Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 206-9681 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIRSHARE PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV SDN 105270 PUJI MULIO Oleh: Hasbullah Yusuf Saragih, S.Pd*) *) Guru Mata Pelajaran IPS SDN 105270 Puji Mulio Abstract This study aims to improve student learning outcomes in the social studies subject areas by applying cooperative learning model think-pair-share for teaching and learning activities. Knowing the students' learning activities by implementing cooperative learning model think-pair-share for teaching and learning activities. Knowing the individual student learning outcomes at the beginning of the meeting and the final meeting in the classroom. Subjects in this study were IV SDN Puji Mulio 105272 the number of students as many as 34 people. Through the implementation of cooperative learning model think-pair-share increased student learning outcomes, where the average results of students in the formative first cycle I 57.94 to 76.60 in the second formative second cycle or 58.82% of students graduating in the classical in the first cycle and 88.23% of students graduating in the classical cycle. Learning activities in which students also increased write activity remained unchanged from the first cycle to the second cycle is equal to 23%. LKS work activity rose from 18% in the first cycle to 31% in the second cycle. This means that students will begin to understand his role in the group and already getting used to the model of applied learning. Activities ask friends still did not change the proportion that is stable at 23%. This means that despite being familiar with the model used, but students may still feel difficulties in doing worksheets. Asked the teacher activity increased 1% from the previous 14% active activity in the first cycle to 15% in the second cycle. This means an increase in the student activity after treatment was given and the action is a step in teaching motivational and persuasive. Keywords: Learning Outcomes, Cooperative Learning Model Type of Think-Pair-Share, Student Activities I. Pendahuluan Seiring dengan kemajuan di bidang pendidikan, maka secara perlahan-lahan telah terjadi perubahan paradigma pendidikan, seperti perubahan dari teacher centered ke student centered; diterimanya pendekatan, metode, dan model pembelajaran baru yang inovatif; munculnya kesadaran bahwa informasi/pengetahuan dapat diakses lewat 10 berbagai cara dan media oleh peserta didik; teknologi pembelajaran berbasis teknologi informasi (TI) mulai diterapkan; orientasi pendidikan bukan hanya pada pengembangan sumber daya manusia (human resources development), tetapi juga pada pengembangan kapabilitas manusia (human capability development); diperkenalkannya e-learning; dependence ke independence; individual ke team work oriented; dan large group ke small class. Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681 Namun demikian kita masih melihat adanya pembelajaran di sekolah-sekolah yang berpusat pada guru dimana guru masih aktif sebagai pemberi informasi dan mendominasi pembelajaran di kelas, sedangkan peserta didik pasif sebagai penerima informasi, meski-pun paradigma pendidikan yang baru sudah mengarahkan pada student centered. Selain itu pembelajaran masih menekankan pada hafalan dan drill-drill (latihan) yang kemungkinan besar disebabkan banyaknya materi yang harus diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat. Meskipun peserta didik tidak lagi dianggap objek pembelajaran, tetapi kenyataannya materi pembelajaran masih sangat ditentukan oleh guru. Di sebagian besar sekolah, masih terlihat kurang mengoptimalkan pengembangan kapabilitas peserta didik, baik yang menyangkut cipta, rasa, dan karsa, serta peserta didik kurang memiliki kesempatan untuk berpikir kritis, logis, kreatif, dan inovatif. Berbagai masalah yang dihadapi guru dalam dunia pendidikan diantaranya : hasil belajar siswa yang rendah, minat belajar siswa yang kurang serta masih kurangnya sarana dan prasarana sekolah. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran tersebut diantaranya dengan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan jelas akar permasalahan masalah itu sendiri. Untuk mengetahui akar permasalahan hasil belajar siswa maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang dibimbing dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumut. Untuk mengurangi permasalahan hasil belajar siswa, aktivitasnya, dan sikapnya selama kegiatan belajar mengajar, maka peneliti/guru menerapkan ”Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ThinkPair-Share (TPS). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ini model kerja kelompoknya mengajak berpikir-berpasanganberbagi yang dikembangkan oleh Spencer Kangan dan Frank Lyman merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti “pembelajaran berdasarkan proyek (project-based instruction)”, “pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience-based instruction)”, “belajar otentik (authentic learning)” dan ”pembelajaran bermakna (anchored instruction)”. Peran guru pada pembelajaran berdasarkan Model pembelajaran Kooperatif Tipe TPS mempengaruhi pola interaksi siswa. Guru harus mampu menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Guru juga harus mampu berkomunikasi baik dengan siswanya, serta membukakan wawasan berpikir dari seluruh siswa. Melalui kondisi di atas maka peneliti memulai Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dengan menerapkan judul penelitian ini dengan judul ”Upaya Meningkatkan Tingkat Kemampuan Berpikir Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV SDN 105270 Puji Mulio”. Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka yang menjadi rumusan-rumusan dalam penelitian ini adalah: 1). Apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share selama kegiatan belajar mengajar; 2). Apakah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa saat bekerja dalam kelompok. Setelah menetapkan rumusan masalah di atas maka, dapat ditentukan tujuan penelitian ini, antaralain : 1). Apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-PairShare selama kegiatan belajar mengajar; 2). Apakah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa saat bekerja dalam kelompok. II. Metodelogi Penelitian Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-pair-Share) atau berpikir-berpasanganberbagi yang dikembangkan oleh Spencer Kangan dan Frank Lyman merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Lie (2000), mengemukakan bahwa : “Think-Pair-Share menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-4 anggota), yang lebih dicirikan olah penghargaan kooperatif dari pada penghargaan 11 Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 206-9681 individual. Model TPS ini menantang asumsi bahwa resitasi dan diskusi perlu dilakukan didalam setting seluruh kelompok.” Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) ini memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 2-4 orang siswa dengan kemampuan heterogen. Maksud kelompok yang heterogen adalah yang terdiri dari campuran siswa dengan jenis kelamin, suku, dan kemampuan siswa yang berbedabeda. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa agar berani mengajukan pendapat, ataupun menerima pendapat dan bekerjasama dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Lie, (2000:57), mengatakan bahwa : “Model TPS (Think-Pair-Share) ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain, dalam memecahkan suatu permasalahan”. Menurut Ibrahim, (2000:26) mengatakan bahwa pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) memiliki 3 tahap yaitu: Tahap 1: Thinking (berfikir) Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran lalu, lalu siswa diminta untuk memikirkan jawaban untuk beberapa secara mandiri. Tahap 2: Pairing (Berpasangan) Guru meminta siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompoknya untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Tahap 3: Sharing (Berbagi) Para tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang masalah yang mereka bicarakan. Dalam tahap ini pasangan mempersentasikan hasil yang mereka bicarakan di depan kelas. A. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 105272 Puji Mulio dengan jumlah siswa sebanyak 34 orang. 12 B. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah; 1). tes hasil belajar; 2). lembar observasi aktivitas siswa. C. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK pertama kali diperkenalkan oleh psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946 (Aqib, 2006 :13). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Menurut Lewin dalam Aqib (2006 : 21) menyatakan bahwa dalam satu Siklus terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). D. Teknik Analisis Data Metode Analisis Data pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan. Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut: 1. Merekapitulasi nilai pretes sebelum tindakan dan nilai tes akhir Siklus I dan Siklus II 2. Menghitung nilai rerata atau persentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dan Siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar. E. Kriteria Keberhasilan Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat hasil belajar yang dikonfirmasi dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) IPS untuk kelas IV SDN 105272 Puji Mulio sebesar 70, jika hasil belajar siswa mencapai KKM secara individual dan ≥ 85% jumlah siswa memperoleh nilai≥ KKM maka pembelajaran tuntas secara klasikal. Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681 III. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 1. Pra Siklus Tahap ini adalah tahap dimana peneliti mengambil sampel awal dan melakukan observasi awal untuk melihat pengetahuan awal dan kondisi kekinian dan kekurangan serta kelebihan siswa dalam proses pembelajaran agar bisa diambil suatu tindakan yang konstruktif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, aktivitas belajar siswa. Hasil pengamatan mengenai pengetahuan awal siswa dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Pretes Siswa Nilai Frekuensi Tuntas Individu Tuntas Kelas 30 16 - 0% 40 11 - 0% 50 7 - 0% Jumlah 34 - 0% Nilai ratarata 37,4 Disini terlihat belum ada siswa yang yang dinyatakan lulus. Ini berarti siswa umumnya tidak mempersiapkan diri dari rumah sebelum berangkat ke sekolah. 2. Siklus I Tahap Observasi Guru sudah melakukan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ThinkPair-Shared (TPS). Secara garis besar dalam pelaksanaan telah menampilkan langkahlangkah pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Shared (TPS) secara terbuka dalam diskusi kelas. Berdasarkan hasil observasi dalam siklus I dinilai baik oleh guru mitra (kolabolator). Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada pertemuan pertama, pembelajaran kurang mampu melibatkan siswa untuk berpikir kritis karena guru lebih menitikberatkan pada penguasaan siswa terhadap materi mendasar berkaitan dengan subpokok bahasan yang berguna untuk mengantarkan siswa pada kemampuan berpikir kritis. Media pembelajaran berupa karton berisi ruang lingkup materi yang representatif menggambarkan garis besar materi pembelajaran. Pembelajaran belum mampu membangkitkan mental round tripnya (tamasya mentalnya) siswa terhadap data-data terbaru karena belum tersedianya media penarik dan pemusat perhatian yang berupa gambar. Tetapi pada pertemuan kedua sudah mampu melibatkan diri siswa dalam berpikir kritis, karena media real tersebut sudah ada dan siswa sudah mampu mengeksplorasi sendiri sumber belajarnya. Hasil belajar siswa dikatakan rendah hal ini terlihat dari skor ratarata pada siklus I yang masih berada pada angka 57,94. Ketidakefektifan aktivitas pembelajaran itu terlihat dari persentase aktivitas siswa yang tidak relevan dengan KBM yang masih cukup besar. Hal ini tentu bukan hasil yang diharapkan. Masalah ketidakefektifan belajar siswa diantaranya disebabkan oleh: a) Adanya beberapa siswa yang tidak serius yang menyebabkan siswa lainnya menjadi terganggu dalam belajar. b) Siswa masih belum terbiasa dalam belajar berkelompok mereka masih asing dengan pola pembelajaran yang baru diterapkan di kelas. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi Formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Formatif I Siswa pada Siklus I Nilai Tuntas rataNilai Frekuensi Kelas rata 60 14 0% 80 17 50% 100 3 8,82% Jumlah 34 58,82% 73,5 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Shared (TPS) diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 73,5 dan ketuntasan belajar mencapai 58,82% atau ada 20 siswa dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal 13 Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 206-9681 siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 58,82% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih asing dengan diterapkannya Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Shared (TPS). Berdasarkan analisis terhadap hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Shared (TPS), terlihat bahwa aktivitas siswa yang masih dalam kategori kurang aktif. Nilai ini menunjukkan bahwa penerapan model masih asing bagi siswa, sebagian besar siswa belum memahami kegiatan apa yang harus dikerjakanya sehingga aktivitas individual masih menonjol dalam diskusi. Sehingga dominasi masih didominasi oleh siswa yang memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi sehingga diskusi masih terkesan pasif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Aktivitas Belajar Siswa Siklus I No 1 2 3 4 5 Aktivitas Menulis,membaca Mengerjakan LKS Bertanya pada teman Bertanya pada guru Yang tidak relevan Jumlah Skor 14 10,5 13,5 8,5 13,5 60 Proporsi 23% 18% 23% 14% 23% 100% Berdasarkan Hasil Observasi dan tes diperoleh data bahwa siswa telah menunjukkan kemampuan berpikir kritis dengan peningkatan hasil belajarnya dari rata-rata 37,4 menjadi 73,5. Kenyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa terhadap materi pelajaran telah tampak, siswa telah mencoba membuat solusi dari permasalahan yang dialami oleh masyarakat dunia terkait dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi, gas alam dan sumber daya alam lain yang tidak dapat diperbaharui, walaupun dengan alasan yang kurang berdasar pada sumber-sumber informasi yang akurat. Beberapa siswa sudah memiliki keberanian untuk bertanya dan meminta penjelasan, serta menanggapi pertanyaan, dan bersikap sopan dalam mengemukakan pendapat, akan tetapi hanya terjadi pada siswa tertentu saja. Pada umumnya siswa siswa memiliki kemampuan mendengar pendapat orang lain dan 14 menghargai perbedaan pendapat. Siswa masih kurang mampu memberikan variasi penyelesaian dengan mempertimbangkan kelemahan dan keunggulan masing-masing pendapat. Tahap Refleksi dan Revisi Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Shared (TPS). Diakhir KBM Siklus I peneliti mendapati beberapa temuan, diantaranya: 1. Temuan positif a) Siswa sudah mulai aktif dalam bekerja bersama kelompoknya b) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. c) Siswa sudah mulai paham menggunakan peta dan membaca grafik. 