BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pada sebuah perusahaan yang mempunyai banyak kegiatan sangatlah memerlukan adanya pendanaan yang tepat dan teratur, hal tersebut akan memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi perusahaan. Semakin tinggi aktivitas kegiatan dalam sebuah perusahaan semakin tinggi pula resiko yang harus dihadapi. Demikian halnya dengan PT. WRP Buana Multicorpora Medan merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang produksi sarung tangan karet. Sebagai perusahaan yang beroperasi dalam bidang produksi tentunya akan membutuhkan dana ataupun modal, dan untuk memenuhinya demi kelancaran proses usaha, perusahaan harus bisa mencari dana tambahan khususnya dari dalam dan luar perusahaan. Dana dari dalam perusahaan sebaik mungkin dipergunakan untuk semestinya sehingga perusahaan dapat terhindar dari kebangkrutan, yang akan mempengaruhi kepentingan perusahaan ke depan. Dana yang bersumber dari luar perusahaan harus digunakan untuk membiayai aktiva lancar, sebab jika diperhitungkan akan mempercepat tingkat perputarannya yang ditentukan dari jangka waktu pengambilannya. Dengan meneliti rutinitas kegiatan produksi perusahaan yang berkembang, semestinya memerlukan dana yang besar untuk mendukungnya. Agar semuanya dapat berjalan dengan lancar perusahaan harus mencari sumber-sumber dana yang 1 BAB II URAIAN TEORITIS A. Pengertian dan Manfaat Laporan Keuangan Pada umumnya, setiap perusahaan membuat laporan keuangan sebagai bentuk pertangungjawaban manajemen atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan selama suatu periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Menurut Sofyan S. Harahap: Laporan keuangan adalah merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan ini menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai informasi laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban. 1) Sedangkan menurut Donald E. Kieso dan Jerry J. Weygandt, Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi keuangan dikomunikasikan kepada pihak di luar perusahaan. Laporan keuangan yang sering disajikan adalah neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas serta laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham.2) Pengertian tersebut menjelaskan bahwa laporan keuangan adalah alat komunikasi yang dapat memberikan informasi mengenai aktivitas perusahaan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Chairul Marom juga menyatakan bahwa: “Laporan keuangan adalah produk dari manajemen dalam rangka mempertanggungjawabkan (stewardship) pengguna sumber daya dan sumber dana yang dipercayakan kepadanya”.3) 3) Sofyan S. Harahap, Teori Akuntansi, Cetakan Kelima, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hal. 121. Donald E. Kieso dan Jerry J. Weygandt, Intermediate Accounting, 7th Edition, Akuntansi Intermediate, Alih Bahasa: Emil Salim, Jilid Satu, Edisi Ketujuh, Cetakan Kelima, Jakarta: Erlangga, 2002, hal.6. 3) Chairul Marom, Pedoman Penyajian6 Laporan Keuangan, Cetakan Ketiga, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004, hal. 2. 2) Laporan keuangan merupakan suatu alat yang sangat penting bagi manajemen untuk mengambil keputusan-keputusan intern perusahaan. Para manajer memanfaatkan informasi akuntansi untuk membantu mereka dalam mengevaluasi operasi yang sedang berjalan dan merencanakan operasi mendatang. Misalnya, dengan membandingkan hasil kegiatan yang lalu dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, akan ditemukan cara memacu aktivitas ke arah yang menguntungkan dengan meniadakan hal-hal yang merugikan. Pihak ekstern yang ingin mengikuti perkembangan suatu perusahaan memerlukan gambaran mengenai perusahaan. Para penanam modal memanfaatkan informasi mengenai posisi keuangan dan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Bank dan pemasok perlu menilai sehat tidaknya keuangan perusahaan sebelum pinjaman kredit diberikan. Karyawan dan serikat kerja berkepentingan pada stabilitas dan profitabilitas perusahaan, sedangkan lembaga pemerintah berkepentingan mengetahui kemampuan perusahaan membayar pajak. Intinya, laporan keuangan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (baik pihak internal maupun eksternal) sebagai dasar untuk mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan masing-masing pihak. Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan ini adalah: 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai peruabahn dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. 5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.4) Sofyan Syafri Harahap mengemukakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah “Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. 5) Dengan demikian secara umum bahwa laporan keuangan bertujuan untuk memberikan berbagai informasi penting tentang berbagai hal yang menyangkut atau terkait dengan pos-pos yang mempengaruhi kemajuan dan perkembangan suatu perusahaan, serta sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi bagi para pemakai laporan keuangan tersebut. B. Pengertian Dana dan Modal Kerja Menurut Erich A. Helfert bahwa “Dana merupakan konsep keuangan yang mana untuk membiayai sumber daya, apakah diwujudkan perusahaan dalam bentuk saldo kas, piutang, persediaan dan aktiva tetap, atau diperoleh perusahaan dalam bentuk pinjaman, kredit pemasuk, obligasi atau modal pemegang saham.” 