rasah cangkemann.cdr

advertisement
a
s
a
R
mbil
isa dia
n
di Ibsi
B
ya
Freea,n infaq seikhlasn
Silahk
g
n
Rasah
a
C
C
h
1
angkeman
Blok 3.2
n
a
m
RANGKUMAN SOAL DAN PEMBAHASAN
CATATAN ANAG KEDOKTERAN BERIMAN
e
k
rasahcangkeman.wordpress.com
CP: 081 704 00 316
Chest Complaint
Week 1-6
follow me!
@rasah_cangkeman
add me!
[email protected]
RC blok 3.2 (chest complain)
Pendidikan Dokter 2010
Modul:
- Cough and Dyspnea
- Chest Pain
- Palpitation
- Vascular Disease
Sumber:
- Block exam 3.2 batch 2009
- Health Study Club
- UKDI
-mu untuk meraih apa saja yg bermanfaat,
dan minta bantuanlah (berdo'a) kepada Allah, dan jangan engkau bersikap lemah
(HR.Muslim)
1. Kasus bronkitis kronik, perubahan yang terjadi pada dinding jaringan bronkialnya adalah
a. penurunan sel goblet
c. peningkatan sel mukus silia
e. penurunan sel
pelapis mukosa
b. penebalan submukosa.
d. peningkatan pembuluh darah kapiler di bronkus
Hipertrofi kelenjar, bronkitis kronis, hipersekresi mukus dari asinar meningkat secara
signifikan, ekspansi cairan berhubungan dengan pengurangan dari kelenjar non mukus dan
beberapa kelenjar hampir seluruhnya digantikan oleh kelenjar mukus. Hiperplasia sel goblet
juga tampak jelas, bronkitis kronis Reid index (rasio ketebalan kelenjar dan ketebalan
dinding bronkus) meningkat menjadi lebih dari 0,55 ~ 0,79 (normal di bawah 0,4), Reid
indeks lebih besar, menunjukkan peradangan lebih parah, hipertrofi kelenjar lebih parah
dan lumen bronkial lumen lebih sempit. Hipertrofi dari sekresi kelenjar hiperaktif,
peningkatan sekresi lendir dan volume dahak pasien sehari-hari.
Perubahan dalam sel epitel sebagai serangan berulang dari peradangan,
menyebabkan nekrosis epitel skuamosa dan metaplasia fokal, sel-sel epitel bersilia yang
mengalami kerusakan bervariasi mulai dari memendek, tidak rata hingga jarang.
Pemeriksaan mikroskop elektron kasus bronkitis kronis alveolar dapat dilihat
perubahan berikut: ①penebalan pembengkakan sel epitel alveolar tipe I, pembengkakan
mitokondria, vacuola retikulum endoplasma, proliferasi sel epitel alveolar II②penebalan
kapiler basement membran, kerusakan sel endotel, trombosis dan fibrosis luminal, oklusi. ③
dinding alveolar difus proliferasi jaringan fibrosa.
2. Karakteristik asma episodikjarang adalah
a. harus diobati dengan MDI
b. terjadi gejala diantara dua periode serangan
c.merupakan asma yang paling sering terjadi pada anak.
d. hasil fungsi tes paru di antara dua periode serangan sedikit abnormal
e. hasil pemeriksaan fisik di antara dua periode serangan sedikit abnormal
Asma berdasarkan tingkat episode serangannya dibagi menjadi 3
a. Asma episodik jarang (Infrequent Episodic Asthma)
- 75% dari anak-anak dengan asma - Tidak ada gejala antara episode serangan
- Episode <1 kali per minggu 4-6
- Fungsi Paru-paru normal diantara
serangan
- Mengi setelah aktivitas berat
- Tidak perlu profilaksis
b. Asma Episodik sering (Frequent Episodic Asthma)
- 20% dari anak-anak dengan asma -agonis
- Lebih sering serangan
- Gejala <1 kali / minggu
- butuh kontroler
- Fungsi paru normal di antara serangan
- Mengi setelah aktivitas sedang
c. Asma Persisten (Persistent Asthma)
- ± 5% dari anak-anak dengan asma
- Mengi setelah aktivitas ringan
- Sering akut episode
- butuh kontroler
- Kebutuhan
-agonis antara serangan,> 3 kali / minggu, baik karena arousals malam
atau dada berat di pagi hari
3. Pasien 70 tahun, punya riwayat perokok berat, didiagnosis menderita PPOK. Tanda
pemeriksaan fisik yang didapat adalah sebagai berikut
a. perkusi didapatkan sonor
d. pada inspeksi, SIC menyempit
b. pada palpasi, fremitus taktil meningkat
e. pada auskutasi, suara vesikuler menurun.
c. pada auskultasi, suara amorfik
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu keadaan penyakit yang dapat
dicegah dan diobati ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya
reversibel. Keterbatasan aliran udara biasanya progresif dan berhubungan dengan respon
inflamasi abnormal dari paru-paru akibat partikel atau gas berbahaya, terutama disebabkan
oleh merokok.
 Chronic Bronchitis. Bronchitis kronis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya batuk
produktif selama minimal 3 bulan setidaknya dalam 2 tahun berturut-turut setelah
penyebab batuk kronis yang lain diexclude. Sebenernya merupakan mekanisme
pertahanan terhadap iritassi mucosa tracheobronchial mucosa karena rokok atau
polutan lain lah. Bentuknya bisa jadi :
- Simple chronic bronchitis : jalan napas belum ada penghambat ni
- Chronic mucopurulent bronchitis
- Chronic asthmatic bronchitis
- Chronic obstructive bronchitis
 Emphysema. kondisi paru2 yang ditandai dengan pembesaran permanen yang abnormal
dari airspace distal sampai terminal bronchiole, dan itu terjadi karena dinding2nya itu
rusak. Bilangnya c ditemukan di 50% kasus
Berikut Anamnesis yang dapat memperkuat kemungkinan diagnosis PPOK (faktor risiko PPOK),
seperti:
 Merokok.
 Riwayat keluarga emfisema.
 Kerja terkait bahaya.
 Sering menderita pernapasan penyakit parah.
 Batuk Jangka panjang (kronis) dengan atau tanpa lendir.
 Sesak napas Progresif
Pemeriksaan fisik yang dapat memperkuat kemungkinan diagnosis PPOK (emfisema) meliputi:
Inspeksi
 peningkat diameter anterior-posterior dada, atau "dada barel"
 penggunaan otot aksesori untuk membantu pernapasan
 posisi tripod
 sesak napas, terutama saat aktivitas
 tachypnea
Palpasi
 fremitus taktil menurun
 ekspansi dada menurun.
Perkusi
 hypersonor
auskultasi
 napas vesikuler menurun suara
 mungkin memiliki waktu ekspirasi memanjang
 suara jantung teredam karena overdistention paru-paru
 mengi sesekali
Beberapa temuan pemeriksaan fisik akan membantu menilai keparahan kondisi pasien Ini
termasuk:
 Penggunaan otot bantu pernafasan, seperti otot leher, saat bernafas tenang.
 Bernapas melalui mengerutkan bibir.
 Ketidakmampuan untuk menyelesaikan kalimat penuh tanpa berhenti untuk
mengambil napas.
 perubahan warna kebiruan pada jari atau nailbeds (sianosis).
 Pembengkakan di kaki atau perut.
4. Perbedaan antara kapasitas total paru (TLC) dengan forced vital capacity (FVC) disebut
a. volume tidal
c. ruang mati fisiologi
e. volume reserve ekspirasi
b. volume residu.
d. ruang mati anatomi
 Volume tidal (Tidal Volume/TV)
Rata-rata normal :500 mL
Definisi: volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernafas normal
 Volume Cadangan Inspirasi (inspiratory reserved volume (IRV)
Rata-rata normal : 3000mL
Definisi : Volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan di atas volume tidal normal
bila dilakukan inspirasi kuat.
 Volume Cadangan Ekspirasi (expiratory reserved volume/ERV)
Rata-rata normal :1100mL
Definisi: Volume udara ekstra maksimal yang dapat diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada
akhir ekspirasi tidal normal
 Volume Residu (resiudal Volume/RV)
Rata-rata normal:1200mL
Definisi : Volume udara yang tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat.
 Kapasitas paru
a. Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity/IC)
IC = TV + IRV (rata-rata normal 3500mL)
b. Kapasitas Residu fungsional (Functional residual capacity/FRC)
FRC =ERV + RV (rata-rata normal 2300mL)
c. Kapasitas vital (vital capacity/VC)
VC = TV + IRV + ERV (rata-rata normal 4600mL)
d. Kapasitas Paru Total (total lung capacity/TLC)
TLC = VC + RV (rata-rata normal 5800mL)
 Ruang Mati Anatomi. Tidak semua udara pada setiap kali bernafas masuk ke alveoli dan
oleh karena itu, tidak semuanya udara yang kita hirup terlibat dalam pertukaran gas. Jadi
udara segar yang dapat masuk ke alveoli dinamakan ventilasi alveoli. Sedangkan udara
yang tetap berada dalam lintasan pernafasan (hidung, mulut, faring, laring, trakea,
bronchi, bronchioli) dan tidak ikut dalam pertukaran gas dinamakan ruang mati anatomis.
 Ruang Mati Fisiologi. Volume dari beberapa bagian alveolus yang tidak terjadi penyerapan
O2yang disebut ruang mati fisiologik atau ruang mati alveolus.
 Forced Vital Capacity (FVC). Jumlah udara yang dihembuskandengan secepat-cepatnya
dan sedalam-dalamnya setelah inspirasi maksimum.Dari definisi tersebut maka FVC = TV +
IRV + ERV atau dapat ditulis bahwa Forced Vital Capacity (FVC) sama dengan Kapasitas
Vital (VC) FVC = VC hanya saja terdapat dimensi waktu pada FVC.
Kembali ke soal:
Perbedaan antara kapasitas total paru (TLC) dengan forced vital capacity (FVC)
Dari rumus diatas didapat TLC FVC = (VC + RV) VC = RC (residual Volume)
5. Menurut rekomendasi IDAI, dasar penegakkan diagnosis T anak adalah
a. sputum BTA
c. uji tuberkulin
e. pemeriksaan darah rutin
b. rontgen dada
d. sistem skoring.
Untuk memudahkan penegakan diagnosis TB anak, IDAI merekomendasikan diagnosis
TB anak dengan menggunakan system scoring, yaitu pembobotan terhadap gejala atau
tanda klinis yang dijumpai, seperti terlihat pada table berikut ini :
PARAMETER
0
Kontak dengan
pasien TB
Tidak
jelas
Uji Tuberkulin
Negatif
Berat badan /
Keadaan gizi
(dengan KMS /
table)
Demam tanpa
sebab yang jelas
Batuk
Pembesaran
kelenjar limfe koli,
aksila, inguinal
Pembengkakan
tulang / sendi
panggul, lutut,
falang
Foto dada
1
2
Laporan keluarga, kontak
dengan pasien BTA
negative atau tidak tahu,
atau BTA tidak jelas
3
Kontak dengan
pasien BTA positif
pada keadaan
imunosupresi)
Gizi kurang:
atau
Atau
Tidak nyeri
Ada
pembengk
akan
Normal
/ tidak
jelas
Sugestif TB
JUMLAH SKOR
Referensi : Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit WHO.
