1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan proses yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membangun pengetahuan baru. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari Abidin (Ridyah, 2015:1) yang mengatakan bahwa pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap pelajaran. Penguasaan yang dimaksud adalah penguasaan konsep materi pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA menurut Trianto (2011:136) adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen yang menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 (BSNP, 2006:161), menyebutkan hakekat IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukanlah ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada upaya mengembangkan dan menguji daya ingat siswa sehingga kemampuan berpikir siswa direduksi dan sekedar dipahami sebagai kemampuan untuk mengingat. Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017 2 Proses pembelajaran IPA ditekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa menjelajahi dan memahami alam sekitar terjadi secara alamiah, hal ini membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Pembelajaran yang berorientasi pada pengalaman siswa sangat relevan untuk dilaksanakan melalui pembelajaran IPA. Pengalaman belajar menurut Suyono dan Hariyanto (2014:105) pembelajaran konstrukvisme yang berpandang secara garis merupakan salah satu kegiatan kontrukvisme. besar Proses merefleksikan pembelajaran pengalaman dan mengkonstruksi pengetahuan pemahaman tentang alam di sekitar manusia. Pemilihan perangkat pembelajaran yang sesuai diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar yang konkret kepada siswa. Perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran merupakan salah satu cara dalam usaha menciptakan suasana belajar yang dikehendaki. Guru mempunyai peranan yang penting dalam menciptakan suasana belajar yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang nyata. Guru harus bisa memilih model pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran bisa dicapai dengan berhasil. Salah satu model pembelajaran berbasis pengalaman yang memberi kebermaknaan pada proses pembalajaran terhadap siswa adalah model Experiential Learning. Kolb berpendapat bahwa pembelajaran dengan model Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017 3 Experiential Learning merupakan proses di mana pengetahuan diperoleh melalui transformasi pengalaman. Belajar berdasarkan pengalaman lebih terpusat pada pengalaman belajar siswa yang bersifat terbuka dan mampu membimbing dirinya sendiri. Pengalaman outdoor atau outdoor learning memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap Experiential Learning karena lingkungan alam memberikan ruang bagi siswa untuk memperoleh pengalaman langsung dan mengalami konsekuensi dari sebuah pilihan atau keputusan. Oleh karena itu outdoor learning dan experiential learning keduanya tidak dapat dipisahkan sehingga Watt et al (2008:2) mengembangkan menjadi Outdoor Experiential Learning dengan tetap mengacu pada tahapan pembelajaran Kolb. Model Outdoor Experiential Learning inilah yang akan diterapkan dalam penelitian ini. Model Outdoor Experiential Learning menurut Kolb (Baharudin dan Esa, 2010:166) menyajikan empat tahapan, pengalaman konkret (concrete experience), pengamatan reflektif (reflective observation), konsepsi abstrak (abstract conceptualization), dan kemudian diselesaikan melalui percobaan aktif (active experimentation). MIM 2 Kasegeran merupakan salah satu sekolah di Desa Kasegeran Kecamatan Cilongok. MIM 2 Kasegeran terletak di lokasi yang memiliki goegrafis alam berupa hutan dan persawahan. Kaitannya MIM 2 Kasegeran dengan mode Outdoor Experiential Learning ini, dari observasi awal yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan KKN Dik yang dilakukan di MIM 2 Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017 4 Kasegeran belum terlihat aktivitas pembelajaran di luar kelas (outdoor study) yang melibatkan alam secara langsung. Potensi lingkungan alam sekitar MIM 2 Kasegeran yang berupa hutan dan persawahan tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal dalam proses pembelajaran, khususnya pada proses pembelajaran IPA. Potensi alam tersebut sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan sebagai wahana belajar IPA bagi siswa. Kondisi alam yang berupa hutan dan persawahan tersebut merupakan wahana belajar yang alami dan konkret sebagai objek pemebelajaran IPA. Proses pembelajaran yang melibatkan pengalaman langsung dan objek belajar yang alami dan konkret bagi siswa membuat proses pembelajaran lebih bermakna. Proses pembelajaran yang bermakna membawa dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa. Kebermaknaan proses pembelajaran menjadikan siswa lebih mudah dalam menangkap materi pembelajaran. Hal ini sesuai pemikiran Bartlet (Wijayanti, 2009:74) mengungkapkan bahwa pembelajaran lebih bermakna adalah proses pembelajaran yang membangun makna (input), kemudian prosesnya melalui struktur kognitif sehingga akan berkesan lama dalam ingatan/memori (terjadi rekonstruksi). Pembelajaran yang bermakna melalui kegiatan yang nyata akan memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Selanjutnya pemahaman materi yang baik oleh siswa dapat membantu siswa dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Prestasi