G b IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM

advertisement
G b IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
DALAM MEMBINA MUTU PENDIDIKAN PADA MADRASAH
ALIYAH NEGERI 2 MODEL MAKASSAR
Disertasi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Doktor dalam Bidang Pendidikan dan Keguruan
pada Program Pascasarjana UIN Alauddin
Makassar
Oleh
Hamzah Djunaid
NIM. 80100311048
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2014
PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI
Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini,
menyatakan bahwa disertasi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di
kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat
oleh orang lain secara keseluruhan atau sebagian, maka disertasi ini beserta gelar
yang diperoleh karenanya, batal demi hukum.
Makassar,
Februari 2014
Penulis,
Hamzah Djunaid
NIM. 80100311048
ii
PERSETUJUAN DISERTASI
Disertasi dengan judul “Implementasi Total Quality Management (TQM) dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Pada MAN 2 Model Makassar”, yang disusun
oleh Hamzah Djunaid, Konsentrasi: Pendidikan dan Keguruan, NIM; 80100311048,
telah diujikan dalam Sidang Ujian Disertasi Tertutup yang diselenggarakan pada hari
Selasa, 07 Januari 2014 M, memandang bahwa disertasi tersebut telah memenuhi
syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk menempuh Ujian Terbuka Disertasi.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya.
PROMOTOR:
1. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng.
(……….……………..)
KOPROMOTOR :
1. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Halim, M.A.
(………………………)
2. Drs. Muh. Wayong, M.ED.M, Ph. D
(………………………)
PENGUJI:
1. Prof. Dr. Hj. Andi Rasdiyanah.
(………………………)
2. Prof. Dr. H. Mappanganro, MA.
(………………………)
3. Dr. H, Arifuddin Siraj, M.Pd.
(………………………)
3. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng.
(………………………)
4. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Halim, M.A.
(………………………)
6. Drs. Muh. Wayong, M.ED.M., Ph.D.
(.………………………)
Makassar,
Februari 2014
Diketahui oleh:
Direktur Program Pascasarjana
UIN Alauddin Makassar,
Prof. Dr. H. Moh. Natsir Mahmud, M.A.
NIP. 19540816 198303 1 00
iii
KATA PENGANTAR
‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ‬
‫أﻟﺤﻤﺪ ﷲ رب اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ و اﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم ﻋﻠﻰ رﺳﻮل اﷲ ﺳﻴّﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ وﻋﻠﻰ آﻟﻪ وأﺻﺤﺎﺑﻪ أﺟﻤﻌﻴﻦ‬
‫ أﻣﺎ ﺑﻌﺪ‬،
Puji syukur ke hadirat Allah swt. atas rahmat dan hidayah-Nya yang
senantiasa diperuntukkan kepada hamba-hamba-Nya. Salawat dan salam kepada
Rasulullah saw. dan sahabat-sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti
risalahnya.
Dalam penyusunan disertasi ini yang berjudul "Implememntasi Total Quality
Management (TQM) dalam Membina Mutu Pendidikan pada Madrasah Aliyah
Negeri 2 Model Makassar ", penulis menghadapi berbagai kesulitan karena terbatasnya
kemampuan penulis dan rumitnya objek pembahasan. Akan tetapi berkat bantuan dan
motivasi yang tiada henti dari berbagai pihak, penulisan disertasi ini bisa sampai
terselesaikan. Oleh karena itu, penulis patut menyampaikan ucapan terima kasih
kepada mereka yang telah membantu secara moril maupun materil kepada
penulis, khususnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis, dengan penuh kasih sayang serta tulus ikhlas telah
berupaya membesarkan, mengasuh, mendidik dan membiayai penulis sejak kecil.
Merekalah yang mula-mula memberikan dasar pengetahuan dan moral kepada
penulis. Demikian pula berkat iringan doa keduanya sehingga penulis dapat
menjalani kehidupan sebagaimana sekarang ini.
2. Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing, HT., MS.,
para pembantu Rektor, Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang M.A., (PR I), Prof. Dr.
H. Musafir Pababbari, M.Si., (PR. II), dan Dr. H. Nasir Siola, M.Ag., (PR.
III). sebagai penentu kebijakan di Perguruan Tinggi ini, tempat penulis
mengikuti studi Program Doktor.
3. Direktur Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Moh.
Natsir Mahmud, M.A, bersama dengan para staf yang senantiasa memberikan
iv
pelayanan administratif kepada penulis selama menempuh perkuliahan
Program Doktor.
4. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng., Prof. Dr. H. Abd. Rahman Halim, M.A .,
dan Drs. H. Muh. Wayong, M.Ed.M., Ph.D selaku Promotor dan Kopromotor,
yang telah tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan sejak awal penulisan
disertasi ini sehingga bisa penulis selesaikan dengan baik.
5. Prof. Dr. Hj. Andi Rasdiyanah, Prof. Dr. H. Mappanganro, MA, Dr. H, Arifuddin
Siraj, M.Pd, sebagai penguji yang telah memberikan koreksi dan arahan untuk
perbaikan disertasi ini, baik isi maupun teknik penulisannya, sehingga dapat
memenuhi ketentuan dan persyaratan standar karya ilmiyah.
6. Para guru besar dan dosen pemandu mata kuliah pada Program Doktor UIN
Alauddin Makassar yang senantiasa ikhlas mentransfer ilmu pengetahuannya
kepada penulis selama dalam proses perkuliahan.
7. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Islam Makassar (UIM) Dra. Hj.
Andi Herawati, M.Ag, yang telah memberi izin kepada penulis untuk
melanjutkan studi Program Doktor pada PPs UIN Alauddin Makassar.
8. Kepala, para guru dan staf serta pengurus komite Madrasah Aliyah Negeri 2
Model Makassar, yang telah memberikan data dan informasi yang berkaitan
dengan penelitian ini, mereka senantiasa bersedia setiap saat dan tidak
mengenal waktu kapan penulis membutuhkan data atau informasi untuk
melengkapi data penelitian ini.
9. Kepala Perpustakaan Pusat UIN Alauddin di Kampus I, dan Pengelola
Perpustakaan Unit Pascasarjana UIN Alauddin di Kampus II yang selama ini
telah membantu penulis mengatasi kekurangan literatur dalam penyusunan
Disertasi ini.
10. Teman-teman seperjuangan di Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
serta seluruh sahabat, teristimewa teman sesama dosen Universitas Islam
Makassar ( UIM) yang telah memberikan sumbangsih pemikiran dan motivasi
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah
v
direncanakan,
dan seluruh rekan tampa terkecuali yang selama ini telah
banyak membantu penulis dalam mengikuti Program Doktor.
11. Untuk isteri yang tercinta dan tersayang, ungkapan cinta dan sayang saya
sampaikan atas pengertian dan dorongannya untuk cepat menyelesaikan
disertasi ini. Hal yang sama
saya sampaikan kepada putra-putri penulis
semoga menjadi anak yang shaleh dan cerdas.
Betapa banyak nama lain, yang tidak dapat disebut satu persatu, yang
telah berjasa dan patut saya berterima kasih kepada mereka atas jasa-jasanya yang
tidak sempat penulis membalasnya. Oleh karena itu, semoga Allah swt. memberikan
balasan yang setimpal kepada mereka dan senantiasa mendapat naungan rahmat dan
hidayah-Nya. Akhirnya, penulis berharap semoga keberadaan disertasi ini dapat
bermanfaat kepada segenap pihak dan menjadi amal jariah dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan, Amin.
Wassalam
Makassar,
Februari 2014
Penulis,
Hamzah Djunaid
vi
ABSTRAK
Nama
NIM
Judul
: Hamzah Djunaid
: 80100311048
: Implementasi Total Quality Management (TQM) dalam Membina
Mutu Pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar.
Disertasi ini membahas masalah implementasi TQM dalam membina mutu
pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, yang bertujuan; Pertama, untuk
mengetahui proses implementasi TQM dalam membina mutu pendidikan pada MAN
2 Model Makassar. Kedua, untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan
yang menghambat implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar. Ketiga,
untuk mengetahui hasil penerapan TQM pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model
Makassar.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan instrumen kunci adalah
peneliti sendiri. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi data. Sedang analisa data dilaksanakan secara induktif yang lebih
mementingkan makna dari pada generalisasi data dengan menggunakan dua
pendekatan, yaitu pendekatan studi dan pendekatan metodologi. Sumber data
penelitian ini terdiri dari Kepala Madrasah, Kepala Tata Usaha, guru, pegawai dan
pengawas serta Pengurus Komite MAN 2 Model Makassar. Pengujian keabsahan
data dipergunakan beberapa teknik antara lain; perpanjangan pengamatan,
trianggulasi, diskusi teman sejawat dan member check.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi TQM pada MAN 2
Model Makassar ternyata belum terlaksana secara sempurna, seperti dalam bidang
administrasi dan manajemen, pengembangan kurikulum, proses pembelajaran,
evaluasi/supervisi pendidikan dan pembinaan tenaga kependidikan. Terhadap
bidang-bidang tersebut masih membutuhkan langkah-langkah kongkrit secara
optimal untuk mengimplementasikan dan mengadaptasikan prinsip-prinsip dan
pedoman mutu (quality manual) yang direkomendasikan oleh TQM. Sementara
faktor-faktor yang mendukung, baik pendukung internal maupun eksternal ternyata
cukup potensial dan signifikan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada MAN 2
Model Makassar, seperti kualifikasi akademik tenaga pendidik, sarana dan prasarana,
jumlah peserta didik, dan dukungan dari masyarakat. Sedang faktor-faktor yang
menghambat ternyata tidak terlalu berarti, karena pada umumnya faktor tersebut
vii
dapat teratasi seiring dengan pelaksanaan dan perbaikan kualitas secara
berkesinambungan.
Implikasi penelitian, bahwa TQM sebagai sistem manajemen moderen yang
menuntut perbaikan kualitas secara berkesinambungan(continuous improvement)
dan konprehensif, disertai dengan obsesi dan komitmen yang tinggi terhadap mutu
akan menjadikan MAN 2 Model Makassar sebagai madrasah yang unggul, yaitu
unggul dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan unggul dalam Iman
dan Taqwa (IMTAQ). Penerapan TQM secara efektif akan berdampak pada
peningkatan kinerja kepala Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar bersama
dengan guru dan staf, dan pada gilirannya akan berdampak pula terhadap
peningkatan prestasi peserta didik sesuai harapan dan keinginan pelanggan,
terutama orang tua peserta didik.
viii
ABSTRACT
Name
NIM
: Hamzah Djunaid
: 80100311048.
The title : The Implementation of Total Quality Management ( TQM ) in
Promoting Quality Education in Madrasah Aliyah Negeri 2 Model
Makassar
This dissertation addressed the issue of the implementation of TQM in
developing the quality of education at Madrasah Aliyah Negeri 2 Model of
Makassar. The aims are: First, to determine the process of the implementation of
TQM in developing the quality of education at Madrasah Aliyah 2 Model of
Makassar. Second, to determine the supporting and inhibiting factors in the
implementation of TQM at Madrasah Aliyah 2 Model of Makassar. Third, to
determine the results of the application of TQM at Madrasah Aliyah 2 Model of
Makassar.
This study is a qualitative research with key instrument is the researcher
himself. The data collected through observation, interviews and documentation of
data. While, the data analysis employs inductive method, which is more concerned
with the meaning than the generalization of data, using two approaches, namely the
study approach and methodological approaches. The data source of this study taken
from the principal, head of administration, teachers, employees and supervisors
along with the executive committee of Madrasah Aliyah 2 Model of Makassar.
Testing the validity of the data used several techniques, namely; extension of
observation, triangulation, peer discussions and member check.
The results of this study indicate that the implementation of Total Quality
Management (TQM) in Madrasah Aliyah Negeri 2 Models Makassar is not yet
completly implemented. Such as in the areas of administration and management,
curriculum development and learning process, evaluation / supervision of education
and workforce development. These areas still require concrete steps to implement
and adapting the principles and guidelines of quality recommended by TQM. While,
the supporting factors, both internal and external support have significant potential
to improve the quality of education at MAN 2 Model of Makassar, such as academic
qualification of teachers, facilities and infrastructure, the number of learners, and
support from the community. While, the factors that hinder the development of
ix
quality was not very meaningful, since most of these factors can be resolved in line
with the implementation of sustainable development.
Implications of the study, that TQM as a modern management system which
requires continuous quality improvement and comprehensive, accompanied by a
high commitment and obsession to quality, will make MAN 2 model of Makassar as
a superior Madrasah, which is competent in Science and Technology and competent
in faith and Taqwa ( IMTAQ ). The effective implementation of TQM at Madrasah
Aliyah Negeri 2 Model of Makassar will have an impact in improving the
performance of principal along with the teachers and staff, henceforth, will have an
impact on the improvement of student achievement agree with expectations and
desires of customers, specially for the students’ parents.
x
‫ﺗﺠﺮﻳﺪ اﻟﺒﺤﺚ‬
‫‪ :‬اﳊﺎج ﲪﺰة ﺟﻨﻴﺪي‬
‫اﻻﺳﻢ‬
‫رﻗﻢ اﻟﺘﺴﺠﻴﻞ ‪٨٠١٠٠٣١١٠٤٨ :‬‬
‫ﻣﻮﺿﻮع اﻟﺒﺤﺚ ‪ :‬ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ )‪ ( TQM‬ﰲ ﺑﻨﺎء ﺟﻮدة اﻟﱰﺑﻴﺔ ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ‬
‫اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ‪ ٢‬ﳕﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر‪.‬‬
‫ﺗﻨﺎوﻟﺖ ﻫﺬﻩ اﻷﻃﺮوﺣﺔ ﻣﺴﺄﻟﺔ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ )‪ (TQM‬ﰲ ﺗﻄﻮﻳﺮ ﺟﻮدة اﻟﱰﺑﻴﺔ ﰲ‬
‫اﳌﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ‪ ٢‬ﳕﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر‪ ،‬اﻟﱵ ﺪف‪ :‬أوﻻ‪ ،‬ﻟﺘﻌﺮﻳﻒ ﻋﻤﻠﻴﺔ ﺗﻄﺒﻴﻖ إدارة اﳉﻮدة‬
‫اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ )‪ (TQM‬ﰲ ﺗﻄﻮﻳﺮ ﺟﻮدة اﻟﱰﺑﻴﺔ ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ‪ ٢‬ﳕﻮذج ﻣﻦ ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر‪.‬‬
‫اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ‪ ،‬ﻟﺘﺤﺪﻳﺪ اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﱵ ﺗﺪﻋﻢ وﺗﻌﻴﻖ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ )‪ (TQM‬ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ‬
‫اﻟﻌﺎﻟﻴﺔاﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ‪ ٢‬ﳕﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر‪ .‬اﻟﺜﺎﻟﺚ‪ ،‬ﻟﺘﺤﺪﻳﺪ ﻧﺘﺎﺋﺞ ﺗﻄﺒﻴﻖ إدارة اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ )‪ (TQM‬ﰲ‬
‫اﳌﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ‪ ٢‬ﳕﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر‪.‬‬
‫ﻫﺬﻩ اﻟﺪراﺳﺔ ﻫﻮ اﻟﺒﺤﺚ اﻟﻨﻮﻋﻲ ﻣﻊ أداة رﺋﻴﺴﻴﺔ ﻫﻮ اﻟﺒﺎﺣﺚ ﻧﻔﺴﻪ‪ .‬ﲨﻊ اﻟﺒﻴﺎﻧﺎت اﳊﺼﻮل‬
‫ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﺧﻼل اﳌﻼﺣﻈﺎت واﳌﻘﺎﺑﻼت وﺗﻮﺛﻴﻖ اﻟﺒﻴﺎﻧﺎت‪ .‬اﻟﱵ ﲡﺮي ﺗﻨﻔﻴﺬﻫﺎ ﰲ ﲢﻠﻴﻞ اﻟﺒﻴﺎﻧﺎت اﻟﺴﻴﻄﺮة‬
‫اﺳﺘﻘﺮاﺋﻲ اﻟﱵ ﻫﻲ أﻛﺜﺮ ﻗﻠﻘﺎ ﻣﻊ ﻣﻌﲎ ﺑﻴﺎﻧﺎت اﻟﺘﻌﻤﻴﻢ اﻟﱵ ﰎ ﺑﺎﺳﺘﺨﺪام اﻟﻨﻬﺠﲔ‪ ،‬وﻫﻲ ﺞ اﻟﺪراﺳﺔ و‬
‫اﻷﺳﺎﻟﻴﺐ اﳌﻨﻬﺠﻴﺔ‪ .‬ﻳﺘﺄﻟﻒ ﻣﺼﺪر اﻟﺒﻴﺎﻧﺎت ﳍﺬﻩ اﻟﺪراﺳﺔ ﻣﻦ اﻟﻨﻈﺎر ‪،‬رﺋﻴﺲ اﳌﺪرﺳﺔ ورﺋﻴﺲ اﻹدارة‬
‫واﳌﺪرﺳﲔ واﳌﻮﻇﻔﲔ و اﳌﺸﺮﻓﲔ وﻛﺬﻟﻚ اﻟﻠﺠﻨﺔ اﻟﺘﻨﻔﻴﺬﻳﺔ ﻟﻠﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ‪ ٢‬ﳕﻮذج‬
‫ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر‪ .‬اﻟﺘﺠﺮﺑﺔ ﻟﺼﺤﺔ اﻟﺒﻴﺎﻧﺎت اﺳﺘﺨﺪام ﻋﺪة ﺗﻘﻨﻴﺎت‪ ،‬ﻣﻦ ﺑﲔ أﻣﻮر أﺧﺮى‪ ،‬ﲤﺪﻳﺪ اﳌﻼﺣﻈﺔ‪ ،‬اﻟﺘﺜﻠﻴﺚ‬
‫وﻣﻨﺎﻗﺸﺔ اﻷﻗﺮان‪ ،‬وإﺗﻔﺎق اﻷﻋﻀﺎء اﳌﺨﱪ‪.‬‬
‫اﻟ ﻨﺘﺎﺋﺞ ﻫﺬﻩ اﻟﺪراﺳﺔ ﺗﺸﲑ إﱃ أن ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ )‪ (TQM‬ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ‬
‫اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ‪ ٢‬ﳕﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر‪ ,‬ﺗﺒﲔ أﻧﻪ ﻻ ﺗﺰال ﻫﻨﺎك ﺑﻌﺾ ﳎﺎﻻت اﻟﻨﺸﺎط اﻟﱵ ﱂ ﻳﺘﻢ اﻟﻘﻴﺎم ﺑﻪ ﲤﺎﻣﺎ‪،‬‬
‫ﻛﻤﺎ ﻫﻮ اﳊﺎل ﰲ ﳎﺎﻻت اﻹدارة واﻟﺘﻨﻈﻴﻢ‪ ،‬وﺗﻄﻮﻳﺮاﳌﻨﺎﻫﺞ وﻋﻤﻠﻴﺔ اﻟﺘﻌﻠﻢ‪ ،‬واﻟﺘﻘﻴﻴﻢ‪/‬اﻹﺷﺮاف ﻟﻠﺘﻌﻠﻴﻢ‬
‫واﻟﻘﻮى اﻟﻌﺎﻣﻠﺔ واﻟﺘﺪرﻳﺐ‪ .‬ﺿﺪ ﻫﺬﻩ اﳌﻨﺎﻃﻖ اﻟﱵ ﻻ ﺗﺰال ﺗﺘﻄﻠﺐ ﺧﻄﻮات ﻣﻠﻤﻮﺳﺔ ﻟﺘﻨﻔﻴﺬ وﺗﻜﻴﻴﻒ‬
‫اﳌﺒﺎدئ وﺗﻮﺟﻴﻪ اﳉﻮدة )دﻟﻴﻞ اﳉﻮدة (اﻟﱵ أوﺻﺖ ﺎ إدارة اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ )‪ (TQM‬ﻋﻠﻰ ﳓﻮ اﻷﻣﺜﺎل‪.‬‬
‫ﰲ ﺣﲔ أن اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﱵ ﺗﺪﻋﻢ‪ ،‬ﲢﻮل ﻣﻨﺎﺻﺮاﻟﺪاﺧﻠﻴﺔ واﳋﺎرﺟﻴﺔ ﻋﻠﻰ ﺣﺪ ﺳﻮاء إﱃ أن ﺗﻜﻮن إﻣﻜﺎﻧﺎت‬
‫ﻛﺒﲑة ﺟﺪا ﻟﺘﺤﺴﲔ ﻧﻮﻋﻴﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ‪ ٢‬ﳕﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر‪ ،‬ﻣﺜﻞ اﳌﺆﻫﻞ‬
‫اﻟﻌﻠﻤﻲ ﻟﻠﻤﻌﻠﻤﲔ واﳌﺮاﻓﻖ و اﻟﺒﻨﻴﺔ اﻟﺘﺤﺘﻴﺔ‪ ،‬وﻋﺪد اﳌﺘﻌﻠﻤﲔ‪ ،‬واﻟﺪﻋﻢ ﻣﻦ ا ﺘﻤﻊ‪ .‬ﲡﺮي اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﱵ ﺗﻌﻮق‬
‫‪xi‬‬
‫ﱂ ﺗﻜﻦ ﻣﻔﻴﺪا ﺟﺪا ‪ ،‬ﻷن ﻣﻌﻈﻢ ﻫﺬﻩ اﻟﻌﻮاﻣﻞ ﳝﻜﻦ ﺣﻠﻬﺎ ﲟﺎ ﻳﺘﻤﺎﺷﻰ ﻣﻊ ﺗﻨﻔﻴﺬ و اﻟﺘﺤﺴﲔ اﳌﺴﺘﻤﺮ‬
‫ﻟﻠﺠﻮدة‪.‬‬
‫اﻵﺛﺎر اﳌﱰﺗﺒﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﺪراﺳﺔ‪ ،‬أن إدارة اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ )‪ (TQM‬ﻋﻠﻰ أ ﺎ ﻧﻈﺎم اﻹدارة اﳊﺪﻳﺜﺔ‬
‫اﻟﱵ ﺗﺘﻄﻠﺐ ﲢﺴﲔ اﳉﻮدة ﻣﺴﺘﻤﺮا )اﻟﺘﺤﺴﲔ اﳌﺴﺘﻤﺮ( ﻋﻤﻮﻣﺎ‪ ،‬ﻣﻊ اﻹﻋﺘﺰام واﳌﻌﺎﻫﺪة اﻟﺮﻓﻴﻌﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﱄ‬
‫اﳉﻮدة ﺳﺘﺠﻌﻞ اﳌﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﻪ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ‪ ٢‬ﳕﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ﻣﺘﻔﻮﻗﺔ ﻟﺪي اﳌﺪارس اﻷﺧﺮي‪ ،‬اﻟﱵ‬
‫ﺗﺘﻔﻮق ﰲ اﻟﻌﻠﻮم واﻟﺘﻜﻨﻮﻟﻮﺟﻴﺎ )‪ (IPTEK‬وﺗﺘﻔﻮق ﰲ اﻹﳝﺎن واﻟﺘﻘﻮى‪ (IMTAQ) .‬وﺗﻨﻔﻴﺬ اﻟﻔﻌﺎل ﻹدارة‬
‫اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ )‪ (TQM‬ﻳﺆدي إﱃ ﲢﺴﲔ إﳒﺎز رﺋﻴﺲ اﳌﺪرﺳﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ‪ ٢‬ﳕﻮذج‬
‫ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ﻣﻊ اﳌﻌﻠﻤﲔ واﳌﻮﻇﻔﲔ‪ ،‬اﻟﱵ ﺑﺪورﻫﺎ ﺳﻮف ﺗﻜﻮن ﳍﺎ ﺗﺄﺛﲑا ﻋﻠﻰ ﲢﺴﲔ اﻟﺘﺤﺼﻴﻞ اﻟﻌﻠﻤﻲ‬
‫ﻟﻠﻄﻼب وﻓﻘﺎ ﻟﺘﻮﻗﻌﺎت ورﻏﺒﺎت اﻟﻌﻤﻼء‪ ،‬وﺧﺎﺻﺔ ﻟﻮاﻟﺪي اﳌﺘﻌﻠﻤﲔ‪.‬‬
‫‪xii‬‬
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI ...........................................
ii
PERSETUJUAN UJIAN TERBUKA DISERTASI ................................
iii
KATA PENGANTAR .........................................................................
iv
ABSTRAK ..........................................................................................
vii
DAFTAR ISI .......................................................................................
xii
DAFTAR GRAFIK ...................................................................... .…..
xv
TRANSLITERASI DAN SINGKATAN ...............................................
xvi
BAB
I
PENDAHULUAN ....................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ..................................
30
C. Rumusan Masalah ..................................................................
31
D. Kajian Pustaka ........................................................................
32
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...........................................
41
BAB II TINJAUAN TEORETIS ......................................................
43
A. Total Quality Management ( TQM) ......................................
43
1. Pengertian Total Quality Management (TQM) ................
43
2. Metode Penerapan TQM ..................................................
46
3. Prinsi-Prinsip TQ dalam Pendidikan ......................... ……
51
4. Tujuan Penerapan TQM Dalam Pendidikan ......................
56
B. Pengertian dan Fungasi Manajemen ........................................
60
1..Pengertian Manajemen ........................................................
60
2..Fungsi-Fungsi Manajemen . ..............................................
64
C. Konsep Mutu Dalam Pendidikan ...........................................
73
1. Pengertian Mutu ................................................................
73
2. Ciri-Ciri dan Karakteristik Pendidikan Bermutu ..............
78
xiii
3. Mendesain Mutu Dalam Pendidikan .................................
D. Faktor-Faktor yang Mendukung Mutu Pendidikan ...............
80
85
1.
Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan .....................................
86
2.
Kepemimpinan Kepala Madrasah ......................................
90
3.
Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran ...................
97
4.
Supervisi / Evaluasi pendidikan .......................................
108
5.
Pengembangan Kompetensi Guru ......................................
114
6.
Pengembangan Prestasi Peserta Didik ...............................
124
7.
Iklim dan Budaya Organisasi .............................................
129
8.
Peran Serta Masyarakat .....................................................
132
9.
Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan .............
135
10. Keuangan dan Pembiayaan pendidikan .............................
137
E. Kebijakan Pengembangan Madrasah ......................................
139
1. Pengertian dan Karakteristik Madrasah ...............................
139
2. Sejarah Perkembangan Madrasah .........................................
142
3. Kebijakan Pemerintah Terhadap Madrasah .........................
149
4. Peraturan Pemerintah No. 19/2005 dan Mutu Madrasah......
153
F. Kerangka Teoritis ......................................................................
157
BAB III METODOLOGI PENELTIAN ...................................................
164
A. Lokasi dan Jenis Penelitian .......................................................
164
B. Pendekatan Penelitian ...............................................................
165
C. Sumber Data Penelitian ............................................................
169
D. Metode Pengumpulan Data .......................................................
170
E. Instrumen Penelitian .................................................................
172
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................
173
G. Pengujian Keabsahan Data .................................................
175
xiv
BAB IV IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
PADA MAN 2 MODEL MAKASSAR ........................................
177
A. Gambaran Umum MAN 2 Model Makassar .................................. 177
1. Sejarah Berdirinya ................................................................
177
2. Data Personil dan Sarana Pendidikan ……………………...
179
B. Proses Implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar ..........
181
1. Perencanaan Program Pendidikan .........................................
182
2. Pengorganisasian dan Tata Kerja ………………… .............
186
3. Pelaksanaan TQM pada MAN 2 Model Makassar …….......
194
4. Pelaksanaan Pengawasan/Supervisi …………………… .....
245
C. Faktor Pendukung dan Penghambat PenerapanTQM ………... ..
248
D. Hasil Penerapan TQM pada MAN 2 Model Makassar ………. ..
273
E. Analisa Hasil Penelitian ……………………………………… ..
284
BAB V PENUTUP ……………………………………………………...... ..........
296
A. Kesimpulan ………………………………………………..…... .
296
B. Implikasi Penelitian ..……………………………………….…...
298
C. Saran-Saran ………………………………………….…….…....
299
D. Postulat (Dalil-Dalil) ....................................................................
299
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….……….
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xv
301
DAFTAR GRAFIK
Daftar Grafik I
Jumlah pendaftar dan penerimaan calon peserta
didik baru empat tahun terakhir ................................
Daftar Grafik II
Daftar Grafik III
263
Nilai rata-rata Ujian Nasional tertinggi empat tahun
terakhir ....................................................................
280
Prosentase tingkat kelulusan empat tahun terakhir .
281
xvi
TRANSLITERASI DAN SINGKATAN
A. Transliterasi
1. Konsonan
Huruf Arab
‫ا‬
Huruf Latin
Tidak dilambangkan
Huruf Arab
Huruf Latin
‫ط‬
t}
‫ت‬
t
‫ظ‬
z}
‫ث‬
s
‫ع‬
‘
‫ج‬
j
‫غ‬
g
‫ح‬
h
‫ف‬
f
‫خ‬
kh
‫ق‬
q
‫د‬
d
‫ك‬
k
‫ذ‬
ż
‫ل‬
l
‫ر‬
r
‫م‬
m
‫ز‬
z
‫ن‬
n
‫س‬
s
‫و‬
w
‫ش‬
sy
‫ه‬
h
‫ص‬
s
‫ء‬
’
‫ض‬
d
‫ي‬
y
Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda
apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal
dan vokal rangkap.
Vokal tunggal atau monoftong bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda
atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:
xvii
Tanda
Nama
Huruf Latin
َ‫ا‬
ِ‫ا‬
ُ‫ا‬
Fath}ah
a
Kasrah
i
D{ammah
u
Vokal rangkap atau diftong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan
antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Tanda
‫َ ْى‬
‫َو‬
Nama
Huruf Latin
Fath{ah dan ya
ai
Fathah dan wau
au
Misalnya
‫ﻛﻴﻒ‬
‫ﺣﻮل‬
3. Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat atau huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harakat dan huruf
‫ ى‬... َ‫ا‬
‫ﻧِﻲ‬
‫ﻧُﻮ‬
Nama
Huruf dan Tanda
Fath{ah dan alif atau ya
a>
Kasrah dan ya
ni>
D{ammah dan wau
nu>
4. Transliterasi untuk ta>’ marbu>t{ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t{ah yang hidup
dan mendapat harakat fath{ah, kasrah, atau d{ammah, transliterasinya adalah
[i]. Sedangkan ta>’ marbu>t{ah yang mati atau mendapat harakat sukun
transliterasinya adalah [h].
5. Syaddah (Tasydi>d) dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda)
yang diberi tanda syaddah. Jika huruf ‫ ي‬ber-tasydi>d di akhir sebuah kata dan
didahului oleh huruf kasrah, maka ditransliterasi seperti huruf maddah (i>)
6. Kata Sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf alif lam
ma’rifah (‫ )ال‬dan ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika diikuti oleh
huruf syamsiah maupun huruf qamariah dengan tidak mengikuti bunyi huruf
langsung yang mengikutinya dan ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya serta dihubungkan dengan garis mendatar (-).
xviii
B. Singkatan
Beberapa singkatan yang digunakan dalam disertasi ini adalah:
swt.
: Subh{a>nahu> wa ta‘a>la>
saw
: Salla Allahu ‘alayhi wa sallam
Q.S. ….(…) :4
: Qur’an, Surah, ayat 4
H
: Hijrah
M
: Maseh}i
Keterangan :
Copy file translit.ttf ke c:\sytem\font\
Pada ms.word pilih font times new Arabic
satu titik atas = shift + garis miring ( \ ) contoh subh}anallah
satu titik bawah = shift + kurawal kanan ( } ) contoh subh}anallah|
garis atas
= shift + titik ( . ) contoh subh}a>nallah
garis atas kapital = shift + koma ( , ) contoh SUBH}A<NALLAH
kurso diletakkan sesudah huruf yang akan diberi lambang.
xix
ABSTRAK
Nama
NIM
Judul
: Hamzah Djunaid
: 80100311048
: Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dalam Membina
Mutu Pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar.
Disertasi ini membahas masalah implementasi TQM dalam membina mutu
pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar, yang bertujuan;
Pertama, untuk mengetahui proses implementasi TQM dalam membina mutu
pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar. Kedua, untuk
mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat implementasi
TQM pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar. Ketiga, untuk mengetahui
hasil penerapan TQM pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan instrumen kunci adalah
peneliti sendiri. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi data. Sedang analisas data dilaksanakan secara induktif yang lebih
mementingkan makna dari pada generalisasi data dengan menggunakan dua
pendekatan, yaitu pendekatan studi dan pendekatan metodologi. Sumber data
penelitian ini terdiri dari Kepala Madrasah, Kepala Tata Usaha, guru, pegawai dan
pengawas serta Pengurus Komite Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar
sebagai responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Total Quality
Managemen (TQM) pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar ternyata belum
terjabarkan dan tersosialisasikan dengan sempurna sesuai dengan pedoman mutu
(quality manual) yang direkomendasikan oleh TQM, terutama di bidang administrasi
dan manajemen. Sementara secara implisit ternyata aktifitas madrasah sudah
tersentuh dengan konsep dan prinsip-prinsipTQM, baik yang bersifat akademik
maupun non akademik. Ketidaksempurnaan penerapan TQM disebabkan beberapa
faktor, antara lain; pengelolaan di bidang administrasi pendidikan belum efektif,
rendahnya kinerja sebagian guru dan staf, terutama dalam proses pembelajaran dan
ketatausahaan, model pembelajaran masih didominasi model pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher centred approach) dari pada model pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik (student centred approach). Meskipun penerapan TQM
belum sempurna dan diperhadapkan berbagai macam kendala, namun faktor-faktor
pendukung, baik pendukung internal maupun pendukung eksternal ternyata
memiliki potensi yang cukup signifikan dalam meningkatkan mutu pendidikan pada
Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar melalui pendekatan TQM, sehingga
dapat bersaing dengan sekolah unggulan yang sederajat pada masa kini dan masa
yang akan datang.
Implikasi penelitian; Perbaikan kualitas secara berkesinambungan
(continuous improvement) sebagai filosofi TQM, yang diikuti komitmen dan obsesi
xx
terhadap mutu yang tinggi akan memberi nuansa positif dan semangat kerja bagi
pengelola pendidikan dengan metode kerja yang efektif sesuai dengan prinsip dan
karakteristik TQM. Meningkatkan mutu pendidikan melalui pendekatan TQM
menghendaki kerja keras dan tidak setengah hati dalam penerapannya, sehingga
terwujud sebuah lembaga pendidikan Islam yang unggul dalam Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK) dan unggul dalam Iman dan Taqwa (IMTAQ). Penerapan
TQM dengan efektif pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar akan
berdampak pada peningkatan kinerja kepala madrasah bersama dengan guru dan
staf, yang pada gilirannya akan berdampak pula terhadap peningkatan prestasi
peserta didik sesuai harapan dan keinginan pelanggan.
xxi
‫‪ :‬اﻟﺤﺎج ﺣﻤﺰة ﺟﻨﯿﺪي‬
‫اﻻﺳﻢ‬
‫‪٨٠١٠٠٣١١٠٤٨ :‬‬
‫رﻗﻢ اﻟﺘﺴﺠﯿﻞ‬
‫ﻣﻮﺿﻮع اﻟﺒﺤﺚ ‪ :‬ﺗﻨﻔﯿﺬ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ )‪ ( TQM‬ﻓﻲ ﺑﻨﺎء ﺟﻮدة اﻟﺘﺮﺑﯿﺔ ﻓﻲ‬
‫اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ‪ ٢‬ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر‪.‬‬
‫ﺗﻨﺎوﻟﺖ ھﺬه اﻷطﺮوﺣﺔ ﻣﺴﺄﻟﺔ ﺗﻨﻔﯿﺬ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻓﻲ ﺗﻄﻮﯾﺮ ﺟﻮدة‬
‫اﻟﺘﺮﺑﯿﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ‪ ٢‬ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ‪ ،‬اﻟﺘﻲ ﺗﮭﺪف ‪ :‬أوﻻ ‪،‬‬
‫ﻟﺘﻌﺮﯾﻒ ﻋﻤﻠﯿﺔ ﺗﻄﺒﯿﻖ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻓﻲ ﺗﻄﻮﯾﺮ ﺟﻮدة اﻟﺘﺮﺑﯿﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ‬
‫اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ‪ ٢‬ﻧﻤﻮذج ﻣﻦ ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر‪ .‬اﻟﺜﺎﻧﯿﺔ ‪ ،‬ﻟﺘﺤﺪﯾﺪ اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺘﻲ ﺗﺪﻋﻢ‬
‫وﺗﻌﯿﻖ ﺗﻨﻔﯿﺬ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔاﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ‪ ٢‬ﻧﻤﻮذج ﻣﻦ‬
‫ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ‪ .‬اﻟﺜﺎﻟﺚ ‪ ،‬ﻟﺘﺤﺪﯾﺪ ﻧﺘﺎﺋﺞ ﺗﻄﺒﯿﻖ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ‬
‫اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ‪ ٢‬ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر‪.‬‬
‫ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ ھﻮ اﻟﺒﺤﺚ اﻟﻨﻮﻋﻲ ﻣﻊ أداة رﺋﯿﺴﯿﺔ ھﻮ اﻟﺒﺎﺣﺚ ﻧﻔﺴﮫ‪ .‬ﺟﻤﻊ اﻟﺑﯾﻧﺎت‬
‫اﻟﺘﻲ ﺗﻢ اﻟﺤﺼﻮل ﻋﻠﯿﮭﺎ ﻣﻦ ﺧﻼل اﻟﻤﻼﺣﻈﺎت واﻟﻤﻘﺎﺑﻼت وﺗﻮﺛﯿﻖ اﻟﺒﯿﻨﺎت‪ .‬اﻟﺘﻲ‬
‫ﺗﺠﺮي ﺗﻨﻔﯿﺬھﺎ ﻓﻲ ﺗﺤﻠﯿﻞ اﻟﺒﯿﻨﺎت اﻟﺴﯿﻄﺮة اﺳﺘﻘﺮاﺋﻲ اﻟﺘﻲ ھﻲ أﻛﺜﺮ ﻗﻠﻘﺎ ﻣﻊ ﻣﻌﻨﻰ‬
‫اﻟﺒﯿ ﻨﺎت اﻟﺘﻌﻤﯿﻢ ﺑﺎﺳﺘﺨﺪام اﻟﻨﮭﺠﯿﻦ ‪ ،‬وھﻲ ﻧﮭﺞ اﻟﺪراﺳﺔ و اﻷﺳﺎﻟﯿﺐ اﻟﻤﻨﮭﺠﯿﺔ ‪ .‬ﯾﺘﺄﻟﻒ‬
‫ﻣﺼﺪر اﻟﺒﯿﻨﺎت ﻟﮭﺬه اﻟﺪراﺳﺔ ﻣﻦ اﻟﻨﻈﺎر ‪،‬رﺋﯿﺲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ و رﺋﯿﺲ اﻹدارة واﻟﻤﺪرﺳﯿﻦ‬
‫واﻟﻤﻮظﻔﯿﻦ و اﻟﻤﺸﺮﻓﯿﻦ وﻛﺬﻟﻚ اﻟﻠﺠﻨﺔ اﻟﺘﻨﻔﯿﺬﯾﺔ ﻟﻠﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ‪٢‬‬
‫ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ﻛﻤﺎ اﻟﻤﺴﺘﺠﯿﺒﯿﻦ‪.‬‬
‫ﻧﺘﺎﺋﺞ ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ أن ﺗﻨﻔﯿﺬ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺪﻧﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ‬
‫‪ ٢‬ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر‪ ,‬ﺗﺒﯿﻦ أﻧﮫ ﻻ ﺗﺰال ھﻨﺎك ﺑﻌﺾ ﻣﺠﺎﻻت اﻟﻨﺸﺎط اﻟﺘﻲ ﻟﻢ ﯾﺘﻢ أﺛﺒﺘﺖ‬
‫اﻟﺘﻔﻮق‪ ،‬ﻛﻤﺎ ھﻮ اﻟﺤﺎل ﻓﻲ ﻣﺠﺎﻻت اﻹدارة واﻟﺘﻨﻈﯿﻢ ‪ ،‬وﺗﻄﻮﯾﺮ اﻟﻤﻨﺎھﺞ و ﻋﻤﻠﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﻢ‬
‫‪ ،‬واﻟﺘﻘﯿﯿﻢ ‪ /‬اﻹﺷﺮاف و اﻟﻘﻮى اﻟﻌﺎﻣﻠﺔ واﻟﺘﺪرﯾﺐ ‪ .‬ﺿﺪ ھﺬه اﻟﻤﻨﺎطﻖ اﻟﺘﻲ ﻻ ﺗﺰال‬
‫ﺗﺘﻄﻠﺐ ﺧﻄﻮات ﻣﻠﻤﻮﺳﺔ ﻟﺘﻨﻔﯿﺬ أﻣﺜﺎل ﻟﻤﺒﺎدئ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ‪ .‬ﻓﻲ ﺣﯿﻦ أن‬
‫اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺘﻲ ﺗﺪﻋﻢ ‪ ،‬ﺗﺤﻮل أﻧﺼﺎر اﻟﺪاﺧﻠﯿﺔ واﻟﺨﺎرﺟﯿﺔ ﻋﻠﻰ ﺣﺪ ﺳﻮاء إﻟﻰ أن ﺗﻜﻮن‬
‫إﻣﻜﺎﻧﺎت ﻛﺒﯿﺮة ﺟﺪا ﻟﺘﺤﺴﯿﻦ ﻧﻮﻋﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺪﻧﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ‪٢‬‬
‫ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ‪ ،‬ﻗﺪ ﯾﻜﻮن ﻣﻦ اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﻤﺎﻧﻌﺔ ﻣﺘﻮﺳﻄﺔ أﻗﻞ ﻣﻌﻨﻰ‪ ،‬ﻷن ﻣﻌﻈﻢ ھﺬه‬
‫اﻟﻌﻮاﻣﻞ ﯾﻤﻜﻦ ﺣﻠﮭﺎ ﺑﻤﺎ ﯾﺘﻤﺎﺷﻰ ﻣﻊ ﺗﻨﻔﯿﺬ وﺗﺤﺴﯿﻦ ﻧﻮﻋﯿﺔ ﻋﻠﻰ أﺳﺎس ﻣﺴﺘﻤﺮ‪.‬‬
‫اﻵﺛﺎر ﻓﻲ ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ‪ ،‬ﯾﺘﻄﻠﺐ أن إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ وﯾﺮاﻓﻖ اﻟﺘﺤﺴﯿﻦ اﻟﻤﺴﺘﻤﺮ‬
‫ﻟﻠﺠﻮدة ﻣﻦ ﺧﻼل اﻟﺘﺰام ﻋﺎﻟﯿﺔ و ھﺎﺟﺲ اﻟﺠﻮدة ﯾﻤﻜﻦ أن ﺗﺠﻌﻞ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺪﻧﯿﺔ‬
‫‪xxii‬‬
‫اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ‪ ٢‬ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ﺑﺎﻋﺘﺒﺎرھﺎ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻤﺘﻔﻮﻗﺔ ‪ ،‬واﻟﺘﻲ ﺗﺘﻔﻮق ﻓﻲ ﻣﺠﺎل‬
‫اﻟﻌﻠﻮم و اﻟﺘﻜﻨﻮﻟﻮﺟﯿﺎ و ﺗﺘﻔﻮق ﻓﻲ اﻹﯾﻤﺎن واﻟﺘﻘﻮي‪ .‬واﻟﺘﻨﻔﯿﺬ اﻟﻔﻌﺎل ﻹدارة اﻟﺠﻮدة‬
‫اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﺗﺆﺛﺮ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺴﯿﻦ اﻷداء رﺋﯿﺲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺪﻧﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ﻣﻊ اﻟﻤﻌﻠﻤﯿﻦ‬
‫واﻟﻤﻮظﻔﯿﻦ‪ ،‬وھﺬا ﺑﺪوره ﺳﻮف ﯾﻜﻮن ﻟﮭﺎ ﺗﺄﺛﯿﺮ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺴﯿﻦ اﻟﺘﺤﺼﯿﻞ اﻟﻌﻠﻤﻲ ﻟﻠﻄﻼب‬
‫وﻓﻘﺎ ﻟﺘﻮﻗﻌﺎت ورﻏﺒﺎت اﻟﻌﻤﻼء ‪ ،‬وﺧﺎﺻﺔ ﻟﻮاﻟﺪي اﻟﻄﻼب‪..‬‬
‫ﻧﺘﺎﺋﺞ ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ ﺗﻈﮭﺮ إﻟﻰ أن إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ )‪ ( TQM‬ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ‬
‫اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ‪ ٢‬ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ﺗﻐﻄﻲ ‪ ,‬اﻟﺘﺴﻠﺴﻞ اﻟﮭﺮﻣﻲ ﻟﯿﺴﺖ ﻣﺜﻠﯿﺔ ﺑﻌﺪ‬
‫و اﺟﺘﻤﺎﻋﯿﺎ وﻓﻘﺎ ﻟﻠﻤﺒﺎدئ اﻟﺘﻮﺟﯿﮭﯿﺔ ﻟﻠﺠﻮدة )دﻟﯿﻞ اﻟﺠﻮدة ( اﻟﺘﻲ وﺿﻌﺘﮭﺎ إدارة اﻟﺠﻮدة‬
‫اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ‪ ،‬وﺑﺨﺎﺻﺔ ﻓﻲ ﻣﺠﺎﻻت اﻹدارة واﻟﺘﻨﻈﯿﻢ‪ .‬ﺑﯿﻨﻤﺎ ﺿﻤﻨﯿﺎ ﺟﻤﯿﻊ أﻧﺸﻄﺔ اﻟﻤﺪرﺳﺔ‬
‫ﻟﻤﺴﺖ ﺑﺎﻟﻔﻌﻞ ﻣﻊ اﻟﻤﻔﺎھﯿﻢ واﻟﻤﺒﺎدئ ﻹدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ )‪ ،(TQM‬ﺳﻮاء اﻷﻛﺎدﯾﻤﯿﺔ‬
‫و ﻏﯿﺮ اﻷﻛﺎدﯾﻤﯿﺔ ‪ .‬ﻋﯿﻮب ﺗﻄﺒﯿﻖ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ وذﻟﻚ ﺑﺴﺒﺐ ﻋﺪة ﻋﻮاﻣﻞ‪ ،‬ﻣﻦ‬
‫ﺑﯿﻦ أﻣﻮر أﺧﺮى ‪ ،‬وﻗﺪ اﻹدارﯾﺔ ﻓﻲ ﻣﺠﺎل اﻹدارة اﻟﺘﺮﺑﻮﯾﺔ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻓﻌﺎﻟﺔ ‪ ،‬و ﺿﻌﻒ‬
‫أداء ﺑﻌﺾ اﻟﻤﻌﻠﻤﯿﻦ واﻟﻤﻮظﻔﯿﻦ‪ ،‬وﺧﺼﻮﺻﺎ ﻓﻲ ﻋﻤﻠﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﻢ واﻹدارة ‪ ،‬وﻧﻤﺎذج‬
‫اﻟﺘﻌﻠﻢ ﻻ ﯾﺰال ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺬي ﯾﺘﺮﻛﺰ ﺣﻮل اﻟﻤﻌﻠﻢ )اﻟﻨﮭﺞ اﻟﻤﺘﻤﺤﻮر ﺣﻮل اﻟﻤﻌﻠﻢ (‬
‫ﻣﻦ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ ﯾﺘﺮﻛﺰﺣﻮل اﻟﻄﺎﻟﺐ )اﻟﻨﮭﺞ اﻟﻤﺘﻤﺤﻮرة ﺣﻮل اﻟﻄﺎﻟﺐ (‪ .‬ﻋﻠﻰ اﻟﺮﻏﻢ‬
‫ﻣﻦ أن ﺗﻄﺒﯿﻖ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻟﯿﺴﺖ ﻣﺜﺎﻟﯿﺔ و اﻟﺘﻌﺎﻣﻞ ﻣﻊ أﻧﻮاع ﻣﺨﺘﻠﻔﺔ ﻣﻦ اﻟﻘﯿﻮد‬
‫‪ ،‬وﻟﻜﻦ ﺗﺤﻮﻟﺖ اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺪاﻋﻤﺔ‪ ،‬أﻧﺼﺎر اﻟﺘﺄﯾﯿﺪ اﻟﺪاﺧﻠﻲ واﻟﺨﺎرﺟﻲ ﻋﻠﻰ ﺣﺪ ﺳﻮاء ﻣﻦ‬
‫‪xxiii‬‬
‫أن ﯾﻜﻮن إﻣﻜﺎﻧﺎت ﻛﺒﯿﺮة ﻓﻲ ﺗﺤﺴﯿﻦ ﻧﻮﻋﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﻓﻲ اﻟﻤﺪارس اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﮫ‬
‫اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ‪ ٢‬ﻧﻤﻮ ذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ﻣﻦ ﺧﻼل ﻧﮭﺞ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ‪ ،‬ﻟﺬﻟﻚ ﯾﻤﻜﻦ أن‬
‫ﺗﻜﻮن ﻗﺎدرة ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻨﺎﻓﺴﺔ ﻣﻊ ﻣﺪرﺳﺔ ﻣﻤﺘﺎزة ﯾﺴﺎوي اﻟﺤﺎﺿﺮ و اﻟﻤﺴﺘﻘﺒﻞ‪.‬‬
‫اﻵﺛﺎر اﻟﻤﺘﺮﺗﺒﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﺪراﺳﺔ؛ ھﻲ ﺗﺤﺴﯿﻦ اﻟﻤﺴﺘﻤﺮ ﻟﻠﺠﻮدة )اﻟﺘﺤﺴﯿﻦ اﻟﻤﺴﺘﻤﺮ(‬
‫ﻛﻔﻠﺴﻔﺔ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ‪ ،‬ﺗﻠﯿﮭﺎ اﻻﻟﺘﺰام وھﺎﺟﺲ ذات ﺟﻮدة اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ ﺳﻮف ﺗﻌﻄﻲ‬
‫اﻟﺸﻌﻮر اﻹﯾﺠﺎﺑﻲ وروح اﻟﻌﻤﻞ ﻟﻤﺪﯾﺮي اﻟﺘﺮﺑﯿﺔ ﺑﻤﻨﮭﺞ وأﺳﺎﻟﯿﺐ ﻋﻤﻞ اﻟﻔﻌﻠﯿﺔ وﻓﻘﺎ‬
‫ﻟﻠﻤﺒﺎدئ وﺧﺼﺎﺋﺺ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ‪ .‬ﺗﺤﺴﯿﻦ ﻧﻮﻋﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﻣﻦ ﺧﻼل ﻣﻨﮭﺞ إدارة‬
‫اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﯾﺘﻄﻠﺐ اﻟﻌﻤﻞ اﻟﺠﺎد وﻟﯿﺲ ﻓﺎﺗﺮة ﻓﻲ ﺗﻄﺒﯿﻘﮫ ‪ ،‬وذﻟﻚ ﻹﻧﺸﺎء اﻟﻤﺆﺳﺴﺎت‬
‫اﻟﺘﻌﻠﯿﻤﯿﺔ اﻹﺳﻼﻣﯿﺔ اﻟﺘﻲ ﺗﺘﻔﻮق ﻓﻲ ﻣﺠﺎل اﻟﻌﻠﻮم و اﻟﺘﻜﻨﻮﻟﻮﺟﯿﺎ و اﻟﺘﻔﻮق ﻓﻲ اﻹﯾﻤﺎن‬
‫واﻟﺘﻘﻮى‪ .‬واﻟﺘﻨﻔﯿﺬ اﻟﻔﻌﺎل ﻻدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ‬
‫‪ ٢‬ﻧﻤﻮ ذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ﯾﻜﻮن ﻟﮭﺎ ﺗﺄﺛﯿﺮ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺴﯿﻦ أداء اﻟﺮﺋﯿﺴﯿﺔ ﺟﻨﺒﺎ إﻟﻰ ﺟﻨﺐ ﻣﻊ‬
‫اﻟﻤﻌﻠﻤﯿﻦ واﻟﻤﻮظﻔﯿﻦ‪ ،‬واﻟﺘﻲ ﺳﯿﻜﻮن ﻟﮭﺎ ﻓﻲ ﻧﮭﺎﯾﺔ اﻟﻤﻄﺎف ﺗﺄﺛﯿﺮ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺴﯿﻦ‬
‫اﻟﺘﺤﺼﯿﻞ اﻟﻌﻠﻤﻲ ﻟﻠﻄﻼب وﻓﻘﺎ ﻟﺘﻮﻗﻌﺎت ورﻏﺒﺎت اﻟﻌﻤﻼء ‪.‬‬
‫‪xxiv‬‬
While implicitly, all activities of institution (school) already touched with
the concepts and principles of TQM, both academic and non-academic.
Imperfections of implementation of TQM caused by several factors, they are;
management in educational administration field have not been effective, the lack of
performance of some teachers and staff, especially in the learning process and
administration, learning models still dominated by teacher-centered approach rather
than student-centered approach. Although the application of TQM is not perfect and
handled various kinds of constraints, the supporting factors, both internal and
external supporters have significant potential in improving the quality of education
at Madrasah Aliyah Negeri 2 Models of Makassar through TQM approach, so it can
be competed with other excellent schools to the present and the future.
Implications of the study are; continuous quality improvement as a TQM
philosophy, followed by commitment and obsession with high quality will give
positive feel and spirit of work for educational managers with effective methods of
work which appropriate with the principles and characteristics of TQM. Improving
educational quality through TQM approach requires hard work in its application, so
it can create an Islamic educational institutions that competent in Science and
Technology and competent in Faith and Taqwa ( IMTAQ ). The effective
implementation of TQM at Madrasah Aliyah Negeri 2 Model of Makassar will have
an impact in improving the performance of principal along with the teachers and
staff, henceforth, will have an impact on the improvement of student achievement
agree with expectations and desires of customers.
xxv
ABSTRAK
Nama
NIM
Judul
: Hamzah Djunaid
: 80100311048
: Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dalam Membina
Mutu Pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar.
Disertasi ini membahas masalah implementasi TQM dalam membina mutu
pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, yang bertujuan; Pertama, untuk
mengetahui proses implementasi TQM dalam membina mutu pendidikan pada MAN
2 Model Makassar. Kedua, untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan
yang menghambat implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar. Ketiga,
untuk mengetahui hasil penerapan TQM pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model
Makassar.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan instrumen kunci adalah
peneliti sendiri. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi data. Sedang analisas data dilaksanakan secara induktif yang lebih
mementingkan makna dari pada generalisasi data dengan menggunakan dua
pendekatan, yaitu pendekatan studi dan pendekatan metodologi. Sumber data
penelitian ini terdiri dari Kepala Madrasah, Kepala Tata Usaha, guru, pegawai dan
pengawas serta Pengurus Komite MAN 2 Model Makassar sebagai responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi TQM pada MAN 2
Model Makassar ternyata masih ada beberapa bidang kegiatan yang belum
terlaksana secara sempurna, seperti dalam bidang administrasi dan manajemen,
pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran, evaluasi/supervisi pendidikan
serta pembinaan ketenagaan. Terhadap bidang-bidang tersebut masih membutuhkan
langkah-langkah kongkrit secara optimal untuk mengimplementasikan prinsipprinsip dan pedoman mutu (quality manual) yang direkomendasikan oleh TQM.
Sementara faktor-faktor yang mendukung, baik pendukung internal maupun
eksternal ternyata cukup potensial dan signifikan untuk meningkatkan mutu
pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, seperti kualifikasi akademik tenaga
pendidik, sarana dan prasarana, jumlah peserta didik, dan dukungan dari masyarakat.
Sedang faktor-faktor yang menghambat ternyata tidak terlalu berarti, karena pada
umumnya faktor tersebut dapat teratasi seiring dengan pelaksanaan dan perbaikan
kualitas secara berkesinambungan.
Implikasi penelitian, bahwa TQM yang menghendaki perbaikan kualitas
secara berkesinambungan disertai dengan komitmen dan obsesi yang tinggi
terhadap mutu dapat menjadikan MAN 2 Model Makassar sebagai madrasah yang
unggul, yaitu unggul dalam IPTEK dan unggul dalam IMTAQ. Penerapan TQM
xxvi
‫‪secara efektif akan berdampak pula pada peningkatan kinerja Kepala MAN 2 Model‬‬
‫‪Makassar bersama dengan guru dan staf, dan pada gilirannya akan berdampak pula‬‬
‫‪terhadap peningkatan prestasi peserta didik sesuai harapan dan keinginan pelanggan,‬‬
‫‪terutama orang tua peserta didik dan masyarakat.‬‬
‫ﻧﺘﺎﺋﺞ ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ ﺗﺸﯿﺮ إﻟﻰ أن ﺗﻨﻔﯿﺬ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ )‪ (TQM‬ﻓﻲ‬
‫اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ‪ ٢‬ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر‪ ,‬ﺗﺒﯿﻦ أﻧﮫ ﻻ ﺗﺰال ھﻨﺎك ﺑﻌﺾ‬
‫ﻣﺠﺎﻻت اﻟﻨﺸﺎط اﻟﺘﻲ ﻟﻢ ﯾﺘﻢ اﻟﻘﯿﺎم ﺑﮫ ﺗﻤﺎﻣﺎ‪ ،‬ﻛﻤﺎ ھﻮ اﻟﺤﺎل ﻓﻲ ﻣﺠﺎﻻت اﻹدارة‬
‫واﻟﺘﻨﻈﯿﻢ‪ ،‬وﺗﻄﻮﯾﺮ اﻟﻤﻨﺎھﺞ وﻋﻤﻠﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﻢ‪ ،‬واﻟﺘﻘﯿﯿﻢ‪/‬اﻹﺷﺮاف واﻟﻘﻮى اﻟﻌﺎﻣﻠﺔ‬
‫واﻟﺘﺪرﯾﺐ‪ .‬ﺿﺪ ھﺬه اﻟﻤﻨﺎطﻖ اﻟﺘﻲ ﻻ ﺗﺰال ﺗﺘﻄﻠﺐ ﺧﻄﻮات ﻣﻠﻤﻮﺳﺔ ﻟﺘﻨﻔﯿﺬ اﻟﻤﺒﺎدئ‬
‫واﻟﺘﻮﺟﯿﮫ ﻟﻠﺠﻮدة )دﻟﯿﻞ اﻟﺠﻮدة ( إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ )‪ (TQM‬اﻟﺘﻲ أوﺻﺖ ﺑﮭﺎ ﻋﻠﻰ‬
‫اﻟﻨﺤﻮ اﻷﻣﺜﺎل‪ .‬ﻓﻲ ﺣﯿﻦ أن اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺘﻲ ﺗﺪﻋﻢ ‪ ،‬ﺗﺤﻮل ﻣﻨﺎﺻﺮاﻟﺪاﺧﻠﯿﺔ واﻟﺨﺎرﺟﯿﺔ‬
‫ﻋﻠﻰ ﺣﺪ ﺳﻮاء إﻟﻰ أن ﺗﻜﻮن إﻣﻜﺎﻧﺎت ﻛﺒﯿﺮة ﺟﺪا ﻟﺘﺤﺴﯿﻦ ﻧﻮﻋﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ‬
‫اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ‪ ٢‬ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر‪ ،‬ﻣﺜﻞ اﻟﻤﺆھﻞ اﻟﻌﻠﻤﻲ ﻟﻠﻤﻌﻠﻤﯿﻦ واﻟﻤﺮاﻓﻖ و‬
‫اﻟﺒﻨﯿﺔ اﻟﺘﺤﺘﯿﺔ‪ ،‬وﻋﺪد اﻟﻤﺘﻌﻠﻤﯿﻦ ‪ ،‬واﻟﺪﻋﻢ ﻣﻦ اﻟﻤﺠﺘﻤﻊ ‪ .‬ﯾﺠﺮي اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺘﻲ ﺗﻌﻮق ﻟﻢ‬
‫ﺗﻜﻦ ﻣﻔﯿﺪا ﺟﺪا ‪ ،‬ﻷن ﻣﻌﻈﻢ ھﺬه اﻟﻌﻮاﻣﻞ ﯾﻤﻜﻦ ﺣﻠﮭﺎ ﺑﻤﺎ ﯾﺘﻤﺎﺷﻰ ﻣﻊ ﺗﻨﻔﯿﺬ و اﻟﺘﺤﺴﯿﻦ‬
‫اﻟﻤﺴﺘﻤﺮ ﻟﻠﺠﻮدة ‪.‬‬
‫اﻵﺛﺎر اﻟﻤﺘﺮﺗﺒﺔ ﻋﻠ ﻰ اﻟﺪراﺳﺔ‪ ،‬ﯾﺘﻄﻠﺐ أن إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ وﯾﺮاﻓﻖ‬
‫اﻟﺘﺤﺴﯿﻦ اﻟﻤﺴﺘﻤﺮ ﻟﻠﺠﻮدة ﻣﻦ ﺧﻼل اﻟﺘﺰام ﻋﺎﻟﯿﺔ و ھﺎﺟﺲ اﻟﺠﻮدة ﯾﻤﻜﻦ أن ﺗﺠﻌﻞ‬
‫اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ‪٢‬ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ﺑﺎﻋﺘﺒﺎرھﺎ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻤﺘﻔﻮﻗﺔ ‪،‬‬
‫اﻟﺘﻲ ﺗﺘﻔﻮق ﻓﻲ ﻣﺠﺎل اﻟﻌﻠﻢ و اﻟﺘﻜﻨﻮﻟﻮﺟﯿﺎ )‪ (IPTEK‬وﺗﺘﻔﻮق ﻓﻲ اﻹﯾﻤﺎن واﻟﺘﻘﻮي‬
‫)‪ .(IMTAQ‬و اﻟﺘﻨﻔﯿﺬ اﻟﻔﻌﺎل ل إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﺗﺆﺛﺮ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺴﯿﻦ اﻷداء ‪MAN‬‬
‫‪ 2‬ﻧﻤﻮذج ﻣﻦ ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر رﺋﯿﺲ ﺟﻨﺒﺎ إﻟﻰ ﺟﻨﺐ ﻣﻊ اﻟﻤﻌﻠﻤﯿﻦ واﻟﻤﻮظﻔﯿﻦ‪ ،‬وھﺬا ﺑﺪوره‬
‫ﺳﻮف ﯾﻜﻮن ﻟﮭﺎ ﺗﺄﺛﯿﺮ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺴﯿﻦ اﻟﺘﺤﺼﯿﻞ اﻟﻌﻠﻤﻲ ﻟﻠﻄﻼب وﻓﻘﺎ ل ﺗﻮﻗﻌﺎت ورﻏﺒﺎت‬
‫اﻟﻌﻤﻼء ‪ ،‬وﺧﺎﺻﺔ أوﻟﯿﺎء أﻣﻮر اﻟﻄﻠﺒﺔ واﻟﻤﺠﺘﻤﻊ اﻟﻤﺤﻠﻲ‪.‬‬
‫‪xxvii‬‬
‫ﻧﺘﺎﺋﺞ ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ أن ﺗﻨﻔﯿﺬ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺪﻧﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ‬
‫‪ ٢‬ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر‪ ,‬ﺗﺒﯿﻦ أﻧﮫ ﻻ ﺗﺰال ھﻨﺎك ﺑﻌﺾ ﻣﺠﺎﻻت اﻟﻨﺸﺎط اﻟﺘﻲ ﻟﻢ ﯾﺘﻢ أﺛﺒﺘﺖ‬
‫اﻟﺘﻔﻮق‪ ،‬ﻛﻤﺎ ھﻮ اﻟﺤﺎل ﻓﻲ ﻣﺠﺎﻻت اﻹدارة واﻟﺘﻨﻈﯿﻢ ‪ ،‬وﺗﻄﻮﯾﺮ اﻟﻤﻨﺎھﺞ و ﻋﻤﻠﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﻢ‬
‫‪ ،‬واﻟﺘﻘﯿﯿﻢ ‪ /‬اﻹﺷﺮاف و اﻟﻘﻮى اﻟﻌﺎﻣﻠﺔ واﻟﺘﺪرﯾﺐ ‪ .‬ﺿﺪ ھﺬه اﻟﻤﻨﺎطﻖ اﻟﺘﻲ ﻻ ﺗﺰال‬
‫ﺗﺘﻄﻠﺐ ﺧﻄﻮات ﻣﻠﻤﻮﺳﺔ ﻟﺘﻨﻔﯿﺬ أﻣﺜﺎل ﻟﻤﺒﺎدئ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ‪ .‬ﻓﻲ ﺣﯿﻦ أن‬
‫اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺘﻲ ﺗﺪﻋﻢ ‪ ،‬ﺗﺤﻮل أﻧﺼﺎر اﻟﺪاﺧﻠﯿﺔ واﻟﺨﺎرﺟﯿﺔ ﻋﻠﻰ ﺣﺪ ﺳﻮاء إﻟﻰ أن ﺗﻜﻮن‬
‫إﻣﻜﺎﻧﺎت ﻛﺒﯿﺮة ﺟﺪا ﻟﺘﺤﺴﯿﻦ ﻧﻮﻋﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺪﻧﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ‪٢‬‬
‫ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ‪ ،‬ﻗﺪ ﯾﻜﻮن ﻣﻦ اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﻤﺎﻧﻌﺔ ﻣﺘﻮﺳﻄﺔ أﻗﻞ ﻣﻌﻨﻰ‪ ،‬ﻷن ﻣﻌﻈﻢ ھﺬه‬
‫اﻟﻌﻮاﻣﻞ ﯾﻤﻜﻦ ﺣﻠﮭﺎ ﺑﻤﺎ ﯾﺘﻤﺎﺷﻰ ﻣﻊ ﺗﻨﻔﯿﺬ وﺗﺤﺴﯿﻦ ﻧﻮﻋﯿﺔ ﻋﻠﻰ أﺳﺎس ﻣﺴﺘﻤﺮ‪.‬‬
‫اﻵﺛﺎر ﻓﻲ ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ‪ ،‬ﯾﺘﻄﻠﺐ أن إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ وﯾﺮاﻓﻖ اﻟﺘﺤﺴﯿﻦ اﻟﻤﺴﺘﻤﺮ‬
‫ﻟﻠﺠﻮدة ﻣﻦ ﺧﻼل اﻟﺘﺰام ﻋﺎﻟﯿﺔ و ھﺎﺟﺲ اﻟﺠﻮدة ﯾﻤﻜﻦ أن ﺗﺠﻌﻞ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺪﻧﯿﺔ‬
‫اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ‪ ٢‬ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ﺑﺎﻋﺘﺒﺎرھﺎ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻤﺘﻔﻮﻗﺔ ‪ ،‬واﻟﺘﻲ ﺗﺘﻔﻮق ﻓﻲ ﻣﺠﺎل‬
‫اﻟﻌﻠﻮم و اﻟﺘﻜﻨﻮﻟﻮﺟﯿﺎ و ﺗﺘﻔﻮق ﻓﻲ اﻹﯾﻤﺎن واﻟﺘﻘﻮي‪ .‬واﻟﺘﻨﻔﯿﺬ اﻟﻔﻌﺎل ﻹدارة اﻟﺠﻮدة‬
‫اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﺗﺆﺛﺮ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺴﯿﻦ اﻷداء رﺋﯿﺲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺪﻧﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ﻣﻊ اﻟﻤﻌﻠﻤﯿﻦ‬
‫واﻟﻤﻮظﻔﯿﻦ‪ ،‬وھﺬا ﺑﺪوره ﺳﻮف ﯾﻜﻮن ﻟﮭﺎ ﺗﺄﺛﯿﺮ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺴﯿﻦ اﻟﺘﺤﺼﯿﻞ اﻟﻌﻠﻤﻲ ﻟﻠﻄﻼب‬
‫وﻓﻘﺎ ﻟﺘﻮﻗﻌﺎت ورﻏﺒﺎت اﻟﻌﻤﻼء ‪ ،‬وﺧﺎﺻﺔ اﻟﻤﺘﻌﻠﻤﯿﻦ اﻟﻤﺴﻨﯿﻦ‪.‬‬
‫‪xxviii‬‬
‫ﻧﺘﺎﺋﺞ ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ ﺗﺸﯿﺮ إﻟﻰ أن ﺗﻨﻔﯿﺬ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ‬
‫اﻟﺪﻧﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ﻧﻤﻮذج‪ ٢‬ﻣﻦ ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ھﻮ ﻟﻢ ﺗﻨﻔﺬ ﺑﻌﺪ ﺑﺎﻟﻜﺎﻣﻞ ‪ ،‬وﺑﻌﺒﺎر أﺧﺮى ﻻ‬
‫ﺗﺰال ﺑﺤﺎﺟﺔ إﻟﻰ اﻟﻌﻤﻞ ﺑﺠﺪ ﻟﺘﻨﻔﯿﺬ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺤﻮ اﻷﻣﺜﺎل‪ ،‬ﻣﻊ ‪ mangacu‬ﻣﻔﺎھﯿﻢ‬
‫وﻣﺒﺎدئ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ‪ .‬أﻧﮭﺎ ﻣﺴﺘﻤﺮة ﻓﻲ ﻋﺮض ﺑﻌﺾ أﺟﺰاء ﻣﻦ اﻟﺒﺮﻧﺎﻣﺞ‬
‫اﻟﺘﻌﻠﯿﻤﻲ ﻟﻢ ﺗﻈﮭﺮ اﻟﻜﻤﺎل‪ ،‬ﻛﻤﺎ ھﻮ اﻟﺤﺎل ﻓﻲ ﻣﺠﺎﻻت اﻹدارة واﻟﺘﻨﻈﯿﻢ ‪ ،‬وﺗﻄﻮﯾﺮ‬
‫اﻟﻤﻨﺎھﺞ واﻟﺘﻌﻠﻢ‪ ،‬و ﺗﻨﻤﯿﺔ اﻟﻘﻮى اﻟﻌﺎﻣﻠﺔ و اﻹﺷﺮاف اﻟﺘﺮﺑﻮي ‪ .‬ﻓﻲ ﺣﯿﻦ أن اﻟﻌﻮاﻣﻞ‬
‫اﻟﺘﻲ ﺗﺪﻋﻢ ‪ ،‬وﺛﺒﺖ ﻛﻞ ﻣﻦ اﻟﺪﻋﻢ اﻟﺪاﺧﻠﻲ واﻟﺨﺎرﺟﻲ ل دﯾﮭﺎ إﻣﻜﺎﻧﺎت ﻛﺒﯿﺮة‬
‫ﻟﺘﺤﺴﯿﻦ ﻧﻮﻋﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﻓﻲ ‪ MAN 2‬ﻧﻤﻮذج ﻣﻦ ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر ‪ ،‬ﻟﺬﻟﻚ ﯾﻤﻜﻦ أن ﺗﺘﻨﺎﻓﺲ‬
‫ﻣﻊ أھﻢ اﻟﻤﺪارس ﻣﺘﺴﺎوون ﻓﻲ اﻟﺤﺎﺿﺮ واﻟﻤﺴﺘﻘﺒﻞ‪ .‬ﻓﻲ ﺣﯿﻦ أن اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺘﻲ‬
‫ﺗﻌﯿﻖ ﺗﻄﻮر ﻧﻮﻋﯿﺔ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻣﺠﺪﯾﺔ ﺟﺪا‪ ،‬ﻷن ﻣﻌﻈﻢ ھﺬه اﻟﻌﻮاﻣﻞ ﯾﻤﻜﻦ ﺣﻠﮭﺎ ﺑﻤﺎ‬
‫ﯾﺘﻤﺎﺷﻰ ﻣﻊ ﺗﻨﻔﯿﺬ اﻟﺘﻨﻤﯿﺔ اﻟﻤﺴﺘﺪاﻣﺔ‪.‬‬
‫‪abstrak‬‬
‫ﻧﺘﺎﺋﺞ ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ ﺗﺸﯿﺮإﻟﻰ أن إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ )‪ (TQM‬ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ‬
‫اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ ‪ ٢‬ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎرﻟﻢ ﺗﻨﻔﺬ ﺑﻌﺪ ﺑﺎﻟﻜﺎﻣﻞ‪ ,‬وﺑﻌﺒﺎرة أﺧﺮى ‪ ،‬ﻻ‬
‫‪xxix‬‬
‫ﺗﺰال ﺑﺤﺎﺟﺔ اﻟﻰ اﻟﻌﻤﻞ ﺑﺠﺪ أوﻣﺘﺸﺪد ﻟﺘﻨﻔﯿﺬ ﻋﻠﻰ ﻧﺤﻮ اﻷﻣﺜﺎل ﺑﻤﺮاﺟﻌﺔ إﻟﻰ ﻣﻔﺎھﯿﻢ‬
‫( أﻧﮭﺎ ﻣﺸﺘﻤﺮة ﻓﻲ ﻋﺮض ﺑﻌﺾ أﺟﺰاء ﻣﻦ اﻟﺒﺮﻧﺎﻣﺞ‬TQM) ‫وﻣﺒﺎدئ إدارة اﻟﺠﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ‬
‫ ﻛﻤﺎ ھﻮ اﻟﺤﺎل ﻓﻲ ﻣﺠﺎﻻت اﻹدارة واﻟﺘﻨﻈﯿﻢ وﺗﻄﻮﯾﺮ‬،‫اﻟﺘﻌﻠﯿﻤﻲ ﻟﻢ ﯾﺘﻢ ﺗﻨﻔﯿﺬھﺎ ﻛﺎﻣﻼ‬
‫ ﻓﻲ ﺣﯿﻦ أن اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺘﻲ‬.‫اﻟﻤﻨﺎھﺞ واﻟﺘﻌﻠﻢ و ﺗﻨﻤﯿﺔ اﻟﻌﺎﻣﻠﺔ اﻟﻘﻮﯾﺔ واﻹﺷﺮاف اﻟﺘﺮﺑﻮي‬
‫ وﺛﺒﺖ ﻛﻞ ﻣﻦ اﻟﺪﻋﻢ اﻟﺪاﺧﻠﻲ واﻟﺨﺎرﺟﻲ ﻟﺪﯾﮭﺎ إﻣﻜﺎﻧﺎت ﻛﺒﯿﺮة ﻓﻲ ﺗﺤﺴﯿﻦ ﻧﻮﻋﯿﺔ‬،‫ﺗﺪﻋﻢ‬
‫ ﻟﺬﻟﻚ ﯾﻤﻜﻦ أن ﺗﺘﻨﺎﻓﺲ‬، ‫ ﻧﻤﻮذج ﻣﺎﻛﺎﺳﺎر‬٢ ‫اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ ﻋﺎﻟﯿﮫ اﻟﺤﻜﻮﻣﯿﺔ‬
‫ ﻓﻲ ﺣﯿﻦ أن اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺘﻲ ﺗﻌﯿﻖ‬.‫ﻣﻊ أھﻢ اﻟﻤﺪارس ﻣﺘﺴﺎوﯾﺔ ﻓﻲ اﻟﺤﺎﺿﺮ واﻟﻤﺴﺘﻘﺒﻞ‬
‫ ﻷن ﻣﻌﻈﻢ ھﺬه اﻟﻌﻮاﻣﻞ ﯾﻤﻜﻦ ﺣﻠﮭﺎ ﺑﻤﺎ ﯾﺘﻤﺎﺷﻰ ﻣﻊ‬،‫ﺗﻄﻮﯾﺮﻧﻮﻋﯿﺔ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻣﻔﯿﺪا ﺟﺪا‬
.‫ﺗﻨﻔﯿﺬ اﻟﺘﺪرﯾﺐ ﻣﺴﺘﻤﺮا‬
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi TQM pada MAN 2
Model Makassar ternyata belum terlaksana secara sempurna, dengan kata lain masih
membutuhkan kerja keras untuk mengimplementasikannya secara optimal, dengan
mangacu kepada konsep dan prinsip-prinsip TQM. Hal itu terlihat masih adanya
beberapa bagian dari program pendidikan belum menunjukkan kesempurnaan,
seperti dalam bidang administrasi dan manajemen, pengembangan kurikulum dan
proses pembelajaran, pembinaan ketenagaan dan pengawasan pendidikan. Sementara
faktor-faktor yang mendukung, baik pendukung internal maupun eksternal ternyata
memiliki potensi yang cukup signifikan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada
MAN 2 Model Makassar, sehingga dapat bersaing dengan sekolah unggulan yang
sederajat pada masa kini dan masa yang akan datang. Sementara faktor-faktor yang
menghambat pembinaan mutu ternyata tidak terlalu berarti, karena pada umumnya
faktor tersebut dapat teratasi seiring dengan pelaksanaan pembinaan secara
berkesinambungan
xxx
‫َْﺎج ﲪَْ َﺰْة ُﺟ ﻨَـﻴْﺪِي‬
‫‪ :‬اﳊ ِ‬
‫اﻹ ْﺳﻢُ‬
‫ِْ‬
‫ْﺠﻴ ِْﻞ ‪٨٠١٠٠٣١١٠٤٨ :‬‬
‫َر ﻗْﻢ اﻟﺘﱠﺸ ِ‬
‫ﰲ اﻟْ َﻤ ْﺪ َر َﺳﺔِ اﻟْ ﱢﺪ ﻧِﻴﱠﺔِ اﻟْﻌَﺎﻟِﻴ ِﺔ‬
‫َﻮ َدةِ اﻟْﺘـ َْﺮﺑِﻴْﺔِ ِ ْ‬
‫َْﻮ َدةِ اﻟْﺸَﺎ ِﻣﻠَﺔِ ِﰲ ﺑِﻨَﺈِ ﺟ ْ‬
‫ْﺚ ‪ :‬ﺗـَﻨْ ِﻔﻴْ ُﺬ إِدَا َرةِ اﳉ ْ‬
‫ﻣ َْﻮﺿُﻮعُ اﻟْﺒَﺤ ِ‬
‫ج ﻣَﺎﻛَﺎﺳﺮ‪.‬‬
‫َُﻮَز ُ‬
‫ُﻮِﻣﻴَﺔِ ‪ ٢‬ﳕ ْ‬
‫اﳊُْﻜ ْ‬
‫ُﻮ َدةِ اﻟْﺘـ ْﱠﺮﺑِﻴ ِﺔ ِﰲ‬
‫ُْﻮ َدةِ اﻟﺸَﺎ ِﻣﻠﱠﺔِ ِﰲ ﺗَﻄْ ِﻮﻳْ ِﺮ ﺟ ْ‬
‫َﺖ ٰﻫ ِﺬﻩِ اﻻﻃْﺮُْو َﺣﺔُ ﰲ َﻣ ْﺴﺄَﻟَﺔِ ﺗـَﻨْ ِﻔﻴْ ِﺬ إدَا َرةِ اﳉ ْ‬
‫ﺗـَﻨَﺎ َوﻟ ْ‬
‫ْﻒ ﻋَ َﻤﻠِﻴﱠﺔِ ﺗَﻄْﺒِﻴ ِْﻖ‬
‫ِف ‪ :‬أَوﱠﻻ؛ ﻟِﺘَﻌ ِﺮﻳ ِ‬
‫ج ﻣَﺎﻛَﺎﺳَﺮ‪ ،‬اﻟﱵ ﺗـَ ْﻬﺪ ُ‬
‫َُﻮذَ ُ‬
‫ُﻮِﻣ ﻴﱠﺔِ ‪ ٢‬ﳕ ْ‬
‫اﻟْ َﻤ ْﺪ َر َﺳﺔِ اﻟْ ﱢﺪﻧِﻴﱠﺔِ اﻟْﻌَﺎﻟِﻴﺔِ ا ْﳊﻜ ْ‬
‫ج ﻣَﺎﻛَﺎﺳَﺮ‪.‬‬
‫َُﻮذَ ُ‬
‫ُﻮِﻣﻴﱠﺔِ ‪ ٢‬ﳕ ْ‬
‫ﰲ اﻟْ َﻤ ْﺪ َر َﺳﺔِ اﻟْ ﱢﺪ ﻧِﻴﱠﺔِ اﻟْﻌَﺎﻟِﻴﺔِ ا ْﳊﻜ ْ‬
‫ُﻮ َدةِ اﻟ َْﱰﺑِﻴﱠﺔِ ِ ْ‬
‫ُْﻮ َدةِ اﻟْ َﺸ ﺎ ِﻣﻠَﺔِ ِﰲ ﺗَﻄْ ِﻮﻳْ ِﺮ ﺟ ْ‬
‫إِدَا َرةِ اﳉ ْ‬
‫ﰲ اﻟْ َﻤ ْﺪ َر َﺳﺔِ اﻟْ ﱢﺪﻧِﻴﱠﺔِ اﻟْﻌَﺎﻟِﻴ ِﺔ‬
‫ُْﻮ َدةِ اﻟﺸَﺎ ِﻣﻠﱠﺔِ ِ ْ‬
‫ِﻞ ﺗَ ْﺪﻋُﻢُ َوِ ﺗـُﻌَﻴﱢ ُﻖ ﺗـَﻨْ ِﻔﻴْ ِﺬ إدَا َرةِ اﳉ ْ‬
‫اﻟﺜﱠﺎَﻧِﻴّﺔُ ؛ﻟِﺘَ ْﺤﺪِﻳ ِﺪ اﻟﻌَﻮَاﻣ ِ‬
‫‪xxxi‬‬
‫ﰲ اﻟْ َﻤ ْﺪ َر َﺳ ِﺔ‬
‫ُْﻮ َدةِ اﻟﺸَﺎ ِﻣﻠﱠ ِﺔ ِ ْ‬
‫ﺚ‪ :‬ﻟِﺘَ ْﺤ ِﺪﻳْ ِﺪ ﻧـَﺘَﺎﺋِ ِﺞ ﺗَﻄْﺒﻴ ِْﻖ إدَا َرةِ اﳉ ْ‬
‫ج ﻣَﺎﻛَﺎﺳَﺮ‪ ،‬اﻟْﺜﱠﺎﻟِ ُ‬
‫َُﻮذَ ُ‬
‫ُﻮِﻣﻴﱠﺔِ ‪ ٢‬ﳕ ْ‬
‫ا ْﳊﻜ ْ‬
‫ج ﻣَﺎﻛَﺎﺳَﺮ‪.‬‬
‫َُﻮذَ ُ‬
‫ُﻮِﻣﻴﱠﺔِ ‪ ٢‬ﳕ ْ‬
‫اﻟْ ﱢﺪﻧِﻴﱠﺔِ اﻟْﻌَﺎﻟِﻴﺔِ ا ْﳊ ﻜ ْ‬
‫ْل‬
‫َﺎت اﳊُْﺼُﻮ ُ‬
‫ْﺴﻴﱠﺔِ ُﻫﻮَاﻟْﺒَﺎﺣﺚ ﻧـَ ْﻔ َﺴ ﻪُ‪ ،‬ﲨَْ ُﻊ اﻟْﺒَﻴﺎﻧ ِ‬
‫ﺚ اﻟﻨـﱠﻮْﻋ ﻲ َﻣ َﻊ أدَاةِ رﺋِﻴ ِ‬
‫ٰﻫ ِﺬﻩِ اﻟ ﱢﺪرَا َﺳﺔُ ُﻫ َﻮ اﻟْﺒَ ْﺤ ُ‬
‫ِﻫﺎﰲ ﲢَْﻠِﻴﻠِﻬَﺎ‬
‫ي ﺗـَﻨْ ِﻔﻴْﺬ ِ ْ‬
‫َﺎت اﻟ ِﱠﱵ ﲡَْ ِﺮ ْ‬
‫َت َوﺗـ َْﻮﺛِﻴ ِْﻖ اﻟْﺒَﻴﺎﻧ ِ‬
‫َت وَاﻟْ ُﻤﻘَﺎﺑَﻼ ِ‬
‫ﻋَﻠَﻴْـﻬَﺎ ِﻣ ْﻦ اﻟْﻤﻼَﺣﻈﺎ ِ‬
‫‪xxxii‬‬
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Madrasah sebagai subsistem pendidikan nasional memegan\g peranan
penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM), sesuai dengan cirinya
sebagai lembaga pendidikan agama,
madrasah secara ideal berfungsi untuk
menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, baik dalam penguasaan
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) maupun dalam hal karakter,
sikap moral, iman dan taqwa (IMTAQ), serta penghayatan dan pengamalan
ajaran agama.1 Pada sisi lain, madrasah sebagai lembaga pendidikan berfungsi
membina
dan menyiapkan
peserta didik
menjadi generasi yang mampu
memadukan sekaligus menginternalisasikan nilai-nilai keislaman ke dalam
pengetahuan umum, menuju terciptanya masyarakat madani, masyarakat yang
berpradaban tinggi.
Lembaga pendidikan Islam seperti madrasah ditinjau dari segi historisnya,
telah ada sejak masa Nabi saw, yang disebut Dār al-Arqām. Kemudian
berkembang menjadi kuttāb di berbagai pelosok sebagai basis pengajaran dan
pendidikan pokok-pokok ajaran Islam.2 Sepeninggal Nabi saw, dan berakhirnya
masa sahabat, madrasah mulai didirikan pada abad ke 5 H atau abad ke-10 M.
Pada masa itu ajaran agama Islam telah berkembang secara luas dalam berbagai
1
Syed Muhamad Naquib al-Attās, The Concept of Education in Islam: A Framework for
an Islamic Philosophy Education, terj. Haidar Bagir, Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu
Rangka Pikir Pembimbing Filsafat Pendidikan Islam (Cet. I; Bandung: Mizan, 2009), h. 35-74.
2
Aḥmad Syalabi, Mawsū'ah al-Tarīkh al-Islāmiy, juz I (Mekah: al-Nahdlah al-Miṣriyah,
t.th), h. 21.
1
2
macam aliran dan bidang ilmu pengetahuan, dengan berbagai macam mazhab atau
pemikirannya. Aliran-aliran yang timbul akibat dari perkembangan tersebut saling
berebutan pengaruh di kalangan umat Islam, dan berusaha mengembangkan aliran
dan mazhabnya masing-masing.3 Maka terbentuklah madrasah-madrasah dalam
pengertian kelompok pikiran, mazhab atau aliran (school of thought). Itulah
sebabnya sebagian besar madrasah didirikan pada masa itu dihubungkan dengan
nama-nama mazhab yang masyhur pada masanya, misalnya madrasah Syafī’iyah,
Ḥanāfiyah, Malikiyah atau Ḥambaliyah.4 Hal ini menunjukkan pada awal
perkembangan pendidikan Islam (madrasah) sebagai tradisi sistem pendidikan
yang bercorak fikhi, sejalan dengan perkembangan pemikiran dalam Islam dan
perkembangan ilmu pengetahuan Islam pada masa itu.
Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang munculnya madrasah sebagai
lembaga pendidikan Islam yang kita kenal seperti sekarang ini. Hasan Ibrahim
Hasan berpendapat, madrasah pertama adalah Madrasah al-Baihāqiyah di
Naisabur, yang didirikan di Naisapur oleh Abū Ḥasan Ali al-Baihaqi (w. 414 H).
Pendapat lain mengatakan bahwa madrasah muncul pertama kali di dunia Islam,
adalah madrasah al-Niẓāmiyah, yang didirikan oleh Nizham al-Mulk, seorang
penguasa dari Bani Saljuk (w. 485 H).5 Didirikannya madrasah ini, sebagai wadah
kegiatan pendidikan keagamaan dan usaha pengembangan ilmu-ilmu pengetahuan
keislaman, yang dari masa-masa kedudukannya sangat signifikan.
3
Abū al-Fatḥ Muḥammad bin Abd. al-Karīm al-Syaḥrastāni, Al-Milal wa al-Niḥal, juz I
(Bairūt: Dār al-Kutub al-Ilmiyah, t.th), h. 39.
4
Azyumardi Azra, dkk, Ensiklopedi Islam, Jilid.4 (Edisi Baru, Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2005) h. 205
5
Ḥasan Ibrāhim Ḥasan. Tarīkh al-Islām, juz I (Cet. IX; Kairo: Maktabah al-Naḥdlah alMiṣriyah, 2000), h. 24.
3
Dalam konteks sejarah perkembangan madrasah di Indonesia, madrasah
yang pertama didirikan pada 1909, yakni Madrasah Adabiyah di Minangkabau,
yang berkembang sampai tahun 1914. Akan tetapi kemudian diubah menjadi HIS.
Di masa penjajahan Belanda, didirikan pula Madrasah Tawalib oleh Syaikh Abdul
Karim Amrullah di Padang Panjang, Madrasah Nurul Iman oleh H. Abd Somad di
Jambi, Madrasah Sa’adah al-Darain oleh H. Achmad Syakur. 6 Madrasah serupa
didirikan pula di sejumlah daerah sampai memasuki masa kemerdekan, dan
semakin berkembang sampai saat ini, yang kedudukannya dalam Undang-undang
RI Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sudah
dipersamakan dengan sekolah, sehingga dinyatakan bahwa madrasah merupakan
bagian integral dari sistem pendidikan Nasional.
Madrasah Aliyah sebagai subsistem pendidikan nasional secara fungsional
dituntut untuk menjabarkan butir-butir tujuan pendidikan nasional yang tercantum
dalam UUSPN ke dalam program operasional kegiatan pembelajaran. Penjabaran
tersebut diperlukan agar dapat tercipta proses pembelajaran yang produktif, efektif
dan efisien. Dengan demikian diharapkan Madrasah Aliyah dapat menghasilkan
lulusan yang berkualitas yang mampu berkiprah dalam kehidupan masyarakat yang
setiap saat mengalami pererkembangan. Mengacu pada ketentuan-ketentuan formal
yang ada, maka dalam pengelolaan dan pengembangan Madrasah Aliyah perlu
merujuk kepada hal-hal sebagai berikut:
1. Madrasah Aliyah harus ditempatkan sebagai lembaga pendidikan yang
dikelola secara profesional dan mampu memelihara norma-norma akademis
yang memiliki standar kualitas sebagai lembaga pendidikan menengah yang
bermutu;
6
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Hidakarya Agung, 2000), 83 .
4
2. Lulusan Madrasah Aliyah sebagai produk pendidikan harus memiliki standar
kualitas yang setara dalam arti memiliki kemampuan komparatif dan
kompetitif dengan lulusan lembaga pendidikan formal lain yang sejenis;
3. Madrasah Aliyah harus tetap berada pada posisi dan jati diri sebagai lembaga
pendidikan formal tingkat menengah yang bercirikan lslam yang memiliki
karakter yang khas tanpa keluar dari akar budaya setempat.7
Terkait dengan ketiga hal tersebut, Departemen Agama RI bersama dengan
Development of Madrasah Aliyahs Project (DMAP) atau Proyek pengembangan
Madrasah Aliyah, telah melakukan sejumlah program strategis dan terobosan untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah, baik yang menyangkut
pengembangan kurikulum, sarana dan prasarana, ketenagaan dan pengawasan,
termasuk peningkatan dalam bidang kelembagaan. Dilihat secara makro, Proyek
Pengembangan Madrasah Aliyah ini merupakan bagian dari kebijakan pemerintah
yang diimplementasikan dalam pengaturan operasional bersama antara Departemen
Pendidikan Nasional dan Departemen Agama tentang enam permasalahan di bidang
pendidikan pada saat itu, yaitu:
1. Memecahkan permasalahan umum yang berkaitan dengan pengembangan
sistem pendidikan nasional.
2. Merumuskan strategi dan berbagai program untuk memenuhi kebutuhan
nasional dalam sistem pendidikan.
3. Meninjau ulang dengan mengevaluasi kurikulum pendidikan dasar dan
menengah.
4. Menyiapkan buku-buku teks dan bahan-bahan ajar dan merumuskan strategi
untuk mengatur pasokan dan distribusi.
5. Kerjasama di dalam merancang program ujian dan penilaian siswa baik secara
nasional maupun regional.
6. Koordinasi berbagai kegiatan yang menyangkut pasokan dan penugasan guru,
dan mempersiapkan kurikulum, program pelatihan yang dibutuhkan guru-guru
madrasah.8
7
Departemen Agama RI dan "Development of Madrasah Aliyahs Project " (DMAP), Konsep
Dasar Pengembangan MAN Model ( Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 1998) h. 2
8
Departemen Agama RI dan "Development of Madrasah Aliyahs Project " (DMAP), Konsep
Dasar Pengembangan MAN Model, h. 3.
5
Kebutuhan masyarakat terhadap lembaga pendidikan Islam (madrasah)
yang bermutu semakin mengemuka, mengingat madrasah pada saat itu tidak
mendapat respon positif dari masyarakat bahkan madrasah menjadi lembaga yang
termarginalkan atau paling tidak ia menjadi pilihan kedua, sehingga dengan
kondisi seperti ini Departemen Agama RI bersama jajarannya memberikan
dukungan dalam pengembangan madrasah dengan bekerjasama pihak luar negeri
seperti DMAP, oleh sebab itu bukan hanya MAN Model yang dijadikan proyek
tetapi juga MTsN Model Makassar bersama beberapa MTs Negeri lainnya di
beberapa propinsi di Indonesia. 9
Sebagai bukti keseriusan pemerintah, maka dikeluarkanlah Surat Keputusan
Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama lslam Departemen Agama,
Nomor: E.lV/PP,00.6/KEP/17.1998 tertanggal, 20 Februari 1998, ditetapkan
sebanyak 35 buah MAN yang tersebar di 26 Propinsi untuk dijadikan MAN Model.
Madrasah tersebut disiapkan sebagai figur sentral yang menjadi contoh dan pusat
pemberdayaan Madrasah sejenis, baik negeri maupun swasta. MAN Model
dikembangkan untuk mencapai keunggulan bagi para lulusannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai perlakuan, baik dalam
sistem seleksi calon siswa maupun dalam proses pembelajaran. Program pendidikan
dan pelatihan bagi guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya di lingkungan MAN
Model mendapat prioritas, fasilitas sarana dan prasarana pendidikan, khususnya
peralatan laboratorium, perpustakaan dan media pembelajaran secara bertahap
disempurnakan. Pengembangan Madrasah Aliyah Model selain memberikan
99
Penulis tidak memiliki data tentang jumlah MTs Negeri yang ditetapkan sebagai MTsN
Model se Indonesia, yang jelas bahwa pada saat penetapan MAN 2 Model Makassar tahun 1998, dan
pada tahun itu juga MTsN Makassar ditetapkan sebagai MTsN Model bersama dengan sejumlah MTs
yang tersebar di 26 Provinsi di Indonesia.
6
perlakuan khusus terhadap para siswa yang berbakat dan cerdas, juga terhadap
mereka yang termasuk berkemampuan biasa agar dapat mencapai prestasi akademik
maksimal. MAN Model sebagai madrasah contoh pada saatnya harus mampu
menampilkan kinerja yang optimal, produktif, efektif dan efisien sebagai institusi
pendidikan yang dikelola secara profesional. MAN Model sebagai sekolah unggulan
harus mampu menampilkan kinerja yang memiliki tiga karakteristik, yaitu populis,
Islami, dan berkualitas. Populis diartikan bahwa penerimaan peserta didik MAN
Model tidak diskriminatif, melainkan dari semua kalangan dan latar belakang
kehidupan masyarakat yang berbeda-beda, semuanya diakomudir untuk diterima
menjadi peserta didik sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Islami diartikan
bahwa nilai-nilai keislaman diinternalisasikan ke dalam seluruh aktifitas proses
pembelajaran dan kegiatan-kegiatan lainnya. Berkualitas diartikan bahwa seluruh
warga MAN Model harus selalu berobsesi tinggi terhadap mutu, terutama dalam
proses pembelajaran serta kegiatan lain, baik yang bersifat akademik maupun non
akademik.
Para pemangku kebijakan atau stakeholders pendidikan
merasakan
perlunya lembaga pendidikan yang berkualitas yang dapat berkonstribusi terhadap
kemajuan bangsa, terutama dalam membangun watak bangsa (nation character
building). Sam M. Cham mengemukakan, bahwa kemajuan pembangunan di
negara-negara maju seperti Jepang dan Jerman disebabkan adanya pengaruh
investasi pendidikan dan pendidikan dijadikan modal utama dalam seluruh aspek
kehidupan.10 Kedua Negara ini mengalami kemajuan ilmu pengetahuan dan
10
Sam M. Cham dan Tuti T. Sam, Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah (Cet. VI;
Jakart: PT. Rajagrafindo Persada, 2011) h. 53.
7
teknologi karena yang menjadi prioritas utama adalah program peningkatan mutu
pendidikan dalam upaya meningkatkan sumber daya manusianya.
Upaya untuk mewujudkan fungsi ideal pendidikan di madrasah dalam
membina kualitas sumber daya manusia, mutu dan sistem proses pendidikan
harus ditingkatkan untuk menjawab tantangan yang muncul dalam masyarakat
sebagai konsekuensi logis dari perubahan. Pembangunan yang semakin hari
mangalami
kemajuan, ikut berpengaruh dalam mengantarkan
Indonesia
ke
dalam barisan negara-negara yang disebut NICS (New Industrialized Countries)
atau negara-negara
kemajuan,
namun
industri baru.11 Meskipun Indonesia telah
secara
mengalami
khusus dalam pembangunan di bidang pendidikan
masih sangat jauh yang diharapkan. Abuddin Nata menghubungkan hal ini dengan
melihat kandungan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, jika substansi
yang terdapat dalam tubuh undang-undang tersebut, tampak secara keseluruhan
cukup ideal, namun yang ideal itu belum tampak dalam realitas. 12 Oleh sebab itu
momentum pembangunan pendidikan harus semakin ditingkatkan, baik dari segi
kualitas maupun dari segi kuantitasnya, sehingga idealisme tujuan pendidikan
nasional dapat terwujud.
Kompleksitas tantangan lembaga pendidikan di Indonesia, baik sekolah
maupun madarasah, berhadapan dengan berbagai problematika yang tidak ringan.
Oleh karena itu perbaikan mutu pendidikan harus dilaksanakan secara
11
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Milenium III (Cet. I, Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2012), h. 64.
12
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia (Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 228.
8
berkesinambungan dengan mensinergikan seluruh komponen pendidikan yang
ada. Komponen pendidikan yang dimaksud meliputi visi dan misi lembaga,
tujuan, kurikulum dan pembelajaran, kompetensi dan profesionalisme pendidik,
sarana prasarana, manajemen pendidikan, evaluasi, pembiayaan, dan lain-lain.
Komponen-komponen
itu
perlu mendapat perhatian khusus dari kalangan
pemikir dan pengelola pendidikan untuk merumuskan langkah-langkah konkrit
perbaikan mutu pendidikan dengan
memberdayakan komponen pendidikan
secara maksimal untuk menjawab tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan
terknologi
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, selain karena banyaknya anak
bangsa yang memiliki tingkat pendidikan rendah, dan tidak melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, lebih diperparah lagi dengan masih
maraknya jual beli gelar dan ijazah palsu tanpa melalui proses pendidikan yang
sebenarnya. Di sisi lain, secara umum disebabkan belum terjabarkannya secara
optimal sistem pengelolaan pendidikan yang diamanahkan dalam Undang-Undang
RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dipengaruhi
dengan rendahnya sumber daya manusia.
Berdasarkan United Nations Development Programe (UNDP), Indonesia
hanya menempati peringkat 113 dari 177 negara di dunia pada tahun 2000,13
sedang pada tahun 2011 lebih memperihatinkan karena Indonesia berada pada
13
Lihat Abdul Hadi dan Nurhayati. B, Manajemen Mutu Pendidikan (Cet. I; Bandung:
Alfabeta, 2010) h. 2.
9
peringkat 124 dari 187 negara di dunia, kondisi ini sangat menghawatirkan,14
sehingga Jusuf Kalla dalam Husain Abdullah mengemukakan bahwa tidak ada
suatu negara yang maju tanpa pendidikan yang berkualitas, ia memandang mutu
pendidikan di Indonesia masih berada di bawah negara-negara tetangga.
icontohkan pelajaran bahasa Inggris SD di Malaysia dipelajari oleh siswa SMP di
Indonesia, dari pengalaman ini, maka ketika Jusuf Kalla menjabat sebagai Menko
Kesra tahun 2003, dicanangkan perlunya pelaksanaan Ujian Nasional (UN) untuk
beberapa bidang studi pada tingakat SMP/MTs dan SMA/MA dengan menetapkan
standar nilai minimal untuk mengukur kualitas pendidikan secara nasional. 15
Salah satu tujuan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) ialah untuk mengetahui dan
mengukur kemampuan peserta didik tentang apa yang seharusnya diketahui oleh
peserta didik. Sedang tujuan Ujian Sekolah (US) bertujuan untuk mengetahui
sampai di mana pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap mata
pelajaran yang telah diajarkan.
Hasil evaluasi pelaksanaan Ujian Nasional yang dijadikan sebagai acuan
bagi semua stakeholders, baik dari kalangan pendidik maupun dari kalangan
pemerintah untuk menentukan kebijakan ke arah peningkatan mutu pendidikan
secara menyeluruh. Salah satunya melalui perluasan dan pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan serta efisiensi dan
efektifitas manajemen pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan.16
14
Lihat Vien Dimyati, Jurnal Indonesia, HDI 2011 Indonesia merosot, Jakarta jum’at, 4
Nov 2011. Diakses pada tanggal 21 Juli 2013.
15
Lihat Husain Abdullah, dkk, JK Ensiklopedia (Cet. I, Jakarta; Ideal Group, Yayasan
Kalla, 2012) h. 465-467.
16
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI
tentang Pendidikan,( Direktorat Jenderal Pendidikan Islam tahun 2007), h. 4
10
Untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, strategi manajemen
pengelolaan pendidikan harus ditata dengan baik dan menyeluruh agar dapat
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan professional, sehingga
mampu bersanding dan bersaing dengan negara-negara maju.
Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan dimulai
dari peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar (SD/MI) sampai pada tingkat
menengah (SMA/SMK/MA), bahkan perguruan tinggi dengan mencanangkan
berbagai program bantuan dan pembangunan sarana gedung dan fasilitas-fasilitas
lainnya secara bertahap dan berkesinambungan berdasarkan Peraturan Pemerintah
RI Nomor
19 Tahaun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Upaya
peningkatan kualitas pendidikan bukan hanya di bidang manajemen tetapi
profesionalisme guru dan tenaga kependidikan harus ditingkatkan.
Tenaga pendidik (guru) merupakan salah satu elemen penentu dalam
sistem pendidikan, bahkan komponen-komponen lain tidak akan berpengaruh
apabila guru dalam proses pembelajaran tidak mampu berinteraksi dengan peserta
didik dengan baik dan sempurna, apalagi tidak mampu menghasilkan peserta
didik yang berkualitas. 17 Sebagaimana yang termaktub di dalam Undang-Undang
RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan
bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana
pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis,
mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan,
memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai
17
Kementerian Pendidikan Nasional, Penilaian Kinerja Guru dan Kompetensi Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK),
Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008), h. 1.
11
dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. 18 Dengan demikian, pencapaian
tujuan pendidikan nasional tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang
ada di sekolah/madrasah, yaitu kepala sekolah/madrasah, guru, siswa, dan staf
serta dukungan manajemen mutu yang lebih efektif, selain itu harus pula
didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap. Jika semua komponen
pendidikan tersebut diberdayakan secara maksimal, dapat dipastikan akan
melahirkan manusia yang berkualitas sesuai tujuan pendidikan nasional.
Wardiman Djoyonegoro dalam E. Mulyasa mengemukakan bahwa
sedikitnya
terdapat
tiga
syarat
utama
yang
harus
diperhatikan
dalam
pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas
sumber daya manusia, yakni sarana dan prasarana yang modern, buku yang
berkualitas, dan guru/tenaga kependidikan yang professional. 19 Selain itu kepala
sekolah/madrasah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. 20 Oleh sebab itu kepala
madrasah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang
secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah/madrasah.
Keterlibatan seluruh komponen dalam pengelolaan sekolah/madrasah
membutuhkan respon strategis dari berbagai unsur dan elemen masyarakat di
dunia pendidikan, karena sekolah/madrasah secara fungsional adalah milik
masyarakat, sehingga peran serta masyarakat sangat dibutuhkan, terutama dalam
18
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI
tentang Pendidikan, h. 8.
19
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan (Cet.X; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 3.
20
Dedi Supriyadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru (Cet. I; Yogyakarta: Adicipta
Karya Nusa, 1998) h. 346.
12
meningkatkan mutu pendidikan. Sebaliknya pengelola pendidikan sudah saatnya
mengubah
paradigma, dari
paradigma lama
ke
paradigma
baru
dalam
penyelenggaraan pendidikan yang lebih bermutu, demokratis, kompetitif dan
profesional, agar peserta didik dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi maupun memasuki dunia kerja. 21Tantangan yang dihadapai
sekolah/madrasah baik tantangan dari dalam (internal challenges), maupun
tantangan dari luar (external challenges) yang semakin kompleks, menuntut
perlunya
upaya peningkatan perbaikan mutu pendidikan
sebagai salah satu
prasyarat dalam memasuki era globalisasi.
Secara khusus keberadaan Madrasah Aliyah sebagai lembaga pendidikan
Islam tidak lepas dari prasyarat tersebut. Untuk itu perbaikan kualitas menjadi
prioritas utama agar madrasah
tidak termarginalkan, dengan kata lain dapat
survive dalam era persaingan global seperti sekarang ini, eksistensi dan kualitas
madrasah harus dipelihara dan ditingkatkan, karena beban yang ditanggungnya
semakin berat, di samping keberadaannya
secara
historis sebagai lembaga
dakwah dan akademik,22 belakangan dituntut lebih dari itu menjadi lembaga
professional untuk mengembangkan akademik dan keterampilan tertentu sebagai
bekal bagi peserta didik dalam menghadapi era persaingan global tersebut.
Salah satu pendekatan yang efektif untuk dikembangkan dalam institusi
pendidikan Islam (madrasah) adalah pola manajemen berbasis industri, yaitu
pendekatan Total Quality Management (TQM) atau Manajmen Mutu Terpadu
21
Majlis Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan (MP3A),
Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Kementeria Agama RI, Revitalisasi Madrasah
dalam Menghadapi Persaingan Global, Jurnal Voleme 1, 2 Maret 2006, h. 8.
22
Maksum, Madrasah dan Sejarah Perkembangannya (Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
2000) h. 114.
13
(MMT) sebagai
sistem manajemen dalam upaya memaksimalkan daya saing
melalui perbaikan secara berkesinambungan untuk memperoleh nilai atau mutu
yang optimal dengan melibatkan keseluruhan unsur dan stakeholders organisasi
di bawah satu visi bersama. 23 Peningkatan mutu pendidikan melalui pendekatan
ini mengutamakan proses kerja yang lebih efektif dan efisien, yang diikuti
sumber daya manusia yang profesional dengan loyalitas dan daya juang yang
tinggi. Proses kerja seperti ini sudah tentu akan menghasilkan
kinerja yang
berujung pada kepuasan konsumen atau pelanggan.
Deden Makbuloh menyatakan bahwa teori tentang manajemen mutu
sebelum TQM, telah dikenal beberapa teori, seperti Quality Control (QC),
Quality Assurance (QA), Total Quality Control (TQC), dan terakhir adalah Total
Qulity Management (TQM) dan School Base Management (SBM), namun dua
yang terakhir menjadi populer dalam pendidikan, karena TQM dan SBM
memiliki bangunan teori yang lebih relevan dengan karakteristik sekolah/
madrasah sebagai layanan jasa. 24 dengan mengutamakan mutu proses dan mutu
layanan pendidikan.
Secara filosofis, konsep TQM menekankan pada pencarian secara
konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan
kepuasan pelanggan. Filosofi ini dipandang oleh sebagian pakar pendidikan dapat
dijadikan referensi atau rujukan dalam dunia pendidikan untuk menciptakan
lembaga pendidikan yang bermutu. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, yang melahirkan persaingan di berbagai sektor kehidupan, maka
23
24
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1999), h. 123
Deden Makbuloh, Manajemen Mutu Pendidikan Islam, Model pengembangan Teori dan
Aplikasi Sistem Penjaminan Mutu (Cet. I: Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011) h. 4
14
keberadaan Total Quality Mangement (TQM) dapat memberi jawaban terhadap
kemajuan itu, sehingga sudah banyak mengundang perhatian publik, terutama dari
kalangan tokoh pendidik semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini.
Kesadaran terhadap pentingnya manajemen mutu di dunia pendidikan,
disebabkan karena sebagian lembaga pendidikan masih rendah mutu keluarannya,
misalnya di Indonesia, indikator yang menjadi acuan untuk menguatkan
pernyataan tersebut adalah Nilai Ujian Nasional (UN) yang secara umum belum
terlalu menggembirakan, artinya batas minimal kelulusan masih rendah. Untuk
mengatasi hal ini, upaya peningkatan mutu pendidikan yang selama ini
diprogramkan oleh pemerintah melalui misi pendidikan nasional sebagai strategi
pembangunan di bidang pendidikan sebagai berikut;
1. Perluasan kesempatan dan pemerataan memperoleh pendidikan yang
bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat
nasional, regional dan internasional.
3. Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan
tantangan global.
4. Membantu dan menfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara
utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan
masyarakat belajar.
5. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
6. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan
sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,
sikap dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global.
7. Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik
Indonesia.25
25
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI
tentang Pendidikan, h. 196.
15
Untuk mewujudkan misi pendidikan nasional tersebut, Pemerintah
Indonesia, mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah, telah mengadakan
serangkaian kegiatan seperti; penataran guru, pembentukan Musyawarah Guru
Mata Pelajaran Sejenis (MGMP), didirikannya Pusat Kegiatan Guru (PKG),
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) yang dahulu dikenal dengan nama
Balai Penataran Guru (BPG), Pendidikan Profesi Guru (PPG) dan Balai
Pendidikan dan Latihan (DIKLAT) Kementerian Agama, dan lain-lain. Selain
kegiatan-kegiatan tersebut, pemerintah juga memberikan kompensasi berupa
tunjangan khusus kepada guru PNS dan non PNS yang lulus sertifikasi sebagai
pengakuan secara tertulis, bahwa mereka dinyatakan sebagai tenaga pendidik
yang sudah profesional dibidangnya masing-masing.
Meskipun upaya itu dianggap sudah cukup memadai, namun hal itu tidak
serta merta persoalan yang dihadapi pendidikan bisa terselesaikan,26 karena
sesungguhnya permasalahan yang terkait dengan masalah pendidikan tidak
terlepas dari persoalan sumber daya manusia yang dirasakan masih sangat
terbatas, baik dari segi pengetahuan maupun dari kemampuan teknis terhadap
pengelolaan pendidikan yang bermutu. Tidak mengherankan jika selalu timbul
pertanyaan mengapa input yang begitu banyak dan berharga tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap produk pendidikan, khususnya di Indonesia? Mungkin
sudah dapat diduga, bahwa
tersebut
adalah
bersumber
sumber penyebab rendahnya kualitas pendidikan
dari
aspek
pengelolaan
atau
manajemen
sekolah/madrasah.
26
Lihat Umairso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan,
Menjual mutu pendidikan dengan pendekatan Quality Control bagi Pelaku Lembaga Pendidikan
(Cet. II; Yogjakarta; IRCiSoD, 2011), h. 8.
16
Pada sisi lain secara internal, hal tersebut disebabkan oleh penerapan
pendekatan input-output yang keliru. Pihak pengelola terlalu mengedepankan
aspek input oriented yang lebih bersandar pada asumsi bahwa bilamana semua
input pendidikan telah dipenuhi, misalnya kekurangan guru, ditambah guru,
membangun laboratorium, dan seterusnya, maka secara otomatis lembaga
pendidikan (sekolah/madrasah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang
bermutu sebagaimana yang diharapkan. 27 Padahal ada satu faktor yang terlupakan,
yaitu bagaimana berbagai input tersebut dipertemukan dan berinteraksi di dalam
proses belajar-mengajar, yang diperkuat dengan dukungan manajemen yang
efektif.
Peningkatan mutu sekolah/madrasah dalam konteks pendidikan nasional,
merupakan tanggung jawab bersama, terutama bagi mereka yang membidangi
program pendidikan untuk terus melakukan pembinaan dalam peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia, baik secara mikro maupun secara makro, sebab kemajuan
dan keberlangsungan masa depan bangsa ini ditentukan oleh kualitas SDM-nya.
Khursid Khan dalam Muhaimin dkk mengemukakan, bahwa dari sekian banyak
permasalahan yang merupakan tantangan terhadap dunia Islam dewasa ini, maka
masalah pendidikan merupakan masalah yang paling menantang. 28Masa depan
dunia Islam tergantung kepada cara bagaimana dunia Islam menjawab dan
memecahkan tantangan itu.
Peningkatan mutu pendidikan yang berpusat pada sekolah/madarsah
merupakan suatu proses yang dinamis, harus dilalui dengan sabar, tahap demi
27
28
Umairso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan, h. 9.
Lihat Muhaimin dkk. Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah,(Cet. II; Jakarta: Kecana, 2007). h. 19.
17
tahap, yang terukur dengan arah yang jelas dan pasti, berjangka panjang yang
harus dilakukan secara sistimatis dan konsisten untuk
menuju suatu tujuan
tertentu. Dalam peningkatan mutu sekolah/madrasah tidak instan, tidak semudah
membalik telapak tangan atau bukan sesuatu yang gampang segampang teori,
namun tidak mungkin ada peningkatan mutu sekolah/madrasah tanpa didasari
oleh suatu teori dan sistem manajemen yang efektif. Peningkatan mutu madrasah
memerlukan teori, namun implementasinya tidak akan bisa mulus dan semudah
teori yang ada. Sebab peningkatan mutu bersifat dinamis yang amat terkait
dengan
berbagai
faktor
atau
variabel,29
bahkan
peningkatan
mutu
sekolah/madrasah , dapat disebut sebagai suatu perpaduan antara knowledge-skill,
art, dan entrepreneurship. Suatu perpaduan yang diperlukan untuk membangun
keseimbangan antara berbagai tekanan, tuntutan, keinginan, gagasan-gagasan,
pendekatan dan praktik. Perpaduan tersebut
berujung pada bagaimana proses
pembelajaran dilaksanakan sehingga terwujud proses
berkualitas, dan diyakini
pula bahwa
semua
pembelajaran yang
upaya peningkatan mutu
sekolah/madrasah harus melewati variabel tersebut.
Peningkatan mutu dalam proses pembelajaran sangat terkait dengan
interaksi antara peserta didik dan pendidik yang berkaitan dengan materi bahan
ajar tertentu. Tidak hanya kondisi peserta didik yang berpengaruh, tetapi juga
kondisi pendidik ikut mempengaruhi kualitas pembelajaran. Pendidik adalah
mediator yang bisa memberi pengalaman mendasar yang memungkinkan peserta
29
Ety Rochaety Pontjorini, dkk. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan,(Cet.I; Jakarta:
Bumi Aksara, 2006) h. 97.
18
didik menunjukkan potensi yang luar biasa yang dimilikinya.30 Kualitas interaksi
juga dipengaruhi oleh kualitas fasilitas, termasuk kurikulum dan manajemen
sekolah/ madrasah yang dijalankan oleh kepala sekolah/madrasah.
Perbaikan
mutu
melalui proses pembelajaran dalam pandangan TQM
merupakan inti dari pendidikan yang bermutu. Itulah sebabnya mutu pendidikan
pada sekolah/madrasah ditentukan oleh kualitas proses pembelajarannya. Namun
perlu diketahui, peningkatan kualitas pembelajaran bersifat kontekstual, sangat
dipengaruhi oleh kondisi sosial dan kultural sekolah/madrasah dan lingkungannya.
Kondisi lingkungan sekolah/madrasah mempengaruhi kualitas pembelajaran, baik
guru maupun peserta didik, semuanya menghendaki adanya kondisi lingkungan
yang kondusif dan menyenangkan.
Dalam salah satu hasil penelitian tentang
sekolah efektif, dinyatakan , bahwa kinerja guru dan kualitas pembelajaran,
banyak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. 31 Demikian halnya perbaikan
infrastruktur sekolah/madrasah dan kinerja organisasi, semuanya tergantung pada
baik tidaknya kondisi budaya dan lingkungan pendidikan.
Untuk memudahkan penerapaan TQM disekolah/madrasah, seharusnya
merujuk kepada sepuluh prinsip atau karakteristik TQM, yang terdiri; 1) berfokus
pada pelanggan (internal dan eksternal), 2) berobsesi tinggi pada kualitas, 3)
menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan, 4) Komitmen
Jangka Panjang, 5) Manajemen dan Kerjasama tim, 6) menyempurnakan kualitas
secara berkesinambungan, 7) pendidikan dan pelatihan, 8) menerapkan kebebasan
30
Lihat Jerome S. Arcaro, Quality in Education : An Implementation Handbook, terj.
Yosal Iriantara, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah
Penerapan (Cet. IV: Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2007) h. 65.
31
Lihat Muhaimin dkk. Manajemen Pendidikan, h. 31.
19
yang terkendali, 9) memiliki kesatuan tujuan, dan 10)
melibatkan dan
memberdayakan guru dan karyawan. 32 Jika ke sepuluh prinsip TQM dijadikan
dasar atau patokan dalam membina mutu di sekolah/madrasah, maka akan terjadi
perubahan budaya dari budaya tradisional ke budaya modern (budaya mutu),
dengan ketentuan semua aktifitas yang berinteraksi mempelihatkan komitmen
yang tinggi terhadap pencapaian standar mutu yang telah ditetapkan bersama.33
Meskipun gerakan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau TQM dalam
dunia pendidikan masih tergolong baru di Indonesia, karena
gerakan ini
diperkenalkan baru pada tahun 1980-an oleh Peter dan Waterman, 34 namun saat
ini sudah cukup populer terutama disektor swasta atau di sektor perusahaan,
terlebih ketika ISO 9000,35 dijadikan sebagai standar mutu internasional, yang
kini banyak digunakan dalam berbagai bidang usaha, termasuk pada institusi
pendidikan. ISO 9000 telah digunakan sebagai standar mutu pada lebih dari 70
negara di dunia.36 Inisiatif untuk menerapkan metode
pendekatan TQM
32
Philip Kotler, Marketing Management, terj. Agus Hasan, Manajemen Pemasaran,
Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol (Cet. I; Jakarta.: PT. Prenhallindo), h.36.
33
Lihat Suryadi Poerwanegara, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu. (Cet. I;
Jakarta: PT.Bumi Aksara. 2002) h. 12.
34
Lihat Edwar Sallis, Total Quality Management In Education: yang diterjemahkan oleh
Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, Manajemen Mutu Pendidikan (Cet. V: Yogyakarta:
IRCiSoD.2006) h. 41.