6. Untuk mendiagnosis PPOK, dasar pemeriksaan yang dipakai adalah
a. pemeriksaan sputum
c. uji latih kardiorespirasi
e.
pemeriksaan
rontgen toraks
b. pemeriksaan gas darah
d. pemeriksaan spirometri.
Spirometri adalah cara terbaik untuk mendeteksi adanya obstruksi jalan napas dan membuat
definitif
diagnosis asma dan PPOK. Kegunaan utama pada PPOK adalah untuk:
mberikan indeks keparahan penyakit
terlepas dari adanya gejala pernapasan
adap terapi
normal
Referensi : http://www.goldcopd.org/uploads/users/files/GOLD_Spirometry_2010.pdf
7. Posisi foto dada dengan pasien kondisi lemah adalah
a. PA erect
c. top lordotik
e. lateral sinar horisontal
b. AP supine.
d. decubitus kanan
Posisi AP. Posisi ini dilakukan biasanya untuk pasien yang tidak dapat berdiri atau
dalam keadaan darurat. Pasien berdiri dengan posisi true AP dengan
bagian punggung menempel
kaset (pasien
tidur
diatas
meja
pemeriksaan
atau berada di tempat tidur). Kaset diletakkan setinggi ± 3 jari dari pundak.
Tangan diletakkan di pinggang dengan posisi Os Manus PA kemudian siku diarahkan ke
depan agar Os Scapula terlempar keluar. Batas luas lapangan penyinaran atas
pada Vert. Cervicalis dan samping pinggir dada kanan dan kiri. Saat exposi
pasien dalam keadaan Full Inspirasi.
Referensi : http://id.scribd.com/doc/28124513/prosedur-pemeriksaan-radiologi-3
8. Pernyataan berikut benar mengenai tuberkulin skin test
a. baku emas pemeriksaan TB
d. hasilnya dapat dibaca setelah 24 jam
b. diberikan scara injeksi intrakutan. e. hasilnya akan terpengaruh oleh vaksinasi BCG
c. hasil positif tes TST mengidentifikasikan penyakit TB
Uji tuberculin :
 anergi :
 dilakukan 48-72 jam pasca injeksi
 infeksi virus : morbili, varisela
 dituliskan dalam mm (
 gizi buruk (bukan gizi kurang)
 sakit TB berat : TB milier,
 < 5 mm : negatif
meningitis TB
 5 9 mm : meragukan
 infeksi bakteri berat : tifoid,
 > 10 mm : positif
pertusis, difteria
Uji tuberkulin positif :
 malignansi
 infeksi TB alamiah
 imunokompromais : terapi
 BCG (infeksi TB buatan)
steroid, sitostatik, HIV
 infeksi M. atipik
Referensi :
 positif palsu
http://www.slideshare.net/tikabanget/s
Uji tuberkulin negative :
imposium-online-idai-tuberkolosis tidak ada infeksi TB
anak
 dalam masa inkubasi (2-12
minggu)
9. Lesi infeksi prime
a. Stellate abscess
c. Fokus dari Ghon
e. Kompleks dari Kohn
b. Porus dari Kohn
d. Kompleks dari Ghon
- Stellate abscess adalah nekrosis berbentuk bintang yang dikelilingi oleh sel epitheloid, seperti
pada lymph node inguinal yang bengkak pada lymphogranuloma vereneum.
- Porus dari Khon adalah pori-pori antar alveoli yang berdekatan. Mereka berfungsi sebagai
sarana ventilasi. Ketika paru-paru mengempis, ventilasi dapat terjadi. Porus dari Kohn juga
memungkinkan perpindahan materi lainnya, seperti cairan dan bakteri.
- Fokus dari Ghon adalah lesi primer parenkim paru pada anak-anak dengan infeksi
tuberkulosis pulmonar primer. Ketika berkaitan dengan fokus kelenjar getah bening dikenal
sebagai kompleks dari Ghon.
- Kompleks dari Ghon merupakan kombinasi dari granuloma, kalsifikasi, atau jaringan parut
pada lobus media paru-paru dengan granuloma lymph node hilus. Kompleks dari Ghon
merupakan bukti bahwa kasus tuberkulosis primer, terutama pada anak-anak, telah sembuh.
Refer
10.
a. lobus kiri atas
c. lobus kanan atas
e. lobus kanan tengah
b. lobus kiri bawah
d. lobus kanan bawah
Pneumonia aspirasi adalah inflamasi paru-paru dan saluran pernapasan yang
disebabkan oleh inhalasi isi lambung atau pun oropharyngeal ke dalam saluran pernapasan.
Lokasi aspirasi biasanya bergantung pada gravitasi dan posisi pasien. Lokasi yang paling
sering terjadi adalah pada lobus bawah, terutama di paru-paru kanan, karena memiliki
kaliber yang lebih besar dan lebih vertikal dari bronkus primer kanan.
Gambar di atas merupakan foto X-ray dada pada pasien dengan pneumonia aspirasi paru-paru
kiri setelah overdosis benzodiazepine. Posisi pasien saat terjadinya aspirasi kemungkinan sedang
condong ke kiri.
Referensi: emedicine.medscape.com
11. Seorang pasien mengeluh badannya kaku secara tiba-tiba, demam, kesulitan bernafas, nyeri
pleuritik dada kanan bawah, batuk, sputum purulen berwarna kekuningan. Pada rontgen
diketahui ada konsolidasi pada lobus kanan bawah. Berdasarkan pemeriksaan tersebut,
a. Klebsiella pneumonia
c. Legionella pneumophylla
e.
Strepococcus
pneumoniae
b. Staphylococcus aureus
d. Mycoplasma pneumoniae
Berikut ini adalah tanda dan gejala pneumonia:
 Demam (suhu tubuh >38°C)
 Leukopenia (<4000 WBC/mm³) atau leukositosis ( 12.000 WBC/mm³)
 Purulensi sputum
 Batuk
 Dyspnea (sesak napas) atau tachypnea (napas terengah-engah)
 Bunyi napas bronchial atau crackles
 Buruknya pertukaran gas (e.g. desaturasi oksigen, peningkatan kebutuhan oksigen,
peningkatan kebutuhan ventilasi)
 Nyeri dada bagaikan ditusuk, terutama ketika mengambil napas dalam atau batuk
Selain itu, pada radiologi akan ditemukan setidaknya salah satu di antara berikut:
 Infiltrasi persisten
 Konsolidasi
 Kavitasi
 Pneumatoceles (pada anak 1 tahun)
Pneumonia paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae.
Referensi: CDC Criteria for Defining Nosocomial Pneumonia
12. Pasien demam, memiliki riwayat batuk kronis produktif, terkadang disertai darah terutama
pada pagi hari.
a. pneumonia
c. kanker paru
e. bronkiektasis terinfeksi
b. asma kronik
d. bronkitis akut
Demam biasa disebabkan oleh infeksi. Batuk kronis produktif bisa ditemukan pada
orang dengan COPD (emfisema atau bronkitis kronis), merokok, dan bronkiektasis. Batuk
berdarah pada pagi hari dapat ditemukan pada orang dengan pendarahan di saluran
pernapasan, bronkiektasis, bronkitis, kanker paru, fibrosis sistik, pneumonia, dan tuberculosis.
Dilihat dari anamnesis singkat di atas, dapat ditentukan salah satu differential diagnosisnya
adalah bronkiektasis terinfeksi.
Referensi: ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth
13. Alat terapi asma untuk anak kurang dari 5 tahun yang direkomendasikan adalah
a. nebulizer
c. rotahaler
e. pMDI + spacer with mouthpiece.
b. diskhaler
d. pMDI + spacer with mask face
Nebulizer
Nebulizer biasanya digunakan untuk cystic
fibrosis, asthma, COPD dan respiratory
diseases lainnya. Nebulizers use oxygen,
compressed air or ultrasonic power to break
up medical solutions and suspensions into
small aerosol droplets that can be directly
inhaled from the mouthpiece of the device.
Metered-dose inhaler ( MDI )
MDI terbuat dari metal canister yang
dimasukkan ke dalam tempat plastik. Metal canister
mengandung obat asma. Saat canister ditekan ke
bawah, obat akan keluar. MDI harus digunakan
dengan spacer dengan tujuan untuk mendapatkan
dosis obat yang sesuai ke dalam paru-paru. Anakanak di bawah 9 tahun tidak bisa menggunakan MDI
sendirian, harus dibantu.
Spacer dapat mengeluarkan obat secara perlahan. Obat dapat tertahan sementara
pada spacer sehingga memberi kesempatan anak-anak untuk bernafas. Tanpa spacer, obat
menyemprot langsung ke dalam mulut dan tenggorokan dan tidak banyak yang sampai ke
paru-paru. Spacer ini biasa disebut aerosol-holding chamber.
Spacer harus selalu digunakan jika anak-anak menggunakan inhaler corticosteroid.
Karena obat kortikosteroid yang tersemprot ke dalam mulut, akan terdeposisi di mulut dan
tenggorokan. Hal ini akan menyebabkan iritasi dan kadang-kadang terjadi infeksi pada
mulut. Tiap anak harus mempunyai spacernya sendiri, jangan digunakan bergantian dengan
orang lain.
Spacer dapat digunakan dengan mouthpiece atau mask. Anak di bawah 5 tahun
memerlukan spacer dengan mask karena anak-anak terkadang tidak mengikuti instruksi
untuk menutup bibir saat menggunakan mouthpiece. Saat anak-anak berusia cukup untuk
menggunakan spacer dngan mouthpiece, maka sebaiknya alatnya diganti dengan
mputhpiece. Spacer dengan mouthpiece dapat menghantarkan obat lebih efektif. Obat dapat
terdeposit pada hidung saat anak-anak menggunakan spacer dengan mask.
14. Obat yang berfungsi sebagai controller pada pasien asma adalah
a. salbutamol
c. paracetamol
e. steroid sistemik.
b. teofilin
d. steroid topical
 Reliever: untuk meredakan gejala dan serangan asma, yaitu menggunakan bronkodilator
- 2 agonist
: inhaler, nebulized, oral
- Epinephrine
: subkutan
- Teophyllin/aminophyllin
: oral, I.V.
- Anticolinergic (ipratropium bromide) : inhaler
- Steroid
: oral, I.M.
Reliever beraksi hanya pada otot polos jalan nafas, Efek samping yang timbul dari
obat ini adalah batuk dan bersin. Obat ini hanya digunakan jika dibutuhkan, Take when
necessary!
