BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebijakan Perusahaan Dalam Menghitung Penyusutan. 1. Dasar Penyusutan Masing – Masing Aktiva dan Metode Penyusutan Yang Digunakan Oleh Perusahaan Setiap aktiva yang dibeli, aktiva tersebut harus dicatat sesuai dengan harga perolehannya, yaitu sebesar harga beli aktiva yang bersangkutan diikuti dengan biaya – biaya lain yang terkait sebelum aktiva tersebut dapat digunakan oleh perusahaan. Dasar perhitungan penyusutan untuk setiap aktiva tetap berwujud yang dimilki oleh PT. Hyundai Mobil Indonesia Cabang Arteri Pondok Indah adalah berdasarkan harga perolehan, taksiran umur manfaat dan persentasenya. Sebelum menghitung besarnya penyusutan perusahaan juga telah mengelompokkan aktiva yang dimiliki sesuai dengan ketentuan perpajakan. Dalam menghitung beban penyusutan, perusahaan menggunakan metode garis lurus (straight line method) menurut akuntansi dan juga ketentuan perpajakan. Perusahaan menggolongkan masing – masing aktiva tetap berwujud ke dalam kelompok, taksiran manfaat dan tarif penyusutan aktiva tetap berwujud yang bertujuan untuk menyediakan laporan keuangan yang ditampilkan dalam tabel berikut : Tabel 4.1 Pengelompokkan Aktiva Tetap Berwujud Perusahaan Secara Komersial No. Masa Manfaat Keterangan Persentase 1 Peralatan Bengkel 8 Tahun 12.5% • Equipment 4 Tahun 25% • Tools 2 Perlengkapan Kantor 8 Tahun 12.5% • AC 8 Tahun 12.5% • Komputer & Printer 4 Tahun 25% • Mesin Kantor 4 Tahun 25% • Peralatan 4 Tahun 25% • Perlengkapan Kantor 3 Kendaraan 8 Tahun 12.5% • Mobil 8 Tahun 12.5% • Motor 4 Furniture & Fixture 4 Tahun 25% • Golongan I 8 Tahun 12.5% • Golongan II Sumber Data : Daftar Aktiva Tetap Berwujud Perusahaan ( 2010 ) 2. Penentuan Harga Perolehan Aktiva Tetap Berwujud Perusahaan mencatat nilai pengorbanan yang sesungguhnya dikeluarkan sehubungan dengan perolehan aktiva tersebut sebesar seluruh harga yang dibayarkan perusahaan seperti harga beli beserta biaya – biaya lain yang dikeluarkan sampai aktiva tersebut siap digunakan, pada saat pembelian atau pengadaan aktiva tetap berwujud (keadaan awal). Dengan berjalannya waktu (periode waktu setelah pembelian atau pengadaan aktiva tetap berwujud), harga perolehan aktiva tetap ini ikut dipengaruhi oleh besarnya biaya – biaya lain yang dikeluarkan sehubungan dengan aktiva tetap berwujud (baik berupa pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan ). Dalam hal ini dimungkinkan karena adanya kebijakan perusahaan yang menganggap bahwa setiap pengeluaran atau biaya sehubungan dengan suatu aktiva secara langsung dapat dikapitalisasi ke harga perolehan aktiva yang bersangkutan dengan syarat biaya atau pengeluaran tersebut melebihi Rp 100.000 tanpa dilihat dan ditelaah terlebih dahulu apakah biaya atau pengeluaran tersebut akan memberikan manfaat pada masa – masa yang akan datang atau tidak. Jika terjadi hal demikian, maka harga perolehan aktiva tetap berwujud menjadi lebih besar daripada yang seharusnya dan begitu juga beban penyusutan selama masa manfaat akan dibebankan lebih besar. B. Aktiva Tetap Berwujud Yang Dapat Disusutkan Dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak (PKP), perusahaan membebankan penyusutan seluruh aktiva tetap berwujudnya baik yang dapat disusutkan maupun yang tidak dapat disusutkan. Apabila hal ini dilakukan, maka secara otomatis besarnya biaya ( khususnya biaya penyusutan ) akan lebih besar. Ada beberapa contoh penyusutan yang tidak dapat