35
ISO 9000 adalah suatu sistem terpadu untuk mengoptimalakan efektifitas mutu
perusahaan dengan menciptakan sebuah kerangka kerja untuk peningkatan atau perbaikan secara
berkesinanmbunagn. Sistem manajemen kualitas ISO 9000 ini berlaku secara internasional, dan
dikeluarkan pertama kali pada tahun 1987 oleh Organisasi Internasional untuk Standardisasi (The
International Organization for Standardization- ISO) yang bermarkas di Jenewa Swiss. Lihat,
M.N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu: Total Qulity Management (Cet. II; Bogor: Galia
Indonesia, 2010), h. 300.
36
Husain Syam dan Sonny Thioritz, Kendali Mutu, (Cet. I; Badan Penerbi UNM
Makassar, 2011) h. 104.
20
berkembang lebih dahulu di Amerika, baru kemudian di Inggris dan Jepang, tetapi
dalam beberapa dekade terakhir abad ke XX pada ke tiga negara tersebut betulbetul dilanda gelombang metode pendekatan ini.37 Hal itu sudah terbukti telah
membawa kemajuan di negara-negara tersebut dalam berbagai sektor kehidupan
masyarakatnya.
Para pengelola pendidikan tidak boleh menutup mata atas kemajuan yang
telah diraih oleh negara-negara yang maju, bahkan seharusnya kemajuan itu
dijadikan pembelajaran bagi pengelola pendidikan di Indonesia, mulai dari tingkat
pusat
sampai
ketingkat
daerah
(Kementerian
Pendidikan
Nasional
dan
Kementerian Agama bersama jajaranya ke bawah). Penerapan TQM dalam
pendidikan tidak dimaksudkan untuk menjauhkan sistem manajemen pendidikan
yang telah ada sebelumnya, seperti MBS/M dan MPMBS/M dan semacamnya,
karena TQM adalah sebuah sistem manajemen yang fleksibel dan menerima
gagasan-gagasan mutu yang bisa diterapkan pada semua jenis dan tingkatan
institusi pendidikan dengan ketentuan tetap mengacu pada prinsip-prinsip TQM.
Perlu diketahui, bahwa strategi yang dikembangkan TQM dalam dunia
pendidikan adalah institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi
industri, yakni institusi yang memberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh pelanggan (customer). Jasa atau pelayanan yang diinginkan
oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu yang bermutu dan memberikan
kepuasan kepada mereka. Pada sisi lain, TQM merupakan pendekatan yang
membina manusia menjadi pekerja yang kreatif dan visioner, karena TQM
37
Lihat Luk-Luk Nur Mufidah, Aktualisasi TQM dalam meningkatkan Profesionaalisme
Guru di Lembaga Pendidikan Islam, Jurnal Tadris, Vol. 4 Nomor.1 Tahun 2009.h. 92.
21
bertujuan untuk membuat setiap pekerja menjadi pengambil keputusan sepanjang
menyangkut pekerjaannya, bahkan ia menjadi pengendali mutu atas produk yang
akan dihasilkan oleh lembaga atau oraganisasi yang dikelolanya. 38 Konsep TQM
juga selalu memelihara dan mengembangkan kerjasama tim, keterlibatan seluruh
anggota organisasi dalam pengendalian mutu secara kontinyu sudah tentu akan
menghasilkan produk yang bermutu, yang pada akhirnya akan memuaskan
pengguna atau pelanggan (customer).
Implementasi TQM dalam pendidikan sesuai dengan tujuan TQM dalam
pendidikan yaitu mengubah institusi menjadi sebuah tim yang ikhlas, yang selalu
mengedepankan komitmen dan dedikasi yang tinggi untuk meraih sebuah tujuan
tunggal, yaitu memuaskan pelanggan. 39 Sedang dalam konteks TQM, pelanggan
dalam dunia pendidikan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu; 1)
pelanggan internal (internal customer) yaitu para pengelola sekolah seperti guru,
pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi; 2) pelanggan eksternal
(external customer), yang terbagi menjadi: (a) pelanggan primer yaitu siswa dan
orang tua, b) pelanggan sekunder yaitu, pemerintah, dan sponsor serta perguruan
tinggi dan dunia kerja yang menerima lulusan madrasah.40 Jadi suatu institusi
pendidikan disebut bermutu apabila antara pelanggan internal dan eksternal telah
terjalin kepuasan atas jasa yang diberikan.
Keberhasilan penerapan manajemen mutu terpadu atau TQM diperlukan
komitmen dan kerja sama yang baik antar instansi yang terkait, baik di tingkat
38
Lihat Veithzival Rivai dan Silviansa Murni, Educational Management, Analisa Teori
dan Praktek (Cet. II; Jakarta: Rajawali Pers, 2010) h. 479.
39
Lihat Edward Sallis, Total Quality Management In Education, h.69.
40
Lihat Edward Sallis, Total Quality Management In Education, h.70.
22
pusat maupun ditingkat daerah serta institusi pendidikan setempat sebagai pihak
yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Oleh karena itu, jika manajemen
ini diterapkan sesuai dengan ketentuan yang ada dengan segala dinamika dan
fleksibilitasnya, maka dapat dipastikan akan terjadi perubahan yang cukup efektif
bagi pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan nasional.41
Mutu terpadu (total quality) membutuhkan manajer yang mampu
mengesampingkan sejenak keuntungan jangka pendek dan menetapkan tujuan
keberhasilan jangka panjang. Untuk tetap terdepan dalam kompetisi, sebuah
organisasi harus mengetahui kebutuhan pelanggan, kemudian menyatukan pikiran
untuk bertindak memenuhi kebutuhan mereka. Itulah sebabnya perbaikan kualitas
secara berkesinambungan diperlukan adanya perubahan
budaya dan sistem
pelayanan prima dalam suatu organisasi.
Total Quality Manajement (TQM) mengupayakan agar penekanan institusi
bergeser secara permanen dari shorter expediency ke perbaikan mutu jangka
panjang. Inovasi, perbaikan dan perubahan yang terus menerus perlu ditekankan.
Di samping itu unit-unit kerja yang melaksanakannya dilibatkan dalam siklus
perbaikan
mutu
yang
kontinyu.
Selain
itu
penerapan
TQM
pada
sekolah/madrasah memerlukan perubahan budaya. Budaya mutu mencakup sikap
dan metoda kerja staf serta gaya kepemimpinan kepala sekolah/madrasah.
Penerapan TQM harus pula didukung oleh perencanaan strategis untuk
menanggulangi hambatan dan kendala penanaman budaya mutu dalam lembaga
pendidikan. Perencanaan strategis banyak membantu staf dalam memahami misi
41
R. Eko Indrajid & R. Djokopranoto, Manajemen Perguruan Tinggi Modern (Cet. I;
Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2007), h. 36 .
23
sekolah/madrasah. Staf dapat mengetahui mau ke mana sekolah/madrasah menuju
dan akan menjadi bagaimana di masa depan.
Dalam penerapan TQM, institusi harus menyusun sistem mutu dalam
bentuk pedoman mutu (quality manual)42 yang tertulis sebagai acuan bagi semua
orang yang terlibat dalam pencapaian standar-standar kinerja mutu yang telah
ditetapkan. Selain pedoman mutu, audit internal dan eksternal secara berkala
tidak kalah pentingnya dalam rangka memperoleh masukan kepada manajemen
mutu untuk penyempurnaan sistem itu sendiri. Pedoman mutu (quality manual)
tersebut merupakan konsep ISO 9001,43 sebagai tindak lanjut dari penerapan
TQM pada institusi, baik institusi perusahaan maupun institusi pendidikan.
Untuk
menambah
wawasan
diketengahkan konsep TQM
terhadap
masalah
mutu,
dalam perspektif Islam, bahwa
perlu
juga
konsep ini
sesungguhnya bukanlah sesuatu yang baru dalam pandangan Islam, karena ajaran
Islam sebagai raḥmatan li al-‘ālamīn selalu menghendaki agar setiap urusan/
pekerjaan harus sesuai dengan tuntunan Islam, sehingga pekerjaan itu dapat
bermanfaat bagi diri yang mengerjakannya maupun bagi orang lain. Pekerjaan
yang produktif dan berkualitas merupakan salah satu perbuatan yang dianjurkan
dalam Islam. Pandangan Islam tentang mutu, sungguh banyak ayat dalam al
Qur’an, namun harus dipahami secara kontekstual. Islam juga selalu menekankan
kepada umatnya untuk selalu berusaha mengubah nasib agar menjadi lebih baik
sesuai firmanNya QS. al-Ra’d/13:11
42
Untuk mengetahui lebih jauh, dapat dilihat pada lampiran VIII ( contoh quality manual).
43
Veithzival Rivai dan Silviansa Murni, Educational Management, Analisa Teori dan
Praktek, h. 481.
24
             ...
(١١ . ‫) اﻟﺮﻋﺪ اﻳﺔ‬.            
Terjemahnya:
... Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan
diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan tidak pelindung bagi mereka selain Dia. 44
Dalam ayat tersebut jelas sekali bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya
agar selalu berusaha memperbaiki hidupnya melalui usaha yang produktif.
Produktifitas yang harus dicapai adalah kehidupan yang selalu mengedepankan
keseimbangan antara kepentingan ukhrawi dengan kepentingan duniawiyah.
Konsep ini sudah berada pada tataran total quality (TQ) yang tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu untuk berusaha mencapai hasil terbaik secara berkesinambungan
dengan menyeimbangkan unsur manusia dan proses produksi yang lebih
ditekankan pada pencapaian total quality (TQ) pada usaha atau proses tersebut,
sesuai firman Allah QS. Al-Taubah/9: 105
         
(١٠٥) ‫) اﻟﺘﻮﺑﺔ اﻳﺔ‬      
Terjemahnya:
Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orangorang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan. 45
44
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahnya (Jakarta; Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syaria’ah
(Jakarta: PT. Tehazed, 2010) h. 337-338.
45
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahnya. H. 273
25
Allah swt menciptakan manusia sebagai mahluk yang sempurna, yang
diberikan akal dan fikiran untuk menjalani hidup. Allah menciptakan manusia
dengan melengkapi berbagai macam potensi (rohaniyah dan aqliyah) bukanlah
hal yang sia-sia, karena manusia akan diangkat menjadi khalifah dimuka bumi
yang sekaligus membuktikan bahwa kualitas manusia lebih tinggi dan lebih
terhormat bila dibandingkan dengan mahluk lainnya, Akan tetapi ada sebuah
persyaratan yang harus dipenuhi agar manusia dikatakan manusia yang unggul
atau berkualitas. Seperti yang dikatakan Allah dalam QS. al-Żāriyat/51:56
(٥٦ ‫ )اﻟﺬارﻳﺎت‬     
Terjemahnya:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku.
Ayat ini memberi petunjuk bahwa manusia diwajibkan untuk beribadah
kepada Allah swt dengan kata lain diwajibkan mentaati perintahNya dan
menjauhi larangan-laranganNya, agar
kehidupan manusia lebih berkualitas
(Islami). Selain itu, Allah swt juga berfirman QS. al-Mujādalah/58:11
           …
(١١ .‫)اﻟﻤﺠﺎدﻟﺔ‬.  
Terjemahnya:
…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.46
Dari ayat-ayat tersebut, mengimplikasikan bahwa iman, ilmu dan amal
(produktifitas) adalah tiga hal yang harus dipadukan dan harus dimiliki apabila
manusia menghendaki kehidupan yang bermartabat tinggi dan mulia. Pendidikan
46
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahnya, h. 756.
26
yang
berkualitas menurut pandangan Islam adalah pendidikan yang mampu
melahirkan manusia-manusia yang dapat mengintegarasikan antara IMTAQ dan
IPTEK. Islam menghendaki agar seluruh aspek kehidupan manusia harus
berkualitas (hālālan dan thayyibah) secara menyeluruh dan berkelanjutan (baca
keturunan), hal ini sesuai dengan konsep TQM bahwa melaksanakan perbaikan
mutu yang kontinyu (berkelanjutan), merupakan kegiatan pikiran (sikap, gagasan)
dan kegiatan praktis (metode, prosedur, teknik) yang mendorong untuk
mewujudkan perbaikan secara nyata.
Pada prinsipnya penerapan TQM dapat dilakukan pada semua jenis dan
jenjang pendidikan, baik sekolah maupun madrasah, seperti pada MAN 2 Model
Makassar, yang memiliki keunggulan, baik jumlah peserta didik maupun kualitas
sarana dan prasarananya, sehingga penerapan manajemen berbasis TQM sangat
memungkinkan dapat berjalan lebih efektif. Sementara dalam proses penerapan
TQM di intitusi pendidikan tidak terlepas dari empat fungsi manajemen, yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),
dan pengawasan (controlling), dengan kata lain ke empat fungsi manajemen
tersebut dapat mengadopsi prinsip-prinsip TQM jika benar-benar ingin
manjalankan konsep TQM pada lembaga pendidikan Islam (madrasah) dengan
baik dan sempurna. Uraian tentang fungsi-fungsi manajemen akan dibahas pada
bab dua dalam tinjauan teoritis.
Selanjutnya, gambaran tentang implementasi TQM pada madrasah dapat
dilihat dalam bentuk pengelolaannya. TQM yang memiliki beberapa prinsip atau
karakteristik
yang
diadopsi
(diintegrasikan)
dalam
pengelolaan
lembaga
pendidikan secara umum termasuk madrasah. Perlunya meningkatkan mutu
27
madrasah, karena pada umumnya madrasah selama ini masih sering dianggap
lembaga pendidikan yang bermutu rendah, sehingga sebagian masyarakat
menjadikan pilihan kedua (second choise). Oleh karena itu dengan pendekatan
TQM dalam mengelola
madrasah, diharapkan dapat memberi manfaat untuk
meraih keunggulan, yaitu unggul dalam IMTAK dan unggul dalam IPTEK.
Kondisi yang dialami madrasah selama ini sebagaimana yang digambarkan
di atas menjadi latar belakang lahirnya penelitian ini dengan tujuan untuk
mengetahui lebih jauh manajemen pendidikan yang diterapkan di MAN 2 Model
Makassar melalui pendekatan TQM, dengan pertimbangan
tersebut merupakan
bahwa madrasah
salah satu lembaga pendidikan Islam (madrasah) yang
memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan Madrasah Aliyah Negeri lainnya,
baik dari segi jumlah peserta didik maupun dari segi sarana dan prasarananya.
Sesuai hasil pengamatan terhadap manajemen pendidikan yang dijalankan
pada MAN 2 Model Makassar tercermin dari beberapa bidang atau komponen
menurut substansinya sebagian besar sudah sejalan dengan prinsip-prinsip TQM.
Walaupun masih membutuhkan kerja keras dan penyesuaian atau adaptasi secara
menyeluruh untuk mengoptimalkan penerapan TQM pada bidang-bidang tertentu.
seperti perlunya perubahan paradigma baru dari pola lama ke pola moderen dalam
manajemen pendidikan, terutama dalam manajemen pembelajaran yang berbasis
ICT (information and communication technology), semua guru diharuskan
mengakses bahan ajar dari berbagai sumber, temasuk melalui internet. Setiap guru
diwajibkan membuat persiapan mengajar atau RPP dilengkapi dengan perangkat
pembelajaran lainnya, dan setiap guru ditekankan untuk menggunakan metode
pembelajaran yang efektif atau metode variatif, termasuk penggunaan media
28
pembelajaran yang selama ini belum optimal pemanfaatannya, dan pemanfaatan
laboraturium serta pelaksanaan ekstrakurikuler, dan lain-lain.
Selanjutnya, fakta lain yang ditemukan
beberapa fenomena dan perilaku
pada lokasi penelitian terlihat
sebagian warga madrasah dalam kaitannya
dengan masalah manajemen mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, yang
masih perlu disempurnakan antara lain;
1. Sistem pengelolaan administrasi madrasah
masih standar atau belum
efektif. Hal itu terlihat masih adanya sebagian data yang belum di
update melalui komputer secara online, sementara SDM staf tata usaha
sebagian masih rendah.
2. Sebagian tenaga pendidik (guru) yang masih perlu ditingkatkan
kinerjanya, seperti dalam penguasaan materi bahan ajar, metode
pembelajaran
dalam proses pembeljaran dan pemanfaatan media
pembelajaran, dan lain-lain.
3. Semangat belajar sebagian peserta didik masih rendah, terutama di
kelas non unggulan, sedang pada kelas-kelas unggulan, semangat
belajarnya lebih maju atau meningkat.
4. Organisasi pengembangan professional guru seperti KKM dan MGMP
belum terkelola secara maksimal sesuai fungsinya, terutama MGMP
mata pelajaran Agama Islam.
5. Pengawas/supervisor pendidikan dari Kementerian agama belum efektif,
kecuali supervisi yang dilakukan kepala madrasah tetap berjalan secara
efektif.
29
6. Sebagian guru masih dominan mempergunakan sistem dan metode
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred approach), pada hal
pola pembelajaran yang efektif adalah yang berpusat pada peserta didik
(student centred approach). Hal ini terlihat pada sistem pengelolaan kelas,
yang belum mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Hal lain yang diamati adalah nilai rata-rata hasil Ujian Nasional lima
tahun terakhir dapat dikatakan belum maksimal (belum mengembirakan), karena
terlihat masih stagnan (tidak naik dan tidak turun), sesuai data yang diperoleh
bahwa nilai rata-rata UN lima tahun terakhir yaitu, dari tahun 2008 s/d 2013
berkisar pada angka 47,95 sampai 50,75, sementara nilai tertinggi berkisar antara
51,50
sampai 55,00. Meskipun prosentase kelulusan empat tahun terakhir
berkisar pada angka antara 99.99 % sampai 100 %. Prosentase kelulusan ini sudah
dianggap cukup baik, namun yang perlu diupayakan untuk dinaikkan adalah
indeks prestasi nilai rata-rata hasil ujian nasional dari angka 50,- menjadi 60,- ke
atas. Selain tingkat kelulusan, ikut pula diamati adalah jumlah alumni MAN 2
Model yang masuk di Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (PTN/S), baik melalui
hasil Ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) maupun
melalui jalur lain, karena salah satu indikator keberhasilan yang dapat terukur
adalah banyaknya alumni
MAN 2 Model Makassar, yang masuk di berbagai
Perguruan Tinggi Negeri/Swasta.
Fakta di atas, sekaligus menjadi masalah yang kemungkinan akan
berkembang ke persoalan lain ketika diadakan penelitian di lapangan, karena
gejala-gejala atau fenomena-fenomena dan situasi sosial dalam kehidupan
akademik di MAN 2 Model Makassar, serta permasalahan lainnya sangat
30
kompleks dan bersifat holistik, sehingga perlu dirumuskan fokus penelitian dan
diskripsi fokus.
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus.
1. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk memberi gambaran operasional
penelitian sehingga terhindar dari kekeliruan penafsiran dalam memahami batasan
judul penelitian dan masalah pokok penelitian, yakni Implementasi Total Quality
Management (TQM) dalam Membina Mutu Pendidikan pada Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) 2 Model Makassar. Dari judul tersebut terdapat 2(dua) fokus
penelitian, yaitu; Proses implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar dan
mutu pendidikan melalui pendekatan TQM.
2. Diskripsi Fokus Penelitian.
Proses implementasi Total Quality Manajement yang dimaksud di sini
adalah langkah strategis penerapan TQM pada MAN 2 Model Makassar dalam
membina mutu pendidikan melalui pendekatan fungsi-fungsi manajemen dalam
pendidikan, yang meliputi aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan. Sedang mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, meliputi
kualitas pengelolaan administrasi pendidikan, kualitas proses pembelajaran,
motivasi belajar dan prestasi peserta didik, kualitas dan kedisiplinan guru dan
staf, pengawasan dan evaluasi serta kepemimpinan dan kerjasama dengan pihak
terkait, semua aktifitas tersebut dijadikan fokus dalam penelitian ini. Deskripsi
fokus penelitian ini dapat digambarkan sesuai matriks berikut ini;
31
Matriks Deskripsi Fokus Penelitian
Fokus Penelitian
Deskripsi Fokus
Implemnetasi Total Quality
1. Perencanaan pendidikan
Managemen (TQM) pada MAN 2. Pengorganisasian pendidikan
2 Model Makassar.
3. Pelaksnaan program pendidikan
4. Supervisi/evaluasi pendidikan
1.
2.
Kualitas/mutu pendidikan pada
3.
MAN 2 Model Makassar, dilihat
4.
dalam beberapa komponen;
5.
6.
Pengelolaan administrasi
Kepemimpinan kepala madrasah
Tenaga pendidik dan kependidikan.
Proses pembelajaran
Prestasi peserta didik.
Evaluasi pendidikan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan fokus penelitian serta
diskripsi fokus yang telah diuraikan di atas, maka masalah pokok penelitian ini
adalah bagaimana implementasi Total Quality Management (TQM) dalam
membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar?
Agar penelitian menjadi terarah dan sistamatis, maka masalah pokok
penelitian yang telah ditetapkan dikembangkan menjadi tiga sub masalah, yang
rinciannya dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses implementasi Total Quality Management (TQM)
dalam membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar?.
2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat implementasi
Total Quality Management (TQM) pada MAN 2 Model Makassar?
3. Bagaimana hasil implementasi Total Quality Management (TQM)
dalam membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar?.
32
D. Kajian Pustaka
Kajian Pustaka merupakan hasil penelitian yang relevan dengan
pembahasan dalam disertasi ini, yaitu tulisan yang berkenaan dengan kajian
tentang berbagai masalah dengan menggunakan pendekatan Total Qoality
Management (TQM) terutama dibidang pendidikan, karena disertasi berjudul
Implementasi TQM Dalam Membina Mutu Pendidikan Pada Madrasah Aliyah
Negeri 2 Model Makassar, maka diharapkan kiranya melalui kajian pustaka ini
dapat lebih memperjelas posisi tulisan dan penelitian yang dilakukan, berbeda
dengan beberapa penelitian sebelumnya dalam satu sisi, namun pada sisi lain
terhadap beberapa karya tulis, baik dalam bentuk disertasi, tesis dan jurnal
maupun dalam bentuk buku, dapat dijadikan bahan referensi untuk memperkaya
kajian teoretis dalam disertasi ini.
Tulisan Luk-luk Nur Mufidah
dalam jurnal dengan tema “Aktualisasi
TQM dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di lembaga Pendidikan Islam“
ia mengemukakan bahwa pendidikan yang berorientasi pada mutu (Quality
Oriented), yang paling banyak berperan adalah pendidik (Guru) dalam upaya
menyiapkan peserta didik yang berkualitas dan bermutu dalam berbagai aspek,
baik dalam aspek keilmuan, keahlian dan keterampilan serta aspek perilaku, oleh
karena itu menjadi guru professional, hendaknya memiliki dua kategori, yaitu
capability dan loyality artinya guru harus memiliki kemampuan dalam bidang
ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik dan skill tentang mengajar
yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi dan memiliki
loyalitas keguruan yakni loyal kepada tugas-tugas keguruan yang tidak semata-
33
mata hanya di dalam kelas, tapi sebelum dan sesudah di luar kelas.47 Selain ke dua
hal di atas, dalam memenuhi tuntutan professional yang berlandaskan pada TQM,
maka guru diharapkan memiliki kompetensi tertentu yang mengarah kepada
perbaikan secara terus menerus (continous improvement) menjamin kualitas
(quality assurance) pengajaran dan pembelajarannya, dan memberi kepuasan
kepada
konsumen
pendidikan
(costumer
satisfaction).
Untuk
mengukur
kompetensi tersebut, maka ada empat indikator yang harus dimiliki oleh guru,
yaitu, pertama; kompetensi harus ditunjang oleh latar belakang pengetahuan.
Kedua; kompetensi dapat dikenali dari adanya penampilan dalam melakukan
pekerjaan itu sesuai dengan tuntutan. Ketiga; dalam melakukan kegiatan itu
digunakan prosedur dan teknik/metode yang jelas dan nalar yang luas. Keempat;
dapat dikenali hasil yang dicapai.
Masjudi mengemukakan dalam jurnal dengan tema “Upaya Peningkatan
Kualitas Manajerial Lembaga Pendidikan Islam Melalui TQM“ menyoroti
lemahnya pengelolaan lembaga pendidikan yang mencakup semua komponen
sistem pendidikan. Kelemahan yang paling dirasakan adalah kelemahan kualitas
manajemen kelembagaannya, termasuk kelemahan dalam infrastruktur berupa
sumber pendanaan dan sarana prasarana pendidikan, yang pada akhirnya
berpengaruh terhadap rendahnya kualitas kelulusan peserta didik. Oleh karena itu
penerapan TQM di dunia pendidikan Islam adalah sebuah keniscayaan bagi
seorang kepala sekolah/madrasah untuk membangun efektifitas dan efisiensi
dalam pendayagunaan sumber-sumber pendidikan. Seorang pimpinan harus terus-
47
Lihat Luk-Luk Nur Mufidah, Aktualisasi TQM dalam meningkatkan Profesionaalisme
Guru di Lembaga Pendidikan Islam, h. 95-96.
34
menerus melakukan perubahan dan perbaikan kualitas dan berpijak pada
kebutuhan masyarakat yang menjadi customer dan consumer pendidikan.
Lebih lanjut, Masjudi menyatakan bahwa mengelola pendidikan harus
mengoptimalkan peranan kepemimpinan, perubahan budaya dengan memfokuskan
kebutuhan masyarakat tentang mutu pendidikan, melakukan inovasi terus
menerus
terhadap
mutu
pendidikan,
meningkatkan
profesionalisme
dan
memfokuskan kepada pelanggan, menjadikan pelangggan sebagai kolega,
meningkatkan kualitas belajar dan memasukkan ide secara internal.
Hasil penelitian Ahmad Darmadji dengan judul “Implementasi TQM
sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di MAN Model Yogyakarta“48 ia
memberi gambaran secara ringkas tentang pelaksanaan TQM pada MAN Model
Yogyakarta, bahwa implementasi
TQM yang berbasis madrasah pada MAN
model dilakukan melalui sejumlah tahapan. Tahapan tersebut tercermin pada visi
dan misi MAN Model Yogyakarta, yaitu “membentuk siswa menjadi unggul,
terampil
dan
berkepribadian
matang“, sedangkan
misinya
adalah;
1)
Menyelenggarakan pendidikan yang berbudaya keunggulan, kreatif dan inovatif.
2) Membekali siswa dengan life skill baik general life skill maupun specific life
skill.\ 3) Memadukan penyelenggaraan program pendidikan umum dan kejuruan..
4) Menghidupkan pendidikan ber-ruh Islam, menggiatkan ibadah, memperteguh
keimanan dan akhlakul karimah sehingga memperoleh output yang ultra prima.
Keberhasilan Implementasi MMT/TQM di madrasah salah satunya diukur
dari tingkat kepuasan pelanggan (clien) baik internal maupun eksternal, dengan
48
Tulisan tersebut dimuat pada Jurnal “ El-Tarbawi” (Jurnal Pendidikan Islam) Vol. I, No.
2 tahun 2008, Lihat; http://fis.uii.ac.id/images/el-tarbawi-vol1-no2-2008-03-darmadji.pdf, diakses
pada tanggal, 21 Januari 2013, jam; 21.00. wita.
35
kata lain sekolah/madrasah dikatakan berhasil jika mampu memberikan pelayanan
sama atau melebihi harapan pelanggan. Selain tingkat kepuasan pelanggan,
keberhasilan pelaksanan TQM, juga dapat dilihat pada indikator lain misalnya
dari sejumlah
fenomena berikut ini; Pertama, tingkat konsistensi pelayanan
umum dan kualitas SDM (Guru, tenaga kependidikan dan staf) terus meningkat.
Kedua, kekeliruan dalam bekerja semakin berkurang. Ketiga, disiplin waktu dan
disiplin kerja semakin meningkat. Keempat, inventarisasi aset madrasah semakin
sempurna dan terkendali. Kelima, kontrol dan pengawasan terlaksana secara
efektif, menghemat biaya dan mencegah penyimpangan. Keenam, pemborosan
dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah. Ketujuh, peningkatan keterampilan
dan keahlian bekerja terus dilaksanakan dan mampu beradaptasi terhadap
perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masyrisal
Miliani
dalam
Tesisnya
yang
berjudul
“Manajemen
Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Perspektif TQM“ dalam studi kajiannya
memeperkenalkan “Metode Daming“
yang menggunakan teknik pemecahan
masalah dan pengendalian proses dan siklus PDCA-nya. Selain metode Daming,
ia juga memperkenalkan metode Josep M. Juran dan Philip B. Crosby. Juran
mendefinisikan kualitas sebagai suatu barang atau jasa harus dapat memenuhi
apa yang diharapkan oleh pemakainya, dengan menerapkan 10 langkah untuk
memperbaiki kualitas. Sedang Crosby terkenal dengan anjuran manajemen zero
defect dan pencegahan yang memiliki 14 langkah untuk perbaikan kualitas. 49
Namun kedua yang terakhir dari tokoh mutu tersebut, tidak dijadikan sebagai
49
Lihat Ashok Rao, Total Quality Management, a cross fungtional perspective (United
States: John Wiley & Sons, 2006) h. 40.
36
rujukan oleh Miliani, karena dianggapnya metode Daming lebih luas cakupannya
dibanding dengan yang lainnya.
Kajian manajemen mutu dengan pendekatan TQM, juga dikembangkan
oleh N.Oneng Nurul Bariyah dalam disertasinya yang berjudul “ Kontekstualisasi
TQM dalam Pengelolaan Lembaga Zakat Untuk Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat (Prinsip dan Praktek). Ia menyatakan bahwa walaupun akar
permulaan TQM berasal dari model manajemen mutu perusahaan dan industri,
penggunaannya kini semakin merambah ke berbagai lembaga, misalnya pada
lembaga pendidikan dengan dibentuknya gugus kendali mutu, rumah sakit melalui
pelayanan prima, dan sebagainya.50 TQM juga diterapkan oleh lembaga
pemerintah maupun swasta, bahkan organisasi atau lembaga nirlaba (Organisasi
yang aktifitasnya tidak berorientasi menghasilkan keuntungan/laba) termasuk
juga pengelolaan organisasi/manajemen lembaga keuangan syari’ah seperti
lembaga pengelola zakat.
Nur Hidayah dalam disertanya yang berjudul “ Model Manajemen Mutu
Terpadu (TQM) Pelayanan Kesehatan Untuk Pengembangan Rumah Sakit Umum
Kota Makassar (Total Quality Management Model Of Health Care For Hospital
Development
In
Makassar
Cyti)“51,
dilaksanakan
mengemukakan bahwa mutu pelayanan kesehatan
pada
tahun
2012,
sangat dipengaruhi mutu
50
Lihat N.Oneng Nurul Bariyah, Kontekstualisasi Total Quality management dalam
Lembaga Pengelola Zakat untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Prinsip dan Praktek),
Disertasi (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010) h. 17, dan lihat, http:// onengnurulbariyah.
files. wordpress. com/2010/10/oneng-n-bariyah-tqm-disertasi-lengkap.pdf. di akses pada tanggal
15 Januari 2013, jam. 21.00 wita.
51
Lihat Nur Hidayah, Model Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Pelayanan Kesehatan
Untuk Pengembangan Rumah Sakit Umum Kota Makassar (Total Quality Management Model Of
Health Care For Hospital Development In Makassar Cyti) Disertasi, Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Makassar, th. 2013.
37
sarana fisik,
lainnya,
tenaga yang tersedia, obat, alat kesehatan,
proses pemberian pelayanan
dan kompensasi
sarana penunjang
yang diterima serta
harapan masyarakat sebagai pengguna pelayanan. Mutu pelayanan yang baik
bagi pasien biasanya dikaitkan dengan sembuhnya dari penyakit dengan cepat,
petugas yang ramah, pelayanan yang cepat dan tepat, dan tarif pelayanan yang
murah. Sebaliknya
apabila penyakit yang dideritanya lama tidak sembuh,
petugas yang kurang ramah, menunggu antrian yang lama, penanganan penderita
yang lambat dan tarif mahal akan dikatakan tidak bermutu walaupun profesional.
Nur Hidayah juga mengemukakan bahwa ada tiga unsur penting yang
dapat mendukung berhasilnya implementasi Mutu Pelayanan Kesehatan; Pertama
adalah keterlibatan manajemen puncak. Unsur kedua adalah strategi implementasi
yang tepat dan bijaksana. Unsur ketiga adalah mobilisasi organisasi yang terdiri
atas 7 (tujuh) bagian yang dapat mendorong implementasi Manajemen Mutu
Pelayanan Kesehatan, yaitu tujuan,
infrastruktur, SDM
tatalaksana/penyelenggaraan organisasi,
(pendidikan dan pelatihan), komunikasi
keberhasilan kegiatan organisasi),
finansial
(penyebarluasan
(insentif), dan memantau serta
evaluasi kegiatan oleh manajemen puncak.
Edward Sallis dalam hasil penelitiannya yang sudah dibukukan dengan
judulTotal Qualitiy Management in Education di terjemahkan Ahmad Ali Riyadi
tahun 2006 dengan judul Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, buku ini secara
khusus memeperkenalkan Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management
(TQM)
dan
relevansinya
dengan
pendidikan.
Ia
mengemukakan
bahwa
pemahaman tentang mutu yang diperoleh dari pengalaman dunia bisnis dapat
diaplikasikan dalam dunia pendidikan, namun membutuhkan proses adaptasi yang
38
tinggi untuk menyesuaikan antara kondisi khusus dari masing-masing sekolah,
perguruan tinggi dan universitas. Lebih lanjut Sallis mengemukakan prinsip dasar
TQM bahwa pelanggan dan kepentingannya harus diutamakan, bahkan ia
menempatkan pelanggan sebagai raja, suatu ide yang mudah dipahami, namun
orang yang mengimplementasikannya membutuhkan tingkat komitmen yang
tinggi. Tidak ada spesifikasi tunggal dalam TQM. Beberapa organisasi berbeda
dalam menangkap TQM menurut pandangan dan metode mereka masing-masing.
TQM sangat fleksibel dan dapat diadopsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan,
baik khusus maupun institusi, baik secara luas maupun secara sempit.
Selanjutnya Sallis mempertanyakan mengapa Manajemen Mutu terpadu
(TQM) dalam dunia pendidikan baru memperoleh pengakuan setelah sekian lama
mutu tersebut berhasil dalam dunia industri. Meskipun demikian, suatu hal yang
dapat diyakini bersama bahwa layanan mutu merupakan isu kunci bagi seluruh
sektor pendidikan pada dekade mendatang. Hal itu telah terbukti bahwa pada
tahun 1991 konsep TQM telah memperoleh dukungan resmi kurang lebih dari 16
institusi pendidikan di Amerika. 52 Penerimaan konsep TQM dalam dunia
pendidikan, bukan tanpa alasan, karena TQM dipahami sebagai sebuah filosofi
perbaikan
tanpa henti hingga tujuan organisasi dapat tercapai dan dengan
melibatkan segenap komponen dalam organisasi tersebut.
Deden Makbuloh, dalam penelitiannya yang mengupas tuntas tentang
Manajemen Mutu Pendidikan Islam Model Pengembangan Teori dan Aplikasi
Sistem Penjaminan Mutu. Ia mengemukakan bahwa mutu pendidikan Islam
(madrasah) dapat dicapai dan dikembangkan melalui implementasi sistem
52
Edward Sallis, Total Quality Management In Education,h. 46-47.
39
penjaminan mutu internal dan eksternal secara sinergi yang terfokus pada tingkat
capaian mutu pada sistem pendidikan secara bertahap dan berkelanjutan. Oleh
karena itu masa depan pendidikan Islam harus mengarah pada mutu atau quality
first (mutu di atas segala-galanya).
Hasil riset yang dilakukan membuktikan bahwa mutu lembaga pendidikan
Islam sangat variatif, maka perhatian pokok di masa depan yaitu memperkuat
sistem manajemen yang berfungsi efektif. Sistem manajemen yang mendesak
untuk ditindak lanjuti yaitu dengan cara mensinergikan kekuatan internal dengan
peluang-peluang eksternal. Selanjutnya dijelaskan lembaga pendidikan Islam yang
baik harus bergerak dalam siklus perbaikan mutu berkelanjutan. Mutu dapat
dicapai secara bertahap mulai aspek yang rutinitas dalam pembelajaran hingga
aspek yang kompleks yang penuh tantangan akibat perkembangan dan tuntutan
zaman.53 Menurutnya, harus diakui bahwa dalam rangka pengembangan sistem
pendidikan Islam yang berbasis TQM
dalam peningkatan mutu seharusnya
disesuaikan dengan perkembangan zaman, di mana pada era globalisasi sekarang
ini, disamping harus melakukan pendekatan yang bernuansa Islam juga harus
mengunakan teori-teori lain.
Mulyadi dalam penelitian disertasinya tahun 2008 yang membahas tentang
Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam mengembangkan Budaya Mutu ( Studi
Multi Kasus di Madrasah Terpadu MAN 3 Malang, MAN I Malang dan MA
Mubtadi’in Kota Malang) mengemukakan bahwa langkah-langkah kepemimpinan
kepala madrasah dalam mengembangkan budaya mutu madrasah melakukan
53
Deden Makbuloh, Manajemen Mutu Pendidikan Islam, h. 296.
40
beberapa langkah antara lain; 54 1) Kepala madrasah mengartikulasikan visi dan
misi yang berdampak terhadap budaya mutu madrasah dan memberikan makna
bagi peningkatan keefektifan kepemimpinannya membawa madrasah menjadi
madrasah yang berbudaya mutu secara berkesinambungan. 2) Kepala madrasah
memiliki nilai-nilai kepemimpinan yang diyakini, lalu diterjemahkan dalam
kehidupan organisasi madrasah dan berdampak pada upaya peningkatan mutu
madrasah. 3) Simbol-simbol madrasah merupakan gambaran nilai-nilai organisasi
yang dilestarikan dan dipertahankan dari generasi ke generasi. 4) Kepemimpinan
kepala madrasah bersifat demokratis. Dalam pengembangan budaya mutu
madrasah terdapat resistensi guru yang bersifat individual. Upaya mengatasi
resistensi tersebut, digunakan dua pendekatan yaitu preventif dan kuratif.
Terakhir Muh. Sain Hanafy dalam penelitian disertasinya tahun 2011 yang
berjudul ”Pengelolaan Materi Program Pendidikan Agama Islam Terpadu pada
Sistem Madrasah dan Implikasinya terhadap Peserta Didik MAN 2 Model
Makassar”. Penelitian ini bertujuan memberi gambaran tentang pengelolaan
materi pendidikan agama Islam terpadu pada MAN 2 Model Makassar, dengan
menitikberatkan pada pengukuran prestasi peserta didik sebagai impilikasi
penerapan program tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proram
pendidikan agama Islam terpadu pada sistem madrasah pada umumnya berada
pada kategori sedang. Salah satu bukti yang yang dikemukakan adalah nilai ratarata ujian semester ganjil pada buku rapor pada umumnya berada pada kategori
54
Lihat Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu
( Studi Kasus di MAN 3 dan MAN I Malang serta MA Hidayatul Mubtadi’in Kota Malang ( Badan
Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2010), h. 77.
41
sedang. Demikian halnya penilaian yang bersifat non akademik, pada umumnya
berada pada kategori sedang.
Hasil penelitian tersebut, tidak jauh berbeda yang ditemukan oleh peneliti,
terutama hasil Ujian Nasional, yang berada pada ketegori sedang, bahkan peneliti
menilai stagnan ( nilai tidak naik dan tidak turun) setelah melihat data hasil ujian
nasional tahun 2012 dan 2013. Meskipun penelitian tersebut substansi yang
diteliti berbeda dengan substansi yang ditulis dalam penelitian ini, namun dari
obyek penelitian adalah sama, yang sudah tentu sedikit banyaknya dapat memberi
masukan dalam penelitian disertasi ini.
Dari kajian leteratur di atas, menunjukkan bahwa kajian tentang
manajemen berbasis TQM sudah banyak dilakukan dalam berbagai penelitian
yang berbde-beda, baik obyek maupun tujuan dan sasarannya. Demikian halnya
penelitian ini, penulis mengetengahkan sebuah kajian yang berbeda dengan
penelitian sebelumnya, terutama dari segi pendekatannya, karena penelitian ini
mengfokuskan pengkajian Total Quality Management (TQM) melalui pendekatan
fungsi-fungsi manajemen dengan mengaitkan prinsip-prinsip TQM. Namun pada
sisi lain setelah mengkaji beberapa literatur, secara umum dapat disimpulkan
bahwa hampir semua lembaga atau institusi menjadikan TQM sebagai salah satu
pendekatan menajemen yang efektif untuk meraih mutu yang tinggi, baik institusi
di bidang bisnis maupun dalam dunia pendidikan, termasuk pada lembaga
pendidikan Islam (madrasah).
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.
1. Tujuan penelitian.
a. Untuk mengetahui proses implementasi Total Quality Management (TQM)
42
terhadap pembinaan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar.
b. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan
Total Quality Management (TQM) pada MAN 2 Model Makassar.
c. Untuk menemukan hasil implementasi Total Quality Management (TQM)
terhadap pembinaan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Ilmiah, yakni sebagai sumbangsih pengetahuan bahwa Total Quality
Management (TQM) sangat penting artinya bagi setiap lembaga pendidikan
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Karena itu, penelitian ini
diharapkan memberi kontribusi pemikiran yang signifikan bagi kalangan
civitas MAN 2 Model Makassar dan lembaga pendidikan lainnya untuk
senantiasa mengimplementasikan Total Quality Management (TQM) tersebut.
b. Kegunaan praktis, yakni sebagai input bagi MAN 2 Model Makassar untuk
segera mengambil langkah-langkah strategis operasional dalam rangka lebih
meningkatkan pengelolaan Total Quality Management (TQM), sehingga dapat
menghasilkan ouput yang bermutu dan memuaskan bagi MAN 2 Model
Makassar, sekaligus dapat menajdi contoh bagi Madrasah Aliyah lainnya sesuai
dengan dinamika, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
43
44
Matriks Deskripsi Fokus Penelitian
Focus penelitian
Implemnetasi Total Quality
Management (TQM) pada
MAN 2 Model Makassar
Kualitas pendidikan pada
MAN 2 Model Makassar
Deskripsi Penelitian
1.
2.
3.
4.
Perencanaan pendidikan
Pengorganisasian pendidikan
Pelaksnaan program mutu pendidikan
Pengawasan/evaluasi pendidikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kualitas pengelolaan administrasi
Kualitas manajemen pendidikan
Kualitas tenaga guru dan staf.
Kualitas proses pembelajaran
Kualitas prestasi peserta didik.
Kualitas Pengawasan dan evaluasi
45
Matriks Deskripsi Fokus Penelitian
No.
1.
Fokus Penelitian
Proses implementasi Total
Quality Management (TQM)
dalam membina mutu
pendidikan
Deskripsi Fokus
Perencanaan
Pengorganisasian
Pelaksanaan
Pengawasan/Evaluasi
-
2
Faktor pendukung dan
penghambat implementasi
Total Quality Management
(TQM)
- Faktor pendukung internal dan
eksternal
- Faktor Penghambat internal dan
eksternal
3
Hasil implementasi Total
Quality Management (TQM)
dalam membina mutu
pendidikan
- Kepemimpinan( administrasi dan
proses pengelolaan, pendidik &
tenaga kependidikan)
- Kurikulum dan pemebelajaran
(materi , Proses, Kompetensi lulusan
& evaluasi/ penilaian)
- Standar Sarana dan Prasarana &
Pembiayaan pendidikan.
Fungsi perencanaan (planning), merupakan sejumlah kegiatan yang
ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan memegang peranan penting
dalam proses manajemen, karena melalui perencanaan seperangkat keputusan bisa
diambil dalam meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Tanpa perencanaan
yang baik, madrasah tidak akan maju dan berkualitas. Perencanaan pendidikan
yang di susun oleh kepala madrasah, guru, dan staf dalam bentuk rencana strategis
(renstra) yang berorientasi pada visi dan misi madrasah dalam meningkatkan
mutu pendidikannya. Perencanaan yang dibuat berkaitan dengan;
penentuan
rencana jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang, (b) perkiraan-
46
perkiraan kondisi lingkungan dan tujuan yang hendak dicapai, dan (c) penetapan
pendekatan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang hendak dicapai. 55
Perencanaan juga berguna dalam proses pengambilan keputusan atas sejumlah
alternatif mengenai sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan oleh
sekolah/madrasah di masa yang akan datang. Perencanaan mutu harus didukung
kebijakan strategis yang dibuat oleh kepala madrasah, karena perencanaan tidak
akan bisa berjalan dengan baik jika tidak dibarengi dengan strategi untuk
menjalankannya, serta alat
evaluasi
yang digunakan dalam mengontrol
pelaksanaan kebijakan yang telah dibuat. Oleh karena itu, strategi pelaksanaan
kegiatan merupakan bagian dari perencanaan sesuai dengan
visi dan misi
madrasah dalam mewujudkan mutu pendidikan.
Fungsi pengorganisasian (organizing), adalah fungsi manajemen yang
bertujuan untuk pengelompokkan orang dengan tugas-tugas tertentu
untuk
bekerja secara bersama-sama guna mencapai tujuan yang telah ditentukan
bersama, baik untuk tujuan pribadi atau tujuan kelompok dan organisasi. Dengan
pengorganisasian makin memperjelas berbagai hubungan kerja dari berbagai unit
untuk menjadi sebuah tim yang solid. Tim yang solid akan memberi kekuatan
untuk mencapai keberhasilan dalam meningkatkan mutu madrasah. Dengan
demikian pengorganisasian dalam madrasah mempunyai posisi yang sangat
penting dan menentukan meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. 56
Perencanaan yang baik juga harus didukung oleh struktur organisasi yang jelas
55
Saiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Cet. V;
Bndung: Al Fabeta, 2011), h.56-58.
56
Prim Masrokan Mukhtar, Manajemen Mutu Sekolah, Strategi Peningkatan dan Daya
Saing Lembaga Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar Ruz Media, 2013) h. 47-48
47
tentang tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh
setiap anggota organisasi madrasah.
Fungsi pelaksanaan (actuating) atau pengarahan (directing) merupakan
fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan
pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak dalam
proses manajemen, sedangkan actuating atau directing justeru lebih menekankan
pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi
lembaga pendidikan. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksnaan
(actuating) ini adalah seorang staf dan guru akan termotivasi untuk mengerjakan
sesuatu jika (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin pekerjaan
tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh
problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting atau mendesak, (4) tugas
tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan, dan (5) hubungan antar
teman dalam lembaga pendidikan tersebut harmonis. 57 Dalam pelaksanaan fungsi
actuating ini, kepala sekolah/madrasah berperan penting dalam menggerakkan dan
mengarahkan seluruh warga sekolah/madrasah agar dapat melaksanakan tugastugasnya. Membangkitkan semangat harus menjadi perhatian khusus bagi kepala
sekolah/madrasah. Sebab, semangat kerja bersifat naik dan turun setiap saat
sesuai dengan iklim organisasi yang ada di madrasah. Hal ini menjadi salah satu
tugas yang harus dijalankan dalam sistem kepemimpinan dalam pendidikan
karena semangat kerja sangat berpengaruh terhadap hasil kinerja. Oleh karena itu,
guru di madrasah harus mempunyai semangat kerja yang tinggi agar mampu
meningkatkan mutu pendidikan sebagai hasil kinerjanya.
57
Prim Masrokan Mukhtar, Manajemen Mutu Sekolah, h.48-49
48
Fungsi pengawasan (controlling), merupakan bagian akhir dari fungsi
manajemen.
Fungsi
ini
bertujuan
untuk
mengendalikan
perencanaan,
pengorganisasian, dan pelaksanaan yang telah dilaksanakan sesuai perenacanaan
sebelumnya. Dalam berbagai kasus, karena pengawasan
peningkatan mutu
pendidikan yang masih lemah, sehingga terjadi berbagai penyimpangan antara
yang direncanakan dengan yang dilaksanakan. Pengawasan dalam sebuah
organisasi ibarat mata dan telinga pimpinan. Hal ini dimaksudkan bahwa kegiatan
pengawas untuk memberi masukan kepada pimpinan dalam bentuk laporan
pemantauan, penilaian, dan rencana tindak lanjut atas pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan untuk tindak korektif guna penyempurnaan lebih lanjut dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
Namun
perlu
diketahui
bahwa
keberhasilan
untuk
meraih
mutu
membutuhkan waktu yang lama dan pemahaman yang mendalam serta ketekunan
yang tinggi. Selain itu, dalam proses penerapan TQM juga diperlukan dukungan
dan komitmen dari kepala dan guru serta staf MAN 2 Model Makassar, termasuk
dari komponen-komponen pendidikan lainnya, sehingga MAN 2 Model Makassar
dapat bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan
yang sederajat di Kota
Makassar.
Umiarso dan Imam Gojali dalam bukunya Manajemen Mutu Sekolah di Era
Otonomi Pendidikan Menjual Mutu Pendidikan dengan mengunakan Quality
Control bagi Pelaku Lembaga Pendidikan, penelitian ini hadir sebagai acuan dasar
dalam memunculkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar
atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna Output pendidikan.58
58
Umiarso dan Imam Gojali, h. 11.
49
penelitian ini mengungkap konsep dasar dari luar desentralisasi pendidikan, dan
Manajemen Berbasis Sekolah dan akhir dalam penelitian ini merumuskan tentang
upaya meretas manajemen sekolah menuju pendidikan yang berkulalitas.
hasil rata-rata Ujian Nasional lima tahun terakhir
maksimal (belum mengembirakan) atau
dapat dikatakan belum
masih stagnan (tidak naik dan tidak
turun), sesuai data yang diperoleh bahwa nilai rata-rata UN dari tahun 2008 s/d
2012 berkisar pada angka 46,87, bahkan pada tahun 2011 menurun ke angka 44,
44, dan pada tahun 2009 menurun drastis ke angka rata-rata; 40, 55.59Namun
secara perorangan, ada beberapa di antara peserta didik memperoleh nilai amat
baik dan
memuaskan, sesuai hasil observasi awal di lapangan, diperoleh
keterangan bahwa nilai akumulatif yang fluktuatif tersebut, dianggapnya bukan
isyarat menurunnya prestasi peserta didik, karena nyatanya dua tahun terakhir
kelulusan berada pada tingkat maksimal ( 100 %).
59
Lihat Dokumen Rekap Nilai pada MAN 2 Model Makassar, diperoleh pada tanggal, 10
Pebruari 2013.
‫‪50‬‬
‫ا ب‪ ،‬ت‪ /‬ة‪ ،‬ز ث‪ ،‬ج‪ ،‬ح ه‪،‬خ ك‪،‬د ذ‪،‬‬
‫س ش‪،‬ص ض‪ ،‬ط ظ‪ ،‬ع غ‪ ،‬ف‪ ،‬ق‪ ،‬ل‪ ،‬م‪ ،‬ن‪ ،‬و إ ء أ ى ي‬
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. Total Quality Management (TQM).
1. Pengertian Total Quality Management (TQM)
Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu (MMT)1
adalah suatu konsep manajemen yang telah dikembangkan oleh negara-negara maju
seperti Amerika dan Jepang. Sejarah menunjukkan, bahwa kebangkitan Jepang
dalam bidang industri setelah kekalahannya dalam PD II, dimulai dengan
pembangunan sistem kualitas modern. Pembangunan sistem itu dipicu oleh
W.Edwards Deming yang berbicara di depan para ilmuan dan insinyur Jepang pada
tahun 1950. Dari sini jepang mulai bangkit atas gagasan yang disampaikan oleh
Deming, sehingga menjadi pusat perhatian berbagai negara di dunia, bahkan tertarik
untuk mempelajari strategi perusahaan-perusahaan Jepang dalam menerapkan
manajemen mutu. Dari hasil studi tentang keberhasilan perusahaan-perusahaan
industri kelas dunia yang berhasil mengembangkan konsep kualitas dalam
perusahaan, maka lahirlah apa yang disebut dengan Manajemen Kualitas Terpadu
atau Total Quality Management ( TQM ).2 Indosesia sebagai negara yang sedang
berkembang yang menuju ke negara industri perlu membangun sistem kualitas
modern dan praktek manajemen kualitas terpadu diberbagai bidang kehidupan,
1
Istilah Total Quality Management (TQM ) dan Manajemen Mutu Terpadu ( MMT) dalam
tulisan ini diartikan sama, sehingga terkadang disebut secara bersamaan dengan garis miring dan
terkadang disebut hanya TQM saja atau MMT saja.
2
Lihat Vincent Casparsz, Total Quality Manajemen (Cet. V. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008) h. 4.
43
44
termasuk dalam bidang pendidikan sebagai senjata untuk menghadapi era kompetisi
dalam pasar global.
Total Quality Management (TQM) memperkenalkan pengembangan proses
produk dan pelayanan sebuah organisasi secara sistimatik dan bekesinambungan.
Konsep manajemen ini membuka jalan menuju paradigma baru yang memberi
penekanan pada kepuasan pelanggan, inovasi, dan mutu peningkatan pelayanan
secara berkesinambungan. Definisi Total Quality Mangement (TQM) sebagaimana
diungkapkan oleh beberapa ahli sebagai berikut; Ishikawa dalam Fandy Tjiptono,
mendefinisikan TQM sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam
falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work,
produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan. 3 Santoso juga menyatakan
bahwa TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai
strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh
anggota organisasi.4
Menurut Edward Sallis Total Quality Management (TQM) atau MMT adalah
suatu filosofi perbaikan tanpa henti hingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan
melibatkan segenap komponen dalam organisasi tersebut. 5 TQM
didefinisikan
sebagai suatu metodologi untuk membantu mengelola perubahan, dan esensi TQM
adalah perubahan budaya dari pelakunya dalam upaya melakukan peningkatan mutu
secara terus menerus. Lebih lanjut Slamet menegaskan bahwa TQM adalah suatu
3
Lihat, Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management.(Yogyakarta: Andi Ofset,
cet. 10 2003),h. 39.
4
5
Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management, h. 40.
Lihat Edward Sallis, Total Quality Management In Education: yang diterjemahkan oleh
Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, Manajemen Mutu Pendidikan (Cet. V: Yogyakarta:
IRCiSoD.2006) h.74-76.
45
prosedur di mana setiap orang berusaha keras secara terus menerus memperbaiki
sistem menuju kesuksesan.6 TQM bukanlah seperangkat peraturan dan ketentuan
yang kaku, tetapi merupakan proses dan prosedur untuk memperbaiki kinerja. TQM
juga menuntut adanya perubahan sifat hubungan antara yang mengelola (pimpinan)
dan yang melaksanakan pekerjaan (staf atau karyawan). Perintah dari atasan diubah
menjadi inisiatif dari bawah, dan tugas pimpinan bukanlah memberi perintah tetapi
mendorong dan memfasilitasi perbaikan mutu pekerjaan.
Goestsch dan Davis mendefinisikan TQM sebagai suatu pendekatan dalam
menjalankan suatu usaha yang berusaha memaksimumkan daya saing melalui
penyempurnaan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
organisasi.7 Sementara Philip Kloter mendefinisikan TQM sebagai integrasi dari
semua fungsi dan proses dalam organisasi untuk memperoleh dan mencapai
perbaikan serta peningkatan kualitas barang sebagai produk dan layanan yang
berkesinambungan. Tujuan utamanya adalah kepuasan konsumen atau pelanggan
(costumer).8 Veithzal Rivai dan Silviana Murni mengemukakan bahwa Manajemen
Mutu Terpadu (TQM) adalah himpunan prinsip-prinsip, alat-alat, dan prosedurprosedur yang memberikan tuntunan dalam praktek penyelenggaraan organisasi
dengan melibatkan seluruh anggota organisasi dalam mengendalikan dan secara
6
Lihat Slamet dan Field Joseph, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep,
Strategi dan Aplikasi, Terjemahan oleh Syafaruddin (Cet. I; Jakarta: PT Grasindo, 2000), 176.
7
Lihat Goestsch dan Davis, Total Quality Management Three Steps To Continous
Improvement (Cet. I; California.New York.Addison: Wesley Publishing Company, TTP), h. 21.
8
Lihat Philip Kotler, Marketing Management. Alih bahasa, Agus Hasan. Manajemen
Pemasaran, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol (Cet. I; Jakarta.: PT. Prenhallindo), h.21.
46
kontinu meningkatkan kualitas/mutu usaha sesuai harapan pelanggan atau pengguna
(customer).9
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diketahui bahwa dalam TQM
terkandung upaya
mengendalikan proses pendidikan yang berlangsung di
sekolah/madrasah baik kurikuler maupun administrasi, melibatkan proses diagnosis,
peningkatan mutu harus didasarkan atas data dan fakta baik yang bersifat kualitatif
maupun kuantitatif, peningkatan mutu harus terus menerus dan berkesinambungan,
peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di
dalam pendidikan, dan peningkatan mutu memiliki obsesi yang menyatakan bahwa
madrasah dapat memberikan kepuasan pada peserta didik, orang tua, dan
masyarakat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa TQM
peningkatan mutu pendidikan dengan
merupakan upaya
memaksimumkan daya saing melalui
penyempurnaan terus menerus atas kualitas proses dan produk pendidikan sesuai
harapan pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. Dapat
dipastikan bahwa sekolah/madrasah yang menggunakan manajemen dengan
pendekatan TQM akan lebih maju bila dibandingkan dengan yang lainnya.
2. Metode Penerapan TQM
Metode penerapan Total Quality Management ( TQM), difokuskan kepada
tiga pakar mutu yang merupakan pionir dalam pengembangan TQM, mereka adalah
W.Edwards Deming, Joseph M.Juran dan Philip B.Crosby.10 Ke tiga tokoh TQM ini
9
Lihat Veithzal Rivai dan Syilviana Murni, Education Management, Analisa dan Teori
(Jakarta: Rajadrafindo, 2010), h. 479
10
Lihat, M>N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu: Total Qulity Management (Cet. II;
Bogor: Galia Indonesia, 2010), h. 31.
47
masing-masing merumuskan metode penerapan TQM pada setiap perusahaan atau
institusi/lembaga untuk mencapai kualitas yang dapat memberikan kepuasan kepada
pelanggan. Pendapat para pakar yang dimaksud adalah sebagai berikut;
a. Siklus Deming ( Deming Cycle).
Metode ini dikembangkan oleh Deming untuk menghubungkan antara
operasi dengan kebutuhan pelanggan dalam perusahaan secara terpadu dan
berkesinambungan, yang terdiri atas empat komponen utama, yang dikenal siklus
PDCA sebagai berikut;
1) Mengembangkan rencana perbaikan ( plan ), hal ini merupakan langkah
awal setelah
dilakukan pengujian ide perbaikan masalah. Rencana
perbaikan disusun berdasarkan prinsip 5-w (what, why, who, when, dan
where) dan 1 h (how), yang dibuat secara jelas dan terinci serta
menetapkan sasaran dan target yang harus dicapai.
2) Melaksanakan rencana (do). Rencana yang telah disusun diimplementasikan
secara bertahap, mulai dari skala kecil dan pembagian tugas secara merata
sesuai dengan kapasitas dan kemampuan dari setiap personil, dan selama
dalam melaksanakan rencana harus dilakukan pengendalian.
3) Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai (check atau study). Memeriksa
atau meneliti merujuk pada penetapan apakah pelaksanaannya berada
dalam jalur, sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan perbaikan
yang direncanakan.
4) Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan (action). Penyesuaian
dilakukan bila dianggap perlu, yang didasarkan hasil analisis di atas.
Penyesuaian berkaitan dengan standardisasi prosedur baru guna
menghindari timbulnya kembali masalah yang sama atau menetapkan
sasaran baru bagi perbaikan berikutnya.11
Siklus PDCA tersebut berputar secara berkesinambungan. Segera setelah
suatu perbaikan dicapai, keadaan perbaikan tersebut dapat memberikan inspirasi
untuk perbaikan selanjutnya. Oleh karenanya, manajemen harus secara
menerus merumuskan sasaran dan target-target perbaikan baru.
11
MN. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu: Total Qulity Management, h. 32-33
terus-
48
b. Metode Joseph M. Juran.
Menurut Juran, terdapat beberapa langkah untuk memperbaiki kualitas,
meliputi sebagai berikut.
1) Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk
melakukan perbaikan dan menetapkan tujuan perbaikan.
2) Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3) Menyediakan pelatihan.
4) Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah.
5) Memberikan penghargaan.
6) Mengkomunikasi hasil-hasil yang dicapai dan mempertahankannya serta
melaporkan perkembangannya.
7) Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sistem regular
perusahaan.12
Selain langkah-langkah tersebut, Juran memberikan penekanan terhadap
perbaikan kualitas dengan tiga fungsi manajerial yang disebut “Juran Trilogy”
sebagai berikut;
1) Perencanaan kualitas meliputi pengembangan produk, sistem, dan proses
yang dibutuhkan untuk memenuhi atau melampaui harapan pelanggan.
Langkah- langkah yang dibutuhkan untuk itu adalah sebagai berikut; a)
Menentukan siapa yang menjadi pelanggan, b) Mengidentifikasi kebutuhan
para pelanggan, c) Mengembangkan produk dengan keistimewaan yang
dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, d) Mengembangkan sistem dan
proses yang memungkinkan organisasi untuk menghasilkan keistimewaan
tersebut, e) Menyebarkan rencana kepada level operasional.
2) Pengendalian kualitas; Pengendalian kualitas meliputi langkah-langkah
sebagai berikut; a) Menilai kinerja kualitas aktual, b) Membandingkan
kinerja dengan tujuan, c) Bertindak berdasarkan perbedaan antara kinerja
dan tujuan,
3) Perbaikan kualitas. Perbaikan kualitas harus dilakukan secara terusmenerus.13
c. Metode Philip B. Crosby
12
MN. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu: Total Qulity Management, h. 35
13
MN. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu: Total Qulity Management, h. 36
49
Empat belas langkah untuk perbaikan kualitas menurut Crosby adalah
sebagai berikut;
1) Komitmen manajemen, yaitu menjelaskan bahwa manajemen bertekad
meningkatkan kualitas untuk jangka panjang.
2) Membentuk tim kualitas antar departemen.
3) Mengidentifikasi sumber terjadinya masalah yang potensial.
4) Menilai biaya kualitas dan menjelaskan bagaimana biaya itu digunakan
sebagai alat manajemen.
5) Meningkatkan kesadaran akan kualitas dan komitmen pribadi pada semua
karyawan.
6) Melakukan tindakan dengan segera untuk memperbaiki masalah-masalah
yang telah diidentifikasi.
7) Mengadakan program zero defects 14( produksi tanpa cacat).
8) Melatih para penyelia untuk bertanggung jawab dalam program kualitas
tersebut.
9) Mengadakan zero defects day untuk meyakinkan seluruh karyawan agar sadar
akan adanya arah baru.
10) Mendorong individu dan tim untuk membentuk tujuan perbaikan pribadi
dan tim.
11) Mendorong para karyawan untuk mengungkapkan kepada manajemen apa
hambatan-hambatan yang mereka hadapi dalam upaya mencapai tujuan
kualitas.
12) Mengakui/menerima para karyawan yang berpartisipasi.
13) Membentuk dewan kualitas untuk mengembangkan komunikasi secara terusmenerus.
14) Mengulangi setiap tahap tersebut untuk menjelaskan bahwa perbaikan
kualitas adalah proses yang tidak pernah berakhir. 15
Dari keseluruhan pandangan dan pemikiran ke tiga pakar TQM tersebut,
apabila metode-metode tersebut akan diadopsi ke dalam dunia pendidikan, sudah
tentu tidak semuanya dapat dilaksanakan, namun ada sejumlah metode yang
memungkinkan dapat diterapkan dalam membina
14
kualitas, antara lain
sebagai
Istilah tersebut juga dikembangkan oleh Clude I. Taylor, menyatakan bahwa total quality
tidak mengenal batas, dan untuk mencapai kualitas yang tinggi setiap pengelola harus
mendemontrasikan komitmen yang kuat pada pencapaian kualitas. Lihat Ken Shelton, In Search Of
Quality ( Jakarta: Gramedia PustakaUtama, 1997 ) h.94-95.
15
MN. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu: Total Qulity Management, h. 40
50
berikut. 1) Pengendalian dan pengawasan kualitas untuk menilai kinerja kualitas
dalam pendidikan. 2) Keterlibatan dan kepemimpinan manajemen puncak( kepala
sekolah/madrasah) sangat penting untuk menciptakan
kualitas. 3) Program
komitmen dan budaya
kualitas membutuhkan keterlibatan semua pihak dalam
organisasi, dan dibutuhkan pula pendidikan dan pelatihan. 4) Kualitas merupakan
faktor primer, dan perbaikan
kualitas harus
dilakukan
secara ongoing
(berkelanjutan) atau terus-menerus. Hal ini didukung oleh pandangan Sudarwan
Danim, bahwa mengelola pendidikan yang berkualitas setidaknya ada dua cara yang
dilakukan, yaitu; Pertama, melakukan studi atau penelitian untuk melahirkan
temuan-temuan dan teori-teori baru bagi praktik kependidikan yang produktif.
Kedua, melakukan transfer atau mengadopsi pengalaman dari dunia lain, seperti
mentransfer filosofi dan konsep manajemen mutu terpadu (MMT) atau Total Quality
Mannagement (TQM) ke dalam praktik kependidikan.16 Pandangan ini sangat
beralasan, karena filosofi TQM sudah teruji di dunia usaha/industri yang mampu
meningkatkan pruduksi dan daya saing yang tinggi.
Metode perbaikan kualitas pada institusi pendidikan akan lebih efektif, jika
metode tersebut dielaborasi dengan metode yang dikembangkan oleh Edward
Deming yang dikenal dengan siklus Deming (Deming cycle), sebagaimana yang
dikemukakan di atas, karena metode ini searah dengan fungsi-fungsi manajemen
(perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan/pengarahan dan pengawasan/evaluasi)
yang pada umumnya dijadikan sebagai acuan dalam mengelola lembaga pendidikan.
16
Lihat Sudarwan Danim, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan ( Cet. II. Yogyakarta;
Pustaka Pelajar, 2006), h. 215.
51
3. Prinsip-Prinsip TQM Dalam Pendidikan.
Penerapan TQM dalam pendidikan dapat dilakukan berdasarkan beberapa
elemen, seperti sebuah langkah awal bisa dimulai dengan kerja sama antara kepala
sekolah/madrasah dan guru dalam menetapkan visi dan misi serta tujuan pendidikan
untuk dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun rencana strategis pendidikan
dalam jangka waktu tertentu, yaitu program jangka pendek, menengah dan jangka
panjang. Visi dan misi ini, semua warga sekolah/madrasah harus mengetahuinya agar
dalam melaksanakan tugas-tugas mereka tidak bertentangan dengan vis dan misi
tersebut.
Goetsch dan Davis dalam Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana juga
mengemukakan 10 (sepuluh) prinsip utama Total Quality Management, sebagai
berikut:
a. Fokus pada pelanggan internal dan pelanggan eksternal sebagai penentu terhadap
kualitas poduk atau jasa, sehingga dikatakan keduanya adalah “driver”. Pelanggan
eksternal menentukan kualitas produk atau jasa, sedang pelanggan internal
berperan dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang
berhubungan dengan produk atau jasa.
b. Obsesi terhadap kualitas. Organisasi yang menerapkan TQM harus terobsesi
untuk memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan pelanggan internal dan
eksternal.
c. Pendekatan ilmiah. Pendekatan ini sangat diperlukan dalam penerapan TQM,
terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan
dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut.
52
Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga
(benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
d. Komitmen
jangka
panjang.
TQM
merupakan
paradigma
baru
dalam
melaksanakan bisnis dalam perusahaan, yang diadopsi dalam dunia pendidikan.
Untuk itu dibutuhkan budaya organisasi pendidikan yang baru. Oleh karena itu
komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya
agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
e. Manajemen dan Kerja sama tim (Team work). Dalam organisasi yang menerapkan
TQM, kerja sama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina baik antar
karyawan perusahaan maupun dengan pemasok lembaga-lembaga pemerintah, dan
masyarakat sekitarnya.
f. Perbaikan sistem secara berkesinambungan. Setiap poduk atau jasa dihasilkan
dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem atau
lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang sudah ada perlu diperbaiki secara terus
menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat meningkat.
g. Pendidikan dan pelatihan. Organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan
pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan
didorong untuk terus belajar, yang tidak ada akhirnya (sepanjang hayat) dan tidak
mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam lembaga pendidikan,
terutama
guru
dapat
meningkatkan
keterampilan
teknis
dan
keahlian
profesionalnya.
h. Kebebasan yang terkendali. Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan
unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat
53
meningkatkan "rasa memiliki" dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan
yang dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan
dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak.
Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan tersebut
merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik.
i. Kesatuan tujuan. Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka institusi
/lembaga harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat
diarahkan pada tujuan yang sama. Namun hal ini tidak berarti bahwa harus selalu
ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan
mengenai upah dan kondisi kerja.
j. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Pemberdayaan
bukan sekedar melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan mereka dengan
memberikan pengaruh yang sungguh berarti. Keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan dalam institusi pendidikan dimaksudkan adalah semua warga
sekolah/madrasah baik secara struktural maupun secara fungsional harus
mengambil bagian dalam setiap pelaksanaan program sekolah/madrasah, sehingga
menjadi sebuah tim yang memiliki dedikasi dan komitmen yang kuat untuk
meraih sebuah tujuan tunggal yaitu memuaskan pelanggan. 17
Sehubungan dengan prinsip-prinsip TQM, Baharuddin dan Umiarso
menyederhanakan pada lima
prinsip utama TQM
dalam menciptakan kualitas
pendidikian sebagai berikut: Pertama, Kepuasan pelanggan. Kualitas tidak hanya
bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas itu
17
Lihat Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management. h.15-18.
54
ditentukan oleh pelanggan (internal maupun eksternal). Kepuasan pelanggan harus
dipenuhi dalam segala aspek. Oleh karena itu, segala aktivitas institusi/ lembaga
harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas yang dihasilkan
suatu institusi sama dengan nilai (value) yang diberikan dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup para pelanggan. Semakin tinggi nilai yang diberikan, semakin besar
pula kepuasan pelanggan. Kedua, Respek terhadap setiap orang.
Guru dan
karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreaktivitas
tersendiri yang unik, bahkan mereka dipandang sebagai sumber daya organisasi yang
paling bernilai, oleh karena itu, mereka harus diperlakukan secara baik dan diberi
kesempatan untuk mengembangkan diri, berpartisipasi dalam tim pengambilan
keputusan. Ketiga, manajemen berdasarkan fakta. Artinya bahwa setiap keputusan
organisasi harus didasarkan pada data, bukan pada perasaan (feeling). Dua konsep
pokok berkaitan dengan fakta; 1) prioritisasi (prioritization), yaitu konsep bahwa
perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan,
mengingat keterbatasan sumber daya yang ada, maka manajemen dan tim dapat
memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang vital. 2) variasi (variation), atau
variabilitas kinerja manusia. Data dapat memberikan gambaran mengenai
variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi,
sehingga manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan
yang dilakukan. Keempat, perbaikan berkesinambungan, merupakan hal yang
penting bagi setiap lembaga. Kelima, penggunaan konsep siklus PDCA (plan, do,
check, act)18 yang dikembangkan oleh Deming, yaitu mulai dari langkah-langkah
18
Lihat Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, Antara Teori dan
Praktik, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2012), h. 275-278.
55
perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan
tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.
Penerapan prinsip Total Quality Management (TQM ) dalam pendidikan
membutuhkan kerja keras dan penggunaan waktu yang efektif. Ke dua hal ini sangat
penting yang harus dipelihara dan dipertahankan. 19 TQM juga membutuhkan mental
kuat yang mampu menghadapi tantangan dan perubahan dalam pendidikan. Banyak
lembaga pendidikan yang tersendat-sendat disebabkan sikap dan perilaku
manajer/kepala madrasah yang kurang serius atau setengah hati terhadap mutu
lembaganya. Hal ini menjadi kendala yang sangat menghawatirkan, sehingga sangat
kecil kemungkinan organisasi itu berkembang atau memperoleh hasil yang
berkualitas. Manajemen harus mempercayai stafnya untuk bersama-sama mengusung
visi dan misi mereka kedepan, bahkan pemimpin/kapala madrasah harus
mengkomunikasikan visi dan misi itu kepada seluruh stakeholders, baik internal
maupun eksternal sekolah/madrasah.20 Masalah utama yang sering dialami oleh
banyak institusi adalah peran yang dimainkan oleh kepala sekolah belum maksimal.
Padahal ia memiliki peran penting karena mereka adalah penentu kebijakan
sementara staf adalah petugas operasional atau pengelola harian institusi sebagai
pendukung pelaksanaan kebijakan pimpinan.
Dari keseluruhan prinsip-prinsip TQM yang lazim digunakan pada dunia
perusahaan atau industri sebagaimana dikemukakan di atas, dapat diadopsi atau
diadaptasi dalam institusi pendidikan kepada sepuluh prinsip, yaitu; 1) fokus pada
19
Lihat Nanang Fatah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah (Cet. I;
Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005), h. 31.
20
Lihat Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. (Edisi 3. Jakarta:
Bumi Aksara, 2010). h.379.
56
pelanggan (kostumer), 2) obsesi terhadap kualitas, 3) komitmen jangka panjang, 4)
kepemimpinan dan kerja sama tim 5) perbaikan berkesinambungan, 6) keterlibatan
dan pemberdayaan, 7) kesatuan tujuan 8) pendidikan dan pelatihan, 9) pengukuran
dan evaluasi/penilaian, 10) pengembilan keputusan perdasarkan fakta.
4. Tujuan Penerapan TQM dalam pendidikan.
Penerapan Total Quality Management (TQM) bukanlah sebuah tugas yang
hanya dikerjakan oleh pimpinan atau kepala sekolah/madrasah. Akan tetapi TQM
menegaskan bahwa setiap orang yang berada di dalam lembaga atau organisasi
harus terlibat dalam upaya melakukan peningkatan secara terus menerus, hal ini
sesuai dengan makna “ kata total (terpadu)”, bahwa konsep manajemen ini berlaku
bagi setiap orang, sebab setiap orang dalam sebuah institusi apapun status, posisi
dan peranannya adalah leader bagi tanggung jawabnya masing-masing.
TQM juga memerlukan perubahan kultur, TQM membutuhkan perubahan
sikap dan metode. Guru dan pegawai dalam sekolah/madrasah harus memahami dan
melakasanakan pesan moral TQM agar bisa membawa dampak terhadap kinerja
mereka. Ada dua hal penting yang diinginkan oleh guru dan pegawai untuk dapat
menghasilkan mutu. Pertama, mereka membutuhkan sebuah lingkungan yang cocok
untuk bekerja dan mereka membutuhkan alat-alat keterampilan dan harus bekerja
dengan sistem dan prosedur yang sederhana dan membantu pekerjaan mereka.
Kedua, guru membutuhkan penghargaan ketika meraih kesuksesan dan prestasi.
Guru membutuhkan pemimpin yang dapat menghargai prestasi mereka dan
membimbing mereka untuk meraih sukses yang lebih besar.21
21
Lihat Umairso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan,
Menjual mutu pendidikan dengan pendekatan Quality Control bagi Pelaku Lembaga Pendidikan (Cet.
II; Yogjakarta; IRCiSoD, 2011 ), h. 137.
57
Tujuan utama penerapan TQM adalah untuk membina/memperbaiki mutu
secara berkesinambungan agar kebutuhan dan keinginan pelanggan dapat terpenuhi.
Institusi dalam hal ini madrasah juga harus mampu menjaga dan menjalin hubungan
baik dengan pelanggannya. Mutu atau kualitas adalah sesuatu yang diinginkan
pelanggan dan bukan apa yang terbaik bagi mereka menurut institusi. Aspek fokus
pada pelanggan, TQM tidak hanya melibatkan perlunya pemenuhan kebutuhan
pelanggan eksternal saja.22 Orang-orang yang terlibat dalam institusi juga termasuk
pelanggan, yang memerlukan pelayanan internal agar mereka mampu mengerjakan
tugas secara efektif. Hubungan antar pelanggan internal sangatlah penting agar
sebuah institusi berfungsi secara efektif dan efisien.
Pendidikan dalam pandangan TQM adalah
berfokus pada pembelajaran,
setiap institusi pendidikan di tuntut untuk mengerjakan sebaik- mungkin, dan yang
paling penting adalah berfokus pada aktifitas pembelajaran. Semua peserta didik
berbeda satu sama lain dan mereka belajar dengan memilih model yang cocok
dengan kebutuhan dan kecenderungan mereka masing-masing. Institusi pendidikan
yang menggunakan prosedur mutu terpadu harus menangkap secara serius tentang
kebutuhan pembelajaran yang diinginkan oleh peserta didik.
Pada hakekatnya peserta didik adalah pelanggan utama, dan jika model
pembelajaran tidak memenuhi kebutuhan masing-masing individu, maka itu berarti
institusi
tersebut
tidak
dapat
mengklaim
dirinya
telah
mencapai
mutu
terpadu,23karena salah satu syarat untuk memberi kepuasan kepada pelanggan
22
Lihat Umairso dan Imam Gojali Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan , h.
138.
23
Lihat Piet A Sahertian, Profil Pendidikan Profisional (Cet. II; Yogyakarta: Andi Offset,
1999), h. 15.
58
adalah ketika kebutuhan dapat terpenuhi.\ Institusi pendidikan harus memahami
bahwa siswa menyukai pada kombinasi atau variasi metode belajar dan institusi
harus fleksibel dalam memberikan pilihan tersebut. Miller mengemukakan bahwa
institusi pendidikan harus memberikan beberapa model pengajaran dan pembelajaran
terhadap para siswa sehingga mereka memiliki kesempatan untuk meraih sukses
secara maksimal.24 Penerapan dan penilaian mutu dalam bidang jasa sangatlah susah,
karena yang di nilai adalah segi kuantitaf dan segi kualitatif. Segi kuantitatif
misalnya gedung sekolah atau laboratorium yang berhasil di bangun. dan segi
kualitatif misalnya adalah manfaat dan kemampuan memanfaatkannya. Menurut
Hadari Nawari ukuran produktivitas organisasi bidang pendidikan dapat dibedakan
sebagai berikut :
a. Productivitas Internal, berupa hasil yang dapat diukur secara kuantitatif,
seperti jumlah atau prosentase lulusan sekolah/madrasah, atau jumlah gedung
dan lokal yang dibangun sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
b. Productivitas Eksternal, berupa hasil yang tidak dapat diukur secara
kuantitatif, karena bersifat kualitatif yang hanya dapat diketahui setelah
melewati tenggang waktu tertentu yang cukup lama. 25
Veithrizal Rivai dalam Syilviana Murni Mengidentifikasi tujuan utama
menerapkan TQM di sekolah/madrasah agar mampu menjadi organisasi percontohan
dan harus mengukur hal-hal yang dapat berfungsi dengan baik dan yang tidak
berfungsi dengan baik dalam pendidikan, sehingga akan mendapatkan suatu sistem
pendidikan yang berfungsi dengan baik, sebagai berikut;
a. Para pendidik harus bertanggung jawab terhadap tugasnya, karena para
pendidik merupakan faktor utama bagi peningkatan sekolah/ madrasah.
Kepala Sekolah hendaknya memperhatikan dan mempelajari saran-saran
24
Lihat Miller, Improving Quality in Further Education (Cet. I; USA: Allyn and Bacon,
2001), h. 152.
25
Hadari Nawawi, Sistem Informasi Manajemen (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 17
59
dari pendidik. Pendidik yang baik adalah pendidik yang mempunyai
komitmen terhadap pemecahan masalah.
b. Pendidikan membutuhkan proses pemecahan masalah yang peka dan fokus
pada identifikasi dan penyelesaian penyebab utama yang menimbulkan
masalah tersebut.
c. Organisasi sekolah harus menjadi model organisasi belajar pada semua
organisasi sekolah tingkat dasar, menengah dan atas. Para guru dan petugas
administrasi sama-sama harus profesional di bidangnya.
d. Sangat mungkin bahwa melalui integrasi dan penerapan TQM di sekolah,
orang-orang dapat menemukan sistem pendidikan yang lebih baik. TQM
yang diterapkan dengan benar akan menjamin bahwa para pemimpin dapat
mengontrol usaha mereka dan memilih pemecahan masalah yang masuk akal
dan dapat dipertanggungjawabkan.26
Sejalan dengan pendapat tersebut, Dadang Suhardan mengemukakan bahwa
tujuan penerapan TQM ke dalam dunia pendidikan merupakan sebuah inovasi, sebab
konsep kualitas produk industri berbeda dengan konsep kualitas dalam pendidikan.
Pada industri, barang diproses dengan mesin, hasilnya harus sama sesuai standar.
Pendidikan inputnya manusia, yang berbeda-beda karakter dan kepribadiannya, yang
harus diperhatikan secara individual, sehingga hasil belajar juga akan berbeda, sebab
proses pendidikan tidak linier seperti dalam proses industri melainkan sirkuler. 27
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa tujuan penerapan TQM dalam
pendidikan untuk meningkatkan kenerja pendidikan secara terus menerus dengan
memberdayakan semua komponen pendidikan dan mengedepankan kualitas proses
pembelajaran, sehingga dapat memperoleh keluaran (output dan outcome) yang
memberikan kepuasan total kepada semua pihak yang terkait dengan lembaga
pendidikan.
26
27
Veithzival Rivai dan Silviansa Murni, Education Management, Analisa dan Teori, h. 483.
Lihat Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, Layanan dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. h. 114-115
60
B. Penegrtian dan Fungsi Manajemen
1. Pengertian Manajemen.
Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris dan merupakan kata kerja to
manage yang berarti to direct, to control, to carry on, to cope with, to direct
affairs, to seccred. Jadi manajemen berarti the act of managing, administration,
body of directors controlling, bussiness.28 Maksudnya bahwa manajemen sebagai
kata mengandung arti kepemimpinan, pengontrolan atau sesuatu yang bertalian
dengan masalah pengontrolan administrasi dalam dunia bisnis. Dengan demikian,
kata manajemen apabila dilihat dari asal katanya dapat berarti; memimpin,
memberi petunjuk, menyelamatkan atau tindakan memimpin, dan kata
manajemen tersebut pada mulanya dikenal dalam dunia usaha bisnis.
Banyak definisi yang dikemukakan para sarjana tentang manajemen,
misalnya
G.R.Terry
dalam
merumuskan
proses
pelaksanaan
manajemen
mengemukakan ada empat hal penting yakni perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan. 29 Selanjutnya Robert Kreitener memberikan
rumusan manajemen yang menyatakan bahwa: Management is the process of
working and trough others to achieve organizational objektives in a changing
environment central to this process is the effective and efficient use of limited
resources.30 Artinya : Manajemen adalah proses bekerja dengan dan melalui orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah. Proses ini
28
Lihat John Gage Allee, Websters Dictionary (Chicago, Wilcox & Folt Book Company,
2000), h. 228.
29
George R. Terry, Principle of Management (Georgetown: Richard D. Irwing Inc. t.th),
h. 4.
30
Robert Kreitner, Management (Boston: Houghton Mifflin Company, 2000), h. 9.
61
berpusat pada penggunaan secara efektif dan efesien terhadap sumber daya yang
terbatas.
G.R. Terry dan L.W. Rue merumuskan bahwa manajemen adalah suatu
proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau mengarahkan suatu
kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud
yang nyata.31 Dengan demikian, dapat dipahami bahwa manajemen merupakan
suatu proses yang berjalan terus pada suatu arah perbaikan dengan melibatkan
orang lain untuk pencapaian tujuan. Oleh karena itu, sumber daya, baik sumber
daya alam maupun sumber daya manusia perlu diperhatikan pemanfaatannya
secara optimal dalam mencapai suatu tujuan.
Dilihat dari batasan manajemen di atas, maka ruang lingkup manajemen
sangat kompleks, apalagi jika dikaitkan dengan konsep manajemen dalam
perspektif Islam yang diartikan sebagai pengaturan, sesuai firman Allah swt. QS
Al Sajdah/53: 5.
            
( ٥ .‫ )اﻟﺴﺠﺪﻩ‬.   
Terjemahnya:
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, Kemudian (urusan) itu naik kepadaNya
dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.32
Ayat tersebut menerangkan bahwa Allah Swt adalah pengatur dan pengelola
alam ini dan menjadi bukti kebesaranNya, sehingga alam ini berjalan sesuai
sunnatullah. Manusia diberi tugas dan tanggung jawab oleh Allah sebagai khalifah di
31
George. R. Terry, Principle of Managemen, h. 2.
Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat
Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syaria’ah Al-Qur’and dan Terjemahnya (Jakarta: PT.
Tehazed, 2010) h. 586
32
62
bumi ini untuk mengatur dan mengelola dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah
mengatur alam raya ini beserta isinya. Dengan demikian manajemen merupakan
komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari segala proses dan aktifitas
kehidupan manusia, terutama dalam menata dan mengelola kehidupan ke arah yang
lebih baik dan berkualitas.
Manajemen diartikan sebagai aktivitas yang memadukan sumber daya
manusia agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan kekhalifahan. Hal ini sejalan
dengan rumusan manajemen yang terdapat dalam Encydopedia of the Sosial
Sciences yang dikutip Panglaykim dan Hazil Tanzil bahwa managemen the
process, by which the execution of a given purpose is put into operation and
supervisid.33 Maksudnya, manajemen adalah sebuah proses pelaksanaan kegiatan
dengan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Yati Siti Muliyati
menambahkan dengan mengutip beberapa pendapat dibawah ini, sebagai berikut;
a. Stoner; manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.
b. Sudjana; manajemen merupakan rangkaian berbagai kegiatan wajar yang
dilakukan seseorang berdasarkan norma-norma yang telah ditetapkan dan dalam
pelaksanaannya memiliki hubungan dan saling keterkaitan dengan lainnya. Hal
tersebut dilaksanakan oleh orang atau beberapa orang yang ada dalam organisasi
dan diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
c. American Society of mechanical Engineers: manajemen merupakan ilmu dan
seni mengorganisasi dan memimpin usaha manusia, menerapkan pengawasan dan
pengendalian tenaga serta memanfaatkan bahan alam bagi kebutuhan manusia. 34
33
Panglaykim dan Hazil Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar (Cet. XV ; Jakarta : Ghalia
Indonesila, 2001), h. 26.
34
Yati Siti Mulyati ( Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia(UPI), Manajemen Pendidikan ( Cet. IV. Bandung: Alfabeta, 2011). h. 86.
63
Batasan pengertian diatas, menunjukkan adanya perbedaan pandangan
para ahli dalam memberikan definisi manajemen, karena itu tidak mudah memberi
arti secara universal yang dapat diterima semua orang. Namun demikian dari
pandangan mereka kebanyakan menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu
proses tertentu yang menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu
tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dengan mendayagunakan kemampuan
atau keahlian orang lain.35 Dari pernyataan ini
terdapat tiga fokus untuk
mengartikan manajemen yaitu, manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian
yang melahirkan kemampuan manajerial, manajemen sebagai proses dengan
menentukan langkah yang sistematis dan terpadu, dan manajemen sebagai seni yang
tercermin dari perbedaan gaya (style) seseorang dalam memberdayakan orang lain
untuk mencapai tujuan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa definisi di atas, bahwa
manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang untuk
melakukan atau menjabarkan fungsi-fungsi manajemen dalam keseluruhan aktifitas,
baik secara perorangan maupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam
upaya mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif dan efisien, yang
dilandasi norma-norma atau kaedah-kaedah yang telah ditetapkan.
Jika pengertian tersebut dikaitkan dengan pendidikan, maka secara sederhana
manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai proses manajemen dalam
pelaksanaan tugas pendidikan dengan mendayagunakan segala sumberdaya secara
optimal untuk mencapai tujuan secara produktif, efektif dan efisien. Manajemen
pendidikan Islam dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,
35
Lihat Yati Siti Mulyati, Manajemen Pendidikan, h. 89.
64
pengarahan dan pengendalian sumber daya pendidikan Islam untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam secara efektif dan efesien.36 Pada hakekatnya manajemen
pendidikan
Islam
tidak
terlepas
pada
pengelolaan
pendidikan
untuk
mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki secara terintegrasi dan terkoordinasi
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan oleh sekolah/madrasah.
Pengelolaan dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah dengan kewenangannya
sebagai pimpinan melalui komando-komando atau keputusan-keputusan yang telah
ditetapkan dengan mengarahkan sumberdaya untuk mencapai tujuan. Kepala
sekolah/madrasah mengaturnya melalui proses dari urutan fungsi-fungsi manajemen
(perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian). Pernyataan bahwa
manajemen
merupakan alat untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan harus benar-benar dipahami oleh para
kepala sekolah. Sepak terjang kepala sekolah/madrasah dalam mengelola
sumberdaya di dalam sekolah akan sangat tergantung pada kompetensi (skill ) kepala
sekolah itu sendiri.
2. Fungsi-Fungsi Manajemen.
Fungsi manajemen yang terkait dengan pendidikan merupakan karakteristik
dari lembaga pendidikan yang muncul dari kebutuhan untuk memberikan arah pada
perkembangan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam operasional sekolah.
Pada hakekatnya
hubungannya,
fungsi-fungsi manajemen dalam konteks TQM sangat erat
bahkan
bisa
saling
menguatkan.
Pelaksanaan
fungsi-fungsi
manajemen dalam organisasi sekolah/madrasah akan lebih bermakna jika didukung
36
Lihat Muhaimin, dkk, Manajemen Pendidikan, Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah (Cei. I. Jakarta: Kencana, 2010), h. 5.
65
oleh prinsip-prinsip TQM, sebagaimana digambarkan di atas. Berangkat dari asumsi
ini, maka kajian implementasi TQM dalam disertasi ini dilakukan melalui
pendekatan fungsi-fungsi manajemen.
Terdapat perbedaan para ahli mengenai rincian dan macam-macam fungsi
management, hal itu disebabkan karena perbedaan faktor yang mempengaruhinya,
namun perbedaan tersebut tidak mengurangi arti yang mendasar dari fungsi dan
tingkatan manajemen. Tentu dapat dipahami bahwa fungsi management dalam
menjalankan roda organisasi baik sosial, pemerintahan, perdagangan, perindustrian,
pendidikan maupun kelompok lainnya, pada dasarnya tidak dapat dipisahkan.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Taylor, bahwa fungsi manajemen terdiri atas
perencanaan, pengorganisasian, kegiatan pengarahan dan dilengkapi dengan unsur
pengawasan yang memadai. Semua ini merupakan faktor utama dan mendasar demi
kelangsungan suatu organisasi yang baik.37 Pendapat selain Taylor, beberapa
diantaranya menambahkan fungsi lain, namun merupakan pelengkap, seperti halnya
staffing, coordinating, budgeting, dan lain-lain. Di bawah ini akan diuraikan secara
singkat fungsi-fungsi manajemen pada sekolah, sebagai berikut;
a. Fungsi Perencanaan (Planning).
Perencanaan adalah langkah awal yang harus diperhatikan oleh
para
pengelola pendidikan. Perencanaan merupakan starting point dari aktivitas
menejerial dan sebagai suatu arah tindakan yang sudah ditentukan terlebih dahulu. 38
Perencanaan memegang peranan penting dalam proses manajemen, sebab dari
perencanaan ini akan diungkapkan tujuan-tujuan organisasi dan kegiatan-kegiatan
37
lihat Saiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan ( Cet. V,
Bndung: Al Fabeta, 2011), h.56.
38
Lihat Saiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Ibid, h. 35,
66
yang diperlukan guna mencapai tujuan, dan dari perencanaan ini pula seperangkat
keputusan bisa diambil dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/ madrasah.
Tanpa perencanaan yang baik, lembaga pendidikan tidak akan maju dan berkualitas,
dan kegiatan itu tidak akan memperoleh hasil maksimal.
Berkaitan dengan pcrencanaan ini, Allah memberikan arahan bahwa setiap
orang yang beriman dan bertakwa hendaknya memperhatikan atau membuat
perencanaan untuk hari esok. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah swt dalam
QS Al-Hasyr/59:18:
             
(١٨ .‫ ) اﳊﺸﺮ أﻳﺔ‬    
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.39
Ayat tersebut menegaskan bahwa untuk mencapai hari esok yang lebih baik,
hendaknya seseorang membuat perencanaan terlebih dahulu tentang apa saja yang
akan dihasilkan dari setiap aktivitasnya, baik secara perorangan maupun secara
berkelompok (organisasi) termasuk dalam lembaga pendidikan. Menyusun
perencanaan program pendidikan sekolah/madrasah menjadi kewajiban bagi kepala
sekolah/madrasah, guru, dan staf yang berorientasi pada visi dan misi
sekolah/madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikannya. Perencanaan yang
dibuat harus berkaitan dengan (a) penentuan tujuan dan maksud-maksud organisasi,
39
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan tafsirnya edisi yang disempurnakan (Cet. III,
Jilid.10, Jakarta, Lembaga Percetakan Departemen Agama RI, 2009) h. 73.
67
(b) prakiraan-prakiraan lingkungan dimana tujuan hendak dicapai, dan (c) Penetapan
pendekatan dalam kerangka tujuan dan maksud organisasi yang hendak dicapai. 40
Selain ketiga hal tersebut, dalam perencanaan ada tiga kegiatan yang harus
dilaksanakan, yaitu (a) menilai situasi dan kondisi saat ini, (b) merumuskan dan
menetapkan situasi dan kondisi yang diinginkan (yang akan datang), dan (c)
menentukan apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai keadaan yang diinginkan.
b. Fungsi Pengorganisasian (Orginizing).
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang dapat diartikan sebagai
proses penentuan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan tugastugas dan membagi-bagikan pekerjaan kepada setiap personalia. Pengorganisasian
dalam lembaga pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting dalam
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/madrasah. Proses pengorganisasian ini
akan menentukan sebuah teamwork yang baik. Hal ini disebabkan pengorganisasian
pada hakikatnya bertujuan untuk penentuan sumber daya dan kegiatan yang
dibutuhkan, penentuan proses perancangan dan pengembangan suatu organisasi,
penentuan penugasan tanggung jawab dan penentuan pendelegasian wewenang yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugasnya.41 Oleh karena itu perencanaan yang
baik harus pula didukung dengan pengorganisasian agar terlihat dengan jelas tugas,
wewenang, dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh setiap warga sekolah.
untuk mengatur pengorganisasian yang baik, maka seorang manajer harus
memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut;
40
Lihat Prim Masrokan Mukhtar, Manajemen Mutu Sekolah, Strategi Peningkatan Mutu dan
dan Saing Lembaga pendidikan Islam (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 44
41
Lihat Prim Masrokan Mukhtar, Manajemen Mutu Sekolah, h, 45
68
a. Manajer harus mengetahui tujuan organisasi yang ingin dicapai, apakah profit
motive atau service motive ( motivasi keuntungan ataukah motivasi
pelayanan).
b. Manajer harus mengetahui, merumuskan, dan menspesifikasikan kegiatankegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dan menyusun daftar kegiatankegiatan yang akan dilakukan.
c. Manajer harus mengelompokkan kegiatan-kegiatan ke dalam beberapa
kelompok atas dasar tujuan yang sama.
d. Manajer harus menetapkan besarnya wewenang yang akan didelegasikan
kepada setiap departemen atau bagian.
e. Manajer harus menetapkan dengan jelas tugas-tugas setiap individu supaya
tidak terjadi adanya tumpang tindih tugas-tugas yang dilaksanakan.42
Dari uraian di atas lebih memperjelas kedudukan pimpinan dalam
menjalankan
roda organisasi/lembaga pendidikan yang dipimpinnya, dan tampak
pula bahwa fungsi perorganisasian merupakan wadah integrative yang terstruktur
dalam menghidupkan kebersamaan untuk melaksanakan seluruh aktivitas pendidikan
di sekolah/madrasah untuk mencapai tujuan pendidikan yang direncanakan.
c. Fungsi Pelaksanaan (actuating).
Fungsi pelaksanaan merupakan fungsi manajemen yang paling utama dari
seluruh proses kegiatan manajemen. Jika fungsi-fungsi lain lebih banyak
berhubungan dengan aspek-aspek abstrak dalam proses manajemen, maka fungsi
pelaksanaan atau pengarahan justru lebih menekankan pada kegiatan yang
berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi/lembaga pendidikan.
Dalam konteks ini, Saiful Sagala mengemukakan bahwa pengarahan (directing)
dilakukan agar kegiatan yang dilakukan bersama tetap melalui jalur yang telah
ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian. 43 Secara
42
Prim Masrokan Mukhtar, Manajemen Mutu Sekolah, h. 48
43
Lihat Saiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Ibid, h. 64,
69
operasional pelaksanaan atau pengarahan
dapat dipahami sebagai pemberian
petunjuk bagaimana tugas-tugas harus dilaksanakan.
Pelaksanaan sering juga disebut pengarahan (directing) merupakan usaha
menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi dan sasaran
anggota-anggota organisasi tersebut, karena para anggota itu juga ingin mencapai
sasaran-sasaran tersebut. Dari pengertian ini, terlihat bahwa pelaksanaan (actuating)
atau pengarahan (directing) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan
perencanaan menjadi kenyataan. Pelaksanaan dan pengarahan serta
motivasi
diberikan agar setiap guru dan karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara
optimal sesuai dengan peran, tugas, dan tanggung jawabnya. Hal yang penting untuk
diperhatikan dalam peraksanaan dan pengarahan adalah seorang staf dan guru akan
termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika merasa yakin akan mampu mengerjakan
pekerjaan itu dan dapat memberikan manfaat bagi dirinya, atau tidak terbebani
dengan tugas lain yang lebih penting atau mendesak, serta merasa bahwa pekerjaan
itu merupakan kepercayaan/amanah bagi yang bersangkutan.
Membangkitkan semangat kerja dalam sistem manajemen pada lembaga
pendidikan harus menjadi perhatian dari kepala sekolah/ madrasah. Sebab, semangat
kerja bersifat naik dan turun setiap saat sesuai dengan iklim organisasi yang ada di
sekolah/madrasah. Hal ini menjadi salah satu tugas yang harus dijalankan dalam
kepemimpinan pendidikan, karena semangat kerja sangat berpengaruh terhadap hasil
kinerja guru di lembaga pendidikan. Guru yang mempunyai semangat kerja yang
tinggi mampu meningkatkan mutu pendidikan sebagai hasil kinerja guru dan kepala
sekolah/madrasah.
70
d. Fungsi Pengawasan (controlling).
Pengawasan (controlling) atau pengendalian dalam pendidikan merupakan
bagian akhir dari proses manajemen pendidikan. Fungsi ini selain untuk
mengevaluasi
atau mengendalikan hasil-hasil yang telah dicapai mulai dari
perencanaan, pengorganisasian
pengawasan
sampai kepada pelaksanaan, termasuk kegiatan
itu sendiri. Sekolah/madrasah sebagai lembaga pendidikan formal
menjadi dari rangkaian sistem pendidikan nasional, yang diatur dalam UUSPN No.
20/2003. Semua kigiatan sekolah/madrasah perlu diawasi untuk mengetahui apakah
semua program pendidikan yang diamanahkan dalam UUSPN telah direalisasikan,
apakah proses pembelajaran yang ditangani guru sudah sesuai dengan kurikulum
yang berlaku, apakah semua tugas kepala sekolah/madrasah dan guru dilaksanakan
dengan baik dan penuh tanggung jawab44, Sering kali terdengar rendahnya mutu
pendidikan antara lain disebabkan karena lemahnya pelaksanaan pengawasan atau
pengendalian sehingga sekolah/madrasah kurang diminati oleh masyarakat. 45 Dari
hasil pengawasan dan pengendalian ini dapat dijadikan bahan untuk mengetahui
apakah terjadi kesenjangan antara perencanaan dengan pelaksanaan program. Oleh
karena itu pengawasan memegang peranan
penting dalam meningkatkan
produktivitas kerja organisasi sekolah sehingga terdapat kesesuaian antara apa yang
telah direncanakan dengan pelaksanaannya serta hasil yang diperoleh.
Pengawasan dilakukan untuk mendeteksi apakah standar mutu pendidikan
yang telah ditetapkan sudah tercapai atau belum. Jika dalam pengawasan ditemukan
hal-hal masih kurang maka dilakukan tindakan perbaikan, demikian sebaliknya jika
44
Lihat Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, Layanan Dalam Menigkatkan Mutu
Pembelajaran di Era Otonomi Daerah ( Bandung: Alfabeta, 2010), h. 83
45
Lihat Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, h. 503.
71
sudah tercapai mutu yang telah distandarkan, maka dilakukan standardisasi secara
berkesinambungan dengan menentukan stadar baru dan pengembangan rencana mutu
selanjutnya.46 Dengan demikian Pengawasan dalam pendidikan merupakan proses
pemantauan, penilaian, dan pelaporan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
sebagai tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut dalam meningkatkan
mutu lembaga pendidikan.
Pengawasan juga merupakan usaha sistimatis untuk menetapkan standar
pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan
balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber
daya organisasi dipergunakan dengan cara paling efektif dalam pencapaian tujuantujuan organisasi.47 Pernayataan ini menunjukkan bahwa pengawasan dirancang
dalam rangka untuk mengendalikan pelaksanaan kinerja organisasi agar sesuai
dengan rencana yang dibuat sehingga bisa mencapai hasil yang maksimal, serta bisa
dijadikan sebagai umpan balik dalam memperbaiki rencana dan kinerja berikutnya.
Proses pengawasan paling sedikit terdiri dari lima tahap, yaitu: Tahap
pertama adalah penetapan standar penilaian sebagai ukuran atau patokan dalam
melaksanakan penilaian hasil kinerja. Tahap kedua, penentuan pengukuran
pelaksanaan kegiatan di lembaga pendidikan. Tahap ketiga adalah pengukuran
pelaksanaan kegiatan di lembaga pendidikan untuk
mengetahui ada atau tidak
adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan yang ada di
46
Lihat Deden Makbuloh, Manajemen Mutu Pendidikan Islam, Model pengembangan Teori
dan Aplikasi Sistem Penjaminan Mutu (Cet. I: Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011) h. 79.
47
Lihat Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, h. 506.
72
lapangan. Tahap keempat adalah perbandingan dengan standar dan hasil analisis
penyimpangan kinerja. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui kondisi antara
pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan berdasarkan standar yang
telah ditetapkan di sekolah/madrasah. Tahap kelima adalah pembuatan tindakan
koreksi di lembaga pendidikan. tindakan koreksi ini dilakukan, jika hasil evaluasi
atau analisis menunjukkan ketidaksesuaian dengan standar yang telah ditentukan.48
Disamping fungsi-fungsi yang telah disebutkan di atas, ada yang
menambahkan
fungsi
manajemen
sebagai
berikut:
Penetapkan
sasaran,
Pengorganisasian, pemotivasian, pengukuran (measurement), pembinaan dan
mengarahkan anggota.49 Selain itu, kebanyakan para ahli juga melihat dari segi
moral atau akhlak yang perlu ada pada diri seorang pimpinan, karena jika seorang
pimpinan tidak memiliki moral dan perilaku keagamaan
yang baik di dalam
menjalankan tugas dan fungsinya , akan membuat malapetaka bagi kelangsungan
suatu kelompok yang berakibat kegagalan dan kerugian. 50 Dalam management,
pemimpin juga harus mempunyai beberapa kriteria secara teoritis, dan merupakan
hal yang paling mendasar bagi kelangsungan suatu organisasi/lembaga untuk
mengantarkan mencapai tujuan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa setiap
institusi/organisasi tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur dan fungsi manajemen,
walaupun dalam bentuk yang sekecil apapun organisasi itu, unsur di atas merupakan
48
Lihat Prim Masrokan Mukhtar, Manajemen Mutu Sekolah, h. 52-54.
49
Lihat Rohiat, Manajemen Sekolah, Teori Dasar dan Praktik (Cet. III, Bandung: Refika
Aditama, 2010) h. 14-15.
50
Lihat Departemen Agama RI, Pengawasan dengan Pendekatan Agama untuk penyuluh
Agama, Guru dan Widyaiswara (Jakarta: Inpektorat Jenderal, Proyek Penyebarluasan Pengertian dan
Kesadaran Pengawasan Melalui Jalur Agama, Jakarta: 2004), h. 56.
73
hal penting yang
harus dijalankan oleh manajer organisasi/lembaga yang
bersangkutan.
Dari uraian-uraian tersebut, lebih menguatkan hubungan antara fungsi-fungsi
manajemen terhadap penerapan TQM pada lembaga pendidikan. Penerapan TQM
dalam lembaga pendidikan melalui pendekatan fungsi manajemen
menunjukkan
sebuah paradigma baru dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena
itu penerapan fungsi-fungsi manajemen merupakan faktor utama bagi setiap
organisasi atau lembaga dalam memaksimalkan tujuan yang hendak dicapai.
Terlebih dalam bidang pendidikan, penerapan fungsi
manajemen merupakan
komponen yang tidak bisa dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan.
Tujuan
pendidikan tidak akan terwujud secara optimal dan efektif, jika tidak
ditopang oleh manajemen yang berkualitas, bahkan boleh jadi keberhasilan lembaga
pendidikan akan semakin menurun, dan kualitas pendidikan akan semakin jauh dari
harapan.
C. Konsep Mutu dalam Pendidikan.
1. Pengertian mutu.
Secara tradisional istilah mutu didefinisikan sebagai suatu ukuran
penyesuaian produk atau jasa terhadap spesifikasi terbatas pada waktunya, atau
totalitas keistimewaan dan karakteristik sebuah produk atau jasa yang berhubungan
dengan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang telah
diberikan.51 Para ahli berbeda pendapat mengenai definisi mutu. Edward Sallis
mengemukakan bahwa mutu adalah sesuatu yang memuaskan dan melampaui
51
490.
Lihat Veithzal Rivai dan Syilviana Murni, Education Management, Analisa dan Teori, h.
74
keinginan dan kebutuhan pelanggan bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama,
dan meningkatkan mutu merupakan tugas paling penting. 52 Salain pandangan Sallis,
pakar mutu yang lain,
seperti; Crosby,
menyatakan bahwa kualitas
adalah
conformance to requirement, yaitu sesuai yang diisyaratkan atau distandarkan.
Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang
telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi dan
produksi jadi. Berbeda dengan Deming yang menyatakan, bahwa kualitas adalah
kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan harus benar-benar
dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan
dihasilkan, dan kualitas bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan
dimasa mendatang.53 Searah dengan pendapat Feigenbaum, menyatakan, bahwa
mutu atau kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full costumer
satisfaction). Artinya suatu produk dikatakan berkualitas apabila dapat memberi
kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan
konsumen atas suatu produk.54
Pendapat tersebut didukung oleh Juran dan Scherkenbach Menurut Juran
“kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya”. Scherkenbach
berpendapat “kualitas
ditentukan
oleh pelanggan,
pelanggan menginginkan
produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya. 55 Secara khusus
52
53
Lihat Edward Sallis, Total Quality Management In Education: h. 56.
Lihat M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu , h. 3
54
Lihat M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, 4.
55
Lihat Suyadi Prawirosentono. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu,
Total Quality Management Abad 21, Studi Kasus dan Analisis. (Jakarta; Bumi Aksara. 2004) h. 6
75
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 Tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan pada Pasal 1, dijelaskan bahwa;
1) Mutu pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat
diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional,
2) Penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh
satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program
pendidikan, pemerintah daerah, Pemerintah, dan masyarakat untuk
menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. 56
Stephen Murgatroyd and Colin Morgan secara singkat mendefinisikan
mutu adalah quality assurance, contract conformance and customer driven
(jaminan kualitas, kesesuaian kontrak dan kehendak/harapan pelanggan sebagai
pengendali/penentu ),57 berbeda dengan Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana
melihat pada sisi lain dengan menyatakan, bahwa meskipun definisi-definisi tersebut
terdapat perbedaan dari segi redaksionalnya, namun tetap tampak adanya kesamaan
dalam beberapa elemen sebagai berikut;
1) Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
2) Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.
3) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang
dianggap berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada
masa yang akan datang).58
Dalam konteks pendidikan nasional, pengertian mutu mencakup input, proses,
dan output serta outcome pendidikan. Input pendidikan dinyatakan bermutu apabila
siap berproses yang sesuai dengan standar minimal nasional dalam pendidikan.
Proses pendidikan dapat dinyatakan bermutu apabila mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan sehingga tujuan
56
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 63 tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan pada Pasal 1 ayat ( 1) dan ayat (2).
57
Stephen Murgatroyd and Colin Morgan, Total Quality Management and The School,
(Open University Press, Buckingham – Philadelphia, 1994), h : 45.
58
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. Total Quality Management, h. 3
76
pendidikan bisa tercapai dengan baik. Output dinyatakan bermutu apabila hasil
belajar yang dicapai oleh peserta didik, baik dalam bidang akademik maupun non
akademik tinggi. Outcome dapat dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap
dalam dunia kerja maupun lembaga-lembaga yang membutuhkan lulusan tersebut dan
stakeholders merasa puas terhadap lulusan dari lembaga pendidikan tersebut.59Jadi
kualitas output
sangat ditentukan oleh proses pedidikan dalam berbagai segi,
sehingga input, proses dan output serta outcame bagaikan dua sisi mata uang yang
sulit dipisahkan.
Baharuddin dan Umiarso menjelaskan secara rinci tentang mutu berdasarkan
input, proses dan output sebagai berikut; Input pendidikan adalah segala sesuatu
yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses pendidikan.
Sesuatu yang dimaksud input berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapanharapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Input sumberdaya meliputi
sumberdaya manusia (kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan, siswa) dan
sumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dsb.). Input perangkat
lunak meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi
tugas, rencana, program, dsb. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan, dan
sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan
agar proses dapat berlangsung dengan baik. 60 Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu
input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input,
makin tinggi pula mutu input tersebut.
59
Lihat Prim Masrokan Mukhtar, Manajemen Mutu Sekolah, h. 135 dan bandingkan dengan
Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, h. 513.
60
Lihat Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan
Praktik, h. 115
Pendidikan Islam, Antara Teori dan
77
Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain.
Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedang
sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (tingkat
sekolah/madrasah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan,
proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses pembelajaran,
dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses pembelajaran
memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainnya.
Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta
pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dsb.) dilakukan
secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar,
dan
benar-benar
mampu
memberdayakan
peserta
didik.
Memberdayakan
mengandung arti bahwa peserta didik tidak sekadar menguasai pengetahuan yang
diajarkan oleh gurunya, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan
nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan yang
lebih penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar secara terus menerus
(mampu mengembangkan dirinya).
Output pendidikan merupakan kinerja sekolah, diukur dari kualitas,
efektivitas, produktivitas, efisiensi dan inovasi kehidupan dan
moral kerjanya.
Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah/madrasah, dapat dikatakan
berkualitas/bermutu tinggi, jika prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian
yang tinggi dalam: (1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, US, UN,
karya ilmiah, lomba akademik; dan (2) prestasi non-akademik, seperti misalnya
IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan kejuruan, dan
78
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya.61Dengan demikian, mutu sekolah/
madrasah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan
(proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa penyelenggaran pendidikan bukan
hanya sekedar memenuhi input, proses, output dan outcome tanpa memperhatikan
mutunya, karena tujuan utama
manusia
yang
berkulitas,
pendidikan
manusia
adalah menciptakan
yang
bermartabat,
sumber daya
yang
mampu
mengimplementasikan nilai-nilai ajaran moral dalam kehidupan sehari-hari, baik
secara individu maupun secara berkelompok. Oleh karena itu penyelenggaraan
pendidikan yang diperlukan adalah pendidikan yang bermutu, baik dari sisi input,
proses, output dan outcome-nya. Input pendidikan yang bermutu adalah guru-guru
yang bermutu, peserta didik yang bermutu, kurikulum yang bermutu, sarana dan
prasarana yang bermutu dan berbagai aspek penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu. Proses pendidikan yang bermutu adalah proses pembelajaran yang
bermutu. Output pendidikan yang bermutu adalah lulusan pendidikan yang memiliki
kompetensi sesuai standar kelulusan yang disyaratkan. Outcome pendidikan yang
bermutu adalah lulusan yang mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi atau yang terserap pada dunia usaha dan dunia industri.
2. Ciri-Ciri dan Karakteristik Pendidikan Bermutu.
Untuk mengukur mutu sekolah/madrasah secara matematis agaknya sulit
dilakukan, karena banyak variabel yang mempengaruhi setiap lembaga pendidikan,
baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas program pendidikan, termasuk
61
LAPIS (Learning Assistence Program Of Islamic School) Materi Workshop Manajemen
Berbasis Madrasah (Pelaksana IAIN Sunan Ampel Surabaya kerja sama dengan UIN Alauddin
Makassar bersama dengan LAPIS di Makassar, tanggal, 9-11 Juni 2008 ).
79
karakteristik peserta didik
yang berbeda-beda, demikian halnya lingkungan
sekolah/madrasah. Sebagai gambaran sekolah/madrasah yang bermutu dan efektif,
memiliki ciri dan karakteristik sebagai berikut; Pertama, merujuk pada pemikiran
Edward Sallis dalam Sudarwan Danim mengidentifikasi ciri-ciri sekolah/madrasah
bermutu, yaitu:
a. Sekolah/madrasah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun
eksternal, dan mencegah masalah yang muncul, dengan komitmen untuk
bekerja secara benar dari awal.
b. Sekolah/ madrasah memiliki strategi untuk mencapai kualitas, baik di tingkat
pimpinan, tenaga akademik, maupun tenaga administratif.
c. Sekolah/ madrasah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan
balik untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai instrumen
untuk berbuat benar pada masa berikutnya.
d. Sekolah/ madrasah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai
kualitas, baik untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
e. Sekolah/madrasah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua
orang dengan memperjelas tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya secara
vertikal dan horizontal.
f. Sekolah/ madrasah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
g. Sekolah/madrasah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya
kerja dengan menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai
suatu keharusan.62
Kedua, karakteristik sekolah/madrasah yang bermutu dan efektif dapat
digambarkan sebagai berikut;
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Proses belajar mengajar mempunyai efektifitas yang tinggi,
Kepemimpinan kepala sekolah/madrasah yang kuat;
Lingkungan madrasah yang aman dan tertib;
Pengelolaan tenaga pendidikan yang efektif;
Memiliki budaya mutu;
Memiliki team work yang kompak, cerdas, dan dinamis;
Memiliki kewenangan atau kemandirian;
Partisipasi yang tinggi dari warga madrasah dan masyarakat;
Memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen;
62
Sudarwan Danim.Visi Baru Manajemen Sekolah. (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), h. 73.
80
j. Memiliki kemauan untuk berubah ( baik secara psikologis maupun secara
fisik)
k. Melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan;
l. Responsive dan antisipatif terhadap kebutuhan;
m. Memiliki komunikasi yang baik;
n. Memiliki akuntabilitas;
o. Memiliki kemampuan menjaga sustainabilitas.63
Kiranya sudah cukup jelas, bahwa untuk meraih mutu pendidikan
membutuhkan waktu lama, sebagaimana yang tergambar pada indikator-indikator
dalam ciri dan karakteristik sekolah/madrasah yang bermutu tersebut, sudah tentu
memerlukan komitmen yang kuat dari semua stakeholders sekolah/madrasah yang
bersangkutan. Harus diyakini jika ciri dan karakteristik tersebut dijabarkan dengan
baik ke dalam pengelolaan pendidikan, dapat dipastikan sekolah/madrasah dapat
meraih mutu sesuai harapan pelanggan (internal dan eksternal). Ciri dan
karakteristik tersebut merupakan pedoman secara mendetail tentang langkahlangkah yang seyogyanya diimplementasikan bagi setiap sekolah/madrasah yang
ingin melakukan gerakan mutu pada semua aktivitas atau program pendidikan yang
telah direncanakan.
3. Mendesain Mutu dalam Pendidikan.
Merancang atau mendesain mutu dalam institusi pendidikan, akan menjamin
terlaksananya perbaikan mutu secara berkelanjutan. Dalam penerapan TQM,
institusi harus menyusun sistem mutu dalam bentuk pedoman mutu (Quality
Manual)
64
secara tertulis sebagai acuan bagi semua orang yang terlibat dalam
pencapaian standar-standar kinerja mutu yang telah ditetapkan. Implementasi sistem
63
64
Prim Masrokan Mukhtar, Manajemen Mutu Sekolah, h. 129.
Pedoman Mutu ( quality manual ) ini dirancang oleh masing-masing institusi atau satuan
pendidikan sesuai visi, misi, tujuan dan program pendidikan serta iklim dan budaya organisasi
pendidikan dengan melibatkan stakeholder pendidikan yang terkait.
81
manajemen mutu harus diaudit (disupervisi) secara berkala dalam rangka
memperoleh masukan untuk merevisi manajemen dalam rangka penyempurnaan
pengelolaan pendidikan secara menyeluruh.65
Tujuan merancang atau mendesain mutu merupakan serangkaian langkahlangkah penting untuk; (1) menetapkan apa yang akan dikerjakan, (2) mencari dan
menetapkan metoda-metoda dan prosedur yang diperlukan untuk menjamin mutu,
(3) mendokumentasikan apa yang akan dikerjakan (pedoman, metoda, prosedur
tertulis (Prosedur Operasional Standar (SOP) , (4) melaksanakan kegiatan sesuai apa
yang disepakati secara tertulis, (5) menyiapkan bukti-bukti tentang apa yang
dikerjakan (memungkinkan informasi ini digunakan pihak lain). 66 Mendesain mutu
dalam bidang pendidikan, memuat langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan Rencana Strategis Mutu Pendidikan.
Rencana strategis merupakan penjabaran visi, misi dan tujuan pendidikan
baik dalam jangka menengah maupun jangka panjang serta memberikan arahan
terhadap pelaksanaan seluruh program operasional yang disusun setiap tahun.
Rencana strategis (Renstra) mengidentifikasi kebutuhan atau harapan pelanggan
(client), positioning dan budaya yang diinginkan dalam memproduksi produk
(lulusan) untuk memenuhi harapan pelanggan tersebut. Rencana strategis sangat
penting untuk pencapaian mutu pelayanan sebab hanya perencanaan yang dapat
memberikan perspektif keadaan persaingan di masa mendatang. 67 Kepala
sekolah/madrasah sebagai pimpinan puncak dalam lembaga pendidikan harus
65
66
Lihat Robert Kritiner, Management (Cet. IV; Boston: Hougton Mifflin, 1999) h. 9
Lihat Deden Makbuloh, Manajemen Mutu Pendidikan Islam, Model pengembangan Teori
dan Aplikasi Sistem Penjaminan Mutu 67.