 Controller : untuk mengontrol atau mencegah gejala dan serangan, digunakan jangka
panjang, yaitu anti-inflamator
- Steroid
: inhaler
- LABA (long acting beta 2 agonist)
: inhaler, oral
- Antileukotrien (ALTR)
: oral
Efek samping yang timbul yaitu mucosal swelling, secretions, irritability of smooth
muscle. Obat ini digunakan secara rutin untuk semua asma kecuali mild intermitent
Controllers
Efek yang mendukung
Efek anti-inflamasi
bronkodilator namun memiliki
untuk mencegah
efek lemah pada efek anti
serangan asma
inflamasi
Kortikosteroid
inhalasi
Long-acting beta-agonist
1. Beclomethasone
1. Salmoterol
2. Budesonide
2. Formoterol
3. Fluticasone
4. Ciclesonide
Leukotriene modifiers
1. mntelukast
2. zafirikast
Sustained-release theophylline
Kortikosteroid oral
preparations
1. Prednisone
2. Prednisolone
3. Methylprednisone
4. Methylprednisolone
Relievers
Untuk meredakan gejala
dengan cepat. Dan digunakan
saat serangan akut dengan
dosis PRN.
Short-acting beta agonist
1. salbutamol
2. fenoterol
3. terbutaline
Anto-chollinergenics
1. Ipratropium bromide
Penatalaksanaan asma berguna untuk mengontrol penyakit. Asma dikatakan terkontrol bila :
1. Gejala minimal (sebaiknya tidak ada), termasuk gejala malam
2. Tidak ada keterbatasan aktivitas termasuk exercise
3.
4. Variasi harian APE kurang dari 20 %
5. Nilai APE normal atau mendekati normal
6. Efek samping obat minimal (tidak ada)
7. Tidak ada kunjungan ke unit darurat gawat
15. Pada pemakaian teofilin berulang, sering kali muncul efek samping. Hal itu terjadi karena
a. aktivasi PDE-4
c. rentang terapi lebar
e. terakumulasi dalam
tubuh
b. terikat protein plasma.
d. rentang terapi sempit.
Teofilin adalah bronkodilator yang digunakan untuk pasien asma dan penyakit paru
obstruktif yang kronik, namun tidak efektif untuk reaksi akut pada penyakit paru obstruktif
kronik. Teofilin dapat meningkatkan risiko efek samping jika digunakan bersamaan dengan
agonis reseptor beta, seperti munculnya hipokalemia. Teofilin dimetabolisme oleh hati.
Penggunaan teofilin harus lah berhati-hati karena batas keamanan dosis yang cukup sempit.
Dosis terapi dapat dicapai pada kadar 10-20 mg/lt, namun efek samping sudah muncul pada
kadar tersebut dan lebih berat lagi pada kadar diatas 20 mg/lt.
- Indikasi
: obstruksi saluran nafas yang reversibel, serangan asma berat.
- Kontraindikasi : hati-hati penggunaan pada pasien dengan penyakti jantung, hipertensi,
hipertiroid, ulkus lambung, epilepsi, lanjut usia, gangguan hati, kehamilan
dan menyusui
- Mekanisme aksi : Menghambat enzim fosfodiesterase, antagonis adenosine, menghambat
pelepasan mediator dan meningkatkan aktivitas simpatetik
Selain teofilin, obat lain yang mempunyai index terapi sempit, adalah digoksin, fenitoin.
.
16. Pasien wanita 64 tahun mengalami batuk dan sesak nafas. Dokter mendiagnosis bronkhitis
kronis eksaserbasi akut. Dokter tersebut memberikan
untuk mengatasi
sesak nafasnya. Preparat yang sesuai adalah
a. fenoterol
c. salmoterol.
e. ipatropium bromide
b. terbutalin
d. salbutamol
 Bronkhitis kronis : Hyperplasia of bronchial sub-mucosal gland  Sputum
 Bronchitis asthmatis
- Bronchial inflammation with a productive cough occurring during at least 3 conscutive
moths over at least 2 consecutive years
- Peak incidence 40 65 year old
- Typically characterized by hypersecretion of mucus due to marked hyperplasia of
mucus-secreting submucosal glands
- May lead to CPC (Cor Pulmonale Chronicum)
- As defense mechanism to the iritation of tracheobronchial mucosa by smoke or other
pollution
Long-Acting Beta-2 Agonists
 Salmeterol
 Formoterol
 Combined with steroid
dengan obat antiinflamasi, untuk kontrol jangka panjang terhadap gejala yang timbul pada
malam hari. Obat golongan ini juga dipergunakan untuk mencegah bronkospasmus yang
diinduksi oleh latihan fisik.
-acting (seperti albuterol, bitolterol, pirbuterol, terbutalin) adalah terapi
pilihan untuk menghilangkan gejala akut dan bronkospasmus yang diinduksi oleh latihan
fisik.
[untuk 2 nomor berikut] Pasien batuk lebih dari 3 minggu, demam subfebril, dan terjadi
penurunan berat badan. Terdapat suara amorfik pada apeks paru kanan
17. Diagnosisnya adalah
a. pneumonia
c. efusi pleura
e. tuberkulosis paru.
b. tumor paru
d. bronkiektasis
- Pneumoni bisa disebabkan oleh :
> Typical (causa bakteri gram positif dan negatif)
SS : Demam tiba- tiba, batuk dengan sputum purulen, konsolidasi pulmo(dullnes,
peningkatan fremitus, peningkatan suara bronkial, dan rales), leukositosis, kadang
pleuritic chest pain.
> Atypical (tidak berdi
SS : Batuk kering,gejala ekstrapulmonar ( headache, myalgia, mual, diare)leukosit bisa
normal atau meningkat sedang. Kadang timbul komplikasi erythema multiforme,
anemia hemolitik, encephalitis, abnormalitas ginjal dan hepar.
- Tumor paru : Biasanya sering pada orang yang merokok dan atau mantan perokok. SS:
dispnea, kolaps lobus atau efusi pleura, hemoptisis, mengi karena penyempitan
saluran nafas.
- Efusi pleura : terjadi penumpukan cairan dicavitas pleura. Dikarenakan adanya proses
inflamasi dan infeksi atau akibat adaya gangguan resopsi cairan vasa darah
akibat dekompensasi cordis ataupun trauma. Dapat disebabkan oleh
tuberkulosis, neoplasma atau karsinoma, gagal jantung, pnemonia, dan
infeksi virus maupun bakteri.
- Bronkiektasis
: penyakit yang ditandai oleh dilatasi dinding bronkus, yang disertai
dengan infeksi paru.Menurut etiologinya ada bronkiektasis lokal (causa infeksi
pneumoni severe), bronkiektasis generalisata ( causa fibrosis kistik, sindrom
young, diskinesia silier, defek imun). SS: Batuk kronis dengan produksi
mukopurulen dalam jumlah banyak, bau nafas tak sedap ( fetor), hemoptisi 50%
pasien, sinusitis kronis 40% pasien.
- TB paru
: Batuk persisten, hemoptisis, nyeri dada, kelelahan, kesehatan buruk yang
berlangsung kronis, penurunan berat badan, demam yang tidak diketahui
sebabnya, keringat dimalam har. Pada pemeriksaan foto toraks biasanya
terdapat infiltrasi dan kavitasi pada bagian apex pulmo.
Referensi : lecture dan AT A GLANCE MEDICINE.
18. Saat melakukan rontgen thoraks, posisi yang mendukung diagnosis pasien tersebut adalah
a. erect
c. AP supine
e. lateral decubitus
b. lateral
d. top lordotik.
Standar pemeriksaan x- ray dada umumnya adalah posteroanterior (PA) dan left lateral
view. Posisi tambahan seperti:
APICAL/ TOP LORDOTIK : dipakai untuk melihat adanya Tuberculosis pada paru yang
minimal, karena pada posisi ini bagian apeks paru akan
terviasualisasi sangat baik.
LATERAL DECUBITUS
: Ada 2, yang pertama lateral decubitus kiri (LLD) pasien berbaring
pada sisi kiri dengan sisi kanan diatas. Dan yang kedua RLD posisi
sebaliknya. Posisi ini efektif untuk melihat adanya efusi pleura yang
sedikit atau minimal.
Referensi : lecture
19. Berikut yang bukan komponen dari strategi DOTS
a. akuntabilitas
c. pengawasan minum obat
e. persediaan obat yang
adekuat.
b. komitmen politis d. diagnosis berdasar kultur
KOMPONEN DOTS:
 Diagnosis by microscopy : Menyediakan pemeriksaan penunjang utama untuk TB.
 Directly observed treatment :treatment yang terawasi secara langsung oleh pengawas
minum obat
 Adequate supply of short course chemotherapy: menyediakan obat- obat yang adekuat
 Accountability: melakukan pencatatan dan pelaporan tentang pasien dengan akurat.
 Political commitment: dibutuhkan komitmen politik jangka panjang agar obat tersebut
tetap gratis.
Referensi : Lecture
20. Target pengendalian TB berdasarkan MDGs adalah
a. eliminasi penyebab TB
d. tidak ada kematian akibat TB
b. penemuan kasus 100%
e. menurunkan insidensi hingga separuh
c. menurunkan prevalensi hingga separuh.
Target perantara kita harus bisa menemukan setidaknya 70% kasus yang ada diseluruh
masyarakat diseluruh wilayah kemudian dari jumlah itu, 85% harus bisa diobati sampai
sembuh.
Untuk
lebih
http://www.who.int/tb/publications/2006/istc_report.pdf.
Referensi : lecture, ISTC.
jelasnya
download
21. Pasien laki-laki 50 tahun, hipertensi, tidak terlihat tanda-tanda gagal jantung. Melalui EKG
diketahui bahwa terdapat hipertropi ventrikel kiri. Sesuai dengan ACC/AHA, penderita
tersebut telah mengalami gagal jantung pada stadium apa?
a. stadium A
b. Stadium B.
c. stadium C
d. Stadium D
e. stadium E
pasien ini memiliki faktor resiko gagal jantung yaitu hipertensi serta sudah mengalami
perubahan struktur pada jantungnya berupa hipertrofi ventrikel kiri. Namun, belum muncul
tanda-tanda/gejala gagal jantung. Berdasarkan AHA ( American Heart Association ),
stadium A : pasien dengan faktor resiko gagal jantung, tetapi tidak ada perubahan struktur
pada jantungnya dan tidak ada tanda-tanda gagal jantung
stadium B : pasien dengan faktor resiko gagal jantung dan sudah ada perubahan struktur
pada jantungnya, namun tidak ada tanda-tanda gagal jantung
Stadium C : pasien dengan faktor resiko gagal jantung, sudah ada perubahan struktur pada
jantungnya dan sudah muncul tanda-tanda gagal jantung
Stadium D : gejala gagal jantung tetap muncul walaupun sudah mendapatkan treatment
maksimal. Pasien yang masuk stage ini perlu mendapatkan intervensi.
