1 peranan analisis biaya kualitas dalam meningkatkan efisiensi

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
1
PERANAN ANALISIS BIAYA KUALITAS DALAM MENINGKATKAN
EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PT. IGLAS (PERSERO)
Triar Sari Rochmatin
[email protected]
Maswar Patuh Priyadi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
Cost quality analysis on costs production statement can have the role in measuring and analyzing incurred cost
quality therefore planning and improving of product quality can be made. The purpose of this study is to
determine that analysis of quality cost can be used to help increasing the control of quality cost, so it can create
efficiency in production cost. This research is using descriptive qualitative approach. The research subject is PT.
Iglas (Persero) which is in glass packaging industry business, with bottles as its products. PT. Iglas (Persero)
which has been certified by ISO 9001:2008 has already had the quality control department. However, until today
the company has not prepared especially the statement of quality cost yet. The result of analysis shows that PT.
Iglas (Persero) is very strict in performing inspection and supervision to its product in accordance with the
quality standard which has been set before they are delivered to customers. The effort of cost control and the
quality improvement by minimizing less valuable activities and optimizing more valuable added activities and to
be able to create efficiency at quality cost which will improve efficiency of production cost.
Keywords: Quality Cost, Efficiency, Production Cost, and Quality Control .
ABSTRAK
Analisis biaya kualitas pada laporan biaya produksi dapat berperan dalam mengukur dan
menganalisis biaya kualitas yang telah terjadi sehingga dapat dibuat perencanaan dan perbaikan
kualitas produk yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa analisis biaya
kualitas dapat digunakan untuk membantu meningkatkan pengendalian kualitas sehingga dapat
tercipta efisiensi biaya produksi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Subyek
penelitian ini adalah PT. Iglas (Persero) yang bergerak dalam bisnis glass packaging industry, dengan
produknya botol-botol. PT. Iglas (Persero) telah bersertifikat ISO 9001:2008 sudah memiliki bagian
pengendalian kualitas (quality control). Namun sampai saat ini perusahaan belum melaksanakan
pembuatan laporan biaya kualitas secara khusus. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa PT. Iglas
(Persero) sangat ketat dalam melakukan inspeksi atau pengawasan terhadap produknya agar sesuai
dengan standart kualitas yang telah ditetapkan sebelum ke tangan pelanggan. Upaya pengendalian
biaya dan perbaikan kualitas dengan meminimalisir aktivitas-aktivitas yang kurang bernilai tambah
dan mengoptimalkan aktivitas-aktivitas yang bernilai tambah dinilai cukup baik dan mampu
menciptakan efisiensi pada biaya kualitas yang mana akan meningkatkan efsiensi biaya produksi.
Kata kunci: biaya kualitas, efisiensi, biaya produksi dan pengendalian kualitas.
PENDAHULUAN
Setiap usaha dalam persaingan semakin dituntut untuk dapat mempertahankan
bahkan meningkatkan keunggulan yang dimilikinya agar dapat bersaing dengan
perusahaan lain di dalam industri yang sejenis. Salah satu cara agar bisa tetap bertahan di
pasaran dan menjalankan kegiatan operasi secara kontinyu, adalah dengan meningkatkan
kualitas produk yang dihasilkan. Terutama pada masa sekarang ini, sebagian besar
perhatian konsumen sudah beralih pada barang yang berkualitas baik namun dengan harga
yang terjangkau.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
2
Kualitas dapat diartikan sebagai tingkat atau ukuran kesesuaian suatu produk dengan
pemakaiannya, dalam arti sempit kualitas diartikan sebagai tingkat kesesuaian produk
dengan standar yang telah ditetapkan (Alisjahbana, 2005). Jadi kualitas yang baik akan
dihasilkan dari proses yang baik dan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan
berdasarkan kebutuhan pasar.
Perhatian penuh terhadap kualitas akan memberikan dampak yang positif kepada
perusahaan, salah satunya adalah dampak pada biaya produksi (Gaspersz, 2005). Dampak
terhadap biaya produksi terjadi melalui proses pembuatan produk yang memiliki derajat
konfirmasi yang tinggi terhadap standar-standar sehingga bebas dari tingkat kerusakan. Hal
ini berarti menghindarkan terjadinya pemborosan dan tercipta suatu efisiensi biaya
produksi. Sehingga dapat memenuhi tuntutan konsumen akan produk yang berkualitas
dengan harga yang kompetitif.
Suatu kegagalan dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi akan
menimbulkan biaya produksi yang tinggi karena mendorong perusahaan untuk
meningkatkan kualitas atas produknya. Banyak perusahaan yang menyadari bahwa strategi
yang dipicu oleh peningkatkan kualitas dapat mengarahkan pada keunggulan pasar yang
siginfikan dan memberikan kesejahteraan jangka panjang. Dan perusahaan yang cenderung
memilih untuk bersaing melalui harga yang rendah bukan bearti memiliki kualitas produk
yang rendah. Harga rendah tetap harus memenuhi harapan pelanggan.
Berdasarkan latar belakang dan ketertarikan penulis untuk mengetahui produk
berkualitas dengan harga terjangkau maka penulis termotivasi untuk mengangkat masalah:
“Bagaimana analisis biaya kualitas berperan dalam meningkatkan efisiensi biaya produksi
?”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa analisis biaya kualitas dapat
digunakan untuk membantu meningkatkan pengendalian biaya kualitas sehingga dapat
tercipta efisiensi biaya produksi. Penelitian ini mereplikasi jurnal milik Darmadi dan
Martusa (2007) dengan harapan lebih baik dan lebih konsisten dengan objek dan sistem
perhitungan yang berbeda.
TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI
Definisi Biaya Kualitas
Dalam menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan maka perusahaan harus mengelurkan biaya-biaya yang berhubungan dengan
kualitas tersebut. Biaya kualitas adalah biaya dari aktivitas yang berkaitan dengan
pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan dan pembetulan produk yang berkualitas rendah
dan dengan opportunity cost dari hilangnya waktu produksi dan penjualan sebagai akibat
rendahnya kualitas (Blocher et al., 2007).
Menurut Hansen dan Mowen (2009) biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul
karena mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya. Biaya kualitas muncul
untuk menjaga agar tidak ada produk yang kualitasnya di bawah standar atau dapat
dikatakan biaya kualitas adalah biaya yang telah dikeluarkan karena ada produk yang tidak
sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya kualitas adalah
biaya-biaya yang timbul karena adanya produk gagal/cacat serta biaya untuk mengatasi
produk yang memiliki kualitas yang rendah yang tidak sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan serta biaya yang berhubungan dengan masalah penciptaan, pengidentifikasian,
perbaikan, dan pencegahan kerusakan.
Klasifikasi Biaya Kualitas
Menurut Blocher et al. (2007), biaya kualitas digolongkan menjadi empat kategori.
Pertama, biaya pencegahan (prevention costs) yaitu biaya yang terjadi untuk mencegah
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
3
kerusakan kualitas produk yang dihasilkan, biaya ini meliputi: (a) biaya pengendalian mutu;
(b) biaya perencanaan mutu; (c) biaya pemeliharaan peralatan; (d) biaya penjaminan
pemasok; (e) biaya sistem informasi; (f) desain ulang produk dan perbaikan proses; (g)
Perkumpulan mutu.
