6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Anemia Ibu

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Anemia Ibu Bersalin
a. Definisi
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau
menurunya hemoglobin sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk
kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang
(Varney, 2006).
Anemia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika jumlah sel darah
merah (eritrosit) dan/atau jumlah hemoglobin yang ditemukan dalam selsel darah merah menurun di bawah normal. Hal ini dapat menyebabkan
masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin
yang membawa oksigen ke jaringan tubuh. Tanpa kecukupan pasokan
oksigen, banyak jaringan dan organ dalam tubuh dapat terganggu.
Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi termasuk kelelahan dan
stress pada organ tubuh (Proverawati, 2011)
b. Tanda dan Gejala
Secara klinik dapat dilihat ibu lemah, pucat, mudah pingsan, mata
kunang-kunang, sementara pada tekanan darah masih dalam batas
normal, perlu dicurigai anemia defisiensi. Untuk menegakkan diagnosa
dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan
kadar Hb (Saifuddin, 2008).
6
7
Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih cepat untuk
memenuhi kebutuhan oksigen ke semua organ tubuh, akibatnya penderita
sering berdebar dan jantung cepat lelah. Gejala lain adalah lemas, cepat
lelah, letih, mata berkunang kunang, mengantuk, selaput lendir, kelopak
mata, dan kuku pucat (Sin sin, 2008).
c. Faktor Penyebab
Penyebab anemia menurut Mochtar (2012) antara lain:
1) Kurang gizi
2) Kurang zat besi
3) Malabsorpsi
4) Kehilangan darah banyak seperti persalinan lalu, haid dan lain-lain
5) Penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain.
Menurut Proverawati (2011) anemia yang paling sering terjadi
dalam kehamilan dan persalinan adalah anemia defisiensi zat besi yaitu
anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena
kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan dan gangguan
reabsorbsi.
d. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu
bersalin antara lain:
1) Pendidikan Ibu
Semakin baik tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin
baik pola pikir yang terbentuk. Adanya pola pikir tersebut akan
membuat seseorang semakin terbuka terhadap hal-hal baru dan
8
mampu menerima informasi dengan baik. Hal ini akan mempengaruhi
terbentuknya pengetahuan, sikap maupun perilaku menjadi lebih baik.
Pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan, karena pengetahuan
akan menghasilkan perubahan (Ridayanti, 2012). Pengetahuan ibu
berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan terutama zat besi.
Kekurangan zat besi dalam jangka waktu yang relatif lama akan
menyebabkan terjadinya anemia (Khairanis, 2011)
2) Status Ekonomi
Tingkat ekonomi yang kurang memadai untuk memenuhi
kebutuhan gizi ibu selama hamil sangat mempengaruhi kehamilan ibu.
Jika seorang ibu berada dalam keluarga yang berkecukupan maka ia
akan dapat memenuhi semua kebutuhannya selama hamil terutama
dalam mengkonsumsi makanan maupun minuman. Pada ibu hamil,
jika konsumsi makanan terutama zat besi kurang, maka ibu hamil
tersebut akan lebih rentan untuk mengalami kejadian anemia
(Khairanis, 2011).
3) Pemeriksaan Kehamilan ( ANC )
Salah satu tujuan pemeriksaan pada Antenatal Care (ANC)
adalah untuk mengenal dan menangani penyakit yang menyertai
kehamilan (Manuaba, 2007). Cakupan pelayanan antenatal dapat
dipantau melalui kunjungan ibu hamil. Pada pemeriksaan kehamilan
(ANC) ibu mendapatkan penyuluhan kesehatan yang berhubungan
dengan kehamilan seperti penyuluhan gizi dan makanan juga
9
mendapatkan tablet tambah darah dari petugas kesehatan. Jika ibu
hamil mau mengonsumsi tablet tambah darah tersebut akan
memperkecil terjadinya anemia (Asyirah, 2012).
4) Kepatuhan Mengkonsumsi Suplementasi Zat Besi
Konsumsi tablet besi secara baik memberi peluang terhindarnya
ibu hamil dari anemia. Agar dapat di minum dengan baik sesuai
aturan, sangat dibutuhkan kepatuhan dan kesadaran ibu hamil dalam
mengkonsumsinya.
