BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu alat pertanggungjawaban atas pengelolaan perusahaan yang berisi informasi mengenai posisi keuangan dan kinerja arus kas pada saat tertentu dan informasi kinerja perusahaan pada periode tertentu. Suatu perusahaan dapat mengetahui posisi keuangan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut dari laporan keuangan yang telah dibuatnya. 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan seperti para pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, para investor, pemerintah, dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai laporan keuangan, berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat mengenai laporan keuangan. Menurut Darsono dan Ashari (2005;15), menyatakan tentang laporan keuangan yaitu : “Laporan keuangan merupakan pernyataan manajemen tentang kondisi perusahaan yang diungkapkan dalam bentuk mata uang”. Ikatan Akuntan Indonesia (2007;1), dalam paragraf 7 mengemukakan pengertian laporan keuangan sebagai berikut : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”. Menurut Myer (2004;5), mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan yaitu : “Dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan)”. 2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2007;30) mempunyai beberapa tujuan yang bersifat umum diantaranya sebagai berikut : 1. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk investor, kreditor dan pemakai lainnya, saat ini atau masa yang akan datang untuk pengambilan keputusan. 2. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk pemakai eksternal untuk memperkirakan jumlah, waktu, dan ketidakpastian penerimaan kas yang berkaitan dan ketidakpastian aliran kas masuk bersih perusahaan. 3. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi perusahaan dan klaim-klaim atas sumber daya tersebut yang meliputi hutang dan modal. 4. Memberikan informasi mengenai prestasi perusahaan selama periode tertentu. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007;3), dalam paragraf 27 tentang tujuan dibuatnya laporan keuangan yaitu : “Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan, yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. 2.1.3 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Darsono dan Ashari (2005;26) menjelaskan mengenai sifat dan keterbatasan laporan keuangan diantaranya, yaitu : 1. Laporan keuangan bersifat historis (sejarah) yaitu laporan atas kejadian-kejadian yang telah lewat. 2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. 3. Laporan keuangan itu sebagai hasil dari pemakaian stelsel timbulnya hak dan kewajiban dalam akuntansi dan proses penyusunannya tidak lepas dari penggunaan taksiran dan pertimbangan. 4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastiaan. 5. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi dari pada bentuk hukumnya. 6. Laporan keuangan disajikan dengan bahasa teknis akuntansi, sehingga belum tentu semua orang dapat memahaminya. 2.1.4 Jenis dan Bentuk Laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap umumnya terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Namun sebelum menganalisa dan menafsirkan suatu laporan keuangan tersebut, semua pihak harus terlebih dahulu mempunyai pengertian yang mendalam tentang jenis dan bentuk laporan keuangan, yang akan diungkapkan sebagai berikut : Neraca menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007;7), yaitu : “Pembagian lancar dengan tidak lancar dan jangka pendek dengan jangka panjang”. Neraca menurut Donald E. Kieso et.all (2007;190), yaitu : “Laporan posisi keuangan, melaporkan aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham perusahaan bisnis pada tanggal tertentu”. Aktiva menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007;9), yaitu : “Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan”. Aktiva menurut Donald E. Kieso et.all (2007;193), yaitu : “Manfaat ekonomi yang mungkin diperoleh di masa depan atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu”. Aktiva lancar menurut Donald E. Kieso et.all (2007;193), yaitu : “Kas dan aktiva lainnya yang diharapkan akan dapat dikonversi menjadi kas, dijual atau dikonsumsi dalam satu tahun atau dalam satu siklus operasi, tergantung mana yang paling lama”. Aktiva lancar menurut S. Munawir (2004;14), yaitu : “Uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal)”. Yang termasuk kelompok aktiva lancar menurut S. Munawir (2004;14), yaitu : (1) Kas, digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. (2) Investasi Jangka Pendek, yaitu investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek) dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi. (3) Piutang