Kedua, biaya penilaian/deteksi (appraisal/detection cost) merupakan biaya yang terjadi
dalam pengukuran dan analisis data untuk memastikan apakah produk dan jasa telah sesuai
dengan spesifikasinya. Tujuan utama dari pengukuran, analisis dan pengawasan proses
produksi serta pengujian produk dan jasa sebelum pengiriman adalah untuk memastikan
bahwa semua unit melebihi atau sesuai dengan persyaratan yang diminta pelanggan.
Pengeluaran atas biaya ini tidak menurunkan kesalahan atau mencegah cacat produksi
ulang. Aktivitas ini hanya mendeteksi unit-unit produk cacat yang sebelum dikirimkan ke
pelanggan. Biaya penilaian meliputi: (a) biaya pengujian dan inspeksi; (b) biaya perolehan
peralatan pengujian; (c) audit mutu, meliputi gaji dan upah semua orang yang terlibat dalam
proses penilaian mutu produksi; (d) pengujian laboratorium; (e) pengujian evaluasi
lapangan; (f) biaya informasi.
Ketiga, biaya kegagalan internal (internal failure costs) yaitu biaya yang terjadi akibat
kualitas buruk yang ditemukan melalui penilaian sebelum produk diserahkan ke pelanggan.
Beberapa biaya kegagalan internal adalah: (a) biaya tindakan perbaikan; (b) biaya pengerjaan
ulang dan bahan sisa produksi; (c) biaya proses; (d) biaya inspeksi ulang dan pengujian
ulang.
Keempat, biaya kegagalan eksternal (external failure costs) yaitu biaya yang dikeluarkan
untuk memperbaiki kerusakan mutu setelah produk atau jasa yang tidak dapat diterima
mencapai pelanggan, serta kehilangan peluang laba yang disebabkan oleh penyerahan
produk barang dan jasa yang tidak dapat diterima pelanggan. Biaya berikut merupakan
biaya kegagalan eksternal: (a) biaya perbaikan atau pergantian; (b) biaya untuk menangani
keluhan dan pengembalian atau retur dari pelanggan; (c) biaya penarikan kembali dan
pertanggungjawaban produk; (d) penjualan yang hilang karena produk tidak memuaskan;
(e) biaya untuk memperbaiki reputasi. Dari semua biaya-biaya kualitas, kategori biaya ini
dapat menjadi yang paling merugikan. Biaya kegagalan eksternal, seperti juga biaya
kegagalan internal, hilang jika tidak ada produk yang cacat.
Pelaporan Biaya Kualitas
Sistem pelaporan biaya kualitas merupakan suatu yang penting bagi perusahaan
sebagai alat untuk memperbaiki dan pengendalian biaya kualitas. Yang termasuk dalam
pelaporan biaya kualitas adalah mendefinisikan data, mengidentifikasi sumber data,
pengumpulan data, serta penyusunan dan pendistribusian laporan biaya kualitas (Blocher et
al., 2007).
Tujuan utama laporan biaya kualitas menurut Hansen dan Mowen (2005) adalah
untuk memperbaiki dan mempermudah perencanaan, pengendalian dan pengambilan
keputusan manajerial. Pentingnya biaya kualitas terhadap segi keuangan perusahaan dapat
lebih mudah dinilai dengan menampilkan biaya-biaya kualitas sebagai prosentase dari
penjualan aktual.
Dengan demikian, penggunaan informasi biaya kualitas sebagai upaya untuk
mengendalikan biaya kualitas sehingga dapat menciptakan efisiensi biaya. Menurut Kaplan
dan Atkinson (1998), tujuan pelaporan biaya kualitas adalah sebagai berikut: (a) pelaporan
biaya kualitas berguna untuk perbaikan perencanaan, pengendalian, pengambilan
keputusan; (b) Pelaporan biaya kualitas berguna sebagai masukkan bagi manajer mengenai
hasil upaya pencegahan yang telah dilakukan; (c) pelaporan biaya kualitas berguna untuk
perbaikan kualitas terus-menerus dan untuk menekan biaya secara keseluruhan.
Garpersz (2005) berpendapat bahwa laporan biaya kualitas yang berguna sebagai
indicator keberhasilan perbaikan kualitas dapat dikaitan dengan ukuran sebagai berikut: (a)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
4
biaya kualitas dibandingkan dengan nilai penjualan; (b) biaya kualitas dibandingkan dengan
harga pokok penjualan; (c) biaya kualitas dibandingkan dengan keuntungan atau laba
perusahaan.
Biaya Produksi
Pengertian biaya produksi menurut Hansen dan Mowen (2009) menyatakan bahwa
biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa,
sedangkan menurut yang dijelaskan oleh Garrison et al. (2009) bahwa pengertian biaya
produksi adalah: “Manufacturing costs divide into three broad categories: direct materials, direct
labor, and manufacturing overhead.”
Berdasarkan pengertian-pengertian biaya produksi yang telah dikemukakan di atas
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk membuat suatu barang atau jasa yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya tidak langsung yang biasa dikenal sebagai biaya overhead
pabrik.
Value Added Activity dan Non Value Added Activity
Menurut Hansen dan Mowen (2005) value added activity adalah merupakan aktivitas
yang diperlukan agar dapat bertahan dalam bisnis. Jika aktivitas ini dihilangkan, pasti akan
menurunkan kualitas dari produk yang dihasilkan yang akan berpengaruh terhadap
konsumen dalam jangka panjang. Menurut Blocher et al (2000), aktivitas bernilai tambah
adalah aktivitas yang memberi kontribusi terhadap nilai konsumen dan memberikan
kepuasan kepada pelanggan atau organisasi yang membutuhkan. Supriyono (1999)
menyebutkan bahwa terdapat dua macam aktivitas bernilai tambah. Pertama, aktivitas yang
diperlukan (required activity), merupakan aktivitas yang harus dilaksanakan. Kedua, aktivitas
diskrusioner (discretionary activity), merupakan aktivitas kebijakan. Aktivitas ini disebut
aktivitas bernilai tambah jika secara bersamaan memenuhi kondisi berikut: (a) aktivitas yang
dapat menimbulkan perubahan keadaan; (b) perubahan itu tidak dapat dicapai oleh aktivitas
sebelumnya (c) aktivitas ini memungkinkan aktivitas lainnya dapat dilakukan.
Menurut Blocher et al. (2000), aktivitas tidak bernilai tambah adalah aktivitas yang
tidak memberikan kontribusi terhadap nilai konsumen atau terhadap kebutuhan organisasi.
Menurut Hansen dan Mowen (2005), aktivitas tidak bernilai tambah adalah semua aktivitas
selain dari aktivitas yang penting dilakukan untuk bertahan dalam bisnis atau aktivitas yang
perlu namun tidak efisien dan dapat diperbaiki. Menurut Kusnadi (2000), beberapa macam
aktivitas tidak bernilai tambah yang biasanya terdapat pada industri: (a) penjadwalan; (b)
pemindahan; (c) menunggu; (d) inspeksi; (e) penyimpanan.
Dari pengertian-pengertian yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa aktivitas
bernilai tambah adalah aktivitas kunci bagi perusahaan untuk melangsungkan hidup
perusahaan yang mana aktivitas ini dapat memberikan nilai tambah dan dapat menambah
laba perusahaan. Sebaliknya, aktivitas tidak bernilai tambah adalah aktivitas dalam
perusahaan yang tidak efisien dan tidak memberikan kontribusi bagi perusahaan sehingga
aktivitas ini perlu untuk dihilangkan agar tidak terjadi pemborosan dalam perusahaan.