22. Pusat pembentuk rangsang jantung disebut
a. purkinje
c. pacemaker.
e. depolarisasi
b. berkas His
d. repolarisasi
pusat pembentuk rangsang jantung yang memicu terjadinya kontraksi disebut
pacemaker. Pacemaker utama jantung adalah nodus sinoatrial (SA Node). Dari SA Node akan
diteruskan menuju ke Atrioventrikular Node (AV node). Kemudian berlanjut ke fasiculus
atrioventrikular (berkas HIS), crus dexter-sinister, dan berakhir di serabut purkinje.
- Purkinje
: Jaringan serat yang menyebarkan impuls secara cepat melalui dinding
ventrikel, terletak pada terminal cabang berkas (bundle branch). Denyut
intrinsiknya 20-40x permenit.
- Berkas His : mengirimkan impuls kepada cabang-cabang, terletak di bawah Nodus AV.
- Pacemaker : Pusat pembentuk rangsang jantung
- Repolarisasi : pemulihan potensial listrik dari sel miokard, sehingga mengembalikan kondisi
listrik sel-sel jantung ke kondisi istrirahat.
- Depolarisasi
: aktivasi elektrik dari myocardium, dimana terjadi perubahan listrik sel
jantung, akibat dari pergeseran elektrolit pada membran sel sehingga
menstimulasi serat otot jantung untuk berkontraksi.
23. Batas jantung normal yang tampak tegak pada foto PA-tegak di cavum thorax kanan adalah
a. atrium kiri
c. atrium kanan.
e. aorta descendens
b. ventrikel kiri
d. ventrikel kanan
pada foto postero-anterior (PA)
 batas kanan = atrium kanan
 batas kiri
= Arcus aorta, sebagian atrium kiri, ventricle kiri
posisi lainnya
Batas anterior
Batas posterior
- arteri pulmonalis
- atrium kiri
Foto lateral kiri
- ventricle kanan
- ventricle kiri
Foto Right
Ventricle kanan
Atrium kiri
Anterior Oblique
(RAO)
- aorta ascenden
Foto Left Anterior - Sebagian
atrium
Oblique (LAO)
kanan
- ventricle kanan
- atrium kiri
- ventricle kiri
24. Penderita oedema pulmonum dan riwayat hipertensi yang lama. Apeks jantung bergeser ke
kiri. Gambaran radiololgis yang tampak pada foto toraks tersebut adalah
a. CTR = 0,5
c. corakan vesikuler berkurang
e. gambaran hilus
batasnya tegas
b. gambaran kerley B lines
d. batas corakan vesikuler tegas
25. Saat ini Indonesia menempati urutan ke berapa untuk kasus TB dunia?
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4.
e. 5
Indonesia penyumbang kasus Tb no.4 setelah India, China dan Afrika selatan (2012).
Dalam menurunkan setengah dari prevalensi Tb 2015, Indonesia harus menemukan 70% kasus
Tb dan mengobati 85% dari kasus yg ditemukan
26. Dengan Omniserum, kita dapat membedakan tipe bakteri berikut
a. Staphylococcus aureus
c. Streptococcus pyogenes
e.
Streptococcus
pneumoniae.
b. Staphylococcus warneri
d. Streptococcus agalactiae
Omniserum adalah Pneumococcal diagnostic antisera yang digunakan untuk identifikasi
dan typing pneumococci dengan rekasi tes capsular
Omniserum atau Pneumococcal diagnostic antisera dapat digunakan untuk :
1. Identification of Streptococcus pneumoniae.
2. Complete typing of all known pneumococci.
3. Typing of only the most dominant or important types (e.g. one of the 23 vaccine types).
4. Partial typing of one or several pneumococci
27. Ketahanan Mycobacterium tuberculosis dalam sputum adalah selama . . .
a. 10-20 jam
c. 40-50 jam
e. 3-7 hari
b. 20-30 jam.
d. 2-3 hari
M. Tb dapat hidup selam 2-8 bulan, namun bisa langsung mati dalam 2 jam jika terkena
sinar matahari. Dalam sputum M.Tb dapat bertahan 20-30jam. Dalam sputum kering M.Tb
dapat bertahan 6-8bulan.
28. Haemophilus influenzae yang memiliki patogenitas tertinggi adalah tipe
a. tipe A.
b. Tipe B
c. tipe D
d. tipe E
e. tipe F
infuenza, disebabkan oleh Haemophilus influenza
Ada 3 tipe dari flu virus:
 Type A (the most common) :causes most epidemics, H3N2, H1N1, H2N2
 Type B : moderate, local outbreaks
 Type C : mild disease
Flu berbeda dari common cold, influenza ini SS : tiba2, acute onset with fever, fatigue and aching
pains in the body
 Dapat menyebabkan viral pneumonia
 Dapat berkomplikasi menjadi secondary problems like bacterial pneumonia
 Prevensi: vaksinasi
Source : microbial causing Resp. Tract Infection . 2012. lecture
29. Pernyataan yang mendukung diagnosis emfisema pulmonum adalah
a. cyanosis pada lidah
c. sputum berwarna tiap pagi
e. dischar sputum pada
pagi hari
b. batuk akut pada pagi hari d. dispnea kronik dan hipersonor.
Untuk penjelasan lebih lanjut tetep belajar ya! Emfisema itu merupakan kondisi yang
patologis dimana terjadi pembesaran rongga dada yang abnormal dan sayangnya
permanen juga. Etiologinya kebanyakan karena rokok, dimana rokok itu akan merusak
elastisitas rongga dada. Ayo dibayangin kira-kira apa yang terjadi kalo rongga dada
membesar? Bahu akan naik, clavicula akan menonjol, musculus SCM juga menonjol, dada
juga menonjol patologis (barrel-shaped), kosta menonjol dan hampir horizontal. Nah jadi
pada pemeriksaan fisik, jelas kalo dinding dada diperkusi akan hipersonor, kan rongga dada
membesar dan isinya udara. Malah jantung susah untuk ditemukan karena ketutupan sama
paru yang membesar itu. Cyanosis jelas engga. Apalagi keluar sputum itu jelas engga, kan
bukan ngomongin tb. Batuk juga ngga. Jadi jelas ya guys :D
30. Asma disebabkan oleh proses berikut
a. inflamasi kronis
c. bronkokonstriksi reversible
e. edema pada dinding
jalan nafas
b. bronkokonstriksi d. hiperresponsivitas bronchial.
Pada asma terjadi:
1. Obstruksi aliran udara pernapasan, dimana pertama terjadi early ashmatic response
(exposure aeroalergen menyebabkan releasing IgE lalu bronkokostriksi akut) lalu late
ashmatic response (airway edema), kemudian terbentuk mucous plug (oleh eksudasi
protein serum dan debris2). Kalo terus berlanjut akan menimbulkan airway remodelling
yang reversible.
2. Inflamasi saluran napas, bisa akut, subakut, atau kronik. Ini juga berperan dalam
bronkokonstriksi akut dan airway remodelling.
3. Hyperresponsiveness bronkus, dimana terjadi peningkatan sensitivitas airway terhadap
faktor pencetus sehingga terjadilah bronkokonstriksi.
Kalo aku cenderung jawab yg hyperresponsiveness bronkus. Kalo bronkokonstriksi reversible
sama airway edema itu kan yang terjadi pada asma, bukan menyebabkan patofis asma. Kalo
inflamasi ga selalu kronis.
31. Faktor yang memicu timbulnya asma adalah
a. hypoxia
c. young age
e. persistent asthma
b. aspiration
d. weather changes.
Ini sebenernya udah jelas ya. Aku tambahin aja faktor pemicu asma: binatang berbulu,
aerosol kimia, perubahan suhu, kutu rumahan (dust mites), excercise, pollen, virus, rokok,
stress fisiologis yg berkepanjangan.
32. Temuan histopatologis pada pasien asma adalah
a. aktivasi sel mast
c. aktivasi kelenjar mukosa e. hipertrofi epitel jalan nafas
b. edema jalan nafas
d. deposisi kolagen pada membran basalis.
Pada airway remodelling asma, yang terjadi ada fibrosis subepithel, deposisi kolagen,
lapisan otot menebal, hiperplasi sel goblet, aktivasi glandular submukosa, juga hipersekresi
mukus. Sebenernya ini pertanyaannya agak ngga bermakna karena sejak kapan diagnosis
asma dengan pemeriksaan histopatologis? Tapi kalo mau diperiksa di histopatologis, yang
pasti kelihatan adalah deposisi kolagen ini. Aktivasi glandula submukosa gimana ngeliat di
histopatologis? Sedangkan kalo hipertrofi epitel, pada airway remodelling asma ini awalnya
aja terjadi penggundulan epitel. Edema airway juga terjadi pada pasien asma tapi itu dilihat
dengan mata biasa juga bisa. Untuk aktivasi sel mast juga kayanya ngga. Karena yang
diaktivasi itu awalnya adalah IgE, nah IgE yang aktif itu akan menyebabkan degranulasi sel
mast sehingga keluarlah histamin, tryptase, prostaglandin, dan mediator2 lain yang males
banget lah ngapalinnya :p
33. Pasien anak-anak batuk kronis kambuh-kambuhan yang muncul 3 kali dalam sebulan. Pada
pemeriksaan fisik didapati wheezing. Klasifikasi asma pasien tersebut adalah
a. infrequent episodic asthma
c. frequent episodic asthma.
e.
persistent asthma
b. mild persistent asthma
d. moderate persistent asthma
Dua hal utama penyebab asma adalah lingkungan dan genetic!
Klasifikasi asma:
 Asma akut
: serangan ringan, serangan sedang, serangan berat.
 Asma Kronis
: asma episodic jarang, asma episodic sering, asma persisten.
Dx asma menurut PNAA
: Mengi berulang dan atau batuk persisten dengan
karakterisitik: timbul secara episodic dan atau kronis, cenderung pada malam / dini hari
(nocturnal), musiman ada faktor pencetus. Dua poin penting adanya mengi berulang dan
atau batuk kronis berulang.
Klasifikasi Penyakit Asma
Infrequent
Frequent episodic
Parameter Klinis
episodic
Persistent asthma
asthma
asthma
Frekuensi
<1x/bulan
>1x/bulan
Setiap hari
serangan
Durasi serangan
> 1minggu
setiap hari
Episode antara
tidak
ada Ada gejala
Frequent
nocturnal
gejala
symptomp
Aktivitas
Normal
Mungkin
Terganggu
terganggu
Pemeriksaan fisik
Normal
Mungkin
Abnormal
terganggu
Controller
Tidak perlu
Steroid/kombinasi Steroid/kombinasi
Fungsi paru
PEF/FEV1
PEF/FEV1 60-80% PEF/FEV1 <60%
>80%
Variabilitas
>20%
>30%
>50%
serangan
REFERENSI SLIDE ASTHMA IN CHILDREN
34. Pada pasien anak-anak, manajemen awal serangan asma yaitu dengan . . .
a. nebulasi oksigen 3 kali dengan interval 20 menit
b. nebulasi inhaled corticosteroid 3 kali dengan interval 30 menit
c. nebulasi anticholinergic 2 kali dengan interval 30 menit
d. nebulasi leukotriene modifiers 3 kali dengan interval 20 menit
-agonist 3 kali dengan interval 20 menit.