Namun
demikian
kepatuhan
juga
sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya bentuk obat yang besar,
warna obat, rasa dan efek samping dari tablet ini seperti nyeri
lambung, mual, muntah, konstipasi, dan diare (Asyirah, 2012).
e. Diagnosis
Menurut Manuaba (2010) penegakan diagnosis anemia dapat
dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan umum, pemeriksaan inspeksi,
dan pemeriksaan Hb. Anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah,
sering pusing, dan mata berkunang–kunang.
Pemeriksaan umum didapatkan tekanan darah ibu rendah karena
jumlah plasma darah lebih banyak dari eritrosit sehingga darah ibu lebih
encer. Nadi ibu cepat karena kerja jantung lebih meningkat untuk
membawa makanan dan oksigen keseluruh tubuh serta transportasi ke
dalam rahim.
Pemeriksaan inspeksi diperoleh data bahwa konjungtiva ibu pucat,
telapak tangan pucat, dan bagian pinggir bibir pucat karena darah ibu
10
tidak mencukupi sampai kebagian-bagian ujung tubuh ibu. Ibu juga
terlihat lemah, letih, lesu karena kurangnya nutrisi untuk beraktivitas.
Pemeriksaan Hb dan pengawasan Hb dapat dilakukan secara
sederhana dengan menggunakan alat Hb sahli dan secara modern dengan
cyanmethemoglobin. Hasil pemeriksaan Hb pada ibu hamil trimester III
dan menjelang persalinan menurut WHO digolongkan sebagai berikut :
1) Hb ≤ 11 gr%
: Tidak anemia
2) Hb 9 – 10 gr%
: Anemia ringan
3) Hb 7 – 8 gr%
: Anemia sedang
4) Hb < 7 gr%
: Anemia berat
f. Bahaya Anemia saat Persalinan
Bahaya anemia saat persalinan menurut Manuaba (2007) adalah
sebagai berikut :
1) Gangguan his-kekuatan mengejan.
2) Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar.
3) Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan.
4) Kala tiga dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum
akibat anemia.
5) Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia
uteri.
11
g. Penatalaksanaan Ibu Bersalin dengan Anemia
Penatalaksanaan dan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
anemia menurut Robson (2012) meliputi:
1) Periksa golongan darah dan simpan sediaan serum ketika ibu
memasuki masa persalinan.
2) Kaji faktor risiko kehilangan darah yang berlebihan.
3) Rawat di unit yang dipimpin oleh spesialis.
4) Persalinan kala tiga aktif-Syntometrine dan infus oksitosin per IV.
5) Tunggu hasil pemeriksaan darah lengkap sebelum memberikan
makanan dan minuman saat proses persalinan.
6) Pantau kemajuan persalinan secara cermat:
a) Segera rujuk ke dokter obstetrik jika perkembangan terjadi secara
lambat.
b) Hindari mengarahkan mengejan berlebihan jika memungkinkan.
c) Jahit semua trauma perineum.
2. Persalinan Kala I
a. Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir
atau dengan jalan lain (Mochtar, 2012).
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang merupakan tahap
persalinan di mana terjadi kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya
12
pelunakan dan peregangan dari serviks, fase ini berakhir jika serviks
telah membuka lengkap yaitu 10 cm. (Oxorn, 2010).
b. Tanda dan Gejala
Tanda persalinan kala I menurut Mochtar (2012) antara lain:
1) Rasa nyeri oleh his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah (blood show) lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
3) Kadang- kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan ada pembukaan.
c. Fase Persalinan Kala I
Fase persalinan kala I menurut Mochtar (2012) adalah sebagai
berikut:
1) Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks. Pembukaan serviks berlangsung lambat sampai
pembukaan 3 cm lamanya 7-8 jam.
2) Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
Serviks membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm
atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm). Terjadi
13
penurunan bagian terbawah janin. Fase aktif berlangsung selama 6
jam dan dibagi atas tiga subfase:
a) Fase akselerasi, berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4cm.
b) Fase
dilatasi
maksimal,
berlangsung
2
jam,
pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi, berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
d. Faktor yang Berperan dalam Proses Persalinan
Faktor-faktor yang berperan dalam proses persalinan menurut
Yanti (2010) antara lain:
1) Faktor power
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan
yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah: his, kontraksi
otot perut, kontraksi diafragma dan aksi ligament, serta tenaga
mengejan ibu yang bekerjasama dengan baik dan sempurna.
Apabila his yang timbul sifatnya lemah, pendek, dan jarang
maka akan mempengaruhi turunnya kepala dan pembukaan serviks
atau yang sering disebut inkoordinasi kontraksi otot uterus. Keadaan
ini dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat
meningkatkan pembukaan atau pengusiran janin dari rahim. Akhirnya
ibu akan mengalami persalinan lama karena tidak adanya kemajuan
dalam persalinan.