Manajemen Berbasis Kegiatan dan Biaya Kualitas Optimal
Manajemen berdasarkan aktivitas (ABM) adalah penggunaan informasi yang
diperoleh dari ABC untuk membuat perbaikan dalam suatu perusahaan. Informasi ABC
membantu manajemen memposisikan perusahaan guna mengambil keuntungan yang lebih
baik atas kekuatan perusahaan. Menurut Hansen dan Mowen (2009) bahwa manajemen
berbasis kegiatan (activity-based management – ABM) mengklasifikasikan berbagai kegiatan
sebagai nilai tambah dan tidak bernilai tambah serta hanya mempertahankan kegiatankegiatan yang memberikan nilai tambah. Prinsip ini dapat diaplikasikan pada kegiatan-
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
5
kegiatan yang berkaitan dengan kualitas. Kegiatan-kegiatan kegagalan dan penilaian serta
biaya-biaya yang terkait tidak menghasilkan nilai tambah dan harus dihilangkan. Kegiatan
pencegahan yang dilakukan secara efisien dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan bernilai
tambah dan harus dipertahankan. Walaupun begitu, pada awalnya kegiatan pencegahan
mungkin tidak dilakukan secara efisien, dan pengurangan kegiatan serta pemilihan kegiatan
(atau bahkan pembagian kegiatan) dapat digunakan untuk mencapai sasaran nilai tambah
yang diinginkan.
Hubungan Antara Analisis Biaya Kualitas dengan Biaya Produksi
Setelah analisis biaya kualitas dilakukan, maka dapat diperoleh informasi yang
penting mengenai aktivitas pegendalian yang telah dilakukan. Informasi ini dapat
digunakan sebagai umpan balik bagi manajemen perusahaan untuk mengidentifikasikan
kesempatan untuk mengoptimalkan kualitas dan menekan biaya kualitas, yang pada
akhirnya akan menekan biaya produksi (Darmadi dan Martusa, 2011).
Menurut Kaplan dan Atkinson (1998), sebagian besar perusahaan mengeluarkan biaya
kualitas sebesar 10% - 20% dari pendapatan penjualannya. Hal ini dapat digunakan untuk
menarik perhatian manajer perusahaan untuk mengurangi biaya yang besar ini dengan
melakukan alokasi biaya kualiatas yang lebih bijaksana pada keempat kategori biaya
kualitas, sehingga biaya produksi dapat diusahakan untuk mencapai titik optimum.
Besterfield (1998) mengemukakan tiga teknik untuk mencapai tingkat yang optimum.
Pertama, membuat perbandingan dengan perusahaan lain. Kebanyakan perusahaan
menguraikan penjualan bersih sebagai indeks sehingga membuat perbandingan menjadi
lebih mudah. Tetapi kesulitan timbul karena banyak perusahaan memperlakukan
pengumpulan biaya kualitasnya dengan cara yang berbeda-beda.
Kedua, mengoptimalkan kategori individual. Biaya kegagalan sudah optimal jika tidak
ada lagi usaha yang dapat diidentifikasi untuk mengurangi biaya tersebut tanpa
meningkatkan total biaya kualitas. Biaya pencegahan sudah optimal jika tidak ada lagi yang
dapat diidentifikasi untuk menguranginya tanpa meningkatkan total biaya kualitas. Biaya
pencegahan optimal jika sebagian besar uang yang dikeluarkan untuk biaya tersebut
digunakan untuk proyek perbaikan yang dapat mengurangi biaya kegagalan.
Ketiga, menganalisis hubungan antara kategori-kategori biaya. Ketika kualitas yang
sesuai mendekati 100% biaya kegagalan menurun sampai mendekati nol. Dengan kata lain,
jika produk atau jasa sempurna, tidak ada biaya kegagalan. Untuk mengurangi biaya
kegagalan, sangat perlu meningkatkan biaya penilaian dan biaya pencegahan.
Dengan melakukan analisis biaya kualitas, perusahaan dapat membuat trend prediksi
biaya kualitas yang terjadi. Hal itu akan mendorong manajemen untuk menekan biaya
kualitas, terjadi penurunan biaya kegagalan internal dan eksternal, sedangkan biaya
pencegahan meningkat. Dengan melakukan analisis biaya kualitas dapat dilihat bahwa
peningkatan biaya pencegahan lebih kecil dari penurunan biaya kegagalan, jadi perusahaan
dapat mengefisiensikan biaya kualitasnya. Jika biaya kualitas sebagai bagian dari biaya
produksi menurun, maka biaya produksi akan semakin efisien (Darmadi dan Martusa,
2011).
Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang dijadikan acuan antara lain Himmatulina (2011) dengan
judul penelitian “Penyusunan Laporan Biaya Kualitas sebagai Alat Pengendalian Kualitas
produk Pada PT X.” Penelitian tersebut membahas mengenai masalah penyusunan laporan
biaya kualitas sebagai alat pengendalian kualitas produk. Persamaan dari penelitian ini
adalah perusahaan belum melaksakan perencanaan pembuatan laporan biaya kualitas .
Perbedaannya dengan penelitian tersebut adalah membahas analisis biaya kualitas yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
6
dikaitkan dengan penjualan aktual, sedangkan pada penelitian ini lebih menitik beratkan
analisis biaya kualitas yang dikaitkan dengan biaya produksi.
Penelitian lain dilakukan oleh Darmadi dan Martusa (2011) dengan judul penelitian
“Peranan Analisis Biaya Kualitas dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi Pada PTP
Nusantara VIII Kebun Ciater”. Penelitian ini membahas mengenai peranan analisis biaya
kualitas guna meningkatkan efisiensi biaya. Persamaan penelitian ini adalah perusahaan
sudah memiliki bagian pengendalian kualitas (quality control). Perbedaannya dengan
penelitian ini adalah objek penelitiannya dan dasar perhitungannya menggunakan ABC.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi
kasus. Penelitian ini menggunakan data-data internal perusahaan yang berkaitan dengan
biaya kualitas yang terdapat pada laporan biaya produksi PT. Iglas (Persero) pada tahun
2012.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan melakukan pengumpulan data
pada perusahaan. Teknik pengumpulan data dilakukan sebagai berikut: (1) survey
pendahuluan. Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran umum tentang perusahaan
yang menjadi objek penelitian dan untuk mengetahui situasi maupun kondisi perusahaan;
(2) penelitian lapangan (field research), Cara-cara yang dilakukan adalah: (a) wawancara
dengan pihak dengan seksi bagian pengawasan mutu dan kepala bagian akuntasi untuk
memberikan data yang berhubungan dengan biaya kualitas dan biaya produksi serta untuk
mengetahui kondisi pengendalian kualitas pada PT. Iglas (Persero); (b) dokumentasi, dengan
sepengetahuan dan seijin dari pihak yang berwenang pada perusahaan, penulis meneliti
dokumen-dokumen perusahaan yang berhubungan dengan pengendalian kualitas, baya
kualitas serta biaya produksi.; (3) penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan
membaca dan mempelajari buku-buku teks (text book) serta bahan kuliah yang berhubungan
dengan permasalahan. Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan ini merupakan data
sekunder, sebagai landasan teori yang cukup untuk mempertanggungjawabkan analisis
dalam pembahasan masalah.
Satuan Kajian
Merupakan satuan terkecil objek penelitian yang diinginkan penelitian sebagai
klasifikasi pengumpulan data. Satuan kajian dalam penelitian ini adalah:
1. Biaya Kualitas
Menurut Horngren et al. (2003) biaya kualitas didefinisikan
“The cost of quality (COQ) refer to the costs incrurred to prevent, or costs arising as a result of,
producing a low-quality product. This costs focus on conformance quality and are incurred in all
business functions of the value chain”.