Wesel, yaitu tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undangundang. (4) Piutang Dagang, yaitu tagihan kepada pihak lain sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. (5) Persediaan, untuk perusahaan dagang pengertian persediaan yaitu semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih di gudang atau belum laku dijual, sedangkan persediaan untuk perusahaan manufaktur yaitu meliputi: persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. (6) Piutang Penghasilan atau Piutang yang Masih Harus Diterima, yaitu penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasa atau prestasinya, tetapi belum diterima pembayarannya, sehingga merupakan tagihan. (7) Persekot atau Biaya yang Dibayar Dimuka, yaitu pengeluaran untuk memperoleh jasa atau prestasi dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya karena jasa atau prestasi pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya. Aktiva tidak lancar menurut Donald E. Kieso et.all (2007;198), yaitu : “Aktiva yang tidak memenuhi definisi aktiva lancar”. Aktiva tidak lancar menurut S. Munawir (2004;16), yaitu : “Aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan)”. Adapun yang termasuk aktiva tidak lancar menurut S. Munawir (2004;16), yaitu : (1) Investasi Jangka Panjang, yaitu penanaman modal yang biasanya dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan tetap atau untuk menguasai perusahaan lain dalam jangka waktu lebih dari satu tahun, contoh : investasi saham, obligasi. (2) Aktiva Tetap Berwujud, yaitu kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak (konkrit) dan digunakan dalam operasi yang bersifat permanen serta mempunyai umur kegunaan jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan, contoh : tanah, bangunan, kendaraan dan sebagainya. (3) Aktiva Tetap Tidak Berwujud, yaitu kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun, contoh : hak cipta, merk dagang, goodwill dan sebagainya. (4) Beban yang Ditangguhkan, yaitu menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang (lebih dari satu tahun), atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga pada periode-periode berikutnya, contoh : biaya pemasaran, diskonto obligasi, biaya penelitian dan sebagainya. (5) Aktiva Lain-Lain, yaitu menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasiklasifikasi sebelumnya, contoh : gedung dalam proses, tanah dalam penyelesaian, piutang jangka panjang, dan sebagainya. Pengertian hutang (kewajiban) menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007;11), yaitu : “Satu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu.” Hutang (kewajiban) menurut Donald E. Kieso et.all (2007;193), yaitu : “Pengorbanan manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan yang berasal dari kewajiban berjalan entitas tertentu untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian di masa lalu”. Hutang lancar atau kewajiban jangka pendek menurut Donald E. Kieso et.all (2007;200), yaitu : “Kewajiban yang diperkirakan secara memadai akan dilikuidasi melalui penggunaan aktiva lancar atau penciptaan kewajiban lancar lainnya”. Hutang lancar atau kewajiban jangka pendek menurut S. Munawir (2004;18), yaitu : “Kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan”. Hutang lancar atau kewajiban jangka pendek menurut S. Munawir (2004;18), meliputi : (1) Hutang Dagang, yaitu hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan secara kredit. (2) Hutang Wesel, yaitu hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan undang-undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu yang akan datang. (3) Hutang Pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun Pajak Pendapatan Karyawan yang belum disetorkan ke Kas Negara. (4) Biaya yang Masih Harus Dibayar, yaitu biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya. (5) Hutang Jangka Panjang yang Segera Jatuh Tempo, yaitu sebagian (seluruh) hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya. (6) Penghasilan yang Diterima Dimuka, yaitu penerimaan uang untuk penjualan barang atau jasa yang belum direalisasi. Hutang jangka panjang menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007;8), dalam paragraf 39 menjelaskan bahwa : “Kewajiban berbunga jangka panjang (interest-bearing liabilities) yang digunakan untuk membiayai modal kerja dan tidak jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan merupakan kewajiban jangka panjang”. Hutang jangka panjang atau kewajiban jangka panjang menurut Donald E. Kieso et.all (2007;201), yaitu : “Kewajiban yang diperkirakan secara memadai tidak akan dilikuidasi dalam siklus operasi yang normal, melainkan akan dibayar pada suatu tanggal diluar waktu itu”. Adapun yang termasuk kedalam kewajiban jangka panjang menurut S. Munawir (2004;19), diantaranya : (1) Hutang Obligasi, yaitu hutang jangka panjang yang paling sering dilaporkan dalam neraca perusahaan, karena meminjam dalam jangka panjang apabila jumlah modal yang diperlukan terlalu besar untuk disediakan oleh satu pemberi pinjaman. (2) Hutang Hipotik, yaitu hutang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu seperti bangunan, tanah dengan jangka waktu pembayaran melebihi satu tahun. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007;9), menjelaskan mengenai makna ekuitas (modal) yaitu : “Ekuitas adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi dengan semua kewajiban”. Makna ekuitas (modal) menurut Donald E. Kieso et.all (2007;193), yaitu : “Hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditujukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan”. Menurut Donald E. Kieso et.all (2007;203), ekuitas (modal) dibagi menjadi 3 bagian yaitu : (1) Modal Saham, yaitu nilai pari atau ditetapkan atas saham yang diterbitkan. (2) Modal Disetor Tambahan, yaitu kelebihan jumlah yang dibayarkan di atas nilai pari atau yang ditetapkan. (3) Laba Ditahan, yaitu laba korporasi yang tidak didistribusikan. Bentuk atau susunan dari neraca tidak ada keseragaman diantara perusahaan-perusahaan, tergantung pada tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan tersebut. Tetapi bentuk neraca yang umum digunakan menurut S. Munawir (2004;20), adalah sebagai berikut : 1. Bentuk Skontro (Account Form), dimana semua unsur aktiva disajikan sebelah kiri atau debit sedangkan hutang dan ekuitas disajikan pada sisi kanan atau kredit. 2. Bentuk Vertikal (Report Form), dalam bentuk ini semua aktiva nampak di bagian atas yang selanjutnya diikuti dengan hutang jangka pendek, hutang jangka panjang serta modal. 3. Bentuk neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi keuangan perusahaan yang dikehendaki nampak jelas. Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu misalnya bulanan atau tahunan. Komunitas bisnis dan investasi menggunakan laporan ini untuk menentukan profitabilitas, nilai investasi dan kelayakan kredit atau kemampuan perusahaan melunasi pinjaman. Menurut S. Munawir (2004;26), laporan laba rugi mempunyai arti yaitu : “Suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu”. Laporan laba rugi menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2002;20), mempunyai dua unsur, yaitu penghasilan dan beban yang dijelaskan sebagai berikut : 1) Penghasilan (Income), yaitu kenaikan manfaat ekonomi dalam bentuk pemasukan (peningkatan aktiva) atau penurunan kewajiban perusahaan selama periode tertentu, dan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Pendapatan (revenue), yaitu penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas yang dikenal dengan sebutan yang berbeda, seperti penghasilan jasa, pendapatan bunga, pendapatan dividen. b. Keuntungan (gain), yaitu pos lain yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin timbul atau tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang rutin, misalnya pos yang timbul dalam pengalihan aktiva lancar, revaluasi sekuritas. 2) Beban (Expense), yaitu penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk arus keluar, penurunan aktiva atau kewajiban perusahaan selama peiode tertentu, dan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Beban, timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan (biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas, persediaan, aktiva tetap) yang meliputi harga pokok penjualan, gaji dan upah, penyusutan. b. Kerugian, mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang timbul atau tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang jarang terjadi, seperti misalnya rugi karena bencana banjir, kebakaran dan sebagainya. Ikatan Akuntan Indonesia menyebutkan laba rugi memberikan gambaran kinerja operasional perusahaan dan dicatat dengan dasar akrual. Dengan pembagian seperti di atas, maka pembaca laporan keuangan yang jeli dapat menangkap permasalahan yang terjadi pada bagian-bagian perusahaan. Laporan laba rugi dapat disajikan dengan menggunakan dua bentuk menurut S. Munawir (2004;26), yang akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Single Step, yaitu semua penghasilan yang diperoleh dari kegiatan usaha dikelompokkan menjadi satu kelompok yang disebut kelompok penghasilan, sedangkan untuk semua beban dikelompokkan ke dalam satu kelompok yang di sebut beban. Penghasilan bersih (laba) merupakan selisih antara kelompok penghasilan dan total kelompok beban. 