SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534 Pengoptimalan Sirkulasi Angin Pada Rumah Deret Zuraida Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surabaya e-mail: [email protected] ABSTRAK Rumah deret adalah rumah yang berdempetan/bersebelahan (rumah yang bersambung) antara rumah yang satu dengan rumah yang berada diseblahnya. Jarak antara rumah yang bersebelahan tidak ada. Dinding rumah yang bersebelahan berdempetan. Rumah deret ini tidak mempunyai kesempatan untuk membuat jendela karena berbatasan dinding dengan rumah yang disebelahnya. Hal ini yang mengakibatkan kondisi rumah panas karena tidak ada angin yang mengalir di dalam. Rumah deret ini banyak ditemukan pada rumah-rumah yang dibangun oleh masyarakat di kampung dengan luasan yang minimal. Sedangkan yang dibangun oleh pemerintah atau swasta biasanya RSS atau RS dengan tipe kecil. Rumah deret yang menjadi fokus penelitian ini adalah rumah yang memiliki luasan maksimal 70 m ² yang berada di Kota Surabaya. Penelitian ini diharapkan menemukan penyelesaian bagi Rumah Deret (berdempetan) baik yang dibangun oleh masyarakat maupun yang dibangun oleh pemerintah atau swasta di Kota Surabaya dalam mengoptimalkan penganginan/penghawaan alami di dalam rumah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan objek penelitian rumah masyarakat, RSS dan RS. Sedangkan yang menjadi objek pengamatan adalah denah rumah dan posisi penempatan jendela dan pembukaan. Pola tatanan ruang rumah pada rumah deret sangat mempengaruhi pola aliran angin selain posisi penempatan jendela dan pintu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada rumah deret sangat diperlukan penambahan jumlah pembukaan atau jendela yang dapat mengalirkan angin masuk an keluar rumah yaitu dengan cara memberi meninggikan dinding pembatas rumah dan ventilasi atap. Hal ini untuk mengoptimalkan aliran angin ke dalam rumah. Kata Kunci: rumah, deret, sirkulasi, angin, pembukaan ABSTRACT Row house is a house adjoining or adjacent (contiguous houses) which is close to each other between a house and the other house beside it. There’s no distance between them.The each wall between one house and the other house are close to each other. This row house did not havea chance to create a window because the wall adjacent to the house next to it, there is no space. The consequence of this matter is the weather in the house become hot because there was no wind that flows inside. This row house can be found in many homes-homes built by the public with a minimum extents while built by government or private usually RSS or RS with small type. Row house which is the focus of this research is that the house has an area of 70 m 2 which is located in Surabaya. This study is expected to find a solution to the row house which was built by the public and built by the government or the private sector in Surabaya in optimizing aeration in the house. The method used in this study is a qualitative method with research object is public houses, RSS and RS. While the object of observation is the position of house plans and placement of windows and doors. The results of this study indicate it is necessary for the row house to have addition of the window which can stream winds in and out of the house by elevating the house wall and roof vents. This is for optimizing the flow of air into the house. Keywords: house, row, circulation, air, window SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 945 SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534 Pendahuluan Kepadatan lahan di perkotaan akibat pertambahan jumlah penduduk memberi dampak pada sulitnya mendapatkan perumahan yang layak huni. Harga lahan yang semakin mahal merupakan masalah bagi masyarakat untuk mendapatkan lahan untuk perumahan. Sebagian masyarakat hanya dapat menjangkau lahan yang murah yang biasanya berada di pinggiran kota