Berdasarkan definisi tersebut, yang termasuk biaya kualitas bukan hanya biaya-biaya
yang terjadi karena kualitas yang tidak baik yang tidak memenuhi standar/spesifikasi.
Tetapi juga mencakup biaya-biaya untuk mencegah timbulnya biaya karena kualitas yang
buruk. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang cermat agar semua biaya-biaya
tersebut dapat ditekan.
Biaya kualitas terhadap laporan biaya kualitas dan kinerja perusahaan dengan
menggunakan data-data internal perusahaan yang terkait dengan biaya kualitas yang
terdapat pada laporan biaya produksi perusahaan. Analisis biaya kualitas dengan
menggunakan analisis trend. Data untuk analisis trend ini berasal dari laporan biaya
kualitas bulanan dan transaksi-transaksi terperinci yang membentuknya. Dengan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
7
menggunakan analisis trend biaya kualitas akan dibandingkan dengan biaya produksi
yang terjadi pada PT. IGLAS (Persero).
2. Efisiensi Biaya Produksi
Efisiensi disini diartikan sebagai tolok ukur dalam membandingkan pemakaian
masukan yang direncanakan dengan pemakaian pemasukan yang sebenarnya
dilaksanakan. Konsep efisiensi mengandung arti penghematan. Dalam hal ini, untuk
menciptakan suatu efisienisi biaya produksi dengan menerapkan sistem kalkulasi biaya
berdasarkan aktivitas (activity-based costing = ABC). Hal ini bertujuan untuk melakukan
perbaikan yang berkesinambungan serta meningkatkan kualitas produk dengan cara
menghilangkan pemborosan yang terjadi dalam aktivitas yang tidak bernilai tambah
sehingga efisiensi biaya produksi dapat tercapai.
Menurut Hansen dan Mowen (2005) value added activity merupakan aktivitas yang
diperlukan agar dapat bertahan dalam bisnis. Jika aktivitas tersebut dihilangkan, sudah
pasti akan menurunkan kualitas produk yang akan berpengaruh terhadap konsumen
dalam jangka panjang. Sesuai dengan pendapat Supriyono (1999) aktivitas yang bernilai
tambah, yaitu: (1) aktivitas yang diperlukan (required activity), merupakan aktivitas yang
harus dilaksanakan dalam proses produksi di PT. IGLAS; (2) aktivitas diskrusioner
(discretionary activity), merupakan aktivitas kebijakan.
Menurut Hansen dan Mowen (2005), aktivitas tidak bernilai tambah adalah semua
aktivitas selain dari aktivitas yang penting dilakukan untuk bertahan dalam bisnis atau
aktivitas yang perlu namun tidak efisien dan dapat diperbaiki. Sesuai pendapat Kusnadi
(2000), beberapa macam aktivitas tidak bernilai tambah yang biasanya terdapat pada
industri: (1) penjadwalan; (2) pemindahan; (3) menunggu; (4) inspeksi; (5) penyimpanan.
Dengan menganalisis laporan biaya kualitas pada PT. IGLAS (Persero) peneliti dapat
melihat dan membandingkan biaya kualitas dengan biaya produksi. Sehingga dapat
mengurangi biaya kualitas secara optimum. Untuk lebih meningkatkan efisiensi biaya
produksi, perusahaan dapat melakukan identifikasi terhadap aktivitas-aktivitas
pengendalian biaya kualitas yang terdapat dalam laporan biaya kualitas. Idenfikasi ini
akan membantu untuk melihat aktivitas apa saja yang memberikan nilai tambah bagi
peningkatan kualitas, dan aktivitas apa saja yang kurang benilai tambah.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan untuk membahas permasalahan yang telah
ditentukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan memisahkan semua data terkait dengan biaya kualitas dari biaya
produksi yang ada dalam perusahaan untuk produk-produk yang dihasilkan.
2. Menghitung dan menyusun laporan biaya kualitas sesuai dengan kategori-kategori biaya
kualitas sebagai dasar untuk menganalisis kinerja kualitas dalam memantau
perkembangan program perbaikan kualitas.
3. Melakukan analisis data laporan biaya kualitas tersebut yang akan dibandingkan dengan
laporan biaya produksi.
4. Melakukan analisis lebih lanjut dengan membandingkan besar masing-masing biaya
kualitas terhadap total biaya kualitas.
5. Mengidentifikasi aktivitas pengendalian biaya kualitas yang terdapat dalam laporan
biaya kualitas untuk melihat aktivitas apa saja yang memberikan nilai tambah bagi
peningkatan kualitas dan mengeliminasi aktivitas apa saja yang kurang/tidak bernilai
tambah.
6. Membandingkan biaya yang terjadi sebelum eliminasi aktivitas dan sesudah eliminasi
aktivitas.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
8
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Identifikasi dan klasifikasi Elemen-Elemen Biaya Kualitas
Dalam penelitian ini membahas tentang peranan analisis biaya kualitas dalam
meningkatkan efisiensi biaya produksi untuk mengetahui peranan analisis biaya kualitas
dalam meningkatkan efisiensi biaya prduksi, maka berikut ini terdapat data-data terkait
mengenai biaya produksi, kualitas PT. Iglas (Persero). Dari data-data tersebut dapat di
analisis biaya kualitasnya berdasarkan biaya yang timbul pada kegiatan produksi.
Tabel 1
Harga Pokok Barang Yang Diproduksi Tahun 2012
Uraian
Semester I
Semester II
1. Pemakaian Bahan Baku
Persediaan Awal
1.969.354.055
1.947.328.033
Penerimaan
-Pembelian
19.986.554.104
19.898.453.716
-Beling Intern
4.979.699.784
4.993.679.784
Bahan Yang Tersedia
26.935.607.943
26.839.461.533
Persediaan Akhir
(1.947.328.033)
(1.906.120)
Pemakaian Bahan
24.988.279.910
26.837.555.413
Pemakaian Diluar Produksi
-Dipinjamkan
0,00
0,00
-Penelitian
0,00
0,00
-Penyesuaian
655.533.397
653.733.375
Pemakaian Bahan Baku
25.643.813.307
27.491.288.788
2. Pemakaian Cat Dekorasi
650.025.101
648.045.101
3. Biaya Tenaga Kerja
4.723.194.687
4.725.192.685
4. Biaya Overhead Pabrik
55.932.981.882
55.928.981.860
5. Biaya Mold
909.350.154
909.336.150
Total Biaya Produksi
87.859.365.131
89.702.844.584
7. Persediaan Awal BDP
-Seksi P.B.P.K
12.413.553
12.425.533
-Seksi Peleburan Bahan
355.218.899
346.830.927
Jumlah Persediaan Awal BDP
367.632.452
359.256.460
Total Biaya yang
Diperhitungkan
90.268.625.483
90.062.101.044
8. Persediaan Akhir BDP
-Seksi P.B.P.K
12.425.533
4.035.575
-Seksi Peleburan Bahan
346.830.927
211.339.743
-Jumlah Persediaan Akhir BDP
(359.256.460)
(215.375.318)
Total Biaya yang Diperhitungkan
90.053.224.253
89.938.716.142
9. Nilai Beling Sortir
3.577.869.382
3.630.659.652
10. Nilai Beling Dekorasi
127.365.407
126.569.489
Total Biaya yang Diperhitungkan
(3.705.234.789)
(3.757.229.141)
Harga Pokok Barang Yang
Diproduksi
85.180.185.525
85.071.817.394
Jumlah
3.916.682.088
39.885.007.820
9.973.379.568
53.775.069.4756
(1.949.234.153)
51.825.835.323
0,00
0,00
1.309.266.772
53.135.102.095
1.298.070.202
9.448.387.372
111.861.963.742
1.818.686.304
177.562.209.715
24.839.086
702.049.826
726.888.912
178.289.098.627
16.461.180
558.170.670
(574.631.778)
177.714.466.849
7.208.529.034
253.934.896
(7.462.463.930)
170.252.002.919
Sumber: PT. Iglas (Persero): Laporan Perhitungan Harga Pokok Yang Diproduksi, 2012
Identifikasi ini bertujuan agar kegiatan pengendalian kualitas dapat menjadi efektif.
