BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya (State of the Art) Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Marlene dan Sergio, membahas mengenai bagaimana membentuk strategi komunikasi yang baik dengan melibatkan seluruh anggota organisasi dan juga lingkungan yang ada disekitar perusahaan. Tabel 2.1 Nama Marlene Marchiori & Sergio Bulgacov Judul Strategy as Communicational Practice in Organizations Volume Volume 6, halaman 199-211 dan Sumber www.tandfonline.com Tahun dan Tahun 2012, Brazil Lokasi Metode Kualitatif Subjek Itaipu Technological Park Penelitian Kesimpulan Kasus ini mengungkapkan wawasan mengenai interaksi strategi dan praktek sebagai proses mendasar untuk penciptaan makna yang ekspresif berasal dari komunikasi dan bahasa. Strategi ini sebagai praktek komunikasi yang dapat terjadi pada berbagai tingkat hubungan organisasi, dan kami bergantung pada hal itu untuk membangun sebuah realitas organisasi. Isu utamanya adalah bahwa manusia komunikatif membentuk strategi dengan cara interaksi sosial dan praktek yang melibatkan seluruh organisasi dan lingkungannya. 9 10 Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jespes dan Mats, memiliki tujuan penelitian yang pertama untuk menggambarkan dan mencerminkan pengembangan dan pelembagaan pendidikan public relations dan penelitian di Swedia. Kedua, berdasarkan lintas batas yang perubahan yang kita lihat di industri, pendidikan dan penelitian, kami berpendapat bahwa komunikasi strategis adalah kerangka konseptual dan holistik yang lebih valid dan relevan daripada public relations. Tabel 2.2 Nama Jesper Falkheimer & Mats Heide Judul From Public Relations to Strategic Communication in Sweden The Emergence of a Transboundary Field of Knowledge Volume Volume 2, halaman 123-138 dan Sumber www.nordicom.gu.se Tahun dan Tahun 2014 Lokasi Swedia Metode Kualitatif Subjek Industri public relations di Swedia Penelitian Kesimpulan Strategi komunikasi merupakan sebuah konsep yang dapat mendukung penelitian yang menarik dan relevan dan sebagai cara untuk mencerminkan lintas batas yang perkembangan yang terjadi dalam organisasi dan masyarakat. Konsep ini tidak fokus pada integrasi, dan bahwa gagasan yang transparansi juga harus ditangani dengan hati-hati. 11 Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Marianne, membahas mengenai bagaimana strategi komunikasi yang efektif untuk merubah perilaku dan meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai program Earth Hour. Tabel 2.3 Nama Marianne D. Sison Judul Creative Strategic Communications: A Case Study of Earth Hour Volume dan Volume 7, Issue 4, halaman 227-240 researchbank.rmit.edu.au Sumber Tahun dan Tahun 2013 Lokasi Australia Metode Kualitatif Subjek Earth Hour Penelitian Kesimpulan Membahas bagaimana Earth Hour digunakan strategi komunikasi yang kreatif untuk meningkatkan acara komunitas lokal untuk acara global mempromosikan perubahan iklim. Dikembangkan dan dijalankan sebagai World Wildlife Fund (WWF) proyek di Sydney. Menggunakan pendekatan studi kasus, artikel ini membahas elemen kunci dari pengembangan kampanye Earth Hour dan menimbulkan pertanyaan tentang dampak dan keberlanjutan peristiwa tunggal dalam perubahan perilaku. 12 Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Arief, Hadi dan Teddy, mereka membahas mengenai bagaimana strategi komunikasi pemasaran Trans Studio Bandung agar menumbuhkan minat masyarakat untuk berkunjung ke wahana Trans Studio Bandung. Tabel 2.4 Nama Arief Mulyawan, Hadi Suprapto Arifin dan Teddy Kurnia Wirakusumah Judul Strategi Komunikasi Pemasaran Trans Studio Bandung Dalam Menumbuhkan Minat Konsumen Untuk Berkunjung Volume dan Volume 1, No 1 Sumber www.jurnal.unpad.ac.id Tahun dan Tahun 2012 Lokasi Indonesia Metode Kualitatif Subjek Trans Studio Bandung Penelitian Kesimpulan Wahana bermain Trans Studio Bandung yang usianya belum genap satu tahun akan membuat masyarakat penasaran mengenai wahana tersebut. Kegiatan promosi yang dilakukan menggunakan dua sarana media yang sangat besar yaitu Trans TV dan Trans 7. Konsep yang sudah direncanakan dimulai dari pemanfaatan sarana dan prasarana yang telah dimiliki Trans Corp. Trans Studio Bandung memanfaatkan sarana tersebut dengan baik, dengan cara memanfaatkan program acara yang retingnya tinggi untuk syuting di dalam wahana bermain Trans Studio agar dapat dilihat oleh seluruh masyarakat di dunia dan tertarik untuk mengunjungi Trans Studio Bandung. 