2. Multiple Step, yaitu penghasilan bersih (laba) dihitung secara bertahap sesuai dengan aktivitas perusahaan. Dengan demikian, semua penghasilan dan beban disajikan sesuai dengan kegiatan perusahaan seperti kegiatan usaha, diluar usaha, dan luar biasa. Laporan arus kas menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Laporan arus kas menurut Donald E. Kieso et.all (2007;213), terdiri dari : 1. Aktivitas Operasi (Operating Activities), meliputi pengaruh kas dan transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih. 2. Aktivitas Investasi (Investing Activities), meliputi pemberian dan penagihan pinjaman serta perolehan dan pelepasan investasi (baik utang maupun ekuitas) serta properti, pabrik dan peralatan. 3. Aktivitas Pembiayaan (Financing Activities), melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik, meliputi : perolehan sumber daya dari pemilik dan komposisinya kepada mereka dengan pengembalian atas dan dari investasinya, peminjaman uang dari kreditor serta modal, laba pelunasannya. Laporan perubahan ekuitas menjelaskan perubahan ditahan, agio dan disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik yang melekat pada perusahaan. Istilah ditahan sering berkonotasi negatif, dalam hal ini artinya masih belum dibagi. Ikatan Akuntan Indonesia menyebutkan bahwa perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan : a) Laba atau rugi bersih periode bersangkutan. b) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian, beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK yang terkait diakui secara langsung dalam ekuitas. c) Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait. d) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik. e) Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya. f) Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio saham, dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. Menurut Darsono dan Ashari (2005;25), menyatakan bahwa : “Catatan atas laporan keuangan adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiaptiap akun neraca dan laba rugi”. 2.2 Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat kesehatan suatu perusahaan. Dengan menganalisis laporan keuangan dari suatu perusahaan dapat diketahui apakah posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan telah berjalan dengan baik. 2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Pengertian analisis laporan keuangan menurut Leopold Bernstein yang diterjemahkan oleh Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2002;52), yaitu : “Analisis Laporan Keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu, mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang”. 2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Tujuan dianalisisnya laporan keuangan suatu perusahaan adalah untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi, mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastiaan yang tidak bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah berarti mengurangi kebutuhan akan penggunaan pertimbanganpertimbangan, melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan pertimbangan-pertimbangan tersebut. Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan menurut Susan Irawati (2006;25), yaitu sebagai berikut: a. Ratio Likuiditas (Liquidity Rations), yaitu rasio yang digunakan sebagai alat ukur kemampuan perusahaan dalam membayar pinjaman jangka pendeknya pada saat jatuh tempo atau dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. b. Ratio Leverage (Leverage Rations), yaitu rasio yang digunakan sebagai alat ukur sampai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. c. Ratio Aktivitas (Activity Rations), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. d. Ratio Rentabilitas atau Profitabilitas (Profitability Rations), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mendapatkan laba atau keuntungan. e. Ratio Penilaian (Valuation Rations), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya. 2.2.3 Prosedur, Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan 2.2.3.1 Prosedur Analisis Laporan Keuangan Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2002;53), adalah sebagai berikut : a) Memahami latar belakang data keuangan perusahaan. b) Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan. c) Mempelajari dan mereview laporan keuangan. d) Menganalisis laporan keuangan. 