disusutkan, misalnya telfon seluler dan kendaraan dinas yang dikuasai oleh Direktur atau Pemegang Saham, sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang – Undang PPh, dimana jumlah penyusutan tidak dapat dibebankan atau dikeluarkan penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Beban penyusutan aktiva tetap berwujud yang dikuasai oleh direktur tersebut tidak boleh dibebankan sebagai biaya dalam menentukan besarnya jumlah penghasilan kena pajak menurut ketentuan perpajakan. Dalam kasus PT. Hyundai Mobil Indonesia Cabang Arteri Pondok Indah, penulis tidak menemukan adanya aktiva tetap yang dibeli bukan untuk kegiatan usaha. Dalam wawancara yang sudah dilakukan penulis terhadap karyawan PT. Hyundai Mobil Indonesia Cabang Arteri Pondok Indah, semua aktiva yang dimiliki merupakan aktiva yang digunakan untuk kegiatan usaha. Tetapi ada beberapa aktiva yang biaya penyusutannya tidak sepenuhnya diperbolehkan untuk dibebankan, melainkan hanya 50% nya saja. Misal : kendaraan mobil (sedan) yang dibeli dan digunakan perusahaan untuk antar jemput pegawai atau untuk kegiatan seperti pertemuan dengan klien. Sesuai dengan KEP 220/PJ./2002 pasal 3 dimana : Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 520/KMK.03/2000 Lampiran II butir I huruf b sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002. Dengan demikian, atas beban penyusutan aktiva tetap berwujud tersebut, tidak boleh sepenuhnya dibebankan sebagai biaya dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak ( PKP ). Adapun perincian aktiva yang dapat disusutkan dan tidak dapat disusutkan adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Aktiva Tetap Berwujud yang Dapat Disusutkan No. Keterangan Masa Manfaat Thn % Peralatan Bengkel 8 12.5% • Equipment 4 25% • Tools 2 Perlengkapan Kantor • AC 8 12.5% • Komputer & Printer 4 25% 4 25% • Mesin Kantor 4 25% • Peralatan 4 25% • Perlengkapan Kantor 3 Kendaraan 8 12.5% • Mobil 4 25% • Motor 4 Furniture & Fixture 4 25% • Golongan I 8 12.5% • Golongan II Sumber Data : Hasil Olahan Penulis (2011) Harga Perolehan th 2010 Penyusutan th 2010 1 Rp 360.436.441 Rp 42.290.493 Rp 11.250.000 Rp 0 Rp 414.069.500 Rp 5.501.625 Rp 74.938.905 Rp 1.294.375 Rp 5.300.000 Rp 0 Rp 99.380.240 Rp 2.768.750 Rp 47.675.000 0 Rp 1.025.182.609 Rp 56.043.610 Rp 17.545.455 Rp 0 Rp 119.102.375 Rp Rp 19.425.000 Rp 0 451.563 Jika diperhatikan secara terperinci, daftar aktiva tetap berwujud yang dapat disusutkan berdasarkan ketentuan perpajakan, maka terlihat bahwa aktiva tersebut memang dimiliki perusahaan tetapi beban penyusutannya tidak boleh sepenuhnya dibebankan seperti halnya kendaraan mobil (sedan dan sejenisnya) tersebut yang digunakan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan pembedaan terhadap aktiva tetap berwujud ke dalam aktiva tetap yang dapat disusutkan dan yang tidak dapat disusutkan untuk tujuan perhitungan Penghasilan Kena Pajak ( PKP ). Dalam rangka memberikan keseragaman kepada Wajib Pajak selama melakukan penyusutan, maka Menteri Keuangan Republik Indonesia mengeluarkan suatu ketentuan yang menetapkan jenis – jenis aktiva yang termasuk dalam setiap kelompok masa manfaat yang harus diikuti oleh Wajib Pajak. Ketentuan yang dimaksud adalah keputusan Menteri Keuangan RI Nomor : 520/KMK.04/2000 Lampiran II butir I huruf b sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002. Untuk dapat melihat lebih jelasnya penulis telah melampirkan di dalam lampiran I. C. Penyusutan Menurut