REFERENSI SLIDE ASTHMA INCHILDREN
35. Terapi first line serangan asma kronik pada anak adalah
a. Ipratropium bromida.
-agonist e. oral steroid
b. Inhaled steroid
d. antileukotriene
Farmakoterapi yang digunakan untuk serangan asma ada 2 jenis, yaitu reliever dan controller
Yang termasuk jenis reliever adalah
: inhaler, nebulized, oral
- Epinefrin
: subkutan
- Teofilin / aminofilin
: oral, intravena
- Antikolinergik (ipratropium br) : inhaler
- steroid
: oral, intramuscular
Sedangkan yang termasuk controller adalah
- steroid : inhaler - LABA: inhaler, oral - antileukotrien : oral
Jika serangan asma datang atau gejala mulai muncul, maka first line therapy yang
panjang, firstline yang digunakan adalah inhaled steroid dan LABA.
REFERENSI SLIDE KULIAH ASTHMA IN CHILDREN
36. Pernyataan berikut yang benar mengenai suara jantung stenosis mitral adalah
a. S1 mengeras.
c. S2 mengeras
e. murmur sistolik
b. S2 meredup
d. terdengar S4
STENOSIS MITRAL
 Stenosis mitral adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan aliran darah dari atrium
kiri melalui katup mitral oleh karena obstruksi pada katup mitral, sehingga menyebabkan
ganguan pengisian ventrikel kiri pada saat diastole.
 Etiologi : penyebab tersering adalah endocarditis reumatika, akibat reaksi yang progresif
dari demam reumatik yang disebabkan oleh infeksi streptococcus.

daerah mitral. Terdengar suara S1 mengeras oleh karena pengisian yang lama membuat
tekanan di ventrikel kiri meningkat dan menutup katup sebelum katup itu kembali pada
posisinya. Pada katup trikuspid akan terdengar suara sistolik murmur.
 Px fototoraks: pembesaran atrium kiri dan arteri pulmonalis
 Elekardiografi Doppler: evaluasi struktur katup, ukuran dari area katup dengan planimetri
(mitral valve area), struktur apparatus subvalvular, fungsi ventrikel.
 Kateterisasi: untuk menegakkan dx stenosis mitral (berat/ringan) dapat dilakukan
sebelum atau sesudah elektrokardigrafi.
MITRAL INSUFISIENSI/ REGURGITASI
 Pemeriksaan fisik: cardiomegaly, mumur pansistolik, congesti pulmoner.
STENOSIS AORTA
 Pemeriksaan fisik: mumur sistolik ejeksi, S2 Splitting.
INSUFISIENSI AORTA
 Pemeriksaan fisik: Kardiomegali, mumur diastolic coarse diastolic murmur, systolic
ejectin click.
INSUFISIENSI TRIKUSPID
 Murmur sistolik
REFERENSI IPD JILID II EDISI V, skills lab heart exam.
37. Anak mempunyai riwayat kontak dengan TB, hasil uji tuberkulin positif, namun tidak
terdapat gejala TB. Maka, penanganan yang dilakukan yaitu
a. Isoniazid 5mg/kg/hariselama 6 bulan.
d. kombinasi RHZ selama 6 bulan
b. Rifampicin 10mg/kg/selama 6 bulan
e. kombinasi RHZ selama 2 bulan
c. pasien diminta kembali jika gejala muncul
MX OF CHILDHOOD CONTACT.
Sign &
No
TST
Treatment
Symptoms
1
Negatif Tidak ada
Preventif
INH 5 mg/kg/hari selama 6 bulan
2
Positif
Tidak ada
Preventif
INH 5 mg/kg/hari selama 6 bulan
3
Negatif Positif
Preventif
Melakukan TST ulang 2 minggu
kemudian
4
positif
Positif
Terapi spesifik 2RHZ 4RH
REFERENSI SLIDE TB IN CHILDREN.
38. Gambaran mikroskopis diagnosis Buerger Disease adalah
a. fibrosis dan penebalan dinding c. trombus dengan mikroabses. e. peradangan seluruh
dinding
b. fokus nekrosis transmural d. nekrosis fibrinoid segmental
BUERGER DISEASE
- Definisi
: occlusive disease yang mengenai arteri kecil-medium. Thrombophlebitis dari
kebiasaan merokok berat dan di bawah 30 tahun.
- Histology
: Inflamasi lokal terjadi pada dinding arteri dan vena sehingga menyebabkan
trombosis.
- Clinical picture
: Muncul gangrene pada jari kaki dan tangan yang progressive.
39. Laki-laki34
tahunperokokberat,
ujungjari
kaki
pucat,
terdapatulkus
yang
terasanyeriuntukberjalan. Lesitersebutkemungkinanbesarterjadikarena
a. Buerger disease.
c. Allergic granulomatosis e. takayasu arteritis
b. Waegenergranulomatosis d. poliarteritisnodosa
Buerger disease adalah penyakit vaskuler non-atherosklerotik, biasa disebut juga
Thromboangiitis Obliterans (TAO). Penyakit ini dicirikan dengan tidak adanya atau atheroma,
segmental vascular inflamation, fenomena vasooklusif, dan keterlibatan arteri dan vena yang
berukuran kecil-medium pada ekstremitas atas dan bawah. Kondisi ini dihubungkan kuat
dengan penggunaan tembakau yang berat, dan progress penyakit ini semakin cepat pada
pemakai tembakau yang kontinyu. Penampakan tipikalnya yaitu adanya rest pain,
unremitting ischemic ulceration, dan gangrene pada jari tangan dan kaki. Perkembangan
penyakit ini bisa menyebabkan pasien membutuhkan bedah amputasi. Kasus kematian dari
Buerger disease sangat jarang. Pasien dengan penyakit ini yang melanjutkan merokok, 43%
diantaranya harus diamputasi.
Takayasu arteritis adalah inflamasi pada aorta. Penyebabnya tidak diketahui. Penyakit
ini lebih banyak muncul pada anak-anak dan perempuan di bawah 30 tahun, terutama pada
keturunan Asia atau Afrika. Patofisiologinya yaitu karena autoimun. Sign Symptompnya yaitu
kelemahan pada lengan serta rasa sakit jika digunakan, chestpain, dizziness, fatigue, fever,
muscle and joint pain, skin rash, night swats, serta terjadi perubahan pada kemampuan
penglihatan serte penurunan berat badan.
Clasic Polyarteritis Nodosa (PAN atau c-PAN) adalah vaskulitis sistemik yang dicirikan
dengan lesi inflamasi dan nekrosis yang mengenai otot arteri kecil-medium. Jika terjadi pada
pembuluh bifurkasio, menyebabkan pembentukan mikroaneurisma, ruptur aneurisma dengan
perdarahan, trombosis, bahkan sampai dengan iskemia dan infark organ. PAN diderita lebih
banyak pada pria dibandingkan wanita (rasio 1,6-2 : 1). PAN dapat terdiagnosis pada orang di
segala usia, namun paling banyak terjadi pada usia 45-65 tahun.
Wegener Granulomatosis (WG) adalah penyakit autoimun multisistem yang jarang dan
tidak diketahui etiologinya. Dicirikan dengan inflamasi dan nekrosis granulomatois dan
vaskulitis pauci-immune pada pembuluh darah berukuran kecil-medium. Onset WG dapat
terjadi pada berbagai usia, paling banyak terjadi pada usia 35-55 tahun.
REFERENSI PUBMED HEALTH, SLIDE LECTURE ARTERIAL DESEASE.
[untuk 3 nomor berikut] Pasien wanita 30 tahun, keluhan sesak nafas yang dirasakan 1 bulan.
Awalnya terasa jika bekerja berat, sekarang sesak nafas juga dirasakan waktu istirahat. Terdapat
kenaikan tekanan vena jugularis, hepatomegali, dan edema tungkai. Auskultasi jantung bising
diastolik derajat 3/6 di apeks jantung, nada paru-paru ronkhi basah pada basal.
40. Diagnosis yang paling mungkin adalah
a. stenosis aorta
c. insufisiensi aorta
e. insufisiensi mitral
b. stenosis mitral.
d. stenosis pulmonal
Pertama yang kita pikirkan adalah penyakit jantung, karena ada hubungan dengan
istirahat/aktivitas. (Padahal pilihannya adalah penyakit jantung semua). Ronkhi basah pada
basal mengindikasikan adanya kongesti pulmo. Kongesti pulmo bisa disebabkan oleh LHF,
stenosis aorta, atau stenosis mitral. Bisingnya ada di apeks, maka yang paling mungkin
adalah stenosis mitral.
41. Untuk memperkuat diagnosis, pemeriksaan fisik yang harus dicari adalah
a. suara gallop
d. suara S1 yang mengeras dan opening snap.
b. split S2 yang menetap
e. ejection click (late systolic click) di apeks jantung
c. bising kontinyu di spatium interkostal 2 linea parasternal kiri
Karena diagnosisnya adalah stenosis mitral, maka yang bisa dicari adalah suara S1 yang
mengeras dengan opening snap.
42. Obat ini dapat diberikan dalam bentuk kombinasi dengan digoxin pada pasien tersebut,
KECUALI
a. prazosine
c. losartan
e. klorotiazida
b. captopril
d. nifedipine.
Based on Katzung, digitalis (digoxin) tidak boleh diberikan bersamaan dengan Ca-channel
blocker.
43. Pasien laki-laki 57 tahun mengeluh sesak nafas jika beraktivitas dalam intensitas sedang.
Kedua kaki bengkak, terdapat pitting edema, tekanan darah 150/95 mmHg, kardiomegali ke
kiri lateral bawah, paru-paru ronkhi basah basal. Terapi yang paling tepat untuk pasien
tersebut adalah
a. digoxin
c. lisinopril.
e. nitroglycerine
b. nifedipine
d. dobutamine
First line kasus ini adalah menurunkan edema pulmo, yaitu dengan menurunkan cairan
tubuh sehingga edemanya bisa berkurang. Salah satunya adalah dengan konsumsi obat ACEinhibitor. Salah satunya adalah lisinopril.