13 Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Arizal, membahas mengenai bagaimana strategi komunikasi pemasaran Roodedburg untuk meningkatkan kepedulian masyarakat dengan menerapkan relationship marketing sebagai strategi pemasarannya. Tabel 2.5 Nama Arizal Monticelli Kadarsan Judul Strategi Komunikasi Pemasaran Roodebrug Di Surabaya Volume Vol. 1 / No. 2 dan Sumber www.journal.unair.ac.id Tahun dan Tahun 2013 Lokasi Indonesia Metode Kualitatif Subjek Roodebrug Penelitian Kesimpulan Penerapan relationship marketing di dalam strategi komunikasi pemasarannya, “Roodebrug” dapat menerapkan promotional tools dengan biaya yang rendah hal ini karena “Rooderbug” menggunakan kedekatannya dengan media dan konsumennya yang merupakan salah satu karakteristik relationship marketing. Selain itu salah satu program dalam relationship marketing yaitu community building, sangat membantu dalam pelaksanaan strategi komunikasi komunitas. pemasaran “Roodebrug” dengan menggunakan 14 2.2. Landasan Konseptual 2.2.1 Komunikasi 2.2.1.1 Definisi Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan. Pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yaitu agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan, dan lain lain (Effendy, 2013) Menurut Frank Dance dalam Morissan (2013) melakukan terobosan penting dalam upayanya memberikan klarifikasi terhadap pengertian komunikasi. Ia mengklasifikasikan teori komunikasi yang banyak itu berdasarkan sifat-sifatnya. Dance mengajukan sejumlah elemen dasar yang digunakan untuk membedakan komunikasi. Ia menemukan tiga hal yang disebut dengan ‘diferensiasi konseptual kritis’ (critical conceptual differentiation) yang membentuk dimensi dasar teori komunikasi, yang terdiri atas: 1. Dimensi level observasi. Menurut Dance, beberapa definisi mengenai komunikasi bersifat sangat luas (inclusive), sementara definisi lainnya bersifat terbatas, misalnya definisi komunikasi yang menyatakan komunikasi adalah ‘proses yang menghubungkan bagian-bagian yang terputus dari dunia yang hidup satu sama lainnya’ dinilai sebagai definisi yang terlalu umum atau luas. Sebaliknya, definisi yang menyatakan ‘komunikasi adalah alat untuk mengirim pesan militer, perintah dan sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir) sebagai terlalu sempit. 15 2. Dimensi kesengajaan. Sebagai definisi mengenai komunikasi yang dikemukakan para ahli hanya memasukkan faktor pengiriman dan penerimaan pesan yang memiliki kesengajaan atau maksud tertentu (purposefull), sementara definisi lain tidak memasukkan batasan ini. Definisi berikut ini merupakan contoh definisi yang memasukkan faktor kesengajaan atau maksud tertentu, misalnya komunikasi adalah ‘situasi dimana sumber mengirimkan pesan kepada penerima dengan sengaja untuk memengaruhi tingkah laku penerima’. Sedangkan definisi yang tidak memerlukan kesengajaan atau maksud tertentu, misalnya ‘komunikasi adalah proses yang membuat dua atau beberapa orang memahani apa yang menjadi monopoli satu atau beberapa orang lainnya’. 3. Dimensi penilaian normatif. Sebagai definisi mengenai komunikasi memasukkan pernyataan keberhasilan atau keakuratan (accuracy), sedangkan definisi lainnya tidak memiliki penilaian implisit semacam itu. Definisi berikut ini, misalnya menganggap proses komunikasi selalu berakhir dengan kesuksesan: komunikasi adalah pertukaran verbal dari pemikiran dan gagasan. Asumsi dari definisi ini adalah pemikiran atau gagasan itu selalu berhasil dipertukarkan. Defini lainnya, sebaliknya, tidak menilai hasil komunikasi itu akan berhasil atau tidak, misalnya communication is the transmission of information. Disini terjadi pengiriman informasi, namun pengiriman itu tidak harus berhasil (diterima atau dipahami). 2.2.1.2 Elemen Komunikasi Menurut Joseph Dominick dalam Morissan (2013), setiap peristiwa komunikasi akan melibatkan delapan elemen komunikasi yang meliputi: sumber, enkoding, pesan, saluran, dekoding, penerima, umpan balik, dan gangguan. Pada dasarnya, gagasan mengenai elemen komunikasi ini adalah juga teori yang melihat komunikasi berdasarkan unsur-unsur atau elemen yang membentuknya. Kita akan membahas elemen komunikasi ini satu persatu. a. Komunikator: proses komunikasi dimulai atau berawal dari sumber (source) atau pengirim pesan, yaitu dimana gagasan, ide atau pikiran berasal, yang kemudian disampaikan kepada pihak lainnya yaitu penerima pesan. b. Enkoding: kegiatan yang dilakukan sumber untuk menerjemahkan pikiran dan ide-idenya ke dalam suatu bentuk yang dapat diterima oleh indra pihak penerima. 