pengalaman - Konseling UMM

advertisement
Konsep Dasar Pelatihan
MUHAMMAD SHOHIB
UPT. BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Filosofi Pembelajaran
 Pengalaman adalah guru yang paling baik
Segala yang pernah kita alami, akan disimpan
dalam sistem memori. Kuat lemahnya informasi
tersebut, tergantung pada cara masuk dan
penyimpanannya.
 Proses pembelajaran pada orang dewasa lebih
bersifat memfasilitasi dan lebih menuntut
tanggung jawab dan partisipasi individu
TEORI BELAJAR
3
 Belajar adalah “… a relatively permanent change in
behavior or in behavioral potentiality that result
from experiences …”
 Perubahan perilaku tersebut dapat berwujud dalam
aktivitas nyata yang secara langsung dapat diamati
maupun dalam wujud kemampuan berfikir,
motivasi, sikap dan emosi yang tidak bisa secara
langsung diamati
Minggu, 23 Juli 2017
PELATIHAN ADALAH
 Teknik-teknik yang memusatkan pada belajar tentang
ketrampilan-ketrampilan, pengetahuan dan sikapsikap yang dibutuhkan untuk memulai suatu pekerjaan
atau tugas-tugas atau untuk meningkatkan
kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan atau
tugas (Nadler dan Wiggs dalam Robinson & Robinson,
1989) .
 Suatu upaya untuk melakukan perubahan dalam hal
pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan dan sikap
(Clark, 1991) .
Minggu, 23 Juli 2017
PELATIHAN ADALAH
5
 Proses pembelajaran yang bermuara pada adanya
perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilanketrampilan, sehingga peran seorang pelatih adalah
bertanggung jawab terhadap terjadinya perubahan
sikap dan perilaku orang-orang yang dilatih. Karena
sifat manusia dan prosesnya yang dinamis, maka
seorang pelatih harus terlibat di dalamnya sebagai
pribadi, sebagai orang, bukan teknisi yang bersifat
mekanistis (Clark, 1991).
Minggu, 23 Juli 2017
Prinsip - Prinsip
 Belajar dari pengalaman
 Melibatkan emosi (tidak hanya pikiran)
 Melalui kebersamaan dan kerjasama
 Melihat & menemukan sendiri relevansi training
Komponen Pelatihan
 Trainer
- Karakter
- Kematangan
- Kemampuan
- Pengalaman
 Tools training
- Peralatan
- Strategi
 Trainee
- Mengenal karakter trainee
- Mengetahui kebutuhan trainee
Pendekatan Pelatihan
 lecture-based training
 participant centered training
 Self-reference
effect
 Generation effect
Metode - Metode
 Informatif
 Partisipatif
 Eksperiensial
Experiential Learning
 Proses pembelajaran yang
bertumpu pada pengalaman yang
diperoleh peserta dari
serangkaian aktifitas yang
dilakukan sebelumnya
EXPERIENTIAL LEARNING
(Kolb)
 “... jika kita mendengar maka kita akan lupa, kita
melihat maka mungkin kita akan ingat, kita
mengalami maka kita akan mengerti ...” (Confusius,
450SM)
 Proses pembelajaran dilakukan dengan memberikan
suatu pengalaman yang disengaja, terkait dengan
yang hendak diajarkan
Minggu, 23 Juli 2017
Fungsi Fasilitator
Emotional stimulation
Caring
Meaning attribution
Executive function
Peran Trainer - Fasilitator
• Menciptakan iklim yang positif - kondusif
• Menjelaskan tujuan dari proses kegiatan dan tujuan
individual
• Mengorganisasikan dan menciptakan sumbersumber belajar
• Menyeimbangkan komponen kognitif dan emosional
dalam proses belajar
• Berbagi perasaan dan pikiran tanpa mendominasi
Briefing
•
•
•
•
Menjelaskan SOP dan aturan
Pastikan peserta paham
Menjaga agar peserta terlibat
Menjaga iklim yang kondusif
• Mengamati
• Membuat catatan-catatan
Observasi • Memastikan aktifitas berjalan secara fair
• Menggali apa yang dirasakan, terjadi, dapat dipelajari,
relevansinya
• Menggali alternatif lain, bagaimana selanjutnya, apa
Debriefing kesimpulannya
Kualitas experiential learning
 Dipengaruhi oleh :
1. Adanya keterlibatan personal,
2. Inisiatif dari diri sendiri (individu),
3. Evaluasi dari individu
4. Pengaruh-pengaruh yang meresap pada individu
Syarat yang lain…..
 Individu berpartisipasi aktif dalam seluruh proses
pembelajaran dan mampu mengendalikan diri
 Terutama dihadapkan secara langsung dengan
masalah-masalah praktis, sosial, personal, maupun
penelitian-penelitian
 Evaluasi diri merupakan metode penting dalam
pengukuran perkembangan dan keberhasilan
Hal-hal yang perlu diperhatikan
 Mampu mengelola waktu (agar tepat waktu dan
sasaran)
 Harus dipersiapkan sebaik-baiknya (agar tidak
sekedar mengisi waktu-buang waktu)
 Peserta mendapat insight (munculnya pengertian
lebih penting dari aktifitasnya)
 Hindari aktifitas yang tidak relevan dengan topik
(game, role play harus relevan)
EXPERIENTIAL LEARNING CYCLE
Proses experiential learning semacam sebuah siklus
CONCRETE
EXPERIENCE (1)
TESTING IN NEW
SITUATIONS (4)
OBSERVATION &
REFLECTION (2)
FORMING ABSTRACT
CONCEPT (3)
Minggu, 23 Juli 2017
18
Peserta Sulit
 Peserta yang melarikan diri dari situasi belajar dengan