Akuntansi Yang Diterapkan Oleh Perusahaan Untuk tujuan laporan keuangan komersil pada tahun 2010, kebijakan akuntansi perusahaan dalam menghitung beban penyusutan adalah semua aktiva tetap berwujud yang dimilki oleh perusahaan disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus dan penghitungannya dimulai pada saat aktiva tersebut diperoleh ( sesuai tanggal perolehan masing – masing ) dengan contoh kebijakan sebagai berikut : • Untuk aktiva berupa Komputer & Printer : 1. LCD Samsung 732 NW dengan taksiran manfaat 8 tahun dan persentase penyusutan 12.5%, dsb. 2. PC & Monitor Samsung B1930N dengan taksiran manfaat 8 tahun dan persentase penyusutan 12.5%, dsb. Untuk mengetahui lebih rinci dan memperjelas penerapannya perhitungan beban penyusutan akuntansi (secara komersial) aktiva tetap berwujud dapat dilihat pada tabel 4.3. Dari tabel 4.3 tersebut dapat diketahui jumlah beban penyusutan masing – masing aktiva menurut akuntansi selama tahun 2010 sebagai berikut: Tabel 4.4 Beban Penyusutan Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 1 2 3 4 Keterangan Masa Manfaat Thn % Peralatan Bengkel 8 12.5% • Equipment 4 25% • Tools Perlengkapan Kantor • AC 8 12.5% • Komputer & Printer 8 12.5% 4 25% • Mesin Kantor 4 25% • Peralatan 4 25% • Perlengkapan Kantor Kendaraan 8 12.5% • Mobil 8 12.5% • Motor Furniture & Fixture 4 25% • Golongan I 8 12.5% • Golongan II Sumber : Hasil Olahan Penulis (2011) Harga Perolehan th 2010 Penyusutan th 2010 Rp 360.436.441 Rp 42.290.493 Rp 11.250.000 Rp 0 Rp 414.069.500 Rp 5.501.625 Rp 74.938.905 Rp 3.827.814 Rp 5.300.000 Rp 0 Rp 99.380.240 Rp 2.768.750 Rp 47.675.000 0 Rp 1.025.182.609 Rp112.087.220 Rp 17.545.455 Rp 0 Rp 119.102.375 Rp Rp 19.425.000 Rp 0 451.563 Berikut ini contoh perhitungan beban penyusutan menurut akuntansi berdasarkan tabel 4.3 di dalam lampiran : • Kasus I : harta berupa LCD Samsung 732 NW yang diperoleh pada tanggal 31 Desember 2008 dengan nilai Rp 3.410.000 dan taksiran manfaat 8 tahun serta dengan persentase penyusutan 12.5% disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus. Ditanya : Hitung beban penyusutan tahun 2010 ! Jawab : = Rp 426.250,- Catatan : Untuk lebih rinci dapat dilihat dalam tabel 4.3 kolom 30 kelompok harta Komputer & Printer. D. Penyusutan Menurut Undang – Undang Pajak Yang Diterapkan Oleh Perusahaan Dalam kasus PT. Hyundai Mobil Indonesia Cabang Arteri Pondok Indah, Undang – Undang PPh yang dijadikan acuan adalah UU No. 17 Tahun 2000 dan perubahannya yaitu : UU No. 36 Tahun 2008 yang selanjutnya disebut Undang - Undang PPh. Menurut aturan dalam pasal 11 ayat (3) dan ayat (4) Undang - Undang PPh, penyusutan aktiva tetap berwujud dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan. Penyusutan menurut peraturan perpajakan dihitung atas dasar jumlah bulan pemanfaatan dalam satu tahun. Dalam kasus ini, perusahaan hanya melaporkan satu daftar laporan aktiva tetapnya. Perusahaan dalam menghitung penyusutan terhadap aktiva yang dimiliki pada saat dibeli telah mengelompokkan aktiva tersebut ke dalam kelompok yang telah sesuai dengan ketentuan atau Undang – Undang Pajak. Hasil observasi dan wawancara penulis terhadap karyawan PT. Hyundai Mobil Indonesia Cabang Arteri Pondok Indah, menunjukkan bahwa perusahaan tidak memisahkan perhitungan aktiva tetapnya dengan cara Standar Akuntansi Keuangan (Komersial) ataupun dengan cara Undang – Undang Pajak (Fiskal). Perusahaan memasukkan nilai beban penyusutan ke dalam laporan SPT