dengan luasan yang minim atau perumahan-perumahan bertipe kecil yang dibangun swasta atau pemerintah melalui RSS atau RS dengan cara kredit. Pengkaplingan lahan-lahan dengan luasan kecil ini menghasilkan perumahan yang berdempetan (deret). Perumahan kampung yang ada di Kota Surabaya ini padat dan berderet/berdempetan. Rumah-rumah dengan luasan minim dan berderet yang dibangun oleh masyarakat secara mandiri ( rumah kampung) atau RSS dan RS ini merupakan solusi bagi masyarakat menengah ke bawah di perkotaan agar dapat memiliki rumah sendiri walaupun harus hidup berdesakan. Dengan luasan rumah yang minim dan berdempetan di Kota Surabaya yang memiliki temperatur dan kelembaban udara yang cukup tinggi, merupakan suatu permasalahan dalam kenyamanan di dalam rumah. Hal ini karena rumah merupakan tempat untuk beristirahat dan berteduh dari hujan, panas dan kondisi-kondisi yang tidak diinginkan di lingkungan luar. Sebagaimana menurut Broadbent (1973) bahawa fungsi arsitektur adalah apa saja yang dipancarkan/diekspresikan dan diinformasikan. Terdapat Fungsi Environmental Filter, Container of Activity, Capital Invesment, Symbolic Function, Behavior Modifier dan Aesthetic Function. Pada fungsi Environmental Filter adalah sebuah bangunan dan semua layanan yang ada didalamnya memiliki fungsi mengendalikan iklim fisik lingkungannya, sehingga bangunan merupakan ‘penangkal’ antara lingkungan luar dengan aktivitas yang diwadahi untuk menciptakan kenyamanan huni. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah rumah seharusnya dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang disebabkan oleh faktor lingkungan luar yang termasuk lingkungan alam dalam hal ini termasuk iklim mikro pada khususnya agar tercipta kenyamanan di dalam bangunan. Permasalahan yang terjadi pada rumah-rumah di perkotaan khususnya Kota Surabaya adalah sulitnya mendapatkan penghawaan alami yang optimal di dalam rumah. Hal ini terkait dengan kepadatan lahan untuk perumahan sehingga tidak memungkinkan lagi ada ruang terbuka terutama rumah yang memiliki luasan lahan yang kecil dan berdempetan (deret) antar rumah. Hembusan angin tidak dapat mengalir di dalam rumah. Tidak adanya pelubangan angin atau jendela yang dapat mengalirkan angin secara bergantian. Kondisi di dalam rumah menjadi panas, lembab, dan pengap. Kondisi inilah yang terjadi pada rumah-rumah yang dibangun masyarakat secara individu yang memiliki luasan kecil atau rumah yang dibangun pemerintah atau swasta bertipe kecil yang dibangun dengan berdempetan/berderet. Kajian Pustaka Gerakan Udara Menurut Lippsmeier (1980), gerakan udara di dalam rumah dapat dihasilkan dengan memanfaatkan angin atau melalui kontras antara bidang fasade yang terkena dan tidak terkena cahaya. Kedua gaya ini bisa saling mendukung dan bertentangan, tergantung pada orientasi bangunan dan pengaturan lobang-lobang udara dan jendela. Suatu saat, derajat efektifitas tergantung pada perbedaan tekanan udara antara kedua sisi bangunan dan pada saat lain tergantung perbedaan temperatur. Karena itu untuk mendapatkan ventilasi silang, lobanglobang harus dibuat pada sisi-sisi bangunan yang berlawanan. Arah angin sangat menentukan orientasi bangunan. Jika di daerah lembab diperlukan sirkulasi udara yang terus menerus, didaerah kering orang cenderung membiarkan sirkulasi udara hanya pada waktu dingin atau pada malam hari. Karena itu di daerah tropika basah dinding-dinding luar sebuah bangunan terbuka untuk sirkulasi udara lebih besar dari pada yang dibutuhkan untuk pencahayaan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pengaturan pelubangan atau jendela rumah itu sangat penting untuk aliran angin terutama di daerah beriklim tropis lembab seperti di Indonesia. SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 946 SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534 Ventilasi Menurut Liddament (1996) ventilasi adalah proses dimana udara bersih dari luar ruang secara sengaja dialirkan ke dalam ruang dan udara yang buruk dari dalam ruang dikeluarkan. Untuk ventilasi alami, diperlukan lubang-lubang ventilasi guna memasukkan atau mengeluarkan udara dari dalam ruang. Ventilasi diperoleh dengan memanfaatkan perbedaan bagian-bagian ruangan yang berbeda suhunya dan karena itu berbeda tekanan udaranya. Dalam pembangunan di daerah tropik lembab harus selalu mengupayakan pengaliran hawa udara yang menembus seluruh ruangan dan sebanyak mungkin unsur-unsur bangunan secara terus menerus agar kelembaban hawa tidak terlalu merusak (Mangunwijaya,1981). Ventilasi Alami Menurut Pudjiastuti dkk. (1999), ada keterbatasan pengaliran udara kedalam ruang secara alamiah yaitu tidak dapat dikontrol secara maksimal, sehingga bila kecepatan angin tidak memadai maka udara tidak dapat mengalir dengan baik. Sebaliknya bila angin kencang kondisi dalam ruangan akan terpengaruh. Desain atau rancangan penempatan pintu, jendela dan ventilasi yang baik dapat memungkinkan orang dalam ruang untuk mengatur udara sesuai dengan yang dikehendaki. Walaupun kualitas udara sulit dikontrol, namun ventilasi secara alamiah masih tetap dipakai sebagai andalan untuk mengalirkan udara segar dari luar kedalam ruang. Lubang ventilasi harus diletakkan berhadap-hadapan atau pada dua sisi yang berbeda, sehingga udara dari luar yang masuk ke dalam ruang dapat mengalir secara menerus. Desain atau rancangan penempatan pintu, jendela dan ventilasi yang baik dapat memungkinkan orang dalam ruang untuk mengatur udara sesuai dengan yang dikehendaki. Walaupun kualitas udara sulit dikontrol, namun ventilasi secara alamiah masih tetap dipakai sebagai andalan untuk mengalirkan udara segar dari luar ke dalam ruang. Pernyataan ini menunjukkan bahwa sistem ventilasi secara silang sangat diperlukan dalam rumah untuk mengalirkan angin masuk dan keluar rumah. Ventilasi secara alami ini merupakan hal yang penting dan harus ada dalam setiap bangunan untuk mendapatkan pergantian udara di dalam bangunan. Ventilasi Silang Menurut Lippsmeier (1994), ventilasi silang merupakan faktor yang sangat penting bagi kenyamanan ruangan, karena itu untuk daerah tropika basah , posisi bangunan yang melintang terhadap arah angin utama lebih penting dibandingkan dengan perlidungan terhadap radiasi matahari. Orientasi terbaik adalah posisi yang memungkinkan terjadinya ventilasi silang selama mungkin bila mungkin 24 jam tanpa bantuan peralatan mekanis bebas. Jenis posisi dan ukuran lobang jendela pada sisi atas dan bawah angin dari bangunan dapat meningkatkan efek ventilasi silang. Pernyataan ini menunjukkan bahwa sistem ventilas silang sangat penting untuk mendapatkan pendinginan didalam rumah dari pada perlindungan terhadap radiasi matahari. Karena dengan adanya aliran angi yang lancar maka panas di dalam rumah akan terhembus keluar. Sistem Ventilasi Satu Sisi. Menurut Pudjiastuti (1999), sistem ventilasi satu sisi kadang-kadang tidak dapat dihindari , dimana lubang-lubang ventilasi hanya dapat diletakkan pada satu sisi dari ruang. Udara yang masuk dalam ruang hanya tergantung pada fluktuasi turbulent dan sistem ini tidak dianjurkan karena kurang dapat dipastikan bahwa udara segar dapat masuk secara menerus ke dalam ruang. Biasanya untuk mengatasi hal ini dibuat lubang ventilasi yang besar agar udara dapat masuk ke dalam ruang bebas dan dapat bergerak masuk secara alamiah mengikuti aliran udara dari suhu yang lebih rendah ke arah suhu yang lebih tinggi. Kondisi ventilasi satu sisi inilah yang sering terjadipada rumah deret. Angin tidak dapat mengalir di dalam rumah sehingga kondisi di dalam rumah terasa panas. SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 947 SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sedangkan penelitian deskriptif (1999) merupakan penelitian