Berdasarkan laporan harga pokok produksi PT. Iglas (Persero) tahun 2012, maka dapat
diidentifikasi elemen-elemen biaya kualitas. Yang pertama, biaya pencegahan yang termasuk
pada PT. Iglas (Persero) meliputi: (a) biaya pendidikan dan pelatihan, sebesar Rp. 1.818.457
yang mana untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam melaksanakan tugasnya
yang berkaitan dengan kualitas. Serta biaya perjalan dinas sebesar Rp. 118.572.082; (b) biaya
penelitian/pegembangan, sebesar Rp. 29.720.092 untuk perencanaan dan standarisasi
kualitas produk; (c) biaya pemeliharaan mesin dan peralatan, sebesar Rp. 627.260.336 untuk
melakukan perawatan mesin dan alat-alat produksi; (d) biaya pemeliharaan bangunan,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
9
sebesar Rp. 771.423.097 terdiri dari pemeliharaan bangunan, sparepart dan pemeliharaan
inventaris untuk melakukan perawatan pada dapur peleburan dan dapur dekorasi/labeling;
(e) audit kualitas, sebesar Rp. 27.151.600 terdiri dari biaya ISO dan seksi bagian P.B.P.K yang
mana untuk mengawasi, menilai, mengevaluasi serta menganalisa keadaan dan sistem
manajemen kualitas yang dilakukan oleh perusahaan.
Kedua, biaya pengendalian/deteksi yang termasuk pada PT. Iglas (Persero) meliputi:
(a) biaya inspeksi bahan baku, sebesar Rp. 658.399.960 yang terdiri dari biaya bahan baku
antar dan P.B.P.K yang mana untuk menguji dan memeriksa bahan baku yang baru datang
yang akan digunakan; (b) biaya inspeksi proses produksi, sebesar Rp. 710.437.784 yang
terdiri dari biaya peleburan yang mana untuk memeriksa proses produksi agar sesuai
dengan standart kualitas; (c) biaya pengujian barang jadi, sebesar Rp. 422.703.398
merupakan biaya yang digunakan untuk melakukan pengujian atas produk yang telah
setengah jadi atau botol yang belum dilabelling.
Ketiga, biaya kegagalan interna yang dapat teridentifikasi pada PT. Iglas (Persero)
adalah sebesar Rp. 7.462.463.930 terdiri dari nilai belling sortir dan beling dekorasi. Namun
botol yang mengalami kegagalan ini akan di jadikan beling reject untuk dijadikan bahan
baku kembali.
Keempat, biaya kegagalan eksternal yang dapat teridentifikasi pada PT. Iglas (Persero)
adalah sebesar Rp. 5.464.119.789 yang terdiri biaya pengganti resiko pecah, discount, claim,
retur. Yang mana biaya tersebut untuk menangani keluhan, penyelidikan dan
penggantian/negosiasi yang berkaitan dengan produk yang tidak memenuhi ekspektasi
pelanggan.
Laporan Biaya Kualitas
Setelah melakukan identifikasi dan mengklasifikasikan elemen-elemen yang termasuk
pada biaya kualitas, maka langkah selanjutnya adalah menghitung biaya kualitas dan
menjadikannya suatu laporan biaya kualitas.
Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, PT. Iglas (Persero) mempunyai standar
kualitas untuk setiap produk yang dihasilkan, baik mulai bahan baku hingga penyelesaian.
Sampai saat ini perusahaan belum mempunyai standar untuk biaya kualitas. Manajemen
hanya berusaha menekan pengeluaran biaya kualitas sampai seminimal mungkin, sehingga
belum ada kontrol yang jelas untuk mengupayakan pengendalian biaya kualitas yang mana
akan dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi.
Pelaporan biaya kualitas berdasarkan biaya produksi tahun 2012 yang telah disusun
diharapkan dapat memberikan gambaran sejauh mana perbaikan kualitas dan pengendalian
biaya kualitas yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk memproduksi. Dan diharapkan
laporan ini dapat dijadikan dasar sebagai indikator bagi manajemen untuk mengetahui
berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk peningkatan kualitas.
Berdasarkan pengklasifikasian elemen-elemen biaya kualitas yang telah digolongkan
sebelumnya, maka dapat disusun laporan biaya kualitas atas biaya produksi pada tahun
2012.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
10
Tabel 2
Biaya Kualitas PT. Iglas (Persero) Tahun 2012
Keterangan
Biaya Kualitas
Biaya Pencegahan:
Pendidikan dan Pelatihan
120.390.539
Penelitian dan Pengembangan
29.720.092
Pemeliharaan Mesin dan Peralatan
627.260.336
Pemeliharaan Bangunan
771.423.100
Audit Mutu
27.151.600
Total Biaya Pencegahan
1.575.945.667
Biaya Pengendalian/Deteksi:
Pemeriksaan Bahan Baku
658.399.960
Pemeriksaan Proses Produksi
710.437.784
Pengujian Barang Jadi
422.703.398
Total Biaya Pengendalian/Deteksi
1.791.541.142
Biaya Kegagalan Internal
Nilai Beling Sortir
7.208.529.034
Nilai Beling Dekorasi
253.934.896
Total Biaya Kegagalan Internal
7.462.463.930
Biaya Kegagalan Eksternal
Garansi
593.020.311
Discount
352.573.828
Claim/Retur
4.518.525.650
Total Biaya Kegagalan Eksternal
5.464.119.789
Total Biaya Kualitas
16.294.070.528
Sumber: PT. Iglas (Persero): Laporan Rekapitulasi Biaya, 2012 dan Laporan Harga Pokok Barang Yang
Diproduksi, 2012 (Diolah)
Analisis Biaya Kualitas PT. Iglas (Persero)
Setelah menyusun laporan biaya kualitas, maka selanjutnya penulis akan menganalisa
biaya yang telah diidentifikasi. Sebagai bahan pertimbangan manajemen dalam
mengalokasikan biaya kualitas agar lebih tepat sasaran, tercipta efisiensi serta mengetahui
biaya kualitas yang paling dominan memberikan kontribusi terhadap perusahaan.
Perbandingan biaya kualitas terhadap total biaya kualitas yang tersedia pada tabel 3.
Dari perbandingan tabel 3 maka dapat dianalisis, biaya golongan manakah yang
paling besar. Bila diurutkan dari biaya yang paling besar adalah biaya kegagalan internal
sebesar 45, 80 %, biaya kegagalan eksternal sebesar 33,53 %, biaya pengendalian atau deteksi
sebesar 10,99 % dan terakhir biaya pencegahan sebesar 9,67 %.