belajar merupakan hasil belajar siswa dalam aspek kognitif, sehingga proses Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017 5 pembelajaran yang bermakna berdampak positif terhadap aspek kognitif siswa juga akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Selama observasi awal pada kegiatan KKN Dik juga ditemukan kenyataan di lapangan sikap peduli lingkungan siswa di MIM 2 Kasegeran masih kurang baik. Hal ini dibuktikan dengan kebiasaan kebanyakan siswa yang masih membuang sampah bukan pada tempatnya. Bungkus jajan, kertas bekas, dan sampah lainnya sering terlihat pada bukan tempatnya (tempat sampah). Kepedulian siswa pada tanaman juga masih kurang baik, siswa sering dengan sadar maupun tidak sadar memetik daun atau bunga dari tanaman di sekolah. Temuan kenyataan bahwa sikap peduli lingkungan yang masih kurang baik itu menjadi suatu permasalahan yang harus segera ditanggulangi. Guru mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki masalah yang berkaitan dengan karakter tersebut. Model Outdoor Experiential Learning dapat membantu guru dalam mengajarkan dan menanamkan sikap peduli lingkungan kepada siswa. Hasil penelitian Jeremy V. Ernst (2013) menyimpulkan bahwa Outdoor Study menjadikan persepsi siswa terhadap lingkungan berubah secara positif. Guru lebih mudah untuk membuka kesadaran siswa akan pentingnya sikap peduli lingkungan dan dampak yang akan terjadi jika sikap peduli lingkungan itu diabaikan. Penanaman sikap termasuk sikap peduli lingkungan pada siswa harus melalui kegiatan yang nyata bukan dari penjelasan atau ceramah semata. Siswa mendapatkan contoh yang konkret tentang sikap peduli lingkungan melalui model tersebut. Siswa lebih mudah menangkap pesan dari Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017 6 suatu pembelajaran jika diberi contoh tindakan secara langsung. Berdasarkan pemaparan latar belakang, perlu dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Model Outdoor Experiential Learning terhadap Prestasi Belajar dan Sikap Peduli Lingkungan Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV MIM 2 Kasegeran. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan, masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Pembelajaran IPA di kelas IV MIM 2 Kasegeran belum menggunakan pembelajaran yang berbasis pada pengalaman siswa secara langsung. 2. Lingkungan di luar sekolah belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai sumber dan wahana belajar. 3. Sikap peduli lingkungan siswa kelas IV MIM 2 Kasegeran masih kurang baik. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah pengaruh model Outdoor Experiential Learning terhadap prestasi belajar siswa dan sikap peduli lingkungan pada mata pelajaran IPA di kelas IV MIM 2 Kasegeran. Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih terarah, maka rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut: Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017 7 1. Apakah terdapat pengaruh model Outdoor Experiential Learning terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV MIM 2 Kasegeran? 2. Apakah terdapat pengaruh model Outdoor Experiential Learning terhadap sikap peduli lingkungan siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV MIM 2 Kasegeran? D. Batasan Masalah Memperhatikan luasnya cakupan masalah yang muncul dalam penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan masalah. Pada penelitian ini masalah yang akan dikaji terbatas pada penerapan model Outdoor Experiential Learning. Penelitian difokuskan pada pengaruh model tersebut terhadap prestasi belajar dan sikap peduli lingkungan siswa. Model pembelajaran tersebut akan diterapkan pada mata pelajaran IPA semester 2 pada siswa kelas IV MIM 2 Kasegeran dengan pembatasan materi pada Kompetensi Dasar “Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan”. E. Tujuan Penelitian Setiap penelitian pastinya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini, di antaranya: Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017 8 1. Untuk mengetahui pengaruh model Outdoor Experiential Learning terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV MIM 2 Kasegeran. 2. Untuk mengetahui pengaruh model Outdoor Experiential Learning terhadap sikap peduli lingkungan siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV MIM 2 Kasegeran. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini akan mengkaji pengaruh model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan prestasi belajar dan sikap peduli lingkungan siswa pada materi sumber daya alam (SDA) melalui model Outdoor Experiential Learning. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat ikut membantu mengembangkan pengetahuan di bidang pendidikan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa: 1) Dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap peduli lingkungan. 2) Memberi pengalaman belajar baru pada siswa. b. Bagi guru yaitu dapat dijadikan alternatif pemilihan model pembelajaran. c. Bagi sekolah yaitu dapat dijadikan alternatif pemilihan model pembelajaran untuk mata pelajaran yang sesuai. Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017 9 d. Bagi peneliti lain dapat dijadikan rujukan dalam penelitian sejenis atau melengkapi informasi penelitian sejenis. Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017