67
Lihat Deden Makbuloh, Manajemen Mutu Pendidikan Islam, h. 68.
82
membuat kebijakan dalam bentuk program yang berorientasi kepada
mutu.
Kebijakan inilah yang dijadikan sebagai acuan umum yang tertuang dalam rumusan
Rencana Strategis (Renstra) sekolah/madrasah.
Kebijakan
mutu
harus
dikomunikasikan
kepada
seluruh
warga
sekolah/madrasah agar dipahami dan selanjutnya memberikan komitmen pada
implementasinya. Kebijakan bagi sebuah lembaga pendidikan lahir dari perencanaan
yang baik (good planning sistem) dengan materi dan sistem tata kelola yang baik
(good
governance
sistem)
dan
disampaikan
oleh
guru
yang
baik(good
teachers),68dengan beberapa komponen yang harus dimilikinya. Dalam rencana
strategis ini, ada beberapa komponen yang harus direncanakan secara efektif dan
didesain sedemikian rupa dengan tetap memperhatikan kemampuan dan kondisi
sekolah/madrasah. Komponen yang dimaksud, meliputi; 1) pengembangan dan
pelatihan guru dan staf, 2) penerimaan peserta didik baru, 3) pengembangan
kurikulum, 4) peningkatan prestasi peserta didik, 5) pengelolaan administrasi, 6)
peningkatan kedisiplinan, 7) pengembangan sarana dan prasarana pendidikan.69
Komponen-komponen ini akan mendukung upaya pembinaan mutu pada madrasah
jika benar-benar dikelola dengan baik.
b. Tanggung Jawab dan Komitmen terhadap Mutu.
Pengelolaan institusi pendidikan secara efektif dan berorientasi pada mutu
memerlukan suatu komitmen yang penuh kesungguhan dalam peningkatan mutu,
yang berjangka panjang. Komitmen tersebut harus didukung oleh dedikasi yang
tinggi terhadap mutu melalui penyempurnaan proses yang berkelanjutan. Menurut
68
Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu Berdaya Saing ( Cet. II, Bandung : PT. Rosdakarya,
2012) h. 120.
69
Rohiyat, Menajamen Sekolah, Teori Dasar dan Praktik ( Cet. III, Bandung: Refika
Aditama, 2010) h. 65.
83
Sofan Amri, mutu merupakan keinginan pelanggan, mutu yang tinggi merupakan
kunci suatu rasa kebanggaan, tingkat produktifitas dan cermin kemampuan dalam
menghasilkan
poduk
menggembirakan
dan
jasa
yang
dapat
memberikan
kepuasan
dan
bagi pelanggan (internal dan eksternal).70 Oleh karena itu
memberi kepuasan kepada pelanggan dalam perspektif TQM merupakan keharusan
yang tidak bisa diabaikan jika betul-betul ingin tetap memperoleh simpatik dari
pelanggan internal maupun eksternal, terutama dari orang tua dan peserta didik.
Tanggaung jawab dan komitmen terhadap mutu tidak hanya dibebankan
kepada manajemen puncak (kepala sekolah/madrasah), tetapi harus kepada semua
warga sekolah/madrasah. Namun setiap kegiatan harus ditetapkan anggota tim yang
mengelola pelaksanaan program perbaikan mutu. Tim pengelola mutu dibentuk
dalam sebuah organisasi yang lengkap, diketuai oleh seorang ketua dan dibantu
beberapa anggota dengan ruang lingkup tugas, wewenang dan tanggung jawab yang
jelas. Pimpinan puncak (kepala sekolah/madrasah) bersama dengan tim atau
kelompok tersebut mengimplementasikan sistem mutu yang telah
ditetapkan
dengan tujuan untuk:
1)
Mengarahkan langkah awal perbaikan mutu,
2)
Mengelola perubahan budaya mutu,
3) Mendukung dan mengendalikan kegiatan-kegiatan unit kerja dalam langkah
awal tersebut.
4)
Memonitor perkembangan program perbaikan mutu. 71
Sejalan dengan konsep di atas, agenda tentang mutu pendidikan terus
disosialisasikan di kalangan para tokoh pendidikan sejalan dengan tumbuhnya
70
Sofan Amri, Peningkatan Mutu pendidikan Sekolah dasar dan menengah ( Jakarta: Prestasi
Pustakaraya, 2013 ) h. 17.
71
Muchtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan berdasarkan Ajaran Islam (Jakarta :
Bharata, 1996), h. 75
84
kesadaran untuk meningkatkan kualitas SDM masyarakat/bangsa Indonesia, yang
menjadi salah satu faktor determinatif pembangunan nasional. Sudarwan Danim
menyatakan bahwa faktor SDM suatu negara akan menentukan status negara itu,
apakah negara terbelakang, sedang berkembang, atau maju. Kemajuan suatu negara
dalam berbagai bidang pembangunan, mensyaratkan transformasi SDM-nya, tidak
hanya dalam arti kognitifnya dan psikomotoriknya, akan tetapi harus pula didukung
oleh perilaku keseharian dan sikap mental SDM-nya, yang mendukung proses
pembangunan itu.72Hal ini mensyaratkan pula bahwa kualitas SDM akan sulit
diperoleh jika tidak didukung oleh lembaga pendidikan yang berkualitas.
c. Mengevaluasi Manajemen Institusi
Madrasah harus mempunyai suatu cara untuk mengevaluasi keseluruhan
kinerja (total performance) pengelola pendidikan, baik secara individu maupun
secara kelompok. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh pemeriksa dari luar. Namun
demikian, bisa saja diputuskan bahwa Madrasah melakukan audit sendiri (audit
internal) tanpa melibatkan pihak luar.
Sistem Manajemen Mutu (Quality Manual) yang disusun harus mencakup: 1)
Kebijakan mutu dan sasaran mutu. 2) Manual mutu, yang terdiri dari struktur
organisasi lembaga, struktur organisasi mutu, uraian wewenang dan tanggung jawab
fungsi mutu, garis besar sistem manajemen mutu yang diterapkan oleh institusi,
serta prosedur-prosedur yang disyaratkan. 3) Semua dokumen yang dibutuhkan
organisasi untuk memastikan keefektifan pengoperasian dan pengendalian proses,
bisa berbentuk strategi organisasi, prosedur kerja, peraturan/tata tertib. 4) Catatan
mutu yang disyaratkan, berisi daftar dokumen yang perlu disimpan, berapa lama
72
Sudarwan Danim, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, h. 77.
85
penyimpanan serta disimpan oleh siapa. 73 Handoko menambahkan, bahwa untuk
meriview kegiatan institusi, dapat dipergunakan 8 prinsip, sebagai berikut: a)
Mengutamakan kepentingan pelanggan, b) Kepemimpinan, c) Peran serta setiap
orang di dalam organisasi, d) Pendekatan proses, f) Pendekatan sistem, g)
Peningkatan terus menerus, h) Pengambilan keputusan harus dengan pendekatan
fakta, i) Hubungan baik dengan pemasok.74 Dengan demikian mereview manajemen
mutu merupakan tindakan pengecekan seluruh komponen atau program kegiatan
pendidikan, baik yang sedang berjalan maupun yang akan dilaksanakan.
D. Faktor-Faktor yang Mendukung Mutu Pendidikan.
Penerapan TQM pada sekolah/madrasah merupakan upaya peningkatan mutu
dan pelayanan pendidikan sebagai suatu sistem manajemen modern yang bersifat
konprehensif dengan memberdayakan dan memfungsikan faktor pendukung
(determinative) mutu pendidikan. Sering kali terjadi pada sebuah lembaga
pendidikan mendapat sorotan atau kritikan disebabkan karena faktor-faktor yang
menentukan keberlangsungan pendidikan tidak berfungsi dengan baik, sehingga
lembaga itu sulit meraih mutu yang diharapkan oleh pelanggannya (masyarakat),
dan sebaliknya jika komponen pendidikan diberdayakan dan difungsikan secara
optimal, maka otomatis lembaga pendidikan tersebut tidak sulit meraih mutu
pendidikan yang memuaskan pelanggannya. Oleh sebab itu dalam pembahasan
tentang perlunya pemberdayaan faktor-faktor yang mendukung mutu pendidikan
yang akan dikemukakan di bawah ini secara fungsional dapat berpengaruh terhadap
penerapan TQM pada madrasah. Adapun faktor-faaktor yang mendukung mutu
73
74
Lihat Sudarwan Danim, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, h. 23
Lihat Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (Edisi 2, Yogyakarta:
BPEF, 1992) h.4
86
pendidikan yang dimaksud, yaitu; Perumusan Visi, misi dan tujuan pendidikan,
kepemimpinan kepala sekolah/madrasah, kurikulum dan mutu pembelajaran,
pelaksanaan evaluasi/ supervisi, iklim dan budaya organisasi sekolah/madrasah,
pengembangan kinerja guru/staf, pengembangan prestasi peserta didik, sarana dan
prasarana, dana/pembiayaan sekolah/madrasah, dan peran serta masyarakat.
Pemberdayaan komponen-komponen tersebut, baik secara konseptual maupun secara
operasional dapat dikaitkan dengan ke tujuh prinsip TQM sebagaimana yang
dikemukakan di atas.
Faktor-faktor yang mendukung mutu pendidikan yang
dimaksud dapat digambarkan secara singkat dalam pembahasan sebagai berikut;
1. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan.
Sebelum membahas faktor-faktor pendukung mutu pendidikan, maka perlu
diketahui apa dan bagaimana visi, misi dan tujuan pendidikan, khususnya bagi
sekolah/madrasah. Visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi
sekolah/madrasah dan digunakan untuk memandu perumusan misi sekolah/madrasah.
Dengan kata lain visi adalah pandangan jauh ke depan kemana sekolah/madrasah
akan dibawah. Visi juga diartikan daya pandang yang jauh mendalam dan meluas
yang merupakan daya pikir abstrak, memiliki kekuatan yang dapat menerobos segala
batas-batas fisik, waktu dan tempat.75 Visi juga merupakan gambaran masa depan
yang diinginkan oleh sekolah/madrasah, agar sekolah yang bersangkutan dapat
menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya, dengan melihat kemampuan
dan keadaan internal organisasi/lembaga pendidikan yang bersangkutan. 76 Visi
bukanlah fakta, tetapi gambaran pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan
75
76
lihat Saiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan , h 134.
Lihat Departemen Pendidikan Nasional, Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah ( Jakarta: LPMP, 2006), h. 10
87
dalam kurun waktu tertentu. 77Suatu visi agar menjadi realistik, perumusannya perlu
melibatkan semua stakeholders atau dikomunikasikan kepada semua anggota
organisasi sehingga visi tersebut dijadikan sebagai komitmen organisasi, oleh karena
itu perumusannya harus simpel, jelas dan mudah di mengerti.
Dalam konteks pendidikan nasional, gambaran yang dirumuskan dalam visi
tentunya harus didasarkan pada landasan yuridis, yaitu undang-undang pendidikan
dan sejumlah peraturan pemerintah, khususnya tujuan pendidikan nasional sesuai
jenjang dan jenis sekolah/madrasah dan juga sesuai dengan profil sekolah/madrasah
yang bersangkutan. Dengan kata lain, visi sekolah/madrasah harus tetap dalam
koridor kebijakan pendidikan nasional tetapi sesuai dengan kebutuhan anak dan
masyarakat yang dilayani. Tujuan pendidikan nasional adalah sama, namun profil
sekolah
khususnya
potensi
dan
kebutuhan
masyarakat
yang
dilayani
sekolah/madrasah tidak selalu sama, maka dimungkinkan sekolah/madrasah
memiliki visi yang tidak sama dengan sekolah/madrasah lain, dengan ketentuan
tidak keluar dari tujuan pendidikan nasional.
Pada umumnya visi dirumuskan dalam kalimat yang filosofis, seringkali
memiliki penafsiran yang berbeda, sehingga dapat menimbulkan perbedaan dalam
implementasinya, bahkan jika terjadi pergantian kepala sekolah/madrasah yang baru
tidak menutup kemungkinan akan memberi pemahaman atau penafsiran yang
berbeda dengan kepala sekolah/madrasah sebelumnya. Oleh karena itu, untuk
menghindari hal-hal seperti itu, maka visi perlu diberikan indikator sebagai
penjelasan apa yang dimaksud oleh visi tersebut. Sebagai contoh, visi yang
77
Lihat Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu
( Studi Kasus di MAN 3 dan MAN I Malang serta MA Hidayatul Mubtadi’in Kota Malang ( Badan
Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2010), h. 77.
88
ditetapkan oleh “ Sekolah/Madrasah X berbunyi “Unggul dalam prestasi berdasarkan
iman dan taqwa,” diberi indikator sebagai berikut :
1) Unggul dalam perolehan nilai UN dan US,
2) Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan diatasnya,
3) Unggul dalam berbagai lomba, baik yang bersifat akademik maupun non
akademik (seperti; lomba karya ilmiah, olah raga dan kesenian, seni dan
baca tulis al Qur’an, lomba olimpiyade, dll);
4) Unggul dalam disiplin,
5) Unggul dalam aktivitas keagamaan, dan
6) Unggul dalam kepedulian sosial, dst.78
Sekolah/madrasah yang menerapkan sistem mutu pendidikannya, harus
membuat rencana pengembangan sekolah/madrasah. Rencana pengembangan
sekolah pada umumnya mencakup perumusan visi, misi, tujuan sekolah/madrasah
dan strategi pelaksanaannya. Sedangkan rencana kerja tahunan pada umumnya
meliputi pengindentifikasian sasaran sekolah/madrasah (tujuan
institusional
sekolah), penetapan tujuan institusioal sekolah/madrasah sangat diperlukan untuk
mencapai sasaran yang telah diidentifikasi, langkah-langkah pemecahan masalah dan
penyusunan rencana dan program kerja jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang sekolah/ madrasah.
Misi adalah tindakan untuk merealisasikan visi tersebut. Karena visi harus
mengakomodasi
semua
kelompok
kepentingan yang
terkait
dengan
sekolah/madrasah, maka misi dapat juga diartikan sebagai tindakan untuk memenuhi
kepentingan masing-masing kelompok yang terkait dengan sekolah/madrasah.
Dalam merumuskan misi, harus mempertimbangkan tugas pokok sekolah dan
kelompok-kelompok yang berkepentingan yang terkait dengaan sekolah/madrasah.
78
Departemen Pendidikan Nasional, Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah, h. 13
89
Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang
dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya.
Misalnya, sebuah sekolah/madrasah X yang memiliki visi “Unggul dalam
Prestasi Berdasarkan IMTAQ “ merumuskan misinya sebagai berikut :
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap
siswa berkembang secara optimal,sesuai dengan potensi yang dimiliki.
2) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh
warga sekolah.
3) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya,
sehingga dapat dikembangkan secara optimal.
4) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga
budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak
5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga
sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah
(stakeholders). 79
Dalam perumusan visi dan misi pendidikan, kepala sekolah/madrasah harus
memutuskan atau menetapkan bersama dengan guru dan staf serta stakeholders
lainnya. Visi dan misi harus dikembangkan dalam Rencana Strategis (RENSTRA)
kemudian
dijabarkan
melalui
program
pendidikan
secara
bertahap
dan
berkesinambungan (jangka pendek, menengah dan jangka panjang).
Tujuan pendidikan merupakan rumusan tentang apa yang akan dicapai atau
dihasilkan oleh sekolah/madrasah yang bersangkutan dan kapan tujuan akan dicapai.
Jika visi dan misi terkait dengan jangka waktu yang panjang, maka tujuan dikaitkan
dengan jangka waktu 3-5 tahun. Dengan demikian tujuan pada dasarnya merupakan
tahapan wujud sekolah menuju visi yang telah dicanangkan. Tujuan pendidikan
dalam pandangan TQM disebut sebagai komitmen jangka panjang, namun tidak
mengesampingkan tujuan-tujuan jangka pendek dan menengah. Tujuan pendidikan
79
Departemen Pendidikan Nasional, Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah, h. 16
90
merupakan program yang harus dikerjakan dan diselesaikan dalam jangka waktu
tertentu, tahap demi tahap sebagai filosofi perbaikan secara berkesinambungan.
Jika visi merupakan gambaran sekolah/madrasah di masa depan secara utuh
(ideal), maka tujuan yang ingin dicapai dalam jangka waktu tiga tahun mungkin
belum seideal visi atau belum selengkap visi. Dengan kata lain, tujuan merupakan
tahapan untuk mencapai visi yang telah disepakati bersama
melalui perbaikan
secara berkesinambungan (continous improvement).
2. Kepemimpinan Kepala Madrasah.
Kepemimpinan kepala madrasah merupakan kedudukan atau jabatan yang
paling berpengaruh untuk mencapai tujuan institusi pendidikan, maju mundurnya
pendidikan,
tergantung
organisasi/lembaga
kepada
tersebut.
oleh
kinerja
karena
pemimpinnya
itu
dalam
pemimpin
mengelola
yang
dapat
mengkombinasikan kualitas kepemimpinannya dengan kekuatan yang ada dalam
posisinya untuk menciptakan
pengaruh yang kuat kepada bawahannya
dan
koleganya dipandang sebagai pemimpin yang baik atau efektif.
Kepemimipinan sebagai salah satu pilar TQM memiliki peran sentral bagi
sebuah institusi pendidikan. Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain ( guru, staf, dll) agar mencapai tujuan organisasi. Kepala
madrasah sebagai pimpinan puncak pada lembaga pendidikan Islam sangat
berpengaruh dalam meningkatkan semangat dan prestasi kerja guru ketika
melaksanakan tugas. Hasil penelitian Hersey dan Kustimi menunjukkan bahwa ada
sepuluh faktor yang mempengaruhi semangat kerja seseorang dalam melaksanakan
tugas, yaitu kepemimpinan, kesempatan mengemukakan ide, kesiapan kerja, kondisi
kerja, organisasi kerja, gaji, kesempatan mempelajari tugas, jam kerja, dan
91
kemudahan kerja.80 Pendapat ini mengedepankan kepemimpinan sebagai faktor
utama pemberian motivasi kepada seseorang untuk meningkatkan prestasi dan
kinerjanya, baik sebagai guru maupun sebagai karyawan atau staf.
Selanjutnya Luis, R.Gomez Mejia, dkk, mengemukakan, bahwa salah satu
cara untuk meningkatkan kinerja pekerja( improving emplioyees Performance ),
pimpinan
perlu
penghargaan
mengadakan
penilaian
kerja,
dengan
tujuan
memberikan
(reward) berupa konpensasi dan promosi jabatan.81 Hal ini dapat
dilihat pada kepemimpinan kepala madrasah yang baik, akan memberikan
kesempatan kepada anggotanya, terutama gurunya untuk selalu meningkatkan
kinerja, dan juga akan berusaha untuk selalu mengembangkan kemampuan guru, baik
terhadap kemampuan akademik, maupun non akademik dan kemampuan profesi
lainnya. Dengan demikian semangat kerja guru banyak dipengaruhi oleh
kepemimpinan kepala madrasah. Semakin baik kepala madrasah menerapkan
kepemimpinan, semakin tinggi pula semangat kerja guru dalam melaksanakan tugas.
Sebaliknya, jika kepala madrasah semakin kurang menerapkan kepemimpinan yang
baik, maka semakin rendah pula semangat kerja guru dalam melaksanakan tugastugas di madrasah. Untuk mendalami lebih jauh tentang kepemimpinan kepala
madrasah, maka dibawah ini dikemukakan tugas, fungsi dan peranan kepemimpinan
kepala madrasah, sebagai berikut;
a. Tugas dan Fungsi Kepemimpinan Kepala Madrasah.
Secara umum fungsi kepemimpinan selalu berhubungan langsung dengan
80
Kustimi, Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Membina Kemampuan Mengajar
Guru (Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), h. 64.
81
R. Gomez Mejia, dkk, Managing Human Resource ( Cet. 3. London : Hall International,
Inc, 2001) h. 225.
92
situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing yang
mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi
sosial. Fungsi kepemimpinan merupakan bagian dari mekanisme organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah disepakati, yang memiliki dua dimensi sebagai berikut:
1). Dimensi berkenaan dengan
tingkat
kemampuan mengarahkan
(direction)
dalam tindakan atau aktivitas organisasi. 2). Dimensi yang berkenaan dengan
tingkat dukungan
(support)
atau kriteria orang-orang yang dipimpin
dalam
melaksanakan tugas - tugas pokok kelolompok/organisasi.82
Berdasarkan kedua dimensi itu, secara operasional dapat dibedakan lima
fungsi pokok kepemimpinan sebagai berikut; 1) Fungsi Instruktif, 2) Fungsi
konsultatif, 3) fungsi Partisipatif, 4) Fungsi Delegasi ( delegation of outority), dan
5) Fungsi Pengendalian.83 Selain fungsi ini, kepemimpinan kepala sekolah/madrasah
sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan
kepada orang-orang
pelaksanaan kegiatan
yang dipimpinnya, dengan menentukan apa (isi perintah),
bagaimana (cara mengerjakan perintah), kapan (waktu memulai, melaksanakan, dan
melaporkan hasilnya) dan di mana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan
dapat diwujudkan secara efektif. Fungsi lain yang sering disandang oleh kepala
madrasah adalah berfungsi sebagai motivator, dinamisator, dan evaluator dalam
pendidikan.
Kesuksesan kepala sekolah/madrasah dalam konteks pendekatan TQM, tidak
hanya ditentukan oleh kepala sekolah/madrasah, tetapi juga oleh tenaga pendidik
dan kependidikan lainnya, terutama dalam proses pembelajaran pada madrasah itu
82
Lihat Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam , h. 438.
83
Lihat Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam , h. 439.
93
sendiri. Meskipun kepala madrasah adalah guru yang mendapat tugas tambahan
sebagai kepala, namun ia diberi amanah dan tanggung jawab sepenuhnya untuk
mengelola pendidikan. Menurut Mulyono, kepala sekolah/madrasah harus memiliki
beberapa persyaratan untuk menciptakan madrasah yang mereka pimpin menjadi
madrasah efektif, antara lain; 1). Memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang baik;
2). Berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai; 3). Bersemangat; 4). Cakap di
dalam memberi bimbingan; 5). Jujur; 6). Cerdas; g). Cakap di dalam hal mengajar,
menaruh perhatian dan dapat dipercaya (amanah).84 Selain persyaratan tersebut,
kepala madrasah sebagai seorang
memiliki
tiga kecerdasan
manajer di lembaga pendidikan, juga harus
pokok, yaitu kecerdasan profesional, personal, dan
manajerial agar dapat bekerja sama dengan orang lain.
Dede
kemampuan
Rosyada
manajerial
dalam
Baharuddin
sebagai
langkah
dan
awal
Umiarso
mengklasifikasikan
mengerjakan
tugas-tugas
kepemimpinan kepala madrasah, yaitu, 1) Kemampuan mencipta, 2) Kemampuan
mengorganisasi, 3) Kemampuan berkomunikasi, 4) Kemampuan memberi motivasi,
5) Kemampuan melakukan evaluasi. 85 Disamping kemampuan seperti ini, kepala
sekolah/madrasah bertugas untuk mengembangkan kinerja personil, terutama
meningkatkan kompetensi profesional guru secara mendalam, 86 yaitu bukan hanya
berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup metode dan
keterampilan dalam proses pembelajaran yang harus dimiliki guru.
84
Lihat Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, h. 149
85
Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam op, h.443
86
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional ( Bandung : Rosdakarya, 2005) h. 114.
94
Lebih lanjut Mulyasa mengemukakan bahwa ada beberapa prinsip yang harus
dipegang oleh kepala sekolah/madrasah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
yatu; 1) manajemen keterbukaan, 2) membangun kebersamaan diantara sesama
warga sekolah/madrasah, 3) berkelanjutan, 4) menyeluruh, 5) pertanggungjawaban,
6) manajemen demokratis, 7) kemandirian sekolah/madrasah, 8) berorientasi pada
mutu, 9) Pencapaian standar minimal, 10) pendidikan untuk semua.87 Konsep ini
mencerminkan betapa besar tugas dan fungsi kepala madrasah. Seorang kepala
sekolah/madrasah perlu terus berupaya mengaktualisasikan diri agar fungsi dan
tugasnya dapat mendorong organisasi pendidikan kearah yang lebih efektif dan
berkualitas sesuai tuntutan masyarakat yang terus mengalami perkembangan.
b. Peranan Kepemimpinan Kepala Sekolah/Madrasah.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, terdapat tujuh peran utama
kepala madrasah yaitu, sebagai: 1) edukator atau pendidik, 2) manajer, 3) administrator, 4) supervisor, 5) leader atau pemimpin, 6) pencipta iklim kerja, dan 7)
wirausahawan.88
Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah/madrasah di atas, dapat diuraikan
secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah/madrasah dengan peningkatan
kemampuan guru sebagai berikut;
Kepala sekolah/madrasah sebagai educator (pendidik), yaitu kepala sekolah
menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan
kegiatan pembelajaran di sekolah/madrasah dengan berusaha memfasilitasi dan
mendorong agar guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya,
87
E.Mulyasa, Menajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah ( Jakarta: Bumi Aksara, 2012)
h. 125.
88
Lihat Departemen Pendidikan Nasional, Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah, h. 34.
95
sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien.
Kepala sekolah/madrasah sebagai manager (pengatur), yaitu kepala
sekolah/madrasah
mengelola
tenaga
pendidik
dan
kependidikan
dengan
memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada guru untuk
melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan
dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti: MGMP tingkat sekolah,
diskusi profesional dan sebagainya.
Kepala sekolah/madrasah sebagai administrator (pengelola), yaitu kepala
sekolah/madrasah berperan
mendorong terlaksananya penataan administrasi
kependidikan, baik yang menyangkut pembelajaran, keuangan, kesiswaan, sarana
dan prasaran serta ketetausahaan secara umum.
Kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor (pengawas utama), yaitu kepala
sekolah/madrasah melaksanakan kegiatan supervisi melalui kegiatan kunjungan
kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam
pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan peserta
didik dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan
sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan
kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan
tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada
sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.
Kepala
sekolah/madrasah
sebagai
leader
(pemimpin).
Dalam
teori
kepemimpinan setidaknya dikenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan
yang berorientasi pada tugas, dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia.
Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat
96
menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel,
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Mulyasa menuliskan bahwa
kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian
kepala sekolah
sebagai pemimpin yang tercermin dalam sifat-sifat sebagai berikut; 1) jujur, 2)
percaya diri, 3) tanggung jawab, 4) berani mengambil resiko dan keputusan, 5)
berjiwa besar, 6) emosi yang stabil, dan 7) teladan.89
Kepala
sekolah/madrasah
sebagai
pencipta
iklim
kerja,
merupakan
lingkungan efektif yang dapat memberi pengaruh pada sikap dan perilaku guru
melaksanakan tugasnya di sekolah.90 Menurut Rohiat, dalam upaya
dalam
menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) guru akan bekerja lebih giat
apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, 2) tujuan kegiatan
perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada guru sehingga mereka
mengetahui tujuan, guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, 3)
pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga
diperlukan.91 Oleh karena itu, budaya dan iklim kerja yang kondusif akan
memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara
unggul, yang kemudian disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya.
Kepala sekolah/madrasah sebagai wirausahawan. Dalam menerapkan prinsipprinsip kewirausahaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka
kepala
sekolah
seyogyanya
dapat
menciptakan
pembaharuan,
keunggulan
89
Lihat Rohiat, Manajemen Sekolah (Teori Dasar dan Praktik), Bandung: PT. Refika
Aditama, 2010, h. 86. Dan lihat E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, h. 121
90
Lihat Uhar Suharsaputra, Administrasi pendidikan (Bandung: Reflika Aditama, 2010) h. 75
91
Lihat Rohiat, Manajemen Sekolah (Teori Dasar dan Praktik), h. 129.
97
kompetitif, serta memanfaatkan berbagai peluang.92 Kepala sekolah dengan sikap
kewirausahaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif
di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses
pembelajaran peserta didik beserta kompetensi gurunya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala
sekolah/madrasah berpengaruh terhadap kinerja tenaga kependidikan di sekolah,
terutama dalam
pendidikan,
dan
meningkatkan kualitas pembelajaran demi tercapainya tujuan
terwujudnya
visi
dan
misi
sekolah/madrasah.
Kepala
sekolah/madrasah merupakan figur sentral yang harus menjadi teladan bagi para
tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang dipimpinnya, dan penerapan TQM
dalam lembaga pendidikan akan terwujud dan sukses jika sekolah/madrasah tersebut
dipimpin oleh orang yang memiliki kapabilitas (mampu dan cakap) dan kredibilitas
(amanah/dapat dipercaya) yang tinggi dan memahami fungsi dan perannya dalam
mengembangkan lembaga pendidikan serta ia mampu memberdayakan seluruh
komponen pendidikan yang ada.
3. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi bahan
ajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas
pembelajaran,93 dengan demikian kurikulum adalah bagian tak terpisahkan dari
proses pendidikan dan pembelajaran, bahkan ia merupakan bagian terpenting dari
sistem pendidikan pada sekolah/madrasah. Keberadaannya telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dan
92
Lihat Ondi Saondi, Etika Profesi Keguruan (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), h. 136.
93
Lihat Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek ( Yogjakarta; Ar Ruzz
Media , 2007) h. 205.
98
dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah ini telah mengakomodir
keterpaduan pola pendidikan dengan pemberian kesetaraan dan kesamaan dalam hal
kurikulum pendidikan umum dengan kurikulum lembaga pendidikan Islam (SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA)94, sehingga keluaran dari satuan-satuan pendidikan tersebut
dapat diterima pada jenjang yang sama pada sekolah-sekolah umum maupun
madrasah, demikian halnya pada perguruan tinggi negeri dan swasta.
Kesamaan dan kesetaraan status dan kurikulum pendidikan umum dan
pendidikan keagamaan, menjadi semakin jelas arah dan tujuan lembaga-lembaga
pendidikan Islam (madrasah) untuk ikut mewujudkan tujuan pendidikan nasional
yakni untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.95 Pengembangan kurikulum secara nasional yang mengacu pada
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menetapkan 8 (delapan) aspek
pendidikan yang harus distandarkan, yang saat ini telah dirampungkan dan
dilaksanakan dengan beberapa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, antara lain
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, dan Permendiknas nomor
23 tahun 2006 Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta Permendiknas nomor 24
tahun 2006 tentang pelaksanaan standar isi dan standar kompetensi lulusan.
Demikian juga panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh Badan
94
Lihat Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta, 2004, h. 9
95
Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, h. 10
99
Standar Nasional Pendidikan (BSNP).96 Selanjutnya setiap satuan pendidikan
diharapkan dapat mengembangkan kurikulum yang diimplementasikan pada satuan
pendidikan masing-masing.
Pengembangan kurikulum merupakan bagian dari manajemen sekolah/
madrasah yang mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian.
Kurikulum yang ada pada tingkat sekolah/madrasah yang disebut dengan KTSP
merupakan penjabaran atau realisasi dari kurikulum yang telah dibuat oleh
Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat, yang terdiri dari Standar
Kompetensi
dan Kompetensi
Dasar (SK-KD).97 Kedua standar ini kemudian
dikembangkan oleh tingkat satuan pendidikan dengan merumuskan indikator –
indikator katercapaian kompetensi dasar tersebut.
Untuk menjamin
pembelajaran,
efektivitas
pengembangan kurikulum
kepala sekolah/madrasah bersama
dan program
dengan guru-guru harus
menjabarkan isi kurikulum (SK-KD) secara lebih rinci dan operasional ke dalam
indikator-indikator tersebut. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
wajib dikembangkan oleh guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Kepala
sekolah/madrasah membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan
program
pembelajaran serta melakukan pengawasan dalam
pelaksanaannya.98
Dalam proses pengembangan program sekolah/madrasah, kepala sekolah/madrasah
96
Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, h. 70
97
E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah ( Cet.II, Jakarta : Bumi
Aksara, 2012) h.82
98
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein. Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : Rineka
Cipta, 2002), h. 82.
100
hendaknya menghubungkan dan memfokuskan program-program sekolah/madrasah
dengan seluruh kehidupan dan kebutuhan peserta didik.
Menurut Danim, beberapa hal yang menjadi pertimbangan guru dalam
memilih strategi pembelajaran, yaitu: Pertama, berkaitan dengan kemampuan guru
atau penguasaannya terhadap teori, metode dan praktik pembelajaran. Kedua,
berkaitan dengan motivasi dan kreativitas guru. Ketiga, terkait dengan ketersediaan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan.99 Dari ketiga faktor ini, maka faktor pertama
dan kedua merupakan prasyarat yang utama. Tanpa kemampuan, motivasi, dan
kreatifitas guru akan cenderung mengajar secara tradisional, yaitu hanya
menyampaikan materi yang ada pada buku pelajaran. Guru dalam proses
pembelajaran memiliki peran yang sangat penting, karena bagaimanapun hebatnya
kemajuan teknologi, peran guru akan tetap diperlukan. Teknologi yang dapat
memudahkan manusia mencari dan mendapatkan informasi dan pengetahuan, tidak
mungkin bisa mengganti peran guru.
Terkait
dengan
strategi
pembelajaran
yang
efektif
adalah
model
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik ( student centred approach) atau
sering disebut model pembelajaran konstruktivistik.100 Pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik (student centered approach) adalah proses pembelajaran
berdasarkan kebutuhan dan keinginan peserta didik untuk belajar. Pendekatan
pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik merupakan sistem pembelajaran
yang menunjukkan dominasi peserta didik selama kegiatan pembelajaran dan guru
99
100
Lihat Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, h. 67.
Muhammad Tabrani dan Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran, Pengembangan Wacana
dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional ( Cet. I, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),
h. 107-108.
101
hanya sebagai fasilitator, pembimbing dan pengarah.
Pembelajaran berpusat pada peserta didik tidak menekankan pada banyaknya
pengetahuan yang diharapkan atau yang harus dimiliki oleh peserta didik, tetapi
yang ditekankan pada apa yang dapat dipelajari anak serta apa yang ingin diketahui
anak sesuai dengan minatnya, sehingga dalam proses pembelajaran dipusatkan pada
peserta didik. Dalam proses
pembelajaran yang menggunakan student centered
approach, inisiatif anak merupakan penentu keberlangsungan proses pembelajaran.
Anak-anak melakukan eksplorasi dengan lingkungan dan tidak dimonopoli guru.
Student centered approach merupakan model pembelajaran selalu menempatkan
peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Model pembelajaran ini berbeda
dengan model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered approach)
yang menekankan pada transfer pengetahuan dari guru ke murid yang relatif
bersikap pasif.
Penjelasan di atas menerangkan tentang bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang merupakan bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunakan sebagai pendekatan
yang didasarkan pada pandangan bahwa mengajar dianggap sebagai proses mengatur
lingkungan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kreaktifitas peserta didik secara
optimal.
Sehubungan dengan model pembelajaran student cantered approach tersebut,
maka dalam pengelolaan kelas, guru harus memiliki keterampilan, yaitu; Pertama,
keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
yang optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap, memberikan perhatian,
memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, menegur bila
102
peserta
didik
melakukan
tindakan
menyimpang,
memberikan
penguatan
(reinforcement). Kedua; keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian
kondisi belajar yang optimal, yaitu berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan
peserta didik dengan maksud agar guru dapat melakukan tindakan perbaikan untuk
mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Di samping dua jenis keterampilan di atas, hal lain yang perlu diperhatikan
oleh guru dalam pengelolaan kelas adalah menganalisis tingkah laku peserta didik
yang mengalami masalah/kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut
dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistimatis, menghindari
campur tangan yang berlebihan, menghentikan penjelasan tanpa alasan, ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan, penyimpangan, dan sikap yang
membingungkan.
Pengembangan kurikulum yang berfokus pada pencapaian tujuan yang harus
dicapai oleh peserta didik dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Kompetensi ini
dimaksudkan sebagai perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam kehidupan seharihari.101Kemudian pengembangan kurikulum dalam konteks pendekatan Total
Quality Management (TQM) sebagai suatu model gagasan pengembangan
kurikulum yang
mengedepankan aspek mutu (kualitas), yang terbangun dari
kompetensi peserta didik, perlu diimplementasikan dalam pengembangan kurikulum
pada lembaga pendidikan Islam (madrasah) dengan mengacu kepada lima prinsip
101
Lihat Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan ( Cet. 9,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 70.
103
TQM yang meliputi; fokus pada pelanggan (peserta didik), keterlibatan total,
pengukuran /evaluasi hasil, komitmen dan perbaikan terus menerus.102
a. Kurikulum berfokus pada peserta didik.
Salah satu aspek utama dalam TQM adalah memberi kepuasan terhadap
pelanggan ( peserta didik dan masyarakat), dengan selalu mengantisipasi kebutuhan
peserta didik setiap saat. Sekolah harus selalu berupaya mengembangkan kualitas
pendidikan, semua warga dalam sekolah/madrasah harus mengakui bahwa setiap
output lembaga pendidikan adalah costumer.103 Kurikulum yang disusun harus
dapat mengakomodir perkembangan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, sebagaimana dikemukakan oleh Nik Haryati, bahwa Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP) dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
berikut;
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
2) Beragam dan terpadu.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5) Menyeluruh dan berkesinambungan.
6) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.104
Pengembangan kurikulum lembaga pendidikan Islam ( madrasah) dengan
fokus pada kebutuhan peserta didik diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang
dibekali pengetahuan dan keahlian dalam agama sekaligus keduniaannya.105 Oleh
102
103
Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, h. 38-42,
Lihat Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, h. 38
104
Lihat Nik Haryati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam ( Cet. I, Bandung: Al
Fabeta, 2011 ) h. 57
105
Lies Hasibuan. Melejitkan Mutu Pendidikan: Refleksi, Relevansi dan Rekonstruksi
Curriculum. (Jambi: SAPA Project, 2004 ) h. 136
104
Karena itu, lembaga pendidikan
akan dikatakan baik dan efektif jika lembaga
pendidikan itu mencapai tujuannya dengan melahirkan lulusan yang berkualitas
sesuai dengan harapan pelanggan atau masyarakat, 106 yaitu kurikulum yang dapat
memberi kompetensi peserta didik pada bidang keilmuan secara umum dan juga
penguasaan bidang keagamaan.
b. Keterlibatan secara total dalam pengembangan kurikulum.
Pada hakekatnya pengembangan kurikulum merupakan sebuah keharusan
bagi setiap warga madrasah terutama guru dan kepala madrasah, mereka harus
terlibat
dalam
transformasi
kualitas.
Menerapkan
prinsip
TQM
dalam
pengembangan kurikulum menekankan kepada setiap orang agar memiliki komitmen
untuk menfokuskan pada kualitas, harus mendorong peserta didik untuk mengubah
cara kerja lama kepada cara kerja baru, dengan mengedepankan budaya mutu dalam
proses pembelajaran. Perubahan Kurikulum yang terjadi beberapa kali sebelumnya,
terakhir
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan kini sementara
dirancang untuk kurikulum tahun 2013, merupakan bentuk pengembangan
kurikulum yang berorientasi pada mutu. Setiap pengembangan kurikulum sudah
tentu
membutuhkan
keterlibatan
secara
aktif
semua
komponen
dalam
operasionalisasi lembaga pendidikan. Pemberdayaan warga sekolah/madrasah
(pimpinan, tenaga administrasi, tenaga pendidik dan peserta didik), dapat
mengetahui informasi tentang
kebutuhan yang terkait dengan pengembangan
kurikulum. Berdasarkan kondisi tersebut, semua komponen dapat berperan dalam
mengusulkan rencana-rencana kegiatan yang seharusnya dilaksanakan dalam
pengembangan kurikulum tersebut.
106
Lihat Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, h. 54
105
Pemberdayaan semua potensi yang dimiliki oleh warga sekolah, secara
hirarki merupakan tugas dan tanggung jawab pimpinan puncak sampai ketingkat
bawah, sehingga program-program kerja yang tumbuh dan berkembang dari
madrasah dapat dilaksanakan. Keterlibatan secara total dalam konteks TQM
terutama dalam pengembangan kurikulum berarti yang berinisiatif adalah guru,
orang tua peserta didik atau masyarakat sekitar dan stakeholders lainnya.
Keterlibatan semua pihak diharapkan memberikan secara penuh kemampuan yang
dimiliki dalam upaya pengembangan secara optimal untuk mewujudkan kualitas
yang diharapkan bahkan melebihi permintaan pelanggan (costumer) baik internal
maupun eksternal.107 Pihak atasan (pimpinan) selalu memberikan bimbingan dan
dorongan untuk memantapkan konsep pengembangan kurikulum tersebut, yang
dilakukan melalui lokakarya atau rapat terpadu guna mencari input yang diperlukan.
Dengan demikian konsep TQM menghendaki agar kurikulum dikembangkan dengan
melibatkan semua unsur atau stakeholders yang terkait dengan suatu lembaga
pendidikan baik secara internal kelembagaan maupun secara eksternal.
c. Pengukuran prestasi peserta didik.
Pengukuran merupakan salah satu pilar TQM sebagai langkah penting dalam
proses manajemen. Secara tradisional ukuran kualitas atas luaran lembaga
pendidikan (sekolah/madrasah) adalah prestasi peserta didik. Ukuran dasarnya
adalah hasil ujian baik Ujian Sekolah (US) maupun Ujian Nasional (UN). Jika hasil
ujian menunjukkah hasil bertambah baik, maka kualitas pendidikan dikatakan juga
menunjukkan baik. Pengukuran prestasi belajar peserta didik akan semakin penting
karena hal itu menjadi ukuran kinerja para pengelola lembaga pendidikan, dan
107
Lihat Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, h. 302
106
mereka harus belajar untuk mengukur kualitas, mulai dari proses pengumpulan data
dan analisis data yang diperlukan, sehingga dapat mengukur dan menunjukan nilai
tambah dan perubahan kualitas yang dicapai.108
Jika kualitas dapat dikelola, maka kualitas juga harus dapat diukur
(measurable). Kualitas juga merupakan keunggulan (excellence) atau hasil yang
terbaik (the best). Untuk mengejar kualitas, kesalahan harus dieliminir untuk
mencapai keunggulan kompetitif lulusan lembaga pendidikan dalam menghadapi
dinamika persaingan di era global sekarang ini.
d. Komitmen terhadap kualitas.
Penerapan Total Quality Management (TQM) dalam lembaga pendidikan
Islam diperlukan komitmen yang tinggi terhadap kualitas dan perbaikan kualitas
secara berkesinambungan. Oleh karena itu sebuah komitmen yang tinggi dalam
dunia pendidikan memerlukan adanya suatu perubahan budaya organisasi sebagai
langkah utama dalam meraih mutu pendidikan secara maksimal dengan ketentuan
bahwa dilakukan perubahan, pimpinan puncak (kepala sekolah/madrsah) suatu
lembaga pendidikan harus memiliki integritas yang kuat untuk mencapai budaya
mutu.109 Hal ini menuntut pula kepala sekolah/madrasah dan dewan guru serta
tenaga kependidikan lainnya untuk menggunakan dan mengaplikasikan
prinsip-
prinsip TQM dalam pendidikan.
Untuk memberikan komitmen pada kualitas, ada beberapa langkah yang perlu
diperhatikan dalam menerapkan TQM yaitu:
1) mempelajari dan memahami TQM secara menyeluruh;
108
109
Lihat Jerome S. Ascoro, Pendidikan Berbasis Mutu, h. 13
Lihat Jerome S. Ascoro, Pendidikan Berbasis Mutu, h. 16
107
2) memahami dan mengadopsi jiwa dan filosofi untuk perbaikan terus
menerus;
3) menilai jaminan kualitas saat ini dan program pengendalian kualitas;
4) membangun sistem total kualitas;
5) membangun dan menilai budaya kualitas sebagai tujuan untuk
mempersiapkan perbaikan, melatih orang-orang untuk bekerja pada suatu
kelompok kerja;
6) mempelajari sekaligus berusaha mengatasi akar persoalan (penyebab) dan
mengaplikasikan tindakan korektif dengan menggunakan teknik-teknik
alat TQM;
7) menetapkan prosedur tindakan perbaikan dan menyadari akan
keberhasilannya;
8) menciptakan komitmen dan strategi yang benar tentang total kualitas oleh
pemimpin yang akan menggunakannya;
9) memelihara jiwa total kualitas dalam penyelidikan dan aplikasi
pengetahuan yang amat luas.110
Aplikasi konsep TQM dalam prosedur pengembangan kurikulum berarti
memaknai bahwa setiap langkah-langkahnya selalu diorientasikan pada kebutuhan
pelanggan dengan mengedepankan aspek kualitas pada semua input dan prosesnya.
Komitmen kualitas dibangun mulai dari level pimpinan tertinggi sampai pada level
terbawah.
e. Perbaikan berkesinambungan.
Pada
dasarnya
manajemen
mutu
terpadu
(TQM)
memperkenalkan
pengembangan dan perbaikan proses, produk dan pelayanan sebuah organisasi secara
sistimatik dan berkesinambungan. Perbaikan berkesinambungan berkaitan dengan
komitmen, yaitu komitmen terhadap kualitas, yang didasari pada visi dan misi
pendidikan yang telah disepakati bersama, serta pemberdayaan semua potensi yang
dimiliki oleh sekolah/madrasah untuk mewujudkan visi-misi tersebut. Perbaikan
berkelanjutan berarti sesuatu yang belum pernah dilakukan, suatu tindakan
110
Joseph C. Field, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi dan
Aplikasi. Terjemahan oleh Syafaruddin. (Jakarta: PT Grasindo, 2000) h. 13
108
pengajaran atas kualitas, prosesnya harus secara terus menerus diperbaiki dengan
diubah, ditambah, dikembangkan dan dimurnikan. 111
Lembaga-lembaga pendidikan Islam, seperti madrasah yang menginginkan
mutu pendidikan bukan hanya menyiapkan kurikulum, tetapi harus menyediakan
alat dan sumber belajar yang relevan dengan perkembangan zaman untuk
mendukung kemajuan proses pembelajaran. Gedung madrasah dan sarana prasarana
pembelajaran, pelayanan yang prima terhadap peserta didik, guru, orang tua dan
masyarakat, serta lingkungan pendidikan yang kondusif, merupakan faktor
pendukung
yang dapat memberikan kontribusi positif bagi kualitas proses dan
kualitas produk (lulusan) lembaga pendidikan tersebut.
4. Supervisi/Evaluasi Pendidikan.
Supervisor atau pengawas
dalam satuan pendidikan memiliki peran dan
fungsi strategis dalam mendorong kemajuan madrasah yang menjadi binaannya.
Dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, pengawas dapat memberikan
inspirasi dan mendorong para kepala madrasah, guru serta tenaga kependidikan
lainnya untuk terus mengembangkan profesionalisme dan meningkatkan kinerja
mereka.
Bagi kepala madrasah, supervisor atau pengawas layaknya mitra kerja dan
konsultan tempat meminta saran dan pendapat dalam pengelolaan madrasah.
Sementara bagi guru, pengawas selayaknya menjadi gurunya guru dalam
memecahkan problema dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk dapat
menjalankan peran dan fungsi tersebut. Pengawas dituntut memiliki kompetensi,
111
Lihat Saifuddin Sabda. Model Kurikulum Terpadu Iptek dan Imtaq.( Jakarta: Ciputat
Press.2006), h. 37.
109
khususnya dalam menjalin kerja sama dengan para kepala madrasah, guru dan
stakeholder lainnya. Kompetensi ini dibutuhkan karena pengawas selalu bertemu
dan berhubungan dengan banyak orang dari berbagai latar belakang, kondisi serta
persoalan yang dihadapi. Mereka juga harus mampu bekerja sama yang baik dengan
individu maupun kelompok.
Peran pengawas dirasakan sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas
guru, baik secara individu maupun secara kelompok, sekaligus dalam upaya
memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Maka dari itu pengawas
madrasah dituntut untuk melaksanakan tugasnya secara profesional dan penuh
tanggung jawab.112Begitu pentingnya peran pengawas madrasah dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan, maka untuk menjadi pengawas harus memenuhi
beberapa kriteria. Peraturan Pemerintah (PP) RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, pasal 39, ayat (2), menyatakan bahwa untuk menjadi
pengawas harus memenuhi kriteria minimal, meliputi:
a. Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau kepala
sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang
sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi;
b. Memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan
pendidikan;
c. Lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan. 113
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 12 Tahun 2007
tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah dikatakan, untuk dapat diangkat
sebagai pengawas sekolah/madrasah, kualifikasi pengawas Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah
112
Lihat Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, ( Bandung:
Alfabeta, 2011), h. 81
113
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 230.
110
Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/ MAK) adalah sebagai berikut: a. Memiliki pendidikan minimum magister
(S2) kependidikan dengan berbasis sarjana (S1) dalam rumpun mata pelajaran yang
relevan pada perguruan tinggi terakreditasi.114 Adanya ketentuan formal dalam
Peraturan Pemerintah RI tersebut, khususnya tentang kriteria menjadi pengawas,
termasuk pengawas pendidikan agama, menjadikan pengangkatan pengawas lebih
selektif, dan perlunya dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada
peningkatan kualitas pengawas.
Pengawas pendidikan agama dituntut dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, yaitu menguasai
hal-hal teknis pendidikan dan teknis administrasi
seperti pengetahuan tentang kurikulum, proses pembelajaran, dan evaluasi. Petunjuk
tentang kompetensi profesional pengawas pendidikan yang harus dimiliki, meliputi:
Kompetensi kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik, kompetensi
evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian pengembangan, serta kompetensi sosial.
Tugas pokok pengawas dalam Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (5) menyatakan tenaga kependidikan
adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan.115
Selanjutnya pada pasal 39 ayat (1) dinyatakan: Tenaga kependidikan
bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. 116
114
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah.
115
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 5
116
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h.25
111
Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 pasal 39 ayat (1) dinyatakan:
Pengawasan pada pendidikan formal dilaksanakan oleh pengawas satuan
pendidikan.117
Surat Keputusan MENPAN Nomor 118 tahun 1996 yang diperbaharui
dengan SK MENPAN Nomor 091/KEP/MEN.PAN/10/2001 tentang Jabatan
Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya dinyatakan: Pengawas sekolah
adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara
penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan pada
satuan pendidikan prasekolah, sekolah dasar, dan sekolah menengah. 118 Pada pasal 3
ayat (1) dinyatakan; Pengawas sekolah adalah pejabat fungsional yang berkedudukan
sebagai pelaksana teknis dalam melakukan pengawasan pendidikan terhadap
sejumlah sekolah tertentu yang ditunjuk/ditetapkan. Pasal 5 ayat (1) berbunyi;
tanggung jawab pengawas sekolah yakni: (a) melaksanakan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan penugasannya dan; (b)
meningkatkan
kualitas
proses
pembelajaran/bimbingan
dan
hasil
prestasi
belajar/bimbingan peserta didik dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. 119
Tanggung jawab pertama mengindikasikan pentingnya supervisi manajerial
sedangkan tanggung jawab yang kedua mengindikasikan pentingnya supervisi
akademik. Hal ini dipertegas lagi dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005
pasal 57 yang berbunyi; supervisi yang meliputi supervisi manajerial dan akademik
dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas atau penilik satuan
117
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 162.
118
SK MENPAN Nomor 091/KEP/MEN.PAN/10/2001 tentang Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah dan Angka Kreditnya, pasal 1, ayat (1).
119
SK MENPAN Nomor 091/KEP/MEN.PAN/10/2001, pasal 5 ayat (1).
112
pendidikan.120 Sedang tugas supervisi manajerial meliputi aspek pengelolaan dan
administrasi satuan pendidikan, sedangkan supervisi akademik meliputi aspek-aspek
pelaksanaan proses pembelajaran (penjelasan pasal 57). Pengawasan manajerial
sasarannya adalah kepala sekolah dan staf sekolah lainnya, sedangkan sasaran
supervisi akademik sasarannya adalah guru.
Ketentuan perundang-undangan di atas menunjukkan bahwa pengawas
satuan pendidikan pada jalur sekolah adalah tenaga kependidikan profesional
berstatus pegawai negeri sipil yang diangkat dan diberi tugas dan wewenang secara
penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan
pendidikan baik pengawasan akademik maupun pengawasan manajerial pada satuan
pendidikan yang ditunjuk.
Pengawasan akademik adalah supervisi yang mengarah pada pengendalian
dan pembinaan bidang akademik melalui kegiatan pembelajaran di sekolah/madrasah
agar hasil belajar peserta didik menjadi baik dan bermutu. 121 Pembinaan terhadap
guru dimaksudkan agar dapat mempertinggi kualitas proses pembelajaran sebagai
upaya meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik. Aspek yang dibina adalah
aspek-aspek yang terkait dengan proses pembelajaran. Sedangkan Supervisi/
Pengawasan manajerial artinya membina kepala sekolah dalam pengelolaan
administrasi satuan pendidikan berdasarkan menajemen peningkatan mutu
pendidikan di sekolah menengah yang sejenis.
120
122
Selain itu supervisor juga bertugas
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 172
121
Lihat M. Amin Thaib, dkk, Standar Supervisi dan Evaluasi Pendidikan pada Madrasah
Aliyah ( Jakarta: Direktur Mapaenda Kementerian Agama RI, 2005 ) h. 10.
122
Lihat Imam Tolkhah, dkk. Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah
Dasar dan Menengah ( Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama RI, 2007 )
h. 93.
113
untuk membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan konseling
di sekolah/ madrasah, dan mendorong mereka untuk merefleksikan hasil-hasil yang
dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas
pokoknya di sekolah/madrasah.
Kegiatan utama setiap pengawas satuan pendidikan dalam melaksanakan
pengawasan akademik dan pengawasan manajerial adalah; memantau, menilai,
membina dan melaporkan. Memantau atau monitoring artinya melakukan
pengamatan, pemotretan, pencatatan terhadap fenomena yang sedang berlangsung.
Misalnya memantau proses pembelajaran, dan mengamati, memotret, mencermati,
mencatat berbagai gejala yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Menilai artinya memberikan harga atau nilai terhadap obyek yang dinilai
berdasarkan kriteria tertentu. Jadi setiap penilaian ditandai adanya kriteria, adanya
obyek yang dinilai dan adanya pertimbangan atau judgemen. Hasil penilaian
dijadikan bahan untuk pengambilan keputusan, misalnya menilai/mengevaluasi
kemampuan guru mengajar. Sedang membina artinya memberikan bantuan atau
bimbingan ke arah yang lebih baik dan lebih berhasil. Tentunya sebelum membina
pengawas harus mengetahui terlebih dahulu kelemahan atau kekurangan dari orangorang yang dibinanya. Melaporkan artinya menyampaikan proses dan hasil
pengawasannya kepada atasan baik secara lisan maupun secara tertulis dengan
harapan laporan tersebut bisa ditindaklanjuti atasan baik berupa pembinaan
selanjutnya maupun usaha lain untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan adalah kurangnya peran
pengawas atau rendahnya kualitas pengawas pendidikan agama dalam melaksanakan
114
supervisi pendidikan di sekolah/madrasah.123 Oleh karena itu, untuk menunjang
peningkatan kualitas pendidikan
di madrasah, maka pegawas harus memiliki
komitmen yang tinggi terhadap visi dan misi pendidikan, terutama dalam
penanaman imtak dan akhlakul kharimah peserta didik, memiliki wawasan yang
memadai terhadap mata pelajaran yang diajarkan di madrasah, mampu membina
kerjasama yang baik dengan semua pihak, serta mampu menjawab berbagai
tantangan dalam era transformasi global.
5. Pengembangan kompetensi Guru.
Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan dianggap
sebagai orang yang berperan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan yang
merupakan pencerminan mutu pendidikan. Keberadaan guru dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya tidak lepas dari pengaruh faktor internal dan faktor
eksternal yang membawa dampak pada perubahan kinerja guru. Para ahli pendidik
menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan
tugasnya, yaitu:
a. Faktor Kepribadian.
Setiap guru memiliki pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang
dimiliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dari guru lainnya.
Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah abstrak, hal ini dipertegas Zakiah
Darajat bahwa kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak, sukar dilihat atau
diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya
dalam segala segi dan aspek kehidupan, misalnya dalam tindakan, ucapan, caranya
123
Lihat Kustimi, Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Membina Kemampuan
Mengajar Guru, h. 60.
115
bergaul, berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik
yang ringan maupun yang berat.124
Klages dalam Suryabrata mengemukakan bahwa ada tiga aspek kepribadian,
yaitu; 1) materi atau bahan, yaitu semua kemampuan (daya) pembawaan beserta
keistimewaan-keistimewaannya, 2) struktur, yaitu sifat-sifat bentuknya atau
normalnya, dan 3) kualitas atau sifat, yaitu sistem dorongan-dorongan.125 Aspekaspek tersebut merupakan kompetensi kepribadian sebagai syarat mutlak yang harus
dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan profesinya. Karena tanpa aspek
tersebut sulit bagi guru untuk dapat melaksanakan tugas sesuai dengan harapan.
Kepribadian dan dedikasi yang tinggi dapat meningkatkan kesadaran akan pekerjaan
dan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan seseorang atau kelompok dalam
suatu organisasi. Guru yang memiliki kepribadian yang baik dapat membangkitkan
kemauan untuk giat memajukan profesinya dan meningkatkan dedikasi dalam
melakukan pekerjaan mendidik sehingga dapat dikatakan guru tersebut memiliki
komitmen yang baik dalam menjalankan profesinya.
b. Faktor Profesionalisme Guru
Profesi guru kian hari menjadi perhatian seiring dengan perubahan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang menuntut kesiapan agar tidak ketinggalan. Menurut
Pidarta bahwa profesi ialah suatu jabatan atau pekerjaan biasa seperti halnya dengan
pekerjaan-pekerjaan lain, tetapi pekerjaan itu harus diterapkan pada masyarakat
untuk kepentingan masyarakat umum, bukan untuk kepentingan individual,
124
Lihat Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h. 106.
125
Lihat Suryabrata, Psikologi Kepribadian (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h. 129.
116
kelompok, atau golongan tertentu.126 Pembinaan dan pengembangan profesi guru
merupakan hal penting untuk diperhatikan guna mengantisipasi perubahan dan
beratnya tuntutan terhadap profesi guru. Pengembangan profesionalisme guru
menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen
beserta strategi penerapannya. Tuntutan yang harus dipenuhi oleh guru dalam
meraih predikat guru yang profesional sebagaimana yang dikemukakan oleh Supriadi
bahwa untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal,
yaitu:
1) Guru harus mempunyai komitmen,
2) Guru menguasai secara mendalam bahan/materi mata pelajaran yang
diajarkannya serta cara mengajarnya kepada peserta didik,
3) Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui
berbagai cara evaluasi,
4) Guru mampu berpikir sistimatis tentang apa yang dilakukannya dan
belajar dari pengalamannya,
5) Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya.127
Sebaliknya menurut Supriadi penyebab rendahnya profesionalisme guru, yaitu:
1) Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total.
2) Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi.
3) Pengakuan terhadap ilmu pengetahuan dan keguruan masih setengah hati
dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat.
4) Masih belum smoothnya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar
atau kurikulum yang diberikan kepada calon guru.
5) Masih belum berfungsinya PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya
secara maksimal meningkatkan profesionalisme anggotanya. 128
Makin tinggi kesadaran seseorang makin kuat keinginannya meningkatkan
126
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia (Edisi Revisi, Jakarta: Bina Aksara,
2008), h. 112.
127
Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru (Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa,
1999), h. 42.
128
Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, h. 44.
117
profesi, artinya semakin sering profesi guru dikembangkan melalui berbagai kegiatan
maka semakin mendekatkan guru pada pencapaian predikat guru yang profesional
dalam menjalankan tugasnya sehingga harapan kinerja guru yang lebih baik akan
tercapai. Hal ini dipertegas Pidarta bahwa kesadaran diri merupakan inti dari
dinamika gerak laju perkembangan profesi, merupakan sumber dari kebutuhan
mengaktualisasi diri.129
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa antara profesionalisme dan
kompetensi guru tidak dapat dipisahkan, karena guru yang profesional dapat
dipastikan memiliki kompetensi yang baik atau berkualitas, sebagaimana dijelaskan
dalam Undang-Undang RI, No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan
bahwa kompetensi diartikan sebagai perangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan. 130 Dapat juga dipahami bahwa kompetensi
merupakan tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan tertentu, terutama
dalam proses pembelajaran.
Uhar Suharsaputra memberikan kesimpulan pengertian kompetensi secara
umum, merupakan karakteristik individu yang mendasari perilaku seseorang dalam
melaksanakan suatu pekerjaan ( kinerja ), baik untuk pengetahuan, keterampilan,
sikap ataupun motif yang akan mempengaruhi pada kinerja seseorang. 131Berbeda
dengan pengertian yang dirumuskan oleh Houston yang dikutip oleh Samana bahwa
129
Lihat Made Pidarta, Pemikiran tentang Supervisi pendidikan, (Edisi Revisi, Jakarta: Bina
Aksara, 2009), h. 120.
130
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 74
131
Uhar Suharsaputra. Administrasi Pendidikan ( Bandung; Refika Aditama, 2010 ), h. 196.
118
kompetensi adalah kemampuan yang ditampilkan oleh guru dalam melaksanakan
kewajibannya memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat.132 Dari kedua
pendapat itu dapat dikatakan, bahwa
pengertian dasar kompetensi adalah
kemampuan, keterampilan dan kecakapan kerja bagi seseorang pada bidang yang
kecakapan dan
keahliannya selaras dengan tuntutan bidang kerja yang
bersangkutan, dengan kata lain kompetensi merujuk pada kinerja seseorang dalam
suatu pekerjaan yang dibuktikan dengan sikap dan perilakunya.
Utami Munandar menyatakan bahwa kompetensi merupakan daya untuk
melakukan sesuatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan, yang
dipengaruhi oleh dua faktor terbentuknya kompetensi, yakni; 1) faktor bawaan,
seperti bakat, dan 2) faktor latihan seperti hasil belajar.133 Dengan demikian
kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan
pembelajaran dan pendidikan di sekolah/madrasah, karena kompetensi guru pada
hakikatnya tidak bisa dilepaskan dari konsep hakikat guru dan hakikat tugas guru.
Ada beberapa karakteristik profesionalisme guru, sebagaimana dikemukakan oleh
Rebore dalam Munandar bahwa karakteristik profesionalisme guru bisa ditinjau dari
enam komponen, yaitu:
1) Pemahaman dan penerimaan dalam melaksanakan tugas,
2) Kemauan melakukan kerjasama secara efektif dengan peserta didik, guru,
orang tua peserta didik, dan masyarakat,
3) Kemampuan mengembangkan visi dan pertumbuhan jabatan secara terus
menerus,
4) Mengutamakan pelayanan dalam tugas,
5) Mengarahkan, menekan dan menumbuhkan pola perilaku peserta didik,
132
133
Lihat A. Samana, Profesionalisme Keguruan (Yogyakarta: Kanisius, 1994), h. 44.
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah (Petunjuk bagi
para guru dan orang tua) (Jakarta: Grasindo, 1992), h. 17.
119
6) Melaksanakan kode etik jabatan.134
Pada sisi lain, Guru yang profesional memiliki tingkat berpikir yang tinggi,
yaitu mampu merumuskan konsep, menangkap, mengidentifikasi, dan memecahkan
berbagai macam persoalan yang dihadapi dalam tugas, dan juga memiliki komitmen
yang tinggi dalam melaksanakan tugas.135 Dengan kata lain bahwa komitmen adalah
kemauan kuat untuk melaksanakan tugas yang didasari dengan rasa penuh tanggung
jawab. Sementara itu, kompetensi guru menurut pandangan Soedijarto dinyatakan,
bahwa seorang guru harus mampu menganalisis, mendiagnosis, dan memprognosis
situasi pendidikan.136 Lebih lanjut Soedijarto mengemukakan bahwa guru yang
memiliki kompetensi profesional perlu menguasai antara lain:
1) disiplin ilmu pengetahuan dan bahan ajar yang diajarkan,
3) pengetahuan tentang karakteristik peserta didik,
4) pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan,
5) pengetahuan serta penguasaan metode dan model pembelajaran,
6) penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran,
7) pengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan kelancaran
proses pendidikan.137
Tuntutan atas berbagai kompetensi tersebut mendorong guru untuk
memperoleh informasi yang dapat memperkaya kemampuan agar tidak mengalami
ketinggalan dalam kompetensi profesionalnya. Sudjana membagi kompetensi guru
dalam tiga bagian, yaitu ; 1) Kompetensi bidang kognitif, yaitu kemampuan
intelektual, seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai mengajar,
pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku individu, 2) Kompetensi bidang sikap,
134
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, h. 114.
135
Lihat I Bafadal & A. Imron, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Materi
Workshop (Malang: Ditejen Dikdasmen kerjasama dengan FIP UM, 2004), h. 69.
136
Soedijarto, Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Gramedia Widiasarana,
1993), h. 60.
137
Soedijarto, Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional, h. 61.
120
artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal berkenaan dengan tugas
dan profesinya, 3) Kompetensi perilaku/performance, artinya kemampuan guru
dalam berbagai keterampilan/ berperilaku, seperti keterampilan dalam membimbing,
menilai, menggunakan alat bantu pembelajaran, 138 Ketiga bidang kompetensi
tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi
satu sama lain karena ketiga bidang tersebut (kognitif, sikap dan perilaku)
mempunyai hubungan hirarki, artinya saling mendasari satu sama lain, kompetensi
yang satu mendasari kompetensi lainnya.
Kemudian Rusyan, mengemukakan beberapa macam kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru yaitu: Kompetensi profesional, artinya guru harus memiliki
pengetahuan yang luas, kompetensi personal, artinya sikap pribadi yang mantap
sehingga mampu menjadi sumber intensifikasi bagi subjek, Kompetensi sosial,
artinya guru harus menunjukkan atau mampu berinteraksi sosial, baik dengan peserta
didiknya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan
masyarakat luas, dan kompetensi untuk melakukan pembelajaran yang sebaikbaiknya dengan mengutamakan nilai-nilai sosial dari nilai material.139Pendapat ini
sejalan dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pada pasal 28 ayat (1) dikemukakan bahwa pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.140 Selanjutnya dalam penjelasannya dikemukakan bahwa yang dimaksud
138
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar ( Bandung: Sinar Baru, 1991), h. 122.
139
Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: CV. Remaja
Karya, 1998), h. 76.
140
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 154
121
dengan pendidikan sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran
pendidik antara lain sebagai fasilitator dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta
didik, sehingga mereka dapat termotivasi untuk melaksnakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya. Guru atau pendidik sebagai agen pembelajaran harus
memiliki empat jenis kompetensi, yang dipersyaratkan dalam Peraturan Pemerintah
RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam penjelasannya
sebagai berikut:
Pertama, Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 141
Kedua, Kompetensi kepribadian
adalah kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.142 Pribadi guru memiliki
andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan
pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta
didik, karena manusia merupakan mahluk yang suka mencontoh termasuk
mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadi peserta didik.
Ketiga, Kompetensi Sosial adalah Kompetensi yang berkenaan dengan
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
141
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 210.
142
Departemen Agama, Kumpulan Undang-Undang, h. 210.
122
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. 143 Guru adalah makhluk sosial,
yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan
lingkungannya. Guru dalam menjalani kehidupan seringkali menjadi tokoh panutan,
dan identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya. Ashraf mengungkapkan
bahwa Imam Al-Gazali menempatkan profesi guru pada posisi tertinggi dan termulia
dalam berbagai tingkat pekerjaan masyarakat.144
Keempat, Kompetensi Profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta
didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan.145
Dalam kompetensi profesional, guru harus menguasai materi, struktur,
konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung materi pelajaran yang diajarkan
dan mengembangkannya secara kreatif. Selain itu guru harus memiliki kemampuan
untuk merencanakan program pembelajaran dan kemampuan untuk melaksanakan
pembelajaran. Kedua kemampuan ini diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan
dalam jabatan secara berkesinambungan.146 Pendapat senada dikemukakan oleh
Agung dalam dua aspek kemampuan guru dengan indikator-indikatornya, yaitu:
Kemampuan membuat rencana pembelajaran, meliputi: pengorganisasian bahan
pembelajaran, merencanakan kegiatan pengelolaan pembelajaran, merencanakan
pengelolaan kelas, merencanakan penggunaan media dan sumber pembelajaran, dan
143
Departemen Agama, Kumpulan Undang-Undang, h. 210.
144
Ali Ashraf, Horison, Era Baru Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), h. 226.
145
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 230.
146
Lihat Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung:
Refika Aditama, 2012), h. 106.
123
merencanakan penilaian prestasi peserta didik dalam pembelajaran. Sedang
kemampuan dalam praktik pembelajaran, terdiri atas: Penggunaan metode, media,
dan bahan latihan sesuai dengan tujuan pembelajaran, berkomunikasi dengan peserta
didik, mendemonstrasikan metode pembelajaran, mendorong dan menggalakkan
keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, mendemonstrasikan penguasaan
mata pelajaran dan relevansinya, mengorganisasi waktu, ruang, bahan, dan
perlengkapan pembelajaran, serta evaluasi pencapaian peserta didik dalam proses
pembelajaran.147
Memperhatikan uraian di atas, tampak bahwa kompetensi profesional
merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru dalam kaitannya dengan
pelaksanaan tugas utama guru di sekolah/madrasah, beberapa hal penting yang harus
dimiliki guru adalah kemampuan menjabarkan materi standar dalam kurikulum.
Untuk kepentingan tersebut guru harus mampu menentukan secara tepat materi yang
relevan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
c. Faktor Kedisiplinan
Kedisiplinan guru sangat perlu dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing peserta didik. Disiplin yang tinggi akan
mampu membangun kinerja yang profesional sebab dengan pemahaman disiplin
yang baik, guru mampu mencermati aturan-aturan dan langkah strategis dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Kemampuan guru dalam memahami aturan dan
melaksanakannya dengan tepat, baik dalam hubungan dengan sesama warga
madrasah maupun dalam proses pembelajaran di kelas sangat membantu upaya
147
Iskandar Agung, Peningkatan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru (Jakarta: Bestari Buana
Murni, 2010), h. 74.
124
membelajarkan peserta didik ke arah yang lebih baik. Kedisiplinan bagi guru
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan tugas dan kewajibannya.
Tujuan disiplin menurut Saud yaitu, agar kegiatan sekolah dapat berlangsung
secara efektif dalam suasana tenang, tenteram, dan guru beserta seluruh warga
sekolah merasa puas karena terpenuhi kebutuhannya. 148 Sedangkan Dirjen
Dikdasmen Depdiknas membagi disiplin menjadi dua bagian, yaitu: Tujuan umum
adalah agar terlaksananya kurikulum secara baik yang menunjang peningkatan mutu
pendidikan, dan tujuan khusus yaitu (a) agar kepala sekolah dapat menciptakan
suasana kerja yang menggairahkan bagi seluruh peserta warga sekolah, (b) agar guru
dapat melaksanakan proses pembelajaran seoptimal mungkin dengan semua sumber
yang ada di sekolah dan di luar sekolah, (c) agar tercipta kerja sama yang erat antara
sekolah dengan orang tua dan sekolah dengan masyarakat untuk mengemban tugas
pendidikan.149 Dengan demikian, kedisiplinan seorang guru menjadi tuntutan yang
sangat penting untuk dimiliki dalam upaya menunjang dan meningkatkan kinerja
dan di sisi lain akan memberikan teladan bagi peserta didik bahwa disiplin sangat
penting bagi siapapun apabila ingin sukses.
6. Pengembangan prestasi peserta didik.
Keberhasilan dalam penyelenggaraan
pendidikan pada madrasah, sangat
tergantung kepada beberapa komponen pendukung kegiatan seperti kurikulum,
peserta didik, pembiayaan, tenaga pelaksana, dan sarana prasarana. Komponenkomponen tersebut merupakan satu kesatuan dalam upaya pencapaian tujuan
148
Lihat Udin Syaefuddin Saud, Pengembangan Profesi Guru (Bandung: CV.Alfabeta, 2010),
h. 101.
149
Ditjen Dikdasmen Depdiknas, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning, CTL) (Jakarta: Ditjen Dikdasmen, 2002), h. 24.
125
lembaga pendidikan (Sekolah/madrasah). Setiap komponen saling berhubungan satu
sama lain, sehingga dapat memberi kontribusi yang tinggi terhadap pencapaian
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan .
Komponen peserta didik sebagai pelanggan eksternal dalam prinsip TQM,
memerlukan
manajemen
yang
efektif
dan
pengelolaan
perbaikan
secara
berkesinambungan. Peserta didik merupakan subyek sekaligus obyek dalam proses
transformasi ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. oleh karena itu
keberadaan peserta didik tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan saja, akan
tetapi harus merupakan bagian dari sistem pendidikan pada lembaga pendidikan
(sekolah/madrasah). Manajemen bermutu bagi peserta didik dimaksudkan untuk
mengembangkan
potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan
kejiwaan peserta didik.
Peserta didik adalah pelanggan eksternal yang kebutuhan belajarnya harus
dapat dipenuhi oleh semua warga di sekolah/madrasah, baik pimpinan sekolah,
guru maupun staf sekolah/madrasah. Semua kegiatan
ditujukan untuk memberi
pelayanan terbaik kepada mereka. Peserta didik harus mendapat layanan utama di
sekolah/madrasah, karena peserta didik
memiliki kekuatan dalam
bentuk
kebebasan memilih lembaga pendidikan yang ia sukai. Setiap sekolah yang
mampu memberi layanan terbaik sesuai dengan kebutuhan dan harapan, maka
sekolah tersebut akan diminati oleh peserta didik untuk mengikuti pembelajaran
didalamnya.
Peserta didik menuntut pelayanan
individual dan kelompok, mereka
membutuhkan dorongan semangat agar terjadi proses belajar aktif. Peserta didik
menuntut perlakuan yang manusiawi. Peserta didik dalam pembelajaran tidak dapat
126
disamakan dengan memproses barang. Barang bersifat statis dan dikemas dalam
kemasan yang sama. Barang tak perlu di beri "penghormatan" seperti perlakuan
terhadap anak.150 Peserta didik berinteraksi dan berkomunikasi dalam situasi
pendidikan dengan
pendidiknya. Peserta
didik adalah
individu yang aktif.
Sementara barang ketika diproses pasif, melalui mekanisme proses tetap, dapat
dibentuk sesuai rekayasa yang dikehendaki, tetapi peserta didik tidak seperti itu.
Peserta didik sebagai individu
yang ingin mendapatkan
pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya agar tumbuh dan
berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran
yang diberikan oleh gurunya. Pembinaan dan pengembangan prestasi peserta didik
secara intensif, dengan
berbagai macam
pengetahuan dan pengalaman belajar
melalui kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat menjadi
bekal kehidupannya di masa yang akan datang.
Kegiatan
pelaksanaannya
pembelajaran
kurikuler yang
telah ditentukan di dalam
kurikulum
yang
dilakukan pada jam-jam pelajaran dalam bentuk proses
di kelas dengan mata pelajaran atau bidang studi tertentu, wajib
diikuti oleh peserta didik. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan
yang dilaksanakan di luar ketentuan yang telah ada di dalam kurikulum. Kegiatan
ekstrakurikuler ini biasanya berdasarkan bakat dan minat yang dimiliki oleh
peserta didik. Setiap peserta didik
tidak harus mengikuti
semua kegiatan
ekstrakurikuler, mereka dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan
kemampuan
dirinya. Contoh kegiatan ekstrakurikuler ; OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah),
150
Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, Layanan Dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, h. 108.
127
ROHIS (Rohani Islam), kelompok Karate, kelompok Silat, kelompok Basket,
Pramuka, kelompok Teater, dan lain-lain.
Dalam manajemen pendidikan, tidak boleh ada anggapan bahwa kegiatan
kurikuler
lebih penting dari kegiatan ekstrakurikuler atau sebaliknya. Kedua
kegiatan ini harus dilaksanakan secara simultan, karena saling menunjang dalam
proses pembinaan dan pengembangan kemampuan
pembinaan dan pengembangan
prestasi peserta
peserta didik. Keberhasilan
didik, diukur melalui proses
penilaian yang dilakukan oleh guru dan kepala madrasah. Ukuran yang sering
digunakan adalah nilai hasil ujian nasional dan nilai hasil ujian sekolah serta
kegaiatan-kegiatan lainnya yang bersifat akademik dan non akademik. Penilaian
yang dilakukan oleh guru tentu saja didasarkan pada prinsip-prinsip penilaian yang
berlaku di lembaga pendidikan tersebut.
Untuk memenuhi kepuasan belajar peserta didik,
guru harus memiliki
kemampuan dan keterampilan mengajar dengan menggunakan metode bervariasi,
artinya guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar tidak hanya menggunakan
satu metode yang monoton, melainkan mereka dituntut menggunakan metode yang
efektif dan menyenangkan bagi peserta didik, sehingga tercipta sebuah mutu
pembelajaran yang bermuara pada peningkatan proses pembelajaran.
Pada hakekatnya kepuasan peserta didik merupakan tujuan dari layanan
belajar di sekolah/madrasah. Anak yang mendapat kepuasan akan terlihat dari
sikapnya yang positif terhadap pelajaran yang diterima dari gurunya. Anak
menunjukkan sikap positif dalam bentuk perilaku karena telah memperoleh apa
yang diinginkan dari gurunya. Peserta didik memberi reaksi positif dengan penuh
semangat mengikuti seluruh proses pembelajaran, sehingga mereka dapat memahami
128
mata pelajaran secara mendalam. Indikator kepuasan anak dapat terlihat dari
indikator individual dan indikator kelompok, yang terdiri dari ;
1) Setiap anak menerima pelajaran dari guru dengan rasa suka cita tanpa
tegang dan stress.
2)
Mengerjakan tugas secara independen
3)
Tidak ada keluhan yang berarti dalam mengerjakan tugas
4)
Mengikuti pembelajaran dengan aktif dan arif
5)
Efektivitas belajar tinggi sesuai waktu
6)
Belajar menurut prosedur sistimatika yang telah ditetapkan
7)
Tinggi kapasitas pemahaman cara mengerjakan tugas belajarnya.151
Kepuasan belajar pada tingkat kelas dapat diketahui dari :
1)
Norma dan aturan belajar dalam kelas dipatuhi, tak ada pelanggaran.
2) Duduk dan konsentrasi serius terhadap tugas yang harus dikerjakan, rendah
jumlah anak yang mondar-mandir tanpa tujuan.
3) Rendah frekuensi pengarahan guru, besar aktivitas kelas mengerjakan tugas
4) Mengerjakan tugas menurut keperluan bahan belajar dan petunjuk belajar
yang semestinya.
5) Sedikit waktu yang digunakan untuk membentuk disiplin dalam mengelola
kelas
6) Anak menyukai pelajaran yang diberikan gurunya
7) Bangga atas prestasi yang diperolehnya.152
Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa semua aktivitas di
sekolah dicurahkan untuk dapat memberi pelayanan pembelajaran yang terbaik.
Setiap saat diupayakan untuk disempurnakan secara berkesinambungan, sehingga
peserta didik benar-benar merasakan kepuasan dari pelayanan tersebut.
Pada sisi
lain kemampuan dan keterampilan guru dalam memberi layanan pembelajaran
harus semakin ditingkatkan melalui pelaksanaan supervisi secara berkesinambungan
(berkala). Sebab supervisi bertujuan untuk meningkatkan
mutu belajar,
151
Dadang Suhardan,
Supervisi Profesional, Layanan Dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, h. 110
152
Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, Layanan Dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, h. 110
129
memperbaiki situasi belajar, dan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan guru
dalam menangani pembelajaran. Supervisi juga bertujuan untuk menilai kinerja guru
dalam penguasaan materi bahan ajar ketika guru melakukan proses pemebelajaran.
7. Iklim dan Budaya Organisasi .
Iklim organisasi adalah keadaan atau kondisi lingkungan yang memberi
perasaan yang menyenangkan secara menyeluruh terhadap mekanisme kerja dalam
organisasi, baik yang bersifat fisik maupun hubungan sosial secara internal ataupun
eksternal.153 Iklim organisasi/lembaga pendidikan yang kondusif akan berpengaruh
terhadap kinerja guru dan pegawai dalam melaksanakan tugasnya secara produktif di
sekolah. jika iklim madrasah dapat terpelihara dalam kondisi yang menyenangkan
dan harmonis, akan melahirkan budaya organisasi yang lebih efektif terhadap
peningkatan mutu pendidikan.
Pada hakekatnya iklim organisasi dan budaya organisasi tidak bisa
dipisahkan, keduanya saling melengkapi dan berhubungan. Budaya organisasi
sekolah pada umumnya diartikan sebagai nilai-nilai, asumsi-asumsi, pemahaman
dan cara-cara berpikir secara bersama-sama oleh anggota organisasi yang menjadi
bagian dari kegiatan dan kehidupan mereka.
154
selain itu
budaya organisasi
merupakan hubungan antara karyawan dengan organisasi yang diatur melalui sistem
dan nilai budaya yang telah disepakati bersama dan berusaha keras
untuk
mempertahankannya demi tercapainya tujuan dan kelangsungan organisasi. 155 Dalam
organisasi apapun bentuknya setiap anggotanya dituntut untuk memiliki komitmen
153
154
155
Lihat Umar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, h. 74.
Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu, h. 47.
Panggabean, M.S, Komitmen Organisasional sebagai Mediator Variabel Bagi Pengaruh
Kepuasan Kerja. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 6. No.1, 2004, h.27.
130
yang tinggi. Menurut Gibson dalam Nurika
mengartikan
komitmen sebagai
lingkup, identifikasi, keterlibatan dan loyalitas yang diekspresikan oleh seseorang
terhadap organisasinya.156 Bhuian & Menguc dalam Armstrong berpendapat bahwa:
“organizational commitment as the affective commitment that represents an
employee’s strong desire to remain a memberi of a particular organization when the
opportunity to change jobs exits”.157(Komitmen organisasi sebagai komitmen afektif
yang mewakili keinginan/kebutuhan karyawan untuk tetap menjadi anggota
organisasi tertentu ketika ada kesempatan untuk mengubah/mengembangkan
pekerjaan).
Nurika lebih lanjut menyatakan bahwa budaya organisasi dilaksanakan
melalui tiga faktor yaitu: 1) keyakinan yang kuat dan penerimaan terhadap tujuan
dan nilai-nilai organisasi, 2) keinginan untuk bekerja keras bagi organisasi, dan 3)
keinginan untuk bertahan menjadi anggota suatu organisasi. 158 Hal senada
dikemukakan Steers dalam Panggabean mendefinisikan budaya organisasi sebagai
rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan
(kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi), dan
loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan)
yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya.159 Budaya organisasi
merupakan penanaman nilai yang membentuk perilaku seseorang sesuai peraturan
156
Nurika Restuningdiah, Pengaruh Komitmen Profesional terhadap Kepuasan Kerja Guru
melalui Komitmen Organisasional (Disertasi: Universitas Negeri Malang, 2009), h. 21.
157
Michael Armstrong, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT. Elex Media
Koputindo. 1997), h. 126.
158
Nurika Restuningdiah, Pengaruh Komitmen Profesional terhadap Kepuasan Kerja Guru
melalui Komitmen Organisasional, h. 24.
159
Panggabean, MS, Komitmen Organisasional sebagai Mediator Variabel Bagi Pengaruh
Kepuasan Kerja, h. 32.
131
organisasi yang telah disepakati bersama untuk mencapai tujuan organisasi.
Uraian-uraian di atas, semuanya mempunyai penekanan
menciptakan
tentang perlunya
budaya organisasi yang kondusif yang mengisyaratkan adanya
hubungan pegawai dengan organisasi secara efektif. Pegawai yang menunjukkan
komitmen tinggi, memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggungjawab
yang lebih besar dalam mendukung kesejahteraan dan keberhasilan organisasi
tempatnya bekerja.160Terdapat beberapa indikator iklim dan budaya pendidikan yang
baik sebagaimana yang dikemukakan oleh E. Mulyasa antara lain sebagai berikut;
a. Tujuan sekolah/madrasah yang mencerminkan keunggulan yang ingin dicapai
diperlihatkan dengan jelas kepada seluruh warga sekolah.
b. Pembelajaran akademik di sekolah dirumuskan dengan cara yang dapat
diukur.
c. Fasilitas fisik sekolah dirawat dengan baik, termasuk segera diperbaiki
fasilitas yang rusak. Lingkungan sekolah/madrasah dipelihara agar tetap
bersih, rapi, dan nyaman.
d. Poster-poster yang berisi pesan-pesan positif dipajang di berbagai tempat
strategis yang mudah dilihat oleh peserta didik.
e. Guru dan peserta didik menunjukkan rasa memiliki dan bangga terhadap
sekolahnya.
f. Kondisi kelas yang menyenangkan sehingga tercipta suasana yang mendorong
peserta didik belajar.
g. Guru selalu mengembangkan metode mengajar, sehingga peserta didik tidak
jenuh terhadap metode yang monoton.
h. Penciptaan relasi kekeluargaan dan kebersamaan, dan menciptakan suasana
yang memberikan harapan agar peserta didik dapat mencapai tingkat prestasi
yang tinggi.
i. Prestasi peserta didik yang tinggi yang diperoleh, disampaikan kepada seluruh
orang tua peserta didik, dan seluruh guru dan staf berkomitmen untuk
mengembangkan dan mempertahankan budaya mutu dalam menjalankan tugas
sehari-hari.161
Indikator-indikator tersebut lebih memperjelas bahwa penciptaan iklim dan
budaya sekolah/madrasah yang kondusif menjadi komponen penting dalam upaya
160
Ali Imron. Pembinaan Guru di Indonesia (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h. 78.
161
E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, h. 92.
132
membina mutu pendidikan. Iklim dan budaya sekolah/madrasah yang kondusif
secara umum dapat mempengaruhi suasana
belajar peserta didik, yang pada
akhirnya turut mempengaruhi prestasi belajar peserta didik yang lebih baik dan
memuaskan orang
tua
peserta didik.
Sementara itu iklim
dan budaya
sekolah/madrasah dapat tercipta jika didukung oleh lingkungan yang sehat dan
menyenangkan.
8. Peran Serta Masyarakat.
Peran serta masyarakat merupakan kontribusi atau sumbangan dan
keikutsertaan masyarakat dalam menunjang kegiatan-kigiatan madrasah, termasuk
dalam upaya peningkatan
mutu pendidikan. Pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan madarasah baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh
terhadap kelangsungan madrasah. Oleh karena itu peran serta masyarakat sangat
diharapkan, terutama dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring/evaluasi
program pendidikan.
Unsur-unsur dalam peran serta masyarakat antara lain
orang tua peserta
didik, komite madrasah dan masyarakat dari unsur ulama/tokoh agama, tokoh
pendidik, dan lain-lain. Unsur-unsur itu sangat besar artinya dalam peningkatan
mutu pendidikan madrasah. Hal ini perlu diupayakan pengembangannya sebagai
pemberdayaan madrasah berbasis masyarakat, menuju madrasah yang berbasis
TQM. Mereka dapat bekerjasama dengan madrasah dalam meningkatkan mutu
madrasah melalui
perencanaan program-program pembelajaran
dan kemajuan
peserta didik serta melalui berbagai kegiatan dan keterlibatan secara aktif.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka jenis peran serta masyarakat sangat
bervariasi diantaranya peran serta yang berupa dana, barang, tenaga, dan pikiran
133
dan keahlian. Keterbatasan kemampuan
pemerintah
terhadap pembiayaan
sekolah/madrasah, masyarakat berhak dan berkewajiban memberikan bantuan dan
dukungan yang dibutuhkan. Semakin tinggi partisipasi masyarakat semakin tinggi
rasa memiliki dan semakin tinggi pula tanggung jawab terhadap madrasah, seperti
sering diungkapkan, bahwa hubungan masyarakat dengan sekolah/madrasah
merupakan komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik
dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan
pembinaan kerjasama serta pemenuhan kepentingan bersama. 162 Konsep ini searah
dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang pada Bab XV Pasal 54 pada ayat (1) dan (2) dinyatakan sebagai berikut ;
(1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta
perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan
organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu pelayanan pendidikan.
(2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan
pengguna hasil pendidikan.
Kemudian pasal 56 ayat (1) dan (3) dinyatakan sebagai berikut;
(1) Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan
yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah.
(3) Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan
pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta
pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. 163
Dari ketentuan di atas, kedudukan madrasah sebagai lembaga pendidikan
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat lingkungannya, demikian juga sebaliknya,
sebab keduanya memiliki kepentingan, madrasah merupakan lembaga formal yang
162
Lihat Dadang Suhardan , dkk,( Tim Dosen Administrasi pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia) Manajemen Pendidikan ( Bandung: Alfabeta, 2011 ) h. 278.
163
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 33-34.
134
diserahi mandat untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda menjadi
generasi pembangunan bangsa di masa depan, sementara masyarakat merupakan
pengguna jasa pendidikan itu. Menurut Pidarta bahwa suatu lembaga pendidikan
tidak dibenarkan mengisolasi diri dari masyarakat, ia tidak boleh melaksanakan
idenya sendiri dengan tidak mau tahu akan aspirasi masyarakat, bila hal ini
dilakukan berarti ia menuju ke ambang kematian. 164
Hubungan madrasah dengan masyarakat terutama dalam peningkatan mutu
madrasah dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu kepentingan sekolah dan
kebutuhan/kepentingan masyarakat.165 Tujuan hubungan masyarakat berdasarkan
dimensi kepentingan sekolah yaitu: memelihara kelangsungan hidup sekolah,
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, memperlancar kegiatan pembelajaran,
memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam rangka pengembangan
dan pelaksanaan program-program sekolah.
Dalam konteks penerapan TQM, hubungan kepala sekolah/madrasah dan
guru
dengan
masyarakat
perlu
terjamin
berkesinambungan. Kepala madrasah dan
baik
dan
berlangsung
secara
Guru di samping mampu melakukan
tugasnya di madrasah, mereka juga diharapkan dapat dan mampu melakukan tugastugas hubungan dengan masyarakat. Untuk mencapai hal itu diperlukan kompetensi
dan perilaku dari semua warga madrasah
yang cocok dengan struktur sosial
masyarakat setempat, sebab ketika kompetensi dan perilaku mereka tidak cocok
dengan struktur sosial dalam masyarakat, maka akan terjadi benturan pemahaman
dan salah pengertian terhadap program yang dilaksanakan madrasah dan berakibat
164
165
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, h. 28.
Wahjosumijo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinajuan Teoritik dan Permasalahannya (
Cet. ke 7, Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2011), h. 345.
135
tidak adanya dukungan masyarakat terhadap madrasah, padahal madrasah dan
masyarakat memiliki kepentingan yang sama dan peran yang strategis dalam
mendidik dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas.166Oleh karena itu
keterlibatan
masyarakat
dalam
pengelolaan
pendidikan
sangat
penting,
keterlibatannya hendaknya diarahkan untuk membangun kesadaran mengenai
pentingnya pendidikan sebagai aset kehidupan. 167Lewat keterlibatan mereka dalam
mengelola pendidikan dapat diakomodir aspirasinya dan pandangan-pandangannya
kearah peningkatan mutu pendidikan. Dengan demikian peran serta masyarakat
dalam pengelolaan pendidikan baik langsung maupun tidak langsung mutlak harus
dibangun atas prinsip kebersamaan.
9. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Salah satu faktor pendukung keberhasilan sebuah lembaga pendidikan adalah
terpenuhinya sarana dan prasarana yang memadai. berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 42 ayat (1) dan
(2) dikemukan sebagai berikut;
(1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,
bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pem-belajaran yang teratur dan berkelanjutan.
(2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan,
ruang kelas, ruang pimpinan, satuan pendidikan, ruang pendidikan, ruang tata
usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang
unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga,
tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain
166
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi, dan Implementasi)
(Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2003), h. 72
167
Saiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, h. 246.
136
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.168
Berdasarkan ketentuan dan Peraturan Pemerintah tersebut sudah sangat jelas
bahwa standarisasi pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan harus dijadikan
prioritas utama, karena untuk meningkatkan mutu pendidikan tergantung kepada
sejauh mana ketersediaan dan mutu sarana dan prasarana pendidikan. Hal ini sangat
penting karena salah satu faktor pendukung mutu pendidikan di sekolah/madrasah
adalah sarana dan prasarana yang lengkap. Program pengelolaan sarana dan
prasarana pendidikan selain mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 19/2005 juga
ditempuh langkah-langkah sebagai berikut, yaitu;
a. Menetapkan kebijakan program secara tertulis tentang ketentuan–ketentuan
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, dalam hal mutu dan biayanya,
dan sekaligus merencanakan dan pendayagunaanya;
b. Mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan agar tetap berfungsi mendukung
proses pembelajaran, termasuk pemeliharaan fasilitas fisik dan peralatan
dengan memperhatikan kesehatan lingkungan;
c. Melengkapi fasilitas pembelajaran setiap kelas di sekolah/madrasah, dan
menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai tujuan
pendidikan dan kurikulum masing-masing tingkat/kelas.169
Dengan demikian pengelolaan sarana dan prasarana membutuhkan sebuah
manajemen pengelolaan, sehingga dapat memberikan kontribusi secara optimal dan
berarti pada jalannya proses pendidikan,
170
dan diharapkan juga dapat menciptakan
kenyamanan bagi guru dan peserta didik dengan tersedianya alat-alat dan fasilitas
belajar yang memadai, secara kuantitatif dan kualitatif.
168
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 163-162
169
Lihat Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset pendidikan, h. 649-650.
170
Lihat E. Mulyasa, Manajemen & Kepemimpinan, h.87.
137
10. Keuangan dan Pembiayaan pendidikan.
Komponen keuangan dan pembiayaan pada setiap lembaga pendidikan
termasuk salah satu komponen penentu terlaksananya penyelenggaraan pendidikan
di sekolah/madrasah, sebagaimana dengan komponen-komponen lainnya, karena
hampir semua kegiatan dan aktifitas dalam proses pembelajaran memerlukan biaya.
Oleh karena itu keuangan dan pembiayaan perlu dikelola secara efektif, efisien dan
akuntabel. Meskipun pembiayaan pendidikan sebagian sudah menjadi tanggungan
Pemerintah, namun pada umumnya pengelola pendidikan masih merasakan belum
cukup, mengingat banyaknya kebutuhan sekolah/madrasah yang harus dipenuhi,
sehingga sekolah/madrasah harus berusaha mencari dana dan pembiayaan untuk
keberlangsungan proses pendidikannya. Sumber pembiayaan pada sekolah/medrasah
secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu;
1. Pemerintah, baik pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah, yang
bersifat umum atau yang bersifat khusus dan diperuntukkan bagi
kepentingan pendidikan.
2. Orang tua peserta didik, yang diatur melalui wadah Komite
sekolah/madrasah.
3. Masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat.171
Pengelompokan sumber pembiayaan pendidikan tersebut dapat dikatakan
hampir sama bagi satuan pendidikan, yang membedakan adalah dari segi kuantitas
dan kualitas penerimaannya, karena yang menjadi dasar penerimaan setiap satuan
pendidikan adalah tergantung jumlah siswa, dan tingkat partisipasi orang tua siswa
dan masyarakat setempat. Semakin banyak jumlah murid atau siswa, maka semakin
banyak dana operasional yang diterima, demikian halnya, jika partisipasi orang tua
dan masyarakat bagus, maka lembaga itu
171
akan semakin mudah
E. Mulyasa, Manajemen & Kepemimpinan, h. 85.
melakukan
138
program peningkatan mutu peserta didik. Nanang Fattah dalam Uhar Suharsaputra
mengemukakan, fungsi pembiayaan pendidikan disamping sebagai alat perencanaan
dan pengendalian, juga merupakan alat bantu manajemen dalam mengarahkan suatu
lembaga dalam menempatkan pada posisi yang kuat atau lemah. 172 Pelaksanaan
program pendidikan akan ditentukan oleh kemampuan anggaran yang tersedia,
bahkan anggaran menjadi salah satu ukuran apakah program kegiatan dapat
terlaksana dengan baik, apakah penggunaan anggaran untuk membiayai program
kegiatan pendidikan sudah sesuai, efektif dan efisien. Dengan demikian anggaran
mempunyai peran dan fungsi yang strategis dalam lembaga pendidikan, dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dalam kenteks penerapan TQM bahwa untuk pemberdayaan faktor-faktor
pendukung pendidikan yang dikemuakakan di atas sebaiknya mengacu kepada
minimal 10 (sepuluh) prinsip TQM, yaitu; 1) fokus pada pelanggan (kostumer), 2)
kepemimpinan, 3) perbaikan berkesinambungan, 4) keterlibatan total dan
pemberdayaan, 5) Obsesi dan komitmen yang tinggi terhadap mutu, 6) pendidikan
dan pelatihan, 7) pengukuran dan evaluasi/penilaian, 8) pengambilan keputusan
berdasarkan fakta, 9) kebebasan terkendali, 10) kesatuan tujuan.
Pemberdayaan komponene-komponen pendidikan yang berbasis TQM, baik
secara konseptual maupun secara operasional dalam penerapan TQM pada lembaga
pendidikan Islam (madrasah),
sudah tentu
akan berdampak positif terhadap
terwujudnya lembaga pendidikan yang bermutu, pendidikan yang memiliki daya
saing yang tinggi sesuai atau melebihi harapan pelanggan.
172
Uhar Suharsaputra,Administrasi Pendidikan, h. 265
139
Pemberdayaan faktor-faktor determinan pendidikan dengan berbasis TQM
harus dikelola secara terpadu sesuai fungsi masing-masing. Sebagaimana disebutkan
pada uraian sebelumnya bahwa
Manajemen Mutu Terpadu merupakan konsep
manajemen yang bersifat konprehensif yang berlaku bagi setiap orang, sebab setiap
orang dalam sebuah institusi apapun status, posisi dan peranannya adalah leader bagi
tanggung jawabnya masing-masing.
E. Kebijakan Pengembangan Madrasah
1. Pengertian dan Karakteristik Madrasah.
Kata "madrasah" dalam bahasa Arab adalah bentuk kata "keterangan tempat"
(zharaf makan) dari akar kata "darasa".173 Jika diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, kata madrasah memiliki arti sekolah. Walaupun secara teknis, yakni
dalam proses pembelajaran secara formal, madrasah tidak berbeda dengan sekolah,
tetapi di Indonesia madrasah tidak lantas dipahami sebagai sekolah, melainkan
diberi konotasi yang lebih spesifik lagi, yakni sekolah agama, tempat peserta didik
memperoleh pembelajaran hal-ihwal atau seluk-beluk agama Islam.
Dalam praktiknya ada madrasah yang di samping mengajarkan ilmu-ilmu
keagamaan (al-‘ulum al-diniyyah), juga mengajarkan ilmu-ilmu yang diajarkan di
sekolah umum. Selain itu, ada madrasah yang hanya mengkhususkan diri pada
pelajaran ilmu-ilmu agama, yang biasa disebut madrasah diniyyah.174 Kenyataan
bahwa kata madrasah berasal dari bahasa Arab, dan tidak diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia, menyebabkan masyarakat lebih memahami madrasah sebagai
173
Lebih lanjut baca, secara harfiah "madrasah" diartikan sebagai "tempat belajar", atau
"tempat untuk memberikan pelajaran". Dari akar kata "darasa" juga bisa diturunkan kata "midras"
yang mempunyai arti "buku yang dipelajari" atau "tempat belajar". Lihat Maksum, Madrasah dan
Sejarah Perkembangannya( Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) h. 32.
174
Abdul Rahman Shaleh, Penyelenggaraan Madrasah (Jakarta: Dharma Bakti, 1981), h. 11.
140
lembaga pendidikan Islam, yakni tempat untuk belajar agama. Dalam perkembangan
selanjutnya, kata madrasah secara teknis mempunyai arti atau konotasi tertentu,
yaitu suatu gedung atau bangunan tertentu yang lengkap dengan segala sarana dan
fasilitas yang menunjang proses pembelajaran.
Pada hakekatnya madrasah mempunyai karakter yang sangat spesifik, bukan
hanya melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran agama, tetapi juga
mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan hidup di dalam masyarakat.
Madrasah yang membawa fungsi teologis seperti itu, akan paralel dengan kesadaran
teologis masyarakat yang dilandasi oleh kebutuhan untuk memperdalam dan
mengamalkan ilmu-ilmu agamanya. Oleh karena itu madrasah adalah milik
masyarakat dan menyatu dengan nilai-nilai yang telah hidup dan dikembangkan di
dalam kebudayaan sebagai milik masyarakat.
Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI
melalui Majlis Pertimbangan dan Pemberdyaan Pendidikan Agama dan Keagamaan
(MP3A) menegaskan bahwa, madrasah memiliki ciri dan karakteristik sebagai
berikut; Pertama, Populis yakni madrasah selalu dicintai oleh masyarakat, karena
tumbuh dari masyarakat dan dikembangkan oleh masyarakat. Kedua, Islami yaitu
madrasah yang berciri khas agama Islam, mampu menciptakan anak-anak bangsa
yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt. dan berakhlak mulia. Ketiga,
Berkualitas, yaitu madrasah yang mampu mencetak anak-anak bangsa yang memiliki
kemampuan dan keterampilan dan sanggup menghadapi tantangan zaman.175 Hal
yang sama juga dikemukakan oleh Abd. Rahman Halim bahwa visi madrasah masa
175
Lihat Depatemen Agama, Menuju Madrasah Mandiri (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, 2006), h. 10.
141
depan adalah terciptanya karakteristik sistem pendidikan yang Islami, populis,
berkualitas dan beragam.176 Karakter Islami merupakan identitas yang paling pokok
dan utama yang harus diaplikasikan dan diinternalisasikan dalam kurikulum dan
proses pembelajaran, sehingga nilai-nilai ajaran Islam dapat mewarnai dan
membentuk kepribadian peserta didik yang konsisten melaksanakan syare’at Islam
secara kaffah. Karakter, populis, karakter ini sangat terkait dengan sejarah kelahiran
dan perkembangan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang lahir atas dukungan
masyarakat, tanpa mengenal gradasi (tingkatan) lapisan sosial masyarakat,
melainkan
menumbuhkan
nuansa
persudaraan
yang
penuh
kasih
sayang,
keberpihakan kepada kaum dhu’afa. Karakter berkualiatas, karakter ini menuntut
agar pengelolaan madrasah harus berorientasi pada mutu, madrasah merupakan
salah satu subsistem pendidikan nasional harus berbenah diri untuk meraih
ketertinggalan yang selama ini dialamatkan
sebagai lembaga pendidikan yang
kurang bermutu, bahkan dianggapnya kumuh. itulah sebabnya
dengan lahirnya
UUSP No. 20/2003 yang mempersamakan madrasah dengan sekolah memberikan
angin segar untuk meraih mutu yang kompetitif, sehingga madrasah sudah tidak lagi
menjadi lembaga pendidikan yang termarginalkan. Karakter keragaman
bahwa
madrasah menunjukkan sikap feleksibilitas dalam mengakomodir dari berbagai latar
belakang kehidupan masyarakat, dalam pengertian kehidupan madrasah berwawasan
kebhinekaan yang tunggal, yang tetap berada pada koridor ke-Islaman dan ketentuan
kebijakan pemerintah NKRI.
Madrasah sebagai subsistem pendidikan nasional secara fungsional dituntut
untuk menjabarkan
176
tujuan pendidikan Nasional ke dalam program operasional
Lihat Abd. Rahman Halim, Paradigma Baru Sistem Pembinaan Madrasah ( Cet. I.
Yogyakarta: Kota Kembang, 2009), h. 49-51.
142
kegiatan pembelajaran. Penjabaran tersebut diperlukan agar dapat tercipta proses
pembelajaran yang produktif, efektif dan efisien.177Dengan demikian diharapkan
madrasah dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas yang mampu berkiprah
dalam kehidupan masyarakat yang senantiasa berkembang. Mengacu pada
kerakteristik di atas, maka dalam pengelolaan dan pengembangan madrasah untuk
semua jenjang perlu merujuk kepada hal-hal sebagai berikut:
a. Madrasah harus ditempatkan sebagai lembaga pendidikan yang dikelola secara
profesional dan mampu memelihara norma-norma akademis yang memiliki
standar kualitas sebagai lembaga pendidikan formal yang bermutu;
b. Lulusan Madrasah sebagai produk pendidikan harus memiliki standar kualitas
yang setara dalam arti memiliki kemampuan komparatif dan kompetitif
dengan lulusan lembaga pendidikan formal lain yang sejenis;
c. Madrasah harus tetap berada pada posisi dan jati diri sebagai lembaga
pendidikan formal tingkat menengah yang bercirikan lslam yang memiliki
karakter yang khas tanpa keluar dari akar budaya setempat. 178
2. Sejarah Perkembangan Madrasah
Pendidikan yang dilaksanakan pada masa awal perkembangan Islam lebih
terkait dengan upaya-upaya dakwah Islamiyah, penyebaran, dan dasar-dasar
pelaksanaan ibadah dalam Islam. Sedangkan pendidikan formal Islam baru muncul
dengan kebangkitan madrasah.179Lembaga pendidikan Islam telah mengalami
perkembangan atau kemajuan, yang pada mulanya dilaksankan di masjid dan surau
pada masa awal penyebaran Islam di Nusantara. Masjid selain berfungsi sebagai
tempat ibadah juga difungsikan
sebagai tempat pendidikan. Pelembagaan
pendidikan Islam di wilayah Nusantara ini pada umumnya bermula dari pesentren,
177
Lihat Ace Suryadi dan H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya, 1994), h. 34.
178
Lihat Depatemen Agama, Profil Madrasah Masa Depan (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, 2006), h. 19.
179
Lihat Ahmadi Syukran Nafis, Pendidikan Madrasah, Dimensi Profesional dan Kekinian
(Yogya-karta: LaksBang PRESSindo, 2010), h. 71.
143
madrasah dan sekolah. Madrasah dianggap sebagai perkembangan atau pembaharuan
dari lembaga pendidikan pesantren dan surau. 180 Dengan demikian
pendirian
madrasah ini telah memperkaya khasanah lembaga pendidikan di lingkungan
masyarakat Islam, karena pada masa sebelumnya, masyarakat Islam hanya mengenal
pendidikan tradisional yang diselenggarakan di masjid-masjid.181 Pertumbuhan
madrasah sepenuhnya merupakan perkembangan lanjut dan alamiah dari dinamika
internal yang tumbuh dari dalam masyarakat Islam sendiri.
Pendidikan dan pengajaran Islam dalam bentuk pengajian al Qur’an dan
pengkajian kitab yang diselenggarakan di rumah-rumah, surau, masjid, pesantren,
dan lain-lain. Pada perkembangan selanjutnya mengalami perubahan bentuk baik
dari segi kelembagaan, materi pengajaran (kurikulum), metode maupun struktur
organisasinya, sehingga melahirkan suatu bentuk yang baru yang disebut madrasah.
Pelembagaan pendidikan Islam dalam bentuk madrasah dilatar belakangi oleh
dua faktor, yaitu; Pertama madrasah merupakan penyesuaian atas tradisi
persekolahan yang dikembangkan pemerintah Hindia Belanda, dan madrasah
merupakan bentuk lain dari sekolah yang diberi muatan dan corak keislaman.
Kedua, merupakan fenomena modern yang muncul disekitar pada awal abad ke-20,
yang menjadi bagian dari gerakan pembaharuan Islam di Indonesia, yang memiliki
kontak langsung dengan gerakan pembaharuan di Timur tengah. 182 Dengan
demikian, kemunculan dan perkembangan madrasah tidak terlepas dari adanya
gerakan pembaharuan Islam yang diprakarsai oleh sejumlah intelektual muslim
180
Lihat Maksum, Madrasah dan Sejarah Perkembangannya, h. 80.
181
Lihat Maksum Madrasah dan Sejarah Perkembangannya, h. 41.
182
Lihat Maksum Madrasah dan Sejarah Perkembangannya, h. 82
144
(ulama) dan organisasi-organisasi Islam, baik di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan
Sulawesi.
Selain hal tersebut, perkembangan madrasah juga dipicu oleh adanya respon
terhadap politik pendidikan Hindia Belanda di Tanah Air, yang mengembangkan
sistem pendidikan persekolahan. Kesadaran untuk memperbaharui sistem pendidikan
Islam, khususnya dari kalangan intelektual Islam yang telah mengenyam pendidikan
Belanda, mereka melakukan perubahan pada mata pelajaran dengan menambah
pelajaran umum, seperti membaca, berhitung, bahasa, pengetahuan alam,
kebudayaan dan keterampilan administrasi dan organisasi. Metode pelajarannyapun
dikembangkan atau direkayasa lebih efektif sesuai dengan kondisi pada saat itu.
Gagasan-gagasan tersebut dimulai KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta
(Muhammadiyah, 1912) dengan mendirikan Mulo met de Qu’an. 183 Kemudian selain
Muhammadiyah, muncul pula kelompok modernis Islam lainnya dari para tokoh
organisasi massa, sosial keagamaan, sosial politik, dan sosial ekonomi pada
umumnya menyerukan pemurnian ajaran agama Islam dengan kembali kepada alQur’an dan Sunnah. Di sisi lain, mereka melakukan pembaruan di bidang pendidikan
Islam. Kemunculan Serikat Islam di Solo (1911 M), Nahdlatul Ulama di Jawa Timur
(1923 M), Persatuan Islam di Bandung (1926 M), Perserikatan Ulama di Majalengka
(1911 M), Al-Jamiah al-Khoiriyah (1905M), dan Al-Irsyad di Jakarta (1913 M).184
Organisasi tersebut di atas melahirkan lembaga pendidikan Islam model
madrasah. Perintisan madrasah ini merupakan respon terhadap kebijakan pendidikan
h. 121.
183
Lihat Maksum Madrasah dan Sejarah Perkembangannya , h. 96.
184
Abdul Rahman Assegaf. Pendidikan Islam di Indonesia (Yogyakarta: Suka Press, 2007),
145
pemerintah Hindia Belanda,185 sehingga pendidikan Islam tidak termarginalkan, dan
pada sisi lain tetap mempertahankan ciri-ciri keislamannya secara ketat dan kuat.
Pada masa itu pesantren dan madrasah/sekolah Islam bermunculan. Sebagai
dampak politik etis yang diterapkan kolonial Belanda. Madrasah pada masa tersebut
bercorak klasik dan ada pula yang sintesis-adaptif.186 Madrasah yang bercorak
klasikal adalah madrasah yang lahir dan berkembang dari pesantren tradisional yang
telah ada sebelumnya, sedangkan madrasah yang bersifat sintesis-adaptif adalah
madrasah yang lahir dari luar pesantren, seperti dari organisasi-organisasi sosial
keagamaan, sosial-politik, atau sosial-ekonomi.
Selain faktor politik yang membawa angin segar terhadap pendidikan Islam,
terdapat pula tantangan tentang kebangkitan Islam pada masa tersebut. Pertama,
pada tahun 1925 M Belanda mengeluarkan peraturan yang lebih ketat terhadap
pendidikan Agama Islam yaitu tidak semua orang boleh memberikan pelajaran
mengaji kecuali telah mendapat rekomendasi atau persetujuan pemerintah Belanda.
Kedua, pada tahun 1932 M keluar lagi peraturan (Ordonansi Sekolah Liar; Wilde
School Ordonantie) yang berisi tentang kewenangan untuk memberantas dan
menutup madrasah dan sekolah yang tidak mempunyai izin atau memberikan
pelajaran yang tidak disukai Belanda.187
Pada saat itu sistem pendidikan madrasah sudah dikenal hampir di seluruh
wilayah Indonesia, baik yang didirikan dengan usaha pribadi atau oleh organisasi-
185
Syamsu Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia, ( Jakarta : Kencana, 2007 ), h. 290.
186
Sintesis adaptif yang dimaksudkan adalah satu sisi mengikuti pola dan model sekolah ala
kolonial Belanda dan satu sisi mengikuti pola dan model pesantren tradisional.
187
Abdul Rahman Assegaf, Pendidikan Islam di Indonesia, h. 122.
146
organisasi Islam. walaupun demikian pihak kolonial Belanda tetap berusaha
menghalang-halangi penididikan madrasah. Hal ini dikarenakan kekhawatiran
mereka bahwa pendidikan madrasah, disamping dapat mencerdaskan kehidupan
bangsa Indonesia, juga berfungsi mengembangkan ajaran-ajaran Islam di kalangan
generasi muda, yang tentu saja hal tersebut sangat mengancam posisi pemerintahan
Hindia Belanda.
Berbeda dengan pemerintahan Hindia Belanda, pemerintahan Jepang
membiarkan dibukanya kembali madrasah-madrasah yang pernah ditutup pada masa
sebelumnya. Tentang sikap penjajah Jepang terhadap pendidikan Islam ternyata
lebih lunak, sehingga ruang gerak pendidikan madrasah lebih bebas ketimbang pada
zaman pemerintahan kolonial Belanda. Pemerintahan Jepang tidak begitu
menghiraukan kepentingan agama, yang penting bagi mereka adalah demi keperluan
memenangkan perang, para pemuka agama lebih diberikan keleluasaan dalam
mengembangkan pendidikannya. Namun demikian, pemerintah Jepang tetap
mewaspadai bahwa madrasah-madrasah itu memiliki potensi perlawanan yang
membahayakan bagi pendudukan Jepang di Indonesia.
Sehubungan dengan sejarah perkembangan madrasah di atas, maka secara
khusus perkembangan madrasah di Sulawesi Selatan secara singkat akan
dikemukakan, bahwa kehadiran dan kondisinya tidak jauh berbeda dengan kondisi
yang ada di daerah lain, yang pada awalnya pendidikan Islam hanya dilaksanakan
ditumah-rumah oleh guru-guru mengaji, kemudian dikembangkan di masjid atau di
surau, dan kemudian didirikan pondok pesantren dan lebih khusus lagi dengan
pendirian madrasah.
147
Pada tahun 1921 M.188 Pimpinan pusat Muhammadiyah di Yogyakarta telah
mendapat kesempatan untuk membuka cabang-cabangnya diluar Kesultanan
Yogyakarta, sehingga pada tanggal 17 Ramadhan 1345 H atau bertepatan pada
tanggal, 4 April 1926 M, secara resmi Muhammadiyah telah berdiri di Kota
Makassar sebagai cabang pertama di Sulawesi.189 Meskipun sejak tahun 1920 cikal
bakal kehadiran Muhammadiyah di Sulawesi Selatan sudah ada, namun pada saat itu
belum secara resmi karena yang membawanya adalah seorang pedagang batik yang
bernama Mansur Al Yamani, yang sekaligus bertindak sebagai seorang Muballig,
berasal dari Surabaya/Jawa Timur. Kehadirannya pada saat itu disambut baik oleh
pengurus organisasi Sosial yang bernama “ al Shirat al-Mustaqim “ di Kota
Makassar. Lembaga ini diprakarsai oleh KH. Abdullah, bersama dengan H.
Muhammad Thahir dan HM. Yahya, mereka juga berprofesi sebagai pedagang.
Mereka inilah yang memprakarsai berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah cabang
Makassar, dengan melalui musyawarah mufakat diangkatlah H. Muhammad Joesoef
Daeng Mattiro sebagai Ketua dan Muhammad Said Daeng Massikki sebagai
sekretaris, dan dibantu oleh beberapa anggota dari tokoh dan pemuka agama lainnya,
termasuk KH Abdullah.190
Mattulada dalam Rahman Getteng mengemukakan bahwa keinginan
masyarakat untuk memiliki sekolah semakin besar, maka pada saat itulah (disekitar
tahun 1926) Muhammadiyah merintis sekolah pertama yang diberi nama “ Moenir
School” kemudian disusul madrasah diniyah dengan nama “ Diniyah School”.
188
Lihat Abd. Rahman Getteng, Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan, Tinjauan Historis
dari Tradisional ke Modern (Cet. I, Makassar: Alauddin Press, 2011), h. 88.
189
Lihat Abd. Rahman Getteng, Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan , h. 89.
190
Abd. Rahman Getteng, Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan, h..87
148
Keduanya setingkat dengan sekolah Dasar (SD) atau ibtidaiyah. Kemudian pada
tahun 1929, Cabang Muhammadiyah Makassar membuka lembaga pendidikan yang
ke tiga, yaitu Holland Inlandisch School (HIS) dengan mata pelajaran pendidikan
Islam (al-Qur’an dan Hadis) ditambah dengan mata pelajaran umum, sekolah ini
dikepalai oleh Tuan Yahya bin Abd. Rahman Bayusut. Guru-gurunya selain dari
kalangan tokoh Muhammadiyah, juga didatangkan
dari Sumatera (Sumatera
Thawalib) dan Jawa (Yogyakarta), seperti Yastim Latief, Buya HAMKA (Haji
Abdoel Malik Karim Amrullah) dan Ustaz Zaini Dahlan, ke tiganya dari Sumatera
Thawalib. Sedang yang dari Yogyakarta, Sangaji Koesoema dan Ustaz Raden
Himan.191 Selain HIS, Muhammadiyah merintis sebuah lembaga pendidikan yang
diberi nama Tablig School setingkat dengan Tsanawiyah, sekolah ini diprakarsai
oleh Buya HAMKA. Salah satu tujuan didirikannya lembaga ini ialah untuk
mengkader muballigh/da’i Islam untuk diterjunkan ke tengah-tengah masyarakat
yang memang saat itu sangat dibutuhkan keberadaannya. Sekolah inilah menjadi
cikal bakal berdirinya Madrasah Muallimin Muhammadiyah di sekitar tahun 1934.192
Pada saat inilah sekolah Tabligh School berubah namanya menjadi Madrasah
Muallimin Muhammadiyah Makassar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sekolah/madrasah “ Moenir School dan
Diniyah School” yang didirikan oleh Muhammadiyah Cabang Makassar merupakan
Madrasah (sekolah Islam) yang tertua di Makassar, bahkan kemungkinan yang tertua
di Sulawesi Selatan. Kemudian disusul Madrasah Muallimin Muhammadiyah
Makassar, meskipun sementara ada yang berpendapat bahwa Perguruan Islam
191
Abd. Rahman Getteng, Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan, h. 91.
192
Abd. Rahman Getteng, Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan, h. 86
149
(PERGIS) Datumuseng yang tertua di Makassar, yang berdiri pada tahun 1945,
didirikan oleh H.Darwis Zakaria, H. Mansur Daeng Tompo dan H. Gazali Sachlan,193
namun jauh sebelum berdirinya Perguruan Islam Datumuseng, telah berdiri
Madrasah Muallimin Muhammdiyah Makassar pada tahun 1934,194yang sampai
sekarang masih hidup dan berkembang dengan baik sebagaimana layaknya madrasah
swasta lainnya di Kota Makassar, hal yang sama juga terlihat pada Perguruan Islam
Datumuseng (PERGIS) yang tetap berkembang hingga saat ini.