Tahunan hanya dengan satu laporan yaitu yang terlampir dalam Tabel 4.3. Walaupun perusahaan telah mengelompokkan aktiva tetap yang dimilikinya sesuai Undang – Undang Pajak, penulis mencoba untuk menganalisis lebih dalam tentang kasus ini. Dan ternyata, walaupun perusahaan telah mengelompokkan daftar aktivanya sesuai dengan Undang – Undang Pajak, penulis masih menemukan beberapa daftar aktiva yang tidak sesuai dengan Undang – Undang Pajak yaitu masalah pengelompokkan daftar aktiva tetap Komputer & Printer dan Kendaraan Bermotor. Untuk lebih jelasnya, penulis mencoba untuk mengelompokkan daftar aktiva tetap yang sesuai dengan Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia No. 138/KMK.03/2002. Pengelompokkan dan persentase penyusutan aktiva tetap berwujud PT. Hyundai Mobil Indonesia Cabang Arteri Pondok Indah menurut ketentuan perpajakan untuk tahun pajak 2010 dengan menggunakan metode garis lurus seluruhnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.5 Pengelompokkan Aktiva Tetap Berwujud Perusahaan Menurut Perpajakan No. Keterangan Masa Manfaat Persentase 1 Peralatan Bengkel 8 Tahun 12.5 % • Equipment 4 Tahun 25 % • Tools 2 Perlengkapan Kantor 8 Tahun 12.5 % • AC, 4 Tahun 25 % • Komputer & Printer 4 Tahun 25 % • Mesin Kantor 4 Tahun 25 % • Peralatan 4 Tahun 25 % • Perlengkapan Kantor 3 Kendaraan 8 Tahun 12.5 % • Mobil 4 Tahun 25 % • Motor 4 Furniture & Fixture 4 Tahun 25 % • Golongan I 8 Tahun 12.5 % • Golongan II Sumber Data : Hasil Analisis Penulis Menurut UU Pajak ( 2011 ) Dengan adanya perbedaan pengelompokkan di atas terhadap daftar aktiva tetap yang ada, penulis mencoba membuat ringkasan perincian daftar penyusutan aktiva tetap yang berbeda tersebut serta menyertakan hasil perhitungan terhadap aktiva yang dapat disusutkan yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya yang telah sesuai dengan Undang – Undang Pajak dalam tabel berikut ini: Tabel 4.6 Beban Penyusutan Menurut Undang – Undang Pajak No. 1 2 3 4 Keterangan Masa Manfaat Thn % Peralatan Bengkel 8 12.5% • Equipment 4 25% • Tools Perlengkapan Kantor • AC 8 12.5% • Komputer & Printer 4 25% 4 25% • Mesin Kantor 4 25% • Peralatan 4 25% • Perlengkapan Kantor Kendaraan 8 12.5% • Mobil 4 25% • Motor Furniture & Fixture 4 25% • Golongan I 8 12.5% • Golongan II Sumber : Hasil Olahan Penulis (2011) Harga Perolehan th 2010 Penyusutan th 2010 Rp 360.436.441 Rp 42.290.493 Rp 11.250.000 Rp 0 Rp 414.069.500 Rp 5.501.625 Rp 74.938.905 Rp 1.294.375 Rp 5.300.000 Rp 0 Rp 99.380.240 Rp 2.768.750 Rp 47.675.000 0 Rp 1.025.182.609 Rp 56.043.610 Rp 17.545.455 Rp 0 Rp 119.102.375 Rp Rp 19.425.000 Rp 0 451.563 Dari hasil analisis yang telah dilakukan, terdapat perbedaan pada aktiva tetap komputer & printer dan mobil antara perhitungan yang sudah dilakukan oleh perusahaan dengan perhitungan hasil analisis penulis dengan mengacu pada Undang – Undang Pajak. Dimana pada aktiva tetap : 1. Komputer & Printer Perusahaan sebelumnya mengelompokkan aktiva tetap komputer & printer 8 tahun. Setelah dianalisis sesuai dengan Keputusan Mentri Keuangan No. 138/KMK.03/2002, bahwa aktiva tetap komputer & printer termasuk di dalam kelompok I yaitu 4 tahun. Maka penulis memasukkan nilai beban penyusutan pada aktiva tetap komputer & printer tahun 2010 sebesar Rp 1.294.375, yang sebelumnya menurut perusahaan nilai beban penyusutan aktiva tetap komputer & printer sebesar Rp 3.827.814. Maka nanti, akan adanya koreksi fiskal positif pada akun beban penyusutan aktiva tetap perlengkapan kantor khususnya komputer & printer sebesar Rp 2.523.439. 