad Hasan, Wawancara pada tanggal 12 April 2013 Erniwati,Wawancara pada tanggal 12 April 2013 319 11) Organisasi pengembangan professional guru seperti KKM dan MGMP belum terkelola secara maksimal. 12) Sebahagian guru masih mempergunakan sistem dan pola pembelajaran lebih berorientasi pada pembelajaran yang berpusat pada guru( teacher centred approach), yang seharusnya pola pembelajaran yang baik adalah pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik( student centred approach), dan 13) Sebahagian guru kurang memeperhatikan tingkat kemampuan, kecakapan belajar dan gaya belajar peserta didik, bahkan diantara guru juga kurang memperhatikan karakteristik peserta didik, seperti bermasa bodoh, tidak bersemangat, kurang motivasi dan sebagainya, sehingga kebiasaan yang jelek tidak berubah kearah yang lebih baik. Jamaluddin menambahkan bahwa faktor yang menghambat kelancaran pembelajaran pada MAN 2 Model Makassar yaitu; a) Infrastruktur masih membutuhkan penyempurnaan misalnya; Media pembelajaran LCD dan laptop, b) Disiplin sebahagian guru dalam proses pemebalajar yang kurang memuaskan, c) Sumber dana terkait dengan pengembangan kegiatan MAN 2 Model Makassar belum tersosialisasikan.143 Kedua ; Faktor eksternal yang menghambat pengembangan manajemen mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar pada prinsipnya tidak terlalu berat, bahkan sebaliknya justeru menjadi pemicu untuk lebih giat dan bersungguh-sungguh mengahadapi tantangan yang dihadapi seperti;144 143 Jamaluddin, wawancara pada tanggal 3 April 2013. 144 Jamaluddin dan Laode Riasi, wawancara pada tanggal 3 April 2013. 320 4) Persaingan mutu sekolah/madrasah semakin berat, pembinaan pembelajaran harus dilaksanakan semakin sungguh-sungguh. 5) Tuntutan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan dana madrasah semakin tinggi, terutama dari Badan Pemeriksa Keuangan, LSM dan Perss. Pengelolaan keuangan yang dimaksud adalah baik dana rutin maupun dana komite madrasah; Kedua sumber keuangan ini harus dikelola secara professional, baik dibidang administrasi maupun dalam hal pembukuan yang benar dan akuntabel. Mengelolanya dengan bukti-bukti pemasukan dan pengeluiaran menyita waktu banyak. 6) Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, yang sering mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku peserta didik kearah yang negative, seperti pergaulan bebas, menurunnya penghayatan dan penagamalan terhadap ajaran Islam, dan lain-lain, sehinggi guru harus lebih memperketat pengawasan terhadap peserta didik dengan mengefektifkan bimbingan dan konseling. Sebahagian orang tua siswa hanya menyerahkan sepenuhnya kepada madrasah terhadap pembinaan anak-anaknya, sementara meraka kurang atau sama sekali tidak memberikan bimbingan dan perhatian dalam kehidupan rumah tangganya, sehingga tidak ada sinergitas antara harapan madrasah dengan kondisi lingkungan sehari-hari yang dialami oleh peserta didik. Kelemahan-kelemahan tersebut tidak dibiarkan begitu saja terjadi, melainkan telah diadakan perubahan kebijakan baik sistem maupun prosedur pelaksnaannya. Hal terpenting yang harus dicatat di sini, bahwa kebijakan pimpinan menjadi sebuah solusi yang tepat, karena selama ini dipahami hanya manajemen atau 321 kepemimpinan kepala madrasah yang memiliki wewenang untuk menetapkan kebijakan atau mendesain ulang sebuah sistem. Staf yang lain mungkin melihat perlunya perubahan, tetapi implementasi perubahan sistem tersebut hanya akan terjadi ketika manajemen mengambil tindakan. Untuk menentukan solusi dan pemecaham masalah, diperlukan data dan fakta atas terjadinya kendala yang mengakibatkan terganggunya manajemen mutu pendidikan( TQM ) pada lembaga tersebut, disamping itu kegiatan pemeriksaan dan pengawasan harus dilaksanakan secara teratur dan berkesinambungan. Kamariyah Rahman menguraikan bahwa dalam mendukung hubungan madrasah dengan masyarakat, yang dapat dilakukan dengan tujuan; b) Membantu madrasah dalam melaksanakan teknik-teknik hubungan madrasah dengan masyarakat dengan cara: guru MAN 2 Model Makassar hendaknya selalu berpartisipasi dalam lembaga dan organisasi di masyarakat, dan guru hendaknya membantu memecahkan masalah yang timbul dalam masyarakat kota Makassar . c) Guru MAN 2 Model Makassar berusaha membuat lebih baik lagi dalam masyarakat melalui penyesuaian diri dengan adat istiadat masyarakat karena guru MAN 2 Model Makassar adalah tokoh milik masyarakat. Tingkah laku guru di MAN 2 Model Makassar dan di masyarakat menjadi panutan yang pada akhirnya masyarakat memberikan dukungan pada madrasah. d) Guru harus melaksanakan kode etiknya karena kode etik merupakan seperangkat aturan atau pedoman dalam melaksanakan tugas profesinya.145 145 Kamariyah Rahman, wawancara pada tanggal 2 Mei 2013. 322 e) Sebagai perimbangannya tentu aktivitas pengembangan yang dilakukan oleh MAN 2 Model Makassar tidak luput dari hal-hal yang menghambat, diantaranya adalah; tidak semua guru sanggup memahami dan menjabarkan kebijakan kepala madrasah yang beorientasi pada visi dan misi MAN 2 Model Makassar sehingga terkesan tidak setuju dengan berbagai kebijakan pengembangan yang dilakukan oleh pimpinannya. Untuk menanggulangi hambatan ini maka kepala MAN 2 Model Makassar, secara rutin dan intensif melakukan sosialisasi programnya baik dalam rapat-rapat maupun penjelasan langsung kepada pihak-pihak yang belum jelas, karena baginya penolakan dilakukan karena atas dasar ketidak tahuannya, oleh karena itu perlu diberi tahu, inipun jumlahnya sangat kecil sehingga mudah penanggulangannya. , yang dijabarkan ke dalam tiga bentuk yaitu; a) Penjabaran mata pelajaran umum, kecuali pelajaran agama disesuaikan dengan Peraturan Kementerian Agama. b) Penciptaan suasana keagamaan, antara lain melalui proses pembinaan yang Islamy, pemamfaatan sarana peribadatan serta pengunaan metode dan pendekatan keagamaan dalam penyajian mata pelajaran yang memungkinkan. c) Peningkatan kualifikasi guru baik melalui sertifikasi guru maupun melalui diklat, serta melalui penentuan guru secara selektif, yaitu guru pada MAN 2 Model Makassar harus beragama Islam dan berakhlak mulia.146. d) bangsa yang mampu menyapa realitas sosial dimasa yang akan datang dengan landasan keimanan dan keagamaan. Sebagai siswa dan tenaga yang professional dan agamis diharapkan mereka dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang dilandasi dengan keyakinan bahwa yang dilakukannya merupakan usaha konkrit sebagai pengabdian pada agama, nusa, bangsa, dan kemanusiaan, untuk mencerdaskan bangsa, untuk memelihara nilai-nilai 146 Massarappi, wawancara pada tanggal 10 April 2013. 323 luhur baik yang bersumber dari ajaran agama maupun budaya bangsa, untuk melahirkan generasi pembagunan modern yang bertaqwa, atau untuk membina generasi yang lebih andal dan sebagainya. e) Hal tersebut ditanamkan pada jiwa guru dan staf MAN 2 Model Makassar sejak masa perekrutan hingga pembinaan selanjutnya karena jika perbuatan mendidik hanya didorong oleh kebutuhan memperoleh nafkah, maka guruguru maupun staf hanya akan bekerja ala kadarnya, bekerja secara mekanistis dan formalistis. Selain sikap tersebut, pembaruan pada segmen pendidikan dimaksudkan untuk menanamkan idealisme pada guru-guru dan staf, dengan idealisme akan melahirkan rasa cinta pada guru terhadap profesinya, terhadap pekerjaanya, terhadap siswanya dan sebagainya. Dengan dasar rasa cinta, maka guru dan staf akan berbuat yang terbaik bagi peserta didik dan bagi pendidikan, bahkan dengan idealisme tersebut seluruh kemampuan yang dimiliki akan tumbuh dan berkembang secara wajar, demikian sebaliknya tanpa idealisme dan rasa cinta kemampuan-kemampuan yang dimiliki hanya akan tampak seperti lampu yang kekurangan minyak. f) Jika sebuah masalah disebabkan oleh sebab-sebab khusus, maka masalah itu bisa diatasi dengan tanpa mengganti kebijakan atau mendesain kembali sistem, karena mengubah sistem merupakan hal yang tidak tepat dan bisa mengakibatkan terjadinya kegagalan yang lebih fatal. Sumber kegagalan membutuhkan identifikasi dan penyelesaian yang cermat dan melibatkan banyak orang. Menangani faktor-faktor khusus yang menjadi penghambat juga merupakan tanggung jawab manajemen dan pihak madrasah. Banyak masalah khusus dalam pendidikan yang muncul dari sejumlah kecil individu 324 yang kurang memiliki motivasi atau ketrampilan untuk menjadi seorang guru yang efektif. Prinsip-prinsip landasan pengembangan pendidikan pada MAN 2 Model Makassar yaitu: 1. Prinsip pertautan yang sempurna dengan ajaran Islam; 2. Prinsip tujuan universal dari materi yang dituangkan dalam kurikulum 3. Prinsip keseimbangan relatif diantara tujuan dan isi kurikulum; 4. Prinsip keterkaitan antara isi kurikulum dengan bakat, minat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik, baik dalam hubungan dengan alam fisik, psikis dan sosial; 5. Prinsip pemeliharaan perbedaan di antara individu peserta didik; 6. Prinsip perkembangan dan perubahan; 7. Prinsip pertautan antara mata pelajaran, pengalaman dan aktivitas-aktivitas yang terkandung dalam kurikulum. Pada uraian-uraian sebelumnya, secara umum telah digambarkan penerapan Total Quqlity Management (TQM) sesuai hasil penelitian ini, maka pada bagian akhir dari BAB ini diketengahkan analisa penerapan TQM pada MAN 2 Modal Makassar dengan mengungkap beberapa hal yang masih perlu diprtimbangkan pelaksanaannya jika betul-betul penerapan TQM pada madrasah akan di optimalkan, sebagaimana langkah-langkah berikut ini; 1. Fokus pada pelanggan, dalam konteks TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver (pengemudi), pelanggan eksternal, terutama peserta didik menetukan kualitas pruduk atau jasa yang diinginkan, sementara pelanggan internal menentukan kualitas manusia atau pengelola yang akan 325 memproduksi barang atau jasa. Hal ini dimaksudkan bahwa peserta didik sebagai pelanggan eksternl mereka menentukan spesifikasi kualitas jasa yang diinginkan, maka disini terjadi proses negosiasi dengan pimpinan lembaga pendidikan yang akan memproduksi jasa tersebut. misalnya 20 orang calon peserta didik, akan mendaftar di lembaga pendidikan komputer, maka mereka menyampaikan keinginannya kepada pimpinan atau pengelola lembaga tersebut mengenai kualitas proses pembelajarannya, termasuk guru, sarana dan prasarana serta peralatan lainnya yang sesuai keinginan pelanggan ( peserta didik). e. Misi 8) Menyeleggarakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menarik (PAKEM) serta berkarakter untuk menumbuhkembangkan kemampuan peserta didik secara optimal. 9) Menumbuhkembangkan semangat keunggulan dan budaya belajar yang tinggi kepada peserta didik untuk bersaing di tingkat sekolah, lokal, nasional dan internasional 10) Mengoptimalkan kegiatan ekstra kurikuler dan pengembangan diri sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya. 11) Menumbuhkembangkan perilaku terpuji dan praktik nyata 12) Mewujudkan madrasah yang berwawasan lingkungan (green school) 13) Meningkatkan komitmen seluruh tenaga pendidik dan kepedidikan terhadap tugas pokok dan fungsinya 14) Menyelenggarakan tatakelola madrasah yang efesien, efektif. 147 f. Program pendidikan. 15) Melaksanakan kegiatan PBM untuk pengembangan ranah intelektual, life skill dan akhlakul karimah (kognitif, efektif, dan psikomotorik) 16) Memprakarsai dan berpartisipasi dalam berbagai event ekstra kurikuler madrasah untuk mencapai keunggulan komparatif. 17) Melaksanakan pembinaan ketenagaan untuk pengembangan karier dan kesejahteraannya. g. Tujuan Pendidikan. 147 Profil MAN 2 Model Makassar 2013 326 Secara khusus MAN 2 Model Makassar bertujuan untuk menghasilkan luaran pendidikan yang memiliki keunggulan dalam hal-hal berikut ini : 7) Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa. 8) Meningkatkan kualitas dan kuantitas lulusan yang melanjutkan ke perguruan tinggi baik dalam maupun luar negeri. 9) Menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan teknologi dan komunikasi yang mendalam dan luas. 10) Menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, motivasi dan komitmen yang kuat untuk mencapai prestasi dan keunggulan. 11) Menghasilkan lulusan yang memiliki kepekaan dan kepedulian sosial, lingkungan dan kepemimpinan. 12) Menghasilkan lulusan yang memiliki disiplin yang tinggi ditunjang oleh kondisi fisik yang prima.148 Model Makassar yang masih berada pada tataran konseptual, oleh kerena itu dalam penerapannya hanya dilihat pada dua aspek kajian, pertama kajian dalam tataran konsep, yaitu suatu pendekatan dalam menjalankan kegiatan pendidikan yang berupaya memaksimalkan mutu output diikuti dengan penyempurnaan secara terus-menerus terhadap sistem manajemen pendidikan dan kedua kajian mencakup cara penyampaiannya, termasuk proses pembelajarannya yang searah dengan 10 (sepuluh) prinsip atau karakteristik TQM yaitu; a) Fokus pada pelanggan (terutama peserta 4) Program ekslarasi memerlukan pembinaan yang lebih professional, dan peserta didik yang masuk pada program ini adalah mereka yang memiliki integritas pribadi dan kompetensi di atas rata-rata dan mereka dapat menyelesaikan kegiatan 148 Profil MAN 2 Model Makassar 2013 327 belajar di madrasah dengan waktu yang relatif cepat, yaitu semestinya ditempuh 3 tahun menjadi hanya 2 tahun.149 Selanjutnya Ahmad Hasan memprediksi bahwa kepemimpinan dalam sebuah organisasi pendidikan dapat dikatakan sukses, jika menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut : Semakin meningkatnya konsistensi dalam memberikan pelayanan secara menyeluruh untuk kepentingan peningkatan kualitas peserta didik dan SDM. Semakin berkurangnya kekeliruan dalam bekerja yang berdampak pada ketidakpuasan peserta didik dan masyarakat yang dilayani. Semakin meningkatnya disiplin waktu dan disiplin kerja. Semakin sempurnanya pengelolaan inventarisasi aset madrasah, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa diketahui sebab-sebabnya. Kontrol atau pengawasan berlangsung secara efektif, mencegah penyimpangan dalam pemberian pelayanan. Adanya penghematan dana dan waktu dalam bekerja. Keterampilan dan keahlian bekerja ditingkatkan dan dikembangkan terus menerus, dan perbaikan metode atau cara bekerja yang produktif selalu disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga kualitas produk dan mutu pelayanan terus meningkat.150 Kemajuan yang telah dicapai MAN 2 Model dalam lima tahun terakhir cukup menggembirakan, karena sudah dapat tampil sebagai pesaing yang tangguh dari sekolah/madrasah yang sederajat di tingkat Kota Makassar sebagaimana penjelasan Khoiri; Al hamdulillan selama beberapa tahun terakhir ini, kemampuan peserta didik madrasah kita ini sudah diperhitungkan oleh sekolah unggulan yang ada di Makassar, bahkan sudah banyak prestasi yang diraih madrasah ini, tidak diperoleh sekolah lain, contohnya lomba bahasa, lomba matematika, dll, bahkan SMA 17 sering dikalah. Tetapi yang hebat di Makassar sebenarnya SMA Islam Athirah, kalau SMA yang lain seperti sekolah yang sudah ditunjuk 149 Akselerasi belajar tidak sama dengan "loncat kelas" sebab dalam akselerasi belajar setiap peserta didik tetap harus mempelajari seluruh bahan ajar yang semestinya dipelajari (belajar tuntas). Akselerasi belajar dapat dilakukan dengan bantuan modul atau lembar kerja yang disediakan madrasah. Program ini sudah diterapkan di MTs Negeri Model Makassar sejak tahun ajaran 2011/2012 sampai sekarang. 150 Ahmad Hasan, wawancara pada tanggal 8 April 2013. 328 sebagai sekolah bertaraf internasional (SBI), masih bersaing dengan MAN 2 Model Makassar.151 Kemajuan lain yang terlihat adalah pendaftaran calon siswa baru setiap tahunnya semakin bertambah. Sedang prestasi yang diraih melalui perlombaan, baik yang bersifat akademik maupun non akademik telah mendapatkan sejumlah penghargaan yang tersimpan di MAN 2 Model Makassar. Bukti lain adalah banyaknya tamatan MAN 2 Model diterima di perguruan tinggi negeri dan swasta, baik di Kota Makassar maupun di luar Kota Makassar.152 Iklim dan Budaya Organisasi Madrasah. Pengembangan madrasah yang efektif, efisien, produktif dan akuntabel perlu ditunjang oleh perubahan berbagai aspek pendidikan lainnya, termasuk iklim dan budaya madrasah (school climate). Perubahan iklim dan budaya madrasah perlu dilakukan untuk merespons kondisi pendidikan pada MAN 2 Model Makassar. Jika sebuah lembaga pendidikan tidak diikat oleh budaya organisasi serta kondisi lingkungan yang menyenangkan, maka lembaga itu akan mengalami ketidak 151 Khoiri, Wakamad Kesiswaan MAN 2 Model Makassar, Wawancara di MAN 2 Model Makassar, pada tanggal 4 Juni 2013. 152 Kepastian jumlah alumni/siswa yang terserap di PTN/PTS, tidak diperoleh data yang akurat, disebabkan karena siswa yang berhasil masuk di PTN/PTS kurang yang datang melaporkan dirinya ke Tata Usaha MAN 2 Model Makassar. Nurlaela, Kepala Tata Usaha MAN 2 Model Makassar, wawancara, tanggal, 7 Agustus 2013. 329 harmonisan dan kelanggengan dalam kehidupan madrasah yang bersangkutan. Penciptaan dan pemeliharaan iklim dan budaya yang kondusif untuk belajar ditandai dengan terciptanya lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Iklim dan budaya madrasah yang kondusif sangat penting agar peserta didik merasa senang dan bersikap positif terhadap madrasahnya. Kehidupan madrasah semakin menyenangkan kitika setiap warga saling menghargai satu sama lain, dan masing-masing bertanggung jawab dalam menciptakan keamanan dan kenyamanan semakin besar, bahkan orang tua ikut bersama-sama dalam menciptakan kondisi seperti itu, sehingga mereka merasa memiliki dan menganggap madrasahnya sendiri. Kondisi seperti itu dapat terjadi melalui penciptaan norma dan kebiasaan yang positif, hubungan dan kerja sama yang harmonis yang didasari oleh sikap saling menghormati. Selain itu, iklim dan budaya madrasah yang kondusif mendorong setiap warga madrasah untuk bertindak dan melakukan sesuatu yang terbaik yang mengarah pada prestasi peserta didik yang tinggi. Meningkatkan prestasi peserta didik terutama prestasi akademik mereka, menjadi harapan utama bagi orang tua peserta didik. Hal ini dapat tercapai jika kepala madrasah, guru dan staf memahami standar mutu pelayanan yang semestinya dilaksanakan, oleh karena itu standar mutu untuk berprestasi bagi kepala madrasah, guru dan staf madrasah, ditandai dengan terciptanya iklim dan budaya madrasah yang baik. Jamaluddin mengemukakan; Persepsi sebagai madrasah yang memiliki keunggulan diperlihatkan dengan jelas kepada seluruh warga madrasah. Memiliki fasilitas fisik yang dirawat dengan baik, penampilan fisik madrasah selalu bersih, rapi, nyaman dan aman. Pekarangan dan lingkungan madrasah ditata sedemikian rupa sehingga memberi kesan asri, teduh, dan nyaman. Poster-poster informasi 330 (poster berisi pesan-pesan positif) digunakan dan dipajang di berbagai tempat stategis yang mudah dan selalu dilihat oleh peserta didik. Kondisi kelas yang menyenangkan sehingga tercipta suasana yang mendorong peserta didik belajar.153 Pada sisi lain, guru selalu mengembangkan metode-metode mengajar yang sesuai dengan indikator-indikator pembelajaran. Prestasi peserta didik yang tinggi disampaikan kepada seluruh orang tua peserta didik. Seluruh staf dan guru berkomitmen untuk mengembangkan budaya mutu dalam menjalankan tugas sehari-hari. Iklim dan budaya madrasah yang kondusif merupakan harapan semua warga madrasah, terlebih jika hal itu terkait dengan proses pembelajaran, sehingga semua warga madrasah diharapakan menjaga dan memelihara iklim dan budaya madrasah semaksimal mungkin demi terciptanya kenyamanan dalam kampus madrasah. Dari hasil wawancara dengan Kepala MAN 2 Model Makassar, diperoleh keterangan bahwa; penyelenggaraan pendidikan di MAN 2 Model didasari oleh keyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, kreatif, inovatif, serta berupaya menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Sedang pada sisi lain MAN 2 Model Makassar berfungsi mengembangkan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik, baik kebutuhan individu, keluarga maupun kebutuhan masyarakat secara luas.154 MAN 2 Model Makassar senantiasa mengembangkan nilai-nilai pembelajaran yang berbasis IPTEK dan tidak mengabaikan nilai-nilai moralitas (IMTAQ) hal ini sejalan dengan visi dan misi MAN 2 Model. Salah satu missi sentral pendidikan di MAN 2 Model Makassar adalah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), yang 153 Jamaluddin, Wawancara pada tanggal, 14 Mei 2013. Ahmad Hasan, wawancara pada tanggal 14 Mei 2013. 