satu atau lain cara. Mereka tidak bisa menikmati situasi
belajar yang ada.
Peserta yang tidak percaya dengan pembicara.
Peserta yang senang mengerjai pembicara.
Peserta yang terlalu pendiam.
Peserta yang kurang termotivasi.
Peserta yang terlalu mendominasi seluruh proses dalam
pelatihan.
Peserta yang menjadi trouble maker dalam kelas.
Peserta yang gemar mengobrol sehingga mengganggu
peserta lain
Solusi
 Memberikan kesan profesional dan kredibel kepada peserta,




melalui penampilan yang menarik, cara bicara, gesture, dan
sebagainya (problem 2, 3).
Memberikan penekanan atas manfaat pelatihan, merangsang
peserta untuk mencari manfaat bagi mereka sendiri (problem 1,
5).
Memberikan kebebasan dan rangsangan kepada seluruh peserta
untuk mengekspresikan dirinya (problem 4, 5, 6).
Menyampaikan humor atau energizer untuk mempertahankan
stamina peserta agar tetap terfokus pada pembicaraan dan
menciptakan suasana segar dan menarik perhatian mereka.
Ketika suatu saat teguran perlu diberikan kepada peserta,
diupayakan agar teguran tersebut tidak bersifat personal
(problem 7,8).
Cara Respon Peserta
 Menjaga kontak mata dengan peserta selama berbicara atau
ketika peserta sendang bicara/bertanya.
 Menghindari adanya interupsi, baik dari fasilitaor maupun dari
peserta lain ketika seorang peserta sedang memberikan respon.
 Mengulang kembali respon ketika seorang peserta telah selesai
memberikan respon. Hal ini bertujuan untuk:


Memberikan pengakuan kepada peserta tersebut.
Membuat respon tersebut jelas bagi fasilitator, pemberi respon maupun
peserta lain.
 Menjaga agar ekspresi tetap netral meskipun jawaban atau
respon peserta dianggap tidak/kurang tepat, bahkan mungkin
“aneh”. Ketika hal tersebut terjadi, ada baiknya meminta respon
dari peserta lain, dan ketika respon tersebut diangap lebih tepat,
maka respon tersebut perlu diulang dan dikonfirmasikan kepada
peserta yang memberi respon kurang tepat.
 Tidak menyudutkan seorang peserta dengan menunggu
jawabannya hingga terlalu lama. Tugas fasilitator adalah
meningkatkan kepercayaan diri peserta.
 Mengulangi pertanyaan dan memberikan jawaban yang benar
jika sampai tiga peserta tidak dapat memberikan jawaban yang
benar. Tidak membiarkan peserta berada dalam kebingungan
terlalu lama.
 Tidak terlalu cepat memvonis sebagai respon yang salah ketika
ada peserta yang memberi respon di luar dugaan. Fasilitator
dituntut untuk mendengarkan respon peserta dengan cermat
dan mempertimbangkan dengan hati-hati.
 Meminta peserta untuk mengajukan pertanyaan bagi peserta
lain untuk menghindari kebosanan tanya jawab.
Download