2. Kendaraan Mobil Sesuai dengan KEP 220/PJ./2002 pasal 3 dimana : Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 520/KMK.03/2000 Lampiran II butir I huruf b sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002. Maka nilai beban penyusutan aktiva tetap kendaraan mobil tahun 2010 sebesar Rp 112.087.220 x 50% = Rp 56.043.610. Akan terjadi koreksi fiskal positif sebesar Rp 56.326.658. Dengan melihat nilai koreksi fiskal positif yang cukup besar ini, kemungkinan hal ini akan memperbesar nilai Penghasilan Kena Pajak ( PKP ) perusahaan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 4.7. E. Analisis Perhitungan Penyusutan Aktiva Tetap Berwujud Menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang – Undang Pajak Serta Dampaknya Dalam Penentuan Penghasilan Kena Pajak ( PKP ). Seperti yang telah diungkapkan pada sub bab sebelumnya bahwa perusahaan telah melaksanakan kewajiban perpajakannya sehubungan dengan perhitungan penyusutan aktiva tetap, tetapi belum secara benar secara keseluruhan dalam pengelompokkan aktiva tetap Komputer & Printer serta Kendaraan Motor yang berakibat salahnya tarif penyusutan yang digunakan untuk pembebanan dalam rangka penentuan besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP). Selain itu, tidak melakukan pembedaan antara aktiva tetap berwujud yang disusutkan dengan aktiva yang tidak dapat disusutkan (perusahaan menghitung penyusutan atas semua aktivanya untuk tujuan pajak). Berdasarkan uraian di atas penulis menghitung dan menganalisis seberapa besar dampak ditimbulkannya sebagai akibat kesalahan pengenaan tarif penyusutan, kesalahan memperhitungkan harga perolehan atau nilai buku aktiva tetap berwujud yang tidak dapat disusutkan sebagai dasar perhitungan beban penyusutan. Tabel 4.8 menampilkan perbandingan besarnya penyusutan aktiva tetap berwujud tahun pajak 2010 menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang – Undang Pajak yang bersumber pada tabel 4.3 dan tabel 4.7. Tabel 4.8 Perbandingan Beban Penyusutan Secara Komersial dan Fiskal No. Keterangan Menurut Komersial Peralatan Bengkel Rp 42.290.493 • Equipment Rp 0 • Tools 2 Perlengkapan Kantor • AC Rp 5.501.625 • Komputer & Printer Rp 3.827.814 Rp 0 • Mesin Kantor Rp 2.768.750 • Peralatan 0 • Perlengkapan Kantor 3 Kendaraan Rp112.087.220 • Mobil Rp 0 • Motor 4 Furniture & Fixture Rp 0 • Golongan I Rp 451.563 • Golongan II Sumber : Hasil Olahan Penulis ( 2011 ) Menurut Fiskal Perbedaan 1 Rp 42.290.493 0 Rp Rp Rp 5.501.625 Rp 1.294.375 Rp 0 Rp 2.768.750 0 Rp 0 Rp 2.533.439 Rp 0 Rp 0 Rp 0 Rp 56.043.610 Rp 0 Rp 56.043.610 Rp 0 Rp Rp Rp Rp 0 451.563 Hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam ketentuan perpajakan tersebut tidak hanya berupa selisih berapa besarnya tarif penyusutan melainkan juga terdapat aktiva tetap berwujud yang tidak dapat disusutkan menurut ketentuan pepajakan tetapi penyusutannya dibebankan kepada penghasilan. Contoh : kasus penyusutan Kendaraan Mobil dan Komputer & Printer. Besarnya perbedaan sementara dan tetap tersebut untuk tahun pajak tahun 2010 akan mempengaruhi penentuan Penghasilan Kena Pajak ( PKP) tahun yang bersangkutan, jumlah keseluruhan perbedaan positif adalah Rp 58.860.098,-. Penyebab perbedaan sementara adalah perbedaan tarif yang digunakan untuk menghitung penyusutan antara komersial dan fiskal dimana seiring dengan berjalannya waktu perbedaan