154 331 benar-benar utuh, tidak hanya secara jasmaniah, tetapi juga secara batiniah. Peningkatan kualitas SDM itu dilaksanakan dengan tujuan untuk; (1) meningkatkan kinerja madrasah baik prestasi akademik maupun non akademik melalui inovasi dalam input dan proses pembelajaran. (2) meningkatkan mutu proses pembelajaran, mengembangkan bahan ajar serta memberikan bimbingan secara efektif, sehingga peserta didik dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. (3) menciptakan lingkungan pengajaran dan lingkungan belajar yang kondusif. (4) menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan lokal. (5) mengembangkan standar pencapaian ketuntasan kompetensi, serta meningkatkan prestasi intra dan ekstra kurikuler. (6) meningkatkan partisipasi masyarakat bersama dengan orang tua murid yang diwakili oleh komite madrasah, dan (7) mengembangkan standar penilaian sesuai dengan ketentuan yang ada. 155 5) Perbaikan mutu Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana pendidikan adalah peralatan, perlengkapan dan gedung yang secara langsung dipergunakan untuk menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pembelajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya 155 Direkam dari hasil wawancara dengan H. Ahmad Hasan dan Guru-Guru MAN 2 Model Makassar, di Makassar pada tanggal 8 April 13. 332 proses pendidikan atau pembelajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, dan lain-lain yang sejenis, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman madrasah untuk pembelajaran biologi, halaman madrasah sekaligus sebagai lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. Semua komponen sarana dan prasarana tersebut sudah ada di MAN 2 Model Makassar, sehingga wajar jika dikatakan, bahwa MAN 2 Model Makassar adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, yang memiliki fasilitas yang lengkap. Sarana dan prasarana pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, yang jumlahnya begitu banyak, sehingga membutuhkan penanganan khusus, dengan mengalokasikan sejumlah anggaran yang memadai dari dana Komite. Menurut Jamaluddin, sarana dan prasarana harus ditata dan dikelola dengan baik agar dapat memberikan kontribusi secara optimal pendidikan. Kegiatan pengelolaan dan berarti pada jalannya proses yang dimaksud adalah meliputi kegiatan perencanan pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan pemeliharaan. Pengelolaan dan penataan sarana dan prasarana yang baik diharapkan menciptakan madrasah yang bersih, rapih, dan indah, dapat sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid. Di samping itu, juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan peserta didik. 156lebih lanjut Jamaluddin mengemukakan bahwa sarana dan prasarana yang ada sudah lebih dari yang cukup, tinggal pemeliharaannya yang perlu diperhatikan agar tetap utuh. 156 Jamaluddin,Wawancara pada tanggal, 12 Mei 2013. 333 H. Ahmad Hasan mengemukan, bahwa pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana MAN 2 Model Makassar, diperoleh dari dua sumber, yaitu; 1) dari Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama, dan 2) dari masyarakat atau Komite. Jika dilihat perkembangan dan kemajuan pembangunan sarana dan prasarana, baik dari kualitas maupun dari segi kuantitasnya, dapat dikatakan sudah cukup memadai. Daya tampung ruang kelas sudah sesuai SPM yang telah diatur oleh pemerintah atau BSNP, fasilitas olah raga dan seni sudah lengkap atau sudah dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dan guru MAN 2 Model Makassar. 157 6) Pemberdayaan Komite Madrasah dan Masyarakat Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar sebagai lembaga pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Kota Makassar, sebab keduanya memiliki kepentingan, MAN 2 Model Makassar merupakan lembaga formal yang diserahi mandat untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda menjadi generasi yang berkualits, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu. Menurut Kaharuddin bahwa MAN 2 Model Makassar tidak dibenarkan mengisolasi diri dari masyarakat, ia tidak boleh melaksanakan idenya sendiri dengan tidak mau tahu aspirasi masyarakat pengguna, bila hal ini dilakukan berarti ia menuju ke ambang kehancuran.158 MAN 2 Model Makassar dengan masyarakat Kota Makassar tidak bisa dipisahkan karena antara madrasah dan masyarakat saling membutuhkan. Terbinanya hubungan atau komunikasi yang baik akan meningkatkan pengertian dan partisipasi masyarakat terhadap peningkatan dan pengembangan madrasah. Hal 157 Ahmad Hasan dan A. Swarda, Wawancara pada tanggal 18 April 213. 158 Kaharuddin, wawancara pada tanggal 24 April 2013. 334 ini dipertegas oleh Kaharuddin dan Khoiri bahwa; Tujuan hubungan madrasah dengan masyarakat pengguna dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu kepentingan madrasah dan kebutuhan masyarakat.159 Ditambahkan oleh Khoiri bahwa hubungan madrasah dengan masyarakat berdasarkan dimensi kepentingan madrasah yaitu: memelihara kelangsungan hidup madrasah, meningkatkan mutu pendidikan di madrasah, memperlancar kegiatan pembelajaran, memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam rangka pengembangan dan pelaksanaan program-program madrasah.160 Ahmad Hasan menambahkan bahwa dalam melaksanakan hubungan madrasah dengan masyarakat, pada hakekatnya tidak ada aturan yang mengikat, karena masyarakat terutama orang tua peserta didik diberi kesempatan se luasluasnya menyampaikan saran dan pendapat, bahkan keluhan yang dialami anaknya selama belajar di MAN 2 Model Makassar semuanya mendapat pelayanan yang baik. Jika ada peraturan yang dikeluarkan oleh madrasah, maka hal itu hanya tata tertib yang mengatur peserta didik agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar. 161 Dalam hal pemilihan Ketua Pengurus Komite MAN 2 Model Makassar menurut Ahmad Hasan dilaksanakan secara domokratis melalui musyawarah mufakat, dengan tetap memperhatikan beberapa prinsip, yaitu: Pertama, Prinsip otoritas, bahwa yang ditunjuk untuk menjadi ketua adalah orang tua yang mempunyai otoritas dan kewibawaan dan punya pengalaman di bidang pendidikan, sehingga yang bersangkutan dapat berkontribusi dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kedua, Prinsip keterbukaan, yaitu kepengurusan Komite Madrasah harus memiliki sifat keterbukaan dalam program-program kegiatan madrasah, keterbukaan ini sedapat mungkin diketahui oleh orang tua peserta didik, sehingga terbina saling pengertian antara warga madrasah, pengurus komite dan orang tua peserta didik. Ketiga Prinsip sensitivitas, yaitu dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan masyarakat, pengurus harus memiliki kepekaan terhadap kebutuhan serta harapan masyarakat Kota Makassar, dan keempat, Prinsip kejujuran, yaitu apa yang disampaikan kepada masyarakat haruslah sesuatu apa adanya dan disampaikan secara jujur, kelima, Prinsip ketepatan, yaitu apa yang disampaikan 159 Kaharuddin, wawancara pada tanggal 24 April 2013. 160 Khoiri, wawancara pada tanggal 24 Mei 2013 161 Khori, wawancara pada tanggal, 24 Mei 2013. 335 madrasah kepada masyarakat harus tepat waktu dan tepat sasaran. 162 Sedangkan menurut Kaharuddin, bahwa keterlibatan masyarakat pada MAN 2 Model Makassar dilakukan dalam beberapa hal yaitu: Orang tua siswa/komite dilibatkan dalam penyusunan program madrasah termasuk pelaksanaannya, memberikan saran untuk pengembangan madrasah, memonitor kemajuan belajar peserta didik secara priodik, melakukan komunikasi dengan madrasah secara teratur, dan orang tua siswa/komite aktif memberi saran perbaikan untuk kemajuan madrasah.163 Hubungan guru MAN 2 Model Makassar dengan masyarakat perlu terjalin baik dan berlangsung secara kontinu, oleh karenanya diperlukan kemampuan guru untuk berhubungan dengan masyarakat. Untuk mencapai hal itu diperlukan perilaku dari guru pada MAN 2 Model Makassar yang cocok dengan struktur sosial masyarakat setempat, sebab ketika kompetensi dan perilaku guru tidak cocok dengan struktur sosial dalam masyarakat maka akan terjadi benturan pemahaman dan salah pengertian terhadap program yang dilaksanakan madrasah dan berakibat tidak adanya dukungan masyarakat terhadap MAN 2 Model Makassar, padahal MAN 2 Model Makassar dan masyarakat memiliki kepentingan yang sama dan peran yang strategis dalam mendidik dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Kemampuan guru MAN 2 Model Makassar membawa diri, baik di madrasah maupun di tengah masyarakat dapat mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap guru. Guru MAN 2 Model Makassar harus bersikap sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, responsif dan komunikatif terhadap masyarakat, toleran dan 162 Ahamad Hasan, wawancara pada tanggal 24 April 2013. Kaharuddin, Wakil Kepala MAN 2 Model Bidang HUMAS, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 24 Apri 2013. 163 336 menghargai pendapat mereka. Manfaat dalam pemberdayaan Komite MAN 2 Model Makassar sangat besar pengaruhnya bagi peningkatan kinerja kepala madrasah dan guru melalui peningkatan aktivitas bersama, komunikasi yang kontinu dan proses saling memberi dan saling menerima. Setiap aktivitas profesi guru dapat diketahui oleh Komite Madrasah dan masyarakat sehingga kepala dan guru MAN 2 Model Makassar akan berupaya menampilkan kinerja yang lebih baik. 7) Pemberdyaan Dana Pendidikan. Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Pengelolaan keuangan dan segala pembiayaan madrasah merupakan tanggung jawab kepala madrasah. Hal ini menuntut kemampuan kepala madrasah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan dana secara transparan kepada warga madrasah, masyarakat, dan pemerintah. Oleh karena itu, dana yang diperoleh dari berbagai sumber merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan penentu terlaksananya kegiatan-kegiatan proses bersama komponen-komponen manajemen juga merupakan salah satu pembelajaran di madrasah lainnya. Dengan kata lain, setiap kegiatan yang dilakukan madrasah memerlukan biaya, baik kegiatan kecil maupun kegiatan yang besar. Menurut Ahmad Hasan, bahwa keuangan/dana madrasah telah terkelola baik, sehingga baik dana rutin maupun dana komite dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Hal yang sama juga 337 dikemukakan oleh A. Swarda, bahwa Dana Komite Madrasah yang dikelola selama ini telah banyak menunjang keberlangsungan pendidikan pada MAN 2 Model Makassar. Pengelolaan dan pertanggung jawaban dana Komite dilaksanakan secara transparan dan akuntabel. Pencairan atau penggunaannya dilaksanakan dengan berbasis kinerja, dengan kata lain tidak ada satu senpun dana dikeluarkan yang tidak sesuai dengan komponen pendanaan yang telah ditetapkan dalam Rncana Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah ( RAPBM ) setiap tahun. Adapun komponen – komponen kegiatan yang dibiayai oleh dana Komite MAN 2 Model Makassar, meliputi ; 1) Pengembangan kurikulum dan pembelajaran. 2) Kesejahteraan guru dan pegawai, 3) Pengembangan keterampilan dan seni. 4) Pengembangan bahasa dan rumpun mata pelajaran. 5) Olimpiade/lomba kreatifitas siswa. 6) Pemeliharaan sarana dan prasaran. 7) Perpustakaan. 8) Pendidikan olah raga dan jasmani. 9) Seni budaya. 10) Laboratorium komputer dan IPA. 11) Administrasi dan perkantoran. 12) Pengembangan kesiswaan, yang meliputi; keagamaan, OSIM, pramuka dan PMR, 13) Hubungan masyarakat( HUMAS), 14) Bimbingan Konseling ( BK), 15) Kegiatan operasional komite. Dari keseluruhan biaya komponen kegiatan tersebut semuanya dibiayai oleh Komite dengan jumlah anggaran secara total sebanyak 2,2 milyar pada tahun ajaran 2012/2013.164 5) Dukungan Dana dari Masyarakat/Komite Madrasah. Zuhriani menyatakan bahwa salah satu faktor pendukung yang tidak kalah pentingnya adalah faktor dana. Keberhasilan MAN 2 Model Makassar dalam melaksanakan semua aktivitas unggulannya karena didukung oleh dana yang cukup. Sumber dana yang diperoleh dari pemerintah, masyarakat/komite madrasah dan 164 Ahmad Hasan dan A. Swarda, Wawancara pada tanggal 17 Juli 213. 338 melalui dana infak ketika penerimaan siswa baru serta dana yang diperoleh melalui sumber lainnya yang tidak mengikat.165 Usaha-usaha dan konstribusi di MAN 2 Model Makassar dalam melakukan pembaruan sistem pendidikan dan pengembangan SDM, baik yang bersifat akademik maupun non kademik, hampir tidak mengalami hambatan yang berarti, berkat adanya dukungan dana yang memadai dari masyarakat dan pemerintah. Ahamad Hasan mengakui, bahwa guru-guru, dan pegawai melakukan berbagai perubahan dan perbaikan secara operasinal dan fungsional, misalnya: perbaikan dalam proses pembelajaran, kegiatan ekstra kurikuler, perbaikan sarana dan prasarana, dan lainlain, semuanya dapat terlaksana dengan baik karena adanya dukungan dana tersebut.166 MAN 2 Model Makassar dengan ciri khasnya sebagai madrasah model selalu melakukan inovasi dalam berbagai bidang keilmuan dan keterampilan yang berfokus kepada peserta didik berdasarkan kompotensi guru dan tenaga kependidikan lainnya, sebagaimana yang terlihat pada MAN 2 Model Makassar adanya faktor penguatan kelembagaan pendidikan yang dimiliki, yaitu; a) Umumnya tenaga pendidik memiliki pengalaman mengajar/mendidik cukup lama, b) Pendidikan guru sebagian besar sudah relevan dengan ketentuan yang ada dan kepangkatannya rata-rata sudah cukup tinggi. c) Peminatnya masih tinggi dan kepercayaan masyarakat pada MAN 2 Model Makassar masih besar. d) Jumlah peserta didik dari tahun ketahun mengalami peningkatan. 165 Zuhriani, Guru MAN 2 Model Makassar wawancara, di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 10 April 2013. 166 Ahmad Hasan, Wawancara, tanggal 18 Juli 2013. 339 Hal ini sesuai dengan konsep tujuan pendidikan yang dikembangkan MAN 2 Model Makassar yaitu; Memberdayakan potensi kecakapan spiritual, intelektual dan emosional, sehingga mampu menghasilkan lulusan yang dapat berkompetisi ditingkat pendidikan lebih tinggi, mewujudkan pembentukan karakter Islamy yang dapat diaktualisasikan dalam diri dan dalam masyarakat, mewujudkan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian prestasi akademik dan non akademik, membina dan mengembangkan disiplin serta ketertiban, dan meningkatkan komitmen seluruh tenaga kependidikan terhadap tugas pokok dan fungsinya, menyelengarakan tata kelola madrasah yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel.”167 Salah satu cara yang ditempuh untuk menjadikan MAN 2 Model Makassar sebagai pendidikan alternatif dalam pembentukan nilai-nilai akhlak dalam mencetak lulusan yang maju di bidang IPTEK dan tidak tertinggal di bidang IMTAQ adalah megubah pendekatan, metode dan strategi guru dalam proses pembelajaran dan mengaktifkan kegiatan ekstra kurikuler serta meningkatkan pengembangan pembelajaran muatan lokal. Dalam konteks penerapan TQM, khususnya pembinaan siswa MAN 2 Model Makassar secara berkesinambungan telihat dalam upaya menciptakan peserta didik sebagai generasi muda yang mampu bersaing di era globalisasi. Adapun langkah-langkah pembinaan yang dilakukan dalam mengembangkan pendidikan yaitu: a) Orientasi modern (orientasi masa depan), bahwa penekanan kepada peserta didik adalah belajar sepanjang hayat( long life education) b) Mengembangakan pola menajemen terbuka, dengan mengedepankan musywarah, terutama dalam mencari solusi pemecahan masalah. c) Berorientasi pada pengembangan IPTEK dan IMTAQ d) Kurikulum mengikuti perkembangan pasar. e) Cara mengajar melibatkan partisipasi siswa, yaitu pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.168 167 Eeniwati dan Khaeruddin, wawancara pada tanggal 25 April 2013. 168 Ahmad Hasan,wawancara pada tanggal 25 April 2012. 340 Melalui langkah-langkah tersebut, kemajuan dan perkembangan MAN 2 Model Makassar dapat membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan, sebagai madrasah yang unggul dan semakin diminati oleh masyarakat. ini diangkat untuk lebih memperjelas bahwa untuk meraih mutu dan keunggulan pasti terdapat tantangan atau hambatan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Itulah sebabnya dalam meraih kebaikan dan kualitas pendidikan sangat dibutuhkan perjuangan, kesungguhan dan ketulusan hati dari para guru dan staf. Ahmad Hasan mengakui bahwa faktor-faktor tersebut (faktor umum dan khusus), masih ditemukan pada sebagian warga MAN 2 Model Makassar. hal ini disebabkan karena madrasah sebagai intitusi jasa layanan, berbeda dengan institusi jasa produk barang atau industri. Pada industri, barang diproses dengan mesin, hasilnya harus sama sesuai standar. Pendidikan inputnya manusia yang memiliki karakter dan kepribadian yang berbeda, demikian halnya tenaga pendidik yang melakukan proses pembelajaran, memiliki kemampuan dan kualifikasi yang berbeda pula, sehingga dari perbedaan-perbedaan tersebut, kemungkinan besar menyebabkan timbulnya permasalahan dan kendala, baik sebagai faktor umum maupun sebagai faktor khusus dalam lingkungan lembaga pendidikan yang bersangkutan. 169 1) Sistem pembelajaran lebih menitikberatkan pada kuantitas hasil dari pada kualitas proses, yang diutamakan berapa yang harus diluluskan, bukan bagaimana kualitas/mutu kelulusan peserta didik. Mengenai hal ini Erniwati menyatakan sebagai sesuatu yang problemetik, sebab satu sisi guru dituntut untuk memperbaiki kualitas proses pembelajarannya, yang biasanya kalau ini benar-benar dilakukan pasti memakan waktu banyak, 169 Ahmad Hasan Wawancara pada tanggal, 24 April 2013 341 sementara pada sisi lain guru dituntut mempercepat penyelesaian materi pembelajarannya sesuai kalender pendidikan. Tetapi sebenarnya di MAN 2 Model tetap diperhatikan kedua hal tersebut, antara hasil dan kualitas proses dilaksanakan secara parallel atau seimbang. Jadi kalau ada diantara guru yang kurang memperhatikan mutu proses pembelajaran, hal itu tidak bisa dipungkiri, karena sangat tergantung kepada kompetensi dan kualitas guru yang bersangkutan.170 Itulah sebabnya kualitas proses pembelajaran sulit diukur, kecuali setelah memperoleh nilai dari hasil evaluasi akhir, melalui ujian nasional dan ujian sekolah. 