6) Dalam hal ini sumber dan penggunaan dana dalam arti kas dapat juga disamakan dengan modal kerja, dana dalam arti kas yaitu sumber dan penggunaan dana yang menggambarkan suatu ringkasan sumber dan penggunaan kas selama periode waktu tertentu. Diperkirakan neraca kas merupakan 4) Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan: Jakarta: Salemba Empat, 2004, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian laporan Keuangan, Paragraf 12, hal. 4. 5) Sofyan Syafri Harahap, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Kelima, Cetakan Pertama, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006, hal. 134. 6) Erich A. Helfert, Analysis Technical Financial, 8th Edition, Teknik Analisis Keuangan, Alih Bahasa: Wisnu Wijaya, dkk, Edisi Kedelapan, Jakarta: Erlangga, 2003, hal. 5. perkiraan non dana sehingga diperlukan analisis keseluruhan untuk mengetahui pengaruhnya sumber dan pemakaian kas. Dana dalam pengertian modal kerja yaitu selisih antara aktiva lancar dan utang lancar, dalam hal ini menyebabkan naik turunnya modal kerja, adalah perubahan yang terjadi dalam current account saja, sedangkan perubahan dalam non current account tidak mempengaruhi modal kerja. Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasionalnya dari hari ke hari. Misalnya, untuk memberi uang muka pada pembeliaan bahan baku atau barang dagangan, membayar upah buruh dan gaji pegawai, dan biaya-biaya lainnya. Sejumlah dana yang telah dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil produksinya. Uang yang masuk yang bersumber dari hasil penjualan barang tersebut akan dikeluarkan kembali guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian uang atau dana tersebut akan berputar secara terus menerus setiap periodenya sepanjang hidupnya perusahaan. Menurut Syafaruddin Alwi “Modal kerja mengandung dua pengertian pokok yaitu gross working capital yang merupakan keseluruhan dari aktiva lancar dan net working capital yang merupakan selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar”. 7) Hal yang sama juga dikemukakan oleh Weston dan Copeland bahwa: “Modal kerja adalah aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Jadi, modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang, dan persediaan, dikurangi kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar”. 8) Dari kedua definisi tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan modal kerja adalah aktiva lancar bersih setelah dikurangi dengan kewajiban lancar, khususnya piutang dagang. Ini 7) Syafaruddin Alwi, Alat-alat Analisis dalam Pembelanjaan, Edisi Kedua, Cetakan Kelima, Yogyakarta: Andi Offset, 2003, hal. 1. 8) J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland, Manajemen Keuangan, Jakarta: Erlangga, 2002, hal. 237. berarti bahwa yang dimaksud dengan modal kerja hanya bersumber dari modal sendiri dan hutang jangka panjang yang tidak digunakan dalam pembelian aktiva tetap. Sedangkan menurut S. Munawir ada tiga konsep atau definisi modal kerja yang umum dipergunakan yaitu: 1. Konsep kwantitatif 2. Konsep kwalitatif 3. Konsep fungsionil.9) Ad.1. Konsep kwantitatif Konsep ini menitik-beratkan kepada kwantum yang diperlukan untuk mencakupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Konsep ini menganggap modal kerja adalah jumlah aktiva lancar, tanpa mementingkan kualitas dari modal kerja apakah dibiayai dari modal pemiliki, hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek. Ad.2. Konsep kwalitatif Konsep ini menitik-beratkan pada kwalitas modal kerja yang didefinisikan sebagai kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek, yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari pemilik perusahaan. 9) S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Ketigabelas, Yogyakarta: Liberty, 2004, hal. 114. Ad.3. Konsep fungsionil Konsep ini menitik-beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. Selanjutnya menurut Djarwanto modal kerja menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: 1. Bagian modal kerja yang relatif permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam: a. Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. b. Modal kerja normal, yaitu jumlah modal menyelenggarakan luas produksi yang normal. kerja yang diperlukan untuk 2. Bagian modal kerja yang bersifat variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubahubah tergantung pada perubahan keadaan. a. Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim. b. Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur. c. Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat atau mendadak yang tidak dapat diketahui atau diramalkan terlebih dahulu. 10) Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan suatu saat beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan. Menurut Djarwanto, tersedianya modal kerja yang cukup akan bermanfaaat untuk: 1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, misalnya seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot. 2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya tepat pada waktunya. 