2.2.3.2 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Metode dan teknik analisis digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu. Tujuan dari metode dan teknik analisis itu sendiri adalah untuk menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti. Adapun metode analisis yang dipergunakan dalam menganalisis laporan keuangan menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2002;54), ada dua metode yaitu : 1. Metode Analisis Horizontal (dinamis), yaitu analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. 2. Metode Analisis Vertikal (statis), yaitu analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada periode tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk periode yang sama. Teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan menurut S. Munawir (2004;36), adalah sebagai berikut : 1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, yaitu metode dan teknik analisa dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih. 2. Analisis Trend atau Trendensi Dengan Persentase (Trend Percentage Analysis), yaitu suatu teknik analisa untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. 3. Analisis Laporan dengan Persentase Per Komponen (Common Size Statement), yaitu suatu teknik analisa untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya. 4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, yaitu suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. 5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis), yaitu suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas selama periode tertentu. 6. Analisis Ratio, yaitu suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. 7. Analisis Perubahan Laba kotor, yaitu suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain. 8. Analisis Break Event, yaitu suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. 2.3 Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja sangat penting bagi penganalisa intern maupun ekstern, disamping untuk membuat perencanaan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan, juga untuk menjamin kontinuitas dan likuiditas perusahaan sehingga dapat memperlancar dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan juga untuk menunjukkan tingkat keamanan atau margin of safety bagi bank atau para calon kreditur. 2.3.1 Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan memiliki modal kerja sehari-hari dalam memenuhi segala kebutuhan operasinya yang mana dana tersebut akan kembali dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Dana yang masuk akan menjadi modal perusahaan sehingga terus berputar selama perusahaan tersebut beroperasi. Adapun pendapat mengenai modal kerja sebagai berikut : Menurut Ridwan. S dan Inge Barlian (2003;187), modal kerja merupakan : “Aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari suatu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha”. Menurut Kamus Istilah Akuntansi (2003;235), pengertian modal kerja adalah sebagai berikut : “Modal kerja (Working Capital) adalah aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar”. Menurut Bambang Riyanto (2001;57), ada tiga konsep pengertian modal kerja, yaitu : 1. Konsep Kuantitatif Konsep ini didasarkan atas kuantitas dana yang ditanam dalam unsurunsur aktiva lancar, yaitu aktiva yang dipakai sekali dan akan kembali menjadi bentuk semula, atau aktiva dengan dana tertanam di dalamnya yang akan bebas lagi dalam waktu singkat. Konsep ini sering disebut Gross Working Capital. 2. Konsep Kualitatif Konsep ini didasarkan pada aspek kualitatif, yaitu kelebihan aktiva lancar dari hutang lancarnya. Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar digunakan untuk membiayai operasi perusahaan yang bersifat rutin tanpa menggangu likuiditasnya. Konsep ini sering disebut Net Working Capital. 3. Konsep Fungsional Konsep ini didasarkan pada fungsi dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periode tersebut (current income) dan sebagian lagi digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada periode-periode berikutnya (future income). 2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja Modal kerja merupakan hal yang utama dalam setiap perusahaan tetapi jumlah modal kerja yang diperlukan disetiap perusahaan berbeda-beda hal itu karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dikemukakan oleh S. Munawir (2004;117), yaitu : 1. Sifat dan tipe perusahaan. 2. Syarat pembeliaan bahan atau barang dagangan. 3. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi untuk memperoleh barang yang akan dijual, serta harga persatuan dari barang tersebut. 4. Syarat penjualan. 5. Tingkat perputaran persediaan. 