2) Sebagian guru kurang memeperhatikan tingkat kemampuan, kecakapan belajar dan gaya belajar peserta didik, bahkan diantara guru juga kurang memperhatikan karakteristik peserta didik, seperti bermasa bodoh, tidak bersemangat, kurang motivasi dan sebagainya, kondisi seperti ini diakui oleh beberapa guru bahwa ada memang ada sebagian peserta didik seperti itu, dan guru kurang memberi perhatikan apalagi unruk mengubah perilaku peserta didik seperti itu. Jamaluddin mengakui bahwa dari sekian faktor yang menghambat kelancaran pembelajaran pada MAN 2 Model Makassar adanya prilkau peserta didik yang bermasa bodoh, tidak bersemangat, malas mengerjakan tugas-tugas pekerjaan ruumah, dan lainlain. Hal lain adalah Infrastruktur masih membutuhkan penyempurnaan misalnya; Media pembelajaran LCD dan laptop, masih terbatas kelas yang difasilitasi media seperti itu.171 170 Erniwati Wawancara, pada 18 April 2013. 171 Jamaluddin, wawancara pada tanggal, 24 April 2013. 342 3) Manajemen mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar bertujuan untuk mencari perubahan dan perbaikan mutu jangka panjang, perubahan nilai-nilai budaya madrasah. Manajemen mutu merupakan lingkaran perbaikan yang berkelanjutan dan sangat menekankan pada perbaikan dan perubahan sistem pada MAN 2 Model Makassar yang lebih efektif. h. Misi Madrasah 1) 2) 3) 4) Meningkatkan kesadaran dan pengamalan ajaran islam Menciptakan lingkungan yang islami Melaksanakan PBM dengan memadukan antara IMTAQ dan IPTEK. Meningkatkan pengamalan syariat Islam baik di madrasah maupun di masyarakat 5) Meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan menjunjung tinggi akhlak mulia. 6) Meningkatkan kedisiplinan komponen madrasah. 172 i. Tujuan Madarsah 1) Meningkatkan prestasi belajar siswa pada semua bidang studi yang diajarkan. 2) Menumbuh kembangkan sikap dan minat belajar yang tinggi di madrasah dan rumah. 3) Membiasakan siswa berperilaku sopan dan santun dengan teman, guru, dan orang tua baik di sekolah maupun di rumah. 4) Meningkatkan nilai rata-rata raport siswa minimal 7,00. 5) Mengupayakan siswa dapat naik kelas 100%. 6) Meningkatkan hasil UN/US untuk semua mata pelajaran yang diujikan. 7) Dapat meraih Juara olimpiade lomba mata pelajaran ditingkat nasional dan internasional. 8) Meningkatkan kemandirian dan rasa tanggungjawab melalui kegiatan ekstrakurikuler. 9) Mempersiapkan anak didik untuk melanjutkan pendidikan ke PerguruanTinggi yang ternama. 10) Menjadi sekolah yang diminati masyarakat.173 172 Rencana Kerja Tahunan Madrasah (RKTM) 2012/2013 173 Rencana Kerja Tahunan Madrasah (RKTM) 2012/2013 343 TABEL. VII Daftar Prestasi Siswa MAN 2 Model Makassar pada Lomba, Tingkat Kota, Propinsi dan Nasional Tahun 2011 -2013174 Kegiatan Prestasi Penyelenggara No . 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 Spotakuler Volly ball putri antar pelajar se Kota Makassar Lomba Pidato Pajak antar pelajar SMA/SMK se kota Makassar Lomba debat pemuda kreatif TK. Nasional di Jakarta Lomba pidato pemuda kreatif TK. Nasional di Jakarta English Event “The Award” explode your barrier & kreate your own story. Lomba pidato Tk. Pelajar Putri SLTA se Sul-Sul. Lomba Baca Berita Tk. Pelajar SLTA se Sul-Sel Lomba Akuntansi se Kota Makassar Lomba Debat Bhs Inggeris antar siswa se Kota Makassar Lomba Debat Bhs Inggeris antar siswa se Kota Makassar Lomba Koordinat Geometry Matematika / FMIPA UNM Lomba Presentasi Kimia / FMIPA UNHAS Science Competition TK.SMA Se Kota Makassar. Lomba Karya Tulis Ilmiah / Kantor Arsip, Perpustakaan & Peng. Data Kota Mks. Festival Ekonomi Tk. SMA se Indonesia (Serikat Perusahaan Pers) 174 Juara III Tahun 2011 I Yayasan pendidik Lanian Kanwil DJP Sulsel Barat Kemenpora II Kemenpora 2011 Favorite/team UIN Mks 2011 II Fak. Dakwah & Kom. UIN UIN 2011 2012 I Poltek Negeri U. Pandang Feb.UNHAS. II Feb. UNHAS 2012 III FMIPA UNM 2012 I FMIPA UNHAS 2012 I, I & III SMA Islam Athirah Kantor Arsip, Perpust & Peng. Data Kota Mks Serikat Perusahaan Pers 2012 II, Hrp 1&II Harapan II Harapan I Harapan III Juara I 2011 2011 2012 2012 2012 2012 Sumber data; Kepala Tata Usaha MAN 2 Model Makassar, diperoleh pada tanggal, 15 Juni 2013, di Makassar. 344 16 Lomba MTQ se Sul-Sel. 17 19 Kompetisi Sains Madrasah Fisika TK. Provinsi Sul-Sel. Kompetisi Sains Madrasah Matematika TK. Provinsi Sul-Sel HIKING SAFARI 20 Kemah Lomba Pramuka Penegak 21 Pidato Lingkungan Hidup Juara III 22 Kompetisi SAINS Madrasah Tk.Nasional Bid. Matematika Kompetisi Bhs. Jepang Tk. SMA/MA se Kota Makassar Juara III 18 23 Juara I Putra Juara II Juara I Juara I Juara III MTQ Juara Umum Juara III Maga, II Baca Kana, III Baca Kana Pi, III nyanyi jpang, III nyanyi jpng Pi, III Pa. II, III 24 Alsa Inglish Contest ( AESO) 25 Kompetisi Guru, Kepala dan Pengawas berprestasi Tk. Nasional 26 Lomba Cerdas Cermat Tk. SMA/MA 27 Lomba cerdas cermat Bhs Jepang 28 Lomba Sepak Takrow dalam Rangka HAB Kemenag Lomba Baris berbaris Tk. SMA se Sul-Sel. Juara II Lomba Akutansi Tk. SMA se Kota Mks Lomba Cerdas Tangkas fisika LCTF tk, SMA se Kota Mks. Lomba Photography Tk. SMA se Kota Mks. Lomba gambar karikatur Tk. SMA se Kota Mks Juara III Juara III 29 30 31 32 33 Harapan I Juara I ( 1 grm emas ) Juara II Juara I Juara II Juara III dan harapan I Unismuh. Makassar Kanwil Agama Prov. Sul-Sel Kanwil Agama Prov. Sul-Sel BPP. SAR Pramuka unm BPP. SAR Pramuka UNM Kanwil Kemenag. Dirjen Pendis Kemenag. RI SMA 17 MKs. 2012 Fak. Hukum UNHAS Dirjen Pendis Kemenang Serpong/Tgrn LBB Gajah Mada 2012 JLO( Jepang Lovers Mks) Kemenag Kota Mks. Resimen Mhs.Wolter Mongunsidi INIFA MFISIKA UNISMUH Keker Koding Graha Pena HUT. PPS UNM 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 1. Istilah pelanggan dalam konteks TQM terdiri dua unsur; Pertama pelanggan internal terdiri; guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi, dan 345 lain-lain. Kedua, pelanggan eksternal terdiri atas : pelanggan primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat sebagai pemakai/penerima lulusan baik diperguruan tinggi maupun dunia usaha). 346 TABEL. II Daftar Nama-Nama Kepala MAN 2 Model Makassar (sebelum dan sesudah terbentuknya) dari 1981 hingga sekarang. No. Nama Kepala Madrasah Tahun Bertugas Keterangan 1 Drs. H. Safar Bahar 1981 s.d 1985 Masih status PGA 2. Drs. H. Abd. Rahman K 1985 s.d 1986 sda 3. Abd. Malik Ibrahim, BA 1986 s.d 1989 sda 4. Drs. H. Abd. Hamid Syah 1989 s.d 1991 Dari PGA menjadi MAN 5. Drs. Khaeruddin Saleh 1991 s.d 1994 Status MAN 2 6. H. Idrus, BA 1994 s.d 1997 sda 7. Drs. Zainal Abidin 1997 s.d 1999 Status MAN 2 Model 8. Drs.H. Kuraisy Ahmad 1999 s.d 2003 sda 9. Drs. H. Rappe, M.Pd 2003 s.d 2006 sda TABEL . III Jumlah Guru dan Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin dan Status Kepegawaian MAN 2 Model Makassar Tahun Ajaran 2012/2013 175 No Jenis Kelamin PNS Honorer Jumlah 1 Guru /Laki-Laki 25 orang 7 orang 32 2 3 4 Guru /Perempuan Pegawai/ Laki-laki Pegawai/Perempuan Jumlah 175 42 orang 2 orang 9 orang 78 orang Profil MAN 2 Model Makassar 2013 6 orang 4 orang 5 orang 22 orang 48 6 14 100 347 TABEL . IV Jumlah Guru dan Pegawai Berdasarkan Pendidikan dan Sertifikasi pada MAN 2 Model Makassar Tahun Ajaran 2012/2013 176 Guru No Uraian SLTA 1 Diploma 2 S1 3 S2 4 S3 5 6 Sudah sertifikat 7 Belum sertifikat PNS Pegawai Honor Jumlah PNS Honor - 2 1 - 6 - 7 2 36 31 10 - 9 1 3 - 58 32 68 - - - 58 9 12 - - 20 TABEL. V Sarana Pembelajaran MAN 2 Model Makassar Tahun Ajaran 2012/2013 177 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Uraian Ruang kelas Ruang Kep. Madrasah Ruang Guru Ruang Staf Pegawai Administrasi Ruang BK Laboratorium Fisika Laboratorium Kimia & Biologi Laboratorium Bahasa Laboratorium Komputer Ruang Multimedia Ruang Olaraga Ruang tata usaha Laboratorium IPA Laboratorium Komputer Ruang Perpustakaan 176 Profil MAN 2 Model Makassar 2013 177 Profil MAN 2 Model Makassar 2012 Jumlah 27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 348 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Ruang OSIS & Ruang Pramuka Ruang UKS Aula Pertemuan Koperasi/Toko dan Kantin Jujur Ruang Keterampilan Boga Bengkel Asrama /Wisma PSBB Ruang Pusat Belajar Guru Ruang Kantor PSBB Masjid Rumah Dinas Kep. Sekolah Gudang Kamar Mandi Wc Guru LK Kamar mandi Wc Guru PR Kamar mandi Siswa( Pa/Pi) Ruang Penjaga Sekolah Lapangan Serbaguna Aula Mini Pos Satpan 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 8 1 1 1 2 TABEL. VI Jumlah Siswa Mulai dari kelas X sampai kelas XII di MAN 2 Model Makassar Tahun Ajaran 2012/2013178 Kelas X Tahun L Kelas XI Kelas XII Jumlah Jumlah L/P P L P L P L P 2010/2011 121 175 110 158 103 148 334 481 815 2011/2012 138 183 112 175 109 151 359 506 865 2012/2013 129 195 124 176 107 171 360 542 902 melalui kiat akronim DUIT (dedikasi terhadap tugas, usaha yang optimal, ikhlas dalam bekerja serta taqwa, tawakal, tabah, tekun, telaten, tenang, teratur, 178 Profil MAN 2 Model Makassar 2013 349 teliti, dan tuntas disemua sektor pekerjaan sesuai dengan logo MAN 2 Model Makassar yaitu Ikhlas beramal.179 Suatu hal yang perlu disadari semua stakeholder pendidikan bahwa sudah saatnya bagi pendidik khususnya di madrasah untuk lebih serius menangani peningkatan mutu dan pengembangan sistem pendidikan, karena selama ini usaha peningkatan mutu dan pembaruan ke arah peningkatan SDM yang berlandaskan pada manajemen modern belum sepenuhnya terakomodir, bahkan terlihat masih setengah hati atau tidak ditangani secar komperhensif. Sebab usaha peningkatan mutu peserta didik oleh sebagian guru dilakukan seadanya, sehingga diantara beberapa peserta didik belum terjadi perubahan secara signifikan pada dirinya. Melihat kondisi seperti ini tidak ada upaya lain kecuali sistem dan pendekatan pendidikan di MAN 2 Model Makassar harus ditingkatkan dengan mencari bentuk baru seperti manajemen yang berbasis TQM, atau dengan kata lain manajemen yang lebih berorientasi kepda mutu. mengatur proses pembelajaran, mengatur administrasi (kesiswaan, ketenagaan, sarana dan prasarana, dan keuangan ( RAPBM)), membimbing dan mengarahkan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS/M), 1. paling sedikitnya dapat dijabarkan ke dalam lima pilar TQM, yang meliputi; Pertama; Fokus pada Kostumer (Pelanggan internal dan eksternal) Upaya memberi kepuasan kepada pelanggan merupakan salah satu aspek utama dalam TQM. Peningkatan mutu lembaga pendidikan Islam (madrasah) dengan fokus pada kebutuhan pelanggan (peserta didik) diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang dibekali pengetahuan agama sekaligus pengetahuan umum. Kedua; 179 Muh. Ilyas, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 9 April 2013. 350 Keterlibatan secara total, menekankan kepada setiap orang agar komitmen untuk menfokuskan pada kualitas, harus mendorong memiliki peserta didik untuk mengubah cara kerja lama kepada cara kerja baru, dengan mengedepankan budaya mutu dalam proses pengembangan madrasah. Pemberdayaan semua warga madrasah diharapakan mereka dapat mengetahui informasi tentang perkembangan yang dialami lembaganya. Ketiga; Pengukuran. Dalam pengembangan TQM, pengukuran merupakan salah satu langkah yang penting dalam proses manajemen. Secara tradisional ukuran kualitas atas luaran madrasah adalah prestasi peserta didik. Ukuran dasarnya adalah hasil ujian, baik Ujian Sekolah (US) maupun Ujian Nasional (UN). Jika hasil ujian bertambah baik, maka kualitas pendidikan dikatakan juga membaik. Jika kualitas dapat dikelola, maka kualitas juga harus dapat diukur (measurable). Untuk mengejar kualitas, kesalahan harus diminimalisir untuk mencapai keunggulan kompetitif lulusan suatu lembaga pendidikan, dan keunggulan komparatifnya dengan yang lain sesuai dinamika pasar tenaga kerja. Keempat; Komitmen terhadap kualitas. Implementasi manajemen kualitas dalam lembaga pendidikan Islam diperlukan komitmen terhadap kualitas dan perbaikan kualitas. Sebelum seseorang akan melakukan perubahan, mereka harus percaya bahwa pimpinan madrasah berkomitmen untuk mencapai budaya kualitas, dengan mengedepankan aspek kualitas pada semua input dan prosesnya. Komitmen kualitas dibangun mulai dari level pimpinan tertinggi sampai pada level terbawah. Kelima; Perbaikan Berkesinambungan. Manajemen mutu terpadu (TQM) memperkenalkan pengembangan dan perbaikan proses, produk dan pelayanan sebuah organisasi secara sistimatik dan berkesinambungan. Perbaikan berkesinambungan berkaitan 351 dengan komitmen, yaitu komitmen terhadap kualitas, yang didasari pada visi dan misi pendidikan yang telah disepakati bersama, serta pemberdayaan semua potensi yang dimiliki oleh madrasah. Secara operasional pengelolaan pendidikan pada madrasah, penerapan TQM diprioritaskan sedikitnya pada lima bagian/bidang yaitu; Pertama, penerapan TQM untuk peningkatan fungsi administrasi dan manajemen secara menyeluruh. Kedua, mengintegrasikan TQM dalam kurikulum, Ketiga, penggunaan TQM dalam pengajaran di kelas. Keempat, penggunaan TQM di bidang pengembangan SDM dan kelima, penggunaan TQM di bidang pengawasan. Kelima bidang tersebut sangat menentukan tingkat kualitas lemabaga pendidikan. Jika kelimanya terkelola dengan baik dan efektif, dapat dipastikan akan berpengaruh terhadap perbaikan mutu pendidikan. Gambaran umum dari pembinaan dan pelaksanaan manajemen dan kepemimpinan, dapat dilihat dari indikator yang ditunjukkan oleh siswa selama mereka menjadi warga MAN 2 Model Makassar, baik dari segi kualitas lulusannya, maupun perilakunya yang kritis, rasional dan ucapan yang santun, ramah dan Islami, tidak terlibat dalam tawuran baik antar sekolah/madrasah maupun antar remaja serta pelanggaran-pelanggaran lainnya. Sementara pada sisi lain yang lebih menonjol adalah keterikatan secara moral dengan sesama peserta didik, baik di dalam maupun diluar MAN 2 Model Makassar. Penerapan TQM akan lebih efektif jika dipadukan dengan teori-teori manajemen lainnya seperti MBS (Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah) atau sistem MPMBS/M (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah). BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Proses Implementasi Total Quality Management (TQM) pada MAN 2 Model Makassar, ternyata menunjukkan ada beberapa bagian yang kurang mendukung kesempurnaan pelaksanaannya. Hal itu terbukti dari sebagian fakta empiris dan fakta-fakta lain yang masih perlu ditingkatkan pengelolaannya, sebagaimana yang tergambar dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan/pengarahan, dan pengawasan terhadap pembinaan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar. Ketidaksempurnaan yang ditemukan membuktikan bahwa penerapan prinsip-prinsip dan pedoman mutu (Quality Manual) yang direkomendasikan dalam TQM, sudah sepatutnya dijadikan sebagai referensi atau acuan dalam melaksanakan aktivitas madrasah, baik bersifat akademik maupun non akademik dengan melibatkan stakecholder madrasah, sehingga MAN 2 Model Makassar dapat meraih mutu dan eksit di era persaingan dewasa ini. 2. Faktor pendukung, baik pendukung internal maupun eksternal ternyata memiliki potensi yang cukup signifikan terhadap pembinaan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar di masa kini dan masa yang akan dating, sementara faktorfaktor yang menghambat yang menjadi kendala penerapan TQM, ternyata masih tetap terilihat pada sebagian aktivitas program pendidikan, seperti; a) sistem pengelolaan administrasi (ketatausahaan) madrasah masih standar atau belum online. b) sebagian tenaga pendidik (guru) dan staf masih perlu ditingkatkan kinerjanya. c) semangat belajar sebagian peserta didik masih perlu dibina secara 296 297 kontinu, d) organisasi pengembangan professional guru seperti KKM dan MGMP belum terkelola secara maksimal sesuai fungsinya, terutama Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pendidikan Agama Islam, e) Pengawas/supervisor pendidikan dari Kementerian Agama dan dari DIKNAS Kota Makassar belum efektif atau belum terlaksana sesuai harapan guru MAN 2 Model Makassar, sehingga supervisi akademik dan klinis dilaksanakan oleh kepala madrasah dalam waktu-waktu tertentu (tanpa jadwal) f) penggunaan sistem dan metode pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred approach), masih mendominasi dalam proses pembelajaran, padahal pola pembelajaran yang efektif adalah pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centred approach) dan metode pembelajaran “variatif”. Untuk mengatasi hambatan atau kendala tersebut, maka bimbingan dan pelatihan harus dilaksanakan secara intensif, terutama dikalangan guru dan staf, sehingga masalah seperti itu dapat dieliminir secara berangsur-angsur. 3. Hasil implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar dapat dilihat dari dua segi, yaitu; Pertama, dari segi toritis ternyata belum terlaksana secara sempurna sesuai petunjuk atau pedoman mutu yang direkomendasikan dalam TQM, terutama di bidang administrasi dan manajemen. Kedua, dari segi operasional, terlihat adanya beberapa program pendidikan, baik yang bersifat akademik maupun non akademik, sudah teradaptasi dengan prinsip-prinsip TQM, seperti; proses pembelajaran dan pengembangan kurkulum, pembelajaran berfukus kepada peserta didik, kinerja kepemimpinan kepala madrasah lebih efektif, kedisiplinan semakin meningkat, dan lain-lain. Meskipun pelaksanaan program pendidikan secara umum sudah baik, 298 namun tetap masih diperlukan upaya pembinaan secara optimal agar kualitas output pendidikan sesuai atau melebihi harapan pelanggan internal dan eksternal. B. Implikasi Penelitian Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan di atas, bahwa meskipun implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar belum sempurna, namun jika TQM benar-benar dilaksanakan sesuai petunjuk atau pedomana mutu yang direkomendasikan dalam TQM, maka akan berdampak positif dalam membina mutu pendidikan sebagaimana teori-teori yang telah digambarkan pada uraian sebelumnya. Implikasinya dapat digambarkan antara lain sebagai berikut; 1. Total Quality Management (TQM), sebagai sistem manajemen modern yang menghendaki perbaikan kualitas secara berkesimbungan (continuous improvement) dan perbaikan tanpa cacat (zero defects) yang dilandasi dengan obsesi dan komitmen yang tinggi terhadap mutu, akan menjadikan MAN 2 Model Makassar sebagai madrasah yang unggul, yaitu unggul dalam IPTEK dan unggul dalam IMTAQ 2. Penerapan Total Quality Management (TQM) dalam aktivitas pendidikan, baik yang bersifat akademik maupun berdampak pada output pendidikan mengelola seluruh non akademik akan yang bermutu sesuai harapan pelanggan, terutama orang tua peserta didik. 3. Penerapan Total Quality Management (TQM) secara efektif akan berdampak pada peningkatan kinerja Kepala MAN 2 Model Makassar bersama dengan guru dan staf, yang pada gilirannya akan berdampak pula terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik, yang memilki daya saing dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. 299 C. Saran-Saran 1. Untuk meningkatkan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, diharapkan kepada semua warga madrasah ( kepala, guru dan staf) agar menerapkan prinsip-prinsip TQM dalam semua aktivitas program pendidikan, sehingga madrasah tidak termaginalkan, bahkan sebaliknya dapat menghasilkan output yang dapat bersaing di era globalisasi sekarang ini. 2. Untuk lebih memantapkan penerapan TQM sebaiknya mengikuti standar mutu internasional atau ISO 9001: 2008, sehingga pengelolaan administrasi dan manajemen mutu pendidikan MAN 2 Model Makassar dapat terkelola dengan baik dan efektif, selain itu diharapkan agar supaya diadakan model pembelajaran yang berbasis ICT dengan pemasangan Projector di setiap ruang kelas. Dan waktu pembelajaran dilakukan dengan pola fullday school ( pukul: 07.00 – 17.00). 