Kecenderungan Masyarakat Indonesia Menggunakan Kendaraan Pribadi Daripada Transportasi Umum Lu’lu’ul Mukaromah Jurusan Administrasi Pendidikan, Offering C Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang [email protected] PENDAHULUAN Sakti Adji Sasmita (2011) mengemukakan bahwa kegiatan transportasi tidak dapat dielakkan atau tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia selalu melekat dengan kegiatan perekonomian dan pembangunan. Pembangunan sektor transportasi nasional yang handal berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara efektif dan efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan. Transportasi massal atau umum menjadi sarana transportasi yang cukup penting untuk mobilitas warga dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Namun, pada realitanya masyarakat Indonesia cenderung memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada angkutan umum. Hal ini menyebabkan kendaraankendaraan semakin banyak, bahkan setiap orang memiliki satu kendaraan, yang tentunya berakibat sesaknya jalanan ibu kota. Hal ini juga dikarenakan semakin dipermudahnya pembelian sepeda motor yang bisa dilakukan secara kredit, ditambah pula dengan uang muka yang ringan. Dalam UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ), khususnya pasal 158, disebutkan bahwa pemerintah menjamin ketersediaan angkutan massal berbasis jalan untuk memenuhi kebutuhan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum di kawasan perkotaan. Meskipun pemerintah sudah menjamin untuk memenuhi kebutuhan angkutan masal namun masih saja para pengguna merasa kurang dan seakan masih tidak puas dengan adanya angkutan umum yang telah disediakan oleh pemerintah. Tidak hanya itu saja, pengguna transportasi umum yang semakin menurun dari tahun ke tahun melainkan juga diiringi dengan terus bertambahnya pengguna kendaraan pribadi menimbulkan masalah-masalah baru. Misalnya saja, kemacetan, polusi, sering terjadinya kecelakaan lalu lintas dan masih banyak lagi yang lainnya. Dilihat dari trend menurunnya pengguna transportasi umum ini, memberi anggapan bahwa kepercayaan masyarakat menggunakan transportasi umum karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi, seperti kenyamanan, efisien waktu dan lainnya. PEMBAHASAN Menurut Sakti Adji Adisasmita, transportasi merupakan kegiatan memindahkan atau mengangkut muatan (barang dan manusia) dari suatu tempat ke tempat lain, dari suatu tempat asal (origin) ke tempat tujuan (destination). Angkutan umum yaitu angkutan yang bisa digunakan untuk umum dengan persyaratan tertentu, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem transportasi perkotaan dan merupakan komponen yang perannya sangat penting karena kondisi sistem angkutan umum perkotaan yang jelek akan menyebabkan turunnya efektivitas maupun efisiensi dari sistem pelayanan transportasi perkotaan secara keseluruhan. Otto (2010) memaparkan bahwa kebiasaan, rutinitas harian serta attitude seseorang memiliki peran terhadap proses mobilitas individu terutama alternative transportasi yang dipilih. Ini berarti gaya hidup seseorang dan kegiatan yang dia kerjakan akan membentuk pola pilihan transportasi. Alternatif yang dipilih oleh seorang pegawai kantor dengan ibu rumah tangga dan anak-anak remaja tentu akan berbeda. Misalnya saja seorang mahasiswa lebih menyukai membawa mobil ke kampus karena di anggap lebih prestige. Bila dilihat dari aspek sosiologis, turunnya minat pengguna transportasi umum ini termasuk perubahan sosial. Suatu perubahan sosial dalam bidang kehidupan tertentu tidak mungkin berhenti, pada satu titik, karena perubahan di bidang lain akan segera mengikutinya (Soerjono Soekanto : 2002). Seperti semakin mampu suatu masyarakat untuk membeli kendaraan pribadi, maka akan diikuti dengan permasalahan-permasalahan yang akan muncul. Diantaranya adalah kemacetan yang terjadi dimana-mana, semakin berkurangnya pengguna angkutan umum. semakin mampu suatu masyarakat untuk membeli kendaraan pribadi, penanggulangan polusi udara oleh asap kendaraan bermotor, penyediaan parkir, penyediaan tempat penjualan bahan bakar, sistem pelayanan pembayaran pajak kendaraan bermotor yang cepat. Oleh karena itu dapat kita katakan bahwa proses perubahan masyarakat tidak akan ada akhirnya, sepanjang masyarakat itu masih eksis. Sebagian besar masyarakat memiliki pandangan bahwa kendaraan tidak sekedar sebagai utility goods semata tetapi juga prestige goods. Seorang memiliki prestige, apabila ia mendapat pengakuan… (Astrid S. Susanto). Mereka menganggap bahwa merek kendaraan telah menjadi simbol status sosial. Masyarakat Indonesia cenderung menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan transportasi umum. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih suatu moda transportasi dibedakan menjadi tiga kategori (Tamin, 1997), sebagai berikut. Pertama, karakteristik pelaku perjalanan. Hal-hal yang mempengaruhi karakteristik perjalanan, yaitukeadaan sosial, ekonomi, dan tingkat pendapatan. Ketersediaan atau kepemilikan kendaraan. Kepemilikan SIM. Kedua, karakteristik sistem transportasi. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi karakteristik sistem transportas, yaitu faktor kuantitatif dan faktor kualitatif. Faktor kuantitatif terdiri dari waktu perjalanan, waktu menunggu ditempat perhentian atau halte, waktu berjalan kaki ketempat pemberhentian bus, waktu tempuh, biaya transportasi ketersediaan ruang dan tarif parkir. Mahalnya tarif angkutan umum juga menjadi pertimbangan masyarakat untuk lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Misalnya saja di kota Malang tarif angkutan umum Rp. 2500,00 untuk sekali beramgkat. Bila dibandingkan dengan kendaraan pribadi dengan harga bensin untuk 1 liter Rp. 7000,00 maka lebih efisien menggunakan kendaraan pribadi karena 1 liter bisa dipakai berkali-kali. Faktor kualitatif yang cukup sukar menghitungnya, meliputi; kenyamanan dan keamanan, keandalandanketeraturan, danlain-lain.Tidak dapat dipungkiri tingkat keamanan dan kenyaman transportasi publik di Indonesia masih tergolong masih rendah. Terbukti dengan masih banyaknya kriminalitas dalam angkutan umum, serta pelecahan terhadap kaum wanita. Tidak hanya itu saja, sopir angkutan umum kerap kali ugal-ugalan dalam berkendara di jalan raya, melanggar lalu lintas, menurunkan penumpang dengan sesukanya dengan berdalih untuk mengejar setoran. Tak jarang pula ditemukan angkutan umum yang kondisinya tak layak jalan. Kondisi tersebut membuat masyarakat menjadi enggan untuk transportasi umum dan cenderung lebih memilih kendaraan pribadi. Ketiga, Karakteristik pergerakan.Semakin jauh perjalanan maka semakin cenderung memilih angkutan umum dibandingkan angkutan pribadi. Seringkali pengguna kendaraan pribadi beranggapan bahwa fasilitas pada kendaraan pribadi lebih memuaskan daripada fasilitas transportasi umum, fasilitas pribadi dapat berupa seperti adanya AC, bisa memutar musik dan video, bagasi yang luas dan lain sebagainya, sedangkan pada transportasi umum tentu fasilitas-fasilitas tersebut sangat terbatas atau bahkan tidak ada. Bila menggunakan kendaraan pribadi tidak lagi kesulitan untuk melakukan perjalanan yang diinginkan, karena bila naik transportasi umum rute perjalanan sudah ditentukan dan tak jarang penumpangnya harus oper bila jalur rutenya berbeda. Namun disisi lain dengan beralihnya masyarakat kepada transportasi umum tentu akan berdampak positif dalam mengurangi kemacetan di jalan raya dan tidak sumpek lagi dengan kendaraan pribadi yang memenuhi jalanan. Dengan beralih ke transportasi umum juga dapat mengurangi jumlah konsumsi BBM serta dapat menghemat biaya parkir si pengguna kendaraan pribadi tersebut. PENUTUP Transportasi dinilai memegang peran kunci dalam menggerakkan perekonomian. Namun, transportasi umum di Indonesia kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Masih banyak angkutan umum yang tidak layak jalan masih berkeliaran. Hal itu sangat membahayakan penumpang. Tidak hanya itu sarana prasaran pun masih kurang memadai. Akibatnya masyarakat menjadi enggan menggunakan transportasi umum dan beralih menggunakan kendaraan pribadi. Kondisi ini hendaknya menjadi perhatian pemerintah dan mengupayakan agar angkutan umum menjadi favorit masyarakat dengan cara memperbaiki fasilitas transportasi agar lebih layak. Usaha pembatasan terhadap kendaraan pribadi kiranya perlu dilakukan dengan harapan masyarakat dapat beralih ke angkutan umum.serta perlunya penambahan Armada transportasi umum agar lebih banyak menampung masyarakat dan masyarakat tidak harus menunggu lamabila mau menggunakan. Pada umumnya masyarakat menginginkan suatu sistem transportasi yang sehat, yang tersedia setiap kali diperlukan dan mampu melayani semua permintaan sehari-hari. Masyarakat menginginkan jasa transportasi yang sebaik mungkin dengan tarif angkutan yang semurah-murahnya dan dijamin kelancaran dan keselamatannya. pemerintah sebagai regulator harus mampu menyelenggarakan pelayanan transportasi nasional secara efektif dan efisien, dalam arti harus memperhatikan kepentingan seluruh unsur, terutama pada pihak masyarakat secara keseluruhan (Sakti AdjiA. : 2011). Kiranya perlu juga diberikan fasilitas kepada pengguna transportasi umum khusus wanita seperti bisul khusus wanita atau mikrolet khusus wanita. Diharapkan dengan fasilitas seperti itu akan terjadinya keselamatan dan keamanan wanita dari pelecehan yang kerap marak dilakukan. Minat masyarakat terhadap transportasi juga bisa ditingkatkan lewat pemberian subsidi pada tarif resmi bagi masyarakat pengguna transportasi umum agar tarifnya lebih terjangkau bersahabat relevan dan realistis. Subsidi ini dapat meneka kenaikan tarif angkutan umum agar masyarakat dapat tetap nyaman menggunakan transportasi umum. sistem setoran yang berlaku pada transportasi memendeknya perlu dihilangkan karena sistem setoran hanya membuat pelayanan terhadap pelanggan dihiraukan dan lebih mengutamakan keuntungan pribadi. Memperindah kecantikan mempercantik kendaraan pribadi seperti peremajaan Armada yang sudah bosan kiranya perlu dilakukan. Hal ini dapat menarik minat masyarakat menggunakan transportasi. DAFTAR PUSTAKA Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Adisasmita, Sakti Adji. 2011. Jaringan Transportasi Teori dan Analisis. Yogyakarta: Graha Ilmu. Susanto, Astrid S. 1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Binacipta. Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan & Pemodelan Transportasi. Bandung: ITB. Otto, S. 2010. The Psychology of Transport Choice. Institute for Ecological Economic Research (IOW). Diunduh pada tanggal 29 Oktober 2016 dari http://www.scpknowledge.eu/sites/default/files/KU%20The%20Psycology%20of%20Tran sport%20Choice.pdf