16 c. Pesan: ketika anda penulis surat, maka apa yang anda tuliskan di atas kertas adalah pesan. Jika anda tengah menonton televisi, maka program yang tengah anda saksikan atau dengar adalah pesan. Pesan memiliki wujud (physical) yang dapat dirasakan atau diterima oleh indra. d. Saluran: jalan yang dilalui pesan untuk sampai kepada penerima. e. Dekoding: kegiatan penerimaan pesan diawali dengan proses dekoding, yang merupakan kegiatan yang berlawanan dengan proses enkoding. Dekoding adalah kegiatan untuk menerjemahkan atau menginterpretasikan pesan-pesan fisik ke dalam suatu bentuk yang memiliki arti bagi penerima. f. Komunikan: sasaran atau target dari pesan, dapat berupa satu individu, satu kelompok, lembaga, atau bahkan suatu kumpulan besar manusia yang tidak saling mengenal. g. Gangguan: dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengintervensi proses pengiriman pesan. Gangguan yang sangat kecil mungkin dapat diabaikan, namun terlalu banyak gangguan dapat menghambat pesan untuk mencapai tujuannya. 2.2.1.3 Unsur Komunikasi Menurut Lasswell dalam Effendy (2013) bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: a) Komunikator (source, sender) b) Pesan (message) c) Media (channel) d) Komunikan (receiver) e) Efek (effect, impact, influence) Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. 17 2.2.1.4 Proses Komunikasi Menurut Osgood dalam Suryanto (2015) menjelaskan berdasarkan tahapannya proses komunikasi dibedakan menjadi berikut ini. 1. Proses komunikasi primer, yaitu proses penyampaian pikiran/ pesan seseorang kepada orang lain denganmenggunakan simbol/ lambang sebagai media utama. Lambang dapat berwujud bahasa lisan, kial, isyarat, gambar yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran/ perasaan audiens. 2. Proses komunikasi sekunder, yaitu proses penyampaian pesan dengan menggunakan media kedua setelah memakai lambang sebagai media utama/ pertama. 3. Proses komunikasi linier, yaitu penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. 4. Proses komunikasi sirkular, yaitu terjadinya feedback atau umpan balik dari komunikan ke komunikator. 2.2.1.5 Strategi Komunikasi Strategi (communication komunikasi planning) merupakan dengan paduan manajemen perencanaan komunikasi komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi. Menurut R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam bukunya Techniques for Effective Communication yang dikutip Effendy (2013), menyatakan bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu: a) To secure understanding; b) To establish acceptance; c) To motivate action. Pertama adalah to secure understanding, memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andaikata ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu harus dibina (to establish acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (to motivate action). 18 Komunikasi merupakan proses yang rumit. Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan fakor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat (Effendy, 2013). Akan lebih baik apabila dalam strategi itu diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor pendukung dan penghambat pada setiap komponen tersebut, karena adanya korelasi antarkomponen dalam strategi komunikasi diantaranya: a) Mengenali sasaran komunikasi. Sebelum kita melancarkan komunikasi, kita harus mempelajari siapa-siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi kita itu. Hal ini ditentukan berdasarkan tujuan komunikasi, metodenya dan banyaknya sasaran. b) Pemilihan media komunikasi. Media komunikasi ada banyak jumlahnya, mulai dari media tradisional sampai yang modern. Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang disampaikan, dan teknik yang akan dipergunakan. c) Pengkajian tujuan pesan komunikasi. Pesan komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Isi pesan dapat komunikasi bisa satu, tetapi lambang yang dipergunakan bisa macam-macam. Lambang yang bisa digunakan untuk menyampaikan isi komunikasi ialah bahasa, gambar, warna, kial (gesture), dan sebagainya. d) Peranan komunikator dalam komunikasi. Ada faktor yang penting pada diri komunikator bila ia melancarkan komunikasi, yaitu: daya tarik sumber (source attractiveness) dan kredibilitas sumber (source credibility). Strategi komunikasi (communication strategy) harus mendukung program aksi (action program) yang meliputi serangkaian tindakan sebagai berikut: (Morrisan, 2010). a) Memberi tahu khalayak sasaran, internal dan eksternal, mengenai tindakan yang akan dilakukan. b) Membujuk khalayak sasaran untuk mendukung dan menerima tindakan dimaksud c) Mendorong khalayak yang sudah memiliki sikap mendukung atau menerima untuk melakukan tindakan. 19 2.2.2 Komunikasi Organisasi Menurut Sendjaja dalah Suryanto (2015), komunikasi organisasi pada umumnya membahas struktur dan fungsi organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya organisasi. Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifatnya saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horizontal. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa komunikasi organisasi menunjukkan korelasi dengan pelaksanaan organisasi secara keseluruhan. Penelitian Fred T. Allen mengungkapkan bahwa karyawan yang memiliki informasi yang lebih baik akan menjadi karyawan yang baik pula. Menurut para ahli, organisasi merupakan suatu kesatuan atau perkumpulan yang terdiri atas orang/ bagian yang di dalamnya terdapat aktivitas kerja sama berdasarkan pola dan aturan untuk mencapai tujuan bersama. Apabila dikaitkan atau diterapkan terhadap kelompok manusia, dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah: 1) kelompok secara keseluruhan, mempunyai tujuan primer; 2) anggota kelompok bekerja sebagai suatu unit untuk mencapai sasaran primer; 3) setiap individu mempunyai fungsi yang didesain memberikan kontribusi melalui pencapaian tujuan atau sasaran; 4) pekerjaan setiap orang tidak mungkin atau tidak terlepas dari usaha-usaha orang lain; 5) setiap anggota berhubungan dengan anggota-anggota lain dengan cara khusus, menurut Gerald dalam dalam Suryanto (2015). 2.2.2.1 Komunikasi Internal Organisasi sebagai kerangka (framework) menunjukkan adanya pembagian tugas antara orang-orang di dalam organisasi itu dan dapat diklasifikasikan sebagai tenaga pimpinan dan tenaga yang dipimpin. Dimensi komunikasi inernal terdiri dari komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal (Effendy, 2013). 1) Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward communication), adalah komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbal-balik (two-way traffic communication). Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan intruksi-intruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, 20 penjelasan-penjelasan, dan lain-lain kepada bawahannya. Bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan, dan sebagainya kepada pimpinan. 2) Komunikasi horizontal, ialah komunikasi secara mendatar antara anggota staf dengan anggota staf, karyawan sesama karyawan, dan sebagainya. Berbeda dengan komunikasi vertikal yang sifatnya lebih formal, komunikasi horizontal sering kali berlangsung secara tidak formal. Mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu mereka kerja, melainkan pada saat istirahat atau pada waktu pulang kerja. 2.2.2.2 Komunikasi Eksternal Komunikasi eksternal merupakan komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada instansi-instansi pemerintah seperti departemen, direktorat, jawatan, komunikasi lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat (public relations officer) daripada oleh pimpinan sendiri. Komunikasi eksternal terdiri atas dua jalur secara timbal balik, yakni komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan dari khayalak kepada organisasi (Effendy, 2013). 2.2.3 Komunikasi Efektif Agar komunikasi efektif maka komunikator harus tahu khalayak mana yang diajadikannnya sasaran dan tanggapan apa yang diinginkannya. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak sasaran. Proses penyandian oleh komunikator harus bertatutan dengan proses pengawasansian oleh komunikan.Wilbur Shramm melihat pesan sebagai tanda essensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih pengalaman komunikator dengan bidang pengalaman komunikan akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan, hal ini merupakan jaringan komunikasi yang efektif dimana pesan yang disampaikan baik oleh komunikator maupun komunikan akan efektif (Ramli, 2013). Efektifnya komunikasi persuasif dalam situasi komunikasi yang terjadi ialah karena adanya personal contact yang memungkinkan komunikator untuk dapat mengetahui, memahami, dan menguasai: frame of reference komunikan 21 selengkapnya; kondisi fisik dan mental komunikan sepenuhnya; suasana lingkungan pada saat terjadinya komunikasi; dan tanggapan komunikan secara langsung (Effendy, 2013). 2.2.4 Hambatan Komunikasi Menurut Suryanto (2015) adapun macam-macam hambatan dalam proses komunikasi meliputi hal berikut. 1. Hambatan teknis/ mekanis, yaitu gangguan yang timbul pada alat penyampai (medium) komunikasi. Hambatan ini dapat dijumpai pada media yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti suara radio yang hanya terdengar seperti angin, telepon yang terganggu, gambar dan warna televisi yang meliuk-liuk tidak jelas, tidak bersuara. Hal penting yang harus diperhatikan dalam komunikasi adalah sebelum suatu pesan dikomunikasikan harus dipertimbangkan bahwa pesan itu dapat diterima secara inderawi, dalam arti kata bebas dari hambatan mekanis. 2. Hambatan psikologis, yaitu gangguan atau hambatan yang bersifat kejiwaan yang cenderung negatif. Dalam proses komunikasi, aktivitas manusia ketika berkomunikasi didasarkan pada proses berpikir sehingga berpikir merupakan dasar dari tindakan komunikasi. Hal ini umumnya disebabkan komunikator sebelum melakukan komunikasinya tidak mengkaji diri komunikan sehingga komunikasi gagal. Hal ini disebabkan komunikan sedang sedih, bingung, marah, kecewa, iri hati, dan berbagai kondisi psikologis yang lain, termasuk perasaan prasangka sehingga tidak dapat berkomunikasi secara wajar proporsional. Prasangka merupakan salah satu hambatan yang paling berat dalam kegiatan komunikasi. Pada umumnya, komunikan sering berprasangka terhadap komunikator, atau sebaliknya, apalagi jika di antara keduanya belum saling mengenal. Individu yang berprasangka pada saat berkomunikasi cenderung melibatkan emosional yang menyebabkan cepat menarik kesimpulan berdasarkan pikiran yang kurang rasional. Emosi sering membutakan pikiran dan perasaan terhadap fakta yang jelas. 22 3. Hambatan biogenetis, yaitu gangguan komunikasi yang disebabkan oleh pengaruh berikut ini. a. Pancaindra. Gangguan yang bersumber dari organisme manusia sebab tiaptiap indra manusia memiliki kemampuan berbeda dalam merespons stimulus yang diterimanya. b. Faktor naluri. Menurut Sergey Chakotin (Jalaludin Rakhmat, 1982), ada empat naluri manusia, yaitu naluri berjuang (combative instinct), makan minum (nutritive instinct), seksualitas (sexual instinct), dan keibubapakan (parential instinct). Pemenuhan kebutuhan naluri seseorang juga akan berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikis seseorang sehingga berpengaruh terhadap proses aktivitas komunikasi. c. Sistem saraf, yang secara umum terdiri atas saraf pusat (otak besar dan kecil), saraf tepi (urat saraf dari pancaindra ke otak), dan saraf simpatis (saraf yang mengatur jasmani). 4. Hambatan sosiologis. Ferdinand Tonies (Onong, Uchyana Effendy, 1986) mengklasifikasikan kehidupan manusia dalam masyarakat menjadi dua jenis pergaulan yang dinamakan gemeinschaft dan gesellschaft. Gemeinschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi, statis, dan tidak rasional, seperti kehidupan rumah tangga, sedangkan gesellschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat tidak pribadi, dinamis, dan rasional, seperti pergaulan dalam masyarakat, di kantor, organisasi, dan lain-lain. 5. Hambatan antropologis. Manusia, sebagai homosapiens, satu sama lain berbeda dalam jenis kelamin, postur tubuh, warna kulit, gaya hidup, kebiasaan, norma, bahasa, dan sebagainya. Dalam berkomunikasi, komunikator tidak akan berhasil apabila tidak mengenal komunikan yang dijadikan sasarannya. 6. Hambatan ekologis. Hambatan ini dapat terjadi disebabkan kondisi lingkungan yang ada pada saat terjadinya proses komunikasi. Misalnya, bisingnya suara, tempat yang dekat dengan lalu lintas ramai, gangguan pesawat terbang, petir, dan sebagainya. 