3. Kebijakan Pemerintah Terhadap Madrasah.
Perkembangan Madrasah sejak awal kemerdekaan sangat terkait dengan
peran Departemen Agama yang resmi berdiri pada tanggal 3 Januari 1946,195 dalam
perkembangan selanjutnya Departemen Agama menyeragamkan nama, jenis dan
tingkatan madrasah sebagaimana yang ada sekarang. Madrasah ini terbagi
menjadi dua kelompok. Pertama, madrasah yang menyelenggarakan pelajaran agama
30% sebagai pelajaran dasar dan pelajaran umum 70%. Kedua, madrasah yang
menyelenggarakan pelajaran agama Islam murni yang disebut dengan Madrasah
Diniyah.
Pada
periode
ini
pemerintah
mulai
memikirkan
kemungkinan
mempersamakan antara madrasah dengan sekolah, dengan dikeluarkannya Kepres
No. 34 tahun 1972, kemudian diperkuat dengan Inpres No. 15 tahun 1974, dan secara
operasional tertuang dalam SKB (Surat Keputusan Bersama) tiga Menteri, yaitu
Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri
193
Lihat Muljono Domopolii, Pesantren Modern IMMIM Pencetak Muslim Modern ( Cet.I,
Jakarta: Rajawali Pers Raja Grafindo Persad, 2011) h. 109.
194
Lihat Abd. Rahman Getteng, Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan, h, 86
195
Lihat Abd. Rahman Getteng, Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan, h.89.
150
Nomor 6 Tahun 1975, Nomor 037/4 1975 dan Nomor 36 tahun 1975, tanggal, 24
Maret 1975, diantara ketetapannya sebagai berikut;
a. Ijazah Madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan sekolah umum
yang sederajat
b. Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih
tinggi;
c. Siswa setingkat madrasah dapat berpindah ke sekolah yang setingkat.196
Semua aturan ini menggariskan bahwa madrasah disemua jenis dan jenjang
mempunyai posisi yang sama dengan sekolah umum. Untuk itu kurikulum madrasah
diharuskan memuat a lokasi waktu 70 % untuk mata pelajaran umum dan 30 %
untuk mata pelajaran Agama.
Kemudian pada tahun 1984, dikeluarkan SKB yang mengatur tentang
pembakuan kurikulum sekolah umum dan kurikulum madrasah. Kurikulum
Madrasah Aliyah sama dengan kurikulum
Sekolah Menengah Atas pada mata
pelajaran umum, sedang mata pelajaran agama Islam terdapat porsi atau struktur
yang berbeda, yaitu terdiri; Qur’an Hadist, Aqidah Akhlak, Fikhi/Ibadah, Sejarah
Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab.197 Hal lain yang dipersamakan adalah standar
pendidikan madrasah sama dengan sekolah umum, ijazahnya mempunyai nilai yang
sama dengan sekolah umum dan lulusannya dapat melanjutkan ke sekolah umum
setingkat lebih atas dan peserta didik madrasah dapat berpindah ke sekolah umum
yang setingkat. Lulusan Madrasah Aliyah dapat melanjutkan kuliah ke perguruan
tinggi umum dan agama.198 Pemerintah melakukan langkah konkrit berupa
196
Lihat Depatemen Agama, Profil Madrasah Masa Depan. op, cit. h. 2
197
Lihat Sirajuddin Ismail, dkk, Reinvensi Kurikulum & Pembelajaran Pendidikan Agama
dan Pendidikan Keagamaan, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar( Jakarta; Orbit Indobis 2011), h. 259.
198
Departemen Agama RI, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan
Nasional (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2010), h. 33. Tentang istilah ” madrasah
aliyah yang berciri khas Agama Islam” setelah diterbitkannya UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem
151
penyusunan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional, dan terakhir dikeluarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Melalui Undang-Undang tersebut lebih mempertegas pemberian definitif
kepada
madrasah yang diperkuat
operasional
dan
dimasukkan
dalam
dengan keputusan-keputusan yang lebih
kategori
pendidikan
sekolah
tanpa
menghilangkan karakter keagamaannya.199 Melalui upaya ini dapat dikatakan bahwa
madrasah berkembang secara terpadu dalam sistem pendidikan nasional.
Kebijakan pendidikan di lingkungan madrasah sebagai subsistem dalam
keseluruhan sistem pendidikan nasional, ditetapkan tidak berbeda dengan
kebijaksanaan pendidikan yang ditetapkan oleh Departeman Pendidikan Nasional.
Oleh karena itu, madrasah diberikan batasan sebagai sekolah umum yang berciri
khas agama Islam dan dikelola oleh Kementerian Agama. 200 Madrasah menggunakan
kurikulum seutuhnya, menggunakan buku paket yang sama, mengikuti ujian nasional
bersama dan mengikuti petunjuk perangkat teknis selengkapnya dari Kementerian
Pendidikan Nasional.
Disamakannya madrasah dengan sekolah umum dengan menerapkan
kurikulum seratus persen sama antara kurikulum madrasah dengan sekolah umum,
artinya mengubah keseluruhan subsistem pendidikan madrasah tersebut. Karena itu
Pendidikan Nasional, yang disempurnakan dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang SPN, diikuti
beberapa Peraturan Pemerintah dan PERMEN DIKNAS di bidang Pendidikan, maka istilah tersebut
sudah tidak digunakan lagi, diganti dengan penulisan ”sekolah/madrasah ” pada semua jenis dan
jenjang pendidikan. Dengan demikian semakin memperjelas kesejajaran antara sekolah dan madrasah
dalam Undang-Undang tersebut.
199
Departemen Agama RI, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan
Nasional, h. 36.
200
Lihat Maksum Madrasah dan Sejarah Perkembangannya, h. 67.
152
renovasi terhadap keseluruhan subsistem pendidikan madrasah harus dilakukan,
tidak hanya terbatas pada perangkat kurikulumnya saja, melainkan juga sebagai
konsekuensi adalah guru, fasilitas madrasah, dan manajemennya.
Kebijakan pembangunan pendidikan yang diterapkan di lingkungan madrasah
yang merupakan subsistem pendidikan nasional tentu saja tidak akan berbeda
dengan kebijakan pendidikan yang diterapkan oleh Kementerian Pendidikan
Nasional, maka sesuai dengan kebijakan Kementerian Agama, bahwa pembangunan
pendidikan di lingkungan madrasah akan mengacu kepada empat hal, yaitu:
Pemerataan, relevansi, kualitas, dan efisiensi.
a. Pemerataan; kebijakan dalam bidang pemerataan dimaksudkan agar semua
warga negara Indonesia memperoleh kesempatan yang sama untuk
mengenyam dan mengikuti pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang
berkualitas harus menjadi milik bersama seluruh warga masyarakat Indonesia
tanpa kecuali.
b. Relevansi; kebijakan pemerintah dalam relevansi pendidikan dititikberatkan
pada konsep link and match, yakni keterkaitan dan kesepadanan antara apa
yang diberikan madrasah dengan apa yang ada di lapangan.
c. Kualitas; kebijakan peningkatan kualitas ini dapat diartikan sebagai upaya
memberdayakan dan mendayagunakan potensi yang ada di madrasah untuk
pencapaian hasil yang diharapkan oleh madrasah, baik itu dari segi proses
pembelajaran, kesejahteraan tenaga kependidikan, sumber daya manusia,
finansial, dan sarana prasarana.
d. Efisiensi; sistem pendidikan yang berlangsung pada jalur formal, dalam hal
ini madrasah di Indonesia, hendaknya memperhatikan unsur efisiensi, dimana
pengelolaan sebuah satuan pendidikan harus dapat memperhitungkan unit
cost riel yang dibutuhkan dalam waktu satu tahun. Dengan demikian
madrasah diupayakan untuk membuat perencanaan yang matang dalam
penyelenggaraan pendidikan.201
Sebagaimana diketahui, bahwa madrasah mempunyai ciri khas yang sangat
spesifik bukan hanya melaksanakan tugas pendidikan dan pembelajaran agama,
201
Lihat Departemen Agama RI, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan
Nasional, h. 107.
153
tetapi juga mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan hidup di dalam
masyarakat. Menurut Abdul Rahman Shaleh bahwa Pembinaan madrasah diharapkan
untuk mencapai peningkatan mutu madrasah sekaligus juga sebagai sekolah umum
berciri khas agama Islam, memiliki bobot yang sama baik pada jenjang pendidikan
dasar maupun menengah, dan penyesuaian pendidikan pada madrasah dan sekolah
umum dilengkapi dengan program melanjutkan pendidikan, memenuhi kebutuhan
ketenagaan, dan lapangan kerja.202
Selanjutnya seiring dengan upaya pembaruan sistem pendidikan menjadi
suatu sistem yang lebih relevan dengan kebutuhan kini dan di masa depan, maka
madrasah harus siap dan mampu melakukan pengembangan model-model atau polapola baru dalam hal penyelenggaraan program pendidikan sekaligus menjembatani
tuntutan dan tantangan yang dihadapai, terutama dalam persaingan global.
4.
Peraturan Pemerintah. No. 19 Tahun 2005 dan Mutu Madrasah.
Pengelolaan dan pengembangan mutu pendidikan di Indonesia diatur dalam
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP), yang berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu. Peratuaran Pemerintah ini juga bertujuan menjamin mutu pendidikan
nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat. Di dalam Peraturtan ini terdapat 8 (delapan)
standar nasional pendidikan yang harus disikapi oleh setiap satuan pendidikan di
Wilayah NKRI, yaitu; Standar isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan,
202
Lihat Abdul Rahman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Visi, Misi, dan
Aksi) (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2004), h. 116.
154
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar
Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan.203
Standar Nasional Pendidikan tersebut pada hakekatnya terdapat kesesuaian
dengan konsep dan prinsip TQM yang ditawarkan dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan bagi masing-masing satuan pendidikan. sebagaimana halnya Peraturan
Pemerintah ini bertujuan untuk mengatur dan menetapkan standar mutu pendidikan
bagi setiap satuan pendidikan untuk semua jenis dan jenjang pendidikan. Standar
Nasional Pendidikan sebagai legalitas formal yang memberikan kerangka dasar
dalam mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu dengan menitikberatkan pada
indikator kinerja (performance indikators) dari proses pendidikan. IndikatorIndikator setiap komponen Standar Nasional Pendidikan ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional. Akan tetapi indikator-indikator tersebut,
hanya merupakan pedoman untuk mengukur mutu pembelajaran atau efektivitas
institusi dalam memenuhi kebutuhan peserta didik. Jika ingin memperoleh lebih
banyak apa yang ada di balik indikator kinerja tersebut, satuan-satuan pendidikan
harus
mengembangkan
menggunakan
dan
mengimplementasikannya
lebih
luas
dengan
konsep Total Quality Management (TQM), dengan pengartian
perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) terhadap kedelapan standar
pendidikan
nasional
tersebut
dalam
memenuhi
harapan
dan
keinginan
masyarakat/orang tua dan peserta didik itu sendiri.
Perbaikan mutu menjadi semakin penting dengan meningkatnya persaingan
dalam era liberalisasi ini. Perbaikan itu dilakukan melalui perubahan sistem
203
Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005,
tentang Standar Nasional Pendidikan. (Cet. V: Jakarta: Lek.Diknas, 2005), h. 14, dan lihat Dedi
Mulyasana, op. cit, h. 150-170.
155
pengelolaan pendidikan dari sentralisasi kepada desentralisasi pendidikan sebagai
pemberian
otonomisasi kepada setiap satuan pendidikan semakin besar, dan
perbaikan itu harus pula diimbangi oleh peningkatan peran dan tanggung jawab
setiap stakecholder pendidikan. Sekolah/Madrasah harus bisa mendemonstrasikan
bahwa lembaga tersebut mampu menyelenggarakan pendidikan yang bermutu
kepada para peserta didiknya. Hal ini sejalan dengan paradigma baru penataan
sistem pendidikan yang bermutu, yang menjadi tujuan
Nasional
diterapkannya Standar
Pendidikan (PP.No.19 tahun 2005) tersebut. Sekolah/Madrasah harus
menyelenggarakan pendidikan yang mengacu kepada mutu yang berkelanjutan,204
yang berbasis dan berasaskan otonomi, yang diiringi akuntabilitas yang memadai.
Untuk mencapai hal tersebut harus diikuti pelaksanaan evaluasi dan penilaian
secara teratur, baik oleh pihak eksternal (akreditasi) maupun kedalam sendiri
(Kepala sekolah/madrasah). Evaluasi secara teratur dalam bentuk ‘’audit internal’
yang dilanjutkan dengan‘’review sistem manajemen’’ akan menjamin sekolah/
madrasah secara kontinu melakukan perbaikan mutu, termasuk mengantisipasi
persaingan yang semakin ketat bagi lulusannya dalam meniti karir di dunia kerja.
Melaksanakan perbaikan mutu pendidikan secara kontinu (berkelanjutan), yang
dikembangkan oleh Total Quality Management (TQM) merupakan pendekatan yang
tepat untuk memberi penguatan terhadap pelaksanaan PP. No. 19 tahun 2005
tersebut, karena prinsip-prinsip TQM akan memberi penekanan perbaikan mutu
secara menyeluruh terhadap delapan Standar Nasional Pendidikan. TQM tidak
menganut sistem separuh atau setengah hati terhadap mutu, melainkan selalu
melihat penerapan mutu secara totalitas terhadap semua komponen pendidikan yang
204
James A.F. Atoner R. Edwar Feeman, Management Sixty Edition (Cet. I; New Jersey:
Prentice Hall, 1995) h. 7.
156
dijadikan
sebagai
Standar
Nasional
pendidikan.
Namun
demikian,
TQM
mengupayakan agar penekanan institusi bergeser secara permanen dari perbaikan
jangka pendek (shorter expediency) ke perbaikan jangka panjang, inilah maksud
perbaikan yang ” tiada henti” sampai mutu yang direncanakan tercapai, yang pada
akhirnya menjadi sebuah lembaga yang mempunyai daya saing yang kuat.
Penerapan Total Quality Management (TQM) dalam
kaitannya dengan
penerapan PP. 19 tahun 2005 diperlukan sebuah komitmen terhadap budaya mutu.
Komitemen yang tinggi terhadap perubahan budaya menjadi sesuatu yang penting,
karena terkadang hal ini menjadi salah satu faktor penghambat yang cukup sulit dan
cukup memakan waktu. Budaya mutu yang dimaksud mencakup sikap dan metode
kerja guru dan staf di samping sistem manajemen dan kepemimpinan yang efektif.
Perencanaan strategis perlu ditata dengan baik dalam menanggulangi
hambatan budaya tersebut, karena perencanaan yang baik dan strategis banyak
membantu pemegang kebijakan dalam institusi pendidikan dalam mewujudkan misi
sekolah/madrasah. Melalui perencanaan ini, Pimpinan
sekolah/madrasah akan mengetahui
bersama
dengan warga
mau kemana madrasah menuju dan akan
menjadi bagaimana madrasah dimasa depan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa PP No. 19 tahun 2005, yang
menjadi acuan Standar Nasional Pendidikan, akan lebih efektif
manajemen
jika konsep
yang ada seperti MBS/M atau MPMBS dapat dielaborasi secara
integratif kedalam prinsip-prinsip Total Quality Management (TQM) atau
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) pada lembaga pendidikan sekolah/ madrasah.
157
F. Kerangka Pikir
Menurut penjelasan PP RI Nomor. 55/2007 Tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan , dalam penjelasannya disebutkan,205 bahwa Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945(perubahan ke empat) Pasal 31 ayat
(3) berbunyi: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan UndangUndang”. Sebagaimana dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Bab III pasal 4 ayat 6 mengamanatkan agar
pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaraan
dan pengendalian mutu layanan
pendidikan.206 Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa strategi untuk mengatur
model sistem pendidikan nasional dalam hal peningkatan mutu, maka semua
lembaga pendidikan baik sekolah negeri maupun swasta perlu menjadikan Undang
Undang Sistem Pendidikan Nasional ini sebagai arah kebijakan dalam tata kelola
dan manajemen pendidikan, sehingga visi, misi, target, dan tujuan pendidikan dapat
tercapai. Tata kelola dan manajemen pendidikan akan lebih baik dan terarah jika
dilaksanakan sesuai dengan konsep TQM dalam meningkatkan mutu pendidikan
sehingga semakin jelas indikator ketercapaian hasilnya.
Madrasah sebagai subsistem
pendidikan nasional perlu berbenah diri
terutama dalam upaya peningkatan mutu pendidikannya, Sistem pendidikan yang
205
Lihat Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 253,
206
Lihat Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 9
158
diselenggarakan di Madrasah masih sering dianggap ketinggalan oleh sebagian
masyarakat, namun dengan diterbitkaannya UUSPN No. 20/2003, madrasah bukan
lagi menjadi lembaga pendidikan yang dimarginalkan, bahkan sudah sejajar dan
mampu bersaing dengan sekolah yang sederajat. Berdasarkan UUSPN, yang
diperkuat dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan, maka aspek mutu pendidikan bukan hanya menjadi
wacana melainkan sudah menjadi kewajiban bagi semua satuan pendidikan dan bagi
semua pemangku kebijakan (stakeholders) dalam bidang pendidikan untuk
menjadikan aspek mutu sebagai prioritas utama dalam seluruh aktivitas pendidikan.
Untuk mencapai mutu pendidikan, selain memperhatikan masalah input,
proses dan output serta outcamenya, maka faktor mananjemen merupakan salah
satu faktor kunci untuk meraih mutu secara optimal. Teori dan pendekatan yang
telah dilaksanakan selama ini seperti pendekatan MBS/SBM (Manajemen Berbasis
Sekolah/School Based Management) atau MPMBS (Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah) kelihatannya belum memberi pengaruh signifikan terhadap mutu
pendidikan di Indonesia, karena antara teori dengan kenyataan dilapangan sepertinya
masih jauh dari harapan yang diinginkan. Oleh karena itu melalui tulisan ini peneliti
menawarkan sebuah pendekatan yang berbasis mutu, yaitu Total Quality
Management ( TQM ) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan lembaga
pendidikan untuk memaksimumkan daya saing melalui perbaikan mutu terus
menerus untuk memenuhi harapan pelanggan ( internal dan eksternal). Itulah
sebabnya Tujuan utama TQM selalu mengadakan reorientasi sistem manajemen,
159
perubahan budaya dan perilaku staf, dan berfokus kepada mutu pelayanan yang
lebih efektif untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan keperluan pelanggan. 207
Manfaat utama penerapan TQM pada madrasah adalah perbaikan mutu dan
pelayanan, efesiensi anggaran dan kepuasan pelanggan (peserta didik). Perbaikan
sistem manajemen dan kualitas pelayanan menghasilkan peningkatan kualitas
peserta didik selaku pelanggan. Sebagai tambahan, manfaat lain yang bisa dilihat
adalah peningkatan kompetensi dan keahlian, semangat dan rasa percaya diri di
kalangan guru dan staf, perbaikan hubungan antara pengelola pendidikan dan
masyarakatnya, peningkatan akuntabilitas dan transparansi serta peningkatan
produktifitas dan efisiensi pelayanan.
Secara filosofis TQM hanya dapat dicapai dengan memperhatikan
karakteristik, yang meliputi; Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun
eksternal, memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas, menggunakan pendekatan
ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, memiliki komitmen
jangka panjang, mengembangkan/menumbuhkan kerjasama tim (teamwork),
memperbaiki proses secara berkesinambungan, menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan, memberikan kebebasan yang terkendali, memiliki kesatuan tujuan, dan
adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Prinsip dan karakteristik TQM ini
dapat dipedomani jika madrasah akan menerapkan TQM dalam mengelola
manajemen pendidikan yang bermutu.
Demikian pula untuk mengetahui hasil dari penerapan manajemen mutu
terpadu dalam pendidikan, secara periodik dan teratur diperlukan adanya evaluasi,
207
Lihat Umiarso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan
Menjual Mutu Pendidikan dengan Pendekatan Quality Control bagi Pelaku Lembaga pendidikan, h.
135.
160
karena evaluasi tersebut merupakan bagian dari manajemen pendidikan. Manajemen
pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerjasama yang sistimatik dan
komprehensif
untuk
mewujudkan
tujuan
pendidikan
nasional.
Manajemen
pendidikan juga mengandung arti segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan
proses pendidikan untuk mencapai peningkatan mutu sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Peningkatan mutu dalam arti teknis mengacu kepada derajat
keefektifan, efisiensi dalam penggunaan sumber daya. 208 Sedangkan dalam
pengertian perilaku, peningkatan mutu merupakan sikap mental yang senantiasa
berusaha untuk terus berkembang. Sementara itu peningkatan mutu pendidikan
dapat diukur dengan berdasarkan atas dasar nilai-nilai kemampuan, sikap, perilaku,
disiplin, motivasi, dan komitmen terhadap pekerjaan/tugas. Oleh karena itu
mengukur tingkat peningkatan mutu tidaklah mudah, di samping banyaknya
variabel, juga ukuran yang digunakan sangat bervariasi.
Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau TQM di bidang
pendidikan formal, terutama pada sekolah/madrasah
tidak terlepas dari fungsi-
fungsi manajemen yang selama ini menjadi dasar atau rujukan bagi pengelolaan
pendidikan (manajemen pendidikan). Fungsi-fungsi manajemen, seperti perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan atau controling, terdapat hubungan
operasional dan fungsional yang dikembangkan oleh pakar mutu, seperti W. Edwards
Deming, yang dikenal dengan siklus PDCA DEMING ( Deming cycle). Namun perlu
diketahui bahwa pendekatan apapun yang digunakan untuk mengkaji TQM, tetap
harus mengikuti prinsip-prinsip TQM, sebagaimana yang dikemukakan pada
208
Lihat Edwar Salis, Total Quality Management in Education ( Manajemen Mutu Terpadu
Pendidikan), h. 45.
161
pembahasan sebelumnya, atau paling tidak dapat merujuk kepada 5(lima) pilar
TQM, sebagaimana pendapat Jerome S. Arcaro dalam Yosal Iriantara dan para ahli
lainnya, menyebut lima pilar yang meliputi; Fokus pada pelanggan (costumer),
Keterlibatan total, Pengukuran, Komitmen, dan Perbaikan berkesinambungan. 209 hal
yang sama dengan redaksi yang berbeda dikemuakakan oleh Husaini Usman,
menyebut lima pilar TQM, yaitu; Product, process, organization, leadership dan
commitment.210 Azhar Arsyad menambahkan lima pilar TQM dengan konteks yang
lain sebagai berikut; Pertama, membina tekad/komitmen yang kuat dari pimpinan
sampai tingkat paling bawah dari seluruh jajaran yang ada untuk meningkatkan
mutu. Kedua, perbaikan proses, dengan kata lain memperbaiki mutu secara bertahap
dan terus menerus. Ketiga, pemberdayaan setiap orang dalam lembaga organisai.
Keempat, membantu setiap orang untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
Kelima, berfokus pada pelanggan.211
Pilar TQM yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, secara redaksional
berbeda, tetapi secara fungsional adalah sama, bahwa tiap-tiap pilar tersebut
merupakan sebuah mata rantai dalam organisasi, yang digambarkan seperti berikut;
Kepuasan kostumer terhadap produk yang berkualitas tidak akan tercapai tanpa
proses kerja yang bermutu dengan melibatkan semua komponen yang terkait dalam
lembaga pendidikan, dan proses kerja yang berkualitas tidak dapat diketahui tanpa
adanya pengukuran kinerja yang telah ditetapkan, dan perbaikan secara
berkesinambungan tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya komitmen dan
209
Lihat Jeromi S.Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, h. 39,
210
lihat Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, 592.
211
Azhar Arsyad, Pokok-Pokok Manajemen, Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan dan
Eksekutif ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, t.th), h. 50-51.
162
dukungan dari semua pihak yang terlibat untuk meningkatkan kualitas. Kelima pilar
ini akan sulit terwujud tanpa dukungan kepemimpinan yang efektif dalam sebuah
lembaga/institusi yang terkelola dengan baik. Jadi kelima pilar di atas berfungsi
secara linier menentukan tinggi-rendahnya tingkat produktivitas madrasah,
sementara itu,
tinggi rendahnya tingkat produktivitas organisasi mengindikasikan
keberhasilan atau kegagalan dalam mengitegrasikan pilar TQM untuk menghasilkan
suatu produk yang berkualitas yang berdaya saing tinggi.
Peningkatan mutu merupakan criteria pencapaian kerja yang diterapkan
kepada individu, kelompok atau organisasi. Kerangka produktivitas dalam
mengimplementasikan TQM dimaksudkan sebagai sasaran utama yang perlu dibidik
oleh
setiap
penyelenggara
sekolah/madrasah.
Hal
ini
disebabkan
karena
fokus/sasaran utama dari penyelenggaraan pendidikan yang berbasis TQM adalah
peningkatan mutu secara berkesinambungan sebagai upaya memberi kepuasan
kepada pelanggan internal dan eksternal. Untuk mengetahui lebih jauh implementasi
TQM pada MAN 2 Model dalam meningkatkan mutu pendidikan dapat digambarkan
dalam kerangka pikir sebagai berikut;
163
KERANGKA PIKIR
Landasan Teologis
Al-Qur’an & Hadis
Landasan Yuridis Formal
UUD 1945, USPN. 20/2003 &
PP Tentang Pendidikan.
MAN 2 MODEL
MAKASSAR
Proses Implementasi
TQM
Faktor Pedukung
dan Penghambat
(Faktor Internal
dan Eksternal)
Perencanaan
Pengorganisasian
Pelaksanaan
Evaluasi/supervisi
MUTU PENDIDIKAN
YANG BERDAYA
SAING
164
KERANGKA PIKIR
Landasan
Yuridis Formal
Landasan
Teologis
MAN 2 MODEL
MAKASSAR
TQM
Faktor Pendukung dan
penghambat penerapan
TQM
Proses Penerapan
TQM
-
Mutu Pendidikan
berbasis TQM
Perencanaan
Pengorganisasian
Pelaksanaan/pengarahan
Evaluasi dan penilaian.
The Five Fillars of
TQM
Kepuasan Pelanggan
(Internal & external)
Keterlibatan Total
P
e
n
g
u
k
u
r
a
n
K
165
KERANGKA PIKIR
LANDASAN
TEOLOGIS
LANDASAN
YUSRIDIS
FORMAL
MAN 2
MODEL
MAKASSAR
TQM
5 FILAR TQM
1. Focus pada pelanggan
2. Keterlibatan total
3. Pengukuran
4. Komitmen
5. Perbaikan secara b
Proses Implementasi TQM
1. Perencaan
2. Pengorganisasian
3. Pelaksanaan/pengarahan
4. Evaluasi/kontroling.
Faktor-faktor yang mendukung
dan yang menghambat TQM
1. Yang mendukung;
Faktor Internal & eksternal
2. Yang menghambat
Faktor internal & eksternal
Hasil implementasi TQM
1.Kepemimpinan
1. Perencanaan program
2. Kedisiplinan
3. Kerjasama & kemitraan
4. Motavasi belajar prestasi didik
5. Pelayanan & mutu pembelajaran
6.Evaluasi & penilaian
UMPAN BALIK
Mutu
Pendidikan
Pada MAN
2 Model
166
GAMBARAN KEGIATAN ORGNISASI MUTU
BAGI SEKOLAH/MADRASAH YANG TELAH MENERAPKAN SISTEM
MANAJEMEN MUTU212
Kepuasan pelanggan
Internal dan eksternal
Penanganan
keluhan
Kelulusan
Pengembangan kurikulum
Seleksi penerimaan
siswa baru
Sumber dana
Perencanaan &
pengedalian program
Pengadaan
sumberdaya
Pemasok
sumberdaya
212
Pemeliharaan
fasilitas
Proses
pembelajaran
Pengadaan pengajar
(GT/GTT
Verifikasi
kompetens
ii
167
Program-program utama yang semestinya disusun untuk mengantisipasi kebutuhan
dan persyaratan mutu pendidikan. Kebijakan ini seyogyanya merupakan persyaratan
yang harus dipahami oleh warga sekolah/madrasah tentang komitmen pendidikan
untuk memuaskan harapan pelanggan baik internal maupun eksternal.
Terciptanya iklim dan budaya organisasi sekolah/madrasah yang kondusif adalah
suatu gambaran, bahwa pada madrasah tersebut, terjalin hubungan timbal balik
antara perilaku kepala madrasah dan perilaku guru, sehingga semua tugas dan
tanggung jawab dapat dilaksanakan secara produktif.
Dari uaraian di atas tampak jelas, bahwa peranan kepemimpinan kepala
madrasah sangat besar dalam meningkatkan kemampuan, semangat kerja, dan
profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas, dan guru akan berkembang bila
kepala madrasah menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan guru bisa
berkembang dengan baik, demikian pula guru akan memiliki semangat kerja yang
baik, bila kepala sekolah mampu menciptakan iklim kerja yang kondusif.
Meningkatnya kemampuan dan semangat kerja guru yang berkelanjutan merupakan
kunci tercapainya profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas, dengan
komitmen profesi guru dalam melaksanakan tugas, akan menjadi sarana tercapainya
keefektifan kerja organisasi di madrasah, yang secara langsung akan menjadi sarana
utama tercapainya tujuan penyelenggaraan pendidikan di madrasah secara optimal.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik,
artinya seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari
kepribadian orang itu, dengan kata lain baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh
168
kepribadiannya.213 Lebih lanjut Zakiah Darajat mengemukakan bahwa faktor
terpentimg bagi seorang guru adalah kepribadiannya. 214 Kepribadian inilah yang
akan menentukan apakah ia menjadi pendidik atau pembina yang baik bagi peserta
didiknya ataukah sebaliknya, terutama bagi peserta didik yang masih muda dan
mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa. Oleh karena itu, kepribadian
merupakan faktor yang menentukan tinggi rendahnya komitmen guru dalam
menjalankan keprofesionalannya. Semakin baik kepribadian seorang guru diharapkan
semakin baik pula dedikasinya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai guru.
Di sisi lain, Glickman dalam Bafadal memberikan ciri profesionalisme guru
dari dua sisi, yaitu kemampuan berpikir abstrak (abstraction) dan komitmen
(commitment) guru. Guru yang profesional memiliki tingkat berpikir abstrak yang
tinggi, yaitu mampu merumuskan konsep, menangkap, mengidentifikasi, dan
memecahkan berbagai macam persoalan yang dihadapi dalam tugas, dan juga
memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas.215 Dengan kata lain
bahwa komitmen adalah kemauan kuat untuk melaksanakan tugas yang didasari
dengan rasa penuh tanggung jawab.
Kompetensi guru merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru
atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti.216 Dengan demikian,
213
ibid. h. 106
214
Ibid., h. 107.
215
I Bafadal & A. Imron, op. cit., h. 69.
216
Ibid, h. 71.
169
kompetensi guru merupakan kapasitas yang dimiliki guru dalam melaksanakan tugas
profesinya. Tugas profesional guru bisa diukur dari seberapa jauh guru mendorong
proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Grasser dalam Sudjana, bahwa ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni:
menguasai bahan pelajaran, kemampuan mendiagnosis tingkah laku peserta didik,
kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, dan kemampuan mengukur hasil
belajar peserta didik.217
Dalam rangka menumbuhkan kompetensi kepribadian ini, Mulyasa
merancang sebuah konsep budaya pendidikan yang diharapkan akan menjadi ajang
pembangunan karakter bangsa (nation building), budaya pendidikan yang sedang
dirancang tersebut adalah budaya malu, budaya mutu, budaya kerja, budaya disiplin,
dan budaya ibadah.218 Kinerja guru yang ditunjukkan dapat diamati dari kemampuan
guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang tentunya sudah dapat
mencerminkan suatu pola kerja yang dapat meningkatkan mutu pendidikan ke arah
yang lebih baik. Seseorang akan bekerja secara profesional bilamana memiliki
kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan
sebaik-baiknya. Jadi betapapun tingginya kemampuan seseorang, ia tidak akan
bekerja secara profesional apabila tidak memiliki kepribadian dan dedikasi dalam
bekerja yang tinggi.
Sedikitnya terdapat tiga peranan guru dalam kompetensi profesional,
terutama dalam proses pembelajaran yaitu:
Pertama, jika guru mendesain dan mengembangkan materi pembelajaran
217
Lihat ibid.
218
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, h.131.
170
individual, peran guru penyampaian materi bersifat pasif, tugas guru adalah
memonitor dan membimbing kemajuan peserta didik dalam penyelesaian materi, dan
membentuk kompetensi. Kedua, guru memilih materi pembelajaran yang telah ada
dan menyesuaikan dengan startegi pembelajaran yang digunakan, peranan guru
menjadi lebih efektif dalam penyampaian materi, dan pembentukan kompetensi.
Ketiga, pembelajaran sangat bergantung kepada guru. Guru menyampaikan semua
materi pembelajaran menurut strategi yang telah dikembangkan. Dalam tipe ini,
guru selalu dapat menyajikan secara up-to-date tetapi sebagian besar waktu habis
untuk menyampaikan kepada seluruh kelompok dan sedikit waktu untuk membantu
perorangan bagi peserta didik yang memerlukan.219
Selain dari pada itu agar pembelajaran dapat dilakukan secara efektif dan
menyenangkan, materi pembelajaran harus diurutkan sedemikian rupa serta dijelaskan mengenai batasan dan ruang lingkupnya. Hal ini dapat dilakukan dengan,
menyusun standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) sebagai konsensus
nasional, yang dikembangkan dalam standar isi dan standar kompetensi untuk setiap
kelompok mata pelajaran yang akan dikembangkan, menjabarkan SKKD ke dalam
indikator, sebagai langkah awal untuk mengembangkan materi standar untuk
membentuk kompetensi tersebut, mengembangkan ruang lingkup dan urutan setiap
kompetensi.
Proses pembelajaran melibatkan aktivitas yang kompleks, bukan sekedar
transfer of knowledge dari pendidik kepada peserta didik secara tekstual. Dalam setiap pembelajaran, harus diupayakan untuk dapat mengantarkan peserta didik pada
219
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein. Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : Rineka
Cipta, 2002), h. 82.
171
penguasaan kompetensi yang dicanangkan, termasuk nilai-nilai dan sikap yang melandasinya.
Menurut Danim, beberapa hal yang menjadi pertimbangan guru dalam
memilih strategi pembelajaran, yaitu: Pertama, berkaitan dengan kemampuan guru
atau penguasaannya terhadap teori, metode dan praktik pembelajaran. Kedua,
berkaitan dengan motivasi dan kreativitas guru. Ketiga, terkait dengan ketersediaan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Dari katiga hal tersebut, faktor pertama dan
kedua merupakan pra syarat yang utama. Tanpa kemampuan, motivasi, dan
kreativitas guru akan cenderung mengajar secara tradisional, yaitu hanya
menyampaikan materi yang ada pada buku pelajaran. 220Guru dalam proses
pembelajaran memiliki peran yang sangat penting. Bagaimanapun hebatnya
kemajuan teknologi, peran guru akan tetap diperlukan. Teknologi yang dapat
memudahkan manusia mencari dan mendapatkan informasi dan pengetahuan, tidak
mungkin bisa mengganti peran guru.
Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap, memberikan
perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk yang jelas,
menegur bila peserta didik melakukan tindakan menyimpang, memberikan
penguatan (reinfor-cement). Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian
kondisi belajar yang optimal, yaitu berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan
peserta didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat melakukan
tindakan remidial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Di samping dua jenis keterampilan di atas, hal lain yang perlu diperhatikan
220
Lihat Sudarwan Danim, Profesionalisasi., h.67.
172
oleh guru dalam pengelolaan kelas adalah menganalisis tingkah laku peserta didik
yang mengalami masalah/kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut
dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistimatis, menghindari
campur tangan yang berlebihan, menghentikan penjelasan tanpa alasan, ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan, penyimpangan, dan sikap yang membingungkan.
Lebih lanjut Saondi menguraikan langkah strategis dalam upaya meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan melalui beberapa terobosan, antara lain kepala
Sekolah harus memahami dan melakukan fungsi sebagai penunjang peningkatan
kinerja guru, yaitu: a) Membantu guru memahami, memilih dan merumuskan tujuan
pendidikan yang akan dicapai, b) Mendorong guru agar mampu memecahkan
masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi, c) Memberikan pengakuan atau
penghargaan terhadap prestasi kerja guru secara layak, d) Mendelegasikan tanggung
jawab dan kewenangan kerja kepada guru untuk mengelola proses pembelajaran, e)
Membantu memberikan kemudahan kepada guru dalam proses pengajuan kenaikan
pangkatnya sesuai dengan peraturan yang berlaku, f) Membuat kebijakan sekolah
dalam pembagian tugas/beban kerja
guru. g) Melaksanakan
supervisi
secara
berkesinambungan dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru
dalam proses pembelajaran, h) Menciptakan kondisi dan iklim kerja yang sehat dan
menyenangkan di lingkungan sekolah. i) Memberikan peluang kepada guru untuk
menegmbangkan kompetensinya serta memfasilitasi kebutuhan guru, terutama
kebutuhan dalam proses pembelajaran. 221
221
Ondi Saondi, Etika Profesi Keguruan (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), h. 136.
173
Kemudian pada Pasal 43 ayat(1), (3), (4) dan (6) juga dijelaskan sebagai berikut;
(1) Standar keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu pengetahuan alam(IPA),
laboratorium bahasa, laboratorium komputer, dan peralatan pembelajaran lain
pada satuan pendidikan dinyatakan dalam daftar yang berisi jenis minimal
peralatan yang harus tersedia.
(3) Standar jumlah buku teks pelajaran di perpustakaan dinyatakan dalam rasio
minimal jumlah buku teks pelajaran untuk masing-masing mata pelajaran di
perpustakaan satuan pendidikan untuk setiap peserta didik.
(4) Kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan buku teks pelajaran dinilai
oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
(6) Standar sumber belajar lainnya untuk setiap satuan pendidikan dinyatakan
dalam rasio jumlah sumber belajar terhadap peserta didik sesuai dengan jenis
sumber belajar dan karakteristik satuan pendidikan.222
Sedikitnya terdapat tiga tipe materi pembelajaran yang menyangkut peranan
guru dalam proses pembelajaran, yaitu:
Pertama,
jika
guru
harus
mendesain
dan
mengembangkan
materi
pembelajaran individual, maka peran guru menyampaikan materi bersifat pasif,
tugas guru adalah memonitor dan membimbing kemajuan peserta didik dalam
penyelesaian materi, dan membentuk kompetensi. Kedua, guru memilih materi
pembelajaran yang telah ada dan menyesuaikan dengan startegi pembelajaran yang
digunakan, peranan guru menjadi lebih efektif dalam penyampaian materi, dan
pembentukan kompetensi. Ketiga, pembelajaran sangat bergantung kepada guru.
Guru menyampaikan semua materi pembelajaran menurut strategi yang telah
dikembangkan. Dalam tipe ini, guru selalu dapat menyajikan secara up-to-date tetapi
sebagian besar waktu habis untuk menyampaikan kepada seluruh kelompok dan
222
Ibid, h. 164,
174
sedikit waktu untuk membantu perorangan bagi peserta didik yang memerlukan.223
Selanjutnya menurut Imron, tingkatan komitmen profesi dapat digambarkan
dalam satu garis kontinu, yang bergerak dari tingkatan rendah sampai dengan
tingkatan tinggi. Guru yang rendah tingkat komitmennya, ditandai oleh ciri-ciri: 1)
Perhatian yang disisihkan untuk memerhatikan peserta didiknya hanya sedikit. 2)
Waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya hanya sedikit.
dan 3) Perhatian utama guru hanyalah jabatannya.224
Hasil penelitian Glickman sebagaimana dikemukakan oleh Bafadal,
menyimpulkan bahwa guru yang tingkatan nalarnya tinggi dapat melihat berbagai
kemungkinan dan mampu mencari berbagai alternatif model mengajar sehingga
mereka umumnya konsekuen dan efektif dalam menghadapi peserta didik.225
Dengan modal kompetensi menggunakan nalar ini, guru bisa melihat sesuatu dari
berbagai perspektif. Sebaliknya, apabila tingkat nalarnya rendah, hanya mampu
menemukan salah satu alternatif saja. Akibatnya, guru merasa bingung ketika
menghadapi masalah-masalah dalam kelas, dan tidak bisa berbuat banyak. Oleh
karena itu, mereka cenderung meminta petunjuk dalam melakukan tugas. 226 Salain
daya nalar yang harus dimiliki oleh guru. maka ia juga harus memiliki pengetahuan
tentang tingkah laku peserta didik sebagai bahan untuk memotivasi dalam proses
pembelajaran.
2.
Pengembangan prestasi peserta didik.
223
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein. Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : Rineka
Cipta, 2002), h. 82.
224
Ibid., h. 79.
225
I. Bafadal & A. Imron, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Malang:
Kerjasama FIP UM dan Ditjen-Dikdasmen, 2004), h. 53.
226
Tabrani Rusyan, dkk. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja
Karya, 1990), h. 49.
175
Keberhasilan dalam penyelenggaraan
tergantung
pendidikan pada madrasah, sangat
kepada beberapa komponen pendukung kegiatan
seperti kurikulum,
peserta didik, pembiayaan, tenaga pelaksana, dan sarana prasarana. Komponenkomponen tersebut merupakan satu kesatuan dalam upaya pencapatan tujuan
lembaga pendidikan( Sekolah/madrasah),
karena setiap
komponen
berhubungan satu sama lain, sehingga dapat memberi kontribusi
saling
yang
tinggi
terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan .
Komponen peserta didik sebagai pelanggan eksternal dalam prinsip TQM,
memerlukan sebuah manajemen yang efektif dan pengelolaan perbaikan secara
berkesinambungan.
Peserta didik merupakan subyek sekaligus sekaligus obyek
dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
oleh karena itu keberadaan peserta didik tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan
saja, akan tetapi harus merupakan bagian dari sistem pendidikan pada lembaga
pendidikan
(sekolah/madrasah).227Manajemen
bermutu
bagi
peserta
didik
dimaksudkan untuk mengembangkan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial,
emosional, dan kejiwaan peserta didik.
Manajemen mutu merupakan kegiatan terorganisasi yang ditujukan untuk
memenuhi kepuasan peserta didik. Peserta didik adalah pelanggan eksternal yang
kebutuhan belajarnya harus dapat dipenuhi oleh semua warga di sekolah/madrasah,
baik oleh pimpinan sekolah, guru maupun staf sekolah/madrasah. Semua kegiatan
ditujukan untuk memberi pelayanan belajar terbaik kepada mereka. Peserta didik
harus mendapat layanan utama di sekolah/madrasah, karena pesert didik adalah
orang yang memiliki kekuatan dalam
227
Dadang Suhardan , dkk, op. cit, 203
bentuk kebebasan memilih
lembaga
176
pendidikan mana yang ia sukai, karena kecocokannya dengan keinginan, harapan
dan kebutuhannya. setiap sekolah yang mampu memberi layanan terbaik sesuai
dengan kebutuhan dan harapannya, sekolah tersebut akan memperoleh kunjungan
peserta didik untuk mengikuti pembelajaran didalamnya.
Peserta didik menuntut pelayanan
individual dan kelompok, mereka
membutuhkan dorongan semangat agar terjadi proses belajar aktif. Peserta didik
menuntut perlakuan
yang manusiawi. Sedangkan pelayanan
terhadap
barang
bersifat statis dan dikemas dalam kemasan yang sama. Barang tak perlu di beri
"penghormatan" seperti perlakuan terhadap anak. Peserta didik dalam pembelajaran
tidak dapat disamakan dengan memproses barang. Peserta didik berinteraksi dan
berkomunikasi dalam situasi pendidikan dengan pendidiknya. Peserta didik adalah
individu yang aktif. Barang ketika diproses pasif, melalui mekanisme proses tetap,
dapat dibentuk sesuai rekayasa yang dikehendaki.228
Peserta didik adalah individu
yang ingin mendapatkan
pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya agar tumbuh dan
berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran
yang diberikan oleh gurunya. Pembinaan dan pengembangan prestasi peserta didik
secara intensif, dengan
melalui
berbagai macam
pengetahuan dan pengalaman
belaja
kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat menjadi
bekal kehidupannya di masa yang akan datang.
Kegiatan kurikuler adalah semua kegiatan yang telah ditentukan di dalam
kurikulum
yang pelaksanaannya
dilakukan pada jam-jam pelajaran. Kegiatan
kurikuler dalam bentuk proses pembelajaran
228
di kelas dengan mata pelajaran atau
Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, Layanan Dalam Meningkatkan
Pembelajaran di Era Otonomi Daerah ( Cet. 4, Bandung: Alfabeta, 2010 ) h. 108.
Mutu
177
bidang studi yang ada di sekolah. Setiap peserta didik wajib mengikuti kegiatan
kurikuler ini. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan peserta didik
yang dilaksanakan di luar ketentuan yang telah ada di dalam kurikulum. Kegiatan
ekstrakurikuler ini biasanya berdasarkan bakat dan minat yang dimiliki oleh
peserta didik. Setiap peserta didik
tidak harus mengikuti
semua kegiatan
ekstrakurikuler. Ia dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dirinya.
Contoh kegiatan ekstra kurikuler ; OSiS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), ROHIS
(Rohani Islam), kelompok Karate, kelompot Silat, kelompok Basket, Pramuka,
kelompok teater, dan lain-lain. Dalam manajemen pendidikan, tidak boleh ada
anggapan bahwa kegiatan kurikuler lebih penting dari kegiatan ekstrakurikuler atau
sebaliknya. Kedua kegiatan ini harus dilaksanakan secara simultan, karena saling
menunjang dalam proses pembinaan dan pengembanga kemampuan peserta didik.
Keberhasilan pembinaan dan pengembangan prestasi peserta didik, diukur
melalui proses penilaian yang dilakukan oleh guru dan kepala madrasah. Ukuran
yang sering digunakan adalah naik hasil ujian nasional dan nilai hasil ujian sekolah
serta kegaiatan-kegiatan lainnya yang bersifat akademik dan non akademik. Penilaian
yang dilakukan oleh guru tentu saja didasarkan pada prinsip-prinsip penilaian yang
berlaku di lembaga pendidikan tersebut.
Lembaga pendidikan
sebagai
institusi pelayanan
jasa, sudah tentu
memusatkan perhatiannya pada kebutuhan peserta didik. Mereka harus mendapat
perhatian dan layanan, terutama dalam kegiatan belajar sebagai inti pendidikan di
sekolah/madrasah. Kebutuhan mereka harus mendapat perhatian dari semua pihak di
sekolah
229
terutama
Ibid, h. 108
dari guru.229 Guru harus memiliki
ketrampilan untuk dapat
178
menterjemahkan kebutuhan mereka dalam memberikan layanan belajar, dan kinerja
pelayanan dari hari ke hari harus ditingkatkan agar semakin memberi kepuasan
belajar peserta didik.
Untuk memenuhi kepuasan belajar peserta didik,
guru harus memiliki
kemampuan dan keterampilan mengajar dengan menggunakan metode bervariasi,
artinya
guru
dalam
melaksanakkan
peroses
belajar-mengajar
tidak
hanya
menguunakan satu metode yang monoton, melainkan mereka dituntut menggunakan
metode yang efektif dan menyenangkan bagi peserta didik, sehingga tercipta sebuah
mutu pembelajaran yang bermuara pada peningkatan proses pembelajaran.
Pada hakekatnya kepuasan peserta didik merupakan tujuan dari layanan
belajar di sekolah/madrasah. Anak yang mendapat kepuasan akan terlihat dari
sikapnya yang positif terhadap pelajaran
yang diterima dari gurunya. Anak
menunjukkan sikap positif dalam bentuk perilaku karena telah memperoleh apa yang
diinginkannya,
mereaksi
postif, bebas keluhan terhadap proses mengajar dari
gurunya. Indikator kepuasan anak dapat terlihat dari indikator individual dan
indikator kelompok, yang terdiri dari ;
8) Setiap anak menerima pelajaran dari guru dengan rasa suka cita tanpa tegang
dan stress.
9)
Mengerjakan tugas secara independen
10) Tidak ada keluhan yang berarti dalam mengerjakan tugas
11) Mengikuti pembelajaran dengan aktif dan arif
12) Efektivitas belajar tinggi sesuai waktu
13) Belajar menurut prosedur sistimatika yang telah ditetapkan
14) Tinggi kapasitas pemahaman cara mengerjakan tugas beiajarnya. 230
Kepuasan belajar pada tingkat kelas dapat diketahui dari :
230
Ibid, h. 110
179
8)
Norma dan aturan belajar dalam kelas dipatuhi, tak ada pelanggaran.
9) Duduk dan konsentrasi serius terhadap tugas yang harus dikerjakan, rendah
jumlah anak yang mondar-mandir tanpa tujuan.
10)
Rendah prekuensi pengarahan guru, besar aktivitas kelas mengerjakan
tugas
11)
Mengerjakan tugas menurut keperluan bahan belajar dan petunjuk
belajar yang semestinya.
12)
Sedikit waktu yang digunakan untuk membentuk disiplin dalam
mengelola kelas
13)
Anak menyukai pelajaran yang diberikan gurunya
14)
Bangga atas prestasi yang diperolehnya.231
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa semua aktivitas di sekolah
dicurahkan untuk dapat memberi pelayanan pembelajaran yang terbaik. Setiap saat
diupayakan untuk disempurnakan secara berkesinambungan, sehingga peserta didik
benar-benar merasakan kepuasan dari pelayanan tersebut. Pada sisi lain kemampuan
dan keterampilan guru dalam memberi
layanan
pembelajaran harus semakin
ditingkatkan melalui pelaksanaan supervisi secara berkesinambungan ( berkala).
Sebab supervisi bertujuan untuk meningkatkan mutu belajar, memperbaiki situasi
belajar, menciptakan
kondisi belajar, melayani peningkatan kemampuan dan
ketrampilan guru dalam menangani pembelajaran. Selain itu guru harus mengenal
perilaku peserta didiknya, apa kebutuhannya, bagaimana memenuhinya. Kegiatan
mengajar harus transparan, melakukan aktivitas mengajar harus dengan mudah
diserap oleh peserta didik tanpa hambatan dan penghalang.232
Untuk memahami konsep dasar penerapan manajemen mutu dalam
pendidikan, dibawah ini digambarkan alur kegiatan organisasi mutu pada lembaga
pendidikan yang telah menerapkan
berikut;
231
232
Ibid, h. 110
Ibid, h. 109.
Sistem Manajemen Mutu (SMM), sebagai
180
GAMBARAN ORGNISASI MUTU BAGI SEKOLAH/MADRASAH
YANG MENERAPKAN SISTEM MANAJEMEN MUTU
Kepuasan pelanggan
Internal dan eksternal
Penanganan
keluhan
Kelulusan atau
output
Pengembangan kurikulum
dan pembelajaran
Seleksi penerimaan
siswa baru
Perencanaan &
pengedalian program
Pemeliharaan
fasilitas/sarana
Proses
pembelajaran
Verifikasi
kompeten
sii
181
Sumber dana
Pengadaan
sumberdaya
Pengadaan pengajar
(GT/GTT)
Pemasok
sumberdaya
4th Edition;
6th Edition
Menurut Wina Sanjaya ada empat bidang utama dalam madrasah yang dapat
mengadopsi prinsip-prinsip TQM yaitu:
1. Penerapan TQM untuk peningkatan fungsi administrasi dan operasi secara
luas untuk mengelola madrasah secara keseluruhan. 233 Penerapan konsep
Total Quality Management (TQM) atau sering disebut Manajemen Mutu
Terpadu (MMT), khususnya pada madrasah Aliyah dalam meningkatkan
fungsi administrasi, dimaksudkan untuk memberi penguatan terhadap
manajemen peningkatan mutu yang selama ini
telah dilakukan oleh
madrasah, seperti manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah (MBS/M) atau
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah (MPMBS/M),
233
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Cet.I; Jakarta: Kencana,
2009), 243
182
yang oleh sebahagian pakar manajemen pendidikan menyatakan bahwa dasar
dari manajemen ini dikembangkan dari konsep TQM, yang pada mulanya
diterapkan pada dunia bisnis. Fungsi-fungsi manajemen pada Madrasah
merupakan faktor penting dan strategis dalam rangka kemajuan madrasah
sebagai suatu lembaga pendidikan formal yang diharapkan dapat mencapai
tujuan institusionalnya yang memiliki sumber daya manusia yang memadai
dan dikelolah dengan sistem administrasi dan manajemen pendidikan yang
sehat yakni suatu sistem manajemen yang menerapkan fungsi-fungsi
manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan
dan penilaian. Madrasah sebagai wadah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa yang merupakan amanah Allah dan amanah Undang-Undang Dasar
1945 melalui pendidikan madrasah sebagai lembaga pendidikan formal yang
mengaplikasikan fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan pengelolaannya.
2. Mengintegrasikan TQM dalam kurikulum, fungsi kurikulum dalam
rangka pencapaian tujuan pendidikan dapat dipandang sebagai alat untuk pencapaian
tujuan pedidikan nasional. Penjabarkannya secara berturut menjadi tujuan nasional,
tujuan kurikuler dan tujuan instruksional, pada setiap jenis dan jenjang lembaga
pendidikan (madrasah).234 Kurikulum dalam peningkatan mutu merupakan program
pendidikan yang harus diikuti oleh peserta didik atas bimbingan para pendidik untuk
mencapai tujuan pendidikan serta sebagai pedoman bagi guru dan peserta didik
dalam pelaksanaan proses pembelajaran, agar tujuan pendidikan yang telah
234
Ibid, h. 244
183
ditetapkan benar-benar tercapai. Jenis pengetahuan/keahlian, sikap dan keterampilan
yang dimiliki oleh lulusan suatu madrasah dapat diketahui melalui kurikulum
madrasah tersebut. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat
menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena ia merupakan alat untuk
mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Tujuan pendidikan di suatu
bangsa ditentukan oleh falsafah dan pandangan hidup bangsa atau negara tersebut.
Berbedanya falsafah dan pandangan hidup suatu bangsa atau negara menyebabkan
berbeda pula tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan tersebut, dan sekaligus
akan berpengaruh pula terhadap kurikulum di lembaga-lembaga pendidikan yang ada
dalam negara tersebut.235 Begitu pula perubahan politik pemerintahan suatu negara
mempengaruhi pula bidang pendidikan, yang sering membawa akibat terjadinya
perubahan kurikulum yang berlaku. Oleh karena itu, kurikulum perlu diintegrasikan
dengan TQM guna menyesuaikan dengan berbagai perkembangan yang terjadi.
3. Penggunaan TQM dalam proses pembelajaran, merupakan tugas guru
sebagai pendidik yang sangat berpengaruh terhadap kepribadian peserta didik. 236
Misalnya, apabila tingkah laku pendidik atau guru itu baik, maka tingkah laku
peserta didik juga mayoritas baik. Demikian pula sebaliknya, jika sikap atau akhlak
pendidik kurang baik, maka jelas pula bahwa sikap atau akhlak peserta didiknya
akan kurang baik juga. Sikap peserta didik mudah meniru segala tingkah laku dan
perbuatan orang yang disenanginya termasuk guru yang merupakan sosok teladan
235
Lihat Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h. 65.
236
Wina Sanjaya, op.cit, h. 245
184
bagi mereka. Kehadiran guru di madrasah merupakan faktor utama dalam mencapai
tujuan pendidikan dalam peningkatan mutu dan layanan. Keterampilan seorang guru
di dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran merupakan tugas
dan tanggung jawab guru sebagai pengajar yang mendidik di madrasah dan juga
lingkungan masyarakat. Guru sebagai pendidik mengandung arti yang sangat luas,
tidak sebatas memberikan bahan-bahan pengajaran tetapi menjangkau etika dan
estetika dalam menghadapi tantangan kehidupan di masyarakat. 237 Guru sebagai
pendidik harus selalu cermat dan tanggap terhadap situasi dan kondisi. Oleh karena
itu, kompetensi merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari diri
seseorang dalam melaksanakan sebuah tugas. Dapat dipahami bahwa kompetensi
seorang guru merupakan suatu komponen yang harus dimiliki atau dikuasai, bahkan
sebagai alat untuk memberikan bantuan dan pelayanan terbaik kepada peserta didik
dalam proses pembelajaran di kelas.
4. Menggunakan TQM untuk mengelola aktifitas evaluasi madrasah.
Evaluasi madrasah merupakan proses yang sangat penting dalam kegiatan
pendidikan formal. Evaluasi dapat menentukan efektifitas pengelolaan madrasah dan
kualitas peserta didik, karena melalui kegiatan evaluasi dapat ditentukan orientasi
dalam proses pengelolaan selanjutnya. Oeleh karena itu evaluasi dipandang sebagai
bagian integral dari suatu proses kegiatan pembelajaran. 238
Kehadiran TQM berdampak pada perubahan manajemen konvensional ke
arah manajemen modern dengan mengedepankan
237
238
mutu pendidikan. Penerapan
Lihat, M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1999), h. 88.
Wina Sanjaya, op. cit, 246.
185
konsep TQM dalam meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah/madrasah
berkenaan dengan dimensi kualitas fokus pada pelanggan, kepemimpinan, perbaikan
berkesinambungan, manajemen SDM, dan manajemen berdasarkan fakta.
Gambar 1
Penerapan TQM pada Madrasah
Fungsi Manajemen
Bidang Kerja
Kurikulum
Kesiswaan
Peren
canaan
X
X
Evaluasi
Pengor
ganisasian
X
Peng
gerakan
X
Penga
wasan
X
Internal
X
X
X
X
X
X
Quality
Quality
Eksternal
X
Hasil
Pendidik & Tenaga
Kependidikan
X
X
X
X
X
X
Quality
Proses
X
X
X
X
X
X
Quality
Sarpras
X
X
X
X
X
X
Quality
Biaya
X
X
X
X
X
X
Quality
Evaluasi/Penilaian
X
X
X
X
X
X
Quality
Administrasi
X
X
X
X
X
X
Quality
Budaya Madrasah
X
X
X
X
X
X
Quality
Penyelenggaraan
Sekolah
Quality
Quality
Quality
Quality
Quality
Quality
TQA
186
Manajemen Mutu Terpadu dilingkungan pendidikan tidak mungkin terwujud
jika tidak didukung dengan tersedianya sumber-sumber kualitas yang dapat
mendukung pengimplementasian TQM secara maksimal. Menurut Hadari Nawawi,
beberapa di antara sumber-sumber kualitas tersebut adalah sebagai berikut239 :
1. Komitmen Pucuk Pimpinan (Kepala Sekolah) terhadap kualitas. Komitmen
ini sangat penting karena berpengaruh langsung pada setiap pembuatan
keputusan dan kebijakan, pemilihan dan pelaksanaan program dan proyek,
pemberdayaan SDM, dan pelaksanaan kontrol. Tanpa komitmen ini tidak
mungkin diciptakan dan dikembangkan pelaksanaan fungsi – fungsi
manajemen yang berorentasi pada kualitas produk dan pelayanan umum.
2. Sistem Informasi Manajemen. Sumber ini sangat penting karena usaha
mengimplementasikan semua fungsi manajemen yang berkualitas, sangat
tergantung pada ketersediaan informasi dan data yang akurat, cukup/lengkap
239
138 – 141
Hadari Nawawi; Manajemen Strategik, Gadjah Mada Pers : Yogyakarta, 2005, halaman
187
dan terjamin kekiniannya sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan
tugas pokok organiasi.
3. Sumberdaya manusia yang potensial. SDM di lingkungan sekolah sebagai
aset bersifat kuantitatif dalam arti dapat dihitung jumlahnya. Disamping itu
SDM juga merupakan potensi yang berkewajiban melaksanakan tugas pokok
organisasi (sekolah) untuk mewujudkan eksistensinya. Kualitas pelaksanaan
tugas pokok sangat ditentukan oleh potensi yang dimiliki oleh SDM, baik
yang telah diwujudkan dalam prestasi kerja maupun yang masih bersifat
potensial dan dapat dikembangkan.
4. Keterlibatan semua Fungsi. Semua fungsi dalam organisasi sebagai sumber
kualitas, sama pentingnya satu dengan yang lainnnya, yang sebagai satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu semua fungsi harus
dilibatkan secara maksimal, sehingga saling menunjang satu dengan yang
lainnya.
5. Filosifi Perbaikan Kualitas secara Berkesinambungan. Sumber-sumber
kualitas yang ada bersifat sangat mendasar, karena tergantung pada kondisi
pucuk pimpinan (kepala sekolah), yang selalu menghadapi kemungkinan
dipindahkan, atau dapat memohon untuk dipindahkan. Sehubungan dengan
itu, realiasi TQM tidak boleh digantungkan pada individu kepala sekolah
sebagai sumber kualitas, karena sikap dan perilaku individu terhadap kualitas
dapat berbeda. Dengan kata lain sumber kualitas ini harus ditransformasikan
pada filosofi kualitas yang berkesinambungan dalam merealisasikan TQM.
3. Total Quality Assurance (Penjaminan Mutu Terpadu)
188
Menandai suatu lembaga atau instansi yang bermutu diperlukan pembuktian
melalui produk yang dihasilkannya. Pembuktian terhadap pendidikan bukanlah hal
yang mudah karena sifatnya yang intangible maka perlu adanya jaminan terhadap
kualitas pendidikan.240 Tolok ukur bagi penjaminan mutu terpadu (qualityassurance)
pendidikan lebih diapresiasi sebagai efektifitas sekolah.
Mutu sekolah adalah mutu semua komponen yang ada dalam sistem
pendidikan, artinya efektifitas sekolah tidak hanya dinilai dari hasil semata, tetapi
sinergitas berbagai komponen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
bermutu. Sebagaimana dikatakan Sallis sebagai berikut :
1. Rencana strategis memberikan visi jangka panjang yang diwujudkan dalam
program yang bersifat operasional dalam menentukan pasar dan corak budaya
yang diinginkan.
2. Kebijakan mutu yang memberikan pola standar program utama yang berisi
pernyataan tentang hak-hak peserta didik.
3. Organisasi mutu sebagai wadah kegiatan dalam mengatur, mengarahkan dan
memonitor pelaksanaan program.
4. Metode penyampaian kurikulum ditetapkan dengan rinci untuk setiap aspek
program.
5. Bimbingan dan penyuluhan bagi peserta didik yang terintegrasi dengan
pelaksanaan kurikulum.
6. Manajemen belajar di organisasi sesuai dengan spesifikasi materi kurikulum.
240
Edward Sallis, Total Quality Management in Education (Jogjakarta : IRCiSoD, 2007),
halaman 258.
189
7. Desain kurikulum termasuk dokumentasi tujuan dan sasaran dari setiap
spesifikasi program harus didasarkan pada kebutuhan peserta didik dan
masyrakat pemakai.
8. Pengangkatan, pelatihan, dan pengembangan tenaga kependidikan yang
sesuai dan terarah pada kompetensi profesional dan karier staff selanjutnya.
9. Monitoring dan evaluasi yang kontinu melalui mekanisme dan metode yang
sesuai dengan proses terhadap kemajuan prestasi individu dan keberhasilan
program.
10. Pengaturan administratif yang mendokumentasikan segala bentuk dokumen
mengenai peserta didik termasuk sistem finansialnya yang valid.
11. Sistem review lembaga yang dapat membangun kepercayaan dan sekaligus
mengevaluasi performa lembaga secara keseluruhan serta umpan balik bagi
perencanaan strategi selanjutnya.241
Sallis dalam tolok ukur jaminan kualitas (Qualiyy Assurance) menempatkan
visi sebagai jaminan pertama bagi kualitas pendidikan karena visi memegang
peranan penting dalam pengembangan sekolah. Disamping itu Sallis menegaskan
bahwa pemimpin pendidikan membutuhkan kualifikasi sebagai berikut :
1. Visi dan simbol. Kepala sekolah harus mengomunikasikan nilai-nilai lembaga
pada staffnya, siswa dan masyarakat luas.
2. For the kids. Dalam konsep pendidikan diartikan sebagai “dekat dengan
pelanggan.”
241
h. 160.
Syafruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, ( Jakarta : Ciputat Press, 2005),
190
3.
Otonomi, percobaan, dan dukungan pada kegagalan. Kepala sekolah harus
menganjurkan adanya inovasi pada stafnya dan menyiapkan segala sesuatu untuk
mengantisipasi kemungkinan yang timbul.
4. Ciptakan perasaan kekeluargaan. Kepala sekolah perlu menciptakan rasa
kekeluargaan dan memasyarakatkannya pada siswa, orang tua, guru, dan staf
lainnya.
5. Rasa kesatuan, irama, keinginan, intensitas, dan antusias. Hal tersebut
merupakan kualitas personal yang diperlukan oleh pemimpin pendidikan.
Ditinjau dari manajemen organisasi karakteristik sekolah efektif dapat ditinjau
dari tiga aspek, yaitu aspek manajemen kelembagaan, layanan pembelajaran,
yang diorientasikan kepada learning organization, dan aspek kompetensi siswa.
4. Kepemimpinan dalam TQM dan TQA
Kepemimpinan pada dasarnya adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut mau melakukan suatu tindakan
untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan yang berlangsung pada lembaga pendidikan
adalah kepemimpinan pendidikan yang menurut Syafruddin berarti menjalankan
proses kepemimpinan yang sifatnya mempengaruhi sumber daya personil pendidikan
(guru dan karyawan) agar melakukan tindakan bersama guna mencapai tujuan
pendidikan.242[29]243
242
Nanang Fatah, Konsep manajemen MBS dan Dewan Sekolah (Bandung: CV.
Pustaka Bani Quraisy, 2006), halaman 125.
243
Syafruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, ( Jakarta : Ciputat Press, 2005),
halaman 160
191
Dirawat menjelaskan kepemimpinan pendidikan sebagai suatu kemampuan
dan proses mempengaruhi, mengkoordinir dan menggerakkan orang-rang lain yang
ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan, pelaksanaan pendidikan
dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif dan
efisien di dalam pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran.244[30]
Kepemimpinan sekolah bermutu terpadu menuntut adanya pemimpin
transformasional, yang menurut Timpe diartikan sebagai pemimpin yang memiliki
kemampuan penciptaan bayangan masa, yaitu memiliki gambaran masa depan
sekolah yang ideal dan sekolah yang efektif, yang dapat memuaskan seluruh
stakeholders.[31] Mampu memobilisasi komitmen seluruh warga sekolah untuk
mewujudkan bayangan sekolah yang ideal dan efektif serta memuaskan pelanggan
tersebut menjadi sebuah kenyataan dan mampu melembagakan perubahan, sehingga
sekolah menjadi bermutu sesuai atau melebihi keinginan, kebutuhan dan harapan
pelanggannya.
Dalam
mewujudkan
sekolah
yang
bemutu
terpadu
membutuhkan
kepemimpinan sekolah efektif, yaitu yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik, lancar dan produktif.
2. Dapat menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat, sehingga dapat
melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan
pendidikan.
244
192
4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah.
5. Mampu bekerja dengan tim manajemen sekolah.
6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan
yang telah ditentukan.
Dalam proses menuju sekolah bermutu terpadu (TQM), maka kepala
sekolah, komite sekolah, para guru, staf, siswa dan komunitas sekolah harus
memiliki obsesi dan komitmen terhadap mutu, yaitu pendidikan yang bermutu.
Memiliki visi dan misi mutu yang difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dan
harapan para pelanggannya, baik pelanggan internal, seperti guru dan staf, maupun
pelanggan eksternal seperti siswa, orang tua siswa, masyarakat, pemerintah,
pendidikan lanjut dan dunia usaha.
Dalam implementasi Total Quality Manajemen (TQM), kepala sekolah
merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah/ madrasah, yang akan
menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya
direalisasikan. Sehubungan dengan TQM, kepala sekolah dituntut untuk senantiasa
meningkatkan efektifitas kinerja, sehingga TQM sebagai paradigma baru manajemen
pendidikan dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Pendidikan yang berfokus pada mutu menurut konsep Juran adalah bahwa
dasar misi mutu sebuah sekolah mengembangkan program dan layanan yang
memenuhi kebutuhan pengguna seperti siswa dan masyarakat. Masyarakat dimaksud
adalah secara luas sebagai pengguna lulusan, yaitu dunia usaha, lembaga pendidikan,
pemerintah dan masyarakat luas, termasuk menciptakan usaha sendiri oleh
lulusan.[32]
193
Disamping itu dalam menerapkan manajemen mutu terpadu harus
mengadakan perbaikan berkelanjutan, baik produk lulusannya, penyelenggaraan atau
layanannya, sumber daya manusia (SDM) yang memberikan layanan, yaitu kepala
sekolah, para guru dan staf, proses layanan pembelajarannya dan lingkungannya.
Menurut Prof.Dr.H. Nanang Fattah bahwa efektivitas atau kunci
keberhasilan
maupun
kegagalan
implementasi
TQM
adalah management
commitment. Apabila manajemen mempunyai dan memegang teguh komitmennya,
kemungkinan besar mereka akan berhasil. Sebaliknya, apabila mereka kurang
komitmen bisa dipastikan bahwa lembaga akan mengalami kegagalan mencapai
TQM. Komitmen ini setidaknya, menurut Dobbind (1995) meliputi 3 hal, yaitu
waktu, antusiastitas (enthusiasm) dan tersedianya sumber-sumber (resource) dalam
organisasi. Disamping itu harus diikuti dengan employee involment (keterlibatan
menyeluruh) sehingga setiap individu dalam suatu lembaga/organisasi adalah ikut
menentukan tingkat kualitas yang di capai.[33]
Jadi keberhasilan TQM dan TQA lebih pada bagaimana komitmen Kepala
Sekolah, kalau dia kometmin yang kuat pada mutu, maka tentu dia akan
menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan orientasi mutu, tentu dia akan
membuat semua line komponen penyelenggaraan sekolah agar berproses dengan
orientasi mutu.
Terdapat sejumlah langkah penting untuk mengimplementasikan TQM
dalam pendidikan, yaitu sebagai berikut:
194
a. Kepemimpinan dan komitmen terhadap kualitas harus datang dari atas.
Semua model kualitas menekankan bahwa tanpa dorongan dari manajer
senior inisiatif kualitas tidak akan berlangsung lama. Pendidikan tidak
terkecuali belaku juga hukum besi. Pimpinan sekolah harus menunjukkan
komitmen yang kuat dan terus-menerus dan memimpin sambil mendorong
semua warga sekolah/madrasah(wakil-wakil kepela sekolah, guru-guru dan
supervisor) lain melakukan usaha secara serius.
b. Menyenangkan customer. Ini dicapai dengan kerja keras secara kontinu
untuk memenuhi kebutuhan dan harapan kustomer. Kebutuhan kustomer
diditentukan oleh pencarian secara reguler pandangan mereka. Terdapat
bermacam-macam metode dari pekerjaan ini, seperti – memfokuskan
kelompok, kuesioner,
kelompok penasehat, hari yang terbuka dan
percakapan informal dengan mereka.
c. Menunjuk fasilitator berkualitas. Pengabaian terhadap posisi aktual dari
seseorang di dalam hirarkhi adalah penting bahwa fasilitator yang ditunjuk
harus melaporkan secara langsung kepada kepala sekolah. Ini adalah
pertangung jawaban dari fasilitator untuk mempublikasikan program dan
mengarahkan kelompok pengarah yang berkualitas di dalam pengembangan
program yang berkualitas.
d. Membentuk kelompok pengarah yang berkualitas. Kelompok ini harus
mewakili kepentingan dan harus memiliki perwakilan dari tim nanajer senior.
Peranannya adalah untuk mendorong dan membantu proses perbaikan
kualitas. Baik sebagai pusat gagasan ataupun inisiator proyek.
195
e. Mengangkat koordinator yang berkualitas. Ini berguna di dalam banyak
inisiatif untuk memiliki orang-orang yang punya waktu untuk melatih dan
penasehat orang lain.
f. Mengadakan seminar manajemen senior. Untuk mengevaluasi perkembangan.
Tim manajemen senior tidak akan komit terhadap proses kalau mereka
mengatakan dengan baik tentang filsafat dan metode. Ini penting untuk
membangun tim manajemen senior yang sehat dan teritegrasi secara baik.
g. Menganalisis dan mendiagnosis situasi terkini. Alat untuk melakukan analisis
telah telah dijelaskan sebelumnya tentang perencanaan strategis untuk
kualitas. Ini penting dan tidak harus disepelekan karena memberikan arah
dari proses secara keseluruhan. Semua institusi perlu menjadi jelas kemana
mereka akan berjalan.
h. Menggunakan model di tempat lain yang telah berkembang. Ini dapat
diadaptasi dari pekerjaan dari seorang “guru” berkualitas, model pendidikan
secara khusus, atau satu perusahaan lokal yang bisa diadaptasi.
i. Menempatkan konsultan eksternal. Ini mulai sangat popular pada perusahaan
industri, namun hal
ini tidak mungkin menjadi jalan popular di dunia
pendidikan karena konsultansi itu mahal dan hadiah dari Departemen
Perdagangan dan Industri tidak memungkinkan untuk pendidikan. Tetapi
banyak institusi pendidikan
dengan partner industri bisa memperoleh
nasehat tanpa biaya.
j. Memulai training staf tentang kualitas. Pengembangan staf dapat dilihat
sebagai jalan penting untuk membangun kesadaran dan pengetahuan yang
196
berkualitas. Hal ini dapat menjadi kunci agen perubahan strategis untuk
pengembangan budaya berkualitas. Ini juga penting di dalam tahap awal
implementasi bahwa setiap orang di latih di dalam dasar-dasar TQM. Staf
perlu pengetahuan banyak mengenai alat-alat kunci termasuk pembentukan
teamwork, metode evaluasi, problem solving dan eknik pemecahan masalah.
Menurut Tom Peter, di dalam Thriving on Chaos, menyatakan bahwa
manajemen di masa depan akan mengalir melalui penguatan visi dan nilainilai yang saling bertemu. Karena itu, training adalah kesempatan besar
untuk menanamkan dan menegaskan nilai-nilai organisasi.
k. Mengkomunikasikan pesan-pesan kualitas. Strategi, relevansi dan kegunaan
dari TQM perlu terkomunikasikan secara efektif. Terdapat banyak sekali
kesalahpahaman seputar tujuan dari kualitas. Sifat alamiah jangka panjang
dari program perlu
dibuat jelas. Pengembangan staf, training dan
pembangunan tim adalah beberapa dari jalan efektif untuk mencapai tujuan
organisasi.
l. Menerapkan peralatan dan teknik berkualitas melalui pengembangan
kelompok kerja secara efektif.245
Strategi ini memfokuskan pada upaya mendapatkan sesuatu yang dilakukan
untuk mencapai kesuksesan sejak awal. Ini memfokuskan pada sesuatu bahwa
institusi harus melakukan perbaikan, dan menyeleksi alat-alat yang benar untuk
mengontrolnya. Memulai proses TQM dengan menangani pokok problem dengan
menghindari kelumpuhan TQM. Tat kala menata tim aksi perbaikan atau kelompok
245
Jerome. S Arcaro, op. cit, h. 102
197
yang bertugas adalah penting untuk mengenal bahwa banyak isu hanya dikontrol
dengan tim perbaikan lintas organisasi.
Setiap lembaga pendidikan yang menerapkan Total Quality Management
( TQM) akan mengalami perbedaan yang signifikan dari
beberapa indikator
pelaksanaan proses dan pelayanan ketika sebelum atau sesudah menerapkan TQM.
Di bawah ini merupakan perbedaan perubahan sebelum menerapkan dengan setelah
menerapkan TQM, sebagai berikut;246
TABEL . I
Perbedaan Perubahan Antara Sebelum Menerapkan TQM dengan Setelah
Menerapkan TQM.
Dari
Menjadi
 Jika tidak rusak jangan diperbaiki
 Pengembangan berkesinambungan
 Mutu tidak penting
 pengawasan terhadap mutu
 Pembangunan
 Inovasi
 Struktur organisasi yang kaku
 Struktur organisasi fleksible
 Birokrasi organisasi berlapis-lapis
 lapisan organisasi hanya sedikit.
 Persaingan
 Kerja sama
 Kinerja Individu
 Kinerja Tim
 Semua terspeliasasi & dikendalikan
 Semua
orang
menambah
nilai,
fleksible dan terberdayakan.
 Pendidikan untuk manajemen
 pendidikan & pelatihan untuk semua
orang.
Dari tabel di atas tampak jelas adanya perubahan antara sebelum menerapkan
TQM dan setelah menerapkan TQM pada sebuah institusi/organisasi yang
246
Baharuddin dan Umiarso, loc. cit.
198
menunjukkan adanya perubahan signifikan terhadap indikator-indikator tersebut,
misalnya ; jika tidak rusak jangan diperbaiki, yang berarti kondisi statis, padahal
dalam prinsip TQM hal itu sudah perlu ada pengembangan secara terus menerus
( dinamis), demikian halnya tentang mutu, yang tadinya tidak penting, justeru mutu
senantiasa menjadi prioritas utama dengan pengawasan dan pengendalian mutu
diperketat. Pembangunan selalu dibarengi dengan inovasi dan struktur oragniasisi
yang pleksibel serta mengedepankan kerjasama dan kenerja tim ( bukan individual)
melaui pendidikan dan pelatihan, sehingga dari kerja tiem ini dapat memberi nilai
tambah yang sesuai harapan dan keinginan pelanggan.
Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu
Berdasarkan langkah-langkah pemecahan persoalan tersebut, sekolah bersamasama dengan semua unsur-unsurnya membuat rencana untuk jangka pendek,
menengah, dan panjang, beserta program-programnya untuk merealisasikan
rencana tersebut. Sekolah tidak selalu memiliki sumberdaya yang cukup untuk
memenuhi semua kebutuhan bagi pelaksanaan MPMBS, sehingga perlu dibuat
skala prioritas untuk jangka pendek, menengah, dan panjang.
Rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang: aspekaspek mutu yang ingin dicapai, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan, siapa
yang harus melaksanakan, kapan dan dimana dilaksanakan, dan berapa biaya
yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini
diperlukan untuk memudahkan sekolah dalam menjelaskan dan memperoleh
dukungan dari pemerintah maupun dari orangtua siswa, baik dukungan
pemikiran, moral, material maupun finansial untuk melaksanakan rencana
peningkatan mutu pendidikan tersebut. Rencana yang dimaksud harus juga
memuat rencana anggaran biaya (rencana biaya) yang diperlukan untuk
merealisasikan rencana sekolah.
199
Hal pokok yang perlu diperhatikan oleh sekolah dalam penyusunan rencana
adalah keterbukaan kepada semua pihak yang menjadi stakeholder pendidikan,
khususnya orangtua siswa dan masyarakat (BP3/Komite Sekolah) pada
umumnya. Dengan cara demikian akan diperoleh kejelasan, berapa
kemampuan sekolah dan pemerintah untuk menanggung biaya rencana ini, dan
berapa sisanya yang harus ditanggung oleh orangtua peserta didik dan
masyarakat sekitar. Dengan keterbukaan rencana ini, maka kemungkinan
kesulitan memperoleh sumberdana untuk melaksanakan rencana ini bisa
dihindari. Catatan: BP3 saat ini yang anggotanya hanya terdiri dari orangtua
siswa perlu dimekarkan menjadi Komite Sekolah yang anggotanya terdiri dari:
orangtua siswa, wakil dari siswa, wakil dari sekolah, wakil dari organisasi
profesi, wakil dari pemerintah, dan wakil dari publik.
Jika rencana adalah merupakan deskripsi hasil yang diharapkan dan dapat
digunakan untuk keperluan penyelenggaraan kegiatan sekolah, maka program
adalah alokasi sumberdaya (sumberdaya manusia dan sumberdaya selebihnya,
misalnya, uang, bahan, peralatan, perlengkapan, perbekalan, dsb.) kedalam
kegiatan-kegiatan, menurut jadwal waktu dan menunjukkan tatalaksana yang
sinkron. Dengan kata lain, program adalah bentuk dokumen untuk
menggambarkan langkah mewujudkan sinkronisasi dalam ketatalaksanaan.
Secara visual, alur berpikir pembuatan rencana dan program sekolah (dari
butir B.2 s/d butir B.7) dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
Catatan: Pada gilirannya, analisis SWOT dapat digunakan untuk
merevisi/memperbaiki sasaran yang mungkin terlalu tinggi/rendah atau terlalu
besar
agar
menjadi
sasaran
yang
pas/realistik
(wajar).
200
Gambar 2:
Alur Berpikir Pembuatan Rencana dan Program Sekolah
Landasan yuridis
Pendidikan
(Undang-undang dan
Peraturan-peraturan)
• Tantangan masa
depan/ globalisasi
• Nilai dan harapan
masyarakat
Visi dan
Misi
Sekolah
Identifikasi
fungsi-fungsi untuk
mencapai setiap sasaran
Tujuan sekolah
Tantangan
Nyata yang dihadapi
Sekolah
Output sekolah
saat ini
(Kenyataan)
Sasaran 1
Sasaran 2
Sasaran 3
……………….
……………….
Analisis SWOT
setiap fungsi
dan faktorfaktornya
Alternatif langkahlangkah pemecahan
persoalan
Rencana, program
dan anggaran untuk
masing-masing
sasaran
7. Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu
Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan yang telah
disetujui bersama antara sekolah, orangtua siswa, dan masyarakat, maka
sekolah perlu mengambil langkah proaktif untuk mewujudkan sasaran-sasaran
yang telah ditetapkan. Kepala sekolah dan guru hendaknya mendayagunakan
sumberdaya pendidikan yang tersedia semaksimal mungkin, menggunakan
pengalaman-pengalaman masa lalu yang dianggap efektif, dan menggunakan
teori-teori yang terbukti mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala
sekolah dan guru bebas mengambil inisiatif dan kreatif dalam menjalankan
program-program yang diproyeksikan dapat mencapai sasaran-sasaran yang
telah ditetapkan. Karena itu, sekolah harus dapat membebaskan diri dari
keterikatan-keterikatan birokratis yang biasanya banyak menghambat
penyelenggaraan pendidikan.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran, sekolah hendaknya menerapkan
konsep belajar tuntas (mastery learning). Konsep ini menekankan pentingnya
siswa menguasai materi pelajaran secara utuh dan bertahap sebelum
melanjutkan ke pembelajaran topik-topik yang lain. Dengan demikian siswa
dapat menguasai suatu materi pelajaran secara tuntas sebagai prasyarat dan
dasar yang kuat untuk mempelajari tahapan pelajaran berikutnya yang lebih
luas dan mendalam.
201
Untuk menghindari berbagai penyimpangan, kepala sekolah perlu melakukan
supervisi dan monitoring terhadap kegiatan-kegiatan peningkatan mutu yang
dilakukan di sekolah. Kepala sekolah sebagai manajer dan pemimpin
pendidikan di sekolahnya berhak dan perlu memberikan arahan, bimbingan,
dukungan, dan teguran kepada guru dan tenaga lainnya jika ada kegiatan yang
tidak sesuai dengan jalur-jalur yang telah ditetapkan. Namun demikian,
bimbingan dan arahan jangan sampai membuat guru dan tenaga lainnya
menjadi amat terkekang dalam melaksanakan kegiatan, sehingga kegiatan
tidak mencapai sasaran.
8. Melakukan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, sekolah perlu mengadakan
evaluasi pelaksanaan program, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Evaluasi jangka pendek dilakukan setiap akhir catur wulan untuk mengetahui
keberhasilan program secara bertahap. Bilamana pada satu catur wulan dinilai
adanya faktor-faktor yang tidak mendukung, maka sekolah harus dapat
memperbaiki pelaksanaan program peningkatan mutu pada catur wulan
berikutnya. Evaluasi jangka menengah dilakukan pada setiap akhir tahun,
untuk mengetahui seberapa jauh program peningkatan mutu telah mencapai
sasaran-sasaran mutu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan evaluasi ini
akan diketahui kekuatan dan kelemahan program untuk diperbaiki pada tahuntahun berikutnya.
Dalam melaksanakan evaluasi, kepala sekolah harus mengikutsertakan setiap
unsur yang terlibat dalam program, khususnya guru dan tenaga lainnya agar
mereka dapat menjiwai setiap penilaian yang dilakukan dan memberikan
alternatif pemecahan. Demikian pula, orangtua peserta didik dan masyarakat
sebagai pihak eksternal harus dilibatkan untuk menilai keberhasilan program
yang telah dilaksanakan. Dengan demikian, sekolah mengetahui bagaimana
sudut pandang pihak luar bila dibandingkan dengan hasil penilaian internal.
Suatu hal yang bisa terjadi bahwa orangtua peserta didik dan masyarakat
menilai suatu program gagal atau kurang berhasil, walaupun pihak sekolah
menganggapnya cukup berhasil. Yang perlu disepakati adalah indikator apa
saja yang perlu ditetapkan sebelum penilaian dilakukan. Untuk lebih detailnya
tentang monitoring dan evaluasi MPMBS, lihat Bab 4.
Hasil evaluasi pelaksanaan MPMBS perlu dibuat laporan yang terdiri dari
laporan teknis dan keuangan. Laporan teknis menyangkut program
pelaksanaan dan hasil MPMBS, sedang laporan keuangan meliputi
penggunaan uang serta pertanggungjawabannya. Jika sekolah melakukan
upaya-upaya penambahan pendapatan (income generating activities), maka
202
pendapatan tambahan tersebut harus juga dilaporkan. Sebagai bentuk
pertanggungjawaban (akuntabilitas), maka laporan harus dikirim kepada
Pengawas, Dinas Pendidikan Kabupaten, Komite Sekolah, Orang Tua Siswa
dan Yayasan (bagi sekolah swasta).
9. Merumuskan Sasaran Mutu Baru
Sebagaimana dikemukakan terdahulu, hasil evaluasi berguna untuk dijadikan
alat bagi perbaikan kinerja program yang akan datang. Namun yang tidak
kalah pentingnya, hasil evaluasi merupakan masukan bagi sekolah dan
orangtua peserta didik untuk merumuskan sasaran mutu baru untuk tahun yang
akan datang. Jika dianggap berhasil, sasaran mutu dapat ditingkatkan sesuai
dengan kemampuan sumberdaya yang tersedia. Jika tidak, bisa saja sasaran
mutu tetap seperti sediakala, namun dilakukan perbaikan strategi dan
mekanisme pelaksanaan kegiatan. Namun tidak tertutup kemungkinan, bahwa
sasaran mutu diturunkan, karena dianggap terlalu berat atau tidak sepadan
dengan sumberdaya pendidikan yang ada (tenaga, sarana dan prasarana, dana)
yang tersedia.
Setelah sasaran baru ditetapkan, kemudian dilakukan analisis SWOT untuk
mengetahui tingkat kesiapan masing-masing fungsi dalam sekolah, sehingga
dapat diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Dengan
informasi ini, maka langkah-langkah pemecahan persoalan segera dipilih
untuk mengatasi faktor-faktor yang mengandung persoalan. Setelah ini,
rencana peningkatan mutu baru dapat dibuat. Demikian seterusnya, caranya
seperti urut-urutan nomor 2 s/d nomor 8 diatas.
C. TUGAS DAN FUNGSI JAJARAN BIROKRASI
Konsekwensi logis dari perubahan penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari
pola manajemen lama (sentralistik) menuju ke pola manajemen baru
(desentralistik), maka tugas dan fungsi jajaran birokrasi juga harus diubah. Dari
uraian konsep Manajamen mutu terpadu disebutkan bahwa pola manajemen baru
lebih menekankan pada pemandirian dan pemberdayaan sekolah. Ini memiliki arti
bahwa sekolah merupakan unit utama kegiatan pendidikan, sedang birokrasi dan
unsur-unsur lainnya merupakan unit pelayanan pendukung. Karena itu pola pikir
manajemen lama yang lebih menekankan pada subordinasi, pengarahan,
pengaturan, pengontrolan, dan one-man-show dalam pengambilan keputusan,
sudah harus ditinggalkan dan diganti dengan pola pikir manajemen baru yang
lebih menekankan pada pemberian otonomi, pemberian fasilitas, penumbuhan
motivasi-diri sekolah, pemberian bantuan, dan pengambilan keputusan partisipatif.
203
Sambil menunggu tugas dan fungsi jajaran birokrasi Depdiknas yang definitif
secara yurisdiksi dalam kerangka Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah
4. Sekolah
Tugas dan fungsi utama sekolah adalah mengelola penyelenggaraan
MPMBS di sekolah masing-masing. Mengingat sekolah merupakan unit
utama dan terdepan dalam penyelenggaraan MPMBS, maka sekolah
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai berikut:
a. Menyusun rencana dan program pelaksanaan MPMBS dengan melibatkan
kelompok-kelompok kepentingan, antara lain: wakil sekolah (kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, guru, tata usaha), wakil siswa (OSIS),
wakil orangtua siswa, wakil organisasi profesi, wakil pemerintah, dan
tokoh masyarakat;
b. Mengkoordinasikan dan menyerasikan segala sumberdaya yang ada di
sekolah dan di luar sekolah untuk mencapai sasaran MPMBS yang telah
ditetapkan;
c. Melaksanakan MPMBS secara efektif dan efisien dengan menerapkan
prinsip-prinsip total quality management (fokus pada pelanggan,
perbaikan secara terus-menerus, dan keterlibatan total warga sekolah
dalam meningkatkan mutu sekolah) dan berpikir sistem (berpikir
holistik/tidak parsial, saling terkait, dan terpadu);
d. Melaksanakan pengawasan dan pembimbingan dalam pelaksanaan
MPMBS sehingga kejituan implementasi dapat dijamin untuk mencapai
sasaran MPMBS;
e. Pada setiap akhir tahun ajaran melakukan evaluasi untuk menilai tingkat
ketercapaian sasaran program MPMBS yang telah ditetapkan. Hasil
evaluasi ini kemudian digunakan untuk menentukan sasaran baru program
MPMBS tahun- tahun berikutnya;
f. Menyusun laporan penyelenggaraan MPMBS beserta hasilnya secara
lengkap untuk disampaikan kepada pihak-pihak terkait yaitu Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, Pengawas Sekolah, Komite Sekolah, dan
Yayasan (bagi sekolah swasta); dan
g. Mempertanggungjawabkan hasil penyelenggaraan MPMBS kepada pihakpihak yang berkepentingan dengan sekolah yaitu Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, Komite Sekolah, dan Yayasan (bagi sekolah swasta).\
204
MONITORING DAN EVALUASI
Tujuan monitoring dan evaluasi.
Monitoring dan evaluasi merupakan bagian integral dari pengelolaan pendidikan,
di semua lini, jenis dan jenjang pendidikan. Tanpa pengukuran atau penilaian,
tidak ada alasan untuk mengatakan apakah suatu sekolah mengalami kemajuan
atau tidak. Monitoring dan evaluasi, pada umumnya, menghasilkan informasi yang
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Karena itu, monitoring dan
evaluasi yang bermanfaat adalah monitoring dan evaluasi yang menghasilkan
informasi yang cepat, tepat, dan cukup untuk pengambilan keputusan.
Penerapan TQM juga memerlukan monitoring dan evaluasi secara intensif dan
dilakukan secara terus-menerus. Dengan monitoring dan evaluasi, kita dapat
menilai apakah lembaga pendidikan benar-benar mampu meningkatkan mutu
pendidikan. Jika tidak mampu atau kurang berhasil, apanya yang salah?
Konsepnya atau pelaksanannya? Karena itu, dengan monitoring dan evaluasi, kita
juga dapat memperbaiki konsep dan pelaksanaan program pendidikan.
Istilah monitoring dan evaluasi memiliki makna sebagai berikut. Monitoring
adalah suatu proses pemantauan untuk mendapatkan informasi tentang
pelaksanaan progrm pendidikan. Jadi, fokus monitoring adalah pemantauan pada
pelaksanaan program pendidikan, bukan pada hasilnya. Tepatnya, fokus
monitoring adalah pada komponen proses pelaksanaannya, baik menyangkut
proses pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program,
maupun pengelolaan proses belajar mengajar. Sedang evaluasi merupakan suatu
proses untuk mendapatkan informasi tentang hasil dari program pendidikan. Jadi,
fokus evaluasi adalah pada hasilnya. Informasi hasil ini kemudian dibandingkan
dengan sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil sesuai dengan sasaran yang telah
ditetapkan, berarti manajemen pendidikan efektif. Sebaliknya jika hasil tidak
sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, maka manajemen dianggap tidak
efektif (gagal). Oleh karena itu, setiap sekolah/madrasah yang melaksanakan
mnajemen mutu terpadu pendidikan (MMTP)harus memiliki data-data tentang
prestasi siswa sebelum dan sesudah MMTP. Hal ini penting untuk dilakukan agar
sekolah dengan mudah untuk membandingkan prestasi siswa sebelum dan sesudah
penerapan MMTP. Jika setelah program MMTP ada peningkatan prestasi yang
signifikan dibanding sebelumnya, maka hal ini dapat diduga bahwa MMTP cukup
berhasil.
Monitoring dan evaluasi dalam pendidikan bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Hasil monitoring
dapat digunakan untuk memberi masukan (umpan balik) bagi perbaikan
205
pelaksanaan program manajememn mutu terpadu. Sedang hasil evaluasi dapat
memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memberi masukan terhadap
kpengelola pendidikan, baik pada konteks, input, proses, output, maupun outcome
nya. Masukan-masukan dari hasil monitoring dan evaluasi akan digunakan untuk
pengambilan keputusan.
Jenis Monitoring dan Evaluasi
Ada dua jenis monitoring dan evaluasi sekolah, yaitu internal dan
eksternal. Yang dimaksud monitoring dan evaluasi internal adalah monitoring dan
evaluasi yang dilakukan oleh sekolah sendiri. Pada umumnya, pelaksana
monitoring dan evaluasi internal adalah warga sekolah sendiri yaitu kepala
sekolah, guru, siswa, orangtua siswa, guru bimbingan dan penyuluhan, dan warga
sekolah lainnya. Tujuan utama monitoring dan evaluasi internal sekolah adalah
untuk mengetahui tingkat kemajuan dirinya sendiri (sekolah) sehubungan dengan
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Sedang yang dimaksud monitoring dan
evaluasi eksternal adalah monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh pihak
eksternal sekolah (external institution), misalnya Dinas Pendidikan, Pengawas,
dan Perguruan tinggi, atau gabungan dari ketiganya. Hasil monitoring dan
evaluasi eksternal dapat digunakan untuk: rewards sistem terhadap individu
sekolah, meningkatkan iklim kompetisi antar sekolah, kepentingan akuntabilitas
publik, memperbaiki sistem yang ada secara keseluruhan, dan membantu sekolah
dalam mengembangkan dirinya.
I.
PENUTUP
Berbagai kenyataan tidak optimalnya mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak
faktor, salah satunya adalah manajemen pendidikan. Dalam kenyataan,
manajemen pendidikan yang selama ini bersifat sentralistik telah menempatkan
sekolah pada posisi marginal, kurang berdaya, kurang mandiri, dan bahkan
terpasung kreativitasnya. Untuk itu, Depdiknas terdorong untuk melakukan
reorientasi penyelenggaraan pendidikan dari manajemen peningkatan mutu
berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS).
Dengan MPMBS ini, Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Direktorat
Pendidikan Menengah Umum berkemauan kuat dan bertekad bulat mengupayakan
pengembangan SLTP/Dikmenum dapat terjadi dan mengakar di sekolah.
Pergeseran pendekatan manajemen ini jelas memerlukan penyesuaianpenyesuaian, baik secara teknis maupun kultural. Penyesuaian secara teknis dapat
dilakukan melalui penataran, lokakarya, seminar, dan diskusi tentang MPMBS.
Sedang penyesuaian secara kultural dapat dilakukan melalui penanaman
206
pemikiran, tindakan, kebiasaan, hingga sampai terbentuk karakter MPMBS
kepada semua warga sekolah.
Konsep MPMBS ini merupakan ide baru dalam wacana manajemen pendidikan di
Indonesia. Sebagai ide baru, tentu saja konsep MPMBS ini tidak secara otomatis
sempurna. Oleh karena itu, masukan-masukan yang berharga dan konstruktif dari
para pembaca dan praktisi pendidikan sangat diperlukan bagi penyempurnaan
konsep MPMBS ini. Semoga bermanfaat.
Komponen-Komponen MPMBS yang Dimonitor dan Dievaluasi
MPMBS sebagai sistem, memiliki komponen-komponen yang saling terkait secara
sistimatis satu sama lain, yaitu konteks, input, proses, output, dan outcome.
Konteks adalah eksternalitas sekolah berupa demand and support (permintaan dan
dukungan) yang berpengaruh pada input sekolah. Dalam istilah lain, konteks sama
artinya dengan istilah kebutuhan. Dengan demikian, evaluasi konteks berarti
evaluasi tentang kebutuhan. Alat yang tepat untuk melakukan evaluasi konteks
adalah penilaian kebutuhan (needs assessment).
Input adalah segala “sesuatu” yang harus tersedia dan siap karena dibutuhkan
untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud tidak harus berupa barang,
tetapi juga dapat berupa perangkat-perangkat lunak dan harapan-harapan sebagai
pemandu bagi berlangsungnya proses. Secara garis besar, input dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu harapan, sumberdaya, dan input manajemen.
Harapan-harapan terdiri dari visi, misi, tujuan, sasaran. Sumberdaya dibagi
menjadi dua yaitu sumberdaya manusia dan sumberdaya selebihnya (uang,
peralatan, perlengkapan, bahan). Input manajemen terdiri dari tugas, rencana,
program, regulasi (ketentuan-ketentuan, limitasi, prosedur kerja, dan sebagainya),
dan pengendalian atau tindakan turun tangan. Untuk lebih rincinya, lihat uraian
input pada BAB II. Esensi evaluasi pada input adalah untuk mendapatkan
informasi tentang “ketersediaan dan kesiapan” input sebagai prasyarat untuk
berlangsungnya proses.
Proses adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dalam MPMBS
sebagai sistem, proses terdiri dari: proses pengambilan keputusan, proses
pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar,
proses evaluasi sekolah, dan proses akuntabilitas. Dengan demikian, fokus
evaluasi pada proses adalah pemantauan (monitoring) implementasi MPMBS,
207
sehingga dapat ditemukan informasi tentang konsistensi atau inkonsistensi antara
rancangan/disain MPMBS semula dengan proses implementasi yang sebenarnya.
Konsistensi antara rancangan dan proses pelaksanaan akan mendukung
tercapainya sasaran, sedang inkonsistensi akan menjurus kepada kegagalan
MPMBS. Dengan didapatkan informasi inkonsistensi tersebut, segera dapat
dilakukan koreksi/pelurusan terhadap pelaksanaan.
Output adalah hasil nyata dari pelaksanaan MPMBS. Hasil nyata yang dimaksud
dapat berupa prestasi akademik (academic achievement), misalnya, nilai EBTA,
EBTANAS, dan peringkat lomba karya tulis, maupun prestasi non-akademik (nonacademic achievement), misalnya, IMTAQ, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi
olahraga, kesenian, dan kerajinan. Fokus evaluasi pada output adalah
mengevaluasi sejauhmana sasaran (immediate objectives) yang diharapkan
(kualitas, kuantitas, waktu) telah dicapai oleh MPMBS. Dengan kata lain,
sejauhmana “hasil nyata sesaat” sesuai dengan “hasil/sasaran yang diharapkan”.
Tentunya makin besar kesesuaiannya, makin besar pula kesuksesan MPMBS.
Outcome adalah hasil MPMBS jangka panjang, yang berbeda dengan output yang
hanya mengukur hasil MPMBS sesaat/jangka pendek. Karena itu, fokus evaluasi
outcome adalah pada dampak MPMBS jangka panjang, baik dampak individual
(tamatan SLTP), institusional (SLTP), dan sosial (masyarakat). Untuk melakukan
evaluasi ini, pada umumnya digunakan analisis biaya-manfaat (cost-benefit
analysis).
208
Sejalan dengan perkembangan madrasah dari bentuk awal hingga kondisi
sekarang ini, terdapat proses manajemen yang berkembang dinamis, keberadaan
madrasah semakin mantap setelah adanya keputusan bersama tuga Menteri yaitu
Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Agama
Nomor 6 Tahun 1975, No. 037/U/1975 dan No. 36 Tahun 1975 tanggal 24 Maret
1975 tentang Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah yang memberikan jaminan
pengakuan yang sama terhadap ijazah Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah
dan Madrasah Aliyah dengan SD, SMP dan SMU telah memberikan penghargaan dan
status yang sejajar sebagai lembaga pendidikan yang harus diperhitungkan.
Berbagai langkah kebijaksanaan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu
oleh pemerintah (Departemen Agama) melalui kegiatan pembenahan manajemen
madrasah, antara lain pembinaan kelembagaan, kurikulum, ketenagaan, sarana
prasarana dan perubahan sistem lainnya.
Kepentingan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada Madrasah Aliyah
juga didorong oleh kenyataan bahwa jumlah siswa yang belajar di Madrasah Aliyah
cukup banyak, dan ini adalah asset bangsa dan Negara di bidang pendidikan yang
perlu mendapatkan perhatian.
Diantara upaya meningkatkan pendidikan pada Madrasah Aliyah (MA)
tersebut adalah sistem program studi dan pembelajaran serta berbagai terobosan yaitu,
dalam bidang pengelolaan dan penyelenggaraaan pendidikan yang sebaik-baiknya
melalui MAN Model, di bidang skill untuk memberikan bekal agar siswa dapat terjun
ke masyarakat dalam berbagai lapangan pekerjaan melalui program keterampilan,
209
yang kesemuanya itu diharapkan menjadi contoh dalam penyelenggaraan Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) serta Madrasah Aliyah Swasta (MAS) di wilayahnya.
210
PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA
Selama ini dikenal dua cara pendekatan belajar yaitu pendekatan belajar
berpusat pada guru (teacher centred learning) dan pembelajaran berpusat pada
siswa (Student centred learning). Pendekatan belajar berpusat pada siswa (student
centred learning) merujuk pada teori constructivism yang menempatkan siswa
sebagai individu yang memiliki bibit ilmu di dalam dirinya yang memerlukan
berbagai aktifitas / kegiatan untuk mengembangkannya menjadi pemahaman yang
bermakna terhadap sesuatu hal. Dalam pandangan ini siswa perlu terlibat melalui
penalaran oleh diri sendiri maupun dalam kelompok diskusi atau suatu kelompok
kecil yang membahas suatu materi belajar. Guru lebih bersifat sebagai fasilitator
dalam proses membangun pengetahuan tersebut. Pada pendekatan belajar berpusat
pada siswa (student centred learning) ini siswa mengambil tanggung jawab yang
lebih untuk memantau kemajuan belajar mereka sendiri. Tugas belajar yang harus
mereka selesaikan bersifat lebih terbuka dan menantang untuk dikuasai (boleh jadi
mempunyai varian penyelesaian tergantung pada situasinya). Siswa lebih terlibat
jauh dalam berpikir tingkat yang lebih tinggi. Dalam pendekatan ini siswa secara
berdiskusi dengan kelompoknya mengeksplorasi secara mandiri terhadap suatu
permasalahan. Di dalam implementasi pembelajaran berpusat pada siswa (student
centred learning) ini pendekatan-pendekatan berikut harus dipenuhi agar lebih
menjamin implementasi yang tepat. Pendekatan-pendekatan yang penting adalah:
Siswa harus jelas apa yang mereka butuhkan untuk dicapai.
Mereka harus melihat belajar sebagai sesuatu yg bermakna.
Bimbingan (atau perancah) harus disediakan untuk membantu siswa mencapai hasil
yang diinginkan
harus ada kegiatan yang diperlukan siswa untuk membangun pengetahuan mereka
sendiri dari sumber belajar
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Student centereded Approach
1. Pengertian Student Centered Approach
Akhmad Sudrajat (2008) mengemukakan pendekatan pembelajaran merupakan
titik tolak atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran,yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Di
dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoritis tertentu. Sedangkan berpusat pada siswa (student centered)
adalah “proses belajar mengajar berdasarkan kebutuhan dan minat anak” (Oemar
Hamalik, 2004: 201). Pendapat di atas menggambarkan bahwa dalam proses
pembelajaran harus mempertimbangakan kebutuhan dan keinginan anak untuk
belajar. O’Neill, Geraldine and Tim McMahon (2005: 2) sependapat dengan Oemar
Hamalik (2004: 201) bahwa “…student–centred learning as focusing on the
students’ learning and what students do to achieve this, rather than what the teacher
211
does”. Pendapat O’Neill menjelaskan tentang kegiatan pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Siswa belajar dari apa yang dilakukan bukan dari apa yang disampaikan
guru. Pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik atau anak
merupakan sistem pembelajaran yang menunjukkan dominasi peserta didik selama
kegiatan pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing dan
pemimpin. Pembelajaran berpusat pada anak dapat disimpulkan bahwa dalam
pelaksanakan kegiatan pembelajaran berpusat kepada anak J.J Rousseau (Masitoh,
dkk, 2005: 36) menyatakan bahwa “kita jangan menekankan pada banyaknya
pengetahuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh seorang anak, tetapi harus
menekankan pada apa yang dapat dipelajari anak serta apa yang ingin diketahui anak
sesuai dengan minatnya”. Pendapat J.J Rousseau menjelaskan bahwa student
centered merupakan proses pembelajaran yang seluruh kegiatan dipusatkan pada
anak dan minat anak sehingga anak yang mendominasi proses pembelajaran. Yeni
Rachmawati dan Euis Kurniawati (2010: 43) mengemukakan pembelajaran yang
berpusat pada anak “…melibatkan anak dalam proses pembelajaran dari awal sampai
akhir berupa belajar aktif (active learning), yang lebih menempatkan siswa sebagai
pusat dari pembelajaran”. Yeni Rachmawati dan Euis Kurniawati menjabarkan
bahwa dalam proses pembelajaran yang menggunakan SCA (student centered
approach) inisiatif anak merupakan penentu keberlangsungan proses pembelajaran.
Anak-anak melakukan eksplorasi dengan lingkungan dan tidak dimonopoli guru.
Student centered learning merupakan suatu pembelajaran yang menempatkan
peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Model pembelajaran berpusat pada
siswa (student centered learning) berbeda dari pembelajaran berpusat pada guru
(instructor centered learning) yang menekankan pada transfer pengetahuan dari guru
ke murid yang relatif bersikap pasif. Penjelasan di atas menerangkan tentang bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang
digunaka Student centered approach (SCA) merupakan pendekatan yang didasarkan
pada pandangan bahwa mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan
dengan harapan agar siswa belajar. Konsep student centered approach yang penting
adalah belajarnya siswa. Guru secara sadar menempatkan perhatian yang lebih
banyak pada keterlibatan, inisiatif, dan interaksi sosial siswa. Kegiatan pembelajaran
yang menggunakan student centered approach menghargai keunikan tiap individu
dari diri setiap anak, baik dalam minat, bakat, pendapat serta cara dan gaya belajar
masing-masing anak. Peserta didik atau anak disiapkan untuk dapat menghargai diri
sendiri, orang lain, perbedaan, menjadi bagian dari masyarakat yang demokratis dan
berwawasan global.
“SCL puts students at the heart of the learning process, it is only proper recognition
of this diversity that empowers students to realise their full potential;engaging with
their teachers and embarking on the learning process in the
212
manner that will be most benefi cial to them” (Attrad, A, dkk. 2010).
PendapatAttrad, A menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran yang
menggunakanstudent centered approach, siswa merupakan titik pusat dari proses
pembelajaran.Guru memulai pembelajaran dengan memberikan kesempatan yang
seluas-luasnyabagi anak untuk mengkonstruksi pengetahuannya melalui pengalaman
belajar,bereksplorasi, memberikan kebebasan pada anak untuk memilih kegiatan
yangsesuai dengan kebutuhan dan minat anak. Pengertian di atas disimpulkan bahwa
student centered approach adalah pendekatan atau titik tolak tentang suatu proses
pembelajaran. Siswa atau anakberada pada pusat pembelajaran sehingga anak dapat
belajar aktif sesuai dengan minat dan keinginan anak. Anak dapat mengembangkan
proses skillberkomunikasi, pemahaman yang mendalam tentang topik, penelitian
sertapemecahan masalah dalam proses pembelajaran. Jadi student centered approach
dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di TK.
2. Penerapan Student centered approach
Konsep Froebel tentang PAUD adalah konsep belajar melalui bermain, berdasarkan
minat anak, dan anak sebagai pusat pembelajaran (child centered).
Froebel (Doodington dan Hilton, 2010: 16) menegaskan “hanya dengan
caramemperluas dan pengayaan naluri anak agar melibatkan diri kedalam
permainanaktif, pendidik dewasa yang simpatik dapat membantu anak berkembang
secarapenuh sebagai makhluk hidup yang bertindak, merasakan, dan berpikir”.
Pendapat
di atas menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran melalui
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke
dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun,
2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan
sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera
masyarakat yang memerlukannya. Mempertimbangkan dan memilih jalan
pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh
sejak titik awal sampai dengan sasaran. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok
ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf
keberhasilan (achievement) usaha. Jika
kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan
profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
213
dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan
teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria
dan ukuran baku keberhasilan. Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008)
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina
Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan
pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian
pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning
(Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara
pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran
induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi
pembelajaran
sifatnya
masih
konseptual
dan
untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.
Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”
sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi;
(5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9)
simposium, dan sebagainya. Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam
teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat
diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu
metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan
jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya
secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu
digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan
kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti
teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Sementara taktik pembelajaran
merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran
tertentu yang sifatnya individual.
Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi
mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam
214
penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang
dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang
memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik
karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan
tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan
kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam
taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang
disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi
Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok
model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan
informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku.
Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut
diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya
dapat divisualisasikan sebagai berikut: Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses
pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran
lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran,
sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan
suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran
tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan
tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah
joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan
menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah
menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan
yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria
penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah
ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang
memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif
dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan
di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka
pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian
(penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan
215
sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat
memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta
konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada
dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model
pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja
masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran
versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model
pembelajaran yang telah ada.
Jika diilustrasikan keterkaitan antara ke tujuh prinsip TQM dengan faktorfaktor yang mendukung mutu pendidikan, maka dapat digambarkan pada tabel di
bawah ini;
TABEL. I
Matrik Keterkaitan Faktor-Faktor Pendukung Mutu Pendidikan
dengan Prinsip-Prinsip TQM
No
Faktor-Faktor
Mutu Pendidikan
Pendukung
Prinsip TQM
Fp
KP
PB
KtP
KI
DIK
PP
1
2
3
4
5
6
7
1
Visi, Misi, tujuan pendidikan
x
x
x
x
x
2
Kepemimpinan kepala madrasah
x
x
x
x
x
3
Kurikulum/ pembelajaran
x
x
x
x
4
Evaluasi/supervisi,
x
x
x
5
Pengembangan professional guru,
x
x
6
Iklim dan budaya organisasi
x
7
Pengembangan prestasi peserta didik
8
9
Terkait
11
x
6 item
x
x
7 item
x
x
x
7 item
x
x
x
x
7 item
x
x
x
x
x
7 item
x
x
x
x
x
6 item
x
x
x
x
x
x
7 item
Peran serta masyarakat
x
x
x
x
x
x
6 item
Sarana dan prasarana pendidikan
x
x
x
x
x
x
6 item
x
216
10
Dana/pembiayaan pendidikan
11
Hasil/mutu pendidikan
x
x
x
x
x
x
x
7 item
Memenuhi keinginan pelanggan internal dan eksternal
Keterangan: FP= focus pada pelanggan, KP= Kepemimpinan, PB= perbaikan
secara berkesinambungan, KtP= keterlibatan total dan pemberdayaan, KI=
komitmen dan integritas, Dik= pendidikan dan pelatihan, PP= pengukuran dan
penilaian.
Tabel di atas menggambarkan adanya keterkaitan antara ke sepuluh faktor
pendukung pendidikan dengan prinsip-prinsipTQM, misalnya pada prinsip pertama
(focus pada pelanggan) yang memiliki keterkaitan dengan semua faktor, artinya
bahwa semua gagasan dan aktifitas yang terkait dengan komponen-komponen
tersebut harus terfokus kepada harapan dan keinginan pelanggan ( masyarakat, orang
tua dan peserta didik). Demikian halnya dengan prinsip-prinsip TQM lainnya,
semuanya
terkait dengan komponen-komponen pendidikan, kecuali pendidikan
dan pelatihan, ada empat komponen yang tidak terkait secara operasional, namun
dari segi lain boleh jadi masih bisa terkait, seperti yang terlihat pada tabel di atas.
Guru yang memiliki kinerja yang baik tentunya memiliki komitmen yang
tinggi dalam pribadinya, artinya tercermin suatu kepribadian dan dedikasi yang
paripurna. Guru yang memiliki komitmen yang rendah biasanya kurang memberikan
perhatian kepada peserta didik, demikian pula waktu dan tenaga yang dikeluarkan
untuk meningkatkan mutu pembelajaran sangat sedikit. Sebaliknya, seorang guru
yang memiliki komitmen yang tinggi biasanya memperlihatkan perhatian yang
tinggi
terhadap pekerjaannya dan menyediakan waktu yang banyak untuk
peningkatan mutu pendidikan.
Lihat Jeromi S.Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata
Langkah Penerapan ( Cet. IV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) h. 39, dan bandingkan Husaini
Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, h. 592.
217
Jerome
S.
Arcaro
menyatakan
bahwa
Manajemen
Mutu
Terpadu
Pendidikan/TQM di bidang pendidikan formal, termasuk madrasah, diperlukan
adanya penguatan dari lima pilar TQM (the five fillars of TQM), yaitu: Fokus pada
Kostumer,
Keterlibatan
Total,
Pengukuran,
Komitmen,
dan
Perbaikan
Berkesinambungan. Kelima pilar ini merupakan sebuah mata rantai dalam
organisasi. Dapat digambarkan bahwa kepuasan kostumer terhadap produk yang
berkualitas tidak akan tercapai tanpa proses kerja yang bermutu dengan melibatkan
semua komponen yang terkait dalam lembaga pendidikan, dan proses kerja yang
berkualitas tidak dapat diketahui tanpa adanya pengukuran kinerja yang telah
ditetapkan. Dan perbaikan secara berkesinambungan tidak akan terlaksana dengan
baik tanpa adanya komitmen pada mutu dari pihak yang terlibat untuk
meningkatkan kualitas.247 Ke lima pilar ini akan sulit terwujud tanpa dukungan
kepemimpinan yang efektif dalam sebuah lembaga/institusi yang terkelola dengan
baik. Kelima pilar ini berfungsi secara linier menentukan tinggi-rendahnya tingkat
produktivitas madrasah. Dengan demikian tinggi rendahnya tingkat produktivitas
organisasi mengindikasikan keberhasilan atau kegagalan dalam mengitegrasikan
pilar TQM untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas.
247
Lihat Jeromi S.Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata
Langkah Penerapan ( Cet. IV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) h. 39, dan bandingkan Husaini
Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, h. 592.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Jenis Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model
Makassar yang berlokasi di Jalan Sultan Alauddin No. 105 sebelah Barat UIN
Alauddin Makassar Kelurahan Manuruki Kecamatan Tamalate Kota Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan
2. Jenis Penelitian.
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, merupakan suatu bentuk
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada,
baik fenomena alamiah maupun fenomena tingkah laku manusia. Fenomena itu bisa
berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan
perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya 1.
Jenis penelitian yang bersifat kualitatif berusaha menangkap gejala secara
holistik melalui pengumpulan data dari subyek yang diteliti sebagai sumber
langsung dengan instrumen kunci peneliti sendiri, yaitu peneliti merupakan
perencana, pelaksana pengumpulan data, penganalisis, penafsir data/pemberi makna,
dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.
Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama yaitu
melakukan wawancara langsung dengan informan atau menggunakan alat perekam
1
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet. I; Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 72.
164
165
dan daftar wawancara tertulis kepada informan, data yang diperoleh adalah data
kualitatif. Selanjutnya untuk memperkuat dan mengecek validitas data hasil
wawancara tersebut, maka dapat dilengkapi dengan observasi atau wawancara secara
mendalam kepada informan yang telah memberikan jawaban pertanyaan yang
diajukan peneliti, atau orang lain yang memahami terhadap masalah yang diteliti2.
Sehingga dengan adanya data kualitatif melalui wawancara mendalam kepada pihak
pengelola yang berwenang memberikan informasi, maka peneliti dapat menyusun
data penelitian secara proporsional.
Dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif yang dimaksudkan di sini adalah
suatu upaya untuk mengungkapkan secara mendalam mengenai beberapa hal yang
berkaitan dengan implementasi Total Quality Management (TQM) dalam membina
mutu pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar.
B. Pendekatan Penelitian
Menelaah hasil permasalahan disertasi ini, ada beberapa pendekatan yang
digunakan, yaitu meliputi;
1.
Pendekatan pedagogik digunakan karena pembahasan disertasi ini nanti akan
berkaitan dengan aktifitas
pendidikan dan pelaksanaan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh kepala madrasah, guru-guru pada MAN 2 Model Makassar.
Kajian para pakar tentang implementasi TQM sebagai elemen yang paling
menentukan dalam kaiatannya dengan peningkatan mutu pendidikan pada MAN 2
Model Makassar, mendapat perhatian serius dalam dunia akademik.
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2008), h. 38.
166
2.
Pendekatan sosiologis digunakan untuk melihat hubungan kerjasama antara
pengelola lembaga madrasah (kepala sekolah, pegawai, dan guru) pada MAN 2
Model Makassar dengan peserta didik di madrasah tersebut, sehingga pembelajaran
dapat diserap dengan baik dan tentunya dalam bagian ini akan memberi dampak
positif hasil akhir baik hasil yang berupa angka-angka maupun pada segi sikap atau
akhlak para peserta didik.
3.
Pendekatan manajerial digunakan untuk mengetahui upaya berperilaku antar
semua elemen sekolah yang ada pada MAN 2 Model Makassar sebagai sistem-sistem
sosial yang mengaitkan dua orang atau lebih bersama-sama dalam upaya mereka
mencapai tujuan-tujuan bersama dalam proses pengembangan mutu pendidikan
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan (peserta didik).