Dapat dilihat bahwa proporsi antara biaya pencegahan, pengendalian dengan biaya
kegagalan internal, eksternal tidak seimbang bahwa 20,66 % dengan 79,33 %. Disini
menunjukkan dengan total biaya pencegahan dan pengendalian sebesar itu tetap saja terjadi
kegagalan internal yang sangat besar. Melalui wawancara dengan bagian quality control,
bahwa PT. Iglas (Persero) memang mengalami kegagalan terbesar memang pada kegagalan
internal pada pencetakan botol oleh mesin dengan komposisi yang sudah memenuhi
standart dan lolos pengujian oleh seksi P.B.P.K. Kebanyakan yang terjadi dari pencetakan
tersebut botolnya bergelembung, tingkat ketebalan beling, pecah ketika diuji coba
dimasukkan pada air dingin dan panas dan dekorasinya yang kurang memenuhi standart
pelanggan. Tapi apabila botol yang mengalami cacat hanya ketebalan beling yang mana
harunya digunakan untuk botol bir bisa dijadikan botol kecap. Kegagalan internal yang
terjadi pada PT. Iglas (Persero) ini nantinya akan menjadi beling reject yang mana akan
dihancurkan kembali dan lebur untuk dicetak menjadi botol kembali. Kegagalan internal
yang terjadi pada PT. Iglas (Persero) sebesar 45,80 % merupakan biaya yang paling besar
dari biaya kualitas yang lainnya ini menunjukkan ketatnya dalam melakukan inspeksi atau
pengawasan terhadap produknya agar sesuai dengan standart kualitas.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
11
Tabel 3
Perbandingan besar masing-masing biaya kualitas terhadap total biaya kaulitas
Keterangan
Biaya Kualitas (Rp)
Persentase (%)
Biaya Pencegahan:
Pendidikan dan Pelatihan
120.390.539
0,74
Penelitian dan Pengembangan
29.720.092
0,18
Pemeliharaan Mesin dan Peralatan
627.260.336
3,85
Pemeliharan Bangunan
771.423.100
4,73
Audit Mutu
27.151.600
0,17
Total Biaya Pencegahan
1.575.945.667
9,67
Biaya Pengendalian/Deteksi:
Pemeriksaan Bahan Baku
658.399.960
3,60
Pemeriksaan Proses Produksi
710.437.784
4,36
Pengujian Barang Jadi
422.703.398
2,59
Total Biaya Pengendalian/Deteksi
1.791.541.142
10,99
Biaya Kegagalan Internal:
Nilai Beling Sortir
7.208.529.034
44,24
Nilai Beling Dekorasi
253.934.896
1,56
Total Biaya Kegagalan Internal
7.462.463.930
45,80
Biaya Kegagalan Eksternal:
Garansi
593.020.311
3,64
Discount
352.573.828
2,16
Claim/Retur
4.518.525.650
27.73
Total Biaya Kegagalan Eksternal
5.464.119.789
33,53
Total Biaya Kualitas
16.294.070.528
100,00
Sumber: PT. Iglas (Persero): Laporan Rekapitulasi Biaya, 2012 dan Laporan Harga Pokok Barang Yang
Diproduksi, 2012 (Diolah)
Peringkat kedua biaya kaulitas yang terjadi pada PT. Iglas (Persero) adalah kegagalan
eksternal yakni sebesar 33,53 %. Berdasarkan wawancara dengan bagian quality control
kegagalan ini terjadi biasanya ada dekorasi yang tidak sesuai namun jumlah sangat minim
hal ini tidak langsung retur namun akan terjadi negosiasi yang berujung pada pemberian
discount begitu juga dengan botol yang berjamur karena terlalu lama disimpan dalam
gudang. Apabila terjadi retur/claim maka bagian quality control PT. Iglas (Persero) segera
melakukan inspeksi pada pelanggan untuk melihat kondisi botolnya apakah memang harus
dilakukan retur. Sejauh ini PT. Iglas (Persero) sudah baik dalam hal customer satisfaction,
karena keluhan dan claim/retur mudah tersampai dan segera ditindak lanjuti dengan
perbaikan.
Yang ketiga dan keempat adalah biaya pengendalian/deteksi sebesar 10,99% dan
biaya pencegahan sebesar 9,67 % pada biaya kualitas PT. Iglas (Persero). Angka sebesar 20,66
% sangat tidak imbang bila dibandingkan dengan kegagalan yang terjadi. Meskipun telah
diadakan pelatihan dengan mendatangkan tentor ahli dibidang kemas botol juga dengan
pelatihan oleh senior. Begitu juga telah dilakukan inspeksi pada bahan baku yang masuk
oleh seksi P.B.P.K dan mendapat pengawasan terhadap jalannya proses produksi hingga
barang jadi. Dan selalu memelihara mesin dengan selalu mengganti sparepartnya namun
kegagalan internal tetap tak terhindarkan.
Berdasarkan analisis diatas maka PT. Iglas (Persero) perlu menambahkan biaya pada
pencegahan untuk mengetahui penyebab lebih lanjut pada kegagalan internal terutama pada
saat pencetakan botol oleh mesin. Dengan begitu biaya kegagalan internalpun dapat
berkurang.
Analisis Biaya Kualitas Terhadap Biaya Produksi
Laporan biaya kualitas berdasarkan biaya produksi bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar jumlah biaya kualitas yang dikeluarkan dibanding dengan biaya produksi.
Dengan demikian manajer perusahaan dapat menyadari seberapa besar presentase biaya
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
12
kualitas yang terjadi pada biaya produksi perusahaan. Presentase biaya kualitas terhadap
biaya produksi dapat dilihat pada tabel 4 .
Dari perhitungan harga pokok pada tabel 1 dan perhitungan biaya kualitas pada tabel
2 yang telah disajikan pada tabel 4, selanjutnya dapat dianalisis lebih lanjut. Biaya produksi
tahun 2012 sebesar Rp.177.562.209.715. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa total biaya
kualitas sebesar 9,18 % dari biaya produksi. Hal ini menunjukkan cukup berpengaruh bagi
biaya produksi.
Dari semua biaya kualitas terhadap biaya produksi yang paling berpengaruh adalah
biaya kegagalan internal sebesar 4,20 %. karena proses produksi PT. Iglas (Persero), faktor
yang paling sering mengalami kegagalan adalah pencetakan yang dilakukan oleh mesin.
Maka sebaiknya lebih ditekankan untuk meneliti mesin dan mengembangkan pelatihan bagi
karyawan, agar dapat mengurangi cacat produksi.