2.3.3 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Apabila dana didefinisikan sebagai modal kerja, maka laporan perubahan posisi keuangan menjelaskan sumber dan penggunaan dana dan menunjukkan bagaimana modal kerja tersebut berubah dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah pada akhir periode. Setiap transaksi yang menyebabkan naiknya modal kerja disebut sumber modal kerja. Sebaliknya transaksi yang menyebabkan penurunan modal kerja disebut penggunaan modal kerja. Sumber (kenaikan) dan penggunaan (penurunan) modal kerja timbul dari berbagai macam transaksi atau kejadian. Setiap transaksi hanya akan mempengaruhi modal kerja, apabila secara simultan transaksi tersebut mempengaruhi rekening lancar dan tidak lancar. Pada dasarnya modal kerja menurut Bambang Riyanto (2001;61) terdiri dari dua bagian pokok, yaitu : 1) Bagian yang tetap atau permanen, yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan. Bagian ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : a) Modal Kerja Primer (Primary Working Capital), yaitu modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha. b) Modal Kerja Normal (Normal Working Capital), yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal atau dinamis. 2) Jumlah modal kerja variabel, yaitu jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan di luar aktivitas yang biasa atau modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dapat dibedakan menjadi : a) Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan musim. b) Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan permintaan produk. c) Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital), yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya, contoh : banjir, pemogokan buruh. Sumber Modal Kerja bagi perusahaan menurut S. Munawir (2004;120), dapat berasal dari : 1. Hasil Operasi Periode Berjalan, yaitu jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan laba rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. 2. Keuntungan dari Penjualan Surat-Surat Berharga (Investasi Jangka Pendek), dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. 3. Penjualan Aktiva Tidak Lancar, modal kerja dapat bertambah dari hasil penjualan aktiva tetap investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan, hal itu akan menyebabkan perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang yang menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut. 4. Penerbitan Saham atau Obligasi, untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerja. Dari uraian tentang sumber-sumber modal kerja tersebut dapat disimpulkan, bahwa modal kerja akan bertambah apabila : 1. Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan. 2. Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi. 3. Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotik atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar. Penggunaan Modal Kerja menurut S. Muwarir (2004;125), pada umumnya adalah sebagai berikut : 1. Pembayaran biaya-biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, yaitu meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya. 2. Kerugian-kerugian, baik yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek, maupun kerugian insidentil lainnya. 3. Adanya pembentukkan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya Dana Pelunasan Obligasi, Dana Pensiun Pegawai, Dana Expansi ataupun dana-dana lainnya. 4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja. 5. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang, meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, serta penarikan atau pembelian kembali saham perusahaan yang beredar. 6. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahan, digunakan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan. Disamping penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja tersebut, ada pula pemakaian aktiva lancar yang tidak merubah jumlahnya baik jumlah modal kerjanya maupun jumlah aktiva lancarnya itu sendiri, yaitu pemakaian atau penggunaan modal kerja/aktiva lancar yang hanya menyebabkan atau mengakibatkan berubahnya bentuk aktiva lancar (modal kerja tidak berkurang), contohnya : 1. Pembelian efek (marketable securities) secara tunai. 2. Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai. 3. Perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang yang lain, misalnya dari piutang dagang (account receivable) menjadi piutang wesel (notes receivable). Menurut Susan Irawati (2006;81), yang mempengaruhi besar kecilnya modal kerja adalah sebagai berikut : 1. Unsur-unsur yang memperbesar modal kerja : a. Berkurangnya aktiva tetap b. Bertambahnya hutang jangka panjang c. Bertambahnya modal d. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan e. Penyusutan 2. Unsur-unsur yang memperkecil modal kerja : a. Bertambahnya aktiva tetap b. Berkurangnya hutang jangka panjang c. Berkurangnya modal d. Adanya kerugian dari operasi perusahaan e. Pembayaran kas dividen 2.3.4 Penyusunan Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Ada dua metode Penyusunan Laporan Perubahan Modal Kerja atau Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja menurut S. Munawir (2004;150), yaitu : 1) Reversal Method Metode ini sumber dan penggunaan modal kerjanya disusun dengan menggunakan “kertas kerja” (worksheet), metode ini digunakan untuk mempermudah penyusunan laporan perubahan modal kerja jika kita mengalami kesulitan dalam menghadapi laporan keuangan yang jumlah pos-posnya banyak. Dalam worksheet ini perubahan yang tarjadi dalam masing-masing akun dianalisis dan ditentukkan bagaimana pengaruh perubahan akun-akun tersebut pada modal kerja. Namun sebelum membuat worksheet harus terlebih dahulu membuat adjusment atau membuat jurnal revers (Reversing Entries) terhadap perubahanperubahan yang tidak mempunyai pengaruh modal kerja untuk dapat mengadakan adjustment maupun reversing entries dengan benar maka kita harus mengetahui lebih dahulu jurnal-jurnal yang dibuat pada waktu terjadinya transaksi. 2) Direct Method Metode ini tidak menggunakan “ kertas kerja” (worksheet) dalam penyusunan sumber dan penggunaan modal kerjanya. Ini berarti kita tidak perlu mengadakan adjustment maupun reversing entries. Nama lain dari metode ini adalah metode rekening atau metode langsung. Dalam metode ini tiap-tiap perubahan biaya tidak tetap (non current account) dicatat dalam masing-masing rekening yang berbentuk T (T-Account), termasuk perubahan total modal kerja, kemudian jurnal-jurnal transaksi dipastikan pada rekening masing-masing. 2.3.5 Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Manajemen dan para kreditor jangka pendek terutama akan tertarik kepada posisi keuangan jangka pendek (posisi modal kerja) suatu perusahaan termasuk perubahan-perubahan yang terjadi selama periode itu. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, laporan keuangan perusahaan biasanya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Meskipun masing-masing laporan tersebut telah memuat informasi yang bermanfaat, akan tetapi belum satu pun yang mampu memberikan informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan investasi perubahan selama periode tertentu. Laporan perubahan modal kerja merupakan ringkasan tentang hasil-hasil aktivitas keuangan suatu perusahan atau gambaran tentang bagaimana manajemen mengelola perputaran (sirkulasi) modalnya. Laporan ini pun menyajikan sebabsebab perubahan-perubahan posisi keuangan perusahan tersebut. Penyajian laporan tentang perubahan modal kerja memerlukan adanya analisa tentang kenaikan atau penurunan dalam pos-pos yang tercantum dalam neraca yang diperbandingkan antara dua saat tertentu (Comparative Balance Sheet), hal ini menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam pos-pos elemen modal kerja tersebut. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menyusun laporan perubahan modal kerja menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2002;118), adalah sebagai berikut : 1. Menghitung perubahan modal kerja selama periode tertentu. 2. Menganalisis perubahan saldo rekening-rekening tidak lancar, untuk menentukan sumber dan penggunaan modal kerja. Dengan beberapa metode seperti : metode langsung (Visual), metode kertas kerja (Worksheet), dan metode rekening (T-Account). 3. Menyusun laporan perubahan posisi keuangan berbasis modal kerja. 2.3.6 Pengertian Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Menurut S. Munawir (2004;130), mengemukakan mengenai analisis sumber dan penggunaan modal kerja yaitu : “Suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu”. 2.3.7 Tujuan Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Menurut S. Munawir (2004;132), menjelaskan mengenai tujuan dari analisis sumber dan penggunaan modal kerja yaitu : “Untuk memberikan ringkasan transaksi keuangan yang terjadi selama satu periode dengan menunjukkan sumber dan penggunaan modal kerja dalam periode yang bersangkutan”. Informasi tentang sumber dan penggunaan modal kerja sangat penting bagi pihak manajemen dan pihak-pihak lainnya seperti bankers dan kreditur, karena dengan mengetahui sumber dan penggunaan modal kerja perusahaan yang bersangkutan akan dapat memberikan pemahaman operasi keuangan perusahaan, terutama bermanfaat bagi manajer keuangan untuk menganalisis rencana expansi di masa lalu dan yang akan datang serta digunakan sebagai dasar penelitian kebijakan manajemen dalam mengelola modal kerja dan dapat pula digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.