3. Untuk mengembangkan budaya mutu bagi warga MAN 2 Model Makassar, kiranya perlu mengintensifkan pelatihan dalam rangka menciptakan budaya mutu secara berkesiunambungan, termasuk dalam membina wawasan keilmuan dengan membiasakan para guru menulis karya ilmiyah dalam bentuk jurnal, Penilitian Tindakan Kelas ( PTK), yang bertujuan untuk memuat gagasan atau ide-ide dalam membina mutu MAN 2 Model Makassar secara keseluruhan. D. Postulat (dalail-dalil ) Dari hasil penelitian ini, setelah peneliti menggunakan analisa data secara induktif dan pendekatan metodologi dalam bentuk grounded research, maka didapatkan postulat sebagai berikut; a. Semakin meningkatnya penerapan Total Quality Management (TQM) semakin meningkat pula pembinaan mutu pada MAN 2 Model Makassar. 300 b. Kepemimpinan yang efektif, menjadikan guru semakin berdaya dan berkualitas, proses pembelajaran akan semakain berkualitas pula; c. Kepemimpinan dan komitmen yang tinggi adalah kunci keberhasilan meraih mutu pendidikan. Semakin tinggi komitmen kepemimpinan, semakin tinggi pula tingkat keberhasilan meraih mutu yang berdaya saing tinggi. d. Pelaksanaan kompetensi dan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran menjadikan prestasi peserta didik semakin meningkat. e. Pelaksanaan pengawasan semakin efektif, menjadikan seluruh aktivitas pendidikan semakin terarah dan terkontrol. f. Terciptanya iklim dan budaya organisai yang kondusif, menjadikan kehidupan madrasah semakin harmonis dan menyenangkan. 301 A. Kesimpulan 1. Implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar sesuai hasil penelitian ini ternyata menunjukkan ada beberapa bagian yang kurang mendukung mendukung pelaksanaan TQM, terbukti telah ditunjukkan oleh fakta empiris ( sesuai hasil survey 2. Hasil implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar, menunjukkan kurang ketecapaian TQM itu sendiri. 1. a. Implikasi teori. Penelitian ini mengambil fokus pada dua variabel, yaitu implementasi TQM dan peningkatan mutu pendidikan pada MAN 1 Model Makassar. TQM yang merupakan sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus menerus, dapat memberikan seperangkat pengetahuan dan tuntunan praktis bagi institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya, saat ini dan masa yang akan datang, dengan kata lain perbaikan sepanjang masa tanpa akhir. b. TQM sebagai pendekatan strategis dalam menjalankan roda organisasi yang memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan dan keingianan setiap pelanggan yang selalu berubah dan berkembang, maka otomatis manajemen dan pelayanan sekolah/madrasah terhadap pelanggan harus terus diperbaiki sesuai keinginan pelanggan. Oleh sebab itu mutu sulit diberikan pengukurun yang pasti, karena 302 mutu bersifat tentatif yang akan terus berubah, sesuai kebutuhan pelanggan pendidikan, kebutuhan inipun selalu berubah seiring dengan berubahnya waktu. c. Filosofi perbaikan mutu secara berkesinambungan berdasarkan teori Daming yang dikenal dengan siklus Deming, yang terdiri ” Plan, do, check, dan act (PDCA), yaitu; perencanaan produk (plan), Menghasilkan produk (do), memeriksa pruduk apakah sudah dengan rencana (aheck), memasarkan produk (act), dan menganalisa bagaimana produk tersebut diterima di pasar dalam hal kualitas, biaya dan kriteria lainnya.1 Teori ini merupakan salah satu teori yang dikembangkan oleh pakar mutu TQM, seperti Juran, Crosby, dan lain-lain. Teiori ini sengaja diangkat karena konsepnya searah dengan tujuan fungsifungsi manajemen dalam pendidikan sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Untuk lebih memhami alur pemikiran siklus Daming dapat digambarkan sebagai beriku; PLAN ANALYSIS DO THE DEMING CYCLE ACT CHECK Gambar : 1. Siklus Deming 1 Fandi Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Qualityet Management, (Yogyakarta: Andi Of Fset, 2001) h. 50. 303 2. Implikasi Praktis Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan di atas bahwa implementasi TQM, telah memberi manfaat terhadap peningkatan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar. Berangkat dari hasil penelitian tersebut maka implikasi praktisnya dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Keberhasilan implementasai TQM sangat terkait dengan profesi guru, pemberian motivasi, manajemen, dukungan kepala madrasah serta pembinaan dari pengawas pendidikan. b. Meningkatkan mutu pendidikan yang berbasis TQM secara kuantitas dan kualitas harus dikembangkan atau dipadukan dalam setiap aktivitas pendidikan, yang berfokus pada prinsip atau karakteristik TQM, terutama dalam proses pembelajaran atau dalam kegiatan edukasi lainnya. c. Membangkitkan semangat kompetitif dikalangan guru, staf dan peserta didik melalui moment perlombaan untuk kalangan guru secara berjenjang mulai dari tingkat madrasah sampai ke tingkat yang lebih tinggi, hal ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur kompetensi guru dalam bidang-bidang tertentu. 3. Saran-Saran a. Untuk menumbuhkan budaya organisasi, kiranya perlu diupayakan penerbitan bulletin, majalah atau media lainnya yang materinya berasal dari guru secara bergiliran, yang memuat gagasan atau ide-ide dalam membina mutu MAN 2 Model secara keseluruhan, hal lain yang bisa dimuat adalah materi bahan ajar yang bernuansa pembinaan akhlak bagi peserta didik. Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan guru dan staf menulis karya ilmiyah sebagai salah satu konsep pengembangan mutu tenaga pendidik. Bukan hanya penerbitan bulletin 304 atau jurnal, tetapi tidak kalah pentingnya adalah kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kegiatan ini bertujuan selain untuk pengembangan pengetahuan bagi guru dan untuk perbaikan proses pembelajaran, juga dapat dipergunakan untuk angka kridit bagi guru sekaligus untuk kenaikan pangkat mereka. b. Guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan seluruh warga madrasah terutama peserta didik. Hal ini sangat penting, karena kemampuan berkomunikasi secara efektif akan memudahkan peserta didik menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. 1) bertujuan menyelenggarakan pendidikan secara sistematis, praktis, dan strategis dengan mengutamakan kepentingan pelanggan. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu pendidikan MAN 2 Model Makassar berdasarkan filosofi TQM perbaikan berkesinambungan (continuous improvement). Implementasi TQM secara tidak terlepas fungsi-fungsi manajemen dalam pendidikan, artinya bahwa kegiatan 305 dan aktivitas peningkatan mutu pendidikan mulai dari, pecencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai kepada pengwasan atau evaluasi pendidikan. Perencanaan pendidikan pada MAN 2 Model Makassar berfokus pada visi, misi dan tujuan pendidikan sebagai acuan dalam penyusunaan Rencana Strategi (Renstra) dan Rencana Kerja Tahunan Madrasah (RKTM). Penjabaran keempat fungsi manajemen dalam mengelola pendidikan pada MAN 2 Model Makassar dikaitkan dengan prinsip-prinsip atau karakteristik TQM bertujuan menyelenggarakan pendidikan secara sistematis, praktis, dan strategis dengan mengutamakan kepentingan pelanggan, Pendekatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu pendidikan MAN 2 Model Makassar berdasarkan filosofi TQM perbaikan secara berkesinambungan (continuous improvement). Implementasi TQM tidak terlepas kepada fungsi-fungsi manajemen dalam pendidikan, artinya bahwa seluruah kegiatan dan aktivitas peningkatan mutu pendidikan bermuara pada fungsi-fungsi manajemen mulai dari, pecencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai kepada pengwasan atau evaluasi pendidikan. Oleh karena kajian tentang implementasi TQM sangat luas, maka a. ternyata sangat erat kaitannya dengan fungsi-fungsi manajemen, yang meliputi Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan atau pengarahan TQM pada MAN 2 Model Makassar, dilihat pada dua aspek kajian, yaitu; 1) kajian dalam tataran konsep, adalah suatu pendekatan dalam menjalankan kegiatan pendidikan yang berupaya memaksimalkan mutu output diikuti dengan penyempurnaan secara terus-menerus terhadap system manajemen pendidikan, dan 2) kajian 306 mencakup cara penerapan dan pengelolaan manajemennya, mengacu kepada lima prinsip TQM yaitu; a) Fokus pada pelayanan peserta didik), b) Berobsesi tinggi pada kualitas, c) Memiliki komitmen dan integritas, d) Kepemimpinan dan kerjasama tim (teamwork), e) Memperbaiki kualitas secara berkesinambungan,f) keterlibatan total dan pemberdayaan, g) pendidikan dan pelatihan. b. Supervisi pendidikan, bertujuan untuk mengukur dan menilai sudah sejauh mana pencapaian dan keberhasilan pelaksanaan program yang telah direncanakan, jika terdapat program belum terlaksana, atau terjadi kegagalan, maka harus dicek dimana letak kegagalannya, apakah perencanaannya ataukah pelaksananya ataukah metodenya, dan sebagainya. 4. faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, terdapat dua faktor, yaitu; a. Faktor Pendukung, terdiri dua faktor; 1) faktor internal, meliputi; a) ikhlas beramal, b) prinsip pelayanan prima, c) kepemimpinan kepala madrasah, d) kompetensi guru, e) ilklim dan budaya organisasi yang kondusif, f) Sarana dan prasaran yang memadai. 2) Faktor Ekternal, meliputi; a) dukungan masyarakat/komite madrasah, b) dukungan pemerintah, c) jumlah pendaftan calon peserta didik d) pengaruh otonomi daerah. b. Faktor Penghambat, meliputi dua faktor; 2) Faktor internal madrasah; a) sikap dan perilaku terhadap budaya mutu sebagian warga belum optimal, b) kualitas pendidik dan tenaga kependidikan belum merata, c) budaya mutu belajar peserta didik masih 307 rendah.d) sebagian guru belum memahami sistem manajemen dengan pendekatan TQM, e) Perencanaan pengelolaan madrasah secara umum masih perlu ditingkatkan secara optimal, 3) Faktor eksternal, yaitu; a) persainagan mutu sekolah/madrasah semakin ketat, b) pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, c) sebagian orang tua peserta didik kurang peduli terhadap perkembangan anaknya. 3. Keberhasilan implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar dapat dilihat dalam beberapa segi; pertama, Kinerja Kepemimpinan semaki meningkat, hal itu terlihat dalam penentuan kebijakan yang tepat, prosedur yang sederhana, pengambilan keputusan secara cepat dan benar. kedua, Perencanaan dan pengembangan program semakin terarah sesuai visi-misi dan tujuan pendidikan., ketiga; Kedisiplinan guru dan staf semakin meningkat, dilandasi dengan komitmen yang tinggi agar menjadi panutan bagi peserta didik. keempat; Kerja sama dan kemitraan senantiasa terjalin, baik dalam hubungan horizontal (sesama lembaga pendidikan) maupun secara vertikal atau nasional., kelima; motivasi belajar prestasi peserta didik semakin menggembirakan, terutama dalam hal kelulusan dan ketika mengikuti perlombaan dalam berbagai event, dll.,keenam; pelayanan dan mutu pembelajaran dan intensifikasi pelaksanaan evaluasi program yang dimulai dari perencanaan program, pelaksanaan, pencapaian sasaran evaluasi. 4. dari hasil penelitian ini dapat dirumuskan beberapa dalil atau petunjuk yang dapat dijadikan rujukan, sebagai berikut; c. Faktor Pendukung, terdiri dua faktor; 3) faktor internal, meliputi; a) ikhlas beramal, b) prinsip pelayanan prima, c) 308 kepemimpinan kepala madrasah, d) kompetensi guru, e) ilklim dan budaya organisasi yang kondusif, f) Sarana dan prasaran yang memadai. 4) Faktor Ekternal, meliputi; a) dukungan masyarakat/komite madrasah, b) dukungan pemerintah, c) jumlah pendaftan calon peserta didik d) pengaruh otonomi daerah. d. Faktor Penghambat, meliputi dua faktor; 4) Faktor internal madrasah; a) sikap dan perilaku terhadap budaya mutu sebagian warga belum optimal, b) kualitas pendidik dan tenaga kependidikan belum merata, c) budaya mutu belajar peserta didik masih rendah.d) sebagian guru belum memahami sistem manajemen dengan pendekatan TQM, e) Perencanaan pengelolaan madrasah secara umum masih perlu ditingkatkan secara optimal, 5) Faktor eksternal, yaitu; a) persainagan mutu sekolah/madrasah semakin ketat, b) pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, c) sebagian orang tua peserta didik kurang peduli terhadap perkembangan anaknya. 3. Keberhasilan implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar dapat dilihat dalam beberapa segi; pertama, Kinerja Kepemimpinan semakin meningkat, hal itu terlihat dalam penentuan kebijakan yang tepat, prosedur yang sederhana, pengambilan keputusan secara cepat dan benar. kedua, Perencanaan dan pengembangan program semakin terarah sesuai visi-misi dan tujuan pendidikan., ketiga; Kedisiplinan guru dan staf semakin meningkat, dilandasi dengan komitmen yang tinggi agar menjadi panutan bagi peserta didik. keempat; Kerja sama dan kemitraan senantiasa terjalin, baik dalam hubungan horizontal (sesama lembaga pendidikan) maupun secara vertikal atau nasional., kelima; motivasi 309 belajar prestasi peserta didik semakin menggembirakan, terutama dalam hal kelulusan dan ketika mengikuti perlombaan dalam berbagai event, dll.,keenam; pelayanan dan mutu pembelajaran dan intensifikasi pelaksanaan evaluasi program yang dimulai dari perencanaan program, pelaksanaan, pencapaian sasaran evaluasi. Sementara dalam menjalankan kegiatan pendidikan tetap ada upaya memaksimalkan mutu output dengan mengadakan penyempurnaan secara terusmenerus terhadap system pengelolaan manajemen pendidikan dengan mengacu kepada prinsip-prinsip TQM antara lain; a) Fokus pada pelayanan peserta didik), b) Berobsesi tinggi pada kualitas, c) Memiliki komitmen dan integritas, d) Kepemimpinan dan kerjasama tim (teamwork), e) Memperbaiki kualitas secara berkesinambungan,f) keterlibatan total dan pemberdayaan, g) pendidikan dan pelatihan. a. Sistem pengelolaan administrasi madrasah masih standar atau belum efektif. Hal itu terlihat masih adanya sebagian data yang belum di update melalui kompeter secara online, sementara staf tata usaha selain jumlahnya sedikit SDM-nya sebagian masih rendah. b. Sebagian tenaga pendidik (guru) yang masih lemah kinerjanya. Indikasinya penguasaan materi bahan ajar, metode pembelajaran dan penyusunan RPP serta pemamfaatan media pembelajaran, dan lain-lain kualitasnya masih rendah atau belum memuaskan. Indikasinya dapat terlihat ketika diadakan supervisi kelas. c. Budaya mutu dan semangat belajar sebagian peserta didik masih rendah, kecuali kelas-kelas unggulan. 310 d. Organisasi pengembangan professional guru seperti KKM dan MGMP belum terkelola secara maksimal sesuai fungsinya, terutama MGMP mata pelajaran Agama Islam. Sementara MGMP pelajaran umum selalu aktif karena mereka bergabung dengan SMA/MA se Kota Makassar. e. Pengawas/supervisi pendidikan dari Kementerian agama belum efektif, kecuali supervis internal yang dilakukan kepala madrasah bersama wakil kepala madrasah tetap berjalan secara efektif. f. Sebagian guru masih mempergunakan sistem dan metode pembelajaran yang masih berorientasi pada pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred approach), yang seharusnya pola pembelajaran yang efektif adalah pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centred approach). A. Keunggulan Kurikulum MAN 3 Malang 1. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam pengembangan IPTEK dan IMTAQ peserta didik (perpaduan kurikulum Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional). 2. Mengembangkan Program Kelas MABI (Madrasah Aliyah Bertaraf Internasional), program kelas akselerasi, program kelas olimpiade (IMO, ICHO, IBO, IPHO, dan ICTO), kelas bilingual dan program kelas reguler. 3. Membangun soft skills dalam bentuk pengembangan nilai-nilai spiritual dan keterampilan yang didasarkan pada tata nilai “attitude”. B. Keunggulan Proses Pembelajaran. 1. Adanya team teaching yang merupakan sebuah inovasi pembelajaran untuk kesuksesan Ujian Nasional dan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri 311 2. Pembelajaran berbasis ICT yang didukung adanya LCD Projector di setiap ruang kelas yang dilengkapi juga dengan free hotspot internet access dan Pembelajaran berbasis ICT yang didukung adanya LCD Projector di setiap ruang kelas yang dilengkapi juga dengan free hotspot internet access dan intranet untuk mendukung self learning (belajar mandiri) 3. Adanya intensive class untuk peserta didik yang masih membutuhkan peningkatan kompetensi. 4. Penerapan strategi Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Aktif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan pola indoor and outdoor learning yang didukung dengan lingkungan yang asri, sejuk, nyaman, indah, dan aman. C. Keunggulan Fasilitas Pembelajaran. 1. Masjid. 2. 2. Digital Library. 3. 3. Computer Laboratory. 4. 4. Science Laboratory (Biology, Chemistry, Physics, and Mathematics). 5. 5. Free hotspot area. 6. 6. Internet-web site and Intranet. 7. 7. Multimedia Room. 8. 8. Language Laboratory (English, Arabic, German, Japanese, and Mandarin). 9. Outdoor Study Area (green house, tribune, and joglo). 10. 10. UKS, unit usaha, dan kantin. 11. PSBB (Pusat Sumber Belajar Bersama). 12. Kamera CCTV.126 a. Keunggulan Pengelolaan 1. 1. Fullday school 2. 312 2. Boarding school 3. 3. Academic Adviser 1. Untuk menumbuhkan kreativitas para guru kiranya madrasah dapat menerbitkan bulletin, majalah atau media lainnya yang materinya berasal dari guru secara bergiliran, yang memuat gagasan atau ide-ide dalam membina mutu MAN 2 Model Makassar secara keseluruhan, hal lain yang bisa dimuat adalah materi bahan ajar yang berorientasi pada pembinaan akhlak bagi peserta didik. Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan guru dan staf menulis karya ilmiyah sebagai salah satu konsep pengembangan mutu tenaga pendidik. Bukan hanya penerbitan bulletin atau jurnal, tetapi tidak kalah pentingnya adalah kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kegiatan ini bertujuan selain untuk pengembangan pengetahuan bagi guru dan untuk perbaikan proses pembelajaran, juga dapat dipergunakan untuk angka kredit bagi guru sekaligus untuk kenaikan pangkat mereka. belum terimplementasikan sesuai pedoman mutu (quality manual) yang dikembangkan oleh TQM, terutama di bidang administrasi dan manajemen, namun DAFTAR PUSTAKA Abd. al-Karīm al-Syaḥrastāni, Abū al-Fatḥ Muḥammad bin. Al-Milal wa alNiḥal, juz I. Bairūt: Dār al-Kutub al-Ilmiyah, t.th. Abdullah, Husain, dkk. JK Ensiklopedia. Cet. I; Jakarta; Ideal Group, Yayasan Kalla, 2012. Agung, Iskandar. Peningkatan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru. Jakarta: Bestari Buana Murni, 2010. Ali, Muhammad. Strategi Penelitian Pendidikan. Cet. II; Bandung Angkasa, 1993. Amri, Sofan. Peningkatan Mutu pendidikan Sekolah dasar dan menengah . Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013. Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan. Cet. IV: Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2007. Arifin, A. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1999. Armstrong, Michael. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Elex Media Koputindo. 