Tabel 4
Persentase biaya kualitas terhadap biaya produksi 2012
Keterangan
Jumlah (Rp)
Persentase (%)
Biaya Produksi
177.562.209.715
Biaya Pencegahan:
Pendidikan dan Pelatihan
120.390.539
0,07
Penelitian dan Pengembangan
29.720.092
0,02
Pemeliharaan Mesin dan Peralatan
627.260.336
0,35
Pemeliharan Bangunan
771.423.100
0,43
Audit Mutu
27.151.600
0,02
Total Biaya Pencegahan
1.575.945.667
0,89
Biaya Pengendalian/Deteksi:
Pemeriksaan Bahan Baku
658.399.960
0,37
Pemeriksaan Proses Produksi
710.437.784
0,40
Pengujian Barang Jadi
422.703.398
0,24
Total Biaya Pengendalian/Deteksi
1.791.541.142
1,01
Biaya Kegagalan Internal:
Nilai Beling Sortir
7.208.529.034
4.06
Nilai Beling Dekorasi
253.934.896
0,14
Total Biaya Kegagalan Internal
7.462.463.930
4,20
Biaya Kegagalan Eksternal:
Garansi
593.020.311
0,33
Discount
352.573.828
0,20
Claim/Retur
4.518.525.650
2,54
Total Biaya Kegagalan Eksternal
5.464.119.789
3,08
Total Biaya Kualitas
16.294.070.528
9,18
Sumber: PT. Iglas (Persero): Laporan Rekapitulasi Biaya, 2012 dan Laporan Harga Pokok Barang Yang
Diproduksi, 2012 (Diolah)
Jadi sebaiknya PT. Iglas (Persero) lebih menfokuskan kegiatan-kegiatan yang bersifat
pencegahan, misalnya biaya penelitian dan pengembangan dan biaya pemeliharaan mesin
dengan pemberian pelatihan kepada karyawan yang lebih lanjut mengenai kualitas. Begitu
juga untuk pemeliharaan mesin lebih ditekankan untuk menggunakan sperpat yang
berkualitas baik. Agar mesin tersebut dapat beroperasi dengan baik dan dapat bertahan
lama, sehingga tidak perlu perbaikan yang terus menerus dengan jangka waktu yang
pendek. Dengan begitu juga tidak mengganggu proses produksi, sehingga proses produksi
botol dapat berjalan lancar dan meminimalkan cacat cetak botol.
Keterkaitan antara Analisis Biaya Kualitas dengan Efisiensi Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membuat suatu barang
atau jasa yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja lengsung, dan
biaya tidak langsung yang biasa dikenal sebagai overhead pabrik. Sedangkan dalam
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
13
perhitungan biaya kualitas meliputi bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan
overhead pabrik. Jadi biaya kualitas berada pada komponen biaya produksi.
Untuk lebih meningkatkan efisiensi biaya produksi, perusahaan dapat melakukan
identifikasi terhadap aktivitas-aktivitas pengendalian biaya kualitas yang terdapat dalam
laporan biaya kualitas. Identifikasi ini dimaksudkan untuk melihat aktivitas apa saja yang
memberikan nilai tambah bagi peningkatan kualitas, dan aktivitas yang kurang/tidak
bernilai tambah. Aktivitas yang teridentifikasi pertama, perjalanan dinas, dimana sudah
dilakukan pendidikan dan pelatihan di PT. Iglas (Persero). Dengan demikian, perjalanan
dinas dilaksakan dua personel saja, yang kemudian disampaikan dan informasikan melalui
forum diskusi internal perusahaan. Maka pengeluaran biaya perjalanan dinas dapat
dikurangi, misalnya awalnya empat orang menjadi dua orang, bearti terjadi penghematan
50%. Biaya perjalanan dinas ini masuk pada biaya pendidikan dan pelatihan sebesar Rp.
118.572.082 menjadi Rp. 59.286.041.
Kedua, biaya pemeliharaan mesin dan peralatan. Perusahaan perlu mengkaji mesinmesin mana saja tidak dapat dioperasikan secara maksimal dan masih beroperasi maksimal,
dan menambah teknologinya agar lebih canggih atau mengperbaruhi tekhnologinya tanpa
harus mengganti mesin tersebut. Dengan begitu proses produksi atau mencetak botol akan
lebih efektif dan maksimal. Dan secara otomatis akan mengurangi cacat botol yang terjadi
dan pemeliharaannya pun bisa terminimalisir. Maka disini biaya untuk pemeliharaan mesin
dan peralatan diminimalisir sebanyak 20%. Jadi awalnya biaya pemeliharaan mesin dan
peralatan sebesar Rp. 627.260.336 menjadi Rp. 125.452.067.
Ketiga, biaya pengujian barang jadi. Perusahaan sudah melakukan aktivitas
pemeriksaan disetiap tahap produksi, mulai dari pemeriksaan bahan baku, pemeriksaan
proses produksi, dan pengujian barang jadi. Dengan adanya proses pemeriksaan bahan baku
secara laboratorium berarti perusahaan sudah mencegah terjadinya kegagalan pada aktivitas
proses produksi sejak dini. Dengan ketatnya pengendalian dari bahan baku dan proses
produksi maka aktivitas pengujian barang jadi dapat diminimalkan 50%. Jadi awalnya biaya
pengujian barang jadi Rp. 422.703.398 menjadi Rp. 211.351.699.
Dari data tersebut diharapkan tercipta nilai yang lebih efisiensi daripada sebelumnya
melakukan pengurangan terhadap aktivitas yang tidak/kurang bernilai tambah.
Tabel 5
Perbandingan Biaya Kualitas Sebelum dan Sesudah Diidentifikasi Kurang/Tidak Bernilai Tambah
No.
Keterangan
Sebelum
Efisiensi
Sesudah
1.
Biaya Perjalanan Dinas
118.572.082
50%
59.286.041
2.
Biaya Pemeliharaan Mesin dan
Peralatan
627.260.336
20%
125.452.067
3.
Biaya Pengujian Barang
422.703.398
50%
211.351.699
Sumber: PT. Iglas (Persero): Laporan Rekapitulasi Biaya, 2012 (Diolah)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
14
Tabel 6
Perhitungan Biaya Kualitas Sesudah Analisis Aktivitas Bernilai Tambah
Tahun 2012
Keterangan
Jumlah (Rp)
Persentase (%)
Biaya Produksi
177.562.209.715
Biaya Pencegahan:
Pendidikan dan Pelatihan
61.104.498
0,03
Penelitian dan Pengembangan
29.720.092
0,02
Pemeliharaan Mesin dan Peralatan
125.452.067
0,07
Pemeliharan Bangunan
771.423.100
0,43
Audit Mutu
27.151.600
0,02
Total Biaya Pencegahan
1.014.851.357
0,57
Biaya Pengendalian/Deteksi:
Pemeriksaan Bahan Baku
658.399.960
0,37
Pemeriksaan Proses Produksi
710.437.784
0,40
Pengujian Barang Jadi
211.351.699
0,12
Total Biaya Pengendalian/Deteksi
1.580.189.443
0,89
Biaya Kegagalan Internal:
Nilai Beling Sortir
7.208.529.034
4,06
Nilai Beling Dekorasi
253.934.896
0,14
Total Biaya Kegagalan Internal
7.462.463.930
4,20
Biaya Kegagalan Eksternal:
Garansi
593.020.311
0,33
Discount
352.573.828
0,20
Claim/Retur
4.518.525.650
2,54
Total Biaya Kegagalan Eksternal
5.464.119.789
3,08
Total Biaya Kualitas
15.521.624.519
8,74
Sumber: PT. Iglas (Persero): Laporan Rekapitulasi Biaya, 2012 dan Laporan Harga Pokok Barang Yang
Diproduksi, 2012 (Diolah)
Dengan adanya perubahan ini maka dapat dilihat pengurangan biaya kualitas dengan
mengurangi aktivitas yang kurang/tidak bernilai tambah. Sehingga secara otomatis akan
meningkatkan efisiensi biaya produksi.
Tabel 7
Persentase Biaya Kualitas Terhadap Biaya Produksi
Biaya
Sesudah
(Rp)
(Rp)
Total Biaya Kualitas
16.294.070.528
15.521.624.519
Biaya Produksi
177.562.209.715
176.789.763.706
Persentase
9,18 %
8,78 %
Efisiensi (Rp)
772.446.009
772.446.009
0,4 %
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa besarnya biaya kualitas setelah dieliminasi
pada aktivitas yang kurang/tidak bernilai tambah jauh lebih rendah daripada sebelum
eliminasi. Hal ini tentu memberi manfaat bagi pengendalian biaya kualitas. Dapat dilihat
biaya kualitas turun sebesar 4,74 % atau sebesar Rp. 772.446.009 dan secara otomatis
mengurangi biaya produksi sebesar 0.4%. Sehingga dapat meningkatkan efisiensi biaya
produksi.