44. Pemeriksaan fisik seorang pasien menunjukkan paru kanan asimetri, ketinggalan gerak, SIC
cembung, fremitus taktil menurun, perkusi redup, auskultasi vesikuler menurun, didapatkan
egophoni. Kelainan yang paling mungkin adalah
a. oedem paru kanan c. atelektasis paru kanan
e. pneumonia lobus inferior kanan
b. efusi pleura kanan. d. pneumothoraks paru kanan
Atelektasis
Atelektasis
Efusi Pleura
(with patent
(with blocked
Pneumothorax
airway)
airway)
Asimetri
+
+
Fremitus taktil
turun
meningkat
turun
turun
Perkusi
redup
redup
redup
hyperresonant
Suaravesikuler
turun
Suara bronchial
turun
turun
transmisisuara turun
bronchophony
turun
turun
Egophoni adalah peningkatan suara paru (high-pitched) saat melakukan auskultasi,
biasanya karena konsolidasi paru atau fibrosis. Egofoni (egobronkofoni) dikatakan ada bila
kata-kata yang diucapkan yang terdengar melalui paru-paru intensitasnya meningkat dan
mempunyai sifat nasal atau mengembik. Pasien diminta untuk mengatakan "iiii", sementara
pemeriksa mendengarkan di daerah dimana dicurigai terjadi konsolidasi. Jika ada egofoni,
bunyi "iiii" akan terdengar sebagai "eeee". Perubahan "i" menjadi "e" ini dijumpai pada
konsolidasi paru. Daerah paru-paru yang tertekan yang berada di atas efusi pleura sering
menimbulkan egofoni.
45. Ibu penderita TB paru mempunyai anak berumur 4 tahun. Anak tersebut tidak ada tanda dan
gejala untuk TB. TST 13 mm. Rontgen thoraks normal. Diagnosis yang tepat untuk anak
tersebut adalah
a. sehat
c. infeksiaktif TB
e. terjangkitpenyakit TB
b. contact child
d. tidakadapenyakit TB
Diagnosis TB (pada anak) itu ditegakkan berdasarkan:
1. Clinical sign & symptoms (unspecific): penurunan BB, penurunan nafsu makan,
malnutrisi, recurrent mild fever, batuk kronis, cervical lymphadenophaty
2. Tuberkulin Skin Test yang mempunyai hasil positive bila indurasinya:
> 15 mm (got BCG within 5 years)
>10 mm (got BCG within 10 years)
> 5mm in a child at risk of TB, and no BCG vaccination
3. Chest Xray: Bisa ditemukan struktur abnormal seperti hilar lymphadenopathy
(pembesaran lnn di hilum), ghon focus (konsolidasi biasanya di inferior), complicated
ghon focus (konsolidasi udah sampe apex), milliary (sebaran tubercle, biasanya mucul
setelah 6 bln terinfeksi bisa dicegah dengan vaksin BCG pada anak HIV negatif,tubercle
bisa berada di organ lain), efusi pleura (tidak biasa pada anak <6thn, danjarang pada
anak2thn).
Jadi, karena anak tersebut tampak sehat dan hampir pasti melakukan kontak langsung
dengan ibunya, diagnosis yang tepatadalahcontact child.
46. Obat anti TB yang digunakansebagaiprofilaksis primer padaanakadalah
a. INH
c. ethambutol
e. pyrazinamid
b. rifampisin
d. streptomisin
Management anakdengan contact dengan penderita TB itu ditentukan dari hasil TST dan
ada/tidaknya gejala pada anak itu. Dan managementnya itu kaya gini:
HASIL TST SIGN&SYMPTOMS
TREATMENT
Negative
Tidakada
Preventif
INH 5mg/kg/hariselama 6
bulan
Positive
Tidakada
Preventif
INH 5mg/kg/hariselama 6
bulan
Negative
Ada
Preventif
Ulangi TST setelah 2 minggu
Positive
Ada
Terapispesifik
2RHZ + 4RH
Jadi, profilaksis primer padaanak yang close contact denganpenderita TB itu INH (Isoniazid).
47. Fixed Dose Combination obat anti tuberkulosis pada anak adalah
a. RHZ (50/50/150mg)
c. RHZ (75/50/150mg)
e. RHZ (50/100/150mg)
b. RHZ (50/75/150mg)
d. RHZ (75/75/150mg)
Treatment TB pada anak 2RHZ [duabulanpertama (intensive phase) semuanya given
daily: Rifampicin (10-20mg/kg/dose), Isoniazid (10-20mg/kg/dose), Pyrazinamide (1530mg/kg/dose)] dan 4RH [empat bulan berikutnya (advance phase) semuanya given daily
juga: Rifampicin (10-20mg/kg/dose), Isoniazid (10-20mg/kg/dose)].
Nah sekarang biar ga ribet, udah ada obat dengan fixed dose combination yang isinya:
RHZ (75/50/150) atau RH (75/50)
48. Pemeriksaan EKG menunjukkan elevasi ST pada lead II, III, dan aVF. Kemungkinan disebabkan
karena oklusi arteri koroner di bagian mana?
a. arteri coronaria dextra.
c. interventrikularis anterior
e. circumflexa sinistra
b. arteri coronaria sinistra
d. interventrikularis posterior.
Gambaran berdasarkan lokasi oklusi arteri
A. Interventrikularis Anterior
: ST elevasi V1-V6  lead anterior
A. Circumflexa sinistra
: ST elevasi lead I, aVL, V5, V6.
A. Coronaria dextra r. marginalis : ST elevasi lead II, III, aVF  lead inferior
A. Interventrikularis posterior
: ST depresi dan peninggian R di lead anterior, terutama
lead I.
49. Gelombang P dengan cekungan di tengah (notch) terjadi pada kasus
a. Left Ventricular Hypertrophy
c. myocard infark inferior e. hipertrofi atrium
sinsitra.
b. hipertrofi atrium dekstra
d. Right Bundle Branch Block
Pembahasan no 2, 3 dan 4
Ciri hipertrofi :
- Atrium kanan : ada P yang tinggi dan lancip
- Atrium kiri
: ada P dengan cekungan di tengah (notch)  seperti punuk unta.
- Ventrikel kanan
: ada peninggian R di V1
- Ventrikel kiri
: ada peninggian R di V5-V6 hingga >37 kotak kecil (3,7 mm)
Myocardiac infark ditandai dengan ada Q patologis* di area yg terkait
STEMI ada ST elevasi di area terkait**
- UAP dan NSTEMI ada ST depresi di area terkait**
**Area terkait :
- Inferior
: lead II, III, aVF
- High lateral
: lead I, aVL
- Anteroseptal : V1-V4
- Anteroapical : V3-V5
- Anterolateral : V4-V6
*Q patologis didefinisikan sebagai berikut :
- Q dengan lebar > 0,04 s
- Q dengan tinggi
> 1/3 tinggi R
50. Pemeriksaan EKG menujukkan adanya gelombang P yang tinggi dan ujungnya lancip di lead
II, III, dan aVF. Hal itu bisa terjadi karena
a. Left Ventricular Hypertrophy
c. myocard infark inferior e. hipertrofi atrium
sinsitra
b. hipertrofi atrium dekstra.
d. Right Bundle Branch Block
51. Pada pemeriksaan EKG, peninggian gelombang R di lead V5, V6 sampai dengan 4 cm.
Kemungkinannya yaitu
a. sindroma WPW
c. Levt Ventricular Hypertrophy. e.
myocard
infark
lateral
b. Right Ventricular Hypertrophy d. Left Bundle Branch Block
Sindroma WPW
: ada pemendekan PR interval (<0,12 s), ada delta wave, dan inverse T
wave.
RVH, LVH, LBBB, MI lihat jawaban di atas.
52. Kondisi apakah yang menyebabkan adanya peninggian QRS complex pada lead I dan inversi
QRS pada lead II dan III?
a. Right Bundle Branch Block c. LAHB/LAFB.
e. AV block
b. Left Bundle Branch Block d. LPHB/LPFB
Blok di penjalaran listrik jantuk dapat dibagi 3, yaitu : AV block (derajad I, II-1, II-2, III), His block
(RBBB dan LBBB), fasiculus his block (Left anterior fasiculus block dan left posterior fasiculus
block). ciri khas dari masing-masing blok adalah :
- AV block :
> Derajat I : terdapat pemanjangan PR interval (>0,20 s)
> Derajat II : mobitz I (wenkebach) : PR interval makin lama makin panjang kemudian
diikuti drop beat, lalu siklus berulang.
> Derajat II : mobitz II : tidak ada pemanjangan PR, tp tiba2 ada drop beat.
> Derajat III : tidak ada hubungan atrium dan ventrikel sehingga, atrium dan ventrikel
memiliki irama masing2
- His block
> RBBB
> LBBB : terdapat pelebaran QRS, di V5-V6 ada gambaran seperti huruf M.
- Fasikulus block :
> LAFB : terjadi peninggian QRS di lead I dan aVL,inverse QRS di lead II, III, dan aVF
> LPFB : terjadi peninggian QRS di lead II, III, aVF, inverse QRS di lead I dan aVF
53. Kejadian Torsade de Pointes terjadi pada
a. atrial flutter
c. ventrikular tachycardi.
e. extrasystole ventrikel
b. atrial fibrillation
d. ventrikular fibrillation
Torsade pointes merupakan salah satu
bentuk takikardi ventrikel yang irregular.
Torsade de pointes sering terjadi pada long
QT syndrome. Tapi pada long QT syndrome,
torsade pointes tidak akan terjadi apabila
tidak ada extrasistol, dimana ketika ada R extrasistole ventrikel yang menumpuk di T (R on T
phenomenon) maka akan terjadi torsade pointes. Akan tetapi berbeda dengan ventricular
vibrilasi yang aksisnya sama terus, torsade pointes menunjukkan aksis yang berubah-ubah.
(lihat gambar)
54. Siklus jantung manakah yang ditunjukkan oleh segmen ST pada EKG?
a. 0
b. 1 c. 2. d. 3 e. 4
Siklus potensial aksi dari jantung memiliki 5 fase :
(0-1: kompleks QRS, 2=segmen ST, 3=gelombang T, 4 fase istirahat)
Penjelasan tiap fase adalah seperti berikut :
Fase 0 : pembukaan fast Na channels dan depolarisasi secara cepat.
Fase 1 : penutupan fast Na channel dan repolarisasi cepat.
Kompleks QRS ditunjukkan fase 0 dan 1
Fase 2 : fase plateu (kesetimbangan antara Ca yang masuk dan K yang keluar)
Fase 3 : fase repolarisasi (kanal Ca tertutup, kanal K masih terbuka sehingga K terus keluar dari
sel menyebabkan repolarisasi)
Fase 4 : fase istirahat (terjadi saat diastole, merupakan fase dimana seljantung tidak dapat
distimulasi)
55. Apa interpretasi dari gambaran EKG berikut?
a. MAT.
c. atrial flutter
e. tachycardia junctional
b. PSVT
d. atrial fibrilation
Intepretasi : pada gambar diatas dapat dilihat tiap P selalu QRS, dengan morfologi P yang
bervariasi yang merupakan ciri dari Multifocal Atrial Tachycardia.
Gambaran umum dari tachycardia supraventricular (SVT) adalah QRS sempit.
adapun ciri khas dari tachycardia yg lain adalah :
- Atrial flutter
: ada tampakan sawtooth paling jelas di L II dan V1, tiap P tidak diikuti
QRS
- Atrial fibrilasi : tampak gelombang P yang banyak dan tidak teratur, tiap P tidak diikuti
QRS
- Tachyc. juctional
: QRS sempit, tanpa adanya gelombang P.