1997 Arsyad, Azhar. Pokok-Pokok Manajemen, Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan dan Eksekutif , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, t.th. Assegaf, Abdul Rahman. Pendidikan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Suka Press, 2007. Atoner, James A.F & R. Edwar Feeman. Management Sixty edition. Cet. I; New Jersey: Prentice Hall, 1995. Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Cet. II; Jakarta: Logos Wacana, 1999. -----------, Ensiklopedi Islam, Jilid.4, Edisi Baru, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005. Bafadal, I & A. Imran. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Malang: Kerjasama FIP UM dan Ditjen-Dikdasmen, 2004. Baharuddin dan Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan Islam .Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2012. Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zein. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2002. Bariyah, N. Oneng Nurul. Kontekstualisasi Total Quality management dalam Lembaga Pengelola Zakat untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat . Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. 301 302 Bungin, Burhan. Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Model Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012. Casparsz, Vincent. Total Quality Manajemen. Cet. V. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008. Cham, Sam, M. Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Cet. VI; Jakart: PT. Rajagrafindo Persada, 2011. Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia, 2002. -----------, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Cv. Alfabeta, 2011. -----------, Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara, 2007. -----------, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Cet. II. Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2006. Daradjat, Zakiah. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang, 2005. Departemen Agama RI. Development of Madrasah Aliyahs Project (DMAP), Konsep Dasar Pengembangan MAN Model, Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 1998. -----------, Dirjen Bimas Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Al Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: PT. Tehazed, 2010. -----------, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2007. -----------, Muqaddimah Al Qur’an dan tafsirnya edisi revisi. Jakarta, Lembaga Percetakan Departemen Agama RI, 2009. ------------, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2007. ------------, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2010. -----------, Pengawasan dengan Pendekatan Agama untuk penyuluh Agama, Guru dan Widyaiswara. Jakarta: Inpektorat Jenderal, Proyek Penyebarluasan Pengertian dan Kesadaran Pengawasan Melalui Jalur Agama, Jakarta: 2004. ------------,Menuju Madrasah Mandiri. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2006. -----------, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2010. -----------, Profil Madrasah Masa Depan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2006. 303 -----------, Revitalisasi Madrasah dalam Menghadapi Persaingan Global, Jurnal. Voleme 1, 2 Maret. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, 2009. Departemen Pendidikan Nasional RI. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. Cet. V: Jakarta: Lek.Diknas, 2005. -----------, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008. -----------, Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: LPMP, 2006. -----------, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning,(CTL) .Jakarta: Ditjen Dikdasmen, 2002. -----------, Penilaian Kinerja Guru dan Kompetensi Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008. -----------, Peraturan Pemerintah RI, Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Dimyati, Vien. Jurnal Indonesia. HDI 2011 Indonesia merosot, Jakarta jum’at, 4 Nov 2011. Diakses pada tanggal 21 Juli 2013. Djokopranoto, R. Eko Indrajid & R. Manajemen Perguruan Tinggi Modern. Cet. I; Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2007. Domopolii, Mulyono. Pesantren Modern IMMIM Pencetak Muslim Modern. Cet.I, Jakarta: Rajawali Pers Raja Grafindo Persad, 2011. Edwar Feeman, James A.F. Atoner R, Management Sixty Edition. Cet. I; New Jersey: Prentice Hall, 1995. Effendi, Muchtar. Manajemen Suatu Pendekatan berdasarkan Ajaran Islam. Jakarta : Bharata, 1996. Fatah, Nanang. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah. Cet. I; Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005. Feeman, James A.F. Atoner R. Edwar. Management Sixty edition. Cet. I; New Jersey: Prentice Hall, 1995. Field, Joseph C. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi dan Aplikasi. Terjemahan oleh Syafaruddin. Jakarta: PT Grasindo, 2000. Gage Allee, John. Websters Dictionary, Chicago, Wilcox & Folt Book Company, 2000. Getteng, Abd. Rahman. Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan, Tinjauan Historis dari Tradisional ke Modern ,Cet. I, Makassar: Alauddin Press, 2011. 304 Goestsch dan Davis. Total Quality Management Three Steps To Continous Improvement. Cet. I; California.New York.Addison: Wesley Publishing Company, TTP. -----------,Strategic Qualty Management. Education, 2000. Cet. I; Londong: departement of Gojali, Umairso dan Imam. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan, Menjual mutu pendidikan dengan pendekatan Quality Control bagi Pelaku Lembaga Pendidikan. Cet. II; Yogjakarta; IRCiSoD, 2011. Gomez Mejia, R. Gomez, dkk. Managing Human Resource. Cet. 3. London : Hall International, Inc, 2001. Grafika, Redaksi Sinar. Undang-undang Guru dan Dosen. UU RI No. 14 Th. 2005 Cet. II; Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Hadi, Abdul dan Nurhayati. B. Manajemen Mutu Pendidikan. Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2010. Halim, Abd. Rahman. Paradigma Baru Sistem Pembinaan Madrasah. Cet. I. Yogyakarta: Kota Kembang, 2009. Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung: Refika Aditama, 2012. Handoko. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi 2. Yogyakarta: BPEF, 1992. Haryati, Nik. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam. Cet. I, Bandung: Al Fabeta, 2011. Hasibuan. Lies. Melejitkan Mutu Pendidikan: Refleksi, Relevansi dan Rekonstruksi Curriculum. Jambi: SAPA Project, 2004. Hidayah, Nur. Model Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Pelayanan Kesehatan Untuk Pengembangan Rumah Sakit Umum Kota Makassar (Total Quality Management Model Of Health Care For Hospital Development In Makassar Cyti) Disertasi, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Makassar, th. 2013. Horison, Ali Ashraf. Era Baru Pendidikan Islam.Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996. Ibrāhim Ḥasan, Hasan. Tarīkh al-Islām, juz I. Cet. IX; Kairo: Maktabah alNaḥdlah al-Miṣriyah, 2000. Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek .Yogjakarta; Ar Ruzz Media , 2007. 305 Bafadal, I & A. Imron. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Malang: Kerjasama FIP UM dan Ditjen-Dikdasmen, 2004. Imron. Ali. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya, 1995. Indrajid, R. Eko & R. Djokopranoto. Manajemen Perguruan Tinggi Modern. Cet. I; Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2007. Ismail, Sirajuddin, dkk. Reinvensi Kurikulum & Pembelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar, Jakarta; Orbit - Indobis 2011. Jerome S. Arcaro. Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata Langka Penerapan. Cet. IV; Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2007. Jurnal “ El-Tarbawi” ( Jurnal Pendidikan Islam) Vol. I, No. 2 tahun 2008, Lihat; http://fis.uii.ac.id/images/el-tarbawi-vol1-no2-2008-03-darmadji.pdf, diakses pada tanggal, 21 Januari 2013. Jurnal Istiwa http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/410991105_1907-672X.pdf, diakses pada tanggal, 10 April 2013. Kloter, Philip. Marketing Management. Alih bahasa Agus Hasan. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Jakarta: PT.Prenhallindo, 1997 Komaruddin. Kamus Istilah Skripsi dan Tesis. Bandung: Angkasa, 1999. Kritiner, Robert. Management. Cet. IV; Boston: Hougton Mifflin, 1999. Kustimi. Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Membina Kemampuan Mengajar Guru. Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia, 2003. LAPIS (Learning Assistence Program Of Islamic School). Disadur dari Materi Workshop Manajemen Berbasis Madrasah. Pelaksana IAIN Sunan Ampel Surabaya kerja sama dengan UIN Alauddin Makassar bersama dengan LAPIS di Makassar, tanggal, 9-11 Juni 2008. Majlis Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan (MP3A), Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Kementeria Agama RI, Revitalisasi Madrasah dalam Menghadapi Persaingan Global, Jurnal Voleme 1, 2 Maret 2006, Makawimbang, Jerry H. Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011. Makbuloh, Dede. Manajemen Mutu Pendidikan Islam, Model pengembangan Teori dan Aplikasi Sistem Penjaminan Mutu. Cet. I Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011. Maksum. Madrasah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. 306 Mantja, William. Jurnal Ilmu Pendidikan Manajemen Mutu Pendidikan. Januari 2004 ------------, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. Cet. I: Jakarta: LIPI, 2000. Marzuki. Metodologi Riset. Yogyakarta: t. pn, 2008. Mejia, R. Gomez, dkk. Managing Human Resource. Cet. 3. London : Hall International, Inc, 2001 Miller. Improving Quality in Further Education. Cet. I; USA: Allyn and Bacon, 2001. Muhaimin, dkk. Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, Cet. I, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011. -----------, Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Cet. II; Jakarta: Kecana, 2007. Muhammad, A. Komunikasi Organisasi. Ed.1, Cet.4, Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Mukhtar, Prim Masrokan. Manajemen Mutu Sekolah, Strategi Peningkatan Mutu dan dan Saing Lembaga pendidikan Islam .Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2013. Mulyadi. Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu ( Studi Kasus di MAN 3 dan MAN I Malang serta MA Hidayatul Mubtadi’in Kota Malang. Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2010. Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005. ------------, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan Implementasinya. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. ------------, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Cet. II, Jakarta : Bumi Aksara, 2012, ------------, Menjadi guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Cet.X; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011. ------------, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Strategi dan Implementasi. Cet. I; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. Mulyasana, Dedi. Pendidikan Bermutu Berdaya Saing . Cet. II, Bandung : PT. Rosdakarya, 2012. Mulyati, Yati Siti (Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia(UPI). Manajemen Pendidikan. Cet. IV. Bandung: Alfabeta, 2011. Mulyono. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan . Yojakarta; Ar-Ruzz Media, 2008. 307 Munandar, Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Petunjuk bagi para guru dan orang tua. Jakarta: Grasindo, 1992. Murgatroy. S. Total Quality Management and the school. Cet. I; Philadelphia: Open University Pres, 2004 Nafis, Ahmadi Syukran. Pendidikan Madrasah, Dimensi Profesional dan Kekinian. Yogya-karta: LaksBang PRESSindo, 2010. Naquib al-Attās, Syed Muhamad. The Concept of Education in Islam: A Framework for an Islamic Philosophy Education, terj. Haidar Bagir, Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangka Pikir Pembimbing Filsafat Pendidikan Islam. Cet. I; Bandung: Mizan, 2009. Nasution, M.N. Manajemen Mutu Terpadu . Total Qulity Management. Cet. II; Bogor: Galia Indonesia, 2010. Nasution, S. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008. ------------, Metodologi Studi Islam. Cet. XI, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Nawawi, Hadari. Manajemen Strategik .Cet. I; Yogyakarta: Gadjah Mada Pers, 2005. ------------, Sistem Informasi Manajemen. Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Nizar, Syamsul. Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia. Jakarta: Kencana, 2007. Nur Mufidah, Luk-Luk. Aktualisasi TQM dalam meningkatkan Profesionaalisme Guru di Lembaga Pendidikan Islam, Jurnal Tadris, Vol. 4 Nomor.1 Tahun 2009. Nurhayati. B, Abdul Hadis. Manajemen Mutu Pendidikan. Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2010. . Panggabean, M.S. Komitmen Organisasional sebagai Mediator Variabel Bagi Pengaruh Kepuasan Kerja. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 6. No.1, 2004,. Panglaykim dan Hazil Tanzil. Manajemen Suatu Pengantar. Cet. XV ; Jakarta : Ghalia Indonesila, 2001. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI, Nomor 63 tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. 308 Pidarta, Made. Manajemen Pendidikan Indonesia. Edisi Revisi, Jakarta: Bina Aksara, 2008. -----------, Pemikiran tentang Supervisi pendidikan, (Edisi Revisi, Jakarta: Bina Aksara, 2009. Poerwanegara, Suryadi. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu. Cet. I; Jakarta: PT.Bumi Aksara. 2002. Pontjorini, Ety Rochaety. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Cet.I; Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Prastowo, Andi. Memahami Metode-Metode Penelitian, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jogjakarta: Ar Ruz Media, 2011. Prawirosentono, Suyadi. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu, Total Quality Management Abad 21, Studi Kasus dan Analisis.. Jakarta; Bumi Aksara. 2004. Rachman, Rasyid. Pengantar Sejarah Liturgi. Cet. I; Tangerang: Bintang Fajar, 1999. Rao, Ashok. Total Quality Management, a cross fungtional perspective. United States: John Wiley & Sons, 2006. Restuningdiah, Nurika. Pengaruh Komitmen Profesional terhadap Kepuasan Kerja Guru melalui Komitmen Organisasional. Disertasi: Universitas Negeri Malang, 2009. Rivai,Veithzival dan Silviansa Murni. Educational Management, Analisa Teori dan Praktek. Cet. II; Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Rohiat. Manajemen, Sekolah. Teori Dasar dan Praktik. Bandung: PT. Refika Aditama, 2010. Rumi, Ahmad. Ensiklopedi Manajemen. Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 1994. Rusyan, Tabrani. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja Karya, 1998. Sabda. Saifuddin. Model Kurikulum Terpadu Iptek dan Imtaq.( Jakarta: Ciputat Press.2006 Sagala, Saiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Cet. III, Bandung: Alfabeta, 2012. -----------, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Cet. V; Bandung: CV. Alfabeta, 2011. Sahertian, Piet A. Profil Pendidikan Profisional. Cet. II; Yogyakarta: Andi Offset, 1999. 309 Sallis, Edward. Total Quality Management In Education dan diterjemahkan oleh Ahma Ali Riyadi dan Fahrurrozi Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. Cet. IV; Yogyakarta: IRCiSoD, 2011. Samana, A. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius, 1994. Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,. Cet.I; Jakarta: Kencana, 2009. ------------, Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cet. 9. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012. Saondi, Ondi. Etika Profesi Keguruan. Bandung: PT. Refika Aditama, 2010. Saud, Udin Syaefuddin . Pengembangan Profesi Guru. Bandung: CV.Alfabeta, 2010. Shaleh, Abdul Rahman. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa. Visi, Misi, dan Aksi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2004. -----------, Penyelenggaraan Madrasah. Jakarta: Dharma bakti, 1981. Shelton, Ken. In Search Of Quality. Jakarta: Gramedia PustakaUtama, 1997. Sholeh, Asrorun Ni’am. Membangun Profesionalitas Guru. Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen. Jakarta: Elsas, 2006 Siagian, Sondang P. Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung, 1979. Slamet dan Field, Joseph. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi dan Aplikasi, Terjemahan oleh Syafaruddin. Cet. I; Jakarta: PT Grasindo, 2000. Soedijarto. Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia Widiasarana, 1993. Stephen Murgatroyd and Colin Morgan. Total Quality Management and The School, Open University Press, Buckingham – Philadelphia, 1994. Sudibyo, Bambang. Rencana Strategis Depdiknas Tahun 2005-2009 Menuju Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang 2025, Cet. I; Jakarta: Depdiknas, 2005. Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1991. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008. Suhardan, Dadang. Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 201. ------------,.Supervisi Profesional, Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung : Alfabeta, 2010. Suharsaputra, Uhar. Administrasi Pendidikan. Bandung : Refika Aditama, 2010 310 Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Cet. I; Bandung: Rosdakarya, 2006. Supriadi, Dedi. Mengangkat Citra dan Martabat Guru .Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa, 1999. -------------, Mengangkat citra dan martabat Guru. Cet. I; Yogyakarta: Adicipta Karya Nusa, 1999. Suryabrata. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003. Suryadi Ace dan H.A.R. Tilaar. Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1994. Syalabi, Ahmad. Mawsū'ah al-Tarīkh al-Islāmiy, juz I.Mekah: al-Nahdlah alMiṣriyah, t.th. Syam, Husain dan Sonny Thioritz. Kendali Mutu. Cet. I; Badan Penerbi UNM Makassar, 2011. Syukran Nafis, Ahmadi. Pendidikan Madrasah, Dimensi Profesional dan Kekinian. Yogya-karta: LaksBang PRESSindo, 2010. Tawsand, Tony. Effectif Schooling for the community. Canada, Routlange, 1994. Thaib, M. Amin,dkk. Standar Supervisi dan Evaluasi Pendidikan pada Madrasah Aliyah ,Jakarta: Direktur Mapaenda Kementerian Agama RI, 2005. Thobroni, Muhammad dan Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran, Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, Cet. I, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Tilaar, H.A.R. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1994. Tjiptono, Fandy, Tjiptono dan Anastasia Diana. Total Quality Management. Cet. X; Yogyakarta: Andi Ofset, 2003. Tolkhah, Imam, dkk. Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar dan Menengah. Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama RI, 2007. Umairso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan, Menjual mutu pendidikan dengan pendekatan Quality Control bagi Pelaku Lembaga Pendidikan. Cet. II; Yogjakarta; IRCiSoD, 2011. Usman, Husaini. Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Edisi 3, Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Vincent, Caspersz,Total Quality Managemen. Cet. V: Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008. Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011. Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Hidakarya Agung, 2000. 