4. Pendekatan teologis digunakan karena berhubungan dengan guru yang
mengajar pada madrasah sebagai konsepsi hidup manusia atau disiplin ilmu yang
membicarakan hubungan antara manusia dengan penciptaNya.3
5. Pendekatan fenomenologis (phenomenological approach) digunakan karena
pembahasan disertasi ini berkaitan dengan pola perilaku dan aktifitas manusia
sehari-hari sebagai suatu gejala atau fenomena dari apa yang tersembunyi dibenak
mereka. Gejala atau fenomena tersebut belum dapat dipahami sebelum terungkap
apa yang tersembunyi dibenak atau di kepala manusia sebagai pelaku aktifitas. 4
3
Lihat Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Cet. XI; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), h. 51.
4
Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis
ke Arah Penguasaan Model Aplikasi ( Cet. 8, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 9, dan
bandingkan dengan Sudarwan Danim, Menjadi peneliti Kualitatif ( Cet. I, Bandung: Pustaka Setia,
2002), h. 65.
167
Secara filosofis peneliti berupaya mengungkap dan memahami interaksi dalam
proses pendidikan antara guru dan siswa serta kegiatan-kegiatan lainnya yang
terjadi, baik yang bersifat stuktural maupun yang bersifat fungsional. Peneliti
melakukan analisis data secara fenomenologis yang spesifik kemudian kembali pada
basis filosofis pada akhir penelitian. Penelitian ini meneliti topik-topik interpersonal
dengan
memperhatikan
pada
prinsip-prinsip
yang
dikembangkan
dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Pendekatan Fenomenologis juga digunakan,
sebab orientasi penelitian ini diarahkan untuk memahami secara mendalam
paradigma peserta didik menjadi intelektual muslim yang berakhlakul karimah yang
penuh tanggung jawab dan kreatif dalam mengembang amanah di masyarakat.
6. Pendekatan
Grounded
research
digunakan
untuk
menghasilkan
dan
mengembangkan teori berdasarkan data empiris dengan cara induktif tentang suatu
fenomena. Grounded research juga mengisyaratakan bahwa pengumpulan data,
analisa dan formulasi teori dianggap sebagai sesuatu yang berkaitan. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa metode ini sebagai metode penelitian yang
digunakan untuk mengembangkan teori dengan cara induktif dan menjadikan data
sebagai sumber utama dalam pengembangan teori yang diinginkan peneliti. 5
C. Sumber Data Penelitian
Penelitian adalah penelitian pengamatan yang bertumpu pada sumber data
berdasarkan situasi yang terjadi atau sosial situation.6 Sumber data penelitian yang
5
Lihat Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian, Suatu Tinjauan Teoritis dan
Praktis ( Cet. I, Jogjakarta : AR-Ruz Media, 2011) h. 65-67.
6
Sosial situation, adalah situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat, pelaku,
dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis. Lihat ibid, h. 215.
168
penerapannya dilakukan pada jenis penelitian kualitatif. Tetapi dalam penelitian ini,
sebatas pada sumber data atau informasi yang dijadikan sebagai sumber data
penelitian ini. Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
atau biasa disebut purposive sampling,7 digunakan dalam pengumpulan data dengan
memilih informan yang benar-benar memahami permasalahan secara mendalam yang
akan diteliti. Perlu diketahui bahwa penentuan sampel seperti itu bukan sampel yang
mewakili populasi sebagaimana dalam penelitian kuantitatif, tetapi semata-mata
didasarkan kedalaman dan relevansi informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
tidak bermaksud menggeneralisasi hasil akhir penelitian dengan kesimpulan deduktif
dalam penelitian kuantitatif.
Jadi yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini yang dipilih
secara purposive adalah, kepala madrasah, guru-guru, pegawai, pengawas, pengurus
komite dan peserta didik pada MAN 2 Model Makassar yang dianggap mempunyai
kapabilitas untuk memberikan informasi yang valid dan akurat untuk dijadikan
sebagai sumber data dengan menggunakan 2 (dua) jenis seumber data, yaitu:
1. Data primer, dalam penelitian lapangan, data primer merupakan data utama
yang diambil langsung dari para informan yang dalam hal ini adalah kepala
madrasah, guru-guru, pegawai, dan peserta didik pada MAN 2 Model
Makassar. Data ini berupa hasil interview (wawancara).
2. Data sekunder, pengambilan data dalam bentuk dokumen yang telah ada
serta hasil penelitian yang ditemukan peneliti secara tidak langsung. Data ini
berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.
7
Lihat Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, h. 36.
169
D. Metode Pengumpulan Data
Sudah dimaklumi bahwa penelitian merupakan aktivitas ilmiah yang
sistematis, terarah, dan mempunyai tujuan tertentu, maka pengumpulan data
penelitian sangat penting guna menjelaskan fenomena yang sedang diteliti atau
menggambarkan variabel-variabel yang diteliti. Marzuki menjelaskan bahwa data
atau informasi yang dikumpulkan harus relevan dengan persoalan yang dihadapi,
artinya data itu bertalian, berkaitan, mengena, dan tepat8. Disinilah letak arti
penting dari pada alat pengumpulan data atau yang disebut dengan instrumen
penelitian.
Untuk mengumpulkan data yang relevan dengan variabel penelitian ini
digunakan alat penelitian dan instrumen pokok yaitu alat perekam, pedoman
wawancara tertulis dan lembaran observasi. Beberapa dokumen yang berhubungan
dengan penelitian ini juga diteliti pada saat pengumpulan data dilakukan. Di
samping itu, juga dilakukan wawancara langsung dengan pihak yang bersangkutan
dengan metode sebagai berikut;
1. Observasi adalah peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati
atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
penelitian dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan
dan di mana tempatnya.
2. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, semacam percakapan
yang bertujuan memperoleh data yang mendalam dalam komunikasi tersebut
8
Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: t. pn, 2008), h. 55.
170
yang dilakukan secara berhadapan9. Dalam penelitian ini, wawancara
dilakukan untuk menunjang data yang dikumpulkan lewat naskah-naskah.
Teknik wawancara yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah ”
wawancara terstruktur dan wawancara semi terstruktur”.10 Wawancara
terstruktur, yaitu peneliti
menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan yang alternatif jawabannya sudah disiapkan oleh
peneliti. Selain menyiapkan instrumen, peneliti juga menggunakan alat
bantu, seperti tape recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat
membantu kelancaran pengumpulan data. Wawancara semi terstruktur
pelaksanaannya lebih bebas bila dibanding dengan wawancara terstruktur,
wawancara ini bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih
terbuka, sehingga informan dapat menyampaikan pendapat dan ide-idenya.
3. Dokumentasi, dalam dokumentasi yang diteliti adalah dokumen, yang dalam
konsep umum terbatas hanya pada bahan-bahan tertulis saja dalam berbagai
kegiatan11. Dokumentasi adalah proses pengumpulan, pemilihan, dan
pengolahan naskah-naskah asli atau informasi-informasi tertulis yang
dipergunakan sebagai alat pembuktian atau bahan untuk mendukung suatu
keterangan atau argumen12. Naskah-naskah atau informasi tertulis (dokumen)
9
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 113.
10
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, h. 233.
11
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuntitatif, Kualitatif, h. 115.
12
Komaruddin, Kamus Istilah Skripsi dan Tesis, (Bandung: Angkasa, 1999), h. 33.
171
yang diteliti pada penelitian ini adalah naskah-naskah yang berkaitan dengan
variabel yang ada.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang amat penting dan strategis
kedudukannya dalam keseluruhan kegiatan penelitian, karena data yang diperlukan
untuk menjawab rumusan masalah penelitian diperoleh melalui instrumen.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
1.
Pedoman wawancara (interview) kepada informan yang terkait untuk
mengetahui perannya terhadap implementasi
Total Quality Management
(TQM) dalam membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar yang
dijadikan sebagai informan mendukung yaitu kepala madrasah, pegawai,
guru-guru, staf, pengawas dan peserta didik.
2.
Pedoman Observasi, disusun untuk melengkapi atau memperkuat hasil
penelitian yang diperoleh melalui wawancara, oleh karena itu pedoman
observasi dibuat dalam bentuk format yang berisi item-item tentang kejadian
atau tingkah laku yang diamati.13 Instrumen yang dapat digunakan dalam
observasi bisa dalam bentuk daftar cek (check list) sesuai item-item yang
telah disiapkan, atau dalam bentuk format isian yang memuat butir-butir
yang diamati.
3.
Peneliti sebagai instrumen( human insturment). Dalam penelitian ini, yang
menjadi alat utama adalah peneliti sendiri, yang berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan
13
Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.168
172
data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan dan membuat
kesimpulan atas penelitiannya,14 oleh karena itu peneliti sendiri yang
mengadakan ”validasi” terhadap dirinya sendiri, melalui evaluasi diri tentang
seberapa jauh pemahamannya terhadap metode yang digunakan, dan terhadap
penguasaan teori yang berhubungan dengan bidang yang diteliti.
4.
Dokumentasi Arsip-arsip yang berhubungan dengan program kegiatan yang
telah dan yang akan dilaksanakan, baik yang berkaitan dengan program
akademik maupun non akademik serta hal-hal lain yang berhubungan dengan
peningkatan kualitas peserta didik pada MAN 2 Model Makassar.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan teknik deskriptif
kualitatif. Teknik analisis deskriptif kualitatif yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah analisis non statistik dengan pendekatan induktif yaitu suatu analisis data
yang bertolak dari problem atau pernyataan maupun tema spesifik yang dijadikan
fokus penelitian.15 Jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka implementasi Total
Quality Management (TQM) dalam membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model
Makassar akan diamati dan digambarkan sebagaimana adanya, baik berupa aktifitas
pembelajaran (akademik) maupun kegiatan-kegiatan lainnya (non akademik).
Penelitian ini menempuh tiga cara pengolahan dan analisa data, yaitu;
1.
Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan,
mengabstraksi dan mengubah data kasar yang muncul dari catatan-catatan
14
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, h. 222.
15
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 11.
173
lapangan.16 Reduksi data dimaksudkan untuk menentukan data ulang sesuai
dengan permasalahan penelitian.
2.
Sajian data atau display data adalah suatu cara merangkai data dalam suatu
organisasi yang memudahkan untuk membuat kesimpulan atau tindakan yang
diusulkan.17 Sajian data pada peneltian ini adalah memilih data yang
disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
3.
Verifikasi atau penyimpulan data yaitu penjelasan tentang makna data dalam
suatu konfigurasi yang secara jelas menunjukkan alur kausalnya, sehingga
dapat diajukan proposisi yang terkait dengannya.18 Dalam penelitian ini
dipakai untuk penentuan hasil akhir dari keseluruhan proses tahapan analisis,
sehingga keseluruhan permasalahan dapat dijawab sesuai dengan kategori
data dan masalahnya. Pada bagian ini akan muncul kesimpulan-kesimpulan
yang mendalam secara komprehensif dari data hasil penelitian.
G. Pengujian Keabsahan Data.
Untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini dipergunakan beberapa
teknik, sebagai berikiut;
1.
Perpanjangan pengamatan, artinya peneliti kembali ke lapangan, melakukan
pengamatan, melakukan wawancara dengan sumber data, baik yang pernah
ditemui maupun yang baru ditemui, sehingga
hubungan peneliti dengan
16
Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan (Cet. II; Bandung Angkasa, 1993), h. 167.
17
Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, h. 168.
18
Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, h. 168.
174
narasumber akan semakin akrab, terbuka dan saling mempercayai sehingga
tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
2.
Pengamatan secara cermat dan berkesinambungan, bahwa dengan cara ini,
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan
sistematis. Dengan teknik ini , peneliti dapat melakukan pengecekan kembali
apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Selain itu, peneliti
juga dapat mendeskripsi data secara akurat dan sistematis.
3.
Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan berbagai waktu. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang
sehingga dapat memperoleh kepastian data yang akurat/valid.
4.
Diskusi dengan teman Sejawat, yaitu dengan cara mengekspos hasil
sementara atau hasil yang diperoleh kepada rekan-rekan sejawat dalam
bentuk diskusi analitik. Teknik ini bertujuan agar peneliti tetap
mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, dan untuk memberikan
kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji fokus
penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti.
5.
Analisis Kasus Negatif, adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan
hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Peneliti berusaha mencari data
yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan.
Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan,
berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.
6.
Kelengkapan Referensial, yang dimaksud dengan bahan referensi adalah
adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh
175
peneliti. Bahan referensi ini dapat berupa foto-foto, rekaman, dan dokumen
autentik.
7.
Mengadakan member check, bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data
yang diperoleh sesuai apa yang diberikan oleh informan, apabila data yang
ditemukan disepakati oleh pemberi data, maka berarti datanya dapat
dianggap valid, dan semakin dapat dipercaya/kredibel. 19 Jadi intinya data
harus sesuai dengan pendapat pemberi data.
19
Lihat Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, h. 270
176
1. Triangulasi, teknik ini dimaksudkan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang ada. melalui teknik ini sebenarnya peneliti selain pengumpulkan data juga
sekaligus menguji dan mengecek kredibilitas data dari berbagai sumber data
yang ada.
177
D. Pendekatan Penelitian
Menelaah hasil permasalahan disertasi ini, ada beberapa pendekatan yang
digunakan, yaitu pendekatan keilmuan dan pendekatan metodologi.
1. Pendekatan studi meliputi;
7. Pendekatan pedagogik digunakan karena pembahasan disertasi ini nanti akan
berkaitan dengan aktifitas
pendidikan dan pelaksanaan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh kepala madrasah, guru-guru pada MAN 2 Model Makassar.
Kajian para pakar tentang implementasi TQM sebagai elemen yang paling
178
menentukan dalam kaiatannya dengan peningkatan mutu pendidikan pada MAN 2
Model Makassar, mendapat perhatian serius dalam dunia akademik.
8. Pendekatan sosiologis digunakan untuk melihat hubungan kerjasama antara
pengelola lembaga madrasah (kepala sekolah, pegawai, dan guru) pada MAN 2
Model Makassar dengan peserta didik di madrasah tersebut, sehingga
pembelajaran dapat diserap dengan baik dan tentunya dalam bagian ini akan
memberi dampak positif hasil akhir baik hasil yang berupa angka-angka maupun
pada segi sikap atau akhlak para peserta didik.
9. Pendekatan manajerial digunakan untuk mengetahui upaya berperilaku antar
semua elemen sekolah yang ada pada MAN 2 Model Makassar sebagai sistemsistem sosial yang mengaitkan dua orang atau lebih bersama-sama dalam upaya
mereka mencapai tujuan-tujuan bersama dalam proses pengembangan mutu
pendidikan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan (peserta didik).
10.
Pendekatan teologis digunakan karena berhubungan dengan guru yang
mengajar pada madrasah sebagai konsepsi hidup manusia atau disiplin ilmu yang
membicarakan hubungan antara manusia dengan penciptaNya.20
2. Sedangkan pendekatan metodologi meliputi;
11.
Pendekatan fenomenologis (phenomenological approach) digunakan karena
pembahasan disertasi ini berkaitan dengan pola perilaku dan aktifitas manusia
sehari-hari sebagai suatu gejala atau fenomena dari apa yang tersembunyi dibenak
mereka. Gejala atau fenomena tersebut belum dapat dipahami sebelum terungkap
20
Lihat Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Cet. XI; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), h. 51.
179
apa yang tersembunyi dibenak atau di kepala manusia sebagai pelaku aktifitas. 21
Secara filosofis peneliti berupaya mengungkap dan memahami interaksi dalam
proses pendidikan antara guru dan siswa serta kegiatan-kegiatan lainnya yang
terjadi, baik yang bersifat stuktural maupun yang bersifat fungsional. Peneliti
melakukan analisis data secara fenomenologis yang spesifik kemudian kembali
pada basis filosofis pada akhir penelitian. Penelitian ini meneliti topik-topik
interpersonal dengan memperhatikan pada prinsip-prinsip yang dikembangkan
dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pendekatan Fenomenologis juga
digunakan,
sebab orientasi penelitian ini diarahkan untuk memahami secara
mendalam paradigma peserta didik menjadi intelektual muslim yang berakhlakul
karimah yang penuh tanggung jawab dan kreatif dalam mengembang amanah di
masyarakat.
12.
Pendekatan Etnometodologis ( ethnometodologic approach ). Pendekatan ini
digunakan untuk mempelajari bagaimana individu menciptakan dan memahami
kehidupan mereka sehari-hari, isi percakapan sehari-hari di tengah masyarakat
yang dapat dijadikan sebagai indikasi dan kerangka berpikir beserta asumsiasumsi mereka di dalam memahami, menafsirkan dan menyikapi berbagai hal
yang dihadapi. Dari sini memungkinkan lahirnya sebuah metodologi yang
bersumber dari kerangka pemikiran, asumsi atau dalil-dalil sebagai realitas atau
21
Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis
ke Arah Penguasaan Model Aplikasi ( Cet. 8, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 9, dan
bandingkan dengan Sudarwan Danim, Menjadi peneliti Kualitatif ( Cet. I, Bandung: Pustaka Setia,
2002), h. 65.
180
fenomena sosial yang tampak dipermukaan dalam kehidpan sehari-hari yang
bersifat konstruksional ( Sociall constructed ).22
13.
Pendekatan Grounded research digunakan untuk menghasilkan dan
mengembangkan teori berdasarkan data empiris dengan cara induktif tentang
suatu fenomena. Grounded research juga mengisyaratakan bahwa pengumpulan
data, analisa dan formulasi teori dianggap sebagai sesuatu yang berkaitan.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode ini sebagai metode penelitian
yang digunakan untuk mengembangkan teori dengan cara induktif dan
menjadikan data sebagai sumber utama dalam pengembangan teori yang
diinginkan peneliti.23
14.
Pendekatan interaksi simbolik ( symbolic interaction approach ). Pendekatan
ini didasari atas pandangan dan asumsi bahwa pengalaman manusia diperoleh
melalui hasil interpretasi. Orang, situasi dan peristiwa-peristiwa atau objek
lainnya, tidak bermakna dengan sendirinya, melainkan diperoleh dari interpretasi
mereka. Pendekatan ini memiliki tiga premis utama, yaitu; pertama, manusia
bertindak terhadap sesuatu
benda, orang atau ide atas dasar makna yang
diberikan kepada sesuatu. Kedua, makna tentang sesuatu itu diperoleh, dibentuk,
termasuk direvisi melalui proses interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga,
pemaknaan terhadap sesuatu dalam bertindak atau berinteraksi, tidak berlangsung
22
Lihat Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, h. 10.
23
Lihat Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian, Suatu Tinjauan Teoritis dan
Praktis ( Cet. I, Jogjakarta : AR-Ruz Media, 2011) h. 65-67.
181
mekanisme, melainkan melibatkan proses interpretasi. 24 Dengan demikian,
interpretasi sangat penting. hal ini menunjukkan bahwa tindakan dan pemaknaan
manusia terhadap sesuatu sangat bersifat situasional, yaitu bergantung pada
definisi situasi yang dihadapi pada tingkat interaksi itu sendiri.
24
Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis
ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, h. 11
BAB IV
IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 MODEL MAKASSAR
A. Gambaran Umum MAN 2 Model Makassar.
1. Sejarah Berdirinya.
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Di
kota ini terdapat lembaga pendidikan MAN 2 Model Makassar yang berlokasi di
Jalan Sultan Alauddin No. 105 Kelurahan Manuruki Kecamatan Tamalate Kota
Makassar sebelah barat kampus I UIN Alauddin Makassar.
MAN 2 Model Makassar berawal dari Pendidikan Guru Agama Negeri
(PGAN) 4 dan 6 tahun yang didirikan oleh pemerintah tahun 1958
yang
menggunakan tiga tempat masing-masing perguruan Islam di jalan Datuk Museng,
SPG Muhammadiyah di jalan Dr. Ratulangi, perguruan Muhammadiyah di jalan
Muhammadiyah. Pada tahun 1961 sampai 1963 pembangunan gedung baru
dilakukan dengan mempersatukan ketiga tempat tersebut, yang berlokasi di jalan
Sultan Alauddin. Pada tahun 1964, PGN 4 tahun beralih menjadi MTsN dan PGA 6
tahun beralih menjadi PGAN. Kemudian pada tahun 1992 beralih menjadi MAN 2
Ujung Pandang, dan pada tahun 1998 MAN 2 Ujung Pandang beralih menjadi MAN
2 Model Makassar berdasarkan Surat Kepurtusan Direktur Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama lslam Departemen Agama Nomor E.lV/PP,00.6/KEP/17.1998
tertanggal, 20 Februari 1998, ditetapkan sebanyak 35 buah MAN yang tersebar di 26
Provinsi untuk dijadikan MAN Model, termasuk MAN 2 Model Makassar.1
1
Lihat Profil MAN 2 Model Makassar 2011/2012.
177
178
Madrasah tersebut disiapkan sebagai figur sentral yang menjadi contoh dan pusat
pemberdayaan Madrasah sejenis, baik negeri maupun swasta.
Dari sejumlah Madrasah Aliyah Model tersebut dikembangkan untuk
mencapai keunggulan bagi para lulusannya, dengan melakukan berbagai perlakuan,
baik dalam sistem seleksi calon siswa maupun dalam proses pembelajarannya.
Program pendidikan dan pelatihan bagi guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya
dilingkungan MAN model mendapat prioritas, fasilitas sarana dan prasarana
pendidikan,
khususnya
peralatan
laboratorium,
perpustakaan
dan
media
pembelajaran secara bertahap disempurnakan.
Pengembangan Madrasah Aliyah Model selain memberikan perlakuan khusus
terhadap para siswa yang berbakat dan cerdas, juga terhadap mereka yang termasuk
berkemampuan biasa agar dapat mencapai prestasi akademis maksimal. MAN Model
sebagai madrasah percontohan nantinya akan mampu menampilkan kinerja yang
optimal, produktif, efektif dan efisien sebagai institusi pendidikan yang dikelola
secara profesional. MAN Model sebagai sekolah unggulan harus mampu
menampilkan kinerja. yang memiliki karakteristik: populis, Islami dan berkualitas.2
Sejak berdirinya MAN 2 Model hingga sekarang telah dipimpin oleh 10
(sepuluh) orang kepala, masing-masing sebagai berikut; Drs. H. Safar Bahar (1981 1985 masih status PGA), Abd. Malik Ibrahim, BA (1986-1989 status PGA) Drs. H.
Abd. Hamid ( 1986 -1989 Status PGA), Drs. Khaeruddin Saleh ( 1991-1994 status
MAN 2), H. Idrus, BA(1994-1997 status MAN 2), Drs. Zainal Abidin (1997-1999
status MAN 2 Model), Drs.H. Kuraisy Ahmad (1999 -2003 Status MAN 2 Model),
2
Lihat Profil MAN 2 Model Makassar 2011/2012.
179
Drs. H. Rappe(2003-2006 Status MAN 2 Model), M.Pd, Drs.H. Ahmad Hasan, MA,
2006 sampai sekarang).3untuk jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2 (dua).
2. Data Personil dan Sarana Pendidikan
MAN 2 Model Makassar memiliki lokasi seluas 33. 490 M2 persegi,
dipandang sebagai tempat yang sangat strategis disektor selatan kota. Madrasah
tersebut sudah dipagar permanen. Adapun bangunan-bangunan yang terdapat di atas
areal tanah tersebut terdiri atas: ruang belajar siswa, sebanyak 23 kelas, 4 unit
laboratorium, masing-masing leb. IPA, lab. Kimia/Biologi, lab. Bahasa dan lab.
Komputer. 1 unit ruang kepustakaan, 1 unit ruang serbaguna, 1 unit ruang ibadah 1
unit rumah dinas kepala sekolah 2 unit rumah dinas guru, ditambah beberapa
ruangan lagi seperti: ruang kantor kepala sekolah, ruang kepala TU, ruang staf
Pegawai administrasi, ruang guru, dan ruang BP. Selain sarana tersebut, MAN 2
Model Makassar juga memiliki gedung PSBB (Pusat Sumber Belajar Bersama)
dilengkapi 1 unit gedung wisma dua lantai yang berkapasitas 21 kamar. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2(dua).
MAN 2 Model Makassar ini diasuh oleh 100 orang, masing-masing; 67 orang
guru tetap (PNS), 13 orang
guru tidak tetap (honorer) dan 11 orang pegawai
administrasi PNS dan 9 orang pegawai honorer.4 Hal tersebut dapat dilihat pada
lampiran 2(dua). Sedangkan, kualifikasi akademik (tingkat pendidikan) guru dan
pegawai terdiri ; SLTA: 7 orang. Diploma: 2 orang, S1: 48 orang, dan S2: 32
orang. Guru yang sudah disertifikasi, 58 orang dan belum sertifikasi 22 orang. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2(dua).
3
Lihat Profil MAN 2 Model Makassar 2011/2012
4
Lihat Profil MAN 2 Model Makassar 2011/2012
180
Berdasarkan hasil pengamatan, baik guru yang berstatus pegawai negeri dan
bukan pegawai negeri sama-sama memiliki tanggung jawab yang sama dalam
melaksanakan kewajibannya sebagai pendidik. Dari segi kualifikasi pendidikan bagi
guru MAN 2 Model Makassar, yang berstatus S.1 sebanyhak 36 dan S.2 sebanyak
31 orang, dan 3 orang diantaranya sedang mengikuti kuliah program S3 UNM.
Dengan demikian, jika dilihat dari kualifikasi akademik, dapat dikatakan kualitas
guru MAN 2 Model Makassar sudah cukup memadai, bahkan hampir semua telah
memiliki sertifikat profesi. Dengan kondisi seperti itu diharapkan madrasah ini bisa
menerapkan metode TQM dan membina mutu pendidikan yang dibarengi dengan
pembinaan mental spiritual serta penanaman nilai-nilai akhlak, sehingga MAN 2
Model Makassar dapat menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas unggul, baik
dalam ilmu pengetahuan dan tekonologi maupun pengetahuan tentang keislaman.
Kualifikasi dan sertifikasi profesi yang diperoleh tenaga pendidik berdampak
positif terhadap kualitas proses pembelajaran. Menurut Erniwati, bahwa guru-guru
MAN 2 Model Makassar sudah tidak ada lagi yang mismatch atau mata pelajaran
yang diajarkan tidak sesuai dengan kualifikasinya,5 bahkan
mereka memiliki
keahlian yang merata sesuai dengan bidang studinya. Pengembangan kompetensi
guru di MAN 2 Model Makassar tidak terhenti sampai di sini karena masih harus
mengejar sampai pada target ideal ketenagaan berdasarkan Standar Nasional
Pendidikan dan prinsip TQM. Dalam tiga tahun terakhir ini, perkembangan
mengalami peningkatan, baik peminatnya, ketenagaannya, media pembelajarannya
maupun sarana dan prasarana pendukung lainya, dapat dikatakan sudah memadai.
untuk jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2 (dua).
5
Erniwati, Wakamad Kurikulum MAN 2 Model Makassar, Wawancara di MAN 2 Model
Makassar, tanggal, 08 April 2013.
181
Sarana dan prasarana MAN 2 Model Makassar sesuai fakta memang lebih di
atas jika dibandingkan dengan madrasah lainnya, sehingga dengan sarana dan
prasarana yang lengkap ini, telah membuat para peserta didik lebih kreatif dalam
memanfaatkan sarana dan prasarana tersebut dalam rangka menunjang proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan interview penulis dengan beberapa
peserta didik menyangkut kelengkapan sarana yang ada, mereka merasa senang atas
Madrasah ini (MAN 2 Model Makassar) disebabkan karena Madrasah memiliki
sarana yang benar-benar memadai, bahkan madrasah telah menyiapkan hostpot
(jaringan internet tanpa kabel).6 Sedangkan perkembangan siswa untuk 3(tiga) tahun
terakhir, masing-masing; tahun ajaran 2010/2011 : 815 orang, pada tahun ajaran
2011/2012 : 865 orang dan pada tahun ajaran 2012/2013 : 902 orang, untuk jelasnya
dapat dilihat pada lampran 2 (dua).7
Data di atas menunjukkan bahwa MAN 2 Model Makassar dari tahun ketahun mengalami kemajuan secara kuantitatif dan kualitatif atau makin eksis dan
prospektif, hal ini ditandai dengan animo orang tua/ masyarakat untuk memasukkan
anaknya di lembaga ini terus meningkat, sarana dan prasarana makin lengkap serta
tenaga guru/staf yang profesional
dalam bidang tugas mereka masing-masing,
terutama dalam proses pembelajaran cukup besar untuk ukuran madrasah Aliyah.
B. Proses Implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar.
Proses implementasi Total Quality Management (TQM) pada MAN 2 Model
Makassar, pada hakekatnya tidak terlepas dari fungsi-fungsi manajemen,
sebagaimana digambarkan dalam fokus penelitian
6
pada bab satu di atas, yang
Muhammad Risyad, siswa Kelas XII-IPS/2 MAN 2 Model Makassar, Wawancara, tanggal
10 Mei 2013.
7
Liht Profil MAN 2 Model Makassar 2011/2012
182
meliputi; Perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing), Pelaksanaan
(actuating) dan Pengawasan (controlling). Keempat fungsi manajemen tersebut
dijadikan sebagai pendekatan untuk
mengkaji implementasi Manajemen Mutu
Terpadu (MMT) atau TQM dalam membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model
Makassar, sebagaimana berikut ini;
1.
Perencanaan Program Pendidikan.
Sebagaimana diketahui bahwa penerapan TQM memerlukan suatu proses
manajemen yang sistematis dan terstruktur dengan baik dan jelas. Prinsip TQM yang
selalu nengedepankan mutu pelayanan dan mutu hasil sudah tentu tidak bersifat
instan, melainkan ia harus melalui proses perencanaan strategis. Perencanaan
strategis merupakan salah satu bagian penting dari TQM. Perencanaan ini berfungsi
memberikan arahan yang jelas kepada institusi, karena tanpa arahan, maka institusi
akan menghadapi kendala untuk meningkatkan mutu pendidikan yang diinginkan.
Perencanaan strategis sebagai langkah awal dalam pengembangan institusi
pendidikan, merinci beberapa tolok-ukur yang akan digunakan untuk mencapai visimisi dan tujuan pendidikan, demikian halnya
MAN 2 Model Makassar dalam
konsep pengembangan madrasah dimulai dengan menetapkan visi, misi, dan tujuan
pendidikan yang dijadikan dasar dalam merumuskan perencanaan strategi madrasah
seperti berikut ini;
a. Visi Madrasah
MAN 2 Model Makassar sebagai madrasah yang besar dan berada di tengah Kota
Metropolitan sarat dengan persaingan, maka visi harus dibangun sesuai
183
keberadaannya, yaitu; Terbentuknya Pribadi Muslim yang Berakhlakul Karimah,
Unggul dan Kompetitif.8
b. Misi
1) Menyeleggarakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menarik (PAKEM)
serta berkarakter untuk menumbuhkembangkan kemampuan peserta didik
secara optimal.
2) Menumbuhkembangkan semangat keunggulan dan budaya belajar yang tinggi
kepada peserta didik untuk bersaing di tingkat sekolah, lokal, nasional dan
internasional
3) Mengoptimalkan kegiatan ekstra kurikuler dan pengembangan diri sehingga
siswa dapat berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya.
4) Menumbuhkembangkan perilaku terpuji dan praktik nyata
5) Mewujudkan madrasah yang berwawasan lingkungan (green school)
6) Meningkatkan komitmen seluruh tenaga pendidik dan kepedidikan terhadap
tugas pokok dan fungsinya
7) Menyelenggarakan tatakelola madrasah yang efesien, efektif. 9
c. Tujuan Pendidikan.
1) Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt.
2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas lulusan yang melanjutkan ke perguruan
tinggi baik dalam maupun luar negeri.
3) Menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan teknologi dan komunikasi
yang mendalam dan luas.
4) Menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, motivasi dan komitmen yang
kuat untuk mencapai prestasi dan keunggulan.
5) Menghasilkan lulusan yang memiliki kepekaan dan kepedulian sosial,
lingkungan dan kepemimpinan.
6) Menghasilkan lulusan yang memiliki disiplin yang tinggi ditunjang oleh
kondisi fisik yang prima.10
Visi, misi dan tujuan pendidikan MAN 2 Model Makassar, terlihat dalam
rumusannya sangat ideal dengan kemajuan dan perkembangan pembangunan di era
sekarang ini. Visi, misi dan tujuan pendidikan tersebut dituangkan dalam Rencana
Kerja Tahunan Madrasah (RKTM). Rencana Kerja Tahunan inilah yang dijadikan
8
Profil MAN 2 Model Makassar 2011/2012.
9
Profil MAN 2 Model Makassar 2011/2012.
10
Profil MAN 2 Model Makassar 2011/2012.
184
pedoman kerja bagi kepala madrasah bersama dengan guru dan staf. Meskipun
RKTM ini belum terjabarkan secara maksimal, hal itu diakui oleh Kaharuddin;
Ada beberapa program dalam RKTM itu belum terlaksana, tetapi sebagian
besarnya sudah dijabarkan sesuai skala prioritas, kalau ada yang tertinggal
misalnya tahun ini, maka program itu dicantumkan lagi pada RKTM tahun
berikutnya, atau diganti dengan program lain yang lebih penting. Jadi rencana
kegiatan yang telah dirumuskan dalam RKTM sealau dievaluasi setiap tahun.11
Tidak terlaksananya sebagian program yang telah direncanakan disebabkan
beberapa masalah, antara lain masalah waktu dan biaya yang terbatas, sehingga
dipilih program yang paling mendesak yang diutamakan pelaksanaannya, sementara
kualitas SDM di MAN 2 Model Makassar cukup baik, karena kebanyakan guru
sudah berpendidikan magister (S2), oleh karena itu hambatannya bukan pada faktor
SDM. Hal tersebut dibenarkan oleh Muh. Ilyas;
Bahwa masalah kemampuan SDM di MAN 2 Model Makassar tidak
disangsikan lagi karena selain mereka sudah memiliki kualifikasi akademik
yang tinggi, mereka juga rata-rata mempunyai pengalaman di bidang
pendidikan sudah cukup lama, jika terjadi masalah atau kendala dalam
penjabaran program, maka saya melihatnya disebabkan oleh dua hal; pertama
kurangnya kesadaran dari sebagian guru dan staf, terutama yang diberi amanah
oleh kepala madrasah untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, sehingga
pekerjaan tersebut terbengkalai atau penyelesaiannya tidak tepat waktu,
kedua, disebabkan dukungan dana yang masih terbatas, sehingga program itu
dipilih sesuai skala prioritas yang sesuai dengan kemampuan dana.12
Pernyataan di atas juga dibenarkan oleh beberapa orang guru, bahkan Ahmad
Hasan sendiri menyadari hal tersebut, namun ia mengungkap kondisi MAN 2 Model
ini tidak seperti apa yang dipikirkan oleh sebagian orang, karena faktanya sedikit
berbeda, ada segi negatif dan ada segi positiifnya, oleh karena itu dalam
menjalankan kepemimpinan disini harus dipadukan kedua sisi tersebut, dengan tidak
11
Kaharuddin, Wakamad HUMAS MAN 2 Model Makassar, Wawancara di MAN 2 Model
Makassar, tanggal, 4 Juni 2013.
12
Muh. Ilyas Guru MAN 2 Model Makassar, Wawancara di MAN 2 Model Makassar, tanggal
4 Juni 2013.
185
mengorbankan salah satu pihak. Memimpin madrasah yang besar seperti MAN 2
Model harus memiliki strategi tersendiri, dan tidak selalu harus mengikuti teori-teori
manajemen yang ada, namun teori-teori itu pada saatnya yang tepat dapat
diberlakukan.
d. Akreditasi.
Akreditasi madrasah adalah kegiatan penilaian terhadap madrasah secara
sistematis dan komprehensif melalui kegiatan evaluasi diri dan evaluasi eksternal
(visitasi) untuk menentukan kelayakan dan kinerja madrasah. Akreditasi sekolah
bertujuan untuk : 1) menentukan tingkat kelayakan suatu madrasah dalam
menyelenggarakan layanan pendidikan, 2) memperoleh gambaran tentang kinerja
madrasah, dilihat dari berbagai unsur dan komponen yang ada dengan mengacu
kepada kualitas yang dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah
ditetapkan, 3) memperoleh gambaran tentang akuntabilitas (pertanggungjawaban)
madrasah, apakah layanan yang diberikan memenuhi harapan atau keinginan
masyarakat, 4) memperoleh masukan dari tim akreditasi tentang langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam membina mutu pendidikan secara terus menerus.
MAN 2 Model Makassar sudah beberapa kali dinilai atau diakreditasi, baik
yang dilaksnakan oleh BAN-S/M (Badan Akreditasi Nasional - Sekolah/Madrasah)
maupun tim akreditasi dari Kementerian Agama Kota Makassar. Pada tahun 2007
diakreditasi oleh BAN-S/M, dengan memperoleh nila “A” (Amat Baik) dan pada
tahun 2012 kembali lagi diakreditasi dengan
nilai “ A” (Amat Baik).13 Perolehan
nilai Akreditsi dengan nilai “A” secara berturut-turut bukanlah sesuatu yang mudah,
karena beberapa kali sebelumnya hanya selalu mendapat akreditasi B. Keberhasilan
13
Ahmad Hasan, Kepala MAN 2 Model Makassar, Wawancara, di MAN 2 Model Makassar
pada tanggal 4 Juni 2013, dan lihat sertifikat akreditasi, 2007 dan 2012.
186
ini sudah tentu bukan dari hasil rekayasa, melainkan diperoleh melalui usaha keras
dari semua warga madrasah, dan nilai akreditasi tersebut dapat dipertahankan pada
akreditasi berikutnya.
2.
Pengorganisasian dan Tata Kerja.
Pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajemen untuk menentukan
pekerjaan dan tugas-tugas yang harus dilakukan bagi setiap personil madrasah.
Pengorganisasian dalam lembaga pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting
terhadap perbaikan mutu pendidikan di madrasah. Hal ini disebabkan karena
pengorganisasian bertujuan untuk penentuan sumber daya dan kegiatan yang
dibutuhkan, penentuan proses perancangan dan pengembangan suatu organisasi,
penentuan penugasan dan tanggung jawab serta penentuan pendelegasian wewenang
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Oleh karena itu perencanaan
yang baik harus pula didukung dengan pengorganisasian agar terlihat dengan jelas
tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh setiap warga
madrasah.
Pengorganisasian pada MAN 2 Model Makassar, telah disusun dalam bentuk
struktur organisasi yang lengkap dan pembagian kerja yang jelas. Struktur organisasi
dan pembagian kerja ini, memperjelas ruang lingkup kerja, tugas dan tanggung
jawab serta wewenang masing-masing pribadi dalam tubuh organisasi
MAN 2
Model Makassar, sehingga segala bentuk kesalahan seperti tumpang tindih
kewenangan dan yang semacamnya dapat dihindarkan. Pembagian tugas sangat
penting dalam rangka pemberdayaan seluruh SDM yang ada untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
a. Struktur Organisasi;
187
Struktur organisasi MAN 2 Model mempunyai dua jalur hubungan, yaitu
hubungan struktural atau hubungan administratif dan hubungan fungsional atau
koordinatif. Untuk jelasnya dapat dilihat pada lampiran 1 (satu).
b. Tata Kerja Organisasi Madrasah.14
1) Kepala Madrasah mempunyai tugas dan fungsi sebagai edukator, manajer,
administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator. Tugas dan fungsi ini
diperinci sebagai berikut;
a) Kepala Madrasah sebagai edukator, yaitu bertugas melaksanakan proses
belajar mengajar secara efektif sebagaimana dengan guru-guru lainnya
dengan lokasi waktu 6 jam/minggu.
b) Kepala Madrasah sebagai manajer, mempunyai tugas ; menyusun
perencanaan, mengorganisasikan, mengarahkan, pengawasan/evaluasi,
mengkooordinasikan kegiatan, menentukan kebijaksanaan, mengadakan
rapat, mengambil keputusan, dan lain-lain
c) Kepala Madrasah sebagai administrator, yaitu melakukan hal-hal yang
berhubungan dengan administrasi pendidikan dan ketatausahaan.
d) Kepala Madrasah selaku supervesor, yaitu bertugas menyelenggarakan
supervisi mengenai : proses belajar mengajar, kegiatan bimbingan dan
konseling, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan evaluasi dan penilaian;
e) Kepala Madrasah sebagai pimpinan/leader, yaitu; melaksanakan tugas dengan
amanah, jujur dan bertanggung jawab, memahami kondisi guru, staf dan
siswa, memiliki visi-misi madrasah, dan mencari gagasan baru.
f) Kepala Madrasah sebagai inovator, yaitu melakukan pembaharuan di bidang :
kegiatan pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, melaksanakan pembinaan
kepada guru dan staf, dan menggali sumber daya melalui komite dan
masyarakat.
g) Kepala Madrasah sebagai motivator, yaitu membangkitkan semangat kerja
kepada guru dan karyawan/staf serta pelaksana unit kerja untuk
meningkatkan kinerjanya sesuai tugas fangsi mereka. Memberi penghargaan
atau reward kepada guru, staf dan siswa yang berprestasi dan memberi
sanksi/ hukuman yang melanggar aturan kedisiplinan dalam madrasah, dan
dalam tugas tertentu kepala madrasah mendelegasikan kepada wakil kepala
madrasah sesuai jobnya masing-masing.15
14
Tata kerja organisasi atau sering disebut uraian tugas( job discriptions) tersebut, diperoleh
dari dukumen ( Arsip) Kepala Tata Usaha MAN 2 Model, pada tanggal, 20 Juni 2013.
15
Profil MAN 2 Model Makassar, 2011/2012.
188
Banyaknya tugas dan fungsi yang ditangani oleh kepala madrasah, menuntut
seorang kepala madrasah harus memiliki sejumlah kemampuan dan keterampilan
untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Selain itu, kepala madrasah harus memiliki
strategi tersendiri untuk mengatur seluruh aktivitasnya. Kepala madrasah harus
menjadi seorang generalis, yaitu harus memiliki pengetahuan dari semua tugas dan
fungsi yang menjadi tanggung jawabnya, artinya memahami sedikit dari banyak
masalah yang dihadapi. Seorang kepala madrasah tidak dituntut menjadi ahli, tetapi
yang diinginkan adalah mengetahui dan memahami banyak masalah, yang
berhubungan dengan tugas pokok dan fungsinya (TUPOKSI).
Sehubungan dengan tugas dan fungsi Kepala MAN 2 Model Makassar yang
begitu banyak, Jamaluddin mengatakan bahwa untuk menyelesaikan tugastugas tersebut kepala madrasah mendelegasikan sebagian kepada wakil-wakil
kepala madrasah sesuai wewenang dan tanggung jawabnya, atau kepada guru
lain yang memiliki pengalaman dalam bidang tertentu. 16
Pernyataan Jamaluddin tersebut adalah sesuatu yang lumrah dalam dunia
pendidikan, karena salah satu tujuan pengangkatan wakil kepala madrasah adalah
untuk membantu kepala madrasah melaksanakan sebagian tugas-tugasnya. Hal itu
tidak bertentangan dengan peraturan yang ada. Kepala madrasah dibantu empat
orang wakil kepala madrasah, masing-masing; Wakil kepala madrasah bidang
kurikulum, bidang kesiswaan, bidang sarana dan prasarana, dan bidang hubungan
masyarakat (Humas). Untuk mengetahui lebih jelas tugas-tugas, baik wakil maupun
personel lainnya, di bawah ini dikemukakan sebagai berikut;
2) Wakil Kepala Madrasah bidang kurikulum bertugas membantu kepala
sekolah dalam urusan-urusan sebagai berikut;
a) Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan;
16
Jamaluddin , Wakamad Sarana dan Prasarana MAN 2 Model Makassar,Wawancara di
MAN 2 Model Makassar, pada tanggal 11 April 2013.
189
b) Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.
c) Mengatur penyusunan program pengajaran (program,semester) program
satuan pelajaran dan persiapan mengajar, penjabaran dan penyesuaian
kurikulum).
d) Mengatur pelaksanaan kegitan kurikuler dan ekstrakurikuler.
e) Mengatur pelaksanaan program penilaian kriteria kelulusan, dan laporan
kemajuan belajar siswa, serta pembagian rapor dan STTB.
f) Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengajaran.
g) Mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
h) Mengatur pengembangan MGMPP dan koordinator mata pelajaran.
i) Mengatur mutasi siswa.
j) Melakukan supervisi administrasi dan akademis.
k) Menyusun laporan.17
3) Wakil Kepala Madrasah bidang kesiswaan, bertugas membantu kepala
madrasah dalam urusan-urusan sebagai berikut;
a) Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
b) Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan 7K (keamanan, kebersihan,
ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kesehatan, dan kerindangan).
c) Mengatur dan membina program kegiatan OSIS meliputi kepramukaan,
palang merah remaja (PMR), kelompok ilmiah remaja (KIR), usaha kesehatan
sekolah (UKS), patroli keamanan sekolah (PKS) dan paskibraka.
d) Mengatur program pesantren kilat.
e) Menyusun dan mengatur pelaksanaan pemilihan siswa teladan sekolah.18
4) Wakil Kepala Madrasah bidang Sarana dan prasarana, bertugas membantu
kepala madrasah dalam urusan-urusan sebagai berikut;
a) Merencanakan kebutuhan sarana prasarana untuk menunjang proses belajar
mengajar.
b) Merencanakan program pengadaannya.
c) Mengatur pemanfaatan sarana dan prasarana.
d) Mengelola perawatan, perbaikan dan pengisian.
e) Mengatur pembukuannya.
f) Menyusun laporan.19
17
Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012.
Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012.
19
Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012
18
190
5) Wakil Kepala Madrasah bidang Hubungan Dengan Masyarakat, bertugas
membantu kepala madrasah dalam urusan-urusan sebagai berikut;
a) Mengatur dan mengembangkan hubungan dengan Komite Sekolah dan peran
Komite Skolah.
b) Menyelenggarakan bakti sosial, karya wisata.
c) Menyelenggarakan pameran hasil pendidikan di sekolah (gebyar pendidikan).
d) Menyusun laporan.20
6) Guru; Guru bertanggung jawab kepada Kepala Madrasah dan mempunyai
tugas melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.
Adapun tugas dan tanggung jawab guru meliputi :
a) Membuat perangkat-perangkat pembelajaran, yaitu, Program Tahunan/
Semester, Program Mingguan, Program Satuan Pelajaran, RPP, Daftar
Penilaian, Modul pembelajaran, LKS, dll.
b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran
c) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian, ulangan
umum, ujian akhir, dan melaksanakan analisis hasil ulangan harian;
d) Menyusun dan melaksanakan perbaikan/remedial dan pengayaan;
e) Melaksanakan kegiatan membimbing (pengimbasan pengetahuan) kepada
guru lain dalam proses kegiatan belajar mengajar
f) Membuat atau menggunakan alat/media pembelajaran.
g) Mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
h) Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum dan program pengajaran.
Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa
i)
Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pengajaran
j)
Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan
pangkatnya.21
7) Wali Kelas, bertugas membantu Kepala Madrasah dalam kegiatan-kegiatan
sebagai berikut :
a) Pengelolaan kelas;
b) Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi : denah tempat duduk siswa,
papan absensi siswa, daftar pelajaran kelas, daftar piket kelas, buku absensi
siswa, dan tata tertib siswa
20
21
Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012
Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012
191
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Penyusun pembuatan statistik bulanan siswa
Pengisian daftar kumpulan nilai siswa (leger)
Pembuatan catatan khusus tentang siswa
Pencatatan mutasi siswa
Pengisian buku laporan penilaian hasil belajar
Pembagian buku laporan penilaian hasil belajar22
8) Guru Bimbingan dan Konseling, adalah bertugas membantu Kepala
Madrasah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a) Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling
b) Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar;
c) Memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi
dalam kegiatan belajar;
d) Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling;
e) Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan dan konseling;
f) Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar;
g) Menyusun program tindak lanjut bimbingan dan konseling;
h) Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling;23
9) Pustakawan Sekolah, adalah bertugas
membantu Kepala Madrasah dalam
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a) Perencanaan pengadaan buku-buku/bahan pustaka/media elektronika;
b) Pengurusan pelayanan perpustakaan;
c) Perencanaan pengembang perpustakaan;
d) Pemeliharaan dan perbaikan buku-buku/ bahan pustaka/ media elektronika;
e) Inventarisasi dan pengadmininistrasian buku-buku/bahan pustaka/media
elektronika;
f) Melakukan layanan bagi siswa, guru, dan tenaga kependidikan lainnya, serta
masyarakat;
g) Penyimpanan buku buku perpustakaan/media elektronika;
h) Menyusun tata tertib perpustakaan;
i) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara berkala.24
22
23
24
Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012
Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012
Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012
192
10) Laboran, adalah
bertugas untuk
membantu Kepala Madrasah dalam
kegiatan-kegiatan sebagai berikut;
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Perencanaan pengadaan alat dan bahan laboratorium;
Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan laboratorium;
Mengatur penyimpanan dan daftar alat-alat laboratorium;
Memelihara dan perbaikan alat-alat laboratorium;
Inventarisasi dan pengadministrasian pinjaman alat-alat laboratorium;
Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan laboratorium.25
11) Kepala tata usaha, adalah bertugas untuk membantu
melaksanakan
ketatausahaan Madrasah, dan bertanggung jawab kepada Kepala Madrasah dalam
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Penyusunan program kerja tata usaha sekolah;
Pengelolaan keuangan sekolah;
Pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa;
Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah;
Penyusunan administrasi perlengkapan sekolah;
Penyusunan dan penyajian data/statistik sekolah;
Mengkordinasikan dan melaksanakan 7 K;
Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan
secara berkala.26
12) Keterampilan dan Tata Boga adalah bertugas untuk membantu Kepala
Madrasah dalam kegiatan-kegiatan sebagau berikut :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
25
26
27
Merencanakan pengadaan alat-alat keterampilan;
Menyusun jadwal kegiatan praktik keterampilan, las dan tata boga
Menyusun program kegiatan teknisi ;
Mengatur penyimpanan, pemeliharaan dan perbaikan barang inventaris;
Inventarisasi dan pengadministrasian;
Menyusun laporan kegiatan, dan lain-lain.27
Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012.
Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012.
Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012.
193
13) Layanan Teknisi di Bidang Pertamanan, bertugas membantu Kepala
Madrasah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut;
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
Mengusulkan keperluan alat pertamanan;
Merencanakan distribusi, jenis dan pemilah tanaman;
Memotong rumput;
Menyiangi rumput liar;
Memelihara dan memangkas tanaman;
Memupuk tanaman;
Memberantas hama dan penyakit tanaman;
Menjaga kebersihan dan keindahan taman serta kerindangan;
Merawat tanaman dan infrastrukturnya (pagar,saluran air);
Merawat dan memperbaiki peralatan pertamanan;
Membuang sampah tanaman dan lingkungan sekolah ke tempat sampah.28
14) Layanan Teknis di Bidang Keamanan (Penjaga/Satpam);
a) Mengisi buku catatan kejadian;
b) Mengantar/memberi petunjuk tamu sekolah
c) Mengamankan pelaksanaan upacara, PBM, UN dan US, dan rapat-rapat
penting.
d) Menjaga kebersihan pos jaga
e) Menjaga ketenangan dan keamanan siang dan malam
f) Merawat peralatan jaga malam
g) Melaporkan kejadian secepatnya (bila ada).29
Struktur organisasi dan tata kerja MAN 2 Model Makassar tersebut hanya
merupakan bentuk penggarisan dan batasan-batasan yang harus dipertanggung
jawabkan masing-masing pengelola secara rutin, karena dalam melaksanakan tugastugas dan seluruh aktivitas terjalin kerjasama dari semua warga madrasah, sehingga
setiap kegiatan dapat terlaksana dengan baik
dan lancer. Upaya menanamkan
komitmen untuk kerjasama yang baik dalam kehidupan sehari-hari pada MAN 2
28
29
Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012.
Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012.
194
Model dijadikan sebagai tradisi atau budaya, karena hal ini dipahami sebagai ajaran
Islam, yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Pelaksanaan TQM pada MAN 2 Model Makassar.
Terkait dengan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau TQM, pada
hakekatnya sudah lama dicanangkan pada MAN 2 Model Makassar, yaitu sejak
terbentuknya sebagai MAN Model tahun 1998. Sejak itu konsep mutu sudah mulai
diterapkan dengan pendekatan Menejemen Berbasis Sekolah (MBS), yang diperkuat
dengan program DMAP (Development of Madrasah Aliyahs Project) untuk
pengembangan infrakstrukturnya (sarana dan prasarana pembelajarannya) sehingga
pada saat itu, mutu pendidikannya mulai mendapat pengakuan dan pujian dari
kalangan masyarakat, namun konsep ini belum berjalan secara maksimal sesuai
konsep program pengembangan Madrasah Aliyah Negeri yang digagas oleh DMAP,
sementara program lain seperti perbaikan sarana dan prasarana pembelajaran tetap
mendapat kucuran dana dari Kementerian Agama RI sampai sekarang.
Pembinaan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar memiliki
karakter dan pola sebagaimana lazimnya dengan lembaga pendidikan lainnya, yaitu
pola yang berorientasi kepada mutu input, proces dan output serta outcame
pendidikan. Pada hakekatnya pola ini
tidak jauh berbeda dengan pola dan
karakteristik yang dikembangkan dalam
Manajemen Mutu Terpadu atau TQM
sebagai suatu pola manajerial dalam upaya merespon stakeholders pendidikan ke
arah perbaikan mutu yang tepat dan terus menerus. Kepala Madrasah bersama
dengan guru dan staf memberi apresiasi terhadap gagasan dan ide-ide tentang mutu
dalam upaya meningkatkan prestasi peserta didik. hal itu terbukti ketika peneliti
mengadakan penelusuran melalui wawancara mendalam, bahwa aktivitas program
195
pendidikan
yang dilakukan sejalan dengan prinsip-prinsip TQM.
Amaluddin
mengemukakan;
Bahwa penerapan Total Quality Management (TQM) pada MAN 2 Model
Makassar memang belum terdokumentasikan sesuai dengan pedoman mutu
(quality manual)yang dikembangkan oleh Standar Mutu Internasional ( ISO:
9001:2008), namun jika dicermati terhadap beberapa keberhasilan yang telah
diraih oleh MAN 2 Model Makassar selama lima tahun terakhir, baik
keberhasilan di bidang akademik maupun non akademik, dapat dikatakan
pembinaan mutu di madrasah ini sudah berjalan dan berhasil. Keberhasilan
yang diraih selama ini merupakan hasil jerih-payah teman-teman guru dalam
mendongkrak prestasi peserta didik untuk bersaing dengan sesama sekolah
unggulan lainnya. Perbaikan mutu peserta didik secara berkesinambungan
dijadikan prioritas utama, sehingga mereka dapat memperoleh hasil yang
mengembirakan.30
Selanjutnya, secara operasional penerapan TQM pada MAN 2 Model
Makassar tercermin ke dalam 10 (sepuluh) prinsip atau unsur TQM sebagai
berikut; 1) fokus pada pelanggan (peserta didik), 2) obsesi dan komitmen yang tinggi
terhadap mutu, 3) kepemimpinan dan kerja sama tim 4) keterlibatan total dan
pemberdayaan, 5) pendidikan dan pelatihan, 6) pengukuran dan penilaian, 7)
pengambilan keputusan berdasarkan fakta, 8) kebebasan terkendali 9) kesatuan
tujuan, dan 10) perbaikan berkesinambungan. Kesepuluh prinsip TQM tersebut
secara operasional dapat digambarkan sebagai berikut;
a. Fokus pada pelanggan (peserta didik).
Fokus pada pelanggan, maksudnya bahwa sasaran seluruh aktivitas
pendidikan harus terfokus kepada upaya memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan
(internal dan eksternal), terutama kepada peserta didik. Lembaga pendidikan yang
memiliki komitmen besar terhadap kepuasan dan kebutuhan pelanggan merupakan
hal penting dan utama untuk meraih mutu pendidikan yang mempunyai daya saing
30
Amaluddin, Wali Kelas XI IPS MAN 2 Model Makassar Wawancara di MAN 2 Model
Makassar, pada tanggal 05 Juni 2013
196
yang tinggi. Hal ini sejalan dengan program pendidikan yang dikembangkan oleh
MAN 2 Model Makassar sebagaimana dikemukakan oleh Kepala MAN 2 Model
Makassar; Menyatakan bahwa pada hakekatnya seluruh aktivitas pendidikan,
semuanya terfokus kepada peserta didik melalui beberapa program pendidikan,
baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Langkah-langkah peningkatan
mutu peserta didik dikelola secara optimal sesuai dengan perencanaan yang telah
dirumuskan dalam Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kerja Tahunan
Madrasah (RKTM) MAN 2 Model Makassar.31
Terkait dengan sistem manajemen kesiswaan sebagai salah satu kegiatan
operasional madrasah, peserta didik sebagai pelanggan utama harus mendapatkan
pelayanan secara berkesinambungan
dengan mengatur berbagai kegiatan dalam
bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di madrasah dapat berjalan lancar,
tertib dan teratur untuk mencapai tujuan
pendidikan. Kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai ke luar(tamat) dari madrasah,
dan aspek-aspek lain yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu
upaya pertumbuhan dan perkembangan pribadi peserta didik secara optimal.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Kepala Madrasah bersama dengan
Wakamad Kesiswaan dan beberapa guru yang terkait, telah menetapkan ketentuan
yang berhubungan dengan empat kegiatan utama yang harus diperhatikan, yaitu,
mengatur penerimaan siswa baru (PSB), mengatur kegiatan proses pembelajaran,
mengintensifkan bimbingan dan pembinaan peserta didik melalui kegiatan-kegiatan
ekstra kurikuler, serta peningkatan kedisiplinan baik di dalam
maupun di luar
Madrasah. Keempat tugas tersebut dapat dijabarkan lebih rinci sebagai berikut;
31
Ahmad Hasan, wawancara, pada tanggal, 02 Mei 2013.
197
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Kehadiran dan pemantauan kedisiplinan peserta didik di Madrasah.
Penerimaan, orientasi, klasifikasi, dan penempatan peserta didik di kelas.
Evaluasi kemajuan belajar peserta didik (tugas utama guru dan wali kelas).
Bimbingan dan penyuluhan peserta didik yang bermasalah( tugas guru BK)
Program kesehatan dan keamanan ( tersedia UKM).
Pembinaan kegiatan keagamaan (bersama seksi keagamaan OSIM) dalam
berbagai bentuk dan jenisnya secara terkoordinir.
7) Pembinaan keterampilan peserta didik (olah raga dan seni) dalam berbagai
bentuk dan jenisnya secara terkoodinir.
8) Kegiatan pembinaan akdemik dan non akademik, dalam berbagai bentuk dan
jenisnya secara terkoordinir32
Sehubungan dengan pembinaan peserta didik MAN 2 Model Makassar diikat
oleh aturan yang ketat, dikarenakan adanya sebagian peserta didik yang kurang
memperdulikan kegiatan-kegiatan pembinaan di madrasah, sehingga peserta didik
seperti itu kualitasnya bisa saja menurun, sebagaimana pernyataan Khoiri selaku
Wakamad kesiswaan menyatakan;
Bahwa setelah mengamati perkembangan peserta didik sebagian kurang
memperhatikan mutu pembelajarannya, mereka berprinsip yang penting bisa
lulus dan naik kelas, mereka belum menyadari pentingnya mutu, pemahaman
tentang mutu di kalangan peserta didik adalah naik kelas dan bisa lulus dalam
Ujian Nasional, sebagian juga ada peserta didik yang kurang bersemangat
mengikuti pembelajaran. Kondisi peserta didik seperti itu jumlahnya sangat
sedikit, itupun terjadi pada kelas-kelas tertentu, jadi tidak dapat digeneralisasi
bahwa peserta didik MAN 2 Model Makassar budaya belajarnya menurun. 33
Peserta didik yang memiliki perilaku seperti di atas, diberikan bimbingan dan
pembinaan secara intensif yang dikoordinir oleh wakil kepala madrasah bidang
kesiswaan dan wali kelas agar mereka dapat mengubah perilakunya dari budaya
malas kepada budaya mutu. Upaya seperti ini memperoleh hasil yang memuaskan
karena secara berangsur-angsur mereka dapat mengikuti prestasi belajar peserta
didik yang sudah baik.
32
Khoiri, Wakil Kepala Madrasah
Makassar pada tanggal 14 Mei 2013.
33
Bidang
Khoiri, wawancara pada tanggal 14 Mei 2013.
Kesiswaan, Wawancara di MAN 2 Model
198
Keberhasilan dan kemajuan prestasi belajar peserta didik dalam berbagai
kondisi dan perilakunya memerlukan data yang lengkap, dengan tujuan agar mudah
dikontrol setiap saat. Kegiatan ini ditangani oleh bagian kesiswaan bersama dengan
guru BK di bawah koordinasi kepala bagian Tata Usaha Madrasah, dan seluruh
kegiatan pembinaan dilaporkan kepada kepala madrasah untuk selanjutnya
dievaluasi dalam rapat-rapat koordinasi internal.
Pendataan kemajuan peserta didik sedikit terkendala karena tidak semua
data yang ada dapat diakses melalui komputer dan secara online, terutama data
tentang kemajuan prestasinya
masih ditangani oleh masing-mesing wali kelas,
padahal pendataan berbasis kompeter dan online dapat memudahkan mendapatkan
informasi mengenai data kemajuan peserta didik, baik kepada masyarakat maupun
kepada orang tua peserta didik untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dan
langkah-langkah yang ditempuh oleh kepala madrasah bersama dengan guru-guru
dalam membina mutu pendidikan. Melalui sistem komputerisasi data secara online
ini pula, orang tua peserta didik dapat memperoleh informasi yang jelas tentang
kemajuan dan perkembangan prestasi peserta didik melalui internet, sehinga dapat
menjadi bahan masukan dan evalauasi bagi mereka untuk berpartisipasi dalam
proses pendidikan dan membimbing anaknya belajar di rumah secara kontinu.
Pemantauan terhadap kemajuan prestasi peserta didik dalam pendidikan
sangat berguna bagi guru atau tenaga pendidik untuk merencanakan strategi
pembelajaran, metode apa yang cocok, dan menambah/mengurangi beban kerja.
Selain itu secara khusus, pemantauan
terhadap
kemajuan peserta didik yang
dilakukan secara konsisten dan kontinu berperan sebagai dasar untuk memberikan
balikan kepada peserta didik. Sehubungan dengan kegiatan ini, perlu diperhatikan
199
aktivitas pekerjaan rumah (PR) yang diberikan kepada peserta didik, terutama
yang berkaitan dengan seberapa banyak pekerjaan rumah yang selayaknya diberikan
kepada peserta
didik dan penilaian
yang diberikan. Lebih lanjut Erniwati
mengemukakan;
Bahwa pada saat peserta didik masih menjadi siswa baru di MAN 2 Model
Makassar, sebagian dari mereka belum memperlihatkan semangat belajar yang
tinggi, mengingat mereka berasal dari sekolah yang berbeda-beda, bahkan
kualitas mereka pada umumnya masih sangat standar, akan tetapi setelah mereka
belajar beberapa bulan di MAN 2 Model sudah mulai terlihat tanda-tanda
kemajuan yang signifikan, sehingga ketika mereka mengikuti perlombaan, baik
yang bersifat akademik maupun non akademik, ternyata mereka dapat bersaing
dengan siswa-siswa dari sekolah unggulan lain.34
Hal tersebut menunjukkan kinerja guru di MAN 2 Model Makassar sudah
bagus, karena salah satu indikator pengukuran kinerja guru baik atau tidak adalah
melalui hasil prestasi yang diperoleh peserta didiknya selama dalam proses
pembelajaran, meskipun indikator ini tidak selamanya benar, karena keberhasilan
peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selanjutnya dalam mengukur prestasi
peserta didik, guru melakukan beberapa kegiatan, antara lain;
Guru melakukan penilaian prestasi peserta didik setiap selesai memberikan
pokok bahasan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana daya serap
mereka terhadap mata pelajaran tersebut, termasuk dalam menentukan
strategi pembelajaran keefektifan metode dan media pembelajaran yang
digunakan. Mengisi laporan prestasi peserta didik yang dikerjakan oleh wali
kelas masing-masing untuk disampaikan kepada orang tua peserta didik agar
mereka dapat mengetahu nilai yang diperoleh anaknya. Demikian pula hasil
karya dan prestasi khusus peserta didik di madrasah disampaikan kepada
orang tua dan komite madrasah melalui rapat pengurus komite dan kepala
madrasah.35
Selain itu, dalam upaya meningkatkan prestasi peserta didik pada MAN 2
Model Makassar, juga dilakukan hal-hal lain, seperti;
34
Erniwati, wawancara, pada tanggal, 02 Mei 2013.
35
Ahmad Hasan, wawancara, pada tanggal, 02 Mei 2013.
200
Menetapkan jadwal ujian sekolah sesuai kalender pendidikan yang telah
ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kota Makassar dan Kementerian Agama
Kota Makassar, sehingga guru-guru dapat mengoptimalkan penyelesaian
proses pembelajarannya di kelas. Selain itu guru memeriksa setiap pekerjaan
peserta didik dan memberikan balikan secara cepat dan melakukan analisis
terhadap kemajuan peserta didik, bukan hanya pada ranah kognitifnya, tetapi
juga pada rana afektif dan psikomotoriknya. Penilaian ini dilaksanakan secara
priodik yang bertujuan untuk melihat kecenderungan peningkatan dan
penurunan dan kemajuan peserta didik. Pemberian remedial bagi peserta
didik yang nilainya belum mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal), dan pengayaan bagi peserta didik yang ingin memperdalam
pengetahuannya pada salah satu materi pelajaran. 36
Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan
peserta didik, tetapi juga sikap kepribadian dan keterampilan-keterampilan lain,
yang lahir dari hasil pengalaman proses pembelajaran di madrasah. Madrasah tidak
hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan,
tetapi juga memberi bimbingan dan bantuan terhadap peserta didik yang bermasalah,
baik dalam belajar, maupun emosional dan tingkah lakunya, sehingga dapat tumbuh
dan
berkembang
secara
optimal
sesuai
dengan
potensi
masing-masing.
Pengembangan peserta didik dalam hal bakat dan minat dapat melalui organisasi
siswa madrasah (OSIM) dengan mengisi berbagai kegiatan berupa pengetahuan dan
keterampilan khusus.
Fokus utama dalam aktivitas pembelajaran di sekolah adalah peserta didik,
sebagai subjek utama dalam proses pemberajaran. Berhasil atau tidaknya proses
pembelajaran sangat tergantung pada kesiapan dan kemampuan peserta didik untuk
belajar. Kesiapan dan kemampuan belajar menjadi kunci keberhasilan
pembelajaran di madrasah.
proses
Oleh karena itu madrasah yang efektif harus
menyediakan program dan aktivitas pelayanan pendukung peserta didik (Student
36
Khoiri, wawancara pada tanggal 25 April 2013.
201
Support Services). Program dan aktivitas ini diarahkan untuk membantu peserta
didik mengaktualisasikan potensinya secara optimal. Layanan pendukung peserta
didik di MAN 2 Model Makassar dapat dikordinasikan langsung dengan program
layanan dan bimbingan. Pelayanan mencakup berbagai bentuk layanan responsive,
seperti: konseling, bimbingan pembelajaran, layanan orientasi, layanan informasi,
bimbingan
kelompok,
layanan mediasi,
penempatan/penyaluran, dan bantuan
ketuntasan belajar. Terdapat beberapa jenis pelayanan pada MAN 2 Model
Makassar, seperti berikut;
Peserta didik (melalui OSIM) dapat memberikan masukan terhadap
pengembangan pembelajaran dan implementasi kebijakan disiplin sekolah.
OSIM aktif melakukan kegiatan dan ikut bertanggung jawab atas program
pembinaan yang dilaksanakan. Tersedia banyak pilihan aktivitas untuk
program ekstra kurikuler sesuai bidang-bidang bakat dan minat peserta didik
tanpa ada diskriminasi dan kondisi-kondisi lainnya yang menghambat. Pada
sisi lain guru memberikan tugas-tugas kepada peserta didik pada jam pelajaran,
bila guru yang bersangkutan tidak bisa hadir, atau guru yang bersangkutan
diganti oleh guru lain untuk jam yang kosong tersebut. Guru bersifat
demokratis atas pikiran dan pendapat peserta didik, baik terhadap pendapat
yang benar maupun yang salah. Terdapat ruang khusus untuk melaksanakan
program layanan bimbingan konseling dan pemantauan terus-menerus
terhadap kesulitan belajar, dan masalah lain yang dialami oleh peserta didik.
Kegiatan pengembangan diri dikaitkan dengan usaha pengembangan pribadi
peserta didik secara
integral, yang mencakup kecerdasan intelektual,
emosional, sosial, dan spritual.37
Selanjutnya dikemukan oleh Amaluddin tentang perubahan paradigma yang
harus dibenahi dalam meningkatkan kualitas peserta didik, yaitu;
Pendidikan yang harus diterapkan saat ini bukan pendidikan yang hanya
mengejar angka-angka seperti angka kelulusan dalam pelaksanaan UN berupa
nilai yang tinggi, tetapi yang paling utama adalah mengejar makna dari arti
pengajaran itu. Memburu standar nilai yang tinggi sebagai target berkompetisi
37
Jamaluddin , Wakamad Sarana dan Prasarana MAN 2 Model Makassar,Wawancara di
MAN 2 Model Makassar, pada tanggal 11 April 2013.
202
dengan Madrasah lain memang juga perlu, tetapi harus dilandasi sebuah
kejujuran dalam meraih hal itu, karena di mana-mana sekolah dan madrasah
100 % siswanya lulus dalam UN, tetapi hal itu meragukan. Banyak
sekolah/madrasah merebut kelulusan sekian persen tetapi yang berkualitas
bukan sekolah dan murid-muridnya tetapi kepala sekolah beserta gurunya. 38
Pernyataan tersebut menegaskan perlunya penanaman nilai-nilai kejujuran
untuk membentuk perilaku dan karakter peserta didik yang bernuansa keislaman.
Sebanyak apapun ilmu yang dikuasai, tetapi memiliki nilai etika dan karakter yang
rendah, maka pemahaman terhadap makna pendidikan akan menjadi rendah pula.
Pendidikan yang dibutuhkan saat ini, adalah pendidikan yang memberi petunjuk
untuk kemaslahatan dan bekal keterampilan di masyarakat.
Penerimaan siswa baru pada MAN 2 Model Makassar melalui seleksi yang
ditetapkan oleh pihak Madrasah bertujuan untuk menjaring calon peserta didik yang
memiliki potensi akademik atau kemampuan intelektual, berakhlaq mulia/
berkepribadian serta memiliki kematangan pribadi dan keterampilan untuk dapat
menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Model Makassar dengan hasil yang maksimal
atau memuaskan, terutama orang tua peserta didik.
Syarat Pendaftaran dan kode etik siswa MAN 2 Model Makassar yaitu:
1) Syarat pendaftaran.
Beragama Islam, berusia setinggi – tingginya 18 tahun, menyerahkan Ijazah &
SKHUN / UN asli beserta foto copy yang dilegalisir (1 lembar), menyerahkan
pas photo hitam putih ukuran 3 x 4 sebanyak 2 lembar, menyerahkan foto copy
piagam kejuaraan dua tahun terakhir yang telah dilegalisir oleh pihak
berwenang minimal tingkat kabupaten ( jika memiliki ), dan beberapa
persyaratan lain yang tidak tertulis, yang bersifat anjuran. 39
38
Amaluddin, wawancara, pada tanggal 11 Juni 2013.
39
Nurlaela, wawancara pada tanggal 11 Juni 2013.
203
Selain persyaratan tersebut, peserta didik yang akan diterima pada MAN 2
Model Makassar harus lulus dalam seleksi, disesuaikan dengan daya tampung ruang
kelas/rombel, yang selama ini dibatasi maksimal 38 orang siswa setiap kelas.
2) Kode Etik Siswa.
Kode etik bagi peserta didik MAN Model Makassar, terdiri dari beberapa
aspek yang harus ditaati/tidak boleh dilanggar adalah berikut ini;
1) Tidak terlibat kasus pergaulan bebas dan asusila, tidak terlibat dalam
perkelahian dan tawuran, dan tidak terlibat pada penggunaan narkoba.
2) Tidak memalak dan mencuri, tidak mengancam dalam kelas.
3) Tidak membawa/menggunakan; senjata tajam, gambar /kaset porno,
merokok, miras, obat-obat terlarang dan tidak berbahasa kotor dalam
lingkungan madrasah;
4) Tidak main domino, kartu, dalam kelas atau kegiatan-kegiatan lain yang
merusak kelas, tidak boleh membuang sampah di sembarangan tempat.
5) Tidak boleh memalsukan tanda tangan, tidak makan/minum bukan pada
tempatnya;
6) Tidak boleh mencoret-coret dinding, tidak boleh rambut panjang bagi siwa
laki-laki.
7) Tidak mengikuti organisasi terlarang, dan tidak berada dalam kelas pada
waktu shalat berjamaah.40
Selain larangan-larangan tersebut, masih ada beberapa tata tertib/ kewajiban
yang harus ditaati, seperti harus menghormati guru dan staf, dan saling menghormati
sesama siswa, setiap saat harus membawa al Qur’an, harus mengikuti ekstra
kurikuler, harus mengikuti upacara bendera, dan harus berpakaian rapi sesuai
ketentuan, dan lain-lain.41 Semua kode etik dan tata tertib, apabila salah satunya
dilanggar atau tidak ditaati akan dikenakan sanksi mulai dari ringan, sedang dan
berat, yang langsung ditangani oleh guru Bimbingan dan Konseling (BK), jika
40
41
Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012
Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012
204
pelanggaran berat biasanya langsung ditangani oleh Kepala Madrasah.
Berkat kedisiplinan dan ketekunan guru memberikan bimbingan kepada
peserta didik, MAN 2 Model dapat memperoleh kemajuan dalam kurun waktu lima
tahun terakhir yang cukup menggembirakan. Indikasinya peserta didik sudah dapat
tampil sebagai pesaing yang tangguh dari sekolah/madrasah yang sederajat di
tingkat Kota Makassar sebagaimana penjelasan Khoiri;
Alhamdulillah selama beberapa tahun terakhir ini, kemampuan peserta didik
madrasah kita ini sudah diperhitungkan oleh sekolah unggulan yang ada di
Makassar, bahkan sudah banyak prestasi yang diraih madrasah ini, tidak
diperoleh sekolah lain, contohnya lomba bahasa, lomba matematika, dll,
bahkan siswa MAN 2 sering mengalahkan SMA Negeri 17 Makassar. Tetapi
yang hebat di Makassar sebenarnya SMA Islam Athirah, kalau SMA yang
lain seperti sekolah yang sudah ditunjuk sebagai sekolah bertaraf
internasional (SBI), masih bersaing dengan MAN 2 Model Makassar. 42
Kemajuan lain yang terlihat adalah pendaftaran calon siswa baru setiap
tahunnya semakin bertambah. Sedang prestasi yang diraih melalui perlombaan, baik
yang bersifat akademik maupun non akademik telah mendapatkan sejumlah
penghargaan yang tersimpan di MAN 2 Model Makassar. Untuk jelasnya dapat
dilihat dalam 3(tiga)
Berdasarkan hasil prestasi yang diraih peserta didik
MAN 2 Model
Makassar, dapat dikatakan bahwa MAN 2 Model Makassar telah membuktikan
dirinya sebagai madrasah yang dapat bersaing dengan sekolah/madrasah lain yang
ada di Kota Makassar, bahkan di tingkat provinsi dan tingkat nasional. Meskipun
prestasi yang diperoleh dalam setiap perlombaan tidak selamanya meraih juara satu,
namun hal itu tidak ada masalah, karena yang penting setiap event atau lomba yang
42
Khoiri,Wawancara, pada tanggal 4 Juni 2013.
205
diikuti dapat masuk sepuluh besar, dan peringkat yang diperoleh selama ini paling
rendah sebagai juara harapan.43
Upaya peningkatan prestasi peserta didik, bukan hanya seperti yang
digambarkan di atas, melainkan masih ada beberapa strategi yang diprogramkan
oleh Kepala Madrasah, yaitu melalui program kelas unggulan, mendongkrak prestasi
belajar, dan mengadakan studi banding ke Pulau Jawa dan ke negara tetangga,
seperti Malaysia, Singapura dan Thailan dengan mengikutsertakan beberapa orang
peserta didik.44
1) Program kelas unggulan setiap jenjang/tingkat. Proses penetapan program ini
dimulai dari kelas X, yaitu setelah kelas ini mengikuti semester pertama, dari hasil
penilaian ujian semester ini, dipilih peserta didik yang mempunyai nilai tertinggi di
kelasnya, kemudian disatukan dalam kelas khusus, yaitu kelas Xa. Jadi semua
peserta didik yang ditempatkan di kelas unggulan untuk semua jurusan ( IPA/IPS
kelas Xa, XIa, XIIa) adalah peserta didik yang memiliki nilai rata-rata lebih tinggi
dari kelas lain.
2) Mendongkrak Prestasi Belajar. Kegiatan ini sudah dijadikan program utama
bagi guru-guru MAN 2 Model Makassar, terutama dalam menanamkan kesadaran
belajar kepada peserta didik. Sebagaimana pendapat Kaharuddin,45 bahwa
pembelajaran yang dilaksanakan adalah “pembelajaran yang tuntas” dalam
pengertian adalah pembelajaran yang bersifat menyeluruh dan mendalam agar semua
peserta didik tidak ada yang merasa tertinggal pada materi bahan ajar. Setiap peserta
43
44
45
Ahmad Hasan, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 5 Juni 2013.
Ahmad Hasan, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 5 Juni 2013.
Kaharuddin,Wawancara, di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 5 Juni 2013.
206
didik yang kurang daya serapnya diberi motivasi agar ia dapat berkompetisi dengan
temannya yang lain yang memiliki kompetensi lebih di atas. Kegiatan lain yang
dilakukan untuk membina prestasi peserta didik adalah kegiatan remedial dan
kegiatan pengayaan. Kegiatan remedial yang diberikan kepada peserta didik untuk
memperbaiki nilainya setelah mengikuti tes formatif (ulangan harian), yaitu tes yang
dilakukan setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir atau selesai
diajarkan. Sedang pengayaan biasanya dilakukan dalam bentuk les untuk menambah
pemahaman dan penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran tertentu,
terutama dalam mengahadapi ujian nasional dan ujian sekolah.46
3) Program studi banding ke Pulau Jawa dan ke mancanegara (Malaysia,
Singapura dan Thailan). Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan peserta
didik dengan melihat secara dekat sistem atau model pembelajaran pada
sekolah/madrasah yang dikunjungi. Kelebihan atau keunggulan sekolah/madrasah
tersebut
dapat dijadikan pembelajaran, yang kemungkinannya dapat diterapkan
sesuai kondisi MAN 2 Model Makassar. Kegiatan seperti ini, dalam konteks TQM
disebut patok duga (banchmarking), yang sering digunakan di dunia perusahaan.
Secara sederhana banchmarking diartikan sebagai upaya untuk mengetahui atau
membandingkan keunggulan/kehebatan yang diraih oleh sebuah institusi/organisasi
kemudian diadopsi atau diterapkan ke dalam organisasi yang melaksanakan patok
duga tersebut, dengan mengadakan perubahan dan perbaikan kualitas secara terus
menerus sampai memperoleh keunggulan yang sama atau mendekati kemajuan
lembaga pendidikan yang dikunjungi.
46
Muh. Ilyas, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 27 Juli 2013.
207
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip TQM dalam pendidikan
yang berfokus pada pelanggan atau peserta didik sudah diupayakan secara maksimal
dalam membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, jika seandainya
ditemukan peserta didik yang kurang berkualitas, bukan berarti tidak ada upaya
pembudayaan pendidikan bermutu, melainkan hal itu menjadi indikasi bahwa produk
jasa pada dunia pendidikan jauh berbeda dengan produk barang pada dunia industri,
sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab dua di atas. Dari sini pula dipahami
bahwa belajar pada hakikatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan individu
untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu pemberian motivasi belajar secara
kontinu kepada peserta didik akan menghasilkan perubahan-perubahan
dalam
dirinya, baik dari segi kognitif, maupun afektif dan psikomotoriknya.
b. Obsesi dan Komitmen yang Tinggi Terhadap Kualitas.
Untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal, Kepala Madrasah
bersama dengan guru-guru MAN 2 Model Makassar berusaha mencurahkan seluruh
perhatian dan aktivitas pendidikan yang senantiasa berorientasi kepada “mutu
pelayanan dan mutu hasil”. Komitemen ini menjadi kesepakatan internal dalam
upaya membina mutu pendidikan.
Sesungguhnya meraih mutu pendidikan yang berdaya saing tinggi, tidaklah
semudah membalik telapak tangan karena sudah tentu berhadapan dengan berbagai
kendala dan hambatan, baik dari
segi sumber daya manusia maupun dari segi
finansial dan infrastruktur lainnya (membutuhkan waktu, tenaga dan dana yang
tidak sedikit jumlahnya). Kaharuddin menyatakan bahwa;
Keinginan untuk membina mutu pendidikan di MAN 2 Model Makassar, sudah
sejak lama dijadikan sebagai prioritas utama dalam seluruh aktivitas program
pendidikan, dan ini sudah menjadi komitmen bersama, namun terkadang kami
208
menghadapi beberapa kendala/hambatan terutama masalah finansial dan
sumber daya manusia, karena memang diakui bahwa di madrasah ini belum
semua tenaga pendidik memiliki kapasitas yang memadai terhadap mutu,
dengan kata lain kemampuan mereka masih sangat terbatas, meskipun
jumlahnya tidak banyak, namun dapat berpengaruh terhadap upaya
peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan.47
Kepala madrasah bersama dengan tenaga edukasi lainnya harus memiliki
komitmen yang kuat terhadap budaya mutu. Seringkali orang memiliki obsesi tinggi
terhadap kualitas, tetapi karena tidak didukung oleh komitmen yang kuat, maka
program mutu sulit terlaksana/tercapai. Dengan demikian adanya obsesi tinggi yang
didukung oleh komitmen yang kuat untuk meraih mutu adalah ibarat sebuah
bangunan yang memiliki dasar /pondasi yang kuat (komitemen) yang didukung oleh
pilar yang kuat dan tinggi (obsesi tinggi), sehingga bangunan dapat berdiri dengan
kokoh ( mempunyai daya saing yang tinggi) yang mampu berkompetisi dengan
lembaga pendidikan lainnya. Kesadaran terhadap pentingnya obsesi dan komitmen
yang tinggi terhadap mutu pendidikan di MAN 2 Model Makassar selalu ditanamkan
dan diingatkan oleh Kepala Madrasah pada setiap
pertemuan, baik pertemuan
formal maupun non formal secara persuasif.
c. Kepemimpinan dan Kerja Sama Tim.
Sebagaimana telah diuraikan pada
kepemimpinan
Kepala
Madrasah
pembahasan sebelumnya, bahwa
memegang
peranan
penting
terhadap
keberlangsungan suatu lembaga atau institusi pendidikan yang dipimpinnya.
Kepemimpinan kepala MAN 2 Model Makassar dalam membina mutu pendidikan
menjadi tanggung jawabnya. Meskipun tanggung jawab itu secara operasional
tidaklah mungkin dilakukan sendiri secara pribadi oleh kepala madrasah, melainkan
47
Kaharuddin, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 5 Juni 2013
209
keterlibatan secara bersama (kerja sama) semua warga madrasah sangat menentukan
keberhasilan dan keberlangsungan program pendidikan. Semua tenaga harus
diberdayakan dengan melibatkannya secara langsung pada setiap kegiatan
penyelenggaraan pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, di samping itu MAN 2
Model Makassar juga melaksanakan pembinaan melalui pengembangan wawasan
dan interaksi sosial melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
Hal ini sesuai dengan prinsip dan karakteristik TQM tentang kerjasama tim dan
pelibatan dan pemberdayaan guru dan staf.
Salah satu kompetensi kepemimpinan kepala madrasah adalah kemampuan
membangun sebuah tiem work
dengan melibatkan semua stakecholder
dalam
melaksanakan kegiatan atau dalam mencari alternatif pemecahan masalah yang
dihadapai. Kerjasama dengan berbagai pihak, baik secara internal yakni guru dan
staf maupun secar eksternal yakni
prinsip
masyarakat dan instansi terkait merupakan
manajemen mutu pendidikan, yang harus diaplikasikan dalam rangka
membina mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar. Dalam prinsip TQM,
tanggaung jawab terhadap setiap program pendidikan tidak hanya dibebankan
kepada kepala madrasah, tetapi harus kepada semua warga madrasah. Pembentukan
anggota tim setiap kegiatan dilaksanakan melalui musyawarah untuk menetapkan
penanggung jawab secara lengkap, diketuai oleh seorang ketua dan dibantu beberapa
anggota dengan ruang lingkup tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
Sejalan dengan hal tersebut, Ahmad Hasan mengemukakan;
Di MAN 2 Model Makassar tidak ada pekerjaan yang terkait dengan program
pendidikan tampa melalu pembentukan tim atau panitia, bahkan pekerjaan
sekecil apapun pasti dibentuk tim, meskipun jumlah anggota tim bervariasi
atau tergantung volume pekerjaan tersebut. Saya selaku kepala madrasah,
tinggal mengontrol atau mengawasi apakah pekerjaan itu berjalan atau tidak.
Pengawasan terhadap kegiatan sangat penting, sebab pekerjaan tambahan
210
diluar jam mengajar biasanya tersendat-sendat, karena adanya kesibukan atau
halangan lain, sehingga pekerjaan tersebut tidak selesai sesuai waktu yang
telah ditetapkan.48
Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa kepemimpinan dan kerja
sama tim merupakan dua aspek yang tidak bisa diabaikan dalam membina mutu
pendidikan, sekaligus menunjukkan bahwa tujuan tiem work untuk meringankan
beban kepala madrasah dalam menyelesaikan aktivitas pendidikan, yang menjadi
tanggung jawabnya. Selain membangun kerjasama melalui tim kerja, dalam
kepemimpinan Kepala MAN 2 Model Makassar senantiasa mengedepankan
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadinya, dan tidak henti-hentinya
melaksanakan program pembinaan warga Madrasah dalam kehidupan Islami sebagai
ciri khas Madrasah tersebut.
Kepemimpinan Kepala MAN 2 Model Makassar selalu menawarkan solusi
dan alternatif dalam pengembangan pendidikan ke depan, sistem pengelolaan
pendidikan di madrasah harus diperbaharui dan dikembangkan, kurikulum harus
ditingkatkan dengan merumuskan indikator yang relevan dengan kebutuhan peserta
didik. Setiap guru ditekankan agar dalam proses pembelajaran menanamkan atau
menginternalisasikan nilai keislaman ke dalam ilmu pengetahuan umum, baik ilmuilmu sosial maupun ilmu eksakta, seperti pelajaran ekonomi, sejarah sosiologi,
geografi, pelajaran biologi, kimia dan fisika, dan lain-lain. Pada saat yang sama,
metodologi pembelajaran harus semakin ditingkatkan sesuai dengan karakteristik
materi bahan ajar yang diajarkan kepada peserta didik. Metodologi yang bervariasi
sangat efektif untuk mendorong siswa
menganalisis dan mengkritik apa yang
mereka dapat dari pengajar. Jadi para guru di harapkan dapat membentuk karakter
48
Ahmad Hasan, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 5 Juni 2013
211
peserta didik yang lebih positif, yaitu karakter yang diwarnai dengan nilai-nilai
keislaman. Di sisi lain Ahmad Hasan mengemukakan;
Bahwa implementasi Manajemen Mutu Terpadu pada MAN 2 Model
Makassar dilaksasnakan secara bertahap, sesuai dengan kondisi dan
kemampuan warga MAN 2 Model Makassar. Penerapannya tidak terlalu
dramatis atau memaksakan, karena apabila dilakukan secara terpaksa, bisa
menimbulkan permasalahan baru, apalagi diantara guru dan staf serta peserta
didik belum memahami secara sempurna manajemen atau kepemimpinan yang
berbasis TQM, namun masalah mutu sudah diterapkan secara implisit( tidak
sepenuhnya sesuai teori/praktik dari dunia asalnya (industri) di MAN 2 Model
Makassar, karena setiap memberi pengarahan selalu diberikan penekanan
tentang pentingnya mengedapankan mutu hasil dan mutu pelayanan terhadap
peserta didik, memelihara kedisiplinan, kerjasama antar sesama warga
madrasah, dan lain-lain.49
Dari sekian banyak tugas yang diemban oleh Kepala MAN 2 Model
Makassar, salah satunya adalah pembinaan administrasi dan manajemen/pengelolaan
madrasah. Pengelolaan administrasi ditangani langsung oleh Kepala Tata Usaha
bersama dengan staf, yang dikoordinir langsung Kepala Madrasah, sebagaimana
dikemukakan Nurlaela selaku Kepala Tata Usaha, sebagai berikut;
Tugas saya selama ini berjalan lancar, pengelolaan administrasi dilaksanakan
melalui kompeter, semua data base di input dalam komputer, sehingga
memudahkan diakses setiap saat, data yang di input antara lain; data tentang
siswa, data perlengkapan, data guru dan staf, data laboratorium, data buku
perpustakaan, data saran dan prasarana, dan lain-lain. Selain input data dalam
kompeter, sebagian data tersebut dimasukkan dalam papan potensi untuk
dapat diketahui secara langsung, namun data tersebut belum diakses secara
online melalui internet, termasuk data tentang kemajuan dan perkembangan
prestasi peserta didik, seperti nilai laporan, kegiatan ekstrakurikuler, dll.
Semua kegiatan ketatausahaan dikoordinir langsung oleh Kepala MAN 2
Model Makassar dan dilaporkan ke Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil
Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan.50
Selanjutnya Ahmad Hasan menambahkan, pengelolaan administrasi dan
manajemen di MAN 2 Model Makassar, sebenarnya masih sangat standar/sederhana,
jika dibandingkan dengan sistem administrasi modern atau sesuai petunjuk TQM
49
50
Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 8 April 2013
Nurlaela, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 8 April 2013.
212
yang diaplikasikan melalui ISO 9001/2008. Padahal semestinya harus diikuti sistem
itu kalau benar-benar ingin menata administrasi pendidikan yang berkualitas. 51
Sehubungan dengan penjelasan Ahmad Hasan, Erniwati menambahkan, bahwa;
MAN 2 Model sering diajak oleh sekolah yang sudah bertaraf internasional
untuk ikut ISO, namun warga madrasah menyatakan belum siap, karena selain
membutuhkan waktu dan biaya yang banyak, semua guru dan staf harus benarbenar siap secara moril dan secara operasional untuk menjabarkan seluruh
ketentuan yang digariskan oleh pengelola ISO. Ada tiga bidang yang
dikembangkan ISO, yaitu ISO dibidang administrasi dan ISO dibidang quality
control (pengendalian kualitas) dan quality essurance (jaminan kualitas).52
Untuk mengukur keberhasilan kepemimpinan seorang kepala madrasah,
dapat dilihat dalam beberapa indikator sebagai berikut; 1) Semakin meningkatnya
pelayanan secara menyeluruh untuk kepentingan peserta didik, sehingga memberi
kepuasan peserta didik dan masyarakat yang dilayani sebagai pelanggan eksternal,
2) Semakin meningkatnya kedisiplinan guru dan staf dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya, 3) Pengelolaan administrasi dan inventarisasi aset madrasah
terlaksana secara efektif, 4) Kontrol atau pengawasan berlangsung secara efektif,
sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan penyimpangan dalam pemberian
pelayanan, 5) Keterampilan dan keahlian bekerja ditingkatkan dan dikembangkan
terus menerus, dan perbaikan metode atau cara bekerja yang produktif
selalu
disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga
kualitas produk dan mutu pelayanan terus meningkat.
Indikator-indikator tersebut, dapat dijadikan pembelajaran bagi semua
stokeholders pendidikan, seperti sekarang terlihat banyaknya lembaga pendidikan
yang menemui kegagalan dalam pengelolaan pendidikan, disebabkan oleh faktor
manajemen yang tidak efektif. Ahmad
Hasan secara pribadi mengakui bahwa
51
Ahmad Hasan, wawancara MAN 2 Model Makassar, tanggal 8 April 2013.
52
Ahmad Hasan dan Erniwati, di MAN 2 Model Makassar wawancara, tanggal, 8 April 2013
213
walaupun dalam kepemimpinannya sudah berusaha secara maksimal untuk
memajukan MAN 2 Model Makassar, namun tetap masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan, baik dari segi administrasi maupun dari segi manajemen
pengelolaan madrasah secara keseluruhan, oleh karena dengan keterbatasan yang ada
pada dirinya, maka yang dapat diperlihatkan hanya sesuai fakta yang ada. Laode
Riasi mengemukakan tentang sikap kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala
MAN 2 Model Makassar selama ini yaitu;
Senantiasa memperlihatkan kesederhanaan dan sikap bersahaja dalam
penampilannya, dan dalam pengambilan keputusan selalu mempertimbangkan
kepentingan bersama terutama kepentingan siswa (fokus kepada peserta didik).
Kepala Madrasah selalu mengedepankan musyawarah mufakat dalam setiap
pengambilan keputusan dengan melibatkan guru-guru, terutama wakil-wakil
kepala madrasah dan guru-guru senior untuk mencari alternatif pemecahan
masalah yang dihadapi, dan hasil-hasil kesepakatan diputuskan berdasarkan
fakta. Kepala Madrasah melakukan pertemuan rutin minimal dua kali sebulan,
sedang pertemuan dengan orangtua siswa minimal duakali setahun, dan kepala
madrasah selalu memberikan kesempatan kepada guru untuk melanjutkan
pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi.53
Pada hakekatnya kemajuan yang terlihat di MAN 2 Model Makassar, tidak
terlepas dari peran kepemimpinan
kepala madrasah, yang berprinsip bahwa
kepemimpinan adalah tugas manajerial seorang kepala madrasah sebagai tugas suci,
dan memegang peranan penting terhadap maju mundurnya madrasah, bahkan kepala
madrasah berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi kekuatan penggerak
kehidupan madrasah, oleh karena itu tidaklah mungkin sebuah madrasah akan
berhasil membangun mutu pendidikan, jika kepala madrasah tidak memahami tugas,
fungsi dan tanggung jawabnya sebagai pimpinan puncak dilembaga yang ia pimpin.
53
Laode Riasi, Guru MAN 2 Model Makassar wawancara di MAN 2 Model Makassar pada
tanggal 25 April 2013.
214
Model kepemimpinan Ahmad Hasan di MAN 2 Model Makassar terdapat dua
pandangan, sebagian guru memandang bahwa kepemimpinan Ahmad Hasan ”masih
lemah” dalam pengertian lemah mengaplikasikan atau mengawal keputusan yang
telah ditetapkan, sehingga sering terjadi ada keputusan atau tugas-tugas penting
tidak terlaksana dengan tepat waktu padahal sudah ada panitia atau penanggung
jawab kegiatan yang ditunjuk. Sebagian yang lain
menyatakan, kepemimpinan
Kepala MAN 2 Model Makassar, bersifat ”kebapakan” dalam pengertian antara
kepala madrasah dengan guru seperti antara orang tua dengan anak. Model
kepemimpinannya
dirasakan
ketika
ada
guru
atau
staf
yang
membuat
kesalahan/kekeliruan tidak langsung ditegur atau dimarahi sebagaimana lazimnya
dalam kepemimpinan yang otoriter. Cara menegur guru-guru dan staf yang membuat
kekeliruan biasanya disampaikan dalam rapat dengan cara memberi contoh-contoh
atau perumpamaan terhadap sesorang yang tidak melaksanakan amanah dengan baik.
Namun dari kisah atau perumpamaan itu terkesan secara tidak langsung menjadi
kritikan terhadap guru atau staf tersebut.54
Sebaliknya, Nurlaela, mengemukakan bahwa kemajuan pada MAN 2 Model
Makassar yang dirasakan selama ini adalah karena dedikasi dan tanggung jawab
pimpinan, bimbingan kepala madrasah terhadap guru dan staf sangat terkesan
dikalangan warga madrasah, sehingga pelaksanaan tugas-tugas kedinasan (tugas
administratif) dan pelayanan kebutuhan peserta didik dapat terlaksana dengan baik
dan selesai dengan tepat waktu, namun demikian Nurlaela mengakui bahwa sebagai
54
Hasil wawancara dengan beberapa guru secara terpisah di MAN 2 Model Makassar pada
tanggal, 9 Mei 2013.
215
manusia biasa sudah tentu masih terdapat beberapa kekurangan dan kelemahan
dalam kepemimpinannya.55
Sejalan dengan pandangan tersebut, H. Hamzah L( Pengawas Mapendais)
melihat adanya beberapa kelebihan dalam kepemimpinan Ahmad Hasan, namun
memang diakui tidak terlepas dari adanya beberapa kekurangan sebagai manusia
biasa. Adapun kelebihan yang dimaksud antara lain;
Terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama dengan baik diantara sesama
warga madrasah. Kedisiplinan guru-guru terkontrol setiap saat, bahkan kalau
guru terlambat, kepala madrasah yang mengisinya sampai guru yang
bersangkutan ada. Guru-guru merasa terbantu dan terbimbing dalam
meningkatkan kinerjanya. Kerjasama dengan komite madrasah/orang tua peserta
didik dalam menyusun RAPBM terjalin dengan baik, dan segala kebutuhan
madrasah dapat terpenuhi, dan pengelolaan keuangan terlaksana secara efesien,
efektif dan akuntabel. Tanggung jawab dalam pengambilan keputusan bersama
dengan guru-guru dan pengurus komite madrasah dalam menetapkan program
mutu pada MAN 2 Model Makassar berjalan dengan baik. Keinginan
masyarakat memasukkan anaknya ke MAN 2 Model Makassar semakin
bertambah.56
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada MAN 2 Model Makassar,
tergambar beberapa kegiatan yang terkait dengan kepemimpinan kepala madrasah
dalam peningkatan mutu pendidikan, antara lain sebagai berikut;
a) Pelaksanaan program pembinaan warga madrasah dalam penanaman nilai-nilai
keislaman dalam rangka mewujudkan ciri khas
sebagai
identitas madrasah
berjalan dengan baik, sesuai visi –misi dan tujuan pendidikan. Penanaman nilainilai keislaman dan akhlakul karimah, selain melalui proses pembelajaran di kelas,
55
56
Nurlaela, wawancara, MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 9 Mei 2013.
Hamzah Lestari. Ketua Kelompok Kerja Pengawas ( POKJAWAS) Madrasah dan
Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Kota Makassar, wawancara di Kantor Kementerian
Agama Kota Makassar pada tanggal, 17 Juli 2013.
216
juga melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti diadakannya ceramah agama
setiap selesai shalat dhuhur, dengan waktu antara tujuh sampai sepuluh menit.
b) Rencana Induk Pengembangan Madrasah (RIPM), Rencana Strategis (Renstra),
Rencana Kegiatan Tahunan Madrasah (RKTM) dan RAPBM dibuat bersamasama dengan Komite dan dewan guru MAN 2 Model Makassar.
c) Guru-guru pada umumnya sudah disertifikasi, baik melalui jalur porto folio
maupun lewat jalur pendidikan. Ini berarti kualitas dan kesejahteraan guru MAN
2 Model Makassar, sudah mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai guru
yang profesional. Tinggal bagaimana guru tersebut dapat ditingkatkan mutunya
secara optimal.
Menurut Erniwati, bahwa pada hakekatnya kualitas guru di MAN 2 Model
rata-rata sudah bagus, tetapi kompetensi atau kemampuan pasti berbeda-beda
apalagi mereka adalah tenaga fungsional yang mempunyai keahlian berbedabeda pula sesuai bidang studi yang dipertanggung jawabkan, termasuk
mengenai budaya mutu atau obsesi mereka terhadap mutu, mempunyai
pandangan yang berbeda-beda, karena sering kali ada guru yang dianggap
pintar tetapi di kalangan peserta didik belum tentu mendapat apresiasi yang
baik, demikian sebaliknya ada guru, ilmunya atau penampilannya biasa-biasa,
tetapi justru peserta didik menyenanginya, baik materi ajar maupun metode
mengajarnya. Jadi prinsipnya untuk mengetahui guru bermutu dan kurang atau
tidak bermutu perlu diadakan survei khusus atau diadakan angket kepada
peserta didik.57
d) Rata-rata guru berpendapat bahwa untuk pengembangan kompetensi guru pada
hakekatnya ditentukan oleh sejauh mana upaya mereka mengembangkan dirinya
masing-masing, atau keaktifan mereka pada pertemuan akademik. Walaupun
kualitas guru dikatakan sebagian besar sudah baik, namun pengembangan
pengetahuan dan keterampilan guru melalui pelatihan tetap dilaksanakan secara
berkala sesuai kalender kegiatan yang telah disepakati.
57
Erniwati, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 17 Juli 2013
217
e) Obsesi terhadap mutu peserta didik terutama
dalam proses pembelajaran,
meskipun hal ini belum merata atau sebagian kecil masih terlihat dari kalangan
peserta didik belum antusias terhadap mutu, namun secara umum apresiasi
terhadap mutu sudah dapat dikatakan cukup tinggi, dan itu terbukti dari prestasiprestasi yang telah diraih, dan hasil ujian nasional yang telah dicapai.
f) Keterlibatan total terhadap setiap program, seperti keterlibatan pengurus Komite
Madrasah, tokoh agama dan tokoh masyarakat, telah banyak memberikan dampak
positif terhadap mutu pendidikan.
g) Setiap pengambilan keputusan yang akan dijadikan sebagai ketetapan, senantiasa
berdasarkan fakta dengan tetap mempertimbangkan kepentingan peserta didik,
dan tidak lupa meminta saran dan pendapat dari Dewan Guru dan pengurus
Komite Madrasah.
h) Kepala Madrasah selalu mengadakan supervisi kelas, dan selanjutnya diadakan
tindak lanjut dari hasil supervisi tersebut. Hanya kegiatan tersebut tidak
didokumentasikan secara resmi, karena hasil supervisi dianggapnya rahasia
jabatan, maka tidak diekspos secara umum tentang guru yang berkualitas dan
yang tidak berkualitas dalam kegiatan pembelajaran.
i) Melaksanaan pelatihan ditempat kerja atau workshop K3M (Kelompok Kerja
Kepala Madrasah) yang berada di bawah koordinasi MAN 2 Model Makassar.
Dalam kegiatan tersebut panitia mengundang pelatih dari tingkat provinsi dan
nasional guna mendapatkan petunjuk dan pemikiran yang bersifat konstruktif,
yang diharapkan dapat membawa kemaslahatan bagi pengelolaan pembelajaran.58
58
Hasil survey tarsebut, diperoleh dalam wawancara bersama dengan kepala Madrasah dan
guru -guru MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 14 Mei 2013.
218
Hal lain yang menjadi perhatian utama Kepala MAN 2 Model Makassar
adalah perubahan perilaku warga madrasah. Perilaku dan sikap mental yang
dibangun pada masing-masing individu (guru dan pegawai) adalah keikhlasan niat
untuk melakukan semua pekerjaan untuk meraih ridha dari Allah.
Sehubungan
dengan masalah ini, Ahmad Hasan menyatakan;
Bahwa untuk membangun sikap mental yang dilandasi dengan keikhlasan,
tidak semudah dengan teori yang sering diucapkan, karena kehadirannya harus
diproses dalam pimikiran yang jernih sebelum berbuat atau bertindak.
Pemikiran-pemikiran seperti itu diharapkan menjadi kebiasaan bagi warga
MAN 2 Model Makassar, karena betapapun hebatnya kualitas seorang
pimpinan, jika orang-orang yang berada di bawahnya tidak memiliki perilaku
dan sikap mental yang baik, maka dapat dipastikan semua perencaanaan
program akan terhambat, atau paling tidak hasilnya kurang memuaskan bagi
pelanggan( internal dan external) pendidikan.59
Menurut hasil pengamatan di lapangan, bahwa konsep kepemimpinan yang
dikembangkan oleh Kepala MAN 2 Model untuk meraih mutu pendidikan yang
berbasis IPTEK dan IMTAQ, sebenarnya tidak ada terlalu istimewa, dengan kata
lain gaya kepemimpinannya biasa-bisa saja, namun ada suatu prinsip yang ia pegang
dan menjadi filosofi kepemimpinannya ialah ”satunya kata dengan perbuatan dan
beri contoh sebelum memerintahkan serta pelihara kejujuran dalam ucapan dan
tindakan”
dan dalam membina hubungan secara harmonis selalu menanamkan
filosofi ” rebba sipatokkong, malilu sipakainge ”( saling membantu ketika mendapat
kesulitan dan saling menasihati atau mengingatkan, ketika khilaf atau bersalah).
Ahmad Hasan mengakui masih minim pengetahuannya tentang teori-teori
manajemen, tetapi ia sangat memahami tugas dan fungsinya sebagai kepala
Madrasah sesuai peraturan dan perundang-undangan
yang ada. Salah orang
Wakamad ( Jamaluddin) mengakui bahwa tipe/gaya kepemimpinan Ahmad Hasan
59
Kaharuddin, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 9 Mei 2013.
219
adalah kepemimpinan dimokratis, dan selalu mengedepankan musyawarah mufakat
dalam setiap pengambilan keputusan.60 Kepemimpinan demokratis yang dijalankan
oleh Kepala MAN 2 Model Makassar, diapresiasi oleh kalangan guru-guru, dan
menaruh harapan agar penggantinya nanti memiliki tipe kepemimpinan seperti yang
dijalankan oleh Ahmad Hasan yang memasuki masa purna bakti akhir tahun 2013
yang akan datang.
Dari uraian di atas, menunjukkan sebagian dari perilaku dan gaya
kepemimpinan Kepala MAN 2 Model Makassar dapat dijadikan pembelajaran bagi
penerusnya/ penggantinya, namun tidak terlepas dari berbagai kekurangan sebagai
manusia biasa, sehingga yang terbaik yang pernah dilakukan hendaknya diteruskan,
sementara yang kurang baik tentunya harus diperbaiki atau diluruskan sesuai kondisi
MAN 2 Model Makassar.
d. Pelibatan dan Pemberdayaan.
Salah satu prinsip TQM adalah pelibatan dan pemberdayaan, meskipun
konsep ini berbeda dari segi leksikal, namun dari segi operasionalnya tidak bisa
dipisahkan. Pelibatan diartikan keikutsertaan semua stakecholder dalam organisasi
pendidikan dalam setiap kegiatan dan pengambilan keputusan serta pemecahan
masalah, dengan keikutsertaannya akan lebih mudah mengambil keputusan yang
tepat dan akurat, demikian halnya dalam memecahkan sebuah masalah akan lebih
efektif dan lebih cepat dan tepat. Pemberdayaan dapat diartikan sebagai pelibatan
yang benar-benar bermakna, yang tidak sekedar ikut memberi masukan, melainkan
semua rencana dan kegiatan yang menjadi keputusan bersama dapat dijalankan
seoptimal mungkin. Dengan demikian pemberdayaan adalah keterlibatan seseorang
60
Jamaluddin, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tangga, 26 Juli 2013.
220
dalam pengambilan keputusan sekaligus dapat melaksanakannya dengan penuh
tanggung jawab.
Konsep pelibatan dan pemberdayaan menurut pendangan Ahmad Hasan
kelihatannya sesuatu yang sangat indah, namun kenyataannya terkadang tidak
seindah dengan konsep tersebut, karena dalam berbagai kasus yang sering terjadi
dalam kegiatan tertentu dalam surat penugasan tercantum namanya dengan tugas
yang jelas, tetapi yang melaksanakan tugas-tugas tersebut hanya beberapa orang
saja yang aktif.61 Hal ini berarti pelibatan sangat mudah dilaksanakan, sementara
pemberdayaan adalah sesuatu yang sulit terwujud dalam sebuah organisasi.
Kaharuddin menyatakan, bahwa hal yang demikian tidak terjadi di MAN 2 Model
Makassar sebagaimana yang digambarkan di bawah ini;
Keterlibatan dan pemberdayaan di MAN 2 Model Makassar terutama dalam
pembinaan mutu pendidikan sudah terpelihara selama ini, teman-teman disini
berprinsip bahwa masalah mutu pendidikan bukan hanya tanggung jawab
pimpinan, melainkan tanggung jawab semua pihak, karena membina mutu
menuntut setiap orang memberi kontribusi sesuai bidang tugas dan tanggung
jawabnya masing-masing. Adapun bentuk-bentuk pelibatan dan pemberdayaan
warga MAN 2 Model Makassar antara lain; dalam kegiatan Ujian sumatif, Ujian
Nasional dan sekolah, Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan keagamaan,
dan lain-lain, baik bersifat akademik maupun non akademik. 62
Setiap kegiatan tersebut di buatkan surat tugas/surat keputusan dari Kepala
MAN 2 Model Makassar, dan semua dilibatkan secara bergilir sesuai tugas dan
fungsi masing-masing, sehingga mereka merasa tidak dibeda-bedakan. Sementara
kegiatan tersebut hampir seluruhnya dibiayai oleh dana Komite MAN 2 Model
Makassar.
61
Ahmad Hasan, wawancara MAN 2 Model Makassar, tanggal 15 April 2013.
62
Kaharuddin, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 9 Mei 2013.
221
e. Pendidikan dan Pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan yang dimaksudkan disini merupakan salah satu
upaya pembinaan terhadap warga madrasah, terutama guru dan sataf dalam rangka
meningkatkan kompetensinya agar dapat menjadi tenaga pendidik yang profesional
dan staf yang terampil dalam tugasnya. Perbaikan kualitas pendidikan tidak akan
terwujud jika tidak didukung oleh tenaga pendidik yang profesional dan tenaga yang
terampil. Oleh karena itu pembinaan melalui pendidikan dan pelatihan baik yang
dilakukan secara rutin maupun melalui program khusus dilaksanakan MAN 2 Model
Makassar, dijadikan sebagai salah satu program dalam rangka meningkatkan
kecakapan kerja ( profesionalitas) bagi guru dan staf dalam memperbaiki mutu
pendidikan di MAN 2 Model Makassar. Sebagaimana dikemukakan oleh Kepala
MAN 2 Model Makassar;
Upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan warga
madrasah, baik guru, staf maupun peserta didik MAN 2 Model Makassar
dilakukan melalui pelatihan dalam bentuk workshop mata pelajaran. Kegiatan
ini dilakukan dalam kurung waktu dua tahun terakhir sebanyak tiga kali,
sebahagian Guru diundang ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan pendalaman
bidang-bidang studi mata pelajaran. Selain itu pelatihan juga dilaksanakan
secara internal dengan mengikutsertakan anggota KKM di bawah naungan
MAN 2 Model Makassar, sedang pematerinya selain guru senior MAN 2
Model, juga didatangkan dari luar yang memiliki kemampuan dan professional
dibidang pendidikan seperti dari LPMP Propinsi Sulawesi Selatan, Balai
DIKLAT Kementerian Agama, dan dari Perguruan Tinggi Negeri( UIN
Alauddin dan UNM Makassar ). Sedang kegiatan bagi peserta didik
dialaksanakan oleh OSIM dalam bentuk Latihan Dasar Kepemimpinan dan
pelatiahan keterampilan lainnya seperti pramuka dan PMR (Palang Merah
Remaja).63
Kegiatan-kegiatan tersebut menunjukkan bahwa MAN 2 Model Makassar
telah mengaplikasikan prinsip TQM, meskipun kegiatan tersebut tidak sesempurna
seperti yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah yang ditunjang oleh dana yang
63
Ahmad Hasan, wawancara MAN 2 Model Makassar, tanggal 15 April 2013
222
memadai,
namun
kegiatan
ini
sangat
bermanfaat
dalam
meningkatkan
profesionalisme guru dan keterampilan bagi peserta didik MAN 2 Model Makassar.
f. Pengukuran dan Penilaian.
Pengukuran dan penilian merupakan salah satu langkah
penting dalam
manajemen pendidikan, terutama dalam proses pembelajaran. Pengukuran yang
dimaksudkan disini adalah pengukuran untuk menilai dengan jalan menguji peserta
didik untuk mengukur kemajuan peserta didik dalam rangka mengisi rapor yang
dilakukan dengan menguji mereka dalam bentuk tes hasil belajar, sementara
penilaian adalah menilai peserta didik berdasarkan ukuran baik atau buruk, pandai
atau bodoh dan sebagainya. Jadi penilaian bersifat kualitatif dan pengukuran bersifat
kuantitatif. Secara tradisional ukuran kualitas atas luaran lembaga pendidikan
(sekolah/madrasah) adalah prestasi peserta didik. Ukuran dasarnya adalah nilai
rapor, hasil ujian sekolah dan ujian nasional. Jika hasil ujian menunjukkah hasil
bertambah baik, maka kualitas pendidikan dikatakan juga menunjukkan baik.
Pengukuran prestasi belajar peserta didik akan semakin penting karena hal itu
menjadi ukuran kinerja guru dan kinerja lembaga pendidikan secara keseluruhan,
sebagaimana dikemukakan oleh Erniwati;
Bahwa kegiatan penilaian merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dalam
proses pembelajaran karena setiap guru dalam menyusun RPP harus
mencantumkan model penilaian yang akan dilaksanakan setiap selesai pokok
bahasan yang diajarkan, dan nilai harian ini untuk mengukur pencapaian tiga
rana pendidikan yang diperoleh peserta didik, selanjutnya nailai harian ini
diakumulasikan secara keseluruhan, baik nilai formatif (nilai harian) maupun
dari sumatif (nilai semister) untuk dimuat dalam rapor peserta didik.
sebagaimana dikatehui bahwa nilai rapor peserta didik dapat menjadi ukuran
atau penilaian terhadap kinerja guru bidang studi yang bersangkutan. 64
64
Erniwati, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 20 Juli 2013
223
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengukuran dan penilaian merupakan salah
satu tugas guru yang penting dan harus dilaksnakan secara kontinu. Kegiatan ini
pula menjadi bahan bagi kepala madrasah untuk mengukur kinerja seorang guru,
apakah guru berhasil atau tidak, maka dapat dilihat perolehan nilai peserta didik
dalam rapornya. Oleh karena itu semakin tinggi nilai prestasi peserta didik,
menandakan kinerja guru dalam proses pembelajaran semakin baik.
g. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta.
Pendekatan ini sangat diperlukan terutama untuk mendesain pekerjaan dalam
proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan
pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian, data lapangan sangat diperlukan
dalam menetapkan, memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan. Pengambilan
keputusan
yang berorientasi pada fakta, maksudnya setiap keputusan selalu
didasarkan pada fakta, bukan pada perasaan atau feeling atau ingatan semata. Oleh
karena itu pengambilan keputusan harus dilaksanakan dengan memperhatikan skala
prioritas, karena perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang
bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada, melainkan harus
berpatokan kepada data dan fakta yang ada. Manajemen berdasarkan fakta dalam
sebuah organisasi selalu memfokuskan usahanya pada situasi dan aspek-aspek
tertentu dalam rangka pengambilan keputusan yang tepat. Ahmad Hasan
mengemukakan;
Bahwa masalah pengambilan keputusan setiap kegiatan yang akan dikerjakan
selama ini selalu melalui musyawarah, baik melalui rapat koordinasi dengan
guru-guru maupun rapat terpadu dengan Penguru Komite MAN 2 Model
Makassar, seperti dalam membahas penaikan kelas, penerimaan siswa baru,
pembayaran SPP, dan rapat pelaksanaan kegiatan keagamaan serta kegiatan
224
ekstrakurikuler, dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut diputuskan melalui
kesepakatan bersama secara demokratis dan transparan.65
Keterangan tersebut menunjukkan bahwa kiat-kiat yang dilakukan untuk
membina kebersamaan dikalangan warga MAN 2 Model Makassar berjalan sesuai
prinsip-prinsip manajemen moderen, yang diterapkan dalam TQM. Lebih lanjut
Ahmad Hasan Menambahkan, bahwa meskipun telah diputuskan dalam pertemuan
untuk pelaksanaan suatu program, namun karena ada program lain yang lebih
mendesak dan sangat penting, maka kegiatan itu segera dirapatkan secara bersama
untuk mencari solusi dan alternatif pemecahannya berdasarkan fakta yang ada,
sehingga kegiatan tersebut tidak menghalangi atau mengganggu kegiatan lain yang
telah diputuskan sebelumnya.66 Jadi dapat disimpulkan bahwa pengambilan
keputusan harus didasarkan pada fakta yang nyata yang didapatkan dari berbagai
sumber dan asumsi dikalangan stakecholder madrasah.
h. Kebebasan Terkendali.
Pada hakekatnya aspek ini terkait dengan keterlibatan dan pemberdayaan
guru, staf dan stakecholder lainnya dalam setiap aktivitas madrasah. setiap warga
madrasah diberi kebebasan memberi saran dan berpendapat, terutama dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Demikian halnya dalam
meningkatkan kinerjanya melalui karya-karya inovatif. Aspek ini sangat penting
bagi semua stakecholder madrasah, karena dapat meningkatkan rasa memiliki dan
tanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat serta dapat memperkaya wawasan
dan pandangan dalam suatu keputusan. Meskipun demikian, kebebasan terkendali
tidak dapat diartikan semua keinginan harus diikuti apalagi dipaksakan, melainkan
65
Ahmad Hasan, wawancara MAN 2 Model Makassar, tanggal 20 April 2013
66
Ahmad Hasan, wawancara MAN 2 Model Makassar, tanggal 20 April 2013
225
tetap merujuk kepada fakta-fakta ilmiyah dan tidak bertentangan dengan kultur dan
ketentuan madrasah yang telah ada. Kaharuddin mengemukakan;
Bahwa semua warga madrasah diberi kebebasan untuk mengajukan saran dan
pendapat bila ada hal-hal yang menurut pribadi masing-masing dapat diterapkan
demi kemajuan MAN 2 Model Makassar. Saran dan pendapat mereka
diakomudir oleh kepala MAN 2 Model Makassar dan tidak dibedakan dari mana
dan dari siapa pendapat itu. Meskipun tidak semua saran dan pendapat harus
diterima, namun dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk diagendakan dalam
rapat koordinasi atau rapat terpadu. Biasanya yang banyak memberi saran
adalah pengurus komite madrasah, terutama yang berhubungan dengan
pembinaan moral peserta didik dan pemanfaatan dana madrasah.67
i. Kesatuan tujuan.