tersebut akan nihil. Sedangkan 0 0 0 0 penyebab perbedaan tetap antara lain karena perusahaan membebankan penyusutan aktiva tetap berwujud yang merupakan aktiva tetap yang tidak dapat disusutkan sepenuhnya, dimana beban penyusutannya menurut ketentuan perpajakan hanya dapat dibebankan 50% nya saja dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak ( PKP ) tahun 2010. Kedua perbedaan tersebut akan menyebabkan Penghasilan Kena Pajak tahun 2010 meningkat sebesar Rp 58.860.098,-. Secara otomatis terdapat perbedaan beban penyusutan atas tiap – tiap jenis aktiva tetap berwujud dalam tahun pajak yang bersangkutan sehingga akan mempengaruhi distribusi beban penyusutan dan laporan laba rugi perusahaan menurut perpajakan. Berdasarkan laporan laba rugi komersial perusahaan beban penyusutan yang merupakan komponen dari biaya operasi perusahaan adalah sebesar Rp 4.480.698.148,-. Sedangkan berdasarkan laporan laba rugi fiskal yang telah dianalisis beban penyusutan yang merupakan komponen dari biaya operasi perusahaan adalah sebesar Rp 4.422.121.105,-. Yang kemudian akan dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak 2010. Seperti yang terlihat di bawah ini: PT HYUNDAI MOBIL INDONESIA LAPORAN LABA/RUGI ( Komersial ) Per 31 Desember 2010 PENJUALAN Unit Suku cadang Service Jumlah Penjualan BEBAN POKOK PENJUALAN Unit Harga Dasar Optional dan lain-lain Suku Cadang Service Jumlah Beban Pokok Penjualan LABA (RUGI) BRUTO BEBAN USAHA Beban Penjualan dan Pemasaran Gaji dan tunjangan Beban karyawan lainnya Transportasi Perjalanan dinas dalam negeri Asuransi Sewa Perlengkapan kantor Penyusutan aktiva tetap Kendaraaan Perlengkapan Bengkel Perbaikan dan pemeliharaan Komunikasi Utilitas dan energi Jasa profesional Pajak dan ijin-ijin Representasi dan jamuan Iuran / retribusi Langganan Pengiriman dokumen Penerimaan karyawan Kebersihan AREA :HMI-API 66.670.629.538 4.586.369.999 1.257.057.513 72.514.057.050 63.986.615.258 364.902.749 3.810.542.165 45.955.000 68.208.015.172 4.306.041.878 1.689.765.463 205.472.584 11.437.198 190.000 87.594.225 726.424.446 34.013.850 Rp 112.087.220 Rp 42.290.758 154.377.973 38.276.600 40.343.120 162.575.857 1.275.000 194.440.421 404.300 2.700.000 1.645.000 87.000 7.131.750 27.941.100 Iklan & Promosi Sebelum Penyerahan Expedisi Warranty Claim Pelayanan Purna Jual Pengurusan Surat Kendaraan Perlengkapan Kendaraan Peralatan dan Perlengkapan Bengkel Pemakaian Material Jumlah Beban Penjualan dan Pemasaran Beban Umum dan Administrasi Gaji dan tunjangan Beban karyawan lainnya Transportasi Perjalanan dinas dalam negeri Perjalanan dinas luar negeri Asuransi Perlengkapan kantor Penyusutan aktiva tetap Perlengkapan Kantor Rp 12.098.189 Furniture & Fixture Rp 451.563 Perbaikan dan pemeliharaan Komunikasi Jasa profesional Pajak dan ijin-ijin Jumlah Beban Umum dan Administrasi Jumlah Beban Usaha LABA (RUGI) USAHA PENDAPATAN (BEBAN) LAIN-LAIN Pendapatan lain-lain Pendapatan Bunga Pendapatan lainnya Jumlah Pendapatan lain-lain Beban lain-lain Beban administrasi bank Baban Lain-lain Jumlah Beban Lain-lain Pendapatan (Beban) lain-lain Bersih LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK 152.321.944 6.195.000 47.393.000 1.193.114 21.717.725 21.536.000 1.271.334 996.800 73.809.976 3.712.530.780 520.695.094 50.310.866 280.782 256.500 1.099.040 82.130.881 2.816.200 12.549.752 1.094.000 118.000 83.910.253 12.906.000 768.167.368 4.480.698.148 -174.656.270 326.256 26.697.879 27.024.135 -51.620.008 -1.799.601 -53.419.609 -26.395.474 -201.051.744 PT HYUNDAI MOBIL INDONESIA LAPORAN LABA/RUGI ( Fiskal ) Per 31 Desember 2010 PENJUALAN Unit Suku cadang Service Jumlah Penjualan BEBAN POKOK PENJUALAN Unit Harga Dasar Optional dan lain-lain Suku Cadang Service Jumlah Beban Pokok Penjualan LABA (RUGI) BRUTO BEBAN USAHA Beban Penjualan dan Pemasaran Gaji dan tunjangan Beban karyawan lainnya Transportasi Perjalanan dinas dalam negeri Asuransi Sewa Perlengkapan kantor Penyusutan aktiva tetap Kendaraaan Perlengkapan Bengkel Perbaikan dan pemeliharaan Komunikasi Utilitas dan energi Jasa profesional Pajak dan ijin-ijin Representasi dan jamuan Iuran / retribusi Langganan Pengiriman dokumen Penerimaan karyawan Kebersihan AREA :HMI-API 66.670.629.538 4.586.369.999 1.257.057.513 72.514.057.050 63.986.615.258 364.902.749 3.810.542.165 45.955.000 68.208.015.172 4.306.041.878 1.689.765.463 205.472.584 11.437.198 190.000 87.594.225 726.424.446 34.013.850 Rp 56.043.610 Rp 42.290.758 98.334.369 38.276.600 40.343.120 162.575.857 1.275.000 194.440.421 404.300 2.700.000 1.645.000 87.000 7.131.750 27.941.100 Iklan & Promosi Sebelum Penyerahan Expedisi Warranty Claim Pelayanan Purna Jual Pengurusan Surat Kendaraan Perlengkapan Kendaraan Peralatan dan Perlengkapan Bengkel Pemakaian Material Jumlah Beban Penjualan dan Pemasaran Beban Umum dan Administrasi Gaji dan tunjangan Beban karyawan lainnya Transportasi Perjalanan dinas dalam negeri Perjalanan dinas luar negeri Asuransi Perlengkapan kantor Penyusutan aktiva tetap Perlengkapan Kantor Rp 9.564.750 Furniture & Fixture Rp 451.563 Perbaikan dan pemeliharaan Komunikasi Jasa profesional Pajak dan ijin-ijin Jumlah Beban Umum dan Administrasi Jumlah Beban Usaha LABA (RUGI) USAHA PENDAPATAN (BEBAN) LAIN-LAIN Pendapatan lain-lain Pendapatan Bunga Pendapatan lainnya Jumlah Pendapatan lain-lain Beban lain-lain Beban administrasi bank Baban Lain-lain Jumlah Beban Lain-lain Pendapatan (Beban) lain-lain Bersih LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK 152.321.944 6.195.000 47.393.000 1.193.114 21.717.725 21.536.000 1.271.334 996.800 73.809.976 3.656.487.176 520.695.094 50.310.866 280.782 256.500 1.099.040 82.130.881 2.816.200 10.016.313 1.094.000 118.000 83.910.253 12.906.000 765.633.929 4.422.121.105 -116.079.227 326.256 26.697.879 27.024.135 -51.620.008 -1.799.601 -53.419.609 -26.395.474 -142.474.701 Dari kedua laporan laba rugi di atas dapat dibandingkan bahwa dengan penyusutan menurut Undang – Undang PPh akan memperkecil rugi usaha perusahaan dari pada penyusutan menurut akuntansi. Oleh karena adanya perbedaan rugi tersebut, maka harus dilakukan koreksi fiskal. Koreksi fiskal terhadap rugi menurut akuntansi disajikan dalam bentuk table 4.9 berikut ini ( asumsikan : item lain selain beban penyusutan jumlah sama antara komersial dan fiskal ) Tabel 4.9 Perbandingan Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal Item PENJUALAN Unit Suku cadang Service Jumlah Penjualan BEBAN POKOK PENJUALAN Unit Harga Dasar Optional dan lain-lain Suku Cadang Service Jumlah Beban Pokok Penjualan LABA (RUGI) BRUTO BEBAN USAHA Beban Penjualan dan Pemasaran Gaji dan tunjangan Beban karyawan lainnya Transportasi Perjalanan dinas dalam negeri Asuransi Sewa Perlengkapan kantor Penyusutan aktiva tetap Kendaraan Peralatan Bengkel Perbaikan dan pemeliharaan Komunikasi Utilitas dan energi Jasa profesional Pajak dan ijin-ijin Representasi dan jamuan Iuran / retribusi Langganan