1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kemampuan Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman a. Hakikat Kemampuan Menulis Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis berasal dari kata tulis. Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya). Menulis adalah membuat huruf, angka, dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tulisan. Selanjutnya menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain (Syafi’ie,1998:45). Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pen-dapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca (Hernowo 2004). Menulis berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan. Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran yang disampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung makna secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara teratur dalam klausa dan kalimat agar orang dapat menangkap apa yang ingin disampaikan 5 2 itu. Makin teratur bahasa yang digunakan, makin mudah orang menangkap pikiran yang disalurkan melalui bahasa itu. Oleh karena itu, keterampilan menulis di sekolah sangatlah penting (Mawardi, Dodi.2008). Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Kemampuan menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki: (a) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (b) kepekaan terhadap kondisi pembaca, (c) kemampuan menyusun perencanaan penelitian, (d) kemampuan menggunakan bahasa indonesia, (e) kemampuan memuali menulis, dan (f) kemampuan memeriksa karangan sendiri. Kemampuan tersebut akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca dan kekayaan kosa kata yang dimilikinya (Tarigan, Djogo, dkk. 2004). Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pembelajaran membaca. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran keterampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis. Keterampiln menulis adalah hasil dari keterampilan mendengar, berbicara, membaca. Menurut Pirera dan Tasai (1995:27) mengemukakan prinsip prinsip menulis adalah: (1) menulis tidak dapat dipisahkan dari membaca. Pada jenjang pendidikan dasar pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara serempak, (2) pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan disiplin berbahasa, (3) pembelajaran menulis adalah pembelajaran tata tulis atau ejaan dan tanda baca bahasa Indonesia, dan (4) pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang bermula dari menyalin sampai dengan menulis ilmiah (Tarigan, H.G. 1987). b. Karangan Berdasarkan Pengalaman Pengetahuan tentang aspek-aspek penting dalam menulis perlu dikuasai pula oleh siswa. Sebab dengan penguasaan itu siswa dapat mengetahui kekurangan dan kesalahan suatu karangan. Badudu 3 (1992:17) mengemukakan yang perlu diperhatikan dalam menulis, yaitu (1) menggunakan kata dalam kalimat secara tepat makna, (2) menggunakan kata dengan bentuk yang tepat, (3) menggunakan kata dalam distribusi yang tepat, (4) merangkaikan kata dalam frasa secara tepat, (5) menyusun klausa atau kalimat dengan susunan yang tepat, (6) merangkaikan kalimat dalam kesatuan yang lebih besar (paragraf) secara tepat dan baik, (7) menyusun wacana dari paragraf-paragraf dengan baik, (8) membuat karangan (wacana) dengan corak tertentu, deskripsi, narasi, eksposisi, persuasi, argumentasi, (9) membuat surat (macam-macam surat), (10) menyadur tulisan (puisi menjadi prosa), (11) membuat laporan (penelitian, pengalaman, dan sesuatu yang disaksikan), (12) mengalihkan kalimat (aktif menjadi pasif dan sebaliknya, kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung), (13) mengubah wacana (wacana percakapan menjadi wacana cerita atau sebaliknya). Mengarang Cerita Non Fiksi Yang dimaksud dengan cerita non fiksi ialah cerita tentang sesuatu yang ada/terjadi sungguh-sungguh. Karangan non cerita fiksi menuliskan cerita yang berhubungan hal-hal yang ada di sekitarnya atau peristiwaperistiwa yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikain mengarang cerita non fiksi ialah menulis apa saja yang dilihat, apa saja yang diketahui, dan apa saja yang dialami. 2.1.2 Metode TTW (Think, Talk and Write) Teknik TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin (dalam Ansari, 2003:36). Teknik ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Alur TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen antara 3-5 orang siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, 4 menjelaskan, mendengar, dan membagi ide bersama teman, kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Prosedur Pembelajaran Menulis dengan Menggunakan Teknik ThinkTalk-Write (TTW) a. Think (Berpikir) Aktivitas berpikir siswa dapat terlihat dari proses (1) membaca suatu teks soal, kemudian membuat (2) catatan kecil dari apa yang telah dibaca. Catatan siswa tersebut dibuat dengan bahasanya sendiri, berupa apa yang diketahui, dan tidak diketahui dari teks soal, serta bagaimana langkah-langkah penyelesaian masalah. Menurut Wiedehold (dalam Ansari, 2003:36) membuat catatan berarti menganalisis tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Selain itu, belajar rutin membuat/ menulis catatan setelah membaca, dapat merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah membaca. Membuat catatan dapat mempertinggi pengetahuan siswa, bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis. b. Talk (Berbicara) Pada tahap kedua ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri atas 3-5 orang siswa yang heterogen. Hal ini dimaksudkan agar dalam tiap kelompok terdapat kemampuan siswa yang berbeda-beda sehingga terdapat siswa yang membantu anggota lain dalam menyelesaikan masalah. Selanjutnya, para siswa berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Siswa menyampaikan ide yang diperoleh pada tahap think kepada teman-teman diskusi sekelompoknya yaitu dengan membahas hal-hal yang diketahui dan tidak diketahuinya. Pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas masalah yang ada dalam LKS. Selain itu dalam 5 tahap ini siswa memungkinkan untuk terampil berbicara. Diskusi yang terjadi pada tahap talk ini merupakan sarana untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran siswa (KTSP 2007). c. Write (Menulis) Tahap yang terakhir adalah write, siswa menuliskan hasil diskusi pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Aktivitas menulis berarti mengkonstruksikan ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog antarteman, kemudian siswa mengungkapkannya ke dalam bentuk tulisan Alur pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan teknik TTW dapat terlihat pada bagan berikut ini (KTSP 2007). Langkah-langkah Pembelajaran dengan menggunakan Teknik Think-Talk-Write (TTW) yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Tahap Pertama Think (Berpikir) 6 Aktivitas berpikir siswa dapat terlihat dari proses : - Membaca suatu teks soal - Membuat catatan kecil dari apa yang telah dibaca 2) Tahap kedua Talk (Berbicara) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri atas 3 – 5 orang siswa yang heterogen. Selanjutnya siswa berkomunikasi dengan teman membahas hal – hal yang belum diketahui maupun yang belum diketahui. Dalam diskusi diharapkan bisa menghasilkan solusi untuk merefleksikan pikiran siswa. 3) Tahap terakhir Write (Menulis) adalah menuliskan hasil diskusi pada lembar kerja (LKS). 2.2. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan pada pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Kayuapu, penggunaan metode TTW diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan serta menambah pengetahuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan metode TTW. Dalam penelitian ini tingkat ketuntasan belajar siswa yang diharapkan adalah 90%. Metode TTW pernah diterapkan oleh Ngilamele, Alexander. 2011. dengan judul skripsi "Penerapan Model Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran PKN di SDN Sukuharjo I Kota Malang". Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. 2.3. Kerangka Berpikir Pada kondisi awal hasil belajar belajar Bahasa Indonesia tentang menulis karangan berdasarkan pengalaman siswa kelas V SD Kayuapu sangat rendah. Hal tersebut di atas dikarenakan guru dalam melaksanakan pembelajaran belum 7 menggunakan metode yang bervariasi, pembelajaran masih menggunakan metode konvensial yaitu guru lebih senang mengajar dengan ceramah kemudian memberikan tugas tanpa melibatkan siswa dalam pembelajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar belajar Bahasa Indonesia tentang menulis karangan berdasarkan pengalaman bagi siswa SD Kayuapu, maka peneliti akan menggunakan metode TTW. Metode pembelajaran think-talk-write diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin (Melly Andriani: 2008). Metode pembelajaran Think Talk Write cenderung berhubungan dengan metode-metode komunikasi dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini dimaksudkan bahwa pembelajaran yang baik yakni terjadinya komunikasi yang seirama antara pendidik dan peserta didik. Kelebihan dari metode TTW 1). Siswa menjadi lebih kritis 2). Semua siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. 3). Siswa lebih paham terhadap materi yang dipelajari Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui dua siklus, siklus satu guru menerapkan metode TTW dengan memberikan tugas mandiri dan pada siklus dua peneliti menerapkan metode TTW dengan memberikan tugas secara kelompok yaitu melalui diskusi. TTW akan meningkatkan hasil belajar karena anak mampu berfikir, dituangkan dalam dialog lalu dihasilkan dalam bentuk tulisan. 2.4. Hipotesis Penelitian Penerapan metode TTW dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Kayuapu tahun 2012/2013. 8 Peneliti belum menggunakan metode Kondisi Awal TTW dan diskusi kelompok Tindakan Kondisi Akhir Peneliti menggunakan metode TTW dan diskusi kelompok Diduga melalui penerapan Metode TTW dan diskusi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar belajar Bahasa Indonesia tentang menulis karangan berdasarkan pengalaman Siswa/yang diteliti : hasil belajar belajar Bahasa Indonesia rendah Siklus I Peneliti menggunakan metode TTW Siklus II Peneliti menggunakan metode TTW dan diskusi kelompok Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui dua siklus, siklus satu guru menerapkan metode TTW dengan menerapkan diskusi dengan kelompok kecil dan pada siklus dua peneliti menerapkan metode TTW dengan menerapkan diskusi dengan kelompok besar Sehingga pada kondisi akhir : 1. Diduga melalui penerapan metode TTW dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SD Kayuapu. 2. Diduga melalui diskusi dengan kelompok kecil dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa SD Kayuapu. 3. Diduga melalui penerapan metode TTW dan diskusi kelompok besar dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia tentang menulis karangan berdasarkan pengalaman pada siswa SD Kayuapu.