Total Quality Management (TQM) sebagai salah satu bentuk manajemen
yang bersifat konprehensif, mengisyaratkan bahwa setiap intitusi, baik dunia usaha
dan industri, maupun dunia pendidikan, harus merumuskan tujuan yang jelas yang
ingin dicapai, sehingga seluruh aktivitas organisasi tersebut dapat diarahkan pada
tujuan yang telah disepakati bersama. Kesatuan tujuan dalam pendidikan, pada
umumnya dirumuskan dalam bentuk
visi, misi dan tujuan pendidikan, dan
dijabarkan dalam bentuk rencana strategis dan Rencana Kerja Tahunan Madrasah
(RKTM), sebagaimana dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, bahwa kesatuan
dan kesamaan tujuan dalam pendidikan seperti yang dirumuskan dalam visi, misi dan
tujuan MAN 2 Model Makassar dijadikan sebagai acuan umum dalam menyusun
program dan aktivitas pendidikan.68 Oleh karena itu semua warga madrasah harus
mengetahui dan memahami tentang visi, misi dan tujuan madrasah agar unit-unit
kerja dalam lingkup madrasah dalam merumuskan programnya tidak bertentangan
dengan visi, misi dan tujuan pendidikan MAN 2 Model Makassar.
67
Kaharuddin, wawancara MAN 2 Model Makassar, tanggal 20 April 2013.
68
Ahmad Hasan, wawancara MAN 2 Model Makassar, tanggal 20 April 2013.
226
j. Perbaikan Kualitas Secara Berkesinambungan.
Dalam menghadapi persaingan eksternal, bahkan persaingan global yang
semakin ketat, terutama disektor pendidikan, maka madrasah semakin dituntut
untuk
selalu
mengadakan
perbaikan
secara
berkesinambungan
(continous
inprovement), dengan melibatkan semua stakeholders pendidikan yang terkait,
dengan kata lain madrasah harus melakukan upaya perubahan dan menjadikan
sesuatu lebih baik dari sebelumnya atau minimal mempertahankan mutu dan prestasi
yang telah dicapai. Ada beberapa komponen pendidikan yang perlu mendapat
perbaikan
kualitas
secara
berkesinambungan,
yaitu,
a)
perbaikan
proses
pembelajaran, b) perbaikan metode pembelajaran, c) pengembangan/ peningkatan
kinerja guru dan staf. Untuk mengetahui komponen tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut;
1)
Perbaikan proses pembelajaran.
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua komponen yang tidak bisa
dipisahkan, karena boleh dikatakan keduanya saling terkait. Kurikulum sebagai
pedoman
acuan
pelaksanaan
pembelajaran
membutuhkan
perubahan
dan
pengembangan sesuai dengan kemajuan dan tuntutan zaman. Kurikulum yang
berisikan seperangkat perencanaan yang mengatur pendidikan melalui proses
pembelajaran peserta didik, sangat erat kaitannya dengan kebutuhan peserta didik
dan masyarakat, agar hasil proses pembelajaran yang dituntut didalam kompetensi
kelulusan dapat menjawab tantangan maupun kebutuhan zaman dalam proses
kehidupan. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi saat ini,
membutuhkan kelulusan yang kompetitif sebagai hasil proses pendidikan yang dapat
menguasai dan memiliki kompetensi yang berbasis teknologi.
227
Selanjutnya, dicanangkannya proses pendidikan yang berbasis madrasah,
yang turut melibatkan aktivitas dari orangtua, masyarakat, dan para pemegang
kekuasaan jabatan di pemerintahan kabupaten/kota dalam memajukan dan
mengembangkan kualitas pendidikan. Menyikapi terbitnya Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Standar Isi dan
Standar Kompetensi Lulusan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, MAN 2
Model Makassar melalui Tim Pengembangan Kurikulum, telah menyusun
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan berpedoman pada Standar Isi,
Standar Kompetensi Lulusan dan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan untuk dapat diterapkan di MAN
2 Model Makassar. Selanjutnya,
Erniwati menyatakan;
Setiap guru dalam melaksanakan proses pembelajaran harus disesuaikan dengan
KTSP, guru-guru harus menguasai materi pokok yang akan diajarkan kepada
peserta didik dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi
dasar, semua guru pada MAN 2 Model Makassar sudah dibekali pengetahuan
tentang pengelolaan kelas, dan semua mata pelajaran berdasarkan struktur
kurikulum yang ditetapkan dalam KTSP.69
Adapun tujuan pengembangan KTSP pada MAN 2 Model Makassar
sebagaimana dikemukakan oleh Asnawa Mahmuri adalah sebagai berikut;
Menyatukan persepsi setiap komponen madrasah menyangkut visi, misi, tujuan
dan konteks Madrasah. Menjadi acuan bagi setiap komponen madrasah dalam
melaksanakan tugas pokok masing-masing. Menetapkan kriteria ketuntasan
pembelajaran dan kelulusan siswa. Menetapkan struktur kurikulum dan beban
belajar. Menetapkan proses pengembangan kecakapan hidup. Menetapkan
muatan lokal di MAN 2 Model Makassar.70
Kurikulum dan Pembelajaran pada MAN 2 Model Makassar senantiasa
mempertimbangkan
69
70
perkembangan
peserta
didik. Selain berorientasi
pada
Erniwati, wawancara di MAN Model Makassar, tanggal, 26 Juni 2013.
Asnawa Mahmuri, Wali Kelas XII IPA MAN 2 Model Makassar, wawancara , tanggal, 08
Mei 2013.
228
pembinaan dan pengembangan nilai-nilai agama dalam diri peserta didik, seperti
yang dilakukan selama ini, pendidik dalam hal ini guru juga memberikan penekanan
khusus pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap materi yang
diberikan kepada peserta didik harus memenuhi dua tantangan pokok yaitu; pertama,
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) kedua, penanaman
pemahaman dan pengamalan ajaran agama atau penanaman IMTAQ.
Tetapi terkadang sistem pendidikan kebanyakan masih lebih cenderung
mengorientasikan
diri pada bidang-bidang ilmu-ilmu eksakta
semacam fisika,
kimia, biologi dan lain-lain, ketimbang ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu sosial.
Padahal kedua bidang ilmu itu sejatinya harus diseimbangkan antara ilmu-ilmu
sosial dan keagamaan dengan ilmu-ilmu eksakta. Upaya ini dijadikan sebagai
perhatian utama, karena belum sepenuhnya mendapat apresiasi yang maksimal
dalam proses pengembangan pendidikan pada MAN 2 Model Makassar.
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan bagian dari
manajemen madrasah, yang mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
penilaian
dan
kurikulum. Kurikulum yang ditetapkan oleh pusat (Kemendiknas)
merupakan acuan dasar yang terdiri dari Standar Kompetensi
dan Kompetensi
Dasar (SK/KD) yang harus disesuaikan dan dikembangkan oleh madrasah yang
menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP).
Di samping itu, satuan
pendidikan bertugas dan berewenang untuk mengembangkan kurikulum muatan
lokal dan life skill sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan masyarakat.
Menurut Sukriyati dan Siti Jasmirah bahwa guru MAN 2 Model Makassar
dalam pengelolaan pembelajaran melakukan persiapan-persiapan sebagai berikut:
Guru membuat silabus dan RPP sesuai dengan standar isi dan kompetensi
dasar guna mengembangkan KTSP, dan dalam pengembangan kurikulum,
229
guru senantiasa menganalisis dan mengintegrasikan SK dan KD dalam bentuk
pemetaan tingkat berpikir dan analisis penilaian berdasarkan SK dan KD serta
indikator.71 MAN 2 Model Makassar selain penerapan kurikulum tersebut juga
dikembangkan program ekstra kurikuler diintensifkan seperti: pramuka, PMR,
Olah Raga (Futsal, Basket, Karate, dan lain-lain), Club Matematika, Fisika,
Kimia, Biologi, Ekonomi, dan Bahasa Inggris.72
Lebih jauh Muh. Ikbal menjelaskan bahwa;
Selain pengembangan kurikulum wajib, juga dikembangkan kurikulum muatan
lokal yang pada mulanya disisipkan pada berbagai bidang studi yang sesuai,
kemudian dengan dikeluarkannya kurikulium 1994, pembelajaran muatan
lokal tidak lagi disisipkan pada setiap bidang studi, tetapi menggunakan
pendekatan monolitik berupa bidang studi, baik bidang studi wajib maupun
pilihan. Pengembangan kurikulum muatan lokal dimaksudkan untuk
menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan peserta didik pada
bidang-bidang studi tertentu, selain itu juga bertujuan agar peserta didik
mencintai dan mengenal lingkungannya.73
Pengembangan kurikulum yang berfokus pada pencapaian tujuan yang harus
dicapai oleh peserta didik dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Kompetensi ini
dimaksudkan sebagai perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam kehidupan seharihari. Kemudian pengembangan kurikulum dalam konteks pendekatan Total Quality
Management (TQM) sebagai suatu model gagasan pengembangan kurikulum yang
mengedepankan aspek mutu (kualitas), yang terbangun dari kompetensi peserta
didik, perlu diimplementasikan dalam pengembangan kurikulum pada lembaga
pendidikan Islam (madrasah) dengan mengacu kepada minimal lima prinsip TQM
yang meliputi; fokus pada pelanggan (peserta didik), keterlibatan total, pengukuran
/evaluasi hasil, komitmen dan perbaikan terus menerus, sebagaimana dikemukakan
pada bab dua di atas.
71
Sukriyati, Guru MAN 2 Model Makassar wawancara di MAN 2 Model Makassar, tanggal
11 Mei 2013.
72
Siti Jasmirah,Wali Kelas XII IPA, wawancara di MAN 2 Model Makassar, 27 Juli 2013.
73
Muh. Ikbal,Wali Kelas X IPS,Wawancara, di MAN 2 Model Makassar, 27 Juli 2013.
230
Pada hakekatnya kurikulum dapat diibaratkan sebagai bahan makanan yang
sebelum disajikan sudah tentu harus dikelola dengan baik sesuai petunjuk (resep)
yang ada, sehingga makanan itu terpenuhi selera bagi yang akan mengonsumsi sajian
tersebut, demikian halnya kurikulum harus dikelola dan dikembangkan melalui
proses pembelajaran yang terencana, efektif dan efisien, sehingga dapat mencapai
hasil yang diharapkan. Jika kurikulum dan pembelajaran dikelola dengan
manajemen yang baik dan efektif, maka hasilnya akan memberi kepuasan kepada
pelanggan ( peserta didik) atau dengan kata lain mutu pendidikan semakin baik.
Untuk mencapai hal itu, Kepala Madrasah berupaya membimbing dan mengarahkan
pengembangan
kurikulum
pengawasan/supervisi dalam
dan
program
pembelajaran
disertai
dengan
pelaksanaannya. Kegiatan bimbingan tersebut
dilaksanakan melalui rapat khusus untuk membahas pengembangan kurikulum, dan
bukan hanya pengembangan kurikulum yang dibahas, melainkan pemanfaatan RPP
harus disiapkan setiap tatap muka dalam proses pembelajaran.
Salah satu tugas utama Kepala Madrasah ialah mengatur tugas-tugas yang
berkaitan dengan pengembangan kurikulum dan program pembelajaran, dan untuk
menjamin efektivitas pengembangan kurikulum dan program pembelajaran, guruguru harus menjabarkan isi kurikulum (SK-KD) secara lebih rinci dan operasional
ke dalam indikator-indikator. Dalam hal ini, silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran
(RPP) wajib dikembangkan guru
sebelum melakukan kegiatan
pembelajaran, dengan beberapa prinsip sebagai berikut;
Tujuan operasional yang dikehendaki harus jelas, agar mudah terlihat atau
terbaca dengan tepat program-program yang akan dikembangkan. Rumusan
dan program pembelajaran harus sederhana dan fleksibel. Program-program
yang disusun dan dikembangkan harus sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan, harus menyeluruh dan jelas pencapaiannya, dan rumusan program
231
harus dikoordinasikan dengan kepala madrasah bersama dengan guru mata
pelajaran yang sama ( MGMP).74
Hal-hal yang terkait dengan pengelolaan kurikulum adalah perlunya
pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan dan jadwal pelajaran,
pembagian
waktu yang digunakan, penetapan
pelaksanaan
evaluasi belajar,
penetapan penilaian, penetapan ketentuan kenaikan kelas, pencatatan kemajuan
belajar peserta didik, serta peningkatan perbaikan pembelajaran serta pengisian
waktu jam kosong. Selanjutnya Amaluddin menjelaskan beberapa karakteristik
pengembangan kurikulum, yang meliputi beberapa indikator berikut:
Pengembangan kurikulum harus memperhatikan aspek kecerdasan intelektual,
emosional dan spritual secara proporsional. Penjabaran kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) dilaksanakan atas inisiatif sendiri, dan kreativitas
setiap guru. Guru harus konsisten mengacu dalam mengembangkan dan
merencanakan perangkat pembelajaran. Rencana pembelajaran secara berkala
diperiksa oleh kepala madrasah secara keseluruhan isi dan metodenya serta
sumber belajarnya. Pembelajaran IPTEK dikaitkan dengan pembelajaran
IMTAQ. Program remedial dilaksanakan bagi peserta didik yang
berkemampuan rendah, dan program pengayaan diberikan kepada peserta
didik yang berkemampuan di atas rata-rata peserta didik lainnya.75
Dari uraian di atas sudah jelas, bahwa pengembangan kurikulum merupakan
tanggung jawab utama guru-guru sebagai syarat mutlak dalam meningkatkan mutu
proses pembelajaran. Kurikulum adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses
pendidikan dan pembelajaran. Setiap kegiatan proses pembalajaran diarahkan agar
peserta didik dapat memperoleh tiga aspek/rana
pengetahuan(cognitive),
aspek
sikap
(affective)
pendidikan yaitu aspek
dan
(psychotomoric), oleh karena itu, untuk mengembangkan
aspek
keterampilan
ketiga aspek tersebut
diperlukan bahan atau materi yang disampaikan melalui proses pembelajaran dengan
74
Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar, tanggal 9 Mei 2013.
75
Amaluddin, Wawancara, di MAN 2 Model Makassar, tanggal 9 April 2013.
232
menggunakan metode dan media yang cocok dengan karakteristik bahan pelajaran,
dan juga diperlukan sistem evaluasi tertentu, semuanya itu menjadi komponen
pokok kurikulum, yang menjadi pedoman dan pegangan bagi pendidik atau guru
dalam menjalankan tugasnya di kelas.
Guru-guru di MAN 2 Model Makassar menyadari bahwa meskipun
kurikulum bukanlah satu-satunya penentu untuk meraih mutu pendidikan, namun
mereka meyakini bahwa kurikulum adalah sebuah perangkat yang sangat strategis
untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan peserta didik terhadap ilmu
pengetahuan. Mereka memaknai bahwa kurikulum adalah program dan isi dari suatu
sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi ilmu pengetahuan
dari berbagai sumber bahan ajar melalui kreatifitas guru dan sistem manajemen
pendidikan yang berbasis mutu. Mereka berasumsi, bahwa pada hakekatnya
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah momentum bagi
tenaga pendidik yang membuka ruang partisipasi kreatif guru dan pengelola
madrasah dalam merealisasikan rencana, metode, media/alat pengajaran ketika
melakukan proses pembelajaran. Meskipun standar isi, Standar kompetensi, dan
kompetensi
dasar
kurikulum
ditentukan
oleh
pemerintah
pusat,
namun
pengembangannya diserahkan kepada masing-masing satuan pendidikan sesuai
kondisi daerah masing-masing. Hal lain yang menjadi kelebihan KTSP adalah selain
memberi ruang partisipasi kreatif guru dan pengelola, juga menekankan pentingnya
proses pembelajaran yang berpusat pada siswa ( student centered learning), dengan
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, interaktif dan kreatif.76
76
Persepsi dari beberapa guru pada MAN 2 Model Makassar, wawancara dilaksanakan pada
tanggal, 21 Mei 2013.
233
Sehubungan dengan pengembangan kurikulum, Erniwati selaku Wakil
Kepala Madrasah bidang kurikulum mengemukakan beberapa komponen dan tujuan
pengembangan kurikulum, yaitu;
Berfokus pada peserta didik. Kurikulum dikembangkan berdasakan prinsip,
bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk dikembangkan potensinya
agar menjadi manusia yang unggul, memiliki karakteristik ke-Islaman dan
keilmuan. Kurikulum memiliki keragaman dan keterpaduan dengan
memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik. Kurikulum berdasarkan
fakta ilmiyah dan dikembangkan atas dasar perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta seni, oleh karena itu semangat isi kurikulum sedapat
mungkin memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memiliki relevansi
dengan kebutuhan kehidupan, yaitu memberikan jaminan masa depan peserta
didik, bahwa ilmu yang diperoleh dapat terakomodir didunia usaha dan didunia
kerja, demi kelangsungan hidupnya. Kurikulum dikembanghkan secara
menyeluruh dan berkesinambungan, bahwa substansi kajiannya mencakup
keseluruhan dimensi kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. 77
Pandangan tersebut memberi makna, bahwa seorang guru harus memahami
prinsip-prinsip dasar pengembangan yang harus dijabarkan secara rinci, melalui
proses pembelajaran, yang sudah tentu sangat terkait dengan kompetensi guru
sebagai penanggung jawab terhadap bidang studi yang diajarkan.
Pelaksanaan proses pembelajaran pada MAN 2 Model Makassar, sesuai hasil
wawancara dan pengamatan terhadap beberapa guru, ditempuh beberapa langkah
sebagai berikut :
Pertama Pengelolaan Kegiatan Pada Tatap Muka Pertama. Kegiatan yang
perlu dilakukan pada tatap muka pertama yaitu; pendeteksian karakteristik siswa,
penyampaian garis-garis besar program mata pelajaran atau kerangka isi, RPP, buku
bahan ajar, dan lain-lain, penyampaian tujuan umum dan strategi pembelajaran, dan
77
Erniwati, wawancara di MAN Model Makassar, tanggal, 21 Mei 2013.
234
penyampaian tentang sistem atau teknik penilaian. Kegiatan-kegiatan ini tergambar
dalam pengamatan bahwa para guru menyampaikan kepada peserta didik bagaimana
cara memantapkan satu pokok bahasan. Pokok bahasan yang dimaksudkan adalah
pokok bahasan kajian-kajian yang bersifat analisis. Beberapa hasil wawancara yang
berkenaan dengan penilaian, dapat diperoleh keterangan bahwa guru MAN 2 Model
Makassar melakukan evaluasi dengan bentuk lisan dan tertulis kepada siswa.
Taksonomi yang diukur meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam
konteks penilaian tersebut, siswa dinilai dari masing-masing aspek penilaian
tersebut, baik dalam bentuk tertulis maupun dalam bentuk praktik dan pengamatan
terhadap tingkah laku siswa. Namun kegiatan ini tidak disampaikan pada siswa.
Penilaian secara tertulis seperti yang tertera dalam setiap pokok bahasan pendidikan
semuanya mencantumkan bentuk penilaian, termasuk butir-butir soal yang akan
diberikan kepada siswa. Pencantuman aspek penilaian, merupakan format baku yang
digunakan disemua tingkatan di MAN 2 Model Makassar.
Aspek penilaian yang dimaksudkan dalam proses perencanaan pembelajaran
tersebut ada dua yaitu; a) proses penilaian, b) perolehan hasil belajar. Kedua bentuk
penilaian tersebut dijelaskan oleh Erni El Gani, sebagai berikut:
Penilaian proses mengandung makna bahwa dalam penilaian suatu unjuk kerja
siswa tidak selamanya siswa yang dipersalahkan kalau misalnya unjuk kerja
yang ditampilkan rendah, sebab bisa saja hasil tersebut disebabkan oleh
kurangnya kemampuan guru dalam membuat instrument tes. Dengan
pemahaman seperti ini berarti guru bisa memperbaiki kembali instrument
penilaiannya. Dalam ketentuan untuk penilaian harian dianjurkan kepada
semua guru untuk melakukan analisis evaluasi soal. Kemudian untuk penilaian
hasil belajar adalah hasil unjuk kerja siswa sesuai dengan soal-soal yang
diberikan kepadanya78.
78
Erni El Gani, Guru MAN 2 Model Makassar wawancara di MAN 2 Model Makassar pada
tanggal, 24 April 2013.
235
Adapun buku acuan atau sumber belajar merupakan bagian penting dari
upaya memperluas wawasan pengetahuan, baik pada guru maupun pada peserta
didik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ketika guru mengadakan pertemuan
pertama, selain menyampaikan hal-hal penting terhadap materi pembelajaran, juga
disampaikan soal buku acuan yang akan digunakan sebagai bahan tambahan atau
perbandingan terhadap buku teks yang digunakan. Informasi tentang buku acuan
secara tertulis dicantumkan dalam RPP, yang pengadaannya diusahakan oleh guru
yang bersangkutan melalui Koperasi MAN 2 Model Makassar dengan harga
bervariasi. Informasi tentang sumber lain, secara lisan disampaikan oleh guru yang
bersangkutan. Dalam konteks ini informan mengungkapkan seperti hasil wawancara
berikut:
Selama ini saya menginformasikan tantang buku-buku yang bisa dijadikan
rujukan oleh siswa, sebab kami melihat sebagian besar siswa kelihatan mampu
mengadakan buku-buku lain selain buku teks pelajaran, sekalipun
kecenderungan siswa MAN 2 Model Makassar, sudah merasa cukup memiliki
buku-buku pandauan yang diedarkan oleh pihak Madrasah”. 79
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa guru-guru MAN 2 Model
Makassar, memilih penyampaian informasi yang berkenaan dengan buku acuan dan
sumber belajar lainnya kepada siswa. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa
siswa mampu mengatasinya.
Kedua, kegiatan proses pembelajaran setiap tatap muka. Dalam konteks ini,
pengorganisasian pokok bahasan
secara rutin yang dilakukan oleh semua guru
MAN 2 Model Makassar dalam tahapan-tahapan pembelajaran. Pada bagian ini
secara berurut akan dikemukakan:
79
Roswati, Guru MAN 2 Model Makassar wawancara di MAN 2 Model Makassar pada
tanggal 8 April 2013.
236
a) Kegiatan pada tahap pendahuluan pembelajaran; Pada kegiatan awal ini, guru
memasuki kelas dengan mengorganisir beberapa kegiatan, yaitu; Pertama, ucapan
salam, Kedua, penyampaian tujuan pembelajaran, Ketiga, membangkitkan
perhatian siswa, Keempat, apersepsi, yaitu mengaitkan pokok bahasan lama dan
pokok bahasan baru.
b) Kegiatan inti pelajaran dibatasi pada kegiatan yang berupa; uraian materi
pembelajaran beserta dengan contoh-contoh, memfokuskan perhatian peserta
didik, petunjuk praktis memperlajari materi, pemberian latihan yang sekaitan
dengan materi, dan pemberian umpan balik terhadap unjuk kerja siswa.
Hasil studi dokumen RPP menunjukkan bahwa penyajian inti secara tertulis
meliputi kegiatan penyampaian RPP, penjelasan materi dan tehnik/metode
penyajian materi pelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, bahwa dalam
kegiatan ini guru melakukan hal-hal sebagai berikut; (1) memfokuskan perhatian
siswa, dilaksanakan dalam berbagai cara/metode tergantung materi pembelajaran.
(2) mengelola kelas dengan baik dan tertib. (3) memberikan
petunjuk praktis
mempelajari materi pembelajaran.80 (4) pemberian latihan. Setiap menugaskan
kepada siswa mengerjakan LKS yang ada pada setiap pokok bahasan. Hasil
pekerjaan siswa pada umumnya diperiksa diluar jam pengajaran dan bahkan ada
informan yang membawa hasil LKS tersebut kerumahnya.81 (5) umpan balik, yang
dilakukan oleh guru terbatas pada bentuk penguatan atas jawaban pertanyaan yang
diberikan kepada setiap peserta didik. Guru menjelaskan dan memberi komentar,
baik jawaban yang benar maupun yang belum benar. Bagi siswa yang menjawab
80
Roswati, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 8 April 2013.
81
Khoiri, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 8 April 2013.
237
dengan benar, informan menyatakan bagus! Kalau jawabannya kurang tepat
dikatakan “tidak salah tetapi perlu tambahan penjelasan.82 Dalam kaitannya dengan
hasil pekerjaan LKS, pada umumnya informan selalu memberikan umpan balik
terhadap hasil pekerjaan siswa.
Berdasarkan uraian diatas yang berkenaan dengan kegiatan penyampaian inti
pembelajaran dapat diketahui bahwa guru
melakukan secara berkesinambungan
dalam upaya meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi-materi
pembelajaran. Guru-guru di MAN 2 Model Makassar sudah berkomitemen agar
peserta didiknya dapat menguasai materi ajar yang diberikan pada setiap tatap
muka, kalaupun terdapat siswa yang belum memperoleh hasil penilaian yang baik,
maka guru mengadakan remedial, sehingga peserta didik dapat memperoleh hasil
yang memuaskan.
Ketiga, kegiatan penutup pembelajaran, semua guru mencantumkan kegiatan
penutup dalam RPP mereka. Kegiatan penutup meliputi pemberian tugas, pemberian
tes akhir dan pembuatan resume. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kegiatan
penutup yang tercantum pada RPP tidak selamanya sesuai dengan apa yang
dilakukan guru ketika melakukan kegiatan penutup. Salah satu alasannya yang
seperti dikemukakan oleh Massarsappi, bahwa tidak semua apa yang tertera dalam
RPP dapat kita lakukakan khususnya yang berkaitan dengan kegiatan penutup
seperti pemberian kesimpulan, pemberian tes akhir. Hal yang demikian di sebabkan
oleh keterbatasan waktu, apalagi kalau kita menggunakan metode diskusi.83
82
Erniwati, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 21 Mei 2013.
83
Erni El Gani, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 18 April 2013.
238
Selain dari tiga kegiatan penutup tersebut, masih ada beberapa kegiatan yang
terkait dengan kegiatan tahapan akhir pembelajaran, meskipun kegiatan yang
dimaksud tidak selamanya dilakukan, anatara lain; (1) Pemberian tes formatif,
tujuan pemberian tes formatif kepada siswa bukan untuk memberikan nilai baik atau
tidak kepada siswa, tetapi lebih mengacu pada penilaian proses pembelajaran.
Artinya apakah tujuan khusus pembelajaran tercapai atau tidak. Hasil wawancara
menunjukkan bahwa pemberian tes formatif yang berupa LKS selalu dilakukan oleh
guru yang bersangkutan. (2) Pemberian umpan balik terhadap unjuk kerja. Tidak
semua pokok bahasan yang disampaikan oleh informan memperlihatkan kegiatan
pemberian umpan balik kepada siswa, hanya pokok bahasan yang memuat aspek
psikomotorik, misalnya kalau fiqhi dalam pokok bahasan shalat, tata cara
berwudhu’, tata cara bertayammun, tata cara menyebut huruf hijaiyah dalam
pelajaran ilmu qiraat, dsb. (3) Pemberian tindak lanjut. Pemberian tindak lanjut
adalah konsekuensi dari hasil penilaian terhadap latihan-latihan yang diberikan
kepada siswa. Jika hasil pekerjaan siswa tidak mencapai target ketuntasan belajar
maka harus diberikan remedial. Sedangkan hasil pekerjaan siswa yang mencapai
target ketuntasan belajar, maka mereka diberikan materi pengayaan. (4) Pemberian
motivasi ulang. Kegiatan ini dilakukan pada akhir pelajaran dengan menyampaikan
pesan-pesan khusus yang terkait dengan bahan ajar.84
2) Metode dan media Pembelajaran.
Metode dan media pembelajaran merupakan salah satu elemen penentu
dalam proses pembelajaran pada semua institusi pendidikan, oleh karena itu
penggunaan metode dan media yang tepat dan akurat akan turut menentukan
84
Erni El Gani, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 18 April 2013.
239
efesiensi dan efektifitas pembelajaran. Metode dan media pembelajaran memiliki
kedudukan sebagai cara atau alat untuk memotivasi peserta didik dalam proses
pembelajaran, sehingga dengan metode dan media itu, peserta didik dapat
memahami atau menyerap materi ajar yang diberikan oleh guru, dan media juga
berfungsi
untuk menyiasati perbedaan karakteritik peserta didik, baik secara
individu maupun scara berkelompok guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran sangat diperlukan metode yang baik dan efektif, dapat
dipastikan bahwa semakin tepat metode dan media yang digunakan oleh guru dalam
mengajar, maka semakin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran, oleh karena
itu metode mengajar tidak boleh diabaikan, karena metode mengajar menentukan
berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran dan merupakan bagian integral dalam
sistem pembelajaran yang efektif.
Sesuai hasil pengamatan di MAN 2 Model Makassar, telihat dalam keadaan
sehari-hari menegenai metode dan pendekatan yang digunakan masih didominasi
model pembelajaran yang berpusat pada guru ( teacher centred approach), sementara
model pembelajaran efektif adalah medel pembelajaran yang berpusat kepada
peserta didik ( student centred approach). Salah seorang guru menuturkan bahwa
model-model pembelajaran telah banyak diberlakukan, tergantung indikator dan
pencapaian meteri pembelajaran serta waktu yang tersedia. Diantara metode yang
sering diterapkan adalah metode diskusi dan pemberian tugas kelompok dan
individu, namun tetap diakui bahwa pada umumnya metode mejelaskan atau
ceramah yang masih dominan dipergunakan oleh guru.
240
Terkait dengan pentingnya metode atau model pembelajaran, maka setiap
penyusunan RPP
diharuskan kepada setiap guru untuk
menetapkan metode
pembelajaran pada tiap-tiap pokok bahasan. Ahmad Hasan mengemukakan;
Bahwa sesuai hasil supervisi akademik terhadap guru yang dilaksanakan pada
saat guru mengajar, berkesimpulan bahwa metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru tidak mempergunakan metode yang monoton, melainkan
setiap guru mengunakan beberapa metode tergantung karakteristik mata
pelajaran yang akan diajarkan, sehingga mereka terkadang menggunakan satu
atau dua metode yang ada seperti; metode ceramah dan Tanya jawab, metode
diskusi, pemberian tugas, demonstrasi, cerita atau kisah/perumpamaan dan
karyawisata, dan lain-lain, tetapi metode yang dominan adalah metode
ceramah atau menjelaskan, terutama bidang studi agama dan IPS. 85
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Erniwati (wakamad bidang kurikulum)
bahwa semua guru telah memhami atau menguasai berbagai metode, namun dalam
penerapannya lebih banyak menyesuaikan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar serta indikator pembelajaran yang akan diajarkan, sehingga guruguru terkadang menggunakan metode variasi (menggunakan dua atau lebih metode)
atau hanya satu metode.86
Hasil observasi juga membuktikan bahwa penggunaan metode pembelajaran
di MAN 2 Model sangat terkait dengan materi pelajaran dan karakteristik peserta
didik,
termasuk
kompetensi
guru,
serta
variabel-variabel
yang
ikut
mempengaruhinya, seperti kemampuan menggunakan media, kondisi lingkungan,
dan sumber-sumber pembelajaran, dan waktu yang tersedia. Menurut Kaharuddin;
Masalah metode pembelajaran di MAN, hampir semua guru menggunakan
metode yang berpariasi dengan kata lain guru-guru menggunakan satu-dua
metode, disesuaikan dengan karakteristik materi pembelajaran, misalnya
bidang sejarah, peserta didik di bawah ke tempat bersejarah, seperti ke makam
Syekh Yusuf di Gowa, Sultan Hasanuddin dan Dato Ritiro di Bulukumba, dll.
Demikian halnya bidang studi IPA dan Matematika, banyak dibawah
85
H. Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 4 Juni 2013.
86
Erniwati, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 21 Mei 2013.
241
laboratorium, dan tugas-tugas berkelompok. Tetapi Erniwati juga mengakui
bahwa masih ada sebagian kecil yang kurang memanfaatkan metode yang
efektif termasuk media pembelajaran. 87
Jelasnya
bahwa
setiap
guru
berusaha
menciptakan
suasana
yang
menyenangkan dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas dengan menerapkan
berbagai metode dan strategi pembelajaran.
3) Pengembangan kinerja Guru dan Staf.
Bentuk-bentuk pembinaan yang berbasis Total Quality Managemen (TQM)
yang dikembangkan di MAN 2 Model Makassar lebih diorientasikan pada upaya
pengembangan profesionalisme guru dan staf dengan dilandasi kesadaran,
pengertian, kegairahan dan kegiatan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya masing-masing. Kesadaran dan kesukarelaan melaksanakan kegiatankegiatan kelembagaan itu dapat muncul jika masing-masing individu mempunyai
rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab (sense of responsibility)
terhadap lembaga, sehingga mereka akan merasa kecewa jika gagal atau tidak
tercapai tujuan konstitusinya, sebaliknya mereka akan gembira jika tujuan-tujuan
kelembagaan yang telah ditetapkan bersama dapat tercapai atau berhasil.
Pengembangan profesionalisme guru dan staf sudah menjadi sangat penting karena
peranannya dalam
pendidikan sangat menentukan keberlangsungan proses
pembelajaran.
Guru sebagai tugas profesi memerlukan keahlian khusus, sebagaimana halnya
dengan keahlian lainnya. Walaupun dalam kenyataannya pekerjaan guru masih
dilakukan oleh orang-orang yang tidak ditunjang dengan
profesionalisme yang
matang, sehingga dari kenyataan ini mengakibatkan profesi guru paling mudah
terkena pencemaran yang berdampak kepada rendahnya mutu pendidikan. Hal
87
Kaharuddin, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 21 Mei 2013.
242
seperti ini biasanya terjadi pada sekolah/madrasah yang dibina oleh Yayasan yang
masih bersifat tradisional atau sekolah/madrasah yang berada di daerah terpencil.
Menyikapi seperti hal yang demikian, Kepala MAN 2 Model Makassar berupaya
melakukan pembinaan
dan pengembangan
kinerja
guru
dan
staf
secara
berkesinambungan sesuai konsep Total Quality Management. Berdasarkan hasil
pengamatan di lokasi penelitian, ada beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain;
a) Seleksi dan penempatan Guru.
Pembinaan dalam penyeleksian dan penempatan guru sesuai kualifikasi yang
dimilikinya, karena apabila guru ditugaskan bukan berdasarkan kualifikasi
akademik, selain melanggar ketentuan, akan berdampak negatif dalam proses
pembelajaran, yang pada akhirnya berdampak buruk kepada peserta didik. Oleh
karena itu Kepala MAN 2 Model mengemukakan;
Bahwa penugasan guru dilaksanakan sangat berhati-hati dan selektif, bahkan
walaupun seorang guru kualifikasi akademiknya sudah sesuai, namun yang
bersangkutan tetap diberikan perhatian khusus, terutama ketika diadakan
supervisi akademik terhadap guru di kelas, jika ditemukan kejanggalan dalam
mengajar, maka yang bersangkutan diberikan supervisi klinis terutama dalam
penentuan metode dan gaya mengajarnya di depan kelas. Hal yang demikian
dilakukan karena seleksi dan penempatan guru dan staf merupakan salah satu
tugas yang menentukan kelancaran proses pembelajaran. Pemilihan/penempatan
guru dan staf memerlukan ketelitian dan kejelian agar sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan.88
Selain langkah tesebut, dalam mengadakan penyeleksian/penempatan guru
dan staf diputuskan berdasarkan hasil musyawarah bersama dengan wakil-wakil
kepala madrasah serta guru senior lainnya, dimaksudkan agar supaya guru yang
ditempatkan
sesuai dengan profesinya, dan diharapkan terlaksana proses
pembelajaran secara optimal dan memuaskan peserta didik.
88
Ahman Hasan, wawancara, di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 20 Juni 2013.
243
b) Komunikasi internal dan eksternal.
Kegiatan pembinaan komunikasi agar searah dengan tujuan pendidikan yang
diinginkan, maka pembinaannya diarahkan pada upaya untuk saling mengerti, karena
saling mengerti adalah pangkal dari tindakan bersama yang baik, dan akan menjamin
kelangsungan hubungan, baik internal maupun dengan warga masyarakat yang
membutuhkan. Kerjasama yang baik diantara sesama warga madrasah terutama guru
dan staf merupakan cerminan bagi sebuah madrasah yang berbasis Islam, karena itu
sesuai dengan ajaran Islam, dan khusus bagi guru merupakan cerminan terhadap
kompetensi keperibadian yang dimilikinya. Dalam hal berkomunikasi sudah tentu
harus menggunakan bahasa yang santun, dan menghindari bahasa yang dapat
menimbulkan ketersinggungan diantara sesama. Demikian halnya dengan peserta
didik dianjurkan berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan santun, baik di dalam
maupun di luar madrasah.
c) Partisipasi dan kerjasama.
Keterlibatan guru dan staf dalam melaksanakan semua aktivitas madrasah
sangat diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu
usaha-usaha pembinaan dalam rangka mengaktifkan guru dan staf agar berpartisipasi
dan membina kerjasama yang baik yang dilandasi dengan keikhlasan terus
dikembangkan di MAN 2 Model Makassar, sehingga semua bentuk kegiatan yang
dicanangkan oleh pimpinan dapat diselesaikan dengan mudah. Kondisi seperti ini
diperkuat oleh Jamaluddin;
Partisipasi dan kerjasama yang baik selama ini telah terbina dan teraplikasi
dikalangan warga MAN 2 Model Makassar, sejak saya mengajar di madrasah
ini selalu diutamakan kerjasama dalam setiap kegiatan madrasah, terutama jika
244
ada perhelatan upacara-upacara keagamaan dan hari-hari besar Islam, demikian
juga dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, dll.89
d) Bimbingan/Pembinaan
Kegiatan bimbingan dan pembinaan dapat diartikan saling menasehati atau
saling mengingatkan antara atasan dengan bawahan atau antara sesama teman
mengenai cara kerja yang baik guna mencapai tujuan secara maksimal. Adapun
bimbingan dan pembinaan ini dilakukan disaat rapat koordinasi, atau ketika
pelaksanaan upacara penaikan bendera setiap hari senin. Agenda rapat koordinasi
selama tahun ajaran 2012/ 2013 sudah berlangsung beberapa kali pertemuan, karena
hampir
semua
program
kegiatan
pendidikan
yang
berhubungan
dengan
pembelajaran, kesiswaan, kegiatan keagamaan, pembiayaan, dan lain-lain, semuanya
diputuskan melalui musyawarah mufakat. Rapat atau pertemuan yang dilaksanakan
ada kalanya sifatnya terbatas dan adakalnya rapat diperluas dengan mengikut
sertakan semua guru dan staf, bahkan dengan pengurus Komite Madrasah dan
pengurus OSIS. Hal ini diakui oleh beberapa guru, bahwa Kepala Madrasah tidak
henti-hentinya memberi petunjuk dan bimbingan, baik langsung maupun tidak
langsung. Hanya sebagian guru menyayangkan karena pengawas dari Kementerian
Agama Kota Makassar yang ditugaskan di MAN 2 Model jarang datang memberikan
bimbingan, sehingga sudah tentu mempengaruhi kinerja guru-guru, karena
bagaimanapun juga kalau pengawas/supervisor dari luar sudah tentu berbeda dan
pasti ada kesan tersendiri.
4.
Pelaksanaan Pengawasan /Supervisi.
Pengawasan
merupakan salah satu fungsi manajemen yang tidak kalah
pentingnya dengan fungsi-fungsi lain. Di dalam dunia pendidikan pengawasan
89
Kamaria Rahim, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 14 Mei 2013.
245
disamakan dengan istilah supervisi. Pengawasan atau supervisi yang dilakukan di
MAN 2 Model Makassar meliputi; supervisi administrasi, supervisi akademik dan
supervisi klinis. Sedang yang mengadakan supervisi ditangani oleh dua unsur, yaitu;
unsur madrasah (Kepala Madrasah dan Wakil Kepala Madrasah) dan unsur pengawas
fungsional dari Kementerian Agama Kota Makassar dan dari Dinas Pendidikan Kota
Makassar.
Menurut Nurlaela (Kepala Tata Usha MAN 2 Model) menyatakan bahwa
pengawasan/ supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas, baik dari Kementerian
Agama Kota Makassar maupun dari Dinas Pendidikan Kota Makassar, tidak
terlaksana sesuai dengan harapan guru-guru, pangawasan tidak efektif dan tidak
terjadwal, bahkan selama tahun ajaran 2012/2013 sangat jarang datang. Namun
demikian, supervisi yang dilaksanakan oleh Kepala MAN 2 Model Makassar
tetap terlaksana sebagaimana biasanya, bahkan supervisi kepala madrasah
sengaja tidak dijadwalkan, tujuannya agar guru selalu siap disupervisi setiap
saat.90
Fakta tersebut sudah bertentangan dengan ketentuan yang ada bahwa
pelaksanaan pengawasan/supervisi untuk semua jenis dan jenjang pendidikan, selain
dilaksanakan oleh kepala sekolah/madrasah, maka pengawas fungsional yang
diangkat secara khusus oleh pemerintah harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, sebagaimana halnya tugas Kepala Madrasah. Tugas
pengawasannya diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12
Tahun 2007 tentang Pengawas Sekolah/Madrasah yang menegaskan bahwa seorang
Pengawas sekolah/madrasah harus memiliki enam kompetensi yaitu: kompetensi
kepribadian, kompetensi supervisi manajerial, supervisi akademik, kompetensi
evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian dan pengembangan dan kompetensi
sosial. Sedang tugas pengawasan kepala sekolah/madrasah diatur dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 13 tahun 2007, harus memiliki lima kompetensi
90
Nurlaela, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 17 Juli 2013.
246
yaitu; kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan kompetensi
sosial. Ke dua
peraturan tersebut sudah sangat jelas kompetensi yang harus
dilaksanakan, baik kepala sekolah/madrasah maupun pengawas pendidikan, yaitu
melaksanakan pengawasan/supervisi pendidikan di sekolah/madrasah.
Sehubungan dengan masalah supervisi, Ahmad Hasan, menyatakan bahwa;
Kepala Madrasah adalah jabatan yang banyak mengandung resiko, karena
banyak sekali tugas yang harus dijalankan seperti tugas supervisi, jika
pengawas pendidikan, baik dari Kementerian Agama maupun dari Diknas,
tidak atau berhalangan berkunjung ke madrasah, maka tugas ini harus kepala
madrasah yang melaksanakannya, meskipun tidak secara tuntas kepada semua
guru, mengingat masih banyak pekerjaan lain yang harus diselesaikan.91
Tujuan supervisi akademik dan klinis yang dilakukan selama ini adalah
membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran sesuai dengan
prinsip-prinsip pengembangan KTSP, membimbing guru dalam memilih dan
menggunakan strategi, metode dan teknik pembelajaran, membimbing guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, membimbing guru dalam mengelola,
merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas
pembelajaran, dan memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk
pembelajaran. Mencermati tujuan supervisi tersebut, juga dibenarkan oleh Hamzah
Lestari dengan menyatakan bahwa;
Supervisi akademik dan klinis intinya adalah membina guru dalam
memperbaiki mutu proses pembelajaran, yang sasaran utamanya adalah ketika
guru melaksanakan proses pembelajaran, yang terdiri dari materi pokok dalam
proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan
strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi
informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta
penelitian tindakan kelas.92
91
Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 12 Juni 2013.
92
Hamzah Lestari, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 11 Juni 2013.
247
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa supervisi akademik adalah melihat
kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa
yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru
dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di
dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh
guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan
bagaimana cara mengembangkannya?.
Berdasarkan
jawaban
terhadap
pertanyaan-pertanyaan
tersebut
akan
diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian
kinerja guru tidak berarti pelaksanaan supervisi akademik telah selesai, melainkan
harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi
akademik
dan
melaksanakannya
dengan
sebaik-baiknya.
Hamzah
Lestari
menyatakan beberapa prinsip supervisi akademik, yaitu;
Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi madrasah. Sistematis, artinya
dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan
pembelajaran. Objektif, sesuai aspek-aspek instrumen. Realistis, artinya
berdasarkan kenyataan yang sebenarnya. Antisipatif, artinya mampu
menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi. Konstruktif, artinya
mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses
pembelajaran. Kooperatif, artinya membangun kerja sama yang baik antara
supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran. Kekeluargaan,
artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan
pembelajaran. Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi
pelaksanaan supervisi akademik. Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif
berpartisipasi. Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan
yang harmonis, terbuka, jujur, sabar, antusias, dan penuh humor.
Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan oleh kepala madrasah). Terpadu, artinya menyatu dengan
program pendidikan. Komprehensif, artinya dilaksanakan secara menyeluruh,
mulai dari proses sampai kepada penilaian pembelajaran, dan lai-lain.93
93
Hamzah Lestari, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 11 Juni 2013.
248
Prinsip-prinsip yang dikemukakan di atas sangat ideal, namun kenyataannya
justru sering kali berbeda dengan teori yang ada. Guru MAN 2 Model Makassar pada
umumnya merasakan hal seperti itu, karena kehadiran pengawas yang telah ditunjuk
oleh Kementarian Agama Kota Makassar sangat kurang (tidak aktif), sehingga
supervisi, baik supervisi akademik maupun klinis dapat dikatakan kurang efektif
atau tidak sesuai harapan guru MAN 2 Model Makassar. Sementara dalam peraturan
ditegaskan bahwa
supervisi akademik yang meliputi; kompetensi kepribadian,
pedagogis, professional, dan
kompetensi sosial guru harus diperhatikan oleh
pengawas/ supervisor, dan tidak boleh mengesampingkan salah satu dari ke empat
kompetensi
tersebut,
harus
secara
menyeluruh
menjadi
perhatian
ketika
melaksanakan supervisi di madrasah. Dari fakta di atas dapat dikatakan pelaksanaan
pengawasan pengawas pendidikan Islam dari Kementerian Agama Kota Makassar
tidak berjalan sebagaimna mestinya. Pada hal supervisi akademik bertujuan untuk
melihat dan menilai secara langsung serangkaian kegiatan guru mengembangkan
kemampuannya
mengelola
proses
pembelajaran
demi
pencapaian
tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu, jika sebuah lembaga pendidikan tidak mendapatkan
pengawasan secara efektif dari pihak yang berwenang, maka hal itu sama sekali
tidak dapat dibenarkan dalam peraturan. Meskipun guru MAN 2 Model pada
umumnya dianggap berkualitas dan berpengalaman, namun mereka tetap
mengharapkan
kehadiran
pengawas
untuk
mengembangkan
kompetensinya,
termasuk menilai kinerjanya, karena esensi supervisi akademik, sama sekali bukan
hanya menilai kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan
membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.
249
C. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan TQM.
1. Faktor-faktor Pendukung
Faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi penerapan TQM pada MAN 2
Model Makassar, dapat dilihat pada dua faktor, yaitu, faktor internal dan eksternal.
a. Faktor internal.
Faktor internal adalah dukungan yang berkembang dari dalam lingkungan
MAN 2 Model Makassar, baik yang bersifat gagasan dalam pengertian konsep
maupun dalam bentuk tindakan dan kebijakan pimpinan, sebagai berikut;
1) Prinsip Ikhlas Beramal.
Prinsip ikhlas beramal sudah menjadi komitmen bersama seluruh tenaga
pendidik dan kependidikan, sebagai manifestasi tanggungjawab terhadap syi’ar
Islam. Hal ini disimbolkan melalui visi dan misi untuk
mewujudkan ciri khas
pendidikan Islam melalui tiga sasaran utama yaitu; kualitas, professional dan Islami.
Kemudian pelaksanaannya dijabarkan melalui prinsip; dedikasi terhadap tugas,
usaha yang optimal, ikhlas dalam bekerja serta taqwa, tawakal, tabah, tekun, telaten,
tenang, teratur, teliti, dan tuntas disemua sektor pekerjaan sesuai dengan logo MAN
2 Model Makassar yaitu Ikhlas beramal.94
Dengan
demikian
untuk
mencapai
keberhasilan
dalam
pengelolaan
pendidikan yang unggul dan bermutu, pengelola harus menjadi panutan dalam
sikap dan perilakunya, diantaranya berdisplin, bekerja dengan tenang, profesional,
produktif dalam bekerja, baik secara personal maupun secara bersama-sama dan
amanah dalam melaksanakan tugas. Konsep-konsep seperti itu yang semestinya
94
Prinsip tersebut diuraikan oleh Muh. Ilyas, dalam wawancara di MAN 2 Model Makassar
pada tanggal 9 April 2013.
250
ditularkan kepada peserta didik untuk menjadi budaya dan karakteristik yang harus
dimiliki oleh semua warga MAN 2 Model Makassar.
Sifat-sifat lain yang perlu dijadikan budaya dan karakteristik warga MAN 2
Model Makassar sebagaimana yang dikemukakan oleh Muh. Ilyas sebagai berikut;
a) Berdisiplin tinggi. Disiplin tinggi akan muncul jika dibarengi dengan
keikhlasan dan keimanan yang kuat. Disiplin tinggi yang dimaksud adalah
sikap mental yang ditandai oleh adanya konsistensi yang tinggi, dan adanya
rasa pengabdian yang tinggi terhadap pekerjaan dan tugas-sugasnya, b)
Kreatif, karena hanya orang kreatif yang mampu melakukan inovasi dan
pembaruan, c) Ulet, tidak muda putus asa, dan d) Mampu berdaya saing
tinggi, terutama bagi pserta didik.95
Dalam pada itu dinyatakan pula bahwa, lulusan MAN 2 Model Makassar
memiliki percaya diri yang tinggi, memiliki kompetensi dalam bidang tertentu,
memiliki kemampuan dasar-dasar berbahasa (minimal bahasa inggris dan arab),
mampu mengoperasikam
komputer dengan baik, dengan kata lain
penguasaan
teknologi merupakan syarat penting untuk berdaya saing tinggi. Bukan hanya
peserta didik yang dituntut memiliki kompetensi seperti di atas, melainkan kepala
madrasah, guru-guru, dan pegawai pada MAN 2 Model Makassar harus menguasai
ICT (information and communication technology), dan memiliki komitemen dalam
menigkatkan mutu pendidikan yang dilandasi keikhlasan dan keimanan yang kuat,
sehingga mereka dapat melahirkan output yang bisa bersaing dengan sekolah lain
yang sederajat.
2) Sistem pelayanan prima.
Pelayanan yang dilakukan warga MAN 2 Model Makassar yang disimbolkan
ikhlas beramal sebagaimana yang diuraikan di atas. Hal itu sesuai dengan ajaran alQur’an maupun hadis Nabi saw. Adapun langkah-langkah dalam melakukan
95
Muh. Ilyas, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 9 April 2013.
251
pelayanan menurut Ahmad Hasan yaitu; Pertama, membuat aturan yang manusiawi
sesuai dengan hakikat kebutuhan siswa dan guru yaitu dasar keadilan. Kedua,
menciptakan siswa yang taat hukum. Ketaatan dalam melaksanakan aturan-aturan
yang ada akan melahirkan perilaku individu yang disenangi, dan segala aktivitasnya
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Tentang pelayanan di MAN 2 Model Makassar, bukan hanya pelayanan
dalam masalah pembelajaran dalam berbagai aspeknya, tetapi termasuk pelayanan
dalam masalah lain yang bersifat individual , termasuk pengaduan orang tua peserta
didik,
jika terjadi hal-hal yang kurang berkenan pada diri pesertaa didik yang
bersangkutan. Sebagaimana yang diungkap oleh Ihsan Maulana;
Masalah pelayanan di MAN 2 Model Makassar, al hamdulillah berjalan dengan
baik, dan kebetulan juga tidak terlalu banyak masalah yang kita hadapi disini,
sehingga semuanya berjalan lancar, terutama proses pembelajaran. Memang
biasa ada orang tua/wali peserta didik yang sering keberatan, kalau ada guru
yang bertindak keras kepada peserta didik yang bersangkutan, namun setelah
diberi pengertian oleh Kepala Madrasah, maka masalahnya dapat diselesaikan
dengan baik dan kembali normal seperti biasa, menurut catatan saya selama
tahun tahun 2012-2013 baru kurang lebih 20 orang siswa yang bermasalah,
yang pada umumnya melanggar tata tertib.96
Dari pengalaman seperti di atas, tergambar bahwa di MAN 2 Model selalu
mengedepankan pelayanan prima (cepat dan tepat) kepada peserta didik, kepala
madrasah selalu menganjurkan agar mempermudah segala urusan sesuai prinsip yang
dianjurkan dalam Islam “mudahkan urusan dan jangan dipersulit”97 Prinsip ini yang
menjadi pegangan dalam setiap melaksanakan pelayanan pada MAN 2 Model
Makassar, sehingga kesulitan dan hambatan untuk maju dapat dieliminir sesuai
komitmen yang telah disepakati bersama.
96
Ikhsan Maulana, Guru BK MAN 2 Model Makassar, wawancara, di MAN 2 Model
Makassar, pada tanggal 15 Agustus 2013.
97
Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 9 April 2013.
252
3) Dukungan Kepeminpinan Kepala Madrasah.
Sesuai hasil riset yang telah dilakukan membuktikan bahwa MAN 2 Model
Makassar dapat meraih mutu dan mampu bersaing dengan sekolah/madrasah lainnya,
karena di dalamnya terbangun sistem pengembangan mutu yang efektif dan
berkelanjutan, dengan dukungan kepemimpinan kepala madrasah. Kepemimpinan
kepala madrasah memiliki peran penting dalam memaksimalkan mutu pendidikan.
Meskipun jabatan kepala madrasah merupakan tugas tambahan bagi profesi guru,
namun implementasinya tidak dapat dilepaskan dari tugas-tugas guru secara
professional. Roda kepemimpinan kepala madrasah harus berjalan secara sistimatis,
yaitu tugas-tugas yang dilaksanakan berdasarkan sistem dan mekanisme kerja yang
sistimatis dan terstruktur, demikian halnya program kerja disusun secara sistimatis.
Manajemen dan
kepemimpinan kepala madrasah memiliki peran kunci
dalam membangun sistem pembinaan mutu pada MAN 2 Model Makassar yang
berbasis TQM. Kepala madrasah dalam kedudukannya bukan hanya sebagai
pimpinan puncak (top leader), melainkan juga sebagai panutan dalam memegang
komitmen untuk meraih mutu yang diharapakan peserta didik.
Terciptanya budaya mutu pada MAN 2 Model Makassar didukung oleh
adanya perilaku dan sifat-sifat terpuji yang menonjol pada diri kepala madrasah,
seperti sifat sabar, tabah, jujur, selektif, hemat dan tidak membeda-bedakan,
memberi kebebasan kepada guru untuk mengembangkan kreativitasnya, terutama
kreativitas yang berhubungan
dengan pembelajaran atau yang terkait dengan
prestasi peserta didik. Sementara dalam pengelolaan manajemen pendidikan selalu
mengacu kepada pemberian tugas yang telah ditetapkan, dengan kata lain setiap
urusan atau pekerjaan diserahkan secara professional dan proporsional kepada yang
253
punya tugas, tidak ada pengambilalihan tugas kepada orang yang bukan tugasnya
atau job-nya, tetapi tetap mengutamakan kerjasama yang baik. Kepala Madrasah
hanya mengontrol atau mengawasi dan sewaktu-waktu memberikan arahan jika
dibutuhkan.
4) Potensi dan pengalaman Guru
Potensi guru MAN 2 Model Makassar, selain jumlahnya sudah cukup
memadai, potensinya juga relative berbeda atau bervariasi, artinya dari segi kualitas
dan masa kerjanya serta kamampuan skill
berbeda-beda, sehingga potensi ini
dimanfaatkan oleh kepala MAN 2 Model Makassar dalam menata pendidikan sesuai
dengan potensi guru dan staf. Ahmad Hasan mengemukakan;
Bahwa pembagian tugas dilakukan secara integrative, dengan prinsip take and
give ( saling memberi dan menerima), tidak ada yang lebih dan kurang, tetapi
yang tampak adalah kerjasama yang didasari keikhlasan ( ikhlas memberi dan
menerima pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki), dan yang menjadi
ukuran adalah prestasi dan hasil kerja. Selain ditunjang oleh pengalaman yang
banyak, juga didukung oleh kualifikasi akademik yang rata-rata sudah
berpendidikan S2 sebanyak; 31 orang, dan S1 sebanyak; 36 orang. Sedang masa
kerja golongan yang tertinggi; 30 tahun dan yang terendah 3 tahun (3 orang).
Baik potensi maupun pengalaman yang dimiliki oleh guru sangat mendukung
pembinaan mutu pada MAN 2 Model>. Penjabaran program pendidikan mudah
dan lancar dilaksanakan karena adanya dukungan SDM yang punya pengalaman
yang memadai.98
Motivasi kerja guru yang tinggi, memberi dukungan yang signifikan terhadap
peningkatan mutu pendidikan, mereka menyadari bahwa mutu kerja itu penting,
sehingga jika ada diantara mereka yang diberi tugas dari kepala madrasah, maka
tugas itu segera diselesaikan dengan waktu yang telah ditetapkan. Selain motivasi
kerja guru, yang lebih mendukung adalah adanya iklim madrasah yang kundusif,
baik suasana lingkungan yang menyenangkan maupun kultur pergaulan sesama guru
dan staf terjalin harmonis. Berangkat dari hasil pengamatan tersebut, tidak berarti
98
Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 9 April 2013.
254
tidak terlepas dari segi-segi negatif yang menjadi kendala atau hambatan, karena
masih ada sebagian guru yang masih perlu ditingkatkan kinerjanya, oleh karena itu
di MAN 2 Model Makassar diadakan bimbingan antar sesama atau sering disebut
“ tutor sebaya “ melalui MGMP madrasah.
5) Iklim dan Budaya Organisasi yang kondusif
Pengembangan madrasah yang efektif, efisien, produktif dan akuntabel
perlu ditunjang oleh perubahan berbagai aspek pendidikan lainnya, termasuk iklim
dan budaya madrasah yang kondusif. Perubahan iklim dan budaya madrasah perlu
dilakukan untuk merespons kondisi pendidikan pada MAN 2 Model Makassar.
Jika sebuah lembaga pendidikan tidak diikat oleh budaya organisasi serta
kondisi lingkungan yang menyenangkan, maka lembaga itu tidak akan mengalami
keharmonisan dan kelanggengan dalam kehidupan madrasah yang bersangkutan.
Penciptaan
dan pemeliharaan
iklim dan budaya yang kondusif untuk belajar
ditandai dengan terciptanya lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan tertib,
sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Iklim dan budaya madrasah
yang kondusif sangat penting agar peserta didik merasa senang dan bersikap
positif terhadap madrasahnya.
Kehidupan madrasah semakin menyenangkan kitika setiap warga saling
menghargai satu sama lain, dan masing-masing bertanggung jawab dalam
menciptakan keamanan dan kenyamanan semakin besar, bahkan orang tua ikut
bersama-sama dalam menciptakan kondisi seperti itu, sehingga mereka merasa
memiliki dan menganggap madrasahnya sendiri. Kondisi seperti itu dapat terjadi
melalui penciptaan norma dan kebiasaan yang positif, hubungan dan kerja sama
yang harmonis yang didasari oleh sikap saling menghormati. Selain itu, iklim dan
255
budaya madrasah
yang kondusif
mendorong setiap warga
madrasah
untuk
bertindak dan melakukan sesuatu yang terbaik yang mengarah pada prestasi
peserta didik yang tinggi. Meningkatkan prestasi peserta didik terutama
prestasi
akademik mereka, menjadi harapan utama bagi orang tua peserta didik. Hal ini
dapat tercapai jika kepala madrasah, guru dan staf
memahami standar mutu
pelayanan yang semestinya dilaksanakan, oleh karena itu standar mutu untuk
berprestasi
bagi kepala madrasah, guru dan staf madrasah, ditandai
dengan
terciptanya iklim dan budaya madrasah yang baik. Jamaluddin mengemukakan;
Persepsi sebagai madrasah yang memiliki keunggulan diperlihatkan dengan
jelas kepada seluruh warga madrasah. Memiliki fasilitas fisik yang dirawat
dengan baik, penampilan fisik madrasah selalu bersih, rapi, nyaman dan
aman. Pekarangan dan lingkungan madrasah ditata sedemikian rupa
sehingga memberi kesan asri, teduh, dan nyaman. Poster-poster informasi
(poster berisi pesan-pesan positif) digunakan dan dipajang di berbagai
tempat stategis yang mudah dan selalu dilihat oleh peserta didik. Kondisi
kelas yang menyenangkan sehingga tercipta suasana yang mendorong peserta
didik belajar.99
Pada sisi lain, guru selalu mengembangkan metode-metode mengajar yang
sesuai dengan indikator-indikator pembelajaran. Prestasi peserta didik disampaikan
kepada seluruh orang tua peserta didik. Seluruh staf dan guru berkomitmen untuk
mengembangkan budaya mutu dalam menjalankan tugas sehari-hari.
Iklim dan budaya madrasah yang kondusif merupakan harapan semua warga
madrasah, terlebih jika hal itu terkait dengan proses pembelajaran, sehingga semua
warga madrasah diharapakan menjaga dan memelihara iklim dan budaya madrasah
semaksimal mungkin demi terciptanya kenyamanan dalam kampus madrasah.
Dari hasil wawancara dengan Kepala MAN 2 Model Makassar, diperoleh
keterangan bahwa;
99
Jamaluddin, Wawancara pada di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 14 Mei 2013.
256
P enyelenggaraan pendidikan di MAN 2 Model didasari oleh keyakinan bahwa
pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik
seoptimal mungkin yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang
bermartabat, kreatif, inovatif, serta berupaya
menumbuhkan dan
mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Sedang pada sisi
lain MAN 2 Model Makassar berfungsi mengembangkan pendidikan yang
relevan dengan kebutuhan peserta didik, baik kebutuhan individu, keluarga
maupun kebutuhan masyarakat secara luas.100
MAN 2 Model Makassar senantiasa mengembangkan nilai-nilai pembelajaran
yang berbasis IPTEK dan tidak mengabaikan nilai-nilai moralitas (IMTAQ) hal ini
sejalan dengan visi dan misi MAN 2 Model. Salah satu misi pendidikan di MAN 2
Model Makassar adalah meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan
menjunjung tinggi akhlak mulia.
6) Dukungan Sarana dan prasarana
Sarana pendidikan adalah peralatan, perlengkapan dan gedung yang secara
langsung dipergunakan untuk menunjang proses
pendidikan,
khususnya proses
belajar mengajar, seperti gedung ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media
pembelajaran.
Adapun
yang
dimaksud dengan prasarana pendidikan
adalah
fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau
pembelajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, dan lain-lain yang sejenis,
tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti
taman madrasah untuk pembelajaran biologi, lapangan sebaguna sekaligus sebagai
lapangan olah raga, maka komponen tersebut dapat menjadi sarana pendidikan.
Selain sarana dan prasarana tersebut di MAN 2 Model Makassar telah tersedia
jaringan internet tampa kabel (hostpot), sehingga guru dan peserta didik dapat
mengakses bahan ajar dan tugas-tugas yang dibutuhkan bagi peserta didik. Dengan
tersedianya
100
sarana dan prasarana tersebut, maka wajar jika dikatakan MAN 2
Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 14 Mei 2013.
257
Model Makassar adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang berada di bawah
naungan Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, yang memiliki fasilitas
yang lengkap.
Sarana dan prasarana pendidikan MAN 2 Model Makassar yang jumlahnya
cukup banyak, sehingga membutuhkan dana atau pembiayaan dari Komite madrasah
untuk pemeliharaannya, menurut Jamaluddin bahwa;
Sarana dan prasarana yang ada sudah cukup memadai, tinggal
pemeliharaannya yang perlu diperhatikan agar tetap utuh dan dapat memberi
kontribusi secara optimal dalam proses pendidikan. Demikian pula
pengelolaannya yang saya maksud adalah meliputi kegiatan perencanaan
pengadaan, pengawasan, inventarisasi, dan pemeliharaan. Pengelolaan yang
baik diharapkan dapat menciptakan madrasah yang bersih, rapih, dan indah,
sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun
peserta didik.101
Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana MAN 2 Model Makassar,
diperoleh dari dua sumber, yaitu; 1) dari Pemerintah dalam hal ini Kementerian
Agama, dan 2) dari masyarakat atau Komite.
Jika dilihat perkembangan dan
kemajuan pembangunan sarana dan prasarana, baik dari kualitas maupun dari segi
kuantitasnya, dapat dikatakan sudah cukup memadai. Daya tampung ruang kelas
sudah sesuai SPM (Standar Pelayanan Minimal) yang telah diatur oleh pemerintah
atau BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan), fasilitas olah raga dan seni sudah
lengkap atau sudah dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dan guru MAN 2
Model Makassar.
7) Dukungan Dana Pendidikan.
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara
langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Pengelolaan
keuangan dan segala pembiayaan madrasah merupakan tanggungjawab kepala
101
Jamaluddin, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 18 April 2013
258
madrasah. Hal ini menuntut kemampuan kepala madrasah untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan dana secara
transparan kepada warga madrasah, masyarakat, dan pemerintah.
Dana yang diperoleh dari berbagai sumber merupakan potensi yang sangat
menentukan dan merupakan
bagian
yang tak terpisahkan dari
manajemen
pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan juga merupakan salah satu
penentu
terlaksananya
kegiatan-kegiatan proses
bersama komponen-komponen
pembelajaran di madrasah
lainnya. Dengan kata lain, setiap kegiatan yang
dilakukan memerlukan biaya, baik kegiatan kecil maupun kegiatan yang besar.
Keuangan atau dana madrasah telah terkelola dengan baik dan transparan,
baik dana rutin maupun dana komite, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal
untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Dana Komite Madrasah yang
dikelola selama ini telah banyak menunjang keberlangsungan pendidikan pada MAN
2 Model Makassar. Pengelolaan dan pertanggungjawaban dana Komite dilaksanakan
secara transparan dan akuntabel. Pencairan atau penggunaannya dilaksanakan
dengan berbasis kinerja, dengan kata lain tidak ada satu senpun dana dikeluarkan
yang tidak sesuai dengan komponen pendanaan yang telah ditetapkan dalam
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah ( RAPBM ) setiap tahun. Abd.
Halim.D (Wakil Ketua Komite madrasah) mengemukakan;
Komponen – komponen kegiatan yang dibiayai oleh dana Komite MAN 2
Model Makassar, meliputi ; 1) Pengembangan kurikulum dan pembelajaran. 2)
Kesejahteraan guru dan pegawai, 3) Pengembangan keterampilan dan seni. 4)
Pengembangan bahasa dan rumpun mata pelajaran. 5) Olimpiade/lomba
kreatifitas siswa. 6) Pemeliharaan sarana dan prasaran. 7) Perpustakaan. 8)
Pendidikan olah raga dan jasmani. 9) Seni budaya. 10) Laboratorium komputer
dan IPA. 11) Administrasi dan perkantoran. 12) Pengembangan kesiswaan, yang
meliputi; keagamaan, OSIM, pramuka dan PMR, 13) Hubungan masyarakat(
HUMAS), 14) Bimbingan Konseling ( BK), 15) Kegiatan operasional komite.
Dari keseluruhan biaya komponen kegiatan tersebut semuanya dibiayai oleh
259
Komite dengan jumlah anggaran secara total sebanyak 2,2 milyar pada tahun
ajaran 2012/2013.102
Fakta tersebut menunjukkan bahwa bantuan masyarakat (komite madrasah)
cukup besar peranannya terhadap keberlangsungan pendidikan di MAN 2 Model
Makassar, sudah tentu akan berdampak kepada peningkatan mutu pendidikan secara
berkesinambungan.
b. Faktor Eksternal.
Faktor eksternal adalah dukungan berasal dari luar madrasah, yang meliputi
beberapa unsur; antara lain;
1) Dukungan Masyarakat/Komite Madrasah.
Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar sebagai lembaga pendidikan yang
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Kota Makassar, sebab keduanya memiliki
kepentingan, MAN 2 Model Makassar merupakan lembaga formal yang diserahi
mandat untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda menjadi generasi
yang berkualits, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu.
Menurut Kaharuddin dan Abd. Halim. D;
Bahwa MAN 2 Model Makassar tidak dibenarkan mengisolasi diri dari
masyarakat, ia tidak boleh melaksanakan idenya sendiri dengan tidak mau tahu
aspirasi masyarakat pengguna, bila hal ini dilakukan berarti ia menuju ke
ambang kehancuran. Tujuan hubungan madrasah dengan masyarakat pengguna
dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu kepentingan madrasah dan kebutuhan
masyarakat. hubungan madrasah dengan masyarakat berdasarkan dimensi
kepentingan madrasah yaitu: memelihara kelangsungan hidup madrasah,
memperbaiki mutu pendidikan di madrasah, memperlancar kegiatan
pembelajaran, memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam
rangka pengembangan dan pelaksanaan program-program madrasah103
Dukungan masyarakat terhadap kemajuan MAN 2 Model Makassar sudah
102
Abd. Halim.D (Wakil Ketua Komite Madrasah),Wawancara pada tanggal 17 Juli 213.
Dan lihat RAPBM MAN 2 Model Makassar tahun ajaran 2012/2013.
103
Kaharuddin dan Abd. Halim wawancara di MAN 2 Model pada tanggal 24 April 2013.
260
banyak bukti ke arah tersebut, misalnya dana pembangunan Masjid, pembangunan
Gapura dan lain-lain, semunya berasal dari bantuan orang tua peserta didik.
Madrasah tidak dapat berbuat apa-apa jika tidak mendapat dukungan dana dari
masyarakat, meskipun dalam satu sisi kehadiran MAN 2 Model merupakan
kebutuhan masyarakat
Kota Makassar, terutama dalam pembinaan kehidupan
beragama bagi putra-putrinya. Dengan demikian madrasah dan masyarakat
mempunyai keterikatan yang saling membutuhkan dan menaruh harapan agar
madrasah ini menjadi lembaga pendidikan Islam yang unggul dan bermutu.
Menurut fakta, bahwa hubungan antara madrasah dengan masyarakat, pada
hakekatnya secara formil tidak ada aturan yang mengikat, karena masyarakat
terutama orang tua peserta didik diberi kesempatan se luas-luasnya menyampaikan
saran dan pendapat, bahkan keluhan yang dialami anaknya selama belajar di MAN 2
Model Makassar semuanya dilayani dengan baik. Jika
ada peraturan yang
dikeluarkan oleh madrasah, maka hal itu hanya tata tertib yang mengatur peserta
didik agar
proses pembelajaran dapat berjalan lancar. Sedangkan menurut
Kaharuddin dan Abd. Halim D;
Bahwa keterlibatan masyarakat yang diwakili oleh Komite Madrasah pada
MAN 2 Model Makassar dilakukan dalam beberapa hal yaitu: Orang tua
siswa/komite dilibatkan dalam penyusunan program madrasah termasuk
pelaksanaannya, memberikan saran untuk pengembangan madrasah, memonitor
kemajuan belajar peserta didik secara priodik, melakukan komunikasi dengan
madrasah secara teratur, dan orang tua siswa/komite aktif memberi saran
perbaikan untuk kemajuan madrasah.104
Hubungan kepala dan guru MAN 2 Model Makassar dengan masyarakat perlu
terjalin baik dan berlangsung secara kontinu, oleh karenanya diperlukan kemampuan
kepala madrasah dan guru untuk berhubungan dengan masyarakat. Untuk mencapai
104
Kaharuddin dan Abd. Halim, wawancara di MAN 2 Model pada tanggal 24 Apri 2013.
261
hal itu diperlukan perilaku dari guru pada MAN 2 Model Makassar yang cocok
dengan struktur sosial masyarakat setempat, sebab ketika kompetensi dan perilaku
guru tidak cocok dengan struktur sosial dalam masyarakat, maka akan terjadi
benturan pemahaman dan salah pengertian terhadap program yang dilaksanakan
madrasah dan berakibat tidak adanya dukungan masyarakat terhadap MAN 2 Model
Makassar, padahal MAN 2 Model Makassar dan masyarakat memiliki kepentingan
yang sama dan peran yang strategis dalam mendidik dan menghasilkan peserta didik
yang berkualitas.
Dukungan masyarakat yang diwakili oleh pengurus komite madrasah adalah
sesuatu yang tidak asing di dunia pendidikan. Peran serta masyarakat merupakan
salah satu komponen penentu terhadap keberlangsungan pendidikan, terutama dari
segi pendanaan dan pengawasan pendidikan. Keterlibatan masyarakat terhadap
pembangunan madrasah sangat menetukan keberlangsungan aktivitas dan program
pendidikan di MAN 2 Model Makassar. sebagaimana dikemukakan di atas bahwa
ada 15 point kegiatan yang dibiayai oleh Komite MAN 2 Mode Makassar.
2) Dukungan pemerintah.
Pemerintah dalam kapasitasnya sebagai pemegang kebijakan ( political will),
memberikan ruang gerak bagi MAN 2 Model Makassar untuk merujuk kepada
peraturan-peraturan pemerintah agar dijabarkan secara oprasional dalam upaya
peningkatan mutu peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan MAN 2 Model
Makassar dan harapan masyarakat. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama
memberikan bantuan gedung dan sarana dan prasarana pendidikan. Selain
pemerintah pusat,
Pemerintah Daerah juga memberikan apresiasi terhadap
perkembangan dan kemajuan MAN 2 Model Makassar yang menjadi kebanggaan
262
masyarakat Kota Makassar pada khususnya dan masyarakat Sulawesi Selatan pada
umumnya.
Bantuan Pemerintah Daerah bukan hanya pembangunan pada sektor fisik
berupa bantuan dana operasinal pendidikan saja, akan tetapi pembangunan non-fisik
yakni pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi prioritas utama. Baik
Kementerian Agama maupun Pemerintah Daerah telah memberikan prioritas utama
untuk pemberian bantuan kepada para siswa yang kurang mampu dan peserta didik
yang berprestasi.105 Dengan demikian, dukungan pemerintah dalam memberikan
bantuan moril dan materil dapat dikatakan sangat berarti, namun bantuan tersebut
masih sangat terbatas jika dibandingkan kebutuhan MAN 2 Model Makassar,
sehingga kurang lebih 70 % biaya harus ditanggung oleh orang tua peserta didik.
3) Jumlah Pendaftar Calon Peserta didik.
MAN 2 Model Makassar merupakan salah satu Sekolah Menengah Tingkat
Atas di Kota Makssar yang selalu menolak calon peserta didik setiap tahun ajaran
baru, sihingga
tidak pernah kesulitan menerima siswa baru, bahkan dalam empat
tahun terakhir ini rata-rata calon siswa yang diterima antara 52 % hingga 64 %,
seperti; pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah calon siswa yang mendaftar sebanyak;
602 orang, yang diterima hanya 331 orang, berarti yang diterima adalah 54 % dari
jumlah siswa yang mendaftar.
Data tersebut menunjukkan adanya kecenderungan masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya di MAN 2 Model Makassar masih sangat tinggi, terlihat
dengan meningkatnya jumlah peserta didik dari tahun ketahun. Hal ini menjadi
tantangan bagi warga madrasah, oleh karean itu, seluruh guru dan staf dituntut
105
Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 11 April 2013.
263
untuk semakin meningkatkan kinerjanya, terutama dalam pelayanan dan proses
pembelajaran yang berbasis TQM, dengan kata lain pendidikan yang bermutu dan
berdaya saing, sehingga tidak mengecewakan
orang tua peserta didik.
Perkembangan penerimaan siswa baru, dapat dilihat pada grafik di bawah ini;
Grafik. 01. Jumlah Pendaftar dan Penerimaan Calon Peserta Didik
Empat Tahun Terakhir MAN 2 Model Makassar.106
700
600
500
400
300
200
100
0
laki-laki
perempuan
JUMLAH
laki-laki
MENDAFTAR
2009/2010
perempuan
JUMLAH
DITERIMA
2010/2011
2011/2012
2012/2013
4) Pengaruh Otonomi Daerah.
Dalam era otonomi daerah, usaha meningkatkan kualitas sekolah/madrasah
menjadi program yang paling penting. Meskipun MAN 2 Model Makassar dikelola
oleh Kementerian Agama sebagai Instansi Pusat, namun pengelolaan madrasah yang
kini telah berubah dari sentralisasi menjadi disentralisasi merupakan pengaruh dari
otonomisasi pendidikan secara umum, sehingga MAN 2 Model Makassar harus
mengikutinya
106
sesuai dengan semangat Otonomi Daerah. Konsep otonomisasi di
Profil MAN 2 Model Makassar, tahun 2011/2012.
264
bidang pendidikan bertujuan untuk memberikan wewenang penuh kepada
sekolah/madrasah dalam pengelolaan pendidikan, mulai dari kurikulum dan
pembelajarannya sampai kepada pengembangan infrastruktur, termasuk pembiayaan
pendidikan, dan untuk peningkatan mutu pelayanan kepada peserta didik.
Menurut Ahmad Hasan pengaruh otonomisasi madrasah dapat dirasakan
pada hal-hal sebagai berikut;
Pembinaan di madrasah tidak tergantung pada instruksi atasan, kepala madrasah
mempunyai komitmen terhadap peningkatan mutu, disertai keleluasaan dalam
menentukan sasaran pembinaan berdasarkan masalah yang dihadapi yang
memerlukan pemecahan, kepala madrasah mempunyai kewenangan yang luas
dalam menentukan kegiatan pembinaannya, dan kegiatan pembinaan kepada
guru dan pembinaan madrasah secara umum, sepenuhnya berada ditangan kepala
madrasah yang menuntut kerja keras dengan akuntabilitas yang tinggi
berdasarkan norma-norma akademik.107
Tujuan otonomisasi madrasah sangat berpengaruh terhadap keberadaan dan
kedudukan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang sejajar dengan sekolah, hal
ini semakin meyakinkan masyarakat terhadap mutu dan pelayanannya, sehingga
mereka tidak merasa khawatir memasukkan anaknya, termasuk memberikan
dukungan dana yang memadai pada madrasah tersebut. Harapan dan tumpuan
masyarakat kepada MAN 2 Model Makassar semakin meningkat setelah melihat
bukti-bukti keunggulan peserta didik dalam berbagai even perlombaan, terutama
dalam lomba olimpiyade, baik tingkat kota, provinsi maupun tingkat nasional.
Keberhasilan yang diraih tersebut tidaklah mungkin jika tidak ada dukungan dana
dari madrasah.
Pada umumnya masyarakat telah memahami eksistensi MAN 2 Model
Makassar sebagai lembaga pendidikan yang sejajar dengan sekolah, terutama
kurikulum pembelajaran yang disesuaikan dengan pedoman yang dikeluarkan oleh
107
Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 11 April 2013.
265
Kementerian Agama RI dan Kementerian
Pendidikan Nasional RI, meskipun
perubahan paradigma MAN 2 Model Makassar, pada awalnya mengundang reaksi
yang beragam di masyarakat sebagai pengguna, di antaranya menganggap sebagai
suatu kelemahan karena menyebabkan terjadinya pendangkalan pendidikan agama
pada MAN 2 Model Makassar dengan proporsi yang tinggi mata pelajaran umum
(70 %) belum lagi adanya guru pada saat itu mengajarkan mata pelajaran yang tidak
sesuai dengan konsentrasinya atau kualifikasinya, sehingga lulusan yang dihasilkan
serba tanggung, masyarakat semakin ragu terhadap kemampuan lulusan dan makin
termarginalkannya madrasah dalam sistem pendidikan nasional. Di sisi lain, ada pula
yang menyikapi bahwa penyesuaian ini dilakukan justeru dalam rangka
mengembalikan ketertinggalan Madrasah untuk memasuki mainstrem pendidikan
nasional. Jadi memang pada awalnya banyak pandangan yang berbeda-beda setelah
adanya penyesuaian dengan UUSPN, namun pada akhirnya perbedaan-perbedaan itu
hilang dengan sendirinya setelah melihat dan merasakan hasil yang diperoleh peserta
didik, bahkan kesadaran orang terhadap kebutuhan pendidikan agama lebih
meningkat seiring adanya pengaruh budaya barat di era globalisasi sekarang, yang
lebih banyak mendatangkan hal-hal yang negative dibanding hal-hal yang positif.
Sikap yang diambil oleh Kepala MAN 2 Model Makassar pada saat itu
terhadap perubahan status
tersebut adalah mengubah sistem pembelajaran dan
menggali potensi sumber daya, sumber dana dan infrastruktur lainnya dengan caracara yang strategis agar sanggup menempatkan posisinya menjadi madrasah yang
berkualitas dan diunggulkan oleh masyarakat Kota Makassar pada khususnya dan
umat Islam pada umumnya.
266
2. Faktor –faktor yang menghambat.
MAN 2 Model Makassar sejak terbentuknya sebagai madrasah model
senantiasa berkiprah
terhadap pengembangan sumberdaya manusia, terutama
penyelenggaraan pendidikan berbasis keagamaan dan peningkatan mutu peserta
didik melalui proses pendidikan yang inovatif dan menumbuhkan pengembangan
bakat dan minat peserta didik agar mereka mampu eksis dalam persaingan tingkat
regional, nasional dan global.
Kemajuan dan pekembangan yang diraih oleh MAN 2 Model Makassar dalam
kurun waktu lima tahun terakhir, tidak terlepas dari berbagai kendala dan hambatan
yang dihadapi setiap saat, namun pada sisi lain peluang dan
dukungan yang
memberi kekuatan untuk menghadapi tantangan tersebut lebih kuat dan responsive,
sehingga kendala dan hambatan berubah fungsi menjadi pemberi motivsi untuk
meraih kemajuan dan keberhasilan yang lebih besar sesuai harapan warga madrasah
dan masyarakat.
Disadari sepenuhnya oleh kepala madrasah dan guru MAN 2 Model Makassar
bahwa untuk meraih mutu tidak semudah seperti membalik telapak tangan. Ia
membutuhkan perjuangan, keseriusan dan kerja keras, karena meraih mutu sering
kali melewati jalan kerikil yang penuh tantangan dan hambatan. Dalam diri mereka
tertanam sebuah keyakinan bahwa jika para guru dan stakeholders lainnya yang ada
di MAN 2 Model Makassar betul-betul memperhatikan mutu secara serius, maka
yang pertama harus dipahami dan didalami adalah akar permasalahan terhadap
hambatan tersebut, karena untuk menyelesaikan masalah dengan baik diperlukan
pemahaman
terhadap
permasalahan
yang
dihadapi
untuk
mencari
solusi
pemecahannya berdasarkan fakta, dan ini merupakan salah satu prinsip TQM, yaitu “
267
Menggunakan pendekatan ilmiyah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah”.
Hambatan dan tantangan
yang sering ditemukan dalam membina mutu
madrasah, para pakar pendidikan melihatnya disebabkan oleh dua faktor, yaitu
faktor umum dan faktor khusus, seperti berikut ini;
Pertama, faktor-faktor umum antara lain; a) desain kurikulum yang dilakukan
oleh guru mata pelajaran belum optimal atau masih lemah, b) bangunan yang tidak
memenuhi syarat, c) lingkungan kerja yang buruk, d) sistem dan prosedur kerja yang
tidak sesuai, e) jadwal pembelajaran yang tumpang-tindih, f) sumber daya yang
kurang dan pengembangan staf yang tidak memadai. Kedua; Faktor-faktor khusus
antara lain; a) prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati, baik secara
individu maupun secara kelompok, b) guru dan staf yang tidak memiliki skill dan
pengetahuan
serta
perilaku yang baik untuk menjadi seorang guru yang
professional, c) manajemen dan pengelolaan administrasi yang masih lemah,
ditambah dengan kurangnya motivasi dan semangat kerja personil madrasah, bahkan
sering terjadi kesalah fahaman diantara sesama warga madrasah sebagai akibat
kegagalan komunikasi(Mis communacation).
Faktor-faktor tersebut merupakan hambatan atau kendala yang lazim dialami
oleh setiap lembaga pendidikan, termasuk MAN 2 Model Makassar tidak terlepas
dari faktor-faktor tersebut, meskipun
dalam bentuk dan konteks yang berbeda.
Sesuai fakta yang ada, Kaharuddin dan beberapa guru lainnya telah memprediksi
adanya faktor-faktor yang menghambat pengembangan manajemen mutu pada MAN
268
2 Model Makassar dengan membagi dalam dua faktor yaitu; faktor internal dan
faktor eksternal, yaitu;108
a. Faktor internal.
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam, dapat dilihat
pada beberapa bentuk antara lain;
1) Pengelolaan administrasi dan manajemen pendidikan belum terlaksana secara
efektif. Hal ini terlihat adanya sebagian data belum di update (data belum
diperbaharui), dan belum terakses secara online. Sementara kondisi ini
ditambah dengan lemahnya SDM sebagian tenaga administrasi (staf tata
usaha).
2) Sebagian tenaga pendidik (guru) yang belum memiliki kesadaran yang tinggi
terhadap pentingnya mutu, bahkan sebagian dari mereka masih perlu
ditingkatkan keinerjanya, seperti lemah dalam penguasaan materi dan metode,
pemanfaatan RPP belum maksimal, pemahaman dan
pemanfaatan media
pembelajaran yang belum maksimal. Erniwati menyatakan bahwa
pemberlakuan KTSP secara efektif,
sejak
kinerja guru sudah mulai meningkat,
meskipun belum merata, dan jika terjadi penurunan atau perubahan kinerja
bukan berarti guru tidak berkompeten, melainkan disebabkan adanya
berubahan sistem dalam pengembangan kurikulum yang harus disesuaikan,
oleh karena itu upaya memperbaiki kinerja guru semakin ditingkatkan melalui
workshop dan pertemuan-pertemuan dalam MGMP masing-masing.109
108
Kaharuddin, dkk, wawancara pada tanggal, 24 April 2013.
109
Ahmad Hasan dan Ernawati, wawancara, pada tanggal, 24 April 2013.
269
3) Semangat belajar sebagian dari peserta didik masih perlu ditingkatkan. Hal
ini terjadi pada peserta didik baru, yang masih memerlukan penyesuaian.
Kaharuddin mengakui adanya beberapa peserta didik di kelas tertentu yang
mengalami hal yang demikian, biasanya mereka diberikan bimbingan khusus
atau remedial dari guru yang bersangkutan sampai memperoleh nilai KKM (
Kriteria Ketuntasan Minimal) yang diharapkan.110
4) Sebagian guru masih dominan mempergunakan sistem dan pola pembelajaran
yang masih berorientasi pada pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher
centred approach) yang seharusnya pola pembelajaran yang efektif adalah pola
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centred approach).
Erniwati menyatakan tentang masalah ini, tidak dapat dipungkiri adanya,
karena hal itu tergantung guru yang bersangkutan, sebab pola pembelajaran
erat kaitannya dengan metode pembelajaran, tetapi selama pemberlakuan
KTSP yang menekankan pembelajaran harus berpusat pada peserta didik,
guru MAN 2 Model Makassar pada umumnya sudah mengubah paradigama
proses pembelajarannya dengan mengunakan metode variatif. 111
5) Organisasi pengembangan professional guru seperti KKM dan MGMP belum
terkelola secara maksimal, terutama MGMP bidang studi Pendidikan Islam,
tetapi MGMP bidang studi umum berjalan dengan baik, bahkan MGMP
pelajaran umum bergabung bersama dengan MGMP SMA/MA se Kota
Makassar. Hal tersebut dibenarkan oleh
kepala MAN dan beberapa guru
lainnya.
6) Pengawasan/supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas pendidikan, baik dari
Kementerian Agama maupun dari Dinas Pendidikan Kota Makassar, tidak
terlaksana sesuai harapan para guru. Supervisi kelas atau supervisi akademik
110
Kaharuddin,Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 24 April 2013.
111
Erniwati, wawancara, di MAN 2 Model Makassar, pada tanggal, 24 April 2013.
270
yang dilaksanakan selama ini, hanya dilaksanakan oleh Kepala MAN 2
Makassar.
Semua permasalahan di atas, jika dibiarkan begitu saja tampa upaya untuk
memecahkannya, maka tidak menutup kemungkinan akan semakin melebar
kepada masalah yang lain, sehingga pelaksanaan manajemen mutu terpadu akan
semakin jauh dari harapan. Oleh karena itu, kepala madrasah sebagai penanggung
jawab utama sedini mungkin mengantisipasi setiap saat melalui kegiatankegiatan sebagai berikut;
1) Meningkatkan kedisiplinan terhadap semua warga madrasah, baik
kedisiplinan dalam kehadiran, maupun kedisiplinan dalam melaksanakan dan
menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Memperketat pengawasan, baik pengawasan di bidang administrasi dan
akademik (terutama dalam proses pembelajaran) maupun di bidang keuangan dan
kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pembinaan mutu madrasah.
3) Meningkatkan pelayanan prima secara
menyeluruh, cepat dan tepat,
terutama kepada peserta didik dan masyarakat.
4) Memperbanyak bimbingan dan pembinaan kepada guru-guru melalui rapat
koordinasi maupun melalui pelatihan, dan lain-lain. Sedang kepada peserta didik
semua guru ditekankan agar memperbanyak bimbingan di luar jam mengajar, atau
melakukan remedial dan pengayaan setiap saat yang memungkinkan.
5) Meningkatkan koordinasi lintas sektoral kepada instansi terkait dan
kepada lembaga-lembaga pendidikan yang sederajat.
Salah satu indikator yang perlu mendapat penanganan khusus (prioritas
utama) dalam membina mutu
pendidikan adalah meningkatkan hasil ujian
271
nasional, karena hasil rata-rata Ujian Nasional lima tahun terakhir di MAN 2
Model Makassar ternyata belum menggembirakan atau
masih stagnan (tidak
naik dan tidak turun), sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa nilai rata-rata
UN dari tahun 2008 s/d 2013 berkisar antara angka 47,95 sampai 50,75,
sementara nilai tertinggi berkisar antara 51,50 sampai 55,00. Menurut Erniwati
bahwa angka ini memang belum maksimal, tetapi hasil ujian seperti ini juga
dialami oleh sebagian sekolah unggulan di Kota Makassar, dan dalam kaitannya
masalah ini, kepala madrasah sudah banyak menerima saran dari orang tua siswa
agar supaya angka rata-rata indeks prestasi kelulusan peserta didik dapat
dinaikkan ke angka di atas rata-rata 60, -.112 Sesuai hasil observasi, diperoleh
keterangan bahwa nilai akumulatif yang fluktuatif tersebut, dianggapnya bukan
isyarat menurunnya prestasi peserta didik atau kualitas pendidikan menjadi
menurun, karena nyatanya empat tahun terakhir ini, prosentase kelulusan peserta
didik berkisar pada angka antara 99.99 % sampai 100 %, hanya sanya angka ratarata indeks prestasi kelulusannya masih perlu ditingkatkan ke angka yang lebih
tinggi dari sekarang.
3) Faktor eksternal.
Faktor eksternal
yang menghambat pelaksanaan manajemen mutu pada
MAN 2 Model Makassar tidak terlalu berat, bahkan sebaliknya dapat memberi
motivasi untuk lebih giat atau bekerja keras mengahadapi tantangan tersebut seperti
berikut;113
112
Wawancara dengan Erniwati pada tanggal 24 April 2013, dan Lihat lihat grafik, 02.
113
Jamaluddin dan Laode Riasi, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 24
April 2013.
272
1) Persaingan mutu sekolah/madrasah semakin ketat. Pada hakekatnya persaingan
seperti ini tidak menjadi hambatan, melainkan menjadi tantangan bagi sebuah
lembaga pendidikan, namun jika tantangan ini tidak memiliki kemampuan
menghadapinya, maka berarti madrasah tidak mampu bersaing, berarti
menunjukkan madrasah tersebut tidak berkualitas. Oleh karena itu tantangan
itu harus dihadapi dengan mempertinggi intensitas pembinaan dan kualitas
pembelajaran secara berkesinambungan.
2) Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (ICT) yang semakin
canggih, ikut mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku peserta didik kearah
yang negative, seperti pergaulan bebas, menurunnya penghayatan dan
penagamalan terhadap ajaran Islam, dan lain-lain, sehingga guru harus lebih
memperketat pengawasan terhadap peserta didik dengan mengefektifkan
bimbingan dan konseling.
3) Sebagian orang tua peserta didik hanya menyerahkan sepenuhnya kepada
madrasah untuk pembinaan anak-anaknya, sementara meraka kurang atau
sama sekali tidak memberikan bimbingan dan perhatian dalam kehidupan
rumah tangganya, sehingga tidak ada sinergitas antara harapan madrasah
dengan kondisi lingkungan sehari-hari yang dialami oleh peserta didik.114
Faktor-faktor yang menghambat, baik yang berasal dari dalam maupun dari
luar, sebagian besar guru
membenarkan adanya, meskipun pengaruhnya tidak
terlalu signifikan terhadap pembinaan mutu pada MAN 2 Model Makassar, dengan
kata lain faktor pendukung lebih kuat dibanding dengan faktor-faktor yang
penghambat. Secara alamiyah dan kondisional antara kedua faktor tersebut, selalu
114
Erniwati, Wawancara di MAN 2 Model Makassar, pada tanggal 24 April 2013.
273
berada pada posisi berbarengan, tinggal faktor mana yang menduduki posisi yang
kuat, maka itulah yang lebih dominan mewarnai keadaan dimana ia berada.
Gambaran seperti itu yang terjadi pada MAN 2 Model Makassar, bahwa posisi yang
kuat ditempati oleh faktor-faktor pendukung, sehingga faktor penghambatnya tidak
berpengaruh signifikan terhadap kemajuan prestasi peserta didik.
D. Hasil Penerapan TQM pada MAN 2 Model Makassar.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian, dapat dikatakan sebagian besar program
pendidikan pada MAN 2 Model sudah sejalan dengan TQM. Hal ini dikemukakan
oleh Kepala Madrasah bahwa pemberdayaan beberapa komponen pendidikan telah
terjabarkan sebagaimana yang diharapkan. Obsesi tinggi terhadap mutu dikalangan
guru dan staf, terlihat dalam setiap aktivitas pendidikan, baik dalam kegiatan
akademik maupun non akademik. Hasil dari obsesi terhadap mutu tersebut, MAN 2
Model Makassar dapat bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya, peserta didik
mampu tampil pada setiap perlombaan dalam segala bentuk dan jenisnya. Menurut
Kepala MAN 2 Model Makassar, indikator keberhasilan penerapan Menajemen
Mutu Terpadu Pendidikan(MMT) atau TQM adalah; 1) terlaksananya proses
pembelajaran secara efektif. 2) tercapainya kelulusan peserta didik dalam UN 100
%, 3) dan mampunya peserta didik berkompetisi dalam setiap event perlombaan, di
tingkat Kota/Kabupaten, Propinsi dan Nasional, 4) pembinaan kehidupan beragama
(Islami) terlakasana secara efektif.115
Penekanan terhadap pentingnya memperhatikan mutu pelayanan dan mutu
hasil pendidikan secara terus menerus selalu dijadikan agenda pembicaraan dalam
setiap rapat koordinasi dengan dewan guru, hal ini disambut baik oleh setiap guru
115
Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar, pada tanggal, 24 April 2013.
274
dengan komitmen tinggi bagi Kepala, guru dan staf, dan hasilnya dapat dirasakan
oleh semua warga madrasah, termasuk masyarakat dan orang tua peserta didik.
Sesuai hasil penelitian terhadap penerapan TQM pada MAN 2 Model Makassar
dapat berkontribusi positif terhadap beberapa segi, baik dari segi menejemen, dari
segi proses pembelajaran maupun
pelayanan secara umum. Adapun hasil-hasil
penerapan manajemen mutu terpadu pada MAN 2 Model Makassar dapat dilihat
dalam beberapa segi sebagai berikut;
1. Kinerja Kepemimpinan Kepala Madrasah.
Tujuan dari kepemimpinan dalam suatu lembaga pendidikan adalah untuk
memperbaiki kinerja sumber daya manusia (guru dan kryawan), memperbaiki
kualitas proses pembelajaran dan meningkatkan kualitas output pendidikan secara
berkesinambungan,
sehingga
dapat
memberikan
kepuasan
kepada
pelanggannya. Pada hakekatnya kinerja kepemimpinan yang baik,
seluruh
terlihat hasil
kerjanya apakah memuaskan atau tidak, indikasi lain adalah berani dan dapat
dipercaya, berani mengambil resiko dalam mengatasi segala macam tantangan dan
hambatan yang timbul. Kinerja Kepala di MAN 2 Model Makassar ditandai pula
dalam hal pengambilan kebijakan yang tepat, prosedur yang sederhana, pengambilan
keputusan secara cepat dan benar. Pengambilan keputusan ditetapkan melalui rapat
yang telah terjadwal untuk membahas masalah
yang urgen,
terutama yang
berhubungan dengan kepentingan peserta didik. Kepemimpinannya
senantiasa
mengedepankan kepentingan bersama dan kemaslahatan umum yang diambil
berdasarkan azas musyawarah/demokratis, dan bukan otoriter.116
116
Nurlaela, wawancara, di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 14 Agustus 2013.
275
Kepemimpinan Kepala MAN 2 Model Makassar cukup memadai dilihat dari
latar belakang pendidikan dan pengalamannya. Kebijakan-kebijakan dalam
pengambilan keputusan tidak serampangan apalagi gegabah, melainkan ia penuh
kehati-hatian. Sebab jika tidak cermat dalam pengambilan keputusan kemungkinan
bisa salah sasaran dan akan berdampak kepada kerugian pada madrasah. Salah satu
prinsip TQM dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah adalah
pendekatan ilmiyah, artinya seorang pimpinan harus punya data yang benar dan
rujukan yang akurat/dipercaya kemudian bertindak.
TQM sebagai sistem manajemen modern menghendaki perlunya merumuskan
rencana strategi sebelum memulai menetapkan program pendidikan, selain itu yang
tidak kalah pentingnya adalah melaksanakan pengendalian administrasi dalam
kegiatan organisasi agar terarah sesuai tujuan, menciptakan sistem administrasi yang
terpadu dalam menjamin terciptanya pengambilan keputusan yang efektif dan
efisien, serta menerapkan sistem administrasi sesuai dengan perkembangan agar
dapat memberikan informasi secara cepat, tepat dan benar.
2. Perencanaan Program Semakin Terarah
Berpijak pada hasil evaluasi program, baik secara internal maupun eksternal,
MAN 2 Model Makassar melakukan perencanaan dan pengembangan program yang
lebih terarah, menyangkut proses implementasi visi dan misi MAN 2 Model
Makassar, dengan tetap mepertimbangkan keterbatasan sumberdaya, baik biaya,
waktu, maupun kendala-kendala lainnya. MAN 2 Model Makassar melakukan
perencanaan dan pengembangan program difokuskan pada visi, misi, tujuan, dan
kebutuhan masyarakat pengguna.
276
Metode perencanaan yang digunakan adalah metode perencanaan yang
berbasis TQM, dimana MAN 2 Model Makassar dianggap sebagai organisasi yang
melayani kebutuhan masyarakat atau pelanggannya, selalu mengedepankan mutu
dan kepauasan pelanggan, sehingga hasi-hasil yang diperoleh dari pelaksanaan
rencana dapat memuaskan mereka.117
Sedangkan pengembangan program tahunan dilakukan melalui strategi
konsolidasi dan peningkatan mutu yang dituangkan dalam Rencana Kerja Tahunan
Madrasah (RKTM). Konsolidasi dan koordinasi internal dan eksternal secara intensif
dilakukan sebagai upaya untuk memantapkan dan mengokohkan eksistensi MAN 2
Model Makassar menuju madrasah yang bermutu dan unggul. MAN 2 Model
Makassar sebagai institusi pendidikan yang mampu menjawab berbagai tantangan
dan kebutuhan masyarakat atas ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu
bersaing (kompetitif) dalam menarik peserta didik dan menghasilkan lulusan dan
profesional, unggul dan dapat bersaing masuk di perguruan tinggi ternama di
Indonesia.118
Dalam tiga tahun terakhir ini, prioritas perencanaan dan pengembangan
program tidak dilakukan penentuan prioritas pengembangan berdasarkan bidang
(akademis dan administratif dengan berbagai komponennya), tetapi dilakukan
berdasarkan tingkat prioritas atas tinjauan rencana/program. Untuk melakukan
peorgram seperti
ini terlebih dahulu melihat program
pendidikan secara
komprehensif komponen pendidikan, komponen mana yang mendesak dikerjakan
dan mana yang belum.119
117
Aniyah Dimyati, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 14 Agustus 2013
118
Aniyah Dimyati, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 14 Agustus 2013
119
Ahamad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 14 April 2013
277
3. Kedisiplinan Semakin Meningkat.
Kedisiplinan guru dan Staf MAN 2 Model Makassar sudah menjadi sebuah
kewajiban dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pengajar, pendidik,
dan pembimbing peserta didik, serta sebagai pengelola administrasi bagi staf.
Disiplin yang tinggi akan mampu membangun kinerja yang profesional sebab dengan
pemahaman disiplin yang baik, guru dan staf MAN 2 Model Makassar mampu
mencermati aturan-aturan dan langkah strategis dalam melaksanakan proses
pembelajaran dan kigiatan-kegiatan pendidikan lainnya. Oleh karena itu kemampuan
guru dalam memahami aturan dan melaksanakan aturan yang tepat, baik yang
berhubungan dengan proses pembelajaran di kelas maupun kegiatan-kegiatan lainnya
sangat membantu upaya membelajarkan peserta didik ke arah yang lebih baik,
demikian halnya staf akan semakin meningkat pelayanannya terhadap peserta didik.
Tujuan peningkatan kedisiplinan pada MAN 2 Model Makassar dimaksudkan
agar kegiatan madrasah dapat berlangsung secara efektif, terutama proses
pemebelajaran dan kegiatan rutin lainnya, sehingga peserta didik dan masyarakat
merasa puas karena cepat terpenuhi kebutuhannya. Meningkatnya kesadaran
terhadap kedisiplinan akan berdampak pada meningkatnya kualitas pendidikan
secara keseluruhan. Hal ini sudah dirasakan pada MAN 2 Model Makassar, dan
menurut Ahmad Hasan bahwa tujuan peningkatan kedisiplin dimaksudkan;
Agar di MAN 2 Model Makassar dapat tercipta suasana kerja yang
menggairahkan bagi seluruh warga madrasah, agar guru MAN 2 Model
Makassar dapat melaksanakan proses pembelajaran seoptimal mungkin, agar
tercipta kerja sama yang baik antara madrasah dengan orang tua peserta didik
dan madrasah dengan masyarakat untuk mengemban tugas pendidikan. 120
Sehubungan dengan peningkatan kedisiplinan, maka sejak tahun ajaran
120
Kamariah Rahman, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 27 Juli 2013.
278
2012/2013 telah dipergunakan sebuah alat kontrol( check clock) setiap kedatangan
dan kepulanagan guru dan staf perhari. Menurut Ahmad Hasan, bahwa dengan
adanya sistem ini lebih mudah mengontrol kehadiran guru setiap hari, dan tidak bisa
mereka diganti atau dikerjakan oleh orang lain, karena sistem ini menggunakan
jempol, maka tidak bisa diwakilkan kepada orang lain untuk melakukan check
clock ( bukan yang bersangkutan sendiri).121 Melalui sistem ini, kedisiplinan di
MAN 2 Model Makassar semakin meningkat dan sudah menjadi peraturan
permanen, bahkan menjadi ketentuan yang tidak boleh ditawar-tawar, dan mereka
menyadari bahwa kedisiplinan
adalah sesuatu yang sangat penting
dalam
meningkatkan kinerja guru dan staf, dan di sisi lain memberi keteladanan kepada
peserta didik untuk berlaku disiplin sekaligus menjadi upaya mengangkat citra dan
nama baik MAN 2 Model Makassar. Menurut Ahmad Hasan bahwa kedisiplinan
yang ditanamkan disini, bukan hanya kedisiplinan dalam kehadiran, melainkan
kedisiplinan kedalam seluruh aspek kegiatan, baik secara individu maupun secara
berkelompok.122
4. Kerja Sama dan Kemitraan Semakin Baik
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 19/2007 tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan dalam lampiran peraturan ini dijelaskan bahwa
sekolah/madrasah harus menjalin kemitraan dengan lembaga lain yang relevan
berkaitan dengan input, proses, output, dan pemnafaatan lulusan. Kerjasama dengan
lembaga–lembaga pendidikan lainnya dipandang
sebagai strategi yang perlu
dikembangkan untuk pembinaan dan pengembangan MAN 2 Model Makassar.
121
Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 27 Juli 2013.
122
Ahmad Hasan, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 27 Juli 2013.
279
MAN 2 Model Makassar telah meningkatkan kerja sama dan kemitraan
dengan sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta. Kerja sama yang telah
dilakukan selama ini dalam hal pelibatan peserta didik kedalam berbagai kegiatan
lomba antar pelajar, baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Selain
kerja
sama
antar
pelajar,
kerjasama
dibidang
ketenagaan
dan
program
pengembangan pendidikan seperti mengimbaskan program mutu pendidikan
madrasah swasta yang ada dibwah naungan KKM MAN 2 Model Makassar
dijadikan sebagai kegiatan sektoral dalam membina mutu pendidikan.
5. Motivasi Belajar dan Prestasi Peserta Didik.
Motivasi pada hakekatnya adalah
kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat
dikatakan sebagai daya penggerak dalam diri peserta didik yang menimbulkan dan
memberikan arah kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Menurut Abrar Alwi, mengemukakan bahwa;
Pemberian motivasi atau semangat belajar peserta didik sangat penting karena
semangat belajar tidak selamanya bagus. Banyak faktor yang mempengaruhi,
antara lain kondisi kesehatan peserta didik, atau pelajaran dirasa sulit, ruang
kelas yang kurang kundusif. Jadi guru harus memiliki berbagai keterampilan,
seperti kemampuan mengelola kelas, penguasaan materi, penggunaan metode
dan media pembelajaran yang tepat, dan lain-lain.123
Ahmad Hasan, menilai bahwa prestasi peserta didik sudah mengalami
peningkatan dari tahun ketahun, sekalipun peningktan itu belum maksimal dengan
kata lain nilai rata-rata indeks prestasi hasil ujian nasional masih perlu dinaikkan,
dengan melakukan berbagai cara dan upaya dari setiap guru bidang studi yang diuji
nasionalkan, seperti bimbingan khusus diluar jam mengajar, dan upaya lain yang
dilakukan oleh peserta didik atas inisiatif sendiri dalam menghadapi ujian nasional.
123
Abrar Alwi, dkk, Wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 27 Juli 2013.
280
Sebagai gambaran terhadap prestasi akademik
peserta didik MAN 2 Model
Makassar empat tahun terakhir, dapat dilihat pada grafik di bawah ini;
Grafik. 02. Nilai Rata-Rata Ujian Nasional Tertinggi
Empat Tahun Terakhir124
56.00%
55.00%
54.45%
54.00%
52.00%
50.00%
53.05%
51.50%
50.75%
50.05%
49.95%
47.95%
48.00%
46.00%
44.00%
2009/2010
2010/2011
perolehan nilai tertinggi IPA
2011/2012
2012/2013
perolehan nilai tertinggi IPS
Kamaria Rahman mengemukakan, bahwa prosentase prestasi peserta didik
sesuai nilai hasil rata-rata Ujian Nasional dan Ujian Sekolah bersifat fluktuatif, hal
ini disebabkan beberapa faktor, antara lain tingkat kesulitan soal-soal yang harus
dijawab oleh peserta didik dan kondisi psikologis peserta didik, dan lain-lain.125
Oleh karena itu, dari beberapa pengalaman dari tahun ketahun, semua tenaga
pendidik berusaha semaksimal mungkin mendongkrak volume belajar peserta didik
124
Profil MAN 2 Model Makassar, tahun 2011/2012.
125
Kamariah Rahman, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 27 Juli 2013.
281
dengan berbagai upaya yang dilakukan, dengan menggunakan strategi sebagai
berikut;.
1) Memberikan hadiah kepada peserta didik yang berprestasi;
2) Mengadakan kompetisi diantara peserta didik untuk meningkatkan
prestasinya pada mata pelajaran tertentu;
3) Memberikan pujian bagi yang berprestasi, dan memberikan hukuman bagi
yang membuat kesalahan;
4) Membentuk kebiasaan budaya mutu belajar, sekaligus membantu peserta
didik yang mengalami kesulitan dalam belajar.
5) Mengadakan remedial dan pengayaan.126
Tingkat kelulusan peserta didik MAN 2 Model Makassar, setiap tahunnya
juga mengalami kemajuan, bahkan dua tahun terakhir mencapai 100%, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini;
Grafik. 03. Prosentase Tingkat Kelulusan Empat Tahun Terakhir;127
100.50%
100.00%
100.00%
2011/2012
2012/2013
100.00%
99.50%
99.00%
98.38%
98.50%
98.00%
98.00%
97.50%
97.00%
2009/2010
2010/2011
126
Amaluddin,wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 27 Juli 2013.
127
Profil MAN 2 Model Makassar tahun 2011/2012
282
6. Segi Pelayanan dan Mutu Pembelajaran
Secra umum kualitas pelayanan disetiap organisasi atau lembaga merupakan
sesuatu yang menjadi dambaan setiap pelanggan atau costumer, terlebih pada dunia
pendidiakn, pada hakekatnya
mutu pelayanan salah satu ukuran
terhadap
keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. Pelayanan yang bermutu sudah dipastikan
akan memperoleh hasil yang bermutu pula. Kegagalan mencapai hasil yang
memuaskan dari program yang telah direncanakan, pada umumnya disebabkan
rendahnya pelayanan. Hasil evaluasi program
pendidikan pada MAN 2 Model
Makassar, baik pelayanan administrasi maupun kegiatan
akademik,
akademik dan
non
dari segi opersionalnya secara umum dapat dikatakan sudah baik,
walaupun masih ada beberapa ítem yang masih perlu disempurnakan atau sudah
memenuhi
standar minimal, sehingga masih perlu ditingkatkatkan kualitasnya.
Ahmad Hasan menambahkan;
Bahwa MAN 2 Model Makassar sebagai lembaga pendidikan yang difavoritkan
oleh masyarakat dewasa ini, maka saya selalu menekankan kepada semua warga
madrasah untuk peningkatan mutu pelayanannya kepada peserta didik, dan apa
yang menjadi keluhan orang tua/wali peserta didik harus diakomodir dan
dicarikan jalan pemecahannya dan kemudian disampaikan kepada mereka
tentang apa yang sesungguhnya terjadi agar permasalahannya tidak
mempengaruhi yang lain.128
Salah satu tolok ukur dari hasil pelayanan yang baik
terlihat adanya
pendaftar calon peserta didik dan prestasi peserta didik dalam UN mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, demikian pula hasil-hasil perlombaan yang diraih
oleh peserta didik cukup menggembirakan. Hasil perlombaan yang telah diraih oleh
peserta didik dapat dilihat pada lampiran pada lampiran 3 dan 7.
7. Evaluasi program berjalan dengan baik.
128
Ahmad Hasan, wawancara, di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 27 Juli 2013.
283
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui berjalan tidaknya program yang telah
dicanangkan, MAN 2 Model Makassar selalu melakukan Evaluasi secara terjadwal
dan berkesinambungan. Evaluasi ini dimulai dari perencanaan program, pelaksanaan,
pencapaian sasaran, dan faktor yang mempengaruhi program. Evaluasi ini dilakukan
oleh kepala madrasah, dan wakil kepala madrasah baik melalui rapat pimpinan, rapat
koordinasi, rapat umum dengan semua warga MAN 2 Model Makassar, rapat kerja
tahunan. Secara umum materi yang dirapatkan meliputi;
a. Rapat penyusunan RKTM setiap akhir tahun dengan agenda mengevaluasi
kinerja tahun yang sedang berjalan, dan merencanakan program tahun
berikutnya;
b. Rapat evaluasi penerimaan siswa baru, dilaksanakan menjelang penerimaan
sesuai jadwal yang telah ditetapkan;
c. Rapat evaluasi pelaksanaan ujian sumatif atau ujian semester;
d. Rapat-rapat koordinasi sesuai kebutuhan.129
Evaluasi program yang dilakukan pada MAN 2 Model Makassar, sudah
dijadikan kegiatan rutin bagi kepala madrasah bersama dengan wakil-wakilnya. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang telah direncanakan dan
kendala-kendala yang dihadapi serta solusi pemecahannya.
8. Penelusuran Lulusan MAN 2 Model Makassar.
Salah satu keberhasilan lembaga pendidikan, jika alumninya banyak terserap
di Perguruan Tinggi Negeri/Swasta. Para Alumni atau lulusan merupakan salah
satu potensi dan indikasi keberhasilan bagi MAN 2 Model dalam membina peserta
didik, sehingga mereka dapat melanjutkan pendidikannya sampai ke perguruan
tinngi. Penelusuran lulusan MAN 2 Model Makassar, dapat diketahui
banyak
terserap ke berbagai Perguruan Tinggi, baik perguruan tinggi yang ada di Makassar
maupun di luar Makassar. Tujuan penelusuran alumni tersebut bukan hanya untuk
129
Nurlaelah, wawancara, di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 2 April 2013.
284
mengetahui diperguruan mana mereka masuk, tetapi yang lebih penting ialah
perlunya mejalin komunikasi timbal balik antara MAN dengan alumninya, mereka
diharapkan dapat memberi kontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan. Melalui
kerjasama dan hubungan dengan para alumni tersebut, Pengurus OSIS MAN 2
Model Makassar akan mendapatkan masukan bagi peningkatan kualitas dan
dukungan untuk pengembangan MAN 2 Model secara berkesinambungan. Data
alumni yang terserap diperguruan tinggi yang sempat terdeteksi melalui laporan dari
setiap alumni pada saat melegalisir ijazah, tercatat sebagai berikut; tahun 2008/2009
sebanyak 79 orang, tahun 2009/2010 sebanyak 84, tahun 2010/2011: 62 orang, tahun
2011/2012 : 102 orang dan tahun
2012/2013: 156 orang. Menurut Nurlaela,
sebenarnya hampir semua alumni MAN 2 Model Makassar melanjutkan studinya ke
Perguruan Tinggi Negeri/Swasta, hanya sanya mereka tidak melaporkan diri setelah
masuk pada perguruan tinggai tersebut.130 Itulah sebabnya pihak madrasah sulit
memperoleh data yang akurat tentang jumlah dan di perguruan tinggi mana para
alumni tersebut melanjutkan pendidikannya. Sementara alumni yang sudah terserap
di dunia kerja sangat sulit diprediksi, karena sampai hari ini belum mendapat laporan
resmi tentang data mereka, kacuali informasi secara lisan dari sesama alumni
mengenai pekerjaan mereka setelah tammat, seperti ada yang diterima menjadi PNS,
POLRI, TNI dan Pegawai perusahaan/BUMN, dan lain-lain.
E. Analisa Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 25 orang yang diwawancarai
ternyata ada 3 (tiga) orang diantaranya menunjukkan dukungan terhadap adanya
fakta empiris yang disebutkan pada pembahasan terdahlu.
130
Selanjutnya, setelah
Nurlaela, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal, 27 Juli
2013
285
peneliti melakukan usaha pengujian keabsahan data, melalui wawancara, member
check, teman sejawat, maupun telaah referensi dan perpanjangan pengamatan, maka
dapat digambarkan sebagai berikut;
1. Sistem pengelolaan administrasi madrasah (ketatausahaan) masih
standar atau belum efektif. Hal itu terlihat masih adanya sebagian data yang
belum di update melalui komputer secara online, sementara SDM staf tata usaha
sebagian masih rendah. Fakta ini dibenarkan oleh beberapa informan, dan
dijelaskan bahwa kondisi tersebut menjadi salah satu kendala di MAN 2 Model
Makassar, bahkan kadang-kadang menjadi penghambat kelancaran pelaksanaan
program kegiatan. Informasi tentang kurang efektifnya pengelolaan administrasi
dan rendahnya kualitas SDM dari sebagian staf tata usaha sering kali dikeluhkan
oleh guru dan orang tua peserta didik. Kepala madrasah mengakui bahwa upaya
untuk meningkatkan kualitas pengelolaan administrasi terkendala dalam
beberapa hal antara lain; 1) terbatasnya dana pengadaan sarana administrasi yang
lebih modern, 2) kualitas SDM dan jumlah staf tata usaha masih sangat terbatas,
3) ruangan atau tempat belum memadai.
Pengelolaan administrasi yang terkait dengan pendidikan bertujuan agar
semua pekerjaan dapat terakomodir dan terdokumentasi secara keseluruhan
dengan memanfaatkan segala fasilitas yang ada seefektif dan seefisien mungkin
guna mencapai tujuan. Peranan administrasi ketatausahaan di madrasah bukan
sekedar mengatur input atau output data saja, melainkan dapat menentukan dan
memberikan pelayanan prima dan bermutu, sehingga lembaga pendidikan yang
bersangkutan lebih disenangi oleh pelanggannya (peserta didik dan masyarakat).
286
2. Sebagian tenaga pendidik (guru) yang masih perlu ditingkatkan
kinerjanya, terutama dalam penguasaan materi bahan ajar, metode pembelajaran
dan penyusunan RPP serta pemanfaatan media pembelajaran, dan lain-lain
kualitasnya belum memuaskan atau masih perlu ditingkatkan. Fakta ini juga
diakui oleh kepala madrasah dan beberapa teman sejawat yang mengetahui
keadaan di MAN 2 Model, bahwa kelemahan-kelemahan seperti tersebut, tidak
bisa dipungkiri adanya, meskipun hal itu prosentasinya sangat kecil, sehingga
tidak berpengaruh secara signifikan dalam upaya pembinaan mutu pendidikan,
dan tidak dapat dijadikan ukuran untuk memberi generalisasi terhadap kinerja
guru di MAN 2 Model Makassar dengan fakta di atas. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka kepala madrasah mengefektifkan bimbingan pelatihan dalam
bentuk workshop setiap mata pelajaran.
Secara teoritis diketahui, bahwa tenaga pendidik (guru) merupakan salah
satu elemen penentu dalam sistem pendidikan, bahkan komponen-komponen lain
tidak akan berarti banyak apabila guru dalam proses pembelajaran tidak mampu
mentransfer ilmunya kepada peserta didik dengan baik dan secara sempurna.
Sebagaimana yang termaktub di dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa pendidik dan
tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis, mempunyai komitmen
secara profesional untuk memperbaiki mutu pendidikan secara berkelanjutan,
memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai
dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Dengan demikian, pencapaian
tujuan pendidikan tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang ada di
287
sekolah/madrasah, yaitu kepala sekolah/madrasah, guru, siswa, dan staf.
Komponen-komponen ini harus bersinergi secara seimbang, terutama dalam
pelayanan dan dalam proses pembelajaran dan pembimbingan, baik dalam kelas
maupun di luar kelas.