- Paroksisimal SVT
: SVT yg terjadi secara tiba2, biasanya berirama junctional.
Jadi gambaranya sama dengan Tachycardia Junctional
56. Hasil EKG seorang penderita bradikardia menunjukkan tidak adanya gelombang P pada
beberapa hantaran. Kondisi ini disebabkan oleh adanya hambatan (blockade) pada
a. nodus SA.
c. serat purkinje
e. otot ventrikel
b. berkas HIS
d. left bundle branch
gelombang P adalah gambaran depolarisasi atrium yang sebelumnya diinisiasi oleh
adanya aktivitas di nodus SA
57. Lama perlambatan impuls di nodus AV dapat diamati dengan mengukur
a. interval P-R.
c. segmen QRS
e. interval Q-T
b. segmen P-R
d. segmen ST
Aktivitas listrik
Gelombang yang
dibentuk
Depolarisasi atrium
Gelombang P
Perlambatan di nodus Segmen PR
AV
Depolarisasi ventrikel
Kompleks QRS
Repolarisasi ventrikel
Gelombang T
Referensi : Kasper et al. ,dan Harris
58. Seorang pedagang menderita tuberculosis, dokter meresepkan obat 2 bulan pertama
menurut system DOTS. Untuk memastikan apakah istri dan anak-anaknya juga harus
mendapatkan pengobatan TB atau tidak, maka yang harus dilakukan adalah
a. pemeriksaan sputum sesaat-pagi-sesaat. c. tes manthoux
e.
pemberian
profilaksis
b. pemeriksaan rontgen thoraks
d. pemberian vaksin BCG
Pemeriksaan sputum sangat penting, karena dengan ditemukannya BTA, maka diagnosis
tuberculosis sudah dapat dipastikan. Kriteria BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya
ditemukan 3 BTA pada sau sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5000 kuman dalam 1 mL
sputum.
59. Seorang pria 24 tahun dirujuk ke UGD setelah tertusuk benda tajam di toraks anterior pada
sisi medial papilla mammae sinistra. Pada saat tiba ke UGD, diketahui tekanan darahnya
70/50 mmHg. Vena-vena leher tampak melebar. Suara pernapasan vesicular normal pada
kedua paru. Tindakan berikutnya yang paling tepat adalah
a. foto rontgen toraks
c. EKG
e. perikardiosentesis.
b. intubasi endotrakeal
d. insersi tabung pada kavum toraks kiri
Diagnosis kasus ini adalah efusi pericardial atau tamponade kordis. Hal ini
menyebabkan low input failurekarena jantung pada saat diastolic tidak dapat mengembang
secara maksimal. Tindakan pertama yang diperlukan adalah perikardiosentesis.
Referensi : ACLS
60. Seorang pria 38 tahun selama 2 minggu terakhir merasakan kaki kirinya sangat nyeri saat
tidur. Sebenarnya sakitnya sudah 1 tahun namun hanya saat berjalan. Ia mengeluh jarak
tempuh semakin lama semakin pendek dan sering berhenti karena nyeri. Bila istirahat maka
nyerinya hilang. Penderita adalah seorang perokok berat. Px normal. Paa ekstremitas inferior
sinistra tidak teraba pulsasi a.dorsalis pedis dan tibialis posterior. Pemeriksaan laboratorium
normal. Diagnosis yang paling mungkin adalah
a. acute arterial occlusion
c. diabetic arteropathy
e.
chronic
arterial thrombosis
b. thromboangiitis obliterans. d. atherosclerotic peripheral arterial occlusive disease
Kata kuncinya adalah perokok. Pada perokok berat bias mengalami penyakit oklusi
inflamasi vascular, misalnya penyakit Buerger atau tromboangiitis obliterans, yang mengenai
arteri berukuran sedang dan kecil, serta vena bagian distal pada keempat ekstremitas.
61. Seorang wanita postmenopause yang berusia 65 tahun mengalami sumbatan pembuluh
darah koroner. Ia mengidap dislipidemia, kolesterol meningkat, LDL dan trigliserida tinggi,
serta diabetes mellitus. Yang menjadi factor resiko tertinggi terjadinya penyakit jantung
koroner adalah
a. menopause
c. LDL.
e. DM
b. kolesterol total
d. trigliserida
Semua factor resiko yang ada pada kasus ini berperan terhadap penyakit jantung
koroner. Faktor resiko tertinggi adalah LDL.
62. Pria 32 tahun mengalami kecelakaan mobil. Stir mobil bengkok. Anda kebetulan ada di
tempat kejadian dan langsung memeriksa keadaannya. Selama pemeriksaan awal, anda
mencatat nadinya cepat dan lemah, dan nadi radialisnya menghilang bila pasien inspirasi.
Masalah yang dialami pria ini adalah
a. kontusio jantung
c. flail chest
e. hemotoraks masif
b. tamponade jantung. d. tension pnemumothorax
Pada kasus ini, pasien mengalami trauma tumpul toraks (terkena stir mobil). Pada
pemeriksaan awal nadi cepat dan lemah menunjukkan tanda-tanda syok. Nadi radialis
menghilang saat inspirasi menunjukkan tamponade jantung. Pada tamponade jantung
ditemukan trias Beck, yaitu 1) Peningkatan JVP, 2) Penurunan tekanan arteri, 3) Suara jantung
menjauh. Selain itu, juga ditemukan pulsus paradoksus, yaitu penurunan tekanan darah
sistolik selama inspirasi spontan.
63. Seorang pria mengalami trauma dada, napas sesak dan ngorok. Perkusi dada kiri hipersonor,
napas dada kiri tertinggal, nadi tidak teraba, dan akral dingin. Pertolongan yang dilakukan di
UGD adalah
a. beri oksigen sungkup, napas spontan, dan dekompresi jarum
b. beri oksigen sungkup, napas bantu, dan dekompresi jarum
c. intubasi, oksigen sungkup, napas spontan, dan dekompresi jarum
d. intubasi, oksigen sungkup, napas bantu, dan dekompresi jarum
e. langsung dekompresi jarum.
Gejala pada kasus menunjukkan tension pneumothorax. Sehingga membutuhkan
dekompresi segera dan menanggulangan awal dengan cepat berupa insersi jarum yang
berukuran besar pada sel dua garis midklavikularis pada hemithorax yang terkena. Tindakan
ini akan mengubah tension pneumothorax menjadi simple pneumothorax. Selanjutnya diberi
chest tube.
64. Guna tes tuberculin adalah
a. mendiagnosis TB
d. mengetahui kepekaan kuman terhadap kuman TB
b. follow-up pasien TB
e. menyingkirkan diagnosis banding TB
c. mendeteksi antibody tubuh terhadap kuman TB.
Tes tuberculin banyak dipakai untuk membantu penegakan diagnosis TB pada anak.
Tes ini hanya menyatakan apakah seseorang sedang atau pernah mengalami infeksi yang
disebabkan Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis, atau BCG. Dasar tes ini
adalah reaksi alergi tipe lambat. Infeksi kuman TB akan menyebabkan reaksi imunologi
dengan dibentuknya antibody seluler, yang diikuti pembentukan antibody humoral. Bila
pembentukan antibody seluler cukup (infeksi oleh kuman yang sangat virulen, atau jumlah
kuman yang sangat besar), maka akan mudah terjadi penyakit setelah penularan.
Setelah 48-72 jam disuntikkan tuberculin, maka akan timbul reaksi indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrate limfosit (reaksi antara antibody seluler dengan antigen
tuberculin). Hasil test mantoux adalah sebagai berikut:
- Diameter 0-5 cm
 negative.
- Diameter 10-15 cm  positif
- Diameter 6-9 cm
 meragukan.
- Diameter >15 cm  positif kuat
Referensi : Buku ajar penyakit dalam, Bagian Pulmonologi, FK UI
65. Laki-laki 20 tahun dibawa ke rumah sakit karena jatuh dari sepeda motor. Keadaan sianotik.
Terdapat jejas pada dinding dada dengan pengembangan dada yang tidak simetris disertai
suara nafas hilang pada satu sisi. Diagnosis kerja yang mungkin adalah
a. kontusio muskulorum thorakal
c. kontusio pulmonum
e.
tension
pneumotoraks.
b. hemotoraks.
d. pneumotoraks disertai fraktur kosta
Ciri-ciri tersebut kemungkinannya adalah hemotoraks dan tension pneumotoraks, karena
gejalanya sama. Kecuali jika dada diperkusi, maka tension pneumothorax akan hipersonor,
sedangkan hemothorax akan redup.
66. Bayi perempuan berusia 6 bulan berat badan 6,5 kg, dibawa ke UGD karena sesak napas. Tiga
hari sebelumnya menderita demam tidak tinggi, batuk berdahak, pilek, sesak yang makin
berat. Tidak ada riwayat sesak napas sebelumnya. Px paru didapatkan hipersonor, ekspirasi
memanjang, mengi, dan ronkhi basah nyaring. Foto polos menunjukkan hiperaerasi,
diameter AP memanjang pada foto lateral. Terdapat infiltrate peribronkial dan patchy
infiltrate. Diagnosisnya adalah
a. bronkopneumonia
c. asma bronchial
e. pneumothoraks
b. bronkiolitis.
d. pertusis
Pada anak usia <2 tahun, sering dijumpai menderita bronkiolitis karena infeksi virus RSV
yang meyerang bronkiolus. Penyakit ini ditandai dengan adanya obstruksi jalan nafas dan
mengi. Px akan menunjukkan mengi ekspiratoar, ekspirium memanjang, toraks dengan
perkusi hipersonor, pada auskultasi ditemukan fine crackles. Untuk membedakannya dengan
asma, yaitu pada bronkiolitis mengi ekspiratoar tidak bereaksi terhadap pemberian adrenalin.
Referensi : IDAI
67. Anak usia 6 tahun mengeluh stridor inspiratoar. Tindakan yang diperlukan adalah
a. injeksi kortikosteroid.
c. pemberian adrenalin
e. pemberian dekongestan
b. pemberian antihistamin d. pemberian antibiotik
Keluhan pasien ngorok dan didapatkan stridor inspiratoar merupakan tanda adanya
penyempitan saluran napas atas. Penyebab utama pada anak adalah viral croup, corpal,
abses retrofaringeal, difteri, dan trauma laring. Yang paling sering adalah viral croup.
Terapinya yaitu
- steroid oral atau injeksi IM, deksametason 0,6 mg/kg
- epinefrin nebulasi (1:1000)
- antibiotic tidak perlu diberikan.