2. Temuan negatif a) Siswa masih banyak yang bermainmain dalam diskusi kelompok. b) Masih banyak siswa yang belum memahami perannya dalam kelompok c) Masih ada siswa yang kurang serius dalam belajar dan lebih banyak mengganggu temannya yang belajar. d) Masih banyak siswa yang kurang percaya diri sehingga mereka malu/takut membacakan hasil diskusinya didepan kelas. e) Hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai ketuntasan meskipun terlihat ada perubahan hasil belajar siswa yang cukup signifikan. f) Sulit apabila anggota pasangannya tidak aktif, maka akan mengakibatkan kelompok tersebut tidak aktif juga. Dalam tahap refleksi ini, hasil obsevasi dianalisis bersama. Dari hasil releksi bersama terhadap pelaksanaan tindakan oleh guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan kemampuan berpikir kritis siswa, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Shared (TPS) ini masih asing bagi siswa. Dan kurang efektif dalam Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681 b. c. d. e. kelas yang besar karena kurang mampu melibatkan siswa secara merata dalam berdiskusi secara kelompok karena kurangnya motivasi dan penjelasan dari guru mengenai tujuan pembelajaran sehingga sulit menanggapi pelajaran. Hanya sebagian kecil siswa yang aktif dalam proses diskusi. Beberapa siswa siswa memang sudah memiliki keberanian mengemukaan pendapat, bertanya, meminta penjelasan, serta menanggapi pertanyaan akan tetapi hanya terjadi pada siswa tertentu saja. Siswa masih kurang mampu memberikan variasi jawaban dengan mempertimbangkan kelemahan dan keunggulan masing-masing pendapat. Sejauh ini masih dapat dikatakan hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini mungkin diakibatkan masih kurang padunya materi yang diajarkan dengan soal yang diujikan sehingga siswa masih merasa kesulitan menjawab soal yang diberikan. Siswa masih belum terbiasa belajar dengan menggunakan model kooperatif tipe Think-Pair-Shared (TPS) sehingga siswa sulit menelaah materi melalui proses diskusi semata. Tindakan perbaikan yang akan ditempuh yakni: a. Perbaikan dari segi media pembelajaran. Media akan dibuat lebih menarik dan dan disesuaikan agar lebih efektif dalam membantu guru mengajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-PairShared (TPS). b. Melakukan patokan pada format analisis yang mengarahkan pada kesimpulan sehingga siswa dapat melakukan pengambilan kesimpulan secara runtun dan sistematis. c. Perbaikan dari segi pemberian motivasi dan apersepsi yang lebih mudah dicerna oleh siswa. d. Memberikan penguatan (reinforcement) kepada siswa agar lebih bayak menggali potensi yang ada dengan rajin membaca sumber-sumber aktual dari buku-buku atau sumber belajar lainnya. e. Pemberian soal Formatif II dengan mengacu kepada hasil diskusi sehingga tidak terjadi perbedaan antara ilmu yang f. 3. diajarkan melalui proses diskusi dengan soal yang diberikan. Memvalidasi soal yang akan diberikan kepada guru-guru lainnya agar tidak terjadi ketidaksinkronan antara soal dengan materi yang diajarkan. Siklus II Tahap Observasi Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes diagnosis dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah Formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut. Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Formatif II Siswa pada Siklus II Nilai Tuntas rataNilai Frekuensi Kelas rata 60 4 0% 80 18 52,94% 100 12 35,29% Jumlah 34 88,23% 84,7 Berdasarkan analisis terhadap hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Shared (TPS) diperoleh hasil yang lebih baik. Hal ini terlihat dari semakin berkurangnya aktivitas yang tidak relevan dari 23% menjadi hanya 8%. Ini berarti pembelajaran berlangsung lebih efektif pada siklus II. Aktivitas menulis tetap tidak mengalami perubahan dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 23%. Aktivitas mengerjakan LKS naik dari 18% pada siklus I menjadi 31% pada siklus II. Ini berarti siswa sudah mulai mengerti akan perannya dalam kelompok dan sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan. Aktivitas bertanya kepada teman masih tetap tidak mengalami perubahan yaitu stabil