23 7. R. Kreitner (1989), pakar manajemen Amerika Serikat, dalam bukunya yang berjudul Manajemen (1989) menerangkan empat macam hambatan yang dapat mengganggu dalam sistem komunikasi, yaitu sebagai berikut. a. Hambatan dalam proses (process barriers), yaitu hambatan yang muncul sebagai akibat komunikatornya (sender barrier) belum memiliki kemampuan. Penerima pesan (receiver barriers) mengalami kesulitan dalam memahami pesan dengan baik akibat rendahnya tingkat pendidikan, penguasaan bahasa, intelektual, dan sebagainya. b. Hambatan secara fisik (physical barrier), yaitu hambatan yang ditimbulkan adanya sarana fisik yang dapat menghambat komunikasi yang efektif, misalnya kurangnya pendengaran, gangguan yang ada pada sistem pengeras suara (sound system). c. Hambatan semantik (semantic barriers), menyangkut aspek bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaan kepada komunikan. Agar kelancaran proses komunikasinya dapat tercapai, komunikator harus memerhatikan gangguan semantis ini sebab salah ucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah (missunderstanding), salah tafsir (missinterpretation) pengertian yang dapat menimbulkan salah komunikasi (misscommunication). d. Hambatan psiko-sosial (psychosocial barriers), yaitu hambatan yang timbul akibat adanya perbedaan yang cukup lebar dan nilai-nilai yang dianut sehingga kecenderungan, kebutuhan, serta harapan dari kedua belah pihak yang berkomunikasi juga berbeda yang dapat membuat citra yang bersangkutan (komunikator) dapat menjadi turun karena adanya salah pengertian. 2.2.5 Perkembangan Tekonologi Komunikasi Dunia ini memang terus berubah. Tetapi perubahan itu bisa secara evolusi dan juga secara revolusi. Perkembangan teknologi komunikasi dipahami semua sumber data penelitian telah memastikan munculnya revolusi perubahan peredaran pesan. Kenyataan sebagaimana digambarkan di atas juga diakui oleh Heny 24 Maslukhah dalam Nurudin (2013) “Revolusi media sosial begitu pesat dan akan terus berkembang. Semua pasti akan mengalami perubahan baik itu pada tiap individu atau masyarakat secara umum. Sekarang tergantung dari setiap manusia untuk menyikapinya seperti apa. Media sosial sebenarnya muncul bertujuan untuk mempermudah aktivitas komunikasi. Kalau itu dimanfaatkan dengan baik maka akan berdampak positif dan sebaliknya kalau dimanfaatkan untuk hal kejelekan maka ya akan berdampak negatif dan bahkan bisa menghancurkan”. Pernyataan Heny ini menyiratkan bahwa media sosial mempunyai dampak positif dan negatif. Terhadap dampak positif, ia mengatakan bahwa orang dengan mudah memperoleh informasi lewat media sosial. Dengan media sosial seseorang juga bisa menjalin link dengan siapapun, bahkan mampu menyambungkan tali silaturrahmi yang sempat terputus oleh jauhnya jarak yang memisahkan. Media sosial juga bisa dijadikan sarana untuk mempromosikan suatu barang dalam rangkaian kegiatan pemasaran. Lewat media sosial juga suatu brand barang tertentu bisa menerima keluhan, saran dari konsumen dan konsumen dapat mengetahui secara langsung feedback yang diberikan. Media sosial juga dapat memberikan suatu hiburan. Sementara itu dampak negatifnya, antara lain munculnya tingkat konsumerisme yang semakin meningkat. Orang akan terlena dengan kenikmatan berkomunikasi lewat media sosial dan pekerjaan kadang bisa terbengkalai. Media sosial juga bisa memicu timbulnya kriminalitas, patologi sosial pun kerap terjadi dalam media sosial. Muhammad Nor Gusti senada dengan pendapat Heny. Ia mengungkapkan, bahwa media sosial sangat berkembang begitu pesat. Sekarang ini orang-orang banyak yang beralih ke media sosial daripada menggunakan media konvensional. “Daripada dianggap ketinggalan zaman lebih baik mengikuti teknologi toh itu sekarang menjadi kebutuhan kita sekarang, “katanya. Jika diamati, perubahan sosial yang drastis yang diakibatkan oleh teknologi komunikasi yang di dalamnya ada media sosial membawa konsekuensi sebagai berikut; (a) perubahan hubungan sosial ; (b) jurang kaya dan miskin informasi makin lebar; (c) privasi terganggu; (d) orang terpencil dari lingkungan sosial; dan (e) informasi “sampah” disusupkan, jurnal Media Sosial Baru dan Munculnya Revolusi Proses Komunikasi (Nurudin, 2013). 