14
2) Faktor passanger (penumpang)
Faktor passanger meliputi keadaan janin, plasenta, dan cairan
amnion. Keadaan janin yang berpengaruh, yaitu sikap janin, letak
janin, presentasi, bagian bawah, dan posisi janin. Apabila janin dalam
keadaan malpresentasi atau malposisi, maka dapat terjadi persalinan
yang lama bahkan macet (Prawirohardjo, 2009). Ketuban yang pecah
spontan 1 jam atau lebih sebelum dimulainya persalinan diartikan
sebagai pecah dini atau pecah sebelum waktunya. Pecahnya ketuban
dengan adanya serviks yang matang dan kontraksi yang kuat tidak
pernah memperpanjang persalinan. Akan tetapi, bila kantong ketuban
pecah pada saat serviks masih panjang, keras, dan menutup, maka
sebelum dimulainya proses persalinan sering terdapat periode laten
yang lama. (Oxorn, 2010)
3) Faktor passage (jalan lahir)
Faktor jalan lahir terdiri atas bagian keras dan bagian lunak
panggul. Bagian keras panggul terdiri dari tulang panggul, artikulasio
(persendian), ruang panggul, pintu panggul, sumbu panggul, bidang
panggul dan ukuran panggul. Bagian lunak panggul meliputi otot-otot,
jaringan-jaringan dan ligament-ligament. Faktor jalan lahir yang
menyebabkan persalinan lama antara lain disproporsi cephalopelvik
yaitu ketidakseimbangan antara ukuran panggul dan ukuran kepala
janin. (Oxorn, 2010) dan kelainan (distosia) jaringan lunak panggul
(Mochtar, 2012).
15
4) Psikis ibu
Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan biasanya
diliputi perasaan takut, khawatir, ataupun cemas, terutama pada ibu
primipara. Perasaan takut bisa meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi
tegang, dan ibu menjadi cepat lelah sehingga dapat mempengaruhi
proses persalinan (Asrinah, 2010).
5) Penolong persalinan
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses persalinan ibu
adalah kemampuan dan ketrampilan penolong persalinan. Bidan dapat
memberikan asuhan yang mendukung yang bersifat aktif. Memberikan
dukungan selama persalinan juga merupakan bentuk asuhan sayang
ibu. Bidan juga harus tetap memastikan ada seorang pendukung yang
hadir dan membantu ibu selama persalinan.
e. Faktor yang Mempengaruhi Lama Persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi lama persalinan kala I antara lain:
1) Umur ibu
Umur ibu turut menentukan kesehatan maternal dan sangat
berhubungan erat dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas
serta bayinya. Usia ibu hamil yang terlalu muda atau terlalu tua
merupakan faktor penyulit kehamilan. (Prawirohardjo, 2010). Fraser,
dkk mengemukakan bahwa faktor risiko persalinan lama pada ibu
yang belum pernah melahirkan pada kelompok umur ibu di bawah 20
tahun dan di atas 35 tahun adalah 3 kali lebih tinggi dari kelompok
16
umur reproduksi sehat (20-35 tahun). Pada usia ibu yang <20 tahun
perkembangan alat reproduksinya belum optimal dan pada usia >35
tahun terkait dengan kondisi fisik yang tidak prima lagi, kemunduran
fungsi
organ
reproduksi
dan
penurunan
daya
tahan
tubuh
(Kusumawati, 2006).
2) Paritas
Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh
seorang wanita. Paritas merupakan faktor penting dalam menentukan
nasib ibu dan janin baik selama kehamilan maupun persalinan. Hasil
penelitian Supriyati, dkk menyimpulkan bahwa ibu hamil dengan
paritas 1 atau lebih dari 5 memiliki risiko untuk mengalami persalinan
lebih lama 3,86 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil dengan
paritas 2-5 (Kusumawati, 2006).
3) Jarak kehamilan dan kelahiran sebelumnya
Zhu, dkk mengemukakan bahwa seorang wanita yang hamil dan
melahirkan kembali dengan jarak yang pendek dari kehamilan
sebelumnya, akan memberikan dampak yang buruk terhadap kondisi
kesehatan ibu dan bayi. Hal ini disebabkan karena bentuk dan fungsi
organ reproduksi belum kembali dengan sempurna sehingga fungsinya
akan terganggu apabila terjadi kehamilan dan persalinan kembali.