pada proporsi 23%. Ini berarti meskipun sudah terbiasa dengan model yang digunakan namun siswa mungkin masih merasa kesulitan dalam mengerjakan LKS. Aktivitas bertanya kepada guru mengalami peningkatan 1% dari 15 Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 206-9681 sebelumnya 14% aktivitas aktif pada siklus I menjadi 15% pada siklus II. Pada Aktivitas siswa jelas terlihat ada perubahan yang positif ditinjau dari semakin sedikitnya hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Shared (TPS) ditinjau dari semakin menurunnya aktivitas siswa yang tidak relevan dengan KBM. Tabel 5. Ringkasan Rekapitulasi Aktivitas Siswa pada Siklus II No 1 2 3 4 5 Aktivitas Menulis,membaca Mengerjakan LKS Bertanya pada teman Bertanya pada guru Yang tidak relevan Jumlah Skor 14 18,75 13,75 8,75 4,75 60 Proporsi 23% 31% 23% 15% 8% 100% Guru telah menampilkan pembelajaran IPS dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Shared (TPS) dengan sedikit variasi pada model pembelajaran. Yaitu mengkolaborasikan dengan model pembelajaran berbasis isu. Hal ini bertujuan untuk mengatasi jumlah siswa yang cukup banyak dalam satu kelas. Tahap Refleksi dan Revisi Pelaksanaan Siklus II Dalam tahap refleksi ini hasil observasi di analisis bersama. Dari hasil refleksi bersama terhadap pelaksanaan tindakan oleh guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran, kemampuan berpikir kritis dan sikap siswa diperoleh beberap kesimpulan sebagai berikut: a. Guru telah dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar melalui penyuguhan isu-isu terhangat yang sedang berkembang di masyarakat dengan media Chart, LKS dan Peta. b. Siswa terlibat aktif dalam mengemukakan dan mempertahankan pendapat pro-kontra disertai alasan yang rasional dan berdasarkan sumber tertentu. c. Siswa telah mampu mengemukakan pendapat secara sistematis. d. siswa lebih aktif terlibat dalam aktivitas diskusi Pada siklus II guru telah menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-PairShared (TPS) dengan baik dan dilihat dari 16 aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya untuk memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar dapat lebih baik lagi. B. Pembahasan 1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Shared (TPS) memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, dan II) yaitu masing-masing 58,82% dan 88,23%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. 2. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPS dengan pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ThinkPair-Shared (TPS) adalah bekerja dengan menggunakan alat/media/LKS, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Hal ini terlihat dari semakin berkurangnya aktivitas yang tidak releven dari 23% menjadi hanya 8%. Ini berarti pembelajaran berlangsung lebih efektif pada siklus II. Aktivitas menulis tetap tidak mengalami perubahan dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 23%. Aktivitas mengerjakan LKS naik dari 18% pada siklus I menjadi 31% pada siklus II. Ini berarti siswa sudah mulai mengerti akan perannya dalam kelompok dan sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan. Aktivitas bertanya kepada teman masih tetap tidak mengalami perubahan yaitu stabil pada proporsi 23%. Ini berarti meskipun sudah terbiasa dengan model yang digunakan namun siswa mungkin masih merasa kesulitan dalam mengerjakan LKS. Aktivitas bertanya kepada guru mengalami peningkatan 1% dari sebelumnya 14% aktivitas aktif pada siklus I Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681 menjadi 15% pada siklus II. Ini berarti terjadi peningkatan aktivitas siswa setelah diberikan perlakuan dan tindakan yang merupakan langkah motivatif dan persuasif dalam KBM. IV. Kesimpulan 1. 2. Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Shared (TPS) memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, dan II) yaitu masing-masing 58,82% dan 88,23%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Shared (TPS) pada Kelas IV SDN 105270 Puji Mulio. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran dapat dikategorikan aktif. Hal ini terlihat dari semakin berkurangnya aktivitas yang tidak releven dari 23% menjadi hanya 8%. Ini berarti pembelajaran berlangsung lebih efektif pada siklus II. Daftar Pustaka Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dimyati, dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran, PT Rineka Cipta, Jakarta. Joyce, B., Weil, M. & Calhoun, E. 2009. Model-model Pembelajaran, Edisi Delapan, Pustaka Belajar, Yogyakarta. Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta. Syah, M. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Prestasi Pustaka, Jakarta. Uno, H.B., 2010. Model Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta. Wilis, D. 1989. Teori-teori Belajar, Gelora Aksara Prima, Erlangga. 17