3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga. 4. Menjamin perusahaan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian dan sebagainya. 5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumen. 6. Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada para langganan. 7. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku dan jasa yang dibutuhkan. 8. Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode resesi dan defresi. 11) C. Sumber-sumber dan Penggunaan Modal Kerja Menurut Djarwanto bahwa modal kerja dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu: 10) Djarwanto Ps, Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keuangan, Cetakan Pertama, Yogyakarta: BPFE, 2004, hal. 94. 11) Ibid, hal. 89. 1. Pendapatan bersih 2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga 3. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya. 4. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik. 5. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya. 6. Kredit dari supplier.12) Ad.1. Pendapatan bersih Modal kerja diperoleh dari hasil penjualan barang dan hasil-hasil lainnya yang meningkatkan uang kas dan piutang. Tetapi sebagian dari modal kerja ini harus digunakan untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya usaha yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan yakni berupa biaya penjualan dan biaya administrasi. Jadi yang merupakan sumber modal kerja adalah pendapatan bersih dan jumlah modal kerja yang diperoleh dari operasi jangka pendek dan ini bisa ditentukan dengan cara menganalisis laporan perhitungan laba rugi perusahaan. Ad.2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga Surat-surat berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar dapat dijual dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Penjualan surat-surat berharga menunjukkan pergeseran bentuk pos aktiva lancar dari pos surat-surat berharga menjadi pos kas. Keuntungan yang diperoleh merupakan sumber penambahan modal kerja, tetapi sebaliknya bila terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang. Ad.3. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya. 12) Ibid, hal. 95. Sumber lain penambahan modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan aktiva tidak lancar menjadi kas akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualan aktiva tidak lancar tersebut. Ad.4. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik. Hutang hipotek, obligasi, dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan apabila diperlukan sejumlah modal kerja misalnya untuk ekspansi perusahaan. Pinjaman jangka panjang berbentuk obligasi biasanya tidak begitu disukai karena adanya beban bunga disamping kewajiban mengembalikan pokok pinjamannya. Ad.5. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya. Pinjaman jangka pendek bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat, atau kebutuhan jangka pendek lainnya. Ad.6. Kredit dari supplier Salah satu sumber modal kerja yang penting adalah kredit yang diberikan oleh supplier. Material, barang-barang, supplies, dan jasa-jasa biasa dibeli secara kredit atau dengan wesel bayar. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu utang harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan sejumlah kecil modal kerja. Selanjutnya menurut Munawir, penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut: a. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies kantor dan pembayaran biayabiaya lainnya. b. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek, maupun kerugian yang insidentil lainnya. c. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pelunasan obligasi, dana pensiun pegawai, dana expansi ataupun dana-dana lainnya. Adanya pembentukan dana ini berarti adanya perubahan bentuk aktiva dari aktiva lancar menjadi aktiva tetap. d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja. e. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, serta penarikan atau pembelian kembali (untuk sementara maupun untuk seterusnya) saham perusahaan yang beredar; atau adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva lancar. f. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran deviden dalam perseroan terbatas. Dengan kata lain adanya penurunan sektor modal yang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar atau bertambahnya hutang lancar dalam jumlah yang sama. 13) Secara lebih ringkas Sofyan Syafri Harahap menyatakan bahwa: Kenaikan dalam modal kerja terjadi apabila aktiva menurun atau dijual atau karena kenaikan dalam utang jangka panjang dan modal. Penurunan dalam modal kerja timbul akibat aktiva tidak lancar naik atau dibeli atas utang jangka panjang dan modal naik. 14) Penentuan jumlah modal kerja menurut Munawir yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan tergantung pada beberapa faktor, yaitu: 13) 14) S. Munawir, Op.Cit, hal. 125. Sofyan Syafri Harahap, Op.Cit, hal. 288. 