Pengiriman dokumen Penerimaan karyawan Kebersihan Menurut Komersial Menurut Fiskal 66.670.629.538 4.586.369.999 1.257.057.513 72.514.057.050 66.670.629.538 4.586.369.999 1.257.057.513 72.514.057.050 63.986.615.258 364.902.749 3.810.542.165 45.955.000 68.208.015.172 4.306.041.878 63.986.615.258 364.902.749 3.810.542.165 45.955.000 68.208.015.172 4.306.041.878 1.689.765.463 205.472.584 11.437.198 190.000 87.594.225 726.424.446 34.013.850 1.689.765.463 205.472.584 11.437.198 190.000 87.594.225 726.424.446 34.013.850 112.087.220 42.290.758 38.276.600 40.343.120 162.575.857 1.275.000 194.440.421 404.300 2.700.000 1.645.000 87.000 7.131.750 27.941.100 56.043.610 42.290.758 38.276.600 40.343.120 162.575.857 1.275.000 194.440.421 404.300 2.700.000 1.645.000 87.000 7.131.750 27.941.100 Koreksi Fiskal 56.043.610 0 152.321.944 Iklan & Promosi 6.195.000 Sebelum Penyerahan 47.393.000 Expedisi 1.193.114 Warranty Claim 21.717.725 Pelayanan Purna Jual 21.536.000 Pengurusan Surat Kendaraan 1.271.334 Perlengkapan Kendaraan 996.800 Peralatan dan Perlengkapan Bengkel 73.809.976 Pemakaian Material 3.712.530.780 Jumlah Beban Penj. dan Pemasaran Beban Umum dan Administrasi 520.695.094 Gaji dan tunjangan 50.310.866 Beban karyawan lainnya 280.782 Transportasi 256.500 Perjalanan dinas dalam negeri 1.099.040 Perjalanan dinas luar negeri 82.130.881 Asuransi 2.816.200 Perlengkapan kantor Penyusutan aktiva tetap Perlengkapan Kantor 12.098.189 Furniture & Fixture 451.563 1.094.000 Perbaikan dan pemeliharaan 118.000 Komunikasi 83.910.253 Jasa profesional 12.906.000 Pajak dan ijin-ijin Jumlah Beban Umum dan 768.167.368 Administrasi Jumlah Beban Usaha 4.480.698.148 LABA (RUGI) USAHA -174.656.270 PENDAPATAN (BEBAN) LAIN-LAIN Pendapatan lain-lain 326.256 Pendapatan Bunga 26.697.879 Pendapatan lainnya 27.024.135 Jumlah Pendapatan lain-lain Beban lain-lain -51.620.008 Beban administrasi bank -1.799.601 Baban Lain-lain -53.419.609 Jumlah Beban Lain-lain -26.395.474 Pendapatan (Beban) lain-lain Bersih -201.051.744 LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK Sumber Data : Hasil Olahan Penulis ( 2011 ) 152.321.944 6.195.000 47.393.000 1.193.114 21.717.725 21.536.000 1.271.334 996.800 73.809.976 3.656.487.176 520.695.094 50.310.866 280.782 256.500 1.099.040 82.130.881 2.816.200 9.564.750 451.563 1.094.000 118.000 83.910.253 12.906.000 765.633.929 4.422.121.105 -116.079.227 326.256 26.697.879 27.024.135 -51.620.008 -1.799.601 -53.419.609 -26.395.474 -142.474.701 2.533,439 0 Pada tahun 2010, koreksi fiskal yang dilakukan adalah koreksi fiskal positif yang menambah jumlah pajak terutang. Karena dalam kasus ini perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 201.051.744 dan setelah adanya koreksi fiskal positif terhadap akun beban penyusutan sebesar Rp 58.860.098,- maka rugi sebelum pajak menjadi sebesar Rp 142.474.701. Dalam konteks Pajak, apabila keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka perusahaan tersebut akan dikenakan pajak penghasilan. Sebaliknya jika terjadi kerugian, maka Wajib Pajak (Perusahaan) tidak akan dikenakan Pajak Penghasilan. Kerugian yang didapatkan dalam satu tahun pajak dapat digunakan untuk menutupi keuntungan pada tahun-tahun berikutnya sehingga pada tahun - tahun tersebut Pajak Penghasilannya menjadi lebih kecil atau tidak terutang sama sekali. Proses membawa kerugian dalam satu tahun pajak ke tahun-tahun pajak berikutnya ini dinamakan sebagai Kompensasi Kerugian (Carrying Loss).