untuk memecahkan masalah yang ada sekarang berdasarkan analisa data dengan menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi. Penelitian ini juga bersifat komparatif dan korelatif. Penelitian survei termasuk di dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, akan dibandingkan hasil dari sistem penganginan pada rumah kampung, rumah sederhana dan rumah sangat sederhana. Sampel dari populasi pada rumah kampung diambil 10% dari suatu wilayah Rukun Tetangga. Untuk RS dan RSS diambil 5% karena rumah-rumah ini cenderung memiliki denah yang sama. Analisa Penempatan jendela pada rumah kampung terletak pada ruang tamu. Pada beberapa rumah, jendela juga terdapat pada ruang tidur depan. Pada rumah sederhana jendela terdapat pada ruang tamu dan ruang tidur bagian depan. Begitu pula pada rumah sangat sederhana. Pada umumnya rumah-rumah tersebut memiliki dua buah ruang tidur. Ruang tidur bagian belakang biasanya tidak memiliki jendela sehingga pada ruang tidur ini terasa panas karena angin tidak dapat masuk. Selain itu pada ruang tidur di bagian belakang pada umumnya bersebelahan dengan ruang belakang seperti dapur, kamar mandi. Pada rumah sangat sederhana, teras biasanya dimanfaatkan sebagai ruang tamu karena alasan kebutuhan ruang. Teras yang dijadikan sebagai ruang tamu ini pada umumnya ditutup oleh dinding yang tinggi hingga menutup teras menjadi sebuah ruang tertutup. Bahkan pada sebagian besar rumah membuat ruang yang tertutup dan menjadi bagian dari ruang dalam dari rumah. Kondisi ini menambah rasa panas dalam rumah karena tidak ada angin yang dapat masuk atau bergerak di bagian depan rumah sebelum masuk ke bagian dalam rumah. Rumah kampung memiliki denah yang bervariatif dari pada rumah sederhana dan rumah sangat sederhana sehingga posisi penempatan jendela juga bervariatif. Ada rumah yang tidak memiliki jendela sama sekali pada 2 ruang tidurnya. Gambar 1. Denah rumah kampung yang tidak memiliki pembukaan pada ruang bagian belakang rumah Gambar 2. Tampilan depan rumah kampung dan rumah yang membuat ventilasi di bagian atas Pada rumah sederhana, posisi penempatan jendela juga terdapat pada ruang tamu dan ruang tidur depan. Pada beberapa rumah, plafon sudah ditinggikan selain itu dibuat SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 948 SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534 pelubangan-pelubangan yang bersifat sebagai bouvenlight yang dapat membantu penganginan di dalam rumah. Jendela ruang tamu yang diletakkan di samping kanan dan kiri pintu membuat angin dapat bergerak secara merata ke seluruh bagian ruangan. Denah rumah sederhana dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini. Gambar 3. Denah RS yang tidak memiliki pembukaan angin pada ruang bagian belakang dan pola aliran angin yang tidak lancar Gambar 4. Rumah sederhana yang meninggikan plafon dan memiliki pelubangan dibagian atas jendela Rumah sangat sederhana memiliki ketinggian plafon yang rendah 2,75-3 m. Selain itu kemiringan atap terlalu kecil 30. Kondisi ini berdampak pada pemanasan di dalam rumah. Kondisi yang menambah rumah tipe ini menjadi panas adalah menutup teras dengan dinding yang tinggi dan menjadikan teras menjadi ruang tamu atau parkir kendaraan atau jemuran sehingga tidak ada lagi ruang terbuka untuk pendinginan udara panas sebelum masuk ke dalam rumah (dapat dilihat pada gambar 5) Gambar 5. Denah RSS yang memiliki luasan yang minimal dengan jumlah ruang yang standar Gambar 6. Teras yang dijadikan ruang SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 949 SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534 Pada beberapa rumah kampung dan RS terdapat ruang terbuka dibagian halaman depan rumah yang dimanfaatkan sebagai ruang terbuka. Kondisi ini yang membedakan dengan RSS yang menutup halaman depan dan dimanfaatkan sebagai ruang tamu. Kondisi ini untuk mengatisipasi