Peranan Analisis Biaya Kualitas Dalam Menekan Biaya Produksi
Dengan dilakukannya analisis biaya kualitas maka manajemen mendapat gambaran
mengenai biaya-biaya yang tergolong biaya kualitas dan besar jumlah biaya yang telah
dikeluarkan untuk kualitas. Sehingga manajemen dapat mengambil keputusan atau
tindakan mana yang sebaiknya lebih difokuskan aktivitasnya dan dikurangi/diminimalisir
dari kegiatan pengendalian kualitas.
Salah satu cara yang dilakukan untuk meminimalisir biaya kualitas yakni dengan cara
menganalisis hubungan antar kategori-kategori biaya kualitas. Untuk mengurangi biaya
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
15
kegagalan yakni dengan cara lebih meningkatkan pada biaya pencegahan dan biaya
penilaian. Karena hal ini secara otomatis akan meningkatkan efektivitas pengendalian
kualitas PT. Iglas (Persero).
Berdasarkan analisis biaya kualitas yang dilakukan pada PT. Iglas (Persero) terlihat
bahwa biaya yang paling besar adalah biaya kegagalan internal. Hal ini disebabkan sering
terjadinya pada saat mencetak botol sering kali mengalami cacat cetak botol. Sebaiknya
perusahaan dapat menelusuri penyebabnya sehingga dapat mengurangi biaya kegagalan
internal. Salah satunya dengan cara dilakukannya peningkatan biaya kendali pada biaya
pencegahan dan biaya penilaian.
Biaya kualitas merupakan bagian dari biaya produksi sehingga apabila terjadi
penurunan pada biaya kualitas maka secara otomatis akan mengurangi biaya produksi.
Maka dilakukannya analisis biaya kualitas dapat menekan biaya kualitas dan dapat
mengalokasikannya seoptimal mungkin.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan pada analisis laporan biaya kualitas yang telah dijabarkan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) PT. Iglas (Persero) belum
memiliki standar untuk biaya kualitas optimum setiap tahunnya. Selama ini manajemen
hanya sebatas berusaha menekan pengeluaran biaya produksi seminimum mungkin; (2) PT.
Iglas (Persero) belum memiliki laporan biaya kualitas yang terpisah dari laporan biaya
produksi, sehingga sulit untuk mengidentifikasi pencapaian usaha peningkatan kualitas
yang dilaksanakan; (3) berdasarkan analisis biaya kualitas dapat dilihat bahwa biaya
terbesar adalah biaya kegagalan internal yang diikuti dengan biaya kegagalan eksternal,
biaya pengendalian dan biaya pencegahan. Hal ini menunjukkan PT. Iglas (Persero) sangat
ketat dalam melakukan inspeksi atau pengawasan terhadap produknya agar sesuai dengan
standart kualitas yang telah ditetapkan sebelum sampai pada tangan pelanggan; (4) dari
analisis biaya kualitas dapat diketahui berapa besar biaya yang dikeluarkan perusahaan
dalam pengendalian kualitasnya dan kegiatan apa saja yang menimbulkan biaya terbesar.
Kemudian dapat diupayakan untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi tanpa
mengurangi kualitas, yakni dengan mengidentifikasi aktivitas-aktivitas pada pengendalian
biaya kualitas yang ada pada laporan biaya kualitas. Bedasarkan analisis laporan biaya
kualitas dapat diupayakan meminimalisir aktivitas-aktivitas yang kurang bernilai tambah,
antara lain: (a) biaya perjalanan dinas; (b) biaya pemeliharaan mesin dan peralatan; (c) biaya
pengujian barang jadi.; (5) PT. Iglas (Persero) mendapat gambaran mengenai biaya-biaya
yang tergolong biaya kualitas dan besar jumlah biaya yang telah dikeluarkan untuk
pengendalian kualitas. Sehingga PT. Iglas (Persero) dapat mengambil keputusan atau
tindakan mana yang sebaiknya lebih difokuskan dan meminimalisir kegiatan pengendalian
kualitas tanpa mengurangi kualitas produk.
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk PT. Iglas (Persero) adalah sebagai berikut:
(1) sebaiknya PT. Iglas (Persero) menentukan standar untuk biaya optimum agar
pengendalian biaya kualitas dapat dimaksimumkan; (2) PT. Iglas (Persero) disarankan
membuat laporan biaya kualitas secara khusus atau terpisah dari laporan biaya produksi,
sehingga dapat diketahui berapa jumlah biaya kualitas yang dikeluarkan oleh perusahan.
Dan perusahaan dapat memperbaiki, mempermudah perencanaan, pengendalian dan
keputusan yang tepat; (3) menindaklanjuti laporan biaya kualitas dengan melakukan analisis
sehingga dapat diketahui elemen biaya mana yang seharusnya dikendalikan dengan melihat
pada aktivitas-aktivitas yang bernilai tambah dan yang tidak bernilai tambah bagi upaya
peningkatan kualitas.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
16
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, J. 2005. Evaluasi Pengendalian Kualitas Total Produk Pakaian Wanita Pada
Perusahaan Konveksi. Jurnal Ventura (April): Vol. 8, No. 1.
Besterfield, D. H. 1998. Quality Control. Edisi 5. Englewood Cliffs: Prentice-Hall International
Inc.
Blocher, E. J., Kung H. C, dan Thomas. W. L. 2000. Manajemen Biaya dengan Tekanan Stratejik.
Terjemahan A. Susty Ambarriani. Jakarta : Salemba Empat.
________ . 2007. Manajemen Biaya. Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat.
Darmadi, H. H., dan Martusa, R. 2011. Peranan Biaya Kualitas Dalam Meningkatkan
Efisiensi Biaya Produksi (Studi Kasus pada PTP Nusantara VIII Kebun Ciater). Akurat
Jurnal Ilmiah Akuntansi (Tahun ke-2 Januari-April): Nomor 04.
Garrison, R. H., Noreen, E. W., dan Brewer. 2009. Managerial Accounting, 11th Edition. New
York: Tata Mc Graw-Hill Education.
Gasperz, V. 2005. Total Quality Management. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hansen, D. R., and M. M. Mowen. 2005. Management Accounting. Seven Edition. Singapore:
South-Western
________ . 2009. Akuntansi Manajemen. Jilid 2. Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
Himmatulina, M. 2011. “Penyusunan Laporan Biaya Kualitas Sebagai Alat Pengendalian Kualitas
Produk Pada PT. X”. Skripsi: Universitas Airlangga.
Horngren, C. T., G. Foster, dan S. M. Datar. 2003. Cost Accounting: A Managerial Accounting.
Edisi 11. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-Hall Inc
Kaplan, R. S., dan A. A. Atkinson. 1998. Advanced Management Accounting. Edisi 3. New
Jersey: Prentice-Hall Inc.
Kusnadi, Z. A. Moh. Syadeli. 2000. Akuntansi Manajemen: Komprehensif, Tradisional dan
Kontemporer. Malang: Universitas Brawijaya.
Supriyono. 1999. Manajemen Biaya. Yogyakarta: BPFE.
…
Download