311 DAFTAR INFORMAN PENELITIAN : IMPLEMENTASI TQM DALAM MEMBINA MUTU PENDIDIKAN PADA MAN 2 MODEL MAKSSAR NO. NAMA JABATAN 1 Ahmad Hasan Kepala MAN 2 Model 2 Hamzah Lestari 3 Nurlaela Ketua POKJAWS Kementerian Agama Kepala Tata Usaha MAN 2 Model 4 Abdul Halim. D Wakil Ktua Komite 5 Khoiri Wakamad Kesiswaan 6 Erniwati Wakamad Kurikulum 7 Jamaluddin Wakamad Saran & Prasarana 8 Kaharuddin Wakamad HUMAS 9 Warfah Guru 10 Aniyah Dimyati Guru 11 La Ode Riasi Guru 12 Abrar Alwi Guru 13 Massarappi Guru 14 Muh. Ilyas Guru 15 Sulariati Guru 16 Erni El Gani Guru 17 Roswati Guru 18 Zuhriyani Guru 19 Kamaria Rahman Guru 20 Sukriyati Guru 21 Amaluddin Guru 22 Muh. Hasbi Hasanuddin Guru KET. 312 23 Ihsan Maulana 24 Nursakinah Guru 25 Muh. Ikbal Guru Tanda tangan ybs, dapat dilihat pada lampiran. Guru BK 313 PERNYATAAN INFORMAN/NARASUMBER Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan behwa; Nama : Hamzah Djunaid Pekerjan : Dosen DPK UIN Alauddin Mmakassar pada UIM Makassar. Tujuan : Mengadakan penelitian pada MAN 2 Model Makassar dalam rangka penyelesaian Studi Program Doktor pada PPS UIN Alauddin Makassar. Pernyataan : bahwa benar yang bersangkutan telah mengadakan penelitian pada MAN 2 Model Makassar, dari bulan April s/d Agustus 2013. Adapun nama-nama informan sebagai berikut; No. Nama Jabatan Tanda Tangan 01. Ahmad Hasan Kepala MAN 2 Model 1…………….. 02. Hamzah Lestari 03. Nurlaela Ketua POKJAWS Kementerian 2………….. Agama Kepala TU MAN 2 Model 3…………. 04. Abdul Halim. D Wakil Ktua Komite 05. Khoiri Wakamad Kesiswaan 06. Erniwati Wakamad Kurikulum 07. Jamaluddin Wakamad Saran & Prasarana 08. Kaharuddin Wakamad HUMAS 09. Warfah Guru 10. Aniyah Dimyati Guru 11. La Ode Riasi Guru 12. Abrar Alwi Guru 13. Massarappi Guru 14. ` Sulariati Guru 15. Erni El Gani Guru 4…………. 5…………… 6…………. 7……………… 8…………. 9…………… 10…..…….. 11…………… 12……….. 13…………… 14………… 15…………. 314 16. Roswati Guru 17. Zuhriyani Guru 18. Kamaria Rahman Guru 19. Sukriyati Guru 20. Muh. Ilyas Guru 21. Nursakinah Guru 22. Muh.Hasbi Hasanuddin Guru 23. Amaluddin Guru 24. Muh. Ikbal Guru 25. Ihsan Maulana Guru 16………… 17…………. 18………… 19………….. 20………… 21…………. 22………… 23………….. 24………… 25………… Demikian pernyataan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Makassar, 25 Agustus 2013, Mengetahui. Kepala MAN 2 Model Makassar, Drs. H. Ahmad Hasan, M. Ag. 315 Abd. al-Karīm al-Syaḥrastāni, Abū al-Fatḥ Muḥammad bin, Al-Milal wa alNiḥal, juz I. Bairūt: Dār al-Kutub al-Ilmiyah, t.th. Arifin, A, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1999. Arsyad, Azhar, Pokok-Pokok Manajemen, Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan dan Eksekutif , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, t.th. Assegaf, Abdul Rahman, Pendidikan Islam di Indonesia (Yogyakarta: Suka Press, 2007. Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III .Cet. I, Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2012. Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam .Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2012. Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zein. Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : Rineka Cipta, 2002. Casparsz, Vincent, Total Quality Manajemen (Cet. V. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008. Danim, Sudarwan Visi Baru Manajemen Sekolah.( Jakarta : Bumi Aksara, 2007. Danin, Sudarwan, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan ( Cet. II. Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2006. Departemen Agama RI dan "Development of Madrasah Aliyahs Project " (DMAP), Konsep Dasar Pengembangan MAN Model, Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 1998. Departemen Agama RI, Al Qur’an dan tafsirnya edisi yang disempurnakan (Cet. III, Jilid.7, Jakarta, Lembaga Percetakan Departemen Agama RI, 2009. Departemen Agama RI, Al Qur’an dan tafsirnya edisi yang disempurnakan (Cet. III, Jilid.10, Jakarta, Lembaga Percetakan Departemen Agama RI, 2009. Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahnya (Jakarta; Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 2009. Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan,( Direktorat Jenderal Pendidikan Islam tahun 2007), Departemen Agama RI, Pengawasan dengan Pendekatan Agama untuk penyuluh Agama, Guru dan Widyaiswara. Jakarta: Inpektorat Jenderal, Proyek Penyebarluasan Pengertian dan Kesadaran Pengawasan Melalui Jalur Agama, Jakarta: 2004. Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. (Cet. V: Jakarta: Lek.Diknas, 2005. Departemen Pendidikan Nasional, Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.Jakarta: LPMP, 2006. Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. Jakarta, 2004. 316 Depatemen Agama, Menuju Madrasah Mandiri (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2006. Depatemen Agama, Profil Madrasah Masa Depan (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2006. Dikdasmen Depdiknas, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL) .Jakarta: Ditjen Dikdasmen, 2002. Dimyati, Vien, Jurnal Indonesia, HDI 2011 Indonesia merosot, Jakarta jum’at, 4 Nov 2011. Diakses pada tanggal 21 Juli 2013. Domopolii, Mulyono, Pesantren Modern IMMIM Pencetak Muslim Modern. Cet.I, Jakarta: Rajawali Pers Raja Grafindo Persad, 2011. Edwar Feeman, James A.F. Atoner R, Management Sixty Edition (Cet. I; New Jersey: Prentice Hall, 1995. Fatah, Nanang, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah. Cet. I; Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005. Field, Joseph C, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi dan Aplikasi. Terjemahan oleh Syafaruddin. (Jakarta: PT Grasindo, 2000. Gage Allee, John, Websters Dictionary (Chicago, Wilcox & Folt Book Company, 2000. Getteng, Abd. Rahman, Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan, Tinjauan Historis dari Tradisional ke Modern ,Cet. I, Makassar: Alauddin Press, 2011. Gomez Mejia, R. Gomez, dkk, Managing Human Resource ( Cet. 3. London : Hall International, Inc, 2001) h. 225. Hadi, Abdul dan Nurhayati. B, Manajemen Mutu Pendidikan (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2010 Halim, Abd. Rahman, Paradigma Baru Sistem Pembinaan Madrasah ( Cet. I. Yogyakarta: Kota Kembang, 2009. Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung: Refika Aditama, 2012. Hidayah, Nur, Model Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Pelayanan Kesehatan Untuk Pengembangan Rumah Sakit Umum Kota Makassar (Total Quality Management Model Of Health Care For Hospital Development In Makassar Cyti) Disertasi, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Makassar, th. 2013. Ibrāhim Ḥasan, Hasan, Tarīkh al-Islām, juz I.Cet. IX; Kairo: Maktabah alNaḥdlah al-Miṣriyah, 2000. Indrajid, R. Eko & R. Djokopranoto, Manajemen Perguruan Tinggi Modern (Cet. I; Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2007. 317 Kementerian Pendidikan Nasional, Penilaian Kinerja Guru dan Kompetensi Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008. Kritiner, Robert, Management,Cet. IV; Boston: Hougton Mifflin, 1999 Kustimi, Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Membina Kemampuan Mengajar Guru (Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), h. 64. LAPIS (Learning Assistence Program Of Islamic School) Disadur dari Materi Workshop Manajemen Berbasis Madrasah (Pelaksana IAIN Sunan Ampel Surabaya kerja sama dengan UIN Alauddin Makassar bersama dengan LAPIS di Makassar, tanggal, 9-11 Juni 2008 ). Mahmud Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Hidakarya Agung, 2000. Majlis Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan (MP3A), Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Kementeria Agama RI, Revitalisasi Madrasah dalam Menghadapi Persaingan Global, Jurnal Voleme 1, 2 Maret 2006, h. 8. Makawimbang, Jerry H. Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011. Mukhtar, Prim Masrokan ,Manajemen Mutu Sekolah, Strategi Peningkatan Mutu dan dan Saing Lembaga pendidikan Islam (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2013. Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu ( Studi Kasus di MAN 3 dan MAN I Malang serta MA Hidayatul Mubtadi’in Kota Malang ( Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2010), Mulyati, Yati Siti (Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia(UPI), Manajemen Pendidikan. Cet. IV. Bandung: Alfabeta, 2011. N.Oneng Nurul Bariyah, Kontekstualisasi Total Quality management dalam Lembaga Pengelola Zakat untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Prinsip dan Praktek), Disertasi (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Naquib al-Attās, Syed Muhamad The Concept of Education in Islam: A Framework for an Islamic Philosophy Education, terj. Haidar Bagir, Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangka Pikir Pembimbing Filsafat Pendidikan Islam (Cet. I; Bandung: Mizan, 2009. Nur Mufidah, Luk-Luk Aktualisasi TQM dalam meningkatkan Profesionaalisme Guru di Lembaga Pendidikan Islam, Jurnal Tadris, Vol. 4 Nomor.1 Tahun 2009. Panggabean, M.S, Komitmen Organisasional sebagai Mediator Variabel Bagi Pengaruh Kepuasan Kerja. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 6. No.1, 2004. Panglaykim dan Hazil Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar (Cet. XV ; Jakarta : Ghalia Indonesila, 2001. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah 318 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 63 tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan pada Pasal 1 ayat ( 1) dan ayat (2). Pidarta, Made, Pemikiran tentang Supervisi pendidikan, (Edisi Revisi, Jakarta: Bina Aksara, 2009), Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan Indonesia (Edisi Revisi, Jakarta: Bina Aksara, 2008 Prawirosentono, Suyadi, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu, Total Quality Management Abad 21, Studi Kasus dan Analisis. (Jakarta; Bumi Aksara. 2004. Rivai,Veithzival dan Silviansa Murni, Educational Management, Analisa Teori dan Praktek (Cet. II; Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Rohiat, Manajemen Sekolah, Teori Dasar dan Praktik (Cet. III, Bandung: Refika Aditama, 2010) h. 14-15. Saondi, Ondi, Etika Profesi Keguruan, Bandung: PT. Refika Aditama, 2010. Sirajuddin Ismail, dkk, Reinvensi Kurikulum & Pembelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar( Jakarta; Orbit - Indobis 2011. SK MENPAN Nomor 091/KEP/MEN.PAN/10/2001 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, pasal 1, ayat (1). Stephen Murgatroyd and Colin Morgan, Total Quality Management and The School, (Open University Press, Buckingham – Philadelphia, 1994. Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar ( Bandung: Sinar Baru, 1991), h. 116. Supriadi, Dedi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru .Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa, 1999. Syalabi, Ahmad, Mawsū'ah al-Tarīkh al-Islāmiy, juz I.Mekah: al-Nahdlah alMiṣriyah, t.th. Syam, Husain dan Sonny Thioritz, Kendali Mutu, Cet. I; Badan Penerbi UNM Makassar. 2011 Syukran Nafis, Ahmadi, Pendidikan Madrasah, Dimensi Profesional dan Kekinian (Yogya-karta: LaksBang PRESSindo, 2010. Thaib, M. Amin,dkk, Standar Supervisi dan Evaluasi Pendidikan pada Madrasah Aliyah ,Jakarta: Direktur Mapaenda Kementerian Agama RI, 2005 Tolkhah, Imam, dkk. Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar dan Menengah ( Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama RI, 2007 Umairso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan, Menjual mutu pendidikan dengan pendekatan Quality Control bagi Pelaku Lembaga Pendidikan (Cet. II; Yogjakarta; IRCiSoD, 2011. 319 Usman, Husaini, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Edisi 3, Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Veithzal Rivai dan Silviana Murni, Education Management, Analisis Teori dan Praktik (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010. LAMPIRAN: V JADWAL PENELITIAN DISERTSI JUDUL : IMPLEMENTASI TQM DALAM MEMBINA MUTU PENDIDIKAN PADA MAN 2 MODEL MAKASSAR BULAN/TAHUN KEGIATAN 12/2012 01/2013 02/2013 03/2013 04 s/d 082013 09 /2013 10 s/d 122013 01/2013 1. Persiapan a. Pengajuan rencana judul b. Penetapan judul c. Penunjukan promoter 2. Penyusunan proposal a. Penulisan Proposal b. Seminar proposal c. Perbaikan proposal d. Penyusunan instrumen 3. Permohonan. izin penelitian 4. Pelaksanaan Penelitian 5. Bimbingan dan konsultasi hasil penelitian. 6. Pengesahan dan seminar hasil penelitian 7. Perbaikan Disertasi 8. Ujian Tutup 9. Rencana Ujian Promosi Makassar, 15 Desember 2012 Peneliti. 02/2013 Ket. LAMPIRAN: V JADWAL PENELITIAN DISERTSI JUDUL : IMPLEMENTASI TQM DALAM MEMBINA MUTU PENDIDIKAN PADA MAN 2 MODEL MAKASSAR Bulan/Tahun kegiatan 12/2012 10. Persiapan d. Pengajuan rencana judul e. Penetapan judul f. Penunjukan promoter 11. Pengurusan proposal e. Observasi awal f. Seminar proposal g. Perbaikan proposal h. Penyusunan instrumen 12. Permo. izin penelitian 13. Pelaksanaan Penelitian 14. Bimbingan dan konsultasi hasil penelitian. 15. Pengesahan dan seminar hasil penelitian 16. Perbaikan Disertasi 17. 18. Ujian Tutup Rencana Promosi Makassar, 15 Desember 2012 01/2013 02/2013 03/2013 04 s/d 082013 09 /2013 10 s/d 122013 01/2013 02/2013 Ket. LAMPIRAN: VI NO. DAFTAR NAMA-NAMA INFORMAN NAMA JABATAN 1 Ahmad Hasan Kepala MAN 2 Model 2 Hamzah Lestari 3 Nurlaela Ketua POKJAWS Kementerian Agama Kepala Tata Usaha MAN 2 Model 4 Abdul Halim. D Wakil Ktua Komite 5 Khoiri Wakamad Kesiswaan 6 Erniwati Wakamad Kurikulum 7 Jamaluddin Wakamad Saran & Prasarana 8 Kaharuddin Wakamad HUMAS 9 Warfah Guru 10 Aniyah Dimyati Guru 11 La Ode Riasi Guru 12 Abrar Alwi Guru 13 Massarappi Guru 14 Muh. Ilyas Guru 15 Sulariati Guru 16 Erni El Gani Guru 17 Roswati Guru 18 Zuhriyani Guru 19 Kamaria Rahman Guru 20 Sukriyati Guru 21 Amaluddin Guru 22 Muh. Hasbi Hasanuddin Guru 1 KET. 23 Ihsan Maulana Guru BK 24 Nursakinah Guru 25 Muh. Ikbal Guru Makassar, 28 Agustus 2013, Mengetahui. Kepala MAN 2 Model Makassar, ttd Drs. H. Ahmad Hasan, M. Ag. 2 PERNYATAAN INFORMAN/NARASUMBER Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan behwa; Nama Pekerjan Tujuan : Hamzah Djunaid : Dosen DPK UIN Alauddin Mmakassar pada UIM Makassar. : Mengadakan penelitian pada MAN 2 Model Makassar dalam rangka penyelesaian Studi Program Doktor pada PPS UIN Alauddin Makassar. Judul Disertasi: Implementasi TQM dalam Membina Mutu Pendidikan pada MAN 2 Model Makassar. Pernyataan : bahwa benar yang bersangkutan telah mengadakan penelitian pada MAN 2 Model Makassar, dari bulan April s/d Agustus 2013. Adapun nama-nama informan sebagai berikut; No. Nama Jabatan Tanda Tangan 01. Ahmad Hasan Kepala MAN 2 Model 1…………….. 02. Hamzah Lestari 03. Nurlaela Ketua POKJAWS Kementerian 2………….. Agama Kepala TU MAN 2 Model 3…………. 04. Abdul Halim. D Wakil Ktua Komite 05. Khoiri Wakamad Kesiswaan 06. Erniwati Wakamad Kurikulum 07. Jamaluddin Wakamad Saran & Prasarana 08. Kaharuddin Wakamad HUMAS 09. Warfah Guru 10. Aniyah Dimyati Guru 11. La Ode Riasi Guru 12. Abrar Alwi Guru 13. Massarappi Guru 3 4…………. 5…………… 6…………. 7……………… 8…………. 9…………… 10…..…….. 11…………… 12……….. 13…………… 14. ` Sulariati Guru 15. Erni El Gani Guru 16. Roswati Guru 17. Zuhriyani Guru 18. Kamaria Rahman Guru 19. Sukriyati Guru 20. Muh. Ilyas Guru 21. Nursakinah Guru 22. Muh.Hasbi Hasanuddin Guru 23. Amaluddin Guru 24. Muh. Ikbal Guru 25. Ihsan Maulana Guru 14………… 15…………. 16………… 17…………. 18………… 19………….. 20………… 21…………. 22………… 23………….. 24………… 25………… Demikian pernyataan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Makassar, 28 Agustus 2013, Mengetahui. Kepala MAN 2 Model Makassar, Drs. H. Ahmad Hasan, M. Ag. 4 5 Lampiran: II. DATA PERSONIL, SARANA DAN PRASARANA MAN 2 MODEL MMAKASSAR TABEL. I Daftar Nama-Nama Kepala MAN 2 Model Makassar (sebelum dan sesudah terbentuknya) dari 1981 hingga sekarang. No. Nama Kepala Madrasah Tahun Bertugas Keterangan 1 Drs. H. Safar Bahar 1981 s.d 1985 Masih status PGA 2. Drs. H. Abd. Rahman K 1985 s.d 1986 sda 3. Abd. Malik Ibrahim, BA 1986 s.d 1989 sda 4. Drs. H. Abd. Hamid Syah 1989 s.d 1991 Dari PGA menjadi MAN 5. Drs. Khaeruddin Saleh 1991 s.d 1994 Status MAN 2 6. H. Idrus, BA 1994 s.d 1997 sda 7. Drs. Zainal Abidin 1997 s.d 1999 Status MAN 2 Model 8. Drs.H. Kuraisy Ahmad 1999 s.d 2003 sda 9. Drs. H. Rappe, M.Pd 2003 s.d 2006 sda TABEL . II Jumlah Guru dan Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin dan Status Kepegawaian MAN 2 Model Makassar Tahun Ajaran 2012/2013 1 No Jenis Kelamin PNS Honorer Jumlah 1 Guru /Laki-Laki 25 orang 7 orang 32 2 3 4 Guru /Perempuan Pegawai/ Laki-laki Pegawai/Perempuan Jumlah 1 42 orang 2 orang 9 orang 78 orang Profil MAN 2 Model Makassar 2013 1 6 orang 4 orang 5 orang 22 orang 48 6 14 100 TABEL . III Jumlah Guru dan Pegawai Berdasarkan Pendidikan dan Sertifikasi pada MAN 2 Model Makassar Tahun Ajaran 2012/2013 2 Guru No Uraian SLTA 1 Diploma 2 S1 3 S2 4 S3 5 6 Sudah sertifikat 7 Belum sertifikat PNS Pegawai Honor Jumlah PNS Honor - 2 1 - 6 - 7 2 36 31 10 - 9 1 3 - 58 32 68 - - - 58 9 12 - - 20 TABEL. IV Sarana Pembelajaran MAN 2 Model Makassar Tahun Ajaran 2012/20133 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Uraian Ruang kelas Ruang Kep. Madrasah Ruang Guru Ruang Staf Pegawai Administrasi Ruang BK Laboratorium Fisika Laboratorium Kimia & Biologi Laboratorium Bahasa Laboratorium Komputer Ruang Multimedia Ruang Olaraga Ruang tata usaha Laboratorium IPA Laboratorium Komputer Ruang Perpustakaan Ruang OSIS & Ruang Pramuka Ruang UKS 2 Profil MAN 2 Model Makassar 2013 3 Profil MAN 2 Model Makassar 2012 Jumlah 27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Aula Pertemuan Koperasi/Toko dan Kantin Jujur Ruang Keterampilan Boga Bengkel Asrama /Wisma PSBB Ruang Pusat Belajar Guru Ruang Kantor PSBB Masjid Rumah Dinas Kep. Sekolah Gudang Kamar Mandi Wc Guru LK Kamar mandi Wc Guru PR Kamar mandi Siswa( Pa/Pi) Ruang Penjaga Sekolah Lapangan Serbaguna Aula Mini Pos Satpan 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 8 1 1 1 2 TABEL. V Jumlah Siswa Mulai dari kelas X sampai kelas XII di MAN 2 Model Makassar Tahun Ajaran 2012/20134 Kelas X Tahun L Kelas XI Kelas XII Jumlah Jumlah L/P P L P L P L P 2010/2011 121 175 110 158 103 148 334 481 815 2011/2012 138 183 112 175 109 151 359 506 865 2012/2013 129 195 124 176 107 171 360 542 902 4 Profil MAN 2 Model Makassar 2013 3 LAMPIARAN : IV A. PEDOMAN WAWANCARA IMPLEMNETASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DALAM MEMBINA MUTU PENDIDIKAN PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 MODEL MAKASSA Tanggal Wawancara : Informan : Dimohon kepada Bapak/Ibu untuk memberi jawaban pertanyaan di bawah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 I. PERENCANAAN PROGRAM Data diperoleh dari kepala , guru dan staf MAN 2 Model Apakah anda dapat menyampaikan latar belakang perobahan nama dari MAN 2 menjadi MAN 2 Model Makassar (tambahan Model).? Apakah semua warga madrasah ( Kepala, Wakamad, Guru dan Staf ) memiliki tekad/komitmen yang kuat unutk terus menerus memperbaiki mutu pendidikan. ? Kalau ada komitmen, sudah tentu ada langkah-langkah yang ditempuh, kira-kira menurut bapak langkah-langkah apa.? Apakah perencanaan yang bapak maksudkan itu sudah didokumentasikan dalam bentuk apa, atau apakah sudah disosialisasikan kepada semua warga.? Apakah visi-misi yang bapak maksud sudah dijabarkan dalam bentuk RENSTRA atau RKTM. ? Apakah visi –misi dan tujuan pendidikan tersebut berorientasi pada pembinaan mutu sesuai amanat peraturan dan perundang-undangan pemerintah.? Apakah semua program yang dirumuskan dalam RENSTRA atau di RKTM sudah terlaksana.? Kalau memang tidak semua dapat terlaksana, adakah hambatan atau sebab- sebab, sehingga tidak terlaksana, dan apa solusinya. Apakah bisa dikemukakan program apa saja yang sudah dan yang belum dilaksanakan.? Apakah semua kegiatan di biayai oleh Dana Komite ataukah ada dana dar sumber lain. Apakah setiap menyusun perencanaan, kepala madrasah melibatkan semua stakecholder madrasah.? 