1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rendahnya kualitas pendidikan merupakan salah satu masalah utama dalam sistem pendidikan nasional. Meskipun sudah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah, seperti peningkatan anggaran pendidikan, perbaikan dan penyempurnaan kurikulum, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga guru, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan teknologi pembelajaran, namun sampai kini masalah tersebut tampaknya belum dapat dipecahkan. Keluhan tentang rendahnya kualitas lulusan masih terus bergema. Lulusan semua jenjang pendidikan khususnya SMA belum mampu bernalar dan berpikir kritis. Kemampuan siswa untuk mandiri belum terwujud sehingga prakarsa siswa untuk memulai sesuatu tergolong rendah. Salah satu indikator rendahnya kualitas pendidikan terlihat dari prestasi belajar matematika siswa pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Meskipun pada kompetisi Olympiade Matematika Tingkat Internasional, siswa Indonesia mampu meraih prestasi yang membanggakan, namun sebagian besar siswa lainnya masih menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan beberapa karakteristik matematika tidak mudah dipahami sehingga memunculkan kesimpulan bahwa matematika merupakan pelajaran yang menakutkan. Akibatnya hasil belajar siswa cukup rendah ketika dilakukan evaluasi pembelajaran. 1 2 SMA Negeri 1 Konda, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, merupakan salah satu sekolah yang tergolong memiliki hasil belajar Matematika cukup rendah. Ironisnya, hal tersebut terjadi pada siswa jurusan Ilmu Alam, yang salah satu pelajaran utamanya matematika. Pada tahun pelajaran 2006/2007, rata-rata nilai ujian nasional untuk mata pelajaran matematika sangat memprihatinkan yaitu hanya sebesar 2,90; dan pada tahun pelajaran 2007/2008 sebesar 6,03. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses belajar mengajar, masalah mendasar yang menjadi penghambat dalam pembelajaran adalah kurangnya partisipasi aktif dan kurangnya kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan materi pelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan sikap pasif selama pembelajaran, malas bertanya, kemauan yang rendah dalam menyelesaikan soal-soal latihan karena masih tergantung pada guru, dan kurang menguasai konsep-konsep dasar matematika. Akibatnya ketika diberikan suatu masalah, siswa kurang mampu berpikir kritis untuk menyelesaikannya. Dalam rangka mengatasi masalah tersebut, upaya-upaya yang dilakukan guru adalah memberikan pengajaran remedial dan tugas mandiri. Akan tetapi, pemberian pengajaran remedial dipandang kurang efektif karena jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang tuntas belajar. Selain itu, pemberian remedial juga memerlukan waktu yang cukup banyak, sementara materi pelajaran yang harus diselesaikan dalam satu semester cukup padat. Demikian pula, pemberian tugas mandiri tampaknya kurang efektif, karena masih banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam mengerjakannya. 3 Berdasarkan kondisi di atas maka guru perlu melakukan inovasi pelaksanaan proses pembelajaran karena guru merupakan pihak yang bertanggung jawab atas keberhasilan pembelajaran di sekolah. Inovasi pembelajaran merupakan tuntutan profesionalisme yang harus dilakukan oleh guru. Sebagaimana yang dikemukakan Samana (1994: 44) bahwa kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru sangat menuntut adanya semangat profesionalisme yang tinggi, sehingga siswa dapat memahami dan menguasai bahan pelajaran yang diberikan di sekolah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sudjana (1995: 17) bahwa sebagai suatu profesi, guru dituntut untuk meningkatkan kemampuannya dalam hal merencanakan program belajar mengajar, melaksanakan/mengelola proses belajar mengajar, menilai kemajuan proses mengajar, dan menguasai bahan pengajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu merancang strategi pembelajaran dalam rangka meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang dipandang efektif dalam meningkatkan partisipasi aktif dan kemampuan komunikasi siswa terhadap pembelajaran matematika adalah strategi Think-Talk-Write (TTW). Model pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dimulai dengan aktivitas guru yang membagikan teks bacaan berupa lembaran aktivitas siswa beserta prosedur pelaksanaannya. Siswa kemudian membaca, menganalisis isi teks, dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual (think). Selanjutnya siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Siswa kemudian mengkonstruksi sendiri 4 pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write). Dalam pembelajaran ini guru berperan sebagai mediator bagi kelancaran proses belajar. Berdasarkan pemikiran di atas, penerapan strategi pembelajaran Think-TalkWrite (TTW) dapat menjadi salah satu alternatif guru dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa di SMA Negeri 1 Konda. Pemilihan strategi ini sangat tepat, karena aktivitas berpikir, berbicara dan menulis merupakan aktivitas yang dekat dalam pembelajaran matematika. Atas dasar itu, maka penelitian tindakan kelas ini berjudul: “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) pada Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 1 Konda”. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah proses pelaksanaan strategi Think-Talk-Write (TTW) dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas XI IA SMA Negeri 1 Konda? 2. Apakah penerapan strategi Think-Talk-Write (TTW) dapat meningkatkan hasil belajar siswa matematika kelas XI IA SMA Negeri 1 Konda? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan strategi Think-Talk-Write (TTW) dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas XI IA SMA Negeri 1 Konda. 5 2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas XI IA SMA Negeri 1 Konda melalui penerapan strategi Think-Talk-Write (TTW). D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Segi Praktis a. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan, agar strategi Think-Talk-Write (TTW) dijadikan sebagai salah satu materi dalam pelatihan peningkatan kompetensi guru. b. Sebagai bahan informasi bagi sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah yang berimplikasi pada peningkatan hasil belajar siswa. c. Sebagai bahan informasi bagi guru mata pelajaran Matematika dalam upaya tentang perlunya penerapan strategi mengajar yang dapat menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. 2. Segi Teoritis a. Memperkaya khasanah pengembangan ilmu kependidikan terutama dalam bidang metode pembelajaran. b. Meningkatkan kemampuan guru dalam memecahkan berbagai masalah pembelajaran di kelas melalui kegiatan penelitian tindakan. 6 E. Definisi Konsep dan Operasional 1. Definisi Konsep a. Hasil belajar matematika adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar pada mata pelajaran matematika. b. Pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) adalah salah satu strategi pembelajaran matematika yang menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematika siswa melalui proses analisis bahan pembelajaran, diskusi, dan konstruksi pengetahuan. 2. Definisi Operasional a. Hasil belajar matematika yang dimaksudkan adalah total skor yang dicapai siswa setelah menjawab tes matematika yang berbentuk esai tes. b. Pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) adalah total skor keaktifan guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran yang diukur berdasarkan lembar observasi. Aktivitas guru yang diamati adalah kemampuan menentukan tujuan pembelajaran, mempersiapkan materi dan jenis tugas, pembentukan kelompok, pembagian teks bahan ajar dan penyelesaian tugas, mengarahkan diskusi, dan umpan balik. Sedangkan aktivitas siswa adalah memperhatikan uraian guru, membaca bahan/materi ajar, membuat catatan dari hasil bacaan, mengerjakan tugas dalam LKS, mengajukan pertanyaan, menanggapi pertanyaan, mengkonstruksi pengetahuan sendiri, dan mempresentasikan hasil kerja kelompok.