kebutuhan ruang. Pemanfaatan ruang terbuka pada RS dan RK dapat dilhat pada Gambar 7 dibawah ini. Gambar 7. RS (kiri) dan RK (kanan) yang memanfaatkan halaman sebagai ruang terbuka Hasil penelitian Dalam prinsip cross ventilasi, rumah harus memiliki pembukaan yang dapat memasukkan angin dan mengeluarkan angin atau yang dapat mengalirkan udara panas yang terdapat di dalam ruangan keluar ruangan. Pada kasus-kasus rumah kampung, rumah sangat sederhana, dan rumah sangat sederhana, yang memiliki luasan lahan dan bangunan yang minimal serta tidak ada pembukaan yang bisa ditempatkan pada posisi samping kanan atau kiri rumah sehingga kemungkinan pengambilan arah angin hanya berasal dari depan dan belakang rumah. Kondisi ini memang sangat sulit untuk mencapai kenyamanan di dalam rumah. Solusi yang dapat diterapkan pada rumah deret ini adalah meninggikan bangunan dan plafon, membuat pelubangan seoptimal mungkin terutama yang menghadap kearah ruang terbuka, membuat ruang terbuka di bagian belakang rumah walaupun luasannya minimal namun dapat difungsikan sebagai ruang untuk pelepasan atau pengeluaran angin atau udara panas. Selain itu membuat pelubangan-pelubangan yang sifatnya sebagai bouvenlight yang dapat diletakkan pada bagian atas dari dinding walaupun pada bagian tinggi manusia sudah ada jendela. Solusi penempatan bouvenlight ini juga untuk mengantisipasi kondisi dinding yang berdempetan yang tidak memungkinkan membuat jendela. Dengan adanya bouvenlight ini, pelubangan ini tidak sia-sia dibuat dan dapat mengambil angin dengan kecepatan yang lebih besar dari atas. Pendinginan ruang dalam rumah dapat diperoleh juga dengan membuat pelubangan pada bagian atas atap dengan mendesain atap bertumpuk sehingga angin masih dapat masuk ke dalam bagian atap dan pendinginan atap berimbas pada pendinginan ruang dalam rumah. Beberapa solusi desain pada rumah kampung, RSS dan RS dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Rumah kampung yang memiliki denah yang bervariatif memiliki penyelesaian desain yang berbeda-beda. Pada gambar 4 merupakan salah satu contoh denah rumah kampung yang memiliki 5 ruang yang terdiri dari ruang tamu, 2 ruang tidur, km/wc, dapur. Pada rumah ini posisi jendela hanya terdapat di dinding ruang tidur dan ruang tamu saja. Jendela-jendela yang terdapat diruang tidur ini tidak berfungsi secara optimsl untuk memasukkan angin karena selain luasannya kecil, posisi penempatannya tidak dapat memasukkan angin. Kondisi ini diperbaiki dengan mengubah pola tatanan ruang rumah sehingga dapat memposisikan jendela pada bagian-bagian yang dapat memberi kesempatan angin dapat mengalir masuk dan keluar rumah. Gambar 8. Denah rumah asli dan solusi SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 950 SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534 Pada Gambar 5, ketinggian dinding hingga 5-7 m agar dapat membuat pelubangan di bagian atas bangunan. Atap dibuat bertumpuk agar dapat memberi pendinginan atap dan dapat membuat pembukaan yang bersifat bouvenlight yang dapat mengalirkan angin masuk dan keluar rumah. Gambar 9. Tampak rumah kampung solusi Pada rumah sangat sederhana dan rumah sederhana yang memiliki denah atau pola tatanan ruang yang relatif sama memiliki penyelesaian pola tatanan ruang yang lebih bervariatif. Gambar 6 adalah salah satu rumah sangat sederhana yang masih memiliki denah asli. Penyelesaian terhadap maslah penghawaan di dalam rumah tersebut dengan mengubah pola tatanan ruang rumah dengan mengoptimalkan pembukaan yang mengambil angin melalui ruang terbuka yang difungsikan sebagai jemuran dengan luasan yang minimal. Pembukaan ini diletakkan di bagian ruang tidur belakang. Ruang terbuka ini juga dapat mengoptimalkan penerangan alami di bagian belakang. Kondisi di rumah tipe deret ini biasanya penerangannya harus menggunakan penerangan buatan. Namun dengan adanya ruang terbuka