1 Jawaban II. PENGORGANISASIAN Data diperoleh dari kepala, guru, staf, pengurus komite, pengawas 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Apakah MAN 2 Model Makassar sudah memilki Struktur Organisasi dan bagaimana bentuknya. Apakah struktur organisasi tersebut dilengkapi dengan tata kerja organisasi, dan apakah masing-masing personil sudah mengetahui tugasnya.? Bagaimana upaya kepala madrasah menangani masalah pekerjaan, jika seandainya yang bersangkutan berhalangan atau tidak mampu .? Bagaimana upaya kepala madrasah melaksanakan tugas-tugasnya yang begitu banyak, jika terjadi tugas bersamaan. ? Terlihat dalam uraian tugas anda, jumlahnya sangat banyak apakah tugas-tugas itu diselesaikan sendiri atau dibantu orang lain(kerjasama).? Apakah setiap personil melaporkan hasil-hasil kegiatannya setelah pekerjaan itu telah selesai dikerjakan (dalam bentuk tulisan). Apakah madrasah menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan ( Sekolah/Madrasah Negeri) lainnya.? Apakah madrasah terlibat dalam kegiatan organisasi Profesi seperti, PGRI, K3M/KKKS, dll, baik ditingkat Kota maupun di tingkat Propinsi.? Dalam bentuk apa saja, jika madrasah dilabatkan dalam organisasi tersebut; III. PELAKSANAAN TQM ( Data meliputi ; ketenagaan, peserta didik, kepemimpinan dan pengembangan kurikulum dll) Apakah madrasah ini sudah menerapkan Manajemen Mutu Terpadu yang sering disebut TQM secara sempurna. Bagaimana pndangan anda tentang pembinaan mutu pada MAN 2 model Makassar.? Seandainya aktifitas pendidikan sudah tersentuh dengan TQM, hal-hal apakah yang termasuk di dalamnya. ? Penerapan TQM di dunia bisnis cukup berhasil meningkatkan produktifitas perusahaan, apakah kemungkinannya bisa sama jika diterapkan juga di dunia pendidikan.? 25 Salah satu prinsip dalam TQM yaitu fokus kepada pelanggan(peserta didik), apakah anda setuju dengan prinsip tersebut.? 26 Apakah anda setuju jika prinsip TQM yang lain juga diterapkan pada madrasah, seperti; obsesi terhadap mutu, perbaikan secara berkesinambungan, komitmen, kepemimpinan efektif, dll. 27 Apakah madrasah mengadakan perbaikan secara kontinu( terus menerus ) terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. 28 Apakah anda mempunyai kiat-kiat untuk meningkatkan prestasi 2 belajar peserta didik.? 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 Bagaimana menghadapi peserta didik yang semangat belajarnya kurang, padahal pembelajaran harus fokus kepada peserta didik. Adakah ketentuan /persyaratan penerimanaa Siswa Baru (PSB), dan apakah madrasah memiliki kode etik. Apakah ada hukuman atau sangsi yang dijatuhkan kepada peserta didik yang melanggar kode etik madrasah.? Apakah keputusan yang diambil kepala madrasah selalu memepertimbangkan kepentingan peserta didik.? Bukti-bukti apa saja yang dapat diperlihatkan bahwa peserta didik sudah mampu bersaing dengan sekolah/madrasah lain yang sederajat. Apakah madrasah mempunyai program kelas unggulan, dan apakah program ini mendapat dukungan dari komite madrasah. Bagaimana mengatasi hambatan-hambatan dalam meningkatkan prestasi peserta didik. Apakah kepala madrasah sudah menjalankan fungsi-fungsi manajeme. Apakah madrasah memiliki dokumen yang lengkap tentang ketentuan ketentuan (peraturan) penyelenggaraan madrasah selain ketentuan dari Kemenag/Pemerintah.? Apakah madrasah menempatkan siswa dan orang tua siswa/wali sebagai pengguna layanan pendidikan dan guru diposisikan sebagai mitra kerja kepala madrasah..? Apakah kepala madrasah dalam melaksanakan program sesuai prinsip KISS-ME.(Kooordinasi, Integrasi, Singkronisasi,Simplikasi, Mekanisme, Evaluasi & Pelaporan) Apakah madrasah menyampaikan kepada orang tua peserta didik tentang perkembangan /kemajuan atau jika anaknya bermasalah. Bagaimana upaya menyelesaikan jika peserta didik menghadapi permasalahan di madrasah. Apa kiat-kiat kepala madrasah dalam menciptakan budaya mutu pada MAN 2 Model Makassar. Apakah rasio guru dan siswa di madrasah sudah sesuai dengan ketentuan yang baku dalam pendidikan( aturan Kem Deiknas/Kemenag). ? Apakah semua guru sudah sesuai kualifikasinya dengan mata pelajaran yang diajarkan (sesuai dengan aturan yang berlaku. )? Apakah guru madrasah sudah disertifikasi, dan bagaimana kinerja mereka setelah mendapat sertifikasi.? Apakah madrasah memiliki tenaga Bimbingan Konseling yang kualifikasinya sesuai dengan aturan yang berlaku. ? Apakah madrasah memiliki tenaga pustakawan dan laboran yang kualifikasinya sesuai dengan aturan yang berlaku. ? Apakah madrasah dalam menyusun RAPBM selalu mempertimbangkan kemampuan peserta didik sebagai sumber utama pemasukan, jenis kegiatan/program, lamanya kegiatan, dan estimasi 3 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 biaya. Apakah madrasah mengupayakan mencari dana tambahan yang proporsional untuk menunjang kegiatan lain di luar kegiatan operasional. ? Apakah madrasah mengalokasikan dana untuk peningkatan profesionalisme guru dan untuk peningkatan kreavitas guru. ? Apakah madrasah mengalokasikan dana untuk peningkatan mutu pendidikan, baik program akademik maupun non akademik, termasuk infrastruktur. Apakah madrasah mengalokasikan dana untuk bantuan biaya pendidikan guru kepada jenjang berikutnya ( S2 & S3). ? Apakah madrasah mengalokasikan dana untuk kegiatan kesiswaan, baik kegiatan akademik maupun non akademik sebagai upaya peningkatan kualitas peserta didik. ? Apakah madrasah mengalokasikan dana untuk subsidi silang dan beasiswa bagi siswa yang kurang mampu. ? Apakah madrasah mengupayakan dana untuk beasiswa bagi siswa yang berprestasi ? Apakah sumbangan/ dana dari orang tua siswa dikelola secara transparan dan akuntable serta peruntukannya sesuai dengan RAPBM yang telah disepakati. ? Apakah Laporan pertanggungjawaban ( LPJ) keuangan dilaksanakan secara terbuka( dihadapan orang tua siswa). ? Apakah penerimaan siswa baru sesuai dengan hasil seleksi yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan kapasitas daya tampung kelas yang ada. Apakah ada data jumlah peserta didik yang melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi (PTN/PTS) atau terserap di dunia kerja. Apakah prestasi yang dicapai siswa madrasah pada perlombaan mata pelajaran, terutama mata pelajaran MAFKIBI, ? Apakah siswa MAN 2 Model selalu mendapat prestasi yang memuaskan pada setiap even perlombaan olah raga dan kesenian antar siswa tingkat SMA/sederajat se Kota makassar? Apakah siswa MAN 2 Model selalu mendapat prestasi yang memuaskan pada setiap even perlombaan keterampilan, karya ilmiyah, dan lain-lain antar siswa tingkat SMA/sederajat se Kota makassar? Apakah prestasi yang dicapai siswa madrasah pada perlombaan keagamaan (keislaman). ? Apakah rata-rata nilai ujian nasional memenuhi ketentuan minimal. ? Apakah Organisasi kesiswaan ( OSIM, UKM, PMR dan Pramuka ) berjalan aktif dan memiliki program kerja sesuai visi-misi madrasah. ? Apakah madrasah memiliki klub olahraga dan klub kesenian, yang aktif dan mengikuti perlombaan baik dalam kampus maupun antar siswa se Kota Makassar. ? 4 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 Apakah siswa MAN 2 Model tidak ada yang tirlibat dalam pergaulan bebas, perkelahian dan penggunaan narkoba serta tindakan criminal lainnya, baik secara berkelompok maupun secara perorangan. ? Apakah Pemerintah bersama dengan orang tua/Komite Madrasah senantiasa aktif memberi saran perbaikan kepada warga madrasah untuk kemajuan dan peningkatan muyu madrasah. ? Apakah Pemerintah bersama dengan masyarakat senantiasa melakukan monitoring pelaksanaan program madrasah. ? Apakah dana pembangunan pisik ( gedung ) dan pembangunan sarana lainnya( olah raga dan penataan lingkungan dall) selain diperoleh dari dana BP-3 dan sumbangan dari masyarakat, juga mendapat bantuan dana dari pemerintah. ? Apakah kebersihan dalam kelas dan lingkungan madrasah selalu terpelihara dengan baik, rapih, bersih dan menyenangkan. ? Apakah keamanan madrasah terjamin sekali 24 jam dengan tersedianya 2( dua) pos keamanan pada pintu timur(utama) dan pinti bagian barat untuk siswa. ? Apakah Warga madrasah aktif melaksanakan program K7 (Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Keindahan, Kekeluargaan, Kerindangan dan Keseha an ). ? Apakah Cara berpakaian guru, staf dan siswa madrasah rapi dan Islami. ? Apakah madrasah memiliki Program yang membekali siswa agar dapat bekerja di dunia usaha/industry. ? Apakah madrasah selalu mendorong warga madrasah untuk memiliki kebiasaan membaca. ? Apakah Warga Madrasah melaksanakan tata karma dan etika Islami yang ditetapkan dalam pergaulan serta hubungan antar warga Madrasah terjalin dengan harmonis. ? Apakah madrasah memiliki program Kegiatan-kegiatan Hari Besar Islam dan kegiatan ibadah social lainnya. ? Madrasah memiliki program tadarrus (membaca al Qur’an secara rutin ) bagi siswa. ? Apakah madrasah memiliki program shalat berjamaah ( terutama shalat dhuhur) dan kegiatan ceramah keagamaan secara rutin untuk warga madrasah. ? Apakah adrasah memiliki program kerjasama/ hubungan dengan alumni yang melalui sebuah wadah organisasi ( Ikatan Alumni). ? Apakah menurut Bapak/Ibu, bahwa yang mendukung penerapan TQM pada MAN 2 Model adalah 1) Kebijakan pimpinan yang demokratis.2) Kompetensi Guru yang rata-rata sudah disertifikasi.3) Sarana dan prasarana yang memadai. 4) keterlibatan orang tua siswa, 5) Staf ( tenaga kependidikan) yang bertanggung jawab; Apakah menurut bapak/ibu, bahwa yang menghambat penerapan TQM pada MAN 2 Model ini adalah; 1) Keterbatasan dana, 2) Komitmen terhadap konsep mutu masih rendah, 3) Budaya belajar 5 84 85 86 87 88 89 90 91 peserta didik terhadap orientasi mutu masih kurang, 4) Pengawasan dan pengedalian mutu Pendidikan belum maksimal. Apakh Masjid/mushallah, sudah dipergunakan secara efektif untuk pembinaan kegiatan keagamaan. ?. Apakah jumlah gedung belajar dan ruang belajar( rombel) sudah sesuai dengan jumlah siswa dan telah dilengkapi media pembelajaran. ? Apakah gedung perpustakaan dilengkapi buku- buku untuk kebutuhan peserta didik. ? Apakah madrasah sudah mempunyai sarana dan prasaran perkantoran yang lengkap atau berbasis ICT pada kantor staf, guru dan kepala madrasah. Apakah madrasah menyiapkan gedung laboratorium, Bahasa, IPA, Kimia, Biologi, Pisika, ? Apakah madrasah menyiapkan ruang Komite, OSIS, PMR, UKM, MGMP, ? Apakah madrasah menyiapkan ruang Kantin dan Ruang Tataboga atau lain-lainnya. Apakah madrasah menyiapkan lapangan olah raga.( Bulu Tangkis, Long Tennis, Tennis Meja, dll ). ? IV. PENGAWASAN /SUPERVISI ( data diperoleh dari pengawas Kementerian Agama dan kepala dan guru MAN) 92 92 93 94 95 96 97 98 99 Berapa kali bapak sebagai pengawas pendidikan dari Kemenag. Selalu mengadakan pengawasan pada MAN 2 Model Makassar , apakah setiap bulan ataukah sekali dua bulan.? Ataukah bagaimana. Bagaimana pandangan bakap tentang kinerja kepala, guru dan staf MAN 2 Model Makassar. Apakah kepala madrasah selalu mengadakan supervise kelas atau supervise akademik dan klinis. Apakah guru – guru mengunakan metode pembelajaran variatif pada MAN 2 Model Makassar, yang oleh sebagian besar guru menganggap sebagai metode yang efektif. ? Apakah menurut Bapak/Ibu, bahwa Guru-Guru MAN 2 Model selalu berusaha memberikan penilaian hasil pekerjaan peserta didik dengan berorientasi kepada tiga aspek /ranah pendidikan ( Kognitif, afektif dan psikomotorik Apakah semua guru MAN 2 Model selalu mempersiapkan perangkat pembelajaran/RPP sebelum melakukan pembelajaran Apakah Kepala madrasah selalu mengadakan pertemuan rutin dengan guru dan staf atau dengan orang tua peserta didik serta pengawas secara berkala. Apakah Guru-guru mengadakan remedial bagi peserta didik yang nilainya masih rendah. Apakah menurut anda, bahwa dalam implementasi TQM terdapat 6 beberapa faktor penghambat, tolong dijelaskan. 100 Apakah menurut bapak, bahwa di MAN 2 Model Makassar terdapat sejumlah faktor-faktor yang dapat mendukung implementasi TQM. 102 Apakah terdapat bukti-bukti keberhasilan yang telah diraih oleh peserta didik pada setiap kegiatan perlombaan.? 103 Apakah dalam pengambilan keputusan dalam merencanakan dan melaksanakan setiap kegiatan, Kepala madrasah senantisa melibatkan semua warga madrasah. 104 Apakah dalam perencanaan dan plekasanaan kegiatan, kepala madrasah membentuk tim khusus( Pansus) dalam upaya menyukseskan kegiatan tersebut. Apakah madrasah menfasilitasi/memaksimalkan pengembangan profesi guru melalui MGMP setiap mata pelajaran. Apakah guru mengadakan analisis bahan ajar, baik berdasarkan silabus maupun dengan pendekatan keilmuan. 105 106 107 Apakah Kepala madrasah selalu mengadakan pertemuan rutin dengan guru dan staf atau dengan orang tua peserta didik serta pengawas secara berkala. 108 Apakah Guru sudah memiliki keterampilan membuka dan menutup pembelajaran; Apakah Guru sudah memiliki keterampilan menjelaskan dan bertanya dalam proses pembelajaran; 109 110 Apakah guru memiliki keterampilan membimbing diskusi kelompok dan mengelola kelas; 111 Apakah MAN 2 Model Makassar sudah dapat bersaing dengan SMA atau yang sederajat, baik dari segi kualitas maupun dari segai kuantitas. 112 Apakah dalam meningkatkan kedisiplinan guru dan pegawai, madrasah mempergunakan CCTV dan check clock, dll. ? 113 Langkah-langkah apa yang bapak lakukan untuk member motivasi kenerja guru dan staf. Makassar, Pebruari 2013 Catatan: Pedoman wawancara tersebut dapat ditambah atau dikurangi setelah data dianggap belum atau sudah cukup, dan semua data yang diperoleh di reduksi. Yang diwawancarai ttd _____________________ 7 B. PEDOMEN OBSERVASI IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DALAM MEMBINA MUTU PENDIDIKAN PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 MODEL MAKASSAR Tanggal observasi : Pedoman ini merupakan catatan penting yang akan diteliti untuk mendapatkan data dan informasi terhadap kondisi yang sebenarnya , dilaksakan secara persuasive integratis terhadap fenomena yang terjadi di lokasi penelitian. 1. Masalah komitmen terhadap mutu, peneliti mengadakan observasi dengan meminta beberapa pendapat dan tanggapan dari informan ( guru dan Kepala Madrasah) 2. Masalah kualitas Guru, peneliti mencoba meminta keterangan dari beberapa guru yang sudah sertifikasi melalui jalur forto folio dan yang tidak melalui jalus forto folio. Tujuannnya untuk mengetahui apakah sama atau tidak sama kualitasnya. 3. Masalah Manajemen yang diamati mengenai pelakasanaan fungsi-fungsi manajemen ( perencanaan, pengorganisasian, penerapan( pengarahan) dan pengawasan) yang telah diterapkan secara efektif di MAN 2 Model. 4. Masalah pengawasan apakah senantiasa mengadakan perbaikan/bimbingan secara berkesinambungan terhadap pengelolaan administrasi dan manajemen pendidikan pada MAN 2 Model ini, termasuk proses pembelajaran (ya/tidak) 5. Masalah bimbingan kepada guru secara kontinu( terus menerus ) terhadap pelaksanaan proses pembelajaran pada MAN 2 Model sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan (ya/tidak). 6. Semua guru MAN 2 Model selalu mempersiapkan perangkat pembelajaran/RPP sebelum melakukan pembelajaran (ya/tidak). 7. Guru MAN 2 Model Makassar dalam pemberian materi pembelajaran kepada peserta didik menggunakan pendekatan yang berpuasat pada peserta didik (ya/tidak) . 8. Semua guru menyiapkan telah menyiapkan perangkat pembelajaran ( ya/tidak) 9. Penggunaan metode pembelajaran variatif pada MAN 2 Model Makassar, diamati ketika guru sedang mengajar (ya/tidak) 10. Pelayanan kepada peserta didik sebagai pelanggan utama, sudah memberi kepuasan atas pelayanan yang didapatkannya, termasuk dari kalangan orang tua peserta didik; dapat didapat dari peserta didik (ya/tidak) 8 11. Mengamati tanggapan guru tentang penerapan Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan atau TQM ditanyakan ketika guru sedang istirahat (ya/tidak); 12. Guru-guru MAN 2 Model sudah melakukan pengorganisasian pembelajaran terutama pada pengembangan kurikulum (ya/tidak). 13. Pemanfaatan media pembelajaran bertujuan untuk mempermudah pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran sangat perlu mempergunakan media pembelajaran yang sesuai, sehingga penggunaan media pembelajaran merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif (ya/tidak). 14. Guru – guru MAN 2 Model sebagai tenaga pendidik telah menjalankan tugas utamanya yaitu; mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi hasil belajar, sehingga keberadaannya memuaskan peserta didik (ya/tidak). 15. Semua warga MAN 2 Model terus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana madrasah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar (ya/tidak) 16. Guru-Guru MAN 2 Model selalu berusaha memberikan penilaian hasil pekerjaan peserta didik dengan berorientasi kepada tiga aspek /ranah pendidikan ( Kognitif, afektif dan psikomotorik). (ya/tidak) 17. Guru-guru MAN 2 Model dalam melaksanakan proses pembelajaran selalu memperhatikan tingkat kemampuan, kecakapan dan gaya belajar serta karakteristik peserta didik (ya/tidak) 18. Guru-guru mengadakan remedial bagi peserta didik yang nilainya masih rendah (ya/tidak) 19. Kepala Madrasah bersama dengan guru-guru melaksanakan analisis ketercapaian kompetensi lulusan bagi pesert didik (ya/tidak) 20. Faktor-faktor yang mendukung penerapan TQM pada MAN 2 Model adalah 1) Kebijakan pimpinan yang demokratis.2) Kompetensi Guru yang rata-rata sudah disertifikasi.3) Sarana dan prasarana yang memadai. 4) keterlibatan orang tua siswa, 5) Staf ( tenaga kependidikan) yang bertanggung jawab (ya/tidak) 21. Faktor-faktor yang menghambat penerapan TQM pada MAN 2 Model ini adalah; 1) Keterbatasan dana, 2) Komitmen terhadap konsep mutu masih rendah, 3) Budaya belajar peserta didik terhadap orientasi mutu masih kurang, 4) Pengawas Pendidikan kurang aktif dan professional dalam melaksanakan tugasnya. (ya/tidak) 22. MAN 2 Model Makassar sudah dapat bersaing dengan SMA atau yang sederajat, baik dari segi kualitas maupun dari segai kuantitas (ya/tidak). 23. Apakah dalam meningkatkan kedisiplinan guru dan pegawai, madrasah mempergunakan CCTV dan check clock, dll. (ya/tidak) 9 24. Apakah madrasah mengadakan pemilihan guru berprestasi dan peserta didik berprestasi setiap tahun, yang bertujuan untuk mengukur kompetensi guru dan peserta didik (ya/tidak) 25. Bukti-bukti keberhasilan yang telah diraih oleh peserta didik pada setiap kegiatan perlombaan, baik yang bersifat akademik, maupun yang bersifat keterampilan dan seni. 26. Pelekasanaan kegiatan, kepala madrasah membentuk tim khusus( Pansus) dalam upaya menyukseskan kegiatan tersebut. (ya/tidak) 27. Kepala madrasah menfasilitasi/memaksimalkan pengembangan melalui MGMP setiap mata pelajaran. (ya/tidak) profesi guru 28. Guru mengadakan analisis bahan ajar, baik berdasarkan silabus maupun dengan pendekatan keilmuan. (ya/tidak) 29. Kepala madrasah mengadakan pertemuan rutin dengan guru dan staf atau dengan orang tua peserta didik serta pengawas secara berkala. (ya/tidak) 30. Guru sudah memiliki keterampilan membuka dan menutup pembelajaran; (ya/tidak) 31. Guru sudah memiliki keterampilan menjelaskan dan bertanya dalam proses pembelajaran; (ya/tidak) 32. Guru memiliki keterampilan membimbing diskusi kelompok dan mengelola kelas; (ya/tidak) 33. Pengawas Pendais dari Kementaerian Agama, kalau ia datang apa-apa saja yang ia lakukan, apakah supervis kelas ataukan bimbingan khusus kepadaa guru, atau lainlain. 