1. Sifat atau tipe perusahaan 2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut. 3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan 4. Syarat penjualan 5. Tingkat perputaran persediaan.15) Ad.1. Sifat atau tipe perusahaan Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah dibanding kebutuhan modal kerja perusahaan industri. Perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modalmodalnya sebagian besar pada aktiva tetap yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat. Sebaliknya perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam operasinya sehari-hari. Perusahaan yang memproduksi barang membutuhkan modal kerja relatif besar dibanding perusahaan dagang. Ad.2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang tersebut, maka akan makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Selain itu harga pokok persatuan barang yang semakin besar juga membutuhkan modal kerja yang makin besar pula. Ad.3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan 15) S. Munawir, Op.Cit, hal. 134. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan perusahaan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, semakin sedikit uang kas yang harus disediakan untuk diinvestasikan dalam kesediaan bahan ataupun barang dagangan. Sebaliknya jika pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek, maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan juga akan semakin besar. Ad.4. Syarat penjualan Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang. Ad.5. Tingkat perputaran persediaan Tingkat perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah. Menurut Munawir, ada juga pemakaian atau penggunaan aktiva lancar yang tidak merubah jumlah modal kerja atau aktiva lancar itu sendiri, hanya mengakibatkan perubahan bentuk saja, yaitu: 1. Pembelian efek (marketable securities) secara tunai. 2. Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai. Jadi mengeluarkan kas tetapi di pihak lain menambah persediaan dalam jumlah yang sama, yang keduaduanya adalah aktiva lancar. 3. Adanya perubahan bentuk piutang ke piutang yang lain, misalnya dari piutang dagang (account receivable) menjadi piutang wesel (notes reveivable) dan sebagainya. Dengan demikian tetap merupakan satu bagian dari modal kerja.16) 16) Ibid, hal. 128. Selanjutnya modal kerja akan bertambah apabila: 1. Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan. 2. Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap atau melalui proses depresiasi. 3. Adanya penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar. 17) D. Unsur-unsur dan Rasio-rasio Modal Kerja Unsur-unsur modal kerja suatu perusahaan terdiri dari pos aktiva lancar dan pos hutang lancar. Jumlah aktiva lancar bila dibandingkan dengan hutang lancar akan diperoleh ratio likuiditas (liquidity ratio). Aktiva Lancar Menurut Zaki Baridwan bahwa “Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva-aktiva lain atau sumber-sumber yang diharapkan akan direalisasi menjadi uang kas atau dijual atau dikonsumsi selama siklus usaha normal atau dalam waktu satu tahun, mana yang lebih lama”. 18) Golongan aktiva lancar adalah: 1. Kas yang tersedia untuk usaha sekarang dan elemen-elemen yang dapat disamakan dengan kas, misalnya cek, pos wesel dan lain-lain. 2. Surat-surat berharga yang merupakan investasi jangka pendek. 3. Piutang dagang dan piutang wesel. 17) Ibid, hal. 123. Zaki Baridwan, Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan, Cetakan Pertama, Yogyakarta: BPFE, 2004, hal. 21. 18) 4. Piutang pegawai, anak perusahaan dan pihak lain, jika akan diterima dalam jangka waktu satu tahun. 5. Piutang angsuran dan piutang wesel angsuran, yang akan dilunasi dalam jangka waktu satu tahun. 6. Persediaan barang dagangan. 7. Biaya-biaya yang dibayar dimuka. Hutang Lancar Menurut Mulyadi, hutang dapat diartikan: Hutang lancar meliputi semua kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan) dengan cara mengurangi aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva lancar atau dengan cara menimbulkan hutang lancar yang lain.19) Golongan hutang lancar adalah: 1. Hutang dagang dan hutang wesel. 2. Hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode itu. 3. Hutang deviden. 4. Hutang muka dan jaminan yang dapat diminta kembali. 5. Dana yang dikumpulkan untuk pihak ke-3. 6. Hutang biaya (biaya yang masih akan dibayar). 19) Mulyadi, Auditing, Edisi Kedua, Cetakan Ketiga, Jakarta: Salemba Empat, 2002, hal. 151. 7. Pendapatan diterima dimuka. Untuk mengetahui posisi modal kerja perusahaan dapat digunakan beberapa ukuran rasio modal kerja yang menurut Sofyan Syafri Harahap didefinisikan sebagai “Rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan keuangan jangka pendek dan sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan perusahaan”. 20) Adapun rasio-rasio tersebut adalah: 1. Current Ratio. Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat menutupi kewajiban lancar. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Aktiva Lancar Rasio Lancar = x 100 % Hutang Lancar 2. Quick Ratio. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Aktiva Lancar - Persediaan Quick Ratio = x 100 % Hutang Lancar 3. Perputaran modal kerja. Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Revenues Working capital turnover = 20) Sofyan Syafri Harahap, 2006, Op.Cit, hal. 300. Net working capital 4. Rasio aktiva lancar terhadap total aktiva. Rasio ini menunjukkan porsi aktiva lancar dibanding dengan seluruh aktiva. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Jumlah aktiva lancar Rasio investasi aktiva lancar = x 100 % Jumlah aktiva