ini, pada siang hari tidak perlu menggunakan lampu pada siang hari. Gambar 10. Denah rumah sangat sederhana (RSS) asli dan solusi Pada gambar tampak terlihat penyelesaiannya sama dengan rumah kampung diatas,dengan membuat atap dengan kemiringan sekitar 40 dan bertumpuk dengan memanfaatkan pelubangan di bagian atap.Selain itu meninggikan plafon dan atap agar dapat mendinginkan ruangan. Gambar 11. Tampak RSS solusi SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 951 SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534 Kondisi solusi yang sama juga pada rumah sederhana dibawah ini (Gambar 8). Ada beberapa ruangan yang dibuka untuk memperlancar aliran angin di dalam rumah. Solusi pada tampak memiliki prinsip yang sama dengan solusi pada rumah kampung dan RSS diatas. Gambar 12. Denah Rumah Sederhana asli dan solusi Gambar 13. Tampak RS solusi Kesimpulan Posisi penempatan jendela dan pintu berkaitan dengan sistem penghawaan silang. Posisi penempatan pembukaan yang berprinsip ventilasi silang adalah pembukaan yang dapat memasukkan angin dari luar rumah dan atau mengeluarkan angin dari dalam rumah atau yang dapat mengeluarkan panas dari dalam rumah ke luar rumah. Prinsip cross ventilasi ini sangat menentukan pendinginan di dalam suatu bangunan. Pembukaan yang hanya terdapat pada satu sisi dinding (bagian untuk memasukkan angin saja) akan menimbulkan panas dalam ruang karena tidak berprinsip ventilasi silang. Luas jendela juga ikut mempengaruhi kuantitas dan kecepatan angin yang masuk ke dalam rumah. Semakin kecil nilai luas jendela yang terdapat di suatu rumah maka akan semakin kecil pula angin yang dapat masuk ke dalam rumah. Kondisi rumah deret tidak memungkinkan adanya posisi penempatan jendela atau pintu yang terdapat pada dua sisi yang memungkinkan angin dapat keluar dan masuk. Hal ini karena kondisi rumah yang berdempetan dengan dinding tetangga. Jendela hanya dapat ditempatkan pada sisi depan rumah. Oleh karena itu solusi yang dapat di anjurkan pada rumah deret ini adalah meninggikan dinding rumah untuk membuat pembukaan dibagian atas dinding sehingga masih memberi kesempatan pada angin untuk masuk dan keluar rumah atau mengeluarkan panas dari dalam rumah. Solusi lain yang dapat dianjurkan pada rumah deret ini adalah membuat penganginan melalui atap dengan model atap bertumpuk dengan kemiringan atap yang cukup besar (sekitar 40) agar dapat mengambil penganginan dari atap. Kondisi ini untuk pendinginan atap yang berimbas pada pendinginan ruang dalam rumah. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi penganginan ini antara lain pola tatanan ruang rumah (denah), keberadaaan ruang terbuka, ketinggian bangunan dan luas jendela atau pembukaan. Pola tatanan ruang mempengaruhi angin yang masuk ke dalam rumah hingga angin dapat bergerak secara menyeluruh ke seluruh bagian ruangan di dalam rumah. Pola SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 952 SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534 tatanan ruang yang tidak memberi kesempatan bagi angin bergerak di dalam rumah akan menghasilkan pergerakan angin yang tidak bebas bergerak ke seluruh bagian ruang di dalam rumah. Adanya ruang terbuka yang terdapat di dalam rumah baik berupa teras, halaman (taman) atau tempat menjemur pakaian. Ruang terbuka ini untuk memberi kesempatan bagi rumah untuk mendapatkan penganginan dari luar. Selain itu dengan adanya ruang terbuka akan memberi kesempatan adanya aliran angin yang berada di dalam akan bergerak keluar melalui ruang terbuka yang terdapat di dalam rumah. Faktor lain yang juga mempengaruhi pendinginan di dalam rumah adalah ketinggian bangunan. Dengan adanya ketinggian bangunan maka akan lebih banyak volume ruang bagi angin untuk mengalir selain itu panas yang menembus atap dan plafon tidak secara langsung mengalir pada bagian ruang aktifitas. Panas tersebut akan