34. Supervisi juga dilaksanakan oleh kepala madrasah ( supervise kelas dan klinik) 35. Bimbingan dan konseling, aktif setiap saat, dan guru BK… orang, pembagian tugas telah terbagi sesuai aturan. Makassar, Pebruari 2013 Catatan: Pedoman observasi tersebut, sebagian hanya di check list jika kedaannya jelas, dan ditanyakan kepada informan jika dibutuhkan penjelasan. 10 LAMPIRAN: I. STRUKTUR ORGANISASI MAN 2 MODEL MAKASSAR KANWIL KEMENTERIAN AGAMA KEPALA MAN 2 MODEL MAKASSAR Drs. H. Ahmad Hasan, MA PSBB Drs. Abrar, M.Pd KOMITE MAN 2 MODEL MAKASSAR WAKIL KEPALA MADRASAH KURIKULUM Dra. Erniwati, M.Pd KESISWAAN Khoiri S.Pd, M.Pd SARANA & PRASARANA Drs. Jamaluddin AL, M.Pd.I HUMAS Kaharuddin, S.Ag, M.Pd LABORATORIUM BILOGI St.Hamisah KIMIA Nuratiah, FISIKA M. Saleh, M.Si BAHASA Rosmawati, KOMPUTER Muh. Kamil, S.Pd.I PERPUSTAKAAN Hj. Marwah Hasbat, SE Koord. BK Nurdin, S.Pd., MM. KETRMP. BENGKEL LAS & TATA BOGA Drs. Muh Kursi & Dra. Siti Harlina Halim GURU-GURU/WALI KELAS KEPALA URUSAN TATA USAHA Nurlaela, S.Sos KESISWAAN Murni, S.Sos Keterangan: KEPEGAWAIAN Siti Nursina, S.Pd Zulfikaruddin, S.E KEUANGAN Dra. Hj. Rahmah B Hub.Administrative Hub. Fungsional SARANA Risdianto KEARSIPAN/UMUM Buismiati, S.Pd.I Najib, S.H.I KEAMANAN Syarifuddin & Iskandar OSIS/KEAG/RAMUKA PMR/KIR/SENI/PASKIB LAMPIRAN : Lambang sekolah/ madrasah Contoh format Pedoman Mutu ( Quality Manual) Untuk format Rencana Mutu No. Dok QUALITY MANUAL ISO 9001:2008 No. Revisi Tanggal RENCANA MUTU Halaman No PROSES 01 Administrasi dan pemelajaran 02 Pengembangan SDM Pengembangan sarpras 03 04 05 06 07 08 09 10 Referensi (dokumen rujukan) alat ukur Standar (Kriteria keberterimaan PIC (Person in Charge) Frekuensi Pengukuran Record/ Catatan Pendataan dan penyusunan kartu hasi Studi (KHS), absen sidik jari yg menggunakan touch screen Disesuaikan UUSPN dan Permen DIKNAS PP. 19/2005 Ttg SNP Wakasek dikkur dan sertifikasi Setiap semister KHS Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaik an Disesuaik an SASARAN Pengembangan kurikulum Pengembangan bahan ajar Penerimaan siswa baru Pelaksanaan uji kompetensi Proses pembelajaran Pelaksanaan ujian Penyaluran 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 lulusan Pelaksanaan kerjasama kelembagaan Komunikasi eksternal Pengelolaan income generating unit Bimbingan dan penyuluhan Kegiatan ekstrakurikuler Kegiatan kreativitas siswa Asuransi Komunikasi internal Penelusuran lulusan( alumni) K3 dan lingkungan kerja. Lain-lain. Catatan: Contoh format ini diambil dari Tim pemandu(Master of Training) Quality Manual ISO; 9001:2008, pada salah satu SMK Negeri di Makassar atas izin yang bersangkutan, dan format ini dapat disesuaikan dengan jenis sekolah/madrasah yang menyelenggarakan ISO 9001:2008, atau sesuai petunjuk Tim Pemandu (Master of Training). Untuk memulai penerapan, semua stakecholder sekolah/madrasah harus siap dan bekerja keras. 2 lampiaran Contoh format Pedoman Mutu ( Quality Manual) Untuk format Sasaran Mutu Lambang sekolah/ madrasah QUALITY MANUAL- ISO 9001:2008 SASARAN MUTU No Tujuan dan Sasaran 01 Isi kolom ini diambil dari sasaran rencana mutu atau bisa ditambah sesuai analisa kondisi saat itu. 02 03 04 05 sda sda sda sda Penanggung Kerangka Jawab Waktu Sesusi job disesuaikan masing-masing pengelola sda sda sda sda Latar Belakang Permasalahan Sesuai fakta sda sda sda sda sda sda sda sda No. Dok No. Revisi Tanggal Halaman Rencana Kerja untuk Periode mencapai sasaran mutu pelaporan Dicatat beberapa Indikator Sesuai target ( 1 s/d 10 indikator pecapaian sasaran mutu dan semakin banyak bagus dan harus tepat sasaran) sda sda sda sda sda sda sda Catatan: Contoh format ini diambil dari Tim pemandu(Master of Training) Quality Manual ISO; 9001:2008, pada salah satu SMK Negeri di Makassar atas izin yang bersangkutan, dan format ini dapat disesuaikan dengan jenis sekolah/madrasah yang menyelenggarakan ISO 9001:2008 atau sesuai petunjuk Tim Pemandu (Master of Training). Untuk memulai penerapan, semua stakecholder sekolah/madrasah harus siap dan bekerja keras. 3 4 LAMPIRAN III. DAFTAR PRESTASI SISWA MAN 2 MODEL MAKASSAR PADA LOMBA, TINGKAT KOTA, PROPINSI DAN NASIONAL TAHUN 2012 -2013 No Kegiatan Prestasi Penyelenggara Tahun . 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 Spotakuler Volly ball putri antar pelajar se Kota Makassar Lomba Pidato Pajak antar pelajar SMA/SMK se kota Makassar Lomba debat pemuda kreatif TK. Nasional di Jakarta Lomba pidato pemuda kreatif TK. Nasional di Jakarta English Event “The Award” explode your barrier & kreate your own story. Lomba pidato Tk. Pelajar Putri SLTA se Sul-Sul. Lomba Baca Berita Tk. Pelajar SLTA se Sul-Sel Lomba Akuntansi se Kota Makassar 19 20 Kemah Lomba Pramuka Penegak 2011 I Yayasan pendidik Lanian Kanwil DJP Sulsel Barat Kemenpora II Kemenpora 2011 Favorite/team UIN Mks 2011 II Fak. Dakwah & Kom. UIN UIN 2011 2012 I Poltek Negeri U. Pandang Feb.UNHAS. II Feb. UNHAS 2012 III FMIPA UNM 2012 I FMIPA UNHAS 2012 I, I & III SMA Islam Athirah Kantor Arsip, Perpust & Peng. Data Kota Mks Serikat Perusahaan Pers Unismuh. Makassar Kanwil Agama Prov. Sul-Sel Kanwil Agama Prov. Sul-Sel BPP. SAR Pramuka unm BPP. SAR Pramuka UNM 2012 II, Hrp 1&II Harapan II Harapan I Lomba Debat Bhs Inggeris antar siswa se Kota Makassar Lomba Debat Bhs Inggeris antar siswa se Kota Makassar Lomba Koordinat Geometry Matematika / FMIPA UNM Lomba Presentasi Kimia / FMIPA UNHAS Science Competition TK.SMA Se Kota Makassar. Lomba Karya Tulis Ilmiah / Kantor Arsip, Perpustakaan & Peng. Data Kota Mks. Festival Ekonomi Tk. SMA se Indonesia (Serikat Perusahaan Pers) Lomba MTQ se Sul-Sel. Kompetisi Sains Madrasah Fisika TK. Provinsi Sul-Sel. Kompetisi Sains Madrasah Matematika TK. Provinsi Sul-Sel HIKING SAFARI 18 Juara III Harapan III Juara I Juara I Putra Juara II Juara I Juara I Juara III MTQ 1 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 21 Pidato Lingkungan Hidup Juara III 22 Kompetisi SAINS Madrasah Tk.Nasional Bid. Matematika Kompetisi Bhs. Jepang Tk. SMA/MA se Kota Makassar Juara III 23 Juara Umum Juara III Maga, II Baca Kana, III Baca Kana Pi, III nyanyi jpang, III nyanyi jpng Pi, III Pa. II, III 24 Alsa Inglish Contest ( AESO) 25 Kompetisi Guru, Kepala dan Pengawas berprestasi Tk. Nasional 26 Lomba Cerdas Cermat Tk. SMA/MA 27 Lomba cerdas cermat Bhs Jepang 28 Lomba Sepak Takrow dalam Rangka HAB Kemenag Lomba Baris berbaris Tk. SMA se Sul-Sel. Juara II Lomba Akutansi Tk. SMA se Kota Mks Lomba Cerdas Tangkas fisika LCTF tk, SMA se Kota Mks. Lomba Photography Tk. SMA se Kota Mks. Lomba gambar karikatur Tk. SMA se Kota Mks Juara III Juara III 29 30 31 32 33 Harapan I Juara I ( 1 grm emas ) Juara II Juara I Juara II Juara III dan harapan I Kanwil Kemenag. Dirjen Pendis Kemenag. RI SMA 17 MKs. 2012 Fak. Hukum UNHAS Dirjen Pendis Kemenang Serpong/Tgrn LBB Gajah Mada 2012 JLO( Jepang Lovers Mks) Kemenag Kota Mks. Resimen Mhs.Wolter Mongunsidi INIFA MFISIKA UNISMUH Keker Koding Graha Pena HUT. PPS UNM 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 Sumber data; Kepala Tata Usaha MAN 2 Model Makassar, diperoleh pada tanggal, 15 Juni 2013, di Makassar. 2 LAMPIRAN : Lambang sekolah/ madrasah Contoh format Pedoman Mutu ( Quality Manual) Untuk format Rencana Mutu No. Dok QUALITY MANUAL ISO 9001:2008 No. Revisi Tanggal RENCANA MUTU Halaman No PROSES 01 Administrasi dan pemelajaran 02 Pengembangan SDM Pengembangan sarpras 03 04 05 06 07 08 09 10 Referensi (dokumen rujukan) alat ukur Standar (Kriteria keberterimaan PIC (Person in Charge) Frekuensi Pengukuran Record/ Catatan Pendataan dan penyusunan kartu hasi Studi (KHS), absen sidik jari yg menggunakan touch screen Disesuaikan UUSPN dan Permen DIKNAS PP. 19/2005 Ttg SNP Wakasek dikkur dan sertifikasi Setiap semister KHS Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaik an Disesuaik an SASARAN Pengembangan kurikulum Pengembangan bahan ajar Penerimaan siswa baru Pelaksanaan uji kompetensi Proses pembelajaran Pelaksanaan ujian Penyaluran 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 lulusan Pelaksanaan kerjasama kelembagaan Komunikasi eksternal Pengelolaan income generating unit Bimbingan dan penyuluhan Kegiatan ekstrakurikuler Kegiatan kreativitas siswa Asuransi Komunikasi internal Penelusuran lulusan( alumni) K3 dan lingkungan kerja. Lain-lain. Catatan: Contoh format ini diambil dari Tim pemandu(Master of Training) Quality Manual ISO; 9001:2008, pada salah satu SMK Negeri di Makassar atas izin yang bersangkutan, dan format ini dapat disesuaikan dengan jenis sekolah/madrasah yang menyelenggarakan ISO 9001:2008, atau sesuai petunjuk Tim Pemandu (Master of Training). Untuk memulai penerapan, semua stakecholder sekolah/madrasah harus siap dan bekerja keras. 2 lampiaran Contoh format Pedoman Mutu ( Quality Manual) Untuk format Sasaran Mutu Lambang sekolah/ madrasah QUALITY MANUAL- ISO 9001:2008 SASARAN MUTU No Tujuan dan Sasaran 01 Isi kolom ini diambil dari sasaran rencana mutu atau bisa ditambah sesuai analisa kondisi saat itu. 02 03 04 05 sda sda sda sda Penanggung Kerangka Jawab Waktu Sesusi job disesuaikan masing-masing pengelola sda sda sda sda Latar Belakang Permasalahan Sesuai fakta sda sda sda sda sda sda sda sda No. Dok No. Revisi Tanggal Halaman Rencana Kerja untuk Periode mencapai sasaran mutu pelaporan Dicatat beberapa Indikator Sesuai target ( 1 s/d 10 indikator pecapaian sasaran mutu dan semakin banyak bagus dan harus tepat sasaran) sda sda sda sda sda sda sda Catatan: Contoh format ini diambil dari Tim pemandu(Master of Training) Quality Manual ISO; 9001:2008, pada salah satu SMK Negeri di Makassar atas izin yang bersangkutan, dan format ini dapat disesuaikan dengan jenis sekolah/madrasah yang menyelenggarakan ISO 9001:2008 atau sesuai petunjuk Tim Pemandu (Master of Training). Untuk memulai penerapan, semua stakecholder sekolah/madrasah harus siap dan bekerja keras. 3 4 LAMPIRAN. VIII CONTOH SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2008 QUALITY MANUAL NAMA SEKOLAH LAMBANG SEKOLAH ALAMAT SEKOLAH : NO. TEL/FAX: EMAIL: Catatan: contoh ini dari salah satu SMK Neg. di Makassar. 1 Lambang sekolah/ madrasah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 QUALITY MANUAL- ISO 9001:2008 STRUKTUR ORGANISASI FUNGSI /JABATAN Wakil Menajemen Mutu Komite Sekolah Kepala Sekolah Wakasek Kurikulum Wakasek Sarana Prasarana Wakasek Humas Wakasek Kesiswaan Kepala Tata Usaha Ketua Kompetensi Keahlian Perawatan Sosial Ketua Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran Ketua Kompetensi Keahlian Akutansi Ketua Kompetensi Keahlian Rekayasa Perangkat lunak Kordinat BK Kordinator Lingkunan Kordinator Normatif dan Adaptif Penanggungjawab Labolatorium Kepala Perpustakaan Ketua Unit Produksi 2 No. Dok No. Revisi Tanggal Halaman NO.DOKUMEN Master 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Lambang sekolah/ madrasah QUALITY MANUAL- ISO 9001:2008 DAFTAR ISI BAB JUDUL DAN URAIAN Halaman Pengesahan Daftar Isi 1.0 PROFIL ORGANISASI 2.0 ORGANISASI, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG A. Struktur Organisasi B. Uraian Tugas dan Persyaratan Jabatan No. Dok No. Revisi SMKN 7/QM/01 0 Tanggal Halaman 17 Januari 2012 1 dari 2 HALAMAN DDOKUMEN 1-7 1-19 3.0 PROSES BISNIS 1-1 4.0 SISTEM MANAJEMEN MUTU 4.1 Persyaratan Umum 4.2 Persyaratan Dokumentasi 4.2.1 Umum 4.2.2 Quality Manual 4.2.3 Pengendalian Dokumen 4.2.4 Pengendalian Catatan Mutu 1-4 1 2 2 2 2 4 5.0 TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 5.1 Komitmen Manajemen 5.2 Fokus Pelanggan 5.3 Kebijakan Mutu 5.4 Perencanaan 5.4.1 Sasaran Mutu 5.4.2 Perencanaan Sistem Menajemen Mutu 5.5 Tanggung Jawab, Kewenangan, dan Komunikasi 5.5.1 Tanggung jawab dan Wewenang 5.5.2 Wakil Manajamen 5.5.3 Komunikasi Internal 5.6 Tinjauan Manajemen 5.6.1 Umum 5.6.2 Masukan untuk Tinjauan Manajemen 5.6.3 Keluaran dari Tinjauan Manajemen 1-5 1 1 2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 5 5 3 6.0 PENGOLAHAN SUMBER DAYA 6.1 Penyediaan Sumber Daya 6.2 Pengelolahan Sumber Daya Manusia 6.3 Infrastruktur/Fasilitas 6.4 Lingkungan Kerja 1-2 1 1 2 2 7.0 REALISASI PRODUK DAN JASA 7.1 Perencanaan Realisasi Produk dan Jasa 7.2 Proses Berkaitan dengan Pelanggan 7.3 Desain dan Pengembangan 7.4 Pembelian 7.5 Proses Penyediaan Produk dan Jasa 7.6 Pemantauan Terhadap Pengendalian dan Pengukuran Sarana 1-10 1 1 4 7 8 10 8.0 PENGUKURAN, ANALISA DAN PENGEMBANGAN 8.1 Umum 8.2 Pemantauan dan Pengukuran 8.2.1 Kepuasan Pelanggan 8.2.2 Audit Mutu Internal 8.2.3 Pemantauan dan Pengukuran Proses 8.2.4 Pemantauan dan Pengukuran Produk 8.3 Pengendalian Produk Tidak Sesuai 8.4 Analisa Data 8.5 Pengembangan 8.5.1 Peningkatan Berkelanjutan 8.5.2 Tindakan Koreksi 8.5.3 Tindakan Pencegahan 1-5 REFERENSI SILANG LAMPIRAN RENCANA MUTU LAMPIRAN SASARAN MUTU 1 1 1 2 3 3 4 5 6 6 6 6 1 1 1 4 LAMPIRAN GAMBARAN ORGNISASI MUTU BAGI SEKOLAH/MADRASAH YANG MENERAPKAN SISTEM MANAJEMEN MUTU Kepuasan pelanggan Internal dan eksternal Penanganan keluhan Kelulusan atau output Pengembangan kurikulum dan pembelajaran Seleksi penerimaan siswa baru Sumber dana Perencanaan & pengedalian program Pengadaan sumberdaya Pemeliharaan fasilitas/saran a Proses pembelajaran Pengadaan pengajar (GT/GTT) Pemasok sumberdaya 5 Verifikasi kompetensi nsii 6 LAMPIRAN. VIII CONTOH SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2008 QUALITY MANUAL SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 7 MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN LAMBANG SEKOLAH JL. INCE NURDIN NO. 35 MAKASSAR TEL/FAX. O411-3618198/0411-3618196. EMAIL: [email protected] 7 LAMPIRAN: VII POTO WAWANCARA DENGAN PARA INFORMAN/NARASUMBER DI MAN 2 MODEL MAKASSAR Wawancara dengan H. Ahmad Hasan (Kepala MAN 2 Model Makassar) Wawancara dengan Erniwati (Wakamad Kurikulum MAN 2 Model Makassar) 1 Wawancara dengan Kaharuddin( Wakamad HUMAS) MAN 2 Model Makassar Wawancara dengan Nurlaela( Kepala Tata Usaha MAN 2 Model Makassar) 2 Rapat Terbatas Pengurus Komite dengan Kepala MAN 2 Model Makassar untuk membahas masalah penerimaan siswa baru dan pengembangannya. Wawancara dengan Buismiati salah seorang Staf TU MAN 2 Model Makassar 3 Wawancara dengan Dedi Rimanto( Guru Matemetika ) MAN 2 Model Makassar Wawancara mendalam dengan beberapa guru MAN 2 Model Makassar di ruang kerja guru 4 Wawancara dengan Jamaluddin /Wakamad Sarana dan Prasarana MAN 2 Model Makassar pada saat meninjau fasilitas pembelajaran Wawancara dengan Sitti Nursinah salah seorang staf TU MAN 2 Model Makassa 5 Wawancara dengan Khoiri (Wakamad Kesiswaan MAN 2 Medel Makassar Wawancara dengan Warfah ( Guru senior MAN 2 Model Makassar) 6 Wawancara dengan Abrar Alwi( Guru/Ketua PSBB MAN 2 Model Makassar) Wawancara dengan Hamzah L(Ketua Pokjawas Mapendais Kementerian Agama Kota Makassar 7 Wawancara dengan Syarifuddin ( Kasi Mapenda Kementerian Agama Kota Makassar) Wawancara dengan Petugas Perpustakaan MAN 2 Model Makassar 8 Piala dari berbagai hasil lomba, baik yang bersifat akademik maupun keterampilan, dll. Thn 2007 -2013 Piala dari berbagai hasil lomba, baik yang bersifat akademik maupun keterampilan, dll. Thn 2008 -2013 9 Siswa yang sedang belajar mata pelajaran PKN Guru yang sedang mengajar ( Pembelajaran berpusat pada guru) 10 Guru yang sedang mengajar (Pembelajaran Qur’an Hadis/siswa aktif) Perpustakaan MAN 2 Model Makassar 11 GAMBARAN ORGNISASI MUTU BAGI SEKOLAH/MADRASAH YANG MENERAPKAN SISTEM MANAJEMEN MUTU Kepuasan pelanggan Internal dan eksternal Penanganan keluhan Kelulusan atau output Pemeliharaan fasilitas/saran a Pengembangan kurikulum dan pembelajaran Seleksi penerimaan siswa baru Sumber dana Perencanaan & pengedalian program Pengadaan sumberdaya Proses pembelajaran Pengadaan pengajar (GT/GTT) Pemasok sumberdaya 12 Verifikasi kompeten sii RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS Nama : HAMZAH DJUNAID Tempat/Tgl Lahir : Sinjai, 31 Desember 1954 Alamat : Jl. Jipang Raya IV/No.2 Makassar hamzah [email protected]/ HP. 08114105356. Isteri : Dra. Hj. Bungawati. Anak : 1. Nurfaizh Hamzah, ST, S.Pdi. 2. Khaeriyani Hamzah, ST 3. Briptu Muammar Hamzah, SH. 4. Marfiqah Hamzah, SS. 5. Faidurrahman Hamzah, S.Kom. 6. Muhammad Risyad Hamzah. 7. Muhammad Zuhair Hamzah. II. Riwayat Pendidikan: 1. SDN Mangarabombang, Kel. Samataring Kec. Sinjai Timur Kab. Sinjai. 2. SLTP / MTs.N / MTs As’adiyah, 1965- 1968 dan MTs.N Watampone 1969. 3. Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri( MAAIN) Watampone 1969-1972 4. Strata 1 (S1) Jurusan Sejarah dan kebudayaan Islam Fakultas Adab IAIN Alauddin Makassar, 1972- 1979. 5. Strata 2 (S2) Mageister Manajemen, Konsentrasi Manajemen Sumber Daya Manusia UMI Makassar 2002. 6. Strata 3 (S3) Konsentarasi Pendidikan dan Keguruam PPS UIN Alauddin Makassar. 1 III. Riwayat Pekerjaan/Jabatan: a. Tenaga teknis Balai Diklat Tenaga Teknis Departemen Agama Kota Makassar, tahun 1982-1985. b. Kepala Sub Seksi Lembaga Da’wah & Tamaddun Kantor Depag. Kota Makassar tahun, 1985 – 1992. c. Kepala KUA Kec. Bontoala, Mamajang, Mariso dan Kec. Rappocini, Kota Makassar, tahun 1992 – 2003 d. Kepala Seksi Madrasah & Pendidikan Islam ( Mapendais) Kantor Depag. Kota Makassar tahun, 2003 – 2008, e. Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Sinjai tahun, 2008- 2010. f. Dosen Luar Biasa Fakultas Agama Islam UIM Makassar, tahun 2005-2010. g. Dosen DPK UIN pada UIM Makassar, tahun 2010 sampai sekarang. IV. Bidang Organsasi, Keagamaan dan Da’wah : a. Ketua DPD BKPRMI Kota Makassar priode, 1977- 1992. b. Sekretaris Satkar Ulama Kota Makassar Priode, 1992-1997. c. Pengurus BAZ Kota Makassar priode, 2003- 2009. d. Pengurus MUI Kota Makassar, priode 2012 sampai sekarang, e. Pengurus Wilyah DMI Propinsi Sulawesi Selatan, priode tahun 2008 sampai sekarang. f. Pengurus Ikatan Keluarga dan Alumni Pesanteren As’adiyah ( IKAKAS) tahun 2011 sampai sekarang. g. Anggota Muballigh DPP IMMIM Makassar, dari tahun 1981 sampai sekarang. V. Tulisan yang pernah diterbitkan: a. Jurnal Ya Bunaya “ Sejarah perkembangan pendidikan Islam di Timur Tengah” diterbitkan oleh Kementerian Agama Kota Makassar, tahun 2007. b. Jurnal Ya Bunaya “ Pendidikan Islam Berbasis Multikultural ” diterbitkan oleh Kementerian Agama Kota Makassar, tahun 2008. 2 c. Jurnal Mitra “Peningkatan Mutu Pendidikan Islam dalam menghadapi era globalisasi” diterbitkan tahun 2009, Kopertais Wilayah VIII d. Jurnal Al-Ikhtiyar “Pendidikan Islam Sebagai Media Pengembangan SDM ” diterbitkan 2010, UPT MKU UNM e. Jurnal Sulesana, Wawasan ke Islaman “ Sumber, Azas dan Landasan Pendidikan “ Fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar. Tahun 2012. f. Jurnal An-Nisa, Studi Gender dan Islam, “ Kesetaraan Gender dalam Perspektif Hadis” diterbitkan oleh PSW STAIN Watampone, tahun 2012. g. Jurnal An-Nisa, Studi Gender dan Islam, “ Poligami dalam Perspektif Hadis”, diterbitkan oleh PSW STAIN Watampone, tahun 2012. h. Jurnal Diskursus Islam, Vol.1, Nmomr:1 April 2013 “ Kajian Kritis Akulturasi Islam dan Budaya lokal “ Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar. Makassar, Februari 2014, Penulis, Hamzah Djunaid 3