Jarak kehamilan yang terlalu jauh berhubungan dengan umur ibu yaitu
proses degenerative melemahnya kekuatan fungsi-fungsi otot uterus
17
dan otot panggul yang sangat berpengaruh pada proses persalinan
apabila terjadi kehamilan lagi (Kusumawati, 2006).
4) Pekerjaan
Aktifitas pekerjaan yang dilakukan seorang ibu hamil dapat
mempengaruhi proses persalinannya. Ibu hamil yang bekerja dapat
mengalami kelelahan dan stress akibat pekerjaan. Kondisi kelelahan
akan
menyebabkan
kontraksi
uterus
tidak
adekuat
sehingga
menyebabkan persalinan lama, selain itu kelelahan dan stres dapat
membahayakan kesehatan janin yang akan dilahirkan (Djalaluddin,
2004).
5) Status Gizi
Status gizi ibu hamil di Indonesia, sering dinyatakan dalam
ukuran lingkar lengan atas (LLA). Apabila ibu mempunyai LLA
<23,5 cm atau berat kurang dari 38 sebelum hamil, maka termasuk
Kekurangan Energi Kronis (KEK). Status gizi yang buruk bagi ibu
merupakan faktor risiko yang sangat mempengaruhi kehamilan dan
persalinan khususnya lama persalinan (Kusumawati, 2006).
6) Anemia
Anemia merupakan suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang
beredar atau konsentrasi hemoglobin menurun, akibatnya ada
penurunan transportasi oksigen dari paru ke jaringan perifer. Hasil
penelitian Irsal dan Hasibuan, menyimpulkan wanita yang anemia
berisiko 5,74 kali untuk persalinan lama (Kusumawati, 2006).
18
Penelitian sejenis oleh Djallaludin (2004) di RSUD Banjarmasin dan
Martapura juga menyimpulkan ibu dengan anemia berpengaruh secara
bermakna terhadap persalinan yang lebih lama.
3. Hubungan Anemia pada Ibu Bersalin dan Lama Persalinan Kala I
Berkurangnya jumlah hemoglobin menyebabkan jumlah oksigen yang
diikat dalam darah juga sedikit sehingga mengurangi jumlah pengiriman
oksigen ke organ-organ vital (Proverawati, 2011). Bila terjadi anemia pada
ibu hamil dan tidak tertangani hingga akhir kehamilan maka akan
berpengaruh pada saat persalinan. Anemia dapat mengurangi daya tahan
tubuh ibu dan meningkatkan frekuensi komplikasi kehamilan serta
persalinan. (Manuaba, 2007). Saat proses persalinan, anemia dapat
menyebabkan gangguan his sehingga kala pertama dapat berlangsung lama.
Hal ini disebabkan karena kurangnya kadar hemoglobin dalam darah
sehingga oksigen yang dikirim ke uterus juga kurang. Jumlah oksigen dalam
darah yang kurang menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan
adekuat sehingga menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan
pembukaan dan penipisan serviks (Prawirohardjo, 2009).
Kontraksi
menyebabkan
serviks
membuka
secara
bertahap
(mengalami dilatasi), menipis dan tertarik sampai hampir menyatu dengan
rahim. Bila kontraksi tidak adekuat menyebabkan persalinan berlangsung
lama yang dapat berakibat buruk pada ibu dan janin (Oxorn, 2010)
19
B. Kerangka Konsep
ANEMIA PADA
IBU BERSALIN
Kadar Hb dalam
darah kurang
Faktor yang
mempengaruhi :
1. Pendidikan
2. Sosial ekonomi
3. ANC
4. Kepatuhan
konsumsi tablet Fe
Transportasi O2 ke
uterus kurang
Kekuatan (power)
kontraksi uterus
tidak adekuat
Pembukaan dan
penipisan serviks
lama
Faktor lain
yang berperan :
1. Passanger
2. Passage
3. Psikis
4. Penolong
LAMA
PERSALINAN
KALA I
Faktor yang
mempengaruhi :
1. Umur
2. Paritas
3. Jarak kehamilan
4. Pekerjaan
5. Status gizi
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Anemia pada Ibu Bersalin dan Lama
Persalinan Kala I
Keterangan :
: Variabel bebas
: Variabel terikat
: Variabel perantara
: Variabel luar
20
C. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah “Terdapat hubungan
antara anemia pada ibu bersalin dan lama persalinan kala I.”
Download