3. Budaya mutu dan semangat belajar sebagian peserta didik masih
rendah, kecuali kelas-kelas unggulan. Setelah mengadakan pengujian keabsahan
data dan fakta
melalui member check dan perpanjangan pengamatan,
menunjukkan bahwa
data dan fakta tersebut tidak benar. Hal ini diketahui
setelah mendapatkan informasi dari beberapa guru, bahwa kualitas peserta didik
yang masuk di MAN 2 Model Makassar pada mulanya rata-rata masih standar,
karena calon peserta didik yang berkualitas pada umumnya mendaftar di sekolahsekolah
unggulan, tetapi setelah mereka mengikuti proses pembelajaran,
ternyata terjadi perubahan signifikan, mereka dapat bersaing dengan temantemannya yang masuk di sekolah unggulan. Hal itu membuktikan bahwa budaya
mutu menjadi prioritas, sehingga semangat belajar peserta didik semakin
meningkat setelah masuk di MAN 2 Model Makassar, dan hal ini juga
membuktikan bahwa perbaikan secara berkesinambungan sebagai salah satu
prinsip TQM telah terimplementasikan.
Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, bahwa komponen
peserta didik sebagai pelanggan eksternal dalam prinsip TQM,
memerlukan
manajemen yang efektif dan pengelolaan perbaikan secara berkesinambungan.
Peserta didik merupakan subyek sekaligus obyek dalam proses transformasi ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Oleh karena itu keberadaan peserta
didik merupakan bagian dari sistem pendidikan pada lembaga pendidikan.
288
Manajemen mutu bagi peserta didik dimaksudkan untuk mengembangkan
potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.
Peserta didik adalah pelanggan eksternal yang kebutuhan belajarnya harus dapat
dipenuhi oleh semua warga madrasah, terutama pimpinan sekolah dan guru. Semua
kegiatan ditujukan untuk memberi pelayanan terbaik kepada mereka. Peserta didik
harus mendapat layanan utama di madrasah, karena peserta didik memiliki kekuatan
dalam bentuk kebebasan memilih lembaga pendidikan yang ia sukai. Jika madrasah
memberi layanan terbaik sesuai dengan kebutuhan dan harapan, maka sekolah
tersebut akan diminati oleh peserta didik untuk mengikuti pembelajaran di dalamnya.
Hal tersebut dapat dibuktikan di MAN 2 Model Makassar, karena setiap memasuki
tahun ajaran baru, sebagian besar calon peserta didik tertolak, sehingga mereka harus
mencari sekolah lain yang sederajat.
4. Organisasi pengembangan profesional guru seperti KKM dan MGMP
belum terkelola secara maksimal sesuai fungsinya, terutama MGMP mata
pelajaran Agama Islam. Hasil dari pengujian keabsahan data menunjukkan bahwa
fakta tersebut benar adanya, kecuali MGMP bidang studi umum tetap terkelola
dengan baik, karena mereka bergabung dengan MGMP SMA se Kota Makassar,
pertemuan rutinitas berjalan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Sebagaimana diketahui, bahwa tujuan dibentuknya Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP) adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai
dengan standar pelayanan pendidikan dalam kerangka penjaminan mutu pendidikan
nasional. Tujuan lain adalah untuk memperluas wawasan dan pengetahuan guru
dalam berbagai hal, khususnya penguasaan substansi materi pembelajaran,
penyusunan silabus, penyusunan bahan-bahan pembelajaran, strategi pembelajaran,
289
metode pembelajaran, memaksimalkan pemakaian sarana/prasarana belajar, dan
memanfaatkan sumber belajar, dsb.
Melalui MGMP para guru diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman
serta saling memberikan bantuan dan umpan balik. Meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan, serta mengadopsi pendekatan pembaharuan dalam pembelajaran yang
lebih profesional bagi peserta musyawarah kerja. Memberdayakan dan membantu
anggota dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di sekolah. Mengubah
budaya kerja anggota musyawarah kerja dalam meningkatkan pengetahuan,
kompetensi dan kinerja mereka. Mengembangkan profesi guru melalui kegiatankegiatan pengembangan profesionalisme di MGMP, terutama dalam proses
pendidikan dan pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik. Meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan-kegiatan di MGMP
diharapkan dapat meningkatkan kompetensi guru sesuai bidangnya. Asumsi-asumsi
tersebut belum tersosialisasi ke dalam pengelolaan MGMP, khususnya pada MGMP
mata pelajaran Agama Islam.
5. Pengawas/supervisor pendidikan dari Kementerian agama dan dari Dinas
Pendidikan Kota Makassar belum berjalan secara efektif, kecuali supervisi yang
dilakukan kepala madrasah tetap berjalan secara efektif. Hampir semua guru
menyatakan bahwa kunjungan dan bimbingan pengawas fungsional dari instansi
tersebut belum terlaksana sesuai harapan para guru di MAN 2 Model Makassar.
Padahal dalam Surat Keputusan Menteri Pendayagunaa Aparatur Negara (yang
diperbaharui)Nomor 091/KEP/MEN.PAN/10/2001 tentang Jabatan Fungsional
Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya dinyatakan, bahwa pengawas sekolah
adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara
290
penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan pada
satuan pendidikan prasekolah, sekolah dasar, dan sekolah menengah. Pasal 5 ayat (1)
dinyatakan bahwa tanggung jawab pengawas sekolah yakni: (a) melaksanakan
pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan
penugasannya dan; (b) meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan
hasil prestasi belajar/bimbingan peserta didik dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan. Tanggung jawab pertama mengindikasikan pentingnya supervisi
manajerial sedangkan tanggung jawab yang kedua mengindikasikan pentingnya
supervisi akademik. Hal ini dipertegas lagi dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19
tahun 2005 pasal 57 yang berbunyi; supervisi yang meliputi supervisi manajerial dan
akademik dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas atau
penilik satuan pendidikan. Sedang tugas supervisi manajerial meliputi aspek
pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan, sedangkan supervisi akademik
meliputi aspek-aspek pelaksanaan proses pembelajaran. Pengawasan manajerial
sasarannya adalah kepala sekolah dan staf sekolah lainnya, sedangkan sasaran
supervisi akademik sasarannya adalah guru.
Ketentuan perundang-undangan di atas menunjukkan bahwa pengawas
satuan pendidikan pada jalur sekolah/madrasah merupakan salah satu faktor kunci
keberhasilan lembaga pendidikan untuk meraih mutu yang tinggi yang diharapkan
oleh orang tua peserta didik.
6. Sebagian guru masih dominan mempergunakan sistem dan metode
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred approach), pada hal pola
pembelajaran yang efektif adalah yang berpusat pada peserta didik (student centred
approach). Hal ini terlihat pada sistem pengelolaan kelas, yang belum mencerminkan
291
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada umumnya guru MAN 2 Model
Makassar menyatakan, bahwa model pembelajaran ini merupakan salah satu metode
atau strategi yang efektif dalam proses pembelajran, namun kenyataannya belum
dominan diberlakukan, karena guru-guru lebih cenderung menggunakan metode
variatif atau metode yang disesuaikan dengan karakter materi bahan pelajaran.
Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan sebelumnya bahwa model
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centred approach) atau
sering disebut model pembelajaran konstruktivistik, merupakan model pembelajaran
yang
didominasi peserta didik selama kegiatan pembelajaran dan guru hanya
sebagai fasilitator, pembimbing dan pengarah.
Model Pembelajaran ini tidak
menekankan pada banyaknya pengetahuan yang harus dimiliki oleh peserta didik,
tetapi yang ditekankan pada apa yang dapat dipelajari anak serta apa yang ingin
diketahui anak sesuai dengan minatnya, sehingga dalam proses pembelajaran yang
menggunakan student centered approach inisiatif anak merupakan penentu
keberlangsungan proses pembelajaran. Peserta didik melakukan eksplorasi dengan
lingkungan dan tidak dimonopoli guru. Student centered approach menempatkan
peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Model pembelajaran ini berbeda
dengan model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered approach)
yang menekankan pada transfer pengetahuan dari guru ke murid yang relatif
bersikap pasif.
Setelah menelaah referensi dimulai dari tujuan penerapan TQM dalam
pendidikan sampai kepada metode dan prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam
TQM dan sesuai pengujian keabsahan data terhadap hasil-hasil penelitian yang telah
diperoleh, baik yang terkait dengan proses implementasi TQM maupun faktor-faktor
292
yang mendukung dan yang menghambat penerapannya, demikian pula hasil
penerapan TQM pada MAN 2 Model Makassar, maka dapat disimpulkan bahwa
implementasi TQM, baik secara teoretis maupun secara operasional masih perlu
disempurnakan dan perbaikan secara berkesinambungan, terlebih jika hal itu
dikaitkan dengan
teori yang dikembangkan oleh ISO 2001:2008 dalam bentuk
pedoman mutu (quality manual). Meskipun demikian, kepala dan guru MAN 2
Model Makassar tetap memiliki sikap optimis, disertai obsesi dan komitmen yang
tinggi terhadap mutu, kemudian diperkuat oleh faktor-faktor pendukung sangat
potensial untuk meraih mutu yang lebih tinggi, sehingga MAN 2 Model Makassar
diharapkan tetap survive di era persaingan dewasa ini.
Selanjutnya, dari hasil penelitian ini, penulis menemukan beberapa petunjuk
yang kemungkinannya dapat dijadikan acuan dalam membina mutu pendidikan pada
MAN 2 Model Makassar untuk meraih daya saing yang tinggi sebagai berikut;
1. Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau TQM, dapat diterapkan
sedikitnya pada lima bidang dalam pendidikan yaitu; Pertama, penerapan TQM
untuk peningkatan fungsi administrasi dan operasionalisasi
secara luas dan
menyeluruh. Kedua, mengintegrasikan TQM dalam kurikulum, Ketiga, penggunaan
TQM dalam dalam proses pembelajaran. Keempat, penggunaan TQM di bidang
pengembangan SDM
dan kelima, penggunaan TQM di bidang pengawasan/
supervisi dan penlaian.
2. Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau TQM sebagai pendekatan yang
sistimatis, praktis, dan strategis dalam menyelenggarakan suatu organisasi,
mengutamakan kepentingan pelanggan. Pendekatan ini bertujuan untuk membina
mutu pendidikan secara terpadu dan berkesinambungan,
sehingga proses
293
pembudayaan mutu sesuai atau melebihi kebutuhan dan harapan pelanggan, baik
pelanggan internal maupun eksternal.
3.
Penerapan TQM dalam pendidikan dapat dikatakan berhasil jika telah
menunjukkan indikasi yang positif, yaitu mulai dari
efektifitas kepemimpinan
kepala madrasah sampai kepada evaluasi dan penilaian program, semuanya telah
menunjukkan peningkatan, baik secara kaulitatif maupun secara kuantitatif.
4.
Penerapan TQM yang diadopsi dari dunia bisnis kedunia pendidikan akan
menuai hasil yang signifikan, karena TQM memiliki daya tarik tersendiri dengan
prinsip-prinsip yang tidak dimiliki oleh sistem yang lain, sehingga pengaplikasian
TQM ke dalam lembaga pendidikan akan semakin efektif.
5.
Pendidikan berbasis mutu yang mangacu pada prinsip-prinsip atau
karakteristik TQM akan memberi kesadaran kepada seluruh warga madrasah bahwa
keberhasilan dapat dicapai apabila selalu berorientasi pada kualitas dalam setiap
pelaksanaan program pendidikan. Penerapan TQM memerlukan kesungguhan dan
kerja keras, namun tetap memperhatikan prinsip kemanusiaan ( human principle),
artinya, bahwa pemberlakuan TQM tidak boleh memaksakan, karena TQM bukanlah
sebuah pelatihan/training yang akan selesai dalam waktu tertentu (singkat),
melainkan sebuah sistem perbaikan mutu manajemen pendidikan secara terpadu dan
berkesinambungan, sehingga membutuhkan waktu tanpa batas.
6.
Pengembagangan Total Quality Managemant (TQM) dalam pendidikan
memiliki keterkaitan dengan perubahan budaya organisasi. Perubahan budaya dari
budaya lama ke pola budaya modern, akan
dapat dicapai, disempurnakan, dan
dikembangkan melalui implementasi sistem manajemen mutu terpadu. Komponenkomponen
pendidikan, seperti
pengembangan kurikulum, kompetensi guru,
294
penataan fasilitas dan sarana pembelajaran, akan lebih baik dan berkualitas.
Menganut pola manajemen yang berbasis TQM dalam meningkatkan aspek-aspek
tersebut, maka perubahan signifikan akan terjadi jika disertai dengan perubahan dan
perbaikan pola dan kultur manajemen yang lama.
7.
Kreativitas guru dalam pengembangan program pembelajaran tidak akan
bermakna bagi perbaikan proses dan hasil belajar peserta didik, jika manajemen
Madrasah tidak memberi peluang untuk mengembangkan kreativitas guru tersebut.
Demikian pula penambahan dan penguatan sumber belajar berupa perpustakaan dan
laboratorium tidak akan terlalu bermakna jika manajemen Madrasah tidak memberi
perhatian serius dalam optimalisasi pemanfaatan sumber belajar tersebut dalam
proses belajar siswa.
8. Praktik manajemen mutu tidak selamanya berjalan mulus dan lancar, kadangkadang muncul berbagai kendala dalam mewujudkan mutu pendidikan sebagaimana
yang diharapkan. Kendala-kendala yang sering muncul dalam mengelola mutu
adalah berkenaan dengan rendahnya kemampuan mendesain kurikulum, pengaturan
waktu tidak mencukupi, terbatasnya sumber daya yang qulified, pengembangan staf
yang belum memadai, keterbatasan dana, masih kurangnya kesadaran terhadap
budaya mutu, dan lain-lain. Secara khusus penyebab terhambatnya manajemen mutu
yaitu karena prosedur dan peraturan yang sering kurang dipatuhi, sebagian staf yang
belum profesional atau terampil, dan kurangnya motivasi orang tua siswa terhadap
mutu. Untuk mengatasi kendala seperti itu, kepala madrasah harus memotivasi
bawahannya agar bekerja lebih baik dan menciptakan iklim kerja yang
menyenangkan, menyediakan sarana yang memadai, menetapkan sistem dan
prosedur kerja yang jelas, dsb.
295
9. Keberhasilan penerapan TQM pada lembaga pendidikan harus dibarengi
dedikasi guru yang tinggi, kepemimpinan Kepala Madrasah yang
demokratis,
Kepala Madrasah bersama dengan guru senantiasa berupaya mengangkat
prestasi
akademik peserta didik, sehingga dapat bersaing dengan sekolah/madrasah yang
sederajat. Sementara itu pemantauan yang terus menerus dilaksanakan terhadap
kemajuan pembelajaran peserta didik dan kegiatan-kegiatan lain, baik kegiatan intra
maupun ekstra kurikuler, dan pembinaan iklim dan budaya, senantiasa dipertahankan
dalam menciptakan kehidupan harmonis.
10. Perbaikan mutu pendidikan melalui pendekatan TQM, yang berorientasi
kepada 10 (sepuluh) prinsip TQM, kemuadian dijabarkan secara konkrit dalam setiap
aktivitas pendidikan dengan mengacu kepada pedoman mutu (Quality Manual) yang
direkomendasikan oleh TQM. Langkah-langkah tersebut dapat berhasil jika diikuti
pelatihan secara intensif dan bekerja sama dengan pihak lembaga/instansi terkait,
seperti; Lembaga ISO 9001: 2008, LPMP dan Balai Diklat, dan lain-lain.
296
BATAS BAB IV
Implikasi
Secara teoritis, implementasi TQM di MAN 2 Model Makassar diperlukan beberapa
langkah strategis yaitu:
a. Faktor kepemimpinan. Pada hakekatnya implementasi manajemen mutu banyak
tergantung kepada faktor kepemimpinan, sebagaimana uaraian sebelumnya,
bahwa kepemimpinan kepala madrasah merupakan salah satu faktor penentu
dalam TQM atau dalam manajemen mutu terpadu. Dalam konteks TQM,
kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang memiliki tanggung jawab
yang seimbang, tanggung jawab terhadap tugasnya dan tanggung jawab terhadap
pekerjaan
bawahannya
secara
bersama-sama,
memiliki
keterampilan
berkomunikasi yang baik, terutama menyampaikan ide-ide dan gagasannya,
mempunyai kemampuan untuk menyakinkan orang lain.
b. Membangun kerjasama yang baik, keberhasilan kepemimpinan kepala madrasah
dapat dilihat dari adanya kemampuan membangun kerjasama yang baik dengan
warga madrasah dan masyarakat, dan adanya upaya kreatifitas yang tampak
untuk mewujudkan mutu madrasah, sehingga mampu merespon berbagai tuntutan
dan perubahan dalam persaingan global. Manajemen keterbukaan (open
management)
dan demokratis yang diterapkan oleh kepala MAN 2 Model
Makassar, telah mampu menciptakan nuansa persaudaraan dan iklim kerja yang
harmonis serta komitmen yang tinggi untuk meraih dan membangun budaya mutu
pendidikan di MAN 2 Model Makassar.
c. Kepala MAN 2 Model Makassar menyadari
fungsinya sebagai motivator,
dinamisator, dan evaluator, maka ia harus memahami berbagai persoalan yang
297
ada sekaligus dapat mencari solusi pemecahannya dengan melibatkan semua
sumber daya, baik internal maupun eksternal, sehingga menjadi kekuatan
kontributif untuk kemajuan madrasah.
d. Pengembangan kurikulum. Kurikulum dikembangkan dengan mangacu kepada
prinsip-prinsip TQM dan tidak meninggalkan norma-norma nasional, misalnya
menuntut
sistem pendidikan untuk memperluas dan memperkuat wawasan
nasional peserta didik, sehingga pendidikan dipandang sebagai
instrument
terpenting.
e. Model pengembangan kurikulum dan pembelajaran adalah pembelajaran yang
mengedepankan ketuntasan, bukan pembelajaran pencapaian target kurikulum.
Pembelajaran dengan ketuntasan sangat bermanfaat bagi peserta didik, karena
penilaian dengan sistem ketuntasan bukan harga mati, melainkan setiap peserta
didik yang nilainya masih rendah atau belum mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) diberi kesempatan untuk memperbaiki melalui remedial
atau pengayaan.
f. Mengevaluasi program, evaluasi merupakan bagian integral dari pengelolaan
pendidikan di semua lini, jenis dan jenjang pendidikan. Tanpa pengukuran atau
penilaian, tidak ada alasan untuk mengatakan apakah suatu sekolah mengalami
kemajuan atau tidak. Evaluasi pada umumnya menghasilkan informasi yang dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan. Karena itu, evaluasi yang bermanfaat
adalah evaluasi yang menghasilkan informasi yang cepat, tepat, dan cukup untuk
pengambilan keputusan.
Penerapan TQM juga memerlukan evaluasi dan
pengukuran secara intensif dan dilakukan secara terus-menerus. Dengan evaluasi
dan pengukuran, kita dapat menilai apakah lembaga pendidikan benar-benar
298
mampu mengadakan perbaikan mutu pendidikan. Jika tidak mampu atau kurang
berhasil, apanya yang salah? konsepnya ataukah pelaksanannya? Karena itu,
dengan evaluasi, konsep dan pelaksanaan program pendidikan dapat diperbaiki.
11. Kemampuan MAN 2 Model Makassar untuk memposisikan dirinya sebagai
salah satu lembaga pendidikan yang unggul dalam peningkatan mutu dan
pembentukan nilai-nilai akhlak karimah, tidak terlepas dari kemampuannya
memberdayakan seluruh potensi dan faktor-faktor determinatif pendidikan yang
dimiliki secara efektif, terpadu dan berkesinambungan. Oleh karena itu peningkatan
kualitas pendidikan MAN 2 Model Makassar merupakan salah satu prasyarat agar
dapat memasuki era globlalisasi yang penuh dengan persaingan. Untuk itu
peningkatan kualitas layanan menjadi sangat penting dalam meningkatkan mutu
pendidikan agar dapat survive dalam era global. Itulah sebabnya upaya peningkatan
kinerja suatu lembaga pendidikan akan berpengaruh terhadap peningkatan kepuasan
konsumen/pelanggan eksternal ataupun internal.
12.
Selain asumsi-asumsi di atas, maka konsep pendidikan yang berbasis
mutu selalu berkaitan dengan
penciptaan budaya mutu dengan menempatkan
pelanggan sebagai fokus utama melalui pelibatan seluruh warga madrasah dan
menjadikan guru sebagai pemeran utama dalam melakukan perbaikan secara terus
menerus, demi tercapainya tujuan pendidikan yang bermutu dan daya saing yang
tinggi.
MAN 2 Model Makassar, harus mampu bersaing dengan tetap
mempertahankan cirri khasnya sebagai pendidikan Islam. MAN 2 Model Makassar
sebagai lembaga pendidikan Islam, memadukan kurikulum pelajaran agama dengan
pelajaran umum secara seimbang, sehingga
dapat menciptakan lulusan yang
memiliki kemampuan dibidang agama dan juga memiliki kemampuan pada ilmu-
299
ilmu umum. Oleh karena itu, konsep pengembangan kurikulum pada MAN 2 Model
Makassar selalu diorientasikan kepada materi-materi yang menjadi kebutuhan
masyarakat (pelanggan), baik materi bidang akademik mapun non akademik,
termasuk memberikan pengayaan dari berbagai ilmu pengetahuan yang terkait
dengan silabus/kurikulum pembelajaran. Konsep pengembangan kurikulum yang
berorientasi kepada kebutuhan masyarakat (pelanggan) merupakan konsep dasar dari
Total Quality Management (TQM), yakni suatu model gagasan pengembangan
kurikulum yang berorietasi pada pasar dengan mengedepankan aspek mutu
(kualitas).
13.
Penerapan TQM dalam pendidikan dapat dikatakan berhasil jika telah
menunjukkan indikasi yang positif, yaitu mulai dari
efektifitas kepemimpinan
kepala madrasah sampai kepada evaluasi dan penilaian program, semuanya telah
menunjukkan peningkatan, baik secara kaulitatif maupun secara kuantitatif.
Penerapan TQM secara konseptual pada MAN 2 Model Makassar akan lebih mantap
jika dipadukan dengan teori-teori manajemen lannya seperti MBS ( Manajemen
Berbasis Sekolah/Madrasah) atau sistem MPMBS/M ( Manajemen Peningkatan
Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah) , terlebih jika dikaitkan dengan konsep yang
dikembangkan dalam Peraturan Pemerintah No, 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, dengan ketentuan tidak menyalahi prinsip atau karakteristik
TQM, sebagaimana disebutkan pada BAB II di atas.
14.
Untuk menjamin peningkatan mutu pendidikan di MAN 2 Model
Makassar, sangat diperlukan adanya dukungan
pemerintah bersama dengan
masyarakat dalam rangka pengejawantahan salah satu cita-cita yang sangat mulia
dan luhur, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana termaktub dalam
300
UUD Negara RI Tahun 1945. Oleh karena itu dalam upaya tersebut, masyarakat dan
pemerintah bahu-membahu dalam upaya mencerdaskan seluruh komponen bangsa
dengan pendidikan baik formal maupun non formal, baik melalui sekolah/madrasah
maupun luar sekolah, sehingga diharapkan seluruh komponen bangsa bisa
mengenyam dan menikmati pendidikan sebagai kebutuhan primer masyarakat.
Harapan ini sudah tentu sangat terkait dengan peningkatan kualitas pendidikan,
sekaligus sebagai upaya
peningkatan mutu sumber daya manusia yang menjadi
tujuan utama pendidikan nasional.
15. MAN 2 Model Makassar yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
keseluruhan lembaga pendidikan yang ada untuk melaksanakan dan mengembangkan
tujuan pendidikan nasional, maka MAN 2 Model Makassar memaksimalkan
usahanya dengan beberpa langkah inovatif dan profesional dengan dukungan
manajemen yang efektif, sehingga lembaga pendidikan tersebut bisa mencetak
kader-kader yang andal, inovatif dan memiliki sifat amanah di tengah-tengah
masyarakat, memiliki intelektualitas yang tinggi dan skill yang baik, serta moralspiritual yang terjamin. Pada zaman globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek) yang semakin canggih terus menggelobal dan berdampak pada
hampir semua sistem kehidupan umat manusia di muka bumi ini. MAN 2 Model
Makassar sebagai lembaga pendidikan Islam, tidak dapat terhindar dari dampak
kemajuan tersebut, MAN 2 Model Makassar dituntut untuk dapat mengantisipasi
berbagai perubahan yang perkembang ditengah-tengah masyarakat.
16. Keberadaan TQM dari dunia bisnis kedunia pendidikan pasti akan menuai
hasil yang sangat signifikan, karena TQM memiliki daya tarik tersendiri, dengan
prinsip-prinsip yang tidak dimiliki oleh sistem yang lain, sehingga pengaplikasian
301
TQM pada objek-objek kelembagaan khususnya pada MAN 2 Model Makassar akan
semakin efektif untuk memperoleh
hasil yang baik sebagai target mutu yang
diinginkan.
17. Pendidikan berbasis mutu yang mangacu pada prinsip-prinsip atau
karakteristik TQM sebagaimana uraian sebelumnya, memberi
kesadaran kepada
seluruh warga MAN 2 Model bahwa keberhasilan dapat dicapai apabila selalu
berorientasi pada kualitas dalam setiap pelaksanaan program
pendidikan.
Penerapan TQM memerlukan kesungguhan dan kerja keras, namun tetap
memperhatikan
prinsip
kemanusiaan ( human principle), artinya, bahwa
pemberlakuan TQM tidak boleh memaksakan, karena TQM bukanlah sebuah
pelatihan/training yang akan selesai dalam waktu tertentu (singkat), melainkan
sebuah sistem perbaikan mutu manajemen pendidikan secara terpadu dan
berkesinambungan, sehingga membutuhkan waktu tampa batas. Oleh karena itu, di
masa yang akan datang, manajemen yang berbasis TQM dapat dijadikan sebagai
sistem yang diterapkan secara permanen di setiap lembaga pendidikan, mulai dari
sekolah/madrasah tingkat dasar sampai kepada tingkat perguruan tinggi, sehingga
keluaran lembaga pendidikan betul-betul dapat bersaing dengan Negara-negara yang
maju (Negara industri).
18. Pengembagangan Total Quality Managemant (TQM) dalam pendidikan
memiliki keterkaitan dengan perubahan budaya organisasi. Perubahan budaya dari
budaya lama ke pola budaya moderen, akan dapat dicapai, disempurnakan, dan
dikembangkan melalui implementasi sistem manajemen mutu terpadu. Komponenkomponen
pendidikan, seperti
pengembangan kurikulum, kompetensi guru,
penataan fasilitas dan sarana pembelajaran, akan lebih baik dan berkualitas
302
ketimbang masih mengikuti pola lama bukan TQM dalam menatakelola pendidikan.
Menganut pola manajemen yang berbasis TQM dalam meningkatkan aspek-aspek
tersebut, maka perubahan signifikan akan terjadi jika disertai dengan perubahan dan
perbaikan pola dan kultur manajemen yang lama.
19. Kreativitas guru pada MAN 2 Model Makassar dalam pengembangan
program pembelajaran tidak akan bermakna bagi perbaikan proses dan hasil belajar
siswa, jika manajemen Madrasah tidak memberi peluang untuk mengembangkan
kreativitas guru tersebut. Demikian pula penambahan dan penguatan sumber belajar
berupa perpustakaan dan laboratorium tidak akan terlalu bermakna jika manajemen
Madrasah di MAN 2 Model Makassar tidak memberi perhatian serius dalam
optimalisasi pemanfaatan sumber belajar tersebut dalam proses belajar siswa.
20. Praktik manajemen mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar tidak
selamanya berjalan mulus dan lancar, kadang-kadang muncul berbagai kendala
dalam mewujudkan mutu pendidikan sebagaimana yang diharapkan. Kendala –
kendala yang sering muncul dalam mengelola mutu adalah berkenaan dengan
rendahnya kemampuan mendesain kurikulum, pengaturan waktu tidak mencukupi,
terbatasnya sumber daya yang qulified, pengembangan staf yang belum memadai,
keterbatasan dana, masih kurangnya kesadaran terhadap budaya mutu, dan lain-lain.
Secara
khusus penyebab terhambatnya manajemen mutu pada MAN 2
Model Makassar yaitu karena prosedur dan peraturan yang sering kurang dipatuhi,
sebahagian staf yang belum profesional atau terampil, dan kurangnya motivasi orang
tua siswa terhadap mutu. Kondisi seperti itu merupakan kondisi umum yang sering
dialami oleh sebagian lembaga pendidikan, bahkan MAN 2 Model Makassar tidak
terlepas dari kendala-kendala
tersebut, namun
tidak berpengaruh signifikan
303
terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, dengan
kata lain dukungan lebih besar dari pada kendala yang ada.
Untuk mengatasi
kendala seperti itu, kepala madrasah harus memotivasi bawahannya agar bekerja
lebih baik, misalnya dengan jalan menciptakan iklim kerja yang menyenangkan,
menyediakan sarana yang memadai, menetapkan sistem dan prosedur kerja yang
jelas, dsb. Perlu dipahami bahwa manajemen mutu
pendidikan berbeda dengan
layanan jasa dalam perdagangan sebagaimana yang digambarkan dalam uraian di
bawah ini;
Pertama, lembaga pendidikan berbeda dengan layanan dalam perdagangan
atau industri, karena tugas pendidikan, peserta didik memiliki berbagai nilai dan
kepercayaan yang semuanya sukar untuk diukur. Dalam layanan jasa perdagangan
mudah untuk dihitung berapa modal, berapa barang terjual, dan berapa keuntungan
diperoleh. Akan tetapi dalam pendidikan bukan berarti tidak dapat diukur, karena
memang ada aspek yang dapat diukur seperti prestasi dan kecerdasan kognitif. Akan
tetapi, tidak selalu paralel dengan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh lembaga
pendidikan tersebut dengan apa yang diinginkan, meskipun sebagian peserta didik
dapat saja diperoleh melalui otodidak yang bersangkutan.
Kedua,
tujuan
pendidikan
termasuk
yang
sukar
diukur
tingkat
ketercapaiannya pada saat peserta didik selesai proses pembelajarannya di madrasah.
Tujuan pendidikan bersifat jangka panjang yaitu menyiapkan manusia yang baik.
Manusia yang baik kadang kala tidak langsung dirasakan sebagai bukti tercapainya
tujuan pendidikan tersebut, melainkan setelah mengalami proses panjang dalam
rentang kehidupan.
304
Ketiga, peserta didik di lembaga pendidikan disatu pihak sebagai pelanggan
yang harus diberikan pelayanan pendidikan dan pembelajaran terbaik, namun di sisi
lain sebagai manusia dapat menentukan sendiri pilihan terbaiknya. Pembentukan
manusia tidak sama dengan pembentukan barang yang mudah direkayasa menjadi
bentuk yang baru.
Keempat, kepala madrasah dan guru memiliki profesi yang sama yaitu latar
belakang guru. Akan tetapi kualitas berbeda-beda, sehingga dalam proses
pembelajaran juga berbeda-beda, sesuai kompetensi sekalipun materi pelajaran yang
diajarkan sama, namun pasti tetap berbeda. Perbedaan itu terjadi disebabkan
beberapa hal, seperti penggunaan metode dan media pembelajaran, kondisi pada saat
mengajar demikian pula kondisi peserta didik, dan lain-lain.
Keenam, Menjadi guru harus profesional, demikian juga menjadi kepala
madrasah harus profesional. Profesional dalam dua bidang secara bersamaan sering
kali menjadi kendala. Permasalahan seperti itu sering kali terjadi dalam lembaga
pendidikan , bahkan itu menjadi fenomena yang melekat dan sulit dipungkiri pada
setiap lembaga pendidikan. Kesulitan mewujudkan manajemen mutu pendidikan
sangat terasa, namun bukan tidak mungkin hal itu diatasi, hanya membutuhkan
waktu yang tidak sedikit. Peserta didik sebagai
pelanggan pendidikan ikut
memerankan peran penting dalam meraih mutu belajarnya. Pelanggan pendidikan
memiliki fungsi yang unik dalam menentukan mutu dan apa yang mereka terima dari
guru. Manajemen mutu dalam pendidikan menyangkut mutu pengalaman peserta
didik. Oleh karena itu, manajemen mutu pada MAN 2 Model Makassar juga perlu
diterapkan
dalam
kelas-kelas
pembelajaran.
Penyusunan
feedback
dengan
305
mengadakan evaluasi bagi setiap peserta didik sangat penting untuk manajemen
mutu secara aktual maupun ideal.
21. Perbaikan mutu pendidikan bukanlah semata-mata soal physical-product,
seperti yang terjadi dalam bidang industri atau pabrik, karena raw input pendidikan
adalah manusia dan hasil pendidikan adalah manusia yang akan teruji
kemampuannya pada saat individu itu berinteraksi dengan manusia lain dalam hidup
dan kehidupan. Mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh mutu input dan mutu
proses pembelajarannya. Oleh karena itu, seluruh komponen dalam Madrasah
diarahkan secara terpadu untuk mendukung terciptanya proses transformasi yang
sebaik-baiknya. Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam membina perlu
dirumuskan beberapa prinsip pokok yaitu; Pertama, tanggung jawab dan dukungan
(commitment). Komitmen yang dimaksud adalah komitmen bagi semua warga atau
unsur pendidikan
yang dikomunikasikan pada semua pihak dalam lembaga
pendidikan tersebut. Kedua, pendidikan dan pelatihan (education and training).
Pendidikan dan pelatihan tentang mutu bagi tenaga pendidik dan kependidikan.
Pendidikan dan pelatihan ini ditujukan untuk kesiapan menghadapi perubahan dan
perbaikan. Ketiga, penerapan dan praktik (application and practice). Manajemen
mutu bermanfaat apabila dipraktikkan. Tanpa adanya praktik, manajemen mutu
hanya slogan yang mengumbar omong kosong. Ada keinginan tetapi malas berbuat.
Keempat,
standardisasi
dan pengenalan (standardization and recognition).
Manajemen mutu memerlukan adanya keseragaman dalam penerapan, sehingga
mutu layanan pendidikan memiliki standar mutu yang telah disepakati bersama.
22. Pada sisi lain, faktor kesuksesan manajemen mutu dapat dilihat pada halhal sebagai berikut; Pertama, kepemimpinan yang kuat. Semua unsur pimpinan
306
mendukung penerapan filosofi manajemen mutu. Mutu pendidikan akan terwujud
apabila dilaksanakan secara menyeluruh atau konprehensif, bukan departemental.
Kedua, perbaikan sistem secara berkesinambungan. Sistem merupakan serangkaian
proses yang merupakan satu kesatuan dan saling terkait satu sama lain. Ketiga,
pendekatan kualitatif dan kuantitatif, yang dimaksud di sini, bahwa setiap personil
yang melaksanakan manajemen mutu harus berani berbicara berdasarkan data atau
fakta. Jadi, mutu bukan hanya diukur secara kualitatif, melainkan kuantitatif.
Keempat, memiiki visi dan nilai bersama. Visi dan nilai bersama mengandung arti
sepakat. Sepakat untuk menjadikan mutu sebagai the way of life. Kelima, pesan dan
perilaku konsisten disampaikan kepada pelanggan.
Konsep manajemen mutu pendidikan mencakup upaya untuk mengadakan
perbaikan yang berkelanjutan, mempertemukan kebutuhan pelanggan, berpikir
jangka panjang, meningkatkan keterlibatan pegawai dalam teamwork, dan
pemecahan masalah dengan pendekatan ilmiyah. Ukuran madrasah yang baik bukan
semata-mata dilihat dari kesempurnaan komponennya dan kekuatan/kelebihan yang
dimilikinya,
melainkan
diukur
pula
dari
kemampuan
madrasah
tersebut
mengantisipasi perubahan dan kekurangan atau kelemahan yang ada dalam dirinya.
Oleh karena itu, sebagai pedoman untuk mengukur mutu pendidikan di madrasah
dapat mempergunakan tiga model perbandingan, yaitu: dibandingkan dengan
standar/kriteria ideal tertentu, dibandingkan dengan standar/ kriteria dirinya sendiri
dari waktu ke waktu, dibandingkan dengan standar/kriteria keberhasilan yang
diperoleh lembaga pendidikan lainnya ( semacam Benchmarking atau Patok Duga).
Sedangkan dalam konteks TQM, terdapat lima dimensi pokok dalam
menentukan kualitas pelayanan pada Madrasah, yaitu;
307
Pertama, kemampuan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, yaitu
pelaynanan dalam pendidikan tidak persis sama dengan pelayanan di dunia industri,
karena pada sisi lain terdapat perbedaan, apalagi input berbeda. Maka pelayanan
disini adalah ketepatan wakutu, menyenangkan dan memuaskan bagi peserta didik.
dijanjikan dengan segera atau tepat waktu, akurat, dan memuaskan. Beberapa contoh
di antaranya penawaran mata pelajaran yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan
(misalnya tuntutan keterampilan, profesi, dan dunia kerja), jadwal pembelajaran dan
ujian yang akurat, proses pembelajaran yang berlangsung lancar, penilaian yang fair
dalam pembelajaran dan lain-lain.
Kedua, daya tangkap yaitu kemampuan atau kesediaan para guru dan staf
untuk membantu peserta didik dan memberikan layanan dengan tanggap. Pelayanan
yang kurang baik bisa menimbulkan persepsi yang negative terhadap kualitas
pendidikan. Dengan demikian kepala madrasah dan wakil kepala madrasah harus
mudah ditemui, begitu pula dengan guru harus mudah ditemui peserta didik untuk
kepentingan konsultasi, proses pembelajaran hendaknya diupayakan intensif dan
memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan seluruh kapasitasnya, fasilitas
pelayanan yang ada (perpustakaan, laboratorium, ruang olah raga, dan lain-lain)
harus mudah diakses oleh setiap peserta didik, dalam hal ini terjadi service failure,
kemampuan untuk melakukan perbaikan secara tepat dan profesional bisa
menciptakan persepsi kualitas pendidikan yang sangat positif. 131
Ketiga, jaminan mutu yaitu mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan,
respek terhadap pelanggan, dan sifat dapat dipercaya dimiliki para staf, bebas dari
bahaya, resiko atau keragu-raguan. Sebagai contoh seluruh jajaran (guru dan
131
Ahmad Hasan,wawancara pada tanggal 2 April 2013.
308
pegawai dilingkungan MAN 2 Model Makassar) harus benar-benar orang yang
kompeten dan profesional dibidangnya, reputasi madrasah yang positif dimata
masyarakat, sikap, dan perilaku seluruh jajaran mencerminkan profesionalisme,
kesopanan, dan lain-lain.
Keempat, empati, yang meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, perhatian pribadi, memahami dan melayani kebutuhan para
pelanggan. Misalnya guru yang mengenal nama peserta didiknya yang mengikuti
pembelajaran di kelas, guru benar-benar berperan sesuai dengan fungsinya, setiap
guru bisa dihubungi dengan mudah baik dihubungi di ruang kerja, via telepon, serta
bukti langsung yang meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan atau guru dan
sarana kommunikasi.
Kelima dimensi pada madrasah didasarkan pada derajat kepentingan yang
relatif dimata pelanggan atau peserta didik. Dimensi-dimensi digunakan pelanggan
untuk menilai kualitas jasa, yang didasarkan atas perbandingan antara jasa yang
diharapkan dan jasa yang dipersepsikan. Gap diantara jasa yang diharapkan dan
yang dipersepsikan merupakan ukuran kualitas jasa.132 Oleh sebab itu, madrasah
harus meningkatkan kenerjanya dalam setiap dimensi dan tidak melakukan
kesalahan dalam penyampaian informasi kepada para peserta didik, orang tua peserta
didik, guru, dan karyawan.
23. Konsep manajemen mutu pendidikan dapat pula ditunjukkan dengan
partisipasi guru dan para peserta didik dalam pembelajaran, dan perbaikan terusmenerus atau berkesinambungan. Hasil penelitian yang diperoleh pada MAN 2
Model Makassar bahwa faktor kepemimpinan dan komitmen yang tinggi merupakan
132
Ahmad Hasan, wawancara pada tanggal 2 April 2013.
309
faktor kunci keberhasilan meraih mutu pendidikan. Oleh karena itu semakin tinggi
komitmen kepemimpinan, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan meraih
mutu yang berdaya saing tinggi.
24. Peningkatan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar melalui
pendekatan TQM, dapat digambarkan
pada penerapan
lima pilar TQM, yang
dirumuskan oleh Jerome S. Arcaro secara integral dengan sembilan faktor-faktor
determinan (pendukung) pendidikan sebagaimana pada tabel di bawah ini;
Tabel : VIII
Penerapan Lima Filar TQM pada Faktor-Faktor Deteminan Pendidikan
The Five Fillars TQM
Faktor-faktor
Determinan
Fokus pada
Kostumer
Adm. & Manajemen
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Quality
Kurikulum
Budaya Organisasi
Tenaga Pendidik
Peserta Didik
Pengawasan
Peran Serta Masy.
Sarana & prasarana
Pembiayaan
Kepuasan
Pelanggan
Evaluasi
Keterlibatan
total
Pengukuran
/penilaian
Komitmen
Perbaikan
Berkesinam
bungan
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Quality
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Quality
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Quality
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Quality
Internal
Eksternal
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Quality
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Quality
Berdasarkan tabel di atas, telah jelas bahwa untuk mewujudkan mutu
pendidikan yang berbasis TQM, maka ke lima pilar TQM, dapat dijadikan acuan
sebagaimana yang tercermin pada uraian di bawah ini;
Pertama; Fokus pada Kostumer (Pelanggan internal dan eksternal) Pada
hakekatnya seluruh kegiatan dan aktivitas madrasah harus selalu mengedepankan
kepentingan kostumer atau pelanggan ( internal dan exsternal). Upaya memberi
kepuasan kepada pelanggan adalah merupakan salah satu aspek utama dalam TQM,
310
dengan selalu
mengantisipasi kebutuhan dan harapan pelanggan setiap saat.
Madrasah harus selalu berupaya mengembangkan kualitas pendidikan, semua warga
dalam madrasah harus mengakui bahwa setiap output lembaga pendidikan adalah
kostumer. Peningkatan mutu lembaga pendidikan Islam ( madrasah) dengan fokus
pada kebutuhan pelanggan (peserta didik) diharapkan dapat menghasilkan lulusan
yang dibekali pengetahuan agama sekaligus pengetahuan umum. Oleh karena itu,
lembaga pendidikan Islam akan dikatakan baik dan efektif jika lembaga pendidikan
itu mencapai tujuannya dengan melahirkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan
harapan pelanggan atau masyarakat.
Kedua; Keterlibatan secara total. Sesungguhnya pengembangan mutu pada
MAN 2 Model Makassar merupakan sebuah keharusan bagi setiap warga madrasah
terutama kepala dan guru madrasah serta tenaga kependidikan. Keterlibatan secara
total
menekankan kepada setiap orang
menfokuskan pada kualitas, harus mendorong
agar
memiliki komitmen untuk
peserta didik untuk mengubah cara
kerja lama kepada cara kerja baru, dengan mengedepankan budaya mutu dalam
proses pengembangan madrasah. Pemberdayaan semua warga madrasah diharapakan
mereka dapat mengetahui informasi kesenjangan atau kebutuhan yang menyangkut
program yang akan dilaksanakan dalam upaya peningkatan mutu secara keseluruhan
terhadap komponen pendidikan. Dengan demikian keterlibatan secara total dalam
konteks
peningkatan mutu pendidikan berarti inisiatif
datangnya dari bawah
seperti guru, orang tua peserta didik atau masyarakat sekitar (stakeholders), dan
semua pihak memberikan secara penuh kemampuan yang dimiliki dan pelayanan
yang optimal untuk mewujudkan kualitas yang diharapkan bahkan melebihi
permintaan pelanggan (costumer) baik internal maupun eksternal
311
Ketiga; Pengukuran. Dalam pengembangan TQM, pengukuran merupakan
salah satu langkah yang penting dalam proses manajemen. Secara tradisional ukuran
kualitas atas luaran madrasah adalah prestasi peserta didik. Ukuran dasarnya adalah
hasil ujian baik Ujian Sekolah (US) maupun Ujian Nasional (UN). Jika hasil ujian
bertambah baik, maka kualitas pendidikan dikatakan juga membaik. Para pengelola
lembaga pendidikan Islam atau madrasah belajar untuk mengukur kualitas, mulai
dari proses pengumpulan data dan analisa data diperlukan sehingga dapat mengukur
dan menunjukan nilai tambah dan perubahan kualitas yang dicapai. Bukan hanya
luaran pendidikan( peserta didik) yang harus diukur atau dinilai, melainkan semua
komponen pendidikan tersebut harus diukur kualitasnya, apakah komponenkomponen itu sudah memberi kepuasan kepada pelanggan atau tidak, dst.
Jika kualitas dapat dikelola, maka kualitas juga harus dapat diukur
(measurable). Untuk mengejar kualitas, kesalahan harus dieliminir untuk mencapai
keunggulan kompetitif lulusan suatu lembaga pendidikan, dan keunggulan
komparatifnya dengan yang lain sesuai dinamika pasar tenaga kerja.
Ke Empat; Komitmen terhadap kualitas. Implementasi manajemen kualitas
dalam lembaga pendidikan Islam diperlukan komitmen terhadap kualitas dan
perbaikan kualitas. Total kualitas pendidikan adalah suatu perubahan budaya
organisasi sebagai cara baru bagi kehidupan setiap orang. Sebelum seseorang akan
melakukan
perubahan,
mereka
harus
percaya
bahwa
pimpinan
madrasah
berkomitmen untuk mencapai budaya kualitas. Setiap langkah-langkah selalu
diorientasikan pada kebutuhan pelanggan dengan mengedepankan aspek kualitas
pada semua input dan prosesnya. Komitmen kualitas dibangun mulai dari level
pimpinan tertinggi sampai pada level terbawah.
312
Ke Lima; Perbaikan Berkesinambungan. Pada dasarnya manajemen mutu
terpadu ( TQM ) memperkenalkan pengembangan dan perbaikan proses, produk dan
pelayanan sebuah organisasi secara sistimatik dan berkesinambungan. Perbaikan
berkesinambungan berkaitan dengan komitmen, yaitu komitmen terhadap kualitas,
yang didasari pada visi dan misi pendidikan yang telah disepakati bersama, serta
pemberdayaan semua potensi yang dimiliki oleh madrasah untuk mewujudkan visimisi tersebut. Perbaikan berkelanjutan berarti prosesnya harus secara terus menerus
diperbaiki dengan diubah, ditambah, dikembangkan dan dimurnikan.
MAN 2 Model Makassar dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan telah
menetapkan beberapa komponen pendidikan, yang menjadi sasaran pengembangan
secara simultan dan konprehensif, yaitu mulai dari pengelolaan administrasi,
manajemen dan
kepemimpinan kepala madrasah, kinerja guru dan staf sampai
kepada peran serta masyarakat, semuanya harus
ditingkatkan mutunya melalui
pendekatan TQM, sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi
kualitas proses dan kualitas produk (lulusan) MAN 2 Model Makassar kini dan
dimasa yang akan datang secara berkesinambungan.
313
314
25. Faktor –faktor yang menghambat.
MAN 2 Model Makassar merupakan salah satu Madrasah yang konsen
terhadap pengembangan sumberdaya manusia yang berbasis keagamaan. Dalam
menyelenggarakan pendidikan yang berbasis keagamaan harus menyuburkan dan
mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin yang dilaksanakan
melalui proses pendidikan yang bermartabat, kreatif, inovatif, experimentative,
menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik,133
terutama dalam menghadapi tuntutan globalisasi, MAN 2 Model Makassar harus
menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara nasional
dan global.
MAN 2 Model sebagai salah satu lembaga pendidikan unggul yang berusaha
mengembangkan mutu pendidikannya, sudah tentu tidak terlepas dari berbagai
hambatan atau kelemahan yang dihadapi setiap saat, namun pada sisi lain peluang
dan dukungan yang memberi kekuatan untuk lebih maju dan berkembang tetap lebih
besar dan menjanjikan, oleh karena itu kelemahan yang ada hanyalah merupakan
sebuah tantangan yang menjadi pemicu untuk meraih kemajuan dan keberhasilan
yang lebih besar sesuai harapan warga madrasah dan masyarakat.
Disadari sepenuhnya oleh Ahmad Hasan
134
bahwa meraih mutu
tidak
semudah seperti membalik telapak tangan. Ia membutuhkan perjuangan, keseriusan
dan kerja keras, karena meraih mutu sering kali melewati jalan kerikil yang penuh
tantangan dan hambatan. Jika para guru dan stakeholders lainnya yang ada di MAN
133
Ahmad Hasan,wawancara pada tanggal 2 April 2012.
134
Ahmad Hasan Wawancara pada tanggal 12 April 2013
315
2 Model Makassar betul-betul memperhatikan mutu secara serius, maka mereka
harus memahami dan mendalami akar permasalahan terhadap hambatan tersebut,
karena untuk menyelesaikan masalah dengan baik diperlukan pemahaman terhadap
penyebab-penyebabnya, dan analisa terhadap kegagalan mutu merupakan salah satu
konsep terpenting dari pendekatan TQM. 135
Setelah mengkaji dari
hasil riset,
terutama yang berhubungan dengan
penerapan TQM pada lembaga pendidikan. Hambatan dan tantangan yang
ditemukan paling sedikitnya disebabkan dua faktor , yaitu faktor-faktor umum dan
faktor-faktor khusus, sebagaimana yang digambarkan Sukriyati 136seperti berikut;
Pertama, faktor-faktor umum adalah permasalahan yang diakibatkan oleh
kegagalan sistem. Masalah sistem ini merupakan masalah internal proses institusi
pada setiap lembaga pendidikan. Masalah-masalah tersebut hanya bisa diatasi jika
sistem, proses dan prosedur pengembangan lembaga pendidikan tersebut dirubah
sesuai keinginan pelanggan.
Adapun faktor-faktor umum yang sering menghambat penerapan TQM pada
lemabaga pendidikan, menurut Sukriyati biasanya137 disebabkan oleh beberapa
sumber seperti desain kurikulum yang dilakukan oleh guru mata pelajaran belum
optimal atau masih lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja
yang buruk, sistem dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampangan,
sumber daya yang kurang, dan pengembangan staf yang tidak memadai. Jika
kesalahan dan kegagalan tersebut diidentifikasi sebagai akibat dari masalah sistem,
135
Zuhriani, Guru MAN 2 Model Makassar wawancara, di MAN 2 Model Makassar pada
tanggal 10 April 2013.
136
137
Sukriyati, Wawancara pada tanggal 12 April 2013
Sukriyati, Wawancara pada tanggal 15 April 2013.
316
kebijakan, atau sumber daya, maka hal tersebut adalah sebuah kelemahan, namun
masalah seperti tersebut
sebahagian besar sudah teratasi dan dibenahi secara
bertahap pada MAN 2 Model Makassar.138
Kelemahan-kelemahan tersebut tidak dibiarkan begitu saja terjadi, melainkan
telah diadakan perubahan kebijakan baik sistem maupun prosedur pelaksnaannya.
Hal terpenting yang harus dicatat di sini, bahwa kebijakan pimpinan menjadi sebuah
solusi yang tepat, karena
selama ini dipahami
hanya manajemen atau
kepemimpinan kepala madrasah yang memiliki wewenang untuk menetapkan
kebijakan atau mendesain ulang sebuah sistem. Staf yang lain mungkin melihat
perlunya perubahan, tetapi implementasi perubahan sistem tersebut hanya akan
terjadi ketika manajemen mengambil tindakan.
Untuk menentukan solusi dan pemecaham masalah, diperlukan data dan fakta
atas terjadinya kendala yang mengakibatkan terganggunya manajemen mutu
pendidikan( TQM ) pada lembaga tersebut, disamping itu kegiatan pemeriksaan dan
pengawasan harus dilaksanakan secara teratur dan berkesinambungan.
Kedua; Faktor-faktor khusus sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan
yang tidak diikuti atau ditaati, baik secara individu maupun secara kelompok.
Ahmad Hasan mengemukakan, bahwa faktor khusus yang dimaksud adalah
hambatan yang
diakibatkan secara individu dari sebahagian guru dan staf yang
tidak memiliki skill, pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan untuk menjadi seorang
guru yang profesional atau manajer pendidikan/ kompetensi leadersip juga masih
lemah, ditambah dengan kurangnya motivasi dan semangat kerja personil madrasah,
138
Kamaria Rahman, wawancara pada tanggal 14 April 2013.
317
bahkan sering terjadi kesalah fahaman diantara sesama warga sebagai akibat
kegagalan komunikasi ( Mis communacation).139
Jika sebuah masalah pada MAN 2 Model Makassar disebabkan oleh sebabsebab khusus, maka masalah itu bisa diatasi dengan tanpa mengganti kebijakan atau
mendesain kembali sistem, karena mengubah sistem merupakan hal yang tidak tepat
dan bisa mengakibatkan terjadinya kegagalan yang lebih fatal. Sumber kegagalan
membutuhkan identifikasi dan penyelesaian yang cermat dan melibatkan banyak
orang. Menangani faktor-faktor khusus yang menjadi penghambat juga merupakan
tanggung jawab manajemen dan pihak madrasah. Banyak masalah khusus dalam
pendidikan yang muncul dari sejumlah kecil individu yang kurang memiliki motivasi
atau ketrampilan untuk menjadi seorang guru yang efektif. Hanya pimpinan yang
memiliki otoritas untuk menemukan solusi yang tepat dalam masalah ini.
Kelemahan
atau
hambatan
yang
dirasakan
dalam
mengembangkan
manajemen mutu pada MAN 2 Model Makassar, Kaharuddin dan beberapa guru
lainnya justeru melihatnya lain, dengan membagi menjadi dua faktor yaitu; faktor
internal dan faktor eksternal, sebagai berikut; 140
Pertama; Faktor internal adalah faktor-faktor yang menghambat upaya
peningkatan mutu pendidikan pada MAN 2 Model yang berasal dari dalam yang
dapat dilihat pada beberapa bentuk antara lain;
7) Sikap dan perilaku terhadap mutu. Sikap dan perilaku adalah tindakan
seseorang, yang dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan
pengalaman serta iklim dan budaya organisasi yang dialaminya. Menurut
139
140
Ahmad Hasan, Wawancara pada tanggal 12 April 2013
Kaharuddin, dkk, wawancara pada tanggal 13 April 2013.
318
Kaharuddin, bahwa sikap dan perilaku sebagian warga MAN 2 Model
terhadap budaya mutu masih rendah, meskipun mereka berulangkali
diberi penekanan tentang mutu, terutama dalam pelaksanaan proses
pembelajaran, namun harapan ini belum terimplementasi secara optimal.
8) Kualitas Pendidik dan tenaga kependidikan belum merata.Tenaga
pendidik dan kependidikan merupakan sumber daya yang paling utama
dalam mengejar mutu pendidikan, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Ahmad Hasan,141 bahwa masih ada 20 % SDM tenaga pendidik dan
kependidikan yang masih lemah, bahkan kinerjanya belum memuaskan,
seperti lemahnya dalam penguasaan materi dan metode, pemanfaatan
RPP belum maksimal, pemahaman dan pemanfaatan media pembelajaran
yang masih rendah, dll.
9) Budaya mutu belajar siswa masih rendah. Budaya belajar siswa yang
dimaksudkan disini adalah semangat belajar yang dimiliki oleh
sebahagian siswa masih rendah, sehingga berimbas terhadap kemmpuan
daya serap ikut pula menurun. Hal ini diakui oleh Erniwati bahwa
memang masih ada beberapa kelas tertentu yang mengalami hal yang
demikian(semangat dan daya serapnya masih rendah) dan kelas seperti ini
biasanya diberikan bimbingan khusus oleh guru mata pelajaran yang
bersangkutan.142
10) Sistem pembelajaran lebih menitikberatkan pada kuantitas hasil dari ada
kualitas proses, yang diutamakan berapa yang harus diluluskan, bukan
bagaimana kualitas/mutu kelulusan peserta didik.
141
142
Ahmad Hasan, Wawancara pada tanggal 12 April 2013
Erniwati,Wawancara pada tanggal 12 April 2013
319
11) Organisasi pengembangan professional guru seperti KKM dan MGMP
belum terkelola secara maksimal.
12) Sebahagian guru masih mempergunakan sistem dan pola pembelajaran
lebih berorientasi pada pembelajaran yang berpusat pada guru( teacher
centred approach), yang seharusnya pola pembelajaran yang baik adalah
pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik( student centred
approach), dan
13) Sebahagian guru kurang memeperhatikan tingkat kemampuan, kecakapan
belajar dan gaya belajar peserta didik, bahkan diantara guru juga kurang
memperhatikan karakteristik peserta didik, seperti bermasa bodoh, tidak
bersemangat, kurang motivasi dan sebagainya, sehingga kebiasaan yang
jelek tidak berubah kearah yang lebih baik. Jamaluddin menambahkan
bahwa faktor yang menghambat kelancaran pembelajaran pada MAN 2
Model
Makassar
yaitu;
a)
Infrastruktur
masih
membutuhkan
penyempurnaan misalnya; Media pembelajaran LCD dan laptop, b)
Disiplin sebahagian guru dalam proses pemebalajar yang kurang
memuaskan, c) Sumber dana terkait dengan pengembangan kegiatan
MAN 2 Model Makassar belum tersosialisasikan.143
Kedua ; Faktor eksternal yang menghambat pengembangan manajemen mutu
pendidikan pada MAN 2 Model Makassar pada prinsipnya tidak terlalu berat,
bahkan sebaliknya justeru menjadi pemicu untuk lebih giat dan bersungguh-sungguh
mengahadapi tantangan yang dihadapi seperti;144
143
Jamaluddin, wawancara pada tanggal 3 April 2013.
144
Jamaluddin dan Laode Riasi, wawancara pada tanggal 3 April 2013.
320
4) Persaingan
mutu
sekolah/madrasah
semakin
berat,
pembinaan
pembelajaran harus dilaksanakan semakin sungguh-sungguh.
5) Tuntutan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
dana madrasah semakin tinggi, terutama dari Badan Pemeriksa
Keuangan, LSM dan Perss. Pengelolaan keuangan yang dimaksud adalah
baik dana rutin maupun dana komite madrasah; Kedua sumber keuangan
ini harus dikelola secara professional, baik dibidang administrasi maupun
dalam hal pembukuan yang benar dan akuntabel. Mengelolanya dengan
bukti-bukti pemasukan dan pengeluiaran menyita waktu banyak.
6) Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
canggih, yang sering mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku peserta
didik kearah yang negative, seperti pergaulan bebas, menurunnya
penghayatan dan penagamalan terhadap ajaran Islam, dan lain-lain,
sehinggi guru harus lebih memperketat pengawasan terhadap peserta
didik dengan mengefektifkan bimbingan dan konseling.
Sebahagian orang tua siswa hanya menyerahkan sepenuhnya kepada
madrasah terhadap pembinaan anak-anaknya, sementara meraka kurang atau sama
sekali tidak memberikan bimbingan dan perhatian dalam kehidupan rumah
tangganya, sehingga tidak ada sinergitas antara harapan madrasah dengan kondisi
lingkungan sehari-hari yang dialami oleh peserta didik.
Kelemahan-kelemahan tersebut tidak dibiarkan begitu saja terjadi, melainkan
telah diadakan perubahan kebijakan baik sistem maupun prosedur pelaksnaannya.
Hal terpenting yang harus dicatat di sini, bahwa kebijakan pimpinan menjadi sebuah
solusi yang tepat, karena
selama ini dipahami
hanya manajemen atau
321
kepemimpinan kepala madrasah yang memiliki wewenang untuk menetapkan
kebijakan atau mendesain ulang sebuah sistem. Staf yang lain mungkin melihat
perlunya perubahan, tetapi implementasi perubahan sistem tersebut hanya akan
terjadi ketika manajemen mengambil tindakan.
Untuk menentukan solusi dan pemecaham masalah, diperlukan data dan fakta
atas terjadinya kendala yang mengakibatkan terganggunya manajemen mutu
pendidikan( TQM ) pada lembaga tersebut, disamping itu kegiatan pemeriksaan dan
pengawasan harus dilaksanakan secara teratur dan berkesinambungan.
Kamariyah Rahman menguraikan bahwa dalam mendukung hubungan
madrasah dengan masyarakat, yang dapat dilakukan dengan tujuan;
b) Membantu madrasah dalam melaksanakan teknik-teknik hubungan madrasah
dengan masyarakat dengan cara: guru MAN 2 Model Makassar hendaknya
selalu berpartisipasi dalam lembaga dan organisasi di masyarakat, dan guru
hendaknya membantu memecahkan masalah yang timbul dalam masyarakat
kota Makassar .
c) Guru MAN 2 Model Makassar berusaha membuat lebih baik lagi dalam
masyarakat melalui penyesuaian diri dengan adat istiadat masyarakat karena
guru MAN 2 Model Makassar adalah tokoh milik masyarakat. Tingkah laku
guru di MAN 2 Model Makassar dan di masyarakat menjadi panutan yang
pada akhirnya masyarakat memberikan dukungan pada madrasah.
d) Guru harus melaksanakan kode etiknya karena kode etik merupakan
seperangkat aturan atau pedoman dalam melaksanakan tugas profesinya.145
145
Kamariyah Rahman, wawancara pada tanggal 2 Mei 2013.
322
e) Sebagai perimbangannya tentu aktivitas pengembangan yang dilakukan
oleh MAN 2 Model Makassar tidak luput dari hal-hal yang
menghambat, diantaranya adalah; tidak semua guru sanggup memahami
dan menjabarkan kebijakan kepala madrasah yang beorientasi pada visi
dan misi MAN 2 Model Makassar sehingga terkesan tidak setuju dengan
berbagai kebijakan pengembangan yang dilakukan oleh pimpinannya.
Untuk menanggulangi hambatan ini maka kepala
MAN 2 Model
Makassar, secara rutin dan intensif melakukan sosialisasi programnya
baik dalam rapat-rapat maupun penjelasan langsung kepada pihak-pihak
yang belum jelas, karena baginya penolakan dilakukan karena atas dasar
ketidak tahuannya, oleh karena itu perlu diberi tahu, inipun jumlahnya
sangat kecil sehingga mudah penanggulangannya.
, yang dijabarkan ke dalam tiga bentuk yaitu;
a) Penjabaran mata pelajaran umum, kecuali pelajaran agama disesuaikan
dengan Peraturan Kementerian Agama.
b) Penciptaan suasana keagamaan, antara lain melalui proses pembinaan yang
Islamy, pemamfaatan sarana peribadatan serta pengunaan metode dan
pendekatan keagamaan dalam penyajian mata pelajaran yang memungkinkan.
c) Peningkatan kualifikasi guru baik melalui sertifikasi guru maupun melalui
diklat, serta melalui penentuan guru secara selektif, yaitu guru pada MAN 2
Model Makassar harus beragama Islam dan berakhlak mulia.146.
d) bangsa yang mampu menyapa realitas sosial dimasa yang akan datang
dengan landasan keimanan dan keagamaan. Sebagai siswa dan tenaga yang
professional dan agamis diharapkan mereka dapat melaksanakan tugas dan
tanggungjawab yang dilandasi dengan keyakinan bahwa yang dilakukannya
merupakan usaha konkrit sebagai pengabdian pada agama, nusa, bangsa, dan
kemanusiaan, untuk mencerdaskan bangsa, untuk memelihara nilai-nilai
146
Massarappi, wawancara pada tanggal 10 April 2013.
323
luhur baik yang bersumber dari ajaran agama maupun budaya bangsa, untuk
melahirkan generasi pembagunan modern yang bertaqwa, atau untuk
membina generasi yang lebih andal dan sebagainya.
e) Hal tersebut ditanamkan pada jiwa guru dan staf MAN 2 Model Makassar
sejak masa perekrutan hingga pembinaan selanjutnya karena jika perbuatan
mendidik hanya didorong oleh kebutuhan memperoleh nafkah, maka guruguru maupun staf hanya akan bekerja ala kadarnya, bekerja secara mekanistis
dan formalistis. Selain sikap tersebut, pembaruan pada segmen pendidikan
dimaksudkan untuk menanamkan idealisme pada guru-guru dan staf, dengan
idealisme akan melahirkan rasa cinta pada guru terhadap profesinya, terhadap
pekerjaanya, terhadap siswanya dan sebagainya. Dengan dasar rasa cinta,
maka guru dan staf akan berbuat yang terbaik bagi peserta didik dan bagi
pendidikan, bahkan dengan idealisme tersebut seluruh kemampuan yang
dimiliki akan tumbuh dan berkembang secara wajar, demikian sebaliknya
tanpa idealisme dan rasa cinta kemampuan-kemampuan yang dimiliki hanya
akan tampak seperti lampu yang kekurangan minyak.
f) Jika sebuah masalah disebabkan oleh sebab-sebab khusus, maka masalah itu
bisa diatasi dengan tanpa mengganti kebijakan atau mendesain kembali
sistem, karena mengubah sistem merupakan hal yang tidak tepat dan bisa
mengakibatkan terjadinya kegagalan yang lebih fatal. Sumber kegagalan
membutuhkan identifikasi dan penyelesaian yang cermat dan melibatkan
banyak orang. Menangani faktor-faktor khusus yang menjadi penghambat
juga merupakan tanggung jawab manajemen dan pihak madrasah. Banyak
masalah khusus dalam pendidikan yang muncul dari sejumlah kecil individu
324
yang kurang memiliki motivasi atau ketrampilan untuk menjadi seorang guru
yang efektif.
Prinsip-prinsip landasan pengembangan pendidikan pada MAN 2 Model
Makassar yaitu:
1. Prinsip pertautan yang sempurna dengan ajaran Islam;
2. Prinsip tujuan universal dari materi yang dituangkan dalam kurikulum
3. Prinsip keseimbangan relatif diantara tujuan dan isi kurikulum;
4. Prinsip keterkaitan antara isi kurikulum dengan bakat, minat, kemampuan
dan kebutuhan peserta didik, baik dalam hubungan dengan alam fisik, psikis
dan sosial;
5. Prinsip pemeliharaan perbedaan di antara individu peserta didik;
6. Prinsip perkembangan dan perubahan;
7. Prinsip pertautan antara mata pelajaran, pengalaman dan aktivitas-aktivitas
yang terkandung dalam kurikulum.
Pada uraian-uraian sebelumnya, secara umum telah digambarkan penerapan
Total Quqlity Management (TQM) sesuai hasil penelitian ini, maka pada bagian
akhir dari BAB ini diketengahkan analisa penerapan TQM pada MAN 2 Modal
Makassar dengan mengungkap beberapa hal yang masih perlu diprtimbangkan
pelaksanaannya jika betul-betul penerapan TQM pada madrasah akan di optimalkan,
sebagaimana langkah-langkah berikut ini;
1. Fokus pada pelanggan, dalam konteks TQM, baik pelanggan internal maupun
pelanggan eksternal merupakan driver (pengemudi), pelanggan eksternal, terutama
peserta didik menetukan kualitas pruduk atau jasa yang diinginkan, sementara
pelanggan internal menentukan kualitas manusia atau pengelola yang akan
325
memproduksi barang atau jasa. Hal ini dimaksudkan bahwa peserta didik sebagai
pelanggan eksternl mereka menentukan spesifikasi kualitas jasa yang diinginkan,
maka disini terjadi proses negosiasi dengan pimpinan lembaga pendidikan yang
akan memproduksi jasa tersebut. misalnya 20 orang calon peserta didik, akan
mendaftar di lembaga pendidikan komputer, maka mereka menyampaikan
keinginannya kepada pimpinan atau pengelola lembaga tersebut mengenai kualitas
proses pembelajarannya, termasuk guru, sarana dan prasarana serta peralatan lainnya
yang sesuai keinginan pelanggan ( peserta didik).
e. Misi
8) Menyeleggarakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menarik
(PAKEM) serta berkarakter untuk menumbuhkembangkan kemampuan
peserta didik secara optimal.
9) Menumbuhkembangkan semangat keunggulan dan budaya belajar yang
tinggi kepada peserta didik untuk bersaing di tingkat sekolah, lokal,
nasional dan internasional
10)
Mengoptimalkan kegiatan ekstra kurikuler dan pengembangan diri
sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya.
11)
Menumbuhkembangkan perilaku terpuji dan praktik nyata
12)
Mewujudkan madrasah yang berwawasan lingkungan (green school)
13)
Meningkatkan komitmen seluruh tenaga pendidik dan kepedidikan
terhadap tugas pokok dan fungsinya
14)
Menyelenggarakan tatakelola madrasah yang efesien, efektif. 147
f. Program pendidikan.
15)
Melaksanakan kegiatan PBM untuk pengembangan ranah intelektual,
life skill dan akhlakul karimah (kognitif, efektif, dan psikomotorik)
16)
Memprakarsai dan berpartisipasi dalam berbagai event ekstra
kurikuler madrasah untuk mencapai keunggulan komparatif.
17)
Melaksanakan pembinaan ketenagaan untuk pengembangan karier
dan kesejahteraannya.
g. Tujuan Pendidikan.
147
Profil MAN 2 Model Makassar 2013
326
Secara khusus MAN 2 Model Makassar bertujuan untuk menghasilkan
luaran pendidikan yang memiliki keunggulan dalam hal-hal berikut ini :
7) Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha
Esa.
8) Meningkatkan kualitas dan kuantitas lulusan yang melanjutkan ke perguruan
tinggi baik dalam maupun luar negeri.
9) Menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan teknologi dan komunikasi
yang mendalam dan luas.
10) Menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, motivasi dan komitmen yang
kuat untuk mencapai prestasi dan keunggulan.
11) Menghasilkan lulusan yang memiliki kepekaan dan kepedulian sosial,
lingkungan dan kepemimpinan.
12) Menghasilkan lulusan yang memiliki disiplin yang tinggi ditunjang oleh
kondisi fisik yang prima.148
Model Makassar yang masih berada pada tataran konseptual, oleh kerena
itu dalam penerapannya hanya dilihat pada dua aspek kajian, pertama kajian dalam
tataran konsep, yaitu suatu pendekatan dalam menjalankan kegiatan pendidikan
yang berupaya memaksimalkan mutu output diikuti dengan penyempurnaan secara
terus-menerus terhadap sistem manajemen pendidikan dan kedua kajian mencakup
cara penyampaiannya, termasuk proses pembelajarannya yang searah dengan 10
(sepuluh) prinsip atau karakteristik TQM yaitu; a) Fokus pada pelanggan (terutama
peserta
4) Program ekslarasi memerlukan pembinaan yang
lebih professional, dan
peserta didik yang masuk pada program ini adalah mereka yang memiliki integritas
pribadi dan kompetensi di atas rata-rata dan mereka dapat menyelesaikan kegiatan
148
Profil MAN 2 Model Makassar 2013
327
belajar di madrasah dengan waktu yang relatif cepat, yaitu semestinya ditempuh 3
tahun menjadi hanya 2 tahun.149
Selanjutnya Ahmad Hasan memprediksi bahwa kepemimpinan dalam sebuah
organisasi pendidikan
dapat dikatakan sukses, jika menunjukkan gejala-gejala
sebagai berikut :
Semakin meningkatnya konsistensi dalam memberikan pelayanan secara
menyeluruh untuk kepentingan peningkatan kualitas peserta didik dan SDM.
Semakin berkurangnya kekeliruan dalam bekerja yang berdampak pada
ketidakpuasan peserta didik dan
masyarakat yang dilayani. Semakin
meningkatnya disiplin waktu dan disiplin kerja. Semakin sempurnanya
pengelolaan inventarisasi aset madrasah, terkendali dan tidak berkurang/hilang
tanpa diketahui sebab-sebabnya. Kontrol atau pengawasan berlangsung secara
efektif, mencegah penyimpangan dalam pemberian pelayanan. Adanya
penghematan dana dan waktu dalam bekerja. Keterampilan dan keahlian
bekerja ditingkatkan dan dikembangkan terus menerus, dan perbaikan metode
atau cara bekerja yang produktif selalu disesuaikan dengan perubahan dan
perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga kualitas produk dan mutu
pelayanan terus meningkat.150
Kemajuan yang telah dicapai MAN 2 Model dalam lima tahun terakhir
cukup menggembirakan, karena sudah dapat tampil sebagai pesaing yang tangguh
dari sekolah/madrasah yang sederajat di tingkat Kota Makassar sebagaimana
penjelasan Khoiri;
Al hamdulillan selama beberapa tahun terakhir ini, kemampuan peserta didik
madrasah kita ini sudah diperhitungkan oleh sekolah unggulan yang ada di
Makassar, bahkan sudah banyak prestasi yang diraih madrasah ini, tidak
diperoleh sekolah lain, contohnya lomba bahasa, lomba matematika, dll,
bahkan SMA 17 sering dikalah. Tetapi yang hebat di Makassar sebenarnya
SMA Islam Athirah, kalau SMA yang lain seperti sekolah yang sudah ditunjuk
149
Akselerasi belajar tidak sama dengan "loncat kelas" sebab dalam akselerasi belajar
setiap peserta didik tetap harus mempelajari seluruh bahan ajar yang semestinya dipelajari (belajar
tuntas). Akselerasi belajar dapat dilakukan dengan bantuan modul atau lembar kerja yang
disediakan madrasah. Program ini sudah diterapkan di MTs Negeri Model Makassar sejak tahun
ajaran 2011/2012 sampai sekarang.
150
Ahmad Hasan, wawancara pada tanggal 8 April 2013.
328
sebagai sekolah bertaraf internasional (SBI), masih bersaing dengan MAN 2
Model Makassar.151
Kemajuan lain yang terlihat adalah pendaftaran calon siswa baru setiap
tahunnya semakin bertambah. Sedang prestasi yang diraih melalui perlombaan, baik
yang bersifat akademik maupun non akademik telah mendapatkan sejumlah
penghargaan yang tersimpan di MAN 2 Model Makassar. Bukti lain adalah
banyaknya tamatan MAN 2 Model diterima di perguruan tinggi negeri dan swasta,
baik di Kota Makassar maupun di luar Kota Makassar.152
Iklim dan Budaya Organisasi Madrasah.
Pengembangan madrasah yang efektif, efisien, produktif dan akuntabel
perlu ditunjang oleh perubahan berbagai aspek pendidikan lainnya, termasuk iklim
dan budaya madrasah (school climate). Perubahan iklim dan budaya madrasah perlu
dilakukan untuk merespons kondisi pendidikan pada MAN 2 Model Makassar.
Jika sebuah lembaga pendidikan tidak diikat oleh budaya organisasi serta
kondisi lingkungan yang menyenangkan, maka lembaga itu akan mengalami ketidak
151
Khoiri, Wakamad Kesiswaan MAN 2 Model Makassar, Wawancara di MAN 2 Model
Makassar, pada tanggal 4 Juni 2013.
152
Kepastian jumlah alumni/siswa yang terserap di PTN/PTS, tidak diperoleh data yang
akurat, disebabkan karena siswa yang berhasil masuk di PTN/PTS kurang yang datang melaporkan
dirinya ke Tata Usaha MAN 2 Model Makassar. Nurlaela, Kepala Tata Usaha MAN 2 Model
Makassar, wawancara, tanggal, 7 Agustus 2013.
329
harmonisan dan kelanggengan dalam kehidupan madrasah yang bersangkutan.
Penciptaan
dan pemeliharaan
iklim dan budaya yang kondusif untuk belajar
ditandai dengan terciptanya lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan tertib,
sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Iklim dan budaya madrasah
yang kondusif sangat penting agar peserta didik merasa senang dan bersikap
positif terhadap madrasahnya.
Kehidupan madrasah semakin menyenangkan kitika setiap warga saling
menghargai satu sama lain, dan masing-masing bertanggung jawab dalam
menciptakan keamanan dan kenyamanan semakin besar, bahkan orang tua ikut
bersama-sama dalam menciptakan kondisi seperti itu, sehingga mereka merasa
memiliki dan menganggap madrasahnya sendiri.
Kondisi seperti itu dapat terjadi melalui penciptaan norma dan kebiasaan
yang positif, hubungan dan kerja sama yang harmonis yang didasari oleh sikap
saling menghormati. Selain itu, iklim dan budaya madrasah
yang kondusif
mendorong setiap warga madrasah untuk bertindak dan melakukan sesuatu yang
terbaik yang mengarah pada prestasi peserta didik yang tinggi. Meningkatkan
prestasi peserta didik terutama
prestasi akademik mereka, menjadi harapan
utama bagi orang tua peserta didik. Hal ini dapat tercapai jika kepala madrasah, guru
dan staf memahami standar mutu pelayanan yang semestinya dilaksanakan, oleh
karena itu standar mutu untuk berprestasi bagi kepala madrasah, guru dan staf
madrasah, ditandai dengan terciptanya iklim dan budaya madrasah yang baik.
Jamaluddin mengemukakan;
Persepsi sebagai madrasah yang memiliki keunggulan diperlihatkan dengan
jelas kepada seluruh warga madrasah. Memiliki fasilitas fisik yang dirawat
dengan baik, penampilan fisik madrasah selalu bersih, rapi, nyaman dan
aman. Pekarangan dan lingkungan madrasah ditata sedemikian rupa
sehingga memberi kesan asri, teduh, dan nyaman. Poster-poster informasi
330
(poster berisi pesan-pesan positif) digunakan dan dipajang di berbagai
tempat stategis yang mudah dan selalu dilihat oleh peserta didik. Kondisi
kelas yang menyenangkan sehingga tercipta suasana yang mendorong peserta
didik belajar.153
Pada sisi lain, guru selalu mengembangkan metode-metode mengajar yang
sesuai dengan indikator-indikator pembelajaran. Prestasi peserta didik yang tinggi
disampaikan kepada seluruh orang tua peserta didik. Seluruh staf dan guru
berkomitmen untuk mengembangkan
budaya mutu dalam menjalankan
tugas
sehari-hari.
Iklim dan budaya madrasah yang kondusif merupakan harapan semua warga
madrasah, terlebih jika hal itu terkait dengan proses pembelajaran, sehingga semua
warga madrasah diharapakan menjaga dan memelihara iklim dan budaya madrasah
semaksimal mungkin demi terciptanya kenyamanan dalam kampus madrasah.
Dari hasil wawancara dengan Kepala MAN 2 Model Makassar, diperoleh
keterangan bahwa;
penyelenggaraan pendidikan di MAN 2 Model didasari oleh keyakinan bahwa
pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik
seoptimal mungkin yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang
bermartabat, kreatif, inovatif, serta berupaya
menumbuhkan dan
mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Sedang pada sisi
lain MAN 2 Model Makassar berfungsi mengembangkan pendidikan yang
relevan dengan kebutuhan peserta didik, baik kebutuhan individu, keluarga
maupun kebutuhan masyarakat secara luas.154
MAN 2 Model Makassar senantiasa mengembangkan nilai-nilai pembelajaran
yang berbasis IPTEK dan tidak mengabaikan nilai-nilai moralitas (IMTAQ) hal ini
sejalan dengan visi dan misi MAN 2 Model. Salah satu missi sentral pendidikan di
MAN 2 Model Makassar adalah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), yang
153
Jamaluddin, Wawancara pada tanggal, 14 Mei 2013.
Ahmad Hasan, wawancara pada tanggal 14 Mei 2013.
154
331
benar-benar utuh,
tidak hanya secara jasmaniah,
tetapi juga
secara batiniah.
Peningkatan kualitas SDM itu dilaksanakan dengan tujuan untuk;
(1) meningkatkan kinerja madrasah baik prestasi akademik maupun non
akademik melalui inovasi dalam input dan proses pembelajaran.
(2) meningkatkan mutu proses pembelajaran, mengembangkan bahan ajar
serta memberikan bimbingan secara efektif, sehingga peserta didik dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.
(3) menciptakan lingkungan pengajaran dan lingkungan belajar
yang
kondusif.
(4) menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan
juga budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan lokal.
(5) mengembangkan standar pencapaian ketuntasan kompetensi, serta
meningkatkan prestasi intra dan ekstra kurikuler.
(6) meningkatkan partisipasi masyarakat bersama dengan orang tua murid
yang diwakili oleh komite madrasah, dan
(7) mengembangkan standar penilaian sesuai dengan ketentuan yang ada. 155
5)
Perbaikan mutu Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana pendidikan adalah peralatan, perlengkapan dan gedung
yang secara
langsung dipergunakan untuk menunjang proses
pendidikan,
khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung ruang kelas, meja kursi, serta
alat-alat dan media pembelajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana
pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya
155
Direkam dari hasil wawancara dengan H. Ahmad Hasan dan Guru-Guru MAN 2 Model
Makassar, di Makassar pada tanggal 8 April 13.
332
proses pendidikan atau pembelajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, dan
lain-lain yang sejenis, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses
belajar mengajar, seperti taman madrasah untuk pembelajaran biologi, halaman
madrasah sekaligus sebagai lapangan olah raga, komponen
tersebut merupakan
sarana pendidikan. Semua komponen sarana dan prasarana tersebut sudah ada di
MAN 2 Model Makassar, sehingga wajar jika dikatakan, bahwa MAN 2 Model
Makassar adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan
Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, yang memiliki fasilitas yang
lengkap.
Sarana dan prasarana
pendidikan pada MAN 2 Model Makassar, yang
jumlahnya begitu banyak, sehingga membutuhkan penanganan khusus, dengan
mengalokasikan sejumlah anggaran yang memadai dari dana Komite. Menurut
Jamaluddin, sarana dan prasarana harus ditata dan dikelola dengan baik agar dapat
memberikan kontribusi secara optimal
pendidikan. Kegiatan
pengelolaan
dan berarti pada
jalannya
proses
yang dimaksud adalah meliputi kegiatan
perencanan pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan pemeliharaan.
Pengelolaan dan penataan sarana dan prasarana yang baik diharapkan
menciptakan madrasah yang bersih,
rapih,
dan indah,
dapat
sehingga menciptakan
kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid. Di samping itu, juga
diharapkan
tersedianya
alat-alat atau
fasilitas belajar yang memadai secara
kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan peserta didik. 156lebih lanjut
Jamaluddin mengemukakan bahwa sarana dan prasarana yang ada sudah lebih dari
yang cukup, tinggal pemeliharaannya yang perlu diperhatikan agar tetap utuh.
156
Jamaluddin,Wawancara pada tanggal, 12 Mei 2013.
333
H. Ahmad Hasan mengemukan, bahwa pengadaan dan pemeliharaan sarana
dan prasarana MAN 2 Model Makassar, diperoleh dari dua sumber, yaitu; 1) dari
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama, dan 2) dari masyarakat atau Komite.
Jika dilihat perkembangan dan kemajuan pembangunan sarana dan prasarana, baik
dari kualitas maupun dari segi kuantitasnya, dapat dikatakan sudah cukup memadai.
Daya tampung ruang kelas sudah sesuai SPM yang telah diatur oleh pemerintah atau
BSNP, fasilitas olah raga dan seni sudah lengkap atau sudah dapat memenuhi
kebutuhan peserta didik dan guru MAN 2 Model Makassar. 157
6) Pemberdayaan Komite Madrasah dan Masyarakat
Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar sebagai lembaga pendidikan yang
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Kota Makassar, sebab keduanya memiliki
kepentingan, MAN 2 Model Makassar merupakan lembaga formal yang diserahi
mandat untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda menjadi generasi
yang berkualits, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu.
Menurut Kaharuddin bahwa MAN 2 Model Makassar tidak dibenarkan mengisolasi
diri dari masyarakat, ia tidak boleh melaksanakan idenya sendiri dengan tidak mau
tahu aspirasi masyarakat pengguna, bila hal ini dilakukan berarti ia menuju ke
ambang kehancuran.158
MAN 2 Model Makassar dengan masyarakat Kota Makassar tidak bisa
dipisahkan karena antara madrasah dan masyarakat saling membutuhkan.
Terbinanya hubungan atau komunikasi yang baik akan meningkatkan pengertian
dan partisipasi masyarakat terhadap peningkatan dan pengembangan madrasah. Hal
157
Ahmad Hasan dan A. Swarda, Wawancara pada tanggal 18 April 213.
158
Kaharuddin, wawancara pada tanggal 24 April 2013.
334
ini dipertegas oleh Kaharuddin dan Khoiri bahwa;
Tujuan hubungan madrasah dengan masyarakat pengguna dapat ditinjau dari dua
dimensi, yaitu kepentingan madrasah dan kebutuhan masyarakat.159
Ditambahkan oleh Khoiri bahwa hubungan madrasah dengan masyarakat
berdasarkan dimensi kepentingan madrasah yaitu: memelihara kelangsungan
hidup madrasah, meningkatkan mutu pendidikan di madrasah, memperlancar
kegiatan pembelajaran, memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat
dalam rangka pengembangan dan pelaksanaan program-program madrasah.160
Ahmad Hasan menambahkan bahwa dalam melaksanakan hubungan
madrasah dengan masyarakat, pada hakekatnya tidak ada aturan yang mengikat,
karena masyarakat terutama orang tua peserta didik diberi kesempatan se luasluasnya menyampaikan saran dan pendapat, bahkan keluhan yang dialami anaknya
selama belajar di MAN 2 Model Makassar semuanya mendapat pelayanan yang baik.
Jika ada peraturan yang dikeluarkan oleh madrasah, maka hal itu hanya tata tertib
yang mengatur peserta didik agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar. 161
Dalam hal pemilihan Ketua Pengurus Komite MAN 2 Model Makassar
menurut Ahmad Hasan dilaksanakan secara domokratis melalui musyawarah
mufakat, dengan tetap memperhatikan beberapa prinsip, yaitu:
Pertama, Prinsip otoritas, bahwa yang ditunjuk untuk menjadi ketua adalah orang
tua yang mempunyai otoritas dan kewibawaan dan punya pengalaman di bidang
pendidikan, sehingga yang bersangkutan dapat berkontribusi dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Kedua, Prinsip keterbukaan, yaitu
kepengurusan Komite Madrasah harus memiliki sifat keterbukaan dalam
program-program kegiatan madrasah, keterbukaan ini sedapat mungkin diketahui
oleh orang tua peserta didik, sehingga terbina saling pengertian antara warga
madrasah, pengurus komite dan orang tua peserta didik. Ketiga Prinsip
sensitivitas, yaitu dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan
masyarakat, pengurus harus memiliki kepekaan terhadap kebutuhan serta
harapan masyarakat Kota Makassar, dan keempat, Prinsip kejujuran, yaitu apa
yang disampaikan kepada masyarakat haruslah sesuatu apa adanya dan
disampaikan secara jujur, kelima, Prinsip ketepatan, yaitu apa yang disampaikan
159
Kaharuddin, wawancara pada tanggal 24 April 2013.
160
Khoiri, wawancara pada tanggal 24 Mei 2013
161
Khori, wawancara pada tanggal, 24 Mei 2013.
335
madrasah kepada masyarakat harus tepat waktu dan tepat sasaran. 162
Sedangkan menurut Kaharuddin, bahwa keterlibatan masyarakat pada MAN
2 Model Makassar dilakukan dalam beberapa hal yaitu: Orang tua siswa/komite
dilibatkan dalam penyusunan program madrasah termasuk pelaksanaannya,
memberikan saran untuk pengembangan madrasah, memonitor kemajuan belajar
peserta didik secara priodik,
melakukan komunikasi dengan madrasah secara
teratur, dan orang tua siswa/komite aktif memberi saran perbaikan untuk kemajuan
madrasah.163
Hubungan guru MAN 2 Model Makassar dengan masyarakat perlu terjalin
baik dan berlangsung secara kontinu, oleh karenanya diperlukan kemampuan guru
untuk berhubungan dengan masyarakat. Untuk mencapai hal itu diperlukan perilaku
dari guru pada MAN 2 Model Makassar yang cocok dengan struktur sosial
masyarakat setempat, sebab ketika kompetensi dan perilaku guru tidak cocok
dengan struktur sosial dalam masyarakat maka akan terjadi benturan pemahaman
dan salah pengertian terhadap program yang dilaksanakan madrasah dan berakibat
tidak adanya dukungan masyarakat terhadap MAN 2 Model Makassar, padahal
MAN 2 Model Makassar dan masyarakat memiliki kepentingan yang sama dan peran
yang strategis dalam mendidik dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas.
Kemampuan guru MAN 2 Model Makassar membawa diri, baik di madrasah maupun
di tengah masyarakat dapat mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap guru.
Guru MAN 2 Model Makassar harus bersikap sesuai dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat, responsif dan komunikatif terhadap masyarakat, toleran dan
162
Ahamad Hasan, wawancara pada tanggal 24 April 2013.
Kaharuddin, Wakil Kepala MAN 2 Model Bidang HUMAS, wawancara di MAN 2 Model
Makassar pada tanggal 24 Apri 2013.
163
336
menghargai pendapat mereka.
Manfaat dalam pemberdayaan Komite MAN 2 Model Makassar sangat besar
pengaruhnya bagi peningkatan kinerja kepala madrasah dan guru melalui
peningkatan aktivitas bersama, komunikasi yang kontinu dan proses saling memberi
dan saling menerima. Setiap aktivitas profesi guru dapat diketahui oleh Komite
Madrasah dan masyarakat sehingga kepala dan guru MAN 2 Model Makassar akan
berupaya menampilkan kinerja yang lebih baik.
7) Pemberdyaan Dana Pendidikan.
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara
langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Pengelolaan
keuangan dan segala pembiayaan madrasah merupakan tanggung jawab kepala
madrasah. Hal ini menuntut kemampuan kepala madrasah untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan dana secara
transparan kepada warga madrasah, masyarakat, dan pemerintah. Oleh karena itu,
dana yang diperoleh dari berbagai sumber merupakan potensi yang sangat
menentukan dan merupakan
bagian
yang tak terpisahkan dari
pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan
penentu
terlaksananya
kegiatan-kegiatan proses
bersama komponen-komponen
manajemen
juga merupakan salah satu
pembelajaran di madrasah
lainnya. Dengan kata lain, setiap kegiatan yang
dilakukan madrasah memerlukan biaya, baik kegiatan kecil maupun kegiatan yang
besar.
Menurut Ahmad Hasan, bahwa keuangan/dana madrasah telah terkelola
baik, sehingga baik dana rutin maupun dana komite dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Hal yang sama juga
337
dikemukakan oleh A. Swarda, bahwa Dana Komite Madrasah yang dikelola selama
ini telah banyak menunjang
keberlangsungan pendidikan pada MAN 2 Model
Makassar. Pengelolaan dan pertanggung jawaban dana Komite dilaksanakan secara
transparan dan akuntabel.
Pencairan atau penggunaannya dilaksanakan dengan
berbasis kinerja, dengan kata lain tidak ada satu senpun dana dikeluarkan yang tidak
sesuai dengan komponen pendanaan yang telah ditetapkan dalam Rncana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Madrasah ( RAPBM ) setiap tahun. Adapun komponen –
komponen kegiatan yang dibiayai oleh dana Komite MAN 2 Model Makassar,
meliputi ; 1) Pengembangan kurikulum dan pembelajaran. 2) Kesejahteraan guru dan
pegawai, 3) Pengembangan keterampilan dan seni. 4) Pengembangan bahasa dan
rumpun mata pelajaran. 5) Olimpiade/lomba kreatifitas siswa. 6) Pemeliharaan
sarana dan prasaran. 7) Perpustakaan. 8) Pendidikan olah raga dan jasmani. 9) Seni
budaya. 10) Laboratorium komputer dan IPA. 11) Administrasi dan perkantoran. 12)
Pengembangan kesiswaan, yang meliputi; keagamaan, OSIM, pramuka dan PMR,
13) Hubungan masyarakat( HUMAS), 14) Bimbingan Konseling ( BK), 15) Kegiatan
operasional komite. Dari keseluruhan biaya komponen kegiatan tersebut semuanya
dibiayai oleh Komite dengan jumlah anggaran secara total sebanyak 2,2 milyar pada
tahun ajaran 2012/2013.164
5) Dukungan Dana dari Masyarakat/Komite Madrasah.
Zuhriani menyatakan bahwa salah satu faktor pendukung yang tidak kalah
pentingnya adalah faktor dana. Keberhasilan MAN 2 Model Makassar dalam
melaksanakan semua aktivitas unggulannya karena didukung oleh dana yang cukup.
Sumber dana yang diperoleh dari pemerintah, masyarakat/komite madrasah dan
164
Ahmad Hasan dan A. Swarda, Wawancara pada tanggal 17 Juli 213.
338
melalui dana infak ketika penerimaan siswa baru serta dana yang diperoleh melalui
sumber lainnya yang tidak mengikat.165
Usaha-usaha dan konstribusi di MAN 2 Model Makassar dalam melakukan
pembaruan sistem pendidikan dan pengembangan SDM, baik yang bersifat akademik
maupun non kademik, hampir tidak mengalami hambatan yang berarti, berkat
adanya dukungan dana yang memadai dari masyarakat dan pemerintah. Ahamad
Hasan mengakui, bahwa guru-guru, dan pegawai melakukan berbagai perubahan dan
perbaikan secara operasinal dan fungsional, misalnya: perbaikan dalam proses
pembelajaran, kegiatan ekstra kurikuler, perbaikan sarana dan prasarana, dan lainlain, semuanya dapat terlaksana dengan baik karena adanya dukungan dana
tersebut.166 MAN 2 Model Makassar dengan ciri khasnya sebagai madrasah model
selalu melakukan inovasi dalam berbagai bidang keilmuan dan keterampilan yang
berfokus kepada peserta didik berdasarkan kompotensi guru dan tenaga
kependidikan lainnya, sebagaimana yang terlihat pada MAN 2 Model Makassar
adanya faktor penguatan kelembagaan pendidikan yang dimiliki, yaitu;
a) Umumnya tenaga pendidik memiliki pengalaman mengajar/mendidik cukup lama,
b) Pendidikan guru sebagian besar sudah relevan dengan ketentuan yang ada dan
kepangkatannya rata-rata sudah cukup tinggi.
c) Peminatnya masih tinggi dan kepercayaan masyarakat pada MAN 2 Model
Makassar masih besar.
d) Jumlah peserta didik dari tahun ketahun mengalami peningkatan.
165
Zuhriani, Guru MAN 2 Model Makassar wawancara, di MAN 2 Model Makassar pada
tanggal 10 April 2013.
166
Ahmad Hasan, Wawancara, tanggal 18 Juli 2013.
339
Hal ini sesuai dengan konsep tujuan pendidikan yang dikembangkan MAN 2 Model
Makassar yaitu;
Memberdayakan potensi kecakapan spiritual, intelektual dan emosional,
sehingga mampu menghasilkan lulusan yang dapat berkompetisi ditingkat
pendidikan lebih tinggi, mewujudkan pembentukan karakter Islamy yang dapat
diaktualisasikan dalam diri dan dalam masyarakat, mewujudkan pendidikan
yang berkualitas dalam pencapaian prestasi akademik dan non akademik,
membina dan mengembangkan disiplin serta ketertiban, dan meningkatkan
komitmen seluruh tenaga kependidikan terhadap tugas pokok dan fungsinya,
menyelengarakan tata kelola madrasah yang efisien, efektif, transparan dan
akuntabel.”167
Salah satu cara yang ditempuh untuk menjadikan MAN 2 Model Makassar
sebagai pendidikan alternatif dalam pembentukan nilai-nilai akhlak dalam mencetak
lulusan yang maju di bidang IPTEK dan tidak tertinggal di bidang IMTAQ adalah
megubah pendekatan, metode dan strategi guru dalam proses pembelajaran dan
mengaktifkan kegiatan ekstra kurikuler serta meningkatkan
pengembangan
pembelajaran muatan lokal.
Dalam konteks penerapan TQM, khususnya pembinaan siswa MAN 2
Model Makassar secara berkesinambungan telihat dalam upaya menciptakan peserta
didik sebagai generasi muda yang mampu bersaing di era globalisasi. Adapun
langkah-langkah pembinaan yang dilakukan dalam mengembangkan pendidikan
yaitu:
a) Orientasi modern (orientasi masa depan), bahwa penekanan kepada peserta
didik adalah belajar sepanjang hayat( long life education)
b) Mengembangakan pola menajemen terbuka, dengan mengedepankan
musywarah, terutama dalam mencari solusi pemecahan masalah.
c) Berorientasi pada pengembangan IPTEK dan IMTAQ
d) Kurikulum mengikuti perkembangan pasar.
e) Cara mengajar melibatkan partisipasi siswa, yaitu pembelajaran yang aktif,
kreatif dan menyenangkan.168
167
Eeniwati dan Khaeruddin, wawancara pada tanggal 25 April 2013.
168
Ahmad Hasan,wawancara pada tanggal 25 April 2012.
340
Melalui langkah-langkah tersebut, kemajuan dan perkembangan MAN 2
Model Makassar dapat membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan, sebagai
madrasah yang unggul dan semakin diminati oleh masyarakat.
ini diangkat untuk lebih memperjelas bahwa untuk meraih mutu dan
keunggulan pasti terdapat tantangan atau hambatan dalam berbagai bentuk dan
jenisnya. Itulah sebabnya dalam meraih kebaikan dan kualitas pendidikan sangat
dibutuhkan perjuangan, kesungguhan dan ketulusan hati dari para guru dan staf.
Ahmad Hasan mengakui bahwa faktor-faktor tersebut (faktor umum dan
khusus), masih ditemukan pada sebagian warga MAN 2 Model Makassar. hal ini
disebabkan karena madrasah sebagai intitusi jasa layanan, berbeda dengan institusi
jasa produk barang atau industri. Pada industri, barang diproses dengan mesin,
hasilnya harus sama sesuai standar. Pendidikan inputnya manusia yang memiliki
karakter dan kepribadian yang berbeda, demikian halnya tenaga pendidik yang
melakukan proses pembelajaran, memiliki kemampuan dan kualifikasi yang berbeda
pula, sehingga dari perbedaan-perbedaan tersebut, kemungkinan besar menyebabkan
timbulnya permasalahan dan kendala, baik sebagai faktor umum maupun sebagai
faktor khusus dalam lingkungan lembaga pendidikan yang bersangkutan. 169
1) Sistem pembelajaran lebih menitikberatkan pada kuantitas hasil dari pada
kualitas proses, yang diutamakan berapa yang harus diluluskan, bukan
bagaimana kualitas/mutu kelulusan peserta didik. Mengenai hal ini
Erniwati menyatakan sebagai sesuatu yang problemetik, sebab satu sisi
guru dituntut untuk memperbaiki kualitas proses pembelajarannya, yang
biasanya kalau ini benar-benar dilakukan pasti memakan waktu banyak,
169
Ahmad Hasan Wawancara pada tanggal, 24 April 2013
341
sementara pada sisi lain guru dituntut mempercepat penyelesaian materi
pembelajarannya sesuai kalender pendidikan. Tetapi sebenarnya di MAN
2 Model tetap diperhatikan kedua hal tersebut, antara hasil dan kualitas
proses dilaksanakan secara parallel atau seimbang. Jadi kalau ada diantara
guru yang kurang memperhatikan mutu proses pembelajaran, hal itu tidak
bisa dipungkiri, karena sangat tergantung kepada kompetensi dan kualitas
guru yang bersangkutan.170 Itulah sebabnya kualitas proses pembelajaran
sulit diukur, kecuali setelah memperoleh nilai dari hasil evaluasi akhir,
melalui ujian nasional dan ujian sekolah.
2) Sebagian guru kurang memeperhatikan tingkat kemampuan, kecakapan
belajar dan gaya belajar peserta didik, bahkan diantara guru juga kurang
memperhatikan karakteristik peserta didik, seperti bermasa bodoh, tidak
bersemangat, kurang motivasi dan sebagainya, kondisi seperti ini diakui
oleh beberapa guru bahwa ada memang ada sebagian peserta didik seperti
itu, dan guru kurang memberi perhatikan apalagi unruk mengubah
perilaku peserta didik seperti itu. Jamaluddin mengakui bahwa dari
sekian faktor yang menghambat kelancaran pembelajaran pada MAN 2
Model Makassar adanya prilkau peserta didik yang bermasa bodoh, tidak
bersemangat, malas mengerjakan tugas-tugas pekerjaan ruumah, dan lainlain. Hal lain adalah Infrastruktur masih membutuhkan penyempurnaan
misalnya; Media pembelajaran LCD dan laptop, masih terbatas kelas
yang difasilitasi media seperti itu.171
170
Erniwati Wawancara, pada 18 April 2013.
171
Jamaluddin, wawancara pada tanggal, 24 April 2013.
342
3) Manajemen mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar bertujuan
untuk mencari perubahan dan perbaikan mutu jangka panjang, perubahan
nilai-nilai budaya madrasah. Manajemen mutu merupakan lingkaran
perbaikan yang berkelanjutan dan sangat menekankan pada perbaikan dan
perubahan sistem pada MAN 2 Model Makassar yang lebih efektif.
h. Misi Madrasah
1)
2)
3)
4)
Meningkatkan kesadaran dan pengamalan ajaran islam
Menciptakan lingkungan yang islami
Melaksanakan PBM dengan memadukan antara IMTAQ dan IPTEK.
Meningkatkan pengamalan syariat Islam baik di madrasah maupun di
masyarakat
5) Meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan menjunjung tinggi
akhlak mulia.
6) Meningkatkan kedisiplinan komponen madrasah. 172
i. Tujuan Madarsah
1) Meningkatkan prestasi belajar siswa pada semua bidang studi yang diajarkan.
2) Menumbuh kembangkan sikap dan minat belajar yang tinggi di madrasah
dan rumah.
3) Membiasakan siswa berperilaku sopan dan santun dengan teman, guru, dan
orang tua baik di sekolah maupun di rumah.
4) Meningkatkan nilai rata-rata raport siswa minimal 7,00.
5) Mengupayakan siswa dapat naik kelas 100%.
6) Meningkatkan hasil UN/US untuk semua mata pelajaran yang diujikan.
7) Dapat meraih Juara olimpiade lomba mata pelajaran ditingkat nasional dan
internasional.
8) Meningkatkan kemandirian dan rasa tanggungjawab melalui kegiatan
ekstrakurikuler.
9) Mempersiapkan anak didik untuk melanjutkan pendidikan ke
PerguruanTinggi yang ternama.
10)
Menjadi sekolah yang diminati masyarakat.173
172
Rencana Kerja Tahunan Madrasah (RKTM) 2012/2013
173
Rencana Kerja Tahunan Madrasah (RKTM) 2012/2013
343
TABEL. VII
Daftar Prestasi Siswa MAN 2 Model Makassar pada Lomba,
Tingkat Kota, Propinsi dan Nasional
Tahun 2011 -2013174
Kegiatan
Prestasi
Penyelenggara
No
.
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
Spotakuler Volly ball putri antar pelajar se
Kota Makassar
Lomba Pidato Pajak antar pelajar
SMA/SMK se kota Makassar
Lomba debat pemuda kreatif TK.
Nasional di Jakarta
Lomba pidato pemuda kreatif TK.
Nasional di Jakarta
English Event “The Award” explode your
barrier & kreate your own story.
Lomba pidato Tk. Pelajar Putri SLTA se
Sul-Sul.
Lomba Baca Berita Tk. Pelajar SLTA se
Sul-Sel
Lomba Akuntansi se Kota Makassar
Lomba Debat Bhs Inggeris antar siswa se
Kota Makassar
Lomba Debat Bhs Inggeris antar siswa se
Kota Makassar
Lomba Koordinat Geometry Matematika /
FMIPA UNM
Lomba Presentasi
Kimia / FMIPA
UNHAS
Science Competition TK.SMA Se Kota
Makassar.
Lomba Karya Tulis Ilmiah /
Kantor Arsip, Perpustakaan & Peng. Data
Kota Mks.
Festival Ekonomi Tk. SMA se Indonesia
(Serikat Perusahaan Pers)
174
Juara III
Tahun
2011
I
Yayasan pendidik
Lanian
Kanwil DJP Sulsel Barat
Kemenpora
II
Kemenpora
2011
Favorite/team
UIN Mks
2011
II
Fak. Dakwah &
Kom. UIN
UIN
2011
2012
I
Poltek Negeri U.
Pandang
Feb.UNHAS.
II
Feb. UNHAS
2012
III
FMIPA UNM
2012
I
FMIPA UNHAS
2012
I, I & III
SMA Islam
Athirah
Kantor Arsip,
Perpust & Peng.
Data Kota Mks
Serikat
Perusahaan Pers
2012
II, Hrp 1&II
Harapan II
Harapan I
Harapan III
Juara I
2011
2011
2012
2012
2012
2012
Sumber data; Kepala Tata Usaha MAN 2 Model Makassar, diperoleh pada tanggal, 15
Juni 2013, di Makassar.
344
16
Lomba MTQ se Sul-Sel.
17
19
Kompetisi Sains Madrasah Fisika TK.
Provinsi Sul-Sel.
Kompetisi Sains Madrasah Matematika
TK. Provinsi Sul-Sel
HIKING SAFARI
20
Kemah Lomba Pramuka Penegak
21
Pidato Lingkungan Hidup
Juara III
22
Kompetisi SAINS Madrasah Tk.Nasional
Bid. Matematika
Kompetisi Bhs. Jepang Tk. SMA/MA se
Kota Makassar
Juara III
18
23
Juara I Putra
Juara II
Juara I
Juara I
Juara III MTQ
Juara Umum
Juara
III
Maga, II Baca
Kana, III Baca
Kana Pi, III
nyanyi jpang,
III
nyanyi
jpng Pi, III Pa.
II, III
24
Alsa Inglish Contest ( AESO)
25
Kompetisi Guru, Kepala dan Pengawas
berprestasi Tk. Nasional
26
Lomba Cerdas Cermat Tk. SMA/MA
27
Lomba cerdas cermat Bhs Jepang
28
Lomba Sepak Takrow dalam Rangka
HAB Kemenag
Lomba Baris berbaris Tk. SMA se Sul-Sel.
Juara II
Lomba Akutansi Tk. SMA se Kota Mks
Lomba Cerdas Tangkas fisika LCTF tk,
SMA se Kota Mks.
Lomba Photography Tk. SMA se Kota
Mks.
Lomba gambar karikatur Tk. SMA se
Kota Mks
Juara III
Juara III
29
30
31
32
33
Harapan I
Juara I ( 1 grm
emas )
Juara II
Juara I
Juara II
Juara III dan
harapan I
Unismuh.
Makassar
Kanwil Agama
Prov. Sul-Sel
Kanwil Agama
Prov. Sul-Sel
BPP. SAR
Pramuka unm
BPP. SAR
Pramuka UNM
Kanwil
Kemenag.
Dirjen Pendis
Kemenag. RI
SMA 17 MKs.
2012
Fak. Hukum
UNHAS
Dirjen Pendis
Kemenang
Serpong/Tgrn
LBB Gajah Mada
2012
JLO( Jepang
Lovers Mks)
Kemenag Kota
Mks.
Resimen
Mhs.Wolter
Mongunsidi
INIFA
MFISIKA
UNISMUH
Keker Koding
Graha Pena
HUT. PPS UNM
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2013
2013
2013
2013
2013
2013
1. Istilah pelanggan dalam konteks TQM terdiri dua unsur; Pertama pelanggan
internal terdiri; guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi, dan
345
lain-lain. Kedua, pelanggan eksternal terdiri atas : pelanggan primer (siswa),
pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat
sebagai pemakai/penerima lulusan baik diperguruan tinggi maupun dunia usaha).
346
TABEL. II
Daftar Nama-Nama Kepala MAN 2 Model Makassar (sebelum dan sesudah
terbentuknya) dari 1981 hingga sekarang.
No.
Nama Kepala Madrasah
Tahun Bertugas
Keterangan
1
Drs. H. Safar Bahar
1981 s.d 1985
Masih status PGA
2.
Drs. H. Abd. Rahman K
1985 s.d 1986
sda
3.
Abd. Malik Ibrahim, BA
1986 s.d 1989
sda
4.
Drs. H. Abd. Hamid Syah
1989 s.d 1991
Dari PGA menjadi MAN
5.
Drs. Khaeruddin Saleh
1991 s.d 1994
Status MAN 2
6.
H. Idrus, BA
1994 s.d 1997
sda
7.
Drs. Zainal Abidin
1997 s.d 1999
Status MAN 2 Model
8.
Drs.H. Kuraisy Ahmad
1999 s.d 2003
sda
9.
Drs. H. Rappe, M.Pd
2003 s.d 2006
sda
TABEL . III
Jumlah Guru dan Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin dan Status Kepegawaian
MAN 2 Model Makassar Tahun Ajaran 2012/2013 175
No Jenis Kelamin
PNS
Honorer
Jumlah
1
Guru /Laki-Laki
25 orang
7 orang
32
2
3
4
Guru /Perempuan
Pegawai/ Laki-laki
Pegawai/Perempuan
Jumlah
175
42 orang
2 orang
9 orang
78 orang
Profil MAN 2 Model Makassar 2013
6 orang
4 orang
5 orang
22 orang
48
6
14
100
347
TABEL . IV
Jumlah Guru dan Pegawai Berdasarkan Pendidikan dan Sertifikasi pada MAN 2
Model Makassar Tahun Ajaran 2012/2013 176
Guru
No
Uraian
SLTA
1
Diploma
2
S1
3
S2
4
S3
5
6 Sudah sertifikat
7 Belum sertifikat
PNS
Pegawai
Honor
Jumlah
PNS
Honor
-
2
1
-
6
-
7
2
36
31
10
-
9
1
3
-
58
32
68
-
-
-
58
9
12
-
-
20
TABEL. V
Sarana Pembelajaran MAN 2 Model Makassar Tahun Ajaran 2012/2013 177
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Uraian
Ruang kelas
Ruang Kep. Madrasah
Ruang Guru
Ruang Staf Pegawai Administrasi
Ruang BK
Laboratorium Fisika
Laboratorium Kimia & Biologi
Laboratorium Bahasa
Laboratorium Komputer
Ruang Multimedia
Ruang Olaraga
Ruang tata usaha
Laboratorium IPA
Laboratorium Komputer
Ruang Perpustakaan
176
Profil MAN 2 Model Makassar 2013
177
Profil MAN 2 Model Makassar 2012
Jumlah
27
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
348
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Ruang OSIS & Ruang Pramuka
Ruang UKS
Aula Pertemuan
Koperasi/Toko dan Kantin Jujur
Ruang Keterampilan Boga
Bengkel
Asrama /Wisma PSBB
Ruang Pusat Belajar Guru
Ruang Kantor PSBB
Masjid
Rumah Dinas Kep. Sekolah
Gudang
Kamar Mandi Wc Guru LK
Kamar mandi Wc Guru PR
Kamar mandi Siswa( Pa/Pi)
Ruang Penjaga Sekolah
Lapangan Serbaguna
Aula Mini
Pos Satpan
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
8
1
1
1
2
TABEL. VI
Jumlah Siswa Mulai dari kelas X sampai kelas XII
di MAN 2 Model Makassar Tahun Ajaran 2012/2013178
Kelas X
Tahun
L
Kelas XI
Kelas XII
Jumlah
Jumlah
L/P
P
L
P
L
P
L
P
2010/2011 121
175
110
158
103
148
334
481
815
2011/2012 138
183
112
175
109
151
359
506
865
2012/2013 129
195
124
176
107
171
360
542
902
melalui kiat akronim DUIT (dedikasi terhadap tugas, usaha yang optimal,
ikhlas dalam bekerja serta taqwa, tawakal, tabah, tekun, telaten, tenang, teratur,
178
Profil MAN 2 Model Makassar 2013
349
teliti, dan tuntas disemua sektor pekerjaan sesuai dengan logo MAN 2 Model
Makassar yaitu Ikhlas beramal.179
Suatu hal yang perlu disadari semua stakeholder pendidikan bahwa sudah saatnya
bagi pendidik khususnya di madrasah untuk lebih serius menangani peningkatan
mutu dan pengembangan sistem pendidikan, karena selama ini usaha peningkatan
mutu dan pembaruan ke arah peningkatan SDM yang berlandaskan pada manajemen
modern belum sepenuhnya terakomodir, bahkan terlihat masih setengah hati atau
tidak ditangani secar komperhensif. Sebab usaha peningkatan mutu peserta didik
oleh sebagian guru dilakukan seadanya, sehingga diantara beberapa peserta didik
belum terjadi perubahan secara signifikan pada dirinya. Melihat kondisi seperti ini
tidak ada upaya lain kecuali sistem dan pendekatan
pendidikan di MAN 2 Model
Makassar harus ditingkatkan dengan mencari bentuk baru seperti manajemen yang
berbasis TQM, atau dengan kata lain manajemen yang lebih berorientasi kepda
mutu.
mengatur proses pembelajaran, mengatur administrasi (kesiswaan, ketenagaan, sarana dan
prasarana, dan keuangan ( RAPBM)), membimbing dan mengarahkan Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS/M),
1. paling sedikitnya dapat dijabarkan ke dalam lima pilar TQM, yang meliputi;
Pertama; Fokus pada Kostumer (Pelanggan internal dan eksternal) Upaya
memberi kepuasan kepada pelanggan merupakan salah satu aspek utama dalam
TQM. Peningkatan mutu lembaga pendidikan Islam (madrasah) dengan fokus
pada kebutuhan pelanggan (peserta didik) diharapkan dapat menghasilkan
lulusan yang dibekali pengetahuan agama sekaligus pengetahuan umum. Kedua;
179
Muh. Ilyas, wawancara di MAN 2 Model Makassar pada tanggal 9 April 2013.
350
Keterlibatan secara total, menekankan kepada setiap orang
agar
komitmen untuk menfokuskan pada kualitas, harus mendorong
memiliki
peserta didik
untuk mengubah cara kerja lama kepada cara kerja baru, dengan mengedepankan
budaya mutu dalam proses pengembangan madrasah. Pemberdayaan
semua
warga madrasah diharapakan mereka dapat mengetahui informasi tentang
perkembangan
yang
dialami
lembaganya.
Ketiga;
Pengukuran.
Dalam
pengembangan TQM, pengukuran merupakan salah satu langkah yang penting
dalam proses manajemen. Secara tradisional ukuran kualitas atas luaran
madrasah adalah prestasi peserta didik. Ukuran dasarnya adalah hasil ujian, baik
Ujian Sekolah (US) maupun Ujian Nasional (UN). Jika hasil ujian bertambah
baik, maka kualitas pendidikan dikatakan juga membaik. Jika kualitas dapat
dikelola, maka kualitas juga harus dapat diukur (measurable). Untuk mengejar
kualitas, kesalahan harus diminimalisir untuk mencapai keunggulan kompetitif
lulusan suatu lembaga pendidikan, dan keunggulan komparatifnya dengan yang
lain sesuai dinamika pasar tenaga kerja. Keempat; Komitmen terhadap kualitas.
Implementasi manajemen kualitas dalam lembaga pendidikan Islam diperlukan
komitmen terhadap kualitas dan perbaikan kualitas. Sebelum seseorang akan
melakukan perubahan, mereka harus percaya bahwa pimpinan madrasah
berkomitmen untuk mencapai budaya kualitas, dengan mengedepankan aspek
kualitas pada semua input dan prosesnya. Komitmen kualitas dibangun mulai
dari level pimpinan tertinggi sampai pada level terbawah. Kelima; Perbaikan
Berkesinambungan.
Manajemen
mutu
terpadu
(TQM)
memperkenalkan
pengembangan dan perbaikan proses, produk dan pelayanan sebuah organisasi
secara sistimatik dan berkesinambungan. Perbaikan berkesinambungan berkaitan
351
dengan komitmen, yaitu komitmen terhadap kualitas, yang didasari pada visi dan
misi pendidikan yang telah disepakati bersama, serta pemberdayaan semua
potensi yang dimiliki oleh madrasah.
Secara operasional pengelolaan pendidikan pada madrasah, penerapan TQM
diprioritaskan sedikitnya pada lima bagian/bidang yaitu; Pertama, penerapan TQM
untuk peningkatan fungsi administrasi dan manajemen secara menyeluruh. Kedua,
mengintegrasikan TQM dalam kurikulum, Ketiga, penggunaan TQM dalam
pengajaran di kelas. Keempat, penggunaan TQM di bidang pengembangan SDM
dan kelima, penggunaan TQM di bidang pengawasan. Kelima bidang tersebut sangat
menentukan tingkat kualitas lemabaga pendidikan. Jika kelimanya terkelola dengan
baik dan efektif, dapat dipastikan akan berpengaruh terhadap perbaikan mutu
pendidikan.
Gambaran umum dari pembinaan dan pelaksanaan manajemen dan kepemimpinan, dapat dilihat
dari indikator yang ditunjukkan oleh siswa selama mereka menjadi warga MAN 2 Model
Makassar, baik dari segi kualitas lulusannya, maupun perilakunya yang kritis, rasional dan
ucapan yang santun, ramah
dan Islami, tidak terlibat dalam tawuran baik antar
sekolah/madrasah maupun antar remaja serta pelanggaran-pelanggaran lainnya. Sementara
pada sisi lain yang lebih menonjol adalah keterikatan secara moral dengan sesama peserta didik,
baik di dalam maupun diluar MAN 2 Model Makassar.
Penerapan TQM akan lebih efektif jika dipadukan dengan teori-teori manajemen
lainnya seperti MBS (Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah) atau sistem
MPMBS/M (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses Implementasi Total Quality Management (TQM) pada MAN 2 Model
Makassar, ternyata menunjukkan ada beberapa bagian yang kurang mendukung
kesempurnaan pelaksanaannya. Hal itu terbukti dari sebagian fakta empiris dan
fakta-fakta lain yang masih perlu ditingkatkan pengelolaannya, sebagaimana yang
tergambar dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan/pengarahan,
dan pengawasan terhadap pembinaan mutu pendidikan pada MAN 2 Model
Makassar. Ketidaksempurnaan yang ditemukan membuktikan bahwa penerapan
prinsip-prinsip dan pedoman mutu (Quality Manual) yang direkomendasikan dalam
TQM, sudah sepatutnya dijadikan sebagai referensi atau acuan dalam melaksanakan
aktivitas madrasah, baik bersifat akademik maupun non akademik dengan
melibatkan stakecholder madrasah, sehingga MAN 2 Model Makassar dapat meraih
mutu dan eksit di era persaingan dewasa ini.