dihembus oleh angin yang mengalir yang berasal dari celah-celah atap terlebih dahulu sebelum jatuh pada area ruang aktifitas. Kemiringan atap yang besar juga memberi pendinginan di area atap sehingga panas tidak secara langsung masuk ke area plafon dan ruangan. Rekomendasi Usulan perencanaan dan perancangan rumah deret yang terdiri dari rumah kampung, rumah sangat sederhana dan rumah sederhana merupakan sebuah rekomendasi bagi masyarakat, pemerintah dan swasta. Walaupun usulan ini akan berimbas kepada faktor biaya pembangunan namun apabila diperhitungkan kembali dengan dana masyarakat yang akan dikeluarkan untuk membangun kembali rumah yang sudah jadi /tersedia namun tidak memenuhi syarat maka akan lebih baik biaya pembangunan dibebankan oleh masyarakat dari awal akad uang muka dan kredit pembelian rumah. Hal ini akan lebih memberi keuntungan bagi masyarakat dalam pembiayaan selanjutnya karena tidak harus mengeluarkan uang sampai dua kali. Adapun usulan rencana dan rancangan rumah deret yang memenuhi persayaratan penganginan Rumah deret adalah rumah yang berdempetan dengan dinding rumah yang berada disebelahnya yang pada umumnya dimiliki oleh rumah-rumah dengan luasan yang minmal. Kondisi ruang dalam rumah deret panas, sumpek merupakan dampak kurangnya pelubangan jendela yang ada karena faktor terbatasnya lahan sehingga hanya dapat mengambil penganginan dari depan dan belakang rumah. Oleh karena itu, perlu suatu perhatian dari pihak pemerintah atau swasta yangmembangun rumah tipe deret ini pada RS dan RSS agar lebih memperhatikan kenyaman fisik penghuni walaupun harus mengeluarkan pembiayaan pembangunan yang sedikit lebih besar dari pada masyarakat juga harus mengeluarkan biaya dua kali lipat dengan merenovasi atau membangun kembali rumah yang sudah dibeli dengan kredit. Bagi masyarakat yang membangun rumahnya secara individu juga perlu sosisalisasi dari pihak-pihak yang terkait tentang pentingnya kebutuhan penghawaan dan pencahayan alami di dalam rumah. Sehingga membangun rumah ada dasar pemikiran yang penting untuk menjadi bahan pertimbangan agar rumah tersebut layak dihuni dan sehat. Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Bourne, Larry S., 1981. The Geographic of Housing. V.H. Winston & Sons. London, 1981 Broadbent, Geoffrey, Design in Architecture. John Willey & Sons. New York, 1973 Ghony, Djuanidi, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Bina Ilmu. Surabaya, 2007 Koenigsberger, O.H., Manual of Tropical Housing and Building. Longman Group . London, 1973 Lippsmeier, Georg, Dr., Ing., Bangunan Tropis. diterjemahkan dari Tropenbau Building in the Tropics. oleh Syahmir Nasution, Erlangga. Jakarta, 1980 Mangunwijaya, Pasal-Pasal Penghantar Fisika Bangunan. Gramedia. Jakarta, 1981 Narbuko, Cholid, Achmadi, Abu, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara. Jakarta, 1981 SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 953 SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534 9. 10. 11. 12. 13. 14. Newmark, Norma L., Thompson, Patricia J., Self, Space and Shelter: An Introduction to Housing . Canfield Press. New York, 1977 Pudjiastuti,Lily, Rendra, Septa, Santosa, Happy Ratna, 1999, Kualitas Udara Dalam Ruang. Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud Szokoloay, S.V., Environmental Science Handbook. The Construction Press Ltd. London, 1980 Arina Hayati, Increasing the Effectiveness of Jalousie Window in Promoting Natural Ventilation in Tropical Houses. Jurnal DIMENSI, 2006 FX. Teddy Badai Samodra, Thermal Performance Optimization of Skin Construction Design for Javanes Village Houses. (Jurnal of Architecture & Environment REGOL, 5(2), 2005 Sangkertadi, Ahmed C. Megri, Contribution of Air Velocity on Thermal Comfort in Hot and Humid Climate. Jurnal of Architecture & Environment REGOL, 2006 SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 954