25 2.2.6 Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Media massa (atau saluran) yang dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media tradisional seperti kentongan, angklung, gamelan, dan lain-lain. Jadi, disini jelas media massa menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran komunikasi massa. (Nurudin, 2007). Media massa (mass media) adalah saluran-saluran atau cara pengiriman bagi pesan-pesan massa. Media massa dapat berupa surat kabar, video, CD-ROM, kompyter, TV, radio dan sebagainya. Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi kepada khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunikasi ini. Walaupun komunikasi massa biasanya merujuk pada surat kabar, video, CD-ROM, dan radio, kita akan melebarkan diskusi kita dan membahas media baru (new media), yang terdiri atas teknologi berbasis komputer. Tekonologi komunikasi ini termasuk e-mail, internet, televisi kabel digital, teknologi video seperti DVD, pesan instan (instant messaging-IM) dan telepon genggam. Untuk kepentingan kita, komunikasi massa akan didefinisikan sebagai komunikasi kepada khalayak dalam jumlah besar melalui banyak saluran komunikasi. Oleh karenanya, konteks komunikasi massa mencakup baik saluran maupun khalayak (West & Turner. 2008) 2.2.6.1 Fungsi Media Massa: Dalam buku Media Relations: Sarana Membangun Reputasi Organisasi, dijabarkan fungsi-fungsi media massa secara universal (Wardhani, 2008), yakni sebagai berikut: a) Fungsi menyiarkan informasi (to inform). Penyampai informasi yang berkaitan dengan peristiwa, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain atau special event. Pesan yang informative adalah pesan yang bersifat baru (actual) berupa data, gambar, fakta, opini dan komentar yang memberikan pemahaman baru/penambahan wawasan terhadap sesuatu. 26 b) Fungsi mendidik (to educate). Media massa mendidik dengan menyampaikan pengetahuan dalam bentuk tajuk, artikel, laporan khusus, atau cerita yang memiliki misi pendidikan. Berfungsi mendidik apabila pesannya dapat menambah pengembanga intelektual, pembentukan watak,penambahan keterampilan/ kemahiran bagi khalayaknya serta mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat. c) Fungsi menghibur (to entertain), yakni memerikan pesan yang bisa menghilangkan ketegangan pikiran masyarakat dalam bentuk berita, cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, sinetron, drama, musik, tari, dan lainnya. Berfungsi menghibur apabila kahlayak bisa terhibur atau dapat mengurangi ketegangan, kelelahan dan bisa lebih santai. d) Fungsi mempengaruhi (to influence). Fungsi mempengaruhi pendapat, pikiran dan bahkan perilaku masyarakat inilah yang merupakan hal paling penting dalam kehidupan masyarakat. Karena itulah, media yang memiliki kemandirian (independent) akan mampu bersuara atau berpendapat, dan bebas melakukan pengawasan social (social control). Fungsi utama media massa bagi individu: Denis McQuail dalam Rosmawaty (2010). a. Informasi : Mencarikan berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia. Mencari bimbingan yang menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum. Belajar, pendidikan diri sendiri. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. b. Identitas Pribadi : Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi. Menemukan model prilaku. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media). Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. c. Integrasi dan Interaksi Sosial : Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain; empati sosial. Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial. Memperoleh teman selain diri manusia. Membantu menjalankan peran sosial. Memperoleh teman selain dari manusia. Membantu menjalankan peran sosial. Memungkinkan seseorang untuk dapat mengubungi sanak-keluarga, teman dan masyarakat. 27 d. Hiburan : Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan. Bersantai dan mengisi waktu luang. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis. Penyaluran emosi. Membangkitkan gairah seks. 2.2.6.2 Elemen-Elemen Komunikasi Massa Menurut Nurudin (2013) terdapat beberapa elemen di dalam komunikasi massa, diantaranya: a) Komunikator: komunikator di sini meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur, dan staf teknis yang berkaitan dengan sebuah acara televisi. Komunikator dalam media massa bersifat mencari keuntungan. b) Isi: media massa mempunyai kebijakan sendiri-sendiri dalam pengelolaan isinya. Sebab, masing-masing media melayani masyarakat yang beragam juga menyangkut individu atau kelompok sosial. c) Audience: audience yang dimaksud dalam komunikasi massa sangat beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, koran atau jurnal ilmiah. Masing-masing audience berbeda satu sama lain di antaranya dalam hal berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman, dan orientasi hidupnya. Akan tetapi, masing-masing individu bisa saling mereaksi pesan yang diterimanya. d) Umpan balik: Ada dua umpan balik dalam komunikasi, yakni umpan balik langsung dan tidak langsung. Umpan balik langsung terjadi jika komunikator dan komunikan berhadapan langsung atau ada kemungkinan bisa berbicara langsung. Dan untuk umpan balik secara tidak langsung biasanya ditunjukkan dalam surat pembaca. e) Gangguan: terdapat dua jenis gangguan Gangguan saluran: di dalam media gangguan berupa sesuatu hal, seperti kesalahan cetak, kata yang hilang, atau paragraf yang dihilangkan dari surat kabar. Gangguan semantik: gangguan yang berhubungan dengan bahasa. Gangguan ini lebih rumit, kompleks, dan sering kali muncul. Bisa dikatakan, gangguan semantik adalah gangguan dalam proses komunikasi yang diakibatkan oleh pengirim atau penerima pesan itu sendiri. f) Gatekeeper: istilah yang digunakan tidak hanya untuk menunjuk orang atau organisasi yang memberi izin suatu kegiatan, tetapi memengaruhi keluar masuknya “sesuatu”. Di dalam komunikasi massa dengan salah satu elemennya 28 adalah informasi, mereka yang bertugas untuk memengaruhi informasi itu (dalam media massa) bisa disebut dengan gatekeeper. Hal itu juga bisa dikatakan, gatekeeper yang memberi izin bagi tersebarnya sebuah berita. g) Pengatur: yang dimaksud pengatur dalam media massa adalah mereka yang secara tidak langsung ikut memengaruhi proses aliran pesan media massa. Pengatur ini tidak berasal dari dalam media tersebut, tetapi di luar media. h) Filter: kerangka pikir melalui mana audience menerima pesan. Filter ibarat sebuah bingkai kacamata tempat audience bisa melihat dunia. Hal ini berarti dunial rill yang diterima dalam memori sangat bergantung dari bingkai tersebut. 2.2.7 Pengaruh Komunikasi terhadap Perilaku Organisasional Mengenai hubungan organisasi dengan komunikasi, William V. Hanney dalam bukunya, Communication and Organizational Behavior, menyatakan, “Organisasi terdiri dari sejumlah orang; ia melibatkan keadaan saling bergantung; kebergantungan memerlukan koordinasi; koordinasi mensyaratkan komunikasi”. Oleh karena itu, kata William V. Hanney, komunikasi adalah suatu sine qua non bagi organisasi. Dalam berbagai literatur dapat dijumpai arti koordinasi di mana disebutkan bahwa koordinasi bersumber pada perkataan bahasa latin coordinatio yang berarti “kombinasi atau interaksi yang harmonis”. Interaksi yang harmonis di atara para karyawan suatu organisasi, baik dalam hubungannya secara timbal-balik maupun secara horizontal di antara para karyawan secara timbal balik pula, disebabkan oleh komunikasi. Demikian pula interaksi antara pimpinan organisasi, apakah ia manajer tingkat tinggi (top manager) atau manajer tingkat menengah (middle manager) dengan khalayak luar organisasi. Sebagai komunikator, seorang manajer harus menyesuaikan penyampaian pesannya kepada peranan yang sedang dilakukannya. Karena pentingnya hubungan manajer sebagai pemimpin organisasi dengan komunikasi, maka peranannya itu perlu dijelaskan sehingga nantinya akan jelas pula dalam menelaah pengaruhnya kepada perilaku organisasional para karyawan (internal public) dan mereka yang berada di luar organisasi, tetapi ada sangkut-pautnya (external public) (Effendy, 2013). 29 2.3. Kerangka Pemikiran Komunikasi Organisasi Komunikasi Internal 1. Komunikasi vertikal 2. Komunikasi horizontal Perencanaan Komunikasi Strategi komunikasi Pelaksanaan Komunikasi Hambatan-hambatan komunikasi Solusi dari hambatan komunikasi Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber: Peneliti Kerangka pemikiran diatas menggambarkan bahwa pertama, penelitian ini akan meneliti bagaiaman proses komunikasi yang terjadi didalam organisasi Binus Online Learning. Selanjutnya, bagaimana proses dalam pembentukan strategi komunikasi di Binus Online Learning. Kemudian hambatan-hambatan apa saja yang terjadi didalam pelaksanaannya, dan solusi apa yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut. 30