2. Faktor pendukung,
baik pendukung internal maupun eksternal ternyata
memiliki potensi yang cukup signifikan terhadap pembinaan mutu pendidikan pada
MAN 2 Model Makassar di masa kini dan masa yang akan dating, sementara faktorfaktor yang menghambat yang menjadi kendala penerapan TQM, ternyata masih
tetap terilihat pada sebagian aktivitas program pendidikan, seperti; a) sistem
pengelolaan administrasi (ketatausahaan) madrasah masih standar atau belum
online. b) sebagian tenaga pendidik (guru) dan staf masih perlu ditingkatkan
kinerjanya. c) semangat belajar sebagian peserta didik masih perlu dibina secara
296
297
kontinu, d) organisasi pengembangan professional guru seperti KKM dan MGMP
belum terkelola secara maksimal sesuai fungsinya, terutama Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP) pendidikan Agama Islam, e) Pengawas/supervisor
pendidikan dari Kementerian Agama dan dari DIKNAS Kota Makassar belum
efektif atau belum terlaksana sesuai harapan guru MAN 2 Model Makassar,
sehingga
supervisi akademik dan klinis dilaksanakan
oleh kepala madrasah
dalam waktu-waktu tertentu (tanpa jadwal) f) penggunaan sistem dan metode
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred approach), masih
mendominasi dalam proses pembelajaran, padahal pola pembelajaran yang efektif
adalah pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centred
approach) dan metode pembelajaran “variatif”. Untuk mengatasi hambatan atau
kendala tersebut, maka bimbingan dan pelatihan harus dilaksanakan secara
intensif, terutama dikalangan guru dan staf, sehingga masalah seperti itu dapat
dieliminir secara berangsur-angsur.
3. Hasil implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar dapat dilihat dari
dua segi, yaitu; Pertama, dari segi toritis ternyata belum terlaksana secara sempurna
sesuai petunjuk atau pedoman mutu yang direkomendasikan dalam TQM, terutama
di bidang administrasi dan manajemen. Kedua, dari segi operasional, terlihat adanya
beberapa program pendidikan, baik yang bersifat akademik maupun non akademik,
sudah teradaptasi dengan prinsip-prinsip TQM, seperti; proses pembelajaran dan
pengembangan kurkulum, pembelajaran berfukus kepada peserta didik,
kinerja
kepemimpinan kepala madrasah lebih efektif, kedisiplinan semakin meningkat, dan
lain-lain. Meskipun pelaksanaan program pendidikan secara umum sudah baik,
298
namun tetap masih diperlukan upaya pembinaan secara optimal agar kualitas output
pendidikan sesuai atau melebihi harapan pelanggan internal dan eksternal.
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan
di atas, bahwa meskipun
implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar belum sempurna, namun jika
TQM benar-benar dilaksanakan sesuai petunjuk atau pedomana mutu yang
direkomendasikan dalam TQM, maka akan berdampak positif dalam membina mutu
pendidikan
sebagaimana teori-teori
yang
telah
digambarkan pada uraian
sebelumnya. Implikasinya dapat digambarkan antara lain sebagai berikut;
1. Total Quality Management (TQM), sebagai sistem manajemen modern yang
menghendaki perbaikan kualitas secara berkesimbungan (continuous improvement)
dan perbaikan
tanpa cacat (zero defects) yang dilandasi dengan obsesi dan
komitmen yang tinggi terhadap mutu, akan menjadikan MAN 2 Model Makassar
sebagai madrasah yang unggul, yaitu unggul dalam IPTEK dan unggul dalam
IMTAQ
2.
Penerapan Total Quality Management (TQM) dalam
aktivitas pendidikan, baik yang bersifat akademik maupun
berdampak pada output pendidikan
mengelola seluruh
non akademik akan
yang bermutu sesuai harapan pelanggan,
terutama orang tua peserta didik.
3. Penerapan Total Quality Management (TQM) secara efektif akan berdampak
pada peningkatan kinerja Kepala MAN 2 Model Makassar bersama dengan guru dan
staf, yang pada gilirannya akan berdampak pula terhadap peningkatan prestasi
belajar peserta didik, yang memilki daya saing dengan lembaga-lembaga pendidikan
lainnya.
299
C. Saran-Saran
1. Untuk meningkatkan mutu pendidikan pada MAN 2 Model Makassar,
diharapkan kepada semua warga madrasah ( kepala, guru dan staf) agar menerapkan
prinsip-prinsip TQM dalam semua aktivitas program pendidikan, sehingga madrasah
tidak termaginalkan, bahkan sebaliknya dapat menghasilkan output yang dapat
bersaing di era globalisasi sekarang ini.
2. Untuk lebih memantapkan penerapan TQM sebaiknya mengikuti standar
mutu internasional atau ISO 9001: 2008, sehingga pengelolaan administrasi dan
manajemen mutu pendidikan MAN 2 Model Makassar dapat terkelola dengan baik
dan efektif, selain itu diharapkan agar supaya diadakan model pembelajaran yang
berbasis ICT dengan pemasangan Projector di setiap ruang kelas. Dan waktu
pembelajaran dilakukan dengan pola fullday school ( pukul: 07.00 – 17.00).
3. Untuk mengembangkan budaya mutu bagi warga MAN 2 Model Makassar,
kiranya perlu mengintensifkan pelatihan dalam rangka menciptakan budaya mutu
secara berkesiunambungan, termasuk dalam membina wawasan keilmuan dengan
membiasakan para guru menulis karya ilmiyah dalam bentuk jurnal, Penilitian
Tindakan Kelas ( PTK), yang bertujuan untuk memuat gagasan atau ide-ide dalam
membina mutu MAN 2 Model Makassar secara keseluruhan.
D. Postulat (dalail-dalil )
Dari hasil penelitian ini, setelah peneliti menggunakan analisa data secara
induktif dan pendekatan metodologi dalam bentuk
grounded research, maka
didapatkan postulat sebagai berikut;
a. Semakin meningkatnya penerapan Total Quality Management (TQM) semakin
meningkat pula pembinaan mutu pada MAN 2 Model Makassar.
300
b. Kepemimpinan yang efektif, menjadikan guru semakin berdaya dan berkualitas,
proses pembelajaran akan semakain berkualitas pula;
c. Kepemimpinan dan komitmen yang tinggi adalah kunci keberhasilan meraih
mutu pendidikan. Semakin tinggi komitmen kepemimpinan, semakin tinggi pula
tingkat keberhasilan meraih mutu yang berdaya saing tinggi.
d. Pelaksanaan kompetensi dan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran
menjadikan prestasi peserta didik semakin meningkat.
e. Pelaksanaan pengawasan semakin efektif, menjadikan seluruh
aktivitas
pendidikan semakin terarah dan terkontrol.
f. Terciptanya iklim dan budaya organisai yang kondusif, menjadikan kehidupan
madrasah semakin harmonis dan menyenangkan.
301
A. Kesimpulan
1. Implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar sesuai hasil penelitian
ini ternyata menunjukkan ada beberapa bagian yang kurang mendukung
mendukung pelaksanaan TQM, terbukti telah ditunjukkan oleh fakta
empiris ( sesuai hasil survey
2. Hasil implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar, menunjukkan
kurang ketecapaian TQM itu sendiri.
1.
a.
Implikasi teori.
Penelitian ini mengambil fokus pada dua variabel, yaitu implementasi TQM dan
peningkatan mutu pendidikan pada MAN 1 Model Makassar. TQM yang
merupakan sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus menerus, dapat
memberikan seperangkat pengetahuan dan tuntunan praktis bagi institusi
pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para
pelanggannya, saat ini dan masa yang akan datang, dengan kata lain perbaikan
sepanjang masa tanpa akhir.
b.
TQM sebagai pendekatan strategis dalam menjalankan roda organisasi yang
memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan dan keingianan setiap pelanggan
yang selalu berubah dan berkembang, maka otomatis manajemen dan pelayanan
sekolah/madrasah terhadap pelanggan harus terus diperbaiki sesuai keinginan
pelanggan. Oleh sebab itu mutu sulit diberikan pengukurun yang pasti, karena
302
mutu bersifat tentatif yang akan terus berubah, sesuai kebutuhan pelanggan
pendidikan, kebutuhan inipun selalu berubah seiring dengan berubahnya waktu.
c.
Filosofi perbaikan mutu secara berkesinambungan berdasarkan teori Daming
yang dikenal dengan siklus Deming, yang terdiri ” Plan, do, check, dan act
(PDCA), yaitu; perencanaan produk (plan), Menghasilkan produk (do),
memeriksa pruduk apakah sudah dengan rencana (aheck), memasarkan produk
(act), dan menganalisa bagaimana produk tersebut diterima di pasar dalam hal
kualitas, biaya dan kriteria lainnya.1 Teori ini merupakan salah satu teori yang
dikembangkan oleh pakar mutu TQM, seperti Juran, Crosby, dan lain-lain.
Teiori ini sengaja diangkat karena konsepnya searah dengan tujuan fungsifungsi manajemen dalam pendidikan sebagaimana yang telah diuraikan di atas.
Untuk lebih memhami alur pemikiran siklus Daming dapat digambarkan sebagai
beriku;
PLAN
ANALYSIS
DO
THE
DEMING
CYCLE
ACT
CHECK
Gambar : 1. Siklus Deming
1
Fandi Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Qualityet Management, (Yogyakarta: Andi Of
Fset, 2001) h. 50.
303
2.
Implikasi Praktis
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan di atas bahwa implementasi
TQM, telah memberi manfaat terhadap peningkatan mutu pendidikan pada MAN
2 Model Makassar. Berangkat dari hasil penelitian tersebut maka implikasi
praktisnya dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Keberhasilan implementasai TQM sangat terkait dengan profesi guru, pemberian
motivasi, manajemen, dukungan kepala madrasah serta pembinaan dari pengawas
pendidikan.
b. Meningkatkan mutu pendidikan yang berbasis TQM secara kuantitas dan kualitas
harus dikembangkan atau dipadukan dalam setiap aktivitas pendidikan, yang
berfokus pada prinsip atau karakteristik TQM, terutama dalam proses
pembelajaran atau dalam kegiatan edukasi lainnya.
c. Membangkitkan semangat kompetitif dikalangan guru, staf dan peserta didik
melalui moment perlombaan untuk kalangan guru secara berjenjang mulai dari
tingkat madrasah sampai ke tingkat yang lebih tinggi, hal ini bertujuan untuk
mengetahui dan mengukur kompetensi guru dalam bidang-bidang tertentu.
3. Saran-Saran
a. Untuk menumbuhkan budaya organisasi, kiranya perlu diupayakan penerbitan
bulletin, majalah atau media lainnya yang materinya berasal dari guru secara
bergiliran, yang memuat gagasan atau ide-ide dalam membina mutu MAN 2
Model secara keseluruhan, hal lain yang bisa dimuat adalah materi bahan ajar
yang bernuansa pembinaan akhlak bagi peserta didik. Kegiatan ini bertujuan
untuk membiasakan guru dan staf menulis karya ilmiyah sebagai salah satu
konsep pengembangan mutu tenaga pendidik. Bukan hanya penerbitan bulletin
304
atau jurnal, tetapi tidak kalah pentingnya adalah kegiatan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Kegiatan ini bertujuan selain untuk pengembangan pengetahuan
bagi guru dan untuk perbaikan proses pembelajaran, juga dapat dipergunakan
untuk angka kridit bagi guru sekaligus untuk kenaikan pangkat mereka.
b. Guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan seluruh warga madrasah terutama peserta didik. Hal ini
sangat penting, karena kemampuan berkomunikasi secara efektif akan
memudahkan peserta didik menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar mereka.
1) bertujuan menyelenggarakan pendidikan secara sistematis, praktis, dan
strategis dengan mengutamakan kepentingan pelanggan. Pendekatan ini
bertujuan untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu pendidikan MAN 2
Model
Makassar
berdasarkan
filosofi
TQM
perbaikan
berkesinambungan (continuous improvement). Implementasi TQM
secara
tidak
terlepas fungsi-fungsi manajemen dalam pendidikan, artinya bahwa kegiatan
305
dan aktivitas peningkatan mutu pendidikan mulai dari,
pecencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan sampai kepada pengwasan atau evaluasi
pendidikan. Perencanaan pendidikan pada MAN 2 Model Makassar
berfokus pada visi, misi dan tujuan pendidikan sebagai acuan dalam
penyusunaan Rencana Strategi (Renstra) dan Rencana Kerja Tahunan
Madrasah (RKTM). Penjabaran keempat fungsi manajemen dalam
mengelola pendidikan pada MAN 2 Model Makassar dikaitkan dengan
prinsip-prinsip atau karakteristik TQM
bertujuan menyelenggarakan pendidikan secara sistematis, praktis, dan strategis
dengan mengutamakan kepentingan pelanggan, Pendekatan ini juga bertujuan untuk
meningkatkan dan mengendalikan mutu pendidikan MAN 2 Model Makassar
berdasarkan filosofi TQM perbaikan secara berkesinambungan (continuous
improvement). Implementasi TQM tidak terlepas kepada fungsi-fungsi manajemen
dalam pendidikan, artinya bahwa seluruah kegiatan dan aktivitas peningkatan mutu
pendidikan bermuara pada fungsi-fungsi manajemen mulai dari,
pecencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan sampai kepada pengwasan atau evaluasi pendidikan.
Oleh karena kajian tentang implementasi TQM sangat luas, maka
a.
ternyata sangat erat kaitannya dengan fungsi-fungsi manajemen, yang meliputi
Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan atau pengarahan TQM pada MAN
2 Model Makassar, dilihat pada dua aspek kajian, yaitu; 1) kajian dalam tataran
konsep, adalah suatu pendekatan dalam menjalankan kegiatan pendidikan yang
berupaya memaksimalkan mutu output diikuti dengan penyempurnaan secara
terus-menerus terhadap system manajemen
pendidikan,
dan 2) kajian
306
mencakup cara penerapan dan pengelolaan manajemennya, mengacu kepada
lima prinsip TQM yaitu; a) Fokus pada pelayanan peserta didik), b) Berobsesi
tinggi pada kualitas, c) Memiliki komitmen dan integritas, d) Kepemimpinan
dan
kerjasama
tim
(teamwork),
e)
Memperbaiki
kualitas
secara
berkesinambungan,f) keterlibatan total dan pemberdayaan, g) pendidikan dan
pelatihan.
b.
Supervisi pendidikan, bertujuan untuk mengukur dan menilai sudah sejauh mana
pencapaian dan keberhasilan pelaksanaan program yang telah direncanakan, jika
terdapat program belum terlaksana, atau terjadi kegagalan, maka harus dicek
dimana letak kegagalannya, apakah perencanaannya ataukah pelaksananya
ataukah metodenya, dan sebagainya.
4. faktor pendukung dan penghambat
dalam meningkatkan mutu pendidikan
pada MAN 2 Model Makassar, terdapat dua faktor, yaitu;
a.
Faktor Pendukung, terdiri dua faktor;
1) faktor internal, meliputi; a) ikhlas beramal, b) prinsip pelayanan prima, c)
kepemimpinan kepala madrasah, d) kompetensi guru, e) ilklim dan budaya
organisasi yang kondusif, f) Sarana dan prasaran yang memadai.
2) Faktor Ekternal, meliputi; a) dukungan masyarakat/komite madrasah, b)
dukungan pemerintah, c) jumlah pendaftan calon peserta didik d) pengaruh
otonomi daerah.
b.
Faktor Penghambat, meliputi dua faktor;
2) Faktor internal madrasah; a) sikap dan perilaku terhadap budaya mutu
sebagian warga belum optimal, b) kualitas pendidik dan tenaga
kependidikan belum merata, c) budaya mutu belajar peserta didik masih
307
rendah.d) sebagian guru belum memahami sistem manajemen dengan
pendekatan TQM, e) Perencanaan pengelolaan madrasah secara umum masih
perlu ditingkatkan secara optimal,
3) Faktor eksternal, yaitu; a) persainagan mutu sekolah/madrasah semakin
ketat, b) pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, c) sebagian orang tua
peserta didik kurang peduli terhadap perkembangan anaknya.
3. Keberhasilan implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar dapat dilihat
dalam beberapa segi; pertama, Kinerja Kepemimpinan semaki meningkat, hal itu
terlihat
dalam penentuan kebijakan yang tepat, prosedur yang sederhana,
pengambilan keputusan secara cepat dan benar. kedua, Perencanaan dan
pengembangan program semakin terarah sesuai visi-misi dan tujuan pendidikan.,
ketiga; Kedisiplinan guru dan staf semakin meningkat, dilandasi dengan komitmen
yang tinggi agar menjadi panutan bagi peserta didik. keempat; Kerja sama dan
kemitraan senantiasa terjalin, baik dalam hubungan horizontal (sesama lembaga
pendidikan) maupun secara vertikal atau nasional., kelima; motivasi belajar prestasi
peserta didik semakin menggembirakan, terutama dalam hal kelulusan dan ketika
mengikuti
perlombaan dalam berbagai event, dll.,keenam; pelayanan dan mutu
pembelajaran dan intensifikasi pelaksanaan evaluasi program yang dimulai dari
perencanaan program, pelaksanaan, pencapaian sasaran evaluasi.
4. dari hasil penelitian ini dapat dirumuskan beberapa dalil atau petunjuk yang
dapat dijadikan rujukan, sebagai berikut;
c.
Faktor Pendukung, terdiri dua faktor;
3) faktor internal, meliputi; a) ikhlas beramal, b) prinsip pelayanan prima, c)
308
kepemimpinan kepala madrasah, d) kompetensi guru, e) ilklim dan budaya
organisasi yang kondusif, f) Sarana dan prasaran yang memadai.
4) Faktor Ekternal, meliputi; a) dukungan masyarakat/komite madrasah, b)
dukungan pemerintah, c) jumlah pendaftan calon peserta didik d) pengaruh
otonomi daerah.
d.
Faktor Penghambat, meliputi dua faktor;
4) Faktor internal madrasah; a) sikap dan perilaku terhadap budaya mutu
sebagian warga belum optimal, b) kualitas pendidik dan tenaga
kependidikan belum merata, c) budaya mutu belajar peserta didik masih
rendah.d) sebagian guru belum memahami sistem manajemen dengan
pendekatan TQM, e) Perencanaan pengelolaan madrasah secara umum masih
perlu ditingkatkan secara optimal,
5) Faktor eksternal, yaitu; a) persainagan mutu sekolah/madrasah semakin
ketat, b) pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, c) sebagian orang tua
peserta didik kurang peduli terhadap perkembangan anaknya.
3. Keberhasilan implementasi TQM pada MAN 2 Model Makassar dapat dilihat
dalam beberapa segi; pertama, Kinerja Kepemimpinan semakin meningkat, hal
itu terlihat dalam penentuan kebijakan yang tepat, prosedur yang sederhana,
pengambilan keputusan secara cepat dan benar. kedua, Perencanaan dan
pengembangan program semakin terarah sesuai visi-misi dan tujuan pendidikan.,
ketiga; Kedisiplinan guru dan staf semakin meningkat, dilandasi dengan
komitmen yang tinggi agar menjadi panutan bagi peserta didik. keempat; Kerja
sama dan kemitraan senantiasa terjalin, baik dalam hubungan horizontal (sesama
lembaga pendidikan) maupun secara vertikal atau nasional., kelima; motivasi
309
belajar
prestasi peserta didik semakin menggembirakan, terutama dalam hal
kelulusan dan ketika mengikuti perlombaan dalam berbagai event, dll.,keenam;
pelayanan dan mutu pembelajaran dan intensifikasi pelaksanaan evaluasi
program
yang dimulai dari perencanaan program, pelaksanaan, pencapaian
sasaran evaluasi.
Sementara
dalam
menjalankan
kegiatan
pendidikan
tetap
ada
upaya
memaksimalkan mutu output dengan mengadakan penyempurnaan secara terusmenerus terhadap system pengelolaan manajemen
pendidikan dengan mengacu
kepada prinsip-prinsip TQM antara lain; a) Fokus pada pelayanan peserta didik), b)
Berobsesi tinggi pada kualitas, c) Memiliki komitmen dan integritas, d)
Kepemimpinan dan kerjasama tim (teamwork), e) Memperbaiki
kualitas secara
berkesinambungan,f) keterlibatan total dan pemberdayaan, g) pendidikan dan
pelatihan.
a. Sistem pengelolaan administrasi madrasah masih standar atau belum efektif.
Hal itu terlihat masih adanya sebagian data yang belum di update melalui
kompeter secara online, sementara staf tata usaha selain jumlahnya sedikit
SDM-nya sebagian masih rendah.
b. Sebagian tenaga pendidik (guru) yang masih lemah kinerjanya. Indikasinya
penguasaan materi bahan ajar, metode pembelajaran dan penyusunan RPP
serta pemamfaatan media pembelajaran, dan lain-lain kualitasnya masih
rendah atau belum memuaskan. Indikasinya dapat terlihat ketika diadakan
supervisi kelas.
c. Budaya mutu dan semangat belajar sebagian peserta didik masih rendah,
kecuali kelas-kelas unggulan.
310
d. Organisasi pengembangan professional guru seperti KKM dan MGMP belum
terkelola secara maksimal sesuai fungsinya, terutama MGMP mata pelajaran
Agama Islam. Sementara MGMP pelajaran umum selalu aktif karena mereka
bergabung dengan SMA/MA se Kota Makassar.
e. Pengawas/supervisi
pendidikan dari Kementerian agama belum efektif,
kecuali supervis internal yang dilakukan kepala madrasah bersama wakil
kepala madrasah tetap berjalan secara efektif.
f. Sebagian guru masih mempergunakan sistem dan metode pembelajaran yang
masih berorientasi pada pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred
approach), yang seharusnya pola pembelajaran yang efektif adalah pola
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centred approach).
A. Keunggulan Kurikulum MAN 3 Malang
1. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam pengembangan
IPTEK dan IMTAQ peserta didik (perpaduan kurikulum Departemen Agama
dan Departemen Pendidikan Nasional).
2. Mengembangkan Program Kelas MABI (Madrasah Aliyah
Bertaraf
Internasional), program kelas akselerasi, program kelas olimpiade (IMO,
ICHO, IBO, IPHO, dan ICTO), kelas bilingual dan program kelas reguler.
3. Membangun soft skills dalam bentuk pengembangan nilai-nilai spiritual dan
keterampilan yang didasarkan pada tata nilai “attitude”.
B. Keunggulan Proses Pembelajaran.
1. Adanya team teaching yang merupakan sebuah inovasi pembelajaran untuk
kesuksesan Ujian Nasional dan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri
311
2. Pembelajaran berbasis ICT yang didukung adanya LCD Projector di setiap
ruang kelas yang dilengkapi juga dengan free hotspot internet access dan
Pembelajaran berbasis ICT yang didukung adanya LCD Projector di setiap
ruang kelas yang dilengkapi juga dengan free hotspot internet access dan
intranet untuk mendukung self learning (belajar mandiri)
3. Adanya intensive class untuk peserta didik yang masih membutuhkan
peningkatan kompetensi.
4. Penerapan strategi Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Aktif, Efektif, dan
Menyenangkan (PAIKEM) dengan pola indoor and outdoor learning yang
didukung dengan lingkungan yang asri, sejuk, nyaman, indah, dan aman.
C. Keunggulan Fasilitas Pembelajaran.
1. Masjid. 2.
2. Digital Library. 3.
3. Computer Laboratory. 4.
4. Science Laboratory (Biology, Chemistry, Physics, and Mathematics). 5.
5.
Free hotspot area. 6.
6. Internet-web site and Intranet. 7.
7. Multimedia Room. 8.
8. Language Laboratory (English, Arabic, German, Japanese, and Mandarin).
9. Outdoor Study Area (green house, tribune, and joglo). 10.
10. UKS, unit usaha, dan kantin. 11. PSBB (Pusat Sumber Belajar Bersama). 12.
Kamera CCTV.126
a. Keunggulan Pengelolaan 1.
1.
Fullday school 2.
312
2.
Boarding school 3.
3.
Academic Adviser
1. Untuk menumbuhkan kreativitas para guru kiranya madrasah dapat
menerbitkan bulletin, majalah atau media lainnya yang materinya berasal
dari guru secara bergiliran, yang memuat gagasan atau ide-ide dalam
membina mutu MAN 2 Model Makassar secara keseluruhan, hal lain yang
bisa dimuat adalah materi bahan ajar yang berorientasi pada pembinaan
akhlak bagi peserta didik. Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan guru
dan staf menulis karya ilmiyah sebagai salah satu konsep pengembangan
mutu tenaga pendidik. Bukan hanya penerbitan bulletin atau jurnal, tetapi
tidak kalah pentingnya adalah kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Kegiatan ini bertujuan selain untuk pengembangan pengetahuan bagi guru
dan untuk perbaikan proses pembelajaran, juga dapat dipergunakan untuk
angka kredit bagi guru sekaligus untuk kenaikan pangkat mereka.
belum
terimplementasikan
sesuai
pedoman
mutu
(quality
manual)
yang
dikembangkan oleh TQM, terutama di bidang administrasi dan manajemen, namun
DAFTAR PUSTAKA
Abd. al-Karīm al-Syaḥrastāni, Abū al-Fatḥ Muḥammad bin. Al-Milal wa alNiḥal, juz I. Bairūt: Dār al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.
Abdullah, Husain, dkk. JK Ensiklopedia. Cet. I; Jakarta; Ideal Group, Yayasan Kalla,
2012.
Agung, Iskandar. Peningkatan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru. Jakarta: Bestari
Buana Murni, 2010.
Ali, Muhammad. Strategi Penelitian Pendidikan. Cet. II; Bandung Angkasa, 1993.
Amri, Sofan. Peningkatan Mutu pendidikan Sekolah dasar dan menengah . Jakarta:
Prestasi Pustakaraya, 2013.
Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata
Langkah Penerapan. Cet. IV: Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2007.
Arifin, A. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1999.
Armstrong, Michael. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Elex Media
Koputindo. 1997
Arsyad, Azhar. Pokok-Pokok Manajemen, Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan dan
Eksekutif , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, t.th.
Assegaf, Abdul Rahman. Pendidikan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Suka Press,
2007.
Atoner, James A.F & R. Edwar Feeman. Management Sixty edition. Cet. I; New
Jersey: Prentice Hall, 1995.
Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru. Cet. II; Jakarta: Logos Wacana, 1999.
-----------, Ensiklopedi Islam, Jilid.4, Edisi Baru, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
2005.
Bafadal, I & A. Imran. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Malang:
Kerjasama FIP UM dan Ditjen-Dikdasmen, 2004.
Baharuddin dan Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan Islam .Jogjakarta: Ar-Ruz
Media, 2012.
Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zein. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta, 2002.
Bariyah, N. Oneng Nurul. Kontekstualisasi Total Quality management dalam
Lembaga Pengelola Zakat untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat .
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
301
302
Bungin, Burhan. Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Model Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Casparsz, Vincent. Total Quality Manajemen. Cet. V. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008.
Cham, Sam, M. Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Cet. VI; Jakart: PT.
Rajagrafindo Persada, 2011.
Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia, 2002.
-----------, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Cv. Alfabeta, 2011.
-----------, Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara, 2007.
-----------, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Cet. II. Yogyakarta; Pustaka
Pelajar, 2006.
Daradjat, Zakiah. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang, 2005.
Departemen Agama RI. Development of Madrasah Aliyahs Project (DMAP),
Konsep Dasar Pengembangan MAN Model, Jakarta: Dirjen Kelembagaan
Agama Islam, 1998.
-----------, Dirjen Bimas Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan
Syariah, Al Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: PT. Tehazed, 2010.
-----------, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang
Pendidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2007.
-----------, Muqaddimah Al Qur’an dan tafsirnya edisi revisi. Jakarta, Lembaga
Percetakan Departemen Agama RI, 2009.
------------, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, 2007.
------------, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2010.
-----------, Pengawasan dengan Pendekatan Agama untuk penyuluh Agama, Guru dan
Widyaiswara. Jakarta: Inpektorat Jenderal, Proyek Penyebarluasan
Pengertian dan Kesadaran Pengawasan Melalui Jalur Agama, Jakarta: 2004.
------------,Menuju Madrasah Mandiri. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam,
2006.
-----------, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2010.
-----------, Profil Madrasah Masa Depan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam, 2006.
303
-----------, Revitalisasi Madrasah dalam Menghadapi Persaingan Global, Jurnal.
Voleme 1, 2 Maret. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam,
2009.
Departemen Pendidikan Nasional RI. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun
2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. Cet. V: Jakarta: Lek.Diknas,
2005.
-----------, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat bahasa. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2008.
-----------, Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:
LPMP, 2006.
-----------, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning,(CTL)
.Jakarta: Ditjen Dikdasmen, 2002.
-----------, Penilaian Kinerja Guru dan Kompetensi Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:
Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK),
Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008.
-----------, Peraturan Pemerintah RI, Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.
Dimyati, Vien. Jurnal Indonesia. HDI 2011 Indonesia merosot, Jakarta jum’at, 4
Nov 2011. Diakses pada tanggal 21 Juli 2013.
Djokopranoto, R. Eko Indrajid & R. Manajemen Perguruan Tinggi Modern. Cet. I;
Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2007.
Domopolii, Mulyono. Pesantren Modern IMMIM Pencetak Muslim Modern. Cet.I,
Jakarta: Rajawali Pers Raja Grafindo Persad, 2011.
Edwar Feeman, James A.F. Atoner R, Management Sixty Edition. Cet. I; New
Jersey: Prentice Hall, 1995.
Effendi, Muchtar. Manajemen Suatu Pendekatan berdasarkan Ajaran Islam. Jakarta
: Bharata, 1996.
Fatah, Nanang. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah. Cet. I;
Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005.
Feeman, James A.F. Atoner R. Edwar. Management Sixty edition. Cet. I; New
Jersey: Prentice Hall, 1995.
Field, Joseph C. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi
dan Aplikasi. Terjemahan oleh Syafaruddin. Jakarta: PT Grasindo, 2000.
Gage Allee, John. Websters Dictionary, Chicago, Wilcox & Folt Book Company,
2000.
Getteng, Abd. Rahman. Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan, Tinjauan Historis
dari Tradisional ke Modern ,Cet. I, Makassar: Alauddin Press, 2011.
304
Goestsch dan Davis. Total Quality Management Three Steps To Continous
Improvement. Cet. I; California.New York.Addison: Wesley Publishing
Company, TTP.
-----------,Strategic Qualty Management.
Education, 2000.
Cet. I; Londong: departement of
Gojali, Umairso dan Imam. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan,
Menjual mutu pendidikan dengan pendekatan Quality Control bagi Pelaku
Lembaga Pendidikan. Cet. II; Yogjakarta; IRCiSoD, 2011.
Gomez Mejia, R. Gomez, dkk. Managing Human Resource. Cet. 3. London : Hall
International, Inc, 2001.
Grafika, Redaksi Sinar. Undang-undang Guru dan Dosen. UU RI No. 14 Th. 2005
Cet. II; Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Hadi, Abdul dan Nurhayati. B. Manajemen Mutu Pendidikan. Cet. I; Bandung:
Alfabeta, 2010.
Halim, Abd. Rahman. Paradigma Baru Sistem Pembinaan Madrasah. Cet. I.
Yogyakarta: Kota Kembang, 2009.
Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta:
Bumi Aksara, 2003.
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung:
Refika Aditama, 2012.
Handoko. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi 2. Yogyakarta:
BPEF, 1992.
Haryati, Nik. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam. Cet. I, Bandung: Al
Fabeta, 2011.
Hasibuan. Lies. Melejitkan Mutu Pendidikan: Refleksi, Relevansi dan Rekonstruksi
Curriculum. Jambi: SAPA Project, 2004.
Hidayah, Nur. Model Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Pelayanan Kesehatan
Untuk Pengembangan Rumah Sakit Umum Kota Makassar (Total Quality
Management Model Of Health Care For Hospital Development In
Makassar Cyti) Disertasi, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri
Makassar, th. 2013.
Horison, Ali Ashraf. Era Baru Pendidikan Islam.Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996.
Ibrāhim Ḥasan, Hasan. Tarīkh al-Islām, juz I. Cet. IX; Kairo: Maktabah alNaḥdlah al-Miṣriyah, 2000.
Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek .Yogjakarta; Ar Ruzz
Media , 2007.
305
Bafadal, I & A. Imron. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Malang:
Kerjasama FIP UM dan Ditjen-Dikdasmen, 2004.
Imron. Ali. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya, 1995.
Indrajid, R. Eko & R. Djokopranoto. Manajemen Perguruan Tinggi Modern. Cet.
I; Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2007.
Ismail, Sirajuddin, dkk. Reinvensi Kurikulum & Pembelajaran Pendidikan Agama
dan Pendidikan Keagamaan, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama
Makassar, Jakarta; Orbit - Indobis 2011.
Jerome S. Arcaro. Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata
Langka Penerapan. Cet. IV; Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2007.
Jurnal “ El-Tarbawi” ( Jurnal Pendidikan Islam) Vol. I, No. 2 tahun 2008, Lihat;
http://fis.uii.ac.id/images/el-tarbawi-vol1-no2-2008-03-darmadji.pdf,
diakses pada tanggal, 21 Januari 2013.
Jurnal
Istiwa http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/410991105_1907-672X.pdf,
diakses pada tanggal, 10 April 2013.
Kloter, Philip. Marketing Management. Alih bahasa Agus Hasan. Manajemen
Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Jakarta:
PT.Prenhallindo, 1997
Komaruddin. Kamus Istilah Skripsi dan Tesis. Bandung: Angkasa, 1999.
Kritiner, Robert. Management. Cet. IV; Boston: Hougton Mifflin, 1999.
Kustimi. Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Membina Kemampuan
Mengajar Guru. Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia, 2003.
LAPIS (Learning Assistence Program Of Islamic School). Disadur dari Materi
Workshop Manajemen Berbasis Madrasah. Pelaksana IAIN Sunan Ampel
Surabaya kerja sama dengan UIN Alauddin Makassar bersama dengan
LAPIS di Makassar, tanggal, 9-11 Juni 2008.
Majlis Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan
(MP3A), Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Kementeria
Agama RI, Revitalisasi Madrasah dalam Menghadapi Persaingan Global,
Jurnal Voleme 1, 2 Maret 2006,
Makawimbang, Jerry H. Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung:
Alfabeta, 2011.
Makbuloh, Dede. Manajemen Mutu Pendidikan Islam, Model pengembangan Teori
dan Aplikasi Sistem Penjaminan Mutu. Cet. I Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2011.
Maksum. Madrasah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
306
Mantja, William. Jurnal Ilmu Pendidikan Manajemen Mutu Pendidikan. Januari
2004
------------, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. Cet. I: Jakarta: LIPI, 2000.
Marzuki. Metodologi Riset. Yogyakarta: t. pn, 2008.
Mejia, R. Gomez, dkk. Managing Human Resource. Cet. 3. London : Hall
International, Inc, 2001
Miller. Improving Quality in Further Education. Cet. I; USA: Allyn and Bacon,
2001.
Muhaimin, dkk. Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, Cet.
I, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011.
-----------, Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah. Cet. II; Jakarta: Kecana, 2007.
Muhammad, A. Komunikasi Organisasi. Ed.1, Cet.4, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Mukhtar, Prim Masrokan. Manajemen Mutu Sekolah, Strategi Peningkatan Mutu
dan dan Saing Lembaga pendidikan Islam .Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Mulyadi. Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu
( Studi Kasus di MAN 3 dan MAN I Malang serta MA Hidayatul
Mubtadi’in Kota Malang. Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
RI, 2010.
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya,
2005.
------------, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan Implementasinya.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
------------, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Cet. II, Jakarta : Bumi
Aksara, 2012,
------------, Menjadi guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Cet.X; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
------------, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Strategi dan Implementasi. Cet. I;
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Mulyasana, Dedi. Pendidikan Bermutu Berdaya Saing . Cet. II, Bandung : PT.
Rosdakarya, 2012.
Mulyati, Yati Siti (Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia(UPI). Manajemen Pendidikan. Cet. IV. Bandung: Alfabeta, 2011.
Mulyono. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan . Yojakarta; Ar-Ruzz
Media, 2008.
307
Munandar, Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Petunjuk
bagi para guru dan orang tua. Jakarta: Grasindo, 1992.
Murgatroy. S. Total Quality Management and the school. Cet. I; Philadelphia: Open
University Pres, 2004
Nafis, Ahmadi Syukran. Pendidikan Madrasah, Dimensi Profesional dan Kekinian.
Yogya-karta: LaksBang PRESSindo, 2010.
Naquib al-Attās, Syed Muhamad. The Concept of Education in Islam: A
Framework for an Islamic Philosophy Education, terj. Haidar Bagir,
Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangka Pikir Pembimbing
Filsafat Pendidikan Islam. Cet. I; Bandung: Mizan, 2009.
Nasution, M.N. Manajemen Mutu Terpadu . Total Qulity Management. Cet. II;
Bogor: Galia Indonesia, 2010.
Nasution, S. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia. Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
------------, Metodologi Studi Islam. Cet. XI, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004.
Nawawi, Hadari. Manajemen Strategik .Cet. I; Yogyakarta: Gadjah Mada Pers,
2005.
------------, Sistem Informasi Manajemen. Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Nizar, Syamsul. Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia. Jakarta: Kencana, 2007.
Nur Mufidah, Luk-Luk. Aktualisasi TQM dalam meningkatkan Profesionaalisme
Guru di Lembaga Pendidikan Islam, Jurnal Tadris, Vol. 4 Nomor.1
Tahun 2009.
Nurhayati. B, Abdul Hadis. Manajemen Mutu Pendidikan. Cet. I; Bandung:
Alfabeta, 2010. .
Panggabean, M.S. Komitmen Organisasional sebagai Mediator Variabel Bagi
Pengaruh Kepuasan Kerja. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 6. No.1, 2004,.
Panglaykim dan Hazil Tanzil. Manajemen Suatu Pengantar. Cet. XV ; Jakarta :
Ghalia Indonesila, 2001.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI, Nomor 63 tahun 2009 Tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan.
308
Pidarta, Made. Manajemen Pendidikan Indonesia. Edisi Revisi, Jakarta: Bina
Aksara, 2008.
-----------, Pemikiran tentang Supervisi pendidikan, (Edisi Revisi, Jakarta: Bina
Aksara, 2009.
Poerwanegara, Suryadi. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu. Cet. I;
Jakarta: PT.Bumi Aksara. 2002.
Pontjorini, Ety Rochaety. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Cet.I; Jakarta:
Bumi Aksara, 2006.
Prastowo, Andi. Memahami Metode-Metode Penelitian, Suatu Tinjauan Teoritis dan
Praktis. Jogjakarta: Ar Ruz Media, 2011.
Prawirosentono, Suyadi. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu,
Total Quality Management Abad 21, Studi Kasus dan Analisis.. Jakarta;
Bumi Aksara. 2004.
Rachman, Rasyid. Pengantar Sejarah Liturgi. Cet. I; Tangerang: Bintang Fajar,
1999.
Rao, Ashok. Total Quality Management, a cross fungtional perspective. United
States: John Wiley & Sons, 2006.
Restuningdiah, Nurika. Pengaruh Komitmen Profesional terhadap Kepuasan Kerja
Guru melalui Komitmen Organisasional. Disertasi: Universitas Negeri
Malang, 2009.
Rivai,Veithzival dan Silviansa Murni. Educational Management, Analisa Teori
dan Praktek. Cet. II; Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Rohiat. Manajemen, Sekolah. Teori Dasar dan Praktik. Bandung: PT. Refika
Aditama, 2010.
Rumi, Ahmad. Ensiklopedi Manajemen. Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Rusyan, Tabrani. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja
Karya, 1998.
Sabda. Saifuddin. Model Kurikulum Terpadu Iptek dan Imtaq.( Jakarta: Ciputat
Press.2006
Sagala, Saiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Cet. III,
Bandung: Alfabeta, 2012.
-----------, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Cet. V;
Bandung: CV. Alfabeta, 2011.
Sahertian, Piet A. Profil Pendidikan Profisional. Cet. II; Yogyakarta: Andi Offset,
1999.
309
Sallis, Edward. Total Quality Management In Education dan diterjemahkan oleh
Ahma Ali Riyadi dan Fahrurrozi Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan.
Cet. IV; Yogyakarta: IRCiSoD, 2011.
Samana, A. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius, 1994.
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,. Cet.I; Jakarta:
Kencana, 2009.
------------, Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Cet. 9. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Saondi, Ondi. Etika Profesi Keguruan. Bandung: PT. Refika Aditama, 2010.
Saud, Udin Syaefuddin . Pengembangan Profesi Guru. Bandung: CV.Alfabeta, 2010.
Shaleh, Abdul Rahman. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa. Visi, Misi, dan
Aksi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2004.
-----------, Penyelenggaraan Madrasah. Jakarta: Dharma bakti, 1981.
Shelton, Ken. In Search Of Quality. Jakarta: Gramedia PustakaUtama, 1997.
Sholeh, Asrorun Ni’am. Membangun Profesionalitas Guru. Analisis Kronologis atas
Lahirnya UU Guru dan Dosen. Jakarta: Elsas, 2006
Siagian, Sondang P. Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung, 1979.
Slamet dan Field, Joseph. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep,
Strategi dan Aplikasi, Terjemahan oleh Syafaruddin. Cet. I; Jakarta: PT
Grasindo, 2000.
Soedijarto. Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia
Widiasarana, 1993.
Stephen Murgatroyd and Colin Morgan. Total Quality Management and The
School, Open University Press, Buckingham – Philadelphia, 1994.
Sudibyo, Bambang. Rencana Strategis Depdiknas Tahun 2005-2009 Menuju
Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang 2025, Cet. I; Jakarta:
Depdiknas, 2005.
Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1991.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008.
Suhardan, Dadang. Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 201.
------------,.Supervisi Profesional, Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran
di Era Otonomi Daerah. Bandung : Alfabeta, 2010.
Suharsaputra, Uhar. Administrasi Pendidikan. Bandung : Refika Aditama, 2010
310
Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Cet. I; Bandung: Rosdakarya, 2006.
Supriadi, Dedi. Mengangkat Citra dan Martabat Guru .Yogyakarta: Adi Cita Karya
Nusa, 1999.
-------------, Mengangkat citra dan martabat Guru. Cet. I; Yogyakarta: Adicipta
Karya Nusa, 1999.
Suryabrata. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003.
Suryadi Ace dan H.A.R. Tilaar. Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya, 1994.
Syalabi, Ahmad. Mawsū'ah al-Tarīkh al-Islāmiy, juz I.Mekah: al-Nahdlah alMiṣriyah, t.th.
Syam, Husain dan Sonny Thioritz. Kendali Mutu. Cet. I; Badan Penerbi UNM
Makassar, 2011.
Syukran Nafis, Ahmadi. Pendidikan Madrasah, Dimensi Profesional dan Kekinian.
Yogya-karta: LaksBang PRESSindo, 2010.
Tawsand, Tony. Effectif Schooling for the community. Canada, Routlange, 1994.
Thaib, M. Amin,dkk. Standar Supervisi dan Evaluasi Pendidikan pada Madrasah
Aliyah ,Jakarta: Direktur Mapaenda Kementerian Agama RI, 2005.
Thobroni, Muhammad dan Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran, Pengembangan
Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, Cet. I,
Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Tilaar, H.A.R. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
1994.
Tjiptono, Fandy, Tjiptono dan Anastasia Diana. Total Quality Management. Cet. X;
Yogyakarta: Andi Ofset, 2003.
Tolkhah, Imam, dkk. Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah
Dasar dan Menengah. Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam
Kementerian Agama RI, 2007.
Umairso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan,
Menjual mutu pendidikan dengan pendekatan Quality Control bagi Pelaku
Lembaga Pendidikan. Cet. II; Yogjakarta; IRCiSoD, 2011.
Usman, Husaini. Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Edisi 3, Jakarta:
Bumi Aksara, 2010.
Vincent, Caspersz,Total Quality Managemen. Cet. V: Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008.
Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Hidakarya Agung, 2000.
311
DAFTAR INFORMAN
PENELITIAN : IMPLEMENTASI TQM DALAM MEMBINA MUTU
PENDIDIKAN PADA MAN 2 MODEL MAKSSAR
NO.
NAMA
JABATAN
1
Ahmad Hasan
Kepala MAN 2 Model
2
Hamzah Lestari
3
Nurlaela
Ketua POKJAWS
Kementerian Agama
Kepala Tata Usaha MAN 2
Model
4
Abdul Halim. D
Wakil Ktua Komite
5
Khoiri
Wakamad Kesiswaan
6
Erniwati
Wakamad Kurikulum
7
Jamaluddin
Wakamad Saran &
Prasarana
8
Kaharuddin
Wakamad HUMAS
9
Warfah
Guru
10
Aniyah Dimyati
Guru
11
La Ode Riasi
Guru
12
Abrar Alwi
Guru
13
Massarappi
Guru
14
Muh. Ilyas
Guru
15
Sulariati
Guru
16
Erni El Gani
Guru
17
Roswati
Guru
18
Zuhriyani
Guru
19
Kamaria Rahman
Guru
20
Sukriyati
Guru
21
Amaluddin
Guru
22
Muh. Hasbi Hasanuddin
Guru
KET.
312
23
Ihsan Maulana
24
Nursakinah
Guru
25
Muh. Ikbal
Guru
Tanda tangan ybs, dapat dilihat pada lampiran.
Guru BK
313
PERNYATAAN INFORMAN/NARASUMBER
Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan behwa;
Nama
: Hamzah Djunaid
Pekerjan
: Dosen DPK UIN Alauddin Mmakassar pada UIM Makassar.
Tujuan
: Mengadakan penelitian pada MAN 2 Model Makassar dalam rangka
penyelesaian Studi Program Doktor pada PPS UIN Alauddin
Makassar.
Pernyataan : bahwa benar yang bersangkutan telah mengadakan penelitian pada
MAN 2 Model Makassar, dari bulan April s/d Agustus 2013.
Adapun nama-nama informan sebagai berikut;
No.
Nama
Jabatan
Tanda Tangan
01.
Ahmad Hasan
Kepala MAN 2 Model
1……………..
02.
Hamzah Lestari
03.
Nurlaela
Ketua POKJAWS Kementerian
2…………..
Agama
Kepala TU MAN 2 Model
3………….
04.
Abdul Halim. D
Wakil Ktua Komite
05.
Khoiri
Wakamad Kesiswaan
06.
Erniwati
Wakamad Kurikulum
07.
Jamaluddin
Wakamad Saran & Prasarana
08.
Kaharuddin
Wakamad HUMAS
09.
Warfah
Guru
10.
Aniyah Dimyati
Guru
11.
La Ode Riasi
Guru
12.
Abrar Alwi
Guru
13.
Massarappi
Guru
14.
` Sulariati
Guru
15.
Erni El Gani
Guru
4………….
5……………
6………….
7………………
8………….
9……………
10…..……..
11……………
12………..
13……………
14…………
15………….
314
16.
Roswati
Guru
17.
Zuhriyani
Guru
18.
Kamaria Rahman
Guru
19.
Sukriyati
Guru
20.
Muh. Ilyas
Guru
21.
Nursakinah
Guru
22.
Muh.Hasbi Hasanuddin
Guru
23.
Amaluddin
Guru
24. Muh. Ikbal
Guru
25. Ihsan Maulana
Guru
16…………
17………….
18…………
19…………..
20…………
21………….
22…………
23…………..
24…………
25…………
Demikian pernyataan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Makassar, 25 Agustus 2013,
Mengetahui.
Kepala MAN 2 Model Makassar,
Drs. H. Ahmad Hasan, M. Ag.
315
Abd. al-Karīm al-Syaḥrastāni, Abū al-Fatḥ Muḥammad bin, Al-Milal wa alNiḥal, juz I. Bairūt: Dār al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.
Arifin, A, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1999.
Arsyad, Azhar, Pokok-Pokok Manajemen, Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan dan
Eksekutif , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, t.th.
Assegaf, Abdul Rahman, Pendidikan Islam di Indonesia (Yogyakarta: Suka Press,
2007.
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi di Tengah
Tantangan Milenium III .Cet. I, Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2012.
Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam .Jogjakarta: Ar-Ruz
Media, 2012.
Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zein. Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta :
Rineka Cipta, 2002.
Casparsz, Vincent, Total Quality Manajemen (Cet. V. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008.
Danim, Sudarwan Visi Baru Manajemen Sekolah.( Jakarta : Bumi Aksara, 2007.
Danin, Sudarwan, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan ( Cet. II. Yogyakarta;
Pustaka Pelajar, 2006.
Departemen Agama RI dan "Development of Madrasah Aliyahs Project " (DMAP),
Konsep Dasar Pengembangan MAN Model, Jakarta: Dirjen Kelembagaan
Agama Islam, 1998.
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan tafsirnya edisi yang disempurnakan (Cet. III,
Jilid.7, Jakarta, Lembaga Percetakan Departemen Agama RI, 2009.
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan tafsirnya edisi yang disempurnakan (Cet. III,
Jilid.10, Jakarta, Lembaga Percetakan Departemen Agama RI, 2009.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahnya (Jakarta; Proyek Pengadaan
Kitab Suci Al-Qur’an, 2009.
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI
tentang Pendidikan,( Direktorat Jenderal Pendidikan Islam tahun 2007),
Departemen Agama RI, Pengawasan dengan Pendekatan Agama untuk penyuluh
Agama, Guru dan Widyaiswara. Jakarta: Inpektorat Jenderal, Proyek
Penyebarluasan Pengertian dan Kesadaran Pengawasan Melalui Jalur Agama,
Jakarta: 2004.
Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun
2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. (Cet. V: Jakarta: Lek.Diknas,
2005.
Departemen Pendidikan Nasional, Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah.Jakarta: LPMP, 2006.
Departemen Pendidikan
Nasional RI. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistim Pendidikan Nasional. Jakarta, 2004.
316
Depatemen Agama, Menuju Madrasah Mandiri (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, 2006.
Depatemen Agama, Profil Madrasah Masa Depan (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, 2006.
Dikdasmen Depdiknas, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning,
CTL) .Jakarta: Ditjen Dikdasmen, 2002.
Dimyati, Vien, Jurnal Indonesia, HDI 2011 Indonesia merosot, Jakarta jum’at, 4
Nov 2011. Diakses pada tanggal 21 Juli 2013.
Domopolii, Mulyono, Pesantren Modern IMMIM Pencetak Muslim Modern. Cet.I,
Jakarta: Rajawali Pers Raja Grafindo Persad, 2011.
Edwar Feeman, James A.F. Atoner R, Management Sixty Edition (Cet. I; New
Jersey: Prentice Hall, 1995.
Fatah, Nanang, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah. Cet. I;
Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005.
Field, Joseph C, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi dan
Aplikasi. Terjemahan oleh Syafaruddin. (Jakarta: PT Grasindo, 2000.
Gage Allee, John, Websters Dictionary (Chicago, Wilcox & Folt Book Company,
2000.
Getteng, Abd. Rahman, Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan, Tinjauan Historis
dari Tradisional ke Modern ,Cet. I, Makassar: Alauddin Press, 2011.
Gomez Mejia, R. Gomez, dkk, Managing Human Resource ( Cet. 3. London : Hall
International, Inc, 2001) h. 225.
Hadi, Abdul dan Nurhayati. B, Manajemen Mutu Pendidikan (Cet. I; Bandung:
Alfabeta, 2010
Halim, Abd. Rahman, Paradigma Baru Sistem Pembinaan Madrasah ( Cet. I.
Yogyakarta: Kota Kembang, 2009.
Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta:
Bumi Aksara, 2003.
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung:
Refika Aditama, 2012.
Hidayah, Nur, Model Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Pelayanan Kesehatan
Untuk Pengembangan Rumah Sakit Umum Kota Makassar (Total Quality
Management Model Of Health Care For Hospital Development In
Makassar Cyti) Disertasi, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri
Makassar, th. 2013.
Ibrāhim Ḥasan, Hasan, Tarīkh al-Islām, juz I.Cet. IX; Kairo: Maktabah alNaḥdlah al-Miṣriyah, 2000.
Indrajid, R. Eko & R. Djokopranoto, Manajemen Perguruan Tinggi Modern (Cet.
I; Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2007.
317
Kementerian Pendidikan Nasional, Penilaian Kinerja Guru dan Kompetensi
Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (PMPTK), Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008.
Kritiner, Robert, Management,Cet. IV; Boston: Hougton Mifflin, 1999
Kustimi, Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Membina Kemampuan
Mengajar Guru (Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), h. 64.
LAPIS (Learning Assistence Program Of Islamic School) Disadur dari Materi
Workshop Manajemen Berbasis Madrasah (Pelaksana IAIN Sunan Ampel
Surabaya kerja sama dengan UIN Alauddin Makassar bersama dengan LAPIS
di Makassar, tanggal, 9-11 Juni 2008 ).
Mahmud Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Hidakarya Agung,
2000.
Majlis Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan
(MP3A), Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Kementeria
Agama RI, Revitalisasi Madrasah dalam Menghadapi Persaingan Global,
Jurnal Voleme 1, 2 Maret 2006, h. 8.
Makawimbang, Jerry H. Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung:
Alfabeta, 2011.
Mukhtar, Prim Masrokan ,Manajemen Mutu Sekolah, Strategi Peningkatan Mutu
dan dan Saing Lembaga pendidikan Islam (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu
( Studi Kasus di MAN 3 dan MAN I Malang serta MA Hidayatul Mubtadi’in
Kota Malang ( Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2010),
Mulyati, Yati Siti (Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia(UPI), Manajemen Pendidikan. Cet. IV. Bandung: Alfabeta, 2011.
N.Oneng Nurul Bariyah, Kontekstualisasi Total Quality management dalam
Lembaga Pengelola Zakat untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
(Prinsip dan Praktek), Disertasi (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Naquib al-Attās, Syed Muhamad The Concept of Education in Islam: A
Framework for an Islamic Philosophy Education, terj. Haidar Bagir,
Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangka Pikir Pembimbing Filsafat
Pendidikan Islam (Cet. I; Bandung: Mizan, 2009.
Nur Mufidah, Luk-Luk Aktualisasi TQM dalam meningkatkan Profesionaalisme
Guru di Lembaga Pendidikan Islam, Jurnal Tadris, Vol. 4 Nomor.1 Tahun
2009.
Panggabean, M.S, Komitmen Organisasional sebagai Mediator Variabel Bagi
Pengaruh Kepuasan Kerja. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 6. No.1, 2004.
Panglaykim dan Hazil Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar (Cet. XV ; Jakarta :
Ghalia Indonesila, 2001.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah
318
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 63 tahun 2009 Tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan pada Pasal 1 ayat ( 1) dan ayat (2).
Pidarta, Made, Pemikiran tentang Supervisi pendidikan, (Edisi Revisi, Jakarta: Bina
Aksara, 2009),
Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan Indonesia (Edisi Revisi, Jakarta: Bina
Aksara, 2008
Prawirosentono, Suyadi, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu,
Total Quality Management Abad 21, Studi Kasus dan Analisis. (Jakarta;
Bumi Aksara. 2004.
Rivai,Veithzival dan Silviansa Murni, Educational Management, Analisa Teori
dan Praktek (Cet. II; Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Rohiat, Manajemen Sekolah, Teori Dasar dan Praktik (Cet. III, Bandung: Refika
Aditama, 2010) h. 14-15.
Saondi, Ondi, Etika Profesi Keguruan, Bandung: PT. Refika Aditama, 2010.
Sirajuddin Ismail, dkk, Reinvensi Kurikulum & Pembelajaran Pendidikan Agama
dan Pendidikan Keagamaan, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama
Makassar( Jakarta; Orbit - Indobis 2011.
SK MENPAN Nomor 091/KEP/MEN.PAN/10/2001 tentang Jabatan Fungsional
Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, pasal 1, ayat (1).
Stephen Murgatroyd and Colin Morgan, Total Quality Management and The
School, (Open University Press, Buckingham – Philadelphia, 1994.
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar ( Bandung: Sinar Baru, 1991),
h. 116.
Supriadi, Dedi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru .Yogyakarta: Adi Cita Karya
Nusa, 1999.
Syalabi, Ahmad, Mawsū'ah al-Tarīkh al-Islāmiy, juz I.Mekah: al-Nahdlah alMiṣriyah, t.th.
Syam, Husain dan Sonny Thioritz, Kendali Mutu, Cet. I; Badan Penerbi UNM
Makassar. 2011
Syukran Nafis, Ahmadi, Pendidikan Madrasah, Dimensi Profesional dan Kekinian
(Yogya-karta: LaksBang PRESSindo, 2010.
Thaib, M. Amin,dkk, Standar Supervisi dan Evaluasi Pendidikan pada Madrasah
Aliyah ,Jakarta: Direktur Mapaenda Kementerian Agama RI, 2005
Tolkhah, Imam, dkk. Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah
Dasar dan Menengah ( Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam
Kementerian Agama RI, 2007
Umairso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan,
Menjual mutu pendidikan dengan pendekatan Quality Control bagi Pelaku
Lembaga Pendidikan (Cet. II; Yogjakarta; IRCiSoD, 2011.
319
Usman, Husaini, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Edisi 3, Jakarta:
Bumi Aksara, 2010.
Veithzal Rivai dan Silviana Murni, Education Management, Analisis Teori dan
Praktik (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010.
LAMPIRAN: V
JADWAL PENELITIAN DISERTSI
JUDUL : IMPLEMENTASI TQM DALAM MEMBINA MUTU PENDIDIKAN
PADA MAN 2 MODEL MAKASSAR
BULAN/TAHUN
KEGIATAN
12/2012
01/2013
02/2013
03/2013
04 s/d 082013
09 /2013
10 s/d 122013
01/2013
1. Persiapan
a. Pengajuan rencana judul
b. Penetapan judul
c. Penunjukan promoter
2. Penyusunan proposal
a. Penulisan Proposal
b. Seminar proposal
c. Perbaikan proposal
d. Penyusunan instrumen
3. Permohonan. izin penelitian
4. Pelaksanaan Penelitian
5. Bimbingan dan konsultasi hasil
penelitian.
6. Pengesahan dan seminar hasil
penelitian
7. Perbaikan Disertasi
8. Ujian Tutup
9. Rencana Ujian Promosi
Makassar, 15 Desember 2012
Peneliti.
02/2013
Ket.
LAMPIRAN: V
JADWAL PENELITIAN DISERTSI
JUDUL : IMPLEMENTASI TQM DALAM MEMBINA MUTU PENDIDIKAN
PADA MAN 2 MODEL MAKASSAR
Bulan/Tahun
kegiatan
12/2012
10. Persiapan
d. Pengajuan rencana judul
e. Penetapan judul
f. Penunjukan promoter
11. Pengurusan proposal
e. Observasi awal
f. Seminar proposal
g. Perbaikan proposal
h. Penyusunan instrumen
12.
Permo. izin penelitian
13.
Pelaksanaan Penelitian
14.
Bimbingan dan
konsultasi hasil penelitian.
15.
Pengesahan dan
seminar hasil penelitian
16.
Perbaikan Disertasi
17.
18.
Ujian Tutup
Rencana Promosi
Makassar, 15 Desember 2012
01/2013
02/2013
03/2013
04 s/d 082013
09 /2013
10 s/d 122013
01/2013
02/2013
Ket.
LAMPIRAN: VI
NO.
DAFTAR NAMA-NAMA INFORMAN
NAMA
JABATAN
1
Ahmad Hasan
Kepala MAN 2 Model
2
Hamzah Lestari
3
Nurlaela
Ketua POKJAWS
Kementerian Agama
Kepala Tata Usaha MAN 2
Model
4
Abdul Halim. D
Wakil Ktua Komite
5
Khoiri
Wakamad Kesiswaan
6
Erniwati
Wakamad Kurikulum
7
Jamaluddin
Wakamad Saran &
Prasarana
8
Kaharuddin
Wakamad HUMAS
9
Warfah
Guru
10
Aniyah Dimyati
Guru
11
La Ode Riasi
Guru
12
Abrar Alwi
Guru
13
Massarappi
Guru
14
Muh. Ilyas
Guru
15
Sulariati
Guru
16
Erni El Gani
Guru
17
Roswati
Guru
18
Zuhriyani
Guru
19
Kamaria Rahman
Guru
20
Sukriyati
Guru
21
Amaluddin
Guru
22
Muh. Hasbi Hasanuddin
Guru
1
KET.
23
Ihsan Maulana
Guru BK
24
Nursakinah
Guru
25
Muh. Ikbal
Guru
Makassar, 28 Agustus 2013,
Mengetahui.
Kepala MAN 2 Model Makassar,
ttd
Drs. H. Ahmad Hasan, M. Ag.
2
PERNYATAAN INFORMAN/NARASUMBER
Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan behwa;
Nama
Pekerjan
Tujuan
: Hamzah Djunaid
: Dosen DPK UIN Alauddin Mmakassar pada UIM Makassar.
: Mengadakan penelitian pada MAN 2 Model Makassar dalam rangka
penyelesaian Studi Program Doktor pada PPS UIN Alauddin
Makassar.
Judul Disertasi: Implementasi TQM dalam Membina Mutu Pendidikan pada MAN 2
Model Makassar.
Pernyataan : bahwa benar yang bersangkutan telah mengadakan penelitian pada
MAN 2 Model Makassar, dari bulan April s/d Agustus 2013.
Adapun nama-nama informan sebagai berikut;
No.
Nama
Jabatan
Tanda Tangan
01.
Ahmad Hasan
Kepala MAN 2 Model
1……………..
02.
Hamzah Lestari
03.
Nurlaela
Ketua POKJAWS Kementerian
2…………..
Agama
Kepala TU MAN 2 Model
3………….
04.
Abdul Halim. D
Wakil Ktua Komite
05.
Khoiri
Wakamad Kesiswaan
06.
Erniwati
Wakamad Kurikulum
07.
Jamaluddin
Wakamad Saran & Prasarana
08.
Kaharuddin
Wakamad HUMAS
09.
Warfah
Guru
10.
Aniyah Dimyati
Guru
11.
La Ode Riasi
Guru
12.
Abrar Alwi
Guru
13.
Massarappi
Guru
3
4………….
5……………
6………….
7………………
8………….
9……………
10…..……..
11……………
12………..
13……………
14.
` Sulariati
Guru
15.
Erni El Gani
Guru
16.
Roswati
Guru
17.
Zuhriyani
Guru
18.
Kamaria Rahman
Guru
19.
Sukriyati
Guru
20.
Muh. Ilyas
Guru
21.
Nursakinah
Guru
22.
Muh.Hasbi Hasanuddin
Guru
23.
Amaluddin
Guru
24. Muh. Ikbal
Guru
25. Ihsan Maulana
Guru
14…………
15………….
16…………
17………….
18…………
19…………..
20…………
21………….
22…………
23…………..
24…………
25…………
Demikian pernyataan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Makassar, 28 Agustus 2013,
Mengetahui.
Kepala MAN 2 Model Makassar,
Drs. H. Ahmad Hasan, M. Ag.
4
5
Lampiran: II.
DATA PERSONIL, SARANA DAN PRASARANA
MAN 2 MODEL MMAKASSAR
TABEL. I
Daftar Nama-Nama Kepala MAN 2 Model Makassar (sebelum dan sesudah
terbentuknya) dari 1981 hingga sekarang.
No.
Nama Kepala Madrasah
Tahun Bertugas
Keterangan
1
Drs. H. Safar Bahar
1981 s.d 1985
Masih status PGA
2.
Drs. H. Abd. Rahman K
1985 s.d 1986
sda
3.
Abd. Malik Ibrahim, BA
1986 s.d 1989
sda
4.
Drs. H. Abd. Hamid Syah
1989 s.d 1991
Dari PGA menjadi MAN
5.
Drs. Khaeruddin Saleh
1991 s.d 1994
Status MAN 2
6.
H. Idrus, BA
1994 s.d 1997
sda
7.
Drs. Zainal Abidin
1997 s.d 1999
Status MAN 2 Model
8.
Drs.H. Kuraisy Ahmad
1999 s.d 2003
sda
9.
Drs. H. Rappe, M.Pd
2003 s.d 2006
sda
TABEL . II
Jumlah Guru dan Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin dan Status Kepegawaian
MAN 2 Model Makassar Tahun Ajaran 2012/2013 1
No Jenis Kelamin
PNS
Honorer
Jumlah
1
Guru /Laki-Laki
25 orang
7 orang
32
2
3
4
Guru /Perempuan
Pegawai/ Laki-laki
Pegawai/Perempuan
Jumlah
1
42 orang
2 orang
9 orang
78 orang
Profil MAN 2 Model Makassar 2013
1
6 orang
4 orang
5 orang
22 orang
48
6
14
100
TABEL . III
Jumlah Guru dan Pegawai Berdasarkan Pendidikan dan Sertifikasi pada MAN 2
Model Makassar Tahun Ajaran 2012/2013 2
Guru
No
Uraian
SLTA
1
Diploma
2
S1
3
S2
4
S3
5
6 Sudah sertifikat
7 Belum sertifikat
PNS
Pegawai
Honor
Jumlah
PNS
Honor
-
2
1
-
6
-
7
2
36
31
10
-
9
1
3
-
58
32
68
-
-
-
58
9
12
-
-
20
TABEL. IV
Sarana Pembelajaran MAN 2 Model Makassar Tahun Ajaran 2012/20133
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Uraian
Ruang kelas
Ruang Kep. Madrasah
Ruang Guru
Ruang Staf Pegawai Administrasi
Ruang BK
Laboratorium Fisika
Laboratorium Kimia & Biologi
Laboratorium Bahasa
Laboratorium Komputer
Ruang Multimedia
Ruang Olaraga
Ruang tata usaha
Laboratorium IPA
Laboratorium Komputer
Ruang Perpustakaan
Ruang OSIS & Ruang Pramuka
Ruang UKS
2
Profil MAN 2 Model Makassar 2013
3
Profil MAN 2 Model Makassar 2012
Jumlah
27
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Aula Pertemuan
Koperasi/Toko dan Kantin Jujur
Ruang Keterampilan Boga
Bengkel
Asrama /Wisma PSBB
Ruang Pusat Belajar Guru
Ruang Kantor PSBB
Masjid
Rumah Dinas Kep. Sekolah
Gudang
Kamar Mandi Wc Guru LK
Kamar mandi Wc Guru PR
Kamar mandi Siswa( Pa/Pi)
Ruang Penjaga Sekolah
Lapangan Serbaguna
Aula Mini
Pos Satpan
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
8
1
1
1
2
TABEL. V
Jumlah Siswa Mulai dari kelas X sampai kelas XII
di MAN 2 Model Makassar Tahun Ajaran 2012/20134
Kelas X
Tahun
L
Kelas XI
Kelas XII
Jumlah
Jumlah
L/P
P
L
P
L
P
L
P
2010/2011 121
175
110
158
103
148
334
481
815
2011/2012 138
183
112
175
109
151
359
506
865
2012/2013 129
195
124
176
107
171
360
542
902
4
Profil MAN 2 Model Makassar 2013
3
LAMPIARAN : IV
A. PEDOMAN WAWANCARA
IMPLEMNETASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DALAM
MEMBINA MUTU PENDIDIKAN PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI 2
MODEL MAKASSA
Tanggal Wawancara :
Informan
:
Dimohon kepada Bapak/Ibu untuk memberi jawaban pertanyaan di bawah sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
I. PERENCANAAN PROGRAM
Data diperoleh dari kepala , guru dan staf MAN 2 Model
Apakah anda dapat menyampaikan latar belakang perobahan nama dari
MAN 2 menjadi MAN 2 Model Makassar (tambahan Model).?
Apakah semua warga madrasah ( Kepala, Wakamad, Guru dan Staf )
memiliki tekad/komitmen yang kuat unutk terus menerus memperbaiki
mutu pendidikan. ?
Kalau ada komitmen, sudah tentu ada langkah-langkah yang
ditempuh, kira-kira menurut bapak langkah-langkah apa.?
Apakah perencanaan yang bapak maksudkan itu sudah
didokumentasikan dalam bentuk apa, atau apakah sudah
disosialisasikan kepada semua warga.?
Apakah visi-misi yang bapak maksud sudah dijabarkan dalam bentuk
RENSTRA atau RKTM. ?
Apakah visi –misi dan tujuan pendidikan tersebut berorientasi pada
pembinaan mutu sesuai amanat peraturan dan perundang-undangan
pemerintah.?
Apakah semua program yang dirumuskan dalam RENSTRA atau di
RKTM sudah terlaksana.?
Kalau memang tidak semua dapat terlaksana, adakah hambatan atau
sebab- sebab, sehingga tidak terlaksana, dan apa solusinya.
Apakah bisa dikemukakan program apa saja yang sudah dan yang
belum dilaksanakan.?
Apakah semua kegiatan di biayai oleh Dana Komite ataukah ada dana
dar sumber lain.
Apakah setiap menyusun perencanaan, kepala madrasah melibatkan
semua stakecholder madrasah.?
1
Jawaban
II. PENGORGANISASIAN
Data diperoleh dari kepala, guru, staf, pengurus komite, pengawas
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Apakah MAN 2 Model Makassar sudah memilki Struktur Organisasi
dan bagaimana bentuknya.
Apakah struktur organisasi tersebut dilengkapi dengan tata kerja
organisasi, dan apakah masing-masing personil sudah mengetahui
tugasnya.?
Bagaimana upaya kepala madrasah menangani masalah pekerjaan, jika
seandainya yang bersangkutan berhalangan atau tidak mampu .?
Bagaimana upaya kepala madrasah melaksanakan tugas-tugasnya yang
begitu banyak, jika terjadi tugas bersamaan. ?
Terlihat dalam uraian tugas anda, jumlahnya sangat banyak apakah
tugas-tugas itu diselesaikan sendiri atau dibantu orang
lain(kerjasama).?
Apakah setiap personil melaporkan hasil-hasil kegiatannya setelah
pekerjaan itu telah selesai dikerjakan (dalam bentuk tulisan).
Apakah madrasah menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan
( Sekolah/Madrasah Negeri) lainnya.?
Apakah madrasah terlibat dalam kegiatan organisasi Profesi seperti,
PGRI, K3M/KKKS, dll, baik ditingkat Kota maupun di tingkat
Propinsi.?
Dalam bentuk apa saja, jika madrasah dilabatkan dalam organisasi
tersebut;
III. PELAKSANAAN TQM
( Data meliputi ; ketenagaan, peserta didik, kepemimpinan dan pengembangan
kurikulum dll)
Apakah madrasah ini sudah menerapkan Manajemen Mutu Terpadu
yang sering disebut TQM secara sempurna.
Bagaimana pndangan anda tentang pembinaan mutu pada MAN 2
model Makassar.?
Seandainya aktifitas pendidikan sudah tersentuh dengan TQM, hal-hal
apakah yang termasuk di dalamnya. ?
Penerapan TQM di dunia bisnis cukup berhasil meningkatkan
produktifitas perusahaan, apakah kemungkinannya bisa sama jika
diterapkan juga di dunia pendidikan.?
25
Salah satu prinsip dalam TQM yaitu fokus kepada pelanggan(peserta
didik), apakah anda setuju dengan prinsip tersebut.?
26
Apakah anda setuju jika prinsip TQM yang lain juga diterapkan pada
madrasah, seperti; obsesi terhadap mutu, perbaikan secara
berkesinambungan, komitmen, kepemimpinan efektif, dll.
27
Apakah madrasah mengadakan perbaikan secara kontinu( terus
menerus ) terhadap pelaksanaan proses pembelajaran.
28
Apakah anda mempunyai kiat-kiat untuk meningkatkan prestasi
2
belajar peserta didik.?
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
Bagaimana menghadapi peserta didik yang semangat belajarnya
kurang, padahal pembelajaran harus fokus kepada peserta didik.
Adakah ketentuan /persyaratan penerimanaa Siswa Baru (PSB), dan
apakah madrasah memiliki kode etik.
Apakah ada hukuman atau sangsi yang dijatuhkan kepada peserta didik
yang melanggar kode etik madrasah.?
Apakah keputusan yang diambil kepala madrasah selalu
memepertimbangkan kepentingan peserta didik.?
Bukti-bukti apa saja yang dapat diperlihatkan bahwa peserta didik
sudah mampu bersaing dengan sekolah/madrasah lain yang sederajat.
Apakah madrasah mempunyai program kelas unggulan, dan apakah
program ini mendapat dukungan dari komite madrasah.
Bagaimana mengatasi hambatan-hambatan dalam meningkatkan
prestasi peserta didik.
Apakah kepala madrasah sudah menjalankan fungsi-fungsi manajeme.
Apakah madrasah memiliki dokumen yang lengkap tentang
ketentuan ketentuan (peraturan) penyelenggaraan madrasah selain
ketentuan dari Kemenag/Pemerintah.?
Apakah madrasah menempatkan siswa dan orang tua siswa/wali
sebagai pengguna layanan pendidikan dan guru diposisikan sebagai
mitra kerja kepala madrasah..?
Apakah kepala madrasah dalam melaksanakan program sesuai prinsip
KISS-ME.(Kooordinasi,
Integrasi,
Singkronisasi,Simplikasi,
Mekanisme, Evaluasi & Pelaporan)
Apakah madrasah menyampaikan kepada orang tua peserta didik
tentang perkembangan /kemajuan atau jika anaknya bermasalah.
Bagaimana upaya menyelesaikan jika peserta didik menghadapi
permasalahan di madrasah.
Apa kiat-kiat kepala madrasah dalam menciptakan budaya mutu pada
MAN 2 Model Makassar.
Apakah rasio guru dan siswa di madrasah sudah sesuai dengan
ketentuan
yang
baku
dalam
pendidikan(
aturan
Kem
Deiknas/Kemenag). ?
Apakah semua guru sudah sesuai kualifikasinya dengan mata
pelajaran yang diajarkan (sesuai dengan aturan yang berlaku. )?
Apakah guru madrasah sudah disertifikasi, dan bagaimana kinerja
mereka setelah mendapat sertifikasi.?
Apakah madrasah memiliki tenaga Bimbingan Konseling yang
kualifikasinya sesuai dengan aturan yang berlaku. ?
Apakah madrasah memiliki tenaga pustakawan dan laboran yang
kualifikasinya sesuai dengan aturan yang berlaku. ?
Apakah
madrasah
dalam
menyusun
RAPBM
selalu
mempertimbangkan kemampuan peserta didik sebagai sumber utama
pemasukan, jenis kegiatan/program, lamanya kegiatan, dan estimasi
3
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
biaya.
Apakah madrasah mengupayakan mencari dana tambahan yang
proporsional untuk menunjang kegiatan lain di luar kegiatan
operasional. ?
Apakah madrasah mengalokasikan
dana untuk peningkatan
profesionalisme guru dan untuk peningkatan kreavitas guru. ?
Apakah madrasah mengalokasikan dana untuk peningkatan mutu
pendidikan, baik program akademik maupun non akademik, termasuk
infrastruktur.
Apakah madrasah mengalokasikan
dana untuk bantuan biaya
pendidikan guru kepada jenjang berikutnya ( S2 & S3). ?
Apakah madrasah mengalokasikan dana untuk kegiatan kesiswaan,
baik kegiatan akademik maupun non akademik sebagai upaya
peningkatan kualitas peserta didik. ?
Apakah madrasah mengalokasikan dana untuk subsidi silang dan
beasiswa bagi siswa yang kurang mampu. ?
Apakah madrasah mengupayakan dana untuk beasiswa bagi siswa
yang berprestasi ?
Apakah sumbangan/ dana dari orang tua siswa dikelola secara
transparan dan akuntable serta peruntukannya sesuai dengan RAPBM
yang telah disepakati. ?
Apakah Laporan pertanggungjawaban ( LPJ) keuangan dilaksanakan
secara terbuka( dihadapan orang tua siswa). ?
Apakah penerimaan siswa baru sesuai dengan hasil seleksi yang telah
ditetapkan dan disesuaikan dengan kapasitas daya tampung kelas yang
ada.
Apakah ada data jumlah
peserta didik yang melanjutkan
pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi (PTN/PTS) atau terserap
di dunia kerja.
Apakah prestasi yang dicapai siswa madrasah pada perlombaan mata
pelajaran, terutama mata pelajaran MAFKIBI, ?
Apakah siswa MAN 2 Model selalu mendapat prestasi yang
memuaskan pada setiap even perlombaan olah raga dan kesenian
antar siswa tingkat SMA/sederajat se Kota makassar?
Apakah siswa MAN 2 Model selalu mendapat prestasi yang
memuaskan pada setiap even perlombaan keterampilan, karya
ilmiyah, dan lain-lain antar siswa tingkat SMA/sederajat se Kota
makassar?
Apakah prestasi yang dicapai siswa madrasah pada perlombaan
keagamaan (keislaman). ?
Apakah rata-rata nilai ujian nasional memenuhi ketentuan minimal. ?
Apakah Organisasi kesiswaan ( OSIM, UKM, PMR dan Pramuka )
berjalan aktif dan memiliki program kerja sesuai visi-misi madrasah. ?
Apakah madrasah memiliki klub olahraga dan klub kesenian, yang
aktif dan mengikuti perlombaan baik dalam kampus maupun antar
siswa se Kota Makassar. ?
4
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
Apakah siswa MAN 2 Model tidak ada yang tirlibat dalam pergaulan
bebas, perkelahian dan penggunaan narkoba serta tindakan criminal
lainnya, baik secara berkelompok maupun secara perorangan. ?
Apakah Pemerintah bersama dengan orang tua/Komite Madrasah
senantiasa aktif memberi saran perbaikan kepada warga madrasah
untuk kemajuan dan peningkatan muyu madrasah. ?
Apakah Pemerintah bersama dengan masyarakat senantiasa melakukan
monitoring pelaksanaan program madrasah. ?
Apakah dana pembangunan pisik ( gedung ) dan pembangunan sarana
lainnya( olah raga dan penataan lingkungan dall) selain diperoleh dari
dana BP-3 dan sumbangan dari masyarakat, juga mendapat bantuan
dana dari pemerintah. ?
Apakah kebersihan dalam kelas dan lingkungan madrasah selalu
terpelihara dengan baik, rapih, bersih dan menyenangkan. ?
Apakah keamanan madrasah terjamin sekali 24 jam dengan tersedianya
2( dua) pos keamanan pada pintu timur(utama) dan pinti bagian barat
untuk siswa. ?
Apakah Warga madrasah aktif melaksanakan program K7 (Keamanan,
Ketertiban, Kebersihan, Keindahan, Kekeluargaan, Kerindangan dan
Keseha an ). ?
Apakah Cara berpakaian guru, staf dan siswa madrasah rapi dan
Islami. ?
Apakah madrasah memiliki Program yang membekali siswa agar
dapat bekerja di dunia usaha/industry. ?
Apakah madrasah selalu mendorong warga madrasah untuk memiliki
kebiasaan membaca. ?
Apakah Warga Madrasah melaksanakan tata karma dan etika Islami
yang ditetapkan dalam pergaulan serta hubungan antar warga
Madrasah terjalin dengan harmonis. ?
Apakah madrasah memiliki program Kegiatan-kegiatan Hari Besar
Islam dan kegiatan ibadah social lainnya. ?
Madrasah memiliki program tadarrus (membaca al Qur’an secara rutin
) bagi siswa. ?
Apakah madrasah memiliki program shalat berjamaah ( terutama shalat
dhuhur) dan kegiatan ceramah keagamaan secara rutin untuk warga
madrasah. ?
Apakah adrasah memiliki program kerjasama/ hubungan dengan
alumni yang melalui sebuah wadah organisasi ( Ikatan Alumni). ?
Apakah menurut Bapak/Ibu, bahwa yang mendukung penerapan TQM
pada MAN 2 Model adalah 1) Kebijakan pimpinan yang demokratis.2)
Kompetensi Guru yang rata-rata sudah disertifikasi.3) Sarana dan
prasarana yang memadai. 4) keterlibatan orang tua siswa, 5) Staf (
tenaga kependidikan) yang bertanggung jawab;
Apakah menurut bapak/ibu, bahwa yang menghambat penerapan
TQM pada MAN 2 Model ini adalah; 1) Keterbatasan dana, 2)
Komitmen terhadap konsep mutu masih rendah, 3) Budaya belajar
5
84
85
86
87
88
89
90
91
peserta didik terhadap orientasi mutu masih kurang, 4) Pengawasan
dan pengedalian mutu Pendidikan belum maksimal.
Apakh Masjid/mushallah, sudah dipergunakan secara efektif untuk
pembinaan kegiatan keagamaan. ?.
Apakah jumlah gedung belajar dan ruang belajar( rombel) sudah sesuai
dengan jumlah siswa dan telah dilengkapi media pembelajaran. ?
Apakah gedung perpustakaan dilengkapi buku- buku untuk kebutuhan
peserta didik. ?
Apakah madrasah sudah mempunyai sarana dan prasaran perkantoran
yang lengkap atau berbasis ICT pada kantor staf, guru dan kepala
madrasah.
Apakah madrasah menyiapkan gedung laboratorium, Bahasa, IPA,
Kimia, Biologi, Pisika, ?
Apakah madrasah menyiapkan ruang Komite, OSIS, PMR, UKM,
MGMP, ?
Apakah madrasah menyiapkan ruang Kantin dan Ruang Tataboga atau
lain-lainnya.
Apakah madrasah menyiapkan lapangan olah raga.( Bulu Tangkis,
Long Tennis, Tennis Meja, dll ). ?
IV. PENGAWASAN /SUPERVISI
( data diperoleh dari pengawas Kementerian Agama dan kepala dan guru MAN)
92
92
93
94
95
96
97
98
99
Berapa kali bapak sebagai pengawas pendidikan dari Kemenag. Selalu
mengadakan pengawasan pada MAN 2 Model Makassar , apakah
setiap bulan ataukah sekali dua bulan.? Ataukah bagaimana.
Bagaimana pandangan bakap tentang kinerja kepala, guru dan staf
MAN 2 Model Makassar.
Apakah kepala madrasah selalu mengadakan supervise kelas atau
supervise akademik dan klinis.
Apakah guru – guru mengunakan metode pembelajaran variatif pada
MAN 2 Model Makassar, yang oleh sebagian besar guru menganggap
sebagai metode yang efektif. ?
Apakah menurut Bapak/Ibu, bahwa Guru-Guru MAN 2 Model selalu
berusaha memberikan penilaian hasil pekerjaan peserta didik dengan
berorientasi kepada tiga aspek /ranah pendidikan ( Kognitif, afektif
dan psikomotorik
Apakah semua guru MAN 2 Model selalu mempersiapkan perangkat
pembelajaran/RPP sebelum melakukan pembelajaran
Apakah Kepala madrasah selalu mengadakan pertemuan rutin dengan
guru dan staf atau dengan orang tua peserta didik serta pengawas
secara berkala.
Apakah Guru-guru mengadakan remedial bagi peserta didik yang
nilainya masih rendah.
Apakah menurut anda, bahwa dalam implementasi TQM terdapat
6
beberapa faktor penghambat, tolong dijelaskan.
100
Apakah menurut bapak, bahwa di MAN 2 Model Makassar terdapat
sejumlah faktor-faktor yang dapat mendukung implementasi TQM.
102
Apakah terdapat bukti-bukti keberhasilan yang telah diraih oleh
peserta didik pada setiap kegiatan perlombaan.?
103
Apakah dalam pengambilan keputusan dalam merencanakan dan
melaksanakan setiap kegiatan, Kepala madrasah senantisa melibatkan
semua warga madrasah.
104
Apakah dalam perencanaan dan plekasanaan kegiatan, kepala
madrasah membentuk tim khusus( Pansus) dalam upaya
menyukseskan kegiatan tersebut.
Apakah madrasah menfasilitasi/memaksimalkan pengembangan
profesi guru melalui MGMP setiap mata pelajaran.
Apakah guru mengadakan analisis bahan ajar, baik berdasarkan silabus
maupun dengan pendekatan keilmuan.
105
106
107
Apakah Kepala madrasah selalu mengadakan pertemuan rutin dengan
guru dan staf atau dengan orang tua peserta didik serta pengawas
secara berkala.
108
Apakah Guru sudah memiliki keterampilan membuka dan menutup
pembelajaran;
Apakah Guru sudah memiliki keterampilan menjelaskan dan bertanya
dalam proses pembelajaran;
109
110
Apakah guru memiliki keterampilan membimbing diskusi kelompok
dan mengelola kelas;
111
Apakah MAN 2 Model Makassar sudah dapat bersaing dengan SMA
atau yang sederajat, baik dari segi kualitas maupun dari segai
kuantitas.
112
Apakah dalam meningkatkan kedisiplinan guru dan pegawai,
madrasah mempergunakan CCTV dan check clock, dll. ?
113
Langkah-langkah apa yang bapak lakukan untuk member motivasi
kenerja guru dan staf.
Makassar, Pebruari 2013
Catatan:
Pedoman wawancara tersebut dapat ditambah atau
dikurangi setelah data dianggap belum atau sudah cukup,
dan semua data yang diperoleh di reduksi.
Yang diwawancarai
ttd
_____________________
7
B. PEDOMEN OBSERVASI
IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DALAM MEMBINA
MUTU PENDIDIKAN PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 MODEL MAKASSAR
Tanggal observasi :
Pedoman ini merupakan catatan penting yang akan diteliti untuk mendapatkan data dan
informasi terhadap kondisi yang sebenarnya , dilaksakan secara persuasive integratis
terhadap fenomena yang terjadi di lokasi penelitian.
1. Masalah komitmen terhadap mutu, peneliti mengadakan observasi dengan
meminta beberapa pendapat dan tanggapan dari informan ( guru dan Kepala
Madrasah)
2. Masalah kualitas Guru, peneliti mencoba meminta keterangan dari beberapa guru
yang sudah sertifikasi melalui jalur forto folio dan yang tidak melalui jalus forto
folio. Tujuannnya untuk mengetahui apakah sama atau tidak sama kualitasnya.
3. Masalah Manajemen yang diamati mengenai pelakasanaan fungsi-fungsi
manajemen ( perencanaan, pengorganisasian, penerapan( pengarahan) dan
pengawasan) yang telah diterapkan secara efektif di MAN 2 Model.
4. Masalah pengawasan apakah senantiasa mengadakan perbaikan/bimbingan secara
berkesinambungan terhadap pengelolaan administrasi dan manajemen pendidikan
pada MAN 2 Model ini, termasuk proses pembelajaran (ya/tidak)
5. Masalah bimbingan kepada guru secara kontinu( terus menerus ) terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran pada MAN 2 Model sebagai upaya meningkatkan
mutu pendidikan (ya/tidak).
6. Semua guru MAN 2 Model selalu mempersiapkan perangkat pembelajaran/RPP
sebelum melakukan pembelajaran (ya/tidak).
7. Guru MAN 2 Model Makassar dalam pemberian materi pembelajaran kepada
peserta didik menggunakan pendekatan yang berpuasat pada peserta didik
(ya/tidak) .
8. Semua guru menyiapkan telah menyiapkan perangkat pembelajaran ( ya/tidak)
9. Penggunaan metode pembelajaran variatif pada MAN 2 Model Makassar, diamati
ketika guru sedang mengajar (ya/tidak)
10. Pelayanan kepada peserta didik sebagai pelanggan utama, sudah
memberi
kepuasan atas pelayanan yang didapatkannya, termasuk dari kalangan orang tua
peserta didik; dapat didapat dari peserta didik (ya/tidak)
8
11. Mengamati tanggapan guru tentang penerapan Manajemen Mutu Terpadu
Pendidikan atau TQM ditanyakan ketika guru sedang istirahat (ya/tidak);
12. Guru-guru MAN 2 Model sudah melakukan pengorganisasian pembelajaran
terutama pada pengembangan kurikulum (ya/tidak).
13. Pemanfaatan media pembelajaran bertujuan untuk mempermudah pemahaman
peserta didik terhadap materi pembelajaran sangat perlu mempergunakan media
pembelajaran yang sesuai, sehingga penggunaan media pembelajaran merupakan
salah satu metode pembelajaran yang efektif (ya/tidak).
14. Guru – guru MAN 2 Model sebagai tenaga pendidik telah menjalankan tugas
utamanya yaitu; mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan
mengevaluasi hasil belajar, sehingga keberadaannya memuaskan peserta didik
(ya/tidak).
15. Semua warga MAN 2 Model
terus berusaha menciptakan, memelihara, dan
mengembangkan suasana madrasah yang menyenangkan sebagai lingkungan
belajar (ya/tidak)
16. Guru-Guru MAN 2 Model selalu berusaha memberikan penilaian hasil pekerjaan
peserta didik dengan berorientasi kepada tiga aspek /ranah pendidikan ( Kognitif,
afektif dan psikomotorik). (ya/tidak)
17. Guru-guru MAN 2 Model dalam melaksanakan proses pembelajaran selalu
memperhatikan tingkat kemampuan, kecakapan dan gaya belajar serta karakteristik
peserta didik (ya/tidak)
18. Guru-guru mengadakan remedial bagi peserta didik yang nilainya masih rendah
(ya/tidak)
19. Kepala Madrasah bersama dengan guru-guru melaksanakan analisis ketercapaian
kompetensi lulusan bagi pesert didik (ya/tidak)
20. Faktor-faktor yang mendukung penerapan TQM pada MAN 2 Model adalah 1)
Kebijakan pimpinan yang demokratis.2) Kompetensi Guru yang rata-rata sudah
disertifikasi.3) Sarana dan prasarana yang memadai. 4) keterlibatan orang tua
siswa, 5) Staf ( tenaga kependidikan) yang bertanggung jawab (ya/tidak)
21. Faktor-faktor yang menghambat penerapan TQM pada MAN 2 Model ini adalah;
1) Keterbatasan dana, 2) Komitmen terhadap konsep mutu masih rendah, 3)
Budaya belajar peserta didik terhadap orientasi mutu masih kurang, 4) Pengawas
Pendidikan kurang aktif dan professional dalam melaksanakan tugasnya. (ya/tidak)
22. MAN 2 Model Makassar sudah dapat bersaing dengan SMA atau yang sederajat,
baik dari segi kualitas maupun dari segai kuantitas (ya/tidak).
23. Apakah dalam meningkatkan kedisiplinan guru dan pegawai, madrasah
mempergunakan CCTV dan check clock, dll. (ya/tidak)
9
24. Apakah madrasah mengadakan pemilihan guru berprestasi dan peserta didik
berprestasi setiap tahun, yang bertujuan untuk mengukur kompetensi guru dan
peserta didik (ya/tidak)
25. Bukti-bukti keberhasilan yang telah diraih oleh peserta didik pada setiap kegiatan
perlombaan, baik yang bersifat akademik, maupun yang bersifat keterampilan dan
seni.
26. Pelekasanaan kegiatan, kepala madrasah membentuk tim khusus( Pansus) dalam
upaya menyukseskan kegiatan tersebut. (ya/tidak)
27. Kepala madrasah menfasilitasi/memaksimalkan pengembangan
melalui MGMP setiap mata pelajaran. (ya/tidak)
profesi guru
28. Guru mengadakan analisis bahan ajar, baik berdasarkan silabus maupun dengan
pendekatan keilmuan. (ya/tidak)
29. Kepala madrasah mengadakan pertemuan rutin dengan guru dan staf atau dengan
orang tua peserta didik serta pengawas secara berkala. (ya/tidak)
30. Guru sudah memiliki keterampilan membuka dan menutup pembelajaran;
(ya/tidak)
31. Guru sudah memiliki keterampilan menjelaskan dan bertanya dalam proses
pembelajaran; (ya/tidak)
32. Guru memiliki keterampilan membimbing diskusi kelompok dan mengelola kelas;
(ya/tidak)
33. Pengawas Pendais dari Kementaerian Agama, kalau ia datang apa-apa saja yang ia
lakukan, apakah supervis kelas ataukan bimbingan khusus kepadaa guru, atau lainlain.
34. Supervisi juga dilaksanakan oleh kepala madrasah ( supervise kelas dan klinik)
35. Bimbingan dan konseling, aktif setiap saat, dan guru BK… orang, pembagian
tugas telah terbagi sesuai aturan.
Makassar, Pebruari 2013
Catatan:
Pedoman observasi tersebut, sebagian hanya di check list jika kedaannya jelas, dan
ditanyakan kepada informan jika dibutuhkan penjelasan.
10
LAMPIRAN: I.
STRUKTUR ORGANISASI MAN 2 MODEL MAKASSAR
KANWIL
KEMENTERIAN AGAMA
KEPALA
MAN 2 MODEL MAKASSAR
Drs. H. Ahmad Hasan, MA
PSBB
Drs. Abrar, M.Pd
KOMITE
MAN 2 MODEL MAKASSAR
WAKIL KEPALA MADRASAH
KURIKULUM
Dra. Erniwati, M.Pd
KESISWAAN
Khoiri S.Pd, M.Pd
SARANA & PRASARANA
Drs. Jamaluddin AL, M.Pd.I
HUMAS
Kaharuddin, S.Ag, M.Pd
LABORATORIUM
BILOGI
St.Hamisah
KIMIA
Nuratiah,
FISIKA
M. Saleh, M.Si
BAHASA
Rosmawati,
KOMPUTER
Muh. Kamil,
S.Pd.I
PERPUSTAKAAN
Hj. Marwah
Hasbat, SE
Koord. BK
Nurdin, S.Pd., MM.
KETRMP. BENGKEL LAS & TATA
BOGA
Drs. Muh Kursi & Dra. Siti Harlina
Halim
GURU-GURU/WALI KELAS
KEPALA URUSAN TATA USAHA
Nurlaela, S.Sos
KESISWAAN
Murni, S.Sos
Keterangan:
KEPEGAWAIAN
Siti Nursina, S.Pd
Zulfikaruddin, S.E
KEUANGAN
Dra. Hj. Rahmah B
Hub.Administrative
Hub. Fungsional
SARANA
Risdianto
KEARSIPAN/UMUM
Buismiati, S.Pd.I
Najib, S.H.I
KEAMANAN
Syarifuddin &
Iskandar
OSIS/KEAG/RAMUKA
PMR/KIR/SENI/PASKIB
LAMPIRAN :
Lambang
sekolah/
madrasah
Contoh format Pedoman Mutu ( Quality Manual)
Untuk format Rencana Mutu
No. Dok
QUALITY MANUAL ISO 9001:2008
No. Revisi
Tanggal
RENCANA MUTU
Halaman
No
PROSES
01
Administrasi
dan pemelajaran
02
Pengembangan
SDM
Pengembangan
sarpras
03
04
05
06
07
08
09
10
Referensi
(dokumen
rujukan) alat ukur
Standar
(Kriteria
keberterimaan
PIC (Person
in Charge)
Frekuensi
Pengukuran
Record/
Catatan
Pendataan dan
penyusunan kartu hasi
Studi (KHS), absen sidik
jari yg menggunakan
touch screen
Disesuaikan
UUSPN dan
Permen DIKNAS
PP. 19/2005
Ttg SNP
Wakasek
dikkur dan
sertifikasi
Setiap
semister
KHS
Disesuaikan
Disesuaikan
Disesuaikan
Disesuaikan
Disesuaikan
Disesuaikan
Disesuaikan
Disesuaikan
Disesuaikan
Disesuaik
an
Disesuaik
an
SASARAN
Pengembangan
kurikulum
Pengembangan
bahan ajar
Penerimaan siswa
baru
Pelaksanaan uji
kompetensi
Proses
pembelajaran
Pelaksanaan ujian
Penyaluran
1
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
lulusan
Pelaksanaan
kerjasama
kelembagaan
Komunikasi
eksternal
Pengelolaan
income
generating unit
Bimbingan dan
penyuluhan
Kegiatan
ekstrakurikuler
Kegiatan
kreativitas siswa
Asuransi
Komunikasi
internal
Penelusuran
lulusan( alumni)
K3 dan
lingkungan kerja.
Lain-lain.
Catatan: Contoh format ini diambil dari Tim pemandu(Master of Training) Quality Manual ISO; 9001:2008, pada salah satu SMK
Negeri di Makassar atas izin yang bersangkutan, dan format ini dapat disesuaikan dengan jenis sekolah/madrasah yang
menyelenggarakan ISO 9001:2008, atau sesuai petunjuk Tim Pemandu (Master of Training). Untuk memulai penerapan,
semua stakecholder sekolah/madrasah harus siap dan bekerja keras.
2
lampiaran
Contoh format Pedoman Mutu ( Quality Manual)
Untuk format Sasaran Mutu
Lambang
sekolah/
madrasah
QUALITY MANUAL- ISO 9001:2008
SASARAN MUTU
No Tujuan dan Sasaran
01
Isi kolom ini diambil dari
sasaran rencana mutu atau
bisa ditambah sesuai
analisa kondisi saat itu.
02
03
04
05
sda
sda
sda
sda
Penanggung
Kerangka
Jawab
Waktu
Sesusi job
disesuaikan
masing-masing
pengelola
sda
sda
sda
sda
Latar Belakang
Permasalahan
Sesuai fakta
sda
sda
sda
sda
sda
sda
sda
sda
No. Dok
No. Revisi
Tanggal
Halaman
Rencana Kerja untuk
Periode
mencapai sasaran mutu
pelaporan
Dicatat beberapa Indikator
Sesuai target
( 1 s/d 10 indikator pecapaian
sasaran mutu dan semakin
banyak bagus dan harus tepat
sasaran)
sda
sda
sda
sda
sda
sda
sda
Catatan: Contoh format ini diambil dari Tim pemandu(Master of Training) Quality Manual ISO; 9001:2008, pada salah satu SMK
Negeri di Makassar atas izin yang bersangkutan, dan format ini dapat disesuaikan dengan jenis sekolah/madrasah yang
menyelenggarakan ISO 9001:2008 atau sesuai petunjuk Tim Pemandu (Master of Training). Untuk memulai penerapan,
semua stakecholder sekolah/madrasah harus siap dan bekerja keras.
3
4
LAMPIRAN III.
DAFTAR PRESTASI SISWA MAN 2 MODEL MAKASSAR PADA LOMBA,
TINGKAT KOTA, PROPINSI DAN NASIONAL
TAHUN 2012 -2013
No
Kegiatan
Prestasi
Penyelenggara Tahun
.
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
Spotakuler Volly ball putri antar pelajar se
Kota Makassar
Lomba Pidato Pajak antar pelajar
SMA/SMK se kota Makassar
Lomba debat pemuda kreatif TK.
Nasional di Jakarta
Lomba pidato pemuda kreatif TK.
Nasional di Jakarta
English Event “The Award” explode your
barrier & kreate your own story.
Lomba pidato Tk. Pelajar Putri SLTA se
Sul-Sul.
Lomba Baca Berita Tk. Pelajar SLTA se
Sul-Sel
Lomba Akuntansi se Kota Makassar
19
20
Kemah Lomba Pramuka Penegak
2011
I
Yayasan pendidik
Lanian
Kanwil DJP Sulsel Barat
Kemenpora
II
Kemenpora
2011
Favorite/team
UIN Mks
2011
II
Fak. Dakwah &
Kom. UIN
UIN
2011
2012
I
Poltek Negeri U.
Pandang
Feb.UNHAS.
II
Feb. UNHAS
2012
III
FMIPA UNM
2012
I
FMIPA UNHAS
2012
I, I & III
SMA Islam
Athirah
Kantor Arsip,
Perpust & Peng.
Data Kota Mks
Serikat
Perusahaan Pers
Unismuh.
Makassar
Kanwil Agama
Prov. Sul-Sel
Kanwil Agama
Prov. Sul-Sel
BPP. SAR
Pramuka unm
BPP. SAR
Pramuka UNM
2012
II, Hrp 1&II
Harapan II
Harapan I
Lomba Debat Bhs Inggeris antar siswa se
Kota Makassar
Lomba Debat Bhs Inggeris antar siswa se
Kota Makassar
Lomba Koordinat Geometry Matematika /
FMIPA UNM
Lomba Presentasi
Kimia / FMIPA
UNHAS
Science Competition TK.SMA Se Kota
Makassar.
Lomba Karya Tulis Ilmiah /
Kantor Arsip, Perpustakaan & Peng. Data
Kota Mks.
Festival Ekonomi Tk. SMA se Indonesia
(Serikat Perusahaan Pers)
Lomba MTQ se Sul-Sel.
Kompetisi Sains Madrasah Fisika TK.
Provinsi Sul-Sel.
Kompetisi Sains Madrasah Matematika
TK. Provinsi Sul-Sel
HIKING SAFARI
18
Juara III
Harapan III
Juara I
Juara I Putra
Juara II
Juara I
Juara I
Juara III MTQ
1
2011
2011
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
21
Pidato Lingkungan Hidup
Juara III
22
Kompetisi SAINS Madrasah Tk.Nasional
Bid. Matematika
Kompetisi Bhs. Jepang Tk. SMA/MA se
Kota Makassar
Juara III
23
Juara Umum
Juara
III
Maga, II Baca
Kana, III Baca
Kana Pi, III
nyanyi jpang,
III
nyanyi
jpng Pi, III Pa.
II, III
24
Alsa Inglish Contest ( AESO)
25
Kompetisi Guru, Kepala dan Pengawas
berprestasi Tk. Nasional
26
Lomba Cerdas Cermat Tk. SMA/MA
27
Lomba cerdas cermat Bhs Jepang
28
Lomba Sepak Takrow dalam Rangka HAB
Kemenag
Lomba Baris berbaris Tk. SMA se Sul-Sel.
Juara II
Lomba Akutansi Tk. SMA se Kota Mks
Lomba Cerdas Tangkas fisika LCTF tk,
SMA se Kota Mks.
Lomba Photography Tk. SMA se Kota
Mks.
Lomba gambar karikatur Tk. SMA se
Kota Mks
Juara III
Juara III
29
30
31
32
33
Harapan I
Juara I ( 1 grm
emas )
Juara II
Juara I
Juara II
Juara III dan
harapan I
Kanwil
Kemenag.
Dirjen Pendis
Kemenag. RI
SMA 17 MKs.
2012
Fak. Hukum
UNHAS
Dirjen Pendis
Kemenang
Serpong/Tgrn
LBB Gajah Mada
2012
JLO( Jepang
Lovers Mks)
Kemenag Kota
Mks.
Resimen
Mhs.Wolter
Mongunsidi
INIFA
MFISIKA
UNISMUH
Keker Koding
Graha Pena
HUT. PPS UNM
2012
2012
2012
2012
2012
2013
2013
2013
2013
2013
2013
Sumber data; Kepala Tata Usaha MAN 2 Model Makassar, diperoleh pada tanggal,
15 Juni 2013, di Makassar.
2
LAMPIRAN :
Lambang
sekolah/
madrasah
Contoh format Pedoman Mutu ( Quality Manual)
Untuk format Rencana Mutu
No. Dok
QUALITY MANUAL ISO 9001:2008
No. Revisi
Tanggal
RENCANA MUTU
Halaman
No
PROSES
01
Administrasi
dan pemelajaran
02
Pengembangan
SDM
Pengembangan
sarpras
03
04
05
06
07
08
09
10
Referensi
(dokumen
rujukan) alat ukur
Standar
(Kriteria
keberterimaan
PIC (Person
in Charge)
Frekuensi
Pengukuran
Record/
Catatan
Pendataan dan
penyusunan kartu hasi
Studi (KHS), absen sidik
jari yg menggunakan
touch screen
Disesuaikan
UUSPN dan
Permen DIKNAS
PP. 19/2005
Ttg SNP
Wakasek
dikkur dan
sertifikasi
Setiap
semister
KHS
Disesuaikan
Disesuaikan
Disesuaikan
Disesuaikan
Disesuaikan
Disesuaikan
Disesuaikan
Disesuaikan
Disesuaikan
Disesuaik
an
Disesuaik
an
SASARAN
Pengembangan
kurikulum
Pengembangan
bahan ajar
Penerimaan siswa
baru
Pelaksanaan uji
kompetensi
Proses
pembelajaran
Pelaksanaan ujian
Penyaluran
1
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
lulusan
Pelaksanaan
kerjasama
kelembagaan
Komunikasi
eksternal
Pengelolaan
income
generating unit
Bimbingan dan
penyuluhan
Kegiatan
ekstrakurikuler
Kegiatan
kreativitas siswa
Asuransi
Komunikasi
internal
Penelusuran
lulusan( alumni)
K3 dan
lingkungan kerja.
Lain-lain.
Catatan: Contoh format ini diambil dari Tim pemandu(Master of Training) Quality Manual ISO; 9001:2008, pada salah satu SMK
Negeri di Makassar atas izin yang bersangkutan, dan format ini dapat disesuaikan dengan jenis sekolah/madrasah yang
menyelenggarakan ISO 9001:2008, atau sesuai petunjuk Tim Pemandu (Master of Training). Untuk memulai penerapan,
semua stakecholder sekolah/madrasah harus siap dan bekerja keras.
2
lampiaran
Contoh format Pedoman Mutu ( Quality Manual)
Untuk format Sasaran Mutu
Lambang
sekolah/
madrasah
QUALITY MANUAL- ISO 9001:2008
SASARAN MUTU
No Tujuan dan Sasaran
01
Isi kolom ini diambil dari
sasaran rencana mutu atau
bisa ditambah sesuai
analisa kondisi saat itu.
02
03
04
05
sda
sda
sda
sda
Penanggung
Kerangka
Jawab
Waktu
Sesusi job
disesuaikan
masing-masing
pengelola
sda
sda
sda
sda
Latar Belakang
Permasalahan
Sesuai fakta
sda
sda
sda
sda
sda
sda
sda
sda
No. Dok
No. Revisi
Tanggal
Halaman
Rencana Kerja untuk
Periode
mencapai sasaran mutu
pelaporan
Dicatat beberapa Indikator
Sesuai target
( 1 s/d 10 indikator pecapaian
sasaran mutu dan semakin
banyak bagus dan harus tepat
sasaran)
sda
sda
sda
sda
sda
sda
sda
Catatan: Contoh format ini diambil dari Tim pemandu(Master of Training) Quality Manual ISO; 9001:2008, pada salah satu SMK
Negeri di Makassar atas izin yang bersangkutan, dan format ini dapat disesuaikan dengan jenis sekolah/madrasah yang
menyelenggarakan ISO 9001:2008 atau sesuai petunjuk Tim Pemandu (Master of Training). Untuk memulai penerapan,
semua stakecholder sekolah/madrasah harus siap dan bekerja keras.
3
4
LAMPIRAN. VIII
CONTOH
SISTEM MANAJEMEN MUTU
ISO 9001: 2008
QUALITY MANUAL
NAMA SEKOLAH
LAMBANG SEKOLAH
ALAMAT SEKOLAH :
NO. TEL/FAX:
EMAIL:
Catatan: contoh ini dari salah satu SMK Neg. di Makassar.
1
Lambang
sekolah/
madrasah
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
QUALITY MANUAL- ISO
9001:2008
STRUKTUR ORGANISASI
FUNGSI /JABATAN
Wakil Menajemen Mutu
Komite Sekolah
Kepala Sekolah
Wakasek Kurikulum
Wakasek Sarana Prasarana
Wakasek Humas
Wakasek Kesiswaan
Kepala Tata Usaha
Ketua Kompetensi Keahlian Perawatan Sosial
Ketua Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran
Ketua Kompetensi Keahlian Akutansi
Ketua Kompetensi Keahlian Rekayasa Perangkat lunak
Kordinat BK
Kordinator Lingkunan
Kordinator Normatif dan Adaptif
Penanggungjawab Labolatorium
Kepala Perpustakaan
Ketua Unit Produksi
2
No. Dok
No. Revisi
Tanggal
Halaman
NO.DOKUMEN
Master
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Lambang
sekolah/
madrasah
QUALITY MANUAL- ISO
9001:2008
DAFTAR ISI
BAB
JUDUL DAN URAIAN
Halaman Pengesahan
Daftar Isi
1.0
PROFIL ORGANISASI
2.0
ORGANISASI, TANGGUNG JAWAB DAN
WEWENANG
A. Struktur Organisasi
B. Uraian Tugas dan Persyaratan Jabatan
No. Dok
No. Revisi
SMKN 7/QM/01
0
Tanggal
Halaman
17 Januari 2012
1 dari 2
HALAMAN DDOKUMEN
1-7
1-19
3.0
PROSES BISNIS
1-1
4.0
SISTEM MANAJEMEN MUTU
4.1 Persyaratan Umum
4.2 Persyaratan Dokumentasi
4.2.1 Umum
4.2.2 Quality Manual
4.2.3 Pengendalian Dokumen
4.2.4 Pengendalian Catatan Mutu
1-4
1
2
2
2
2
4
5.0
TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN
5.1 Komitmen Manajemen
5.2 Fokus Pelanggan
5.3 Kebijakan Mutu
5.4 Perencanaan
5.4.1 Sasaran Mutu
5.4.2 Perencanaan Sistem Menajemen Mutu
5.5 Tanggung Jawab, Kewenangan, dan Komunikasi
5.5.1 Tanggung jawab dan Wewenang
5.5.2 Wakil Manajamen
5.5.3 Komunikasi Internal
5.6 Tinjauan Manajemen
5.6.1 Umum
5.6.2 Masukan untuk Tinjauan Manajemen
5.6.3 Keluaran dari Tinjauan Manajemen
1-5
1
1
2
2
2
3
3
3
4
4
5
5
5
5
3
6.0
PENGOLAHAN SUMBER DAYA
6.1 Penyediaan Sumber Daya
6.2 Pengelolahan Sumber Daya Manusia
6.3 Infrastruktur/Fasilitas
6.4 Lingkungan Kerja
1-2
1
1
2
2
7.0
REALISASI PRODUK DAN JASA
7.1 Perencanaan Realisasi Produk dan Jasa
7.2 Proses Berkaitan dengan Pelanggan
7.3 Desain dan Pengembangan
7.4 Pembelian
7.5 Proses Penyediaan Produk dan Jasa
7.6 Pemantauan Terhadap Pengendalian dan
Pengukuran Sarana
1-10
1
1
4
7
8
10
8.0
PENGUKURAN, ANALISA DAN
PENGEMBANGAN
8.1 Umum
8.2 Pemantauan dan Pengukuran
8.2.1 Kepuasan Pelanggan
8.2.2 Audit Mutu Internal
8.2.3 Pemantauan dan Pengukuran Proses
8.2.4 Pemantauan dan Pengukuran Produk
8.3 Pengendalian Produk Tidak Sesuai
8.4 Analisa Data
8.5 Pengembangan
8.5.1 Peningkatan Berkelanjutan
8.5.2 Tindakan Koreksi
8.5.3 Tindakan Pencegahan
1-5
REFERENSI SILANG
LAMPIRAN RENCANA MUTU
LAMPIRAN SASARAN MUTU
1
1
1
2
3
3
4
5
6
6
6
6
1
1
1
4
LAMPIRAN
GAMBARAN ORGNISASI MUTU BAGI SEKOLAH/MADRASAH
YANG MENERAPKAN SISTEM MANAJEMEN MUTU
Kepuasan pelanggan
Internal dan eksternal
Penanganan
keluhan
Kelulusan
atau output
Pengembangan kurikulum
dan pembelajaran
Seleksi penerimaan
siswa baru
Sumber dana
Perencanaan &
pengedalian program
Pengadaan
sumberdaya
Pemeliharaan
fasilitas/saran
a
Proses
pembelajaran
Pengadaan
pengajar (GT/GTT)
Pemasok
sumberdaya
5
Verifikasi
kompetensi
nsii
6
LAMPIRAN. VIII
CONTOH
SISTEM MANAJEMEN MUTU
ISO 9001: 2008
QUALITY MANUAL
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
NEGERI 7 MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN
LAMBANG SEKOLAH
JL. INCE NURDIN NO. 35 MAKASSAR
TEL/FAX. O411-3618198/0411-3618196.
EMAIL: [email protected]
7
LAMPIRAN: VII
POTO WAWANCARA DENGAN PARA INFORMAN/NARASUMBER
DI MAN 2 MODEL MAKASSAR
Wawancara dengan H. Ahmad Hasan (Kepala MAN 2 Model Makassar)
Wawancara dengan Erniwati (Wakamad Kurikulum MAN 2 Model Makassar)
1
Wawancara dengan Kaharuddin( Wakamad HUMAS) MAN 2 Model Makassar
Wawancara dengan Nurlaela( Kepala Tata Usaha MAN 2 Model Makassar)
2
Rapat Terbatas Pengurus Komite dengan Kepala MAN 2 Model Makassar untuk
membahas masalah penerimaan siswa baru dan pengembangannya.
Wawancara dengan Buismiati salah seorang Staf TU
MAN 2 Model Makassar
3
Wawancara dengan Dedi Rimanto( Guru Matemetika )
MAN 2 Model Makassar
Wawancara mendalam dengan beberapa guru MAN 2 Model Makassar
di ruang kerja guru
4
Wawancara dengan Jamaluddin /Wakamad Sarana dan Prasarana MAN 2 Model
Makassar pada saat meninjau fasilitas pembelajaran
Wawancara dengan Sitti Nursinah salah seorang staf TU
MAN 2 Model Makassa
5
Wawancara dengan Khoiri (Wakamad Kesiswaan MAN 2 Medel Makassar
Wawancara dengan Warfah ( Guru senior MAN 2 Model Makassar)
6
Wawancara dengan Abrar Alwi( Guru/Ketua PSBB MAN 2 Model Makassar)
Wawancara dengan Hamzah L(Ketua Pokjawas Mapendais
Kementerian Agama Kota Makassar
7
Wawancara dengan Syarifuddin ( Kasi Mapenda Kementerian Agama Kota Makassar)
Wawancara dengan Petugas Perpustakaan MAN 2 Model Makassar
8
Piala dari berbagai hasil lomba, baik yang bersifat akademik
maupun keterampilan, dll. Thn 2007 -2013
Piala dari berbagai hasil lomba, baik yang bersifat akademik
maupun keterampilan, dll. Thn 2008 -2013
9
Siswa yang sedang belajar mata pelajaran PKN
Guru yang sedang mengajar
( Pembelajaran berpusat pada guru)
10
Guru yang sedang mengajar
(Pembelajaran Qur’an Hadis/siswa aktif)
Perpustakaan MAN 2 Model Makassar
11
GAMBARAN ORGNISASI MUTU BAGI SEKOLAH/MADRASAH
YANG MENERAPKAN SISTEM MANAJEMEN MUTU
Kepuasan pelanggan
Internal dan eksternal
Penanganan
keluhan
Kelulusan atau
output
Pemeliharaan
fasilitas/saran
a
Pengembangan kurikulum
dan pembelajaran
Seleksi penerimaan
siswa baru
Sumber dana
Perencanaan &
pengedalian program
Pengadaan
sumberdaya
Proses
pembelajaran
Pengadaan
pengajar (GT/GTT)
Pemasok
sumberdaya
12
Verifikasi
kompeten
sii
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
Nama
: HAMZAH DJUNAID
Tempat/Tgl Lahir
: Sinjai, 31 Desember 1954
Alamat
: Jl. Jipang Raya IV/No.2 Makassar
hamzah [email protected]/ HP. 08114105356.
Isteri
: Dra. Hj. Bungawati.
Anak
: 1. Nurfaizh Hamzah, ST, S.Pdi.
2. Khaeriyani Hamzah, ST
3. Briptu Muammar Hamzah, SH.
4. Marfiqah Hamzah, SS.
5. Faidurrahman Hamzah, S.Kom.
6. Muhammad Risyad Hamzah.
7. Muhammad Zuhair Hamzah.
II. Riwayat Pendidikan:
1. SDN Mangarabombang, Kel. Samataring Kec. Sinjai Timur Kab. Sinjai.
2. SLTP / MTs.N / MTs As’adiyah, 1965- 1968 dan MTs.N Watampone 1969.
3. Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri( MAAIN) Watampone 1969-1972
4. Strata 1 (S1) Jurusan Sejarah dan kebudayaan Islam Fakultas Adab IAIN
Alauddin Makassar, 1972- 1979.
5. Strata 2 (S2)
Mageister
Manajemen, Konsentrasi Manajemen Sumber
Daya Manusia UMI Makassar 2002.
6. Strata 3 (S3) Konsentarasi Pendidikan dan Keguruam PPS UIN Alauddin
Makassar.
1
III. Riwayat Pekerjaan/Jabatan:
a. Tenaga teknis Balai Diklat Tenaga Teknis Departemen
Agama Kota
Makassar, tahun 1982-1985.
b. Kepala Sub Seksi Lembaga Da’wah & Tamaddun Kantor Depag. Kota
Makassar tahun, 1985 – 1992.
c. Kepala KUA Kec. Bontoala, Mamajang, Mariso dan Kec. Rappocini, Kota
Makassar, tahun 1992 – 2003
d. Kepala Seksi Madrasah & Pendidikan Islam ( Mapendais) Kantor Depag.
Kota Makassar tahun, 2003 – 2008,
e. Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Sinjai tahun, 2008- 2010.
f. Dosen Luar Biasa Fakultas Agama Islam UIM Makassar, tahun 2005-2010.
g. Dosen DPK UIN pada UIM Makassar, tahun 2010 sampai sekarang.
IV. Bidang Organsasi, Keagamaan dan Da’wah :
a. Ketua DPD BKPRMI Kota Makassar priode, 1977- 1992.
b. Sekretaris Satkar Ulama Kota Makassar Priode, 1992-1997.
c. Pengurus BAZ Kota Makassar priode, 2003- 2009.
d. Pengurus MUI Kota Makassar, priode 2012 sampai sekarang,
e. Pengurus Wilyah DMI Propinsi
Sulawesi Selatan, priode tahun 2008
sampai sekarang.
f. Pengurus Ikatan Keluarga dan Alumni Pesanteren As’adiyah ( IKAKAS)
tahun 2011 sampai sekarang.
g. Anggota Muballigh DPP IMMIM Makassar, dari tahun 1981 sampai
sekarang.
V. Tulisan yang pernah diterbitkan:
a. Jurnal Ya Bunaya “ Sejarah perkembangan pendidikan Islam
di Timur
Tengah” diterbitkan oleh Kementerian Agama Kota Makassar, tahun 2007.
b. Jurnal Ya Bunaya “ Pendidikan Islam Berbasis Multikultural ” diterbitkan
oleh Kementerian Agama Kota Makassar, tahun 2008.
2
c. Jurnal Mitra “Peningkatan Mutu Pendidikan Islam dalam menghadapi era
globalisasi” diterbitkan tahun 2009, Kopertais Wilayah VIII
d. Jurnal Al-Ikhtiyar “Pendidikan Islam Sebagai Media Pengembangan SDM
” diterbitkan 2010, UPT MKU UNM
e. Jurnal Sulesana, Wawasan ke Islaman “ Sumber, Azas dan Landasan
Pendidikan “ Fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar.
Tahun 2012.
f.
Jurnal An-Nisa, Studi Gender dan Islam, “ Kesetaraan Gender dalam
Perspektif Hadis” diterbitkan oleh PSW STAIN Watampone, tahun 2012.
g. Jurnal An-Nisa, Studi Gender dan Islam, “ Poligami dalam Perspektif
Hadis”, diterbitkan oleh PSW STAIN Watampone, tahun 2012.
h. Jurnal Diskursus Islam, Vol.1, Nmomr:1 April 2013 “ Kajian Kritis
Akulturasi Islam dan Budaya lokal “ Program Pascasarjana UIN Alauddin
Makassar.
Makassar, Februari 2014,
Penulis,
Hamzah Djunaid
3
Download