68. Anak usia 4 tahun punya riwayat asma bronchial. Di UGD, anak ini bias jalan-jalan dan bicara.
Pada pemeriksaan diketahui nadi 90x/menit, frekunsi nafas 40x/menit, suhu badan 37,2 oC,
terdengar mengi pada kedua paru. Diagnosisnya adalah
a. asma bronchial berat
c. asma bronchial ringan.
e. asma persisten berat
b. asma bronchial sedang
d. asma episodic jarang
Parameter klinis
Ringan
Sesak nafas timbul berjalan
saat
Bicara
kalimat
Sedang
bicara
BErat
Istirahat
Penggalan
Kata-kata
kalimat
Posisi
Bias berbaring
Lebih
suka Duduk
bertopang
duduk
lengan
Kesadaran
Mungkin irritable
Biasanya
Biasanya irritable
irritable
Sianosis
+
Mengi
Pada
akhir Nyaring,
Sangat
nyaring,
ekspirasi
sepanjang
terdengar
tanpa
ekspirasi
stetoskop
Sesak nafas
minimal
sedang
berat
Otot bantu nafas
+
+
Retraksi
dangkal
Sedang
+ Berat + napas cuping
retraksi
hidung
suprasternal
Frekuensi napas
meningkat
meningkat
Meningkat
Nadi
normal
takikardia
takikardia
Dari tabel tersebut disimpulkan bahwa anak pada kasus mengalami serangan asma ringan
Referensi : IDAI
69. Pria 45 tahun dating dengan keluhan sesak nafas, demam, kadang-kadang batuk. Pada foto
toraks PA didapatkan gambaran kavitas di lapangan tengah kanan, berdinding agak tebal,
dinding dalam rata, diameter 6 cm, disertai air-fluid level di dalamnya. Diagnosis radiologis
yang mungkin adalah
a. abses paru.
c. Koch pulmonum e. kista pulmonum
b. karsinoma bronkogenik
d. fungus ball
Gejala klinis sesak napas, batuk, dan disertai demam menunjukkan peradangan di
saluran napas, yang sering diakibatkan oleh proses infeksi. Gambaran radiologisnya yaitu
adanya kavitas di dinding agak tebal, dinding dalam rata, dan ada air-fluid level.
Perbedaannya dengan kista paru adalah dindingnya biasanya tipis. Khas abses pada paru
anaerob (primer) yaitu kavitasnya tunggal (soliter), sedangkan pada abses paru sekunder
(aerob, nosokomial, hematogen), lesi biasanya multipel
Referensi : Buku ajar penyakit dalam, Bagian Pulmonologi, FK UI
70. Salah satu penyebab asbestosis adalah
a. beban kerja utama
c. toksin yang termakan e. toksin yang terhirup.
b. beban kerja tambahan
d. toksin yang termakan
Bekerja pada perusahaan asbes merupakan factor resiko mengalami asbestosis yang
diakibatkan inhalasi debu asbestos. Inhalasi asbestos ini akan menyebabkan respon paru
berupa fibrosis interstitial paru. Selain itu bias juga terjai efusi pleura, plak pleural,
mesotelioma, kanker paru, dan kanker laring.
Manifestasi klinisnya yaitu sesak napas saat beraktivitas, batuk non-produktif, dan jika
berlanjut kronis akan muncul ronki basah basal. Gambaran radiologis awal berupa gambaran
opak di basis paru dan dapat meluas ke pleura. Asbestosis menyebabkan kelainan faal paru
tipe restriktif pada uji spirometri.
71. Pria 60 tahun perokok berat, masuk rumah sakit karena keluhan sesak bertambah, batuk
berdahak, yang sidah dirasakan beberapa bulan terakhir ini. Kemungkinan diagnosisnya
adalah
a. alkalosis respiratorik
c. asidosis metabolic
e. mixed
b. asidosis respiratorik.
d. alkalosis metabolik
Kemungkinan pasien menderita penyakit paru obstruktif (PPOK). Pada PPOK,
rangsangan iritatif akan menyebabkan reaksi peradangan yang menumbulkan reaksi
progresif, menimbulkan obstruksi jalan napas bawah. Obstruksi yang ditandai dengan
ekspirasi memanjang menyebabkan akumulasi CO2 dalam paru, kemudian terjadi reaksi CO2
+ H2O  H2CO3  H+ + HCO3-, sehingga terjadi perubahan kesetimbangan asam-basa
berupa peningkatan H+. Kesetimbangannya dapat diperoleh dengan rumus
H+= 24 x pCO2/HCO3-.
72. Pria 70 tahun datang ke puskesmas dengan batuk-batuk. Tekanan darah 140/80 mmHg,
denyut nadi 80x/menit, frekuensi nafas 30x/menit, dan didiagnosis TB. Untuk pencegahan
tersier, pasien ini memerlukan
a. pengobatan teratur
c. pemeriksaan sputum
e. memakai masker
b. imunisasi BCG
d. nutrisi yang baik.
Tujuan dari pencegahan tersier adalah disability limitation dan rehabilitation.
Dissability limitation meliput kegiatan penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan
lanjutan untuk mencegah komplikasi. Pencegahan terhadap komplikasi, dan kecacatan
setelah sembuh, maupun perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang.
Pada kasus TB, pencegahan tersier adalah nutrisi yang baik, yang dapat mendukung
proses penyembuhan dan mencegah komplikasi. Pengobatan tepat permulaan kasus dan
teratur termasuk dalam pencegahan sekunder, yaitu mencegah proses penyakit yang lebih
luas.
73. Seorang korban trauma dibawa ke UGD, ditemukan kesulitan bernapas, nadi lemah,
penurunan suara napas pada sisi kiri, perkusi redup pada bagian kiri. Jenis cedera yang
dialami yaitu
a. tamponade jantung
c. tension pneumothorax
e. kontusio jantung
b. flail chest
d. hemotoraks massif.
Pada kasus ini, terdapat tanda-tanda hemotoraks massif, yaitu nadi lemah dan cepat
(syok hipovolemia), vena leher kolaps, suara nafas menghilang, dan perkusi redup pada dada
yang mengalami trauma.
Hemotoraks massif yaitu terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1500 cc di
dalam rongga pleura. Hal ini disebabkan karena luka tembus yang merusak pembuluh daraj
sistemik atau pembuluh darah pada hilus paru. Terapi awalnya yaitu dengan resusitasi carian
bersamaan dengan dekompresi rongga pleura (chest tube)
74. Pria 17 tahun mengalami kecelakaan mobil. Didapatkan trauma dada, napas sesak 60x/menit,
suara napas sisi kanan menghilang. Yang dilakukan di UGD adalah
a. rontgen toraks
d. dekompresi ruang pleura bagian kanan.
b. ambil darah arteri untuk analisis
d. perikardiosentesis
c. diberi cairan intravena
Diagnosisnya adalah adanya udara dalam kavum pleura (pneumothoraks). Karena
pada kasus tidak disebutkan adanya luka terbuka pada dinding dada, maka kita dapat
menyingkirkan kemungkinan open pneumothoraks. Yang terjadi adalah tension
pneumothoraks, sehingga harus dilakukan dekompresi dengan insersi jarum besar sehingga
tekanan pleura menurun.
Kunci Jawaban
1. B
2. C
3. E
4. B
5. D
6. D
7. B
8. B/E
9. C
10. D
11. E
12. E
13. A/D
14. B
15. D
16. C
17. E
18. D
19. E
20. C
21. B
22. C
23. C
24. B
25. D
26. E
27. B
28. A
29. D
30. D
31. D
32. D
33. C
34. E
35. A
36. A
37. A
38. C
39. A
40. B
41. D
42. D
43. C
44. B
45. B
46. A
47. C
48. A
49. E
50. B
51. C
52. C
53. C
54. C
55. A
56. A
57. A
58. A
59. E
60. B
61. C
62. B
63. E
64. C
65. B/E
66. B
67. A
68. C
69. A
70. E
71. B
72. D
73. D
74. D
Tak ada manusia yang terlahir sempurna, kita menjadi terlihat
sempurna karena ALLAH menutupi aib aib kita . . .
Ketika saya berbuat kesalahan dan tak ada satupun orang yang
tahu saya salah, itu karena ALLAH menutupi aib saya, ketika saya
mengambil satu bungkus coklat di supermarket untuk saya bawa
pulang tanpa diketahui oleh penjaga toko dan gak diteriakin maling itu
karena ALLAH menutupi aib saya, hidung saya tidak memanjang ketika
saya berbohong kaya pinokio itu karena ALLAH menutupi aib saya.
Subhanallah, begitu maha kasih sayangnya ALLAH yang telah menutupi aib aib saya
hingga saya tak nampak retak. Manusia itu tempat salah dan aib. Apabila ada orang memuji
saya, itu bukanlah karena kehormatan yang ada pada diri saya jadi jangan keGRan, akan tetapi
karena Allah menutupi aib saya dengan menampakkan kebaikan saya. Itu semua berkat penutup
yang sangat indah dari ALLAH, penutup yang tak tembus pandang, penutup yang terbuat dari
pahala pahala dan rajutan dzikir, dan cara mendapatkan penutup aib saya adalah dengan
menutupi aib hamba hamba ALLAH yang lain.
Jadi heran kalo ada orang yang justru bangga cerita-cerita kejelekan temennya, misalnya nih . . .
agah gitu, ternyata takut sama
ayam
hah, kok bisa?
kecil . . . hehe, kita kerjain yuk..
Lebih parah lagi kita malah menceritakan kejelekan kita sendiri. Misal nih deadline ngumpul
laporan praktikum udah mepet, mau ngerjain gak punya materinya, alhasil deh bermodal ctrl-C
& ctrlngerjain c
.. Coba kita liat Hadis
riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
kesalahannya kecuali orang-orang yang berbuat maksiat dengan terang-terangan. Masuk dalam
kategori berbuat maksiat terang-terangan adalah bila seorang berbuat dosa di malam hari
kemudian Allah telah menutupi dosanya, lalu dia berkata (kepada temannya): Hai Fulan! Tadi
malam aku telah berbuat ini dan itu. Allah telah menutupi dosanya ketika di malam hari
sehingga ia bermalam dalam keadaan ditutupi dosanya, kemudian di pagi hari ia sendiri
(Shahih Muslim No.5306)
Iya, simple kan ketika saya menutupi aib aib hamba yang lain maka ALLAH akan menutupi aib
saya :) sungguh islam mengajarkan bagaimana hukum sebab akibat itu terjadi. Dan jangan juga
ketika ALLAH sudah menutupi aib aib saya
kemarin gue pergi berduaan sama gebetan gue, dia mau aja sih gue ajak ke mana-mana, untung
gak ketahuan bapaknya, hahahaha, asik gak..?
Asik..! Asiik? LOH !! bukannya bersyukur ALLAH menutupi aib aibnya eh malah dianya yang sibuk
mengumbar.. tzzz.. ya udah deh, intinya dapat kita simpulkan dua hal:
[1] ketika kita terlihat indah, terlihat keren, itu karena ALLAH menutupi aib aib kita sehingga
kita nampak seperti gading yang tak retak :D
[2] ALLAH tidak pernah ingkar janji, ketika kita mampu menutupi aib saudara kita, maka
ALLAH akan menutup aib aib kita juga, dan ketika ALLAH sudah menutupi aib kita jangan
pula malah kita
banget deh kalo sampai ada yang gini :)
Download